PENGARUH SIKLUS BISNIS DAN DIVERSIFIKASI PENDAPATAN TERHADAP PERUBAHAN CAPITAL BUFFER DAN PERUBAHAN RISIKO (STUDI PADA BANK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2012) Tian Fitriyantika Ferdinand D. Saragih Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
ABSTRAK Bank perlu memegang kelebihan modal untuk mencegah capital shock dan menghindari sanksi yang ditetapkan regulator. Bank juga perlu merespon perubahan kondisi ekonomi untuk dapat menyesuaikan risikonya. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa modal yang dipegang bank dan risiko bank dipengaruhi oleh faktor siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan terhadap perubahan capital buffer dan perubahan risiko. Penelitian ini menggunakan data balance panel periode 2007:Q1 – 2012:Q4. Penelitian ini menggunakan metode Two Stage Least Square (2SLS). Penelitian ini menggunakan variabel independen berupa variabel siklus bisnis dengan proksi tingkat pertumbuhan GDP riil dan variabel diversifikasi pendapatan yang dihitung dengan Herfindahl Index (HHI). Dengan menggunakan variabel kontrol berupa non interest share, ROA, tingkat pertumbuhan aset, likuiditas, volatilitas dan size, hasil penelitian menemukan bahwa (1) siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan capital buffer; (2) siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan risiko. Kata kunci: siklus bisnis; diversifikasi; capital buffer; risiko. ABSRACT Bank retains capital buffer to prevent capital shock and punishment from regulator. Bank needs to respond changes in economic condition to adjust their risk. Literature suggests that bank capital and risk influenced by business cycle and revenue diversification. Then, this study aims to analyze the influence of business cycle and revenue diversification on changes in capital buffer and changes in risk. This study uses balance panel data for the period 2007:Q1 – 2012:Q4. This study uses Two Stage Least Square Method (2SLS). This study uses independent variable such as rate of growth of real GDP as a proxy for business cycle variable and revenue diversification variable counted by Herfindahl Index (HHI). Using control variable such as non interest share, ROA, asset growth, liquidity, volatility and size, the result shows that (1) business cycle and revenue diversification have negative and significant impact on changes in capital buffer; (2) business cycle and revenue diversification have negative and significant impact on changes in risk. Keywords: business cycle; diversification; capital buffer; risk. Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
1. Pendahuluan Krisis pada tahun 2008 ditengarai merupakan dampak dari kondisi sektor perbankan di berbagai negara memiliki tingkat leverage yang tinggi dan memperburuk kualitas modal bank. Pengalaman krisis tersebut mendorong regulator, pemegang saham, dan bank untuk lebih menyadari pentingnya capital buffer yang cukup. Menurut Berger et al., (1995), bank menyimpan capital buffer di atas nilai kewajiban modal minimum sebagai penyangga untuk menahan konsekuensi keuangan yang merugikan karena imbal hasil aset yang tidak sesuai dengan harapan. Menurut Shim (2013), capital buffer berperan sebagai jaminan dari biaya yang mungkin terjadi jika bank mengalami capital shock dan kesulitan memperoleh modal baru. Karena jika bank mengalami capital shock, bank tidak akan memenuhi kewajiban modal minimum yang ditetapkan regulator. Suatu pelanggaran terhadap peraturan kewajiban modal minimum ini mencetuskan intervensi pengawasan yang merugikan, bahkan mengarah pada penutupan perusahaan. Menurut Borio et al., (2001) dalam Prasetyantoko dan Soedarmono (2010) bank merespon perubahan siklus bisnis yang upturn dan downturn secara berbeda. Pertama, shortsight banks cenderung menurunkan capital buffer saat economic booms dan mempeluas aktivitas pinjamannya. Konsekuensinya, bank gagal membangun capital buffer dan capital buffer harus dibangun saat ekonomi downturn. Kemudian, forward looking bank merupakan bank yang memiliki antisipasi miopi dengan meningkatkan capital buffer saat economic booms, dengan tujuan untuk mengakomodasi risiko kredit bank selama ekonomi downturn. Jokipii dan Milne (2008) menyatakan bahwa perilaku cyclical pada capital buffer bank Eropa bervariasi menurut ukuran dan tipe bank. Selain itu, disebutkan pula bahwa bank perlu memegang kelebihan modal sebagai sinyal yang kuat bagi pasar dan proteksi menghadapi pelanggaran kewajiban modal minimum. Sementara itu, Ayuso et al., (2004) menyatakan perilaku anticyclical atas risiko kredit (bergerak pada arah berlawanan dengan siklus bisnis), perilaku bank terhadap capital buffer-nya cenderung berubah-ubah menurut tahap siklus bisnis dan situasi keuangan bank itu sendiri. Jokipii dan Milne (2011) menyatakan pengambilan risiko bank tergantung pada seberapa besar selisih capital buffer dengan persyaratan modal minimum. Shim (2013) menemukan suatu hubungan negatif antara siklus bisnis dan capital buffer. Selain itu, goncangan modal kemungkinan besar disebabkan oleh materialisasi risiko kebangkrutan (seperti kredit) yang cenderung dihubungkan dengan siklus bisnis. Pada kondisi ekonomi downturn ketika counterparty cenderung downgraded, ekspektasi risiko kredit akan meningkat, sedangkan ekspektasi risiko kredit akan menurun selama Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
ekonomi upturn. Suaza et al., (2012) juga menyatakan bahwa bank mengambil risiko yang lebih tinggi saat terjadi ekspansi ekonomi dan memperluas portofolio pinjaman tanpa meningkatkan capital buffer. Kemudian, kondisi permodalan yang buruk akan menyebabkan permodalan bank jatuh di bawah rasio kecukupan modal minimum. Akhirnya, bank terpaksa menerbitkan saham baru atau meningkatkan capital buffer melalui penurunan pinjaman. Seiring dengan adanya deregulasi sistem keuangan, inovasi teknologi dan persaingan di industri perbankan yang semakin ketat, maka lingkungan bisnis perbankan juga berubah dengan cepat. Menurut Lepetit et al., (2008), bank bereaksi terhadap lingkungan baru dengan cara mengadopsi strategi yang proaktif, dan memperluas jangkauan produk yang ditawarkan kepada klien sebagai respon atas ketidakpastian. Kegiatan bank yang semula fokus pada aktivitas tradisional mengalami pergeseran karena bank mendiversifikasi kegiatannya dengan menambah kegiatan intermediaris non tradisional yang terdiri dari investment banking dan market trading. Hal ini senada dengan pendapat Esho et al., (2005) bahwa untuk memelihara posisinya di pasar uang, bank perlu melakukan diversifikasi dengan memperluas produk dan layanannya. Diversifikasi produk dan layanan ini akan membentuk diversifikasi pendapatan pada bank yang terdiri dari pendapatan bunga dan pendapatan non bunga. Diversifikasi pendapatan juga memegang peranan penting saat terjadi krisis. Menurut Sudarsono (2009), ketika terjadi krisis, debitur bank mengalami kesulitan usaha dengan konsekuensi tidak mampu membayar pokok utang dan bunga ke bank. Akibatnya, bank mengalami kesulitan likuiditas dan menyebabkan meningkatnya cost of fund sehingga bank tidak bisa memenuhi kewajibannya kepada Dana Pihak Ketiga. Tingkat bunga kredit yang tinggi menyebabkan negative spread pada industri perbankan yang kemudian mendorong kredit macet. Karena permasalahan tersebut, perbankan menyalurkan kreditnya dengan hati-hati dan dituntut untuk mencari sumber pendapatan baru. Berkaitan dengan pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap capital buffer dan risiko bank, hasil penelitian Shim (2013) menyatakan bahwa diversifikasi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap capital buffer dan risiko. Artinya, diversifikasi pendapatan memberikan manfaat bagi bank untuk menurunkan beban capital buffer dan risikonya. Sebagaimana dijelaskan Galo et al., (1996), melalui diversifikasi bank dapat meningkatkan produksi dan penjualan layanan keuangan berbasis fee untuk mengeksploitasi biaya economies of scope dengan membagi input pada joint production. Selain itu, bank juga akan memperoleh keuntungan dari revenue scope economies dengan Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
menyediakan peluang cross-selling kepada customer yang bersedia membayar biaya kemudahan ekstra atas jasa supermarket keuangan. Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui sejauh mana pengaruh siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan terhadap perubahan capital buffer dan perubahan risiko pada bank di BEI, maka rumusan masalah dalam penelitian ini terdiri dari (1) apakah siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap perubahan capital buffer?; dan (2) apakah siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap perubahan risiko?. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pengaruh siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan terhadap perubahan capital buffer bank; dan (2) menganalisis pengaruh siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan terhadap perubahan risiko bank. 2. Tinjauan Teoritis Rose dan Hudgins (2008) juga menyatakan modal memiliki peranan penting dalam mendukung kegiatan harian dan memastikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Pertama modal menyediakan bantalan dalam menghadapi risiko kegagalan dengan menahan kerugian operasi dan keuangan sampai manajemen dapat mengidentifikasi masalah perusahaan dan mengembalikan profitabilitasnya. Kedua, modal menyediakan dana yang diperlukan untuk mengorganisasikan perusahaan keuangan sebelum sumber dana lainnya mengalir. Ketiga, modal mempromosikan kepercayaan publik dan menentramkan kreditor mengenai kekuatan perusahaan. Keempat, modal menyediakan dana untuk pertumbuhan organisasi dan pengembangan fasilitas dan jasa baru. Kelima, modal berperan sebagai pengatur pertumbuhan, membantu meyakinkan bahwa pertumbuhan perusahaan akan berlangsung hingga jangka panjang. Otoritas regulator dan pasar keuangan menghendaki modal bertambah dengan cepat seiring dengan tumbuhnya risky assets. Dengan demikian, bantalan untuk menahan kerugian diharapkan dapat bertambah bersamaan dengan pertumbuhan eksposur risiko perusahaan. Dalam hal ini, modal tidak hanya cenderung mempromosikan kepercayaan publik pada sistem keuangan tetapi juga berperan untuk melindungi sistem jaminan deposit pemerintah (safety net) dari kerugian yang serius. Permodalan yang baik memegang kelebihan modal untuk mengurangi pengaruh procyclical dari kewajiban modal minimum. Jokipii dan Milne (2008) mendefinisikan capital buffer sebagai rasio total risk-adjusted capital (Tier 1 + Tier 2 capital) dikurangi modal wajib minimum 8%. Setelah adanya Basel II, bank diperbolehkan memiliki metode Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
estimasi risiko yang berbeda, seperti pendekatan rating internal. Sesuai dengan perbedaan tingkat risk aversion, bank akan menggunakan tingkat permodalan spesifik yang tepat. Bank memegang kelebihan modal sebagai sinyal keamanan terhadap pasar dengan tujuan untuk mengungkapkan kesanggupan melunasi utangnya (solvency). Bank yang memiliki solvency yang baik, lebih mudah untuk menaikan dana dengan cepat dan pada tingkat bunga yang lebih rendah dapat memperoleh peluang investasi. Furfine (2001) menyebutkan bahwa bank memegang capital buffer sebagai jaminan untuk menghindari biaya disiplin pasar dan intervensi pengawasan jika bank mendekati atau jatuh di bawah rasio kewajiban modal minimum. Berger et al., (1995) menyebutkan bahwa tekanan pasar akan mendorong bank untuk memegang capital buffer, ketika modal relatif mahal, bank dijalankan tanpa jaminan deposit yang memperbolehkan bank meningkatkan deposit dengan lebih murah. Rose dan Hudgins (2008) juga menyebutkan bahwa manfaat lain dari diversifikasi selain menurunkan risiko adalah economies of scale dan economies of scope. Economies of scale muncul sebagai pertumbuhan keuangan perusahaan (biasanya diukur dengan total aset). Biaya produksi per unit output cenderung menurun saat perusahaan semakin tumbuh akibat efisiensi yang besar dan penyebaran volume output yang lebih besar atas biaya tetap perusahaan (terutama biaya yang berhubungan dengan gedung dan peralatan). Economies of scale merujuk pada situasi dimana joint cost memproduksi dua atau lebih jasa di satu perusahaan kurang dari kombinasi biaya produksi masing-masing jasa ini melalui perusahaan terpisah. Dalam berbagai literatur ditegaskan bahwa perbankan sebaiknya didiversifikasi. Alasan pertama, bank dapat menurunkan kesempatan dan/atau expected cost atas financial distress/bankruptcy dengan penyebaran operasi melalui perbedaan produk dan lingkungan ekonomi (Boot dan Schmeits, 2000 dalam Berger et al., 2010). Kedua, dengan diversifikasi bank dapat memperoleh economies of scope melalui penyebaran fixed cost ke beberapa produk atau area bisnis. Selain itu, manfaat potensial diversifikasi datang dari penyediaan “supermarket” keuangan untuk customer yang meminta multiple products (Berger et al., 2008).
Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
3. Metode Penelitian 3.1 Jenis Data Sampel penelitian terdiri dari 17 bank yang terdaftar di BEI selama periode 2007 – 2012. Sampel dipilih berdasarkan kriteria dimana sampel terpilih harus memiliki data laporan keuangan kuartal lengkap selama 6 tahun dengan mencantumkan nilai rasio kecukupan modal, struktur pendapatan dan rasio NPL. Penelitian ini menggunakan data panel yang merupakan gabungan antara data time series dan cross sectional, sehingga memiliki karakteristik terdiri dari beberapa objek dan beberapa periode waktu. Baltagi (2005)
menyatakan
bahwa
data
panel
memiliki
kelebihan,
yaitu
mengatasi
heteroskedastisitas, meminimalkan bias, memberikan estimasi hasil yang lebih efisien, serta mengurangi kolinearitas antar variabel. 3.2 Variabel Penelitian Variabel independen pada penelitian ini terdiri dari siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan yang diuraikan sebagai berikut. 1. Siklus bisnis: proksi yang digunakan adalah tingkat pertumbuhan GDP riil quarter on quarter. Tingkat pertumbuhan GDP digunakan sebagai proksi karena merupakan indikator siklus bisnis agregat. Tingkat pertumbuhan GDP ini dirumuskan sebagai berikut. GDP! =
GDP! − GDP!!! x100% GDP!!!
2. Diversifikasi pendapatan: diukur dengan pendekatan Herfindahl Index (HHI). Struktur pendapatan bank sendiri terbagi menjadi pendapatan bunga dan pendapatan non bunga. Variabel ini dirumuskan sebagai berikut. ! ! DIV = 1 − (SH!"# + SH!"! )
Sumber: Stiroh dan Rumble (2006) Kemudian, variabel dependen pada penelitian ini terdiri dari perubahan capital buffer dan perubahan risiko yang diuraikan sebagai berikut. 1. Perubahan capital buffer: capital buffer merupakan jumlah tambahan yang ditahan bank sebagai kelebihan dari persyaratan modal minimum yang harus dipegang untuk digunakan pada periode yang penuh tekanan (Shim, 2013). Sementara bentuk perubahan capital buffer bank dirumuskan sebagai berikut. Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
∗ ∆BUF!,! = ϕ!BUF!,! − BUF!,!!! ! + ε!,!
Sumber: Ayuso et al., (2004), Jokipii dan Milne (2011) dan Shim (2013) 2. Perubahan Risiko: merujuk pada Shim (2013) dan Ayuso et al., (2004), indikator risiko yang digunakan adalah rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio NPL dianggap sebagai indikator yang tepat karena terdapat bukti yang kuat bahwa rasio NPL memburuk sebelum kegagalan bank terjadi (Gonzalez-Hermosillo, 1999 dalam Shim, 2013). Reinhart dan Rogoff (2011) dalam Shim (2013) berpendapat bahwa masalah perbankan muncul dari memburuknya kualitas aset secara berkepanjangan dan permulaan krisis perbankan dapat ditandai dengan peningkatan yang besar pada NPL. Perubahan risiko bank dirumuskan sebagai berikut. ∆RISK !,! = ψ!RISK ∗!,! − RISK !,!!! ! + η!,! Sumber: Ayuso et al., (2004), Jokipii dan Milne (2011) dan Shim (2013) Kemudian, variabel kontrol penelitian ini terdiri dari: 1. Volatilitas pendapatan: diasumsikan bahwa pendapatan operasi bank terdiri dari total pendapatan bunga (INT) dan pendapatan non bunga (NON). Kemudian, volatilitas pendapatan dirumuskan sebagai berikut. σ!"#$ = [w²σ!!"# + (1 − w)²σ!!"! + 2w(1 − w)COV(r!"# , r!"! )]
!! !
Sumber: Shim (2013) Dimana r!"# dan r!"! merupakan standar deviasi ROA INT dan NON, w = INT/(INT + NON) merupakan total pendapatan bunga atas pendapatan operasi bank, dan COV(r!"# , r!"! ) merupakan covarians antara tingkat ROA INT dan NON. 2. Non-interest share: jika pendapatan non bunga lebih volatil dari pendapatan bunga, maka peningkatan pendapatan non bunga akan menyebabkan semakin tingginya tingkat risiko dan kebutuhan modal (Shim, 2013). 3. Bank size: ukuran bank dimasukan ke dalam persamaan untuk melihat size effect terhadap capital buffer dan risiko. Bank besar cenderung memegang capital buffer yang lebih rendah karena bank besar cenderung lebih terdiversifikasi dan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal daripada bank kecil. Variabel size dirumuskan sebagai berikut.
Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
SIZE = Ln (Total Asset) Sumber: Shim (2013) Selain itu, untuk melihat pengaruh aset bank besar dan bank kecil, maka digunakan variabel dummy dengan nilai 0 untuk small size dan 1 untuk large size. 4. Profitabilitas: variabel profitabilitas ini dimasukan ke dalam persamaan buffer dengan tanda ekpektasi positif. Profitabilitas dirumuskan sebagai berikut. Profitability =
EBIT total asset
Sumber: Shim (2013) 5. Likuiditas: bank dengan likuiditas aset yang lebih tinggi yang dapat mencairkan cash dengan cepat ketika diperlukan mengindikasikan bahwa bank tersebut memiliki kemampuan yang tinggi untuk menghadapi kewajiban keuangan jangka pendek tanpa harus terpaksa menjual aset tetap atau menjual investasi. Likuiditas dirumuskan sebagai berikut. Liquidity =
liquid asset total asset
Sumber: Shim (2013) 6. Pertumbuhan aset: variabel ini diperkirakan memiliki tanda negatif pada persamaan buffer dan tanda positif pada persamaan risiko karena kecepatan pertumbuhan aset akan meningkatkan risiko portofolio bank dan berpengaruh secara berlawanan terhadap capital buffer. 3.3 Model Penelitian Model empiris yang digunakan merupakan model persamaan simultan. Sumodiningrat (2007) menyatakan bahwa dalam model persamaan simultan, sejumlah persamaan membentuk suatu sistem persamaan yang menggambarkan ketergantungan diantara berbagai variabel dalam persamaan-persamaan tersebut. Selain itu, jumlah persamaan dalam model persamaan simultan adalah sama dengan jumlah seluruh variabel terikatnya (variable endogen). Model penelitian ini terdiri dari dua persamaan karena memiliki dua variabel endogen yaitu ∆BUF!,! dan ∆RISK !,! . Dalam model ini tidak mungkin menaksir hanya satu persamaan dengan mengabaikan informasi yang ada pada persamaan-persamaan lainnya, kecuali jika dibuat asumsi khusus. Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
Model 1
∆BUF!,! = ϕ! + ϕ! CYCLE! + ϕ! ∆RISK !,! − ϕ! BUF!,!!! + ϕ! DIV!,! + ϕ′X!,! + q ! + ε!,! Sumber: Shim (2013) Model 2 ∆RISK !,! = ψ! + ψ! CYCLE! + ψ! ΔBUF!,! − ψ! RISK !,!!! + ψ! DIV!,! + ψ′ Y!,! + q ! + !!,! Sumber: Shim (2013) Dimana: ∆!"#$!,! diproksikan dengan NPL. Kemudian, !"!#$! merupakan ukuran siklus bisnis pada waktu t, !!,! (!!,! ) merupakan vektor spesifik bank yang berperan sebagai variabel kontrol untuk bank i pada waktu t, !! merupakan vector time-fixed effect dan !!,! (!!,! ) merupakan error term. Sumodiningrat (2007) menyatakan jika metode penaksir parameter dengan OLS dari setiap persamaan satu-persatu diterapkan tanpa memperhatikan kaitannya dengan persamaan-persamaan lain, maka hasil penaksiran yang diperoleh tidak saja bias tetapi juga tidak konsisten. Selain itu, penggunaan metode OLS untuk Model (1) dan Model (2) akan menimbulkan bias dan estimasi koefisien yang tidak konsisten karena adanya lagged endogenous variable. Untuk mengatasi masalah endogenitas tersebut, metode yang digunakan adalah two stage least square (2SLS). 3.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis 1 Penelitian Ayuso et al., (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara siklus bisnis dengan capital buffer pada perbankan di Spanyol. Ayuso et al., (2004) menyatakan bahwa efek procyclically yang moderat mendorong bank untuk mengelola modal pada tingkat yang aman meskipun saat resesi. Jokipii dan Milne (2008) menyatakan bahwa capital buffer pada bank di EU15 memiliki negative co-movement dan signifikan dengan siklus bisnis. Namun, hasilnya menjadi berbeda ketika bank ditentukan berdasarkan negara dan jenis bank. Untuk capital buffer bank di negara maju, terdapat positive co-movement dan signifikan dengan siklus. Kemudian, capital buffer pada bank komersial dan bank besar menunjukkan negative co-movement. Sementara, bank kecil dan Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
bank co-operative menunjukkan positive co-movement. Suaza et al., (2012) menyatakan bahwa capital buffer bank dapat bervariasi tergantung perubahan siklus bisnis. Hasil penelitian Suaza et al., (2012) menyatakan bahwa terdapat negative co-movement pada capital buffer dan siklus bisnis. Selain itu, Elsas et al., (2010) menyatakan bahwa diversifikasi pendapatan meningkatkan profitabilitas bank. Jika pendapatan bank semakin terdiversifikasi, capital buffer akan mengalami penurunan. Hal ini bisa terjadi karena profit yang diperoleh dialokasikan kembali untuk memperluas pangsa pasar bank, sehingga cadangan modal berkurang. Perold (2001) menyatakan diversifikasi ke dalam berbagai segmen bisnis dapat mengurangi cost of risk capital perusahaan. Shim (2013) menyatakan bahwa siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan capital buffer. Hasil ini memiliki interpretasi bahwa kondisi siklus bisnis dapat menurunkan capital buffer bank dan kegiatan diversifikasi pendapatan memberikan manfaat bagi bank untuk menurunkan capital buffer. Dengan merujuk pada uraian di atas, maka hipotesis penelitian untuk Model 1 adalah sebagai berikut: H! : siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan capital buffer. H! : siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap perubahan capital buffer. Hipotesis 2 Penelitian Demsetz dan Strahan (1997) menyatakan bahwa diversifikasi tidak signifikan terhadap penurunan risiko. Penelitian Stiroh (2004) menyatakan bahwa semakin besar pendapatan non bunga khususnya pendapatan trading berhubungan dengan semakin tingginya risiko bank dan semakin rendahnya risk-adjusted profit. Penelitian Morgan dan Samolyk (2003) menyatakan bahwa diversifikasi tidak berhubungan dengan tingginya profit bank ataupun menurunkan risiko bank. Berbeda dengan Lepetit et al., (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi aktivitas non bunga dan semakin tinggi pertumbuhan aset berhubungan dengan semakin tingginya risiko bank. Hasil penelitian Lepetit et al., (2008) menunjukkan adanya perbedaan pengaruh pada bank besar dan bank kecil. Pada bank kecil, peningkatan risiko hanya dipengaruhi oleh semakin besarnya pangsa komisi dan provisi. Sementara pada bank besar, pertambahan pangsa non interest income tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko.
Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
Elsas et al., (2010) menyatakan bahwa diversifikasi pendapatan meningkatkan profitabilitas bank dengan margin yang lebih tinggi dari non interest dan cost income ratio yang lebih rendah. Semakin tinggi profitabilitas bank secara tidak langsung berhubungan dengan semakin menurunnya risiko bank. Selain itu, Elsas et al., (2010) juga menyatakan bahwa diversifikasi dapat membantu bank menahan goncangan saat terjadi krisis. Penelitian Shim (2013) menyatakan bahwa siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan risiko bank. Hasil ini memiliki interpretasi bahwa kondisi siklus bisnis dapat memperburuk risiko bank dan kegiatan diversifikasi merupakan cara yang tepat untuk menurunkan risiko bank. Dengan merujuk pada uraian di atas, maka hipotesis penelitian untuk Model 2 adalah sebagai berikut: H! : siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan risiko. H! : siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap perubahan risiko. 4. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan Tabel 4.1, untuk Model 1 dengan ∆BUF sebagai variabel dependen, dapat diketahui bahwa variabel siklus bisnis yang diproksikan dengan GDP berpengaruh signifikan terhadap ∆BUF. Pada Tabel 4.1 terlihat bahwa variabel siklus bisnis ini memiliki koefisien -0.1890 dan signifikan pada level 1%. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Shim (2013) Suaza et al., (2012); Jokipii dan Milne (2008) dan Ayuso et al., (2004) yang menyatakan bahwa siklus bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan capital buffer. Hasil ini tentu tidak terlepas dari relevansinya dengan konsep capital buffer. Jackson et al., (1999) menyatakan bahwa reaksi bank terhadap tuntutan kewajiban modal yang ditetapkan regulator cenderung bervariasi sesuai dengan tahap siklus bisnis dan situasi keuangan bank itu sendiri. Karena hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara capital buffer dan siklus bisnis, hal ini memiliki interpretasi bahwa bank menambah capital buffer melalui penurunan risk weighted asset saat ekonomi downturn. Selain itu, hasil penelitian sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.1, untuk Model 2 dengan ∆RISK sebagai variabel dependen, dapat diketahui bahwa variabel siklus bisnis yang diproksikan dengan GDP berpengaruh signifikan terhadap ∆RISK. Pada Tabel 4.1, variabel siklus bisnis ini memiliki koefisien -0.0279% dan signifikan pada level 5%. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Shim (2013) yang menyatakan bahwa variabel siklus Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
bisnis berpengaruh signifikan dan negatif terhadap perubahan risiko. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas pinjaman berkaitan erat dengan kondisi siklus bisnis. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Beck et al., (2013) dan Belgrave et al., (2012) yang menyatakan bahwa GDP berpengaruh signifikan terhadap risiko NPL. Beck et al., (2013) menyatakan bahwa GDP dapat menyebabkan leverage yang tinggi dan kurangnya kapitalisasi pada sektor perbankan. Dengan demikian, menjadi jelas bahwa GDP merupakan faktor makroekonomi yang dapat mengendalikan NPL. Sebagaimana yang dinyatakan Beck et al., (2013), ketika terjadi fase downturn, aktivitas perekonomian melemah, dan memperburuk kualitas aset perbankan. Jika ditelaah lebih lanjut, saat terjadi ekspansi ekonomi, potensi gagal bayar (NPL) cenderung menurun. Sebagaimana dijelaskan Shim (2013), saat ekonomi upturn, bank cenderung menganggap rendah eksposur risiko dan berusaha memperluas aktivitas pinjaman untuk menambah market share. Saat kondisi upturn, borrower bisa memenuhi kewajibannya dengan lancar dalam membayar pokok dan bunga pinjaman ke bank. Namun, bila ternyata bank memberikan pinjaman pada borrower yang kualitas kreditnya rendah, hal ini bisa menimbulkan risiko yang tinggi pada saat downturn. Karena pada saat terjadi resesi ekonomi, kemampuan borrower untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar kredit akan memburuk, sehingga rasio NPL meningkat. Berdasarkan Tabel 4.1, untuk Model 1 dengan ∆BUF sebagai variabel dependen, dapat diketahui bahwa variabel diversifikasi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap ∆BUF. Pada Tabel 4.15, variabel diversifikasi ini memiliki koefisien -0.0667 dan signifikan pada level 5%. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Shim (2013) yang menyatakan bahwa diversifikasi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan capital buffer. Untuk model 2 dengan ∆RISK sebagai variabel dependen dapat diketahui bahwa variabel diversifikasi pendapatan berpengaruh signifikan terhadap ∆RISK. Pada Tabel 4.1, variabel diversifikasi ini memiliki koefisien -0.0465 dan signifikan pada level 10%. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Shim (2013) yang menyatakan bahwa diversifikasi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan risiko. Pengaruh negatif diversifikasi terhadap perubahan capital buffer dan perubahan risiko ini memiliki interpretasi bahwa diversifikasi memberikan manfaat bagi bank untuk menurunkan beban capital buffer dan menurunkan risikonya (sebagaimana Gallo et al., 1996) . Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
Tabel 4.1 Hasil Uji Signifikansi Parsial (t-stat) Variabel Intercept Cycle DIV ∆RISK
Model 1 ∆BUF 0.0118* (1.16) -0.1890* (-4.33) -0.0667** (-0.60) 0.3694 (1.65)
∆BUF
BUF!!!
ROA Growth Liquidity Volatility Size
Model 1* ∆BUF 0.0199 (1.04) -0.1886* (-4.31) -0.0622*** (-1.56) 0.3581 (1.57)
0.0021 (0.05) -0.1347* (-6.46) -0.3895* (-8.68) -0.0089 (-1.21) 0.1542*** (1.80) -0.0569* (-2.82) 0.0017 (0.21) -0.2404 (-1.04) 0.0013 (0.89)
Model 2* ∆RISK 0.0451 (1.87) -0.0211** (-2.21) -0.0374** (-1.93) 0.0067 (0.16)
-0.1336* (-6.59)
Risk !!! SHNon
Model 2 ∆RISK 0.0550* (2.60) -0.0279** (-2.23) -0.0465*** (-1.85)
-0.0044 (-0.88) 0.0024** (2.01) -0.0089*** (-1.89) 0.0997 (0.54) -0.0058*** (-1.91)
-0.3895* (-8.67) -0.0092 (-1.22) -0.1526*** (-1.77) -0.0568* (-2.82) 0.0019 (0.24) -0.2413 (-1.03)
Large
-0.0043 (-0.86) 0.0037** (0.49) -0.0091*** (-1.93) 0.0994 (0.53)
0.00009 -0.0043*** (0.03) (-1.23) Small 0.00022 -0.0039 (0.11) (-1.31) 0.2052 0.1678 0.2060 0.1671 R² 0.1363 0.0508 0.1342 0.0498 Adjusted R² Observasi 408 408 408 408 Tabel ini menyajikan hasil regresi dengan metode 2SLS. Variabel dependen adalah ∆BUF yang merupakan perubahan capital buffer, dan ∆RISK yang merupakan perubahan risiko NPL. Cycle merupakan tingkat pertumbuhan GDP riil. DIV merupakan diversifikasi pendapatan yang diukur dengan satu dikurangi Herfindahl Index (HHI). BUF!!! merupakan lagged capital buffer dan RISK !!! merupakan lagged risk variable. SHNon merupakan non interest income share dari pendapatan operasi bank. ROA merupakan return on asset. Growth merupakan tingkat pertumbuhan total aset. Likuidity merupakan rasio antara likuid aset dengan total aset. Large memiliki nilai 1 untuk bank dengan distribusi aset tinggi, sedangkan Small memiliki nilai 0. Tabel ini merupakan hasil pengujian terhadap 17 bank selama 24 kuartal, dengan total observasi sebanyak 408 observasi. Tingkat kepercayaan *1%, **5%, dan ***10%. Sumber: Olahan Penulis menggunakan Stata 11 (2013)
Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa variabel ∆RISK memiliki koefisien 0.3694 dan t-stat 1.65. Hal ini menunjukkan bahwa ∆RISK tidak signifikan terhadap ∆BUF. Kemudian, pada Tabel 4.1 dapat diketahui pula bahwa variabel ∆BUF memiliki koefisien 0.0021 dan t-stat 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ∆BUF tidak signifikan terhadap ∆RISK. Selain itu, pengaruh kedua variabel endogen yang tidak signifikan pada masing-masing model juga sama dengan hasil penelitian Shim (2013). Kemudian, untuk Model 1 dengan ∆BUF sebagai variabel dependen, variabel lagged capital buffer (BUF!!! ) berpengaruh signifikan dengan nilai koefisien -0.1336 dan t-stat sebesar -6.95. Karena variabel lagged capital buffer ini berpengaruh negatif, berarti kecepatan penyesuaian capital buffer lambat. Lagged risk variable berpengaruh signifikan terhadap perubahan risiko. Variabel ini memiliki koefisien -0.3895 dan t-stat -8.68. Karena variabel lagged risk variabel ini berpengaruh negatif berarti kecepatan penyesuaian risiko lambat. Selain itu, untuk Model 1 dengan ∆BUF sebagai variabel dependen, dapat diketahui bahwa variabel SHNon tidak berpengaruh signifikan terhadap ∆BUF. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien sebesar -0.0089 dan t-stat sebesar -1.21. Untuk Model 2, SHNon juga tidak berpengaruh signifikan terhadap ∆RISK. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien sebesar -0.0044 dan t-stat sebesar -0.88. Variabel SHNon tidak signifikan terhadap ∆BUF dan ∆RISK karena proporsi SHNon pada bank yang tercatat di BEI hanya mencapai rata-rata 22.99% yang berakibat pada diversifikasi pendapatan bank belum mencapai diversifikasi sempurna dan mayoritas bank mengandalkan interest income. ROA berpengaruh signifikan terhadap ∆BUF dengan nilai koefisien 0.1542 dan tstat sebesar 1.80. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Shim (2013) dan Jokipii dan Milne (2011) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan capital buffer. Pengaruh yang positif dan signifikan ini berarti bank dengan ROA tinggi akan memegang capital buffer lebih tinggi. ROA yang tinggi dapat digunakan sebagai sumber pendanaan internal. Karena kewajiban pembayaran dividen menjadi beban yang menyesakkan bagi bank, bank akan lebih memilih untuk tidak membayar dividen, artinya memanfaatkan laba ditahan. Ketika laba tinggi, kebutuhan untuk meningkatkan capital buffer menjadi lebih mudah. Selain itu, besarnya laba yang diperolah bank akan menjadi dorongan bagi investor untuk menyalurkan dananya ke bank. Akibatnya bank bisa memperoleh tambahan dana untuk melancarkan kegiatan usaha dan memenuhi kewajiban permodalannya.
Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
Tingkat pertumbuhan aset berpengaruh signifikan terhadap ∆BUF dengan nilai koefisien -0.0569 dan t-stat sebesar -2.82. Pengaruh negatif dan signifikan pertumbuhan aset terhadap perubahan capital buffer ini berarti semakin cepat petumbuhan aset, bank semakin meningkatkan proporsi risky asset pada portofolionya, lalu capital buffer bank semakin menurun. Kemudian, tingkat pertumbuhan aset menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ∆RISK. Hal ini dibuktikan dengan koefisien sebesar 0.0024 dan t-stat sebesar 2.01. Hal ini berarti bank dengan tingkat pertumbuhan aset yang tinggi cenderung memiliki rasio NPL yang tinggi. Variabel likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap ∆BUF dengan koefisien 0.0017 dan t-stat 0.21. Variabel likuditas menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan terhadap ∆RISK. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien sebesar -0.0089 dan t-stat -1.89. Hal ini berarti bank dengan likuiditas yang tinggi cenderung memiliki rasio NPL yang rendah. Kemudian, variabel volatilitas pendapatan tidak signifikan terhadap ∆BUF. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien variabel sebesar -0.2404 dengan t-stat sebesar -1.04. Volatilitas pendapatan tidak berpengaruh signifikan terhadap ∆RISK. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien volatilitas sebesar 0.0997 dan t-stat sebesar 0.54. Volatilitas pendapatan tidak signifikan terhadap ∆BUF dan ∆RISK karena nilai volatilitas pendapatan ini memiliki nilai yang kecil dengan rata-rata sebesar 0.02958%. Kemudian, variabel size tidak berpengaruh signifikan terhadap ∆BUF. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koesifisien sebesar 0.0013 dan nilai t-stat sebesar 0.89. Setelah menggunakan variabel dummy, large tidak signifikan terhadap ∆BUF dengan koefisien 0.00009 dan t-stat 0.03. Selain itu, small juga tidak berpengaruh signifikan terhadap ∆BUF dengan koefisien 0.00022 dengan t-stat 0.11. Variabel size ini tidak signifikan terhadap ∆BUF karena bank yang sudah tercatat di BEI memiliki aset yang besar, sehingga bank-bank ini tidak akan mengalami kesulitan untuk memegang kelebihan modal. Selain itu, bank-bank ini akan tetap memegang kelebihan modal dengan alasan untuk memberikan sinyal bagi pasar modal, memenuhi ekspektasi keagenan, menghindari sanksi dari regulator serta peluang pertumbuhan di masa yang akan datang (Jokipii dan Milne, 2008). Sementara itu, pengaruh variabel size terhadap ∆RISK adalah negatif dan signifikan dengan koefisien sebesar -0.0058 dan t-stat sebesar -1.91. Large berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan risiko dengan nilai koefisien -0.0043 dan nilai t-stat sebesar -1.23. Small tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan risiko dengan koefisien -0.0039 dan nilai t-stat sebesar -1.31. Variabel large dan small memiliki pengaruh negatif terhadap ∆RISK karena bank yang sudah tercatat di BEI berusaha Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
mempertahankan posisinya di pasar uang dengan melakukan antisipasi miopi melalui penurunan risiko. 5. Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan capital buffer; dan (2) siklus bisnis dan diversifikasi pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan risiko. 5.2 Saran Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan bagi bank, investor dan penelitian selanjutnya. Bagi bank, penelitian ini menyarankan agar bank memegang kelebihan modal yang cukup, semakin berinovasi dalam mengelola diversifikasi segmen bisnisnya, serta mengelola risikonya dengan baik. Bagi investor, penelitian ini menyarankan agar investor memperhatikan fluktuasi siklus bisnis, modal yang dipegang bank dan risiko bank. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat memilih proksi lain untuk risiko, seperti penggunaan distance to default (Curry et al., 2008); market data based risk measure (Lepetit et al., 2008); dan proportion of risky asset (Shim, 2010 serta Jokipii dan Milne, 2011). Referensi Ayuso, J., Perez, D., Saurina, J. (2004). Are Capital Buffers Pro-Cyclical? Evidence from Spanish panel data. Journal of Financial Intermediation 13, 249 – 264. Baltagi, B. H. (2005). Econometrics Analysis of Panel Data 3rd edition, John Wiley & Sons Ltd, Chichester, England. Beck, R., Jakubik, P., Piloiu, A. (2013). Non Performing Loans: What Matters in Addition to The Economic Cycle. Working Paper Series, No 1515 Macroprudential Research Network. Belgrave, A., Guy, K., Jackman, M. (2012). Industry Specific Shock and Non Performing Loan in Barbados. The Review of Finance and Banking 4, 123 – 133.
Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
Berger, A.N., Herring, R.J., Szego, G.P. (1995). The Role of Capital in Financial Institutions. Journal of Banking and Finance 19, 393–430. Berger, A., De Young, R., Flannery, M.J. (2008). Why Do Large Baking Organizations Manage Their Capital Ratios?. Journal of Financial Service Research 34, 123 – 149. Curry, T.J., Fissel, G.S., Hanweck, G.A. (2008). Is There Cyclical Bias in Bank Holding Company Risk Ratings?. Journal of Banking and Finance 32, 1297 – 1309. Demsetz, R.S., Strahan, P.E. (1997). Diversification, Size and Risk at Bank Holding Companies. Journal of Money, Credit and Banking 29, 300 – 313. Esho, N., Kaufman, P. dan Sharpe, I. (2005). Diversification, Fee Income and Credit Union Risk. Journal of Financial Service Research 27, 259 – 281. Furfine, C. (2001). Bank Portfolio Allocation: The Impact of Capital Requirements, Regulatory Monitoring, and Economic Conditions. Journal of Financial Research 20, 33 – 56. Gallo, J.G., Apilado, V.P., Kolari, J.W. (1996). Commercial Bank Mutual Fund Activities: Implications for Bank Risk and Profitability. Journal of Banking and Finance 20, 1775 – 1791. Jackson, P., Furfine, C., Groeneveld, H., Hancock, D. (1999). Capital Requirements and Bank Behavior: The Impact of The Basle Accord. Basle Committee on Banking Supervision Working Papers No. 1 – April 1999. Jokipii, T., Milne, A. (2008). The Behavior of European Bank Capital Buffers. Journal of Banking & Finance 32, 1440 – 1451. Jokipii, T., Milne, A. (2011). Bank Capital Buffer and Risk Adjustment Decisions. Journal of Financial Stability 7, 165 – 178. Lepetit, L., Nys, E., Rous, P., Tarazi, A. (2008). Bank Income Structure and Risk: An Empirical Analysis of European Banks. Journal of Banking & Finance 32, 1452 – 1467.
Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013
Morgan, D.P., Samolyk, K. (2003). Geographic Diversification in Banking and its Implication for Bank Portfolio Choice and Performance. Working Paper, Federal Reserve Bank of New York, February 20, 2003. Prasetyantoko, A., Soedarmono, W. (2010). The Determinants of Capital Buffer in Indonesian Banking. Financial Stability Review, May 18. Perold, A. (2001). Capital Allocation in Financial Firm. Harvard Business School. Working Paper 98 – 072, Cambridge, MA. Rose, Peter S., Hudgins, Sylvia C. (2008). Bank Management and Financial Service. 7th Edition. New York: Mc Graw Hill International Edition. Shim, Jeungbo. (2010). Capital-based Regulation, Portfolio Risk and Capital Determination: Empirical Evidence From the US Property-Liability Insurers. Journal of Banking and Finance 34, 2450 – 2461. Shim, Jeungbo. (2013). Bank capital buffer and portfolio risk: the influence of business and revenue diversification. Journal of Banking and Finance 37, 761 – 772. Stiroh, K.J. (2004). Diversification in Banking: Is Noninterest Income The Answer? Journal of Money, Credit and Banking 36, 853–882. Stiroh, K.J., Rumble, A. (2006). The Dark Side of Diversification: The Case of US Financial Holding Companies. Journal of Banking and Finance 30, 2131–2161. Suaza, A.F.G., Gonzalez, J.E., Pabon, A.M., Galarza, F.T. (2012). The Cyclical Behavior of Bank Capital Buffers in an Emerging Economy: Size Does Matter. Economic Modeling 29, 1612 – 1617. Sudarsono, Heri. (2009). Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perbankan di Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Islam, 3. Sumodiningrat, Gunawan. (2007). Ekonometrika Pengantar Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFEYogyakarta.
Pengaruh siklus..., Tian Fitriyantika, FISIP UI, 2013