STRATEGI PENCAPAIAN SWASEMBADA PADI BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN SELATAN MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Agus Hasbianto, Aidi Noor, dan Muhammad Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P. Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan provinsi dengan fokus komoditas sub sektor tanaman pangan yaitu padi, sehingga Kalimantan Selatan menjadi salah satu provinsi penyangga ketersediaan beras nasional. Pada tahun 2013, tercatat sebanyak 432.500 rumah tangga yang menggantungkan hidupnya pada usahatani padi. Usahatani padi sebagai sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai komponen yang saling terkait, menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan swasembada padi, yang pendekatannya dapat dilakukan menggunakan pendekatan sistem dinamik. Penelitian dilakukan pada tahun 2013 melalui beberapa kegiatan yaitu pengumpulan data dan informasi untuk mengidentifikasi permasalahan dalam produksi padi, penyusunan CLD dan struktur model serta validasi model. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi (bahan rekomendasi) bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam pencapaian swasembada padi berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa pilihan strategi yang dapat ditempuh untuk mencapai swasembada padi berkelanjutan di Kalimantan Selatan, dua strategi utama yaitu (i) peningkatan luas tanam padi varietas unggul dan penggunaan benih bermutu sebanyak 10% dari luas eksisting, dan (ii) peningkatan indeks pertanaman (IP) padi sawah sebesar 20% dari kondisi eksisting. Kedua strategi tersebut memerlukan dukungan kebijakan atau program strategis lainnya seperti perbaikan dan perluasan sarana irigasi, pemupukan berimbang sesuai rekomendasi, penurunan tingkat kehilangan hasil melalui perbaikan proses pascapanen, dan mempercepat upaya penurunan tingkat konsumsi beras per kapita. Kata kunci : swasembada padi, sistem dinamik, kalimantan selatan
Pendahuluan Ketahanan pangan nasional dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong peningkatan produksi tidak hanya di wilayah sentra namun juga di wilayah pengembangan. Salah satu komoditas penting yang selalu menjadi bagian dari ketahanan pangan adalah padi, komoditas strategis dan menjadi bahan pangan pokok utama di Indonesia. Padi merupakan komoditas strategis dalam sistem ketahanan pangan nasional karena beras merupakan pangan utama hampir seluruh rakyat Indonesia. Usahatani padi merupakan tulang punggung perekonomian petani di pedesaan, sehingga beras akan tetap menjadi komoditas strategis secara ekonomi, sosial dan politis (Fagi et al., 2003). Secara nasional, Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 233
kebutuhan masyarakat akan beras telah dapat dipenuhi melalui produksi dalam negeri. Bappenas (2013) menyampaikan bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2008-2012) surplus beras Indonesia terus meningkat dari 2,1 juta ton menjadi 5,7 juta ton (Tabel 1). Tabel 1. Konsumsi dan surplus beras indonesia Tahun
Konsumsi (000 ton)
2008 31.799 2009 32.195 2010 33.068 2011 33.056 2012 33.047 Laju (%/tahun) 0,97 Sumber : Bappenas, 2013
Produksi (000 ton) 33.915 36.205 37.369 36.968 38.823
Surplus/Defisit Ribu Ton % 2.116,3 6,24 4.009,9 11,08 4.301,3 11,51 3.912,1 10,58 5.776,2 14,88
3,48
Salah satu provinsi sentra produksi padi adalah Kalimantan Selatan. Padi merupakan komoditas pangan utama di provinsi ini, sehingga Pemerintah Provinsi memberikan perhatian yang besar terhadap sektor pertanian khususnya padi. Padi diusahakan di beberapa agroekosistem, diantaranya lahan kering, lahan sawah irigasi, rawa lebak dan pasang surut yang tersebar di 13 Kabupaten/Kota. Selama periode beberapa tahun terakhir, Kalimantan Selatan telah berhasil meningkatkan produksi padi dan mempertinggi volume surplus beras. Hal tersebut menempatkan Kalimantan Selatan sebagai provinsi penyangga ketersediaan beras dan ketahanan pangan nasional. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah menjadikan azas keberlanjutan sebagai dasar bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi tahun 2011 – 2015, dimana salah satu misi yang akan dicapai adalah mengembangkan daya saing ekonomi daerah berbasis lingkungan dan masyarakat, dengan memanfaatkan sumberdaya lokal dan posisi geografis. Guna mencapai misi tersebut, dalam sektor pertanian Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan telah menetapkan arah kebijakan dengan (a) mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan, dan (b) meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Sebagai salah satu sektor unggulan, maka pertanian dengan fokus komoditas sub sektor tanaman pangan yaitu padi menjadi perhatian khusus. Kalimantan Selatan menjadi salah satu provinsi penyangga ketersediaan beras nasional dan terus berupaya meningkatkan produksi agar mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap upaya Pemerintah Indonesia mencapai surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014. Menurut data BPS (2012), produksi padi Kalimantan Selatan tahun 2011 mencapai 2,04 juta ton atau setara 1,146 juta ton beras (asumsi konversi padi menjadi beras adalah 56,22%). Produksi beras tersebut lebih tinggi dibandingkan kebutuhan beras yang mencapai 514,2 ribu ton (jumlah penduduk tahun 2011 sebanyak 3.695.124 jiwa dengan konsumsi per kapita per tahun adalah 139,15 kg), sehingga terdapat surplus beras sebesar 632,2 ribu ton. Jumlah penduduk Kalimantan Selatan pada tahun 2014 diperkirakan 3.802.568 jiwa (asumsi laju pertumbuhan penduduk 0,96% per tahun) dengan kebutuhan beras mencapai 529,1 ribu ton, sehingga produksi gabah kering giling harus mencapai 2,275 juta ton. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan produksi melalui optimalisasi pemanfaatan lahan sawah dan peningkatan produktivitas padi menjadi 4,65 ton/ha dari sebelumnya 4,17 ton/ha.
Agus Hasbianto et al.: Strategi pencapaian swasembada padi | 234
Upaya tersebut akan berdampak pada perubahan kondisi lingkungan terutama terhadap pemanasan global dan perubahan iklim, karena sektor pertanian disinyalir sebagai salah satu sumber emisi gas rumah kaca (GRK). Oleh karena itu, upaya pencapaian sasaran peningkatan produksi padi harus memperhatikan aspek keberlanjutan dan ramah lingkungan. Badan Litbang Pertanian telah mendiseminasikan berbagai inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas serta mereduksi cemaran usahatani terhadap lingkungan. Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) melalui penggunaan varietas unggul, pengelolaan air dan komponen lainnya dapat menurunkan emisi gas rumah kaca. Namun demikian, petani di Kalimantan Selatan belum banyak yang menggunakan berbagai hasil penelitian dan pengkajian Badan Litbang Pertanian untuk peningkatan produksi sekaligus mengurangi emisi GRK. Hal tersebut terjadi karena Pemerintah Daerah cenderung fokus pada pencapaian target produksi dan informasi yang diterima oleh Pemerintah Daerah belum menyentuh pada peran tiap komponen produksi dan tidak seluruh komponen tersebut terkuantifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi (bahan rekomendasi) bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dalam pencapaian swasembada padi berkelanjutan melalui pendekatan sistem dinamik.
Metode Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Februari – September 2013, melalui tiga tahap yaitu (i) pengumpulan data dan informasi untuk mengidentifikasi permasalahan dalam produksi padi di Kalimantan Selatan, (ii) penyusunan causal loop diagram (CLD) dan struktur model, dan (iii) validasi output model. Data dan informasi diperoleh dari sumber data terkait di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, dan instansi terkait lainnya. Penyusunan CLD diawali dengan identifikasi permasalahan dalam produksi padi. Struktur model dibangun setelah terhubungnya variabel-variabel terkait produksi padi dan kuantifikasi dari setiap variabel yang digunakan dalam model. CLD disusun menggunakan software Powersim Constructor dan struktur model dibangun menggunakan software Stella. Validasi model dilakukan dengan membandingkan output model dinamik dengan nilai aktual pada variabel yang sama. Strategi untuk swasembada padi berkelanjutan diperoleh setelah model valid dengan menampilkan rekomendasi kebijakan dan atau program yang paling mungkin dan mudah dilaksanakan.
Hasil dan Pembahasan Identifikasi Permasalahan Produksi Padi Ketersediaan beras yang berasal dari produksi sendiri telah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kalimantan Selatan dan bahkan dalam beberapa tahun terjadi surplus. Oleh karena itu, permasalahan yang menjadi dasar modeling ini adalah perlunya peningkatan produksi padi agar diperoleh surplus beras yang lebih besar dari kondisi saat ini, sehingga dapat memperkuat dan menjamin ketahanan pangan di Provinsi Kalimantan Selatan dan mendukung stabilitas ketahanan pangan nasional. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 235
Variabel-variabel utama penentu produksi padi adalah luas panen dan produktivitas dari varietas yang ditanam. Produktivitas antara lain dipengaruhi oleh varietas yang digunakan dan mutu benihnya, kesuburan tanah yang menentukan jumlah dan jenis pupuk. Sedangkan luas panen dipengaruhi oleh luas tanam, luas serangan OPT, dan kondisi lingkungan terutama terkait dengan kecukupan atau kekurangan air. Selain itu, terdapat variabel-variabel lainnya yang terkait dengan produksi padi dan berpengaruh terhadap lingkungan serta ekonomi petani sebagai pelaku utama usaha tani padi di Kalimantan Selatan. Causal Loop Diagram (CLD) Berbagai variabel yang mempengaruhi atau berkaitan dengan produksi padi tersebut, selanjutnya saling dihubungkan untuk memperlihatkan keterkaitan antar komponen dalam sistem produksi serta mempermudah dalam membuat hubungan kuantitatif dalam model yang dibangun. Keterkaitan antar variabel atau komponen tersebut digambarkan dalam bentuk diagram sebab akibat (Causal Loop Diagram, CLD).
Gambar 1. CLD Sub model produksi padi di Kalimantan Selatan Gambar 1di atas menunjukkan hubungan antar komponen dalam sistem dinamik produksi padi. Komponen-komponen yang bekaitan dengan konsumsi dan surplus/defisit produksi tidak dimasukkan dalam CLD namun masuk dalam struktur model dan pendugaan kuantitatif.
Agus Hasbianto et al.: Strategi pencapaian swasembada padi | 236
Struktur Model Struktur model produksi padi di Kalimantan Selatan disusun dengan menghubungkan variabel-variabel utama yang mempengaruhi produksi padi, sebagaimana telah digambarkan dalam CLD. Selain itu, struktur model juga harus merupakan hubungan yang bersifat kuantitatif agar mampu melakukan pendugaan dan memberikan output terukur. Struktur model produksi padi ditampilkan pada Gambar 2 berikut. MODEL DINAMIK SWASEMBADA BERAS DI KALSEL - SUB SISTEM PRODUKSI (RL-1)
f raksi cetak sawah
IP swh
IP ladang
alih f ungsi
Luas sawah
pertumbuhan ladang
luas tanam ladang
luas tanam swh
pertumbuhan tanam
alih f ungsi ladang
indeks tanam swh
indeks tanam ladang
luas panen sawah
~
luas panen ladang indeks panen ladang
indeks panen swh
prod GKG swh existing
f raksi cetak ladang
Luas ladang
prod GKG ladang existing
~ prov itas existing ladang produktiv itas swh
produksi GKG sawah
produksi GKG ladang
produktiv itas ladang
prov itas existing swh Prod GKG swh & ldg existing
luas y g unggul swh
luas dipupuk swh
Utk Benih
Gabah utk pakan Ternak
prov itas krn benih swh
luas y g unggul ldg
luas dipupuk ldg
prov itas krn peny uluhan ldg
peny uluhan ldg
prov itas krn OPT ldg
OPT ldg
prov itas krn pupuk swh bahan baku industri
luas irigasi swh
peny uluhan swh
prov itas krn benih ldg
prov itas krn pupuk ldg
prod GKG swh & ladang
susut or tercecer
prov itas krn irigasi swh
GKG mjd beras
prov itas krn peny uluhan swh
beras utk pakan ternak Beras utk industri non mknan
prov itas krn OPT swh
OPT swh
susut & tercecer beras utk industri 1 konv ersi beras utk pakan 1
bhn baku industri 1
surplus beras
neraca
konsumsi per kapita
beras susut tercecer 1 utk benih 1
penduduk Kalsel
produksi beras
susut tercecer 1
laju pertumbuhan
Prod GKG swh & ldg existing
produksi beras existing GKG exist mjd beras surplus beras existing
utk pakan ternak 1
f raksi pertumbuhan kebutuhan beras
konversi
Gambar 2. Struktur model produksi padi di Kalimantan Selatan Gambar 2 di atas menunjukkan komponen-komponen model dan hubungannya yang berperan dalam produksi padi di Kalimantan Selatan. Selain komponen yang merupakan input utama yang mempengaruhi perubahan produktivitas padi, terdapat juga komponen lain yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi diantaranya Indeks Pertanaman (IP) sawah dan ladang serta tingkat kehilangan hasil saat panen dan pascapanen. Validasi Output Model Pengujian akurasi atau validasi suatu model, menurut Handoko (2005) dapat dilakukan menggunakan metode kualitatif dan kuantitif. Validasi model secara kualitatif diantaranya dengan menggunakan grafik yang dapat memvisualisasikan output model dengan pengukuran berdasarkan waktu atau periode tertentu. Menurut Qadir (2012) validasi atau verifikasi model dimaksudkan sebagai tahapan kegiatan pemodelan yang bertujuan untuk menilai kesesuaian hasil simulasi dengan hasil aktual.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 237
Gambar 3. Validasi output model produksi GKG di Kalimantan Selatan, periode tahun 2003 - 2012 Hasil validasi kualitatif terhadap data produksi GKG dan produksi beras pada gambar 3 di atas menunjukkan bahwa data hasil simulasi memiliki kesesuaian dengan data aktual.
Gambar 4. Validasi output model produksi beras di Kalimantan Selatan, periode tahun 2003 – 2012 Sebagaimana hasil validasi terhadap produksi GKG, hasil validasi kualitatif terhadap data produksi beras pada gambar 4 di atas juga menunjukkan bahwa data hasil simulasi memiliki kesesuaian dengan data aktual. Hasil validasi kualitatif tersebut juga didukung oleh hasil validasi kuantitatif yang menunjukkan hasil yang sama sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2 berikut. Agus Hasbianto et al.: Strategi pencapaian swasembada padi | 238
Tabel 2. Hasil Validasi Kuantitatif Model
No
Variabel
Hasil Validasi MSE
RMSPE
1
Produksi GKG (ton)
0,0022782
0,0477301
2
Produksi Beras (ton)
0,0032522
0,0570277
Tabel 2 menunjukkan nilai MSE untuk variabel produksi GKG dan produksi beras ‹ 5%. Menurut Suryani (2006), jika nilai MSE suatu model ‹ 5% maka model tersebut dianggap valid. Dengan demikian, berdasarkan hasil pengujian secara kualitatif dan kuantitatif model yang dibangun dapat digunakan untuk pendugaan dan memberikan rekomendasi strategi yang paling tepat dan mudah dilaksanakan dalam peningkatan produksi padi di Kalimantan Selatan. Strategi Pencapaian Swasembada Padi Berkelanjutan Terdapat beberapa strategi yang memungkinkan untuk dilakukan guna mencapai swasembada padi berkelanjutan di Provinsi Kalimantan Selatan. Data perkembangan luas panen dan produktivitas yang dipublikasikan oleh BPS dan Dinas Pertanian TPH Provinsi Kalimantan Selatan, menunjukkan bahwa petani padi telah menerapkan inovasi teknologi dalam usahataninya. Salah satu inovasi teknologi padi yang penting dan diterapkan petani adalah penggunaan varietas unggul dan benih bermutu. Luas lahan sawah yang telah menggunakan varietas unggul mencapai 60%, sehingga strategi yang paling memungkinkan untuk ditempuh dalam mencapai seasembada berkelanjutan adalah meningkatan penggunaan padi varietas unggul sebesar 10% dari kondisi eksisting. Dengan demikian, maka luas sawah yang menggunakan padi varietas unggul akan mencapai 70%. Strategi ini tentu saja tidak dapat berdiri sendiri dan harus diikuti dengan langkah strategis berupa pemupukan berimbang, yang dilakukan tepat waktu dan pengendalian OPT. Jika pemerintah daerah dan petani menerapkan strategi tersebut maka pada tahun 2014 akan diperoleh surplus beras sebesar 766.860 ton. Volume surplus beras tersebut telah melebihi target surplus yang ditetapkan Pemerintah Daerah sebesar 734.000 ton. Untuk mencapai target luas tanam varietas unggul sebanyak 70% dari luas sawah keseluruhan, maka diperlukan tambahan penyediaan benih unggul sekitar 1.300 ton, intensifikasi lahan sawah seluas 50.000 ha, dan tambahan penyediaan pupuk sekitar 10%. Strategi ini selain paling memungkinkan dilaksanakan, juga berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Strategi lainnya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah dan Petani adalah melalui peningkatan indeks pertanaman (IP). Pada kondisi eksisting, IP padi sawah di Kalimantan Selatan hanya mencapai 1,04. Jika IP tersebut dapat ditingkatkan sebanyak 20% saja menjadi 1,34 maka akan diperoleh surplus beras mencapai > 800.000 ton. Volume surplus beras melalui pilihan strategi peningkatan IP lebih banyak dibandingkan perluasan penggunaan varietas unggul. Melalui pilihan peningkatan IP tersebut, maka konsekuensinya adalah perlunya penyediaan air agar mencukupi untuk penanaman kedua, penyediaan benih bermutu dan pupuk tepat waktu terutama berkaitan dengan ketersediaan air dan tenaga kerja yang umumnya berkurang pada tanam kedua, serta peningkatan pengawalan OPT padi. Dua pilihan strategi utama dalam pencapaian swasembada padi berkelanjutan, selain didukung dengan kebijakan atau program strategis pemupukan berimbang dan pengendalian Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 239
OPT, penyediaan air melalui perbaikan dan perluasan sarana irigasi diperlukan juga program lainnya seperti penurunan tingkat kehilangan hasil melalui perbaikan proses pascapanen dan mempercepat upaya penurunan tingkat konsumsi beras per kapita. Di tingkat nasional, strategi yang ditempuh untuk pencapaian target surplus beras sebanyak 10 juta ton diantaranya melalui kebijakan perluasan areal sawah minimal 100.000 ha/tahun, peningkatan produktivitas dari 5,12 ton/ha menjadi 5,70 ton/ha serta peningkatan IP dari 1,52 menjadi 1,68 (Prabowo et al., 2012). Strategi pencapaian target surplus di tingkat nasional juga mengedepankan pilihan perluasan areal dan peningkatan IP, sehingga memiliki arah yang sama dengan pilihan strategi yang paling memungkinkan dilaksanakan di Kalimantan Selatan.
Kesimpulan dan Saran Kalimantan Selatan sebagai penyangga beras nasional telah mengalami surplus beras dalam beberapa tahun terakhir, sehingga permasalahan yang yang menjadi dasar modeling ini adalah perlunya peningkatan produksi padi agar diperoleh surplus beras yang lebih besar dari kondisi saat ini, sehingga dapat memperkuat dan menjamin ketahanan pangan di Provinsi Kalimantan Selatan dan mendukung stabilitas ketahanan pangan nasional. Hasil validasi terhadap output model yang dibangun menunjukkan bahwa model dapat digunakan untuk melakukan pendugaan dan memberikan pilihan strategi atau rekomendasi kebijakan dalam pendapaian swasembada beras berkelanjutan di Kalimantan Selatan. Strategi yang dapat diterapkan adalah (i) meningkatkan luasan tanam padi varietas unggul seluas 10% dari luas tanam padi varietas unggul eksisting dan (ii) meningkatkan IP pai sawah sebanyak 20% dari kondisi eksisting. Strategi (i) akan meningkatkan produksi dan surplus beras di Kalimantan Selatan pada tahun 2014 akan mencapai 766.860 ton, sedangkan strategi (ii) akan meningkatkan surplus beras menjadi >800.000 ton pada tahun 2014. Dua srategi tersebut perlu diikuti dengan kebijakan atau program srategis berupa perbaikan dan perluasan sarana irigasi, pemupukan berimbang sesuai rekomendasi, pengendalian OPT, penurunan tingkat kehilangan hasil melalui perbaikan proses pascapanen, dan mempercepat upaya penurunan tingkat konsumsi beras per kapita. Pemerintah daerah dapat menentukan pilihan strategi yang paling mungkin dilaksanakan, karena kedua pilihan tersebut akan mampu meningkatkan produksi dan surplus beras serta pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani padi di Kalimantan Selatan.
Daftar Pustaka Badan Perencanaan Pembangunan Nasional [Bappenas]. 2013. Studi Pendahuluan : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian tahun 2015 – 2015. Direktorat Pangan dan Pertanian. Jakarta Badan Pusat Statistik [BPS]. 2012. Kalimantan Selatan Dalam Angka 2011. BPS Kalimantan Selatan. Banjarmasin Fagi, A.M., Irsal Las, M.Syam, Makarim, A.K., dan Hasanuddin, A. 2003. Penelitian Padi Menuju Revolusi Hijau Lestari. Balai Penelitian Tanaman Padi [Balitpa]. Pusat
Agus Hasbianto et al.: Strategi pencapaian swasembada padi | 240
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan [Puslitbangtan]. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta Handoko. 2005. Quantitative Modeling of System Dynamics for Natural Resources Management. Southeast Asian Regional Centre For Tropical Biology. Bogor Prabowo, A., Hendriadi, A., Hermanto, Yudhistira, N., Somantri, A., Nurjaman dan Zuziana S. 2012. Pencapaian Surplus 10 juta ton Beras Pada Tahun 2014 Dengan Pendekatan Dinamika Sistem (System Dynamics) dalam Kebijakan Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan Lima Komoditas Utama Pertanian Melalui Pendekatan Sistem Dinamik. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta Qadir A. 2012. Pemodelan Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) di bawah Cekaman Naungan [disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor Suryani. 2006. Pemodelan dan Simulasi. Graha Ilmu. Edisi Pertama. Yogyakarta
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 241