STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUTERA ALAM MELALUI PENDEKATAN KLASTER
Oleh : DJONI TARIGAN
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Strategi Pengembangan Agroindustri Sutera Alam Melalui Pendekatan Klaster adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor,
Maret 2008
Djoni Tarigan NRP. 995150
DJONI TARIGAN, A Strategy for the Development of Silk Agroindustry Using Cluster Approach. Under supervision of ANAS M. FAUZI, MARIMIN, ANI SURYANI, SUKARDI and MIEN KAOMINI. ABSTRACT A strategy of silk agroindustrial development can be done through a cluster approach. This approach may increase the competitiveness of this type of agroindustry because it will create vertical and horizontal relationships, complementarities and commonalities. The relationship may lead to the more economical agroindustrial activities. This study was intended to develop a model of silk agroindustrial development strategy through cluster approach in order to increase its competitiveness. In this study several important factors in forming industrial cluster such as linkage, core industry, geographic concentration and institution have been explored. Core industry is needed as a prime mover for linkage industries and institutions. It may well manage, support and coordinate all of stakeholders involved in the cluster. The model consists of (1) cluster location model, (2) core industry development model, (3) institution development model, (4) financial development model, (5) price harmonisation model. Model and data were integrated in computer based Decision Support System (DSS) called AI-Sutera. The results of the study are as follows : (1) the cluster location is Wajo, South Sulawesi, (2) the core industry is silk weaving industry, (3) the main problems in core industry are technology obsolete, low quality of raw material, and limited capital, (4) The Government and other interconnected institutions are suggested to overcome the problems, (5) The proposed institution is Unit Layanan Pengembangan Usaha (ULPU). Central, Province and Regional Government and Facilitator play a significant role in the cluster development. Other interconnected stakeholders such as Silk Association, Research and Development Institution, Importer, University, Exporters also have to support Government and facilitator to develop the cluster, (6) Financial analysis gives the results that farmers producing cocoon, silk spinning industry, silk weaving and batik industry are feasible to be developed since all of them have NPV >0, IRRs are higher than the market interest rate and Net B/Cs > 1. Even though all of silk agroindustry are feasible, their incomes are not equal. Farmer who produces cocoon gets the lowest income. Integration of cocoon producer, spinning, weaving and batik industries in the cluster may harmonize their incomes. By using calculation with constant batik price (Rp. 560,000/pieces), B/C 1.34, the price of cocoon, silk yarn and silk woven can be raised. Then, it will enable to promote silk agroindustry. Keywords : competitiveness, model, cluster, core industry, institution
RINGKASAN DJONI TARIGAN. Strategi Pengembangan Agroindustri Sutera Alam Melalui Pendekatan Klaster. Dibimbing oleh ANAS M. FAUZI, MARIMIN, ANI SURYANI, SUKARDI dan MIEN KAOMINI. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model sistem pengembangan agroindustri sutera alam melalui pendekatan klaster dalam rangka peningkatan daya saing. Basis model diintegrasikan dengan basis data dalam sistem penunjang keputusan berbasis komputer yang diberi nama model AI-Sutera. Pengembangan model agroindustri sutera alam mencakup aspek lokasi pengembangan, industri inti, kelembagaan, finansial dan kesetaraan harga. Metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan adalah Expert Survey yaitu melakukan wawancara dan pengisian kuesioner yang mendalam kepada sejumlah ahli/pakar. Penentuan ahli/pakar dilakukan melalui metode purposive sampling. Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait. Metode pengolahan data pada model identifikasi lokasi pengembangan klaster dilakukan dengan metode Location Quotient (LQ) sedangkan untuk pemilihan lokasi digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Identifikasi rantai nilai industri dilakukan dengan metode Independent Preference Evaluation (IPE) dan pemilihan industri inti dilakukan dengan metode AHP. Identifikasi elemen sistem pengembangan industri inti dan kelembagaan menggunakan kaidah IPE, dan model strukturisasi elemen menggunakan metode Interpretative Structural Modelling (ISM). Pada model kelayakan usaha digunakan analisa Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Pay Back Period (PBP). Kabupaten Wajo sebagai lokasi potensial untuk pengembangan klaster dengan industri inti adalah industri pertenunan. Tujuan utama pengembangan industri inti adalah meningkatkan pemasaran, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, meningkatkan kualitas dan mengembangkan disain. Pencapaian tujuan kunci akan mendukung tercapainya tujuan lainnya. Industri inti merupakan penggerak utama dalam klaster, dengan berkembangnya industri inti, industri terkait dan pendukung lainnya dapat ikut berkembang. Untuk mencapai tujuan tersebut kendala yang dihadapi industri inti yaitu keterbatasan teknologi, rendahnya kualitas bahan baku dan keterbatasan modal usaha harus diselesaikan terlebih dahulu melalui aktivitas peningkatan keterkaitan dengan lembaga keuangan, pengadaan bahan baku berkualitas, meningkatkan kemampuan teknologi, dan meningkatkan kemampuan SDM. Permasalahan tersebut tentunya tidak dapat diselesaikan oleh industri inti tersebut sendirian, tetapi memerlukan dukungan dari industri/institusi lain seperti pemerintah baik pusat, pemerintah daerah serta instansi/lembaga terkait lainnya. Untuk mengkoordinasikan semua pihak terkait dalam upaya penyelesaian masalah yang dihadapi usaha agroindustri sutera alam perlu dibentuk suatu lembaga. Pengembangan kelembagaan dilakukan dengan pembentukan suatu organisasi berbentuk jaringan yang dapat berfungsi sebagai koordinator, fasilitator dan mediator secara efektif, efisien dan sinergis. Lembaga dapat berbentuk Unit Layanan Pengembangan Usaha (ULPU) dan merupakan forum kerjasama lintas institusi
dengan anggota-anggota yaitu pengusaha Agroindustri Sutera Alam, Produsen Mesin/Peralatan, Eksportir, Lembaga Litbang, Importir, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Asosiasi, Perguruan Tinggi, Lembaga Keuangan, dan Fasilitator. Masing–masing anggota memiliki komitmen melakukan kerjasama saling menguatkan dan menjalankan fungsinya sebaik mungkin. Keberhasilan lembaga tersebut tentunya harus didukung oleh faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu perlunya komunikasi yang intensif antar semua anggota klaster, peningkatan kerjasama/network, adanya industri inti yang berperan sebagai penggerak utama usaha baik ke hulu maupun ke hilir, dukungan fasilitator untuk melakukan fasilitasi misalnya mengkoordinir pertemuan–pertemuan anggota dan adanya pimpinan dengan kemampuan mengelola organisasi serta jiwa kewirausahaan yang tinggi. Selain faktor penting untuk keberhasilan, faktor penghambat pembentukan klaster juga perlu diperhatikan. Hambatan pembentukan klaster adalah kurangnya pemahaman pengusaha tentang manfaat klaster, sulitnya melakukan koordinasi sesama stakeholder dan belum adanya sikap saling percaya antar pengusaha. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan peran pemerintah dalam melaksanakan koordinasi serta meningkatkan kesadaran pengusaha untuk dapat bekerjasama dan saling mempercayai, serta mensosialisasikan konsep klaster kepada pengusaha sehingga mereka dapat mengerti tentang manfaat klaster tersebut. Model kelayakan usaha menunjukkan bahwa usaha agroindustri sutera alam yang meliputi usaha pemeliharaan ulat sutera, pemintalan sutera, pertenunan sutera dan pembatikan serta usaha integrasi adalah layak untuk dikembangkan, namun dilihat dari sisi pemerataan pendapatan masih belum seimbang. Hasil pengolahan data model keseimbangan untuk integrasi usaha dari pemelihara ulat sutera, pemintalan, pertenunan dan pembatikan dengan kesetaraan B/C sebesar 1,34, harga batik sebesar Rp 560.000/stel, maka harga kain, benang, kokon dapat ditingkatkan. Untuk integrasi usaha dari pemelihara ulat sutera, pemintalan, dan pertenunan dengan kesetaraan B/C sebesar 1,26 , harga kain Rp 60.0000/meter, maka harga benang dan kokon dapat ditingkatkan. Untuk integrasi usaha dari pemelihara ulat sutera dan pemintalan dengan kesetaraan B/C sebesar 1,21, harga benang sebesar Rp 315.000/kg, maka harga kokon dapat ditingkatkan. Peningkatan harga kokon, benang dan kain dapat memberikan dampak pemerataan penghasilan dan jaminan kelangsungan usaha bagi ketiga usaha tersebut. Hasil analisa sensitivitas menunjukkan bahwa harga jual minimal untuk mencapai BEP dari kokon adalah Rp 24.064/kg, benang sebesar Rp 318.685/kg, kain sebesar Rp 58.784/meter dan kain batik Rp 542.370/stel. Implementasi pengembangan agroindustri sutera alam dengan pendekatan klaster memerlukan dukungan kebijakan pemerintah dalam pembentukan Unit Layanan Pengembangan Usaha sebagai forum kerjasama; peningkatan teknologi melalui bantuan mesin/peralatan kepada kelompok usaha maupun Unit Pelayanan Teknis, peningkatan sumber daya manusia melalui keterampilan dan sosialisasi peningkatan kesadaran pengusaha untuk peningkatan kerjasama serta mengubah sikap untuk mengikuti perubahan jaman serta peningkatan permodalan melalui fasilitasi akses ke lembaga keuangan maupun penyediaan modal melalui skemaskema perkreditan bagi IKM.
Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan, karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUTERA ALAM MELALUI PENDEKATAN KLASTER
DJONI TARIGAN 995150
Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Desertasi : Strategi Pengembangan Agroindustri Sutera Alam Melalui Pendekatan Klaster Nama : Djoni Tarigan Nrp : 995150 Program Studi : Teknologi Industri Pertanian
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M.Eng Ketua
Dr. Ir. Ani Suryani, DEA Anggota
Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc Anggota
Dr. Ir. Sukardi, MM Anggota
Dr. Ir. Mien Kaomini, M.Sc Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Dekan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Irawadi Jamaran
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 17 Januari 2008
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rakhmatNya penulisan disertasi dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini tidak lupa kami memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ketua Komisi Pembimbing Bapak Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M.Eng, dan para anggota Komisi Pembimbing Bapak Prof. Dr. Marimin, M.Sc, Ibu Dr. Ani Suryani, DEA, Bapak Dr. Ir. Sukardi, MM dan Ibu Dr. Ir. Mien Kaomini, M.Sc atas bantuan, bimbingan, nasehat, dorongan semangat, dan waktu yang diberikan kepada kami selama ini dengan sabar, penuh pengertian, dan keikhlasan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Penghargaan kami sampaikan pula kepada Bapak Prof. Dr. Endang Gumbira Sa’id, MADev sebagai penguji luar komisi pada Ujian Tertutup, Ibu Dr. Atih Suryati Herman, M.Sc, dan Bapak Dr. Ir. Dida, M.Sc, sebagai penguji luar komisi pada Ujian Terbuka, atas segala saran, masukan dan waktunya untuk penyempurnaan disertasi ini. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada para personalia di bawah ini : Dekan Sekolah Pascasarjana, Ketua Program Studi Pascasarjana Teknologi Industri Pertanian, Staf Pengajar dan Staf Administrasi yang telah membantu dan membekali ilmu selama mengikuti pendidikan. Ketua Departemen Teknologi Industri Pertanian beserta Staf dan rekan-rekan di Departemen Perindustrian. Penghargaan setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pimpinan dan Staf Departemen Perindustrian, Menegkop UKM, Dephut, Pimpinan dan Staf Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Selatan dan Dinas yang menangani sektor industri Kabupaten-Kota se Provinsi Sulawesi Selatan, Pimpinan dan Staf pada Kantor Pusat Badan Pusat Statistik di Jakarta, serta para nara sumber lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan informasi, masukan dan kemudahan selama penelitian dilakukan. Penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada isteri tercinta Drg Ita Paulina Sembiring, ananda Rinesia Tarigan, SKG dan Fidela Tarigan serta seluruh kerabat dan teman atas doa, kesabaran, dorongan, bantuan dan pengertian yang diberikan secara tulus dan ikhlas selama penulis menempuh pendidikan, dan tidak lupa ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Dr.Ir. Halim Mahfud M.Sc, Ir.Roni Wijaya, Arief Guntoro, Iskandar Zulkarnaen, S.Teks, MM dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak sekali membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini. Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih jauh dari kesempurnaan tidak luput dari kelemahan dan kekurangan, sehingga saran untuk perbaikan akan kami terima dengan segala ketulusan hati. Bogor,
Maret 2008
Djoni Tarigan
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabanjahe, Sumatera Utara pada tanggal 28 Nopember 1953 sebagai anak ketiga dari pasangan Merhat Tarigan (Alm) dan Tumpun Ginting (Alm). Pendidikan sarjana ditempuh di Institut Teknologi Tekstil Bandung jurusan Teknik Tekstil, lulus pada tahun 1981. Pada tahun 1992 penulis mengikuti program pascasarjana jurusan Business Administration di Birmingham University, Inggris, dengan beasiswa dari Departemen Keuangan dan selesai pada tahun 1994. Selanjutnya pada tahun 1999 penulis melanjutkan ke program Doktor pada program studi Teknologi Industri Pertanian di Institut Pertanian Bogor dengan biaya sendiri. Setelah menyelesaikan program S1 pada tahun 1981-1982 penulis bekerja di Pabrik Pemintalan PT. Putra Sejati Bogor dan sejak 1982-1984 di PT. Bara Exab Indonesia. Terhitung mulai 1 Maret 1985 sampai sekarang penulis bekerja di Departemen Perindustrian, Jakarta. Pada tahun 1984, penulis menikah dengan Drg. Ita Paulina Sembiring putri dari Bapak Petrus Sembiring dan Ibu Hana Sinulingga. Penulis telah dikaruniai 2 (dua) orang anak yang bernama Rinesia Tarigan, SKG dan Fidela Eniraisa Tarigan.
Ujian Tertutup Penguji luar komisi Ujian Terbuka Penguji luar komisi
: Prof. Dr. Endang Gumbira Sa’id, MADev
: 1. Dr. Ir. Atih Suryati Herman, M.Sc 2. Dr. Ir. Dida Heryadi Salya, MA
DAFTAR ISI Halaman
..........................................................................................
i
..................................................................................
iii
.............................................................................
v
.........................................................................
vii
DAFTAR ISTILAH ................................................................................
viii
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.3. Ruang Lingkup Penelitian .........................................................
1 9 9
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroindustri Sutera Alam ........................................................... 2.2. Jenis-Jenis Murbei dan Pemeliharaan Ulat Sutera ...................... 2.3. Industri Pemintalan Sutera Alam ................................................. 2.4. Industri Pertenunan ...................................................................... 2.5. Industri Pembatikan ...................................................................... 2.6. Pemasaran ..................................................................................... 2.7. Prospek Pengembangan ................................................................ 2.8. Konsep Klaster ....................................................................... 2.9. Membangun Keunggulan Daya Saing .......................................... 2.10. Konsep Rantai Nilai .................................................................... 2.11. Kelembagaan ............................................................................... 2.12. Pendekatan Sistem .................................................................... 2.13. Sistem Penunjang Keputusan ..................................................... 2.14. Metode Pengambilan Keputusan ................................................
7 8 13 14 15 16 17 18 36 39 43 44 45 48
III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 3.3. Tahapan Penelitian .........................................................................
62 66 66
IV ANALISA SISTEM 4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera ..................................... 4.2 Agroindustri di Sulawesi Selatan ................................................... 4.3. Analisis Kebutuhan ........................................................................ 4.4. Formulasi Permasalahan ................................................................ 4.5. Identifikasi Sistem ..........................................................................
71 72 74 79 80
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
i
V
KONFIGURASI DAN PERMODELAN SISTEM 5.1. Konfigurasi Model ......................................................................... 5.2. Sistem Manajemen Basis Model .................................................... 5.3. Model Pengembangan Agroindustri Sutera Alam ...... .................. melalui Pendekatan Klaster 5.4. Model Pemilihan Lokasi Pengembangan Klaster Agroindustri Sutera Alam ................................................................................. 5.5. Model Pemilihan Industri Inti ........................................................ 5.6. Model Pengembangan Industri Inti ............................................... 5.7. Model Pengembangan Kelembagaan ............................................. 5.8. Model Kelayakan Usaha ................................................................ 5.9. Model Kesetaraan Harga .............................................................. 5.10. Sistem Manajemen Basis Data ..................................................... 5.11. Sistem Manajemen Terpusat ........................................................
86 87 88 90 92 98 99 100
VI PEMODELAN SISTEM KLASTER 6.1. Model Lokasi Pengembangan ........................................................ 6.2. Model Industri Inti ........................................................................ 6.3. Model Kelembagaan ..................................................................... 6.4. Model Kelayakan Usaha .............................................................. 6.5. Model Kesetaraan Harga .............................................................. 6.6. Verifikasi dan Validasi Model .....................................................
102 108 124 138 147 149
VII PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUTERA ALAM 7.1. Kebijakan Pengembangan Klaster ................................................. 7.2. Pengembangan Klaster Agroindustri Sutera Alam ....................... 7.3. Implikasi Kebijakan Pengembangan Agroindustri Sutera Alam ..
151 155 160
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan .................................................................................... 8.2. Saran ............................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
182 184 185 192
83 85 85
ii
DAFTAR TABEL Halaman 1 Perkembangan IKM Pemintalan dan Pertenunan Sutera Tahun 2002-2005 ................................................................................ 2 Skala Banding Berpasangan Pada AHP ................................................ 3 Kebutuhan Pelaku Agroindustri Sutera Alam ..................................... 4 Kebutuhan Saling Bersinergi ................................................................ 5 Kebutuhan yang Menciptakan Konflik ................................................. 6 Kebutuhan yang Tidak Saling Mempengaruhi ..................................... 7 Konfigurasi Basis Model Sistem Pengembangan Agroindustri Sutera Alam ..................................................................... 8 Data Kegiatan Budidaya Sutera Alam di Sulsel Tahun 2006 .............. 9 Data Industri Pemintalan Sutera Alam di Sulsel Tahun 2006 ............. 10 Data Industri Pertenunan Sutera Alam di Sulsel Tahun 2006 ............. 11 Jumlah Unit Usaha Sutera Alam di Sulsel Tahun 2006 ....................... 12 Jumlah Unit Usaha Sutera Alam dan Location Quotient 2006 ............ 13 Reachability Matrix Final dan Interpretasinya dari Elemen Kendala Pengembangan ………………………………………………………. 14 Reachability Matrix Final dan Interpretasinya dari Elemen Kebutuhan ……………………………………………… 15 Reachability Matrix Final dan Interpretasinya dari Elemen Tujuan … 16 Reachability Matrix Final dan Interpretasinya dari Elemen Aktivitas.. 17 Reachability Matrix Final dan Interpretasinya dari Elemen Pelaku/Lembaga …………………………………………………….. 18 Reachability Matrix Final dan Interpretasinya dari Elemen Keberhasilan Pengembangan Klaster .................................................. 19 Reachability Matrix Final dan Interpretasinya dari Hambatan Pembentukan Klaster …………………………………………… 20 Reachability Matrix Final dan Interpretasinya dari Elemen Peran Pemerintah …………………………………………………………… 21 Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Sutera Alam ........................ 22 Hasil Analisis Sensitivitas Perubahan Harga Jual Kokon Terhadap Kriteria Investasi Pada Pemeliharaan Ulat Sutera .............................. 23 Hasil Analisis Sensitivitas Perubahan Harga Jual Benang Terhadap Kriteria Investasi Pada Industri Pemintalan Sutera ........................... 24 Hasil Analisis Sensitivitas Perubahan Harga Jual Kain Terhadap Kriteria Investasi Pada Industri Pertenunan Sutera ........................... 25 Hasil Analisis Sensitivitas Perubahan Harga Jual Kain Batik Terhadap Kriteria Investasi Pada Usaha Pembatikan Sutera ................ 26 Hasil Analisa Sensitivitas Peningkatan Harga Jual Kokon, Benang, Kain dan Batik Terhadap Kriteria Investasi Pada Usaha Agroindustri Sutera Alam.......................................................................................... 27 Hasil Analisa Sensitivitas Perubahan Harga Bahan Baku Kokon terhadap Kriteria Investasi Pada Usaha Pemintalan...............................
7 52 76 77 78 78 85 103 103 104 105 106 112 115 118 121 126 129 132 135 139 140 140 141 141 142 142 iii
28 Hasil Analisa Sensitivitas Perubahan Harga Bahan Baku Benang terhadap Kriteria Investasi Pada Usaha Pertenunan .............................. 29 Hasil Analisa Sensitivitas Perubahan Harga Bahan Baku Kain terhadap Kriteria Investasi Pada Usaha Pembatikan ............................. 30 Hasil Analisa Sensitivitas Perubahan Biaya Pemasaran Terhadap Kriteria Investasi Pada Masing-masing Usaha Agroindustri Sutera Alam ………………………………………………………………….. 31 Kebutuhan Pasokan Pada Usaha Integrasi Pemelihara Ulat Sutera, Pemintalan, Pertenunan dan Pembatikan .............................................. 32 Kebutuhan Pasokan Pada Usaha Integrasi Petani/pemelihara Ulat Sutera, Pemintalan, dan Pertenunan ..................................................... 33 Hasil Analisa Kelayakan Usaha Integrasi Petani/pemelihara Ulat Sutera dan Pemintalan ........................................................................ 34 Hasil Analisis Kesetaraan B/C Usaha Integrasi Petani/pemelihara Ulat Sutera, Pemintalan, Pertenunan dan Pembatikan .......................... 35 Hasil Analisis Kesetaraan B/C Usaha Integrasi Petani/pemelihara Ulat Sutera, Pemintalan dan Pertenunan .............................................. 36 Hasil Analisis Kesetaraan B/C Usaha Integrasi Petani/pemelihara Ulat Sutera dan Pemintalan ...............................................................
143 144 144 146 146 147 148 148 149
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Alur Proses Usaha Sutera Alam ....................................................... Berbagai Jenis Murbei ...................................................................... Pohon Murbei, Pemeliharaan Ulat Sutera dan Kokon ..................... Mesin Reeling (Pemintalan) Sutera Otomatis, Mesin Reeling Sutera Konvensional dan Benang Sutera Hasil Reeling .................. Alat Tenun Bukan Mesin , Kain Sutera Produksi Thailand.............. Proses Pembatikan dengan Cap dan Tulis serta Kain Batik.............. Grafik Perkembangan Ekspor Produk Sutera ................................... Grafik Perkembangan Impor Produk Sutera .................................... Sistem Nilai (value System) .............................................................. Model Keterkaitan Strategi Klaster .................................................. Berlian Keunggulan Daya Saing Industri Nasional ......................... Siklus Integrasi Perusahaan dalam Persaingan ................................ Rantai Nilai Dalam Perusahaan ....................................................... Sistem Nilai Dalam Perusahaan ....................................................... Struktur Dasar Sistem Penunjang Keputusan .................................. Struktur Hirarki AHP ...................................................................... Matriks DP-D untuk Elemen Tujuan ............................................... Kerangka Pemikiran Konseptual Pengembangan Agroindustri Sutera Alam Melalui Pendekatan Klaster ....................................... Diagram Alir Pengembangan Agroindustri Sutera Alam Melalui Pendekatan Klaster .......................................................................... Peta Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara ................................................................... Diagram Sebab Akibat Sistem Pengembangan Agroindustri Sutera Alam Melalui Pendekatan Klaster ................................................... Diagram Input-Output Sistem Pengembangan Agroindustri Sutera Alam Melalui Pendekatan Klaster ................................................... Konfigurasi Sistem Pendukung Keputusan Strategi Pengembangan Agroindustri Sutera dengan Pendekatan Klaster .............................. Diagram Alir Model Pemilihan Lokasi Pengembangan Klaster ...... Diagram Alir Model Pemilihan Industri Inti Agroindustri Sutera Alam ................................................................................................ Diagram Alir Sub Model Identifikasi Elemen Pengembangan Industri Inti ....................................................................................... Diagram Alir Sub Model Strukturisasi Elemen Pengembangan Industri Inti ....................................................................................... Diagram Alir Sub Model Identifikasi Elemen Pelaku/Lembaga ..... Diagram Alir Sub Model Strukturisasi Elemen Pelaku/Lembaga ... Diagram Alir Sub Model Kelayakan Usaha Kebun dan Pemeliharaan Ulat Sutera .................................................................
8 11 13 14 15 16 17 17 27 34 36 39 41 41 47 51 55 64 65 73 80 81 84 86 87 88 89 90 91 93 v
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
Diagram Alir Sub Model Kelayakan Usaha Pemintalan Sutera ...... Diagram Alir Sub Model Kelayakan Usaha Pertenunan Sutera ...... Diagram Alir Sub Model Kelayakan Usaha Pembatikan ................. Diagram Alir Sub Model Kelayakan Usaha Integrasi ..................... Diagram Alir Model Kesetaraan/Harmonisasi Harga ..................... Hirarki Pemilihan Lokasi Pengembangan .......................................... Hirarki Elemen dan Vector Pemilihan Lokasi Pengembangan .......... Hirarki Pemilihan Industri Inti ........................................................... Hirarki Elemen dan Vector Pemilihan Industri Inti................. .......... Strukturisasi Elemen Kendala Pengembangan Agroindustri Sutera Alam …………………………………………................................... Klasifikasi Elemen Kendala Pengembangan Industri Inti ................. Strukturisasi Elemen Kebutuhan Pengembangan Agroindustri Sutera Alam …………………………………................................... Klasifikasi Elemen Kebutuhan Pengembangan Agroindustri Sutera Alam .................................................................. Strukturisasi Elemen Tujuan Pengembangan Industri Inti ................ Klasifikasi Elemen Tujuan Pengembangan Industri Inti ................... Strukturisasi Hirarki Elemen Aktivitas Pengembangan Industri Inti . Klasifikasi Elemen Aktivitas Pengembangan Agroindustri Sutera Alam .................................................................................................. Strukturisasi Hirarki Elemen Pelaku/Lembaga Pengembangan ........ Klasifikasi Elemen Pelaku/Lembaga Pengembangan ....................... Strukturisasi Elemen Keberhasilan Pengembangan Klaster .............. Klasifikasi Keberhasilan Pengembangan Klaster ............................ Strukturisasi Elemen Hambatan Pembentukan Klaster .................... Klasifikasi Hambatan Pembentukan Klaster ……………………… Strukturisasi Hirarki Elemen Peran Pemerintah ................................ Klasifikasi Elemen Peran Pemerintah ……………………………... Sub Elemen Dengan Driver Power Kuat Pada Sistem Pengembangan Agroindustri Sutera Alam Melalui Pendekatan Klaster ......... Model Kelembagaan Agroindustri Sutera Alam Melalui Pendekatan Klaster ............................................................................
94 95 96 97 98 107 107 109 109 113 114 116 117 119 120 122 123 127 128 130 131 133 134 134 137 157 167
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8
Data Struktur Biaya Usaha Tani/Pemelihara Ulat Sutera...................... Data Struktur Biaya Industri Pemintalan Sutera Alam ......................... Data Struktur Biaya Industri Pertenunan Sutera ................................... Data Struktur Biaya Industri Pembatikan Sutera .................................. Perkiraan Arus Kas Agroindustri Sutera ............................................... Keperluan Mesin, Peralatan dan Lahan ................................................ Potensi Agroindustri Sutera Alam di Kabupaten Wajo......................... Petunjuk Penggunaan Software AI-Sutera ............................................
192 195 197 198 201 203 204 205
vii
DAFTAR ISTILAH 1
AHP
2
ATBM
3 4 5
ATM BEP Competitive Advantage Daya Saing
6 7 8
Finishing silk fabrics Industri inti
9
Industri Kecil
10 Industri Menengah
11 IRR 12 Integrasi 13 Kelembagaan 14 Kerjasama 15 Keterkaitan
Analitical Hierarchy Process atau proses hierarki analitic, salah satu metoda pengambilan keputusan dengan menerapkan analisis dan sintesis guna mendapatkan peubah yang memiliki prioritas tertinggi dan paling berpengaruh terhadap pengambilan keputusan tersebut. Singkatan dari Alat Tenun Bukan Mesin yang digunakan untuk menenun benang yang menghasilkan kain. Alat Tenun Mesin Break Event Point, titik impas Keunggulan bersaing Dalam penelitian ini daya saing terkait dengan kualitas, disain, biaya dan delivery. Kain sutera yang sudah diproses lanjut antara lain anti kusut, diperlembut dll. Industri yang diunggulkan dan diharapkan menjadi penghela usaha lainnya di dalam klaster Menurut Undang-Undang No 9 tahun 1995, Industri Kecil adalah usaha yang mempunyai nilai asset diluar tanah dan bangunan sebesar ≤ Rp. 200 (Dua Ratus Juta Rupiah) Menurut BPS Industri Kecil adalah usaha yang mempunyai tenaga kerja > 5 (lima) orang dan < 20 (dua puluh) orang. Menurut Inpres No. 10 Tahun 1999, Industri Menengah adalah usaha yang mempunyai nilai asset diluar tanah dan bangunan sebesar ≤ Rp. 10 Milyar (Sepuluh Milyar Rupiah) Menurut BPS Industri Menengah adalah usaha yang mempunyai tenaga kerja ≥ 20 (dua puluh) orang dan < 100 (seratus) orang. Internal Rate of Return, tingkat pengembalian modal atau investasi Penggabungan satu usaha dengan usaha lainnya Menurut Nasution (1999), kelembagaan didefinisikan sebagai suatu sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya yang sekaligus mengatur hubungan seseorang dengan lainnya. Kegiatan yang dilakukan secara bersama untuk mencapai satu tujuan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama Menurut Porter (1994) keterkaitan adalah hubungan antar suatu aktivitas dengan aktivitas lain.
viii
16 Klaster
17 Kokon 18 Metodologi 19 Model 20 Murbei 21 NPV 22 Net B/C 23 OWA 24 PBP 25 Pemodelan 26 Raw Silk 27 Reeling 28 29 30 31
Stakeholders Twist UKM Validasi
32 Value Chain 33 Verifikasi
Depperin (2006e), mendefinisikan klaster sebagai kelompok yang secara geografis berdekatan, yang terdiri dari perusahaanperusahaan dan institusi-institusi terkait dalam bidang tertentu, yang dihubungkan dengan adanya kebersamaan (commonalities) dan sifat saling melengkapi (complementaries) satu sama lain. Kokon adalah gulungan filamen yang diproduksi oleh ulat sutera Kumpulan metoda yang digunakan dalam pencapaian suatu tujuan Menurut Suryadi dan Ramdani (2000), model didefinisikan sebagai suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem nyata Sejenis pohon yang daunnya digunakan sebagai pakan ulat sutera Net Present Value, nilai sekarang dari suatu laba yang timbul karena adanya investasi Perbandingan antara keuntungan bersih yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan Ordered Weighted Average, salah satu metoda agregasi fuzzy yang memudahkan penggabungan operasi AND dan OR Pay Back Period, perioda atau jangka waktu pengembalian investasi Upaya membentuk model sesuai dengan yang ditetapkan atau dirancang sebelumnya Benang sutera yang belum di twist Mesin yang digunakan untuk memintal filamen yang berasal dari kokon yang menghasilkan benang sutera. Pemangku kepentingan yang terlibat. Gintir. Untuk menambah kekuatan benang diperlukan gintiran. Usaha Kecil Menengah Menurut Sargent (1998), validasi model adalah kebenaran bahwa model yang telah dikomputerkan memiliki akurasi/ketepatan sesuai model aplikasi yang diharapkan Rantai nilai yang terdiri dari aktivitas utama dan aktivitas pendukung Menurut Sargent (1998), verifikasi model adalah keyakinan bahwa program komputer dan implementasinya sudah benar.
ix