Analisis Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap Earnings Management (Studi pada Perusahaan Non-Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011) Ryska Sribina Bernardus Yuliarto Nugroho Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ABSTRAK Tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan yang dapat memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomis dikenal dengan manajemen laba. Untuk mengendalikan hal tersebut, Indonesia membentuk suatu mekanisme good corporate governance sebagai bentuk pengawasan dan pengendalian perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik corporate governance terhadap manajemen laba. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel independen yaitu board independence, komite audit, konsentrasi kepemilikan, dan kepemilikan institusi serta variabel kontrol size dan leverage. Discretionary accrual melalui modified-Jones model (Dechow et al., 1995) digunakan sebagai proksi manajemen laba. Penelitian ini menggunakan unbalanced panel data sejumlah 985 data observasi dari sampel seluruh perusahaan non keuangan yang listed selama periode 2007-2011. Dengan menggunakan estimasi regresi data panel, hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh signifikan antara board independence, konsentrasi kepemilikan, dan size terhadap manajemen laba. Pengaruh signifikan positif justru ditemukan antara komite audit terhadap manajemen laba. Sementara itu pengaruh signifikan negatif ditemukan antara kepemilikan institusi dan leverage terhadap manajemen laba. Kata Kunci : board independence; corporate governance; kepemilikan institusi; komite audit; konsentrasi kepemilikan; manajemen laba. ABSTRACT A behavior of the company’s management to influence reported earnings in order to give the general view of profitability is known as earnings management. Indonesia builds a mechanism which is called good corporate governance as a monitoring system to control earnings management. This research aims to analyze the effect of characteristics of corporate governance to earnings management. This research uses some independent variables such as board independence, audit committee, ownership concentration, and institutional ownership, and control variables such as size and leverage. Discretionary accrual by modified-Jones model (Dechow et al., 1995) is used as the proxy of earnings management. This research uses an unbalanced panel data of 985 observations data of all listed non-financial companies that listed in the period 2007-2011. Using panel data regression, the result shows no significant effect between board independence, ownership concentration, and size to earnings management. Surprisingly, there is positive significant effect of audit committee to earnings management. There is negative significant effect between institutional ownership and leverage to earnings management. Keyword : audit committee; board independence; corporate governance; earnings management; institutional ownership; ownership concentration.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
1.
Pendahuluan Perkembangan sektor-sektor bisnis utama di Indonesia terekam dengan jelas dari data
kinerja saham dan keuangan perusahaan publik. Beberapa indikator penting yang dijadikan acuan adalah pendapatan, laba bersih, dan kenaikan harga saham. Laba sering mewakili kinerja perusahaan dan menyampaikan nilai-nilai perusahaan kepada investor. Namun laba yang dilaporkan ini dapat dikelola oleh manajer dengan cara menggunakan metode alternatif. Secara umum, earnings management (manajemen laba) didefinisikan sebagai perubahan melaporkan kinerja ekonomi perusahaan baik untuk menyesatkan pemegang saham atau untuk mempengaruhi hasil kontrak (Healey dan Wahlen, 1999). Manajemen laba itu sendiri tidak dapat diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Discretionary Accruals (akrual diskresioner) mewakili penilaian manajemen laba. Manajemen laba tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Xie et al. (2003) memberikan bukti bahwa outside director mampu membatasi aktivitas manajemen laba. Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia yaitu PT. Kimia Farma, Tbk yang pada tahun 2002 terdapat kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan. Dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar. Praktik manajemen laba yang terjadi di luar negeri dilaporkan dalam AAER (Accounting and Auditing Enforcement Releases), suatu Divisi di The SEC (Security and Exchange Commision). Divisi ini menerbitkan laporan tentang beberapa kasus manajemen laba seperti Intile Design, Inc. yang menilai terlalu rendah persediaan akhir agar pajak properti mengecil (AAER No. 1259, May 23, 2000). Selain itu contoh yang paling menonjol dari penipuan manajemen laba yaitu penipuan yang dilakukan oleh WorldCom, Enron dan kasus Refco. Setelah beberapa skandal keuangan diatas, telah dilakukan gerakan internasional menuju pengembangan dan penerapan mekanisme corporate governance untuk melawan perilaku oportunistik yang telah merongrong keandalan investor dalam informasi keuangan. Pemisahan antara kepemilikan dan kontrol akan mendorong manajer untuk memanipulasi laba dalam rangka memaksimalkan kepentingan mereka sendiri sehingga mempengaruhi keinformatifan laba. Sifat manajemen laba memberikan kesempatan kepada manajer untuk memanipulasi informasi keuangan dari perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan manfaat mereka sendiri. Hal ini menimbulkan konflik agen antara pihak manajer dan pemegang saham. Dalam rangka untuk melindungi hak-hak para pemangku kepentingan, sangat penting
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
bagi organisasi untuk memiliki mekanisme corporate governance yang efektif yang dapat mengontrol asimetri informasi keuangan. Corporate governance diperlukan untuk meminimalisir konflik agen yang terjadi dalam suatu perusahaan. Corporate governance merupakan sistem dimana perusahaan bisnis diarahkan dan dikendalikan (Kajola, Sunday O, 2008 dalam Gulzar dan Wang, 2011). Struktur corporate governance menentukan pembagian hak dan tanggung jawab antara partisipan di perusahaan seperti dewan, manajer, pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, dan menyatakan berbagai aturan dan prosedur untuk membuat keputusan korporasi (Gulzar dan Wang, 2011). Wheelen dan Hunger (2009) menyatakan bahwa peran dasar corporate governance ialah untuk mengidentifikasi hubungan antara tiga aktor dalam perusahaan, yakni shareholders, manajemen perusahaan, dan board of directors. Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia (2006) disusun oleh Komite nasional Kebijakan Governance. Pedoman yang diterbitkan pada tahun 2006 ini merupakan revisi atas Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan pada tahun 2001. Meskipun Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006 ini tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, namun dapat menjadi rujukan bagi dunia usaha dalam menerapkan Good Corporate Governance. Saat ini, Bapepam-LK sebagai otoritas pasar modal tidak mewajibkan Emiten dan Perusahaan Publik untuk menerapkan Pedoman ini, namun beberapa substansi yang terdapat dalam pedoman ini diadopsi oleh Bapepam-LK ke dalam peraturan-peraturan Bapepam-LK yang sifatnya mandatory seperti kewajiban pembentukan komite audit dan keberadaan komisaris independen dalam perusahaan. Dengan cara demikian, Bapepam-LK dapat memberikan sanksi atas ketidakpatuhan terhadap peraturan tersebut. Berdasarkan pedoman Good Corporate Governance, beberapa karakteristik yang menjadi esensi penting yaitu mengenai adanya dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit. Praktik manajemen laba yang terkait dengan pengaruh corporate governance pada akhirnya mengundang beberapa peneliti untuk melakukan penelitian. Healey (1985), McNicholas, dan Wilson (1988), Gaver et al. (1995), dan Balsam (1998) dalam Wong Shi Yang et.al (2009) memberikan bukti bahwa manajemen yang terikat kontrak untuk mencapai target laba memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengelola laba. Penelitian yang dilakukan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Roodposhti dan Chashmi (2011) tentang dampak mekanisme corporate governance pada earning management yang dilakukan di Iran. Perusahaan yang memiliki kepemilikan terkonsentrasi tinggi dan dewan independen (board independence) mengurangi earnings management,
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
sedangkan perusahaan dengan kepemilikan institusional yang tinggi meningkatkan earnings management. Selain itu Klein (2002) menemukan hubungan negatif antara komite audit dan akrual abnormal (abnormal accruals). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: Apakah terdapat pengaruh dari board independence, komite audit, konsentrasi kepemilikan, dan kepemilikan institusional terhadap manajemen laba pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 20072011? Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011. Penelitian ini dilakukan dari tahun 20072011 dikarenakan ingin mengetahui perkembangan terbaru setelah Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia terbaru diterbitkan pada tahun 2006. 2.
Tinjauan Teoritis Banyak terdapat definisi yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang
corporate governance, yang diberikan baik oleh perorangan (individual) maupun institusi (institutional). La Porta et.al. (2000) mendefinisikan corporate governance sebagai sebuah mekanisme pengawasan yang bertujuan untuk melindungi aset investor dari eksploitasi insiders. Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, sebuah Perseroan terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu Direksi dan Dewan Komisaris yang masing-masing memiliki tugas dan wewenang. Organ ini merupakan mekanisme good corporate governance yang memiliki wewenang untuk menyetujui atau menolak antara lain seperti konsolidasi, merger, akuisisi, kepailitan, dan pembubaran. Indonesia menganut sistem two-tier board sehingga terdapat dua dewan yaitu dewan komisaris dan dewan direksi. Penelitian ini meneliti pengaruh karakteristik corporate governance seperti board independence, komite audit, konsentrasi kepemilikan, serta kepemilikan institusional. Karakteristik dewan komisaris secara umum dan khususnya komposisi dewan dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba. Melalui peranan dewan dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Dapat dikatakan bahwa komposisi dewan komisaris yang terdiri dari anggota yang berasal dari luar perusahaan mempunyai kecenderungan mempengaruhi manajemen laba.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Pemikiran ini didukung hasil penelitian Dechow et al. (1996), Klein (2002), Peasnell et al. (2001), Chtourou et al. (2001), Pratana P. Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz (2003), dan Xie et al. (2003) dalam Gideon (2005) mengatakan bahwa board of commissioners adalah elemen penting dalam implementasi corporate governance. Di Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menerbitkan peraturan tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit. Pembentukan komite audit adalah untuk memastikan komunikasi yang terus-menerus antara auditor eksternal dan dewan sehingga komite bertemu secara teratur dengan auditor untuk meninjau laporan keuangan dan proses audit dan juga sistem akuntansi internal dan kontrol. Klein (2002) menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara dewan independen dan komite audit independen terhadap earnings management. Klein (2002) juga menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit akan menghambat perilaku earnings management oleh pihak manajemen. Selain itu karakteristik lainnya yaitu konsentrasi kepemilikan yang menggambarkan bagaimana dan siapa saja yang memegang kendali atas keseluruhan atau sebagian besar atas kepemilikan perusahaan serta keseluruhan atau sebagian besar pemegang kendali atas aktivitas bisnis pada suatu perusahaan. Kepemilikan dikatakan lebih terkonsentrasi jika untuk mencapai kontrol dominasi atau mayoritas dibutuhkan penggabungan lebih sedikit investor. Adanya kontrol dalam suatu perusahaan yang dapat dipegang oleh semakin sedikit investor maka akan semakin mudah kontrol atas manajemen tersebut dijalankan. Untuk menghitung rasio konsentrasi kepemilikan, Herfindahl-Hirschman Index (HHI) digunakan. Semakin sedikitnya jumlah pemegang saham maka semakin terkonsentrasi
kepemilikannya.
Indeks
Herfindahl
(Indeks
Herfindahl-Hirschman)
didefinisikan sebagai jumlah dari jumlah kuadrat dari semua hak suara pemegang saham. Menurut Bushee (1998) dalam Gideon (2005), kepemilikan institusional juga memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intens. Kepemilikan institusional dapat menekan kencederungan manajemen untuk memanfaatkan discretionary dalam laporan keuangan sehingga memberikan kualitas laba yang dilaporkan. Pemikiran ini didukung hasil penelitian Rajgopal dan Venkatachalam (1998) dan Pratana P. Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz (2003) yang dikutip Gideon (2005). Hasil peneilitian ini memberikan simpulan bahwa kepemilikan institusional di perusahaan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh jumlah modal saham perusahaan yang dikelola. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain). Earnings Management terjadi ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholders tentang kinerja ekonomis perusahaan maupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999). Hal ini dapat merugikan investor dan menimbulkan agency conflict. Beberapa peneliti mendefinisikan manajemen laba dalam arti yang berbeda-beda. Manajemen laba terjadi apabila manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam struktur transaksi untuk mengubah laporan keuangan guna menyesatkan pemegang saham mengenai prestasi ekonomi perusahaan atau mempengaruhi akibat-akibat perjanjian yang mempunyai kaitan dengan angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan (Healy & Wahlen, 1999). Hal ini didukung oleh penelitian Dechow, et.al (1995) yang mendefinisikan earnings management sebagai earnings manipulation, baik di dalam maupun di luar batas Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Konsisten dengan penelitian sebelumnya (Roodposhti dan Chashmi, 2011), earnings management sebagai variabel dependen diproksi dengan discretionary accruals. Seperti penelitian sebelumnya juga (Jaggi dan Leung, 2007; Roodposhti dan Chashmi, 2011), penelitian ini menggunakan The Modified Jones Model (Jones, 1991; Dechow et al., 1995). Alasan pemilihan model Jones yang dimodifikasi ini karena model ini dianggap sebagai model yang paling baik dalam mendeteksi manajemen laba dibandingkan dengan model lain serta memberikan hasil yang paling kuat (Dechow et al., 1995; Guay et al., 1996). 3.
Metode Penelitian 3.1 Jenis Data Data yang digunakan terdiri dari 197 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2007-2011. Data yang dikumpulkan diantaranya proporsi komisaris independen dari total dewan komisaris, keberadaan komite audit, konsentrasi kepemilikan yang dihitung berdasarkan Herfindahl-Hirschman Index (jumlah dari masing-masing kuadrat pemegang saham), dan jumlah kepemilikan institusional dalam sebuah perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (panel data). Total observasi yang digunakan sebanyak 985 firm-year observations. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui data sekunder seperti studi kepustakaan dan studi lapangan ke
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Bursa Efek Indonesia dan Pusat Data Ekonomi dan Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, selain itu juga dengan membuka website perusahaan sampel. 3.2 Pengukuran Variabel Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah discretionary accrual (DACC) sebagai proksi earnings management. Perhitungan DACC yaitu : •
Langkah pertama yaitu menghitung nilai total accruals. Total accruals (TACC) = net income before extraordinary items (NI) - cash flow
from
operating
activities
(OCF)...................................................................................................(3.1) Sumber: Dechow et al. (1995).
•
Langkah kedua yaitu melakukan estimasi setiap perusahaan dan kombinasi tahun fiskal untuk mendapatkan koefisien α1, α2, dan α3. Untuk mengestimasi nilai koefisien, regresi ordinary least squares (OLS) tanpa intercept digunakan. Persamaannya ialah : TACCit/Ait-1 = α1 (1/Ait-1) + α2 (∆REVit - ∆RECit /Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1) + εit…….…...................................................................................................(3.2) Sumber: Dechow et al. (1995).
•
Langkah ketiga yaitu menghitung non-discretionary accruals (NDA) dengan memasukkan koefisien regresi yang telah didapat ke dalam persamaan (3.2) diatas.
•
Langkah keempat yaitu menghitung discretionary accrual (DACC) yang didapat dari selisih antara total accruals (TACC) dan non-discretionary accruals (NDA). Formulanya ditampilkan sebagai berikut : DACCit = TAit /Ait-1 - DA…………………………..................................(3.3) DACCit = TACCit/Ait-1 – (α1 (1/Ait-1)) + α2 ((∆REVit - ∆RECit) /Ait-1) + α3 (PPEit/Ait-1).................................................................................................(3.4) Sumber: Dechow et al. (1995). Variabel independen yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari board independence, komite audit, konsentrasi kepemilikan (ownership concentration) dan kepemilikan institusi (institutional ownership). Masing-masing variabel independen tersebut dalam penelitian ini diukur dengan :
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Board Independence (BRDIND) yaitu ditunjukkan dengan proporsi komisaris independen dalam dewan komisaris; Board Independence (BRDIND) = Jumlah komisaris independen........(3.5) Total Dewan Komisaris Sumber : Roodposhti dan Chashmi (2011). Komite Audit yaitu dihitung dengan dengan dummy variabel sejalan dengan penelitian Klein (2002). Komite audit (COMAUD) diberi nilai 1 jika seluruh anggota komite audit merupakan pihak independen/luar perusahaan, dan sebaliknya nilai 0 jika anggota komite audit seluruhnya bukan pihak independen). Konsentrasi Kepemilikan (Ownership Concentration) yaitu konsentrasi kepemilikan saham dalam perusahaan yang menggunakan Herfindahl-Hirschman Index. Indeks Herfindahl (Indeks Herfindahl-Hirschman) didefinisikan sebagai total dari jumlah kuadrat dari semua hak suara pemegang saham.
Herfindahl-Hirschman Index
memiliki nilai rentang dari 0 hingga 1. Semakin mendekati ke nilai 1 maka kepemilikan dikatakan semakin terkonsentrasi. Rumusnya adalah :
HERFINDAHL (HI) =
......................................................(3.6)
Keterangan : P adalah persentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham. Sumber : Cubbin dan Leech, 1983. Kepemilikan Institusi (Institutional Ownership) yaitu kepemilikan saham yang dimiliki oleh lembaga atau instansi baik perusahaan keuangan maupun non-keuangan ataupun pemerintah; Institutional Ownership (INOWN) = Σ Institutional Ownership x 100%...........(3.7) Total Shares Sumber : Roodposhti dan Chashmi (2011). Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu size dan leverage. Ukuran perusahaan (size) diukur dengan : SIZE = Log (Total Assets)...........................................................(3.8) Sumber : Roodposhti dan Chashmi (2011).
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Sedangkan Leverage (LEV), dalam penelitian ini penulis menggunakan Debt to Total Asset Ratio sebagai proxy dalam mengukur tingkat hutang perusahaan. Debt to Total Asset Ratio (DAR) merupakan indikator perusahaan dalam kondisi mendapat tekanan hutang (financial distress) atau tidak. LEV = Total Debt .......................................................................(3.9) Total Assets Sumber : Roodposhti dan Chashmi (2011). 3.3 Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 4 hipotesis yang diuji seperti yang dijelaskan berikut ini. Hipotesis 1 Beasley (1996) menemukan bahwa penurunan manipulasi laporan keuangan di perusahaan terjadi seiring dengan bertambahnya anggota dewan komisaris. Bernardus, et.al (2012) menyebutkan bahwa board of commissioners adalah stakeholders representatif yang memberikan pencapaian efektif atas tujuan perusahaan di masa depan. Untuk mempertahankan board of commisssioners yang kuat, dibutuhkan anggota dewan yang independen. Dengan adanya komisaris independen dalam dewan maka manipulasi laporan keuangan pada perusahaan dapat diminimalisir. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini yaitu : H01: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara proporsi independent commissioner terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI. H1 : Terdapat pengaruh signifikan negatif antara proporsi independent commissioner terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI. Hipotesis 2 Penelitian sebelumnya dalam Gulzar dan Wang (2011) berpendapat bahwa komite audit memainkan peran berharga dalam mengawasi audit dan fungsi keuangan. Keberadaan komite audit dapat menjadi faktor kunci yang mempengaruhi manajemen laba dari perusahaan. Choi et al. (2004) dan Park dan Shin (2003) dalam Gulzar dan Wang (2011)
menemukan hubungan yang signifikan antara komite audit dan
manajemen laba. Klein (2002) menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara independensi dewan dan independensi komite audit terhadap earnings
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
management. Dari berbagai penelitian tersebut, maka hipotesis yang dapat ditarik adalah : H02: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara komite audit terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI. H2 : Terdapat pengaruh signifikan negatif antara komite audit terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI. Hipotesis 3 Studi terdahulu telah menunjukkan bahwa kepemilikan terkonsentrasi atau blok dapat meningkatkan efektivitas pengawasan dewan (Shleifer dan Vishny, 1997). Thomsen dan Pedersen (2000) dalam Roodposhti dan Chashmi (2011) mendefinisikan konsentrasi kepemilikan adalah pengukuran atas adanya pemegang saham terbesar dalam perusahaan. Pemegang saham besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengawasi manajemen. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah : H03: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara konsentrasi kepemilikan (ownership concentration ) yang tinggi terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI. H3 : Terdapat pengaruh signifikan negatif antara konsentrasi kepemilikan (ownership concentration ) yang tinggi terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI. Hipotesis 4 Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Chung et al (2002) menyebutkan bahwa terdapat asosiasi negatif antara kepemilikan institusional dan income-increasing accrual. Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini yaitu : H04: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara kepemilikan institusional yang tinggi terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI. H4 : Terdapat pengaruh signifikan negatif antara kepemilikan institusional yang tinggi terhadap discretionary accruals pada semua perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
3.4 Model Analisis Dari pembangunan hipotesis diatas maka dihasilkan model persamaan regresi yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu: DACCit = α + β1 BRDIND + β2 COMAUD + β3 OWNCON + β4 INOWN + β5 SIZE + β6 LEV + eit Sumber : Klein (2002), Roodposhti dan Chashmi (2011). Dimana : DACC
= Discretionary Accruals.
BRDIND
= Board Independence.
COMAUD
= Komite Audit (dihitung dengan dummy variabel).
OWNCON
= Ownership Concentration (Herfindahl-Hirschman Index).
INOWN
= Institutional Ownership.
SIZE
= Ukuran Perusahaan.
LEV
= Firm Leverage.
α
= konstanta.
β1
= koefisien regresi dari board independence.
β2
= koefisien regresi dari komite audit.
β3
= koefisien regresi dari ownership concentration.
β4
= koefisien regresi dari institutional ownership.
β5
= koefisien regresi dari size.
β6
= koefisien regresi dari leverage.
eit
= error term (gangguan).
3.5 Teknik Analisis Data Panel Dalam penelitian ini menggunakan model penelitian regresi data panel. Data panel merupakan jenis data yang merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Model regresi data panel terdapat 3 pendekatan yaitu ordinary least square, fixed effect model, dan random effect model (Nachrowi dan Usman, 2006). Untuk menentukan model regresi data panel yang digunakan maka dilakukan pengujian data panel berupa Uji Chow dan Uji Hausman. Pengujian data panel pertama yang dilakukan adalah Uji Chow yang bertujuan untuk menentukan apakah penelitian menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) atau Fixed Effect Model (FEM). Apabila hasil statistik F signifikan pada uji tersebut, maka selanjutnya dilakukan Uji Hausman untuk menentukan model yang digunakan yaitu menggunakan Fixed Effect
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Setelah melakukan pengujian, Penelitian ini menggunakan Fixed Effect Model (FEM). 4.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penentuan penarikan sampel yang telah dilakukan, penelitian ini
menggunakan 197 perusahaan sebagai sampel. Jumlah awal data observasi penelitian berjumlah 985 (197 x 5 tahun). Langkah pertama yang dilakukan yaitu menghitung nilai discretionary accruals sebagai proxy atas earning management. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, discretionary accruals adalah bagian dari total accruals. Setelah nilai total accruals didapat, kemudian dilakukan regresi ordinary least square tanpa intercept untuk mendapatkan koefisien α1, α2, dan α3 yang berguna untuk mendapatkan nilai non-discretionary accruals. Selanjutnya total accrual sebagai variabel terikat dilakukan pengujian normalitas data. Jumlah observasi akhir sebanyak 840 firm-year observations yang merupakan unbalanced data panel. Setelah itu total accrual sebagai variabel terikat diregresi dengan variabel bebas tersebut (selisih perubahan pendapatan dan perubahan piutang, gross property, plant, dan equipment atau nilai aktiva tetap yang telah dibagi dengan total aset tahun sebelumnya) untuk mendapatkan nilai koefisien α1, α2, dan α3. Berikut adalah hasil regresi ordinary least square pada total akrual. Dari regresi tersebut didapat koefisien : α1 = 148803443.687, α2 = 0.0180239600064, α3 = -0.0589451494036. Nilai-nilai koefisien tersebut digunakan ke dalam persamaan awal untuk mendapatkan nilai non-discretionary accruals. Setelah nilai non-discretionary accruals didapat, nilai tersebut dikurangkan dari total accrual yang telah dibagi dengan total aset dan akan memberikan hasil discretionary accruals. Tabel 4.1 berikut menampilkan statistik deskriptif untuk total accrual (TACC), non-discretionary accruals (NDAC), dan discretionary accruals (DACC).
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif total accrual, non-discretionary accruals, dan discretionary accruals Mean Median Modus Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis Observations Keterangan : N/A
TACC -0,090031 -0,028956 N/A 0,465984 -46,93587 1,620959 -28,78642 832,4365 840
NDAC -0,099373 -0,038574 N/A 0,009808 -46,92724 1,61792 -28,91598 837,4233 840
DACC 0,009342 0,012234 N/A 0,468127 -0,253247 0,089363 0,049683 3,852158 840
= Not Applicable.
Sumber : Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0 (2013).
Setelah didapatkan nilai discretionary accrual (DACC) maka dilanjutkan dengan mengolah model penelitian dengan dengan observasi sebanyak 840 firm-year observations. Berikut adalah deskriptif statistik variabel-variabel penelitian yang terdiri dari discretionary accruals/akrual diskresi (DACC), komisaris independen, komite audit independen, ownership concentration, institutional ownership, size perusahaan, dan leverage. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian DACC
BRDIND
COMAUD
OWNCON
INOWN
SIZE
LEV
Mean
0,009342
0,404662
0,986905
0,324657
67,88883
12,00372
0,564426
Median
0,012234
0,333333
1
0,296759
72,16
11,99571
0,550466
Modus
N/A
0,333333
1
0,4225
N/A
N/A
Maximum
0,468127
1
1
0,994807
99,8
14,18842
3,369634
Minimum
-0,253247
0
0
0,010799
0
9,877763
0,002471
Std. Dev.
0,089363
0,1217
0,113750
0,22114
20,85689
0,777065
0,375398
Skewness
0,049683
1,410892
-8,566032
0,880555
-0,83447
0,112633
3,154407
Kurtosis 3,852158 7,578205 74,37691 3,204713 Observations 840 840 840 840 Sumber : Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0 (2013).
3,424523 840
2,697851 840
19,07552 840
0
Setelah memenuhi semua asumsi klasik (normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas), jumlah data yang digunakan sebanyak 840 firm-year observations. Dengan menggunakan fixed effect model hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Keterangan: DACCit = α + β1 BRDIND + β2 COMAUD + β3 OWNCON + β4 INOWN + β5 SIZE + β6 LEV + eit. Tabel 4.3 menunjukkan estimasi model penelitian pada 195 sampel perusahaan non-keuangan dan 840 observasi tahun-perusahaan selama periode 2007-2011. Variabel dependennya adalah discretionary accrual (DACC), dan variabel independennya adalah board independence (BRDIND), Tabel 4.3 Hasilownership Regresi komite audit (COMAUD), ownership concentration (OWNCON), dan institutional (INOWN). Variabel kontrolnya adalah size (SIZE) dan leverage (LEV). All Non-Financial Firms T-statistik berada di bawah nilai koefisien. Tanda *,**, menunjukkan tingkat signifikansi berturut-turut pada level 1%, dan 5%. Variabel dependen :
DACC (Discretionary Accrual) Variabel Independen : BRDIND
0.001217 (0.071313)
COMAUD
0.084670 ** (2.399519)
OWNCON
0.003252 (0.073866)
INOWN
-0.000468** (-2,423971)
SIZE
0.019161 (1,313526)
LEV
-0,074045* (-4.098944)
Observations R
2
840 0.391700
Adj. R2
0.200057
F-Statistics
2.043905
Prob (F-Stat)
0.000000
Sumber : Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0 (2013).
Dari hasil model penelitian pada tabel 4.3, diketahui bahwa R-squared (R2) sebesar 0.391700 dan adjusted R-squared 0.200057. Nilai R2 untuk seluruh perusahaan non-keuangan menunjukkan bahwa manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual dapat dijelaskan 39,17 % dengan model, sedangkan 60,83 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Tingkat hubungan ini menunjukkan level yang rendah. Nilai F-stat pada seluruh perusahaan non-keuangan sebesar 2.043905 dan prob (F-statistic) sebesar 0.000000. Nilai
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
prob F-stat ini berada pada tingkat keyakinan 99% dan dikategorikan sebagai highly signifikan. Selanjutnya dilakukan uji statistik t untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel independen secara individual atau parsial dalam menerangkan pengaruh terhadap variabel dependen. Pada uji t terdapat level signifikansi pada signifikansi pada level 1%, signifikansi pada level 5%, dan signifikansi level 10% tergantung dari nilai probabilita pada t-stat. Dari tabel 4.3 diketahui bahwa variabel komisaris independen (BRDIND) memiliki nilai t-hitung sebesar 0.071313 dan nilai prob sebesar 0.9432. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel komisaris independen (BRDIND) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap discretionary accrual. Hasil ini menunjukkan bahwa praktik manajemen laba tidak dapat dihindari sekalipun adanya komisaris independen. Hasil ini konsisten dengan penelitian Abdullah and Mohd Nasir and Abdul Rahman and Mohamed Ali (2006) dalam Roodposhti dan Chashmi (2011). Hasil ini juga konsisten dengan penelitan Bernardus dan Umanto (2011) di Indonesia pada tahun 2004-2008. Namun, hasil ini tidak sesuai dengan jurnal acuan utama Roodposhti dan Chashmi (2011). Fungsi komisaris independen saat ini masih belum efektif dilakukan dan belum mampu mengawasi aktivitas manajemen. Komisaris independen saat ini ditunjuk oleh perusahaan berdasarkan keinginan/kepentingan perusahaan dari pada kemampuan personal dan profesionalisme (Bernardus dan Umanto, 2011). Berdasarkan teori yang pernah dikemukakan, proporsi outside members dalam board yang semakin besar memberikan pengawasan manajemen dan mencegah terjadinya fraud dalam laporan keuangan. Hal yang perlu ditekankan adalah memastikan komisaris independen melakukan tugas pengawasannya. Komisaris independen harus mengerti dan melakukan tugasnya sesuai dengan pedoman good corporate governance. Komisaris independen diharapkan mampu melindungi stakeholders termasuk pemegang saham minoritas. Dari tabel 4.3, variabel komite audit (COMAUD) memiliki nilai t-hitung sebesar 2.399519 dan nilai prob sebesar 0,0167. Dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit (COMAUD) berpengaruh secara signifikan positif terhadap discretionary accrual. Penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Klein (2002) yang menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara dewan independen dan komite audit independen terhadap earnings management. Walaupun tidak sejalan, penelitian ini sejalan dengan Safrida (2004) yang meneliti tentang keberadaan komite audit dan komisaris independen di Indonesia pada tahun 2002. Ia menemukan bahwa adanya hubungan signifikan positif antara komite audit dan manajemen laba yang diproksikan dengan discretionary accrual.
Komite audit perusahaan
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
non-keuangan saat ini belum menunjukkan fungsi yang efektif sehingga komite audit independen saat ini tidak mampu mengendalikan manajemen laba. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor lain didalam komite audit yang menghambat seperti keberadaan komisaris independen yang belum terlihat efektif dalam pengawasan di perusahaan. Hal ini berimplikasi bagi regulator (Bapepam) dan Bursa Efek Indonesia untuk lebih mengawasi komite audit secara ketat dan memaksa karena komite audit saat ini terbukti belum mampu mengendalikan manajemen laba. Selanjutnya pada tabel 4.3, variabel konsentrasi kepemilikan (OWNCON) memiliki nilai t-hitung sebesar 0.073866 dan nilai prob sebesar 0.9411. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap discretionary accrual. Pada penelitian ini konsentrasi kepemilikan dihitung dengan Herfindahl-Hirschman Index (HHI). Indeks HHI menghitung total jumlah dari proporsi kuadrat saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham (tidak termasuk saham publik). Peningkatan Indeks HHI menunjukkan bahwa meningkatnya power yang dimiliki oleh pemegang saham dan menurunnya tingkat kompetisi. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan jurnal utama Roodposhti dan Chashmi (2011). Namun penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Hwang, et.al (2010) yang menemukan hubungan yang tidak signifikan pada perusahaan non-BUMN di China. Hal ini berarti konsentrasi kepemilikan belum menjadi mekanisme internal pendisiplinan manajemen yang dapat meningkatkan efektivitas monitoring. Rata-rata konsentrasi kepemilikan pada perusahaan non-keuangan pada periode pengamatan sebesar 0,324657. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan saham di perusahaan non-keuangan di Indonesia belum terkonsentrasi. Konsentrasi kepemilikan saham yang semakin tinggi dapat meningkatkan pengawasan pada manajemen dan konsentrasi kepemilikan yang tinggi dapat menurunkan kapasitas manajemen untuk mengubah laba. Variabel kepemilikan saham institusional (INOWN) pada tabel 4.3 memiliki nilai thitung sebesar -2.423971 dan nilai prob sebesar 0.0156. Hal ini berarti kepemilikan institusi berpengaruh signifikan negatif pada discretionary accrual. Hasil ini tidak sejalan dengan jurnal utama (Roodphosti dan Chasmi, 2011) yang menemukan hubungan signifikan positif antara kepemilikan institusi dan manajemen laba. Namun hasil penelitian ini sejalan dengan Solomon (2007) mengemukakan investor institusional merepresentasikan mekanisme lain yang kuat dari corporate governance yang dapat memantau manajemen perusahaan, sebagaimana pengaruhnya pada manajemen perusahaan menjadi penting dan dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan kelompok pemegang saham. Dapat
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
disimpulkan bahwa adanya keberadaan kepemilikan institusi yang mengendalikan manajemen laba dikarenakan institusi mempunyai kemampuan untuk melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan dan mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Sebagai implikasi bagi perusahaan terutama bagi pengambil keputusan, memiliki kepemilikan institusi merupakan pilihan yang baik karena terbukti dapat menghambat manajemen laba. Variabel kontrol seperti size memiliki nilai t-hitung sebesar 1,313526 dan nilai prob sebesar 0.1895. Dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan dengan arah positif terhadap discretionary accruals. Sedangkan variabel rasio leverage perusahaan (LEV) memiliki nilai t-hitung sebesar -4.098944 dan nilai prob sebesar 0.0000. Dapat disimpulkan bahwa variabel leverage perusahaan berpengaruh secara signifikan negatif terhadap discretionary accrual. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa variabel komisaris independen (BRDIND) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap discretionary accrual; variabel komite audit (COMAUD) berpengaruh secara signifikan positif terhadap discretionary accrual; variabel konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap discretionary accrual; serta variabel kepemilikan institusi berpengaruh signifikan negatif pada discretionary accrual. Variabel kontrol seperti size tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan leverage menunjukkan pengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba. 5.2 Saran 1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu penelitian selanjutnya dapat menambahkan sampel yaitu perusahaan keuangan karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan perusahaan non-keuangan. Pembagian sampel BUMN dan non-BUMN dapat dilakukan untuk memberikan gambaran terperinci mengenai efektivitas mekanisme corporate governance di Indonesia seperti yang dilakukan oleh Hwang, et.al (2010) di China. 2. Penelitian ini hanya menggunakan jangka waktu 5 tahun. Untuk penelitian berikutnya dapat menambahkan periode observasi untuk melihat perkembangan tindakan manajemen laba dan mekanisme corporate governance.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
3. Komite Audit dan Komisaris Independen dalam penelitian ini diukur berdasarkan ukuran fisik yaitu keberadaan keanggotaan. Penelitian berikutnya dapat menambahkan variabel lain seperti kompetensi komite audit, efektivitas komite audit, efektivitas komisaris independen, jumlah rapat komite audit, kompetensi komisaris independen dan lainnya. Variabel konsentrasi kepemilikan dihitung berdasarkan Indeks Herfindahl-Hirschman. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi lainnya untuk mengukur konsentrasi kepemilikan perusahaan. Selain itu penelitian berikutnya dapat juga menambahkan variabel seperti kepemilikan publik, kepemilikan manajerial, dan lainnya untuk melihat pengaruhnya dengan manajemen laba. 5.3
Implikasi Bagi Regulator
Penelitian ini sejalan dengan Safrida (2004) yang meneliti tentang keberadaan komite audit dan komisaris independen di Indonesia pada tahun 2002. Regulator (Bapepam) dan Bursa Efek Indonesia harus lebih mengawasi komite audit secara ketat dan memaksa karena komite audit saat ini terbukti belum mampu mengendalikan manajemen laba dan juga memperhatikan agar komisaris independen bebas dari pengaruh manajerial. Kedalaman peraturan yang ditetapkan seperti menetapkan kualitas komite audit dan komisaris independen perlu dituangkan secara jelas dalam peraturan. Pada akhirnya diharapkan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit yang efektif akan menghambat perilaku earnings management oleh pihak manajemen (Klein, 2002). 5.4
Implikasi Bagi Investor
Investor perlu mencermati dan berhati-hati ketika akan berinvestasi dan harus memperhatikan kualitas corporate governance ketika akan berinvestasi agar tidak dirugikan.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAER), No. 1259, May 23, 2000. Intile Designs, Inc. Release No.: 34-42813. Bapepam-LK No.IX.I.5 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Beasley MS (1996). An empirical analysis of the relation between the board of director composition and financial statement fraud. Account. Rev., 71 (4): 443-465. Bernardus.Y.N, dan Umanto.E.P. (2011). Board Characteristics and Earning Management. Journal of Administrative Science and Organization, Vol. 18, No.1. pp.1-10. Biao Xie, Wallace N. Davidson III, Peter J. DaDalt, (2003). Earnings management and corporate governance: the role of the board and the audit committee. Journal of Corporate Finance, 9 295â “316. Boediono, Gideon SB. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. SNA VIII, Solo. Cubbin, J., and D. Leech. (1983). The Effects of Shareholding Dispersion on the Degree of Control in British Companies: Theory and Measurement, The Economic Journal 93, 351-369. Dennis B.K. Hwang, Jing Long, Teng Shih Wang. (2010). The Relationship between Corporate Governance Mechanisms and Earning Management: An Empirical Study on the Listed Firms in China. Proceedings of the 19th Annual Conference of the Global Awareness Society International, Poland. Dechow P, Sloan R, Sweeney A (1995). “Detecting Earnings Management”, Account. Rev., 70 (2): 193-225. Guay W, Kothari S, Watts R (1996). “A Market-Based Evaluation of Discretionary Accrual Models”, J. Account. Res., (34): 83-105. Gulzar, M.A. and Wang, Z. 2011. Corporate Governance Characteristics and Earning Management: Empirical Evidence from Chinese Listed Firms. International Journal of Accounting and Financial Reporting, Vol. 1, No.1. pp. 133-151. Healy, P., Wahlen, J., 1999. A review of the earnings management literature and its implications for standard setting, Accounting Horizons 13, p. 365–383. Indonesian Financial Review,Edisi 4 Mei 2011.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Jaggi B, Leung S (2007). "Impact of family dominance on monitoring of earnings management by audit committees: evidence from HongKong", J. Int. Account. Audit. Taxation, 16:27-50. Jensen, M. and Meckling, W. 1976. ‘‘Theory of the firm: managerial behavior, agency costs and ownership structure’’, Journal of Financial Economics,Vol. 3, pp. 305-60. Jones J (1991). “Earnings Management during Import Relief Investigations”, J. Account. Res., 29 (2) 193-223.. Klein A (2002). Audit committee, board of director characteristics, and earnings management. J. Account. Econ., 33(3): 375-400. La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., and Vishny R. (2000). Investor protection and corporate governance, 58 Journal of Financial Economics. Nachrowi, Nachrowi. D dan Hardius Usman. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Parulian, Safrida Rumondang (2004). Analisis Hubungan antara Komite Audit dan Komisaris Independen dengan Praktik Manajemen Laba: Studi Empiris Perusahaan di BEJ. Thesis: Program Studi Ilmu Manajemen, Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pedoman Umum Good Corporate Governance (KNKG, 2006). Richard Chung, Michael Firth and Jeong-Bon Kim. (2002) Institutional Monitoring and Opportunistic Earnings Management, Journal of Corporate Finance, 8, 29 – 48. Roodposhti, F.R. and Chashmi, S.A.N. (2011). The Impact of Corporate Governance Mechanisms on Earnings Management. African Journal of Business Management, Vol. 5(11), pp.4143-4151. Solomon, Jill. (2007). Corporate Governance and Accountability. John Wiley & Sons, Ltd. West Sussex, England. Wheelen, T. and Hunger, J. (2009). Strategic Management & Business Policy, (12th edition), New Jersey, Prentice Hall. Wong Shi Yang, Loo Sin Chun, and Shamsher M.R. (2009). The Effect of Board Structure and Institutional Ownership Structure on Earnings Management. Economics and Management 3(2): 332 – 353.
Analisis pengaruh..., Ryska Sribina, FISIP UI, 2013
Int. Journal of