perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH UMPAN BALIK DENGAN ALAT BANTU AUDIO-VISUAL DAN UMPAN BALIK LANGSUNG TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET DITINJAU DARI PERSEPSI KINESTETIK (Studi Eksperimen pada Siswa SMP Negeri 2 Sragen)
TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan
Oleh Joko Sunarso A121308066
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 to user commit
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH UMPAN BALIK DENGAN ALAT BANTU AUDIO-VISUAL DAN UMPAN BALIK LANGSUNG TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET DITINJAU DARI PERSEPSI KINESTETIK (Studi Eksperimen pada Siswa SMP Negeri 2 Sragen)
TESIS Oleh Joko Sunarso A121308066
Komisi Pembimbing
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 194911081976091001
…………....
…………2015
Pembimbing II
Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd NIP. 196503231993031012
…………......
…………2015
Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal………………2015 Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd NIP. 196511281990031001 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH UMPAN BALIK DENGAN ALAT BANTU AUDIO-VISUAL DAN UMPAN BALIK LANGSUNG TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET DITINJAU DARI PERSEPSI KINESTETIK (Studi Eksperimen pada Siswa SMP Negeri 2 Sragen)
TESIS Oleh Joko Sunarso A 121308066 Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal ………………….2015 Tim Penguji :
Jabatan
Nama
TandaTangan
Ketua
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd NIP. 196511281990031001
..........………...
Sekretaris
Prof. Dr. Kiyatno, dr.,PFK.,M.Or.,AIFO NIP. 194801181976031002
..........................
Anggota Penguji
1. Prof. Dr. Sugiyanto NIP. 194911081976009101
....……………
2. Dr. Sapta Kunta Purnama, M. Pd NIP. 196503231993031012
......……………
Mengetahui: Direktur Program Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 196107171986011001
Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan
Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd commit to user NIP. 196511281990031001
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul,“ PENGARUH UMPAN BALIK DENGAN ALAT BANTU AUDIO - VISUAL DAN UMPAN BALIK LANGSUNG TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN BOLABASKET DITINJAU DARI PERSEPSI KINESTETIK (Studi Eksperimen Pada Siswa SMP Negeri 2 Sragen) ” adalah benar-benar karya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS berhak mempublikasikanya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Keolahragaan PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 31 Maret 2015 Mahasiswa,
Joko Sunarso A121308066 commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Berangkat dengan penuh Keyakinan Berjalan dengan penuh Keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi Cobaan
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati Tesis ini kupersembahkan kepada: 1. Bpk (alm) dan ibu Mainem yang telah merawat,
membesarkanku,
membimbingku dengan penuh keikhlasan, kasih sayang dan pengorbanan. 2. Sri Widyastuti, SE. Istriku yang selalu memberikan doa, motivasi, semangat dan penuh kesabaran sehingga tesis ini dapat diselesaikan. 3. Ketiga buah hatiku Nabil Amar Winarso, Salma Widya Masyita dan Khansa Widya Syakira yang menjadi semangat dalam menjalani hidup ini. 4. Keluarga besar SMP Negeri 2 Sragen . 5. MGMP PJOK Kabupaten Sragen. 6. Almamater Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmad dan Karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam menyelesaikan tesis ini, peneliti banyak mendapat dorongan, bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Semuanya itu telah menunjang kelancaran kerja sejak menyiapkan penelitian, pelaksanaan eksperimen, analisis sampai pada penulisan tesis ini. Oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati diucapkan terima-kasih yang sedalam-dalamnya. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. Ir. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur PPs UNS yang telah memberikan ijin penelitian dan penyusunan tesis ini. 3. Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd., sebagai Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan dan motivasi kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan tesisi ini. 4. Prof. Dr. Sugiyanto, yang telah memberi bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan. 5. Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd., yang telah memberi bimbingan, petunjuk dan pengarahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan. 6. Kepala SMP Negeri 2 Sragen yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian disekolah yang dipimpinnya. 7. Seluruh keluarga yang telah memberikan semangat dan motivasi sehingga tesis ini dapat selesai. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Rekan-rekan guru Penjas-Orkes yang tergabung dalam MGMP Penjas-Orkes SMP Kabupaten Sragen yang telah membantu peneliti dalam pengambilan data penelitian. 9. Rekan-rekan
mahasiswa
Program
Studi
Ilmu
keolahragaan,
Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu dalam penelitian ini. 10. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis ini. Akhirnya peneliti hanya dapat berdo‟a semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua, dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca. Amin Surakarta, April 2015
Peneliti
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ..............................................................
iv
MOTTO ..........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xv
ABSTRAK ......................................................................................................
xvi
ABSTRACT ...................................................................................................... xviii BAB I.
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................
5
C. Pembatasan Masalah .................................................................
5
D. Perumusan Masalah ..................................................................
6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS ...............................................
7
A. Kajian Teori ..............................................................................
7
1.
2.
Permainan Bolabasket.......................................................
7
a. Hakekat Permainan Bolabasket .....................................
8
b. Keterampilan Bolabasket ...............................................
8
Belajar Keterampilan Gerak ..............................................
26
a. Hakekat Belajar Gerak ………………………………...
27
b. Tahapan Belajar Keterampilan ......................................
38
c. Strategi dan Pembelajaran Bolabasket .... commit toKeterampilan user
29
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Pembelajaran Keterampilan dengan Pendekatan Bermain.. .......................................................................
30
e. Kondisi Belajar Gerak ....................................................
48
3. Umpan Balik (Feedback) ....................................................
49
a. Pengertian Umpan Balik ...............................................
49
b. Jenis-jenis Umpan Balik ...............................................
49
c. Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-Visual ............
51
d. Umpan Balik Langsung.................................................
53
e. Peranan Umpan Balik dalam Penguasaan Keterampilan
4.
Bolabasket .....................................................................
53
Persepsi Kinestetik .............................................................
54
a. Pengetian Persepsi Kinestetik ........................................
54
b. Peranan Persepsi Kinestetik terhadap Keterampilan Bolabasket ......................................................................
55
B. Penelitian yang Relevan ............................................................
56
C. Kerangka Berpikir .....................................................................
58
D. Pengajuan Hipotesis ..................................................................
62
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.......................................................
63
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
63
B. Metode Penelitian .....................................................................
63
C. Variabel Penelitian ....................................................................
65
D. Definisi Operasional .................................................................
65
E. Populasi dan Sampel .................................................................
66
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
68
G. Teknik Analisis Data.................................................................
69
BAB IV. HASIL PENELITIAN .....................................................................
73
A. Deskripsi Data ...........................................................................
73
B. Pengujian Persyaratan Analisis Varians ...................................
85
C. Pengujian Hipotesis ..................................................................
87
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
90
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................
95
A. kesimpulan ................................................................................ commit to user
95
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Implikasi ...................................................................................
95
C. Saran .........................................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 100
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 3..............................................
64
Tabel 2. Ringkasan Anava Dua Faktor ..........................................................
71
Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis Belajar Keterampilan Bolabasket .........
74
Tabel 4. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual ................................
75
Tabel 5. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual ................................
76
Tabel 6. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Kurang Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual ................................
77
Tabel 7. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik Umpan Balik Langsung ...................................................................
78
Tabel 8. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang Umpan Balik Langsung ...................................................................
79
Tabel 9. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Kurang Umpan Balik Langsung ...................................................................
80
Tabel 10. Statistik Deskriptif Hasil Tes Belajar Keterampilan Bolabasket Tiap Kelompok Berdasarkan Umpan Balik dan Tingkat Persepsi Kinestetik ...........................................................................
81
Tabel 11. Nilai Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan) ....................................................................
83
Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ...........................................
85
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ........................................
86
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 14. Ringkasan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Berdasarkan Umpan balik dan Tingkat Persepsi Kinestetik ........................................................................................
87
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Umpan Balik (A1 dan A2) ............................................................................
88
Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Persepsi Kinestetik (B1, B2 dan B3) ..............................................................
88
Tabel 17. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor .................................
88
Tabel 18. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians .............................................................................................
89
Tabel 19. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor A dan B Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Permainan Bolabasket. .......................................................................................
commit to user
xiii
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Cara Memegang Bola ..................................................................
12
Gambar 2
Mengoper ....................................................................................
13
Gambar 3
Teknik Dasar Menggiring ...........................................................
14
Gambar 4
Gerakan Shooting ........................................................................
19
Gambar 5
Gerakan Shooting Fase Pelaksanaan ...........................................
20
Gambar 6
Gerakan Shooting Fase Gerak lanjut ...........................................
21
Gambar 7
Menembak Bola ..........................................................................
22
Gambar 8
Komponen-komponen Pendukung Gerakan Efisiensi ................
46
Gambar 9.
Ilustrasi tipe-tipe umpan balik yang berkaitan dengan belajar dan keterampilan gerak ..............................................................
50
Gambar 10. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Videotape terhadap Performa Keseimbangan Pada Balance Beam ...........................
57
Gambar 11. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Umpan Balik dan Tingkat Persepsi Kinestetik .....................................................................
82
Gambar 12. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Pada Tiap Kelompok Perlakuan. ..............................
84
Gambar 13. Bentuk Interaksi Perubahan Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket ...................................................................................
commit to user
xiv
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................ 100
Lampiran 2.
Data Siswa Kelas 8 SMP N 2 Sragen sebagai Sampel Penelitian ................................................................................ 102
Lampiran 3.
Data Tes Awal Keterampilan Dribel Bolabasket ................... 104
Lampiran 4.
Data Tes Awal Keterampilan Passing Bolabasket ................. 106
Lampiran 5.
Data Tes Awal Keterampilan Shoting Bolabasket ................. 108
Lampiran 6.
Data Tes Akhir Keterampilan Dribel Bola Basket ................. 110
Lampiran 7.
Data Tes Akhir Keterampilan Passing Bolabasket ................ 112
Lampiran 8.
Data Tes Akhir Keterampilan Shoting Bola Basket ............... 114
Lampiran 9.
Data Persepsi Kinestetik Kelompok Audio-Visual ................. 116
Lampiran 10.
Rekapitulasi Data Tes Awal, Tes Akhir dan Peningkatan Keterampilan Bolabasket ................................... 118
Lampiran 11.
Uji Normalitas ........................................................................ 122
Lampiran 12.
Uji Homogenitas ..................................................................... 130
Lampiran 13.
Uji Anava 2 x 3....................................................................... 135
Lampiran 14.
Uji Lanjut Newman Keuls ...................................................... 138
Lampiran 15.
Tabel-Tabel Penelitian ............................................................ 142
Lampiran 16.
Petunjuk Pelaksanaan Pengukuran Persepsi Kinestetik ......... 146
Lampiran 17.
Petunjuk Pelaksanaan Test Keterampilan Bolabasket ............ 150
Lampiran 18.
Program Latihan Keterampilan Bolabasket Menggunakan Umpan Balik Audio-visual .................................................... 155
Lampiran 19.
Program Latihan Keterampilan Bolabasket Menggunakan Umpan Balik Langsung .......................................................... 164
Lampiran 20.
Foto-foto Penelitian ................................................................ 175
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Joko Sunarso, A 121308066.2015 Pengaruh Umpan Balik dengan Alat Bantu AudioVisual dan Umpan Bali Langsung terhadap Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Ditinjau dari Persepsi Kinestetik (Studi Eksperimen pada Siswa SMP Negeri 2 Sragen). Tesis, Program Studi Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing (1) Prof.Dr.Sugiyanto (2) Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd.
Latar belakang penelitian ini adalah hasil belajar yang belum optimal sehingga perlu diberikan umpan balik. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai:1.Perbedaan pengaruh antara penerapan umpan balik menggunakan alat bantu audio-visual dan umpan balik langsung (live feedback) terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan
bolabasket. 2.Perbedaan pengaruh peningkatan hasil belajar
keterampilan bolabasket antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan persepsi kinestetik baik, sedang, dan kurang. 3.Di antara variabel-variabel penerapan umpan balik dan persepsi kinestetik, variabel mana sajakah yang memiliki pengaruh interaksi terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen, dengan rancangan factorial 2 x 3. Populasi penelitian adalah siswa putra kelas 8 SMP Negeri 2 Sragen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposiv random sampling besarnya sampel 60 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan pengukuran. Tes Persepsi Kinestetik menggunakan Distance Perception Jump, Vertical Linear Space Test dan Bass stick Test. Tes Ketrempilan Bolabasket menggunakan tes AAHPERD basket test dari Bradford dan Rolayne W. Teknik Analisi data menggunakan analisis Varian (ANAVA) dua jalan. Hasil penelitian menunjukkan pada siswa yang mendapatkan umpan balik audiovisual mempunyai peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan umpan balik langsung. Pada kelompok siswa yang mempunyai persepsi kinestetik baik mempunyai peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang lebih commit to baik user daripada kelompok siswa dengan
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persepsi kinestetik sedang maupun kurang. Ada interaksi antara persepsi kinestetik dan keterampilan bolabasket. Kesimpulan: ada perbedaan yang signifikan antara umpan balik dengan alat bantu audio-visual dengan umpan balik langsung dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan bolabasket. Ada perbedaan yang signifikan antara persepsi kinestetik baik, sedang dan kurang terhadap hasil belajar keterampilan bolabasket. Ada interaksi yang signifikan antara umpan balik dan persepsi kinestetik.
Kata kunci: Umpan Balik, Hasil Belajar, Keterampilan Bolabasket, Persepsi Kinestetik.
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Joko Sunarso ,A 121308066.2015.The influence of feedback using an audio-visual aid and live feedback to improve the learning result of basketball skill based on kinesthetic perception. ( The experiment study on the boy students of SMP N 2 Sragen )Thesis, Sport Science Program Study, Post Graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. Advisor (1) Prof. Dr. Sugiyanto.(2) Dr.Sapta Kunta purrnama,M.Pd. The background of this research is learning result that hasn‟t been optimal yet. so it needs to give feedback. the purposes of this research is knowing about: 1). The differences of the influence between apply feedback by using audio visual aid and live feedback to improve the learning result skill of the basketball. 2). The differences of influence to improve the learning result skill of the basketball among the group of students who have medium kinesthetic perception or minimum kinesthetic perception.3). Among the variables apply the feedback and kinesthetic perception .What variables does it have an influence the interaction to improve the learning result skill of the basketball. The result method in this research is the experiment research method using factorial planning 2 X 3 . The population is the boy students of SMP N Sragen grade 8.The Sample technical is Purposing random Sampling. There are 60 students. Collection technical data is using test and measurement. The test of kinesthetic perception is Distance Perception Jump, vertical linear test and bass stick test. The skill test of the basketball is by using the AAHPERD test that it‟s from Bradford and Rolayne W. The analyzing data technical is by using Varian Analyze ( ANAVA ) two ways. The result of research shows that the student who has got feedback of audio – visual aid , their learning result skill is more better than the student who has used live feedback. For the student who has good kinesthetic, their capability learning result skill of basketball is more better than the student who uses medium kinesthetic or minimum kinesthetic. There is an interaction of kinesthetic perception skill of basketball. commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
Conclusion:
digilib.uns.ac.id
There are differences more significant more significant between
feedbacks by using an audio – visual aids through live feedback to improve learning result skill of basketball .There are differences more significant among the perception moreover medium or less to the learning result skill of basketball. There is interaction more significant between feedback and kinesthetic perception. Key words: Feedback, Learning Result, Basketball skill, Kinesthetic Perception
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang berorientasi pada pengembangan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktifitas jasmani dan olahraga. Tujuan yang hendak dicapai dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah “Membantu siswa untuk menigkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positip, serta kemampuan gerak dasar dan aktifitas. “ (Depdikbud, 1993:1) Karena itu dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006:1) dijelaskan bahwa “Pendidikan jasmani dan kesehatan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakana moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan hidup bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional “. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari pendidikan jasmani adalah penguasaan domain motorik sedangkan perkembangan sifatsifat psikologis dalam domain afektif dan perkembangan domain kognitif merupakan dampak pengiring. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan lebih diutamakan pemahaman pertumbuhan dan perkembangan yang proporsional dari domain belajar yakni domain psikomotor, kognitif dan afektif. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan haruslah menekankan pada ketiga domain tersebut. Seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dituntut kreatifitasnya dalam memberikan bentuk pembelajaran olahraga di sekolah. Hal ini selain untuk menambah pengetahuan guru itu sendiri juga untuk menghindari rasa jenuh peserta didik dalam menerima pelajaran. Selain itu dengan menciptakan bentuk-bentuk commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permainan yang bervariasi dapat mengatasi kekurangan fasilitas maupun sarana olahraga yang ada disekolah. Mengingat anak usia sekolah pendidikan dasar sangat gemar bermain, maka sangat tepat apabila seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah menyajikan pembelajran olahraga melalui bentuk-bentuk permainan. Dengan adanya perasaan senang pada diri peserta didik dalam mengikuti pelajaran olahraga di sekolah, maka peserta akan lebih aktif dalam melakukan aktifitas jasmaninya, sehingga peserta akan secara otomatis memperoleh pengulangan gerakan serta memiliki kesegaran jasmani yang tinggi. Selain itu dengan memberikan pelajaran olahraga melalui bentukbentuk permainan, seorang guru dengan mudah menanamkan sifat sportifitas, disiplin serta kerjasama pada peserta didik. Olahraga di sekolah mempunyai tujuan, tentang tujuan tersebut Aip Syarifudin (1979:36) mengemukakan sebagai berikut: a. Meningkatkan pertumbuhan tubuh b. Membina dan meningkatkan kesegaran jasmani c. Meningkatkan kesehatan d. Meningkatkan ketangkasan dan keterampilan e. Meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan f. Mendapatkan rasa senang, puas dan dapat bergaul serta berguna bagi masyarakat. Bolabasket merupakan olahraga permainan dan salah satu materi yang diajarkan disekolah. Perkembangan permainan bolabasket sangat pesat sekali. Permainan bolabasket merupakan cabang olahraga yang semakin banyak digemari oleh masyarakat, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Hal ini disebabkan karena permainan bolabasket merupakan olahraga yang bisa dilakukan oleh kelompok dari berbagai lapisan masyarakat. Disamping itu banyak manfaat yang dapat diperoleh dari permainan ini, baik fisik, mental, maupun sosial. Selain itu juga dengan banyaknya pertandingan-pertandingan yang bersifat kompetisi, maupun turnamen baik lokal maupun luar negeri dan lain-lain yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi dan meningkatkan perkembangan cabang olahraga bolabasket khususnya di tanah air. Selain itu permainan olahraga bolabasket juga menjadi salah satu materi pembelajaran mata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di jenjang Sekolah Menengah Pertama. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, materi pelajaran bolabasket diajarkan pada kelas VII, VIII dan IX, setiap semester dengan alokasi waktu 6 ( enam ) jam pelajaran atau 3 (tiga) kali tatap muka. Setiap tatap muka terdiri dari 2 (dua) jam pelajaran dan setiap jam pelajaran lamanya 40 menit. Penilaian belajar dalam materi permaian bolabasket di Sekolah Menengah Pertama (SMP) meliputi kebenaran gerak (penilaian berdasarkan kualitas gerakan). Hal ini berarti bahwa pembelajaran bolabasket pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih mengutamakan pada kebenaran gerak. Kebenaran gerak yang dinilai meliputi unsur – unsur gerak atau teknik dasar bermain bola basket, yaitu menggiring bola, mengoper bola, menembak bola,
lay-up dan bermain bolabasket. Kenyataan
dilapangan hasil belajar bolabasket di SMP Negeri 2 Sragen masih jauh dari harapan. Nilai rata-rata keseluruhan siswa masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk bolabasket adalah 75. Untuk dapat menguasai keterampilan bermain bolabasket dengan baik, diperlukan belajar dan latihan dengan benar. Dengan belajar dan latihan secara benar akan diperoleh efisiensi gerakan. Gerakan yang efisien akan sangat menguntungkan, karena selain dapat menghemat tenaga atau energi, juga dapat meningkatkan prestasi. Menurut Sugiyanto
(1998:296) untuk mencapai efisiensi gerakan diperlukan dukungan dari
beberapa unsur kemampuan yang ada pada diri pelakunya. Unsur pendukung tersebut meliputi : kecepatan reaksi, kekuatan, ketahanan, kecepatan, fleksibilitas dan ketajaman indera (Sugiyanto, 1998:297). Ketajaman indera yang dibutuhkan dalam melakukan berbagai macam gerakan keterampilan adalah indera penglihatan dan indera gerak (kinesthetic sense) (Sugiyanto, 1998:298-299). Selain faktor pendukung diatas, peran umpan balik atau feedback juga sangat besar terhadap penguasaan keterampilan. Menurut Magill (1993:307), umpan balik tambahan(Augmented Feedback) memiliki dua peranan dalam proses belajar. Peranan yang pertama adalah memberikan informasi performa mengenai seberapa jauh keberhasilan atau kemajuan terhadap gerakan yang dilakukan sedangkan peranan kedua adalah untuk memotivasi siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Robb (1972:94), umpan balik dapat memberikan motivasi, penguatan dan atau pengaturan (regulasi) perilaku. Hasil penelitian Sugiyanto commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
(1984:262), menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penyajian model gerakan terhadap prestasi belajar gerak pada fase asosiasi dan otonom. Ini berarti pada fase asosiatif dan otonom ini, faktor lain yang lebih dominan berpengaruh terhadap prestasi belajar gerak. Dalam kasus ini, menurut Sugiyanto (1984:262) praktik dan umpan balik lebih dominan pengaruhnya dibandingkan dengan instruksi verbal dan demonstrasi gerakan. Dari pendapat ahli yang telah dikemukakan di atas, jelas sekali bahwa pemberian umpan balik merupakan salah satu kondisi eksternal yang berperan penting dalam meningkatkan prestasi belajar gerak, terutama pada fase asosiatif dan otonom, dimana pada fase-fase ini kebenaran dan efisiensi gerak menjadi kriteria utama. Umpan balik dapat diberikan dalam beberapa cara, antara lain umpan balik langsung (live feedback) tanpa alat bantu, dan umpan balik yang menggunakan alat bantu. Alat bantu yang digunakan dapat berupa kamera yang menghasilkan gambar atau foto, video recorder (audio-visual aid) yang menghasilkan video. Rekaman gerak yang berupa video memiliki kelebihan dibandingkan rekaman yang berupa foto-foto, karena gerakan dapat diamati secara utuh sesuai aslinya, dan dapat diputar dengan gerak lambat, serta dapat dilakukan analisis gerakan dengan lebih akurat. Penggunaan alat bantu audio-visual dalam menerapkan umpan balik sangat membantu guru penjas-orkes, terutama untuk gerakan-gerakan yang kompleks dan terjadi dalam momen yang begitu cepat. Pada gerak teknik dasar bolabasket , fase gerakan terjadi begitu singkat, dan dalam momen yang begitu cepat, sehingga untuk memberikan umpan balik yang didasarkan pada analisis gerak yang akurat dibutuhkan alat bantu yang dapat memudahkan seorang guru menganalisis gerakan secara akurat. Penggunaan alat bantu audio-visual dapat menjadi salah satu solusinya. Dari pengalaman, pengamatan, dan hasil sharing peneliti dengan rekan-rekan guru penjas-orkes yang tergabung dalam MGMP Penjas-Orkes SMP Kabupaten Sragen, masih banyak guru yang belum memanfaatkan umpan balik dalam proses pembelajaran, terutama umpan balik yang menggunakan alat bantu audio-visual. Secara umum para guru penjas-orkes masih memberikan umpan balik secara langsung, dan sebagian besar diberikan secara verbal. Apabila gerakan-gerakan yang dilakukan itu sangat cepat dan kompleks, tentu umpan balik yang demikian ini menjadi kurang akurat dan mungkin agak sulit dipahami oleh para siswa. Oleh karena pemberian umpan balik dengan alat commit toitu user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bantu audio-visual dapat menjadi alternatif pilihan, karena dapat merekam gerakan sesuai dengan aslinya dan dapat memberikan informasi gerakan yang lebih akurat. Dari uraian di atas, kiranya perlu dikembangkan model penerapan umpan balik yang cocok, apakah menggunakan alat bantu audio-visual ataukah umpan balik langsung, sehingga dapat diketahui sampai seberapa jauh pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di
atas, dapat
dikemukakan bahwa permasalahan-
permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Apakah benar penerapan umpan balik menggunakan alat bantu audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan bolabasket? 2. Apakah penerapan umpan balik langsung (live feedback) masih sesuai dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan bolabasket? 3. Apakah ada perbedaan pengaruh antara penerapan umpan balik menggunakan alat bantu audio-visual dan model umpan balik langsung (live feedback) terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan
bolabasket, jika persepsi kinestetik ikut
dipertimbangkan?
C. Pembatasan Masalah Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda-beda, sangatlah perlu diberikan batasan-batasan sehingga ruang lingkup masalah yang diteliti menjadi jelas. Penelitian ini tidak akan membahas semua faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan bolabasket, namun hanya akan meneliti pada permasalahan sebagai berikut: 1.
Perbedaan pengaruh penerapan umpan balik yang menggunakan alat bantu audiovisual (recorded feedback), dan umpan balik langsung (live feedback) terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket.
2.
Perbedaan peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket , antara siswa yang mepunyai persepsi kinestetik baik, sedang dan kurang.
3.
Interaksi antara pengaruh umpan balik dan persepsi kinestetik terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Perumusan Masalah 1.
Adakah perbedaan pengaruh umpan balik dengan alat bantu audio visual dan umpan
balik
langsung
terhadap
peningkatan
hasil
belajar
keterampilan
bolabasket.? 2.
Adakah perbedaan peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket antara siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik, sedang dan kurang.?
3.
Adakah pengaruh interaksi antara umpan balik dan persepsi kinestetik terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai: 1.
Perbedaan pengaruh antara penerapan umpan balik menggunakan alat bantu audiovisual dan umpan balik langsung (live feedback) terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket.
2.
Perbedaan pengaruh peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan persepsi kinestetik baik, sedang, dan kurang.
3.
Di antara variabel-variabel penerapan umpan balik dan persepsi kinestetik, variabel mana sajakah yang memiliki pengaruh interaksi terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dari sisi teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang keolahragaan, khususnya pembelajaran permainan bola basket di Sekolah Menengah Pertama. Di samping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan untuk penelitian sejenis di masa mendatang. 2.
Manfaat Praktis Dari sisi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi para guru pendidikan jasmani-olahraga dan kesehatan (penjas-orkes) dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran bolabasket. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Permainan Bolabasket a. Hakekat Permainan Bolabasket Permainan bolabasket merupakan permainan beregu, dimana setiap regu yang main adalah lima pemain. Dipimpin oleh dua orang wasit dan dibantu oleh petugas meja, yang bertugas mencatat angka dan semua kejadian pelanggaran atau kesalahan baik yang dilakukan oleh pemain maupun pelatih. Tujuan dari masing-masing regu adalah berusaha untuk memasukkan bola ke ring atau basket untuk membuat angka sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan dengan cara melindungi atau menjaga agar ring basketnya tidak kemasukan bola. Kemenangan suatu regu ditentukan oleh banyaknya bola yang dimasukkan ke dalam keranjang lawan (Perbasi,1990:2). Bolabasket merupakan suatu cabang olahraga permainan yang dalam pelaksanaan permainannya bola dapat dimainkan dengan satu tangan atau dua tangan dengan cara bola dioper, dilempar dan dipantul-pantulkan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Wissel (2000:2) mengemukakan bahwa “permainan bolabasket diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan mendribblenya (batting, pushing atau tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan satu tangan atau dua tangan secara bersamaan”. Untuk memenangkan pertandingan, maka suatu tim harus memasukkan bola ke keranjang lawan sebanyak-banyaknya. Kualitas tim menjadi baik dan akan mampu memenangkan pertandingan, jika para pemainnya menguasai teknik dasar bolabasket dengan baik dan benar. Permainan bola basket termasuk jenis permainan yang memiliki gerakan yang kompleks. Artinya gerakannya terdiri atas unsur gerak yang terkoordinir dengan rapi, sehingga dapat dimainkan dengan baik. Agar dapat bermain dengan efektif dan efisien maka diperlukan teknik gerakan yang sempurna. Dengan teknik gerakan yang sempurna tersebut dapat menimbulkan efisiensi bermain. Hal ini dapat dilakukan dengan cara commitsecara to user berlatih secara teratur dan mempelajari teknik baik(Muhadjir,2005:32).
7
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
b. Keterampilan Bolabasket Untuk terampil bolabasket, pemain harus menguasai teknik dasarnya. Teknik merupakan dasar yang harus dimiliki oleh setiap pemain agar tercapai prestasi yang semaksimal mungkin. Menurut Hamidsyah Noer (1996:271) “Teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam suatu cabang olahraga.” Sedangkan menurut Suharno (1986:47) bahwa: “Teknik dasar adalah suatu teknik dimana proses gerakannya merupakan dasar, dan gerakan itu dalam kondisi sederhana dan mudah”. Unsur teknik yang harus dikuasai oleh pemain bolabasket menurut Akros Abidin (1999:48-68) dapat diklasifikasikan menjadi empat macam yaitu: 1) Menggiring bola (dribling) 2) Mengoper bola (passing) 3) Merayah (rebound) 4) Menembak (shooting) Semua teknik dasar ini harus dikuasai oleh setiap pemain bolabasket, sehingga akan dapat menjadi pemain bolabasket yang handal dan berprestasi. Karena apabila telah menjadi pemain bolabasket yang tangguh dan berprestasi, tentunya ini akan mendukung menjadi pemain bolabasket yang tangguh dan dapat bermain lebih baik dari pemain yang lain. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik dasar adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan olahraga tertentu secara efektif dan efisien. Dengan demikian teknik dasar bolabasket dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Teknik suatu cabang olahraga selalu berkembang sesuai dengan tujuan dan peraturan olahraga, dimana makin lama makin tinggi tuntutan persyaratannya. Teknik dikatakan baik apabila diterapkan dalam praktek dapat memberikan hasil yang baik terhadap pencapaian prestasi maksimal. Dalam olahraga teknik merupakan kemampuan dasar yang sangat menentukan dalam pencapaian prestasi. Penguasaan teknik dasar dalam suatu cabang olahraga merupakan salah satu unsur yang menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan di samping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental. Kesempurnaan teknik dasar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
tersebut sangat penting, karena akan menentukan gerak keseluruhan. Kelengkapan pokok tersebut hanya dapat dicapai oleh setiap pemain bolabasket dengan latihan yang sistematis, berulang-ulang dan kontinyu serta melakukan pertandingan persahabatan yang direncanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan teknik, kemampuan fisik, taktik dan mental pemain secara terus menerus dan berkelanjutan guna menghadapi suatu pertandingan untuk memperebutkan kejuaraan. Kesempurnaan teknik dalam permainan bolabasket dapat dicapai melalui latihan teknik yang dimulai dari teknik dasar ke teknik tinggi yang akhirnya harus menuju kepada gerakan-gerakan otomatis. Untuk meningkatkan mutu permainan bolabasket, maka teknik dasar ini harus benar-benar sudah dikuasai oleh setiap pemain terlebih dahulu dan dilatih sejak awal. Soebagyo Hartoko (1992:21) berpendapat bahwa seorang pelatih bolabasket harus memahami teknik dan taktik dalam permainan bolabasket sedalam-dalamnya, sebagai tugas praktis pertama kewajiban seorang pelatih bolabasket, di antaranya yang terpokok ialah mengajarkan dasar teknik keterampilan bolabasket sebaik-baiknya. Dengan penguasaan teknik dasar bolabasket, maka setiap pemain akan dapat menyesuaikan diri dengan situasi pertandingan yang berubah-ubah. Kualitas penguasaan teknik dasar bolabasket tidak lepas dari unsur-unsur fisik dan taktik yang akan menentukan tingkat permainan suatu regu bolabasket. Makin baik tingkat keterampilan teknik pemain dalam memainkan dan menguasai bola, makin cepat kerjasama yang dicapai. Oleh karena itu dalam permainan bolabasket pertama-tama yang harus dikuasai adalah macam-macam teknik dasar dalam bermain. Melihat kenyataan ini, maka seorang pelatih bolabasket dituntut untuk memahami dasar-dasar teknik dan taktik dalam permainan bolabasket serta membimbing pemain agar dapat memacu perkembangan keterampilan teknik dasar dengan benar dan kontinyu yang pada akhirnya merupakan gerakan-gerakan yang otomatis, sehingga tujuan dari latihan dapat tercapai. Untuk memenangkan suatu pertandingan, maka dibutuhkan regu yang benar-benar tangguh dan mampu menampilkan kualitas permainan yang baik serta memiliki kerjasama tim yang kompak. Untuk mencapai kerjasama yang baik dan kompak dalam suatu regu bolabasket diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai semua macam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
teknik keterampilan yang sesuai dengan apa yang diperlukan dalam permainan bolabasket. A. Sarumpaet, dkk.(1992:223) mengemukakan pendapat bahwa tujuan permainan bolabasket adalah membuat kemenangan dengan memasukkan bola ke basket lebih banyak. Untuk mencapai tujuan ini syarat utamanya harus terampil. Keterampilan dapat dicapai sampai tingkat tinggi apabila gerak dasarnya baik. Oleh karena itu gerak (teknik dasar) perlu dilakukan dengan cara-cara yang benar, keterampilan dapat ditingkatkan. Menurut Imam Sodikun (1992:47) bahwa pada pemain bolabasket, untuk mendapatkan gerakan efektif dan efisien ini perlu didasarkan pada penguasaan teknik dasar yang baik. Adapun teknik dasar tersebut dapat dibagi sebagai berikut : 1) Teknik melempar dan menangkap 2) Teknik menggiring bola 3) Teknik menembak 4) Teknik gerakan berporos 5) Teknik lay up shoot 6) Merayah Menurut A. Sarumpaet, dkk. (1992:223) membagi teknik-teknik dasar dalam permainan bolabasket menjadi beberapa bagian, yaitu: 1) Teknik melempar dan menangkap (passing dan catching) 2) Teknik menggiring bola (dribbling) 3) Teknik menembak (shooting) 4) Pivot dan olah kaki 5) Merayah (rebound) Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik dasar dalam permainan bolabasket meliputi: melempar dan menangkap, menggiring bola, menembak, olah kaki serta merayah bola. Dibawah ini akan dijelaskan teknik-teknik dasar bermain bolabasket: 1.
Lempar Tangkap Bola (Passing dan Catching) Lemparan dan tangkapan (passing dan catching) merupakan kecakapan
dwi tunggal, untuk dapat menghidupkan permainan bolabasket. Teknik lempar bola yang diharapkan bagi seorang pemain basket mampu memberi dan menerima bola dengan baik. Memberi commit tobola userdengan baik adalah kemampuan
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seseorang dalam mengoper bola dan dapat menguasai bola dengan mudah. Sebaliknya seorang yang dikatakan memiliki kemampuan dalam menerima bola yang baik, apabila orang tersebut memiliki kemampuan dalam menguasai tangkapan bola dari hasil operan atau rampasan yang dilakukan dengan segala bentuk situasi posisi tubuh, dan arah datangnya bola. Keterampilan pemain dalam melakukan operan dan tangkapan dalam kerjasama yang solid akan membuat jalannya pertandingan menjadi indah dan enak ditonton. Hal ini sesuai dengan pendapat Wissel (2000:71) bahwa “operan dan tangkapan yang baik penting bagi permainan tim, dan keahlian seperti itulah yang membuat bolabasket menjadi permainan tim yang indah”. Penguasaan teknik operan dan tangkapan merupakan unsur yang paling penting pada permainan bolabasket. Sebenarnya kegairahan permainan bolabasket terletak pada unsur menembak. Tetapi untuk melakukan tembakan, diperlukan usaha untuk mendekati basket. Hal ini dapat dicapai terutama dengan mengoper dan menangkap. Operan yang dilakukan dengan tepat dan akurat akan menciptakan peluang untuk membuat skor bagi tim. Sebelum melakukan kegiatan melempar bola perlu dijelaskan dulu bagaimana cara memegang bola yang baik, sehingga lemparan dapat dilakukan dengan baik pula. Cara memegang bola adalah membuka jari-jari kedua tangan dan bola berada diantara kedua telapak tangan. Semua telapak tangan dan jarijari bagian dalam mengenai dan menekan bola sehinggat tidak mudah lepas. Cara memegang bola ini sekaligus berguna untuk menerima atau menangkap bola. Cara melakukannya sebagai berikut: 1) Bola dipegang dengan kedua tangan terbuka, seluruh telapak tangan mengenai bola. 2) Letak tangan berada pada bagian samping bola agak sedikit ke belakang, jarijari terbuka, ibu jari menghadap ke dalam, dan antara ibu yang satu dengan yang lainnya kira-kira satu telapak tangan. 3) Pada waktu menerima operan, hendaknya bola disambut dengan kedua tangan dan ditarik ke arah dada. commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 1. Cara Memegang Bolabasket (A. Sarumpaet, dkk., 1992:224) Operan atau passing pada permainan bolabasket ada beberapa macam. Berdasarkan penggunaan tangan, jenis operan dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1)
Operan dua tangan (Two Hand Pass)
2)
Operan dengan satu tangan (One Hand Pass)
Operan dengan dua tangan biasanya digunakan untuk operan jarak dekat. Sedangkan operan dengan satu tangan sering digunakan untuk operan jarak jauh. Ditinjau dari pelaksanaannya operan dapat dilakukan dengan lurus setinggi dada, melambung, menyamping, atau dengan dipantulkan ke lantai. Pada permainan bolabasket biasanya operan yang paling banyak digunakan adalah operan dada. Cara melakukan operan dua tangan setinggi dada yaitu: 1) Bola dipegang dengan kedua tangan terbuka. 2) Siku ditekuk dan diletakkan di samping badan, serta atur jarak jangan terlalu dekat dengan dada. 3) Kaki sejajar atau depan-belakang (sikap kuda-kuda). 4) Lutut sedikit ditekuk, badan sedikit condong ke depan dengan memperhatikan keseimbangan dan sikap rileks. 5) Operan dimulai dengan menarik bola ke arah dada untuk mengambil awalan, kemudian tolakkan bola ke depan dengan kedua lengan dan diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan sehingga jari-jari tangan menghadap ke bawah. 6) Arah operan setinggi dada. 7) Setelah melemparkan bola lakukan gerak lanjut dengan melangkah ke depan.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2. Mengoper (Passing) Dua Tangan Bola Setinggi Dada (A. Sarumpaet, dkk., 1992:224)
2.
Menggiring Bola (Dribble) Menggiring bola adalah salah satu dasar bolabasket yang pertama kali
diperkenalkan kepada para pemula, karena keterampilan ini sangat penting bagi setiap pemain yang terlibat dalam permainan bolabasket. Setiap pemain basket bisa menjadi pendribble karena latihan dribble dapat dilakukan di mana pun dan kapan pun dan tidak diperlukan peralatan lain selain bolabasket. Keterampilan dribble harus dikuasai oleh setiap pemain bolabasket. Wissel (2000:95) manfaat dribble antara lain: Banyak manfaat yang diperoleh dari penguasaan keterampilan melakukan dribble tersebut: 1)
Memindahkan bola keluar dari daerah padat penjagaan ketika
operan tidak memungkinkan (contoh ketika setelah melakukan rebound atau dijaga dua orang). 2) Memindahkan bola pada saat fast break karena rekan tim tidak bebas penjagaan untuk mencetak angka. 3) Menembus penjagaan ke arah ring. 4) Menarik perhatian penjaga untuk membebaskan rekan tim. 5) Menyiapkan permainan menyerang. 6) Memperbaiki posisi atau sudut (angle) sebelum mengoper ke rekan. 7) Membuat peluang untuk menembak. Teknik menggiring merupakan teknik dasar bermain bolabasket, sebab menggiring selalu digunakan dalam bermain bolabasket. Menggiring bola diperbolehkan hanya dengan satu tangan, kanan saja atau kiri saja, atau bergantian kanan dan kiri. Sesuai dengan kebutuhan menggiring bola ada dua commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cara, yaitu: menggiring bola tinggi (setinggi pinggang) dan menggiring bola rendah (setinggi lutut). Teknik dribble harus dilakukan dengan benar sesuai dengan peraturan permainan. Selain itu teknik yang dilakukan harus merupakan teknik gerakan yang efektif. Untuk dapat melakukan teknik menggiring bola yang efektif diperlukan latihan menggiring bola dengan teknik gerakan yang benar. Teknik menggiring dimulai dari memegang bola dengan dua tangan, tangan kanan menghadap ke bawah, di atas bola, dan tangan kiri menyangga bola di depan badan. Sikap berdiri rileks, kaki kiri sedikit di depan kaki kanan dan badan sedikit dicondongkan ke depan. Lepaskan bola (menarik tangan kiri) dan gerakan memantul-mantulkan bola dimulai dengan tangan kanan. Ikuti gerakan lengan yaitu memantulkan bola ke lantai tahan dengan tangan kanan terus dipantulkan kembali, begitu seterusnya. Gerakan ini dimulai ditempat sambil merasakan sifat bolanya, Gerakan diulang-ulang sampai tidak perlu dilihat, berganti tangan kanan dan kiri. Setelah mahir baru dicoba bergerak maju (sambil jalan atau berlari).
Gambar 3. Teknik Dasar Menggiring Bola (A. Sarumpaet, dkk., 1992:229) Kesalahan yang sering dilakukan adalah bola ditepuk dengan telapak tangan, bukan lecutan dengan jari-jari. Selain itu sering hanya gerakan pergelangan tangan saja, tanpa diikuti gerakan lengan secara keseluruhan, sehingga pantulan bolanya tidak kuat dan sukar dikontrol. Oleh karena itu gerakan hendaknya di mulai dari lengan bawah, telapak tangan dan ujung jari user adalah lecutan jari-jari secara secara berkesinambungan, sertacommit yang to terakhir
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teratur. Pada waktu bola memantul ke atas sebaiknya bola jangan langsung dipantulkan kembali, namun hendaknya diikuti dulu ke atas sambil mengerem. Untuk memahirkan gerakan ini perlu dilakukan latihan mulai memantulkan bola ditempat, tangan kanan dan kiri bergantian, tanpa melihat bola, kemudian majumundur, ke kiri - ke kanan baik menggiring bola tinggi maupun rendah dan berikutnya adalah latihan menggiring bola dengan lawan. 3.
Menembak (Shooting) Menurut Imam Sodikun (1992:59) ada beberapa jenis tembakan yaitu: 1)
tembakan dengan dua tangan di dada, 2) tembakan dengan dua tangan di atas kepala, 3) tembakan satu tangan, 4) tembakan lay up, 5) tembakan didahului dengan menggiring bola dan langsung mengadakan tembakan lay up, 6) tembakan loncat satu tangan, 7) tembakan loncat dengan dua tangan, 8) tembakan kaitan, dan 9) tembakan lain-lain gaya. Menembak merupakan salah satu teknik dasar permainan bolabasket yang harus dikuasai olah setiap pemain. Menembak merupakan unsur penting dalam suatu pertandingan karena kemenangan ditentukan oleh banyaknya bola yang masuk ke dalam ring atau keranjang. Dengan demikian agar regu dapat bermain dengan baik dan memenangkan permainan, maka mereka dituntut untuk dapat melakukan unsur gerak tembakan yang benar. Penguasaan teknik menembak harus didahulukan dengan cara melatih gerak dasar tersebut secara sistematis dan kontinyu. Pada
permainan
bolabasket
terdapat
bermacam-macam
teknik
menembak. Menurut A. Sarumpaet, dkk. (1992:230-233) ada beberapa teknik menembak dalam permainan bolabasket yang perlu dikuasai oleh setiap pemain guna menunjang prestasi, yaitu: 1)
Tembakan dengan dua tangan dari dada.
2) Tembakan dengan dua tangan dari atas kepala. 3) Tembakan dengan satu tangan di atas kepala. 4) Tembakan dengan satu tangan dengan meloncat 5) Tembakan lay-up (lay up shot). Tembakan dalam permainan bola basket tersebut di atas terdapat salah satu jenis tembakan yang mana commit sering kali digunakan oleh setiap pemain dalam to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertandingan untuk membuat angka, yaitu tembakan bebas. Tembakan bebas adalah suatu gerakan tembakan bola yang dilepaskan melalui lengan, pergelangan, jari tangan, dengan seluruh tenaga, kemudian angkat bola secara serentak ke atas dengan kaki, punggung dan bahu tanpa ada gerakan lompatan. Dalam tembakan bebas bola harus diangkat tinggi dan menembak ke ring basket. Dalam permainan bola basket melakukan tembakan bebas merupakan tembakan yang paling baik dalam rangka melakukan tembakan ke basket lawan. Dengan tembakan bebas dapat mencapai sasaran yang tepat. Shooting atau tembakan yang dimaksud adalah menembakkan bola ke ring dari belakang garis hukuman dengan jarak 1,8 meter. Secara teknis, kunci pokok keberhasilan tembakan adalah pola gerakan (dasar mekanika) shooting tersebut. Dasar mekanika dalam melakukan tembakan, menurut Wissel (2000:46) antara lain “pandangan, keseimbangan, posisi tangan, pengaturan siku, irama tembakan, dan pelaksanaannya”. (a)
Pandangan Pada saat melakukan tembakan, pandangan mata harus cermat dan terpusat pada keranjang. Pemain harus memusatkan perhatian dan pandangan mata ke arah keranjang. Pandangan mata harus terfokus pada sasaran yang akan dituju. Dengan pandangan yang cermat akan dapat menambah keakuratan dalam melakukan tembakan.
(b)
Keseimbangan Dalam melakukan tembakan, keseimbangan tubuh harus dijaga. Dengan keseimbangan tubuh yang baik, akan dapat menambah kemampuan dalam memberikan tenaga pada bola, selain itu irama gerakan dalam melakukan tembakan akan lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wissel (2000:46) bahwa “berada dalam keseimbangan memberikan anda tenaga dan kontrol irama tembakan anda”. Kemampuan dalam memberikan tenaga dan mengontrol irama tembakan tersebut akan menambah keakuratan dalam melakukan tembakan. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Wissel (2000:46) bahwa “posisi kaki adalah dasar keseimbangan, dan menjaga kepala segaris kaki sebagai kontrol keseimbangan”. Oleh karena itu posisi kaki harus tepat dan sikap kepala harus segaris dengan kaki. Dasar penumpu tubuh manusia pada waktu berdiri adalah kaki. Agar keseimbangan dapat dijaga, dalam melakukan tembakan kaki harus direntangkan selebar bahu dan badan tegak agar kepala segaris dengan dasar penumpu. (c) Posisi Tangan Posisi tangan sangat penting saat melakukan tembakan. Untuk menembak adalah penting menempatkan tangan yang tidak menembak di bawah bola sebagai penjaga keseimbangannya. Posisi ini disebut blac-ung-tuck. Tangan untuk menembak bebas dan tidak perlu menjaga keseimbangan bola. Tangan cukup rapat dengan rileks dan jari-jari terentang secukupnya. Ibu jari tangan penembak rileks dan tidak terentang lebar (menghindarkan tegangan pada tangan dan lengan atas). Posisi tangan yang rileks akan menjadi arah alami, bola berada pada jari, jadi tidak pada telapak tangan. Tangan yang tidak menembak di bawah bola. Lengan dan tangan yang tidak menembak pada sisi yang leluasa dengan siku menunjuk ke belakang dan ke samping. Tangan yang menembak secara langsung di belakang bola, jari telunjuk pada titik tengah. Bola dilepaskan dari jari telunjuk. Pada lemparan bebas jari telunjuk tepat di katup atau tanda lain pada bagian tengah bola, agar kontrol dan sentuhan ujung jari yang sudah terbangun dapat menghasilkan lemparan yang lembut tapi tepat. (d) Pengaturan Siku Bola di depan dan di atas bahu untuk menembak, antara telinga dan bahu. Siku-siku tetap di dalam. Saat siku penembak di dalam, bola sejajar dengan basket. Beberapa pemain tidak memiliki kelenturan untuk menempatkan tangan yang menembak di belakang bola saat siku di dalam. Pada kasus seperti ini, pertama-tama tangan di belakang commit to user bola dan kemudian gerakan siku
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ke dalam sejauh mana. Menembak adalah sinkronisasi antara kaki, pinggang, bahu, siku tembak, kelenturan pergelangan dan jari tangan. Tembakan bola dengan halus, bersamaan dengan gerakan mengangkat yang ritmis. Kekuatan inti dan ritmis tembakan berasal dari gerakan naik turun kaki. Lutut sedikit lentur. Tekuk lutut dan kemudian rentangkan sepenuhnya di dalam gerakan naik turun. Saat kaki terentang sepenuhnya, punggung dan bahu terentang ke arah atas. Ketika tembakan dimulai, bola di tata kembali mulai dari tangan penyeimbang ke tangan menembak. Cara terbaik saat menyinggungkan bola adalah dengan menarik pergelangan tangan sampai terlihat lipatan kulit. Sudut ini memberikan pelepasan yang cepat dan follow through yang konsisten. Arah lengan, pergelangan tangan dan jari lurus pada ring dengan sudut kemiringan 45 sampai 60 derajat, rentang lengan lurusnya sampai siku. Dorongan dan kontrol terakhir tembakan berasal dari pelenturan pergelangan tangan dan jari depan ke bawah. Bola lepas dari jari tengah dengan sentuhan ujung jari yang lembut untuk membuat putaran sisi belakang bola dan memperhalus tembakan. Keseimbangan tangan dipertahankan pada bola sampai titik pelepasan. (e) Irama Tembakan Suatu hal yang sangat penting dalam melakukan tembakan adalah koordinasi antara padangan mata, posisi kaki, gerakan batang tubuh dan gerakan lengan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wissel (2000:47) bahwa “menembak adalah sinkronisasi antara kaki, pinggang, bahu, siku tembak, kelenturan pergelangan dan jari tangan”. Tenaga dorongan yang diberikan pada bola tergantung dari jarak tembakan. Untuk jarak dekat lengan pergelangan tangan dan jari memberikan dorongan besar. Tembakan jarak jauh memerlukan tenaga atau dorongan kaki, punggung dan bahu. Ritme yang lancar dan follow-through yang sempurna juga akan meningkatkan commit to user jarak tembak.
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah bola lepas dari jari tengah, lengan bertahan untuk tetap di atas dan terentang sepenuhnya dengan jari tengah menunjuk lurus pada target. Telapak tangan menghadap ke bawah dan telapak tangan keseimbangan menghadap ke atas. Mata bertahan pada sasaran, dan lengan tetap di atas pada posisi penyelesaian follow through sampai bola menyentuh ring lalu bersiap kembali masuk. (f) Pelaksanaan Tembakan Berdasarkan pelaksanaannya teknik shooting dibagi menjadi beberapa tahap, tahap-tahap gerakan di dalam melakukan shooting merupakan gerak yang berkesinambungan dan harus dilakukan dengan koordinasi gerakan yang baik. Menurut Wissel (2000:47) bahwa “secara garis besar pelaksanaan tembakan terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan follow throught”. Pelaksanaan tiap tahapan teknik shooting adalah sebagai berikut: (1)
Tahap persiapan gerakan shooting:
Gambar 4. Gerakan Shooting pada Fase Persiapan (Wissel, 2000:47) Keterangan: 1.
Lihat target commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Kaki terentang selebar bahu
3.
Jari kaki lurus
4.
Lutut dilenturkan
5.
Bahu rileks
6.
Tangan yang tidak menembak berada di bawah bola
7.
Tangan untuk menembak di belakang bola
8.
Ibu jari rileks
9.
Siku masuk ke dalam
10. Bola diantara telinga dan bahu.
(2)
Tahap pelaksanaan gerakan shooting:
Gambar 5. Gerakan Shooting pada Fase Pelaksanaan (Wissel, 2000:47) Keterangan: commit to user 1. Lihat Target.
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Rentangkan kaki, punggung, bahu. 3. Rentangkan siku. 4. Lenturkan pergelangan dan jari-jari ke depan. 5. Lepaskan ibu jari. 6. Tangan penyeimbang pada bola sampai terlepas. 7. Irama yang seimbang.
(3)
Tahap gerak lanjut setelah shooting:
Gambar 6. Gerakan Shooting pada Fase Gerak Lanjutan (Wissel, 2000:47) Keterangan : 1. Lihat target. 2. Lengan terentang. 3. Jari telunjuk menunjuk pada target. 4. Telapak tangan ke bawah saat shooting. commit to user 5. Seimbangkan dengan telapak tangan ke atas.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tembakan satu tangan di atas kepala, sikap penembak sebaiknya dilakukan dengan kaki di depan, pertama bola dipegang dengan dua tangan dan dua tangan di atas kepala, siku kanan membuat sudut 90°, pergelangan tangan di muka dahi sedikit ke atas. Pegangan bola, bola dikenai seluruh telapak tangan dengan jari berjauhan pada saat akan mengadakan tembakan tangan kiri terlepas dari bola. Sebelum melakukan tembakan ini harus dalam sikap lentur. Pelaksanaannya adalah: (1) lutut ditekuk sedalam mungkin, (2) siku tetap 90°, (3) kaki diluruskan dan bersama dengan waktu itu tangan diluruskan juga, (4) gerakan di atas diakhiri dengan lecutan pergelangan tangan dan jari menghadap ke bawah.
Gambar 7. Menembakkan Bola (Muhadjir, 2005:40) Disamping seorang pemain harus menguasai teknik dasar bermain bolabasket, juga perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permainan bolabasket. Faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi olahraga bolabasket menurut Sajoto (1995:2-5) adalah sebagai berikut: 1. Aspek biologis terdiri dari : a. Potensi atau kemampuan dasar tubuh b. Fungsi organ-organ tubuh c. Struktur dan postur tubuh
'
d. Gizi 2. Aspek psikologis terdiri dari:
commit to user a. Intelektual, ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan bakat
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
b. Motivasi c. Kepribadian d. Koordinasi kerja otot dan syaraf. 3. Aspek lingkungan terdiri dari: a. Sosial b. Sarana dan prasarana olahraga yang tersedia c. Cuaca d. Orang tua, keluarga dan masyarakat 4. Aspek penunjang terdiri dari: a. Pelatih yang berkualitas tinggi b. Program yang tersusun secara sistematis c. Penghargaan dari masyarakat danpemerintah d. Dana yang memadai e. Organisasi yang tertib Faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian baik bagi pemain, pelatih dan semua pihak yang bersangkutan dengan pembinaan prestasi dalam permainan bolabasket. Selain faktor-faktor tersebut dalam setiap cabang olahraga selalu membutuhkan unsur-unsur khusus agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Unsurunsur yang menentukan dalam pencapaian prestasi permainan bolabasket secara garis besar terdiri dari kondisi fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat unsur kelengkapan pokok tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Kondisi Fisik Dalam semua cabang olahraga termasuk bolabasket, faktor kondisi fisik merupakan faktor utama yang harus dibina, disamping penguasaan teknik dan taktik. Pada pertandingan bolabasket seringkali terjadi dengan tempo yang sangat tinggi,sehingga diperlukan kerja otot yang tinggi. Dalam hal ini jelas diperlukan kondisi fisik yang prima. Dari gambaran tersebut diketahui bahwa untuk menjadi pemain bolabasket yang berprestasi diperlukan kondisi fisik yang baik. Dalam usaha pencapaian prestasi tinggi dalam permainan bolabasket peningkatan kondisi fisik perlu dilakukan secara terus menerus. Teknik dan taktik dalam permainan bolabasket, tidak mungkin dapat diterapkan secara sempurna apabila tidak ditunjang dengan kondisi fisik yang baik dari pemain. commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Meskipun unsur kondisi fisik yang diperlukan untuk masing-masing cabang olahraga berbeda, tetapi unsur kondisi fisik sangat diperlukan oleh semua cabang olahraga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sajoto (1995:8) bahwa “kondisi fisik adalah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi”. Demikian halnya dengan cabang olahraga bolabasket, unsur fisik yang memadai merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh semua pemainnya. Adapun unsur-unsur fisik yang harus dimiliki oleh pemain menurut Sajoto (1995:8) adalah mencakup: 1. Kekuatan 2. Dayatahan 3. Dayaledak 4. Kecepatan 5. Daya lentur 6. Kelincahan 7. Koordinasi 8. Keseimbangan 9. Ketepatan 10. Reaksi Unsur-unsur tersebut harus diperhatikan oleh pelatih maupun pemain bolabasket.Untuk dapat memiliki kondisi fisik yang prima, pemain bolabasket dituntut untuk melakukan latihan fisik yang sistematis, terprogram dan kontinyu. Apabila seorang pemain memiliki kemampuan fisik yang prima, maka pemain tersebut dapat memungkinkan bermain dengan cepat serta mengikuti pola taktik dan strategi dalam permainan bolabasket yang telah diintruksikan oleh pelatih. 2) Unsur Teknik Penguasaan teknik merupakan unsur utama dalam olahraga. Latihan teknik yang bertujuan untuk mengembangkan penguasaan gerak dalam cabang olahraga tersebut. Penguasaan teknik merupakan suatu landasan dalam usaha mencapai prestasi yang optimal. Demikian juga dalam permainan bolabasket, untuk mencapai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
prestasi dalam permainan bolabasket faktor utama yang harus dikembangkan adalah unsur keterampilan teknik dasar bermain bolabasket. Menurut Suharno (1986:42) bahwa “teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga”. Penguasaan teknik dasar permainan bolabasket merupakan salah satu unsur yang menentukan menang dan kalahnya satu regu dalam pertandingan, disamping unsur kondisi fisik, taktik dan mental. Sehingga apabila ingin meningkatkan mutu prestasi pemain bolabasket, maka teknik dasar ini harus benar-benar dikuasai oleh pemain terlebih dahulu. Untuk dapat menguasai keterampilan teknik dasar bermain bolabasket, harus melakukan latihan secara sistematis, teratur dan kontinyu dan berulang-ulang dengan mengikuti prinsip pola gerak yang benar. 3) Taktik dan Strategi Dalam cabang olahraga khususnya permainan, apabila kemampuan teknik dan fisik telah memadai, maka tahap selanjutnya dalam meningkatkan prestasi atau kemampuan permainan tim adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang strategi dan taktik dalam bermain. Menurut Suharno (1986:42) yang dimaksud dengan “taktik ialah siasat atau akal yang digunakan pada saat pertandingan untuk mencari kemenangan secara sportif”. Dalam permainan bolabasket, kemampuan dalam strategi dan taktik juga mutlak diperlukan untuk memperoleh kemenangan dalam suatu pertandingan. Tanpa memiliki kemampuan dalam taktik dan strategi dalam permainan, maka pemain tidak akan dapat mengembangkan pertandingan, sehingga sangat mustahil untuk dapat meraih prestasi yang tinggi dalam permainan bolabasket. 4) Mental Mental yang tinggi merupakan salah satu modal utama untuk menuju jenjang kematangan juara, setelah menguasai teknik, taktik maupun fisik. Tanpa memiliki mental yang baik, sulit kiranya untuk dapat mencapai prestasi yang optimal, meskipun memiliki kemampuan teknik, fisik dan taktik yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1988:101) bahwa “Betapa sempurnanya perkembangan fisik, teknik dan taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang prestasi tinggi tidak mungkin akan dapat dicapai”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Pembinaan mental dan kematangan juara dalam bolabasket sama pentingnya dengan pembinaan teknik, fisik dan taktik. Pembinaan mental pemain harus ditujukan pada penanaman unsur-unsur psikologis
yang mendukung terhadap
pencapaian prestasi dalam olahraga. Pembinaan mental dan kematangan juara, dapat dilakukan melalui pemberian pengertian kepada siswa serta melalui berbagai pertandingan uji coba didalam tim sendiri maupun uji coba dengan tim yang lain.
2. Belajar Keterampilan Gerak Pembelajaran merupakan proses mengajar yang dilakukan oleh guru dan belajar yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya. (Sukintaka, 2004:55). Dalam pelaksanaan pembelajaran terjadi interaksi antara pengajar (guru) yang bertugas mengajar dan pembelajar (siswa) sebagai individu yang melakukan proses belajar, dimana interaksi itu merupakan interaksi yang bersifat edukatif. Belajar merupakan peristiwa atau kejadian yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa atau pembelajar. Yang dimaksud dengan pengalaman belajar, menurut Rusli Lutan & Adang Suherman (2000:29) adalah, “seperangkat kejadian yang berisikan aktivitas dan kondisi belajar untuk memberi struktur terhadap pengalaman siswa dan kejadian tersebut terkait untuk pencapaian tujuan”.Mengajar merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan pengajar untuk memberikan pengalaman kepada siswa selaku pembelajar. Rusli Lutan (1988:381) menyatakan bahwa, “mengajar adalah seperangkat kegiatan sengaja oleh seseorang yang memiliki pengetahuan atau keterampilan yang lebih dan pada yang diajar”. Nana Sudjana (2000:25) menyatakan bahwa, “Hakikat belajar mengajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
belajar yang diatur oleh guru”. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang sebagai hasil belajar. Belajar merupakan pengembangan kemampuan yang terdiri dan tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar keterampilan merupakan proses belajar yang tujuan utamanya mengembangkan aspek psikomotor. a. Hakekat Belajar gerak Pembelajaran keterampilan gerak memiliki ciri khusus jika dibandingkan dengan pembelajaran lainnya, karena berhubungan langsung dengan aktivitas fisik siswa. Tujuan utama yang hendak dicapai adalah peningkatan keterampilan gerak yang terlihat dan kinerja gerak yang ditampilkan oleh siswa. Penguasaan keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh melalui pelaksanaan gerak dengan program pembelajaran yang terencana, sistematis dan berkelanjutan. Keterampilan gerak merupakan perubahan yang diperoleh dan proses belajar motorik atau belajar gerak. Schmidt yang dikutip Rusli Lutan (1988:102) menyatakan bahwa, “belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil”. Magill (1985:8) menyatakan bahwa, “Belajar gerak adalah perubahan dari individu yang didasarkan dari perkembangan permanen dari individu yang dicapai oleh individu sebagai hasil praktek”. Drowtzky seperti dikutip Sugiyanto (1998:269) mengemukakan bahwa, “belajar motorik atau belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh”. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon muskular yang diekspresikan gerakan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh. Pada belajar gerak, materi yang dipelajari adalah pola-pola gerak keterampilan tubuh, misalnya gerakan-gerakan olahraga. Proses belajarnya meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip bentuk gerakannya, kemudian menirukan dan mencoba melakukannya berulang Dalam menerapkan pola-pola gerak commitkali. to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dikuasai pada kondisi tertentu yang dihadapi dan pada akhirnya diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas gerak tertentu. Tujuan utama belajar gerak adalah meningkatkan keterampilan. Menurut Sugiyanto (1998:289) bahwa, “keterampilan gerak bisa diartikan sebagai kemampuan
untuk
melaksanakan
tugas-tugas
gerak
tertentu
dengan
baik”.Gerakan yang baik adalah gerakan yang memiliki kriteria efektif dan efisien. Pembelajaran keterampilan merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat efisiensi dan efektivitas dalam melakukan gerakan yang kompleks, yang di dalam melaksanakannya memerlukan koordinasi beberapa bagian tubuh atau bagian-bagian tubuh secara keseluruhan, untuk memperoleh keberhasilan sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dalam pembelajaran keterampilan gerak, konsep kesiapan belajar siswa sangat penting untuk diperhatikan. Kesiapan belajar dan aspek fisik-fisiologis merupakan faktor mendasar bagi penguasaan keterampilan gerak. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa, pembelajaran keterampilan teknik dasar bermain bola basket merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat efisiensi dan efektivitas gerakan keterampilan teknik pada permainan bola basket. Gerakan keterampilan teknik dasar bermain bola basket merupakan gerakan yang di dalam melaksanakannya memerlukan koordinasi beberapa bagian tubuh atau bagian-bagian tubuh secara keseluruhan. Gerakan teknik dasar bermain bola basket meliputi, melempar, menangkap bola, dribbling dan shooting. b. Tahapan Belajar Keterampilan Tujuan belajar keterampilan, adalah agar dapat melakukan suatu gerakan secara terampil, otomatis dan reflektif dengan gerakan yang benar. Suatu keterampilan gerak dapat dicapai melalui proses belajar gerak. Penguasaan suatu keterampilan dapat dicapai melalui beberapa tahapan. Menurut Fitts & Posner yang dikutip menurut Singer (1981:87) bahwa, “tahapan atau fase belajar keterampilan terdiri dari, (1) Tahap kognitif, (2) Tahap assosiatif, dan (3) Tahap outonom”. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fase kognitif merupakan fase
awal
dan
proses belajar
gerak.
Perkembangan yang menonjol dalam fase awal ini yaitu daya pikir siswa, dimana siswa mengetahui dan memahami mengenai konsep gerakan yang dipelajari. Dalam tahap awal belajar keterampilan gerak pembelajar harus mengetahui dan memahami gerak yang benar dan informasi verbal dan bayangan (visual). Informasi tentang gerakan yang dipelajari ditangkap melalui indera, kemudian diproses dalam mekanisme perseptual. Selanjutnya gerakan yang akan dilakukan terkonsep di dalam pikiran. Agar bisa melakukan gerak tertentu, terlebih dahulu pemain harus tahu tentang gerakan yang akan dilakukan. Dalam fase kognitif, gerakan yang akan dilakukan terkonsep di dalam pikiran. Fase assosiatif yaitu suatu fase menghubung-hubungkan bagian-bagian gerakan yang telah mampu dilakukan sebelumnya. Fase asosiatif merupakan bagian penting dan proses belajar gerak, karena berkaitan dengan kemampuan merangkaikan gerakan yang dipelajani secara terpadu. Dalam tahap asosialif pembelajar telah menguasai gerak yang benar, tetapi belum menjadi gerak otomatis. Dengan praktek berulang-ulang suatu gerakan makin dapat dikuasai.Kesalahan-kesalahan yang dilakukan semakin berkurang. Tahap akhir dalam proses belajar keterampilan gerak adalah tahap otonom. Fase otonom atau fase akhir yaitu suatu fase dimana gerakan-gerakan keterampilan sudah mampu dilakukan hampir secara otomatis. Gerakan dapat dilakukan dengan lancar, tidak terputus-putus, akurat, penampilan terbaiknya bisa dicapai secara ajeg. Otomatisasi gerakan ini dapat dicapai melalui latihan secara teratur dan berulang-ulang. Dalam mempelajani suatu pola gerak keterampilan diperlukan jangka waktu tertentu. Lama waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu keterampilan sesual dengan jenis keterampilan yang dipelajari. Semakin kompleks jenis keterampilan gerak yang dipelajari.waktu yang diperlukan semakin lama. c. Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Keterampilan Bola Basket Pada pelaksanaan pembelajaran keterampilan
bola basket diperlukan
strategi pendekatan pembelajaran yangtosesuai. commit user Guru memerlukan penguasaan
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
strategi mengajar yang baik. Yang dimaksud dengan strategi mengajar, menurut Sugiyanto (1998:427) yaitu, “pengaturan penerapan cara-cara mengajar agar proses belajar bisa berlangsung dengan baik dan tujuannya bisa tercapai”. Guru perlu memiliki keterampilan medofikasi komponen-komponen yang ada dalam proses pengajaran. Menurut Yoyo Bahagia & Adang Suherman (1999:2) bahwa “aspek-aspek dalam pengajaran meliputi, (1) tujuan, (2) karakteristik materi, (3) kondisi lingkungan dan (4) evaluasinya”. Aspek-aspek tersebut harus dipahami oleh guru, selanjutnya guru harus dapat melakukan modifikasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pengajar dan Pembina dapat melakukan pembelajaran dengan metode dan model yang bervariasi, agar jalannya pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Model pendekatan pembelajaran keterampilan bermain bola basket
dapat
dilaksanakan
dengan
bervariasi.
Prosedur
pembelajaran
keterampilan, khususnya dalam permainan bola basket dapat dilakukan dengan pendekatan bermain dan pendekatan berlatih. Pendekatan bermain dan pendekatan latihan, secara praktis sering digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran bermain bola basket. Dengan melalui pembelajaran yang sistematis, teratur dan kontinyu serta dengan pendekatan yang sesuai, maka penguasaan keterampilan bermain bola basket akan dapat tercapai. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran bola basket, khususnya teknik bermain bola basket pembina atau pengajar dapat menggunakan berbagai jenis pendekatan d. Pembelajaran Keterampilan Dengan Pendekatan Bermain Bermain merupakan peristiwa hidup yang sangat digemari oleh anak-anak orang dewasa. Bermain merupakan hal yang paling disukai siswa. Bagi mereka, bermain adalah tugasnya. Melalui bermain, banyak yang dipelajari siswa. Mulai dari belajar bersosialisasi, menahan emosi, atau belajar hal lain, yang semuanya diperoleh secara integrasi. Ingatlah bahwa anak belajar melalui berbuat (learning by doing) dengan diberi kesempatan untuk selalu mencoba hal-hal baru, bereksplorasi, siswa akan banyak memeroleh pengalaman baru, dan inilah yang disebut proses belajar yang sebenarnya (Suyatno, 2008). Melalui bermacammacam kegiatan yang ada dalam permainan, banyak fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian yang dapat ditanamkan dan to dikembangkan. Misalnya keseimbangan commit user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
mental, kecepatan proses berfikir, daya konsentrasi, kepemimpinan, pendekatan sosial dan lain-lain. Kegiatan bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat diperlukan oleh setiap manusia tanpa memandang usia manusia. Khususnya untuk anak-anak kegiatan bermain merupakan suatu kegiatan yang bersifat sangat penting, sebab melalui kegiatan bermain potensi yang dimiliki oleh anak dapat tergali secara optimal. Keinginan bermain timbul karena minat pada diri seseorang untuk bergerak sesuai dengan kebutuhan, memelihara kondisi tubuh serta untuk menghilangkan kejenuhan. Bermain merupakan kegiatan yang penuh daya hayal, penuh aktivitas, dan anak-anak melakukannya dengan cara mereka sendiri menggunakan tangan dan tubuh mereka. 1. Konsep Dasar Bermain Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain. Filsuf Yunani, Plato, merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dan bermain. Anak-anak akan lebih mudah mempelajari aritmatikan melalui situasi bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Istilah bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak. Bermain merupakan cara untuk berekplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dan pengalaman bermain (M. Furqon, 2008). Rusli Lutan (1991:4) memberikan batasan tentang bermain sebagai berikut, “bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dan ikatan peraturan”.Berdasarkan Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan (1998:16) dikemukakan bahwa, “Bermain merupakan dorongan naluri, fitrah manusia, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilakukan commit tosecara user sukarela, tanpa paksaan, dalam
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
waktu luang”. Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai kegiatan bermain jika aktivitas itu dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dengan tanpa adanya tujuan untuk memperoleh keuntungan material, dan terikat pada peraturan tertentu yang harus dipatuhi bersama. Bermain dapat digunakan anak-anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan
kompetensi
dalam
usaha
mengatasi
dunianya
dan
mengembangkan kreativitas anak. Dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara ilmiah, tanpa paksaan. Bermain menurut Mulyadi, S. (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain antara lain: 1. Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak 2. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik 3. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak 4. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak 5. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain,
seperti
kreativitas,
pemecahan
masalah,
belajar
bahasa,
perkembangan sosial dan sebagainya Menurut Garvey (1990) seperti yang dikutip Savitri Hanny Wreksoo (2008) mengemukakan mengenai, beberapa ciri bermain sebagai berikut: 1. Menyenangkan 2. Tidak memiliki tujuan. Tidak boleh ada intervensi tujuan dan luar si anak yang memotivasi dilakukannya kegiatan bermain 3. Bersifat spontan dan volunter 4. Bermain berarti anak aktif melakukan kegiatan. 5. Memiliki hubungan yang sistematis dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan peran sosial, perkembangan kognitif, dan sebagainya Banyak konsep dasar yang dapat dipelajari anak melalui aktivitas bemain. Pada usia prasekolah, anak perlu menguasai berbagai konsep dasar tentang commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
warna, ukuran, bentuk, arah, besaran, dan sebagainya. Konsep dasar ini akan lebih mudah diperoleh anak melalui kegiatan bermain. Bermain, jika ditinjau dan sumber kegembiraannya di bagi menjadi dua, yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Sedangkan jika ditinjau dan aktivitasnya, bermain dapat dibagi menjadi empat, yaitu bermain fisik, bermain kreatif, bermain imajinatif, dan bermain manipulatif. Jenis bermain tersebut juga merupakan ciri bermain pada anak usia pra sekolah dengan menekankan permainan dengan alat (balok, bola, dan sebagainya) dan drama. Berdasarkan definisi bermain yang telah diungkapkan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dapat memicu kreativitas serta daya fikir anak secara optimal tanpa anak tersebut merasa dipaksa untuk melakukannya. Kegiatan bermain untuk setiap anak dapat memberi pelajaran atau pengalaman bagaimana beradaptasi baik itu dengan lingkungan, orang lain, maupun dengan dirinya sendiri. Dalam kegiatan bermain anak-anak tidak sungguh-sungguh, melainkan bertindak sesuai perannya, akan tetapi walaupun demikian bermain merupakan suatu hal yang serius bagi mereka. Menurut Sukintaka, ada dua bentuk permainan yang dilakukan anak-anak, yaitu: (1) Permainan yang dilakukan oleh mereka sendiri, peraturan, hukuman dan perwasitan ditentukan oleh mereka sendiri dan (2) Bentuk permainan yang diberikan oleh orang dewasa baik itu guru Penjasorkes, orang tua dan pihak lain. Permainan pada umumnya mempunyai tujuan untuk mempengaruhi agar anak dapat berkembang sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Jadi anak yang bermain itu baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja seluruh aspek pribadinya dapat berkembang. Asian Brain.com (2008) bahwa, “Permainan anak tidak terlepas dengan masa kanak-kanak yang indah dan menggembirakan.” Apabila kita ditanya tentang masa kanak-kanak, tentu kita akan dengan suka cita menceritakan berbagai pengalaman menyenangkan yang pernah dialami Semuanya begitu indah dan menggembirakan. Mengapa demikian? Karena masa kanak-kanak adalah masa bermain. Hampir atau bahkan semua aktivitas anakanak adalah bermain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Sukintaka (1991:6-8) mengemukakan tentang teori bermain (1) Teori rekreasi atau teori pelepasan, (2) Teori surplus atau teori kelebihan tenaga, (3) Teori sublimasi, 4) Teori Buhler, (5) Teori reinkarnasi. (a) Teori Rekreasi Atau Teori Pelepasan Teori ini diutarakan oleh bangsa Jerman yang bernama Schaller dan Lizarazus, menerangkan bahwa permainan itu merupakan kegiatan manusia yang berlawanan dengan kinerja dan kesungguhan hidup, tetapi permainan itu merupakan imbangan antara kerja dengan istirahat. (b) Teori Surplus Atau Teori Kelebihan Tenaga Kelebihan tenaga (kekuatan atau vitalitas) pada anak atau orang dewasa yang belum digunakan, disalurkan untuk bermain. Kelebihan tenaga yang dimaksudkan sebagai kelebihan energi, kelebihan kekuatan hidup dan vitalitas, yang dianggap oleh manusia untuk memeliharanya melalui permainan. (c) Teori Sublimasi Oleh El Clafarede (Swiss), bahwa permainan bukan hanya mempelajari fungsi hidup (Teori Groos), tetapi juga merupakan proses sublimasi (menjadi lebih mulia, tinggi atau indah), yaitu dengan bermain insting, yang tadinya rendah dapat mengalami peningkatan menjadi tinggi. (d) Teori Buhier Oleh Karl Buhier (Jerman), bahwa permainan itu kecuali mempelajari fungsi hidup (Teori Groos), juga merupakan “function Lost” (nafsu berfungsi). Selanjutnya ia mengatakan bahwa bila perbuatan seperti berjalan, berlari, dan lompat itu mempunyai kegunaan bagi kehidupannya kelak, di samping itu haruslah anak mempunyai kemauan untuk berjalan, berlari dan lompat. (e) Teori Reinkarnasi Maksud teori tersebut ialah bahwa anak-anak selalu bermain dengan permainan yang telah dilakukan oleh nenek moyangnya. 2. Jenis-jenis Bermain Salah satu bentuk pembelajaran olahraga yang cukup menarik, khususnya anak-anak adalah bermain. Bermain commitmerupakan to user kegiatan yang disenangi oleh
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
anak-anak. Bentuk-bentuk aktivitas bermain yang sering dilakukan manusia sangat banyak. Jenis permainan dapat dibagi berdasarkan cirinya, yaitu antara lain: a. Permainan fungsi Dalam permainan ini yang diutamakan adalah gerak seperti berlari-lari atau kejar-kejaran. Contoh: Permainan Boy-boyan, Bebentengan, Hitam hijau, dan lain-lain. b. Permainan konstruktif Yang dimaksud dengan permainan ini adalah senang sekali membangun seperti membangun rumah-rumahan, mobil-mobilan dan lainlain. c. Permainan destruktif Dalam permainan ini anak senang bermain dengan cara merusak alatalat permainan itu lalu di susun kembali. Contoh : Permainan Kartu, dan lain-lain: d. Permainan resetif Permainan ini yaitu dengan cara orang tua menceritakan suatu cerita anak, dan anak di dalam jiwanya menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam cerita itu. Contoh: Permainan Si kancil dan si kura-kura (kuya). e. Permainan peranan Dalam permainan ini
anak berperan sebagai pelaku dalam
permainannya. Contoh: Permainan kucing dan anjing. f. Permainan sukses Dalam permainan ini anak saling berlomba untuk menonjolkan kelebihannya. Contoh: Permainan Tenis meja, dan lain-lain. Masih banyak lagi jenis-jenis permainan yang lain. Berdasarkan analisisnya Caillois yang dikutip Rush Lutan (1991:5) membagi permainan (game) menjadi empat kategori utama yaitu “agon, alea, mimikri dan ilinx”. Agon merupakan jenis permainan yang mencakup semua bentuk kesempatan yang sama. Hal ini diatur oleh peraturan. Dalam permainan ini diperlukan keberadaan wasit sebagai penengah dan orang yang mengatur jalannya pentandingan agarcommit tetap to berjalan user sesuai dengan peraturan yang
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berlaku. Karena itu, wasit yang mengatur jalannya pertandingan menjalankan tugasnya tanpa niat memihak. Tujuan akhir ialah mencapai kemenangan. Karena itu, perjuangan fisik begitu menonjol seperti terungkap dalam kualitas kemampuan organ tubuh berfungsi, misalnya kecepatan, daya tahan, dan lain-lain. Permainan tennis, bulutangkis, bolavoli, bola basket dan lain-lain yang sejenis merupakan contoh dan permainan yang tergolong agon. permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan. Permainan ini biasanya dilakukan oleh dua pihak yang saling berkompetisi. Permainan jenis alea berbeda dengan Agon. Perbedaannya terletak pada keterlibatan fisik dan keterampilan dalam permainan. Alea merupakan sekelompok permainan yang hasilnya bersifat untung-untungan atau keberuntungan salah satu pihak. Permainan dadu, rulet, bakarat, pelaksanaannya, si pemain cenderung pasif dan tak memperagakan kemampuannya yang bersumber pada penguasaan keterampilan, otot, atau kecerdasan. Beberapa jenis permainan yang menggunakan kartu seperti domino atau bridge merupakan kombinasi dari agon dan alea. Selain masih besar faktor untung-untungan, si pemain berikhtiar untuk mengakali lawan dengan siasat tertentu. Seperti dalam permainan bridge, si pemain memanfaatkan alasan-alasan logis atau teori untuk memainkan kartunya. Mimikri adalah jenis ini mencakup semua bentuk permainan yang mengandung ciri pokok bermain seperti kebebasan, batasan waktu dan ruang, dan bukan sungguhan. Tersirat di dalamnya ilusi, imajinasi, dan interprestasi. Permainan jenis mimikri umumnya, banyak dilakukan oleh anak-anak. Semua jenis permainan anak-anak yang cenderung berperan berpura-pura, seperti main perang-perangan, memanusiakan benda, dan memperlakukan satu objek dengan fungsi lain (misalnya, kursi sebagai mobil) tergolong jenis mimikri. Ilinx merupakan jenis permainan yang mencakup semua bentuk permainan yang mencerminkan pelampiasan keinginan untuk bergerak, bertualang, dan dalam ujud kegiatan dinamis, sebagai lawan dari keadaan diam, stabil atau seimbang. Mendaki gunung, olahraga di alam terbuka, commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permainan ayunan anak-anak, merupakan contoh dan permainan yang termasuk kategon ilinx.
3.
Manfaat Bermain Bagi Anak Bermain adalah merupakan peristiwa hidup yang sangat digemari oleh
anak-anak maupun orang dewasa, melalui bermacam-macam kegiatan yang ada dalam olahraga permainan yang diberikan disekolah, banyak fungsi-fungsi kejiwaan dan kepribadian yang dapat ditanamkan dan dikembangkan. Misalnya keseimbangan
mental,
kecepatan
proses
berfikir,
daya
konsentrasi,
kepemimpinan, pendekatan sosial dan lain-lain. Suyatno
(2008)
mengemukakan
bahwa,
“Permainan
merupakan
kendaraan untuk belajar bagaimana belajar (learning how to learn) untuk kepentingan siswa. Lewat permainan, siswa bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran sosial, dan secara umum memerkuat seluruh aspek kehidupan anak sehingga membuat anak menyadari kemampuan dan kelebihannya”.Fungsi-fungsi kepribadian dan kejiwaan sangat mungkin dikembangkan melalui kegiatan bermain. Hal ini disebabkan karena didalam bermain banyak kejadian yang melibatkan keaktifan kejiwaan dan kepribadian pada setiap individu. Dalam bermain dituntut adanya kejujuran, dapat bekerjasama dengan orang lain atau anggota kelompoknya, sportifitas, disiplin dan patuh terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Kegiatan permainan yang diberikan di sekolah oleh guru yang berwenang akan banyak membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, dalam arti baik yang bersifat jasmaniah kejiwaan maupun sosial, Dalam bermain banyak tantangan yang harus dapat ditunggulangi. Didalam lapangan permainan tidak ada tempat bagi anak-anak hanya berfantasi saja tanpa diikuti oleh tidakan realisasinya. Melalui kegiatan bermain dapat ditanamkan rasa percaya pada kemampuan diri sendiri, sehingga akan mengurangi rasa ketergantungan pada orang lain. Dalam bermain terutama dalam pertandingan-pertandingan banyak pengalaman yang bermanfaat bagi pengembangan daya penyesuaian diri, pengertian terhadap temannya dan kesediaan commit to usermenerima keadaan yang kadang-
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kadang seperti yang diharapkan. Bermain merupakan salah satu cara efektif untuk belajar, sebab bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Lewat permainan, anak akan mengalami rasa bahagia. Dengan perasaan suka cita itulah syaraf/neuron di otak anak dengan cepat saling berkoneksi untuk membentuk satu memori baru. Itulah sebabnya mengapa anak-anak dengan mudah belajar sesuatu melalui permainan. Di samping itu tentu saja anak mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman sebayanya dan mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Melalui permainan memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, pola sosialisasi dan emosi, kemampuan yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun di rumah. Bermain memberikan kontribusi yang unik bagi perkembangan anak. Bermain dapat digunakan untuk membantu anak dalam mengembangkan potensi fisik,
kognitif,
social,
dan
emosi.
M.
Furqon
(2008)
secara
rinci
menngemukakan mengenai manfaat ini, bermain bagi perkembangan anak sebagai berikut: 1) Perkembangan keterampilan gerak 2) Perkembangan fisik dan kesegaran jasmani. 3) Dorongan berkomunikasi 4) Penyalur bagi energy emosional yang terpendam. 5) Penyalur bagi kebutuhan dan keinginan 6) Sumber belajar 7) Rangsangan bagi kreativitas 8) Perkembangan wawasan diri 9) Belajar bermasyarakat 10) Perkembangan kepribadian. Selain belajar keterampilan, dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran „baik‟ atau „jahat‟ membuat anak kaya akan pengalaman emosi, anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dia hadapi. Dengan kegiatan bermain commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan rasa percayanya kepada orang lain dan kemampuan dalam bernegosiasi, memecahkan masalah (problem solving) atau sekedar bergaul dengan orang sekitarnya. Bagi anak, olahraga bisa menjadi satu permainan yang menyenangkan yang mengandung kesenangan, hiburan, dan bermain, tetapi tidak juga terlepas dari unsur partisipatif dan keinginan untuk unggul. Dalam permainan olahraga anak mengembangkan kemampuan kinestetik dan pengembangan motivasi untuk menunjukkan keungulan dirinya (penekanan bukan pada persaingan tapi pada kemampuan) memberi kekuatan pada dirinya sendiri seth belajar mengembangkan diri setiap waktu. Beberapa ahli berpendapat tentang teori permainan sebagai alat pendidikan sebagai berikut (Imam Suyudi,1979 : 90-91): 1) Bigot dan kawan-kawan mengatakan, permainan memberikan kepuasan, kegembiraan dan kebahagiaan dalam kehidupan anak dan akan menjadi alat pendidikan yang sangat bernilai. 2) Bucher. Permainan yang telah lama dikenal oleh anak-anak dan orang tua, laki-laki dan wanita, mampu menggerakkan untuk berlatih, gembira dan relax. Permainan merupakan salah satu komponen pokok pada tiap program pendidikan jasmani, maka tiap-tiap guru olahraga harus mengenal secara mendalam tentang seluk beluk permainan. 3) Drijarkara. Dorongan untuk bermain itu ada pada tiap manusia, lebih-lebih pada manusia muda, Sebab itu semestinya permainan dipergunakan untuk pendidikan. 4) Hadisukatno berpendapat lain, Memang kita kaum Taman Peserta didik mempunyai keyakinan setebal-tebalnya, bahwa dengan permainan kanakkanak sebagai alat dalam pendidikan itu dapat membimbing anak-anak kita kearah kedewasaan, kesempurnaan hidup, kebangsaan semurni-murninya. Dari pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya anak sangat menyukai permainan, maka permainan itu menjadi pusat perhatian anak. commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Belajar dari permainan (Learning by playing) Permainan seharusnya memiliki nilai seimbang dengan belajar. Anak dapat belajar melalui permainan (learning by playing). Banyak hal yang dapat anak pelajari dengan permainan, keimbangan antara motorik halus dan motorik kasar sangat memengaruhi perkembangan psikologi anak. Seperti kata Reamonn O Donnchadha dalam bukunya The Confident Child bahwa, “Permainan akan memberi kesempatan untuk belajar menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus belajar memecahkan masalah” b.
Permainan mengembangkan otak kanan Disamping itu tentu saja anak mempunyai kesempatan untuk menguji kemampuan
dirinya
berhadapan
dengan
teman
sebayanya
dan
mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Bermain melalui permainan memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan, kemampuan yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun di rumah. c.
Permainan mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu kelompok. Ketika anak memainkan peran „baik‟ atau jahat‟ membuat anak kaya akan pengalaman emosi, anak akan memahami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari sitüasi yang dia hadapi. Dengan kegiatan bermain memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan rasa percayanya kepada orang lain dan kemampuan dalam bernegosiasi, memecahkan masalah (problem solving) atau sekedar bergaul dengan orang sekitarnya. Kegiatan bermain memiliki manfaat yang besar bagi perkembangan anak,
secara fisik, sosial, mental maupun emosional. Manfaat yang diperoleh dan aktivitas bermain antara lain 1) Membantu manusia mengenali dunia, alam kehidupannya sendiri dan lingkungan dunia sekitar tempat hidupnya. 2) Meningkatkan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial serta kegairahan hidup. 3) Menimbulkan
kegemaran
keterampilan gerak.
bergerak,
keluwesan
commit to user
gerakan
kekayaan
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Memberikan bimbingan ke arah penguasaan gerak sebagai orang dewasa, sebagai pribadi yang mantap dan kreatif serta kerjasama. Kegiatan bermain bagi anak-anak sangat penting untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan hidupnya, meskipun pada masa anak-anak bermain dilakukan karena dorongan naluri tanpa disadari untuk apa mereka melakukannya. Unsur gerak yang dilakukan pada saat bermain bermanfaat untuk merangsang perkembangan fisik dan mental anak, karena pada masa anak.-anak merupakan masa yang penting dalam memperbaiki dan menyelaraskan gerakan dasar untuk menopang kemampuan motoriknya. Pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan. Bemain merupakan cara yang sangat efektif untuk anak belajar sesuatu. Sebab, bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Lewat permainan, anak akan mengalami rasa bahagia. Dengan perasaan suka cita itulah syaraf/neuron di otak anak dengan cepat saling berkoneksi untuk membentuk satu memori baru.Itulah sebabnya mengapa anak-anak dengan mudah belajar sesuatu melalui permainan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran keterampilan olahraga, maka pendekatan bermain merupakan salah satu cara pembelajaran yang memberikan situasi dan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan gerak, serta keterampilan siswa. Bermain dapat meningkatkan motivasi dan menggembirakan, di samping dapat digunakan sebagai salah satu bentuk aktifitas jasmani untuk pembelajaran. Berdasarkan
Lokakarya
Nasional
Ilmu
Keolahragaan
(1998:16)
dikemukakan bahwa, “Di dalam bermain terkandung nilai pendidikan sehingga perlu dimanfaatkan sebagai upaya menuju pendewasaan melalui pemberian rangsangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, sosial dan moral yang berguna pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan secara normal dan wajar”. Pembina atau pelatih dapat memanfaatkan pendekatan bermain sebagai alat untuk pembelajaran keterampilan tertentu. Melalui bermain anak dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui kegiatan bermain, dengan arti kata belajar bermain. Orientasi dantobelajar commit user gerak tidak hanya pada usaha
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak, melainkan juga pada perkembangan keseluruhan anak didik. Aktivitas bermain dapat dirancang dengan berisikan berbagai keterampilan gerak yang diperlukan sesuai tujuan pembelajaran. Gerakan yang dilakukan dalam bermain dapat disusun mulai dari keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan gerak yang kompleks. Anak dapat belajar berbagai keterampilan melalui permainan. Oleh karena itu dengan bermain akan memberikan perkembangan keterampilan bagi anak. Bentuk-bentuk permainan yang dipilih secara cermat merupakan bagian yang sangat berarti dalam program pembelajaran dan memiliki sumbangan nyata bagi perkembangan anak-anak secara menyeluruh. Bentuk permainan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bermain bola basket yaitu dalam bentuk pertandingan. Bentuk bermain dalam bentuk pertandingan ini dapat disebut agon (Rush Lutan, 1991:5). Lebih lanjut Rush Lutan (1991:5) menyatakan bahwa, “agon merupakan jenis permainan yang mencakup semua bentuk permainan yang bersifat pertandingan atau perlombaan”. Model-model permainan yang dapat diterapkan untuk pembelajaran keterampilan teknik bermain bola basket antara lain: 1) Tantangan mengumpan 2) Umpan dan menunduk beranting. 3) Drible titik-titik api. 4) Drible jatuh bangun 5) Tepukan drible cepat. 6) Shooting dua puluh satu. 7) Kecepatan menembak (Keven A. Prusak, 2007) Selama pembelajaran siswa aktif bergerak meskipun dia tidak sedang menguasai bola. Aktivitas gerak anak pada pendekatan bermain lebih banyak dibandingkan dengan pendekatan latihan. Dengan demikian, pendekatan bermain merupakan pendekatan yang cocok digunakan dalam pembelajaran bola basket karena sesuai dengan minat dan keinginan anak. Dengan pendekatan bermain banyak hal yang diperoleh anak, baik dari segi kesehatan, pengembangan kepribadian, kreatifitas, commit maupun to user sikap sosialnya.
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
Permainan merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan, sehingga bentuk permainan akan dapat meningkatkan gairah dan motivasi mereka untuk menguasai teknik yang diberikan. Pembelajaran ini harus dirancang secara sederhana dengan aturan-aturan yang dapat dipahami oleh anak sehingga mereka dapat bermain dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat dicapai. Permainan merupakan cara untuk menciptakan suasana kompetitif pada siswa, seperti untuk mencapai kemenangan yang peraturannya telah disepakati terlebih dahulu. Motivasi atau dorongan belajar berperanan penting bagi tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karena itu pelajar perlu ditumbuhkan motivasi dan semangat belajarnya. Motivasi belajar dapat ditumbuhkan diantaranya melalui penciptaan rasa kompetitif. Sugiyanto (1998:330) mengemukakan bahwa, “Mengenai semangat berusaha bisa ditimbulkan atau ditingkatkan antara lain melalui cara menciptakan suasana kompetitif di antara pelajar. Dengan adanya suasana kompetitif, pelajar akan berusaha berbuat sebaik-baiknya untuk bisa lebih baik dan teman-teman yang lain”. Adanya sifat kompetitif ini membawa peserta merasa tertantang untuk memperoleh kemajuan dan berusaha mengatasi setiap problem yang ia temui dalam permainan. Sedangkan dengan adanya peraturan dapat menumbuh kembangkan sikap disiplin, saling menghargai dan bertanggung jawab dalam mentaati peraturan yang berlaku secara seksama. Terciptanya situasi yang kompetitif ini dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa untuk melakukan aktivitas gerak dengan sebaik-baiknya. Kegiatan pembelajaran pada dasarnya merupakan proses pengelolaan kondisikondisi lingkungan belajar yang terdiri dari siswa, guru, media dan alat bantu pendukung sehingga siswa dapat mencapai kompetensi tertentu. Belajar merupakan sebuah proses, dengan tujuan untuk mengubah perilaku. Menurut Robb (1972:6) belajar mempunyai implikasi perubahan perilaku yang relatif permanen. Perubahan perilaku ini direfleksikan dalam perubahan performa atau penampilan. Menurut Charles Galloway dalam Sugiyanto (1998:26) belajar adalah perubahan kecenderungan tingkah laku yang relatif permanen, yang merupakan hasil dan berbuat berulang-ulang. Menurut Gallahue (1998:17) belajar merupakan proses commit internalto yang user menghasilkan perubahan yang
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
konsisten dalam perilaku yang muncul sebagai bukti peristiwa belajar. Belajar itu sendiri merupakan hasil dari pengalaman, pendidikan, dan latihan yang berinteraksi dengan proses biologi. Menurut Ormrod (2008:269) belajar atau pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan jangka panjang dalam representasi atau asosiasi mental sebagai hasil dari pengalaman. Ada tiga hal yang terjadi pada proses belajar, yaitu : (1) perubahan jangka panjang, (2) melibatkan representasi atau asosiasi mental, (3) dihasilkan dari pengalaman. Sedangkan menurut Singer(1981:8), “belajar adalah perubahan-perubahan perilaku yang potensial yang tercermin sebagai akibat dari latihan dan pengalman masa lalu terhadap situasi tugas tertentu”. Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut dapat dikatakan bahwa seseorang atau siswa telah mengalami belajar (learning) apabila pada diri siswa tersebut yang terjadi perubahan perilaku, dari tidak terampil menjadi terampil, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dan perubahan tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Di samping itu perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang tercermin dalam perubahan penampilan atau performa yang sifatnya relatif permanen. Hasil belajar yang diperoleh siswa melalui aktivitas belajar dapat dikategorikan ke dalam tiga domain, yaitu : domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Materi belajar gerak dalam penelitian ini termasuk dalam keterampilan gerak. Menurut Sugiyanto (2007:90) keterampilan gerak adalah kemampuan melakukan gerakan secara efisien dan efektif, sebagai hasil dari kontrol dan koordinasi bagianbagian tubuh yang terlibat dalam gerakan. Keterampilan ini bisa diperoleh dari proses belajar gerak. Bermain bolabasket merupakan salah satu jenis aktivitas atau kegiatan olahraga yang memerlukan keterampilan. Menurut Dal Monte (1975:96) kegiatan yang berdasarkan keterampilan atau skill adalah kegiatan-kegiatan yang mementingkan stimulasi sistem syaraf melalui tindakan motorik yang sangat teliti. Menurut Magill (1993:7) keterampilan gerak menunjukkan sebuah tindakan atau tugas yang memiliki tujuan yang menuntut gerakan yang disadari atau dikehendaki dari tubuh atau anggota tubuh untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi ada beberapa karakteristik yang menunjukkan keterampilan gerak yaitu : ada tujuan yang akan dicapai, gerakan ditampilkan secara sadar atau dikehendaki, bukan gerakan refleks, ada gerakan dari tubuh atau anggota tubuh untuk mencapai tujuan tindakan atau tugas. Dari pendapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
para ahli yang sudah dipaparkan tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain bolabasket termasuk dalam keterampilan gerak karena gerakan yang ada dalam bolabaske tmemiliki tujuan, dilakukan oleh tubuh dan anggota tubuh secara sadar atau disengaja, dan menuntut tindakan motorik yang terkontrol dan terkoordinasi dengan baik. Belajar gerak merupakan aspek belajar dimana gerakan merupakan bagian yang utama (Gallahue, 1998:17). Menurut Sugiyanto (1998:268) belajar gerak adalah belajar yang menekankan pada aktivitas gerak tubuh. Pada proses belajar gerak aspek yang dominan terlibat adalah adalah aspek fisik dan psikomotor. Ini tidak berarti bahwa aspek yang lain seperti kognitif dan efektif tidak terlibat sama sekali. Aspek kognitif dan afektif tetap terlibat, namun dengan intensitas yang lebih rendah dibandingkan aspek psikomotor. Dalam belajar gerak ada fase-fase atau tahapan-tahapan yang harus dilalui. Menurut Fitts dan Posner dalam Richard A. Magill (1993:59-60) belajar keterampilan gerak terjadi dalam tiga tahap, yaitu : (a). tahap kognitif, (b). tahap asosiatif, dan (c) tahap otonom. Sedangkan menurut Adam dalam Magill (1993:60) ada dua tahap yang dilalui dalam belajar keterampilan gerak, yaitu tahap gerak verbal (verbal-motor stage) dan tahap gerak (motor stage). Menurut Robb (1972:51) proses belajar keterampilan (termasuk keterampilan gerak) dibagi dalam tiga fase, yaitu : (1) fase kognitif, (2) fase fiksasi, dan (3) fase otonom. Dari para pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar gerak dilakukan dalam tahapan-tahapan atau fase-fase, dan tidak hanya melibatkan aspek psikomotor saja, namun juga aspek kognitif dan afektif. Aspek psikomotor berkenaan dengan perilaku gerak dan atau kontrol tubuh. Aktifitas psikomotor berorientasi pada gerakan tubuh dan menekankan respon-respon fisik yang tampak atau dengan mudah dapat dilihat. Aspek kognitif berkenaan dengan aktifitas berfikir meliputi ingatan, pengenalan pengetahuan, dan kemampuan atau kecakapan intelektual. Sedangkan Afektif berkenaan dengan perilaku perasaan (feeling), emosi, atau derajad penerimaan atau penolakan. Istilah keterampilan gerak (motor skill) secara konseptual dapat diartikan dalam dua cara. Yang pertama, keterampilan dipandang sebagai sebuah tugas atau kerja (task), dan yang kedua keterampilan dipandang sebagai taraf kecakapan unjuk kerja (level of performance proficiency) yang dapat membedakan taraf keterampilan tinggi dan rendah (Richard A. Schmidt dan Craig D. Wrisberg, (2004:5). Menurut Sugiyanto (2007:90) keterampilan gerak adalah kemampuancommit melakukan gerakan secara efisien dan efektif, to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai hasil dari kontrol dan koordinasi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan. Keterampilan gerak ini diperoleh melalui proses belajar gerak, untuk mencapai tingkat keterampilan tertentu diperlukan waktunya sangat variatif antar individu, dan juga tergantung dari kompleksitas gerakan yang dipelajari. Faktor bakat, minat, kesungguhan berusaha, dan tingkat kemampuan gerak juga menentukan lamanya waktu belajar yang diperlukan untuk menjadi terampil. Dikatakan memiliki gerakan yang terampil apabila seseorang tersebut mampu melakukan gerakan dengan benar, efisien, dan efektif. Menurut John N. Drowatzky ada 3 komponen yang mendukung gerakan yang efisien, yaitu kesegaran dan kemampuan gerak, kemampuan sensori, dan proses perseptual. Ketiga komponen dapat digambarkan sebagai berikut : Kesegaran dan Kemampuan Gerak
Kekuatan Daya Tahan Waktu Reaksi Koordinasi Keseimbangan Kecepatan Kelincahan Kelentukan
Pandangan Kinestesis Pendengaran Pengecap Pembau Perasa Peraba Propriosepsi
Gerakan Efisien
Kemampuan Sensori
Kesadaran tubuh Kedalaman persepsi Konsistensi Perencanaan gerak Kesadaran ruang Pemrosesan informasi Kesadaran waktu
Proses Perseptual
Gambar 8. Komponen-komponen pendukung gerakan efisien .
commit (Dimodifikasi dari Barsch, 1968)to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
Karena dalam belajar gerak juga melibatkan aspek kognitif, maka perlu juga dipertimbangkan tahap-tahap perkembangan kognitif anak selaras dengan pertambahan usia. Menurut Teori Piaget (Ormrod, 2008:43) tahap-tahap perkembangan kognitif meliputi : a. Tahap Sensorimotor, terjadi setelah kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun. Pada tahap sensorimotor ini, anak-anak berfokus pada apa yang mereka lakukan dan lihat pada saat itu, anak-anak mulai bereksperimen dengan lingkungannya melalui prinsip trial and error. b. Tahap Praoperasional, berlangsung pada usia 2 tahun hingga usia sekitar 6 atau 7 tahun. Pada awal tahap ini, keterampilan bahasa berkembang pesat, ditandai dengan penguasaan kosa kata yang meningkat. Namun pada masa ini anak menunjukkan egosentrisme praoperasional yaitu ketidakmampuan memandang situasi dari perspektif orang lain. c. Tahap Operasional Konkret, terjadi pada usia sekitar 6 atau 7 tahun hingga usia 11 atau 12 tahun. Pada tahap ini proses-proses berpikir mulai terorganisasi ke sistem proses-proses mental yang lebih besar yang memudahkan mereka berpikir lebih logis daripada sebelumnya. Anak-anak pada masa ini sudah mampu melakukan penalaran deduktif d. Tahap Operasional Formal, berlangsung pada usia sekitar 11 atau 12 tahun hingga usia dewasa. Anak-anak yang berada pada tahap operasional formal dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret. Menurut Persepektif Piaget, kemampuan matematika siswa pada tahap ini cenderung meningkat. Soal-soal matematika yang cenderung abstrak menjadi lebih mudah dipecahkan daripada masa sebelumnya. Berdasarkan teori Piaget di atas, maka anak-anak usia SMP sudah dapat menangkap konsep-konsep dasar gerakan yang disampaikan secara verbal dan bersifat relatif abstrak. Konsepsi gerakan fisik dalam beberapa cabang olahraga seperti senam, atletik, renang, ski dan lain sebagainya dapat ditangkap oleh anak, walaupun konsepsi itu disampaikan melalui uraian secara commit verbal, namun to user demikian konsepsi tersebut akan
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
lebih cepat ditangkap apabila disampaikan melalui gerakan konkret, misalnya melalui modelling.
5) Kondisi Belajar Gerak Selain melalui tahapan-tahapan, proses belajar gerak menuntut adanya kondisi belajar. Yang dimaksud dengan kondisi belajar gerak adalah suatu persyaratan yang diperlukan agar terjadi proses belajar gerak(Sugiyanto, 2007:95). Kondisi belajar gerak secara garis besar terdiri dari kondisi internal dan eksternal. Menurut Sugiyanto (1998:325) kondisi internal merupakan keadaan yang seharusnya ada pada diri si pelajar (orang yang belajar gerak), yang meliputi dua hal, yaitu : a. Pelajar harus mengingat bagian-bagian gerakan keterampilan b. Pelajar harus mengingat urut-urutan rangkaian gerakan. Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi eksternal dalam belajar gerak adalah stimulus dari luar luar diri pelajar atau perlakuan yang dikenakan pada diri pelajar agar proses belajar bisa terjadi. (Sugiyanto, 2007:95). Kondisi eksternal ini meliputi : a. Instruksi verbal atau pemberian penjelasan gerakan Penjelasan tentang gerakan perlu diberikan ketika mengajarkan keterampilan baru, dan diberikan oleh guru atau pelatih. Pada fase awal belajar, prosedur atau rencana gerakan harus dikuasai. Melalui instruksi verbal langkah-langkah gerakan bias diberikan. Pelajar bisa mebayangkan instruksi verbal tersebut pada memori jangka pendek (short term memory) selama proses belajar berlangsung. b. Instruksi visual atau Pemberian contoh gerakan Memberikan contoh gerakan seiring dengan pemberian penjelasan berfungsi untuk melengkapi dan memperjelas instruksi verbal. Pemberian contoh gerakan berfungsi lebih efektif dibandingkan hanya dengan kata-kata untuk menjelaskan bentuk atau gerakan yang diajarkan. Setelah pemberian contoh gerakan, bayangan atau imajinasi gerakan akan timbul pada diri pelajar. Imajinasi gerakan akan membimbing pelajar dalam usaha melakukan gerakan itu. c. Instruksi mempraktikkan gerakan Praktek merupakan kondisi eksternal yang penting dalam usaha untuk penguasaan keterampilan gerak. Siswa diberi kesempatan mempraktikkan gerakan berulang-ulang sampai commit siswa menunjukkan peningkatan dan menguasai to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
gerakan. Pengaruh praktek berulang-ulang akan tampak pada pelaksanaan gerakan yang semakin baik dan benar. d. Pemberian umpan balik. Umpan balik adalah informasi yang diperoleh siswa setelah praktik gerak yaitu mengenai gerakan yang dilakukan sudah benar atau masih salah. Umpan balik berperan untuk meningkatkan taraf kebenaran gerak.
c.
Umpan Balik (Feedback) a. Pengertian Umpan Balik Istilah umpan balik sudah tidak terlalu asing, guru maupun pelatih olahraga.
Para pakar pendidikan menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk umpan balik ini. Bilodeau menggunakan istilah information feedback (Robb, 1972:93). Sedangkan Smith and Smith (dalam Robb, 1972:93) menggunakan istilah dynamic sensory feedback. Menurut Magill (1993:306) umpan balik dapat dipandang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan informasi yang berasal dari sebuah sumber dan ditujukan kepada sebuah mekanisme yang menggunakan informasi tersebut untuk membuat koreksi terhadap kesalahan. Menurut Bilodeau (dalam Robb, 1972:93) umpan balik merupakan informasi ketidaksesuaian antara tujuan dengan respon yang diperoleh, atau dengan kata lain merupakan informasi kesalahan. Menurut Robb (1972:93), umpan balik merupakan informasi yang muncul selama, dan sebagai konsekuensi dari respon pelaku sendiri, atau yang muncul sebagai sebuah informasi masukan baru dari sumber eksternal. Dari pendapat para ahli tersebut, pada dasarnya umpan balik atau feedback merupakan informasi tentang gerakan yang sudah dilakukan. Informasi tersebut bisa merupakan informasi tentang benar tidaknya gerakan yang dilakukan, kesalahan gerakan mana yang telah dilakukan. Informasi ini sangat penting bagi siswa atau orang yang belajar gerak, baik itu sebagai koreksi terhadap kesalahan, maupun penguatan bagi gerakan yang sudah benar
b. Jenis-Jenis Umpan Balik Ditinjau dari sumbernya, umpan balik dapat dibedakan menjadi dua yaitu umpan balik internal dan umpan balik eksternal. Menurut Sugiyanto (2007:96) umpan balik internal berasal dari diri pelajar sendiri, yaitu to umpan commit user balik kinestetik yang berbentuk
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rasa gerak. Sedangkan umpan balik eksternal berasal dari luar diri pelajar, yaitu mungkin dari pelatih, guru, teman latihan, atau hasil rekaman terhadap gerakan yang dilakukan. Ditinjau dari waktu pemberian umpan balik (arrival time), umpan balik dibedakan menjadi dua yaitu concurrent feedback dan terminal feedback. Concurrent feedback berkenaan dengan rasa gerak atau kinesthetic sense terjadi atau diberikan seiring dengan pelaksanaan gerak. Sedangkan terminal feedback berkenaan dengan informasi mengenai gerak setelah gerakan itu selesai dilakukan. Gambar 9. Ilustrasi tipe-tipe umpan balik yang berkaitan dengan belajar dan keterampilan gerak
Sumber : Richard A. Magill. Motor Learning : Concepts and Aplications.Indiana : Wm C. Brown Comminications, Inc. 1993. halaman 306.
Dari diagram Feedback Family di atas, dapat dijelaskan bahwa sensory feedback merupakan umpan balik yang berkaitan dengan rasa gerak yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi
penglihatan,
pendengaran,
proprioseptik,
dan
taktil.
Sedangkan
augmented feedback yang terdiri dari Knowledge of Results (KR), Knowledge of Performance (KP), dan Augmented Sensory Feedback merupakan umpan balik tambahan yang dapat berasal dari luar maupun dalam. Knowledge of Performance dan Knowledge of Results merupakan umpan balik eksternal yang berasal dari luar diri siswa atau orang yang sedang belajar, sedangkan Augmented Sensory Feedback, merupakan umpan balik tambahan yang berasal dari diri siswa setelah selesai melakukan gerakan, yang berkaitan dengan kualitas gerakan yang dapat dirasakan oleh pelaku atau siswa itu commit to user sendiri. Knowledge of Results berkenaan dengan informasi tentang hasil dari sebuah
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
gerakan (outcomes). Knowledge of Performance berkenaan dengan informasi tentang kualitas atau kebenaran gerak yang ditampilkan (nature of movement). Umpan balik dapat diberikan dalam beberapa cara. Menurut Magill (1993:317) umpan balik dapat diberikan kepada siswa dalam cara yang berbeda-beda, seperti secara verbal (secara langsung), dan dengan videotape atau secara grafis kinematis melalui komputer. Menurut Barlett (2005:247) umpan balik yang ditujukan untuk memperbaiki atau meningkatkan performa, dapat menggunakan: demonstrasi langsung rekaman serial (rekaman video) rekaman paralel(berupa rangkaian gerak dalam bentuk gambar) textbook technique (berisi deskripsi teknik secara rinci) model grafis model simulasi computer bagan analisis dari pelatih Masing-masing cara, baik yang menggunakan alat bantu maupun yang tanpa alat bantu atau secara langsung memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemilihan model umpan balik tentu harus mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti : ketersediaan fasilitas pendukung, sumber daya manusia (SDM) pengguna umpan balik, kompleksitas dan tingkat kesulitan gerakan yang sedang dipelajari.
c. Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual Penggunaan alat bantu audio visual saat ini sudah sangat sering dilakukan, terutama di bidang pendidikan. Alat bantu ini secara garis besar terdiri dari video perekam (video camcorder, handycam) dan alat tayang video yang terdiri dari proyektor dan monitor. Proyektor dapat berupa LCD (Liquid Crystal Display), DLP (Digital Light Processing), dan berbagai macam video player, sedangkan untuk monitor dapat berupa TV, atau white screen. Untuk penggunaan LCD dan DLP diperlukan alat bantu komputer atau laptop. Hasil rekaman dari alat bantu audio-visual berupa video klip atau film. Alat audio visual model lama yang masih menggunakan roll film sebagai instrumen perekamnya akan menghasilkan rekaman video yang berupa video kaset film, sedangkan yang model baru biasanya menggunakan kamera digital akan menghasilkan video klip yang dapat langsung disimpan berbagai jenis hardware seperti : commitdalam to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
harddisk, flashdisk, flopydisk, compactdisk, dan media penyimpanan lainnya. Alat bantu ini sekarang lebih dikenal dengan media digital. Menurut Arif S. Sadiman (1986:68-69) film atau video sebagai media memiliki beberapa keunggulan, antara lain : a)
Merupakan suatu denominator belajar yang umum. Siswa yang cerdas dan kurang cerdas akan memperoleh sesuatu sama dari film atau video.
b) Merupakan media yang bagus untuk menerangkan suatu proses. Gerakan-gerakan dapat diputar berulang-ulang dan dapat diperlambat untuk tujuan memperjelas gerakan secara detail. c) Dapat menampilkan kembali masa lalu, dan kejadian-kejadian yang sudah berlangsung. d) Dapat memikat perhatian siswa. e) Dapat mengatasi keterbatasan indera penglihatan kita, karena gerak yang sebenarnya cepat dapat diputar dengan diperlambat dan diulang-ulang. f) Dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak. Menurut Gerlach dan Ely, dalam Sugiyanto (1984:91) banyak kelebihan yang dimiliki dengan penggunaan videokaset, antara lain : a) Dalam bentuk gambar bergerak dapat terekam peristiwa sebagaimana terjadinya, dan memungkinkan peristiwa itu diungkapkan kembali. b) Dengan teknik pengaturan kecepatan dalam perekaman gambar, proses yang terjadi sangat lambat, lama, dan hampir tak bisa diamati prosesnya, melalui gambar bergerak ini bisa dilihat dengan jelas dalam waktu yang sangat singkat. c) Peristiwa yang terjadi dengan cepat dan dinamis, dapat diputar ulang dengan diperlambat, sehingga lebih mudah diamati. Di samping memiliki keunggulan atau kelebihan, penggunaan alat bantu audio-visual yang menghasilkan video atau film juga memiliki kelemahan, antara lain: a) Harganya relatif mahal. b) Untuk membuat rekaman dan menampilkan hasil rekaman, dibutuhkan tenagatenaga yang terampil dalam bidangnya. Artinya tidak setiap orang dapat mengoperasikan peralatan ini. c) Membutuhkan tempat khusus agar penggunaan alat bantu ini bisa lebih optimal. d) Untuk bisa ditampilkan kembali, diperlukan waktu tertentu, yang dapat menimbulkan Knowledge Results – commit Delay Interval(KR-Delay Interval), yaitu waktu to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
antara berakhirnya sebuah gerakan dan penyampaian umpan balik. Menurut Ammons (dalam Magill, 1993 : 341), perpanjangan KR-Delay Interval akan menyebabkan penurunan belajar karena nilai informasi Knowledge Results akan berkurang sejalan dengan pertambahan/berlalunya waktu. Model umpan balik ini biasanya diberikan pada akhir pembelajaran atau post trial. d. Umpan Balik Secara Langsung (Live Feedback) Umpan balik tambahan juga dapat diberikan secara langsung tanpa alat bantu. Umpan balik ini dapat diberikan oleh guru, pelatih, atau teman dari orang yang sedang belajar gerak. Menurut Magill (1993:317) umpan balik yang diberikan secara langsung biasa disebut umpan balik verbal yang memanfaatkan verbal knowledge of performance sebagai umpan balik. Ada beberapa kelebihan dari umpan balik jenis ini, antara lain : a)
Tidak memerlukan alat dan biaya yang mahal.
b) Dapat langsung diberikan setelah gerakan selesai dilakukan, sehingga KR-Delay Interval dapat dihindari. c) Dapat dilakukan dimana dan kapan saja diperlukan. Selain memiliki kelebihan, cara pemberian umpan balik secara langsung juga memiliki kelemahan, antara lain : a)
Informasi gerakan sering kurang akurat, karena keterbatasan guru atau pelatih dalam menangkap gerakan melalui indera penglihatan, apalagi kalau gerakan itu terjadi dalam momen yang cepat.
b) Siswa tidak memperoleh gambaran tentang gerakan yang dilakukan secara utuh, dan bersifat agak abstrak karena gambaran gerakan diberikan secara verbal. c) Siswa yang tingkat pemahaman dan rasa geraknya kurang baik, akan mengalami hambatan dalam memperoleh gambaran tentang gerak yang dilakukan. d) Membutuhkan kemampuan khusus bagi guru atau pelatih untuk dapat memberikan umpan balik secara baik agar bisa diterima siswa dengan jelas. Model umpan balik langsung ini biasa diberikan pada inter-trial interval yaitu di antara dua trial. e. Peranan Umpan Balik Dalam Penguasaan Keterampilan Bolabasket Dalam pembelajaran gerak, umpan balik tambahan ini sangat besar dalam proses belajar, yaitu peranannya. Menurut Magill (1993:307) umpan balik tambahan mempunyai dua peranan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
a) Memberikan informasi kepada siswa, performa atau unjuk kerja mengenai gerakan benar yang telah dilakuakan dilakukan, dan atau gerakan-gerakan yang semestinya dilakukan agar gerakan tersebut dapat dilakukan dengan benar. Jadi informasi ini berfungsi sebagai koreksi untuk gerakan yang salah, dan penguatan untuk gerakan yang benar. b) Memberikan motivasi kepada siswa untuk berusaha keras mencapai tujuan belajar. Menurut Robb (1972:94) umpan balik berguna untuk memberikan motivasi, penguatan dan atau mengatur perilaku. Mengatur perilaku dalam pengertian memberikan informasi dari satu momen ke momen lain yang relevan dengan pengorganisasian fase respon berikutnya. Menurut Sugiyanto (1984:79) umpan balik berperan untuk meningkatkan taraf kebenaran gerakan. Dari pendapat para pakar yang sudah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa umpan balik memiliki peranan yang penting dalam belajar gerak. Di satu sisi, umpan balik dapat berfungsi untuk mengoreksi kesalahan gerak agar dapat dicapai gerakan yang benar, di sisi lain umpan balik dapat berfungsi untuk penguatan gerakan yang sudah benar dan sesuai dengan tujuan. Sehingga kalau dalam melakukan gerakan sudah benar tentu akan meningkatkan hasil belajar.
d. Persepsi Kinestetik a. Pengertian Persepsi Kinestetik Istilah persepsi kinestetik menurut Johnson (1970:182) diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan tubuh dan persendian-persendiannya selama terjadinya aksi atau gerakan otot. Menurut Sugiyanto (2007:86) persepsi kinestetik adalah kemampuan menginterpretasikan rasa posisi dan gerak tubuh atau bagian tubuh, yang merupakan fungsi dari indera yang ada pada otot, sendi, dan tendon. Persepsi kinestetik ini berguna untuk merasakan posisi dan gerakan, baik gerakan yang benar maupun gerakan yang salah dari tubuh, anggota tubuh, dan persendian. Menurut Haywood (1986:180-183) persepsi kinestetik meliputi beberapa aspek, antara lain : a) Tactile Location, yaitu3 kemampuan untuk mengidentifikasi (tanpa melihat atau mata terpejam) tempatcommit pada tubuh yang disentuh oleh orang lain. to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
b) Multiple Tactile Points, yaitu kemampuan untuk membedakan dua titik sentuhan pada kulit yang berdekatan. c) Perception of Objects : mengenali benda tanpa melihat melalui perabaan. d) Perception of the Body (Body Awareness) : kemampuan untuk mengenali bagian-bagian tubuh secara akurat. e) Limb Movements : kemampuan melakukan gerakan-gerakan anggota tubuh secara akurat tanpa bantuan indera penglihatan. f)
Spatial Orientation : meliputi persepsi letak tubuh dan orientasi atau mengenali ruang tanpa bantuan indera penglihatan.
g) Perception of Direction : kemampuan untuk memproyeksikan tubuh dalam hubungannya dengan dimensi ruang terhadap ruang sekelilingnya, sering dikaitkan dengan arah gerak. h) Balance : stabilitas atau kesetimbangan tubuh.
b. Peranan Persepsi Kinestetik Terhadap Keterampilan Bolabasket Menurut Anthony A. Annarino (1986:65), kemampuan perseptual merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mengenali, menginterpretasikan, dan merespon stimulus untuk melakukan beberapa bentuk tugas. Kemampuan perseptual ini meliputi : keseimbangan, kinestesis, deskriminasi visual, deskriminasi auditori, dan koordinasi gerak – visual. Pengertian kinestesis menurut Anthony A. Annarino adalah kesadaran akan posisi dan gerakan tubuh atau anggota tubuh pada suatu ruang gerak (space) (1986:66). Kinestesis meliputi :body image, body awareness, laterality, directionality, dan dominance. Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi kinestetik atau rasa gerak merupakan kemampuan tubuh untuk dapat mengenali dan merasakan posisi dan gerak tubuh dan bagian tubuhnya secara akurat. Rasa gerak ini terdapat pada otot, sendi dan tendon. Kemampuan rasa gerak ini tentu berbeda-beda untuk masing-masing individu. Dalam pembelajaran penjas-orkes, dimana aktivitas gerak merupakan aktivitas yang dominan, kemampuan persepsi kinestetik sangat diperlukan, terutama untuk gerakan yang relatif kompleks. Dengan kemampuan persepsi kinestetik yang baik, seseorang dapat dengan mudah merasakan gerak yang telah dilakukan, apakah sudah sesuai dengan konsep gerakan yang diterima pada commit to userfase kognitif atau belum. Dengan
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan persepsi kinestetik yang baik, seseorang juga lebih mudah untuk melakukan koreksi terhadap gerakan yang belum benar. Dengan kata lain bahwa kemampuan persepsi kinestetik sangat dibutuhkan dalam penguasaan keterampilan gerak. Gerakan keterampilan bolabasket meliputi gerak mengumpan, menggiring dan menembak dan gerak Persepsi kinestetik yang berkaitan dengan gerak bermain bolabasket, meliputi kemampuan memperkirakan jarak dalam mengumpan, menggiring, menembak bola, dan kemampuan kinestetik untuk menjaga keseimbangan tubuh.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan sangat dibutuhkan untuk mendukung atau memperkuat kajian teori untuk selanjutnya dipergunakan sebagai landasan pengajuan hipotesis. Sejauh ini, belum penulis temukan penelitian dari dalam dalam negeri (Indonesia) yang membahasa tentang manfaat atau pengaruh model penerapan umpan balik, baik yang menggunakan alat bantu audio-visual maupun umpan balik langsung (live-feedback) terhadap pembelajaran gerak, khususnya bolabasket. Namun ada penelitian tentang pengaruh penggunaau videokaset, kualitas model gerakan, kelompok umur, jenis kelamin, dan persepsi kinestetik terhadap prestasi belajar keolahragaan pelajar SD, yang dilakukan oleh Sugiyanto(1984). Hasil penelitian Sugiyanto antara lain :
(1) ada
pengaruh metode penyajian model gerakan terhadap nilai total prestasi belajar gerak, (2) ada pengaruh jenis kelamin terhadap prestasi belajar gerak pada semua fase belajar, (3) ada pengaruh kemampuan persepsi kinestetik terhadap prestasi belajar gerak pada semua fase belajar. Sajian model yang merupakan variabel perlakuan dalam penelitian ini meliputi penggunaan videokaset peragaan spesialis senam, videokaset peragaan guru, dan model hidup peragaan guru. Dalam penelitian tersebut, prestasi belajar gerak diukur atau dinilai pada tiga fase, yaitu fase kognitif, asosiatif dan fase otonom. Di samping itu juga dipaparkan hasil yang dikutip dari buku referensi tentang belajar gerak atau motor learning. Penelitian yang dilakukan oleh Selder dan Del Rolan pada tahun 1979 (Magill, 1993:327) yang meneliti perbedaan pengaruh pemberian umpan balik dengan videotape dan umpan balik verbal terhadap performa keseimbangan pada balok keseimbangan, pada siswa perempuan umur 12 tahun dan 13 tahun. Hasilnya ada perbedaan pengaruh pemberian commit to user umpan balik dengan alat bantu
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
videotape dan tanpa menggunakan videotape terhadap performa keseimbangan pada balok keseimbangan (balance beam). Performa keseimbangan yang diukur ada 8 aspek yaitu : ketepatan seluruh bagian, orientasi dan arah, ritme, keluwesan, amplitudo, koordinasi, keringanan atau kemudahan dalam melakukan lompatan dan guling. Penelitian menunjukkan perbedaan antara dua variabel yang diteliti setelah berlangsung 6 minggu. Hasil penelitian Selder dan Del Rolan secara lengkap disajikan dalam bentuk diagram berikut. Pada sumbu y (axis vertikal) menunjukkan persentase peningkatan skor dari minggu ke minggu (selama perlakuan diberikan, sedangkan sumbu x (axis horisontal) menunjukkan 8 faktor atau unsur-unsur keseimbangan yang diamati perkembangannya atau peningkatannya.
Gambar 10. Perbedaan
Pengaruh
Penggunaan
Videotape
terhadap
Performa
Keseimbangan Pada Balance Beam
Sumber : Richard A. Magill. 1993. Motor Learning : Concepts and Applications. halaman 328. Indianapolis : Wm.C.Brown Communications, Inc.
Dari hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan bahwa umpan balik memiliki peranan yang positif terhadap penguasaan gerak. Di samping itu penggunaan alat bantu audio-visual (videokaset) sebagai model sajian materi pembelajaran juga memberikan kontribusi yang positif terhadap prestasi olahraga secara keseluruhan. Kemampuan persepsi kinestetik juga berpengaruh terhadap prestasi belajar gerak. commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir Materi pembelajaran bolabasket, merupakan salah satu materi pembelajaran gerak yang diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).Pada kelas VII, VIII dan IX. . Permainan bolabasket termasuk salah satu keterampilan gerak, artinya untuk dapat menampilkan keterampilan bolabasket dengan baik, seseorang dituntut memiliki gerakan yang terampil. Gerakan dapat ditampilkan dengan terampil apabila dapat dilakukan secara efisien dan benar secara mekanis atau efektif. Dikatakan efisien apabila dalam menyelesiakan gerak tenaga yang dikeluarkan sekecil mungkin. Pengertian efektif di sini diartikan melakukan gerak seperlunya saja, tidak perlu melakukan gerak yang memang tidak diperlukan. Untuk dapat melakukan gerakan yang efisien dan efektif seseorang perlu belajar dan berlatih. Kecepatan dalam menguasai gerakan sifatnya individual, ada yang cepat, agak cepat, dan ada yang lambat. Untuk dapat bermain bolabasket secara efisien dan efektif perlu didukung unsurunsur kesegaran dan kemampuan gerak. Unsur kekuatan, kecepatan, keseimbangan, dan kelentukan tidak hanya menjadi pendukung gerak efisien dalam permainan bolabasket, namun juga menjadi unsur pendukung prestasi atau terampil dalam bermain bolabasket. Dengan gerak yang efisien dan efektif akan berpengaruh terhadap keterampilan bola basket, karena gerakan dapat dilakukan akan memberikan keuntungan-keuntungan secara mekanis, sehingga faktor-faktor penghambat gerakan dapat diminimalkan. Disamping unsur-unsur diatas, masih adalagi yaitu mengenai umpan balik. Karena dengan adanya umpan balik, ketika terjadi gerakan yang masih kurang benar akan segera diberikan masukan-masukan atau motivasi. Sehingga perserta didik akan melakukan gerakan-gerakan sampai benar. Dengan mendasarkan pada kajian teoritis yang telah dikemukakan, dan didukung oleh hasil penelitian yang relevan, maka disusun suatu kerangka berpikir yang akan digunakan sebagai landasan ilmiah untuk pengajuan beberapa hipotesis dalam penelitian ini: 1. Perbedaan pengaruh penerapan umpan balik terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket Penelitian ini melibatkan dua kelompok siswa yang dikenai perlakukan yang berbeda. Kelompok yang pertama diberi perlakuan umpan balik dengan alat bantu audio-visual, sedangkan kelompok commit kedua diberi to userperlakukan umpan balik langsung
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(live feedback). Kedua perlakuan ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan bolabasket. Manfaat umpan balik sangat besar dalam pembelajaran gerak, termasuk gerak dalam permainan bolabasket. Umpan balik dapat memberikan informasi yang mengenai performa yang telah dilakukan oleh siswa. Informasi ini sangat berguna untuk mengoreksi gerakan-gerakan yang salah dan menguatkan gerakan-gerakan yang sudah benar. Gerakan-gerakan dalam permainan bola basket merupakan rangkaian dari gerakan menggiring, mengumpan dan menembak. Karena gerakan dalam bola basket merupakan perpaduan dari beberapa gerakan, maka kesalahan satu unsur gerakan akan mempengaruhi dalam keterampilan bermain bolabasket. Untuk dapat mengetahui mengenai gambaran gerakan yang telah dilakukan, siswa memerlukan umpan balik. Umpan balik ini dapat berupa Knowledge of Result dan Knowledge of Performance. Knowledge of Result bolabasket berupa informasi tentang hasil sedangkan Knowledge of Performance berkaitan dengan kualitas atau kebenaran gerak yang telah dilakukan. Semua bentuk umpan balik akan berpengaruh terhadap prestasi
belajar
gerak
bolabasket
secara
keseluruhan.
Knowledge
of
Performanceakan dapat meningkatkan kualitas gerak bolabasket, karena dengan informasi ini siswa dapat memperbaiki gerakan yang salah, dan semakin menguatkan gerakan yang sudah benar. Di samping itu Knowledge of Performance ini secara tidak langsung juga dapat meningkatkan prestasi belajar gerak bolabasket. Dasar pemikirannya adalah, dengan meningkatnya kualitas gerak atau kebenaran gerak, maka akan dicapai gerak yang efisien dan efektif. Tercapainya gerak yang efisien dan efektif akan dapat menghemat energi, artinya energi atau tenaga yang dikeluarkan untuk melaksanakan suatu gerak yang efisien dan efektif tidak sebesar apabila gerakan tersebut tidak efisien dan efektif. Hal ini berarti rangkaian gerak bolabasket yang efisien dan efektif dapat meningkatkan keterampilan bermain bolabasket. Knowledge of Results yang berupa informasi hasil dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk berusaha lebih keras lagi meningkatkan dalam keterampilan bolabasket. Siswa yang diberi Knowledge of Result atau informasi hasil akan cenderung termotivasi untuk selalu meningkatkan prestasi dan termotivasi untuk berkompetisi dengan teman-temannya. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Umpan balik dapat diberikan dengan alat bantu dan tanpa alat bantu atau secara langsung. Umpan balik dengan alat bantu dapat diberikan dengan memanfaatkan peralatan audio-visual, yang berupa video recorder, handycam, video camcorder dan sebagainya. Kelebihan dan kelemahan dari masing-masing umpan balik sudah dipaparkan pada kajian teori. Kedua bentuk pemberian umpan balik ini dapat memberikan informasi, baik yang berupa Knowledge of Performance maupun Knowledge of Result. Dengan mempertimbangkan segala bentuk kelebihan dan kelemahan dari masing-masing bentuk atau model penerapan umpan balik, maka diduga bahwa secara keseluruhan, tanpa mempertimbangkan variabel yang lain dalam penelitian ini, maka akan terjadi perbedaan pengaruh antara penerapan umpan balik menggunakan alat bantu audio-visual dan umpan balik langsung terhadap peningkatan
keterampilan
bermain
bola
basket.
Penerapan
umpan
balik
menggunakan alat bantu audio-visual diduga memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan keterampilan bermain bolabasket. 2. Perbedaan peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket antara siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik, sedang dan rendah. Selain penggunaan penerapan umpan balik yang akan mempengaruhi terhadap penguasaan keterampilan bermain bolabasket, dalam penelitian ini adalah persepsi kinestetik setiap individu. Telah dijelaskan bahwa, persepsi kinestetik merupakan rasa gerak yang berguna untuk merasakan gerak yang benar dan salah, merupakan faktor yang sangat penting dalam belajar keterampilan gerak. Terbentuknya gerak yang efisien, salah satunya dipengaruhi oleh persepsi kinestetik. Gerak yang efisien menjadi parameter kualitas atau kebenaran gerak. Selanjutnya dalam cabangolahraga bola basket, kualitas gerak akan mempengaruhi prestasi yang diukur. Siswa yangmempunyai persepsi kinestetik baik, cenderung akan lebih cepat dan lebih mudah menguasai keterampilan gerak, sebaliknya siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang, cenderung akan lebih lambat dan lebih sulit dalam penguasaan keterampilan gerak. Artinya untuk menguasai keterampilan gerak tertentu, dibutuhkan waktu yang relatif lebih lama bagi siswa dengan persepsi kinestetik kurang dibanding yang persepsi kinestetiknya baik, apabila kondisi lain yang mempengaruhi penguasaan keterampilan gerak dibuat sama. Siswa dengan persepsi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
kinestetik baik, kualitas geraknya relatif lebih baik dibanding siswa dengan persepsi kinestetik sedang dan kurang. Dengan demikian, apabila tidak ada manipulasi kondisi belajar gerak (terutama kondisi eksternal), maka akan terjadi variasi hasil belajar yang sangat besar. Gap prestasi belajar gerak antar siswa menjadi sangat besar. Hal ini menjadi tantangan bagi guru pendidikan jasmani untuk dapat mencari solusi terhadap masalah tersebut. Kondisi belajar gerak yang sifatnya eksternal meliputi : pemberian penjelasan gerakan, pemberian contoh gerakan, instruksi mempraktikkan gerakan, dan pemberian umpan balik. Salah satu kondisi belajar gerak yang dapat dimanipulasi adalah pemberian umpan balik. Umpan balik tambahan (augmented feedback) menjadi sangat berarti terutama bagi siswa dengan persepsi kinestetik kurang. Di samping itu siswa dengan persepsi kinestetik kurang, memerlukan umpan balik yang detail, jelas, diberikan berulang-ulang. Kondisi seperti ini membutuhkan rekaman gerakan yang lengkap dan dapat diputar berulang-ulang, dengan diperlambat agar gerakan-gerakan lebih jelas. Sebaliknya siswa dengan persepsi kinestetik tinggi cukup diberikan umpan balik singkat dan verbal saja.
3. Pengaruh interaksi penerapan umpan balik dan persepsi kinestetik terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket. Setiap siswa mempunyai kemampuan gerak yang berbeda-beda. Dengan penerapan umpan balik menggunakan audio-visual dan umpan balik langsung dapat dibandingkan tingkat efektifitasnya terhadap peningkatan penguasaan keterampilan bola basket. Dalam penelitian ini dibatasi pada teknik mengumpan, menggiring dan menembak. Cara penyajian materi pelajaran permainan bolabasket menggunakan media audio-visual sangat menarik.Siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik mempunyai karakteristik lebih cepat dan mudah dapat mengikuti maupun menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam melakukan tugas pembelajaran. Dengan penerapan umpan balik langsung siswa yang mempunyai persepsi kinestetik baik dengan cepat memahami materi pembelajaran. Bagi siswa yang persepsi kinestetiknya kurang, akan sulit melaksanakan pembelajaran dengan penerapan umpan balik langsung. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik memiliki untuk lebih cepat menguasai commit kemampuan to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterampilan teknik dasar bermain bolabasket, daripada siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang. Pembelajaran teknik dasar bolabasket dengan penerapan umpan balik audio-visual lebih cocok untuk siswa yang memilki persepsi kinestetiknya rendah. Sedangkan bagi siswa yang memiliki persepsi kinestetiknya baik, cocok untuk penerapan umpan balik langsung.
D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kajian teoritis, dan didukung oleh penelitian yang relevan serta kerangka berpikir, maka diajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh umpan balik menggunakan alat bantu audio visual dan umpan balik langsung terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket. 2. Ada perbedaan peningkatan hasil belajar keterampilan bermain bolabasket antara kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik,sedang dan kurang. 3. Ada pengaruh interaksi antara penggunaan umpan balik dan persepsi kinestetik terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sragen. Dipilihnya SMP Negeri 2 Sragen secara sengaja (purposive) sebagai tempat penelitian karena beberapa pertimbangan, antara lain: Pertama, di SMP Negeri 2 Sragen terdapat siswa dalam jumlah yang cukup banyak, yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kedua, fasilitas untuk belajar bolabasket dipandang cukup layak dan memadai untuk dijadikan tempat penelitian. Selain tersedia fasilitas lapangan secara lengkap, juga tersedia
peralatan
audio-visual
dan
ruang
multimedia
yang
memungkinkan
diselenggarakannya pembelajaran yang berbasis multimedia (memanfaatkan alat bantu audio-visual). Ketiga, adanya bantuan dan dorongan semangat dari sekolah dan rekan-rekan guru, terutama para guru penjas-orkes.
2. Waktu Penelitian Penelitian eksperimen ini berlangsung selama 6 minggu, dengan frekuensi atau pembelajaran 3 kali seminggu. Lama penelitian 6 minggu dengan frekuensi 3 latihan kali seminggu mengacu pada : Hasil penelitian Selder dan Rolan dalam Magill (1993:327) yang membandingkan pengaruh umpan balik dengan videotape dan umpan balik verbal, dimana perbedaan antara 2 kelompok yang mendapat perlakuan berbeda tersebut baru nampak setelah 6 minggu. Durasi latihan setiap pertemuan adalah 80 menit (2 jam pelajaran) sesuai dengan seting pembelajaran penjas-orkes di SMP.
B. Metode Penelitian Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pengaruh variabel bebas, penerapan to user (recorded feedback) dan umpan umpan balik menggunakan alat bantucommit audio-visual
63
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
balik langsung (live feedback) dengan menyertakan variabel persepsi kinestetik sebagai variabel yang ikut diteliti. Variabel penerapan umpan balik sebagai variabel manipulatif, sedangkan persepsi kinestetik sebagai variabel atributif. 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang dipilih adalah rancangan faktorial
2 X 3. Untuk
keperluan analisis, rancangan penelitian ini dibagi dalam blok-blok, yang berisi sampel dengan jumlah yang sama dan bersifat homogen. Secara skematis, rancangan penelitian digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 3 UMPAN BALIK
PERSEPSI KINESTETIK
(A) ALAT AUDIO-VISUAL
LANGSUNG
(A1)
(A2)
BAIK(B1)
a1b1
a2b1
SEDANG(B2)
a1b2
a2b2
KURANG(B3)
a1b3
a2b3
(B)
Keterangan: A
: Umpan Balik
A1
: Umpan Balik Menggunakan Audio-visual
A2
: Umpan Balik Langsung
B
: Persepsi Kinestetik
B1
: persepsi Kinestetik Baik
B2
: Persepsi Kinestetik Sedang
B3
: persepsi Kinestetik Kurang
a1b1
: Keterampilan bolabasket pada siswa yang mempunyai
persepsi kinestetik
baik dengan penerapan umpan balik Audio-visual. a1b2
: Keterampilan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik sedang dengan penerapan umpan balik Audio-visual commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a1b3
: Keterampilan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik kurang dengan penerapan umpan balik Audio-visual.
a2b1
: Keterampilan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik baik dengan penerapan umpan balik langsung.
a2b2
: Keterampilaan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik sedang dengan penerapan umpan balik langsung.
a2b3
: Keterampilan bolabasket pada siswa yang mempunyai persepsi kinestetik kurang dengan penerapan umpan balik langsung.
C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas (independent) dan satu variabel terikat (dependent). Variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (Independent) a. Variabel Manipulatif (A), yaitu penerapan umpan balik, yang terdiri dari dua level yaitu: 1). penerapan umpan balik menggunakan alat bantu audio-visual (recorded feedback) 2). penerapan umpan balik langsung (live feedback) b. Variabel atributif, meliputi: Variabel persepsi kinestetik (B) yang meliputi tiga level, yaitu: 1). persepsi kinestetik baik 2).persepsi kinestetik sedang 3). persepsi kinestetik kurang 2. Variabel terikat (dependent) (Y) : peningkatan hasil belajar keterampilan bola basket.
D. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel hanya dijelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda. 1. Umpan Balik Yang dimaksud umpan balik atau feedback dalam penelitian ini adalah informasi tentang gerakan yang sudah dilakukan.commit Informasi tersebut bisa merupakan informasi to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang benar tidaknya gerakan yang dilakukan, kesalahan gerakan mana yang telah dilakukan atau knowledege of performance, dan informasi mengenai hasil yang telah dicapai atas gerakan yang telah dilakukan atau knowledge of result. Dalam penelitian ini, umpan balik sebagai variabel manipulatif diberikan dengan 2 cara, yaitu menggunakan alat bantu audio-visual dan diberikan secara langsung. Menggunakan alat bantu audio-visual, umpan balik diberikan dengan cara merekam gerakan yang dilakukan siswa, kemudian rekaman berupa video, diputar sesuai dengan kebutuhan dan diperlihatkan kepada siswa. Pemutaran video dilakukan di ruang multimedia yang dilengkapi peralatan yang memadai seperti, laptop dan LCD, diberikan setiap akhir pelajaran, sebagai masukan siswa terhadap gerakan yang telah dilakukan. Sedangkan umpan balik langsung diberikan setiap siswa selesai melakukan gerakan (antar trial). Umpan balik diberikan secara verbal, tanpa alat bantu. 2. Persepsi Kinestetik Pengertian persepsi kinestetik dalam penelitian ini adalah
kemampuan
menginterpretasikan rasa posisi dan gerak tubuh atau bagian tubuh, yang merupakan fungsi dari indera yang ada pada otot, sendi, dan tendon. Persepsi kinestetik ini diukur dengan tes persepsi kinestetik. Tes ini merupakan rangkaian tes (battery test) yang terdiri dari 3 butir tes, yaitu (1) Distance Perception Jump, (2) Vertical Linear Space test, dan (3) Bass Stick Test (Lenghtwise).Tes persepsi kinestetik ini merupakan modifikasi dari Practical Tests of Kinesthetic Perception dari Barry L. Johnson (1970:182). 3. Hasil Belajar keterampilan bola basket Hasil belajar keterampilan bolabasket adalah hasil proses yang menimbulkan atau merubah
perilaku
siswa
melalui
latihan
mengumpan
(passing),
menggiring
(mendribble) dan menembak (shooting) bolabasket. Setelah siswa menerima perlakuan akan diketahui seberapa besar peningkatan yang diperoleh.
E. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra SMP Negeri 2 Sragen. Semua anggota populasi memiliki karakteristik yang sama yaitu : 1. Semua anggota populasi merupakan siswa SMP Negeri 2 Sragen. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Semua anggota populasi berumur antara 12 tahun sampai dengan 16 tahun. 3. Semua anggota populasi terdiri dari siswa laki-laki. 2. Sampel Penelitian Sampel penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dari siswa kelas VIII.Dari seluruh siswa laki-laki kelas VIII ini, dipilih secara acak (random) sebagai sampel penelitian. Sebelum perlakukan diberikan, seluruh siswa laki-laki diwajibkan mengikuti tes persepsi kinestetik, yang terdiri dari 3 butir tes, yaitu : Distance Perception Jump, Vertical Linear Space test, dan Bass Stick Test (Lenghtwise). Skor persepsi kinestetik diperoleh dengan cara menggabungkan ketiga skor yang diperoleh dari masing-masing butir tes tersebut. Penggabungan skor dengan cara mengubah skor butir tes ke dalam TScore, baru kemudian dijumlahkan. Konversi skor ke dalam T-score dilakukan karena satuan skor dari masing-masing butir tes tidak sama. Setelah skor digabung, maka dilakukan pengurutan (ranking) secara descending artinya dari skor yang paling tinggi ke yang paling rendah. Dari hasil pe-ranking-an, sepertiga bagian atas digolongkan pada persepsi kinestetik baik, sepertiga bagian di tengah, digolongkan pada taraf persepsi kinestetik sedang, dan sisanya, sepertiga bagian bawah digolongkan pada taraf persepsi kinestetik kurang. Dengan telah dilakukan penggolongan berdasarkan taraf persepsi kinestetik, maka diperoleh tiga kelompok sampel penelitian, yaitu: Pertama, kelompok yang terdiri dari siswa yang memiliki taraf persepsi kinestetik baik. Kedua,
kelompok yang terdiri dari siswa yang memiliki taraf persepsi kinestetik sedang.
Ketiga,
kelompok yang terdiri dari siswa yang memiliki taraf persepsi kinestetik kurang.
Tahap berikutnya adalah membagi masing-masing kelompok sampel di atas dengan cara random (acak) menjadi dua sub kelompok (sel) dengan jumlah yang sama. Dengan diadakannya pembagian kelompok-kelompok ke dalam sel-sel, maka sekarang terdapat 6 sel. Hasil akhir dari pengelompokkan ini adalah : a. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Baik, Perlakuan Umpan Balik menggunakan Alat Bantu Audio-Visual.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Baik, Perlakuan Umpan Balik Langsung. c.
Kelompok
Taraf
Persepsi
Kinestetik
Sedang,
Perlakuan
Umpan
Balik
menggunakan Alat Bantu Audio-Visual. d. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Sedang, Perlakuan Umpan Balik Langsung. e. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Kurang, Perlakuan Umpan Balik menggunakan Alat Bantu Audio-Visual. f. Kelompok Taraf Persepsi Kinestetik Kurang, Perlakuan Umpan Balik Langsung.
F. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini ada dua macam data yang dibutuhkan sesuai dengan variabel-veriabel yang diteliti, yaitu : 1. Data mengenai kemampuan persepsi kinestetik 2. Data mengenai keterampilan bolabasket.
Untuk dapat memperoleh data-data yang dibutuhkan maka diperlukan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah teknik tes. Teknik tes diperlukan untuk memperoleh data mengenai kemampuan persepsi kinestetik dan keterampilan bolabasket. Ada dua macam tes yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1.
Persepsi Kinestetik Untuk mengukur persepsi kinestetik dilakukan tes persepsi kinestetik dari Johnson
(1970:182-194). Tes ini merupakan tes gabungan (battery test), terdiri dari 3 butir tes, yaitu : a.
Distance Perception Jump Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan merasakan jarak dengan cara memusatkan usaha yang berkaitan dengan lompatan (jumping). Tes ini telah diujicobakan kepada sebagian dari populasi penelitian, sebanyak 40 siswa, 22 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Dengan menggunakan teknik belah dua, didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,81 Adapun validitas diukur dengan menggunakan face validity.
b.
Vertical Linear Space Test Tujuan tes ini adalah mengukur kemampuan menentukan atau memperkirakan jarak vertikal tertentu dengan mengandalkan perasaan kinestetik. Tes ini telah commitpada to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diujicobakan, dan dengan teknik belah dua diperoleh koefisien reliabilitas 0,98. Validitas tes diukur dengan face validity. c.
Bass Stick Test (Lenghtwise) Tes ini bertujuan untuk mengukur keseimbangan statis saat berdiri pada permukaan sempit dengan ujung kaki. Dari ujicoba instrumen yang telah dilakukan, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,69. Koefisien ini diperoleh dengan teknik belah dua (split half). Tes ini dilakukan dengan 6 trial.Skor yang diperoleh adalah gabungan dari skor 6 trial. Skor tes persepsi kinestetik merupakan gabungan
dari ketiga skor di atas.
Sebelum digabung, masing-masing skor butir tes dikonversikan ke dalam T-score terlebih dahulu. Tes persepsi kinestetik dilakukan sebanyak 1 kali, pada awal penelitian, sebelum perlakuan diberikan, dengan tujuan sebagai alat pengelompokan sesuai dengan taraf persepsi kinestetik.
2.
Tes keterampilan bolabasket Pengambilan data keterampilan bolabasket digunakan battery tes dari AAHPERD
basket tes dari Bradford dan Rolayne W (1984;95) berupa tes passing, dribbling dan shooting.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varian (ANAVA) rancangan vaktorial 2x3 pada α = 0,05. Jika F yang diperoleh (F0) signifikan, analisis dilanjutkan dengan uji rentang Hewman-Keuls (Sudjana, 2002:36). Untuk memenuhi asumsi dalam teknik anava, maka dilakukan uji normalitas (Uji Lillifors) dan uji Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett) (Sudjana, 2002:261-264). Urutan langkahlangkah analisis data penelitian ini adalah: 1. Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji prasarat analisis yaitu uji normalitas (Uji Lillifors) dan uji Homogenitas Varians (dengan uji Bartlett). Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada data yang digunakan dalam penelitian berasal dari sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bertujuan untuk mengetahui apakah varians pada tiap=tiap kelompok homogen atau tidak. a. Uji Normalitas Uji normalitas data penelitian ini menggunakan metode Liliefors (Sudjana, 2002:466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pengamatan x1, x2, ……., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ……., zn dengan menggunakan rumus: zi = Keterangan : = Rata-rata = Nilai variabel s =Simpangan baku 2) Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P (z ≤ zi). 3) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ……., zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi), maka S(zi) = 4) Hitung selisih F(zi) - S(zi), kemudian ditentukan harga mutlaknya. 5) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut. Harga terbesar ini merupakan Lhitung. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: 1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok sampel; dk (n-1); 1/dk; SDi2, dan (dk) log SDi2. 2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel, dengan rumus: SD2 =
……. (1)
B = Log SDi2 (n-1) 3) Menghitung χ2, dengan rumus: χ2 = (Ln) B – (n–1) Log SD (2) i ……….. commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan (Ln 10) = 2,3026 Hasilnya (χ2hitung) kemudian dibandingkan dengan χ2tabel, pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk (n-1). 4) Apabila χ2hitung< χ2tabel, maka Ho diterima. Artinya varians sampel bersifat homogen.Sebaliknya apabila χ2hitung> χ2tabel, maka Ho ditolak, artinya varians sampel bersifat tidak homogen. 2. Uji Hipotesis Langkah-langkah melakukan uji hipotesis adalah sebagai berikut: a. Anava Rancangan Faktorial 2x3 1) Metode AB untuk Perhitungan Anava Dua Faktor Tabel 2. Ringkasan Anava Dua Faktor Sumber Variasi
dk
JK
RJK
F
Rata-rata
1
Ry
R
A
a–1
Ay
A
A/B
B
b–1
By
B
B/E
AB
(a-1)(b-1)
ABy
AB
AB/E
Kekeliruan
ab (n-1)
Ey
E
Perlakuan
Keterangan: A
= Kelompok A
B
= Kelompok B
AB = Interaksi antara kelompok A dengan kelompok B dk
= derajat kebebasan
JK = Jumlah Kuadrat RJK = Rerata Jumlah Kuadrat F
= F Hitung
2) Kriteria Pengujian Hipotesis Jika F ≥ F(1-α) (v1-v2), maka hipotesis nol ditolak. Jika F
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Anava Menurut Sudjana (2004:36) langkah-langkah untuk melakukan uji Newman-Keuls adalah sebagai berikut: 1. Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya, dan yang paling kecil sampai kepada yang terbesar. 2. Dari rangkaian ANAVA, diambil harga RJKe disertai dk-nya. 3. Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk tiap perlakuan dengan rumus: Sy = RJK (kekeliruan) juga didapat dari hasil rangkuman anava. 4. Tentukan taraf signifikansi α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji Newman-Keuls, di ambil v = dk dari RJK (kekeliruan) dan p = 2,3...,k. Harga-harga yang di dapat dari badan daftar sebanyak (k-1) untuk v dan p supaya di catat. 5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik (...) di atas masing-masing dengan Sy, dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan terkecil (RST). 6. Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari p-k selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p=(k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata terbesar kedua rata-rata terkecil dengan RST untuk p = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk p = (k-2), dan seterusnya. Dengan jalan begini, semuanya akan ada ½ k (k-1) pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat lebih besar dari pada RSTnya masing-masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikansi di antara rata-rata perlakuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat yang diteliti. Variabel bebas terdiri dari variabel manipulatif atau variabel perlakuan, yaitu penerapan umpan balik (A). Variabel ini terdiri dari dua taraf, yaitu penerapan umpan balik dengan alat bantu Audio-visual(a1) yang merupakan recorded feedback, dan umpan balik langsung (a2) yang merupakan live feedback. Variabel bebas lainnya yang ikut diteliti adalah variabel persepsi kinestetik (B) yang terdiri dari 3 level, yaitu persepsi kinestetik baik (b1), persepsi kinestetik sedang (b2), dan persepsi kinestetik kurang (b3). Sebagai variabel terikat adalah peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket (Y). Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir hasil belajar keterampilan bolabasket. Berturut-turut berikut disajikan mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data Data hasil belajar keterampilan bolabasket yang digunakan untuk analisis adalah nilai tes keterampilan bolabasket setiap subyek setelah mengikuti latihan selama 6 minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu. Dengan menggunakan instrumen yang telah disusun sesuai dengan jenis variabel yang diteliti, maka akan diadakan analisis secara deskriptif dan inferensial. Analisis tersebut berupa: (1) deskripsi data penelitian, dan (2) pengujian hipotesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis data. Pengujian hipotesis menggunakan analisis varians (ANAVA) dengan rancangan factorial 2 x 3 pada α = 0,05 Deskripsi data akan disesuaikan dengan jenis-jenis variable penelitian. Sesuai dengan variable penelitian, yaitu menggunakan instrument tes hasil belajar keterampilan bolabasket dan persepsi kinestetik. Deskripsi hasil analisis data hasil belajar keterampialan bolabasket yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan dalam bentuk table sebagai berikut :
commit to user
73
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis Belajar Keterampilan Bolabasket. Umpan Balik Kinestetik
Statistik Audio-visual (A1) Langsung (A2)
Baik (B1)
Sedang (B2)
Kurang (B3)
Total
Total
N
10
10
20
∑X
99.68
60.37
160.05
∑X2
1067.89
505.60
1573.49
Mean
9.97
6.04
8.00
SD
2.87
3.96
3.92
N
10
10
20
∑X
67.23
48.32
115.55
∑X2
478.71
290.66
769.36
Mean
6.72
4.83
5.78
SD
1.72
2.52
2.31
N
10
10
20
∑X
55.30
64.76
120.07
∑X2
353.87
566.50
920.37
Mean
5.53
6.48
6.00
SD
2.31
4.04
3.241
N
30
30
60
∑X
222.21
173.46
395.67
∑X2
1900.46
1362.76
3263.22
Mean
7.41
5.78
6.59
SD
2.963
3.522 commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik Menggunakan Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual. Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan balik dengan alat bantu Audio-visual dapat dilihat pada lampiran 10. Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik baik disajikan sebagai berikut :
Tabel 4. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik Menggunakan Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual
Perlakuan
Persepsi
Statistik
Kinestetik
Umpan Balik Baik
Hasil Tes Hasil Tes peningkatan Awal
Akhir
Jumlah
454.63
554.31
99.68
Rerata
45.46
55.43
9.97
SD
5.01
6.16
1.14
Audio-visual
Dari tabel 4 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 45.46, standar deviasinya 5.01. Rata-rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 55.43, standar deviasinya 6.16. Peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 9.97, commit to user standar deviasinya 1.14.
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket
Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang Menggunakan Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual. Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan balik dengan alat bantu Audio-visual dapat dilihat pada lampiran 10. Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik sedang disajikan sebagai berikut :
Tabel 5. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang Menggunakan Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual
Perlakuan
Persepsi
Statistik
Kinestetik
Umpan Balik Sedang
Hasil Tes Hasil Awal
Tes peningkatan
Akhir
Jumlah
486.26
553.49
67.23
Rerata
48.63
55.35
6.72
SD
2.79
3.02
0.23
Audio-visual
Dari tabel 5 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 48.63, standar deviasinya 2.79. Rata-rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 55.35, standar deviasinya 3.02. Peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 6.72, commit to user standar deviasinya 0.23.
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket
Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Kurang Menggunakan Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual. Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan balik dengan alat bantu Audio-visual dapat dilihat pada lampiran 10. Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik kurang disajikan sebagai berikut : Tabel 6. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Kurang Menggunakan Umpan Balik dengan Alat Bantu Audio-visual
Perlakuan
Persepsi
Statistik
Kinestetik
Umpan Balik Kurang
Hasil Tes Hasil Tes peningkatan Awal
Akhir
Jumlah
464.78
520.09
55.30
Rerata
46.48
52.01
5.53
SD
3.77
3.31
-0.46
Audio-visual
Dari tabel 6 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 46.48, standar deviasinya 3.77. Rata-rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 52.01, standar deviasinya 5.53. Peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan balik alat bantu Audio-visual adalah 5.53, standar deviasinya -0.46.
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket
Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik Menggunakan Umpan Balik langsung Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan balik langsung dapat dilihat pada lampiran 10.
Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan
bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik baik disajikan sebagai berikut :
Tabel 7. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik Menggunakan Umpan Balik Langsung
Perlakuan
Persepsi
Statistik
Kinestetik
Umpan Balik Baik
Hasil Tes Hasil Tes peningkatan Awal
Akhir
Jumlah
446.46
506.83
60.37
Rerata
44.65
50.68
6.04
SD
3.30
3.06
-0.24
Langsung
Dari tabel 7 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan balik langsung adalah 44.65, standar deviasinya 3.30. Ratarata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan balik langsung adalah 50.68, standar deviasinya 3.06. Peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik menggunakan umpan commit to user balik langsung adalah 6.04, standar deviasinya -0.24.
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket
Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang Menggunakan Umpan Balik Langsung. Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan balik langsung dapat dilihat pada lampiran 10.
Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan
bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik sedang disajikan sebagai berikut :
Tabel 8. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Sedang Menggunakan Umpan Balik Langsung
Perlakuan
Persepsi
Statistik
Kinestetik
Hasil Tes Hasil Tes peningkatan Awal
Akhir
Jumlah
482.73
531.05
48.32
Rerata
48.27
53.11
4.83
SD
4.99
4.07
-0.91
Umpan Balik Sedang Langsung
Dari tabel 8 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan balik langsung adalah 48.27, standar deviasinya 4.99. Rata-rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang menggunakan umpan balik langsung adalah 53.11, standar deviasinya 4.07. Peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket
kelompok
siswa
yang memiliki
persepsi
kinestetik
menggunakan umpan balik langsung adalah 4.83, standar deviasinya -0.91. commit to user
sedang
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Statistik Deskriptif Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket
Kelompok
Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Kurang Menggunakan Umpan Balik Langsung . Data tes hasil keterampilan bermain bola basket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan balik langsung dapat dilihat pada lampiran 10. Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan bolabasket yang disesuaikan dengan persepsi kinestetik kurang disajikan sebagai berikut :
Tabel 9. Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Bolabasket Kelompok Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik rendah Menggunakan Umpan Balik Langsung
Perlakuan
Persepsi
Statistik
Kinestetik
Umpan Balik Kurang
Hasil Tes Hasil Tes peningkatan Awal
Akhir
Jumlah
467.30
532.06
64.76
Rerata
46.73
53.21
6.48
SD
4.68
3.31
-1.37
Langsung
Dari tabel 9 diatas, dapat diketahui rata-rata hasil tes awal belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan balik langsung adalah 46.73, standar deviasinya 4.68. Rata-rata hasil tes akhir belajar keterampilan bolabasket kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang menggunakan umpan balik langsung adalah 53.21, standar deviasinya 3.31. Peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket
kelompok
siswa
yang memiliki
persepsi
kinestetik
menggunakan umpan balik langsung adalah 6.48, standar deviasinya -1.37. commit to user
kurang
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari tabel 3 diatas, Statistik Deskriptif hasil belajar keterampilan bolabasket yang diklasifikasi menurut kelompok umpan balik dan persepsi kinestetik dapat terlihat dari gambaran setiap kelompok sel. Berdasarkan umpan balik (umpan balik Audio-visual dan umpan balik lansung ) serta persepsi kinestetik (baik, sedang dan kurang) disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 10. Statistik Deskriptif Hasil
Tes
Belajar
Keterampilan
Bolabasket
Tiap
Kelompok Berdasarkan Pengunaan Umpan Balik dan Tingkat Persepsi Kinestetik
Perlakuan
Tingkat Persepsi Kinestetik
Statistik
Hasil Tes Awal
Jumlah Rerata
454.63 45.46
554.31 55.43
99.68 9.97
Sedang
SD Jumlah Rerata
5.01 486.26 48.63
6.16 553.49 55.35
1.14 67.23 6.72
Kurang
SD Jumlah Rerata
2.79 464.78 46.48
3.02 520.09 52.01
0.23 55.30 5.53
SD Jumlah Rerata
3.77 446.46 44.65
3.31 506.83 50.68
-0.46 60.37 6.04
SD Jumlah Rerata
3.30 482.73 48.27
3.06 531.05 53.11
-0.24 48.32 4.83
SD Jumlah Rerata
4.99 467.30 46.73
4.07 532.06 53.21
-0.91 64.76 6.48
3.31
-1.37
Umpan balik Baik Audio- visual
Umpan balik Baik langsung
Sedang
Kurang
SD
commit to4.68 user
Hasil Tes Akhir
Peningkatan
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata hasil belajar keterampilan bolabasket maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut: 60 50 40 30 20 10 0
UB AV (A1)
UB L (A2)
PK T (B1(
PK S (B2)
PK R (B3)
Pre Test
46.86
46.55
45.05
48.45
46.6
Post Test
54.26
52.33
53.06
54.23
52.61
Gambar 11.Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Umpan Balik dan
Persepsi Kinestetik
Keterangan: UBVA = Kelompok pendekatan pembelajaran umpan balik alat bantu audio- visual UBL
= Kelompok pendekatan pembelajaran umpan balik langsung
PK T
= Kelompok persepsi kinestetik baik
PK S
= Kelompok persepsi kinestetik sedang
PKR
= Kelompok persepsi kinestetik kurang
Hal-hal yang menarik dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel dan histogram di atas adalah sebagai berikut: 1. Perbandingan antara kelompok siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio- visual dan umpan balik langsung diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan umpan balik alat bantu audio visual memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket sebesar 1.62 lebih baik dari pada user balik langsung. kelompok pendekatan pembelajarancommit denganto umpan
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Perbandingan kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik, sedang dan kurang dapat diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket sebesar 2.23 lebih baik dari pada kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang dan 2.00 lebih baik dari pada kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang. Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang berbeda. Nilai peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket masing-masing sel (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11. Nilai Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan)
No
Kelompok Perlakuan (Sel)
Gain Score
1
A1B1 (KP1)
9.97
2
A1B2 (KP2)
6.72
3
A1B3 (KP3)
5.53
4
A2B1 (KP4)
6.04
5
A2B2 (KP5)
4.83
6
A2B3 (KP6)
6.48 commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket pada tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Gain Score
A1B1 (KP1)
A1B2 (KP2)
A1B3 (KP3)
A2B1 (KP4)
A2B2 (KP5)
A2B3 (KP6)
9.97
6.72
5.53
6.04
4.83
6.48
Gambar 12. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Pada Tiap Kelompok Perlakuan. Keterangan: KP1 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audiovisual pada tingkat persepsi kinestetik baik KP2 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audiovisual pada tingkat persepsi kinestetik sedang KP3 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio -visual pada tingkat persepsi kinestetik kurang KP4 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik langsung pada tingkat persepsi kinestetik baik KP5 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik langsung pada tingkat persepsi kinestetik sedang KP6 = Kelompok pendekatan pembelajaran dengan umpan balik langsung pada tingkat persepsi kinestetik kurang commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Pengujian Persyaratan Analisis Varians 1.
Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji
normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 12. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kelompok
Ltabel
N
M
SD
Lhitung
KP1
10
9.97
2.87
0.149
0.258
Berdistribusi Normal
KP2
10
6.72
1.72
0.196
0.258
Berdistribusi Normal
KP3
10
5.53
2.31
0.168
0.258
Berdistribusi Normal
KP4
10
6.04
3.96
0.196
0.258
Berdistribusi Normal
KP5
10
4.83
2.52
0.119
0.258
Berdistribusi Normal
KP6
10
6.48
4.04
0.185
0.258
Berdistribusi Normal
Perlakuan
5%
Kesimpulan
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 1 diperoleh nilai Lo = 0.149. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP2 diperoleh nilai Lo = 0.196, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP3 diperoleh nilai Lo = 0.168. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP3 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 4 diperoleh nilai Lo = 0.196. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP4 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP5 diperoleh nilai Lo = 0.119. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 5 to user termasuk berdistribusi normal. Adapuncommit dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KP6 diperoleh nilai Lo = 0.185, yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP6 juga termasuk berdistribusi normal.
2.
Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok.
Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlett. Hasil uji homogenitas data antara kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelompok
Jumlah
perlakuan Antar Kinetetik Anter Sel
2tabel
Ni
SD gab
2
30
10.5918
0.893
3.84
Varians homogen
3
20
10.42
5.340
5.991
Varians homogen
6
10
9.1549
10.170
11.070
Varians homogen
Kelompok Antar
2
hit
Kesimpulan
5%
Dari hasil uji homogenitas antar perlakuan yaitu antara kelompok umpan balik audio- visual dengan umpan balik langsung diperoleh nilai 2 hitung = 0.893. Sedangkan 2 tabel dengan db = k – 1 = 2 – 1 = 1, angka tabel 2 = 3.84, yang terayata bahwa nilai
2 hitung = 0.893 lebih kecil dari 2 tabel = 3.84. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa antara kelompok perlakuan dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen. Uji homogenitas antar persepsi kinestetik yaitu antara persepsi kinestetik baik, sedang dan kurang diperoleh nilai 2 hitung = 5.340. Sedangkan 2 tabel dengan db = k – 1 = 3 – 1 = 2, angka tabel 2 = 5.991, yang ternyata bahwa nilai 2 hitung = 5.340 lebih kecil dari 2 tabel = 5.991, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara persepsi kinestetik dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen. Uji homogenitas antar sel yaitu antara umpan balik audio -visual kinestetik baik, umpan balik Audio-visual kinestetik sedang, umpan balik Audio-visual kinestetik kurang kemudian umpan balik langsung kinestetik baik, umpan balik langsung commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kinestetik sedang dan umpan balik langsung kinestetik kurang, diperoleh nilai 2 hitung = 10.170. Sedangkan 2 tabel dengan db = k – 1 = 6 – 1 = 5, angka tabel 2 = 11.070, yang ternyata bahwa nilai 2 hitung = 10.170 lebih kecil dari 2 tabel = 11.070, sehingga dapat disimpulkan bahwa antara sel kelompok perlakuan dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkahlangkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut:
Tabel 14. Ringkasan
Nilai
Rata-Rata
Hasil
Belajar
Keterampilan
Bolabasket
Berdasarkan Penggunaan Pembelajaran Umpan balik dan Tingkat Persepsi Kinestetik Variabel
Rerata hasil
A1
A2
B1
B2
B3
B1
B2
B3
Hasil tes awal
45.46
48.63
46.48
44.65
48.27
46.73
Hasil tes akhir
55.43
55.35
52.01
50.68
53.11
53.21
Peningkatan
9.97
6.72
5.53
6.04
44.83
6.48
belajar Bolabasket
Keterangan: A1 = Pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio- visual. A2 = Pembelajaran dengan umpan balik langsung. B1 = Kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik. B2 = Kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang. user B3 = Kelompok siswa yang memiliki commit persepsitokinestetik kurang.
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Pembelajaran (A1 dan A2)
Sumber
dk
JK
RJK
Fo
Ft
A
1
39.603
39.603
4.326*
4.02
Kekeliruan
54
494.364
9.155
Variasi
Tabel 16. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Persepsi Kinestetik (B1, B2 dan B3) Sumber
dk
JK
RJK
Fo
Ft
B
2
59.988
29.994
3.2763*
3.17
Kekeliruan
54
494.364
9.155
Fo
Ft
Variasi
Tabel 17. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Sumber Variasi
dk
JK
RJK
Rata-rata Perlakuan
1
2609.287
2609
A
1
39.603
39.603
4.326 *
4.02
B
2
59.988
29.994
3.2763 *
3.17
AB
2
59.974
29.987
3.2755 *
3.17
Kekeliruan
54
494.364
9.155
Total
60
3263.216
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 18. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians
A1B1 A1B2 A2B3 A2B1 A1B3 A2B2
KP
RST
Rerata
9.97
6.72
6.48
6.04
5.53
4.83
A1B1
9.97
-
3.25*
3.49*
3.93*
4.44*
5.14*
3.98
A1B2
6.72
-
0.25
0.69
1.19
1.89
3.81
A2B3
6.48
-
0.44
0.95
1.64
3.58
A2B1
6.04
-
0.51
1.21
3.25
A1B3
5.53
-
0.70
2.71
A2B2
4.83
-
Keterangan: Tanda * signifikan pada p ≤ 0,05. Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1.
Pengujian Hipotesis I Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan umpan balik
Audio-visual memiliki peningkatan yang berbeda dengan pembelajaran dengan umpan balik langsung. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung 4.326 > Ftabel = 4.02. Dengan demikian hipotesa nol (Ho) ditolak. Yang berarti bahwa pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio visual memiliki peningkatan yang berbeda dengan pembelajaran dengan umpan balik langsung dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata pembelajaran dengan umpan balik alat bantu Audio-visual memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada pembelajaran dengan umpan balik langsung, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 7.41 dan 5.78.
2.
Pengujian Hipotesis II Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki persepsi
kinestetik baik memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang berbeda dengan siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang maupun kurang. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 3.2763 > Ftabei = 3.17. Dengan demikian hipotesa nol (Ho) ditolak. Yang berarti bahwa siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik, sedang dan kurang memiliki peningkatan hasilcommit belajar to keterampilan bolabasket yang berbeda. user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang maupun kurang, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 8.00, 5.78 dan 6.00.
3. Pengujian Hipotesis III Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perbedaan pendekatan pembelajaran dan tingkat persepsi kinestetik siswa bermakna. Karena Fhitung = 3.2755 > Ftabel = 3.17. Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Yang berarti bahwa keberhasilan pendekatan pembelajaran dipengaruhi oleh tingkat persepsi kinestetik yang dimiliki siswa.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu: (a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian (b) ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua faktor. Kelompok kesimpulan analisis tersebut dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh antara Umpan Balik Menggunakan Alat Bantu AudioVisual dan Umpan Balik Langsung Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio- visual dan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan umpan balik langsung. Pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan umpan balik alat bantu Audio-visual mempunyai peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan umpan balik langsung. Pembelajaran keterampilan bolabasket dengan menggunakan umpan balik alat bantu audio-visual, memilikicommit kelebihan dalam umpan balik pembelajaran to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterampilan bolabasket. Kelebihan umpan balik dengan menggunakan alat bantu Audio-visual diantaranya merupakan suatu denominator belajar yang umum. Siswa yang cerdas dan kurang cerdas akan memperoleh sesuatu yang sama dari film atau visual. Gerakan-gerakan dapat diputar berulang-ulang dan dapat diperlambat untuk tujuan memperjelas gerakan secara detail. Dapat menampilkan kembali masa lalu, dan kejadian-kejadian yang sudah berlangsung. Dapat memikat perhatian siswa untuk tertuju fokus pada materi yang disampaikan seorang guru. Dapat mengatasi keterbatasan indera penglihatan kita, karena gerak yang sebenarnya cepat dapat diputar dengan diperlambat dan diulang-ulang. Dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak. Sehingga dengan menggunaka umpan balik alat bantu Audiovisual kekurangan dan kesalahan dalam gerakan keterampilan bola basket dapat ditampilkan dan dapat diantisipasi dengan memberikan gambaran visual yang melakukan gerakan yang telah tepat pada keterampilan bolabasket, sehingga siswa akan lebih mudah untuk memahami kesalahan-kesalahan pada keterampilan bolabasket dan dapat memperbaiki dengan gerakan yang sesuai. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan T- score hasil belajar keterampilan p bolabasket yang dihasilan oleh pendekatan umpan balik dengan alat bantu audio visual lebih baik 1,62 dari pada dengan umpan balik langsung.
2. Perbedaan Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Antara Siswa yang Memiliki Persepsi Kinestetik Baik, Sedang dan Kurang Berdasarkan
pengujian
hipotesis
ke
dua
ternyata
ada
perbedaan
pengaruh yang nyata antara kelompok siswa dengan persepsi kinestetik baik, persepsi kinestetik sedang dan persepsi kinestetik kurang terhadap hasil belajar keterampilan bolabasket. Pada kelompok siswa dengan persepsi kinestetik baik mempunyai peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket lebih baik dibanding kelompok siswa dengan persepsi kinestetik sedang maupun kurang. Pada kelompok siswa persepsi kinestetik baik memiliki potensi yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang dan kurang. Persepsi kinestetik merupakan modalitas untuk melakukan pembelajaran bola
basket.
Persepsi
kinestetik adalah commit to userkemampuan
seseorang
dalam
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengintegrasikan antara gerakan mata (pandangan) dengan gerakan tangan secara efektif. Gerakan pada permainan bolabasket termasuk gerakan yang cukup kompleks, karena gerakan dalam permainan bolabasket merupakan gabungan beberapa gerakan yang harus dilakukan secara terpadu dan selaras. Keberhasilan keterampilan
bolabasket dipengaruhi oleh kemampuan siswa untuk melakukan
gerakan secara terpadu dan selaras. Persepsi kinestetik dapat menunjang keberhasilan belajar keterampilan bola basket, karena dengan persepsi kinestetik yang baik, siswa dapat mengontrol gerakan-gerakan yang dilakukan sehingga menjadi lebih akurat. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik memiliki kemampuan untuk lebih cepat menguasai keterampilan bolabasket, dari pada siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang dan kurang. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan T- Score hasil belajar keterampilan bolabasket pada siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik 2.23 lebih baik dari pada kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang, dan 2.00 lebih baik dari pada kelompok siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang.
3. Pengaruh Interaksi Antara Umpan Balik dan Persepsi Kinestetik Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktorfaktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel dibawah ini.
Tabel 19. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor A dan B Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bolabasket. Faktor
B= Persepsi Kinestetik
A = Pembelajaran Umpan Balik Taraf
A1
A2
Rerata
B1
9.97
6.04
8.01
B2
6.72
4.83
5.78
B3
5.53
6.48
6.01
7.41 commit to user
5.78
6.60
Rerata
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut: 11.00 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
A1
A1
A2
A2 A1
A2
1
2
11,00 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00
3
B1
B2 B3
1
B3 B1 B2
2
Gambar 13. Bentuk Interaksi Perubahan Hasil Belajar Keterampilan Bola basket Keterangan : A1 = Pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio- visual A2 = Pembelajaran dengan umpan balik langsung. B1 = Persepsi kinestetik baik B2 = Persepsi kinestetik sedang B2 = Persepsi kinestetik kurang Atas dasar gambar di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai hasil belajar keterampilan
bolabasket adalah tidak sejajar atau bersilangan. Meski
demikian garis tersebut memiliki suatu titik pertemuan antara penggunaan metode dalam pendekatan umpan balik pembelajaran dan persepsi kinestetik. Berarti commit to user terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa persepsi kinestetik memiliki pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan bolabasket. Kefektifan
penggunaan
metode
dalam
pembelajaran
hasil
belajar
keterampilan bolabasket dipengaruhi oleh baik kurangnya persepsi kinestetik yang dimiliki siswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik memiliki peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket yang besar jika menggunakan pendekatan umpan balik dengan alat bantu audio- visual. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang lebih baik jika dengan menggunakan umpan balik dengan alat bantu audio- visual. Sedangkan siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang lebih baik jika dengan menggunakan umpan balik langsung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio- visual dan umpan balik langsung dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan
bolabasket. Pengaruh pendekatan
pembelajaran dengan umpan balik alat bantu audio- visual lebih baik dari pada umpan balik langsung dalam meningkatkan hasil belajar keterampilan bola basket. 2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara persepsi kinestetik baik, persepsi kinestetik sedang dengan persepsi kinestetik kurang terhadap hasil belajar bolabasket. Peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket pada siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik lebih baik dari pada yang memiliki persepsi kinestetik sedang maupun persepsi kinestetik kurang. 3. Terdapat interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dan persepsi kinestetik terhadap hasil belajar bolabasket. a. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik baik lebih cocok jika diberikan pendekatan umpan balik dengan alat bantu audio -visual. b. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik sedang lebih cocok jika diberikan pendekatan umpan balik dengan alat bantu audio -visual. c. Siswa yang memiliki persepsi kinestetik kurang lebih cocok jika diberikan pendekatan umpan balik langsung.
B. Implikasi Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar kesimpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya secara umum dapat dikatakan bahwa : commit to user
95
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertama, melihat hasil penelitian dan kajian teori belajar gerak bahwa peran umpan balik sangatlah besar dalam penguasaan gerak, khususnya belajar keterampilan bolabasket, maka sangat perlu untuk selalu memberikan umpan balik dalam setiap belajar gerak. Kedua, menilai dari kelebihan yang ada, media audio-visual baik sebagai alat peraga gerak, maupun sebagai penyaji umpan balik, maka perlu dipertimbangkan penggunaan alat ini, tidak hanya sebagai alat bantu peraga gerakan namun juga sebagai alat bantu penyampaian umpan balik. Ketiga, dengan terbuktinya penerapan umpan balik dengan alat bantu audiovisual memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan umpan balik langsung, maka perlu dipertimbangkan model pembelajaran gerak yang berbasis mulitimedia, terutama sebagai alat bantu peragaan gerak dan penyampaian umpan balik. Keempat, hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuna persepsi kinestetik berpengauh terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan bolabasket dan memegang peranan penting dalam belajar gerak, sehingga perlu mengajarkan materi yang dapat meningkatkan kemampuan persepsi kinestetik.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan tuntutan sebagai guru yang profesional hendaknya guru pendidikan jasamani olahraga dan kesehatan : 1. Dalam pembelajarn gerak selalu memberikan umpan balik kepada siswa, baik sebagai koreksi terhadap gerakan yang salah, penguatan gerakan yang benar atau sebagai bentuk motivasi. 2. Menyangkut gerakan yang komplek, guru penjasorkes dapat memmanfaatkan alat audio-visual atau multimedia dalam penyampaian peragaan gerak, maupun umpan balik. 3. Selain menguasai keterampilan gerak, hendaknya guru penjasorkes juga menguasai teknologi informasi, terutama yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu audiovisual. commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Mengingat persepsi kinestetik merupakan unsur yang penting dalam belajar gerak, maka sebaiknya guru atau pelatih dapat mengajarkan materi yang secara langsung dapat meningkatkan kemampuan persepsi kinestetik. 5. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan populasi yang lebih luas, dan ukuran sampel yang lebih besar.
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Akros Abidin.1991. Buku Penuntun Bola Basket Kembar. Jakarta: PT RajaGrafindo. Anthony, Deutsch J. & Diana, Deutsch. 1973. Physiological Psychology. Chicago: The Dorsey Press. Barlett, Roger. 2005. Sports Biomechanics : Reducing Injury and Improving Performance. New York : Routledge. Rolayne Wilson and Bradford. Assesing Sport Skill1984 Dal Monte, Antonio.1975. Masalah-Masalah dalam Kedokteran Olahraga, Latihan Olahraga, dan Coaching. (Terjemahan Soebroto). Jakarta : Dirjen PLS Depdikbud. Gallahue, David L. and John C. Ozmun.1998.Understanding Motor Development: Infants,Childern, Adolencents, Adults”. Dep.dikbud Dirjen Pemuda dan Olahraga. 1989. Coaching Bola Basket. Jakarta : Proyek Pendidikan Olahraga Perguruan Tinggi. Hamidsyah Noer. 1993. Ilmu Pelatihan Dasar.Surakarta : FKIP UNS Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Ditjen Dikti. Haywood, Kathleen M. 1986. Life Span Motor Development.Illinois : Human Kinetics Publishers, Inc. Imam Sodikun. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket.Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti PPTK. Iwan Setiawan. 1985. Teori Belajar Mengajar Motorik. Jakarta: PIO KONI Pusat. Johnson, B. L., and Nelson, J. K. 1970.Practical Measurements for Evaluation in Pshysical Education. Minneapolis: Burgess Publishing Company. Magill, Richard A. 1985. Motor Learning.Concepts and Applications. Dubuque Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers Muhadjir. 2005. Teori dan Praktek Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia Ormrod, Jeanne Ellis. 2008. Psikologi Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang (TerjemahanWahyu Indiani, dkk.) Jakarta : Penerbit Erlangga. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Robb, Margareth D. 1972.The Dynamics of Motor Acquisition. Englewood Cliffs Prentice-Hall, Rusli Lutan. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Dirjen Dikti Dep P dan K Sadiman, Arief S, dkk. 1986. Media Pendidikan : Pengertian, Penmgembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize. Sarumpet, A. Parno dan Zulfar Djaset. 1992. Permainan Besar. Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti. Schmidt,
Richard A, and Wrisberg, Craig A. Performance.Champaign : Human Kinetics
2004.Motor
Learning
and
Singer, Robert N. 1980. Motor Learning and Human Performance. New York: Mc Millan Publishing Company, Inc. ______________. 1982. The Learning of Motor Skills. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. Soebagyo Hartoko. 1992. Teori dan Praktek Bola Basket I. Surakarta : FKIP UNS Sudjana. 2002. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung. Tarsito. ______. 2004. Metode Statistika. Bandung. Tarsito. Sugiyanto. 1984. Pengaruh Penggunaan Videokaset, Kualitas Model Gerakan, Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Persepsi Kinestetik terhadap Prestasi Belajar Gerak Keolahragaan Pelajar Sekolah Dasar. (Desertasi).Jakarta : Fakultas Pasca Sarjana IKIP. . 2007. “Pembelajaran Gerak Keterampilan Anak Usia Dini” dalam Pelatihan Olahraga Anak Usia Dini. Jakarta : Kemenegpora. _________. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Depdikbud _________. 1994. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Jakarta: Depdikbud. Suharno HP. 1986.Kepelatihan olahraga.Yogyakarta.FPOK. Wissel, Hal. 1996. Bola Basket Dilengkapi Dengan Program Pemahiran dan Teknik. Alih Bahasa. Bagus Pribadi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. commit to user