TESIS
PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN PADA KETEPATAN ANGGARAN (STUDI EMPIRIS DI SKPD PEMERINTAH PROVINSI BALI)
I GEDE EKA ARYA KUSUMA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013
TESIS
PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN PADA KETEPATAN ANGGARAN (STUDI EMPIRIS DI SKPD PEMERINTAH PROVINSI BALI)
I GEDE EKA ARYA KUSUMA NIM 1091662017
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 i
PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN PADA KETEPATAN ANGGARAN (STUDI EMPIRIS DI SKPD PEMERINTAH PROVINSI BALI)
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana
I GEDE EKA ARYA KUSUMA NIM 1091662017
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 ii
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS TELAH DISETUJUI TANGGAL 9 DESEMBER 2013
Pembimbing I,
Dr. I Ketut Budiartha, SE, Msi., Ak. NIP. 19591212 198702 1 001
Pembimbing II,
Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., Msi. NIP. 19670501 199203 2 002
Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. NIP 19641224 199103 1 002
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.s (K) NIP 19590215 198510 2 001
iii
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 9 Desember 2013
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No.: 1471/UN14.4/HK/2013 Tanggal 15 Agustus 2013
Ketua: Dr. I Ketut Budiartha, SE, Msi., Ak.
Anggota: 1. Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., Msi. 2. Dr. Drs. I Made Sukartha, M.Si.,Ak. 3. Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., Msi., Ak. 4. Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, Msi., Ak.
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: I Gede Eka Arya Kusuma
NIM
: 1091662017
Program Studi : Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana Judul Tesis : Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan Pada Ketepatan Anggaran (Studi Empiris di SKPD Pemerintah Provinsi Bali) Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 9 Desember 2013 Yang membuat pernyataan,
I Gede Eka Arya Kusuma
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penyusunan Tesis yang berjudul
“Pengaruh
Kejelasan
Sasaran
Anggaran, Komitmen
Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan Pada Ketepatan Anggaran (Studi Empiris di SKPD Pemerintah Provinsi Bali)” dapat diselesaikan. Tentunya karya tulis ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih setulustulusnya kepada: 1. Dr. I Ketut Budiartha, SE.,M.Si.,Ak. selaku pembimbing akademik sekaligus selaku pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. 2. Dr. I.G.A. Made Asri Dwija Putri, SE., M.Si. selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. 3. Dr. Drs. I Made Sukartha, M.Si.,Ak, Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE.,M.Si.,Ak, dan Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE.,M.Si.,Ak. Selaku tim penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan tesis ini. 4. Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD (KEMD) selaku Rektor Universitas Udayan dan Prof. Dr. dr. A. A Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur
vi
Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatanya dan fasilitas yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan proses pendidikan. 5. Dr. Dewa Wirama, SE.,MSBA.,Ak. selaku Ketua Program Magister Akuntansi Universitas Udayana, seluruh Dosen Pengajar Magister Akuntansi dan pegawai Program Magister Akuntansi Universitas Udayana yang memberikan bantuan dan perhatian selama perkuliahan. 6. Seluruh pegawai Pemerintah Provinsi Bali yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data sehingga tesis ini dapat diselesaikan. 7. Ayah, Ibu, dan Istri yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materiil dan doanya dalam menyelesaikan tesis ini 8. Teman-teman angkatan VII Program Pascasarjana, Program Studi Akuntansi Universitas Udayana yang telah membantu, memberikan saran, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan melimpahkan rahmatnya serta membalas budi Bapak/Ibu/Saudara/I sekalian. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Denpasar, 9 Desember 2013
Penulis
vii
ABSTRAK Penelitian tentang anggaran sudah banyak dilakukan, sementara penelitian tentang ketepatan anggaran sepanjang pengetahuan penulis, masih sedikit dilakukan. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk membuktikan secara empiris bagaimana pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan pada Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Simple Random Sampling dengan sampel sebanyak 85 orang. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data Anggaran dan Realisasi SKPD Pemerintah Provinsi Bali tahun 2011 dan data primer dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kejelasan Sasaran Anggaran dan Komitmen Organisasi berpengaruh positif pada Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja, sedangkan Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh negatif pada Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja. Kata kunci: kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi, ketidakpastian lingkungan, dan ketepatan anggaran.
viii
ABSTRACT Study on budget in general has been done quite often, However very few study that specifically observing the budget accuracy as far as author’s knowledge. The purpose of this study is to demonstrate empirically whether there is an effect of Budget Goal Clarity, Organizational Commitment, and Environmental Uncertainty to Revenue Budget Accuracy and Expenditure Budget Accuracy in Bali Provincial Government SKPD. Method of sampling technique used on this study is Simple Random Sampling Method with total sample of 85 people. In this study, the secondary data is taken from SKPD Budget and Realization data of Bali Provincial Government in 2011, while the primary data is obtained from questionnaires. The analysis technique is Multiple Linear Regression Analysis. However before the hypothesis is analyzed with Multiple Regression Analysis, it has been passed the validity and reliability and classical assumption test. The study results indicate that the Budget Goal Clarity and Organizational Commitment has a positive effect to the Revenue and Expenditure Budget Accuracy, on the other hand the Environmental Uncertainty has a negative effect to the Revenue and Expenditure Budget Accuracy. Keywords: budget goal clarity, organizational commitment, environmental uncertainty, and the budget accuracy.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... i PERSYARATAN GELAR ............................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................................. iv SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................... ix DAFTAR ISI................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv BAB I
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ............................................... Rumusan Masalah ......................................................... Tujuan Penelitian.......................................................... Manfaat Penelitian ........................................................
1 7 7 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Goal-Setting ....................................................... 2.2 Anggaran dan Penganggaran Sektor Publik .................. 2.3 Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik ....................... 2.4 Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik ................. 2.5 Kejelasan Sasaran Anggaran ........................................ 2.6 Komitmen Organisasi ................................................... 2.7 Ketidakpastian Lingkungan .......................................... 2.8 Ketepatan Anggaran .................................................... 2.9 Penelitian Terdahulu.....................................................
9 10 12 13 15 17 19 20 22
1.1 1.2 1.3 1.4
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ........................................................ 30 3.2 Konsep Penelitian ......................................................... 33 3.3 Hipotesis Penelitian ...................................................... 34 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 4.3 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 4.4 Penentuan Sumber Data ........................................................... x
39 41 41 42
4.4.1 Jenis Data ........................................................................ 4.4.2 Sumber Data ................................................................... 4.5 Populasi dan Sampel ................................................................ 4.6 Variabel Penelitian ................................................................... 4.5.1 Identifikasi Variabel........................................................ 4.5.2 Definisi Operasional Variabel ........................................ 4.7 Analisis Data............................................................................. 4.7.1 Uji Instrumen Penelitian ................................................. 4.7.2 Pengujian Asumsi Klasik................................................. 4.7.3.Teknik Analisis Data ......................................................
42 42 43 46 46 47 49 49 50 51
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Tingkat Pengembalian kuesioner ............................................. 5.2 Deskripsi Statistik Demografi Responden ................................ 5.3 Uji Instrumen Penelitian............................................................ 5.3.1 Uji Validitas .................................................................... 5.3.2 Uji Reliabilitas ................................................................ 5.4 Uji Asumsi Klasik .................................................................... 5.5 Uji Regresi Linear Berganda ....................................................
54 54 56 56 58 59 62
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran pada Ketepatan Anggaran di SKPD Pemerintah Provinsi Bali ......................... 66 6.2 Pengaruh Komitmen Organisasi pada Ketepatan Anggaran di SKPD Pemerintah Provinsi Bali .......................................... 67 6.3 Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan pada Ketepatan Anggaran di SKPD Pemerintah Provinsi Bali ......................... 68 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan.................................................................................... 69 7.2 Keterbatasan .............................................................................. 70 7.3 Saran .......................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 73 LAMPIRAN .................................................................................................. 78
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak bisa lepas dari
anggaran pemerintah daerah, sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2009:21), yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, adil dan merata untuk mencapai akuntabilitas publik. Anggaran merupakan alat perencanaan manajerial dalam bentuk keuangan yang berisi aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan selama periode waktu tertentu sebagai acuan kegiatan organisasi dan menunjukkan tujuan organsiasi. Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber daya tersebut dengan baik untuk mencapai kejelasan sasaran anggaran yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat. Lingkup sektor publik di Indonesia mengenal Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). RAPBD diartikan sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Rancangan tersebut memuat pos-pos pendapatan dan belanja yang menjadi sasaran atau target yang hendak dicapai selama satu tahun. Penyusunan anggaran publik merupakan suatu proses yang cukup rumit. Hal tersebut berbeda dengan penganggaran pada sektor privat. Anggaran pada sektor privat merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik. Sebaliknya pada sektor publik, anggaran justru harus diinformasikan
1
2
kepada publik untuk dikritik dan didiskusikan untuk mendapat masukan. Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik (Mardiasmo, 2009). Perubahan-perubahan atas rencana anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya lazim dilakukan. Praktik yang berlaku adalah Anggaran Murni dan Anggaran Perubahan. Anggaran murni adalah anggaran awal seperti terdapat dalam RAPBD. Anggaran Perubahan adalah anggaran yang ditetapkan setelah RAPBD berjalan. Selisih besaran antara realisasi dengan anggaran yang ditetapkan ini menjadi perhatian utama. Besaran angka tersebut secara tidak langsung mengungkapkan kapasitas pegawai dalam penyusunan anggaran. Secara teknis, perkiraan keadaan yang akan terjadi di masa mendatang menjadi pertimbangan penting dalam penyusunan anggaran. Keadaan internal yang berada di bawah kendali semestinya bisa diakomodasikan dengan baik. Persoalan yang muncul adalah perubahan-perubahan eksternal yang berada di luar kendali sehingga sulit diperkirakan. Kemampuan melihat jauh ke depan semacam ini yang akan menentukan ketepatan anggaran dengan realisasinya. Selisih antara anggaran dengan realisasinya menjadi indikator ”keberhasilan” penyusunan anggaran. Sebagai konsekuensinya, penyusun cenderung selalu bersikap mencari aman dengan menetapkan anggaran pada angka yang relatif rendah dengan harapan agar dapat dengan mudah dicapai realisasinya.
3
Kesalahan memprediksi akan mengacaukan rencana yang telah disusun dan berdampak terhadap penilaian kinerjanya. Anggaran pada sektor publik meliputi aspek perencanaan, aspek pengendalian, dan aspek akuntabilitas publik. Anggaran sebagai perencanaan yang dimaksud adalah anggaran merupakan rencana kegiatan yang terjadi dari sejumlah target yang akan dicapai oleh para pimpinan dari suatu instansi dalam melaksanakan kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Anggaran tidak saja sebagai alat perencanaan keuangan dalam sistem pengendalian manajemen, tetapi juga sebagai alat pengendalian, koordinasi, komunikasi, evaluasi kinerja dan motivasi (Halim dan Husien, 2000) yang menyebabkan penelitian di bidang anggaran pada pemerintah daerah, menjadi relevan dan penting. Kenis (1979) mengatakan terdapat beberapa karakteristik sistem penganggaran. Salah satu karakteristik anggaran adalah kejelasan sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran menggambarkan lingkup anggaran yang dinyatakan secara jelas dan spesifik, dan dimengerti oleh pihak yang bertanggungjawab terhadap pencapaianya. Adanya sasaran anggaran yang jelas akan memudahkan pegawai untuk menyusun target-target anggaran. Selanjutnya, target-target anggaran yang disusun akan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai organisasi. Hal ini berimplikasi pada ketepatan anggaran. Ketepatan anggaran terjadi apabila realisasi dari setiap kegiatan dalam organisasi tidak melebihi atau sama dengan (DIPA) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.
4
Penelitian-penelitian tentang anggaran sudah banyak dilakukan, sementara penelitian tentang ketepatan anggaran sepanjang pengetahuan penulis, masih sedikit dilakukan. Seperti penelitian Kuncoro (2008) menunjukkan terjadi selisih anggaran belanja dengan realisasi belanja secara statistik signifikan pada daerah yang secara finansial kaya. Penelitian Dedeh (2009) menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan pada total pendapatan, total biaya langsung, total biaya tidak langsung, dan laba bersih anggaran operasional tetapi masih dalam batas pengendalian manajemen. Penelitian Fadli (2012) menunjukkan adanya selisih anggaran yang cukup besar dan berfluktuatif setiap tahun antara penetapan anggaran dengan realisasi anggaran penjualan yang sangat tidak menguntungkan bagi perusahaan. Penelitian ini memasukkan tiga variabel independen, yaitu kejelasan sasaran anggrana, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan dalam hubungannya dengan ketepatan anggaran. Latar belakang dipilihnya kejelasan sasaran anggaran, karena pada konteks pemerintah daerah, kejelasan sasaran anggaran tercakup dalam Rencana Strategik Daerah (Renstrada) dan Program Pembangunan Daerah (Propeda) yang berimplikasi pada aparat untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai instansi pemerintah sehingga realisasi tidak melebihi atau sama dengan anggaran yang ditetapkan sebelumnya maka ketepatan anggaran akan tercapai. Komitmen organisasi merupakan variabel yang sangat mempengaruhi kinerja pegawai untuk mencapai ketepatan anggaran, karena komitmen organisasi yang kuat dalam individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai
5
tujuan organisasi (Modway et al, 1979). Anggaran harus disertai dengan komitmen organisasi seluruh pegawai untuk mencapai apa yang telah ditetapkan. Tanpa upaya serius dari setiap individu untuk mencapainya, maka penyusunan anggaran tidak akan banyak manfaatnya bagi organisasi. Karena itu, di dalam menyusun anggaran, organisasi harus mempertimbangkan dengan teliti sumber daya yang dimiliki organisasi untuk menjamin bahwa anggaran yang disusun adalah realistis. Sehingga, dengan komitmen tinggi, ketepatan anggaran akan tercapai. Individu berkomitmen rendah akan mementingkan dirinya, dan memungkinkan terjadinya ketidaktepatan anggaran. Ketidakpastian lingkungan adalah variabel lain yang mempengaruhi ketepatan anggaran dalam penelitian ini. Ketidakpastian lingkungan sering menjadi faktor yang menyebabkan organisasi melakukan penyesuaian terhadap lingkungan. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan
individu
untuk
memprediksi
sesuatu
yang
terjadi
di
lingkungannya secara akurat (Milliken, 1987). Sebaliknya, Duncan (1972) dalam Falikhatum (2007) menyatakan bahwa dalam ketidakpastian lingkungan yang rendah (lingkungan yang relatif stabil), individu dapat memprediksi keadaan sehingga dapat menentukan langkah-langkah yang akan diambil dapat direncanakan dengan lebih akurat. SKPD Pemerintah Provinsi Bali selalu terjadi selisih antara anggaran yang ditetapkan sebelumnya dengan realisasinya seperti anggaran dan realisasi pada tahun anggaran 2010, anggaran pendapatan direncanakan sebesar Rp 1,938 triliun lebih, realisasinya sebesar Rp 2,237 triliun lebih dengan selisih Rp 299 milyar
6
lebih atau sebesar 115,43 persen, sedangkan anggaran belanja 2010 yang direncanakan sebesar Rp 2,386 triliun, terealisasi sebesar Rp 1,985 triliun dengan selisih Rp 400 milyar lebih atau sebesar 83,23 persen. Anggaran dan realisasi pada tahun anggaran 2011, anggaran pendapatan direncanakan sebesar Rp 2,395 triliun lebih, realisasinya sebesar Rp 2,662 triliun lebih dengan selisih Rp 267 milyar lebih atau sebesar 111,15 persen, sedangkan Anggaran belanja 2011 yang direncanakan sebesar Rp 2,973 triliun, terealisasi sebesar Rp 2,537 triliun lebih dengan selisih Rp 436 milyar lebih atau sebesar 85,34 persen. Berdasarkan fenomena tersebut membuktikan dari tahun 2010 sampai 2011 terjadi ketidaktepatan anggaran antara anggaran yang ditetapkan sebelumnyan dengan realsiasinya. Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran di SKPD Pemerintah Provinsi Bali.
7
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka didapatkan rumusan
masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada ketepatan anggaran pendapatan? 2) Bagaimana pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada ketepatan anggaran belanja? 3) Bagaimana pengaruh komitmen organisasi pada ketepatan anggaran pendapatan? 4) Bagaimana pengaruh komitmen organisasi pada ketepatan anggaran belanja? 5) Bagaimana pengaruh ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran pendapatan? 6) Bagaimana pengaruh ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran belanja?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah:
1) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada ketepatan anggaran pendapatan. 2) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada ketepatan anggaran belanja.
8
3) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh komitmen organisasi pada ketepatan anggaran pendapatan. 4) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh komitmen organisasi pada ketepatan anggaran belanja. 5) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran pendapatan. 6) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran belanja.
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Kegunaan teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan dalam bidang akuntansi manajemen dan akuntansi keperilakuan khususnya tentang kajian empiris mengenai pengaruh kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran di SKPD Pemerintah Provinsi Bali. 2) Kegunaan Praktis sebagai bahan masukan bagi aparatur pengelola anggaran SKPD Pemerintah Provinsi Bali didalam menyikapi fenomena yang terjadi sehubungan dengan variabel kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran
di
SKPD
Pemerintah
Provinsi
Bali.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Teori Goal-Setting Teori
penetapan
tujuan
atau
goal
setting
theory
awalnya
dikemukakan oleh Locke (1968), yang menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja seseorang terhadap tugas. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua buah cognition yaitu content (values) dan intentions (tujuan). Orang telah menentukan goal atas perilakunya di masa depan dan goal tersebut akan mempengaruhi perilaku yang sesungguhnya terjadi. Perilakunya akan diatur oleh ide (pemikiran) dan niatnya sehingga akan mempengaruhi tindakan dan konsekuensi kinerjanya. Umumnya, manajer menerima penetapan tujuan sebagai hal yang sangat berarti untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja (Dubrin, 2012 dalam Badiyah dkk, 2013). Latham dan Yukl (1975) menyatakan, sebuah goal merupakan sesuatu yang ingin dilakukan seseorang secara sadar. Lutham dan Locke (1979) menyatakan bahwa sesungguhnya penentuan sasaran (goal) merupakan sesuatu yang sederhana, namun kesederhanaan ini tidak dapat diartikan secara sederhana atuapun biasa, melainkan harus ditanggapi dengan perencanaan yang matang. Dengan penentuan sasaran ( goal) yang spesifik, seseorang akan mampu membandingkan apa yang telah dilakukan dengan sasaran (goal) itu sendiri, dan kemudian menentukan dimana
9
10
posisinya saat itu. Goal-setting mengijinkan individu untuk melihat hasil kerja disaat ini dan membandingkannya dengan hasil kerja dimasa lalu. Hal ini akan menimbulkan sebuah motivasi tersendiri bagi individu untuk lebih berusaha lebih baik lagi. Latham, et al (2008) dalam Mirayanti (2012) menemukan bahwa goal-setting berpengaruh pada kinerja pegawai dalam organisasi publik. Salah satu bentuk nyata dari penerapan goal-setting ini adalah anggaran. Sebuah anggaran tidak hanya mengandung rencana dan jumlah nominal yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, tetapi juga mengandung sasaran yang spesifik yang ingin dicapai organisasi. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, temuan utama dari goal setting theory adalah bahwa orang yang diberi tujuan yang spesifik, sulit tapi dapat dicapai, memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan orang -orang yang menerima tujuan yang mudah dan spesifik atau tidak ada tujuan sama sekali. Pada saat yang sama, seseorang juga harus memiliki kemampuan yang cukup, menerima tujuan yang ditetapkan dan menerima umpan balik yang berkaitan dengan kinerja (Latham, 2003 dalam Badiyah dkk, 2013).
2.2.
Anggaran dan Penganggaran Sektor Publik Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang direpresentasikan
dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana anggaran publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu
11
organisasi yang meliputi informasi mengenai apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang (Mardiasmo, 2009:62). Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategi telah selesai dilakukan (Mardiasmo, 2009:61) Menurut Mardiasmo (2009:63) anggaran sektor publik penting karena: 1) Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan
sosial-ekonomi,
menjamin
kesinambungan
dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 2) Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya, pilihan dan trade offs. 3) Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat sehingga anggaran publik merupakan
instrumen
pelaksanaan
lembaga-lembaga publik yang ada.
akuntabilitas
publik
oleh
12
2.3.
Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik Menurut Mardiasmo (2009:67-68), prinsip-prinsip anggaran sektor
publik meliputi : 1) Otorisasi oleh Legislatif. Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut. 2) Komprehensif. Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana nonbudgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif. 3) Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum. 4) Nondiscretionary Appripriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien, dan efektif. 5) Periodik. Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun multitahunan. 6) Akurat. Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan
munculnya
underestimate
pendapatan
dan
overestimate pengeluaran. 7) Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan.
13
8) Diketahui
publik.
Anggaran
harus
diinformasikan
kepada
masyarakat luas.
2.4.
Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik
Gambar 2.1 Proses Penyusunan Anggaran Berdasarkan Gambar 2.1, maka proses penyusunan anggaran pada Pemerintah Provinsi Bali dapat dijabarkan sebagai berikut: 1)
RPJMD merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang berisi tentang visi dan misi Gubernur terpilih selama 5 tahun.
2)
Berdasarkan RPJMD, maka setiap SKPD menyusun Rencana Strategis (Renstra) selama 5 tahun.
14
3)
Di dalam Renstra terdapat Renja yang merupakan Rencana Kerja Tahunan yang berisi target-target yang harus dicapai setiap tahunnya oleh setiap SKPD. Renja tersebut diusulkan terlebih dahulu ke BAPPEDA, dibahas dengan mengundang setiap Kepala SKPD dan tokoh-tokoh masyarakat dalam Forum SKPD.
4)
Setelah mendapatkan masukan dari tokoh-tokoh masyarakat, maka BAPPEDA
menyelenggarakan
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Daerah (Musrenbang) hasil dari Musrenbang menjadi pokok-pokok pikiran. 5)
Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut maka turun Rancangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Rancangan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang menentukan prioritas-prioritas setiap anggaran.
6)
KUA dan PPAS disampaikan dan dibahas oleh Gubernur kepada DPRD dan dituangkan dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani bersama maka turun Rencana Kerja Anggaran (RKA) diberikan pagu indikatif yaitu pagu yang masih dapat berubah-ubah.
7)
Setelah keluar RKA maka ditugaskan setiap SKPD menyusun Rencana Kerja Anggaran SKPD (RKA SKPD). RKA SKPD tersebut disampaikan ke Biro Keuangan dan BAPPEDA untuk divarifikasi bersama Tim Anggaran yang terdiri dari Sekretaris Daerah, Biro Aset, Biro Hukum dan Ham, Biro Organisasi, Biro Pemerintahan,
15
Biro Perekonomian dan Pembangunan, Biro Umum dan Protokol, Inspektorat, dan Dinas Pendapatan. 8)
Berdasarkan
hasil
varifikasi,
maka
turun
Rencana
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) dan dibahas oleh Gubernur dan DPRD, maka turun Peraturan RAPBD dan divarifikasi oleh Menteri Dalam Negeri. 9)
Setelah divarifikasi oleh Menteri Dalam Negeri makan turun Peraturan Daerah tentang APBD yang berisi Penjabaran APBD yaitu penjabaran anggaran untuk setiap SKPD.
10) Setiap Penjabaran APBD terdapat Dokumen Pelaksana Anggaran SKPD (DPA SKPD).
2.5.
Kejelasan Sasaran Anggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai rencana kerja
Pemerintah daerah merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk mencapai tujuan daerah. Jika kualitas anggaran pemerintah daerah rendah, maka kualitas fungsi-fungsi pemerintah cenderung lemah. Anggaran daerah seharusnya tidak hanya berisi mengenai informasi pendapatan dan penggunaan dana (belanja), tetapi harus menyajikan informasi mengenai kondisi kinerja yang ingin dicapai. Anggaran Pemerintah daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran daerah harus bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas.
16
Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Oleh sebab itu, sasaran anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung-jawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Pelaksana anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap pegawai terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas. Anggaran tidak hanya sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya dan pendapatan dalam pusat pertangunjawaban dalam suatu oranisasi, sisi lain anggaran juga merupakan alat bagi manajerial SKPD untuk mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi kinerja dan memotivasi bawahannya. Locke (1968) dalam Suhartono dan Solichin (2006) menyatakan bahwa penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik yang akan mendorong pegawai untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki. Adanya sasaran anggaran
yang
jelas,
maka
akan
mempermudah
untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas
17
organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sasaran yang tidak jelas dapat menyebabkan kebingungan, tekanan dan ketidakpuasan dari pegawai. Pimpinan organisasi dapat meningkatkan kepuasan kerja, menurunkan ketegangan kerja, dan memperbaiki anggaran yang dihubungkan dengan sikap, kinerja anggaran, dan efisiensi biaya. Oleh sebab itu, kejelasan sasaran anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung-jawab untuk menyusun dan melaksanakannya.
2.6.
Komitmen Organisasi Menurut Mowday, et al (1979), komitmen organisasi merupakan
keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi. komitmen organisasi sedikitnya memiliki tiga karakteristik. Pertama, memiliki kepercayaan yang kuat dan menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi. Kedua, kemauan yang kuat untuk berusaha atau bekerja keras untuk organisasi. Ketiga, keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Menurut Luthans (2006:249) komitmen sebagai sikap yang memiliki keinginan kuat untuk tetap berorganisasi tertentu, berusaha keras sesuai keinginan organisasi dan keyakinan terhadap penerimaan dan nilai organisasi.
18
Menurut Suwandi dan Indriantoro (1999), komitmen organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya ketidakjelasan peran, kepuasan kerja dan kepercayaan organisasional. Ketidakjelasan peran dapat mengurangi komitmen bawahan untuk mencapai tujuan organisasi, sedangkan kepuasan kerja yang dirasakan bawahan dapat menimbulkan komitmen yang tinggi. Bawahan dikatakan memiliki komitmen organisasi yang tinggi jika lebih mengutamakan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi atau kelompoknya. Bawahan dikatakan memiliki komitmen organisasi yang rendah jika lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompoknya dari pada kepentingan organisasi. Keselarasan tujuan ini pada akhirnya meningkatkan komitmen organisasi. Kepercayaan organisasi berkaitan dengan sejauh mana organisasi memperhatikan
kepentingan
bawahan,
semakin
tinggi
kepercayaan
bawahan terhadap organisasi, maka semakin tinggi pula komitmen bawahan terhadap organisasi. Ketidakjelasan peran dapat mengakibatkan bawahan ragu-ragu dalam melakukan kegiatan, yang akhirnya mengurangi komitmen bawahan untuk mencapai tujuan. Untuk menghindarinya, bawahan diikut sertakan dalam mengambil keputusan, misalnya dalam penyusunan anggaran.
19
2.7.
Ketidakpastian Lingkungan Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering
menyebabkan
organisasi
melakukan
penyesuaian
terhadap
kondisi
organisasi dengan lingkungan. Ketidakpastian merupakan persepsi dari anggota organisasi. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi dilingkungannya secara akurat (Milliken, 1987). Sedangkan didalam Lingkungan yang relatif stabil (ketidakpastian rendah), individu dapat memprediksi keadaan di masa datang sekingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat membantu organisasi dengan lebih akurat (Duncan, 1972 dalam Darlis, 2002) Miliken (1987) menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkungan terdiri dari tiga tipe (effect uncertainty, response uncertainty, dan stated uncertainty). Effect uncertainty adalah ketidakmampuan memprediksi pengaruh lingkungan di masa akan datang terhadap organisasi. Response uncertainty
adalah
ketidakmampuan
memprediksi
konsekuensi
dari
pilihan-pilihan keputusan untuk merespon lingkungan. Stated uncertainty merupakan
suatu
hal
selalu
dihubungkan
dengan
ketidakpastian
lingkungan (preceived environmental uncertainty). Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal dari lingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator, da n teknologi lingkungan
yang
dibutuhkan
merupakan
(Govindarajan,
situasi
dimana
1986).
seorang
Ketidakpastian
terkendala
untuk
20
memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut (Luthans, 2006) .
2.8.
Ketepatan Anggaran Berdasarkan pendekatan bergulir, ketepatan anggaran dan perkiraan
anggaran dimonitor secara berkala dalam setahun dan dibandingkan dengan hasil aktual (realisasi). Mengukur kinerja
pegawai dalam
penganggaran (yaitu, kinerja mereka dalam mencapai target anggaran) melibatkan penilaian terhadap ketepatan anggaran dan peramalan selama periode tertentu yang dibandingkan dengan hasil aktual (realisasi). Secara umum, ketepatan anggaran berkaitan dengan sasaran dari setiap kegiatan agar tercapai target anggaran (McPhee, 2008). Hal ini didukung dengan pendapat Mulyadi (2001:489) yang menyatakan salah satu karakteristik anggaran, secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan. Suatu cara yang digunakan untuk mengukur ketepatan anggaran adalah dengan menggunakan analisis varians anggaran. Menurut Hansen dan Mowen (2006) analisis varians anggaran, yaitu perbedaan antara biaya aktual input dan biaya yang direncanakan, demikian juga menurut Mahsun (2006) dalam Dedeh (2009) analisis varians anggaran adalah teknik pengukuran kinerja tradisional yang membandingkan antara anggaran dengan realisasinya tanpa melibatkan keberhasilan program. Shin dan Siegel (2001) dalam Dedeh (2009)
analisis varians membandingkan
21
antara kinerja standar dengan kinerja aktual dan dapat dilakukan oleh devisi, departemen, program, wilayah atau unit tanggung jawab lainnya. Evaluasi varians dapat dilakukan secara kuartalan, bulanan, setiap hari atau setiap jam, tergantung pada penting atau tidaknya mengidentifikasi masalah dengan cepat. Karena kita tidak mengetahui angka aktual hingga akhir periode, maka varians hanya dapat dilakukan pada akhir periode. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan ketepatan an ggaran merupakan pembandingan antara anggaran dan realisasinya. Dalam sektor Publik, ketepatan anggaran diukur dengan cara membandingkan anggaran dengan realisasinya dalam periode setahun. Adanya tuntutan dari masyarakat agar anggaran yang efektif dan efisien serta adanya Peraturan Menteri Keuangan No. 93 PMK.02/2011 yang menyebutkan mengenai (PBK)
Penganggaran
Berbasis
Kinerja.
Kinerja
merupakan
suatu
pendekatan dalam sistem penganggaran yang memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan kinerja yang diharapkan, serta memperhatikan efesiensi dalam pencapaian kinerja tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas, ketepatan anggaran terjadi apabila realisasi dari setiap kegiatan dalam SKPD Provinsi Bali tidak melebihi atau sama dengan (DIPA) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran. Apabila realisasi dari setiap kegiatan melebihi DIPA, maka dapat dikatakan sebagai ketidaktepatan anggaran.
22
2.9.
Penelitian Terdahulu Kenis (1979) meneliti tentang karakteristik penentuan anggaran
(partisipasi, kejelasan sasaran, umpan balik, evaluasi, dan kesulitan sasaran anggaran) terhadap sikap dan kinerja. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survei kuesioner, dengan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis faktor dan korelasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa diantara karakteristik penentuan anggaran yang ada, hanya partisipasi dan kejelasan sasaran anggaran yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap sikap dan kinerja. Latham dan Steele (1983) meneliti tentang motivasi terhadap hubungan antara partisipasi dan penentuan sasaran anggaran (goalsetting). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survei kuesioner, dengan teknik analisis data analisis kovarians (ANOVA). Hasil penelitian ini menemukan bahwa kelompok yang diberikan sasaran yang ditentukan sebelumnya memiliki rata-rata kinerja lebih baik dibandingkan dengan
kelompok
yang
menentukan
sasaran
anggarannya
secara
partisipatif. Darlis (2002) meneliti tentang komitmen organisasional dan ketidakpastian lingkungan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Sampel dalam penelitian ini adalah manajer menengah di 120 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ sebanyak 57 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah moderate regression analysis (MRA). Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa komitmen
23
organisasi terbukti dapat mempengaruhi hubungan antara partisipasi penganggaran dengan kinerja secara signifikan, sementara ketidakpastian lingkungan, baik internal maupun eksternal perusahaan, bukan merupakan variabel moderator hubungan tersebut. Kren (2003). Meneliti tentang ketidakpastian, partisipasi, dan pengawasan dari sistem kontrol terhadap kecenderungan terjadinya senjangan anggaran dan terjadinya senjangan anggaran aktual. Sampel penelitian ini adalah 111 manajer dari 70 perusahaan dengan teknik analisis yang digunakan adalah path analysis. Hasil dari penelitian ini adalah ketidakpastian lingkungan berpengaruh positif terhadap senjangan anggaran. Darma (2004) meneliti tentang kejelasan sasaran anggaran dan sistem pengendalian akuntansi terhadap kinerja manajerial dengan komitmen
organisasi
sebagai
variabel
pemoderasi.
Sampel
dalam
penelitian ini adalah manajer middle and lower level dari pemerintah daerah yaitu pejabat setingkat kepala, kepala bagian/bidang/subdi nas dan kepala subbagian/subbidang/seksi dari badan, dinas dan kantor pada pemerintah
daerah
kabupaten/kota
se-propinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi absolut residual. Hasil penelitian ini adalah kejelasan sasaran anggaran dan sistem pengendalian
akuntansi
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
peningkatan kinerja manajerial, sedangkan komitmen organisasi tidak
24
dapat memodarasi hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial. Suhartono dan Solichin (2006). Meneliti tentang kejelasan sasaran anggaran pada senjangan anggaran dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Sampel dalam penlitian ini adalah manajer tingkat menengah dan tingkat bawah dari pemerintah daerah yaitu pejabat setingkat ke pala, kepala bagian/bidang/subdinas dan kepala subbagian/subbidang/seksi dari badan, dinas dan kantor pada pemerintah daerah kota/kabupaten sepropinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah mederate regression analysis (MRA) dengan pendekatan interaksi. Hasil dari penelitian ini adalah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh negatif signifikan terhadap senjangan anggaran. Komitmen organisasi berperan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan senjangan anggaran. Eker (2007) meneliti tentang partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial dengan menggunakan komitmen orgisasional sebagai variabel intervening pada 500 perusahaan di Turki dengan sampel para bawahan yang bekerja pada departemen akuntansi dan keuangan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dengan menggunakan mail survey kepada 500 perusahaan di Turki antara tanggal 1 Juni sampai dengan 30 Desember 2007 dengan 150 kuesioner yang kembali. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dengan kinerja manajerial, terhdapat hubungan positif dan signifikan
25
antara kinerja manajerial dengan komitmen organisasional, dan terdapat hubungan positif dan signifikan dari partisipasi anggaran melalui komitmen organisasional terhadap kinerja manajerial. Kuncoro (2008) meneliti tentang variasi anggaran dan realisasi anggaran belanja. Sampel penelitian ini adalah Laporan Perhitungan Anggaran
yang
dikelola
oleh
Biro
Keuangan
Sekretariat
Daerah
Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta 2004 – 2007 dengan teknik analisis varians anggaran. Hasil penelitian ini adalah terjadi perbedaan selisih anggaran belanja yang secara statistik signifikan. Murwaningsari (2008) meneliti tentang partisipasi anggaran dan kinerja manjerial dengan variabel pemoderasi komitmen organisasi dan keadilan prosedural. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah survei kuesioner, teknik analisi yang digunakan mederate regression analysis (MRA). Hasil penelitian ini menemukan bahwa komitmen organisasi dan keadilan prosedural dapat memperkuat hubungan partisipasi anggran dengan kinerja manajerial. Dedeh (2009) meneliti tentang analisis anggaran organisasi sebagai alat pengendalian manajemen. Sampel penelitian adalah pegawai di PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dengan menggunakan kuesioner dan data anggaran dan realisasi tahun 2006 dan 2007 dengan teknik analisis varians (selisih) anggaran. Hasil penelitian ini adalah penyimpangan anggaran operasional tahun 2006 dan 2007 total pendapatan, total biaya langsung,
26
total biaya tidak langsung, dan laba bersih anggaran operasional PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor masih dalam batas pengendalian manajemen. Minanda (2009) meneliti tentang sasaran anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan terhadap kesenjangan anggaran. Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai yang terkait dengan penyusunan anggaran yaitu Bagian/Kasubbag/Seksi Penyusunan Program SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebanyak 3 2 responden dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap kesenjangan anggaran, komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kesenjangan anggaran, ketidakpastian lingkungan berpengaruh positif terhadap kesenjangan anggaran, dan sasaran anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan secara simultan berpengaruh terhadap kesenjangan anggaran. Suardana dan Suryanawa (2010) meneliti tentang partisipasi penyusunan anggaran pada kinerja manajerial dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Penelitian ini dilakukan pada SKPD di Kabupaten Badung, dengan sampel penelitian sebanyak 150 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi nilai mutlak (absolut residual). Hasil penelitian ini menemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial serta komitmen organisasional tidak mampu memperkuat hubungan antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial.
27
Sujana (2010) meneliti tentang partisipasi penganggaran, penekanan anggaran, komitmen organisasi, asimetri informasi, dan ketidakpastian lingkungan terhadap budgetary slack. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan sampel para manajer yang memenuhi kriteria telah menduduki jabatan sebagai department head (manajer menengah) dengan menduduki jabatan selama minimal satu tahun. Teknik analisisnya menggunakan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa partisipasi penganggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack, penekanan anggaran tidak berpengaruh secara signifikan berpengaruh
terhadap
budgetary
slack,
secara
signifikan
terhadap
komitmen budgetary
organsiasi slack,
tidak
asimetri
informasi berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack, dan ketidakpastian lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap budgetary slack. Demanik
(2011)
meneliti
tentang
pengaruh
budgetary
goal
characteristics dan keadilan prosedural terhadap kinerja manajerial. Sampel dalam penelitian ini adalah pejabat eselon III dan IV di Kota Tebing Tinggi dengan sampel 77 orang. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini adalah Budgetary goal characteristics dan keadilan prosedural baik secara simultan maupun secara
parsial
berpengaruh
terhadap
kinerja
manajerial.
Kelima
karakteristik budgetary goal characteristics hanya partisipasi penyusunan
28
anggaram dan kadilan prosedural yang berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap kinerja manajerial. Nasser et al (2011) meneliti tentang dampak dari variabel yang terkait dengan manajer dan departemen pada budget caracteristics (karakteristik anggaran). Sampel dalam penelitian ini adalah manajer departemen pada 5 universitas swasta sebanyak 131 responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kendall’s tau -b. Hasil penelitian ini adalah faktor yang terkait dengan manajer seperti posisi kualifikasi, major dan pengalaman tidak behubungan dengan karakteristik
anggaran.
Pengalaman
berorganisasi
secara
positif
berhubungan dengan semua karakteristik anggaran. Faktor departemen tidak signifikan terkait dengan karakteristik angaran. Yilmaz dan Ozer (2011) meneliti tentang ketidakpastian lingkungan dan efektifitas dari pengendalian anggaran terhadap kecenderungan terciptanya senjangan anggaran pada sektor publik. Sempel penelitian ini adalah manajer sektor publik di Turki dengan teknik analisis yang digunakan adalah path analysis. Hasil dari penelitian ini adalah efektifitas dari pengendalian anggaran berpengaruh negatif terhadap kecenderungan terciptanya senjangan anggaran dan pengaruh mediasi dari efektifitas pengendalian
anggaran
terhadap
ketidakpastian
lingkungan
dengan
kecenderungan terciptanya kesenjangan anggaran yang berarti bahwa peningkatan efektifitas dari pengendalian anggaran akan mengurangi
29
pengaruh
dari
kecenderungan
terjadinya
senjangan
anggaran
yang
disebabkan oleh peningkatan ketidakpastian lingkungan. Fadli (2012) meneliti tentang analisis prosedur dan varians anggaran penjualan pada CV. Agung Jaya Art Palembang. Sampel penelitian ini adalah laporan laba rugi tahun 2006, 2007, dan 2008 2007 dengan teknik analisis varians (selisih) anggaran penjualan. Hasil penelitian ini adalah prosedur penyusunan anggaran yang diterapkan belum berjalan dengan baik sehingga sulit untuk menghasilkan suatu anggaran yang realistis dan adanya varians yang cukup besar dan berfluktuatif setiap tahunnya antara penetapan anggaran dan realisasinya yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Faleti dan Myrick (2012) meneliti tentang proses penganggaran yang terdiri dari perencanaan penganggaran formal, kejelasan sasaran anggaran, kesulitan sasaran angaran (budget goal difficulty), kecanggihan penganggaran (budgeting sophistication) dan pengendalian penganggaran formal. Sampel penelitian ini sebanyak 75 orang manajer sektor publik di pemerintahan Nigeria dengan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pencapaian tujuan, perencanaan penganggaran sektor formal (the formal budgeting
planning)
berpengaruh
positif
terhadap
pertumbuhan
pendapatan penjualan dan kesulitan sasaran anggaran berpengaruh positif terhdap motivasi tujuan.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan. Berdasarkan kajian pustaka dan landasan teori serta penelitian-penelitian sebelumnya, dapat disusun kerangka berpikir dan selanjutnya dapat dibuat kerangka konseptual. Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Kajian Teoritis: Goal-Setting Theory (Locke, 1968) Rumusan Masalah
Hipotesis
Uji Statistik
Hasil
Kesimpulan dan Saran
Kajian Empiris: 1. Kenis (1979) 2. Latham dan Steele (1983) 3. Darlis (2002) 4. Kren (2003) 5. Darma (2004) 6. Suhartono dan Solichin (2006) 7. Eker (2007) 8. Kuncoro (2008) 9. Murwaningsari (2008) 10. Dedeh (2009) 11. Minanda (2009) 12. Suardana dan Suryanawa (2010) 13. Sujana (2010) 14. Demanik (2011) 15. Nasser et al (2011) 16. Yilmaz dan Ozer (2011) 17. Fadli (2012) 18. Faliti dan Myrick (2012)
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
30
31
Berdasarkan kerangka berpikir, grand teory dalam penelitian ini menggunakan goal-setting theory. Teori ini menyatakan bahwa harus ada sasaran (goal) yang ditentukan agar individu mampu untuk meningkatkan kinerjanya sesuai dengan visi dan misi organisasi iti sendiri. Lutham dan Yukl (1975) dalam Mirayanti (2012) menyatakan, sebuah goal merupakan sesuatu yang ingin dilakukan seseorang secara sadar. Sesungguhnya penentuan sasaran (goal) merupakan sesuatu yang sederhana, namun kesederhanaan ini tidak dapat diartikan secara sederhana ataupun biasa, melainkan harus ditanggapi dengan perencanaan yang matang. Dengan penentuan
sasaran
(goal)
yang
spesifik,
seseorang
akan
mampu
membandingkan apa yang telah dilakukan dengan sasaran (goal) itu sendiri, dan kemudian menentukan dimana posisinya saat itu. Goal-setting mengijinkan
pegawai
untuk
melihat
hasil
kerja
disaat
ini
dan
membandingkannya dengan hasil kerja dimasa lalu. Hal ini akan menimbulkan sebuah motivasi tersendiri bagi pegawai untuk lebih berusaha lebih baik lagi. Penelitian ini akan menguji mengenai pengaruh kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran. Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Oleh sebab itu, sasaran anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik
32
dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung-jawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Menurut Mowday, et al (1979), komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi. komitmen organisasi sedikitnya memiliki tiga karakteristik. Pertama, memiliki kepercayaan yang kuat dan menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi. Kedua, kemauan yang kuat untuk berusaha atau bekerja keras untuk organisasi. Ketiga, keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi. Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seorang terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut (Luthans,
2006).
Menurut
Miliken
(1987)
menjelaskan
bahwa
ketidakpastian lingkungan terdiri dari tiga tipe (effect uncertainty, response uncertainty, dan stated uncertainty). Effect uncertainty adalah ketidak mampuan memprediksi pengaruh lingkungan di masa akan datang terhadap organisasi. Response uncertainty adalah ketidak mampuan memprediksi konsekwensi dari pilihan-pilihan keputusan untuk merespon lingkungan. Stated uncertainty merupakan suatu hal selalu dihubungkan dengan ketidakpastian lingkungan (preceived environmental uncertainty). Suatu cara yang digunakan untuk mengukur ketepatan anggaran adalah dengan menggunakan analisis varians anggaran. Menurut Hansen dan Mowen (2006) analisis varians anggaran, yaitu perbedaan antara biaya
33
aktual input dan biaya yang direncanakan, demikina juga menurut Mahsun (2006) dalam Dedeh (2009) analisis varians anggaran adalah teknik pengukuran kinerja tradisional yang membandingkan antara anggaran dengan realisasinya tanpa melibatkan keberhasilan program. Evaluasi varians dapat dilakukan secara kuartalan, bulanan, setiap hari atau setiap jam, tergantung pada penting atau tidaknya mengidentifikasi masalah dengan cepat. Karena kita tidak mengetahui angka aktual hingga akhir periode, maka varians hanya dapat dilakukan pada akhir periode.
3.2. Konsep Penelitian Konsep penelitian merupakan hubungan logis dari landasan teoritis dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Sesuai dengan jumlah variabel yang teridentifikasi, Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian disusun konsep yang menjelaskan hubungan antarvariabel dalam penelitian ini konsep tersebut dapat disajikan dalam Gambar 3.2 berikut :
34
Kejelasan Sasaran Anggaran (X1)
Ketepatan Anggaran Pendapatan (Y1)
Komitmen Organisasi (X2)
Ketepatan Anggaran Belanja (Y2) Ketidakpastian Lingkungan (X3) Gambar 3.2 Konsep Penelitian
3.3. Hipotesis Penelitian 3.3.1 Pengaruh
Kejelasan
Sasaran
Anggaran
pada
Ketepatan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Berdasarkan grand teory dalam penelitian ini menggunakan goalsetting theory yang menyatakan bahwa setiap organisasi harus menetapkan sasaran (goal) yang diformulasikan ke dalam rencana dalam menyusun anggaran agar setiap organisasi mampu untuk meningkatkan kinerjanya sesuai dengan visi dan misi organisasi itu sendiri sehingga tercapainya ketepatan anggaran. Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung-jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Demikian juga dengan Suhartono dan Solichin (2006) menyatakan bahwa
35
penetapan tujuan spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik yang akan mendorong pegawai untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan yang dikehendaki. Berdasarkan teori goal-setting dan penelitian-penelitian terdahulu maka dengan adanya kejelasan sasaran anggaran yang dinyatakan secara spesifik maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi sehingga akan mendorong pegawai untuk melakukan yang terbaik dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan meningkatnya kejelasan sasaran anggaran maka akan diikuti dengan meningkatnya ketepatan anggaran pendapatan dan belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali. Berdasarkan uraian di atas, disusun hipotesis dalam konteks pemerintah daerah, sebagai berikut: H₁a: Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada ketepatan anggaran pedapatan. H₁b: Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada ketepatan anggaran belanja.
36
3.3.2 Pengaruh Komitmen Organisasi pada Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut teori goal-setting, pegawai yang didukung dengan komitmen yang tinggi terhadap organisasi (instansi) pemerintah daerah maka akan lebih mementingkan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi. Hal ini akan mendorong pegawai untuk mencapai target anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi sehingga akan berimplikasi pada pencapaian ketepatan anggaran pendapatan dan belanja daerah (Locke, 1968). Selain itu, komitmen organisasi dapat merupakan alat bantu psikologis dalam menjalankan organisasinya untuk pencapaian kinerja yang diharapkan (Nouri dan Parker, 1996; Chong dan Chong, 2002; Wentzel, 2002). Menurut Mowday, et al (1979), Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi. Menurut Luthans (2006:249) komitmen sebagai sikap yang memiliki keinginan kuat untuk tetap berorganisasi tertentu, berusaha keras sesuai keinginan organisasi dan keyakinan terhadap penerimaan dan nilai organisasi. Berdasarkan teori goal-setting dan penelitian-penelitian terdahulu maka dengan adanya penetapan sasaran (goal) yang telah ditetapkan sebelumnya dengan didukung oleh komitmen organisasi yang tinggi, sehingga setiap pegawai akan lebih mementingkan kepentingan organisasi dari pada kepentingan priibadi atau kelompok dan berusaha keras untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga berimplikasi pada pencapaian ketepatan anggaran. Dengan komitmen organisasi yang
37
tinggi maka akan diikuti dengan meningkatnya ketepatan anggaran pendapatan dan belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali. Berdasarkan uraian di atas, disusun hipotesis dalam konteks pemerintah daerah, sebagai berikut: H₂a: Komitmen organisasi berpengaruh positif pada ketepatan anggaran pendapatan. H₂b: Komitmen organisasi berpengaruh positif pada ketepatan anggaran belanja.
3.3.3 Pengaruh
Ketidakpastian
Lingkungan
pada
Ketepatan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut teori goal-setting, apabila individu menghadapi kondisi lingkungan yang tidak pasti, akan membuat realisasi anggaran (anggaran aktual) tidak sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga akan memperkecil pencapaian ketepatan anggaran pendapatan dan belanja daerah (Locke, 1968). Menurut Milliken (1987) ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang terjadi dilingkungannya secara akurat. Sedangkan didalam lingkungan yang relatif stabil (ketidakpastian rendah), individu dapat memprediksi sesuatu yang terjadi dilingkungannya secara akurat sehingga langkah-langkah yang akan dilakukannya dapat membantu organisasi menyusun rencana dalam penganggaran dengan lebih akurat (Duncan, 1972 dalam Darlis, 2002). Menurut Luthans (2006) ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seorang terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya. Hal ini disebabkan karena seseorang tersebut
38
tidak memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi sesuatu yang terjadi dilingkungannya secara akurat, sehingga dalam penyusunan anggaran menjadi tidak akurat. Berdasarkan teori goal-setting dan penelitian-penelitian terdahulu maka apabila dalam keadaan lingkungan yang tidak pasti, pegawai tidak mampu memprediksi lingkungan secara akurat sehingga tidak dapat menentukan langkah untuk membantu organisasi menyusun rencana anggaran yang akurat dikarenakan pegawai tidak memiliki informasi yang cukup
mengenai
memprediksi
faktor-faktor
sesuatu
csecara
lingkungan akurat,
sehingga
sehingga
tidak
ketepatan
dapat
anggaran
pendapatan dan belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali akan sulit dicapai. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H 3 a: Ketidakpastian lingkungan berpengaruh negatif pada ketepatan anggaran pendapatan. H 3 b: Ketidakpastian lingkungan berpengaruh negatif pada ketepatan anggaran belanja.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian Rancangan penelitian menjelaskan rencana dari struktur riset yang
mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien, dan efektif. Sebelumnya telah dijelaskan latar belakang, masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka, dan hipotesis penelitian. Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah mempersiapkan data penelitian dan menguji hipotesis sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan hasil yang diperoleh, masalah, dan hipotesis penelitian. Berdasarkan hipotesis yang diajukan, diidentifikasi dua jenis variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen pada penelitian ini adalah kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan. Variabel dependennya adalah ketepatan anggaran pendapatan dan ketepatan anggaran belanja. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran di SKPD Pemerintah Provinsi Bali dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikoliniertas
dan
uji
heteroskedastisitas.
Hasil
analisis
kemudian
diinterpretasikan dan setelah itu disimpulkan dan diberikan saran. Kesimpulan dan
39
40
saran juga disusun sesuai dengan masalah penelitian dan hipotesis yang diajukan. Tahapan-tahapan tersebut dapat disajikan dalam bentuk rancangan penelitian seperti pada Gambar 4.1 berikut ini: Masalah Penelitian Rumusan Masalah Hipotesis Hubungan antara kejelasan sasaran anggaran, komitmen organsiasi, dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran pendapan dan ketepatan anggaran belanja Variabel Penelitian Kejelasan Sasaran Anggaran, Komitmen Organisasi, Ketidakpastian Lingkungan, Ketepatan Anggaran Pendapatan, dan Ketepatan Anggaran Belanja
Instrumen Penelitian Data anggaran dan realisasi, Kuisioner yang telah diuji validitas dan reabilitasnya.
Penentuan Responden Responden dalam penelitian ini adalah pegawai SKPD di Pemerintah Provinsi Bali
Pengumpulan Data Data anggaran dan realisasi, kuesioner
Kesimpulan dan Saran
Pembahasan dan Interpretasi Hasil
Analisis Data Uji Instrumen Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas Uji Hipotesis Analisis Regresi Berganda
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
41
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Pemerintah Provinsi Bali dengan
subjek penelitian pegawai pada (SKPD) Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ada di Pemerintah Provinsi Bali yang terdiri dari : a. Sekretariat Daerah Provinsi Bali. b. Dinas-dinas Daerah sebagai unsur pelaksanaan Pemerintah Provinsi Bali. c. Lembaga Teknis daerah sebagai unsur penunjang pemerintah provinsi yaitu badan dan kantor. d. Inspektorat Provinsi Bali sebagi unsur pengawas penyelenggaraan pemerintah daerah. Adapun
alasan
pemilihan
lokasi
ini
didasarkan
atas
beberapa
pertimbangan. Pertama untuk membuktikan apakah memang terjadi pengaruh kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi, serta ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Kedua atas dasar kemudahan memperoleh data, waktu yang tersedia dan keringanan biaya dalam melaksanakan penelitian.
4.3.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini terbatas pada hubungan antara variabel
kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran pendapatan dan anggaran belanja daerah di SKPD Pemerintah Provinsi Bali.
42
4.4.
Penentuan Sumber Data
4.4.1. Jenis Data Jenis data menurut sifatnya yang digunakan dalam mendukung penelitian ini adalah: a) Data kuantitatif Data kualitatif adalah data dalam bentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, data kuantitatif yang digunakan adalah data Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja Daerah dengan Realisasi SKPD Pemerintah Provinsi Bali tahun 2011. b) Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, skema dan gambar (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, data kualitatif yang digunakan adalah data yang didapat dari pemberian kuesioner kepada pegawai yang terlibat langsung dalam penyusunan anggaran di lingkup Pemerintah Provinsi Bali.
4.4.2. Sumber Data Adapun sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Data Primer Menurut Sugiyono (2010:137) adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden yang dikumpulkan melalui survey lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data. Data primer diperoleh dengan
43
menggunakan kuesioner yang merupakan daftar pernyataan terstruktur yang ditujukan pada responden (pegawai pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)) yang ada di Pemerintah Provinsi Bali. 2) Data Sekunder Menurut Sugiyono (2010:137) data sekunder adalah data yang diolah secara tidak langsung baik dari buku literatur, arsip-arsip dan dokumendokumen yang dimiliki oleh instansi bersangkutan atau media lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, Data sekunder yaitu data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan Realisasi SKPD Pemerintah Provinsi Bali tahun 2011.
4.5.
Populasi dan Sampel
1) Populasi Populasi didefinisikan sebagai sebuah wilayah umum yang menjadi fokus suatu penelitian, yang di dalamnya mengandung unsur obyek atau subyek, serta karakteristik tertentu yang telah ditetapkan peneliti (Sugiyono, 2010:115). Populasi juga berarti keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2008). Populasi erat kaitannya dengan masalah yang ingin dipelajari. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh SKPD yang mempunyai anggaran dan realisasi pada tahun 2011 yang menduduki jabatan sebagai kepala subdinas/kepala bagian/kepala bidang, dan kepala subbagian/kepala
subbidang/kepala
seksi.
Pengambilan
pejabat
tersebut
dikarenakan rata-rata pejabat terkait adalah pejabat level tengah dan bawah yang
44
bertanggung jawab pada penyusunan anggaran pada setiap unit kerjanya pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pejabat kepala badan dan kepala dinas tidak diikut sertakan dalam penelitian ini dikarenakan pejabat tersebut merupakan pengguna anggaran di dinas dan badan.
2) Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang spesifikasinya telah ditentukan oleh peneliti menggunakan teknik penentuan sampel (Sugiyono, 2010:116). Untuk pengambilan sampel digunakan Metode Simple Random Sampling. Menurut Sugiyono (2010:118) dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel.
45
Tabel 4.1 Jumlah Sampel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama SKPD Sekretariat Daerah Provinsi Bali Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Dinas Kesehatan Dinas Pekerjaan Umum Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Dinas Sosial Dinas Kebudayaan Dinas Pendapatan Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dinas Kehutanan Dinas Perkebunan Dinas Peternakan Dinas Pariwisata Dinas Perindustrian dan Perdagangan Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Badan Pendidikan dan Pelatihan Badan Perpustakaan dan Arsip Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Indra Kantor Perwakilan Jumlah
Jumlah Populasi
Jumlah Sampel
146 32 15 24 17 21
22 5 2 4 2 3
22 19 20 19 20 17 20 20 20 19 17 12
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
15 18 19 18 5 555
2 3 3 3 1 85
Pada Tabel 4.1 daftar populasi berjumlah 23 SKPD dari yang seharusnya 34 SKPD hal ini disebabkan 11 SKPD tidak mempunyai anggaran dan realisasi pada tahun 2011 sehingga ketepatan anggaran tidak bisa diukur. Jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 85 orang dari 23 SKPD yang ada di lingkungan
46
Pemerintah Provinsi Bali. Jumlah 85 orang berdasarkan kriteria kecukupan sampel Slovin yaitu: n n
N
1 Ne
2
555
1 5550.1
2
n = 85 Keterangan: n
= jumlah anggota sampel
N
= jumlah anggota populasi
e
= derajat kesalahan (10%)
4.6.
Variabel Penelitian
4.6.1. Identifikasi Variabel Sejalan dengan kerangka berpikir penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan di depan, maka penelitian ini mengidentifikasi variabel penelitian menjadi dua macam yaitu: a.
Variabel bebas (independen) adalah variabel yang memengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah kejelasan
sasaran
anggaran
(X1),
komitmen
organisasi
(X2)
dan
ketidakpastian lingkungan (X3). b.
Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketepatan anggaran pendapatan (Y1) dan ketepatan anggaran belanja (Y2).
47
4.6.2. Devinisi Operasional Variabel Data yang diteliti dapat dikelompokkan menjadi dua variabel, yaitu variabel independen, variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari: sasaran anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah ketepatan anggaran pendaptan dan ketepatan anggaran belanja. Berikut ini akan diuraikan definisi dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini: 1)
Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Instrumen kejelasan sasaran anggaran diambil dari Minanda (2009) terdiri 14 pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert lima point yaitu : 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Netral, 4. Setuju, 5. Sangat setuju.
2)
Komitmen Organisasi (X2) didefinisikan sebagai keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai organisasi. Instrumen komitmen organisasi diambil dari Cook dan Wall (1980) terdiri 7 pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert lima point yaitu : 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Netral, 4. Setuju, 5. Sangat setuju.
48
3)
Ketidakpastian Lingkungan (X3) adalah ketidakmampuan individu untuk menilai probabilitas seberapa besar keputusan yang telah dibuat akan gagal atau berhasil yang disebabkan karena kesulitan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Instrumen ketidakpastian lingkungan diambil dari Kartika (2010) terdiri 11 pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert lima point yaitu : 1. Sangat setuju, 2. Setuju, 3. Netral, 4. Tidak setuju, 5. Sangat tidak setuju. Menurut Sugiyono (2009), ada dua jenis pernyataan yang dipergunakan untuk memberikan skor nilai terhadap item-item yang diteliti yaitu : (1) Pernyataan yang mendukung (item positif), (2) Pernyataan yang tidak mendukung (item negatif). Hal ini dimaksudkan agar responden mengerti maksud dari pernyataan yang diberikan sehingga nantinya dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan tersebut.
4)
Ketepatan Anggaran Pendapatan (Y1) dan Ketepatan Anggaran Balanja (Y2) didefinisikan sebagai perbandingan antara realisasi dari setiap kegiatan dalam organisasi tidak melebihi atau sama dengan anggaran. Ketepatan anggaran dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala persentase dengan mengamati selisih antara anggaran dengan realisasi untuk menentukan ketepatan anggaran. Sebelum menghitung ketepatan anggaran, telebih dahulu mengitung error dari penyimpangan anggaran dan realiasi dengan rumus:
e
Penyimpangan x100% Anggaran
49
Setelah mendapatkan error dari penyimpangan anggaran dan realisasi, maka ketepatan anggaran dapat dihitung dengan rumus:
Ketepatan Anggaran 100% error 4.7.
Analisis Data
4.7.1. Uji Instrumen Penelitian 1)
Uji Validitas Menurut Umar (2004:127) validitas dalam penelitian dijelaskan
sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang inti atau arti sebenarnya yang diukur. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas akan menggunakan korelasi product moment. Menurut Sudarmanto (2005:84) validitas dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan skor total seluruh item pertanyaan. Batas minimum dianggap memenuhi syarat validitas apabila r= 0,3. Jadi untuk memenuhi syarat validitas, maka butir pertanyaan atau pernyataan dalam penelitian
harus memiliki koefisien korelasi (r)≥0,3 .
Apabila korelasi antara butir skor dengan skor total (r)<0,3 maka butir pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
50
2)
Uji Reliabilitas Menurut Umar (2004:126) reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian
atau keakuratan
yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran dimana
pengujiannya dapat dilakukan secara internal, yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada. Menurut Nunnaly dalam Ghozali (2012:42) Variabel dikatakan reliable jika nilai Cronbach Alpha > 0,6.
4.7.2. Pengujian Asumsi Klasik 1)
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, residu dari persamaan regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model residual terdistribusi normal. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov. Alat uji ini biasa disebut dengan K-S yang tersedia dalam program SPSS 17.00 For Windows. Kriteria yang digunakan dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila sig > alpha (Ghozali, 2012:165). 2)
Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model
regresi terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas digunakan model glejser. Model ini dilakukan dengan meregresikan
nilai
absolute
ei
dengan
variabel
bebas.
Ada
tidaknya
51
heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat tingkat signifikansi terhadap α = 5 persen. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (nilai absolute ei), maka tidak ada heterokedastisitas (Ghozali, 2012:143). 3)
Uji Multikolinieritas Menurut Sudarmanto (2005;136) uji multikolinieritas dimaksudkan untuk
membuktikan
atau
menguji
ada
atau
tidaknya
hubungan
yang
linier
(multikolinieritas) antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas yang lain. Menurut Nugroho (2005;58) sebagai pedoman untuk mengetahui antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lain tidak terjadi multikolinieritas jika mempunyai (VIF) Varian Inflatation Factor kurang dari 10 dan angka Tolerance lebih dari 0,1.
4.7.3. Teknik Analisis Data Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan model Analisis Regresi Linier Berganda. Analisis Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat. (Ghozali, 2012:95). Dengan persamaan, sebagai berikut: Ketapatan Anggaran Pendapatan : Y1 = a + β₁.X₁ + β₂.X₂ + β3.X3 + e
Ketapatan Anggaran Belanja :
Y2 = a + β₁.X₁ + β₂.X₂ + β3.X3 + e
52
Keterangan: Y1
= Ketepatan Anggaran Pendapatan (KAP)
Y2
= Ketepatan Anggaran Belanja (KAB)
a
= Konstanta
β1, β₂, β3 = Koefisien Regresi X1
= Kejelasan Sasaran Anggaran (KSA)
X2
= Komitmen Organisasi (KO)
X3
= Ketidakpastian Lingkungan (KL)
e
= error
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda akan diamati goodness of fit, yaitu: 1)
Koefisien Determinasi (R 2 ) Ghozali (2012:97) menyatakan bahwa koefisien determinasi (R 2 )
pada
intinya
mengukur
seberapa
jauh
kemampuan
model
dalam
menerangkan variabel terikat. R 2 dapat diinterpretasikan bahwa sebesar (R 2 x 100%) variasi dari variabel terikat mampu dijelaskan oleh variabel bebas, sedangkan sisanya (100% - R 2 x 100%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar model.
53
2)
Uji Kelayakan Model (Uji F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2012:98). Apabila uji F, P Value menunjukkan α < 0,05 maka model yang digunakan layak. 3)
Pengujian Satistik Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dengan menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2012:98). Uji t dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi t masing-masing variabel yang terdapat pada output hasil regresi menggunakan SPSS 17.00 For Windows. Jika hipotesis masing-masing variabel bebas diterima apabila α < 0,05, sebaliknya jika masing-masing variabel bebas α > 0,05 maka hipotesis ditolak.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1.
Tingkat Pengembalian Kuesioner Data hasil penelitian ini diperoleh dari 85 responden yang akan
dianalisis sesuai dengan teknik analisis yang dipilih untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Kuesioner yang kembali tepat waktu (early response), yaitu dalam jangka waktu 1 bulan sebanyak 85 buah, sehingga total kuesioner yang kembali dan layak digunakan adalah 85 buah, dengan responden rate 100 persen. Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 5.1 Tabel 5.1 Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner Keterangan Kuesioner yang disebar Kuesioner yang kembali tepat waktu (early response) Kuesioner yang tidak kembali Kuesioner yang kembali dan layak digunakan Sumber : data diolah, 2013
Jumlah 85 85 0 85
Prosentase 100% 100% 0% 100%
5.2 Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui proporsi terbesar responden berumur antara 46 sampai 50 tahun dengan persentase sebesar 43,5 persen, srdangkan responden yang berumur diatas 50 tahun sebesar 40 persen yang berumur antara 41 sampai 45 tahun sebanyak 12,9 persen, dan yang berumur 36 sampai 40 tahun sebanyak 3,5 persen. Responden perempuan sebanyak 50,6 persen lebih banyak dari responden laki-laki sebesar 49,4 54
55
persen. Tingkat pendidikan responden terbesar adalah sarjana (S1) sebanyak 56,5 persen, sedangkan untuk responden pasca sarjana (S2) sebanyak 43,5 persen. Berdasarkan klasifikasi masa kerja, proporsi responden terbesar adalah yang memiliki masa kerja antara 21 sampai 25 tahun sebesar 37,6 persen, sedangkan responden yang memiliki masa kerja 26 sampai 30 tahun sebesar 25,9 persen, responden dengan masa kerja antara 16 sampai 20 tahun sebanyak 24,7 persen, responden dengan masa kerja antara 11 sampai 15 tahun sebanyak 7,1 persen, dan responden untuk masa kerja lebih dari 30 tahun adalah sebesar 4,7 persen. Proporsi terbesar responden berdasarkan klasifikasi lama jabatan adalah antara 1 sampai 5 tahun sebesar 57,6 persen, sedangkan responden dengan lama jabatan antara 6 sampai 10 tahun sebanyak 35,3 persen, dan responden dengan lama jabatan diatas 10 tahun sebanyak 7,1 persen Untuk lebih lengkapnya mengenai karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :
56
Tabel 5.2 Karakteristik Demografi Responden Dasar Klasifikasi Umur
Subklasifikasi 36-40 tahun 41-45 tahun 46-50 tahun > 50 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan S1 S2 Masa Kerja 11-15 tahun 16-20 tahun 21-25 tahun > 25 tahun Lama Jabatan 1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun Sumber : data diolah 2013 (Lampiran 5)
Frekuensi 3 11 35 36 42 43 48 37 6 21 32 26 49 30 6
Persentase (%) 3.5% 12.9% 41.2% 42.4% 49.4% 50.6% 56.5% 43.5% 7.1% 24.7% 37.6% 30.6% 57.6% 35.3% 7.1%
5.3 Uji Instrumen Penelitian 5.3.1 Uji Validitas Menurut Umar (2004:127) validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang inti atau arti sebenarnya yang diukur. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas akan menggunakan korelasi product moment. Menurut Sudarmanto (2005:84) validitas dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan skor total seluruh item pertanyaan. Batas minimum dianggap memenuhi syarat validitas apabila r= 0,3. Jadi untuk memenuhi syarat validitas, maka butir pertanyaan a tau
57
pernyataan dalam penelitian harus memiliki koefisien korelasi (r)≥0,3. Apabila korelasi antara butir skor dengan skor total (r)<0,3 maka butir pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Hasil uji validitas disajikan pada tabel 5.3 berikut ini : Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas No
Variabel
1
Kejelasan Sasaran Anggaran
2
Komitmen Organisasi
3
Ketidakpastian Lingkungan
Item Pertanyaan X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 X1.13 X1.14 X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8
Koefisien Korelasi 0,824 0,850 0,772 0,764 0,842 0,724 0,919 0,742 0,843 0,737 0,762 0,907 0,775 0,828 0,889 0,883 0,670 0,825 0,863 0,865 0,849 0,868 0,850 0,799 0,695 0,627 0,823 0,859 0,701
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
58
X1.9 X1.10 X1.11 Sumber : data diolah 2013 (lampiran 6)
0,736 0,746 0,906
Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil Tabel 5.3, hasil koefisien korelasi setiap pernyataan lebih besar dari 0,3 sehingga semua butir pernyataan dalam kuesioner tersebut valid.
5.3.2 Uji Reliabilitas Menurut Umar (2004:126) reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran dimana pengujiannya dapat dilakukan secara internal, yaitu pengujian dengan menganalisis konsistensi butir- butir yang ada. Menurut Nunnaly dalam Ghozali (2012:42) Variabel dikatakan reliable jika nilai Cronbach Alpha > 0,6. Hasil uji reliabilitas dengan alpha cronbach disajikan dalam tabel berikut : Tabel 5.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Alpha Cronbach Kejelasan Sasaran Anggaran 0,959 Komitmen Organisasi 0,929 Ketidakpastian Lingkungan 0,938 Sumber : Data diolah 2013 (lampiran 7)
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa alpha cronbach masing-masing variabel lebih besar dari 0,6 sehingga alat ukur dalam penelitian ini adalah reliabel (andal).
59
5.4 Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Residual Uji normalitas residual dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, residu dari persamaan regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Metode yang digunakan adalah dengan
menggunakan
statistik
Kolmogorov-Smirnov.
Kriteria
yang
digunakan dalam tes ini adalah dengan membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data tersebut dikatakan berdistribusi normal bila sig > alpha (Ghozali, 2012:165). Berdasarkan hasil uji normalitas untuk hipotesis H 1 a H 2 a dan H 3 a (lampiran 9) didapat nilai Kolmogorov-Smirnov 0,971 dengan signifikansi sebesar 0,302. Sedangkan hasil uji normalitas untuk hipotesis H 1 b H 2 b dan H 3 b (lampiran 10) didapat nilai Kolmogorov-Smirnov 1,313 dengan signifikansi sebesar 0,063. Dengan demikian residual dapat dikatakan terdistribusi normal karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05
60
2) Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pada model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas digunakan model glejser. Model ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute ei dengan variabel bebas. Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat tingkat signifikansi terhadap α = 5persen. Jika tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (nilai absolute ei), sehingga dapat disimpulkan tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. (Ghozali, 2012:143). Tabel 5.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis H 1 a H 2 a dan H 3 a Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran Komitmen Organisasi Ketidakpastian Lingkungan Sumber : data diolah 2013 (lampiran 9)
t 1,192 0,093 1,778
Sig. 0,237 0,926 0,079
Tabel 5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis H 1 b H 2 b dan H 3 b Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran Komitmen Organisasi Ketidakpastian Lingkungan Sumber : data diolah 2013 (lampiran 10)
t 1,329 0,083 1,704
Sig. 0,187 0,934 0,092
Berdasarkan tabel 5.5 dan tabel 5.6 menunjukkan bahwa nilai uji t dari variabel penjelas tidak ada yang signifikan (sig > 0,05), sehingga dapat
disimpulkan
heteroskedastisitas.
bahwa
model
tidak
mengalami
masalah
61
3) Uji Multikolinearitas Menurut Sudarmanto (2005:136) uji multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji ada atau tidaknya hubungan yang li nier (multikolinieritas) antara variabel bebas (independen) satu dengan variabel bebas yang lain. Menurut Nugroho (2005:58) sebagai pedoman untuk mengetahui antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lain tidak terjadi multikolinieritas jika mempunyai VIF (Varian Inflatation Factor) kurang dari 10 dan angka Tolerance lebih dari 0,1. Tabel 5.7 Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis H 1 a H 2 a dan H 3 a Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran Komitmen Organisasi Ketidakpastian Lingkungan Sumber : data diolah 2013 (lampiran 9)
Tolerance 0,510 0,697 0,525
VIF 1,962 1,436 1,906
Tabel 5.8 Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis H 1 b H 2 b dan H 3 b Variabel Kejelasan Sasaran Anggaran Komitmen Organisasi Ketidakpastian Lingkungan Sumber : data diolah 2013 (lampiran 10)
Tolerance 0,510 0,697 0,525
VIF 1,962 1,436 1,906
Berdasarkan tabel 5.7 dan tabel 5.8, dapat disimpulkan keseluruhan variabel tidak terdapat multikolinearitas antara variabel bebas karena Tolerance > 0,10 serta nilai VIF < 10.
62
5.5 Uji Regresi Linear Berganda Model regresi yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t. Berikut ini merupakan hasil uji regresi dan uji t tiap hipotesis: Tabel 5.9 Hasil Uji Regresi Hipotesis H 1 a H 2 a dan H 3 a
Variabel Constanta
Unstandardized Coefficients Std. B Error 0,641
Kejelasan Sasaran Anggaran 0,003 Komitmen Organisasi 0,008 Ketidakpastian Lingkungan -0,004 Uji F Ajusted R Square Sumber : data diolah 2013 (lampiran
Standardized Coefficients Beta
0,070
t
Sig.
9,129
0,000
0,001
0,259
2,698
0,008
0,002
0,363
4,415
0,000
-0,001
-0,317
-3,347
0,001
43,828
9)
0,000
0,605
Berdasarkan Tabel 5.9, uji F menghasilkan nilai F hitung sebesar 43,828 dengan signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 (α = 5 persen), yang berarti model yang digunakan dalam penelitian ini layak. Besarnya nilai Adjusted R Square adalah 0,605 yang berarti variabilitas variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel bebas sebesar 60,5 persen, sedangkan sisanya 39,5 persen dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R 2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
63
variabel dependen. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R 2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R 2 , nilai Adjusted R 2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2012:97). Hipotesis H 1 a menyatakan bahwa ada pengaruh positif kejelasan sasaran anggaran pada ketepatan anggaran pendapatan. Hasil uji t menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran bernilai positif sebesar 2,698 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008 lebih kecil dari α = 5 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif kejelasan sasaran anggaran pada ketepatan anggaran pendapatan, sehingga H 1 a diterima. Hipotesis H 2 a menyatakan bahwa ada pengaruh positif komitmen organisasi pada ketepatan anggaran pendapatan. Hasil uji t menunjukkan bahwa komitmen organisasi bernilai positif sebesar 4,415 dengan tingkat signifikan 0,000 lebih kecil dari α = 5 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif komitmen organisasi pada ketepatan anggaran pendapatan, sehingga H 2 a diterima. Hipotesis
H3a
menyatakan
bahwa
ada
pengaruh
negatif
ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran pendapatan. Hasil uji t menunjukkan bahwa ketidakpastian lingkungan bernilai negatif sebesar -3,347 dengan tingkat signifikan 0,001 lebih kecil dari α = 5persen. Hasil ini
menunjukkan
bahwa
terdapat
pengaruh
negatif
ketidakpastian
lingkungan pada ketepatan anggaran pendapatan, sehingga H 3 a diterima.
64
Tabel 5.10 Hasil Uji Regresi Hipotesis H 1 b H 2 b dan H 3 b Unstandardized Coefficients Std. B Error
Variabel Constanta
0,621
Kejelasan Sasaran Anggaran 0,002 Komitmen Organisasi 0,008 Ketidakpastian Lingkungan -0,003 Uji F Ajusted R Square Sumber : data diolah 2013 (lampiran
Standardized Coefficients Beta
0,061
t
Sig.
10,122
0,000
0,001
0,203
2,055
0,043
0,002
0,448
5,299
0,000
-0,001
-0,267
-2,744
0,007
39,972
10)
0,000
0,582
Berdasarkan Tabel 5.10, uji F menghasilkan nilai F hitung sebesar 39,972 dengan signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 (α = 5 persen), yang berarti model yang digunakan dalam penelitian ini layak. Besarnya nilai Adjusted R Square adalah 0,582 yang berarti variabilitas variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel bebas sebesar 58,2 persen, sedangkan sisanya 41,8 persen dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model regresi. Hipotesis H 1 b menyatakan bahwa ada pengaruh positif kejelasan sasaran
anggaran
pada
ketepatan
anggaran
belanja.
Hasil
uji
t
menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran bernilai positif sebesar 2,055 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,043 lebih kecil dari α = 5 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif kejelasan sasaran anggaran pada ketepatan anggaran belanja, sehingga H 1 b diterima.
65
Hipotesis H 2 b menyatakan bahwa ada pengaruh positif komitmen organisasi pada ketepatan anggaran belanja. Hasil uji t menunjukkan bahwa komitmen organisasi bernilai positif sebesar 5,299 dengan tingkat signifikan 0,000 lebih kecil dari α = 5 persen. Hasil ini menunjukkan terdapat pengaruh positif komitmen organisasi pada ketepatan anggaran belanja, sehingga H 2 b diterima. Hipotesis
H3b
menyatakan
bahwa
ada
pengaruh
negatif
ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran belanja. Hasil uji t menunjukkan bahwa ketidakpastian lingkungan bernilai negatif sebesar -2,744 dengan tingkat signifikan 0,007 lebih kecil dari α = 5persen. Hasil ini menunjukkan terdapat pengaruh negatif ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran belanja, sehingga H 3 b diterima.
BAB VI PEMBAHASAN
Penelitian ini menguji pengaruh kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi dan ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran di SKPD Pemerintah Provinsi Bali. Selanjutnya hasil pengujian masing-masing variabel tersebut akan dikaji dalam pembahasan berikut ini:
6.1.
Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran pada Ketepatan Anggaran di SKPD Pemerintah Provinsi Bali Pengaruh kejelasan sasaran anggaran pada ketepatan anggaran ditunjukkan
dengan hipotesis H1a dan H1b. Hipotesis H1a menyatakan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada ketepatan anggaran pendapatan, dan Hipotesis H1b yang menyatakan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada ketepatan anggaran belanja. Hasil menunjukkan bahwa hipotesis H1a dan H1b diterima. Artinya bahwa semakin besar kejelasan sasaran anggaran yang diberikan maka semakin tinggi pula tercapainya ketepatan anggaran pendapatan dan belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena dengan adanya sasaran anggaran yang jelas maka pegawai dapat membandingkan apa yang telah dilakukan dengan sasaran anggaran itu sendiri, dan kemudian menentukan dimana posisinya saat ini, yang akan menimbulkan sebuah motivasi tersendiri bagi pegawai untuk lebih berusaha lebih baik untuk mencapai sasaran anggaran yang telah ditetapkan. Hasil penenelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suhartono
66
67
dan Solichin (2006) menyatakan bahwa adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan
mempermudah
untuk
mempertanggungjawabkan
keberhasilan
atau
kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuantujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
6.2.
Pengaruh Komitmen Organisasi pada Ketepatan Anggaran di SKPD Pemerintah Provinsi Bali Pengaruh komitmen organisasi pada ketepatan anggaran ditunjukkan
dengan hipotesis H2a dan H2b. Hipotesis H2a menyatakan komitmen organisasi berpengaruh positif pada ketepatan anggaran pendapatan, dan Hipotesis H2b yang menyatakan komitmen organisasi berpengaruh positif pada ketepatan anggaran belanja. Hasil menunjukkan bahwa hipotesis H2a dan H2b diterima. Artinya bahwa dengan adanya komitmen organisasi yang tinggi terhadap organisasi maka semakin tinggi pula tercapainya ketepatan anggaran pendapatan dan belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali. Hal ini disebabkan karena pegawai yang didukung dengan komitmen yang tinggi terhadap organisasi (instansi) pemerintah daerah maka akan lebih mementingkan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi yang akan mendorong pegawai untuk mencapai target anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai oleh organisasi sehingga akan berimplikasi pada pencapaian ketepatan anggaran. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Modway et al (1979) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi. dengan adanya komitmen organisasi
68
yang kuat dalam individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi.
6.3.
Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan pada Ketepatan Anggaran di SKPD Pemerintah Provinsi Bali Pengaruh ketidakpastian lingkungan pada ketepatan anggaran ditunjukkan
dengan hipotesis H3a dan H3b. Hipotesis H3a menyatakan ketidakpastian lingkungan berpengaruh negatif pada ketepatan anggararan pendapatan, dan Hipotesis H3b menyatakan ketidakpastian lingkungan berpengaruh negatif pada ketepatan anggararan belanja. Hasil menunjukkan bahwa hipotesis H3a dan H3b diterima. Artinya bahwa apabila dalam kondisi lingkungan yang tidak pasti, maka pegawai di SKPD Pemerintah Provinsi Bali dalam menyusun anggaran menjadi tidak akurat yang akan memperkecil pencapaian ketepatan anggaran pendapatan dan belanja. Hal ini disebabkan karena banyaknya pegawai yang menduduki jabatan masih di bawah 5 tahun kerja sehingga pegawai tersebut belum terlalu memehami pekerjaannya dan belum terlalu dekat dengan lingkungan sekitarnya sehingga informasi yang didapat tidak mencukupi untuk memprediksi sesuatu yang terjadi dilingkungannya secara akurat sehingga tidak dapat menentukan langkah-langkah yang tepat dalam menyusun anggaran. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Milliken (1987) yang menyatakan dalam kondisi
ketidakpastian
lingkungan
maka
individu
tidak
mampu
untuk
memprediksi sesuatu yang terjadi di lingkungannya secara akurat yang akan menurunkan tercapainya ketepatan anggaran.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis
dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)
Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada ketepatan anggaran pendapatan di SKPD Pemerintah Provinsi Bali.
2)
Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif pada ketepatan anggaran belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali.
3)
Komitmen organisasi berpengaruh positif pada ketepatan anggaran pendapatan di SKPD Pemerintah Provinsi Bali.
4)
Komitmen organisasi berpengaruh positif pada ketepatan anggaran belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali.
5)
Ketidakpastian lingkungan berpengaruh negatif pada ketepatan anggaran pendapatan di SKPD Pemerintah Provinsi Bali.
6)
Ketidakpastian lingkungan berpengaruh negatif pada ketepatan anggaran belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali.
69
70
7.2.
Keterbatasan Peneliti
menyadari
bahwa
penelitian
ini
memiliki
banyak
keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini antara lain: 1)
Dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel bebas hanya mampu menjelaskan ketepatan anggaran pendapatan di SKPD Pemerintah Provinsi Bali sebesar 60,5 persen sedangkan sisanya 39,5 persen dijelaskan oleh variabel lainnya dan menjelaskan ketepatan anggaran belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali sebesar 58,2 persen sedangkan sisanya 41,8 persen dijelaskan oleh variabel lainnya.
7.3.
Saran Hasil penelitian ini minimal dapat memotivasi penelitian yang akan
datang, untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan ketepatan anggaran. Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran penelitian ini, antara lain: 1)
Dengan melihat nilai beta Kejelasan Sasaran Anggaran yang sangat rendah (0,003) maka disarankan untuk meningkatkan Kejelasan Sasaran Anggaran dengan cara menambah pengetahuan dan wawasan penyusun dan pelaksana anggaran pendapatan di SKPD Pemerintah Provinsi Bali.
2)
Dengan melihat nilai beta Kejelasan Sasaran Anggaran yang sangat rendah (0,002) maka disarankan untuk meningkatkan Kejelasan
71
Sasaran Anggaran dengan cara menambah pengetahuan dan wawasan penyusun dan pelaksana anggaran belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali. 3)
Dengan melihat nilai beta Komitmen Organisasi yang sangat rendah (0,008) maka disarankan untuk meningkatkan Komitmen Organisasi dengan cara pemberian reward dan punishment yang memadai yang akan meningkatkan rasa kebersamaan sehingga akan berimplikasi pada meningkatnya ketepatan anggaran pendapatan di SKPD Pemerintah Provinsi Bali.
4)
Dengan melihat nilai beta Komitmen Organisasi yang sangat rendah (0,008) maka disarankan untuk meningkatkan Komitmen Organisasi dengan cara pemberian reward dan punishment yang memadai yang akan meningkatkan rasa kebersamaan sehingga akan berimplikasi pada
meningkatnya
ketepatan
anggaran
belanja
di
SKPD
Pemerintah Provinsi Bali. 5)
Dengan melihat nilai beta Ketidakpastian Lingkungan yang sangat rendah
(0,004)
maka
disarankan
untuk
meningkatkan
Ketidakpastian Lingkungan dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang
prediksi
masa
depan
di
lingkungannya
yang
akan
meningkatkan ketepatan anggaran pendapatan di SKPD Pemerintah Provinsi Bali. 6)
Dengan melihat nilai beta Ketidakpastian Lingkungan yang sangat rendah
(0,003)
maka
disarankan
untuk
meningkatkan
72
Ketidakpastian Lingkungan dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang
prediksi
masa
depan
di
lingkungannya
yang
akan
meningkatkan ketepatan anggaran belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali. 7)
Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan variabel bebas lain yang diduga memperkuat penjelasan ketepatan anggaran pendapatan dan belanja di SKPD Pemerintah Provinsi Bali, antara lain gaya kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi, kepuasan kerja, dan sarana pendukung.
DAFTAR PUSTAKA Badriyah, Nurul. Ria Nelly Sari, dan Enni Savitri. 2013. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggran, Evaluasi Anggaran, dan Umpan Balik Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial. Jurnal Universitas Riau. Bangun, Andarias. 2009. Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran dan Struktur Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial SKPD Dengan Pengawasan Internal Sebagai Variabel Pemoderasi (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang). (Tesis). Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara. Carr, Jered B. dan Ralph S. Brower. 2000. Principled Opportunism: Evidence From The Organizational Midle. Public Administration Quarterly (Spring), pp.109-138. Chong, V. K. dan K. M. Chong. 2002. Budget Goal Commitment and Informational Effect of Budget Participation on Performance: A Structural Equation Modeling Approach. Behavioral Research In Accounting. Vol 14. 6586. Cook, J. D., dan T. D. Wall. 1980. New Work Attitude Measures of Trust, Organizations Commitment, and Personal Need Nonfullfillment. Journal of Accupational Psychology 53. Hal. 39-52. Darlis, Edfan. 2002. Analisis Pengaruh Komitmen Organisasional dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan Anggaran. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, Januari, hal: 85 – 100. Darma, E. S. 2004. Pengaruh Kejelasan Sasaran dan Sistem Pengendalian Akuntansi Terhadap Kinerja Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi pada Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten.Dan Kota SePropinsi Daerah Istimewa Jogyakarta). Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar Bali. Dedeh. 2009. Analisis Anggaran Operasi Sebagai Alat Pengendalian Manajemen (Studi Kasus: PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor. (Skripsi). Bogor: Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Demanik, Ayu Zurlaini. 2011. Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan Keadilan Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial (Pada Pejabat Eselon III dan IV Pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi. (Tesis). Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. 73
Eker, Melek. 2007. The Impact of Budget Participation on Managerial Performance Via Organizational Commitment: A Study on The Top 500 Firms in Turkey. E-Journal Ankara Universitesi SBF Dergisi, pp: 118-136. Fadli, M. 2012. Analsis Prosedur Dan Varians Anggaran Penjualan Pada CV. Agung Jaya Art Palembang. Jurnal POLTEK PalComTech Palembang. Faleti, Kazeem Olabode and Darrell Myrick. 2012. The Nigerian Budgeting Process A Framework for Increasing Employment Performance. Mediterranean Journal of Social Sciences. Vol. 3, pp: 291-312. Falikhatun. 2007. Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Budgetary Slack Dengan Variabel Pemoderasi Ketidakpastian Lingkungan Dan Kohesivitas Kelompok. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol. 6, No. 2. Fitri, Yulia. 2007. Pengaruh Informasi Asimetri, Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Timbulnya Senjangan Anggaran (Studi Empiris pada Universitas Swasta di Kota Bandung). Jurnal Ichsan Gorontalo. Vol. 2 N0.3 Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Govindarajan, V. 1986. Impact of Participation in The Budgetary Process on Managerial Attitudes and Performance: Universalistic and Contigency Perspective. Decision Sciences 17. Pp. 496-516. Halim, Achmad Tjahjono dan M. F. Husien. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Hansen dan Mowen, 2006. Managerial Accounting Akuntansi Manajerial. Buku 1 Edisi ketujuh, Jakarta: Salemba Empat. Kartika, Andi. 2010. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Dalam Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Senjangan Anggaran. Jurnal Kajian Akuntansi, Vol. 2 No. 1, hal: 39-60. Kenis, I. 1979. Effect on Budgetary Goal Characteristic on Managerial Attitudes and Performance. The Accounting Review, Vol. LIV, No. 4, pp: 707721. Kren, Leslie (2003). Effects of Uncertainty, Participation, and Control System Monitoring on The Propensity to Create Budget Slack and Actual Budget Slack Created. Advances in Management Accounting, Vol. 11, pp: 143–167. Kuncoro, Haryo. 2008. Variaserah Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. Tahun 1, No. 2. 74
Kurnia, Ratnawati. 2004. Pengaruh Budgetary Goal Characterristics Terhadap Kinerja Managerial Dengan Budaya Paternalistrik dan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah III). Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar Bali. Latham, Gary dan Timothy Steele. 1983. The Effects of Participation and Goal Setting on Performance. Academy of Management Journal. Vol. 26, No. 3, pp: 406-417. Lane, Jan-Erik. 2003. Management and Public Organization: The Principal-Agent Framework. Work Paper University of Singapore. Latham, G. P., Borgogni. L., dan Petitta. L. 2008. Goal Setting and Performance Management in The Public Sector. International Public Management Journal, Vol. 26, No.3, Hal: 385-403. Latham, G. P., dan Yukl, G. A. 1975. A Review of Research on the Applocation of Goal Setting in Organizations. Academy of Management Journal. Vol. 18, No. 4, Hal: 824-845. Latham, G. P., dan Locke, E. A. 1979. Goal Setting-A Motivational Technique That Works. Organizational Dinamics. Autumn. 68-80. Locke, E. A. 1968. Toward A Theory of Task Motivation and Incentives. American Institutes of Research. No.16, Hal: 3:157-89. Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi sepuluh. Yogyakarta: Andi Offset. Offset.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Edisi IV. Yoyakarta: Andi
McClurg, L.N. 1999. Organizational Commitment in The Temporary Help Service Industry. Journal of Applied Management Studies. 5-26 McPhee, Ian. 2008. Developing and Managing Internal Budgets. Australian National Audit Office: Canberra Milliken, F. J, 1987. Three Types of Perceived Uncertainty About Environment: State, Effect, and Response Uncertainty. Academy of Management Review 12. Minanda, Yilpipa. 2009. Pengaruh Sasaran Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Kesenjangan Anggaran Pemerintah Provinsi Sumatra Utara. (Tesis). Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatra Utara. 75
Mirayanti, A. A. Ayu Putri. 2012. Pengaruh Interaksi Partisipasi Penganggaran dan Ketidakpastian Yang Dipersepsikan Terhadap Kinerja Pada Organisasi Non-Profit The Nature Conservacy Indonesia Marine Program. (Skripsi). Denpasar: Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Mulyadi. 2001. Akuntansi manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Modway, R., R. Steers, dan L. Porter, 1979. The Measurement of Organizational Commitment. Journal of Vacational Behavior 14, pp: 224-235. Murwaningsari, Etty. 2008. The Role of Oranizational Commitment and Procedural Justice in Moderatin The Relationship Between Budetary Participation and Managerial Performance. Gadjah Mada International Journal of Business. Vol. 10, No. 2, pp: 185-210. Nasser, Mahmoud, Osama Mah’d, Khalil Nimer dan Saleh Al-okdah. 2011. The Impact of Managers’ Related Variables and Departement Features on Budget Characteristics: The Case of Private Jordanian Universities. International Business Research. Vol. 4, No. 4, Pp: 199-210. Nouri, H. dan R. J. Parker. 1996. The Effect of Organizational Commitment on Relation Between Budgetary Participation and Budgetary Slack. Behavioral Research In Accounting. Vol 8. 74-90. Nugroho, Agus. 2005. Strategi Jitu : Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Provinsi Bali. Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2008. tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali. Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 93/PMK.02 Tahun 2011. tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Rinarti, Deasy dan Muindro Renyowijoyo. 2007. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Budaya Organisasi Terhadap partisipasi Penganggaran dan Kinerja manajerial. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 9, No. 2, hal 124-135. Serakan, Uma. 2008. Research Methods of Business, Southern Illinois University at Carbondale. Sila, I Gede. 2010. Pengaruh Komitmen, Sistem Pengendalian Intern dan Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Pada Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Bali. (Tesis). Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. 76
Suardana, Kadek Juli dan I Ketut Suryanawa. 2010. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Pada Kinerja Manajerial Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi. E-journal Universitas Udayana. Vol. 5, No. 1. Sudarba, I Ketut. 2010. Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Pada Senjangan Anggaran (Studi Kasus Pada Satuan Kinerja Perangkat Daerah Se-Kabupaten Tabanan). (Tesis). Denpasar: Program Pasca Sarjana Universitas Udayana. Sudarmanto, Gunawan. R. 2005. Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta; Graha Ilmu. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta. Suwandi dan Nur Indriantoro. 1999. Pengujian Model Turnover Pasewark dan Strawse. Studi Empiris pada Lingkungan Akuntan Publik. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Juli. Vol. 2 hal. 173-195 Suhartono, Ehrmann dan Mochammad Solichin. 2006. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, hal 1-20. Sujana, I Ketut. 2010. Pengaruh Partisipasi Penganggaran, Penekanan Anggaran, Komitmen Organisasi, Asimetri Informasi, dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Budgetary Slack Pada Hotel-Hotel Berbintang Di kota Denpasar. E-journal Universitas Udayana. Vol. 5. No. 2 Tanpaty, Iwan dan Wirawan ED Radianto. 2007. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Penyusunan Anggaran Dengan Senjangan Anggaran. The 1st PPM National Conference on Management Reserch “Manajemen di Era Glabalisasi”. Sekolah Tinggi Manjemen PPM. Umar, Husein. 2004. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Wentzel, K. 2002. The Influence of Fairness Perceptions and Goal Commitment on Managers Performance in a Budget Setting. Behavioral Research In Accounting. Vol. 14. 247-271. Yilmaz, Emine and Gokhan Ozer. 2011. The Effects of Environmental Uncertainty and budgetary control effectiveness on propensity to create budgetary slack in public sector. African Journal of Business Management Vol. 5(22), pp. 8902-8908.
77