6.3.
PENGEMBANGAN MODEL
Langkah awal dalam pengembangan model pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau adalah melakukan identifikasi sistem yang bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem yang di kaji dalam bentuk diagram antara komponen masukan (input) dengan sistem lingkungan yang menghasilkan suatu keluaran (output) baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan (Gambar 6.1).
Gambar 6.1: Diagram black box Daging
Sistem Pencapaian Swasembada
Sistem pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau terdiri 6 subsistem, yaitu : 1) subsistem bibit, 2) subsistem budidaya, 3) subsistem pakan, 4) subsistem kesehatan hewan (Keswan), 5) subsistem kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet) dan 6) subsistem distribusi-pemasaran. Keterkaitan antara keenam subsistem tersebut dibuat model konseptualnya dalam bentuk diagram sebabakibat (causal diagram) untuk memperlihatkan interaksi variabelvariabel keenam subsitem tersebut.
127
BIBIT SAPI
BUDIDAYA
+
+
(+) + +
+
+
+
+
+
+
(+)
PRODUKTIVITAS
(-)
+
PRODUKSI DAGING NASIONAL
+ TENAGA MEDIS KEINGINAN POTONG / TUNDA POTONG
+ +
+
KONSUMSI DAGING NASIONAL
+
+
-
+
POPULASI SAPI IMPOR
+
+
HARGA DAGING
PAKAN
(+)
KESEHATAN HEWAN +
TINGKAT KESEJAHTERAAN
+
POPULASI SAPI POTONG
DISTRIBUSI DAN PEMASARAN
TINGKAT KONSUMSI PER KAPITA
+
KONSUMSI TIDAK LANGSUNG
+
SURPLUS ATAU DEFISIT
IMPOR DAGING -
POPULASI PENDUDUK
KESMAVET DAN PASCA PANEN
+
Gambar 6.2: Diagram sebab-akibat pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau pada tahun 2014
Berdasarkan model konseptual diatas, maka langkah selanjutnya adalah membuat struktur model dengan cara mengubah diagram sebab-akibat menjadi diagram alir (flow diagram) yang mengandung formulasi matematis sehingga dapat dimengerti oleh perangkat lunak komputer yang akan digunakan agar mengetahui perilaku dinamis yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dari model yang disimulasikan.
128
STRUKTUR MODEL SWASEMBADA DAGING
T ingkat_kemati an_ternak T ingkat_pemotongan Populasi_sapi_hi storis
INCREMENT _T INGKAT_KEMAT IAN T ingkat_kemati an_ternak_1
RAMP_kematian Produksi_daging_historis Prosentase_non_RPH
Populasi_sapi_potong Laj u_pertbhn_populasi
Laj u_pengurangan_populasi Impor_sapi
T ingkat_kelahiran_ternak
laju_impor_sapi
Fraksi _sapi _siap_potong
Produksi_daging_nonRPH Jumlah_sapi _siap_potong Jumlah_kebutuhan_RPH
DELAY_bibit Pertambahan_popul asi
ti ngkat_impor_sapi T ingkat_kesakitan_1 Increment_kesaki tan
Rerata_bobot_per_ekor Kei nginan_potong
RAMP_kesakitan Daging_i ndusti 1
Bibit
sapi_potong_RPH
Yield_dagi ng
RAMP_GBP RAMP_kelembagaan
Manajemen_pemeliharaan_1 RAMP_manajemen
Fraksi _ketersediaan_pakan GBP_1
Faktor_koreksi
Bobot_potong_per_ekor
Increment_manaj_pemeliharaan Manajemen_pemeliharaan
Daging_l okal
GBP
Prosentase_sapi_RPH
Kel embagaan_1
Prosentase_daging_i ndustri
Kel embagaan Increment_GBP
RAMP_completed_feed T otal _produksi_daging_l okal
Completed_Feed_1
RAMP_teknologi Increment_kelembagaan
Lahan
RAMP_Benih Prosentase_daging_l okal
RAMP_water
Completed_Feed
Benih
T eknologi_1
Ketersedi aan_dagi ng
Benih_1
Water_reservoir
Increment_water_reservoir
Increment_completed_feed RAMP_konsentrat
Produksi_daging_RPH T eknologi
Water_reservoir_1
T ingkat_kesakitan
Kapasitas_RPH
RAMP_integrasi Increment_benih
Increment_teknol ogi
Neraca_dagi ng
Integrasi_ternak_tanaman Integrasi_ternak_tanaman_1 T otal _konsumsi_daging RAMP_pd_gembal a
Padang_penggembalaan
Share_daging_lokal
RAMP_INDEK_DIST RIBUSI Share_daging_impor Konsentrat_1 Increment_konsentrat Konsentrat
Impor_daging_hi storis
Impor_daging laju_impor
Indeks_di stribusi Indeks_di stribusi_1
Increment_intergrasi_T T penurunan_i mpor
Padang_penggembalaan_1 Increment_indeks_di stribusi
Jmlh_penduduk T ingkat_konsumsi Laj u_pertumb_penddk
Rate_7
Increment_padang_gembalaan T ingkat_pertumbuhan_penduduk
T ingkat_konsumsi_hi stori s
Laj u_konsumsi
Jmlh_pendk_hi storis
Gambar 6.3: Struktur model pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau pada tahun 2014
Sebelum struktur model tersebut dioperasikan untuk melakukan simulasi, perlu dilakukan validasi terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas struktur model tersebut. Struktur model dianggap valid bila perilaku variabel-variabel yang dipergunakan dalam model mirip atau memiliki trend yang sama dengan perilaku historis (aktual). Indikator yang dipergunakan untuk melihat tingkat validasi model tersebut adalah MSE (Mean Square Error) dan RME (Root Mean Square Percent Error). Nilai MSE digunakan untuk mengetahui penyimpangan antara perilaku hasil simulasi dan historis. Sedangkan RMSPE merupakan indikator tingkat konsistensi perilaku simulasi terhadap aktual. Nilai penyimpangan yang diperbolehkan maksimal adalah 5%. Hasil validasi terhadap struktur model pencapaian swasembada daging sapi dan kerbau ini diperoleh angka MSE sekitar 0% - 0,05% dan RMSPE sekitar 0,02% - 2,24%. 129
MSE = 0,004% RMSPE = 0,66%
Gambar 6.4: Hasil validasi model terhadap data populasi sapi
MSE = 0,05% RMSPE = 2,24%
Gambar 6.5: Hasil validasi model terhadap data produksi daging lokal
130
MSE = 0,04% RMSPE = 2,02%
Gambar 6.6: Hasil validasi model terhadap data konsumsi daging
MSE =0% RMSPE = 0,02%
Gambar 6.7: Hasil validasi model terhadap data impor daging
Uji sensitivitas perlu dilakukan terhadap semua variabel pengungkit yang berpengaruh terhadap output akhir. Variabel yang paling sensitif menunjukkan bahwa dengan sedikit intervensi terhadap variabel tersebut akan berdampak besar terhadap output akhir. Dari 131
hasil uji sensitivitas diketahui bahwa variabel yang paling sensitif adalah fraksi pakan. Fraksi pakan merupakan gabungan dari variabel benih hijauan, integrasi tanaman-ternak, padang gembalaan, teknologi dan water reservoir. Variabel kelembagaan merupakan variabel yang paling tidak sensitiv.
Gambar 6.8: Hasil uji sensitivitas variabel-variabel yang berpengaruh terhadap produksi daging 6.4.
HASIL ANALISIS
Simulasi dilakukan berdasarkan beberapa asumsi yang diperoleh dari hasil FGD para stakeholder (tim pakar, peneliti, Direktorat PKH dan pelaku di lapangan). Adapun asumsi-asumsi yang digunakan antara lain adalah: a) nilai awal jumlah penduduk 244.688.283 jiwa, b) pertumbuhan jumlah penduduk 1,49 %/th, c) populasi ternak sapi 16.319.233 ekor, d) produksi daging sapi 195.815,06 ton, e) konsumsi daging nasional 417.040 ton, f) impor daging 221.230 ton, g) tingkat pemotongan 14,3 %/th, h) tingkat kematian ternak 1,63%/th, i) tingkat kesakitan 35%, j) manajemen pemeliharaan 14,6%, k) completed feed 1,8%, l) konsentrat 13,6%, m) indeks distribusi 0,61, n) integrasi ternak-tanaman 6,2%, o) penggunaan teknologi 1%, p) padang gembalaan 10%, q) water 132