POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)
PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)
PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR Puji syukur kami penjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Buku Pola Pembiayaan Usaha Penangkapan Ikan Pelagis dengan Alat Tangkap Gillnet ini mampu diselesaikan. Penyusunan buku ini dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), terutama untuk menyediakan informasi baik bagi perbankan, UMKM pengusaha maupun calon pengusaha yang berminat mengembangkan usaha tersebut. Informasi pola pembiayaan disajikan juga dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (www.bi.go.id). Buku Pola Pembiayaan Usaha Penangkapan Ikan Pelagis dengan Alat Tangkap Gillnet mengambil sampel di kampung nelayan Muara Angke dan Muara Baru, Jakarta Utara. Penyusunan buku dilakukan melalui survei langsung ke lapangan dan in depth interview terhadap produsen otak-otak dan kaki naga, wawancara dan diskusi dengan dinas/instansi terkait serta dengan pihak perbankan. Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dan saran dari banyak pihak antara lain PT. Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero), Bukopin, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank Internasional Indonesia, Bank Danamon serta narasumber yang terkait baik asosiasi maupun perorangan. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan Pengolahan Ikan Berbasis Fish Jelly Product, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM Direktorat Kredit, BPR dan UMKM (BUMKM - DKBU) menyampaikan terimakasih. Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Bank Indonesia dengan alamat: Gedung Tipikal (TP), Lt. V Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110 Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 – 8951 Email:
[email protected] Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM. Jakarta, Mei 2008 Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
i
RINGKASAN EKSEKUTIF USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET No
UNSUR PEMBINAAN
1 Jenis Usaha
Penangkapan Ikan Pelagis dengan Alat Tangkap Gillnet
2 Jumlah dana yang dibutuhkan:
Biaya Investasi : Rp 61.000.000,– Biaya Modal Kerja : Rp 600.000,– Total Biaya : Rp 61.000.000,–
3 Sumber Dana
Kredit dari Bank Dana Sendiri
4 Plafon Kredit
Kredit Investasi : Rp 42.700.000,– Kredit Modal Kerja : Rp 420.000,–
5 Jangka Waktu Kredit
Kredit Investasi : 2 tahun Kredit Modal Kerja : 1 tahun
6 Suku Bunga
15%
7 Periode Pembayaran Kredit
Angsuran pokok dan bunga kredit dibayarkan tiap bulan
8 Pola Usaha a. Periode Proyek b. Skala Usaha c. Siklus Usaha d. Tingkat Teknologi e. Ikan yang ditangkap f. Pemasaran Produk
ii
URAIAN
: Rp 43.120.000,– : Rp 18.480.000,–
5 tahun 22.920 kg ikan per tahun - 20.640 kg ikan (musim ikan) - 2.280 kg ikan (musim paceklik) Satu kali trip sampai penjualan Semi-mekanis Tongkol, cakalang, tuna Dilelang di TPI, dijual langsung ke pedagang besar
9 Kriteria Kelayakan Usaha Net B/C NPV IRR PBP (Usaha) PBP (Kredit) BEP Rata-rata Total Penjualan Rata-rata Produksi Penilaian
1,63 Rp. 38,773,513,39,69% 2,53 tahun 1,46 tahun Rp. 247,910,916,– per tahun Rp. 123.669.000,– per tahun 22.920 kg ikan per tahun Layak dilaksanakan
10 Analisis Sensitivitas (1) Dari sisi pendapatan a. Penjualan turun 9% Net B/C NPV
1,02 Rp. 1,463,323
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
No
UNSUR PEMBINAAN IRR PBP (Usaha) PBP (Kredit) Penilaian
URAIAN 16,01% 3,72 tahun 2,34 tahun Layak dilaksanakan
b. Penjualan turun 10% Net B/C NPV IRR PBP (Usaha) PBP (Kredit) Penilaian
0.96 Rp. -2,682,254 13,12% 3,56 tahun 2,51 tahun Tidak layak dilaksanakan
(2) Dari sisi kenaikan biaya operasional a. Biaya operasional naik 11% Net B/C NPV IRR PBP (Usaha) PBP (Kredit) Penilaian
1,02 Rp. 1,051,463 15,73% 3,70 tahun 2,36 tahun Layak dilaksanakan
b. Biaya operasional naik 12% Net B/C NPV IRR PBP (Usaha) PBP (Kredit) Penilaian
0.95 Rp. -2,845,443 13.00% 3,56 tahun 2,52 tahun Tidak Layak dilaksanakan
(3) Dari sisi pendapatan dan biaya operasional a. Pendapatan turun 5% dan biaya operasional naik 5% Net B/C NPV IRR PBP (Usaha) PBP (Kredit) Penilaian
1,03 Rp. 1,982,173 16.37% 3,75 tahun 2,32 tahun Layak dilaksanakan
b. Pendapatan turun 6% dan biaya operasional naik 6% Net B/C NPV IRR PBP (Usaha) PBP (Kredit) Penilaian
00,91 Rp. -5,581,160 11.04% 3,46 tahun 2,64 tahun Tidak layak dilaksanakan
iii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ……………..................................…………………………......… RINGKASAN EKSEKUTIF …………………………………………………………....……… DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….. DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………..…. DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………………..
i ii iv vi vii
BAB I PENDAHULUAN ...……………………………………………………….………….
1
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN ...................................................... 2.1 Profil Usaha ................................................................................................... 2.2 Pola Pembiayaan ………………………………………......................................
3 3 4
BAB III ASPEK TEKNIK PRODUKSI ............................................................................ 3.1 Daerah Penangkapan Ikan ………………….…………………………………… 3.2 Unit Penangkapan Ikan ………………………………………………………….. 3.2.1 Kapal …………………………………………………….......................... 3.2.2 Jaring ………………………………………………………………………. 3.2.3 Peralatan Penunjang ……………………………………………………… 3.3 Kebutuhan Operasi Penangkapan Ikan ……………...……………………........ 3.4 Tenaga Kerja ……………………………………………..…………………........ 3.5 Teknologi ……………………………………………..…………………............. 3.6 Proses Penangkapan Ikan ……………………………………………………...... 3.6.1 Persiapan di Darat ………………………………………………………... 3.6.2 Navigasi/melaut .................................................................................. 3.6.3 Setting Jaring ...................................................................................... 3.6.4 Drifting ............................................................................................... 3.6.5 Hauling ............................................................................................... 3.7 Jenis dan Jumlah Hasil Tangkapan ……………………………………………… 3.8 Hasil Tangkapan Optimum ……………………………………………………... 3.9 Kendala Produksi …………………………………………………………………
7 7 8 8 10 12 12 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16 17
BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN ………………………………………………… 4.1 Aspek Pasar ………………….………………………....................................... 4.1.1 Permintaan ......................................................................................... 4.1.2 Penawaran ......................................................................................... 4.1.3 Persaingan dan Peluang Pasar ............................................................. 4.2 Aspek Pemasaran ……………………………….............................................. 4.2.1 Harga ................................................................................................ 4.2.2 Jalur Pemasaran ................................................................................. 4.2.3 Kendala Pemasaran ............................................................................
19 19 19 19 20 21 21 22 22
iv
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
BAB V ASPEK KEUANGAN ………………………………………………………....……... 5.1 Pemilihan Pola Usaha ……………...……………………................................... 5.2 Asumsi dan Penentuan Waktu Analisa Keuangan ........................................... 5.3 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ....................... 5.3.1 Biaya Investasi ..................................................................................... 5.3.2 Biaya Operasioanl ............................................................................... 5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ……………………………............ 5.5 Produksi dan Pendapatan ............................................................................... 5.6 Proyeksi Laba Rugi dan Break Event Piont ……………………………............... 5.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ……………………………................. 5.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha ……………………………......................
25 25 25 26 26 27 28 29 29 31 32
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN …………………….. 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ...…………………….............................................. 6.2 Dampak Lingkungan ......................................................................................
35 35 35
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………………… 7.1 Kesimpulan ...…………………….................................................................... 7.2 Saran .............................................................................................................
37 37 38
DAFTRA PUSTAKA LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL Halaman
vi
Tabel 3.1 Daerah Penangkapan Ikan dan Jarak dari Pantai Perairan Banten Bagian Selatan .......................................................................................................
8
Tabel 3.2 Dimensi Utama Kapal Gillnet ......................................................................
9
Tabel 4.1 Produksi Ikan Kabupaten Lebak ..................................................................
19
Tabel 4.2 Produksi Berdasarkan Jenis Ikan di Kabupaten Lebak .................................
20
Tabel 4.3 Penggunaan Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut ...............………………....
20
Tabel 4.4 Perkembangan Harga 3 Jenis Ikan Pelagis Utama …………………………...
21
Tabel 5.1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan …………………………….
25
Tabel 5.2 Biaya Investasi Usaha Penangkapan Ikan Pelagis dengan Jaring Insang …….
27
Tabel 5.3 Biaya Operasional Usaha Penangkapan Ikan Pelagis dengan Alat Tangkap Jaring Insang per Tahun …………………………….….................................
27
Tabel 5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja …………………………............
28
Tabel 5.5 Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun ………………………….............
29
Tabel 5.6 Proyeksi Laba Rugi ......................................................................................
30
Tabel 5.7 Break Event Point ……………………………………………………………….
31
Tabel 5.8 Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan Jaring Insang ………...............
32
Tabel 5.9 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario I …………………………………………...
33
Tabel 5.10 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario II …………………………………………...
33
Tabel 5.11 Hasil Analisis Sensitivitas Skenario III …………………………………………..
34
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kawasan Pelabuhan Binuangen, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten …..
4
Gambar 3.1 Rancangan Kapal Gillnet .......................................................................
9
Gambar 3.2 Perahu Jaring Insang Hanyut di Daerah Binuangeun .............................
10
Gambar 3.3 Rancangan Jaring Insang Hanyut ..........................................................
11
Gambar 3.4 Jaring Insang Hanyut di Daerah Binuangeun .........................................
12
Gambar 3.5 Ikan Tongkol Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut di Binuangeun …..
16
Gambar 4.1 Rantai Pemasaran Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut ......................
22
vii
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
viii
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
BAB I PENDAHULUAN
Alat penangkap ikan didefinisikan sebagai peralatan tangkap untuk menangkap ikan dan hewan laut lainnya yang dioperasikan dari atas kapal/perahu atau dari darat. Salah satu bentuk usaha di sektor perikanan laut yang memiliki potensi untuk berkembang adalah usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap gillnet (jaring insang). Hal ini karena alat tangkap ini memiliki kemudahan dalam operasional penangkapan, dapat manangkap ikan yang bernilai ekonomis tinggi dengan ukuran ikan yang relatif seragam. Jaring insang adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari jaring berbentuk 4 persegi panjang dan dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawah dan pelampung pada tali ris atasnya. Saat dioperasikan, beberapa lembar jaring digabung menjadi satu dan diposisikan menghadang arus dengan tujuan menghalangi arah gerakan renang ikan.
Pengoperasian jaring insang ini
dibedakan menjadi dua, yaitu jaring insang hanyut untuk menangkap ikan pelagis dan jaring insang dasar untuk menangkap ikan demersal (Mahisworo, Wudianto dan Wijopriono, 1989). Alat tangkap jaring insang termasuk kategori ramah lingkungan karena dioperasikan di kolom air. Ukuran ikan dan jenis yang tertangkap selektif sehingga tidak akan mempengaruhi keseimbangan struktur umur populasi ikan. Cara kerja jaring insang menangkap ikan yaitu menjerat ikan dengan mata jaring atau membelit tubuh tubuh ikan. Pada umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis ikan yang melakukan ruaya/migrasi, baik ruaya horizontal maupun ruaya vertikal yang tidak seberapa aktif pada kisaran lapisan/kedalaman tertentu. Lebar jaring insang ditentukan berdasarkan kedalaman lapisan ruasa tersebut. Faktor lain yang berpengaruh dalam penempatan jaring insang ini adalah kecerahan perairan. Semakin rendah kecerahan suatu perairan, biasanya hasil tangkapan ikan alat ini lebih banyak.
Penangkapan ikan dengan jaring insang dilakukan pada malam hari karena erat
hubungannya dengan daya lihat ikan terhadap jaring.
Oleh sebab itu, untuk mengurangi
kemungkinan terlihatnya jaring oleh ikan, maka warna jaring hendaknya serupa dengan warna air. Salah satu sentra usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring insang adalah di daerah Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Lebak Selatan, Banten.
Jaring insang yang
dioperasikan di daerah ini termasuk ke dalam kelompok jaring insang hanyut yang dioperasikan di
1
Pendahuluan
permukaan. Peranan penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang di daerah ini cukup besar terutama
memberikan kontribusi dalam peningkatan hasil tangkapan dan peningkatan
pendapatan nelayan. Guna memberikan informasi yang lebih utuh tentang usaha penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang, pada bagian selanjutnya akan diuraikan berbagai aspek antara lain profil dan pola pembiayaan, aspek teknis produksi, pemasaran, keuangan dan lainnya.
2
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. Profil Usaha Posisi Binuangeun secara geografis dan topografis cocok menjadi daerah penangkapan ikan khususnya dengan jaring insang. Adanya muara sungai dengan lebar dan kedalaman yang sangat sesuai dan karang yang berfungsi sebagai pemecah ombak mempermudah nelayan melakukan operasi penangkapan, bongkar muat ikan. Selain itu kondisi gelombang lebih tenang dan stabil pada kondisi cuaca buruk. Hal lain yang menjadi kelebihan adalah adanya pelabuhan/pangkalan pendaratan ikan yang berada di muara, sehingga umur teknis badan kapal bisa lebih panjang karena hewan perusak kayu akan mati jika terbilas oleh air tawar.
Penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut di daerah Binuangeun Kecamatan Wanasalam umumnya dioperasikan di daerah permukaan, pada malam hari. Jaring insang tebar atau diletakkan di tempat yang telah ditetapkan lalu membiarkannya mengikuti arus laut sehingga ikan terjerat pada bagian insangnya. Ikan yang terjerat inilah yang merupakan prinsip dari penangkapan ikan dengan jaring insang. Jenis ikan yang ditangkap terutama berupa ikan pelagis seperti ikan tongkol, cakalang, tuna, kembung, layaran, cangi, lausan, kurisi dan lainnya. Satu trip dalam penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut memakan waktu 1 hari. Pada saat ikan hasil tangkapan sudah cukup atau melimpah, nelayan biasanya langsung kembali ke pelabuhan asalnya dikarenakan keterbatasan daya angkut palka/tempat penyimpanan hasil tangkapan. Penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang hanyut di pantai selatan Jawa Barat dapat memberi peningkatan hasil tangkapan ikan. Hal ini dapat dilihat di daerah Binuangeun, setelah menggunakan jaring insang pada tahun 80-an dan 90-an, hasil tangkapan ikan mengalami peningkatan.
Penggunaan jaring insang di daerah ini pertama kali dipelopori oleh nelayan
Palabuhan Ratu. Daerah operasi penangkapan nelayan jaring insang hanyut Binuangeun yaitu di perairan selatan Bayah, perairan Binuangeun, dan perairan Pulau Panaitan. Di daerah tersebut memang menjadi tempat berkumpulnya ikan pelagis.
3
Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
Gambar 2. 1 Kawasan Pelabuhan Binuangeun, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten
Kapal yang biasa digunakan dalam penangkapan dengan jaring insang hanyut berkapasitas 5-7 GT. Jaring insang hanyut yang umum digunakan di daerah ini terdiri dari 30 pieces atau sekitar 1500 meter panjang dengan ukuran mata jaring antara 2 – 5 inchi. Biasanya jumlah awak kapal yang bekerja berjumlah 4 atau 5 orang. Musim puncak hasil tangkapan ikan biasanya terjadi pada bulan Juli – Desember, selebihnya ialah waktu sepi ikan (paceklik). Dalam penggajian awak perahu, digunakan sistem bagi hasil. Biasanya sistem bagi hasil yang dilakukan ialah dengan perincian 60% untuk pemilik kapal dan 40% untuk awak kapal. Untuk awak kapal, nahkoda mendapat 2 bagian dan ABK mendapat 1 bagian. Hasil tangkapan ikan dijual di tempat pelelangan ikan Binuangeun dengan sistem lelang, dengan harga tertinggi yang menjadi pembeli/pemenang. Ikan yang dilelang, biasanya hanya dijual untuk konsumsi lokal. Sedangkan untuk ikan dalam jumlah besar dan dengan kualitas yang baik, langsung dibeli oleh pedagang-pedagang besar tanpa melalui proses lelang.
Pada saat hasil
tangkapan melimpah, ikan langsung dijual ke Jakarta (Muara Baru, Muara Angke, dan Luar Batang). Biasanya yang menjadi pedagang besar ikan di daerah Binuangeun adalah para pemilik kapal/juragan. 2.2. Pola Pembiayaan Pada umumnya, usaha di bidang perikanan tangkap, khususnya perikanan jaring insang hanyut belum ada yang memperoleh fasilitas kredit dari perbankan karena hasil tangkapan yang tidak pasti, serta kondisi musim yang berubah pada setiap tahunnya.
Selain itu, kurangnya
informasi kredit dan umumnya nelayan tidak memiliki agunan.
4
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Ada beberapa hal mengapa lembaga keuangan formal belum tertarik untuk memberikan bantuan modal ke sektor perikanan tangkap di daerah Binuangeun, antara lain : 1. Masalah pemahaman karakteristik resiko. Belum adanya skim khusus untuk nelayan sehingga kredit untuk perikanan tangkap sulit disalurkan.
Kebanyakan kredit disalurkan kepada
pedagang ikan. Hal ini karena bank belum mempunyai metode khusus untuk menilai resiko kredit sektor perikanan tangkap, sehingga pihak perbankkan masih takut dalam menyalurkan kredit pada nelayan. Selain itu sektor perikanan tangkap mempunyai volatilitas yang tinggi sehingga dianggap penuh resiko. 2. Permasalahan pada pola pikir nelayan.
Akibat sifat dari usaha perikanan tangkap yang
cenderung fluktuatif, maka membuat nelayan takut untuk meminjam ke bank. Hal ini karena mereka tidak dapat mengetahui pasti tentang berapa yang akan mereka peroleh di hari depan. Ketakutan inilah yang membuat nelayan enggan meminta kredit dari bank. 3. Permasalahan agunan. Agunan yang ditetapkan bank, sistem dan metodenya masih mengkuti pola kredit umum. Hal ini jelas sangat memberatkan nelayan. Agunan yang diminta bank biasanya berbentuk surat tanah atau BPKB kendaraan bermotor, semantara perahu dan alat tangkapnya, yang merupakan asset terbesar nelayan tidak bisa diterima sebagai agunan. Semua hal tersebut membuat sistem pembiayaan dan permodalan di daerah tersebut dibiayai oleh tengkulak ataupun pinjaman dari sanak saudara. Pinjaman dari Tengkulak ini “lebih disukai” oleh nelayan, karena mudah, tidak perlu agunan dan proses pencairannya cepat, selain itu faktor saling kenal juga sangat berpengaruh dalam mendapatkan modal.
5
Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
6
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
BAB III ASPEK TEKNIK PRODUKSI
3.1. Daerah Penangkapan Ikan Dalam pengoperasian jaring insang, peranan arus dalam suatu operasi penangkapan sangat penting, selain berhubungan dengan olah gerak kapal juga berpengaruh pada alat tangkap yang digunakan. Daerah penangkapan ikan untuk jaring insang umumnya dilakukan pada arus dengan kisaran 0,26– 0,28 meter/detik atau sekitar 1,7 knot – 1,8 knot. Faktor lain yang sangat berpengaruh dalam penempatan jaring insang ini adalah kecerahan perairan. Semakin rendah kecerahan suatu perairan, biasanya hasil tangkapan ikan alat ini lebih banyak. Penangkapan ikan dengan jaring insang umumnya dilakukan pada malam hari karena erat hubungannya dengan daya lihat ikan terhadap jaring.
Oleh sebab itu, untuk mengurangi
kemungkinan terlihatnya jaring oleh ikan, maka warna jaring hendaknya serupa dengan warna air. Menurut Laevastu dan Hayes (1981), migrasi ikan yang hidup di laut dibagi dalam lima kelompok, yaitu : 1. Species pelagis yang berada sedikit di atas thermoklin; mengadakan migrasi ke lapisan permukaan pada saat matahari terbenam; tersebar pada lapisan diantara permukaan dengan thermoklin pada waktu malam hari; menyelam dan berada di atas thermoklin bersamaan dengan terbitnya matahari. 2. Spesies pelagis yang ada pada siang hari berada pada lapisan di bawah thermoklin; mengadakan migrasi dengan menembus lapisan thermoklin ke lapisan permukaan selama matahari terbenam; tersebar diantara permukaan dengan dasar pada waktu malam hari, dengan jumlah terbanyak waktu malam hari di atas lapisan thermoklin; menembus lapisan thermoklin menuju ke lapisan yang lebih dalam bila matahari terbit. 3. Spesies pelagis yang pada siang hari berada pada lapisan di bawah thermoklin; mengadakan migrasi di bawah lapisan thermoklin selama matahari terbenam; tersebar diantara thermoklin dasar pada waktu malam hari; turun ke lapisan yang lebih dalam selama matahari terbit. 4. Spesies demersal pada waktu siang hari berada di atas atau pada dasar perairan; mengadakan migrasi dan tersebar di dalam massa air di bawah (dan kadang-kadang di atas) thermoklin pada saat matahari terbenam; menuju ke dasar pada saat matahari terbenam; menuju ke dasar perairan pada saat matahari terbit.
7
Aspek Teknik Produksi
5. Spesies yang tersebar di seluruh kolom perairan pada waktu siang hari tetapi akan turun ke dasar selama malam hari. Daerah penangkapan ikan nelayan Binuangeun dengan alat tangkap jaring insang hanyut disajikan dalam Tabel berikut ini. Tabel 3. 1. Daerah Penangkapan Ikan dan Jarak dari Pantai Perairan Banten Bagian Selatan
NO
DAERAH PENANGKAPAN
JARAK DARI PANTAI
1
Perairan Selatan Bayah
1 – 3 mil
2
Perairan Binuangeun
1 – 5 mil
3
Perairan Panaitan
1 – 3 mil
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2007
3.2. Unit Penangkapan Ikan Usaha penangkapan ikan dengan jaring insang merupakan suatu unit penangkapan ikan yang terdiri dari kapal/perahu, alat tangkap, dan nelayan. Berikut ini dijelaskan masing-masing unit penangkapan sebagai berikut : 3.2.1. Kapal Kapal yang digunakan untuk penangkapan ikan dengan jaring insang
umumnya
menggunakan kapal kayu berukuran 5 - 7 GT, yang memiliki umur teknis lebih dari 10 tahun. Dengan ukuran perahu yang hanya 7 GT, biaya perizinan yang dikenakan sebesar Rp. 5.000,per bulan untuk biaya tambat labuh kapal. Kapal jaring insang yang terbuat dari kayu ini mempunyai konstruksi sebagai berikut:
8
a. Jenis/tipe
:
Kapal jaring insang
b. Ukuran Perahu (L x B x D)
:
12,0 m x 3,0 m x 1,2 m
c. Tenaga Penggerak
:
Ukuran mesin
:
30 PK
Merek
:
Yanmar TF 300 (3:1)
Bahan bakar
:
Solar
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Tabel 3. 2 Dimensi Utama Kapal Gillnet No.
Uraian
Keterangan
1.
Panjang a. Loa b. Lpp Lebar (B) Dalam (D) Draft (d) Koefisien Blok (Cb)
11,47 m 9,00 m 2,26 m 1,10 m 0,83 m 0,44
2. 3. 4. 5.
Gambar 3.1 Rancangan Kapal Gillnet
9
Aspek Teknik Produksi
Gambar 3. 2 Perahu Jaring Insang Hanyut di Daerah Binuangeun
3.2.2. Jaring Jaring insang berdasarkan metode penangkapan ikannya diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, yaitu: a. Jaring insang hanyut (drift gillnet),
merupakan insang yang pemasangannya dibiarkan
hanyut dan salah satu ujungnya diikatkan ke perahu. Alat ini ditujukan untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis. b. Jaring insang lingkar (encircling gillnet), jaring insang yang dioperasikan dengan cara melingkarkan alat mengelilingi gerombolan ikan permukaan.
Setelah terkumpul, ikan
dikejutkan dengan membuat keributan di permukaan air sehingga ikan berenang berhamburan dan menabrak/tersangkut jaring. Cara melingkarkan jaring dilakukan dengan menebarkan jaring saat kapal membuat lingkaran. c. Jaring klitik (shrimp gillnet), jaring insang yang dipasang menetap pada jangka waktu tertentu di dasar perairan untuk tujuan penangkapan udang. d. Jaring insang tetap (set gillnet), Jaring insang yang dipasang menetap menghadang arus dengan menggunakan jangkar. Posisi pemasangan tergantung pada jenis-jenis ikan tujuan penangkapannya, yaitu permukaan (ikan pelagis), lapisan tengah (ikan pelagis) dan dasar perairan (ikan demersal). e. Trammel net (trammel net), jaring insang yang terdiri atas tiga lapis jaring, yaitu 1 lapisan dalam (inner net) dan 2 lapisan luar (outer net). Ukuran mata jaring bagian luar lebih besar dari bagian dalam. Alat dioperasikan dengan cara ditarik oleh kapal atau didiamkan di dasar perairan. Tujuan penangkapan alat ini adalah jenis-jenis udang.
10
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Alat tangkap jaring insang hanyut yang umum digunakan oleh nelayan Binuangen mempunyai konstruksi dengan umur teknis 5 tahun adalah sebagai berikut:
Ukuran Jaring (P x L)
:
1.500 m x 18 m
Bahan jaring
:
Polyamide (D12)
Ukuran mata (mesh size)
:
5 inchi
Panjang tali ris
:
1.520 m bahan Polyethyline 0,8 cm
Panjang tali pemberat
:
1.500 m bahan Polyethyline 0,6 cm
Pelampung
:
-
Bentuk pelampung
:
pisang
-
Pelampung besar
:
30 bh dari PVC 30 cm
-
Pelampung kecil
:
525 bh dari sintetik Rubber 0,6 cm
-
Jarak antar pelampung :
60 cm
Pemberat
:
70 kg dari batu kali
Jarak antar pemberat
:
20 cm
1
4
Nama Lokal
:
Jaring Insang Hanyut
Nama Inggris
:
Drift Gillnet
Hasil Tangkapan
:
Tongkol,Cakalang, Tenggiri, Tuna, Bawal, dll
2 3
Kapal LBD 12 m x 2,26 m x 1,1 m HP 30 HP (TF) Gearbox 3: 1
5
6 Gambar 3.3 Rancangan Jaring Insang Hanyut
11
Aspek Teknik Produksi
Keterangan Gambar: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis Pelampung Besar Pelampung kecil Tali ris Tali Pelampung Badan Jaring Pemberat
Material PL30 cm PL10 cm/15 cm L PE0,8 cm PE0,6 cm PA d12 5” Batu
Jumlah 30 buah 525 buah 1.520 m 1.500 m 18 m x 1500 m 70 kg
3.2.3. Peralatan penunjang Peralatan penunjang operasional yang ada di atas perahu terdiri dari pelampung keselamatan awak kapal, jangkar, lampu dan tenda untuk berlindung pada saat hujan. Selain itu juga terdapat peralatan lainnya yang harus ada seperti petromak, dan senter. Hal ini dikarenakan pada proses setting dari jaring insang hanyut ini dilakukan pada malam hari, sehingga diperlukan alat penerangan. Peralatan lain untuk keperluan makan ABK saat proses drifting, maka dibawa juga alat masak.
Gambar 3.4. Jaring Insang Hanyut di Daerah Binuangeun
3.3. Kebutuhan Operasi Penangkapan Ikan Dalam melakukan operasi penangkapan terdapat beberapa sarana yang harus disiapkan untuk keperluan operasi seperti bahan bakar solar dan minyak tanah, es, air tawar dan kebutuhan makan-minum awak kapal selama operasi penangkapan. Dalam 1 trip perjalanan (rata-rata selama
12
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
1 hari) menghabiskan solar sebanyak 20-35 liter.
Sementara minyak tanah yang
digunakan
sebagai campuran bahan bakar solar, penerangan dan untuk memasak sebanyak 15 – 20 liter. Agar mesin tetap dapat berjalan dengan lancar dibutuhkan oli sebanyak 1 – 2 liter. Selain bahan bakar, kebutuhan operasi untuk penangkapan ikan yang juga penting adalah perbekalan makanan untuk awak kapal, baterai untuk senter, dan air tawar untuk minum.. Sementara untuk mempertahankan hasil tangkapan ikan tetap segar dibutuhkan es dalam jumlah yang cukup. 3.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam
penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut
dengan perahu berukuran 5 – 7 GT berjumlah 3 – 4 orang, yang terdiri dari 1 orang nakhoda dan 2 – 3 orang ABK biasa.
Tidak ada kriteria khusus dalam pencarian tenaga kerja untuk ABK
biasa, yang penting dapat mengoperasikan jaring insang hanyut.
Untuk posisi nakhoda,
diwajibkan memiliki sertifikat ANKAPIN II yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan. 3.5. Teknologi Teknologi penangkapan ikan yang berwawasan lingkungan adalah suatu upaya terencana dalam menggunakan alat tangkap yang ditujukan untuk mengelola sumberdaya secara berkesinambungan (sustainable) tanpa menganggu atau merusak kondisi habitat serta sumberdaya ikan yang tersedia. Beberapa kriteria teknologi penangkapan ikan yang berwawasan lingkungan diantaranya: 1. Melakukan seleksi terhadap ikan yang akan dijadikan target tangkapan dan meloloskan ikan yang belum layak tangkap; 2. Mengurangi hasil tangkap sampingan (HTS); 3. Tidak merusak lingkungan sekitarnya pada waktu pengoperasian alat tangkap. Penangkapan ikan dengan jaring insang secara umum memenuhi kriteria teknologi penangkapan ikan berwawasan lingkungan. Ukuran dan jenis hasil tangkapan ikan untuk jaring insang lebih dipengaruhi oleh besar mata jaring yang digunakan, sehingga hanya ikan dengan jenis dan ukuran tertentu saja yang akan tertangkap.
Kemampuan jaring insang untuk membiarkan
ikan yang berukuran lebih kecil dari mata jaring yang digunakan tersebut dapat mengurangi hasil tangkapan sampingan. Komposisi ikan hasil tangkapan sampingan yang ditangkap oleh jaring insang tidak lebih dari 10% dari keseluruhan hasil tangkapan.
13
Aspek Teknik Produksi
Tujuan penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut adalah ikan pelagis, yaitu dengan menempatkan jaring di dalam kolom air disekitar permukaan, sehingga ikan yang berada di dasar (demersal) tidak tertangkap. Selain itu, dalam pengoperasian alat tangkap jaring insang ini tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya dikarenakan alat ini termasuk pada jenis alat yang pasif. 3.6. Proses Penangkapan Ikan Proses penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang secara berurutan meliputi persiapan di darat, navigasi menuju daerah penangkapan, setting jaring dalam kolom perairan, drifting (perendaman jaring insang hanyut) dan pengangkatan jaring insang dan hasil tangkapannya (hauling). 3.6.1. Persiapan di darat Kegiatan persiapan di darat dimaksudkan untuk mempersiapkan diri untuk melaut. Hal-hal yang harus disiapkan antara lain :
Perbaikan jaring, sebelum melaut harus dipastikan jaring siap untuk digunakan.
Pengecekan mesin kapal, yaitu melakukan pengecekan apakah mesin mengalami gangguan atau tidak.
Pengecekan kapal, artinya melakukan pengecekan apakah kapal siap untuk melaut.
Persiapan perbekalan bahan bakar, dan makanan serta peralatan lainnya. Biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki jaring rata-rata adalah Rp. 20.000,- setiap habis
operasi.
Sedangkan perbaikan kapal dilakukan setiap bulan dengan melakukan pengecatan
ataupun penggantian bagian badan perahu yang lepas atau rusak dengan biaya sekitar Rp. 100.000,- per bulannya. Sedangkan untuk perbaikan perahu secara besar-besaran dilakukan setiap tahun pada saat musim paceklik, sehingga tidak mengganggu aktifitas operasi penangkapan. Biasanya perbaikan kapal secara menyeluruh ini dilakukan selama 1 bulan dengan biaya sekitar Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,-. 3.6.2. Navigasi/melaut Tahap yang kedua ialah tahapan navigasi/melaut, penangkapan dengan jaring insang biasanya meninggalkan pelabuhan asal pada siang hari, hal ini dilakukan agar sampai di daerah penangkapan ikan sekitar petang atau malam hari. Lama perjalanan menuju daerah penangkapan ikan biasanya sekitar 3 sampai 5 jam.
14
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
3.6.3. Setting Jaring Setting yaitu melakukan penebaran jaring di daerah penangkapan ikan. Setelah sampai di daerah penangkapan ikan, maka yang dilakukan ialah melakukan persiapan dan penebaran jaring insang, diawali dengan melepas pelampung tanda dan diikuti dengan pelemparan pemberat yang dilakukan oleh 2 – 3 orang nelayan dengan kecepatan perahu sekitar 0,5 knot. Lama waktu kegiatan ini adalah 0,5 – 1 jam. Setelah jaring insang ditebar, bagian tali ris atas tetap terikat di perahu. 3.6.4. Drifting Pada tahapan ini, perahu dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arus selama 2 – 3 jam dalam kondisi mesin perahu dimatikan. Setelah ikan terjaring, biasanya pada pagi hari maka barulah jaring insang diangkat. 3.6.5. Hauling Tahap yang terakhir ialah kegiatan hauling/pengangkatan jaring. Metode pengangkatan yang dilakukan nelayan tanpa menggunakan alat bantu artinya diangkat dengan menggunakan tenaga manusia sehingga waktu yang dibutuhkan pada tahapan ini adalah 1 – 2 jam. Pada saat hauling, mesin perahu dihidupkan kembali, dan kapal berjalan dengan kecepatan 0,5 knot sambil dilakukan pengangkatan badan jaring oleh 2 – 3 orang nelayan. Pada saat badan jaring naik ke atas dek, 1 orang nelayan melakukan pemisahan ikan. Lalu ikan tersebut disimpan di tempat penyimpanan ikan (palka).
3.7. Jenis dan Jumlah Hasil Tangkapan Ikan yang diperoleh dari jaring insang beraneka ragam, ikan yang dominan tertangkap adalah ikan tongkol, selain itu tertangkap juga jenis ikan cakalang, dan layaran. Hasil tangkapan ikan tongkol sangat dominan lebih dari 90% dari total hasil tangkapan. Sedangkan 10% hasil tangkapan lainnya sangat beragam, antara lain jenis ikan cakalang, kembung, dan tuna. Biasanya nelayan senang mendapatkan jenis ikan selain tongkol, hanya saja jaring insang yang mereka gunakan menjadi rusak/sobek.
15
Aspek Teknik Produksi
Gambar 3.5 Ikan Tongkol Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut di Binuangeun
Jumlah hasil penangkapan dengan jaring insang sangat fluktuatif tergantung dari musimnya. Musim puncak ikan biasanya dari bulan Juli – Desember, sedangkan musim paceklik ikan biasanya dari bulan Januari – Juni.
Pada bulan Februari – Mei, biasanya nelayan tidak
melakukan operasi penangkapan dengan jaring insang hanyut dikarenakan pada musim tersebut ikan tongkol sangat sedikit yang tertangkap. Ketika musim puncak, hasil tangkapan ikan tongkol setiap trip rata-ratanya adalah 200 kg, sedangkan pada musim paceklik rata-rata hasil tangkapan ikan tongkol hanya 50 kg. Dari data tersebut terlihat sekali perbedaan hasil tangkapan ikan pada musim puncak dan paceklik.
3.8. Hasil Tangkapan Optimum Hasil tangkapan ikan tongkol dengan menggunakan jaring insang hanyut ini akan optimum jika dilakukan dengan menambah peralatan bantu penangkapan berupa fish finder ataupun dengan bantuan alat navigasi lainnya seperti GPS atau kompas agar lebih mudah menentukan posisi atau arah menuju daerah penangkapan.
Harga alat bantu ini berkisar Rp. 1.000.000,-
sampai dengan Rp. 3.000.000,-. Alat bantu penangkapan lainnya yang belum diterapkan adalah dengan menggunakan rumpon yang berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan tujuan penangkapan, sehingga nelayan tidak harus mencari dan mengejar pergerakan ikan. Dengan adanya rumpon ini, nelayan akan lebih pasti dalam menentukan daerah penangkapannya dengan posisi yang tidak jauh dari pelabuhan asal. Biaya pembuatan rumpon dengan bahan alami adalah Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,-
16
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Dengan merekayasa dan melengkapi unit penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan, hasil tangkapan ikan yang diharapkan akan optimum dan stabil, selain itu, biaya operasi penangkapan akan lebih murah, karena ditempatkan tidak jauh dari pelabuhan asal.
3.9. Kendala Produksi Dalam operasi penangkapan ikan dengan jaring insang terdapat beberapa kendala, baik teknis, maupun non teknis, setidaknya ada beberapa hal, yaitu : 1. Tingkat pengoperasian alat masih menggunakan tenaga manusia, sehingga proses pengangkatan dan pengambilan ikan memakan waktu yang cukup lama. 2. Penentuan daerah penangkapan masih berdasarkan kebiasaan, sehingga banyak mengeluarkan biaya operasi dan tidak ada kepastian jumlah hasil tangkapan. 3. Kemudahaan mencari ketersediaan bahan alat penangkap ikan yang rendah 4. Harga BBM yang tinggi 5. Harga ikan yang selalu berubah-ubah. 6. Daya jangkau operasi penangkapan terbatas. Umumnya kapal-kapal yang dioperasikan oleh nelayan selatan Banten masih berukuran kecil, hal ini membatasi jangkauan operasi penangkapan. 7. Belum tersedia galangan kapal perikanan. Dengan tidak adanya industri penunjang ini dapat memperlambat penambahan dan perbaikkan perahu jaring insang, sehingga jumlah trip operasi dapat terhambat karena terjadi kerusakan pada perahu yang digunakan.
17
Aspek Teknik Produksi
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
18
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
4.1. Aspek Pasar 4.1.1. Permintaan Permintaan akan ikan setiap tahunnya selalu meningkat. Hal ini dilihat dari dua hal. Yang pertama ialah peningkatan populasi penduduk Kabupaten Lebak dan daerah lain yang menjadi tujuan pasar dari hasil tangkapan jaring insang. Semakin banyaknya jumlah penduduk menuntut semakin besarnya supply ikan yang harus disediakan.
Pada tahun 2002 jumlah penduduk
1.065.784, naik menjadi 1.202.909 pada tahun 2006. Tabel 4.1. Produksi Ikan Kabupaten Lebak No Uraian 2002 2003 1 produksi ikan sendiri 7,816,900 8,790,400 produksi ikan yang 2 keluar 5,080,985 2,637,120 produksi ikan yang 3 masuk 10,692,963 8,437,504 4 Perkiraan penduduk 1,065,784 1,122,368 Konsumsi ikan 5 perkapita 12.60 13.00 Sumber :DKP Kab. Lebak
2004 2005 2006 7,427,100 10,660,700 13,321,100 3,834,400 5,473,400
4,810,100
11,600,100 11,634,600 11,866,600 1,125,475 1,176,350 1,202,909 13.50
14.30
16.94
Kedua, selain dari peningkatan jumlah penduduk, potensi pasar yang semakin tinggi juga terlihat dari peningkatan konsumsi ikan perkapita masyarakat Kabupaten Lebak. Pada tahun 2002 konsumsi ikan perkapita ialah 12,6 kg/tahun, jumlahnya terus meningkat 16.94 kg/tahun. 4.1.2. Penawaran Produksi ikan dengan jaring insang di Kabupaten Lebak, mayoritas berasal dari daerah Binuangeun. Terlihat dari data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak bahwa produksi ikan pelagis, terus mengalami peningkatan.
Ikan pelagis seperti tongkol, cakalang, tuna dan
kembung terus mengalami peningkatan. Ikan tongkol misalnya yang merupakan ikan pelagis yang menjadi komoditas utama mengalami kenaikan hampir 3 kali lipat selama 5 tahun terakhir.
19
Aspek Pasar dan Pemasaran
Tabel 4.2. Produksi Berdasarkan Jenis Ikan di Kabupaten Lebak No.
Jenis Ikan
2001 Tongkol 369.4 Cakalang 515.3 Tuna 125.9 Kembung 112.3 Sumber : DKP kab Lebak. 1. 2. 3. 4.
2002 571.7 593.8 241.6 292.5
Tahun 2003 588.1 596 176.7 376
(ton) 2004 442.7 492.5 133.8 197
2005 761 715.2 260.3 196.2
2006 918.2 923 221.6 234.5
Jumlah tersebut dapat meningkat, karena daerah penangkapan ikan pelagis mayoritas masih berasal dari perairan selatan Banten, yaitu daerah Pulau Tinjil dan Pulau Panaitan, serta Perairan Bayah. Masih banyak daerah yang masih potensial untuk menjadi daerah penangkapan ikan dengan jaring insang. Tabel 4.3. Penggunaan alat tangkap Jaring insang hanyut Jenis Alat Jaring insang hanyut
2001 116
2002 116
Tahun (unit) 2003 2004 116 116
2005 115
2006 123
Sumber : DKP kab Lebak.
Dari data di atas juga menunjukan adanya pertambahan jumlah dari alat tangkap jaring insang hanyut. Pada tahun 2001 – 2004 jumlah alat tangkap jaring insang hanyut adalah sebanyak 116 unit, akan tetapi pada tahun 2005 akibat resesi ekonomi karena kenaikan harga BBM, jumlah tersebut menurun menjadi 115 unit. Pada tahun 2006 penambahan unit penangkapan jaring insang hanyut mulai menunjukkan peningkatan. 4.1.3. Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan dalam penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut yang utama terjadi karena adanya kesamaan daerah penangkapan ikan dengan alat tangkap lainnya. Alat tangkap yang memiliki daerah penangkapan ikan yang sama dengan jaring insang hanyut ini antara lain alat tangkap payang dan purse seine, dengan tujuan hasil tangkapannya berupa ikan pelagis. Hal lain yang membatasi perkembangan usaha perikanan jaring insang hanyut adalah daya angkut yang terbatas dan proses penanganan ikan di atas perahu belum dilakukan dengan baik, karena keterbatasan modal dan pengetahuan, sehingga kualitas hasil tangkapan tidak sebaik alat tangkap lainnya seperti payang ataupun purse seine. Dengan kualitas hasil tangkapan yang lebih rendah dari alat tangkap lainnya, berakibat nilai jual ikan tersebut rendah.
20
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Dengan pengetahuan dan teknologi penentuan daerah penangkapan ikan serta memperbaiki cara penanganan di atas perahu akan meningkatkan hasil tangkapan karena daerah penangkapan lain yang ada di selatan Banten masih belum dilakukan, selain itu biaya operasional akan bisa dikurangi dengan adanya kepastian daerah pengkapan. 4.2. Aspek Pemasaran 4.2.1. Harga Perkembangan harga untuk ikan pelagis selama 4 tahun belakangan mengalami kenaikan yang cukup pesat (year on year). Bahkan kenaikan harga ikan jumlahnya selalu diatas inflasi. Khusus untuk harga ikan tongkol, rata-rata mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibanding ikan pelagis lainnya. Tabel 4.4. Perkembangan harga 3 jenis ikan pelagis utama
Jenis Ikan Tongkol Perubahan y-o-y (%)
2004 2500
Tahun (Rupiah) 2005 2006 3000 4000 20 33.33
2007 4500 12.5
Cakalang Perubahan y-oy (%)
2600
3000 15.38
3500 16.67
4000 14.29
Tuna Perubahan y-o-y (%)
2650
3500 32.08
5000 42.86
5000 0.00
Sumber : Data olahan, 2007
Ikan tongkol merupakan hasil utama dari penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut. Kenaikkan yang pesat dari harga dan produksi menunjukan bahwa sektor penangkapan ikan dengan jaring insang hanyut merupakan usaha yang prospektif. Penentuan harga ikan ditentukan oleh mekanisme lelang di TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Penawar dengan harga penawaran yang tertinggi maka akan menjadi pemenang. Penawar ikan yang ikut lelang di TPI umumnya merupakan pedagang pengumpul, pengolah ikan atau pedagang pengecer. Untuk ikan yang dipasarkan ke Jakarta umumnya oleh pedagang pengumpul, harga ikan ditentukan oleh agen ikan di Jakarta. Dalam hal ini pedagang pengumpul tidak mempunyai posisi tawar harga sehingga berperan sebagai price taker.
Namun pedagang pengumpul telah
memahami kapan harus dijual ke Jakarta atau lokal saja.
21
Aspek Pasar dan Pemasaran
4.2.2. Jalur Pemasaran Produk Tata niaga hasil-hasil perikanan secara umum sangat sederhana. Ikan hasil tangkapan di bawa langsung ke Tempat Pelelangan Ikan untuk dilelang. Di sana sudah menunggu pedagang bakul untuk melakukan pelelangan. Lalu ikan dilelang dan jatuh ke tangan pembeli dengan harga tertinggi. Retribusi yang berlaku di TPI sebesar 2,5% dari nilai jual saat lelang. Pedagang bakul/tengkulak biasanya menjual ikan tersebut di pasar Binuangeun yang letaknya bersebelahan dengan TPI. Di sanalah pembeli ikan dari daerah Binuangeun (konsumen lokal) membeli ikan. Tapi ada juga ikan yang dijual ke daerah lainnya, seperti ke daerah Malingping, Rangkasbitung dan Jakarta. Khusus untuk tujuan pemasaran Jakarta ikan yang dijual biasanya saat musim banyak ikan. Untuk menjual ikan ke Jakarta akan menambah beban Rp. 400,per kg yang digunakan untuk biaya pengangkutan ikan. Untuk pemasaran ke luar daerah seperti ke Jakarta, dilakukan oleh pedagang pengumpul yang dimodali oleh pedagang dari Jakarta. Setelah sampai di Jakarta, ikan tersebut dijual kepada industri-industri pengolahan, sedangkan hasil tangkapan yang masih baik kondisinya dijual langsung kepada eksportir. Gambar 4.1 Rantai Pemasaran Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut Pengumpul Kecil
Pengumpul Besar
Eksportir/ Industri Pengolahan
Nelayan
Tengkulak
Pedagang Pasar
Pengecer
Konsumen
4.2.3. Kendala Pemasaran Kendala yang dihadapi oleh usaha perikanan jaring insang hanyut lebih banyak disebabkan oleh harga ikan yang lebih rendah dibandingkan dengan ikan yang sama yang ditangkap dengan alat tangkapan lain, karena lebih cepat terjadi penurunan mutu. Kondisi harga hasil penangkapan cenderung berfluktuasi dikarenakan tidak adanya fasilitas penyimpanan ikan di lokasi pelabuhan asal. Kondisi ini menyebabkan nelayan tetap menjual hasil tangkapannya sampai habis walaupun dengan harga yang sangat rendah. Selain itu jarak antara
22
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
pelabuhan asal dengan daerah pemasaran yang jauh serta keterbatasan fasilitas transportasi juga mempengaruhi turunnya kualitas ikan yang akan dipasarkan. Standar mutu ikan segar sampai saat ini belum ada ketetapan yang jelas dari Dinas Perikanan dan Kelautan setempat, sehingga nelayan belum mempunyai posisi tawar yang baik terhadap pembeli hasil tangkapan mereka.
23
Aspek Pasar dan Pemasaran
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
24
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
BAB V ASPEK KEUANGAN
5.1.
Pemilihan Pola Usaha Usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang hanyut yang ada di
daerah Binuangeun, Kabupaten Lebak Banten mayoritas menggunakan kapal dengan ukuran 7 GT. Oleh sebab itu dalam aspek keuangan ini, analisis akan dilakukan terhadap usaha penangkapan dengan skala ukuran kapal 7 GT. 5.2.
Asumsi Dan Penentuan Waktu Analisa Keuangan Analisis keuangan, proyeksi penerimaan dan biaya didasarkan pada asumsi yang terangkum
dalam Tabel 5.1. Periode proyek adalah 5 tahun. Tahun ke nol sebagai dasar perhitungan nilai sekarang (present value) adalah tahun ketika biaya investasi awal dikeluarkan. Dengan menggunakan ukuran kapal, jumlah tenaga kerja serta biaya variabel dan biaya tetap seperti yang tercantum dalam tabel asumsi, rata-rata mampu memperoleh hasil tangkapan sebanyak 200 kg ikan tongkol dalam setiap tripnya pada musim puncak dan 50 kg/trip pada musim paceklik.
Tabel 5. 1 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan Tabel 5.1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan No 1 2
3
4
Asumsi Periode proyek Hari kerja a. Per bln b. Bulan per thn c. Hari kerja (trip) Per tahun Skala Produksi Per trip a. Musim ikan - Tongkol - Cakalang - Tuna b. Musim paceklik - Tongkol - Cakalang - Tuna Produksi per tahun musim ikan (120 trip) musim paceklik (40 trip)
tahun
Jumlah/ Nilai 5
hari bulan hari
20 8 160
trip kg/trip kg/trip kg/trip trip kg/trip kg/trip kg/trip
120 150 15 7 40 50 2 5
kg/tahun kg/tahun
20,640 2,280
Satuan
Keterangan
120 trip = 18000 kg 120 trip = 1800 kg 120 trip = 840 kg 40 trip = 2000 kg 40 trip = 80 kg 40 trip = 200kg
25
Aspek Keuangan
5
6
Total Harga produk a. Musim ikan - Tongkol - Cakalang - Tuna b. Musim paceklik - Tongkol - Cakalang - Tuna Bagi hasil a. Pimpinan b. Nahkoda c. Abk
7 9 9 10 11 11
Perahu 7 GT Mesin 20 PK Jaring Tangkap Alat Bantu Retribusi Discount Factor
kg/tahun
22,920
Rp/kg Rp/kg Rp/kg
5,000 3,000 16,000
Rp/kg Rp/kg Rp/kg
7,000 20,000 16,000
orang orang
60% 16%
orang
8%
Rp/unit Rp/unit Rp/unit Rp/unit % per trip %
20,000,000 20,000,000 20,170,000 340,000 2,5% 15
2 orang @ 16% per orang 3 orang masing @ 2% per orang
5.3. Komponen Dan Struktur Biaya Investasi Dan Biaya Operasional 5.3.1. Biaya Investasi Biaya investasi termasuk komponen biaya tetap yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya investasi untuk usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang terdiri dari : biaya pembelian kapal 7 GT, jaring insang¸ mesin/motor dan peralatan pendukung lainnya serta biaya perizinan. Jenis, nilai pembelian dan penyusutan dari masing-masing biaya investasi yang dibutuhkan untuk memulai usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang disajikan pada Tabel 5.2 . Pada tahun-tahun tertentu dilakukan reinvestasi untuk pembelian mesin atau peralatan yang umur ekonomisnya kurang dari 5 tahun. Jumlah biaya investasi keseluruhan pada tahun 0 adalah Rp 60.540.000,- yang seluruhnya dibiayai dari dana sendiri pengusaha (pemilik kapal).
26
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Tabel 5.2. Biaya Investasi Usaha Penangkapan Ikan Pelagis dengan Jaring insang No 1 2 3 4
5
Jenis Biaya
Nilai
Penyusutan
Perahu 7 GT Mesin 20 PK Jaring Tangkap Alat Bantu Jumlah Biaya Investasi Jml biaya investasi dibulatkan Sumber Dana Investasi dari Kredit
% 70%
20,000,000 20,000,000 20,170,000 370,000 60,540,000 61,000,000 Rp 42,700,000
Dana Sendiri
30%
18,300,000
4,000,000 4,000,000 4,034,000 74,000 12,108,000
Komponen terbesar untuk biaya investasi ini adalah pembelian jaring insang yang mencapai 33,33% dari total biaya investasi pada awal usaha. Komponen terbesar kedua adalah biaya pembelian Kapal 7 GT dan mesin yang mencapai 33,04% dari total biaya investasi, kemudian disusul oleh biaya pembelian peralatan pendukung sebesr 0,61% dari total biaya investasi 5.3.2. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap. Besar biaya variabel sangat tergantung pada jumlah produksi, dalam hal ini banyaknya trip. Komponen dari biaya operasional antara lain: bahan bakar, perbekalan, retribusi serta bagi hasil kepada nakhoda dan ABK. Sementara itu, besar biaya tetap tidak dipengaruhi oleh banyaknya trip. Komponen biaya yang termasuk ke dalam kelompok biaya tetap ini adalah : biaya penyusutan, biaya perawatan kecil, dan biaya perawatan besar. Berdasarkan wawancara di lapangan, biaya operasional yang diperlukan selama satu tahun mencapai Rp 91.047.600,-. Biaya variabel menyerap sebesar 98,6% dari total biaya operasional per tahun dan biaya tetap hanya 1,4% dari total biaya operasional tersebut. Tabel 5.3. Biaya Operasional Usaha Penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang per Tahun
No 1 2
Jenis Biaya Biaya variable Biaya tetap Jumlah Biaya Operasional
Nilai (Rp) 89,787,600 1,260,000 91,047,600
27
Aspek Keuangan
5.4. Kebutuhan Dana Investasi Dan Modal Kerja Kebutuhan investasi maupun modal kerja sebenarnya tidak harus dipenuhi sendiri. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang sebesar Rp 91.047.600,-. Seluruh kebutuhan dana untuk investasi tersebut berasal dari dana pengusaha sendiri.
Hal ini berdasarkan fakta bahwa pada saat dilakukan survei
lapangan, tidak ada satupun pengusaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang di daerah Binuangeun Kabupaten Lebak yang memperoleh kredit investasi dari lembaga keuangan. Besarnya kredit modal kerja ditentukan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dana awal untuk satu kali trip. Usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang mempunyai siklus produksi (dari persiapan trip sampai memperoleh penerimaan dari penjualan) kurang lebih selama 1 hari. Sehingga jumlah kredit modal kerja yang dibutuhkan adalah : Kebutuhan modal kerja = (siklus produksi/hari kerja dalam setahun) x biaya operasional selama 1 tahun = (1/160) x Rp 91.047.600,- = Rp 569.048.Seluruh kebutuhan dana untuk modal kerja tersebut berasal dari dana pengusaha sendiri. Hal ini berdasarkan fakta bahwa pada saat dilakukan survei lapangan, tidak ada satupun pengusaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang di daerah Binuangeun Kabupaten Lebak yang memperoleh kredit modal kerja dari lembaga keuangan. Perincian jumlah dan sumber dana untuk usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang disajikan dalam Tabel 5.4. berikut di bawah. Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja Rincian Biaya Proyek Dana investasi yang bersumber dari a. Kredit b. Dana sendiri Jumlah dana investasi Dana modal kerja awal yang bersumber dari a. Kredit b. Dana sendiri Jumlah dana modal kerja Total dana proyek yang bersumber dari a. Kredit b. Dana sendiri Jumlah dana proyek
28
Total Biaya 42,700,000 18,300,000 61,000,000 420,000 180,000 600,000 43,120,000 18,480,000 61,600,000
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
5.5. Produksi Dan Pendapatan Jumlah rata-rata bobot hasil tangkapan jenis ikan pelagis dalam sekali tripnya adalah 150 kg Ikan Tongkol pada saat musim puncak, dan 50 kg pada saat musim paceklik. Jumlah ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pengusaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang di daerah Binuangeun Kabupaten Lebak. Dalam setiap bulannya rata-rata dilakukan 20 kali trip. Harga rata-rata per kg untuk masing-masing musim adalah Rp. 5.000,- pada musim puncak, dan Rp. 7.000,- pada musim paceklik. Oleh sebab itu, total pendapatan kotor per tahun adalah sebesar Rp 123.669.000,-. Secara lebih rinci penerimaan kotor seperti Tabel 5.5. berikut: Tabel 5.5. Produksi dan Pendapatan Kotor per Tahun No
Uraian
Satuan
1
Hasil tangkapan per trip *
Jumlah
Harga satuan
Nilai (Rp)
a. Musim ikan
Tongkol
kg
150
5,000
Cakalang
kg
15
3,000
43,875
Tuna
kg
7
16,000
109,200
Sub total
731,250
884,325
b. Musim paceklik
Tongkol
kg
50
7,000
Cakalang
kg
2
5,000
9,750
Tuna
kg
5
18,000
87,750
Sub total 2
438,750
Penjualan per tahun
trip
160
a. Musim ikan
trip
120
884,325
b. Musim paceklik
trip
40
438,750
Jumlah penjualan
341,250
Rp
106,119,000 17,550,000 123,669,000
*) Produksi tiap trip dipotong retribusi 2,5%
Dari Tabel 5.5. di atas diketahui bahwa aliran penerimaan usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang adalah Rp 123.669.000,- per tahun. Sedangkan untuk aliran biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. 5.6.
Proyeksi Laba Rugi Dan Break Event Point Tingkat keuntungan atau profitabilitas dari usaha yang dilakukan merupakan bagian sangat
penting dalam analisis keuangan dari rencana kegiatan investasi. Keuntungan dihitung dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran tiap tahunnya. Keuntungan bersih yang diterima pemilik kapal
29
Aspek Keuangan
pada tahun pertama Rp.13.210.774,-. Rata-rata keuntungan bersih Rp 16.296.730,- dan rata-rata profit margin yaitu 13.18% dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Sedangkan pada tahun pertama BEP
penjualan Rp. 309.065.103,- yang dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.6. Proyeksi Laba Rugi
Tabel 5.7. Break Event Point
30
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
5.7.
Proyeksi Arus Kas Dan Kelayakan Proyek Berdasarkan analisis arus kas, dilakukan perhitungan B/C ratio, Net B/C ratio, Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP). Sebuah usaha berdasarkan kriteria investasi di atas dikatakan layak jika B/C ratio atau Net B/C ratio > 1, NPV > 0 dan IRR > discount rate. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang layak dilaksanakan, bahkan menguntungkan, karena pada tingkat suku bunga (discount rate) 15% per tahun, net B/C ratio sebesar 1,63 (> 1) dan NPV sebesar Rp 38.774.255,- (> 0). Dengan nilai IRR 39,69% (> discount rate), artinya: proyek ini layak dilaksanakan meskipun tingkat suku bunga (discount rate) mencapai 39,69% per tahun. Tabel 5. 2. Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan Jaring insang
No
Kriteria Kelayakan
Nilai
1
Net B/C ratio pada DF 15%
1,63
2
NPV pada DF 15% (Rp)
38,773,513
3
IRR (%)
39.69%
4
PBP (usaha)
2,63 tahun
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan seluruh biaya investasi usaha (PBP usaha) adalah 2,63 tahun. Dengan demikian usaha ini layak dilaksanakan karena jangka waktu pengembalian investasi lebih pendek dari periode proyek. 5.8.
Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Dalam analisis proyek investasi penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang
tentulah terdapat ketidakpastian yang akan mempengaruhi hasil perhitungan. Analisis sensitivitas akan dilakukan untuk menguji seberapa jauh proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan jumlah dan harga-harga input dan output. Dalam analisis sensitivitas ini digunakan 3 skenario, yaitu : 1. Skenario I
31
Aspek Keuangan
Pendapatan proyek mengalami penurunan sedangkan biaya investasi dan biaya operasional dianggap tetap. Penurunan pendapatan bisa diakibatkan oleh penurunan harga penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang, jumlah permintaan yang menurun ataupun jumlah produksi yang menurun. 2. Skenario II Biaya operasional mengalami kenaikan sedangkan biaya investasi dan penerimaan proyek investasi tetap. Kenaikan biaya operasional bisa terjadi akibat kenaikan harga input untuk operasional; seperti bahan baku, peralatan operasional, dll. 3. Skenario III Skenario ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II, yaitu: diasumsikan penerimaan proyek mengalami penurunan dan biaya operasional mengalami kenaikan, sedangkan biaya investasi tetap. Hasil analisis sensitivitas disajikan dalam Tabel berikut: Tabel 5.9. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario I
No 1 2 3 4
Kriteria Kelayakan Net B/C ratio pada DF 15% NPV pada DF 15% (Rp) IRR (%) PBP (usaha)
Pendapatan Turun 9% 1,02 1,463,323 16,01% 4,84 tahun
Pendapatan Turun 10% 0.96 -2,682,254 13,12% > 5 tahun
Pada skenario I, dengan penurunan pendapatan usaha sebesar 9%, usaha penangkapan ikan dengan jaring insang ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 15%) sebagai berikut : net B/C sebesar 1,02 (> 1), NPV sebesar Rp 1.463.323,- (> 0), nilai IRR 16,01% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 3,72 tahun (< periode proyek).
32
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Tabel 5.10. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario II
Biaya Operasional Naik 11%
Biaya Operasional Naik 12%
1,02
0.95
2 NPV pada DF 15% (Rp)
1,051,463
-2,845,443
3 IRR (%) 4 PBP (usaha)
15,73% 4,88 tahun
13.00% > 5 tahun
No Kriteria Kelayakan 1 Net B/C ratio pada DF 15%
Pada skenario II, dengan kenaikan biaya total sebesar 11%, usaha Penangkapan ikan dengan jaring insang ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 15%) sebagai berikut : net B/C sebesar 1,02 (> 1), NPV sebesar Rp 1.051.463,- (> 0), nilai IRR 15,73% (> discount rate), PBP (usaha) adalah 3,7 tahun (< periode proyek). Tabel 5.11. Hasil Analisis Sensitivitas Skenario III
No 1 2 3 4
Kriteria Kelayakan Net B/C ratio pada DF 15% NPV pada DF 15% (Rp) IRR (%) PBP (usaha)
Pendapatan turun 5% dan Biaya Operasional Naik 5% 1,03 1,982,173 16.37% 4,79 tahun
Pendapatan turun 6% dan Biaya Operasional Naik 6% 0,91 -5,581,160 11.04% > 5 tahun
Pada skenario III, pada saat terjadi penurunan pendapatan sebesar 5% sekaligus kenaikan total biaya operasional sebesar 5%, usahax penangkapan ikan dengan jaring insang ini masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 15%) sebagai berikut : net B/C 1,03 (> 1), NPV sebesar Rp 1.982.173,- (> 0), nilai IRR 16,75 (> discount rate), PBP (usaha) adalah 3,75 tahun (< periode proyek). Hasil analisis sensitivitas di atas menunjukkan bahwa proyek ini lebih sensitif dengan penurunan pendapatan daripada kenaikan biaya operasional. Dengan memperhatikan kriteria jangka waktu pengembalian investasi (pay back period usaha), proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan sebesar 9% (dengan asumsi biaya operasional dan investasi tetap), artinya jika penurunan pendapatan lebih besar dari 9% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Sedangkan jika dilihat dari perubahan biaya operasional, proyek ini sensitif pada kenaikan biaya operasional sebesar 11% (dengan asumsi pendapatan dan biaya investasi tetap), artinya jika
33
Aspek Keuangan
keniakan biaya operasional lebih dari 11%, proyek ini menjadi tidak layak/merugi. Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kondisi terjadi penurunan pendapatan sebesar 5% sekaligus kenaikan biaya operasional sebesar 5%. Hasil analisis aspek keuangan di atas menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan dengan jaring insang memberikan pendapatan yang tinggi sehingga proyek ini layak dilaksanakan dan dibiayai oleh bank.
34
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
6.1.
Aspek Ekonomi dan Sosial Usaha perikanan tangkap pada umumnya dan perikanan jaring insang khususnya
merupakan sektor perekonomian yang penting di Binuangeun. Sektor perikanan tangkap menjadi tulang punggung perekonomian Binuangeun. Selain itu sektor ini tentunya menjadi daya serap utama tenaga kerja di Binuangeun. Sektor perikanan tangkap juga mempunyai pengaruh yang besar dalam struktur politik dan sosial di Binuangeun. Mayoritas masyarakat Binuangeun mengandalkan perikanan tangkap sebagai pekerjaan utama. Dengan demikian, jelas bahwa sektor perikanan tangkap mempunyai keterkaitan yang besar. Ketika produksi dan pendapatan dari sektor ini meningkat, maka perekonomian wilayah Binuangeun akan meningkat dan bergerak cepat. Begitu pula sebaliknya, ketika produksi dan pendapatan sedang lesu, maka ekonomi akan lesu pula. Usaha laut
akan membuat/menciptakan industri pendukung usaha
tersebut di darat.
Pengusaha yang sukses di Binuangeun secara karakteristik harus mempunyai dua bidang usaha. Usaha darat dan laut. Hal ini dikarenakan oleh dua hal. Pertama sebagai penunjang usaha utama, yaitu usaha perikanan tangkap. Kedua ialah untuk diversifikasi usaha guna mengurangi resiko di laut. Selain mempunyai dampak ekonomi. Perikanan tangkap juga mempengaruhi faktor sosial masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari struktur sosial yang ada. Ketika menjadi pengusaha ikan yang sukses pasti kedudukan sosialnya akan menjadi lebih tinggi.
Oleh karena itu, sektor
perikanan tangkap menjadi sektor yang amat vital bagi wilayah Binuanguen. Hal ini menyebabkan pos-pos politik setempat kebanyakan di isi oleh pengusaha perikanan ataupun kerabat-kerabatnya yang sukses.
Hal ini membuat penduduk dengan mata pencaharian di darat (pertanian dan
perkebunan) sedikit cemburu.
Isu pemekaran wilayah menjadi isu yang hangat di wilayah
Binuangeun. Fokus kebijakan desa juga sangat bersudut pandang sektor perikanan.
6.2. Dampak Lingkungan Sampai saat ini, beroperasinya usaha perikanan tangkap untuk ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang di daerah Binuangeun, Kabupaten Lebak tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal ini karena usaha perikanan tangkap untuk ikan pelagis dengan alat tangkap
35
Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan
jaring insang ini tidak menimbulkan limbah ataupun merusak ekosistem laut di sekitar daerah penangkapan ikan.
36
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Kesimpulan
1. Usaha perikanan tangkap untuk ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang yang dilakukan di daerah Binuangeun, Kabupaten Lebak merupakan usaha dengan skala kecil. 2. Belum adanya pengaturan dari pemerintah untuk usaha perikanan tangkap skala kecil. 3. Kegiatan usaha yang dilakukan sudah sesuai dengan teknologi penangkapan ikan yang berwawasan lingkungan. 4. Dana untuk investasi dan modal kerja berasal dari modal sendiri. 5. Permintaan ikan pelagis hasil tangkapan relatif tinggi dengan konsumen dari berbagai wilayah dan lapisan masyarakat. 6. Bila dikelola secara optimal, usaha perikanan tangkap untuk ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang mempunyai peluang yang besar untuk dikembangkan. 7. Dari segi metode penangkapan ikannya, usaha perikanan tangkap untuk ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang sangat mudah dan cepat diadopsi oleh para nelayan karena prosedur operasional penangkapannya cukup sederhana. 8. Belum adanya aturan khusus yang pertimbangan keselamat kerja untuk tenaga kerja yang bekerja di atas kapal/pekerja laut 9. Usaha penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang layak dilaksanakan, bahkan menguntungkan, karena pada tingkat suku bunga (discount rate) 15% per tahun, net B/C ratio sebesar 1,63 (> 1) dan NPV sebesar Rp 38,773,513 (> 0). Dengan nilai IRR 39,69% (> discount rate), artinya: proyek ini layak dilaksanakan meskipun tingkat suku bunga (discount rate) mencapai 39,69% per tahun. jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan seluruh biaya investasi usaha (PBP usaha) adalah 2,53 tahun. 10. Analisis sensitivitas terhadap perubahan pendapatan, dengan asumsi biaya operasional dan investasi konstan, menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunan pendapatan sebesar 9%. Artinya, jika penurunan pendapatan lebih besar dari 9% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak diusahakan (merugi).
37
Kesimpulan dan Saran
11. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya operasional, dengan asumsi pendapatan proyek dan biaya investasi tetap, menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kenaikan biaya operasional sebesar 11%. Artinya, jika kenaikan biaya operasional lebih besar dari 11% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak diusahakan (merugi). 12. Analisis sensitivitas terhadap penurunan pendapatan usaha dan kenaikan biaya operasional sekaligus, proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan sebesar operasional sebesar 5%.
5% dan kenaikan biaya
Artinya, jika penurunan pendapatan lebih besar dari 5% dan
kenaikan biaya operasional lebih besar dari 5% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak diusahakan (merugi).
7.2.
Saran Dengan kondisi usaha perikanan tangkap jaring insang yang dilakukan masyarakat, perlu
dilakukan perbaikan dan penambahan dari beberapa aspek. Dari aspek teknologi penangkapan dan penanganan hasil tangkapan, perlu dilakukan peningkatan, baik berupa mekanisasi alat bantu penangkapan maupun pengetahuan penanganan ikan di atas kapal. Untuk mengurangi biaya operasi, perlu dirancang
jenis rumpon yang paling sesuai diterapkan di wilayah Binuangeun,
sehingga BBM yang digunakan dan ikan hasil tangkapan dapat sampai ke pelabuhan asal dalam kondisi yang masih baik dan segar, yang akhirnya akan menaikkan nilai jual dari hasil tangkapan. Selain faktor tersebut di atas, perlu peningkatan kesadaran pengusaha dan para tenaga kerja terhadap aspek sanitasi (kebersihan) pada saat melakukan operasi penangkapan, sehingga produk penangkapan ikan pelagis dengan alat tangkap jaring insang yang dihasilkan akan lebih baik.
38
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa. 1998. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 97 hal. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan). Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 87 ahl. Mahisworo, Wudianto dan Wijopriono. 1989. Pengaruh Ukuran Mata Jaring Terhadap Hasil Tangkapan. Jurnal Penelitian Perikanan Perikanan Laut. No.51. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Hal. 59 – 64. Nomura, M dan T. Yamazaki. 1977. Fishing Technique (I). Japan International Cooperation Agency, Tokyo. 206 p. Uktoselja, J. C. N. 1973. Survey Samudra Indonesia. Laporan Penelitian Perikanan Laut No. 21. Balai Penelitian Perikanan Laut, Departemen Pertanian, Jakarta. Hal 77 – 130. Wyrtki, K. 1961. Physical Oseanography of The Southest Asian Water. Naga Report. The University of California, La Jolla. Vol. 2. 195 p.
39
Daftar Pustaka
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
40
PENGOLAHAN IKAN BERBASIS FISH JELLY PRODUCT
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
LAMPIRAN Lampiran 1. Asumsi dan Parameter No 1 2
Asumsi
Periode proyek Hari kerja a. Per bln b. Bulan per thn c. Hari kerja (trip) Per tahun 3 Skala Produksi Per trip a. Musim ikan - Tongkol - Cakalang - Tuna b. Musim paceklik - Tongkol - Cakalang - Tuna 4 Produksi per tahun - musim ikan (120 trip) - musim paceklik (40 trip) Total 5 Harga produk a. Musim ikan - Tongkol - Cakalang - Tuna b. Musim paceklik - Tongkol - Cakalang - Tuna 6 Perahu 7 Mesin 8 Jaring Tangkap 9 Alat Bantu 10 Discount Factor
Satuan tahun
Jumlah/ Nilai 5
hari bulan hari
20 8 160
kg/trip kg/trip kg/trip
150 15 7
kg/trip kg/trip kg/trip
50 2 5
kg/tahun kg/tahun kg/tahun
20,640 2,280 22,920
Rp/kg Rp/kg Rp/kg
5,000 3,000 16,000
Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/unit Rp/unit Rp/unit Rp/unit %
7,000 20,000 16,000 20,000,000 20,000,000 20,170,000 340,000 15
Keterangan
Musim ikan 120 trip 120 trip = 24000 kg (musim ikan) 120 trip = 1800 kg (musim ikan) 120 trip = 840 kg (musim ikan) Musim paceklik 40 trip 40 trip = 2000 kg (musim paceklik) 40 trip = 80 kg (musim paceklik) 40 trip = 280 kg (musim paceklik)
41
Lampiran
Lampiran 2. Biaya Investasi No
Jenis Biaya
Satuan
Jumlah
Harga/ satuan
Nilai Rp
1 2 3
Perahu Mesin 20 Pk Jaring Tangkap badan jaring tambang Pelampung DS4 Pengumbar Pelampung bulat besar tambang jangkar jangkar Sub Total Alat Bantu Petromak Kompor senter Jirigen 30 liter Sub jumlah Jumlah biaya investasi
unit unit
1 1
20,000,000 20,000,000
20,000,000 20,000,000
Umur ekon (Thn) 5 5
piece kg kg kg
30 360 210 60
200,000 25,000 12,000 25,000
6,000,000 9,000,000 2,520,000 1,500,000
5 5 5 5
1,200,000 1,800,000 504,000 300,000
kg kg kg
15 12 25
40,000 25,000 10,000
600,000 300,000 250,000 20,170,000
5 5 5
120,000 60,000 50,000 4,034,000
buah buah buah buah
1 1 1 1
250,000 80,000 20,000 20,000
250,000 80,000 20,000 20,000 370,000
5 5 5 5
50,000 16,000 4,000 4,000 74,000
4
60,540,000
Penyusutan/ thn 4,000,000 4,000,000
12,108,000
Rekap Jumlah Biaya Investasi No 1 2 3 4
6
42
Jenis Biaya
Nilai
Perahu 7 GT Mesin 20 PK Jaring Tangkap Alat Bantu Jumlah Biaya Investasi Jml biaya investasi dibulatkan Sumber Dana Investasi dari Kredit
20,000,000 20,000,000 20,170,000 370,000 60,540,000
% 70%
61,000,000 Rp 42,700,000
Dana Sendiri
30%
18,300,000
Penyusutan 4,000,000 4,000,000 4,034,000 74,000 12,108,000
PENGOLAHAN IKAN BERBASIS FISH JELLY PRODUCT
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Lampiran 3.Biaya Operasional No A 1
2
B 3 4
Jenis Biaya Biaya Variabel 1 Tahun 160 trip solar M tanah Oli Perbekalan untuk 4 orang Air Perbaikan Jaring Bagi hasil musim ikan musim paceklik Sub Total Biaya Tetap Perawatan Perawatan Kapal (per bulan) Biaya Tambat Labuh sub Total Total Biaya Operasional
Satuan
Jumlah/ satuan
liter liter liter orang galon hari trip trip trip
20 15 1 4 1 1 1 1 1
3,200 2,400 160 640 160 160 160 120 40
4,500 3,000 9,000 20,000 8,000 20,000 353,730 175,500
14,400,000 7,200,000 1,440,000 12,800,000 1,280,000 3,200,000 42,447,600 7,020,000 89,787,600
1 1
12 12
100,000 5,000
1,200,000 60,000 1,260,000 91,047,600
hari bulan
Jumlah 1 thn
Harga/ satuan
Nilai/ thn (Rp)
Rekap Jumlah Biaya Operasional No 1 2
Jenis Biaya
Nilai (Rp)
Biaya variabel Biaya tetap Jumlah Biaya Operasional
89,787,600 1,260,000 91,047,600
Rekap Jumlah Modal Keja No 1
Jenis Biaya
Jumlah dana modal kerja*) Modal kerja awal dibulatkan 2 Sumber dana modal kerja dari: Kredit Dana sendiri *) hari kerja dihitung per trip yaitu (1/160)
Harga/satuan 0.006 % 70% 30%
Nilai (Rp) 569,048 600,000 Rp 420,000 180,000
43
Lampiran
Lampiran 4. Kebutuhan Dana Untuk Investasi Modal Kerja
No 1
2
3
Rincian Biaya Proyek Dana investasi yang bersumber dari a. Kredit b. Dana sendiri Jumlah dana investasi Dana modal kerja awal yang bersumber dari a. Kredit b. Dana sendiri Jumlah dana modal kerja Total dana proyek yang bersumber dari a. Kredit b. Dana sendiri Jumlah dana proyek
Total Biaya 42,700,000 18,300,000 61,000,000 420,000 180,000 600,000 43,120,000 18,480,000 61,600,000
Lampiran 5. Produksi dan Penjualan No
Uraian
1
Produksi per trip * a. Musim ikan - Tongkol - Cakalang - Tuna Sub total b. Kaki paceklik - Tongkol - Cakalang - Tuna Sub total Penjualan Produk per thn a. Musim ikan b. Kaki paceklik Jumlah penjualan *) Potong pajak lelang 2,5%
2
44
Satuan
Jumlah
Harga satuan
Nilai (Rp)
kg kg kg
150 15 7
5,000 3,000 16,000
731,250 43,875 109,200 884,325
kg kg kg
50 2 5
7,000 5,000 18,000
341,250 9,750 87,750 438,750
trip trip trip Rp
160 120 40
884,325 438,750
106,119,000 17,550,000 123,669,000
PENGOLAHAN IKAN BERBASIS FISH JELLY PRODUCT
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Lampiran 6. Proyeksi Laba/Rugi Usaha TAHUN No
Uraian
1
2
3
4
5
Rata-rata
1 2 3 5
123,669,000 91,047,600 32,621,400 4,971,313
123,669,000 91,047,600 32,621,400 1,734,688
123,669,000 91,047,600 32,621,400 0
123,669,000 91,047,600 32,621,400 0
123,669,000 91,047,600 32,621,400 0
123,669,000 91,047,600 32,621,400 1,341,200
6 7 8
Pendapatan Biaya Operasional Laba Kotor Bunga Kredit Laba setelah dipotong kredit Biaya Penyusutan Laba sebelum Pajak
27,650,088 12,108,000 15,542,088
30,886,713 12,108,000 18,778,713
32,621,400 12,108,000 20,513,400
32,621,400 12,108,000 20,513,400
32,621,400 12,108,000 20,513,400
31,280,200 12,108,000 19,172,200
9
Pajak 15%
2,331,313
2,816,807
3,077,010
3,077,010
3,077,010
2,875,830
10
Laba Bersih *
13,210,774
15,961,906
17,436,390
17,436,390
17,436,390
16,296,370
10.68
12.91
14.10
14.10
14.10
13.18
Profit margin (%) *) 60% dari bagi hasil
Lampiran 7. Proyeksi BEP (Break Event Point) TAHUN No 1 2
3
1 2 3 4
Uraian
1
2
Hasil Penjualan Produk 123,669,000 123,669,000 Biaya Variabel Bahan Baku 89,787,600 89,787,600 Bahan Pembantu 1,260,000 1,260,000 Pajak Keuntungan 2,331,313 2,816,807 Total Biaya Variabel 93,378,913 93,864,407 Biaya Tetap Perawatan Perawatan Kapal (per bln) 1,200,000 1,200,000 Biaya Tambat Labuh 60,000 60,000 Bagi hasil 49,467,600 49,467,600 Angsuran Pokok 20,000,000 20,000,000 Bunga Kredit 4,971,313 0 Total Biaya Tetap 75,698,913 70,727,600 BEP Nilai Penjualan (Rp) 309,065,103 293,471,933 BEP Jumlah Penjualan (kg) 13,485 12,804 BEP Persentase Penjualan (%) 249.91 237.30 BEP Rp/kg berdasarkan : - Biaya Operasional 3,972 3,972 - Biaya Total 7,377 7,181 BEP Rata-rata Nilai penjualan (Rp) Jumlah Penjualan (kg) Persentase Penjualan (%) Rp/kg berdasarkan : - Biaya Variabel - Biaya Total
3
4
123,669,000 89,787,600 1,260,000 3,077,010 94,124,610 1,200,000 60,000 49,467,600 0 0 50,727,600 212,339,181 9,264 171.70 3,972 6,320
5
123,669,000 123,669,000 89,787,600 1,260,000 3,077,010 94,124,610
89,787,600 1,260,000 3,077,010 94,124,610
1,200,000 1,200,000 60,000 60,000 49,467,600 49,467,600 0 0 0 0 50,727,600 50,727,600 212,339,181 212,339,181 9,264 9,264 171.70 171.70 3,972 6,320
3,972 6,320
247,910,916 10,816 200.46 3,972 6,704
45
Lampiran
Lampiran 8. Arus kas dan analisis IRR, NP dan Net B/C Ratio No 1
2
3 4 5
Uraian Inflow a. Pendapatan b. Dana sendiri c. Kredit investasi d. Kredit modal kerja e. Nilai Sisa Jumlah Inflow untuk IRR Outflow a. Biaya investasi b. Biaya modal kerja c. Biaya operasional d. Angsuran pokok e. Biaya bunga bank f. Pajak 15% Jumlah Outflow untuk IRR Total cashflow Kumulatif cashflow Cashflow untuk IRR Perhitungan IRR, B/C ratio, NPV dan PBP NPV DF 15% Net B/C ratio DF 15% IRR PBP Usaha (tahun) PBP Kredit (tahun
46
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
0 18,480,000 42,700,000 420,000
123,669,000
123,669,000
123,669,000
123,669,000
123,669,000
61,600,000 0
123,669,000 123,669,000
123,669,000 123,669,000
123,669,000 123,669,000
123,669,000 123,669,000
0 123,669,000 123,669,000
91,047,600 21,770,000 4,971,313 2,331,313 120,120,226 93,378,913 3,548,774 3,548,774 30,290,087
91,047,600 21,350,000 1,734,688 2,816,807 116,949,094 93,864,407 6,719,906 10,268,680 29,804,593
91,047,600
91,047,600
91,047,600
3,077,010 94,124,610 94,124,610 29,544,390 39,813,070 29,544,390
3,077,010 94,124,610 94,124,610 29,544,390 69,357,460 29,544,390
3,077,010 94,124,610 94,124,610 29,544,390 98,901,850 29,544,390
60,540,000 569,048
61,109,048 61,109,048
-61,109,048
38,773,513 1.63 39.69% 2.63 1.46
PENGOLAHAN IKAN BERBASIS FISH JELLY PRODUCT
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Lampiran 9. Sensitivitas Skenario 1 Uraian
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
112,538,790
112,538,790
112,538,790
112,538,790
112,538,790
Inflow a. Pendapatan
0
b. Dana sendiri
18,480,000
c. Kredit investasi
42,700,000
d. Kredit modal kerja
420,000
e. Nilai Sisa
0 Jumlah
61,600,000
112,538,790
112,538,790
112,538,790
112,538,790
112,538,790
0
112,538,790
112,538,790
112,538,790
112,538,790
112,538,790
c. Biaya operasional
91,047,600
91,047,600
91,047,600
91,047,600
91,047,600
d. Angsuran pokok
21,770,000
21,350,000
e. Biaya bunga bank
4,971,313
1,734,688
f. Pajak 15%
2,331,313
2,816,807
3,077,010
3,077,010
3,077,010
61,109,048
120,120,226
116,949,094
94,124,610
94,124,610
94,124,610
61,109,048
Inflow untuk IRR Outflow a. Biaya investasi
60,540,000
b. Biaya modal kerja
Jumlah Outflow untuk IRR
569,048
93,378,913
93,864,407
94,124,610
94,124,610
94,124,610
Total cashflow
-7,581,436
-4,410,304
18,414,180
18,414,180
18,414,180
Kumulatif cashflow
-7,581,436
-11,991,740
6,422,440
24,836,620
43,250,800
19,159,877
18,674,383
18,414,180
18,414,180
18,414,180
Cashflow untuk IRR Perhitungan IRR, B/C ratio, NPV dan PBP NPV DF 15% Net B/C ratio DF 15% IRR
-61,109,048
1,463,323 1.02 16.01%
PBP Usaha (tahun)
4.84
PBP Kredit (tahun)
2.34
47
Lampiran
Lampiran 10. Sensitivitas Skenario 2 No 1
Uraian
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
123,669,000
123,669,000
123,669,000
123,669,000
123,669,000
Inflow a. Pendapatan
0
b. Dana sendiri
18,480,000
c. Kredit investasi
42,700,000
d. Kredit modal kerja
420,000
e. Nilai Sisa
0 Jumlah
61,600,000
123,669,000
123,669,000
123,669,000
123,669,000
123,669,000
0
123,669,000
123,669,000
123,669,000
123,669,000
123,669,000
c. Biaya operasional
102,300,674
102,300,674
102,300,674
102,300,674
102,300,674
d. Angsuran pokok
21,770,000
21,350,000
e. Biaya bunga bank
4,971,313
1,734,688
f. Pajak 15%
2,331,313
2,816,807
3,077,010
3,077,010
3,077,010
61,109,048
131,373,300
128,202,169
105,377,684
105,377,684
105,377,684
61,109,048
Inflow untuk IRR 2
Outflow a. Biaya investasi b. Biaya modal kerja
Jumlah Outflow untuk IRR
60,540,000 569,048
104,631,987
105,117,481
105,377,684
105,377,684
105,377,684
3
Total cashflow
-7,704,300
-4,533,169
18,291,316
18,291,316
18,291,316
4
Kumulatif cashflow
-7,704,300
-12,237,468
6,053,848
24,345,163
42,636,479
5
Cashflow untuk IRR Perhitungan IRR, B/C ratio, NPV dan PBP
19,037,013
18,551,519
18,291,316
18,291,316
18,291,316
NPV DF 15% Net B/C ratio DF 15% IRR
-61,109,048
1,051,463 1.02 15.73%
PBP (tahun)
4.88
PBP Kredit (tahun)
2.36
48
PENGOLAHAN IKAN BERBASIS FISH JELLY PRODUCT
USAHA PENANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP GILLNET
Lampiran 11. Sensitivitas Skenario 3 No 1
2
3 4 5
Uraian Inflow a. Pendapatan b. Dana sendiri c. Kredit investasi d. Kredit modal kerja e. Nilai Sisa Jumlah Inflow untuk IRR Outflow a. Biaya investasi b. Biaya modal kerja c. Biaya operasional d. Angsuran pokok e. Biaya bunga bank f. Pajak 15% Jumlah Outflow untuk IRR Total cashflow Kumulatif cashflow Cashflow untuk IRR Perhitungan IRR, B/C ratio, NPV dan PBP NPV DF 15% Net B/C ratio DF 15% IRR PBP (tahun) PBP Kredit (tahun)
Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
0 18,480,000 42,700,000 420,000
117,485,550
117,485,550
117,485,550
117,485,550
117,485,550
61,600,000 0
117,485,550 117,485,550
117,485,550 117,485,550
117,485,550 117,485,550
117,485,550 117,485,550
0 117,485,550 117,485,550
95,839,579 21,770,000 4,971,313 2,331,313 124,912,205 98,170,892 -7,426,655 -7,426,655 19,314,658
95,839,579 21,350,000 1,734,688 2,816,807 121,741,073 98,656,386 -4,255,523 -11,682,178 18,829,164
95,839,579
95,839,579
95,839,579
3,077,010 98,916,589 98,916,589 18,568,961 6,886,783 18,568,961
3,077,010 98,916,589 98,916,589 18,568,961 25,455,744 18,568,961
3,077,010 98,916,589 98,916,589 18,568,961 44,024,705 18,568,961
60,540,000 569,048
61,109,048 61,109,048
-61,109,048
1,982,173 1.03 16.37% 4.79 2.32
49
Lampiran
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
50
PENGOLAHAN IKAN BERBASIS FISH JELLY PRODUCT