STRATEGI PRODUKSI TAYANGAN FAKTA ANTV (Periode November-Desember 2006)
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun oleh:
Sri Nilamirasari Abdinegari 0410311-025 Broadcasting
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta 2007
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
:
Sri Nilamirasari Abdinegari
NIM
:
0410311-025
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Program Studi :
Broadcasting
Judul Skripsi
Strategi Produksi Tayangan FAKTA ANTV
:
(Periode November–Desember 2006)
Jakarta, Agustus 2007 Mengetahui, Pembimbing
Drs. Riswandi, M.Si.
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
:
Sri Nilamirasari Abdinegari
NIM
:
0410311-025
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Program Studi :
Broadcasting
Judul Skripsi
Strategi Produksi Tayangan FAKTA ANTV
:
(Periode November–Desember 2006)
Jakarta, Agustus 2007 Mengetahui 1. Ketua Sidang Ponco Budi Sulistyo, M.Comm.
………………………
2. Penguji Ahli Feni Fasta, M.Si.
………………………
3. Pembimbing Drs. Riswandi, M.Si.
……………………...
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PROGRAM STUDI BROADCASTING
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
:
Sri Nilamirasari Abdinegari
NIM
:
0410311-025
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Program Studi :
Broadcasting
Judul Skripsi
Strategi Produksi Tayangan FAKTA ANTV
:
(Periode November–Desember 2006)
Jakarta, Oktober 2007 Disetujui dan Diterima oleh: Dosen Pembimbing
Drs. Riswandi, M.Si.
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Dra. Diah Wardhani, M.Si.
Kepala Bidang Broadcasting
Drs. Riswandi, M.Si.
Fakultas Ilmu Komunikasi Sri Nilamirasari Abdinegari 0410311-025 Strategi Produksi Tayangan FAKTA ANTV (Periode November–Desember 2006) (92 Halaman + V Bab + 26 Buku + 1 Ringkasan Modul Kuliah + 5 Situs Website + 1 Majalah + 2 Company Profile + Lampiran)
ABSTRAKSI Berita merupakan salah satu program unggulan dari setiap stasiun televisi karena masyarakat sangat membutuhkan berita. Berita kriminal merupakan berita yang banyak peminatnya. Berita jenis ini memiliki daya tarik yang tinggi karena berita ini menyangkut keselamatan dan keamanan masyarakat. FAKTA merupakan salah satu tayangan andalan berita kriminal di ANTV. Proses pembuatan suatu tayangan televisi, terutama berita kriminal, tidaklah mudah, banyak hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan. Oleh karena itu, permasalahan yang diteliti adalah bagaimana strategi produksi tayangan FAKTA ANTV, sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui keseluruhan strategi produksi tayangan FAKTA ANTV. Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Fred Wibowo bahwa dalam membuat suatu program televisi harus memikirkan lima hal penting, yaitu: materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksana produksi, tahapan pelaksanaan produksi, yang mencakup praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamya melalui pengumpulan data sebanyak-banyaknya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi atau pengamatan langsung ke objek penelitian, dan studi pustaka dan dokumen-dokumen terkait lainnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi produksi tayangan FAKTA ANTV adalah mencakup lima hal penting, yaitu materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksana produksi, tahapan pelaksanaan produksi, yang mencakup praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Meskipun dalam praktiknya di lapangan banyak ditemui kendala-kendala dan masalahmasalah, namun, semua itu tetap mengacu pada patokan-patokan yang ada dan tidak melenceng dari ketentuan yang berlaku.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamiin. Segala puji hanya bagi Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya peneliti akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang diberi judul Strategi Produksi Tayangan FAKTA ANTV (Periode November–Desember 2006) ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat peneliti selesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, izinkan peneliti untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Drs. Riswandi, M.Si, selaku Kepala Jurusan Program Studi Broadcasting dan pembimbing skripsi, atas semua bimbingan dan bantuannya kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Dra. Diah Wardhani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 3. Pak Ponco, Bu Nunu, Bu Niken, Pak Saefurrahman Al-Banjary, Pak Gatot, Bu Lisa Parantean, Bu Suraya, Pak Pipit, Pak Haryanto, Bu Diah, Bu Irmulan Sati, Pak Ray Wijaya, Pak Joni Arman, dan seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat sehingga peneliti bisa mengenal ilmu komunikasi, khususnya ilmu broadcasting. 4. Orang tuaku tercinta, Bapak GK Sri Martono (alm.) dan Ibu Sri Sudarti atas semua kasih sayang, cinta, kebaikan, doa-doa yang tidak pernah putus, dorongan, motivasi dan semuanya.
5. Mas Bram dan Mbak Rini; Mbak Aning; Mbak Yana; Mas Lawu, Mbak Ani, Si Cantik Afifa, dan Jagoan Kecil Lutfan; Tutut, Mas Her, Si Badung Yudha dan Si Cerewet Tiara, atas semua kasih sayang, cinta, doa, dorongan, semangat, bantuan, dan semuanya. 6. Bapak Abdul Hadi dan semua crew FAKTA ANTV atas izin dan bantuannya sehingga peneliti bisa mendapatkan semua data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini. 7. Bapak-bapak dan ibu-ibu Staf TU, terima kasih atas bantuan administrasinya. 8. R. Tammy Maulany Dayyana, teman, sahabat, sekaligus “saudara kembar”. Terima kasih untuk semuanya. You are the very best friend I ever have. Bapak, Mamah, Aa Dinar dan Agustin, Teteh Ratna, dan Lia, terima kasih atas semuanya dan mengizinkan peneliti menjadi bagian dari keluarga. 9. Teman-teman seperjuangan, Broadcasting Angkatan III, Tammy, Olin, Yunia, Mas Nanang, Ocha, Putu, Meidy, Shinta, Ferry, Elis, Johan, Edfar, Sakti, Kencana dan Nova, terima kasih atas semua bantuan dan saat-saat menyenangkan menikmati bangku kuliah. 10. Mbak Lani, Uda Adia, Si Cantik Athira, dan Si Lucu Allysa, terima kasih banyak atas bantuan, dorongan, motivasi, dan acara jalan-jalannya. 11. Teman-teman di Penerbit Buku Kedokteran EGC, Daniel, Duta, Aya, Restu, Indah, Nuning, Dimas, Nia, Mbak Mimi, Mbak Cicih, Pak Amsir, Pak Ngalim, Ci Lian, Ajeg, Euis, Mariyam, dan Lia, terima kasih atas motivasi dan dorongannya. Teman-teman aquarium, Sonta, Fruri, Lili, Eka, Mas Surya
(terima kasih pinjaman CD programnya), Lia, Jojor, dan July, terima kasih atas bantuan dan semangatnya. 12. Ibu Imelda D. Susanto, Direktur Penerbit Buku Kedokteran EGC, atas bantuan dan izinnya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. 13. Teman-teman geng IF/30, Pak Yadi dan Ibu, Mbak Ayu dan Mas Muhammad, Teteh Netty, Mbak Tini, Mbak Tuning, Nancy, Lisa, dan Dedeh, terima kasih atas semua bantuan, dorongan, dan motivasinya. 14. Dan semua pihak yang (maaf) tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas semua bantuannya. Hanya Allah SWT yang bisa membalas kebaikan semuanya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukannya.
Kwitang, 10 Agustus 2007
Peneliti
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1 1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................................... 7 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7 1.4. Signifikansi Penelitian .................................................................................. 7 1.4.1 Signifikansi Akademis ...................................................................... 7 1.4.2. Signifikansi Praktis ........................................................................... 7
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................ 8 2.1. Komunikasi Massa ........................................................................................ 8 2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa .......................................................... 8 2.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa ...................................................... 9 2.1.3. Fungsi Komunikasi Massa .............................................................. 11 2.1.4. Efek Komunikasi Massa ................................................................. 13 2.2. Televisi ........................................................................................................ 14 2.2.1. Pengertian Televisi .......................................................................... 14 2.2.2. Fungsi Televisi ................................................................................ 15 2.3. Berita ........................................................................................................... 18 2.3.1. Pengertian Berita ............................................................................. 18 2.3.2. Nilai Berita ...................................................................................... 19 2.3.3. Jenis Berita ...................................................................................... 21
2.3.4. Sumber Berita .................................................................................. 28 2.3.5. Kaidah Berita Televisi ..................................................................... 29 2.3.5.1. Kaidah Gambar (Video) ................................................... 29 2.3.5.2. Kaidah Naskah (Commentary) ......................................... 32 2.3.5.3. Kaidah Suara (Audio) ...................................................... 33 2.3.6. Berita Kriminal ............................................................................... 34 2.4. Strategi ......................................... .............................................................. 35 2.5. Proses Produksi Program Televisi .............................................. ............... 39 2.5.1. Materi Produksi ............................................................................... 39 2.5.2. Sarana Produksi ............................................................. ................. 40 2.5.3. Biaya Produksi (Financial) ............................................................. 41 2.5.4. Organisasi Pelaksana Produksi Berita Televisi .............................. 42 2.5.4.1. Tim Liputan Berita Televisi ............................................ 47 2.5.5. Tahapan Pelaksanaan Produksi ...................................................... 48
BAB III METODOLOGI ................................................................................ 54 3.1. Sifat Penelitian ........................................................................................... 54 3.2. Metode Penelitian ....................................................................................... 55 3.3. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 56 3.3.1. Data primer ..................................................................................... 56 3.3.2. Data sekunder ................................................................................. 56 3.4. Narasumber ................................................................................................. 57
3.5. Fokus Penelitian .......................................................................................... 59 3.6. Teknik Analisis Data ................................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 61 4.1. Sekilas Sejarah ANTV ................................................................................ 61 4.1.1. Visi dan Misi ANTV ....................................................................... 62 4.1.2. Filosofi Logo ANTV ....................................................................... 63 4.1.3. Organisasi ANTV ............................................................................ 63 4.1.4. Program ANTV ............................................................................... 64 4.1.5. Stasiun Pemancar ............................................................................ 64 4.2. Tayangan FAKTA ANTV ............................................................................ 65 4.2.1. Jenis Program .................................................................................. 65 4.2.2. Segmentasi ...................................................................................... 66 4.2.3. Rating .............................................................................................. 67 4.2.4. Cakupan .......................................................................................... 68 4.2.5. Tujuan ............................................................................................. 68 4.2.6. Kompetitor ...................................................................................... 68 4.2.7. Waktu Penayangan ......................................................................... 69 4.3. Hasil Penelitian ........................................................................................... 69 4.3.1. Materi Produksi Tayangan FAKTA ANTV ..................................... 69 4.3.2. Sarana Produksi Tayangan FAKTA ANTV ..................................... 70 4.3.3. Biaya Produksi Tayangan FAKTA ANTV ....................................... 71
4.3.4. Organisasi Pelaksana Produksi Tayangan FAKTA ANTV ............. 72 4.3.5. Tahapan Pelaksanaan Produksi Tayangan FAKTA ANTV ............. 73 4.4. Pembahasan ................................................................................................ 82
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 86 5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 86 5.2. Saran ........................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 90
LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Dunia media massa elektronik di Indonesia telah semakin berkembang pesat
dalam beberapa tahun belakangan ini. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya televisi yang bermunculan, baik televisi yang berskala nasional, seperti RCTI, TPI, SCTV, ANTV, Indosiar, yang tergolong sebagai perintis, yang kemudian diikuti oleh MetroTV, TransTV, Trans7, Lativi, dan GlobalTV; maupun televisi lokal, seperti JakTV, O Channel, JogjaTV, BaliTV, dan sebagainya. Berkembangnya industri stasiun televisi memang berdampak luas pada semua aspek bisnis. Salah satu bisnis yang ikut terdorong langsung dengan pesatnya perkembangan bisnis stasiun televisi adalah bisnis pemasok dan distributor program televisi.1 Dampak langsung dari bermunculannya pemasok dan distributor program televisi adalah banyaknya berbagai varian program televisi. Banyaknya program televisi ini, terlepas dari format programnya yang terkadang mirip dengan program-program televisi lain yang ditayangkan di stasiun televisi yang berbeda, merupakan cerminan dari besarnya gairah bisnis pemasok program televisi di Indonesia. Aneka program acara televisi akhir-akhir ini memang membanjiri layar kaca rumah kita. Tidak hanya acara kuis maupun gosip yang dikemas dalam format 1
“Laris Manis Bisnis Pemasok & Distributor Program TV”, CAKRAM, Juni 2005.
2
infotainment, berbagai program dengan aneka kemasan menarik lainnya juga banyak kita saksikan, mulai dari reality show—terminologi baru di bidang program televisi—infotainment, musik, kuis, hingga kemasan program yang berbau serius, seperti program berita atau informasi lain, tidak pernah surut dari layar kaca kita. Salah satu kelebihan dari media televisi ialah paket acaranya yang mampu membuka wawasan berpikir pemirsa untuk menerima dan mengetahui kejadian yang berada di lingkungan masyarakat.2 Masyarakat membutuhkan berita untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai peristiwa maupun situasi terkini. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung dapat memengaruhi kehidupan mereka. Contohnya dengan melihat berita kriminal yang ditayangkan di televisi, masyarakat akan mendapatkan informasi tentang kejadian kriminal yang ada di sekitarnya sehingga hal itu akan membuat masyarakat bersikap waspada terhadap kemungkinan tindakan kriminal yang mungkin akan menimpa mereka, karena manusia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dengan mereka di kemudian hari nanti. Oleh karena itu, saat ini hampir di semua stasiun televisi menayangkan berita kriminal. Berita jenis ini bisa mendongkrak bobot suatu stasiun televisi. Masing-masing stasiun televisi mempunyai satu bahkan lebih program berita kriminal. Sebut saja RCTI dengan program “SERGAP PAGI” dan “SERGAP SIANG”, SCTV dengan program “BUSER”, dan ANTV dengan program “FAKTA”.
2
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi, Penerbit Rineka Cipta, 1996, 94
3
Materi berita-berita kriminal di televisi menjadi menu paling menarik bagi pemirsa. Porsi berita kriminal menempati skala prioritas penting. Tidaklah mengherankan, manakala setiap siaran berita televisi, tak pernah lepas dari liputan berita kriminal. Mulai dari perampokan, pencurian, pembunuhan, perkosaan, dan sebagainya. Porsi berita kriminal bisa disandingkan dengan jenis berita ekonomi, politik, dan hukum. Dalam komposisi semacam ini, jangan pernah menganggap remeh berita kriminal di televisi. Nilai berita kriminal sangat tinggi. Mampu menarik animo pemirsa menonton program berita televisi. Bahkan, daya tarik berita-berita kriminal lebih tinggi. 3 Berita-berita kriminal di televisi seakan menandai legitimasi baru bahwa kriminalitas tak ubahnya komoditas hiburan. Kriminalitas adalah juru cerita yang bisa mengajak pemirsa melakukan petualangan-petualangan visual. Kriminalitas akan mengajak pemirsa menumpahkan beragam bentuk emosi, keharuan, kesedihan ataupun kegembiraan. Oleh karena itu, program kriminal berbentuk berita televisi, juga telah menyadarkan banyak kalangan bahwa kadar berita kriminal sangat tinggi. Tayangan berita-berita kriminal secara terus-menerus telah menciptakan segmen tersendiri dalam diri masyarakat pemirsa. Berhadapan dengan tayangan berita kriminal, yang bahkan telah mengalami pengemasan serius semacam “PATROLI” (Indosiar), “DERAP HUKUM” (SCTV), “FAKTA” (ANTV), ataupun
3
Tony Trimarsanto, “Psikologi Kriminal di Televisi”, republika.co.id
4
yang lain, mengindikasikan asumsi bahwa sesungguhnya nilai komersial berita kriminal di televisi sangat tinggi. Telaah berita kriminal di televisi yang semakin menguat patut untuk diurai. Berita kriminal mudah ditemukan dalam program berita di hampir setiap stasiun televisi. Ini mengindikasikan bahwa kriminalitas sebagai sebuah fakta ketika diangkat ke layar televisi memiliki daya tarik yang tinggi. Berdasarkan penelitian AC Nielsen, pemirsa potensial berita kriminal adalah kaum wanita dan orang tua. Hal ini diungkapkan oleh Koordinator Liputan Daerah dan News Anchor TransTV, Shanta Curanggana dalam kuliah umum bertajuk ”Tayangan Berita kriminal dari Perspektif Jurnalistik,” di Aula Unisba, bulan Juni 2004.4 Program kriminal ditonton oleh mulai remaja putri hingga ibu-ibu. Padahal awalnya ada dugaan bahwa pemirsa potensial berita kriminal adalah kelompok laki-laki, berpendidikan, dan berpenghasilan tidak begitu tinggi. Ada banyak analisis mengapa wanita dan orang tua menyukai berita kriminal. Kelompok female, adult, mature dan oldies menyukai tayangan kriminal karena kelompok ini rawan terhadap tindakan kriminal. Dalam kehidupan nyata sehari-hari, kelompok ini sangat sering menjadi sasaran perbuatan kriminal, mulai dari dalam rumah seperti kekerasan yang dilakukan suami, pemerkosaan oleh orang terdekat, hingga di jalanan seperti penjambretan, penodongan, hingga pemerkosaan. Selain itu, kelompok tersebut juga bisa dilihat sebagai kelompok yang concern pada
4
“Berita Kriminal Diminati Wanita”, pikiran-rakyat.com
5
ancaman keselamatan anggota keluarganya, terutama anak-anak balita yang juga rentan terhadap aksi kriminal.5 Kriminalitas identik dengan kekerasan. Tayangan berita televisi identik dengan pengungkapan kebenaran. Namun, televisi mempunyai aturan, kode etik, dan pedoman perilaku penyiaran yang harus dipatuhi dalam menayangkan beritanya. Oleh karena itu, stasiun televisi pembuat tayangan berita kriminal harus pandai dan jeli dalam membuat program berita kriminal. Pandai dalam arti mampu mengemas kejadian kekerasan dan sadisme menjadi elegan dan layak untuk ditayangkan. Sedangkan jeli berarti kejadian disajikan secara detail tanpa mengurangi fakta yang sebenarnya. Tayangan FAKTA yang ditayangkan ANTV adalah program berita news feature tentang berita hukum dan kriminal yang dikemas dalam bentuk story telling. FAKTA merupakan tayangan berita kriminal pertama yang penyajiannya berbentuk cerita (story telling), yang hanya membahas satu kasus secara gamblang dan tuntas. Tayangan ini merupakan program acara yang berisikan pengungkapan satu kasus kejahatan kriminalitas yang terjadi di Indonesia dan disuguhkan dalam waktu 30 menit. Tayangan ini menyajikan ilustrasi dari kejadian kriminal yang mempunyai tujuan agar penonton yang menyaksikan acara ini dapat mengetahui apa dan bagaimana tindak kejahatan tersebut terjadi. Dan juga wawancara dari keluarga korban dan masyarakat di sekitar tempat kejadian untuk mengetahui bagaimana sikap dan perasaan mereka dalam menyikapi terjadinya tindak kejahatan tersebut. Biasanya, dalam wawancara tersebut juga menanyakan 5 Disarikan dari “Dilema bagi Media Massa”, kompas.co.id; “Berita Kriminal Diminati Wanita”, pikiran-rakyat.com; “Rating Tak Berlaku untuk Berita”, republika.co.id; dan “Jurnalis Berita Kriminal Televisi ‘Overdosis’”, waspada.co.id
6
perilaku sehari-hari para pelaku dan korban sebelum kejadiaan tersebut, sehingga kita dapat mengetahui keadaan sebelum dan sesudah kejadian tersebut. Oleh karena itu, diperlukan strategi-strategi tertentu dalam proses produksinya agar program ini menjadi suatu tayangan yang menarik untuk ditonton. FAKTA bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam mendapatkan berita dan laporan tentang suatu tindakan kriminal. Program ini disajikan dengan menarik dan sesuai dengan namanya, mereka pun menyajikan suatu laporan dan berita dalam mengungkap suatu kasus berdasarkan fakta-fakta yang ada tanpa ada rekayasa. Tayangan ini merupakan program berita berkala yang ditayangkan dua kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Selasa dan Kamis pukul 22.30 WIB. Selama ini, FAKTA masih memiliki pemirsa yang loyal, hal ini terbukti dari perolehan rating minimal 1,5 atau sekitar 300 ribu pemirsa di seluruh tanah air yang masih setia melihatnya. Belum lagi saat FAKTA mengangkat kisah yang menyangkut public figure maupun tokoh yang cukup terkenal, seperti yang ditayangkan pada bulan Desember 2006 yang mengangkat kisah kematian artis Alda Risma, biasanya FAKTA memperoleh rating yang cukup signifikan antara 2,5 sampai 3,5. Berdasarkan wawancara dengan produser FAKTA, Abdul Hadi, diperoleh keterangan bahwa selama bulan November–Desember 2006 terjadi peningkatan rating tayangan FAKTA.
7
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, perumusan
masalah skripsi ini adalah bagaimana strategi produksi tayangan FAKTA ANTV, periode bulan November–Desember 2006.
1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keseluruhan strategi produksi
tayangan FAKTA ANTV periode bulan November–Desember 2006.
1.4.
Signifikansi Penelitian
1.4.1 Signifikansi Akademis Peneliti berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja, terutama mahasiswa ilmu komunikasi, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang ilmu komunikasi pada umumnya dan pada bidang broadcasting (penyiaran) pada khususnya mengenai proses produksi suatu program berita televisi, yaitu berita kriminal.
1.4.2. Signifikansi Praktis Peneliti berharap agar karya ilmiah ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi ANTV maupun stasiun-stasiun televisi dan/atau rumah-rumah produksi dalam membuat suatu tayangan yang bermutu, terutama dalam mengemas program berita yang berhubungan dengan hukum dan kriminalitas.
8
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Komunikasi Massa 2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa Banyak teori-teori yang menjelaskan tentang pengertian komunikasi massa. Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan oleh Bittner, yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.6 Komuniksi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan-pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.7 Kata ”massa” adalah morfem penting yang membedakan komunikasi massa dengan jenis komunikasi lainnya. McQuail berpendapat bahwa kata ”massa” memiliki dua makna yang ambivalen, yaitu makna positif dan makna negatif. Dari sisi positif, ”massa” bermakna kumpulan kekuatan atau solidaritas untuk tujuan kolektif. Pengertian ini mengingatkan kita pada pemahaman massa atau massive bagi kaum sosialis. Sebaliknya, dari sisi negatif, ”massa” dipahami sebagai mob atau kerumunan orang yang tidak teratur, tidak berbudaya, dan irasional. Akan tetapi dalam ilmu komunikasi, ”massa” sebagai khalayak, yaitu 6 7
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, PT Remaja Rosdakarya, 2003, 188. Ibid., 189.
9
banyak orang yang sesungguhnya tidak saling mengenal, berjauhan, dan cenderung heterogen8. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh Gerbner. Ia menyebutkan komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.9 Dari definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa dapat menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi yang disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terusmenerus dalam jangka waktu yang tetap. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan oleh lembaga dengan memerlukan teknologi tertentu.
2.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa Definisi-definisi komunikasi massa yang diungkapkan oleh ahli-ahli komunikasi tersebut pada prinsipnya sama, bahkan antara satu definisi yang satu dengan definisi yang lain dianggap saling melengkapi. Melalui definisi-definisi itu pula, kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa, yaitu sebagai berikut: a.
Komunikator terlembagakan Dengan mengingat kembali pendapat Gerbner bahwa komunikasi massa melibatkan lembaga, kita bisa membayangkan bahwa proses penyampaian pesan tidak hanya dilakukan oleh satu orang, melainkan melibatkan banyak
8
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa. Penerbit Erlangga, 1996, 31. Elvinaro Ardianto & Lukita Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Penerbit Simbiosa Rekatama Media, 2004, 3-4. 9
10
orang dengan keahlian yang berbeda-beda, teknologi yang cukup memadai, dan dana yang cukup besar. b.
Pesan bersifat umum Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk orang atau sekelompok orang tertentu. Oleh karena itu, pesan komunikasi massa bersifat umum.
c.
Komunikannya anonim dan heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim) karena proses komunikasinya menggunakan media dan tidak bertatap muka. Selain anonim, komunikan dalam komunikasi massa juga heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, tingkat ekonomi, dan sebagainya.
d.
Media massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang bisa dicapai relatif banyak dan tidak terbatas, bahkan komunikan yang banyak tersebut secara serempak dalam waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
e.
Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan hubungan sekaligus. Dalam komunikasi antarpersona, unsur hubungan sangat penting, sedangkan dalam komunikasi massa, yang penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa,
11
pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. f.
Komunikasi massa bersifat satu arah Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, sehingga komunikator tidak dapat melakukan kontak langsung dengan komunikannya. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, tetapi di antara keduanya tidak dapat berdialog secara langsung.
g.
Stimulasi alat indra “terbatas” Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, komunikan hanya melihat, pada radio, komunikan hanya mendengar, sedangkan pada televisi, komunikan hanya melihat dan mendengar.
h.
Umpan balik tertunda (delayed) Umpan balik (feedback) yang diberikan oleh komunikan pada komunikator dalam komunikasi massa tidak dapat diterima secara langsung.10
2.1.3. Fungsi Komunikasi Massa Menurut Karlinah dalam Karlinah, dkk. (1990), fungsi komunikasi massa secara umum adalah sebagai berikut.
10
Ibid., 7-13
12
a.
Fungsi informasi Media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, dan pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus akan informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.
b.
Fungsi pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education) karena banyak menyajikan hal-hal yang bersifat mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada khalayaknya.
c.
Fungsi memengaruhi Fungsi memengaruhi pada media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan/ditampilkan.
d.
Fungsi proses pengembangan mental Untuk mengembangkan wawasan, kita butuh berkomunikasi dengan orang lain. Dengan komunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal itu bisa diperoleh dari pengalaman pribadi dan orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia pada komunikasi karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya.
13
e.
Fungsi adaptasi lingkungan Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses adaptasi ini berlangsung sejak manusia lahir sampai akhir hayatnya.
f.
Fungsi memanipulasi lingkungan Manipulasi di sini bukan diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Memanipulasi lingkungn artinya berusaha untuk saling memengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling memengaruhi orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi ini, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.11
2.1.4. Efek Komunikasi Massa Sandra Ball-Rokeach dan Malvin L. DeFleur mengemukakan efek komunikasi secara ringkas adalah sebagai berikut. a.
Efek kognitif: - menciptakan atau menghilangkan ambiguitas - membentuk sikap - agenda-setting - memperluasan sistem keyakinan masyarakat - menegaskan/menjelaskan nilai-nilai
11
Ibid., 19-23
14
b.
Efek afektif: - menciptakan ketakutan atau kecemasan - meningkatkan atau menurunkan dukungan moral
c.
Efek behavioral: - mengaktifkan/menggerakkan atau meredakan - membentuk issue tertentu atau menyelesaikannya - menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas - menyebabkan perilaku dermawan (menyumbangkan uang)12
2.2. Televisi 2.2.1. Pengertian Televisi Televisi merupakan salah satu sarana proses komunikasi media massa (mass media communication). Penyelenggara siaran merupakan komunikator, sedangkan khalayak (penonton) merupakan komunikan. Isi pesan televisi tersaji dalam bentuk informasi audio-visual gerak dan sinkron. Sasaran khalayak bisa bersifat lokal, nasional, regional, dan internasional. Televisi
merupakan
media
komunikasi
massa
yang
sangat
kuat
memengaruhi pemirsa secara psikologis.13 Salah satu kelebihan dari media televisi adalah program-program tayangannya mampu membuka wawasan berpikir pemirsa untuk menerima dan mengetahui kejadian yang berada di lingkungan masyarakat. Konsep diri pemirsa
12
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003, 5.27 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi, Penerbit Rineka Cipta, 1996, 124. 13
15
setelah menyaksikan tayangan acara televisi jelas menentukan seberapa jauh media televisi itu mempunyai dampak yang menyentuh aspek kepribadian pemirsa, baik secara emosional, intelektual, maupun sosial. Media televisi merupakan salah satu media massa yang mampu menyajikan informasi tentang kejadian-kejadian dalam masyarakat secara objektif. Kini, tinggal bagaimana mengemas suatu acara/program televisi agar sinkron dengan realitas sosial objektif yang terjadi dalam lingkungan hidup pemirsanya. Secara umum, setiap stasiun televisi akan melakukan langkah-langkah baru untuk menarik minat para pemirsa untuk menonton program-program yang ditayangkan, antara lain: a. Memberitakan peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi dalam masyarakat. b. Menyajikan berita atau informasi dengan fakta-fakta yang lengkap. c. Melakukan investigasi pemberitaan yang komprehensif. d. Menyajikan paket-paket hiburan yang berkualitas dari segi isi pesan maupun penggarapannya (film, musik, sinetron, dll.). 14
2.2.2. Fungsi Televisi Televisi mempunyai fungsi yang secara umum diakui adalah sebagai berikut. a. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia Fungsi ini sering disebut informasi, yaitu mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang
14
Ibid., 125
16
ditemukan, bukan menuruti kemauan penguasa yang dapat memanipulasi kenyataan yang terjadi. Seandainya fungsi ini diperhatikan dengan sungguhsungguh, televisi dapat menjadi media komuniksi yang cukup demokratis, sejauh yang hidup di dalam masyarakat dikembalikan lagi kepada masyarakat melalui siaran. b. Menghubungkan satu dengan yang lain Televisi dapat menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa yang lain, kejadian yang satu dengan kejadian yang lain. Televisi yang menyerupai sebuah mozaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan yang satu dengan hasil pengawasan yang lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. c. Menyalurkan kebudayaan Sebenarnya, kebudayaan rakyat sudah cukup terangkat jika televisi berfungsi sebagai pengawas masyarakat. Akan tetapi, diharapkan televisi dalam hal ini bersikap lebih proaktif. Televisi tidak hanya mencari, tetapi juga ikut mengembangkan kebudayaan. d. Hiburan Dalam media audio-visual, segalanya minimal mempunyai sedikit unsur hiburan. Kalau tidak menghibur, pada umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Sekarang ini, hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Hiburan juga bisa mengandung unsur pendidikan. Oleh karena itu, seorang pembuat program acara televisi harus jeli dalam membuat sebuah program
17
acara agar sesuai dengan keinginan pemirsanya sehingga dapat menghibur sekaligus mendidik mereka. e. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat Fungsi yang kelima ini sering dijadikan bahan diskusi karena mudah disalahgunakan oleh penguasa. Namun, dalam situasi tertentu, fungsi ini cukup masuk akal. Misalnya, jika terjadi bencana alam, televisi, dengan kelebihannya, yaitu segi visual, dapat menggambarkan kejadian yang sebenarnya, sehingga bisa menggugah masyarakat luas untuk turut serta membantu meringankan beban para korban, baik bantuan moral maupun finansial.15 Dalam kelima fungsi televisi tersebut di atas, perlu diperhatikan juga mana yang bukan fungsi televisi karena tidak cocok dengan kebudayaan audio-visual. Informasi dalam arti penerangan yang berasal dari satu sumber saja sebetulnya bukan fungsi televisi. Demikian juga pendidikan dalam arti pendidikan formal, umumnya tidak dapat dibebankan kepada televisi. Segala pesan dan imbauan yang tidak dilengkapi dengan bukti visual dan tidak diungkapkan dalam bentuk seni sebagai ekspresi kultural, juga kurang cocok dengan fungsi televisi. Televisi merupakan salah satu media massa yang mempunyai jangkauan komunikasi yang sangat luas. Selain kekuatannya menyajikan acara dalam bentuk suara dan gambar, televisi juga melahirkan konsep-konsep tayangan jurnalisme investigasi dalam pemberitaannya. Televisi kini berubah menjadi alat untuk menyelidiki suatu kasus yang sedang terjadi di masyarakat. Dengan kata lain,
15
Ruedi Hofmann, Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi, PT Grasindo, 1999, 54-59.
18
televisi berupaya menyajikan berita yang ingin diketahui pemirsanya di luar kenyataan dari informasi yang diberitakan secara formal.
2.3. Berita 2.3.1. Pengertian Berita Berita adalah terminologi dalam ilmu jurnalistik yang pengertian atau batasannya adalah sebagai berikut. “News is the timely report of fact or opinion, to hold interest or importance, or both, for a considerable number of people” (Charnley, 1375) “Berita adalah uraian tentang peristiwa/ fakta dan/atau pendapat, yang mengandung nilai berita, dan yang sudah disajikan melalui media massa periodik” (Wahyudi, 1994) Trends, situations, conditions, and interpretations are news” (Neal, 1968) “Asal ada fakta, selera, dan khalayak, sudah ada berita” (English, 1968) “The unusual is news” – “What’s the different is news”16
Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Writings yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (News Survey Journalism) menyatakan bahwa berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca.17 Masyarakat membutuhkan berita untuk mendapatkan informasi tentang berbagai peristiwa yang dapat mempengaruhi kehidupannya. Masyarakat menjadi lebih paham dalam menangani masalah-masalah kehidupan, apabila mereka mendapatkan informasi tentang perubahan-perubahan di dalam masyarakat.
16
J.B. Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Penerbit PT Pustaka Utama Grafiti, 1996, 27 17 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2003, 21
19
Kredibilitas suatu stasiun televisi sebagian besar ditentukan oleh kualitas berita yang ditampilkan. Berita-berita yang akurat pasti mendapatkan kepercayaan pemirsanya. Pemirsa akan menyimak saluran televisi tersebut untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi.
2.3.2. Nilai Berita Dalam memilih materi berita terdapat batasan-batasan atau pertimbanganpertimbangan. Alasannya adalah agar berita tersebut menarik karena berita sesungguhnya memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat bergantung pada berbagai pertimbangan sebagai berikut. a. Timeliness, artinya tepat waktu. Berita harus disiarkan secepat mungkin sehingga faktor aktualitas bagi sebuah berita merupakan dasar utama yang harus dipertimbangkan. b. Proximity, artinya kedekatan. Kedekatan di sini bisa berarti dekat dari segi lokasi, pertalian ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan, maupun kepentingan yang terkait lainnya. c. Prominence, artinya orang yang terkemuka.Semakin terkenal seseorang, maka semakin menarik berita mengenainya. d. Consequence, artinya konsekuensi atau akibat. Segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan berita yang menarik.
20
e. Conflict (konflik) merupakan bagian yang terjadi dalam kehidupan yang memiliki nilai berita yang sangat tinggi. f. Development, artinya pembangunan. Berita tentang keberhasilan dan kegagalan pembangunan memiliki daya tarik jika diulas secara baik dan menarik. g. Dissaster (bencana) dan crimes (kriminal) merupakan berita yang sangat menarik karena menyangkut keselamatan manusia. h. Weather (cuaca) karena mempengaruhi kegiatan sehari-hari masyarakat. i. Sport (olahraga). Berita semacam ini sudah lama memiliki daya tarik, terutama jika berlangsung peristiwa olahraga besar, seperti Piala Dunia, dan sebagainya. j. Human interest, artinya berita-berita yang dapat menyentuh perasaan, pendapat, dan pikiran manusia. Objeknya bisa manusia, hewan, atau bendabenda lainnya.18 Untuk Indonesia, masih ada satu unsur lagi yang perlu diperhatikan yakni unsur security, yakni keamanan. Betapapun pentingnya atau menariknya suatu berita, apabila dilihat dari sisi keamanan dapat membahayakan stabilitas negara, berita tersebut tidak layak untuk ditayangkan. Jadi, informasi yang dapat menimbulkan SARA, dapat menyulut kerusuhan dan merugikan stabilitas nasional harus dihindari19.
18 19
Ibid., 29-40 Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Grasindo.
21
2.3.3. Jenis Berita Berdasarkan karakternya, berita dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: a. Berita langsung (straight/hard/spot news) Berita langsung digunakan untuk menyampaikan kejadian penting yang secepatnya diketahui khalayak. Aktualitas merupakan unsur yang penting dari berita langsung. Kejadian yang sudah lama terjadi tidak bernilai untuk berita langsung. Aktualitas bukan hanya menyangkut waktu, tetapi juga sesuatu yang baru diketahui atau ditemukan, misalnya cara baru, ide baru, penemuan baru, dan lain-lain. b. Berita ringan (soft news) Berita ringan tidak mengutamakan unsur penting yang hendak diberitakan, tetapi mengenai sesuatu yang menarik. Berita ini biasa diambil dari “sisi lain” suatu kejadian penting. Biasanya berita ringan dapat menyentuh perhatian dan emosi pemirsa. c. Berita kisah (feature) Berita kisah adalah berita tentang kejadian yang dapat menyentuh atau menambah pengetahuan pemirsa melalui penjelasan lengkap dan mendalam. Nilainya ditekankan pada unsur manusiawi, sekaligus dapat menambah pengetahuan pemirsa.20
20
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, Penerbit ANDI Yogyakarta, 2005, 31-32
22
Berdasarkan sifat kejadiannya, berita dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: a. Berita terduga Berita tentang peristiwa yang sudah bisa diduga atau diprediksi sebelummya, misalnya berita tantang perayaan hari raya, KTT Asia-Afrika, dan sebagainya. b. Berita tak terduga Berita tentang peristiwa yang tidak bisa diduga atau diprediksi sebelumnya, misalnya berita tentang ledakan bom, kebakaran, kecelakaan, pembunuhan, dan sebagainya.21
Berdasarkan cakupan isinya, berita dibagi menjadi: a. Berita politik b. Berita ekonomi c. Berita ekonomi d. Berita kebudayaan e. Berita pendidikan f. Berita olahraga g. Berita ilmu pengetahuan dan teknologi h. Berita hukum dan kriminal i. dan sebagainya.22
21 22
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, Penerbit Kalam Indonesia, 2005, 56 Ibid.
23
Onong Uchyana Effendy membagi berita televisi menjadi 4 jenis, yaitu: a. Warta berita (Straight nwscast/Spot newscast/Spot news) Warta berita atau berita langsung adalah jenis berita yang merupakan laporan tercepat mengenai suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat. b. Pandangan mata (On the spot telecast) Pandangan mata merupakan jenis berita yang menjadi suplemen atau pelengkap dari tayangan berita televisi untuk memberikan kepuasan pada penonton terhadap berita-berita spot yang biasa ditontonnya. Jenis berita ini merupakan kekuatan sekaligus daya tarik televisi dalam menyaingi pemberitaan media cetak dewasa ini. c. Wawancara udara (Interview on the air) Akhir-akhir ini, jenis berita ini banyak diminati karena meskipun penonton televisi hanya bisa mendengarkan suara dari narasumbernya, beritanya lebih faktual karena langsung dari sumbernya (first hand). Wawancara udara dibagi menjadi 2, yaitu: 1) Informational interview, yaitu wawancara yang bersifat informatif antara pewawancara dengan seseorang mengenai ide, pendapat, pandangan, atau informasi tentang suatu hal. 2) Personality interview, yaitu tanya jawab mengenai pribadi orang yang diwawancarai, seperti artis, tokoh masyarakat, saksi kunci, dan sebagainya.
24
d. Komentar (Commentary) Komentar adalah uraian yang bersifat analisis dengan titik tolak suatu fakta yang telah disiarkan sebelumnya pada program straight newscast. Jadi, komentar bersifat reporting in depth.23
Berbeda dengan Onong Uchyana Effendy, J.B. Wahyudi membagi berita menjadi 2 jenis, yaitu:24 a.
Berita terkini Berita terkini adalah uraian peristiwa dan/atau pendapat yang mengandung
nilai berita yang terjadi pada hari ini (news of the day). Penyajiannya sangat terikat waktu. Makin cepat diberitakan, makin baik, dengan syarat nilai beritanya harus kuat. Berdasarkan keterbatasan ruang dan waktu serta kecepatan komunikasi, penulisan berita dengan bahasa jurnalistik memiliki karakter khas sebagai berikut: -
Komunikatif, yaitu tidak berbelit-belit, langsung ke pokok masalah alias lugas.
-
Spesifik, yakni kalimatnya singkat, dengan kata sederhana atau mudah dimengerti orang awam.
-
Hemat kata, yaitu memegang prinsip ekonomi kata.
-
Kejelasan makna, yakni menggunakan kata denotatif (makna sebenarnya), bukan kata yang bermakna konotatif (kiasan).
23 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik, Penerbit Simbiosa Rekatama Media, 2006, 83-92 24 J.B. Wahyudi, op.cit., 44-80
25
-
Menghindari kata mubazir yang klise. Kata yang sebenarnya dapat dihilangkan dari kalimat, misalnya bentuk jamak yang diulang (benda-benda, cukup “benda” saja). 25 Bahasa yang digunakan juga harus benar, tepat dan tidak mengundang
berbagai penafsiran. Seperti telah dijelaskan di bagian awal, bahasa jurnalisme telvisi harus pendek, mengunakan kalimat aktif positif, hilangkan kata yang mubazir dan kata asing yang sukar dimengerti. Bahasa televisi adalah bahasa yang langsung didengar dan dilihat, jadi tidak ada kesempatan untuk merenungkan, apalagi membuka kamus untuk mencari artinya.
Berita terkini dapat disajikan dalam 2 bentuk, yaitu: 1) Berita langsung (straight news) untuk berita kuat (hard/spot/soft news), yaitu uraian fakta dan/atau pendapat yang hanya mengandung inti-inti 5W+1H, dan uraiannya dimulai dari bagian yang penting ke bagian yang kurang penting. Fakta dan/atau pendapat yang dilaporkan hanya dilihat dari satu sudut atau aspek sehingga bersifat linier. 2) Berita mendalam (indepth news), yaitu uraian fakta dan/atau pendapat yang mengandung nilai berita, dengan menempatkan fakta dan/atau pendapat itu pada mata rantai dan merefleksikannya dalam konteks permasalahan yang lebih luas. Fakta dan/atau pendapat yang dilaporkan dilihat dari banyak sudut atau aspek sehingga bersifat multilinier.
25
Asep Syamsul M. Romli, Broadcast Journalism, Penerbit Nuansa, 2004.
26
Berita mendalam dibagi menjadi 3, yaitu: -
Berita komprehensif
-
Berita interpretatif
-
Berita investigatif
Perbedaan khas antara ketiga jenis berita mendalam tersebut adalah bahwa pada berita komprehensif fakta yang diuraikan diletakkan pada suatu sistem sosial tertentu, sedangkan pada berita interpretatif fakta yang diuraikan tidak diletakkan pada suatu sistem sosial tertentu. Dengan kata lain, berita komprehensif merupakan uraian terperinci yang selain memperhatikan segi konteks dan kaitan langsung dengan fakta yang diuraikan juga dikaitkan dengan nilai-nilai yang berlaku, sedangkan pada interpretatif fakta yang diuraikan hanya dikaitkan dengan fakta yang berkaitan langsung. Ciri khas berita investigatif terletak pada pencarian fakta tersembunyi dengan cara menelusuri jejak dari peristiwa dan/atau pendapat yang sudah diketahui atau fakta di permukaan. Oleh karena itu, sifat uraiannya lebih banyak membandingkan antara fakta di permukaan dengan fakta tersembunyi yang berhasil ditemukan.
b.
Berita Berkala Berita berkala adalah uraian fakta dan/atau pendapat yang nilai beritnya
kurang kuat sehingga penyajiannya tidak terikat waktu (timeless). Uraiannya bersifat linier dan eksploratif. Contoh berita berkala adalah FAKTA (ANTV) yang berupa liputan mendalam, bahkan kadang-kadang juga berupa liputan investigatif.
27
Berita berkala dibagi menjadi 5 bentuk, yaitu: 1) Berita Laporan eksploratif, yaitu uraian mengenai fakta dan/atau pendapat yang diperoleh dengan cara menggali (to explore). Di sini, topik bahasan sudah ditentukan, lalu digali permasalahan yang ada dengan terjun langsung ke lapangan. 2) Laporan khas (feature), yaitu uraian fakta yang bersifat khas dan unik, seperti pemulung, penjaja koran, dan sebagainya, yang diuraikan secara terperinci, dengan cara penyajian dan penyusunan naskah yang sederhana dengan menekankan pada hal yang bersifat khas dan unik tersebut. 3) Berita analisis, yaitu uraian fakta dan/atau pendapat yang bersifat analisis. Uraian analisis tidak sekadar “mempermasalahkan masalah” tetapi juga menyentuh masalah utama dengan asumsi bahwa hanya dengan menuntaskan masalah utama, berbagai masalah yang timbul akan terselesaikan dengan sendirinya. 4) Human interest, yaitu uraian fakta yang dapat memberikan sentuhan rasa insani atau rasa kemanusiaan. Fakta di sini bisa mengenai apa saja, asalkan mengandung nilai atau rasa yang mampu memberikan sentuhan rasa insani. 5) Majalah udara, yaitu gabungan uraian fakta dan/atau pendapat yang dirangkai dalam satu wadah atau mata acara. Isi majalah udara bisa homogen (disebut majalah khusus) dan heterogen (disebut majalah umum).
28
2.3.4. Sumber Berita Sumber dari suatu berita adalah peristiwa dan/atau pendapat yang mengandung nilai berita, masalah hangat, dan masalah yang unik. Wartawan atau reporter harus mencari peristiwa-peristiwa semacam itu yang tengah terjadi di masyarakat. Semua bahan berita tersebut dapat diperoleh dari: -
Narasumber (pejabat, pakar, saksi mata, dan lain-lain) yang relevan
-
Catatan harian redaksi
-
Files/kliping dan kepustakaan
-
Radio darurat (ORARI, kepolisian, dan lain-lain)
-
Politikus (anggota MPR/DPR, anggota partai, dan lain-lain)
-
Lembaga swadaya masyarakat (LSM)
-
Pihak oposisi
-
Siaran langsung (reportase) radio dan televisi
-
Pengumuman pemerintah (kebijakan baru)
-
Press release (humas)
-
Koresponden atau freelance
-
Kantor berita (ANTARA)
-
Jaringan radio atau televisi (BBC, NHK, ABC, dan lain-lain)
-
Media periodik lain dengan menyebut sumbernya
-
Pertukaran materi berita dengan sumber lain.
-
Tokoh masyarakat atau public figure.26
26
J.B. Wahyudi, op.cit., 31-32
29
2.3.5. Kaidah Berita Televisi Televisi adalah media pandang dengar, yang berarti siaran televisi dapat dilihat dan didengarkan sekaligus. Gambar-gambar di televisi adalah gambar hidup, bergerak dan sinkron, dimana seorang pemirsa dapat menikmati, mengikuti sebagaimana adanya, seperti kejadian sesungguhnya. Sebagai media gambar, maka siaran televisi harus memadukan gambar dengan naskah atau narasi, dan suara. Gambar, narasi, dan suara harus sinkron. Tidak dibenarkan, narasi dan suara bercerita tentang aksi unjuk rasa, maka yang muncul adalah gambar petani yang sedang membajak di sawah. Naskah dalam siaran televisi tidak perlu rinci karena gambar dapat mewakili ribuan makna. Misalnya dalam sebuah siaran berita, Presiden Megawati mengenakan baju warna merah ketika membuka acara pembukaan PON Remaja. Kita tidak perlu menerangkan Presiden Magawati yang mengenakan baju warna merah, sebab pemirsa sudah melihatnya sendiri. Hal ini berbeda dengan siaran radio, yang memang tidak melihat langsung, maka hal-hal demikian perlu dijelaskan kepada pendengarnya. Oleh karena itu, dalam berita televisi, ada tiga kaidah yang harus diperhatikan, yaitu, kaidah gambar (video), kaidah naskah, dan kaidah suara (audio).27
2.3.5.1. Kaidah Gambar (Video) Gambar merupakan unsur pertama dalam berita televisi. Gambar itulah yang menjadi kekuatan berita televisi karena gambar ikut “berbicara”, bahkan kadang 27
Sudirman Tebba, op.cit., 67-83.
30
lebih “bercerita” dibandingkan dengan naskah dan audio. Gambar berita harus memiliki sejumlah unsur agar menarik, yaitu: a.
Aktualitas Aktualitas artinya gambar berita televisi haruslah gambar yang aktual, yang
baru terjadi atau benar-benar terjadi. Jadi, gambar berita televisi bukanlah gambar hasil rekayasa yang sengaja diciptakan untuk berita. b.
Sinkronisasi Sinkronisasi artinya gambar yang ditayangkan di televisi harus sinkron
dengan berita yang diinformasikan. Tidaklah dapat dikatakan sinkron jika berita tentang pembunuhan, yang muncul adalah gambar demonstrasi mahasiswa. c.
Simbolis Gambar simbolis artinya gambar yang ditayangkan untuk berita televisi
hanya untuk mewakili agar sinkron dengan naskah. Untuk beirita-berita yang memerlukan gambar simbolik adalah berita yang berasal dari jumpa pers dengan isu menarik. Misalanya dalam sebuah jumpa pers seorang pejabat dari BPS mengumumkan angka inflasi naik lima persen karena kenaikan harga sembilan bahan pokok seperti beras dan sayuran. Maka yang gambar yang muncul untuk mendukung berita itu adalah gambar-gambar beras dan bahan sembilan pokok lainnya serta gambar pejabat yang mengumumkan inflasi itu. Dalam praktik di lapangan,berita-berita yang memerlukan simbolisasi adalah berita-berita ekonomi, misalnya keuangan atau perbankan, perdagangan dan industri. Karena itu sejumlah media penyiaran menyiapkan gambar-gambar dokumentasi mulai dari aktivitas perdagangan di pasar, kegiatan bongkar muat di
31
pelabuhan, tumpukan kontainer, aktivitas industri, kilang-kilang minyak, kayu gelondongan di pelabuhan, penebangan hutan dan sebagainya. Gambar-gambar ini harus senantiasa diperbarui agar tampak selalu baru, dari sudut pengambilan yang baru pula, sehingga tidak akan membosankan pemirsa. d.
Ilustrasi Ilustrasi adalah gambar rekayasa yang sengaja diciptakan untuk mendukung
berita berdasarkan kenyataan yang terjadi. Jadi gambar ilustrasi bukan karangan atau hasil khayalan seorang reporter dan kamerawan agar informasi yang didapat dapat diberitakan. e.
Dokumentasi Dokumentsi gambar diperlukan kalau peristiwa itu sangat penting,
sementara tidak ada gambar yang aktual, sinkron, dan simbolis. f.
Estetika Gambar dalam jurnlaisme televisi haruslah mengandung keindahan atau
estetika. Dengan demikian, gambar haruslah memperhatikan komposisi, warna dan sudut pandang, agar enak dilihat. Tetapi dalam praktiknya, estetika tidaklah selalu ditaati karena kondisi di lapangan memang sulit untuk menghasilkan gambar yang estetis. Berbeda dengan berita pariwisata yang menceritakan keindahan alam, maka gambar haruslah benar-benar mencerminkan keindahan. Gambar tidak boleh goyang, harus fokus, memperhatikan komposisi warna, sudut pandang dan berbagai jenis shot. Untuk itu, juru kamera harus menggunakan tripod agar
32
gambar tidak goyang dan komposisinya dapat diatur sedemikian rupa sehingga benar-benar indah.
2.3.5.2. Kaidah Naskah (Commentary) Naskah berita televisi sama dengan naskah berita di media cetak dan radio, dalam arti harus tetap mengandung unsur 5-W dan 1-H, yaitu: -
What (apa), berarti naskah harus menjawab pertanyaan apa yang terjadi. Why (mengapa) berarti naskah harus menjawab pertanyaan mengapa peristiwa itu terjadi.
-
Who (siapa), berarti naskah harus menginformasikan siapa pelakunya, atau siapa korbannya, siapa pesertanya, dan sebagainya.
-
When (kapan) berarti naskah harus menjelaskan kapan peristiwa itu terjadi
-
Where (dimana), berarti naskah harus menjelaskan di mana kejadian itu
-
Why (mengapa) berarti naskah harus menjelaskan penyebab atau latar belakang kejadian itu
-
How (bagaimana), berarti naskah menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi, bagaimana keadaannya. Dalam naskah berita terbagi menjadi dua, pertama adalah lead berita atau
intro yang berfungsi mengantarkan berita ke dalam tubuh berita. Sedangkan bagian kedua adalah tubuh berita yang berisi semua informasi yang yang hendak disampaikan kepada publik. Tidak semua unsur berita masuk dalam lead atau intro. Tetapi prinsipnya, dalam satu naskah harus tuntas menjawab keenam unsur tersebut (5-W dan 1-H).
33
Dalam berita televisi ada dua model naskah, yakni reading dan voice over. a. Reading, adalah naskah yang seluruh isi beritanya baik lead maupun tubuh beritanya dibaca oleh presenter. Dalam model ini, lead berita sudah menyatu dengan tubuh berita. b. Voice over Dalam teori jurnalisme televisi, voice over diartikan narasi atau naskah berita yang dibaca reporter dan direkam dalam video. Istilah lain adalah dubbing atau suara reporter yang direkam dalam video.
2.3.5.3. Kaidah Suara (Audio)
Audio tidak kalah pentingnya dibanding dengan naskah dan gambar. Walaupun dalam suatu berita ada gambar dan naskahnya, tatapi jika tidak ada bunyi/suara, maka bisa jadi berita tersebut tidak akan jelas maksudnya. Ada dua unsur audio dalam berita televisi, yaitu: a.
Atmosfer, yaitu suatu suasana dari suatu peristiwa yang gambarnya diberitakan. Misalnya, berita kematian, suara isak tangis dan jerit pilu dari saudara korban harus diperdengarkan.
b.
Narasi, yaitu suara reporter, baik berdasarkan naskah maupun tanpa naskah, dan suara narasumber yang diwawancarai.
34
2.3.6. Berita Kriminal Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita kriminal adalah berita atau laporan tentang kejahatan yang diperoleh dari polisi.28 Namun, dalam kenyataannya, tidak semua tindakan kriminal yang diangkat menjadi berita diperoleh dari polisi. Reporter/wartawan di lapangan bisa secara tidak sengaja menemukan kejadian/tindakan kriminal yang bisa diangkat menjadi sebuah berita, asalkan kejadian tersebut bernilai berita. Kejadian kriminal bisa berupa pembunuhan, penodongan, penganiayaan, korupsi, penyelundupan, dan sebagainya. Divisi News ANTV membuat definisi sendiri tentang berita kriminal, yaitu berita tentang kejadian yang bertentangan dengan hukum (kejahatan), seperti penjambretan, pembunuhan, penganiayaan, perampasan dan sebagainya. Peristiwa kekerasan, baik, yang berdarah ataupun tidak berdarah termasuk di dalamnya. Penyidiknya adalah polisi. Berita kriminal merupakan berita yang berisi tentang tindak kejahatan yang tidak saja hanya mengungkap bagaimana tindakan tersebut terjadi, tetapi juga menyoroti keadaan atau hal-hal lain di sekitar kejadian tersebut, seperti perilaku korban, pelaku dan sebagainya sehingga penonton dapat mengetahui keadaan sebelum dan sesudah kejadian tersebut.29 Berita kriminal televisi tak lebih dari sebuah ide yang sederhana yang lantas diterjemahkan ke dalam bahasa visual dengan jangkauan pemirsa yang cukup luas. Ide sederhananya adalah mengangkat situasi sehari-hari masyarakat, yakni: 28 29
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3, PT. Balai Pustaka, 2001, 140. “Reka Ulang Tindak Kriminalitas”, pintunet.com
35
apa yang ditakutkan oleh masyarakat. Masalah perampokan, pencurian, pembunuhan adalah realitas yang terjadi sehari-hari, biasa, dan dekat dengan masyarakat.30 Berita kriminal biasanya banyak peminatnya karena menyangkut rasa aman yang dibutuhkan semua orang. Sumber liputan berita kriminal: -
Kantor pengadilan
-
Kantor kepolisian di bagian penyidikan, pusat layanan masyarakat, humas.
-
Siaran televisi
-
Internet
-
Sumber-sumber informasi dari berbagai pihak.
-
Kamar mayat
-
Instalasi gawat darurat rumah sakit
-
Palang hitam (istilah untuk menyebut ambulans pembawa jenazah korban kejahatan)
-
2.4.
Dan sebagainya.31
Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti kepemimpinan dalam
ketentaraan. Pengertian ini berlaku selama perang, kemudian berkembang menjadi manajemen ketentaraan dalam rangka mengelola para tentara bagaimana 30 31
Tony Trimarsanto, “Psikologi Kriminal di Televisi”, republika.co.id File Divisi News ANTV
36
melakukan mobilisasi dan mengomando pasukan dalam jumlah besar untuk mencapai tujuan.32 Istilah strategi kemudian diambil alih oleh dunia usaha, khususnya manajemen, untuk menetapkan arah bagi “manajemen” atau sumber daya manusia dan bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu sebuah institusi bisnis dalam memenangkan persaingan. Dengan demikian, strategi mengandung dua komponen, yaitu future intentions (tujuan jangka panjang) dan competitive advantage (keunggulan bersaing).33 Terdapat bermacam-macam definisi strategi, di antaranya adalah sebagai berikut: -
Suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat match dengan lingkungannya, atau dengan kata lain, organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsif terhadap perubahan-perubahan di dalam lingkungannya, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
-
Kombinasi ilmu dan seni untuk memformulasikan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi
keputusan
yang
bersifat
cross-fungsional
yang
memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. -
Usaha untuk mengembangkan kekuatan yang ada di perusahaan untuk menggunakan atau menangkap peluang bisnis yang muncul guna mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sesuai misi yang telah ditentukan.34
32
Crown Dirgantoro, Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan Implementasi, PT Grasindo, 2001, 5. 33 Ibid, 5-6. 34 Ibid, 9-10.
37
Dalam menentukan strategi, hal-hal yang harus dilakukan adalah: -
Menetapkan tujuan
-
Menetapkan kebijakan (policy)
-
Memotivasi karyawan
-
Mengembangkan budaya yang mendukung
-
Menetapkan struktur organisasi yang efektif
-
Menyiapkan budget
-
Mendayagunakan sistem informasi
-
Menghubungkan kompensasi karyawan dengan performance perusahaan. Untuk mengetahui atau melihat sejauh mana efektivitas dari implementasi
strategi, maka dilakukan evaluasi strategi yang mencakup: -
Review faktor eksternal dan internal yang merupakan dasar dari strategi yang sudah ada.
-
Menilai performance strategi
-
Melakukan langkah koreksi. Untuk mencapai setiap tujuan yang diinginkan, penentuan strategi yang baik
sangat diperlukan. Demikian halnya di bidang media penyiaran. Strategi yang diperlukan adalah: -
Berpikir seperti pemirsa. Pengelola media penyiaran berada dalam bisnis dengan dua klien yang berbeda, yaitu: pemirsa dan pemasang iklan. Tanpa ada pemirsa yang mengikuti siaran maka pengelola media penyiaran tidak akan pernah berhasil untuk menarik minat pemasang iklan.
38
-
Pengelola media penyiaran berkompetisi untuk merebut waktu orang lain agar mau menyaksikan acara yang disuguhkan. Oleh karena itu, pengelola media penyiaran harus bisa membuat/memproduksi program-program acara yang mampu menarik minat pemirsa.35 Bagian pengelola program siaran harus memiliki strategi dalam perencanaan
pembuatan program acara, antara lain yang berkaitan dengan: -
Product, artinya materi program yang dipilih haruslah program yang bagus dan diharapkan akan disukai pemirsa.
-
Price, artinya biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli atau memproduksi program tersebut. Harga diharapkan tidak mahal namun dapat menghasilkan keuntungan yang optimal.
-
Place, artinya kapan waktu siaran yang tepat bagi program tersebut. Pemilihan waktu siaran yang tepat bagi suatu program akan sangat membantu keberhasilan program yang bersangkutan.
-
Promotion, artinya bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual program tersebut sehingga dapat mendatangkan iklan.36 Keberhasilan suatu program bergantung pada perencanaan dan pelaksanaan
strateginya. Namun, perlu diingat bahwa dalam pembuatan strategi-strategi penyiaran harus tetap berpedoman pada Undang-Undang Penyiaran dan kode etik yang berlaku sehingga tidak akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan yang dapat merugikan berbagai pihak.
35 36
Ibid, 71-73. Ibid, 99-100.
39
2.5. Proses Produksi Program Televisi Penayangan sebuah program acara televisi bukan hanya bergantung pada konsep penyutradaraan atau kreativitas penulisan naskah, melainkan sangat bergantung pada kemampuan profesionalisme dari seluruh kelompok kerja di dunia broadcast dengan seluruh mata rantai divisinya. Acara yang bagus akan menjadi buruk apabila jam tayangnya tidak tepat. Acara yang bagus akan ambruk karena kurang promosi. Acara yang bagus juga bisa jatuh bila kualitas gambarnya buruk. Namun, semua itu masih bisa diantisipasi. Kuncinya ada pada penentuan Format Acara Televisi. Format Acara Televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.37 Untuk membuat suatu program televisi, seorang produser harus memikirkan lima hal, yakni: materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.38
2.5.1. Materi Produksi Materi produksi adalah barang atau material yang akan diproduksi menjadi sebuah tayangan yang layak siar dan layak jual sekaligus. Materi tayangan dapat berasal dari alam sekitar, fenomena sosial ekonomi maupun politik, serta budaya. Biasanya, seorang produser akan mengumpulkan gagasan, mengkaji, dan meneliti 37 38
Naratama, Menjadi Sutradara Televisi, PT Grasindo, 2004, 63 Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi, PT Grasindo, 1997, 7.
40
berbagai kemungkinan kejadian alam sekitar yang perlu dibuat program. Untuk ini, seorang produser haruslah memiliki visi dan misi agar tayangan yang diproduksi memiliki nilai dan mampu menyadarkan pemirsa, memberikan inspirasi, menghibur, dan sebagainya. Untuk produksi berita, materi bisa diperoleh dari sumber-sumber berita. Tema-tema program hasil perenungan dan pendalaman ini kemudian dituangkan dalam treatment, yakni langkah perwujudan gagasan menjadi program.
2.5.2. Sarana Produksi Sarana produksi menjadi sarana penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Untuk itu, diperlukan kualitas alat standar ynag mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus. Kepastian adanya peralatan mendorong kelancaran seluruh persiapan produksi. Produser menunjuk seseorang yang diserahi tanggung jawab tersedianya seluruh peralatan yang diperlukan. Oleh karena itu, sebuah daftar lengkap (equipment list) dari seluruh peralatan yang diperlukan harus dibuat. Ada tiga unit pokok yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu: a. unit peralatan perekam gambar, seperti kamera dan tripod kamera. b. unit peralatan perekam suara, seperti mikrofon dan tripod mikrofon. c. unit peralatan pencahayaan, seperti lampu dan tripod lampu. Sarana produksi yang diperlukan tergantung pada materi program apa yang akan diproduksi. Untuk program berita, peralatan yang dibutuhkan cukup dengan
41
satu kamera liputan (ENG= electronic news gathering), yang sudah mencakup perekam gambar, suara, dan pencahayaan.
Peralatan lainnya: a. Video Cassette Recorder (VCR), alat perekam kaset video b. Camera Control Unit (CCU), alat untuk mengatur kamera, mencocokkan kamera dengan peralatan lain, mengatur keseimbangan warna, video level dan diagfragma (iris). c. Time Base Corrector, untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan teknis hasil rekaman, menstabilkan sinyal video dari VCR apabila ditransfer ke peralatan lain. d. Switcher, Vision Mixer atau disebut juga special effect generator, untuk memindahkan gambar dari satu sumber video ke sumber video lain, menciptakan special effects, memilih gambar dari satu sumber untuk direkam (on air). Pada dasarnya, alat tidak boleh menjadi penghambat berlangsungnya proses kreatif dalam produksi.
2.5.3. Biaya Produksi (financial) Biaya produksi biasanya didasarkan pada dua kemungkinan. Sesuai dengan kemampuan perusahaan atau kemampuan keuangan yang ada, dan kedua sesuai dengan kualitas produksi. Jadi, ada financial oriented dan quality oriented.
42
a. Financial oriented. Dalam hal ini pengeluaran keuangan dibatasi hanya seperlunya saja. Prinsipnya, anggaran produksi dibuat sesuai dengan kemampuan keuangan yang ada, tetapi secara umum tidak terlalu mengganggu produksi sesuai standar siaran. b. Quality oriented. Ini artinya biaya produksi didasarkan pada tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Biasanya biaya tidak menjadi soal berapa pun besarnya, asalkan kualitasnya prima. Produksi dengan orientasi semacam ini biasanya produksi yang sangat prestisius, untuk hal-hal yang sangat monumental dan diharapkan mendapat nama maupun keuntungan yang besar. Di luar itu semua, pos biaya tak terduga harus dianggarkan. Biasanya seperempat dari biaya produksi, ada pula produser yang menentukan sepertiganya. Ini dimaksudkan untuk mengantisipasi pembengkakan biaya karena faktor cuaca, alam, dan faktor lain yang biasanya tidak dapat diprediksi lebih dahulu.
2.5.4. Organisasi Pelaksana Produksi Berita Televisi Struktur organisasi bagian pemberitaan berbeda dengan struktur organisasi di bagian produksi program yang lain. Struktur organisasi bagian pemberitaan stasiun televisi biasanya terdiri dari:39 a.
Direktur Pemberitaan (News Director) Direktur Pemberitaan terbaik adalah seseorang yang independen, bahkan ia harus independen dari pemilik stasiun televisi itu sendiri (Peter Herford, 2000) karena untuk melaporkan berita secara akurat dan adil, staf
39 Disarikan dari Morissan, Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Penerbit Ramdina Perkasa, 2005, 268-274; dan J.B. Wahyudi, Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Penerbit PT Pustaka Utama Grafiti, 1996, 102-105
43
pemberitaan dan direktur pemberitaan harus bebas dari tekanan politik dan ekonomi. b.
Produser Eksekutif (Executive Producer) - Bertanggung jawab terhadap penampilan jangka panjang program berita secara keseluruhan, seperti setting, dekor, latar belakang, atau tampilan yang menjadi ciri khas program berita tersebut. -
Melakukan pengawasan terhadap kerja reporter dan produser dan memastikan staf redaksi mematuhi syle yang telah ditetapkan dan konsisten dengan ketetapan tersebut.
-
Bertanggung jawab terhadap beberapa program berita.
-
Memegang keputusan akhir mengenai berita apa yang harus turun dan berita yang tidak boleh disiarkan.
-
Memikirkan cara untuk memperbaiki mutu program dan menjaga peringkat acara (rating) agar tetap baik.
c.
Produser -
Bertanggung jawab terhadap suatu program berita
-
Memutuskan berita apa saja yang akan disiarkan, berapa lama durasi suatu berita dapat disiarkan, format berita apa yang akan digunakan, seperti Voice Over/VO (format berita berupa informasi dan gambar), paket (format berita berupa informasi, gambar, grafik, natural sound, dan sebagainya), reader (format berita berupa informasi yang dibacakan presenter saja), dan lain-lain.
-
Menentukan berapa VO dan paket yang harus dibuat.
44
-
Menyusun bagaimana urutan beritanya, apa yang akan ditampilkan pertama dan apa yang akan dikeluarkan terakhir.
Produser dibagi menjadi 3, yaitu: (1) Produser Acara (Show Producer/Line Producer): -
Bertanggung jawab mempersiapkan penayangan suatu program berita.
-
Memilih berita-berita yang akan disiarkan.
-
Mempersiapkan susunan berita (rundown) yang berisikan berbagai format berita yang akan ditampilkan dan urutannya.
-
Memperhitungkan waktu tayang (durasi) dari masing-masing format berita tersebut.
(2) Produser Rekanan (Associate Producer) (3) Produser Lapangan (Field Producer) -
Bertugas melakukan koordinasi pada saat peliputan.
-
Jika
melakukan liputan langsung (live),
produser lapangan
mengarahkan juru kamera dan reporter di lapangan, termasuk mempersiapkan wawancara, memberikan masukan kepada reporter mengenai materi wawancara atau siapa narasumber yang dapat diwawancarai. -
Membantu reporter melakukan riset untuk mendapatkan informasi bagi suatu liputan.
-
Mempersiapkan rencana perjalanan jika tim liputan harus berangkat ke daerah.
45
c.
Asisten Produser -
Membantu atau mengambil alih tugas reporter dalam menyelesaikan tugasnya jika dalam keadaan mendesak, seperti reporter harus berangkat lagi ke daerah lain atau karena keadaan waktu yang mendesak.
-
Mengubah format berita menjadi lebih pendek, jika produser menginginkannya.
-
Mengumpulkan gambar yang dikirim (di-feeding) oleh reporter dari lapangan melalui saluran satelit atau microwave.
d.
Presenter/Pembaca Berita (Anchor) Presenter merupakan citra bagi suatu program televisi. Kredibilitas presenter dapat menjadi aset penting bagi sutu stasiun televisi. Presenter biasanya juga seorang reporter atau jurnalis.
e.
Pengarah Program (Programme Director) Bertugas
mengintegrasikan
unsur-unsur
pendukung
produksi
dan
bertanggung jawab terhadap aspek teknis serta mampu melaksanakan program atau acara berdasarkan rundown dalam pelaksanaan produksi siaran. Seorang pengarah program harus memiliki pengetahuan yang luas, berjiwa seni, dan cepat mengambil keputusan. f.
Pemandu Gambar (Switcherman) -
Memadukan gambar atau visual pada saat proses pruduksi program acara televisi, baik disiarkan secara langsung maupun tidak langsung.
-
Mengoperasikan alat switcher video production dan digital video effect.
46
-
Bertanggung jawab penuh atas tampilan gambar sesuai dengan ketentuan yang diberikan pengarah acara dan produser.
-
Memahami instalasi jaringan distribusi visual secara teknis dan dapat mengatainya apabila terjadi gangguan.
-
Melakukan koordinasi dengan Direktur Program dan rekan kerja lain selama proses produksi berlangsung.
g.
Grapher -
Bertugas membuat dan mempersiapkan grafik untuk siaran pemberitaan.
-
Tugas ini dapat dilakukan juga oleh operator grafik komputer dan video digital effect.
h.
Script editor -
Bertugas mempersiapkan script atau naskah siaran pemberitaan yang sudah disusun di news room.
-
Bertugas membagikan script tersebut kepada unit kerja yang memerlukan, seperti petugas teleprompter, switcher, dan pengarah program (programme director).
i.
Video editor -
g.
Bertugas menyunting video
Lain-Lain: Orang-orang yang terlibat langsung pada saat program on air adalah: -
Pengatur suara (audioman)
-
Pengatur cahaya (lightingman)
-
Juru kamera (cameraman)
47
-
Operator video tape recorder (VTR)
-
Petugas teleprompter
-
Operator virtual set
-
Property man
-
Penata rias dan busana.
2.5.4.1. Tim Liputan Berita Televisi Efektivitas suatu liputan berita sebagian besar bergantung pada mereka yang bekerja di lapangan. Ujung tombak dari suatu program berita adalah tim liputan berita yang terdiri dari wartawan/reporter dan juru kamera.40 a.
Wartawan/reporter Bekerja secara cepat mengumpulkan informasi, menentukan lead berita, menulis berita dan melaporkannya, baik secara langsung (live) maupun tidak (direkam).
b.
Juru kamera Bertugas
mendapatkan
semua
gambar
yang
dibutuhkan
untuk
mengilustrasikan berita yang akan disajikan. Reporter dan juru kamera harus mampu bekerja sama sebagai suatu tim kerja. Seorang reporter harus memahami tugas juru kamera, begitu pula sebaliknya. Komunikasi antara reporter dan juru kamera adalah kunci efektivitas liputan ketika melakukan shooting di lokasi liputan.
40
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, Penerbit Ghalia Indonesia, 2004, 69-75.
48
2.5.5. Tahapan Pelaksanaan Produksi Lazimnya, Standard Operation Procedure (SOP) produksi televisi meliputi tiga tahap, yaitu: a. Praproduksi (perencanaan dan persiapan) Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan akan berjalan lancar. Tahap ini meliputi tiga bagian, yaitu: 1) Penemun ide, tahap ini dimulai ketika produser menemukan ide atau gagasan, atau mendapatkan informasi dari para sumber berita. 2) Perencanaan, tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja, penentuan lokasi dan crew yang terlibat, serta estimasi biaya. 3) Persiapan, tahap ini meliputi penyelesaian semua kontrak, perizinan, dan surat-menyurat. Untuk meliput suatu berita, terutama di daerah berbahaya atau daerah konflik, hal-hal yang harus dipersiapkan adalah: 1) Dokumentasi dan identifikasi, simpan baik-baik ID, paspor, visa, kartu pers, dan sebagainya. 2) Kenakan pakaian dan sepatu yang nyaman, sediakan juga cadangannya. 3) Perlindungan kesehatan, sediakan perlengkapan P3K. 4) Tambahan, seperti cadangan baterai, peta, dan kompas. 5) Buku alamat, buat fotokopiannya, jika perlu. 6) Hal-hal yang harus diketahui, seperti jalan yang aman, pos keamanan, tempat penyewaan kendaraan (jika diperlukan), kebiasaan atau peraturan
49
yang berlaku di daerah/lokasi tersebut, cara berhubungan dengan rekanrekan di redaksi, dan sebagainya. 7) Emosi/perasaan, jangan memperlihatkan emosi yang dirasakan, misalnya rasa takut, marah, jijik, dan sebagainya. 8) Keamanan dalam perjalanan, jangan melakukan ha-hal yang tidak perlu di daerah berbahaya. 9) Penampilan dan posisi aman, jangan berada didaeah yang berbahaya, seperti daerah rawan kebakaran, cari tempat yang aman. Jangan memakai pakaian yang terlalu mencolok.
b. Produksi Tahap ini adalah perwujudan dari perencanaan. Semua pihak yang telah ditunjuk melakukan tugasnya masing-masing. Reporter dan juru kamera memegang peranan penting dalam meliput suatu berita. Untuk mempermudah pelaksanaan liputan investigasi, Sheila Coronel membagi proses investigasi sebagai berikut: a. Petunjuk awal (first lead) untuk liputan investigasi. Bisa berupa apa saja, misalnya berita pendek di surak kabar, informasi dari masyarakat atau pihak kepolisisan. b. Investigasi pendahuluan (initial investigation), berupa penggalian data lebih jauh, wawancara maupun peninjauan lapangan. c. Pembentukan hipotesis (forming an investigative hypothesis). d. Pencarian dan pendalaman literatur (literature search).
50
e. Wawancara dengan para pakar dan sumber-sumber ahli (interviewing experts). f. Penjejakan dokumen-dokumen (finding a paper trail). Di sanalah biasanya ketentuan-ketentuan yang mengikat bisa dijadikan barang bukti. Dokumen juga bisa dijadikan sebagai barang bukti. Dokumen juga bisa dipakai untuk mempertentangkan pernyataan-pernyataan narasumber yang berbohong. g. Wawancara sumber-sumber kunci dan saksi-saksi (interviewing
key
informants and sources). Untuk mendapatkan data dari sumber kunci, biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama. h. Pengamatan langsung di lapangan (first hand observation). i. Wawancara lebih lanjut (more interviews). j. Analisis dan pengorganisasian data (analyzing and organizing data). k. Penulisan (writing) berita berdasarkan data yang telah dikumpulkan. l. Pengecekan fakta (fact checking), hal ini sangat penting agar berita yang ditulis/dilaporkan berdasarkan data yang dikumpulkan.41
c. Pascaproduksi Tahap ini adalah tahap menggabungkan semua unsur yang dihasilkan dari tahapan produksi. Ada tiga langkah utama, yakni editing off line, editing on line, dan mixing. 1) Editing off line adalah editing kasar, semua gambar hasil shooting dimasukkan pada komputer, di sana akan tertera logging time code yang akan mempermudah pemilihan gambar sesuai storyboard atau naskah. Gambar 41
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, Penerbit ANDI Yogyakarta, 2005, 22-23.
51
kemudian disusun atau disambung berdasarkan urutan sesuai naskah yang ada. Produser kemudian memutuskan gambar mana yang perlu dibuang dan mana yang dipertahankan. 2) Editing on line, yakni mengedit atau menyambung gambar sesuai degan catatan time code secara tepat dengan durasi yang tepat pula. Suara atmosfer dan narasi dimasukkan, bahkan termasuk musik juga dimasukkan dengan level yang sempurna. 3) Mixing adalah tahap akhir dari rangkaian editing. Semua narasi, gambar, ilustrasi musik, dan atmosfer yang dimasukkan dalam editing on line, kemudian disatukan atau di-mix dalam satu saluran atau channel. Tinggi rendah suara sudah diukur sedemikian rupa sehingga hasilnya menjadi enak dilihat dan didengar. Setelah di-mixing, ada satu langkah lagi yang biasanya dilakukan, yaitu preview, yakni melihat kembali apa yang telah di-mixing. Jika ada yang kurang baik dapat diperbaiki. Inilah fungsinya sebagai bagian dari check and recheck. Setelah itu selesai, barulah di-print ke jenis kaset yang dikehendaki, misalnya ke betacam, VHS, dan VCD. Jangan lupa untuk membuat back up, yang dapat digunakan sewaktu-waktu jika ada trouble di kemudian hari. Setelah semua proses pascaproduksi selesai dilaksanakan, program berita siap untuk disajikan/ditayangkan di televisi. Ada bermacam-macam teknik penyajian berita, yaitu: 42
42
J.B. Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, 37-38
52
a. Dibacakan oleh penyiar televisi Naskah dibuat oleh redaksi berita, penyiar berita tinggal membacanya. b. Voice Over (VO) Naskah dibuat oleh redaksi/reporter, dan dibacakan oleh siara saja, asal mempunyai volume suara yang standar, dengan merekam suaranya terlebih dahulu secara sinkron dengan visual yang ada. c. Sistem “ROSS” Sistem
“ROSS”
adalah
teknik
penyajian
berita
televisi
dimana
reporter/redaktur secara aktif mencari, mengumpulkan, menyeleksi, mengolah berita, dan menyajikan sendiri butir berita itu dengan cara merekam suaranya terlebih dulu ke dalam visual yang teredia secara sinkron. Di sini, reporter/redaktur penyaji harus menyebutkan identitas diri, lokasi/tempat melaporkan, dan untuk stasiun televisi mana ia melaporkan (CNN-style). Tanggung jawab isi berita berada pada reporter/redaktur penyaji berita sistem “ROSS”. Ada 4 cara penyajian berita dengan sistem “ROSS”, yaitu: a. Reporter on the spot and on the screen Reporter berada di tempat kejadian dan dalam penyajian, reporter muncul di layar televisi. b. Reporter on the spot and off the screen Reporter berada di tempat kejadian dan dalam penyajian, reporter tidak muncul di layar televisi.
53
c. Reporter off the spot and on the screen Reporter tidak berada di tempat kejadian dan dalam hal ini sebagai redaktur, yang mencari fakta dari berbagai referensi yang ada dan jasa telekomunikasi, dan waktu penyajiannya, reporter/redaktur muncul di layar televisi. d. Reporter off the spot and off the screen Reporter dalam hal ini bertindak sebagai redaktur mencari referensi melalui jasa telekomunikasi dan referensi yang ada, dan waktu menyajikan berita, redaktur tidak muncul di layar televisi.
54
BAB III METODOLOGI
3.1. Sifat Penelitian Karya ilmiah ini menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk: 1.
Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang menggambarkan gejala yang ada.
2.
Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktik yang berlaku.
3.
Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama, dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
4.
Membuat evaluasi.43 Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-
dalamnya melalui pengumpulan data yang sebanyak-banyaknya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
43
Jalaludin Rakhamat, Metode Penelitian Komunikasi, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 1995
55
Di sini, yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data, bukan banyaknya (kuantitas) data.44
3.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial. Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus adalah sebagai berikut. -
Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.
-
Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
-
Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.
-
Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual, tetapi juga kepercayaan (trustworthiness).
-
Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas.
44
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis & Riset Komunikasi, Penerbit Kencana Prenada Media Group, 2006, 58
56
-
Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.45
3.3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah: 3.3.1. Data primer, yaitu melalui: -
Wawancara, yaitu suatu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.46 Secara garis besar, wawancara dibagi menjadi 2, yaitu: wawancara terstruktur dan tak terstruktur. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur, sering disebut wawancara mendalam (indepth interview), wawancara intensif, wawancara kualitatif, dan wawancara terbuka (opened interview). Wawancara ini dilakukan penulis dengan cara tanya jawab langsung (tatap muka) dan tidak langsung (melalui telepon, faksimili, atau email) dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan tayangan FAKTA.
3.3.2. Data sekunder, yaitu melalui: -
Studi Pustaka/Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari bahan-bahan/data-data yang relevan dengan
45
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2003, 201202 46 ibid., 180.
57
masalah yang dibahas, yaitu melalui buku, modul/catatan kuliah, artikel majalah, website, dan dokumentasi tayangan FAKTA.
3.4. Narasumber Narasumber yang berkompeten untuk dimintai informasi dan data-data mengenai tayangan FAKTA adalah para pembuat (crew) tayangan FAKTA, yaitu: a.
GM Curent Affair (Ivan Haris Prikurnia): -
Bertanggung jawab terhadap penampilan jangka panjang program berita secara keseluruhan, seperti setting, dekor, latar belakang, atau tampilan yang menjadi ciri khas program berita tersebut.
-
Melakukan pengawasan terhadap kerja reporter dan produser dan memastikan staf redaksi mematuhi syle yang telah ditetapkan dan konsisten dengan ketetapan tersebut.
-
Bertanggung jawab terhadap beberapa program berita.
-
Memegang keputusan akhir mengenai berita apa yang harus turun dan berita yang tidak boleh disiarkan.
-
Memikirkan cara untuk memperbaiki mutu program dan menjaga peringkat acara (rating) agar tetap baik.
b.
Produser (Abdul Hadi): -
Bertanggung jawab atas seluruh produksi, mulai dari praproduksi (perencanaan), produksi, sampai dengan pascaproduksi.
58
-
Memutuskan berita apa saja yang akan disiarkan, berapa lama durasi suatu berita dapat disiarkan, format berita apa yang akan digunakan, dan lain-lain.
-
Menyusun bagaimana urutan beritanya, apa yang akan ditampilkan pertama dan apa yang akan dikeluarkan terakhir.
-
Bertanggung
jawab
terhadap
anggaran,
biaya
produksi
dan
mengkoordinasi segala hal, termasuk operasi produksi dan tim. c.
Editor (Didi, Tri Sunarwan): -
Bertugas mengedit/menyunting gambar, mengambil gambar yang diperlukan dan membuang gambar yang tidak diperlukan.
-
Bertugas menyeimbangkan antara sound effect, suara asli, suara latar (back sound), dan musik agar tidak terdengar tumpang tindih dan mengganggu (harmonisasi suara).
d.
Reporter dan juru kamera (Bernhard, Eko, Joshua Panggabean, Deblot Ivan Sarmiko): -
Bertugas mencari dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berhubungan dengan berita yang sedang diliput.
-
Melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan berita yang sedang diliput (korban, pelaku, polisi, saksi, dan sebagainya).
-
Bertugas mendapatkan sebanyak mungkin gambar yang dibutuhkan untuk mengilustrasikan berita yang akan disajikan.
59
3.5. Fokus Penelitian Untuk memandu penelitian serta membatasi fokus penelitian menjadi lebih sistematis, garis besar dan pengamatan penelitian adalah bagaimana strategi produksi tayangan FAKTA ANTV periode bulan November–Desember 2006, yaitu meliputi: a. materi produksi b. sarana produksi c. biaya produksi d. organisasi pelaksana produksi e. tahapan pelaksanaan produksi, yaitu: (1)
membuat perencanaan (praproduksi), yang meliputi: 4) penemun ide 5) perencanaan 6) persiapan
(2)
pelaksanaan (produksi), merupakan pelaksanaan dari perencanaan
(3)
proses hasil akhir (pascaproduksi)
3.6. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.47 47
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2004, 178
60
Denzin membedakan empat macam teknik triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.48 Penulis menggunakan teknik triangulasi dengan memanfaatkan penggunaan sumber, yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan: (1)
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
(2)
membandingkan berkaitan.49
48 49
Ibid. Ibid.
hasil
wawancara
dengan
isi
dokumen/data
yang
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Sekilas Sejarah ANTV ANTV hadir membawa cakrawala baru dunia pertelevisian Indonesia.
Berdiri sejak tanggal 1 Januari 1993, ANTV tampil dengan beragam kreasi dan inovasi tayangan televisi yang memikat. Pada mulanya, ANTV adalah stasiun televisi lokal dengan jangkauan siaran hanya di wilayah Lampung dan sekitarnya. Dengan izin siaran lokal tersebut, ANTV mengudara selama lima jam sehari. Pada tanggal 18 Januari 1993, ANTV mendapat izin siaran nasional melalui Keputusan Menteri Penerangan RI No. 04A/1993. Sepuluh hari setelah izin tersebut keluar, ANTV mengudara secara nasional. Studio ANTV yang semula berada di Lampung, kemudian dipindahkan ke Jakarta. Tepat pada tanggal 1 Maret 1993, ANTV untuk pertama kalinya memproduksi program sendiri berupa liputan berita aktual jalannya Sidang Umum DPR/MPR. Saat itu, ANTV berhasil melakukan siaran langsung meliput jalannya kegiatan penting kenegaraan tersebut. Peristiwa istimewa itu yang kini dijadikan sebagai hari jadi ANTV. Dalam perjalanan usahanya, ANTV banyak mengalami perkembangan. Pada tanggal 30 September 2005, ANTV berhasil menjalin kerja sama strategis dengan jaringan televisi dunia STAR TV. Kerja sama ini ditandai dengan masuknya 20% saham STAR TV ke ANTV.
62
Dengan bergabungnya STAR TV, ANTV tampil sebagai salah satu stasiun televisi nasional yang mempunyai jaringan terluas di tingkat dunia. Hingga tahun 2006, ANTV memiliki 22 stasiun relay yang tersebar di beberapa daerah potensial. ANTV mampu menjangkau 154 kota dan dapat dinikmati oleh lebih dari 129 juta pemirsa. Dengan demikian, ANTV menjadi stasiun televisi keempat yang memiliki daya jangkau siaran terluas yang dapat diterima oleh pemirsa Indonesia. Berkat kerja keras seluruh karyawan ANTV yang berpengalaman di dunia penyiaran dan juga sistem menejemen modern, ANTV berhasil meraih beberapa penghargaan tingkat nasional maupun internasional. Di tingkat nasional, ANTV berhasil meraih sejumlah penghargaan dari Panasonic Award, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Award, Festival Sinetron Indonesia (FSI), Museum Rekor Indonesia (MURI), dan lain-lain. Adapun penghargaan tingkat internasional yang pernah diraih ANTV di antaranya tiga penghargaan dari Asian Television Award untuk kategori Best Sport Program dan Best News Program.50
4.1.1. Visi dan Misi ANTV Visi dan misi ANTV adalah menjadi stasiun TV yang berkelas dunia yang dibuat untuk Indonesia, oleh Indonesia, memberikan kepada stakeholder pelayanan terbaik dari segi kualitas, kreativitas dan berbeda dengan stasiun TV lainnya.51
50 51
www.antv.co.id ibid.
63
4.1.2. Filosofi Logo ANTV Logo ANTV merupakan kombinasi dari dua kekuatan yang saling melengkapi, yaitu STAR dengan pengalaman internasionalnya dan ANTV dengan pengetahuan dan keahlian lokalnya. Perpaduan logo STAR dengan kotak channel dan logo ANTV yang sudah ada ke dalam bentuk dan format yang unik. Pancaran yang tebal dan berwarna merah menggambarkan kekuatan dan kepercayaan diri menuju masa depan yang gemilang, yang memperlihatkan ANTV dipersembahkan sebagai kebanggaan Indonesia. Warna putih melambangkan tekad ANTV menjalankan usaha ini berdasarkan azas ketentuan yang berlaku dengan dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran, ketulusan, serta menjunjung tinggi integritas bangsa.52
4.1.3. Organisasi ANTV Jajaran Komisaris Presiden Komisaris: Michelle Guthrie Komisaris: Steve Askew Omar Lutfi Anwar Azkarmin Zaini Nalinkant Rathod Jajaran Direksi: President Director: Anindya N. Bakrie
52
ibid.
64
Director:
Rajan Puri Robertus Bismarka Kurniawan Sukarni Ilyas Daniel G. Resowijoyo
4.1.4. Program ANTV Sejak bulan April 2002, ANTV melebarkan sasaran pemirsa. Semula, target utama program-program ANTV ditujukan untuk anak-anak remaja (teenager), kini ANTV membidik keluarga sebagai target utama pemirsanya, sedangkan target kedua yang dibidik adalah perempuan dan anak.
4.1.5. Stasiun Pemancar
No. Lokasi
Frekuensi
1. Jakarta
47 UHF
2. Bandung
58 UHF
3. Yogyakarta 30 UHF 4. Semarang
26 UHF
5. Surabaya
24 UHF
6. Medan
29 UHF
7. Denpasar
25 UHF
8. Makasar
25 UHF
9. Lampung
30 UHF
65
10. Palembang
26 UHF
11. Malang
44 UHF
12. Madiun
36 UHF
13. Kediri
55 UHF
14. Cirebon
46 UHF
15. Garut
22 UHF
16. Purwokerto 37 UHF 17. Pekan Baru 44 UHF 18. Padang
45 UHF
19. Manado
40 UHF
20. Magetan
36 UHF
21. Banjarmasin 40 UHF 22. Pontianak
41 UHF
Jangkauan siaran ANTV lebih luas lagi karena dapat dinikmati melalui parabola digital melalui jaringan Kabelvision dan Telkomvision.53
4.2.
Tayangan FAKTA ANTV
4.2.1. Jenis Program Berita Indepth atau Condense News yang dirangkum dengan mengambil angle yang berbeda dengan berita harian atau Daily News. Angle atau sudut
53
ibid.
66
pengambilan berdasarkan tingkat dramatisasi sebuah peristiwa maupun unsur pendorong peristiwa itu terjadi (motif). Tayangan yang mempunyai slogan “Mengungkap Realita di Balik Peristiwa” ini termasuk ke dalam berita berkala yang berbentuk berita laporan eksploratif, yaitu uraian mengenai fakta dan/atau pendapat yang diperoleh dengan cara menggali (to explore). Di sini, topik bahasan sudah ditentukan, lalu digali permasalahan yang ada dengan terjun langsung ke lapangan. Menurut Abdul Hadi, selaku Produser FAKTA, secara umum, FAKTA mengambil peristiwa kriminal yang terjadi di sekitar kita, tapi ada 2 hal yang memungkinkan dibuat FAKTA, yaitu: a. Dramatic Criminal Story, yaitu kisah kriminal yang ada unsur dramatisasinya, biasanya berupa latar belakang pelaku maupun korbannya. b. White Colour Crime Story, yaitu kisah kriminal yang dilakukan oleh para pejabat maupun public figure, biasanya kasus-kasus korupsi maupun kejahatan pidana lain yang dilakukan oleh para tokoh.54
4.2.2. Segmentasi Berdasarkan keterangan dari Abdul Hadi, tayangan FAKTA pertama kali hadir di hadapan pemirsa sekitar tahun 1998, berdurasi 30 menit dan terbagi dalam empat segmen. Masing-masing segmen terkait satu dengan lainnya, dan dipastikan juga setiap segmen pasti ada suspens atau daya pikat agar para pemirsa terpaku untuk terus menyaksikan FAKTA. Abdul Hadi menambahkan: Namun pada akhir-akhir ini, berdasarkan durasi yang diberikan oleh Bagian Programming PT Cakrawala Andalas Televisi, FAKTA mendapatkan jatah 54
Wawancara dengan Abdul Hadi, Produser FAKTA.
67
30 menit, yang terbagi dalam tiga segmen, masing-masing segmen tetap dijaga suspensnya agar rangkaian ceritanya tidak terputus.55
Untuk memulai sebuah kisah, FAKTA tidak berpatokan pada bagaimana awal kisah terjadi, kemudian pengusutan dan akhirnya penyelesaian, namun penuturan FAKTA lebih fleksibel, tergantung dimana angle yang akan diangkat. 4.2.3. Rating Rating atau peringkat program merupakan hal yang sangat penting bagi berlangsungnya suatu program televisi. Rating merupakan indikator apakah program tersebut memiliki audiens atau tidak. Abdul Hadi menjelaskan: Selama ini, FAKTA masih memiliki pemirsa yang loyal, hal ini terbukti dari perolehan rating minimal 1,5 atau sekitar 300 ribu pemirsa di seluruh tanah air yang masih setia melihatnya. Belum lagi saat FAKTA mengangkat kisah yang menyangkut public figure maupun tokoh yang cukup terkenal, biasanya FAKTA memperoleh rating yang cukup signifikan antara 2,5 sampai 3,5.56
Namun bila dirunut dari sejarah, FAKTA juga pernah memperoleh rating 13 saat mengangkat kisah manusia Kanibal Sumanto. Dan sejak saat itu, rating FAKTA tetap terjaga di kisaran 6-8, hingga beberapa tahun, sampai akhirnya program sejenis FAKTA hadir di stasiun TV lain (mengekor), dan rating FAKTA pun terbagi.57 Rating FAKTA kembali mengalami peningkatan sekitar bulan November sampai Desember 2006 karena mengangkat kisah kematian Alda Risma. Kisah ini
55
Ibid. ibid. 57 ibid. 56
68
berhasil menarik animo masyarakat karena mengangkat kisah tentang kematian tragis seorang artis.
4.2.4. Cakupan Cakupan yang FAKTA kedepankan adalah cakupan wilayah peliputan, dimana tidak terbatas pada suatu wilayah atau daerah. Cakupan FAKTA lebih pada sebuah kisah apakah layak atau tidak untuk diangkat.
4.2.5. Tujuan Awal dibentuknya FAKTA adalah untuk memberikan sajian berita dalam bentuk yang lain, dan disepakati adanya peliputan lebih mendalam tentang sebuah peristiwa kriminal (kejahatan) yang terjadi dalam sepekan. Pada perkembangannya, FAKTA kemudian berupaya memberikan gambaran yang lebih gamblang tentang peristiwa yang terjadi di sekitar kita.
4.2.6. Kompetitor FAKTA banyak memiliki kompetitor, sejak dianggap sukses oleh stsiun televisi lain, hingga terbentuk program sejenis seperti Derap Hukum di SCTV, Jejak Kasus di Indosiar, Sidik Kasus di TPI, Investigasi di Lativi, Lacak di TransTV, Delik di RCTI, Peristiwa di Trans7, bahkan TV daerah pun ada beberapa yang mengekor, seperti Pojok Perkoro di JTV Surabaya dan Bedah Kasus di RiauTV.
69
Melihat banyaknya kompetitor tentang tayangan sejenis FAKTA, Abdul Hadi menjelaskan bahwa seiring berkembangnya arus informasi dan teknologi saat ini yang digunakan oleh para pengelola TV, FAKTA diupayakan juga menampilkan sesuatu yang baru, entah dari desain produksi maupun penyajian sudut ceritanya.58
4.2.7. Waktu Penayangan FAKTA ditayangkan tiap hari Selasa dan Kamis pkl. 23.00 WIB dengan durasi 30 menit dengan 3 kali break (iklan). Total tayangan (tanpa iklan) adalah 23,5 menit.
4.3.
Hasil Penelitian
4.3.1. Materi Produksi Tayangan FAKTA ANTV Kisah yang dianggap layak diangkat dalam FAKTA harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya: a. Dramatik Hal ini sesuai dengan kriteria dan konsep awal terbentuknya FAKTA. Dramatik juga terbagi dalam beberapa hal, yakni: 1) Plot (alur cerita) harus benar-benar dramatik Awal (motif) — Proses (suspense) — Akhir (solved) 2) Point of view Bisa dari pengakuan tersangka maupun keluarga korban, hal ini bisa dilihat dari peristiwanya. 3) Gambar (video) diupayakan menggunakan gaya sinemative photography, dengan nuansa yang berbeda, dan harus mempunyai urutan, dan penekanan yang menimbulkan suspense atau daya pikat. b. Temuan baru yang eksklusif Hal ini untuk membedakan dengan berita harian dan diupayakan memiliki nilai lebih dengan kompetitor lainnya. 58
ibid.
70
c. Motif Adapun motif terbagi dalam beberapa kategori yang bisa diangakat dalam FAKTA, yakni: 1) Non-insanity (tidak gila) 2) Pelaku tidak psikiatrik: jiwanya tidak sehat/terganggu 3) Pelaku tidak psikologik: jiwanya sehat tapi megalami tekanan dari luar seperti norma. d. Modus Bukan tindakan yang reaktif atau spontan.59 Tidak semua tindakan kriminal yang terjadi bisa diangkat ke dalam FAKTA. Selain itu, kisah yang diangkat juga tidak harus selalu kejadian yang baru saja terjadi, artinya kejadian yang telah lama terjadi pun bisa diangkat kembali jika terdapat fakta atau penemuan-penemuan baru yang menarik yang layak diangkat kembali. Jadi, strategi ANTV dalam menentukan materi produksi tayangan FAKTA adalah kisah yang diangkat harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan dan biasanya ide yang diangkat tersebut berasal oleh produser, meskipun tidak tertutup kemungkinan ide juga berasal dari reporter atau pihak lain, namun keputusan akhir tetap ada di tangan produser.
4.3.2. Sarana Produksi Tayangan FAKTA ANTV Sarana atau peralatan yang digunakan untuk memproduksi tayangan FAKTA, antara lain: a. b. c. d.
59
kamera dan tripod kamera. baterai dan kaset. mikrofon dan tripod mikrofon. lampu dan tripod lampu.
File dari Abdul Hadi, FAKTA ANTV.
71
Peralatan lainnya: e. Personal computer (PC) f. Video Cassette Recorder (VCR) g. Camera Control Unit (CCU) h. Time Base Corrector i. Switcher, Vision Mixer atau disebut juga special effect generator60 Sarana yang diperlukan berhubungan dengan anggaran (budget). Oleh karena itu, agar tidak membengkak anggarannya, reporter dan kameraman yang bertugas ke lapangan hanya membawa peralatan yang benar-benar diperlukan saja. Prinsipnya, semua materi yang diperlukan, baik gambar maupun suara, bisa diperoleh dengan sebaik-baiknya.
4.3.3. Biaya Produksi Tayangan FAKTA ANTV Merencanakan anggaran (budget) merupakan hal yang tidak mudah. Seluruh unsur yang memerlukan biaya harus dihitung, oleh siapa dan dari mana biaya tersebut itu akan dibayarkan. Menurut Abdul Hadi, secara keseluruhan, biaya produksi untuk sebuah tayangan FAKTA mencapai Rp.8.000.000, bahkan kalau di luar kota bisa mencapai Rp.10.000.000. Biaya produksi tersebut mencakup: - biaya akomodasi dan operasional, termasuk di dalamnya biaya untuk hotel dan transportasi - biaya pembuatan ilustrasi, membayar talent (pemain dalam ilustrasi) - biaya tak terduga, seperti uang lobby, dan sebagainya.
Untuk saksi atau korban, biasanya setelah diwawancarai diberi uang sekedarnya (istilah yang umum dipakai, yaitu “uang rokok”).
60
Wawancara dengan kameraman FAKTA.
72
Dengan anggaran tersebut, para crew FAKTA harus bisa memanfaatkan sebaik-baiknya. Dengan kata lain, prinsip pengeluaran yang seminimal mungkin namun harus dapat memberikan hasil yang seoptimal mungkin harus benar-benar dijalankan.
4.3.4. Organisasi Pelaksana Produksi Tayangan FAKTA ANTV Berdasarkan penjelasan dari Abdul Hadi, struktur organisasi dalam proses produksi tayangan FAKTA adalah sebagai berikut.
GM Current Affair (Ivan Haris Prikurnia)
Manager Indepth Reporting
Producer Excecutive (M. Amanullah Hasan)
Produser (Abdul Hadi)
Tim Liputan (Bernhard, Eko, Joshua Panggabean, Deblot Ivan Sarmiko)
Sedangkan untuk bagian pascaproduksi, struktur organisasinya adalah sebagai berikut.
73
Produser (Abdul Hadi)
Editor (Didi, Tri Sunarwan) dan Grafis (Margetty)61
4.3.5. Tahapan Pelaksanaan Produksi Tayangan FAKTA ANTV b. Praproduksi (perencanaan dan persiapan) Berdasarkan wawancara mendalam yang peneliti lakukan dengan Produser FAKTA, Abdul Hadi, dapat dijelaskan bahwa proses praproduksi merupakan tahap awal yang sangat menentukan keberhasilan proses selanjutnya. Hal ini merupakan strategi yang direncanakan dan dijlankan untuk keberhasilan produksi tayangan FAKTA. Tahapan dalam bagian ini adalah: 1) Penemuan ide. Awalnya, ide bisa didapat dari: -
usulan produser excecutive
-
usulan wartawan.
2) Perencanaan: -
mencari data/riset dengan cara menelepon dan wawancara awal sebanyak 2–3 kali kepada narasumber atau pihak yang terlibat/terkait dengan masalah yang akan diangkat
-
mempersiapkan sarana yang diperlukan, termasuk peralatan dan estimasi biaya
61
File dari Abdul Hadi, Produser FAKTA
74
-
menunjuk siapa saja yang bertugas (crew), biasanya dalam suatu peliputan, hanya membutuhkan 3 orang crew, yaitu 1 orang reporter, 1 orang kameraman, dan 1 orang asisten (driver).
3) Persiapan: -
mempersiapkan wawancara
-
membuat skrip wishlist, yaitu daftar rencana yang harus dilakukan ketika berada di lapangan nanti (contoh terlampir)
-
menentukan angle apa yang akan diambil
-
menentukan fokus apa yang akan diangkat. Dengan ide, perencanaan, dan persiapan yang matang, proses selanjutnya,
yaitu produksi dan pascaproduksi akan dapat berjalan dengan lancar.
b. Produksi Dalam tahap ini, semua rencana yang telah disusun dan disepakati bersama dalam tahap praproduksi untuk selanjutnya direalisasikan. Crew yang telah ditunjuk untuk selanjutnya berangkat menuju lokasi peliputan yang sudah ditentukan. Abdul Hadi, selaku Produser FAKTA memberi keterangan bahwa dalam suatu liputan, jika diperlukan atau dalam keadaan mendesak, reporter bisa merangkap sebagai kameraman. Reporter yang meliput berita kriminal perlu mengetahui setting social, artinya liputan berita tidak hanya sekedar menyampaikan fakta-fakta mati yang
75
diperoleh di lapangan melainkan lebih jauh lagi yaitu mengungkapkan suasana sosiologis dari peristiwa yang terjadi.62 Di lapangan, reporter dan crew yang lain harus: -
menjaga nama baik lembaga, baik ketika meliput maupun tidak menjaga sikap kritis membina narasumber memperluas jaringan selalu menonton berita dan membaca berita mengevaluasi hasil liputan tidak melakukan kejahatan jurnalis, seperti kloning, yaitu merekam gambar orang lain dan dikirim ke redaksi atas namanya sendiri) tidak menyalahgunakn kedudukan menjaga kekompakan tim selalu tampil terbaik dengan mengutamahkan kecepatan pengiriman data dan gambar, kelengkpan data, dan kedalaman liputan.63
Reporter jangan hanya mengandalkan keterangan dari polisi saja, jangan sampai terjebak oleh keterangan tersebut. Keterangan polisi hanya dijadikan sebagai informasi dasar, selebihnya reporter mencarinya di lapangan dengan menggali keterangan lebih jauh dari para saksi, tetangga dan pihak-pihak lain yang berkaitan.
Abdul Hadi menjelaskan Biasanya data awal yang didapat dari sumber informasi hanya sedikit sehingga terkadang tidak cukup untuk sebuah berita. Namun, dari sumber yang singkat itu dapat ditelusuri hingga mendapatkan data dan gambar yang lengkap. Misalnya: berawal dari kamar mayat, kemudian dicek ke lapangan, ke keluarga, kantor polisi hingga akhirnya didapat data yang lengkap dan gambarnya pun variatif.
62 63
File Divisi News ANTV ibid.
76
Untuk pendalaman berita, wartawan tidak hanya terbatas pada menulis peristiwa yang sedang atau telah berlangsung ssaja. Wartawan harus melakukan penyelidikan lain, misalnya latar belakang peristiwa tersebut terjadi (dilihat dari sisi psilokogis, sosial dan lain-lain) dari berbagai pihak yang berhubungan. Dengan peliputan yang komprehensif ini, maka liputan akan lebih lengkap dan mendalam sehingga bisa membuat pemirsa mendapatkan nilai lebih dari apa yang sekedar dilihat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meliput peristiwa kriminal yang menimbulkan traumatik: 1. Mengutamakan keselamatan. Tidak ada artinya mengejar berita tapi mengorbankan keselamatan. 2. Perhatian dan peka terhapadap kondisi psikologis sumber berita, jangan sampai mereka merasa terekan. 3. Menghargai sikap korban, jika korban menolahk diwawancarai harus dihormati. Cari cara lain, misalnya dengan mewawancarai tetangga, dokter, dan lain-lain. 4. Memperkenalkan diri dengan jelas. 5. Memberikan pengertian kepada korban. Dalam hal ini korban mungkin khawatir terhadap wartawan jika namanya disebut. Beri pengertian bahwa wartawan dapat merahasiakan nama sumber jika diperlukan untuk melindungi narasumber. 6. Memulai dengan ungkapa simpatik. Misalnya: “Saya ikut prihatin dengan kejadian yang Ibu alami.” 7. Tidak dimulai dengan pertanyaan yang sulit. Mulai dengan pertanyaaan yang ringan, seperti menanyakan kesehatan, kondisi, dan sebagainya. 8. Menghindari pertanyaan mencecar, jangan menginterogasi. 9. Banyak mendengar dan bukan berbicara untuk menggali sedalam mungkin informasi dari narasumber. 10. Berhati-hati menyela pembicaraan. 11. Mengetahui saat mulai dan berhenti 12. Menyampaikan ucapan terima kasih.64
64
ibid.
77
Abdul Hadi juga menambahkan bahwa karena FAKTA merupakan tayangan berita kriminal, maka pada pelaksanaan peliputan di lapangan, yang harus diperhatikan adalah: -
Menggunakan simbol agar tidak terlihat sadis, porno, dan keras. Melakukan penyamaran dengan menggunakan trik pengambilan gambar. Melepaskan testimoni tersangka (dengan kata-kata) Wawancara yang dilakukan harus mendalam (indepth) agar tidak menimbulkan ambiguitas yang bisa menyebabkan pemirsa salah mempersepsikan berita yang dipaparkan.65
Dalam suatu kasus kriminalitas, untuk mengungkapkan kebenaran yang tersembunyi di balik kasus tersebut, dibutuhkan saksi-saksi, baik saksi kunci/utama maupun saksi-saksi tambahan untuk mendukung kebenaran fakta yang diperoleh. Saksi-saksi tersebut bisa: -
pihak-pihak yang dekat dengan korban dan pelaku (keluarga)
-
polisi dan pihak terkait lainnya (Ketua RT/RW, Lurah, dan sebagainya)
-
orang-orang yang berada di sekitar TKP (Tempat Kejadian Perkara), misalnya tetangga.
Kalau ada saksi yang memberikan keterangan atau kesaksian yang berbedabeda, ambil benang merah dari kasus tersebut, serta gunakan alibi waktu dan alibi tempat. Terkadang, peliput bisa dijadikan alat untuk mengaburkan alibi atau mengalihkan alibi polisi. Oleh karena itu, peliput harus berhati-hati dan pandai membawa diri dan sikap agar terlibat ke dalam kasus tersebut.
65
Wawancara dengan Abdul Hadi, Produser FAKTA.
78
Kiat menghadapi narasumber: 1. Memperkenalkan diri dengan sopan. 2. Berpakaian dengan sopan. 3. Hindari “jurnalisme keroyokan” dalam melakukan wawncara. 4. Jika narasumber masih trauma dan menolak wawancara, bersikaplah arif. 5. Bila diperlukan, ajaklah dokter, psikolog untuk menemani wawanara. 6. Hati-hati menggunakan istilah “korban”, “tragedi”, “cobaan”, “ujian hidup”,. Pilih kata-kata yang menenangkan. Dalam tayangan FAKTA, terdapat segmen yang menyajikan ilustrasi kejadian dari kasus yang sedang diangkat. Ilustrasi dari kejadian tersebut harus dibuat
berdasarkan
Berita
Acara
Polisi
(BAP)
agar
bisa
dipertanggungungjawabkan kebenarannya secara hukum. Dalam hal ini, asumsi tidak boleh ditayangkan karena tidak berdasarkan fakta. Dalam membuat ilustrasi ini peliput (crew) bekerjasama dengan polisi. Pembuatan ilustrasi ini harus benarbenar menggambarkan situasi yang terjadi saat kejadian dalam kasus tersebut berlangsung, sehingga ilustrasi ini bisa memberikan gambaran dan menyuarakan yang tidak bersuara (voice of the voiceless). Pemeran dalam ilustrasi ini diusahakan mirip dengan tokoh asli yang terlibat, seperti korban, tersangka, dan saksi. Misalnya, tersangka adalah seorang laki-laki tinggi, kurus, dan berkumis. Orang yang dipilih untuk memerankan tokoh tersangka ini diusahakan adalah orang yang ciri-cirinya mirip dengan tersangka yang sebenarnya.
79
Dalam proses peliputan, reporter harus melakukan wawancara secara mendalam dan mencari fakta sebanyak-banyaknya kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut. Selain itu, kameraman juga harus pandai mencari gambar atau ilustrasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sudut (angle) serta tidak lupa untuk menangkap atmosfer di sekitarnya, bisa berupa suasana maupun suara latar (back sound). Sebuah peristiwa akan dapat bercerita kalau gambar-gambar mendukung cerita itu. Bahkan dengan gambar-gambar yang bagus, lengkap, dan runtut. Orang akan tahu ceritanya meskipun tanpa naskah. Oleh karena itu, sedapat mungkin gambar lengkap sehingga berita yang disampaikan menarik dan mampu bercerita. Biasanya standar gambar umum adalah ada establishing shot, yaitu gambar detail dengan berbagai komposisi dan gambar netral (neutral shot) agar jika diedit urutan gambar itu dapat bercerita dan tidak jumping (loncat-loncat). Ada kalanya pihak penyidik atau pihak berwajib melarang wartawan untuk mengambil gambar tersangka karena berkaitan dengan azaz praduga tak bersalah. Oleh karena itu, wartawan harus pandai mencuri-curi kesempatan agar bisa mengambil gambar, misalnya dengan mencegat di depan ruang sidang, di depan rumahnya, dan sebagainya. Dalam pengambilan dan penayangan gambar, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. 1. Hati-hati dengan lampu kamera, mungkin akan menjadikan narasumber trauma. 2. Hati-hati ketika merekam korban dengan kamera besar. Jika perlu gunakan kamera kecil saja. 3. Tayangkan gambar yang benar-benar mencerminkan berita yang dimaksud, memiliki relasi yang kuat dengan naskah berita.
80
4. Penayangan gambar-gambar luka korban tidak terlalu detail, jangan diclose up. 5. Pilih gambar korban kekerasan yang tidak vulgar. 6. Hindari penayangan yang berulang-ulang. 7. Periksa ketepatan gambar dan akurasi data (caption atau telop).66
Berita yang disampaikan haurs dapat dipahami dengan mudah, ringan, dan menarik. Oleh karena itu, pembuatan naskah berita juga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Pedoman dalam pembuatan naskah berita kriminal: 1. Naskah berita kriminal tetap pada pedoman 5W + 1H Who: Siapa korban, pelaku, saksi What: Apa yang terjadi Why: mengapa hal itu bisa terjadi When: kapan peristiwa itu terjadi, kapan terungkap dan lain-lain. Where: di mana kejadian itu terjadi (TKP) How: bagaimana kejadian itu terjadi (modus operandi, bagaimana terjadinya) 2. Pegang teguh azaz praduga tak bersalah, jika belum terbukti siapa yang bersalah. 3. Menggunkan kata-kata yang netral, mislnya: tersangka pembunuh, tersangka penganiaya, dituduh membunuh, dituduh menganiaya. 4. Hindari bahasa hukum yang rumit, misalnya onrechmatigedaad (perbuatan melawan hukum), vrijpraak (putusan bebas demi hukum). 5. Naskah berita hukum dan kriminal tidak perlu rinci menjelaskan modus operandi maupun bercerita bagaimana kejahatan itu terjadi. Kemukakan garis besarnya saja, apa kesalahan seseorang hingga ia harus ditahan polisi dan meringkuk di penjara. 6. Data harus akurat karena jika tidak wartawan bisa dituduh pembohong dan dihukum karena menyebarkan berita bohong.67
c. Pascaproduksi Berdasarkan keterangan yang peneliti peroleh dari Tri Sunarwan, editor tayangan FAKTA, tahap ini merupakan tahap menggabungkan semua unsur yang dihasilkan dari tahapan produksi. Ada tiga langkah utama, yakni editing off line 66 67
Wawancara dengan Abdul Hadi, Produser FAKTA. File Divisi News ANTV
81
atau editing kasar, editing on line, dan mixing. Produser menentukan gambar mana saja yang diambil dan gambar mana yang dibuang. Menurut keterangan yang diperoleh dari Abdul Hadi, dalam sebuah liputan tidak selamanya memperoleh gambar yang bagus dan banyak (gambarnya monoton). Untuk menanggulangi masalah kekurangan gambar ini, yang biasanya dilakukan adalah: -
preview row material (gambar asli), kemudian dicari gambar yang pas atau gambar yang diambil dari angle yang berbeda, meskipun objek gambarnya sama. foto ketika korban masih hidup, di-super impose dengan barang bukti. suasana di sekitar TKP, di-super impose agar terlihat beda.68
-
FAKTA merupakan tayangan berita yang mengupas kasus kriminal yang notabene banyak menggambarkan adegan kekerasan, sadisme, atau pornografi. Oleh karena itu, untuk menghilangkan kesan tersebut, tahap pascaproduksi memegang peranan penting. Pada saat proses pascaproduksi atau editing ini banyak menggunakan efek blur, misalnya untuk keadaan korban yang parah (kepala hancur, tangan putus), darah yang berceceran, golok yang berlumuran darah, dan sebagainya. Dalam kasus perkosaan, untuk mengambarkan peristiwa saat korban diperkosa (porno) menggunakan simbol, seperti pegangan tangan atau ayunan kaki. Tri Sunarwan menambahkan: Proses selanjutnya dari editing ini adalah mixing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara latar (back sound), dan musik harus terdengar seimbang agar tidak terdengar tumpang tindih dan mengganggu. Back sound 68
Ibid.
82
biasanya menggunakan musik (menggambarkan kecurigaan).
yang
scream
(seram)
dan
suspect
Untuk narasi, bahasa yang digunakan adalah bahasa tutur untuk menceritakan kejadian (story telling). Narasi ini tentu saja dengan menggunakan kaidah 5W + 1H (Who, When, Why, What, Where + How). Narasi ini ada yang didubbing ada juga yang dibacakan oleh presenter. Bagian terakhir dari proses pascaproduksi ini adalah quality control, yaitu preview hasil editing. Hal ini lebih diutamakan pada aspek penampilan atau penyajiannya. Proses ini dilakukan oleh produser. Setelah semua tahap dalam proses pascaproduksi selesai dilakukan, tayangan FAKTA ini siap ditayangkan.
4.4.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan cara wawancara
dengan beberapa sumber yang berkompeten, yaitu Ivan Haris Prikurnia selaku GM Current Affair, Abdul Hadi selaku Produser, Tri Sunarwan selaku editor, dan Bernhard dan Joshua Panggabean selaku reporter dan kameraman, mengumpulkan dokumen-dokumen perusahaan, membaca berbagai literatur dari bermacammacam buku, serta membuka situs-situs internet yang berkaitan, penulis dapat menjelaskan secara terperinci permasalahan yang menjadi objek penelitian dan menerangkan secara keseluruhan strategi produksi tayangan FAKTA ANTV. Tayangan FAKTA merupakan salah satu program acara televisi yang dalam proses pembuatannya membutuhkan lima lima hal pokok, yaitu:
83
a. Materi produksi, yaitu kisah atau kejadian yang layak diangkat ke dalam tayangan FAKTA. Tidak semua kisah atau kejadian kriminal bisa diangkat ke dalam tayangan FAKTA. Ada beberapa kriteria penting yang menjadikan suatu kisah atau kejadian itu layak diangkat, yaitu harus ada unsur dramatik, merupakan temuan baru yang eksklusif, memiliki motif dan modus. Kasus yang diangkat biasanya berasal dari ide produser. b. Sarana produksi, yaitu mencakup peralatan yang diperlukan dalam proses produksi tayangan FAKTA. Pada dasarnya, peralatan yang diperlukan sama dengan peralatan yang dipergunakan untuk memproduksi program-program televisi lain, yaitu kamera, mikrofon, lampu, dan perlengkapannya. Peralatan lain yang juga sangat dibutuhkan adalah Personal computer (PC), Video Cassette Recorder (VCR), Camera Control Unit (CCU), Time Base Corrector, Switcher, Vision Mixer atau disebut juga special effect generator. c. Biaya produksi, yaitu semua biaya yang diperlukan dalam proses produksi tayangan FAKTA. Biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi setiap tayangan berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, seperti lokasi liputan (jauh atau dekat, di pelosok daerah, dan sebagainya), lama liputan (semakin jauh lokasinya, semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan karena membutuhkan waktu yang relatif lebih lama), orang atau tokoh yang diliput (biasanya jika tokoh yang diliput adalah tokoh/orang yang sudah terkenal membutuhkan waktu yang lebih lama karena biasanya sulit untuk menembus/mencari informasi mengenainya dan reporter harus pandai melobi
84
orang-orang di sekitarnya atau pihak-pihak yang berkaitan dengannya sehingga membutuhkan uang ekstra, atau lebih dikenal dengan “uang lobby”. d. Organisasi pelaksana produksi, yaitu mencakup semua orang atau pihak yang terlibat dalam proses produksi tayangan FAKTA. FAKTA merupakan program berita kriminal yang tidak ditayangkan secara langsung (live) sehingga tidak melibatkan banyak orang seperti layaknya program televisi lain yang ditayangkan secara langsung (live), seperti floor director, programme director, dan lain-lain. e. Tahapan pelaksanaan produksi, yaitu: 1) Praproduksi, meliputi penemuan ide atau gagasan (bisa berasal dari usulan producer executive atau wartawan, perencanaan (pencarian data awal, mempersiapkan sarana dan biaya yang diperlukan, dan menunjuk crew yang akan ditugaskan), dan persiapan (mempersiapkan daftar wawancara dan wishlist). 2) Produksi, merupakan pelaksanaan atau perealisasian dari semua rencana yang telah disusun dan disepakati dalam tahap praproduksi (melakukan liputan ke lapangan, mencari data dan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber yang berkompeten, shooting/merekam gambar sebanyakbanyaknya dari berbagai angle, membuat ilustrasi adegan). Dalam proses ini crew yang bertugas harus pandai bersikap dan menjaga keselamatan diri, terutama di daerah yang rawan. 3) Pascaproduksi, merupakan tahap akhir dari proses produksi yang meliputi editing, baik editing offline maupun editing online, mixing, preview hasil
85
editing (quality control) sehingga FAKTA siap ditayangkan. Karena FAKTA merupakan program berita kriminal, maka editor harus mengetahui
aturan-aturan
yang
berlaku,
seperti
jangan
terlalu
memperlihatkan atau mengekspos adegan/gambar yang terlihat sadis, berdarah-darah, luka parah, dan sebagainya. Editor harus pandai menggunakan
efek-efek,
seperti
blur/buram,
untuk
menyamarkan
gambar/adegan sadis terebut. Dari semua tahapan tersebut dapat dilihat bahwa tayangan FAKTA diproduksi secara terencana dengan melalui persiapan yang matang serta tahapantahapan yang sesuai dengan alur proses produksi suatu program televisi. Dalam peliputan suatu berita atau kasus kriminal, reporter dan crew di lapangan banyak menemui masalah, namun selama ini reporter dan crew bisa mengatasi masalah-masalah yang timbul dengan baik dan tetap menjaga kekompakan dalam tim.
86
BAB V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan Tayangan FAKTA yang ditayangkan ANTV merupakan program berita news
feature (berita kisah) tentang berita hukum dan kriminal yang dikemas dalam bentuk story telling (bercerita) yang penayangannya secara berkala sehingga penyajiannya tidak terikat waktu (timeless) dan disajikan secara mendalam (indepth news). Tayangan yang mempunyai slogan “Mengungkap Realita di Balik Peristiwa” ini merupakan program acara yang berisikan pengungkapan suatu kasus kejahatan kriminalitas yang terjadi di Indonesia dan berdurasi 30 menit. Tayangan ini menyajikan ilustrasi dari kejadian kriminalitas yang mempunyai tujuan agar penonton yang menyaksikan acara ini dapat mengetahui apa dan bagaimana tindak kejahatan tersebut terjadi. Proses produksi tayangan FAKTA ini memenuhi lima hal penting. Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, didapatkan hasil bahwa kelima hal yang dilakukan untuk memproduksi tayangan FAKTA pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang berarti dengan kelima hal yang digambarkan oleh Fred Wibowo dalam buku Dasar-Dasar Produksi Program Televisi yang diterbitkan oleh PT Grasindo tahun 1997.
87
Kelima hal tersebut adalah materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi yang terbagi dalam tiga tahap, yaitu praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Materi produksi merupakan kisah atau kejadian yang layak diangkat yang harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu kisah yang dramatik, temuan baru yang eksklusif, memiliki motif dan modus. Sarana produksi merupakan semua peralatan yang diperlukan dalam proses produksi, meliputi kamera dan tripod kamera, baterai dan kaset, mikrofon dan tripod mikrofon, lampu dan tripod lampu, Personal Computer (PC), Video Cassette Recorder (VCR), Camera Control Unit (CCU), Time Base Corrector, Switcher, Vision Mixer atau disebut juga special effect generator. Biaya produksi merupakan semua biaya yang diperlukan dalam proses produksi. Biaya-biaya ini mencakup biaya akomodasi dan operasional, biaya pembuatan ilustrasi (membayar pemain/talent dalam ilustrasi), biaya tak terduga (uang lobby), dan sebagainya. Organisasi pelaksana produksi merupakan semua orang atau pihak yang terlibat dalam proses produksi. Dalam proses produksi tayangan FAKTA, pihak yang terlibat adalah GM Current Affair, Manager Indepth Reporting, Producer Executive, Producer, tim liputan (reporter dan kameraman), editor, dan graphis. Tahapan pelaksanaan produksi, yaitu praproduksi meliputi penemuan ide atau gagasan, perencanaan, dan persiapan; produksi merupakan pelaksanaan atau perealisasian dari semua rencana yang telah disusun dan disepakati dalam tahap praproduksi; dan pascaproduksi merupakan tahap akhir dari proses produksi yang
88
meliputi editing, baik editing offline maupun editing online, mixing, preview hasil editing (quality control).
5.2.
Saran Tayangan FAKTA bisa menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari para
pemirsanya. Persepsi pertama, tayangan seperti ini bisa mengajari orang bagaimana tindak kejahatan itu terjadi, sehingga orang bisa mencontoh tindak kejahatan yang sama melalui ilustrasi yang ditampilkan. Persepsi kedua, orang justru menganggap tayangan seperti ini bisa memberi pelajaran bagaimana seharusnya bertindak jika suatu saat mungkin menghadapi kejadian serupa sehingga membuat orang menjadi lebih waspada. Oleh sebab itu, hendaknya dalam menampilkan gambar jangan terlalu sadis. Pergunakan simbol-simbol atau efek suara dalam pembuatan ilustrasi. Misalnya ilustrasi tentang pemukulan pelaku terhadap korban, gunakan efek suara yang seram dan gambar tembok atau batu untuk menggambarkannya, jangan menggambarkan orang yang sedang memukul, walaupun hanya berupa bayangannya karena hal ini bisa mengajari orang bagaimana cara memukul korban. Jangan terlalu mengekspose korban. Sebaiknya memakai banyak efek, seperti blur, sehingga gambar yang ditampilkan tidak terlihat jelas, atau menghilangkan gambar-gambar terutama bagian gambar yang menampilkan korban dengan tubuh atau bagian tubuh yang terluka parah atau bahkan hancur. Terkadang efek blur yang ditampilkan terlambat penggunaannya, misalnya gambar yang sudah ditampilkan adalah gambar korban yang berdarah-darah,
89
kemudian selang beberapa detik baru ditutup dengan efek blur sehingga pemirsa sudah
terlanjur
melihat
gambar
korban
yang
sesungguhnya.
Untuk
menggambarkan korban cukup dengan gambar/foto sewaktu korban masih hidup karena di bagian narasi sudah diceritakan semuanya. Tonjolkan bagian efek buruk yang terjadi pada pelaku, misalnya tertembak aparat, dihukum seumur hidup atau bahkan hukuman mati. Jangan sampai menimbulkan/memancing ide orang lain untuk berbuat kriminal yang sama sehingga bisa menimbulkan efek jera bagi orang-orang yang ingin/berniat melakukan hal yang serupa. Membuat suatu berita, khususnya berita kriminal tidaklah mudah. Oleh karena itu, para pembuat program televisi semacam ini harus jeli dan berhati-hati, jangan sampai menimbulkan hal-hal yang justru bisa membuat resah dan merugikan masyarakat luas.
90
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ardianto, Elvinaro, dan Lukita Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit Simbiosa Rekatama Media. 2004 Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Penerbit Simbiosa Rekatama Media. 2006 Dirgantoro, Crown. Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta: PT Grasindo. 2001 Fathoni, H. Abdurrahmat. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 2006 Hofmann, Ruedi. Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi. Jakarta: PT Grasindo. 1999 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta: PT. Balai Pustaka. 2001 Kountur, Ronny. Metode Penelitian: untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Penerbit PPM. 2003 Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis & Riset Komunikasi. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group. 2006 Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 1996 McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa. Erlangga, 1996
Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit
Moleong, Lexy J.. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. 2004 Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. 2004 _____. Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Penerbit Ramdina Prakarsa. 2005 Muda, Deddy Iskandar. Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter Profesional. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. 2003
91
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2003 Naratama. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: PT Grasindo. 2004 Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. 1995 _____. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Rosdakarya. 2003
Bandung: Penerbit PT Remaja
Romli, Asep Syamsul M.. Broadcast Journalism. Jakarta: Penerbit Nuansa. 2004 Sendjaja, S. Djuarsa. Teori Komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 2003 Setiati, Eni. Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2005 Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Penerbit Kalam Indonesia. 2005 Wahyudi, J.B.. Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta: Penerbit PT Pustaka Utama Grafiti. 1996 _____. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. 1994 Wibowo, Fred. Dasar-Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta: PT Grasindo. 1997 Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT Grasindo. 2000
2. Situs Internet www.antv.co.id www.kompas.co.id www.pikiran-rakyat.com www.republika.co.id www.waspada.co.id
92
3. Lain-Lain Al-Banjary, Saefurrahman. “Modul Kuliah Dasar-Dasar Produksi Televisi”. Jakarta: Universitas Mercu Buana. Company Profile ANTV File Divisi News ANTV Majalah CAKRAM. Edisi Juni 2005
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 CONTOH WISHLIST FAKTA
Kasus
: Membunuh karena dimaki korban
Lokasi
: Pangalengan, Bandung
Edisi
: Selasa 14 November 2006
Tim
: Sobari/Monjai
Story line Mira (4 thn) kali ini menjadi korban kekerasan dan pembunuhan. Anak dari pasangan Uyat (30 th) dan Uyun (25 th) ditemukan telah terkubur di belakang rumah Tardi yang jaraknya hanya 30 meter dari rumah korban. Dan ironisnya orang yang pertama menunjukkan tempat itu justru si pembunuh balita. DR (20 th) adalah tetangga korban. DR tega menghabisi nyawa Mira (5/6), hanya karena marah dimaki dengan kata-kata kasar oleh korban.
FOKUS
:
PEMBUNUHAN MIRA OLEH DR
ANGLE
:
Benarkah Mira dibunuh hanya karena dimaki?
SHOT LIST
:
A. Sync/Wawancara (jangan lupa untuk setiap sync/wawancara, buat juga sequential shot kegiatan narasumber, supaya dia tidak ujug-ujug muncul):
A.1. Polisi: - Apakah pembunuhan terhadap Mira hanya karena tersangka marah dimaki dengan kata-kata kasar oleh korban? Minta keterangan secara kronologis? -
Apa kunci pengungkapa kasus.
-
Benar nggak Mira diperkosa dulu baru dibunuh
-
Apakah ada kemungkinan motif lain dari pembunuhan yang dilakukan DR? Karena saat diperiksa petugas, tersangka seperti mengalami gangguan jiwa.
-
Apa pekerjaan DR selama ini?
-
Kembangkan.
A.2. Orang tuan korban. - Minta diceritakan bagaimana Mira kesehariannya. - Apa benar Mira sering mengucapkan kata-kata kotor? Kalau memang sering, kata-kata seperti apa yang diucapkannya? Sejak kapan Mira punya kebiasaan memaki? - Minta diceritakan dari awal, hilang smpai ditemukannya mayat Mira? - Mira kenal dekat nggak dengan tersangka? - Percaya nggak Mira yang masih balita dibunuh hanya karena memaki? Atau adakah dendam lain tersangka terhadap keluarga Anda? - Kembangkan.
A.3. Tersangka DR: - Minta cerita bagaimana peristiwanya. - Sudah berapa lama Anda kenal dengan keluarga Mira? Bagaimana hubungannya? - Apa yang membuat DR tega membunuh Mira? - Mira kan balita, makian yang diucapkannya seperti apa sehingga membuat Anda marah? - Saat itu Mira sedang ngapain, bagaimana caranya Anda membawa Mira untuk Anda bunuh, apakah Anda membujuknya atau memaksanya? - Bagaimana kronologi perencanaan pembunuhan hingga eksekusi? - Apa maksud Anda berlakon sebagai orang pertama yang menemukan mayat Mira? - Apa yang dirasakan sekarang? - Kembangkan.
A.4. Tetangga: - Bagaimana Mira kesehariannya? - Bagaimana juga keseharian DR? - Kembangkan.
A.5. Teman DR: - Bagaimana keseharian DR?
A.6. Saksi (Tardi): - Tentang tersangka yang ikut mencari. - Tentang tersangka yang menunjukkan gundukan.
A.7. Orang tua DR: - Minta diceritakan bagaimana DR sehari-hari? - Sebelumnya apakah DR ada memperlihatkan tingkah laku yang tidak biasa? - Seberapa dekat hubungan DR dengan keluarga Mira? - Apakah Anda kenal dengan keluarga Mira? Bagaimana Anda melihat hubungan DR dengan keluarga Mira? - Kembangkan.
B. Main shot/Establishing Shots: B.1. Polsek Soreang/Polres Bandung (EXT & INT). B.2. Suasana rumah tahanan tempat DR (EXT & INT). B.3. Rumah Mira (EXT & INT). B.4. Rumah DR (EXT & INT). B.5. Suasana lingkungan tempat tinggal mereka. B.6. Lokasi tempat mayat Mira dikubur. B.7. Foto-foto korban dari bayi sampai sebelum dibunuh, mainan yang biasa dia gunakan, kamarnya juga. B.8. Barang bukti. B.9. Detail mimik dan gerak-gerik tersangka.
C. Cutaways: C.1. Matahari sore dengan awan (time lapse). C.2. Landmark kota Bandung. C.3. Landmark Soreang. C.4. Burung bergerombol tiba-tiba terbang. C.5. Pohon dibalik cahaya matahari. C.6. Depth of field antar pohon.
D. Set up shots (Re-enactment): D.1. Seq shots kehidupan/aktivitas keluarga Mira. D.2. Seq shots keseharian DR di rumah dan aktivitas dengan temantemannnya. D.3. Seq shots Mira bermain dengan teman-temannnya (bikin lebih dari 1 ilustrasi). D.4. Seq shots Mira melihat DR (bikin lebih dari 1 ilustrasi). D.5. Seq shots DR menghampiri lalu dimaki Mira (bikin lebih dari 1 ilustrasi). D.6. Seq shots DR kesal dan marah-marah (bikin lebih dari 1 ilustrasi). D.7. Seq shots DR pulang (bikin lebih dari 1 ilustrasi). D.8. Seq shots DR merenung (bikin lebih dari 1 ilustrasi). D.9. Seq shots DR mempersiapkan tali di rumah. D.10. Seq shots DR mengajah main Mira. D.11. DR menghabidi nyawa Mira, dan menguburnya di belakang rumah Tardi, tetangganya. D.12. Seq shots DR pulang ke rumah setelah mengubur korban. D.13. Seq shots Mira hilang dicari oleh ibu bapaknya, kemudian tetangga ikut membantu, diumumkan melalui pengeras suara masjid. D.14. Seq shots DR ikut mencari Mira. D.15. Seq shotsDR mengajak 2 orang untuk menunjukkan gundukan tanah yang mencurigakan. D.16. Seq shots DR ditanya perihal dia yang pertama menemukan mayat Mira, lanagsung di BAP.
E. Footages: - Penemuan mayat (dok. Polres).
F. Gfx: - Judul - Peta pulau Jawa disolve to Jawa Barat disolve to Kecamatan Soreang. - Peta lokasi penguburan korban dengan rumah korban.
ALTERNATIF ALUR SEGMENTASI (Sangat tergantung kondisi peristiwa sebenarnya) Segment Satu Cerita dimulai dari ilustrasi keluarga Mira yang mencari korban karena tidak pulang bermain. Kemudian dilanjutkan opencarian warga, pengumuman melalui pengeras suara di masjid, tersangka ikut mencari dan menunjukkan gundukan tanah di belakang rumah Tardi. Kemudian disambung dengan cerita tentang korban dan keluarganya.
Segment Dua Uraian mengenai tersangka, latar belakang kekesalan tersangka terhadap korban, hingga penjeratan.
Segment Tiga Uraian mengenai tewasnya korban hingga penguburan jasad korban. Disambung dengan uraian mengenai keluarga tersangka, tanggapan warga dan tetangga tentang pembunuhan yang dilakukan tersangka dan sosok tersangka selama ini.
LAMPIRAN 2 CONTOH SEGMENTASI FAKTA
FAKTA, 19 DESEMBER 2006 JUDUL : BAYI ARAB DALAM LEMARI PUKUL : 23.00
Penjelasan: Kisah seorang perempuan yang terpaksa menjadi TKW di Arab Saudi karena kebutuhan ekonomi yang mendesak. Ia diperkosa oleh anak majikannya sampai beberapa kali hingga akhirnya ia hamil, namun karena kontrak kerja yang sudah habis (2 tahun), akhirnya ia dipulangkan kembali di Indonesia. Tak seorang pun yang tahu tentng kehamilannya, karena ia menyembunyikan rapat-rapat, bahkan dari suaminya sendiri. Tidak lama setelah pulang ke Indonesia, ia melahirkan. Bayi tak berdosa itu dibekap dengan selumut sampai meninggal dan, karena ketakutan, ia menyimpan mayar bayi itu di dalam lemari. Setelah beberapa hari, kaena lama-kelamaan suaminya curiga, ia menyuruh anaknya yang sedang bermain-main dengan kswan-kawannya, untuk membuang mayat bayi yang dibungkus kain dan koran ke tempat sampah. Ananknya membuangnya ke tempat sampah yang kebetulan ada tidak jauh dari rumanya. Namun, seorang pemulung tanpa sengaja menemukan bungkusan yang mencurigakan, yang ternyata isisnya mayat bayi, dan melaporknnya ke pihak yang berwajib. Dan pada akhirnya polisi berhasil mengungkap peristiwa tersebut dengan menangkap peempuna tersebut.
SEGMEN I: 1. Opening, presenter stand up membacakan narasi. 2. Gambar asli (bukan ilustrasi) dan suara presenter (narasi) 3. Wawancara/keterangan dari pihak yang berwajib (polisi)
4. Closing segmen I, presenter stand up 5. Cuplikan gambar untuk segmen II. 6. Commercial break (iklan)
SEGMEN II: 1. Gambar dan ilustrasi musik (back sound), tanpa narasi. 2. Opening segmen II, presenter stand-up. 3. Ilustasi kejadian + narasi presenter + musik (back sound) 4. Wawancara/penjelasan saksi (suami pelaku). 5. Ilustrasi + narasi presenter + musik (back sound) 6. Wawancara pelaku. 7. Ilustrasi + narasi presenter + musik (back sound) 8. Closing segmen III, presenter stand-up 9. Cuplikan gambar untuk segmen III. 10. Commercial break (iklan)
SEGMEN III: 1. Gambar dan ilustrasi musik (back sound), tanpa narasi. 2. Opening segmen III, presenter stand-up. 3. Ilustrasi + narasi presenter + musik (back sound) 4. Wawancara pelaku. 5. Wawancara saksi (suami pelaku) 6. Ilustrasi + narasi presenter + musik (back sound) 7. Wawancara pelaku. 8. Ilustrasi + narasi presenter + musik (back sound) 9. Stand-up reporter (Bernhard Pasaribu) di TKP 10. Ilustrasi + narasi presenter + musik (back sound) 11. Wawancara anak pelaku. 12. Wawancara polisi. 13. Gambar + narasi presenter + musik (back sound) 14. Wawancara suami pelaku dan polisi.
15. Gambar pelaku di giring ke kantor polisi 16. Closing, stand-up presenter, menyampaikan kesimpulan.
LAMPIRAN 3 DAFTAR PERTANYAAN
1. Untuk Produser: a. Bagaimana FAKTA terbentuk (sejarah FAKTA)? b. Kapan FAKTA ditayangkan? c. Dari pertama tayang sampai sekarang, FAKTA telah mengalami bebrapa perubahan jam tayang, mengapa? d. Tema seperti apa yang diangkat dalam FAKTA? e. Apa dampak tayangan FAKTA, mengingat FAKTA adalah tanyangan berita kriminal? f. Siapa saja crew/kerabat kerja yang terlibat dalam proses produksi tayangan FAKTA? g. Ide/tema berasal dari mana saja? h. Bagaimana proses produksi tayangan FAKTA, dari pra, pro, sampai pasca?
2. Untuk Reporter: a. Bagaimana proses awal sebelum melakukan liputan? b. Bagaimana teknis peliputan? c. Seperti apa wawancara yang dilakukan? d. Selain wawancara, materi apa yang diperlukan? e. Bagaimana jika materi yang ada sangat terbatas? f. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk meliput satu kasus?
3. Untuk Kameraman: a. Apa saja alat-alat yang diperlukan? b. Bagaimana setting saat pengambilan gambar? c. Kendala apa saja yang ditemui? Dan bagaimana menanggulanginya? d. Gambar/ilustrasi apa saja yang diperlukan dalam satu kasus?
4. Untuk Editor: a. Apa saja alat-alat yang diperlukan? b. Bagaimana proses editing selengkapnya? c. Berapa lama waktu yang diperlukan untukmengedit satu episode? d. Selain gambar-gambar hasil liputan, apalagi yang diperlukan dalam proses ini (musik dll.)? e. Apa saja kendala yang ditemui? Dan bagaimana menyelesaikannya?
DATA PRIBADI
Nama
:
Sri Nilamirasari Abdinegari
Tempat/tanggal lahir
:
Jakarta/18 April 1979
Agama
:
Islam
Alamat
:
Jl. Kramat Kwitang IF No. 30 Jakarta Pusat 10420
Telepon
:
0812 9691062 / (021) 98772413
Pendidikan: SD Negeri Pacekulon II, Jawa Timur (1984-1990) SMP Negeri Pace, Jawa Timur (1990-1993) SMA Negeri 2 Nganjuk, Jawa Timur (1993-1996) Diploma III — Politeknik Universitas Indonesia, Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan, Program Studi Penerbitan (1997-2000) Strata I — Universitas Mercu Buana, Fakultas Ilmu Komunikasi, Program Studi Broadcasting (2004-2007)
Pengalaman Kerja: Penerbit Buku Kedokteran EGC, Bagian Sensor Naskah (2001-sekarang) PT. Pustaka Binaman Pressindo (Penerbit PPM), Freelance Proofreader (2001-sekarang) PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, Freelance Editor (2007)