SKRIPSI HUBUNGAN BANTUAN ALAT TANGKAP DENGAN NILAI TUKAR NELAYAN TANGKAP DI KELURAHAN BUNGKUTOKO KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI
OLEH: PUSRAWATI D1A1 12 101
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
HUBUNGAN BANTUAN ALAT TANGKAP DENGAN NILAI TUKAR NELAYAN TANGKAP DI KELURAHAN BUNGKUTOKO KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakutas Pertanian Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Studi pada Jurusan Agribisnis
Oleh: PUSRAWATI NIM. D1A1 12 101
JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2016
PERNYATAAN
DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
INI
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PERGURUAN
SEBAGAI TINGGI
SKRIPSI ATAU
ATAU
LEMBAGA
KARYA MANA
ILMIAH PUN.
PADA
APABILA
DIKEMUDIAN HARI TERBUKTI ATAU DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA SKRIPSI INI HASIL JIPLAKAN, MAKA SAYA BERSEDIA MENERIMA SANKSI SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU.
Kendari,
Oktober 2016
PUSRAWATI D1A1 12 012
iii
iv
v
ABSTRAK
Pusrawati (D1A1 12 101), “Hubungan Bantuan Alat Tangkap Dengan Nilai Tukar Nelayan Tangkap”. Dibimbing oleh Ibu Sukmawati Abdullah Selaku Pembimbing I dan Ibu Hartina Batoa Selaku Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan bantuan alat tangkap dengan nilai tukar nelayan tangkap. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua nelayan yang menerima bantuan alat tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli. Penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mengambil ketua kelompok sebagai sampel sebanyak 10 kelompok penerima bantuan alat tangkap bubu. 10 kelompok penerima bantuan alat tangkap sero dan 10 kelompok penerima bantaun perahu bermesin dengan pertimbangan bahwa ketua kelompok nelayan sampel yang masih aktif dalam melakukan kegiatannya sebagai nelayan dan kadang terlibat pada beberapa kegiatan program penyuluhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hubungan alat tangkap
dengan NTN nelayan tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari dapat disimpulkan bahwa bantuan alat tangkap sero berhubungan sedang dengan Nilai Tukar Nelayan sebesar 1,3 dan bantuan alat tangkap bubu dan perahu bermesin berhubungan sangat kuat dengan Nilai Tukar Nelayan sebesar 1,4. Kata Kunci: Bantuan, Alat Tangkap, Nelayan Tangkap, Nilai Tukar Nelayan
vi
ABSTRACT
Pusrawati (D1A1 12 101), "Relationship Help Capture Device With Exchange Fishermen Catch". Supervised by Mrs. Sukmawati Abdullah As Supervisor I and Mrs. Hartina Batoa As Supervisor II. This study aims to determine the relationship with the help of fishing gear exchange fishermen catch. This research was conducted in the Village Bungkutoko Abeli District of Kendari. The population in this study were all fishermen who receive assistance Bungkutoko fishing gear in the Village District of Abeli. The samples were done intentionally (purposive) by taking a sample group leader as much as 10 groups of beneficiaries trap fishing gear. 10 beneficiary groups gear sero groups and 10 motorized boat is aid recipients with the consideration that the chairman of the sample group of fishermen who are still active in conducting its activities as fishing and occasionally engage in some activity counseling program. The results showed that: a relationship with NTN fishing gear caught in Sub Bungkutoko Abeli District of Kendari city can be concluded that the aid sero gear being associated with the Exchange Rate of 1.3 and relief Fishermen fishing gear and boat engine trap very strongly associated with the Exchange Rate fishermen of 1.4. Keywords: Help, Tools Capture, Capture Fishermen, Fisherman Exchange
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian perkuliahan, penelitian serta penyusunan skripsi hingga dalam wujud sekarang ini. Ucapan terima kasih dengan bangga penulis persembahkan kepada orang tua, Bapak Saripudin dan Ibu Asria
yang telah membesarkan,
menyayangi, mencintai, mendukung, memotivasi, memfasilitasi, dan mengontrol penulis hingga dapat menyelesaikan studi penulis. Bersamaan dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan kepada pembimbing, yaitu Ibu Sukmawati Abdullah, SP., M.Si
dan Ibu Hartina
Batoa, SP., M.Si yang telah dengan sabar, tekun dan tulus dalam membimbing dan memotivasi penulis dalam penyelesaian studi. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada: 1.
Rektor Universitas Halu Oleo, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, dan Ketua Jurusan/Program Studi Agribisnis yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Halu Oleo.
2.
Dosen pengajar pada Jurusan/Program Studi Agribisnis yang telah berperan aktif dalam proses pembelajaran, pembentukan pola pikir dan karakter penulis.
3.
Ibu Sukmawati Abdullah, SP., M.Si selaku Penasehat Akademik selama penulis mengikuti pendidikan pada Fakultas Pertanian UHO.
viii
4.
Seluruh staf Jurusan, staf Fakultas, Laboratorium dan Perpustakaan atas segala bantuan dan kelancaran urusan administrasian yang mendukung penulis selama masa pendidikan.
5.
Kepada Masyarakat nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari yang telah membantu penulis selama penelitian dan telah banyak memberikan tambahan ilmu kepada penulis selama melaksanakan penelitian.
6.
Teman-Teman seangkatan agribisnis 012, terutama buat kelas Agribisnis B: yaitu Firnawati, SP., Natalia Ira Megawati, SP, Yusriadin, SP., Trisnawati Baso, SP., Roswati Abas, Rudi Hartono, SP., Derman, SP., Dermawansa, Dian Parawansa, Worldianto Tiboyong,
Ahmad Sedi Pramono, Gede
Suadjana, Satria Muh. Arjuna Ruslan, yang telah bersama-sama berjuang dan bekerja sama dalam menuntut ilmu serta saling mendukung, menyemangati, dan membantu dalam penyelesaian studi. 7.
Teman-teman dari Jurusan/Program Studi Agribisnis Angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu.
8.
Adik kandung tercinta Nur Intan Safitri, serta seluruh keluarga besar yang selama ini telah mendukung dan memberikan kasih sayang, do’a, motivasi dan saran-saranya.
9.
Kepada orang tercinta Abdul Wahid yang selama ini telah banyak membantu dan memotivasi penulis untuk tetap berjuang tanpa harus putus asa dalam menyelesaikan studi.
ix
10. Pihak-pihak lain yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan maupun penyusunannya masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Kendari, Oktober 2016
Pusrawati D1A1 12 012
x
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Sampul ............................................................................................ i Halaman Judul ................................................................................................ ii Halaman Pernyataan ...................................................................................... iii Halaman Persetujuan .................................................................................... iv Halaman Pengesahan....................................................................................... v Abstrak............................................................................................................. vi Abstract ............................................................................................................. vii Ucapan Terima Kasih ..................................................................................... viii Daftar Isi .......................................................................................................... xi Daftar Tabel .................................................................................................... xiii Daftar Gambar ................................................................................................ xiv Daftar Lampiran ............................................................................................. xv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... B. Rumusan Masalah................................................................................. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..........................................................
1 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L.
Modal Usaha ........................................................................................ Modal Usaha Nelayan Tangkap ........................................................... Pengertian Nelayan .............................................................................. Penggolongan Masyarakat Nelayan ..................................................... Klasifikasi Kapal Perikanan Tangkap .................................................. Jenis-Jenis Alat Tangkap ..................................................................... Teori Produksi....................................................................................... Konsep Biaya ........................................................................................ Analisis Pendapatan .............................................................................. Nilai Tukar Nelayan.............................................................................. Penelitian Terdahulu ............................................................................. Kerangka Pikir Penelitian .....................................................................
5 6 7 10 13 14 17 18 21 24 25 29
III. METODE PENELITIAN A. B. C. D.
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ Populasi dan Sampel ............................................................................. Jenis dan Sumber Data.......................................................................... Teknik Pengumpulan Data....................................................................
xi
31 31 32 32
E. Variabel Penelitian ............................................................................... 32 F. Analisis Data......................................................................................... 33 G. Konsep Operasional .............................................................................. 34 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... A.1 Letak dan Luas Wilayah.................................................................. A.2 Keadaan Iklim ................................................................................. A.3 Keadaan Demografi......................................................................... A.3.1 Keadaan Penduduk............................................................... A.3.2 Mata Pencaharian................................................................. A.3.3 Pendidikan............................................................................ B. Gambaran Umum Kelompok Nelayan ................................................... C. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................ C.1 Identitas Responden......................................................................... C.1.1 Umur .................................................................................... C.1.2 Tingkat Pendidikan .............................................................. C.1.3 Pengalaman Nelayan ............................................................ C.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga.............................................. D. Bantuan Alat Tangkap............................................................................. D.1 Kegiatan Nelayan Responden Yang Menerima Bantuan Alat Tangkap...................................................................... D.2. Produksi Ikan ................................................................................. D.3. Biaya Penangkapan ......................................................................... D.3.1 Biaya Tetap (Fixed Cost) .................................................... D.3.2 Biaya Variabel (Variabel Cost) .......................................... D.3.3 Total Biaya Produksi (Total Cost) ...................................... D.4 Penerimaan ...................................................................................... D.5 Pendapatan Usaha ........................................................................... E. Nilai Tukar Nelayan Penerima Bantuan Alat Tangkap........................... F. Hubungan Bantuan Alat Tangkap Dengan Nilai Tukar Nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari........................
37 37 37 38 38 40 41 42 43 43 43 44 47 49 51 51 53 54 55 56 58 59 60 62 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................... 68 B. Saran ..................................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69 LAMPIRAN....................................................................................................... 73
xii
DAFTAR TABEL
Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
17.
18.
Halaman
Jumlah Penduduk Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Berdasarkan Kelompok Umur.............................................. Jumlah Penduduk Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Menurut Mata Pencaharian .................................................. Jumlah Penduduk Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Menurut Tingkat Pendidikan ............................................... Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Bungkuoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ......................................................... Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari .................................... Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari................... Pengalaman Melaut Nelayan Tangkap Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ......................................................... Rata-Rata Lama Melaut, Frekuensi Melaut dan Hasil Tangkapan perbulan Nelayan Responden PenerimaBantuanAlat Tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari............... Rata-Rata Jumlah Produksi Ikan dalam 1 (satu) bulan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari .................................... Rata-Rata Biaya Tetap Nelayan Responden Perbulan Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari .................................... Rata-Rata Biaya Variabel Perbulan Nelayan Responden Perbulan Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari................... Rata-Rata Biaya Total yang Dikeluarkan Nelayan Responden Perbulan Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ... Penerimaan Perbulan Nelayan Responden Perbulan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari .................................... Pendapatan Perbulan Nelayan Responden Perbulan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari .................................... Distribusi Nilai Tukar Nelayan Penerima Bantuan Alat Tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari .................. Hubungan Bantuan Alat Tangkap Bubu Dengan Nilai Tukar Nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ............................................................................................................ Hubungan Bantuan Alat Tangkap Sero Dengan Nilai Tukar Nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ............................................................................................................ Hubungan Bantuan Alat Tangkap Perahu Bermesin Dengan Nilai Tukar Nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari .............................................................................................. xiii
39 40 41 44 45 48 50
53
54 56 58 59 60 61 64
65
66
66
DAFTAR GAMBAR
Nomor 1.
Halaman
Kerangka Pikir Penelitian ............................................................................ 29
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1. 2. 3. 4.
5.
6.
7.
8. 9. 10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Halaman
Riwayat Hidup ............................................................................................ Data Identitas Responden Nelayan Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari.............. Data Identitas Responden Nelayan Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari .............. Data Identitas Responden Nelayan Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ..................................................................................................................... Hasil Tangkapan Perbulan Nelyan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ............................................................................................... Hasil Tangkapan Perbulan Nelyan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ....................................................................................................... Hasil Tangkapan Perbulan Nelyan Responden Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ....................................................................................................... Penerimaan Nelayan Responden Berdasarkan Hasil Tangkapan Bubu Perbulan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ........ Penerimaan Nelayan Responden Berdasarkan Hasil Tangkapan Sero Perbulan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ....... Penerimaan Nelayan Responden Berdasarkan Hasil Tangkapan Pancing Perbulan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari........................................................................................................ Biaya Penyusutan, Biaya Pemeliharaan dan Biaya Tetap Nelayan Responden PenerimaBantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kota Kendari Kecamatan Abeli Kota Kendari ...................... Biaya Penyusutan, Biaya Pemeliharaan dan Biaya Tetap Nelayan Responden di Kelurahan Bungkutoko Kota Kendari Kecamatan Abeli Kota Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero Kendari ....................... Biaya Penyusutan, Biaya Pemeliharaan dan Biaya Tetap Nelayan Responden Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kota Kendari Kecamatan Abeli Kota Kendari....................... Total Biaya Variabel Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari........................................................................................................ Total Biaya Variabel Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ...................................................................................................... Total Biaya Variabel Nelayan Responden Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ....... xv
73 74 75
76
77
78
79 80 81
82
83
84
85
86
87 88
17. Total Biaya yang di Keluarkan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ..................................................................................... 18. Total Biaya yang di Keluarkan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ..................................................................................... 19. Total Biaya yang di Keluarkan Nelayan Responden Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ................................................................................... 20. Pendapatan Perbulan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari........................................................................................................ 21. Pendapatan Perbulan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ....................................................................................................... 22. Pendapatan Perbulan Nelayan Responden Penerima Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ....... 23. Pengeluaran Keluarga Nelayan Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di KelurahanBungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari .............. 24. Pengeluaran Keluarga Nelayan Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero di KelurahanBungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ................ 25. Pengeluaran Keluarga Nelayan Penerima Bantuan Perahu Bermesin di KelurahanBungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ........................ 26. Distribusi Nilai Tukar Nelayan Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ............. 27. Distribusi Nilai Tukar Nelayan Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ............... 28. Distribusi Nilai Tukar Nelayan Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari........................ 29. Hubungan Bantuan Alat Tangkap Bubu dengan Nilai Tukar Nelayan Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ................................................................. 30. Dokumentasi Penelitian .............................................................................
xvi
89
90
91
92
93 94 95 97 99 101 102 103
104 105
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Kota Kendari memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar. Kota Kendari memiliki banyak daerah pantai yang berpotensi terhadap subsektor perikanan khususnya penangkapan ikan laut. Kota Kendari yang mengandung berbagai jenis kekayaan laut berupa berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, teripang dan hasil tangkapan lainnya. Masyarakat
Kota
Kendari
yang bermukim
di
wilayah
pesisir
dan pulau-pulau kecil sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan sulit mendapatkan modal usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan aktivitas kegiatan mereka sehingga hasil usaha yang diperoleh relatif kurang dan nilai pendapatan juga rendah. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa tidak sedikit dari jumlah mereka hidup di bawah garis kemiskinan dan walaupun ada yang meningkat hanya mencapai prasejahtera. Gambaran kehidupan masyarakat nelayan sebagaimana diuraikan sebelumnya banyak terlihat pada kehidupan nelayan tradisional yang berada di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli. Kelurahan Bungkutoko merupakan salah satu kelurahan yang berada di pesisir pantai yang penduduknya menggantungkan
hidupnya
sebagai
nelayan.
Dalam
perkembangannya,
pendapatan nelayan sulit ditentukan. Seringkali nelayan tangkap memperoleh pendapatan tinggi, rendah dan bahkan tidak memperoleh pendapatan sama sekali. Keadaan ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya seperti harga ikan dan musim yang tidak menentu.
2
Nelayan
yang
menggunakan
ada di Kelurahan Bungkutoko merupakan nelayan dengan alat tangkap tradisional dan sederhana. Sebagian besar
para
nelayannya masih ada yang menggunakan perahu dayung, meskipun sudah banyak yang menggunakan perahu motor tetapi masih merupakan perahu ukuran kecil, dan alat tangkap yang dimiliki nelayan masih sangat terbatas jumlahnya. Besarnya potensi perikanan di Kelurahan Bungkutoko dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai sumber penghasilan. Peluang tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan nelayan karena berbagai
kendala
yang ada.
Permasalahan yang dihadapi oleh nelayan pada umumnya adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia dimana tingkat pendidikan/keterampilan yang dimiliki nelayan rendah, minimnya sarana dan prasarana pendukung usaha perikanan yang ada, serta terbatasnya modal bagi nelayan untuk meningkatkan usaha. Mengingat kondisi modal usaha nelayan
yang relatif rendah, maka
untuk membantu peningkatan sarana ini disalurkan bantuan modal usaha perikanan dalam bentuk alat tangkap bubu, alat tangkap sero dan perahu bermesin. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya petani nelayan dilaksanakan oleh pemerintah melalui Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang dilaksanakan pada tahun 2002 dan 2004 dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP) yang dilaksanakan tahun 2009 dan 2010 di Kota Kendari. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) sebagai bagian dari Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PMP) secara umum bertujuan meningkatkan kesejahteraan
3
masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan (DKP, 2013). Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari untuk meningkatkan pendapatan atau kesejahteraannya antara lain melalui pemberian bantuan alat tangkap dan perahu bermesin (Kantor Kelurahan Bungkutoko, 2015). Dari upaya tersebut diharapkan nelayan di Kelurahan Bungkutoko mampu memperbaiki kondisi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan pemerintah ini harus dilihat tingkat keberhasilannya melalui evaluasi menggunakan indikator-indikator tertentu sehingga kebijakan yang telah dilaksanakan dapat tepat sasaran. Indikator yang tepat adalah dengan menggunakan Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang akan mempertimbangkan seluruh pendapatan/penerimaan dan pengeluaran keluarga nelayan. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan bantuan alat tangkap dengan nilai tukar nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan bantuan alat tangkap dengan nilai tukar nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli ?
4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan bantuan alat
tangkap dengan nilai tukar nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari. Kegunaan pada penelitian ini adalah: 1. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi pengambilan kebijakan dalam
upaya menyusun
dan
merencanakan
pembangunan subsektor pertanian dalam hal ini sektor perikanan, khususnya nelayan tangkap. 2. Bagi
produsen khususnya nalayan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai
informasi yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga nelayan. 3. Bagi peneliti lain, penilitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dan informasi dalam penyusunan penelitian penelitian yang sejenis.
selanjutnya atau penelitian-
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Modal Usaha Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Listyawan Andi Nugraha (2011) adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Modal dalam pengertian ini dapat
diinterpretasikan
sebagai
sejumlah
uang
yang digunakan
dalam
menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis. Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah segala-galanya dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan, yang menjadi persoalan bukanlah penting tidaknya modal karena keberadaannya memang sangat diperlukan akan tetapi bagaiman mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar (Amirullah, 2005). Menurut Riyanto (2005) modal usaha sebagai ikhtisar neraca suatu perusahaan yang menggunakan modal konkrit dan modal abstrak. Modal konkrit dimaksudkan sebagai modal aktif sedangkan modal abstrak dimaksudkan sebagai modal pasif. Dengan tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan mengembangkan modal itu sendiri melalui suatu proses kegiatan usaha. Setiap usaha atau perusahaan membutuhkan dana atau biaya untuk dapat beroperasi. Hal ini sebenarnya menjadi persoalan yang dihadapi hampir semua pengusaha, karena untuk memulai usaha dibutuhkan pengeluaran sejumlah uang sebagai modal awal. Pengeluaran tersebut untuk membeli bahan baku dan penolong, alat-alat dan fasilitas produksi serta pengeluaran operasional
6
lainnya. Melalui barang-barang
yang dibeli tersebut perusahaan dapat
menghasilkan sejumlah output yang kemudian dapat dijualnya untuk mendapat sejumlah uang pengembalian modal dan keuntungan. Bagian keuntungan ini sebagian digunakan untuk memperbesar modal agar menghasilkan uang sebagai keuntungan dalam jumlah yang lebih besar lagi, dan seterusnya begitu sampai pengusaha mendapatkan hasil sesuai yang di inginkan atau target (Achmad, 2009). Dengan tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan mengembangkan modal itu sendiri melalui suatu proses kegiatan usaha. Modal yang digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai sumber modal akan membentuk suatu kekuatan yang ditanamkan guna menjalankan usaha. Modal yang dimiliki tersebut jika dikelola secara optimal maka akan meningkatkan volume penjualan (Achmad, 2009) B. Modal Usaha Nelayan Tangkap. Walangadi (2003) mengemukakan bahwa usaha perikanan dapat dipandang sebagai suatu perpaduan faktor produksi atau suatu barang antara yang dihasilkan faktor-faktor produksi klasik tenaga kerja dan barang-barang modal atau apapun yang dianggap sejenisnya. Defenisi ini mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya memperoleh hasil yang laku dijual dan tidak terbatas hanya pada kegiatan-kegiatan yang langsung dengan menangkap ikan. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2000) bahwa usaha penangkapan adalah kegiatan menangkap atau mengumpulkan binatang atau tumbuhan yang
7
hidup di laut untuk memperoleh penghasilan dengan melakukan pengorbanan tertentu, sedangkan penangkapan sepenuhnya dilakukan untuk konsumsi tidak termasuk dalam pengertian dimaksud. Dalam usaha penangkapan untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, nelayan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain modal, tenaga kerja dan teknologi dalam artian bahwa nelayan diharapkan mempunyai kemampuan
dalam
mengkombinasikan
berbagai
faktor
ditentukan
oleh
(1) penguasaan sumber daya, (2) kemudahan mendapatkan tenaga kerja manusia dan tenaga kerja mekanik, (3) kemudahan memperoleh modal usaha, dan (4) kemudahan memasarkan hasil produksi dengan harga yang wajar (Walangadi, 2003). Hal lain yang perlu diperhatikan dalam usaha perikanan adalah kemampuan menangkap yang bervariasi karena adanya perubahan iklim dan karakteristik penangkapan lokal yang merupakan masalah utama dalam pengelolaan usaha perikanan. Selain itu pengetahuan dan keterampilan sangat menentukan produktivitas nelayan seperti yang dikemukakan oleh Sukirno (2000) bahwa kekurangan penge tahuan merupakan faktor lain yang menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas dan yang lebih penting adalah faktor ini yang menjadi penyebab tingkat produktivitas sejak berabad-abad yang lalu tidak mencapai perubahan yang berarti. C. Pengertian Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
8
ataupun
budidaya.
Mereka
pada
umumnya
tinggal
dipinggir
pantai,
sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003). Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat dan laut (Kusnadi, 2009). Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukin di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal didesa- desa atau pesisir (Sastrawidjaya. 2002). Nelayan merupakan kelompok sosial yang selama ini terpinggirkan, baik secara sosial, ekonomi dan politik.
Nelayan di Indonesia masih belum
berdaya baik secara ekonomi maupun politik. Organisasi ekonomi nelayan masih belum solid, nelayan masih terikat pada ikatan tradisional dengan para tengkulak, dan belum ada institusi yang bisa menjamin kehidupan nelayan selain institusi patron klien tersebut.
Secara politik pun masyarakat nelayan masih
dijadikan objek mobilisasi politik maupun pemerintah, sehingga ketika nelayan menjadi korban pembangunanpun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Padahal sesungguhnya, nelayan bukanlah entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok (Mulyadi, 2005). Bagi nelayan, laut dan ikan merupakan area bebas untuk pemanfaatan sumberdaya milik bersama (common property). Klaim wilayah serta perlakuan terhadap laut seperti halnya tanah tidak mungkin terjadi. Nelayan harus bekerja dilaut sebagai sumberdaya terbuka (open acces) menyebabkan nelayan harus
9
bekerja keras dengan resiko. Resiko tersebut antara lain cuaca buruk, serta persaingan kondisi sarana tangkap antar kelompok nelayan yang menyebabkan salah satu kelompok akan terkalahkan (Satria, 2002). Seperti masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah tersebut antara lain: kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat, keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar sehingga memengaruhi dinamika usaha, kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada, kualitas sumberdaya manusia yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik, degradasi sumberdaya lingkungan baik di kawasan pesisir, laut, maupun pulau- pulau kecil, dan lemahnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional (Kusnadi 2009). Menurut Wijaya, dkk (2009) nelayan dengan pendapatan rendah, tingkat pendidikan rendah, kepemilikan modal yang terbatas, penguasaan teknologi yang rendah, aksesibilitas dan sarana tranportasi yang rendah menyebabkan nelayan menjadi terisolasi (nelayan marginal), sehingga pendekatan keberlanjutan dengan pola insentif dan upaya pelestarian sumberdaya pesisir dan lautan dibutuhkan dalam kaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan marginal (nelayan). Berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat pesisir, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mereka masih tertinggal antara lain keadaan sumberdaya alam yang semakin menipis, kurangnya budaya menabung
10
dan mengelola keuangan keluarga, serta struktur ekonomi atau tata niaga yang belum kondusif bagi kemajuan dan kemakmuran nelayan (Dahuri, 2001). D. Penggolongan Masyarakat Nelayan Pada dasarnya kelompok masyarakat nelayan memiliki beberapa perbedaan dalam karakteristik sosial. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kelompok umur, pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, status sosial dan kepercayaan. Dalam satu kelompok nelayan sering juga ditemukan perbedaan kohesi internal, dalam pengertian hubungan sesama nelayan maupun hubungan bermasyarakat (Widodo, 2009). Umur merupakan usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai saat penelitian dilaksanakan. Umur bagi seorang nelayan sangat mempengaruhi kemampuan fisik dalam mengelola suatu usaha atau kegiatan. Menurut UndangUndang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bahwa kategori umur produktif adalah mulai dari usia 15-64 tahun dan selebihnya masuk kategori umur non produktif. Tingkat pendidikan seseorang merupakan salah satu indikator ekonomi masyarakat.
Menurut Soeharjo dan Patong (2004) semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula status sosial ekonomi orang tersebut. Pendidikan umumnya mempengaruhi cara berpikir nelayan. Pendidikan yang tinggi dengan umur yang relatif masih muda akan menyebabkan nelayan lebih dinamis. Pengalaman berusahatani adalah semua hal-hal yang pernah diperoleh nelayan selama melakukan usahanya yang diperoleh diluar bangku sekolah.
11
Pengalaman berusahatani akan memberikan motivasi kepada nelayan untuk mengoreksi dan mengevaluasi diri tentang usahanya. Makin lama nelayan dalam berusaha maka akan terampil dalam menentukan sikap kearah berusaha yang lebih baik dan menguntungkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharjo dan Patong (1984) bahwa pengalaman berusaha dikatakan cukup berpengalaman apabila telah
menggeluti usahanya selama 5-10 tahun,
sedangkan 10 tahun keatas dikategorikan berpengalaman dan <5 tahun dikategorikan kurang berpengalaman. Jumlah tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang tinggal satu rumah dimana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya berada dalam satu unit manajemen. Besarnya jumlah tanggungan keluarga sangat terkait dengan tingkat pendapatan seseorang. Jumlah keluarga yang semakin besar menyebabkan sesorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan penghasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya. Menurut Tohir (1991) apabila terdapat 3 orang jumlah tanggungan keluarga dikatakan keluarga kecil, 4-6 orang dikatakan keluarga sedang dan keluarga besar >6 orang Jumlah anggota keluarga yang produktif dapat menyediakan jumlah tenaga kerja keluarga yang besar pula dalam berusaha sehingga akan berpengaruh pada pendapatan keluarga. Widodo dan Suadi (2006) membagi kelompok nelayan dalam empat kelompok yaitu: a) Nelayan subsisten (subsistence fishers), yaitu nelayan yang menangkap ikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri; b) Nelayan asli (native/indigenous/aboriginal fishers),
yaitu nelayan yang sedikit banyak
12
memiliki karakter yang sama dengan kelompok pertama, namun memiliki juga hak untuk melakukan aktivitas secara komersial walaupun dalam skala yang sangat kecil; c) Nelayan rekreasi (recreational/sport fishers), yaitu orang-orang yang secara prinsip melakukan kegiatan penangkapan hanya sekedar untuk kesenangan atau berolahraga, dan d. Nelayan komersial (commercial fishers), yaitu mereka yang menangkap ikan untuk tujuan komersial atau dipasarkan baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor. Kelompok nelayan ini dibagi dua, yaitu nelayan skala kecil dan skala besar. Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang digunakan dapat dibedakan dalam
dua
katagori,
yaitu
nelayan
modern
dan
nelayan
tradisional.
Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional. Ukuran modernitas bukan semata-mata karena pengunaan motor untuk mengerakkan perahu, melainkan juga besar kecilnya motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan. Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka (Imron, 2003). Mulyadi (2005) menyatakan bahwa sesungguhnya nelayan
bukanlah
suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang
13
memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain. Satria (2002) mengatakan bahwa nelayan dapat kita bagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan lainnya. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan yang alatnya di operasikan oleh orang lain, adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain. E. Klasifikasi Kapal Perikanan Tangkap Bentuk dan jenis kapal ikan berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan tujuan usaha penangkapan, spesies target dalam usaha penangkapan dan kondisi perairan. Oleh karena itu ikan jiga berbeda-beda baik menurut alat penggerak kapal, ukuran kapal, fungsi kapal, kelompok tipe penggunaan alat tangkap, maupun menurut besarnya skala usaha perikanan. DJPT (2004) mengklasifikasikan perahu atau kapal penangkap ikan di Indonesia secara umum adalah sebagai berikut : a. Perahu tidak bermotor -
Jukung
-
Perahu papan
Kecil (panjangnya kurang dari 10 m)
Besar (panjangnya lebih dari 10 m)
b. Perahu motor tempel c. Kapal motor
14
-
Kurang dari 5 GT * 30 – 50 GT
-
5 – 10 GT * 50 – 100 GT
-
10 – 20 GT * 100 – 200 GT
-
20 – 30 GT * lebih dari 200 GT
FAO (2002) mengklasifikasikan perikanan yang selektif bagi beberapa negara,
menggolongkan
perikanan
di
Indonesia
pada
dua
kategori
yaitu : (1) perikanan skala kecil ; menggunakan mesin luar < 10 HP atau < 5 GT dengan daerah operasi jalur 1 (4 mil) dari garis pantai, dan yang menggunakan mesin luar < 50 HP atau < 25 GT dengan daerah operasi jalur 2 (4 mil – 8 mil), dan (2) perikanan skala besar yang merupakan perikanan industri; menggunakan mesin dalam < 200 HP atau 100 GT dengan daerah operasi jalur 3 dan 4 (8 mil – 12 mil dan atau > 12 mil). F. Jenis-Jenis Alat Tangkap Alat tangkap ikan yang merupakan salah satu sarana pokok adalah penting dalam
rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan secara
optimal dan berkelanjutan. Adapun jenis alat tangkap yang dominan digunakan, mencakup jaring, bubu dan pancing ulur. Pancing Ulur merupakan salah satu jenis alat penangkap ikan yang sering digunakan oleh nelayan tradisional. Pancing Ulur termasuk alat penangkap ikan yang pasif, dan juga ramah lingkungan. Pengoperasian alat relatif sederhana, tidak banyak menggunakan peralatan bantu seperti halnya alat tangkap pukat ikan dan pukat cincin (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011).
15
Jaring bubu, atau yang mempunyai nama lain dengan sebutan bubu lipat, jaring wuwu, jaring wadong, jaring pintur. Bubu dibuat dari kerangka besi galvanis (kawat seng) tahan karat, kerangka tersebut disulam dengan jaring PE benang D6 disulam sehingga jarak antar jaring maupun dengan kerangka besi rapat dan kuat, mulut jaring bubu ada 2 terletak disisi kiri dan kanan. Bentuknya mengkerucut kedalam dan berfungsi sebagai jalan masuk rajungan, kepiting totol ataupun kerang (keong) dan lobster. Rangka bubu dibuat tidak permanen dan dapat mudah untuk dibuka dan ditutup (dilipat), sehingga memudahkan nelayan memasang umpan pada pengait umpan dan menebarnya kelaut yang merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Jaring bubu umumnya digunakan untuk menangkap rajungan, tapi dalam perkembangannya jaring bubu juga digunakan untuk menangkap keong, Lobster dan perikanan lainnya tergantung kondisi wilayah, pengoperasian bubu dengan cara: pengait pintu dibuka, disana terdapat besi tempat umpan, pasang ikan (yang berbau menyengat) tusukkan pada besi umpan sebanyak 2 sampai 4 ikan (Proporsional), selanjutnya pintu ditutup, selanjutnya masukkan bubu kelaut. Bubu adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat kebeberapa daerah penangkapan dengan mudah, dengan atau tanpa perahu (Rumajar, 2003). Waktu pemasangan dan pengangkatan ada yang dilakukan pagi hari, siang hari, sebelum matahari tenggelam. Lama perendaman bubu diperairan ada yang hanya direndam beberapa jam, ada yang direndam satu malam, ada juga yang direndam satu malam (Martasuganda, 2003).
16
Dalam operasional penangkapannya bisa tunggal (umumnya bubu berukuran besar), bisa ganda (umumnya bubu berukuran kecil atau sedang) yang dalam pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang yang pada jarak tertentu diikatkan bubu tersebut. Bubu dipasang di daerah perairan karang atau diantara bebatuan. Bubu dilengkapi dengan pelampung yang dihubungkan dengan tali panjang. Setelah bubu diletakkan di daerah operasi, bubu ditingggalkan. Hasil tangkapan dengan menggunakan perangkap bubu umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan seperti baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap (Lutjanus spp), Kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan kaji (Diagramma spp), udang dan kepiting (Martasuganda, 2003) Set net atau sero jaring adalah sejenis alat tangkap ikan bersifat menetap dan berfungsi sebagai perangkap ikan dan biasanya dioperasikan diperairan pantai. Sero terbuat dari jaring nelayan, bambu dan kayu. Sero biasanya dipasang dilaut dilaut dengan kedalaman 2–3 meter. Pada saat air surut pengambilan ikan didaerah bunuhan segera dilakukan. Pemasangan alat tangkap ini hanya bisa dilakukan pada daerah-daerah yang landai sedikit miring. Nelayan banyak memasangnya pada daerah-daerah pinggir pantai. Alat tangkap sero ini tidak memiliki musim khusus, karena lebih bergantung ke pasang surut air laut (Agus, 2008). Daerah
penangkapan
ikan
untuk
pemasangan
sero
harus
memperhitungkan faktor-faktor antara lain keberadaan ikan, arah ruaya ikan, faktor oseanografi dan lingkunagan disekitarnya seperti sarana dan prasarana transportasi, penyimpanan hasil tangkapan, adanya usaha perikanan yang bergerak
17
dibidang pengolahan, adanya perikanan atau tempat pelelangan ikan dan faktor lain yang mendukung. Penentuan daerah penangkapan yang akurat akan menjadi titik tolak dari keberhasilan usaha penangkapan ikan dengan sero jaring (Agus, 2008). Hasil tangkapan yang diperoleh adalah berbagai jenis ikan dasar, ikan semi pelagis, seperti selar bentong, peperek, tembang, tongkol, gete-gete dan lainnya. Selama pengoperasian sero, hasil tangkapan yang diperoleh berkisar antara 0,39-17,59 kg (Firna, 2000). G. Teori Produksi Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor
produksi
yang
dapat
diubah
jumlahnya
adalah
tenaga
kerja
(Sadono Sukirno, 2003). Dalam beberapa teori ekonomi yang konvensional produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, dimana guna berarti kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Menurut pengertian diatas, maka produksi mencakup pengertian yang sangat luas sekali, yaitu meliputi semua aktivitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat. Faktor-faktor produksi (input) yang digunakan dapat ditunjuk secara jelas dan
18
produk yang dihasilkan juga dapat dengan mudah di identifikasi baik kualitas maupun kuantitasnya (Swasti Pudji Widjajanti, 2004). Didalam teori produksi ini, dibedakan antara produksi jangka pendek dengan jangka panjang. Produksi jangka pendek adalah analisa mengenai produksi dimana produsen tidak dapat mengubah seluruh faktor produksinya. Dengan demikian terdapat faktor produksi yang sifatnya tetap (fixed) dan faktor produksi tidak tetap (variable) artinya jumlahnya dapat diubah-ubah. Sedangkan analisa produksi jangka panjang adalah analisa mengenai produksi dimana semua faktor produksi yang digunakan adalah variable (semua faktor produksi dapat diubah jumlahnya). Jadi, jelas yang membedakan jangka pendek dengan jangka panjang
adalah
terletak
pada
penggunaan
faktor
produksi
(Swasti Pudji Widjajanti, 2004). Menurut Soekartawi (2003), Produksi adalah suatu usaha untuk mengkombinasikan berbagai faktor input dalam tingkat teknologi tertentu untuk menghasilkan sejumlah produksi (output) tertentu seefisien mungkin dengan maksud menciptakan faedah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dapat ditingkatkan dengan cara (Soekartawi, 1990): a. Menambah jumlah salah satu input yang digunakan. b. Menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan. H. Konsep Biaya Seseorang atau sekelompok orang dalam menjalankan usahanya tentunya memerlukan biaya yang diperhitungkan sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan, dengan melihat besarnya harga yang dikeluarkan oleh suatu unit usaha
19
maka dapat digunakan sebagai penentu dalam penetapan harga jual yang dihasilkan. Konsep biaya merupakan konsep yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan.. Menurut Hansen dan Mowen (2004), biaya didefinisikan sebagai kas ataunilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasayang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datangbagi organisasi. Secara normal dapat dikatakan bahwa biaya adalah semua dana yang digunakan dalam melaksanakan suatu kegiatan. Jika kegiatan yang dimaksud adalah suatu proses produksi, dana yang digunakan disebut biaya produksi. Jika kegiatan yang dimaksud adalah perdangangan, dana yang digunakan disebut biaya pemasaran (Padangaran, 2013). Menurut perananya, biaya merupakan faktor dasar dalam penentuan harga yang minimal, sebab tingkat harga yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian (Hasan, 2014). Menurut Supriyono (2000) biaya adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Untuk menganalisis berbagai biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen,ada beberapa konsep penting yang perlu diperhatikan. Secara grafis dapat ditunjukkan dengan kurva biaya, yakni kurva yang menggambarkan hubungan antara biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen dengan output.
20
Konsep konsep biaya jangka pendek yaitu (Pracoyo, 2006) : 1.
Biaya tetap atau Fixed Cost (FC), biaya yang tidak tergantung secara langsung dengan kuantitas produski yang dilakukan, dan seandainya ada pemberhentian produksi untuk sementara waktu, biaya ini harus tetap dikeluarkan, seperti pabrik, mesin-mesin yang tetap harus dibayar meskipun tidak ada produksi.
2.
Biaya variable atau Total Cost (VC), biaya yang secara langsung tergantung pada tingkat output yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan kuantitas produk yang dihasilkan. Contoh : biaya bahan baku, tenaga kerja dan transportasi.
3.
Biaya total atau Total Cost (TC), seluruh biaya yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi, yang merupakan penjumlahan dari biaya tetapdan biaya variable.
4.
Jadi TC = FC + VC Pengolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas terutama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan dapat dikelompokkan menjadi :
a. Biaya Tetap Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut : 1.
Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
2.
Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan
21
semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. b. Biaya Variabel Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut : 1.
Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel.
2.
Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya semakin konstan.
I. Analisis Pendapatan Pendapatan secara umum dimaksudkan sebagai balas jasa dari sumberdaya modal tenaga kerja pada berbagai cabang usaha dalam angka waktu tertentu, biasanya dihitung dalam setahun. Dari pendapatan tersebut digunakan untuk konsumsi
keluarga,
ditabung
dan
atau
sebagai
modal
infestasi
guna
pengembangan usaha selanjutntnya (Tuwo,2002). Komaruddin (2001) mengemukakan bahwa pendapatan adalah materi atau gabungan keduanya yang timbul dari penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan pada hakekatnya merupakan balas jasa dari jasa-jasa yang dikorbankan, termasuk didalamnya upah, sewah tanah, bunga modal, deviden, honorarium, laba dan pensiun. Boediono (2002) mengatakan bahwa pendapatan atau income seseorang warga adalah hasil penjualan dari faktor-faktor yang dimilikinya kepada sektor produksi. Dalam arti sederhana pendapatan dapat pula
22
diartikan sebagai total penerimaan produksi setelah dikurangi dengan semua biaya (pengeluaran). Soekartawi (2005) juga mengemukakan bahwa pendapatan sebagai balas jasa yang diterima oleh setiap orang setelah melaksanakan suatu pekerjaan atau menilai barang maupun jasa yang diterima seseorang melalui hasil penjualannya. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Besar pendapatan berhubungan dengan kemampuan untuk membiayai kebutuhan hidup. Masyarakat yang tidak mampu adakalanya kemampuan membiayai kebutuhan hidupnya tidak sebanding dengan keinginan untuk mempertahankan kehidupannya. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan terjadinya kemerosotan moral yang pada akhirnya akan bermuara pada terbentuknya perilaku yang menyimpang. Sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan keinginan tidak sesuai dengan kemampuan. Menurut Soekartawi (2003), pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (TR) dengan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variable (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contoh biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan
23
biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC. Secara matematis besarnya pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2006): I = TR – TC Dimana: I TR TC
= Pendapatan (Income) (Rp/Bln) = Total Penerimaan (Total Revenue) (Rp/Bln) = Total Biaya (Total Cost) (Rp/Bln) Pendapatan menekan pada perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorang
dalam satu kegiatan produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor produksi atas nilai tambah (value added) pada tingkat output tertentu. Nilai tambah inilah yang merupakan pokok utama dari balas jasa yang selanjutnya disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut jangka waktu tertentu sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu bulan, dan lain sebagainya. Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikut sertakan modal atau keterampilan mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih besar (Winardi, 1988) Terdapat banyak faktor produksi yang turut mempengaruhi perolehan pendapatan nelayan, antara lain tingkat produksi, pemilihan dan kombinasi usaha, efesiensi tenaga kerja dan lainnya. Sedangkan yang tidak dapat dikendalikan adalah seperti iklim dan cuaca. Untuk analisis pendapatan bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang dalam kegiatan usaha serta dapat memberikan gambaran keadaan yang akan datang.
24
J. Nilai Tukar Nelayan Menurut Basuki, dkk (2001), indikator perubahan pendapatan nelayan yang ada selama ini kurang tepat dan menyesatkan untuk menggambarkan secara tepat tentang perbaikan kesejahteraan nelayan karena belum membandingkan dengan
pengeluaran
nelayan
untuk
kebutuhan
konsumsi
keluarganya.
Indikator yang lebih tepat adalah Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang mempertimbangkan seluruh pendapatan dan pengeluaran keluarga. Menurut Basuki, dkk (2001), NTN adalah rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan selama periode waktu tertentu. Dalam hal ini, pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan kotor atau dapat disebut sebagai penerimaan rumah tangga nelayan. Asumsi dasar dalam penggunanaan konsep NTN tersebut adalah semua hasil usaha perikanan tangkap dipertukarkan atau diperdagangkan dengan hasil sektor non perikanan tangkap. Barang non perikanan tangkap yang diperoleh dari pertukaran ini dipakai untuk keperluan usaha penangkapan ikan, baik untuk proses produksi (penangkapan) maupun untuk konsumsi keluarga nelayan, karena data yang tersedia tidak memungkinkan untuk memisahkan barang non nelayan yang benar-benar dipertukarkan dengan bahan pangan. Pengeluaran subsisten rumah tangga nelayan dapat diklasifikasikan sebagai : (a) konsumsi harian makanan dan minuman; (b) konsumsi harian non makanan dan minuman; (c) pendidikan; (d) kesehatan; (e) perumahan; (f) pakaian; dan (g) rekreasi. Secara umum tingkat kesejahteraan rumah tangga dapat diukur dari indikator Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang dapat memperlihatkan kondisi rumah
25
tangga nelayan tersebut dalam kurun waktu tertentu. Konsep Nilai Tukar Nelayan pada dasarnya merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan secara relatif. Indikator NTN juga merupakan ukuran kemampuan rumah tangga nelayan untuk memenuhi kebutuhan subsistensinya, sehingga NTN ini juga disebut Nilai Tukar Subsisten (Sadik, 2012). NTN merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan dalam memenuhi kehidupan subsistennya. Kriteria besaran NTN yang diperoleh dapat lebih rendah, sama atau lebih tinggi dari satu. Jika NTN lebih kecil dari satu berarti keluarga nelayan mempunyai daya beli lebih rendah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan berpotensi untuk mengalami defisit anggaran rumah tangganya. Jika NTN berada disekitar satu, berarti keluarga nelayan hanyan mampu mencukupi kebutuhan subsistensinya. Sebaliknya jika NTN berada di atas satu, berarti keluarga nelayan mempunyai tingkat kesejahteraan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan subsistennya dan mempunyai potensi untuk mengkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya, atau menabung dalam bentuk investasi barang (Ustriyana, 2005). K. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar (2002), dengan judul penelitian tentang Analisis Bagi Hasil Terhadap Pendapatan Buruh Nelayan di Kabupaten Deli Serdang, bahwa hasil analisis dapat diketahui untuk uji beda rata-rata nelayan melaut merawai dan melaut pancing diperoleh t-hitung 12,20 pada tingkat pengujian signifikan 5 % pada t-tabel =1,734. Karena t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan melaut merawai
26
dan melaut pancing. Untuk uji beda rata-rata melaut pancing dan melaut jaring diperoleh t-hitung 2,21 pada tingkat signifikan 5% maka t-tabel = 1,734. Karena t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara melaut pancing dan jaring. Haharap (2003), dalam penelitiannya yang berjudul tentang Analisis Masalah Kemiskinan dan Tingkat Pendapatan Nelayan Tradisional di Kelurahan Indah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan menyatakan bahwa variabel independent modal investasi/awal, jam melaut, jumlah tanggungan, pendidikan dan biaya operasional dapat menerangkan variabel dependent (pendapatan nelayan tradisional) sebesar 85,6%. Dari variabel independent yang diteliti modal investasi/awal, jam melaut, biaya operasional signifikan pada tingkat α = 5% sedangkan jumlah tanggungan signifikan pada tingkat α = 10%. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Eko Sugiharto (2005) tentang Tingkat Kesejahteraan Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik 2005 diketahui bahwa nelayan di Desa Benua Baru Ilir yang tergolong dalam tingkat kesejahteraan tinggi 15% dengan jumlah skor 20, Nelayan yang tergolong dalam tingkat kesejahteraan sedang sebanyak 85% dengan jumlah skor 17-19, dan secara umum ditemukan bahwa taraf hidup nelayan di desa Benua Baru Ilir tergolong sejahtera. Penelitian yang dilakukan oleh Sasmita (2006), dengan judul penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usaha Nelayan di Kabupaten Asahan menyatakan bahwa variabel independen modal, jumlah tenaga kerja, jumlah perahu, dan waktu melaut yang dapat menerangkan variansi variabel
27
dependent (pendapatan usaha nelayan) sebesar 60,7% . dari variabel independent yang diteliti modal kerja dan melaut signifikan pada tingkat signifikan 5% sedangkan jumlah tenaga kerja signifikan pada tingkat signifikasi 10%. Priyo Harsono (2010), dengan judul penelitian tentang Analisis Bantuan Kredit dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati terhadap Perkembangan UMK Binaan KUB Rukun Mina Barokah di Kecamatan Juwana. Data yang diperoleh dianalisi melalui uji statistik pangkat tanda Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan secara signifikan pada variabel modal usaha, tenaga kerja, jumlah pembeli, total penjualan, dan keuntungan sesudah mendapatkan bantuan kredit dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati. Irawan (2010), dengan judul penelitian Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani pada Agroekosistem Marjinal Tipe Sawah Tadah Hujan Dan Lahan Kering Di Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga petani pada agroekosistem marjinal tipe sawah tadah hujan dan lahan kering di Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa berdasarkan kriteria Sayogjo (1997), pada agroekosistem sawah tadah hujan dan lahan kering masih terdapat rumah tangga petani yang masuk dalam kategori miskin (6.90% dan 4.30%). Sedangkan berdasarkan kriteria BPS (2007) rumah tangga petani pada agroekosistem sawah tadah hujan dan lahan kering yang masuk dalam kategori belum sejahtera sebanyak 43.48% rumah tangga petani yang belum sejahtera.
28
Penelitian Chorneles (2012) mengenai Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kelurahan Malalayang 1 Timur Kecamatan Malalayang Kota Manado. Penelitian ini mengkaji bagaimana pelaksanaan Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) yang menjadi stimulan bagi nelayan dalam menciptakan pranata ekonomi yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB), yang kemudian dapat digunakan sebagai wahana dalam meningkatkan kesehjateraan masyarakat nelayan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, secara teknis program ini telah mendorong terciptanya organisasi nelayan yakni melalui Kelompok Usaha Bersama (KUB). KUB merupakan media bagi nelayan untuk mendapatkan bantuan yang disalurkan berupa perahu motor dan alat tangkap. Sadik (2012) dengan judul penelitian tentang Analisis Nilai Tukar Nelayan Kabupaten Sumenep menggunakan metode survei sosial ekonomi rumahtangga perikanan yang terdiri dari pendapatan dan pengeluaran. Perhitungan kesejahteraan menggunakan Nilai Tukar Nelayan (NTN), sampel yang diambil dibedakan menurut teknologi yang digunakannya yang terbagi menjadi tiga kategori yaitu rumah nelayan perairan umum, laut lepas dan budidaya. Hasil yang diperoleh yaitu hanya kelompok nelayan kapal motor dan budidaya air payau memiliki nilai NTN tangga >1, sedangkan sisanya memiliki nilai NTN<1. Perbedaan tingkat kesejahteraan nelayan karena kepemilikan teknologi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan yang diperoleh nelayan.
29
L. Kerangka Pikir Nelayan
adalah
orang
yang
mata
pencahariannya
melakukan
penangkapan ikan. Nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, dari hasil tersebut maka nelayan memiliki pendapatan yang nantinya di gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti masyarakat lain, nelayan juga menghadapi sejumlah masalah terutama perekonomian sehingga menyebabkan kemiskinan. Terkait dengan hal itu pemerintah memberikan bantuan modal usaha perikanan berupa alat tangkap bubu, sero dan perahu bermesin. Bantuan ini merupakan bagian wujud dari kepedulian pemerintah terhadap masyarakat nelayan. Dari sumber tersebut, pendapatan adalah akumulasi pendapatan dari mata pencaharian utama sebagai nelayan tangkap dan pencaharian alternatf yaitu petani, peternak, dan wiraswasta. Pendapatan yang diperoleh responden baik dari mata pencaharian utama maupun alternatif adalah selisih antara penerimaan yang diterima dan pengeluaran yang dilakukan setiap harinya. Kesejahteraan nelayan sangat sulit untuk diukur secara tepat, oleh karena itu
untuk
mengetahui
kesejahteraan
nelayan
hanya
menggunakan
indikator-indikator yang sudah ada. Indikator yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Nilai Tukar Nelayan yang pada dasarnya untuk mengukur kesejahteraan masyarakat nelayan secara relatif. Nilai Tukar Nelayan (NTN) adalah rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan selama satu bulan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada skema kerangka pikir penelitian di bawah ini.
30
Nelayan Tangkap
Bantuan Alat Tangkap 1. Bubu 2. Sero 3. Perahu bermesin
Pendapatan
Nilai Tukar Nelayan (NTN)
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Hubungan Bantuan Alat Tangkap Dengan Nilai Tukar Nelayan Di Kelurhan Bungkutoko Kecamatan Abeli.
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari pada bulan
April sampai selesai. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan dasar pertimbangan bahwa :
1) Masyarakat Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tangkap. 2) Nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli menerima bantuan modal alat tangkap dari pemerintah berupa alat tangkap bubu, alat tangkap sero, dan perahu bermesin guna meningkatkan hasil tangkapan nelayan tradisional di daerah itu. B. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelompok penerima bantuan modal usaha di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari dengan jumlah 35 kelompok. Teknik pengumpulan kelompok penerima bantuan alat tangkap menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah semua kelompok nelayan penerima bantuan modal usaha yang masih aktif sebanyak 10 kelompok alat tangkap bubu, dan 10 kelompok alat tangkap sero, serta 10 kelompok perahu bermesin dengan mengambil ketua kelompok sebagai sampel. Adapun
32
pertimbangan memilih kelompok tersebut karena merupakan kelompok nelayan yang masih aktif dalam melakukan kegiatannya sebagai nelayan dan kadang-kadang terlibat pada beberapa kegiatan program penyuluhan. C. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis yaitu: 1.
Data primer adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya.
2.
Data sekunder adalah berupa data yang bersumber dari penelitian kepustakaan yang diperoleh melalui pencatatan pada instansi terkait, karya ilmiah dan sumber pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
D. Teknik Pengumupulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan informasi dari responden dengan menggunakan kuisioner.
2.
Teknik kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan mencermati buku-buku lainnya atau literatur, jurnal-jurnal penelitian dan bahan-bahan lainnya yang relevan sebagai landasan teori dalam penelitian ini.
E. Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua variabel yaitu : 1.
Identitas nelayan responden meliputi : umur nelayan, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha dan jumlah tanggungan keluarga.
33
2.
Bantuan alat tangkap yang terdiri dari perangkap bubu, sero jaring, dan perahu bermesin.
3.
Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang terdiri dari alat tangkap bubu, sero
dan
perahu bermesin. F. Analisis Data Analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis pendapatan untuk mengetahui pendapatan nelayan yang menerima bantuan alat tangkap sebagaimana yang dikemukakan oleh Soekartawi (2006) sebagai berikut : I = TR – TC Keterangan : I TR TC
= Pendapatan (Income) (Rp/Bln) = Total penerimaan (Total Revenue) (Rp/Bln) = Total biaya (Total Cost) (Rp/Bln) Menghitung Nilai Tukar Nelayan (NTN) masing-masing penerima
bantuan alat tangkap digunakan rumus sebagai berikut : NTN = Yt/Et Dimana :
Basuki, dkk (2001)
Yt
= Total penerimaan dari perikanan tangkap
Et
= Total pengeluaran rumah tangga nelayan
Mengetahui hubungan bantuan alat tangkap dengan NTN digunakan korelasi pearson. Koefisien korelasi pearson digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan yang linear antara dua variabel yang berskala ordinal (Nazir, 2009).
=
[
(
) ][
(
) ]
34
Keterangan : r = Pearson correlation coefficient n = Jumlah sampel Untuk memudahkan analisis, peneliti menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22 sebagai alat untuk melihat hubungan antara dua variabel yakni bantuan usaha dengan kesejahteraan nelayan tangkap dengan Taraf signifikan yang dipakai α 0,1%. Untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel, maka digunakan tingkat hubungan berdasarkan Nugroho (2005:36) yang menyatakan bahwa tingkat hubungan terdiri atas tiga tingkatan, yaitu jika nilai r : 1.
0,00-0,20 – Sangat lemah
2.
0,21-0,40 – Lemah
3.
0,41-0,60 – Sedang
4.
0,61-0,80 – Kuat
5.
0,81-0,99 – Sangat kuat
6.
1
- Korelasi sempurna
G. Konsep Operasional 1.
Nelayan tangkap adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan
2.
Umur adalah usia responden yang dihitung sejak dia lahir sampai saat penelitian dilakukan dan dinyatakan dalam tahun.
3.
Pendidikan
adalah
jenjang
pendidikan
resmi
yang
pernah diikuti
responden sampai saat penelitian dilakukan. Jenjang pendidikan formal dan pendidikan non formal dinyatakan dalam tahun.
35
4.
Pengalaman berusahatani adalah lamanya responden bekerja sebagai nelayan yang diukur dalam satuan tahun.
5.
Jumlah anggota keluarga (jiwa) adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang meliputi bapak, ibu, dan anak termasuk orang lain yang menjadi anggota keluarga yang dinyatakan dalam orang/jiwa.
6.
Bubu adalah alat tangkap yang terbuat dari bambu atau besi yang digunakan nelayan berupa jebakan dihitung dalam satuan unit.
7.
Sero adalah sejenis alat tangkap ikan bersifat menetap dan berfungsi sebagai perangkap ikan yang terbuat dari jaring nelayan, bambu dan kayu tancap dihitung dalam satuan unit.
8.
Perahu bermesin adalah sejenis kendaraan air yang lebih kecil dari kapal yang berukuran paling besar 5 Gross Ton (GT) dan kapasitas mesin < 40 HP.
9.
Biaya tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang tidak habis di pakai dalam satu kali proses produksi dan besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya skala produksi berupa perahu, mesin, dayung, dan pukat (Rp/Bln).
10. Biaya variabel (Variabel Cost) Biaya variabel adalah biaya yang habis di pakai dalam satu kali proses produksi dan besarnya tidak tegantung dari skala kecilnya produksi berupa BBM, rokok, dan es batu dalam satuan (Rp/Bln). 11. Biaya total (Total cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh nelayan tangkap dalam kegiatan penangkapan, yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel dalam satuan (Rp/Bln).
36
12. Produksi merupakan Jumlah produksi yang dihasilkan oleh nelayan tangkap dalam setiap operasi penangkapan. (Kg/Bln) 13. Penerimaan adalah perkalian antara produksi/hasil tangkapan ikan yang diperoleh dengan harga jual hasil tangkapan. (Kg/Bln) 14. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya yang diperoleh dari usaha penangkapan ikan dalam satuan (Rp/Bln). 15. Nilai Tukar Nelayan adalah ukuran kemampuan keluarga nelayan untuk memenuhi kebutuhan subsistennya, rasio total penerimaan dari usaha perikanan tangkap terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan perbulan. 16. Pengeluaran rumah tangga nelayan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengeluaran pokok pangan dan pengeluaran pokok non pangan selama satu bulan (Rp/bulan).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian A.1. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Bungkutoko terletak di Kecamatan Abeli Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan batas-batas sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Nambo 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Talia Secara administratif, Kelurahan Bungkutoko memiliki luas wilayah ±2.25 Km2 dengan panjang garis pantai yang dimiliki ±85.8 Km2 . A.2. Keadaan Iklim Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia pada umumnya, Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari juga memiliki dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan terjadi pada bulan Januari sampai bulan juni, angin bertiup dari arah barat. Musim kemarau terjadi pada bulan Juli sampai bulan Desember. Walaupun demikian sering terjadi keadaan musim yang menyimpang dari keadaan yang sebenarnya atau yang biasa disebut dengan musim pancaroba. Tinggi rendahnya suhu pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh posisi dan ketinggian tempat tersebut dari permukaan laut. Semakin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan laut akan semakin rendah suhu udara begitupun
38
sebaliknya. Permukaan wilayah daratan Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli mempunyai ketinggian umumnya dibawah 1.000 m dari permukaan laut dan berada disekitar daerah khatulistiwa, sehingga daerah ini beriklim tropis. A.3. Keadaan Demografi Keadaan kependudukan (demografi) merupakan salah satu aspek yang ditelaah dalam penelitian ini. Keadaan demografi mencakup kondisi keadaan penduduk, mata pencaharian dan pendidikan. A.3.1. Jumlah Penduduk Penduduk dengan segala potensi yang dimiliki akan sangat mendukung kelancaran pembangunan di segala bidang. Potensi yang dimaksud adalah sumber daya manusia (SDM). Dukungan sumber daya manusia yang berkualitas akan sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembangunan. Terlebih adanya dukungan sumber daya alm dan sumber daya lainnya yang sangat potensial maka pembangunan akan terlaksana dengan baik. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilihat dari usia produktif. Produktif tidaknya umur seseorang tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan kerja, cara berpikir dan tingkat respon terhadap suatu inovasi. Seseorang dengan usia relatif muda (produktif) biasanya akan lebih terampil dan dinamis dalam melakukan tindakan bila dibandingkan dengan orang yang berusia tidak prodktif (Soeharjo dan Patong, 1994). Lebih jelasnya mengenai keadaan penduduk Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 1.
39
Tabel 1. Penduduk Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Jenis Kelamin Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan (orang) (%) (orang) (orang) 0-14 286 295 581 32,40 15-58 572 561 1.133 63,19 >58 44 35 79 4,40 Total 902 891 1.793 100,00 Sumber : Data Kantor Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari, 2015 Tabel 1 menunjukkan bahwa rasio jenis kelamin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari laki-laki yaitu sebanyak 902 jiwa dan perempuan sebanyak 891 jiwa jadi total 1.793 jiwa yang terdiri dari 460 kepala keluarga. Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin mencerminkan ketersediaan tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita tidak seimbang. Menurut Soeharjo dan Patong (1994) bila dilihat dari pengelompokkan berdasarkan usia produktif, jumlah penduduk yang berada pada kisaran usia produktif lebih banyak dibandingkan penduduk pada usia yang tidak produktif. Hal ini berarti bahwa ketersediaan sumber daya manusia di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari cukup potensial sebagai sumber daya pembangunan, termasuk dibidang perikanan. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa penduduk di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari dalam melakukan kegiatan usahataninya relatif akan lebih berhasil, karena sebagian besar berada pada usia produktif. A.3.2. Mata Pencaharian
40
Penduduk di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari umumnya mengandalkan sektor perikanan sebagai mata pencaharian utama, khususnya nelayan tangkap. Lebih jelasnya keadaan penduduk Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penduduk Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2016 Jenis Mata Pencaharian
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Nelayan 288 PNS 33 Peternak 21 Honorer 15 Tukang Batu/Kayu 19 Penjahit 16 Polri 5 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 7 Swasta 85 Lain-Lain 35 Total 524 Sumber : Data Kantor Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota 2015
54,96 6,29 4,00 2,86 3,62 3,05 0,95 1,34 16,22 6,68 100,00 Kendari
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari yang bermata pencaharian sebagai nelayan yaitu sebanyak 288 jiwa dengan persentase 54,96% dari total jumlah penduduk yang bekerja, dan merupakan jumlah paling besar karena Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari merupakan daerah strategis untuk kegiatan nelayan. Penduduk di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari lebih banyak menggantungkan hidup sebagai nelayan, ini disebabkan karena deaerah yang strategis dekat dengan laut yaitu teluk kendari sebagai tempat untuk melaut.
41
A.3.3. Pendidikan Pendidikan
merupakan
salah
satu
aspek
yang
penting
dalam
hubungannya dengan kehidupan masyarakat. Alasannya adalah pendidikan akan mempengaruhi pola pikir dan kreatifitas masyarakat dalam berusaha. Dengan demikian, dalam rangka peningkatan sumber daya manusia dapat ditempuh dengan memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan. Salah satu aspek penting dalam pembangunan bangsa, sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa salah satu tujuan pembangunan adalah mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, menyadari pentingnya peranan pendidikan maka pemerintah melakukan berbagai upaya untuk perbaikan kualitas sumber daya manusia, baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Keadaan
pendidikan
masyarakat
di
suatu
daerah
akan
beragam.
Untuk mengetahui penduduk Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Berdasarkan Tingkat Pendidikan tersaji pada Tabel 3. Tabel 3. Penduduk Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016 Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Belum/Tidak Tamat SD 287 17,67 Tamat SD 488 30,07 Tidak Tamat SMP 60 3,70 Tamat SMP 302 18,61 Tidak Tamat SMA 82 5,05 Tamat SMA 328 20,21 Tamat Perguruan Tinggi 76 4,68 Jumlah 1.623 100,00 Sumber : Data Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari 2015 Tabel 3 menunjukkan bahwa di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari memiliki tingkat pendidikan yang menempati posisi tertinggi yaitu
42
tamat SD yakni sebanyak 488 jiwa (30,07%). Sedangkan angka terendah terdapat pada penduduk yang memperoleh jenjang pendidikan Diploma/Sarjana yaitu 76 orang (4,68%). Akan tetapi di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari masih banyak penduduk yang tidak tamat SD ini dikarenakan faktor lingkungan dimana pemikiran masyarakat tradisional untuk bekerja sebagai nelayan yang menyebabkan keinginan untuk bersekolah tidak ada. Sedangkan orang yang hanya menamatkan sekolah dasar berdasarkan wawancara dengan warga masyarkat Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari ini di sebabkan sarana sekolah yang tersedia hanyalah sekolah dasar saja sedangkan untuk jenjang pendidikan lanjutan itu membutuhkan biaya yang besar dan akses keluar daerah yang cukup besar. B. Gambaran Umum Kelompok Nelayan Bungkutoko merupan salah satu kelurahan yang menerima bantuan alat tangkap yang terdiri dari alat tangkap bubu, sero dan perahu bermesin. Bantuan tersebut hanya disalurkan kepada nelayan yang tergabung dalam kelompok saja untuk memudahkan pendataan dan manfaat bantuan tersebut. Berdasarkan data kelompok tani nelayan tahun 2015 sebanyak 35 kelompok yang masing-masing kelompok berjumlah 5 orang dan tiap-tiap kelompok terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara dan anggota. Namun dalam tiap-tiap kelompok terdiri dari anggota keluarga sendiri dimana ketua kelompok adalah kepala keluarga sedangkan sekertaris dan anggota lainnya adalah anak dan istri dari kepala keluarga tersebut.
43
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan C.1. Identitas Responden Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani dan jumlah tanggungan keluarga nelayan tangkap. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai identitas responden yang diteliti, maka diuraikan berdasarkan bagian-bagian berikut : C.1.1. Umur Produktivitas seseorang dapat dilihat dari beberapa faktor diantaranya adalah umur, karena dengan umur terdapat kemampuan fisik dan kesehatan mental dan spiritual dalam melakukan aktivitas. Petani muda yang sehat mempunyai kemampuan fisik untuk bekerja dari pada petani tua, petani muda juga umumnya lebih cepat menerima hal baru dari pada petani yang berusia lanjut, karena mereka lebih berani menanggung resiko, dan juga karena mereka masih kurang memiliki pengalaman sehingga petani muda harus lebih dinamis supaya
mendapat
pengalaman
baru
lebih
cepat
untuk
pembangunan
usahataninya. Sebaliknya petani yang relatif tua memiliki kapasitas pengelolaan yang lebih baik dan matang karena memiliki banyak pengalaman. Oleh karena itu, umur merupakan suatu variabel yang sangat menentukan pola pikir dan kemampuan fisik seorang petani dalam mengelola usahataninya (Tuwo, 2011). Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bahwa kategori umur produktif adalah mulai dari usia 15-64 tahun dan selebihnya masuk kategori umur non produktif.
44
Tabel 4. Keadaan Nelayan Responden yang Menerima Bantuan Modal Usaha Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli, Tahun 2016
Umur (Tahun)
Bubu
Responden (Orang) Sero
15 – 64 (Produktif) 9 >64 (Non 1 Produktif) Total 10 Sumber : Data primer diolah, 2016
Jumlah
Perahu Bermesin 8 9 2 1
10
10
Persentase ( %)
26 4
86,67 13,33
30
100,00
Tabel 4 menunjukan bahwa jumlah usia produktif pada nelayan tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli yaitu sebanyak 26 orang (86,67%) dan 4 orang (13,33%) berada dalam usia non produktif. Hal ini menunjukkan bahwa nelayan di Kelurahan Bungkutoko masih memiliki produktifitas yang tinggi sehingga masih sangat berpotensi dalam melakukan penangkapan dengan menggunakan bubu, sero dan pancing sebagai alat tangkap, serta masih berpeluang dalam mengembangkan usahanya untuk meningkatkan pendapatan dikarenakan umur responden yang lebih besar kategori produktif. C.1.2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang merupakan salah satu indikator ekonomi masyarakat.
Menurut Soeharjo dan Patong (2004) semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula status sosial ekonomi orang tersebut.
Pendidikan
umumnya
mempengaruhi
cara
berpikir
nelayan.
Pendidikan yang tinggi dengan umur yang relatif masih muda akan menyebabkan nelayan lebih dinamis. Pendidikan dapat diperoleh dari sumber informal, misalnya dari kursus-kursus atau penyuluhan, selain pedidikan formal.
45
Jika nelayan memiliki kemampuan membaca maka diharapkan nelayan akan dapat membaca berbagai tulisan yang berhubungan dengan usahatani, misalnya teknologi baru, perubahan harga dan cara pemasaran yang lebih efisien. Pendidikan petani berupa pendidikan formal dan non formal. Dalam penelitian ini pembahasan dikhususkan pada pendidikan formal, dengan melihat lamanya tahun pendidikan. Dengan pendidikan formal yang memadai, petani dapat lebih tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam usahataninya (Tuwo, 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa pendidikan formal yang pernah dilalui nelayan responden umumnya bervariasi yaitu mulai dari tidak tamat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Diploma. Tabel 5. Keadaan Nelayan Responden Penerima Bantuan Modal Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari, Tahun 2016 Responden/Orang Perahu Bubu Sero Bermesin Tidak Tamat SD 1 SD/Sederajat 5 4 8 SMP/Sederajat 2 4 2 SMA/Sederajat 2 1 Diploma 1 Total 10 10 10 Sumber : Data primer diolah, 2016 Tingkat Pendidikan
Jumlah 1 17 8 3 1 30
Persentase ( %) 3,33 56,66 26,67 10,00 3,33 100,00
Tabel 7 menunjukkan bahwa, rumah tangga nelayan reponden di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari pada umunya telah menenmpu jenjang pendidikan formal, baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Menengah Atas dan bahkan ada yang menempuh pendidikan sampai Diploma. Dengan hasil persentase yang di dapatkan nelayan
46
responden yang telah mengikuti pendidikan formal sebanyak 17 orang (56,66%) yang telah Tamat Sekolah Dasar (SD), sebanyak 8 orang (26,67%) yang telah Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), sebanyak 3 orang (10,00) yag telah Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), dan sebanyak 1 orang (3,33) yang amatan Diploma. Tetapi ada 1 responden yang tidak menamatkan sekolah dasar diakibatkan karena kekurangan dana untuk bersekolah. Kenyataan diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden nelayan tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari masih sangat rendah. Rendahnya pendidikan nelayan tersebut di sebabkan oleh beberapa alasan, seperti mereka lebih menyukai untuk melakukan penangkapan ikan dibandingkan dengan melanjutkan sekolah karena di pengaruhi oleh lingkungan dan juga kehidupan orang tua mereka yang sebelumnya melakukan kegiatan penangkapan ikan. Besarnya potensi ikan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli pada saat itu merupakan salah satu alasan mereka memilih melaut dari pada melanjutkan sekolah. Dari keadaan tingkat pendidikan diatas dapat dikatakan bahwa umunya nelayan
responden
memperolah
pendidikan
namun
diharapkan
dengan
pertambahan pendidikan jalur non formal, nelayan di lokasi penelitian diharapkan mampu menerima inovasi baru serta mampu menerapkan dalam peningkatan pendapatan maupun dalam pengalokasian pendapatan. C.1.3. Pengalaman Berusahatani Sebagai Nelayan Pengalaman merupakan suatu proses pendidikan yang diperoleh diluar bangku sekolah dari suatu kejadian atau peristiwa yang pernah dialami,
47
yang sangat berguna bagi seseorang untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya, khususnya pengalaman usahatani sebagai nelayan. Pengalaman seseorang seringkali disebut sebagai guru yang baik, dimana dalam suatu obyek biasanya didasarkan atas pengalamannya. Pengalaman berusahatani tidak terlepas dari pengalaman pernah dia alami. Jika nelayan mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam mengusahakan usahataninya biasanya mempunyai pengetahuan, sifat dan keterampilan yang lebih baik, dibandingkan dengan nelayan yang kurang berpengalaman. Namun jika nelayan selalu mengalami kegagalan dalam mengusahakan usahatani tertentu, maka dapatmenimbulkan rasa enggan untuk mengusahakan usahatani tersebut. Bila dia harus melaksanakan usahatani tersebut karena ada sesuatu tekanan, maka dalam mengusahakannya cenderung seadanya. Demikian pengalaman nelayan dalam berusahatani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi pertanian (Syafruddin, 2003). Pengalaman berusahatani responden sebagai nelayan tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 6. Keadaan Nelayan Responden Penerima Bantuan Modal Usaha Berdasarkan Pengalaman Berusahatani di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Kota Kendari, Tahun 2016 Responden/Orang Pengalaman Berusahatani Perahu Bubu Sero (Tahun) Bermesin <5 (rendah) 1 1 5-10 (cukup) 4 2 3 >10 (tinggi) 5 7 7 Total 10 10 10 Sumber : Data primer diolah, 2016
Jumlah 2 9 19 30
Persentase (%) 6,67 30,00 63,33 100,00
Soeharjo dan Patong (1998) mengemukakan bahwa pengalaman berusahatani
dikatakan
cukup berpengalaman apabila telah
menggeluti
48
usahataninya selama 5-10 tahun, sedangkan 10 tahun keatas dikategorikan berpengalaman dan >5 tahun dikategorikan kurang berpengalaman. Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki pengalaman sebagai nelayan tangkap paling lama adalah >10 tahun sebanyak 19 orang (63,33) dan dapat dikategorikan nelayan yang berpengalaman, sedangkan nelayan yang di kategorikan berpengalaman sedang yaitu 5-10 tahun yaitu sebanyak 9 orang (30,00%) dan nelayan responden yang dikategorikan tidak atau kurang berpengalaman adalah sebanyak 2 orang (6,67%). Dengan melihat pengalaman yang terbanyak diatas adalah > 10 tahun dan dikategorikan sebagai sangat berpengalaman. Dengan demikian pengalaman yang diperoleh diharapkan dapat mengembangkan usaha serta meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Dan juga nelayan yang berpengalaman dan berumur muda memiliki kapasitas hasil tangkapannya lebih banyak dari pada nelayan yang relatif berumur tua. C.1.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan responden itu sendiri sebagai kepala keluarga, istri, anak-anak dan tanggungan lainnya yang tinggal seatap dan sedapur. Jumlah anggota keluarga yang besar dalam satu rumah tangga responden tidak selamanya merupakan modal bagi keluarga, tetapi dapat menjadi beban keluarga sebab tidak semua anggota keluarga merupakan tenaga kerja yang produktif. Besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga dalam suatu rumah tangga nelayan tangkap menunjukkan besar kecilnya beban yang harus dipikul nelayan sebagai
49
kepala keluarga. Besarnya jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kemauan untuk melakukan pekerjaan. Karena semakin banyak responden mempunyai anak dan tanggungan, maka waktu yang disediakan responden untuk bekerja semakin efektif. Efektivitas waktu ini adalah berguna untuk meningkatkan pengahasilan responden sendiri (Sihol Sitongkir, 2007). Menurut Tohir (1991) apabila terdapat tiga orang jumlah tanggungan keluarga dikatakan keluarga kecil, empat sampai enam orang dikatakan keluarga sedang dan keluarga besar lebih dari enam orang. Jumlah anggota keluarga yang produktif dapat menyediakan jumlah tenaga kerja keluarga yang besar pula dalam berusaha sehingga akan berpengaruh pada pendapatan keluarga. Tabel 7. Keadaan Nelayan Responden Penerima Bantuan Modal Usaha Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari, Tahun 2016 Responden/Orang Perahu Bubu Sero Bermesin <4 (kecil) 7 6 6 4 - 6 (sedang) 3 4 4 >6 (besar) Total 10 10 10 Sumber : Data primer diolah, 2016
Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)
Jumlah 19 11 30
Persentase (%) 63,33 36,67 100,00
Tabel 7 menunjukkan bahwa nelayan responden yang menerima bantuan modal usaha di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari mayoritas tanggungan keluarganya dengan jumlah tanggungan kategori kecil (<4) yaitu 19 orang (63,33%) ini menandakan bahwa nelayan responden memiliki tanggungan keluarga yang tergolong sedikit. Pada posisi kedua dengan jumlah tanggungan keluarga kategori sedang yaitu 4–6 orang berjumlah 3 orang (36,67%). Kondisi ini mengambarkan bahwa kecilnya tanggungan keluarga merupakan faktor
50
produksi penting dalam proses kegiatan menangkap ikan, terutama yang memasuki usia produktif. Tanggungan keluarga merupakan sumberdaya manusia yang dimiliki responden, terutama pada golongan usia produktif yang dapat membantu nelayan dalam mengelola usaha nelayan. Jumlah anggota dapat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang dalam melakukan kegiatannya. Jumlah anggota keluarga responden mempunyai peranan penting dalam melaksanakan tugasnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi ini mengambarkan bahwa besarnya tanggungan keluarga merupakan faktor produksi penting dalam proses kegiatan menangkap ikan, terutama yang memasuki usia produktif. Tanggungan keluarga merupakan sumberdaya manusia yang dimiliki responden, terutama pada golongan usia produktif yang dapat membantu rumahtangga nelayan dalam mengelola usaha nelayan dan dapat menjadikan dasar motivasi dalam pengalokasian pendapatannya. D. Bantuan Alat Tangkap Kehidupan nelayan sangat dipengaruhi oleh kondisi laut, perubahan kondisi laut mempengaruhi produktifitas dalam penangkapn ikan. Pada kondisi laut yang tidak bersahabat pendapatan nelayan cenderung menurun dan kebutuhan hidupnya tidak terpenuhi, solusi yang ditempuh sebagai pengganti pendapatan adalah menjual peralatan penangkapan, menjual peralatan rumah tangga yang mereka miliki atau terlibat utang piutang dengan para tengkulak untuk dibayar pada saat mereka melaut lagi. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah dari Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan bantuan alat tangkap dan sarana prasarana untuk mengurangi resiko kemiskinan kepada nelayan.
51
D.1 Kegiatan Nelayan Responden yang Menerima Bantuan Alat Tangkap Salah satu kegiatan masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Bungkutoko adalah sebagai nelayan tangkap. Dalam kegiatan penangkapan nelayan di Kelurahan Bungkutoko menggunakan bubu sebagai alat tangkapannya. Dalam metode pengoperasian bubu ini dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yang meliputi tahapan persiapan, tahapan penurunan bubu (setting), tahapan perendaman, penarikan (hauling) dan tahapan pengambilan hasil. Alat tangkap bubu sifatnya pasif sehingga dibutuhkan pemikat atau umpan agar ikan yang akan dijadikan target tangkapan mau memasuki bubu Metode pengoperasian bubu dilakukan pada saat pagi hari sampai sore hari dengan lama pengoperasian mencapai 9-10 jam dengan cara merendam bubu dengan kedalaman 13 m dan kemudian dibiarkan sampai sore hari. Dikarenakan perendaman dilakukan selama 9-10 jam nelayan langsung kembali ke fishing base. Setelah itu dilakukan penarikan (Hauling) yang terdiri dari penarikan bubu secara perlahan-lahan, kemudian mengambil hasil tangkapan kepiting rajungan. Nelayan tangkap saat ini dipusingkan dengan harga bahan bakar minyak yang cukup tinggi dan ditambah lagi semakin sulit atau jauh mencari daerah penangkapan ikan. Dengan keadaan seperti ini tentu sangat diperlukan untuk mencari alternatif jenis alat tangkap yang pengoperasiannya hemat energi (bahan bakar minyak). Sero adalah sejenis alat tangkap ikan bersifat menetap dan berfungsi sebagai perangkap ikan dan biasanya dioperasikan di perairan pantai. Metode pengoperasian sero dilakukan pada saat pagi hari dan sore hari dengan lama pengoperasian mencapai 3-5 jam.
52
Nelayan resonden yang menerima bantuan perahu bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari menggunakan alat tangkap pancing untuk sebagai mata pencahariannya. Operasi penangkapan dimulai dengan menentukan daerah atau lokasi pemancingan. Setelah ditemukan tempat penangkapan, mata pancing diberi umpan ikan. Mata pancing dipasang dibagian punggung ikan kemudian mata pancing yang telah dipasang ikan umpan dilepas atau diturunkan kedalam air. Waktu penangkapan adalah pergi pagi hari dan pulang sore hari. Pengoperasian yang dilakukan nelayan tangkap di Kelurahan Lapulu tidak setiap hari. Untuk lebih jelasnya mengenai perahu yang digunakan nelayan di Kelurahan Bungkutoko, dan rata-rata lama melaut, frekuensi melaut serta hasil tangkapan nelayan di Kelurahan Bungkutoko dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rata-Rata Lama Melaut, Frekuensi Melaut dan Hasil Tangkapan Perbulan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Bantuan Alat Tangkap Bubu Sero Perahu Bermesin
Kecil Kecil
1 1
23 25
Hasil Tangkapan (Kg/Bulan) 140 165
Kecil
1
25
158
Ukuran Perahu
Lama Melaut (Hari)
Frekuensi Melaut (Perbulan)
Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata lama melaut nelayan penerima bantuan alat tangkap bubu di Kelurahan Bungkutoko yaitu satu hari, dan rata-rata frekuensi melaut nelayan yaitu 23 hari serta rata-rata hasil tangkapan nelayan di Kelurahan Bungkutoko yaitu 140 kg/bulan. Sedangkan rata-rata lama melaut nelayan penerima bantuan alat tangkap sero yaitu 25 hari serta rata-rata hasil
53
tangkapan yang diperoleh sebanyak 165 kg/bulan dan untuk rata-rata frekuensi melaut nelayan penerima bantuan perahu bermesin yait 25 hari dengan rata-rata jumlah tangkapn 158 kg/bulan. D.2 Produksi Ikan Produksi merupakan jumlah hasil tangkapan nelayan yang diperoleh dari hasil melaut dalam kg/bulan. Dalam hal produksi (menangkap) ikan, nelayan setempat mengenal dua musim yaitu musim puncak dan musim sedang. Musim puncak terjadi bulan Mei sampai September sedangkan musim sedang pada bulan Januari sampai April dan musim panceklik bulan Oktober sampai Desember. Produksi hasil tangkapan nelayan di Kelurahan Bungkutoko tidak menentu dimana hasil tangkapan di tentukan beberapa hal seperti keadaan cuaca, arus air, musim. yang tidak menentu menyebabkan hasil tangkapan nelayan yang tidak menentu. Rata-rata hasil tangkapan nelayan di Kelurahan Bungkutoko dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:
54
Tabel 9. Rata-Rata Jumlah Produksi Ikan dalam 1 (satu) Bulan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Bantuan Alat Tangkap Bubu Jumlah Sero
Jenis Ikan Rajungan Ruma-Ruma Putih Katamba Malalea
Jumlah Perahu Bermesin Ruma-Ruma Putih Katamba Kerapu Jumlah Sumber : Data Primer diolah, 2016
Produksi (Kg) 140,8 140,8 44,5 27 22 72 165,5 70 20 44,5 23,5 158
Presentase (%) 100,00 100,00 26,89 16,31 13,29 43,51 100,00 44,30 12,67 28,16 14,87 100,00
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata produksi hasil tangkapan penerima bantuan alat tangkap bubu dalam satu bulan di Kelurahan Bungkutoko adalah kepiting dengan jumah 140,8 kg/bulan dengan presentase 100%. Sedangkan rata-rata jumlah produksi tertinggi yang menerima bantuan alat tangkap sero adalah ikan Malalea sebesar 72 kg/bulan dengan presentase 43,51% dan produksi ikan terendah adalah ikan Katamba sebesar 22 kg/bulan dengan presentase 13,29%. Penerima bantuan perahu bermesin dengan menggunakan alat tangkap pancing sebagai mata pencahariaan sehari-hari dengan jumlah produksi tertinggi adalah ikan Ruma-Ruma sebesar 70 kg/bulan dan produksi terendah adalah ikan Putih sebesar 20 kg/bulan dengan presentase 12,67%. Hasil produksi yang tidak merata disetiap bulannya selama melaut atau mencari ikan disebabkan oleh faktor modal dan biaya yang dikeluarkan, faktor-faktor lain seperti cuaca, lama melaut dan faktor pengalaman oleh nelayan tersebut.
55
D.3. Biaya Penangkapan Biaya adalah salah satu faktor penentu kelancaran menjalankan suatu usaha. Hal ini disebabkan oleh besarnya tingkat produktifitas hasil tangkapan tergantung pada berapa besar biaya yang dikeluarkan selama proses penangkapan berjalan dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha penangkapan akan menentukan besarnya harga pokok dari hasil tangkapan. Ada dua jenis biaya yang digunakan dalam menjalankan suatu usaha yaitu biaya tetap (biaya penyusutan investasi) dan biaya variabel. D.3.1 Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya Tetap adalah biaya penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi dan tetap dikeluarkan walaupun suatu usaha tidak berproduksi lagi dalam hal ini biaya penyusutan alat. Penyusutan alat dapat terjadi karena pengaruh umur pemakaian. Pada biaya penyusutan ini dapat dihitung dengan cara membagi harga alat sebagai investasi dengan umur ekonomis/umur produktif alat tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya penyusutan alat dan nilai rata-rata penyusutan alat perbulan pada nelayan tangkap di Kelurahan Bungkutoko dapat dilihat pada Tabel 10.
56
Tabel 10. Rata-Rata Biaya Tetap Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Bantua Alat Tangkap Bubu
Jumlah Sero
Jumlah Perahu Bermesin
Uraian Biaya Tetap Perahu Mesin Bubu Perahu Mesin Sero Perahu Mesin Mata Pancing Senar
Jumlah Sumber : Data Primer diolah, 2016
Nilai Penyusutan (Rp/Bulan) 55.465,27 30.431,55 12.500 208.397 79.236,11 47.444,44 416.667,00 205.396,90 250.000 191.666,7 35.000 79.000 571.816,70
Tabel 10 menunjukkan bahwa faktor produksi yang mengalami penyusutan yaitu biaya tetap, dimana biaya tetap tidak habis digunakan dalam satu kali proses produksi tetapi hanya mengalami penyusutan. Dengan dilakukannya perhitungan penyusutan dari masing-masing peralatan dapat diketahui nilai ekonomis peralatan yang habis terpakai dalam satu kali produksi menunjukkan bahwa jumlah biaya tetap yang dikeluarkan nelayan penerima bantuan alat tangkap bubu selama satu bulan dengan rata-rata nilai penyusutan yang paling tinggi adalah perahu dengan penyusutan sebesar Rp 55.465,27/bulan dan biaya yang paling rendah adalah bubu dengan penyusutan sebesar Rp 12.500/bulan. Sedangkan jumlah keseluruhan biaya penyusutan ditambah biaya pemelihaaraan nelayan tangkap adalah sebesar Rp 208.397/bulan. Untuk penerima bantuan alat tangkap sero nilai ekonomis peralatan yang habis terpakai dalam satu kali produksi menunjukkan bahwa jumlah biaya tetap yang dikeluarkan selama satu
57
bulan dengan rata-rata nilai penyusutan yang paling tinggi adalah sero sebesar Rp 416.667,00/bulan dan biaya yang paling rendah adalah mesin sebesar Rp 47.444,44/bulan. Sedangkan untuk penerima bantuan perahu bermesin nilai ekonomis peralatan yang habis terpakai dalam satu kali produksi menunjukkan bahwa jumlah biaya tetap yang dikeluarkan selama satu bulan dengan rata-rata nilai penyusutan yang paling tinggi adalah mesin Rp 191.666,7/bulan dan biaya yang paling rendah adalah mata pancing sebesar Rp 35.000/bulan. Sedangkan jumlah keseluruhan biaya penyusutan ditambah biaya pemelihaaraan nelayan tangkap adalah sebesar Rp 208.530/bulan. D.3.2. Biaya Variabel (Variabel Cost) Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan oleh nelayan tangkap yang besar kecilnya dipengaruhi oleh banyaknya jumlah hasil tangkapan dalam usaha penangkapan. Biaya variabel yang dimaksud dalam penenelitian ini adalah biaya habis terpakai dalam satu kali produksi. Komponen biaya variabel yang harus dikeluarkan nelayan tangkap di Kelurahan Bungkutoko adalah pembelian BBM, rokok, dan umpan. Untuk lebih jelasnya komponen biaya variabel pada nelayan tangkap di Kelurahan Bungkutoko ini dapat dilihat pada Tabel 11.
58
Tabel 11. Rata-Rata Biaya Variabel Perbulan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Bantuan Alat Tangkap Bubu
Uraian
Biaya Variabel (Rp/Bulan) 1.049.100 914.000 1.963.100 364.000 364.000 793.000 444.000 1.237.000
BBM Umpan
Jumlah Sero Jumlah Perahu Bermesin
BBM BBM Umpan
Jumlah Sumber : Data Primer diolah, 2016
Tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang dikeluarakan nelayan di Kelurahan Bungkutoko penerima bantuan alat tangkap bubu untuk BBM sebesar Rp. 1.049.100/bulan, penggunaan umpan sebesar Rp 914.000/bulan dan Sehingga total biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh nelayan sebesar Rp 1.963.100/bulan dalam proses operasi penangkapan ikan dalam 1 (satu) bulan. Sedangkan untuk penerima bantuan alat tangkap sero dengan biaya variabel hanya satu yaitu BBM sebesar Rp 364.000/bulan sehingga total biaya rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 364.000/bulan. Untuk biaya variabel yang dikeluarkan
penerima
bantuan
perahu
bermesin
yaitu
BBM
sebesar
Rp 793.000/bulan dan umpan sebesar Rp 440.000/bulan sehingga total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.237.000/bulan. Penggunaan BBM dalam operasi penangkapan menjadi permasalahan yang dihadapi oleh para nelayan karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk BBM (bahan bakar minyak). Banyaknya BBM yang digunakan dipengaruhi oleh jarak tempuh lokasi penangkapan ikan. Lokasi penangkapan yang semakin
59
jauh menyebabkan biaya operasional penangkapan yang dikeluarkan menjadi semakin besar dan justru memberatkan pengusaha dalam bidang perikanan tangkap karena biaya yang dikeluarkan terkadang lebih banyak dibanding dengan hasil tangkapan. Hal ini dikarenakan biaya variabel merupakan biaya wajib yang harus dikeluarkan nelayan tangkap dalam setiap melakukan penangkapan. D.3.3. Total Biaya Produksi (Total Cost) Biaya Total adalah penjumlahan antara biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Besarnya biaya total yang dikeluarkan oleh nelayan tangkap di Kelurahan Bungkutoko dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut : Tabel 12.Rata-Rata Biaya Total yang dikeluarkan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Bantuan Alat Tangkap
Biaya Total Biaya Tetap Biaya Variabel (Rp/Bulan) (Rp/Bulan) Bubu 208.397 1.963.100 Sero 205.396,90 364.000 Perahu Bermesin 205.396,9 1.237.000 Sumber : Data Primer diolah, 2016
Jumlah Biaya Total 2.171.497 569.397 1.442.397
Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai total biaya tetap rata-rata dalam satu bulan yang dikeluarkan nelayan tangkap penerima bantuan bubu dalam setiap operasi penangkapan yaitu sebesar Rp 208.397/bulan dan nilai total rata-rata biaya variabel yaitu sebesar Rp 1.963.100/bulan. Jadi Total biaya produksi rata-rata perbulan yang dikeluarkan nelayan tangkap bubu adalah sebesar Rp 2.171.497/bulan. Sedangkan total biaya rata-rata yang dikeluarkan nelayan tangkap penerima bantuan sero Rp 569.397/bulan dan untuk nelayan tangkap penerima bantuan perahu bermesin sebesar Rp 1.442.397/bulan. Nelayan
60
di Kelurahan Bungkutoko mengeluarkan biaya produksi lebih besar disebabkan oleh besarnya biaya melaut. Selain itu, biaya pemeliharaan perahu dan alat tangkap juga cukup besar sehingga ini mempengaruhi biaya produksi yang dikeluarkan oleh nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari. D.4. Penerimaan Penerimaan adalah besarnya nilai penjualan produksi yang diperoleh dari kegiatan penangkapan ikan dikalikan dengan harga yang berlaku. Penerimaan nelayan perbulan di Kelurahan Bungkutoko dapat dilihat pada Tabel 13 Tabel 13. Penerimaan Perbulan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Kategori
Penerimaan Nelayan (Rp/Bulan) Bubu Sero Perahu Bermesin Tertinggi 4.560.000 3.340.000 3.920.000 Terendah 2.400.000 2.115.000 2.450.000 Jumlah 33.792.000 27.600.000 32.350.000 Rata 3.379.200 2.760.000 3.235.000 Sumber : Data Primer diolah, 2016 Tabel 13 menunjukkan penerimaan nelayan tangkap penerima bantuan bubu dalam satu bulan penjualan yaitu sebesar Rp 3.379.200/bulan. Penerimaan tertinggi adalah sebesar Rp 4.560.000/bulan, dimana nelayan yang mendapat penerimaan tertinggi adalah nelayan yang hasil tangkapannya lebih banyak daripada nelayan yang lainnya. Sedangkan penerimaan terendah adalah sebesar Rp 2.400.000/bulan. untuk nelayan penerima bantuan perahu bermesin rata-rata penerimaan tertinggi sebesar Rp 392.000/bulan dan penerimaan terendah sebesar Rp 2.450.000/bulan. Penerimaan yang rendah diakibatkan karena hasil
61
tangkapannya yang kurang. Sesuai dengan hasil pengamatan dilapangan bahwa nelayan yang mendapatkan penerimaan terendah adalah nelayan yang hasil tangkapannya sedikit. Namun berbeda halnya dengan alat tangkap sero, meskipun hasil tangkapan yang diperoleh banyak tetapi harga ikan yang diperoleh sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soekartawi (2002) bahwa penerimaan dalam memegang peranan penting bagi kegiatannya dalam keberlanjutan usahanya dalam hal ini penangkapan ikan, akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan yang akan diterima oleh nelayan tersebut. D.5. Pendapatan Usaha Pendapatan usaha merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses penangkapan ikan berlangsung. Adapun pendapatan yang diperoleh oleh nelayan tangkap penerima bantuan alat tangkap bubu di Kelurahan Bungkutoko dalam satu bulan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Pendapatan Perbulan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Pendapatan Nelayan Tangkap (Rp/Bulan)
Bantuan Alat Tangkap
Bubu Penerimaan (TR) 33.792.000 Total Biaya (TC) 21.684.969 Pendapatan (TR-TC) 12.107.031 Rata-Rata 1.210.703 Sumber : Data Primer diolah, 2016
Sero 27.600.000 5.693.969 21.906.031 2.190.603
Perahu Bermesin 32.350.000 14.423.969 17.926.031 1.792.603
Tabel 14 menunjukkan bahwa penerimaan rata-rata yang diperoleh dari nelayan tangkap penerima bantuan alat tangkap bubu dalam setiap operasi penangkapan yaitu sebesar Rp 3.379.200/bulan, sedangkan biaya total rata-rata
62
yang digunakan nelayan tangkap dalam setiap operasi penangkapan yaitu sebesar Rp 2.168.497/bulan. Dengan demikian rata-rata pendapatan perbulan yang diperoleh nelayan tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari yaitu Rp 1.210.703/bulan. Sedangkan penerimaan rata-rata yang diperoleh dari nelayan tangkap penerima bantuan alat tangkap sero dalam setiap operasi penangkapan yaitu sebesar Rp 2.760.000/bulan, biaya total rata-rata yang digunakan nelayan tangkap dalam setiap operasi penangkapan yaitu sebesar Rp 569.397/bulan. Dengan demikian rata-rata pendapatan perbulan yang diperoleh nelayan tangkap sebesar Rp 2.190.603/bulan. Rata-rata penerimaan nelayan penerima bantuan perahu bermesin sebesar Rp 3.235.000/bulan dan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1.442.397/bulan. Dengan demikian rata-rata pendapatan perbulan yang diperoleh dari nelayan tangkap sebesar Rp 1.792.603. Pendapatan nelayan yang bervariasi di Kelurahan Bungkutoko disebabkan oleh faktor-faktor penentu seperti modal atau biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dan jarak jauh melaut. Sedikit banyaknya pendapatan nelayan tergantung dari seberapa besarnya jumlah produksi yang dihasilkan selama melaut. E. Nilai Tukar Nelayan Nilai Tukar Nelayan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejateraan nelayan dalam memenuhi kehidupan subsistennya. Kriteria besaran NTN yang diperoleh dapat lebih rendah, sama atau lebih tinggi dari satu. Jika NTN lebih kecil dari satu berarti keluarga nelayan mempunyai daya beli lebih rendah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan berpotensi untuk mengalami defisit anggaran rumah tangganya. Jika NTN berada disekitar angka
63
satu,
berarti
keluarga
nelayan
hanya
mampu
mencukupi kebutuhan
subsistennya. Sebaliknya jika NTN berada di atas satu, berarti keluarga nelayan mempunyai tingkat kesejahteraan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan subsistennya dan mempunyai potensi untuk mengkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya, atau menabung dalam bentuk investasi barang. E.1 Nilai Tukar Nelayan Tangkap Penerima Bantuan Alat Tangkap Dari hasil survei pada nelayan tangkap bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari diperoleh rata-rata penerimaan dari usaha perikanan bulan Mei 2016 sebesar Rp 3.379.200/bulan Sementara itu, rata-rata pengeluaran untuk pangan dan non pangan sebesar Rp 2.549.039/bulan. Sedangkan rata-rata penerimaan nelayan penerima bantuan alat tangkap sero sebesar Rp 2.76.000/bulan dan pengeluaran keluarga nelayan sebesar Rp 2.095.443/bulan. Sementara itu, rata-rata penerimaan nelayan penerima bantuan perahu bermesin sebesar Rp 3.235.000/bulan dan rata-rata pengeluaran sebesar Rp 2.923.950/bulan. Tabel 15 terlihat bahwa NTN untuk nelayan tangkap penerima bantuan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli kota Kendari bulan Mei 2016 berada diatas satu.
64
Tabel 15. Distribusi Nilai Tukar Nelayan (NTN) Penerima Bantuan Alat Tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Pengamatan Mei 2016 Bantuan Alat Tangkap Uraian Bubu Pendapatan Usaha Perikanan 3.379.200 Tangkap (Rp) Pengeluaran Keluarga Nelayan 2.549.039 (Rp) Nilai Tukar Nelayan (NTN) 1,4 Sumber : Data primer diolah, 2016
Sero
Perahu Bermesin
2.760.000
3.235.000
2.095.443
2.923.950
1,3
1,4
Tabel 15 menjelaskan bahwa Nilai Tukar Nelayan dari semua bantuan
yang
diberikan
memiliki
NTN
diatas
satu.
Hal
ini
menandakan bahwa kesejahteraan nelayan tangkap yang menerima bantuan alat tangkap tingkat kesejahteraannya sudah tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Basuki, dkk (2001) bahwa jika NTN lebih kecil dari satu berarti keluarga nelayan mempunyai daya beli lebih rendah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan berpotensi untuk mengalami defisit anggaran rumah tangganya. Jika NTN sama dengan satu berarti keluarga nelayan hanya mampu mencukupi kebutuhan subsistennya. Sebaliknya jika NTN berada di atas satu, berarti keluarga nelayan mempunyai tingkat kesejahteraan cukup baik untuk memenuhi kebutuhan subsistennya dan mempunyai potensi untuk mengkonsumsi kebutuhan sekunder atau tersiernya atau menabung dalam bentuk investasi barang.
65
E. Hubungan Bantuan Alat Tangkap dengan Nilai Tukar di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari
Nelayan
Pemerintah memberikan bantuan alat tangkap kepada nelayan di Keluarahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota kendari untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka. Untuk melihat hubungan bantuan alat tangkap yang diberikan nelayan dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi pearson dengan bantuan SPSS versi 22 untuk memudahkan analisis seperti Tabel 10 berikut. Tabel 16. Hubungan Bantuan Alat Tangkap Bubu dengan Nilai Tukar Nelayan Di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Bubu NTN Bubu Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Sumber: Data primer diolah tahun 2016
.831** .007 10
Hasil analisis hubungan bantuan alat bubu dengan Nilai Tukar Nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari menunjukkan bahwa kedua variabel signifikan dimana 0,007 < 0,1 dengan tingkat korelasi sangat kuat. Hal ni disebabkan karena bantuan yang diberikan sudah sangat baik dan sesuai dengan kemampuan fisik yang dimiliki responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkap yang diperoleh nelayan tangkap bubu masih hidup sehingga harga yang diperoleh juga tinggi dan bantuan yang diberikan sangat aman digunakan untuk nelayan.
66
Tabel 17. Hubungan Bantuan Alat Tangkap Sero dengan Nilai Tukar Nelayan Di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Sero .440* .003 10
NTN Bubu Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Sumber: Data primer diolah tahun 2016
Hasil analisis hubungan bantuan alat sero dengan Nilai Tukar Nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari menunjukkan bahwa kedua variabel signifikan dimana 0,003 < 0,1 dengan tingkat korelasi sedang. Hal ini disebabkan karena nelayan sulit mendapatkan tangkapan ikan karena sifatnya yang menetap sehingga nelayan hanya bisa menunggu dirumah sampai sore untuk mengambil ikan yang ada dalam perangkap sero. Namun, alat tangkap ini sangat hemat energi (BBM) karena sifatnya yang menetap dan mempunyai hasil tangkapan yang beragam jenisnya. Tabel 18. Hubungan Bantuan Perahu Bermesin dengan Nilai Tukar Nelayan Di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Perahu Bermesin NTN Bubu Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Sumber: Data primer diolah tahun 2016
.841* .002 10
Hasil analisis hubungan bantuan perahu bermesin dengan Nilai Tukar Nelayan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari menunjukkan bahwa kedua variabel signifikan dimana 0,002 < 0,1 dengan tingkat korelasi sangat kuat. Hal ini disebabkan karena sarana perahu bermesin sangat berperan dalam proses penangkapan ikan karena sebagian besar perahu yang tidak
67
menggunakan alat
penggerak jumlah hasil
tangkapannya lebih
dibandingkan dengan nelayan yang menggunakan perahu bermesin.
sedikit
V. KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan alat tangkap dengan NTN nelayan tangkap di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari dapat disimpulkan bahwa bantuan alat tangkap sero berhubungan sedang dengan Nilai Tukar Nelayan sebesar 1,3 dan bantuan alat tangkap bubu dan perahu bermesin berhubungan sangat kuat dengan Nilai Tukar Nelayan sebesar 1,4. B. Saran Beberapa hal yang perluh disarankan dalam penelitian ini yaitu : 1.
Dengan adanya bantuan beberapa alat tangkap tersebut diharapkan kepada nelayan agar dapat memanfaatkan bantuan tersebut dengan baik agar dapat memenuhi kebutuahan keluarga.
2.
Diharapkan kepada pemerintah agar mengontrol atau mendampingi nelayan dalam mengaplikasikan bantuan alat tangkap tersebut.
3.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian yang berkaitan dengan
nelayan kurangnya pengelolaan keuangan dalam
keberlanjutan kehidupan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. 2009. Pengaruh Manajemen Laba dan Earning Terhadap Return Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia). Tesis,Magister Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Agus,
H. 2008. www.dkp-banten.go.id. SETNET: MODERNISASI PERIKANAN TRADISIONAL BAGI NELAYAN BANTEN. Diakses pada tanggal 24 Mei 2016.
Basuki, R, Prayogo U.H., Tri Pranaji, Nyak Ilham, Sugianto, Hendiarto, Bambang W, Daeng H., dan Iwan S,. 2001. Pedoman Teknis Nilai Tukar Nelayan. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, DKP. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat. BPS Indonesia Jakarta. Chorneles, A.H.Reifan. 2012. Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan di Kel. Malalayang 1 Timur. Kec. Malalayang. Manado. Dahuri, R. 2001. Pengelolaan sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Terpadu. Penerbit Pradnya Paramita. Jakarta. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta Utara. http://ikanmania. Wordpress.com/2008/01/01/set-netsebagaialternatif-alat tangkap ika hemat energi/. Diakses pada tanggal 13 Mei 2016. Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kendari. 2013. Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan. Kendari. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2004. Peta Keragaan Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI). Kementrian Kelautan dan Perikanan Indonesia, Jakarta. Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (2004), Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Garis Pantai. Jakarta. Eko, S. 2005. Jurnal Tentang Tingkat Kesejahteraan Nelayan Desa Benua Baru Ilir Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik. Firna, 2000. www.google.co.id/Alat Penangkapan Ika24n (Set Net) terhubung berkala STUDI TENTANG HASIL UJI COBA SETNET DI PERAIRAN PRIGI. Diakses pada tanggal 24 Mei 2016. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), 2002. The State of the World Fisheries and Aquaculture. FAO, Rome: FAO, 150 pp.
70
Haharap, 2003. Analisis Masalah Kemiskinan Dan Tingkat Pendapatan Nelayan Tradisional di Kelurahan Indah Kecamatan Medan Labuhan. Medan. Hanafiah, A.M dan A.M Saefudin, 2000. Tataniaga Hasil Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta. Imron, 2003. Pengembangan Ekonomi Nelayan dan Sistem Sosial Budaya. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. Irawan, B. 2010. Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Pada Agroekosistem Marjinal Tipe Sawah Tadah Hujan Dan Lahan Kering Di Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Kusnandi, 2009. Keberadaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta. Listyawan Ardi Nugraha. 2011. Pengaruh Modal Usaha, Tingkat Pendidikan, dan Sikap Kewirausahaan terhadap Pendapatan Usaha Pengusaha Industri Kerajinan Perak Di Desa Sodo Kecamatan Paliyen Kabupaten Gunung Kidul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Martasuganda, S. 2003. Bubu (trapss). Departemen PSP, Edisi Perdana, IPB. Bogor. Mubyarto, Sutrisno. L. Dan Dove. M., 1984. Nelayan dan Kemiskinan . Rajawali Press. Jakarta. Mulyadi, 2005. Ekonomi Kelautan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nazir,Moh. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta. Priyo Harsono. 2010. Analisis Bantuan Kredit Dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati Terhadap Perkembangan UMK Binaan KUB Rukun Mina Barokah Di Kecamatan Juwana, skripsi S, FK UD, Semarang. Pusat penyuluhan Kelautan dan Perikanan, 2011. Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur. Kementrian kelautan dan Perikanan. Jakarta. Rumajar, T.P. 2002. Pendekatan Sistem Urituk Pengembangan Usaha Perikanan Ikan Karang dengan Alat Tangkap Bubu di Perairan Tanjung Manin Baya Kab. Donggala. Sulawesi Tengah. Sadik.A. 2012. Analisis Nilai Tukar Nelayan Kabupaten Sumenep.Universitas Trunojoyo Madura. Jurnal Eksekutif. Vol. 7 No. 2. Hal 169-188
71
Sasmita, 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usaha Nelayan di Kabupaten Asahan,. Tesis S2. PPS USU, Medan. Sastrawidjaya, 2002. Nelayan dan Kemiskinan. Pradnya Paramita. Jakarta. Satria, A, 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Grasindo. Jakarta. Sihol Situngkir, dkk. 2007. Peran Ibu Rumah Tangga dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga (Kasus Pedagang Sayur Di Kota Madya Jambi). Jurnal Manajemen dan Pembangunan, Edisi-7, 2007. Jambi. Soeharjo dan Patong. 1984. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Lembaga Penelitian Universitas Hasanudin. Makassar. Soeharjo dan Patong, D. 1994. Ekonomi Pertanian Indonesia. Angkasa. Bandung. Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta. Sudjana. 2005. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. PT. Tarsita. Bandung. Sugiarto, E., 2007. Teori Kesejahteraan Sosial Ekonomi dan Pengukurannya. Jurnal Eksekutif. Volume 4. Nomor 2. Hal 144-150 Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alfabeta. Bandung. Sukirno, S. 2000. Mikro Ekonomi Modern : Perkembangan Pemikiran dari Klasik Sampai Keynesian Baru, Edisi 1. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sukirno, S. 2006. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Syafruddin, 2003. Pengaruh Media Cetak Brosur dalam Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Beternak Ayam Broiler di Kota Kendari. Tesis UGM. Tohir, K.A. 1991. Seuntai Pengembangan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta. Tuwo, A. 2011. Ilmu Usahatani Teori dan Aplikasi. Unhalu Press. Kendari. UU RI No. 13. 2003. Ketenagakerjaan.
72
Walangadi, H. 2003. Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Ikan Di Propinsi Gorontalo. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Makassar. Widodo, J dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Gadjah Mada University Press. Widodo, J. 2009. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Bayumedia Publishing. Jawa Timur. Wijaya, R.A.,Ardianto, L., dan Yulianto, G., 2009. Studi Keberlanjutan Program Pengembangan Masyarakat Perikanan Marginal di Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Kebijakan dan Riset Sosek KP. Volume 4. Nomor 2. Hal. Wudianto, 2007. Set net sebagai Alternatif Alat Tangkap Ikan Hemat Energi Zulfikar, 2002. Analisis Sistem Bagi Hasil Terhadap Pendapatan Buruh Nelayan di Kabupaten Deli Serdang, Sumut. Skripsi SI, EP USU. Medan.
73
Lampiran 1. Riwayat Hidup
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Buajangka pada tanggal
3
Desember
1993.
Penulis
merupakan anak ke 1 (satu) dari 2 (dua) bersaudara dari pasangan Bapak Saripudin dan Ibu Asria. Penulis menyelesaikan sekola pendidikan dasar di SDN Buajangka dan pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Bungku Selatan tamat pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bungku Selatan dan tamat pada tahun 2012. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Halu Oleo Kendari dan di terima di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo Kendari melalui jalur SBMPTN pada tahun 2012. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, penulis melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Bantuan Alat Tangkap
Dengan Nilai Tukar
di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari”.
Nelayan
74
Lampiran 2. Identitas Responden Nelayan Tangkap Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata
Umur (Tahun)
Jenis Kelamin
Pendidikan
Jenis Pekerjaan
38 35 45 45 40 65 35 50 36 35
L L L L L L L L L L
SMP SMA SD SD SMP D II SMA SD SD SD
Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan
Pengalaman Jumlah Usaha Tanggungan Tani Keluarga 10 3 15 3 10 3 15 2 7 2 30 4 2 2 25 4 20 4 10 2
424
144
29
42,4
14,4
2,9
75
Lampiran 3. Identitas Responden Nelayan Tangkap Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero No. Responden
Umur (Tahun)
Jenis Kelamin
Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Pengalaman Jumlah Usaha Tanggungan Tani Keluarga 30 3
1
42
L
SD
Nelayan
2
70
L
SD
Nelayan
40
5
3
65
L
SD
Nelayan
30
2
4
42
L
TIDAK TAMAT
Nelayan
10
2
5
40
L
SMA
Nelayan
1
4
6
50
L
SMP
Nelayan
30
3
7
45
L
SMP
Nelayan
10
4
8
50
L
SMP
Nelayan
20
3
9
60
L
SD
Nelayan
30
4
10
40
L
SMP
Nelayan
15
2
Jumlah
504
216
32
Rata-rata
50,4
21,6
3,2
76
Lampiran 4. Identitas Responden Nelayan Tangkap Penerima Bantuan Perahu Bermesin No. Responden
Umur (Tahun)
Jenis Kelamin
Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Pengalaman Jumlah Usaha Tanggungan Tani Keluarga 32 6
1
53
L
SD
Nelayan
2
29
L
SD
Nelayan
5
3
3
42
L
SD
Nelayan
35
5
4
32
L
SMP
Nelayan
10
4
5
28
L
SD
Nelayan
12
2
6
49
L
SD
Nelayan
35
3
7
42
L
SD
Nelayan
25
3
8
39
L
SD
Nelayan
6
5
9
41
L
SD
Nelayan
23
2
10
65
L
SMP
Nelayan
40
3
Jumlah
420
223
36
Rata-rata
42,0
22,3
3,6
77
Lampiran 5. Hasil Tangkapan Bubu Nelayan Responden Perbulan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari No. Ukuran Perahu Responden 1 Kecil 2 Kecil 3 Kecil 4 Kecil 5 Kecil 6 Kecil 7 Kecil 8 Kecil 9 Kecil 10 Kecil
Lama Melaut (Hari) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah
10
Rata-Rata
1
Frekuensi Melaut (Perbulan) 20 25 28 22 27 21 28 23 20 24 238
Hasil Tangkapan (Kg/Bulan) 118 150 190 130 140 100 190 130 120 140 1408
23,8
140,8
78
Lampiran 6. Hasil Tangkapan Sero Nelayan Responden Perbulan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari No. Ukuran Perahu Responden
Lama Melaut (Hari)
Frekuensi Melaut (Perbulan)
1
Kecil
1
27
Hasil Tangkapan (Kg/Bulan) 180
2
Kecil
1
28
165
3
Kecil
1
26
210
4
Kecil
1
25
130
5
Kecil
1
25
140
6
Kecil
1
27
155
7
Kecil
1
24
150
8
Kecil
1
26
160
9
Kecil
1
28
175
10
Kecil
1
22
185
Jumlah
10
258
1.650
Rata-Rata
1
25,8
165
79
Lampiran 7. Hasil Tangkapan Nelayan Responden Perbulan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari No. Ukuran Perahu Responden 1 Kecil 2 Kecil 3 Kecil 4 Kecil 5 Kecil 6 Kecil 7 Kecil 8 Kecil 9 Kecil 10 Kecil Jumlah Rata-Rata
Lama Melaut (Hari) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1
Frekuensi Melaut (Perbulan) 22 20 28 25 28 28 28 23 22 29 253 25,3
Hasil Tangkapan (Kg/Bulan) 130 120 180 190 180 130 170 140 170 140 1.550 155
80
Lampiran
8. Penerimaan Nelayan Responden Berdasarkan Hasil Tangkapan Bubu Perbulan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Penerimaan (Rp/Bulan) Kepiting Rajungan
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata
Produksi (Kg) 118 150 190 130 140 100 190 130 120 140 1.408 140,8
Harga (Rp) 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 24.000 240.000 24.000
Total 2.832.000 3.600.000 4.560.000 3.120.000 3.360.000 2.400.000 4.560.000 3.120.000 2.880.000 3.360.000 33.792.000 3.379.200
81
Lampiran 9. Penerimaan Nelayan Responden Berdasarkan Hasil Tangkapan Sero Perbulan di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Penerimaan (Rp) No 1
Ikan Ruma-Ruma Produksi Harga (Rp) (Kg) 18.000 80
Ikan Putih Produksi Harga (Rp) (Kg) 23.000 0 23.000
Ikan katamba Produksi Harga (Rp) (Kg)
Ikan Malalea Produksi (Kg)
40
25.000
60
25
25.000
55
35
25.000
80
0
25.000
75
20
25.000
50
30
25.000
65
0
25.000
100
30
25.000
80
0
25.000
75
40
25.000
80
Harga (Rp)
Total Penerimaan (Rp/Bulan)
15.000
3.340.000
15.000
3.270.000
15.000
4.125.000
15.000
2.115.000
15.000
2.660.000
15.000
3.020.000
15.000
2.400.000
15.000
3.100.000
15.000
3.175.000
15.000
3.315.000 27.600.000
2
50
18.000
40
3
50
18.000
50
4
55
18.000
0
5
40
18.000
30
6
40
18.000
25
7
50
18.000
0
8
0
18.000
50
9
50
18.000
50
10
30
18.000
25
445
180.000
270
230.000
220
250.000
720
150.000
44,5
18.000
27
23.000
22
25.000
72
15.000
Jumlah Rata-Rata
23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000
2.760.000
82
Lampiran
10. Penerimaan Nelayan Responden Berdasarkan Hasil Tangkapan Penerima Bantuan Perahu Bermesin Perbulan di Kelurahan Bungkutoko
Kecamatan Abeli Kota Kendari
No 1
Ikan Ruma-Ruma Produksi Harga (Kg) (Rp) 18.000 80
Penerimaan (Rp/Bulan) Ikan Putih Ikan katamba Produksi Produksi Harga Harga (Rp) (Kg) (Kg) (Rp)
Ikan Kerapu
0
23.000
30
25.000
20
15.000
Total Penerimaan (Rp/Bulan) 3.340.000
Produksi (Rp)
Harga (Rp)
2
50
18.000
0
23.000
50
25.000
20
15.000
3.270.000
3
60
18.000
30
23.000
65
25.000
35
15.000
4.125.000
4
80
18.000
50
23.000
20
25.000
40
15.000
2.115.000
5
85
18.000
45
23.000
50
25.000
0
15.000
2.660.000
6
60
18.000
20
23.000
30
25.000
20
15.000
3.020.000
7
65
18.000
25
23.000
80
25.000
0
20.000
2.400.000
8
70
18.000
0
23.000
50
25.000
20
20.000
3.100.000
9
80
18.000
30
23.000
30
25.000
50
20.000
3.175.000
10
70
18.000
0
25.000
40
25.000
30
20.000
3.315.000
700
180.000
200
232.000
445
250.000
235
170.000
27.600.000
70
18.000
20
23.200
44,5
25.000
23,5
17.000
Jumlah Rata-Rata
2.760.000
83
Lampiran 11. Biaya Penyusutan, Biaya Pemeliharaan dan Biaya Tetap Nelayan Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kota Kendari Kecamatan Abeli Kota Kendari No. Responden
Biaya Penyusutan (Rp/Bulan) Perahu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-Rata
58.333,3 37.500 83.333,3 83.333,3 72.916,7 37.500 36.458,3 48.611,1 46.666,7 50.000 554.652,70 55.465,27
Mesin 41.666,7 34.722,2 26.041,7 52.083,3 300.00 41.666,7 34.722,2 14.881 23.809,5 34.722,2 304.315,50 30.431,55
Bubu 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500 12.500 125.000 12.500
Biaya Pemeliharaan 90.000 100.000 150.000 100.000 90.000 100.000 90.000 100.000 100.000 150.000 298.083,3 29.808,3
Biaya Tetap (Rp/Bulan) 202.500 184.722 271.875 247.917 175.417 191.667 173.681 175.992 182.976 247.222 2.083.968 208.397
84
Lampiran 12. Biaya Penyusutan, Biaya Pemeliharaan dan Biaya Tetap Nelayan yang Menerima Bantuan Alat Tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kota Kendari Kecamatan Abeli Kota Kendari No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-Rata
Biaya Penyusutan (Rp/Bulan) Perahu 83.333,3 7.7777,9 97.222,2 62.500 58.333,3 62.500 72.916,7 83.333,3 69.444,4 125.000 792.361,10 79.236,11
Mesin 50.000 41.666,7 52.083,3 52.083,3 41.666,7 34.722,2 104.166,7 34.722,2 33.333,3 30.000 474.444,40 47.444,44
Sero 416.667 416.667 416.667 416.667 416.667 416.667 416.667 416.667 416.667 416.667 4.166.670,00 416.667,00
Biaya Pemeliharaan 50.000 80.000 50.000 100.000 90.000 100.000 50.000 50.000 50.000 70.000 690.000,00 69.000,00
Biaya Tetap (Rp/Bulan) 202.500 184.722 271.875 247.917 175.417 191.667 173.681 175.992 182.976 247.222 2.053.969,00 205.396,90
85
Lampiran 13. Biaya Penyusutan, Biaya Pemeliharaan dan Biaya Tetap Nelayan yang Menerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kota Kendari Kecamatan Abeli Kota Kendari Biaya Penyusutan (Rp/Bulan)
No. Responden
Perahu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-Rata
250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 2.500.000 250.000
Mesin 191.666,7 191.666,7 191.666,7 191.666,7 191.666,7 191.666,7 191.666,7 191.666,7 191.666,7 191.666,7 1.916.667 191.666,7
Senar 10.000 7.500 10.000 18.000 18.750 12.500 18.000 18.000 30.000 18.750 161.500 16.150
Mata Pancing 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000 350.000 35.000
Biaya Pemeliharaan 70.000 100.000 100.000 90.000 50.000 100.000 100.000 50.000 50.000 80.000 790.000 79.000
Biaya Tetap (Rp/Bulan) 556.667 584.167 586.667 584.667 545.417 589.167 594.667 544.667 556.667 575.417 5.718.167 571.816,70
86
Lampiran 14. Total Biaya Variabel Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Biaya Variabel (Rp/Bulan) No. Responden
Umpan
BBM
Total Biaya Variabel (Rp/Bulan)
1
600.000
600.000
1.200.000
2
1.250.000
875.000
2.125.000
3
1.400.000
1.260.000
2.660.000
4
1.100.000
990.000
2.090.000
5
1.080.000
810.000
1.890.000
6
630.000
630.000
1.260.000
7
1.540.000
1.260.000
2.800.000
8
1.035.000
1.035.000
2.070.000
9
800.000
720.000
1.520.000
10
1.056.000
960.000
2.016.000
Jumlah
10.491.000
9.140.000
19.631.000
Rata-Rata
1.049.100
914.000
1.963.100
87
Lampiran 15. Total Biaya Variabel Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari
No. Responden
Biaya Variabel (Rp/Bulan)
Total Biaya Variabel (Rp/Bulan)
BBM 1
540.000
540.000
2
560.000
560.000
3
390.000
390.000
4
250.000
250.000
5
375.000
375.000
6
405.000
405.000
7
360.000
360.000
8
260.000
260.000
9
280.000
280.000
10
220.000
220.000
3.640.000
3.640.000
364.000
364.000
Jumlah Rata-Rata
88
Lampiran 16. Total Biaya Variabel Nelayan Responden Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari
No. Responden
Biaya Variabel (Rp/Bulan) Umpan
Total Biaya Variabel (Rp/Bulan)
BBM
1
220.000
660000
880.000
2
200.000
800000
1.000.000
3
560.000
840000
1.400.000
4
500.000
1000000
1.500.000
5
750.000
560000
1.310.000
6
560.000
560000
1.120.000
7
280.000
840000
1.120.000
8
460.000
920000
1.380.000
9
330.000
880000
1.210.000
10
580.000
870000
1.450.000
4.440.000
7.930.000
12.370.000
444.000
793.000
1.237.000
Jumlah Rata-Rata
89
Lampiran 17. Total Biaya yang di Keluarkan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari No. Responden
Biaya Variabel (Rp)
Biaya Tetap (Rp)
Total Biaya (Rp)
1
1.200.000
202.500
1.402.500
2
2.125.000
184.722
2.309.722
3
2.660.000
271.875
2.931.875
4
2.090.000
247.917
2.337.917
5
1.890.000
175.417
2.065.417
6
1.260.000
191.667
1.451.667
7
2.800.000
173.681
2.973.681
8
2.070.000
175.992
2.245.992
9
1.520.000
182.976
1.702.976
10
2.016.000
247.222
2.263.222
Jumlah
19.631.000
2.083.968
21.684.969
Rata-Rata
1.963.100
208.397
2.168.497
90
Lampiran 18. Total Biaya yang di Keluarkan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari
1
Biaya Variabel (Rp) 540.000
2
No. Responden
Biaya Tetap (Rp)
Total Biaya (Rp)
202.500
742.500
560.000
184.722
744.722
3
390.000
271.875
661.875
4
250.000
247.917
497.917
5
375.000
175.417
550.417
6
405.000
191.667
596.667
7
360.000
173.681
533.681
8
260.000
175.992
435.992
9
280.000
182.976
462.976
10
220.000
247.222
467.222
Jumlah Rata-Rata
3.640.000 364.000
2.053.969,00 205.396,90
5.693.969 569.397
91
Lampiran 19. Total Biaya yang di Keluarkan Nelayan Responden Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari No. Responden
Biaya Variabel (Rp)
Biaya Tetap (Rp)
Total Biaya (Rp)
1
880.000
202.500
1.082.500
2
1.000.000
184.722
1.184.722
3
1.400.000
271.875
1.671.875
4
1.500.000
247.917
1.747.917
5
1.310.000
175.417
1.485.417
6
1.120.000
191.667
1.311.667
7
1.120.000
173.681
1.293.681
8
1.380.000
175.992
1.555.992
9
1.210.000
182.976
1.392.976
10
1.450.000
247.222
1.697.222
Jumlah
17.742.000
2.053.969
14.423.969
Rata-Rata
1.774.200
205.396,9
1.442.397
92
Lampiran 20. Pendapatan Perbulan Nelayan Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari
No. Responden
Penerimaan (Rp)
1
2.832.000
2
3.600.000
3
4.560.000
4
3.120.000
5
3.360.000
6
2.400.000
7
4.560.000
8
3.120.000
9
2.880.000
10
3.360.000
Jumlah
33.792.000
Rata-Rata
3.379.200
Total Biaya (Rp) 1.402.500
Pendapatan (Rp) 1.429.500
2.309.722
1.290.278
2.931.875
1.628.125
2.337.917
782.083
2.065.417
1.294.583
1.451.667
948.333
2.973.681
1.586.319
2.245.992
874.008
1.702.976
1.177.024
2.263.222
1.096.778
21.684.969
12.107.031
2.168.497
1.210.703
93
Lampiran 21. Pendapatan Perbulan Nelayan Responden Responden Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari
No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-Rata
Penerimaan (Rp) 3.340.000
Total Biaya (Rp)
Pendapatan (Rp)
742.500
2.597.500
3.270.000
744.722
2.525.278
2.230.000
661.875
1.568.125
2.115.000
497.917
1.617.083
2.660.000
550.417
2.109.583
3.020.000
596.667
2.423.333
2.400.000
533.681
1.866.319
3.100.000
435.992
2.664.008
3.175.000
462.976
2.712.024
2.290.000
467.222
1.822.778
27.600.000
5.693.969
21.906.031
2.760.000
569.397
2.190.603
94
Lampiran 22. Pendapatan Perbulan Nelayan Responden Responden Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari
No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-Rata
Penerimaan (Rp) 2.490.000
Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) 1.082.500 1.407.500
2.450.000
1.184.722
1.265.278
3.920.000
1.671.875
2.248.125
3.920.000
1.747.917
2.172.083
3.690.000
1.485.417
2.204.583
3.815.000
1.311.667
2.503.333
2.590.000
1.293.681
1.296.319
3.745.000
1.555.992
2.189.008
2.910.000
1.392.976
1.517.024
3.880.000
1.697.222
2.182.778
32.350.000
14.423.969
17.926.031
3.235.000
1.442.397
1.792.603
95
Lampiran 23. Pengeluaran Keluarga Nelayan Alat Tangkap Bubu (Rp/Bulan) yang Mendapat Bantuan Alat Tangkap Bubu(Rp/Bulan) Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Rata-rata
Beras 400.000 370.000 500.000 450.000 550.000 600.000 400.000 500.000 530.000 550.000 4.850.000 485.000
Responden
Telur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Rata-rata
35.000 20.000 0 10.000 0 0 20.000 0 40.000 0 125.000 12500
Sagu 20.000 0 40.000 0 0 10.000 0 30.000 0 0 100.000 10.000 Gula Pasir 100.000 65.000 90.000 75.000 120.000 95.000 80.000 100.000 50.000 50.000 825.000 82.500
Ubi 35.000 0 20.000 30.000 40.000 0 30.000 0 0 35.000 190.000 19.000 Kopi 20.000 0 35.000 10.000 0 30.000 0 20.000 35.000 30.000 180.000 18.000
Kebutuhan Pangan Mei 2016 Ikan Daging Sayuran 100.000 0 95.000 60.000 0 80.000 80.000 0 0 200.000 50.000 90.000 90.000 50.000 60.000 0 0 90.000 100.000 0 35.000 0 0 80.000 120.000 50.000 0 0 0 120.000 750.000 150.000 650.000 75.000 15.000 65.000 Kebutuhan Pangan Mei 2016 Teh 30.000 20.000 25.000 20.000 10.000 10.000 25..000 10.000 20.000 20.000 165.000 16.500
Bumbu Dapur 10.000 45.000 30.000 20.000 12.000 35.000 10.000 20.000 29.000 15.000 226.000 22.600
Susu 0 22.000 11.000 22.000 30.000 25.000 0 0 35.000 11.000 156.000 15.600
Buah-buahan 0 20.000 55.000 30.000 0 0 35.000 0 15.000 0 155.000 15.500
Rokok 440.000 550.000 560.000 484.000 648.000 504.000 560.000 460.000 480.000 528.000 5.214.000 521.400 Minyak Goreng 90.000 75.000 82.000 45.000 55.000 30.000 65.000 42.000 75.000 85.000 644.000 64.400
Total 1.090.000 1.082.000 1.211.000 1.326.000 1.468.000 1.229.000 1.125.000 1.070.000 1.215.000 1.244.000 12.060.000 1.206.000 Total 285.000 245.000 317.000 210.000 197.000 200.000 210.000 192.000 264.000 200.000 2.320.000 232.000
96
Lanjutan Lampiran 23. Pengeluaran Keluarga Nelayan yang Mendapat Bantuan Alat Tangkap Bubu (Rp/Bulan) Non Pangan Mei 2016 Responden Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata
Kesehatan
1.500.000 850.000 600.000 500.000 850.000 650.000 500.000 700.000 500.000 750.000 7.400.000 740.000
Pakaian
0 50.000 5.000 20.000 30.000 0 5.000 0 20.000 0 130000 13.000
Pembayaran Listrik 35.000 23.000 30.000 35.000 20.000 50.000 25.000 35.000 50.000 25.000 328.000 32.800
Pajak
125.000 0 200.000 175.000 50.000 0 50.000 150.000 130.000 0 880.000 88.000 Non Pangan Mei 2016
Fasilitas RT 30.000 50.000 0 35.000 70.000 0 12.500 15.000 140.000 50.000 402.500 40.250
Transportasi 150.000 100.000 200.000 100.000 0 300.000 120.000 0 100.000 100.000 1.170.000 117.000
Gas 1.125 1.547 1.000 833 1.500 1.175 4.300 2.083 1.125 5.200 19.888 1.988,8
30.000 20.000 40.000 20.000 20.000 50.000 20.000 40.000 20.000 20.000 280.000 28.000 Tabungan 0 0 0 0 0 0 0 300.000 200.000 0 500.000 50.000
Total 1.656.125 921.547 846.000 715.833 951.500 701.175 579.300 892.083 671.125 775.200 8.709.888 870.989 Total 215.000 173.000 230.000 170.000 90.000 350.000 157.500 350.000 490.000 175.000 2.400.500 240050
97
Lampiran 24. Pengeluaran Keluarga Nelayan yang Mendapat Bantuan Alat Tangkap Sero (Rp/Bulan) Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Rata-rata Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Rata-rata
Beras 450.000 650.000 400.000 550.000 600.000 300.000 500.000 500.000 450.000 400.000 4.800.000 480.000 Telur 0 10.000 25.000 10.000 0 0 0 10.000 0 0 55.000 5.500
Sagu 40.000 0 45.000 0 10.000 5.000 30.000 20.000 30.000 5.000 185.000 18.500
Ubi 30.000 50.000 0 40.000 0 25.000 35.000 50.000 35.000 20.000 285.000 28.500
Gula Pasir 90.000 45.000 120.000 65.000 60.000 95.000 130.000 85.000 90.000 65.000 845.000 84.500
Ikan 0 0 150.000 0 100.000 0 0 0 0 0 250000 25.000 Kopi 0 30.000 20.000 0 35.000 0 35.000 0 30.000 0 150.000 15.000
Kebutuhan Pangan Mei 2016 Daging Sayuran Susu 0 95.000 50.000 0 100.000 35.000 0 130.000 35.000 0 0 0 0 80.000 30.000 0 90.000 0 0 60.000 35.000 0 80.000 20.000 50.000 55.000 30.000 50.000 80.000 35.000 100.000 770.000 270.000 10.000 77.000 27.000 Kebutuhan Pangan Mei 2016 Bumbu BuahTeh Dapur buahan 30.000 30.000 20.000 25.000 25.500 35.000 15.000 37.000 10.000 35.000 24.000 0 10.000 43.000 40.000 25.000 30.000 0 15.000 50.000 0 20.000 40.000 35.000 15.000 37.000 0 25.000 30.000 30.000 215.000 346.500 170.000 21.500 34.650 17.000
Rokok 540.000 616.000 624.000 550.000 550.000 648.000 480.000 520.000 616.000 484.000 5.628.000 562.800 Minyak Goreng 52.000 95.000 65.000 42.000 80.000 35.000 55.000 42.000 55.000 52.000 573.000 57.300
Total 1.205.000 1.451.000 1.384.000 1.140.000 1.370.000 1.068.000 1.140.000 1.190.000 1.266.000 1.074.000 12.288.000 1.228.800 Total 222000 265500 292000 176000 268000 185000 285000 232000 227000 202000 2354500 235450
98
Lanjutan Lampiran 24. Pengeluaran Keluarga Nelayan yang Mendapat Bantuan Alat Tangkap Sero (Rp/Bulan) Non Pangan Mei 2016 Responden Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata
Kesehatan
300.000 570.000 400.000 350.000 300.000 450.000 550.000 600.000 300.000 300.000 4.120.000 412.000
Pakaian
20.000 5.000 0 30.000 0 5.000 20.000 5.000 30.000 0 115.000 11.500
Pembayaran Listrik 30.000 45.000 25.000 34.500 50.000 30.000 45.000 25.000 50.000 35.000 369.500 36.950
Pajak
50.000 0 100.000 0 85.000 0 0 130.000 0 150.000 515.000 51500 Non Pangan Mei 2016
Fasilitas RT 50.000 0 37.500 25.000 15.000 43.000 55.000 40.000 50.000 62.000 377.500 37.750
1.300 2.100 1.500 5.300 833 1.200 1.050 1.350 1.100 9.200 24.933 2.493,30
Transportasi 50.000 200.000 0 0 50.000 80.000 100.000 0 50.000 0 530.000 53.000
Gas
Total
20.000 35.000 20.000 20.000 35.000 20.000 35.000 20.000 35.000 20.000 260.000 26.000
391.300 612.100 521.500 405.300 420.833 476.200 606.050 756.350 366.100 479.200 5.034.933 503.493,3
Tabungan
Total
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
130.000 245.000 62.500 59.500 115.000 153.000 200.000 65.000 150.000 97.000 1.277.000 127.700
99
Lampiran 25. Pengeluaran Keluarga Nelayan yang Mendapat Bantuan Perahu Bermesin (Rp/Bulan) Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Rata-rata
Beras 850.000 500.000 700.000 600.000 450.000 600.000 400.000 600.000 500.000 750.000 5.950.000 595.000
Responden
Telur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Rata-rata
0 10.000 0 15.000 10.000 20.000 0 0 35.000 0 90.000 9.000
Sagu 0 30.000 15.000 0 0 0 20.000 0 15.000 20.000 100000 10.000 Gula Pasir 120.000 82.000 150.000 135.000 95.000 60.000 100.000 75.000 150.000 55.000 1.022.000 102.200
Ubi 40.000 0 30.000 20.000 30.000 45.000 0 40.000 0 0 205.000 20.500 Kopi 20.000 23.000 12.000 30.000 20.000 18.000 30.000 12.000 20.000 24.000 209.000 20.900
Kebutuhan Pangan Mei 2016 Ikan Daging Sayuran 200.000 100.000 80.000 0 0 50.000 0 0 60.000 0 0 100.000 150.000 150.000 80.000 0 0 80.000 120.000 0 50.000 0 0 90.000 120.000 100.000 130.000 0 0 75.000 590.000 350.000 795.000 59.000 35.000 79.500 Kebutuhan Pangan Mei 2016 Teh 25.000 10.000 10.000 20.000 10.000 20.000 10.000 15.000 10.000 5.000 135.000 13.500
Bumbu Dapur 37.000 15.000 24.000 30.000 25.000 27.000 25.000 30.000 20.000 35.000 268.000 26.800
Susu 22.000 0 35.000 0 35.000 0 0 35.000 0 22.000 149.000 14.900
Buah-buahan 50.000 35.000 0 0 30.000 20.000 0 40.000 55.000 0 230.000 23.000
Rokok 440000 440000 616000 500000 672000 560000 560000 506000 440000 638000 5.372.000 537.200 Minyak Goreng 55.000 90.000 45.000 125.000 95.000 125.000 35.000 65.000 90.000 65.000 790.000 79.000
Total 1.732.000 1.020.000 1.456.000 1.220.000 1.567.000 1.285.000 1.150.000 1.271.000 1.305.000 1.505.000 13.511.000 1.351.100 Total 307000 265000 241000 355000 285000 290000 200000 237000 380000 184000 2744000 274400
100
Lanjutan Lampiran 25. Pengeluaran Keluarga Nelayan yang Mendapat Bantuan Perahu Bermesin (Rp/Bulan) Non Pangan Mei 2016 Responden Pendidikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-rata Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah
Kesehatan
750.000 640.000 500.000 400.000 400.000 350.000 520.000 650.000 520.000 400.000 5.130.000 513.000 Pembayaran Listrik 55.000 30.000 37.000 42.000 27.000 36.000 30.000 40.000 39.000 30.000 366.000
Pakaian
30.000 0 25.000 5.000 0 0 5.000 10.000 0 20.000 95.000 9.500
Pajak
200.000 0 0 130.000 100.000 0 0 160.000 140.000 0 730.000 73.000 Non Pangan Mei 2016
Fasilitas RT 47.000 32.000 25.000 37.000 50.000 24.000 43.000 25.000 53.000 0 336.000
2.750 1.300 1.150 650 1.150 1.000 1.700 920 1.400 1.200 13.220 1.322
Transportasi 250.000 0 185.000 150.000 0 0 90.000 50.000 130.000 0 855.000
Gas 55.000 70.000 65.000 65.000 70.000 50.000 50.000 55.000 60.000 50.000 590.000 59.000 Tabungan 200.000 0 250.000 0 0 300.000 0 0 0 300.000 1.050.000
Total 1.037.750 711.300 591.150 600.650 571.150 401.000 576.700 875.920 721.400 471.200 6.558.220 1.037.750 Total 552.000 62.000 497.000 229.000 77.000 360.000 163.000 115.000 222.000 330.000 2.607.000
101
Lampiran 26. Distribusi NTN untuk Penerima Bantuan Alat Tangkap Bubu di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-Rata
Penerimaan Dari Perikanan Tangkap 3.832.000 3.600.000 4.560.000 3.120.000 3.360.000 2.500.000 4.560.000 3.120.000 2.880.000 3.360.000 33.792.000 3.379.200
Pengeluaran Total Pangan Non Pangan 1.375.000 1.871.125 3.246.125 1.327.000 1.094.547 2.421.547 1.528.000 1.076.000 2.604.000 1.536.000 885.833 2.421.833 1.665.000 1.041.500 2.706.500 1.429.000 1.051.175 2.480.175 1.335.000 736.800 2.071.800 1.262.000 1.242.083 2.504.083 1.479.000 1.161.125 2.640.125 1.444.000 950.200 2.394.200 14.380.000 11.110.388 25.490.388 1.438.000 1.111.039 2.549.039
NTN 1,2 1,5 1,8 1,3 1,2 1,0 2,2 1,2 1,1 1,4 13,9 1,39
102
Lampiran 27. Distribusi NTN untuk Penerima Bantuan Alat Tangkap Sero di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari No. Responden
Penerimaan Dari Perikanan Tangkap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-Rata
3.340.000 3.270.000 2.270.000 2.115.000 2.660.000 3.020.000 2.400.000 3.100.000 3.175.000 2.290.000 27.600.000 2.760.000
Pengeluaran Total Pangan Non Pangan 1.427.000 521.300 1.948.300 1.716.500 857.100 2.573.600 1.676.000 584.000 2.260.000 1.316.000 464.800 1.780.800 1.638.000 535.833 2.173.833 1.253.000 629.200 1.882.200 1.425.000 806.050 2.231.050 1.422.000 821.350 2.243.350 1.493.000 516.100 2.009.100 1.276.000 576.200 1.852.200 14.642.500 6.311.933 20.954.433 1.464.250 631.193 2.095.443
NTN 1,7 1,3 1,0 1,2 1,2 1,6 1,2 1,4 1,6 1,2 13,4 1,34
103
Lampiran
No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah Rata-Rata
28. Distribusi NTN untuk Penerima Bantuan Perahu Bermesin di Kelurahan Bungkutoko Kecamatan Abeli Kota Kendari Penerimaan Dari Perikanan Tangkap 2.900.000 2.450.000 3.920.000 3.920.000 3.690.000 3.815.000 2.590.000 3.745.000 2.910.000 3.880.000 32.350.000 3.235.000
Pengeluaran Pangan Non Pangan 2.039.000 1.589.750 1.285.000 773.300 1.697.000 1.088.150 1.575.000 829.650 1.852.000 648.150 1.575.000 761.000 1.350.000 739.700 1.508.000 990.920 1.685.000 943.400 1.689.000 801.200 16.255.000 9.165.220 1.625.500 1.298.450
Total 3.628.750 2.058.300 2.785.150 2.404.650 2.500.150 2.336.000 2.089.700 2.498.920 2.628.400 2.490.200 25.420.220 2.923.950
NTN 0,8 1,2 1,4 1,6 1,5 1,6 1,2 1,5 1,1 1,6 13,5 1,35
104
Lampiran 29. Hubungan Bantuan Alat Tangkap Dengan Nilai Tukar Nelayan Correlations Bubu Y1 Y1
Pearson Correlation
X1 1
.831
Sig. (2-tailed)
.007
N X1
*
10
10
*
1
Pearson Correlation
.831
Sig. (2-tailed)
.007
N
10
11
Correlations Sero Y2 Y2
Pearson Correlation
X2 1
.440
Sig. (2-tailed)
.003
N X2
Pearson Correlation
**
10
10
**
1
.440
Sig. (2-tailed)
.003
N
10
10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Perahu Bermesin Y2 Y2
Pearson Correlation
X2 1
Sig. (2-tailed) N X2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.841
**
.002 10
10
**
1
.841
.002 10
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
10
105
DOKUMENTASI WAWANCARA DENGAN RESPONDEN
106
BANTUAN MODAL USAHA YANG DIBERIKAN PEMERINTAH Alat Tangkap Bubu
Alat Tangkap Sero
Perahu Bermesin
Perahu Bermesin