STRATEGI PRODUKSI WISATA KULINER DI TRANS TV DALAM MEMPERKENALKAN KEKAYAAN KULINER NUSANTARA PERIODE SEPTEMBER 2007- JANUARI 2008
SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh: Nama : Leli Desianti Nim : 44105110040 Bidang Studi : Broadcasting
JAKARTA 2009
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama Nim Bidang Studi Judul
: Leli Desianti : 44105110040 : Broadcasting : STRATEGI PRODUKSI WISATA KULINER DI TRANS TV DALAM MEMPERKENALKAN KEKAYAAN KULINER NUSANTARA PERIODE SEPTEMBER 2007 – JANUARI 2008
Mengetahui,
Jakarta, 8 Maret 2009
Pembimbing,
Drs. Riswandi, M.Si.
ii
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta
LEMBAR LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama Nim Bidang Studi Judul
: Leli Desianti : 44105110040 : Broadcasting : STRATEGI PRODUKSI WISATA KULINER DI TRANS TV DALAM MEMPERKENALKAN KEKAYAAN KULINER NUSANTARA PERIODE SEPTEMBER 2007 – JANUARI 2008
Mengetahui,
Jakarta, 8 Maret 2009
1. Ketua Sidang Nama: Ponco Budi Sulistyo, M.Comm.
(..............................)
2. Penguji Ahli Nama: Feni Fasta, S.E., M.Si.
(..............................)
3. Pembimbing Nama: Drs. Riswandi, M.Si.
(..............................)
iii
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama Nim Bidang Studi Judul
: Leli Desianti : 44105110040 : Broadcasting : STRATEGI PRODUKSI WISATA KULINER DI TRANS TV DALAM MEMPERKENALKAN KEKAYAAN KULINER NUSANTARA PERIODE SEPTEMBER 2007 – JANUARI 2008
Jakarta, 8 Maret 2009
Disetujui dan diterima oleh: Pembimbing,
Drs. Riswandi, M.Si.
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Bidang Studi Broadcasting
Dra. Diah Wardhani, M.Si.
Ponco Budi Sulistyo, M.Comm.
iv
PERSEMBAHANKU
Kala wadah kosa kata hanya bagai tetesan air Kini telah membentang menjadi lautan Mengantar pada luasnya pengetahuan Menuju jalan hidup yang terarah Membentuk jiwa mentah ini Mengelola emosi yang labil Memberi segala perhatian Menjadi lokomotif kemajuan Kutengadahkan tangan ini Berilah kebahagiaan untuk mereka Kini kuhaturkan dengan tulus, Penantian panjang yang telah melegakan...
Karya ini kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta...
With Love, LELI
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta
ABSTRAKSI Leli Desianti Strategi Produksi Wisata Kuliner Di Trans TV Dalam Memperkenalkan Kekayaan Kuliner Nusantara xiv + 5 bab + 104 halaman + 16 referensi (1988-2006)+ 1 halaman biografi Sejak tahun 1990-an industri pertelevisian di Indonesia sangat maju pesat, hal ini ditandai dengan hadirnya stasiun televisi baru, baik yang bersifat lokal maupun nasional. Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV), yang telah melakukan siaran perdananya pada 15 Desember 2001. Salah satu program yang diproduksi TRANS TV yaitu WISATA KULINER. Adapun rumusan masalah yang diteliti adalah bagaimana STRATEGI PRODUKSI WISATA KULINER DI TRANS TV DALAM MEMPERKENALKAN KEKAYAAN KULINER NUSANTARA. Berdasarkan konsep tayangan yang telah ditentukan oleh tim produksi TRANS TV bahwa WISATA KULINER merupakan program berjenis ‘TV Magazine’ yang merupakan program yang mengangkat tema beragam makanan. Tanpa membatasi jenis makanan dan lokasinya, program ini dipandu Bondan Winarno seorang ahli kuliner Indonesia. Sifat penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif artinya metode pada studi ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Sedangkan metodologinya adalah studi kasus (case study) di mana penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara yang dilakukan terhadap nara sumber yaitu Produser, Tim Kreatif dan Pembawa Acara (Host) WISATA KULINER. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim produksi WISATA KULINER di TRANS TV melakukan beberapa strategi untuk memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara dengan cara melakukan beberapa tahapan dimulai dari Praproduksi (tahap perencanaan seperti penemuan ide, perencanaan, dan persiapan), Produksi (pelaksanaan dari perencanaan produksi seperti proses peliputan, teknik penyampaian pesan pembawa acara, dan pendekatan nara sumber) dan Pascaproduksi (tahap penyelesaian dari seluruh proses produksi di antaranya editing program, mixing dan evaluasi). Penulis menyimpulkan bahwa strategi WISATA KULINER di TRANS TV yang terpenting adalah ide-ide cemerlang dari para kru produksi serta penyampaian si pembawa acara yang menarik, mampu menjelaskan dan mendeskripsikan apa yang sedang dibawakan. Penulis juga menyarankan agar WISATA KULINER terus berinovasi, baik dari segi kemasan maupun content agar programnya dapat menghibur dan bermanfaat bagi pemirsa.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Strategi Produksi Wisata Kuliner Di Trans TV Dalam Memperkenalkan Kekayaan Kuliner Nusantara”. Arti pentingnya skripsi ini dalam konteks ilmu komunikasi setidaknya memberikan informasi yang cukup berarti dan dapat membuka wawasan pembaca mengenai bidang program pertelevisian, khususnya mengenai bagaimana strategi produksi dalam sebuah program televisi.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik dan masukan demi perbaikan pemikiran dan penyusunan yang lebih baik lagi.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang banyak memberikan sumbangan yang sangat berarti baik moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Drs. Riswandi, M.Si. selaku pembimbing pertama yang telah memberikan pengarahan dan pemikiran sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. 2. Dra. Diah Wardhani, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 3. Drs. Hardiyanto, M.Si. selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana.
vii
4. Ponco Budi Sulistyo, M.Comm. selaku Kepala Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 5. Drs. Feni Fasta, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Bidang Studi Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 6. Seluruh pengajar Fikom yang telah menyumbangkan pengetahuan kepada penulis dari awal sampai akhir kuliah. 7. Seluruh staf Tata Usaha PKSM, yang selalu bersedia melayani kebutuhan administrasi penulis dalam kegiatan perkuliahan maupun proses penyelesaian skripsi ini. 8. Seluruh Civitas Akademika yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 9. Orang tua penulis, Mama atas segala doa, dorongan, pengorbanan, dan perhatiannya. Skripsi ini juga buat almarhum Papap yang semasa hidupnya selalu berpesan pada penulis agar jangan pernah berhenti untuk menimba ilmu. 10. Adik-adik penulis, Yogi dan Anjar serta Bang Donnie yang selalu jadi inspirasi terima kasih atas doa dan dukungannya. 11. Para instruktur Trans TV Mbak Camelia, Mbak Jordania, Mbak Elke, Mas Ibenk, Mbak Kiki, Pak Bondan Winarno yang telah memberikan kesempatan dan ilmunya pada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman PKSM Broadcasting angkatan 7 Universitas Mercu Buana. 13. Sahabat-sahabat dekatku Mas Eka, Mas Daru, Dipa, Risty, Ayub dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
viii
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemuliaan kepada semua pihak tersebut di atas dan semoga penelitian dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi bidang ilmu komunikasi dan pihak-pihak yang tertarik untuk membacanya.
Jakarta, 8 Maret 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI ..........................................
ii
LEMBAR TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI ..........................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SIDANG SKRIPSI ...................
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................
v
ABSTRAKSI .................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1 Latar Belakang .............................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .....................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................
6
1.4 Signifikansi Penelitian .................................................................
6
1.4.1 Akademis .............................................................................
6
1.4.2 Praktis ..................................................................................
6
BAB II KERANGKA KONSEP .....................................................................
8
2.1 Komunikasi Massa ........................................................................
8
2.1.1 Definisi Komunikasi Massa .................................................
8
x
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa .......................................
9
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa .................................................
11
2.2 Media Massa ...............................................................................
13
2.2.1 Jenis Media Massa ..............................................................
13
2.2.2 Karakteristik Media Massa ..................................................
16
2.3 Televisi Sebagai Media Massa .....................................................
17
2.3.1 Pengertian Televisi ..............................................................
18
2.3.2 Fungsi Televisi ....................................................................
18
2.3.3 Karakteristik Televisi ..........................................................
21
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Televisi ...................................
22
2.4 Program Televisi Non Berita ........................................................
23
2.5 Organisasi Stasiun Televisi ..........................................................
26
2.5.1 Bagian Produksi ..................................................................
29
2.5.1.1 Produser Eksekutif .................................................
29
2.5.1.2 Produser .................................................................
30
2.5.1.3 Asisten Produksi ....................................................
30
2.5.1.3 Tim Kreatif ............................................................
30
2.5.1.4 Kamerawan ...........................................................
31
2.5.1.5 Penyunting Gambar/ Editor ..................................
31
2.6 Proses Produksi Televisi .............................................................
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 3.1 Tipe dan Sifat Penelitian .............................................................
xi
42 42
3.2 Metode Penelitian ........................................................................
43
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
44
3.3.1 Data Primer .........................................................................
44
3.3.2 Data Sekunder .....................................................................
45
3.4 Nara Sumber (Key Informan) ......................................................
46
3.5 Definisi Konsep ...........................................................................
47
3.6 Fokus Penelitian ...........................................................................
48
3.7 Teknik Analisa Data Kualitatif .....................................................
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................
50
4.1 Objek Penelitian .............................................................................
50
4.1.1 Visi TRANS TV ...................................................................
51
4.1.2 Misi TRANS TV ..................................................................
51
4.1.3 Logo TRANS TV .................................................................
52
4.1.4 Statement Positioning TRANS TV ......................................
52
4.1.5 Struktur Organisasi TRANS TV ..........................................
53
4.1.6 Pembagian Kerja di TRANS TV ..........................................
54
4.1.7 Sekilas Divisi Produksi TRANS TV ....................................
54
4.1.8 Program Acara Departemen Nondrama TRANS TV ...........
55
4.1.8.1 Gambaran Umum Program Wisata Kuliner .............
57
4.2 Hasil Penelitian ...............................................................................
59
4.2.1 Planning atau Perencanaan pada Program WISATA KULINER di TRANS TV .........................................................................
xii
59
4.2.2 Organizing pada Program WISATA KULINER di TRANS TV ...........................................................................
62
4.2.3 Actuating pada Program WISATA KULINER di TRANS TV ...........................................................................
63
4.2.4 Controling pada Program WISATA KULINER di TRANS TV ...........................................................................
85
4.3 Pembahasan ....................................................................................
87
4.3.1 Planning atau Perencanaan pada Program WISATA KULINER di TRANS TV .........................................................................
88
4.3.2 Organizing pada Program WISATA KULINER di TRANS TV ............................................................................
90
4.3.3 Actuating pada Program WISATA KULINER di TRANS TV ............................................................................ 4.3.4 Controling pada Program WISATA KULINER di TRANS TV
91 99
BAB V PENUTUP ..............................................................................................
100
5.1 Kesimpulan ............................................................................
100
5.2 Saran ......................................................................................
104
DAFTAR PUSTAKA SUMBER LAIN RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Permohonan Pengumpulan Data Surat Keterangan Pengumpulan Data Skripsi di TANS TV Transkrip Wawancara dengan Camelia (Produser WISATA KULINER) Transkrip Wawancara dengan Bondan Winarno (Pembawa Acara WISATA KULINER) Transkrip Wawancara dengan Jordania & Elke (Tim Kreatif WISATA KULINER)
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dunia semakin cepat berubah, dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan teknologi sudah demikian pesat memberikan dampaknya yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Salah satu hal yang berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang ada adalah komunikasi. Pada perkembangan terakhir di mana dunia informasi menjadi sangat penting dalam aspek kehidupan, maka komunikasi pun akhirnya tidak dapat ditawar lagi dan menjadi bagian yang sangat penting dalam melengkapi kehidupan manusia. Metode, fasilitas dan perangkatnya pun sudah berkembang maju sedemikian modernnya sehingga sekarang dunia seakan tidak ada batas lagi, manusia dapat berhubungan satu sama
lain
dengan
begitu
mudah
dan
cepat.
Komunikasi memiliki pengertian sebuah proses menjadikan milik bersama ide/ isi pesan yang dimiliki si pengirim pesan dengan si penerima pesan.1 Artinya terjadi interaksi yang berhubungan dari satu pihak ke pihak lain, dimulai dengan sejumlah ideide yang abstrak atau pikiran dalam otak seseorang untuk mencari data atau menyampaikan informasi yang kemudian dikemas menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode tulisan.
______________________________ 1
J.B. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik, Alumni, 1991, Bandung, hal. 33
1
2 Proses komunikasi memiliki 6 tingkatan yakni, komunikasi intra-pribadi (intrapersonal communication),
komunikasi
antar-pribadi,
komunikasi dalam
kelompok, komunikasi antar kelompok/ asosiasi, komunikasi organisasi dan komunikasi dengan masyarakat luas. 2 Salah satu cara untuk melakukan komunikasi dengan masyarakat luas adalah dengan komunikasi massa yakni, pesan-pesan dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to large number of people).3 Definisi ini memberikan batasan pada komponen-komponen komunikasi massa yaitu mencakup pesan, media massa dan khalayak. Definisi lain mengenai komunikasi massa adalah suatu proses dimana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. Bentuk kegiatan komunikasi massa bersifat umum melalui media cetak, elektronik maupun media internet. Sementara media massa televisi baru muncul di Indonesia pada saat Pemerintahan Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Asean Games IV pada tahun 1962. Tepatnya pada tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mulai mengudara untuk pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno.4 Tahun 1989 muncul stasiun televisi swasta pertama RCTI5 dan disusul oleh stasiun-stasiun televisi swasta lainnya seperti SCTV, TPI, ANTEVE, INDOSIAR, METRO TV, dan lain-lain. Hingga saat ini tercatat jumlah televisi swasta nasional sebanyak 10 channel 6, 69 channel TV Regional, ____________________________ 2
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Bandung, Remaja Rosda Karya 1984, hal. 9
3
Bittner “Mass Communication : An Introduction” 1980 dalam Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, Univ. Terbuka, 1999 hlm. 158 4 TVRI Website : tvri.co.id –sejarah tvri 5 6
RCTI Website : http//www.rcti.tv/ about us Departemen Menkominfo RI : http//www.depkominfo.go.id
3 3 channel Televisi Khusus, dan 5 channel Televisi Berbayar (Paid TV).7 Saat ini industri pertelevisian di Indonesia sangat maju pesat, hal ini ditandai dengan hadirnya stasiun televisi baru baik yang bersifat lokal maupun stasiun televisi nasional. Pertumbuhan jumlah stasiun televisi ini juga berkorelasi secara langsung dengan adanya persaingan di antara mereka. Persaingan yang terjadi sangat berkaitan dengan upaya stasiun televisi yang sudah ada maupun yang baru berdiri untuk memperebutkan jumlah pemirsa melalui program acaranya. Tak hanya memperebutkan pengaruh pemirsa agar menonton acara yang ditayangkan, di sisi lain pengelola stasiun televisi pun harus bersikap kreatif agar tayangan tersebut juga bisa menguntungkan dari sisi bisnis. Namun jika ditelaah pada peran dasarnya, media televisi dapat ditempatkan sebagai media yang dapat memberikan informasi, hiburan dan edukasi. Oleh karena fungsinya tersebut, tak heran televisi adalah media yang sangat diharapkan untuk memberikan sajian yang benar-benar informatif, menghibur sekaligus mendidik. Seperti halnya TRANS TV (PT Televisi Transformasi Indonesia) salah satu stasiun televisi yang memperoleh izin mengudara secara nasional di Indonesia, memiliki komitmen dalam
setiap
penayangan
programnya
untuk
memberikan
informasi,
edukasi
dan
entertainment. 8 Sebagai stasiun televisi swasta ke-8, usahanya tercatat berada di bawah kepemilikan Para Group (PT Para Inti Investindo). Memperoleh izin siaran pada bulan Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus uji kelayakkan oleh tim antar departemen pemerintah, maka sejak 15 Desember 2001 TRANS TV mulai siaran secara resmi.9 Tim produksi TRANS TV dituntut banyak melahirkan gagasan-gagasan kreatif dan inovatif untuk dapat menghasilkan lebih banyak program in house, sekaligus diharapkan mampu menciptakan program TV yang dapat meraih rating dan share tinggi. __________________________ 7 8 9
Wikipedia Indonesia : http//id.wikipedia.org/wiki/data_stasiun_televisi_indonesia Kompas Cybermedia Jumat, 4 Agustus 2006 pukul 17.52 WIB TRANS TV Website : transtv.co.id/ about TRANS TV7
4 Untuk menghasilkan sebuah program yang baik tentu saja seluruh kru yang terlibat dalam suatu produksi program acara, harus menjalankan tugasnya melalui tahap-tahap kerja yang sudah ditetapkan yaitu tahap-tahap praproduksi, produksi dan pascaproduksi. Demikian halnya dengan program WISATA KULINER di TRANS TV. Program WISATA KULINER di TRANS TV yang menjadi objek dalam penelitian ini merupakan program yang mengangkat tema beragam makanan. Istimewanya, tempat-tempat yang dikunjungi tersebar di seluruh pojok kota, kabupaten, kota provinsi atau ibu kota. Tanpa membatasi
jenis makanan dan lokasinya, program ini dipandu oleh Bondan Winarno seorang
penulis yang kemudian menjadi perintis dan ahli
kuliner
Indonesia. Program WISATA
KULINER ditayangkan setiap Senin hingga Jumat pukul 14.30 WIB dan KULINER PILIHAN setiap
Sabtu
dan
Minggu
pukul
07.30
WIB.
WISATA KULINER dikemas secara ringan dan informatif seolah mengajak pemirsa berkeliling tempat-tempat menarik di seluruh nusantara sambil mencicipi kelezatan makanannya. Selain itu, program ini juga menceritakan keunikan sebuah kota, mulai dari sejarah, arsitektur, hingga budayanya. Tak hanya itu, WISATA KULINER mengajak pemirsa mencari warung atau restoran yang khas di kota tersebut untuk sarapan pagi, makan siang, atau makan malam. Tak lupa pada akhir acara, program ini juga akan berkeliling ke berbagai toko ataupun kedai mencari makanan kecil khas kota tersebut untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.10 Selain mengajak berwisata WISATA KULINER memberi banyak pengetahuan dan referensi (lokasi dan harga) bagi para pemirsa yang memiliki hobi berwisata menikmati alam sekaligus mengenal aneka ragam masakan nusantara. Untuk menghasilkan jenis program yang baik perlu dilakukan berbagai strategi agar tayangan program tersebut bisa dikatakan bermutu dan pesannya dapat diterima secara
______________________________ 10
TRANS TV Website : transtv.co.id/ program
5 efektif dan efisien oleh pemirsa. Misalnya strategi penempatan jam tayang, kreativitas format program, pemilihan host/ presenter sampai dengan pemilihan lokasi wisata. Pada program WISATA KULINER strategi berdasarkan riset yang mendalam, kreativitas yang selalu up to date dan pemilihan host yang tepat sangat berperan dalam meningkatkan promosi program WISATA KULINER sekaligus memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara. Keberhasilannya bisa terukur, jika program tersebut mencapai rating/ share yang tinggi, banyak dibicarakan dan membawa pengaruh pada pemirsa. Berdasarkan fakta program WISATA KULINER menjadi trendsetter bagi program sejenis yang ada dan memiliki rating/ share yang bergerak antara 2/15-3/2011 pada periode September 2007 - Januari 2008 dan angka ini hampir sering mendominasi jam tayangnya. Namun yang terpenting dari program WISATA KULINER diharapkan bisa menjadi tontonan alternatif yang sarat hiburan yang bermutu, pendidikan yang sehat dan tentunya memberi peran secara maksimal dalam membangun bangsa dari sisi keparawisataan. Dalam hal ini penulis juga memiliki alasan mengapa memilih program WISATA KULINER di TRANS TV sebagai obyek penelitian karena selain adanya kecenderungan acara kuliner menjadi primadona yang digandrungi banyak penonton, juga karena ketertarikan penulis terhadap dunia broadcasting yang didasari latar belakang pendidikan penulis. Selain itu penulis ingin mengetahui strategi yang digunakan oleh tim produksi TRANS TV dalam memproduksi program WISATA KULINER, yang dalam waktu relatif panjang masih digemari banyak pemirsa.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan atau pokok masalah dalam penelitian ini adalah: ______________________________ 11
Nielsen Media Research
6 1. Bagaimana strategi produksi WISATA KULINER TRANS TV dalam memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara pada tahap praproduksi? 2. Bagaimana strategi produksi WISATA KULINER TRANS TV dalam memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara pada tahap produksi? 3. Bagaimana strategi produksi WISATA KULINER TRANS TV dalam memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara pada tahap pascaproduksi?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk: 1. Mengetahui strategi produksi WISATA KULINER TRANS TV dalam memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara pada tahap praproduksi. 2. Mengetahui strategi produksi WISATA KULINER TRANS TV dalam memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara pada tahap produksi. 3. Mengetahui strategi produksi WISATA KULINER TRANS TV dalam memperkenalkan kekayaan kuliner dalam negeri pada tahap pascaproduksi.
1.4 Signifikansi Penelitian Signifikansi Penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu secara akademis/ teoritis dan praktis. 1.4.1 Akademis Memberikan suatu kontribusi terhadap pengembangan ilmu komunikasi massa, khususnya strategi dalam memproduksi sebuah program televisi. 1.4.2 Praktis Diharapkan penelitian ini dapat memberi evaluasi pada tim produksi WISATA KULINER TRANS TV dalam memperkuat strategi penyiaran, yang mempunyai tujuan memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara.
7 Selain itu sebagai bahan komparatif bagi stasiun televisi lainnya, khususnya yang memproduksi program sejenis agar memiliki ciri khas yang berbeda.
BAB II KERANGKA KONSEP
2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Definisi Komunikasi Massa Pengertian komunikasi massa tidak dapat didefinisikan dengan singkat dan sederhana, sebab di dalam pengertian komunikasi massa tercakup hal-hal seperti isi pesan (pengolahan, pengiriman dan penerimaan), teknologi, kelompok-kelompok, bentuk-bentuk khalayak dan efek. Dalam bukunya “Mass Communication: An Introduction” (1980), Bittner yang mengartikan komunikasi massa adalah pesanpesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).12 Lain halnya dengan Defleur dan Dennis dalam bukunya “Understanding Mass Communication” mengatakan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses dimana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara.13 Menurut definisi di atas maka karakteristik komunikasi mencakup khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar dan
tidak
mengenal
batas geografis
______________________________ 12 13
Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala E., Komunikasi Massa-Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media,2004 hal. 3 Defluer dan Dennis“Understanding Mass Communication” diambil dari Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Universitas Terbuka, 1999 hal. 158
8
9 kultural. Bentuk organisasi dan
pembagian
kerja
yang
dibawakan bukan semata-mata identitas pribadi, tetapi
jelas. Identitas yang
yang ditonjolkan adalah
identitas organisasi. Penyampaian pesan melalui media massa dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer. Media massa memiliki waktu terbit dan tayang secara berkala dengan waktu yang sudah terjadwal, bisa itu sifatnya harian, mingguan maupun bulanan bahkan untuk televisi sifatnya dipatenkan dengan istilah slot tayang.
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Adapun komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat- sifat komponennya, sebagai berikut:14 1. Komunikasi Terlembagakan Ciri komunikasi massa pertama adalah komunikatornya. Seperti yang dikemukakan Bittner bahwa komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik. Komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi tentu akan banyak lagi melibatkan orang seperti juru kamera, pengarah acara, juru lampu, dan lain-lain. 2. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. ______________________________ 14
Elvinaro A. & Lukiati K. E., Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004, hal. 9-14
10 Oleh karenanya pesan komunikasi bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Pesan media massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. 3. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersona,
komunikator
akan
mengenal
komunikannya,
mengetahui identitasnya, seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mengenal sikap dan perilakunya. Dalam komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya tidak menggunakan media dan tidak tatap muka. Selain anonim komunikan komunikasi massa juga bersifat heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda dan dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. 5. Komunikan Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi
antarpersona,
pesan
yang disampaikan atau
11 topik yang dibicarakan tidak perlu menggunakan
sistematika tertentu,
misalnya dibagi menjadi pendahuluan, pembahasan dan kesimpulan. 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Ciri komunikasi massa selain merupakan kelebihan juga menjadi kelemahan, karena melalui media massa maka komunikator dan komunikan tidak dapat kontak langsung.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa pada hakekatnya menyiarkan informasi (to inform), mendidik (to educate), dan menghibur (to entertain) pada khalayak. Para ahli komunikasi berpendapat komunikasi massa (mass communication), adalah komunikasi melalui media massa modern, salah satu ahli komunikasi yang berpendapat demikian adalah Everett M. Rogers bahwa selain media massa modern ada media massa tradisional yang meliputi segala macam kegiatan rakyat, dengan demikian komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa sifatnya “satu arah” (one way traffic), sedangkan situasi komunikasi yang baik yang bersifat “dua arah”
(two way traffic) karena pesan yang disebarkan akan jelas
diterima atau tidaknya. Media massa secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok: media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak meliputi surat kabar, majalah, dan tabloid sedangkan media massa elektronik mencakup media “audio” (suara) seperti radio dan media “audio visual” (suara dan gambar) yaitu televisi dan film.
12 Televisi merupakan perkembangan medium selanjutnya setelah media massa lainnya yang beroperasi lebih dulu. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian adalah Paul Nipkow dari Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884 kemudian dia menemukan alat yang disebut “Jantra Nipkow” yang akhirnya melahirkan electrische teleskop. Nipkow juga punya sebutan sebagai “Bapak Televisi” pertama di dunia.15 Lain halnya fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001) terdiri dari:16 1. Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (1) warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta menjadi ancaman. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. 2. Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap
______________________________ 15 16
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992 hal. 122 Elvinaro A. & Lukiati Komala E., Komunikasi Massa-Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media,2004 hal. 16-18
13 kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. 3. Linkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4. Transmission of values (Penyebaran Nilai-Nilai) Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. 5. Entertainment (Hiburan) Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan.
2.2 Media Massa 2.2.1 Jenis Media Massa Untuk menjangkau khalayak yang heterogen dan tersebar, diperlukan medium untuk menyampaikan pesan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan media seperti: koran, majalah, radio dan televisi. Khalayak akan tertarik membaca surat kabar atau majalah, menonton suatu program acara televisi atau mendengarkan radio apabila isi pesan yang disampaikan
14 media tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut:17 1. Novelty (sesuatu yang baru) Sesuatu yang ‘baru’ merupakan unsur terpenting suatu pesan media. Khalayak akan tertarik untuk menonton suatu program acara TV, mendengarkan siaran radio atau membaca kabar/ majalah apabila isi pesannya dipandang mengungkapkan sesuatu hal yang baru atau belum diketahui. 2. Jarak (Dekat atau Jauh) Jarak terjadinya suatu peristiwa dengan peristiwa mengetahui
itu
mempunyai hal-hal
arti
penting.
tempat
Khalayak
yang berhubungan langsung
dipublikasikannya
akan dengan
tertarik
untuk
kepentingan,
kehidupan dan lingkungannya. 3. Popularitas Peliputan
tentang
tokoh,
organisasi/
kelompok,
tempat
dan
waktu yang penting dan terkenal akan menarik perhatian khalayak. Suatu perampokan akan menjadi berita besar atau menarik perhatian khalayak bila terjadi di rumah seorang menteri. Khalayak akan mencari berita tentang perkembangan mengenai kasus selebritis. 4. Pertentangan Hal-hal yang mengungkapkan pertentangan baik dalam bentuk kekerasan ataupun menyangkut perbedaan pendapat dan nilai biasanya disukai oleh khalayak. Sebagai contoh perbedaan pendapat tentang perlu tidaknya pemilihan presiden secara langsung akan menarik perhatian khalayak. ______________________________ 17
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka, 1999, hal. 168
15 5. Humor Manusia pada dasarnya tertarik dengan hal-hal lucu dan menyenangkan. Oleh karena itu, bentuk-bentuk penyampaian pesan yang bersifat humor disenangi khalayak. 6. Seks dan Keindahan Salah satu sifat manusia adalah menyenangi unsur seks dan keindahan, sehingga kedua unsur tersebut bersifat universal. Karena unsur seks dan keindahan bersifat universal dan menarik perhatian khalayak, maka media massa seringkali menonjolkan kedua unsur ini. 7. Emosi Hal-hal yang berkaitan dan menyentuh kebutuhan dasar manusia, seringkali menimbulkan emosi dan simpati khalayak. Kebutuhan dasar manusia mencakup kebutuhan fisik (sandang, pangan dan papan), rasa aman, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri. Peristiwa-peristiwa yang menyentuh kebutuhan dasar tersebut akan menimbulkan emosi sekaligus simpati khalayak seperti korban bencana banjir, korban perang Amerika Serikat dan Iran, dan sebagainya. 8. Nostalgia Pengertian nostalgia di sini adalah menunjuk pada hal-hal yang mengungkapkan pengalaman di masa lalu. Misalnya orang yang lahir pada tahun 1940-an akan menyukai lagu-lagu top pada tahun1960-an.
16 9. Human Interest Setiap orang pada dasarnya ingin mengetahui segala peristiwa atau hal yang menyangkut kehidupan orang lain. Gambar tentang kehidupan orang lain (cerita-cerita human interest) dapat dikemas dalam bentuk berita, features, biografi dan berbagai bentuk acara deskriptif lainnya.
2.2.2 Karakteristik Media Massa Bila dilihat dari sisi bentuk media yang digunakannya, media massa memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 18 1. Publisitas Media massa diperuntukkan bagi masyarakat umum. Tidak ada batasan yang boleh atau harus membaca/ menonton/ mendengarkan dan siapa yang tidak boleh
membaca/ menonton/ mendengarkan. Media
massa tersebar
secara luas untuk memenuhi kebutuhan khalayak. 2. Universalitas Media massa
harus memuat/ menyiarkan aneka berita mengenai
peristiwa-peristiwa yang terjadi di seluruh pelosok dunia dan tentang segala aspek dan kehidupan umat manusia. Media massa bersifat umum dalam menyampaikan suatu materi pada khalayaknya.
______________________________ 18
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, Bandung: Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 80
17 3. Aktualitas Media massa harus mampu menyampaikan berita secara cepat kepada khalayak.
2.3 Televisi Sebagai Media Massa Televisi merupakan media massa yang mempunyai keunggulan tersendiri yaitu dapat memadukan audio dari segi penyiarannya (broadcast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Televisi menjadi semakin maju dan berkembang, sejalan dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, dimana media itu beroperasi. Keampuhannya selain menimbulkan dampak positif, juga dampak negatif, apabila masyarakat tidak tanggap dan waspada terhadap daya pengaruhnya. Suatu programa televisi dapat dilihat dan didengar oleh khalayak, karena ditransmisikan oleh pemancar. Melalui keunggulan tersebut maka dalam mengolah produksi program televisi apapun tidak akan mengalami kesulitan. Melalui proses yang panjang maka siaran di televisi bisa dikonsumsi oleh khalayak, karena dalam proses pengolahannya televisi ini banyak melibatkan dan membutuhkan orang serta perangkat teknologi yang canggih. Televisi adalah media paling cepat dalam menyebarluaskan program, ini dapat dilihat dari durasinya dalam hitungan menit bahkan detik sampai penayangan programnya.19
______________________________ 19
Onong Uchjana Effendy, Op Cit. hal. 122
18 2.3.1 Pengertian Televisi Televisi dalam bahasa Inggris disebut television. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, tele yang artinya far off, jauh sedangkan kata vision dari bahasa latin visio yang artinya to see, melihat. Secara harfiah artinya melihat dari jauh. Bisa dikatakan melihat dari jauh karena adanya teknologi yang digunakan dalam proses penayangan
materi
siaran
dari
stasiun
penyiaran juga adanya
sinyal
elektromagnetik yang dipancarkan lewat udara dan dibongkar lewat pemancar dengan bantuan sistem transmisi melalui kawat. Berdasarkan kemajuan teknologi yang terus bergulir, televisi menjadi salah satu mediamassa yang paling cepat dalam mendapatkan berita. Televisi merupakan penyempurnaan media massa radio yang hanya memiliki keunggulan di audio atau suara tetapi jauh lebih gambar dan suara sebagai faktor kelebihannya. Berdasarkan karakteristik segi visualnya televisi menyajikan gambar-gambar yang hidup tampak pada layar pesawat televisi dapat menyentuh gejolak emosional penonton saat sedang menontonnya.20
2.3.2 Fungsi Televisi Berbicara tentang media massa televisi tentu saja tak lepas dari fungsi dan peranannya yang semakin dekat dengan khalayak. Sebagai hasil dari banyak penelitian dan pemikiran pakar-pakar
komunikasi di Amerika
Serikat, kita
dapat menarik kesimpulan, sekarang ini televisi tidak dilihat lagi sebagai sarana pendidikan (dalam arti pendidikan formal)
dan
______________________________ 20
Onong Uchjana Effendy, Televisi Siaran, Teori dan Praktek, Mandar Maju, 1993, hal. 194
juga
tidak
seharusnya
19 (meskipun de facto demikian) sebagai alat promosi perdagangan. Lima fungsi yang pada umumnya diakui adalah sebagai berikut:21 1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia Fungsi ini sering disebut informasi. Namun, di sini istilah informasi sengaja tidak dipakai, supaya jangan timbul salah paham seakan-akan fungsi televisi adalah saluran penerangan bagi penguasa untuk memberi informasi kepada rakyat sesuai dengan kepentingan pemerintah. Fungsi televisi yang sebenarnya adalah mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. Dalam hal ini, tekanannya bukan pada siarannya, melainkan pada kamera dan mikrofon yang merekam. Seandainya fungsi ini diperhatikan betul, televisi dapat menjadi media komunikasi yang cukup demokratis, sejauh yang hidup di dalam masyarakat dikembalikan lagi kepada masyarakat lewat siaran. 2. Menghubungkan satu dengan yang lain Menurut Neil Postman televisi tidak berkesinambungan. Akan tetapi, televisi
yang
menyerupai sebuah mosaik dapat saja menghubungkan hasil
pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen
tertulis.
Misalnya gambar seorang menteri yang
berapi-api bicara mengenai “tinggal landas” hasil rekaman beberapa tahun yang lalu dapat dijejerkan dengan berita terakhir tentang pengangguran massal akibat krisis moneter. Tanpa diberi komentar para pemirsa dapat mengambil kesimpulan sendiri. Kalau televisi direkayasa oleh penguasa, entah itu penguasa politik ______________________________ 21
Ruedi Hofmann,Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi; PT Gramedia Widiasarana Indonesia,Jakarta,1999 hal. 54
20 entah komersial, televisi memang membuat bodoh. Namun, kalau televisi berfungsi sesuai dengan kepentingan masyarakat yang ditangkap oleh pembuat program, televisi sangat ampuh untuk membuka mata para pemirsa. Sayangnya, televisi oleh penguasa yang masih hidup di dalam kebudayaan tulis dianggap sebagai sarana pendidikan dengan model indoktrinasi, seakan-akan para pemirsa tidak mampu mengambil kesimpulan sendiri. 3. Menyalurkan kebudayaan Sebetulnya kebudayaan rakyat sudah cukup terangkat, kalau televisi berfungsi sebagai pengawas masyarakat. Akan tetapi, diharapkan televisi dalam hal ini lebih proaktif. Televisi sendiri tidak hanya mencari, tetapi juga ikut memperkembangkan kebudayaan. Fungsi ini dilihat sebagai pendidikan. Namun, istilah “pendidikan” sengaja dihindari karena di dalam kebudayaan audiovisual tidak ada yang namanya kurikulum atau target tertentu yang dirancang oleh seorang pendidik. Kebudayaan yang diperkembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus di dalamnya. 4. Hiburan Di dunia pendidikan hiburan sering dipandang negatif atau sebagai kurang bermakna. Kegiatan sekolah umumnya dipisahkan dari hiburan. Tetapi dalam budaya lisan sebelum ada tulisan hiburan dan pendidikan menjadi satu, demikian juga dalam kebudayaan audiovisual. 5. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat Fungsi yang kelima ini sering menjadi bahan diskusi, karena mudah
21 disalahgunakan oleh seorang penguasa. Akan tetapi, dalam situasi tertentu fungsi ini cukup masuk akal. Misalnya kalau terjadi wabah penyakit di suatu daerah, televisi bisa saja memberitakan berdasarkan fungsinya sebagai pengawas. Pada
dasarnya
munculnya televisi memberi pengaruh besar bagi
khalayak. Menurut Prof. Dr. R. Mar’at dari Unpad, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton. Ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terpengaruh psikologis dari televisi ialah seakan-akan menghipnotis penonton sehingga penonton dihanyutkan dalam suasana pertunjukkan televisi.
2.3.3 Karakteristik Televisi Beberapa karakteristik yang membedakan televisi dengan media massa lainnya dan sekaligus menjadi keunggulan bagi televisi:22 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar bergerak. 2. Berpikir dalam gambar Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama,
adalah
visualisasi
(visualization),
yakni
menerjemahkan
mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual.
___________________________ 22
Elvinaro Ardianto & Lukiati K.E.,Komunikasi Massa-Suatu Pengantar,Simbiosa Rekatama Media, 2004 hal. 128-130
yang
22 Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. 3. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang, untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan 10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengarah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemadu gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rias, juru suara, dan lain-lain.
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Televisi J.B. Wahyudi, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak memaparkan kelebihan dan kelemahan Televisi dari media massa lainnya, sebagai berikut:23 JENIS MEDIA
AUDIOVISUAL
SIFAT
- Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran - Dapat dilihat dan didengar kembali, bila ditayangkan kembali - Daya rangsang sangat tinggi - Elektris - Sangat mahal - Daya jangkau besar
______________________________ 23
J.B. Wahyudi, Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, Jakarta – Gramedia Pustaka Utama 1992
23 2.4 Program Televisi Non Berita
Dalam karya tulis ini, penulis lebih menitikberatkan untuk mengangkat program televisi non berita. Seperti yang telah diketahui bahwa pada dasarnya program televisi memiliki fungsi sebagai media yang dapat menyampaikan informasi dan hiburan.24 Berbicara mengenai jenis program televisi memiliki beberapa pengkategorian atas jenis program yang masih berlaku hingga saat ini:25
1. Series Series drama, series action/ adventure, series horror/ mystery, series sitcom/ comedy, memiliki ketentuan: a. Ditayangkan berseri, minimal satu kali penayangan dalam seminggu b. Alur cerita dari masing-masing episode bisa bersambung atau berdiri sendiri (tak ada hubungan dengan episode sebelumnya) c. Nama dari programnya harus sama, tetapi sub judul dapat berbeda, biasanya aktor di dalam setiap episodenya berperan sama d. Berbentuk mini seri (2 episode atau lebih) e. Termasuk jenis Sinetron dan Telenovela 2. Movie Movie drama, movie action/ adventure, movie horror/ mystery, movie sitcom/ comedy, movie animation/ puppet, memiliki ketentuan: a. Ditayangkan sekali, jalan cerita tamat dalam satu judul ______________________________ 24 25
Morissan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio & Televisi, Jakarta: Penerbit Ramdina Prakarsa 2005, hal. 266 Buku Pedoman TV Program Type, Nielsen Media Research, Jakarta 2004, hal. 9
24 b. Film layar lebar (bioskop) yang diputar kembali di televisi c. Penayangan dapat dibagi 2, 3, 4 kali masa putar d. Pada umumnya panjang durasi program lebih dari 60 menit e. Film layar lebar ada yang dibuat menjadi sebuah acara movie spesial 3. Entertainment Entertainment traditional, light entertainment, entertainment music, entertainment variety show, entertainment quiz, entertainment game show, entertainment reality show, entertainment comedy, memiliki ketentuan: a. Menyajikan hiburan b. Ditayangkan sekali saja ataupun rutin c. Dapat ditayangkan langsung atau tunda 4. Children Children series, children series
animation/ puppet,
light entertainment, children music/ variety show,
children
children quiz/ game
show, children infotainment/ edutainment, memiliki ketentuan: a. Disajikan untuk usia 14 tahun ke bawah b. Aktor dan aktris didominasi oleh anak-anak 5. Information Information
talkshow,
information
infomercial, TV magazine, education,
documentary,
information
infotainment,
skill/ hobbies, memiliki
ketentuan: a. Menyajikan informasi yang dapat menambah wawasan pemirsa b. Ditayangkan secara rutin/ regular pada slot waktu yang sama atau tidak rutin
25 6. Religious Religious
preach
(bertema),
religious
special event,
religious
special event, religious variety show, memiliki ketentuan: a. Disajikan dalam bentuk mimbar bimbingan, pengajaran,
hiburan yang
mengandung siraman rohani b. Ditayangkan sekali saja ataupun rutin (baik live ataupun tunda) 7. Sport Sport
journal/
highlights,
sport
match, sport exercise,
sport
special event, memiliki ketentuan: a. Menyajikan pertandingan olahraga secara utuh ataupun sebagian (edited games) b. Ditayangkan sekali saja ataupun rutin (baik live ataupun tunda) 8. Special Event Special event
adalah tayangan yang memiliki
ketentuan
berikut:
a. Memperingati suatu peristiwa atau menyambut hari tertentu. Termasuk yang disiarkan secara bersama-sama (TV pool) b. Biasanya ditayangkan sekali saja tetapi bisa lebih bila ada siaran ulang (re-run, dan dapat ditayangkan live atau tunda) 9. Filler Filler public announcement, filler music, filler quiz, others, memiliki ketentuan: a. Program yang diselipkan di antara program atau bisa saja memotong suatu Program, dan yang tidak mempunyai jadwal siar yang rutin
26 b. Durasi biasanya kurang lebih 5 menit c. Mengisi waktu luang dalam menunggu acara selanjutnya, dapat mendukung peristiwa tertentu
Berdasarkan pengkategorian jenis program televisi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa program WISATA KULINER TRANS TV tergolong pada jenis program ‘TV Magazine’ yaitu program yang menyediakan aneka info tentang segala macam hobi, yang dikemas dalam format beragam. Bisa dalam bentuk dokumenter, talk show, variety show dan lain sebagainya. Program WISATA KULINER TRANS TV sendiri berperan sebagai penyedia informasi dalam format dokumenter yang content-nya dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat dan penggemar makanan lezat dalam mencari informasi tentang keberadaan restoran dan tempat makan di setiap sudut kota. Karena jangkauan televisi yang meluas dan kemampuannya untuk menyampaikan informasi secara tepat dan terfokus. WISATA KULINER TRANS TV menjadi barometer dan pusat informasi wisata kuliner bisa diandalkan bagi wisatawan domestik dan mancanegara.
2.5 Organisasi Stasiun Televisi Dalam menjalankan proses kerja dunia pertelevisian diperlukan organisasi di bawah naungan stasiun televisi. Struktur organisasi stasiun penyiaran pada umumnya tidak memiliki standar yang baku. Bentuk organisasi stasiun penyiaran berbeda-beda satu dengan lainnya, bahkan pada wilayah yang sama stasiun penyiarannya tidak memiliki
27 struktur organisasi yang persis sama.26 Tidak ada standar baku yang berlaku umum atas struktur organisasi suatu stasiun penyiaran. Struktur organisasi itu sangat tergantung pada skala kegiatan. Pada stasiun kecil atau menengah, mungkin ada beberapa jabatan atau fungsi manajerial yang dirangkap oleh satu orang, misalnya general manager yang juga menjadi direktur pemasaran; direktur program dapat juga menjadi direktur operasi; direktur operasi dapat juga menjadi direktur teknik. Sementara untuk stasiun besar biasanya ada posisi manajer senior untuk setiap departemen. Namun demikian, menurut Willis dan Aldridge (1991) stasiun penyiaran pada umumnya memiliki empat fungsi (areas of operations) dalam struktur organisasinya yaitu:27 1. Teknik 2. Program 3. Pemasaran 4. Administrasi
______________________________ 26 27
Morissan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio & Televisi, Jakarta: Penerbit Ramdina Prakarsa 2005, hal. 62 Ibid, hal. 62
28
Skema 2.1
29 2.5.1 Bagian Produksi Kelompok produksi adalah orang-orang yang memadukan acara televisi menjadi suatu kesatuan yang mengandung arti dalam bentuk gambar dan suara. Stasiun-stasiun televisi di dunia mempergunakan proses pelaksanaan produksi acara televisi yang berlain-lainan, namun tujuan dari tiap-tiap proses adalah sama yaitu untuk menghasilkan acara-acara televisi yang bermutu baik dengan biaya yang efisien. 28 Staf tim produksi dapat dibagi atas empat bidang, yaitu: 1. Produksi 2. Fasilitas Produksi 3. Teknik Operasional 4. Teknik Adapun tugas utama dari tim produksi adalah menciptakan ide-ide dan kemudian merealisasikannya menjadi acara-acara televisi. 2.5.1.1 Produser Eksekutif Adalah seseorang yang mempunyai wawasan dan mengerti tentang program televisi secara keseluruhan. Produser Eksekutif harus memunyai kemampuan menuangkan ide/ pemikirannya dalam pembuatan program. Selain itu mampu mengelola dan melakukan koordinasi, kontribusi dan distribusi pekerjaan/ produksi secara sistematis efektif dan efisien. Selain itu juga bertanggung jawab terhadap penyusunan dan pengembangan ide untuk program acara siaran, baik siaran untuk
______________________________ 28
Mohamad Hardy Sofyan, Produksi Acara Televisi Suatu Pengantar, hal. 8
30 keperluan individu yang komplek maupun untuk sasaran
kelompok tertentu
yang diproduksi secara khusus.29
2.5.1.2 Produser Pada stasiun televisi, Produser bertanggung jawab terhadap suatu program. Produser akan memutuskan program yang layak disiarkan, berapa lama durasi suatu program dapat disiarkan, format beberbentuk apa. Singkatnya Produser bertugas membentuk programnya.30
2.5.1.3 Asisten Produksi Asisten Produksi pada proses produksi bertugas untuk mempersiapkan master rundown, mempersiapkan booking untuk segala keperluan produksi (studio, kostum, make up, setting, property, transportasi, SPJ jika kegiatan produksi dilakukan di luar kota dan lain-lain), mencek jalannya produksi, mencatat durasi apakah sesuai dengan rundown, dan mencari musik pendukung. Jika program live dan
memuat
beberapa segmen VT, maka asisten
produksi bertugas
dan bertanggung jawab mengumpulkan tape VT dari tim yag bertugas EFP.31
2.5.1.5 Tim Kreatif Produksi siaran dibagi dalam dua kategori karya produksi, yaitu karya produksi artistik dan karya
produksi jurnalistik. Untuk penelitian ini penulis
______________________________ 29 30 31
Tommy Suprapto, Berkarir di Bidang Broadcasting, Yogyakarta: Media Pressindo 2006, hal. 60-61 Morissan, Op Cit., hal. 277 (Kutipan wawancara dengan produser ‘Wisata Kuliner’, Camelia, 2007)
31 lebih terfokus kepada karya produksi artistik dimana para kreatornya tergabung dalam sebuah organisasi yang dinamakan tim kreatif yang bertanggung jawab pada beberapa tugas di antaranya memberi ide/ gagasan, mengutamakan keindahan program, isi pesan bisa fiksi dan nonfiksi, penyajian tidak terikat waktu, sasaran kepuasan khalayak, memenuhi rasa kagum, improvisasi tidak terbatas, isi pesan terikat kode moral, penggunaan bahasa bebas, refleksi daya khayal kuat, dan isi pesan tentang realitas sosial.32
2.5.1.4 Kamerawan Kamerawan bertanggung jawab untuk pengoperasian kamera televisi selama produksi program televisi. Ia mengoperasikan kamera dengan menggunakan tripod dan atau dolly baik dengan menggunakan kamera mini atau Electronic News Gathering (ENG) yang digunakan di luar studio atau di lokasi shooting. Sebagai bagian integral dalam tim produksi, posisi kamerawan adalah sangat penting untuk mengikuti terus dan tampil dalam beberapa peristiwa dan atau pertunjukkan. Seorang kamerawan yang baik akan menemukan sesuatu yang baru dan menarik serta ambilan gambar dengan angle-angle yang imajinatif selama produksi berlangsung.33
2.5.1.5 Penyunting Gambar/ Editor Seseorang
yang
melakukan
proses
pascaproduksi
____________________________ 32 33
Tommy Suprapto, Berkarir di Bidang Broadcasting, Yogyakarta: Media Pressindo 2006, hal. 13 Ibid, hal. 80
yang berkaitan
32 dengan penyuntingan gambar. Gambar biasanya diperoleh dari kamerawan, untuk kemudian dipilih dan dipadukan oleh editor menjadi sebuah tayangan yang sesuai dengan konsep yang diinginkan.34
2.6 Proses Produksi Televisi Suatu produksi program TV melibatkan banyak peralatan, sumber daya manusia, dan dengan sendirinya biaya yang besar. Allan Wurtzel di dalam bukunya “Television Production”, menjelaskan bahwa proses produksi televisi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:35 1.Praproduksi (Perencanaan dan Persiapan) Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Praproduksi merupakan proses awal dari seluruh kegiatan, yakni penuangan ide/ materi program, mengkonsep model produksi, mengkonsep proposal program, merinci anggaran biaya dan menuangkannya ke dalam proposal program. Praproduksi meliputi tiga bagian sebagai berikut ini: a. Penemuan ide Dimulai ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.
____________________________ 34 35
(Kutipan wawancara dengan produser ‘Wisata Kuliner’, Camelia, 2007) Morissan, M.A., Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi, PT Ramdina Prakarsa, hal. 277
33 b. Perencanaan Meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan kru. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. c. Persiapan Merupakan tahap pemberesan semua
kontrak
perizinan
dan surat
menyurat.
2. Produksi (Pelaksanaan) Sesudah perencanaan dan persiapan selesai, pelaksanaan
produksi dimulai.
Sutradara bekerja sama dengan para artis dan kru mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang bercerita. Produksi menurut Herbert Zettl adalah: Tahap puncak pelaksanaan produksi dengan melibatkan semua kerabat kerja produksi yang telah direncanakan sebelumnya dan melakukan persiapan baik yang bersifat teknis maupun non teknis seperti mengecek ulang jadwal kegiatan, mengecek seluruh fasilitas yang diperlukan, artis pendukung, melakukan latihanlatihan
ringan
(gladiresik),
setelah
semuanya
siap,
kemudian
dilaksanakan.36 ____________________________ 36
Herbert Zettle, Television Production Handbook 6th Edition, United States of America: Wads Worth Publishing Company, 1997 hal. 416
shooting
34 Production di sini ialah melakukan perubahan bentuk naskah yang dibuat secara tertulis
menjadi bentuk auditif dan visual sesuai dengan kaidah-kaidah yang
berlaku untuk pertelevisian.37 3. Pascaproduksi (Penyelesaian dan Penayangan) Tahap pascaproduksi adalah semua kegiatan setelah pengambilan gambarsampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali. Kegiatan yang termasuk pascaproduksi antara lain penyuntingan (editing), memberi ilustrasi, musik, efek dan lain-lain.38 Langkah utama dari pascaproduksi antara lain editing off line, editing online, dan mixing: a. Editing off line Setelah shooting selesai, kemudian membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting, berdasarkan shooting dan gambar. Di dalam logging time code (nomor kode yang dibuat dan muncul pada gambar) dan hasil pengambilan
setiap shot
dicatat. Sesudah
editing kasar ini jadi,
hasilnya dilihat dengan seksama dalam screening. Kemudian jika hasil editing offline dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Di dalam naskah editing, gambar dan nomor kode waktu tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor.
____________________________ 37 38
Darwanto, 1991, Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Multi Media Training Centre, hal. 27 Morissan, M.A., Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi, PT Ramdina Prakarsa, hal. 278
35 b. Editing on line Berdasarkan
naskah
editing,
editor
mengedit
shooting
asli.
Sambungan- sambungan setiap shot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang sempurna. Setelah editing on line siap, proses berlanjut dengan mixing. c. Mixing Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik juga sudah direkam, dimasukan ke dalam pita hasil editing on line sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan bagian yang paling penting dalam post-production sudah selesai. Secara menyeluruh produksi juga sudah selesai. Setelah produksi selesai biasanya diadakan preview. Saat preview tak ada lagi yang harus diperbaiki. Apabila semua sudah siap maka program ini siap juga untuk ditayangkan. d. Evaluasi Tahapan yang dilakukan oleh setelah program ditayangkan yaitu mengukur seberapa jauh program tersebut dapat diterima oleh pemirsa dan menilai tolok ukur seberapa jauh kinerja yang dihasilkan baik secara kualitas maupun kuantitas dari tim produksi yang mengerjakan program tersebut.
36 Indikator dari keberhasilan sebuah program dilihat dari banyaknya minat pemirsa yang menonton program WISATA KULINER. Parameter dari indikator keberhasilan itu adalah rating dan share.
2.7 Strategi Produksi Program 2.7.1 Pengertian Strategi Produksi Media penyiaran membutuhkan program untuk mengisi waktu siarannya dan tidak berfungsi apa-apa tanpa tersedia program untuk disiarkan. Program bisa diperoleh dengan cara membeli atau memproduksi sendiri. Suatu program yang dibuat sendiri oleh media penyiaran disebut dengan istilah in-house production. Dibutuhkan strategi dalam tahapan pembuatan setiap program siaran, hal tersebut dimulai dengan beberapa tahapan produksi seperti yang ada pada penjelasan di atas. Untuk kematangan sebuah perogram dibutuhkan perencanaan, pada stasiun televisi perencanaan program di arahkan pada produksi program yaitu program apa yang akan diproduksi.39
2.7.2 Tahapan Strategi Empat fungsi dasar tahapan strategi dalam produksi sebuah program: 1. Planning (Perencanaan) Merencanakan program termasuk dalam tahap Praproduksi dimana semua kegiatan mulai dari pembahasan ide awal sampai dengan pelaksanaan interaksi antara kreativitas manusia dengan peralatan pendukung yang tersedia. Baik buruknya proses
____________________________ 39
Morissan, M.A., Manajemen Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi, PT Ramdina Prakarsa, hal. 232
37 produksi akan sangat ditentukan oleh perencanaan di atas kertas.40 Di bawah pengarahan dan pengawasan direktur atau manajer departemen program: a. Merencanakan b. Memilih c. Menjadwalkan Sehingga tahapan awal dari kegiatan perencanaan untuk menghasilkan sebuah program melalui tiga tahapan sesuai dengan wewenang dari bagian program dan dengan bantuan tim produksi program membuat program. 41 Pada rapat perencanaan produksi tahap awal, Produser sebagai orang yang bertanggung jawab atas keberlangsungan suatu produksi, memaparkan konsep acara yang sudah disepakati sebelumnya bersama tim Kreatif. Di pertemuan berikutnya, masing-masing penanggung jawab memaparkan segala persiapan, dari mulai Art Director yang bertanggung jawab atas keseluruhan look studio/ panggung. Program Director atau pengarah acara menjelaskan shooting breakdown serta treatment yang sudah dibuat sebelumnya. Production Planning Meeting bisa dilakukan beberapa kali, intinya semua kru yang terlibat harus paham betul akan: 42 a. Konsep Acara b. Tujuan Acara c. Sasaran yang ingin dicapai
____________________________ 40 41 42
Ibid, hal. 152 Ibid, hal. 152 http://dikiumbara.wordpress.com/category/produksi-televisi/
38 b. Organizing Menata Program (Organizing) adalah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Departementalisasi dan pembagian kerja merupakan aspek utama dalam proses penyusunan organisasi.43 Untuk bagian produksi dapat diorganisir secara vertikal dan horizontal.
c. Actuating Pelaksanaan dari sebuah kegiatan produksi merupakan bagian dari strategi produksi sebuah program, setiap anggota tim melakukan tugasnya masing-masing content atau isi sebuah program harus terus diamati sehingga program akan terus meningkatkan kualitas sehingga variasi terus dikembangkan. Bagian tim produksi sebuah program tayangan harus memperhatikan: 44 a. Timing Produksi televisi akan menyangkut timing/ waktu, estimasi waktu harus bisa diprediksi seakurat mungkin. Panduan waktu adalah rundown yang sudah dibuat pada saat pre-production. Dalam format live, pengaturan waktu harus benarbenar diperhitungkan minute by minute serta scond by scond. b. Briefing performer Salah satu elemen bagus tidaknya suatu acara televisi adalah bagaimana pengisi acara bisa secara total melakukan adegan serta dialog sesuai naskah. Agar hal ____________________________ 43 44
Morissan, M.A., Op.Cit. hal. 142 http://dikiumbara.wordpress.com/category/produksi-televisi/
39 demikian bisa tercapai diperlukan briefing pada seluruh pemain/ pengisi acara. Briefing dilakukan sedetil mungkin. Untuk beberapa contoh kasus bahkan briefing tidak hanya pada masalah konten saja, terkadang masalah teknis juga perlu diketahui oleh para pemain. c. Props Property sebagai bagian dari tata artistik harus disiapkan pada saat rehearsal. Namun untuk keperluan ini bisa saja menggunakan dummy. d. Shoot Arrangement Pengaturan shot sudah bisa dilakukan pada saat rehearsal, selalu mengecek area shot sesuai dengan yang telah direncanakan. Dengan pengaturan shot ini juga bisa melihat apakah penataan artistik sudah sesuai dengan yang diharapkan. Juga akan berkaitan dengan penataan lighting. e. Audio & Lighting Sebagai bagian dari produksi audio visual, audio dan lighting harus menjadi perhatian yang baik. Selalu mengecek apakah audio sudah berjalan dengan benar, karena paling tidak ada dua masalah audio yang harus diperhatikan. Pertama, audio yang ada di area studio tersebut (misalnya acara musik). Kedua, audio yang akan dipakai sebagai output acara.
d. Controlling Fungsi dari pengawasan disebut juga evaluasi, penilaian atau perbaikan. Khususnya dalam tahapan sebuah strategi produksi program pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi
40 pengawasan secara efektif. Misalnya, jumlah dan komposisi audien yang menonton atau mendengarkan program stasiun penyiaran bersangkutan dapat diukur dan diketahui melalui laporan riset rating.45 Data riset hasil penayangan sebuah program yang diolah oleh bagian Research and Development kemudian dianalisa bagian program dan masing-masing produser program acara. Sehingga hasil analisa diharapkan memberikan masukkan untuk meningkatkan performa tayangan.
2.8 Kekayaan Kuliner Nusantara 2.8.1 Pengertian Kekayaan Kuliner Nusantara Secara makna kata kuliner mengandung pengertian sesuatu yang berhubungan dengan masak memasak.46 Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan yang sangat majemuk. Mulai dari sistem nilai kebudayaan sampai ikon budaya, dimana di setiap daerah terdapat banyak karakter budaya yang khas dan sangat beragam. Salah satu elemennya adalah masakan daerah. Semua terangkum dalam cita rasa kuliner nusantara dengan beribu macam makanan khas dari Sabang hingga Merauke. Dimana masakan khas daerah ini diramu dari racikan aneka macam bumbu masakan khas daerah. Kekayaan dan keanekaragaman kuliner nusantara yang lain terlihat juga dari cara memasaknya, cara penyajiannya sampai cara memakannya.
2.8.2 Tujuan dan Fungsi Memperkenalkan Kekayaan Kuliner Nusantara Adapun tujuan dan fungsi memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara bagi penulis adalah agar masyarakat Indonesia tidak melupakan dan menunjukkan rasa ____________________________ 46
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-4 hal. 753, PT Gramedia Jakarta
41
kepeduliannya terhadap aneka masakan tradisional yang sudah dinikmati secara turun temurun, yang akhir-akhir ini keberadaannya terdesak dengan hadirnya makanan siap saji dari luar. Melalui tayangan WISATA KULINER sedikitnya dapat mengedukasi masyarakat tentang perlunya mencintai kuliner nusantara warisan nenek moyang kita. Banyak sekali olahan makanan khas Indonesia menjadi bagian penting dalam kekayaan kuliner nusantara. Keanekaragamannya merupakan kekayaan yang sangat luar biasa. Tidak hanya sekedar sebagai makanan yang bisa disantap, namun juga dilestarikan sehingga menjadi warisan budaya kuliner kebanggaan bangsa Indonesia. Sehingga sudah selayaknya kuliner nusantara diangkat menjadi kekayaan nusantara.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Tipe dan Sifat Penelitan Sifat penelitian ini adaalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.47 Penelitian deskriptif ditujukan untuk:48 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada. 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. 3. Membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
Pendekatan
yang
digunakan
adalah
pendekatan
kualitatif,
yaitu
bertujuan mengumpulkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan _____________________________ 47 48
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, 1988 hal. 63 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung – PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1999, hal. 2
42
43 perilaku objek yang diamati. Pendekatan ini tidak boleh mengisolasi individu secara holistic (utuh) dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesa, tetapi memandangnya sebagai suatu keutuhan.49
3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus (case study), penelitian studi kasus adalah peneliti dan tentang status subyek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat.50 Melalui metode studi kasus ini juga diharapkan hasil analisa baik berupa data tertulis maupun lisan akan didapatkan data dengan melakukan langkah-langkah, di antaranya: setelah melakukan pemilihan kasus pengumpulan data dengan beberapa teknik. Salah satu caranya dengan menggunakan wawancara. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam (indepth interview) bersama dengan tim WISATA KULINER (Produser, Tim Kreatif, dan Pembawa Acara/ host). Dari wawancara ini diharapkan dapat digali informasi tentang strategi produksi WISATA KULINER di TRANS TV mulai dari tahapan praproduksi, produksi dan pascaproduksi untuk memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara. Langkah berikutnya analisa data: setelah data terkumpul peneliti dapat memulai mengorganisasi dan mengklarifikasi data menjadi
__________________________________ 49 50
Moh. Nazir, “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia, 1988 hal. 63 Ibid, hal. 66
44 unit-unit yang dapat dikelola. Selanjutnya memasuki langah perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Dan langkah yang terakhir adalah lapotan hendaknya ditulis secara komunikatif, mudah dibaca dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas.51
3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan adalah sebagai berikut: 3.3.1 Data Primer Data primer atau data utama menurut Lofland dan Lofland (1984:47) seperti yang dikutip Lexy J. Moleong sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.52 Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/ audio tapes, pengambilan foto, atau film.53 Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian strategi produksi WISATA KULINER di TRANS TV dalam memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara, dilakukan dengan wawancara secara mendalam kepada kru WISATA KULINER _________________________________________ 51
Syaodih, Nana Sukmadinata, Prof., Dr., 2006, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung- PT Remaja Rosdakarya, 2005 hal. 5 53 Ibid, hal. 157
52
45 di TRANS TV. Kemudian hasil dari wawancara tersebut dianalisis dan dibuat suatu kesimpulan. Wawancara
dilakukan
tidak
berstruktur,
artinya tidak berstruktur adanya
kebebasan peneliti mengajukan pertanyaan dapat beralih-alih dari satu pokok pertanyaan ke pokok pertanyaan yang lain, sedangkan data yang terkumpul dari wawancara bebas ini dapat beraneka ragam, tetapi tetap berpedoman kepada topik yang akan diteliti oleh peneliti.
3.3.2 Data Sekunder Data yang didapat dari berbagai pustaka atau pendapat para ahli yang dapat dijadikan sebagai penunjang data primer. Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber kedua jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.54 Data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara studi kepustakaan (literature) yaitu membaca buku-buku, koran, serta data dan bahan referensi dari berbagai sumber yang berhubungan atau berkaitan dengan yang diteliti guna melengkapi data-data yang sudah ada. Selain itu juga diambil data-data dari library & research TRANS TV dan juga bahan tertulis maupun teori yang didapat pada saat proses perkuliahan.
________________________________________ 54
Ibid, hal. 159
46 3.4 Nara Sumber (Key Informan) Metode penelitian studi kasus ini dilaksanakan dengan melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) kepada para nara sumber yang dalam penelitian ini adalah Produser, Asisten Produser, dan Pembawa Acara WISATA KULINER TRANS TV, yang akan diwawancarai berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti yang berhubungan dengan topik penelitian. Wawancara yang dilakukan merupakan format wawancara tidak berstruktur, wawancara seperti ini digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal.55 Nara sumber terdiri atas orang-orang terpilih yang dianggap memiliki kemampuan dan pengetahuan secara mendalam mengenai informasi yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif, posisi nara sumber sangat penting, bukan sekedar memberi respon, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Karena itu ia disebut informan (orang yang memberikan informasi, sumber informasi, sumber data) atau disebut juga subjek yang diteliti, karena ia bukan saja sebagai sumber data, melainkan juga aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikan.56 Nara sumber yang akan berkompenten untuk diwawancara dan dimintai informasi sehubungan dengan penelitian ini adalah Produser, Kreatif dan Pembawa Acara (Host), yaitu:
_______________________________________ 55 56
Imam Suprayogo dan Tobroni, M.Si, Ip, hal. 176 Ibid, 163
47 1. Camelia (Produser) Bertanggung jawab pada program secara keseluruhan baik dari ide, content, dan format show. Selain itu produser juga terlibat dalam penentuan hasil laporan reporter di lapangan, mengevaluasi hasil kerja, budgeting, dan lain-lain. 2. Jordania & Elke (Kreatif) Melakukan riset lapangan berupa pengumpulan data, pencarian informasi dan lokasi, memberi ide-ide kreatif dalam setiap episode, persiapan rundown acara serta bekerja sama dengan kru di lapangan untuk mendapatkan hasil yang layak ditayangkan. 3. Bondan Winarno (Host) Tugas utamanya adalah menjadi pembawa
acara sekaligus membantu
melakukan riset dan memberikan masukkan atau rekomendasi lokasi mana saja yang layak di shooting.
3.5 Definisi Konsep Konsep-konsep dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Strategi produksi adalah langkah-langkah yang diterapkan oleh tim produksi WISATA KULINER TRANS TV dalam memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara. Mulai dari tahap praproduksi, produksi dan pascaproduksi. b. Program WISATA KULINER merupakan suatu program yang diproduksi oleh TRANS TV untuk memenuhi kebutuhan pemirsa seputar informasi kekayaan kuliner nusantara yang berformat TV magazine.
48 3.6 Fokus Penelitian Penelitian ini memfokuskan kepada strategi apa yang digunakan TRANS TV khususnya tim produksi WISATA KULINER untuk memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara. Penelitian ini meliputi: a. Planning Merupakan tahap awal dimana semua anggota tim produksi sebuah tayangan program melakukan meeting bersama, Produser memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan dari suatu produksi. Pemaparan ide dan persiapan dari masing-masing kru untuk menentukan konsep acara, tujuan acara dan sasaran yang ingin dicapai. b. Organizing Proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Departementalisasi dan pembagian kerja merupakan aspek utama dalam proses penyusunan organisasi. Untuk bagian produksi dapat diorganisasi secara vertikal dan horizontal. c. Actuating Pelaksanaan dari sebuah kegiatan produksi merupakan bagian dari strategi produksi sebuah program, setiap anggota tim melakukan tugasnya masing-masing content atau isi sebuah program harus terus diamati sehingga program akan terus meningkatkan kualitas sehingga variasi terus dikembangkan. Actuating dalam memproduksi sebuah program televisi meliputi tahap praproduksi (meeting ide, riset, persiapan dan koordinasi di lapangan), produksi (proses peliputan, proses kreatif, pemilihan pembawa acara, teknik pendekatan dan jenis kerja sama dengan nara sumber pemilik restoran atau warung) dan pascaproduksi (editing online/ offline, mixing, on air dan evaluasi).
49 d. Controlling Fungsi dari pengawasan yang disebut juga evaluasi, penilaian atau perbaikan. Khususnya dalam tahapan sebuah strategi produksi program pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan secara efektif.
3.7 Teknik Analisa Data Kualitatif Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.57 Teknik analisa data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini, yakni penelitian kualitatif dilakukan pada sejumlah kecil responden yang sampelnya tidak dipilih berdasarkan prinsip probabilitas. Tidak ada upaya untuk menarik kesimpulan secara pasti atau mengeneralisasikan hasil yang diperoleh pada populasi yang besar.
______________________________ 57
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung- PT Remaja Rosdakarya, 2005 hal. 24
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
4.1 Objek Penelitian Pada bab IV ini, penulis pertama-tama ingin memaparkan bagaimana PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) berdiri. Pada 15 Desember 2001 TRANS TV memulai siaran perdana, tepatnya pukul 17.00 WIB dengan mengawali siaran langsung launching dari gedung TRANS TV, yang bertempat di Jalan Kapten Tendean Kav. 12-14 A, Jakarta Selatan. TRANS TV memperoleh izin siaran nasional dari pemerintah pada Oktober 1998 setelah lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim antar departemen. TRANS TV mulai mengudara secara teknis pada 22 Oktober 2001 di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi dengan pola teknik beberapa jam per hari. Pada 25 Oktober 2001 mulai menyiarkan program bertajuk “TRANS Tune-in”, sekaligus meluaskan jangkauan siaran hingga wilayah Bandung dan sekitarnya. Mulai 1 Desember 2001, seiring dengan bertambahnya jam siaran TV TRANS, “TRANS Tune-in” berganti dengan “Transvaganza”. Dalam tahapan ini, TRANS TV mulai menayangkan film-film asing serta program non drama berupa kuis “Tebak Harga”. Pada 1 Maret 2002, TRANS TV mulai siaran penuh yaitu selama 18 jam sehari pada Senin hingga Jumat, dan 22 jam sehari pada Sabtu dan Minggu. Penambahan program acara juga terjadi seiring dengan adanya penambahan jam tayang “EURO”, “Digoda”,
“KD”, “Sinema Gemilang”, “Diva Dangdut”, dan
50
“Dunia Lain”.
51
Pada September 2002, TRANS TV mulai mengudara 20 jam setiap hari terkecuali pada Sabtu, 24 jam non stop bila ada Liga Spanyol. Penambahan jam tayang ini juga menambah program acara, di antaranya program keagamaan “Sentuhan Qalbu”, “Berita TRANS Pagi”, Sinema Indonesia Pagi, Sinetron “Perempuan Pilihan”, kuis “Russian Roullete”. Untuk Olahraga siaran langsung maupun tunda “Liga Spanyol” dan “Super Liga Bulutangkis”. Belum sampai setahun, TRANS TV telah berhasil menduduki posisi keempat di antara stasiun televisi yang ada di Indonesia untuk All Time Audience Share (berdasarkan Nielsen Media Research).
4.1.1 Visi TRANS TV Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program yang berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima stakeholders serta mitra
kerja dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan
kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.
4.1.2 Misi TRANS TV Wadah gagasan dan aspirasi
masyarakat
untuk
mencerdaskan
serta
mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.
52 4.1.3 Logo TRANS TV Logo TRANS TV berbentuk berlian, melambangkan keindahan dan keabadian. Kilauan yang ditampilkan ketika stasiun ID muncul merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya
masyarakat
Indonesia. Huruf
jenis serif,
yang
mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab.
Gambar 4.1 Logo TRANS TV
4.1.4 Statement Positioning TRANS TV TRANS TV mempunyai statement positioning “Stasiun Milik Kita Bersama, TRANS TV” yang mengandung harapan untuk dapat lebih dekat dan terbuka dengan pemirsa
melalui
program-program
berkualitas.
53 4.1.5 Struktur Organisasi TRANS TV
Bagan Struktur Organisasi TRANS TV Board Of Commissioner President Director Ishadi SK.
COMMITTEE
CORPORATE UNITS
Program Committee
Corporate Legal
(DIC. Dudi Hendrakusuma)
Human Capital Committee
Business Development
(DIC. Ishadi SK)
Procurement & Spesial Project Committee
Compliance & Internal Auditing (DIC. Dudi Hendrakusuma) Public Relation
News and Public Relation
Operational Director
Director
Wishnutama
Ahmad Sudirwan
News Divition Ahmad Sudirwan
Production Division Wishnutama
Production Sevices & Technical Services Division Azuan Syahril
(DIC. Ahmad Sudirwan)
Program & Marketing Director
Finance & Human Resources Director
Ishadi SK
Dudi Hendrakusuma
Sales & Marketing Division
Human Capital Management & IT Division
Nur Wahyuni Sulistiowati
Ishadi SK
Program Operation Division PIC. Ahmad Ferizqo Irwan
Finance Resource Management Division Dudi Hendrakusuma
General Services Division Program Development Division PIC. Ahmad Ferizqo Irwan
Skema 4.1.
Dudi Hendrakusuma
54 4.1.6 Pembagian Kerja di TRANS TV
Berdasarkan struktur organisasi PT Televisi Transformasi Indonesia (TV TRANS), maka Direktur Utama membawahi empat direktorat, yaitu Programming, Sales and Marketing, Finance and Corporate Affairs, Divisi Pemberitaan dan Divisi Produksi. Secara fungsional Direktur Utama juga bertanggung jawab terhadap Corporate Legal,
Business Development Compliance
Relation. Direktur
and
Internal Audit,
serta
Public
Pemberitaan merangkap secara fungsional sebagai penanggung
jawab Public Relation. Direktur Programming bertanggung jawab langsung terhadap Divisi Programming dan Divisi On Air. Namun Direktur Programming secara tidak langsung juga dapat mengontrol
operasional Divisi Pemberitaan dan Divisi
Produksi. Sedangkan Direktorat Sales and Marketing membawahi Divisi Sales dan juga mengontrol bagian Marketing Services serta
Commercial Traffic Department.
Terakhir adalah Direktorat Finance and Corporate Affairs, membawahi tiga divisi, yakni Human Capital and General Affairs, Divisi Keuangan dan Akunting serta Divisi Teknologi Informasi.
4.1.7 Sekilas Divisi Produksi TRANS TV Untuk mencapai ruang divisi produksi TRANS TV maka tujuan kita hanyalah gedung TRANS TV lantai tujuh dan delapan. Secara garis besar ruang divisi produksi terbagi menjadi drama dan non drama. Di lantai tujuh terletak bagian produksi drama dan produksi fasilitas lantai sementara untuk produksi non drama terletak di lantai delapan.
55 4.1.8 Program Acara Departemen Nondrama TRANS TV Program acara Departemen Nondrama diupayakan dapat mencapai hasil maksimal yang sesuai dengan minat, selera, dan kebutuhan pemirsa. Format program acara yang diproduksi sendiri oleh Departemen Nondrama (in- house production), antara lain sebagai berikut: 1. Magazine TV Sebuah tayangan yang berisi tentang berbagai informasi yang dikemas secara entertainment. a. Wisata Kuliner Acara ini merupakan informasi seputar lokasi wisata beserta hasil olahan makanannya. Ditayangkan setiap Senin-Jumat pukul 14.00-14.30 WIB dan Sabtu pukul 07.30 WIB. b.Surat Sahabat Acara ini bersegmentasi untuk anak berisi informasi kekhasan suatu daerah beserta
kehidupan
anak-anak di
daerah
tersebut. Ditayangkan setiap
Selasa dan Kamis pukul 15.00 WIB. 2. Women’s Magazine. Bagi wanita, khususnya ibu rumah tangga, TV TRANS mempunyai program yang berisi tentang tips-tips seputar rumah tangga. a. Ratu Rumah Tangga Sebuah program yang ditayangkan selama 60 menit setiap Sabtu pukul 08.00 – 09.00 WIB, dan dipandu Nunu Datau. Acara ini bersifat informatif khusus bagi wanita terutama bagi Ibu rumah tangga, namun dikemas dengan cara yang
56 santai dan akrab. Isi acara meliputi kegiatan sehari-hari yang dialami ibu rumah tangga, seperti fashion, interior, exterior, furniture, kesehatan keluarga, gardening, cooking, beauty, serta tips-tips mengenai segala hal yang dialami oleh Ibu-ibu sehari-hari. 3. Talk Show Talk show yang dibuat tim kerja produksi TV TRANS dikemas dengan obrolan ringan dengan membahas suatu tema yang berbeda tiap pemunculannya. a. Lepas Malam Perbincangan dikemas dalam bentuk obrolan ringan. Topik yang dipilih dalam talkshow ini merupakan masalah-masalah sosial yang aktual
namun dibahas
secara ringan dengan Bintang Tamu yang bisa berasal dari public figure. Dipandu oleh Farhan sebagai host. Selain membahas topik utama, sisi lain dari bintang tamu juga merupakan bahan obrolan dalam talkshow ini. Acara ini ditayangkan setiap Rabu pukul 22.00 – 23.00 WIB. b. Dorce Show Topik dalam perbincangan ini membahas tentang hal yang ada di masyarakat dan dibawakan secara ringan oleh Dorce. Acara ini ditayangkan setiap Senin sampai dengan Jumat pada pukul 08.30 – 09.30 WIB. c. Ceriwis Perbincangan yang membahas tentang profil artis dikemas sebagai obrolan santai, ditayangkan setiap hari pukul 12.30 – 13.30 WIB.
Setiap harinya
mempunyai tema, seperti Senin Imajinasi, Selasa Profil, Rabu Masak, Kamis Sehat, Jumat Nostalgia, Sabtu Santai. dan Minggu Hobi. Acara yang dipandu
57 Indy Barends dan Indra Bekti, dilengkapi dengan penampilan dari home band, Simply Fresh, sangatlah lucu. Kekompakan dari semua elemen Ceriwis membuat acara ini semakin digemari sehingga pemirsa tidak ingin melewatkan satu episodenya.
4.1.8.1 Gambaran Umum Program Wisata Kuliner Sebelum membahas mengenai strategi produksi program WISATA KULINER terlebih dahulu mengetahui tentang program WISATA KULINER itu sendiri. Semula
program ini diawali dari sebuah proposal yang diajukan untuk
dijadikan sebuah program yang menyatakan alasan tentang ungkapan ‘mangan ora mangan yang penting ngumpul’ Indonesia. Tetap seiring
yang telah membudaya lama di masyarakat
dengan perkembangan zaman istilah tersebut mulai
ditinggalkan. Makan bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan perut atau hanya sekedar proses mengunyah dan menelan makanan. Istilah sekarang hanya mencakup pengertian yang lebih
luas. Makan
‘makan’ diidentikan
dengan suatu budaya. Melalui makan bisa dijadikan sebagai ajang suatu life style atau gaya hidup. TRANS TV menghadirkan WISATA KULINER berformat TV magazine lebih mengangkat jenis-jenis makanan, baik yang disajikan oleh warung-warung makanan atau restoran. Content bukan hanya menyajikan menu makan ala kadarnya tetapi juga dikemas menarik, fun, informatif dan edukatif. Menu makanan yang disajikan bukan hanya menu-menu tradisional atau eksotis tetapi juga
menu-menu
jajanan
sehari-hari, makanan kecil, oleh-oleh khas suatu
58 daerah atau bahkan menu-menu internasional. Selain sejarah makanan, juga ada informasi berupa bumbu-bumbu khas yang menjadi ciri khasnya. Semuanya disajikan dengan lengkap. Untuk memperkaya
content host juga bisa melihat
langsung proses pembuatan masakan. Bondan Winarno
sang pembawa acara
biasanya memamerkan kelezatan makanan atau minuman yang
tersaji di
depannya. Tidak sekedar ungkapan “Mak Nyuusss!” untuk menggambarkan betapa lezatnya sebuah makanan, tapi ia juga menjelaskan ingredients atau bahannya,
dan sejarah atau pengetahuan tentang sajian
itu. Penambahan
gimmick-gimmick untuk memberikan hiburan yang berbeda lebih banyak terjadi. Disesuaikan dengan tema yang sedang diliput. Misalnya tema masakan Sunda, Pak Bondan menggunakan wardrobe serta alat tradisional ala Sunda. Sedangkan untuk lebih memberikan informasi kepada pemirsa, host lebih sering ngobrol dengan rumah makan atau bahkan pengunjung rumah makan. WISATA KULINER ditayangkan setiap Senin hingga Jumat pukul 14.30 WIB dan KULINER PILIHAN ditayangkan setiap Sabtu pukul 07.30 WIB. Dikemas secara ringan dan informatif seolah mengajak pemirsa berkeliling tempat-tempat menarik di seluruh nusantara sambil mencicipi kelezatan makanannya. Di samping mengangkat jenis-jenis makanan nusantara WISATA KULINER kadang menceritakan keunikan sebuah kota, mulai dari sejarah, arsitektur, hingga budayanya. Tak hanya itu, WISATA KULINER mengajak pemirsa mencari warung makanan atau restoran yang khas di kota tersebut untuk sarapan pagi, makan siang, atau makan malam. Tak lupa di beberapa episode
59 pada akhir acara, program ini juga akan berkeliling ke berbagai toko ataupun kedai mencari makanan kecil khas kota tersebut untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. WISATA KULINER juga memberi banyak pengetahuan dan referensi (lokasi dan harga) bagi para pemirsa yang memiliki hobi berwisata menikmati alam sekaligus mengenal aneka ragam masakan dalam negeri.
4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Produser WISATA KULINER TRANS TV, Camelia pada tanggal 18 September 2007, Bondan Winarno Pembawa Acara (melalui email 7 Juni 2007), serta Jordania dan Elke dari Tim Kreatif tanggal 11 Januari 2008, penulis mendapatkan penjelasan mengenai strategi produksi WISATA KULINER dan tahapan-tahapannya. Dalam sub bab ini penulis memaparkan hasil penelitian mengenai strategi produksi program WISATA KULINER berdasarkan wawancara tersebut.
4.2.1 Planning atau Perencanaan pada Program WISATA KULINER di TRANS TV Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan memutuskan apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dimana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat. Proses perencanaan program WISATA KULINER di TRANS TV meliputi beberapa tahapan dan juga melibatkan kerja sama dari beberapa departemen atau bagian struktur organisasi di TRANS TV.
60 Programming merupakan salah satu bagian yang bertanggung jawab dalam perencanaan strategi stasiun penyiaran. Adapun tindakan yang dilakukan oleh programming meliputi membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program penyiaran. Dalam merencanakan dan membuat program maka bagian program biasanya akan berkonsultasi dengan bagian marketing/ pemasaran. Bagian program dan bagian pemasaran sebaiknya bermitra dan berkonsultasi. Bagian program memiliki pemirsa sedang bagian pemasaran menjual program itu kepada para pemasang iklan. Setelah perencanaan melalui programming dan marketing/ pemasaran, bersamaan itu pula perencanaan juga dibuat oleh tim produksi, yang bertanggung jawab atas content program yang siap ditayangkan sesuai dengan rencana. “Program WISATA KULINER merupakan hasil kesepakatan ‘Programming Comite Meeting’ di TRANS TV. Segala sesuatu mengenai perogram apa pun di putuskan di situ. Jadi melibatkan berbagai pihak, mulai dari Produser Eksekutif, Produser, Kadep masing-masing Divisi, Direktur, Dirut, Dirop, Difinance, pokoknya semua yang terlibat dalam proses.” 58
Kata kunci untuk memproduksi atau membuat program adalah ide dan gagasan. Dengan demikian setiap program selalu dimulai dengan ide atau gagasan. Ide atau gagasan inilah yang berasal dari orang-orang yang kemudian gagasan tersebut diakomodir untuk mempersiapkan konsep yang ingin dikembangkan, karakter dari pembawa acara, content program jumlah kru serta hal-hal lain yang diperlukan untuk mewujudkan program itu.
______________________________ 58
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
61 “Ide tu bisa dapat dari macam-macam. Sebelum ‘shooting’ kan nyiapin materi yang bisa didapat dari rekomendasi orang,‘browsing’ internet, atau dari timya Pak Bondan Jalansutra. Tim kreatifnya kita berempat. Tim kreatif bekerja lebih ke ide dan ‘content’. Terus kita ‘share’ juga sama produsernya apakah dia setuju kalau dengan yang kita buat? Kadang-kadang dia juga kasih ide, jadi kreatif sama produser harus dekat.” 59 Kemasan program WISATA KULINER di TRANS TV merupakan aspek lain dari strategi perencanaan pembuatan sebuah program. Bagi pengelola program di TRANS TV kemasan dapat diartikan sebagai sesuatu yang perlu dilakukan untuk menarik perhatian audience melalui penampilan program ini yang mencakup pembawa acara (host), tampilan gambar atau objek yang sedang diliput sehingga hal-hal ini dapat menjadi kesan pertama yang baik. Kesemua aspek tersebut akan menjadi pertimbangan bagi pihak program. “Seberapa jauh ‘host’ memberi pengaruh pada program ini, menurut saya sih besar banget. Pilihan jatuh ke Bondan Winarno. Kalau dilihat dari sisi selebriti sia bukan selebriti. Sisi yang ada dia itu pintar dan menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kuliner.” 60
Jika pihak program tertarik dan setuju maka produser program akan melakukan tahapan produksi selanjutnya dan koordinasi antara bagian program dengan bagian pemasaran untuk memikirkan bagaimana program ini bisa menjual. Salah satu hal lain yang menjadi perhatian bagian program adalah biaya produksi dimana biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi program sekaligus menentukan tarif iklan bagi pemasang iklan yang berminat memasang iklan pada program bersangkutan. ______________________________ 59 60
Hasil wawancara dengan Jordania (Tim Kreatif) 11 Januari 2008 Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
62 4.2.2 Organizing pada Program WISATA KULINER di TRANS TV Adalah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Departementalisasi dan pembagian kerja merupakan aspek utama dalam proses penyusunan organisasi. Pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama. Setiap organisasi harus memiliki paparan kerja atau Job Description yang jelas. Pentingnya untuk memahami dan mengetahui tanggung jawab antar bagian dari sebuah departemen akan membantu kerja sama yang kokoh dan solid. Kerja sama pengelola program dengan tim program maker atau tim produksi program sebuah tayangan. Penata program atau pihak bagian program. Terdapat tiga bagian departemen yang saling berhubungan dimana sebuah program itu dipersiapkan atau dibentuk konsepnya sampai kepada tayang di antaranya adalah bagian program, bagian marketing/ pemasaran, dan program maker/ tim produksi sebuah tayangan acara. Bagian program adalah yang paling bertanggung jawab dalam mengelola program acara. Di bawah pengawasan General Manager, bagian program di TRANS TV memiliki wewenang dalam merencanakan, memilih, menjadwalkan dan dengan staf bagian pembuat program tayangan saling bekerja sama untuk membuat program. Terdapat empat hal yang perlu diperhatikan khususnya oleh bagian program dalam pengelolaan sebuah program diantaranya Produk artinya materi program yang dipilih haruslah yang bagus dan diharapkan akan disukai
63 audience yang setuju. Program bekerja sama dengan program maker untuk membuat konsep program sehingga program tersebut tayang. “’Content’ yang kuat dan unik. Memberi informasi makanan- makanan tertentu yang tidak diketahui penonton. Sesuatu yang bukan biasa-biasa saja. Ada rasa ingin tahu dari penonton....” 61
Penempatan waktu siaran sebuah program yang tepat bagi program. Pemilihan waktu siar yang tepat bagi suatu program akan sangat membaru keberhasilan program bersangkutan. Bagian program akan menggunakan kewenangannya berupa penempatan waktu siaran bagi sebuah program kemudian promosi, bagaimana memeperkenalkan dan kemudian menjual acara itu sehingga dapat mendatangkan iklan. Promosi merupakan salah satu elemen penting dalam tayangan sebuah program sehingga dengan adanya kerja sama dengan bagian promosi akan membantu memperkuat perhatian yang ada di pemirsa untuk semakin mengenal program
4.2.3 Actuating pada Program WISATA KULINER di TRANS TV Suatu program tayangan dihasilkan melalui proses produksi yang memerlukan banyak peralatan dana dan tenaga dari beberapa profesi kreatif. Proses produksi sebuah tayangan itu sendiri terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: A. Proses Praproduksi Proses praproduksi merupakan tahap awal dalam melakukan produksi suatu program acara dan tahapan ini sangat penting oleh karena itu harus dipersiapkan ______________________________ 61
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
64 secara matang. Kegiatan dimulai dari pembahasan ide awal sampai dengan pelaksanaan pengambilan gambar. Dalam perencanaan ini terjadi proses antara kreativitas manusia dengan peralatan pendukung yang tersedia. Baik buruknya proses produksi akan sangat ditentukan oleh perencanaan di atas kertas. Perencanaan di atas kertas merupakan imajinasu yang dituangkan di atas kertas itulah yang dibuatkan audio visualnya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam praproduksi tim liputan WISATA KULINER melakukan tahapantahapan kerja yang berkelanjutan, antara lain: 1. Meeting Ide (Brainstorming) Suatu bentuk tukar pendapat atau saran untuk menampung ide-ide yang masuk dan bertujuan untuk mengonsep suatu topik yang akan
ditayangkan.
Ide-ide tersebut dapat datang dari mana saja. Seperti yang dijelaskan sang kreator dari Tim Kreatif, Jordania: “Ide itu bisa dapat dari macam-macam. Sebelum ‘shooting’ kan nyiapin materi yang bisa didapat dari rekomendasi orang, ‘browsing internet, atau dari timya Pak Bondan Jalansutra. Tim kreatifnya kita berempat. Tim kreatif bekerja lebih ke ide dan ‘content’. Terus kita ‘share’ juga sama produsernya apakah dia setu kalau dengan yang kita buat? Kadang-kadang dia juga kasih ide, jadi kreatif sama produser harus dekat.” 62
Untuk mendapatkan ide-ide perlu pemikiran yang matang serta teamwork yang solid. Semua kru yang terlibat turut membantu tim Kreatif untuk lebih memfokuskan daya pikirnya dalam penciptaan ide-ide segar, inovatif dan original. Hal ini dijelaskan oleh Produser, Camelia:
______________________________ 62
Hasil wawancara dengan Jordania (Tim Kreatif) 11 Januari 2008
65 “Hal yang paling menyenangkan sekaligus membingungkan adalah proses pencarian ide. Kita selalu mencoba mencari sesuatu yang baru, mencari ide tontonan yang menyegarkan inovatif, tidak membosankan agar bisa diterima di masyarakat” 63 Meeting dilakukan sebelum terjun ke lapangan. Paling tidak seminggu sekali diadakan meeting besar untuk ide, atau tidak menutup kemungkinan diadakan meeting-meeting kecil internal antar kru jika diperlukan. Dalam hal ini Camelia pun berkomentar: “Kita selalu adakan meeting dulu. Meeting itu memikirkan besok mau diapaain ya programnya, content-nya bagaimana, materinya apa aja, rating kita turun nih, gimana caranya supaya naik lagi. Bongkar- bongkar file, bikin gimmick apa ya? Bahkan kita suka ada waktu ketemu sama Pak Bondan langsung. Pak Bondan itu nggak terlepas dari program ini.” 64
Khusus untuk WISATA KULINER sendiri, ide terlahir saat Bondan Winarno membawakan acara yang disponsori oleh sebuah perusahaan kecap, Bango Cita Rasa Nusantara yang hadir setiap Sabtu. Sesudah kontrak dengan perusahaan kecap itu selesai, dihasilkan sebuah ide tayangan in house TRANS TV yang sama sekali berbeda dengan tayangan memasak lainnya. Hal ini dijelaskan oleh Camelia: “Saat program ini dibuat secara ‘in house’ di Trans TV, ide dan gagasan tentunya berasal dari kru juga Pak Bondan sendiri sebagai pembawa acara. Karena dia punya tim Jalansutra yang punya banyak referensi lokasi tempat yang menjual makanan enak.” 65
______________________________ 63
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
64 65
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007 Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
66 Sudah ada ratusan tempat yang telah diliput oleh WISATA KULINER. Jalansutra ternyata banyak membantu, sekalipun pihak TRANS TV punya tim yang mencari spot-spot tertentu. Ide liputan dipastikan tak akan kering karena anggota komunitas yang berjumlah 8.000 orang ini siap membantu dengan ideide segar. Setelah ide dan tema terbentuk berdasarkan riset maka Produser, Kreatif, PA dan Kamerawan turun ke lapangan untuk liputan di lokasi yang sudah dihubungi dan direncanakan. Dalam hal ini satu tim liputan telah menjalankan usaha pencarian ide atau gagasan untuk menjadi topik program yang siap digarap.
2. Riset Kegiatan riset di sini mengartikan pencarian data, penggalian bahan informasi dan pencarian lokasi. Kegiatan ini dilakukan oleh tim Kreatif. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi
lokasi
dan
variasi
makanan,
sekaligus mengadakan pendekatan dengan pemilik restoran atau rumah makan. Dalam hal ini Elke dari Kreatif memberi penjelasan: “Dari survey paling enggak punya data bahwa kita punya calon resto. Biasanya kita ‘ follow up’ dan ‘approach’ aja. Kita ‘offer’ sama mereka, minta kartu namanya ‘next time’ kita butuh dari pihak dia udah oke. Kapan waktunya pastinya kita kembali lagi. Kita telefon ‘ follow up’ kasih tau aja kita mau ‘shooting’.” 66
Jika riset dilakukan di luar kota Jakarta, berbagai cara pun dilakukan demi mendapat informasi secara detail dan mendalam. Demikian hal ini disampaikan ______________________________ 66
Hasil wawancara dengan Elke (Tim Kreatif) 11 Januari 2008
67 “Ada satu bagian, tapi untuk WISATA KULINER sementara ini terbatas orangnya jadi yang riset kita itu Kreatif, Asisten Produksi (PA) dan juga Pak Bondan, karena 75% mungkin 80 % materi dari dia. Apalagi daerah-daerah luar kota seperti Pontianak yang kita belum sempat ke sana untuk melakukan survey karena padatnya aktivitas kita maka Pak Bondan yang melakukan sendiri. Dia punya tim Jalansutra kerja sama dengan kita mencari tahu makanan apa yang enak. Atau bisa juga kerja sama dengan orang luar kota sana. Kita sewa ‘driver’ di sana tergantung gimana kondisinya.” 67
Kegiatan pencarian informasi mengenai restoran atau jenis makanan yang akan diliput biasanya dimulai dari tahap internal alias dari mulut ke mulut. Proses kelanjutannya biasanya lebih menelusuri sumber-sumber yang berkaitan dengan segala bentuk yang berkaitan dengan kuliner. Panjangnya penayangan program ini, semakin
membuat timnya mencari informasi dari berbagai sumber.
Untuk urusan riset tim kreatif tentunya ambil bagian. Mereka kebagian jatah untuk
melakukan
kreativitasnya agar program
riset
sambil merancang atau memikirkan unsur
ini menarik dan
tidak
membosankan bagi
pemirsa. Hal ini diungkapkan oleh Jordania: “Dengan riset membantu kita untuk menemukan makanan dan lokasi yang bisa memberi inspirasi pada kreatif untuk memutuskan mau diapakan program tersebut agar menjadi tontonan yang menarik. Tidak sekedar memberi informasi tapi juga perlu dikreasikan sisi hiburannya.” 68
Pada program WISATA KULINER riset menjadi sesuatu bagian yang sangat penting karena informasi yang disampaikan ke pemirsa haruslah sedetil
______________________________ 67 68
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007 Hasil wawancara dengan Jordania (Tim Kreatif) 11 Januari 2008
68 dan akurat berdasarkan konteks dan fakta. Hal ini dilakukan semata-mata
ingin
memberikan informasi secara utuh agar tidak mengecewakan pemirsa.
3. Proses Kreatif Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam sebuah program televisi, haruslah memiliki daya kreativitas yang tinggi. Fungsinya agar apa yang dihasilkan tidak sama dengan apa yang sudah ada dan tidak membuat tontonan tersebut menjadi bosan bagi pemirsanya. Kru harus punya semangat yang tinggi untuk berkreativitas dalam mengolah program agar tetap menarik. Seperti yang dituturkan Camelia: “’Content’ yang bagus dan unik pasti menjadi pilihan pemirsa. Ada makanan – makanan tertentu yang kita tahu tapi penonton di rumah enggak tahu. Atau enggak itu bukan sesuatu yang biasa-biasa aja. Pernah suatu kali saya‘on air’-kan program yang beda dari biasa. Karena apa? Karena ada rasa ingin tahu seperti apa sih makanannya? Apa saja sih bumbunya? Bagaimana cara makannya dan masaknya? Penonton hanya ingin tahu aja. Tapi setelah tahu udah, makanya tadi harus kreativitas di ‘content’. Kita harus ‘do something’, membuat Pak Bondan di acara itu tidak hanya duduk makan. Harus memikirkan Pak Bondan pake baju apa? Pak Bondan akan dibuat nyanyi, naik becak, naik motor sendiri atau dia dikejar-kejar apa?” 69
Ada satu hal yang harus diperhatikan dalam sisi kreativitas di WISATa KULINER. Di samping menciptakan bentuk-bentuk hiburan juga harus sarat pesan yang berguna bagi pemirsa. Seperti yang dicontohkan Camelia dalam wawancara:
______________________________ 69
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
69 “Teman-teman produksi mengerjakan WISATA KULINER itu cukup berat ya enggak sebates jalan-jalan, makan-makan yang kadang-kadang dilihat orang enak ya, padahal itu berat banget, kita harus punya fisik yang kuat, terus kita harus mikir penting enggak sih makanan itu dimakan? Dari sisi kesehatan kalau semua makanan yang kita ’shooting’ dimakan bisa sakit. Karena kerja ini butuh waktu yang sangat lama. Masih ada ‘editing’, survey, ’brainstorming’, cari‘wardrobe’, ‘property’, ‘pre set’ kalau kamu enggak fokus sama kesehatan. Ini penting untuk tim dan Pak Bondan, dia harus tahu batasain. Dia bisa ngomong ini otak tapi dia nggak akan makan, dia bisa nunjukkin, ini kolesterolnya tinggi bla… bla… dia memberikan informasi. Ia harus memberikan ‘balance’ juga. Kalau kamu makan daging makan sayur juga ngasih informasi supaya hidup sehat.” 70 Untuk tim kreatif WISATA KULINER menghadirkan liputan mengenai berbagai tempat wisata, termasuk info kuliner yang unik dari berbagai kota dan daerah. Tuntutan pekerjaan tim kreatif
televisi harus selalu mengagungkan
ide dan originalitas. Persaingan stasiun televisi yang semakin ketat membuat pihak
harus
pemirsanya
terus untuk
memutar
otak dan strategi dalam mempertahankan
setia dengan
acara
yang
ditampilkan.
Di
sinilah
dibutuhkan tim kreatif yang sanggup bersaing dengan kompetitor dengan memunculkan acara-acara yang menarik, berbobot, menghibur dan tentunya tidak mengekor acara lain yang sudah lebih dulu tampil di stasiun televisi lainnya. Tim kreatif dihadapkan kenyataan pada ritme kerja, kedisiplinan, sistematika kerja di televisi dan pola produksi stasiun televisi yang sangat padat. Hampir tidak ada waktu luang untuk berleha-leha, bahkan tim kreatif harus mampu membaca pasar. Mengetahui masalah rating acara adalah sebuah kewajiban. Berjaga setiap saat dengan setiap ide yang segar dan mau menerima masukan adalah modal utama ______________________________ 70
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
70 dalam sistem kerja tim kreatif di televisi. Walaupun terlihat sangat ketat dalam bekerja, tim kreatif diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk mengembangkan ide. Biasanya mereka juga diberikan waktu yang cukup untuk melakukan riset dan pengumpulan data, manakala harus membuat program acara yang cukup kompleks. Soal kreatif ini sangat mendapat tanggapan dari Elke: “Variasinya ada di Pak Bondan. Dia bisa kita kasih sesuatu yang menarik biasanya mulai dari opening. Misalnya main silat-silatan dulu atau main kartu sebelum pesen makan. Ide-idenya dapat kalau enggak ‘on the spot’ baru dapat, atau sebelumnya sudah dipikirin. Biasanya cari yang lucu-lucu biar menarik.” 71
4. Pemilihan Pembawa Acara Presenter televisi
adalah
seseorang
yang membawakan
sebuah acara
di televisi. Pada setiap program televisi, host atau pembawa acara dituntut selalu
menghibur
dan memikat pemirsa lewat acara yang dibawakannya.
Tak setiap orang dapat melakukannya. Untuk menjadi seorang pembawa acara yang handal, diperlukan sejumlah syarat antara lain, kemampuan berbicara, memahami psychology massa, dan kemampuan untuk menganalisis audience secara cepat. Bila syarat itu dipenuhi, pembawa acara akan dengan mudah ‘menyihir’ audience, sehingga mereka tak hendak
meninggalkan
tempat
sebelum acara berakhir. Pembawa acara yang cerdas dan memiliki ciri khas biasanya banyak digemari oleh pemirsanya. Di WISATA KULINER bisa dibilang salah satu sisi kekuatannya yaitu terletak pada pembawa acaranya yaitu Bondan Winarno. Darinya image ____________________________ 71
Hasil wawancara dengan Elke (Tim Kreatif) 11 Januari 2008
71 WISATA KULINER begitu melekat kuat. Ia juga sekaligus
mematahkan
anggapan bahwa menjadi presenter TV harus muda dan tampan atau cantik. Di program ini membuat Bondan tidak tergantikan dikarenakan kemampuannya yang menarik dalam mengekspresikan rasa makanan yang berbeda dari program sejenisnya. Seperti yang diungkapkan Camelia: “Bondan bisa menyampaikan apa yang dirasakannya dengan ekspresi, dan pesan itu tersampaikan ke penonton. Banyak contoh-contoh idiom yang diucapkan oleh Bondan menjadi hal yang diingat dari tayangan ini. Istilah-istilah itu pun memasyarakat. Bondan tak terlalu kesulitan menjelaskan rasa kepada penonton. Maklum ia adalah penulis buku dan wartawan yang sudah menulis hampir di koran dan di majalah terkenal seperti Kompas, Sinar Harapan, Tempo dan Suara Pembaruan. Bondan bisa menjelaskan sesuatu dengan memakai istilah yang bisa diterima dan dimengerti banyak orang. Tak hanya kemampuan berekspresi, Bondan semakin tak tergantikan karena pengetahuannya tentang kuliner.” 72 Secara penyampaian Bondan Winarno memang punya daya tarik sendiri. Banyak pemirsa wanita terutama ibu-ibu yang menggandrungi gayaBondan dalam menyampaikan informasi makanan terutama saat ia mengucapkan istilah ’Mak Nyus’ di setiap makanan yang enak.
Konon istilah tersebut diakuinya
didapat dari sahabatnya almarhum Umar Kayam sebuah ungkapan umum di Yogya saat merasakan makanan yang enak. Keberhasilannya bukan
sekedar
omong kosong tetapi sudah terbukti di atas kertas dalam bentuk rating yang diperoleh program WISATA KULINER. Untuk hal ini Bondan mengakuinya: ”Sepanjang yang saya tahu, responnya bagus. Ditinjau dari ’rating/ share’ juga bagus. Kalau tidak begitu, masa Trans TV mau memperpanjang kontrak saya? Saya bersyukur dapat menjadi bagia dari sebuah program yang tidak sekadar slengek’an, melainkan mencerahkan
______________________________ 72
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
72 dan membangun masa depan sektor yang paling banyak digeluti masyarakat kecil.” 73 Cara Pak Bondan dalam membawakan acara
WISATA KULINER
yang berjalan-jalan keliling mendatangi tempat makanan enak berbeda dengan yang lain. Pak Bondan memiliki ciri khas yang menarik perhatian pemirsa salah satunya dengan menggunakan slogan “Mak Nyus”. Slogan
ini sudah
begitu melekat pada
kenyataan
pemirsa dari berbagai usia. Berdasarkan
tersebut Elke dari bagian Kreatif turut memberi komentar: “Yang membedakan kekuatan ‘host’ itu sendiri ‘Mak Nyus’ ini identik dengan Pak Bondan. Pak Bondan itu seorang yang punya image bagus di masyarakat. Dari anak kecil sampai orang tua tahu, dia pun beda dari beberapa ‘host’ lain. Dia tuh ngerti betul tentang kuliner. Nggak hanya makanan aja dia itu seorang budayawan sebenarnya. Kalau dia pergi ke suatu tempat dia bisa cerita tentang apa aja. Ada informasi lagi kan buat pemirsa selain segi kuliner, dan apa yang dia makan dia bener-bener tahu bukan karena di‘briefing’. Cara penyampaiannya pun kalo makan menggairahkan jadi kepingin. Dia punya nilai tambah. Cara dia menghargai makanan benar-benar punya jati diri nggak dibuat-buat. Sesuatu yang disampaikan itu nggak harus yang positif saja tetapi dari kritiknya yang membangun. Misalnya ini makanan jangan terlalu kuat garamnya, namun penyampaiannya tidak langsung men-‘judge’.” 74
Selain itu ekspresi Bondan Winarno yang mampu menggambarkan kelezatan makanan yang dinikmatinya
serta
pengetahuannya
tentang dunia makanan membuat dia bisa menghidupkan
yang luas
cerita
tentang
makanan apapun dalam program WISATA KULINER. Seperti yang diakui oleh Camelia :
______________________________ 73 74
Hasil wawancara dengan Bondan Winarno (Pembawa Acara) 7 Juni 2007 Hasil wawancara dengan Elke (Tim Kreatif) 11 Januari 2008
73 “Kekuatan program ini selain di ’content’ juga di ’host’-nya Pak Bondan. Pertama ada di Pak Bondan kalau Pak Bondan-nya yang bawain makanannya gak menarik tetap jelek, orang nggak nonton. Tapi kalau ’content’-nya bagus bukan Pak Bondan yang bawain kadang-kadang nggak bagus juga. Pernah sekali dia sempet diganti. Mungkin makanannya menarik tapi cara pembawaannya beda. Kekuatan Pak Bondan karena mengetahui secara detail masalah kuliner dan dia pandai menjelaskan. Jadi kekuatan ’host’ itu ada di cara menjelaskan.” 75
Kepiawaian sosok Pak Bondan dalam membawakan WISATA KULINER tidak saja mengangkat acara tersebut menjadi program yang menarik, tetapi juga program yang memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi para pemirsa. Di sini Bondan Winarno tak hanya menjelaskan makanan sebagai sesuatu yang enak dan menggiurkan saja, tetapi beliau juga memberikan informasi seputar makanan tersebut serta tak segan-segan memberi kritik serta masukan yang menunjang, jika
masakannya
dirasa kurang pas di lidah. Hal ini juga dibenarkan oleh
Camelia: ”Penonton itu nggak suka diajarin tapi senang diberi informasi, cara penyampaian, pengetahuan Pak Bondan yang begitu luas tentang makanan ternyata disenangi dan diterima penonton. Pak Bondan itu orang yang sangat tahu diri, jadi berapa yang harus makan dia tahu batasan. Kita nggak pernah bikin seolah-olah dia makan. ’Mostly’ kita nggak pernah juga membuat makanan itu enak yang dibuat-buat. Kalau itu memang enak ya dibilang enak dan enak sekali.” 76 Di
samping
itu
‘kecerdasan lidah’
Bondan
juga
sangat
membantu memberi kemudahan dalam pelaksanaan shooting. Hal ini diakui oleh Camelia:
______________________________ 75 76
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007 Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
74 “Pak Bondan pandai mewawancarai pemilik restoran dan bisa mengungkapkannya kepada penonton dengan sangat menarik. Padahal, saya tidak memberikan naskah, dan pengambilan gambar pun jarang diulang.”77
Untuk menjalani setiap perjalanan wisata kulinernya Pak Bondan selalu tampak sangat mengetahui secara mendalam
tentang apa yang dijelaskannya
kepada pemirsa. Hal ini semata-mata beliau memang sudah sangat menguasai pengetahuan di dalam dunia tersebut. Berikut adalah pengakuan Bondan Winarno kepada penulis: “Pengetahuan umum, pengetahuan khusus tentang makanan nusantara dan internasional yang saya kumpulkan selama puluhan tahun karena kegemaran saya jalan-jalan dan makanmakan, serta keinginan untuk mempromosikan kekayaan kuliner Indonesia serta melestarikan pusaka kuliner Indonesia.” 78
5. Persiapan dan Koordinasi dengan Berbagai Pihak Terkait Baik buruknya proses produksi akan sangat ditentukan oleh perencanaan di atas kertas. Perencanaan di atas kertas merupakan imajinasi yang nantinya akan diproduksi di lapangan. Apa yang direncanakan di atas kertas itulah yang akan dibuatkan audio visualnya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam
hal
ini
tim
WISATA
KULINER
melakukan
riset,
penuangan ide (gagasan) ke dalam outline, pembuat script, program meeting, peninjauan lokasi pengambilan gambar, production meeting, technical meeting, persiapan
properti,
mendukung proses
pemilihan
pembawa acara dan perencanaan lain yang
produksi dan pascaproduksi
______________________________ 77 78
Kutipan wawancara Majalah Femina dengan Camelia (Produser) edisi 6-12 Maret 2008 Hasil wawancara dengan Bondan Winarno (Pembawa Acara) 7 Juni 2007
termasuk di
dalamnya
75 keterlibatan bidang programming dalam melakukan strategi penayangan. Perencanaan
biasanya
dilakukan
dan
dibicarakan pada saat
rapat
seluruh kru untuk mendapatkan konsep yang matang dan membicarakan detil eksekusi sebagai persiapan untuk terjun ke lapangan. Dalam hal ini Camelia menjelaskan mengenai kegiatan praproduksi: “Sebelum terjun ke lapangan kita selalu ada ‘meeting’. ‘Meeting itu memikirkan besok mau diapaain programnya ya, ‘content’-nya bagaimana, materinya apa aja? Tahap berikutnya kita riset. Jadi ada riset data dulu, setelah datanya ada kita baru bisa menentukan tanggal ‘shooting’-nya kapan. Riset tadi sekalian memastikan bahwa tempat yang bersangkutan itu sudah oke untuk dilakukan ‘shooting’. Baik izinnya, segala macamnya yang berhubungan dengan makanannya, pemesanan alat, pemesanan kru, dan sebagainya.” 79
Sementara untuk menjalankan liputan kru yang harus siap turun ke lapangan di antaranya Produser, Kreatif, PA, dua orang Kamerawan, Audioman, Host dan Driver. Sebelum menentukan apa saja tim kreatif
lebih
fokus
ke
persiapan
yang content.
diperlukan di
lapangan
Kreatif mengumpulkan
keperluan di lapangan secara detail menyusun materi yang siap di-shooting, dan menentukan lokasi rumah makan yang akan dituju. Hal ini dijelaskan oleh Elke bagian Kreatif: “Pada tahap praproduksi tim Kreatif biasanya mempersiapkan materi dengan membuat ‘rundown’, ‘wardrobe’-nya apa, Pak Bondan mau pakai baju apa ,’ property’-nya apa, ‘continuity’ -nya gimana, besok mau nayangin apa? Biasanya Produser ngobrol dengan kreatif dan keputusan tetap ada di Produser kita cuma kasih masukkan aja. Biasanya untuk ide, ada ‘list’ -nya untuk besok ‘shooting’. Kita ‘planning’ buat cadangan,
______________________________ 79
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
76 kita punya ‘gimmick’gini, kita sudah menyiapkan ‘wardrobe’-nya, kayak apa nantinya ‘incase’ di lapangannya berubah kita sudah menyiapkan alternatif dan lebih ‘prepare’. ‘Rundown’ bisa aja berubah misalnya saat ‘editing’ ada ‘over’ durasi, mau enggak mau ada materi yang kita angkat, biasanya materi itu kita ‘comfile mix’ dengan materi lain yang kira-kira untuk kita tayangkan satu episode lagi.” 80 Tahapan selanjutnya yaitu melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terlibat dalam produksi. Ada beberapa
fasilitas
yang perlu
di-booking/ dipesan
untuk mendukung kelancaran produksi, baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Termasuk
melakukan
koordinasi dengan
para
pemilik
rumah
makan untuk mendapatkan perizinan dan birokrasi yang harus dijalan. Sebagai penanggung jawab booking alat liputan adalah PA demikian yang dijelaskan Jordania dari Kreatif: “Jadi kita tegaskan lagi kalau pra-produksi kita lebih persiapan materi, ‘rundown’, ‘wardrobe’, ‘property’, menghubungi restoranrestorannya, izin dan survey. Kalau ‘budget’ tugas produser dengan UPM (Unit Production Management) kreatif lebih ke ‘content’. Produser bikin budget satu bulan buat beberapa episode, dia sudah ada ‘planning’-nya untuk keluar kota, hotel dengan biayanya.”81
Sementara untuk transportasi dan akomodasi selama liputan adalah PA. Prosesnya
adalah
produser mengajukan budget ke UPM. Setelah
disetujui baru PA mengurus pemberangkatan tim dan sebagainya. Jika datadata dan alat-alat yang diperlukan sudah lengkap maka liputan segera dilakukan. Dalam melakukan peliputan ini diperlukan kerja keras dan dana yang maksimal. ______________________________ 80 81
Hasil wawancara dengan Elke (Tim Kreatif) 11 Januari 2008 Hasil wawancara dengan Jordania (Tim Kreatif) 11 Januari 2008
77 B. Proses Produksi Tahap produksi adalah seluruh kegiatan pengambilan gambar (shooting) baik di studio maupun di luar studio. Proses ini disebut juga dengan taping. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang setelah kegiatan pengambilan gambar selesai dilakukan. Reporter program WISATA KULINER di TRANS TV melakukan pengamatan segera setelah kehadiran di lokasi atau tempat liputan, kondisi lapangan, kegiatan nara sumber. Adapun yang dimaksud proses produksi dalam WISATA KULINER adalah pelaksanaan liputan di lapangan sesuai yang sudah direncanakan. Kreatif harus sudah siap dengan bahan liputan serta kamerawan juga harus sudah memiliki perencanaan gambar apa saja yang diambil, dan seterusnya. Proses produksi bisa dikatakan
sebagai tahap
eksekusi
dimana semua
kegiatan dilakukan setelah segala persiapan dilakukan. Dalam proses produksi ini menjalankan planning yang sudah dibuat. Pada saat itu seluruh kru menjalankan tugasnya masing-masing sesuai dengan tanggung jawabnya. 1. Proses peliputan (Production Shooting) Pada produksi WISATA KULINER yang berformat TV magazine pasti melalui tahapan peliputan. Liputan semacam WISATA KULINER memang bukan jurnalisme
yang bisa
kita
bandingkan
dengan liputan peristiwa
kebakaran, kecelakaan, bencana alam, konflik politik, sebagainya. Sifatnya informatif, tentang dibutuhkan
masyarakat.
info-info
kriminalitas, ringan
WISATA KULINER memberi
lain
informasi
dan yang pada
pemirsa yang suka makan enak atau ingin mencoba berbagai jenis masakan di berbagai tempat. Secara logika, tentu saja tidak ada pemirsa atau konsumen
78 yang sengaja mencari restoran dengan hidangan tidak enak. Mereka hanya mau makan santapan
yang
Bondan Winarno. Camelia
lezat, khususnya yang direkomendasikan oleh menceritakan
pengalamannya tentang tahap
peliputan yang dilaluinya bersama kru: “Kadang kita sering banget ‘on the spot’ ngagetin orang dengan ‘shooting’ dadakan. Begitu dapat izin dari pemiliknya langsung kita ‘shooting’. Bersama Pak Bondan kita satu tim pindah dari tempat satu ke tempat berikutnya. Dari awal ‘shooting’ sampai akhir kita pindah-pindah bersamaan. Kita juga biasanya buat janji dengan pemilik rumah makan, biasanya dengan tempat yang bukanya malam. ‘Planning’ liputan memang bisa ‘anytime’ nggak tentu, kadang-kadang mendadak, kadang-kadang hari ini dapat tempat untuk ‘shooting’ besok.” 82 Proses peliputan pada WISATA KULINER juga merupakan proses pengumpulan data dan informasi di lapangan yang dilakukan oleh Produser, Kreatif dan PA. Proses ini bisa berupa liputan atau shooting langsung di lapangan disertai wawancara dengan sejumlah pemilik rumah makan. Dalam peliputan umumnya kru WISATA KULINER melakukan perekaman baik suara maupun gambar. Hal ini juga dijelaskan oleh Camelia: “Pemilihan lokasi berdasarkan planning. Semua itu kita diskusikan. Kadang-kadang kita on the spot ngagetin orang untuk shooting di situ. Kalau dapat izin dari pemiliknya kita langsung ‘shooting’. Tapi masalahnya tuh ada yang enggak mau di-‘shooting’ bukan narasumber sih lebih ke ‘owner’-nya. Karena mungkin mereka pernah trauma sama pernah dibohongin atau dimintain dana. Kan banyak tuh… Saya di sini saya bener- bener selalu menjelaskan dan kita punya surat.” 83 Proses peliputan terjadi
setelah
mendapat rekomendasi di atas kertas
melalui riset, pada waktu yang telah ditentukan kru menuju lokasi liputan. Dalam sehari terdapat 10 titik lokasi yang akan dituju dengan target bisa dibuat program ______________________________ 82 83
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007 Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
79 untuk dua episode. Berikut disampaikan Camelia dalam menjelaskan tentang proses pemilihan lokasi peliputan: ”Sekarang itu WISATA KULINER ada pergeseran, waktu itu kan hanya sebatas rekomendasi makanan. Sekarang nggak sekedar itu, harus ada sisi lain yang ada sesuatunya, misalnya apakah itu tempatnya yang unik dan menarik. Kita datang ke rumah makan itu harus ada sesuatunya. Kenapa sih kita datang ke situ? Tetap ada sisi rekomendasinya. Misalnya ada suatu tempat seperti di Makassar, di sana itu ada satu tempat yang bertuliskan ‘restoran’. Tempat itu ada di tengah laut. Kalau ke sana itu harus dengan ‘boat’, kita tuh nggak sempet survey Ke sana, jadi waktu kita datang ke sana dari kejauhan restorannya tampak Menarik banget. Jadi memang harus ada apa sih? Sesuatu yang berbeda.” 84 Banyak tahap yang dilakukan untuk menjalani proses peliputan dan produksi WISATA KULINER. Tak hanya Produser yang punya cerita, tim kreatif pun banyak berbagi pengalaman seputar keterlibatannya di lapangan pada proses peliputan. Seperti yang diceritakan Elke mengenai proses kerja kreatif yang dilakoninya bersama tim saat peliputan: “Sebelum ‘shooting’ kita sudah prediksi durasi, perjalanan kemana, paling tidak sehari sebelumnya resto-resto itu sudah kita ‘inform’ kirakira kita datangnya jam berapa. Kita sudah buat dulu ‘on cam’-nya jam berapa, berikutnya kita juga ‘confirm’ kira-kira kita sampai di lokasi pukul sekian, kalau ada keterlambatan kita ‘confirm’ kembali. Sampai di lokasi pertama izin lagi pada pemiliknya kalau kita mau ‘shooting’, mau menentukan sudut-sudut lokasinya, ‘blocking’-nya.‘Make sure’ lagi piringnya ada logo-logonya apa tidak kalau ada kita sudah bawa cadangan sendiri. Selain daftar harga Pak Bondan mau milih apa, terus kita sampaikan ke yang punya resto. Untuk prosesnya kita izin juga kalau kegiatan masaknya bisa di-‘shoot’ atau tidak, hal ini agar dapat memperkaya gambar untuk ‘ insert’. Untuk produksi program ini satu hari biasanya menghasilkan dua episode. Sehari 10 lokasi yang kita ‘shooting’. Itu belum tentu berdekatan. Kita ‘shooting’ pakai ‘rundown’ kasar kira-kira untuk ‘opening’, ‘closing’, tengah-tengah yang mana. Jadi ‘shooting’-nya belum tentu berurutan untuk satu episode. Jadi ganti ‘wardrobe’ lagi, ‘continunity’-nya juga harus sesuai dengan rencana, kalo memang lokasi berikutnya untuk episode yang sama memang lebih mudah. Kita urut berdasarkan lokasi di Jakarta yang ______________________________ 84
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
80
harus diperhitungkan macet. Berdasarkan ‘rundown’ kasar kita catat perubahannya apa, ‘gimmick’ apa, untuk kemudian dipindahkan ke ‘rundown’ sebenarnya. Kita juga melakukan hal yang dianggap sepele tapi penting banget. Misalnya minta kartu nama, tarif harga. Sebelum ‘ move’ ke lokasiberikutnya kita sudah ‘ confirm by phone’ dulu kalau kita sedang menuju ke lokasi biar ada ‘prepare’, ‘flow’-nya sih seperti itu aja.” 85
Hal ini juga ditambahkan Jordania mengenai ha-hal apa saja yang sering dialaminya di lapangan: “Untuk makanan kita minta rekomendasi dan nanya Pak Bondan. Karena dia tahu makanan, bukan karena dia suka aja tapi dia juga mikirin makanan ini enak dan menarik. Kita cari tahu yang enak apa, prosesnya lama atau enggak sebab kalau masak terlalu lama akan mengganggu ‘shooting’ ngejar lokasi berikutnya. Kalau ada yang khusus masaknya lama kita pesen sehari sebelumnya. Di lapangan setiap ‘shooting’ memakai ‘itinerari list’ atau daftar perkiraan, yang di dalamnya tertera ‘contact person’, nama restoran, waktu ‘on cam’. Sehari dua episode dengan sepuluh tempat di luar kota bisa sampe 1214 tempat rata-rata setengah sampai satu jam. Kru boleh juga ada yang sampe duluan di lokasi berikutnya untuk ambil ‘established’ agar menghemat waktu. Buka tutup resto jadi faktor yang perlu dipikirin juga.Karena ada resto yang jauh sekali tapi bukanya cuma sampe pagi doang jadi mau gak mau dia kita jadikan lokasi pertama. Gitu kira-kira tahap produksinya.” 86 2. Teknik Pendekatan dengan Nara Sumber (Pemilik Restoran/ Warung) di
Lapangan Pada WISATA KULINER yang menjadi nara sumber utama di sini adalah mereka para pemilik rumah makan atau restoran. Untuk memperoleh sebuah tayangan yang berkualitas tentu saja WISATA KULINER memiliki kriteria apa dan bagaimana
______________________________ 85 86
Hasil wawancara dengan Elke (Tim Kreatif) 11 Januari 2008 Hasil wawancara dengan Jordania (Tim Kreatif) 11 Januari 2008
81 sebuah restoran layak ditayangkan. Biasanya restoran yang terpilih merupakan hasil rekomendasi dari berbagai pihak yang kemudian didiskusikan bersama tim, untuk kemudian diambil keputusan lokasi mana yang akan dipilih. Seperti yang diungkapkan Elke dari Kreatif: “Cara pendekatan biasanya kreatif yang ‘follow up’, kita ‘offer’ dan jelaskan konsepnya gimana, ini sebagai media promosi juga. Tugas kreatif untuk berusaha terus sampai dapat kalaupun perlu izin kita kerjakan, meskipun tugas UPM tapi kalo kelamaan kreatif pun bisa mengerjakannya. Bentuknya kerja sama bisa juga barter misalnya dengan hotel. Biasanya dalam rangka promosi. Pada dasarnya kita profesional untuk menjaga ‘image’ TRANS TV. Kita datang udah pakai dia. Memang sih dia untung karena sudah dipromosikan, tapi kita sama-sama diuntungkan masa sih kita gratis. Kan enggak semua resto besar ada yang kaki lima mungkin modal dia berapa mau gak mau kita bayar. Kadang ada yang sudah merasa dipromosikan dia ngasih amplop ita tolak. Kita make sure dari TRANS TV enggak ada charge apapun. Jadi cuma kerja sama aja. Satu sisi kita butuh ‘content’, dia pun ada promosi.”87 Wujud kerja sama antara WISATA KULINER
dengan para pemilik
restoran dilakukan secara profesional. Segala sesuatunya betul-betul terencana dan melalui birokrasi yang jelas, agar nama baik TRANS TV sebagai pihak penyelenggara tetap terjaga dengan baik. Untuk hal ini Camelia pun memberikan penjelasan dengan mantap: “Di sini saya mau menjelaskan bahwa murni kita mengerjakan itu secara profesional. Jadi berapa makanan yang dihabiskan kita bayar. Kecuali pemiliknya bilang ‘it’s free’ di luar itu kita selalu setelah selesai ’shooting’ berapa habisnya kita bayar. Apalagi ada anggapan bahwa kru-nya makan di situ. Misalnya pas jam makan siang kita pun bayar sendiri.” 88
______________________________ 87 88
Hasil wawancara dengan Elke (Tim Kreatif) 11 Januari 2008 Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
82 Disadari atau tidak sebetulnya program WISATA KULINER ini menganut proses simbiosis mutualisme alias saling menguntungkan satu sama lainnya. Di satu sisi program ini murni untuk membantu para pemilik rumah makan untuk mempromosikan rumah makan beserta makanannya. Di sisi lain TRANS TV sangat terbantu dengan memperoleh materi program dari para pemilik rumah makan tersebut. Seperti yang diungkapkan Camelia dalam wawancara: “Kita awalnya dari situ juga untuk melestarikan ‘fifty-fifty’ di satu sisi kita dapet program, dari sisi restoran mereka dipromosikan ‘win win solution’. Restorannya juga diuntungkan dia dapat promosi gratis nggak ada bayar nggak ada apa tidak dipungut biaya speser pun. Di sisi lainnya kita juga bisa melestarikan budaya. Orang yang di Jakarta belum pernah ke Pontianak, pengen tahu di Pontianak tuh ada makanan apa sih? Atau di Palembang selain pempek tuh ada apa? Misalnya ke Makassar ada apa sih dan nggak sebatas itu ada apa sih perkembangan di Indonesia? Kesimpulannya bisa dikatakan dipromosi dengan di ’on air’ setiap hari jelas itu promosi. Keuntungan bagi tempat makannya juga di promosikan. Promosinya jelas dong ada table harga, ada alamat, informasi yang didapatin pemirsa dia letaknya di mana? Apa aja makanan yang enak di situ atau ’at list’ yang dimakan sama Pak Bondan.” 89
Untuk hal ini tim WISATA KULINER sudah pasti memilih lokasi mana yang dianggap menarik untuk diangkat, lalu melakukan pendekatan secara profesional kepada narasumber yang merupakan pemilik rumah makan. Tidak jarang kru mendapat kesulitan, karena ada di antaranya yang menolak rumah makannya untuk di-shooting meskipun sudah disurvey, dengan berbagai alasan yang harus bisa kita terima.
Untuk
mengantisipasi
hal
itu
tim
WISATA
KULINER
selalu
mempersiapkan diri dengan dibekali surat keterangan shooting dari TRANS TV dan berupaya untuk selau menjelaskan maksud dan tujuan mereka.
______________________________ 89
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
83 4.2.3 Proses Pascaproduksi Wisata Kuliner
Pascaproduksi merupakan tahap akhir dari seluruh kegiatan produksi. Pada tahap ini memasuki pada tahap memilih gambar atau menyunting gambar, menambah ilustrasi musik, mixing suara dan membuat hasil akhir produk dalam bentuk betacam untuk materi on air. Hal ini diungkapkan oleh Camelia:
“Kalau ‘shooting’ di Jakarta langsung masuk editing. Kalau di luar kota kita tunggu sampai pulang, kecuali kalau itu kejar tayang langsung dikirim. Kita tim harus kerja sama sama temen-temen yang lain. Jadi apa yang saya inginkan itu saya coba mėnerangkan kepada temen-temen PA dan Editor untuk ngeditnya bagaimana. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk datang ke tempat ‘editing’ bagaimana sih, apa yang harus diubah. Memang yang menentukan pascaproduksi adalah produser yang mengerjakan tetap teman-teman PA.” 90
Menjalani tahap pascaproduksi merupakan tahap yang tetap memerlukan kerja tim yang solid. Pada WISATA KULINER hampir seluruh kru tetap terlibat ditambah
dengan
editor
yang siap untuk mengolah apa yang sudah
dihasilkan dari lapangan untuk kemudian ditayangkan. Seperti yang dituturkan oleh Elke: “Hasil ‘shooting’ dibawa PA ke ‘editing’. Ada istilah untuk PA jagalah kaset dengan nyawamu. Jumlah resto untuk satu episode 3 atau 4 x 6 x 4 = sekitar 75 sampai 96 ruman akan. PA pun tanya ke kreatif apa yang akan ditayangkan. Kita kasih ‘rundown’ dalam seminggu kalau ada perubahan kita informasikan termasuk ke Pak Bondan. Minimal seminggu sebelumnya. PA bawa kaset ke Editor untuk ‘editing’ lalu ke QC dan terakhir ke ‘on air’.” 91
______________________________ 90 91
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007 Hasil wawancara dengan Elke (Tim Kreatif) 11 Januari 2008
84 1. Tahap editing terdiri dari: a.Offline editing Offline editing dilakukan oleh PA, Kamerawan dan Editor, mengedit kaset master shooting secara kasar. Kegiatan ini untuk menentukan shot yang terpakai atau yang terbuang sesuai dengan naskah yang mempunyai soundbite dari gambar yang dipakai. b. Online Editing Setelah
itu
Editor
melakukan
online editing
yang
berfungsi
untuk
menghaluskan hasil offline editing, seperti pertimbangan warna, memasukan ilustrasi musik, efek suara, efek video, komputer grafik, title dan lain-lain sehingga menjadi copy sebuah program yang siap tayang yang berbentuk master on air. c. Mixing Setelah melalui tahap penggabungan gambar, Editor melakukan mixing baik musik, sound effect, narasi
dan lain-lain.
Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan harmoni antara gambar dengan suara agar menghasilkan tayangan yang kualitas dan maksimal. Seperti yang diungkapkan Camelia: “Itu lebih ke ‘feel’ sih ya, gimana caranya untuk melihat makanan di depan kita menarik. Itu masalah dari kualitas gambar, warnanya bagaimana, misalnya kalau ada di Jawa nggak mungkin kita memasukan musik Batak. Maksudnya kita lebih ke ‘feeling’ gitu aja. Kita harus tahu gimana sih biar enak dilihat mata. Lebih ke seni, kita berusaha menyesuaikan apa yang memang seharusnya. Apa yang harus dibenerin. Sampai saat ini ‘content’ harus ‘approval’ dari atasan kita. Sesekali waktu sih bisa ada masalah, tetapi tidak menjadi masalah utama.” 92
______________________________ 92
Hasil wawancara dengan Camelia (Produser) 18 September 2007
85 2. On Air Setelah berbagai tahap pascaproduksi dilakukan tinggalah hasil yang sudah digarap di on air-kan. Namun sebelum menuju ruang master control terlebih dahulu materi jadi masuk ke tahap quality control (QC), agar kualitas materi tetap terjaga baik secara content maupun teknis. Hal ini disampaikan oleh Jordania: “Sebelum masuk ke On Air Produser berperan sebagai Quality Control awal. Produser mem-preview ulang apakah sesuai dengan konsep awal atau belum. Setelah lolos QC awal kemudian PA membawa kaset ke Quality Control. QC bertugas untuk mencek secara keseluruhan dan menyensor sesuai dengan ketentuan yang berlaku di TRANS TV. Bila tidak ada masalah, maka hasil tayangan dikonfirmasikan pada Programming mengenai penayangan dan promosi program.” 93
4.3.4 Controlling pada program WISATA KULINER di TRANS TV Fungsi dari pengawasan bisa disebut tahap evaluasi, penilaian atau perbaikan. Khususnya dalam tahapan sebuah strategi produksi program pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan secara efektif. Evaluasi internal di bagian program maker khususnya tim produksi yang menangani program WISATA KULINER melakukan pembahasan dengan memberikan laporan perolehan rating sekaligus analisa data yang telah diberikan oleh pihak Research & Development kemudian dijabarkan dengan bentuk kualitatif sehingga dapat lebih detil untuk dijelaskan. “Evaluasi internal meminta tanggung jawab atas apa yang kita buat dan kinerja kita. Evaluasi setiap minggu sudah merupakan kegiatan rutin yang menghasilkan ‘rating/ share’. Tugas kita membuat analisa ‘by minute’ setiap hari Rabu. Kita punya data dari Nielsen. Dari data kita buat grafik ______________________________ 93
Hasil wawancara dengan Jordania (Tim Kreatif) 11 Januari 2008
86 dan membuat komparasi terhadap program kompetitor di jam tayang yang sama. Ini jadi bahan kita untuk memikirkan ke depannya lagi.” 94
Fungsi evaluasi merupakan bagian terpenting dari strategi dari sebuah tayangan program dan bentuk kerja sama yang kompak dari beberapa bagian struktur organisasi yang ada di TRANS TV sehingga visi dan misi dari sebuah program akan terus terjaga dan mencapai tujuannya. Dari hasil penelitian yang telah dijalani oleh penulis, menimbulkan banyak hal yang dapat diangkat menjadi sebuah pembahasan.
4.3 Pembahasan Setelah menghimpun semua data-data yang ada pada hasil penelitian, maka dalam pembahasan ini penulis membahas hasil penelitian berdasarkan kerangka pemikiran serta teori-teori yang digunakan, sehingga dapat menjawab permasalahan yang ada. Televisi merupakan media massa elektronik yang sudah dikenal oleh khalayak. Karakteristik audio visual dipercaya mampu memengaruhi orang banyak. Hampir semua masyarakat di Indonesia memunyai televisi, karena menurut mereka televisi menunjang kebutuhan mereka dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, karena fungsi televisi adalah:95 1. Memberikan informasi 2. Mendidik 3. Menghibur dan 4. Membujuk ______________________________ 94 95
Hasil wawancara dengan Elke (Tim Kreatif) 11 Januari 2008 Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Op Cit., hal 128
87 Untuk memenuhi kebutuhan dalam hiburan dan informasi tersebut TRANS TV memproduksi banyak program dengan banyak variasi berdasarkan kebutuhan pemirsa. Di antaranya WISATA KULINER yang memiliki tujuan memberikan banyak informasi seputar makanan dan info rumah makan yang dikemas dengan cara yang menghibur. Berdasarkan konsep program tersebut, menarik penulis untuk memperoleh datadata yang akurat berdasarkan wawancara penulis dengan nara sumber yang berkaitan langsung dengan produksi program WISATA KULINER. Penulis membahas secara lebih dalam dengan menyesuaikan dengan teori-teori yang ada pada kerangka pemikiran. Proses wawancara dilakukan di bulan September 2007 hingga Januari 2008 di TRANS TV, dan untuk memfokuskan penulisan memilih tim produksi WISATA KULINER. Pada bab ini penulis mengemukakan pendapat 4 orang yang diwawancara yang terlibat langsung dalam pelaksanaan produksi. Mereka adalah Camelia (Produser), Jordania dan Elke (Kreatif) serta Bondan Winarno (Pembawa Acara/ host). Wawancara dengan keempat orang kru tersebut dilakukan pada hari yang berbeda. Proses wawancara dilakukan dengan cara mencatat dan merekam pembicaraan. Daftar pertanyaan yang diajukan penulis terlampir. Penulis melakukan wawancara untuk mengetahui mengenai strategi produksi program WISATA KULINER di TRANS TV dalam memperkenalkan kekayaan kuliner nusantara, dimulai dari tahap perencanaan hingga akhirnya menjadi sebuah program, serta mencari alasan atau latar belakang dari pembuatan program WISATA KULINER.
88 4.3.1 Planning atau Perencanaan pada Program WISATA KULINER di TRANS TV Berdasarkan penelitian planning atau perencanaan pada program WISATA KULINER di TRANS TV adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan memutuskan apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dimana perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa programming merupakan salah satu bagian yang turut berperan bertanggun jawab dalam perencanaan strategi stasiun penyiaran. Adapun tindakan yang dilakukan oleh programming meliputi membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program penyiaran. Dalam merencanakan dan membuat program maka bagian program biasanya akan berkonsultasi dengan bagian marketing/ pemasaran. Bagian program dan bagian pemasaran sebaiknya bermitra dan berkonsultasi. Bagian program memiliki pemirsa sedang bagian pemasaran menjual program itu kepada para pemasang iklan. Setelah perencanaan melalui programming dan marketing/ pemasaran, bersamaan itu pula perencanaan juga dibuat oleh tim produksi, yang bertanggung jawab atas content program yang siap ditayangkan sesuai dengan rencana. Karena kata kunci untuk memproduksi atau membuat program adalah ide dan gagasan. Dengan demikian setiap program selalu dimulai dengan ide atau gagasan. Ide atau gagasan bisa berasal dari berbagai sumber seperti masukkan dari kru, browsing internet terlebih bantuan dari tim Jalansutra Pak Bondan yang jumlahnya hingga 8000
89 anggota. Kemudian gagasan tersebut diakomodir untuk mempersiapkan konsep yang ingin dikembangkan, karakter dari pembawa acara, content program jumlah kru serta hal-hal lain yang diperlukan untuk mewujudkan program itu. Selain itu kemasan program WISATA KULINER di TRANS TV merupakan aspek lain dari strategi perencanaan pembuatan sebuah program. Bagi pengelola program di TRANS TV kemasan dapat diartikan sebagai sesuatu yang perlu dilakukan untuk menarik perhatian audience melalui penampilan program ini yang mencakup pembawa acara (host), tampilan gambar atau objek yang sedang diliput sehingga hal-hal ini dapat menjadi kesan pertama yang baik. Kesemua aspek tersebut akan menjadi pertimbangan bagi pihak program. Dalam hal ini Bondan Winarno sebagai pembawa acara/ host sangat memberi pengaruh pada program ini. Kepiawaian beliau dalam mendeskripsikan masakan bisa dikatakan ‘unik’, mampu menggabungkan sisi hiburan dan informasi dari apa yang sedang dibawakannya. Oleh karena itu selanjutnya jika pihak program tertarik dan setuju maka produser program akan melakukan tahapan produksi selanjutnya dan koordinasi antara bagian program dengan bagian pemasaran untuk memikirkan bagaimana program ini bisa menjual. Salah satu hal lain yang menjadi perhatian bagian program adalah biaya produksi dimana biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi program sekaligus menentukan tarif iklan bagi pemasang iklan yang berminat memasang iklan pada program bersangkutan.
90 4.3.2 Organizing pada Program WISATA KULINER di TRANS TV Melalui penelitian yang dilaksanakan penulisa organizing adalah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. Departementasisasi dan pembagian kerja merupakan aspek utama dalam proses penyusunan organisasi. Terdapat tiga bagian yang saling berhubungan dimana sebuah program itu dipersiapkan atau dibentuk konsepnya sampai kepada tayang di antaranya adalah bagian program, bagian marketing/ pemasaran, dan program maker atau di sini kita ketahui sebagai tim produksi WISATA KULINER. Jadi dalam hal ini WISATA KULINER adalah program yang merupakan hasil kesepakatan dari ketiga bagian tersebut. Dimana satu sama lain menjalankan tugasnya berdasarkan job desciption yang ada. Pentingnya untuk memahami dan mengetahui tanggung jawab antar bagian dari sebuah departemen akan membantu kerja sama yang kokoh dan solid. Bagian program adalah yang paling bertanggung jawab dalam mengelola program acara. Di bawah pengawasan General Manager, bagian program di TRANS TV memiliki wewenang dalam merencanakan, memilih, menjadwalkan dan dengan staf bagian pembuat program tayangan saling bekerja sama untuk membuat program. Adapun salah satu hal yang perlu diperhatikan khususnya oleh bagian program dalam pengelolaan sebuah program diantaranya Produk, artinya materi program yang dipilih haruslah yang bagus dan diharapkan akan disukai audience. Dalam hal ini WISATA KULINER merupakan salah satu produk unggulan TRANS TV. Dimana tim sales & marketing merasa terbantu dalam memasarkannya, karena program ini memiliki
91 kualitas secara content, berdasarkan data Nielsen WISATA KULINER memiliki jumlah audience yang signifikan dan yang paling penting bagi tim sales & marketing adalah
program
ini
diminati
oleh
para
pengiklan.
Tak ketinggalan program maker harus terus konsisten pada tugasnya yaitu terus memberikan kualitas content dan kreativitas dengan membuat konsep program dan ide-ide yang terus berkembang sehingga program WISATA KULINER bisa terus eksis.
4.3.3 Actuating pada Program WISATA KULINER di TRANS TV Berdasarkan penelitian actuating merupakan suatu program tayangan dihasilkan melalui proses produksi yang memerlukan banyak peralatan dana dan tenaga dari beberapa profesi kreatif. Dengan demikian dapat diketahui proses produksi sebuah tayangan itu sendiri terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Proses Praroduksi: a. Dari teori dan hasil penelitian yang sudah didapat, bisa dikatakan bahwa proses praproduksi adalah proses awal dalam memproduksi sebuah program televisi. Tahap ini merupakan fondasi dasar dari keseluruhan proses. Di mana sangat dibutuhkan pemikiran serius untuk menghasilkan konsep yang matang guna memermudah pekerjaan di tahap-tahap selanjutnya. b.Biasanya konsep dari ide content program dituangkan dalam sebuah script (naskah), agar gagasan-gagasan yang sudah didapat dari mulai riset hingga meeting-meeting praproduksi bisa tertulis secara lebih rinci sehingga pada
92 saat pelaksanaan produksi, naskah yang sudah dibuat bisa dijadikan acuan. c. Pada praproduksi tidak hanya
content program saja yang diperlukan
pemikiran matang. Segala bentuk perencanaan dan persiapan pun tak kalah pentingnya. Seperti penetapan jangka waktu kerja (time schedule), pemilihan pengisi acara, lokasi, estimasi biaya, penyediaan biaya, rencana alokasi termasuk juga pemberesan semua kontrak perizinan, surat menyurat dan perencanaan-perencanaannya lainnya yang mendukung proses produksi dan pascaproduksi, hingga keterlibatan bidang programming untuk sama-sama memikirkan strategi penayangan. d. Di program WISATA KULINER meeting besar dilaksanakan setiap seminggu sekali bahkan di setiap ada kesempatan jika diperlukan. Hal ini dilakukan untuk tukar pendapat dan menampung ide-ide yang datang dari
siapapun,
bisa kru, bermacam referensi atau dari tim Bondan
Winarno yaitu Jalansutra. Semakin intensif koordinasi yang dilakukan oleh kru akan semakin menguatkan dan menyatukan persepsi yang akan dituju. e. Ide-ide melahirkan proses kreatif, di mana tolok ukur kesuksesannya sangat bergantung pada hasil riset yang kuat. Karena melalui riset akan didapat berbagai macam bentuk data dan informasi mengenai lokasi rumah makan, variasi makanan dan lain-lain. f. Setelah konsep benar-benar digodok matang, kru WISATA KULINER juga mempersiapkan hal lainnya yang berhubungan dengan proses di lapangan. Produser sudah memastikan kesiapan segala urusan keberangkatan. Memeriksa semua materi content, peralatan broadcast, transportasi, akomodasi, budget
93 dan lain-lain. Dalam praproduksi ini penulis mengamati bahwa seorang Produser memang dituntut untuk sudah siap memulai menjadi seorang leader dalam sebuah produksi program. Kecakapan, ketangkasan, ketelitian dan berani mengambil keputusan terbaik adalah sifat dan tanggung jawab yang di antaranya harus diemban oleh seorang
Produser. Sementara tim kreatif memfokuskan pada persiapan content,
menyusun materi yang siap mempersiapkan rundown,
di-shooting, menentukan
wardrobe,
properti,
lokasi
continuity,
rumah
makan,
membuat planning-
planning cadangan dan melakukan koordinasi dengan
pihak-pihak
terlibat
dalam produksi.
tim
sangat
Dari
pengamatan penulis tugas utama
kreatif
diharapkan mampu membuat konsep program dengan kreasi-kreasi yang dapat melahirkan program berkualitas di samping tugas lainnya. Lain halnya dengan Asisten Produksi (PA) mengurus segala untuk non
mendukung kelancaran teknis
bentuk
produksi, baik
seperti booking peralatan
teknis,
fasilitas
yang
yang
bersifat
membantu
diperlukan
teknis maupun
kreatif
melakukan
koordinasi dengan para pemilik rumah makan untuk mendapatkan perizinan dan birokrasi yang harus dijalankan.
2. Proses Produksi Berdasarkan data yang telah diperoleh, penulis berpendapat bahwa proses produksi merupakan tahap pembuatan program setelah tahap perencanaan dan persiapan selesai. Di tahap ini dilakukan proses pengambilan gambar atau yang
94 dinamakan shooting. Di mana kru dan pengisi acara yang terlibat turun ke lapangan untuk menerjemahkan konsep yang telah dibuat untuk menjadi sebuah tayangan. a. Seperti halnya dalam praproduksi, di tahap produksi kekuatan ada pada tim yang kompak, serta komunikasi dan koordinasi yang harus terus berlangsung di antara tim yang bertugas agar terhindar dari mis-komunikasi. b. Produksi program WISATA KULINER melibatkan Produser, Kreatif, PA, dua orang Kamerawan, Audioman, Host dan Driver. Mereka turun ke lapangan sudah dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam sehari kru WISATA KULINER bisa mengejar hampir 10 titik lokasi yang dituju dengan target rata-rata untuk penayangan dua episode. c. Proses peliputan atau
shooting dilakukan
dengan
terencana, namun tak jarang kru melakukannya
konsep yang sudah
secara on the spot atau
shooting secara tiba-tiba di lokasi yang terpilih, disertai wawancara dengan sejumlah pemilik rumah makan. d.Tiba di lokasi kru langsung melakukan koordinasi dengan pemilik rumah makan untuk menentukan sudut-sudut lokasi pengambilan gambar atau blocking-nya. Lalu tim Kreatif mencari tahu makanan mana yang melalui proses panjang. Jika demikian, jauh sebelum shooting sudah dikonfirmasikan terlebih dahulu dengan pemilik rumah makan agar masakan diolah setengah jadi terlebih dahulu, untuk menghemat waktu proses peliputan. e. Sementara untuk penyediaan properti kru terutama tim Kreatif harus jeli apakah ada logo-logo iklan tertera di antara barang-barang tersebut, khawatir kalau ada
95 logo iklan yang tidak diperkenankan oleh pihak TRANS TV, sehingga kru harus sudah menyiapkan properti cadangan. f. Secara kreatif, host di acara ini dibuat tidak hanya sekedar untuk duduk dan makan. Konsep kreatifnya benar-benar dipikirkan, untuk menghindari kejenuhan.
Misalnya Pak Bondan dengan menyanyi, naik becak, naik motor
atau lainnya. Di
WISATA
kekuatannya terletak pada
KULINER pembawa
bisa
dibilang
acaranya
yaitu
salah
satu
sisi
Bondan Winarno.
Darinya image WISATA KULINER begitu melekat kuat. Di program ini membuat Bondan seolah tidak tergantikan, dikarenakan kemampuannya yang menarik dalam mengekspresikan rasa makanan yang berbeda dari program sejenisnya. Bondan ekspresi,
dan pesan
bisa menyampaikan apa yang dirasakannya dengan itu
tersampaikan
ke
pemirsa.
Bondan
bisa
menjelaskan sesuatu dengan memakai istilah yang bisa diterima dan dimengerti banyak orang. Tak hanya kemampuan berekspresi, Bondan juga memiliki pengetahuan umum yang luas, pengetahuan
khusus tentang
makanan nusantara dan internasional yang dikumpulkannya selama puluhan tahun karena
kegemarannya jalan-jalan dan makan-makan, serta keinginan
untuk mempromosikan kekayaan kuliner Indonesia serta melestarikan pusaka kuliner Indonesia. Secara penyampaian Bondan Winarno memang punya daya tarik sendiri. Banyak
contoh-contoh
idiom yang diucapkan oleh
Bondan menjadi hal yang diingat dari tayangan ini. pun
memasyarakat.
menggandrungi
gaya
Banyak pemirsa
wanita
Istilah-istilah
itu
terutama ibu-ibu yang
Bondan dalam menyampaikan informasi makanan
96 terutama saat ia mengucapkan istilah ’Mak Nyus’ di setiap makanan yang enak. Keberhasilannya bukan sekedar
omong
terbukti
di
bentuk
rating
yang
program
WISATA
Kepiawaian
sosok
Bondan
atas
kertas
dalam
KULINER.
kosong
tetapi
sudah
diperoleh dalam
membawakan WISATA KULINER tidak saja mengangkat acara tersebut menjadi program yang menarik, tetapi juga program yang memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi para pemirsa. Di sini Bondan Winarno tak hanya menjelaskan makanan sebagai sesuatu yang enak dan menggiurkan saja, tetapi beliau juga memberikan informasi seputar makanan tersebut serta tak segan-segan memberi kritik serta masukan yang menunjang, jika masakannya dirasa kurang pas di lidah. ‘Kecerdasan lidah’ Bondan yang tahu betul dari segi rasa dan bumbu-bumbu apa saja yang terkandung di setiap masakan yang ia coba sangat
membantu memberi kemudahan
dalam
pelaksanaan shooting. Bondan pandai mewawancarai pemilik restoran dan bisa mengungkapkannya kepada penonton dengan sangat menarik. Padahal dia tidak selalu diberi naskah, dan pengambilan gambar pun jarang diulang. g. Pada WISATA KULINER yang menjadi nara sumber utama di sini adalah para pemilik rumah makan atau restoran. Cara pendekatan biasanya tim Kreatif yang
follow up, offer dan menjelaskan dengan
konsep yang
seperti apa. Bentuk kerja sama bisa juga barter misalnya dengan hotel. Biasanya
dalam
rangka promosi. Serta
tentunya
dilakukan
secara
profesional. Segala sesuatunya betul-betul terencana dan melalui birokrasi yang jelas atau dibekali surat keterangan shooting dari TRANS TV dan
97 berupaya untuk selalu menjelaskan maksud dan tujuan WISATA KULINER agar nama baik TRANS TV sebagai pihak penyelenggara tetap terjaga dengan baik.
3. Pascaproduksi Tahap pascaproduksi adalah semua
kegiatan setelah pengambilan gambar
sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau diputar kembali. Kegiatan yang termasuk pascaproduksi antara lain penyuntingan (editing), memberi ilustrasi, musik, efek dan lain-lain.Langkah utama dari pascaproduksi antara lain editing off line, editing online, dan mixing. a. Di WISATA KULINER offline editing dilakukan
Editor dibantu oleh
PA, Kamerawan untuk memersiapkan materi serta mengedit kaset
master
shooting secara kasar. Kegiatan ini untuk menentukan shot mana saja yang akan diambil sesuai dengan naskah. Melalui time code yang telah dicatat oleh PA hasil
kerja sama dengan Kamerawan di
lapangan,
sangat
membantu memermudah Editor mencari shot gambar yang diperlukan sesuai dengan naskah. b. Setelah itu
Editor melakukan
online editing
yang
berfungsi untuk
menghaluskan hasil offline editing, seperti pertimbangan warna, memasukkan ilustrasi musik, efek suara, efek video, komputer grafik, title dan lain-lain sehingga menjadi copy sebuah program yang siap tayang yang berbentuk master on air. c. Setelah melalui tahap penggabungan gambar, Editor melakukan mixing baik
98 musik, sound
effect,
narasi
dan
lain-lain.
Hal ini
dilakukan untuk
mendapatkan harmoni antara gambar dengan suara agar menghasilkan tayangan yang kualitas dan optimal. Musik dan sound effect yang diambil benar-benar harus sesuai dengan
kondisi
yang
diperlukan.
Misalnya
memasukan musik degung jika shooting dilakukan di daerah tataran Sunda atau rumah makan Sunda. d. Sebelum menuju ruang master control terlebih dahulu materi jadi masuk ke tahap quality control (QC), agar kualitas materi tetap terjaga baik secara content maupun teknis. Produser mem-preview ulang apakah sudah sesuai dengan konsep awal atau belum. Bila tidak ada masalah, maka tayangan
hasil
dikonfirmasikan pada programming mengenai penayangan dan
promosi program. e.Di tahap pascaproduksi kru WISATA KULINER menunggu bagaimana hasil kerjanya melalui evaluasi program. Evaluasi
dilakukan
setelah
acara
ditayangkan, bersamaan dengan keluarnya hasil rating/ share dari AGB Nielsen. Evaluasi internal meminta tanggung jawab dengan apa yang telah dibuat dan hasil kinerja tim. Tugas tim Kreatif membuat analisa by minute setiap hari Rabu.
Jika terjadi peningkatan atau penurunan rating/ share
maka harus dipastikan
tim
Kreatif
jeli melakukan pengamatan, tidak
sekedar content yang harus dipertajam tetapi juga harus melihat apa yang dilakukan oleh kompetitor. Maksudnya
pada saat
WISATA KULINER
diputar di TRANS TV stasiun televisi lain menayangkan program apa. Tim Kreatif harus punya
data yang didapat dari Nielsen. Kemudian dibuat
99 komparasi dan grafik untuk dijadikan bahan bagaimana membuat strategi ke depannya.
4.3.4 Controling pada program WISATA KULINER di TRANS TV Dari hasil penelitian bahwa controling merupakan tahap pengawasan/ evaluasi, penilaian atau perbaikan. Khususnya dalam tahapan sebuah strategi produksi program pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang dapat diukur agar fungsi pengawasan secara efektif. Misalnya, jumlah dan komposisi audience yang menonton atau mendengarkan program stasiun penyiaran bersangkutan dapat diukur dan diketahui melalui laporan riset rating. Data riset hasil penayangan sebuah program yang diolah oleh bagian research and development kemudian dilakukan analisa oleh bagian program dan produser program acara. Sehingga hasil analisa diharapkan memberikan masukkan untuk meningkatkan performa tayangan. Jadi melalui penelitian ini terungkap bahwa evaluasi merupakan tahapan yang dilakukan oleh setelah program ditayangkan yaitu mengukur seberapa jauh program tersebut dapat diterima oleh pemirsa dan menilai tolok ukur seberapa jauh kinerja yang dihasilkan baik secara kualitas maupun kuantitas dari tim produksi yang mengerjakan program tersebut. Hal tersebut dilakulan oleh tim WISATA KULINER melalui evaluasi internal meminta tanggung jawab atas apa yang telah dikerjakan. Evaluasi setiap minggu sudah merupakan kegiatan rutin yang menghasilkan ‘rating/ share’. Tugas ini lebih kepada membuat analisa ‘by minute’setiap hari Rabu. Tim produksi mempunyai data dari Nielsen, kemudian dibuat grafik dan komparasi terhadap program kompetitor. Semua ini untuk bahan pemikiran ke depannya lagi.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Dari penjelasan dan uraian yang telah dipaparkan penulis pada bab sebelumnya yaitu hasil penelitian tentang strategi produksi WISATA KULINER TRANS TV dalam memperkenalkan kekayaan kuliner dalam negeri, penulis mendapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Praproduksi pada program WISATA KULINER merupakan langkah awal dari strategi produksi program yang harus dipersiapkan secara matang. Di proses ini, strategi ditekankan lebih kepada perolehan ide-ide inovatif, agar menghasilkan tayangan yang menarik dan berkualitas. Untuk memperoleh ide-ide tersebut pihak produksi WISATA KULINER sangat terbuka kepada siapapun dalam memberi masukkan. Merekapun menampik kalau ide juga datang dari timnya Bondan Winarno yaitu Jalansutra. Dari Jalansutra bisa dipastikan ide tak akan kering karena anggota komunitas yang berjumlah kurang lebih 8.000 orang ini siap membantu dengan ide-ide segar. Dalam hal beride tentunya dibutuhkan juga kerja sama yang solid antara Produser dan Tim Kreatif di tahap ini. Mulai dari
proses menentukan kerangka
pemikiran, mengembangkan hingga mengolahnya dituangkan dalam lembaran konsep atau naskah. Mereka terus
melakukan
meeting
reguler
secara
intensif sampai konsep itu benar-benar matang dan siap untuk melakukan
100
101 2. shooting. Hal ini mereka lakukan karena tak ingin di lapangan mendapatkan kendala besar yang bisa menghambat proses shooting. Tak lupa dalam tahap ini riset juga sangat membantu para kreator untuk mengembangkan data menjadi sebuah konsep dan ide-ide. Di tahap ini perencanaan lainnya juga harus matang, seperti merencanakan lokasi shooting, naskah
matang dengan ide bervariasi, serta berbagai persiapan
menjelang liputan seperti
kelengkapan kru,
budget,
dan
surat-surat,
perizinan dan perjalanan dinas. 3. Proses produksi pada program WISATA KULINER merupakan pelaksanaan liputan/ shooting di lapangan dengan tahap-tahap yang sudah direncanakan. Proses produksi bisa dikatakan sebagai tahap eksekusi. Untuk strateginya, di sini kru dituntut lebih kompak dalam menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan tanggung jawabnya, karena dalam
pekerjaan
ini sudah
melibatkan pihak eksternal secara langsung. Sisi kreativitas pun harus terus berlanjut agar
program
pemirsa. Terlebih pemilihan memiliki wawasan khas
yang
yang dibuat sarat pesan yang berguna bagi pembawa luas
tentang
acara kuliner
yang tentunya harus dan
memiliki
ciri
yang berbeda. Kriteria itu ada pada diri Bondan Winarno. Karena
seorang Bondan tidak hanya mendiskripsikan kelezatan makanan, namun ia juga dapat berimprovasi tentang detil
sebuah menu makanan. Mulai dari
menjelaskan karakter rasa makan, komposisi bahan makanan, teknologi cara
102 memasak sampai pada benefit kesehatan seputar makanan. Dalam WISATA KULINER sempat terdengar nada tak sedap perihal adanya isu yang membuat kru WISATA KULINER merasa terpojokkan, yaitu perihal adanya ’imbalan’ yang harus dibayarkan oleh pemilik restoran untuk bisa tampil di program WISATA KULINER. Namun isu itu tidak terbukti karena pihak TRANS TV bekerja secara
benar-benar
profesional.
liputan tidak dipungut biaya
menjaga
coorporate image
untuk
Di tegaskan di sini bahwa dalam setiap apapun bahkan setiap makanan yang
dihabiskan oleh tim WISATA KULINER selalu dibayarkan oleh TRANS TV.
Kecuali
jika
pemilik restoran/
rumah makan/ warung
mengikhlaskannya. Namun dalam hal ini pun tim WISATA KULINER sangat berhati-hati, dan bisa pula menolak karena boleh jadi tempat makan yang dikunjungi tidak terlalu besar, bahkan mungkin hanya warung makan
bermodal
Jadi
bisa dipastikan bahwa wujud
kerja
antara TRANS TV dan
pemiliki rumah makan segala
sama
kecil.
sesuatunya betul-betul terencana dan
melalui birokrasi yang jelas, agar
nama baik TRANS TV sebagai pihak penyelenggara tetap terjaga dengan baik. 4. Pascaproduksi merupakan tahap akhir dari seluruh kegiatan produksi. Pada tahap ini meliputi proses memilih gambar atau menyunting gambar, menambah ilustrasi musik, mixing suara dan membuat hasil akhir produk dalam bentuk betacam untuk materi on air. Strateginya hampir seluruh kru tetap terlibat ditambah dengan Editor yang siap untuk mengolah apa yang
103 sudah dihasilkan dari lapangan untuk kemudian ditayangkan. Bentuk kreativitas pun terus berlanjut, di sini kerja sama antara Kreatif dengan Editor harus bisa saling mendukung. Editor harus mampu menerjemahkan gambar dan suara sesuai dengan
script
untuk menjadi sebuah tayangan
menarik, yang mampu membawa pemirsa seolah turut menikmati makanan yang lezat dan lokasi yang menyenangkan. Dalam pascaproduksi juga akan ada tahap evaluasi dimana tolok ukur keberhasilan program ada pada rating yang dicapai, di mana hasil rating ini dapat dijadikan acuan para kru sebagai evaluasi untuk tindakan ke depannya. 4. Dalam penjabaran mengenai strategi praproduksi, produksi dan pascaproduksi WISATA
KULINER dapat disimpulkan bahwa setiap tahapan memiliki
point- point penting yang saling bersinergi satu sama lain. Misalnya pada tahapan praproduksi yang menekankan pada pematangan konsep ide di atas kertas (script) yang dibutuhkan sebagai panduan untuk mengontrol pada saat proses produksi berlangsung. Pada tahapan produksi, script tersebut diterjemahkan dalam shooting. Sehingga menghasilkan karya yang sesuai harapan dalam bentuk tayangan program kuliner. Terakhir di tahapan pascaproduksi hasil shooting dijadikan materi siap siar dan kemudian di on air-kan. Untuk strateginya program ini dinyatakan sesuai antara teori dengan apa yang dilaksanakan di lapangan. Terbukti di atas kertas program ini dinyatakan memperoleh rating
yang
signifikan. Selain itu
program WISATA KULINER di TRANS TV hingga saat ini masih tayang dan menjadi trendsetter bagi program lainnya yang sejenis.
104 5.2 Saran Melihat hasil penelitian yang dilakukan, penulis ingin memberikan beberapa saran atau masukkan untuk peningkatan kualitas program. Saran ini hanya bersifat masukkan bagi tim WISATA KULINER yang mungkin dapat dipertimbangkan dalam mempertahankan kualitas. 1. Penulis menyarankan untuk terus berinovasi baik dari segi kemasan maupun content sehingga memberikan warna yang berbeda dari program sejenis sehingga mampu menarik pemirsa lebih banyak. 2. Meningkatkan peran dari masing-masing anggota tim produksi WISATA KULINER sehingga informasi yang disajikan lebih bervariasi sehingga memberi alternatif bagi pemirsa. Proses kreatif dari beberapa pemikiran anggota tim dapat memberi dampak yang baik bagi program. 3. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia agar lebih meringankan proses produksi dan juga meningkatkan proses kreativitas sehingga meningkatkan performa tayangan program.
DAFTAR PUSTAKA BUKU Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala E. “Komunikasi Massa-Suatu Pengantar”, Simbiosa Rekatama Media, 2004 Darwanto, Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Multi Media Trainning Centre, 1991 Defluer dan Dennis “Understanding Mass Communication” diambil dari Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Universitas Terbuka, 1999 Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1994 Harahap, Arifin S., Jurnalistik Televisi, PT Indeks Kelompok Gramedia, 2006 Hofmann, Ruedi, Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi; PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,1999 Kovach, Bill, Tom Rosentiel, Sembilan Elemen Jurnalisme, 2001 Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, PT Ramadina Prakarsa, 2005 Morrisan, Manajemen Media Penyiaran, PT Ramadina Prakarsa, 2005 Morrisan, Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Jakarta: Penerbit PT Ramadina Prakarsa, 2005 Nazir, Moh., Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, 1988 Rakhmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999 Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Ilmu Komunikasi, Universitas Terbuka, 1999 Syaodih, Nana Sukmadinata, Prof., Dr., 2006, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Wahyudi, J.B., Komunikasi Jurnalistik, Penerbit Alumni, Bandung, 1991 Wahyudi, J.B., Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak, Jakarta – Gramedia Pustaka Utama 1992
WEBSITE Departemen Menkominfo RI : http//www.depkominfo.go.id http://aurajogja.wordpress.com/ files/ 2006/ 09/ komunikasi-massa-a5.PDF http://dikiumbara.wordpress.com/category/produksi-televisi/ http://komunikasimassa-umy.blogspot.com/2005/06/teori-hasil-kebudayaan Kompas Cybermedia Jumat, 4 Agustus 2006 pukul 17.52 WIB RCTI Website : http//www.rcti.tv/ about us TRANS TV Website : transtv.co.id/ about TRANS TV7 TRANS TV Website : transtv.co.id/ program TVRI Website : tvri.co.id –sejarah tvri Wikipedia Indonesia : http//id.wikipedia.org/wiki/data_stasiun_televisi_indonesia
SUMBER LAIN
Highlight PT Televisi Transformasi Indonesia Majalah Femina edisi 6-12 Maret 2008 Pedoman TV Program Type, Nielsen Media Research, Jakarta 2004, hal. 9