KECENDERUNGAN NILAI & ETIKA JURNALISTIK PADA TAYANGAN INFOTAINMENT KROSCEK DI TRANS TV PERIODE JUNI 2006 SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Komunikasi Disusun Oleh
NAMA
:
TRIA AMELIA AGUSTINA
NIM
:
4410412 – 012
JURUSAN
:
BROADCASTING
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2006
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
:
Tria Amelia Agustina
NIM
:
4410412-012
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
:
Broadcasting
Judul Skripsi
:
KECENDERUNGAN NILAI & ETIKA JURNALISTIK PADA TAYANGAN INFOTAINMENT KROSCEK DI TRANS TV PERIODE JUNI 2006
Jakarta, 9 Desember 2006
Mengetahui,
1.Ketua Sidang Ponco Budi Sulistyo, M.Comm
(…………………………...……)
2.Penguji Ahli Feni Fasta, M.Si
(……………………………...…)
3.Pembimbing Heri Budianto, S.Sos, M.Si
(…………………………..…….)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
:
Tria Amelia Agustina
NIM
:
4410412-012
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
:
Broadcasting
Judul Skripsi
:
KECENDERUNGAN NILAI & ETIKA JURNALISTIK PADA TAYANGAN INFOTAINMENT KROSCEK DI TRANS TV PERIODE JUNI 2006
Jakarta, 9 Desember 2006
Disetujui dan diterima oleh:
Dosen Pembimbing Skripsi
(Heri Budianto, S.Sos, M.Si)
Mengetahui,
Dekan Fikom UMB
(Dra. Diah Wardhani., M.Si)
Ketua Bidang Broadcasting
(Drs. Riswandi., M.Si)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
Tria Amelia Agustina (4410412-012) Kecenderungan Nilai & Etika Jurnalistik Pada Tayangan Infotainment Kroscek di Trans TV Periode Juni 2006 Bibliografi .16 buku + 63; 8 lampiran (1989 – 2006)
ABSTRAKSI Tayangan infotainment saat ini sudah menjadi bisnis tayangan hiburan yang semakin menggiurkan. Biaya produksi tayangan infotainment yang rendah, membawa pihak stasiun televisi untuk memproduksinya lebih banyak lagi. Trend yang muncul saat ini di stasiun televisi adalah tayangan infotainment ditayangkan tiga kali dalam satu hari dengan nama yang sama (Insert Pagi, Insert Siang dan Insert Sore). Budaya `gosip` yang sudah menjadi keseharian masyarakat dimunculkan dalam bentuk tayangan berdurasi 30 menit. Jika selama ini tayangan infotainment belum dianggap sebagai kerja jurnalistik maka terjawab dengan masuknya infotainment dalam organisasi kewartawanan yakni PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) pada tanggal 9 Februari 2005. Terlepas dari itu semua, Penulis ingin mengetahui lebih lanjut apakah tayangan infotainment Kroscek khususnya, memiliki nilai berita dan mematuhi etika jurnalistik. Tayangan Kroscek yang dijadikan penelitian oleh Penulis adalah tayangan infotainment pertama yang dilakukan secara stripping dan mampu bertahan hingga memasuki masa empat tahun keberadaannya. Kerangka pemikiran dibangun mulai dari komunikasi, komunikasi massa, televisi sebagai saluran komunikasi massa, nilai jurnalistik, etika jurnalistik dan infotainment. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif melalui pendekatan secara kuantitatif Penelitian lebih menyoroti kecenderungan nilai berita dan etika jurnalistik dengan mengumpulkan materi tayangan (berupa VCD). Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis isi dimana peneliti menganalisis materi penelitian secara audio dan visual. Hasil penelitian yang dilakukan Penulis memperoleh kesimpulan bahwa Kroscek memiliki nilai berita dan mematuhi Kode Etik Jurnalistik dalam penayangan. Kroscek cenderung mengarah pada nilai ketenaran sebagai kekuatan nilai berita. Nilai ketenaran dalam tayangan Kroscek adalah narasumber yang berasal dari kalangan artis dan selebritis. Hal ini berkaitan dengan perkembangan tayangan infotainment di Indonesia yang tidak lagi mengarah hanya pada informasi dan hiburan secara umum namun lebih difokuskan pada informasi dan hiburan mengenai selebritis.
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyusun serta menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kecenderungan Nilai & Etika Jurnalistik Pada Tayangan Infotainment Kroscek di Trans TV Periode Juni 2006”. Hambatan dan rintangan yang datang seakan terhapus dari diri penulis dengan terselesaikannya skripsi ini. Dorongan spirit dari orang-orang tercinta membuat penulis berusaha untuk memberikan yang terbaik. Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca guna kesempurnaan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu dan selalu mendukung penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun pihak-pihak tersebut antara lain: 1. Heri Budianto, S.Sos, M.Si, dosen pembimbing penulis, yang telah meluangkan banyak waktu dan memberikan banyak masukan serta kesabaran dalam penyusunan skripsi ini. 2. Drs.Riswandi.,M.Si, Kabid Broadcasting. 3. Dra. Diah Wardhani.,M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi. 4. IR. Yenon Orsa.,MT, Direktur Program PKSM. 5. Ponco Budi Sulistyo, M. Comm selaku Ketua Sidang dan Feni Fasta, M.Si selaku Penguji Ahli. 6. Bapak H. Sayid Iskandarsyah, Produser Pelaksana Kroscek yang bersedia diwawancara oleh anak buahnya sendiri. 7. Syarifudin Z.N., S.Sos, rekan seperjuangan infotainment. 8. Bung Lintar, “Komandan” Victor, Mas Trisno serta rekan Kroscek lainnya yang bantu melancarkan penelitian ini. 9. Mbak Fany Rahmasari, rekan-rekan Bintang Media Sariusaha yang sudah bantu penulis jadi tim yang solid.
10. Teman-teman infotainment, tabloid, cyber media yang sudah kasih pengalaman jadi tukang `gosip` yang baik dan berguna. 11. Teman-teman Broadcasting angkatan-VI, Om Jo, Papi Steve, Koja, Tante Nuyuy yang selalu siap sedia di milis, Eva `Sanders`, Cut Ika `Subono`, Rini (yang sibuk melaut), Vicky (kapan nih manggung?), Gunawan, Amar, Eric (tetap semangat,nak!), Januar (ditunggu janurnya) serta rekan-rekan senior yang sudah nyolong start duluan, Yakun & Delly. Makasih untuk kebersamaan dan pertemanan selama ini. 12. Mas Gondrong yang sudah membuka jalan lebar untuk penulis bisa melakukan penelitian ini. Makasih atas kesempatan, kebersamaan, pertemanan dan wawasan berharga yang sudah diberikan (privat kamera lagi dong, hehe). 13. My Geboy yang selalu kasih doa dan semangat dihari-hari penulis (Cayo!). 14. Keluarga dan orangtuaku, Endang Darman Usman & Ai Yati Supriyati, Aa & Mbak Rina and also little sis, Adhe yang masih little… Love You all!
Jakarta, November 2006
Penulis
DAFTAR ISI Hal. Halaman Judul Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan Abstraksi Kata Pengantar Daftar Isi
i ii iii iv v vii
BAB. I 1.1 1.2 1.3 1.4 1.4.1 1.4.2
PENDAHULUAN……………………………………………. Latar Belakang Masalah…………………………………..…. Rumusan Masalah…………………………………………..... Tujuan Penelitian………………………………………….…. Signifikansi Penelitian……………………………….………. Signifikansi Akademis……………………………………….. Signifikansi Praktis…………………………………………...
1 1 8 8 9 9 9
BAB. II 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6
KERANGKA PEMIKIRAN…………………………….… Komunikasi…………………………………………………... Komunikasi Massa…………………………………………… Televisi sebagai Saluran Komunikasi Massa…………….…... Nilai Jurnalistik………………………………………………. Etika Jurnalistik...………………………………………….…. Infotainment……………..……………………………….……
10 10 12 15 16 22 24
BAB. III 3.1 3.2 3.3 3.3.1 3.3.2 3.4 3.5 3.5.1 3.5.2 3.6 3.7 3.7.1 3.7.2 3.8 3.9
METODOLOGI PENELITIAN………………………….. Tipe & Sifat Penelitian……………………………………..… Metode Penelitian…………………………………………..… Populasi & Teknik Penarikan Sampel………...………............ Populasi………..……………………………………………… Teknik Penarikan Sampel…..………………………………… Unit Analisis.............................................................................. Teknik Pengumpulan Data……………………………........... Data Primer................................................................................ Data Sekunder............................................................................ Definisi Kategori........................................................................ Operasionalisasi Kategori.......................................................... Kecenderungan Nilai Jurnalistik................................................ Kecenderungan Etika Jurnalistik............................................... Uji Reliabilitas........................................................................... Teknik Analisis Data…………....………………………..........
28 28 29 30 30 31 34 34 35 35 36 36 36 38 41 44
BAB. lV
HASIL PENELITIAN............................................................
46
4.1. 4.1.1 4.2 4.2.1 4.2.2 4.2.3 4.2.4 4.3 4.3.1 4.3.2 BAB. V 5.1 5.2
Subyek Penelitian...................................................................... Sejarah Singkat Tayangan Kroscek........................................... Hasil Penelitian.......................................................................... Topik Pemberitaan Berdasarkan Nilai Berita............................ Topik Pemberitaan Berdasarkan Nilai Positif & Negatif.......... Topik Pemberitaan Berdasarkan Etika Jurnalistik..................... Topik Pemberitaan Berdasarkan Kualitas Berita....................... Pembahasan................................................................................ Nilai Berita................................................................................. Etika Jurnalistik..........................................................................
46 46 47 47 50 53 57 61 61 63
PENUTUP................................................................................. Kesimpulan................................................................................ Saran.......................................................................................... Daftar Pustaka............................................................................ Daftar Tabel............................................................................... Daftar Lampiran.........................................................................
65 65 66 ix xi xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Jenis Media dan Sifatnya
hal : 14
2. Tabel 2. Materi Sampel Penelitian Tayangan Kroscek Periode Juni 2006
hal : 33
3. Tabel 3. Frekuensi Berdasarkan Nilai Berita
hal : 47
4. Tabel 4. Frekuensi Berdasarkan Nilai Berita Positif & Negatif
hal : 51
5. Tabel 5. Frekuensi Berdasarkan Etika Jurnalistik
hal : 53
6. Tabel 6. Frekuensi Berdasarkan Kualitas Berita
hal : 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Kode Etik Jurnalistik
Lampiran 2.
Struktur Organisasi PT. Bintang Mas Mediautama (BMM)
Lampiran 3.
Struktur Organisasi Tayangan Kroscek
Lampiran 4.
Flow of News Tayangan Kroscek
Lampiran 5.
Competitive Programming Map, Minggu 2-4 Juni 2006
Lampiran 6.
Hasil Wawancara
Lampiran 7.
Tabel Uji Kategori
Lampiran 8.
Hasil Uji Kategori
Lampiran 9.
Data Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi, dalam konteks publik secara lokal, nasional, regional dan global atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal, non verbal, langsung dan tidak langsung. Kata atau istilah komunikasi dalam bahasa Inggris adalah “Communication” berasal dari bahasa Latin “Communicatus” yang artinya “Berbagi” atau “Menjadi milik bersama.” Komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa) menunjuk suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Dalam Websters New Collegiate Dictionary edisi 1997, komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku. Komunikasi diartikan pula sebagai suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan/ atau lebih dengan tujuan tertentu. 1 Komunikasi massa diartikan suatu proses penyampaian informasi atau pesanpesan yang ditujukan kepada khalayak massa dengan karakteristik yang tertentu. Media massa merupakan salah satu komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses yang dimaksud. 1
Sasa Djuarsa Sendjaya, dkk, Pengantar Komunikasi, 1999, Universitas Terbuka, Depdikbud, Jakarta
Selain itu, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. 2 Salah satu media yang digunakan dalam komunikasi massa adalah televisi. Tele berarti jauh dan Visi berasal dari kata Vision berarti penglihatan. Televisi adalah system yang mengirim dan menerima gambar dan suara (visual audio) melalui gelombang radio. 3 Sejarah televisi di Indonesia dimulai ketika tahun 1962 berdiri dan beroperasinya TVRI. Selama beberapa dekade TVRI memegang monopoli penyiaran di Indonesia dan menjadi media bagi pemerintah. Tonggak kedua dunia pertelevisian adalah pada tahun 1987, ketika diterbitkannya Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor: 190 A/ Kep/ Menen/ 1987 tentang siaran saluran terbatas, yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk beroperasi. Seiring dengan Kepmen tersebut, pada tanggal 24 Agustus 1989 televisi swasta, RCTI resmi mengudara dan tahun berikutnya bermunculan stasiun televisi swasta baru, SCTV (24/8/1990), TPI (23/1/1991), Anteve (7/3/1993), Indosiar (11/1/1995), Metro TV (25/11/2000), Trans TV (25/11/2001) dan Lativi (17/1/2002). Muncul pula Global TV dan TV 7. 4 Program mata acara televisi sendiri memiliki dua kriteria. Yakni produksi karya artistik dan produksi karya jurnalistik. 5 Pengertian dari produksi karya artistik adalah proses produksi informasi yang bersumber dari ide/ gagasan manusia untuk dijadikan informasi audio (radio) dan informasi audio visual gerak (televisi), sesuai dengan kriteria 2
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, 2001, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Walton Street Oxford, Oxford Learners Pocket Dictionary, 1995, Oxford University 4 Rusfadia Saktiyanti Jahja, Muhammad Irvan, Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi, 2006, PIRAMEDIA 5 J. B. Wahyudi, Dasar-dasar Manajemen Penyiaran, 1994, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 3
mata acara. Ide/ gagasan tersebut dituangkan ke dalam Synopsis/ Outline, Format/ Treatment Story/ Bentuk, Script/ Skenario, maupun Storyboard. Karya jurnalistik diproduksi melalui pendekatan jurnalistik, yaitu proses produksi yang mengutamakan kecepatan, khususnya mata acara yang bersifat timeconcern (penyajian sangat terikat dengan waktu). Karya jurnalistik yang bersifat timeless sebaiknya diproduksi melalui pendekatan artistik. Jurnalistik adalah ilmu terpakai dari ilmu komunikasi yang mempelajari keterampilan seseorang dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi, mengolah informasi yang mengandung nilai berita dan menyajikannya kepada khalayak melalui media massa periodik (cetak/ elektronik). Peristiwa/ pendapat/ realita akan menghasilkan fakta. Uraian tentang fakta disebut informasi. Jadi, Berita adalah uraian tentang fakta yang mengandung nilai berita dan disajikan melalui media massa periodik. 6 Produksi karya jurnalistik ada yang direkam (Taping) atau disebut juga dengan Siaran Tunda dan Siaran Langsung (Live Broadcast). Pada proses produksi dengan cara direkam perbedaannya terletak pada tahap produksi dan pasca produksi. Pada taping, tahap produksi dilakukan dengan merekam proses berlangsungnya shooting berita oleh pembawa berita. Setelah shooting berita selesai direkam, pada tahap pasca produksi dilakukan editing gambar dan dubbing. Dubbing adalah sebuah proses mentransfer/ memindahkan sinyal magnetik, baik suara ataupun gambar (video) dari satu kaset ke kaset lainnya. Pada Live broadcast, penyiaran dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pengambilan gambar pembawa berita baik di studio atau dari OB-Van/ Outside Broadcasting Van (mobil produksi di luar studio). Dipancarkan dari pemancar stasiun 6
Ibid, hal. 32
penyiaran untuk kemudian disebarluaskan lebih jauh lagi melalui pengelola telekomunikasi seperti Telkom dan Indosat melalui berbagai system penyebaran siaran hingga dapat dinikmati di rumah melalui pesawat televisi. 7 Lahan ilmu jurnalistik sendiri bila dijabarkan lebih rinci dibagi menjadi tiga, yakni masalah hangat (realita), peristiwa dan pendapat. Gabungan antara ketiganya dibagi lagi menjadi dua, yakni berita aktual dan berita berkala. Berita aktual dibagi menjadi stop press dan siaran berita secara straight news dan indepth news. Berita berkala dibagi pula menjadi newsreel, newscompilatery, news spot interview, news topical reporting, news analysis, human interest dan berita ringan. Berita ringan adalah uraian berita yang bersifat ringan, namun memiliki daya tarik tinggi. 8 Berita-berita ringan biasanya berupa sesuatu yang lucu atau aneh. Berita ringan ini juga dapat berupa kehidupan atau hasil yang telah dicapai orang terkenal, dalam hal ini selebriti. Berita-berita mengenai artis atau gosip tentang mereka memiliki tempat tersendiri dalam program berita. 9 Dalam hal ini termasuk dalam program berita ringan yang menayangkan kehidupan artis adalah tayangan infotainment. Infotainment termasuk produk jurnalistik karena intinya adalah informasi atau berita seputar dunia hiburan, yakni informasi tentang artis, aktor, dan subjek dunia hiburan lainnya termasuk tempattempat hiburan. 10 Dunia hiburan televisi belakangan ini semakin semarak dengan banyaknya program infotainment yang ditayangkan. Pagi hari, 06.30 WIB, pemirsa sudah dapat menyaksikan program hiburan yang disebut sebagai tayangan infotainment bernama
7
Ibid, hal. 10 Ibid, hal. 33 9 Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, 2005, Ramdina Prakarsa, Tangerang 10 Asep Syamsul Romli Apakah Infotainment Merupakan Kegiatan Jurnalistik?, Eramuslim.com 8
`KASSEL` atau Kasus Selebriti yang ditayangkan TPI. Malam harinya, pukul 19.30 WIB pemirsa televisi dapat pula menyaksikan program OBSESI di Global Tv, Sabtu dan Minggu. Pukul 03.00 dini hari pun pemirsa Global Tv sudah dapat menyaksikan tayangan infotainment, re-run (tayang ulang) hari Selasa hingga Sabtu, Genie dan SMS (Seputar Masalah Selebriti). Diperkirakan dalam seminggu tercatat 29 judul acara infotainment dan 134 tayangan berdurasi masing-masing 30 menit (dikutip dari harian KOMPAS Sabtu, 12 Agustus 2006 kolom opini). Biaya produksi tayangan infotainment pun tidak membutuhkan dana yang besar. Satu kamera untuk taping presenter dan mencari lokasi outdoor bisa dilakukan dengan barter/ kerjasama maupun di dalam studio dengan memakai teknik blue screen atau built in-studio. Hal ini akan berbeda jika menggunakan sistem live-broadcasting. Namun, tayangan infotainment dengan sistem live jarang terjadi kecuali pada saat presenter membawakan acara. Biasanya tayangan infotainment seperti demikian dilakukan oleh stasiun televisi (GO SPOT-RCTI, OBSESI-Global Tv, STAR 7-Tv 7, dst). Tayangan infotainment maupun tayangan berita pada umumnya tidaklah jauh berbeda. Peliputan sama dilakukan oleh satu team kemudian mengejar berita yang ada. Menjadi sebuah perhatian tersendiri karena banyak tayangan infotainment ini dalam peliputannya tidak mengindahkan kode etik jurnalistik. Berbagai usaha dilakukan untuk mendapatkan statement dari narasumber. Bahkan bisa dibilang melanggar hak privacy narasumber tersebut. Namun demi mendapatkan kepuasan, seorang selebriti harus rela `ditelanjangi` kehidupan pribadinya. Perselingkuhan yang sebenarnya sebuah aib dibuka untuk kemudian dicari kebenarannya oleh infotainment, bagaimana pun caranya, aib tersebut harus dapat terbongkar dan membangun opini masyarakat bahwa selebriti
tersebut memang melakukan hal itu. Peraturan dalam Kode Etik Jurnalistik sendiri sudah mengatur mengenai hal ini. Dalam kenyataannya, media infotainment memang diakui dalam organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Tayangan infotainment yang mencapai jumlah 134 dalam seminggu ternyata juga menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Salah satu organisasi masyarakat yakni Nahdlatul Ulama menyatakan bahwa tayangan infotainment haram. Alasan NU sendiri mengeluarkan pernyataan tersebut dikarenakan pertama, tayangan infotainment sudah masuk terlalu jauh ke ruang privat yang bisa dikategorikan pergunjingan (ghibah). Kedua, tayangan infotainment merupakan salah satu acara yang pada durasinya sudah masuk kategori berlebihan karena hampir setiap saat, dari pagi hingga malam penonton dijejali tayangan tersebut. Ketiga, tayangan infotainment telah menimbulkan dampak negative pada masyarakat, karena banyaknya tayangan infotainment masyarakat bisa dengan mudah terbius untuk terus menerus menonton. Hal ini menurut NU dapat menyuburkan budaya pergunjingan di tengah masyarakat. 11 Meskipun masih dalam tahap penggodokan dan belum dinyatakan sebagai fatwa namun hal ini sudah menjadi pro dan kontra tersendiri di kalangan masyarakat. Memang dalam kenyatannya banyak tayangan infotainment yang tidak lagi sekedar membahas information and entertainment tetapi sudah merambah ke arah ruang privacy seseorang, dalam hal ini selebriti. Sebagai contoh dalam kasus Gusti Randa dan Nia Paramitha. Ketika terjadi pemberitaan bahwa Gusti Randa telah mengajukan gugatan cerai kepada istrinya, mau tidak mau membuat pekerja infotainment tergerak untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka? Jika selama ini tidak pernah ada gosip atau isu
11
KOMPAS, Sabtu 12 Agustus 2006, Kolom Opini-NU, “Infotainment”, & Sikap Moderat oleh Zuhairi Misrawi, Intelektual Muda NU
perterngkaran lantas mengapa terjadi hal itu? Pertanyaan itu pun terjawab ketika akhirnya disebutkan bahwa Nia Paramitha telah menggugurkan kandungan di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta. Tak pelak lagi, penelusuran pun dilakukan oleh para pekerja infotainment, mulai dari hal-hal yang tabu untuk dibicarakan akhirnya dibicarakan juga. Sebagai contoh `Kapan terakhir kali Gusti Randa melakukan hubungan intim dengan Nia Paramitha?` Tayangan infotainment sendiri jika ditelaah dan diteliti memiliki sejumlah kekeliruan yang sebenarnya bisa dikatakan telah terjadi pelanggaran kode etik jurnalistik didalamnya. Kekeliruan tersebut adalah gosip sebagai berita, mencari-cari kesalahan, terdapat unsur pemaksaan, dramatisasi, opinisasi, penggunaan media, mengumbar privasi, mengancam dan penggunaan istilah-dalam hal ini penyebutan artis dan aktor pada seseorang. 12 Melihat hal-hal tersebut, penulis berencana melakukan penelitian yang didasarkan pada analisis isi. Penulis yang notebene ikut terlibat dan mengetahui bagaimana proses peliputan tersebut dilakukan memiliki keingintahuan apakah memang tayangan infotainment dapat dikatakan sebagai karya jurnalistik. Penelitian dilakukan dengan menganalisis program KROSCEK selama bulan Juni 2006 yang ditayangkan Trans TV. Mengapa Kroscek? Program Kroscek merupakan program tayangan infotainment stripping pertama yang dibeli Trans TV dan ditayangkan sejak 3 Maret 2002 dari sebuah production house, PT. Bintang Mas Mediautama, anak perusahaan PT. Bintang Advis Multimedia, milik H. Ilham Bintang. Ditayangkan secara stripping, setiap hari pada pukul 15.30 WIB. Kroscek memiliki tagline `Bukan Sembarang Infotainment.` Kroscek memiliki ciri khas yakni dengan adanya klasifikasi 12
Iswandi Syahputra, Jurnalistik Infotainment, 2006, Pilar Media, Yogyakarta.
pada setiap tayangan dan mengutamakan cover both sides dalam setiap tayangan. Klasifikasi tersebut yaitu Senin-Kisah Cinta, Selasa-Pop Star, Rabu-Rabu Spesial, Kamis-Full Gosip, Jumat-Non Artis, Sabtu dan Minggu-Akhir Pekan. Tagline dan ciri khas yang merupakan daya jual tayangan Kroscek dijadikan acuan dalam penelitian. Adapun penelitian dilakukan pada periode bulan Juni 2006. Periode penelitian selama satu bulan tersebut sengaja diambil dengan pertimbangan selama periode itulah banyak pemberitaan yang menjadi point of interest media infotainment hingga menimbulkan konflik antara narasumber dan pencari berita, diantaranya berita mengenai isu hubungan di luar nikah Taufik Hidayat. Berbagai kejadian menyangkut narasumber, dalam hal ini selebritis menjadi perhatian tersendiri bagi penulis karena penulis melakukan dan mengalami langsung hal-hal apa saja yang terkait dengan teknis peliputan seorang selebritis. Hal ini mengacu pada etika peliputan yang tercantum dalam Kode Etik Jurnalistik. Selain itu juga akan dinilai apakah pemberitaan pada tayangan Kroscek sepanjang bulan Juni memiliki nilai jurnalistik.
1. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kecenderungan nilai dan etika jurnalistik pada tayangan infotainment Kroscek di Trans Tv periode Juni 2006?
1. 3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kecenderungan nilai berita dan etika jurnalistik pada tayangan infotainment Kroscek di Trans TV.
1. 4 Signifikansi Penelitian 1. 4. 1 Signifikansi Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai tayangan infotainment. Selain itu, penelitian mengenai infotainment ini juga dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan bidang penyiaran televisi dan ilmu komunikasi pada umumnya baik secara teori maupun praktek.
1. 4. 2 Signifikansi Praktis a. Penelitian ini diharapkan sebagai bahan kajian Trans TV sebagai salah satu TV Station terkemuka di Indonesia untuk menyikapi tayangan Kroscek apakah tayangan tersebut memiliki nilai jurnalistik ataupun mematuhi kode etik jurnalistik yang ada. b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan pemikiran dan kajian para pemilik production house khususnya tayangan infotainment Kroscek agar dalam peliputan maupun dalam pengemasannya dapat memenuhi nilai jurnalistik dan tidak melanggar kode etik jurnalistik. c. Penelitian ini sebagai sumbangan pula bagi masyarakat untuk menyikapi tayangan infotainment di stasiun televisi.
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2. 1
Komunikasi Komunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Tindakan komunikasi
dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi, dalam konteks publik secara lokal, nasional, regional dan global atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal, non verbal, langsung dan tidak langsung. Komunikasi menurut Carl I Hovland, Jannis dan Kelley adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan suatu tujuan untuk mengubah atau membentuk prilaku orang lain (khalayak). Komunikasi menurut Berelson dan Steiner adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Menurut Berelson dan Steiner, komunikasi adalah proses penyampaian. Hal yang disampaikan adalah informasi, gagasan, emosi, keahlian, dll. Komunikasi menurut Warren Weaver adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. Menekankan pada upaya atau kegiatan seseorang dalam mempengaruhi pikiran orang lain. Definisi dan istilah komunikasi begitu banyak jumlah dan ragamnya, namun inti pokoknya pada setiap rumusan selalu terdapat beberapa butir aturan, yaitu:
1. Bahwa komunikasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian, kegiatan ataupun usaha, penyampaian sesuatu informasi, atau pesan, yang maksudnya dapat bermacam-macam, oleh suatu pihak kepada pihak lain. 2. Bahwa komunikasi adalah sesuatu yang menghubungkan antara suatu pihak dengan pihak yang lain. 3. Bahwa komunikasi dapat berlangsung dalam bentuk atau wujud yang berbeda-beda, yang ditentukan terutama oleh: a) Pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu; b) Cara yang ditempuh; c) Keperluan atau tujuan yang hendak dipenuhi; d) Ruang lingkup yang melakukannya; e) Saluran yang digunakannya; dan f) Isi pesan yang hendak disampaikan. 13 Pemahaman yang sama dari masing-masing definisi komunikasi yang sudah dijabarkan adalah sebuah upaya untuk menyampaikan pesan. Pesan inilah yang dapat mengubah prilaku seseorang maupun persepsi seseorang. Komunikasi yang disampaikan pertama kali oleh komunikan hanya memberi satu persepsi saja bila diberikan kepada komunikator. Hal ini akan berubah apabila komunikan menyampaikan pesan melalui sebuah media penyampaian kepada komunikator. Persepsi akan bertambah banyak bila penyampaian pesan dilakukan melalui media. Proses penyampaian pesan melalui media dan disampaikan kepada khalayak banyak inilah yang dinamakan komunikasi massa.
13
Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, 2001, Universitas Terbuka
2. 2 Komunikasi Massa Komunikasi massa diartikan suatu proses penyampaian informasi atau pesanpesan yang ditujukan kepada khalayak massa dengan karakteristik yang tertentu. Media massa merupakan salah satu komponen atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya proses yang dimaksud. Menurut Wright (1975) terdapat tiga hal yang mencirikan suatu komunikasi dapat disebut sebagai komunikasi massa, yaitu dengan melihat pada: 14 1. Keadaan atau sifat khalayak (the nature of audience), 2. Pengalaman komunikasi (communication experience), dan 3. Keadaan komunikator. Selain itu, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. 15 Komunikasi massa menggunakan media massa sebagai media untuk menyalurkan informasi. Media massa yang dimaksud disini adalah media cetak, media elektronik dan cyber media. Media cetak terdiri dari koran atau surat kabar, tabloid, dan majalah. Media elektronik terdiri dari radio dan televisi. Cyber media yang dimaksud adalah Internet. Maka komunikasi massa yang dimaksud memiliki pengertian penyampaian pesan, gagasan, atau informasi yang ditujukan kepada orang banyak melalui media massa (communicating with media). 16 Komunikasi massa merupakan bagian dari hidup manusia itu sendiri. Setiap saat manusia dipengaruhi oleh proses komunikasi massa. Baik media cetak, elektonik maupun cyber media sudah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat pada umumnya. 14
Ibid, hal.17 Jalaluddin Rakhmat, op.cit hal. 189 16 Asep Syamsul, Jurnalistik Terapan, 2005, Batic Press 15
Masing-masing media memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik umum yang terlihat jelas perbedaan diantara ketiganya adalah bentuk atau tampilan yang disajikan oleh masing-masing media. Media cetak yang ditampilkan lebih menitikberatkan pada tampilan tulisan dan gambar yang tidak bergerak tentunya (foto). Media elektronik dibagi menjadi dua yakni radio dan televisi. Sebagaimana diketahui, radio lebih bersifat audio sedangkan televisi bersifat audio visual. Radio lebih menggunakan indera pendengaran sebagai satu kekuatan untuk mengimajinasikan sendiri bagaimana visual dari audio yang disampaikan tersebut. Lain halnya dengan televisi yang menggunakan indera penglihatan dan pendengaran sebagai bentuk kekuatan. Secara teoritis bahasan mengenai apakah Internet/ cyber media termasuk dalam media massa memang belum secara jelas dapat diperinci. Namun dalam kenyataannya, Internet memang menjadi salah satu akses informasi yang dipakai oleh khalayak banyak. Peranannya inilah yang menyampaikan informasi maka dikategorikan sebagai salah satu media komunikasi. Akses informasi yang disajikan pada Internet memang cukup cepat, namun kebanyakan hanya menampilkan tulisan dan gambar. Jika dilihat dari sifat fisik jenis media, maka masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Hal ini dapat terlihat dari tabel berikut ini. 17
17
Morrisan, op.cit hal. 5
Tabel 2.2 Jenis Media dan Sifatnya JENIS MEDIA Cetak
Audio
Audiovisual
SIFAT •
Dapat dibaca, dimana dan kapan saja
•
Dapat dibaca berulang-ulang
•
Daya rangsang rendah
•
Pengolahan bisa mekanik, bisa elektris
•
Biaya relatif rendah
•
Daya jangkau terbatas
•
Dapat didengar bila siaran
•
Dapat didengar kembali bila diputar kembali
•
Daya rangsang rendah
•
Elektris
•
Relatif murah
•
Daya jangkau besar
•
Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran
•
Dapat dilihat dan didengar kembali bila diputar kembali
•
Daya rangsang sangat tinggi
•
Elektris
•
Sangat mahal
•
Daya jangkau besar
2. 3 Televisi sebagai Saluran Komunikasi Massa Kehadiran televisi saat ini yang bisa dinikmati pemirsa di seluruh penjuru dunia tidak terlepas dari peranan penting seorang mahasiswa dari Berlin bernama Paul Nipkow. Pada tahun 1883-1884, Paul Nipkow menemukan electrisce telescope yang berfungsi untuk mengirimkan gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain 18 . Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi melalui media untuk disebarluaskan kepada khalayak massa. Media yang dimaksud disini adalah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Media terbagi kedalam tiga bagian yakni cetak, elektronik dan cyber media. Sebagaimana telah dibahas sebelumya, salah satu media yang digunakan untuk penyampaian pesan atau informasi adalah televisi. Televisi sebagai saluran komunikasi massa memiliki nilai lebih tersendiri dibandingkan dua media lainnya. Kekuatan televisi yang terlihat jelas adalah kemampuannya untuk menampilkan audio dan visual secara bersamaan. Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar TV walau hanya sekali ditayangkan. Secara umum, orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat dan dengar di TV setelah tiga jam kemudian dan 65% setelah tiga hari kemudian. 19 Berdasarkan penelitian tersebut maka dapat ditelaah seberapa besar pengaruh televisi kepada khalayaknya.
18 19
Morrisan, op.cit hal. 2 Rusfadia, Muhammad Irvan, Menilai Tanggung Jawab Sosial Televisi, 2006, Piramedia, Depok
2. 4 Nilai Jurnalistik Kata jurnalistik tentu berkaitan erat dengan wartawan dan media. Terlepas dari media apapun, jurnalistik tentunya berkaitan pula dengan informasi atau berita. Informasi yang berdasarkan fakta dan diolah oleh wartawan untuk kemudian disalurkan melalui media. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai nilai jurnalistik, perlu dijabarkan terlebih dahulu arti dari jurnalistik itu sendiri. Secara harfiyah, jurnalistik berarti kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Jurnalistik berasal dari kata jurnal (journal) yang berarti hari (day) atau catatan harian (diary). Dalam bahasa Belanda, jurnalistiek artinya penyiaran catatan harian. Asal muasal istilah jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, du jour yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak, merujuk pada asal mula munculnya media massa yang disebut Acta Diurna pada zaman Romawi kuno di bawah pemerintahan Raja Julius Cesar. 20 Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang, yakni sebagai proses, teknik dan ilmu. Jurnalistik sebagai proses adalah aktivitas mencari, mengolah, menulis dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas inilah yang dilakukan oleh wartawan/ jurnalis. Jurnalistik secara teknik adalah keahlian dan keterampilan menulis karya jurnalistik baik berita, artikel maupun feature termasuk pula keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan. Sebagai ilmu, jurnalistik adalah bidang kajian mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi melalui media massa. Dalam hal ini jurnalistik termasuk ke dalam ilmu terapan yang dinamis dan berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan dinamika
20
Asep Syamsul op.cit hal. 1
masyarakat itu sendiri. Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita dan penyebarluasannya melalui media massa. 21 Jurnalistik tidak terlepas dari berita. Berita yang dimaksud disini adalah informasi yang berdasarkan fakta. Ketika pertama kali informasi didapatkan, seorang jurnalis harus bisa memastikan bahwa informasi tersebut memang ada faktanya dan bukan sebuah rekayasa. Tanggung jawab seorang jurnalis sangatlah besar karena menyangkut tingkat kepercayaan publik terhadap berita yang disampaikan media tersebut. Tidaklah benar jika jurnalis merekayasa berita ataupun menyiarkan berita bohong kepada publik. Suatu informasi dikatakan benar sesuai dengan fakta apabila memiliki data-data maupun bukti akurat yang menunjukkan kebenaran dari informasi yang berupa peristiwa itu sendiri. Dalam hal memilih narasumber pun, seorang jurnalis harus pandai mengasah kemampuan berpikirnya mana kira-kira yang bisa dijadikan narasumber. Narasumber disini bisa berarti saksi mata atau orang yang memiliki kepentingan dengan berita tersebut. Sebagai contoh ketika ada informasi terjadi pembunuhan di Ancol, Jakarta Utara, maka yang harus dicek terlebih dahulu adalah pihak kepolisian. Kepolisian terdekat tentunya sudah terlebih dahulu mengetahui kebenaran informasi tersebut. Jika memang benar adanya maka langkah selanjutnya adalah terjun langsung ke lapangan/ lokasi kejadian untuk mendapatkan berita yang akurat dan terpercaya. Data yang bisa diperoleh adalah jumlah korban, adakah tersangka, alat yang digunakan untuk pembunuhan, dsb. Bahasan lebih lanjut mengenai penulisan berita yang akan disiarkan tentunya harus mengandung unsur berita, 5W+1H, What, Who, Where, When, Why and How. Kecermatan dan ketelitian seorang jurnalis dituntut kepekaannya untuk mendapatkan 21
Asep Syamsul op.cit hal. 2
informasi seakuratnya. Setelah mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat, lantas apa yang bisa ditulis dan dijadikan berita sehingga layak untuk disiarkan? Beberapa nilai berita akan menjadi acuan dalam proses jurnalistik. Jika unsur berita sudah dilengkapi maka yang perlu diperhatikan adalah nilai beritanya. Secara umum, kejadian yang dianggap punya nilai berita atau layak disiarkan adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur yang disebutkan sebagai berikut: 1. Significance
(penting)
yaitu
kejadian
yang
berkemungkinan
mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang memiliki akibat terhadap kehidupan pembaca atau pemirsanya. 2. Magnitude (besar) yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat jika dijumlahkan akan menarik perhatian pemirsa maupun pembaca. 3. Timeliness (waktu) yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal baru terjadi atau baru diketemukan. 4. Proximity (dekat) yaitu kejadian yang dekat dengan pembaca, kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional. 5. Prominence (tenar) yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal terkenal atau sangat dikenal oleh pemirsa maupun pembaca. 6. Human Interest (manusiawi) yaitu kejadian yang memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa. Hal-hal lain yang juga bisa menuntun untuk menarik perhatian pembaca/ pemirsa jika ditulis oleh jurnalis untuk disiarkan melalui medianya adalah:
1. Ancaman kehidupan. Bahaya yang mengancam kehidupan secara fisik selalu menarik dan menjadi headline, seperti peristiwa bencana alam, wabah penyakit, tindakan kekerasan, pembunuhan, dsb. 2. Ancaman kebebasan. Peristiwa-peristiwa yang mengancam kebebasan atau
kemerdekaan
seperti
penahanan,
penyiksaan,
penggusuran,
demokrasi, ketidakadilan, dsb adalah merupakan peristiwa yang memiliki nilai berita. 3. Ancaman
ekonomi.
Pertumbuhan
dan
perkembangan
ekonomi,
perkembangan perdagangan, moneter, lapangan kerja, dan tambahan pendapatan selalu menjadi perhatian khalayak bila disiarkan. 4. Mutu kehidupan. Hal-hal yang terkait dengan peningkatan atau penurunan mutu kehidupan juga menjadi perhatian khalayak bila disiarkan, seperti pendidikan, gelandangan, mode, hiburan, dsb. 22 Selain itu, pembahasan mengenai nilai berita/ nilai jurnalistik tidak terlepas dari empat karakteristik utama. Menurut Asep Romli, empat karakteristik utama suatu peristiwa dapat diberitakan atau dipublikasikan di media massa yaitu: 1. Aktual yang berarti peristiwa terbaru, terkini atau hangat (up to date), sedang atau baru saja terjadi (recent events). Dalam unsur ini terkandung makna harfiah berita (news), yakni informasi tentang sesuatu yang baru (new). 2. Faktual yang berarti ada faktanya (fact), benar-benar terjadi, bukan fiksi (rekaan, khayalan atau karangan). Fakta muncul dari sebuah kejadian nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement). 22
Yanuar Abdullah, Dasar-dasar Kewartawanan Teori dan Praktek, 1992, Angkasa Raya, Padang
3. Penting. Penting disini meliputi dua hal. Pertama, besar kecilnya ketokohan orang yang terlibat peristiwa (prominence). Peristiwa yang melibatkan orang penting selalu menarik perhatian orang. Kedua, besar kecilnya dampak peristiwa pada masyarakat (consequences). Peristiwa itu menyangkut kepentingan orang banyak atau berdampak pada masyarakat. 4. Menarik. Menarik artinya memunculkan rasa ingin tahu (curiousity) dan minat pembaca (interesting). Peristiwa yang biasanya menarik perhatian pembaca maupun pemirsa selain aktual, factual, dan penting juga bersifat menghibur, mengandung keganjilan/ keanehan, memiliki unsur kedekatan (proximity), mengandung human interest, mengandung unsur seks serta mengandung konflik, pertentangan dan ketegangan. 23 Selain nilai berita, menurut Charnley (1965) terdapat qualities of news atau suatu berita dapat dikatakan berkualitas juga layak siar apabila memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Accurate, all information is verified before is used. Sebelum disebarluaskan, cek terlebih dahulu ketepatannya. 2. Properly attributed, the reporter identifies his or her source of information. Saksi atau narasumber mempunyai kapabilitas untuk beri kesaksian atau informasi tentang hal yang diberitakan. 3. Balanced and fair, all sides in a controversy are given. Semua narasumber harus digali informasinya secara berimbang. 4. Objective, the news writer does not inject his or her feeling or opinion. 23
Asep Syamsul, op.cit hal. 35
Penulis berita harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari realitas fakta. 5. Brief and focused, the news story gets to the point quickly. Materi berita disusun secara ringkas, padat dan langsung sehingga mudah dipahami. 6. Well written, stories are clear, direct and interesting. Kisah beritanya jelas, langsung dan menarik. 24 Bila unsur berita sudah dipenuhi dan memiliki nilai berita maka berita tersebut layak untuk disiarkan. Berita yang memiliki nilai jurnalistik tentunya akan mendapatkan kredibiltas pembaca/ pemirsanya. Terpenting adalah cek & ricek kembali informasi yang diperoleh agar tidak terkecoh dalam membuat berita. Ciri khas jurnalisme adalah bersikap skeptis. Menurut Tom Friedman dari New York Times skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu. 25 Saat ini setidaknya terdapat 15 jenis jurnalisme, yakni paham, aliran, teknik, desain atau gaya pelaporan dan pemberitaan yang menjabarkan visi dan misi sebuah penerbitan pers. Jenis jurnalisme tersebut adalah jurnalisme alkohol, jurnalisme baru, jurnalisme buku cek, jurnalisme damai, jurnalisme foya-foya, jurnalisme got, jurnalisme kasak-kusuk, jurnalisme jazz, jurnalisme oposisi, jurnalisme pembangunan, jurnalisme pro-pemerintah, jurnalisme proses, jurnalisme profetik, jurnalisme revolusioner, dan jurnalisme suci. 26 Pembahasan yang diteliti disini adalah jurnalisme kasak-kusuk atau
24
Askurifal Baksin, Jurnalistik TV Teori & Praktek, 2006, Simbiosa Rekatama Media, Bandung. Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, 2005, KOMPAS, Jakarta. 26 Asep Syamsul op.cit hal. 20. 25
jurnalistik yang lebih menekankan pada berita-berita kasak-kusuk, rumor dan isu yang kebenarannya masih sangat diragukan.
2. 5 Etika Jurnalistik Etika peliputan menyangkut tata cara bagaimana melakukan wawancara maupun teknik reportase dengan baik. Seringkali narasumber, khususnya artis menolak untuk berkomentar mengenai hal-hal yang menyangkut wilayah pribadinya. Jika demikian, sudah menjadi kesadaran seorang reporter untuk tidak mencecar pertanyaan dan memojokkan narasumber. Dalam peliputan, setiap jurnalis memiliki kode etik yang harus dipegang teguh olehnya maupun instansi terkait dalam dunia jurnalistik, yakni Kode Etik Jurnalistik. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Di Indonesia terdapat kode etik jurnalistik yang harus dipegang teguh oleh para jurnalis maupun perseorangan yang terkait di dunia penyiaran. Hal ini tercantum pula pada UU Pers No.40 tahun 1999 pasal 7, ayat 1 dan 2 yakni (1) Wartawan bebas memilih organisasi wartawan; (2) Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Kode Etik yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kode Etik Jurnalistik yang telah disahkan pada tanggal 14 Maret 2006 dan dijadikan sebagai pedoman oleh 29 organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers Indonesia. Kode Etik Jurnalistik tersebut memiliki 11 pasal yang menyangkut etika dalam pemberitaan. Hal ini tentu berhubungan dengan etika peliputan agar tidak terjadi kericuhan maupun pengaburan masalah dengan narasumber. Namun dalam kenyataannya banyak pelanggaran yang terjadi dalam proses peliputan. Tanggung jawab media elektronik
khususnya televisi dalam menyajikan tayangan tentunya lebih besar dan lebih berat. Maka dari itu, harus diperhatikan secara baik-baik kode etik dari masing-masing profesi yang berhubungan dengan penyiaran. Selain itu tentunya juga berhubungan dengan Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program yang berlaku di Indonesia. Dalam dunia televisi, gambar terkadang mempunyai arti dan pengaruh yang jauh lebih besar dari kata-kata. Gambar dapat bercerita dengan sendirinya tanpa perlu disertai narasi. Maka dari itu, kode etik televisi juga menyangkut aturan-aturan mengenai gambar, gambar yang patut ditayangkan maupun tidak. Upaya stasiun televisi menaikkan rating dalam merebut jumlah penonton dapat membuat stasiun televisi cenderung mengabaikan kode etik. 27 Kode etik jurnalistik tersebut menjadi pedoman dalam melakukan penyiaran. Seringkali tim peliputan tidak mengindahkan kode etik jurnalistik. Bagi tim peliputan adalah bagaimana caranya agar mendapatkan statement dari narasumber. Banyak narasumber khususnya artis terpaksa melakukan dengan tindakan kekerasan agar tim peliputan tidak lagi mengejar-ngejar mereka dengan pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Hal-hal seperti inilah yang perlu diperhatikan dan sesuai dengan kaedah jurnalistik yang ada. Secara umum prinsip kode etik jurnalistik mengandung: 1. Kebenaran (truthfulness) informasi. 2. Kejelasan (clarity) informasi. 3. Pembelaan atas hak publik. 4. Responsibilitas dalam membentuk opinion public. 5. Standard pengumpulan dan penyiaran informasi. 6. Respek pada integritas sumber. 28
27 28
Morrisan, op.cit hal. 22. Op.cit, hal. 43
2.6 Infotainment Konsep infotainment awalnya berasal dari John Hopkins University (JHU) Baltimore, Amerika Serikat. Ide dasar konsep infotainment berawal dari asumsi informasi kendati dibutuhkan oleh masyarakat namun tidak dapat diterima begitu saja oleh masyarakat, apalagi untuk kepentingan merubah sifat negatif menjadi sikap positif manusia. Oleh karena itu dibutuhkan semacam pancingan khusus untuk mengambil perhatian masyarakat. Pilihannya adalah dengan menyusupkan hiburan (entertainment) yang menarik di tengah masyarakat di tengah-tengah penyampaian informasi (information). Dari sini kemudian muncul istilah infotainment, yaitu kemasan acara yang bersifat informatif namun dibungkus dan disisipi dengan entertainment sehingga informasi sebagai pesan utamanya dapat diterima. 29 Infotainment adalah sebuah program acara yang menyajikan informasi dan hiburan. Infotainment berasal dari kata information and entertainment. Naratama, dosen IKJ dan praktisi televisi pernah menyatakan bahwa istilah infotainment sebenarnya berasal dari terminologi untuk soft news atau soft journalism yang berkembang di Amerika Serikat. Dalam kategori ini bukan berati hanya menampilkan informasi dunia hiburan semata, tapi beraneka ragam dari olahraga, politik, sosial, budaya dan kriminal. Semua dikemas menjadi lebih lunak dan menghibur (contoh: The Oprah Winfrey Show). Remy Soetansyah, salah seorang penanggung jawab PT Shandika Widya Cinema dan juga pelopor berdirinya Kabar Kabari menjelaskan, pengertian infotainment adalah memberi informasi dari dunia entertain. Awalnya mengabarkan berita dunia musik yang waktu itu memang belum banyak diangkat ke permukaan. Remy kemudian mengakui munculnya persaingan pihak stasiun televisi memberi sinyal untuk memperlebar liputan 29
Iswandi, op.cit, hal. 65
mulai dari segmen artis sinetron, selebritis umum, hingga membahas masalah pertikaian dan kasus di kalangan para pesohor itu. Menurut Remy, sejak itu lahirlah infotainment huru-hara. 30 Makna infotainment yang terjadi dalam industri televisi di Indonesia adalah informasi tentang hiburan. Pengertian hiburan mengalami distorsi dan penyimpangan makna yang sangat mendalam. Infotainment muncul sebagai reaksi kalangan pelaku industri media atas perubahan prilaku pembaca dan pemirsa media yang memasukkan selebriti, hiburan, kriminal, bahkan paranormal dalam standar jurnalistik. Dalam infotainment dikemaslah drama, human interest dan sensasi tokoh-tokoh dalam satu rangkaian suguhan berita. Infotainment kemudian berkembang menjadi sebuah berita yang cenderung sensasional dan lebih berorientasi pada pribadi dan selebriti. Para ahli komunikasi dan media menyebut infotainment sebagai soft journalism, jenis jurnalisme yang menawarkan berita-berita sensasional, lebih personal, dengan selebriti sebagai perhatian liputannya. 31 Perkembangan tayangan infotainment di Indonesia tidak lagi semata memberi informasi dan menghibur namun menjadi sebuah tayangan mengenai permasalahan maupun kegiatan selebritis yang notabene berasal dari dunia entertainment (hiburan). Infotainment termasuk produk jurnalistik karena intinya adalah informasi atau berita seputar dunia hiburan, yakni informasi tentang artis, aktor, dan subjek dunia hiburan lainnya termasuk tempat-tempat hiburan. Daya tarik infotainment adalah berisi berita atau informasi seputar public figure. Figur publik seperti artis dikategorikan
30 31
Stevy Widia, 5 Agustus 2005, Infotainment, Simalakama Dunia Jurnalisme, Suara Pembaruan.com Iswandi, op.cit hal. 68
sebagai newsmaker (pembuat berita). 32 Diantara sekian banyak program tayangan di televisi, infotainment memang berkembang dengan cepat. Nilai berita dalam jurnalisme televisi, yang bukan hanya teks, menyodorkan realitas baru. Yakni ketokohan seseorang membuat tingkat kedekatan emosional tertentu pada masyarakatnya. Infotainment menyodorkan kenyataan baru sekalipun bukan nilai kebaruan. Tayang infotainment yang menyorot sisi-sisi pribadi seorang selebriti hanya berbekal satu-dua pertanyaan. Selebihnya imaji penonton akan diseret oleh citraan yang sudah melekat pada popularitas artis tersebut. Karena itu, teknik jurnalisme yang muncul disini hanya meminta statement atau mengkonfirmasi statement orang lain berkait dengan dirinya. Tidak ada resume final, kalaupun ada pernyataan-pernyataan presenter sebagai kesimpulan sering mengundang intepretasi yang lain lagi. Bukan saja karena gaya bahasanya yang provokatif dan bombastis, melainkan juga kadang penguasaan bahasanya yang parah. 33 Jika dilihat dari teori diatas, maka ciri berita infotainment adalah: 1. Terdapat kenyataan baru, sekalipun bukan nilai kebaruan. 2. Berita infotainment berisi mengenai sisi-sisi pribadi selebriti. Kemasan tayangan infotainment pun hampir sama satu sama lain mulai dari gaya bahasa, gaya bicara, cara berdiri, maupun topik yang diangkat, bahasannya memiliki kesamaan informasi. Durasi tayangan infotainment dalam sebuah stasiun televisi adalah 30 menit hingga 1 jam. Durasi tersebut tidaklah mutlak secara penuh ditayangkan karena terdapat slot iklan yang masuk dalam tayangan.
32 33
Asep Syamsul Romli, op.cit Sunardian Wirodono, “Matikan TV-Mu! Teror Media Televisi di Indonesia,” Resist Book
Tayangan infotainment saat ini mendapat banyak sorotan terutama dari Komisi Penyiaran Indonesia Pusat. Setidaknya terdapat sembilan hal khusus yang perlu diperhatikan mengenai isi siaran program infotainment, yaitu: 1. Pemberitaan mengenai konflik dan hal-hal negatif dalam keluarga harus disajikan dengan cara tidak berlebihan dan senantiasa memperhatikan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh pemberitaan tersebut. 2. Program infotainment tidak mendorong penajaman konflik dalam keluarga tersebut. 3. Program infotainment tidak boleh menyiarkan informasi yang masih dapat dikategorikan sebagai gosip atau kabar burung. 4. Program infotainment diwajibkan menyajikan informasi yang akurat, berimbang dan objektif. 5. Program infotainment mesti menghormati hak narasumber untuk tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. 6. Program infotainment juga harus menghormati privacy dan ruang pribadi artis atau tokoh yang diberitakan. 7. Pembawa acara/ presenter dalam program infotainment tidak diperbolehkan menggunakan pakaian yang menonjolkan aspek sensualitas. 8. Pembawa acara/ presenter tidak boleh secara sengaja atau tidak sengaja mengolokolok penderitaan yang dialami oleh obyek yang diberitakan. 9. Narator program infotainment tidak boleh mengeluarkan pernyataan yang mengarahkan opini penonton untuk mengambil kesimpulan tertentu secara tidak adil. 34
34
Komisi Penyiaran Indonesia online
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Tipe & Sifat Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif melalui pendekatan secara kuantitatif. Penelitian
kuantitatif
dengan
format
deskriptif
bertujuan
untuk
menjelaskan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variable yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Pada umumnya penelitian ini menggunakan statistik induktif untuk menganalisis data penelitiannya. Format deskriptif seperti ini dapat dilakukan pada penelitian studi kasus dan survey. 35 Kuantitatif adalah penelitian dengan menggunakan statistik atau angkaangka dalam pembuktiannya. 36 Substansi dari proses penelitian kuantitatif terdiri dari aktivitas sebagai berikut: 1. Mengeksplorasi, perumusan, dan penentuan masalah yang akan diteliti. 2. Mendesain model penelitian dan parameter penelitian. 3. Mendesain instrument pengumpulan data penelitian. 4. Melakukan pengumpulan data penelitian. 5. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. 6. Mendesain laporan hasil penelitian. 37 Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan nilai dan etika jurnalistik pada tayangan infotainment Kroscek di Trans TV pada periode waktu yang telah ditentukan, yaitu pada bulan Juni 2006. Selain untuk mendeskripsikan, penelitian ini 35
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, 2005, Kencana, Jakarta. Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, 1990, Remaja Rosda Karya, Bandung. 37 Burhan Bungin, op.cit hal 50 36
dilakukan sekaligus untuk menganalisa isi dari pesan/ berita yang disampaikan melalui media elektronik dalam hal ini Trans TV.
3. 2 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi. Analisi isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Tujuan dari analisis isi adalah memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru, menyajikan fakta dan panduan praktis pelaksanaannya. 38 Jadi analisis isi objek utamanya adalah isi media massa, baik radio, surat kabar, majalah, film, televisi, dsb. Jika pada media surat kabar pada analisis isi, unit analisisnya adalah berita, kolom, features, artikel, dsb. Maka pada media televisi, yang menjadi unit analisisnya adalah program hiburan, pendidikan, berita, dsb. Penggunaan metode ini digunakan untuk mengetahui kecenderungan nilai dan etika jurnalistik dalam tayangan infotainment Kroscek di Trans TV. Analisis isi terbagi ke dalam beberapa klasifikasi. Menurut Janis (1965), terdapat klasifikasi dalam analisis isi yang diantaranya: 1. Analisis isi pragmatis yaitu prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut sebab atau akibatnya yang mungkin. 2. Analisis isi semantik yaitu prosedur yang mengklasifikasikan tanda menurut maknanya. Dalam analisis isi semantik terbagi lagi kedalam tiga bagian yakni analisis penunjukan, analisis pensifatan dan analisis pernyataan. 38
Klaus Krippendorff, Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, 1993, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
3. Analisis sarana tanda yaitu prosedur yang mengklasifikasikan isi menurut sifat psiko-fisik dari tanda. Holsti (1969), seperti Janis menempatkan data dalam konteks komunikasi antara pengirim dan penerima pesan dan memandang analisis isi dalam kaitannya dengan tiga tujuan pokok, yakni: 1. Mendeskripsikan
karakteristik-karakteristik
komunikasi
dengan
mengajukan pertanyaan apa, bagaimana, kepada siapa sesuatu dikatakan. 2. Membuat inferensi-inferensi mengenai anteseden-anteseden komunikasi dengan mengajukan pertanyaan kenapa sesuatu dikatakan. 3. Membuat inferensi-inferensi mengenai akibat-akibat komunikasi dengan mengajukan pertanyaan akibat apa yang akan terjadi jika sesuatu dikatakan. 39 Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Penelitian yang menggunakan analisis isi umumnya melalui tahap-tahap (1) Perumusan masalah, (2) Perumusan hipotesis, (3) Penarikan sampel, (4) Pembuatan alat ukur (koding), (5) Pengumpulan data dan (6) Analisis data. 40
3. 3 Populasi & Teknik Penarikan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi berarti jumlah keseluruhan dari suatu objek yang diteliti atau jumlah keseluruhan sampel. Dengan kata lain, populasi digunakan untuk menyebutkan serumpun
39 40
Ibid, hal. 35 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, 2005, Remaja Rosdakarya, Bandung
atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Populasi juga memiliki pengertian keseluruhan gejala atas satuan yang ingin diteliti (keseluruhan objek). Populasi yang dilihat dari penentuan sumber data dibedakan menjadi dua, yakni: 1. Populasi terbatas, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif. 2. Populasi tak terhingga, yaitu populasi yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif. Peneliti menggunakan populasi terbatas sesuai dengan tipe dan sifat penelitian yang digunakan yakni kuantitatif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua berita infotainment yang ditayangkan Kroscek di Trans TV terhitung tanggal 1 hingga 30 Juni 2006. Populasi dalam penelitian ini adalah 30 episode dengan jumlah 152 topik pemberitaan yang terdapat dalam tayangan Kroscek pada bulan Juni 2006.
3.3.2. Teknik Penarikan Sampel Sampel adalah bagian terkecil dari populasi atau bagian dari populasi yang ingin diteliti (sebagian objek), contoh. Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan pendapat Gay, yakni ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif minimal 10 % populasi dapat digunakan. Untuk populasi relatif kecil, minimal 20 %. 41 Pada penelitian ini, ukuran sampel diambil dari rata-rata ukuran minimum, antara 10-20%, yakni sebesar 15 %. Teknik sampling pada dasarnya dibedakan atas dua, yakni sampling probabilitas dan sampling non probabilitas. Sampling probabilitas terdiri dari empat sampling, yakni sampling acak sederhana, sampling stratified, sampling sistematis 41
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya, 2002, Ghalia Indonesia
dan sampling cluster. Sementara sampling non probabilitas terdiri dari sampling kebetulan, sampling kuota, sampling bola salju, dan sampling pertimbangan. 42 Pada penelitian ini menggunakan sampling probabilitas dengan metode sampling acak sederhana. Pada sampling acak sederhana terdapat dua metode yang digunakan yakni metode undian dan metode tabel random. Penelitian menggunakan metode undian dimana prosesnya sendiri menggunakan pola pengundian. Pada penelitian ini yang termasuk dalam sampel adalah 15 % dari semua pemberitaan dunia selebritis yang ditayangkan Kroscek di Trans TV selama bulan Juni 2006. Beragamnya pemberitaan yang ditayangkan Kroscek menjadikan peneliti lebih menspesifikkan lagi sampel yang akan diambil, mengingat tayangan tersebut ditayangkan setiap hari. Jika dihitung berdasarkan banyaknya populasi yang ada, maka sampel yang harus diambil adalah 15 % x 30 = 4,5 atau setara dengan 5 episode dengan jumlah topik sebanyak 26 topik pemberitaan dengan durasi masing-masing 20 menit. Dalam menganalisa data berita mengenai selebritis dalam tayangan KROSCEK periode Juni 2006, maka sampel yang diperoleh adalah sebagai berikut:
42
Ibid, hal. 64
Tabel 3.3 Materi Sampel Penelitian Tayangan KROSCEK Periode Juni 2006 No
Hari/
Eps.
Materi Tayangan
Tgl 1.
Rabu,
1396
HL 1: Mayang Sari Album-albumnya HL 2: Mayang Sari Kisah Cintanya
7/06/06
HL 3: Taufik Hidayat Isu Punya Anak HL 4: Elza Manora Ttg Hak Asuh Anak HL 5: Gusti Randa Senang Jadi Tersangka 2.
Rabu,
1403
HL 1: Taufik Hidayat Kasus Punya Anak HL 2: Kisah Selebriti Punya Anak
14/06/06
HL 3: Elza Manora & Ricky Subagdja Sidang Putusan HL 4: Laudya Chinta Bella Gosip Putus Aa Gymnastiar atau MQTV HL 5: Foto Panas Tommy Kurniawan & Dede, Syaharani 3.
Sabtu,
1406
HL 1: Tamara B & Rafly Ttg Berebut Anak HL 2: Tamara B Berseteru Dengan Rafli
17/06/06
HL 3: Raffi Ahmad Berbakti Pada Orang Tua HL 4: Sheila Marsha Ttg Dunia Musik Kilas Balik 4.
Rabu, 21/06/06
1410
HL 1: Tamara B & Rafli Terus Berseteru HL 2: Tamara B & Rafli Terus Berseteru HL 3: Koes Hendratmo Mau Cerai
HL 4: Martasha Menjawab Tuduhan Hengky Kurniawan HL 5: Syahrul Gunawan & Sekolahnya di Ciawi, Bogor 5.
Rabu, 28/06/06
1417
HL 1: Taufik Hidayat Vs Fanny HL 2: Taufik Hidayat Vs Fanny HL 3: Shanty Ttg Gaya Pakaian HL 4: Artis “Kiamat Sudah Dekat” Pergi Umroh HL 5: Dude Herlino Anak Mama
Pada tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa dalam satu hari penayangan, Kroscek menampilkan empat-lima topik dengan selebritis yang berbeda. Jika dihitung secara keseluruhan maka sepanjang bulan Juni 2006 terdapat 152 topik berita yang berbeda (populasi) dengan pengambilan sampel sebanyak 26 topik pemberitaan.
3.4 Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah topik pemberitaan tayangan Kroscek yang dilakukan secara audio visual. Jumlah populasi pada infotainment Kroscek adalah 152 topik pemberitaan dan pengambilan sampel sebanyak 26 topik pemberitaan. Jika sudah diteliti maka akan dapat diketahui bagaimana kecenderungan nilai dan etika jurnalistik pada tayangan infotainment Kroscek di Trans TV.
3.5 Teknik Pengumpulan Data Pada metode analisis isi, pengumpulkan data dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan objek penelitian. Dalam hal ini yang menjadi objek
penelitiannya adalah topik-topik berita yang ditayangkan infotainment Kroscek di Trans TV. Data yang sudah didapatkan penelitian ini kemudian akan dikumpulkan unit analisis untuk kemudian dipilih berdasarkan kategori yang telah dibuat lalu dimasukkan dalam tabulasi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar koding yang dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan pada tahap pembuatan alat ukur.
3.5.1 Data Primer Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Dalam penelitian ini, yang dijadikan data primer adalah rekaman program tayangan infotainment Kroscek di Trans TV. Data primer rekaman tersebut akan dipilah berdasarkan hasil sampel dalam bulan Juni 2006. Bentuk rekaman yang digunakan adalah berupa DVD, VCD atau Mini DV.
3.5.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Data sekunder diklasifikasikan menjadi dua, yakni: 1. Internal data, yaitu tersedia tertulis pada sumber data sekunder. 2. Eksternal data, yaitu data yang diperoleh dari sumber luar. 43 Dalam penelitian ini, data sekunder yang digunakan tidak hanya mengacu pada literature, seperti buku dan internet namun juga dilakukan pendalaman materi dengan mewawancarai wartawan infotainment yang bersangkutan.
43
Burhan Bungin, op.cit hal. 122
3. 6 Definisi Kategori a. Nilai Jurnalistik: Adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan berita dan menjadi acuan dalam proses kerja jurnalistik. b. Etika Jurnalistik: Adalah nilai kesopanan, prilaku yang terkait dalam bidang pemberitaan. Dalam etika jurnalistik terdapat kode etik jurnalistik yang harus dipatuhi oleh pekerja media massa. c. Infotainment Kroscek: Adalah sebuah tayangan informasi dan hiburan mengenai selebritis yang ditayangkan di Trans TV setiap hari pukul 15.30 WIB. Tayangan Kroscek ditayangkan pertama kali pada tanggal 3 Maret 2002.
3. 7 Operasionalisasi Kategori 3.7.1 Kecenderungan Nilai Jurnalistik Nilai jurnalistik adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan berita dan menjadi acuan dalam proses kerja jurnalistik. Tayangan pemberitaan harus memiliki nilai-nilai jurnalistik sehingga dapat dipertanggungjawabkan pemberitaannya. Selain memiliki nilai, berita pun memiliki standar kualitas untuk memenuhi nilai jurnalistik. Dari beragam sampel topik pemberitaan yang ditayangkan Kroscek, akan dilihat dan diteliti apakah tayangan infotainment Kroscek sudah memiliki nilai-nilai jurnalistik. Keenam nilai jurnalistik tersebut adalah: 1. Significance
(penting)
yaitu
kejadian
yang
berkemungkinan
mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang memiliki akibat terhadap kehidupan pembaca atau pemirsanya.
2. Magnitude (besar) yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat jika dijumlahkan akan menarik perhatian pemirsa maupun pembaca. 3. Timeliness (waktu) yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal baru terjadi atau baru diketemukan. 4. Proximity (dekat) yaitu kejadian yang dekat dengan pembaca, kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional. 5. Prominence (tenar) yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal terkenal atau sangat dikenal oleh pemirsa maupun pembaca. 6. Human Interest (manusiawi) yaitu kejadian yang memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa.
Berdasarkan nilai berita tersebut, terdapat nilai positif dan negatif dari pemberitaan infotainment, yakni: 1. Nilai Positif:
kecenderungan pemberitaan yang mengarah pada
kesuksesan, kebaikan, hal-hal yang tidak menyinggung kejelekan dari seseorang maupun kelompok. 2. Nilai Negatif: kecenderungan pemberitaan yang mengarah pada keburukan seperti pertengkaran, perselingkuhan, perceraian maupun halhal lainnya yang dapat memberikan dampak buruk bagi pemirsanya.
3.7.2 Kecenderungan Etika Jurnalistik Etika Jurnalistik adalah nilai kesopanan, prilaku yang terkait dalam bidang pemberitaan. Dalam etika jurnalistik terdapat kode etik jurnalistik yang harus dipatuhi oleh pekerja media massa. Dalam dunia jurnalistik terdapat berbagai organisasi kewartawanan dimana masing-masing organisasi tersebut memiliki kode etik. Kode etik inilah
yang
menjadi
pedoman
bagi
pekerja
jurnalistik
agar
berita
dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ini menggunakan Kode Etik Jurnalistik yang telah disetujui oleh 29 organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers Indonesia sebagai pedoman. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan pelanggaran kasus yang sering terjadi antara selebritis dan wartawan infotainment, maka terdapat 5 pasal menyangkut pelanggaran etika yang dijadikan acuan dalam penelitian. Pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik tersebut adalah: Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independent, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk. Penafsiran pada pasal 1 adalah: a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers. b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain. Pasal 2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Penafsiran pada pasal 2 mengenai cara-cara yang profesional adalah: a. Menunjukkan identitas diri kepada narasumber; b. Menghormati hak privasi; c. Tidak menyuap; d. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; e. Rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang; f. Menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara; g. Tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri; h. Penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. Pasal 3 Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
Penafsiran pada pasal 3 adalah: a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu. b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masingmasing pihak secara proporsional. c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang. Pasal 9 Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Penafsiran pada pasal 9 adalah: a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik. Pasal 10 Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar dan atau pemirsa. Penafsiran pada pasal 10 adalah: a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada teguran dari pihak luar.
b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.
3. 8 Uji Reliabilitas “The concept of reliability is crucial to content analysis. If a content analysis is to be objective, its measure and procedures must be reliable. Reliability is present when repeated measurement of the same material result in similar decisions or conclusions. If the results fail to achieve reliability, something is amiss with the coders, the coding instructions, the category definitions, the unit of analysis, or combination of these. 44 ” Terjemahan bebasnya adalah konsep realibilitas merupakan bagian yang sangat penting dalam analisis isi. Jika analisis isi obyektif maka ukuran-ukuran dan prosedurprosedur yang digunakan harus reliabel. Realibilitas meyakinkan bila mengulang pengukuran terhadap bahan yang sama dalam keputusan atau kesimpulan yang sama pula. Bila hasilnya tidak reliabel, ada sesuatu yang salah dengan para koder, perintahperintah pengkodean, definisi-definisi kategori, unit analisis atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Penulis memahami reliabilitas koding adalah cara untuk mengukur atau menguji definisi kategori dari bahan penelitian yang sama kepada para penguji atau koder, untuk melihat reliable atau tidaknya definisi kategori yang digunakan. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas kategori, penulis akan melakukan uji kategori dengan mengacu pada formula Holsti: Reliability
=
2M N1+N2
Keterangan:
44
Roger D. Wimmer dan Joseph R. Dominick, Mass Media Research an Introduction, Wadsworth Publishing Company, Belmont, California.
•
M adalah nomor keputusan yang sama antara dua koder.
•
N1 & N2 adalah jumlah total keputusan koding dari koder pertama dan kedua.45 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tiga koder. Penggunaan tiga koder
dimaksudkan untuk mencapai hasil yang berimbang dan terpercaya. Ketiga koder berasal dari akademisi dan praktisi media. Koder ketiga yaitu wartawan infotainment digunakan dengan maksud agar terdapat keberimbangan dalam uji kategori. Berdasarkan hal tersebut, dengan penggunaan tiga koder maka formula Holsti berubah menjadi: Reliability
=
3M N1+N2+N3
Keterangan: •
M adalah nomor keputusan yang sama antara tiga koder.
•
N1 & N2 adalah jumlah total keputusan koding dari koder pertama, kedua dan ketiga. Penulis akan menghitung kesepakatan dari ketiga koder dengan cara
menyilangkan masing-masing koder, yaitu koder A dan B, kode A dan C, serta koder B dan C. Bila hasil penilaian para koder menunjukkan kesepakatan mengenai hal yang sama dalam mengukur unit analisis pada kategori yang sudah ditetapkan, maka kategori tersebut dikatakan reliable. Menulis realibilitas dalam analisis isi pemberitaan, angkanya harus menunjukkan kesamaan sebanyak 70-80% antara pelaksanaan koding. Jika demikian hasil analisis dapat diterima sebagai kepercayaan yang memadai.46
45
Ibid, hal. 154. Don Michael Flournoy, Analisis Isi Surat Kabar Indonesia, terj. AkhmadsyahNaina, 1989, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 46
Berdasarkan formula Holsti penulis akan menghitung kesepakatan dari ketiga koder dengan cara menyilangkan masing-masing koder, yaitu koder A dan B, koder A dan C, Koder B dan C yang hasilnya adalah sebagai berikut:
Variabel 1 : Nilai Jurnalistik RAB
:
3M
x 100% =
N1 + N2 + N3 RAC
:
3M
:
x 100% =
3M
3(123)
x 100% = 78,84%
156 + 156 + 156 x 100% =
N1 + N2 + N3
RTOTAL : RAB + RAC + RBC
x 100% = 67,94%
156 + 156 + 156
N1 + N2 + N3 RBC
3(106)
3(115)
x 100% = 73,71%
156 + 156 + 156
= 67,94% + 78,84% + 73,71%
3
= 73,49%
3
RAB
:
Reliabilitas Koder A dan B
RAC
:
Reliabilitas Koder A dan C
RBC
:
Reliabilitas Koder B dan C
Dari perhitungan tersebut, dapat disimpulkan kesepakatan antara koder A, B dan C mencapai 73,49% menunjukkan kategori pada variable 1: nilai jurnalistik reliabel.
Variabel 2 : Etika Jurnalistik RAB
:
3M N1 + N2 + N3
x 100% =
3(84) 130+ 130 + 130
x 100% = 64,61%
RAC
:
3M
x 100% =
N1 + N2 + N3 RBC
:
3M
3(105) 130 + 130 + 130
x 100% =
N1 + N2 + N3
RTOTAL : RAB + RAC + RBC
x 100% = 80,76%
3(99)
x 100% = 76,15%
130 + 130 + 130
= 64,61% + 80,76% + 76,15%
3 RAB
:
Reliabilitas Koder A dan B
RAC
:
Reliabilitas Koder A dan C
RBC
:
Reliabilitas Koder B dan C
= 73,84%
3
Dari perhitungan tersebut, dapat disimpulkan kesepakatan antara koder A, B dan C mencapai 73,84% menunjukkan kategori pada variabel 3 : etika jurnalistik reliabel.
3.9 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan melalui tahap-tahap analisis. Tahap-tahap dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Membuat kategori dan definisi kategori untuk mengukur “Kecenderungan Nilai dan Etika Jurnalistik Pada Tayangan Infotainment Kroscek di Trans Tv Periode Juni 2006.” 2. Mengumpulkan bahan, dalam hal ini sampel yang dijadikan objek penelitian. 3. Membuat lembar koding sesuai dengan penelitian yang dituju. 4. Menentukan koder yang akan menganalisis isi tayangan infotainment tersebut. Dalam hal ini dipilih tiga orang koder dari tiga komponen yang
berbeda namun memiliki keterkaitan di bidang penelitian, yakni media dan jurnalistik. Ketiga koder tersebut adalah: a. Praktisi Media dan juga Akademisi, Dosen Dasar-dasar Penyiaran, Andy Fachrudin, M.Si (Koder A). b. Akademisi, Dosen Hukum dan Etika Penyiaran, Afdal Makkuraga (Koder B). c. Wartawan Infotainment Global TV, Bening Kharisma (Koder C). 4. Peneliti akan menganalisis hasil data yang telah dilakukan oleh ketiga koder dan dihitung sesuai rumus Holsti. Hasil analisis berupa persentase dari hasil yang didapat dan dibuat dalam bentuk tabel. 5. Menetapkan kesimpulan dari hasil penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Subyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Tayangan Kroscek Kroscek merupakan tayangan infotainment stripping pertama yang ditayangkan di Trans TV setiap hari pada pukul 15.30 WIB. Pertama kali Kroscek ditayangkan pada tanggal 3 Maret 2002 setiap hari Senin-Jumat pada pukul 14.30 WIB. Tayangan Kroscek diproduksi oleh PT. Bintang Mas Multimedia yang merupakan anak perusahaan dari PT. Bintang Advis Multimedia (Bintang Grup). Tayangan Kroscek berdurasi 30 menit dibagi kedalam empat-lima segmen. Nama Kroscek dipilih karena memiliki arti cek atau croos ulang. Ciri khas tayangan Kroscek dibandingkan infotainment lainnya adalah dengan adanya klasifikasi yang berbeda setiap harinya. Senin-Kisah Cinta, Selasa-Pop Star, Rabu-Rabu Spesial, artinya tuntas dan mendalam, Kamis-Full Gosip artinya sesuatu yang dianggap gosip tapi sudah diklarifikasi untuk kemudian ditayangkan, Jumat-Non Artis artinya tokoh-tokoh diluar keartisan, Sabtu dan Minggu itu tematik, berisi dua segmen yang menyoroti berita hangat pada minggu itu. Selain itu, tayangan Kroscek tidak hanya menampilkan selebritis saja namun menyoroti kisah non seleb seperti olahragawan. Kroscek mempunyai tagline yang disebut “Bukan Sembarang Infotainment.” Tagline itu memiliki makna bahwa Kroscek bukan infotainment yang sembarangan, namun merupakan suatu infotainment yang berbeda dibandingkan infotainment lainnya. Pangsa pasar tayangan Kroscek sendiri berada di
golongan AB usia 30-50th. Berdasarkan rating dan share audience di bulan Juni, Kroscek mendapatkan rating 1,3 - 2,4 dengan audience share mencapai 18,9 %. 47
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Topik Pemberitaan berdasarkan Nilai Berita Pemunculan nilai berita pada tayangan Kroscek secara keseluruhan dikategorikan menjadi enam nilai berita, yakni Significance (penting), Magnitude (besar), Timeliness (waktu), Proximity (dekat), Prominence (tenar) dan Human Interest (manusiawi). Hasil penelitian Penulis pada enam kategori nilai berita adalah sebagai berikut: Tabel 4.2.1 Frekuensi Berdasarkan Nilai Berita No.
Nilai Berita
Frekuensi (kali)
Persentase (%)
1.
Significance (Penting)
0
0
2.
Magnitude (Besar)
0
0
3.
Timeliness (Waktu)
3
11,54 %
4.
Proximity (Dekat)
3
11,54 %
5.
Prominence (Tenar)
16
61,54 %
6.
Human Interest (Manusiawi)
4
15,38 %
26
100 %
Jumlah
Pada tayangan infotainment Kroscek periode Juni 2006 hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
47
Competitive Programming Map, Minggu ke2-4 Juni 2006, AC Nielsen
Episode 1396 Pada episode ini terdapat tiga nilai berita, yakni timeliness, prominence dan human interest. Nilai berita yang menunjukkan timeliness adalah topik pemberitaan mengenai Taufik Hidayat Isu Punya Anak dan Gusti Randa Senang Jadi Tersangka. Topik pemberitaan mengenai kasus Taufik Hidayat yang terkenal playboy tentu sudah biasa diberitakan, namun pemberitaan mengenai isu punya anak merupakan sesuatu hal yang baru diketahui oleh publik. Sama halnya dengan Gusti Randa Senang Jadi Tersangka, tentu bisa dikatakan sesuatu hal yang baru. Saat seseorang dinyatakan sebagai tersangka dalam sebuah kasus pencemaran nama baik justru orang yang terkait dengan status tersebut menanggapinya dengan senang. Nilai berita prominence diteliti terdapat pada topik pemberitaan mengenai Mayang Sari Album-albumnya dan Mayang Sari Kisah Cintanya. Kedua topik pemberitaan tersebut mengemukakan perselingkuhan yang terjadi antara Mayang Sari dan salah seorang anak dari mantan Presiden RI, Soeharto yakni Bambang Trihatmodjo. Nilai berita human interest diteliti terdapat pada topik pemberitaan Elza Manora tentang Hak Asuh Anak. Kasus perceraian yang menimpa atlet ternama Indonesia, Elza Manora dan Ricky Subagdja yang sudah dikaruniai satu anak tentu tidak terlepas dari hak asuh anak. Episode 1403 Pada episode ini berdasarkan penelitian Penulis terdapat dua kategori nilai berita yakni prominence dan timeliness. Topik pemberitaan mengenai Taufik Hidayat Kasus Punya Anak, Kisah Selebriti Punya Anak, Elza Manora & Ricky Subagdja Sidang Putusan serta Foto Panas Tommy Kurniawan & Dede, Syaharani menunjukkan kategori
nilai berita yang sama yakni prominence. Dalam kelima topik pemberitaan tersebut, jelas telihat bahwa nilai ketenaran lebih mendominasi dibandingkan nilai berita lainnya. Sedangkan pada topik pemberitaan Aa Gymnastiar atau MQTV terdapat nilai timeliness atau sesuatu yang baru. Topik pemberitaan tersebut menyoroti kiprah baru Aa Gym dalam berbisnis dan menyiarkan agama yakni dengan membuat sebuah program televisi yang lebih mengutamakan unsur agama dalam penyiaran. Episode 1406 Pada episode ini tayangan lebih menyoroti nilai human interest, proximity dan prominence. Topik pemberitaan mengenai Tamara Blezynski & Rafly Ttg Berebut Anak, Tamara Blezynski Berseteru dengan Rafly serta Sheila Marsha Ttg Dunia Musik termasuk dalam nilai berita human interest. Dua topik yang sama yakni mengenai Tamara Blezynski dan Rafly menyoroti kasus perceraian mereka yang berakibat pada perebutan anak diantara kedunya. Topik Sheila Marsha lebih menyoroti sisi human interest dilihat dari penayangan mengenai tindikan pada bagian lidahnya. Nilai berita proximity atau kedekatan terdapat pada topik pemberitaan Raffi Ahmad Berbakti Pada Orang Tua. Kedekatan bersifat secara emosional karena bagaimanapun juga sudah menjadi kewajiban anak untuk berbakti pada orangtua. Sementara nilai berita prominence terdapat pada Kilas Balik dimana topik pemberitaan tersebut menyoroti kejadian atau peritiwa yang terjadi selama sepekan, termasuk kasus yang menimpa selebritis. Episode 1410 Pada episode ini terdapat nilai berita prominence dan proximity. Nilai berita prominence merujuk pada topik pemberitaan Tamara B & Rafly Terus Berseteru, Koes
Hendratmo Mau Cerai dan Martasha Menjawab Tuduhan Hengky Kurniawan. Pemberitaan mengenai Tamara B & Rafly diberitakan sebanyak dua segmen dengan topik yang sama yakni mengenai perebutan anak. Keempat topik pemberitaan tersebut lebih mendominasi nilai ketenaran dibanding nilai berita lainnya. Nilai kedekatan atau proximity merujuk pada topik pemberitaan Syahrul Gunawan & Sekolahnya di Ciawi, Bogor. Nilai kedekatan berkaitan secara geografis dengan peneliti yakni di Ciawi, Bogor. Episode 1417 Pada episode ini terdapat dua nilai berita yakni prominence dan proximity. Topik pemberitaan mengenai Taufik Hidayat Vs Fanny, Shanty ttg Gaya Pakaian dan Artis “Kiamat Sudah Dekat” Pergi Umroh merujuk pada nilai berita prominence. Pemberitaan mengenai Taufik Hidayat Vs Fanny dilakukan sebanyak dua kali penayangan. Topik pemberitaan mengenai Dude Herlino Anak Mama termasuk dalam nilai berita proximity karena terdapat kedekatan emosional di dalam pemberitaan tersebut. Berdasarkan penelitian terhadap 26 sampel yang ditayangkan infotainment Kroscek di Trans TV, dapat disimpulkan bahwa nilai berita yang menunjukkan significance dan magnitude tidak ada (0%) timeliness (waktu) sebanyak 3 kali (11,54%), proximity (dekat) sebanyak 3 kali (11,54%), prominence (tenar) sebanyak 16 kali (61,54%) serta human interest (manusiawi) menunjukkan 4 kali (15,38%).
4.2.2 Topik Pemberitaan berdasarkan Nilai Positif & Negatif Penelitian ini menekankan tayangan Kroscek apakah cenderung menyiarkan berita positif atau negatif. Hasil penelitian Penulis pada nilai positif dan negatif adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2.2 Frekuensi Berdasarkan Nilai Positif & Negatif No.
Nilai Berita
Frekuensi (Kali)
Persentase (%)
1.
Positif
12
46,15 %
2.
Negatif
14
53,85 %
26
100 %
Jumlah
Pada tayangan infotainment Kroscek periode Juni 2006 hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: Episode 1396 Pada episode ini dari lima topik pemberitaan, lebih cenderung menayangkan kecenderungan positif yakni pada pemberitaan Mayang Sari Album-albumnya, Elza Manora Tentang Hak Asuh Anak dan Gusti Randa Senang Jadi Tersangka. Kecenderungan negatif terdapat pada topik Mayang Sari Kisah Cintanya yang mengumbar perselingkuhan serta pemberitaan Taufik Hidayat Isu Punya Anak mengenai isu adanya hubungan diluar nikah yang berakibat pada lahirnya seorang anak. Episode 1403 Pada episode ini kecenderungan negatif lebih banyak ditayangkan. Dari enam topik pemberitaan hanya satu topik yang mengandung nilai positif yakni Aa Gymnastiar atau MQTV yang berisi tentang program Tv bernuansa Islami dari Aa Gym. Sedangkan pada lima topik lainnya cenderung memiliki nilai negatif dengan pembahasan mengarah pada isu perselingkuhan, anak diluar nikah, perceraian, pergunjingan dan pornografi. Taufik Hidayat Kasus Punya Anak dan Kisah Selebriti Punya Anak termasuk dalam isu perselingkuhan maupun anak diluar nikah. Elza Manora & Ricky Subagdja Sidang
Putusan merupakan kasus perceraian, Laudya Chinta Bella Gosip Putus merupakan pergunjingan karena ternyata merupakan gosip belaka kemudian Foto Panas Tommy Kurniawan & Dede, Syaharani mengarah pada pornografi. Episode 1406 Pada episode ini, kecenderungan positif lebih banyak ditayangkan dibandingkan kecenderungan negatif. Hal ini dapat terlihat dari topik pemberitaan mengenai Raffi Ahmad Berbakti Pada Orangtua, Sheila Marsha Tentang Dunia Musik dan Kilas Balik yang lebih banyak menayangkan hal-hal positif yakni karir dan keluarga, kehidupan sehari-hari dan peristiwa dunia hiburan yang terjadi selama sepekan. Kecenderungan negatif terdapat pada topik pemberitaan Tamara Blezynski dan Rafly Tentang Berebut Anak serta Tamara Blezynski Berseteru Dengan Rafly. Kedua topik tersebut menayangkan perebutan anak dari orangtua yang bercerai. Episode 1410 Pada
episode
ini
lebih
banyak
kecenderungan
negatif
dibandingkan
kecenderungan positif. Ketiga topik yang termasuk dalam kecenderungan negatif adalah Tamara Blezynski & Rafly Terus Berseteru yang ditayangkan dua segmen dan Koes Hendratmo Mau Cerai. Kecenderungan positif terdapat pada topik Martasha Menjawab Tuduhan Hengky Kurniawan serta Syahrul Gunawan & Sekolahnya di Ciawi, Bogor. Episode 1417 Pada episode ini kecenderungan nilai positif lebih mendominasi dibandingkan kecenderungan negatif. Ketiga topik dengan kecenderungan positif adalah Shanty tentang Gaya Pakaian, Artis ”Kiamat Sudah Dekat” Pergi Umroh dan Dude Herlino Anak Mama. Sedangkan kecenderungan negatif terdapat pada topik pemberitaan Taufik Hidayat Vs
Fanny yang ditayangkan dua segmen. Pemberitaan tersebut mengarah pada hubungan diluar nikah yang membuahkan anak. Berdasarkan pada penelitian Penulis terhadap 26 sampel tayangan Kroscek periode Juni 2006 diperoleh bahwa nilai berita dengan kecenderungan positif sebanyak 12 kali (46,15%) dan kecenderungan negatif sebanyak 14 kali (53,85%).
4.2.3 Topik Pemberitaan berdasarkan Etika Jurnalistik Pemunculan etika jurnalistik pada tayangan Kroscek secara keseluruhan dikategorikan menjadi lima etika jurnalistik yang terkandung dalam Kode Etik Wartawan Indonesia. Kelima pasal tersebut adalah Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, Pasal 9 dan Pasal 10. Hasil penelitian Penulis pada lima kategori etika jurnalistik adalah sebagai berikut: Tabel 4.2.3 Frekuensi Berdasarkan Etika Jurnalistik No.
Etika Jurnalistik
Frekuensi (kali)
Persentase (%)
1.
Pasal 1
7
26,92 %
2.
Pasal 2
15
57,69 %
3.
Pasal 3
1
3,85 %
4.
Pasal 9
3
11,54 %
5.
Pasal 10
0
0
26
100 %
Jumlah
Pada tayangan infotainment Kroscek periode Juni 2006 hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Episode 1396 Pada episode ini dari lima topik pemberitaan yang ditayangkan terdapat tiga pasal yang memenuhi kode etik jurnalistik. Pasal yang terkandung dalam episode ini adalah pasal 1, pasal 2 dan pasal 3. Pasal 1 terkandung dalam topik pemberitaan mengenai Gusti Randa Senang Jadi Tersangka. Topik ini memenuhi persyaratan dalam pasal 1 yaitu independent, akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk. Topik pemberitaan mengenai Mayang Sari Album-albumnya, Mayang Sari Kisah Cintanya dan Taufik Hidayat Isu Punya Anak termasuk pasal 2, yakni menempuh cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Pasal 3 terkandung dalam topik pemberitaan mengenai Elza Manora Tentang Hak Asuh Anak. Sebagaimana tercantum dalam kode etik jurnalistik pasal 3 bahwa wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Pada topik pemberitaan Elza Manora Hak Asuh Anak, diceritakan mengenai kasus perceraian Elza dan Ricky Subagdja yang berimbas pada hak asuh anak hasil hubungan mereka. Episode 1403 Pada episode ini terdapat enam topik pemberitaan yang berbeda. Episode ini mengandung tiga pasal kode etik jurnalistik, yakni pasal 1, pasal 2 dan pasal 9. Pasal 1 yakni mengenai independensi, akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk terdapat pada topik pemberitaan mengenai Kisah Selebriti Punya Anak dan Aa Gymnastiar atau MQTV. Kisah Selebriti Punya Anak merupakan kumpulan peristiwa mengenai selebritis yang diisukan memiliki anak diluar nikah. Pada tayangan tersebut terlihat bahwa terdapat unsur independensi, akurat, berimbang dan tidak ada itikad buruk. Topik mengenai Aa
Gymnastiar atau MQTV menceritakan program baru Aa Gym dalam bisnis dan dakwahnya. Topik inipun bersikap independent, akurat, berimbang serta tidak ada itikad buruk sebagaimana terkandung dalam pasal 1. Topik pemberitaan mengenai Taufik Hidayat Kasus Punya Anak, Laudya Chinta Bella Gosip Putus dan Foto Panas Tommy Kurniawan & Dede, Syaharani mengandung pasal 2. Pasal 2 kode etik jurnalistik mengemukakan bahwa wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Terkait dengan hal tersebut, ketiga topik pemberitaan tersebut tidak menonjolkan unsur pemaksaan dalam mencari statement narasumber. Pasal 9 terkandung dalam topik pemberitaan Elza Manora & Ricky Subagdja Sidang Putusan. Pasal 9 yakni wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Dalam topik pemberitaan tersebut diceritakan mengenai sidang kasus perceraian Elza dan Ricky yang berakhir dengan putusan resmi bercerai namun tidak diungkapkan apa sebenarnya penyebab perceraian tersebut. Episode 1406 Pada episode ini terkandung pasal 2 dan pasal 9. Dari lima topik pemberitaan dalam episode ini yang mengandung pasal 2 adalah topik mengenai Tamara Blezynski & Rafly Tentang Berebut Anak, Tamara Blezynski Berseteru Dengan Rafly, Sheila Marsha Tentang Dunia Musik serta Kilas Balik. Keempat topik tersebut menempuh cara yang profesional dalam mencari statement dari narasumber. Topik pemberitaan Raffi Ahmad Berbakti Pada Orang Tua mengandung pasal 9, dimana hak narasumber mengenai kehidupan pribadinya dihormati, kecuali untuk
kepentingan publik. Topik tersebut menceritakan kerja keras Raffi Ahmad tidak lain untuk membahagiakan orangtuanya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang lazim dilakukan anak kepada orangtua dengan tidak mengumbar kehidupan pribadinya. Episode 1410 Pada episode ini terkandung pasal 1 dan pasal 2. Topik pemberitaan mengenai Tamara Blezynski & Rafly Terus Berseteru yang ditayangkan dua segmen serta Syahrul Gunawan & Sekolahnya di Ciawi, Bogor termasuk dalam pasal 1. Ketiga topik pemberitaan tersebut tersirat sikap independent, akurat, berimbang dan tidak ada itikad buruk. Pada topik pemberitaan Koes Hendratmo Mau Cerai serta Martasha Menjawab tuduhan Hengky Kurniawan termasuk dalam pasal 2, yakni wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Episode 1417 Pada episode ini, dari lima topik pemberitaan terkandung pasal 1, pasal 2 dan pasal 9. Pasal 1 terkandung dalam topik mengenai Shanty Tentang Gaya Pakaian. Topik tersebut menceritakan gaya pakaian penyanyi Shanty. Pemberitaan dibuat dengan independen, akurat, berimbang serta tidak beritikad buruk. Taufik Hidayat Vs Fanny yang ditayangkan dua segmen serta Artis ”Kiamat Sudah Dekat” Pergi Umroh termasuk dalam pasal 2 kode etik jurnalistik yakni wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Pasal 9, dimana wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik termasuk dalam topik pemberitaan Dude Herlino Anak Mama. Topik tersebut menceritakan artis Dude Herlino
yang selalu membawa bekal makanan buatan Ibunya tanpa menyinggung kehidupan pribadinya. Berdasarkan penelitian terhadap 26 sampel yang ditayangkan infotainment Kroscek di Trans TV, dapat disimpulkan bahwa etika jurnalistik yang menunjukkan pasal 1 sebanyak 7 kali (26,92%), pasal 2 sebanyak 15 kali (57,69%), pasal 3 sebanyak 1 kali (3,85%), pasal 9 menunjukkan 3 kali (11,54%) dan pasal 10 menunjukkan tidak ada.
4.2.4 Topik Pemberitaan berdasarkan Kualitas Berita Pemunculan kualitas berita pada tayangan Kroscek secara keseluruhan dikategorikan menjadi enam yakni akurat, kapabilitas, berimbang, objektif, ringkas dan jelas. Hasil penelitian Penulis pada enam kategori kualitas berita adalah sebagai berikut: Tabel 4.2.4 Frekuensi Berdasarkan Kualitas Berita No.
Kualitas Berita
Frekuensi (kali)
Persentase (%)
1.
Akurat
2
7,69 %
2.
Kapabilitas
15
57,69 %
3.
Berimbang
4
15,38 %
4.
Objektif
1
3,85 %
5.
Ringkas
3
11,54 %
6.
Jelas
1
3,85 %
26
100 %
Jumlah
Pada tayangan infotainment Kroscek periode Juni 2006 hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Episode 1396 Pada episode ini, terdapat empat kategori kualitas berita yakni akurat, kapabilitas, objektif dan ringkas. Kualitas berita akurat terdapat pada topik pemberitaan Gusti Randa Senang Jadi Tersangka. Pada topik ini, diceritakan mengenai kasus pencemaran nama baik ketua umum PAN yang dilakukan oleh Gusti Randa. Kaitan antara judul dengan pemberitaan tersebut terkait erat mengingat apa yang diberitakan memang benar adanya sehingga terdapat keakuratan berita. Kategori kapabilitas terdapat pada topik pemberitaan Mayang Sari Kisah Cintanya dan Taufik Hidayat Isu Punya Anak. Kedua topik tersebut menyiarkan narasumber yang memiliki kapabilitas dalam pemberitaan tersebut, yakni Mayang Sari dan Agum Gumelar, yang tak lain adalah mertua dari Taufik Hidayat. Kategori objektif terdapat pada topik pemberitaan Elza Manora tentang Hak Asuh Anak dimana penulis naskah menulis pemberitaan dengan objektif, sesuai fakta bahwa kasus perceraian akan berimbas pada hak asuh anak. Kategori ringkas terdapat pada topik Mayang Sari Album-albumnya. Pada pemberitaan tersebut diceritakan mengenai karir keartisan Mayang Sari sebagai penyanyi ternama dengan album-album yang dihasilkannya sebelum terlibat perselingkuhan dengan pejabat ternama. Episode 1403 Pada episode ini terdapat tiga kategori yang terkait yakni akurat, kapabilitas dan jelas. Kategori akurat terdapat pada topik pemberitaan Aa Gymnastiar atau MQTV, dimana berita yang disiarkan telah dicek terlebih dahulu ketepatannya bahwa benar Aa Gym mengeluarkan program baru, MQTV. Topik pemberitaan mengenai Taufik Hidayat Kasus Punya Anak (narasumber Seto Mulyadi, Ketua KOMNAS Anak serta Rusdianto, pengacara Fanny, wanita yang memiliki anak dari Taufik Hidayat), Kisah Selebriti Punya
Anak (narasumber Dicky Wahyudi, Pipit, wanita yang memiliki anak dari Agung Dumadi, Ruhut Sitompul, pengacara Pipit, Tengku Firmansyah dan Iis, wanita yang mengaku memiliki anak dari Tengku), Elza Manora & Ricky Subagdja Sidang Putusan (narasumber Elza Manora) serta Laudya Chinta Bella Gosip Putus (narasumber Laudya) mengandung kategori kapabilitas. Keempat topik pemberitaan tersebut narasumbernya mempunyai kapabilitas dalam mengeluarkan pernyataan. Kategori jelas terdapat pada topik pemberitaan Foto Panas Tommy Kurniawan & Dede, Syaharani. Pemberitaan ini mengenai beredarnya video mesra Tommy Kurniawan & Dede, seorang bintang iklan. Pemberitaan ini juga merangkum kasus sama yang pernah terjadi pada penyanyi jazz, Syaharani. Berita disampaikan secara jelas, langsung dan menarik. Episode 1406 Pada episode ini terdapat tiga kategori kualitas berita yakni kapabilitas, berimbang dan ringkas. Topik pemberitaan Raffi Ahmad Berbakti Pada Orangtua termasuk dalam kategori kapabilitas dimana narasumber yang terkait mempunyai kapabilitas dalam menyampaikan statement. Tamara Blezynski & Rafly Tentang Berebut Anak, Tamara Blezynski Berseteru Dengan Rafly (narasumber Tamara Blezynski, Rafly dan Seto Mulyadi, Ketua KOMNAS Anak) mengandung kategori berimbang dimana pihak-pihak yang terlibat perselisihan mengemukakan pernyataannya sehingga menjadi berimbang (cover both side). Kategori kualitas berita ringkas terdapat pada topik pemberitaan Sheila Marsha tentang Dunia Musik dan Kilas Balik, mengenai peristiwa yang terjadi dalam seminggu
mengenai selebritis dan dunia hiburan. Kedua topik termasuk ringkas karena materi berita disusun secara ringkas, padat dan langsung sehingga mudah dipahami. Episode 1410 Pada episode ini terdapat dua kategori kualitas berita yakni kapabilitas dan berimbang. Topik pemberitaan Tamara Blezynski dan Rafly Terus Berseteru yang ditayangkan dua segmen mengandung unsur berimbang karena pemberitaan cover both side/ berimbang, yakni Tamara dan Rafly sama-sama memberikan pernyataan. Kategori kapabilitas terdapat pada topik pemberitaan Koes Hendratmo Mau Cerai (Bonita, anak Koes Hendratmo sebagai narasumber), Martasha Menjawab Tuduhan Hengky Kurniawan (Martasha sebagai narasumber) serta Syahrul Gunawan dan Sekolahnya di Ciawi, Bogor (Syahrul Gunawan sebagai narasumber). Ketiga berita tersebut sama-sama mempunyai narasumber yang memiliki kapabilitas dalam memberikan pernyataan. Episode 1417 Pada episode ini dari kelima topik pemberitaan semuanya mengandung kategori kapabilitas. Topik pemberitaan tersebut adalah Taufik Hidayat Vs Fanny (narasumber Taufik Hidayat & pengacaranya, Edy Kurniawan serta Fanny & pengacaranya, Rusdianto) yang ditayangkan dua segmen, Shanty tentang Gaya Pakaian (narasumber Shanty), Artis ”Kiamat Sudah Dekat” Pergi Umroh (narasumber Zaskia Adya Mecca dan Andre Stingky) dan Dude Herlino Anak Mama (narasumber Dude Herlino). Kelimanya sama-sama memiliki narasumber yang mempunyai kapabilitas dalam memberikan statement.
Berdasarkan penelitian terhadap 26 sampel yang ditayangkan infotainment Kroscek di Trans TV, dapat disimpulkan bahwa kualitas berita yang menunjukkan akurat sebanyak 2 kali (7,69%), kapabilitas sebanyak 15 kali (57,69%), berimbang sebanyak 4 kali (15,38%), objektif dan jelas sebanyak 1 kali (3,86%) serta ringkas sebanyak 3 kali (11,54%).
4.3 Pembahasan 4.3.1 Nilai Berita Hasil penelitian menunjukkan bahwa tayangan Kroscek memiliki nilai berita dengan kecenderungan lebih banyak mengarah pada segi ketenaran atau prominence dengan prosentase sebesar 61,54%. Hal ini berarti bahwa tayangan Kroscek lebih mengutamakan ketenaran narasumber sebagai unsur penting dalam penayangan dibandingkan isi pesan yang disampaikan. Tayangan infotainment yang berkembang di Indonesia sebanyak 29 judul, 134 tayangan memang cenderung mengisahkan kisah seputar selebritis dan tingkah polahnya. Tayangan infotainment dan selebritis merupakan sebuah hubungan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan satu sama lain. Kecenderungan tayangan infotainment lebih banyak menyoroti sosok selebritis, memperoleh keuntungan pada selebritis tersebut. Tayangan infotainment bagi sebagian kalangan selebritis yang cukup ternama, dianggap sebagai ajang promosi ketenaran mereka. Sebagaimana halnya selebritis, tayangan infotainment pun diuntungkan oleh selebritis dengan bertambahnya rating pada tayangan. Hal ini diakui oleh pekerja infotainment Kroscek itu sendiri bahwa prinsip suatu tayangan infotainment adalah semakin dikenal figur tersebut, semakin menambah nilai
rating. Selebritis di kalangan pekerja infotainment, memiliki kelas tersendiri. Sebagai contoh, kelas A diklasifikasikan bagi selebritis papan atas seperti Tamara Blezynski, Luna Maya, dsb. Maka semakin terkenal atau dikenal orang yang diberitakan semakin menambah keingintahuan publik tentang orang tersebut dan hal ini berimbas pada rating. Jika demikian maka tayangan infotainment tidak lebih dari sekedar bisnis semata, baik hubungannya dengan narasumber maupun pemirsa. Tayangan Kroscek berdasarkan hasil penelitian, banyak menunjukkan hal-hal yang negatif dari selebritis dengan prosentase sebesar 53,85%. Pemberitaan lebih banyak mengungkapkan pertikaian, perceraian maupun perselingkuhan di kalangan selebritis. Tayangan yang sensasional banyak diumbar dalam penayangan. Hal ini menunjukkan bahwa tayangan Kroscek cenderung mengikuti arus dalam pemberitaan infotainment. Apa yang menjadi berita sensasional, diperbincangkan banyak orang, tanpa dilihat sisi negatif dan positifnya akan ditayangkan pula pada infotainment Kroscek. Menurut pekerja infotainment Kroscek, pemirsa tayangan Kroscek memang lebih menyukai tayangan yang sifatnya sensasional. Pemberitaan sensasional akan memberi imbas pada rating. Pemberitaan Kroscek cenderung negatif dikarenakan kondisi artis yang berada pada situasi seperti itu. Ada sebagian pemirsa yang suka sensasi, tapi ada pula yang tidak. Hal ini tergantung pada artis yang diberitakan. Keseragaman pemberitaan tayangan infotainment satu sama lain membuat pihak production house cenderung mengikuti kemauan pemirsa. Pemirsa tayangan infotainment cenderung menonton berita yang sifatnya sensional meski tidak terdapat nilai moralitas didalamnya. Gosip yang sudah menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat dibawa dalam tayangan untuk kemudian dikonsumsi oleh masyarakat kembali.
4.3.2 Etika Jurnalistik Tayangan Kroscek di bulan Juni 2006 menunjukkan bahwa terdapat unsur kode etik jurnalistik terkait dengan pasal 2 yakni sebesar 57,69%. Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik yaitu wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Cara yang profesional yang dimaksud adalah menunjukkan identitas diri kepada narasumber, menghormati hak privasi, tidak menyuap, menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya, rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang, menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara, tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri, dan penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik. Tayangan Kroscek berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penayangan berita maupun peliputan berita dilakukan dengan cara yang profesional dengan tidak melanggar hal-hal diatas. Hal ini didasari dengan melakukan penelitian yang dilihat secara audio visual pada tayangan Kroscek bulan Juni 2006. Meski demikian, pekerja Kroscek sendiri mengakui bahwa dalam peliputan seringkali tidak mengacu pada kode etik jurnalistik. Aturan dalam kode etik jurnalistik tersebut hanya berlaku secara teori namun tidak dilakukan di lapangan. Banyaknya tayangan infotainment yang mencapai 29 judul turut berpengaruh pada cara kerja pekerja infotainment tersebut. Terbatasnya waktu narasumber dengan banyaknya pekerja infotainment membuat pekerja infotainment tersebut tidak mengindahkan kode etik jurnalistik.
Sama halnya dengan nilai berita dan etika, tayangan Kroscek pun memiliki kualitas pemberitaan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kapabilitas narasumber diutamakan dalam tayangan Kroscek dengan prosentase sebesar 57,69%. Keberimbangan berita atau cover both sides tidak menjadi hal yang diutamakan dalam tayangan Kroscek. Terbukti dalam beberapa topik pemberitaan, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberitaan cenderung satu pihak. Menurut pekerja infotainment Kroscek, setiap narasumber yang ditayangkan memang harus memiliki kapabilitas dalam memberikan pernyataan. Cover both sides tidak menjadi hal utama dalam tayangan Kroscek adalah suatu hal yang relatif, tergantung pada narasumbernya sendiri. Narasumber tidak semuanya mau memberikan statement sehingga keberimbangan berita tidak diperoleh.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Nilai Berita Prominence atau Tenar pada tayangan infotainment Kroscek di Trans TV periode Juni 2006 lebih dominan dibandingkan nilai berita lainnya, yakni sebesar (61,54%). Hal ini menunjukkan bahwa tayangan Kroscek cenderung menayangkan
topik
pemberitaan
mengenai
selebritis
dan
artis
tanpa
memperhatikan aspek nilai berita lainnya. Apabila informasi yang terkait tidak menyangkut nama seorang selebritis atau artis, maka tayangan Kroscek tidak akan menayangkan berita tersebut.
Nilai berita dengan kecenderungan negatif lebih mendominasi dibandingkan kecenderungan positif yakni sebanyak 14 kali (53,85%). Tayangan Kroscek dalam pemberitaan cenderung menayangkan berita sensasional dan hal negatif dari selebritis.
Etika Jurnalistik pada tayangan infotainment Kroscek di Trans TV periode Juni 2006 lebih banyak mengarah pada Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik, wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik, dengan persentase sebesar (57,69%). Hal ini menunjukkan bahwa tayangan Kroscek turut memperhatikan kode etik jurnalistik dalam penayangan, khususnya terkait dengan pasal 2.
Kualitas Berita pada tayangan infotainment Kroscek di Trans TV periode Juni 2006 lebih banyak mengarah pada kategori kapabilitas dimana frekuensi sebanyak 15 kali (57,69%). Tayangan Kroscek yang mengutamakan unsur cover both sides atau keberimbangan berita (berdasarkan hasil wawancara) ternyata cenderung menayangkan berita dengan hanya memperhatikan aspek kapabilitas narasumber sebagai unsur terpenting berita layak siar.
5.2 Saran Saran yang diberikan adalah:
Dalam penayangan hendaknya nilai berita tidak hanya memperhatikan dari segi ketenaran, yang notabene dalam tayangan infotainment memang merupakan pemberitaan mengenai selebritis namun juga diperhatikan nilai berita lainnya agar lebih bermutu.
Tayangan Kroscek hendaknya lebih menyoroti kisah kesuksesan karir selebritis maupun hal positif lainnya agar dapat memberikan tayangan yang lebih bermutu.
Tayangan Kroscek baik dalam peliputan maupun penayangan hendaknya mengutamakan kode etik jurnalistik sebagai aturan dalam peliputan.
Tayangan Kroscek lebih memperhatikan cover both sides serta menguji informasi sehingga keakuratan berita dapat tercapai dan tidak hanya berdasarkan isu atau gosip semata yang belum tentu kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Yanuar, 1992. Dasar-dasar Kewartawanan Teori & Praktek. Padang : Angkasa Raya. Bungin Burhan, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana. Djuarsa Sendjaya Sasa, dkk, 1999. Pengantar Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Flournoy Don Michael, 1989. Analisis Isi Surat Kabar Indonesia, terj. A. Naina. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Ishwara Luwi, 2005. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta : KOMPAS. Kapanlagi.com, Jurnalistik Infotainment Tak Perlu Diperdebatkan. KOMPAS, Sabtu 12 Agustus 2006, Kolom Opini-NU, “Infotainment”, & Sikap Moderat oleh Zuhairi Misrawi, Intelektual Muda NU Krippendorff Klaus, 1993. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Morissan, 2005. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Tangerang : Ramdina Prakarsa. Nasution Zulkarimein, 2001. Sosiologi Komunikasi Massa. Universitas Terbuka. Rakhmat Jalaluddin, 1990, 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Rakhmat Jalaluddin, 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Saktiyanti Jahja Rusfadia & Irvan Muhammad, 2006. Menilai tanggung Jawab Sosial Televisi. PIRAMEDIA Syamsul Asep, 2005. Jurnalistik Terapan. Batic Press. Syamsul Asep, 23 Des 2005. Apakah Infotainment Merupakan Kegiatan Jurnalistik?. Eramuslim.com Syahputra Iswandi, 2006. Jurnalistik Infotainment. Yogyakarta : Pilar Media. Wahyudi J.B., 1994. Dasar-dasar Manajemen Penyiarani. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Walton Street Oxford, 1995. Oxford Learners Pocket Dictionary. Oxford University. Widia Stevy, 5 Agustus 2005, Infotainment, Simalakama Dunia Jurnalisme, Suara Pembaruan.com Wimmer Roger D. & Dominick Joseph R., Mass Media Research an Introduction, Wadsworth Publishing Company, Belmont, California Wirodono Sunardian. Matikan TV-Mu! Teror Media Televisi di Indonesia. Resist Book.
KODE ETIK JURNALISTIK WARTAWAN INDONESIA
Pasal 1 Wartawan Indonesia bersikap independent, menghasilkan berita yang akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk. Pasal 2 Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Pasal 3 Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Pasal 4 Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul. Pasal 5 Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Pasal 6 Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Pasal 7 Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan. Pasal 8 Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Pasal 9 Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Pasal 10 Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar dan atau pemirsa. Pasal 11 Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
FLOW OF NEWS TAYANGAN KROSCEK
Rapat Redaksi
Outline
Pembagian Tugas oleh Koordinator Liputan
Peliputan
Penulisan Naskah
Pemilihan Gambar
Editing
Master Tayang
Hasil Wawancara I (Rabu, 19 September 2006) dengan: H. Sayid Iskandarsyah, Produser Pelaksana Kroscek
T: Kapan persisnya tayangan Kroscek mulai ditayangkan? J: Semenjak 3 Maret 2002 Kroscek mulai ditayangkan di Trans TV setiap Senin hingga Jumat pada pukul 14.30 WIB. T: Apa yang menjadi keistimewaan Kroscek dibandingkan infotainment lain? J: Memang ada alasan kenapa Trans TV memilih Bintang Grup khususnya karena dia tahu kita pembuat infotainment yang spesifikasi artinya ada satu unggulan yang kita jual ke mereka yaitu hot news. Hot News itu kita sajikan peristiwa hari ini untuk tayang siang ini, biasanya kan infotainment pada saat itu memiliki pola H-2 atau H-3 (peristiwa dari dua atau tiga hari sebelum penayangan). Faktor pembeda lagi adalah dari Senin-Jumat kita tidak hanya mengenai selebritis tapi ada non artis seperti olahragawan kemudian menyoroti khusus dunia sinetron, itu yang menjadi daya tarik dan itu berhasil. T: Target market tayangan Kroscek bagaimana? J: Secara SRI, untuk Trans TV itu golongan AB, khususnya Kroscek juga AB, 30-50 th, mahasiswa hanya sekian persen saja. T: Apa makna tagline Kroscek “Bukan Sembarang Infotainment”? J: Tagline itu memang dipilih bahwa kita memang bukan infotainment yang sembarangan. Saat itu memang infotainment banyak, kenapa kita bilang bukan sembarangan karena kita memang pada saat itu ada peristiwa siangnya tayang, jadi
memang bukan sembarang infotainment, kalau kita memang rencanakan infotainment yang beda. T: Apa yang menjadi pertimbangan Kroscek merubah format tidak hanya Senin-Jumat namun setiap hari ditayangkan? J: Saya pikir faktor bisnis saja artinya ketika satu program televisi punya pangsa tersendiri atau pemirsa sendiri saya kira secara ekonomi juga akan berdampak besar dari pendapatan iklan sehingga pihak televisi menurut analisa saya kemudian akhirnya mereka menambah jam tayangan. T: Tayangan Kroscek saat ini setiap harinya memiliki tema tayangan yang berbeda, apakah ini memang strategi khusus untuk membedakan dengan infotainment lainnya? J: Saya pikir itu strategi pada program saja. Kita kalau lihat sejarah itu kan infotainment mulai sekitar tahun 1996, 1997-1998 hanya beberapa, kemudian tahun 2003 mulai berjamuran. Sekarang kita ibaratkan perang karena kompetisi itu sudah terlalu banyak, kalau kita nggak punya satu ciri atau karakter itu bisa terjebak pada satu komunitas yang homogen atau sama sehingga kita untuk mendapatkan pemirsa susah. Maka dari itu kita coba rumusin dari dewan redaksinya untuk buat klasifikasi atau rubrik-rubrik makanya lahir rubrik itu. T: Seperti apa klasifikasi tayangan Kroscek? J: Senin-Kisah Cinta, Selasa-Pop Star, Rabu-Rabu Spesial, artinya tuntas dan mendalam yang kami sajikan, Kamis-Full Gosip artinya sesuatu yang mereka anggap gosip tapi sudah kita klarifikasi terus kita masukkin kategori itu. Jumat-Non Artis artinya tokohtokoh diluar keartisan, Minggu itu kita turunin tematik, seperti tribune bebas tapi
memang kita rencanakan tematik yang isinya dua segmen yang menyoroti berita hangat pada minggu itu. T: Dulu Kroscek dibawah bendera PT. Bintang Mas Griyausaha lalu sekarang berubah menjadi PT. Bintang Mas Mediautama, apa memang ada perbedaan? J: Awalnya Kroscek Senin-Jumat, kenapa banyak perusahaan itu hanya strategi saja. Dulu infotainment nggak ada yang stripping, Kroscek yang pertama kali infotainment stripping. Nah, kita sebagai penggagas infotainment stripping kita akalin dengan beberapa perusahaan yang tangani tapi dengan satu bendera yang keluar. Pada perjalanannya, mungkin sudah ketemu selahnya sehingga proses merger saja, digabung. T: Ketika akhirnya sekarang ini makin banyak tayangan infotainment, apa masih ada hal yang menjadi ciri khas tayangan Kroscek? J: Yang pasti, kita tidak keluar dari pakem infotainment Kroscek, cover both side itu selalu, dari namanya saja Kroscek artinya kita harus mencek-mencroos ulang kebenaran berita itu. Kemudian dari presenter kita memakai Sisca Kodong sebagai image dari tayangan Kroscek sendiri, artinya tetap kita pertahankan ciri itu supaya pemirsa lebih familiar dan tahu dengan tayangan Kroscek. T: Mengenai fatwa NU yang sekarang menimbulkan pro dan kontra, bagaimana tanggapan Bapak? J: Saya bicara dari dua sisi, sebagai pengurus departemen infotainment dan selaku produser, ketika berita itu marak, NU akan mengharamkan infotainment, saya dan Pak Ilham selaku pelopor kalau dianggap infotainment itu media, itu salah interpretasi, media nggak ada yang haram tapi yang kita luruskan kontentnya. Kalau memang kontentnya berlebihan itu haram, kita setuju, artinya pendapat NU kita setuju pada kontent, bukan
medianya dan itu sudah diklarifikasi oleh Pak Said Agil dan Wakil Ketua NU, bukan infotainmentnya tapi kontentnya. T: Bagaimana dengan tayangan Kroscek sendiri dengan adanya hal tersebut? J: Memang di Kroscek lebih mengutamakan nilai-nilai kode etik jurnalistik dan ada bedanya dengan adanya fatwa NU tersebut. Sekarang kita agak menahan diri dan memang sebagai wartawan yang punya induk organisasi kita ikuti kode etik itu sehingga memang kita lebih menahan diri. T: Bagaimana flow of news tayangan Kroscek? J: Kita rencanakan berita, kita bahas, standar seperti itu. Rapat perencanaan seminggu dua kali cuma ada rapat kecil informal dewan redaksi, mulai dari produser pelaksana, produser, koordinator liputan, itu setiap hari, kalau Rabu dan Jumat itu seluruh jajaran redaksi. T: Tayangan seperti apa yang menarik perhatian pemirsa lebih banyak? J: Secara kontent, pemberitaan-pemberitaan yang sensasional seperti di Juni ada kasus Taufik itu mendapat banyak perhatian karena kita bahas secara tuntas dan mendalam. T: Apakah pekerja Kroscek mempunyai kewajiban untuk bergabung dalam organisasi untuk lebih memahami kode etik tersebut? J: Sebenarnya kalau secara perusahaan itu tidak mewajibkan tapi kita mengingatkan secara individu seorang wartawan harus punya induk organisasi jadi kita selalu mendorong mereka seperti itu. Kalau tidak mau berorganisasi di kewartawanan, anda bukan wartawan, anda hanya tukang nanya. Jadi, kembali ke individunya itu sendiri. T: Menurut pandangan Bapak sendiri apakh tayangan infotainment merupakan sebuah karya jurnalistik?
J: Ya, karya jurnalistik itu kan bagaimana kita peroleh informasi, mengolah informasi dan menyajikan informasi. Kedua, langkah-langkah yang dilakukan pekerja infotainment itu merupakan langkah-langkah yang dilakukan wartawan lainnya, ada proses investigasi, wawancara, dsb. Jangan lupa tahun 2005 di Pekanbaru, Hari Pers Nasional lalu, sudah dilaporkan Pak Tarman Azzam ke Presiden bahwa infotainment sudah diakui sebagai karya jurnalistik dan tergabung dalam organisasi Persatuan Wartawan Indonesia.
Hasil Wawancara II (Selasa, 31 Oktober 2006) dengan: Syarifudin Z.N., S.Sos Wartawan Kroscek
T: Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian, tayangan Kroscek ternyata dalam menayangkan suatu pemberitaan lebih mengutamakan nilai ketenaran dibandingkan nilai berita lainnya. Apakah memang dalam tayangan Kroscek suatu berita dapat ditayangkan selama narasumber dikenal oleh masyarakat pada umumnya? J: Tayangan Kroscek memang dalam menayangkan berita berhubungan dengan rating. Rating disini pengaruhnya pada pemberitaan mengenai apa dan siapa. Semakin terkenal atau dikenal orang yang diberitakan semakin menambah keingintahuan publik tentang orang tersebut dan hal ini berimbas pada rating. Prinsip suatu berita terutama infotainment, figur yang dikenal di masyarakat akan menambah minat pemirsa, kalau nggak dikenal ya tidak laku untuk ditayangkan dalam artian minat pemirsa menjadi sedikit untuk menonton tayangan tersebut. Selebritis yang ditayangkan pun memiliki kelas tertentu. Sebagai contoh, kelas A untuk kalangan selebritis seperti Tamara Blezynski, Dian Sastro, Luna Maya, lebih banyak menyedot perhatian pemirsa karena mereka sudah sangat dikenal masyarakat. T: Bagaimana dengan kecenderungan pemberitaan yang ditayangkan Kroscek ternyata lebih banyak bernilai negatif, pemberitaan perceraian, perselingkuhan, pertikaian, lebih banyak ditayangkan. Apakah memang hal-hal negatif tersebut lebih banyak mendapat sorotan dari pemirsa?
J: Sebenarnya hal itu kembali lagi ke rating. Pemirsa tayangan Kroscek terutama memang lebih menyukai tayangan-tayangan yang sifatnya sensasional. Pemberitaan sensasional biasanya memberi imbas pada rating. Kondisinya kan memang ada peristiwa artis yang bercerai, sebenarnya kita juga sebagai pekerja infotainment tidak ingin ada artis bercerai tapi kenyataannya kan memang ada. Sebagai artis, tidak ada ruang privacy bagi dirinya. Publik selalu ingin tahu apa yang terjadi dengan artis tersebut, termasuk tentang kehidupan pribadinya. Ada sebagian pemirsa yang suka sensasi, tapi ada pula yang tidak. Hal ini juga tergantung pada artis yang diberitakan. T: Apakah tayangan Kroscek hanya mementingkan narasumber yang capable/ memiliki kapabilitas dibandingkan keakuratan maupun keberimbangan berita, cover both sides? Bagiamana sebenarnya acuan pemberitaan tersebut dapat ditayangkan sehingga memiliki kualitas berita? J: Sebenarnya setiap narasumber yang ditayangkan dalam tayangan Kroscek memang harus memiliki kapabilitas. Semuanya seharusnya saling berpengaruh antara keakuratan, cover both sides maupun kapabilitas. Kartu As-nya kan artis yang punya sensasi, yang kedua ada second opinion untuk menambah kualitas berita. Second opinion disini dalam tayangan Kroscek terutama adalah orang-orang yang setidaknya ada hubungan dengan pemberitaan tersebut. Sebagai contoh kasus Tamara-Rafly, ada second opinion dari pihak Komnas anak tentang kasus mereka. Tentunya second opinion tersebut harus memiliki kapabilitas. Masalah cover both sides sebenarnya relatif. Kadang ada berita yang tidak berimbang dikarenakan memang salah satu pihak tidak mau berbicara, itu kan tidak bisa dipaksakan. Kalau pemberitaan tersebut baru pertama kali ditayangkan dan tidak berimbang itu tidak masalah karena untuk menarik minat pemirsa, sebagai booming.
Kalau pemberitaan tersebut masih berlanjut, tayangan Kroscek akan menampilkan berita secara berimbang. T: Dalam peliputan apakah memperhatikan nilai kode etik jurnalistik juga? Berdasarkan hasil penelitian ternyata tayangan Kroscek dalam melaksanakan tugas jurnalitik dilakukan secara profesional sebagaimana yang tercantum dalam pasal 2 kode etik jurnalistik. Seperti apa sebenarnya dalam peliputan? Apakah memang ada acuan mematuhi kode etik dalam setiap peliputan? J: Seharusnya memang mengacu pada kode etik jurnalistik tapi apa yang diteori dengan praktek tidak sesuai. Etikanya dalam mencari statement seharusnya minta ijin terlebih dahulu tapi kadang langsung menodongkan mic karena kondisi dilapangan juga yang tidak memungkinkan. Kadang narasumber tidak mau berbicara namun karena desakan pekerja infotainment akhirnya bicara juga. Dengan banyaknya tayangan infotainment sebenarnya berpengaruh juga pada cara kerja kita. Narasumber kan waktunya terbatas, sementara pekerja infotainment banyak dan mereka mencari berita, jadi terkadang memang tidak memperhatikan kode etik yang benar. Kenyataannya memang kode etik tidak berpengaruh pada proses kerja dilapangan, jadi kesadaran masing-masing pekerja infotainment saja.
TABEL 1 Hasil Uji Kategori Nilai Berita Koder A dan Koder B
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 1 c d e X X V V X V TS S S
f V V S
a V X TS
b X X S
SAMPEL 2 c d e X X V V X V TS S S
f X V TS
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 6 c d X X X X S S
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b X X S
Koder A Koder B Kesepakatan
a X V TS
e V V S
f X V TS
a V X TS
b X V TS
SAMPEL 4 c d e X X V X X V S S S
f X V TS
a V V S
b X V TS
SAMPEL 5 c d e V X V V X X S S TS
f X X S
e V V S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 7 c d X X X X S S
e V V S
f X V TS
a X X S
b V V S
SAMPEL 8 c d e V X X X V V TS TS TS
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 9 c d e X X X V X V TS S TS
f V V S
a V V S
b V V S
SAMPEL 10 c d V X V V S TS
e X V TS
f X V TS
SAMPEL 11 c d X X X X S S
e V V S
f X X S
a V X TS
b X X S
SAMPEL 12 c d X X X X S S
e V V S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 13 c d V X X X TS S
e V V S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 14 c d X V X X S TS
e X V TS
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 15 c d X X X X S S
e X X S
f V V S
b V V S
SAMPEL 16 c d X X X V S TS
e V V S
f V V S
a X X S
b V X TS
SAMPEL 17 c d V X X X TS S
e X V TS
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 18 c d X X X X S S
e V V S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 19 c d V V X X TS TS
e X V TS
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 20 c d X X X X S S
e V V S
f X V TS
Koder A Koder B Kesepakatan
a X V TS
b X X S
SAMPEL 21 c d X X X X S S
e V V S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 22 c d V X X X TS S
e V V S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 23 c d X X X X S S
e V V S
f X V TS
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b V X TS
SAMPEL 24 c d X X X X S S
e V V S
f V V S
a X V TS
b X X S
SAMPEL 25 c d V X X X TS S
e V V S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 26 c d X X X X S S
e V V S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 3 c d V X V X S S
TABEL 2 Hasil Uji Kategori Nilai Berita Koder A dan Koder C
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 1 c d e X X V V X V TS S S
f V X TS
a V X TS
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 6 c d e X X V X X V S S S
f X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 7 c d e X X V X X V S S S
f X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 11 c d X X X X S S
e V V S
f X X S
a V X TS
b X X S
SAMPEL 12 c d X X X X S S
e V V S
f X V TS
a X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
b V X TS
SAMPEL 16 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
a X X S
b V X TS
SAMPEL 17 c d V X V X S S
e X V TS
f X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 21 c d X X X X S S
e V V S
f X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 22 c d V X V X S S
e V V S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
b V X TS
SAMPEL 24 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 25 c d V X V X S S
e V X TS
b X X S
SAMPEL 2 c d e X X V V X V TS S S
b X X S
SAMPEL 3 c d e V X V V X V S S S
f X X S
a V X TS
b V X TS
SAMPEL 8 c d e V X X X X V TS S TS
f X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 13 c d V X X X TS S
e V V S
f X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 18 c d X X X X S S
e V V S
f X X S
f X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 23 c d X X X X S S
e V V S
f X X S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 26 c d X X X X S S
e V V S
f X X S
f X V TS
a X X S
a X X S
SAMPEL 4 c d e X X V X X V S S S
f X X S
a V X TS
b X X S
SAMPEL 5 c d e V X V V X V S S S
f X X TS
b X X S
SAMPEL 9 c d e X X X V X V TS S TS
f V X TS
a V X TS
b V X TS
SAMPEL 10 c d V X V X S S
e X X S
f X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 14 c d X V X X S TS
e X X S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 15 c d X X X X S S
e X X S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 19 c d V V V X S TS
e X V TS
f X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 20 c d X X X X S S
e V V S
f X X S
b X X S
TABEL 3 Hasil Uji Kategori Nilai Berita Koder B dan Koder C
Koder B Koder C Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 1 c d e V X V V X V S S S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 2 c d e V X V V X V S S S
f V V S
a X X S
b X X S
SAMPEL 3 c d e V X V V X V S S S
f V X TS
a X X S
b V X TS
SAMPEL 4 c d e X X V X X V S S S
f V X TS
a V X TS
b V X TS
Koder B Koder C Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 6 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 7 c d X X X X S S
Koder B Koder C Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 11 c d X X X X S S
e V V S
f X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 12 c d X X X X S S
Koder B Koder C Kesepakatan
a V X TS
b V X TS
SAMPEL 16 c d X V X X S TS
e V V S
f V X TS
a X X S
b X X S
Koder B Koder C Kesepakatan
a V X TS
b X X S
SAMPEL 21 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
a X X S
Koder B Koder C Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 24 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
a V X TS
SAMPEL 5 c d e V X X V X V S S TS
e V V S
f V X TS
a X X S
b V X TS
SAMPEL 8 c d e X V V X X V S TS S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 9 c d V X V X S S
e V V S
f V X TS
a V X TS
b V X TS
SAMPEL 10 c d V V V X S TS
e V X TS
f V X TS
e V V S
f V V S
a X X S
b X X S
SAMPEL 13 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 14 c d X X X X S S
e V X TS
f V V S
a X X S
b X X S
SAMPEL 15 c d X X X X S S
e X X S
f V X TS
SAMPEL 17 c d X X V X TS S
e V V S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 18 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 19 c d X X V X TS S
e V V S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 20 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
b X X S
SAMPEL 22 c d X X V X TS S
e V V S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 23 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
b X X S
SAMPEL 25 c d X X V X TS S
e V X TS
f V V S
a X X S
b X X S
SAMPEL 26 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
f X X S
TABEL 4 Hasil Uji Kategori Kualitas Berita Koder A dan Koder B
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 1 c d e X X X V V V TS TS TS
f V V S
a V X TS
b X X S
SAMPEL 2 c d e X X X V V X TS TS S
f X V TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 3 c d X X X X S S
e V V S
f X V TS
a V X TS
b X X S
SAMPEL 4 c d X X X X S S
e X V TS
f X V TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 5 c d e V X X V V V S TS TS
f X V TS
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 6 c d e X V X V X V TS TS TS
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 7 c d V X X X TS S
e X V TS
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 8 c d X X X V S TS
e V V S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 9 c d X X X V S TS
e X V TS
f V X TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 10 c d X X X V S TS
e V V S
f X X S
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 11 c d X V V V TS S
e X V TS
f X V TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 12 c d V X V V S TS
e X V TS
f V V S
a X X S
b V V S
SAMPEL 13 c d X X V V TS TS
e X V TS
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 14 c d X X X X S S
e V V S
f X V TS
a X X S
b V X TS
SAMPEL 15 c d X X X V S TS
e X V TS
f X V TS
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 16 c d X X X V S TS
e V V S
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 17 c d V X V X S S
e X V TS
f X V TS
a V X TS
b V X TS
SAMPEL 18 c d X X V X TS S
e X V TS
f X V TS
a X X S
b V X TS
SAMPEL 19 c d X X X X S S
e X V TS
f X V TS
a X X S
b V X TS
SAMPEL 20 c d X X X X S S
e X V TS
f X V TS
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b V X TS
SAMPEL 21 c d X X X V S TS
e X V TS
f X V TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 22 c d V X V V S TS
e X V TS
f X V TS
a X X S
b V X TS
SAMPEL 23 c d X X V V TS TS
e X V TS
f X V TS
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b V X TS
SAMPEL 24 c d X X X V S TS
e X V TS
f X V TS
a X X S
b V X TS
SAMPEL 26 c d e X V X X V V S S TS
f X V TS
SAMPEL 25 c d X X X V S TS
e X V TS
f X V TS
a X X S
b X X S
TABEL 5 Hasil Uji Kategori Kualitas Berita Koder A dan Koder C
Koder A Koder C Kesepakatan
a X V TS
b X X S
SAMPEL 1 c d e X X X X X V S S TS
f V X TS
a V X TS
b X X S
SAMPEL 2 c d e X X X X X X S S S
f X V TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 3 c d e X X V X X X S S TS
f X X S
a V V S
b X X S
SAMPEL 4 c d X X V V TS TS
e X X S
f X X S
a X X S
b X V TS
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
b X V TS
SAMPEL 6 c d X V X X S TS
e X X S
f X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 7 c d e V X X X X V TS S TS
f X X S
a X V TS
b X X S
SAMPEL 8 c d e X X V X V X S TS TS
f X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 9 c d e X X X X X X S S S
f V V S
a X V TS
b X X S
SAMPEL 10 c d X X X V S TS
e V X TS
f X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
b X V TS
SAMPEL 11 c d X V X X S TS
e X V TS
f X X S
a X X S
b X V TS
SAMPEL 12 c d V X X X TS S
e X V TS
f V X TS
a X X S
b V V S
SAMPEL 13 c d X X X X S S
e X V TS
f X X S
a X V TS
b X X S
SAMPEL 14 c d X X X X S S
e V X TS
f X X S
a X V TS
b V X TS
SAMPEL 15 c d X X X X S S
e X X S
f X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X V TS
b X X S
SAMPEL 16 c d X X X X S S
e V X TS
f X X S
a X X S
b X V TS
SAMPEL 17 c d V X V X S S
e X X S
f X X S
a V X TS
b V V S
SAMPEL 18 c d X X V X TS S
e X X S
f X X S
a X X S
b V V S
SAMPEL 19 c d X X X X S S
e X X S
f X X S
a X X S
b V V S
SAMPEL 20 c d X X X X S S
e X X S
f X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X V TS
b V X TS
SAMPEL 21 c d e X X X V V X TS TS S
f X X S
a X X S
b X V TS
SAMPEL 22 c d V X V X S S
e X X S
f X X S
a X X S
b V V S
SAMPEL 23 c d X X V X TS S
e X X S
f X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X V TS
b V X TS
SAMPEL 24 c d X X X V S TS
f X V TS
a X V TS
b V V S
SAMPEL 25 c d X X V V TS TS
e X X S
f X X S
a X V TS
b X X S
SAMPEL 26 c d X V X V S S
e X X S
f X X S
e X V TS
SAMPEL 5 c d e V X X V X V S S TS
f X X S
TABEL 6 Hasil Uji Kategori Kualitas Berita Koder B dan Koder C
Koder B Koder C Kesepakatan
a X V TS
b X X S
SAMPEL 1 c d e V V V X X V TS TS S
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 2 c d V V X X TS TS
e X X S
f V V S
a X X S
b V V S
SAMPEL 3 c d X X X X S S
e V X TS
f V X TS
a X V TS
b X X S
SAMPEL 4 c d e X X V V V X TS TS TS
f V X TS
a X X S
b V V S
SAMPEL 5 c d V V V X S TS
e V V S
f V X TS
Koder B Koder C Kesepakatan
a X X S
b X V TS
SAMPEL 6 c d e V X V X X X TS S TS
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 7 c d X X X X S S
e V V S
f V X TS
a X V TS
b X X S
SAMPEL 8 c d X V X V S S
e V X TS
f V X TS
a X X S
b X X S
SAMPEL 9 c d X V X X S TS
e V X TS
f X V TS
a X V TS
b V X TS
SAMPEL 10 c d X V X V S S
e V X TS
f X X S
Koder B Koder C Kesepakatan
a X X S
b X V TS
SAMPEL 11 c d V V X X TS TS
e V V S
f V X TS
a X X S
b V V S
SAMPEL 12 c d V V X X TS TS
e V V S
f V X TS
a X X S
b V V S
SAMPEL 13 c d V V X X TS TS
e V V S
f V X TS
a X V TS
b X X S
SAMPEL 14 c d X X X X S S
e V X TS
f V X TS
a X V TS
b X X S
SAMPEL 15 c d X V X X S TS
e V X TS
f V X TS
Koder B Koder C Kesepakatan
a X V TS
b X X S
SAMPEL 16 c d X V X X S TS
e V X TS
f V X TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 17 c d V X V X S S
e V X TS
f V X TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 18 c d V X V X S S
e V X TS
f V X TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 19 c d X X X X S S
e V X TS
f V X TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 20 c d X X X X S S
e V X TS
f V X TS
Koder B Koder C Kesepakatan
a X V TS
b X X S
SAMPEL 21 c d X V V V TS S
e V X TS
f V X TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 22 c d V V V X S TS
e V X TS
f V X TS
a X X S
b X V TS
SAMPEL 23 c d V V V X S TS
e V X TS
f V X TS
Koder B Koder C Kesepakatan
a X V TS
b X X S
SAMPEL 24 c d X V X V S S
e V V S
f V V S
a X V TS
b X V TS
SAMPEL 25 c d X V V V TS S
e V X TS
f V X TS
a X V TS
b X X S
SAMPEL 26 c d X V X V S S
e V X TS
f V X TS
TABEL 7 Hasil Uji Kategori Etika Jurnalistik Koder A dan Koder B
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
SAMPEL 1 b c d X X V V X X TS S TS
e X V TS
a X X S
b V V S
SAMPEL 2 c d X X X X S S
e X V TS
a X X S
SAMPEL 3 b c d X X V V X V TS S S
e X X S
a X V TS
SAMPEL 4 b c d X X V V X X TS S TS
e X X S
a X V TS
b X X S
SAMPEL 5 c d V X X X TS S
e X X S
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
b X X S
SAMPEL 6 c d X V X X S TS
e X X S
a X V TS
b V X TS
SAMPEL 7 c d X X X X S S
e X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 8 c d X V V X TS TS
e X X S
a X X S
SAMPEL 9 b c d V X X X V X TS TS S
e X X S
a X X S
SAMPEL 10 b c d V X X X V X TS TS S
e X X S
Koder A Koder B Kesepakatan
a X X S
SAMPEL 11 b c d X V X X V X S S S
e X X S
a X V TS
SAMPEL 12 b c d X V X X V X S S S
e X X S
a X V TS
SAMPEL 13 b c d V X X V X X S S S
e X X S
a X X S
SAMPEL 14 b c d X X V X V X S TS TS
e X X S
a X V TS
SAMPEL 15 b c d V X V X X X TS S TS
e X X S
Koder A Koder B Kesepakatan
a X V TS
SAMPEL 16 b c d V X X X X X TS S S
e X X S
a V V S
SAMPEL 17 b c d X V X X X X S TS S
e X X S
a V V S
SAMPEL 18 b c d V X X X X X TS S S
e X X S
a X V TS
SAMPEL 19 b c d X X V X X X S S TS
e X X S
a X V TS
SAMPEL 20 b c d V X X X X X TS S S
e X X S
Koder A Koder B Kesepakatan
a X V TS
SAMPEL 21 b c d V X X X X X TS S S
e X X S
a X V TS
SAMPEL 22 b c d X X V X X X S S TS
e X X S
a X V TS
SAMPEL 23 b c d V X X X X X TS S S
e X X S
Koder A Koder B Kesepakatan
a X V TS
SAMPEL 24 b c d V X X X X X TS S S
e X X S
a X V TS
SAMPEL 25 b c d X X V X X X S S TS
e X X S
a X V TS
SAMPEL 26 b c d V X X X X X TS S S
e X X S
TABEL 8 Hasil Uji Kategori Etika Jurnalistik Koder A dan Koder C
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
SAMPEL 1 b c d X X V V X X TS S TS
e X X S
a X X S
b V X TS
SAMPEL 2 c d X X V X TS S
e X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 3 c d X V V X TS TS
e X X S
a X V TS
SAMPEL 4 b c d X X V V V X TS TS TS
e X X S
a X X S
SAMPEL 5 b c d X V X V V X TS S S
e X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
SAMPEL 6 b c d X X V V X X TS S TS
e X X S
a X X S
b V V S
SAMPEL 7 c d X X X X S S
e X X S
a X X S
SAMPEL 8 b c d X X V V V X TS TS TS
e X X S
a X X S
SAMPEL 9 b c d V X X X X X TS S S
e X X S
a X X S
SAMPEL 10 b c d V X X V V V S TS TS
e X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X X S
SAMPEL 11 b c d X V X V X X TS TS S
e X X S
a X X S
SAMPEL 12 b c d X V X V V X TS S S
e X X S
a X X S
SAMPEL 13 b c d V X X V V X S TS S
e X X S
a X V TS
SAMPEL 14 b c d X X V V X X TS S TS
e X X S
a X V TS
SAMPEL 15 b c d V X V V X X S S TS
e X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X V TS
SAMPEL 16 b c d V X X V X X S S S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 17 b c d X V X V X X TS TS S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 18 b c d V X X V X X S S S
e X X S
a X X S
SAMPEL 19 b c d X X V V X X TS S TS
e X X S
a X X S
SAMPEL 20 b c d V X X V X X S S S
e X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X V TS
SAMPEL 21 b c d V X X V V X S TS S
e X X S
a X X S
SAMPEL 22 b c d X X V V X X TS S TS
e X X S
a X X S
SAMPEL 23 b c d V X X V X X S S S
e X X S
Koder A Koder C Kesepakatan
a X V TS
SAMPEL 24 b c d V X X V X X S S S
e X X S
a X V TS
SAMPEL 25 b c d X X V V X X TS S TS
e X X S
a X V TS
SAMPEL 26 b c d V X X V X X S S S
e X X S
TABEL 9 Hasil Uji Kategori Etika Jurnalistik Koder B dan Koder C
Koder B Koder C Kesepakatan
a X X S
b V V S
SAMPEL 1 c d X X X X S S
e V X TS
a X X S
b V X TS
SAMPEL 2 c d X X V X TS S
e V X TS
a X X S
SAMPEL 3 b c d V X V X V X TS TS TS
e X X S
a V V S
b V V S
SAMPEL 4 c d X X V X TS S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 5 b c d X X X V V X TS TS S
e X X S
Koder B Koder C Kesepakatan
a X X S
SAMPEL 6 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
a V X TS
b X V TS
SAMPEL 7 c d X X X X S S
e X X S
a X X S
SAMPEL 8 b c d X V X V V X TS S S
e X X S
a X X S
b X X S
SAMPEL 9 c d V X X X TS S
e X X S
a X X S
SAMPEL 10 b c d X V X V V V TS S TS
e X X S
Koder B Koder C Kesepakatan
a X X S
SAMPEL 11 b c d X V X V X X TS TS S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 12 b c d X V X V V X TS S S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 13 b c d V X X V V X S TS S
e X X S
a X V TS
SAMPEL 14 b c d X V X V X X TS TS S
e X X S
a V V S
SAMPEL 15 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
Koder B Koder C Kesepakatan
a V V S
SAMPEL 16 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 17 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 18 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 19 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 20 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
Koder B Koder C Kesepakatan
a V V S
SAMPEL 21 b c d X X X V V X TS TS S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 22 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
a V X TS
SAMPEL 23 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
Koder B Koder C Kesepakatan
a V V S
SAMPEL 24 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
a V V S
SAMPEL 25 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
a V V S
SAMPEL 26 b c d X X X V X X TS S S
e X X S
Data Penulis
Nama Alamat Tanggal Lahir Jenis Kelamin
: Tria Amelia Agustina : Jl. Tatapakan II No. 14 (27) Bantar Jati Bogor 16152 : 11 Agustus 1983 : Perempuan
Pendidikan SD SLTP SLTA PERGURUAN TINGGI
: 1989-1995 SD Negeri Polisi IV, Bogor : 1995-1998 SMP Negeri III, Bogor : 1998-2001 SMU Negeri 7, Bogor : 2001-2004 Diploma III Broadcast Universitas Indonusa Esa Unggul, Jakarta 2004 PKSM.Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana, Jakarta
Pekerjaan
2004 – 2005, Wartawan Majalah Pilars, Jakarta 2005 – Sept 2006, Reporter Infotainment Ricek Selebriti Produksi Bintang Grup