TESIS
PELATIHAN PLYOMETRIC INCLINE BOUND LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KETEPATAN TEMBAKAN DARI KNEE TUCK JUMP PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMA NEGERI 1 TAEBENU
DAN TAEBONAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
TESIS
PELATIHAN PLYOMETRIC INCLINE BOUND LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KETEPATAN TEMBAKAN DARI KNEE TUCK JUMP PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMA NEGERI 1 TAEBENU
DAN TAEBONAT NIM : 1390361041
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAMPASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
PELATIHAN PLYOMETRIC INCLINE BOUND LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KETEPATAN TEMBAKAN DARI KNEE TUCK JUMP PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMA NEGERI 1 TAEBENU
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana
DAN TAEBONAT Nim 1390361041
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI FISIOLOGI OLAHRAGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014
ii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NAMA
: DAN TAEBONAT
NIM
: 1390361041
PROGRAM STUDI : FISIOLOGI OLAHRAGA JUDUL TESIS
: PELATIHAN PLYOMETRIC INCLINE BOUND LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KETEPATAN TEMBAKAN DARI KNEE TUCK JUMP PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMA NEGERI 1TAEBENU
Dengan ini menyaakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Denpasar, 25 juni 2015
( DAN TAEBONAT )
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis Ini Telah Disetujui Pada Tanggal, 23 juni 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr.dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro M.For
Nurdin U. Badu,
Nip. 19640417 199601 1 001
Mengetahui Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga Program Pascasarjana Universitas Udayana
Dr.dr.Susy Purnawati, M.K.K Nip. 19680929 199903 2 001
iv
Lembar Pengesahan Tesis ini Telah Diuji Pada Tanggal, 30 juni 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro Nip. 19640417 199601 1 001
Drs. Nurdin Usman Badu, M.For
Mengetahui
Ketua Program Magister Fisiologi Olahraga Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
Direktur Program Pasca Sarjana Univeritas Udayana
Dr. dr.Susy Purnawati, M.K.K.AIFO Nip.19680929 199903 2 001
Prof. Dr. dr. A.A.Raka Sudewi.Sp,S(K) Nip. 19590215 198510 2 001
v
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Tesis ini telah diuji pada Tanggal 30 juni 2015
Panitia penguji tesis berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No 1909/UN.14.4/HK/2015. Tanggal 29 juni 2015
Ketua
:
Anggota
: 1. 2. 3. 4.
Dr.dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro
Drs. Nurdin Usman Badu, M.For Dr.dr Susy Purnawati, M.K.K, AIFO Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS. AIF Prof. Dr.dr. I Putu Gede Adiatmika, M.Kes
vi
UCAPAN TERIMA KASIH Pertama- tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya karuniaNya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Dr.dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro sebagai pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana, khususnya dalam peyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Drs. Nurdin Usman Badu, M.For, sebagai pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberi bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan tesis ini. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Pasca Sarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program S2 pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada Ketua Program Studi Fisiologi Olahraga Dr.dr.Susy Purnawati, M.KK.AIFO. yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana. Penulis juga menyampaikan terimakasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru – guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Penulis juga mengucapkan
vii
terimakasih kepada Ibu dan Ayah yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar – dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehinggga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreatifitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada Istri tercinta Yohana Suryani Babu, S.Pd serta anak – anak Grace Dhinylasanda, Celena Halona, Estevany Grasiosa tersayang yang penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, Juni 2015
Penulis
Dan Taebonat
viii
ABSTRAK PELATIHAN PLYOMETRIC INCLINE BOUND LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KETEPATAN TEMBAKAN DARI KNEE TUCK JUMP PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMA NEGERI 1 TAEBENU Atlet sepak bola di SMA Negeri 1 Taebenu tidak pernah menunjukkan prestasi yang baik, hal ini terbukti dari pertandingan yang diikuti pada kegiatan Liga Pelajar Indonesia tingkat kabupaten Kupang dan pertandingan antar SMA sekabupaten Kupang tidak pernah lolos dari babak penyisihan group. Berdasarkan pengamatan tersebut untuk mencapai prestasi memerlukan pelatihan yang mengarah kepada perkembangan prestasi. Tujuan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola dengan pelatihan plyometric incline bound dan knee tuck jump. Penelitian dilakukan dengan experimental randomized pre and post test group design. Jumlah sampel 28 orang yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Kelompok 1 diberi pelatihan plyometric incline bound dan kelompok 2 plyometric knee tuck jump. Pelatihan dilakukan 3 kali seminggu selama 6 minggu. Kekuatan tungkai diukur dengan leg dinamometer dan ketepatan tembakan diukur dengan sasaran menggunakan skor. Batas kemaknaan yang dipakai adalah α = 0,05 Rerata kekuatan tungkai kelompok 1 sebelum perlakuan 62,78±3,33 kg setelah perlakuan 122,57±5,69 kg setelah diuji dengan t paired mengalami peningkatan yang bermakna (p=0,000). Rerata ketepatan tembakan kelompok 1 sebelum perlakuan 12,85±2,10, setelah perlakuan 28,28±2,89 setelah diuji dengan t paired mengalami peningkatan yang bermakna (p=0,000). Rerata kekuatan tungkai kelompok 2 sebelum perlakuan 64,42±5,59 kg setelah perlakuan 112,57±7,83 kg, setelah diuji dengan t paired mengalami peningkatan yang bermakna (p=0,000). Rerata ketepatan kelompok 2 sebelum perlakuan 11,21±1,62, setelah perlakuan 20,42±2,10, setelah diuji dengan t paired mengalami peningkatan yang bermakna (p=0,000). Rerata peningkatan kekuatan otot tungkai kelompok 1 (122,57±5,69 kg) dibandingkan dengan kelompok 2 (112,57±7,83 kg) setelah diuji dengan t-independent mengalami perbedaan yang bermakna (p=0,000). Rerata ketepatan tembakan kelompok 1 (28,28±2,89) dibandingkan dengan kelompok 2 (20,42±2,10) setelah diuji dengan t-independent mengalami perbedaan yang bermakna (p=0,000). Simpulan bahwa pelatihan plyometric incline bound lebih meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan dari knee tuck jump pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu dan disarankan kepada pelatih atau guru olahraga agar menerapkan pelatihan plyometric incline bound untuk melatih kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan pemain sepak bola. Kata Kunci : Pelatihan Plyometric incline bound, knee tuck jump, Kekuatan Tungkai dan Ketepatan Tembakan ix
ABSTRACT PLYOMETRIC INCLINE BOUND TRAINING BETTER THAN KNEE TUCK JUMP IN INCREASE OF LEG MUSCLE STRENGTH AND SHOT’S ACCURACY AMONG FOOTBALL PLAYER OF SMA NEGERI 1 TAEBENU Soccer athletes in SMA 1 Taebenu never showed a good performance, it is evident from the game that followed the activities of the Indonesian Student League and matches Kupang district level inter-district high schools in Kupang never qualifier group. Based on these observations require training to achieve development that leads to achievement. Goal to increase leg muscle strength and accuracy of the shot in the game of football with plyometric incline bound training and knee tuck jump. The study was conducted with randomized experimental pre and post test group design. Number of samples 28 people who met the inclusion criteria were divided into two treatment groups. Group 1 was given training incline bound and group 2 knee tuck jump. The training is done 3 times a week for 6 weeks. Leg strength measured with a dynamometer leg and shot accuracy was measured by using a target figure. The limit of significance used was α = 0.05 The mean leg strength group 1 before treatment after treatment 62.78 ± 3.33 122.57 ± 5.69 after tested by paired t has increased significantly (p = 0.000). The mean accuracy of the shot group 1 before the treatment was 12.85 ± 2.10, 28.28 ± 2.89 after treatment tested by paired t experienced a significant increase (p = 0.000). The mean leg strength two groups before treatment after treatment was 64.42 ± 5.59, 112.07 ± 7.83, after tested by paired t has increased significantly (p = 0.000). The mean accuracy of the treatment group 2 before intervention was 11.21 ± 1.62, 20.42 ± 2.10 after treatment, after being tested by paired t experienced a significant increase (p = 0.000). The mean increase in leg muscle strength group 1 (122.57 ± 5.69) than in group 2 (112.07 ± 7.83) after the independent t-test with a significant increase (p = 0.000). The mean accuracy of the shot group 1 (28.28 ± 2.89) compared with group 2 (20.42 ± 2.10) after the independent t-test with a significant increase (p = 0.000). The inference that plyometric training incline bound further increase leg muscle strength and accuracy of knee tuck jump shot in the game of football SMA 1 Taebenu and suggested to the coach or gym teacher in order to implement a training plyometric incline bound to train leg muscle strength and accuracy of shots in a game of football , Keywords: Plyometric Training incline bound, knee tuck jump, Limbs Strength and Accuracy Shots to Hurdles
x
DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN…………………………………………………………… PRASYARAT GELAR .................................................................................. LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….. PENETAPAN PANITIA PENGUJI ………………………………………. UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ ABSTRAK …………………………………………………………………. ABSTRACT ……………………………………………………………….. . DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL …………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 1.4. Manfaat Penelitian............................................................................ BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 2.1. Sepak Bola ....................................................................................... 2.2. Ketepatan ........................................................................................ 2.2.1. Tembakan Sepak Bola .................................................... 2.2.2. Unsur Fisik Dalam Tembakan Sepak Bola...... ............. 2.2.3. Sistem Energi Pada Tembakan Sepak Bola.................. .. 2.2.4. Biomekenika Tembakan Sepak Bola............................. 2.3. Latihan Fisik ................................................................................... 2.2.1. Tujuan Latihan Fisik…………………………………... 2.2.2. Prinsip – Prinsip Latihan Fisik........................................ 2.2.3. Mekanisme Kontraksi Otot............................................. 2.2.4. Sistem Energi................................................................... 2.2.5. Latihan Plyometric.......................................................... 2.2.6. Latihan Plyometric Knee Tuck Jump dan efeknya terhadap kekuatan otot tungkai ........................... ........... 2.2.7. Latihan Plyometric Knee Tuck Jump dan efeknya terhadap ketepatan tembakan..................................... ..... 2.2.8. Latihan Plyometric Incline Bound dan efeknya terhadap kekuatan otot tungkai ................................ ..... 2.2.9. Latihan Plyometric Incline Bound dan efeknya terhadap ketepatan tembakan ................................... ...... xi
i ii iii iv v vi vii viii xi xii xiii xiv 1 1 6 7 8 9 9 9 10 11 11 12 12 13 14 15 16 16 17 18 18 19
2.4. Pelatihan Olahraga ....................................................................... .. 2.5. Kekuatan ......................................................................................... BAB III KERANGKA BERPIKIR ,KONSEP DAN HIPOTESIS…. 3.1 Kerangka Berpikir ……………………………………………… 3.2 Kerangka Konsep ……………………………………………..... 3.3 Hipotesis Penelitian……………………………………………... BAB IV METODE PENELITIAN ………………….……………... 4.1. Tempat Penelitian …………………………................................... 4.2. Waktu Penelitian .............................................................................. 4.3. Rancangan Penelitian ……………………………………................ 4.4. Populasi dan Sampel ......................................................................... 4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .................. 4.6. Peralatan Yang Diperlukan ............................................................. 4.7. Prosedur Penelitian ........................................................................ . 4.8. Analisis Data ...................................................................................... 4.10. Alur Penelitian .................................................................................. BAB V HASIL PENELITIAN ……………………………………………… 5.1. Data Karakteristik Subjek Penelitian ……………………………… 5.2. Distribusi Data Karakteristik Kekuatan Tungkai dan Ketepatan Tembakan Hasil Penelitian Kelompok Perlakuan ….. ... 5.3. Uji Homogenitas …………………………………………………… 5.4. Uji Normalitas ……………………………………………………... 5.5. Uji Peningkatan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan Sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok ………… .. 5.5.1. Kekuatan Tungkai ………………………………………………… 5.5.2. Ketepatan Tembakan ……………………………………………… 5.6. Uji Beda Rerata Peningkatan Kekuatan dan Ketepatan Kelompok plyometric incline bound dan knee tuck jump…………. 5.6.1. Uji Beda Kekuatan Tungkai ………………………………………. 5.6.2. Uji Beda Ketepatan Tembakan ……………………………………. BAB VI PEMBAHASAN …….………………………………………… 6.1. Karakteristik Subjek Penelitian……………………………………… 6.2. Peningkatan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan pada kelompok incline bound …………………………………………………… 6.3. Peningkatan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan pada kelompok knee tuck jump …………………………………….. 6.4. Perbandingan peningkatan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan pada kelompok incline bound dan knee tuck jump ……… 6.5. Keterbatasan Penelitian …………………………………………….. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….
xii
20 23 32 32 33 33 35 35 35 35 36 39 41 42 43 45 46 46 47 48 49 50 50 51 52 52 53 54 54 55 57 60 62 64
7.1. Simpulan …………………………………………………………… 7.2. Saran ……………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. LAMPIRAN …………………………………………………………………
xiii
64 65 66 68
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
5.1.
Distribusi Data karekteristik subjek penelitian Sampel……….
5.2.
Distribusi Data Karakteristik Kekuatan Tungkai dan
46
Ketepatan Tembakan Hasil Penelitian Kelompok Perlakuan…….. 47 5.3.
Uji Homogenitas dengan Levene’s Test ……………………………
48
5.4.
Uji Normalitas menggunakan Shapiro-Wilk Test ……………….
49
5.5.
Uji peningkatan kekuatan tungkai dengan paired t test ………… 50
5.6.
Uji peningkatan ketepatan tembakan dengan paired t test ………. 51
5.7.
Peningkatan kekuatan kelompok plyometric incline bound dan knee tuck jump dengan independent t test ……………………..
5.8.
52
Peningkatan ketepatan kelompok plyometric incline bound dan knee tuck jump dengan independent t test …………………
xiv
53
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1.
Plyometric Knee Tuck Jump ..............................................
17
2.2.
Plyometric incline bound..................................................... .
19
2.6.
Perbedaan Kekuatan Otot Menurut Umur pada Atlit ..........
25
2.7.
Perbandingan Sistem Saraf Setelah Latihan.........................
28
3.2.
Kerangka Konsep Penelitian ...............................................
33
4.3.
Rancangan Penelitian ........................................................
35
4.10.
Alur Penelitian ...................................................................
45
xv
DAFTAR SINGKATAN
ATP
= Adenosin Tri Phospate
PC
= Phospate Creatin
C0
= Celcius
CM
= Centi Meter
KG
= Kilo Gram
P
= Populasi
R
= Randomisasi
S
= Sampel
RA
= Random Alokasi
IMT
= Indeks Masa Tubuh
BB
= Berat Badan
TB
= Tinggi Badan
SB
= Simpangan Baku
xvi
DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran 1 surat ijin penelitian……………………………………………………. Lampiran 2 surat selesai penelitian ………………………………………………. Lampiran 3 surat persetujuan ikut serta dalam penelitian ………………………. Lampiran 4 data subjek penelitian ……………………………………………….. Lampiran 5 data pretes dan post test subjek penelitian …………………………. Lampiran 6 uji deskriptif data umur, tinggi badan, berat badan ………………… Lampiran 7 uji normalitas dan homogenitas …………………………………….. Lampiran 8 uji t-paired test data sebelum dan sesudah pelatihan ………………. Lampiran 9 uji t- independen t test data setelah pelatiahn kedua kelompok …….. Lampiran 10 program latihan kelompok 1 dan 2 ………………………………… Lampiran 11 gambar tes ketepatan menendang ke sasaran ……………………... Lampiran 12 foto penelitian ………………………………………………………
xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembinaan olahraga di Indonesia saat ini belum maksimal, hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum menunjukan hasil yang memuaskan., misalnya dipentas olahraga tingkat Asia, Indonesia masih ketinggalan jauh dari negara lain meskipun dalam satu atau dua cabang olahraga prestasi Indonesia telah mencapai tingkat dunia. Proses pembinaan olahraga khususnya olahraga sepak bola di SMA Negeri 1 Taebenu juga belum menunjukan hasil yang optimal, hal ini terbukti dari pertandingan yang diikuti belum menunjukan prestasi yang baik. Proses pembinaan olahraga ini harus dipahami sebagai suatu sistem yang kompleks, sehingga masalah yang terdapat di dalamnya perlu ditelaah dari sudut pandang yang luas. Pembinaan yang dimaksud antara lain dapat dilakukan pada aspek gerakan. Gerakan – gerakan dalam bidang olahraga diharapkan dilakukan dengan cara efisien dan teknik yang benar. Gerakan dikatakan efisien apabila gerakan
–
gerakan
terkoordonasi
dengan
baik,
dikombinasikan
untuk
menghasilkan gerakan yang diperlukan dalam menyelesaikan tugas tertentu, dan memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang tinggi, dengan arah yang baik dan menggunakan tenaga sekecil mungkin (Nala, 2011) Seseorang mampu melakukan gerakan yang efisien, orang tersebut dapat dikatakan terampil. Keterkaitan antara berbagi faktor akan menimbulkan gerakan 1
efisien. Gerakan efisien menurut pendapat Sneyers (2008), ada “tiga komponen utama yang mendukung gerakan yang efisien yaitu kesegaran jasmani dan kemampuan gerak, kemampuan pengindraan atau sensori serta proses – proses perseptual”. Gerakan yang efisien diperlukan latihan – latihan yang benar, kontinyu dan teratur serta pemecahan masalah prestasi olahraga yang baik pula. Prestasi olahraga yang dicapai merupakan hasil akumulatif dari berbagai aspek usaha, disamping itu juga untuk mewujudkan prestasi olahraga memerlukan suatu proses yang relatif lama diantaranya melalui “training”atau latihan, untuk mencapai tujuan itu diperlukan adanya kebugaran fisik, karena kebugaran fisik adalah syarat mutlak untuk mencapai prestasi yang maksimal. Banyak tim yang meraih kemenangan diakhir pertandingan karena kekuatan stabil sampai akhir pertandingan dibanding lawan. Proses latihan tidak lain adalah mempersiapkan para olahragawan akan kematangan kemampuan fisik, teknik , taktik dan mental, dengan harapan berprestasi pada cabang olahraga spesialisnya. Meningkatkan prestasi cabang olahraga pada umumnya dan khususnya pada cabang olahraga permainan sepak bola, aspek-aspek tersebut merupakan prioritas utama yang benar – benar diperhatikan. Ada dua aspek kategori tentang kebugaran yaitu 1) daya tahan jantung, daya tahan jantung itu sendiri perlu di bangun agar pemain mampu bertanding secara total. 2) kekuatan otot, sepak bola menuntut kekuatan otot yang berbeda dari jenis – jenis olahraga lainnya, sehingga perlu memusatkan pengembangan kekuatan otot yang diperlukan dalam permainan sepak bola (Sharkey, 2012). Mencetak gol merupakan tujuan utama dalam permainan sepak bola, maka dalam penelitian ini akan diteliti faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan mencetak gol atau ketepatan tembakanan ke arah gawang pada pemain sepak bola.
2
Faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah kekuatan otot tungkai. Seorang pemain sepak bola memiliki kekuatan otot tungkai yang kuat berarti ia akan semakin memiliki kesempatan untuk mencetak gol lebih baik dari pada mereka yang kurang memiliki kekuatan otot tungkai. Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai kaki dalam menerima beban sewaktu bekerja. Tungkai memberikan keseimbangan pada tubuh saat akan melaksanakan tembakan, juga memberikan dorongan yang kuat pada saat melakukan tembakan kearah gawang (Suharno 2002).
Peningkatan prestasi olahraga sepak bola banyak mengalami kendala, karena kurangnya pengembangan teori dan pemanfaatan metodologi latihan yang di dukung dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan serta peningkatan kualitas pelatihan pembinaan olahraga. Pembinaan tersebut dapat dicapai melalui pendekatan ilmiah terhadap ilmu – ilmu pengetahuan yang terkait. Ilmu yang berkaitan dengan olahraga antara lain adalah fisiologi latihan, biomekanika olahraga dan paedagogi di bidang olahraga, sosiologi olahraga, psikologi olahraga dan kesehatan olahraga (Sajoto, 2002). Pelatih seharusnya mengetahui dan memahami pengetahuan yang telah disebutkan,
karena pengetahuan tersebut
sebagai konsep yang mendasari dalam penetapan suatu program latihan fisik yang efisien dan dapat diterapkan di dunia pendidikan. Peningkatan ketepatan tembakan dalam permainan sepak bola di pengaruhi oleh kualitas otot yang dimiliki pemain. Peningkatan
ketepatan
tembakan sepak bola yang maksimal, diperlukan kekuatan otot tungkai dan juga kelompok otot yang mendukung gerakan ketepatan tembakan sepak bola, dari banyak kelompok otot yang berperan dalam gerakan ketepatan tembakan sepak
3
bola yang paling dominan yaitu otot tungkai. Pemberian latihan khusus pada otot tersebut perlu mendapat perhatian lebih, dengan tidak mengesampingkan latihan bagi pendukung otot lainnya (Nala, 2011). Latihan yang dapat diterapkan dalam melatih kekuatan otot tungkai diantaranya dengan latihan plyometric. Latihan plyometric dapat meningkatkan kekuatan, kecepatan, daya ledak serta elastisitas otot. Permainan olahraga sepak bola membutuhkan kekuatan otot tungkai sehingga dapat menghasilkan tembakan yang tepat pada sasaran yang diinginkan. Berkaitan dengan latihan kesegaran fisik umum dan khusus dapat dikemukakan beberapa metode latihan fisik seperti latihan berbeban, latihan interval, latihan sirkuit, dan latihan plyometric. Masing – masing metode latihan tersebut mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda (Nala, 2011). Penelitian ini menggunakan metode latihan Plyometric karena latihan plyometric merupakan suatu metode khusus untuk meningkatkan power yang sesuai dengan cabang olahraga sepak bola. Latihan plyometric diperkirakan menstimulasi berbagai perubahan dalam neuromoskuler, memperbesar kelompok otot untuk memberi respon lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahan – perubahan yang ringan dan panjangnya otot. Salah satu ciri penting latihan plyometric adalah
pengkondisian neuromuskuler sehingga memungkinkan
adanya perubahan – perubahan arah yang lebih cepat dan lebih kuat, dengan mengurangi waktu yang diperlukan untuk perubahan arah ini, kekuatan dan kecepatan dapat ditingkatkan (Furqon & Doewes, 2002).
4
Peningkatan prestasi sepak bola diperlukan berbagai pertimbangan, perhitungan dan analisis mengenai faktor yang menentukan dan menunjang prestasi sepak bola. Faktor – faktor tersebut diantaranya adalah kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan. Keberhasilan dalam prestasi olahraga, perlu didukung pula oleh kekuatan dan kecepatan. Untuk keberhasilan dalam prestasi olahraga, tidak hanya kekuatan yang diperlukan tetapi perlu didukung kecepatan dan ketepatan. Otot yang bekerja harus dapat berkontraksi secara maksimal dalam waktu yang sangat singkat, oleh karena itu pemberian latihan harus bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi fisik yang akan dikembangkan (Nala, 2011). Kondisi fisik merupakan satu persyaratan yang penting dan diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet. Kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari komponen – komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Peningkatan dan pengembangan kondisi fisik dilakukan dengan skala prioritas sesuai dengan kebutuhan (Nala, 2011). Komponen kondisi fisik tersebut meliputi: “kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan dan kecepatan reaksi”. Sajoto (2002), menambahkan bahwa “salah satu komponen kondisi fisik yang penting guna mendukung komponen – komponen lainnya adalah kekuatan otot”. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini berjudul “Pelatihan plyometric incline bound lebih
5
meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan dari knee tuck jump pada Pemain Sepak Bola SMA Negeri 1 Taebenu”. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah,
maka
perlu
dirumuskan
permasalahan – permasalahan sebagai berikut: 1.
Apakah latihan plyometric incline bound dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu?
2.
Apakah latihan plyometric incline bound dapat meningkatkan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu?
3.
Apakah latihan plyometric knee tuck jump dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu?
4.
Apakah latihan plyometric knee tuck jump dapat meningkatkan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu?
5.
Apakah latihan plyometric incline bound lebih meningkatkan kekuatan otot tungkai dari knee tuck jump pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu?
6.
Apakah latihan plyometric incline bound lebih meningkatkan ketepatan tembakan dari knee tuck jump pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu?
6
1.3. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah latihan Plyometric incline bound
lebih
meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan dari knee tuck jump pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu. 2.
Tujuan Khusus Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan pelatihan antara lain : 1). Pelatihan Plyometric incline bound dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu; 2). Pelatihan Plyometric incline bound dapat meningkatkan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu; 3). Pelatihan Plyometric knee tuck jump dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu. 4). Pelatihan Plyometric knee tuck jump dapat meningkatkan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu. 5). Membandingkan pelatihan plyometric incline bound dan knee tuck jump dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu
7
6). Membandingkan pelatihan plyometric incline bound dan knee tuck jump dalam meningkatkan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat akademik Manfaat memberikan
akademik
sumbangsih
dari
penelitian
pemikiran
dan
ini
adalah
diharapkan
pengembangan
ilmu
tes
dapat dan
pengukuran dan ilmu kepelatihan olahraga yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut, spesifikasinya
aplikasi pelatihan plyometric terhadap
kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola. 1.4.2
Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat mengungkapkan latihan plyometric incline bound dan knee tuck jump dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola; b.
Dengan mengetahui hal - hal yang diteliti tersebut dapat diambil langkah – langkah yang lebih efisien dan efektif dalam penerapan metode latihan terhadap atlet mencapai prestasi yang optimal;
c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan untuk penelitian tes dan pengukuran lainnya.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sepak bola Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer didunia. Secara internasional sepak bola dikenal dengan nama soccer atau football, tetapi nama football biasanya lebih mengacu pada American football, sepak bola khas Amerika, yang berbeda dengan sepak bola yang kita kenal. Pertandingan sepak bola dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing – masing berjuang untuk memasukan bola ke gawang kelompok lawan. Masing – masing kelompok beranggotakan sebelas pemain sehingga kelompok tersebut juga dinamakan kesebelasan (Nugraha, 2012). Suleman (2008), menjelaskan sepak bola merupakan jenis olahraga yang fenomenal. Minat masyarakat terhadap sepak bola amatlah besar. Berbagai pertandingan pun digelar oleh masyarakat di penjuru dunia. Mulai pertandingan tingkat lokal, regional hingga tingkat dunia. Berjuta-juta pasang mata mengarah pada sebuah benda bulat yaitu bola, hal ini terjadi ketika laga pertandingan bergengsi sedang di gelar untuk merebutkan piala. 2.2. Ketepatan Ketepatan tembakan merupakan gabungan dua kata antara ketepatan dan tembakan. Ketepatan adalah “kemampuan seseorang untuk mengarahkan suatu gerak ke sasaran atau target sesuai kemampuannya” (Suharno, 2002). Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk mengendalikan gerakan bebas menuju kesuatu
9
sasaran. Sasaran ini dapat berupa jarak atau objek langsung yang harus di kenal, ini tampak pada usaha petembak atau pemanah dalam membidik sasaran. Permainan sepak bola juga dilakukan oleh pemain, dimana pemain berusaha agar bola dapat sampai tepat ke sasaran yang diinginkan. Ketepatan dipengruhi oleh koordinasi, jarak dan besarnya target, ketajaman indra, kecepatan gerak, perasaan gerak serta tekhnik gerakan itu sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa, ketepatan tembakan adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan tembakan ke arah sasaran atau target. Ketepakan tembakan dipengaruhi oleh koordinasi, jarak dan besarnya target, ketajaman indra, kecepatan gerak, perasaan gerak serta tekhnik gerakan tembakan (Nala, 2011). 2.2.1. Tembakan Sepak Bola Shooting sepak bola adalah gerakan yang dibutuhkan dalam permainan sepak bola, terlepas sama sekali dari permainannya. Maksudnya adalah pemain melakukan gerakan – gerakan dengan bola dan gerakan – gerakan tanpa bola, dengan demikian setiap pemain dapat dengan mudah memerintah bola dan memerintah badan atau anggota badan sendiri dalam semua situasi bermain. Pemain sepak bola dengan mudah dapat memerintah bola dengan kakinya, dengan tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali dengan kedua belah tangannya, yang dilakukan dengan cepat dan cermat. Setiap pemain telah memiliki gerakan yang otomatis atau ball felling yang sempurna serta peka terhadap bola (Suharno, 2002). Penguasaan ketrampilan yang baik dapat diperoleh melalui usaha pengkajian terhadap peserta didik, bentuk dan model pembelajaran serta faktor –
10
faktor yang menunjang pada cabang olahraga yang bersangkutan. Pembentukan ketrampilan olahraga pada umumnya banyak berhubungan dengan tindakan yang menyangkut gerakan – gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh fungsi saraf dan diperoleh dari hasil belajar, oleh karena itu untuk memperoleh tingkat ketrampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang lama agar fungsi sistem saraf dapat terkoordinasi dengan sempurna yang menuju pada otomatisasi gerakan. Pyke (1991), menyatakan bahwa “tanpa belajar atau latihan suatu ketrampilan tidak akan tercapai”. 2.2.2. Unsur Fisik yang Terlibat dalam Tembakan Sepak Bola Unsur fisik yang terlibat dalam tembakan sepak bola adalah kecepatan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, dan ketepatan. Menurut Nurhasan (2001), komponen fisik yang diperlukan pada cabang olahraga sepak bola adalah pada bahu memerlukan kekuatan otot, daya tahan otot, agilitas dan kelentukan, pada punggung memerlukan kekuatan otot, pada dada memerlukan kekuatan otot, daya tahan otot, lengan memerukan kekuatan otot, daya tahan otot, agilitas dan kelentukan serta power, pada tungkai memerlukan kekuatan otot, daya tahan otot, agilitas dan kelentukan serta power. Tembakan sepak bola memerlukan kekuatan otot, daya tahan otot, agilitas dan kelentukan serta power karena tembakan sepak bola merupakan peran dari gerakan tungkai (Joseph, 2007). 2.2.3. Sistem Energi pada Tembakan Sepak Bola Berdasarksan pendapat dari Joseph (2007), pada sepak bola secara aspek fisiologis kemampuan anaerobik lebih baik dari pada aerob, dengan perbandingan kurung lebih 60 : 40, maka kebutuhan energi pada sepak bola menggunakan
11
sistem ATP-PC dan Glikolisis pada saat”in play”. Pendapat senada dikatakan oleh Agung (2004), bahwa sistem energi yang digunakan pada sepak bola mencakup anaerobik alaktik (ATP-PC) dan anaerob laktik atau glikolisis. 2.2.4. Biomekanika Tembakan Sepak Bola Pergerakan pada tungkai mempertimbangkan pada aspek mekanika yang terjadi. Mekanika yang mendasar meliputi sistema gaya dan sistema lever yang bekerja pada masing – masing sendi. Selain itu juga mempertimbangkan aspek osteokinematika dan artrokinematika yang terjadi pada masing – masing sendi dan tungkai. Gerakan tembakan sepak bola melibatkan komponen pasif dan aktif pada seluruh tungkai, baik mencakup tulang, sendi,otot dan persarafan yang terdapat pada tungkai. Tembakan sepak bola yang baik adalah tembakan yang keras, kuat dan cepat, terkoordinasi dengan baik. Pada saat tembakan melibatkan unsur kecepatan, kekuatan, dan kelentukan dalam melakukan gerakannya (Nala, 2011) 2.3. Latihan Fisik Banyak pendapat tentang latihan fisik. Pendapat para ahli adalah sebagai berikut; latihan fisik adalah kegiatan dalam memberikan beban pada tubuh secara teratur, sistematis, berkesinambungan sehungga dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan kerja (Brooks & Fahey, 1994). Berbeda dengan pendapat Suharno (2002), menyatakan bahwa, latihan adalah suatu proses penyempurnaan pemain secara sadar dan mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban – beban fisik, tekhnik dan taktik dan mental secara teratur, terarah, meningkat, bertahap dan berulang – ulang. Latihan fisik merupakan suatu gerakan fisik yang dilakukan secara sistematis dan berulang – ulang (repetitif) dalam jangka waktu
12
(durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala, 2011). 2.2.1
Tujuan Latihan Fisik Tujuan latihan fisik secara umum tergantung dari macam sasaran yang
akan dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut: (1) meningkatkan kualitas fisik; (2) meningkatkan prestasi; (3) pencegahan terhadap kerusakan; (4) rehabilitasi maupun pengobatan akibat kerusakan; (5) rehabilitasi karena penyakit atau sesuai olahraga yang dilakukan, baik untuk rekreasi, pendidikan, kebugaran jasnmani dan prestasi (Sajoto, 2002). Pelatihan fisik bertujuan untuk meningkatkan fungsi potensial yang dimiliki atlet dan mengembangkan komponen biomotoriknya sehingga mencapai suatu standar tertentu. Tujuan pelatihan secara garis besar menurut Bompa (1994), dalam Nala (2011), adalah sebagai berikut: (1) mengembangkan komponen fisik umum atau multilateral; (2) mengembangkan komponen fisik khusus; (3) memperbaiki teknik atau ketrampilan sesuai dengan tipe atau spesialisasi olahraganya; (4) memperbaiki strategi dan taktik bermain; (5) meningkatkan kualitas kemauan atlet; (6) meningkatkan persiapan dan kerjasama tim; (7) meningkatkan derajat kesehatan atlet; (8) mencegah cedera; (9) memperkaya pengetahuan teori. Permulaan pelatihan hendaknya dikembangkan terlebih dahulu pelatihan umum yakni kemampuan daya tahan umum, kebugaran fisik atau kesegaran jasmani (daya tahan aerobik) dan komponen biomotorik lainnya. Setelah
13
komponen tersebut mencapai tingkatan yang diinginkan, dilanjutkan dengan pelatihan khusus atau daya tahan anaerobik. 2.2.2
Prinsip – prinsip Latihan Fisik Untuk mencapai hasil latihan fisik yang optimal dan sesuai tujuan latihan
harus berpedoman pada prinsip – prinsip latihan yang benar. Banyak pendapat pakar yang mendiskripsikan tentang prinsip – prinsip latihan fisik. Pyke (1991), mengemukakan mengenai prinsip prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan latihan sebagai berikut: (1) prinsip beban berlebih; (2) prinsip pemulihan; (3) prinsip kembali asal (reversibility); (4) prinsip kekhusussan; (5) prinsip indivirualitas. Menyususun program pelatihan fisik, hendaknya selalu mengacu pada kebutuhan penampilan akhir dari atlet bidang spesialisasinya. Pelatihan fisik dapat berlangsung efektif, mencapai hasil maksimum sesuai sasaran dan tanpa menimbulkan cedera, maka perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut (Nala, 2011): 1. Beban pelatihan: pemberian beban pelatihan yang terlalu ringan tidak akan memperoleh hasil yang memadai, sedangkan beban yang terlalu berat dapat menyebabkan cedera oleh sebab itu pilihlah beban pelatihan yang sesuai dengan kemampuan masing – masing olahragawan atau individu; 2. Spesifikasi: pilihlah tipe pelatihan yang spesifik, sesuai dengan tujuan pelatihan, setiap unit motorik (sel otot dengan sarafnya) dalam tubuh manusia memang telah dirancang untuk melakukan tugas tertentu yang
14
spesifik atau khas untuk unit motorik tersebut. Pelatihan fisik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tipe pelatihannya semirip mungkin dengan
gerak
aktivitas
yang
dibutuhkan
dalam
spesialisasi
permainannya; 3. Progresif : peningkatan beban pelatihan secara bertingkat, diawali dengan beban ringan secara berangsur – angsur beban ditingkatkan secara bertahap; 4. Waktu pemulihan : setelah melakukan suatu aktivitas, perlu diikuti dengan istirahat, tujuannya agar otot ligamentum dan tendon memiliki waktu untuk pemulihan. Jika waktu istirahatnya terlalu lama kemampuan otot akan kembali sebelum dilatih, sebaliknya kalau waktu terlalu singkat otot belum siap melakukan aktivitas berikutnya, akan terjadi cedera. 2.2.3
Mekanisme Kontraksi Otot Secara umum olahraga sepak bola merupakan sebuah olahraga yang
terfokus kepada kekuatan kaki dan ketahanan. Otot – otot utama yang perlu dilatih adalah otot bahu, otot dada, lengan atas, perut, paha, tungkai bagian bawah dan otot pergelangan kaki (Hidayatulah, 2001). Reseptor sensori utama yang bertanggung jawab atas deteksi pemanjangan serabut – serabut otot yang cepat ini adalah muscle spindle, yang mampu memberi respon kepada besaran dan kecepatan perubahan panjang serabut – serabut otot. Jenis respon peregangan lainnya, yakni organ tendon golgi, terletak dalam tendon – tendon dan memberi
15
respon terhadap tegangan yang berlebiahan sebagai akibat kontraksi yang kuat atau peregangan otot (Furqon & Doewes, 2002). 2.2.4
Sistem Energi Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot tidak
dapat diserap langsung dari makanan yang di makan, akan tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosin Tri Phosphate). ATP inilah yang merupakan sumber energi yang langsung di gunakan otot untuk melakukan kontraksi. ATP merupakan suatu komponen kompleks yang tersusun atas satu komponen adenosine dan tiga komponen phosphate. ATP ini tesimpan dalam otot rangkan dalan jumlah
yang sangat terbatas. Supaya kontraksi otot tetap
berlangsung, maka ATP ini segera disintesis kembali. ATP bisa diberikan pada sel – sel otot melalui 3 (tiga) cara metabolisme, yaitu 2 (dua) secara anaerobik dan 1 (satu) secara aerobik. Ketiga cara ini disebut (1) sistem ATP-PC; (2) Glikolisis anaerobik; (3) sistem aerobik. 2.2.5
Latihan Plyometric Furqon & Doewes (2002), mengemukakan Plyometric adalah suatu
metode untuk mengembangkan daya ledak (explosive Power), suatu komponen penting dari sebagian prestasi olahraga. Asal istilah plyometric diperkirakan dari bahasa Yunani “pletyhuen”, yang artinya memperbesar “ukuran”. plyometric mengacu pada latihan – latihan yang ditandai dengan kontraksi – kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan dinamis atau peregangan otot – otot yang terlibat. Bentuk plyometrics yang dipilih dalam pelatihan ini adalah pelatihan plyometric incline bound dan pelatihan plyometric
16
knee tukc jump. Pemilihan kedua bentuk pelatihan ini agar dapat dijadikan acuan bagi peneliti untuk membuat program pelatihan plyometric yang sesuai bagi siswa yang menjadi sampel penelitian, dengan program pelatihan plyometric Incline bound dan pelatihan plyometric knee tukc jump yang sesuai diharapkan terjadi peningkatan kekuatan otot tungkai dan kemampuan siswa dalam melakukan ketepatan tendangan sepak bola. 2.2.6
Latihan plyometric knee tuck jump dan efeknya terhadap kekuatan otot tungkai Knee tukc jump merupakan latihan gerakan meloncat dan mendarat dengan
dua kaki tumpu. Pelatihan plyometric knee tukc jump akan berpengaruh terhadap otot gluteus, gastocnemius,quadrisep, hamspring (Furqon & Doewes, 2002), dan merupakan bentuk pelatihan untuk meningkatkan power, karena pelatihan ini akan membentuk kemampuan unsur kekuatan dan unsur kecepatan otot yang menjadi dasar terbentuknya daya ledak.
Gambar 2.1 playometric knee tuck jump (Furqon & Doewes, 2002)
17
2.2.7
Latihan plyometric knee tuck jump dan efeknya terhadap ketepatan tembakan Knee tuck jump dilakukan pada permukaan yang rata. Peatihan ini dilakukan dalam suatu rangkaian loncatan eksplosif yang cepat. Knee tuck jump berpengaruh pada otot tungkai. Semakin besar kekuatan otot tungkai seseorang semakin cepat dan semakin tepat benda akan berpindah dari titik awal menuju sasaran yang dituju. Benda dalam hal ini bola yang ditembakan kesasaran, sehingga peningkatan terhadap ketepatan tembakan akan tepat pada sasaran yang dituju (Nurhasan, 2001)
2.2.8
Peatihan Plyometric Incline bound dan efeknya terhadap kekuatan otot tungkai. Incline bound merupakan pelatihan plyometric yang dilakukan di bukit
yang landai dengan kecondongan 200 atau tangga stadion. Pelatihan yang dilakukan ke atas bukit maka beban lebih yang konstan dibebankan pada sistem otot yang digunakan. Beban lebih yang konstan ini membantu mengembangkan kekuatan tungkai bawah). Pelatihan Plyometric incline bound akan berpengaruh terhadap otot gluteus, gastrocnemius,quadriceps, hamstring (Furqon & Doewes, 2002), dan merupakan bentuk latihan untuk meningkatkan power, karena latihan ini akan membentuk kemampuan unsur kacepatan dan unsur keuatan otot, yang menjadi dasar terbentuknya daya ledak atau power.
18
Gambar 2.2. plyometric incline bound (Furqon & Doewes, 2002) 2.2.9
Pelatihan plyometric incline bound dan efeknya terhadap ketepatan tembakan. Pelatihan incline bound dilakukan pada bukit yang landai dengan kecondogan 200 atau tangga stadion, dengan pelatihan yang dilakukan ke atas bukit maka tenaga akan menambah atau beban lebih yang konstan dibebankan pada sistem otot yang digunakan untuk bounding. Semakin besar kekuatan otot tungkai seseorang semakin cepat dan semakin tepat benda akan berpindah dari titik awal menuju sasaran yang dituju. Benda dalam hal ini bola yang ditembakan ke sasaran. Dengan kekuatan otot yang maksimal, maka akan lebih meningkat kecepatan terhadap ketepatan sasaran yang diinginkan (Nurhasan, 2001). 19
Bentuk pelaihan plyometric untuk power tungkai adalah : split jump, scissor jump, box jump, depth jump, single leg seride jump, seride jump crossover, side jump sprint, squat jump (Furqon & Doewes, 2002). 2.4. Pelatihan Olahraga Pelatihan olahraga merupakan suatu proses sistematis dari pengulangan suatu kinerja progesif yang juga menyangkut proses belajar serta memiliki tujuan untuk memperbaiki sistim dan fungsi dari organ tubuh agar penampilan olahraga
atlet
menjadi
ditunjukan
menyeluruh
maupun
pematangan strategi
optimal. Nala
untuk
(2002),
meningkatkan
khusus,
perbaikan
dan taktik
bermain
mengatakan pelatihan
pengembangan terhadap
teknik
fisik
baik
permainan,
sesuai kebutuhan olahragnya,
menanamkan kemauan dan disipiln yang tinggi, pengoptimalan persiapan tim pada olahraga beregu, meningkatkan serta memelihara derajat kesehatan dan mencegah
terjadinya
cedera. Nala (2002), menjelaskan
bahwa pelatihan
olahraga dapat dibagi atas: 1. Pelatiahan fisik atau jasmani; 2. Pelatihan teknik atau ketrampilan (skill); 3. Pelatihan taktik atau strategi; 4. Pelatihan mental atau psikis. Bentuk pelatihan harus terdiri dari tiga bagian yaitu: pemanasan, latihan inti, dan latihan pendingin. Nurhasan (2001), mengatakan bahwa dengan melakukan pemanasan secara optimal dapat menyebabkan sebagai berikut:
20
1. Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot bertambah; 2. Aliran darah ke otot bertambah; 3. Viscositas / kekentalan darah menurun; 4. Dapat menghindari cedera. Tujuan pelatihan fisik adalah untuk memberikan tekanan dan tahanan kepada tubuh secara sistematis sehingga kapasitasnya meningkat, dengan demikian atlit mampu melakukan suatu aktifitas gerakan yang direncanakan (Nala, 2002). Pelatihan fisik merupakan suatu gerakan fisik yang dilakukan secara sistematis dan berulang – ulang (repetisi) dalam jangka waktu yang lama (durasi) dengan pembenanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang
bertujuan
untuk
memperbaiki
fisiolagi tubuh
agar
pada
waktu
melakukan aktivitas dapat mencapai penampilan yang optimal. Nala (2002), mengatakan bahwa, tujuan pelatihan fisik olahraga berbeda dengan tujuan berolahraga. Tujuan berolaga dapat dibagi atas kebutuhannya yaitu sebagai berikut: 1. Rekreasi, bertujuan untuk bersenang-senang; 2. Pendidikan, untuk membina disiplin, kemauan, kepribadian, dan kerja sama; 3. Kesehatan, sebagai sarana pencegahan agar tidak sakit jantung, pengobatan sakit asma, rehabilitas dan sebagainya; 4. Kesegaran jasmani, agar mampu melakukan pekerjaan sehari-hari dengan tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi; 5. Prestasi, bertujuan untuk menjadi juara dalam berolahraga.
21
Tujuan pelatihan menurut (Nala, 2002), adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan pengembangan ini
komponen meliputi
fisik
umum
peningkatan
atau
multilateral,
kemampuan
komponen-
komponen biomotorik secara umum; 2. Mengembangkan komponen fisik khusus. Pengembangan komponen biomotoriknya disesuaikan dengan tipe atau spesialisai olahraganya; 3. Memperbaiki
teknik
atau
ketrampilan
sesuai
dengan
tipe
atau
spesialisasinya. pelatihan dilakukan dengan memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhinya; 4. Memperbaiki
strategi
dan
taktik
bermain.
Dalam
pelatihan
diperhitungkan juga kekuatan dan kelemahan serta watak dari lawan yang didapat sehingga strategi dapat dipersiapkan dengan tepat; 5. Meningkatkan kualitas kemauan atlit. Pelatihan ini lebih banyak menyangkut pelatihan mental; 6. Meningkatkan persiapan
dan kerja sama tim. Beberapa cabang
olahraga memerlukan kerja sama dan saling pengertian
yang baik
antara sesama pemain; 7. Mencegah cedera dan melakukan pemanasan sebelum dilatih pada inti pelatihan; 8. Meningkatkan
derajat
kesehatan
atlit.
Memberikan
takaran
dan
peningkatan sesuai dengan kemampuan atlit disertai pemberian gizi yang seimbang;
22
9. Memperkaya
pengetahuan
teori.
Diperkenalkan
terutama
tentang
fisiologi dan psikologi, dasar-dasar kepelatihan, perencanaan dan gizi. 2.4
Kekuatan Kekuatan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dan harus
dimiliki oleh sesseorang
atlit, karena setiap penampilan dalam olahraga
memerlukan kekutan otot disamping unsur-unsur lainnya. Pasurney (2001), mendefenisikan kekuatan sebagai jumlah maksimum dari penggunaan tenaga oleh otot. Kekuatan ini dinilai oleh ketentuan tenaga
maksimum
untuk
satu
usaha.
Berbeda dengan
Fox
(1988),
mengartikan kekuatan sebagai tenaga atau ketegangan suatu otot, atau lebih jelasnya sekelompok otot yang dapat digunakan untuk menahan pada suatu usaha yang maksimal. Kekuatan juga didefenisikan sebagai kemampuan maksimal untuk melakukan
atau
melawan
gaya.
Nurhasan
(2001),
mengatakan
bahwa
kekuatan merupakan kemampuan sekelompok otot untuk menggunakan kekuatan untuk melawan beban. Kualitas kekuatan dapat diwujudkan dalam kegiatan olahraga sebagai berikut (Sajoto 2002): 1.
Tubuh atlit yang digerakan seperti lari, lompat, renang dan lainnya;
2.
Alat yang digerakan seperti: peluru, cakram, martil, bola dan lainnya;
3.
Melawan aksi otot seperti gulat, judo.
23
Nurhasan (2001), membagi kekuatan menjadi 3 (tiga), ditinjau dari segi latihan yaitu: 1.
Kekuatan maksimal;
2.
Kekuatan daya ledak;
3.
Kekuatan daya tahan. Tipe-tipe kekuatan menurut Nala (2011), sebagai berikut :
1.
Kekuatan umum yaitu kekuatan keseluruhan dari sistim otot;
2.
Kekuatan khusus yakni dipertimbangkan untuk kekuatan hanya dari otot yang penting untuk gerakan dalam seksi olahraga;
3.
Kekuatan maksimum menunjukan untuk Force yang tinggi bahwa akan dibentuk oleh sistem syaraf otot selama kontraksi terkendali;
4.
Ketahanan otot biasanya diartikan sebagai kemampuan otot untuk membantu otot-otot bekerja untuk periode waktu tertentu;
5.
Power yaitu produk dari dua kemampuan: kekuatan dan kecepatan, dan
pertimbangan
untuk
kemampuan
dari
penampilan
Force
maksimum dalam periode waktu yang pendek; 6.
Kekuatan
absolute
dan
kekuatan
relatif; Kekuatan
absolute
merupakan berat beban maksimal yang mampu dipindahkan oleh berat badannya. Kekuaatan relatif merupakan kekuatan maksimal yang dapat dipindahkan dibagi berat badan. Kekuatan otot juga dapat dibagi menjadi dua yaitu kekuatan dinamis dan kekuatan statis. Kekuatan dinamis adalah kekuatan otot yang digunakan ketika gerakkan jelas diperhatikan pada bentuk kerja, misalnya mengangkat
24
beban. Kekuatan statis adalah ditunjukan pada penggunaan Force otot ketika kelihatan tidak nyata bergerak atau menyelesaikan kerja (Fox, 1988). Faktor yang mempengaruhi kekuatan yaitu: 1.
2.
Aspek anatomis dan fisiologis: 1)
Jenis serabut otot rangka;
2)
Luas otot rangka yang bersangkutan;
3)
Jumlah cross bridge yang terlibat.
Aspek biokimia fisiologis; Sistem metabolisme energi, terutama metabolisme anaerobik
3.
Aspek biomekanis kinesiologis: 1)
Sudut persendian;
2)
Kecepatan;
3)
Interaksi posisi antara bagian tubuh dengan sistim mekanika gaya secara keseluruhan.
Pelatihan
beban
merupakan
cara
yang
paling
efektif
untuk
mengembangkan kekuatan, supaya mempunyai pengaruh, maka beban yang diberikan harus lebih besar dari pada beban yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Nurhasan, 2001).
25
Gambar 2.6 Perbedaan kekuatan otot menurut umur pada atlit. (Lamb, 1984) Beban yang digunakan tidak selamanya merupakan beban dari luar saja, tetapi beban latihan dapat pula beban yang berupa berat badan atlit itu sendiri, terutama apabila atlit yang dilatih itu masih muda atau pemula (Fox, 1988). Pelatihan beban hendaknya dapat merangsang sistim fisiologis dalam tubuh dan setiap penambahan beban hendaknya dapat memberikan tekanan pada otot-otot dalam ambang rangsang. Beban harus ditingkatkan sesuai dengan kemampuan, hal ini dikenal dengan prinsip beban bertambah. cara atau metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan menurut Nala (2002), yaitu metode pengulangan (repetisi), metode interval, metode latihan
isometric,
metode latihan piramida )
(kenaikan beban bertingkat),
metode kekuatan maksimum (detraining). Menurut Pasurney (2001), metode yang paling cepat meningkatkan kekuatan otot adalah sistim piramida. Beberapa ahli menyatakan bahwa
26
untuk meningkatkan kekuatan otot pada dasarnya dapat menggunakan latihan isometrik, latihan isotonik, dan latihan isokinetik 1. Pelatihan Kekuatan Isometrik Latihan isometric adalah bentuk latihan kekuatan dimana otot pada saat berkontraksi menahan beban, tidak mengalami ukuran panjang dan dalam
melakukan
latihan
isometrik
harus
dilakukan
dengan maksimal
(Pasurney, 2001). Latihan mudah dilaksanakan dan alatnya cukup sederhana. Latihan isometric yang ideal adalah: kontraksi harus maksimum, di tahan selama 5 detik serta diulangi sebanyak 5 atau 6 kali, dengan diberikan waktu istirahat secukupnya. Efek yang ditimbulkan akan terlihat setelah latihan selama 2 bulan dengan frekuensi latihan 3 kali per minggu. Pembebanan dalam latihan isometric akan efektif bila beban paling sedikit 90% dari kekuatan maksimum (Pyke, 1991) 2. Pelatihan Isotonik Latihan isotonik adalah bentuk latihan beban, dimana pada saat otot melawan beban, otot berkontraksi secara dinamis, sehingga otot mengalami pemendekan dan pemanjangan yang berulang-ulang. Kontraksi isotonik yang berkontraksi akfit dan dilakukan dengan suatu pemendekan atau merubah jarak otot (Pasurney, 2001). Latihan isotonik yang pertama kali diperkenalkan oleh
Delorme
dan
Watkins mempunyai
konsep,
pengulangan
yang
maksimum. Pengulangan maksimum disini adalah beban maksimum yang dapat diangkat dengan jumlah ulangan tertentu sebelum timbul kelelahan.
27
Sistim latihannya meliputi 3 set dengan masing-masing 10 kali ulangan yaitu: 1. Set 1, 10 kali ulangan beban 50% dari R.M 2. Set 2, 10 kali ulangan beban 75% dari R.M 3. Set 3, 10 kali ulangan beban 100% dari R.M Latihan ini dianjurkan dilakukan 4 kali per minggu, setelah target 10 RM set yang ketiga terlampaui, maka segera ditentukan beban baru (Pasurney, 2001). 3.
Pelatihan Isokinetik Latihan isokinetik merupakan bentuk latihan beban yang merupakan
gabungan
antara
latihan
isometrik
manggerakannya seperti latihan Fox
dan
latihan
isotonik,
yang
isometrik tetapi dengan beban maksimal.
(1988) membagi latihan isotokinetik menjadi dua, yaitu latihan
isokinetik dengan kecepatan tinggi dan latihan isokinetik dengan kecepata rendah.
Gambar 2.7 Perbandingan sistim syaraf setelah latihan (isomtric, isotonic dan isokinetik). (Fox, 1988)
28
Pelatihan kekuatan otot dapat dimulai pada usia antara umur 12 tahun sampai
19
tahun,
bagi
anak
laki-laki
peningkatan nya
lebih
dibandingkan dengan anak perempuan (Fox, 1988). 2.4.1 Kekuatan Otot Tungkai Banyak pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai defenisi kekuatan. Komi (1992), mengemukakan bahwa” kekuatan adalah kemampuan untuk mengeluarkan daya maksimal”. Pendapat ini menunjukan bahwa kekuata individu dapat dibandingkan dengan kemampuan untuk mengangkat beban maksimal.
Fox, et al (1988), menyatakan bahwa kekuatan merupakan daya
(force) suatu otot atau sekelompok otot yang dapat melawan tahanan dengan usaha maksimal. Pernyataan Fox ini menandakan bahwa otot atau sekelompok otot dapat diukur dan diketahui kekuatannya. Johnson dan Nelson (1999), menyatakan bahwa kekuatan meruakan kemampuan otot mengeluarkan daya untuk melawan objek yang bergerak atau yang tidak dapat bergerak. Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beben sewaktu melakukan aktivitas fisik (Nala, 2011). 2.4.2. Macam Macam Kekuatan Kekuatan dapat dikategorikan menjadi beberapa tipe, seperti yang dikemukakan oleh (Nala, 2011), yang membagi kekuatan menjadi 8 tipe yaitu: “Kekuatan umum, kekutan khusus, kekuatan maksimal, daya tahan otot, daya ledak, kekutan absolute, kekutan relative dan kekuatan cadangan”.
29
2.4.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Baik tidaknya kekutan otot seseorang, dipengaruhi oloh beberapa faktor. Faktor-faktor penentu kekuatan seseorang terdiri dari: 1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hipertropi otot); 2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalammelawan beban, makin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar; 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar kekuatan; 4) Innervasi otot baik pusat maupun perifer; 5) Keadaan zat kimia dalam otot (glikogen, ATP); 6) keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berarti kekuatan tersebut pada saat bekerja makin besar; 7) umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot (Suharno, 2002). 2.4.4. Pentingnya Kekuatan Kekuatan otot merupakan komponen biomotorik yang diperlukan oleh semua atlet, dengan kadar tingkatan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Komponen ini dapat ditingkatkan dengan cara memberikan tahanan yang internal maupun eksternal terhadap otot bersangkutan. Tahanan internal, berupa tahanan dari dalam tubuh sendiri, dimana kontraksi sekelompok otot di hambat atau dilawankan dengan kontraksi kelompok otot lainnya (Nala, 2011) Pengembangan kekuatan baik secara umum maupun pengembangannya melalui program latihan kekuatan khusus dan dapat berpedoman pada variasi bentuk kekuatan otot. Kekuatan merupakan unsur yang sangat penting dalam aktifitas olahraga,karena kekuatan merupakan daya pengerak, dan pencegah cedera. Kekuatan juga memainkan peranan penting dalam komponen-komponen
30
kemampuan fisik yang lain misalnya power, kelincahan kecepatan (Nurhasan, 2001). Pengkajian mengenai kekuatan ini menjadi sangat penting, karena kekuatan merupakan faktor utama untuk menciptakan prestasi yang optimal.
31
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1.
Kerangka Berpikir Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka, seperti yang dikemukakan
pada bab sebelumnya bahwa kondisi fisik memegang peranan penting dalam program latihan. Program latihan harus dilakukan secara sistematis, terencana, terarah, teratur dan berkelanjutan. Sebelum memilih tipe pelatihan yang digunakan, perlu ditentukan terlebih dahulu komponen biomotorik mana yang dominan dalam cabang olahraga yang dilatih. Komponen biomotorik yang dominan dalam gerakan olahraga sepak bola adalah kekuatan otot tungkai dan daya ledak. Otot tungkai melalui latihan plyometric incline bound dan knee tuck jump akan berpengaruh terhadap otot gluteus, gastrocnemius, quadriceps, hamstring untuk meningkatkan (power) daya ledak otot. Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas secara tibatiba dengan cepat mengarahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat. Daya ledak dalam kegiatan olahraga maksimal adalah daya ledak eksplosif yang terdiri dari dua kelompok komponen biomotorik yaitu unsur kecepatan dan kekuatan. Penelitian ini menggunakan pelatihan plyometric untuk meniningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan bola yaitu pelatihan plyometric incline bound dan pelatihan plyometric knee tuck jump dengan lama pelatihan 6
32
(enam) minggu dan satu minggu 3 (tiga) kali pelatihan. Gerakan dilakukan 10 repetisi, 5 set dengan istirahat setiap set selama 3 menit. 3.2. Konsep Penelitian
1. 2. 3. 4.
Pelatihan plyometric incline bound dan knee tuck jump
Faktor Internal 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Tinggi Badan 4. Berat Badan
5. 6.
Faktor Eksternal 1. Suhu dan 2. Kelembaban relatif
1. Kekuatan otot tungkai 2. Ketepatan tembakan
Bagan 3.2 Kerangka Konsep Penelitian 3.3.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
jawaban sementara dari penelitian ini sebagai berikut : 1.
Pelatihan plyometric incline bound meningkatkan
kekuatan otot
tungkai pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu 2.
Pelatihan plyometric incine bound meningkatkan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu
33
3.
Pelatihan plyometric knee tuck jump meningkatkan kekuatan otot tungkai pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu
4.
Pelatihan plyometric knee tuck jump meningkatkan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu
5.
Pelatihan plyometric incline bound lebih meningkatkan kekuatan otot tungkai dari knee tuck jump pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu
6.
Pelatihan plyometric incline bound lebih meningkatkan ketepatan tembakan dari knee tuck jump pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu.
34
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1.
Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan di lapangan SMA Negeri 1 Taebenu
Kabupaten Kupang. 4.2.
Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu
4.3.
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah : Experimental, Randomized
Pre and Post Test Group Design (Pocock, 2008). Rancangan penelitian ini secara sederhana dikemukakan dalam bentuk bagan sebagai berikut : R
RA
P
O1
P1
O2
S RA
O3
Bagan 4.3 Rancangan Penelitian Keterangan : P =
Populasi
R=
Randomisasi
S=
Sampel
RA=
Random Alokasi
P1=
Pelatihan pliometrik incline bound
35
P2
O4
P2=
Pelatihan pliometric knee tuck jump
O1=
Observasi kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan kelompok satu sebelum pelatihan
O2=
Observasi kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan kelompok satu setelah 6 minggu pelatihan
O3=
Observasi kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan kelompok dua sebelum pelatihan
O4=
Observasi kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan kelompok dua setelah 6 minggu pelatihan
4.4.
Populasi dan Sampel
4.4.1.
Populasi Populasi penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Taebenu Tahun pelajaran
2014/2015 (populasi target). Dari sembilan kelas yang ada, siswa putra ditetapkan sebagai populasi terjangkau ( siswa yang terdaftar sebagai anggota klub sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu). 4.4.2.
Sampel Kriteria sampel 1. Kriteria inklusi : 1) Siswa kelas X 2) Jenis kelamin laki – laki 3) Umur 16 – 17 tahun 4) Berbadan sehat sesuai keterangan dokter 5) Bersedia mengikuti pelatihan sampai selesai
36
2. Kriteria eksklusi 1). Ada riwayat patah tulang 2). Berdomisili di luar Taebenu 3. Kriteria Drop out Sampel dikeluarkan dari penelitian apabila : 1) Sakit selama pelatihan 2) Cedera saat pelatihan 3) Tidak hadir berlatih 4.4.3.
Besaran Sampel Sampel penelitian adalah sebagian siswa putra, umur 16 dan 17 tahun yang
mewakili populasi tepatnya 28 orang sebagai anggota sampel dan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok masing – masing 14 orang secara random. Penentuan besar sampel digunakan rumus pocok (2008), dari hasil tes awal yang dilakukan pada siswa yang terdftar dalam klub sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu yaitu : 2 (σ)2 n=
f (α.β) (µ2-µ1)2
2 (0,4)2 n=
f (α.β) (3,36 – 2,80)2
37
2 . 0,16 n=
x 10,5 2
(0,56)
0,32 n=
x 10,5 0,31
3,36 n= 0,31
n = 10,71 Jadi dibulatkan menjadi 11 orang , untuk menjaga sampel saat pelatihan drop out maka di tambahkan 20% dari jumlah sampel, maka ditambahkan 3 orang, jadi jumlah sampel tiap kelompok = 14 orang. Keterangan : n
= jumlah sampel
σ
= standar deviasi
α
= tingkat kesalahan tipe I
β
= tingkat kesalahan tipe II
µ1
= nilai rata – rata sebelum pelatihan
µ2
= nilai rata – rata sesudah pelatihan
f(α,β) = nilai dalam tabel
38
4.5.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (independen variable) dalam penelitian ini yaitu pelatihan plyometric incline bound dan knee tuck jump; 2. Variabel tergantung (dependen variable) dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan; 3. Variabel kontrol yaitu : umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan; 4. Variabal rambang yaitu suhu lingkungan dan kelembaban. 4.5.2. Definisi Operasional Variabel 1. Pelatihan plyometric incline bound adalah pelatihan meloncat loncat yang
dilakukan
secara
cepat
dilakukan
pada
bukit
dengan
kecondongan 200 atau pada tangga stadion untuk meningkatkan kekuatan tungkai bawah dengan dua kaki tumpu. Gerakan dilakukan sebanyak 10 repetisi, 5 set, istirahat antar set 3 menit, frekwensi latihan 3 kali per minggu (senin, rabu, jumat) dan lama pelatihan 6 minggu; 2. Pelatihan pliometrik knee tuck jump adalah pelatihan meloncat dengan lutut ditekuk dan kaki menolak pada tanah untuk meloncat dan mendarat dengan dua kaki tumpu. Gerakan dilakukan sebanyak 10 repetisi,5 set, istirahat antar set 3 menit, frekwensi latihan 3 kali per minggu (Senin, Rabu, Jumat) dan lama pelatihan 6 minggu; 3. Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaku melakukan aktivitas dan diukur dengan menggunakan leg
39
dinamometer satuannya kilo gram (kg). Kekuatan otot tungkai meningkat jika
setelah dilakukan pelatihan selama enam minggu
dilakukan tes kekuatan otot tungkai menggunakan leg dinamometer ada peningkatan dari tes awal; 4. Ketepatan tembakan dalam permainan sepak bola adalah kemampuan seseorang untuk mengarahkan bola ke sasaran atau target sesuai kemampuannya, diukur dengan menggunakan sasaran yang di tempelkan pada gawang dan diberi angka. Ketepatan dikatakan meningkat jika setelah pelatihan selama enam minggu dilakukan tes akhir tembakan bola mengena pada sasaran dengan angka yang tinggi, sasaran diberi penomeran angka terkecil di tempatkan pada posisi tengah, semakin ke samping mendekati tiang gawang semakin besar nomernya (lihat gambar pada lampiran). 5. Umur ditentukan menurut catatan tanggal, bulan dan tahun kelahiran yang tercantum pada administrasi sekolah; 6. Tinggi badan diukur dari dasar telapak kaki sampai vertek (ubun – ubun) diukur dengan sikap berdiri tegak dan sikap bersiap, pandangan lurus ke depan dengan tumit, punggung dan belakang kepala posisinya lurus atau vertikal menggunakan antropometer super buatan Jepang dengan tingkat ketelitian 0,1 cm; 7. Berat badan adalah berat yang diperoleh dari hasil penimbangan berat badan digital merek one med buatan Jepang dengan tingkat ketelitian 0,1 kg;
40
8. Suhu udara adalah suhu kering rata – rata yang diukur setiap waktu pelatihan, dalam penelitian ini suhu diukur pada awal pelatihan dan akhir pelatihan, sedangkan pengukuran dilakukan setiap kali pelatihan dengan higrometer elektronik digital merek corona model GL-89 buatan Jepang dengan ketelitian 0,1 derajat celcius; 9. Kelembaban relative adalah persentase kelembaban udara yang diukur melalui suhu udara kering dan suhu udara basah dalam derajat Celcius (C0) dan dinyatakan dalam satuan persen sesuai Psyhrometric Chart. 4.6.
Peralatan yang diperlukan 1. Anthropometer Super adalah alat untuk mengukur ukuran – ukuran tubuh dalam satuan tinggi centimeter dengan bilangan decimal satu angka di belakang koma; 2. Timbangan berat badan adalah alat untuk mengukur berat badan dalam satuan berat kilogram dengan bilangan decimal satu angka di belakang koma; 3. Stopwatch adalah alat untuk mengukur waktu dengan ketelitian empat angka di belakang koma, stopwatch merek fox buatan Jepang; 4. Higrometer merek korona buatan Jepang adalah alat untuk mengukur suhu udara dalam satuan derajat celcius (C0) dengan ketelitian 0,1 C0; 5. Psychrometric mart adalah grafik untuk menentukan kelembaban relative berdasarkan suhu basah dan suhu kering dalam satuan derajat Fahrenheit yang dinyatakan dalam persentase;
41
6. Meteran baja adalah alat untuk mengukur jarak dalam satuan jarak meter dengan bilangan decimal satu angka di belakang koma. 4.7.
Prosedur Penelitian
4.7.1. Persiapan pelaksanaan penelitian 1. Mempersiapkan dan mengurus surat izin yang ditujukan kepada Kepala SMA Negeri 1 Taebenu; 2. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dan tenaga pembantu pelaksana penelitian; 3. Menyampaikan informasi kepada siswa mengenai jadwal pelaksanaan pengukuran tinggi badan, berat badan. 4.7.2. Pelaksanaan Tes dan Pengukuran 1.
Pengukuran berat badan, dan tinggi badan pada hari Jumat pukul 07.30 WITA;
2.
Hari Sabtu pukul 15.00 dilakukan pengukuran kekuatan otot tungkai pada kedua kelompok dilanjutkan dengan pengukuran ketepatan tembakan pada kedua kelompok sebelum pelatihan;
3.
Mengukur suhu kering lingkungan tempat pengumpulan data dalam satuan 0
C dan kelembaban relatif. Pengukuran dilakukan setiap pelatihan 3 kali
dalam seminggu dengan higrometer elektronik digital merek corona GL89 buatan Jepang dengan ketelitian 0,10C. 4.
Pelatihan incline bound dan knee tuck jump dilakukan pada hari Senin, Rabu, Jumat dimulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 17.00 selama 6 minggu.
42
5.
Pengukuran kekuatan otot tungkai menggunakan leg dinamometer dan ketepatan tembakan menggunakan sasaran pada gawang pada ke dua kelompok pada hari Sabtu pukul 15.00 sampai dengan 17.30.
4.7.3. Melakukan Random Alokasi Random alokasi dilakukan dengan membagi kelompok menjadi dua dengan cara acak sederhana. Peneliti membagi kertas yang didalamnya tertulis huruf A dan huruf B, yang mendapat tulisan huruf A adalah kelompok 1 dan yang mendapat tulisan huruf B adalah kelompok 2 dengan pembagian sebagai berikut: 1. Kelompok 1, melakukan pelatihan pliometric incline bound; 2. Kelompok 2, melakukan pelatihan pliometric knee tuck jump; 3. Kepada setiap kelompok diberi penjelasan mengenai : 1) Jadwal pelaksanaan pelatihan : lapangan olahraga SMA Negeri 1 Taebenu pada hari Senin, Rabu, Jumat jam 16.00 sampai 17.00 WITA; 2) Teknik gerakan pelatihan pliometric incline bound dan pelatihan pliometric knee tuck jump. 4.8.
Analisis Data
4.8.1. Analisis Deskripsi Untuk menganalisis data subjek seperti: tinggi badan, berat badan, umur, yang datanya telah diambil.
43
4.8.2. Analisis Komparasi 1. Uji normalitas data dengan Shapiro-Wilk bila setelah perlakuan bertujuan untuk mengetahui distribusi data masing – masing kelompok perlakuan dari kedua kelompok pelatihan. Batas kemaknaan yang digunakan α = 0,05, jika nilai p > 0,05 data berdistribusi normal. 2. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui variasi data dengan batas kemaknaan atau tingkat kepercayaan yang digunakan adalah levene test bila setelah perlakuanan, α = 0,05, jika nilai p > 0,05 maka data homogen 3. Uji peningkatan antar kedua kelompok sebelum dan sesudah pelatihan dengan menggunakan uji t-paired (berpasangan) bila setelah perlakuan bertujuan untuk menganalisis rerata peningkatan perubahan pelatihan plyometrik incline bound dan pelatihan plyometric knee tuck jump. 4. Uji perbedaan efek rerata kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan bola dengan uji t-independent sesudah pelatihan antar kedua kelompok pelatihan plyometric incline bound dan pelatihan plyometric knee tuck jump. Batas kemaknaan yang digunakan adalah α = 0,05. Jika nilai
p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima atau ada
perbedaan yang signifikan, sedangkan jika nilai p > 0,05 maka hipotesis ditolak atau tidak ada perbedaan yang signifikan.
44
4.9.
Alur Penelitian
Populasi Kriteria Inklusi inklusi
Kriteria eksklusi Sampel
Tes Awal
Kelompok I
Kelompok II
Pelatihan plyometric incline bound selama 6 minggu
Tes akhir
Pelatihan plyometric knee tuck jump selama 6 minggu
Analisis Data
Penyusunan Laporan
Bagan 4.10. Alur Penelitian
45
Tes akhir
BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian yang dilakukan terhadap SMA negeri 1 Taebenu kabupaten kupang didapatkan data – data sebagai berikut : data karakteristik
subjek
penelitian, dan data hasil pelatihan plyometric incline bound dan pelatihan knee tuck jump. 5.1. Data Karakteristik Subjek Penelitian. Data karekteristik subjek penelitian meliputi umur yang dinyatakan dalam tahun yang telah dibulatkan, tinggi badan (centi meter), berat badan (kg). Pada kelompok plyometric incline bound berjumlah 14 orang dan kelompok plyometric knee tuck jump berjumlah 14 orang. Data tersebut adalah sebagai berikut Tabel 5.1 Distribusi Data karekteristik subjek penelitian Sampel Karakteristik Kelompok perlakuan 1 (n=14)
Kelompok perlakuan 2 (n=14)
sampel
Rerata±SB
Min
Mak
Rerata±SB
Min
Mak
Umur (Thn)
16,50±0,51
16,00
17,00
16,50±0,51
16,00
17,00
172,00
157,00±5,92 150,00
167,00
58,00
45,78±6,32
57,00
Tinggi 161,93±5,74 153,00 Badan (cm) Berat Badan 49,64±4,48 41,00 (kg) Keterangan: N
= jumlah
Mean
= rata – rata
Standar Devisiasi = Simpangan Baku
46
38,00
Dari Tabel 5.1 menunjukan karakteristik subjek penelitian incline bound, tinggi badan dengan rerata 161,93±5,74 cm, berat badan rerata 49,64±4,48 kg, umur rerata 16,50±0,51 tahun, sedangkan pada kelompok knee tuck jump tinggi badan rerata 157,00±5,92 cm, berat badan rerata 45,78±6,32 kg, umur rerata 16,50±0,51 tahun. 5.2. Distribusi Data Karakteristik Kekuatan Tungkai dan Ketepatan Tembakan
Hasil Penelitian Kelompok Perlakuan.
Distribusi data kekuatan tungaki dan ketepatan tembakan kelompok incline bound dan kelompok knee tuck jump dijelaskan pada tabel 5.2 sebagai berikut: Tabel 5.2 Karakteristik kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan ke-dua kelompok perlakuan Variabel
Kekuatan Tungkai (kg) Ketepatan Tembakan
Kelompok Perlakuan 1
Kelompok Perlakuan 2
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Rerata ± SB
Rerata ± SB
Rerata ± SB
Rerata ± SB
62,78±3,33
122,57±5,69
64,42±5,59
112,07±7,83
12,85±2,10
28,28±2,89
11,21±1,62
20,42±2,10
Tabel 5.2 menunjukan karakteristik data yang bervariasi dari kedua kelompok perlakuan. Hasil pengukuran kekuatan tungkai pada kelompok incline bound rerata sebelum pelatihan 62,78±3,33 kg, sesudah pelatihan rerata kekuatan tungkai 122,57±5,69 kg. sedangkan pada kelompok knee tuck jump rerata
47
kekuatan tungkai sebelum pelatihan 64,42±5,59 kg, sesudah pelatihan rerata kekuatan tungkai 112,07±7,83 kg. Hasil pengukuran ketepatan tembakan pada kelompok incline bound sebelum pelatihan 12,85±2,10, sesudah pelatihan rerata ketepatan tembakan 28,28±2,89. sedangkan pada kelompok knee tuck jump rerata ketepatan tembakan sebelum pelatihan 11,21±1,62, sesudah pelatihan rerata ketepatan tembakan 20,42±2,10. 5.3. Uji Homogenitas. Untuk mengetahui varians data kelompok plyometric incline bound dan kelompok knee tuck jump maka perlu dilakukan uji homogenitas dengan LeveneTest. Hasil uji homogenitas diperoleh hasil seperti tampak pada tabel 5.3 berikut ini : Tabel 5.3 Uji Homogenitas dengan Levene’s Test Variabel
Kekuatan Tungkai sesudah
Ketepatan Tembakan sesudah
perlakuan
perlakuan
Rerata±SB
p
Rerata±SB
p
Kelompok 1
122,57±5,69
0,128
28,28±2,89
0,295
Kelompok 2
112,07±7,83
20,42±2,10
Tabel 5.3 menunjukan rerata kekuatan tungkai kelompok incline bound 122,57±5,69 dan kelompok knee tuck jump 112,07±7,83 dengan nilai p = 0,128. Rerata ketepatan tembakan kelompok incline bound 28,28±2,89 dan kelompok knee tuck jump 20,42±2,10 dengan nilai p = 0,295. Uji Homogenitas kekuatan
48
tungkai dan ketepatan tembakan pada kedua kelompok penelitian ini memperoleh nilai p ˃ 0,05 sehingga varian data pada penelitian ini bersifat homogen. 5.4. Uji Normalitas. Salah satu syarat guna menentukan uji statistic yang digunakan maka perlu dilakukan uji normalitas data hasil kekutan dan ketepatan pada kedua kelompok sebelum perlakuan. Uji normalitas dengan menggunakan Shapiro-Wilk Test, yang hasilnya dapat dilihat pada table 5.4 di bawah ini. Table 5.4 Uji Normalitas menggunakan Shapiro-Wilk Test Variabel
Kelompok Perlakuan 1 Rerata ± SB p setelah perlakuan
Kelompok perlakuan 2 Rerata ± SB p setelah perlakuan
Kekuatan Tungkai
122,57±5,69
0,069
112,07±7,83
0,194
Ketepatan Tembakan
28,28±2,89
0,458
20,42±2,10
0,114
Pada Tabel 5.4 berdasarkan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk data kekuatan dan ketepatan sebelum perlakuan pada kedua kelompok perlakuan. Nilai rerata kekuatan tungkai kelompok incline bound
setelah perlakuan
122,57±5,69 dengan nilai p = 0,069, sedangkan nilai rerata kekuatan tungkai kelompok knee tuck jump setelah perlakuan 112,07±7,83 dengan nilai p = 0,194 menunjukan bahwa dari kedua hasil pengujian tersebut memiliki nilai P > 0,05. Berdasarkan hal ini menunjukan bahwa hasil uji statistik terhadap kelompok plyometric incline bound dan kelompok knee tuck jump setelah perlakuan berdistribusi normal.
49
Uji normalitas ketepatan tembakan pada kelompok incline bound sebelum perlakuan memiliki rerata 28,28±2,89 dengan nilai P = 0,458 dan kelompok knee tuck jump sebelum perlakuan memilik rerata 20,42±2,10 dengan nilai p = 0,114. Uji normalitas ketepatan sebelum perlakuan pada kedua kelompok memperoleh nilai p > 0,05 yang berarti data berdistribusi normal. 5.5. Uji peningkatan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok Untuk mengetahui peningkatan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji paried t test 5.5.1. Kekuatan Tungkai. Hasil peningkatan kekuatan sebelum dan sesudah perlakuan pada tabel di bawah ini: Tabel 5.5 Uji peningkatan kekuatan tungkai dengan paired t test Variable
Kelompok incline bound Rerata±SB
Sebelum (kg)
p
62,78±3,33
Kelompok knee tuck jump Rerata±SB 64,42±5,59
0,000 Sesudah (kg)
p
122,57±5,69
0,000 112,07±7,83
Tabel 5.5 di atas menunjukan beda rerata kekuatan tungkai kelompok incline bound sebelum perlakuan 62,78±3,33 kg dan rerata sesudah perlakuan 122,57±5,69 kg, dengan nilai p = 0,000. sedangkan rerata kekuatan tungkai
50
kelompok knee tuck jump sebelum perlakuan 64,42±5,59 kg dan rerata sesudah perlakuan 112,07±7,83 kg, dengan nilai p = 0,000. Nilai p pada kedua kelompok lebih kecil dari 0,05 (p ˂ 0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah perlakuan. 5.5.2. Ketepatan Tembakan Hasil peningkatan ketepatan setelah perlakuan disajikan pada Tabel 5.6 di bawah ini: Tabel 5.6 Uji beda ketepatan tembakan dengan paired t test Variabel
Kelompok incline bound Rerata±SB
Sebelum
p
12,85±2,10
Kelompok knee tuck jump Rerata±SB 11,21±1,62
0,000 Sesudah
p
0,000
28,28±2,89
20,42±2,10
Tabel 5.6 di atas menunjukan beda rerata ketepatan tembakan kelompok incline bound sebelum perlakuan 12,85±2,10 dan rerata sesudah perlakuan 28,28±2,89, dengan nilai p = 0,000.
sedangkan rerata ketepatan tembakan
kelompok knee tuck jump sebelum perlakuan 11,21±1,62 dan rerata sesudah perlakuan 20,42±2,10, dengan nilai p = 0,000. nilai p pada kedua kelompok lebih kecil dari 0,05 (p ˂ 0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna sebelum dan setelah perlakuan.
51
5.6.
Uji Beda Rerata Peningkatan Kekuatan dan Ketepatan kelompok plyometric incline bound dan knee tuck jump Untuk mengtahui perbedaan rerata peningkatan kekuatan dan ketepatan
yang diukur setelah perlakuan pada masing – masing kelompok digunakan uji tindependent pada batas kemaknaan α = 0,05. 5.6.1 Uji Beda Kekuatan Tungkai Tabel 5.7 peningkatan kekuatan kelompok plyometric incline bound dan knee tuck jump dengan independent t test Variabel
Kekuatan Tungkai Rerata±SB
P
Kel. incline bound (kg)
122,57±5,69
0,000
Kel. knee tuck jump (kg)
112,07±7,83
Berdasarkan hasil distribusi data pada Tabel 5.6, menunjukan bahwa beda rerata peningkatan kekuatan sesudah perlakuan pada kelompok plyometric incline bound dan knee tuck jump nilai p ˂ 0,05. hal ini menunjukan bahwa kekuatan setelah pelatihan pada kedua kelompok berbeda bermakna.
52
5.6.2. Uji Beda Ketepatan Tembakan Tabel 5.8 Peningkatan ketepatan tembakan kelompok plyometric incline bound dan knee tuck jump dengan independent t test Variabel
Ketepatan Tembakan Rerata±SB
p
Kel. incline bound
28,28±2,89
0,000
Kel. knee tuck jump
20,42±2,10
Berdasarkan hasil distribusi data pada Tabel 5.8, menunjukan bahwa beda rerata peningkatan ketepatan sesudah perlakuan pada kelompok plyometric incline bound dan knee tuck jump nilai p < 0,05. hal ini menunjukan bahwa rerata data ketepatan setelah pelatihan pada kedua kelompok berbeda bermakna
53
BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara pelatihan incline bound dan knee tuck jump meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan pada siswa SMA Negeri 1 Taebenu. 6.1. Karakteristik Subjek Penelitian. Subjek penelitian yang berjumlah 28 orang terbagi menjadi 2 kelompok dengan cara undian acak sederhana yaitu kelompok 1 sebagai kelompok pelatihan plyometric incline bound, kelompok 2 sebagai kelompok pelatihan plyometric knee tuck jump, hal ini memungkinkan sampel lebih bervariasi dilihat dari segi umur (th), tinggi badan (cm), berat badan (kg). Sampel yang diambil pada SMA Negeri 1 Taebenu adalah siswa yang duduk di kelas 10 karena kebanyakan siswa berumur 16 – 17 tahun dan masih pada usia remaja sehingga memungkinkan untuk menambah kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan dengan menggunakan metode yang ada. Pada kelompok plyometric incline bound jumlah 14 orang dengan tinggi badan rerata 161,93±5,74cm, berat badan rata – rata 58,00±4,48kg, umur rerata 16,50±0,51 Sedangkan pada kelompok plyometric knee tuck jump jumlah 14 orang, tinggi badan rerata 157,00±5,92cm, berat badan rerata 45,78±6,32 kg, umur rata – rata 16,50±0,51 tahun.
54
6.2. Efek pelatihan plyometric incline bound terhadap peningkatan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan pada pemain sepakbola Rerata perbedaan peningkatan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan diukur sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan dengan uji t-paired berpasangan. Menunjukan bahwa beda rerata peningkatan sebelum dan sesudah perlakuan kelompok pelatihan inccline bound dengan kekuatan otot tungkai rerata sebelum perlakuan 62,78±3,33 kg dan rerata setelah perlakuan 122,57±5,69 kg dengan nilai p = 0,000. sedangkan ketepatan tembakan pada kelompok incline bound rerata sebelum perlakuan 12,85±2,10 dan rerata setelah perlakuan 28,28±2,89 dengan nilai p = 0,000. berarti pelatihan incline bound dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan pada siswa SMA Negeri 1 Taebenu. Karena nilai p ˂ 0.05 maka dapat dikatan bahwa pelatihan plyometric incline bound meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan yang berbeda bermakna. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Soelistyo tentang Pengaruh Metode Latihan Plyometric terhadap Kekuatan Otot Tungkai dan Peningkatan Ketepatan Tembakan Sepakbola, penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh latihan pyometrik terhadap kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan sepakbola yang berumur 18 – 19 tahun. Latihan yang dilakukan adalah latihan knee tuck jump dan squad jump. Hasil pengujian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok eksperimen di knee tuck jump dengan t hitung = 0,300 > t tabel 2,78 dari nilai signifikasi p sebesar 0,300 > 0,05 kenaikan perbedaan persentasi 2,084 < t tabel 2,78 dan nilai signifikasi p 0,049 < 0,05 ada perbedaan yang signifikasi standing jump dengan t
55
hitung 4,333 < t tabel 2,78 dan nilai signifikan p 0.012 > 0,05 kenaikan persentasi sebesar 8,13 % latihan squat jump efektif meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan atlit sepakbola. Pelatihan plyometric incline bound meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan melalui pelatihan yang dilakukan secara berulang – ulang yang sama serta berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu (Nala, 2011). Peningkatan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan melalui pelatihan incline bound yang dilakukan secara terus menerus dan terprogram diperlukan dalam mencapai sebuah peningkatan dimana aktifitas menembak bola terus menerus untuk meningkatkan daya tahan otot yang akan berpengaruh pada kekuatan otot tungkai. Pelatihan incline bound dilakuan secara terus menerus selama 18 kali pelatihan yang pada akhirnya mendapatkan peningkatan pada kedua variabel pengukuran kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan melalui hasil yang diperoleh pada akhir perlakuan. Terjadinya peningkatan kekuatan dan ketepatan pada kelompok-1 diakibatkan pelatihan yang diterapkan selama enam minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu. Pelatihan yang diberikan dalam jangka waktu 6 - 8 minggu menurut Nala (2011) akan diperoleh hasil yang konstan, dimana tungkai telah teradaptasi dengan pelatihan tersebut. Pelatihan dengan frekuensi tiga kali seminggu adalah sesuai untuk pemula dan akan menghasilkan peningkatan yang berarti.
Pelatihan
fisik
yang dilakukan
secara
sistematis,
teratur
berkesinambungan akan dapat meningkatkan kemampuan fisik secara nyata.
56
dan
Pelatihan fisik yang diterapkan secara teratur dan terukur dengan takaran dan waktu yang cukup, akan menyebabkan perubahan fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang efektif dan memperbaiki penampilan fisik. Jenis pelatihan fisik yang diberikan secara cepat dan kuat, akan memberikan perubahan yang meliputi peningkatan subtrak anareobik seperti ATP-PC, kreatin dan glikogen serta peningkatan pada jumlah dan aktivitas enzim ( Ardle, 2001). Pengaruh pelatihan yang teratur dengan pembebanan yang meningkat dan asupan protein yang baik akan menyebabkan terjadinya hipertropi otot, ini terjadi dikarenakan jumlah miofibril, ukuran miofibril, kepadatan pembuluh darah kapiler, saraf tendon dan ligamen, dan jumlah total kontraktil terutama protein kontraktil miosin meningkat secara proposional (Fox, 1988). Perubahan pada serabut otot tidak semuanya terjadi pada tingkat yang sama, peningkatan yang lebih besar terjadi pada serabut otot putih (fast twitch) sehingga terjadi peningkatan kecepatan kontraksi otot (Hairy, 1989). 6.3.
Efek pelatihan plyometric knee tuck jump terhadap peningkatan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan pada pemain sepakbola Rerata perbedaan peningkatan kekuatan otot tungkai dan ketepatan
tembakan diukur sebelum dan sesudah perlakuan dilakukan dengan uji t-paired berpasangan. Menunjukan bahwa beda rerata peningkatan sebelum dan sesudah perlakuan kelompok latihan knee tuck jump dengan kekuatan otot tungkai rerata sebelum perlakuan 64,42±5,59 kg dan rerata setelah perlakuan 112,07±7,83 kg dengan nilai p = 0,000. sedangkan ketepatan tembakan pada kelompok knee tuck
57
jump rerata sebelum perlakuan 11,21±1,62 dan rerata setelah perlakuan 20,42±2,10 dengan nilai p = 0,000. berarti perlakuan pelatihan knee tuck jump dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan pada siswa SMA Negeri 1 Taebenu. Karena nilai p ˂ 0,05 maka dapat dikatan bahwa pelatihan plyometric knee tuck jump meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan yang berbeda bermakna. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakuakan oleh Soelistyo tentang pengaruh metode latihan plyometric terhadap kekuatan otot tungkai dan peningkatan ketepatan tembakan sepakbola, penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh latihan pyometrik terhadap kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan sepakbola yang berumur 18 – 19 tahun. Latihan yang dilakukan adalah latihan knee tuck jump dan squad jump. Hasil pengujian menunjukkan pelatihan knee tuck jump lebih baik meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan yang signifikan pada kelompok eksperimen knee tuck jump dengan nilai p 0.012 < 0,05 ada perbedaan yang signifikasi dengan kenaikan persentasi sebesar 8,13 % dengan latihan squat jump efektif meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan atlit sepakbola. Pelatihan plyometric knee tuck jump efektif meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan melalui pelatihan yang dilakukan secara berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu (Nala, 2011). Peningkatan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan melalui pelatihan knee tuck jump yang dilakukan secara terus menerus dan terprogram diperlukan dalam mencapai sebuah peningkatan dimana aktifitas menembak bola terus menerus untuk
58
meningkatkan daya tahan otot akan berpengaruh pada kekuatan otot tungkai. Demikian pelatihan knee tuck jump dilakuan selama 18 kali pertemuan yang pada akhirnya mendapatkan peningkatan pada kedua variabel pengukuran kekuatan dan ketepatan tembakan melalui hasil yang diperoleh pada akhir perlakuan. Terjadinya peningkatan
kekuatan otot tungkai pada kelompok-2
diakibatkan pelatihan yang diterapkan selama enam minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu. Pelatihan yang diberikan dalam jangka waktu 6 - 8 minggu menurut Nala (2011) akan diperoleh hasil yang konstan, dimana tungkai telah teradaptasi dengan pelatihan tersebut. Pelatihan dengan frekuensi tiga kali seminggu adalah sesuai untuk pemula dan akan menghasilkan peningkatan yang berarti.
Pelatihan
fisik
yang dilakukan
secara
sistematis,
teratur
dan
berkesinambungan akan dapat meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Pelatihan fisik yang diterapkan secara teratur dan terukur dengan takaran waktu yang cukup, akan menyebabkan perubahan fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih efektif dan memperbaiki penampilan fisik. Jenis pelatihan fisik yang diberikan secara cepat dan kuat, akan memberikan perubahan yang meliputi peningkatan subtrak anareobik seperti ATP-PC, kreatin dan glikogen serta peningkatan pada jumlah dan aktivitas enzim ( Ardle, 2001). Pengaruh pelatihan yang teratur akan menyebabkan terjadinya hipertropi fisiologi otot, ini terjadi dikarenakan jumlah miofibril, ukuran miofibril, kepadatan pembuluh darah kapiler, saraf tendon dan ligamen, dan jumlah total kontraktil terutama protein kontraktil miosin meningkat secara proposional.
59
Perubahan pada serabut otot tidak semuanya terjadi pada tingkat yang sama, peningkatan yang lebih besar terjadi pada serabut otot putih (fast twitch) sehingga terjadi peningkatan kecepatan kontraksi otot (Hairy, 1989). 6.4. Perbandingan peningkatan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan sebagai efek pelatihan plyometric incline bound dan knee tuck jump Hasil penelitian kekuatan otot tungkai pada kelompok 1 memperoleh rerata sebelum perlakuan 62,78±3,33 kg dan setelah perlakuan 122,57±5,69 kg dengan nilai p = 0,000. sedangkan pada kelompok 2 memperoleh rerata 64,42±5,59 kg dan setelah perlakuan 112,07±7,83 kg dengan nilai p = 0,000. ketepatan tembakan pada kelompok 1 memperoleh rerata 12,85±2,10 dan setelah perlakuan 28,28±2,89 dengan nilai p = 0,000. sedangkan pada kelompok 2 memperoleh rerata 11,21±1,62 dan setelah perlakuan 20,42±2,10 dengan nilai p = 0,000. nilai p pada kedua kelompok p˂ 0.05 berarti variabel kekuatan dan ketepatan pelatihan incline bound dan knee tuck jump dapat meningkatkan kekuatan dan ketepatan tembakan pada siswa SMA Negeri 1 Taebenu. Perbandingan nilai rerata kekuatan setelah perlakuan pada kelompok incline bound 122,57±5,69 kg dan rerata kekuatan setelah perlakuan kelompok knee tuck jump 112,07±7,83 kg dengan nilai p = 0,000 (p˂ 0,05) yang berarti bahwa peningkatan kekuatan pada kedua kelompok perlakuan berbeda bermakna atau signifikan. Rerata ketepatan setelah perlakuan pada kelompok incline bound 28,28±2,89 dan rerata ketepatan setelah perlakuan kelompok knee tuck jump
60
20,42±2,10 dengan nilai p = 0,000. ini berarti bahwa peningkatan ketepatan pada kedua kelompok perlakuan berbeda bermakna atau signifikan. Peningkatan yang terjadi merupakan efek dari pelatihan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan dilakukan dengan perlakuan plyometric incline bound dan knee tuck jum. Latihan untuk meningkatkan kekuatan tungkai dianggap cukup baik dilakukan sebanyak 3 kali seminggu (Furqon &Douwes, 2002), latihan untuk meningkatkan ketepatan tembakan sepak bola bila dilakukan sebanyak 3-4 kali seminggu. Kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan mengalami peningkatan setelah diberikan pelatihan selama 6 minggu pada kelompok incline buond dan knee tuck jump dengan rerata peningkatan kekuatan kelompok 1 (122,57±5,69) kg dengan nilai p = 0,000 dan rerata kekuatan setelah perlakuan kelompok 2 (112,07±7,83) kg dengan nilai p = 0,000. ini berarti peningkatan kekuatan otot tungkai yang terjadi pada kedua kelompok setelah perlakuan memiliki nilai yang berbeda bermakna atau signifikan. Rerata peningkatan ketepatan kelompok 1 (28,28±2,89) dengan nilai p = 0,000 dan rerata ketepatan setelah perlakuan kelompok 2 (20,42±2,10)
dengan nilai p = 0,000. ini berarti peningkatan
ketepatan tembakan bola yang terjadi pada kedua kelompok setelah perlakuan memiliki nilai yang berbeda bermakna atau signifikan. Lebih efektifnya pelatihan plyometric incline bound dari pada pelatihan knee tuck jump dalam meningkatkan kekuatan tungkai dan ketepatan tembakan disebabkan oleh kekuatan kontraksi pada saat pelatihan dimana beban pelatihan incline bound lebih besar karena melompat pada daerah dengan kemiringan 20 derajat atau pada tangga stadion dengan beban yang lebih besar sedangkan knee 61
tuck jump dilakukan pada daerah datar yang nantinya akan berpengaruh pada kontraksi saat pelatihan. Dengan demikian beban yang dilakukan pada pelatihan incline bound lebih efisien dari pada pelatihan knee tuck jump, karena beban pelatihan kelompok-1 lebih besar dari beban kelompok-2 dalam meningkatkan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan pemain sepak bola. Salah satu prinsip dalam pelatihan olahraga adalah prinsip spesialisasi, dimana pada prinsip ini disarankan agar pelatihan sesuai dengan bidang olahraga spesialisasinya atau lebih spesifik dan pemanfaatan pelatihan secara maksimal untuk mengembangkan komponen biomotorik. Dengan demikian pelatihan kelompok-1 sudah menerapkan prinsip tersebut, sehingga sasaran pelatihan dapat tercapai sesuai dengan harapan (Nala, 2011). 6.5. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini sifatnya adalah subjektif karena tidak bisa mengontrol sampel perlakuan sepenuhnya. Keterbatasan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Faktor psikologis, faktor ini mempengaruhi sampel dalam melakukan perlakuan, karena kalau tidak serius dalam melakukan pelatihan plyometric maka tidak akan mempengaruhi peningkatan kekuatan otot tungkai dan ketepatan tembakan. Selain itu juga faktor konsentrasi
yang sepenuhnya tidak fokus
perlakuan karena
konsentrasi terpecah pada kegiatan setelah perlakuan selesai saat ke rumah masing – masing subjek.
62
2. Faktor fisik, faktor fisik sangat mempengaruhi perlakuan di lapangan karena kalau fisik tidak dalam kondisi yang baik maka dalam perlakuan juga tidak bias dilakukan secara maksimal. Salah satunya adalah kurangnya istirahat pada malam hari dan kurangnya asupan makanan. Ini terjadi karena peneliti tidak bisa mengawasi sepenuhnya sampel selama 24 jam.
63
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Pelatihan plyometric incline bound meningkatkan kekuatan otot tungkai pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu.
2.
Pelatihan plyometric incline bound meningkatkan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu.
3.
Pelatihan plyometric knee tuck jump meningkatkan kekuatan otot tungkai pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu.
4.
Pelatihan plyometric knee tuck jump meningkatkan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu.
5.
Pelatihan plyometric incline bound lebih meningkatkan kekuatan tungkai dari knee tuck jump pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu.
6.
Pelatihan plyometric incline bound lebih meningkatkan ketepatan tembakan dari knee tuck jump pada pemain sepak bola SMA Negeri 1 Taebenu.
64
7.2 Saran Berdasarkan simpulan peneliti, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi para Pembina olahraga, pelatih, guru penjas dapat melakukan pelatihan plyometric incline bound untuk meningkatkan kekuatan tungkai pada pemain sepak bola. 2. Bagi para Pembina olahraga, pelatih, guru penjas dapat melakukan pelatihan plyometric incline bound untuk meningkatkan ketepatan tembakan pada pemain sepak bola. 3. Bagi pelatih, Pembina, dan pelaku olahraga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun program pelatihan di klub-klub atau di sekolah-sekolah sebagai strategi yang lebih progresif dalam peningkatkan prestasi atlit. 4. Bagi peneliti lain hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman atau acuan dalam melakukan penelitian dengan pelatihan yang berbeda. 5. Bagi pelatih, pembina, dan pelaku olahraga dalam melakukan pelatihan dapat mengontrol aktivitas anak didik yang bervariasi setelah pelatihan, memberi motifasi sehingga dapat berlatih dengan sungguh-sungguh.
65
DAFTAR PUSTAKA Bompa, O. T. 1994. Power Training For Sport: Plyometrics For Maximum Power Development. Ontario: Mosaic Press. Brooks, G.A. & Fahey, T.D. 1994. Exercise Physiology Human Bioenergetics and Aplication. Canada: Jhon Wiley & Sons Inc. Furqon, M & Doewes, M. 2002. Plaiometrik untuk meningkatkan power. Surskarta. Universitas Sebelas Maret. Press Fox, E. L., Bowers, RW., Foss, M.L. 1988. The Psysiological Basis of Physical Education and Athletics. Philadelphia: WB. Sounders Company. Harsono. 2001. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: CV. Kurnia. Hidayatullah, M. F. 2001. Teori Umum Latihan: Terjemahan General Theory of Training. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Johnson B L. & Nelson J K. 1999. Practical Measure of Evaluation in Physical Education. Fourth Edition. United States of Amerika: MacMillan Publishing Company a division of Macmillan Inc. Joseph L. 2007. Sepak Bola . Alih Bahasa Wibawa Agusta. PT Raja Gravindo Persada Komi, P.V. 1992. Strenght and Power in Sport. Victoria: Bleckwell Scientific. Publication. Lamb, DR. 1984. Physiology of Exercise,Respon and Adaptation. New York: Macmillan Publishing Company. Nala. 2002. Prinsip – Prinsip Latihan Fisik Olahraga. Denpasasar . Udayana University Press Nala. 2011. Prinsip – Prinsip Latihan Fisik Olahraga. Denpasasar . Udayana University Press Nossek, J. 1982. Teori Umum Latihan. Logos : Institut Nasional Olahraga. African Press. LTD Nugraha, AC. 2012. Mahir sepak bola. Teknik dan taktik bermain, sistem dan pola, kesehatan dan kebugaran. Bandung. Nuansa Cendekia
66
Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran dalam pendidikan fisik. Prinsip – Prinsip dan Penerapan. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga. Pasurney. 2001. Kebugaran dan pelatihan fisik dalam olahraga. Terjemahan. Bandung. ITB Bandung Poccock, SJ. 2008. Clinical Trial, A Practical Approach. New York : A Willey Medical Publication. Pyke, F.S. 1991. Toward Better Coaching The Art and Science of Coaching. Canbera,Australia: Government Publishing Service. Sajoto, M. 2002. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik. Semarang: Effhar dan Dahara Prize Sharkey,BJ. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. Panduan lengkap. Jakarta. Raja Grafindo Persada Sneyears, R. 2008. Motor Learning And Human Performance : An Application To Motor Skills And Movemen Behaviors. New York. Macmillan Publishing. Suharno H.P. 2002. Ilmu Coaching Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Suleman, I. 2008. Teknik dasar permainan sepak bola. Jakarta. Bumi Aksara.
67
LAMPIRAN 4 Data subjek kelompok incline bound NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAMA Difton Benu Marlon Taheuk Yosy Sanam Oktovianus Kabnani Apner Suan Risal Nenohalan Dansik Sanam Deferson Tallas Efendi Nuban Delson Kake Yeri Taloim Yulius Bulu Marianus Humau Jendry Faot
TB (cm) 159 167 163 160 153 165 172 161 164 161 156 172 155 159
BB (kg) 48 55 48 50 48 54 58 52 48 48 43 52 50 41
UMUR (thn) 17 17 17 16 16 17 17 16 17 16 16 17 16 16
KELOMPOK INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND
Data subjek kelompok knee tuck jump NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAMA Yangris Tanuab Melkias Adu Ronaldo Bani Yepi Mandala Dance Merukh Yardi Meko Yeksi Tunu Andi Talaen Rudy Neken Yundi Tetty Apri Nitbani Aprianto Natonis Darto Mau Dekson Koy
TB (cm) 150 155 160 156 160 150 151 153 166 167 155 153 156 166
BB (kg) 42 38 44 38 44 44 44 48 55 57 43 41 46 57
UMUR (thn) 16 17 16 17 16 16 16 16 17 17 17 16 17 17
KELOMPOK KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP
LAMPIRAN 5 DATA PRETEST DAN POSTEST KEKUATAN DAN KETEPATAN KELOMPOK INCLINE BOUND NO
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Difton Benu Marlon Taheuk Yosy Sanam Oktovianus Kabnani Apner Suan Risal Nenohalan Dansik Sanam Deferson Tallas Efendi Nuban Delson Kake Yeri Taloim Yulius Bulu Marianus Humau Jendry Faot
PRETEST KEKUATAN (kg) 68 61 65 62 66 63 69 59 64 61 59 58 61 63
POSTEST KEKUATAN (kg) 128 126 120 124 126 122 129 117 126 127 118 109 127 117
PRETEST POSTES KETEPATAN KETEPATAN (skor) (skor) 10 29 13 31 15 28 13 26 13 30 16 24 14 29 11 29 11 28 13 33 12 33 10 26 17 24 12 26
KELOMPOK
INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND INCLINE BOUND
DATA PRETEST DAN POSTEST KEKUATAN DAN KETEPATAN KELOMPOK KNEE TUCK JUMP NO
NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Yangris Tanuab Melkias Adu Ronaldo Bani Yepi Mandala Dance Merukh Yardi Meko Yeksi Tunu Andi Talaen Rudy Neken Yundi Tetty Apri Nitbani Aprianto Natonis Darto Mau Dekson Koy
PRETEST KEKUATAN (kg) 58 60 70 69 68 64 58 73 68 68 63 69 55 59
POSTEST KEKUATAN (kg) 102 111 122 109 119 124 103 122 112 115 106 117 103 104
PRETEST POSTES KETEPATAN KETEPATAN (skor) (skor) 13 21 9 18 11 24 11 18 10 21 13 20 10 22 14 20 12 24 9 18 13 19 10 21 12 22 10 18
KELOMPOK
KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP KNEE TUCK JUMP
LAMPIRAN 6 KARAKTERISTIK UMUR, TB, BB SUBJEK PENELITIAN
Kelompok plyometric incline bound Descriptive Statistics N
Range
Minimum Maximum
Umur
14
1.00
16.00
Tinggi_Badan
14
19.00
153.00
Berat_Badan
14
17.00
41.00
17.00
Mean
Std. Deviation
Variance
16.5000
.51887
.269
172.00 1.6193E2
5.74408
32.995
4.48257
20.093
58.00
49.6429
Valid N (listwise)
Kelompok plyometric knee tuck jump Descriptive Statistics N
Range
Minimum Maximum
Umur
14
1.00
16.00
Tinggi_Badan
14
17.00
150.00
Berat_Badan
14
19.00
38.00
Valid N (listwise)
14
17.00
Mean
Std. Deviation
Variance
16.5000
.51887
.269
167.00 1.5700E2
5.92258
35.077
6.32673
40.027
57.00
45.7857
DESKRIPSI KEKUATAN DAN KETEPATAN KELOMPOK 1 DAN 2 Descriptive Statistics N
Range
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
PRE_KEKUATAN_KEL_1
14
11.00
58.00
69.00
62.7857
3.33233
11.104
POST_KEKUATAN_KEL_1
14
20.00
109.00
129.00
1.2257E2
5.69364
32.418
PRE_KETEPATAN_KEL_1
14
7.00
10.00
17.00
12.8571
2.10703
4.440
POST_KETEPATAN_KEL_1
14
9.00
24.00
33.00
28.2857
2.89372
8.374
PRE_KEKUATAN_KEL_2
14
18.00
55.00
73.00
64.4286
5.59827
31.341
POST_KEKUATAN_KEL_2
14
22.00
102.00
124.00
1.1207E2
7.83939
61.456
PRE_KETEPATAN_KEL_2
14
5.00
9.00
14.00
11.2143
1.62569
2.643
POST_KETEPATAN_KEL_2
14
6.00
18.00
24.00
20.4286
2.10180
4.418
Valid N (listwise)
14
UJI NORMALITAS KEKUATAN Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov GROUP
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
.133
14
.200
*
.956
14
.652
2
.238
14
.030
.923
14
.243
POST_KEKUATAN_KEL_1_ 1
.226
14
.050
.885
14
.069
14
*
.916
14
.194
PRE_KEKUATAN_KEL_1_D 1 AN_2
DAN_2
2
.138
.200
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
UJI HOMOGENITAS KEKUATAN Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic PRE_KEKUATAN_KEL_1_D AN_2 POST_KEKUATAN_KEL_1_ DAN_2
df1
df2
Sig.
7.213
1
26
.012
2.475
1
26
.128
UJI NORMALITAS KETEPATAN Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov GROUP
Statistic
PRE_KETEPATAN_KEL_1_ 1 DAN_2
2
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
14
.199
.946
14
.495
.201
14
.130
.921
14
.227
.943
14
.458
.900
14
.114
POST_KETEPATAN_KEL_1 1
.142
14
.200
_DAN_2
.162
14
.200
*
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
UJI HOMOGENITAS KETEPATAN Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic PRE_KETEPATAN_KEL_1_ DAN_2 POST_KETEPATAN_KEL_1 _DAN_2
Sig.
.187
*
2
df
df1
df2
Sig.
.256
1
26
.617
1.143
1
26
.295
UJI PENINGKATAN KEKUATAN KEL 1 Paired Samples Statistics Mean Pair 1
PRE_KEKUATAN_KEL_1 POST_KEKUATAN_KEL_1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
62.7857
14
3.33233
.89060
1.2257E2
14
5.69364
1.52169
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
of the Difference Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair 1 PRE_KEKUATAN_ KEL_1 POST_KEKUATAN
-5.97857E1
4.40592
1.17753 -62.32961
-57.24181 -50.772
13
.000
_KEL_1
UJI PENINGKATAN KETEPATAN KEL 1 Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
PRE_KETEPATAN_KEL_1
12.8571
14
2.10703
.56313
POST_KETEPATAN_KEL_1
28.2857
14
2.89372
.77338
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Difference Lower
Upper
Sig. (2t
df
tailed)
Pair 1 PRE_KETEPATAN_ KEL_1 POST_KETEPATA N_KEL_1
-1.54286E1
4.14570
1.10798 -17.82223 -13.03492
-13.925
13
.000
UJI PENINGKATAN KEKUATAN KEL 2 Paired Samples Statistics Mean Pair 1
PRE_KEKUATAN_KEL_2 POST_KEKUATAN_KEL_2
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
64.4286
14
5.59827
1.49620
1.1207E2
14
7.83939
2.09517
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Difference Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair 1 PRE_KEKUATAN_ KEL_2 POST_KEKUATAN
-4.76429E1
4.93975
1.32020 -50.49498
-44.79073 -36.088
13
.000
_KEL_2
UJI PENINGKATAN KETEPATAN KEL 2 Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
PRE_KETEPATAN_KEL_2
11.2143
14
1.62569
.43448
POST_KETEPATAN_KEL_2
20.4286
14
2.10180
.56173
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1 PRE_KETEPATAN_KEL_2 POST_KETEPATAN_KEL_2
-9.21429
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
2.32639
.62175
of the Difference
Sig. (2-
Lower
Upper
t
-10.55750
-7.87107 -14.820
df 13
tailed) .000
UJI PERBANDINGAN KEKUATAN KEL 1 DAN 2 Group Statistics GROU P
N
PRE_KEKUATAN_KEL_1_D 1
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
14
62.7857
3.33233
.89060
2
14
64.4286
5.59827
1.49620
POST_KEKUATAN_KEL_1_ 1
14
1.2257E2
5.69364
1.52169
DAN_2
14
1.1207E2
7.83939
2.09517
AN_2
2
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Sig. (2-
F PRE_KEKUATAN_ Equal variances KEL_1_DAN_2
assumed
7.213
Sig. .012
Equal variances not assumed POST_KEKUATAN Equal variances _KEL_1_DAN_2
assumed Equal variances not assumed
2.475
.128
t -.944
df
tailed)
Mean
Std. Error
Difference Difference
Difference Lower
Upper
26
.354
-1.64286
1.74120 -5.22195
1.93624
-.944 21.185
.356
-1.64286
1.74120 -5.26197
1.97625
4.055
26
.000
10.50000
2.58945
5.17731
15.82269
4.055 23.729
.000
10.50000
2.58945
5.15241
15.84759
UJI PERBANDINGAN KETEPATAN KEL 1 DAN 2 Group Statistics GROU P
N
Mean
PRE_KETEPATAN_KEL_1_ 1
Std. Deviation
Std. Error Mean
14
12.8571
2.10703
.56313
2
14
11.2143
1.62569
.43448
POST_KETEPATAN_KEL_1 1
14
28.2857
2.89372
.77338
_DAN_2
14
20.4286
2.10180
.56173
DAN_2
2
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the
Mean Sig. (2- Differenc Std. Error F
Sig.
t
df
tailed)
e
Difference
Difference Lower
Upper
PRE_KETEPATAN_ Equal KEL_1_DAN_2
variances
.256
.617
2.310
26
.029
1.64286
.71126
.18085
3.10487
2.310 24.428
.030
1.64286
.71126
.17625
3.10946
8.220
26
.000
7.85714
.95585
5.89236
9.82193
8.220 23.730
.000
7.85714
.95585
5.88317
9.83112
assumed Equal variances not assumed POST_KETEPATA Equal N_KEL_1_DAN_2
variances
1.143
.295
assumed Equal variances not assumed
LAMPIRAN 7 Program Latihan Incline Bound Hari / tanggal Senin, 9 maret 2015
Rabu,11 maret 2015
Jumat,13 maret 2015
Senin 16 maret 2015
Rabu ,18 maret 2015
Bentuk Latihan 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Incline Bound 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Incline Bound 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Incline Bound 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Incline Bound 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging
Repetisi
Set
Istirahat / Set
Waktu 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit
20 menit
2.
3. Jumat, 20 maret 2015
1.
2.
3. Senin,23 maret 2015
1.
2.
3. Rabu,25 maret 2015
1.
2.
3. Jumat, 27 maret 2015
1.
2.
3. Senin, 30 maret 2015
1.
- Senam Inti - Latihan Incline Bound Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Incline Bound Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Incline Bound Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Incline Bound Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Incline Bound Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
Rabu,1 april 2015
Jumat,3 april 2015
Senin,6 april 2015
Rabu,8 april 2015
Jumat,10 april 2015
2. Inti - Latihan Incline Bound 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Incline Bound 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Incline Bound 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Incline Bound 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Incline Bound 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
3. Senin,13 april 2015
1.
2.
3. Rabu,15 april 2015
1.
2.
3. Jumat,17 april 2015
1.
2.
3.
Latihan Incline Bound Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Incline Bound Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Incline Bound Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Incline Bound Pendinginan (pelemasan)
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit
LAMPIRAN 8 Program Latihan Knee Tuck Jump Hari / tanggal
Senin, 9 maret 2015
Rabu,11 maret 2015
Jumat,13 maret 2015
Senin 16 maret 2015
Rabu ,18 maret 2015
Bentuk Latihan 4. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 5. Inti - Latihan Knee Tuck Jump 6. Pendinginan (pelemasan) 3. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 4. Inti - Latihan Knee Tuck Jump 4. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Knee Tuck Jump 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Knee Tuck Jump 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Knee Tuck
Repetisi
Set
Istirahat / Set
Waktu 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
3.
Jumat, 20 maret 2015
1.
2.
3.
Senin,23 maret 2015
1.
2.
3.
Rabu,25 maret 2015
1.
2.
3.
Jumat, 27 maret 2015
1.
2.
3.
Senin, 30 maret 2015
1.
2.
3.
Jump Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Knee Tuck Jump Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Knee Tuck Jump Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Knee Tuck Jump Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Knee Tuck Jump Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Knee Tuck Jump Pendinginan
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit
Rabu,1 april 2015
1.
2.
3.
Jumat,3 april 2015
1.
2.
3.
Senin,6 april 2015
1.
2.
3.
Rabu,8 april 2015
1.
2.
3.
Jumat,10 april 2015
1.
2.
3.
(pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Knee Tuck Jump Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Knee Tuck Jump Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Knee Tuck Jump Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Knee Tuck Jump Pendinginan (pelemasan) Pemanasan - Stretching - Joging - Senam Inti - Latihan Knee Tuck Jump Pendinginan (pelemasan)
20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit
Senin,13 april 2015
Rabu,15 april 2015
Jumat,17 april 2015
1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Knee Tuck Jump 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Knee Tuck Jump 3. Pendinginan (pelemasan) 1. Pemanasan - Stretching - Joging - Senam 2. Inti - Latihan Knee Tuck Jump 3. Pendinginan (pelemasan)
20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit 20 menit
10 kali
5
2 menit
10 menit
LAMPIRAN 9
7
5
78 cm 90 cm
78 cm
90 cm
3
103 cm
103 cm
1
185 cm
185 cm
3
5
7
103 cm
90 cm
78 cm
103 cm
90 cm
78 cm
Jarak tembakan 16, 5 m
Posisi penembak
Gambar tes ketepatan menendang ke sasaran, (Nurhasan, 2011)
LAMPIRAN 10 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PELAKSANAAN PENELITIAN
Gambar 1
stopwatch
Gambar 3. Pengukur Tinggi Badan
Gambar 2
timbangan badan
Gambar 4 higrometer
Lampiran 11
Gambar 5. Pengukuran berat badan
Gambar 7. Pengukuran berat badan
Gambar 6. Pengukuran berat badan
Gambar 8. Pengukuran tinggi badan
LAMPIRAN 12 Pengukuran kekuatan otot tungkai
Gambar 9. Sikap awal.
Gambar 11. pelatihan incline bound
Gambar 10.sikap akhir
Gambar 12. pelatihan knee tuck jump