“ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA (EARNING MANAGEMENT) TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)” (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN NONKEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2010)
SKRIPSI
RIA TRISKA HANDAYANI 0806349232
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
“ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA (EARNING MANAGEMENT) TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)” (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN NONKEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2010)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi dalam bidang Ilmu Administrasi oleh:
RIA TRISKA HANDAYANI 0806349232
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA KONSENTRASI KEUANGAN NOVEMBER 2012
ii
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN lLMU POLTTTK
DEPARTEMEN ILMU ADMINlSTRASI PROGRAM SARJANA REGULER
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
NPM
: RIA TRISKA HANDAYANI : 0806349232
Tanda Tangan Tanggal
: 28 November 2012
3
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh Nama
:Ria Triska Handayani
NPM
: 0806349232
Program Studi
: Ilmu Administrasi Niaga
Judul Skripsi
: A nalisis Pengaruh Manajemen Laba Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Korporat (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan NonKeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008
2010). Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana llmu Administrasi pada Program Studi llmu Administrasi Niaga, Fakultas llmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI Ketua Sidang
: Fibria Indriati D.L., S.Sos., M.Si.
Pembimbing Skripsi
: Umanto Eko P S.Sos., M. Si.
(
)
Ir. Bernardus Y. N., MSM, PhD
Penguji Ahli
Sekretaris Sidang
: Nurul Safitri S.Sos., M.A.
Ditetapkan di : Depok Tanggal
:28 November 2012
4
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dan junjungan besar Nabi Muhammad SAW karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Administrasi Jurusan Ilmu Administrasi Niaga pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
2. Dr. Roy V. Salomo, M.Soc.Sc., selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
3. Prof. Dr. Irfan Ridwan, Msi, selaku Ketua Program Sarjana Reguler Kelas Paralel Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. 4. Ixora Lundia, S.sos, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Program Sarjana Reguler/Paralel, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. 5. Umanto Eko P S.Sos M. Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan serta kesempatan dengan penuh kesabaran untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 6.
Dosen-dosen pengajar Administrasi Niaga FISIP UI, Pak Berni, Prof Candra, Prof Ferdinand, Mbak Indri, Mba Nurul, Mba Rachma, Ibu Febrina, Mbak Retno, dll terima kasih telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.
7. Para staf sekretariat FISIP UI, MBRC, dan perpustakaan pusat UI, yang telah banyak
memberikan
pelayanan
akademik
selama
penulis
menjalani
perkuliahan.
5
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
8. Kepada Keluarga tercinta, Ayah, Mama, dan Abang-abang yang selalu mendukung, memberikan kasih sayang, dan doa kepada penulis. Terima kasih atas kerja keras kalian yang membesarkan saya hingga dewasa. Skripsi ini saya persembahkan untuk kalian. 9. Sahabat penulis Ira Hapsari si panda tersayang, Siti Munirah si tanpa ekspresi, Agni Rahayu yang berapi-api, Novika Sari yang seperjuangan, dan sahabat kosan paling bawel Irawati Ranti. 10. Teman-teman di UI : ECL Nana, Manda, Nia, dan Ifa. Teman-teman seperjuangan Niaga 2008 Aini Mamen, Daus, Fitra dll. Teman-teman OBM G2B ABC yang selalu kompak dari awal sampai sekarang dan LGC Adon, Ian, Nopel, Dhika, Azis, Ricky. 11. Untuk Paguyuban Ikatan Mahasiswa Muslim Medan 08,09,10,11,12 yang tidak bisa saya tulis satu persatu. Spesial untuk 07 kak Hera, kak Mutia, dan kak Dila yang selalu mengayomi dan memberi nasihat serta semangat pada penulis. 12. Sahabat-sahabat saya di luar kota Adrian, Diput, Nikita, Ilmi, dan spesial untuk Gigis. Serta teman-teman seperjuangan SSC IPC 511 Jln. Sumur (Bandung) beserta tentor-tentornya. 13. Seluruh pihak lain yang tidak dapat saya cantumkan satu persatu, terima kasih atas segala doa, bantuan, dan dukungannya.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT dapat berkenan membalas seluruh kebaikan pihak-pihak yang membantu. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 28 November 2012
Ria Triska Handayani
6
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
· #'
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM SARJANA REGULER
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah in i: Nama : Ria Triska Handayani : 0806349232 NPM : Ilmu Administrasi Niaga Program Studi : Ilmu Administrasi Departemen : Ilmu Sosial dan llmu Politik Fakultas : Skripsi Jenis Karya Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: "Analisis Pengaruh Manajemen Laba (EM) Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Korporat (CSR) (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan NonKeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010)." beserta perangkat yang ada Gika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Depok
Pada Tanggal : 28 November 2012 Yang menyatakan
(Ria Triska Handayani)
7
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
ABSTRAK Nama : Ria Triska Handayani Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga Judul : Analisis Pengaruh Manajemen Laba (EM) Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Korporat (CSR) (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan NonKeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan CSR dan ROA (Return on Asset), RDI (Research and Development Intensity), kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, Size, Leverage, dan Financial Resources sebagai variabel kontrol. Data yang dianalisis adalah data sekunder berbentuk time series periode 2008-2010, berupa Discretionary Accruals, pengungkapan Corporate Social Responsibility, Return on Assets, R&D Intensity, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, Size, Leverage, dan Financial Resources) yang berasal dari 50 perusahaan. Untuk menganalisis data digunakan regresi berganda untuk data panel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan manajemen laba memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. Tetapi terdapat pengaruh signifikan negatif pada tingkat 1% antara variabel kontrol ROA terhadap pengungkapan CSR, dan terdapat pengaruh signifikan positif pada tingkat 5% antara variabel kontrol RDI terhadap pengungkapan CSR, serta terdapat pengaruh signifikan negatif pada tingkat 10% antara variabel kontrol MO terhadap pengungkapan CSR. Kata kunci: Earning Management, Corporate Social Responsibility
8
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
ABSTRACT
Name : Ria Triska Handayani Study Program : Business Administration Science Title : The Analysis of Earning Management Effect on CSR (Corporate Social Responsibility) Disclosures (Study Empirical of NonFinancial Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2008-2010). This study aims to analyze the effect of Earning Management on Corporate Social Responsibility Disclosures with Return on Assets, R&D Intensity, Managerial Ownership, Institutional Ownership, Size, Leverage, and Financial Resources as the control variables. The data was analyzed using secondary data in the form of time series 2008-2010 period, the discretionary accruals, disclosure of corporate social responsibility, Return on Assets, R&D Intensity, Managerial Ownership, Institutional Ownership, Size, Leverage, and Financial Resources from 50 companies. To analyze the data used multiple regression to the data panel. The results of this study indicate that the earning management activity didn’t have significant effect on CSR Disclosures. However, there were negative significant effect at level 1% between variable control ROA against CSR Disclosure, and there were positive significant effect at level 5% between variable control RDI against CSR Disclosure, and also there were negative significant effect at level 10% between variable control MO against CSR Disclosure.
Keywords: Earning Management, Corporate Social Responsibility
9
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... .i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………….iii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………….iv KATA PENGANTAR ............................................................................................... ...v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………………..vii ABSTRAK………………………………………………………………………..…viii DAFTAR ISI………………………………………………………………………….x DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..…...............xiv DAFTAR TABEL……………………………………………………………...........xv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..........xvi BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2Pokok Permasalahan.................................................................................. 8 1.3Tujuan Penelitian....................................................................................... 9 1.4Manfaat Penelitian..................................................................................... 9 1.5Sistimatika Penelitian ................................................................................ 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 11 2.1Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 11 2.2Kerangka Teori ........................................................................................ 15 2.2.1Teori Keagenan ................................................................................. ...15 2.2.2Definisi Corporate Governance ........................................... ................17 2.2.3Definisi Manajemen Laba .................................................................... 19 2.2.4Konsep-Konsep Manajemen Laba ....................................................... 20 2.2.5Definisi Tanggung Jawab Sosial .......................................................... 25 2.2.6Teori dan Konsep Tanggung Jawab Sosial .......................................... 25
1 0
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
2.2.7Tujuan Kegiatan CSR dan Pengungkapannya...................................... 28 2.2.8Karakteristik Perusahaan ...................................................................... 32 2.2.8.1Return on Assets………………..…………………………………….32 2.2.8.2Research and Development Intensity ................................................ 33 2.2.8.3Managerial Ownership...................................................................... 33 2.2.8.4Institutional Ownership ..................................................................... 34 2.2.8.5Size..................................................................................................... 34 2.2.8.6Leverage ............................................................................................ 35 2.2.8.7Financial Resources .......................................................................... 35 2.2.15Manajemen Laba dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ............... 36 BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................. 39 3.1Pendekatan Penelitian.............................................................................. 39 3.2Jenis Penelitian ........................................................................................ 39 3.3Pengolahan Data ...................................................................................... 41 3.4Populasi dan Sampel ............................................................................... 41 3.5Variabel dan Model Penelitian ................................................................ 42 3.5.1Variabel Penelitian ............................................................................... 42 3.5.2Model Ekonometri ................................................................................ 47 3.6Hipotesis Penelitian ................................................................................. 48 3.7Teknik Analisis Data ............................................................................... 49 3.7.1Statistik Deskriptif................................................................................ 49 3.7.2Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 49 3.7.2.1Uji Normalitas ................................................................................... 49 3.7.2.2Uji Autokorelasi ................................................................................ 50 3.7.2.3Uji Heteroskedastisitas ...................................................................... 51 3.7.3Pengujian Data Panel............................................................................ 51
xi
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
3.8Tahapan Penelitian .................................................................................. 55 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN ................................................................ 56 4.1Statistik Deskriptif................................................................................... 56 4.2Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 58 4.2.1Uji Normalitas ...................................................................................... 58 4.2.2Uji Multikolinieritas ............................................................................. 59 4.2.3Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 61 4.2.4Uji Autokorelasi ................................................................................... 62 4.3Pengujian Data Panel............................................................................... 63 4.4Uji Statistik Model .................................................................................. 64 4.4.1R2 dan Adjusted R2 ................................................................................ 64 4.4.2Signifikansi Linier Berganda................................................................ 65 4.4.3Signifikansi Parsial (T-stat) .................................................................. 65 4.5Penambahan Variabel Dummy Tipe Perusahaan ..................................... 70 4.5.1Statistik Deskriptif dengan Dummy Tipe Perusahaan .......................... 72 4.5.2Uji Normalitas dengan Dummy Tipe Perusahaan ................................ 73 4.5.3Uji Multikolinieritas dengan Dummy Tipe Perusahaan........................ 74 4.5.4Uji Heteroskedastisitas dengan Dummy Tipe Perusahaan ................... 75 4.5.5Uji Autokorelasi dengan Dummy Tipe Perusahaan.............................. 75 4.5.6Pengujian Data Panel dengan Dummy Tipe Perusahaan ...................... 76 4.5.7Uji Statistik Model R2 & Adj.R2 dengan Dummy Tipe Perusahaan…..76
4.5.8Signifikansi Linear Berganda dengan Dummy Tipe Perusahaan........76 4.5.9Signifikansi Parsial dengan Dummy Tipe Perusahaan………............77 4.6Ringkasan Hasil Penelitian……………………………………………..79 4.7Implikasi Hasil Penelitian………………………………………………81 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….84
12
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
5.1Simpulan………………………………………………………………..84 5.2Saran……………………………………………………………………84 5.3Saran……………………………………………………………………85 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 86
13
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tripple Bottom Line…............................................................................27 Gambar 2.2.Piramida Carrol…….……………………………………………….......29 Gambar 3.1 Tahapan Penelitian...................................................................................55 Gambar 4.1.Hasil Uji Normalitas……………………………………………...…….59 Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas………………………………………...…….....61 Gambar 4.3 Uji Normalitas dengan Dummy Tipe Perusahaan……………...…….....73 Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas dengan Dummy Tipe Perusahaan…......…….....75
14
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
DAFTAR TABEL Tabel 2.1.Penelitian Tentang Corporate Social Responsibility................................ 12 Tabel 3.1 Ringkasan Variabel Penelitian................................................................
46
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian………………………………..
56
Tabel 4.2 Uji Multikolinieritas……………………………………………………....60 Tabel 4.3 Durbin-Watson…………………………………………………………
62
Tabel 4.4.Uji Hausman……………………………………………….…………... 64 Tabel 4.5.Uji Parsial………………………………………………………………
65
Tabel 4.6 Statistik Desktriptif Perusahaan-Perusahaan Non-BUMN……………….71 Tabel 4.7 Statistik Desktriptif Perusahaan-Perusahaan BUMN…………………….72 Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas dengan Dummy Tipe Perusahaan ………………….74 Tabel 4.9 Tabel Durbin-Watson dengan Dummy Tipe Perusahaan………………...75 Tabel 4.10 Tabel Uji Parsial dengan Dummy Tipe Perusahaan……...……………...77 Tabel 4.11 Tabel Ringkasan Hasil Penelitian...…………………...………………...80
15
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Check List Item Pengungkapan Informasi CSR
Lampiran 2
Hasil Uji Random Effect Setelah Dan Sesudah White
Lampiran 3
Hasil Uji OLS Setelah dan Sesudah White Setelah Penambahan Variabel Dummy Tipe Perusahaan
16
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori agensi menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen and Meckling, 1976). Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Tidak semudah itu, karena pada praktiknya informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya atau dimanipulasi. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris (information asymmetric) (Haris, 2004 dalam Ujiyanto dan Pramuka, 2007).
Standar akuntansi yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengizinkan pihak manajemen untuk mengambil suatu kebijakan dalam mengaplikasikan metode akuntansi guna menyampaikan informasi mengenai kinerja perusahaan kepada pihak ekstern. Pemberian fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih satu dari seperangkat kebijakan akuntansi membuka peluang untuk perilaku oportunis dan kontrak efisien. Hal ini berarti manajer yang rasional akan memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya. Dengan kata lain, manajer memilih kebijakan akuntansi yang dapat memaksimalkan nilai pasar perusahaan. Perilaku oportunis dan kontrak efisien ini, mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba.
Manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Definisi manajemen laba yang hampir sama juga diungkapkan oleh Schipper (1989) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
2
pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Pada dasarnya, terdapat dua macam tipe pengungkapan dalam laporan keuangan (financial report) dan laporan tahunan (annual report). Pertama, pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu pengungkapan bagian-bagian dalam laporan keuangan yang diwajibkan oleh BAPEPAM-LK melalui Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep-38/PM/1996 yang kemudian direvisi melalui peraturan Bapepam No. KEP-134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006 dan Ikatan Akuntan Indonesia. Kedua, pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan publik sebagai tambahan pengungkapan minimum yang telah ditetapkan. Pengungkapan sukarela yang dimaksud adalah pengungkapan tambahan terkait informasi keuangan perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengungkapan sukarela perusahaan sering diungkapkan dalam bentuk laporan tahunan (annual report) walaupun sekarang ini cukup banyak perusahaan yang menerbitkan laporan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang terpisah dari laporan tahunan (annual report) dalam bentuk laporan berkelanjutan (sustainability report). CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan. Setiap perusahaan di dunia ini memiliki proses, struktur, dan caranya masing-masing untuk mencapai tujannya. Dimana cara tersebut berdasarkan kepercayaan masing-masing petinggi di perusahaan tersebut untuk diterapkannya ke perusahaan tersebut. Dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-117/M-Mbu/2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dijelaskan bahwa Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya yang
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
3
berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika bisnis yang berlaku secara universal. CG sendiri memiliki 5 (lima) dasar (Thomas. S. Kaihatu, 2006, 2) yaitu; kerterbukaan (transparancy), akuntabilitas (accountability), pertanggung jawaban (responsibility), kewajaran (fairness), dan independensi (independency). Salah satu faktor yang cukup menentukan akan terciptanya GCG yang baik adalah faktor pertanggungjawaban (responsibility), dimana perlu diingat bahwa perusahaan bukanlah etensitas yang mengejar kepentingan ekonomi semata, tetapi juga perlu memerhatikan dan memenuhi kepentingan sosial, termasuk lingkungan
alam. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah satu bentuk sarana yang dapat memberikan informasi atau keterangan tentang berbagai aspekaspek perusahaan mulai dari aspek sosial, lingkungan, dan keuangan sekaligus yang tidak dapat dijelaskan secara tersirat oleh suatu laporan keuangan perusahaan saja. CSR dapat dijalankan melalui tiga pilar yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan di dalamnya disebut dengan Community Development yang kemudian dikembangkan untuk mencapai citra yang baik di mata para stakeholders perusahaan. Ada beberapa pihak yang masih memandang pelaksanaan CSR dalam konteks profitabilitas perusahaan merupakan tantangan tersendiri, hal ini dikarenakan memang seharusnya perusahaan juga harus memperhatikan orang dan lingkungan sekitarnya. Di sini kemitraan atau kerjasama antara perusahaan dengan pemerintah dan masyarakat sipil merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan CSR. (Pambudi, 2006 dalam Elisabeth , 2010) Perusahaan yang mengedepankan konsep Community Development lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat sehingga dapat menggali potensi masyarakat lokal untuk menjadi modal sosial perusahaan untuk lebih maju dan berkembang. Selain dapat menciptakan peluang– peluang sosial ekonomi masyarakat, Community Development juga dapat menyerap tenaga kerja dengan kualifikasi yang diinginkan. Selain itu akan tumbuh trust (rasa percaya) dan sense of belonging (rasa memiliki) dari masyarakat sehingga masyarakat merasakan adanya manfaat atas kehadiran dari suatu perusahaan. (Pambudi, 2006 dalam Elisabeth, 2010)
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
4
Faktanya di Indonesia justru banyak kasus yang berhubungan dengan CSR, antara lain kasus PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur yang sampai detik ini masih belum menemukan solusi terbaik. Selain itu, kasus PT. Freeport di Irian Jaya dimana salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono, 2007). Selain itu terdapat Kasus Pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing ke dasar laut yang mengakibatkan tercemarnya laut sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokal akibat operasional PT Newmont Minahasa Raya (NMR). (www.bisnis.com) Penjabaran kasus-kasus di atas terlihat bahwa memang pencemaran lingkungan lebih banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan yang memang dilatar belakangi oleh kegiatan mereka dalam memanfaatkan alam. Tetapi hal itu tidak menjadi penghalang bagi pemerintah untuk mewajibkan perusahaan dari sektor lain melakukan kegiatan tanggung jawab sosial korporatnya. Penerapan kegiatan CSR di Indonesia baru dimulai pada awal tahun 2000, walaupun kegiatan dengan esensi dasar yang sama telah berjalan sejak tahun 1970-an, dengan tingkat yang bervariasi, mulai dari yang paling sederhana seperti donasi sampai kepada yang komprehensif seperti terintegrasi ke dalam strategi perusahaan dalam mengoperasikan usahanya. Belakangan melalui Undangundang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pemerintah memasukkan pengaturan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan kedalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Beberapa hal yang mendasari pemerintah mengambil kebijakan pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan antara lain: (1) keprihatinan pemerintah atas praktek korporasi yang mengabaikan aspek sosial lingkungan yang mengakibatkan kerugian di pihak masyarakat, (2) sebagai wujud upaya entitas negara dalam penentuan standar aktivitas sosial lingkungan yang sesuai dengan konteks nasional maupun lokal.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
5
Sebenarnya pada tahun 2001 sudah dikeluarkan peraturan pemerintah khusus bagi perusahaan yang operasionalnya mengelola Sumber Daya Alam (SDA), terikat dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2001, tentang Minyak dan Gas Bumi, Pasal 13 ayat 3 (p), yang isinya: ”Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu: (p). pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.” Seiring dengan perkembangan, tahun 2007 dikeluarkan peraturan yang mengatur seluruh perusahaan tidak hanya bagi perusahaan yang mengelola SDA saja untuk melakukan CS, diantarnya diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT) No.40 Tahun 2007. Dalam pasal 74 yang bunyinya adalah: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang
dianggarkan
dan
diperhitungkan
sebagai
biaya
Perseroan
yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Perhatian akan implementasi CSR yang semakin meningkat menandai era kebangkitan
masyarakat
sehingga
sudah
seharusnya
CSR
tidak
hanya
menekankan pada aspek philantropy (dorongan kemanusiaan yang bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial) maupun level strategi, melainkan harus makin diperluas pada tingkat kebijakan yang lebih makro dan riil (Korhenen, 2006). Untuk menjamin keberhasilan CSR, pengalaman dan pengetahuan khusus sangat diperlukan, sehingga perusahaan harus dapat belajar dari pengalaman perusahaan-perusahaan yang telah melaksanakan program CSR sebagai salah satu kebijakan manajemen perusahaan. Laporan keuangan yang dijadikan sebagai dasar untuk menilai kinerja dari suatu perusahaan merupakan alat yang digunakan oleh manajemen untuk
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
6
menunjukkan pertanggungjawaban kinerjanya kepada stakeholder sehingga dapat membantu stakeholder untuk membuat keputusan. Keterbatasan informasi yang dimiliki oleh stakeholder ini sering dimanfaatkan oleh manajer perusahaan. Salah satu cara yang sering digunakan manajer untuk mengelabui pemilik perusahaan adalah dengan melakukan manajemen laba. Manajemen laba merupakan manipulasi yang paling aman karena kegiatan manajemen laba merupakan hal yang legal dan tidak melanggar prinsip akuntansi yang diterima umum. Walaupun legal dan terlihat aman, tetapi manajemen laba memiliki dampak yang merugikan bagi perusahaan bila perusahaan ketahuan melakukan kegiatan tersebut. Konsekuensi bila manajer melakukan manajemen laba adalah manajer dapat kehilangan reputasi, pekerjaan, dan karirnya. Sedangkan konsekuensi bagi perusahaan adalah adanya ancaman tindakan yang tidak menyenangkan dari karyawan, kesalahpahaman dari pelanggan, tekanan dari investor, pemutusan hubungan dari rekan kerja perusahaan, tuntutan hukum dari aparat, boikot dari aktivis, pandangan sinis dari masyarakat, dan pengungkapan dari media yang pada akhirnya akan menghancurkan reputasi perusahaan (Fombrun et al., 2000 dalam Haryudanto D., 2011). Konsekuensi jangka panjangnya adalah perusahaan akan kehilangan dukungan dari stakeholder yang berujung pada meningkatnya kewaspadaan dan kecurigaan dari shareholder dan stakeholder lainnya (Zahra et al., 2005 dalam Haryudanto D., 2011). Untuk mengindari kecurigaan dari stakeholder, manajer membuat suatu kebijakan untuk ditunjukkan kepada stakeholder melalui praktek corporate social responsibility (CSR). Praktik CSR berkaitan dengan pertanggungjawaban moral yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan seperti perlindungan terhadap lingkungan, manajemen sumber daya manusia, kesehatan dan keamanan saat bekerja, relasi dengan komunitas lokal, dan menjaga hubungan dengan pemasok dan pelanggan (Castelo and Lima, 2006 dalam Haryudanto D., 2011). Dalam melakukan kegiatan CSR, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan stakeholder sekaligus meningkatkan reputasi. Ketika perusahaan telah memiliki reputasi yang positif, maka perusahaan tersebut akan diterima oleh masyarakat secara luas dan dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
7
menegosiasikan kontrak yang lebih baik dengan pemasok dan pemerintah (Fombrun et al., 2000 dalam Haryudanto D., 2011). Hasil yang didapat perusahaan dari praktek CSR yaitu perusahaan akan mendapatkan banyak dukungan dari berbagai macam stakeholder yang mendapat keuntungan dari praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Di samping itu perusahaan juga akan mendapat perlakuan yang lebih baik dari pemerintah, mendapat dukungan dari kelompok aktivis, mendapat legitimasi dari masyarakat, dan mendapat pemberitaan yang baik dari media (Castelo and Lima, 2006). CSR dalam penjelasan di atas terlihat jelas digunakan untuk menutupi kekurangan manajemen perusahaan, salah satunya adalah kegiatan manajemen laba. Manajemen yang melakukan manajemen laba bisa melakukan proyek yang ramah lingkungan dan membantu masyarakat melalui CSR. Penelitian yang mengaitkan CSR sudah banyak dilakukan, tetapi dalam penelitian kali ini ingin meneliti kaitan manajemen laba dengan tanggung jawab sosial korporat. Penelitian sebelumnya oleh Prior et al meneliti mengenai hubungan antara manajemen laba dengan CSR dengan menggunakan beberapa variabel kontrol antara lain return on assets, research and development intensity, managerial ownership, institutional ownership, size, leverage dan financial resources, dan hasil penelitiannya menjabarkan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan dapat digunakan oleh manajer sebagai alat untuk mengamankan kedudukannya, dan digunakan untuk mengalihkan perhatian stakeholder dari monitoring aktivitas manajemen laba yang dimungkinkan karena manajemen memiliki informasi yang lebih banyak dari pada pihak berkepentingan lainnya sebagaimana dijelaskan dalam teori keagenan. Hal ini dapat terjadi akibat tidak sempurnanya audit di dalam praktek ekonomi, sehingga manajer dapat memiliki insentif merekayasa income yang dilaporkan untuk memaksimumkan kepentingannya. Dengan mengadopsi asumsi dalam teori keagenan bahwa manajemen akan berperilaku oportunistik, maka manajemen dapat memberikan informasi yang berlebih melalui pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan untuk mengalihkan perhatian para pengguna laporan keuangan pada manajemen laba yang mereka lakukan. (Prior et al., 2008).
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
8
Chih et al. menemukan bahwa ada hubungan negatif antara manajemen laba dengan corporate social responsibility ketika terjadi earnings smoothing atau earnings
losses
avoidance
sebagai
indikator
manajemen
laba.
Mereka
memprediksi bahwa corporate social responsibility perusahaan tidak hanya konsentrasi pada aktivitas menaikkan income tetapi juga manajemen stakeholder. Mereka menyimpulkan bahwa ketika manajemen laba diproksi sebagai income smoothing,
perusahaan
dengan
aktivitas
corporate
social
responsibility
diharapkan dapat mengurangi kemungkinan melaporkan income smoothing, hal ini sama diterapkan di sebuah negara miskin. Selanjutnya, perusahaan besar yang baik kualitas auditnya dimungkinkan lebih banyak memberikan disclosure terhadap tanggung jawab sosialnya (Chih et al. 2008 dalam ‘Amal M. I., 2011). Erica Yip, Chris Van Staden, dan Steven Cahan (2011)
juga menguji
apakah pengungkapan tanggung jawab sosial berhubungan dengan manajemen laba dan apakah hubungan tersebut berkurang melalui pertimbangan biaya politik atau melalui kecenderungan mudahnya terpengaruh oleh nilai etika perusahaan. Hasil penelitian mereka adalah bahwa tanggung jawab sosial korporat dan manajemen laba berhubungan negatif pada industri minyak dan gas, tetapi berhubungan positif pada industri makanan (Cahan et al., 2011). Selain itu Nor Raihan Mohamad, Shamsul Nahar Abdullah, Mohd Zulkifli Mokhtar, dan Nik Fuad Nik Kamil (2011) telah menguji pengaruh dari dewan komisaris independen, board diversity, dan tanggung jawab sosial korporat terhadap manajemen laba dan hasilnya membuktikan bahwa praktik dewan komisaris independen, board diversity, dan tanggung jawab sosial tidak memiliki pengaruh penting terhadap manajemen laba di Malaysia (Abdullah et al., 2011) Beberapa penelitian yang dijabarkan sebelumnya yang dikemukakan oleh Prior et al, Chih et al, Cahan et al, dan Abdullah et al menjadi dasar peneliti ingin meneliti kembali fenomena pengaruh praktik manajemen laba terhadap tingkat kegiatan CSR perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010 dimana jurnal Prior et al 2008 sebagai acuan utama penulis untuk meneliti.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
9
1.2 Pokok Permasalahan
Adanya tindakan pengungkapan atau pelaporan tanggung jawab sosial korporat (CSR) oleh perusahaan yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan dapat menarik simpati calon investor. Manajer yang melakukan manajemen laba bisa memanipulasi laporan keuangan melalui tindakan CSR-nya. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat: 1. Bagaimana pengaruh earning management (manajemen laba) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial korporat pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010? 2. Bagaimana pengaruh karakteristik perusahaan sebagai variabel kontrol terhadap CSR Disclosure?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial korporat perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010. 2. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik-karakteristik perusahaan, antara lain ROA, RDI, MO, IO, Size, Leverage,dan Financial Resources terhadap CSR.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh
diharapkan memberikan manfaat untuk
beberapa pihak yang diantaranya adalah :
Para akademisi. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk perkembangan ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu administrasi pada khususnya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat terus dikembangkan secara lebih luas oleh para akademisi, sehingga dapat memperluas ilmu Administrasi Niaga.
Kalangan Investor. Dengan adanya informasi mengenai pengaruh dari manajemen
laba
terhadap
CSR
diharapkan
investor
dapat
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
10
mempertimbangkan setiap kebijakan yang berkaitan dengan CSR
perusahaan-perusahaan dalam berinvestasi.
1.5 Sistimatika Penelitian
Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB 1
:
PENDAHULUAN Pada bab ini, penulis membahas mengenai latar belakang permasalahan, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan penelitian.
BAB 2
:
TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis menjelaskan tentang teori-teori yang dipakai dan pemikiran dari literature yang berkaitan dengan masalah penelitian, dalam tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran
BAB 3
:
METODE PENELITIAN Dalam Bab ini, penulis membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, jenis/tipe penelitian, metode dan strategi penelitian, proses penelitian, dan keterbatasan penelitian.
BAB 4
:
PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan tentang seluruh uraian tentang data penelitian, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan.
BAB 5
:
SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan penulis memberikan saran yang dianggap perlu.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian sejenis yang berhubungan dengan penelitian ini. Diego Prior, Jordi Surocca, dan Josep A. Tribo (2008) menguji hubungan antara manajemen laba dengan tanggung jawab sosial korporat (CSR) perusahaan dengan memperhitungkan ROA (return on assets), R&D intensity, managerial ownership, institutional ownership, risk, size, leverage, financial resources sebagai variabel kontrol. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data 593 industri dari 26 negara pada rentang tahun 2002-2004. Hasil penelitian mereka adalah hubungan antara manajemen laba dan CSR adalah kuat terhadap variabel yang terdapat pada kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan dapat meningkat tidak hanya karena dengan mendorong hasil keuangan, tetapi juga melalui seperangkat inisiatif pembelian efek (saham) terlebih dahulu yang bertujuan untuk memuaskan kepentingan stakeholder.
Nan Sun dan Aly Salama, Khaled Hussainey, dan Murya Habbash (2009) menguji hubungan antara Corporate Environmental Disclosure (CED) dengan manajemen laba dan dampak dari mekanisme Corporate Governance (CG) terhadap hubungan tersebut. Variabel yang diteliti di sini adalah CED sebagai variabel dependen, dan CG sebagai variabel kontrol, serta manajemen laba sebagai variabel independen. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 245 perusahaan di Inggris dari Thomson Database untuk kategori seluruh perusahaan nonkeuangan pada rentang waktu 1 April 2006 sampai 31 Maret 2007. Hasil penelitian mereka adalah adanya hubungan yang tidak signifikan antara CED dengan manajemen laba dengan memakai Ordinary Least Square Regression with Robust Errors. Selain itu, komite audit juga mempengaruhi hubungan antara CED dengan manajemen laba sedangkan ukuran perusahaan tidak mempengaruhi.
Nor Raihan Mohamad, Shamsul Nahar Abdullah, Mohd Zulkifli Mokhtar, dan Nik Fuad Nik Kamil (2011) menguji pengaruh dari dewan komisaris independen,
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
12
board diversity, dan tanggung jawab sosial korporat terhadap manajemen laba.Variabel yang diteliti di sini adalah manajemen laba sebagai variabel dependen, tanggung jawab sosial korporat, dewan komisaris independen, board size, dan kepemilikan sebagai variabel moderat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui 863 perusahaan dari Osiris Database yang terdaftar pada Bursa Malaysia 2005-2007. Hasil penelitian mereka adalah praktik dewan komisaris independen, board diversity, dan tanggung jawab sosial tidak memiliki pengaruh penting terhadap manajemen laba di Malaysia.
Erica Yip, Chris Van Staden, dan Steven Cahan (2011) menguji apakah pengungkapan tanggung jawab sosial berhubungan dengan manajemen laba dan apakah hubungan tersebut dikurangi melalui pertimbangan biaya politik atau melalui kecenderungan mudahnya terpengaruh oleh nilai etika perusahaan. Variabel yang diteliti adalah manajemen laba sebagai variabel independen, tanggung jawab sosial korporat sebagai variabel dependen, ukuran perusahaan, rasio utang, ROA, dan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel kontrol. Sampel yang digunakan diambil dari SIC (Standard Industrial Classification), yaitu 80 perusahaan dari industri makanan dan 30 perusahaan dari industri minyak dan gas dari periode 2005-2006. Hasil penelitian mereka adalah bahwa tanggung jawab sosial korporat dan manajemen laba berhubungan negatif pada industri minyak dan gas, tetapi berhubungan positif pada industri makanan.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya
Peneliti
Tahun
Penelit
Objek
Penelitian
Metode dan Variabel
ian
Diego
2008
Are Socially
Prior,
Responsible
Jordi
Managers Really
Surocca,
Ethical?
and Josep
Exploring The Relationship
Model: Regression Model Variabel dependen: CSR
Hasil
Penelitian Adanya hubungan positif pada praktik manajemen laba dengan CSR.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
13
A. Tribo
Between
Variabel
Earnings
Independen:
Management and
Manajemen
CSR
laba
Variabel kontrol: ROA, RDI, MO,IO, Risk, Size, Lev, FR
Nan Sun
2009
Corporate
Model:
Adanya hubungan
dan Aly
Environmental
Ordinary Least
yang tidak
Salama,
Disclosure,
Square
signifikan antara
Khaled
Corporate
Regression with
CED dengan
Hussaine
Governance, and
Robust Errors
manajemen laba
y, dan
Earnings
Model
dengan memakai
Murya
Management
Habbash
Ordinary Least
Variabel
Square Regression
dependen: CED
with Robust
Variabel
Errors. Komite
independen:
audit juga
manajemen laba
mempengaruhi hubungan antara
Variabel
CED dengan
kontrol: Size,
manajemen laba
Lev, ROA, CG,
sedangkan ukuran
Audit, Industry
perusahaan tidak mempengaruhi.
Nor Raihan Mohamad
2011
The Effects of Board Independence,
Model: Pearson Correlation
Tidak terdapat pengaruh dari
Analysis
interaksi Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
14
, Shamsul
Board Diversity,
Nahar
and Corporate
Abdullah,
Social
Responsibility on
Mohd Zulkifli
Earning
Mokhtar,
Management
Variabel
tanggung jawab
dependen:
sosial pada
manajemen laba
variabel tata kelola
Variabel
perusahaan
independen:
terhadap
Board
dan Nik
manajemen
Independence,
Fuad Nik
laba.
Board Diversity
Kamil
Variabel moderasi: CSR
Erica
2011
Corporate Social
Yip, Chris
Responsibility
Van
Reporting and
Staden,
Earnings
dan
Management:
Steven
The Role of
Cahan
Politcal Costs
Model:
Tanggung jawab
Multivariate
sosial korporat
Analysi
dan manajemen laba
Variabel
berhubungan
dependen: manajemen laba
negatif pada industri minyak
Variabel
dan gas, tetapi
independen:
berhubungan
CSR
positif pada industri
Variabel
makanan.
moderasi: Lev, ROA, Growth, Ln
Sumber : Hasil olahan penulis, 2012 Menurut Verecchia (1983) dalam Basamalah dan Jermias (2005), perusahaan akan mengungkapkan informasi apabila informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan dan mengungkapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
15
pasar. Murwaningsari (2009) menyatakan bahwa pada saat ini telah terjadi pergeseran paradigma GCG, yaitu dengan memperluas paradigma teoretis dari agency theory menjadi stakeholder theory perspective. Akibat yang muncul dari paradigma ini, GCG harus mempertimbangkan dan memperhatikan masalah CSR dalam suatu konteks historis dan filosofi yang luas.
Pernyataan di atas menjadi landasan penulis ingin meneliti lebih lanjut. Perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, di sini penulis mengambil sampel dari tahun dimana peraturan untuk mengungkapkan kegiatan CSR di dalam laporan tahunan sudah diwajibkan. jadi penelitian kali ini diharapkan lebih mampu menggambarkan serta menjelaskan fenomena pengaruh manajemen laba terhadap kegiatan CSR daripada penelitian sebelumnya. Tahun penelitian pada rentang 2008 sampai 2010 dan sektor yang diteliti adalah semua sektor nonkeuangan. Sementara itu, beberapa penelitian sebelumnya yang juga dilakukan di Indonesia hanya mengambil sektor manufaktur saja, atau sektor keuangan saja dan hanya untuk satu tahun saja in ability Reporting dengan kategori seperti Environmental reporting dan Social Reporting. Sedangkan sampelnya 17 perusahaan dimana perusahaan tersebut berhubungan dengan sumber daya alam.
2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). (Jensen & Meckling, 1976)
Biaya keagenan adalah biaya yang timbul untuk karena masalah keagenan dan biaya dari tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan masalah keagenan (Pearce & Robinson, 2007). Dalam konteks perusahaan, para pemegang saham merupakan pricipal yang memperkerjakan manajer sebagai agen untuk bekerja bagi kepentingan para pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
16
Berbagai studi mengenai agency theory dalam teori korporasi modern berfokus pada hubungan yang rumit antara pemegang saham dan manajer yang muncul seiring dengan adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengawasan (Fama&Jensen, 1983). Ketika pemilik mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan pada pihak lain, terdapat hubungan keagenanan antara kedua pihak. Hubungan keagenan, seperti hubungan antara pemegang saham dengan manajer, akan efektif selama manajer mengambil keputusan investasi yang konsisten dengan kepentingan pemegang saham. Namun, ketika kepentingan manajer berbeda dengan kepentingan pemilik, maka keputusan yang diambil oleh manajer kemungkinan bevar adalah mencerminkan preferensi manjer dibandingkan pemilik.
Berdasarkan teori keagenan, manajemen dihadapkan pada tugas untuk merancang dan menjalankan strategi perusahaan atas dasar keuntungan dan kepentingan para pemegang saham. Dalam berbagi studi di bidang hukum dan ekonomi, pandangan ini menjadi acuan utama sejak beberapa dekade lalu. Para pemegang saham menanggung resiko residual keuangan karena terdapat asumsi umum bahwa manajer akan bertindak rasional dan berperilaku secara oportunis. Dengan sendirinya, teori keagenan membedakan dua masalah yang muncul dari persoalan keagenan ini.
Persoalan yang pertama adalah moral hazard, yaitu suatu kondisi ketika pemilik hanya memiliki akses yang relatif kecil terhadap informasi yang tersedia menganeai kinerja perusahaan dan tidak dapat mengawasi seluruh tindakan atau keputusan manajer, maka seringkali manajer bebas mengejar kepentingannya sendiri, akibatnya manajer mungkin merancang strategi yang memeberikan manfaay terbesar bagi diri mereka sendiri, dengan menempatkan kesejahteraan organisasi sebagai prioritas sekunder. Permasalahan kedua ialah terdapatnya informasi yang asimetris berupa informasi yang tersembunyi antara pemegang saham dan manajemen perusahaan, baik informasi yang didapatkan sebelum dilakukannya kontrak keagenan, maupun sebelum kontrak tersebut berakhir (Pearce & Robinson, 2007).
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
17
Adanya
asimetris
informasi
tersebut
dapat
mendorong
agen
untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal untuk memaksimalkan keuntungan bagi agen. Agen dapat termotivasi untuk melaporkan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen (Ujiyanto, 2007). Manajer yang telah diberi wewenang untuk megelola perusahaan bertanggung jawab untuk memaksimalkan keuntungan prinsipal dan melaporkan tanggung jawabnya melalui media laporan keuangan. Atas kinerja manajer tersebut, kompensasi manajemen diberikan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali dalam Ujiyanto dan Pramuka, 2007).
2.2.2 Definisi Corporate Governance Awalnya isu corporate governance timbul karena berkembangnya bentuk perseroan, terutama karena perseroan itu go public, sehingga pemilik perusahaan pada umumnya tidak menjadi pengelola atau manajemen perusahaan. Dalam kondisi seperti itu timbul masalah keagenan, yaiutu menjamin bahwa manajemen akan selalu bertindak dalam kerangka kepentingan pemilik perusahaan dan pihakpihak lain yang berkepentingan (stakeholders) (Hasanuddin, 2004). Corporate governance dapat diartikan sebagai mekanisme pengelolaan perusahaan untuk memastikan bahwa manajemen selalu bertindak demi kepentingan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan akan selalu diarahkan pada peningkatan nilai perusahaan (Zaki, 2001).
Corporate governance adalah hubungan antara stakeholders yang digunakan untuk menentukan arah dan mengendalikan kinerja suatu perusahaan. Bagaimana perusahaan memonitor dan mengendalikan keputusan dan tindakan manajer puncak, yang disebut governance mechanism, mempengaruhi implementasi strategi. Corporate governance yang efektif menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham, sehingga dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan (Iman & Amin 2002).
Ada beberapa definisi tentang corporate governance, yaitu : Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
18
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) menyatakan bahwa Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemgang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hakhak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengandalikan perushaan (Hasanuddin, 2004).
Corporate Governance Committe of Singapore mendefinisikan corporate governance refers to the processes and structure by which the bussines and affairs of the company are directed and managed, in order to enchance long term shareholder value through enhancing corporate performance and accountability, whilst taking into account the interest of other stakeholders. Good corporate governance therefore embodies both enterprice (performance) and accountability (Amin, 2007).
Surat Edaran Meneg. PM & P. BUMN No. S. 106/M.PM P.BUMN/2000, tanggal 17 April 2000 tentang kebijakan penerapan corporate governance mengartikan good corporate governance sebagai suatu hal dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi perusahaan yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung: (1) pengembangan perusahaan (2) pengelolaan sumber daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif, dan (3) pertanggung jawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya. Ernst&Young mendefinisikan corporate governance consist of an interrelated set of mechanism comprising institusional shareholders, boards of directors and commisioners, managers remunerated according to performance, the market for corporate control, ownership structure, financial structure, relational investors and product market competition.
Berdasarkan
uraian
mengenai
corporate
governance
tersebut,
dapat
dirumuskan suatu kesimpulan bahwa corporate governance adalah hubungan antara stakeholders yang digunakan untuk menentukan arah dan pengendalian kinerja suatu perusahaan. Bagaimana perusahaan memonitor dan mengendalikan keputusan dan tindakan manajer puncak, yang disebut governance mechanism,
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
19
mempengaruhi implementasi strategi. Corporate governance yang efektif, menyelaraskan
kepentingan
manajer
dengan
pemegang
saham,
dapat
menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan (Amin, 2007).
2.2.3 Definisi Manajemen Laba Gumanti (2000) mendefinisikan manajemen laba sebagai “disclosure management in the sense of purposefeul intervention in the external reporting process, with intent of obtaining some private gain” (Schipper, 1989). Selain itu dia juga mendefinisikan manajemen laba sebagai “an intentional structuring of reporting or production/investment decisions around the bottom line impact. It encompasses income smoothing behavior but also includes any attempt to alter reported income that would not occur unless management were concerned with the financial reporting implication” (Ayres, 1994). Scott (2003) mendefinisikan manajemen laba sebagai earning management is the choice by a manager of accounting policies so as to achieve some specific objective.
Gul et al. (2000) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan definisi manajemen laba yang bersifat oportunistik dan efisien antara Guay et al. (1996) dengan Christie dan Zimmerman (1994). Guay et al. mendefinisikan performance measure hypothesis sebagai manajemen laba dimana manajer berusaha untuk menyajikan secara akurat efek dari kejadian-kejadian ekonomi dalam earning iperusahaan.
Sedangkan
opportunistic
accrual
management
hypothesis
merupakan manajemen laba dimana manajer mengurangi keakuratan earning perusahaan. Christie dan Zimmerman (1994) mendefinisikan efficient managerial action sebagai pilihan tindakan dan pelaporan yang meningkatkan kekayaan agregat dari seluruh pihak yang terlibat dalam kontrak, seperti pemegang saham, kreditur, dan manajer. Sedangkan opportunistic managerial action didefinisikan sebagai pilihan tindakan dan pelaporan yang hanya meningkatkan kekayaan dari manajer saja.
Dalam arti kata lain, berdasarkan pengertian-pengertian di atas manajemen laba yang oportunistik lebih bertujuan menguntungkan pihak tertentu sehingga bisa mengakibatkan reliabilitas dari laporan keuangan berkurang. Sedangkan manajemen laba yang efisien merupakan tindakan manajemen yang dapat
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
20
meningkatkan kandungan informasi dari labayang ada dalam laporan keuangan perusahaan.
2.2.4 Konsep-Konsep Manajemen Laba Watts dan Zimmerman (1986) dalam bukunya yang berjudul “Positive Accounting Theory” menjelaskan bahwa faktor-faktor ekonomi tertentu atau cirriciri suatu unit usaha tertentu dapat dikaitkan dengan perilaku manajemen atau pembuat laporan keuangan. Salah satu topik yang banyak dibahas dan diteliti berkaitan dengan perilaku manajemen dan teori akuntansi positif tersebut adalah earnings management
atau manajemen laba. Banyak penelitian membuktikan
bahwa laba seringkali dijadikan ukuran dalam menilai kinerja suatu manajemen atau perusahaan. Siregar (2002) dan Dechow (1994) menemukan bahwa laba merupakan suatu ukuran yang lebih baik dalam menilai kinerja suatu perusahaan daripada arus kas. Selain itu laba juga digunakan sebagai landasan untuk pengambilan keputusan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap suatu laporan keuangan, seperti misalnya investor, pemegang saham, kreditur, pemerintah, dan lainnya. Dengan memperhatikan pentingnya ukuran laba bagi perusahaan tersebut maka manajemen memiliki motivasi untuk melakukan manajemen laba agar bias memberikan manfaat atau keuntungan tertentu, baik bagi manajemen sendiri maupun bagi perusahaan.
Menurut Scott (2009) manajemen laba jika dilihat secara prinsip memang tidak menyalahi prinsip akuntansi yang berterima umum, namun manajemen laba dinilai dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Dengan semakin menurunnya kepercayaan masyarakat, maka hal ini dapat menurunkan nilai perusahaan karena banyak investor yang akan menarik kembali investasi yang telah mereka tanamkan. Praktik manajemen laba dinilai merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan memberikan informasi yang tidak relevan bagi investor.
Adanya upaya secara sengaja dalam pelaporan sejumlah tertentu yang menjadi laba perusahaan menunjukkan adanya praktik manajemen laba dalam perusahaan tersebut. Upaya manajemen laba pada umumnya dilakukan oleh perusahaan apabila laba perusahaan berada di sekitar titik nol atau titik batas pelaporan.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
21
Burgstahler dan Dichev (1997) menyebutkan bahwa manajemen laba dapat diteliti dari terpatahnya distribusi laba dan perubahan laba. Terpatahnya distribusi laba dan perubahan laba tersebut terjadi pada batas laba positif dan laba negatif. Terjadinya distribusi laba dan perubahan tersebut dianggap merupakan akibat dari manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk mencapai pelaporan laba, yaitu menghindari kerugian dan menghindari penurunan laba.
Terdapat tiga hal penting dalam manajemen laba, yaitu (1) adanya tujuan tertentu yang dilakukan secara sengaja oleh manajemen, (2) dilakukan oleh manajemen dengan kewenangan yang dimilikinya, dan (3) adanya pilihan-pilihan kebijakan metode akuntansi yang diperkenankan menurut standar akuntansi yang berlaku. Upaya yang secara sengaja dilakukan manajemen untuk mencapai tujuan tertentu terkait dengan motivasi yang melatarbelakangi manajemen melakukan manajemen laba menurut Scott (2000) antara lain:
1. Motivasi Kontrak Menurut Healy (1985) terdapat kontrak bonus atas kinerja manajer yang berupa bonus scheme. Penggunaan angka akuntansi dalam kontrak bonus tersebut dapat memicu manajer untuk menyesuaikan tingkat laba agar dapat memaksimumkan kompensasi/bonus yang diperolehnya.
2. Motivasi Politik Biasanya hal ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki skala operasi besar, perusahaan-perusahaan dalam industri yang strategis, dan perusahaan-perusahaan yang bersifat monopoli. Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan dalam kategori di atas dapat mempengaruhi kehidupan sebagian besar masyarakat sehingga perusahaan-perusahaan tersebut sering kali menjadi
target
menyembunyikan
politik.
Hal
kekuatan
ini yang
dilakukan dimiliki
dengan oleh
tujuan
perusahaan
sehingga dapat terhindar dari target politik dan meminimalisasi political cost.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
22
3. Motivasi Pajak Perpajakan dapat menjadi motivasi bagi manajer dalam melakukan manajemen laba dengan cara memperkecil taxable income dalam rangka mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan. Upaya manajemen laba yang dilakukan dalam rangka mengurangi pajak adalah dengan menggunakan metode akuntansi dalam perhitungan nilai
persediaan,
depresiasi,
dan
cadangan-cadangan
yang
diperbolehkan.
4. Motivasi Pergantian Chief Executive Officers (CEO) Para CEO cenderung memilih metode akuntansi yang dapat memperbesar laba dengan tujuan memperoleh bonus yang besar menjelang akhir tahun jabatan mereka, sehingga mereka tidak akan diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir. Kondisi tersebut sejalan dengan bonus plan hypothesis yang dikemukakan positive accounting theory.
5. Motivasi Pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) Laporan keuangan perusahaan yang tercakup dalam prospektus pelaksanaan IPO digunakan sebagai salah satu perimbangan dalam penilaian
nilai
pasar
dari
saham-saham
perusahaan
yang
melakukan IPO. Kondisi tersebut memberikan peluang bagi manajer untuk melakukan manajemen laba dalam upaya membuat laporan keuangan dengan jumlah laba positif dan menunjukkan kinerja baik dari manajemen.
Utami (2005) menyatakan bahwa untuk mendeteksi ada tidaknya manajamen laba, maka pengukuran atas akrual adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Total akrual adalah selisih antara laba dan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi. Total akrual dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
23
1. Bagian akrual yang memang sewajarnya ada dalam proses penyusunan laporan keuangan, disebut normal accruals atau non discretionary accrual
2. Bagian akrual yang merupakan manipulasi data akuntansi yang disebut dengan abnormal accruals atau discretionary accruals.
Scott (2009) mengidentifikasikan adanya empat pola yang dilakukan manajemen untuk melakukan pengelolaan atas laba sebagai berikut: (1) Taking a bath, yaitu ketika perusahaan melaporkan adanya kerugian, maka manajemen melakukan kebijakan untuk melaporkan kerugian dengan jumlah yang besar sekaligus; (2) Income minimization; kebijakan ini dilakukan ketika laba yang diperoleh perusahaan tinggi atau meningkat. Hal yang umum dilakukan manajemen dalam praktek ini adalah dengan meminimalkan laba, contohnya adalah dengan membebankan beban penelitian dan pengembangan lebih besar di periode berjalan; (3) Income maximization, kebijakan ini dilakukan ketika laba yang diperoleh perusahaan rendah atau menurun. Hal yang umum dilakukan manajemen dalam praktek ini adalah dengan memaksimalkan laba, contohnya adalah dengan mengalokasikan pendapatan tahun mendatang di periode berjalan; (4) Income smoothing, kebijakan ini dilakukan karena adanya motivasi manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan.
Manajemen laba dalam penelitian ini dideteksi menggunakan model modified Jones (1991) dengan proksi akrual diskresioner (discretionary current accrual). Model modified Jones (1991) digunakan dalam penelitian ini karena dianggap model paling baik dalam mendeteksi manajemen laba. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Mencari nilai a1, a2 dan a3 Perhitungan a1, a2 dan a3 dilakukan dengan teknik regresi. Regresi ini adalah untuk mendeteksi adanya discretionary accruals dan non discretionary Accruals
2. Menghitung Discretionary Accruals (DA) Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
24
Perhitungan
Discretionary
Accruals
(DA)
dilakukan
dengan
memasukkan nilai a1, a2 dan a3 yang diperoleh dari regresi. Perhitungan dilakukan untuk seluruh sampel perusahaan pada masingmasing periode. Untuk perhitungan selanjutnya, nilai DA yang digunakan adalah nilai absolut dari DA. Dalam mencari discretionary accruals, harus dicari total akrual perusahaan terlebih dahulu dengan persamaan sebagai berikut:
TAit = NIit – OCFit (Jones, 1991) Keterangan:
TAit : Total akrual perusahaan i pada tahun ke t. NIit : Laba bersih sebelum pos luar biasa perusahaan i pada tahun ke t. OCFit : Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun ke t.
Dalam model modified Jones (1991) total akrual perusahaan dibagi dua, yaitu discretionary accruals dan nondiscretionary accruals. Untuk menghitung discretionary accruals dapat menggunakan persamaan sbb: TAit = NDAit + DAit NDA = α1 (1/A it-1) + α2 ( ΔREVit- ΔRECit/ A it-1) + α3 (PPEit/A it-1) TAit/A it-1 = α1 (1/A it-1) + α2 ( ΔREVit- ΔRECit/ A it-1) + α3 (PPEit/A it-1) + εit (Jones, 1991) Keterangan: TAit : Total akrual perusahaan i pada tahun ke t. Ait : total aktiva perusahaan i pada tahun ke t-1
ΔREVit : perubahan pendapatan perusahaan i pada tahun ke t ΔRECit : perubahan perusahaan i pada tahun ke t PPEit : aktiva tetap perusahaan i pada tahun ke t ε it : error term perusahaan i pada tahun ke t
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
25
2.2.5 Definisi Tanggung Jawab Sosial CSR adalah mekanisme bagi suatu perusahaan untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholder, yang melebihi tanggung jawab sosial di bidang hukum (Darwin 2004). Pendapat Friedman dalam Suharto (2008) menyatakan bahwa tujuan utama korporasi adalah memperoleh profit semata semakin ditinggalkan. Sebaliknya konsep triple bottom line (profit, planet, people) yang digagas oleh John Elkington makin masuk ke dalam mainstream etika bisnis. (Suharto, 2008).
Selain itu, pengertian CSR oleh The World Business Council for Sustainable
Development
dijabarkan
sebagai
“corporate
social
responsibility as ‘business’ commitment to contribute to sustainable economic development, working with employees, their families, the local community, and society at large to improve their quality of life”. (Kotler dan Lee, 2005). Sedangkan menurut European Comission mengartikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai “sesuatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan permasalahan sosial dan lingkungan dalam interaksinya dengan pemangku kepentingan secara sukarela.” (Fiori, Donato, & Izzo, 2007)
2.2.6 Teori dan Konsep Tanggung Jawab Sosial CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari pada tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people, dan planet (3P). Profit, dimana perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan
ekonomi
yang
memungkinkan
untuk
terus
beroperasi
dan
berkembang. People, dimana perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana kesehatan dan pendidikan, atau bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat. Planet, dimana perusahaan peduli terhadap lingkungan dan berkelanjutan keragaman hayati. Beberapa
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
26
program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan, penanaman sejuta pohon, penyediaan sarana air, perbaikan pemukiman, dll. (Porter dan Kramer, 2002).
Sedangkan menurut Willeneus (2005). Triple Bottom Line berawal dari Sustainable Development, yaitu konsep inti dalam pembicaraan etika sekarang ini. Konsep ini mempunyai tujuan untuk mencukupi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Konsep Sustainable Development muncul akibat dari tindakan dan keputusan perusahaan yang akan mempunyai implikasi di masa yang akan datang. Apabila konsep ini dijalankan,lingkungan akan tetap seimbang (Fuller dan Tiley, 2005). Dengan adanya implementasi strategi CSR yang terintegrasi dalam proses bisnis perusahaan, maka pembangunan yang berkelanjutan akan dapat tercapai. Oleh karena itu, CSR dapat dikembangkan menjadi tiga dimensi yang disebut dengan Triple Bottom Line. (Willeneus, 2005).
Willeneus (2005) juga mengembangkan teori triple bottom line. Menurutnya teori ini terdiri dari:
ü Kinerja Ekonomi, seperti laba yang kuat bagi pemilik perusahaan, sistem akuntansi yang dapat diandalkan, penambahan staff, dan pembayaran pajak.
ü Akuntabilitas sosial, seperti tempat kerja, dan kontrol kualitas sosial pembelian.
ü Manajemen
lingkungan,
seperti
konsumsi
listrik,
emisi
karbondioksida atau jumlah material yang masuk ke perusahaan.
Apabila dibuat menjadi satu model, maka model ini akan menjadi alat untuk menyeimbangkan tujuan ekonomi tetapi tetap melakukan yang terbaik untuk lingkungan. Dimana, mengingat dua hal tersebut merupakan hal yang sama pentingnya bagi perusahaan. Berikut modelnya:
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
27
Gambar 2.1 Tripple Bottom Line Sumber: Elkington dalam Willeneus (2005) Selain dari konsep triple bottom line oleh John Elkington di atas, terdapat juga konsep Piramida CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol yang memberikan justifikasi teoritis dan logis mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR bagi masyarakat di sekitarnya. Dalam pandangan Carrol, CSR adalah puncak piramida yang erat terkait dan bahkan identik dengan tanggung jawab filantropis. Berikut adalah penjelasannya (Saidi dan Hamidin, 2004)
a. Tanggung jawab ekonomis. Kata kuncinya adalah make a profit. Dimana motif utama dari perusahaan adalah laba. Laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus survive dan berkembang.
b. Tanggung jawab legal. Kata kuncinya adalah: obey the law. Dimana perusahaan harus taat pada hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. Tanggung jawab etis. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil, dan fair. Norma-
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
28
norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan.
d. Tanggung jawab filantropis. Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berprilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Kata kuncinya adalah :be a good citizen. Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggungjawab ganda, yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah non-fiduciary responsibility.
Gambar 2.2 Piramida Carrol
Sumber: Carrol (1991) 2.2.7 Tujuan Kegiatan CSR dan Pengungkapannya (CSR Disclosure) Berdasarkan tanggung jawab sosial, bisnis merupakan organisasi global nonprofit yang menyediakan bisnis dengan informasi, perangkat, pelatihan, jasa penasihat yang
bertujuan untuk menguntegrasikan CSR ke dalam strategi dan
bisnis mereka. CSR memiliki beberapa keuntungan: (Kotler dan Lee, 2005)
ü Meningkatkan penjualan dan pangsa pasar. ü Mengeluarkan posisi merek Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
29
ü Meningkatkan reputasi dan citra perusahaan ü Meningkatkan kemampuan perushaan untuk menarik, memotovasi, dan memuaskan karyawan
ü Menurunkan biaya-biaya operasi ü Meningkatkan daya tarik investor dan analisis keuangan. Menurut Hendriksen (1996) pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal efisien. Wolk dan Tearney (1980) menyatakan ungkapan mencakup penyediaan informasi yang diwajibkan oleh badan berwenang maupun yang secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan keuangan, informasi tentang kejadian setelah tanggal laporan, analisis manajemen atas operasi perusahaan yang akan datang, prakiraan keuangan dan operasi pada tahun yang akan datang, dan laporan keuangan tambahan yang mencakup ungkapan menurut segmen dan informasi lainnya di luar harga perolehan.
Tujuan pengungkapan menurut Belkaoui (2000) adalah: 1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan.
2. Untuk
menjelaskan
item-item
yang
belum
diakui
dan
untuk
menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.
3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor dalam menentukan resiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui.
4. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk membandingkan antarperusahaan dan antartahun.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
30
5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang.
6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.
Keluasan
pengungkapan
adalah
salah
satu
bentuk
kualitas
pengungkapan.
Hendriksen (1997) menyatakan bahwa tingginya kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan pengungkapan. Ada tiga konsep mengenai luas pengungkapan yaitu adequate, fair dan full disclosure. Konsep yang paling sering dipraktekkan adalah pengungkapan yang cukup (adequate disclosure), yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku,
di
mana
pada
tingkat
pengungkapan
ini
investor
dapat
menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan dengan benar. Pengungkapan yang fair (fair disclosure) mengandung sasaran etis dengan menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca (investor) potensial. Pengungkapan penuh (full disclosure) merupakan pengungkapan atas semua informasi yang relevan.
Menurut Meek, Roberts dan Gray (1950) dalam Suripto (1998) ada dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar. Pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkap informasi secara sukarela, pengungkapan wajib akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkannya. Kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pembuatan keputusan oleh pemakai laporan tahunannya.
Ada tiga teori yang mendukung pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan, yaitu teori agensi, teori legitimasi dan teori stakeholder (Sembiring, 2003).
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
31
a. Agency Theory (Teori Agensi), menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu principal, dan pada umumnya principal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users lain. Namun pengertian principal tersebut meluas menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Teori ini menjelaskan agen (manajemen) bekerja untuk stakeholder, dan salah satu pekerjaan mereka adalah memberikan informasi yang terkait dengan usaha yang dijalankan.
b. Legitimacy Theory (Teori Legitimasi), dengan melakukan social disclosure, perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi. Dalam
perspektif
ini,
perusahaan
akan
menghindarkan
adanya
peregulasian suatuaspek, yang dirasakan akan lebih berat dari sisi cost karena mereka melakukan secara sukarela.
c. Stakeholders Theory (Teori Stakeholder), mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholders dalam menjalankan operasi perusahaannya. Semakin kuat posisi stakeholders, semakin besar pula kecendrungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan param stakeholdersnya.
Karena masih sedikit perusahaan di Indonesia yang melaporkan kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam bentuk sustainability reporting, maka data variabel CSR yang digunakan dalam penelitian ini adalah datayang diungkapkan
dalam
laporan
tahunan
perusahaan
dan
dihitung
dengan
menggunakan CSR disclosure Index (CSRI). Pengukuran CSRI dalam penelitian ini akan mengikuti Checklist Item Pengungkapan Informasi CSR. Indikatornya adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan (13 item) b. Energi (7 item) c. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja (8 item) d. Lain-Lain Tenaga Kerja (29 item) Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
32
e. Produk (10 item) f. Keterlibatan Masyarakat (9 item) g. Umum (2 item) Untuk menghitung CSRI dilakukan dengan cara menghitung dari setiap item CSR dalam instrumen penelitian. Setiap item diberi nilai 1 bila diungkapkandan 0 bila tidak diungkapkan (Haniffa et al, 2005). Kemudian skor tersebut dijumlah dan dibagi dengan jumlah item dari setiap jenis perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut:
CSRIj = Σxij/nj Sumber: Haniffa et al, 2005 Dimana : CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j nj : jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 78 (yang keseluruhan 78 item itu terdapat di dalam bagian-bagian dari lingkungan, energi, praktik bisnis yang wajar, SDM, dan produk)
Xij : Jumlah item yang diungkapkan, jika diungkapkan diberi nilai 1. Jika tidak diungkapkan diberi nilai nol.
Dengan demikian, 0 ≤ CSRIj ≤ 1 2.2.8
Karakteristik Perusahaan
2.2.8.1 ROA (Return On Assets) Return On Assets (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada (Ang, 1997). Return On Assets menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
33
dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan (ratarata) kekayaan perusahaan. Rumus Return On Assets dinyatakan sebagai berikut:
Pengembalian Aset (Return on Assets/ ROA) =
Total Asset
Laba Bersih Setelah Pajak
Sumber: Prior, 2008 2.2.8.2 Research & Development Intensity Research merupakan penelitian yang orisinil dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan memperoleh pengetahuan dan pemahaman teknis atau ilmiah yang baru. Development merupakan penerapan hasil riset atau pengetahuan lain ke dalam suatu rencana atau desain untuk menghasilkan bahan, alat, produk, proses, sistem atau jasa, sebelum dimulainya produksi komersial atau pemakaian (Standar Akuntansi Keuangan No.20). Menghitung angka R&D Intensity adalah melalui total penjualannya (Total Sales).
R&D Intensity = Ln Total Sales
Sumber: Prior, 2008 2.2.8.3 Managerial Ownership Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005). Kepemilikan
manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan
sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Ujiyanto (2007) menyatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Kepemilikan manajerial dapat diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan Manajerial ditunjukkan dengan persentase jumlah saham
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
34
yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
2.2.8.4 Institutional Ownership Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Melalui mekanisme kepemilikan institusional, efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. Kepemilikan institusional dapat diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari seluruh jumlah perusahaan. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Dengan adanya kepemilikan institusional manajer cenderung berkurang insentifnya untuk memanfaatkan manajemen diskresi (discretionary management) dalam laporan keuangan. Kepemilikan Institusional ditunjukan dengan proporsi saham yang dimiliki institusional pada suatu perusahaan. Variabel ini menggambarkan tingkat kepemilikan saham yang diukur dalam persentase. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. (Boediono, 2005)
2.2.8.5 Size Perusahaan yang berukuran besar cenderung memiliki kemampuan dan fleksibilitas yang lebih untuk mengakses sumber dana sehingga cenderung untuk meningkatkan hutangnya. Perusahaan besar cenderung lebih terdiversifikasi dan tidak mudah untuk mengalami kebangkrutan (Rajan dan Zingales, 1995). Elton dan Gruber (1995), Chan dan Chen (1991) menunjukkan bahwa perusahaan yang small artinya market value dari saham yang beredar rendah mempunyai tingkat risiko dan return yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan besar (big firm). Selain itu, ukuran perusahaan merupakan variabel kontrol yang dipertimbangkan dalam banyak penelitian (makalah) keuangan. Hal ini disebabkan dugaan banyaknya keputusan/hasil keuangan dipengaruhi oleh ukuran
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
35
perusahaan. Secara umum biasanya size diproksi dengan total asset (Chandra Wijaya dan Said Kelana Asnawi, 2005). Variabel firm size dihitung dengan cara : Firm Size = Ln Total Assets
Sumber: Chandra Wijaya dan Said Kelana Asnawi, 2005 2.2.8.6 Leverage Leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana (source of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (common stockholders) (Agus Sartono, 1997). Perusahaan menggunakan operating leverage dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Sebaliknya, leverage juga akan meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham.
Rasio Debt to Total aset = Total Debt / Total Aset Rasio Debt to Equity = Total Debt / Total Equity
Sumber: Agus Sartono, 1997 2.2.8.7 Financial Resources Dalam upaya pengembangan suatu usaha di perlukan strategi dan rencana bisnis yang tepat, salah satu strategi itu adalah strategi pembiayaan. Terdapat empat kelompok besar sumber pendanaan : 1. Dana internal : merupakan dana yang berasal dari internal perusahaan (cash flow internal: seperti laba dan akumulasi
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
36
penyusutan) atau pun berasal dari penjualan aset usaha dan atau aset pribadi. 2. Dana investor : merupakan sumber dana dari pihak eksternal yang tertarik berinvestasi pada bisnis atau usaha yang sedang dan atau akan dijalankan. Dana investor dapat berupa pinjaman perusahaan, investasi langsung, kerjasama investasi, atau pun pembelian saham. 3. Dana Suplier : merupakan sumber dana yang tidak secara langsung terlihat sebagai fisik uang, namun sumber dana dari suplier berupa fasilitas tempo pembayaran yang lebih panjang. Sumber dana suplier biasanya terjadi jika sudah terdapat kepercayaan yang besar kepada kunsumennya. 4. Dana Lembaga Keuangan : lembaga keuangan di maksud dapat berupa Bank, atau pun lembaga-lembaga pembiayaan lainnya.
Sumber dana yang terbaik adalah sumber dana yang dapat di ukur manfaat dan resikonya, bagi perusahaan yang memiliki sumber dana internal kuat dapat memilih opsi penyediaan dana internal. Namun untuk tetap menjaga kesehatan cash flow usaha, sumber dana dapat di pertimbangkan yang berasal dari eksternal, baik itu Bank, Suplier maupun investor.
Sumber pendanaan pada penelitian ini dihitung dengan rumus :
Rasio Financial Resources = Cash Flow / Total Assets
Sumber: Prior, 2008 2.2.15 Manajemen Laba dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manajemen laba yang didefinisikan oleh Copeland (1968) dalam Danang H (2011) sebagai, “some ability to increase or decrease reported net income at will” berarti kemampuan manajemen untuk meningkatkan atau mengurangi laba bersih yang dilaporkan sesuka hati. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan informasi yang diterima oleh manajemen dan pemilik perusahaan.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
37
Dalam teori keagenan yang dijelaskan oleh Anthony dan Govindarajan (1995), hubungan principal (pemilik perusahaan) dengan agent (manajer) adalah principal memperkerjakan agent agar melakukan tugas untuk kepentingan principal. Dalam teori ini principal dan agent memiliki tujuan yang berbeda sehingga terjadi konflik kepentingan. Pihak pemilik perusahaan tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja manajer dan keadaan perusahaan, sedangkan manajer sendiri memiliki informasi yang cukup banyak tentang keadaan perusahaan. Dengan didorong oleh kepentingannya sendiri, akhirnya manajer dapat memanfaatkan keadaan tersebut untuk melakukan manajemen laba yang membuat laporan keuangan yang dilaporkan saat itu tidak sesuai dengan keadaan
perusahaan
yang sebenarnya.
Sebagai
konsekuensinya,
pemilik
perusahaan tidak dapat membuat keputusan investasi secara optimal. Ketika pemilik perusahaan atau shareholder menemukan indikasi terjadinya manajemen laba di dalam perusahaannya, maka nilai perusahaan langsung turun drastis di dalam pasar saham (Dechow and Sweeney, 1996) dalam Danang H (2011). Tentu saja hal tersebut akan berdampak sangat serius terhadap pemilik perusahaan dan stakeholder yang lainnya. Ketika hal tersebut terjadi, maka stakeholder akan melakukan aksi yang akan mengancam keberadaan manajemen. Usaha yang memungkinkan dilakukan oleh manajer untuk mengamankan posisi mereka adalah dengan membuat dan melibatkan diri dalam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan antara perusahaan dengan stakeholder dan lingkungan sosial masyarakat, dalam hal ini corporate social responsibility (CSR). Untuk menarik dukungan dari kelompok tersebut, kegiatan CSR yang biasa dilakukan adalah : memasukkan aspek sosial ke dalam proses produksi, mengadopsi praktek pengembangan sumber daya manusia secara progresif, meningkatkan kegiatan yang ramah lingkungan melalui kegiatan daur ulang dan pengurangan polusi dan limbah, atau dengan mempercepat tujuan dari organisasi masyarakat (McWilliams et al., 2006 dalam Danang H, 2011). Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prior, dkk (2008), mereka menyatakan bahwa manajer dalam perusahaan yang melakukan manajemen laba cenderung semakin aktif dalam meningkatkan citra dan menarik dukungan dari publik dan stakeholder melalui kebijakan CSR.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
38
Manajer
percaya
bahwa
dengan
memenuhi
kepuasan
stakeholder
dan
mewujudkan kesan yang baik terhadap lingkungan dan sosial maka kecurigaan dan kewaspadaan dari stakeholder dapat dikurangi sehingga kemungkinan untuk diamati oleh stakeholder yang sudah puas juga dapat dikurangi.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
39
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan asumsi bahwa realitas sosial terbentuk berdasarkan fakta objektif peneliti bebas nilai sehingga dapat mengukur dan menggunakan statistik untuk menguji teori (Neuman, 2007: 113). Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam pendekatan ini teori digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan penelitian. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori manajemen laba dan teori tanggung jawab sosial korporat.
3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian dapat dilihat dari empat aspek, yaitu dari sisi tujuan, manfaat, dimensi waktu, dan teknik pengumpulan data (Neuman, 2007).
Berdasarkan Tujuan:
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini tergolong penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antarsuatu fenomena untuk variabel. Penelitian eksplanatif mencoba untuk mencari hubungan antarhal tersebut. Hubungan tersebut bisa berbentuk hubungan korelasional atau saling hubungan, sumbangan, atau kontribusi suatu variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan penjelasan tentang pengaruh pengungkapan manajemen laba terhadap CSR. Penelitian eksplanatif juga merupakan penelitian yang melakukan pengujian terhadap sebuah prediksi teori atau prinsip (Neuman,
2007).
Berdasarkan Manfaat:
Berdasarkan manfaatnya, penelitian ini tergolong penelitian murni. Saunders et al., (2009) menyatakan bahwa penelitian murni bertujuan untuk
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
40
memperluas pengetahuan dari proses bisnis dan manajemen dimana hasil penelitiannya berupa prinsip yang berlaku secara universal. Meskipun penelitian murni sering tidak memiliki aplikasi praktis dalam jangka pendek, namun menyediakan dasar pengetahuan untuk meningkatkan pemahaman dalam banyak bidang penelitian Penelitian murni juga dikatakan merupakan kebutuhan intelektual bagi penelitinyarena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih subjek penelitian dan permasalahan yang diangkat, yaitu pengaruh manajemen laba terhadap CSR.
Berdasarkan Dimensi Waktu: Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini digolongkan ke dalam
penggabungan penelitian cross sectional dan time series (longitudinal). Hal ini dikarenakan data yang dipakai adalah penggabungan antara data kerat lintang atau cross section dan data deret waktu atau time series (Gujarati, 2004). Dimana penelitian yang akan dilakukan adalah untuk periode tahun 2008 sampai 2010.
Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data: Berdasarkan teknik pengumpulan data penelitian ini tergolong dalam
dua studi, yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan.
-
Studi kepustakaan Dalam melakukan studi kepustakaan, penulis membaca literatur yang ada hubungannya dengan manajemen laba dan tanggung jawab sosial korporat. Studi kepustakaan diperoleh dari buku, jurnal, karya akademis berupa skripsi dan tesis, serta situs-situs resmi yang berhubungan dengan topik penelitian. Dari berbagai tinjauan literatur tersebut, penulis dapat menggunakan metode atau konsep yang digunakan untuk membantu dalam mengolah data.
-
Studi lapangan
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
41
Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian lapangan dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan tahunan perusahaan dan laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia dan beberapa juga diperoleh melalui situs resmi perusahaan masing-masing.
3.3 Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa software yaitu: -
Microsoft Excel 2007 yang digunakan untuk menginput data dan proses
penghitungan
variabel
serta
menyusun
data
agar
tampilannya sesuai dengan tampilan untuk pengolahan data melalui software Eviews.
-
SPSS 17.0 untuk melakukan beberapa uji asumsi.
-
Eviews 6.0 yang digunakan untuk memperoleh hasil analisis regresi data panel.
3.4 Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) yang mempunyai laporan keuangan tahunan yang tersedia bagi publik selama periode 2008-2010 yang berjumlah 417 perusahaan. Dimana laporan tahunan atau dokumen lain perusahaan sampel tersedia secara lengkap, baik secara fisik maupun melalui website. Di dalam laporan tahunan tersebut harus berisi laporan pengungkapan aktivitas CSR perusahaan terkait. Peneliti menggunakan tehnik purposive dalam pengambilan sampel, dimana sudah ada kriteria-kriteria sampel yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
42
b.
Perusahaan dalam daftar Bursa Efek Indonesia tersebut merupakan perusahaan yang bertahan selama periode tiga tahun terhitung dari awal 2008 sampai akhir tahun 2010.
c. Perusahaan yang menjadi sampel tidak termasuk kategori perusahaan keuangan. d. Perusahaan yang digunakan menjadi sampel harus memiliki laporan tahunan dari tahun 2008 sampai tahun 2010, dan laporan tahunan tersebut harus berisi pengungkapan (dalam hal ini melakukan) aktivitas CSR perusahaan terkait. e. Memiliki data-data lain di dalam laporan keuangannya yang diperlukan yang terkait dengan variabel kontrol dalam penelitian Berdasarkan kriteria di atas, dari 417 perusahaan, maka didapatkan hasil akhir sampel penelitian berjumlah 50 perusahaan.
3.5 Variabel dan Model Peneltian 3.5.1 Variabel Penelitian Terdapat tiga jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel dependen (terikat), variabel independen (bebas), dan variabel kontrol (pengendali). Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen, sedangkan variabel independen adalah variabel yang menjelaskan variabel lain (dependen). Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2002).
1. Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial korporat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007) pengukuran CSR dapat dilakukan dengan metode CSR Score. Sayekti dan Wondabio mengadopsi penghitungan CSR Score yang dilakukan oleh Haniffa et al., (2005) dimana rumus penghitungan CSR Score adalah sebagai berikut : CSRIj = ∑Xij/nj
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
43
Sumber: Haniffa et al., 2005 Keterangan : CSRIj = CSR Score Index Xij = CSR Disclosure (kegiatan tanggung jawab sosial korporat yang diungkapkan perusahaan total maksimal 78)
nj = Total keseluruhan CSR Disclosure yaitu 78 2. Variabel Independen Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang dihitung dengan proxi discretionary accrual (DAC), dengan rumus sebagai berikut: DACt = (TACt / Salest) – (TACt-1 / Salest-1) Sumber: Jones, 1991
Keterangan : DACt = Discretionary Accruals periode t TACt = Total Accruals periode t Salest = Total penjualan periode t DACt-1 = Discretionary Accruals periode t-1 TACt-1 = Total Accruals periode t-1 Salest-1 = Total penjualan periode t-1 Untuk menghitung TAC diperoleh dari : TACt = NOIt - CFFOt
TACt = Total Accruals periode t NOIt = Net operating income periode t CFFOt = Cash Flow from Operations periode t 3. Variabel Kontrol Variabel kontrol merupakan variabel yang menunjukkan karakteristik masing-masing perusahaan yang digunakan dalam model persamaan. Variabel kontrol adalah variabel yang faktornya dikontrol untuk menetralisir pengaruhnya yang dapat mengganggu hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. -
Return on Assets (ROA) Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
44
Return On Assets menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan perusahaan. Rumus Return On Assets dinyatakan sebagai berikut:
ROA = EAT/Total Assets Sumber: Akuntansi Keuangan, Gunadarma, Oktober, 2009
-
R&D Intensity Menurut Borg & Gall (2003: 569) penelitian dan pengembangan adalah: “educational research and development (R&D) is an industry based development model in which the findings of research are used to design new products and procedures which then are systematically field-tested, evaluated, and refined until they meet specified criteria of effectives, quality, or similar standard.” Pernyataan tersebut memberi makna bahwa penelitian dan pengembangan merupakan
sebuah industri
berbasis model
pengembangan. Hasil temuan dari penelitian tersebut digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang selanjutnya secara sistematis diuji di lapangan, dievaluasi dan disempurnakan hingga memenuhi kriteria efektif, bermutu, dan standar lain. Menurut Gay (1981: 10) penelitian dan pengembangan adalah: “the major purpose of R & D efforts is not to formulate or test theory but to develop effective products for use in school. Products produced by R & D efforts include: teacher training materials, learning materials, sets of behavioral objectives, media material, and management system.” Berdasarkan
pendapat
tersebut
bahwa
penelitian
dan
pengembangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran merupakan
model
mengembangkan
dan
penelitian memvalidasi
yang
bertujuan
produk
pendidikan
untuk dan
pembelajaran bukan untuk menguji teori serta untuk meningkatkan
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
45
mutu pendidikan dan pembelajaran secara efektif dan dapat digunakan secara luas. Produk yang dihasilkan dari penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran berupa bahan-bahan pembelajaran, media, sistem manajemen pendidikan, bahan-bahan pelatihan bagi guru yang dapat digunakan di sekolah.
R&D Intensity = Ln Total Sales Sumber: Prior, 2008
-
Managerial Ownership Kepemilikan manajerial dapat diukur dengan menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Kepemilikan Manajerial ditunjukkan dengan persentase jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
-
Institutional Ownership Dengan adanya kepemilikan institusional manajer cenderung berkurang insentifnya untuk memanfaatkan manajemen diskresi (discretionary management) dalam laporan keuangan. Kepemilikan Institusional ditunjukan dengan proporsi saham yang dimiliki institusional pada suatu perusahaan. Variabel ini menggambarkan tingkat kepemilikan saham yang diukur dalam persentase. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
-
Size Pendekatan yang paling umum dalam menentukan firm size atau ukuran perusahaan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu diukur dari jumlah karyawan, sales turnover, total asset (Chu, 2009). Variabel firm size dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus
Firm Size = Ln Total Assets Sumber: Chandra Wijaya dan Said Kelana Asnawi, 2005
Leverage Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
46
Leverage (struktur modal) berkaitan dengan struktur pembelanjaan permanen perusahaan yang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal sendiri (Ahmad Rodoni dan Yama Nasaruddin, 2007). Struktur modal adalah perbandingan nilai hutang dengan nilai modal sendiri yang tercermin pada laporan keuangan akhir tahun.
Rasio Debt to Total aset = Total Debt / Total Aset
Sumber: Agus Sartono, 1997
-
Financial Resources (Sumber Keuangan) Sumber pendanaan pada penelitian ini dihitung dengan rumus:
Financial Resources = Cash Flow / Total Assets Sumber: Prior, 2008
Seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb:
Tabel 3.1 Ringkasan Variabel Penelitian
Variabel
Simbol
Variabel Dependen : CSR (tanggung jawab
CSRI
Deskripsi Variabel
sosial korporat)
CSR index yang berjumlah 78 yang tercakup di dalam laporan tahunan perusahaan
Variabel Independen : Manajemen Laba
EM
Dihitung dengan proksi doscretionary accruals
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
47
Variabel Kontrol : Return On Assets
R&D Intensity
ROA
Bentuk dari rasio profitabilitas yang diukur melalui perbandingan
pendapatan bersih setelah pajak terhadap total kekayaan perusahaan
R&D
(aset) Variabel kontrol yang diukur melalui
Managerial
MO
angka penjualannya
Ownership
Jumlah kepemilikan saham oleh
pihak manajemen dari seluruh modal
IO
Institutional Ownership
saham perusahaan yang dikelola Proporsi saham yang dimiliki
Size
institusional pada suatu perusahaan Ukuran perusahaan yang dalam
Size
Lev
penelitian ini dihitung melalui total aset
Leverage
FR
Rasio utang yang digunakan oleh perusahaan
Financial Resources
Sumber pendanaan perusahaan
Sumber: Hasil olahan peneliti, 2012 3.5.2 Model Ekonometri Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Diego Prior, Jordi Surocca, dan Josep A. Tribo yang menemukan adanya hubungan antara manajemen laba dan CSR dimana hubungan antara manajemen laba dan CSR adalah kuat terhadap variabel yang terdapat pada kinerja keuangan perusahaan, maka peneliti melakukan penelitian yang serupa untuk menguji apakah praktik earnings management (manajemen laba) tahun 2008 sampai 2010 pada seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI memiliki pengaruh terhadap CSR (Corporate Social Responsibility). Model analisis yang digunakan oleh penelitian sebelumnya yang juga menjadi jurnal acuan adalah descriptive analysis. Model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
48
CSRit = β + β (EM)it + β (ROA)it-1 + β (R&D intensity)it + 0
1
2
3
β (Managerial Ownership)it + β (Institutional Ownership)it + β 4
5
(Size)it-1 + β (Leverage)it-1 + β (Financial Resources)it + εit
6
7
8
Sumber: Prior, 2008 Keterangan : EM = Earning Management perusahaan i tahun t CFP = Corporate Financial Performance perusahaan i tahun t εit = Error tahun t 3.6 Hipotesis Penelitian Penelitian
sebelumnya
yang
terkait
dengan
hubungan
antara
manajemen laba dengan CSR oleh Prior et al., (2008) menemukan bahwa adanya hubungan positif pada praktik manajemen laba dengan CSR dimana hubungan antara manajemen laba dan CSR adalah kuat terhadap variabel yang terdapat pada kinerja keuangan perusahaan, kinerja keuangan perusahaan dapat meningkat tidak hanya karena dengan mendorong hasil keuangan, tetapi juga melalui seperangkat inisiatif pembelian efek (saham) terlebih dahulu yang bertujuan untuk memuaskan kepentingan stakeholder. Sedangkan pada penelitian Habbash et al., (2009) menemukan bahwa ada hubungan yang tidak signifikan antara CED (Corporate Environmental Disclosure) dengan manajemen laba
dimana
komite audit mempengaruhi hubungan antara CED dengan manajemen laba sedangkan ukuran perusahaan tidak mempengaruhinya. Merujuk pada penelitian-penelitian tersebut maka hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut :
Hipotesis
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara manajemen laba terhadap CSR perusahaan.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
49
H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara manajemen laba terhadap CSR
perusahaan.
3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran umum sampel penelitian yang meliputi mean, median, modus, nilai maksimum, nilai minimum, varians, dan standar deviasi dari tiap variabel dalam model penelitian (Siagian, 2006). Sehingga dapat menampilkan informasi deskriptif mengenai sampel yang ada, kemudian dapat digunakan untuk dianalisis.
3.7.2 Uji Asumsi Klasik Dalam analisis data perlu terpenuhinya beberapa asumsi agar model yang digunakan sebagai alat prediksi yang baik atau memiliki sifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Namun terkadang peneliti menemukan masalah dalam modelnya. Berbagai masalah yang sering dijumpai dalam analisis regresi adalah: multikolinearitas (multicolinearity), heteroskedastisitas (heteroscedasticity), dan autokorelasi (autocorrelation) (Winarno, 2007). Uji asumsi klasik terdiri dari beberapa uji dengan kegunaannya masing-masing yang akan dijelaskan berikut di bawah.
3.7.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian mengenai kenormalan distribusi data. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau esidual memiliki distribusi normal. Gujarati (2004) menyatakan bahwa uji normalitas dapat dilakukan karena semua perhitungan statistik parametrik memiliki asumsi sebaran yang normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan beberapa pengujian, yaitu histogram residuals, normal probability plot (NPP)-a graphical device, uji Jarque-Bera-skewness dan kurtosis. Untuk melihat normalitas data dilakukan dengan mengamati normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif residual dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
50
distribusi data akan terletak di sekitar garis lurus yang merupakan garis dari distribusi normal (Sarwoko, 2005 dalam Wasef 2010).
3.7.2.2 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi timbul karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Ayub (2008) menyatakan adanya misleading antara data-data yang berdekatan karena adanya pengaruh dari data itu sendiri yang disebut sebagai autokorelasi. Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Durbin Watson (DW test). Uji DW dihitung berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai taksiran faktor gangguan yang berurutan. Kriteria pengujian dengan hipotesis tidak ada autokorelasi adalah sebagai berikut:
i.
Tidak terjadi autokorelasi positif Jika
d < du = hipotesis ditolak d > dl = hipotesis diterima
dl < d < du = tidak ada kesimpulan ii.
Tidak terjadi autokorelasi negatif Jika
d > 4 - dl = hipotesis ditolak d < 4- du = hipotesis diterima
4-du< d<4 - dl = tidak ada kesimpulan iii.
Tidak terjadi autokorelasi positif dan negatif Jika
d < dl = hipotesis ditolak d > 4 - dl = hipotesis ditolak du < d < 4 - du = hipotesis diterima 4 – du
Keterangan: d = nilai DW hasil perhitungan du = batas atas dl = batas bawah
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
51
3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah pada model regresi penyimpangan variabel bersifat konstan atau tidak. Salah satu cara untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara variabel dependen (terikat) dengan residualnya. Apabila grafik yang ditunjukan dengan titik-titik tersebut membentuk suatu pola tertentu, maka telah terjadi heteroskedastisitas dan apabila polanya acak serta tersebar, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu heteroskedastisitas juga dapat diketahui melalui uji Park maupun Uji Glejser (Glejser Test), yaitu dengan melakukan analisis regresi variabel independen terhadap nilai absolute residual (Gozali, 2005). Dalam uji Glejser yaitu jika tingkat signifikansi diatas 5 persen atau jika t hitung > t table, maka disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas. Namun bila tingkat signifikansi dibawah 5 persen atau t hitung < t table, maka ada gejala heterokedastisitas.
3.7.3 Pengujian Data Panel Data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data panel, sehingga model regresinya adalah model regresi data panel, dimana dalam analisis modelnya akan terdapat 3 pendekatan, yaitu :
-
Ordinary Least Square Dalam Metode OLS baik intercept maupun slope tidak berubah baik antara individu maupun antar waktu (Nachrowi dan Usman,
2006: 312). Persamaannya adalah sebagai berikut:
i=1,2,....,N; t=1,2,....,T
Sumber: Nachrowi dan Usman, 2006 Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah time series (periode waktunya). Dengan asumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
52
melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section.
-
Fixed Effect Model Pada metode ini, diasumsikan bahwa intercept antar perusahaan berbeda namun intercept nya sama antar waktu dan slope tetap antar perusahaan dan antar waktu. Karena diasumsikan bahwa antar perusahaan memiliki intercept yang berbeda, maka untuk menjelaskan perbedaan intercept tersebut akan digunakan metode teknik. Hal ini dapat dilihat dr persamaan berikut:
Sumber: Nachrowi dan Usman, 2006
Penggunaan subscript i pada
intercept
menjelaskan bahwa
intercept dari individu berbeda-beda, perbedaan bisa disebabkan karena
karakteristik
khas
dari
individu
tersebut.
Untuk
mengakomodasi perbedaan intercept dari setiap individu pada FE, maka cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunkan teknik variabel
(dummy
differential
intercept
dummies)
sehingga
persamaannya menjadi :
Sumber: Nachrowi dan Usman, 2006
-
Random Effect Model
Model ini akan sangat baik digunakan jika individu perusahaan diambil sebagai sampel dipilih secara random dan merupakan wakil dari populasi. Pada metode ini diasumsikan bahwa intersep adalah variable random atau stokastik. Pendekatan efek acak (random effect) memperbaiki efisiensi proses PLS dengan memperhitungkan error dari cross section dan time series. Nacrowi dan Usman (2006) menjelaskan bahwa ada dua komponen yang
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
53
mempunyai kontribusi pada pembentukan error, yaitu individu dan waktu, maka random error pada REM juga perlu diurai menjadi error untuk komponen individu, error komponen waktu, dan error
gabungan. Dan persamaan RE adalah sebagai berikut:
;
Sumber: Nachrowi dan Usman, 2006
Dimana,
= composite error
= cross-section or individual-specific error component
= combined time series and cross section erro component
Dengan menggunakan Random Effect ini, maka kita dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan model efek tetap. Hal ini akan membuat parameter, yang merupakan hasil estimasi, akan menjadi semakin efisien.
Selain uji informal dapat juga menggunakan uji statistik formal yaitu Uji Chow dan Uji Hausman (Nachrowi dan Usman, 2006) :
a. Uji Chow Uji Chow bertujuan untuk memilih antara model OLS dan FEM. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai Chow dengan F-stat. Jika nilai Chow lebih besar dari F-stat maka model yang dipilih adalah FEM.Untuk menghitung nilai Chow
menggunakan rumus : CHOW =
Sumber: Nachrowi dan Usman, 2006
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
54
Sedangkan F-stat dapat
dihitung dengan menggunakan
Microsoft Excel yaitu: FINV (α, n – 1, nt – n – k) Dimana:
RRSS
: nilai Residual Sum of Square dari model PLS
URSS
: nilai Residual Sum of Square dari model FEM
N
: jumlah data cross section
T
: jumlah data time series
K
: jumlah variabel penjelas
Hipotesis untuk uji chow adalah sebagai berikut: H0 : Metode Ordinary Least Square (OLS)
H1 : Fixed Effect Model (FEM) b. Uji Hausman Uji formal berikutnya adalah Uji Hausman. Dimana uji ini untuk memilih antara FEM dan REM. Hipotesanya:
H0 : Random Effect Model (REM) H1 : Fixed Effect Model (FEM) Uji Hausman ini menguji apakah koefisien yang diestimasi oleh random effect sama dengan koefisien yang diestimasikan oleh fixed effect. Jika probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi (5%) maka tidak signifikan, berarti random effect bisa digunakan sebagai teknik dalam mengestimasi parameter pada data panel. Pada Eviews 6, Uji Hausman dapat langsung dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengestimasi model dengan menggunakan REM. b. Melakukan uji dengan Correlated Random Effects-Hausman Test. c. Jika pada hasil output nilai profitabilitas hi-Sq Stat.<0,05 maka hipotesa nol ditolak (gunakan FEM).
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
55
3.8 Tahapan Penelitian Berdasarkan tahapan metodologi penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dibuat alur tahapan penelitian sebagai berikut :
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
Sumber data yang terdapat di BEI dari sektor nonkeuangan
Proses pemilihan sampel sesuai kriteria
Hasil sesuai kriteria
Disisihkan
Perumusan Masalah
Hasil Perumusan
Uji Asumsi Klasik
Best Linear Unbiased
Pemilihan Model Estimasi
Pengujian Hipotesis
InterpretasiHipotesis dan analisis Pengujian hasil empiris
Penarikan kesimpulan Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2012
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
56
BAB 4
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN NONKEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2008-2010
4.1 Statistik Deskriptif
Sampel di dalam penelitian ini adalah sejumlah 50 perusahaan. Dimana, semua perusahaan tersebut adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia nonkeuangan. Perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel di dalam penelitian ini semuanya memiliki laporan CSR (Corporate Social Responsibility) di dalam laporan tahunan mereka dari tahun 2008-2010. Berikut Gambaran Umum dari variabel penelitian ini:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N
Tahun
150 2008
2010
2009
.819
Score
150 .013
.321
.07311
.048040
EM
150 -.326
1.480
.03145
.157466
ROA
150 -.667
.404
.03475
.096282
RDI
150 23.866
32.498
28.04417
1.757897
MO
150 .000
.108
.00402
.015297
IO
150 .059
.998
.65147
.230549
Size
150 23.578
32.357
28.62507
1.742946
Lev
150 .001
9.389
.56718
.776925
FR
150 -.584
.755
.01361
.113664
Valid
Minimum Maximum Mean
N 150
Std. Deviation
(listwise) Sumber : Hasil Olahan Penulis menggunakan SPSS 17.0, 2012
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
57
Tabel di atas menggambarkan statistik deskriptif untuk variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Di antaranya variabel score pengungkapan CSR yang dilambangkan dengan score, variabel manajemen laba atau EM, kinerja keuangan yang di dalam hal ini diukur melalui ROA (return on assets), RDI atau Research and Development Intensity, kepemilikan manajerial disebutkan sebagai MO, kepemilikan institusional IO, ukuran perusahaan dilambangkan dengan size, leverage, dan sumber pendanaan perusahaan atau disebutkan sebagai FR (financial resources).
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat nilai skor pengungkapan CSR cukup berbeda jauh rentang minimum maksimum. Hal ini disebabkan adanya beberapa perusahaan yang melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dalam satu kegiatan saja dan ada yang melakukan dalam banyak kegiatan. Beberapa perusahaan korporatnya.
ada
yang
Nilai
mengkhususkan
Earning
kegiatan
Management
tanggung
sebagai
variabel
jawab
sosial
independen
menggambarkan nilai yang ada berada pada rentang nilai -0.326 sampai 1.480. Angka negatif menunjukkan bahwa ada perusahaan yang melakukan tindakan manajemen laba dengan menurunkan angka laba sedangkan angka positif menunjukkan bahwa terdapat perusahaan yang menaikkan laba sebagai tindakan manajemen labanya. Selain itu terdapat nilai rata-rata manajemen laba kurang lebih 32% dan standar deviasi 0.16. Angka rata-rata pada manajemen laba menunjukkan bahwa kebanyakan perusahaan melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba perusahaan sebesar 32%. Hal ini sesuai dengan Sugiri (1998) yang mendefinisikan manajemen laba dalam arti luas sebagai tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Variabel ROA (Return on Asset) memiliki nilai rata-rata 0,035, dengan nilai deviasi standar sebesar 0,096. Sedangkan untuk nilai maksimum dan nilai minimumnya adalah sebesar 0,404 dan -0,67. Untuk R&D Intensity (Research and Development) nilai maksimumnya adalah sebesar 32,50 dan nilai minimumnya adalah 23.87. Sedangkan untuk nilai rata-rata dan deviasi standarnya adalah
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
58
sebesar 28.04 dan 1.76. Untuk variabel Managerial Ownership dan Institutional Ownership, memiliki nilai maksimum sebesar
0.108
dan 0.998 dimana nilai
minimum sebesar 0 dan 0.059. Sedangkan untuk nilai rata-rata dan deviasi standarnya kedua jenis kepemilikan ini adalah sebesar 0,00402 dan 0,65147 dengan 0.015 dan 0.231.
Untuk Size perusahaan memiliki nilai maksimum sebesar 32.357 dan memiliki nilai minimum sebesar 32.357. Sedangkan untuk deviasi standard nya memiliki nilai sebesar 1.743 dan memiliki nilai rata- rata 28.63. Untuk variabel Leverage memiliki nilai maksimum sebesar 9.389 dan nilai minimum sebesar 0.001. Sedangkan untuk rata-rata dan deviasi standar memiliki nilai sebesar 0.567 dan 0.777. Untuk variabel sumber pendanaan memiliki nilai maksimum sebesar 0.755 dan memiliki nilai minimum sebesar -0.584. Sedangkan untuk deviasi standard nya memiliki nilai sebesar 0.113 dan memiliki nilai rata- rata 0.0136.
Untuk variabel dependennya skor CSR memiliki nilai minimum 0.013 dan maksimum 0.321 dengan rata-rata 0.073 dan standar deviasi 0.048. Hal ini berarti tidak ada perusahaan yang tidak melakukan CSR yang dijadikan sebagai sampel karena syarat perusahaan yang dijadikan sampel memang harus melakukan pengungkapan tindakan CSRnya di dalam laporan keuangannya.
4.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas data dapat dilakukan dengan mengamati normal probability plot. Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai distribusi akan terletak di sekitar garis lurus yang merupakan garis dari distribusi normal (Sarwoko, 2005 dalam Wasef, 2010). Pengujian normalitas disesuaikan dengan jumlah model yang digunakan. Hasil dari uji normalitas data penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
59
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas
Sumber : Hasil Olahan Penulis menggunakan SPSS17.0, 2012 4.2.2 Uji Mulitikolinieritas Uji multikolinieritas adalah uji untuk menguji hubungan linier antar variabel bebas. Dimana, dalam membuat model regresi berganda, variabel bebas yang baik adalah variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan variabel terikat, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan variabel bebas lainnya (Nachrowi dan Usman, 2006). Dan berikut hasil dari uji Multikolinieritas:
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
60
Tabel 4.2 Tabel Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
Collinearity
Statistics
Error
Beta
.070
-3.202 .002
-.009
.024
-.030
-.394
.694
.981
1.020
ROA -.095
.042
-.190
-2.230 .027
.811
1.233
Model
B
1 (Const -.224
t
Sig.
Tolerance VIF
ant)
EM
RDI
.008
.004
.281
1.727 .086
.223
4.491
MO
-.263
.269
-.083
-.979
.329
.813
1.230
IO
-.015
.018
-.074
-.840
.402
.761
1.314
Size
.003
.004
.124
.759
.449
.221
4.523
Lev
-.003
.006
-.041
-.452
.652
.707
1.414
FR
-.005
.039
-.011
-.122
.903
.707
1.414
Sumber : Hasil Olahan Penulis menggunakan SPSS17.0, 2012
Dimana dapat dilihat dari data diatas, nilai tolerance yang ada untuk masingmasing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk EM (0.981), ROA (0,811), RDI (0.223), MO (0.813), IO (0,761), SIZE (0,221), LEV (0.707), DAN FR (0.707). Jika dilihat dari teori Nachrowi dan Usman, dimana menurut mereka nilai dari tolerance tidak boleh ada yang kurang dari 0,1. Dan kita lihat semua nilai variabel tolerance dari uji multikolenieritas ini keseluruhan variabel bernilai diatas 0,1, hal ini menandakan bahwa semua variabel bebas memiliki autokorelasi atau memiliki hubungan linier satu sama lain. Untuk nilai VIF (Variance Inflation Factor), dimana menurut teori Nachrowi dan Usman yang ada untuk menunjukkan adanya autokorelasi harus menunjukkan
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
61
nilai kurang dari 10. Sementara dilihat dari hasil yang didapat, nilai EM adalah (1.020), ROA (1.233), RDI (4.491), MO (1.230), IO (1.314), SIZE (4.523), LEV (1.414), dan FR (1.414) keseluruhannya menunjukkan angka kurang dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini memiliki autokorelasi atau hubungan linear satu sama lainDalam penelitian ini peneliti menggunakan Uji White, untuk mendeteksi adanya Heteroskedastitas. Dimana, peneliti membandingkan antara sebelum diuji White dengan sesudah diuji White. Dan berikut hasil antara sebelum dan sesudah White:
4.2.3 Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas menunjukkan adanya ketidaksamaan varians dari residual atas suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan scatterplot antara nilai ZPRED pada sumbu X (independen) dan ZRESID pada sumbu Y (dependen). Jika scatterplot menghasilkan titik-titik yang tidak membentuk pola-pola tertentu dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Untuk memperkuat hasil tersebut dapat dilakukan uji White yang meregresikan nilai kuadrat residual dengan variabel bebas serta nilai kuadratnya masing-masing variabel bebas. Model tidak terkena masalah heteroskedastisitas jika nilai chi
square (n x R2) < chi square tabel (0.05; n). Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil olahan penulis menggunakan SPSS 17.0, 2012
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
62
Untuk
lebih
meyakinkan
lagi
dilakukan
pengujian
dengan
cara
membandingkan besarnya nilai sum square residual/ SSR estimasi yang telah dibobot (Sum Square Residual Weighted) dan residual sum square yang belum dibobot (Sum Square Residual Unweighted). Jika nilai SSR Weighted statistic lebih besar dari SSR Unweighted maka model tersebut bebas dari masalah heteroskedastisitas dan telah homokedastisitas. Dan hasil yang diperoleh setelah melakukan pengujian ini adalah diperoleh: SSR Weighted = 0.187729
SSR Unweighted = 0.285854
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai SSR Weighted lebih kecil dibandingkan
dengan
SSR
Unweighted
yang
artinya
terdapat
masalah
heteroskedastisitas pada model yang dipakai dalam penelitian ini. Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukan treatment, yaitu dengan menggunakan White Heteroskedastisitas-Consistent Standard Error and Variance. Treatment tersebut telah disediakan pada software Eviews versi 6.0. Dengan demikian output dari model diasumsikan akan terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah untuk menguji apakah terdapat hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Untuk menguji apakah terdapat autokorelasi antar satu residual dengan yang lainnya adalah dimana peneliti menggunakan uji Durbin-Watson. Pada penelitian ini, model yang digunakan adalah Random Effect Model (REM). Nilai Durbin-Watson stat untuk penelitian ini adalah 2.416308. (Sumber: Hasil olahan penulis dengan menggunakan Eviews 6.0)
Tabel 4.3 Tabel Durbin-Watson Korelasi Positif 0
Tidak Tahu
1.2011
1.9297
Tidak korelasi 2
ada Tidak Tahu 2.0703
Korelasi negatif
2.7989
4
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0, 2012
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
63
Untuk memakai Uji Durbin-Watson peneliti perlu mengetahui terlebih dahulu nilai dl dan du berdasarkan tabel Durbin-Watson dari penelitian ini, dimana nilai tersebut didapat berdasarkan jumlah sampel dan jumlah variabel bebas dan kontrol yang dipakai. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sejumlah 50 dan total variabel bebas dan kontrol sejumlah 8. Sehingga berdasarkan tabel Durbin-Watson (α=5%) nilai dl dan dan du dari penelitian ini adalah 2.0703 dan 2.7989 yang berarti berada pada area tidak tahu.
Gejala autokorelasi merupakan gejala yang wajar pada penggunaan data runtun waktu time series, karena adanya hubungan pada data yang digunakan. Data yang digunakan merupakan data gabungan antara time series dan cross sectional yang biasa disebut sebagai data panel. Oleh karena itu, adanya gejala autokorelasi akan relative sering terjadi karena gangguan pada seseorang atau individu atau individu pada seseorang atau pada individu/kelompok, yaitu cenderung mempengaruhi gangguan pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghazali, 2009; dalam Rahman, 2011). Selain itu, model dalam penelitian ini menggunakan REM (Random Effect Model) sehingga tidak akan melakukan treatment apapun untuk mengatasi autokorelasi. Hal ini didasari pada penggunaan REM yang telah menggunakan metode Generalized Least Square (GLS), yang merupakan salah satu cara mengatasi masalah autokorelasi. Penggunaan REM juga mengasumsikan bahwa error setiap varians pada masingmasing variabel cross section antarwaktu adalah sama dan diasumsikan bahwa antarvariabel tidak terdapat autokorelasi (Gujarati, 2004).
4.3 Pengujian Data Panel (Pemilihan Model Terbaik) Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara praktik manajemen laba (earning management) dengan kegiatan CSR maka dalam penelitian ini perlu menggunakan model Regresi Generalized Least Square. Seperti yang telah dijelaskan pada bab Metodologi Penelitian bahwa dalam penelitian ini akan menggunakan satu dari dua model efek tetap yaitu Random Effect Model atau Fixed Effect Model. Untuk memilih salah satu diantara dua model tersebut perlu dilakukan yang namanya Uji Hausman. Untuk melakukan Uji Hausman dilakukan pada Software Eviews 6. Dan berikut hasil dari Uji Hausman tersebut:
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
64
Tabel 4.4 Tabel Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM Test cross-section random effects
Chi-Sq.
Test Summary
Statistic
Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random
3.354806
8
0.9102
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0, 2012 Dapat dilihat dari hasil diatas, hasil dari probabilita diatas (α= 5%; 0,05), yaitu sebesar 0,9102. Menurut Teori Nachrowi dan Usman (2007), jika hasil dari probabilita berada diatas α (0,05) maka
ditolak, sehingga metode yang dipakai
adalah metode Random Effect. Dengan demikian metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Random Effect Model..
4.4 Uji Statistik Model Uji statistik model berkaitan dengan kriteria statistik yang digunakan untuk melihat seberapa baik model atau variabel yang digunakan dalam suatu penelitian. Kriteria statistic tergantung dari beberapa nilai atau parameter yang diuji dengan uji statistik. Berikut ini adalah kriteria statistik yang digunakan:
4.4.1 R2 dan Adjusted R2 (Koefisien Determinasi) Nachrowi dan Usman menjelaskan bahwa R2 sangat berguna untuk mengukur kedekatan antara nilai prediksi dan nilai sesungguhnya dari variabel terikat. Semakin besar R2, maka semakin kuat pula hubungan antara variabel terikat dengan satu atau banyak variabel bebas. Nilai R2 berada dalam kisaran 0 < R2 < 1. Apabila mendekati nol atau 0, maka variabel terikat semakin tidak bisa dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan di dalam penelitian. Sebaliknya, jika mendekati 1, maka model regresi yang digunakan semakin baik. Sementara itu, adjusted R2 ditujukan untuk memperkuat daya prediksi suatu model.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
65
R-squared
0.631124
Adjusted R-squared 0.402581
4.4.2 Signifikansi Linear Berganda
Nachrowi dan Usman (2006) menyatakan bahwa uji-F diperuntukkan guna melakukan uji hipotesis koefisien (slope) regresi secara bersamaan. Hasil uji-F pada penelitian ini adalah :
F-statistic
2.761513
Prob(F-statistic)
0.000007*
*signifikansi pada level 1%
Nilai di atas menunjukkan bahwa nilai ini berada tingkat keyakinan 99% atau dapat dikategorikan highly siginifikan. Hal ini berarti, praktik manajemen laba mempengaruhi kegiatan CSR perusahaan yang dikontrol oleh ROA, R&D Intensity, kepemilikan manajerial, kepemilikian institusional, ukuran perusahaan, leverage, financial resources secara signifikan. Hasil uji F yang signifikan menunjukkan bahwa model yang dibuat paling tidak mempunyai sebuah koefisien kemiringan/slope sama dengan nol. Dengan kata lain, paling tidak ada sebuah variabel
bebas
yang
mempunyai
pengaruh
nyata
terhadap
variabel
terikat/dependen.
4.4.3 Signifikansi Parsial (T-stat)
Uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikansi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan mengasumsikan variabel bebas lainnya konstan (Pratomo, 2009). Berikut tabel hasil uji t:
Tabel 4.5 Tabel Uji Parsial
Variabel
Coefficient
Dependen :
SCORE (CSR)
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
66
Independen: EM
Kontrol: ROA
RDI (R&D)
-0.001889 (-0.185385)
-0.100468* (-4.497967) 0.008332** (2.194206)
MO
-0.210646*** (-1.670014)
IO
SIZE
-0.015518 (-1.530911) 0.003196 (1.280335)
LEV
0.000186 (0.167269)
FR
0.018241 (1.229548)
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0, 2012
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
67
Keterangan:
CSRit = β + β (EM)it + β (ROA)it-1 + β (R&D intensity)it + β (Managerial 0
1
2
3
4
Ownership)it + β (Institutional Ownership)it + β (Size)it-1 + β (Leverage)it-1 + 5
6
7
β (Financial Resources)it + εit
8
CSRit = -0.237846 - 0.001889(EM)it - 0.100468(ROA)it-1 + 0.008332(R&D intensity)it
-
0.210646(Managerial
Ownership)it
+
Ownership)it
0.003196(Size)it-1
+
-
0.015518(Institutional
0.000186(Leverage)it-1
+
0.018241(Financial Resources)it Tabel IV-3 menunjukkan estimasi model persamaan yang mencakup 50 perusahaan 150 data tahunan perusahaan selama periode 2008-2010. Variabel dependennya adalah CSR Score. Variabel independennya adalah manajemen laba dengan variabel control ROA, RDI (R&D), MO, IO, SIZE, LEV, dan FR. Nilai statistik t berada di bawah koefisien atau yang diberi kurung. *signifikansi pada level 1%, **signifikansi pada level 5%, ***signifikansi pada level 10%.
Penjelasan dari hasil di atas akan dibahas lebih lanjut sbb: Dari hasil regresi data panel di atas maka diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen tetapi dari hasil ditemukan tiga buah variabel kontrol yang signifikan terhadap variabel dependen, yaitu nilai ROA (Return on Assets) signifikan pada level 1% dengan nilai t-statistik -4.497967, RDI (Research and Development Intensity) signifikan pada level 5% dengan nilai t-statistik 2.194206, dan MO (Managerial Ownership) signifikan 1.670014.
Nilai
signifikansi
pada level 5% dengan nilai t-statistik -
earning
management
0.8532
menunjukkan
signifikansi yang melebihi batas 10% atau dalam hal ini sudah pada 85.32%, hal ini berarti tidak sesuai dengan hasil penelitian jurnal utama yang dipakai, dimana Prior dkk menyatakan bahwa pengungkapan CSR yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba adalah untuk alasan strategis dalam upaya untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
68
Adanya kegiatan pengungkapan CSR ini memberikan kesempatan oleh pihak manajemen untuk dijadikan tameng atas tindakan-tindakan yang dilakukannya. Basamalah (2005) dalam Terzaghi (2012) mengungkapkan alasan-alasan dalam melakukan pengungkapan CSR yang telah diidentifikasi di beberapa literatur, yaitu untuk memenuhi peraturan yang berlaku, untuk memperoleh keunggulan kompetitif, untuk memperoleh persyaratan pinjaman dan harapan masyarakat, untuk mengendalikan kekuatan stakeholders, untuk melegitimasi perusahaan, dan untuk menarik dana investasi. Dia juga menemukan bahwa pengungkapan CSR di Indonesia meningkat menyertai meningkatnya ancaman yang timbul terhadap perusahaan dan untuk bertahan hidup.
Menurut Sukarni (2008) dalam Terzaghi (2012) kegiatan CSR masih baru di dalam kalangan pelaku usaha nasional dimana baru dimulai beberapa tahun belakangan, didukung pula dengan fakta bahwa baru sejak tahun 2008 pula diwajibkan pelaporan atau pengungkapan kegiatan CSR oleh perusahaanperusahaan di Indonesia seperti yang telah dipaparkan sebelumnya di bab 1. Dimana dalam perkembangannya masih terdapat pandangan yang beragam terhadap kegiatan CSR ini sendiri. Pengungkapan CSR di Indonesia masih bersifat pengiklanan diri perusahaan ditambah lagi dengan adanya penghargaanpenghargaan
di
bidang
CSR
semakin
mendorong
perusahaan
untuk
mengungkapkan kegiatan CSR. Dalam hal ini dapat disimpulkan alasan atau latar belakang mengapa terdapat pengaruh tidak signifikan antara manajemen laba terhadap pengungkapan kegiatan CSR, yaitu pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia bukan karena strategi pertahanan strategi manajerial dalam kaitannya dengan praktik manajemen laba. Hal ini sejalan dengan penelitian Terzaghi (2012) yang menyatakan hal yang sama. Bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan antara praktik manajemen laba terhadap pengungkapan kegiatan CSR di Indonesia.
Sementara itu, variabel kontrol dalam hal ini ROA signifikan pada level 1%. Hal ini sesuai dengan penelitian Prior (2008) dimana kinerja keuangan yang berarti bahwa banyaknya laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan ini mempengaruhi CSR perusahaan. Hanya saja, dalam
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
69
penelitian ini, didapat hasil signifikan negatif. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan, akan berbanding terbalik dengan tingkat pengungkapan kegiatan tanggung jawab sosial korporat perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan tidak menjamin perusahaan tersebut akan semakin banyak mengungkapkan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaannya.
Variabel lain yang juga memiliki pengaruh yang signifikan adalah variabel Research and Develpoment Intensity (RDI). Pada penelitian ini dihasilkan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada level 5% antara RDI dengan pengungkapan kegiatan CSR. Hal ini sejalan dengan penelitian Mc Williams dan Siegel (2000) dalam Terzaghi (2012) yang menyatakan bahwa RDI berdampak positif dengan CSR karena keduanya melibatkan proses inovasi dan produk. Kelangsungan hidup perusahaan tidak lepas dari peran serta masyarakat. Perusahaan harus melakukan inovasi melalui R&D untuk dapat terus berkembang dan bertahan di pasar. Dalam menciptakan produk baru atau mendiferensiasi produk yang sudah ada, perusahaan akan memperhatikan aspek-aspek lingkungan dan sosial sehingga hal tersebut senada dengan konsep CSR. Dapat disimpulkan bahwa bentuk pengaruh R&D terhadap pengungkapan kegiatan CSR adalah melalui inovasi-inovasi yang melibatkan lingkungan dan sosial masyarakat contohnya inovasi beasiswa yang dilakukan oleh beberapa perusahaan rokok seperti Djarum dan Sampoerna yang memberikan beasiswa kepada para pelajar. Kegiatan ini dapat dikatakan sebagai R&D yang melibatkan masyarakat (CSR), dengan melakukan inovasi semacam ini yang akhirnya akan berujung pada pengungkapan kegiatan CSR di dalam laporan tahunan pun meningkat.
Variabel MO atau kepemilikan manajerial juga memiliki signifikansi 5%. Hal in menunjukkan bahwa variabel ini memiliki pengaruh terhadap pengungkapan kegiatan CSR. Ini sesuai dengan penelitian Anggraini (2006) dalam Marga (2011) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajemen memiliki pengaruh terhadap pengungkapan kegiatan CSR. Hanya saja, di sini ditunjukkan bahwa pengaruh signifikannya bernilai negatif yang artinya, semakin tinggi kepemilikan manajerial maka semakin rendah pengungkapan kegiatan CSR. Pengetahuan
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
70
manajemen tentang adanya peraturan dan undang-undang tahun 2007 yang mewajibkan perusahaan melaporkan kegiatannya di dalam laporan keuangan tidak membuat para manajer tersebut melaporkan kegiatan CSR semakin tinggi pula.
4.5 Penambahan Dummy Variable Tipe Perusahaan Perbedaan hasil dengan penelitian sebelumnya disebabkan kemungkinan adanya perbedaan jenis sampel perusahaan. Di mana perusahaan pada sampel penelitian yang menjadi acuan utama penulis adalah perusahaan-perusahaan yang erat dengan regulasi pemerintah. Peraturan CSR yang dibuat oleh pemerintah wajib dilaksanakan oleh seluruh perusahaan tanpa terkecuali. Perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang merupakan perusahaan langsung di bawah tangan pemerintah harus menunjukkan sikap patuh terhadap hukum yang berlaku agar dapat menjadi contoh yang baik untuk perusahaan-perusahaan non-BUMN lainnya. Oleh karenanya, penulis mencoba memasukkan variabel dummy, yaitu tipe perusahaan untuk kembali melihat hasil, apakah mungkin didapat hasil yang signifikan setelahnya. Untuk perusahaan BUMN diberi skor 1 dan non-BUMN diberi skor 0.
Model penelitian setelah menambahkan variabel dummy menjadi :
CSRit = β + β (EM)it + β (ROA)it-1 + β (R&D intensity)it + β (Managerial 0
1
2
3
4
Ownership)it + β (Institutional Ownership)it + β (Size)it-1 + β (Leverage)it
5
6
7
1 + β (Financial Resources)it + β Dummy (Tipe Perusahaan) + εit 8
9
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
71
4.5.1 Statistik Deskriptif dengan Dummy Tipe Perusahaan
Tabel 4.6 Statistik Desktriptif Perusahaan-Perusahaan Non-BUMN Descriptive Statistics
Minimum Maximum
N
Std. Deviation
Mean
Tahun
135
2008
2010
2009.00
.820
SCORE
135
.0128
.2692
.070465
.0441588
EM
135
-.3256
1.4803
.032322
.1644364
ROA
135
-.6673
.4040
.031370
.1002434
RDI
135
23.8664
32.4985 27.921524
1.8053104
MO
135
.0000
.1083
.003196
.0145724
IO
135
.0585
.9980
.645058
.2401254
SIZE
135
23.5780
32.3571 28.544016
1.7989091
LEV
135
.0006
9.3889
.579693
.8131499
FR
135
-.5844
.7554
.013564
.1158606
TP
135
.0000
.0000
.000000
.0000000
Valid N
135
(listwise) Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan SPSS 17.0, 2012
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
72
Tabel 4.7 Statistik Desktriptif Perusahaan-Perusahaan BUMN
Descriptive Statistics
Minimum Maximum
N
Std. Deviation
Mean
Tahun
15
2008
2010
2009.00
.845
SCORE
15
.0256
.3205
.097436
.0718406
EM
15
-.0953
.1301
.023583
.0708314
ROA
15
.0174
.1367
.065159
.0372097
RDI
15
28.4802
29.8919 29.148290
.4926835
MO
15
.0001
.0478
.010896
.0192270
IO
15
.5228
.8355
.709233
.0990930
SIZE
15
27.9452
30.5729 29.354582
.8522617
LEV
15
.0069
.8830
.454674
.2832486
FR
15
-.1425
.1719
.014015
.0948794
TP
15
1.0000
1.0000
1.000000
.0000000
Valid N
15
(listwise)
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan SPSS 17.0, 2012 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa setelah pemisahan perusahaan berdasarkan tipe BUMN dan non-BUMN rentang skor CSR masih cukup jauh baik untuk BUMN saja maupun yang non-BUMN saja. Tipe perusahaan dalam hal ini BUMN yang merupakan perusahaan milik pemerintah tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut akan memenuhi semua kegiatan CSR yang terdapat pada indeks CSR yang menjadi acuan penulis dalam pengisian skor CSR. Sedangkan untuk rincian hasil lainnya juga tidak terdapat banyak perbedaan antara BUMN dengan non-BUMN. Hanya saja nilai minimum pada skor CSR, perusahaan non-BUMN lebih rendah daripada BUMN dan begitu pula untuk skor maksimum dimana perusahaan non-BUMN juga lebih rendah daripada BUMN. Walaupun pemisahan berdasarkan tipe perusahaan tidak menjamin adanya
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
73
kegiatan CSR secara sempurna, tetapi hasil minimum dan maksimum BUMN yang melebihi non-BUMN mampu menggambarkan bahwa perusahaan BUMN lebih banyak mengungkapkan kegiatan CSR-nya di dalam annual report.
4.5.2 Uji Normalitas dengan Dummy Tipe Perusahaan Gambar 4.3 Uji Normalitas dengan Dummy Tipe Perusahaan
Sumber : Hasil Olahan Penulis menggunakan SPSS 17.0, 2012
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
74
4.5.3 Uji Multikolinieritas dengan Dummy Tipe Perusahaan
Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas dengan Dummy Tipe Perusahaan
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Collinearity
Statistics
-2.887 .005
-.010 .023
-.032
-.418 .677 .981
1.020
ROA -.096 .042
-.193
-2.280 .024 .811
1.234
RDI .007 .004
.256
1.582 .116 .221
4.522
Std. Error
(Con -.203 .070
B
Model 1
Beta
t
Sig. Tolerance VIF
stant)
EM
MO
-.339 .270
-.107
-1.254 .212 .792
1.263
IO
-.018 .018
-.088
-1.008 .315 .754
1.327
SIZE .003 .004
.122
.751
.454 .221
4.524
LEV -.002 .006
-.034
-.380 .705 .706
1.416
FR
-.005 .038
-.012
-.132 .895 .707
1.414
TP
.022 .013
.140
1.769 .079 .921
1.086
a. Dependent Variable: SCORE Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan SPSS 17.0, 2012
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
75
4.5.4 Uji Heteroskedastisitas dengan Dummy Tipe Perusahaan
Gambar
4.4
Uji
Heteroskedastisitas
dengan
Dummy
Tipe
Perusahaan
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan SPSS 17.0, 2012
4.5.5 Uji Autokorelasi dengan Dummy Tipe Perusahaan
Nilai Durbin-Watson stat untuk penelitian ini adalah 2.434397 dan hasil uji autokorelasi penelitian adalah sbb:
Tabel 4.9 Tabel Durbin-Watson dengan Dummy Tipe Perusahaan
Korelasi
Tidak Tahu
Positif
0
Tidak
ada Tidak Tahu
korelasi 1.1558
1.986
2
Korelasi negatif
2.014
2.8442
4
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0, 2012 Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
76
4.5.6 Pengujian Data Panel dengan Dummy Tipe Perusahaan Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara praktik manajemen laba (earning management) dengan kegiatan CSR maka dalam penelitian ini perlu menggunakan model Regresi Generalized Least Square. Pada penelitian ini, terdapat kendala near singular matrix ketika menguji data panel menggunakan FEM (Fixed Effect Model) sehingga tidak dilanjutkan dengan pengujian REM (Random Effect Model). Solusi atas penyelesain masalah ini adalah dengan menghapus variabel dummy tetapi penulis di sini ingin meneliti efektifitas dari penggunaan variabel tipe perusahaan itu sendiri sebagai dummy. Maka penulis tidak melanjutkan pemilihan model FEM dan REM. Model yang digunakan pada penelitian dengan penambahan variabel dummy tipe perusahaan adalah Ordinary Least Square (OLS).
4.5.7 Uji Statistik Model R2 dan Adjusted R2 dengan Dummy Tipe Perusahaan Dengan penambahan variabel dummy tipe perusahaan pada penelitian kali ini, didapatkan hasil koefisien determinasi sbb:
R-squared
0.128928
Adjusted R-squared
0.072930
4.5.8 Signifikansi Linear Berganda dengan Dummy Tipe Perusahaan Hasil uji-F pada penelitian ini adalah : F-statistic
2.302387
Prob(F-statistic)
0.019196
*signifikansi pada level 5% Nilai di atas menunjukkan bahwa nilai ini berada tingkat keyakinan 95%. Hal ini berarti, praktik manajemen laba mempengaruhi kegiatan CSR perusahaan yang dikontrol oleh ROA, R&D Intensity, kepemilikan manajerial, kepemilikian
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
77
institusional, ukuran perusahaan, leverage, financial resources, dan tipe perusahaan walaupun tingkat keyakinan ini menurun setelah penambahan variabel dummy dari 99% menjadi 95%.. Hasil uji F yang signifikan menunjukkan bahwa model yang dibuat paling tidak mempunyai sebuah koefisien kemiringan/slope sama dengan nol. Dengan kata lain, paling tidak ada sebuah variabel bebas yang mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel terikat/dependen.
4.5.9 Signifikansi Parsial dengan Dummy Tipe Perusahaan
Berikut tabel hasil uji t:
Tabel 4.10 Tabel Uji Parsial dengan Dummy Tipe Perusahaan
Variabel
Coefficient
Dependen :
SCORE (CSR) Independen: EM
Kontrol: ROA
RDI (R&D)
-0.001796 (-0.191848)
-0.101079* (-4.216455) 0.007640* (0.0024)
MO
IO
-0.280290 (-1.324241) -0.018393
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
78
(-1.323909)
SIZE
0.003167 (1.199414)
LEV
0.000338 (0.266426)
FR
0.017587*** (1.905680)
TP
0.021804
(0.533113)
Sumber: Hasil Olahan Penulis menggunakan Eviews 7.0, 2012 Keterangan:
CSRit = β + β (EM)it + β (ROA)it-1 + β (R&D intensity)it + β (Managerial 0
1
2
3
4
Ownership)it + β (Institutional Ownership)it + β (Size)it-1 + β (Leverage)it-1 + 5
6
7
β (Financial Resources)it + β Dummy (Tipe Perusahaan) + εit
8
9
CSRit = -0.217694 - 0.001796 (EM)it - 0.101079 (ROA)it-1 + 0.007640 (R&D intensity)it
-
Ownership)it
0.280290(Managerial +
Ownership)it
0.003167(Size)it-1
+
-
0.018393(Institutional
0.000338(Leverage)it-1
+
0.017587(Financial Resources)it + 0.021804(Tipe Perusahaan) Tabel 4.10 menunjukkan estimasi model persamaan yang mencakup 50 perusahaan 150 data tahunan perusahaan selama periode 2008-2010. Variabel dependennya adalah CSR Score. Variabel independennya adalah manajemen laba dengan variabel control ROA, RDI (R&D), MO, IO, SIZE, LEV, FR, dan TP. Nilai statistik t berada di bawah koefisien atau yang diberi kurung. *signifikansi pada level 1%, **signifikansi pada level 5%, ***signifikansi pada level 10%.
Penjelasan dari hasil di atas akan dibahas lebih lanjut sbb: Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
79
Setelah ada penambahan variabel dummy ternyata tidak menyebabkan dampak perubahan hasil dari penelitian. Manajemen laba masih tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial korporat pada perusahaan-perusahaan sampel penelitian. Tetapi terdapat perubahan pada variabel kontrol lainnya. Dimana pada penelitian sebelum penambahan variabel tipe perusahaan, terdapat tiga variabel kontrol penelitian yang signifikan, yaitu ROA, RDI, dan MO. Sekarang, variabel yang signifikan menjadi ROA dan RDI pada tingkat signifikansi 1%, serta FR pada tingkat signifikansi 10%.
Variabel kepemilikan manajerial menjadi tidak signifikan pengaruhnya terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan variabel sumber pendanaan menjadi berpengaruh signifikan pada tingkat 10%. Sumber pendanaan berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan CSR perusahaan, yang artinya semakin tinggi angka sumber pendanaan, maka akan semakin tinggi pula pengungkapan CSR perusahaan.
4.6 Ringkasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil uji statistik sebelumnya maka untuk hipotesis penelitian ini adalah menerima H0 dimana H0 = Tidak terdapat pengaruh signifikan anatara praktik earning management
terhadap pengungkapan kegiatan CSR
di
perusahaan. Bahwa meskipun teradapat tiga variabel kontrol yang signifikan di antaranya ROA, RDI, dan MO tetapi ketiga variabel ini berpengaruh signifikan masing-masing terhadap variabel CSR sementara variabel EM sendiri tidak memiliki
pengaruh
signifikan.
Pada
beberapa
perusahaan
di
Indonesia
menyediakan satu laporan khusus dengan memasukkan kegiatan CSR-nya sebagai pengeluaran. Ini merupakan bentuk bahwa manipulasi laba bisa dilakukan melalui pengungkapan kegiatan CSR. Hal ini sesuai dengan teori agensi dimana manajer mementingkan kepentingan pribadinya melalui penerbitan laporan keuangan yang tidak menggambarkan keakuratan kondisi keuangan perusahaan sesungguhnya. Sebagai konsekuensinya para calon pemegang saham tidak bisa mengamil keputusan yang optimal untuk berinvestasi.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
80
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Penelitian
Signifi Variabel Dependen bun kan Hu
Variabel Independen
Hipotesis
Variabel Kontrol
Proksi H1
Manajemen Laba
gan
Hasil
H1
(Terdapat
Ditol
pengaruh
ak
Proksi
Hasil
(-)
Tidak
CSRD
H1 ditolak
(-)
Ya Ya
ROA
-
(+)
Tidak
RDI
(-)
Tidak
MO
(-)
Tidak
IO
(+)
Tidak
SIZE
(+)
Ya
LEV
(+)
Tidak
FR
signifikan antara manajem en
laba
terhadap CSR perusahaa n). -
Manajemen laba
-
(+)
TP
Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2012
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
81
4.7 Implikasi Hasil Penelitian Manajemen laba merupakan proses campur tangan dalam pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba dapat menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan dalam hal ini calon investor yang mempercayai angka laba hasil rekayasa manajer perusahaan tersebut. Manajer perusahaan dalam hal ini juga memiliki alasan mengapa melakukan tindakan manajemen laba, di antaranya : (1) manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap manajer, (2) manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor, (3) manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya terutama pada perusahaan go publik pada saat IPO.
Semakin banyak investor yang tertarik pada saham suatu perusahaan yang telah mendapatkan treatment manajemen laba melalui kegiatan meningkatkan laba, maka akan semakin baik kinerja keuangan perusahaan tersebut. Hal ini sejalan dengan tujuan kegiatan serta pengungkapan CSR, dimana CSR memiliki beberapa keuntungan : (1) meningkatkan penjualan dan pangsa pasar, (2) menguatkan posisi merek, (3) meningkatkan reputasi dan citra perusahaan, (4) meningkatkan daya tarik investor dan analisis keuangan. Sejalannya tujuan manajemen laba dengan pengungkapan kegiatan CSR menggambarkan bahwa manajer yang melakukan praktik manajemen laba dapat melakukan pengungkapan kegiatan CSR sebanyak-banyaknya demi citra perusahaan sebagai langkah meningkatkan ketertarikan calon investor terhadap perusahaan tersebut.
Dalam penelitian ini didapat hasil signifikan negatif antara kinerja keuangan dengan pengungkapan kegiatan CSR. Kinerja keuangan perusahaan yang baik juga menuntut adanya perusahaan untuk melakukan kegiatan CSR sebagaimana telah diwajibkan oleh Undang-Undang. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai di dalam etika bisnis dimana sudah merupakan kewajiban perusahaan untuk melakukan tanggung jawab sosial korporat baik pada masyarakat dan lingkungan secara khusus (dalam hal ini maksudnya adalah masyarakat sekitar perusahaan biasanya
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
82
untuk perusahaan pertambangan) maupun untuk masyarakat dan lingkungan secara umum. Profitabilitas perusahaan merupakan indikator pengelolaan manajemen perusahaan yang baik, sehingga perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi ketika ada peningkatan profitabilitas perusahaan tambahan lagi, apabila daya keuangan perusahaan tersebut besar, perusahaan tersebut cenderung akan mengungkapkan selain dari yang diwajibkan. Tetapi dalam penelitian ini menunjukkan setiap penurunan kinerja keuangan, perusahaan akan meningkatkan pengungkapan kegiatan tanggung jawab sosial korporat untuk menarik simpati calon investor melalui kegiatan CSR ini.
Seolah-olah terlihat bahwa kinerja keuangan menurun karena perusahaan tersebut tidak melupakan kewajibannya untuk mengeluarkan biaya kegiatan CSR. Contohnya saja grup perusahaan Bakrie yang bahkan mengungkapkan kegiatan CSR-nya dengan sangat mendetil dengan membedakan serta menjabarkan kegiatan tanggung jawab sosialnya, dibandingkan dengan perusahaan lain seperti PT Mas Murni yang hanya mengungkapkan secara garis besar dan secara umum saja. Hal ini terlihat seakan-akan seperti indikasi bahwa perusahaan ini hanya ingin mencari simpati dari para calon investor di tengah menurunnya nama baik anak perusahaan Bakrie Lapindo Brantas. Ini menggambarkan bahwa memang perusahaan-perusahaan di Indonesia melakukan kegiatan CSR hanya sebatas menjaga nama baik dan sebatas melakukan kewajiban saja.
Di samping itu, strategi R&D menjadi kunci penting kesuksesan perusahaan, bahkan dapat menjadi salah satu keunggulan kompetitif. Investasi R&D merupakan penggunaan strategi yang berbeda dalam memperoleh keunggulan kompetitif dengan menggunakan konsep CSR. R&D mengarahkan terjadinya inovasi, yang kemudian menjadikan perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif dalam industrinya. R&D dianggap sebagai bentuk investasi yang menghasilkan peningkatan ilmu pengetahuan. Investasi dalam R&D akan melibatkan inovasi yang berhubungan dengan proses CSR dan produk yang menarik bagi konsumen. Dengan demikian, CSR merupakan strategi perusahaan yang dapat digunakan untuk membedakan perusahaan dari pesaing lain sehingga perusahaan akan memperoleh keunggulan kompetitif.R&D yang berkaitan dengan
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
83
kegiatan pengembangan produk, dimana hal ini dilakukan agar perusahaan dapat tetap mempertahankan sustained competitive advantage. Oleh karena itu, dewasa ini perusahaan semakin cerdas dalam persaingan usahanya dengan memasukkan aspek sosial dan lingkungan dalam produk sebagai perbedaan dengan pesaing lain. Contohnya saja produk Oriflame yang mencantumkan bahwa “no animal harmed”, menggunakan produk tumbuh-tumbuhan asli, tanpa pengawet, ikut dalam bantuan kegiatan kemanusiaan, dan sebagainya.
Sementara dilihat implikasinya dari sisi kepemilikan manajerial, di sini kepemilikan manajerial dapat dilihat sebagai langkah atau upaya yang dilakukan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan kepentingan pemilik perusahaan. Teori keagenan (agency theory) memprediksi bahwa terdapat asosiasi atau hubungan positif antara kepentingan manajemen dengan luas pengungkapan sukarela. Semakin besar kepemilikan manajemen, maka manajer cenderung lebih giat mengusahakan kepentingan shareholder yang adalah dirinya sendiri.
Pengungkapan CSR yang semakin luas akan meningkatkan image perusahaan, dan semakin bagus image perusahaan maka harapannya akan semakin besar pula laba yang diperoleh perusahaan sehingga return pemegang saham pun akan semakin besar. Namun, pada penelitian kali ini ditemukan hal berbeda yang diduga dikarenakan kepemilikan manajerial di perusahaan di Indonesia masih cenderung kecil. Banyaknya jumlah manajer yang juga sekaligus pemegang saham dalam penelitian tidak berarti bahwa perusahaan akan mengungkapkan kegiatan CSR semakin tinggi. Hasil penelitian ini memang berbeda dengan penelitian dari Demsetz (1983) dan Fama dan Jensen (1983) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan manajemen,semakin tinggi pula untuk melakukan program CSR tetapi diperkuat oleh Morck, Shleifer dan Vishny (1988) menyatakan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap pengeluaran program CSR dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan, tetapi pada suatu titik yang mana akan mengurangi nilai perusahaan dan batasan yang telah dicapai, ditemukan hubungan negatif. Manajer yang menganggap bahwa citra perusahaan yang cukup baik seolah tidak memerlukan legitimasi lagi melalui pengungkapan kegiatan CSR dalam laporan tahunan.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
84
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan antara manajemen laba terhadap pengungkapan kegiatan CSR yang menjadi sampel penelitian ini. Ini dibuktikan dengan
yang diterima pada
variabel penelitian tersebut. Tetapi terdapat pengaruh signifikan antara variabel kontrol ROA, R&D Intensity, serta kepemilikan manajerial terhadap kegiatan pengungkapan CSR.
5.2 Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah: Bagi Pemerintah Pemerintah
dapat
menyempurnakan
regulasi
yang
dapat
mendorong
perusahaan untuk menyusun program CSR yang dapat memberikan manfaat terutama untuk masyarakat dan perusahaan itu sendiri. Sehingga perusahaan merasakan bahwa program CSR adalah sebuah kewajiban bukan lagi merupakan sebuah kesukarelaan sesuai dengan Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Serta meregulasi adanya pendanaan tersendiri (khusus) untuk kegiatan CSR sehingga kegiatan pengungkapan laporan CSR memang sebatas untuk bakti sosial perusahaan, bukan karena adanya niatan meningkatkan pamor perusahaan. Bagi perusahaan yang mangkir dalam kegiatan CSR sebaiknya diberi sanksi karena kegiatan CSR dewasa ini dianggap sebagai hal wajib demi kelangsungan manusia dan lingkungan.
Bagi Perusahaan: Peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa penerapan CSR di Indonesia terus ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya yang dapat berdampak positif secara langsung maupun tidak
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
85
langsung yang dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan tersebut di mata masyarakat. Investor juga diharapkan lebih menyadari pentingnya isu CSR di masa depan serta perusahaan mau melakukan aktivitas CSR secara terprogram, sistimatis, terus-menerus dan berkesinambungan. Sehingga perusahaan dapat menyadari bahwa kegiatan CSR bukanlah sebagai pencitraan melainkan sebuah kesinambungan yang saling menguntungkan secara terus-menerus antara perusahaan dan masyarakat.
Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian selanjutnya lebih baik untuk menggunakan kuesioner yang disebar kepada
manajer
masing-masing
perusahaan
sampel
bukan
hanya
menggunakan indeks skor CSR saja karena dimungkinkan banyaknya kegiatan CSR yang seharusnya telah dilakukan tetapi tidak diungkapkan pada laporan tahunan perusahaan, contohnya saja untuk kategori lain-lain tenaga kerja pada tabel checklist item CSR yang sudah ada dan menjadi satu-satunya sumber acuan scoring penulis dalam penelitian kali ini.
5.3 Keterbatasan Penelitian Terdapat keterbatasan dalam penelitian kali ini dimana penulis hanya menggunakan data sekunder sebagai dasar penghitungan CSR Score yaitu 78 checklist item CSR yang menyebabkan munculnya kesenjangan yang tinggi antara skor CSR beberapa perusahaan sampel penelitian yang dikarenakan tidak semua kegiatan CSR dalam checklist item tersebut dijabarkan dalam annual report perusahaan yang dalam hal ini dijadikan sumber data sekunder penulis. Akan lebih baik lagi apabila digunakan data primer berupa kuesioner yang disebar ke perusahaan-perusahaan sampel penelitian sehingga manajer bersangkutan dapat mengisi 78 checklist item CSR berdasarkan yang ada di perusahaan tersebut. Sehingga dapat dimungkinkan hasil skor CSR bisa saja berbeda.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
86
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya. 2005. Riset Keuangan: PengujianPengujian Empiris.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Belkaoui, A.R. 2006. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat. Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro: Semarang. Gujarati, Damodar N. 2004. Basic Econometrics (4 ed.). New York: McGrawHill.
Hermawan, Asep. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT Grasindo.
Kotler, Philip., & Lee, N. 2005. Corporate Social Responsibility: Doing the Most Good for Your Company and Your Cause. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Nachrowi, D. Nachrowi, dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Naja, Hasanuddin R. 2004. Manajemen Fit and Proper Test. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Neuman, W. Lawrence. 2007. Basic of Social Research Qualitative and Quantitative Approaches. USA: Pearson Education, Inc. Pearce, John A., and Robinson, Richard B. 2007. Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Porter, M. 1985. Competitive Advantage. New York: Free Press. Hlm 29. Rodoni, Ahmad dan Nasaruddin Indo Yama. 2007. Modul Manajemen Keuangan. Jakarta. Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
87
Saidi, Zaim., & Hamid Abidin. (2004). Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta: Piramedia. Hlm:
59-60.
Sartono, Agus. 1997. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE: Yogyakarta.
Saunders, Mark, Lewis, Philip, dan Tornhill, Adrian. 2009. Research Methods for Business Student (5ed). England: Pearson Eduaction Limited.
Scott, R. William. 2000. “Financial Accounting Theory, 2nd Edition. Prentice-Hall Canada Inc. Ontario. Scott, William. 2009. “Financial Accounting Theory, 5th Edition. Prentice-Hall.
Siagian, Dergibson, dan Sugiarto. 2006. Metode Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Watts, R. L. dan J. L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. Prentice Hall: New Jersey.
Winarno. W. W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews, Edisi Pertama, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Jurnal:
Abdullah N. S. et al., 2011. The Effects of Board Independence, Board Diversity and Corporate Social Responsibility on Earnings Management. Journal of Management and Economics University of Malaysia.
Auperle, K., Carrol, A., & Hatfield, J. (1985). An Empirical Examination The Relationship Between CSR. Academy of Management Journal, 28: 446463.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
88
Bassamalah, Anies S., dan Johnny Jermias. 2005. Social and Environmental Reporting and Auditing in Indonesia: Maintaining Organizational Legitimacy? Gadjah Mada International Journal of Business. Vol. 7
No.1, hal. 109-127. Boediono, Gideon Setyo B. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance
dan
Dampak
Manajemen
Laba
dengan
Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo,
15-16 September. Burgstahler, D., & Dichev, I. 1997. Earnings management to avoid earnings decreases and losses. Journal of Accounting and Economics, 24, 99-126. Cahan, Steven et al., 2011. Corporate Social Responsibility Reporting and Earnings Management: The Role of Political Costs, Australasian Accounting Business and Finance Journal, 5 (3), 17-34.
Chu, Wenyi 2009. Family Ownership and Firm Performance: Influence of Family of Management, Family Control, and Firm Size, Asia Pasific Journal of Management.
Dechow, P. M. 1994. Accounting Earnings and Cash Flows as Measures of Firm Performance : The Role of Accounting Accruals. Journal of Accounting and Economics,17, 3-42.
Fama, Eugene F., Jensen, Michael C. 1983. Separation of Ownership Control. Journal of Law and Economics Vol. XXVI, pp. 1-31. Fiori, Donato, & Izzo. 2007. Corporate Social Responsibility and Firm Performance. And Analysis of Italian Listed Company. Habbash et al., 2009. Corporate Environmental Disclosure, Corporate Governance and Earnings Management. Managerial Auditing Journal Vol.25 No.7 pp. 679-700.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
89
Haniffa, R.M., & Cooke, T.E. 2005. The impact of culture and governance on corporate social reporting. Journal of Accounting and Public Policy, 24,
391-430. Jones, J. J. 1991. Earning Management During Import Relief Investigations. Journal of Accounting Research, 37, 57-81. Jensen, Michael C., Meckling, William H. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics Vol 3 No.4, 305-360.,
Kaihatu. S, Thomas 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia Jurnal Manajemen dan Kewirausahawan Universitas Kristen Petra, Maret 2006, Vol.8, No.1, 2.
Murwaningsari, Ety 2006. Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan Corporate Financial Performance Dalam Satu Continuum Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Trisakti, Mei
2009, Vol.11, No.1, 30-41. Morck, R. And A. Shleifer, and R.W. Vishny (1988), "Management Ownership and Market Valuation: An Empirical Analysis". Jurnal of Financial Economics, 20, 293-315.
Porter, Michael E., & Mark R. Kramer. 2002. The Competitive Advantage of Corporate Phiilantropy. Harvard Business Review, December, p. 5. Prior, Diego et al. 2008. Are Socially Responsible Managers Really Ethical? Exploring the Relationship Between Earnings Management and Corporate Social Responsibility. Journal Compilation. 2008. Rajan, Raghuram and Luigi Zinglaes. 1995. What Do We Know About Capital Structure. Journal of Finance, 1421-1460. Sembiring, Eddy Rismanda (2003), “Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi VI, 2003.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
90
Terzaghi, M. T. 2012. Pengaruh Earning Management dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS), Vol.2 No.1. Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X , Makasar.
Wibisono, Y. 2007. “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”. Fascho Publishing, Gresik.
Lainnya:
‘Amal, M.I. 2011. Pengaruh Manajemen Laba, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Departemen Keuangan RI, BAPEPAM. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-06/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor
VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.
. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-
134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik Elisabeth
Inge
M.
(2010).
Pengaruh
Pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility (CSR) Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Skripsi FE Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Haryudanto, D. 2011. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Tingkat Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
91
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang Pokok-Pokok Materi Penerapan GCG PT.PP (Persero). Peraturan Pemerintah UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Pasal 13 ayat 3 (p). Pratomo, Teddy. 2009. Analisis Pengaruh Kepemilikan Saham dan Konsentrasi Kepemilikan Terhadap Struktur Modal Serta Dampaknya Kepada Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi Departemen Ilmu Akuntansi FE UI. Tidak Diterbitkan.
Wasef, Raden M. 2010. Pengaruh Variabel-Variabel Pembentuk Struktur Kepemilikan terhadap Profitabilitas Perusahaan. Skripsi Departemen Ilmu Administrasi FISIP. Tidak Diterbitkan.
Website:
http://static.republika.co.id http://www.bisnis.com http://www.idx.co.id http://www.scribd.com
Universitas Indonesia
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
Lampiran 1 Checklist Item Pengungkapan Informasi CSR No KATEGORI (Total 78) . LINGKUNGAN 1
Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluran riset & pengembangan untuk pengurangan polusi
2
Pernyataan yg menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi Pernyataan yg menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya, reklamasi daratan atau reboisasi
3 4 5 6 7
Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi , minyak, air dan kertas Penggunaan material daur ulang
8
Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan
9
Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lin gkungan
10
Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah
11
Pengolahan limbah
12
Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan Perlindungan lingkungan hidup
13
ENERGI 14
Menggunakan energi secarea lebih efisien dalam kegiatan operasi
15
Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi
16
Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang
17
Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumi energi
18
Peningkatan efisiensi energi dari produk
19
Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
20
Kebijakan energi perusahaan
KESEHATAN DAN KESELAMATAN TENAGA KERJA 21
Mengurangi polusi, iritasi, atau risik dalam lingkungan kerja
22
Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental
23
Statistik kecelakaan kerja
24
Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja
25
Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja
26
Menetapkan suatu komite keselamatan kerja
27
Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja
28
Pelayanan kesehatan tenaga kerja
LAIN-LAIN TENAGA KERJA 29
Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat
30 31
Persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan
32
Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat
33
Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja
34
Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan
35
Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja
36
Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan Perencanaan kepemilikan rumah karyawan Fasilitas untuk aktivitas rekreasi Presentase gaji untuk pensiun Kebijakan penggajian dalam perusahaan Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan Tingkatan managerial yang ada Disposisi staff – dimana staff ditempatkan Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka Statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja Rencana pembagian keuntungan lain Informasi hub manajemen dengan tenaga kerja dlm meningkatkan kepuasan & motivasi kerja Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja & masa depan peruahaan
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
51 Laporan tenaga kerja yg terpisah 52 Hubungan perusahaan dgn serikat buruh 53 Gangguan dan aksi tenaga kerja 54 Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 55 Kondisi kerja secara umum 56 Re-organisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 57 Statistik perputaran tenaga kerja PRODUK 58 Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya 59 Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk 60 Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk 61 Produk memenuhi standar keselamatan 62 Membuat produk lebih aman untuk konsumen 63 Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan 64 Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk 65 Informasi atas keselamatan produk perusahaan 66 Informasi mutu produk yg dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 67 Informasi yg dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya ISO 9000) KETERLIBATAN MASYARAKAT 68 Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masy, pendidikan & seni 69 Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar 70 Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 71 Membantu riset medis 72 Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni 73 Membiayai program beasiswa 74 Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat 75 Sponsor kampanye nasional 76 Mendukung pengembangan industri lokal UMUM 77 Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat 78 Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
Lampiran 2 Data Uji Sebelum dan Setelah White (Random Effect): Sebelum White (Random Effect):
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f.
Test Summary Cross-section random
3.354806
Prob.
8
0.9102
Random Var(Diff.)
Prob.
Cross-section random effects test comparisons: Variable EM ROA RDI MO IO SIZE LEV FR
Fixed 0.017648 -0.123972 0.019146 0.418088 -0.019744 -0.007599 0.000918 0.058415
-0.001889 -0.100468 0.008332 -0.210646 -0.015518 0.003196 0.000186 0.018241
0.000415 0.001813 0.000292 0.816791 0.004915 0.000177 0.000024 0.000781
0.3376 0.5809 0.5267 0.4866 0.9519 0.4171 0.8803 0.1507
Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: SCORE Method: Panel Least Squares Date: 10/02/12 Time: 18:40 Sample: 2008 2010 Periods included: 3 Cross-sections included: 50 Total panel (balanced) observations: 150 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EM ROA RDI MO IO SIZE LEV
-0.232623 0.017648 -0.123972 0.019146 0.418088 -0.019744 -0.007599 0.000918
0.485716 0.030292 0.062753 0.017987 0.966929 0.073891 0.014450 0.007395
-0.478929 0.582613 -1.975577 1.064466 0.432388 -0.267210 -0.525844 0.124193
0.6331 0.5616 0.0512 0.2899 0.6665 0.7899 0.6003 0.9014
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
FR
0.058415
1.229010
0.2222
Effects Specification
0.047530
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.631124 0.402581 0.037105 0.126663 317.9239 2.761513 0.000007
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.073162 0.048006 -3.465652 -2.301539 -2.992710 3.480376
Setelah White (Random Effect): Dependent Variable: SCORE Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 10/02/12 Time: 18:44 Sample: 2008 2010 Periods included: 3 Cross-sections included: 50 Total panel (balanced) observations: 150 Swamy and Arora estimator of component variances White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EM ROA RDI MO IO SIZE LEV FR
-0.237846 -0.001889 -0.100468 0.008332 -0.210646 -0.015518 0.003196 0.000186 0.018241
0.034020 0.010191 0.022336 0.003797 0.126134 0.010137 0.002496 0.001111 0.014836
-6.991262 -0.185385 -4.497967 2.194206 -1.670014 -1.530911 1.280335 0.167269 1.229548
0.0000 0.8532 0.0000 0.0299 0.0971 0.1280 0.2025 0.8674 0.2209
Effects Specification
S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
0.027771 0.037105
Rho 0.3590 0.6410
Weighted Statistics
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.117550 0.067482 0.036489 2.347814 0.021214
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.044687 0.037786 0.187729 2.416308
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.167516 0.285854
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.073162 1.586863
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
Lampiran 3 Dependent Variable: SCORE Method: Panel Least Squares Date: 11/23/12 Time: 20:43 Sample: 2008 2010 Periods included: 3 Cross-sections included: 50 Total panel (balanced) observations: 150 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EM ROA RDI MO IO SIZE LEV FR TP
-0.202706 -0.009780 -0.096102 0.006991 -0.338517 -0.018389 0.003347 -0.002126 -0.005062 0.022365
0.070226 0.023425 0.042142 0.004419 0.270047 0.018251 0.004458 0.005596 0.038222 0.012644
-2.886503 -0.417506 -2.280411 1.582154 -1.253550 -1.007580 0.750828 -0.379858 -0.132444 1.768801
0.0045 0.6769 0.0241 0.1159 0.2121 0.3154 0.4540 0.7046 0.8948 0.0791
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.189316 0.137201 0.044591 0.278369 258.8676 3.632634 0.000422
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.073162 0.048006 -3.318234 -3.117525 -3.236693 1.654209
White cross section
Dependent Variable: SCORE Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 11/23/12 Time: 20:44 Sample: 2008 2010 Periods included: 3 Cross-sections included: 50 Total panel (balanced) observations: 150 Swamy and Arora estimator of component variances White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012
rank
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EM ROA RDI MO IO SIZE LEV FR TP
-0.217694 -0.001796 -0.101079 0.007640 -0.280290 -0.018393 0.003167 0.000338 0.017587 0.021804
0.014969 0.009364 0.023973 0.002469 0.211661 0.013893 0.002640 0.001269 0.009229 0.040899
-14.54305 -0.191848 -4.216455 3.094323 -1.324241 -1.323909 1.199414 0.266426 1.905680 0.533113
0.0000 0.8481 0.0000 0.0024 0.1876 0.1877 0.2324 0.7903 0.0587 0.5948
Effects Specification
S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
Rho
0.027384 0.037105
0.3526 0.6474
Weighted Statistics
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.128928 0.072930 0.036499 2.302387 0.019196
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.045080 0.037908 0.186506 2.434397
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.185757 0.279591
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.073162 1.623905
Analisis pengaruh..., Ria Triska Handayani, FISIP UI, 2012