1
TESIS
PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI
PUTU PURNAMA DEWI
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
2
TESIS
PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI
PUTU PURNAMA DEWI NIM 1291661007
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
3
PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
PUTU PURNAMA DEWI NIM 1291661007
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
ii
4
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 22 Juni 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak, CPA NIP. 195905101990031001
Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi, Ak NIP. 196610081993032001
Mengetahui
Ketua Program Magister Akuntansi, Program Pascasarjana Unversitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak NIP. 196412241991031002
Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 19590215985102001
iii
5
Penetapan Panitia Penguji
Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 22 Juni 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.: 1699/UN14.4/HK/2015, Tanggal 11 Juni 2015
Ketua
: Prof. Dr. I Wayan Ramantha, SE, MM, Ak, CPA
Anggota : 1.
Dr. Ni Ketut Rasmini, SE, MSi, Ak
2.
Dr. I D G Dharma Suputra, SE, MSi, Ak
3.
Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi, Ak
4.
Dr. Made Gede Wirakusuma, SE, MSi, Ak
iv
6
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya/ karunia-Nya, penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengalaman, Orientasi Etika, Komitmen dan Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali” dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. I Wayan Ramantha, SE., MM., Ak., CPA. selaku pembimbing I dan Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., MSi., Ak. selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp. PD-KEMD, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pasca Sarjana di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K), Ketua Program Magister Akuntansi Universitas Udayana yang dijabat oleh Dr. Dewa Gede Wirama, MSBA, Ak. atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa pada Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi Universitas Udayana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis
v
7
untuk mengikuti pendidikan Program Pasca Sarjana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Ketua Jurusan Akuntansi, Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE., MSi., Ak. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para penguji tesis, yaitu Dr. Made Gede Wirakusuma, SE., MSi., Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., MSi., dan Dr. I. D. G. Dharma Suputra, SE., MSi., Ak. yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus serta penghargaan kepada seluruh pengajar serta pegawai Program Magister Akuntansi yang telah membimbing penulis, memberikan bantuan serta perhatian selama perkuliahan. Terima kasih juga kepada auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Juga penulis ucapkan terima kepada Bapak dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar berpikir logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada suami tercinta Made Ananta Kusuma, ST., yang telah memberikan semangat, dorongan, motivasi kepada penulis untuk mengikuti Program Pasca Sarjana Magister Akuntansi dan memberikan kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini, juga kepada keluarga serta sahabat yang mendukung terselesaikannya tesis ini.
8
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar 13 April 2015
Penulis
9
ABSTRAK PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI
Penelitian ini menguji pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 60 responden. Data diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada auditor BPKP. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pengalaman tidak berpengaruh signifikan pada sensitivitas auditor BPKP namun arahnya positif. Idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Sedangkan relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Komitmen organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor. Budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Kata kunci:
sensitivitas etika, pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen profesional, komitmen organisasional, budaya etis organisasi.
vi
10
ABTSRACT
THE INFLUENCE OF EXPERIENCE, ETHICAL ORIENTED, COMMITMENT AND ETHICAL CULTURE ORGANIZATION TOWARDS SENSITIVITY OF AN AUDITOR OF THE FINANCE AND DEVELOPMENT SUPERVISOR AGENCY, BALI REPRESENTATIVE.
This research examines the influence of experience, ethical oriented, commitment and ethical culture organization towards sensitivity of an auditor of the finance and development supervisor agency (BPKP),Bali representative. Number of respondents taken in this research were 60 respondents. Data was obtained through questionnaire by distributing it to the auditors of the finance and development supervisor agency (BPKP). Multiple linear regression analysis was used within this research. This research indicates that auditors experiences have no significant effects on their sensitivity. Idealism has positive effects on the sensitivity of an auditor, whereas relativism has negative effects on the sensitivity of an auditor in the finance and development supervisor agency (BPKP). Professional commitment has positive impacts on the sensitivity of an auditor. Organizational commitment also has positive impacts on the sensitivity of an auditor of the finance and development supervisor agency (BPKP). Ethical Culture of organizations do have a positive influence to the sensitivity of an auditor of the finance and development supervisor agency (BPKP).
Key words:
sensitivity of ethics, experience, idealism, relativism, professional commitment, organizational commitment, ethical culture organization
vii
11
RINGKASAN PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI Auditor dituntut untuk lebih profesional dan beretika didalam melaksanakan tugas-tugas profesinya. Auditor internal sering menghadapi situasi yang dilematis dalam menjalankan tugas auditnya. Selain harus patuh pada pimpinan tempat bekerja, juga harus menghadapi tuntutan dari masyarakat untuk memberikan laporan yang jujur (Westra, 1986). Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah auditor internal dalam pengelolaan keuangan negara. Masalah etika muncul ketika auditor menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak yang terkait (Shaub et al., 1993). Kemampuan seorang profesional untuk berperilaku etis sangat dipengaruhi oleh sensitivitas individu tersebut (Falah, 2006). Penelitian ini menguji pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 60 responden. Data diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada auditor BPKP. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pengalaman tidak berpengaruh signifikan pada sensitivitas auditor BPKP. Idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Namun relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Komitmen organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP.
viii
12
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DALAM ………………………………………………...................
i
PRASYARAT GELAR …………………………………………....................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………….. ..................
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ……………………………...................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………....................
v
ABSTRAK ......................................................................... ...............................
vi
ABSTRACT ………………………………………………………. .................
vii
RINGKASAN ……………………………………………………… ...............
viii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
8
KAJIAN PUSTAKA ....................................................................
9
2.1 Landasan Teori ......................................................................
9
2.1.1
Teori Etika .................................................................
9
2.1.2
Teori Perkembangan Moral Kognitif ........................
11
2.1.3
Sensitivitas Etika …………………………. ............
11
ix
13
BAB III
2.1.4
Pengalaman ……………………………..................
12
2.1.5
Orientasi Etika ………. .............................................
13
2.1.6
Komitmen .................................................................
14
2.1.7
Budaya Etis Organisasi..............................................
15
2.1.8
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) ..............................................
15
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................
17
KERANGKA BERPIKIR, DESAIN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................................................
20
3.1 Kerangka Berpikir .................................................................
20
3.2 Konsep Penelitian ..................................................................
21
3.3 Hipotesis Penelitian ...............................................................
21
3.3.1
Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor ......................................................................
22
Pengaruh Orientasi Etika pada Sensitivitas Etika Auditor ......................................................................
22
Pengaruh Komitmen pada Sensitivitas Etika Auditor ……………………………………. ..........................
23
Pengaruh Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor ............................................................
24
METODE PENELITIAN ............................................................
26
4.1 Rancangan Penelitian .............................................................
26
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................
28
4.3 Metode Penentuan Sampel ....................................................
28
4.4 Variabel Penelitian .................................................................
28
3.3.2
3.3.3
3.3.4
BAB IV
14
4.4.1
Identifikasi Variabel .................................................
28
4.4.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ....................................................................
29
4.5 Teknik Analisis Data .............................................................
34
4.5.1
Intervalisasi Data …………………………. ............
34
4.5.2
Pengujian Instrumen .................................................
35
4.5.3
Uji Asumsi Klasik ....................................................
35
4.5.4
Pengujian Hipotesis Penelitian .................................
36
HASIL PENELITIAN .................................................................
39
5.1 Gambaran Umum Responden ……………………..................
39
5.1.1 Responden Penelitian ……………………....................
39
5.1.2 Karakteristik Responden …………………...................
40
5.2 Statistik Deskriptif ……………………………….. .................
43
5.3 Pengujian Hipotesis ………………………………. ...............
44
5.3.1 Uji Instrumen ………………………………. ..............
44
5.3.2 Uji Asumsi Klasik …………………………. ...............
47
5.3.3 Uji Regresi Linear Berganda ……………… ...............
51
5.3.4 Uji Statistik F ………………………………. ..............
53
5.3.5 Uji Statistik t ……………………………….. ..............
54
5.4 Pembahasan ……………………………………….. ..............
61
SIMPULAN DAN SARAN ……………………………. ...........
67
6.1 Simpulan …………………………………………… .............
67
6.2 Saran ……………………………………………….. .............
68
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… ..............
70
BAB V
BAB VI
15
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Halaman
2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya ....................................................
19
5.1 Tingkat Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ………… .....................
40
5.2 Karakteristik Responden …………………………………….. ...................
41
5.3 Hasil Statistik Deskriptif …………………………………….. ...................
43
5.4 Hasil Uji Validitas …………………………………………….. .................
45
5.5 Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………….. .................
47
5.6 Hasil Uji Normalitas ………………………………………….. ..................
48
5.7 Hasil Uji Multikolinearitas …………………………………… ..................
49
5.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ………………………………… ..................
50
5.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda …………………………... ..................
52
5.10 Ringkasan Hasil Uji Statistik t …………………………….. .....................
60
x
16
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Halaman
3.1 Kerangka Berpikir.........................................................................................
20
3.2 Konsep Penelitian .........................................................................................
21
4.1 Rancangan Penelitian....................................................................................
27
xi
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
Lampiran 2
Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden
Lampiran 3
Transformasi Data Ordinal ke Interval
Lampiran 4
Uji Validitas
Lampiran 5
Uji Reliabilitas
Lampiran 6
Uji Statistik Deskriptif
Lampiran 7
Uji Normalitas
Lampiran 8
Uji Multikolinearitas
Lampiran 9
Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 10
Uji Regresi Linear Berganda
Lampiran 11
Hasil Wawancara dengan auditor BPKP
xii
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Transparansi dan akuntabilitas sangat dibutuhkan dalam pengelolaan
keuangan negara guna mewujudkan stabilitas ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Auditor merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dalam pengelolaan keuangan tersebut. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah auditor internal dalam pengelolaan keuangan negara. BPKP melakukan tugas pengawasan keuangan dan pembangunan berupa audit, konsultasi, asistensi, evaluasi, pemberantasan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) serta pendidikan dan pelatihan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku (http://www.bpkp.go.id, Selasa, 11 Februari 2014). Auditor internal sering menghadapi situasi yang dilematis dalam menjalankan tugas auditnya. Selain harus patuh pada pimpinan tempat bekerja, juga harus menghadapi tuntutan dari masyarakat untuk memberikan laporan yang jujur (Westra, 1986). Meskipun demikian, kemampuan untuk membuat pertimbangan etis dan bertindak secara etis merupakan syarat bagi auditor untuk mengenali suatu isu etis (Shaub et al., 1993). Kondisi ini menunjukkan bahwa profesi auditor tidak terlepas dari masalah-masalah etika. Masalah etika muncul ketika auditor menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak yang terkait (Shaub et al., 1993). Etika berkaitan erat dengan nilai-nilai dan tatacara hidup yang baik yang dianut dan diwariskan oleh suatu generasi ke generasi berikutnya. Etika dalam
1
2
profesi akuntan diatur dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia yang menjadi panduan dan aturan bagi setiap anggota. Auditor dituntut untuk lebih profesional dan
beretika
didalam
melaksanakan
tugas-tugas
profesinya.
Didalam
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen perusahaan, seorang auditor akan menghadapi kondisi dilematis baik dari dirinya sendiri maupun dari pihak eksternal, sehingga auditor harus mampu menjunjung tinggi etika profesinya. Etika auditor sering dikaitkan dengan perilaku etis auditor dalam mengambil keputusan. Beberapa kasus audit yang dialami oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yaitu perihal laporan hasil audit tim BPKP atas perhitungan kerugian keuangan negara dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi penggunaan jaringan frekuensi 2,1 GHz/Generasi 3 (3G) oleh Indosat Mega Media (IM2) sebesar Rp 1,3 Triliun dan kasus dugaan korupsi oleh PT. Chevron Pacifik Indonesia sebesar USD 9,9 juta. Namun pihak Indosat Mega Media (IM2) menggugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) atas keputusan BPKP tersebut. PTUN mengabulkan gugatan pihak Indosat Mega Media (IM2), dengan membatalkan laporan audit BPKP dan mengkaji ulang persyaratan kerjasamanya. Kasus lain juga terjadi di Semarang, BPKP digugat atas laporan audit yang diterbitkan dengan kesimpulan adanya kerugian Negara sebesar 2,5 miliar terkait kasus tukar guling tanah Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Desa Nyatnyono Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Namun Pengadilan Negeri Semarang berkesimpulan bahwa BPKP telah melakukan pelanggaran hukum dengan mengeluarkan hasil audit tersebut. Sehingga BPKP
3
dikenakan denda inmateriil sebesar 200 juta dan menyatakan laporan hasil audit BPKP Nomor SR-10916/PWII/2012 batal demi hukum. Kegagalan atau penyimpangan audit yang dilakukan oleh auditor, mendorong diperlukannya suatu kemampuan auditor untuk mempertimbangkan etika dan perilaku dalam pelaksanaan audit. American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) mensyaratkan auditor untuk melatih sensitivitas profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitasnya (Andersen dan Ellyson, 1986). Beberapa kasus mengenai kegagalan auditor dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatan etika profesional akuntan publik yang memiliki tugas dalam jasa audit. Sensitivitas etika adalah kemampuan seseorang dalam mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan sifat dasar etika dari keputusan tersebut (Shaub et al., 1993). Sensitivitas etika diukur dengan menilai kegagalan auditor dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi, subordinasi auditor dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi. Kemampuan seorang profesional untuk berperilaku etis sangat dipengaruhi oleh sensitivitas individu tersebut (Falah, 2006). Pengalaman audit merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap sensitivitas etika auditor, karena auditor yang berpengalaman dianggap lebih konservatif dalam menghadapi dilema etika (Larkin, 2000). Pengalaman audit berkaitan dengan jabatan auditor, lama tahun bekerja, keahlian yang dimiliki dalam audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh auditor tentang
4
audit (Gusnardi, 2003). Melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman, seorang auditor dapat lebih obyektif dalam mengambil keputusan menyangkut hasil auditnya. Higgins dan Kelleher (2005) mengungkapkan alternatif lain dalam menyelesaikan dilema etika yaitu orientasi etika. Orientasi etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme (Forsyth, 1980). Idealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis (Forsyth, 1980). Kedua konsep tersebut bukan merupakan hal yang berlawanan namun penting digunakan dalam mengukur tingkat sensitivitas etika. Irawati dan Supriyadi (2012) menyatakan bahwa seorang auditor harus berkomitmen pada kepentingan publik. Komitmen dibedakan menjadi dua konstruk, yaitu komitmen profesional dan komitmen organisasional (Bline et al., 1992). Komitmen profesional dan komitmen organisasional adalah dua hal yang berbeda (Chang dan Choi, 2007). Komitmen profesional adalah loyalitas pada profesi yang dimiliki oleh individu (Larkin, 2000) sedangkan komitmen organisasional adalah loyalitas pada organisasi (Kwon dan Banks, 2004). Auditor dapat bertahan sebagai anggota dari organisasi dan/ atau profesinya dengan cara memahami sifat dasar etika dari suatu keputusan yang dibuat (Anderson dan Ellyson, 1986). Budaya etis organisasi merupakan pandangan luas tentang persepsi karyawan pada tindakan etis pemimpin akan pentingnya etika di perusahaan dan
5
memberikan penghargaan ataupun sanksi atas tindakan tidak bermoral (Hurt et al, 1986). Budaya kerja berkaitan dengan sikap atau perilaku seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari. Permasalahan budaya kerja dalam sistem pemerintahan yaitu terabaikannya nilai etika dan budaya kerja yg dapat melemahkan disiplin dan etos kerja (Tamin, 2004). Beberapa penelitian mengenai sensitivitas etika yaitu penelitian oleh Irawati dan Supriyadi (2012) yang meneliti mengenai pengaruh orientasi etika pada komitmen profesional, komitmen organisasional, dan sensitivitas etika auditor dengan variabel pemoderasi gender pada auditor BPK. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa gender tidak dapat memoderasi hubungan antara orientasi etika dengan komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika. Penelitian lain juga dilakukan oleh Januarti (2011) untuk menguji pengaruh pengalaman auditor, komitmen profesional, orientasi etis, dan nilai etika terhadap persepsi dan pertimbangan etis pada auditor BPK. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis, sedangkan pengalaman, komitmen profesional, dan nilai etika tidak berpengaruh terhadap persepsi dan pertimbangan etis. Selain itu Aziza dan Salim (2007) serta Shaub (1993) menguji orientasi etika terhadap komitmen dan sensitivitas etika pada auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh terhadap komitmen, dan komitmen tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998) juga menguji pengaruh orientasi etika terhadap komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika auditor Pemerintah
6
DKI Jakarta. Penelitian mengenai budaya etis organisasi dan orientasi etis terhadap sensitivitas etika pada Bawasda dilakukan oleh Fallah (2006) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh positif terhadap idealisme dan tidak berpengaruh pada relativisme. Orientasi etika berpengaruh pada sensitivitas etika, khususnya relativisme sedangkan idealisme tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Penelitian ini menguji pengaruh variabel pengalaman, orientasi etika, komitmen dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika dalam dimensi waktu dan tempat yang berbeda. Adanya perbedaan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya, serta beberapa permasalahan yang terdapat pada auditor internal, memotivasi penelitian ini dilakukan pada auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) karena belum adanya penelitian serupa yang diadakan di instansi tersebut. Selain itu, BPKP merupakan instansi yang berdiri sendiri, tidak dalam satu kesatuan dengan istansi yang diauditnya, berbeda dengan Bawasda yang merupakan auditor internal pemerintah yang masih dalam satu kesatuan sistem pemerintah daerah. Berbeda juga dengan BPK yang merupakan auditor eksternal pemerintah.
Penelitian ini ingin membuktikan apakah hasil
penelitian akan sama ataukah berbeda apabila dilakukan dengan variabel, waktu dan tempat yang berbeda.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, yaitu:
7
1) Apakah pengalaman berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali? 2) Apakah idealisme berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali? 3) Apakah relativisme berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali? 4) Apakah komitmen profesional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali? 5) Apakah komitmen organisasional berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali? 6) Apakah budaya etis organisasi berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pengaruh pengalaman pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 2) Untuk mengetahui pengaruh idealisme pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 3) Untuk mengetahui pengaruh relativisme pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
8
4) Untuk mengetahui pengaruh komitmen profesional pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 5) Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasional pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 6) Untuk mengetahui pengaruh budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini, sebagai
berikut: 1) Manfaat teoretis Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan konseptual bagi pengembangan ilmu pengetahuan bidang akuntansi keprilakuan yang berhubungan dengan audit serta bagi peneliti sejenis maupun civitas akademi lainnya. 2) Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi seluruh pihak yang berkepentingan serta masukan kepada auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengenai sensitivitas etika auditor.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Teori Etika Etika merupakan suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindak seseorang sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan terpuji dan meningkatkan martabat dan kehormatan seseorang (Munawir, 1997). Etika sangat erat kaitannya dengan perilaku bermoral. Moral adalah sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu sebagai anggota kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas atau fungsi yang diharuskan kelompoknya serta loyalitas pada kelompoknya (Sukamto, 1991). Etika secara harfiah berasal dari kata Yunani yaitu ethos yang artinya sama persis dengan moralitas yaitu adat kebiasaan yang baik (Keraf, 1998). Kamus Bahasa Indonesia (1998) menyebutkan etika memiliki tiga arti yang salah satunya adalah nilai mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Sedangkan etika dalam bahasa latin yaitu ethica yang berarti falsafah moral. Etika adalah tatanan moral yang telah disepakati bersama dalam suatu profesi dan ditujukan untuk anggota profesi (Risa, 2011). Bertens (2000) menyebutkan bahwa teori etika dapat membantu proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan moral dan justifikasi terhadap keputusan tersebut. Menurut Duska (2003), teori etika dikembangkan dalam tiga bagian, yaitu:
9
10
1) Utilitarianism Theory Teori ini membahas mengenai optimalisasi pengambilan keputusan individu untuk memaksimumkan manfaat dan meminimalkan dampak negatif. Terdapat dua jenis utilitarisme, yaitu: a.
Act Utilitarisme yaitu perbuatan yang bermanfaat untuk banyak orang.
b. Rule Utilitarisme yaitu aturan moral yang diterima oleh masyarakat luas. 2) Deonotologi Theory Teori etika ini membahas mengenai kewajiban individu untuk memberikan hak kepada orang lain, sehingga dasar untuk menilai baik atau buruk suatu hal harus didasarkan pada kewajiban, bukan konsekuensi perbuatan. 3) Virtue Theory Teori ini menjelaskan disposisi watak seseorang yang memungkinkan untuk bertingkah laku baik secara moral. Ada dua jenis virtue theory, yaitu: a. Pelaku bisnis individual, seperti: kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan. b. Taraf perusahaan, seperti: kemarahan, loyalitas, kehormatan, rasa malu yang dimiliki oleh manajer dan karyawan. Auditor BPKP merupakan salah satu profesi yang tidak terlepas dari permasalahan dilema etika. Auditor harus mempertimbangkan berbagai hal didalam mengambil keputusan untuk pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan hasil audit.
11
2.1.2 Teori Perkembangan Moral Kognitif Pendekatan perkembangan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey dan selanjutnya dikembangkan lagi oleh Piaget dan Kohlberg. Moral kognitif adalah faktor penentu dalam pengambilan keputusan etis (Kohlberg, 1971). Kohlberg menyatakan bahwa personal value diperoleh melalui suatu proses berpikir dan berpendapat. Terdapat enam tingkatan yang dikembangkan oleh Kohlberg yaitu tahap pertama dan kedua dari perkembangan moral disebut dengan Pre-coventional, yaitu kondisi dimana orang-orang membuat keputusan moral berdasarkan pada imbalan dan hukuman. Tahap tiga dan empat disebut Conventional, dalam tahap ini seseorang sudah memperhatikan aturan-aturan sosial dan kebutuhan-kebutuhan sesama. Tahap kelima dan keenam disebut Postconventional, dimana kebaikan bagi masyarakat telah dimasukkan dalam pemikiran moral (Kohlberg, 1971). Trevino (1986), Hunt dan Vitell (1986) menjelaskan bahwa budaya etis organisasi merupakan faktor organisasional yang berpengaruh pada perilaku etis seseorang. Trevino (1986) menitikberatkan teori yang dikembangkan Kohlberg dalam mengidentifikasi pengaruh individu terhadap keputusan etis. Namun Hunt dan Vitell (1986) memasukkan variabel personal value dalam pengambilan keputusan.
2.1.3 Sensitivitas Etika Hunt dan Vitell (1986) menjelaskan bahwa kemampuan seseorang untuk memahami masalah etis yang dipengaruhi oleh lingkungan budaya, lingkungan
12
industri, lingkungan organisasi, dan pengalaman pribadi. Sensitivitas etika merupakan kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan (Shaub et al., 1993). Sensitivitas etika diukur melalui penilaian kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi, dan subordinasi akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi. Rest (1983) mengajukan model atau rerangka analisis empat komponen kerangka kerja untuk meneliti pengembangan proses berpikir moral dan perilaku individu dalam mengambil keputusan. Empat komponen tersebut, yaitu: 1) Pengenalan individu akan keberadaan masalah etis dan pengevaluasian. 2) Penentuan perilaku moral secara ideal yang sesuai untuk sebuah situasi. 3) Keputusan pada tindakan yang dimaksud berkaitan dengan berbagai hasil yang dinilai dan implikasi moralnya. 4) Pelaksanaan perilaku yang dimaksud.
2.1.4 Pengalaman Pengalaman audit dapat mengembangkan struktur memori yang luas dan kompleks yang membentuk kumpulan informasi yang dibutuhkan dalam membuat keputusan-keputusan audit (Libby, 1993). Pengalaman dapat menghasilkan struktur dalam proses penilaian auditor. Auditor yang berpengalaman memiliki struktur memori mengenai pengetahuan audit dalam mengidentifikasi petunjukpetunjuk dari informasi tertentu yang berpengaruh terhadap kesimpulan hasil audit (Bonner, 1996). Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan
13
bertambahnya pengalaman audit, diskusi audit, pelatihan, dan penggunaan standar (Januarti, 2011). Auditor yang memiliki pengalaman yang lebih lama, memungkinkan auditor lebih terampil dan cepat dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya serta menghasilkan opini audit yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor. Gusnardi (2003) menyatakan bahwa pengalaman audit diukur melalui lama auditor bekerja, jabatan auditor, keahlian yang berhubungan dengan audit, dan pelatihan audit yang pernah diikuti. Sehingga auditor yang berpengalaman dianggap lebih konservatif saat menghadapi dilema etika (Larkin, 2000).
2.1.5 Orientasi Etika Cohen et al. (1980) menyatakan bahwa orientasi setiap individu pertamatama ditentukan oleh kebutuhannya. Kebutuhan tersebut menentukan harapan atau tujuan dalam setiap perilakunya sehingga pada akhirnya individu tersebut menentukan tindakan apa yang akan diambilnya. Higgins dan Kelleher (2005) menjelaskan alternatif pola perilaku untuk menyelesaikan dilema etika dan konsekuensi yang diharapkan oleh fungsi yang berbeda akan menentukan orientasi etis. Tetapi ada penentu lain dari orientasi etis yang dapat menunjukkan adanya perbedaan individu, antara lain standar perilaku individu, standar perilaku dalam keluarga serta standar perilaku dalam komunitas (Tsalikis dan Fritzsche, 1998; wiley, 1998). Higgins dan Kelleher (2005) mengungkapkan alternatif lain dalam menyelesaikan dilema etika yaitu orientasi etika. Orientasi etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme (Forsyth,
14
1980). Idealisme mengacu pada suatu hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral sedangkan relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis (Forsyth, 1980).
2.1.6 Komitmen Bline et al. (1992) membedakan komitmen menjadi dua konstruk, yaitu komitmen profesional dan komitmen organisasional. Komitmen profesional dan komitmen organisasional adalah dua hal yang berbeda (Chang dan Choi, 2007). Aranya et al. (1981) serta Araya dan Ferris (1984) mendefinisikan komitmen sebagai berikut: 1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan tujuan pada nilai-nilai organisasi dan/atau profesi. 2) Kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan/atau profesi. 3) Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/atau profesi. Kwon dan Branks (2004) menyatakan bahwa komitmen organisasional berkaitan dengan jenis organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional diperkirakan oleh dukungan untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi dan karakteristik pekerjaan. Komitmen profesional yang kuat akan mengarahkan auditor untuk taat pada aturan (Jeffrey dan Weatherholt, 1996).
15
2.1.7 Budaya Etis Organisasi Schein (1992) menyatakan budaya adalah suatu proses pentransferan nilainilai kepada anggota yang baru sebagai suatu pedoman untuk berperilaku. Budaya dapat berkembang dari upaya yang tidak disadari, tetapi sistematis dalam kurun waktu tertentu. Budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain (Hofstede, 1994). Budaya etis organisasi merupakan pandangan luas tentang persepsi karyawan pada tindakan etis pemimpin akan pentingnya etika di perusahaan dan memberikan penghargaan ataupun sanksi atas tindakan tidak bermoral (Hurt et al, 1986). Budaya organisasi merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pemimpin, karena mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan menjadi pedoman bagi pelaku anggota organisasi tersebut.
2.1.7 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah lembaga pemerintahan nonkementerian Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang berupa audit, konsultasi, asistensi, evaluasi, pemberantasan KKN serta pendidikan dan pelatihan pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perkembangan lembaga pengawasan ini diawali dengan terbentuknya Djawatan Akuntan Negara (DAN) pada tanggal 31 Oktober 1936 dengan bersluit Nomor 44.
DAN bertugas
melakukan penelitian terhadap pembukuan dari berbagai perusahaan negara atau jawatan tertentu. DAN berada di bawah Thesauri Jenderal pada Kementrian
16
Keuangan. Kedudukan DAN ditingkatkan menjadi langsung di bawah Menteri Keuangan setelah dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961. Pada tahun 1966 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 239 tentang pembentukan Direktorat Djendral Pengawasan Keuangan Negara (DDPKN) pada Departemen Keuangan. Tugas DDPKN meliputi pengawasan anggaran dan pengawasan badan usaha/jawatan, yang semula menjadi tugas DAN dan Thesauri Jenderal. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 1971, khusus pada Departemen Keuangan, tugas pengawasan keuangan Negara dilakukan oleh DDPKN. DDPKN ditransformasikan menjadi BPKP setelah diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983. BPKP merupakan lembaga non departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden. Kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja lembaga pemerintah non departemen diatur pada Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 tahun 2005. Hasil pengawasan BPKP dilaporkan kepada Presiden selaku kepala pemerintahan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan
dalam
menjalankan
pemerintahan
dan
memenuhi kewajiban akuntabilitasnya. Hasil pengawasan tersebut juga diperlukan oleh para penyelenggara pemerintahan lainnya termasuk pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam pencapaian dan peningkatan kinerja instansi yang dipimpinnya.
17
2.2
Hasil Penelitian Sebelumnya Irawati dan Supriyadi (2012) meneliti pengaruh orientasi etika pada
komitmen profesional, komitmen organisasional, dan sensitivitas etika auditor dengan variabel pemoderasi gender. Sampel penelitian ini adalah auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Metode analisis data yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Penelitian ini memperoleh hasil bahwa gender tidak dapat memoderasi hubungan antara orientasi etika dengan komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika. Penelitian lain dilakukan oleh Januarti (2011) untuk menguji pengaruh pengalaman auditor, komitmen profesional, orientasi etis, dan nilai etika terhadap persepsi dan pertimbangan etis dengan sampel penelitian pada auditor BPK. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis, sedangkan pengalaman, komitmen profesional, dan nilai etika tidak berpengaruh terhadap persepsi dan pertimbangan etis. Aziza dan Salim (2007), Shaub (1993) menguji orientasi etika terhadap komitmen dan sensitivitas etika pada auditor di Bengkulu dan Sumatera Selatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh terhadap komitmen, dan komitmen tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Metode analisis data yang digunakan adalah Path Analysis. Fallah (2006) melakukan penelitian mengenai budaya etis organisasi dan orientasi etis terhadap sensitivitas etika pada Bawasda dengan hasil yang menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh positif terhadap idealisme dan tidak berpengaruh pada relativisme. Orientasi etika berpengaruh pada sensitivitas etika, khususnya relativisme
18
sedangkan idealisme tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Penelitian ini menggabungkan model Structural Equation Modeling (SEM) dengan Path Analysis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Aziza dan Salim (2007) adalah metode analisis data yang digunakan. Sahub et al., (1993) menggunakan metoda analisis data Multivariate Analysis of Variance (Manova). Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998) meneliti pengaruh orientasi etika terhadap komitmen professional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika auditor Pemerintah DKI Jakarta dengan metode Path Analysis. Hasil yang diperoleh bahwa orientasi etika mempengaruhi komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika. Douglas et al., (2001) menguji pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etis pada etika judgment akuntan. Penelitian tersebut menggunakan Path Analysis membuktikan bahwa budaya etis organisasi mempengaruhi orientasi etika dan etika judgment akuntan. Hasil penelitian sebelumnya merupakan kajian empiris penelitian. Penelitian ini mencoba menggabungkan variabel-variabel dari penelitianpenelitian sebelumnya mengenai sensitivitas etika dengan obyek dan waktu penelitian yang berbeda. Beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai sensitivitas etika dirangkum dalam Tabel 2.1. Uraian dari penelitian – penelitian tersebut terdiri dari nama peneliti dan tahun penelitiannya, variabel penelitian, teknik analisis data yang digunakan serta hasil penelitian.
19
Tabel 2.1 Rangkuman Hasil Penelitian Sebelumnya Peneliti (Tahun) Irawati dan Supriyadi (2012)
Dependen Komitmen Profesional, Komitmen Organisasional, dan Sensitivitas Etika
Variabel Independen Orientasi Etika
Moderasi Gender
Teknik Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Januarti (2011)
Persepsi dan Pertimbangan etis
Pengalaman auditor, Komitmen Profesional, Orientasi Etis, dan Nilai Etika
Regresi
Aziza dan Salim (2007)
Komitmen dan Sensitivitas Etika
Orientasi Etika
Path analysis
Falah (2006)
Sensitivitas Etika
Budaya etis organsasi dan orientasi etis
Structural Equation Modeling (SEM) dan Path analysis
Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998)
Komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika
Orientasi Etika
Path Analysis
Sumber : data diolah 2014
Hasil Penelitian Gender tidak berhasil memoderasi hubungan antara orientasi etika terhadap komitmen profesional, komitmen organisasional dan sensitivitas etika Orientasi etis berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis pengalaman, komitmen profesional, dan nilai etika organisasi tidak berpengaruh terhadap persepsi dan pertimbangan etis Orientasi etika berpengaruh terhadap komitmen. Komitmen profesional dan organisasional tidak berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas etika Budaya etis organisasi berpengaruh positif dengan idealisme tapi tidak terhadap relativisme, idealisme berpengaruh positif terhadap sensitivitas etika. Relativisme berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etika Orientasi etika berpengaruh pada komitmen profesional, organisasional dan sensitivitas etika
20
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berpikir Penyatuan sintesis teori dan kajian pustaka yang dikaitkan dengan
rumusan masalah dalam penelitian ini membentuk kerangka berpikir mengenai pengaruh orientasi etika, komitmen dan budaya etis organisasi terhadap sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Gambar 3.1 menjelaskan kerangka berpikir dalam penelitian ini. Kajian Teori
Kajian Empiris
Teori Etika
Rumusan Masalah
Teori Perkembangan Moral Kognitif
Irawati dan Supriyadi (2012) Januarti (2011) Aziza dan Salim (2007)
Hipotesis
Sensitivitas Etika
Falah (2006)
Pengalaman Orientasi Etika
Uji Statistik
Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998)
Komitmen Budaya Etis Organisasi
Hasil
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
20
21
3.2
Konsep Penelitian Konsep penelitian merupakan hubungan yang logis antara landasan teori
dengan kajian empiris yang telah diuraikan dalam kajian pustaka yang menjelaskan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat dalam penelitian ini. Konsep penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2. Pengalaman Idealisme Relativisme
Sensitivitas Etika
Komitmen Profesional Komitmen Organisasional Budaya Etis Organisasi
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
3.3
Hipotesis Penelitian Hipotesis
penelitian
merupakan
jawaban
sementara
dari
pokok
permasalahan penelitian yang diuji kebenarannya (Sugiyono, 2008). Berdasakan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kajian teori serta hasil penelitian sebelumnya, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
22
3.3.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor Pengalaman merupakan hasil persentuhan alam dengan panca indra manusia, sehingga pengalaman memungkinkan seseorang menjadi tahu dan hasilnya disebut dengan pengetahuan. Pengalaman adalah suatu proses pembelajaran dan pertambahan potensi tingkah laku yang baik dari pendidikan formal
maupun
informal
(Knoers
dan
Haditono,
1999).
Pengalaman
mempengaruhi perkembangan moral kognitif seseorang (Jones, 1991). Larkin (2000) juga menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman, lebih konservatif saat menghadapi dilema etika. Dengan demikian, pengalaman auditor berkaitan dengan kemampuan auditor dalam melaksanakan tugas auditnya yang mempengaruhi sensitivitas etika auditor tersebut. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Pengalaman berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor
3.3.2 Pengaruh Orientasi Etika pada Sensitivitas Etika Auditor Orientasi setiap individu ditentukan oleh kebutuhannya, kemudian berinteraksi dengan pengalaman pribadi dan sistem nilai individu yang akan menentukan harapan-harapan atau tujuan dalam setiap perilaku sehingga individu tersebut dapat menentukan tujuan apa yang akan diambil (Cohen et al, 1996). Orientasi etika dikendalikan oleh dua karakteristik yaitu idealisme dan relativisme (Forsyth, 1980). Orientasi etika berhubungan dengan faktor eksternal seperti lingkungan budaya, lingkungan industri, lingkungan organisasi dan faktor internal yaitu pengalaman pribadi (Hunt dan Vitell, 1986). Idealisme mengacu pada suatu
23
hal yang dipercaya oleh individu dengan konsekuensi yang dimiliki dan diinginkannya tidak melanggar nilai-nilai moral. Relativisme adalah suatu sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut dalam mengarahkan perilaku etis (Forsyth, 1980). Orientasi etika berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis (Januarti, 2011). Falah (2006) memperoleh hasil bahwa idealisme berpengaruh positif terhadap sensitivitas etika dan relativisme berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etika. Hipotesis penelitian terhadap variabel ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H2a : Idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor H2b : Relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor 3.3.3
Pengaruh Komitmen pada Sensitivitas Etika Auditor Bline et al. (1992) membedakan komitmen menjadi dua konstruk, yaitu
komitmen profesional dan komitmen organisasional. Komitmen profesional dan komitmen organisasional adalah pengalaman psikologis yang berbeda yang dijelaskan oleh variabel individu dan organisasi yang berbeda (Chang dan Choi, 2007). Kwon dan Branks (2004) menyatakan bahwa komitmen organisasional berkaitan dengan jenis organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional diperkirakan oleh dukungan untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi dan karakteristik pekerjaan. Komitmen profesional berhubungan dengan sifat yang dibentuk oleh individu terhadap profesi mereka masing-masing, sedangkan komitmen organisasional diartikan sebagai suatu keadaan atau derajat sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuantujuannya serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut
24
(Robinson, 1996). Araya dan Ferris (1984) mendefinisikan komitmen sebagai berikut: 1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan tujuan pada nilai-nilai organisasi dan/atau profesi. 2) Kesediaan untuk mengerahkan usaha atas nama organisasi dan/atau profesi. 3) Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi dan/atau profesi. Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998) menemukan bahwa terdapat pengaruh komitmen profesional terhadap sensitivitas etika, sedangkan Irawati dan Supriyadi (2012) menyatakan bahwa komitmen organisasional berpengaruh secara signifikan terhadap sensitivitas etika. Berdasarkan uraian diatas, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H3a : Komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor H3b : Komitmen organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor
3.3.4 Pengaruh Budaya Etis Organisasi terhadap Sensitivitas Etika Auditor Budaya organisasi merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain (Hofstede, 1994). Budaya organisasi adalah komponen yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja organisasi. Schein (1992) menyatakan budaya adalah suatu
25
proses pentransferan nilai-nilai kepada anggota yang baru sebagai suatu pedoman untuk berperilaku. Budaya dapat berkembang dari upaya yang tidak disadari, tetapi sistematis dalam kurun waktu tertentu. Siagian (2002) menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan salah satu variabel penting bagi seorang pemimpin, karena budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai yang diakui dan menjadi pedoman bagi pelaku anggota organisasi. Budaya etis organisasi dapat memberikan perubahan atas nilai personal seseorang dalam suatu organisasi (Sims, 1992). Hurt et al, (1986) menjelaskan budaya etis organisasi merupakan pandangan luas tentang persepsi karyawan pada tindakan etis pemimpin akan pentingnya etika di perusahaan dan memberikan penghargaan ataupun sanksi atas tindakan tidak bermoral. Falah (2006) menyatakan budaya etis organisasi berpengaruh positif dengan idealisme tapi tidak terhadap relativisme. Douglas et al (2001) menemukan pengaruh signifikan antara budaya etis organisasi terhadap orientasi etika. Hipotesis alternatif atas variabel ini adalah H4 :
Budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas auditor
26
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1.
Rancangan Penelitian Jogiyanto (2007) menyebutkan bahwa rancangan penelitian merupakan
rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset agar sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efektif, dan efisien. Merancang penelitian berarti menentukan jenis risetnya, menentukan data yang akan digunakan, dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis-hipotesis yang dibangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh orientasi etika, komitmen, dan budaya etis organisasi terhadap sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Bali. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer yaitu hasil jawaban responden dalam kuesioner yang akan dibagikan. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah auditor yang ada di kantor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sensitivitas etika auditor sebagai variabel terikat dan variabel bebasnya adalah pengalaman, orientasi etika, komitmen, serta budaya etis organisasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Sebelum dilakukan uji regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrument dan diikuti oleh uji asumsi klasik. Hasil analisis data akan diinterpretasikan kemudian ditarik kesimpulan. Rancangan penelitian ini dirumuskan dalam Gambar 4.1 26
27
Penomena
Rumusan Masalah
Hipotesis
Variabel Penelitian: Pengalaman, Idealisme & Relativisme, Komitmen Profesional & Organisasional, Budaya Etis Organisasi serta Sensitivitas Etika
Instrumen dan Pengumpulan Data
Metode Penelitian
Pengolahan dan Analisis Data
Pembahasan dan Interpretasi Hasil Penelitian
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
28
4.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Bali. Waktu penelitian yang digunakan adalah tahun 2014.
4.3.
Metode Penentuan Sampel Sugiyono (2008) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode survey. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada auditor pada Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Bali tahun 2014. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang digunakan dalam penelitian Januarti (2011) dan Gusnardi (2003) untuk variabel pengalaman, kuesioner dalam penelitian Irawati dan Supriyadi (2012) untuk variabel orientasi etika, komitmen dan sensitivitas etika, dan kuesioner penelitian Fallah (2006) untuk variabel budaya etis organisasi.
4.4.
Variabel Penelitian
4.4.1. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas (independent variable) adalah suatu variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab berubah dan timbulnya variabel terikat. Variabel terikat (dependent
29
variable) adalah suatu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Penelitian ini menggunakan variabel bebas (X), yaitu: 1) Pengalaman (X1) 2) Orientasi etika yang terdiri dari idealisme (X2) dan relativisme (X3) 3) Komitmen yang terdiri dari komitmen profesional (X4) dan komitmen organisasional (X5) 4) Budaya etis organisasi (X6) Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensitivitas etika auditor.
4.4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang dinyatakan dalam bentuk istilah secara spesifik atau dengan pengukuran tertentu (Ikhsan, 2008). Dalam penelitian ini, pengukuran variabel menggunakan skala Likert empat poin mengacu pada pendapat Hadi (1991) yaitu pemberian kategori tengah dapat memberikan arti ganda (multi interpretable), kategori jawaban tengah dapat menimbulkan jawaban ketengah (central tendency effect) bagi auditor yang ragu menanggapi pernyataan dalam kuesioner, serta banyaknya informasi yang hilang dengan adanya kategori jawaban tengah tersebut. Adapun definisi operasional dan pengukuran variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu: 4.4.2.1 Sensitivitas Etika Sensitivitas etika adalah kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan yang dinyatakan dalam penelitian Shaub et al.
30
(1993). Sensitivitas etika diukur berdasarkan skenario sensitivitas etika yaitu kegagalan auditor dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi, dan subordinasi auditor dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi (Shaub et. al, 1993). Variabel sensitivitas etika (Y) diukur dengan menggunakan empat indikator yang tergambar dalam empat kasus pada lampiran kuesioner yang berkaitan dengan sensitivitas etika. Guna mengurangi bias hasil penelitian atas jawaban netral dari responden,
pengukuran
variabel
sensitivitas
etika
pada
penelitian
ini
menggunakan skala Likert 1 sampai 4. Semakin tinggi nilai skala menunjukkan semakin tinggi sensitivitas etika.
4.4.2.2 Pengalaman Pengalaman merupakan proses pembelajaran dan pengembangan potensi bertingkah laku baik yang diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal atau bias diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi (Knoers dan Haditono, 1999). Pengalaman audit diukur berdasarkan jabatan auditor, lama bekerja, peningkatan keahlian, serta pelatihan audit yang pernah diikuti oleh auditor (Gusnardi, 2003). Dalam penelitian ini, variabel pengalaman (X1) diukur dengan empat indikator pengukuran yang dijabarkan dalam kuesioner penelitian, yaitu: 1) Penilaian jabatan auditor dimulai dari auditor pelaksana diberi skor 1, auditor pelaksana lanjutan diberi skor 2, auditor penyelia diberi skor 3,
31
auditor pertama diberi skor 4, auditor muda diberi skor 5, auditor madya diberi skor 6, auditor utama diberi skor 7. 2) Penilaian lama bekerja dimulai dari 1-3 tahun diberi skor 1, 4-6 tahun diberi skor 2, 7-9 tahun diberi skor 3, dan ≥ 10 tahun diberi skor 4.
3) Penilaian tingkat pendidikan dimulai D3 diberi skor 1, S1 diberi skor 2, S2 diberi skor 3, dan S3 diberi skor 4. 4) Penilaian pelatihan yang pernah diikuti dimulai dari 1-3 kali diberi skor 1, 4-6 kali diberi skor 2, 7-9 kali diberi skor 3, dan ≥ 10 tahun diberi skor 4. 4.4.2.3 Orientasi Etika Orientasi etika ditentukan oleh kebutuhan individu dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai, sehingga dapat menentukan tindakan apa yang dapat diambil untuk pencapaian tersebut. Orientasi etika dibentuk oleh lingkungan budaya, lingkungan industri dan pengalaman. Skala pengukuran orientasi etika dalam penelitian ini yaitu idealisme dan relativisme sesuai dengan penelitian Finn et al. (1988). Idealisme dan relativisme diidentifikasikan sebagai predikor penting dari penilaian moral (Shaub et al., 1993). Idealisme merupakan sikap yang tidak memihak dan terhindar dari berbagai kepentingan. Berdasarkan penelitian Irawati dan Supriyadi (2012) idealisme diukur dengan menggunakan sepuluh item yang dikembangkan Forsyth (1981) yaitu kepastian hasil audit yang tidak merugikan orang lain, perbuatan yang tidak dapat ditoleransi oleh auditor, perbuatan yang tidak merugikan orang lain, auditor tidak boleh menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis, tidak mengancam, tidak merugikan pihak yang bersalah,
32
mempertimbangkan konsekuensi positif dan negatif, menjaga martabat dan kesejahteraan orang lain, pengorbanan, dan penilaian atas suatu tindakan. Variabel idealisme (X2) dalam penelitian ini diukur dengan sepuluh pertanyaan yang dijabarkan dalam kuesioner penelitian dengan menggunakan skala penilaian 1 sampai 4 yang dimulai dari sangat tidak setuju/STS (1), tidak setuju/TS (2), setuju/S (3), dan sangat setuju/SS (4). Relativisme adalah sikap penolakan terhadap nilai-nilai moral yang absolut
dalam
mengarahkan
perilaku
etis.
Relativisme
diukur
dengan
menggunakan sepuluh item berbeda yang dikembangkan Forsyth (1981) yaitu pertimbangan prinsip etika dalam kode etik, perbedaan penerapan aturan etika, subjektifitas, karakteristik prinsip moral, penilaian individu terhadap tindakan etis, prinsip-prinsip moral, pertimbangan moral, penetapan aturan etika, formulasi kebohongan terhadap peraturan, dan situasi yang mempengaruhi kebohongan individu. Variabel relativisme (X3) dalam penelitian ini juga diukur dengan sepuluh item penelitian yang dijabarkan dalam kuesioner penelitian dengan menggunakan skala Likert 1 sampai 4 penilaian yang dimulai dari sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (skor 2), setuju/S (skor 3), dan sangat setuju/SS (skor 4).
4.4.2.4 Komitmen Komitmen dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua konstruk, yaitu komitmen profesional dan komitmen organisasional sesuai dengan penelitian Bline et al. (1992). Komitmen profesional dan komitmen organisasional adalah
33
dua hal yang berbeda dimana komitmen organisasional berkaitan dengan jenis organisasi karyawan, sedangkan komitmen profesional merupakan dukungan untuk kelompok dan sikap positif terhadap profesi dan karakteristik pekerjaan. Komitmen organisasional dan komitmen profesional dibedakan secara empiris dan diprediksi oleh variabel yang berbeda (Brierly, 1996; Leong et al., 2003). Komitmen profesional menggunakan lima item yang dikembangkan oleh Forsyth (1981) yaitu keinginan melakukan usaha untuk kesuksesan profesi auditor, kebanggaan diri, motivasi diri, kepedulian serta kebanggaan terhadap profesi auditor. Variabel komitmen profesional (X4) dalam penelitian ini diukur dengan lima indikator yang diuraikan dalam kuesioner penelitian dengan skala penilaian dimulai dari sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (kor 2), setuju/S (skor 3), dan sangat setuju/SS (skor 4). Variabel komitmen organisasional (X5) diukur dengan menggunakan empat item penelitian yang terdiri dari keinginan kuat sebagai anggota organisasi, keinginan untuk bekerja keras, penerimaan nilai-nilai organisasi, dan pendukung tujuan organisasi. Komitmen organisasional dalam penelitian ini menggunakan empat item penelitian yang dinyatakan dalam kesioner penelitian dengan skala penilaian sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (skor 2), setuju/S (skor 3), dan sangat setuju/SS (skor 4).
4.4.2.5 Budaya Etis Organisasi Budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang disebarluaskan dalam perusahaan dan diacu sebagai filosofi kinerja karyawan. Budaya organisasi
34
merupakan pola pemikiran, perasaan dan tindakan dari suatu kelompok sosial, yang membedakan dengan kelompok sosial yang lain (Hofstede, 1994). Budaya organisasi adalah komponen yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja organisasi. Budaya adalah suatu proses pentransferan nilai-nilai kepada anggota yang baru sebagai suatu pedoman untuk berperilaku Schein (1992). Budaya organisasi dalam penelitian ini adalah nilai-nilai, sikap, norma, dan keyakinan yang dipegang oleh responden. Budaya etis organisasi diukur dengan menggunakan lima item yang dikembangkan oleh Hunt et al. (1989) yaitu perilaku kurang etis pimpinan, perilaku etis yang dikompromikan, tidak ada toleransi terhadap perilaku yang tidak etis, teguran akan perilaku tidak etis untuk kepentingan individu, serta teguran atas perilaku tidak etis untuk kepentingan organisasi. Variabel budaya etis organisasi (X6)dalam penelitian ini diukur dengan lima item pernyataan yang diuraikan dalam kuesioner penelitian dengan penilaian sangat tidak setuju/STS (skor 1), tidak setuju/TS (skor 2), setuju/S (skor 3), dan sangat setuju/SS (skor 4).
4.5.
Teknik Analisis Data
4.5.1. Intervalisasi Data Penelitian ini menggunakan analisis parametrik sehingga diperlukan intervalisasi data. Data ordinal (skor kuesioner) dapat diolah dalam analisis regresi jika telah ditransformasi menjadi data interval dengan Method Succesive of Interval (Idrus, 2007).
35
4.5.2. Pengujian Instrumen Pengujian instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reliabilitas. 1) Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas menggunakan nilai Pearson Correlation antar skor item dengan total item kemudian dibandingkan dengan rkritis yang diperoleh melalui program SPSS. Jika korelasi item terhadap skor total lebih besar dari rkritis (0,30) maka instrumen penelitian tersebut dikatakan valid dan berlaku sebaliknya (Ghozali, 2009). 2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur indikator variabel atau konstruk dari suatu kuesioner. Suatu kuesioner reliabel atau handal jika jawaban terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas menggunakan nilai Cronbach Alpha. Jika nilainya lebih besar dari 0,60 maka instrumen penelitian tersebut dikatakan reliabel atau handal dan berlaku sebaliknya (Ghozali, 2009). 4.5.3. Uji Asumsi Klasik Pengujian regresi linier yang baik yaitu terbebas dari masalah-masalah normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Untuk itu dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.
36
1) Uji Normalitas Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah residu dari persamaan regresi berdistribusi normal atau tidak. Metode
yang
digunakan
adalah
dengan
menggunakan
statistik
Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal bila sig > alpha. 2) Uji Multikolinearitas Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar sesama variabel bebas atau independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebasnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10. 3) Uji Heteroskedastisitas Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji heteroskedastsitas dilakukan untuk mengetahui
ada
atau
tidaknya
ketidaksamaan
varian.
Pengujian
menggunakan model Glejser. Model ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolut ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun nilai absolut ei variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat maka tidak ada heteroskedastisitas. 4.5.4. Pengujian Hipotesis Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda. Analisis tersebut dapat dihitung dengan menggunakan alat bantu komputer yaitu
37
program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas (Wirawan, 2002). Persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan dalam penelitian ini, yaitu: 4.5.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Wirawan (2002) menyatakan bahwa teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = α+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ ε………………………(1) Keterangan : Y = Sensitivitas Etika α = Bilangan Konstan β1 – β6 = Koefisien Regresi X1 = Pengalaman X2 = Idealisme X3 = Relativisme X4 = Komitmen Profesional X5 = Komitmen Organisasional X6 = Budaya Etis Organisasi ε = Faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) 4.5.4.2 Uji statistik F Uji F digunakan untuk mengetahui kelayakan model yang diuji. Langkahlangkah pengujianya adalah sebagai berikut : 1) Merumuskan hipotesis
38
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel bebas secara bersama terhadap variabel terikat. H0 : β1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0, berarti ada pengaruh variabel bebas secara bersama terhadap variabel terikat. 2) Menentukan tingkat signifikan α = 5% 3) Menentukan besarnya tingkat signifikan F yang diperoleh dari hasil pengujian dengan program SPSS. 4) Kriteria pengujian Apabila tingkat signifikan F ≤ α = 0,05, maka H 0 ditolak, H1 diterima. Apabila tingkat signifikan F > α = 0,05, maka H0 diterima, H1 ditolak. 4.5.4.3 Uji statistik t Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : 1) Merumuskan hipotesis H0 : βi = 0 berarti tidak ada pengaruh Xi terhadap Y dimana i adalah variabel 1 (X1), 2 (X2), 3 (X3), 4 (X4), 5 (X5 ) dan 6 (X6 ). H0 : βi ≠ 0 berarti ada pengaruh Xi terhadap Y dimana i adalah variabel 1 (X1), 2 (X2), 3 (X3), 4 (X4), 5 (X5 ) dan 6 (X6). 2) Menentukan tingkat signifikan pada uji satu sisi α = 0,05. 3) Membandingkan besarnya signifikansi t masing-masing variabel yang diperoleh dari hasil pengujian dengan program SPSS. a. Tingkat signifikan t < α = 0,05, maka H0 ditolak, H1 diterima. b. Tingkat signifikan t ≥ α = 0,05, maka H0 diterima, H1 ditolak.
39
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1
Gambaran Umum Responden Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan
auditor internal dalam pengelolaan keuangan negara. BPKP melakukan tugas pengawasan keuangan dan pembangunan berupa audit, konsultasi, asistensi, evaluasi, pemberantasan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) serta pendidikan dan pelatihan
pengawasan
sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku
(http://www.bpkp.go.id, Selasa, 11 Februari 2014). BPKP merupakan lembaga non departemen yang berkedudukan langsung dibawah Presiden. Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Bali terdiri atas auditor pelaksana, auditor pelaksana lanjutan, auditor penyelia, auditor pertama, auditor muda, serta auditor madya yang terdaftar pada tahun 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 75 orang auditor. 5.1.1 Responden Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pengalaman, orientasi etika, komitmen, dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Bali. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner ke auditor yang bertugas di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan
40
Provinsi Bali. Tingkat penyebaran dan pengembalian kuesioner dari auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perwakilan Provinsi Bali ditunjukkan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Tingkat Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner No. Keterangan 1. Total kuesioner yang disebarkan 2. Total kuesioner yang tidak kembali 3. Total kuesioner yang kembali 4. Response Rate 5. Kuesioner yang tidak dapat digunakan dalam analisis 6. Kuesioner yang dapat digunakan dalam analisis 7. Useable Response Rate Sumber: Data primer diolah (2015)
Jumlah 75 (10) 65
%
86,66 (5) 60 80
Total kuesioner yang disebarkan kepada auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali sebanyak 75 kuesioner dan yang kembali sebanyak 65 kuesioner (Response Rate = 86,66 %). Namun setelah dilakukan pemeriksaan, terdapat 5 kuesioner yang tidak dapat dianalisis karena diisi dengan tidak lengkap, sehingga hanya terdapat 60 kuesioner yang layak untuk dianalisis (Useable Response Rate = 80 %). Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji non respon bias karena kuesioner yang disebarkan telah dikembalikan dalam waktu yang relatif bersamaan. 5.1.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, jabatan, lama bekerja, dan tingkat pendidikan auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali yang ditunjukkan dalam Tabel 5.2.
41
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Keterangan a Usia Auditor ≤ 30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun ≥ 50 tahun Total Jenis Kelamin Auditor Laki-laki Perempuan Total
Jumlah
Persentase
25 15 13 7 60
41,7% 25% 21,6% 11,7% 100%
35 25 60
58,3% 41,7% 100%
10 8 17 8 11 6 60
16,7% 13,3% 28,4% 13,3% 18,3% 10% 100%
20 39 1 60
33,3% 65% 1,7% 100%
14 5 6 35 60
23,3% 8,4% 10% 58,3% 100%
11 13 10 26 60
18,3% 21,6% 16,7% 43,4% 100%
b
c
Jabatan Auditor Auditor Pelaksana Auditor Pelaksana Lanjutan Auditor Penyelia Auditor Pertama Auditor Muda Auditor Madya Total d
Tingkat Pendidikan D3 S1 S2 S3 Total e
Lama Bekerja 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun ≥ 10 tahun Total f
Pelatihan Yang Pernah Diikuti 1-3 kali 4-6 kali 7-9 kali ≥ 10 kali Total Sumber : Data primer diolah (2015)
42
Berdasarkan data dalam Tabel 5.2 menunjukkan hasil bahwa profesi auditor didominasi oleh auditor BPKP yang memiliki usia lebih kecil atau sama dengan 30 tahun yaitu sebanyak 25 0rang (41,7%). Jumlah auditor BPKP yang memiliki berusia 31 sampai 40 tahun sebanyak 15 orang (25%), jumlah auditor BPKP yang berusia 41 sampai 50 tahun sebanyak 13 orang (21,6%), dan auditor BPKP yang berusia lebih besar atau sama dengan 51 tahun sebanyak 7 orang (11,7%). Data usia auditor BPKP tersebut dapat digunakan sebagai bahan riset pada penelitian selanjutnya mengenai sensitivitas etika. Data responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah auditor BPKP laki-laki sebanyak 35 orang (58,3%), dan auditor BPKP perempuan sebanyak 25 orang (41,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali masih didominasi oleh auditor laki-laki. Berdasarkan jabatan auditor dapat dilihat bahwa auditor pelaksana sebanyak 10 orang (16,7%), auditor pelaksana lanjutan sebanyak 8 orang (13,3%), auditor penyelia sebanyak 17 orang (28,4%), auditor pertama sebanyak 8 orang (13,3%), auditor muda sebanyak 11 orang (18,3%), auditor madya sebanyak 6 orang (10%). Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat bahwa auditor BPKP dengan latar belakang pendidikan D3 sebanyak 20 orang (33,3%), jumlah auditor dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 39 orang (65%), tingkat pendidikan S2 sebanyak 1 orang (1,7%), serta belum ada auditor yang memiliki
43
tingkat pendidikan S3. Auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali didominasi oleh auditor yang memiliki tingkat pendidikan S1. Data auditor berdasarkan lama bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali menunjukkan bahwa auditor yang bekerja selama 1 sampai 3 tahun sebanyak 14 orang (23,4%), auditor yang bekerja selama 4 sampai 6 tahun sebanyak 5 orang (8,3%), auditor yang bekerja selama 7 sampai 9 tahun sebanyak 6 orang (10%), serta yang bekerja selama 10 tahun atau lebih sebanyak 35 orang (58,3%). Data tersebut menunjukkan bahwa auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali didominasi oleh auditor yang bekerja selama 10 tahun atau lebih. Berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti, dapat dilihat bahwa auditor yang pernah mengikuti pelatihan 1 sampai 3 kali sebanyak 11 orang (18,3%), 4 sampai 6 kali sebanyak 13 orang (21,6), 7 sampai 9 kali sebanyak 10 orang (16,7%), 10 kali atau lebih sebanyak 26 orang (43,4%).
5.2
Statistik Deskriptif Data mengenai karakteristik variabel dalam penelitian ini ditunjukkan
pada tabel hasil statistik deskriptif yang disajikan dalam Tabel 5.3.
44
Tabel 5.3 Hasil Statistik Deskriptif
Variabel Mean N Min Sensitivitas Etika 60 12,98 5,34 Pengalaman 60 10,01 4 Idealisme 60 29,65 12,80 Relativisme 60 16,09 10 Komitmen Profesional 60 15,04 6,27 Komitmen 12,40 5,26 Organisasional Budaya Etis Organisasi 60 16,35 6,34 Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 4
Maks 15,57 15,80 38,74 35,44 18,61 15,14
Std Deviasi 3,50 3,12 8,40 8,84 4,45 3,65
19,12
4,53
Nilai rata-rata (Mean) digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data, sedangkan standar deviasi digunakan untuk mengukur perbedaan nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya. Tabel 5.3 menunjukkan bahwa Mean variabel sensitivitas etika adalah 12,98 dengan standar deviasi sebesar 3,50. Mean variabel pengalaman adalah 10,01 dengan standar deviasi sebesar 3,12. Mean variabel idealisme adalah 29,65 dengan standar deviasi sebesar 8,40. Mean variabel relativisme adalah 16,09 dengan standar deviasi sebesar 8,84. Mean variabel komitmen profesional adalah 15,04 dengan standar deviasi sebesar 4,45. Mean variabel komitmen organisasional adalah 12,40 dengan standar deviasi sebesar 3,65. Mean variabel budaya etis organisasi adalah 16,35 dengan standar deviasi sebesar 4,53. Nilai kisaran minimum dan maksimum pada penelitian ini yaitu untuk variabel sensitivitas etika sebesar 5,34 dan 15,57, variabel pengalaman sebesar 4 dan 15,80, variabel idealisme sebesar 12,80 dan 38,74, variabel relativisme sebesar 10 dan 35,44, variabel komitmen profesional sebesar 6,27 dan 18,61, variabel komitmen organisasional sebesar 5,26 dan 15,14, serta variabel
45
budaya etis organisasi sebesar 6,34 dan 19,12. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai sentral dari distribusi data dengan nilai tertinggi adalah idealisme dan nilai terendah adalah pengalaman. Variabel yang memiliki standar deviasi tertinggi adalah relativisme dan yang memiliki nilai terendah adalah pengalaman.
5.3
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengujian
instrument (validitas dan reliabilitas), uji asumsi klasik, uji regresi linear berganda, uji F da uji t. 5.3.1 Uji Instrumen Pengujian instrumen penelitian dilakukan dengan melaksanakan uji validitas dan uji reliabilitas. Pengujian tersebut bertujuan untuk memperoleh hasil yang valid dan reliabel. Suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur dalam instrumen tersebut. Sedangkan instrumen yang reliabel atau handal adalah instrumen yang konsisten atau stabil jika diukur berulang kali akan menghasilkan data yang sama pula. 1) Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu instrumen dikatakan valid apabila memiliki koefisien korelasi lebih besar dari 0,3 (Ghozali, 2009). Hasil pengujian validitas pada penelitian ini menunjukkan seluruh nilai koefisien korelasi dari instrumen ini lebih besar dari
46
0,3 sehingga instrumen pada penelitian ini dikatakan valid, yang ditunjukkan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas No. Indikator
Koefisien Korelasi
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
0,851 0,734 0,423 0,689 0,793 0,838 0,877 0,670 0,807 0,905 0,895 0,870 0,897 0,838 0,770 0,847 0,858 0,935 0,958 0,962 0,806 0,913 0,936 0,906 0,892 0,866 0,911 0,925 0,933 0,955 0,904 0,903 0,958 0,904 0,964 0,888 0,902 0,921 0,934 0,774 0,859 0,909
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 X3.6 X3.7 X3.8 X3.9 X3.10 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X5.1 X5.2 X5.3 X5.4 X6.1 X6.2 X6.3 X6.4 X6.5 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y1.4
Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 5
47
2) Uji Reliabilitas Uji reliabititas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Instrumen penelitian dikatakan reliabel jika memiliki koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2009). Hasil pengujian pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa seluruh nilai koefisien Cronbach Alpha dari instrumen ini lebih besar dari 0,6, dengan demikian instrumen tersebut dikatakan reliabel atau handal. Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas No.
Variabel
Koefisien Cronbach Alpha 1. Pengalaman (X1) 0,611 2. Idealisme (X2) 0,954 3. Relativisme (X3) 0,970 4. Komitmen Profesional (X4) 0,944 5. Komitmen Organisasional (X5) 0,946 6. Budaya Etis Organisasi (X6) 0,951 7. Sensitivitas Etika (Y) 0,893 Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 6
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
5.3.2 Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sehingga hasil analisis penelitian dapat diinterpretasikan dengan lebih akurat, efisien, dan terbebas dari gejala-gejala asumsi klasik (Ghozali, 2009). Uji asumsi klasik dapat dilakukan dengan uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
48
5.3.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik yaitu model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Residual berdistribusi normal jika tingkat signifikansi atau Asymp.Sig(2-tailed) lebih besar dari α = 0,05. Hasil pengujian normalitas pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 5.6 dengan nilai Asymp.Sig(2-tailed) dari uji normalitas adalah sebesar 0,570 atau lebih besar dari α = 0,05 yang berarti model dalam penelitian ini berdistribusi normal. Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
60
Normal Parameters
a,b
Mean Std. Deviation
0,0000000 1,18396121
Most Extreme
Absolute
0,101
Differences
Positive
0,076
Negative
-0,101
Kolmogorov-Smirnov Z
0,784
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,570
a. Test distribution is Normal b. Calculated from data Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 7 5.3.2.2 Uji Multikolinearitas
49
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Apabila variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10. Tabel 5.7 menunjukkan bahwa koefisien tolerance dari variabel pengalaman adalah sebesar 0,375 lebih besar dari 0,10 dan VIF sebesar 2,664 lebih kecil dari 10. Variabel idealisme memiliki koefisien tolerance sebesar 0,631 lebih besar dari 0,10 dan VIF sebesar 1,585 lebih kecil dari 10. Variabel relativisme memiliki koefisien tolerance sebesar 0,433 lebih besar dari 0,10 dan VIF sebesar 2,310 lebih kecil dari 10. Variabel Komitmen profesional dan komitmen organisasional masing-masing memiliki koefisien tolerance sebesar 0,492 dan 0,512 lebih besar dari 0,10 dengan VIF masing-masing sebesar 2,034 dan 1,951 lebih kecil dari 10. Koefisien tolerance dari variabel budaya etis organisasi sebesar 0,479 lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF sebesar 2,090 lebih kecil dari 10. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinear pada variabel pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen profesional, komitmen organisasional dan budaya etis organisasi pada penelitian ini.
50
Tabel 5.7 Hasil Uji Multikolinearitas No.
Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas
1.
Pengalaman (X1)
0,375
2,664
2.
Idealisme (X2)
0,631
1,585
3.
Relativisme (X3)
0,433
2,310
4.
Komitmen Profesional (X4)
0,492
2,034
5.
Komitmen Organisasional (X5)
0,512
1,951
6.
Budaya Etis Organisasi (X6)
0,479
2,090
Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 8 5.3.2.3 Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke residual pengamatan yang lain. Apabila residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas,
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Pengujian ini dapat dilakukan dengan uji Glejser yaitu dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel bebas. Jika variabel bebas secara signifikan mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji Glejser dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya indikasi heteroskedastisitas karena nilai absolut residual variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Tabel 5.8 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini.
51
Tabel 5.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas No.
Variabel
T
Sig.
Keterangan Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas
1.
Pengalaman (X1)
1,708
0,093
2.
Idealisme (X2)
-0,210
0,835
3.
Relativisme (X3)
-0,815
0,419
4.
Komitmen Profesional (X4)
-1,192
0,238
5.
Komitmen Organisasional (X5)
-1,227
0,225
6.
Budaya Etis Organisasi (X6)
0,163
0,871
Sumber : Data primer diolah (2015), Lampiran 9 5.3.3 Uji Regresi Linear Berganda Setelah uji asumsi klasik memperoleh hasil maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji regresi linear berganda dengan model sebagai berikut: Y = α+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ ε………………………(1) Keterangan : Y = Sensitivitas Etika α = Bilangan Konstan β1 – β6 = Koefisien Regresi X1 = Pengalaman X2 = Idealisme X3 = Relativisme X4 = Komitmen Profesional X5 = Komitmen Organisasional X6 = Budaya Etis Organisasi ε = Faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat (Y)
52
Tabel 5.9 menunjukkan hasil uji regresi linear berganda dari variabel pengalaman,
idealisme,
relativisme,
komitmen
profesional,
komitmen
organisasional dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika. Tabel 5.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Model No. 1 2 3 4
Variabel
Unstandardized Coefficients B Std. Error 0,118 0,085 0,067 0,024 -0,057 0,028 0,223 0,052
Standardized Coefficients Beta
Pengalaman (X1) 0,105 Idealisme (X2) 0,162 Relativisme (X3) -0.143 Komitmen 0,288 Profesional (X4) 5 Komitmen 0,205 0,062 0,213 Organisasional (X5) 6 Budaya Etis 0,208 0,052 -0,143 Organisasi (X6) 1,430 Konstanta Sig. F 0,000 Adjusted R Square 0,873 Sumber : Data Primer diolah (2015), Lampiran 10
t
Sig.
1,388 2,768 -2,029 4,274
0,171 0,008 0,048 0,000
3,287
0,002
3,287
0,000
Dari hasil analisis regresi linear berganda yang ditunjukkan pada Tabel 5.9, maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut: Y = 1,430 + 0,118X1 + 0,067X2 - 0,057X3 + 0,223X4 + 0,205X5 + 0,208X6 + ε...(1) Koefisien persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel pengalaman, idealisme, komitmen profesional, komitmen organisasional, dan budaya etis organisasi memiliki pengaruh searah dengan variabel terikat yaitu sensitivitas etika. Namun, variabel relativisme memiliki pengaruh terbalik dengan sensitivitas etika sebagai variabel terikat. Hasil analisis regresi juga menunjukkan Adjusted R
53
Square sebesar 0,873 yang berarti bahwa variabilitas variabel sensitivitas etika dapat dijelaskan oleh variabel pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen professional, komitmen organisasional, dan budaya etis organisasi sebesar 87,3 persen, sisanya sebesar 12,7 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Variabel pengalaman (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,118, idealisme (X2) sebesar 0,067, relativisme (X3) sebesar -0,057, komitmen profesional (X4) sebesar 0,223, komitmen organisasional (X5) sebesar 0,205, dan budaya etis organisasi (X6) sebesar 0,208. Hal tersebut menggambarkan bahwa variabel pengalaman, idealisme, komitmen profesional, komitmen organisasional dan budaya etis organisasi memiliki pengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Sedangkan, variabel relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. 5.3.4 Uji Statistik F Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel terikat. Uji ini dilakukan sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis. Jika uji F menunjukkan hasil yang signifikan, maka variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, sehingga model yang digunakan layak untuk dilakukan pengujian hipotesis. Hasil uji F pada Tabel 5.9 menunjukkan pengaruh seluruh variabel bebas pada variabel terikat.
54
1) Rumusan hipotesis H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel bebas secara bersama terhadap variabel terikat. H0 : β1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ β 4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0, berarti ada pengaruh variabel bebas secara bersama terhadap variabel terikat. 2) Tingkat signifikan α = 0,05 3) Tingkat Probabilitas (sig.) F yang diperoleh dari hasil pengujian dengan program SPSS adalah 0,000 4) Hasil pengujian : Tingkat probabilitas (sig.) F = 0,000 ≤ α = 0,05 ; H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi F sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, hal ini menyimpulkan bahwa variabel pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen profesional, komitmen organisasional dan budaya etis organisasi mampu memprediksi dan menjelaskan sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 5.3.5 Uji Statistik t Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas pada variabel terikat. Hasil uji t pada Tabel 5.9 menunjukkan pengaruh variabel pengalaman, idealisme, relativisme, komitmen profesional, komitmen organisasional dan budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
55
Pengujian variabel bebas pada variabel terikat dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. 5.3.5.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa pengalaman berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
perwakilan
Provinsi
Bali.
Pengujian
terhadap
pengaruh
pengalaman pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t. 1) Rumusan hipotesis H0 : β1 = 0, berarti tidak ada pengaruh pengalaman pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. H0 : β1 ≠ 0, berarti ada pengaruh pengalaman pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05 3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel pengalaman adalah 0,171 > α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, yang berarti bahwa pengalaman tidak berpengaruh
pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
56
5.3.5.2 Pengaruh Idealisme pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hipotesis kedua (H2a) menyatakan bahwa idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh idealisme pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t. 1) Rumusan hipotesis H0 : β2 = 0, berarti tidak ada pengaruh idealisme pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. H0 : β2 ≠ 0, berarti ada pengaruh idealisme pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05 3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel idealisme adalah 0,008 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H2a diterima dan H0 ditolak, yang berarti bahwa idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 5.3.5.3 Pengaruh Relativisme pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hipotesis ketiga (H2b) menyatakan bahwa relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh relativisme pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.
57
1) Rumusan hipotesis H0 : β3 = 0, berarti tidak ada pengaruh relativisme pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. H0 : β3 ≠ 0, berarti ada pengaruh relativisme pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05 3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel relativisme adalah 0,048 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H2b diterima dan H0 ditolak, yang berarti bahwa relativisme
berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 5.3.5.4 Pengaruh Komitmen Profesional pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hipotesis keempat (H3a) menyatakan bahwa komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh komitmen profesional pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.
58
1)
Rumusan hipotesis H0 : β4 = 0, berarti tidak ada pengaruh komitmen profesional pada sensitivitas
etika
auditor
Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. H0 : β4 ≠ 0, berarti ada pengaruh komitmen profesional pada sensitivitas etika
auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
perwakilan Provinsi Bali. 2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05 3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel komitmen profesional adalah 0,000 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H3a diterima dan H0 ditolak, yang berarti bahwa komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika
auditor
Badan
Pengawasan
Keuangan
dan
Pembangunan
perwakilan Provinsi Bali. 5.3.5.5 Pengaruh Komitmen Organisasional pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hipotesis kelima (H3b) menyatakan bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif ada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh komitmen organisasional pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.
59
1) Rumusan hipotesis H0 : β5 = 0, berarti tidak ada pengaruh komitmen organisasional pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. H0 : β5 ≠ 0, berarti ada pengaruh komitmen organisasional pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05 3) Tingkat Probabilitas (sig.) t
variabel komitmen organisasional adalah
0,002 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H3b diterima dan H0 ditolak, yang berarti bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 5.3.5.6 Pengaruh Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hipotesis keenam (H4) menyatakan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Pengujian terhadap pengaruh budaya etis organisasi pada sensitivitas etika dilakukan dengan melihat hasil uji statistik t.
60
1) Rumusan hipotesis H0 : β6 = 0, berarti tidak ada pengaruh budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. H0 : β6 ≠ 0, berarti ada pengaruh budaya etis organisasi pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. 2) Tingkat signifikan melalui uji satu sisi α = 0,05 3) Tingkat Probabilitas (sig.) t variabel budaya etis organisasi adalah 0,000 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H4 diterima dan H0 ditolak, yang berarti bahwa budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Untuk memudahkan membaca, hasil uji statistik t dapat dirangkum dalam tabel 5.10 Tabel 5.10 Ringkasan Hasil Uji Statistik t No
Variabel
(Sig.)t
B
1
Pengalaman
0,171
0,118
2
Idealisme
0,008
0,067
3
Relativisme
0,048
-0,057
4
Komitmen Profesional
0,000
0,223
5
Komitmen Organisasional
0,002
0,205
6
Budaya Etis Organisasi
0,000
0,208
Keterangan
Pengalaman tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor BPKP, namun arahnya positif. Idealisme berpengaruh positif pada sensitifitas etika auditor BPKP. Relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Komitmen Profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Komitmen Organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP. Budaya Etis Organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor BPKP.
61
5.4
Pembahasan
5.4.1 Pengaruh Pengalaman pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hasil pengujian hipotesis satu (H1) menunjukkan bahwa variabel pengalaman tidak berpengaruh signifikan pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali yang ditunjukkan oleh koefisien beta unstandardized sebesar 0,118 dan nilai (sig.) t sebesar 0,171. Hal ini bertentangan dengan hipotesis 1 yang menyatakan bahwa variabel pengalaman berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Berdasarkan hasil wawancara dengan auditor BPKP yang terdiri dari auditor ahli dan auditor terampil menyatakan bahwa pengambilan keputusan dalam pelaksanaan tugas dilakukan secara bersama-sama. Keputusan yang diambil merupakan keputusan tim. Hal ini menunjukkan semakin tinggi jabatan auditor tidak mempengaruhi sensitivitas etika auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Masa kerja auditor yang cukup lama tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Tingkat pendidikan terakhir serta jumlah pelatihan yang pernah diikuti juga tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. Hal tersebut didukung oleh Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: PER709/K/JF/2009 tentang pelaksanaan pengangkatan, kenaikan jabatan/pangkat, pembebasan sementara, pengangkatan kembali, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan fungsional auditor. Peraturan tersebut menjelaskan mengenai jenjang jabatan auditor BPKP yang berkaitan dengan tingkat pendidikan auditor. Auditor
62
dengan tingkat pendidikan D3 menduduki jabatan auditor terampil (auditor pelaksana, pelaksana lanjutan, penyelia), sedangkan tingkat pendidikan S1 menduduki jabatan sebagai auditor ahli (auditor pertama, muda, madya, utama). Meskipun masa kerja auditor belum cukup lama, dengan tingkat pendidikan S1 akan mampu menduduki jabatan sebagai auditor ahli. Walaupun menduduki jabatan sebagai auditor ahli, keputusan yang diambil dalam pelaksanaan tugas merupakan keputusan bersama. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor BPKP. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Januarti (2011) yang menghasilkan bahwa pengalaman tidak berpengaruh signifikan pada persepsi dan pertimbangan etis auditor Badan Pemeriksa Keuangan. Namun hal ini bertentangan dengan pendapat Larkin (2000) yang menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman cenderung lebih konservatif dalam menghadapi situasi dilema etis. 5.4.2 Pengaruh Idealisme pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hasil pengujian hipotesis kedua (H2a) menunjukkan bahwa idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Secara statistik, hasil analisis menunjukkan koefisien beta unstandardized dari variabel idealisme sebesar 0,067 dengan (sig.) t sebesar 0,008. Nilai tersebut menunjukkan bahwa idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
63
Penelitian sebelumnya yang memperkuat hasil penelitian ini adalah Shaub et. al (1993) yang menyatakan bahwa orientasi etis mempengaruhi sensitivitas etika, Fallah (2006) menunjukkan idealisme berpengaruh positif terhadap sensitivitas etika, serta Januarti (2011) yang menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh pada persepsi dan pertimbangan etis auditor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor dengan idealisme yang tinggi akan memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi, sehingga sikap idealisme auditor harus dipertahankan agar dapat digunakan dalam mengambil keputusan yang tepat ketika menghadapi dilema etika. 5.4.3 Pengaruh Relativisme pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hasil pengujian hipotesis ketiga (H2b) menunjukkan bahwa variabel relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien beta unstandardized variabel relativisme sebesar 0,057 dan nilai (sig.) t sebesar 0,048. Nilai tersebut menunjukkan bahwa relativisme
berpengaruh negatif pada sensitivitas etika Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai relativisme harus dihilangkan oleh auditor, serta masih diperlukannya aturan-aturan etika oleh auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali di dalam mengambil keputusan ketika menghadapi dilema etika. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Fallah (2006) juga menemukan bahwa
64
relativisme berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etika. Hasil penelitian Januarti (2011) juga yang menunjukkan bahwa orientasi etika berpengaruh pada persepsi dan pertimbangan etis. 5.4.4 Pengaruh Komitmen Profesional pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hasil pengujian hipotesis keempat (H3a) menunjukkan bahwa komitmen profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan
dan
menunjukkan
Pembangunan
bahwa
koefisien
perwakilan beta
Provinsi
unstandardized
Bali.
Hasil
variabel
analisis
komitmen
profesional sebesar 0,223 dan (sig.) t sebesar 0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen profesional akan berpengaruh pada sensitivitas etika auditor dalam mengambil suatu keputusan, karena sikap profesionalisme akan menuntun auditor didalam melakukan kegiatan audit yang sesuai dengan standar yang berlaku. Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian Khomsiyah dan Indriantoro (1998) menyatakan bahwa terdapat pengaruh komitmen profesional terhadap sensitivitas etika. Namun hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Januarti (2011) yang menunjukkan bahwa komitmen profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap persepsi dan pertimbangan etis auditor. Hasil penelitian Aziza dan Salim (2007) juga menunjukkan bahwa komitmen profesional tidak berpengaruh signifikan terhadap sensitivitas etika auditor.
65
5.4.5 Pengaruh Komitmen Organisasional pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hasil pengujian hipotesis kelima (H3a) menunjukkan bahwa komitmen organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien beta unstandardized variabel komitmen organisasional sebesar 0,205 dan (sig.) t sebesar 0,002. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen organisasional auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali berperan didalam pembentukan sensitivitas etika auditor. Komitmen pada organisasi akan memunculkan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut, serta mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Irawati dan Supriyadi (2012) yang menyatakan bahwa komitmen organisasional berpengaruh terhadap sensitivitas etika. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Aziza dan Salim (2007) dan Shaub et. al (1993) yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara komitmen organisasional dengan sensitivias etika. 5.4.6 Pengaruh Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali Hasil pengujian hipotesis keenam (H4) menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien beta unstandardized variabel budaya etis organisasi sebesar 0,208
66
dan (sig.) t sebesar 0,000. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berhubungan positif dengan sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali, dimana budaya etis organisasi menjadi faktor yang akan mempengaruhi etika auditor dalam mengambil keputusan. Semakin seringnya auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali melakukan aktivitas etis akan meningkatkan konsistensi perilaku pada standar nilai dalam pengambilan keputusan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Fallah (2006) yang menunjukkan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh terhadap idealisme auditor. Hasil ini sesuai dengan pendapat Hunt dan Vitell (1986) dan Trevino (1986) bahwa budaya etis organisasi berpengaruh terhadap perilaku etis individu.
67
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1
Simpulan Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian
teori, kajian empiris, hipotesis, dan hasil pengujian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Pengalaman tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini berarti bahwa jabatan auditor, masa kerja, tingkat pendidikan serta pelatihan yang diikuti tidak berpengaruh pada sensitivitas etika auditor BPKP perwakilan Provinsi Bali. 2) Idealisme berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki idealisme akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat. 3) Relativisme berpengaruh negatif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki relativisme akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang melemah. 4) Komitmen Profesional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali.
68
Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki komitmen profesional akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat. 5) Komitmen Organisasional berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki komitmen organisasional akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat. 6) Budaya Etis Organisasi berpengaruh positif pada sensitivitas etika auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Hal ini bermakna bahwa auditor yang memiliki budaya etis organisasi akan memiliki tingkat sensitivitas etika yang menguat.
6.2
Saran Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan sensitivitas etika auditor. Berdasrkan kesimpulan hasil penelitian, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1) Penelitian ini hanya fokus pada auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian pada auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan provinsi-provinsi lain yang ada di Indonesia. 2) Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada auditor Badan Pemeriksa Keuangan, Bawasda serta Kantor Akuntan Publik. 3) Penelitian selanjutnya dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk penelitian berikutnya dengan menemukan variabel-
69
variabel baru yang berpengaruh pada sensitivitas etika seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan fee audit. 4) Pada penelitian ini hasil tabulasi data kuesioner salah satu indikator dari variabel pengalaman yaitu tingkat pendidikan menunjukkan nilai yang sangat kecil dibandingkan dengan yang lainnya, dikarenakan hanya terdapat dua pilihan saja. Hal ini dapat menjadi pertimbangan untuk penelitian selanjutnya apakah tetap menggunakan empat indikator tersebut dalam menguji variabel pengalaman.
70
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Auditoran Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik). Jakarta: Universitas Indonesia. Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi Ketiga. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Anderson, G. dan R. C. Ellyson. 1986. “Restructuring Proksional Standards: The Anderson Report". Journal of Accountancy, September, pp. 92-104. Aranya, N. and K.R. Ferris. 1984. “A Reexamination of Accountants Organizational-Proksional Conflict” The Accounting Review, Vol. 59, pp. 1-15. −−−−−−, N., A. Barack and Amernic, J. 1981. “A test of Hollands theory in a population of accountants”, Journal of Vocational Behavior, Vol. 19 No. 1, pp. 15-24. Aziza, N. dan Salim A. 2007. “Pengaruh Orientasi Etika Pada Komitmen dan Sensitivitas Etika Auditor (Studi Empiris pada Auditor di Bengkulu dan Sumatera Se1atan)”. Simposium Nasional Akuntansi 11. Universitas Tanjung Pura, Pontianak. Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Bline, DM., Meixner, W.F and Aranya. N. 1992. “The Impact Of The Work Setting On The Organizational & Proksional Commitment of Accountants”, Research in Govermental & Non Profit Accounting, Vol. 7, pp.79-96. Bonner. S, R. Libby dan M. W. Nelson. 1996. Using Decision Aids to Improve Auditors Conditional Probability Judgements, The Accounts review. Boyton, Kell, Johnson. 2003. Modern Auditing. Edisi ke 7. Jakarta: Erlangga. Brierley, J. A. 1996. “The measurement of orgamkational commitment and prokssional commitment”, The Journal of Social Psychology, 136, 265-267 Chang, J .Y. dan Choi, J .N. 2007. “The Dynamic Relation Between Organization and Prokssional Commitment of Highly Educated Research Development (R&D) Prokssionals”. The Journal of Social Psychology, 147(3), pp 299-315. Cohen. J. R., L. W. Part and D.J Sharp. 1996. “Measuring The Ethical A wareness and Ethical Orientation of Canadian Auditor”. Research in Accounting vol 7 pp 37-64.
71
Djakman, Chaerul D. 2003. Manajemen Laba dan Pengaruh Kebijakan Multi Papan Bursa Efek Jakarta Simposium Nasional Akuntansi VI: Surabaya. Douglas P. C, Ronals A. Davidson dan B. N Shwartz, 2001. “The Effect of Organizational Culture and Ethical Orientation on Accountants Ethical Judgements”, Journal of Business Ethics 34, pp.101-121. Duska, Ronald,F., dan Btenda,S. 2003. Accounting Ethics. Blackwell Publishing Ltd. Dwyer, L., Mellor, R., Mistilis, N. and Mules, T. 2000. A framework for evaluating and forecasting the impacts of special events. Proceedings of event evaluation, research and education, Sydney: Australian Centre for Event Management. Falah, Syaikhul. 2008. Pengaruh budaya etis organisasi dan orientasi etika terhadap sensitivitas etika (studi empiris tentang pemeriksa internal di Bawasda Pemda Papua Universitas Diponegoro. Finn, Don W., Lawrence B., Chonko, dan Shelby D. Hunt. 1988. “Ethical Problems in Public Accounting: The View From the Top”. Journal of Business Ethics, Vol. 7, pp. 605-6l5. Fisher, G Joseph. 1998. “Contingency T henry Management Control System and Firm Outcomes: Past Results and Future Directions”. Behavioural Research in Accounting Vol. 10. Supplement : 47-64. Forsyth, D.R. 1980. “A Taxonomy of Ethical Ideology Journal of Personality and Social Psychology”, Vol. 39, pp. 175-184. −−−−−−, D.R. 1981. “Moral Judgment: The Influence of Ethical Ideology” Personality and Social Psychology Bulletin”, Vol. 7, pp. 218-223. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi ke 4. Semarang: Universitas Diponegoro. Gusnardi. 2003. Analisis Perbandingan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Judgment Penetapan Risiko Audit oleh Auditor yang Berpengalaman dan Auditor yang Belum Berpengalaman. Bandung : Universitas Padjadjaran (Tidak Dipublikasikan) Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir untuk Insrtumen Angket, Test dan Skala Rating. Penerbit: Andi Offset, Yogyakarta.
72
Higgins dan Kelleher. 2005. “Comparative Perspectives on the Ethical Orientations of Human Resources, Marketing and Finance Functional Managers Journal of Business Ethics, Vol.56, pp. 275-288. Hofstede, G., Bram, N., Denise, D.O. and Geert, S. 1994. “Measuring Organizational Culture: A Quantitative Study Across Twenty Cases”. Administrarive Science Quarterly. (35) : 286-316. http://www.bpkp.go.id, Selasa, 11 Februari 2014, 14.00 WITA. Hudayati, Ataina. 2002. Perkembangan Penelitian Akuntansi Keperilakuan Berbagai Teori dan Pendekatan yang Melandasi. JAAI Volume 6 No. 2. Hunt, S. D. dan S. J. Vite11. 1986. “A General Theory of Marketing Ethics Journal of Macromarketing Spring pp. 5-16. Ikhsan, Arfan. 2008. Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Irawati, Anik dan Supriyadi. 2012. Pengaruh Orientesi Etika Pada Komitmen Profesional, Komitmen Organisasional dan Sensitivitas Etika Auditor dengan Gender sebagai Variabel Pemoderasi. Simposium Nasional Akuntansi XV: Banjarmasin. Januarti, Indira, 2011. Analisis pengaruh pengalaman auditor, komitmen profesional, orientasi etis, dan nilai etika terhadap persepsi dan pertimbangan etis (auditor badan pemeriksa keuangan Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XIV. Aceh. Jensen, Michael C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3. Jogiyanto. 2007. Metode Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Yogyakarta: BPFE Jones, T.M. 1991. ”Ethical Decision Making by Individuals in Organizations. An Issue Contingent Model”. Academy of Management Review, vol. 16(2), 366-395 Jusup, A1. Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan). Buku I. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Khomsiyah dan Nur Indriantoro. 1998. Pengaruh Orientasi Etika terhadap Komitmen dan Sensitivitas Etika Auditor Pemerintah di DKI Jakarta. JRAI Vol. 1 13-28.
73
Kohlberg, L. 1971. “Stages Of Moral Development As A Basis Of Moral Education”. Moral Education: Interdiciplinary Approaches: 23-92. New York: Newman Press. Kohlberg, L., 1977. “The Cognitive Development Approach To Moral Education”. Issues In Adolescent Psychology: 283-299. New Jersey: Printice Hall, Inc. Knoers dan Haditono. 1999. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagian, Cetakan ke-12, Gajah mada University Press, Yogyakarta. Kwon, I. W. G., & Banks, D. W. (2004). “Factors related to the Organizational and professional commitment of internal auditors”. Managerial Auditing Journal, 19, 606-622. Larkin, Joseph, M. 2000, “The Ability of Internal Auditors to Identfy Ethical Dilemmas”, Journal of Business Ethics, 23, 401-409. Leong, L., Huang, S. Y., and Hsu, J. 2003. “An empirical study on prqkssional commitment organizational commitment and job involvement in Canadian Accounting firms”. Journal of American Academy of Business, 2, 360-3 70. Leung, P. dan Cooper, B.J. 1995. "Ethical dilemmas in accountancy practice", Australian Accountant. May, pp. 28-32. Libby, R., K. T. Trotman, 1993, The Review Process as a Control for Differential Recall of Evidence in Auditor Judgments, Accounting Research, Vol. 36, no. 1 (Spring), PP: 143-156. Ludigdo, Unti. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi Interpretif Simposium Nasional Akuntansi 9: Padang. Mowday, R.T; Steers, R.M.. and Porter. L.W. 1979. “The Measurement of Organizational Commitment Journal of Vocational Behavioral, Vol. 14, pp.224247. O’Leary dan Cotter. 2000. "The ethics of final year accountancy students: an international comparison Managerial Auditing Journal Vol 15, pp. 108 – 115 Ponemon, L.A. dan Gabhart, D_R.L. 1993. "Ethical reasoning in accounting and auditing" Research Monograph No, 21. CGA-Canada Research Foundation. Pujiati, D. 2002. Hubungan antara Panisipasi dan Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem Informasi: Tinjauan terhadap Empat Faktor Kontinjensi (studi Empiris pada, Bank Umum di Kotamadya Semarang). (tidak dipublikasikan).
74
Rest, James, R. 1983. “Received Manual For The Defining Issues Test: An Objective Test For Moral Judgment Development”. Minnepolis: Minnesota Moral Research Project. Rustiana, 2006. Eksplorasi Pembuatan Keputusan Etis Mahasiswa Akuntansi dalam Situasi Dilema Etis Akuntansi. Modus, vol 18(1), 49-6l. −−−−−−−, 2006. Persepsi Etika Mahasiswa Akuntansi dan Auditor dalam Situasi Dilema Etis Akuntansi. Kinerja vol 10(2), 116-128. Shaub, M.K., Don W. Finn dan Paul Munter. 1993. "The Ejects of Auditors Ethical Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity". Behavioral Research in Accounting Vol. 5,pp. 145-169. SiegeL Gary & Helene Ramanauskas Marconi. 1989. “Behavioral Accounting". South Western Publishing Co. Cicinnati, Ohio. Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keperilakuan: Teori dan Implementasi. Yogyakarta : Andi Offset. Susetyo, Budi. 2009. Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Pertimbangan Auditor dengan Kredibilitas Klien Sebagai Variabel Moderating. Universitas Diponegoro. Trevino, Linda Klebe. 1986. “Ethical Decision Making in Organization: A Person Situation Interactionist Model”. Academy of Management Review, July pp. 601617. Tsalikis, J. and D. J. Fritzche. 1989. “Business Ethics: A Literatur Review with a Focus on Marketing Ethics", Journal of Business Ethics, Vol.8, No.9, pp.695-743. Westra, L.S. 1986. “Whose Loyal Agent Toward an Ethnical of Accounting”. Journal of Business Ethnics, vol. 5 pp. 119-128. Wiley, C. 1998. “Reexamining Perceived Ethics Issues and Ethics Roles Among Employment Managers”, Journal of Business Ethics, Vol.l7, pp. 147-161. Wirawan, Nata. 2002. Statistik 2 Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua, Denpasar. Keraras Emas.
75
Lampiran 1 SURAT PERMOHONAN PENGISIAN KUESIONER Denpasar, …./…./2014 Kepada Yth. Bapak/Ibu Responden. Di tempat
Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Putu Purnama Dewi NIM
: 1291661007
Adalah mahasiswi Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana semester akhir yang sedang menyusun tugas akhir berupa tesis. Adapun judul dari penelitian saya adalah Pengaruh Pengalaman, Orientasi etika, Komitmen, dan Budaya Etis Organisasi pada Sensitivitas Etika Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan perwakilan Provinsi Bali. Saya berharap Bapak/Ibu berkenan membantu proses pengumpulan data dengan menjawab pertanyaan maupun pernyataan dalam kuesioner ini. Saya mohon dibaca terlebih dahulu petunjuk kuesioner dan diberikan jawaban yang jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Saya berharap agar kuesioner yang telah terjawab dapat saya ambil kembali secepatnya. Atas kesediaan waktu Bapak/Ibu untuk memberikan jawaban atas kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih, sekaligus permohonan maaf apabila penelitian ini mengganggu pekerjaan Bapak/Ibu responden.
Peneliti
Putu Purnama Dewi NIM. 1291661007
76
Lampiran 1 Saya mohon Bapak/Ibu menjawab pada tempat yang telah disediakan dan pilihlah jawaban pada pertanyaan pilihan dengan memberikan tanda silang (X) pada satu jawaban yang sesuai dengan kondisi sebelumnya.
Identifikasi Responden Nama Responden Usia Jenis Kelamin
: : …… Tahun : a. Laki-Laki
b. Perempuan
Instrumen : Pengalaman Jabatan : Lama bekerja : …… Tahun Pendidikan terakhir yang telah ditempuh : a. D3 c. S2 b. S1 d. S3 Pelatihan yang pernah diikuti : ……..kali
Petunjuk Umum Pengisian Kuesioner Berilah tanda silang (X) pada pernyataan yang dianggap paling sesuai dengan kondisi yang sebenarnya diantara pilihan berikut: STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju
SS = Sangat Setuju S = Setuju
Instrumen : Orientasi Etika Kuisioner Orientasi Etika Idealisme
Pernyataan/Skor STS TS S SS 1. Auditor harus memastikan terlebih dahulu bahwa hasil audit 1 2 3 4 2. 3. 4.
mereka tidak pernah secara sengaja merugikan orang lain, dalam tingkat sekecil apapun. Perbuatan merugikan orang lain tidak dapat ditoleransi oleh auditor, seberapa kecil pun tingkat kerugian itu. Melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain adalah tindakan yang salah, walaupun tindakan tersebut menguntungkan auditor. Dalam melakukan pekerjaan sebagai profesional, auditor tidak boleh menyakiti dan merugikan orang lain secara fisik maupun psikologis.
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
77
Kuisioner Orientasi Etika Idealisme
5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pernyataan/Skor STS TS S SS Dalam melakukan pekerjaan profesional, auditor tidak boleh 1 2 3 4 melakukan tindakan mengancam. Auditor tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat merugikan pihak yang tidak bersalah. Dalam memutuskan untuk melakukan suatu tindakan yang tidak bermoral, auditor perlu mempertimbangkan konsekuensi negatif dan positif dari perbuatan tersebut. Martabat dan kesejahteraan orang seharusnya menjadi perhatian paling penting dalam suatu masyarakat. Auditor jangan pernah sampai mengorbankan kesejahteraan orang lain. Tindakan moral adalah tindakan yang sesuai dengan tindakantindakan yang sifatnya ideal/sempurna.
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Kuisioner Orientasi Etika Relativisme
1. 2. 3. 4. 5.
6.
7. 8.
9. 10.
Pernyataan/Skor STS TS S SS Tidak ada prinsip-prinsip etika yang begitu penting untuk 1 2 3 4 dijadikan bagian dari kode etik auditor. Aturan-aturan etika berbeda antara tim audit satu dengan yang lain, demikian juga dengan penerapannya, berbeda antara situasi satu dengan yang lainnya. Prinsip-prinsip harus dipandang sebagai suatu yang sifatnya subjektif. Apa yang dianggap seseorang bermoral, mungkin saja dianggap tidak bermoral bagi orang lain. Adanya perbedaan dalam sistem atau sikap moral tidak dapat dianggap sebagai suatu perbedaan yang telah menjadi sifat atau karakteristik dari prinsip-prinsip moral. Pertanyaan-pertanyaan tentang apakah sesuatu itu bersifat etis atau tidak bagi setiap orang tidak akan pernah bisa diselesaikan karena apa yang dianggap bermoral atau tidak bermoral tergantung pada penilaian individu. Prinsip-prinsip moral adalah aturan yang sifatnya personal, yang mengidentifikasi bagaimana seseorang seharusnya bertingkah laku dan tidak dapat digunakan untuk membuat penilaian terhadap orang lain. Pertimbangan moral dalam hubungan antar pribadi adalah sangat kompleks dimana individu diijinkan untuk memiliki kode etik sendiri. Penetapan aturan-aturan etika secara tegas yang dapat menghilangkan tindakan-tidakan tertentu (adanya keseragaman tindakan), akan menciptakan suatu hubungan manusia yang lebih baik. Tidak ada peraturan yang berkaitan dengan kebohongan yang dapa diformulasikan, apakah suatu kebohongan dapat diijinkan atau tidak sepenuhnya tergantung pada situasi yang ada. Apakah suatu kebohongan itu dinilai bermoral atau tidak bermoral sepenuhnya tergantung pada situasi yang mengelilinginya.
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
78
Instrumen : Komitmen
Kuisioner Komitmen Komitmen Profesional
1. 2. 3. 4. 5.
Pernyataan/Skor STS TS S SS Saya ingin melakukan usaha luar biasa melebihi yang 1 2 3 4 diharapkan demi kesuksesan profesi auditor. Saya bangga memberitahu orang lain bahwa saya adalah bagian dari profesi auditor. Profesi auditor menginspirasi saya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Saya sangat peduli dengan perkembangan profesi auditor di Indonesia. Bagi saya, profesi auditor adalah profesi terbaik dibandingkan dengan profesi lainnya.
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Kuisioner Komitmen Komitmen Organisasional
1. 2. 3. 4.
Pernyataan/Skor STS TS S SS Saya memiliki keinginan kuat untuk selalu tetap menjadi 1 2 3 4 anggota instansi Saya selalu memiliki keinginan kuat untuk berusaha keras demi instansi Saya menerima nilai-nilai yang diterapkan oleh instansi Saya menerima apapun yang telah menjadi tujuan instansi
1
2
3
4
1 1
2 2
3 3
4 4
Instrumen : Budaya Etis Organisasi
Kuisioner Komitmen Budaya Etis Organisasi
1. 2. 3. 4. 5.
Pernyataan/Skor STS TS S SS Pimpinan instansi saya tidak berperilaku yang kurang etis 1 2 3 4 Untuk mensukseskan instansi saya, seringkali perilaku etis 1 2 3 4 dikompromikan Pimpinan instansi tidak membiarkan adanya ketidakpastian sehingga perilaku yang tidak etis itu tidak akan ditoleransi Jika Pimpinan instansi mengetahui perilaku yang tidak etis itu menyebabkan kepentingan pribadi lebih diutamakan daripada instansi, pegawai akan langsung ditegur Jika Pimpinan instansi mengetahui perilaku yang tidak etis itu menyebabkan kepentingan instansi lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi, pegawai akan langsung ditegur juga
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Instrumen : Sensitivitas Etika Dalam membaca skenario pemeriksaan di bawah ini Bapak/Ibu ditempatkan sebagai auditor (pemeriksa). Kemudian indikasikan tingkat pentingnya masalah tersebut menurut Bapak/Ibu dengan memberi tanda silang (X) sebagai berikut: STS = Sangat Tidak Setuju
SS = Sangat Setuju
TS = Tidak Setuju
S = Setuju
79
Kasus 1 Max adalah auditor yang bertanggung jawab atas audit terhadap Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pagi ini ia telah menghabiskan waktunya selama dua jam untuk persiapan rapat dengan tim auditnya, sebelum mengadakan pertemuan dengan pihak manajemen tersebut untuk pemeriksaan awal. Disisi lain, pekerjaan akhir tahun menumpuk karena beberapa staff tidak dapat membantu, karena ditugaskan ke tempat lain. Pekerjaan diharapkan diselesaikan pertengahan tahun, akan tetapi karena ada auditor yang mengundurkan diri, pekerjaan menjadi menumpuk pada akhir tahun. Walaupun pemeriksaan yang akan dilaksanakan telah sesuai dengan anggaran, tapi Max tahu bahwa beberapa auditor telah gagal memenuhi estimasi waktu audit. Padahal jam kerja audit tahun ini 3% dibawah tahun lalu. STS
TS
S
SS
Kasus 2 Max telah menemukan adanya kelemahan dalam struktur pengendalian internal Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yang disebabkan adanya perubahan pada kwartal sebelumnya. Perubahan tersebut sudah didokumentasikan oleh auditor yang berpengalaman dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan tingkat keyakinan terhadap keandalan pengendalian internal dan luasnya pengujian pada akhir tahun. STS
TS
S
SS
Kasus 3 Max menghadapi masalah dengan prestasi kerjanya, karena setelah menjadi auditor prestasinya dinilai hanya diatas rata-rata. Temannya yang bekerja di BUMN mengajak untuk bergabung. Max sulit memutuskan, karena merasa nyaman bekerja di instansinya saat ini. Ia memerlukan waktu 45 menit untuk menyatakan kepada temannya bahwa ia mempertimbangkan tawaran itu.Ia
80
mungkin tidak akan pernah selesai memikirkannya jika bukan pimpinannya meminta Max untuk menemuinya. STS
TS
S
SS
Kasus 4 Max telah memberitahukan pihak pimpinan bahwa dia tidak setuju terhadap kapitalisasi bunga yang dilakukan oleh staf PDAM terhadap beberapa proyek. Pihak pimpinan yang memihak staf tersebut dalam masalah ini menyatakan bahwa meskipun secara teknis Max mungkin benar, posisi staf tersebut juga masih dapat diterima, sehingga Max mengubah kertas kerja, dan menyatakan bahwa praktek tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi. STS
TS
S
SS
NB: Mohon diperiksa kembali untuk memastikan semua pernyataan sudah dijawab.
TERIMA KASIH
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
Lampiran 4 Uji Validitas pada Variabel Pengalaman Correlations X1.1 X1.1
Pearson Correlation
X1.2 1
Sig. (2-tailed) N X1.2
.368
Sig. (2-tailed)
.045
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1.4
N
.431
.851
**
.045
.000
.017
.000
30
30
30
30
-.157
.388
*
.406
.034
.000
1
.734
**
30
30
30
30
-.157
1
.094
.423
.000
.406
.620
.020
.690
30
*
30
30
30
*
.094
1
.017
.034
.620
30
30
30
30
30
**
**
*
**
1
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
.690
X1 *
**
.431
Pearson Correlation
.368
X1.4 **
30
Pearson Correlation N
X1
*
Pearson Correlation N
X1.3
30
X1.3 *
.851
*
.388
.734
.423
**
.000 .689
.000
.000
.020
.000
30
30
30
30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30 .689
30
94
Uji Validitas pada Variabel Idealisme Correlations X2.1 X2.1
Pearson Correlation
X2.2 1
Sig. (2-tailed) N X2.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 **
.606
X2.3
X2.5
X2.6
X2.7
.616**
.599**
.528**
.711**
.834**
.000
.000
.000
.003
.000
.000
30
30
30
30
30
30
1
**
*
**
**
.727**
.000 30
30
**
**
.616
X2.4
.606**
.839
.839
.457
.678
.771
.000
.011
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
1
**
**
**
.760** .000
.549
.680
.826
.000
.000
.002
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.599**
.457*
.549**
1
.601**
.480**
.555**
.000
.011
.002
.000
.007
.001
30
30
30
30
30
30
30
.528**
.678**
.680**
.601**
1
.725**
.657**
.003
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.711**
.771**
.826**
.480**
.725**
1
.809**
.000
.000
.000
.007
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.834**
.727**
.760**
.555**
.657**
.809**
1
.000
.000
.000
.001
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.595**
.661**
.685**
.545**
.614**
.767**
.691**
.001
.000
.000
.002
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.579**
.717**
.720**
.457*
.717**
.790**
.736**
.001
.000
.000
.011
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.741**
.637
.559
.666
.497
.584
.684
.000
.001
.000
.005
.001
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.895**
.793
.838
.877
.670
.807
.905
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
95
Correlations X2.8 X2.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2.8
Pearson Correlation
X2.9
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2.10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2
.579**
.637**
.793**
.001
.001
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
.838** .000
.661
.717
.559
.000
.000
.001
30
30
30
30
.685**
.720**
.666**
.877**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.545**
.457*
.497**
.670**
.002
.011
.005
.000
30
30
30
30
.614**
.717**
.584**
.807**
.000
.000
.001
.000
30
30
30
30
.767**
.790**
.684**
.905**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.691**
.736**
.741**
.895**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
.912**
.795**
.870**
.000
.000
.000
Sig. (2-tailed) X2.9
X2.10
.595**
30
30
30
30
.912**
1
.847**
.897**
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
1
.838**
.795
.847
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
1
.870
.897
.000 .838
.000
.000
.000
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
96
Uji Validitas pada Variabel Relativisme Correlations X3.1 X3.1
Pearson Correlation
X3.2 1
Sig. (2-tailed) N X3.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 **
.509
X3.3
X3.5
X3.6
X3.7
.637**
.765**
.670**
.695**
.586**
.004
.000
.000
.000
.000
.001
30
30
30
30
30
30
1
**
**
**
**
.648**
.004 30
30
**
**
.637
X3.4
.509**
.848
.848
.705
.827
.802
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
1
**
**
**
.686** .000
.709
.802
.802
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.765**
.705**
.709**
1
.865**
.924**
.705**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.670**
.827**
.802**
.865**
1
.898**
.762**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.695**
.802**
.802**
.924**
.898**
1
.802**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.586**
.648**
.686**
.705**
.762**
.802**
1
.001
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
.661**
.738**
.686**
.897**
.879**
.867**
.595**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.001
30
30
30
30
30
30
30
.655**
.786**
.768**
.836**
.930**
.866**
.786**
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.637**
.673
.718
.749
.873
.866
.898
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
**
.806**
.770
.847
.858
.935
.958
.962
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
97
Correlations X3.8 X3.1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3.8
Pearson Correlation
X3.9
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X3.10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3
.655**
.673**
.770**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
.847** .000
.738
.786
.718
.000
.000
.000
30
30
30
30
.686**
.768**
.749**
.858**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.897**
.836**
.873**
.935**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.879**
.930**
.866**
.958**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.867**
.866**
.898**
.962**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
.595**
.786**
.637**
.806**
.001
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
.896**
.845**
.913**
.000
.000
.000
Sig. (2-tailed) X3.9
X3.10
.661**
30
30
30
30
.896**
1
.765**
.936**
.000
.000
.000
30
30
30
30
**
**
1
.903**
.845
.765
.000
.000
30
30
30
30
**
**
**
1
.913
.936
.000 .903
.000
.000
.000
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
98
Uji Validitas pada Variabel Komitmen Profesionalisme Correlations X4.1 X4.1
Pearson Correlation
X4.2 1
Sig. (2-tailed) N X4.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4.3 **
.712
.000
X4.4 **
.728
.000
X4.5 **
.797
.000
X4 **
.892**
.000
.000
.792
30
30
30
30
30
30
.712**
1
.728**
.675**
.792**
.866**
.000
.000
.000
.000
.000 30
30
30
30
30
30
.728**
.728**
1
.875**
.797**
.911**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
1
**
.925**
.797
.675
.875
.846
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
1
.933**
.792
.792
.797
.846
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
**
**
**
**
**
1
.892
.866
.911
.925
.000 .933
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
30
99
Uji Validitas pada Variabel Komitmen Organisasional Correlations X5.1 X5.1
Pearson Correlation
X5.2 1
Sig. (2-tailed) N X5.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 **
.801
X5.3
X5
.877**
.866**
.955**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
**
**
.904**
.000
.000
.000
30
30
30
1
**
.903**
.000
.000
.000 30
30
**
**
.877
X5.4
.801**
.687
.687
.878
.815
.000
.000
30
30
30
30
30
.866**
.878**
.815**
1
.958**
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.955**
.904**
.903**
.958**
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.000
30
100
Uji Validitas pada Variabel Budaya Etis Organisasi Correlations X6.1 X6.1
Pearson Correlation
X6.2 1
Sig. (2-tailed) N X6.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X6.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X6.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X6.5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X6.3
X6.5
X6
.763**
.784**
.763**
.904**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
1
**
**
**
.964**
30 **
.841
.000 30
30
**
**
.763
X6.4
.841**
.841
.841
.821
.910
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
**
**
.888** .000
.717
.763
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
.784**
.821**
.717**
1
.784**
.902**
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
.763**
.910**
.763**
.784**
1
.921**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
30
.904**
.964**
.888**
.902**
.921**
1
.000
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.000
30
101
Uji Validitas pada Variabel Sensitivitas Etika Correlations Y.1 Y.1
Pearson Correlation
Y.2 1
Sig. (2-tailed) N Y.2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y.3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y.4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
30 **
.674
Y.3
Y
.764**
.784**
.934**
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
1
*
**
.774**
.015
.000
.000
30
30
30
1
**
.859**
.000
.000
.000 30
30
**
*
.764
Y.4
.674**
.439
.439
.608
.773
.000
.015
30
30
30
30
30
.784**
.608**
.773**
1
.909**
.000
.000
.000
30
30
30
30
30
.934**
.774**
.859**
.909**
1
.000
.000
.000
.000
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
.000
30
102
Lampiran 5 Uji Reliabilitas pada Variabel Pengalaman Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 30
100.0
0
.0
30
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.611
4
Item Statistics Mean X1.1 X1.2 X1.3 X1.4
Std. Deviation
2.5000 1.9667 1.7000 1.4667
N
1.07479 1.35146 .53498 .81931
30 30 30 30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted X1.1 X1.2 X1.3 X1.4
Scale Variance if Item Deleted
5.1333 5.6667 5.9333 6.1667
Corrected Item- Cronbach's Alpha Total Correlation if Item Deleted
3.499 3.747 6.340 4.902
.652 .325 .241 .469
Scale Statistics Mean 7.6333
Variance 7.275
Std. Deviation 2.69717
N of Items 4
.307 .654 .636 .500
103
Uji Reliabilitas pada Variabel Idealisme Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.954
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X2.1
3.3000
.65126
30
X2.2
3.4667
.68145
30
X2.3
3.2667
.73968
30
X2.4
3.2667
.58329
30
X2.5
3.1333
.68145
30
X2.6
3.1333
.73030
30
X2.7
3.4000
.72397
30
X2.8
3.5333
.73030
30
X2.9
3.5000
.77682
30
X2.10
3.5333
.68145
30
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X2.1
30.2333
29.013
.746
.951
X2.2
30.0667
28.409
.798
.949
X2.3
30.2667
27.582
.842
.948
X2.4
30.2667
30.409
.610
.956
X2.5
30.4000
28.662
.760
.951
X2.6
30.4000
27.421
.878
.946
X2.7
30.1333
27.568
.865
.946
X2.8
30.0000
27.724
.834
.948
X2.9
30.0333
27.068
.866
.946
X2.10
30.0000
28.414
.797
.949
Scale Statistics Mean 33.5333
Variance 34.671
Std. Deviation 5.88823
N of Items 10
104
Uji Reliabilitas pada Variabel Relialisme Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.970
10
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X3.1
2.8000
.71438
30
X3.2
2.4333
.62606
30
X3.3
2.5000
.68229
30
X3.4
2.5000
.82001
30
X3.5
2.6333
.85029
30
X3.6
2.4667
.81931
30
X3.7
2.4333
.62606
30
X3.8
2.4333
.77385
30
X3.9
2.6000
.85501
30
X3.10
2.4000
.67466
30
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X3.1
22.4000
37.490
.721
.972
X3.2
22.7667
37.633
.817
.969
X3.3
22.7000
36.976
.827
.968
X3.4
22.7000
34.769
.916
.965
X3.5
22.5667
34.185
.945
.964
X3.6
22.7333
34.478
.951
.964
X3.7
22.7667
37.978
.769
.970
X3.8
22.7667
35.495
.890
.966
X3.9
22.6000
34.386
.916
.965
X3.10
22.8000
36.648
.881
.967
Scale Statistics Mean 25.2000
Variance 44.303
Std. Deviation 6.65608
N of Items 10
105
Uji Reliabilitas pada Variabel Komitmen Profesional Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.944
5
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X4.1
3.4333
.77385
30
X4.2
3.4333
.77385
30
X4.3
3.4667
.73030
30
X4.4
3.5333
.73030
30
X4.5
3.6333
.71840
30
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X4.1
14.0667
7.306
.826
.935
X4.2
14.0667
7.444
.786
.943
X4.3
14.0333
7.413
.859
.929
X4.4
13.9667
7.344
.880
.925
X4.5
13.8667
7.361
.894
.923
Scale Statistics Mean 17.5000
Variance 11.362
Std. Deviation 3.37077
N of Items 5
106
Uji Reliabilitas pada Variabel Komitmen Organisasional Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.946
4
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X5.1
3.4333
.81720
30
X5.2
3.4667
.68145
30
X5.3
3.5333
.62881
30
X5.4
3.4667
.77608
30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X5.1
10.4667
3.775
.911
.919
X5.2
10.4333
4.461
.837
.940
X5.3
10.3667
4.654
.842
.941
X5.4
10.4333
3.909
.920
.914
Scale Statistics Mean 13.9000
Variance 7.334
Std. Deviation 2.70823
N of Items 4
107
Uji Reliabilitas pada Variabel Budaya Etis Organisasi Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.951
5
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
X6.1
3.6667
.66089
30
X6.2
3.6333
.76489
30
X6.3
3.6667
.66089
30
X6.4
3.4667
.77608
30
X6.5
3.6667
.66089
30
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Item-Total Statistics Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
X6.1
14.4333
7.013
.854
.941
X6.2
14.4667
6.257
.940
.926
X6.3
14.4333
7.082
.830
.945
X6.4
14.6333
6.516
.838
.945
X6.5
14.4333
6.944
.878
.938
Scale Statistics Mean 18.1000
Variance 10.438
Std. Deviation 3.23078
N of Items 5
108
Uji Reliabilitas pada Variabel Sensitivitas Etika Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
%
Valid
30
100.0
0
.0
30
100.0
Excludeda Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.893
4
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
Y.1
3.4667
.77608
30
Y.2
3.5333
.62881
30
Y.3
3.6000
.67466
30
Y.4
3.6667
.66089
30
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Y.1
10.8000
2.855
.862
.824
Y.2
10.7333
3.789
.627
.908
Y.3
10.6667
3.402
.748
.868
Y.4
10.6000
3.283
.835
.836
Scale Statistics Mean 14.2667
Variance 5.720
Std. Deviation 2.39156
N of Items 4
109
Lampiran 6 Statistik Deskriptif Data Uji Descriptive Statistics N X1 X2 X3 X4 X5 X6 Y Valid N (listwise)
Minimum 60 60 60 60 60 60 60 60
4.00 12.80 10.00 6.27 5.26 6.34 5.34
Maximum 15.80 38.74 35.44 18.61 15.14 19.12 15.57
Mean 10.0190 29.6582 16.0975 15.0438 12.4047 16.3552 12.9875
Std. Deviation 3.12263 8.40450 8.84066 4.44673 3.65127 4.53454 3.50203
110
Lampiran 7 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N a,,b Normal Parameters Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
60 .0000000 1.18396121 .101 .076 -.101 .784 .570
111
Lampiran 8 Uji Multikolinearitas
Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
X6, X2, X5, X4, a X3, X1
Variables Removed
Method . Enter
a. All requested variables entered.
Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
X1
.375
2.664
X2
.631
1.585
X3
.433
2.310
X4
.492
2.034
X5
.512
1.951
X6
.479
2.090
a. Dependent Variable: Y
112
Lampiran 9 Uji Heterokedastisitas
Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
X6, X2, X5, X4, a X3, X1
Variables Removed
Method . Enter
a. All requested variables entered.
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 1.372
.947
X1
.097
.057
X2
-.003
X3 X4
Standardized Coefficients Beta
t
Sig. 1.449
.153
.362
1.708
.093
.016
-.034
-.210
.835
-.015
.019
-.161
-.815
.419
-.041
.035
-.221
-1.192
.238
X5
-.051
.041
-.223
-1.227
.225
X6
.006
.035
.031
.163
.871
a. Dependent Variable: ABSRES
113
Lampiran 10 Regresi Linear Berganda
Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
X6, X2, X5, X4, a X3, X1
Variables Removed
Method . Enter
a. All requested variables entered.
b
Model Summary Model
R
1
Adjusted R Square
R Square .941
a
.886
Std. Error of the Estimate
.873
1.24918
a. Predictors: (Constant), X6, X2, X5, X4, X3, X1 b. Dependent Variable: Y
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
640.885
6
106.814
82.704
53
1.560
723.589
59
F
Sig.
68.451
.000
a
a. Predictors: (Constant), X6, X2, X5, X4, X3, X1 b. Dependent Variable: Y
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 1.430
1.423
X1
.118
.085
X2
.067
X3
Standardized Coefficients Beta
t
Sig. 1.005
.319
.105
1.388
.171
.024
.162
2.768
.008
-.057
.028
-.143
-2.029
.048
X4
.223
.052
.283
4.274
.000
X5
.205
.062
.213
3.287
.002
X6
.208
.052
.269
4.008
.000
a. Dependent Variable: Y
114
Hasil Wawancara Dengan Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali
Peneliti
: Apa itu BPKP?
Auditor
: BPKP merupakan badan pengawasan keuangan negara dan pembangunan yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. BPKP adalah lembaga non departemen yang merupakan auditor internal pemerintah. Berbeda dengan BPK yang merupakan auditor eksternal pemerintah.
Peneliti
: Ada berapa jenjang jabatan auditor BPKP?
Auditor
: Auditor terampil terdiri dari auditor pelaksana, auditor pelaksana lanjutan, auditor penyelia. Auditor ahli terdiri dari auditor pertama, auditor muda, auditor madya, auditor utama.
Peneliti Auditor
: Bagaimana penentuan jabatan auditor tersebut? : Jabatan auditor ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan auditor pada saat diterima. Auditor dengan tingkat pendidikan S1 menduduki jabatan sebagai auditor ahli, tingkat pendidikan D3 menduduki jabatan sebagai auditor terampil.
Peneliti
: Ada berapa bidang pekerjaan dalam auditor BPKP?
Auditor
: Ada 5 bidang pada yaitu bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat (PIPP), bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah, bidang Akuntan Negara, bidang Investigasi, bidang Pembinaan Jabatan Profesional Auditor (JPA)
Peneliti
: Apa saja pelaksanaan tugas masing- masing bidang tersebut?
115
Auditor
: Bidang PIPP melaksanakan tugas audit dan pengawasan pada instansi pemerintah pusat, bidang akuntabilitas pemerintah daerah yaitu melaksanakan audit dan pengawasan pada instansi pemerintah daerah seperti pada pemerintah kota dan kabupaten, bidang akuntan negara melaksanakan audit serta pengawasan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bidang investigasi melaksanakan pemeriksaan terhadap indikasi penyimpangan yang merugikan negara, bidang JPA melakukan pembinaan pada auditor.
Peneliti
: Bagaimana sistem pelaksanaan tugas untuk masing-masing bidang tersebut?
Auditor
: Pelaksanaan tugas pada masing-masing bidang dilakukan oleh tim yang dibentuk dalam setiap penugasan pada masing-masing bidang. Tim tersebut terdiri atas auditor ahli dan auditor terampil. Penugasan dilakukan sesuai dengan tugas serta waktu yang telah ditentukan. Pengambilan keputusan dilakukan secara bersamasama yang merupakan hasil dari penugasan tersebut. Hasil tersebut akan dilaporkan kepada kepala perwakilan.
Peneliti
: Untuk mendukung pelaksanaan tugas pelatihan/ diklat apa saja yg diberikan oleh BPKP?
Auditor
: Pelatihan atau diklat ada 2 terdiri dari substansi yang mendukung teknis pekerjaan, serta sertifikasi yang mendukung jenjang jabatan auditor.