STRATEGI PEMOGRAMAN ASTRO OASIS DALAM MENAMPILKAN TAYANGAN YANG ISLAMI (PERIODE 7 SEPTEMBER 2007 – 7 SEPTEMBER 2008)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat – syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh
Dini Kusuma Wardani 44105120032 Jurusan Komunikasi Broadcasting
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Nama NIM Fakultas Bidang Studi Judul
: Dini Kusuma Wardani : 44105120032 : Ilmu Komunikasi : Broadcasting : Strategi Pemograman Astro Oasis dalam Menampilkan Tayangan Yang Islami (Periode 7 September 2007 – 7 September 2008)
Mengetahui, Dosen Pembimbing
(Ponco Budi Sulistyo, S.Sos., M.Comm)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama NIM Fakultas Bidang Studi Judul
: Dini Kusuma Wardani : 44105120032 : Ilmu Komunikasi : Broadcasting : Strategi Pemograman Astro Oasis dalam Menampilkan Tayangan Yang Islami (Periode 7 September 2007 – 7 September 2008)
Jakarta, 25 April 2009
Mengetahui
1. Ketua Sidang Feni Fasta, SE, M.Si
(……………………)
2. Penguji Ahli Erry Farid, S.Sos
(……………………)
3. Pembimbing Skripsi Ponco Budi Sulistyo, S.Sos., M.Comm
(.................................)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Nama NIM Judul
Bibliografi
: Dini Kusuma Wardhani : 44105120032 : Strategi Pemograman Astro Oasis dalam Menampilkan Tayangan Yang Islami dan Berkualitas (Periode 7 September 2007 – 7 September 2008) : 25 bahan acuan bacaan (tahun 1991 s/d tahun 2008) ABSTRAK
Perkembangan industri pertelevisian di Indonesia yang semakin marak yang diikuti oleh lahirnya televisi lokal maupun televisi berbayar di Tanah Air menjadikan persaingan yang semakin ketat sehingga para pemain di industri ini melaksanakan strategi programming yang kreatif dengan menampilkan berbagai macam tayangan yang menarik, yang seringkali menghiraukan isi dari suatu program. Hal ini merisaukan masyarakat muslim yang memiliki segmentasi SES AB+ dalam menemukan program keluarga yang memiliki nilai – nilai positif dan islami untuk keluarga mereka, dan peluang ini ditangkap oleh PT. Adi Karya Visi selaku content provider dari televisi berbayar ASTRO. Pada tanggal 7 September 2007, ASTRO meluncurkan kanal baru bernama Astro Oasis yang merupakan saluran keluarga yang bergaya hidup islami, sehingga penulis ingin mengetahui strategi programming Astro Oasis yang diterapkan untuk memberikan tayangan yang islami dan berkualitas pada periode 7 September 2007 – 7 September 2008. Konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah seperti yang dikemukakan oleh Little John bahwa proses organisasi media dalam memproduksi dan menyampaikan pesan kepada khalayak luas adalah pesan yang dicari, digunakan, dipahami dan dipengaruhi oleh khalayak. Serta McQuil yang menyebutkan bahwa komunikasi massa merupakan norma yang semakin berperan dalam menampilkan peristiwa kehidupan masyarakat, baik bertaraf nasional maupun internasional sekaligus sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan symbol, tetapi juga dalam pengertian tata cara, mode, gaya hidup dan norma – norma. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data diperoleh dari wawancara secara mendalam dengan berbagai narasumber, seperti Programming Director PT. AKV, Channel Head Astro Oasis, Programming Executive dan Research & Development serta bahan – bahan lain yang menjadi panduan dalam penerapan Strategi programming Astro Oasis. Hasil penelitian memberikan gambaran strategi programming Astro Oasis, yang menitikberatkan pada proses pre research untuk mengetahui preferensi serta audience profile bagi Astro Oasis yang kemudian dari hasil tersebut dibuatkan FPC sebagai panduan dalam memilihkan program yang sesuai dengan genre dan komposisi audience profile. Terakhir dijalankan post research untuk mengetahui apakah strategi yang diterapkan telah maksimal dijalankan.
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1.1 Tabel 1.2
TV Penetration Operator TV Berlangganan di Indonesia
3 4
Tabel 4.1
Channel – Channel di TV Berlangganan ASTRO
49
Tabel 4.2
Profile Responden FGD
55
DAFTAR GRAFIK Hal Grafik 1.
Channel Share Astro Oasis (Periode Nov 2007 – Sept 2008)
68
Grafik 2.
Channel Rating Astro Oasis (Periode Nov 2007 – Sept 2008)
69
Grafik 3.
Audience Profile (Periode Feb – Mar 08 dan Agst – Sept 08)
69
Grafik 4.
Audience Profile by Religion (5 Agst – 5 Sept 08) All People, All Cities, TVR
70
KATA PENGANTAR
Puji syukur, Alhamdulillah saya haturkan kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta, Sang Mahasegalanya, Sang Mahahati, Sang Mahapengasih dan penyayang, yang telah memberikan cinta yang tak terhingga, nikmat yang tidak pernah berujung, rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pemograman Astro Oasis dalam Menampilkan Tayangan Yang Islami (periode 7 September 2007 – 7 September 2008)” Terima kasih tak terhingga, salam dan shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangan dan amanah yang tak pernah padam sampai akhir zaman. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian baik moral maupun spiritual kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, antara lain: 1. Ibunda tercinta, yang berjuang tiada lelah untuk membesarkan anak – anaknya… Doa yang beliau panjatkan di dalam setiap sujudnya memberikan kekuatan tersendiri bagi saya untuk menjalani hidup ini dengan ikhlas. ”I love you so so much Mom...” 2. Alm Ayahanda tercinta, yang mengantarkan saya ke dunia, dan memberi pengajaran serta pembelajaran yang tak terhingga. 3. Mba Tatit, Mba Dian dan Mas Bayu, yang selalu mendukung langkah adiknya, terima kasih atas cinta kalian... serta keponakan – keponakanku yang lucu,
Mba Dita, Mas Gyan, Mas Difa, De’ Nadya dan De’ Naufal atas keriaan dan kebahagiaan yang terpancar... ”Auntie loves you much..”. 4. Bapak Ponco Budi Sulistyo, S.Sos., M.Comm. Terima kasih banyak atas bimbingan, dukungan serta waktu yang beliau sediakan di tengah – tengah kepadatan tugas suci nya. 5. Seluruh pengajar jurusan Broadcasting, Fakulatas Ilmu Komunikasi UMB, yang telah berbagi ilmu dan pengalaman yang berharga. Semoga menjadi pahala yang tak terhingga. 6. Seluruh staff TU Fikom, staff sekretariat PKSM dan staff Perpustakaan, yang tiada lelah melayani dengan ikhlas kebutuhan mahasiswanya. 7. Ibu Dewi Fadjar, atas bimbingan, nasihat, serta pengalaman hidup yang berharga sehingga membawa pencerahan bagi saya dalam mengarungi dunia broadcasting ini.. Dan terima kasih atas kepercayaan dan keyakinannya bahwa saya mampu melakukannya. 8. Mas Tomi Satryatomo, yang telah banyak memberikan masukan, meluangkan waktu sibuknya untuk menjawab kehausan atas pertanyaan saya. ”Semoga sukses dengan Astro Oasis nya ya Mas..” 9. Mba Srie Sarwindah dan tim Astro Oasis, yang bersedia meluangkan waktu nya dengan tangan terbuka di tengah hiruk pikuk pekerjaan yang tiada akhir.. 10. Bang Adolf Siregar, yang memberikan pencerahannya akan pentingnya data riset di industri pertelevisian dan mengajarkan cara menggunakan data tersebut. 11. Para guru yang mengilhami langkah saya di dunia broadcasting, Ibu Dewi Fadjar, Bapak Riza Primadi, Mba Juanita Halim, Mba Sania Makki, Mas Tomi Satryatomo, Mba Endah Saptorini, Mas Imam Wahyudi dan Mas Rizal
Mustary. Terima kasih atas pembelajaran serta ilmu yang diberikan. ”Someday, I want to be like you...” 12. Mas Qprit, Mba Mira, Mas Guni, Mba Endra, Mba Soli, Mba Rieta ‘Bule’ dan Mas Audi yang memperkenalkan saya ke dunia broadcast… ”Thank you so much and keep the rock!” 13. Rifa dan tim OAP yang telah membantu membuatkan showreal Astro Oasis.. “You’ve done such a great job.. Thanks guys!” 14. Teman sejati: Metha, Widodo dan Firdaus, yang menemani selama pencarian ilmu di UMB... Terima kasih atas dukungan kalian. 15. Saudara seperjuangan “The Pretzers”, Tyas, Hesti, Fatma, Eva, Tante Janni, Mba Monic, Mami Yanti dan Tante Ninik, yang membuat hidup ini terasa lebih indah. 16. La Tahzan Community dan Pak Ustadz Rusli yang selalu bersedia memberikan petuahnya ketika hati ini sedang kosong… Terima kasih 17. Yang terkasih, sahabat dan teman yang tidak bisa disebut satu persatu, yang secara langsung atau tidak telah mewarnai hidup saya, terima kasih banyak..
Jakarta, April 2009 (Dini Kusuma Wardani)
“Yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi – mimpi dan keyakinannya adalah mereka hanya tinggal mempercayainya” – 5cm
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan 2. Daftar Pustaka 3. Draft Wawancara 4. FPC Astro Oasis – Februari 2008 5. FPC Astro Oasis – Maret 2008 6. Biodata Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dunia pertelevisian merupakan dunia yang selalu menarik perhatian
masyarakat. Pada akhir abad 20, pamor televisi makin menanjak. Dunia yang luas itu seakan – akan berubah menjadi sempit.
Manusia begitu mudahnya menjangkau
tempat yang jaraknya ribuan kilometer jauhnya dan bisa mengetahui kejadian ataupun peristiwa dunia hanya dengan menyentuh tombol dari telunjuk jarinya. Perkembangan dunia pertelevisian yang di rasa begitu cepat disebabkan oleh masyarakat merasakan manfaat yang sangat besar dari media penyiaran. Televisi yang mempunyai fungsi sebagai media informasi, edukasi dan hiburan disamping media yang merupakan alat bisnis hiburan yang dibuat untuk mencari keuntungan ini terus berkembang sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat. Di Indonesia, maraknya dunia pertelevisian beberapa tahun terakhir ini dibuktikan dengan menjamurnya televisi – televisi swasta di tanah air.
Dengan
program yang menarik dan variatif, stasiun TV swasta mencoba mencuri perhatian pemirsanya. Seiring dengan pertumbuhan serta semakin beratnya persaingan industri pertelevisian di Indonesia maka televisi – televisi tersebut semakin selektif memilih program acaranya serta menerapkan strategi penayangan yang kompetitif. Televisi pada saat ini telah menjadi sebuah industri. Sebagai media audio visual, televisi tidak hanya digunakan untuk memberikan informasi, edukasi maupun hiburan saja tetapi bisa digunakan sebagai media promosi yang efektif. Atas dasar tersebut, media televisi sering dimanfaatkan untuk tujuan mempromosikan suatu
produk tertentu hingga sebagai media kampanye yang berbau politis. Khusus untuk media penyiaran, pemanfaatan untuk kampanye tersebut telah menjadi tren tersendiri, mengingat daya jangkau yang sangat luas dan mampu menembus kendala – kendala geografis.1 Penonton atau audience merupakan target market utama di industri pertelevisian. Sebuah stasiun televisi harus memiliki segmentasi pasar yang jelas untuk membidik target market nya.
Kejelasan target market yang ingin dituju
memudahkan pemain di industri pertelevisian menetapkan strategi yang akan dijalankan agar investasi yang ditanamkan bisa dilaksanakan secara efektif. Industri pertelevisian merupakan industri yang padat modal, padat karya dan padat teknologi sehingga mengharuskan pemainnya jeli dalam melihat peluang yang ada. Kejelian dalam menerapkan strategi programming merupakan suatu keharusan agar investasi yang sangat besar dalam menjalankan kegiatan operasional televisi dapat menghasilkan hasil yang maksimal.
Ketepatan dalam merumuskan strategi
programming diantaranya penentuan segmentasi audience yang berimbas pada pemilihan program acara serta menjalankan program acara yang menarik merupakan jalan awal dalam memenangkan persaingan, terutama dalam rangka memperebutkan iklan, sebagai titik akhir dalam persaingan tersebut.2 Maraknya industri pertelevisian tidak hanya dimeriahkan oleh televisi nasional free to air saja, tapi semakin membaiknya perekonomian di Indonesia membuat pemain dalam industri televisi memperkenalkan sistem televisi berbayar (pay tv) di tanah air. Seperti istilah yang digunakan, televisi berbayar (pay tv), mengharuskan pelanggannya membayar untuk sebuah program yang akan ditontonnya. Sistem ini telah diperkenalkan di Indonesia sejak 12 tahun yang lalu, tetapi jumlah pelanggan 1 2
Tommy Suprapto, Berkarir di Bidang Broadcasting, Media Pressindo, Tahun 2006, hal 4 Pierre Bourdieu, Menyelami Dunia Televisi, Freedom Press, Yogyakarta Tahun 2006, hal 7
(subscriber) dalam kurun waktu tersebut sangatlah rendah hingga sampai beberapa tahun terakhir. Tahun 2006 merupakan titik balik dunia televisi berbayar di Indonesia yang ditandai dengan kenaikan jumlah subscriber mencapai 284.000 di akhir tahun 2006. 3 Berikut adalah tabel TV industri yang menggambarkan tingkat penetrasi yang sangat rendah untuk televisi berbayar di Indonesia dibanding jumlah rumah tangga yang memiliki televisi yang merupakan hasil penelitian AGB Media Research dan Clarity Tabel 1. 1 TV Penetration Characteristics
Penetration
Population
230 million
Households
53.5 million
TV Penetration
75%
FTA Penetration
75%
Parabola Penetration***
9%
Cable / Satelite TV Penetration*
1.2%
Autorized Pay TV Penetration**
0.6%
Kenaikan jumlah subscriber tersebut dipicu oleh kehadiran Astro sebagai pemain baru dalam industri TV berbayar di Indonesia. Kehadiran provider TV berbayar asal negri jiran tersebut membuat bisnis tv berbayar di Indonesia yang 3
Clarity Research, Indonesia in View, CASBAA market report on the pay tv industry in Indonesia, January 2007
Note: *Cable/Satellite TV penetration based on AGB Media Research national survey and includes people subscribing to any form of pay tv including from authorized pay tv operators as well as from non –authorized pay tv operators. In many cases, customers are not aware they are subscribing to an unauthorized distributor as the programming may still carry the logo an authorized operator Note:** Authorized pay tv penetration based on subscriber numbers provided by authorized pay tv operators to Clarity Note: *** Parabolas include any antenna/satellite dish capable of receiving FTA and pay tv Source: AGB Media Research and Clarity
tingkat penetrasinya tergolong sangat lamban ini berubah secara cepat. Sebelumnya kita mengenai Indovision, sebagai penguasa pasar TV berbayar, yang diikuti oleh Kabelvision (First Media), Telkomvision dan Indosat M2. Sebagai pendatang baru yang baru berusia dua tahun, Astro mencoba menjajaki pangsa pasar di Indonesia. Di negara asalnya, Astro merupakan televisi berbayar terbesar yang telah memiliki 200 ribu pelanggan, dan merupakan potensi yang sangat besar bagi Indonesia yang memiliki jumlah penduduk lebih kurang 30 juta rumah tangga yang memiliki televisi.4 Berikut, gambaran industri televisi berlangganan di Indonesia yang di rangkum sampai dengan November 2007. 5 Tabel 1. 2. Operator TV Berlangganan di Indonesia Operators
Platform (Year Established)
Residential Subscribers (Nov 2007)
Market Share
DTH (1996)
301.000
47%
Cable (1996)
132.000
21%
Cable/SMATV (1997)
72.000
11%
Cable/SMATV (2000)
5.000
1%
130.000
20%
640.000
100%
DTH (2006)
Astro Nusantara dioperasikan oleh perusahaan bernama PT. Direct Vision yang dibentuk pada tanggal 28 Februari 2006 yang merupakan kepemilikan dari Astro All Asia Networks plc sebanyak 20% dan PT. Broadband Multimedia yang merupkan bagian dari Grup Lippo sebanyak 80%. Saat ini astro menyediakan 49 pilihan saluran termasuk di dalamnya 6 saluran lokal yang diproduksi khusus oleh Astro Indonesia 4
www.swa.co.id (Persaingan TV Berlangganan Memanas, oleh: Taufik Hidayat dan Dedi Humaedi) Source: Media Route 26, Issue 94 – November 2007, Asia Pacific Pay TV & Broadband Market 2007 by Media Partners Asia
5
melalui perusahaan penyedia isi siaran (content provider) PT. Adi Karya Visi. Enam saluran lokal tersebut adalah Astro Aruna (saluran khusus untuk sinetron Indonesia), Astro Awani (saluran informasi dan gaya hidup), Astro Ceria (saluran untuk anak – anak), Astro Kirana (saluran film non Hollywood), Astro Xpresi (saluran gaya hidup anak muda dan infotaiment), dan Astro Oasis yang baru di launch pada tanggal 7 September 2007 merupakan saluran yang menampilkan berbagai aspek kehidupan masyarakat Muslim baik di Indonesia maupun di Mancanegara.6 Hadirnya Astro Oasis tidak terlepas dari riset yang dilakukan oleh Astro sebelumnya yang menunjukan adanya keresahan pemirsa terhadap tayangan televisi saat ini yang dinilai banyak menampilkan program kurang mendidik dan tidak mengindahkan kaidah Islam. Sebagian pemirsa juga menyebutkan adanya perubahan gaya hidup masyarakat muslim modern saat ini; beberapa diantaranya adalah meningkatnya minat eksekutif muda untuk mengikuti pengajian dan semakin maraknya musisi yang mengeluarkan album religius.7 Melihat tingginya minat masyarakat Indonesia terhadap tontonan informatif yang sesuai dengan kaidah Islam, Astro Oasis hadir dan menyiapkan serangkaian program Islami, menarik serta mendidik untuk keluarga.
Berbagai tayangan
dokumenter, musik, drama, gaya hidup, edukasi dan syariah akan menjadi suguhan utama saluran ini. Seluruhnya akan dikemas dan disampaikan dengan cara modern tanpa bermaksud menggurui atau berpihak pada golongan tertentu.
Program –
program dalam Astro Oasis juga didesain dekat dengan kehidupan sehari – hari masyarakat muslim modern di Indonesia. Walaupun demikian, tayangan dalam Astro Oasis tetap berpegang pada Al Quran dan Sunnah.8
6
www.wikipedia.com, PT. Direct Vision Astro Guide, September 2007, hal 6 8 Ibid 7
Kehadiran Astro Oasis diharapkan bisa menjadi solusi yang tepat bagi pemirsa yang sedang mencari tayangan ideal bagi seluruh keluarga sehingga pemirsa dapat menyaksikan berbagai program Islami yang lengkap, informatif dan menarik tidak hanya selama bulan Ramadhan, tetapi setiap hari sepanjang tahun di Astro Oasis.9 Untuk memenuhi keinginan pemirsa untuk menonton program – program Islami dan berkualitas, merupakan peluang yang harus ditangkap oleh Astro sebagai televisi berbayar dalam keseriusannya mewujudkan keinginan pemirsanya. Sehingga dalam pelaksanaanya diperlukan strategi pemograman yang baik agar program – program yang ditayangkan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemirsa Astro. Untuk itu, sehingga sangatlah menarik untuk mengkaji strategi pemograman Astro Oasis sejak saluran tersebut di luncurnya hingga saat ini.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang masalah di atas, penulis merumuskan pokok
permasalahan penelitian adalah ” Bagaimana Strategi Pemograman Astro Oasis dalam Menampilkan Tayangan yang Islami dan Berkualitas (Periode 7 September 2007 – 7 September 2008)?”
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memberi gambaran strategi
pemograman Astro Oasis sehingga dapat menyuguhkan program – program yang Islami dan berkualitas sepanjang periode tersebut.
9
Ibid
1.4
Signifikansi Penelitian
1.4.1 Signifikansi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Fakultas Ilmu Komunikasi dalam pengembangan studi Ilmu Komunikasi khususnya bidang penyiaran televisi mengenai strategi Astro Oasis dalam menampilkan tayangan yang Islami dan Berkualitas.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2 Signifikansi Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan bisa berguna bagi tim programming Astro Oasis dalam mengevaluasi strategi programmingnya. Dan sebagai masukan bagi insan – insan pertelevisian, khususnya televisi berbayar di tanah air.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Massa 2.1.1. Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi Massa pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa, seperti surat kabar, majalah, radio dan televisi. Hadirnya media baru seperti internet memberikan perspektif pandangan yang baru terhadap komunikasi massa. Kenyataan menunjukan bahwa penggunaan internet memberikan peluang untuk memberikan tanggapan atau umpan balik (feedback) secara segera (immediately), misalnya email dan maillist yang berbeda dengan surat kabar atau majalah di mana umpan baliknya lebih bersifat tertunda (delayed). Little John (2002) menawarkan definisi yang barangkali lebih memadai mengenai komunikasi massa dengan menyatakan bahwa komunikasi massa merupakan “the process whereby media organization produce and transmit messages to large publics and the process by which those message are sought, used, understood and influenced by audiences” (proses dimana organisasi – organisasi media memproduksi dan menyampaikan pesan – pesan kepada khalayak luas dan proses dimana pesan – pesan dicari, digunakan, dipahami dan dipengaruhi oleh khalayak) Organisasi media massa bekerja sebagai suatu lembaga masyarakat yang hidup di tengah masyarakat dengan segala nilai,
norma dan dinamikannya yang berinteraksi dengan institusi lain yang ada di dalam masyarakat.10
2.1.2. Karakteristik Komunikasi Massa Di bandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi massa memiliki karakteristik atau ciri tersendiri. Karakteristik utama komunikasi massa terletak pada beberapa hal sebagai berikut:11 a. Komunikator Terlembaga Komuniktor (penyampaian pesan), dalam komunikasi massa bukanlah personal namun merupakan sebuah lembaga.
Lembaga penyampai pesan
komunkasi massa adalah media massa itu sendiri, seperti televisi, surat kabar dan radio. b. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa bersifat terbuka. Hal ini dikarenakan komunikan tersebar di berbagai tempat. Selain itu, pesan bersifat umum berarti adalah pesan – pesan yang disampakan oleh komunikator ditujukan oleh masyarakat luas atau masyarakat umum.
Tidak ada klasifikasi pesan, misalnya
dikhususkan untuk masyarakat di pulau Jawa dan lain sebagainya. Meskipun demikian, pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa harus melalui tahapan seleksi terlebih dahulu. Pesan itu sendiri dapat berupa peristiwa, fakta dan opini. Tolak ukur pesan dalam komunikasi massa adalah adanya nilai (value) penting dan menarik di dalamnya yang dalam bahasa jurnalis disebut sebagai nilai berita.
Nilai penting dan menarik itu sendiri sangat relatif,
tergantung bagaimana peristiwa, opini dan fakta tersebut penting diketahui 10 11
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS Yogyakarta, Juni 2007, hal 16 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, PT. Rajagafindo Persada, 2007, hal 19
oleh masyarakat sehingga masyarakat tertarik untuk menonton atau membaca atau mendengarkan suatu berita. c. Komunikan Heterogen Komunikan atau penerima informasi dalam komunikasi massa bersifat heterogen.
Hal ini dikarenakan komunikasi massa menyampaikan pesan
secara umum pada seluruh masyarakat, tanpa membedakan suku, ras dan usia. Masyarakat yang menerima pesan ini beragam karakater psikologi, usia, tempat tinggal, adat budaya, strata social dan agamanya. d. Komunikasi Massa bersifat Keserempakan Komunikasi
massa
bersifat
keserempakan.
Dalam
hal
ini,
keserempakan yang dimaksud adalah tayangan atau program siaran disampaikan secara bersamaan, misalnya tayangan sebuah sinetron akan diterima oleh masyarkat di pulau Sumatra dan pulau Kalimantan secara serempak pada waktu yang bersamaan. e. Pesan yang Disampakan Satu Arah Dalam komunikasi massa, pesan yang disampkan oleh komunikator bersifat satu arah. Tidak terjadi interaksi antara komunikator dan komunikan dalam sebuah program siaran. Dewasa ini, sifat satu arah ini lebih dominan daripada sifat interaksi.
Meskipun, pada program khusus kemungkinan
interaksi masih terbuka bebas. Misalnya, program Talk Show, Variety Show, dan lain sebagainya. f. Umpan Balik Tertunda (Delayed Feed Back) Umpan balik merupakan wujud respon komunikasi dari pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Umpan balik dalam komunikasi massa
bersifat tertunda, dalam arti umpan balik yang disampaikan oleh komunikasi
tidak langsung diterima oleh komunikator.
Misalnya, sebuah tayangan
kekerasan disiarkan oleh salah satu stasiun televisi di Indonesia.
Dalam
psikologi disebutkan, respon yang diterima masyarakat terdiri dari mendukung atau menolak tayangan tersebut. Pro dan kontra ini tidak dapat disampaikan secara langsung pada saat program tayangan kekereasan tersebut disiarkan. Biasanya penyampaian respon tersebut berupa kritikan melalui surat pembaca di media massa dan lain sebagainya. g. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik. Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat tidak lepas dari pemancar. Apalagi dewasa ini terjadi revolusi komunikasi massa dengan peralatan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan, saat ini sudah sering televisi melakukan siaran langsung (live) dan bukan siaran yang direkam (recorded).
Radio
maupun media cetak juga memerlukan peralatan teknis. Alat pemancar pada Radio sangat dibutuhkan untuk merelay suatu acara begitu pula peralatan teknis yang digunakan media massa untuk mencari berita melalui internet. Peralatan teknis merupakan sebuah kepercayaan yang sangat dibutuhkan media massa. Tidak lain agar proses pemancaran atau penyebaran pesannya bisa lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar. h. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau sering disebut penapis informasi / palang pintu / penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran
informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Sebagaimana kita ketahui, bahan – bahan, peristiwa atau data yang menjadi bahan mentah pesan yang disiarkan media massa beragam dan sangat banyak. Tentu tidak semua bahan tersebut bisa dimunculkan. Disinilah perlu ada pemilahan, pemilihan dan penyesuaian dengan media yang bersangkutan. Gatekeeper yang dimaksud antara lain, reporter, editor film/surat kabar/buku, manajer pemberitaan, penjaga rubric, kameramen, sutradara dan lembaga sensor film yang semuanya mempengaruhi bahan – bahan yang akan dikemas dalam pesan – pesan dari media massa masing – masing.
Gatekeeper ini juga berfungsi untuk
menginterpretasikan pesan, menganalisa, menambah data dan mengurangi pesan.
Intinya, Gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan
pengemasan sebuah pesan dari media massa.
2.1.3. Fungsi – Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi Massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Akan tetapi perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran dan media pandang dengar (audio visual), menyebabkan fungsi media massa telah mengalami banyak perubahan sehingga fungsi media massa dapat berfungsi sebagai berikut: 12 1. Informasi; yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini dan komentar sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang
12
Pawito, Ibid., hal 62
terjadi di luar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional atau internasional. 2. Sosialisasi;
yakni
menyediakan
dan
mengajarkan
ilmu
pengetahuan
bagaimana orang bersikap sesuai nilai – nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif. 3. Motivasi; yakni mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat dan dengar lewat media massa. 4. Bahan diskusi; menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal – hal yang menyangkut orang banyak. 5. Pendidikan; yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun untuk di luar sekolah.
Juga meningkatkan penyajian materi yang baik, menarik dan
mengesankan. 6. Memajukan Kebudayaan; media massa menyebarluaskan hasil – hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televise, ataukah bahan tercetak seperti buku dan penerbit – penerbit lainnya. Pertukaran ini akan memungkinkan peningkatakan daya kreativitas guna memajukan kebudayaan nasional serta mempertinggi kerjasama hubungan antarnegara. 7. Hiburan; media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah tangga. Sifat estetika yang dituangkan melalui bentuk lagu, lirik dan bunyi maupun gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya.
8. Integrasi; banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh kepentingan – kepentingan tertentu karena perbedaan etnis dan ras. Sehingga komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani perbedaan – perbedaan dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa.
2.1.4 Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat – alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Satu kenyataan yang tidak terbantahkan dan sangat mempengaruhi proses komunikasi dalam masyarakat modern sekarang ini adalah keberadaan media massa. Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini. Bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar sehingga mendudukan media sebagai alat yang akan ikut membentuk apa dan bagaimana masyarakat nantinya. Oleh karena itu, arti penting media massa menurut Dennis Mc Quail adalah sebagai berikut: 13 1. Media merupakan industri yang berubah dan
berkembang yang
menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. 2. Media massa merupakan sumber kekuatan – alat control, manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. 3. Media merupakan lokasi atau norma yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa – peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. 13
Nurudin, Ibid hal 34
4. Media
sering
kali
berperan
sebagai
wahana
pengembangan
kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan symbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma – norma. 5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bbagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai – nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
2.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa Media komunikasi massa yang paling berkembang dengan pesat adalah televisi.
Pada akhir abad ke – 20, pamor televisi semakin menanjak.
Dengan
teknologi audio visual, televisi menyulap dunia yang luas seakan – akan berubah menjadi sempit. Manusia bisa mengetahui kejadian atau peristiwa dunia dengan hanya menyentuh remote control.
Perkembangan televisi yang sangat pesat
dikarenakan televisi merupakan media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan bagi khalayaknya.
Fungsi televisi sebagai media komunikasi massa yaitu
sebagai sarana informasi, edukasi dan hiburan dirasakan sangat efektif. Hal ini dirasa sangat wajar, dikarenakan televisi menyajikan program – program yang menarik dan variatif.
2.2.1. Televisi Sebenarnya
kelahiran
prinsip
–
prinsip
televisi
di
awali
dengan
diketemukannya teleskop oleh Galilei pada tahun 1608 serta ditemukannya elemen galvanic pada tahun 1880 yang memungkinkan dibangkitkannya aliran listrik yang
mengakibatkan cara – cara berkomunikasi jarak jauh semakin dapat dikembangkan. Diantaranya dengan ditemukannya telegraph pada tahun 1835 oleh S. Morse yang memungkinkan pengiriman dan perekaman isyarat – isyarat dalam jarak jauh. Semenjak itu mulai dilakukan penelitian yang memungkinkan dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan suara manusia dari jarak jauh, diantaranya yang berhasil melakukan penelitian itu adalah A.G. Bell pada tahun 1875 yang kemudian melahirkan telephone. Hasil penemuan Bell pada tahun 1878 disempurnakan oleh Hughes yang mengganti komponen pemancar dengan apa yang dinamakan microphone sehingga getaran udara yang disebabkan suara yang diucapkan seseorang menjadi lebih kecil dan halus dan oleh pihak penerima dapat terdengar dengan keras. Beberapa tahun berikutnya terutama setelah ditemukannya telepon, Paul Nipkow pada tahun 1884 seorang mahasiswa Jerman di Berlin menemukan prinsip gambar kecil yang dibentuk oleh elemen – elemen secara teratur, scanning device ini dilakukan dengan menggunakan lingkaran spiral yang diputar secara teratur dan masih secara mekanis belum menggunakan listrik.
Gerakan kasar secara mekanis ini dapat
menghasilkan dorongan – dorongan elektris bila kepadanya dikenakan penyinaran yang mengandung photoelectric cell. Lingkaran yang berbentuk spiral dan diputar secara teratur itulah pada tahun 1884 lebih disempurnakan di dalam bentuk lingkaran Nipkow atau Jantra Nipkow dan alat inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh para ahli sehingga menghasilkan televisi siaran.14
2.2.2. Fungsi Televisi Televisi mempunyai fungsi yang secara umum diakui adalah sebagai berikut: a. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia
14
Tommy, Ibid hal 17
Fungsi ini sering disebut informasi, yaitu mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan, bukan menurut kemauan penguasa yang dapat memanipulasi kenyataaan yang terjadi. Seandainya fungsi ini diperhatikan dengan sungguh – sungguh, televisi dapat menjadi media komunikais yang cukup demokratis, sejauh yang hidup di dalam masyarakat dikembalikan lagi kepada masyarakat melalui siaran. b. Menghubungkan satu dengan yang lain Televisi dapat menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa yang lain, kejadian yang satu dengan kejadian yang lain. Televisi yang menyerupai sebuah mozaik dapat saja menghubungkan hasil pengawasan yang satu dengan hasil pengawasan yang lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. c. Menyalurkan kebudayaan Sebenarnya, kebudayaan rakyat sudah cukup terangkat jika televise berfungsi sebagai pengawasan masyarakat. bersikap lebih proaktif.
Akan tetapi, diharapkan televise dalam hal ini
Televisi tidak hanya mencari, tetapi juga ikut
mengembangkan kebudayaan. d. Hiburan Dalam media audio visual, segalanya minimal mempunyai sedikit unsur hiburan.
Kalau tidak menghibur, pada umumnya sebuah tayangan tidak akan
ditonton. Sekarang ini, hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan manusia. Hiburan juga bisa mengandung unsur pendidikan. Oleh karena itu, seorang pembuat program acara televise harus jeli dalam membuat sebuah program acara agar sesuai dengan keinginan pemirsanya sehingga dapat menghibur sekaligus mendidik mereka. e. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat
Fungsi yang kelima ini sering dijadikan bahan diskusi karena mudah disalahgunakan oleh penguasa.
Namun, dalam situasi tertentu, fungsi ini cukup
masuk akal. Misalnya, jika terjadi bencana alam, televisi, dengan kelebihannya, yaitu segi visual, dapat menggambarkan kejadian yang sebenarnya, sehingga bisa menggugah masyarakat luas untuk turut serta membantu meringankan beban para korban, baik bantuan moral maupun finansial15 Televisi merupakan salah satu media massa yang menjangkau jangkauan komunikasi yang sangat luas. Selain kekuatannya menyajikan acara dalam bentuk suara dan gambar, televisi juga melahirkan konsep – konsep tayangan jurnalisme investigasi dalam pemberitaannya.
Televisi kini berubah menjadi alat untuk
menyelidiki suatu kasus yang sering terjadi di masyarakat. Dengan kata lain, televisi berupaya menyajikan berita yang ingin diketahui pemirsanya di luar kenyataan dari informasi yang diberitakan secara formal.
2.2.3 Karakteristik Televisi Beberapa karakteristik yang membedakan televisi dengan media massa lainnya dan sekaligus menjadi keunggulan bagi televisi16 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audio visual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata – kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. 2. Berpikir dalam gambar Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni menterjemahkan kata – kata yang 15 16
Ruedi Hofmann, Dasar – Dasar Apresiasi Program Televisi, PT. Gramedia, 1999, hal 54-59 ibid
mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual.
Dalam proses
visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukan objek – objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa sehingga mengandung suatu makna.
Tahapan yang kedua dari proses “berpikir dalam gambar” adalah
penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar – gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang, untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan 10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemandu gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain – lain.
2.3. Program TV Kata ‘program’ berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang – undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah siaran yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata ‘program’ lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata ‘siaran’ untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya.17
17
Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Telvisi, Ramdina Prakasa, Agustus 2005, hal 97
2.3.1. Pengertian Program TV Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio ataupun televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini audience atau pemasang iklan.
Dengan demikian program adalah produk yang
dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau penonton.18 Bagian program bertugas merencanakan, memilih dan menyusun acara. Membuat rencana siaran berarti membuat konsep acara yang akan disuguhkan kepada audience. Menurut Pringle – Starr – McCavitt (1991) dalam bukunya Electronic Media Management, fungsi utama bagian program dirumuskan sebagai berikut:19 1. The production or acquisition of content that will appeal to targeted audiences (memproduksi dan membeli atau akuisisi program yang dapat menarik audien yang dituju) 2. The scheduling of programs to attract the desired audience (menyusun jadwal penayangan program atau scheduling program dalam menarik audience yang diinginkan) 3. The production of public service dan promotional announcement and local commercials (memproduksi layanan publik dan promosi serta produksi iklan lokal) 18
Morissan, ibid hal 98 Peter K Pringle, Michael F Starr, William E McCavitt, Electronic Media Management (Second Edition), Focal Press, Boston London, 1991, hal 101 19
4. The production or acquisition of other programs to satisfy the public interest (produksi dan akuisisi program – program lainnya untuk memuaskan ketertarikan publik) 5. The generation of a profit for station’s owners (menciptakan keuntungan bagi pemilik media penyiaran)
2.3.2. Jenis Program TV Berbagai jenis program dapat dikelompokan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu: 1) program informasi (berita) dan, 2) program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu hard news, yang merupakan informasi terkini yang harus segera disiarkan dan soft news yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan dan pertunjukan.20
2.3.2.1. Program Informasi Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak. Program informasi dibagi lagi menjadi berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Hard news yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak sedangkan soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Soft news ini
20
Morrisan, Ibid hal 100
dapat berbentuk perbincangan (talkshow) ataupun laporan – laporan khusus seperti perkembangan tren atau gaya hidup.
2.3.2.2. Program Hiburan Program hiburan adalah segala bentuk yang bertujuan untuk menghibur audience yang dibagi lagi menjadi kategori sebagai berikut: a. Drama, berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa tokoh.
Suatu drama akan mengikuti
kehidupan atau petualangan para tokohnya. Program televise yang masuk kategori drama adalah sinetron dan film. b. Permainan atau game show merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang secara individu ataupun kelompok yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Program game show dapat dibagi lagi menjadi tiga jenis yaitu: quiz show, ketangkasan dan reality show c. Pertunjukan adalah siaran yang menampilkan satu atau banyak pemain yang berada di atas panggung yang menunjukkan kemampuannya kepada sejumlah orang atau hanya kepada audience televisi. Pertunjukan dapat berupa lawak, sulap dan juga pertunjukan lain seperti ketoprak, wayang golek dan sebagainya. Menurut Vane – Gross (1994) menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud dengan daya tarik di sini adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiencenya.
Menurut Vane – Gross: the programmers must select the appeal through which the audience will be reached (programmer harus memilih program yang memiliki daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audience)21
2.3.2.3 Program Islami Sejalan dengan perkembangan dunia pertelevisian, berkembanglah suatu genre baru yang berkembang sejalan dengan kebutuhan dari mayoritas suatu golongan tertentu, misalnya Indonesia yang memiliki masyarakat mayoritas muslim merasa perlunya suatu program Islami yang dapat memberikan panduan dan cerminan dalam hidup. Sesuai dengan namanya yaitu Islami, yang berasal dari kata salima yuslimu istislaam – artinya tunduk dan patuh – selain yaslamu salaam – yang berarti selamat, sejahtera, atau damai, maka kata Islami mengandung pengertian: islamul wajh (ikhlas, menyerahkan diri kepada Allah), istislama (tunduk secara total kepada Allah), salaamah atau saliim (suci dan bersih), salaam (selamat sejahtera), dan silm (tenang dan damai), maka program yang Islami harus memiliki nilai – nilai tersebut di atas.22
2.3.3. Strategi Program Bagian program suatu media penyiaran harus menyadari suatu prinsip dasar dalam mengelola program siarannya bahwa setiap menit dalam setiap hari waktu siaran memiliki perhitungan sendiri. Pendekatan strategi programming akan ditinjau dari aspek manajemen atau yang sering disebut dengan manajemen strategis program yang terdiri dari:
21
Edwin T Vane, Lyanne S Gross, Programming for TV, Radio and Cable, Focal Press, Boston, London, 1994 22 www.dakwatuna.com (Arti Nama Islam oleh Ustad Aus Hidayat)
a. Perencanaan Program b. Produksi dan Pembelian Program c. Eksekusi Progarm d. Pengawasan dan Evaluasi Program
2.3.3.1. Perencanaan Program Seperti yang dikemukakan Peter Pringle dalam bukunya Electronic Media Management mengenai perencanaan program bahwa Program planning involves the development of short, medium, and long range plans to permit the station to attain its programming and financial objectives (Perencanaan program mencakup pekerjaan mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang yang memungkinkan stasiun penyiaran untuk mendapatkan tujuan program dan tujuan keuangannya). Pada stasiun televisi, perencanaan program diarahkan pada produksi program, pemilihan program (akuisisi) dan penjadwalan program untuk menarik sebanyak mungkin audien yang tersedia pada waktu tertentu. Dalam hal stasiun televisi komersial, pengelola akan mengarahkan programnya untuk menarik perhatian audin spesifik di antara sejumlah besar audien umum. Menurut Petter Pringle (1991) dan rekannya: The television programmers target a general audience and attemp to response to the preferences of those persons who are available to view. (Pengelola stasiun televisi menargetkan suatu audien umum dan berupaya untuk memberikan respons atas kesukaan/preferensi dari orang – orang yang tengah menonton). Dengan demikian, pengelola program stasiun televisi harus mengarahkan programnya kepada segmen audien tertentu yang tersedia pada waktu siaran tertentu.
Perencanaan program biasanya menjadi tanggung jawab manajer puncak pada stasiun penyiaran, utamanya manajer program dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan manajer pemasaran dan juga manajer umum. Hal ini disebabkan program merupakan unsur yang sangat penting untuk menarik perhatian audien. Dalam merencanakan dan memilih program, maka bagian program biasanya akan berkonsultasi lebih dahulu dengan bagian pemasaran (sales – marketing). Hal ini mutlak dilakukan karena bagian pemasaranlah yang akan memasarkan program bersangkutan kepada para pemasang iklan. Dalam hal ini bagian program dan bagian pemasaran harus bekerja sama dengan baik. Merencanakan dan memilih program merupakan keputusan bersama antara departemen program dan departemen pemasaran. Kedua bagian ini harus bahu – membahu menyusun strategi program terbaik, sekaligus bisa memasarkan iklan sebanyak – banyaknya. Dalam menjalankan tugasnya bagian progam harus mampu melakukan penelitian (riset) terhadap selera audien sebelum membeli suatu program.
Suatu
program yang sukses di negara asalnya belum tentu sukses apabila kita membeli program tersebut walaupun kita mengetahui terdapat pandangan umum bahwa citra rasa atau selera itu dapat melampaui batas – batas budaya. Bagian program stasiun televisi harus mempertimbangkan berbagai faktor dalam merencanakan progam yang akan disiarkan. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum bagian program memutuskan untuk memproduksi, melakukan akuisisi dan kemudian melakukan skeduling terhadap suatu program yaitu: persaingan dan ketersediaan audien. Hal pertama yang perlu diketahui adalah kekuatan dan kelemahan stasiun saingan.
Misalnya apabila kita ingin menayangkan program baru, kita harus
mengetahui apakah televisi saingan juga menayangkan program yang sejenis atau
sama sekali berbeda. Apakah program tersebut cukup kuat bersaing dengan program pada jam tayang yang sama, dan seterusnya.
Pengelola stasiun televisi harus
mengetahui siapa audien yang menonton televisi tersebut pada waktu – waktu tertentu.
Pada dasarnya setiap jam memiliki komposisi audien yang berbeda.
Mengetahui siapa audien televisi pada waktu tertentu sangat penting dalam menentukan program yang akan ditayangkan.
2.3.3.2. Produksi dan Pembelian Program Kata kunci untuk memproduksi atau membuat program adalah ide atau gagasan. Dengan demikian, setiap program selalu dimulai dari ide atau gagasan yang kemudian diwujudkan melalui produksi atau pembelian program.. Program bisa diperoleh dengan cara membeli atau memproduksinya sendiri. Suatu program yang dibuat sendiri oleh media penyiaran disebut dengan istilah in house production atau produksi sendiri.
Jika program dibuat pihak lain, berarti
stasiun penyiaran membeli program itu. Dengan demikian, dilihat dari siapa yang memproduksi program, maka terdapat dua tipe program yaitu program yang diproduksi sendiri dan program yang diproduksi pihak lain, dengan jenis – jenis program sebagai berikut: 1. Program yang dibuat sendiri (in house production), biasanya adalah program berita (news programme) dan program yang terkait dengan informasi, misalnya: laporan khusus, infotainment, laporan kriminalitas, fenomena sosial, perbincangan (talk show), biografi tokoh, feature, film dokumenter. Program yang menggunakan studio, misalnya game show, kuis, musik, variety show dan lain sebagainya.
2. Program yang dibuat pihak lain, utamanya jenis program hiburan, misalnya: program drama (film, sinetron, telenovela), program musik (video klip), program reality show, dan lain lain.
2.3.3.3. Eksekusi Program Eksekusi program mencakup kegiatan menayangkan program sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.
Strategi penayangan program yang baik sangat
ditentukan oleh bagaimana menata atau menyusun berbagai program yang akan ditayangkan. Menata progam adalah kegiatan meletakkan atau menyusun berbagai program pada suatu periode yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, pengelola program harus cerdas menata program dengan melakukan teknik penempatan acara yang sebaik – baiknya untuk mendapatkan hasil yang paling optimal. Pengelola program juga harus memperhatikan berbagai ketentuan
yang berlaku ketika menata
programnya. Bagian program harus menganalisis dan memilah – milah setiap bagian waktu siaran untuk mendapatkan berbagai audien yang diinginkan, karena jam yang berbeda akan mendapatkan audien yang berbeda pula.
Programmer harus menentukan
sasaran audien secara realistis sehingga penempatan suatu program harus sesuai dengan audien pada saat program tersebut ditayangkan dan tidak ada gunanya mencoba menarik audien yang tidak bisa menonton pada saatnya. Dalam menyusun jadwal acara, programmer harus mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi kebiasaan menonton audien seperti: mobilitas audien, jenis pekerjaan, kebutuhan dan ketertarikan audien kepada hal – hal tertentu berdasarkan siklus harian, mingguan, bulanan dan seterusnya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah persaingan dan kompetisi dari stasiun lainnya, yaitu dengan
melakukan perubahan jadwal acara, jika perlu, sebagai salah satu bentuk strategi dalam penataan acara. Menentukan jadwal penayangan suatu acara ditentukan atas dasar perilaku audien, yaitu rotasi kegiatan mereka dalam satu hari dan juga kebiasaan untuk menonton televisi. Berdasarkan pembagian siklus aktivitas audien mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, maka waktu siaran dibagi ke dalam lima segmen. Setiap segmen memiliki ciri – ciri atau sifat audien yang berbeda.
Secara umum,
programmer membagi siaran menjadi beberapa bagian:23 1. Prime Time
Jam 19.30 – 23.00
2. Late Fringe Time
Jam 23.00 – 01.00
3. All Other Time
Jam 01.00 – 10.00
4. Day Time
Jam 10.00 – 16.30
5. Fringe Time
Jam 16.30 – 19.30
Prime time merupakan waktu siaran televisi yang paling banyak menarik penonton. Selain itu, penonton yang berada pada segmen ini sangat beragam (tua, muda, anak – anak, dan sebagainya). Stasiun televisi biasanya akan menempatkan program acara yang paling bagus pada segemen ini karena jumlah audien yang besar. Selain itu, acara prime time juga harus bisa dinikmati semua kalangan termasuk anak – anak. Anggaran tersebar stasiun penyiaran biasanya digunakan untuk membiayai program pada saat prime time ini. Namun pada saat bersamaan stasiun televisi lainnya juga akan menempatkan program terbaiknya pada segmen ini.
Dengan
demikian terjadi persaingan merebut perhatian pemirsa pada saat prime time ini.
23
Sydned W. Head, Christopher H. Sterling, Broadcasting in America; A Survey of Television, Radio, and New Technologies, Fourth Edition, Houghton Mifflin Company, 1982, hal 217
Karena biaya yang besar maka stasiun televisi pada umumnya tidak dapat menyajikan program terbaiknya setiap hari. Programmer menghindari penempatan program unggulan yang ditayangkan pada hari yang sama atau bersamaan dengan program unggulan dari stasiun lain Pengelola program idealnya akan berupaya agar audience dapat terus menerus menonton acara yang disiarkan oleh media penyiaran tersebut. Namun kenyataannya tidak ada media penyiaran yang seluruh acaranya disukai oleh audien. Salah satu strategi agar audien tidak pindah saluran adalah dengan menampilkan cuplikan atau bagian dari suatu acara yang bersifat paling dramatis, mengandung ketegangan, menggoda dan memancing rasa penasaran yang hanya bisa terjawab jika tetap mengikuti saluran tersebut. Dengan strategi ini diharapkan audien tidak akan pindah saluran jika ia tidak ingin beresiko kehilangan momen atau gambar yang menimbulkan rasa penasaran tersebut. Head – Sterling (1982) menyatakan bahwa stasiun televisi memiliki sejumlah strategi dalam upaya menarik audience masuk ke stasiun tersebut (inflow) dan menahan audience yang sudah ada untuk tidak pindah saluran atau mencegah tidak terjadinya aliran audience keluar (outflow) yaitu:24 a. Head to Head Suatu program yang menarik audience yang sama pada waktu yang bersamaan di beberapa stasiun televisi. Dalam hal ini, stasiun televisi mencoba menarik audience yang tengah menonton program yang sama di televisi kompetitor. Jika terdapat program sejenis yang disiarkan bersamaan maka pengelola program harus mempertimbangkan apakah program tersebut cukup kuat untuk menarik audience dari stasiun tersebut
24
ibid
b. Program Tandingan (counterprogramming) Strategi untuk merebut audience dimana salah satu stasiun televisi menampilakan program yang ‘berbeda’ dari statiun tv kompetitor c. Blocking Program Strategi dimana audience dipertahankan untuk tidak pindah saluran dengan menyajikan acara yang unik selama kurun waktu tertentu. d. Strong lead – in Strategi penempatan program dimana program kuat atau unggulan ditempatkan pada permulaan segmen waktu siaran. e. Strategi buaian (creating hammock) ‘Hammock’ berarti buaian yang diikatkan pada dua batang pohon.
Ini
merupakan strategi untuk membangun audience pada satu acara baru atau meningkatkan jumlah audience atas suatu program yang mulai menurun popularitasnya.
Caranya dengan menempatkan acara tersebut ditengah –
tengah dua program unggulan. f. Strategi penghalang (stunting) Strategi untuk merebut perhatian audience dengan cara melakukan perubahan jadwal program secara cepat. Misalnya menyajikan suatu seri film baru yang menarik yang memiliki waktu yang panjang pada slot yang sama dengan program unggulan di stasiun tv competitor. g. Stategi lainnya Beberapa strategi lainnya adalah dengan cara membangun awarness audience dengan tetap mempertahankan program – program yang berhasil pada posisinya yang sekarang.
Selain strategi pemograman di atas, penganalisaan SWOT (Strenght. Weakness, Opportunities dan Threats) sangat diperlukan untuk mencari alternatif terbaik dalam memilih dan menentukan program yang akan disusun. Dari sisi inilah penata program harus melakukan pekerjaannya secara analistis sebelum menentukan keputusan akhir seperti: 25 a. How to sell the program to the right viewers at the right time “Bagaimana cara menjual acara siaran kepada penonton yang tepat dan waktu menonton yang tepat pula” b. Know your audience “Tahu siapa saja penontonnya.” Kalangan ataskah, menengah atau bawah? Begitu pula juga penataan program, perlu untuk mengetahui keinginan penonton. Saat kapan keluarga berada di rumah?, dan seterusnya c. Know your product Harus tahu produk atau bahan siaran yang akan disampaikan pada penonton. Penonton perlu diberitahu produk – produk yang akan dipasang kapan, jam berapa dan hari apa. Jenis – jenis produk yang bermacam – macam atau bervariasi sangat menguntungkan untuk mempermudah penyusunan acara. d. Know your budget Penyusunan program harus tahu batasan harga acara yang dibeli, juga maksimal anggaran yang ditentukan dalam anggaran.
Tentunya, batasan relatif ini tidak
menutup kemungkinan membeli program yang mahal tetapi ada jaminan akan mendapatkan pemasukan yang lebih, bukan tidak mungkin pimpinan menyetujui membeli program tersebut.
25
RM Soenarto, Programa Televisi – Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, FFTV- IKJ Press, 2007, hal 16
e. Know your staff Dengan jumlah staff yang memadai, kerja menjadi efektif. Tim kerja yang tahu tugas dan tanggung jawab masing – masing, yang didasari oleh saling percaya, saling mendukung dan bekerja keras dapat menghasilkan karya yang hebat. f. Know your community Penata program harus tahu betul hubungan lingkungan pekerjaan di dalam dan di luar stasiun tempat seseorang bekerja. Hubungan personal yang baik dapat menunjang kerja di dalam industri pertelevisian. g. Know your management Kebijakan – kebijakan pemimpin perusahaan dapat dijadikan pedoman untuk pengambilan keputusan. h. Know yourself Mengetahui pribadi kita secara jelas dapat membantu pencapaian tujuan yang mencerminkan kepribadian. Sehingga program yang dipilih dapat mencerminkan kepribadian yang menyejukkan atau sebaliknya.
2.3.3.4. Pengawasan dan Evaluasi Program Melalui perencanaan, stasiun penyiaran menetapkan rencana dan tujuan yang ingin dicapai.
Proses pengawasan dan evaluasi menentukan seberapa jauh suatu
rencana dan tujuan sudah dapat dicapai atau diwujudkan oleh stasiun penyiaran. Kegiatan evaluasi ini biasanya dilakukan secara periodik. Jika hasil kinerja tersebut tidak sama, maka diperlukan langkah – langkah perbaikan. Pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara efektif. Misalnya, jumlah dan komposisi audien yang menonton program dapat diukur dan diketahui melalui riset
rating. Jika jumlah audien yang tertarik dan mengikuti program stasiun penyiaran lebih rendah dari yang ditargetkan, maka proses pengawasan mencangkup kegiatan pengenalan terhadap masalah dan memberikan pengarahan untuk dilakukan diskusi agar mendapat solusi. Hasil diskusi dapat berupa perubahan rencana, misalnya revisi yang lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya atau tindakan lain yang akan dilakukan untuk dapat mencapai target semula. Tingkat penjualan iklan stasiun penyiaran juga dapat diukur. Suatu analisis dapat mengungkapkan bahwa target pendapatan yang diproyeksikan sebelumnya adalah tidak realistis dan karenanya penyesuaian perlu dilakukan. Sebaliknya, jika hasil analisis mengungkapkan bahwa proyeksi pendapatan itu dapat direalisasikan, maka diskusi harus diarahkan pada upaya untuk menambah jumlah tenaga pemasaran, atau menyesuaikan tarif iklan (ratecard) atau perubahan tingkat komisi stasiun penyiaran kepada biro iklan. Manajer program sering disebut sebagai ”pelindung” (protector) atas lisensi atau izin siaran yang diperoleh stasiun penyiaran.
Hal ini disebabkan manajer
program bertanggung jawab untuk memastikan bahwa program stasiun sudah berjalan sesuai dengan syarat – syarat, yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin. Menurut Peter Pringle, dalam hal pengawasan program (program control), manajer program harus melakukan hal – hal sebagai berikut:26 a. Mempersiapkan standar program stasiun penyiaran b. Mengawasi seluruh isi program agar sesuai dengan standar stasiun atau aturan perundangan yang berlaku c. Memelihara catatan (records) program yang disiarkan d. Mengarahkan dan mengawasi kegiatan staf departemen program
26
ibid
e. Memastikan kepatuhan stasiun terhadap kontrak yang sudah dibuat. Misalnya dengan para pemasok program, lembaga lisensi lagu dan rekaman, stasiun penyiaran, dan lain – lain f. Memastikan bahwa biaya program tidak melebihi jumlah anggaran.
2.4. Sistem Penyiaran di Indonesia27 Undang – undang penyiaran membagi jenis stasiun penyiaran ke dalam empat jenis.
Keempat jenis stasiun penyiaran ini berlaku baik untuk stasiun penyiaran
televisi maupun radio. Keempat jenis stasiun penyiaran itu adalah:28 1. Stasiun penyiaran publik 2. Stasiun penyiaran komunitas 3. Stasiun penyiaran swasta 4. Stasiun penyiaran berlangganan
Dari keempat jenis stasiun penyiaran tersebut di atas maka dua yang pertama bersifat tidak mencari keuntungan yaitu penyiaran publik dan penyiaran komunitas sedangkan dua yang terakhir yaitu penyiaran swasta dan berlangganan merupakan stasiun penyiaran yang bersifat mencari keuntungan atau komersial.
2.4.1. Stasiun Penyiaran Publik Stasiun penyiaran public berbentuk badan hokum yang didirikan oleh negara, bersifat independent, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan
masyarakat.
Stasiun penyiaran publik adalah
Indonesia (TVRI) dan Radio Republik Indonesia (RRI) 27 28
ibid Pasal 13, Undang – undang penyiaran No. 32 Tahun 2002
Televisi Republik
2.4.2. Stasiun Penyiaran Komunitas Stasiun penyiaran komunitas harus berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independent dan tidak komersial, dengan pancaran rendah, luas jangkauan wilayahnya terbatas serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.
2.4.3. Stasiun Penyiaran Swasta Stasiun penyiaran swasta harus berbentuk badan hokum Indonesia, bersifat komersial dan memiliki bidang usaha menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. Sumber pembiayaan stasiun penyiaran swasta berasal dari iklan dan usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelenggaraan stasiun penyiaran tersebut. Stasiun penyiaran swasta hanya dapat menyelenggarakan satu siaran dengan satu saluran siaran pada cakupan wilayah tertentu. Warga Negara asing dilarang menjadi pengurus stasiun penyiaran swasta, kecuali untuk bidang keuangan dan bidang teknik. Namun demikian modal asing masih diperbolehkan. Dalam hal ini stasiun swasta dapat melakukan penambahan dan pengembangan dalam rangka pemenuhan modal yang berasal dari modal asing, yang jumlahnya tak lebih dari 20 persen dari seluruh modal29
2.4.4. Stasiun Penyiaran Berlangganan Stasiun penyiaran berlangganan harus berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan yang
29
Pasal 17, Undang – undang penyiaran No. 32 Tahun 2002
memancarluaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus kepada pelanggan melalui radio, televisi, multimedia atau media informasi laiinya. Stasiun
penyiaran
berlangganan
terdiri
atas:
a).
stasiun
penyiaran
berlangganan melalui satelit, b). stasiun penyiaran berlangganan melalui kabel, dan c). stasiun penyiaran berlangganan melalui terestial. Dalam menyelenggarakan siarannya media penyiaran berlangganan harus melakukan sensor internal terhadap semua isi siaran yang akan disiarkan serta menyediakan paling sedikit 20 persen dari kapasitas kanal saluran
untuk
menyalurkan program dari media penyiaran public dan media penyiaran swasta. Sesuai dengan namanya yaitu televisi berlangganan, penonton diharuskan membayar untuk mendapatkan jasa siaran dari televisi tersebut.
Berbeda
dibandingkan dengan siaran umumnya televisi yang tidak memungut bayaran sama sekali.
Yang lebih penting lagi, dalam siarannya, televisi berlangganan tidak
menayangkan iklan produk. Dengan demikian, tayangan jadi terasa mengalir tanpa gangguan selipan dan selingan iklan dan tampaknya hal inilah yang menjadi daya tarik penonton menjadi pelanggan. Di Indonesia ada beberapa perusahaan pelayanan televisi berlangganan, antara lain: Kabelvision, Indovision dan Astro.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tipe / Sifat Penelitian Sifat penelitian yang akan digunakan bersifat deskriptif yang bertujuan membuat pencandraan/lukisan/deskripsi mengenai fakta – fakta dan sifat – sifat suatu populasi atau daerah tertentu secara sistematik, faktual dan teliti30. Penelitian yang dilakukan secara kualitatif ini mencakup rancangan menyeluruh untuk sebuah penelitian, yang di dalamnya terdapat unsur – unsur pokok, seperti strategi penelitian, kerangka konseptual, jawaban atas pertanyaan siapa dan apa yang diteliti serta alat – alat yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa data.31 Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam – dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling bahkan populasi dan samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Pada penelitian secara kualitatif lebih ditekankan pada kedalaman persoalan (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data. Secara umum, riset yang menggunakan metodologi kualitatif mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:32 1. Intensif, partisipasi periset dalam waktu lama pada setting lapangan, periset adalah instrumen pokok riset.
30
Arief Subyantoro & FX Suwarto, Metode dan Teknik Penelitian Sosial, CV Andi Offset, tahun 2007, hal 28 31 Pawito, ibid, hal 75 32 Rachmat Kriyantono,Teknik Praktis - Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, tahun 2007, hal 59
2. Perekaman yang sangat hati – hati terhadap apa yang terjadi dengan catatan – catatan di lapangan dan tipe – tipe lain dari bukti – bukti dokumenter. 3. Analisis data lapangan. 4. Melaporkan hasil termasuk deskripsi detail, quotes (kutipan – kutipan) dan komentar – komentar. 5. Tidak ada realitas yang tunggal, setiap penelitian mengkreasi realitas sebagai bagian dari proses penelitiannya. Realitas dipandang sebagai dinamis dan pokok konstruksi sosial. 6. Subjektif dan berada hanya dalam referensi peneliti. Periset sebagai sarana penggalian interpretasi data. 7. Realitas adalah holistik dan tidak dapat dipilah – pilah. 8. Periset memproduksi penjelasan unik tentang situasi yang terjadi dan individu – induvidunya. 9. Lebih pada kedalaman (depth) daripada keluasan (breadth) 10. Prosedur riset; empiris – rasional dan tidak berstruktur 11. Hubungan antara teori, konsep dan data; data memunculkan atau membentuk teori baru.
3.2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yaitu suatu metode yang menggunakan berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Ciri – ciri studi kasus sebagai berikut:33
33
Rachmat Kriyantono, ibid, hal 67
1. Partikularistik. Artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu. 2. Deskriptif. Hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti. 3. Heuristik.
Metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang
sedang diteliti.
Interpretasi baru, perspektif baru, makna baru merupakan
tujuan dari studi kasus. 4. Induktif. Studi kasus berangkat dari fakta – fakta di lapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori.
Penggunaan studi kasus dalam penelitian komunikasi dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:34 a. Menentukan topik penelitian (relatif spesifik) dan tujuan penelitian. b. Mengidentifikasi unit analisis (individu, kelompok, organisasi, komunitas, teks) c. Melakukan studi literatur d. Merancang pedoman wawancara, terutama pada studi kasus yang melibatkan manusia sebagai sumber data (subjek, informan).
Dalam hal ini, jumlah
subjek yang diangkat sebagai kasus biasanya relatif terbatas jumlahnya, sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam studi kasus yang melibatkan teks (misalnya dokumen, naskah – naskah bersifat naratif) maka penggunaan pedoman wawancara dengan sendirinya tidak relevan.
34
Pawito, ibid, hal 146
e. Melakukan pengamatan dan pengumpulan data, termasuk observasi dan indept interview. Catatan lapangan serta penggunaan alat – alat perekam yang digunakan untuk merekam wawancara sangat penting dalam hal ini. f. Membandingkan (mencari persamaan serta perbedaan) yang ada di antara unit analisis yang berbeda – beda, menghubung-hubungkan satu dengan yang lain. g. Menyusun draft awal (persoalan demi persoalan) di bawah sub – sub judul tertentu sambil kembali memeriksa literatur. h. Penyusunan draft final laporan penelitian.
Dalam penelitian kali ini, studi kasus yang dilakukan adalah mengenai stategi pemograman Astro Oasis yang dalam pelaksanaan risetnya akan dilakukan wawancara secara mendalam dengan key informan berdasarkan pertanyaan – pertanyaan yang dibuat peneliti yang terkait dengan permasalahan tersebut, observasi partisipan, dokumentasi – dokumentasi, rekaman, bukti – bukti fisik dan lain sebagainya.
3.3 Teknik Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data adalah prosedur yang sangat menentukan baik tidaknya riset. Metode pengumpulan data merupakan instrumen riset. Jika kegiatan pengumpulan data ini tidak dirancang dengan baik atau bila salah dalam pengumpulan data maka data yang diperoleh pun tidak sesuai dengan permasalahan penelitian. Guna mendukung peneliti dalam menganalisa strategi pemograman Astro Oasis, peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan dua pendekatan sebagai berikut:
3.3.1. Data Primer Melakukan wawancara secara mendalam (depth interview), yaitu suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang – ulang) secara intensif. Pada wawancara intensif, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respon informan, artinya informan bebas memberikan jawaban. Wawancara mendalam mempunyai karakteristik sebagai berikut: 35 a. Digunakan untuk subjek yang sedikit atau bahkan satu dua orang saja. b. Menyediakan latar belakangg secara detail mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu.
Dari wawancara ini terelaborasi beberapa
elemen jawaban, yaitu opini, nilai – nilai, motivasi, pengalaman – pengalaman maupun perasaan informan. c. Wawancara mendalam memerhatikan bukan hanya jawaban verbal informal, tapi juga observasi yang panjang mengenai respon – respon nonverbal informal. d. Wawancara mendalam ini biasanya dilakukan dalam waktu yang lama dan berkali – kali. e. Memungkinkan memberikan pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lain. Jadi pertanyaannya tergantung pada informasi apa yang ingin diperoleh dan berdasarkan jawaban informasi yang dikembangkan oleh periset.
35
Rachmat Kriyantono, ibid hal 96
f. Wawancara mendalam sangat dipengaruhi oleh iklim wawancara. Semakin kondusif iklim wawancara (keakraban) antara periset dengan informan, maka wawancara dapat berlangsung terus.
3.3.2. Data Sekunder Peneliti juga memperoleh data-data pelengkap guna melancarkan proses penelitian. Data sekunder dilakukan melalui wawancara pendahuluan, yaitu wawancara yang tidak ada sistematis, tidak terkontrol, informal, terjadi begitu saja, tidak diorganisasi atau terarah.
Wawancara jenis ini biasanya digunakan untuk
mengenalkan periset kepada key informan. Pada dasarnya wawancara ini bertujuan untuk membangun konfidensi periset pada informannya. Informan adalah seseorang atau anggota kelompok yang diriset yang diharapkan mempunyai informasi penting. Data sekunder juga bisa dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan informasi dari literatur-literatur yang berhubungan dengan judul, seperti dokumen-dokumen dari makalah, buku-buku, internet, karya tulis, dan sebagainya.
3.4. Definisi Konseptual Untuk pelaksanaan penelitian ini, berbagai definisi dan konsep perlu diperjelas, yaitu: 1. Strategi pemograman adalah dalam upaya menarik audience masuk ke stasiun tersebut (inflow) dan menahan audience yang sudah ada untuk tidak pindah saluran atau mencegah tidak terjadinya aliran audience keluar (outflow). 2. Program/Siaran: mata acara atau rangkaian berupa pesan – pesan dalam bentuk suara, gambar atau suara dan gambar yang dapat
diterima oleh khalayak dengan pesawat penerima siaran televisi dengan atau tanpa alat bantu. 3. Astro Oasis adalah salah satu channel lokal yang terdapat pada televisi berbayar Astro yang menampilkan berbagai aspek kehidupan masyarakat Muslim baik di Indonesia maupun di Mancanegara. 4. Televisi berbayar Astro merupakan tempat di mana penulis melakukan penelitian.
3.5. Fokus Penelitian Fokus penelitian merupakan garis besar dari pengamatan penelitian, dan dalam penelitian ini fokus penelitiannya adalah Strategi Pemograman Astro Oasis, yang meliputi langkah – langkah sebagai berikut: 1. Research and Consumer Insight merupakan upaya pencarian data mengenai apa yang diinginkan oleh penonton terhadap Astro Oasis sebagai channel yang menampilkan program – program Islami. 2. Concept Development adalah pengembangan konsep program dari hasil data yang di dapat. 3. Content Creation adalah pengembangan kreatifitas isi program yang disesuaikan dengan apa yang diharapkan penonton terhadap suatu tayangan. 4. Channel Packaging adalah bagaimana membuat suatu program menjadi satu kesatuan yang utuh yang sesuai dengan image channel yang akan ditampilkan. 5. Promotional and Publicity adalah bagaimana strategi yang diterapkan agar promo dan publisitas dari channel tersebut dapat terangkat.
6. Content Exploitation adalah usaha yang dilakukan untuk membangun awareness penonton terhadap suatu tayangan dan menjadikan channel Astro Oasis menjadi bagian hidup dari penonton setianya. 7. Pengidentifikasian SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) dari channel Astro Oasis. 8. Post Analysis adalah langkah yang diambil untuk mengetahui apakah yang strategi programming dilakukan Astro Oasis telah tepat dilakukan atau tidak.
3.6. Narasumber / Key Informan Dalam penelitian kualitatif, narasumber memiliki posisi yang sangat penting. Mereka yang memberi respons juga sebagai pemilik informasi. Oleh karena itu, mereka disebut sebagai informan, orang yang memberi informasi, sumber informasi dan sumber data atau merupakan subjek yang menjadi pusat penelitian. Karena itu, mereka bukan hanya sebagai sumber data, melainkan juga sebagai aktor atau pelaku yang ikut memberikan andil dalam menentukan hasil, apakah sebuah penelitian dapat diterapkan atau tidak. Sesuai dengan masalah penelitian ini, maka yang dianggap tepat disebut sebagai key informan atau orang yang memahami adalah: 1. Dewi Fadjar, selaku Programming Director PT. Adi Karya Visi yang merupakan content provider Astro. Beliau yang bertanggung jawab atas keseluruhan isi dari program lokal yang ditayangkan di Astro TV. 2. Tomi Satryatomo, selaku Channel Head Astro Oasis sekaligus penanggung jawab atas isi siaran program Astro Oasis dan image channel tersebut.
3. Srie Sarwindah, selaku Executive Programming Astro Oasis merupakan pelaksana kegiatan programming Astro Oasis dalam kesehariannya. 4. Adolf Siregar sebagai VP Research & Development PT. Adi Karya Visi. Beliau yang bertanggung jawab menyediakan data, memberikan saran dan analisa terhadap suatu masalah yang dihadapi serta mencari solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut.
3.7. Teknik Analisis Data Teknik analisa data kualitatif menggunakan data yang berupa kata – kata, kalimat – kalimat atau narasi yang diperoleh dari proses wawancara maupun observasi.
Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya
dikembangkan dengan maksud hendak memberikan makna (making sense of) terhadap data, menafsirkan (interpreting) atau metransformasikan (transforming) data ke dalam bentuk – bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan ilmiah yang akhirnya sampai pada kesimpulan – kesimpulan final.36 Tahap analisis data memegang peranan penting dalam riset kualitatif, yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas tidaknya riset yang dijalankan, artinya kemampuan periset memberi makna kepada data merupakan kunci apakah data yang diperoleh memenuhi unsur reliabilitas dan validitas atau tidak.37 Analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan periset di lapangan. Data tersebut terkumpul baik melalui observasi, wawancara mendalam, maupun dokumentasi. Kemudian data tersebut diklasifikasi ke dalam kategori – kategori tertentu. Pengklasifikasian atau pengkategorian ini harus mempertimbangkan kesahihan (kevalidan), dengan memperhatikan kompetensi 36 37
Pawito, ibid hal 101 Rachmat Kriyantono, ibid hal 192
subjek penelitian, tingkat autentisitasnya dan melakukan triangulasi dari berbagai sumber data.
Maksud dari triangulasi sumber data yaitu membandingkan atau
mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara dengan membandingkan apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi, atau dengan membandingkan dengan data yang diberikan dari narasumber satu dengan yang lainnya.38 Setelah diklasifikasi, periset melakukan pemaknaan terhadap data yang dikaitkan dengan teori sebagai bahan untuk berargumentasi.
Proses selanjutnya
periset menulis aturan atau proposisi yang berusaha mendeskripsikan makna dari kategori, yang kemudian mencari hubungan dari kategori tersebut.
Pada tahap
terakhir, periset membuat kesimpulan yang diintegrasikan ke dalam penjelasan yang koheren.39
38 39
Ibid hal 71 Ibid hal 195
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Televisi Berbayar Astro40 PT. Direct Vision adalah perusahaan penyedia jasa layanan televisi berbayar dan pemegang lisensi merek dagang Astro di Indonesia yang mulai beroperasi di Indonesia sejak 28 Februari 2006. Astro Indonesia menyediakan 49 saluran lokal dan internasional terpilih yang memberikan informasi, edukasi dan hiburan untuk seluruh anggota keluarga yang meliputi saluran berita, ilmu pengetahuan, film, olahraga, termasuk saluran televisi swasta lokal. Astro Indonesia dipancarkan melalui proses uplink dari Indonesia ke satelit Measat-2 dengan menggunakan teknologi kompresi digital MPEG-2 dengan cakupan pancaran di wilayah Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Untuk meningkatkan kualitas Astro, pada tanggal 12 Desember 2006 di Baikonur, Kazakhstan diluncurkan satelit Measat 3 yang akan beroperasi di Indonesia pada tahun 2009.
Dengan
penggunaan satelit ini, maka cakupan pancaran Astro meluas ke beberapa daerah di Indonesia terutama Kalimantan dan Sulawesi. Teknologi kompresi digital MPEG-4 yang digunakan Measat 3 akan mampu menambah jumlah saluran Astro lebih dari 2 atau 3 kali dari jumlah saluran yang ada sekarang ini serta memungkinkan Astro menyediakan kulitas gambar yang lebih prima dan meningkatkan kualitas suara menjadi dolby-surround. Astro menggunakan frekuensi Ku-Band, yang menyajikan gambar kualitas DVD dan suara kualitas CD. Sajian Astro tidak terganggu oleh gelombang radio yang
40
Company Profile PT. Direct Vision
dihasilkan oleh wi-fi, perangkat microwave, busi kendaraan bermotor. Sementara gangguan hujan atau awan tebal hanya terjadi sebentar dan bersifat lokal. Pada saat ini Astro memiliki 49 channel dengan kategori sebagai berikut: Tabel 4.1 Channel – Channel di TV Berlangganan ASTRO Saluran Anak – anak Saluran Ilmu Pengetahuan Saluran Berita / informasi Saluran Hiburan Saluran Film Saluran Musik & Gaya Hidup Saluran Olah Raga Saluran Berbahasa Mandarin Saluran Gaya Hidup dan Informasi
Astro Ceria, Disney, Playhouse Disney, Cartoon Network, Nickelodeon Astro TVIQ, National Geographic, Animal Planet, Discovery, Travel & Living Astro Awani, CNN, Bloomberg, BBC World, CCTV9, Al Jazeera Astro Aruna, Animax, AXN, E!, Star World, NHK, ZEE Astro Kirana, Celestial Movies, Cinemax, HBO, Star Movies Astro Xpresi, Channel V, MTV Asia Astro Supersport, ESPN, Star Sport, Goal TV1, Goal TV2 Astro Wah Lai Toi, Astro Shuang Xing, CCTV4, Phoenix TVB, Xing He, WATV Astro Oasis
Enam dari 49 channel Astro adalah saluran lokal yang diproduksi khusus oleh Astro Indonesia melalui perusahaan penyedia isi siaran (content provider) PT. Adi Karya Visi. Enam saluran lokal tersebut adalah Astro Aruna (saluran khusus untuk sinetron Indonesia), Astro Awani (saluran informasi dan gaya hidup), Astro Ceria (saluran untuk anak – anak), Astro Kirana (saluran film non Hollywood), Astro Xpresi (saluran gaya hidup anak muda dan infotaiment), dan Astro Oasis yang baru di launch pada tanggal 7 September 2007 merupakan saluran yang menampilkan berbagai aspek kehidupan masyarakat Muslim baik di Indonesia maupun di Mancanegara. Tiga dari enam saluran lokal Astro Indonesia yaitu Astro Aruna, Astro Ceria dan Astro Kirana telah diekspor ke Malaysia dan Brunei sejak 1 September 2006. Sedangkan beberapa saluran internasional yang dipancarkan oleh Astro telah diterjemahkan dalam bentuk teks atau disulihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia.
4.1.1 Gambaran Umum PT. Adi Karya Visi PT. Adi Karya Visi (“AKV”) berdiri pada tanggal 1 Mei 2006, awalnya hanya sebagai perusahaan penyedia isi siaran (content provider) untuk Astro Indonesia, tapi seiring dengan berjalannya waktu, AKV berkembang tidak hanya sebagai penyedia isi program di Astro Indonesia tetapi sebagai penyedia program untuk Astro Malaysia. Saat ini, AKV terus berkembang dengan mengimport program – program lokalnya ke beberapa negara, misalnya: Singapura, Brunei, Belanda, Vietnam dan juga menjual programnya ke televisi - televisi lokal di Indonesia, seperti JakTV, Bogor TV, Surabaya TV dan Daai TV. AKV sampai saat ini telah menghasilkan enam saluran lokal, yang memiliki ciri khas tersendiri. ASTRO ARUNA merupakan saluran pertama yang berdedikasi dalam menyiarkan tayangan 24 jam Drama Indonesia, yang berisikan drama – drama terbaik pilihan keluarga; ASTRO AWANI menyajikan ragam informasi lokal dan internasional terdepan dan terpercaya, mulai dari buletin berita, talkshow, hiburan hingga berbagai tayangan dokumenter, yang telah memperoleh penghargaan nasional maupun internasional; ASTRO CERIA adalah channel penuh keceriaan untuk anak – anak Indonesia, yang memadukan program animasi, permainan, drama dan berbagai hiburan menarik lainnya; ASTRO KIRANA adalah saluran film 24 jam non stop, yang khusus mendedikasikan diri pada film2 dari seluruh dunia.
Saluran ini
mengetengahkan suatu konsep ”Dunia Sinema Anda” di mana pemirsa dapat menikmati tayangan film dari seluruh dunia di tengah kenyamanan ruang keluarga penontonnya; ASTRO XPRESI saluran khusus gaya hidup anak muda, yang memenuhi kebutuhan anak muda yang selalu konsisten dan inkonsisten, dengan program baru dari genre musik, gaya hidup, olah raga hingga berita; dan ASTRO OASIS merupakan saluran bagi keluarga Indonesia yang menyajikan aneka hiburan
dan informasi bermuatan Islami dengan pendekatan yang segar dan modern, sepanjang hari dan sepanjang tahun.41
4.1.2. Astro Oasis Astro Oasis diluncurkan pada tanggal 7 September 2007 sebagai salah satu saluran lokal pada televisi berbayar Astro, yang mengudara di channel 29. Channel ini diluncurkan berdasarkan riset yang diadakan oleh pihak AKV bahwa selain alasan komersial, juga terjadi keresahan di masyarakat atas tayangan – tayangan yang ada saat ini. Riset yang dilakukan AKV pada bulan Maret hingga April 2007 di Jakarta, Medan, Surabaya, Makasar dan Solo yang diikuti oleh 900 responden, memberikan beberapa point penting, yaitu:42 a.
Middle up class di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat beberapa tahun belakangan ini.
Sekitar 4 juta masyarakat
muslim berada di SES AB yang mayoritas beragama Islam. Hal ini secara kasat mata dibuktikan dengan menjamurnya sekolah – sekolah mahal Islam, banyaknya masyarakat di kelas ini yang menjalankan umroh dan ONH plus, lahirnya perancang – perancang busana muslim terkenal sampai banyaknya musisi yang membuat album – album religi, yang membawa trend tersendiri di dunia musik Indonesia. Kalangan ini memiliki kritisi yang sangat baik terhadap program – program televisi yang ada. Mereka tidak segan – segan mengeluarkan uangnya untuk menikmati tontonan yang mereka anggap baik untuk keluarganya. 41
www.astroawani.co.id Focus Group Discussion, 8 groups, Male – Female, 25 – 35,Jakarta & Surabaya Maret – April 2007
42
b.
Kalangan menengah ke atas mencari interpretasi pengajaran Islam yang lebih moderat, yang dapat mereka gunakan secara praktis dalam kehidupan sehari – harinya. Dengan kondisi pergaulan saat ini yang sering membawa dampak negatif, memaksa para orang tua untuk lebih religius, sehingga bisa memberi pengajaran dan pengarahan yang baik untuk anaknya.
c.
Hanya sedikit media yang dapat memberikan apa yang mereka inginkan. Program – program yang dapat memberikan pengetahuan sekaligus gaya hidup yang Islami jarang ditemukan.
Maraknya
program – program Islami, hanya bisa mereka dapatkan pada saat bulan Ramadhan, itupun memiliki genre program yang sangat terbatas, lebih kepada talkshow dan ceramah.
d.
Memberikan suara bagi mayoritas muslim moderat, bahwa Islam memberikan kedamaian dan harmonisasi dalam hidup. Hal ini untuk menepis anggapan – anggapan negatif yang terlihat akibat sikap anarkis dari beberapa kelompok Islam, yang merusak citra Islam itu sendiri.
Point – point di atas, semakin mengukuhkan langkah management PT. Adi Karya Visi untuk membuat suatu langkah baru dengan membuat sebuah channel gaya hidup Islami, yang secara bisnis dinilai menguntungkan dan juga diharapkan dengan kehadiran channel ini dapat memberikan pencerahan bagi masyarakat
muslim Indonesia dengan adanya tayangan program yang berkualitas, seperti yang dikatakan Ibu Dewi Fadjar selaku Programming Director:43 “Secara bisnis, kita mencari celah yang belum terisi… seperti kita ketahui, Indonesia merupakan mayoritas muslim terbesar tapi belum ada channel yang secara serius, secara nasional yang mengkhususkan membuat channel lifestyle muslim.. bisa dikatakan bahwa Astro Oasis ini dibuat karena kita melihat adanya kekosongan atau kelangkaan tontonan Islami untuk masyarakat Muslim Indonesia. Kekosongan ini juga ditunjukan oleh riset yang kita adakan bahwa terjadi keresahan pada masyarakat, mengenai program televisi yang ada, sehingga terjadi permintaan yang cukup signifikan terhadap program – program yang berkualitas dan mendidik, yang dalam hal ini, tayangan yang merujuk Islam sebagai panduan..Astro Oasis bukan merupakan channel agama, tetapi merupakan channel lifestyle yang memiliki nilai – nilai yang islami, sehingga program – program yang disajikan harus menghibur, memberi inspirasi dan sebagai panduan hidup yang bertumpu pada nilai – nilai positif, sehingga Astro Oasis diharapkan dapat membawa perubahan baru sekaligus memenuhi keinginan penonton atas tayangan yang berkualitas tadi.” 4.1.3. Struktur Organisasi Astro Oasis
Astro Oasis yang tayang di channel 29 pada televisi berbayar Astro, memiliki struktur organisasi sebagai berikut: Head Channel
: Tomi Satryatomo
Programming Executive : Srie Sarwindah
43
Commissioning Editor
: Fredy Aryanto
Producer
: Maulita, Tia Hendani, Arie Kristyanto
Scheduler
: Reynold Februar
Publication & Promo
: Baskoro Adiwiyono
Web Content
: Nadia Alwi
Admin Executive
: Ning T Mahayu
Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Fadjar, Programming Director, pada tanggal 5 Januari 2009
4.2. Hasil Penelitian Pada bagian ini merupakan hasil dan analisa penelitian yang penulis temukan, yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara secara mendalam dengan key informan, mengumpulkan data – data penunjang yang terkait dengan Strategi Pemograman Astro Oasis, yang kemudian data tersebut diolah dengan cara kualitatif, yaitu data yang telah dikumpulkan diklasifikasikan ke dalam kategori yang mempertimbangkan kevalidan dan memperhatikan kompetensi subjek penelitian, tingkat autentisitas dan melakukan triangulasi berbagai sumber data.
4.2.1 Research and Consumer Insight Research and Consumer Insight merupakan tahap awal yang dilakukan manajemen PT. Adi Karya Visi sebelum kelahiran Astro Oasis. Riset kualitatif yang dilakukan pihak manajemen yang dilakukan pada bulan Maret – April 2007 diikuti oleh 900 responden dari lima kota besar di Indonesia, yaitu: Jakarta, Surabaya, Medan, Solo, dan Makasar. Lima kota tersebut di atas merupakan kota yang memiliki potensial audience yang sangat besar bagi televisi berbayar. Riset kualitatif yang dilakukan secara group, atau lebih dikenal dengan focus group discussion (FGD) ini dibagi menjadi beberapa group, yang dibagi menjadi beberapa klasifikasi, yaitu berdasarkan sosial ekonomi status (SES), berdasarkan gender (male, female) dan berdasarkan umur.
Prosentasi setiap groupnya
merupakan sampel responden yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di tiap – tiap kota, sehingga tiap kotanya memiliki prosentasi yang berbeda setiap groupnya.
Profil para responden yang mengikuti focus group discussion di lima kota besar tersebut dapat dilihat sebagai berikut:44 Tabel 4.2 Profile responden FGD Target Audience
• • • • •
Married Male/Female:
•
Age 25-45 years
Household decision makers Having kids in the age group of 1- 17 years SEC A/B Muslims (we are deliberately using only recorded religion and not religiousness as a TG criteria since we have to establish the proportion of modern Muslims through this study)
Sampling Plan
Jakarta
Medan
Surabaya
Makassar
Solo
Total
Total Sample
300
175
175
150
100
900
SEC A
150
88
88
75
50
451
SEC B
150
87
87
75
50
449
Male
150
88
88
75
50
451
Female
150
87
87
75
50
449
25-34 years
150
88
88
75
50
451
35-45 years
150
87
87
75
50
449
By SEC
By Gender
By Age
Hasil dari focus group discussion ini membawa kesimpulan yang menarik bahwa ketertarikan responden terhadap sebuah channel gaya hidup Islam sangat tinggi. Harapan – harapan responden yang nantinya menginspirasi channel gaya hidup Islam ini dalam hal pemberian nama channel; channel look, seperti: warna, musik, icon; presenter; pemilihan ustadz serta content program, yang nantinya merupakan panduan bagi tim programming dalam menetapkan strateginya. Point – point penting tersebut adalah: 1. Channel haruslah lebih modern, tidak konservatif, tetapi masih dalam ajaran Al Qur’an dan Hadist. Point ini sangat terkait dengan image channel secara 44
DEKA, International Marketing Research Consultancy, Maret 2007
keseluruhan, yang mencakup pemilihan warna channel, station ID, icon, musik, host, program secara keseluruhan yang di package secara modern dan eye catching, sehingga penonton lebih tertarik untuk menonton channel tersebut.
2. Program – program yang akan ditampilkan tidak tradisional, konservatif tapi lebih liberal yang mencerminkan masyarakat muslim modern dan memberikan citra Islam yang positif. Point ini terkait dengan bagaimana strategi program yang dipilih sehingga dapat menyentuh semua golongan dalam masyarakat muslim.
Hal penting yang harus digarisbawahi adalah tidak semua dari
masyarakat muslim tersebut yang menganut ajaran Islam fanatik dan tidak semua muslimah memakai jilbab, sehingga pemilihan program haruslah menyentuh lapisan masyarakat tersebut dan dapat mengcover semua aspek hidup dalam Islam.
3. Channel tidak boleh mencerminkan arogansi, harus fokus pada elemen – elemen yang mencerminkan kasih sayang, sehingga pemilihan program haruslah bersifat netral, menghibur dan tidak memihak golongan manapun.
4. Channel tidak hanya untuk masyarakat muslim saja, tapi juga menarik bagi masyarakat non muslim untuk menonton. Point tersebut mengidentifikasikan bahwa suatu channel atau media yang baik haruslah mempresentasikan keuniversalan dan keragaman.
Data – data di atas, kemudian dianalisa dan dikembangkan sehingga menjadi buku panduan bagi Astro Oasis dalam membuat aturan yang akan diterapkan menjadi satu kesatuan sebuah channel yang baik, baik secara visual maupun secara content.
4.2.2 Concept Development Concept Development adalah langkah yang ditempuh setelah mengetahui hasil data riset yang dilakukan.
Keinginan – keinginan responden yang notabene
merupakan potensial market merupakan audience profile yang digunakan untuk menentukan strategi programming. Dari audience profile tersebut dapat diketahui program – program apa saja yang mereka sukai, kapan mereka menonton televisi dan siapa saja yang menonton, yang kemudian preferesi audience tersebut diwujudkan dengan pembuatan pola acara general yang dikenal dengan Fixed Program Content (“FPC”) Di dalam FPC terdapat komposisi program beserta genre nya. Sesuai dengan channel positioning Astro Oasis, yaitu merupakan channel lifetsyle muslim yang menargetkan audience utamanya adalah Laki – laki dan wanita berusia 25 – 45 tahun, tinggal di perkotaan, pendidikan SMU keatas, beragama muslim dan merupakan segmentasi AB+. Sedangakan target keduanya merupakan anak – anak berusia 6 – 9 tahun, tinggal di perkotaan dan beragama muslim dan target ketiganya merupakan masyarakat umum, termasuk yang beragama non muslim, mempengaruhi pembuatan komposis progam yang akan dibuat di dalam FPC.
Faktor – faktor di atas
dikombinasikan dengan ketersediaan program di pasar sehingga komposisi program Astro Oasis berdasarkan genre terdiri dari program lifestyle 26%, drama 21%, pendidikan 18%, informasi 29% dan program anak – anak sebesar 6%. Sedangkan komposisi berdasarkan target audience adalah Family 72%, Female 10%, Male 10%
dan Kids 8%. Program – program tersebut di dapat dengan cara membeli program lokal yang dilakukan dengan cara commision dan program Asing (canned) dengan cara mengakuisisi program (aquisition)45 Setelah menyusun FPC, tim programming Astro Oasis mencari program di pasar yang disesuaikan dengan komposisi dan genre yang ada dalam FPC. Pada tahap pencarian program baik commision dan aquisition dikembangkan konsep program menurut idealnya, yang kemudian disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Tapi
kenyataan yang terjadi di pasar, banyak sekali ide yang didapat belum tentu dapat diterapkan karena keterbatasan rumah produksi atau secara teknis belum dapat dilakukan. Misalnya, pada awal pembelian Islamic content program sangat sulit dilakukan karena segmen pasar Astro Oasis baru didefinisikan, sehingga sulit menemukan program yang diharapkan. Perlu beberapa bulan untuk meyakinkan pihak ketiga bahwa program Islam dapat dibuat dengan banyak format, seperti yang diungkapkan Tomi Satryatomo berikut ini: 46 ”....Pada awalnya cukup sulit mencari ’Islamic content program’ karena kategori ini praktis tidak dikenal sebelumnya. Untuk Commissioned programs, Oasis membayar PH untuk membuat program yang sesuai dengan arahan kita. Kita menempatkan produser sebagai supervisi sehingga apa yang dikerjakan rumah produksi sesuai dengan apa yang kita inginkan. Pada awalnya cukup sulit meyakinkan rumah produksi tersebut, butuh waktu paling lama, setidaknya enam bulan untuk meyakinkan mereka bahwa ‘Islamic content program’ bisa dibuat dengan banyak format, tidak hanya ceramah ataupun talkshow seperti yang selama ini dilakukan. Sedangkan untuk Canned Program (program - program asing), semula sulit dicari karena banyak distributor yang tidak familiar dengan kategori ini. Tapi belakangan, seiring dengan meluasnya jaringan kerja, pasar internasional menawarkan beberapa program tidak lagi hanya program2 dokumenter saja, tetapi mulai program2 series dan realty show...”
45
Hasil wawancara denga Sri Sarwindah, Programming Executive Astro Oasis, pada tanggal 23 Desember 2008 46 Hasil wawancara dengan Tomi Satryatomo, Channel Head Astro Oasis, pada tanggal 28 Januari 2009
Pengembangan konsep program juga memperhatikan beberapa faktor, seperti trend yang berlangsung di industri televisi, masukan manajemen maupun rumah produksi, ide dan usulan yang muncul dari banyak orang, atau melalui berbagai media. Pengembangan konsep ideal tersebut juga disesuaikan dengan kemampuan teknis produksi yang tersedia, biaya dan program strategy secara keseluruhan sehingga dapat diimplentasikan menjadi satu kesatuan dalam FPC yang siap untuk ditayangkan.
4.2.3. Content Creation Content Creation merupakan langkah yang diambil setelah tahapan Content Development, yang mengarah pada pengimplementasian suatu konsep program yang telah disetujui agar program lebih kreatif dan inovative.
Tim programming dan
produser Astro Oasis dituntut untuk membuat sesuatu yang belum ada dan atau membuat program yang telah ada untuk diinovasi menjadi program yang lebih menarik.
Untuk itu diperlukan beberapa tahapan agar tim Astro Oasis berhasil
menjalankan tugasnya,yaitu:47 a. Constantly monitoring the targeted audience to catch any moving trend, yaitu selalu memonitor preferensi target audience Astro Oasis seperti, apa yang mereka harapkan, apa yang menjadi kebutuhannya mereka sehingga kita mengetahui secara pasti, program – program apa yang mereka inginkan. Langkah yang diambil agar preferensi target Astro Oasis dapat termonitor yaitu dengan memaksimalkan website. Dengan adanya website Astro Oasis, para penonton dapat berinteraksi langsung memberikan masukan, saran, kritik, ide nya untuk pengembangan channel tersebut. Selain itu, diperlukan survey 47
Hasil wawancara dengan Tomi Satryatomo, Channel Head Astro Oasis, pada tanggal 28 Januari 2009
secara berkala baik dari penonton Astro oasis maupun televisi berbayar yang lain, sehingga kita mendapat masukan secara general mengenai preferensi program Islami yang ingin mereka tonton.
b. On the other side, also monitoring the trend in TV production to get more inspiration. Hal ini dilakukan dengan cara sering melakukan kunjungan ke market - market internasional yang memproduksi program - program lifestyle, khususnya program - program Islami, sehingga kita mengetahui trend program kedepannya.
c.
Maintaining high standard in creative and production by constantly challenge the producers which eventually will challenge the production houses to raise their bar. Salah satunya langkah yang diambil dengan cara mengirimkan produser ke market internasional yang dapat memberikan pengembangan wawasan bagi para produser, sehingga pada akhirnya dapat menyerap trend program pada saat ini maupun trend program yang akan datang.
Para
produser juga diharuskan untuk selalu meng-upgrade pengetahuannya dengan menonton screeners program, membaca buku, surfing the internet, yang akhirnya mereka bisa memberikan ide bagaimana mengembangkan suatu konsep program dan dapat menerapkannya menjadi sebuah program yang kreatif dan innovative Langkah ini sangat penting dilakukan karena para produser yang akan mensupervisi secara content dan teknis dalam pembuatan program yang dilakukan oleh production house untuk program – program commission dan sebagai panduan untuk pemilihan program acquisition.
4.2.4. Channel Packaging Channel Packaging merupakan proses penyatuan program, channel identity, promo menjadi satu kesatuan yang utuh, yang sesuai dengan channel positioning, yang dalam hal ini adalah Astro Oasis. Pada tahap ini, planning dan scheduling dari tim programming berperan sangat penting. Setelah FPC dibuat, maka planning dan scheduling ini membuat pola acara harian yang telah disepakati, yang akhirnya menjadi acuan dalam menayangkan program – program tiap harinya. Dalam pola harian, Astro Oasis kembali mengacu pada audience profile, yaitu menempatkan suatu program sesuai dengan siapa mayoritas penonton pada saat itu sehingga tidak terjadi kesalahan penempatan program. Disamping itu, strategi repeat diterapkan pada pola acara harian, yang fungsinya mempermudah penonton dalam menonton program yang disukainya dan menarik tipe penonton yang berbeda, seperti yang dikemukakan Srie Sarwindah selaku programming executive berikut ini:48 ”…Repeat ditempatkan di time zone yang berbeda dari fresh program itu ditayangkan, dengan maksud agar penonton tidak bosan dengan program yang sama dan untuk menarik tipe penonton yang berbeda. Fungsi repeat juga memudahkan penonton yang setia menonton program favoritnya itu tidak melewatkan episode lanjutannya dikarenakan mereka berhalangan menonton pada saat fresh program tersebut ditayangkan. Dengan repeat ini, penonton dapat menonton program yang mereka minati dengan waktu yang flexible...” Di dalam pola harian, selain slot program juga terdapat promo, yang terdiri dari promo program, promo channel, cross promo channel maupun channel ID, yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh, menjadi channel package yang baik, yang dapat membentuk image station yang diharapkan, dalam hal ini sesuai dengan channel positioning Astro Oasis yang merupakan channel lifestlye muslim yang bisa membawa inspirasi bagi kehidupan dan pandangan masyarakat Muslim Indonesia. 48
Hasil wawancara denga Sri Sarwindah, Programming Executive Astro Oasis, pada tanggal 23 Desember 2008
4.2.5. Promotional and Publicity Promotional and Publicity atau Promo dan Publikasi merupakan tahapan terpenting dalam membentuk awareness penonton terhadap suatu channel atau program. Sebagus apapun suatu channel atau program, dan sebaik apapun strategy programming yang diterapkan, apabila tidak didukung oleh promo dan publikasi yang baik, tidak menghasilkan hasil yang diharapkan. Promo dan publikasi berperan agar masyarakat mengetahui, mengenal, dan pada akhirnya ingin menonton dan membeli suatu channel. Kegiatan promo dan publikasi ini disesuaikan dengan channel tersebut, karena setiap channel memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri dibanding dengan channel lain, sehingga penerapannya akan berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk Astro Oasis, promo dan publikasi diakukan dengan cara Off Air, On Air dan penggunaan Website. Off Air merupakan suatu kegiatan yang dilakukan di luar ruangan, melakukan interaksi dengan konsumen secara langsung dan biasanya dilakukan di beberapa tempat atau road show. Kegiatan off air ini sering dilakukan berbarengan dengan press conference, agar kegiatan event tersebut dapat di ekspos secara maksimal oleh media, baik televisi, cetak ataupun radio. On Air, merupakan promosi berbentuk filler atau showreal yang dilakukan secara on air, yang tayang di media televisi, baik di dalam channel itu sendiri ataupun promo di channel yang memiliki target audience yang sama di televisi nasional ataupun suatu channel di televisi berbayar (cross channel promotion). Sedangkan website, merupakan portal yang digunakan Astro Oasis dalam mengupdate segala informasi dan kegiatannya kepada penonton, agar penonton bisa lebih dekat mengenal dan berinteraksi dengan Astro Oasis.
Kegiatan di atas, saling terkait satu dengan yang lainnya. Memiliki strategi tersendiri dalam pelaksanaannya sehingga apa yang dilakukan tim programming dalam meramu programming strategy dapat secara maksimal dapat meningkatkan awareness, diketahui secara luas oleh masyarkat muslim Indonesia, khususnya penonton Astro Oasis.
4.2.6. Content Exploitation Content Expolitation adalah tahapan bagaimana suatu program tidak hanya ditayangkan saja kemudian dilupakan orang, tetapi bagaimana program tersebut dieksploitasi sehingga suatu program menjadi ciri khas dari image suatu channel. Pembentukan image tersebut bisa mendorong peningkatan awareness yang menjadi point penting bagi promo dan publikasi Astro Oasis juga melakukan hal yang sama. Sebagai salah satu channel yang dibuat oleh PT. AKV, yang mengharuskan semua programnya dibuat dengan standard Internasional baik secara technical maupaun secara production, sehingga program – program Astro Oasis harus memenuhi standar internasional yang bisa diikutsertakan dalam ajang – ajang internasional baik dalam penjualan program maupun dalam festival penganugrahan, seperti diungkapan oleh Ibu Dewi Fadjar berikut ini:49 ”... Program harus dibuat lebih kreatif dan inovative... tidak hanya berdasarkan based on order saja, tapi membuat suatu program yang belum ada dan menginovasi sesuatu yang sudah ada menjadi suatu hal yang menarik.... Intinya secara content, kita berusaha memberikan suatu yang berbeda dari program - program yang ada dan ’make sure’ bahwa program tersebut di eksekusi dengan technical and production yang memiliki kualitas standar Internasional... Kita tidak membuat program yang asal – asalan, tapi program tersebut harus dapat go internasional…. Kita memiliki standard sendiri dalam memproduksi program, kita harus membuat program yang disukai penonton disamping memenuhi standard kualitas internasional... kita tidak akan membuat program yang hanya didedikasikan untuk mencari award saja, karena penonton merupakan prioritas utama di televisi berbayar. Kita 49
Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Fadjar, Programming Director, pada tanggal 5 Januari 2009
harus membuat sesuatu yang bagus, karena pelanggan kita berhak mendapatkan tontonan yang sepadan dengan uang yang mereka bayarkan....”
Pada saat ini, Astro Oasis sedang melakukan pendekatan dengan melakukan negosiasi dengan negara – negara Timur Tengah, dalam kerjasama penjualan program – program Astro Oasis. Pendekatan dan negosiasi ini disambut baik oleh negara Timur Tengah yang memiliki penduduk asal Indonesia yang cukup besar, seperti Arab Saudi, Dubai, dan juga negara lain yang memiliki penduduk mayoritas muslim, seperti Malaysia.
Dengan content exploitation ini diharapkan, program – program
Astro Oasis dapat dinikmati tidak hanya di Indonesia saja, tetapi dapat dinikmati oleh penduduk Indonesia yang bermukim di luar negeri, maupun masyarakat muslim dunia dapat menyaksikan keanekaragaman kehidupan masyarakat muslim, budaya, keindahan dan kekayaan Indonesia lewat program – program Astro Oasis.
4.2.7. SWOT Sejalan dengan berkembangnya Astro Oasis, sangat diperlukan pengidentifikasian SWOT agar management PT. AKV dapat mengetahui apa yang menjadi kekuatan, kelemahan dan apa yang harus dilakukan agar Astro Oasis dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa point pengidentifikasian SWOT channel Astro Oasis adalah sebagai berikut:50 4.2.7.1. Strengths a.
Astro Oasis merupakan televisi keluarga pertama di Indonesia yang bermuatan Islami, memiliki hampir 1000 jam program dalam empat
50
Hasil wawancara dengan Tomi Satryatomo, Channel Head Astro Oasis, pada tanggal 28 Januari 2009
kategori, yaitu Informasi, Pendidikan, Gaya Hidup dan Hiburan. Program – program Astro Oasis dibuat dengan kualitas standar Internasional dan memiliki human resource yang secara kreatif dapat menterjemahkan konsep – konsep Islam dalam aneka format produksi. b.
Channel look dari Astro Oasis yang modern dan bernuansa indah dapat menarik penonton menengah atas sebagai target audience-nya.
4.2.7.2. Weakness a.
Astro Oasis belum memiliki fasilitas teknik untuk siaran “live” sehingga interaksi langsung dengan pemirsa pada saat program ditayangkan belum dapat dilaksanakan. Interaksi dengan pemirsa pada suatu program sangat penting karena kita dapat mengetahui apa yang diinginkan, apa yang disukai apa tanggapan mereka tentang program yang sedang berlangsung sehingga proses pengembangan creative program dapat segera diterapkan.
b.
Terjadi kelangkaan program seiring baru didefinisikan Astro Oasis sebagai sebuah channel lifestyle muslim karena produksi program – program Islami masih memakai format yang ada, misal talkshow dan ceramah.
c.
Masih kurangnya promosi, khususnya promo off air karena budget yang terbatas, sehingga pembentukan awarness pemirsa kurang dapat dimaksimalkan.
4.2.7.3. Opportunities a.
Belum ada saluran televisi nasional yang menyiarkan konten Islami selama 24 jam dalam 7 hari, sedangkan kalangan Muslim menengah ke atas semakin besar dan bersedia membayar untuk mendapatkan tayangan Islami.
b.
Secara produksi, Indonesia memiliki sumber pekerja kreatif yang relatif banyak dengan biaya produksi yang relatif rendah dibanding negara lain, memungkinkan kita dapat memproduksi tayangan yang memiliki kualitas yang bagus dengan harga yang masih terjangkau.
4.2.7.4 Threats Dengan semakin berkembangnya Astro Oasis, layanan – layanan televisi berbayar lain tengah bersiap – siap membuat saluran bermuatan Islami, sedangkan free to air menjadi ‘ancaman’ saat Ramadhan, sehingga Astro Oasis harus bisa membuat dan mensiasati agar kita tidak kalah dengan mereka.
4.2.8. Post Analysis Setelah Astro Oasis tayang sejak 7 September 2007, setahun kemudian, PT. Direct Vision melakukan post analysis terhadap channel Astro Oasis. Langkah ini diambil untuk mengetahui secara pasti apakah strategi programming yang telah diterapkan oleh Astro Oasis telah memenuhi apa yang diharapkan bagi penontonnya maupun sesuai dengan channel positioningnya.
Post Analysis ini merupakan hal yang penting dilakukan dan wajib dilaksanakan, idealnya dilakukan sekitar enam bulan setelah channel tersebut ditayangkan, seperti yang diungkapkan Ibu Dewi Fadjar berikut ini:51 “…dilakukan sekitar enam bulan… biasanya produk/program yang telah enam bulan berada di pasar, layak diadakan post analysis.... tapi jangka waktu itu tidak final, tergantung kebutuhannya saja... Idealnya post analysis ini dilakukan secara reguler, agar kita selalu mendapat update dari ”pasar” dan kita tidak salah dalam membuat program yang sesuai dengan kebutuhan pasar tersebut...”
Pada bulan Agustus 2009, PT. Direct Vision selaku platform Astro Indonesia melakukan internal research, yang memberikan data – data sebagai berikut:52 1. Terjadi kenaikan pelanggan TV berbayar Astro, pada periode 7 September 2007 sampai September 2008 di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Medan dan Surabaya, dan terjadi kenaikan yang cukup signifikan terhadap penonton Astro Oasis dari periode sebelumnya, naik sebesar 163%, melampaui
jumlah
penonton
documentery
channel
seperti
National
Geographic, news channel seperti CNN, serta music channel seperti MTV Asia dan Channel V, meski masih kalah oleh Hollywood Movie Channel, misal HBO. Berikut adalah grafik yang menunjukan tingkat kenaikan channel dan share Astro Oasis di 3 kota besar selama periode tersebut.
51 52
Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Fadjar, Programming Director, pada tanggal 5 Januari 2009 PT. Direct Vision, internal research, October 2009
Grafik 1. Channel Share Astro Oasis (periode Nov 2007 – Sep 2008)
2.12 1.82 1.57
0.88
1.24
1.02 0.59
0.90 0.58 0.48 Aug-Sep 08
0.25 0.24
Feb-Mar 08
Total
Nov-Dec 07
Jakarta Surabaya Medan
Grafik 2.Channel Rating Astro Oasis (periode Nov 2007 – Sep 2008)
0.39
0.29
0.26
0.14 0.11
0.13
0.1 0.16 0.08
0.03
Aug-Sep 08 0.05
Feb-Mar 08 0.02
Total
Nov-Dec 07
Jakarta Surabaya
Medan
2. Dari segi kepermirsaan (viewer ship), mayoritas penonton Astro Oasis berasal dari kelompok dewasa muda, dengan jumlah penonton wanita sedikit lebih banyak dari penonton pria. Berikut adalah grafik kepermisaan Astro Oasis selama periode tersebut.
Grafik 3.Audience Profile (Periode Feb – Maret 08 dan Aug – Sept 08) 74.85
74.85
68.76
60.46 54.85
45.48
52.65 47.83
47.35
47.83
45.48
40.42
40.42
39.54
29.37
29.37
20.00 19.58 13.07
12.08
7.48 4.18
25 +
Male 25 +
Female 25 +
Kids (<14)
15 - 24
25 - 34
Feb-Mar.08
35 +
All Male
All Female
25 + male
25 + Female
Aug-Sept.08
3. Walaupun bermuatan Islami, Astro Oasis tidak hanya dinikmati oleh kaum Muslim saja. Hampir 20% penontonnya datang dari berbagai agama lain, seperti terlihat pada grafik berikut ini:
Grafik 4. Audience Profile by Religion 5 Aug – 5 Sept 08, All People, All Cities, TVR
Katolik
Kristen
Islam
0.3
4.6
4.6 Budha
8.0
Hindu
82.5
Hasil riset tersebut di atas, cukup menggembirakan bagi tim Astro Oasis. Keberhasilan mereka dalam mengatasi tantangan produksi guna menghasilkan program – program bermuatan Islami yang menarik dan segar sekaligus nhmembuktikan bahwa menyajikan tayangan – tayangan bermutu yang Islami juga bisa laku secara komersial. Hal ini diungkapkan oleh Tomi Satryatomo pada Majalah Madina, yang penulis kutip sebagai berikut:53 “...beberapa distributor luar negeri mulai meminta contoh program kami, karena memang di dunia internasional tidak banyak tersedia program bermuatan Islami, terutama yang berkaitan dengan gaya hidup dan hiburan…”
Keberhasilan ini tidak membuat tim Astro Oasis puas dengan hasil yang dicapai karena masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenai Astro Oasis. Kedepannya, pemaksimalan promosi, publikasi baik melalui media maupun off
53
“Televisi Islam di Indonesia? Bisa…” oleh Tomi Satryatomo, MADINA, no 12/Th 1/Desember 2008
air akan terus dilakukan serta perbaikan sistem programming dan program – program yang ada, karena setiap saat audience profile yang mewakili kelompok – kelompok ini akan semakin berkembang dan membutuhkan program – program yang menarik, berkualitas dan memiliki nilai – nilai positif sebagai refleksi dari kehidupannya.
4.3. Pembahasan Media Massa merupakan alat komunikasi yang paling efektif yang berfungsi sebagai alat pengantar informasi dari sumber informasi kepada para khalayak. Kehebatan media massa dalam kehidupan masyarakat mengubah fungsi media massa itu sendiri, yaitu tidak lagi hanya menjadi alat untuk mengantarkan informasi saja, tetapi sekaligus dapat mengembangkan pola berfikir, norma – norma, gaya hidup, serta memberikan pengetahuan atau wacana kehidupan masyarakat dimanapun mereka berada. Seperti yang diungkapkan oleh Denis Mc Quil, yang dikutip oleh Nurudin bahwa media massa merupakan norma yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa – peristiwa kehidupan masyarakat, baik bertaraf nasional maupun internasional sekaligus sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan symbol, tetapi juga dalam pengertian tata cara, mode, gaya hidup dan norma – norma.54 Adanya pola pikir, gaya hidup dan norma – norma yang semakin berkembang mengikuti arus informasi yang semakin deras, menimbulkan berbagai tanggapan di kalangan masyarakat. Arus informasi yang semakin pesat membawa efek positif sekaligus efek negatif dalam perkembangan kehidupan bermasyarakat. Efek positif yang ditimbulkan antara lain, mempermudah masyarakat mencari tau informasi yang ingin mereka dapatkan dengan hanya duduk nyaman di dalam rumahnya sambil
54
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, PT. Rajagafindo Persada, 2007, hal 34
mendengarkan radio, menonton televisi atau searching the internet. Sedangkan efek negatif media massa ini, lebih kepada penyaringan informasi, karena di berbagai alat media massa tersebut tersedia beragam informasi baik informasi yang baik maupun tidak yang disediakan untuk memenuhi berbagai macam karakter individu di dunia ini. Televisi merupakan alat media massa yang paling disukai dan paling dekat dengan masyarakat, karena televisi merupakan alat audio – visual yang dapat didengar sekaligus dilihat sehingga informasi yang disampaikan dapat secara jelas tersampaikan oleh masyarakat. Keunggulan media massa televisi membuat bisnis pertelevisian di seluruh dunia, termasuk Indonesia berkembang dengan pesat. Beberapa tahun terakhir, persaingan dunia bisnis pertelevisian semakin ‘memanas’ seiring dengan menjamurnya televisi – televisi lokal maupun bangkitnya televisi berbayar di Indonesia.
Persaingan ini memacu pemain dalam industri
pertelevisian baik televisi free to air, televisi lokal maupun televisi berbayar dalam memberikan program – program yang menarik, yang dapat menarik target audience nya agar tetap setiap menonton televisi tersebut. Banyaknya program – program yang memberikan efek negatif, membuat masyarakat menseleksi program – program yang akan ditonton keluarganya, khususnya masyarakat muslim Indonesia pada segmentasi pasar AB. Mereka mulai mencari alternatif program yang menghibur sekaligus mendidik yang bisa ditonton oleh seluruh keluarga dan memberikan nilai – nilai positif untuk keluarganya dan mereka tidak berkeberatan untuk membayar tontonan tersebut. Keresahan masyarakat muslim Indonesia tersebut di tangkap oleh manajemen PT. Adi Karya Visi selaku content provider televisi berbayar ASTRO sebagai peluang bisnis yang baik untuk dijajaki. Setelah melakukan pre research yang meyakini
kebutuhan pasar atas program – program gaya hidup Islami, pada tanggal 7 September 2007, ASTRO OASIS diluncurkan sebagai salah satu saluran lokal yang terdapat pada televisi berbayar ASTRO. Keberhasilan suatu channel dinilai dari bagaimana strategi programming pada channel tersebut diterapkan. Pada channel Astro Oasis, ada beberapa tahapan yang dilakukan agar strategi programming yang diterapkan sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu research and consumer insight, concept development, content creation, channel packaging, promotional and publicity dan content exploitation. Research and consumer insight merupakan tahapan awal yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan suatu pasar. Riset merupakan dasar dari pengambilan keputusan dari strategic planning yang ingin diterapkan. Untuk industri televisi, riset sangat berperan dalam strategy programming, khususnya untuk mengetahui program performance, program competition, sehingga dapat menggambarkan seperti apa audience profile, audience behaviour dari target audience yang ingin kita raih ataupun strategi televisi kompetitor kita.55 Riset hendaklah dilakukan secara berkala, sehingga kita dapat mengetahui perkembangan terakhir dari preferensi atau kebutuhan target market yang ingin di raih. Hal ini sesuai dengan pendapat Petter Pringle (1991) dan rekannya yang mengatakan; The television programmers target a general audience and attemp to response to the preference of those persons who are available to view. (Pengelola atau programmer televisi menargetkan target audience secara umum dan berupaya untuk memberikan respon atas kesukaan atau preferensi dari penonton tersebut)56
55
Hasil wawancara dengan Adolf Siregar, Senior Manager Research & Development PT. AKV, pada tanggal 5 Februari 2009 56 Peter K Pringle, Michael F Starr, William E McCavitt, Electronic Media Management (Second Edition), Focal Press, Boston London, 1991, hal 101
Concept Development atau pengembangan konsep merupakan tahap selanjutnya setelah hasil riset diketahui. Data yang telah ada diolah sedemikian rupa menjadi buku panduan bagi yang disebut FPC – fixed program content. Pada tahap ini, dilakukan penentukan komposisi program baik secara genre atau jenis program maupun secara audience profile, yaitu komposisi penonton berdasarkan sex, umur ataupun jam pada saat mereka menonton televisi. Setelah mengetahui komposis di atas, tugas selanjutnya adalah menentukan bagaimana program – program tersebut di dapat, apakah dengan cara membeli program lokal maupun program asing (acquisition), ataupun dengan cara memproduksi suatu program (commission), agar memenuhi kebutuhan program yang telah dijabarkan dalam Fixed Program Content Setelah menentukan bagaimana suatu program di dapat, langkah selanjutnya adalah Content Creation, yaitu mengkreasikan suatu konsep program sehingga memiliki kekuatan progam yang menarik.
Menciptakan program baru atau
menginovasi suatu program lama dengan sudut pandang yang berbeda, disertai proses pembuatan program yang memenuhi standard internasional baik secara teknis maupun dalam produksi program, sehingga diharapkan program – program yang dihasilkan layak disajikan dan memenuhi persyaratan program yang baik secara keseluruhan. Pembentukan channel atau saluran secara keseluruhan sehingga membentuk suatu image channel yang sesuai dengan channel positioning merupakan tujuan terpenting dari Channel Packaging. Penyusunan program yang dilakukan oleh tim planning dan scheduling, baik penyusunan program harian, mingguan, bulanan, tigabulanan dan seterusnya yang dikombinasikan dengan penempatan promo program, channel ID, cross promo program menjadi satu kesatuan yang utuh, membentuk image bagi channel tersebut. Strategi programming yang menerapkan sistem repeat dan berdasarkan audience profile memberikan keseimbangan,
kontuinitas dan keselarasan bagi penontonnya sehingga membentuk image tertentu bagi penonton setianya. Pembentukan image dan awareness atau perhatian bagi suatu channel juga ditentukan oleh proses promotional dan publicity. Promosi dan publikasi merupakan hal terpenting dalam pembentukan awareness untuk menarik perhatian penonton secara keseluruhan, yang nantinya penonton tersebut dapat memilih untuk tetap menjadi penonton setiannya atau tidak. Promo dan publikasi seyogyanya dilakukan secara intensif dan berkala, sehingga efek dari promo dan publikasi dapat secara luas menjaring penonton untuk menonton channel atau saluran tersebut dan memberikan kecintaan bagi penontonnya untuk setia pada channel yang dipilihnya. Ada tiga cara yang dilakukan Astro Oasis dalam menjalankan tahapan ini, yaitu dengan cara promo off air, promo on air dan penggunaan website sebagai bentuk interaksi dengan penontonnya. Promo off air atau event yang dilakukan di luar ruangan ini biasanya memberikan dampak yang sangat besar bagi pembentukan awareness masyarakat yang belum mengenal Astro Oasis. Biasanya off air ini dilakukan diberbagai tempat atau road show. Off air sangat efektif dalam pembentukan awareness karena pada saat event berlangsung komunikasi dapat secara efektif berlangsung dengan masyarakat sekitar.
Sayangnya dikarenakan anggaran yang cukup besar dalam
melaksanakan promo off air, Astro Oasis belum secara maksimal melaksanakannya. Promo dan publikasi juga dilakukan dengan menayangkan filler – filler program Astro Oasis secara kontinu baik di saluran Astro Oasis itu sendiri maupun penyangan program di channel yang memiliki target audience yang sama atau cross promo channel, misal pada Astro Awani, Astro Aruna, National Geographic, Travel & Living, dan lain sebagainya.
Pembentukan awareness juga dilakukan Astro Oasis dengan menggunakan website atau portal. Di dalam website tersebut, pecinta Astro Oasis dapat memberikan input baik kritik, saran maupun ide – ide secara langsung kepada tim Astro Oasis disamping mereka dapat mengupdate informasi mengenai kegiatan, acara yang terkait dengan Astro Oasis. Penggunaan website dalam Promo dan publikasi merupakan langkah terpenting untuk mempertahankan sekaligus memperluas audience Astro Oasis dalam membangun ketertarikan atau awareness terhadap Astro Oasis, sehingga diharapkan dengan promo dan publikasi yang gencar dapat membentuk pola dan gaya hidup pemirsanya dan menjadikan Astro Oasis sebagai panduan dalam menerapkan gaya hidup mereka Selain tahapan – tahapan di atas, tahapan terakhir yang dilakukan Astro Oasis untuk mempertahankan dan memperluas publisitas dari Astro Oasis, yaitu dengan melakukan Content Exploitation.
Yaitu suatu langkah yang dilakukan untuk
memperluas jaringan penonton Astro Oasis, dengan melakukan penjualan content, baik kepada televisi – televisi lokal yang ada maupun dengan melakukan penjualan content ke luar negeri.
Langkah ini sangat efektif, sehingga tidak hanya yang
berlangganan Astro yang dapat menikmati acara tersebut, tetapi pemirsa yang tidak atau belum berlangganan Astro dapat menikmati program tersebut, walaupun hanya beberapa program saja. Dengan demikian, diharapkan ketertarikan penonton diluar Astro dapat menarik mereka untuk menonton program – program Astro Oasis secara keseluruhan, sehingga mengambil inisiatif untuk melakukan aplikasi berlanganan televisi berbayar Astro. Hasil ini merupakan kesimpulan dari riset yang dilakukan PT. Direct Vision pada bulan September 2008, yang cukup signifikan. Riset intenal yang dilakukan PT. Direct Vision, merupakan penggambaran hasil usaha yang dilakukan Astro Oasis selama satu tahun sejak penayangan Astro
Oasis pada televisi berbayar ASTRO. Kelebihan serta kekurangan (SWOT) yang menjadi penggambaran dari channel tersebut merupakan panduan bagi tim Astro Oasis dalam melaksankan strategi pemograman ke depannya, sehingga pengertian dari media massa sebagai media komunikasi yang berlangsung secara dua arah, yaitu saling mempengaruhi satu dengan yang lain berjalan dengan efektif, seperti yang diungkapkan oleh Little John (2002) yang dikutip oleh Pawito sebagai berikut: “the process whereby media organization produce and transmit messages to large publics and the process by which those message are sought, used, understood and influenced by audiences” (proses dimana organisasi – organisasi media memproduksi dan menyampaikan pesan – pesan kepada khalayak luas dan proses dimana pesan – pesan dicari, digunakan, dipahami dan dipengaruhi oleh khalayak)57
57
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS Yogyakarta, Juni 2007, hal 16
BAB IV PENUTUP
5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat oleh Penulis dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Lahirnya Astro Oasis merupakan peluang bisnis yang ditangkap oleh management PT. Adi Karya Visi sebagai content provider dari televisi berbayar ASTRO, yang melihat adanya keresahan pada masyarat muslim menengah atas di Indonesia atas tayangan – tayang televisi yang dapat memberikan dampak negatif bagi keluarganya serta kelangkaan program – program yang memiliki unsur Islami dan nilai – nilai positif yang dapat dijadikan panduan dalam hidup.
2. Channel positioning Astro Oasis adalah saluran gaya hidup keluarga Islami, yang memiliki target audience sebagai berikut: a. Target utama: Laki – laki dan Wanita berusia 25 – 45 tahun, tinggal di perkotaan, pendidikan minimal SMU, beragama Islam dan memiliki status ekonomi sosial (SES) AB+ b. Target kedua: Anak – anak berusia 6 – 9 tahun, tinggal di perkotaan dan beragama Islam c. Target ketiga adalah penonton secara keseluruhan termasuk yang bukan beragama Islam.
3. Untuk memenuhi keinginan masyarakat muslim atas tayangan program yang menarik sekaligus islami, tim Astro Oasis memiliki strategi programming yang melewati tahapan sebagai berikut: Research & Consumer Insight, yaitu proses pengidentifikasian kebutuhan dan preferensi target audience yang menghasilkan audience profile, audience behavior, konsep program dan seterusnya. Concept Development merupakan pengembangan dari hasil riset yang didapat, sehingga menghasilkan FPC – fixed program content yang didalamnya berisi komposisi program baik secara genre maupun secara audience profile. Content Creation adalah membuat program baru yang lebih kreatif dan innovative. Channel Packaging menjadikan sebuah channel menjadi satu kesatuan yang utuh yang membentuk image channel Astro Oasis yang sesuai dengan channel positioning-nya. Promotional & Publicity adalah usaha yang dilakukan untuk membentuk dan memperluas awareness penonton dan
Content
Exploitation
yaitu
tahapan
yang
dilakukan
untuk
memperkenalkan program – program Astro Oasis di luar penonton televisi berbayar Astro, dengan cara membuka peluang menjual program – program Astro Oasis baik ke televisi lokal maupun internasional.
4. Dilakukan penelitian atau post analysis setelah satu tahun Astro Oasis ditayangkan, agar tim Astro Oasis mengetahui apakah tahapan yang dilakukan dan strategy programming yang diterapkan telah sesuai dan membidik target audience yang diharapkan.
5. Pengidentifikasi SWOT (Strenghts, Weeknesess, Opportunities, Threats) yang dilakukan Astro Oasis memberikan gambaran atas kelebihan, kekurangan, peluang serta tantangan yang dihadapi Astro Oasis, sehingga strategy programming yang akan diterapkan untuk tahun berikutnya, dapat efektif dalam mempertahankan kekuatan sekaligus meminimalkan kekurangannya, yang akhirnya dapat berkompetisi dengan channel – channel sejenis di masa yang akan datang.
5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis ingin memberikan beberapa saran yang mungkin dapat dipertimbangkan dalam mewujudkan strategi programming Astro Oasis dalam memberikan tayangan yang islami dan berkualitas, yaitu: 1.
Memperbanyak komposisi atau presentasi program – program gaya hidup dibanding dengan program informasi, sesuai dengan channel positioning dari Astro Oasis yaitu merupakan saluran gaya hidup Islami. Saat ini Astro Oasis lebih terlihat lebih sebagai saluran informasi ketimbang sebagai saluran gaya hidup.
2.
Sesuai dengan misi awalnya, yaitu memberikan tayangan yang baik untuk seluruh keluarga, tidak terkecuali anak – anak, diharapkan Astro Oasis kedepannya dapat memperbanyak program anak – anak yang mudah dipahami yang dapat memberikan pengajaran serta pembelajaran atas nilai – nilai islam yang ada.
3.
Promo dan publikasi yang dilakukan Astro Oasis masih sangat kurang, sehingga hanya penonton yang menjadi pelanggan Astro saja yang bisa mengenal Astro Oasis. Diperlukan tim khusus yang melakukan publikasi dan promosi baik secara off air, on air dan publikasi di media massa secara berkala sehingga dapat menjaring lebih banyak penonton Astro Oasis dan bisa membentuk awarness yang baik bagi penonton setianya.
DAFTAR PUSTAKA
Bourdieu, Pierre, Menyelami Dunia Televisi, Freedom Press Yogyakarta 2006 Burton, Graeme, Membicarakan Televisi – Sebuah Pengantar Kepada Studi Televisi, Jalasutra, tahun 2007 Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada 2007 Hidayat, Deddy Nur, Pengantar Komunikasi Massa, PT. Raja Grafindo Persada 2007 Hofmann, Ruedi, Dasar – Dasar Apresiasi Program Televisi, PT. Gramedia, Tahun 1999 Head, Sydney W; Sterling, Christopher H; Broadcasting in America – a survey of Television, Radio and New technologies, Fourth Edition, Houghton Mifflin Company, tahun 1982 Indriati, Etty, Menulis Karya Ilmiah, PT. Gramedia Pustaka Utama, tahun 2001 Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis – Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, tahun 2007 K Santana, Septiawan, Menulis Ilmiah – Metode Penelitian Kualitatif, Yayasan Obor Jakarta, tahun 2007 Morissan, Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramadina Prakasa, Agustus tahun 2005 Morissan, Manajemen Media Penyiaran – Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Ramadina Media Group, tahun 2008 Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa, PT. Rajagrafindo Persada, tahun 2007 Panjaitan, Erica L. Panjaitan, TM & Dhani Iqbal, Matinya Rating Televisi Yayasan Obor Indonesia, tahun 2006 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKis Yogyakarta, tahun 2007 Pringle, Peter K; Starr, F Michael; Mc Cavitt, William E; Electronic Media Management (second edition), Focal Press, Boston London, tahun 1991 Suprapto, Tommy, Berkarier di Bidang Broadcasting, MS, Media Pressindo Yogyakarta, tahun 2006
Subyantoro Arief & FX. Suwarto, Metode & Teknik Penelitian Sosial, CV Andi Offset, tahun 2007 Soenarto, RM, Veven SP Wardhana, Programa Televisi – Dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, FFTV-IKJ Press, tahun 2007 Tyler, Susan; Ferguson, Eastman & Douglas A; Broadcast / Cable Programming – Strategies and Practice, Wadsworth Publishing Company, tahun 1997 Vane, Edwin T; Gross, Lyanne S; Programming for TV, Radio and Cable, Focal Press, Boston, London, Tahun 1994
Sumber Lainnya: Clarity Research Indonesia in View, CASBAA marketing report on the pay tv Industry in Indonesia, January 2007 www.swa.co.id, Hidayat, Taufik; Persaingan TV berlangganan Memanas Media Route 26, Issue 94 – November 2007, Asian Pasific Pay TV & Broadband Market 2007 by Media Partners Asia www.wikipedia.com, PT. Direct Vision Astro Guide, September 2007 Undang – Undang Penyiaran No. 32, Tahun 2002 Company Profile PT. Direct Vision www.astro-oasis.com www.astroawani.co.id
DAFTAR PERTANYAAN
Dewi Fadjar (Programming Director PT. AKV) 1. PT. Adi Karya Visi bergerak dalam bidang content provider yang selama ini dikenal sebagai pemasok program televisi berbayar Astro. Boleh diceritakan sebenarnya visi dan misi dari PT. AKV? 2. Apa yang menjadi keunggulan dari PT. AKV dibanding dengan content provider yang lain? 3. Apa yang dilakukan PT. AKV setelah brand Astro sudah tidak ada lagi di Indonesia? 4. Salah satu channel yang dihasilkan PT. AKV adalah Astro Oasis yang diluncurkan pada tgl 7 Sept 07. Apa yang melatarbelakangi peluncuran Astro Oasis tersebut? 5. Mengapa dinamai Astro Oasis? 6. Apa yang diharapkan dari Astro Oasis tersebut? 7. Apakah Astro Oasis dibuat sebagai salah satu strategi untuk memenangkan persaingan televisi berbayar di tanah air? Mengapa? 8. Apakah tujuan dari Astro Oasis tersebut sudah tercapai? Apa hasil yang sudah dicapai? Adakah ada kendala dalam pencapaian tujuan tersebut? 9. dst
Tomi Satryatomo (Channel Head Astro Oasis) 1. Apa yang melatarbelakangi Astro Oasis? 2. Visi dan misi dari channel Astro Oasis dan apa yang menjadi keunggulan dan ciri khas dari channel tersebut. 3. Apa yang akan dilakukan sehingga point 1 dapat tercapai. 4. Tolong jelaskan bagaimana tahapan Planning, Organizing, Actuating dan Controlling dilakukan terkait dengan management program strategic, yang terdiri dari: a. Perencanaan program (pemilihan dan komposisi program); b. Produksi dan Pembelian Program; c. Penayangan Program; d. Pengawasan dan Evaluasi Program? Dan sejauhmana proses tersebut dilaksanakan? 5. Channel positioning & SWOT dari Astro Oasis. 6. Seberapa pentingkah peranan riset dalam pengembangan channel Astro Oasis, terkait dengan strategi programming dan pembentukan image channel. Misal? 7. Apakah hasil riset bisa menjadi acuan dalam penerapan strategi programming di masa mendatang? Bagaimana? 8. Pernahkah membuat suatu kesalahan atas data riset yang diberikan? Jika Ya, apakah langkah2 yang diambil untuk memperkecil kesalahan tersebut? 9. Seberapa pentingkah point2 di bawah ini bagi strategi pemograman Astro Oasis? Jelaskan dan bagaimana cara pencapaiannya agar maksimal a. Research & Consumer Insight b. Concept Development c. Content Creation d. Channel Packaging e. Promotional and Publicity
f. Content Exploitation 10. Apakah kendala yang cukup signifikan dari Astro Oasis terkait dengan strategi programming dan bagaimana cara mengatasinya? 11. Bagaimana hasil pencapaian strategi programming Astro Oasis dari awal peluncuran sampai saat ini? Apakah sesuai dengan target yang diharapkan? 12. Apa yang menjadi tolak ukur strategi programming yang diterapkan berhasil atau tidak? 13. dst Srie Sarwindah (Programming Executive Astro Oasis) 1. Bagaimana penerapan strategi programming pada kegiatan sehari – hari? Hal penting apa yang harus dilakukan sehubungan dengan penerapan strategi tersebut? 2. Apa yang dilakukan oleh planning dan schedulling? 3. Bagaimana komposisi program terkait dengan genre program? Pemilihan program Inhouse or acquisition? 4. Apakah ada zona2 tertentu untuk program2 tertentu? Bagaimana penempatan program agar target audience dapat menonton program tersebut? 5. Apakah sama strategi programming terrestrial tv dengan tv berbayar? Mengapa? 6. Strategi repeat? Bagaimana pelaksanaannya dan apa alasannya? 7. Kendala yang dialami dan bagaimana pemecahannya? 8. dst Adolf Siregar (Senior Manager Research & Development PT. AKV) 1. 2. 3. 4.
Seberapa pentingkah peran riset dalam strategi programming? Metode riset seperti apa yang telah dilakukan? Mengapa? Adakah kendala dalam penerapan riset tersebut. Bagaimana solusinya? Pernakah hasil riset yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Solusi? 5. Jangka waktu ideal untuk melakukan riset. Mengapa? 6. Apakah ada perbedaan riset terestial tv dengan tv berbayar? Sejauhmana? 7. dst
TRANSKRIP WAWANCARA
Wawancara dengan Ibu Dewi Fadjar (DF), Programming Director PT. Adi Karya Visi (AKV), tanggal 5 Januari 2009 Penulis: ”Ibu Dewi, boleh diceritakan sedikit PT. Adi Karya Visi (AKV) itu bergerak dalam bidang apa?” DF: ”AKV merupakan perusahaan content provider. Maksud dari content provider disini adalah kita tidak hanya membuat program dan menjualnya tapi kita juga membuat beberapa channel yang berisi program – program lokal yang nantinya channel tersebut akan kita jual baik di dalam maupun luar negeri. Perusahaan content provider ini sudah cukup banyak di luar negeri seperti Star Group, CNN, HBO tetapi di Indonesia baru AKV yang memulai bisnis ini.” Penulis: ”Sudah berapa channel yang dihasilkan oleh AKV, Bu?” DF: ”Saat ini kita telah melaunching 6 channel, Astro Awani, Astro Aruna, Astro Ceria, Astro Kirana, Astro Xpresi dan yang paling terakhir Astro Oasis. Masing – masing channel tersebut memiliki keunikan tersendiri. Astro Awani merupakan channel news dan infotainment, Astro Aruna merupakan channel lokal drama, Astro Ceria merupakan channel children and edutaiment, Astro Kirana adalah channel non hollywood movies, Astro Xpresi adalah channel musik, lifestlye dan infotaiment untuk remaja dan yang terakhir adalah Astro Oasis adalah muslim lifestlye channel.” Penulis: ”Mengapa di depan nama – nama channel tersebut harus ada nama Astro nya Bu? Apakah karena exculsive untuk Astro saja?” DF: ”Ya... Karena pada saat peluncuran channel tersebut, televisi berbayar Astro memiliki exclusive right atas channel – channel tersebut. Tapi tidak menutup kemungkinan, beberapa program – program yang ada di channel2 tersebut, dapat kita lihat di televisi lokal yang ada di dalam maupun di luar negeri. Seperti, di televisi lokal Indonesia, kita memiliki kerjasama dalam penyediaan program di JAKTV, DAAI TV, Bogor TV, Surabaya TV, dan lain – lain. Sedangkan di luar negeri, program2 kita dapat dilihat di Garuda TV - Belanda, TV Moi - Singapura dan TV Cam Xuc - Vietnam. Saat ini, kita juga sedang membuka kerjasama di negara timur tengah, karena masyarakat Indonesia banyak bermukim disana... Mudah2, kerjasama tersebut dapat segera terwujud” Penulis: ”Jadi selain menjual channel secara keseluruhan, AKV juga menjual program – programnya ya Bu? Pantesan, saya pernah melihat beberapa program Awani di JAKTV... Dalam kondisi ini AKV bisa dikatakan sebagai production house dong Bu?” DF: ”Ya... bisa dikatakan begitu.. Tapi content provider disini secara bisnis lebih luas cangkupannya. Seperti yang saya utarakan sebelumnya content provider dapat menjual satu channel secara keseluruhan, atau hanya programnya saja, atau apabila ada yang berminat, misal ada televisi berbayar selain Astro yang berminat membuat
suatu channel lain selain yang telah ada, AKV bisa membuatkannya. Bisa dikatakan AKV adalah one stop shopping program.” Penulis: ”Terus, kalo secara content, apa yang membedakan AKV dengan PH lain?” DF: ”Lebih kreatif dan inovative... tidak hanya berdasarkan based on order saja, tapi membuat suatu program yang belum ada dan menginovasi sesuatu yang sudah ada menjadi suatu hal yang menarik. Misalnya kita membuat program ”Berbincang Jalan (BJ), selama ini talkshow biasanya dilakukan disebuah studio dengan konsep duduk, tetapi BJ merupakan program talkshow yang disampaikan secara santai, sambil berjalan, walaupun kadang topik yang disampaikan kadang merupakan topik yang cukup berat... Dengan penyampaian yang santai, penonton menyukai program tersebut. Intinya secara content, kita berusaha memberikan suatu yang berbeda dari program2 yang ada dan make sure bahwa program tersebut di eksekusi dengan technical and production yang memiliki kualitas standar Internasional. Kita tidak membuat program yang asal2an, tapi make sure program tersebut dapat go internasional. Kita memiliki standard sendiri dalam memproduksi program, kita harus membuat program yang disukai penonton disamping memenuhi standard kualitas internasional... kita tidak akan membuat program yang hanya didedikasikan untuk mencari award saja, karena penonton merupakan prioritas utama di televisi berbayar. Kita harus membuat sesuatu yang bagus, karena pelanggan kita berhak mendapatkan tontonan yang sepadan dengan uang yang mereka bayarkan.” Penulis: ”Tadi Ibu bilang bahwa program2 AKV harus bisa go internasional, apakah program2 AKV sudah diakui kualitasnya secara internasional? Apakah sudah mendapat penghargaan?” DF: ”Alhamdullillah... kerja keras kita telah terbukti secara nasional maupun internasional... Banyak program kita yang telah mendapat penghargaan, misalnya: Program Current Affair kita mendapat penghargaan sebagai “The Best Current Affairs Reports Labor issue 2008” yang diselenggarakan oleh ILO; Program Telaah yang meliput soal Kemiskinan mendapat penghargaan tertinggi dari American Center of International Labor Solidarity (ACILS) dan The Friedrich – Ebert – Stiftung (FES) yang diadakan di Milan bulan November 2007; Berbincang Jalan mendapat nominasi Best Talk Show di Asian Television Awards tahun 2007, dan feature kita yang membahas masalah Teroris dan Bom mendapat penghargaan sebagai The Best Televisi Program2007 dan program Telaah yang berjudul Autis Bukan Gangguan Jiwa mendapat penghargaan The Best Televisi Program 2008 yang diselenggarakan oleh AJI (Aliansi Jurnalis Indepeden), Sedangkan Astro Ceria mendapat Award Winning Kids Channel di Promax World Award 2007, Alhamdullilah... Oya.. satu lagi, yang paling menggembirakan secara rating, Awani dibawah CNN (All People) yang bersaing ketat dengan BBC World, Bloomberg dan Aljazeera... Saya senang sekali.... Mudah2an kedepannya AKV lebih banyak lagi menghasilkan program2 kreatif yang dapat memberikan pencerahan untuk bangsa ini, Amin.. Mudah2an... Penulis: ”Ok, Bu.... Selanjutnya saya ingin bertanya mengenai Astro Oasis. Astro Oasis yang diluncurkan tgl 7 September 2007 ini merupakan channel lifestlye muslim. Apa sih yang melatarbelakangi mengapa AKV membuat chanel tersebut?”
DF: ”Secara bisnis, kita mencari celah yang belum terisi... seperti kita ketahui, Indonesia merupakan mayoritas muslim terbesar tapi belum ada channel yang secara serius mengkhususkan membuat channel lifestyle muslim... Bisa dikatakan bahwa Astro Oasis ini dibuat karena kita melihat adakanya kekosongan atau kelangkaan tontonan yang islami untuk masyarakat muslim Indonesia. Kekosongan ini juga ditunjukan oleh riset yang kita adakan bahwa terjadi keresahan pada masyarakat, mengenai program televisi yang ada, sehingga terjadi permintaan yang cukup signifikan terhadap program2 yang berkualitas dan mendidik, yang dalam hal ini, tayangan yang merujuk Islam sebagai panduan.. Astro Oasis bukan merupakan channel agama, tapi merupakan channel lifestyle yang memiliki nilai2 yang islami, sehingga program2 yang disajikan harus menghibur, memberika inspirasi dan sebagai pandangan hidup yang bertumpu pada nilai2 yang positif, sehingga Astro Oasis diharapkan dapat membawa perubahan baru sekaligus memenuhi keinginan penonton atas tayangan yang berkualitas tadi.” Penulis: ”Mengapa dinamai Oasis?” DF: ”Oasis bisa dikatakan sebagai Oase, mata air, yang terdapat di gurun pasir... Mudah2an nama Oasis bisa menjadi ’air’ yang menyejukan bagi penonton kita yang melihat program – program Astro Oasis...” Penulis: ”Mudah2an ya Bu... Trus, apabila kita bicara secara bisnis, apakah Astro Oasis ini dibuat sebagai salah satu strategi untuk memenangkan persaingan bisnis televisi berbayar di tanah air?” DF: ”Yaa... kita sangat menyadari bahwa persaingan tv, baik free to air maupun televisi berbayar saat ini sangatlah berat... oleh karena itu kita selalu berusaha memberikan sesuatu yang beda, sesuatu yang unik, yang belum ada... Seperti yang saya katakan sebelumnya, di Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia belum mempunyai suatu channel Islami yang ditangani secara serius. Channel Islami yang lebih modern, yang bisa merangkul lapisan masyarakat yang mungkin masih sedikit pengetahuan Islamnya, tapi ingin mengetahui dan mempelajari Islami sebagai panduan hidupnya. Penulis: ”Apakah ada kendala yang dihadapi oleh Astro Oasis?” DF: ”Kendala, pastinya ada... Karena belum ada yang membuat channel seperti ini, maka kendala utama yang kita hadapai yaitu kelangkaan program.” Penulis: ”Kelangkaan Program... Trus, disiasati dengan cara apa Bu?” DF: “Untuk program lokal, berdasarkan riset yang kita buat, kita meng-create suatu konsep program dan mensupervisi pembuatan program tersebut... Awalnya tidak gampang memang, tapi lambat laun kita bisa memproduksi program lifestyle yang aplikatif untuk kehidupan sehari – hari. Misalnya kita membuat program Wisata Halal, mungkin awalnya tidak terlintas di benak, membuat suatu program yang mengangkat masalah halal/haram suatu makanan.. program feature ini mempackage program ini dengan sangat baik, sehingga biasanya program2 kulier mengangkat makanan2 tradisional atau makanan siap saji yang modern, kita mengangkat makanan2 yang kita anggap masih ”ragu” apakah boleh atau tidak, apakah baik atau
tidak... maka wisata halal ini mengangkat menjelaskan suatu makanan yang disertai pendapat2 ahli makanan dan pemuka agama. Seperti itulah... Penulis: ”Kalo untuk program Internasional, gimana Bu? Apakah terjadi kelangkaan juga?” DF: ”Sama saja... Program2 Internasional lebih kepada program dokumenteri, program yang menceritakan kehidupan masyarakat Islam di negara2 lain... kita dapat melihat culture mereka sehingga dapat menambah wawasan kita dan mendapat perbandingan bagaimana kehidupan masyarakat muslim di luar Indonesia... Juga dokumenteri sejarah Islam, daerah2 yang kental dengan nuasa Islam juga bangunan2 Islam, kuliner.. Sangat menarik sebagai penambahan wawasan dan Ilmu pengetahuan... Oleh karena itu, setelah kita melakukan post research, penonton Oasis tidak hanya orang muslim saja tapi juga dari agama2 lain, seperti: Kristen, Budha, Hindu... karena banyak ilmu pengetahuan dan nilai2 positif yang diambil dari program2 yang ada di Oasis.” Penulis: ”Seperti yang Ibu bilang tadi, bahwa Astro Oasis merupakan channel pertama, apakah dalam pelaksanaannya pernah melakukan analisa yang salah? Try and error gitu Bu?” DF: “Pastinya ada try and error… Kesalahan pada waktu itu adalah kita memutuskan membuat sinetron yang Islami, tapi sayangnya eksekusinya masih ke sinetron biasa sehingga secara sekilas terlihat seperti sinetron2 yang ada… dan mungkin juga mungkin karena di Indonesia sudah banyak sinetron, maka penonton Oasis meminta untuk tidak menayangkan lagi sinetron, mereka lebih prefer tayangan2 lain selain penonton”. Penulis: “Terus apa yang dilakukan untuk menimalisasikan kesalahan tersebut?” DF: ”Yaa.. setelah episode sinetron tersebut habis, kita tidak meneruskannya kembali... kita lebih memilihkan program2 yang aplikatif, misalnya gaya hidup islami, dokumenteri, pokoknya bukan sinetron”. Penulis: ”Trus Bu, apakah pencapaian yang dilakukan Astro Oasis telah memenuhi apa yang diharapkan?” DF: ”Iya.. Bisa dikatakan begitu... Banyak sekali sms atau email yang kita terima atas respon positif dari penayangan Astro Oasis. Tapi kita tidak boleh cepat puas dengan hasil yang kita capai.. kita harus terus menerus melakukan program development atas tayangan2 Astro Oasis”. Penulis: ”Kalo berbicara mengenai strategi programming Bu, apa yang dilakukan Astro Oasis berkaitan dengan strategi programming ini yang terkait dengan POAC?” DF: ”Ya.. Proses POAC memang kita lakukan... Planning ketika kita melakukan pre research, kita menganalisa hasil riset yang kita dapat dalam proses pembentukan ide mengenai Astro Oasis; Organizing ketika dari hasil riset tersebut kita membuat suatu panduan, apa yang harus kita lakukan dalam pencapaian hasil; Actuating lebih kepada
eksekusinya, misalnya pembuatan SPC, pembelian program, schedulling sampai pada proses program ditayangkan; sedangan Controlling lebih kepada post analisis.” Penulis: ”Post analysis maksudnya apa Bu?” DF: ”Seperti product pada umumnya, idealnya kita melakukan analisa riset lagi yang biasanya disebut post analysis, yaitu apakah yang kita kerjakan telah sesuai seperti apa yang kita harapkan. Misalnya, secara reguler kita melakukan analisa program, should we come up with new genre? Apakah kita memerlukan sesuatu yang baru? Apakah suatu program masih disukai atau tidak? Dan seterusnya…. Trus berdasarkan kualitatif, kita dapat melihat trend program baru, apa yang mereka sukai tapi belum ada, dan sebagainya” Penulis: ”Sebaiknya post analysis ini dilakukan dalam jangka waktu berapa lama Bu?” DF: ”Biasanya sekita 6 bulan... biasanya produk yang telah 6 bulan berada di pasar, layak diadakan post analysis... tapi jangka waktu itu tidak final, tergantung kebutuhan saja. Tetapi idealnya post analysis ini dilakukan secara reguler, agar kita selalu mendapat update dari ”pasar” dan kita tidak salah dalam membuat program yang sesuai dengan kebutuhan pasar tersebut”. Penulis: ”OK Bu... Waktu itu Ibu pernah bilang, apabila kita ingin membuat suatu channel ada beberapa tahapan yang harus kita lakukan.. Tahapan2 tersebut adalah ”Research & Consumer Insight, Concept Development, Content Creation, Channel Packaging, Promotion and Publicity dan Content Exploitation. Bisa dijelaskan Bu?” DF: “Maksud Research and Consumer Insight adalah sebelum kita memutuskan membuat suatu channel, kita harus tau apa yang diingin oleh pasar kita… Sekali lagi, bahwa dengan research dan counsumer insight kita bisa mengetahui celah yang belum terisi.. Jangan sampai apa yang kita lakukan tidak sesuai keinginan pasar karena resiko yang akan ditanggung akan sangat besar. Sedangkan Concept Development dan Content Creation, merupakan apa yang kita kembangkan dari hasil riset yang kita dapat... Keinginan pasar tadi kita wujudkan dengan konsep program yang kreatif dan mencoba sesuatu yang berbeda. Channel Packaging yaitu kita mempackage program, promo, channel identity menjadi satu kesatuan yang utuh.. Promotion and Publicity juga merupakan hal yang sangat penting dapat membentuk imange sebuah channel... promo dan publicity berperan agar masyarakat mengetahui, mengenal, ingin mengetahui dan akhirnya ingin menonton channel dan program suatu channel. Dan yang terakhir adalah Content Exploitation yaitu bagaimana usaha kita agar program2 yang telah kita produksi tidak hanya sampai ditayangkan saja lalu selesai... kita berusaha agar program2 tersebut dapat di ekspoitasi, salah satu cara dengan mengikutsertakan program2 tersebut dalam acara penganugrahan (award) dan menjual content tersebut baik di dalam maupun di luar negeri.
Penulis: ”Apakah tahapan2 tersebut dialakukan semua channel Bu?” DF: ”Ya.. semua tahapan2 tersebut dilakukan oleh channel2 yang ada di AKV, tapi penerapannya tergantung dari channel tersebut... karena channel kita memiliki keunikan tersendiri, sehingga cara bagaimana mereka melakukan tahapan tersebut tidaklah sama... Yang penting hasil maksimal yang diharapakan dari proses tadi dapat tercapai.”
TRANSKRIP WAWANCARA
Wawancara dengan Tomi Satryatomo (TS), Channel Head Astro Oasis, tanggal 28 Januari 2009 Penulis: “Mas Tomi, apa yang melatarbelakangi Astro Oasis?” TS: “Pertimbangan komersial. Diperkirakan ada sekitar empat juta rumah tangga Muslim yang masuk kategori berpendapatan menengah ke atas dan umumnya berpendidikan tinggi. Ini antara lain terlihat dari banyaknya sekolah-sekolah Islam yang mahal, berjubelnya peserta umroh dan Haji Plus, maraknya bisnis busana Muslim, dll. Kelompok ini umumnya bersikap lebih kritis terhadap konsumsi media. Sebagian dari mereka yang antara lain memotori kampanye ‘No TV Day’ yang dari tahun ke tahun makin meluas. Sedangkan survei terhadap lebih dari 1,000 responden di lima kota yang mewakili kelompok ini membuktikan mereka bersedia membayar ekstra untuk memperoleh tayangan-tayangan Islami.” Penulis: ”Sebenarnya apa sih visi dan misi dari Channel Astro Oasis dan apa yang menjadi keunggulan dan ciri khas channel tersebut?” TS: ”Visi Channel Astro Oasis adalah menyediakan tayangan yang sehat bagi seluruh keluarga, tayangan yang mengandung nilai-nilai Islami tetapi tetap menarik, sedangkan Misi nya adalah menjadi penyedia konten Islami terlengkap dan terbaik, terutama untuk gaya hidup, hiburan, informasi, dan pendidikan. Keunggulan dari Astro Oasis ini adalah merupakan channel lifestyle muslim pertama yang ada di Indonesia, sehingga diharapakan program – program dalam channel Astro Oasis dapat memberikan pencerahan dan nilai – nilai positif bagi masyarakat muslim Indonesia”. Penulis: “Mas, boleh dijelaskan bagaimana tahapan Planning, Organizing, Actuating dan Controlling yang dilakukan Astro Oasis terkait dengan management program strategy?” TS: “Ok, yang dilakukan Astro Oasis dalam tahap Planning adalah perencanaan program yang terdiri dari proses pemilihan program dan proses penentuan komposisi program. Program yang direncanakan berdasarkan perkiraan kebutuhan pemirsa (audience profile) serta ketersediaan pasokan di pasar. Karena segemen pasar juga relatif baru didefinisikan, maka Oasis harus membuat survey baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk menangkap aspirasi mereka.. Oleh karena itu, kita membuat pre research yang dilakukan di 5 kota, sehingga kita mengetahui secara jelas audience profile dari segmen pasar ini.” Penulis: “Jadi berdasarkan audience profile dan ketersediaan program di pasar, baru membuat komposisi program ya Mas? Hal ini diwujudkan dengan apa?” TS: “Kita membuat FPC (Fixed Program Content). Maksudnya kita membuat gambaran secara garis besar, program2 apa saja yang akan kita beli atau kita produksi,
genre program, sampai jumlah jam yang harus kita hasilkan. Kesemuannya itu kita hitung dan kita analisa sehingga kita mengetahui berapa besar budget yang harus kita keluarkan untuk penyediaan program tersebut.” Penulis: “Kesemuannya itu termasuk proses dalam tahapan Planning kan Mas, Trus selanjutnya apa?” TS: ”Selanjutnya kita masuk dalam tahapan Organizing, yaitu mewujudkan apa yang sudah kita buat dalam FPC. Para producer mensupervisi produksi program dan tim akuisisi melakukan pembelian program. Pada awalnya cukup sulit mencari ’Islamic content program’ karena kategori ini praktis tidak dikenal sebelumnya. Untuk Commissioned programs, Oasis membayar PH untuk membuat program yang sesuai dengan arahan kita. Kita menempatkan produser sebagai supervisi sehingga apa yang dikerjakan rumah produksi sesuai dengan apa yang kita inginkan. Pada awalnya cukup sulit meyakinkan rumah produksi tersebut, butuh waktu paling lama, setidaknya enam bulan untuk meyakinkan mereka bahwa ‘Islamic content program’ bisa dibuat dengan banyak format, tidak hanya ceramah ataupun talkshow seperti yang selama ini dilakukan. Sedangkan untuk Canned Program (program2 asing), semula sulit dicari karena banyak distributor yang tidak familiar dengan kategori ini. Kalaupun ada, biasanya berbentuk dokumenter lepas, bukan serial... Tapi belakangan, seiring dengan meluasnya jaringan kerja, muncul banyak tawaran mulai dari pasar London sampai Dubai.. Mereka menawarkan beberapa program tidak lagi hanya program2 dokumenter saja, tetapi mulai program2 series dan realty show.” Penulis: ”Jadi setelah 6 bulan kedepan, baru bermunculan program2 Islami dengan tema2 yang beragam... Kemudian untuk tahapan actuating nya gimana Mas?” TS: ”Untuk tahapan Actuating, merupakan tahapan penayangan program. Program yang ditayangkan haruslah berdasarkan pola siaran (schedule) harian yang telah disepakati sebelumnya dengan pihak manajemen dalam FPC. Penyusunan pola siaran ini mempertimbangkan pola menonton pemirsa/audience profile yang kita dapat dari pre research, pola siaran pesaing dan kesiapan materi”. Penulis: “Untuk pola siaran pesaing, bagaimana Oasis melihatnya?” TS: ”Untuk pola siaran pesaing, kita sering memperhatikan channel2 lain yang memiliki base sebagai saluran lifestyle, misalnya travel & living. Kita melihat bagaimana mereka mempackage sebuah program sehingga menarik. Walaupun bukan channel Islami, tapi kita melihat bagaimana sebuah program lifestyle itu dibuat. Kita juga tidak mengindahkan FTA, karena walau bagaimanapun penonton kita juga berasal dari penonton FTA. Pertama kali diluncurkan, Oasis memasuki bulan Ramadhan, yang pada saat itu, semua FTA memiliki program Islami yang cukup banyak sehingga kita berusaha mensiasati agar dapat berkompetisi dengan mereka” Penulis: ”Untuk kesiapan materi gimana Mas?” TS: ”Ya... Kadang, apa yang kita rencanakan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Misalnya, karena sesuatu hal, materi yang seharusnya tayang tidak dapat ditayangkan... Maka pihak planning dan scheduling disini berusaha untuk mengganti kira2 program seperti apa yang dapat menggantikan program yang belum siap tadi.”
Penulis: ”Kira2, ketidaksiapan materi itu dikarenakan faktor apa Mas?” TS: ”Banyak hal... diantaranya, untuk program commissioned misalnya, hasil program tidak sesuai dengan standar yang kita inginkan sehingga harus direvisi, misalnya secara content tidak sesuai dengan apa yang kita arahkan atau secara teknis, gambar/editing yang dihasilkan kurang memuaskan, sehingga program tersebut harus diperbaiki... sedangkan program canned biasanya terjadi keterlambatan materi atau proses dubbing ataupun subtitling tidak berjalan sesuai dengan timeline. Faktor2 ini, yang mengharuskan kita untuk selalu siap untuk mempersiapkan program backup.” Penulis: ”OK, setelah semua materi siapa, apa yang dilakukan Mas?” TS: ”Setelah materi siap, maka proses program tayang dilakukan... Karena kita merupakan televisi berbayar, maka kita menerapkan sistem repeat (pengulangan). Kita menerapkan sistem repeat sebanyak sembilan.. Ini artinya dalam sepekan, rata2 tiap episode yang ditayangkan dalam pekan itu diulang sebanyak sembilan kali... hal ini dilakukan untuk memudahkan pemirsa menonton program yang ia inginkan pada berbagai waktu yang sesuai dengan kondisinya.” Penulis: ”Untuk tahapan terakhir gimana Mas?” TS: ”Untuk tahap Controlling, pada tahapan ini kita mengevaluasi apakah yang kita lakukan sesuai dengan apa yang kita inginkan... kita harus melakukan research baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sebagai platform kita, PT. Direct Vision tidak berlangganan rating meter dari AC Nielsen, maka perusahaan ini melakukan survei sendiri setiap tiga bulannya di tiga wilayah survey, yaitu Medan, Jakarta, Surabaya.” Penulis: ”Mengapa hanya tiga wilayah Mas? Dan mengapa hanya kota2 tersebut yang dipilih?” TS: ”Karena tiga wilayah tersebut yang memiliki penduduk yang besar dibanding misal Bandung ataupun Bali, dan wilayah2 tersebut memiliki karakter penonton yang berbeda satu dengan yang lainnya... sehingga diharapkan hasil yang dihasilkan semakin beragam. Juga di wilayah tersebut PT. DV memiliki kantor cabang, sehingga memudahkan dalam pencarian data.” Penulis: ”Ok, Mas.. sekarang tahapan riset yang dilakukan Astro Oasis, pastinya sudah terindikasi apa yang menjadi kelebihan serta kekurangan dari Astro Oasis... Boleh diceritkan mengenai SWOT dari Astro Oasis Mas?” TS: ”SWOT memang sangat diperlukan dalam mengidentifikasi channel kita, apa yang harus dilakukan, apa yang menjadi kekuatannya dan lain sebagainya. Beberapa poin yang mengidentifikasikan hal tersebut adalah: 1. Strengths >> Astro Oasis merupakan televisi keluarga pertama di Indonesia yang bermuatan Islami yang mempunyai hampir 1000 jam program dalam empat kategori, yaitu Informasi, pendidikan, gaya hidup dan hiburan... Program2 tersebut dibuat dengan kualitas produksi yang memenuhi standar Internasional, dan memiliki human resource yang secara kreatifitas dapat menterjemahkan konsep – konsep Islam dalam aneka format produksi.
2. Weaknesess >> Astro Oasis belum memiliki fasilitas untuk siaran ’live’ serta interaksi langsung dengan pemirsa, relatif sedikit talent untuk produksi program – program Islami dan masih kurangnya promosi. 3. Opportunities >> Belum ada saluran televisi nasional yang menyiarkan konten Islami selama 24 jam dan 7 hari, sedangkan kalangan Muslim menengah ke atas makin besar dan bersedia membayar untuk mendapatkan tayangan Islami. Secara produksi, Indonesia memiliki sumber pekerja kreatif yang relatif banyak dengan biaya produksi yang relatif rendah dibanding negara lain, memungkinkan kita dapat memproduksi tayangan yang memiliki kualitas yang bagus dengan harga yang masih terjangkau. 4. Threats >> Dengan semakin berkembangnya Astro Oasis, layanan2 televisi berbayar lain tengah bersiap – siap membuat saluran bermuatan Islami juga sedangakan FTA menjadi ’ancaman’ saat Ramadhan, sehingga kita harus bisa membuat dan mensiasati agar kita tidak kalah dengan mereka.” Penulis: ”OK, Mas... Kalo kita aku liat dari perbincangan ini, semua yang kita lakukan itu selalu berdasarkan hasil riset, baik bagaimana kita menentukan strategi programming, membentuk image channel, audience profile, preferensi warna, musik dan lain2. Tapi apakah pernah melakukan kesalahan dalam riset, sehingga apa yang diterapkan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan?” TS: ”Ya... Riset sangat membantu sekali, seperti yang saya utarakan sebelumnya tapi dengan catatan, riset tersebut harus selalau diperbaharui setiap paling tidak dua – tiga tahun sekali untuk menangkap perkembangan selera pasar... Apabila kita berbicara mengenai kesalahan dalam riset, tidak ada riset yang sempurna karena riset hanya ’memotret’ pandangan, pendapat, responden pada waktu tertentu saja, dan banyak faktor yang mempengaruhi analisa hasilnya. Oleh karena itu, saat kita membaca hasil riset, kita harus melengkapinya dengan membaca sumber – sumber informasi lain, termasuk media massa, masukan lewat email, diskusi, pengalaman pada televisi – televisi sebelumnya, perkembangan trend pada saluran televisi lain, dan seterusnya. Sebagai contoh, salah satu kasus yang saya temui adalah dokumenter. Pada stasiunstasiun televisi sebelumnya, pengalaman saya menunjukkan bahwa penonton cenderung menyukai dokumenter dengan tema lokal, karena antara lain faktor proximity (kedekatan dengan subyek), tapi dari berbagai masukan ketika Oasis siaran, ternyata penonton lebih menyukai dokumenter dengan urutan sbb: topik kehidupan Muslim di negara non-Muslim, Muslim di negara Muslim asing, lalu Muslim di Indonesia, sehingga kondisi ini memberi impact yang cukup besar dalam pembelanjaan program serta strategi programming.” Penulis: ”Trus Mas, untuk meminimalisasi kesalahan riset tersebut, apa yang dilakukan?” TS: ”Kita berusaha untuk memberikan yang terbaik sesuai dengan apa yang diinginan penonton... Kesalahan2 tersebut merupakan pelajaran yang sangat berharga, leaning by doing lah istilahnya... Jadi kesalahan kita yang buat jangan kita lakukan lagi kedepannya. Keuntungan bagi kita, karena Oasis tayang di televisi berbayar, jadi program2 seperti dokumenter2 lokal tersebut masih kita bisa pasang dengan presentasi yang lebih sedikit... jadi tidak ada istilah program yang tidak terpakai... secara content program tersebut bagus, tapi apabila ditanya mengenai preferensi penonton kalo bisa memilih mungkin dokumentri2 kehidupan muslim di luar negeri yang lebih diperbanyak... secara keseluruhan masih fine laah.... Keuntungan yang
lain, program dokumenter lokal kita menarik banyak peminat di luar negeri, sehingga kita bisa menjual program2 tersebut ke televisi lokal di luar maupun di dalam negeri... karena secara content dan visual program tersebut memiliki standar internasional yang bisa diperjual belikan kapan pun dan memiliki standar internasional”. Penulis: ”Mas, bisa diceritakan seberapa pentingkah research & consumer insight, concept development, content creation, channel packaging, promotional and publicity dan content creation bagi strategi programming?” TS: “Point2 yang Dini sebutkan tadi merupakan point ideal yang harus dilakukan untuk membangun sebuah channel yang baik… tidak hanya baik dari sisi programmingnya saja tetapi untuk membentuk image sebuah channel. Saya akan jelaskan satu per satu ya, yang pertama adalah Research & Consumer Insight, langkah ini sangat penting dilakukan. Untuk Astro Oasis, langkah ini dilakukan pada tahap perencanaan channel dengan melibatkan 1.500 responden di lima kota besar untuk mendapatkan quantitive analysis serta FGD pada beberapa target group untuk qualitative insight. Hal ini kita lakukan sebagai panduan, agar apa yang kita lakukan berdasarkan riset, semacam pijakan agar tidak salah arah… Riset serupa dilakukan tiga bulan setelah peluncuran channel untuk memperoleh umpan balik atas strategi yang disusun. Selain itu, kita juga melakukan survei kuantitatif untuk mengukur respon penonton setiap tiga bulan sekali” Penulis: ”Jadi riset ini dijalankan secara berkala ya Mas?” Kalau terjadi sesuatu hal, sehingga riset ini tidak dilakukan, bagaimana Astro Oasis menanganinya?” TS: ”Yaa... Idealnya riset dilakukan secara berkala... Karena preferensi penonton pastilah berkembang, dan kita harus menangkap keinginan tersebut... Riset juga memberi pengetahuan mengenai trend programming kedepannya, sehingga apabila kita tidak melakukan riset secara berkala, maka kita takutnya tidak mengetahui hal2 penting tersebut... Tetapi tidak menutup kemungkinan, apabila ada sesuatu hal sehingga riset tidak dilakukan, maka kita harus mencari informasi tersebut sendiri... kita harus selalu mengupdate pengetahuan kita... itu juga bisa dibilang riset loh.. Riset kita tidak hanya bergantung pada responden dan lembaga tertentu saja.. Apa yang kita lakukan sehari2, seperti internet, membaca segala informasi dan lain sebagaimana juga merupakan langkah2 riset interal yang kita lakukan.” Penulis:”Setuju Mas... Trus, point selanjutnya, yaitu concept development bagaimana?” TS: “Pengembangan konsep dilakukan dengan mempertimbangkan banyak factor, mulai dari masukan pemirsa (dari riset yang kita lakukan), trend yang berlangsung di industri televise, masukan manajemen, maupun rumah produksi, ide dan usulan yang muncul dari banyak orang, atau melalui berbagai media… Konsep2 tersebut biasanya dikembangkan pada tahap ideal, lalu kemudian konsep tersebut disesuaikan dengan kemampuan teknis produksi yang tersedia, biaya dan programming strategi secara keseluruhan”. Penulis: “Jadi dilakukan semacam adjustment ya Mas?” Apakah tidak bisa dilakukan sesuai konsep idealnya?”
TS: “Konsep Ideal biasanya susah dilakukan, karena secara teori suatu konsep program bagus tetapi pada kenyataannya belum tentu. Contohnya program documenter yang saya ceritakan tadi… mungkin secara konsep bagus tapi pada kenyataanya secara produksi tidak mendukung, sehingga terjadilah adjusement tadi. Penulis: “Ok Mas, kalau content creation itu bagaimana?” TS: ”Untuk membuat suatu content yang kreatif, ada beberapa tahapan yang harus kita jalankan agar tujuan tersebut dapat tercapai, yaitu: •
Constantly monitoring the targeted audience to catch any moving trend. Kita di Astro Oasis selalu memonitor preferensi target audience kita, sehingga kita mengetahui seperti apa program yang mereka harapkan. Salah satu cara dengan membuka interaksi langsung dengan para penonton Oasis dengan memaksimalkan website Astro Oasis… Di website ini, para penonton dapat memberikan masukan, saran, kritikan, ide, sehingga kita benar2 mengetahui apa yang mereka sukai atau tidak. Disamping itu, kita membuat survey secara berkala, baik dengan penonton Oasis maupun penonton televisi berbayar yang lain, sehingga kita mendapat masukan secara general apa yang diharapkan penonton terhadap program Islami yang ingin mereka tonton.
•
On the other side, also monitoring the trend in TV production to get more inspiration, dengan cara sering melakukan kunjungan ke market2 Internasional yang memproduksi program2 lifestyle, khususnya program2 Islami, sehingga kita mengetahui trend program kedepannya.
•
Maintaining high standard in creative and production by constantly challenge the producers which eventually will challenge the production houses to raise their bar. Salah satu contohnya dengan cara mengirimkan produser ke market internasional sehingga wawasan produser2 tersebut terbuka dan akhirnya dapat menyerap trend program yang ada maupun yang akan datang. Selain itu, kami juga menuntut para produser tersebut untuk selalu meng-upgrade pengetahuannya dengan menonton screeners program, membaca buku, surfing the internet, yang akhirnya mereka dapat mengembangkan ide program yang baru.
Penulis: “Bagaimana dengan tahapan Channel Packaging Mas?” TS: “Channel Packaging merupakan tahapan bagaimana suatu channel dibuat atau dibungkus menjadi satu kesatuan yang utuh sesuai dengan channel positioningnya. Di dalam channel packaging terdiri dari pola acara harian yang menerapkan startegi repeat, promo, cross promo channel, channel ID, dan yang lainnya sehingga membentuk suatu image yang diharapkan. Kesatuan warna atau tone, musik dan elemen – elemen terkait memperkuat image suatu channel. Channel packaging harus dibuat sedemikian rupa sehingga menarik, flow acaranya baik dan sesuai dengan audience profilenya sehingga apabila penonton menonton secara sekilas bisa mengetahui bahwa channel yang ditontonnya merupakan channel Astro Oasis, jadi harus ada sesuatu yang menarik dan unik sehingga dapat dibedakan oleh audience.”
Penulis: “Ok Mas... Bagaimana dengan Promotional and Publicity?” TS: “Promotional and publicity merupakan tahapan terpenting dalam pembentukan awareness penonton.. Sebaik apapun program dan strategi programming yang diterapkan, tetapi tahapan ini tidak dilakukan, maka semua yang kita lakukan akan tidak ada gunanya. Promo dan publikasi sangat sangat penting, walaupun pada kondisi Astro Oasis promo tersebut belum dijalankan secara maksimal dikarenakan adanya kendala budget yang terbatas. Tetapi idealnya ada 3 tahapan yang dilakukan yaitu: promo off air atau event, promo on air dan website.” Penulis: “Kegiatan promo yang kurang maksimal itu yang mana Mas?” TS: ”Untuk promo off air, karena memakan budget yang sangat besar... untuk membentuk awarness penonton kita harus melaksanakan road show ke beberapa daerah, berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat, memperkenalkan Astro Oasis, sehingga masyarakat tau persis bagaimana Astro Oasis tersebut. Memang dampak yang akan dihasilkan juga besar... di sana kita juga bisa langsung berjualan Astro, jadi bisa dilakukan direct selling, tapi balik lagi.. harus ada itung2an yang jelas dengan PT. Direct Vision sebagai platform dari Astro.” Penulis:”Trus kegiatan promo yang sudah dijalankan secara maksimal apa Mas?” TS: ”Sebenarnya juga belum dilaksanakan secara maksimal, tapi secara keseluruhan sudah memasuki tahapan ideal yaitu Promo On Air dan Website. Kita melakukan promo on air baik dalam channel Astro Oasis – yang lebih kepada promo program dan melakukan cross promo channel ke beberapa channel yang memiliki target audience yang sama dengan Astro, misalnya Astro Awani, Astro Aruna, Astro Kirana, Travel & Living dan seterusnya. Sedangankan Website yang dikelola oleh salah satu web development kita melakukan pembaharuan setiap harinya sehingga segala aktifitas yang dilakukan Astro Oasis dapat diketahui oleh penonton setia Astro Oasis. Kita juga secara berkala melakukan chatting dengan sejumlah tokoh agama, selebritis untuk membahas suatu masalah keagaman... Jadi para penonton dapat chatting dan berinteraksi langsung dengan mereka. Yang telah dilaksanakan yaitu Ngobrol bareng dengan Inneke Koesherawati sebagai Icon Astro dan Bapak Antonio Syafei mengenai masalah keuangan syariah... Mudaha2an kedepannya dapat menampilkan tokoh2 lain untuk membahas topik – topik yang menarik.” Penulis: ”Untuk tahapan terakhir Mas, Content Exploitation?” TS: “Content exploitation merupakan tahapan akhir dari rangkaian strategi programming. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan Astro Oasis ke pemirsa selain penonton Astro. Salah satu tahapan yang mendukung promo dan publikasi.” Penulis: “Dengan cara apa Mas?” TS: “Dengan melakukan penjualan atau expose content baik ke tv2 lokal ataupun ke tv2 internasional. Alhamdullilah, saat ini beberapa distributor luar negeri mulai meminta contoh program Astro Oasis karena memang di dunia internasional tidak banyak tersedia program bermuatan Islami, terutama yang berkaitan dengan gaya
hidup dan hiburan. Kita juga sedang membuka kerjasama dengan TV Dubai dalam usaha memasok program2 Islami, mudah2an semuanya bisa berjalan dengan baik.” Penulis: ”Bagaimana hasil pencapaian strategi programming Astro Oasi dari awal peluncuran sampai saat ini? Apakah sesuai dengan target yang diharapkan?” TS: “Alhamdulillah... post research yang kita adakan, menghasilkan kesimpulan yang memuaskan. Rating dan share Astro Oasis semakin meningkat, dan respon dari penonton Astro Oasis sangat baik... Kita juga mendapat beberapa masukan yang sangat baik untuk kemajuan Astro Oasis kedepannya... Dan yang paling penting untuk di catat adalah, penonton setia Astro Oasis tidak hanya yang beragama muslim saja, tapi sekitar 20% penontonnya adalah beragama Kristen, Katolik, Budha dan Hindu” Penulis: “Apa yang menjadi tolak ukur strategi programming yang diterapkan itu berhasil atau tidak? Contohnya?” TS: “Yang diukur secara kasat mata seperti peningkatan jumlah subscriber Astro pada periode tersebut, kenaikan rating dan share dan compliment dari sejumlah pihak seperti public figure, tokoh agama, selebritis, masyarakat penonton setia Astro Oasis yang mengirimkan tanggapannya baik secara langsung, melalui sms ataupun website Astro Oasis.” Penulis: ”Sudah puas belum Mas atas pencapaian Astro Oasis?” TS: ” Ya dan Belum.. Ya, karena kita berhasil mengatasi tantangan produksi untuk menghasilkan tayangan yang Islami yang menarik dan segar sehingga program kita tidak hanya diminati oleh penonton lokal tapi penonton internasional.. Belum, karena jalan masih panjang. Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal Astro Oasis, dan diperlukan upaya promosi dan publikasi secara maksimal.. Mudah2an bisa dilaksanakan di waktu dekat..”
TRANSKRIP WAWANCARA
Wawancara dengan Sri Sarwindah, Assistant Manager Programming Astro Oasis. Tanggal 23 Desember 2008. Penulis: “Mba Indah, bagaimana penerapan strategi programming pada kegiatan sehari – hari? Indah: “Pertama – tama yang harus dilakukan sebelum kita masuk dalam penerapan strategi programming adalah bagaimana kita mengetahui audience profile dari Astro Oasis.” Penulis: “Bagaimana kita mengetahui audience profile tersebut?” Indah: “Dengan melakukan survey. Semacam risetlah. Jadi kita melakukan survey melalui FGD (focus group Discussion). Dari survey tersebut diketahui program – program apa yang mereka sukai atau tidak, kapan mereka menonton televisi dan siapa saja yang menonton. Setelah kita mengetahui audience profile tersebut, barulah kita menerapkan strategi yang terbaik untuk audience profile tersebut.” Penulis: “Trus, setelah kita mengetahui audience profile tadi, langkah apa yang dilakukan sehubungan dengan penerapan strategi programming?” Indah: “Setelah kita mengetahui audience profile, barulah kita membuat pola acara, FPC (Fixed Program Content) secara garis besar. Di FPC besar ini kita menetapkan genre program apa saja yang akan kita sediakan dengan porsinya masing – masing dan berdasarkan porsi ini kita memperoleh program yang kita butuhkan sesuai dengan budget yang disediakan” Penulis: “Setelah dibuat FPC besar yang didalamnya terdapat genre beserta komposisi program, apa yang akan dilakukan selanjutnya?” Indah: “Selanjutnya, langkah yang diambil merupakan tugas planning dan scheduling untuk merencanakan pembelian atau produksi program berdasarkan komposisi program yang diminta, membuat penempatan slot program yang dibeli/diproduksi tersebut serta melakukan maintain inventory program. Penulis: “Jadi boleh dikatakan planning dan scheduling ini orang yang sehari – hari melakukan kegiatan pemrograman?” Indah: ”Bisa dikatakan begitu, karena dia yang memonitor kegiatan program sehari – hari. Dia yang memastikan program yang ditayangkan sesuai dengan schedule (FPC) yang dibuat. Program yang kita inginkan telah sampai, apabila kita melakukan pembelian/akuisisi atau memastikan suatu program telah selesai diproduksi serta layak tayang, dan juga melakukan pencatatan sebagai monitoring invetory program” Penulis: ”Tadi Mba Indah bilang kalo FPC besar itu berisi komposisi program beserta genrenya, boleh diceritakan komposisi tersebut?”
Indah: ”Komposisi program Oasis kurang lebih terdiri dari program lifestyle 26%, drama 21%, education 18%, information 29% dan program untuk anak – anak 6%. Komposisi ini didapat dari riset yang kita lakukan dan sesuai dengan visi dan misi Astro Oasis itu sendiri. Sedangakan masing – masing komposisi genre tersebut bisa berasal dari program lokal maupun program asing. Penulis: ”Komposisi program lokal dengan program asing, perbandingannya berapa Mba?” Indah: ”Perbandingan program lokal dan program asing adalah 60:40. Walaupun harga program lokal lebih mahal dari asing, tapi dari sisi pemahaman dan kepemilikannya jauh lebih menguntungkan program lokal, karena kita menetapkan sistem beli putus, yaitu right dari program lokal tersebut merupakan hak milik kita sepenuhnya. Kalo dilihat dari segi content pun, program lokal lebih bisa diterima oleh penonton kita. Sedangkan program asing yang mengandung nilai – nilai islami sangat terbatas ketersediaannya, sedangkan masa tayang program tersebut sangat terbatas, sesuai dengan perjanjian yang ada. Penulis: ”Apakah ada zona – zona tertentu untuk program2 tertentu?” Indah: “Tentu saja ada, kita juga menempatkan suatu program sesuai dengan siapa mayoritas penonton pada saat itu sehingga tidak terjadi kesalahan penempatan program. Misalnya: pada saat tersebut, mayoritas penonton adalah ibu – ibu, ya kita akan pasang program yang disukai oleh ibu2 tersebut. Contoh dari program lifestyle, kita punya program Gaya Islami atau Wisata Halal. Untuk program dakwah / seremonial, biasanya kita pasang di waktu subuh atau menjelang waktu sholat. Jamnya anak – anak ya kita pasang di waktu anak2 menonton, misalnya program anak, misal Sahabat Jauh kita tempatkan di jam 8.00 pagi pada saat umumnya anak2 menonton. Penulis: “ ooh, jadi disesuaikan ya Mba, suatu program yang ditayangkan dengan mayoritas penonton pada jam tersebut? Jadi itu fungsinya audience profile?” Indah: “Benar sekali, audience profile sangat membantu kita dalam membuat pola (FPC) suatu program, sehingga kesalahan penempatan program dapat diminimalkan sedikit mungkin, kalo bisa kesalahan tersebut ditiadakan.” Penulis: “Tapi pernahkan Mba Indah mengalami suatu kesalahan. Misalnya, salah analisa sehingga terjadi kesalahan penempatan program? Kalo Iya, apa yang dilakukan Mba Indah?” Indah: ”Kita telah menempatkan suatu program pada slot yang tepat atau tidak dapat dilihat dari bagaimana performa rating & share program tsb. Bagus atau tidak. Bila ternyata rating & sharenya kurang baik, bisa jadi slotnya kurang tepat, karena penontonnya kurang tepat, atau ada program pesaing yg tayang di waktu bersamaan. Oleh sebab itu, kita harus pindahkan slotnya ke slot yang lebih baik.”
Penulis: “Jadi try and error ya mba? Trus pemilihan slot baru berdasarkan apa? Apakah peran riset sangat berpengaruh dalam hal ini? Kita kan tidak memiliki Nielsen, bagaimana tolak ukur suatu program berhasil atau tidaknya?” Indah: ”Sebenarnya istilah try and error tidak tepat digunakan. Kalo try and error sepertinya kita hanya mengandalkan feeling bahwa suatu program yang ditempatkan di slot tertentu adalah slot yang benar. Kita punya Audience Profile dan PT. Direct Vision sebagai platform Astro Indonesia memiliki devisi riset. Memang benar kita tidak memiliki Nielsen untuk data riset seperti yang dilakukan FTA, tapi PT Direct Vision memiliki tim riset yang berkerjasama dengan tim riset dan development AKV melakukan analisa pasar dengan menggunakan metode dairy. Hasilnya memang baru bisa dilihat sekitar 6 bulan setelah riset tersebut dilakukan tetapi hasilnya masih relevan karena pola menonton televisi berbayar hampir memiliki pola yang sama. Kemudian kita juga masih mengandalkan riset tiap minggu yang dimiliki FTA karena walaupun pola menonton tv berbayar berbeda dengan televisi nasional tapi audience nya masih tetap sama. Berdasarkan hasil data di atas kemudian kita menentukan program beserta slotnya, apabila terjadi kesalahan, kita analisa lagi, cari data lagi dan seterusnya sehingga kita menemukan formula yang tepat.” Penulis: ”Sebelum bekerja di AKV, Mba Indah kan bekerja di salah satu free to air tv nih. Apakah sama atau berbeda strategi programming FTA dengan tv berbayar? Boleh dijelaskan Mba?” Indah: ”Pada prinsipnya hampir sama. Baik free to air tv maupun tv berbayar ingin memberikan tayangan yang terbaik. Yang berbeda adalah core bisnisnya. FTA memberikan tayangan tersebut secara gratis sedangkan tv berbayar mensyaratkan penontonnya untuk membayar tayangan tersebut. FTA mendapatkan income dari iklan, dan rating/share adalah mutlak karena berdasarkan itulah para advertisers memutuskan di program mana mereka memasang iklannya. Oleh sebab itu mereka berlomba untuk memberikan program yang bagus – bagus, baru dan variatif. Untuk tv berbayar, mereka mendapatkan income utama dari pelanggan, tapi ada juga beberapa channel yang memperbolehkan adanya iklan, tapi porsinya sangat sedikit. Namun tujuan utama pay tv adalah memberikan program bermutu dengan seminimal mungkin ”gangguan” iklan, dan keleluasaan untuk menonton program favorit, dengan diberikannya pilihan waktu yang menonton yang lebih banyak, dengan menggunakan strategi repeat.” Penulis: ”Strategi repeat? Bagaimana pelaksanaannya?” Indah: ”Repeat ditempatkan di time zone yang berbeda dari fresh program itu ditayangkan, dengan maksud agar penonton tidak bosan dengan program yang sama dan untuk menarik tipe penonton yang berbeda. Fungsi repeat juga memudahkan penonton yang setia menonton program favoritnya itu tidak melewatkan episode lanjutannya dikarenakan mereka berhalangan menonton pada saat fresh program tersebut ditayangkan. Dengan repeat ini, penonton dapat menonton program yang mereka minati dengan waktu yang flexible.” Penulis: ” Kira2 Mba, ada berapa kali repeat suatu program diterapkan? Apakah setiap program memiliki repeat yang sama atau berbeda?”
Indah: Tergantung jenis programmnya dan tergantung jumlah fresh programnya. Semakin besar jumlah freshnya, makin kecil faktor repeatnya. Dan bila porsinya untuk orang dewasa, tentunya jangan ditayangkan di jam anak-anak masih menonton. Sehingga kesempatan repeat-nya pun lebih terbatas daripada program yang untuk semua umur. Penulis: ”Adakah kendala yang dihadapi dalam penerapan strategi programming ini? Bagaimana pemecahannya?” Indah: ”Ketersediaan program yang bernuansa Islami merupakan faktor terbesar dari permasalahan ini. Baik program lokal maupun internasional seringkali memiliki content yang kurang sesuai dengan yang kita harapkan. Seringkali isi dari program tersebut melulu ceramah ataupun talkshow yang hanya itu itu saja. Sehingga kita harus terus mencari program2 yang bagus, kreatif yang membawa nilai – nilai positif agar penonton kita tetap dapat menikmati tayangan tersebut. Saat ini, kendala keterbatasan program kita antisipasi dengan strategi schedulling yang kreatif agar suatu program yang ditayangkan pertama kali (fresh program) tidak terlalu dekat dengan penayangan pengulangan program tersebut. Penulis: ”Kira2, bisa dikasih contoh Mba, strategi schedulling yang kreatif itu seperti apa?” Indah: Misalnya bila program freshnya tayang stripping (berturut-turut tiap hari di jam yang sama), maka pada saat weekend, bisa dijadwalkan back-to-back agar penggemarnya dapat menonton 2 episode sekaligus. Bila ada hari besar tertentu, kita dapat menempatkan program-program yang se-tema di hari tersebut. Jadi walaupun dulunya program itu pernah tayang, namun di hari besar tertentu, tidak ada salahnya kita repeat kembali. Misalnya di hari Anak Nasional / liburan sekolah, kita tayangkan lagi film-film bertema anak, atau dokumenter perjalanan seorang anak, dan lain-lain.
TRANSKRIP WAWANCARA
Wawancara dengan Adolf Siregar (AS), Senior Manager Research & Development PT. Adi Karya Visi (AKV), tanggal 5 Februari 2009
Penulis: ”Seberapa pentingkah peran riset dalam strategi programming?” Adolf Siregar (AS): ”Sangat penting... karena reseach & depevopment memiliki peran yang sangat penting bagi strategy programming, khususnya untuk mengetahui program performance, program competitior, program strategy, planning & schedulling, audience profile, audience behaviour dan semua yang dapat kita ketahui terkait dengan Industri televisi secara keseluruhan.. Riset tidak hanya melulu menampilkan data – data yang saya sebutkan tadi, tetapi riset tersebut juga dapat menampilkan index harga iklan, iklan apa saja yang tayang atau tidak, top brand performance dan lain sebagainya sehingga memudahkan agency dalam penempatan iklan pada suatu program di suatu televisi.” Penulis: ”Intinya tanpa riset, industri televisi tidak akan berjalan dengan baik ya Bang?” AS: ”Benar sekali... Karena data – data riset merupakan bahan mentah yang akan di olah menjadi suatu panduan atau pijakan dalam melaksanakan hampir seluruh kegiatan di industri pertelevisian apabila suatu televisi menginginkan performance yang baik dan dapat bersaing dengan televisi lain.” Penulis: ”Metode riset seperti apa yang telah dilakukan oleh PT. AKV selama ini? Mengapa?” AS: ”Riset yang telah dilakukan PT. AKV ada 2 jenis riset, yaitu Quantitative Research dan Qualitative Riset. Quantitative research dilakukan dengan menggunakan metode TV Diary Sweep, yaitu pengukuran kepermisaan secara berkala atau periodical, yaitu setiap 2 bulan sekali selama periode 1 minggu. Sedangkan quantitative research dilakukan dengan menggunakan FGD (Focus Group Discussion)” Penulis: “Bisa dijelaskan kira2 Bang Adolf, fungsi dan kegunaan kedua riset tersebut?” AS: “Fungsi dan kegunaan qualitative research adalah sebagai berikut: - Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kebiasan pemirsa dalam menonton televisi dan dalam mengambil kesimpulan untuk menonton saluran televisi atau dalam program apa yang cenderung akan dipilihnya. - Untuk mengetahui program acara seperti apa yang diinginkan oleh pemirsa
-
-
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sebuah saluran televisi atau suatu program acara dibandingkan dengan saluran televisi dan program acara lainnya Bagaimana image sebuah stasiun televisi di mata pemirsa Untuk mengetahui profil pemirsa, kebiasaan menonton dan perilaku menonton
Sedangkan fungsi dan kegunaan quantitative research adalah: - Untuk mengetahui seberapa banyak pemirsa yang menonton sebuah saluran televisi atau acara/program televisi - Untuk mengetahui profile pemirsa dan kebiasaan menonton dari segi kuantitatif - Untuk mengetahi kinerja acara televisi (program performance), ditinjau dari segi program rating & share, target audience & share, daypart rating & share, minute rating & share, commercial rating & share. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan riset quantitative dengan metode peoplemeter - Untuk mengetahui jumlah belanja iklan yang ditayangkan pada televisi - Untuk mengetahui efektivitas produk yang beriklan di saluran televisi - Untuk mengetahui efisiensi produk yang beriklan di saluran televisi - Untuk mengetahui reach & frequency produk yang beriklan di saluran televisi. Penulis: “Adakah kendala dalam penerapan riset tersebut dan bagaimana solusinya?” AS: “Kendala dalam penggunaan metode quantitative yaitu TV dairy sweep disamping harganya relatif mahal, harus melibatkan banyak responden, dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai hasil riset bisa digunakan, sekitar 2 bulan. Solusinya dengan mengadakan kerjasama dengan PT. Direct Vision selaku platform company Astro dengan menggunakan responden yang sangat terbatas yaitu sekitar 250 rumah tangga untuk 3 kota besar di Jakarta, Medan dan Surabaya. Sedangkan kendala untuk qualitative reseach, menggunakan responden dengan jumlah terbatas (umumnya 2-6 orang per group) sehingga tidak bisa merepresentatifkan atau mewakili jumlah pemirsa yang ada, manun PT.AKV tidak mengalami kendala yang berarti karena memakai pihak ketiga yang profesional dan berpengalaman di bidangnya, walaupun harga untuk pemakaian jasa tersebut relatif sangat mahal” Penulis: ”Pernakah hasil riset yang dihasilkan tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Solusi?” AS: ”Quantitatve Research – TV Dairy Sweep dilakukan dengan sangat terbatas sehingga tidak bisa melakukan analisa program di masing-masing channel seperti yang telah disebutkan di atas. Idealnya, berhubung semakin banyaknya pemain di dunia industri pertelevisian, mengunakan riset kuantitatif metoda peoplemeter yang dapat melakukan pengukuran pemirsa televisi secara kontinue setiap menit sehingga dalat mengukur kinerja program televisi secara detail. Namun riset ini harus menggunakan agensi riset independen seperti AGB Nielsen Media Research. Untuk mengatasi hal ini, itulah sebabnya dilakukan evaluasi channel dengan menggunakan Qualitative Research untuk mendapat insight terhadap perbaikan program di masingmasing channel
Sebagai referensi saya mencoba me nguraikan perbedaan yang sangat nyata antara TV Dairy Sweep dengan Peoplemeter adalah sebagai berikut:
-
TV Dairy Sweep 1 Week Diary Books Manual fill in “Recall viewing” Time frame 30 minutes Minimum of viewing recorded as 16 minutes Diary Sweep collected to be process by PLO (Panel Liaison Officer) Weekly data available 30 days after or more Output analisa : Manual Channel Based Information Only
-
Peoplemeter Set Meters Handset: automatic measure “Instant viewing” Time frame 1 minute Minimum of viewing recorded as 17 seconds Data collected by ‘online’ and using ‘module’ Weekly data available 3 days after or everyday Output analisa : Windows Channel & Program Based Information
Penulis: ”Jangka waktu ideal untuk melakukan riset. Mengapa?” AS: ”Idealnya TV Audience Measurement dilakukan setiap saat yang disebut dengan TV Dairy Continues atau Peoplemeter Continues Research, sehingga setiap channel bisa mengevaluasi setiap program yang ditayangkan hingga perhitungan menit atau bahkan detik yang disebut dengan viewing pattern” Penulis: ”Apakah ada perbedaan riset terestial tv dengan tv berbayar? Sejauhmana? ” AS: ”Secara prinsipil tidak ada perbedaan antara riset TV Terestrial dan TV Berbayar. Karena esensi Riset Pertelevisian adalah melakukan analisa terhadap program atau channel dengan melakukan pengukuran terhadap jumlah pemirsa yang aktif mengambil peran melihat atau menonton suatu acara televisi. Perbedaannya hanyalah TV Terestrial lebih dinamis dan up-to-date sehingga dibutuhkan jangka waktu riset yang lebih detail dan cepat seperti Daily Rating sementara TV Berbayar cukup hanya dilakukan updated data setiap 1 kali seminggu dari Research Providernya ”
Sebagai gambaran perbedaan antara Riset Kualitatif dan Riset Kuantitatif adalah sebagai berikut: Qualitative Research Describes and understands the consumer as an individual
Quantitative Research Tests and measures the audience as a mass market
Uses small samples
Uses large samples representative
Unstructured and flexible
Structured and fixed once confirmed
Discussion guide
Structured questionnaire
Program Quality Based Analysis
Program Rating & Share Based Analysis
Response oriented Open-ended, dynamic, flexible
Question oriented
Depth of understanding
Statistical & numerical measurement
Taps consumer creativity
Sub-group sampling or comparisons
Database - broader & deeper
Survey can be repeated in the future & the results compared
Penetrates rationalized or superficial responses
Taps individual responses
Richer source of ideas for marketing & creative teams.
Less dependent on research executive creative
BIODATA PENULIS
Nama Tempat dan Tgl Lahir Alamat Email
: Dini Kusuma Wardhani : Jakarta, 23 Juli 1975 : Jl. Sumatra Blok B 12 No. 18 Komplek Sinar Kompas Utama, Bekasi :
[email protected]
Pendidikan Formal
: Universitas Mercu Buana, Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Broadcasting Politeknik Universitas Indonesia, Jurusan Administrasi Niaga SMA Negri 65, Kebon Jeruk SMP Negri 127, Kebon Jeruk SD Negri 05, Palmerah
Pendidikan Non Formal
: Wall Street Institue LIA
Pekerjaan
: PT. Adi Karya Visi – Programming Department PT. Cakrawala Andalas Televisi (ANTV) Programming & Sales Department PT. Arva Safa Internasional – Secretary to Director
Hobi
: Traveling, Nonton, Baca buku, Photography
–