STUDI PEMANFAATAN LAHAN OLEH MASYARAKAT DALAM KAWASAN HUTAN PRODUKSI TERBATAS NANGA-NANGA KELURAHAN TOBIMEITA KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI
SKRIPSI Oleh : DAHLIA D1B5 10 078
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
STUDI PEMANFAATAN LAHAN OLEH MASYARAKAT DALAM KAWASAN HUTAN PRODUKSI TERBATAS NANGA-NANGA KELURAHAN TOBIMEITA KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI
SKRIPSI Oleh: DAHLIA
Diajukan Kepada Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Kehutanan
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016
ii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN. APABILA DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN. MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari,
April 2016
DAHLIA NIM. D1B5 10 078
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
:
Studi Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat Dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas Nanga-nanga Kelurahan Tobimeita Kecamatan Abeli Kota Kendari
Nama
:
Dahlia
NIM
:
D1B5 10 078
Jurusan
:
Kehutanan
Fakultas
:
Kehutanan dan Ilmu Lingkungan
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Nur Arafah, SP., M.Si NIP. 19701018 199802 1 001
Lies Indriyani, SP., M.Si NIP. 19740427 200501 2 010
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan
Ketua Jurusan Kehutanan
Prof. Dr. Ir. H. Laode Sabaruddin, M.Si NIP. 19581231 198712 1 001
Zulkarnain, S.Hut., M.Si NIP. 19781025 200501 1 001
Tanggal Lulus : 11 Februari 2016
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN
Judul
:
Studi Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat Dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas Nanga-nanga Kelurahan Tobimeita Kecamatan Abeli Kota Kendari
Nama
:
Dahlia
NIM
:
D1B5 10 078
Jurusan
:
Kehutanan
Fakultas
:
Kehutanan dan Ilmu Lingkungan
Telah diujikan didepan Tim Penguji Skripsi dan telah diperbaiki sesuai saran-saran saat ujian.
Kendari,
Februari 2016
Tim Penguji : Ketua
:
Safril Kasim, SP., MES
Tanda Tangan
………
Sekretaris
:
Dr. Sahindomi Bana, SP., MP
Tanda Tangan
………
Anggota
:
Dr. Nur Arafah, SP., M.Si
Tanda Tangan
………
Anggota
:
Lies Indriyani, SP., M.Si
Tanda Tangan
………
Anggota
:
Arniawati, S.Hut., M.Sc
Tanda Tangan
………
v
ABSTRAK
Dahlia (D1B510078). Studi Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat Dalam Kawasan Hutan Produksi terbatas Nanga-nanga Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota Kendari. Dibawah bimbingan Nur Arafah selaku pembimbing I dan Lies Indriyani selaku pembimbing II. Penelitian ini di lakukan pada bulan Juli 2015, dan bertempat di dalam Kawasan Hutan Produksi terbatas Nanga-nanga Kelurahan Tobimeita Kec Abeli Kota Kendari. Rumusan masalah pada penelitan ini adalah 1). berapa luas lahan yang di manfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi terbatas Nangananga? 2). Apa saja bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di sekitar hutan produksi? 3). Pola penanaman dari jenis tanman yang ditanam oleh masyarakat di sekitas hutan produksi? 4). Pendapatan oleh masyarakat dari pemanfaatan lahan di seitar kawasan hutan produksi terbatas? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa 1). Luas lahan yang dimanfaatkan oleh masyarkat di hutan produksi terbatas Nanga-nanga. 2). Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di sekitar hutan produksi terbatas. 3). Pola penanaman dari jenis tanaman yang di tanam oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi terbatas. 4). Pendapatan oleh masyarakat dari pemanfaatan lahan di sekitar kawasan hutan produksi terbatas. Metode untuk penentuan populasi penelitian menggunakan metode sensus. Populasi dalam penelitian ini brjumlah 50 KK. Data diperoleh dengan tekhnik wawancara dan mengunakan kuisioner terstuktur. Varibel penelitian ini terdiri dari; 1). Luas lahan yang di manfaatak oleh masarakat di dalam kawasan hutan produksi terbatas Nanga-nanga. 2). Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan hutan produksi terbatas. 3). Pola penanaman dari jenis-jenis tanaman yang di tanam oleh masyarakat dalam lahan tersebut. 4). Pendapatan masyarakat dari hasil pemanfaatan lahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pemanfaatan Lahan oleh Masyarakat dalam kawasan Hutan Produksi Nanga-nanga adalah pemanfaatan Jambu Mete (Anacardium occidentale L), Lada (Piper nigrum L), dan Kopi (Coffeae Arabica, C), Dengan jarak tanam Jambu Mete (Anacardium occidentale L). 2x3, luas lahan 5 hektar, Lada (Piper nigrum L), memiliki jarak tanam 2x2, luas lahan 2 hektar, dan Kopi (Coffeae Arabica, C), jarak tanam 2x2, luas lahan 3 hektar. total luas lahan yang di budidayakan oleh masyarakat 10 hektar. Kata Kunci : Pemanfaatan Lahan, Hutan Produksi, Masyarakat.
vi
ABSTRACT Dahlia (D1B510078). Study of Land Use By People In Production Forest Nanga-nanga Tobimeit Village, District Abeli, Kendari. Under the guidance of Nur Arafah as a mentor I and II as a mentor Lies Indriyani. The research was conducted in July 2015, and is housed in Production Forest Area Nanga-nanga village district Tobimeita Abeli Kendari. Formulation of the problem in this research is 1). how much land that is in use by communities around the production forest area Nanga-nanga 2). What are the forms of land use by communities around the forest production? 3). Plant planting patterns of species planted by local people in forest around production? 4). Revenue by people of the land use in around production forests? The purpose of this study to determine how 1). Land area utilized by the community at Nanga-nanga production forest. 2). Forms of land use by communities around the forest production. 3). Planting pattern of the type of crop being planted by communities around the production forest area. 4). Revenue by people of the land use around the production forest area. Methods for determination of the study population using census method. The population in this study numbered 50 families. Data obtained with interview techniques and using a structured questionnaire. This study consists of a variable; 1). Land area in benefit by society in production forest area Nanga-Nanga. 2). Forms of land use by communities in production forest area. 3). Planting pattern of the types of crops planted by people in the land. 4). People's income from the land use. These results indicate that the Land Use Study for Community In Production Forest Area Nanga-Nanga is the use of cashew, pepper and coffee. With a spacing of cashew 2x3, land area of 5 hectares, pepper has a spacing of 2x2, 2 hectares of land area, and coffee spacing of 2x2, 3 hectares of land area. So overall total land area utilized by the community 10 hectares. Keywords: Land Use, Forest Production, Society.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis
lahir
di
Desa
Lafinde
Kecamatan
Barangka
Kabupaten Muna pada tanggal 3 Maret 1991 yang merupakan anak ke dua dari empat bersaudara anak dari pasangan Bapak La Hamidu dan Ibu Wa Iju. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SD Negeri 17 Sawerigadi, tahun 2007 lulus dari Madrasah Sanawiah Khairuummah dan pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Lawa. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Halu Oleo melalui jalur BIDIK MISI (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tahun 2010 pada Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, yang sekarang ini telah menjadi Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan.
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan hasil penelitian yang berjudul “Studi Pemanfaatan
Lahan
Oleh
Masyarakat
Dalam
Kawasan
Hutan
Produksi Nanga-Nanga Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota Kendari” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan hasil penelitian ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. Nur Arafah, SP., M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Lies Indriyani, SP., M.Si selaku Pembimbing II, yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun hasil penelitian. Melalui kesempatan ini secara khusus dan tulus penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ayahanda La Hamidu dan Ibunda Wa Iju, atas segala kasih sayang, doa, ridho, semangat, bimbingan,
ix
arahan, nasihat yang memberikan kedamaian hati serta ketabahan dalam mendidik, membesarkan, dan menitipkan harapan besar kepada penulis. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada: 1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari. 2. Dekan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo. 3. Ketua Jurusan Kehutanan Universitas Halu Oleo. 4. Dosen-dosen di lingkungan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan yang telah membimbing dan mendidik penulis selama mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo. 5. Pegawai administrasi Jurusan dan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan, atas urusan adminstrasi yang mendukung penulis dalam masa pendidikan di Universitas Halu Oleo. 6. Saudara : Sidani, Lidia Fitriani, dan Ilham, terima kasih atas segala kasih sayang, doa, bantuan dan semangatnya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini. 7. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Kehutanan 2010 yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan : Zukria Muhamad Aras S.Hut, Misrin Lamuane, S. Hut, Waode Nurbaya, S.Hut, Murianti, S.Hut, Sartini, S.Hut Juliana, S.Hut, Waode Nurhasana S.Hut, Asriadi AR S.Hut, Hendrajaya Bahrin S.Hut, Firman, S.Hut, Fitrah, Martijana, Mahekaswara, Maolina, Toni, Endri, Kosim, Adnan, Karmilasilu, Sardin Udin, Masnun, dan sahabat-sahabat Forestry 2010 yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu serta kakak-kakak senior dan x
adik-adik junior terima kasih atas saran dan bantuannya dalam penyelesaian hasilpenelitian ini. 8. Terima kasih kepada Rekan-rekan KKN di Desa Baruta Lestari, Kecamatan Sangia Wambulu kepada Alam, Ice, Ahmad, Fifi, Irma, Iman, Resti, Yuyun. 9.
Teman-temanku dikos Salmiati, Sardin, Arfin, Ramadan, Marjuni, Rahmat, Saijul, Wena, Sandra, Parni, Wa Tiana, Herlin, Amin, Karman, Jaina, Wasurida, dan buat yang spesial Wiwin Akbar saya ucapkan banyak terimakasih sudah memberikan saya dukungan dan telah banyak memberi motifasi serta saran dalam membantu penyusunan hasil penelitian ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu yang telah membantu dan memotivasi dalam penyelesaian penulisan hasil penelitian ini. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan hasil penelitian ini.
Kendari,
Januari 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................
ii
PERNYATAAN ..............................................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA UJIAN .......................................
v
ABSTRACT ....................................................................................................
vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiv
I. PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang ………………………………………………………….. 1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………. 1.3. Tujuan…………………………………………………………………… 1.4. Manfaa …………………………………………………………………. 1.5.Kerangka Pikir …………………………………………………………. . II.TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Hutan ...................................................................................................... 2.2. Hutan Produksi ....................................................................................... 2.3. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari ...................................................... 4.2. Ketergantungan Masyarakt Terhadap Hutan .........................................
1 4 4 4 4 7 16 19 20
III.METODE PENELITIAN 3.1.Waktu danTempatPenelitian..................................................................... 3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................ 3.3. Populasi dan Sampel. ...............................................................................
xi
21 21 21
3.4. Jenis danTeknik Pengumpul Data ........................................................... 3.5. VariabelPenelitian ................................................................................... 3.6. Konsep Operasional ................................................................................. 3.7. Analisis Datal ..........................................................................................
24 24 26 26
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 27 4.2. Kedaan Iklim ........................................................................................... 28 4.3. Jumlah Penduduk ................................................................................... 29 4.4. Mata Pencaharian .................................................................................... 30 4.5. Hasil Dan Pembahasan ........................................................................... 31 4.5.1. Luas Lahan Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Disekitar Kawasan Hutan Produksi Terbatas Nanga-nanga ............................................... 31 4.5.2. Bentuk-Bentuk Pemanfaatan Lahan Dalam Hutan Produksi Nanga-Nanga 4.5.3. Pola Penanaman Penanaman Dari Jenis Tanaman Yang Di tanam Oleh Masyarakat Di Sekitar Kawasan Hutan Produksi Terbatas ............... … 37 4.54. Pendapatan Masyarkat Yang di Peroleh Dari Berbagi Bentuk Pemanfaatan Lahan..................................................................................................... 38 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 5.5. Saran ......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
42 42
DAFTAR TABEL
Nomor No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Teks
Halaman
Luas Wilayah Kecamatan Abeli Menurut Kelurahan Tahun 2013 .............. Banyak Hari Curah Hujan Di Kecamatan Abeli Tahun 2013 ...................... Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kelurahan Tobimeita 2013 . Data Jumlah Pencaharian Menurut Jenis Kelamin Dan Jumlah Kepala Keluarga Di Kelurahan Tobimeita 2013………………………………. …. Bentuk Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat Dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas Nanga-Nanga…………………………………………. Rata-Rata Pendapatan Masyarakat Berbagai Bentuk Pemanfaatan Lahan...
xiii
28 29 29 30 34 38
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1. 2.
Teks
Halaman
Kerangka Piker Penelitian…………………………………………….. 6 Jenis Pemanfaatan Lahan…………………………………………. … 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Teks
Halaman
Identitas Responden Yang Memanfaatkan Lahan………………………. 46 Rincian Pemanfaatan Lahan Untuk Budidaya Tanman Lada, Kopi, Dan Jambu Met ……………………………………………………………... 47 Jumlah Pengeluaran Dari Pembersihan Lahan Oleh Masyarakat Dalam Satu Tahun/Musim …………………………………………………………. 48 Kegiatan harian bersama masyarakt …………………………………… 49 Daftar Pertanyaan Bersama Masyarakat ………………………………. 50 Dokumentasi Penelitian ………………………………………………... 53 Peta Lokasi ……………………………………………………………… 46
xv
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Hutan merupakan suatu
ekosistem yang mempunyai sumber daya alam
hayati yang memberikan berbagai macam kontribusi besar bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat, khususnya yang bertempat tinggal di sekitar kawasan hutan. Hutan perlu dikelola secara baik, dengan memperhatikan berbagai aspek agar tujuan hirarki pengelolaan hutan, yaitu masyarakat sejahtera, hutan lestari dapat tercapai. Tujuan pengelolaan hutan adalah tercapainya manfaat ganda yaitu menghasilkan kayu, mengatur tata air, tempat hidup margasatwa, sumber makanan ternak dan manusia dan tempat rekreasi. Dalam keadaan tertentu, manfaat tersebut dapat saling tumbukan, sehingga perlu ditentukan prioritasnya. Disinilah diperlukan adanya tata guna lahan hutan yang permanen. Pemanfaatan
hutan
oleh
masyarakat
di dalam
hutan
produksi
dapat
menimbulkan kerusakan hutan jika tak ada pengelolaan kelestarian yang tidak berimbang. Karena pengelolaan sumberdaya hutan harus dilakukan dengan bijak, untuk menjaga keberadaan hutan itu sendiri. Eksploitasi sumberdaya hutan demi mendapatkan hasil hutan akan menimbulkan kerusakan, pada saatnya akan menyulitkan kehidupan manusia dimasa yang akan datang. Hutan Nanga-nanga merupakan salah satu kawasan hutan yang terdapat di Kota Kendari yang di tetapkan pertama kali pada tahun 1982 melalui Surat
2
Keputusan Kepala Dinas Pertanian/Kehutanan, kemudian di lakukan tata batas ulang kedua pada tahun 1997 dan di tetapkan melalui Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) Nomor: 426/KPTS-II tahun 1997 dengan luas 6.675 ha yang berada dalam administrasi pemerintah, yaitu Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari. Dari luas total kawasan tersebut, 2.515 ha secara administratif berada di wilayah Kota Kendari, dari luas tersebut, 875 ha merupakan kawasan hutan lindung dan 1.640 ha merupakan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang di manfaatkan untuk kegiatan produksi tetap. Hutan Nanga-nanga memiliki peran dan fungsi yang sangat penting yaitu sebagai penyedia jasa lingkungan, di antaranya adalah penyediaan dan pemenuhan kebutuhan air bagi aneka keperluan masyarakat di sebagian wilayah selatan Kota Kendari, dimana di bagian wilayah tersebut berada di kawasan pemukiman, perkantoran serta pusat pertumbuhan ekonomi wilayah (Anonim, 2012). Penelitian ini akan mengkaji tentang pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas Nanga-nanga untuk
kebutuhan hidup
masyarakat setempat. Bentuk pemanfaatan dalam kawasan hutan tersebut yaitu Area lahan perkebunan. Klaim terhadap lahan sebagai tanah pemerintah dengan cara penggunaan lahan oleh masarakat secara pinjam pakai
untuk memanfaatkan
budidaya taman Kopi, Lada dan Jambu Mete di dalam Kawasan Hutan Produksi Nanga-nanga. Pemanfaatan lahan oleh masyarkat di Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli sangat memprihatinkan dimana lahan yang dimanfaatkan oleh masyarakat seluas 10
3
ha namun memiliki 3 jenis tanaman jangka panjang yaitu Kopi, Lada dan Jambu Mete, sejumlah luas lahan yang mereka manfaatkan semakin banyak jenis tanaman yang akan di tanam, seharusnya responden menambahkan tanman sayur-sayuran di selah-lahan taman yang mereka tanam agar bisah menambah kebutuhan hidu seharihari dan untuk pendapatan sampingan bagi
masyarakat setempat. Dengan
permasalahan diatas maka peneliti tertarik mengambil Judul “Studi Pemanfaatan Lahan oleh Masyarakat dalam Kawasan Hutan Produksi Terbatas NangaNanga Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, Kota Kendari”. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut : 1. Berapa luas lahan yang di manfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan hutan produksi terbatas? 2. Apa saja bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi terbatas? 3. Pola penanaman dari jenis tanaman yang di tanam oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi terbatas? 4. Pendapatan masyarakat dari pemanfaatan lahan di sekitar kawasan hutan produksi terbatas?
4
1.3.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Luas lahan yang di manfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan hutan produksi terbatas. 2) Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi terbatas. 3) Pola penanaman dari jenis tanaman yang di tanam oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan produksi terbatas. 4) Pendapatan
masyarakat dari pemanfaatan lahan di sekitar kawasan hutan
produksi terbatas. 1.4. Manfaat penelitian Sebagai data dasar untuk pemanfaatan lahan perkebunan masyarakat Tobimeita, sebagai bahan pemanfaatan lahan bagi masyarakat Tobimeita mengenai manfaat tanaman Lada, Kopi, dan Jambu Mente serta dapat dijadikan sebagai reverensi bagi peneliti selanjutnya. 1.5. Kerangka Pikir Hutan produksit terbatas Nanga-nanga adalah lahan kawasan hutan
yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Nanga-nanga kelurahan Tobimeita, Kecamatan abeli seluas 10 ha dalam bentuk peanfaatan lahan perkebunan dengan sistem pinjam pakai.
5
Untuk mencapai tujuan dari pemanfaatan lahan hutan produksi Nanga-nanga masyarakat setempat juga menggunakan pola penanaman terhadap tiga jenis tanaman yaitu budidaya komoditas Lada 2x2 m, budidaya komoditas Kopi 2x2 m, dan budidaya komoditas Jambu Mete 2x3 m, yang dimanfaatkan dalam lahan perkebunan. Masyarakat pelaku pemanfaatan lahan hutan produksi terbatas Nanga nanga, melakukan pemanfaatan lahan dengan sistem perkebunan agar memperoleh panen yang berhasil dan mendapat keuntungan karna sebagian dari masyarakat menggantungkan hidupnya dari penghasilan yang mereka peroleh dari pemanfaatan lahan hutan produksi terbatas.
6
Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat ditunjukan pada Gambar 1 Pemanfaatan Lahan Kawasan Hutan Produksi Terbatas Nanga-Nanga
Luas lahan yang di
Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat
manfaatkan oleh masyarakat.
Pola penanaman dari jenis-jenis tanaman yang di tanam oleh masyarakat.
Pendapatan masyarakat dari hasil pemanfaatan lahan.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Studi Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat Dalam Kawasan Hutan Produksi Nanga-Nanga.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hutan
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan (UndangUndang No.41 tahun 1999 Tentang Kehutanan). Hutan merupakan sumberdaya alam yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan ekosistem bagi kelansungan hidup manusia secara lintas generasi dan keberadaannya bersifat lintas sektoral dan multidimensi baik dalam ekonomi, sosial dan ekologi (Husna dan Danu, 2007). Dalam konsideren Undang-undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan, secara tersurat dinyatakan pada pertimbangan pertama (butir a): bahwa hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugrahkan kepada Bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara, memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya wajib disyukuri, diurus dan dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya dengan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang. 1.
Melindungi suasana iklim dan memberi daya pengaruh yang baik.
2.
Memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk cagar alam, suaka marga satwa, taman perburuan, dan taman wisata, serta sebagai laboratorium untuk ilmu pengetahuan pendidikan dan pariwisata.
8
3.
Merupakan salah satu unsur pembangunan nasional. Arief (1994) menyatakan bahwa hutan erat kaitanya dengan proses alam yang
saling berhubungan. Diantara proses alam yang dimaksud antaran lain sebagai berikut: 1.
Proses yang berkenaan dengan siklus air dan pengawetan tanah, dan disebut dengan proses hidrologis. Ini berarti bahwa hutan merupakan gudang penyimpan air dan tempat penyerapan air hujan maupn embun yang akhirnya akan mengalir air ke sungai-sungai di tengah hutan yang memiliki mata air, dan proses ini berlangsung secara teratur mengikuti irama alam. Selain itu, adanya komunitas tumbuhan yang membentuk hutan bisa berperan untuk melindungi tanah dan kekuatan erosi, serta melestarikan siklus hara di dalamnya.
2.
Proses pengendalian iklim maupun pengaruh iklim terhadap eksistensi hutan. Vegetasi
pembentuk
hutan
merupakan
komponen alam yang
mampu
mengendalikan iklim melalui pengendalian fluktuasi atau peruban unsur-unsur iklim yang ada di sekitarnya, misalnya temperatur, kelembaban, angin, dan curah hujan serta menentukan kondisi iklim setempat dan iklim makro. Sebaliknya, unsur-unsur iklim tersebut adalah komponen alam yang mempengaruhi kehidupan. Sehingga curah hujan (air), radiasi matahari, temperatur, kelembaban dan angin semuanya sangat mempengaruhi kehidupan yang ada di permukaan bumi. 3.
Proses yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Tanah hutan merupakan tempat pembentukan humus yang utama dan tempat penyimpanan unsur-unsur mineral
9
yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan dan akan mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi hutan yang terbentuk. Kesuburan tanah sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis buatan induk yang membentuk, kondisi selama dalam proses pembentukan, tekstur dan struktur tanah, kelembaban tanah, suhu tanah, air tanah, topografi wilayah, vegetasi dan organisme hidup. Semua faktor tersebut yang menyebabkan terbentuknya bermacam-macam formasi hutan dan vegetasi hutan. 4.
Keanekaragaman hayati. Hutan merupakan gudang plasma nutfah (sumber genetik) dan berbagai tumbuhan (flora) dan hewan (fauna). Jika hutan rusak, dapat dipastikan akan terjadi erosi plasma nutfah yang akan berakibat punahnya berbagai kehidupan yang tadinya ada di hutan serta menurunya keanekaragaman hayati merupakan sumber daya alam yang sangat bermanfaat.
5.
Kekayaan sumber daya alam. Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia karena dapat memberikan sumbangan hasil alam yang cukup besar bagi negara. Selain itu, hutan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidupnya baik berupa kayu, hewan liar, pangan, rumput, maupun obat-obatan.
6.
Obyek wisata alam. Hutan mempunyai potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi sarana untuk mengenal dan mengagumi ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagai tempat rekreasi, Hutan mempunyai fungsi yang beraneka ragam antara lain sebagai penghasil
kayu dan hasil-hasil hutan yang lain serta sebagai pelindung lingkungan yang
10
berfungsi mengatur tata air, melindungi kesuburan tanah, mencegah erosi dan lainlain. Air merupakan produk penting dan tanah di hutan merupakan busa raksasa yang mampu menahan air hujan sehingga meresap perlahan-lahan ke dalam tanah. Tetapi bila pohon-pohon ditebang, maka tanah lansung terbuka sehingga bila turun hujan, air hujan lansung mengalir ke sungai dan menyebabkan erosi maupun banjir. Marga satwa juga merupakan sumber daya yang ada di hutan. Hutan memberikan makanan dan perlindungan terhadap banyak macam burung dan hewan lainya. Demikian pula jutaan manusia yang menggantungkan hidupnya pada hutan sebagai sumber pangan maupun tempat rekreasi (Asrawati, (2006). Fungsi hutan adalah menjaga mutu dan keseimbangan lingkungan hidup terutama, untuk kepentingan umat manusia. Sumarwoto, (1992) peranan hutan tersebut dapat dipisahkan memjadi beberapa macam, yang masing-masing memberikan kadar kepentingan yang tidak sama, tergantung keadaan setempat. Fungsi hutan untuk kepentingan manusia : 1. Fungsi produksi adalah hutan yang dapat menghasilkan benda-benda ekonomi yang akan menjadi kebutuhan manusia, misalya bahan baku industri perkayuan. Jenis-jenis hasil hutan adalah : a. Kayu perkakas adalah kayu yang digunakan untuk bangunan, perabot rumah tangga, jembatan, kapal, bantalan dan lain-lain. Jenis-jenis pohon yang menghasilkan kayu perkakas yang bekualitas tinggi yaitu: Jati (Tectona grandis), sonokeling (Dalbergla latifalia), kayu kuku (Pericopsis
11
moniana), Angsana (Pterocarpus indicus) dan kayu cendana (Santalum album) dan lain-lain. b. Kayu bakar
adalah kayu yang dipergunakan untuk bahan bakar bagi
keperluan rumah tangga, industri dan lain sebagainya. Jenis pohon yang biasanya digunakan sebagai bahan kayu bakar yaitu Lamtoro (Leucaena glauca), Karet (Hevea brasilliensis), Bakau (Rizophora sp.) dan lain-lain. c. Kertas, bahan baku untuk pembuatan kertas adalah kayu, bambu, jerami, dan merang. Jenis-jenis kayu yang baik untuk pembuatan kertas adalah kayu yang dapat menghasilkan serat panjang misalnya kayu jarum (Konifer) seperti pinus, agathi, jarnuju, dan lain-lain. d. Minyak kayu putih, diperoleh dari proses penyulingan daun pohon kayu putih (Melalueca leucadendron) merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur. e. Sutera alam, dihasilkan oleh sejenis ulat yang makanan utamanya adalah daun murbei (Morus sp). f. Hasil hutan lainnya ini biasanya diusahakan oleh rakyat di sekitar hutan. Jenis-jenis hutan yang di maksud adalah tanah yang merupakan bahan penyemak kulit dan di hasilkan dari resin pohon Kapur (Dryobulanops alomarica), Rotan (Calamus sp), bambu dan lain-lain.
12
2. Fungsi Lindung Hutan lindung merupakan bagian terpenting dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), karena dapat mengatur debit air sungai pada musim hujan dan musim kemarau. Kegunaan hutan lindung adalah : a. Mempunyai pengaruh terhadap iklim mikro, dapat menurunkan suhu maksimum, menaikkan suhu minimum, menaikan kelembaban relative dan mengurangi kecepatan angin. b. Mempunyai pengaruh terhadap presipitasi setempat, limpasan permukaan (Surface run-off), erosi dan hilangnya air di sebabkan penguapan. c. Dapat mencegah erosi, mengendalikan banjir dan sebagai pemberi air bersih secarah teratur. d. Menjaga prositas tanah dan meningkatkan pengaruh humus. e. Mempercepat proses pembentukan tanah sehingga lapisan tanah menjadi tebal dan dapat menyimpan air, karena adanya perakaran dan humus karena kematian secara alami akar tanaman terbentuklah rongga-rongga tanaman di dalam tanah sehingga daya temping meningkat. 3. Fungsi Suaka Alam Hutan suaka alam dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa. Cagar alam adalah suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang khas termasuk, alam tumbuh-tumbuhan dan satwa perluh di lindungi untuk ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Sumarwoto (1992).
13
Suaka marga satwa adalah hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai tempat hidup marga satwa yang mempunyai nilai khas langka bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional. 4. Fungsi Wisata Heri Sunuprapto (2006). Hutan wisata dapat di bedakan menjadi dua bagian yaitu, Taman Wisata dan Taman Buru. Taman Wisata adalah Taman Wisata yang memiliki keindahan tumbuhannya maupun satwanya yang mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi. Taman Buru adalah hutan wisata yang di dalamnya terhadap satwa buru yang memungkinkan di selenggarakannya perburuan yang teratur bagi kepentingan rekreasi. Hutan juga berpengaruh terhadap struktur tanah, erosi dan pengadaan air di lereng-lereng. Oleh kriteria berbagai hubungan timbal balik antara hutan dan kehidupan di bumi, maka kelestarian hutan harus dipertahankan sedemikian rupa sehingga bukan hanya hutan yang lestari, tetapi juga kehidupan bumi. Hutan mempunyai fungsi ekologi dan fungsi hidrologi yang sangat penting, hutan bersifat lokal dan regional dan fungsi pengaturan iklim, khususnya pemanasan global dan sebagai sumberdaya hayati yang bersifat global. Sumingan (1996). Menyatakan bahwa ada 2 manfaat hutan, yaitu (1) langsung, dan (2) tidak langsung. Manfaat langsung yang dimaksud yaitu manfaat yang dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung oleh masayarakat, yaitu masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil hutan, antara lain kayu yang merupakan hasil hutan utama, serta berbagai hasil hutan ikutan, seperti rotan, getah buah-buahan, madu, dan lain-lain. Pada mulanya kayu di gunakan hanya sebagai bahan bakar, baik
14
untuk memanaskan diri (di daerah bermusim dingin) untuk menanak/memasak makanan, kemudian kayu digunakan sebagai bahan bangunan, alat-alat rumah tangga, pembuatan kapal, perahu, dan lain-lain dan dapat dikatakan bahwa kayu sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang tidak lansung dinikmati oleh masyarakat, tetapi yang dapat dirasakan adalah keberadaan hutan itu sendiri. Ada terdapat manfaat hutan secara tidak langsung, seperti berikut ini yaitu 1. Dapat Mengatur Tata Air Hutan dapat mengatur dan meniggikan debit air pada musim kemarau, dan mencegah terjadinya debit air yang berlebihan pada musim hujan. Hal ini disebabkan dalam hutan terdapat refrensi, yaitu air yang masuk ke dalam tanah, dan sebagian bertahan dalam saluran-saluran kecil yang terdapat dalam tanah. Air yang jatuh ke dalam bumi di hutan, ada beberapa kemungkinan dengan air, sebagian mengalir di atas permukaan sebagai run-off dan sebagian lain hampir tidak meresap ke dalam tanah kerena segera diserap oleh akar-akar pohon, sebagian lainnya masuk lebih dalam menjadi air tanah. Air yang mengalir sebagai run-off yang nantinya akan menuju ke sungai-sungai dan danau. Air yang ada di sungai dan danau kembali akan menguap karena pemanasan oleh sinar matahari. Selain air yang ada di sungai, danau, empang, dan waduk, air yang sebelumnya diserapkan oleh akar-akar pohon juga akan diuapkan kembali ke atmosfir oleh daun-daun dalam proses transpirasi. Dalam satu tahun, pada sebidang tanah tumbuhan dapat menguapkan air setinggi 60 cm dalam
15
areal tersebut dan di hutan dapat sampai dua kalinya. Siklus yang sungguh komplek ini menjadi sebuah sistem hidrologi yang dijalankan sendiri oleh alam. 2. Dapat Mencegah Terjadinya Erosi Hutan dapat mencegah dan menghambat mengalirnya air karena adanya akarakar kayu dan tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan paru-paru bumi tempat berbagai satwa hidup, pohon-pohon, hasil tambang dan berbagai sumberdaya lainya yang bias kita dapatkan dari hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia. Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung, maupun intangible yang disarakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti manfaat rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi (Rahmawaty, 2004). 3. Dapat Memberikan Manfaat Terhadap Kesehatan. Manusia memerlukan (O2), dihutan dan disekitarnya zat asam adalah sangat dibandingkan dengan tempat-tempat yang lain. Dalam hutan agar terdapat ozon (udara murni dan air murni yang sangat di perlukan umat manusia). Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat memberikan manfaat berlipat ganda, baik manfaat yang secara langsung maupun manfaat secara tidak langsung. Manfaat hutan secara langsung adalah sebagai sumber berbagai jenis barang, seperti kayu, getah, kulit kayu, daun, akar, buah, bunga dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh manusia atau menjadi bahan baku berbagai industri yang hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi hampir semua kebutuhan manusia. Manfaat hutan yang
16
tidak langsung Meliputi: (a) Gudang keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia meliputi flora dan fauna, (b) Bank lingkungan regional dan global yang tidak ternilai, baik sebagai pengatur iklim, penyerap CO serta penghasil 2 oksigen, (c) Fungsi hidrologi yang sangat penting artinya bagi kehidupan manusia di sekitar hutandan plasma nutfah yang dikandungnya, (d) Sumber bahan obat-obatan, (e) Ekoturisme, (f) Bank genetik yang hampir-hampi tidak terbatas, dan lain-lain.
2.2. Hutan Produksi
Klasifikasi fugsi hutan disusun untuk kepentingan pengelolaan hutan. Dasar penggolongan hutan untuk penyusunan klasifikasi hutan secara umum berdasarkan pada: komposisi jenis, komposisi umur, kerapatan tegakan dan tipe hutan. Klasifikasi hutan yang ada biasanya untuk menentukan teknik-teknik silvikultur. Meskipun dalam Undang-undang no. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan hanya dikenal 1 kategori Hutan Produksi, namun pada tahun 2003 Badan Planologi Kehutanan mengklasifikasikan Hutan Produksi menjadi 3 kategori yaitu : Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Konversi.
1. Hutan Produksi Tetap (HP) merupakan hutan yang dapat dieksploitasi dengan perlakuan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis. 2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) merupakan hutan yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih. Hutan Produksi Terbatas ini merupakan hutan yang dialokasikan untuk produksi kayu dengan intensitas
17
yang rendah. Hutan produksi terbatas ini pada umumnya berada di wilayah pegunungan di mana lereng-lereng yang curam mempersulit kegiatan pembalakan. 3. Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi (HPK): a) Kawasan hutan yang dipengaruhi faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai nilai 124 atau kurang di luar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam. b) Kawasan hutan yang memiliki ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan perm ukiman, transmigrasi, pertanian dan perkebunan. Eksploitasi hutan produksi secara besar-besaran yang telah berlangsung sejak tahap awal pembangunan jangka panjang pertama (1969) telah memberikan kontribusi besar bagi pembangunan nasional melalui produk utamanya kayu dan hasil hutan ikutan (non-kayu) seperti rotan, damar, tengkawang, cendana dan gaharu. Tanpa mengabaikan dampak positif tersebut, eksploitasi hutan alam produksi juga disadari telah memberikan dampak negatif bagi sumberdaya hutan sendiri. Berbagai jenis kayu komersial, bahkan di antaranya termasuk kayu mewah, kini telah menjadi langka. Kayu eboni (Dyospyros ebenum dan D. celebica), kayu ulin (Eusyderoxylon zwageri), ramin (Gonystylus bancanus), dan beberapa jenis meranti (Shorea spp.) adalah contoh dari beberapa jenis komersial yang harganya tinggi, tetapi sudah sulit ditemukan di alam dan di pasaran. Selain itu, puluhan jenis kayu kurang dikenal (lesser-known species) saat ini mungkin telah menjadi langka atau punah sebelum diketahui secara pasti nilai/manfaat dan sifat-sifatnya.
18
Kekhasan sumberdaya hutan dengan pohonnya sebagai pabrik biomassa dari aspek ekonomi dan komersial mempunyai daya tarik tinggi, namun justru kelebihan ini membawa resiko besar bila salah dalam pengelolaan. Kegiatan pemanenan kayu dengan cara pembalakan terhadap pohon pada dasarnya adalah penghilangan pabrik biomassa. Sebagai sumber daya, hutan meskipun (renewable) mempunyai sifat yang terbatas, baik dari daya dukung maupun kapasitas. Karena itu untuk pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal dan lestari harus memperhatikan prinsip pemanenan dengan mengambil sebesar riap (kemampuan tumbuh). Berdasarkan UU Kehutanan No. 41 tahun 1999 pasal 28 disebutkan bahwa pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan kayu hanya dapat dilaksanakan di kawasan hutan produksi. Kriteria dan indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelestarian hutan produksi yang pertama dan utama yaitu kelestarian produksi kayu, disamping tentu aspek utama lainnya seperti kelestarian ekologis dan kelestarian sosial-ekonomi serta budaya. Mengapa kelestarian produksi begitu penting? Pertama, karena menyangkut kelangsungan ekonomi usaha pengelolaan hutan. Kedua, pada pilar kelestarian ini jaminan kepastian sumberdaya hutan, keberlanjutan ekosistem hutan dan kelangsungan produksi dipertaruhkan. Ketiga, pada pilar kelestarian tersebut bekerja sistem penjaminan kelestarian hutan (sistem silvikultur permudaan hutan dan tebangan).
19
2.3. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari 1. Kelestarian fungsi produksi yaitu : jaminan kepastian sumber daya kawasan dan kelangsungan ekosistem hutan. 2. Kelestarian fungsi ekologis dengan dipertahankannya sistem penunjang kehidupan dan terpeliharanya keanekaragaman hayati. 3. Kelestarian fungsi sosial-ekonomi dan budaya dengan dipertahankannya aspek sosial ekonomi budaya masyarakat lokal. Menurut Higman et al (2006), komponen utama dalam pengelolaan hutan lestari (PHL) adalah: 1. Kerangka Hukum dan Kebijakan (A legal and policy framework). 2.
Keberlanjutan
dan
Optimalnya
produksi
hasil
hutan
(Sustained
and
optimalproduction of forest products). 3. Perlindungan Lingkungan (Protecting the environment). 4. Kesejahteraan Masyarakat (Wellbeing of people). 5. Teknik Silvikultur (Some extra considerations apply specifically to plantations). Pembangunan Kehutanan berazaskan kelestarian atau pengelolaan hutan produksi lestari dan berkelanjutan berdasarkan pengalaman negara lain, disimpulkan Simon (1993) mengandung tiga syarat penting yang harus dipenuhi yaitu : a. Adanya batas kawasan hutan yang tetap dan diakui semua pihak.
20
b. Adanya sistem silvikultur yang menjamin terlaksananya permudaan hutan yang mesti berhasil. c. Penentuan tetap tebangan yang menjamin terwujudnya kelestarian hasil kayu. Namun sistem pengelolaan hutan berkelanjutan bukan hanya bagaimana memenuhi 3 komponen penting SFM, 5 komponen utama PHL dan 3 syarat penting seperti tersebut di atas, akan tetapi juga pada bagaimana melakukan integrasi, koordinasi, kemitraan dan intensifikasi peran antar multi pihak dalam mewujudkan SFM. Langkah kuncinya adalah : 1. Integrasi kebijakan antar departemen. 2. Integrasi 3 komponen penting SFM, 5 komponen utama PHL dan 3 syarat penting. 3. Koordinasi berdasarkan sistem pengelolaan hutan yang terstruktur dan dapa diakses dan dimonitor oleh para pihak pemangku kepentingan. 4. Melakukan dialog dan kemitraan antar pihak pemangku kepentingan untuk intensifikasi sistem silvikultur setempat/lokal. 2.4. Ketergantungan Masyarakat Terhadap Hutan Ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan serta memenuhi kebutuhan, telah berlansung sejak lama, dimulai dari cara hidup berkelompok pada masa meramu dan berburu, ketergantungan tersebut berjalan terus walaupun budidaya tanaman dan pengenalan akan jenis hewan telah banyak dikenal. Orientasi dan motifasi ketergantungan tersebut tidak ada suatu aturan generasi atau antara satu
21
kelompok disuatu wilayah dengan kelompok masyarakat di wilayah lainnya. Kondisi ini dan senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan budaya seiring dengan keterbatasan wilayah sebagai dampak negatif dari pembangunan industrilisasi sumberdaya dan modernisasi pedalaman. Hal ini tidak hanya menyebabkan perubahan budaya, tetapi dalam beberapa hal justru menyebabkan terjadinya degradasi terhadap kualitas nilai budaya (Soemarwoto, 1989). Hutan dengan berbagai macam komponen penyusunannya telah memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Dari hutan dapat diperoleh berbagai makanan berupa buah-buahan dan umbi-umbian, kayu serta hasil hutan lainnya. Hutan dapat pula merupakan tempat tinggal dan tempat berlindung bagi manusia dari gangguan binatang buas dan kondisi lingkungan ekstrim. Bahkan dapat dijadikan tempat rekreasi bagi kehidupan manusia moderen (Jumus et al, 1984). Menurut Pramoso (1995), terdapat tiga asumsi dasar yang mendorong kearah perubahan kebijakn kehutanan yang telah memperhatikan masyarakat pedesaan (Rural community) dan pembangunan pedesaan (Rural development). 1. Sektor kehutanan harus lebih menekankan pada penigkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan di sekitar hutan yang kehidupannya tergantung pada interaksinya dengan hutan dan tanah hutan. 2. Sektor kehutanan dan para rimbauan harus mengintegrasikan diri dengan sektor pertanian dan sektor-sektor lain dan perlu faktor-faktor di luar sekitar kehutanan menjadi pertimbangan dalam penentuan kebijakan kehutanan.
22
3. Dukungan dan partisipasi oleh masyarakat di sekitar hutan pada program kehutanan merupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan programprogram tersebut.
23
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di dalam kawasan hutan Produksi Nanga-nanga Kecamatan Abeli, Kelurahan Tobimeita, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara yang berlangsung selama bulan Juli sampai Agustus 2015. 3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, alat perekam dan alat tulis menulis. 3.3. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang berada disekitar kawasan hutan produksi Nanga-nanga Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli. Luas kawasan hutan produksi mencapai 1.640 Ha terletak atas beberapa wilayah administrasi yang salah satunya masuk dalam Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli. Jumlah Penduduk di sekitar kawasan hutan produksi Nanga-nanga Kelurahan Tobimeita, Kecamatan Abeli, berdasarkan data hasil survei awal pada bulan Juli Tahun 2015, mencapai 152 Jiwa dengan 50 KK, yang menempati RW 04. 2. Sampel
24
Arikunto (2006) berpendapat bahwa jika populasi kurang dari seratus maka keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel, namun jika lebih dari seratus, penarikan sampel dilakukan sebanyak 10-30% dari populasi. Dengan demikian, berdasarkan data jumlah kepala keluarga (KK) yang menjadi populasi kurang dari seratus, maka banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 50 kepala keluarga (KK), dengan kriteria sampel yaitu masyarakat yang memanfaatkan lahan di dalam Kawasan Hutan Produksi Nanga-nanga. 3.4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini ada dua yakni data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sasaran/individu perseorangan misalnya data hasil wawancara atau hasil pengisian kusioner, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait, pemerintahan desa setempat yang berupa catatan, buku-buku, laporan, tabel-tabel atau diagram tentang wilayah penelitian. Teknik penelitian di lapangan, yaitu pengumpulan data dilakukan
melalui
orientasi lapangan, metode wawancara terstruktur (kuisioner) dan observasi. Data diperoleh dengan cara observasi dan wawancara dengan masyarakat sekitar kawasan hutan untuk memperoleh data.
25
Pemanfaatan lahan di dalam Kawasan Hutan Produksi Nanga-nanga. Data yang diambil yaitu sebagai berikut : 1. Luas lahan yang meraka manfaatkan oleh masarakat di dalam kawasan hutan produksi terbatas. 2. Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan hutan produksi terbatas. 3. Pola penanaman dari jenis-jenis tanaman yang di tanam oleh masyarakat dalam lahan tersebut. 4. Pendapatan masyarakat terhadap pemanfaatan lahan yang di peroleh.
3.5. Variabel Penelitian Variabel penelitian yang di gunakan adalah : 1. Luas lahan yang di manfaatkan oleh masarakat di dalam kawasan hutan produksi terbatas Nanga-nanga. 2. Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan hutan produksi terbatas. 3. Pola penanaman dari jenis-jenis tanaman yang di tanam oleh masyarakat dalam lahan tersebut. 4. Pendapatan masyarakat dari hasil pemanfaatan lahan.
26
3.6. Konsep Operasional 1. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditujukan dan di tetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberdayaannya sebagai hutan tetap. 2. pengelolaan hutan produksi adalah usaha untuk memanfaatkan hutan produksi yang kegiatannya terdiri dari pemanenan atau penebangan, penanaman, pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu di hutan produksi terbatas. 3. Masyarakat sekitar hutan adalah kelompok-kelompok orang yang tinggal menetap atau melakukan aktivitas sehari-hari di sekitar hutan. 4. Ketergantungan masyarakat sekitar hutan adalah suatu perihal hubungan sosial ekonomi masyarakat yang dalam kehidupannya tergantung pada hasil-hasil yang diperoleh dari kawasan hutan. 5. Bentuk pemanfaatan lahan merupakan bentuk penggunaan lahan dan kegiatan yang di lakukan oleh masyarakat dalam kawasan hutan produksi. 6. Luas lahan merupakan area lahan yang dimiliki atau yang di kelolah oleh masyarakat. 3.7. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskripsi melalui wawancara, melalui analisis mata pencaharian, pembuatan peta partisipasif.
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis, Luas dan Batas Wilayah Wilayah Kecamatan Abeli, secaca geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa, berada diantara 30 59‟ 20‟‟- 4000‟ LS dan membentang dari Barat ke Timur 1220 34‟ 00‟‟ - 1220 38‟40‟‟ Bujur Timur. Dengan luas wilayah 43,862 Km2, terdiri dari 13 Kelurahan, yaitu kelurahan Benuanirae, Kelurahan Pudai, Kelurahan Lapulu, Kelurahan
Abeli, Kelurahan Anggalomelai, Kelurahan Tobimeita,
Kelurahan Poasia, Kelurahan Talia, Kelurahan Poteaha, Kelurahan Bungkutoko, Kelurahan Nambo, Kelurahan Sambuli dan Kelurahan Tondonggeau .( Kelurahan Tobimeita, 2013). Kelurahan Tobimeita sendiri mempunyai luas wilayah adalah 9,16 km2. Secara adiministrasi Kelurahan Tobimeita mempunyai batas-batas wilayah sebagai beririkut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nambo Kec. Abeli 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Talia. Kec. Abeli Berdasarkan administrasi pemerintahan Kelurahan Tobimeita Kecamatan Abeli dapat ditunjukkan pada Tabel 1.
28
Tabel 1. Luas Wilayah Kecamatan Abeli Menurut Kelurahan Tahun 2013 Kelurahan Luas (Km2) Benuariae 9,53 Pudai 0,73 Lapulu 0,62 Abeli 2,20 Anggalomelai 2,20 Tobimoita 9,16 Poasia 0,48 Talia 0,73 Bungkutoko 1,58 Nambo 7,89 Sambuli 4,18 Tondonggeu 3,13 Jumlah 43,85 Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kota Kendar 2013 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Persentase (%) 22 2 1 4 5 21 1 2 4 18 9 7 100
4.2. Keadaan Iklim Keadaan musim di Kecamatan Abeli sama seperti daerah lainya di Kota Kendari yang dikenal dengan musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi karena arus angin yang banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan Samudra pasifik, setelah melalui beberapa lautan. Maka pada bulan-bulan tersebut di wilayah Kecamatan Abeli dan sekitarnya biasanya terjadi musim hutan menurut data yang ada di Kecamatan Abeli tahun 2013 terjadi 166 hari hujan (hh) dengan curah hujan 2.619 mm. secara detail informasi tentang iklim di Kecamatan Abeli di sajikan pada tabel 2 adalah sebagai berikut:
29
Tabel. 2. Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan Abeli Tahun 2013 Hari Hujan (hh) 1. Januari 13 2. Februari 11 3. Maret 14 4. April 22 5. Mei 17 6. Juni 14 7. Juli 26 8. Agustus 4 9. September 1 10. Oktober 1 11. November 14 12. Desember 26 Jumlah 166 Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kota Kendari 2013. No.
Bulan
Curah Hujan (mm) 347,0 188,0 152,0 143,0 232,0 293,0 770,0 54,0 29,0 18,0 113,5 288,5 2,619
4.3. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kelurahan Tobimoita Kecamatan Abeli berdasarkan data terakhir pada Tahun 2013 mencapai 2.180 jiwa. Yang terdiri dari laki-laki berjumlah 1115 jiwa dan perempuan berjumlah 1065 jiwa serta jumlah kepala
keluarga
sebanyak 433 KK. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kelurahan Tobimeita Tahun 2013 No. 1 2
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Laki-laki 1115 Perempuan 1065 2.180 Jumlah Sumber : BPS, Kecamatan Poasia Dalam Angka 2013.
Persentase (%) 11,15 10,65 100%
30
4.4. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di kelurahan Tobimeita dapat dilihat pada tabel 4 yaitu sebagai berikut: Tabel 4. Data jumlah mata pencaharian menurut jenis kelamin dan jumlah kepala keluarga di Kelurahan Tobimeita No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Jenis pekerjaan
Laki-laki (Jiwa) 21 11 195 4 16 14 5
Pegawai negeri sipil Peternak Nelayan Honorer Tukang batu/kayu Penjahit POLRI Pensiun/ 8. 7 PNS/TNI/POLRI 9. Dukun Kampung Terlatih 10. Wira-swasta 59 11. Lain-lain 35 Jumlah 367 Jumlah Total 418 Sumber : BPS, Kecamatan Abeli Dalam Angka 2015
Perempuan (Jiwa) 11 11 3 26 51
Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukan bahwa mata pencaharia penduduk terbesar di Kelurahan Tobimeita pada tahun 2015 yaitu nelayan sebanyak 195 jiwa, kemudian disusul wiraswasta 58 jiwa, PNS sebanyak 32 jiwa, tukang batu/ kayu 16 jiwa, honorer sebanyak 4 jiwa, penjahit sebanyak 14 jiwa, peternak 11 jiwa, pensiun PNS/TNI/Porli 7 Jiwa, Porli 5 jiwa, dukun kampung terlatih 3 jiwa, dan lain-lainnya 35 jiwa.
31
4.5. Hasil dan Pembahasan 4.5.1. Luas Lahan Yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Produksi Nanga-nanga. Berdasarkan hasil penelitian bahwa luas lahan kawasan hutan produksi yang dilakukan untuk aktifitas perkebunana masyarakat Tobimeita adalah seluas 10 hektar, dengan jenis tanaman yang dimanfaatkan 3 jenis yaitu dengan budidaya komoditas Kopi (Coffeae Arabica, C), dengan luas lahan 3 hektar dengan jumlah masyarakat yang memanfaatkan lahan 3 orang yaitu La Dawua, Hudi, dan suparman. Untuk jenis tanaman budidaya komoditas Lada (Piper nigrum L) dengan luas lahan 2 hektar dengan jumlah masyarakat yang memanfaatkan lahan 2 orang yaitu Wd Pondi dan La Igo. Sedangkan untuk jenis tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L) dengan luas lahan 5 hektar dengan jumlah masyarakat yang memanfaatkan 5 orang yaitu Muhamad asran, Samsudin, Masali, Nupe dan Sangadi. Sedangkan hasil wawancara bersama masayarakat bahwa cara perawatan dari tiga jenis tanaman yang di tanam oleh masyarakat dengan menggunakan pembersihan lahan sebelum penaman awal yaitu dengan pembersihan gulma dengan menggunakan parang setelah itu tanah yang bergelombang di ratakan dengan menggunakan alat cangkul agar bisah lebih subur tanaman yang di tanam oleh masyarakat setempat dan satu kali untuk perawatan setiap musimnya yaitu degan mebersihkan rumputnya dibagian sekeliling tanaman yang di tanam oleh masyarakat pada saat mau mulai berbunga bagi jenis-jenis tanaman yang mereka budidayakan yaitu Jambu Mete, Kopi, dan Lada.
32
Dari penjelasan di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa luas pemanfaatan lahan hutan produksi Nanga-nanga oleh masyarkat setempat di bagi rata 1 hektar per orang dari jumlah masyarkat yang memanfaatkan lahan yaitu 10 orang dan luas lahan 10 hektar sesuai jumlah tokoh masyarakat yang memanfaatkan. Dan untuk perawatan awal dengan membersihkan gulma dengan menggunakan parang setelah itu tanah yang bergelombang di ratakan dengan menggunakan alat cangkul agar bisah lebih subur tanaman yang di tanam oleh masyarakat setempat dengan melakukan perawatan yang simpel atau mudah seperti membersihkan rumput di sekelilingi tiga jenis tanaman yang di tanam masyarakat satu kali pembersihan dalam setiap musimnya yaitu hanya pada saat jenis tanman mulai berbunga. 4.5.2. Bentuk Pemanfaatan Lahan Oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Produksi Terbatas. Pemanfaatan kawasan hutan produksi terbatas Nanga-nanga yang terletak di wilayah administrasi pemerintahan, Kelurahan Tobimeita Kecamatan Abeli, sebagai salah satu bentuk pemanfaatan hutan tanpa mempertimbangkan konsep ekosistem tersebut, sehingga dalam kawasan hutan terjadi pemanfaatan lahan oleh masyarakat akibat kebutuhan ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat. Dimana hasil diskusi menunjukan bahwa lahan tersebut ditanami tanaman jangka panjang di antaranya: budidaya komoditas Jambu mete (Anacardium occidentale L), budidaya komoditas Lada (Piper nigrum L), dan budidaya komoditas Kopi (Coffeae Arabica, C). Masyarakat sekitar hutan produksi terbatas Nanga-nanga pada umumnya, mereka menjadikan pemanfaataan lahan sebagai sumber daya yang penting bahkan
33
menjadikan sebagai sumber mereka dalam memenuhi tuntutan hidup. Masyarakat sekitar kawasan hutan
yang
memanfaatkan Lahan sebagian besar bermata
pencaharian utama sebagai petani hingga pedagang. Rata-rata masyarakat berpendidikan rendah bahkan ada masyarakat yang tidak mengenal pendidikan formal, mempunyai usia produktif sampai lanjut Sebagin besar lahan masyarakat yang dimanfaatkan untuk bercocok tanam pinjam pakai dari orang yang mengelolah pertama yaitu Muhama Asran, namaun sepenuhnya dikelolah oleh masyarakat sebagi sumber mata pencaharian. Masyarakt sekitar hutan produksi Nanga-nanga melakukan aktifitas pemanfaatan lahan negara yang dikelolah untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat dalam bentuk bercocok tanam tanaman pertanian dan lahan perkebunan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, terdapat tiga jenis Tanaman yang di budidayakan di Lahan masyarakat setempat. Jenis Tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya budidaya komoditas Jambu Mete (Anacardium occidentale L), budidaya komoditas Lada (Piper nigrum L), dan budidaya komoditas Kopi (Coffeae Arabica, C), jenis tanaman yang dimanfaatkan di Lahan oleh masyarakat dalam kawasan hutan produksi terbatas Nanga-nanga disajikan pada Tabel 5.
34
Tabel 5. Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat dalam kawasan hutan Produksi terbatas Nanga-Nanga Jenis Pemanfaatan Lahan Lada (Piper nigrum L), Jambu Mente (Anacardium
Luasan
Persentase %
occidentale L)
2 hektar 5 hektar 3 hektar
20 50 30
Kopi (Coffeae Arabica, C) Jumlah luas keseluruhan
10 hektar
100
Dari tabel 5. Diatas dapat diketahui bahwa Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat dalam kawasan hutan Produksi Nanga-nanga adalah pemanfaatan kawasan dimana jenis pemanfaatan lahan yaitu budidaya komoditas Lada (Piper nigrum L),
dengan persentase 20%, budidaya komoditas Jambu
Mete dengan
persentase 50%, dan budidaya komoditas Kopi (Coffeae Arabica, C),
dengan
persentase 30%. Dari pembahasan di atas dapat di ketahui bahwa persentase pemanfaatan jambu mente lebih besar karena penanaman pohon budidaya komoditas Jambu Mete (Anacardium occidentale L) memerlukan lahan yang sangat luas dan di imbangi pula dengan permintaan masyarakat yang sangat besar dan taksiran keuntungan yang menjanjikan
bagi
masyarakat. Serta
pemanfaatannya
yang
gampang, seperti
pemeliharaan budidaya Lada (Piper nigrum L), dan budidaya komoditas Kopi (Coffeae Arabica, C), yang menurut masyarakat setempat tidak mudah. Dimana untuk
tanaman budidaya komoditas Jambu Mete, masyarakat hanya butuh 3 tahun untuk bisa melakukan panen pertama. Sedangkan untuk tanaman Kopi (Coffeae Arabica, C), masyarakat harus menungu 5 tahun untuk panen pertama, dan tanaman Lada (Piper nigrum L) yang hanya butuh waktu 1 tahun untuk panen pertam dengan perawatan
35
yang sama tanaman budidaya komoditas Lada, budidaya komoditas Jambu Mete (Anacardium occidentale L) dan budidaya komoditas Kopi (Coffeae Arabica, C), yaitu satu kali pembersihan atau perawatan dalam satu musimnya. Pemanfaatan kawasan kebun
Kebun adalah model penggunaan lahan yang tediri atas tanaman tahunan. Hasil pengkajian telah dilakukan secara secara partisitif (bersama masyarakat) bahwa dalam melakukan kegiatan perkebunana didalam kawasan hutan produksi terbatas pada dasarya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Karena masyarakat disekitar kawasan hutan produksi terbatas Nanga-nanga sebagian besar adalah bekerja disektor pertanian. Sedangkan ketersediaan lahan untuk kegiatan perkebunan masyarakt semakin sempit, sehingga sebagian masyarakat yang tidak memiliki lahan harapan untuk kegiatan untuk perkebunana memyerobot kawasan hutan produksi terbatas sebagai lahan perkebunan.
36
dapat dilihat pada gambar 2 berikut:
Jenis Pemanfaatan Lahan Kopi 30%
Lada 20%
Jambu Mente 50%
Gambar 2.pemanfaatan lahan oleh masyarakat dari jenis tamaman yang ditanam di kawasan hutan produksi terbatas Nanga-nanga. Berdasarkan gambar 2 di atas dapat diketahui bahwa dari jenis tanaman yang di tanam oleh masyarakat Tobimeita ada 3 jenis tanaman dengan luas lahan 10 hektar. Dimana untuk tanaman Kopi (Coffeae Arabica, C) memiliki pemanfaatan 3 hektar dengan persentase 30%. Adapun nama-nama yang memanfaatkan Kopi (Coffeae Arabica, C) yaitu La Dawua dengan luas lahan 1 hektar, La Hudi dengan luas lahan 1 hektar, dan Suparman 1 hektar. Untuk tanaman Lada (Piper nigrum L), memiliki pemanfaatan lahan 2 hektar dengan persentase 20%. Nama-nama yang memanfaatkan lahan tersebut adalah Waode Pondi dengan luas lahan 1 hektar, dan La Igo luas lahan 1 hektar. Sedangkan untuk tanaman Jambu Mete memiliki luas pemanfaatan lahan 5 hektar dengan persentase 50%. Adapun nama-nama yang memanfaatkan lahan
37
tersebut adalah Muhammad asran dengan luas lahan 1 hektar, Samsudin dengan luas lahan 1 hektar, Masali dengan luas lahan 1 hektar, Nupe dengan luas lahan 1 hektar dan Sangadi luas lahan 1 hektar. Dari penjelasan diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa pemanfaatan hutan produksi terbatas oleh masyarakat setempat dibagi rata sesuai jumlah toko masyarakat yang memanfaatkan yaitu masing-masing mengelolah 1 hektar lahan untuk menanam dari jenis tanman yang di manfaatkan. 4.5.3. Pola Penanaman Dari Jenis Tanaman Yang Tanam Oleh Masyarakat Di Sekitar Kawasan Hutan Produksi Terbatas. Setelah melakukan penelitian dan wawancara dengan masyarakat setempat penulis bisa mengetahui pola penanaman dengan jarak tanam 2x3 m dengan cara tanamya Monokultur, Jambu Mete (Anacardium occidentale L), jarak tanam Kopi (Coffeae Arabica, C), 2x2 m dengan cara tanamnya Monokultur dan jarak tanaman Lada (Piper nigrum L), 2x2 m dengan cara tanmanya Monokultur. Dengan penggunaan pola penanaman dengan jarak sekian meter x sekian meter dari masing-masing jenis tanaman mengakibatkan perubahan keadaan kawasan yang berpengaruh besar terhadap kawasan hutan produksi terbatas Nanga-nanga berupa kerusakan-kerusakan hutan pada umumnya. Seperti yang di ungkapan oleh peneliti sebelumnya saudara Sawiyo (2005) bahwa kawasan hutan produksi terbatas mengalami perubahan penggunaan lahan yang sangat drastis akibat perubahan hutan dan kebun menjadi daerah tanaman jangka panjang.
38
4.54. Pendapatan Masyarakat Pemanfaatan Lahan.
Yang
Diperoleh
Dari
Berbagai
Bentuk
Di kelurahan Tobimeita Kecamatan Abeli, dominan masyarakat bertani, berdagang, tukang batu, buru pelabuhan dan beberapa yang mengelolah hasil hutan sehingga penghasilannya untuk tiap bulannya tak menentu. Tinkat penghasilan masyarakat sangat rendah dimana penghasilannya terkadang lebih banyak dengan tanggungan keluarga 2-6 orang. Pendapatan masyarakat bisa menghasilkan Rp 30.000 – Rp 50.000 per hari baik – Rp 60.000 per hari untuk mengeluarkan konsumsi. Hasil kajian dan kesepakatan bersama masyarakat tentang rata-rata pendapatan responden tiap tahunnya/musim yang di peroleh dapat di lihat pada tabel 6. Tabel 6. Rata-rata pendapatan Masyarakat berbagai bentuk pemanfaatan lahan No 1
Jenis Tanaman Lada (Piper
nigrum L) Kopi
2
(Coffeae Arabica, C),
2 hektar
Jumlah Orang Yang Memanfaatkan 2 orang satu kali panen
3 hektar
3 orang satu kali panen
Luas
Harga Jual/Kg
Jumlah Kg/Tahun
Pendapatan Hasil Lahan/Tahun
Penghasilan bukan hasil lahan/Bulan
Rp.130.000,00
25 liter/tahun
Rp.6.500.000,00
Rp.5.000.000,00
Rp.25.000,00
50 kg/tahun
Rp.3.750.000,00
Rp.7.000.000,00
Rp.15.000,00
100 kg/tahun
Rp.15.000.000,00
Rp.9.500.000,00
Rp.25.250.000,00
Rp.21.500.000,00
Jambu Mete 3
(Anacardium 5 5 orang dua occidentale hektar kali panen L) jumlah
10 orang
10 hektar
Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa jenis tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat Tobimeita ada tiga jenis tanaman yaitu Lada (Piper nigrum L), Kopi (Coffeae Arabica, C), dan Jambu Mete. Dimana hasil pemanfaatan Lada 25 liter/Tahun dalam satu kali panen permusim, dengan harga penjualan
39
Rp.130.000/liter. Sedangkan pendapatan permusimnya yaitu Rp.6.500.000 untuk penghasilan atau penjualan dua orang tanaman Lada (Piper nigrum L). Hasil pemanfaatan Kopi (Coffeae Arabica, C) 50 kg/tahun dalam jangka waktu satu kali panen/musim, dengan harga penjualan 25 kg/tahun sedangkan pendapatan/musimnya Rp.3.750.000, untuk penghasilan atau penjualan tiga orang tanaman Kopi (Coffeae Arabica, C), dan hasil pemanfaatan Jambu mente 100 kg/tahun dalam dua kali panen permusim,
dengan
harga
Rp.15.000/kg
sedangkan
pendapatan/musimnya
Rp.15.000.000 untuk penghasilan atau penjualan lima orang tanaman Jambu mete (Anacardium occidentale L). Penghasilan
tetap
Masyarakat
Tobimeita
dalam 1 bulan
mencapai
Rp.21.500.000 untuk penghasilan 10 orang dengan penghasilan tetap yang berbedabeda dan penghasilan sampingan atau hasil pemanfaatan lahan oleh masyarakat mencapai Rp.25.250.000 dalam satu tahun untuk penghasilan 10 orang degan jenis pemanfaatan atau penghasilan yang berbeda-beda. Secara keseluruhan di tambah dengan penghasilan sampingan mencapai Rp.46.750.000 dan untuk dikurangi pengeluaran dari biaya pembersihan lahan/tahun untuk 10 orang Rp.4.500.000 jadi pengeluaran untuk perorang sebanyak Rp.5.00.000 dari masing-masing lahan yang mereka peroleh maka dari sisa uang hasil pemanfaatan lahan dan pendapatan/bulan untuk 10 orang jumlahnya tinggal Rp.42.250.000 rincianya di lampiran. 2 dan 3. Hasil penelitian ini, juga menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi ketergantungan dalam bentuk peningkatan pendapatan dari sumberdaya di dalam kawasan hutan adalah faktor luas lahan di dalam kawasan hutan, dapat
40
mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan yang berarti mempengaruhi kelestarian hutan itu sendiri. Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk terhadap sumberdaya alam terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara manusia dengan lingkunganya disekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menunjukkan bahwa dari faktor pendorong (Push Factor), jumlah orang yang memanfaatkan
lahan di
kelurahan Tobimeita sebanyak (10 orang). Data yang menunjukkan bahwa rata rata jumlah yang memanfaatkan lahan oleh masyarakat Kelurahan Tobimeita RT 04. Hal ini cukup beralasan, apabila dikaitkan dengan faktor pendorong lainnya, seperti kebiasaan bertani. Dari 10 orang responden di lokasi penelitian mengatakan bahwa kebiasaan bertani mereka di tempat asal yaitu tanaman Lada Piper nigrum L), Kopi (Coffeae Arabica, C), dan Jambu Mete. Usaha tani tanaman perkebunan, memerlukan jumlah tenaga dan waktu kerja yang lebih besar serta pengelolaan yang rumit. Kenyataan alih fungsi lahan ini semakin didorong oleh kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang rendah (Rp. 30.00050.000). Lebih lanjut, hasil ini akan lebih menarik bila dikaitkan dengan faktor ekonomi (economical factor). Keinginan responden (kepala keluarga) untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga dan memenuhi kebutuhan rumah tangga merupakan pendorong untuk bekerja diluar sektor pertanian (mobilitas sekeunder). Sebagian besar kepala keluarga bekerja wiraswasta dan buruh bangunan dikarenakan susahnya memperoleh pekerjaan di lokasi perkebunanan. Menurut Ermin (2007), bahwa jumlah tenaga kerja yang ada dalam keluarga sangat membantu dalam kegiatan usaha tani baik untuk berkebun Jambu Mete (Anacardium occidentale L),
41
Kopi (Coffeae Arabica, C) dan Lada (Piper nigrum L) yang memerlukan tenaga 1-2 orang per musim panen.
42
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian yang telah dilakukan dapat di tarik suatu kesimpulan yaitu: 1. Luas kawasan hutan produksi yang dilakukan untuk aktivitas perkebunan masyarakt adalah seluas 10 Ha. 2. Bentuk pemanfaatan lahan oleh masyarakat dalam kawasan hutan produksi Nanga-Nanga adalah pemanfaatan kawasan kebun. 3. Dengan jarak tanam, Jambu Mete (Anacardium occidentale L) memiliki jarak tanam 2x3, dengan cara tanamnya Monokultur Lada (Piper nigrum L), memiliki jarak tanam 2x2, denga cara tamnya Monokultur dan Kopi (Coffeae Arabica, C) memiliki jarak tanam 2x2 dengan cara tanmanya Monokultur. 4. Tingkat pendapatan masyarakat rata-rata dalam 1 bulan untuk 10 orang sebanyak mecapai kurang lebih Rp.21.500.000 dan penghasilan sampingan atau hasil pemanfaatan lahan mencapi Rp.25.250.000 dalam 1 tahun, Secara keseluruhan di tambah dengan sampingan mencapai Rp.46.750.000 dikurangi pengeluaran Rp.4.500.000 berarti sisah uanga yang mereka peroleh bagi masyarakat tinggal Rp.42.250.000. 5.2. Saran Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan, penulis memberikan beberapa saran kepada masyarakat kelurahan Tobimeita yang memanfaatkan lahan produksi agar tetap menjaga dan mempertahankan kualitas tanah perkebunan, agar
43
bisa mencapai tujuan yaitu bisa memenuhi kebutuhan sosial. Dan untuk penulis selanjutnya agar mencari referensi yang lebih banyak supaya bisa memperbaiki pembahasan, yang penulis sadar masih jauh dari sempurna.
44
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi IV). P.T Rineka Cipta. Jakarta. Arief, 1994, Politik Kehutanan Masyarakat, Kreasi Wacana, Yogyakarta. Asrawati, 2006. Eksploitasi Hutan Di Muna (1906-1936), Tesis, Jurusan Sejarah, Universitas Gadja Mada. Anonim, 2012. Hutan Nanga-nanga di Rambah http://blkota kendari,wordpress.com. Diakses pada Tanggal Mei 2015. Departemen Kehutanan, 2001. Manual Kehutanan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Jakarta. Ermin, 2007. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani. Yogyakarta. Fisher, Simon, Jawed Ludin, Steve Williams, Dekha Ibrahim Abdi, Richard Smith dan Sue Williams, 2000, Mengelola Konflik, Ketrampilan dan Strategi untuk Bertindak, The British Council, Indonesia, Jakarta. Heri Sunuprapto,2006. Bahwa Pengelolaan Hutan Bersama (PHBM) Untuk Kemampuan dan Kemandirian Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Hutan. Jakarta. Husna dan Danu.F.T.,2007.Hutan Indonesia Nasibmu Kini. Debutmu kini. Debut Wahana Sinergi Press.Yogyakarta.
Junus, Mas‟ud.M.,R.1984 Wasaraka,J,J. Franz, M. Rusmedia, S. Sudirman, Sanggen. Jakarta. Pramoso, M., 1995. Rencana Kebijakan Kehutanan, Aditya Media, Yogyakarta Rahmawaty.,2004. Hutan: Fungsi Dan Peranannya Bagi Masyarakat. Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan Jakarta. Sumarwoto,1992.Hutan Merupakan Habitat Atau Tempat Hidup Jenis-Jenis Flora dan Fauna. Simon, Hasanu,1993, Hutan Jati dan Kemakmuran; Problematika dan Strategi Pemecahannnya, Aditya Media, Yogyakarta.
45
Samingan,T.,1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gaja Mada University Press. Yogyakarta. Sawiyo., 2005. Rencana Kebijakan Kehutanan, Aditya Media, Yogyakarta. Soemarwoto, M.,1989. Melestarikan Hutan Tropika, Permasalahan, Manfaat dan Kebijaksanaannya. Yayasan Obat Indonesia, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
46
Lampiran 1. Identitas responden yang memanfaatkan lahan di hutan produksi Nanga-nanga kelurahan tobimeita kecamatan abeli kota kendari
NO NAMA Muhammad 1 Asran 2 Samsudin 3 Masali 4 Nupe
Suku
Umur
Tolaki Tolaki Muna Tolaki
38 43 43 60
5 Sangadi
Tolaki
60
6 La Dawua 7 Hudi
Muna Bombana
60 65
8 Suparman 9 Wd.Pondi
Bugis Muna
50 63
Muna
50
10 La Igo
Jenis Pekerjaan Tetap Tukang Batu PNS Pedagang Petani Buruh Pelabuhan Buruh Pelabuhan Petani Montir Kapal Laut Pedagang Tukang Batu
Sumber : Hasil Wawancara kelurahan Tobimeita Rw 04
Penghasilan/Bulan (Rp) 2.000.000 3.500.000 1.500.000 1.000.000 1.500.000 1.500.000 5.00.000 5.000.000 2.000.000 3.000.000
47
Lampiran. 2
Rincian pemanfaatan lahan untuk budidaya tanaman Lada yang dimanfaatkan oleh masyarakat Tobimeita nama orang yang jenis tanaman
luas
harga jual
memanfaatkan lahan
Lada
1. Wa ode pondi 2. La Igo
1 hektar 1 hektar
Rp.130.000 Rp.130.000
jumlah kg/
penghasilan bukan hasil lahan/bulan
Tahun
pendapatan hasil lahan/ tahun
25 Kg/tahun 25 Kg/tahun
Rp.3.250.000 Rp.3.250.000
Rp.2.000.000 Rp.3.000.000
Rp.6.500.000
Rp.5.000.000
Jumlah
Rincian pemanfaatan Lahan untuk budidaya tanaman Kopi yang dimanfaatkan oleh masyarakat Tobimeita
Jenis
nama orang yang
Tanaman
memanfaatkan lahan
Kopi
1.La Dawua 2. Suparman 3. Hudi
luas
harga jual
jumlah Kg/
pendapatan hasil lahan/tahun
Penghasilan bukan hasil lahan/bulan
Rp.1.250.000 Rp.1.250.000 Rp.1.250.000
Rp.150.000 Rp.5.000.000 Rp.500.000
Rp.3.750.000
Rp.7.000.000
tahun 1 hektar 1 hektar 1 hektar
Rp.25.000 Rp.25.000 rp.25.000
50 Kg/tahun 50 kg/tahun 50 kg/tahun
Jumlah
Rincian pemanfaatan Lahan untuk budidaya tanaman Jambu Mete yang dimanfaatkan oleh masyarakat Tobimeita
Jenis tanaman Jambu mente
nama orang yang
Luas
harga jual
memanfaatkan lahan
jumlah Kg/
pendapatan hasil/
Tahun
Tahun
Penghasilan lahan bukan hasil/bulan
1. Muh.Asran
1 hektar
Rp.15.000
100 Kg/tahun
Rp.3.000.000
Rp.2.000.000
2. Samsudin
1 hektar
Rp.15.000
100 Kg/tahun
Rp.3.000.000
Rp.3.500.000
3. Masali
1 hektar
Rp.15.000
100 kg/tahun
Rp.3.000.000
Rp.1.500.000
4. Nupe
1 hektar
Rp.15.000
100 Kg/tahun
Rp.3.000.000
Rp.1.000.000
5. Sangadi
1 hektar
Rp.15.000
100 Kg/tahun
Rp.3.000.000
Rp.1.500.000
Rp.15.000.000
Rp.9.500.000
Jumlah Sumber: wawancara masyarakat Tobimeita RW 04
48
Lampiran 3
Jumlah pengeluaran dari pembersihan lahan oleh masarakat dalam satu tahun atau/musim jumlah orang yang yang membersikan lahan Lada 2 orang Kopi 3 orang Jambu Mete 5 orang jumlah
luas lahan yang di bersihkan daalam/musim 2 hektar 3 hektar 5 hektar 10 hektar
Sumber : dari hasil wawancara masyarakat Tobimeita RW 04
biaya pembayaran atau pengeluaran/tahun Rp.1.000.000,00 Rp.1.500.000,00 Rp.2.500.000,00 Rp.4.500.000,00
49
Lampiran 4
NO. Kegiatan
Tujuan
Peserta
2.
Komunikasi awal
Pengelolaan lokasi Pendekatan terhadap masyarakat
Masyarakat kajian
Wawancara individual
Pengumpulan data pemanfaatan lahan
Toko masyarakt, toko adat dan toko agama
Mengetahui kondisi lapangan dan dampak pemanfaatan lahan
Pemerintah keluraaha, toko masyarakat dan toko adat
Tobimeita
Kondisi pemanfaatan lahan dalam hutan produksi Nanga-nanga
Toko masyarakat dan toko agama
Diskusi mata pencaharian masyarakat
Pemerintah Merumuskan seluruh dan kelurahan, toko data yang di peroleh masyarakat dan toko agama.
Obserfasi
3. . 4. Pemanfaatan lahan
5.
6.
7.
Siskusi informasi yang di peroleh bersama masyarakat
Seluruh data dan informasi yang telah di peroleh
Pemerintah kelurahan, toko adat dan toko agama.
Sumber: Kegiatan harian bersama masyarakat Tobimeita RW 04
50
Lampiran 5
DAFTAR PERTANYAAN
STUDI PEMANFAATAN LAHAN OLEH MASYARAKAT DALAM KAWASAN HUTAN PRODUKSI NANGA-NANGA KELURAHAN TOBIMEITA KEC. ABELI A. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Umur :
tahun
Suku : Alamat : Pendidikan terakhir : Pekerjaan utama
:
Pekerjaan sampingan :
A. Karateristik Pengolahan Lahahan Yang Dimanfaatkan (luas lahan) 1. Apakah Bapak/ibu/saudara mengetahui luas lahan yang di manfaatkan di hutan produksi nanga- nanga ? ……………………………………………........................................................... ……………………………………………………………………………………. ............................................................................................................................... 2. Berapa lama bapak mengelolah lahanya ?............................................................. …………………………………………………………………………………….. .................................................................................................................................
51
3. Apakah bapak setelah pengelolaan lahan selesai langsung menanam ? „‟ ya „‟ atau „‟ tidak‟‟. 4. Jika berapa „‟ tidak „‟ biasanya berapa minggu atau bulan baru bisa menananam?.................................................................................................. ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ................................................................................................................................
B. Karakteristik Jenis Tanaman 5. Apakah Bapak jawab „‟ Ya‟‟ sebutkan jenis tanman yang bapak tanam: a. ..................................... b. ................................... c. ................................... d. .................................. C. Karateristik jarak tanam 6. apakah Bapak melakukan pengetahuan jarak tanam „‟ Ya „‟ atau „‟ Tidak‟‟ 7. Jika bapak jawab „‟ Ya‟‟ berapa jarak tanam masing-masing tanaman ? 8. Apakah lahan yang bapak olah lebih dari 1 hektar : „‟ atau „‟ Tidak‟‟.
52
9. Jika Bapak jawab „‟Tidak‟‟ berapa luas lahan Bapak yang di olah atu di manfaatkan...........................................................................
10. Berapa lama bapak/ibu/saudara untuk bisah dipanen setiap tanaman yang kita tanam?............................................................................................................................. …………………………………………………………………………………..................... .............................................................................................................................................. ………………………………………………………………………………….................. D. Karateristik Penghasilan Dari Pemanfaatan Lahan 11. Apakah bapak/ibu/saudara merasa puas dari hasil lahan yang kit manfaatkan „‟Ya‟‟ atau „ Tidak‟ 12. Jika bapak jawab „‟ Ya „‟ berapa penghasilan dari hasil pemanfaatan lahan yang diperoleh?..................................................................................................... ................................................................................................................................ …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
53
Lampran 6
Gambar 1: Dokumentasi Wawancara Pemanfaatan Lahan Bersama Masyarakat
54
Lampiran 7
Gambar 2. Lokasi penelitian budidaya tanaman Lada (Piper nigrum L)
Gambar 3. Lokasi penelitian pemanfaatan lahan oleh masyarakat budidaya tanaman Kopi (Coffeae Arabica, C)
55
Lampiran 8
Gambar 4. Lokasi penelitian pemanfaatan lahan oleh masyarakat budidaya tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L)
56