Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan STRATEGI PENJUALAN ASET DAN TEKANAN KEUANGAN Chaerul D. Djakman Raflka Yunlaslh Universitas Indonesia.
Abstraksi
Penelitian ini mencoba mengetengahkan fenomena tekanan keuangan yang dialami perusahaan. Tekanan keuangan yang dimaksud dalam penelitian ini berupa turunnya pencatatan perdagangan saham ke papan pengembangan, turunnya kinetja perusahaan, tingginya tingkat leverage perusahaan, turunnya rata-rata volume perdagangan saham perusahaan, dan diberikannya opini selain wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan perusahaan oleh auditor independen. Yang kemudian menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah tekanan keuangan dengan berada pada papan perdagangan kedua di BEJ sebagai akibat dari pelanggaran terhadap variabel-variabel keuangen yang menjadi syarat pencatatan di papan utama BEJ mempunyai hubungan dengan keputusan manajemen untuk melakukan strategi penjualan aset? Model yang diangkat dalam penelitian ini adalah modifikasi terhadap model yang telah dipakai sebelumnya oleh Steiner. Hasil dari analisa yang dilakukan adalah bahwa strategi penjualan aset berhubungan positif dengan posisi pencatatan saham perusahaan di papan pengembangan, ukuran besar perusahaan, kinerja perusahaan, dan tingkat kepemilikan saham perusahaan oleh publik; serta berhubungan nagatif dengan opini auditor independen, ratarata volume perdagangan saham, dan rasio kewajiban jangka panjang perusahaan.
PENDAHULUAN Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan keresahan pada banyak manajemen perusahaan yang telah listing di BEJ. penguatan nilai tukar Dollar Amerika terhadap Rupiah membuat pinjaman dalam mata uang asing yang sebelumnya menjadi primadona justru berbalik menjadi sumber bencana. Nilai pinjaman dalam rupiah membengkak, rasionya terhadap modal perusahaan meningkat, laba perusahaan turun tajam akibat peningkatan pada rugi valas. Perusahaan menjadi tidak likuid, tidak mampu membayar hutangnya, sahamnya tidak aktif diperdagangkan, dan harga saham mengalami penurunan. Bagi emiten, hal ini bisa berarti terlemparnya mereka dari pasar modal. Dihadapi dengan kenyataan Ini, BEJ sebagai pelaksana pasar modal sebenamya bisa saja langsung melakukan delisting terhadap emlten-emiten yang tidak lagl memenuhi kriteria pencatatan di bursa. Namun pada kenyataannya, Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria delisting sudah terlalu besar sehingga jika BEJ memaksa untuk melakukan tindakan tersebut maka dampak negatifnya akan lebih besar. Sebagai altematif solusinya dan sebagai salah satu proses pendisiplinan terhadap pasar, sejak Agustus 1998, BEJ memberikan indikasi akan dilaksanakannya sistem multiboard pada perdagangan di bursa 1. Pelaksanaan multiboard yang rencananya dilakukan pada tahun 1999 ternyata mengalami penundaan. Akhirnya pada Juli 2000, BEJ melakukan perubahan terhadap peraturan pencatatan saham di bursa sekaligus memulai pelaksanaan sistem multiboard, berdasarkan peraturan baru yaitu Keputusan Direksi PT BEJ No. Kep-316/BEJ/06-2000 tanggal 30 Juni 2000 yaitu Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-B : Tentang Persyaratan dan Prosedur Pencatatan Saham di Bursa. _____________________________
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan 1
Ramalan Delisting, Bisnis Indonesia, 4 Agustus, 1998, hal.7.
Pelaksanaan multiboard yang dimaksud adalah pelaksanaan sistem perdagangan dua papan di bursa. Emiten yang tidak dapat lagi memenuhi kriteria pencatatan di papan utama seperti ukuran keuangan perusahaan (aset, modal, laba, dll), masa berdiri, masa operasi, keadaan likuiditas persentase kepemilikan saham, dan keaktifan perdagangan dalam bursa akan diturunkan perdagangannya ke papan kedua. Evaluasi akar. terus dilakukan dimana jika emiten kemudian di belakang hari berhasil memenuhi kembali kriteria pencatatan di papan utama, maka saham emiten tersebut dapat kembali diperdagangkan di papan utama. Berdasarkan peraturan tersebut, maka sejak tanggal 1 Juli 2000, terdapat 169 emiten yang pencatatan sahamnya. ditempatkan pada papan pengembangan 2. Pembedaan papan perdagangan ini selain merupakan suatu bentuk pendisiplinan yang dilakukan bursa juga diharapkan menjadi pendorong pelaksanaan good corporate governance, perbaikan disclosure, dan peningkatan transparansi. Bagi manajemen perusahaan emiten sendiri, degradasi ke papan kedua bukanlah prestasi yang patut dibanggakan. Sebagai agent yang telah diberi tugas oleh pemilik perusahaan untuk mengelola perusahaan, mereka bisa dianggap gagal mencapai tujuan, atau dianggap telah menimbulkan pengaruh buruk terhadap nama baik perusahaan. Dalam agency theory hal ini mencerminkan adanya conflict of interest antara agent dan principal. Akan terjadi konflik dalam kontrak yang dijalani oleh manajemen selama ini, baik dalam kontrak antara manajemen dengan permilik perusahaan maupun dalam kontrak antara manajemen dengan para kreditor, Hal ini akan menimbulkan contracting cost berupa ketidak percayaan baik dari pemilik perusahaan maupun dari kreditor yang memberikan pinjaman. Contracting cost ini pada akhimya bukanlah merupakan beban pemilik perusahaan tetapi akan menjadi beban manajemen perusahaan, karena merekalah yang akan terancam kedudukannya dalam perusahaan tersebut. Menurut Watts dan Zimmerman 3, manajemen akan terdorong untuk mengikatkan diri dalam suatu kontrak yang baru dalam rangka menurunkan contracting cost yang ada. Proses kontrak yang ditawarkan manajemen memiliki tujuan akhir untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau setidak-tidaknya mengusahakan adanya peningkatan laba perusahaan. Strategi yang dipilih oleh manajemen untuk meningkatkan laba akan bervariasi, namun pada umumnya manajemen pertama-tama akan melakukan restrukturisasi terhadap hutangnya. benegosiasi dengan kreditor, khususnya kreditor asing, untuk mengurangi atau menjadwal ulang hutang valas. Akan tetapi karena keputusan akhir bukan merupakan kontrol dari manajemen perusahaan emiten maka pendekatan kontrak ini bukan merupakan solusi yang mudah. Altematif lainnya adalah manajemen akan melakukan strategi penjualan atau melakukan likuidasi terhadap aset-asetnya yang tidak lagi produktif namun masih dapat digunakan untuk tujuan lain. Dari hasil penjualan aset, perusahaan dapat memperoleh keuntungan untuk mengurangi tingkat kerugiannya ataupun untuk membayar hutang 4. Manajemen pada perusahaan dengan tingkat financial distress yang tinggi biasanya kemudian menerapkan strategi defensif yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penurunan kinerja yang lebih buruk lagi. Penerapan strategi defensif sendiri secara operasional terbagi ke dalam empat jenis tindakan, yaitu joint venture, retrenchmont, divestiture, dan liquidation 5. Joint venture adalah usaha untuk membentuk sebuah konsorsium permodalan, retrenchment adalah pembentukan kembali suatu organisasi melalui pengurangan aset dan penurunan biaya, divestiture adalah penjualan bagian atau divisi tertentu yang sudah tidak produktif, sementara liquidation adalah penjualan seluruh aset perusahaan. Perusahaan dalam tekanan keuangan secara relatif semakin sulit dalam memperoleh tambahan dana sebab tingkat kewajiban sudah tinggi, sehingga altematif strategi yang mungkin dilakukan adalah reorganisasi 6. Mereka dapat digolongkan juga sebagai perusahaan yang lemah bila _____________________________ 2
50% Erniten BEJ Masuk Papan Pengembangan. Binis Indonesia, 4 Juli, 2000, hal.l. R.L. Watts and Zimmerman, Posirive Accountillg Theory, (New Jersey: Prentice Hall, 1986), hal. 184. Michael J. Sullivan, Claire E. Crutchley, Dana J. Johnson, "Motivation for Voluntary Corporate Liquidations: Distress, Agency Conflicts, and Shareholder Gain, . QJBE. University of Nebraska-Lincoln, (vol 36, Spring 1997), hat. 3-17. 5 John Pearce and Richard B. Robinson, Strategic Management, 6 th ed, (Richard D Irwin: 1997). 6 James Routledge and David Gadenne, "financial Distress, Reorganization, and Corporate Performance," Accounting and Finance, (vol 40, 2000), hal. 233-260. 3 4
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri 7. Dalam analisa siklus hidup perusahaan, perusahaan seperti ini jarang yang mampu bertahan dan meneruskan siklus hidupnya kecuali mereka dapat mengidentifikasi dan mengeksploitasi patensi pasar serta secara efektif memanfaatkan potensi yang ada tersebut. Bersamaan dengan penurunan dalam tingkat pertumbuhan. perusahaan perlu menjadi lebih selektif dalam memilih strategi yang akan dilakukan 8. Dalam hal ini, proses pemilihan strategi yang tepat menjadi lebih krusial jika perusahaan tidak berada dalam posisi yang kuat. Dan beberapa alternatif strategi yang ada, penerapan konsep fokus sebagai strategi generik9 yang pertama dipilih amatlah penting. Meskipun begitu, bila kondisi perusahaan memburuk, pertimbangan dan evaluasi yang mendalam harus dibuat untuk menentukan produk mana yang akan terus diproduksi dan produk mana yang harus dihentikan produksinya. Strategi fokus Ini tidak berlaku hanya untuk pemilihan produk tetapi juga untuk pemilihan pasar, bahkan untuk pemilihan divisi dalam perusahaan. Masih seputar penerapan strategi pengurangan sumber daya, DeWitt menegaskan pemahaman mengenai konsep downsizing dengan mengidentifikasikan dan menggolongkannya ke dalam tiga jenis pendekatan yaitu retrenchment, downscaling, dan downscoping10. Dalam retrenchment, perusahaan mempertahankan ruang lingkup yang ada dengan menggunakan taktik sentralisasi dan spesialisasi produksi. Pendekatan kedua, downscaling, perusahaan melakukan pengurangan sumber daya manusia dan fisik secara permanen. Dan pendekatan terakhir, downscoping yaitu perusahaan mengurangi variasi produk dan aktivitas perusahaan sehingga dapat mengurangi kompleksitas proses dan teknologi produksi. Pembagian downsizing ke dalam tiga pendekatan tersebut dianggap amat penting, dimana pilihan terhadap pendekatan yang dipakai dipengaruhi oleh karakteristik sumber daya perusahaan dan pasar yang terbentuk saat penjualan sumber daya terjadi. Penerapan strategi retrenchment, menurut Johnson dan Scholes. biasanya merupakan langkah awal yang dilakukan, yang kemudian diikuti dengan usaha-usaha untuk melakukan turnaround11 terhadap kinerjaa perusahaan atau bila hal tersebut tetap tidak memungkinkan, divestment temadap bagian perusahaan, atau bahkan secara keseluruhan keluar dan industri dapat dilakukan. Penjualan-penjualan sumber daya tersebut mengubah strategi perusahaan dari strategi diversifikasi menjadi kurang terdiversifikasi sehingga cenderung mendekati strategi fokus. Sumber daya perusahaan yang dimaksud disini adalah segala sumber daya yang dimlliki perusahaan yang terdiversifikasi, meliputi segmen bisnis, divisi, lini produk. maupun aset lain perusahaan. Menurut porter12, dalam analisa keunggulan kompetitifnya, penerapan strategi fokus pada suatu perusahaan berarti perusahaan tersebut akan memilih suatu segmen pada industri yang sesuai dengan strategi perusahaan sehingga perusahaan dapat menghentikan segmen yang lain yang tidak sesuai dengan strategi perusahaan. . Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas bahwa perusahan yang berada dalam tekanan keuangan cenderung untuk menerapkan stralegi fokus dimana terdapat pengurangan dalam aset perusahaan atau pemilihan aset yang masih benilai dengan mengorbankan aset yang tidak lagi dapat memberi nilai bagi perusahaan. Bentuk nyatanya ada baik dalam bentuk penjualan aset. turunnya nilai total aset perusahaan, penghentian produksi atas suatu produk, penarikan diri dari pasar yang tidak menghasilkan. spesialisasi produk maupun pasar. pengurangan jumlah tenaga kerja, maupun eliminasi divisi dalam perusahaan13. Berikut akan dibahas penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan penjualan aset dan tekanan keuangan.
_____________________________ 7
Gerry Johnson and Kevan Scholes, Exploring Corporate Strategy, 4th ed. (New York: Prentice Hall, 1997), hal. 179. Ibid. 9 Strategi generik mcrupakan ide inti (core idea) bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan baik dalam pasar. 10 Rocki-Lee DeWitt,. "Finn, Industry, and Strategy Influences on Choice of Downsizing Approach," Strategic Management Journal, (vol 19, Jan 1998), hal. 59-79. 11 Turnaround merupakan proses untuk memecahkan masalah dalam operasi perusahaan seperti upaya peningkatan posisi perusahaan 12 Gerry Johnson and Kevan Scholes, Op. Cit, hal. 182. 13 Rocki-Lee DeWitt,. "Finn. Industry, and Strategy Influences on Choice of Downsizing Approach," Strategic Management Journal, (vol 19, Jan 1998), hal 59-79. 8
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan Steiner14 mengemukakan bahwa penjualan aset merupakan satu cara bagi perusahaan dalam melakukan restrukturisasi terhadap aset untuk mencapai fokus yang lebih sempit, dimana proses restrukturisasi ini sendin dimotivasi oleh adanya tekanan pengambilalihan dari pihak ekstemal. Motivasi. lainnya adalah untuk menghasilkan dana segar yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban baik lancar maupun tidak lancar. Dari hasil penelitian yang dilakukannya, Steiner menyimpulkan bahwa kemungkinan adanya penjualan aset di suatu perusahaan yang terdiversifikasi dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. kewajiban perusahaan pada pihak ketiga, jumlah segmen operasi yang dimiliki perusahaan, dan tingkat kepemilikan perusahaan oleh Manajemen. Bukti empiris menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara penjualan aset dengan kinerja perusahaan dan tingkat kepemilikan perusahaan oleh manajemen, serta hubungan yang positif dan signifikan antara penjualan aset dengan kewajiban dan jumlah segmen yang dimiliki perusahaan. Kesimpulan penelitian Steiner adalah kinerja perusahaan yang menurun, tingkat kepemilikan perusahaan oleh manajemen yang rendah. jumlah kewajiban yang tinggi, dan jumlah segmen perusahaan yang lebih banyak akan meningkatkan kecenderungan manajemen untuk melakukan penjualan aset. Motif perusahaan dalam melakukan likuidasi sukarela terhadap sumber daya yang dimilikinya juga diteliti oleh Sullivan, Crutchley, dan Johnson15. Mereka mengemukakan bahwa perusahaan dengan kinerja yang mengecewakan cenderung melakukan likuidasi sebagai sarana untuk mentransfer aset ke penggunaan yang lebih bermanfaat. Meskipun begitu, pada akhirnya perusahaan yang sedang berada dalam tekanan keuangan tidak mendapatkan banyak keuntungan dari hasil penjualan aset mereka karena nilai jual aset setelah perusahaan dinyatakan sedang mengalami kesulitan keuangan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan nilai jual aset sejenis milik perusahaan yang sehat. Hal lain yang diungkapkan adalah adanya insentif penjualan apabila perusahaan dalam posisi laba rugi negatif sehingga penjualan aset akan menghasilkan keuntungan atas penjualan yang tidak terkena pajak. Sullivan, Crutchley, dan Johnson16, juga mencoba menghubungkan penjualan aset dengan konflik agensi, namun tidak menemukan bukti yang mendukung hipotesa, dinyatakan bahwa bila manajemen melakukan likuidasi sesuai dengan kepentingan pemegang saham, maka likuidasi merupakan respon terhadap tekanan keuangan yang diakibatkan oleh buruknya kinerja perusahaan. Sebaliknya, hasil yang bertolak belakang ditemukan o!eh Walker17 yang mendapatkan kesimpulan yang mendukung "management retrenchment”, sebagai bukti adanya conflict of interest dalam teori agensi, dimana manajemen dapat mengambil keuntungan pribadi dari hasil penjualan aset perusahaan dan merugikan pemegang saham. Denis, Denis, Sarin18 membuktikan bahwa biaya agensi dapat menjelaskan proses diversifikasi perusahaan. Ditemukan bahwa tingkat diversifikasi berhubungan negatif dengan kepemilikan modal oleh manajemendan dengan kepemllikan modal oleh pemegang saham minoritas. Jadi semakin tinggi proporsi modal yang dimiliki oleh manajemen atau oIeh pemegang saham minoritas, tingkat diversifikasi perusahaan justru makin rendah. Dalam hasil penelitian tersebut juga dilaporkan bahwa penurunan dalam diversifikasi berhubungan dengan ancaman pengalihan kontrol perusahan oleh pihak luar, tekanan keuangan, dan perubahan manajemen. Temuan-temuan ini mengindikasikan adanya peran biaya agensl dalam pilihan strategi perusahaan untuk mempertahankan diversifikasl yang justru menurunkan nilai perusahaan, dan mengindikasikan bahwa adanya. peningkatan dalam tren penerapan strategi fokus berhubungan dengan tindakan pendisiplinan pasar. Manajemen yang memutuskan untuk menerapkan strategi pengurangan sumber daya akan melepaskan segmen atau unit bisnis yang tidak menguntungkan dan perusahaan akan mencari
____________________________________________________ 14
Thomas L. Steiner, Lee. Cit. Michael J. Sullivan, Claire E.Crutchley, and Dana J. Johnson, Loc. Cit. 16 Ibid. 17 Matthew A. Walker, "The Agency Problem and The Management of Closed-end Funds: Managerialism and Its Impact on Expense Ratios, “Journal of managerial issues (vol 9, Winter 1997), hal. 485-496. 18 David J. Denis. Diane K. Denis, and Atulya Sarin, "Agency Problems, Equity Ownership, and Corporate Diversification," Journal of Finance, (vol 52, Mar 1997). hal. 135-160. 15
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan keuntungan pada target segmen yang dapat memberikan nilai tambah kepada perusahaan. DeWitt19 mengemukakan bahwa manajer yang. menerapkan fokus pada sumber daya yang tersisa akan msndapatkan keuntungan kompetitif. Keuntungan akan semakin besar bila aset tersebut memiliki total akumulasi penyusutan yang besar. la juga menyatakan bahwa pengurangan skala ekonomi perusahaan dapat dipertimbangkan apabila bagian dari perusahaan tersebut dapat menghasilkan nilai lebih saat dijual. . . Berdasarkan temuan Denis, Denis, dan Sarin20, penerapan strategi fokus pada saat pasar membutuhkannya akan dapat meningkatkan nilai perusahaan Manajemen akan lebih fokus pada segmen-segmen yang sesuai dengan strategi perusahaan, keputusan ini pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Penelitian lain yang dilakukan oleh Roy dan Manley21, menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan dalam tingkat spesialisasi perusahaan misalnya terjadinya penurunan dalam diversifikasi produk dan konsentrasi perusahaan pada core bisnis, dapat diasosiasikan dengan abnonnal return yang lebih tinggi. Hal ini selanjutnya akan mendukung motivasi perusahaan untuk melakukan penjualan aset. Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa return perusahaan akan lebih tinggi pada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan strategi fokus. Penelitian ini juga memberi perhatian pada pihak yang kemudian melakukan akuisisi atas produk yang didivestasikan oleh perusahaan yang melakukan strategi fokus. Tapi tidak ada bukti yang menunjukkan dampak signifikan akuisisi produk terhadap abnonnal return yang diperoleh perusahaan yang kemudian membeli aset tersebut meskipun pembelian aset yang dimaksud akan meningkatkan tingkat spesialisasi perusahaan yang membelinya. Meskipun begitu tidak semua penjualan aset dapat berdampak pada meningkatnya kesejahteraan pemegang saham. Menurut Loh dan Rathinasamy22 terdapat perbedaan dalam penilaian atas dampak pengumuman penjualan aset yang dilakukan oleh perusahaan. Meskipun secara keseluruhan penjualan aset dapat meningkatkan harga saham. ada kelompok perusahaan yang tidak mengalami peningkatan yang signifikan pada kesejahteraan pemegang sahamnya maupun pada nilai perusahaan. Mereka adalah perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan antitakeover devices23 sebelum mengumumkan adanya penjualan aset. Untuk perusahaan-perusahaan yang melakukan antitakeover devices tersebut, persepsi publik yang terbentuk saat mengetahui adanya penjualan aset adalah bahwa manajemen melakukannya untuk mengamankan posisinya dalam perusahaan dan bahwa hal tersebut memang ditujukan untuk mencegah terjadinya pengambilalihan. Karenanya, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sullivan. Crutchley, dan Johnson, perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan aset sehingga tidak terdapat peningkatan pada kesejahteraan pemegang saham. Berlawanan denganpenerapan antitakeover devices, perusahaan dapat menerapkan strategi defensif saat perusahaan berada dalam tekanan keuangan dan ancaman pengambilalihan. Strategi defensif merupakan satu strategi yang dapat dipilih manajemen untuk mewujudkan sebuah tujuan jangka panjang. Dalam penerapan strategi defensif ini manajemen dapat memilih untuk mengoperasionalkan kebijakan retrenchment atau langsung melakukan likuidasi terhadap aset perusahaan yang sudah tidak maksimal penggunaannya. Anaiisa lain tentang strategi defensif yang dilakukan oleh perusahaan dalam ancaman pengambilalihan dilakukan oleh Giammarino, Heikel, dan Hollitield24. Analisa mereka menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pengambilalihan. dikombinasikan dengan diterapkannya strategi
_____________________________ 19
DeWitt. Loc. Cit. David J. Denis, Diane K. Denis, and Atulya Sarin, Loc. Cit. Lynn D. Roy, and John F. Mainley, "The Effect of Finn Specialization on Shareholder Wealth," Mid-Allanlic Journal of BJUlness, (vol 33, Dee 1997). hal. 219-236. 22 Channen Loh and R S. Rathinasamy, "The Impact of Antitakeover Devices on the Valuation Consequences of Voluntary Corporate Selloffs," Financial Review, (vol 32, Nov 1997), hat. 691-707. 23 Antitakeover devices adalah tindakan operasional yang diambil manajemen dengan dampak jangka pendek untuk mencegah terjadinya pengambilalihan. Jadi penjualan aset dilakukan tidaklah sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk melakukan fokus dalam kegiatannya. 24 Ronald Giammarino, Robert Heinkel, and Burton Hollifield, "Defensive Machanism and Managerial Discretion," Journal of Finance, (vol 52, Sep 1997), hal. 1467-1493. 20 21
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan defensif dapat memecahkan permasalahan dalam kebutuhan akan kas secara efisien. Ukuranukuran penerapan strategi bertahan yang optimal dapat membatasi usaha pengambilalihan apabila harga saham perusahaan yang bersangkutan amat rendah. Penelitian ini juga mempertihatkan bahwa ancaman pengambilalihan dapat membatasi tindakan manajemen dalam memanfaatkan perusahaan, tanpa menghilangkan keuntungan manajer yang seharusnya diterima. Penelitian lain dilakukan oleh Maksimovie dan Phillips25 dimana mereka menyatakan bahwa peraturan yang ada dibidang kepailitan menyebabkan perusahaan yang tidak likuid dan berada diambang. kebangkrutan akan menerapkan sebuah mekanisme yang akan membantu mereka dalam melakukan reorganisasi dan penjualan aset tidak produktif secara efisien. Dikatakan bahwa insentif untuk melakukan reorganisasi bergantung pada tingkat permintaan dan kondisi dalam industri serta kondisi internal perusahaan itu sendiri. Dengan menggunakan data pada tingkat pabrik, ditemukan bahwa kondisi dalam perusahaan memegang peranan penting dalam menjelaskan produktivitas dan penjualan aset. Jadi penentuan mana aset yang akan dijual dan mana yang akan dipertahankan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal tapi juga oleh faktor intemal. Diindikasikan bahwa perusahaan yang berada diambang kebangkrutan adalah mereka yang benar-benar mengalaml biaya ekonomi yang tinggi. Sementara mekanisme penjualan aset yang dimaksud adalah terjadinya pengurangan anak perusahaan. segmen-segmen, divisi, dan unit bisnis karena sell-off, spin-off, divestiture, dan diberhentikannya operasi. Maksimovie dan Phillips juga menyatakan bahwa perusahaan yang sedang mengalami tekanan keuangan akan menjual atau menutup pabrik karena perusahaan hanya akan mempertahankan pabrik yang menghasilkan keuntungan. Selain itu, diperoleh dugaan yang signifikan bahwa produktivitas perusahaan yang terancam bangkrut pada tahun sebelumnya adalah lebih kecil dibandingkan dengan data perusahaan pembandingnya. TUJUAN PENELITIAN tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah status pencatatan di papan kedua berpengaruh terhadap keputusan strategi penjualan aset yang merupakan pilihan kontrak yang ditawarkan manajemen dalam tekanan keuangan, serta mengidentifikasi variabelvariabel keuangan perusahaan yang paling signifikan pengaruhnya dalam strategi penjualan aset. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat membantu manajemen dalam melakukan pilihan penyelamatan perusahaan. Strategi yang dipilih oleh manajemen perusahaan merupakan salah satu faktor yang akan mengubah ekspektasi investor mengenai saham perusahaan yang persangkutan. Apabila manajemen melakukan pilihan yang salah maka akan berdampak pada turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Sementara bagi investor, penelitian ini membantu investor dalam menentukan pilihan investasi dengan mengevaluasi keberhasilan manajemen dalam memulihkan kondisi perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri. PENGEMBANGAN HIPOTESIS 1. Berkaitan dengan pemegang saham27 Penurunan jumlah minimal pemegang saham dan persentase kepemilikan mengancam keberadaan saham perusahaan pada papan utama perdagangan. Dalam situasi perekonomian yang tidak menentu maka pemegang saham akan mengharapkan perusahaan untuk menerapkan strategi fokus pada bisni inti (retrenchment). Semakln tinggi tingkat kepemilikan saham perusahaan oleh publik, harapan akan penerapan strategi fokus semakin besar.
_____________________________ 25 Vojislav Maksimavic and Gordon Phillips, "Asset Efficiency and Reallocation decisions of Bankrupt Finns," Journal of Finance, (vol 53, Oct 1998), hal 1495-1532. 26 Ibid. 27 ChaeruJ D. Djakman, "Kontrak, Papan Perdagangan BEJ, Strategi Penjualan Aset." Penelitian yang tidak diterbitkan, Program Pascasarjana Bidang Ilmu Manajemen Universitas Indonesia. Depok, 1999.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan 2. Berkaitan dengan aset perusahaan28 Sebagian emiten yang terdaftar di BEJ mempunyai aset berwujud bersih dan total aset cukup di atas persyaratan minimum papan perdagangan utama tetapi kemungkinan kualitas asetnya sudah menurun. Maka perusahaan akan lebih untung dengan melepaskan aset yang sudah tidak efisien dalam perusahaan tetapi mempunyai nilai lebih untuk penggunaan lain. 3. Berkaitan dengan laba29 Makin menurunnya laba merupakan ancaman bagi manajemen sehingga dapat diperkirakan bahwa manajemen akan fokus pada unit bisnis yang dapat menghasilkan laba bagi perusahaan secara keseluruhan. Dengan kata lain penerapan strategi fokus atau pengurangan diversifikasi merupakan strategi yang dipilih perusahaan saat laba mulai menurun. 4. Berkaitan dengan volume perdagangan saham30 Penurunan rata-rata volume perdagangan bulanan 6 bulan terakhir dapat mendorong manajemen emiten tersebut untuk mengambil tindakan-tindakan yang dapat menggairahkan perdagangan saham emiten tersebut. Pada saat penurunan volume perdagangan tersebut berkaitan dengan penurunan papan perdagangan kedua maka manajemen perusahaan akan dipaksa untuk memilih kebijakan fokus. 5. Berkaitan dengan kewajiban jangka panjang Tingginya tingkat kewajiban jangka panjang perusahaan terhadap total asetnya menunjukkan adanya klaim pihak ketiga, dalam hal ini kreditor, terhadap aset perusahaan secara jangka panjang, rendahnya tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan, dan adanya tekanan keuangan yang dialami perusahaan tersebut. Hal ini merupakan ancaman bagi manajemen bila mereka tidak dapat mengelolanya. dengan baik dan memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. 6. Berkaitan dengan opini auditor independen Laporan keuangan sepenuhnya merupakan tanggung jawab manajemen, tanggung jawab auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan tersebut31. Opini selain wajar tanpa syarat mengindikasikan adanya penyimpangan dalam pelaporan keuangan yang berakibat turunnya tingkat kepercayaan pemegang saham, kreditor, dan pengguna laporan. keuangan lainnya terhadap manajemen. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi posisi manajemen dalam perusahaan HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesa I : Perusahaan-perusahaan yang perdagangan sahamnya berada di papan pengembangan cenderung untuk melakukan penjualan aset. Hipotesa II : Perusahaan-perusahaan dengan jumlah total aset yang relatif lebih besar dan perusahaan lain di BEJ cenderung untuk melakukan penjualan asset Hipotesa III : Perusahaan-perusahaan dengan kinerja rendah cenderung untuk melakukan penjualan aset; dalam arti semakin rendah laba bersih perusahaan maka kecenderungan perusahaan tersebut untuk melakukan penjualan aset makin tinggi. Hipotesa IV:Peningkatan pada tingkat kepemilikan saham perusahaan oleh publik yang menunjukkan adanya masalah keagenan dalam perusahaan akan meningkatkan penjualan asset perusahaan. _____________________________ 28
Ibid. Ibid. 30 Ibid. 31 Arens and Loebbecke. Auditing: an Integrated Approach, 7th ed, (New Jersey: Prentice Hall, 1997). 29
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan Hipotesa V : Perusahaan dengan opini auditor independen atas laporan keuangannya bukan "wajar tanpa syaraf' akan menanggung biaya kontrak dengan pihak eksternal sehingga cenderung untuk melakukan penjualan asset Hipotesa VI : Turunnya rata-rata volume perdagangan saham di bursa membuat perusahaan cenderung untuk melakukan penjualan aset Hipotesa VII : Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung untuk melakukan penjualan aset; dalam arti semakin tinggi semakin tinggi rasio hutang jangka panjang terhadap total aset perusahaan maka kecenderungan perusahaan tersebut untuk melakukan penjualan aset semakin tinggi. METODE PENELITIAN Pengambilan Sampel . Dari seluruh emiten yang terdaftar di BEJ, yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah mereka yang tetah terdaftar sejak awal tahun 1997 dan masih terdaftar sampai akhir tahun 2000. Alasan pemilihan tahun 1997 adalah bahwa tahun tersebut merupakan awal terjadinya krisis moneter di Indonesia, sehingga emiten yang bertahan di BEJ sejak tahun 1997dianggap memang terpengaruh oleh krisismoneter. Perusahaan yang listing di BEJ setelah tahun tersebut diasumsikan tidak mengalami dampak krisis yang sama dengan yang dialami perusahaan yang telah listing sejak 1997. Alasan lainnya adalah karena mereka secara relatif baru saja melakukan IPO, sehingga tentunya memiliki persediaan kas yang cukup besar untuk menghindar dari tekanan keuangan. Ikut dikeluarkan dari sampel adalah perusahaan yang beroperasi sebagai lembaga keuangan dan mereka yang sedang mengalami tuntutan pailit. Lembaga keuangan dikeluarkan karena sulitnya mendeteksi aset berwujud bersih dan modal kerja serta menghitung rasio keuangan. Sedangkan perusahaan yang diajukan pailit dikeluarkan dari sampel karena dalam kebangkrutan diperlukan perubahan manajemen, sehingga apapun yang dilakukan oleh manajemen baru tidak mencerminkan terjadinya pembentukan kontrak baru antara pemilik perusahaan dengan manajemen. Variabel Penelitian Variabel Terikat dalam penelitian Ini adalah ada tidaknya penjualan aset pada perusahaan emiten setelah diumumkannya Keputusan Direksi BEJ No. Kep-316/BEJ/06-2000 tanggal 30 Juni 2000. Meskipun pelaksanaan keputusan tersebut baru dimulai pada tanggal 1Juli 2000, terjadinya penjualan aset yang diamati dalam penelitian ini adalah selama tahun 2000. Periode sepanjang tahun 2000 digunakan karena pada kenyataannya pihak BEJ sendiri menggunakan data keuangan dari Laporan Keuangan per tanggal 31 Desember 1999 sebagai dasar pengambilan keputusan pemisahan pencatatan saham apakah tetap di papan utama ataukah akan dipindahkan ke papan pengembangan. Ukuran untuk penjualan aset sendiri akan mengunakan jenis-jenis sumber daya yang sebelumnya telah digunakan dalam penelitian DeWitt32 DeWitt membahas tiga pendekatan pengurangan ukuran perusahaan, yaitu retrenchment, downscaling, dan downscoping. pengurangan jenis-jenis sumber daya yang dapat digunakan dalam penelitian sebagai proxy dari penjualan aset adalah : 1. pengurangan sumber daya manusia ( misalnya PHK ) 2. Penutupan sementara 3. Penutupan permanen ( misalnya penghentian operasi ) 4. Penyederhanaan sistem organisasi (misalnya konsolidasi sistem administrasi) 5. Eliminasi produk . 6. Eliminasi pasar 7. Disintegrasi ke belakang (misalnya menutup fasilitas pendukung) 8. Disintegrasi ke depan ( misalnya mengurangi jumlah distributor) _____________________________ 32
DeWitt. Loc. Cit.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan Kedelapan jenis pengurangan sember daya ini dapat berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kebijakan penjualan aset yang diambil manajemen. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai proxy penjualan aset adalah adanya penurunan total aset aset perusahaan. Informasi mengenai pengurangan sumber daya diperoleh melalui Laporan Tahunan perusahaan atau koran. Secara spesifik dalam penelitian ini pengurangan sumber daya yang diamati adalah yang terjadi selama tahun 2000. Dalam penelitian ini variabel tidak terikat yang digunakan adalah kriteria minimum pencatatan di papan utama yang disebutkan dalam keputusan di atas yang sesuai dengan proposisi yang sudah diajukan sebelumnya, yaitu total aktiva, laba/rugi. bersih (dalam bentuk rasio laba/rugi bersih terhadap total aktiva perusahaan), rasio jumlah saham yang dimiliki oleh. publik, opini Laporan Keuangan Auditan, rasio volume perdagangan terhadap total saham yang beredar selama 6 bulan sejak Januari 2000 sampai Juni 2000, dan rasio hutang jangka panjang terhadap total aset perusahaan. Untuk variabel tidak terikat diatas yang digunakan dalam penelitian adalah data keuangan pada akhir tahun 1999 yang tertera dalam Laporan Keuangan per tanggal 31 Desember 1999, sebelum berlakunya keputusan mengenai dua papan perdagangan di BEJ. Model Penelitian Prob (penjualan asett) = f (PAPANt. TAt-1, ROAt-1, SAHt-1, OPINlt-1, V0Lt-1, DETAt-1) Sehingga total persamaan untuk model umum penelitian ini menjadi : PENJ_ASET = α + β1PAPAN + β2TA + β3ROA + β4SAH + β50PINI + β6VOL + β7DETA + ε Keterangan : PENJ _ASET= Keputusan kebijakan penjualan aset (variabel terikat, dimana 0 = tidak ada penjualan aset, 1 = ada penjualan aset) PAPAN = Posisi pencatatan saham perusahaan (0 = papan utama, 1 = papan pengembangan) TA = Total Aset (dirangking dari jumlah aset yang paling kecil) ROA = Rasio laba/rugi bersih terhadap total asset. SAH = Rasio jumlah saham yang dimiliki oleh publik OPINI = Opini Laporan Keuangan Auditan (0 = WTP termasuk di dalamnya adalah opini WTP dengan paragraf tambahan, 1 = non WTP) dimana WTP merupakan opini wajar tanpa syarat. VOL = Rasio volume perdagangan terhadap total saham yang beredar (0 = lebih kecil dari median, 1 = lebih besar dari median, dimana median data = 0.001492) DETA = Rasia hutang jangka panjang terhadap total aset Model yang ada merupakan model regresi linear dengan pendekatan kualitatif dimana variabel terikatnya yaitu penjualan aset merupakan variabel dummy yang biner. Artinya variabel tersebut merupakan ukuran probabilitas dimana realized value-nya adalah 0 dan 1, meskipun theoretical value-nya bisa berada diantara kedua bilangan tersebut. Adanya dummy pada variabel terikat menyebabkab perhitungan model dengan metode regresi dengan Ordinary Least Square (OLS) biasa hanya akan menghasilkan dugaan yang, walaupun konsisten dan tidak bias, tetap tidak efisien. Meskipun begitu, pendekatan dengan OLS merupakan satu dari tiga altematif pendekatan yang dapat digunakan dalam penghitungan. Analisa kualitatif dengan adanya variabel biner dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu linear probability model (OLS), model probit, dan model Iogit. Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah model logit.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan
Disini nilai Y = 1 digunakan bila dalam perusahaan yang dijadikan sampel terdapat penjualan aset, dan Y = 0 bila tidak terdapat penjualan aset. Secara umum probabilitas terjadinya penjualan aset dalam perusahaan dapat ditunjukkan sebagai berikut : Prob[Y=1] = E(Y=1І Xi) = β0 + β1Xi Selanjutnya dengan menggunakan rumus logistik yang dipakai dalam metode logit, didapat probabilita adanya penjualan aset dalam perusahaan publik yang dijadikan sampel adalah : Prob[Y=1] = E(Y=1І Xi) = (1+e (β0 + β1Xi))-1 Dimana Xi merupakan variabel yang mempengaruhi keputusan manajemen untuk melakukan penjualan aset dan β mewakili pengaruh perubahan dalam variabel Xi terhadap probabilitas terjadinya penjualan aset. Dengan menggunakan metode logit ini, parameter β diduga dengan menggunakan metode maximum likelihood. Untuk keperluan estimasi, rumus diatas dapat diturunkan menjadi : Estimasi yang didapat dari regresi model kemudian akan diuji signifikansinya. Uji signifikansi juga dilakukan terhadap model secara keseluruhan.. ANALISA DATA P1 Li = In --------- = β0 + β1χi + ui 1 – P1
UJi Multicollinierity Pengujian dilakukan dengan mengevaluasi korelasi dari masing-masing variabel dalam model. Korelasi antar variabel bernilai rendah, dibawah 0,8 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat tingkat multicollinierity yang dapat mempengaruhi hasil estimasi terhadap persamaan umum. Menurut Gujarati33, multicollinierity dalam persamaan model akan mempengaruhi hasil estimasi bila korelasi antar variabel penyusun model tersebut bernilai lebih dari 0,8. Metode lain yang dapat digunakan dalam menguji adanya multicolliniecity adalah dengan membentuk model tambahan untuk tiap-tiap variabel yang ada, menghitung R2nya, dan menentukan nilai. VIF (variance-inflating factor). Kemudian mengevaluasi nilal VIF. Nilai VlF yang lebih dari 10 menunjukkan adanya multicollinierity yang tinggi yang mempengaruhi perhitungan estimasi model34. Rumus untuk menghitung besamya VIF sendiri disajikan sebagai berikut : 1 VIF =----------1 – R2 Dari hasil yang diperoleh, sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini tidak menunjukkan indikasi adanya tingkat multicollinierity yang tinggi. Hasil Regresi Atau dapat dltuliskan : PENJ_ASET = -1.250535 - 3.69246DETA + 2.163813ROA - 0.976607OPINI + 0.866099PAPAN + 0.608629SAH + O.014278TA -1.215789VOL _____________________________ 33 34
Damodar Gujarati, Basic Econometrics, 2nd ed, (Singapore: Mc GrawHill, 1988). Ibid.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan Dari persamaan di atas dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara tingkat kewajiban jangka panjang terhadap total aset (DETA) suatu perusahaan, opini auditor independen yang diberikan terhadap Laporan Keuangan perusahaan tersebut, dan rata-rata volume perdagangan saham perusahaan dengan keputusan manajemen untuk melakukan strategi penjualan aset. Sementara hubungan yang positif terdapat antara tingkat kinerja dalam rasio laba/rugi bersih terhadap total aset perusahaan, posisi pencatatan saham perusahaan, tingkat kepemilikan saham perusahaan oleh publik, dan ukuran perusahaan terhadap keputusan manajemen untuk melakukan penjualan aset. Dari hasil uji parameter di atas, sesuai dengan hipotesa yang telah diajukan sebelumnya, dan pada tingkat keyakinan 90%, dapat disimpulkan bahwa keputusan manajemen untuk melakukan penjualan aset berhubungan positif dan signifikan dengan papan perdagangan saham perusahaan tersebut dan jumlah total aset yang dimilikinya, berhubungan negatif dan signifikan dengan opini auditor independen atas laporan keuangan dan rata-rata volume perdagangan saham. Hubungan yang positif juga ditemukan antara strategi penjualan aset yang diterapkan manajemen dengan tingkat kepemilikan saham perusahaan oleh publik dan dengan kinerja perusahaan, namun hubungan positif yang ada tersebut tidaklah signifikan. Hasil regresi yang ada tidak semuanya mendukung hipotesa penelitian, hasil yang bertentangan dengan hipotesa dan penelitian sebelumnya adalah mengenai rasio kewajiban jangka panjang perusahaan terhadap total aset perusahaan yang memiliki hubungan negatif dan signifikan pada penjualan aset dan rasio laba/rugi bersih terhadap total aset perusahaan yang memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan atas penjualan aset. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Steiner menyatakan adanya hubungan yang positif dan signitikan antara tingkat kewajiban dengan total aset; dan hubungan yang negatif dan signifikan antara kinerja perusahaan dengan penjualan aset. Untuk model biner dengan logit, R2 yang digunakan adalah McFadden R2. Intinya sebenarnya sama saja yaitu merupakan koefisien determinasi dari model yang menunjukkan tingkat keeratan hubungan antara variabel terikat dengan semua variabel tidak terikat. Nilai McFadden R2 yang diperoleh dalam persamaan adalah sebesar 12.3446%, artinya hanya ada 12.34% dari variasi kemungkinan dilaksanakannya strategi penjualan aset oleh manajemen yang dapat dijelaskan model regresi. Sementara bila menggunakan Nagelkerke pseudo R2, besamya adalah 20.2% Nilainya memang relatif kecil, namun dapat dimaklumi mengingat kondisi pasar modal Indonesia sebagai sumber data perusahaan masih belum optimal. Selanjutnya dilakukan uji model secara keseluruhan dengan menggunakan Andrews dan Hosmer-Lemenshaw Goodness-of-Fit Test. Pengujian dilakukan dengan disain hipotesis HO : β0 = β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = 0 HO : β0 ≠ β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ β7 ≠ 0 Dari hasil perhitungan didapat nilai Andrews statistics sebesar 19.9669 dan didapat probilita chisquarenya sebesar 0.0296 dengan degree-of-freedom 10. Dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan koefisien yang didapat dalam model tersebut adalah signifikan pada tingkat keyakinan 95%. Atau dapat diinterpretasikan bahwa hasil estimasi dengan menggunakan model sarna dengan hasil pengamatan yang diperoleh. Hasil yang sama mengenai signifikansi model secara keseluruhan juga didapat dari perhitungan LR statistics yang dapat dianalogikan sepertl F statistics pada perhitungan regresi linier sederhana. Didapat nilai LR stfjltistics sebesar 140.4404 dengan degree-of-freedom 5 dan probabalita LR statistics yang amat kecil sehingga dapat dikatakan bahwa model tersebut secara keseluruhan signifikan dan secara bersama-sama variabel tidak terikat dapat mempengaruhi variabel terikatnya, bahkan pada tingkat keyakinan 99%.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan
Independen Variables PAPAN
Tabel 3.13 Hasil Regresi Logit Model I Model II
Model III
0.910212* (0.401988)
Model IV
0.866099* (0.428078)
TA
0.004394 (0.004629)
0.014278** (0.007652)
ROA
1.436963 (1.518707)
2.163813 (1.602691)
SAH
1.285396 (1.297845)
0.60863 (1.314131)
OPINI
-0.898057 (0.572956)
-0.976607** (0.570237)
-1.188067^ (0.38301)
-1.215789^ (0.393379)
VOL
-0750736 (0.98153)
DETA
R square log likekihood LR statistic (7 df) Probability(LR stat) Goodness of Fit H-L Statistic Prob Chi Square Andrews Statistic Prob Chi Square Dependen Variable
-3.692465* (1.864881)
0.030502
0.002975
0.073709
0.123446
-87.40242 5.499559 0.019021
-89.88395 0.536496 0.463889
-83.50718 13.29003 0.020807
-79.02326 22.25788 0.002293
3.5866 0.8924 4.0438 0.9453
6.0261 0.6443 7.0641 0.7194
7.4084 0.4933 19.9669 0.0296
12.9714 0.1128 20.2244 0.0272 1 = teradi penjualan aset 0 = tidak terjadi penjualan aset
^signifikan pada 99% *signifikan pada 95% **signifikan pada 90% data dalam kurung adalah standar errornya Model l : Prob (penjualan asett) = f (PAPANt) Model II : Prob (penjualan asett) = f (TAt-1. ROAt-1. SAHt-1, OPINlt-1, VOlt-1) ModeI III: Prob (penjualan asett) = f (DETAt-1 ) Model IV : Prob (penjualan asett) = f (PAPANt, TAt-1, ROAt-1, SAHt-1, OPINlt-1, VOLt-1, DETAt-1) PAPAN 1 = perdagangan di papan pengembangan 0 = perdagangan di papan utama TA = total aset perusahaan, dirangking dan yang paling kecil ROA = return on asset, rasio laba/rugi bersih terhadap total aset SAH = rasio kepemilikan saham public. OPINI: 1 = opini auditor independen selain wajar tanpa syarat 0 = opini wajar tanpa syarat VOL: rasio volume perdagangan temadap jumlah saham yang beredar 1 = lebih besar dan median 0 = lebih kecil dari median median = 0.001492 DETA = rasio kewajiban jangka panjang terhadap total aset
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan
KESIMPULAN Analisa terhadap tekanan keuangan yang dialami perusahaan dan pengaruhnya terhadap strategi penjualan aset yang dilakukan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan amatlah penting untuk melihat ketepatan keputusan strategi manajemen dalam penyelamatan perusahaan dan untuk melihat preferensi manajemen secara keseluruhan. Tekanan keuangan yang dalam skripsi ini didefinisikan sebagai posisi pencatatan saham perusahaan di papan pengembangan, tingginya tingkat kewajiban jangka panjang perusahaan, turunnya kinerja perusahaan dari sisi profitabilitasnya, turunnya volume perdagangan atas saham perusahaan, dan diterimanya opini selain wajat tanpa pengecualian dari auditor independen ternyata memang mempengaruhi keputusan manajemen untuk melakukan strategi penjualan aset. Dalam kondisi di bawah tekanan keuangan seperti telah disebutkan di atas, penjualan aset merupakan pilihan kontrak yang ditawarkan manajemen untuk mengamankan posisinya dalam perusahaan dan untuk meningkatkan kinerja perusahaan, saat pencatatan saham berada di papan pengembangan, dengan turunnya rata-rata penjualan saham sebagai tekanan keuangan yang berpengaruh paling besar terhadap pengambilan keputusan tersebut. Dari hasil penelitian dalam skripsi ini, secara spesifik dapat disimpulkan bahwa tidak seluruh hipotesa memperoleh dukungan berdasarkan bukti-bukti empiris. Untuk hipotesa mengenai posisi pencatatan saham di papan pengembangan, ukuran perusahaan, tingkat kepemilikan perusahaan oleh publik, opini auditor independen, dan rata-rata perdagangan saham terdapat bukti yang mendukung hipotesa tersebut. Tetapi untuk dua hipotesa lainnya mengenai tingkat leverage dan ukuran kinerja perusahaan, hasil penelitian tidak mendukung pernyataan dalam hipotesa tersebut. Secara umum dapat dikatakan bahwa pertanyaan yang telah diajukan di awal skripsi ini memperoleh jawaban yang cukup, bahwa tekanan keuangan dengan berada pada papan perdagangan kedua di BEJ sebagai akibat dari pelanggaran terhadap variabel-variabel keuangan yang menjadi syarat pencatatan di papan utama BEJ memang mempunyai hubungan dengan keputusan manajemen untuk melakukan strategi penjualan aset. Perbedaan yang signifikan terjadi pada variabel tingkat leverage dan kinerja profitabilitas perusahaan. Pada awal penelitian hipotesa yang diajukan adalah bahwa semakin tinggi tingkat leverage maka kecenderungan manajemen untuk melakukan penjualan aset akan meningkat begitu pula dengan semakin rendah kinerja profitabilitas perusahaan. Namun berdasarkan hasll penelitian, tidak ada dukungan terhadap hipotesa tersebut. Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan perbedaan ini? Beberapa alasan yang mungkin menyebabkannya telah sedikit disampaikan pada bab sebelumnya. Sebab lain yang mungkin adalah bahwa model yang dipakai dalam penelitian Ini adalah modifikasi terhadap model dalam penelitian terdahulu, bukan langsung replikasinya, dengan tambahan beberapa variabel tidak terikat dalam model. Hal ini sudah pasti mempengaruhi hasil perhitungan regresi yang didapatkan. Yang mungkin juga mempengaruhi adalah relevansi penerapan model di Indonesia, dalam arti dengan kondisi pasar modal yang seperti sekarang ini dimana transparansi perusahaan publik dalam laporan keuangan yang dipublikasikan masih menjadi pertanyaan, bukan hal yang tidak mungkin jika data yang diperoleh tidaklah andal. Kemudian perlu diingat bahwa Indonesia sekarang dalam masa pemulihan ekonomi, dimana ada perusahaan yang sudah mulai mengalami perbaikan dan ada perusahaan yang masih dalam usaha perbaikan. Kondisi Indonesia yang mulai menunjukkan perbaikan ekonomi diharapkan juga akan berpengaruh positif terhadap perusahaan publik yang ada, manajemen diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan memantapkan dasar operasional perusahaan sehingga perusahaan tidak lagi berada dalam posisi lemah atau rentan terhadap perubahan iklim usaha seperti yang terjadi di pertengahan tahun 1997. Namun bila di kemudian hari perusahaan kembali menghadapi tekanan keuangan dalam bentuk yang hampir sama, manajemen perusahaan dapat mempertimbangkan pemilihan strategi penjualan aset sebagai salah satu altematif solusi. Perbedaan skripsi ini dengan penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya adalah pada sudut pandangnya, dimana skipsi ini melihat tekanan keuangan sebagai sebuah pelanggaran terhadap kontrak yang telah dibuat manajemen dalam perusahaan sehingga manajemen terdorong untuk menyelamatkan posisinya dengan melakukan penjualan aset sebagai tawaran kontrak baru
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan dalam perusahaan. Posisi pencatatan saham di papan pengembangan dan tidak diterimanya opini wajar tanpa pengecualian dan auditor independen sebagai bentuk tekanan keuangan juga merupakan suatu hal baru dalam penelltian mengenai tekanan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA Arens and Loebbecke. Auditing: an Integrated Approach, 7th ed. New Jersey: Prentice Hall, 1997. Ayres. Ian, and Cramton, Peter. "Relational Investing and Agency Theory," Cardozo Law Review, vol. 15:1033,1994,1-18. BEJ Buat 2 Papan, Bisnis Indonesia, 1 Juli, 2000. hal. 1. Bukart, Mike, Gromb, Denis, and Panunzi, Fausto. "Agency Conflicts in Public and Negotiated Transfer of Corporate Control," Journal of Finance. vol. 55 (Apr 2000).647. Czmiel. Timothy P. and Nemiroff, Arthur R. "Early Signs of Financial Distress in Health Care Organizations," Commercial Lending Review. vol. 40 (2000),31-37. Dedee. J. Kim and Vorbies, Douglas W. "Retrenchment Activities of Small Firms during Economic Downturn: An empirical Investigation," Journal of Small Business Management, (July 1998). 4661. Denis. David J.. Denis, Diane K., and Sarin, Atulya. "Agency Problems. Equity Ownership, and Corporate Diversification," Journal of Finance, vol. 52 (Mar 1997). 135-160. DeWitt, Rocki-Lee. "Firm, Industry, and Strategy Influences on Choice of Downsizing Approach, "Strategic Management Journal, vol. 19 (Jan 1998),59-79. Djakman, Chaerul D. "Kontrak, Papan Perdagangan BEJ, Strategi Penjualan Aset." Penelitian yang tidak diterbitkan, Program Pascasarjana Bidang IImu Manajemen Universitas Indonesia,Depok, 1999. Eviews User's Guide, 2nd ed. California: Quantitative Micro Software, 2000. Giammarino, Ronald, Heinkel, Robert, and Hollifield, Burton. "Defensive Mechanism and Managerial Discretion," JoumalofFinance, vol. 52 (Sep 1997),1467-1493. . Glautier, MWE., and Underdown B. Accounting Theory and Practice, 6th ed. London: Pittman Publishing, 1997. th Greene, William H. Econometric Analysis, 4 ed. New Jersey: Prentice Hall, 2000 Guedes, Jose, and Parayre, Roch. "Managerial Reputation and Divisional Sell-ofts: A Model and. Empirical Test," Journal of Bcmking and Finance, vol. 21 (Aug 1997), 1085-1106. Gujarati, Damodar. Basic Econometrics, 200 ed. Singapore: McGraw Hill. 1988. HolI, Peter, and Kyriazis, Dimitris. "Agency, Bid Resistance, and The Market for Corporate Control," Journal of Business and Finance, vol. 24 (Sep 1997), 1037-1066. Imung, Frans. "'Second Board' Cegah Kapak Delisting," Uang dan Efek, no.49 (Sept 1998), 50-57. Institute for Economic Financial Research. Indonesian Capital, Market Directory 2000. ECFIN, 2000. th Johnson. Gerry, and Scholes, Kevan. Exploring Corporate Strategy, 4 ed. New York: Prentice Hall, 1997. Keraf, Gorys. Kompvslsl. NTT: Nusa Indah, 1971 Kim, Minchoul, and Kim, Minho. "A Note on the Determinants of the Outcomes of Bankruptcy Petitions: Evidence from Korea," Journal of Business, Finance, and Accounting, 26(7) & (8), Sept.lOct. 1999,997-1011. Loh, Channen, and Rathinasamy, R S. "The Impact of Antitakeover Devices on the Valuation Consequences of Voluntary Corporate Sell-offs," Financial Review, vol. 32 (Nov 1997), 691-707. Maksimovic, Vojislav, and Phillips, Gordon. "Asset Efficiency and Reallocation decisions of Bankrupt Finns," Journal of Finance, vol. 53 (Oct 1998), 1495-1532. Michael, Steven C. and Robbins D. Keith. "Retrenchment among Small Manufacturing Finns during Recession," Journal of Small Business Management, (July 1998), 35-45. th Newton, Grant W. Bankruptcy and Insolvency Accounting: Forms and Exhibitions, 6 ed. New York: John Wiley and sons, 2000. th Pearce, John and Robinson, Richard B. Strategic Management, 6 ed. Richard D. Irwin, 1997. Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-B: tentang Persyaratan dan Prosedur Pencatatan Saham di Bursa. keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. Kep-316/BEJ/06-2000'tanggal 30 Juni 2000. rd Pindyk, Robert S., and Rubinfield, Daniel L. Econometric Models and Economic Forecast, 3 ed. New York: McGraw Hill, 1991. Ramalan Delisting, Bisnis Indonesia, 4 Agustus, 1998, hal.7.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002
Stategi Penjualan Aset Dan Tekanan Keuangan Ramanathan, Ramu. Introductory Econometrics with Applications. Orlando: Harcourt Brace Jovanovich Publishers, 1989. Routledge, James, and Gadenne, David. " Financial Distress, Reorganizations, and Corporate Performance," Accounting and Finance, vol. 40 (2000), 233-260. Roy, Lynn D., and Mainley, John F. "The Effect of Finn Specialization on Shareholder Wealth," Mid Atlantic Journal of Business, vol. 33 (Dee 1997), 219-236. Safieddine, Assem, and Titman, Sheridan. "Leverage and Corporate Perfonnance: Evidence from Unsuccessful Takeover," The Journal of Finance, vol. 54 (April 1999), 54.7-580. Safitri, Indra. "Perppu Kepailitan, BEJ, dan Dua Papan Perdagangan," Jurnal Pasar Modal Indonesia, no.08/IXIAgustus 1998, 11-13. Schroeder, Richard G. and Clark, Myrtle W. Accounting Theory: Text and Readings, 6th ed. New York: John Wiley and Sons, 1998. Scott, William R. Financial Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall, 1997. Steiner, Thomas L. "The Corporate Sell-off Decision of Diversified Finns," Journal of Financial Research, vol. 20 (summer 1997), 231-241. Sullivan, Michael J., Crutchley, Claire E., and Johnson, Dana J. "Motivation For Voluntary Corporate Liquidations: Distress, Agency Conflicts, and Shareholder Gain," QJBE, University of NebraskaLincoln, vol. 36 (spring 1997), 3-17. Walker, Matthew A., "The Agency Problem and The Management of Closed-end Funds: Managerialism and Its Impact on Expense Ratios," Journal of Managerial Issues, vol. 9 (winter 1997), 485-496. Watts, R.L., and Zimmennan. Positive Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall, 1986. th Wolk, Harry L., and Tearney, Michael J. Accounting Theory: a Conceptual and Institutional Approach, 4 ed. Cincinnati, Ohio: South Westem College Publishing, 1997. Wright. Peter, and Ferris, Stephen P. "Agency Conflict and Corporate Strategy," Strategic Management Journal, vol. 180 (Jan 1997),77-83. 50% Emiten Terancam Delist, Bisnls Indonesia, 30 Desember, 1998, hal. 3. 50% Emiten BEJ Masuk Papan Pengembangan, Bisnis Indonesia, 4 Juli, 2000, hal.1.
SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 5 Semarang 5-6 September 2002