ISSN 2302-5298
Lingkup Artikel Yang Dimuat Dalam Jurnal Ini Adalah Kajian Empiris dan Konseptual Kontemporer Pada Bidang Ekonomi, Bisnis & Akuntansi
Kajian Terhadap Nelayan Perikanan Tangkap Pelagis Kecil Dengan Alat Tangkap Bagan Apung Di Kabupaten Maluku Tenggara Steven Siaila
Abstract
This study aims to find empirical evidence of: (a) the relationship and influence between budgetary participation and managerial performance, (b) the effect of organizational commitment on the relationship between budgetary participation and managerial performance, and (c) the influence of leadership styles on the relationship between budgetary participation and managerial performance. Respondents in this study were high-level managers, lower-level managers of State Owned Enterprises in the city of Ambon. Data processing was performed using Moderating Regression Analysis (MRA) Results showed (1) has the effect of budgetary participation on managerial performance, (2) has the effect of organizational commitment on the relationship between budgetary participation and managerial performance, and (3) leadership style had an influence on the relationship between budgetary participation and managerial performance.
Key Words : Capital Investment, Running Cost, Profitability
Penulis adalah dosen pada jurusan Manajemen Fak. Ekonomi Univ. Pattimura Ambon. e-mail :
[email protected]
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 3 ▪ Juli 2014
33
PENDAHULUAN Di sektor perikanan efisiensi dapat diklasifikasikan dalam efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Profitabilitas teknis diartikan sebagai pengendalian fisik atas produk perikanan dimana yang tercakup di dalamnya prosedur penangkapan hingga penyimpanan di kapal dan di gudang, besarnya (skala) operasi, dengan tujuan melakukan penghematan fisik seperti mengurangi kerusakan ikan, mencegah merosotnya mutu ikan hasil tangkapan. Penghematan fisik ini selanjutnya akan menciptakan pengurangan biaya yang sangat tergantung pada lingkungan ekonomis (economic environment) dimana aktivitas penangkapan itu berlangsung. Efisiensi ekonomis diartikan bahwa perusahaan atau industri dengan teknik, skill, pengetahuan dan keterampilan yang ada harus dapat bekerja dengan biaya yang rendah guna memperoleh laba. Selanjutnya perbandingan unsur biaya sebagai input dengan laba sebagai ukuran out-put merupakan besaran angka yang mencerminkan Efisiensi ekonomis di sub sektor perikanan (Saefudin dan Hannafiah, 2006: 101). Terkait dengan efisiensi, pada sector perikanan khususnya prikanan tankap dkenal dengan efisiensi pengusaha dan efiseinsi konsumen. Efisiensi pengusaha adalah pencapaian keuntungan yang dicapai oleh perusahaan bila dibandingkan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan atau usaha (effort) yang dilakukan. Jadi keuntungan sebagai out-put dari suatu aktivitas ekonomi di sub sektor perikanan harus dibandingkan dengan berbagai biaya yang terjadi dalam atau usaha (effort) rangka penyelenggaraan penangkapan ikan di laut. Sedangkan Efisiensi dari sudut pandang konsumen, 34
efsiensi diukur dari kepuasan konsumen sebagai out-put dibandingkan dengan usaha usaha individu untuk menhasilkan kepuasan tersebut. (Saefudin dan Hannafiah, 2006: 100). Efisiensi didefinisikan sebagai harapan untuk memperoleh pengembalian (return) yang tertinggi dengan menggunakan sumber sumber yang sekecil mungkin. Definisi efisiensi ini tidak dipisahkan dengan pengertian efektivitas, dimana efektivitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan suatu tugas atau pencapaian sasaran tertentu (Adelman dan Marks, 2004). Jadi bilamana aktivitas tertentu dapat diselesaikan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya merupakan cerminan efektivitas. Besaran laba yang diperoleh dengan menggunakan aset produktif adalah bukti telah tercapainya efektivitas karena sasaran yang ingin dipacapai oleh setiap perusahaan adalah memperoleh laba. Akan tetapi bila selanjutnya laba tersebut dibandingkan dengan nilai aset produktif yang digunakan maka hitungan ini mencerminkan efisiensi. Jadi, laba yang dicapai sebagaimana disajikan dalam Laporan Rugi/Laba merupakan cerminan tercapainya efektivitas, sedangkan bila laba tersebut dibadingkan dengan nilai aset yang digunakan utnuk menghasilkan laba tersebut baru disebut efisiensi (Adelman dan Marks, 2004). Bertolak dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa efisiensi dapat diindetikan dengan profitabilitas. Ini sejalan dengan pernyataan berikut ini: “ Profitabilitty can be measured in business by using ratio that is obtained by deviding net profit by total assets. Profitability, therefore, is our return on investment and is relate more to concept efficiency than that of effectiveness” (Adelman dan Marks, 2004.99-100)
Kajian Terhadap Nelayan Perikanan Tangkap Pelagis Kecil Dengan Alat Tangkap Bagan Apung Di Kabupaten Maluku Tenggara
Berlandaskan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka dapat dikatakan bahwa kemampuan sebuah usaha atau perusahaan untuk menghasilkan laba yang diceminkan oleh tingkatan protibalitas juga adalah cerminan dari efsiensi. Bilamana kinerja keuangan perusahaan lebih didominasi oleh pengukuran profitabilitas, maka sebenarnya konsepsi dasar yang melandasi pengukuran ini adalah konsepsi efisiensi. Sumberdaya perikanan tangkap dikelompokkan ke dalam 4 kelompok yakni (Naamin, 1987): 1. Sumberdaya ikan demersal, yaitu jenis ikan hidup di atau dekat perairan yang dalam. 2. Sumberdaya pelagis kecil, yaitu jenis ikan yang berada di permukaan. 3. Sumberdaya pelagis besar, yaitu jenis ikan oseanik yang berada di permukaan dan sangat jauh dari lepas pantai, seperti tuna dan cakalang. 4. Sumberdaya udang dan biota laut non ikan lainnya. Eksploitasi perikanan tangkap memiliki ciri yang khusus yakni: stok yang tidak statis serta kondisi stok ikan yang tidak bisa diukur secara akurat (Akhmad Fauzi, 2005: 13). Secara keseluruhan produksi perikanan tangkap nasional pada tahun 2006 mencapai 4,9 ton dan meningkat menjadi 5,04 juta ton pada tahun 2007 (Analisis Data Kelautan Perikanan, 2007). Besaran ini bila dibandingkan dengan ketentuan jumlah tangkapan yang kestari (MSY) yakni sebesar 6,4 juta ton dan itu berarti jumlah tangkapan yang dicapai masih belum memenuhi target jumlah tangkapan lestari yang ditentukan. Peningkatan pengkapan di laut hanya meningkat 3 %. Akan tetapi bila ditelusuri lebih jauh, volume produksi perikanan tangkap berdasarkan propinsi,
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 3 ▪ Juli 2014
terlihat bahwa Propinsi Maluku merupakan penyumbang terbesar volume produksi perikanan tangkap yakni 489.249 ton diikuti Jawa Timur 382.877 ton (http://www.bps.go.id/sektor/ agri/ikan/table5.shtml) Bila melihat pada besarnya produksi tangkapan berdasarkan provinsi di Indonesia, maka Propinsi Maluku menduduki posisi teratas dengan besar volume tangakapan 481.848 ton, diikuti oleh Sumatera Utara 326.336 ton; Jawa Timur sebesar 322.292 ton; (Biro Pusat Statistik Indonesia; http://www.bps.go.id/sektor/ agri/ikan/table.shtml. 5/19/2009 22.42 ). Ukuran keberhasilan usaha penangkapan ikan yang diukur dari profitabilitas, merupakan hasil dari sebuah perbandingan antara input yang digunakan dalam operasi sebagai gambaran berbagai aktivitas usaha (effort) sebuah usaha penangkapan ikan dengan out put dengan laba sebagai hasil akhir dari aktivitas usaha. Input tersebut berupa asset yang digunakan untuk menghasilkan output. Faktor input juga berupa biaya biaya yang dikeluarkan mulai dari persiapan eksploitasi penangkapan ikan hingga ikan hasil tangkapan tiba di home base. Input juga dalam konteks perusahaan diukur dengan besarnya aset yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan mulai dari aktivtas operasi di darat dan juga operasi perusahaan di laut melalui armada penangkapan ikan. Sedangkan output adalah hasil yang diperoleh perusahaan berupa besaran laba tertentu sebagai margin atas besarnya pendapatan perusahaan dengan biaya biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan kegiatan operasi tersebut. Aktivitas perikanan laut di Propinsi Maluku dipisahkan ke dalam 3
35
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yakni: WPP Laut Banda, WPP Laut Arafura dan WPP Laut Seram sampai ke Teluk Tomini yang secara komulatif mengandung potensi sumber daya ikan sebesar 1.640 ton/tahun yang pemanfaatanya baru mencapai sekitar 42 % (Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku, Tahun 2007. 3-4). Berdasarkan Buku Tahunan Statistik Perikanan Provinsi Maluku Tahun 2007, perkembangan jumlah dengan alat tangkap pancing tonda di Propinsi Maluku adalah sebagai berikut: Kabupaten Maluku Tenggara berdasarkan data di atas masih menyatu dengan Kabupaten Maluku Tenggara menduduki posisi ketiga dalam besaran produksi perikanan tangkap. Berlandaskan kondisi ini dapatlah dikatakan bahwa keadaan perikanan tangkap di Kabupaten Maluku Tenggara memiliki potensi yang cukup besar dalam perikanan tangkap lebih khusus jenis pelagis kecil dan butuh suatu penelitian untuk bisa menjawab apakah para nelayan penyelenggara aktivitas perikanan tangkap dalm aktivitas usahanya telah efisien atau tidak. Bertolak dari penjelasan ini penulis tertarik untuk meneliti dan menulis lebih jauh tentang : “Analisis Profitabilitas Usaha Nelayan Perikanan Tangkap di Kabupaten Maluku Tenggara (Studi Empirik Usaha Nelayan Tangkap Dengan Alat Bagan Apung)”. Bertolak dari penjelasan latar belakang, statemen tentang masalah peneiltian dapat rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Apakah variabel capital investment, running cost, keterampilan nelayan, dan frekuensi melaut memiliki pengaruh parsial terhadap profitabilitas usaha Nelayan Perikanan Tangkap di Kabupaten Maluku Tenggara? Apakah variabel
36
capital investment, running cost, keterampilan nelayan, dan frekuensi melaut berpengaruh secara simultan terhadap Profitabilitas usaha Nelayan Perikanan Tangkap di Kabupaten Maluku Tenggara? Tujuan dan kegunaan penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah: Menganalisis pengaruh dari faktor capital investment, running cost, keterampilan nelayan, dan frekuensi melaut mempengaruhi Profitabilitas usaha nelayan perikanan tangkap dengan peralatan bagan apung di Kabupaten Maluku Tengggara; Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama dari faktor faktor capital investment, running cost, keterampilan nelayan, dan frekuensi melaut mempengaruhi profitabilitas usaha nelayan perikanan tangkap di Kabupaten Maluku Tengggara. Bila penelitian ini terlaksana, diharapkan hasil penelitian akan memberikan kegunaan sebagai berikut: Bagi para penyelenggara perusahaan perikanan tangkap denga alat bagan apung di Propinsi Maluku akan diperoleh gambaran tentang Profitabilitas usaha nelayan perikanan tangkap sehingga akan membantu Pemerintah Daerah untuk menentukan kebijaksanaan yang tepat untuk mengembangkan sub sektor perikanan umumnya dan perikanan tangkap secara lebih khusus. Bagi ilmuan, diharapkan dari hasil penelitian ini akan memberi kontribusi bagi ilmu pengetahuan dalam hal memahami variabel variabel yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan umumnya dan perusahaan perikanan tangkap dengan bagan apung pada khususnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian diskriptif (discriptive research) dimana
Kajian Terhadap Nelayan Perikanan Tangkap Pelagis Kecil Dengan Alat Tangkap Bagan Apung Di Kabupaten Maluku Tenggara
penelitian dilaksanakan terhadap masalah yang terjadi di dalam aktivitas rumah tangga perusahaan perikanan tangkap. Jadi penelitian ini akan memiliki sifat menjelaskan (explanatory research) yaitu penelitian yang dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diangkat dalam penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah nelayan perikanan tangkap dengan peralatan bagan apung yang menjalankan aktivitas perikanan tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Laut Arafura. Data yang diperoleh akan berbentuk data cross-section dimana setiap nelayan perikanan tanggkap dengan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara adalah merupakan objek penelitian ini. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode stratfied random sampling method. Populasi penulisan ini adalah seluruh nelayan perikanan tangkap pelagis kecil yang memanfaatkan perlatan bagan apung yang berada di Kabupaten Maluku Tenggara menjadi populasi dalam penelitian ini. Target sampel dalam penelitian ini adalah nelayan perikanan tangkap di Kabupaten Maluku Tenggara yang berjumlah 165 nelayan yang tersebar di beberapa desa antara lain Desa Sathean, Desa Selayar, Desa Dunwahan dan Desa Ohoililir. Di Kabupaten Maluku Tenggara hampir semua desa memiliki usaha perikanan, akan tetapi hanya empat desa yang lebih dikenal sebagai desa yang aktivitas utama penduduk desanya di dominasi pada kegiatan tangkap. Rincian jumlah nelayan dari keempat desa tersebut adalah masing-masing Desa Sathean terdapat sekitar 49 nelayan, Desa Selayar terdapat nelayan sekitar 42 orang, Desa Dunwahan terdapat sekitar 45 nelayan dan Desa Ohoililir terdapat 36 nelayan. Guna mempertahankan
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 3 ▪ Juli 2014
proporsi yang sebanding dari masing masing desa maka dengan metode pemilihan secara random (Sample Random Sampling Method) ditetapkan proporsi sampel nelayan adalah 25 % untuk masing masing desa . Secara lebih rinci data data tersebut adalah sebagai berikut. data primer, yakni data yang langsung diperoleh dari nelayan sebagai sampel pelaksana perikanan tangkap dengan bagan apung melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh menyangkut tingkat pendidikan, lama melaut, tempat pemasaran, kebutuhan capital investment untuk pengadaan sarana melaut, semua unsur running cost (running cost), frekwensi melaut dan jumlah tangkapan, serta data data lain seputar aktivitas tiap kali melaut. Data sekunder, yaitu data data yang diperoleh dari instansi terkait dengan penelitian. Data sekunder ini akan lebih banyak diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan pada proinsi, kabupaten dan kota di Propinsi Maluku. Selain itu data yang relevan lain diperoleh dari BPS Maluku, menyangkut perkembangan perikanan tangkap di Propinsi Maluku secara menyeluruh maupun berdasarkan kebupaten/kota se Propinsi Maluku. Penelitian ini memanfaatkan kuesioner sebagai instrumen untuk memperoleh data yang berkaitan dengan nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara yakni kepada para nelayan yang arealnya telah ditetapkan sesuai kriteria pengambilan sampel secara purposive, yakni desa Nelayan yang dijadikan sasaran adalah desa di seputar pulau Kei Besar yang lebih menggantungkan dirinya pada mata pencarian nelayan saja. Setalah itu desa yang bermata pencarian hanya sebagai nelayan, secara acak dipilih nelayan sebagai sampel yang akan diserahi kuasoiner dan membangun 37
dikusi seputar kuesioner agar data yang ingin diperoleh menjadi lebih kaya dengan muatan kondisi realitas aktivitas nelayan. Dalam penulisan tesis ini, penulis akan menggunakan dua macam teknik pengumpulan data yaitu library research dan field work research, yakni penelitian kepustakaan (Library Research) penulis akan menelaah serta mengumpulkan konsep dan teori dari berbagai literatur, artikel-artikel, jurnal-jurnal yang ada hubungannya dengan penulisan tesis ini. Penelitian lapangan (Field Work Research). Didalam penelitian ini penulis akan menggunakan teknik sebagai berikut : Observasi yakni penulis mengamati langsung ke obyek yang menjadi pusat penelitian untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian dan penyusunan tesis ini. Kuesioner yakni metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) kepada responden penelitian. Sebelum menginterprestasikan persamaan regresi dan pengujian signifikansi, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Estimasi persamaan regresi dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square) mengasumsikan non-multikoliniearitas, homoskedastisitas, dan non-otokorelasi. Analisis hasil penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode regresi berganda (Multiple Regresion Method) dengan persamaan sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Dimana: Y = Profitabilitas X1 = capital investment, X2 = running cost X3 = keterampilan nelayan 38
X4 = frekwkensi melaut Pembuktian hipotesis, yaitu dengan menggunakan rumus hipotesis: Pengjian hipotesis akan dilakukan dalam du tahap yakni Uji Simultan (Uji F). Pengujian dengan uji F variansnya adalah dengan membandingkan Fhitung (Fh) dengan Ftabel (Ft) pada α = 0,05 apabila hasil perhitungannya menunjukkan: Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima Artinya variasi dari model regresi berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas. Fh < Ft, maka H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas. Uji Parsial (Uji t) Untuk menguji kebenaran hipotesis langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan koefisien regresi (b1) yang paling besar, selanjutnya dilakukan pengujian secara parsial melalui uji t dengan membandingkan thitung (th) dengan ttabel (tt) pada degree of freedom (α) = 0,05. Apabila hasil perhitungan menunjukkan: th ≥ tt maka H0 ditolak dan Ha diterima yangartinya variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel tidak bebas dan terdapat pengaruh diantara kedua variabel yang diuji th ≤ tt maka H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya variabel bebas secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat pada tingkat kepercayaan 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi singkat variabel penelitian baik variabel bebas maupun variabel terikat adalah sebagai berikut.
Kajian Terhadap Nelayan Perikanan Tangkap Pelagis Kecil Dengan Alat Tangkap Bagan Apung Di Kabupaten Maluku Tenggara
Capital investment rata-rata untuk kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara sebesar Rp. 102,000.000,- Capital investment yang dimaksudkan disini adalah capital investment penyediaan seluruh fasilitas sehingga proses penangkapan dapat dijalankan oleh nelayan. Capital investment minimum yang terjadi pada perikanan tangkap yang memanfaatkan bagan apung adalah sebesar Rp. 75.500.000,- dan capital investment tertinggi untuuk kegiatan ini adalah sebesar Rp. 130.475.000,Capital investment terbesar pada jenis alat tangkap bagan apung ini adalah untuk pembuatan bagai apung itu sendiri hingga siap untuk menankap ikan termasuk jaring, yakni sebesar Rp. 55,776 juta lebih. Capital investment terbesar ke dua adalah diperuntukan bagi pengadaan fasilitas transport hasil tangkapan yang sebagian besar berupa sebuah perahu dan sebuah mesin motor tempel dengan besar capital investment rata rata adalah Rp. 39,80 juta lebih. Capital investment untuk kebutuhan lainya adalah sebesar kurang lebih Rp. 6 juta. Running cost pada perikanan tangkap dengan menggunakan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari biaya bahan bakar minyak, dan ransum. Besarnya biaya bahan bakar yang terdiri bensin dan minyak tanah tiap kali melaut adalah sebesar Rp. 115.654,dan biaya ransum sebesar Rp. 86.905,Running cost ini merupakan biaya yang harus dikeuarkan oleh nelayan berupa penydiaan bahan bakar minyak dan ransum yakni kebutuhan makan minum dan rokok untuk digunakan selama melaut. Besarnya running cost dalam seminggu adalah sebesar Rp. 1.135.893,dan biaya ini merupakan biaya terbesar dalam aktivitas operasi dan dari running
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 3 ▪ Juli 2014
cost tersebut ternyata biayanya lebih di dominasi oleh biaya bahan bakar minyak. Running cost ini sangat bervariasi antara nelayan yang satu dengan nelayan yang lain running cost terendah adalah sebesar Rp. 518.462,- dan running cost tertinggi adalah pada posisi Rp. 1.548.077,- dan running cost terbanyak berada pada kisaran biaya Rp. 868.269,-. Variasi running cost ini sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dari desa ke lokasi bagan apung dan selanjutnya ke lokasi penjualan. Jarak ini akan menentukan banyak sedikitnya biaya bahan bakar minyak. Pada aktivitas perikanan tangkap dengan menggunakan bagan apung kemampuan nelayan untuk menempatkan lampu petromaks dalam jumlah dan tempat yang tepat akan menentukan banyaknya hasil tangkapan, selain itu kemampuan menggiring ikan sehingga dapat ditangkap dengan menggunakan jaring apung yang dikendalikan secara terpisah dengan bagan apung akan menentukan berhasilnya ikan yang telah di himpun dapat ditangkap. Oleh karena itu keterampilan nelayan dalam penulisan ini lebih mengarah pada keterampilan yang diperoleh secara otodidak berdasarkan lamanya pengalaman melakkan kegiatan melaut. Rata-rata pengalaman melaut dari nelayan tangkap dengan menggunakan bagan apung adalah 15,74 tahun dimana nelayan yang paling kurang pengalaman setidaknya telah melaut selama 6 tahun dan yang paling berpengalaman setidaknya telah melaut selama 26 tahun. Frekuensi Melaut Frekuensi melaut dalam seminggu akan menentukan jumlah tangkapan dalam seminggu. Dari hasil penelitian lapangan diperoleh data bahwa jumlah melaut dalam seminggu yang paling 39
rendah adalah 3 kali dan yang paling tinggi adalah 6 kali dalam seminggu. Hasil penghitungan diperoleh hasil bahwa terbanyak nelayan dalam seminggu melaut 5 kali. Jadi ada hari hasil dimana dalam seminggu nelayan tidak melaut, kegiatan yang dilakukan ketika tidak melaut adalah melakukan perbaikan alat tangkap terutama jaring apung. Profitabilitas Kemampuan menghasilkan laba diperoleh dengan menggunakan rasio Net Profit Margin yakni hasil pembandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rata-rata capaian net profit margin pada aktivitas perikanan tangkap dengan bagan apung cukup tinggi yakni sebesar 35 % dimana profit margin tertinggi adalah sebesar 37 % dan yang terendah. Profit margin ini dianggap cukup besar dan variasi capaian antara nelayan yang satu dengan nelayan yang lain relatif kecil sebab capaian profit margin tertinggi dan terendah hanya antara 35 % - 37 %. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian gejala multikolinearitas pada model regresi yang akan digunakan
selanjutnya memanfaatkan pendekatan Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) selanjutnya engujian gejala dilakukan dengan memanfaatkan pendekatan grafik. yang hasil perhitunganya terlihat berikut ini. Pengujian Durbin–Watson dipergunakan untuk melakukan pengujian terhadap gejala Autokorelasi tingkat pertama (fisrt order autocorrelation). HAsil perhitungan memperlihatkan bahwa tidak satupun gejala penyimpangan terhadp asumsi klasik sehingga model analisis layak digunakan untuk melakukan estimasi. Analisis Regresi Model regresi yang telah memenuhi beberapa asumsi klasik sebagaimana telah dibahas pada bahagian sebelumnya ternyata tidak memiliki gejala penyimpangan asumsi klasik sehingga dapat digunakan untuk mengestimasi. Model yang akan digunakan dalam estimasi selanjutnya adalah: Perhitungan regresi di atas menghasilkan persaaman sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Tabel. 1 Hasil Estimasi
Model 1
Cosntant X1(Inv) X2(R.cost) X3(Kt.nlyn) X4(Frekw) R= .775
Unstandardized Coeffiecient Std.Error b
.358 1.122E-11 -4.206E-8 .001 006 R2=.600
.008 .000 .000 .000 002
Standardized Coeffieceint beta 0.033 -.999 .225 .606
t 45.269 .265 -6.408 2.802 3.597
Sig. .000 .793 .000 .044 .001
Y= Profiabilitas
Angka-angka tabel di atas memberikan infromasi sebagai berikut: a. Bilamana capital investment, running cost, keterampilan nelayan dan frekuensi melaut tidak mengalami
40
perubahan, maka profit margin akan mengalami perubahan sebesar 35,8 % akibat adanya perubahan variabel lain. b. Capital investment memberikan pengaruh positif terhadap
Kajian Terhadap Nelayan Perikanan Tangkap Pelagis Kecil Dengan Alat Tangkap Bagan Apung Di Kabupaten Maluku Tenggara
profitabilitas usaha perikanan tangkap bagan apung, Bilamana terjadi penambahan capital investment satu satuan maka akan menaikan profitabilitas sebesar koefisien regresinya yakni 0,000000000011. Bila melihat besarnya koefisien regresi yang ternyata sangat kecil, maka kendati ada kecenderungan pengaruh positif tiap pertambahan capital investment akan tetapi perubahan ini sagat kecil bahkan dapat dikatakan perubahan capital investment tidak reponsif terhadap perubahan profitabilitas kendati. Kondisi tidak reponsif ini memberikan penegasan usaha penangkapan dengan bagan apung ini masih berpeluang untuk dikembangkan. c. Running cost berdasarkan tanda negatif, maka koefisien regresi mempunyai kecenderungan berpengaruh negatif sebesar koefisienya yakni 0.000000042 . Akan tetapi bila melihat besaran koefisien regresi yang relative kecil, maka dapat dikatakan ada kecenderungan perubahan running cost berpengaruh negatif tetapi sifatnya tidak reponsif. Jadi pengaruh negatif ini memberikan indikasi bahwa running cost sudah harus mendapat perhatian kendati dampak dari biaya ini baru akan terasa bilamana aktivitas melaut dibiarkan berlangsung tanpa pengendalian. Hasil penelitian ini memberikan penegasan bagi para nelayan bahwa running cost sudah harus mulai mendapat perhatian dalam menjalankan aktivitas penangkapan ikan denan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara. d. Keterampilan melaut ternyata berpengaruh positif terhadap profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap bagan apung di
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 3 ▪ Juli 2014
Kabupaten Maluku Tenggara. Setiap perubahan keterampilan dalam aktivitas melaut mengakibatkan peningkatan profitabilitas sebesar 0,1 %. Artinya ketika nelayan semakin mahir mengelola proses penangkapan ikan yang telah berkumpul di bagan apung dampaknya akan memperbesar jumlah tangkapan dan mempersingkat waktu penankapan. Bila di kaji pada sisi biaya yang tidak reponsif, maka jelas bahwa penambahan jumlah tangkapan akan menambah pendapatan dan pada akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara. e. Frekuensi melaut ternyata juga berpengaruh positif terhadap profitabilitas usaha perikanan tangkapd dengan alat tangkap bagan apung. Bila terjadi perubahan frekuensi melaut akan merubah profitabilitas sebesar 0,6 %. Pengaruh variabel capital investment berdasarkan hasil perhitungan dengan memanfaatkan perangkat lunak komputer memiliki nilai probabilitas 0,793 > 0,05.dan nilai t tabel adalah - 2,0181 > - 0,265. Berdasarkan perbandingan nilai probabilitas dan nilai t di atas maka disimpulkan bahwa variabel investasi secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa penambahan capital investment pada perikanan tangkap bagan apung tidak mempengaruhi profitabilitas usaha. Peluang untuk mengembangkan usaha perikanan tangkap dengan memanfaatkan alat tangkap bagan apung tidak akan terganggu dengan adanya penambahan jumlah bagan apung di sekitar Kabupaten Maluku Tenggara
41
karena koefisien pengaruhnya hanya sebesar 0.000000000011. Temuan ini dikaitkan dengan hasil wawancara dengan para nelayan di diketahui bahwa perkembangan jumlah bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara maka jelas bahwa dari tahun ke tahun terjadi penambahan sekitar 4 hingga 5 bagan apung. Akan tetapi penambahan tersebut hampir sebanding dengan jumlah bagan apung yang hilang atau rusak akibat keganasan ombak di sekitar desa desa yang diteliti. Oleh karena itu walaupun terjadi penambahan capital investment, dampak dari penambahan capital investment tersebut tidak mempengaruhi profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan jenis bagan apung. Hal ini nampak pada perkembangan jumlah tangkapan yang cenderung bertambah kendati ada penambahan jumlah bagan apung dari waktu ke waktu. Pengaruh variabel running cost dapat diidentifikasidari hasil perhitungan dengan membandingkan nilai probabilitas dan nilai t hitung yang di hasilkan.Nilai probabilitas koefisien running cost adalah 0,033 < 0,05 dan nilai t hitung nya adalah – 6,408 > t tabel 2,0181. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa running cost berpengaruh negatif dan signifikan. Artinya bilamana terjadi perubahan satu satuan running cost, maka akan terjadi pula perubahan dengan arah yang berlawanan pada profitabilitas usaha sebesar koefisien regresinya. Bilamana melihat besarnya koesien regresi sebesar - 0,00000042. Besarnya perubahan yang relatif kecil ini dapat dipastikan bahwa ada kecenderungan penambahan running cost akan menurunkan profitailitas usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap bagan apung, akan tetapi baru akan terjadi perubahan berarti pada profitabilitas usaha bilamana terjadi
42
pemborosan pada pembiayaan melaut. Jadi kendati running cost berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan bagan apung, akan tetapi perubahan tersebut tidak responsif. Running cost pada usaha perikanan tankap bagan apung belum menjadi pengganggu laba usaha sehingga profitabilitas belum terganggu kendati ada penambahan biaya. Kondisi perilaku biaya seperti ini erat kaitanya dengan kondisi perairan di sekitar Kabupaten Maluku Tenggara yang masih memiliki potensi ikan pelagis kecil yang lebih besar dari kemampuan mengelola potensi ikan pelagis tersebut; Karena pada areal yang belum melampaui potensi pergerakan biaya masih lebih kecil dari pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan tersebut (GordonSchaefer dalam Fauzi:2010 dan Hiariej, 2011) Keterampilan melaut berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai probabilitas 0,044 < 0,05 dan nilai t hitung 2,082 > nilai t tabel 2,0181 Nilai-nilai ini memberikan informasi bahwa keterampilan melaut berpengaruh positif dan signifikan. Jadi bilamana keterampilan melaut nelayan bertambah seiiring dengan waktu akan berakibat pada peningkatan profitabilitas 0,1 %. Jadi ternyata kemampuan mengelola aktivitas penangkapan dari seorang nelayan yang diperoleh seiring dengan rutinitas kegiatan penangkapan akan mempengaruhi profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara. Hasil analisis ini semakin jelas bahwa yang menjadi hal penting adalah bagaimana nelayan mampu mengelola akktivitas penangkapan sehingga ikan yang akan ditangkap akan semakin banyak, dan bila hal ini dapat dilakukan oleh seorang nelayan maka dapat dipastikan
Kajian Terhadap Nelayan Perikanan Tangkap Pelagis Kecil Dengan Alat Tangkap Bagan Apung Di Kabupaten Maluku Tenggara
profitabilitas usaha perikanan tangkap akan berubah searah dengan perubahan keterampilan melaut nelayan tersebut. Frekuensi melaut berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,001 > 0,05 dan nilai t hitung adalah 3,597< t tabel 2,0181. Berdasarkan angka probabilitas dan nilai t hitung dapat disimpulkan bahwa frekuensi melaut berpengaruh positif terhadap profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan alat tangkap bagan apung. Jadi setiap kali terjadi peningkatan frekuensi melaut akan mengakibatkan profitablitas usaha perikanan tangkap bagan apung akan menaik sebesar 0,6 %. Pengaruh positif variable frekuensi melaut ini memberikan indikasi bahwa apabila nelayan mampu meningkatkan frekuensi melaut, akan terjadi peningkatan profitabilitas sebesar 0,6 %. Peningkatan ini memiliki nilai yang berarti dalam ukuran profitablitas, oleh karena itu penting bagi nelayan untuk mengatur waktu melaut agar terbuka peluang untuk meningkatkan frekuensi melautnya. Pengujian pengaruh simultan yang mencerminkan pengaruh variabel capital investment, running cost, penga laman melaut dan frekuensi melaut terhadap profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara dapat dibahas lebih lanjut dengan melandaskan bahasan pada hasil perhitungan yang memanfaatkan perangkat lunak computer. Hasil perhitungan yang tertera di tabel di atas menunjukan bahwa nilai F hitung adalah sebesar 13,899 > F tabel 2,61. Angka angka ini memberikan informasi bahwa semua variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara. Hasil mengindikasikan bahwa kendati
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 3 ▪ Juli 2014
secara parsial ada variabel yang tidak berpengaruh atau tidak reponsif, akan tetapi dalam mengelola usaha perikanan tangkap dengan bagan apung, kesemua variabel bebas harus mendappat penanganan yang hati-hati guna mencapai profitabilitas yang memadai. Uji koefisien determinasi adalah pengujian untuk mengetahui kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat. Koefisien determinasi yang dideteksi berdasarkan nilai R2 diperoleh nilai 60 %. Nilai koefisien determinasi ini sudah sesuai dengan karakteristik data silang (cross-section) akibat adanya variasi yang besar antara masing pengamatan (Ghozali, 2009. 15). Nilai ini jauh di atas nilai 30% yang mengindikasikan 60 % variasi profitabilitas usaha perikanan tangkap bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara sangat dapat dijelaskan oleh variabel capital investment, running cost, keterampilan melaut dan frekuensi melaut.Sedangkan 40 % variasi profitabilitas usaha perikanan dipengaruhi oleh berbagai variabel lain yang tidak termasuk dalam model ini. Dengan melihat besarnya koefisien korelasi yang memperlihatkan keeratan hubungan variabel variabel capital investment, running cost, keterampilan melaut dan frekuensi melaut terhadap variabel profitabilitas usaha perikanan tangkap bagan apung adalah 77,5 % dan ini sesuai dengan karakteristik data crosssection dianggap sangat baik dan erat. SIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan pembahasan yang telah dikemkakan pada bab bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan yang adalah sebagai berikut. 1. Capital investment ternyata tidak mempengaruhi profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan bagan 43
apung di Kabupaten Maluku Tenggara. 2. Keterampilan melaut dan frekuensi melaut berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara. 3. Running cost berpegaruh negatif kendati dengan koeisien yang sangat kecil sehingga tidak responsif berpengaruh terhadap profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara. 4. Secara simultan ternyata capital investment, running cost, ketermpilan melaut dan frekuensi melaut berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara Berdasarkan simpulan yang telah disampaikan di atas, maka saran yang dikemkakan adalah sebagai berikut. 1. Sudah saatnya usaha perikanan tangkap dengan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara memperhatikan pengelolaan running cost, sebab hasil analisis ini menjadi indikasi bahwa running cost akan menjadi unsur penting yang bila tidak dikelola baik akan menganggu pencapaian profitabilitas usaha perikanan tangkap dengan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara. 2. Keterampilan melaut memiliki pengaruh yang juga signifikan akan tetapi kondisi riel di lapangan, keterampilan melaut yang dimiliki oleh nelayan hanya seputar penangkapan ikan dan pengolahan hasil tangkapan belum pernah diikuti. Oleh sebab itu perhatian pemerintah untuk memberikan peningkatan
44
pengetahuan nelayan tentang teknologi pengeolahan hasil tangkapan. 3. Terdapat indikasi kuat bahwa pengembangan usaha perikanan tangkap dengan bagan apung di Kabupaten Maluku Tenggara dapat dilaksanakan. Daftar Rujukan Akhmad Fauzi, 2005, Kebijakan Perikanandan Kelautan, Isu, Sintesisdan Gagasan, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta A.M. Saefudindan A.M. Hanafiah, 2006, Tata Niaga HasilPerikanan, CetakanKedua, PenerbitUniversitas Indonesia, Jakarta Badan Pusat Statistik Propinsi Maluku, Berita Resmi Statistik No.03/03/81 Th XII.01 Maret 2010. Eksport Impor Maluku Tahun 2010 Bergevin, P. M, 2002. Financial Statement Analysis, An Integreted Approach. Prentice Hall, Pearson Education International, Inc.Upper Saddle River, New Jersey Cuong Due Pham and Tyrone M Carlin, 2008, Fianacial Performance of Privatized State-Owned Enterprises (SEOs) in Vietnam, Working Papers in Management, Macquarie Graduate School of Management Sidney Australia Danda Sasmita, 2007. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Daerah Asahan, Thesis tidak Dipublikasi, Universitas Sumatera Utara, Medan Hiariej, 2013, Ekonomi Overfishing dan Overcapacity, Implikasi Bagi Pembangunan Perikanan, Sintesis Pemikiran Ilmiah Untuk Pembangunan Wilaya Kepulauan
Kajian Terhadap Nelayan Perikanan Tangkap Pelagis Kecil Dengan Alat Tangkap Bagan Apung Di Kabupaten Maluku Tenggara
di Indonesia, Kumulan Pidato Guru Besar UNPATTI, Edisi 1 Ambon Ioannis Lazaridis, DimitriosTryfonidis, 2006,Effect of Working Capital Management on SME Profitability, Departement of Accounting and Finance University of Macedonia, www.ssrn.com Mehmet Bozoglu and Vedat Ceyhan, 2009, Cost and Profitability for Trout and Sea Bass Production in the Black Sea, Turkey, Journal of Animal and Veterinary Advance, Medwell Publishing Mira, 2007. Efisiensi Ekonomi dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Usaha Penangkapan Lemuru di Muncar, Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Kajian Ekonomi Negara Berkembang. Vol.12 No. 2, Agustus 2007. Hal. 141-147 Mulyadi, 2005, Akuntansi Biaya, Edisi ke 5, Unit Penerbitan dan Pencetakan Akademi Manajemen YKPN Yogyakarta, Yogyakarta Nikijuluw, V.P.H., B. Edi, B. Winarso dan C. Nurasa. 2000. Pemberdayaan PerikananRakyat Berdasarkan Analisis Bio-Ekonomi Sumberdaya. Pusat PeneltianSosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,Departemen Pertanian, Bogor. Nikijuluw V P H, Abrahamz, J dan Dangeubun FDW, Kajian Data Base Perikanan dan Kelautan Maluku Untuk Kelayakan Capital investment, Diterbitkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku, 2007 Papilaya, 2004. Evaluasi Usaha Perikanan Tangkap Huhate di Kecamatan Saparua. Ichthyos, Vol.3, No. 2, Juli 2004; 65-70.
benchmark ▪ Volume 2 ▪ No 3 ▪ Juli 2014
http://katalog.pdii.lipi.go.id Pascoe, S. and S. Mardle. 2001. Optimal Fleet Size in the English Chanel : A MultiObjective Programming Approach. European Review of Agricultural Economics, 28 (2) : 161185.. Philip. J. Adelman J. and Alan M. Marks, 2004. Enterpreneurial Finance, Finance For Small Business, Pearson. Prentice-Hall., Inc Upper Saddle River, New`Jersey Salim Agus, 1999, Analisis Tingkat Pendapatan Nelayan dan Faktor Faktor yang Mempengaruhinya di Kecamatan Syiah Kuala, Kotamadya Banda Aceh, Tesis S2 PPS Usu, Medan Sofia Leila. A, 2008, Analisis Ekonomi Usaha Perikanan Tangkap Di Perairan Laut Kabupaten Kota Baru (Economic Analysis of Fishery in Kotabaru Sea), Al’Ulum Vo. 35. No.1 Januari 2008, 16-22 Shela Kriekhoff dan Wellem Waeleruny, Batas Titik Impas dan Waktu Pengembalian Capital investment Usaha Perikanan Pole and Line di Kota Ambon, http://katalog.pdii.lipi.go.id Siahanenia, 2004. Analisis Ekonomi Perikanan Hand Line Tuna Cakalang di Desa Latuhalat, . http://katalog.pdii.lipi.go.id Sutrisno, 2008, ManajemenKeuangan, Teori, KonsepdanAplikasi, Cetakan Keenam, Penerbit Ekonesia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta Sugiarto, Teddy Herlambang, Brastoro, RachmatSudjanadan Said Kelana, 2005,Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif, PT Gramedia Pusaka Utama, Jakarta Waridin, 2005. Analisis Efisiensi Alat Tangkap Cantrang di Kabupaten 45
Pemalang, Jawa Tengah. ejournal Universitas Diponegoro, Semarang. http://ejournal.unud.ac.id/ Abstract/(8)soca-waridin-efisiensi Wiadnya.D.G.R, R. Djohani, M.V. Erdmann, A. Halim, M. Knight, Peter J. Mous and L. Pet-Soede. Kajian Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tangkap di Indonesia: Menuju Pembentukan
46
Kajian Terhadap Nelayan Perikanan Tangkap Pelagis Kecil Dengan Alat Tangkap Bagan Apung Di Kabupaten Maluku Tenggara