TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BASIR
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN B A S I R. Tingkat Pengetahuan Gizi, Kesesuaian Diet dan Status Gizi Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sepakbola Institut Pertanian Bogor. (Dibimbing oleh CLARA M. KUSHARTO) Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik, tingkat pengetahuan gizi, asupan gizi, keluhan kesehatan selama pertandingan dan status gizi anggota UKM sepakbola IPB Darmaga. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini meliputi (1) Mempelajari karakteristik anggota UKM sepakbola IPB (2) Mempelajari asupan zat gizi dan akses pangan anggota UKM sepakbola IPB (3) Mempelajari kesesuaian diet anggota UKM sepakbola IPB dengan kebutuhan zat gizi pemain sepakbola serta keluhan-keluhan kesehatan pemain selama pertandingan (4) Menganalisa status gizi anggota UKM sepakbola IPB. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengumpulan paparan dan outcome pada satu waktu.Populasi penelitian adalah semua anggota UKM sepakbola IPB yang terdaftar di Kampus IPB Darmaga. Contoh ditentukan secara purposive sampling yaitu berdasarkan kehadiran pada saat pertandingan dilaksanakan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer di peroleh dengan hasil wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh dari sekretariat UKM sepakbola IPB dan AJMP. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan rata-rata dan tabulasi silang dan statistik inferensia. Data statistik diolah dengan menggunakan program SPSS versi 13.0 for windows dan Microsoft Exel. Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry, dan analisis data. Contoh dalam penelitian ini adalah anggota UKM sepakbola IPB sebanyak 34 orang, dimana persentase terbanyak berasal dari daerah Sumatera Utara (29,4%). Sedangkan fakultas FAHUTAN dan FPIK (23,5%) merupakan asal fakultas terbanyak yang menjadi anggota UKM. contoh dalam penelitian ini melakukan latihan ≥ 4 kali sebulan (82.3%) dan pertandingan lebih dari 1 kali per bulan (67.6%) serta contoh memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) memuaskan (61.8%). Konsumsi energi contoh jika dibandingkan dengan AKG 2004 (2550 kal) berada pada kategori baik (52.9%) dan sedang (29.4%), sisanya pada kategori kurang dan defisit. (58.8%) contoh tidak sesuai dalam pengaturan jenis dan waktu makan sebelum pertandingan, contoh yang mengalami keluhan selama pertandingan (64.7%). Status gizi contoh berada pada kategori normal (91.2%). Uji statistik menunjukkan adanya hubungan sangat signifikan antara pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi energi (p<0.01 r=0.612**) dimana mahasiswa yang berpengetahuan gizi baik konsumsi energinya lebih banyak. Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi latihan dengan keluhan selama pertandingan (p<0.05 r=-0.430*), dalam hal ini contoh yang jarang melakukan latihan sering mengalami keluhan selama pertandingan berlangsung, demikian juga untuk frekuensi pertandingan, terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05 r=-0.430*). Dengan lebih sering latihan dan pertandingan yang teratur ternyata dapat mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan oleh contoh. Waktu makan dan jenis makanan yang tidak tepat sebelum pertandingan menyebabkan contoh mengalami keluhan selama pertandingan. Hal ini terbukti dengan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05 r=-0.446*).
Uji statistik yang dilakukan terhadap status gizi dengan IPK terdapat hubungan tidak signifikan (p>0.05 r=-0.042), artinya tidak ada hubungan antara status gizi contoh dengan nilai IPK contoh. Demikian juga dengan frekuensi latihan (p>0.05 r=-0.101) dan pertandingan (p>0.05 r=0.357) tidak terdapat hubungan yang sifnifikan, banyaknya jumlah latihan dan pertandingan tidak mempengaruhi secara nyata terhadap IPK contoh. Pengetahuan gizi baik akan mempengaruhi konsumsi seseorang, dari 8 contoh yang pengetahuannya baik 87.5% diantaranya konsumsinya juga baik. Sedangkan dari 14 orang contoh yang konsumsinya sesuai petunjuk diet untuk pemain sepakbola 85.71% diantaranya tidak mengalami keluhan selama pertandingan. Hasil pengamatan terhadap 7 responden yang pengetahuan gizinya kurang diketahui bahwa 85.71 orang diantaranya tidak sesuai diet untuk pemain sepakbola dan 66.66% diantaranya mengalami keluhan selama pertandingan berlangsung. Konsumsi energi dari ke-7 responden ini 42.86% berada pada kategori defisit, 42.86% kategori kurang dan 14.28% kategori sedang. Dari hasil pengamatan recall pada kelompok ini selain konsumsi makanan mereka yang sedikit, jarak waktu makan yang terlalu jauh dengan waktu pertandingan dilangsungkan menyebabkan mereka mengalami defisit energi selama pertandingan sehingga tidak mengherankan kalau mereka merasakan keluhan kehabisan tenaga dan keram pada waktu pertandingan. Banyaknya contoh yang mengalami keluhan selama pertandingan, konsumsi energi kurang, pengetahuan gizi rendah dan tingginya aktivitas perkuliahan dapat menyebabkan status gizi contoh menurun. Apabila hal ini tidak ditindaklanjuti dengan adanya penyuluhan mengenai pola makan yang baik tidak tertutup kemungkinan dapat terganggunya status kesehatan contoh. Kerjasama dengan kegiatan kemahasiswaan lain (Himagita) sangat diperlukan untuk memberikan masukan dan penyuluhan gizi terhadap anggota UKM sepakbola IPB.
TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BASIR
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama Mahasiswa : B A S I R NRP
: A54105302
Menyetujui: Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Drh. Clara M. Kusharto, M.Sc NIP. 131 414 958
Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara dari keluarga pasangan Bapak H.Kamarudin Gudut dan Ibu Hj.Djasiah. Dilahirkan di Pulau Seliu yang merupakan bagian dari Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal13 Juli 1977. Tahun 1998 penulis lulus Akademi Gizi Depkes RI Bandung, dan bekerja sebagai enumerator di beberapa penelitian Puslitbang Gizi, Dosen AKZI, dan enumerator lepas di AC. Nielsen Bandung.
Tahun 1999-2000 penulis
menjadi Supervisor pada Penelitian Biskuit Multi Gizi GMSK untuk Wilayah Leuwi Liang Bogor. Dan setelah itu penulis bekerja sebagai Supervisor untuk wilayah Jawa Barat di Hellen Keller International sampai tahun 2002. Akhir tahun 2002 penulis diterima menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan di tugaskan sebagai staf di seksi gizi pada Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi ini. Penulis menyadari bahwa sripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan moril maupun materil dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan sripsi ini, terutama kepada: Prof. Dr. Drh. Clara M. Kusharto, M.Sc selaku Dosen Pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis. Ir. Dodik Briawan, MCN sebagai Dosen Pemandu Seminar dan Penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran serta bimbingan untuk kesempurnaan sripsi ini. Seluruh Dosen GMSK dan staf yang telah membantu kelancaran kuliah sampai menulis menyelesaikan sripsi ini. Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kepala Seksi Gizi atas segala bantuannya. Kedua orangtua penulis (Bapak H. Kamaruddin Gudut dan Hj. Djasiah) yang tiada henti dan tiada letih berdoa serta berkorban untuk anakanaknya. Istri dan anak-anak tercinta (Siti Yulia Marwah, Racka Bali Pusca & Ramzi Bali Gaspar) atas kesetiaan dan pengorbanannya. Keluarga besar Wilisyadi A. atas dorongannya agar penulis kuliah. Teman-teman Alih Jenjang, teman-teman angkatan 40, 41 dan temanteman di Asrama Belitung yang selalu membantu dan memotivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Ketua dan teman-teman UKM sepakbola IPB atas partisipasinya. Pimpinan dan seluruh staff AJMP atas bantuan data dan proses perizinan penelitian. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan sripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga sripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Bogor, Januari 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................................ v DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ............................. .......................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... ........................... x PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 LatarBelakang .............................................................................................. 1 Tujuan ........................................................................................................... 2 Hipotesis ...................................................................................................... 2 Kegunaan
................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 4 Olahraga sepakbola ...................................................... ..... ......................... 4 Pengetahuan gizi ........................................................................................ 5 Kebiasaan makan ......................................................................................... 6 Makan pagi ............................................................................................. 7 Makan cemilan ........................................................................................ 7 Fast food .......................................................... ...................................... 7 Kopi ........................................................................... ............................ 8 Alkohol ...................................................... ..... ........................................ 8 Suplemen .................................................................................... .......... 8 Konsumsi Energi dan Zat gizi ....................................................................... 9 Kecukupan zat gizi ....................................................................................... 9 Karbohidrat .......................................................................... ....... ....... 10 Protein ........... ..... ............................................................................... 11 Lemak ............................... ........ ..........................................................11 Vitamin dan mineral ......................................... .......... .........................11 Air dan elektrolit ...................................................................... ........... .12 Pengaturan makan ......................................................... ...... ....................13 Priode pelatihan ..... ..............................................................................14 Prode pertandingan ........................................................... ........... ........15 Pra pertandingan ........................................................ ............ .............15 Selama pertandingan .......................................................................... ..15
Pasca pertandingan ............................................................................ .16 Setelah rasa letih berkurang dan priode pemulihan (recovery) .............16 Latihan untuk Pemain Sepakbola .............................................................. 16 Status gizi....................................................................................................18 KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................................ 20 METODELOGI PENELITIAN ................................................................................... 22 Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 22 Cara Pengambilan Contoh .......................................................................... 22 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ 22 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 23 Definisi Operasional ................................................................................... 24 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 26 Gambaran Umum Lakasi Penelitian ........................................................... 26 Kedaan Contoh............................................................................................ 27 Umur Contoh ........................................................................................ 27 Asal Daerah .......................................................................................... 28 Asal Fakultas ........................................................................................ 29 Frekuensi Latihan ................................................................................. 30 Frekuensi Pertandingan ........................................................................ 30 Riwayat Penyakit .................................................................................. 31 Prestasi ....................................................................................................... 32 Kebiasaan Makan........................................................................................ 32 Makanan Pokok, Lauk dan Sayur ......................................................... 33 Buah ...................................................................................................... 34 Susu ...................................................................................................... 34 Sarapan Pagi ........................................................................................ 35 Merokok ................................................................................................ 36 Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pemilihan Pangan ...................... 37 Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pemilihan Tempat Makan .......... 38 Cara Memperoleh Makan ..................................................................... 38 Pengetahuan Gizi, Konsumsi Zat Gizi, Kesesuaian Diet dan Keluhan Selama Pertandingan.................................................................... 39 Pengetahuan Gizi ....................................................................................... 39 Konsumsi Energi dan Zat Gizi ..................................................................... 40
Konsumsi Energi ................................................................................... 41 Konsumsi Protein .................................................................................. 42 Konsumsi Lemak .................................................................................. 43 Konsumsi Karbohidrat .......................................................................... 43 Konsumsi Zat Besi (Fe), Vitamin A dan Vitamin C ............................... 44 Kesesuaian Diet ......................................................................................... 45 Keluhan Selama Pertandingan ................................................................... 46 Status Gizi .................................................................................................. 47 Hubungan antar Variabel ............................................................................ 48 Pengetahuan Gizi, Konsumsi Zat Gizi, Kesesuaian Diet, Keluhan Selama Pertandingan dan Prestasi ............................................................ 48 Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Energi ........................................ 49 Frekuensi Latihan dan Pertandingan dengan Keluhan Selama Pertandingan ........................................................................... 50 Kesesuaian Diet dengan Keluhan Selama Pertandingan ..................... 51 Status Gizi, Frekuensi Latihan dan Pertandingan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ............................................................ 52 KESIMPULAN .......................................................................................................... 53 SARAN ..................................................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 56 LAMPIRAN ............................................................................................................... 60
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Sebaran contoh berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif ...................... 32 2. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan makanan pokok, lauk, dan sayur ..................................................................................... 33 3. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan buah ........................... 34 4. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu ........................... 35 5. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan pagi ........................ 35 6. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok ............................... 36 7. Persentase tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh .................... 41 8. Hubungan pengetahuan gizi, konsumsi energi, kesesuaian diet dan Keluhan selama pertandingan .............................................................. 49
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka pemikiran tingkat pangetahuan gizi, kesesuaian diet, dan status gizi pemain UKM sepakbola IPB .................................................. 21 2. Persentase contoh berdasarkan umur .................................................... 28 3. Persentase contoh berdasarkan semester perkuliahan ………………..... 28 4. Persentase contoh berdasarkan asal daerah .......................................... 29 5. Persentase mahasiswa berdasarkan asal fakultas .................................. 29 6. Persentase contoh berdasarkan frekuensi latihan .................................. 30 7. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi pertandingan ............................. 31 8. Sebaran contoh berdasarkan penyakit kronis yang pernah diderita ........ 31 9. Sebaran contoh berdasarkan frioritas pemilihan pangan ........................ 37 10. Sebaran contoh berdasarkan prioritas pemilihan tempat makan ............ 38 11. Sebaran contoh berdasarkan cara memperoleh makanan ..................... 39 12. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi ..................................... 39 13. Sebaran contoh berdasarkan persentase protein, lemak dan karbohidrat Terhadap energi ...................................................................................... 41 14. Sebaran contoh berdasarkan kesesuaian diet ........................................ 45 15. Sebaran contoh berdasarkan keluhan selama pertandingan .................. 46 16. Sebaran contoh berdasarkan jenis keluhan.............................................. 47 17. Sebaran contoh berdasarkan status gizi................................................... 47
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Karakteristik Contoh ............................................................................. 60 2. Kuesioner ............................................................................................. 61 3. Konsumsi Energi dan Zat Gizi Contoh dan Persentase Penggunaan Energi dari Protein, Lemak, dan karbohidrat berdasarkan Angka Kecukupan Gizi .................................................................................... 67 4. Hubungan pengetahuan gizi, konsumsi energi, kesesuaian diet, Keluhan selama pertandingan, status gizi, frekuensi latihan, frekuensi Pertandingan dan indeks prestasi kumulatif ........................................ 68 5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 Bagi Orang Indonesia ............... 69
PENDAHULUAN Latar belakang Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Moeloek & Tjokronegoro, 1984). Untuk dapat mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metode latihan yang benar (Surjadji, 1996). Olahraga
merupakan
salah
satu
cara
untuk
meningkatkan
dan
mempertahankan kesegaran jasmani. Namun demikian ada beberapa jenis olahraga yang dikategorikan berat karena membutuhkan kekuatan fisik serta daya tahan tubuh yang baik. Menurut Primana (2000), untuk menunjang hal tersebut diperlukan asupan zat gizi yang cukup dan seimbang untuk mengganti zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakan untuk aktivitas olahraga. Selain itu, keseimbangan energi, cairan tubuh dan gizi merupakan komponen yang penting untuk menjaga kondisi tubuh secara maksimal dan mengurangi kelelahan yang diakibatkan aktivitas olahraga tersebut. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang membutuhkan energi tinggi dan dapat disetarakan dengan kebutuhan energi pekerja sangat berat. Permainan ini merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat dalam waktu yang relatif lama (Depkes, 2002). Oleh karena itu, untuk menjadi pemain sepakbola dengan bentuk tubuh yang ideal dan mempunyai daya tahan tubuh yang kuat, sudah menjadi keharusan pemain sepakbola untuk mengatur asupan makanannya. Menurut Husaini (2002), gizi yang cukup dapat menjamin kesehatan optimal yang dibutuhkan seorang atlet untuk berprestasi, tetapi banyak orang tidak mengerti hubungan yang langsung antara gizi yang cukup dengan bentuk tubuh, daya tahan, dan pencegahan terhadap kecelakaan berlatih. Pemilihan dan pengaturan makanan yang salah pada waktu pertandingan bisa menyebabkan ganguan pada pemenuhan dan ketersedian energi untuk pertandingan dan juga dapat menggangu saluran pencernaan atlet yang mengakibatkan prestasi atlet menjadi tidak optimal.
Dari pengamatan yang dilakukan penulis, olahraga sepakbola yang dilakukan pada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) hingga saat ini hanya sekedar latihan dan bertanding saja, tanpa memperhatikan asupan gizi sebelum dan sesudah pertandingan dilaksanakan. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan pemain yang bersangkutan, jika terus menerus dilakukan, maka akan berdampak pada terganggunya aktivitas kuliah mahasiswa tersebut. Dari latar belakang tersebut, maka penulis ingin meneliti karakteristik, tingkat pengetahuan gizi, asupan gizi, keluhan kesehatan selama pertandingan, dan status gizi anggota UKM sepakbola Institut Pertanian Bogor. Tujuan Tujuan Umum Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mempelajari
karakteristik,
tingkat
pengetahuan gizi, asupan gizi, keluhan kesehatan selama pertandingan dan status gizi anggota UKM sepakbola IPB Darmaga. Tujuan Khusus 1. Mempelajari karakteristik anggota UKM sepakbola IPB 2. Mempelajari asupan zat gizi dan akses pangan anggota UKM sepakbola IPB 3. Mempelajari kesesuaian diet anggota UKM sepakbola IPB dengan kebutuhan zat gizi pemain sepakbola serta keluhan-keluhan kesehatan anggota selama pertandingan. 4. Menganalisa status gizi anggota UKM sepakbola IPB. Hipotesis 1. Asupan zat gizi pemain sebelum dan sesudah pertandingan kurang. 2. Ketidaksesuaian diet pemain sepakbola dengan konsumsi zat gizi sebelum pertandingan. 3. Tingkat pengetahuan gizi anggota UKM sepakbola IPB baik. Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebiasan makan dan kesesuaian diet anggota UKM sepakbola IPB. Membantu UKM sepakbola dalam membuat kebijakan untuk memberikan pengetahuan gizi kepada anggotanya.
TINJAUAN PUSTAKA Olahraga sepakbola Permainan sepakbola sangat membutuhkan energi tinggi dan dapat disetarakan dengan kebutuhan energi/kalori pekerja sangat berat. Permainan ini merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat, dalam waktu yang relatif lama. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain berupa lari, tendang, loncat dan sprint-sprint pendek yang persentasinya cukup besar. Gerakan lain yang khas dan dominan dalam permainan sepakbola adalah mendrible bola, benturan dengan lawan dan heading bola. Permainan sepakbola memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh, yaitu kekuatan atau daya ledak otot, kecepatan dan kelincahan. Daya ledak otot adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi otot dengan sangat cepat, yang sangat dipengaruhi oleh kekuatan otot. Kecepatan dalam bermain sepakbola memerlukan kesegaran jasmani atau kebugaran. Sedangkan kelincahan seorang pemain sepakbola untuk bergerak cepat dan merubah arah dan posisi secara tepat membutuhkan keseimbangan tubuh dan keterampilan yang tinggi. Kekuatan otot yang tinggi sangat diperlukan oleh pemain sepakbola untuk berlari cepat, menendang bola, melempar bola, mempertahankan keseimbangan tubuh dan mencegah terjatuh saat benturan dengan pemain lawan. Selain itu, permainan ini membutuhkan daya tahan jantung-paru yang menggambarkan kapasitas untuk melakukan aktivitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya tahan jantungparu pemain sepakbola dapat ditingkatkan dengan latihan daya tahan jantungparu atau latihan aerobik dengan melakukan internal training. Prinsip internal training mengandung komponen lama latihan, intensitas latihan, masa istirahat dan pengulangan. Contoh: lari atau berenang. Berdasarkan karakteristik permainan sepakbola seperti di atas maka untuk dapat mencapai prestasi yang optimal, pemain sepakbola harus memenuhi persyaratan tertentu. Bentuk tubuh pemain sepakbola harus ideal yaitu, sehat, kuat, tinggi dan tangkas. Seorang pemain sepakbola harus mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang normal
dengan Tinggi Badan (TB) diatas rata-rata. Komposisi tubuh harus proporsional antara massa otot dan lemak. Tidak boleh ada lemak yang berlebih. Oleh karena itu, untuk menjadi pemain sepakbola dengan bentuk tubuh yang ideal, dan aktivitas yang prima memerlukan program pelatihan yang teratur dan terarah. Pelatihan beban untuk meningkatkan kekuatan otot, pelatihan peregangan untuk memperkuat kelenturan tubuh dan pelatihan aerobik untuk meningkatkan kebugaran serta pelatihan teknik dan keterampilan. Semua upaya diatas, akan mencapai hasil yang lebih baik dengan asupan gizi atau pengaturan makanan dengan kebutuhan gizi yang lebih besar dibanding orang biasa. Hal ini yang harus disadari dan dipahami oleh pemain sepakbola, pelatih, dan keluarga serta lingkungannya agar selalu menjaga kondisi kesehatannya dengan asupan gizi atau pengaturan makanan yang seimbang. Pengaturan makanan khusus harus disiapkan pada masa pelatihan, pertandingan dan pasca pertandingan (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
Pengetahuan gizi Engel, Blackwell dan Miniard (1994) mendefinisikan pengetahuan adalah informasi yang disimpan di dalam ingatan yang menjadi penentu utama prilaku seseorang. Notoadmodjo (1993) juga mengemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyak tertentu. Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Selain pendapatan, peningkatan pendidikan, serta pengetahuan tentang pangan dan gizi diperlukan agar masyarakat dapat memperbaiki konsumsi pangan dan gizi sekaligus kesehatan mereka. Pengetahuan didefinisikan sebagai ingatan terhadap materi/bahan yang telah dipelajari sebelumnya yang mencakup semua hal dari fakta-fakta yang sangat khusus sampai semua teori yang sangat kompleks. Pengetahuan merupakan hasil belajar yang rendah tingkatannya (Bloom 1956 diacu dalam Pranadji 1988). Riyadi (1996) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah banyaknya informasi yang dimiliki seseorang
mengenai kebutuhan tubuh akan zat gizi; kemampuan seseorang untuk menerapkan
pengetahuan
gizi
ke
dalam
pemilihan
pangan
dan
cara
pemenfaatan pangan yang sesuai; dan keadaan kesehatan seseorang. Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan baik buruknya kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi. Dengan pengetahuan yang benar mengenai gizi, maka orang akan tahu dan berupaya untuk mengatur pola makanannya sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Jadi masalah gizi yang timbul apakah itu gizi kurang atau gizi lebih sebenarnya disebabkan oleh prilaku yang salah, yakni adanya ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dan kecukupan gizinya (Karyadi, 1997). Pengetahuan gizi, sikap terhadap gizi, dan keterampilan gizi secara bersamasama akan menentukan prilaku gizi (Pranadji, 1988). Sikap seseorang terhadap gizi akan dapat memperkirakan prilaku gizinya. Prilaku gizi seseorang atau kelompok sangat dipengaruhi oleh kebiasaan yang berkaitan dengan gizi. Pola konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai pangan, sikap terhadap pangan, dan kebiasaan makan sehari-harinya. Tercukupinya kebutuhan individu
merupakan
hasil
akhir
yang
diharapkan
akan
meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan gizi (Pranadji, 1988).
Kebiasaan makan Konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makan seseorang (Suhardjo, 1989). Kebiasaan makan berasal dari kata kebiasaan dan makan. Kebiasaan adalah prilaku yang diperoleh dari pola praktek. Kebiasaan makan merupakan tindakan manusia (what people do, practice) terhadap makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan (what people think) dan perasaan atau apa yang dirasakan (what people feel) serta persepsi (what people perceive) (khumaidi, 1988). Kebiasaan makan dapat diartikan sebagai cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya (Hardinsyah, Suhardjo & Riyadi, 1988). Kebiasaan terbentuk dalam diri seseorang akibat proses sosialisasi yang diperoleh dari lingkungannya (Pranadji, 1988). Krondl
dan Lau (1985) diacu dalam Susanto (1995) mengatakan bahwa dalam upaya memperkenalkan kebiasaan makan yang baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruinya, yaitu persepsi (wawasan konsumsi makan, termasuk pengetahuan, system kepercayaan, prestise, rasa, dan keterbiasaan), faktor dalam (jenis kelamin, umur, kegiatan) dan faktor luar (budaya, ekonomi, dan ciri masyarakat). Semua faktor tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Makan pagi Salah satu kebiasaan makan yang sangat penting adalah kebiasaan makan pagi atau sarapan. Sarapan adalah makanan terpenting sepanjang hari. Para atlet harus benar-benar memperhatikan kebiasaan sarapan karena menyebabkan atlet lebih produktif dan berenergi tinggi. Bila tidak dibiasakan sarapan, kemampuan untuk berkonsentrasi akan hilang dan bekerja kurang efisien (Sumosarjuno, 1992). Demikian pula menurut Clark (1996), bila melupakan sarapan pagi menyebabkan tidak mampu berkonsenterasi pada pagi berikutnya, kerja dan belajar kurang cermat, cepat marah dan kurang bisa mengontrol diri atau kekurangan tenaga untuk latihan sore. Melupakan sarapan untuk menghemat kalori adalah pendekatan yang tidak sukses untuk mengurangi berat badan. Makanan cemilan Makanan cemilan mengandung jumlah kalori dan lemak tinggi disamping juga menggunakan bahan pengawet, MSG, garam atau gula berlebih. Tetapi tidak semua makanan cemilan demikian. Ada banyak makanan cemilan yang baik bagi tubuh seperti buah-buahan dan sayuran. Clark (1996) mengungkapkan kebiasaan
memakan
makanan
kecil
(cemilan)
sebenarnya
baik
bila
dipergunakan dengan bijaksana yaitu memiih cemilan yang banyak mengandung zat gizi. Ada tiga kunci penting dalam memilih makanan kecil (cemilan) yaitu jenis, tidak berlebihan, dan kemanfaatan. Fast food Fast food atau makanan siap saji dapat diartikan sebagai makanan yang dapat disiapkan untuk dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu yang singkat dan dapat dimakan dengan cepat (Bertman, 1975 dalam Thiana, 1999). Clark
(1996) mengungkapkan bahwa fast food adalah makanan yang cenderung menawarkan proporsi kalori yang lebih kosong daripada yang berfaedah. Kopi Salah satu alasan minum minuman berkafein seperti kopi sebelum latihan kemungkinan karena kafein dapat menggiatkan system syaraf. Namun terlalu banyak kafein yang menyebabkan kegelisahan dapat menurunkan penampilan (Clark, 1996). Husaini (2000) mengatakan tidak ada efek kopi terhadap performa apabila atlet yang bersangkutan makan makanan tinggi karbohidrat. Karbohidrat yang tinggi dalam makanan lebih memberikan efek terhadap ketersedian energi daripada kopi. Kafein dalam bentuk minuman mempunyai efek yaitu merangsang otot jantung yang menyebabkan frekuensi konstraksi jantung bertambah dan merangsang susunan syaraf sehingga lebih siaga namun tidak jelas efeknya untuk meningkatkan kemampuan fisik. Minuman kopi lebih dari 15 cangkir sehari diperkirakan dapat dianggap sebagai doping (Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1993). Alkohol Bagi orang yang biasa meminum alkohol sejumlah kecil minuman yang mengandung alkohol tidak akan merugikan. Namun sebaiknya dihindarkan dekat hari pertandingan karena alkohol dapat mengganggu koordinasi sehingga dapat mengurangi prestasi (Asmuni, 1979). Pernyataan tersebut didukung oleh Tirtawinata dan Rachmat (1981), alkohol merupakan depressant untuk susunan syaraf pusat, cepat menyebabkan rasa lelah karena memproduksi asam laktat, mengganggu pekerjaan sayaraf karena waktu reaksi diperlambat, relaks dan tidak sadar terganggu, kecepatan dan koordinasi diperlambat serta merupakan diuretic sehingga cepat menimbulkan dehidrasi. Suplemen Suplemen adalah makanan tambahan yang berisi vitamin atau mineral. Clark (1996) menyatakan bahwa olahraga tidak meningkatkan kebutuhan vitamin. Karena olahraga tidak membakar vitamin. Bila selalu mendapatkan manakan seimbang tidak diperlukan suplementasi. Moore (1997) menyatakan bahwa suplemen tidak memperbaiki prestasi, diet yang seimbang akan menyediakan seluruh vitamin yang diperlukan. Kebutuhan vitamin B meningkat
selama aktivitas yang berat, tetapi kebutuhan ini akan terpenuhi dengan ditingkatkannya masukan kalori selama olahraga berat. Vitamin kalau dikonsumsi terlalu banyak dapat menyebabkan toksis. Misalnya, vitamin B6 yang dikonsumsi lebih dari 1,0 gr per hari dalam jangka berbulan-bulan dapat berakibat hilang koordinasi otot dan paralysis (Husaini, 2000). Suplemen zat gizi yang berupa obat, makanan atau minuman yang banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk hanya diperuntukan untuk atlet pada kondisi tertentu. Hati-hati dalam mengkonsumsi suplemen secara berlebihan, lebih baik konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
Konsumsi Energi dan Zat Gizi Keadaan gizi ditentukan oleh konsumsi zat gizi dan kemampuan tubuh untuk menggunakan zat gizi tersebut. Kedua faktor tersebut ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Elizabeth dan sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) berpendapat bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu: 1) karakter individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan,
pendapatan,
pengetahuan
gizi
dan
kesehatan;
2)
karakter
makanan/pangan seperti rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk dan kombinasi makanan; dan 3) karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas dan tingkat sosial masyarakat. Selain beberapa faktor tersebut, Tarwotjo (1979) juga berpendapat bahwa konsumsi makanan dipengaruhi oleh status kesehatan. Keperluan utama tubuh adalah energi yang apabila tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar keperluan tubuh akan protein tidak dapat terpenuhi, karen sebagian protein yang berharga dan ada dalam diet akan dipergunakan untuk memperoleh energi. Apabila keperluan akan energi sudah dapat tercukupi dengan makanan sehari-hari yang seimbang, sesuai dengan empat sehat lima sempurna, maka persoalan tentang cukupnya protein, lemak, vitamin dan mineral tidak akan merupakan suatu persoalan lagi. Secara otomatis keperluan akan nutrien-nutrien tadi akan dipenuhi dari makanan sehari-hari yang seimbang (Lie, 1979).
Kecukupan zat gizi Kecukupan gizi (recommended dietary allowance) adalah jumlah masing masing zat gizi yang dianjurkan dipenuhi oleh seseorang agar hampir semua orang (sekitar 97,5 persen populasi) hidup sehat. Kebutuhan dan kecukupan gizi disusun untuk kelompok umur dan berat badan tertentu menurut jenis kelamin (Hardinsyah & Martianto, 1992). Menurut Karyadi dan Muhillal (1990), kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika serta keadaan hamil dan menyusui. Lie (1969) mengungkapkan pada dasarnya prinsip atau asas yang menentukan keperluan gizi para atlet dalam latihan sama dengan kebutuhan manusia non atlet. Menurut Direktorat Gizi Masyarakat (2002), kebutuhan gizi pemain sepakbola sesuai prinsip dasar "Gizi Seimbang" yang mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat. Namun menurut Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (1993), untuk atlet kecukupan zat-zat gizinya berbeda dengan rata-rata kecukupan masyarakat pada umumnya karena aktivitas atlet tidak sama dengan aktivitas masyarakat serta kondisi-kondisi tertentu pada atlet harus ditunjang nutrisi yang tepat. Mihardja (2000) mengatakan, kebutuhan gizi harian atlet berubah-ubah, tergantung pada intensitas latihannya. Menu makanan harus mengandung karbohidrat sebanyak 60 – 70%, lemak 20 – 25% dan protein sebanyak 10 – 15% dari total kebutuhan energi seorang atlet. Karbohidrat Masalah utama yang sering ditemui atlet yang sedang berlatih dengan keras adalah kelelahan atau ketidak mampuan untuk memulihkan rasa lelah, dari satu latihan ke latiahan berikutnya. Oleh karena itu pemenuhan energi dan karbohidrat harus menjadi prioritas bagi atlet yang menjalani latihan intensif (Damayanti, 2000). Pemberian karbohidrat bagi atlet bertujuan untuk membentuk glikogen otot dan hati. Untuk tujuan tersebut karbohidrat makanan harus diberikan dalam bentuk karbohidrat kompleks, karena bila diberikan dalam bentuk karbohidrat simplek yang terbentuk bukannya glikogen melainkan lemak (Siburian, 1994). Atlet yang
melakukan latihan berat, total karbohidratnya bisa mencapai 9-10 gr/kg berat badan/hari, ini kira-kira 70 persen dari kebutuhan energi seluruhnya setiap hari (Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1993). Protein Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, pembentukan otot, pembentukan sel-sel darah merah, pertahanan tubuh terhadap penyakit, enzim dan hormon, dan sintesa jaringan-jaringan tubuh lainnya. Protein dicerna menjadi asam-asam amino, yang kemudian dibentuk protein tubuh di dalam otot dan jaringan lain. Protein dapat berfungsi sebagai sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi seperti pada waktu berdiit ketat atau pada waktu latihan fisik intensif. Sebaiknya, kurang lebih 15 % dari total kalori yang dikonsumsi berasal dari protein (Husaini, 2000). Atlet dari cabang olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan perlu mengkonsumsi protein 1,2-1,7 gr protein/kg BB/hari (Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1993). Hal ini didukung oleh Clark (1996) yang mengungkaplan bahwa kebutuhan protein adalah 0,6-0,9 gr protein/0,5 kg BB/hari. Menurut Siburian (1994), kebutuhan protein seseorang atlet yang masih aktif berlatih, sedikit meningkat 1.0-1,2 gr protein/kg BB/hari dan atlet yang masih dalam masa pertumbuhan, kebutuhan terhadap protein lebih meningkat lagi, tetapi tidak boleh lebih dari 2 gr protein/kg BB/hari. Lemak Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Selain penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang larut dalam lemak dan sebagai sumber asam lemak yang esensial, mislnya asam lemak linoleat. Olahraga endurance merupakan olahraga yang dilakukan dengan intensitas rendah sampai sedang (submaksimal) dan berlansung dalam waktu lama. Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot selama olahraga endurance (Primana, 2000). Namun demikian menurut Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (1993), konsumsi energi dari lemak dianjurkan tidak lebih dari 30 % total energi perhari. Bagi mereka yang membutuhkan lebih banyak karbohidrat perlu menurunkan konsumsi lemak untuk mengimbanginya.
Vitamin dan mineral Vitamin dan mineral memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi, sebagai koenzim dan ko factor. Pada keadaan defisiensi satu atau lebih dapat mengganggu kapasitas latihan. Kebutuhan vitamin terutama vitamin yang larut air (vit. B dan C) meningkat sesuai dengan meningkatnya kebutuhan energi. Penelitian menunjukkan bahwa deplesi besi tingkat moderate dihubungkan dengan berkurangnya performance latihan (Mihardja, 2000). Moore (1997), menyatakan bahwa olahraga yang berat meningkatkan kebutuhan zat besi. Defisiensi zat besi yang sering terjadi diantara atlet wanita, mengganggu prestasi dengan mempengaruhi dan mengganggu produksi energi dan menyebabkan akumulasi laktat dalam otot. Sedangkan menurut Clark (1996), menyatakan bahwa olahraga tidak meningkatkan kebutuhan vitamin karena olahraga tidak membakar vitamin. Bila selalu mendapatkan makanan seimbang tidak diperlukan suplementasi. Air dan elektrolit Kehilangan dari keringat terutama adalah air; kadar elektrolit keringat adalah lebih randah dibandingakn dalam plasma. Karena itu, air merupakan pengganti yang terbaik untuk kehilangan karena keringat (Moore, 1997). Moeloek dan Moeloek (1984), menyatakan keringat manusia mengandung elektrolit natrium, klorida, dan kalium dalam jumlah yang bermakna. Bila seseorang olahragawan melakukan kegitan olahraga yang berat dalam dalam udara panas, dia akan kehilangan banyak keringat sehingga akan kehilangan elektrolit. Kalau dibiarkan agak lama tanpa penggantian maka akan terjadi suatu kecelakaan akibat panas (heat injury) terutama kehilangan kalium, selain itu juga akan menyebabkab kelemahan otot. Selama bertanding atlet dianjurkan minum secara teratur setiap 10-15 menit sebanyak 150-250 ml air dan segara setelah bertanding dianjurkan minum air dingin (kira-kira 100C) sebanyak 150-250 ml. Beberapa penelitian melaporkan bahwa cairan yang mengandung karbohidrat 5-10% tidak mengganggu atlet. Sedangakan pemberian karbohidrat melebihi 10 % dapat menimbulkan peningkatan gula darah yang akan merangsang produksi hormon insulin, peningkatan hormon insulin dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia.
Air keringat yang keluar dari tubuh dapat mencapai satu liter per jam. Apabila tubuh kehilangan air melebihi 2% dari total berat badan, maka akan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) dan dapat terganggu kesehatannya. Untuk mencegah dehidrasi, ada baiknya atlet sepakbola minum sebelum merasa haus. Minum air yang teratur dengan tambahan sedikit elektrolit dan karbohidrat sangat baik untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Air minum yang diminum dianjurkan berupa jus dari buah-buahan karena selain mengandung air juga mengandung elektrolit yang dibutuhkan untuk mengganti cairan maupun elektrolit yang hilang selama latihan atau pertandingan (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
Pengaturan makan Meningkatnya keingintahuan mengenai informasi strategi pertandingan sering meningkatkan motivasi atlet untuk mencari nasehat di bidang gizi. Namun sukses dalam pertandingan tergantung dari banyak aspek, termasuk kualitas diet atlet selama latihan, dan tidak hanya melakukan sesuatu yang benar segera sebelum atau pada saat pertandingan. Problem utama yang sering ditemui atlet yang sedang berlatih dengan keras adalah kelelahan atau ketidakmampuan untuk memulihkan rasa lelah, dari satu latihan ke latihan berikutnya. Untuk atlet kebutuhan energi dan karbohidrat pada saat latihan lebih besar daripada kebutuhan pada saat bertanding. Oleh karena itu pemulihan simpanan karbohidrat setiap hari harus menjadi prioritas bagi atlet yang menjalani latihan yang intensif. Ketika atlet tidak mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang adekuat setiap hari, simpanan glikogen otot dan hati kemungkinan habis (Damayanti, 2000). Olahraga endurance (>90 menit) simpanan glikogen yang normal tidak dapat memenuhi kebutuhan. Untuk mengatasi hal ini dikenal tehnik yang dinamakan carbohydrate loading yang dapat meningkatkan simpanan glikogen 200-300% dimana kelelahan dapat ditunda dan penampilan atlet dapat ditingkatkan. Ada dua cara tehnik carbohydrate loading, cara pertama dinamakan cara yang asli (anstrand’s carbohydrate loading) dimana 7 hari menjelang pertandingan dilakukan latihan yang berat (hari 1) untuk menghabiskan simpanan glikogen. Kemudian pada hari ke-2-4 diberikan diet rendah karbohidrat
tingggi protein dan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, namun mencegah pengisian glikogen. Pada hari ke- 5-7 sebelum bertanding diberi diet tinggi karbohidrat (70% dari total energi) untuk memaksimalkan glikogen kedalam otot yang habis glikogennya. Pada masa ini latihan dikurangi untuk menurunkan penggunaan glikogen otot dan menjamin simpanan yang maksimal pada hari pertandingan. Namun cara ini mempunyai efek samping kenaikan berat badan menjelang pertandingan dan kelelahan, mual, ketosis dan BB menurun pada fase diet rendah karbohidrat. Cara yang kedua adalah carbohydrate loading yang dimodifikasi dengan menghilangkan fase latihan berat dan pembatasan karbohidrat. Dimana 6 hari sebelum pertandingan, diberikan makanan dengan tinggi karbohidrat (70% dari total energi) diikuti dengan jadwal latihan sedang selama 3 hari, dilanjutkan 3 hari dengan latihan ringan. Kenaikan konsentrasi glikogen otot diperoleh sebesar 130-203 mmol/kg BB dibandingkan dengan 80-212 mmol/kg BB dengan cara astrand. Selain itu penghilangan latihan yang keras serta pembatasan karbohidrat, akan menurunkan resiko luka akibat efek samping (Damayanti, 2002). Tujuan pengaturan makanan pada atlet adalah; (1) memperbaiki dan mempertahankan status gizi agar tidak terjadi kurang gizi atau gizi lebih (kegemukan); (2) membentuk otot dan mencapai tinggi badan optimal; (3) memelihara kondisi tubuh dan menjaga kesegaran jasmani; (4) membiasakan atlet mengatur diri sendiri untuk makan makanan yang seimbang (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Priode pelatihan Pengaturan gizi pada masa latihan bertujuan untuk; (1) memperbaiki status gizi, baik akibat defisiensi maupun kelebihan zat gizi (2) memelihara kondisi fizik atlet agar tetap optimal selama menjalani latihan intensif (3) membiasakan atlet terhadap makanan sehat dan seimbang untuk kesehatan dan prestasi (Sedyanti, 2000). Menurut Direktorat Gizi Masyarakat (2002), pengaturan makanan periode pelatihan selain dilaksanakan di Pusat Pelatihan juga harus dilakukan pada saat berada di rumah. Prinsip utama pengaturan makanan pada periode ini adalah tersedianya energi yang cukup untuk berlatih dan untuk menghindari pencernaan
masih bekerja pada waktu pelatihan sedang berlangsung. Selain memperhatikan kandungan
zat
gizi
dari
makanan,
pengaturan
makanan
juga
harus
memperhatikan pola latihan yang diterapkan. Selain sebagai sumber energi, bahan makanan yang dipilih harus juga mengandung berbagai macam vitamin dan mineral, sehingga kebutuhan zat gizi lainnya juga dapat terpenuhi. Seusai latihan, makanan yang dikonsumsi harus mengandung energi yang cukup, terutama makanan yang mengandung karbohidrat, mineral dan air untuk mengganti cadangan energi yang telah dipakai selama latihan. Atlet harus menjaga berat badan yang normal, hindari berat badan berlebih. Atlet juga harus diperkenalkan dengan berbagai macam hidangan yang disediakan. Priode pertandingan Makanan untuk atlet diatur agar tidak mengganggu pencernaan sewaktu pertandingan. Selain itu, makanan yang dihidangkan harus mengandung gizi seimbang dan sudah dikenal oleh atlet (atlet sudah biasa mengkonsumsi makanan tersebut). Makanan yang dihidangkan tersebut harus mempunyai nilai psikologis yang baik sehingga terciptalah semboyan eat to win (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Demikian juga menurut Sedyanti (2000), yang menyatakan bahwa menghadapi pertandingan pengaturan gizi perlu dilakukan secara seksama dengan tujuan meningkatkan cadangan glikogen otot, menjaga status hidrasi, dan menenangkan lambung. Pra pertandingan Tujuan dari pemberian makan sebelum pertandingan adalah memberikan makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dari zat gizi agar dapat membentuk cadangan glikogen otot (Sedyanti, 2000). Menurut Direktorat Gizi Masyarakat (2002), kira-kira 3-4 jam sebelum pertandingan, atlet dapat mengkonsumsi makanan lengkap. Makanan sebaiknya mudah dicerna, rendah lemak, rendah serat, dan tidak menyebabkan masalah pada pencernaan atlet (tidak terlalu pedas, dan tidak mengandung bumbu-bumbu tajam serta tidak berlemak). Sedangkan makanan kecil/ minuman (biskuit, teh manis, jus buah, dll) bisa diberikan kira-kira 1-2 jam sebelum pertandingan.
Selama pertandingan Minum air sebanyak 1-1,5 gelas 1 jam sebelum pertandingan dan saat istirahat (waktu jeda) sangat dianjurkan. Minum air selama pertandingan juga harus dilakukan setiap ada kesempatan, jangan menunggu sampai timbul rasa haus. Air minum dapat ditambah 1 sendok teh gula dan 1/4 sendok teh garam dalam 1 gelas air (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Pasca pertandingan Segera setelah selesai pertandingan, atlet harus segera minum air dingin (suhu 10-15 Celcius) sebanyak satu gelas. Kemudian dapat dilanjutkan dengan sari buah/air + gula + garam. Kemudian dapat diberikan makanan padat yang mudah dicerna seperti biskuit atau bubur halus dalam porsi kecil (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Tujuan memberi makanan dari pengaturan makan setelah pertandingan adalah memenuhi kebutuhan kalori dan zat gizi untuk memulihkan glikogen otot, status hidrasi dan keseimbangan elektrolit (Sedyanti, 2000). Setalah rasa letih berkurang dan priode pemulihan (recovery) Lebih kurang 3-4 jam setelah pertandingan, atlet dapat diberikan makanan biasa dengan gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Periode setelah pertandingan atau periode istirahat aktif, atlet dapat makan makanan biasa untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi fisik. Pada prinsipnya makanan pada periode recovery sama dengan makanan pada periode pelatihan. Pemantauan status gizi secara berkala harus tetap dilaksanakan pada periode ini dan juga periode latihan. Misalnya dengan menimbang berat badan setiap hari dan mengukur tinggi badan setiap bulan untuk menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
Latihan untuk Pemain Sepakbola Sepakbola merupakan olahraga yang cukup berat, yang sangat memerlukan koordinasi mata dan kaki. Untuk dapat menjadi pemain sepakbola yang baik, diperlukan keseimbangan kecepatan dan penentuan waktu (timing). Kondisi fisik harus betul-betul prima. Sepakbola merupakan olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dalam waktu yang cukup lama dan dalam gerakan yang cepat. Oleh karena itu, sepakbola memerlukan pemantapan kondisi lokomotor, untuk mendapatkan ketahanan otot. Juga perlu pula, bahkan
sangat perlu, pemantapan ketahanan jantung dan pernapasan (circulorespiratory endurance), kelenturan dan relaksasi yang dinamis. Harus diperhatikan pula bahwa para pemain sepakbola harus dilatih agar dapat meningkatkan kemampuannya bergerak cepat kedepan, kebelakang, dan kesamping menjadi lebih baik. Oleh karena itu mereka harus dilatih khusus agar mempunyai kaki yang kuat, pergelangan kaki yang kuat, dan juga otot-otot perut dan leher yang terlatih. Latihan untuk pemain sepakbola harus berlari, tidak hanya sekedar jogging, agar kaki pemain sepakbola dapat berkembang dengan baik harus dilatih koordinasinya yaitu waktu lari harus dapat sambil menendang bola. Latihan memperkuat kaki dapat dilakukan di lapangan bola, dapat pula dilapangan untuk lari lintas alam. Latihan sebaiknya dimulai dengan sepuluh menit pemanasan, kemudian dilanjutkan 10-15 menit lari cepat (spirint drills). Para pemain dianjurkan untuk lari memutari lapangan beberapa kali, bergantung pada kondisinya. Jogging dilakukan satu kali mengelilingi lapangan dan dilanjutkan dengan lari cepat 30-35 meter, dengan atau tanpa bola. Latihan denga bola lebih diutamakan. Latihan selanjutnya adalah ¾ sprint pada jarak 50 meter (all out sprint), dan kemudian jogging lagi. Untuk menghilangkan rasa bosan dilapangan sepakbola, dapat diberikan latihan lari lintas alam 4-5 km. Dapat pula diselingi dengan latihan mendaki bukit atau lari dipantai. Sedangkan lari cepat harus dilakukan di tempat yang datar. Sedangkan latihan berganti-ganti antara jogging dan sprinting harus dilakukan pada lapangan yang luas dan datar. Untuk melatih kekuatan pada otot-otot kaki, dapat dilakukan dengan berlari naik tangga tempat duduk stadion dengan memakai sepatu karet. Latihan juga dapat dilakukan dengan berlari naik tangga dan turun dengan jalan kaki. Latihan lain yang perlu dilakukan adalah lari bolakbalik pada jarak 25 meter. Hal ini dapat memperbaiki kekuatan kaki. Lari gawang juga sangat baik dilakukan 8-12 gawang yang tingginya satu meter, ini memperbaiki kelincahan, meregangkan punggung, pinggul, dan otot-otot kaki, serta daya tahan. Latihan-latihan bridging dan memutar leher akan sangat berguna untuk memperbaiki kemampuan menyundul bola dengan kepala. Otot-otot perut perlu dilatih pula yaitu misalnya dengan sit-up, dengan telapak kaki melekat datar pada lantai. Pada waktu latihan, para pemain tidak hanya berlari ke depan, tetapi juga
ke belakang dan ke samping, hal ini perlu untuk memperbaiki posisinya jika diserang lawannya. Penjaga gawang juga membutuhkan latihan-latihan senam tambahan sebagai latihan-latihan untuk keterampilan para pemain-pemain lainnya. Sebelum memulai latihan permainan, para pemain harus lari ke lapangan, dan melakukan sprint ke semua jurusan, diselingi dengan jogging, dengan atau tanpa bola. Hal ini dilakukan kurang lebih sepuluh menit. Waktu untuk latihan lari cepat diselingi dengan jogging adalah kurang lebih lima menit. Kemudian pemain melakukan latihan peregangan, dilanjutkan dengan lima belas menit latihan menyundul bola. Teraturnya latihan merupakan kunci dalam bentuk ketahanan para pemain sepakbola. Olahraga sepakbola ini bersifat 60% aerobik dan 40% anaerobik (Sumosardjuno, 1992).
Status gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2001). Menurut Harper, Deaton & Driskel (1986), status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan makanan. Demikian pula menurut Riyadi (1995), mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menilai status gizi yaitu konsumsi makanan, antropometri, biokimia dan klinis. Menurut Roedjito (1988), ukuran fisik seseorang sangat berhubungan dengan status gizi. Atas dasar ini ukuran-ukuran antropometri diakuai sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk Negaranegara berkembang. Hal ini sangat penting karena cara penilaian status gizi lain lebih sulit dan lebih mahal. Pada orang dewasa status gizi dapat ditentukan dengan menggunakan
Indeks Massa Tubuh atau body mass index (Riyadi,
1995). Namun demikian, menurut Damayanti (2000), Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dibuat untuk populasi umum, tidak cocok digunakan pada atlet. Atlet dengan lean body mass yang meningkat mungkin mempunyai kadar lemak yang rendah, namun IMTnya melebihi batas yang dianjurkan.
IMT masih dapat digunakan untuk perkiraan pertama tentang interval berat badan yang diinginkan, atau pada atlet wanita yang mengharapkan berat badan yang tidak realistik misalnya. Status gizi sangat mempengaharui prestasi olahraga. Seperti diungkapkan oleh Moeloek (1995), untuk mencapai prestasi olahraga yang baik, banyak faktor yang berperan antara lain ukuran dan tipe tubuh, kapasitas fungsional, status gizi, status psikologi, latihan serta taktik dan strategi. Status gizi yang baik sangat diperlukan untuk memperoleh kondisi fisik yang prima (Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1993).
TINJAUAN PUSTAKA Olahraga sepakbola Permainan sepakbola sangat membutuhkan energi tinggi dan dapat disetarakan dengan kebutuhan energi/kalori pekerja sangat berat. Permainan ini merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat, dalam waktu yang relatif lama. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain berupa lari, tendang, loncat dan sprint-sprint pendek yang persentasinya cukup besar. Gerakan lain yang khas dan dominan dalam permainan sepakbola adalah mendrible bola, benturan dengan lawan dan heading bola. Permainan sepakbola memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran tubuh, yaitu kekuatan atau daya ledak otot, kecepatan dan kelincahan. Daya ledak otot adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi otot dengan sangat cepat, yang sangat dipengaruhi oleh kekuatan otot. Kecepatan dalam bermain sepakbola memerlukan kesegaran jasmani atau kebugaran. Sedangkan kelincahan seorang pemain sepakbola untuk bergerak cepat dan merubah arah dan posisi secara tepat membutuhkan keseimbangan tubuh dan keterampilan yang tinggi. Kekuatan otot yang tinggi sangat diperlukan oleh pemain sepakbola untuk berlari cepat, menendang bola, melempar bola, mempertahankan keseimbangan tubuh dan mencegah terjatuh saat benturan dengan pemain lawan. Selain itu, permainan ini membutuhkan daya tahan jantung-paru yang menggambarkan kapasitas untuk melakukan aktivitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya tahan jantung-
paru pemain sepakbola dapat ditingkatkan dengan latihan daya tahan jantungparu atau latihan aerobik dengan melakukan internal training. Prinsip internal training mengandung komponen lama latihan, intensitas latihan, masa istirahat dan pengulangan. Contoh: lari atau berenang. Berdasarkan karakteristik permainan sepakbola seperti di atas maka untuk dapat mencapai prestasi yang optimal, pemain sepakbola harus memenuhi persyaratan tertentu. Bentuk tubuh pemain sepakbola harus ideal yaitu, sehat, kuat, tinggi dan tangkas. Seorang pemain sepakbola harus mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang normal dengan Tinggi Badan (TB) diatas rata-rata. Komposisi tubuh harus proporsional antara massa otot dan lemak. Tidak boleh ada lemak yang berlebih. Oleh karena itu, untuk menjadi pemain sepakbola dengan bentuk tubuh yang ideal, dan aktivitas yang prima memerlukan program pelatihan yang teratur dan terarah. Pelatihan beban untuk meningkatkan kekuatan otot, pelatihan peregangan untuk memperkuat kelenturan tubuh dan pelatihan aerobik untuk meningkatkan kebugaran serta pelatihan teknik dan keterampilan. Semua upaya diatas, akan mencapai hasil yang lebih baik dengan asupan gizi atau pengaturan makanan dengan kebutuhan gizi yang lebih besar dibanding orang biasa. Hal ini yang harus disadari dan dipahami oleh pemain sepakbola, pelatih, dan keluarga serta lingkungannya agar selalu menjaga kondisi kesehatannya dengan asupan gizi atau pengaturan makanan yang seimbang. Pengaturan makanan khusus harus disiapkan pada masa pelatihan, pertandingan dan pasca pertandingan (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
Pengetahuan gizi Engel, Blackwell dan Miniard (1994) mendefinisikan pengetahuan adalah informasi yang disimpan di dalam ingatan yang menjadi penentu utama prilaku seseorang. Notoadmodjo (1993) juga mengemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyak tertentu. Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal dan non formal. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu.
Selain pendapatan, peningkatan pendidikan, serta pengetahuan tentang pangan dan gizi diperlukan agar masyarakat dapat memperbaiki konsumsi pangan dan gizi sekaligus kesehatan mereka. Pengetahuan didefinisikan sebagai ingatan terhadap materi/bahan yang telah dipelajari sebelumnya yang mencakup semua hal dari fakta-fakta yang sangat khusus sampai semua teori yang sangat kompleks. Pengetahuan merupakan hasil belajar yang rendah tingkatannya (Bloom 1956 diacu dalam Pranadji 1988). Riyadi (1996) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah banyaknya informasi yang dimiliki seseorang mengenai kebutuhan tubuh akan zat gizi; kemampuan seseorang untuk menerapkan
pengetahuan
gizi
ke
dalam
pemilihan
pangan
dan
cara
pemenfaatan pangan yang sesuai; dan keadaan kesehatan seseorang. Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan baik buruknya kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi. Dengan pengetahuan yang benar mengenai gizi, maka orang akan tahu dan berupaya untuk mengatur pola makanannya sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak kekurangan dan tidak berlebihan. Jadi masalah gizi yang timbul apakah itu gizi kurang atau gizi lebih sebenarnya disebabkan oleh prilaku yang salah, yakni adanya ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dan kecukupan gizinya (Karyadi, 1997). Pengetahuan gizi, sikap terhadap gizi, dan keterampilan gizi secara bersamasama akan menentukan prilaku gizi (Pranadji, 1988). Sikap seseorang terhadap gizi akan dapat memperkirakan prilaku gizinya. Prilaku gizi seseorang atau kelompok sangat dipengaruhi oleh kebiasaan yang berkaitan dengan gizi. Pola konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai pangan, sikap terhadap pangan, dan kebiasaan makan sehari-harinya. Tercukupinya kebutuhan individu
merupakan
hasil
akhir
yang
diharapkan
akan
meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan gizi (Pranadji, 1988).
Kebiasaan makan Konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makan seseorang (Suhardjo, 1989). Kebiasaan makan berasal dari kata kebiasaan dan makan. Kebiasaan adalah prilaku yang diperoleh dari pola praktek. Kebiasaan makan
merupakan tindakan manusia (what people do, practice) terhadap makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan (what people think) dan perasaan atau apa yang dirasakan (what people feel) serta persepsi (what people perceive) (khumaidi, 1988). Kebiasaan makan dapat diartikan sebagai cara individu atau kelompok individu memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya (Hardinsyah, Suhardjo & Riyadi, 1988). Kebiasaan terbentuk dalam diri seseorang akibat proses sosialisasi yang diperoleh dari lingkungannya (Pranadji, 1988). Krondl dan Lau (1985) diacu dalam Susanto (1995) mengatakan bahwa dalam upaya memperkenalkan kebiasaan makan yang baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruinya, yaitu persepsi (wawasan konsumsi makan, termasuk pengetahuan, system kepercayaan, prestise, rasa, dan keterbiasaan), faktor dalam (jenis kelamin, umur, kegiatan) dan faktor luar (budaya, ekonomi, dan ciri masyarakat). Semua faktor tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Makan pagi Salah satu kebiasaan makan yang sangat penting adalah kebiasaan makan pagi atau sarapan. Sarapan adalah makanan terpenting sepanjang hari. Para atlet harus benar-benar memperhatikan kebiasaan sarapan karena menyebabkan atlet lebih produktif dan berenergi tinggi. Bila tidak dibiasakan sarapan, kemampuan untuk berkonsentrasi akan hilang dan bekerja kurang efisien (Sumosarjuno, 1992). Demikian pula menurut Clark (1996), bila melupakan sarapan pagi menyebabkan tidak mampu berkonsenterasi pada pagi berikutnya, kerja dan belajar kurang cermat, cepat marah dan kurang bisa mengontrol diri atau kekurangan tenaga untuk latihan sore. Melupakan sarapan untuk menghemat kalori adalah pendekatan yang tidak sukses untuk mengurangi berat badan. Makanan cemilan Makanan cemilan mengandung jumlah kalori dan lemak tinggi disamping juga menggunakan bahan pengawet, MSG, garam atau gula berlebih. Tetapi tidak semua makanan cemilan demikian. Ada banyak makanan cemilan yang baik bagi tubuh seperti buah-buahan dan sayuran. Clark (1996) mengungkapkan
kebiasaan
memakan
makanan
kecil
(cemilan)
sebenarnya
baik
bila
dipergunakan dengan bijaksana yaitu memiih cemilan yang banyak mengandung zat gizi. Ada tiga kunci penting dalam memilih makanan kecil (cemilan) yaitu jenis, tidak berlebihan, dan kemanfaatan. Fast food Fast food atau makanan siap saji dapat diartikan sebagai makanan yang dapat disiapkan untuk dihidangkan dan dikonsumsi dalam waktu yang singkat dan dapat dimakan dengan cepat (Bertman, 1975 dalam Thiana, 1999). Clark (1996) mengungkapkan bahwa fast food adalah makanan yang cenderung menawarkan proporsi kalori yang lebih kosong daripada yang berfaedah. Kopi Salah satu alasan minum minuman berkafein seperti kopi sebelum latihan kemungkinan karena kafein dapat menggiatkan system syaraf. Namun terlalu banyak kafein yang menyebabkan kegelisahan dapat menurunkan penampilan (Clark, 1996). Husaini (2000) mengatakan tidak ada efek kopi terhadap performa apabila atlet yang bersangkutan makan makanan tinggi karbohidrat. Karbohidrat yang tinggi dalam makanan lebih memberikan efek terhadap ketersedian energi daripada kopi. Kafein dalam bentuk minuman mempunyai efek yaitu merangsang otot jantung yang menyebabkan frekuensi konstraksi jantung bertambah dan merangsang susunan syaraf sehingga lebih siaga namun tidak jelas efeknya untuk meningkatkan kemampuan fisik. Minuman kopi lebih dari 15 cangkir sehari diperkirakan dapat dianggap sebagai doping (Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1993). Alkohol Bagi orang yang biasa meminum alkohol sejumlah kecil minuman yang mengandung alkohol tidak akan merugikan. Namun sebaiknya dihindarkan dekat hari pertandingan karena alkohol dapat mengganggu koordinasi sehingga dapat mengurangi prestasi (Asmuni, 1979). Pernyataan tersebut didukung oleh Tirtawinata dan Rachmat (1981), alkohol merupakan depressant untuk susunan syaraf pusat, cepat menyebabkan rasa lelah karena memproduksi asam laktat, mengganggu pekerjaan sayaraf karena waktu reaksi diperlambat, relaks dan
tidak sadar terganggu, kecepatan dan koordinasi diperlambat serta merupakan diuretic sehingga cepat menimbulkan dehidrasi. Suplemen Suplemen adalah makanan tambahan yang berisi vitamin atau mineral. Clark (1996) menyatakan bahwa olahraga tidak meningkatkan kebutuhan vitamin. Karena olahraga tidak membakar vitamin. Bila selalu mendapatkan manakan seimbang tidak diperlukan suplementasi. Moore (1997) menyatakan bahwa suplemen tidak memperbaiki prestasi, diet yang seimbang akan menyediakan seluruh vitamin yang diperlukan. Kebutuhan vitamin B meningkat selama aktivitas yang berat, tetapi kebutuhan ini akan terpenuhi dengan ditingkatkannya masukan kalori selama olahraga berat. Vitamin kalau dikonsumsi terlalu banyak dapat menyebabkan toksis. Misalnya, vitamin B6 yang dikonsumsi lebih dari 1,0 gr per hari dalam jangka berbulan-bulan dapat berakibat hilang koordinasi otot dan paralysis (Husaini, 2000). Suplemen zat gizi yang berupa obat, makanan atau minuman yang banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk hanya diperuntukan untuk atlet pada kondisi tertentu. Hati-hati dalam mengkonsumsi suplemen secara berlebihan, lebih baik konsultasikan kepada dokter terlebih dahulu (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
Konsumsi Energi dan Zat Gizi Keadaan gizi ditentukan oleh konsumsi zat gizi dan kemampuan tubuh untuk menggunakan zat gizi tersebut. Kedua faktor tersebut ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Elizabeth dan sanjur (1981) dalam Suhardjo (1989) berpendapat bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu: 1) karakter individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan,
pendapatan,
pengetahuan
gizi
dan
kesehatan;
2)
karakter
makanan/pangan seperti rasa, rupa, tekstur, harga, tipe makanan, bentuk dan kombinasi makanan; dan 3) karakter lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas dan tingkat sosial masyarakat. Selain beberapa faktor tersebut, Tarwotjo (1979) juga berpendapat bahwa konsumsi makanan dipengaruhi oleh status kesehatan.
Keperluan utama tubuh adalah energi yang apabila tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar keperluan tubuh akan protein tidak dapat terpenuhi, karen sebagian protein yang berharga dan ada dalam diet akan dipergunakan untuk memperoleh energi. Apabila keperluan akan energi sudah dapat tercukupi dengan makanan sehari-hari yang seimbang, sesuai dengan empat sehat lima sempurna, maka persoalan tentang cukupnya protein, lemak, vitamin dan mineral tidak akan merupakan suatu persoalan lagi. Secara otomatis keperluan akan nutrien-nutrien tadi akan dipenuhi dari makanan sehari-hari yang seimbang (Lie, 1979).
Kecukupan zat gizi Kecukupan gizi (recommended dietary allowance) adalah jumlah masing masing zat gizi yang dianjurkan dipenuhi oleh seseorang agar hampir semua orang (sekitar 97,5 persen populasi) hidup sehat. Kebutuhan dan kecukupan gizi disusun untuk kelompok umur dan berat badan tertentu menurut jenis kelamin (Hardinsyah & Martianto, 1992). Menurut Karyadi dan Muhillal (1990), kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan untuk mencakup semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, genetika serta keadaan hamil dan menyusui. Lie (1969) mengungkapkan pada dasarnya prinsip atau asas yang menentukan keperluan gizi para atlet dalam latihan sama dengan kebutuhan manusia non atlet. Menurut Direktorat Gizi Masyarakat (2002), kebutuhan gizi pemain sepakbola sesuai prinsip dasar "Gizi Seimbang" yang mengandung cukup karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air dan serat. Namun menurut Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (1993), untuk atlet kecukupan zat-zat gizinya berbeda dengan rata-rata kecukupan masyarakat pada umumnya karena aktivitas atlet tidak sama dengan aktivitas masyarakat serta kondisi-kondisi tertentu pada atlet harus ditunjang nutrisi yang tepat. Mihardja (2000) mengatakan, kebutuhan gizi harian atlet berubah-ubah, tergantung pada intensitas latihannya. Menu makanan harus mengandung karbohidrat sebanyak 60 – 70%, lemak 20 – 25% dan protein sebanyak 10 – 15% dari total kebutuhan energi seorang atlet.
Karbohidrat Masalah utama yang sering ditemui atlet yang sedang berlatih dengan keras adalah kelelahan atau ketidak mampuan untuk memulihkan rasa lelah, dari satu latihan ke latiahan berikutnya. Oleh karena itu pemenuhan energi dan karbohidrat harus menjadi prioritas bagi atlet yang menjalani latihan intensif (Damayanti, 2000). Pemberian karbohidrat bagi atlet bertujuan untuk membentuk glikogen otot dan hati. Untuk tujuan tersebut karbohidrat makanan harus diberikan dalam bentuk karbohidrat kompleks, karena bila diberikan dalam bentuk karbohidrat simplek yang terbentuk bukannya glikogen melainkan lemak (Siburian, 1994). Atlet yang melakukan latihan berat, total karbohidratnya bisa mencapai 9-10 gr/kg berat badan/hari, ini kira-kira 70 persen dari kebutuhan energi seluruhnya setiap hari (Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1993). Protein Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, pembentukan otot, pembentukan sel-sel darah merah, pertahanan tubuh terhadap penyakit, enzim dan hormon, dan sintesa jaringan-jaringan tubuh lainnya. Protein dicerna menjadi asam-asam amino, yang kemudian dibentuk protein tubuh di dalam otot dan jaringan lain. Protein dapat berfungsi sebagai sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi seperti pada waktu berdiit ketat atau pada waktu latihan fisik intensif. Sebaiknya, kurang lebih 15 % dari total kalori yang dikonsumsi berasal dari protein (Husaini, 2000). Atlet dari cabang olahraga yang memerlukan kekuatan dan kecepatan perlu mengkonsumsi protein 1,2-1,7 gr protein/kg BB/hari (Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1993). Hal ini didukung oleh Clark (1996) yang mengungkaplan bahwa kebutuhan protein adalah 0,6-0,9 gr protein/0,5 kg BB/hari. Menurut Siburian (1994), kebutuhan protein seseorang atlet yang masih aktif berlatih, sedikit meningkat 1.0-1,2 gr protein/kg BB/hari dan atlet yang masih dalam masa pertumbuhan, kebutuhan terhadap protein lebih meningkat lagi, tetapi tidak boleh lebih dari 2 gr protein/kg BB/hari. Lemak Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol. Selain penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang
larut dalam lemak dan sebagai sumber asam lemak yang esensial, mislnya asam lemak linoleat. Olahraga endurance merupakan olahraga yang dilakukan dengan intensitas rendah sampai sedang (submaksimal) dan berlansung dalam waktu lama. Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot selama olahraga endurance (Primana, 2000). Namun demikian menurut Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (1993), konsumsi energi dari lemak dianjurkan tidak lebih dari 30 % total energi perhari. Bagi mereka yang membutuhkan lebih banyak karbohidrat perlu menurunkan konsumsi lemak untuk mengimbanginya.
Vitamin dan mineral Vitamin dan mineral memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi, sebagai koenzim dan ko factor. Pada keadaan defisiensi satu atau lebih dapat mengganggu kapasitas latihan. Kebutuhan vitamin terutama vitamin yang larut air (vit. B dan C) meningkat sesuai dengan meningkatnya kebutuhan energi. Penelitian menunjukkan bahwa deplesi besi tingkat moderate dihubungkan dengan berkurangnya performance latihan (Mihardja, 2000). Moore (1997), menyatakan bahwa olahraga yang berat meningkatkan kebutuhan zat besi. Defisiensi zat besi yang sering terjadi diantara atlet wanita, mengganggu prestasi dengan mempengaruhi dan mengganggu produksi energi dan menyebabkan akumulasi laktat dalam otot. Sedangkan menurut Clark (1996), menyatakan bahwa olahraga tidak meningkatkan kebutuhan vitamin karena olahraga tidak membakar vitamin. Bila selalu mendapatkan makanan seimbang tidak diperlukan suplementasi. Air dan elektrolit Kehilangan dari keringat terutama adalah air; kadar elektrolit keringat adalah lebih randah dibandingakn dalam plasma. Karena itu, air merupakan pengganti yang terbaik untuk kehilangan karena keringat (Moore, 1997). Moeloek dan Moeloek (1984), menyatakan keringat manusia mengandung elektrolit natrium, klorida, dan kalium dalam jumlah yang bermakna. Bila seseorang olahragawan melakukan kegitan olahraga yang berat dalam dalam udara panas, dia akan kehilangan banyak keringat sehingga akan kehilangan elektrolit. Kalau
dibiarkan agak lama tanpa penggantian maka akan terjadi suatu kecelakaan akibat panas (heat injury) terutama kehilangan kalium, selain itu juga akan menyebabkab kelemahan otot. Selama bertanding atlet dianjurkan minum secara teratur setiap 10-15 menit sebanyak 150-250 ml air dan segara setelah bertanding dianjurkan minum air dingin (kira-kira 100C) sebanyak 150-250 ml. Beberapa penelitian melaporkan bahwa cairan yang mengandung karbohidrat 5-10% tidak mengganggu atlet. Sedangakan pemberian karbohidrat melebihi 10 % dapat menimbulkan peningkatan gula darah yang akan merangsang produksi hormon insulin, peningkatan hormon insulin dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia. Air keringat yang keluar dari tubuh dapat mencapai satu liter per jam. Apabila tubuh kehilangan air melebihi 2% dari total berat badan, maka akan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) dan dapat terganggu kesehatannya. Untuk mencegah dehidrasi, ada baiknya atlet sepakbola minum sebelum merasa haus. Minum air yang teratur dengan tambahan sedikit elektrolit dan karbohidrat sangat baik untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Air minum yang diminum dianjurkan berupa jus dari buah-buahan karena selain mengandung air juga mengandung elektrolit yang dibutuhkan untuk mengganti cairan maupun elektrolit yang hilang selama latihan atau pertandingan (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
Pengaturan makan Meningkatnya keingintahuan mengenai informasi strategi pertandingan sering meningkatkan motivasi atlet untuk mencari nasehat di bidang gizi. Namun sukses dalam pertandingan tergantung dari banyak aspek, termasuk kualitas diet atlet selama latihan, dan tidak hanya melakukan sesuatu yang benar segera sebelum atau pada saat pertandingan. Problem utama yang sering ditemui atlet yang sedang berlatih dengan keras adalah kelelahan atau ketidakmampuan untuk memulihkan rasa lelah, dari satu latihan ke latihan berikutnya. Untuk atlet kebutuhan energi dan karbohidrat pada saat latihan lebih besar daripada kebutuhan pada saat bertanding. Oleh karena itu pemulihan simpanan karbohidrat setiap hari harus menjadi prioritas bagi atlet yang menjalani latihan yang intensif. Ketika atlet tidak mengkonsumsi
karbohidrat dalam jumlah yang adekuat setiap hari, simpanan glikogen otot dan hati kemungkinan habis (Damayanti, 2000). Olahraga endurance (>90 menit) simpanan glikogen yang normal tidak dapat memenuhi kebutuhan. Untuk mengatasi hal ini dikenal tehnik yang dinamakan carbohydrate loading yang dapat meningkatkan simpanan glikogen 200-300% dimana kelelahan dapat ditunda dan penampilan atlet dapat ditingkatkan. Ada dua cara tehnik carbohydrate loading, cara pertama dinamakan cara yang asli (anstrand’s carbohydrate loading) dimana 7 hari menjelang pertandingan dilakukan latihan yang berat (hari 1) untuk menghabiskan simpanan glikogen. Kemudian pada hari ke-2-4 diberikan diet rendah karbohidrat tingggi protein dan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, namun mencegah pengisian glikogen. Pada hari ke- 5-7 sebelum bertanding diberi diet tinggi karbohidrat (70% dari total energi) untuk memaksimalkan glikogen kedalam otot yang habis glikogennya. Pada masa ini latihan dikurangi untuk menurunkan penggunaan glikogen otot dan menjamin simpanan yang maksimal pada hari pertandingan. Namun cara ini mempunyai efek samping kenaikan berat badan menjelang pertandingan dan kelelahan, mual, ketosis dan BB menurun pada fase diet rendah karbohidrat. Cara yang kedua adalah carbohydrate loading yang dimodifikasi dengan menghilangkan fase latihan berat dan pembatasan karbohidrat. Dimana 6 hari sebelum pertandingan, diberikan makanan dengan tinggi karbohidrat (70% dari total energi) diikuti dengan jadwal latihan sedang selama 3 hari, dilanjutkan 3 hari dengan latihan ringan. Kenaikan konsentrasi glikogen otot diperoleh sebesar 130-203 mmol/kg BB dibandingkan dengan 80-212 mmol/kg BB dengan cara astrand. Selain itu penghilangan latihan yang keras serta pembatasan karbohidrat, akan menurunkan resiko luka akibat efek samping (Damayanti, 2002). Tujuan pengaturan makanan pada atlet adalah; (1) memperbaiki dan mempertahankan status gizi agar tidak terjadi kurang gizi atau gizi lebih (kegemukan); (2) membentuk otot dan mencapai tinggi badan optimal; (3) memelihara kondisi tubuh dan menjaga kesegaran jasmani; (4) membiasakan atlet mengatur diri sendiri untuk makan makanan yang seimbang (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
Priode pelatihan Pengaturan gizi pada masa latihan bertujuan untuk; (1) memperbaiki status gizi, baik akibat defisiensi maupun kelebihan zat gizi (2) memelihara kondisi fizik atlet agar tetap optimal selama menjalani latihan intensif (3) membiasakan atlet terhadap makanan sehat dan seimbang untuk kesehatan dan prestasi (Sedyanti, 2000). Menurut Direktorat Gizi Masyarakat (2002), pengaturan makanan periode pelatihan selain dilaksanakan di Pusat Pelatihan juga harus dilakukan pada saat berada di rumah. Prinsip utama pengaturan makanan pada periode ini adalah tersedianya energi yang cukup untuk berlatih dan untuk menghindari pencernaan masih bekerja pada waktu pelatihan sedang berlangsung. Selain memperhatikan kandungan
zat
gizi
dari
makanan,
pengaturan
makanan
juga
harus
memperhatikan pola latihan yang diterapkan. Selain sebagai sumber energi, bahan makanan yang dipilih harus juga mengandung berbagai macam vitamin dan mineral, sehingga kebutuhan zat gizi lainnya juga dapat terpenuhi. Seusai latihan, makanan yang dikonsumsi harus mengandung energi yang cukup, terutama makanan yang mengandung karbohidrat, mineral dan air untuk mengganti cadangan energi yang telah dipakai selama latihan. Atlet harus menjaga berat badan yang normal, hindari berat badan berlebih. Atlet juga harus diperkenalkan dengan berbagai macam hidangan yang disediakan. Priode pertandingan Makanan untuk atlet diatur agar tidak mengganggu pencernaan sewaktu pertandingan. Selain itu, makanan yang dihidangkan harus mengandung gizi seimbang dan sudah dikenal oleh atlet (atlet sudah biasa mengkonsumsi makanan tersebut). Makanan yang dihidangkan tersebut harus mempunyai nilai psikologis yang baik sehingga terciptalah semboyan eat to win (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Demikian juga menurut Sedyanti (2000), yang menyatakan bahwa menghadapi pertandingan pengaturan gizi perlu dilakukan secara seksama dengan tujuan meningkatkan cadangan glikogen otot, menjaga status hidrasi, dan menenangkan lambung. Pra pertandingan Tujuan dari pemberian makan sebelum pertandingan adalah memberikan makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dari zat gizi agar dapat membentuk
cadangan glikogen otot (Sedyanti, 2000). Menurut Direktorat Gizi Masyarakat (2002), kira-kira 3-4 jam sebelum pertandingan, atlet dapat mengkonsumsi makanan lengkap. Makanan sebaiknya mudah dicerna, rendah lemak, rendah serat, dan tidak menyebabkan masalah pada pencernaan atlet (tidak terlalu pedas, dan tidak mengandung bumbu-bumbu tajam serta tidak berlemak). Sedangkan makanan kecil/ minuman (biskuit, teh manis, jus buah, dll) bisa diberikan kira-kira 1-2 jam sebelum pertandingan.
Selama pertandingan Minum air sebanyak 1-1,5 gelas 1 jam sebelum pertandingan dan saat istirahat (waktu jeda) sangat dianjurkan. Minum air selama pertandingan juga harus dilakukan setiap ada kesempatan, jangan menunggu sampai timbul rasa haus. Air minum dapat ditambah 1 sendok teh gula dan 1/4 sendok teh garam dalam 1 gelas air (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Pasca pertandingan Segera setelah selesai pertandingan, atlet harus segera minum air dingin (suhu 10-15 Celcius) sebanyak satu gelas. Kemudian dapat dilanjutkan dengan sari buah/air + gula + garam. Kemudian dapat diberikan makanan padat yang mudah dicerna seperti biskuit atau bubur halus dalam porsi kecil (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Tujuan memberi makanan dari pengaturan makan setelah pertandingan adalah memenuhi kebutuhan kalori dan zat gizi untuk memulihkan glikogen otot, status hidrasi dan keseimbangan elektrolit (Sedyanti, 2000). Setalah rasa letih berkurang dan priode pemulihan (recovery) Lebih kurang 3-4 jam setelah pertandingan, atlet dapat diberikan makanan biasa dengan gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Periode setelah pertandingan atau periode istirahat aktif, atlet dapat makan makanan biasa untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi fisik. Pada prinsipnya makanan pada periode recovery sama dengan makanan pada periode pelatihan. Pemantauan status gizi secara berkala harus tetap dilaksanakan pada periode ini dan juga periode latihan. Misalnya dengan
menimbang berat badan setiap hari dan mengukur tinggi badan setiap bulan untuk menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002).
Latihan untuk Pemain Sepakbola Sepakbola merupakan olahraga yang cukup berat, yang sangat memerlukan koordinasi mata dan kaki. Untuk dapat menjadi pemain sepakbola yang baik, diperlukan keseimbangan kecepatan dan penentuan waktu (timing). Kondisi fisik harus betul-betul prima. Sepakbola merupakan olahraga yang dilakukan secara terus-menerus dalam waktu yang cukup lama dan dalam gerakan yang cepat. Oleh karena itu, sepakbola memerlukan pemantapan kondisi lokomotor, untuk mendapatkan ketahanan otot. Juga perlu pula, bahkan sangat perlu, pemantapan ketahanan jantung dan pernapasan (circulorespiratory endurance), kelenturan dan relaksasi yang dinamis. Harus diperhatikan pula bahwa para pemain sepakbola harus dilatih agar dapat meningkatkan kemampuannya bergerak cepat kedepan, kebelakang, dan kesamping menjadi lebih baik. Oleh karena itu mereka harus dilatih khusus agar mempunyai kaki yang kuat, pergelangan kaki yang kuat, dan juga otot-otot perut dan leher yang terlatih. Latihan untuk pemain sepakbola harus berlari, tidak hanya sekedar jogging, agar kaki pemain sepakbola dapat berkembang dengan baik harus dilatih koordinasinya yaitu waktu lari harus dapat sambil menendang bola. Latihan memperkuat kaki dapat dilakukan di lapangan bola, dapat pula dilapangan untuk lari lintas alam. Latihan sebaiknya dimulai dengan sepuluh menit pemanasan, kemudian dilanjutkan 10-15 menit lari cepat (spirint drills). Para pemain dianjurkan untuk lari memutari lapangan beberapa kali, bergantung pada kondisinya. Jogging dilakukan satu kali mengelilingi lapangan dan dilanjutkan dengan lari cepat 30-35 meter, dengan atau tanpa bola. Latihan denga bola lebih diutamakan. Latihan selanjutnya adalah ¾ sprint pada jarak 50 meter (all out sprint), dan kemudian jogging lagi. Untuk menghilangkan rasa bosan dilapangan sepakbola, dapat diberikan latihan lari lintas alam 4-5 km. Dapat pula diselingi dengan latihan mendaki bukit atau lari dipantai. Sedangkan lari cepat harus dilakukan di tempat yang datar. Sedangkan latihan berganti-ganti antara jogging dan sprinting harus dilakukan
pada lapangan yang luas dan datar. Untuk melatih kekuatan pada otot-otot kaki, dapat dilakukan dengan berlari naik tangga tempat duduk stadion dengan memakai sepatu karet. Latihan juga dapat dilakukan dengan berlari naik tangga dan turun dengan jalan kaki. Latihan lain yang perlu dilakukan adalah lari bolakbalik pada jarak 25 meter. Hal ini dapat memperbaiki kekuatan kaki. Lari gawang juga sangat baik dilakukan 8-12 gawang yang tingginya satu meter, ini memperbaiki kelincahan, meregangkan punggung, pinggul, dan otot-otot kaki, serta daya tahan. Latihan-latihan bridging dan memutar leher akan sangat berguna untuk memperbaiki kemampuan menyundul bola dengan kepala. Otot-otot perut perlu dilatih pula yaitu misalnya dengan sit-up, dengan telapak kaki melekat datar pada lantai. Pada waktu latihan, para pemain tidak hanya berlari ke depan, tetapi juga ke belakang dan ke samping, hal ini perlu untuk memperbaiki posisinya jika diserang lawannya. Penjaga gawang juga membutuhkan latihan-latihan senam tambahan sebagai latihan-latihan untuk keterampilan para pemain-pemain lainnya. Sebelum memulai latihan permainan, para pemain harus lari ke lapangan, dan melakukan sprint ke semua jurusan, diselingi dengan jogging, dengan atau tanpa bola. Hal ini dilakukan kurang lebih sepuluh menit. Waktu untuk latihan lari cepat diselingi dengan jogging adalah kurang lebih lima menit. Kemudian pemain melakukan latihan peregangan, dilanjutkan dengan lima belas menit latihan menyundul bola. Teraturnya latihan merupakan kunci dalam bentuk ketahanan para pemain sepakbola. Olahraga sepakbola ini bersifat 60% aerobik dan 40% anaerobik (Sumosardjuno, 1992).
Status gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2001). Menurut Harper, Deaton & Driskel (1986), status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan makanan. Demikian pula menurut Riyadi (1995), mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan pengguna-
an zat gizi. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menilai status gizi yaitu konsumsi makanan, antropometri, biokimia dan klinis. Menurut Roedjito (1988), ukuran fisik seseorang sangat berhubungan dengan status gizi. Atas dasar ini ukuran-ukuran antropometri diakuai sebagai indeks yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi untuk Negaranegara berkembang. Hal ini sangat penting karena cara penilaian status gizi lain lebih sulit dan lebih mahal. Pada orang dewasa status gizi dapat ditentukan dengan menggunakan
Indeks Massa Tubuh atau body mass index (Riyadi,
1995). Namun demikian, menurut Damayanti (2000), Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dibuat untuk populasi umum, tidak cocok digunakan pada atlet. Atlet dengan lean body mass yang meningkat mungkin mempunyai kadar lemak yang rendah, namun IMTnya melebihi batas yang dianjurkan. IMT masih dapat digunakan untuk perkiraan pertama tentang interval berat badan yang diinginkan, atau pada atlet wanita yang mengharapkan berat badan yang tidak realistik misalnya. Status gizi sangat mempengaharui prestasi olahraga. Seperti diungkapkan oleh Moeloek (1995), untuk mencapai prestasi olahraga yang baik, banyak faktor yang berperan antara lain ukuran dan tipe tubuh, kapasitas fungsional, status gizi, status psikologi, latihan serta taktik dan strategi. Status gizi yang baik sangat diperlukan untuk memperoleh kondisi fisik yang prima (Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1993).
KERANGKA PEMIKIRAN Olahraga bagi mahasiswa merupakan salah satu cara menjaga kesehatan dan menyalurkan hobi. Ada sebagain dari mahasiswa menyalurkan kegemaran olahraga yang dapat dikategorikan olahraga tingkat berat seperti sepakbola, karena membutuhkan daya tahan tubuh yang kuat agar tidak mengganggu aktivitas kuliah mahasiswa. Bermain sepakbola memerlukan latihan yang terarah dan energi yang tinggi untuk menghindari
cidera dan kelelahan. Untuk mendukung upaya
tersebut, dibutuhkan asupan gizi atau pengaturan makan yang benar dan seimbang (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Konsumsi pangan yang bergizi dan seimbang serta pengaturan waktu dan jenis makanan yang tepat sebelum pertandingan dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi kelelahan setelah bermain sepakbola. Salah satu faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh adalah status gizi baik. Status gizi baik dipengaruhi oleh Konsumsi pangan yang disesuaikan dengan kecukupan zat gizi seseorang berdasarkan jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan dan aktifitas fisik. Direktorat Gizi Masyarakat (2002) menyatakan, makanan untuk atlet diatur agar tidak mengganggu pencernaan sewaktu
pertandingan.
Selain
itu,
makanan
yang
dihidangkan
harus
mengandung gizi seimbang dan sudah dikenal oleh atlet (atlet sudah biasa mengkonsumsi makanan tersebut). Menurut Primana (2000), pengaturan makan seorang atlet harus individual, selain itu pemberian makanan juga harus memperhatikan priodisasi latihan, masa kompetisi, dan masa pemulihan. Harper, Deaton, dan Driskel (1985) mengatakan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam konsumsi pangan antara lain adalah pengeluaran uang untuk pangan rumahrtangga, pengetahuan gizi, dan tersedianya pangan. Menurut Martianto dan Ariani (2004) adanya peningkatan pengetahuan gizi memungkinkan pengelolaan sumberdaya secara lebih baik sehingga seseorang dapat memilih jenis-jenis pangan yang bermutu gizi tinggi dengan harga terjangkau. Jadi pengetahuan gizi juga mempunyai peran penting untuk menjaga status gizi mahasiswa peminat olahraga sepakbola.
- Cara memperoleh makanan - Pertimbangan dalam memilih makanan dan tmpat makan
- Kebiasaan makan - Kesesuaian diet
Konsumsi energi dan zat gizi
Status Gizi
Pengetahuan gizi
Frekuensi latihan dan pertandingan
Keluhan kesehatan Selama pertandingan
Kebugaran pasca pertandingan Gambar 1. Kerangka pemikiran tingkat pangetahuan gizi, kesesuaian diet, dan status gizi anggota UKM sepakbola IPB. Keterangan:
= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan yang diteliti = Hubungan yang tidak diteliti
METODELOGI PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu pengumpulan paparan dan outcome pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2007 di UKM sepakbola Kampus IPB Darmaga. Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan pertimbangan UKM spakbola IPB Darmaga merupakan pusat aktivitas sebagian besar anggotanya.
Cara Pengambilan Contoh Populasi penelitian adalah anggota UKM sepakbola IPB yang terdaptar di Kampus IPB Darmaga. Contoh ditentukan secara purposive sampling (Singarimbun & Effendi, 1995) yaitu pada semua mahasiswa anggota UKM sepakbola IPB berdasarkan kehadiran pada saat pertandingan.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari: 1. Data konsumsi pangan di peroleh dengan metoda 24-hours food recall. 2. Data kesesuaian diet diperoleh dari hasil food recall
pada hari
pertandingan dilaksanakan. 3. Data status gizi meliputi data antropometri berat badan dan tinggi badan diambil dengan menggunakan timbangan badan untuk berat badan dan microtoise untuk tinggi badan. 4. Pengetahuan gizi, karakteristik mahasiswa dan keluhan kesehatan selama pertandingan di peroleh dengan hasil wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder jumlah anggota, tahun berdiri dan prestasi UKM sepakbola IPB, diperoleh dari sekretariat UKM sepakbola IPB, sedangkan data prestasi mahasiswa (IPK) diambil dari AJMP.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan rata-rata dan tabulasi silang dan statistik inferensia. Data statistik diolah dengan menggunakan program SPSS versi 13.0 for windows dan Microsoft Exel. Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry, dan analisis data. Data konsumsi pangan yang dikumpulkan dikonversikan ke dalam bentuk energi, protein, Karbohidrat, vitamin A, vitamin C, Fe, dan kalsium dengan menggunakan food processor
yang mengacu pada Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM). Konversi dihitung dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan, 1994). KGij=(Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: KGij
= Kandungan zat gizi –i dalam bahan makanan –j
Bj
= Berat makan –j yang dikonsumsi (g)
Gij
= Kandungan zat gizi dalam 100g BDD bahan makanan ke –j
BDDj = Bagian bahan makanan –j yang dapat dimakan Kemudian data tersebut dihitung kandungan zat gizinya dengan menggunakan Microsoft Excel dengan program Food Processor (Hardinsyah & Briawan, 1994). Konsumsi zat gizi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004. Selanjutnya tingkat konsumsi zat gizi makro dikategorikan menjadi empat kategori (Depkes 1990 dalam Supariasa, Bakri dan Fajar 2002). Tingkat konsumsi dikategorikan baik jika ≥ 100%, sedang 80-99%, kurang 70-80%, dan defisit <70% dari angka kecukupan gizi. Data status gizi dianalisis berdasarkan pengukuran berat badan menurut tinggi badan. Status gizi ditentukan dengan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus sebagai berikut :
IMT =
Berat badan (kg) Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
Batas ambang IMT adalah sebagai berikut : IMT <17
= Kekurangan berat badan tingkat berat
IMT 17,0 – 18,4
= Kekurangan berat badan tingkat ringan
IMT 18,5 – 25,0
= Normal
IMT 25,1 – 27,0
= Kelebihan berat badan tingkat ringan
IMT >27
= Kelebihan berat badan tingkat berat
Pengetahuan gizi contoh diketahui dengan menilai jawaban contoh terhadap 30 pertanyaan tentang pangan dan gizi. Jawaban yang salah diberi skor 0, sedangkan jawaban yang benar di beri skor 1 dengan total skor 30. Dasar penilaian terhadap pertanyaan yang diajukan, tingkat pengetahuan gizi contoh dikelompokkan berdasarkan persentase skor yang diperoleh dibandingkan skor total (Khomsan, 2000), yaitu: a. tinggi
: > 80%
b. sedang
: 60-80%
c. rendah
: <60%
Definisi Operasional Anggota UKM adalah mahasiswa yang terdaptar keanggotaannya di UKM sepakbola IPB, mengikuti latihan dan pertandingan sepakbola. Cara memperoleh makan
adalah bagaimana makanan yang dikonsumsi
didapatkan oleh anggota UKM sepakbola IPB. Frekuensi latihan adalah jumlah kegiatan olahraga sepakbola dan atau menunjang kegiatan sepakbola yang dilakukan mahasiswa UKM sepakbola IPB untuk meningkatkan kekuatan fisik teknik permainan dan dayatahan tubuh dihitung jumlah hari latihan dalam sebulan. Frekuensi pertandingan adalah jumlah pertandingan yang dilakukan oleh anggota UKM sepakbola IPB dalam satubulan terakhir. Kecukupan gizi adalah jumlah masing-masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi seseorang agar dapat hidup sehat, yang dikelompokkan berdasarkan ukuran tubuh, aktivitas dan status fisiologi.
Keluhan kesehatan adalah gangguan yang dirasakan oleh pemain selama pertandingan berlansung yang meliputi sakit di bagian perut, pusing-pusing, mata kunang-kunang,
kehabisan
tenaga
dan
keram
yang
ditanyakan
ketika
pertandingan selesai dilaksanakan. Kesesuaian diet adalah kecocokan makanan (jumlah, jenis dan bentuk) yang dianjurkan untuk pemain sepakbola sebelum pertandingan dilaksnakan yang dilihat dari hasil recall pada hari pertandingan. Konsumsi Pangan adalah jenis, dan jumlah pangan yang dikonsumsi mahasiswa yang diperoleh melalui metode food recall yang dikonversikan ke dalam bentuk energi, protein, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, Fe, dan kalsium. Pengetahuan
gizi
adalah
pengetahuan
contoh
tentang
hal-hal
yang
berhubungan dengan gizi dan kesehatan secara umum. Pertimbangan dalam pemilihan pangan dan tempat makan adalah hal dan faktor-faktor yang menjadi alasan anggota UKM sepakbola IPB dalam konsumsi pangannya. Prestasi adalah nilai angka Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa anggota UKM sepakbola IPB. Riwayat kesehatan adalah penyakit kronis yang pernah dan atau sedang dirasakan/dialami mahasiswa yang berlangsung lama dan dapat kambuh lagi yang dilihat dari jenis penyakit, lama menderita, dan frekuensi/keseringan terjadi. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang dimainkan secara team dimana satu team terdiri dari sebelas orang dengan lama waktu permainan 90 menit yang terdiri dari dua babak, masing-masing babak 45 menit dan istirahat 15 menit diantara babak. Status Gizi adalah keadaan fisik anggota UKM sepakbola IPB yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi oleh tubuh ditentukan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu rasio antara berat badan (kg) dan kuadrat tinggi badan (m). UKM adalah Unit Kegiatan Mahasiswa yang merupakan wadah tempat kegiatankegiatan ekstra kulikuler mahasiswa di luar aktivitas belajar mengajar. UKM Sepakbola adalah salah satu bagian dari UKM yang mewadahi mahasiswa IPB yang gemar bermain sepakbola.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Institut Pertanian Bogor adalah lembaga pendidikan pertanian yang secara
historis
merupakan
bentukan
dari
lembaga-lembaga
pendidikan
menengah dan tinggi pertanian dan kedokteran hewan yang dimulai pada awal abat ke-20 ini di Bogor. Pada awalnya IPB terdiri dari lima fakultas yang kemudian sekarang berkembang menjadi 9 fakultas yaitu; fakultas pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan dan ilmu kelautan, kedokteran hewan, teknologi pertanian, ilmu pengetahuan alam, ekonomi dan manajemen, dan fakultas ekologi manusia. Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) sepakbola Institut Pertanian Bogor terbentuk pada tanggal 4 Desember 1996 di Bogor. Dipelopori oleh sejumlah mahasiswa IPB dan beberapa staf IPB sebagai pembina. UKM mempunyai visi menyalurkan minat dan bakat anggota di
bidang sepakbola sehingga dapat
meningkatkan kualitas dan prestasi di bidang sepakbola bagi almamater. Syarat menjadi anggota UKM sepakbola IPB cukup dengan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa dan perekrutan anggota
biasanya sudah dilakukan
ketika calon mahasiswa melakukan regestrasi untuk mengikuti kegiatan perkuliahan di IPB. Untuk menunjang kegiatan kemahasiswaan tersebut IPB mempunyai lapangan sepakbola sendiri dengan standar yang baik. Latihan rutin yang dilaksanakan UKM sebanyak 1 kali seminggu, dari latihan ini di evaluasi oleh pelatih dan manejer siapa saja yang sering mengikuti latihan dan mempunyai teknik yang baik maka akan diikutsertakan ketika ada pertandingan. Pertandingan persahabatan biasanya dilakukan minimal 1 kali dalam sebulan, sedangkan pertandingan resmi pada tahun 2007 ini belum ada. Namun demikian, pada bulan juni 2007 anggota UKM bergabung dengan fakultas dimana mereka melakukan kegiatan perkuliahan mengikuti olimpiade sepakbola antar fakultas di turnamen intern IPB. Sruktur organisasi UKM sepakbola IPB terdiri dari penasehat, pembina, pelatih, ketua umum, sekretaris, manager, bendahara dan terdapat 5 (lima) devisi yaitu; humas, infokom, logistik, internal dan eksternal. Tidak semua devisi berjalan dengan baik pada kepengurusan tahun 2006-2007 ini, hal ini terlihat dari
tidak adanya daftar nama anggota UKM yang tercatat. Jadi para anggota hanya diajak mengikuti UKM sementara pembukuaan untuk keanggotaan tidak dilakukan. Hal ini menjadi salah satu kesulitan untuk peneliti dalam melakukan sampling, sehingga diputuskan dilakukan dengan metode purposive sampling (Singarimbun & Effendi, 1995) dengan berdasarkan kehadiran anggota pada saat pertandingan dilaksanakan. Prestasi yang pernah diraih oleh UKM adalah; tahun 1999 menembus perempat final Piala Siliwangi Bandung, tahun 2000 menjuarai Turnamen Sepakbola Antar Perguruan Tinggi se-wilayah II Karisidenan Jawa Barat, tahun 2001 semi final Piala Rektor Pakuan, tahun 2002 termasuk 8 besar Pusdikzi Cup dan tahun 2005, termasuk 8 besar Yonif 315 Cup dan Lanud ATS Cup.
Keadaan Contoh Contoh yang diambil adalah mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sepakbola IPB yang aktif dan mengikuti latihan serta pertandingan yang dilaksanakan UKM, pengambilan contoh dengan metode purposive sampling yaitu pada semua anggota UKM sepakbola IPB berdasarkan kehadiran pada saat pertandingan berjumlah 34 orang. Umur Contoh Umur contoh berkisar antara 19 sampai 23 tahun, sebagian besar berada pada usia 21 tahun yaitu sebanyak 14 orang (41,2%) seperti yang terlihat pada Gambar 2. Pada usia ini sebagian besar mahasiswa sudah memasuki semester 6 (enam) masa perkuliahan (Gambar 3), normalnya pada semester ini mahasiswa sangat sibuk dengan aktivitas kuliahnya, jika banyak kegiatan di luar perkulihan yang berlebihan dan asupan zat gizi yang kurang akan berdampak pada terganggunya kegiatan perkuliahan karena kelelahan.
45
41. 2
40 35 30 25 20
14. 7
15 10 0
persent ase
14 7
5. 9 2
19
20
21
22
5
6
14
7
2
14. 7
17. 6
41. 2
20. 6
5. 9
n persent ase
n
20. 6
6
5
5
17. 6
23
Gambar 2. Persentase contoh berdasarkan umur 32.35
35 30
26.47
25
20.59
20.59
20
n
15 10
7
Persentase
11
9
7
5 0 Semester 2
Semester 4
Semester 6
Semester 8
Gambar 3. Persentase contoh berdasarkan semester perkuliahan UKM sepakbola IPB tidak menjadikan umur sebagai syarat untuk menjadi anggota dan mengikuti kegiatan UKM. Penjaringan anggota dilakukan dari mulai mahasiswa melakukan registrasi untuk kuliah di IPB dan selalu terbuka untuk mahasiswa yang sudah menjalani kuliah dan selama dia masih aktif menjadi mahasiswa di IPB. Asal Daerah Sumatera Utara mendominasi sebesar 29,4 % (10 orang) anggota UKM sepakbola IPB yang menjadi contoh, seperti yang terlihat pada Gambar 4. Hal ini menunjukkan asal daerah menjadi faktor yang menyebabkan mahasiswa mengikuti UKM sepakbola, dimana biasanya mahasiswa yang berasal dari luar pulau jawa memiliki organisasi perkumpulan bahkan ada yang mempunyai asrama
daerah
sendiri.
Sehingga
lebih
memudahkan
koordinasi
penyampaian informasi dari para seniornya tentang kegiatan UKM di IPB.
dan
35 29. 4
30
26. 5
25 20
n
14. 7
15
Persent ase 10
9
10 2. 9 1
5
2. 9 1
5. 9
5
2. 9 1
5. 9 2. 9 1
2
5. 9
2
2
ut m Su
N
lt i ka
Ka
TT
m
el ls
im
g
ar
en
Ja t
Ja k
Ja t
Ja b
ta ar
ku ng
Be
Ba
be
l
lu
0
Gambar 4. Persentase contoh berdasarkan asal daerah Asal Fakultas Fakultas Kehutanan (FAHUTAN) dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) merupakan dua fakultas yang dikenal memiliki banyak mahasiswa laki-laki dan kedua fakultas ini merupakan yang terbanyak menjadi contoh dalam penelitian ini, yaitu masing-masing 8 orang (23.5%). Pada Gambar 5 terlihat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) yang merupakan fakultas baru di IPB diwakili 1 orang (2.9%). Dari 34 contoh yang diambil tidak ada satupun mahasiswa yang berasal dari Fakultas Pertanian, dimana fakultas ini merupakan salah satu fakultas yang sudah ada sejak IPB pertama didirikan. Namun demikian bukan berarti tidak ada satupun anggota UKM yang berasal dari fakultas tersebut, karena tidak adanya daftar anggota UKM jadi contoh berdasarkan kehadiran pada saat pertandingan. Dengan alasan kesibukan perkuliahan anggota boleh tidak menghadiri latihan ataupun pertandingan. 23. 5
25
23. 5 20. 6
20 14. 7
15
n
10
8
8 5. 9
5
5
1
2. 9
1
2. 9
1
2. 9
1
2. 9
persent ase 7
2
TP B
FP IK
FM IP A
H FK
FE M A
FE M
TA FA TE
FA FE T
FA H
U
TA N
0
Gambar 5. Persentase mahasiswa berdasarkan asal fakultas
Frekuensi Latihan Frekuensi latihan resmi yang dilaksanakan oleh UKM adalah satu kali seminggu (4 kali/bulan), namun demikian anggota juga biasanya mengikuti kegiatan latihan di luar UKM baik dengan jurusan, fakultas maupun dengan klub sepakbola di luar IPB. 60
52.9
50 40
29.4
30
n 18
17.6
20
10
6
10
Persentase
0 Kurang dari 4 kl/bln
4 kl/bln
Lebih dari 4 kl/bln
Frekuensi Latihan
Gambar 6. Persentase contoh berdasarkan frekuensi latihan Dari Gambar 6 di atas sebanyak 18 orang (52,9%) contoh mengikuti latihan lebih dari empat kali dalam sebulan. Menurut Sumosardjuno (1998) perubahan pada kesegaran jasmani memang sangat erat hubungannya dengan intensitas latihan. Makin besar intensitas latihan, makin besar pula pengaruh latihan tersebut terhadap kesegaran jasmani. Frekuensi Pertandingan Pertandingan yang dimaksud pada penelitian ini adalah semua jenis pertandingan yang diikuti atas nama UKM sepakbola IPB maupun dengan klub sepakbola lain, baik pertandingan persahabatan maupun pertandingan resmi. Dalam satu bulan minimal UKM melaksanakan satu kali pertandingan, ini bertujuan untuk melatih kekompakan dan menerapkan tehnik dan strategi yang telah dipelajari dan dilaksanakan dalam latihan.
80
67.6
70 60 50 40
n
32.4
30
Persentase
23
20
11
10 0 1 kali/bulan
Lebih dari 1 kl/bulan
Fre k ue ns i Pe rtandingan
Gambar 7. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi pertandingan Pada Gambar 7 di atas terdapat 23 orang (67.6%) contoh mengikuti lebih dari 1 pertandingan. Dengan semakin banyaknya pertandingan dan latihan yang diikuti oleh contoh dalam sebulan maka diasumsikan contoh membutuhkan lebih banyak energi dan hal ini juga dapat mengganggu kegiatan perkulihan contoh sehingga dapat menurunkan prestasi akademik mereka. Riwayat Penyakit Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh (79.41%) tidak mempunyai riwayat penyakit kronis. Tifus merupakan penyakit yang paling banyak diderita yaitu 14.71%, penyakit ini sangat erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi contoh dan tidak menutup kemungkinan untuk kambuh lagi apabila contoh tidak memperhatikan konsumsi makanannya dan pembebanan fisik yang berlebihan. 79.41
n 27
a G ej al
Persentase
ad a
12.94
T id ak
12.94
H ep at iti s
14.71 5
M ag g
Ty pu s
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Gambar 8. Sebaran contoh berdasarkan penyakit kronis yang pernah diderita
Riwayat penyakit merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh pelatih dan pengurus UKM, karena hal ini merupakan rujukan bagi pelatih untuk memberikan program pelatihan khusus, maupun pengaturan makanan serta suplemen yang tepat bagi mahasiswa tersebut sehingga dapat mengeliminir dampak negatif bagi mahasiswa tersebut. Prestasi Pada penelitian ini yang dimaksudkan dengan perestasi adalah nilai prestasi akademik mahasiswa yang dinilai dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Nilai IPK diambil dari nilai terakhir mahasiswa atau nilai IPK pada semester genap tahun 2007. Penggolongan dan pengelompokan nilai dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan buku Panduan Program Sarjana IPB, yaitu nilai IPK ≥ 2.75 dikategorikan sangat memuaskan, 2.00 – 2.74 dikategorikan memuaskan, dan < 2.00 dikategorikan kurang memuaskan (mendapat peringatan). Tabel 1. sebaran contoh berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif Indeks Prestasi Kumulatif Sangat memuaskan Memuaskan Kurang Memuaskan Rata-rata ± SD Min Max
n
%
10 21 3
29.4 61.8 8.8 2.58 ± 0.42 1.68 3.44
Dari hasil penelitian menunjukkan masih ada mahasiswa yang nilai IPKnya di bawah 2.00 yaitu sebanyak 3 orang (8.8%), dalam hal ini rata-rata mahasiswa telah memasuki semester 6 masa perkuliahan sementara nilai IPK masih di bawah 2.00 hal ini tentunya menjadi peringatan terakhir bagi mahasiswa tersebut untuk memperbaiki IPKnya minimal 2.00 agar tidak di Drop Out (DO) dari kegiatan perkuliahan di IPB. Nilai IPK mahasiswa sebagian besar berada pada kategori memuaskan dengan rata-rata IPK sebesar 2.58, sedangkan nilai IPK terkecil adalah 1.68 dan terbesar 3.44. Kebiasaan Makan Pangan yang beranekaragam sangat penting karena tidak ada satu jenis pangan pun yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap kecuali ASI. Konsumsi yang beranekaragam dapat melengkapi kekurangan zat
gizi dari satu jenis pangan oleh zat gizi dari pangan lainnya (Khomsan, 2002a). Kebiasaan makan mahasiswa anggota UKM sepakbola IPB dilihat dari frekuensi makan, kebiasaan makan pagi, pertimbangan pemilihan makanan, pertimbangan pemilihan tempat makan, kebiasaan merokok, dan kesesuaian waktu dan jenis makanan sebelum pertandingan. Kebiasaan makan contoh diteliti pada tahap pertandinggan yaitu pada hari pertandingan dilaksanakan. Kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya seseorang dan biasanya diturunkan dari generasi sebelumnya. Kebiasaan makan kelompok dapat memberi dampak pada distribusi makanan antar anggota kelompok. Oleh karena itu kebiasaan makan keluargalah yang paling mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Disamping itu kebiasaan makan dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan setempat di mana seseorang itu tinggal. Menurut Corputty (1983), beberapa macam kebiasaan makan yang kurang baik adalah tidak makan pagi, jajan, dan berpantang makanan dan diet berlebihan karena ingin langsing. Makan pagi, jajan, dan berpantang makanan merupakan kebiasaan yang diperoleh seseorang terutama dari keluarganya. Makanan Pokok, Lauk dan Sayur Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan lebih dari separuh contoh (64.7%) biasa mengkonsumsi makanan pokok dengan frekuensi tiga kali sehari. Dimana contoh minimal dua kali makan dengan lauk pauk, masih terdapat satu orang (2,9%) yang tidak mengkonsumsi sayuran dalam sehari, sebagian besar (70.6%) biasa mengkonsumsi sayuran dua kali dalam sehari. Tabel 2. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan makanan pokok, lauk, dan sayur Frekuensi makan • • •
Makan pokok - 2 kali sehari - 3 kali sehari Lauk pauk - 2 kali sehari - 3 kali sehari Sayur - 0 kali sehari - 1 kali sehari - 2 kali sehari - 3 kali sehari
Jumlah n 12 22 15 19 1 3 24 6
% 35.1 64.7 44.1 55.9 2.9 8.8 70.6 17.6
Pola menu seimbang yang dikenal sebagian besar masyarakat Indonesia adalah pola menu 4 sehat 5 sempurna. Pola menu 4 sehat 5 sempurna terdiri dari makkanan pokok, lauk, sayur, buah dan susu. Namun demikian untuk memenuhi kebutuhan gizi baik secara kualitas maupun kuantitas tidak cukup hanya dengan makan satu atau dua kali sehari. Adanya keterbatasan volume lambung membuat seseorang tidak dapat memakan makanan sekaligus dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu makan harus dilakukan secara frekuentif yakni tiga kali sehari (Khomsan, 2002b). Buah Menurut Almatsier (2002) porsi buah yang dianjurkan dalam sehari untuk orang dewasa adalah 200-300 gram perhari atau sekitar 2-3 potong untuk buah pepaya dan buah lain, sehingga konsumsi buah yang hanya satu kali sehari agaknya sulit untuk mencukupi kebutuhan yang dianjurkan. Tabel 3 menunjukkan bahwa 44.1% contoh mengkonsumsi buah satu kali sehari, namun demikian 20.6% dari contoh tidak biasa makan buah. Walupun buah banyak tersedia di warung-warung di sekitar kampus tapi harganya masih relatif mahal, diduga ini menjadi penyebab mengapa contoh tidak mengkonsumsi buah. Harga buah yang relatif mahal ini membuat peranan uang saku menjadi penting dalam menentukan pemilihan bahan makanan (Nasoetion & Riyadi, 1995). Tabel 3. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan buah Frekuensi makan •
Buah
- 0 kali sehari - 1 kali sehari - 2 kali sehari - 3 kali sehari
Jumlah n 7 15 10 2
% 20.6 44.1 29.4 5.9
Susu Susu adalah bahan pangan yang mengandung hampir semua zat gizi, pentingnya susu bagi kesehatan tidak hanya menyangkut soal osteoperosis. Susu diketahui mendatangkan manfaat untuk optimalisasi melatonin yang dapat membuat kita mengantuk dan kemudian tubuh bisa beristirahat dengan baik. Selain itu susu mempunyai kemampuan mengikat logam berat yang bertebaran akibat polusi sehingga dapat meminimalisasi dampak keracunan logam berat yang tidak sengaja masuk ke dalam tubuh (Khomsan, 2002b).
Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu Frekuensi minum susu - 0 kali sehari - 1 kali sehari - 2 kali sehari - 3 kali sehari
Jumlah n 10 18 2 4
% 29.4 52.9 5.9 11.8
Lebih dari separuh contoh (52.9%) biasa minum susu satu kali dalam sehari, namun demikian 29.4 % contoh tidak minum susu. Sumosardjuno (1992) mengatakan ketika kita melakukan latihan olahraga secara teratur, tulang kita akan menjadi kuat, asalkan tubuh kita cukup menghasilkan hormon seks, mendapat vitamin D, dan makanan kita cukup mengandung kalsium. Untuk memelihara kadar kalsium dalam tubuh kita, yang paling baik adalah mengatur makanan kita agar cukup mengandung kalsium dan sumber kalsium yang sangat baik adalah dari susu. Menurut Khomsan (2002b) bagi orang dewasa, minum susu 1-2 gelas sehari adalah cukup. Segelas susu umumnya mengandung kurang lebih 400 gram kalsium, sementara kebutuhan kasium sehari-hari adalah 800 g. Pangan sumber kalsium yang dikonsumsi umumnya tidak mengandalkan susu saja tetapi juga lauk. Sarapan Pagi Sarapan pagi merupakan salah satu kebiasaan makan yang sangat penting. Menurut Clark (1996), jika melupakan sarapan pagi dapat menyebabkan tidak mampu berkonsentrasi pada pagi berikutnya, kerja dan belajar kurang cermat, cepat marah dan kurang bisa mengontrol diri atau kekurangan tenaga untuk latihan atau pertandingan sore. Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan pagi Sarapan Pagi Kebiasaan sarapan pagi • Tidak biasa sarapan pagi • Biasa sarapan pagi Sarapan pagi saat ini • Tidak sarapan pagi • Sarapan pagi
Jumlah n
%
12 22
35.3 64.7
16 18
47.1 52.9
Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar contoh (64.7%) biasa sarapan pagi, padahal makan pagi sangatlah penting, karena pada malam harinya walaupun dalam keadaan tidur tubuh tetap melakukan oksidasi untuk
menghasilkan tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan alat tubuh lainnya. Oksidasi ini akan mempengaruhi kadar glukosa di dalam darah sehingga waktu bangun pagi kadar glukosa darah sudah berkurang. Ini terbukti dengan rasa lapar pada waktu pagi. Jika olahragawan tidak makan pagi maka tidak ada sumbangan dari makanan untuk menaikkan kadar gula darah sehingga tubuh akan mengambil cadangan hidrat arang dan jika ini habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Corputty, 1983). Dalam keadaan seperti ini dikhawtirkan olahragawan tidak dapat menjaga kesehatan fisiknya dengan baik dan tidak dapat melakukan pekerjaan (belajar) dengan baik pula. Anggota UKM sepakbola IPB 52.9% diantaranya sarapan pagi pada saat pertandingan dilaksanakan. Masih banyaknya contoh (47.1%) tidak sarapan pagi pada saat pertandingan dilaksanakan diduga salah satu penyebab kenapa banyaknya contoh mengalami keluhan selama pertandingan berlangsung, namun demikian dari uji statistik tidak terdapat hubugan yang signifikan (p>0.05) antara sarapan pagi dengan keluhan selama pertandingan. Makan pagi atau sarapan adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik. Kebiasaan tidak makan pagi atau sarapan dapat menyebabkan tubuh kekurangan glukosa sehingga dapat menyebabkan tubuh lemah dan kurang berkonsentrasi karena tidak ada suplai energi (Khomsan, 2002b). Merokok Menurut Sumosardjuno (1992) jika seseorang merokok 10-12 batang sehari, maka ternyata kadar oksigen yang disuplai ke jaringan-jaringan dalam tubuh kita menurun kurang lebih 5 %. Penurunan kadar oksigen sebanyak itu, memang tidak begitu tampak tanda-tandanya pada waktu perokok beristirahat. Tetapi pada waktu pecandu rokok melakukan latihan-latihan olahraga, akan nampak sekali kerugian tersebut terhadap tubunya. Bila kita hentikan kebiasaan merokok ini, barulah setelah 2-3 hari karbon monoksida keluar dari aliran darah kita. Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan merokok Kebiasaan Merokok Kebiasaan Merokok • Bukan perokok • Perokok
Jumlah n
%
29 5
85.3 14.7
Terdapat 5 orang (14.7%) mahasiswa yang merokok kurang dari sepuluh batang sehari (Tabel 6). Merokok bukanlah suatu kebiasaan yang baik, selain dapat
menyebabkan
berbagai
macam
penyakit
merokok
juga
dapat
mengakibatkan berkurangnya konsumsi pangan seseorang, dalam hal ini uang yang seharusnya untuk membeli makanan akan berkurang karena harus membeli rokok. Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pemilihan Pangan Seseorang memilih makanan tertentu pada hakekatnya dilandasi oleh pengalamannya berkenaan dengan makanan yang bersangkutan. Pengalaman yang terjadi berulang-ulang lambat laun membentuk kebiasaan pangan yang menjadi bagian terpenting dalam prilaku konsumsi pangan (Susanto, 1991).
Persentase
80 60 40 20 0 Harga
Nilai Gizi
Rasa
Ketersedia an
Prioritas ke-1
35.5
26.5
20.6
17.6
Prioritas ke-2
38.2
41.2
11.8
8.8
Prioritas ke-3
17.6
26.5
47.1
8.8
Prioritas ke-4
8.8
5.9
20.6
64.7
prioritas
Gambar 9. Sebaran contoh berdasarkan prioritas pemilihan pangan Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa 35,5% dari 34 orang contoh memprioritaskan harga dalam pemilihan pangan.Hal ini menyatakan bahwa kondisi keuangan (ekonomi) seseorang akan menjadi pertimbangan terhadap prioritas pemilihan pangannya. Martianto dan Ariani (2004) menyatakan bahwa tingkat pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis dan jumlah bahan pangan yang dikonsumsinya (pengeluaran). Sesuai dengan hukum Bennet, semakin tinggi pendapatan maka kualitas bahan pangan yang dikonsumsi pun semakin baik yang tercermin dari perubahan pembelian bahan pangan yang harganya murah menjadi bahan pangan yang harganya lebih mahal dengan kualitas gizi yang
lebih baik, sedangkan prioritas ke empat adalah ketersediaan, dimana 64.7% menempatkannya sebagai prioritas terakhir. Aloewi (1997) menyatakan bahwa memilih bahan makanan hendaknya jangan mengutamakan banyaknya atau rasanya. Rasa enak bisa menjadi nomor dua. Makan secara tepat dengan gizi yang seimbang akan membuat tubuh menjadi sehat. Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pemilihan Tempat Makan Anwar (2004) mengemukakan bahwa dalam membeli pangan harus memperhatikan keadaan pangan yang dijual, ruang atau tempat penjualan, peralatan masak maupun piring, lap, serta air yang digunakan. 70 60 50 40 30 20 10 0
Harga
Rasa
Kebersihan
Keragaman
Jarak
Prioritas ke-1
26.5
17.6
41.1
5.9
5.9
Prioritas ke-2
41.2
29.4
26.5
2.9
0
Prioritas ke-3
14.7
35.3
23.5
20.6
8.8
Prioritas ke-4
14.7
11.8
2.9
44.1
23.5
Prioritas ke-5
2.9
5.9
2.9
26.5
61.8
Gambar 10. Sebaran contoh berdasarkan prioritas pemilihan tampat makan Gambar 10 menunjukkan bahwa sebanyak 41.1% contoh memilih kebersihan sebagai prioritas pertama dalam memilih tempat makan, sedangkan jarak menjadi prioritas terakhir bagi contoh dalam pemilihan tempat makan. Hal ini dikarenakan banyaknya pilihan tempat makan yang berada di sekitar kampus IPB, sehingga jarak bukan merupakan hal penting buat contoh. Cara memperoleh makan Dari tiga pertanyaan tentang cara memperoleh makanan yang diajukan kepada responden, sebanyak 29 orang (85,3%) menjawab membeli (Gambar 11), hal ini bisa dimaklumi dengan padatnya kegiatan perkuliahan yang dilakukan mahasiswa sehingga mereka tidak sempat dan mungkin tidak bisa memasak makanan sendiri. Selain itu, dari segi kepraktisan dan lebih hemat, membeli merupakan alternatif terbaik dalam memperoleh makanan.
85. 3
90 80 70 60
n
50
persent ase
40
29
30
14. 7
20 10 0
0
5
0
Masak sendiri
Membeli
Tinggal dengan orangt ua
Gambar 11. Sebaran contoh berdasarkan cara memperoleh makanan Dari hasil penelitian hanya 5 orang (14,7%) mahasiswa yang tinggal dengan orangtuanya, jadi dapat disimpulkan sebagian besar mahasiswa tinggal di kontrakan, kost, dan asrama disekitar IPB.
Pengetahuan Gizi, Konsumsi Energi dan Zat Gizi, Kesesuaian Diet dan Keluhan Selama Pertandingan
Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan baik buruknya kualitas gizi dari makanan yang dikonsumsi. Melalui pengetahuan yang benar mengenai gizi, maka orang akan tahu dan berupaya untuk mengatur pola makannya
sedemikian rupa sehingga seimbang, tidak kekurangan dan tidak
berlebihan, dengan memanfaatkan bahan pangan yang ada, sehingga masalah gizi yang timbul, baik itu gizi kurang atau gizi lebih sebenarnya disebabkan oleh prilaku seseorang (Pranadji, 1988). 55.88
60 50 40 30
23.53
20 10
n 20.59
19
8
Persentase
7
0 Baik
Sedang
Kurang
Gambaran 12. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi
Dari 30 pertanyaan pengetahuan gizi yang diajukan kepada contoh, terlihat bahwa sebagian besar contoh dikategorikan ke dalam pengetahuan gizi sedang yaitu sebesar 55.88% (19 orang). Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan nomor 1 tentang definisi makanan bergizi, dalam hal ini semua contoh menjawab dengan benar, sedangkan jawaban yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor 7 tentang bahan makanan sumber Fe yang hanya 4 orang yang menjawab benar. Nilai
tertinggi adalah dengan skor 28 dan yang paling rendah adalah 14,
sementara rata-ratanya adalah 21,62 (Lampiran 2). Kesehatan tubuh belum terjamin dengan konsumsi makanan yang berkualitas baik tanpa mengetahui jumlah dan jenis bahan makanan yang baik dikonsumsi untuk kesehatan. Untuk mengetahui hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan gizi yang dapat diperoleh melalui pendidikan formal ataupun informal. Hal lain yang juga berperan dalam menambah wawasan pengetahuan tentang pentingnya gizi bagi seseorang olahragawan adalah dengan aktif mengikuti perkembangan informasi mengenai gizi olahragawan. Informasi ini dapat diperoleh melalui alat-alat komunikasi misalnya membaca surat kabar dan majalah, mendengar siaran radio dan menyaksikan siaran televisi. Menurut Martianto dan Ariani (2004) peningkatan pengetahuan gizi memungkinkan pengelolaan sumberdaya secara lebih baik sehingga seseorang dapat memilih jenis-jenis pangan yang bermutu gizi tinggi dengan harga terjangkau. Tercukupinya kebutuhan gizi individu menurut Pranadji (1988) adalah merupakan hasil akhir yang diharapkan akibat meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan gizi. Konsumsi Energi dan Zat Gizi Agar dapat hidup sehat dan mempertahankan kesehatannya, manusia memerlukan sejumlah zat gizi. Untuk itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh agar dapat melaksanakan kegiatan (internal dan eksternal), pemeliharaan tubuh, dan pertumbuhan bagi yang masih dalam taraf pertumbuhan atau untuk aktivitas dan pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia (Hardinsyah & Suhardjo 1990).
Tabel 7. Persentase tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh Persentase tingkat konsumsi (%)
Zat Gizi Energi Protein Kalsium Besi Vit. A Vit.C
Baik
Sedang
Kurang
Defisit
Jumlah
52.9 70.6 5.9 52.9 91.2 11.8
29.4 14.7 14.7 23.6 2.9
11.8 8.8 5.9 23.5 5.9
5.9 5.9 73.5 8.8 79.4
100 100 100 100 100 100
* Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2004
60.0 40.0
52.9
50
50
32.4 26.5
23.5 17.6
20.0 0.0
47.1
0
Kurang
Sesuai
% P terhadap E
52.9
47.1
Lebih 0
% L terhadap E
32.4
17.6
50
% KH terhadap E
26.5
50
23.5
Gambar 13. Sebaran contoh berdasarkan persentase protein, lemak dan karbohidrat terhadap energi Konsumsi Energi Nilai energi dan zat gizi pada penelitian ini diperoleh dari perhitungan konsumsi berdasarkan recall makanan contoh (Suhardjo, 1989). Secara umum energi yang dikonsumsi contoh pada hari pertandingan berkisar antara 1395.403251.50 Kal/hari dengan rata-rata konsumsi 2511.80 Kal/hari. Lebarnya interval konsumsi pada contoh diakibatkan karena contoh tidak terkondisikan sebagai atlet sehingga contoh mengatur konsumsi sesuai kebiasaan sendiri dengan tingkat kemampuan akses terhadap pangan yang berbeda. Rata-rata konsumsi contoh jika dibandingkan dengan angka kecukupan energi rata-rata yang dianjurkan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 2004, maka tingkat konsumsi energi yang diperoleh masih di bawah standar untuk kelompok umur dewasa yaitu 2550 Kkal/hari. Pada Tabel 7 di atas, Konsumsi energi dari contoh berada di kategori baik sebesar 52.9% namun demikian masih terdapat 5.9 % contoh yang mengalami defisit energi dan 11.8% kurang. Hal ini sangat tidak baik dan dapat mengganggu penampilannya ketika
pertandingan dilaksanakan maupun untuk melaksanakan kegiatan aktivitas sehari-hari. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pertimbangan dalam memilih pangan dengan konsumsi energi contoh. Sebagian besar contoh mempertimbangkan harga yang menjadi prioritas utama dibanding nilai gizi, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi dalam konsumsi karena contoh membeli makanan yang lebih murah dengan resiko kualitas dan kuantitas makanan tidak sesuai kebutuhan. Jika hal ini terus dibiarkan, tidak tertutup kemungkinan akan menyebabkan contoh mengalami kekurangan zat gizi sehingga membuat status gizinya menurun. Konsumsi Protein Tingkat konsumsi protein contok 70.6% berada pada kategori baik, dimana konsumsi mereka mencapai ≥ 100% dari kecukupan. Chittenden dalam suatu pengamatannya menyimpulkan, bahwa para olahragawan asuhannya dapat memenangkan pertandingan-pertandingan internasional meskipun diberi makanan dengan kadar protein rendah. Dari penelitian lain yang dilakukan oleh Consolazio, ternyata makanan dengan kandungan protein yang tinggi tidak memperbaiki penampilan olahraga (Sumosardjuno, 1992). Tingkat kecukupan protein yang melebihi angka normal juga sebenarnya bukan sesuatuyang membahayakan bagi olahragawan, karena protein tidak ditimbun dalam tubuh, tidak seperti karbohidrat dan lemak. Protein yang masuk ke tubuh akan segera digunakan, atau diproses dalam hati dan diekskresikan melalui ginjal dalam urin. Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa bagi seseorang olahragawan yang mengkonsumsi protein dalam jumlah yang berlebih daripada yang dapat digunakan oleh tubuh berarti dia memaksakan hati dan ginjal bekerja keras (Sumosardjuno, 1992). Untuk mencegah hal ini terjadi terus-menerus maka pengaturan dan pengetahuan tentang menu seimbang perlu lebih diperhatikan contoh. Persentase protein dari total kalori yang dikonsumsi contoh 52.9% masih kurang. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, pembentukan otot, pembentukan sel-sel darah merah, pertahanan tubuh terhadap penyakit, enzim dan hormon, dan sintesa jaringan-jaringan badan lainnya (Gambar 13). Protein dicerna menjadi asam-asam amino, yang kemudian dibentuk protein
tubuh di dalam otot dan jaringan lain. Protein dapat berfungsi sebagai sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi seperti pada waktu berdiet ketat atau pada waktu latihan fisik intensif (Husaini, 2000). Konsumsi Lemak Walaupun olahraga endurance pembentukan energi sebagian besar berasal dari lemak, namun mengkonsumsi lemak secara berlebihan sering mengakibatkan peningkatan trigliserida, kolesterol total dan LDL kolesterol. Resiko kesehatan seperti arterosslerosis, penyakit jantung, penyakit kanker dapat timbul akibat konsumsi lemak yang tinggi (Primana, 2000). Pada contoh terdapat 50% (17 orang) mengkonsumsi lemak melebihi total energi dari lemak yang dianjurkan, yaitu sebesar 20 – 25% dari total energi. Banyaknya konsumsi lemak juga dapat mengakibatkan kegemukan, hal ini justru akan mengurangi kelincahan pergerakan pemain di lapangan sehingga pemain terlihat lamban. Konsumsi Karbohidrat Karbohidrat merupak sumber energi yang utama bagi manusia, terlebih lagi bagi olahragawan sepakbola yang memerlukan energi sebagai kebutuhan utamanya agar dapat mempertahankan stamina tubuh untuk keperluan latihan maupun pertandingan sehingga dapat berprestasi setinggi mungkin. Hasil penelitian menunjukkan 50% contoh sudah sesuai dan 23,5% diantaranya komposisi karbohidrat dalam makanan melebihi angkan kecupuan untuk pemain sepakbola yaitu 60-70% dari total energi. Semangkin berat aktivitas seseorang maka energi yang dibutuhkan (yang terutama berasal dari karbohidrat) akan semakin besar pula. Dengan tingginya intensitas latihan serta dalam rangka menghadapi pertandingan, karbohidrat merupakan hal penting yang harus diperhatikan contoh untuk menjaga cadangan glikogen otot dan hati. Dengan cadangan yang cukup maka stamina akan terjaga dan dapat mengurangi keluhan kelelahan ketika pertandingan dilaksanakan serta mempercepat proses pemulihan setelah pertandingan. Ketidakseimbangan komposisi zat gizi yang dikonsumsi oleh contoh disebabkan karena contoh sebagian besar memperoleh makanan dengan membeli di warung-warung yang berada di sekitar kampus, dalam hal ini contoh memilih makanan memprioritaskan harga dan ketersedian makanan yang ada di warung. Selain itu contoh tidak terkondisikan sebagai atlet yang sudah
mendapatkan konsultasi gizi, sehingga mereka tidak dapat memperkirakan seberapa besar kebutuhan zat gizi yang diperlukan, dan belum bisa menilai kualitas serta kuantitas makanan yang harus dikonsumsi. Konsumsi Zat Besi (Fe), Vitamin A dan Vitamin C Bagi olahragawan, konsumsi Fe dalam jumlah yang cukup sangat dianjurkan karena dari penelitian-penelitian ternyata diketahui bahwa zat besi mudah hilang melalui keringat. Diketahui pula bahwa kebanyakan para atlet wanita dan sebagian atlet pria mengalami kekurangan zat besi yang nonanemik, sehingga sukar untuk memperbaiki penampilannya. Dikhawatirkan apabila terjadi kekurangan zat besi secara terus-menerus seorang olahragawan akan cepat lelah dan lambat masa pemulihannya (Sumosardjuno, 1992). Keadaan seperti ini sering juga disebut sport-anemia. Pencegahannya dianjurkan agar paling sedikit 50% dari konsumsi protein berasal dari protein hewani, karena kelengkapan komposisi asam aminonya. Selain itu konsumsi protein yang cukup juga dapat membantu penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga daya manfaatnya menjadi lebih besar. Apabila olahragawan sampai mengalami keadaan sport-anemia dikhawatirkan dapat menghambat prestasinya. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah konsumsi teh yang biasa dilakukan olahragawan setelah makan. Teh yang biasanya diminum setelah makan ternyata dapat mengurangi absorbsi zat besi (karena adanya zat tanin) sehingga kadar zat besi yang terserap tubuh menjadi lebih kecil (sumosardjuno, 1992). Konsumsi zat besi (Fe), dan vit.A sebagian besar contoh sudah baik, sedangkan untuk kalsium (73.5%) dan Vit.C (79.4%) contoh mengalami defisit (Tabel 7). Menurut Clark (1996), vitamin C atau asam askorbat berfungsi memperbaiki jaringan dan mempercepat pertumbuhan. Pada atlet yang mengkonsumsi vitamin C yang tinggi dapat meningkatkan metabolisme dan penyerapan zat gizi yang diperlukan atlet dalam menjaga stamina dan kondisi badan bila tidak melebihi batas toksinitas vitamin C yaitu 1000 mg/hari. Konsumsi vitamin C yang cukup dapat menghambat terbentuknya asam laktat dalam otot yang dapat menyebabkan kelelahan (Sumosardjuno, 1990). Apabila konsumsi vitamin C cukup olahragawan diharapkan tidak cepat lelah dalam melaksanakan latihan-latihan rutinnya ataupun saat mengikuti suatu
pertandingan.
Namun
Clark
(1996)
menyatakan
bahwa
olahraga
tidak
meningkatkan kebutuhan vitamin karena olahraga tidak membakar vitamin, tetapi hal itu pun harus dengan syarat yaitu selama seseorang selalu mendapat makanan seimbang sehingga dia tidak perlu mendapatkan suplementasi. Kesesuaian diet Menghadapi pertandingan pengaturan gizi perlu dilakukan secara seksama karena harus mempertimbangkan sasaran pencapaian puncak prestasi yang diinginkan. Penilaian kesesuaian diet pada penelitian ini dilihat dari recall makanan yang dikonsumsi contoh pada hari pertandingan dilaksanakan, penilaian meliputi waktu makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. Gambar 14 di bawah ini menunjukkan lebih dari separuh (58.8%) contoh, jenis dan waktu makannya
tidak
sesuai
dengan
petunjuk
tentang
makanan
menjelang
pertandingan. 70
58.8
60 50
41.2
40 30 20
n Persentase
20
14
10 0 Tidak sesuai
Sesuai
Kesesuaian Diet
Gambar 14. Sebaran contoh berdasarkan kesesuaian diet Menurut Sedyanti (2000), tujuan dari pengaturan makan pada hari pertandingan bertujuan untuk meningkatkan cadangan glikogen otot dan mencegah terjadinya hypoglikemi, menjaga status hidrasi, dan menenangkan lambung agar tidak menimbulkan masalah pada lambung. Dengan pengaturan waktu makan yang tepat sebelum bertanding, makanan dalam lambung akan menetralisir cairan lambung, sehingga lambung tidak terasa nyeri dan mengurangi rasa lapar. Tentunya dengan pengaturan makan yang salah akan menyebabkan banyak keluhan yang dialami contoh selama pertandingan berlangsung.
Memberi makanan yang memenuhi kalori dan zat gizi agar dapat membentuk cadangan glikogen otot perlu diperhatikan oleh olahragawan pada hari pertandingan dilaksanakan. Hendaknya makanan lebih banyak hidrat arang komplek untuk meningkatkan cadangan glikogen, sedangkan faktor yang mempengaruhi terbentuknya cadangan glikogen adalah jumlah hidrat arang yang dikonsumsi, banyaknya pengosongan glikogen, ada tidak kerusakan otot dari latihan
yang
dilakukan
selama
pemulihan.
Sedangkan
faktor
yang
mempengaruhi terbentuknya cadangan glikogen hati adalah pencernaan dan jenis hidrat arang. Makanan sebaiknya rendah lemak karena proses pencernaan lemak memakan waktu lama. Mengurangi jenis makanan yang tinggi serat, minum cukup terutama bila pertandingan diadakan dalam cuaca panas dan usahakan makanan yang dikonsumsi sudah dikenal dan atlet sudah terbiasa dengan makanan tersebut (Sedyanti, 2000). Keluhan selama pertandingan Sepakbola
merupakan
olahraga
endurance,
dimana
permainan
sepakbola sangat membutuhkan energi tinggi. Permainan ini merupakan permainan yang berlangsung sangat cepat, dalam waktu yang relatif lama (Direktorat Gizi Masyarakat, 2002). Apabila pengaturan makan tidak cukup dan tidak sesuai maka dapat menimbulkan banyak keluhan-keluhan selama pertandingan dilaksanakan. Pada penelitian ini contoh di tanya keluhan apa saja yang dirasakan selama pertandingan dilangsungkan. Dari hasil penelitian sebanyak 22 orang (64.7%) contoh mengalami keluhan selama pertandingan seperti yang telihat pada Gambar 15 di bawah ini. 64.7
70 60 50 35.3
40 20
n 24
30
Persentase
12
10 0 Tidak Ada Keluhan
Ada Keluhan
Keluhan Selama Pertandingan
Gambar 15. Sebaran contoh berdasarkan keluhan selama pertandingan
Jenis keluhan yang paling banyak dirasakan oleh contoh adalah kehabisan tenaga, keluhan ini dirasakan oleh 17 orang yang merasakan ada keluhan selama pertandingan, kemudian disusul oleh keram, pusing, dan mata berkunang-kunang. Seperti yang terlihat pada Gambar 16 dibawah ini: 3 2
9
Pusing Mat a Berkunangkunang Kehabisan Tenaga Keram
17
Gambar 16. Sebaran contoh berdasarkan jenis keluhan Dengan adanya keluhan yang dialami pemain sepakbola mengakibatkan konsentrasi menjadi terpecah antara pertandingan dan keluhan yang dirasakan sehingga dapat mengganggu mekanisme pertandingan dan tidak mengherankan dalam beberapa tahun terakhir belum ada prestasi yang diperoleh UKM. Tentunya banyaknya keluhan akan menyebabkan contoh menjadi kelelahan setelah
pertandingan
yang
dapat
menyebabkan
terganggunya
kegiatan
kemahasiswaan contoh.
Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan manakanan. Status gizi baik sangat diperlukan untuk memperloleh kondisi fisik prima (Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1993). Menurut Moeloek (1995), faktor yang mempengaruhi prestasi olahraga adalah ukuran tubuh, status psikologi, latihan, taktik dan strategi. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
91.2
n Persentase
31 2 5.9 Kekurangan BB tingkat ringan
1 2.9 Normal
Kelebihan BB tingkat ringan
Gambar 17. Sebaran contoh berdasarkan status gizi
Permainan sepakbola memerlukan ukuran fisik yang baik, tidak terlalu kurus dan tidak gemuk. Adanya kontak fisik dengan lawan selama pertandingan berlangsung
membutuhkan komposisi
tubuh yang ideal
sebagai
dasar
keseimbangan untuk berlari, menendang, merebut bola dan menyundul bola. Hasil penelitian diketahui bahwa 91.2% contoh memiliki Indeks Massa Tubuh pada kategori normal, namun demikian masih terdapat 5.9% contoh mengalami kekurangan berat badan tingkat ringan. Hasil recall makanan terhadap ke-2 contoh tersebut menunjukkan konsumsi energi yang sedikit, pengetahuan gizi kurang, diet tidak sesuai dan tidak mengherankan kalau mereka mengalami keluhan selama pertandingan dilaksanakan. Pemberian konsultasi gizi sangat diperlukan untuk kedua pemain ini, karena dampak ketidaktahuan mereka terhadap konsumsi sangat membahayakan kesehatannya dan tidak menutup kemungkinan dapat mengganggu aktivitas perkuliahan.
Hubungan antar variabel
Pengetahuan Gizi, Konsumsi Energi, Kesesuaian Diet, Keluhan Selama Pertandingan dan Prestasi. Dari 8 orang (23,53%) responden yang pengetahuan gizinya baik, tujuh diantaranya konsumsinya sudah baik dan terdapat satu orang yang konsumsi gizinya dikategorikan sedang. Pengetahuan dan konsumsi baik tidak menjamin seseorang memenuhi dan atau mengerti tentang pengaturan makan untuk pemain sepakbola sebelum pertandingan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari ke-8 responden yang pengetahuan gizi baik tersebut 5 orang (62.5%) diantaranya dietnya tidak sesuai dan semuanya mengalami keluhan selama pertandingan
berlansung.
Pengetahuan
gizi
baik,
membuat
seseorang
mengkonsumsi makanan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan gizinya yang sesuai dengan aktivitasnya sehingga dapat mengurangi keluhan selama pertandingan dilaksanakan.
Tabel 8. Hubungan pengetahuan gizi, konsumsi energi, kesesuaian diet dan keluhan selama pertandingan Konsumsi Energi
Pengetahuan
Gizi
Baik
Sedang
Kurang 0 (0%)
Baik 8 orang (23.53%)
7 (87.5%)
1 (12.5%)
Sedang 19 orang (55.88%)
5 (26.32%)
9 (47.37%)
Kurang 7 orang (20.59%)
0 (0%)
1 (14.28%)
Kesesuaian Diet Defisit
Sesuai
Keluhan
Tidak
Ada
Tidak
0 (0%)
3 (37.5%)
5 (62.5%)
5 (62.5%)
3 (37.5%)
4 (21.05%)
1 (5.26%)
10 (52.63%)
9 (47.37%)
13 (68.42%)
6 (31.58%)
3 (42.86%)
3 (42.86%)
1 (14.28%)
6 (85.72%)
4 (57.14%)
3 (42.86%)
Contoh yang pengetahuan gizinya dikategorikan sedang sebanyak 19 orang (55.88%). Terdapat banyak variasi konsumsi pada kelompok ini, dimana dari ke-19 responden tersebut sebagian besar 47.37% konsumsi energinya dikategorikan sedang, 26.32% kategori baik, 21.05% orang berada pada ketegori kurang, dan terdapat 5.26% orang defisit. Dari 19 responden tersebut, 52.63% responden konsumsinya sesuai petunjuk diet selama pertandingan dan 31.58% diantaranya tidak mengalami keluhan selama pertandingan. Sedangkan dari 47.37% orang yang tidak sesuai dietnya semuanya mengalami keluhan selama pertandingan berlangsung. Hasil pengamatan terhadap 7 (20.59%) responden yang pengetahuan gizinya kurang diketahui bahwa 85.72% diantaranya tidak sesuai diet untuk pemain sepakbola dan 57.14% diantaranya mengalami keluhan selama pertandingan berlangsung. Konsumsi energi dari ke-7 responden ini 42.86% orang berada pada kategori defisit, 42.86% orang kategori kurang dan 14.28% orang kategori sedang. Dari hasil pengamatan recall pada kelompok ini selain konsumsi makanan mereka yang sedikit, jarak waktu makan yang terlalu jauh dengan waktu pertandingan dilangsungkan menyebabkan mereka mengalami defisit energi selama pertandingan sehingga tidak mengherankan kalau mereka merasakan keluhan kehabisan tenaga dan keram pada waktu pertandingan. Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Energi Selain pendapatan, peningkatan pengetahuan tentang pangan dan gizi diperlukan agar masyarakat dapat memperbaiki konsunsi pangan dan gizi sekaligus kesehatan (Bloom 1956 diacu dalam Pranadji, 1988). Menurut Harper, Deaton dan Driskel (1985), sebab penting dari gangguan gizi adalah kurangnya
pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan sangat signifikan antara pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi energi (p<0.01 r=0.612**) (Lampiran 4). dengan demikian konsusmsi energi pada contoh yang mempunyai pengetahuan baik lebih banyak daripada contoh yang pengetahuannya rendah. Tercukupinya kebutuhan gizi individu adalah merupakan hasil akhir yang diharapkan akibat meningkatnya pengetahuan, sikap, dan ketetampilan gizi (Pranadji, 1988). Hal ini menunjukkan pengetahuan gizi berdampak positif terhadap konsumsi seseorang, namun demikian anggota UKM hanya sedikit yang mempunyai pengetahuan gizi baik. Ketidaktahuan tentang zat gizi yang harus dikonsumsi dapat mengakibatkan kesalahan dalam pemilihan pangan maupun jumlah serta waktu makan, bagi pemain sepakbola hal ini sangat perlu diperhatikan karena permainan ini membutuhkan IMT yang baik, daya tahan tubuh yang prima, dan ketepatan jenis dan waktu makan dapat megurangi keluhan-keluhan selama pertandingan dilaksanakan dan akhirnya diharapkan tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar karena kelelahan setelah melaksanakan pertandingan. Untuk meningkatkan konsumsi gizi yang baik dan berimbang untuk anggota UKM sebaiknya dilakukan penyuluhan gizi terhadap anggota dengan melibatkan kegiatan lintas sektor, misalnya menjadikan UKM sepakbola sebagai tempat latihan penyuluhan dan konsultasi gizi untuk mahasiswa Program Studi Gizi Masyarakat. Frekuensi Latihan dan Pertandingan dengan Keluhan Selama Pertandingan Hasil uji statistik antara
frekuensi latihan dengan keluhan selama
pertandingan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05 r=-0.430*). Ini berarti semakin sering contoh melakukan latihan maka semakin jarang atau tidak ada keluhan yang dirasakan selama bertandingan berlangsung. Sumosardjuno (1992) menyatakan, latihan paling sedikit 3 hari per minggu, baik untuk olahraga kesehatan maupun olahraga prestasi. Hal ini disebabkan ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam tidak melakukan latihan. Jadi kita usahakan sebelum ketahanan menurun, harus sudah berlatih lagi.
Demikian
juga
untuk frekuensi pertandingan,
terdapat
hubungan
signifikan (p<0.05 r=-0.340*). Dengan lebih sering latihan dan pertandingan yang teratur ternyata dapat mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan oleh contoh. Latihan dan pertandingan yang cukup dapat membuat tubuh lebih bugar dan daya tahan tubuh meningkat, namun jika tidak dibarengi dengan konsumsi zat gizi yang baik akan berdampak sebaliknya. Kesenangan dan terpenuhinya harsat untuk bermain sepakbola pada mahasiswa pencinta olahraga ini membuat mereka mengesampingkan faktor-faktor pendukung seperti konsumsi gizi dan padatnya kegiatan perkulihan. Hal ini tidak menutup kemungkinan dapat mengakibatkan menurunnya status gizi dan satu hal yang sangat tidak diharapkan penurunan dalam bidang prestasi akademik. Kesesuaian Diet dengan Keluhan Selama Pertandingan Waktu makan dan jenis makanan yang tidak tepat menyebabkan contoh mengalami keluhan selama pertandingan berlangsung, dengan pemilihan jenis makanan yang tepat dan mengkonsumsinya pada waktu yang sesuai, maka dapat mengurangi resiko terjadinya ganguan-gangguan selama pertandingan berlangsung. Hal ini terbukti dari uji statistik, dimana adanya hubungan yang signifikan (p<0.05 r=-0.446*). Namun jika dilihat dari banyaknya contoh yang mengalami keluhan (64.7%) hanya sedikit contoh yang merasakan manfaat dari pengaturan makan yang baik. Hasil recall makanan yang dilakukan terhadap contoh, sebagian besar contoh makan siang pada jam 12 siang, sedangkan latihan dan pertandingan dilaksanakan diatas jam 4.00 sore. Jadi tidak mengherankan banyak contoh yang mengalami keluhan kehabisan tenaga, hal ini karena energi dari makanan siang sudah berkurang. Dengan keterbatasan akses pangan membuat mereka tidak melakukan apa-apa lagi untuk menambah energi. Makanan lengkap sebaiknya dikonsumsi tiga jam sebelum pertandingan dilaksanakan, setelah itu 1-2 jam sebelum pertandingan atlet disarankan untuk hanya mengkonsumsi makanan kecil/minuman (biskuit, teh manis, jus buah, dll) (Husaini, 2000). Keluhan selama pertandingan tidak hanya disebabkan karena makan yang terlalu lama dari jadwal pertandingan, konsumsi makanan yang terlalu dekat dengan jadwal pertandingan juga dapat mengakibatkan gangguan
percernaan, dimana seseorang bisa merasakan sakit di sekitar perut karena pencernaan masih bekerja. Status Gizi, Frekuensi Latihan dan Pertandingan dengan Indek Prestasi Kumulatif (IPK) Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal (kesehatan, status gizi, minat, konsentrasi, aspek fisik, dan faktor intelegensia) serta faktor eksternal (lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat) (Hawadi, 2001). Hasil uji statistik yang dilakukan terhadap status gizi dengan IPK terdapat hubungan yang tidak signifikan (p>0.05 r=-0.042). Demikian juga dengan frekuensi latihan (p>0.05 r=0.101) dan pertandingan (p>0.05 r=0.357) tidak terdapat hubungan yang sifnifikan. Adanya kebebasan bagi mahasiswa untuk mengikuti atau tidak latihan dan pertandingan yang dilaksanakan UKM membuat anggotanya lebih fleksibel dalam mengatur waktu latihan. Biasanya anggota lebih mengutamakan perkulihan daripada kegiatan UKM, dimana apabila jadwal latihan atau pertandingan yang berbenturan dengan kegiatan perkulihan mereka boleh tidak mengikuti latihan maupun pertandingan, dengan demikian mereka menganggap kegiatan UKM sepakbola IPB sebagai sarana penyaluran hobi dan menjaga kebugaran tubuh. Tersalurnya hobi dan mendapatkan kesenangan sehingga dapat meningkatkan semangat belajar adalah salah satu tujuan dari kegiatan UKM sepabola IPB. Untuk menunjang hal tersebut IPB dengan sigap mendukung kegiatan positif kemahasiswaan dengan menyediakan sarana penunjang olahraga yang lengkap, dan untuk menunjang kegiatan dibentuklah UKM sebagai wadah organisasinya. Hasil pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap UKM sepak bola secara umum sudah sangat memuaskan dalam segi penyediaan fasilitas dan kesempatan untuk mempergunakannya.
KESIMPULAN 1. Contoh dalam penelitian ini adalah anggota UKM sepakbola IPB, dimana persentase terbanyak berasal dari daerah sumatera utara (29,4%). Sedangkan fakultas FAHUTAN dan FPIK (23,5%) merupakan asal fakultas terbanyak yang menjadi anggota UKM. Sebagian besar contoh dalam penelitian ini memasuki semester 6 masa perkuliahan (32.35%), melakukan latihan ≥ 4 kali sebulan (82.3%) dan melaksanakan pertandingan lebih dari 1 kali per bulan (67.6%) serta sebagian besar contoh memiliki Indeks Prestasi Komulatif memuaskan (61.8%). 2. Pengetahuan gizi baik akan mempengaruhi konsumsi seseorang, dari 8 contoh yang pengetahuannya baik 87.5% diantaranya konsumsinya juga baik. Sedangkan dari 14 orang contoh yang konsumsinya sesuai petunjuk diet untuk pemain sepakbola 85.71% diantaranya tidak mengalami keluhan selama pertandingan. 3. Konsumsi energi dan zat gizi sangat berperan penting terhadap keadaan status gizi, seseorang yang mempunyai status gizi baik akan menunjang aktivitas yang dilakukan sehari-hari demikian juga sebaliknya. Pada penelitian ini Konsumsi energi dan zat gizi contoh jika dibandingkan dengan AKG 2004 (2550 kal) berada pada kategori baik (52.9%) dan sedang (29.4%), sedangkan sisanya berada pada kategori kurang dan defisit. Dengan aktivitas olahraga sepakbola yang merupakan olahraga endurance, tidak menutup kemungkinan meningkatnya jumlah contoh yang menurun status gizinya apabila konsumsi zat gizinya tidak diperhatikan dengan baik. Selain daripada itu juga akan berdampak pada kesehatan contoh dan dapat mengganggu perkuliahan sehingga dapat menurunkan prestasi contoh. 4. Kesesuaian diet sebagian besar contoh (58.8%), tidak sesuai dalam pengaturan jenis dan waktu makan sebelum pertandingan. Hal ini mengakibatkan banyaknya contoh yang mengalami keluhan selama pertandingan (64.7%). Keluhan selama pertandingan tentunya akan mengakibatkan seseorang kurang berkonsentrasi terhadap pertandingan sehingga dapat mengganggu jalannya pertandingan dan perestasi aolahraga akan menurun. Keluhan yang banyak juga diduga membuat
contoh mengalami kelelahan setelah pertandingan sehingga mereka kurang konsentrasi dalam perkuliahan dan dapat menurunkan prestasi akademik contoh. 5. Status gizi contoh sebagian besar berada pada kategori normal (91.2%), dengan aktivitas yang berlebihan dan disertai konsumsi zat gizi yang tidak mencukupi besar kemungkinan status gizi seseorang akan menurun. Hal ini sangat perlu diperhatikan oleh contoh. 6. Penyaluran hobi merupakan hal yang penting untuk mahasiswa, salah satunya adalah mahasiswa yang hobi bermain sepakbola, dengan adanya kegiatan ini selain dapat membuat badan lebih bugar juga diharapkan mahasiswa dapat lebih baik dari segi psikologis. Oleh karena itu, sarana dan prasarana kegiatan sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan tersebut. Dengan adanya lapangan sepakbola yang telah dimiliki oleh IPB, mahasiswa dapat dengan mudah untuk menyalurkan kegiatankegiatan positif. Akan lebih baik jika kegiatan ini terorganisasi dan terjadwal dengan baik, sehingga selain untuk menyalurkan hobi diharapkan juga dapat memberikan prestasi dalam bidang olahraga untuk mahasiswa dan IPB serta tidak mengganggu aktivitas perkuliahan.
SARAN Penyuluhan dan konsultasi gizi merupakan hal penting yang sebaiknya diberikan kepada anggota UKM sepakbola IPB, hal ini dilakukan untuk menambah pengetahuan tentang gizi dan bagaimana cara memperbaiki konsumsi energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk pemain sepakbola, sehingga kegiatan kemahasiswaan ini dapat memberikan prestasi kepada mahasiswa maupun IPB dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Pembinaan dan bimbingan dalam administrasi orgasnisasi UKM sepakbola sangat dibutuhkan, sehingga dapat lebih mudah dalam melakukan monitoring dan evaluasi. Penelitian lebih lanjut dan lebih spesifik perlu dilakukan untuk mengukur intensitas dan lama latihan serta pertandingan dengan metode pengukuran yang lebih detail. Penelitian kepada kelompok contoh yang seragam, misalnya pada mahasiswa TPB untuk keseragaman aktivitas perkuliahannya.
Lampiran 1. Karakteristik Contoh Anggota UKM Sepakbola IPB
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Program Studi Agrebisnis TPB TPB Budidaya Hutan Tanaman Teknik Pertanian Matematika-FMIFA MNH-4 TPB KPM Silvikultur TPT IPTP TPB ITK TPB TPT Manajemen Hutan INTP TPB Biologi Manajemen Hutan TPB TIKA KDH ITK ITK ITK Teknisi Pertanian BDH KDH THP THP THP THP Rata-rata Min Max Standar Deviasi
semster
Lat
Tdg
Skor
Kesesuaian Diet
keluhan
4 2 2 6 6 6 4 2 4 4 6 4 2 6 2 6 8 4 2 4 4 2 6 6 6 4 6 6 8 6 8 8 8 8
4 4 4 4 6 8 4 4 4 8 8 8 3 5 8 5 8 4 8 4 4 8 8 8 8 8 8 8 8 3 1 1 1 1 5.47 1 8 2.53
3 6 5 6 8 6 4 1 1 6 10 3 1 3 4 5 2 3 1 1 1 1 6 1 4 1 8 2 4 1 2 1 2 4 3.44 1 10 2.45
24 23 18 21 17 15 20 24 14 21 22 16 16 27 18 24 18 22 23 23 21 15 23 27 25 23 16 25 24 28 25 26 27 24 21.62 14 28 3.98
1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0.41 0 1 0.50
1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0.65 0 1 0.49
2 8 2
IMT 18.63 21.62 22.09 25.92 20.88 21.92 19.77 22.07 17.27 22.03 23.37 21.7 24.56 19.78 21.27 20.06 20.13 22.02 20 20.28 24.22 17.42 22.67 22.1 20.33 19.85 21.17 23.45 23.2 20.14 19.49 20.73 18.59 21.58 21.19 17.27 25.92 1.93
IPK 3.07 2.22 2.81 2.58 3.27 1.68 1.91 3.06 2.35 1.99 2.32 2.53 2 2.5 3.11 2.38 2.71 2.22 2.33 2.01 3.04 2.64 2.58 2.57 2.59 2.29 2.58 2.57 3.44 2.58 3.21 2.66 3.04 2.97 2.58 1.68 3.44 0.42
Energi 2818 2494.46 1851.41 2463.046 2126.184 2267.3 2688.4 2756.97 1395.4 2076.7 2392.8 2015.1 2023.3 2801.1 2137.12 3063.35 2161.2 2530.5 2660.9 2577.3 2130.1 1847.5 2705.2 2907.7 3185.7 2907.6 1633.4 3067.2 2924.7 3251.5 2864.6 2703.2 2945.2 3026.9 2511.8 1395.4 3251.5 468.7
Lampiran 2. KUESIONER Karakteristik Responden Nama/NRP
NRP.
Tempat, tanggal lahir Daerah asal Program Studi Tinggi badan* Berat badan* IMT* Frekuensi
Latihan
dlm 1 bulan
………….kali/minggu ………………kali/bulan
Frekuensi pertandingan dlm 1 bulan terakhir Alamat Telp: HP: Ket *=lakukan pengukuran antropometri dengan alat ukur yang disediakan. Kebiasaan Makan dan akses pangan Frekuensi makan Ya No. Jenis pangan 1x 1.
Makanan pokok
2.
Lauk pauk
3.
Sayur
4.
Buah
5.
Susu
6.
Sarapan pagi
7.
Sarapan pagi saat ini
Tidak
Frekuensi 2x
3x
4x
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan pangan dan tempat makan Faktor
Pertimbangan memilih pangan
Pertimbangan memilih tempat makan
Harga
Harga
Nilai gizi
Rasa
Ketersediaan
Rasa
Kebersihan
Keragaman
Prioritas Keterangan: Berikan angka berdasarkan prioritas dari yang terbesar hingga terkecil, angka 1 untuk prioritas terbesar dan seterusnya.
Cara memperoleh makanan : a. Masak sendiri
b. Membeli
c. Tinggal dengan orang tua
Riwayat Kesehatan 1. Jenis penyakit kronis yang pernah dan atau sedang dialami: ………………. a. Lama menderita ……………………………. b. Frekuensi terjadinya dan atau keseringan kambuh ……………………. 2. Apakah anda perokok
a. Ya
b. tidak
Jika Ya, berapa banyak konsumsi dalam satu hari: ……………………. Pengetahuan Gizi 1. Makanan bergizi adalah a. Makanan yang mahal b. Makanan yang aman bagi tubuh c. Makanan yang sederhana dan berguna bagi tubuh d. Makanan yang mengandung zat-zat berguna dan bermanfaat bagi tubuh. 2. Jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh kita a. Berbeda-beda menurut ukuran tubuh dan kegiatan b. Sama untuk setiap orang c. Berbeda-beda menurut umur, tinggi badan dan berat badan d. Berbeda-beda menurut kegiatan, umur dan ukuran tubuh. 3. Cara menurunkan berat badan yang sehat adalah a. Tidak makan nasi dan daging kecuali sayur tiap hari b. Diet rendah energi, gizi seimbang dan olahraga secara teratur c. Hanya mengkonsumsi buah
Jarak
d. Diet rendah purin dan tinggi energi dan protein 4. Makanan yang banyak mengandung serat adalah? a. Daging
b. Telur
c. Buah dan sayur
d. Ikan
5. Vitamin A banyak terdapat dalam? a. Hati sapi
b. Kentang
c. Durian
d. Kol
6. Vitamin yang berfungsi dalam pembekuan darah adalah? a. Vitamin B
b. Vitamin D
c. Vitamin E
d. Vitamin K
c. Wortel
d. Tauge
7. Berikut pangan sumber Fe? a. Tempe
b. Nasi
8. Berikut zat non gizi yang diperlukan bagi tubuh a. Serat
b. Protein
c. Mineral
d. Karbohidrat
9. Buah-buahan yang paling banyak mengandung vitamin C adalah? a. Pepaya
b. Apel
c. Jambu biji d. Nangka
10. Berikut adalah pangan sumber kalsium a. Susu
b. Tomat
c. Hati
d. Kelapa
11. Vitamin mempunyai sifat larut dalam lemak dan larut dalam air. Manakah diantara vitamin berikut yang larut dalam lemak a. Vitamin A, C, dan K b. Vitamin C, A, D, dan K c. Vitamin A, D, E, dan K d. Vitamin A, B, C dan D 12. Kekurangan kalsium akan menyebabkan penyakit a. Kretenisme
b. Batu ginjal
c. Osteoporosis
d. Kencing manis
13. Salah satu panyakit degeneratif akibat obesitas adalah a. Osteoporosis
b. Kwashiorkor
c. TBC
d. Diabetes Militus
14. Berikut bahan kimia berbahaya yang tidak boleh ada dalam pangan a. Boraks
b. Rhodamin B
c. Formalin
d. Semua benar
15. Makanan yang dianjurkan pada saat 3-4 jam sebelum pertandingan? a. Makanan tinggi protein seperti telur dalam jumlah yang banyak dan lebih baik dalam keadaan mentah. b. Mengkonsumsi banyak supplement terutama supplement yang dipercaya dapat menambah energi secara instant
c. Hanya makan makanan yang dalam bentuk bubur atau jus buah d. Makanan lengkap, mudah dicerna, rendah lemak, dan rendah serat. 16. Makanan yang boleh dimakan pada saat 1 jam sebelum pertandingan? a. Makanan kecil/ minuman (biskuit, teh manis, jus buah, dll) b. Makanan lengkap dengan gizi seimbang serta tinggi serat c. Tidak boleh mengkonsumsi apapun kecuali air putih d. Apa saja boleh dimakan 17. Makanan dan minuman yang dianjurkan pada saat istirahat/jeda antara babak pertandingan? a. Makanan lengkap dan minuman suplemen b. Minum air putih atau air gula ditambah sedikit garam (minuman elektrolit) c. Makan roti tawar dan kopi d. Minuman dingin dan singkong atau kentang rebus/gorang 18. Kebutuhan suplemen untuk atlet pada saat pertandingan? a. Hanya untuk atlet dalam kondisi tertentu sesuai dengan nasehat dokter. b. Untuk semua atlet guna meningkatkan kekuatan otot c. Untuk semua atlet sebagai penambah daya tahan tubuh d. Tidak diperbolehkan sama sekali dalam kondisi apapun 19. Kapan waktu makan makanan lengkap yang dianjurkan setelah pertandingan? a. Langsung setelah pertandingan berakhir b. 1 jam setelah pertandingan c. 3-4 jam setalah pertandingan d. 8 jam setelah pertandingan 20. Jenis protein yang baik untuk olahragawan adalah? a. Protein hewani b. Protein nabati c. Protein hewani dan protein nabati d. Protein susu 21.Tujuan pengaturan makanan pada atlet adalah, Kecuali: a. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi agar tidak terjadi
kurang gizi atau gizi lebih (kegemukan). b. Membentuk otot dan mencapai tinggi badan optimal. c. Memelihara kekompakan tim dan memudahkan pengaturan strategi pertandingan d. Membiasakan atlet mengatur diri sendiri untuk makan makanan yang seimbang. 22. Air minum yang dianjurkan pada saat jeda pertandingan: a. air hangat-hangat kuku b. air es dingin c. air dengan suhu 50C (sejuk) d. soft drink 23. Minuman juice buah yang banyak mengandung kalium dan natrium sangat dianjurkan untuk olahragawan. Salah buah yang tinggi unsure tersebut adalah: a. wortel b. mentimun c. tomat d. durian 24. fungsi lemak dalam tubuh adalah: kecuali, a. melarutkan vitamin b. sumber energi c. meningkatkan oksigen tubuh d. Sumber asam lemak essensial, misalnya asam lemak linoleat 25. Masalah yang timbul karena terlalu banyak mengkonsumsi protein: a. sering kencing b. kejang-kejang c. osteoporosis d. marasmus 26. Zat gizi yang penting untuk mencegah terjadinya anemia adalah: a. serat
b. Fe
c. H2O
d. Kalsium
27. Pengaturan makan (diet) sehari sebelum bertanding bertujuan untuk; kecuali, a. Memeberikan keyakinan atlet, tubuhnya siap bekerja berat
b. Mencegah terjadinya benturan dengan lawan c. Mencegah Hypoglikemia d. Memberikan cadangan glikogen otot secara maksimal 28. Syarat umum diet untuk atlet adalah: kecuali, a.Tinggi Hidrat Arang (HA), tinggi Protein dan Tinggi lemak b. Tinggi HA, rendah lemak, cukup cairan c. Pola hidangan: makanan sehat d. Serat sedang, mudah dicerna, dan tidak meransang 29. Diare dan kembung yang sering dialami atlet sebelum pertandingan disebabkan oleh: a. Merokok b. Tidak memberi salam kepada pelatih c. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat d. Kurang konsumsi yodium 30. Pengobatan untuk atlet yang mengalami gangguan makan adalah. Kecuali a. Pengobatan megnetik b. Pengobatan Medik c. Pengobatan dietetic d. Pengobatan psikologik
Lampiran 3. Konsumsi Energi dan Zat Gizi contoh dan Persentase penggunaan energi dari Protein, Lemak, dan Karbohidrat berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2004 (2550 kalori) Contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Ratarata Min Max SD
Energi 2818 2494.46 1851.41 2463.046 2126.184 2267.3 2688.4 2756.97 1395.4 2076.7 2392.8 2015.1 2023.3 2801.1 2137.12 3063.35 2161.2 2530.5 2660.9 2577.3 2130.1 1847.5 2705.2 2907.7 3185.7 2907.6 1633.4 3067.2 2924.7 3251.5 2864.6 2703.2 2945.2 3026.9
% AKG 110.51 97.82 72.60 96.59 83.38 88.91 105.43 108.12 54.72 81.44 93.84 79.02 79.35 109.85 83.81 120.13 84.75 99.24 104.35 101.07 83.53 72.45 106.09 114.03 124.93 114.02 64.05 120.28 114.69 127.51 112.34 106.01 115.50 118.70
Protein 57.167 67.365 60.82 41.3286 42.2955 60.82 71.93 57.167 28.72 38.91 50.55 48.015 51.215 77 49.227 74.91 45.91 67.365 71.93 61.87 62.06 62.85 79.03 73.94 76.91 68.83 27.675 78.665 67.715 81.91 77 79.03 68.83 74.91
% P dari E 8.11 10.80 13.14 6.71 7.96 10.73 10.70 8.29 8.23 7.49 8.45 9.53 10.13 11.00 9.21 9.78 8.50 10.65 10.81 9.60 11.65 13.61 11.69 10.17 9.66 9.47 6.78 10.26 9.26 10.08 10.75 11.69 9.35 9.90
%P AKG 103.94 122.48 110.58 75.14 76.90 110.58 130.78 103.94 52.22 70.75 91.91 87.30 93.12 140.00 89.50 136.20 83.47 122.48 130.78 112.49 112.84 114.27 143.69 134.44 139.84 125.15 50.32 143.03 123.12 148.93 140.00 143.69 125.15 136.20
Lemak 85.025 52.43 41.4515 65.91 61.0883 65.91 51.87 85.025 24.04 59.74 60.58 59.645 60.27 60.895 64.205 118.99 59.23 52.43 51.87 68.92 76.08 28.975 79.77 120.43 67.705 52.155 41.835 96.035 94.695 120.94 60.895 79.77 52.155 118.99
% L dari E 27.15 18.92 20.15 24.08 25.86 26.16 17.36 27.76 15.51 25.89 22.79 26.64 26.81 19.57 27.04 34.96 24.67 18.65 17.54 24.07 32.14 14.12 26.54 37.28 19.13 16.14 23.05 28.18 29.14 33.48 19.13 26.56 15.94 35.38
Kharbo 424.61 434.02 324.47 246.52 346.5154 324.47 482.49 424.61 259.18 349.94 399.93 317.3 316.885 451.46 331.025 413.505 354.9 434.02 482.49 415.92 289.19 325.315 357.7 403.96 565.575 538.865 281.13 484.55 453.43 458.39 451.46 357.7 538.865 413.505
% K dari E 60.27 69.60 70.10 40.03 65.19 57.24 71.79 61.61 74.30 67.40 66.86 62.98 62.65 64.47 61.96 53.99 65.69 68.61 72.53 64.55 54.31 70.43 52.89 55.57 71.01 74.13 68.85 63.19 62.01 56.39 63.04 52.93 73.19 54.64
2511.80 1395.40 3251.50 468.70
98.50 54.72 127.51 18.38
61.88 27.68 81.91 14.91
9.83 6.71 13.61 1.59
112.51 50.32 148.93 27.10
68.82 24.04 120.94 24.62
24.35 14.12 37.28 6.07
395.70 246.52 565.58 81.30
63.36 40.03 74.30 7.69
Lampiran 4. Hubungan pengetahuan gizi, konsumsi energi, kesesuaian diet, keluhan selama pertandingan, status gizi, frekuensi latihan, frekuensi pertandingan dan indeks prestasi komulatif. Pengetahuan Konsumsi Kesesuaian Gizi Energi Diet Pengetahuan Gizi Konsumsi Energi
Keluhan Status Frekuensi Frekuensi Selama Gizi Latihan Pertandingan Pertandingan
1
0.612**
1
0.139
0.261
1
-0.031
0.141
-0.446**
1
0.303
0.317
0.285
-0.077
Frekuensi Latihan
0.134
0.016
0.190
Frekuensi Pertandingan
0.232
0.035
0.262
Indek Prestasi Komulatif * Signifikan pada taraf kepercayaan 95% ** Signifikan pada taraf kepercayaan 99%
0.124
0.110
0.078
Kesesuaian Diet Keluhan Selama Pertandingan Status Gizi
Indek Prestasi Komulatif
1
-0.430** -0.092
-0.340*
1
0.313
0.230
1
-0.230 -0.042
0.101
0.357
1
Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi Orang Indonesia
No
Kelmpok
Berat
Tinggi
Umur
badan
badan
Energi
Protein
Vit.A
(kg)
(cm)
(Kkal)
(g)
(RE)
Vit K
Tiamin
Ribo-
Vit.C
Kalsium
Fosfor
Besi
flavin (ug)
(mg)
(mg)
(mg)
(mg)
(mg)
(mg)
0.5
Anak 1
0-6 bl
6
60
550
10
375
5
0.3
0.3
40
200
100
2
7-12 bl
8.5
71
650
16
400
10
0.4
0.4
40
400
225
7
3
1-3 th
12
90
1000
25
400
15
0.5
0.5
40
500
400
8
4
4-6 th
17
110
1550
39
450
20
0.6
0.6
45
500
400
9
5
7-9 th
25
120
1800
45
500
25
0.9
0.9
45
600
400
10
Laki-laki 6
10-12 th
35
138
2050
50
600
35
1
1
50
1000
1000
13
7
13-15 th
46
150
2400
60
600
55
1.2
1.2
75
1000
1000
19
8
16-18 th
55
160
2600
65
600
55
1.3
1.3
90
1000
1000
15
9
19-29 th
56
165
2550
60
600
65
1.2
1.3
90
800
600
13
10
30-49 th
62
165
2350
60
600
65
1.2
1.3
90
800
600
13
11
50-64 th
62
165
2250
60
600
65
1.2
1.3
90
800
600
13
12
60+ th
62
165
2050
60
600
65
1
1.3
90
800
600
13
13
10-12 th
37
145
2050
50
600
35
1
1
50
1000
1000
20
14
13-15 th
48
153
2350
57
600
55
1.1
1
65
1000
1000
26
15
16-18 th
50
154
2200
50
600
55
1.1
1
75
1000
1000
26
16
19-29 th
52
156
1900
50
500
55
1
1.1
75
800
600
26
17
30-49 th
55
156
1800
50
500
55
1
1.1
75
800
600
26
18
50-64 th
55
156
1750
50
500
55
1
1.1
75
800
600
12
19
60+ th
55
156
1600
50
500
55
1
1.1
75
800
600
12
Wanita