KODE JUDUL : X.47
LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEKAYAAN INTELEKTUAL, DAN HASIL PENGELOLAANNYA
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Peneliti/Perekayasa Ir. Moch. Romli Ir. Teger Basuki, MP Ir. Joko Hartono Dr. Ir. Sudjindro, MS Dr. Nurindah
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012
1
LAPORAN HASIL PENELITIAN dan PENGEMBANGAN, serta HASIL PENGELOLAANNYA Peraturan menteri Negara Ristek No.04/Kp/III/2007 Identitas Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian dan Pengembangan Nama Perguruan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Tingi/Lembaga Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Penelitian dan pengembangan Pimpinan Ir. Mastur, MSi. Ph.D. Alamat
Jl. Raya Karangploso, Kotak Pos 199 Malang Telp. 0341-491447. Fax : 0341-485121 balittas @ litbang.deptan.go.id
Identitas Kegiatan Kode Judul Judul
X.47
Abstraksi
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan akan terus meningkat kebutuhannya seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan industri makanan dan minuman. Pada tahun 2014 diperkirakan konsumsi gula mencapai 5,7 juta ton/tahun, sehingga dicanangkan gerakan intensifikasi dalam rangka swasembada gula dan daging. Begitu juga kebutuhan akan daging bertambah tahun juga meningkat. Limbah tebu yang berupa pucuk daun dan daun rogesan sangat digemari oleh ternak sapi. Salah satu strategi untuk memotivasi petani menanam tebu dikembangkan program integrasi tebu – ternak. Limbah tanaman tebu pada on farm, yaitu daun pucuk dan daun rogesan belum dimanfaatkan secara optimal, terutama dalam sistem integrasi tebu-ternak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peranan tebu sebagai sumber pakan alternatif dan peranan limbah ternak dalam sistem usahatani tebu, serta untuk memformulasi pakan ternak dengan bahan dasar daun rogesan. Pengembangan tebu rakyat diprioritaskan untuk mendukung swasembada gula pada 2014. Total areal tebu pada 2012 sebesar 450.297 ha yang terdiri atas tebu rakyat 252.166 ha dan areal tebu swasta 198.131 ha (Muhammad, 2012). Rata-rata produktivitas tebu di Indonesia adalah 76,7 ton/ha (Licht, 2009), dan limbah tanaman berupa pucuk tebu sebesar 30,8 ton/ha. Limbah pucuk tebu tersebut berpotensi sebagai pakan ternak ruminansia. Dengan luas areal pengembangan saat ini, maka akan terdapat 13.869.147,6 ton pucuk tebu yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif atau substitusi hijauan untuk ternak sapi. Adanya potensi pakan ternak yang cukup melimpah dan 2
SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING
bermutu ini membuka peluang dikembangkannya ternak sapi di lingkungan perkebunan tebu. Dengan demikian, dapat dikembangkan konsep integrasi tebu-ternak yang dapat memberikan keuntungan sinergis, yaitu yang diperoleh ternak dari pemanfaatan hasil samping tebu untuk pakan dan yang diperoleh tanaman dari limbah ternak berupa pupuk kandang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peluang integrasi tebu-ternak pada beberapa kondisi agroekosistem di Jawa Timur untuk dapat dikembangkan sebagai model integrasi tebu dan ternak pada perkebunan tebu rakyat. Salah satu usaha untuk menanggulangi kekurangan pakan pada musim kemarau perlu dilakukan sistem pertanian terpadu antara petani tebu dan ternak, pendekatannya melalui integrasi tebu-ternak diharapkan mempunyai prospek yang sangat baik, karena ternak dapat diusahakan dengan biaya pakan yang sangat murah, tersedianya kotoran ternak untuk pupuk organik untuk menyuburkan lahan, dan tersedianya pakan ternak sepanjang tahun, sehingga swasembada daging akan tercapai disamping dapat meningkatkan daya saing hasil pertanian/perkebunan, serta pemilik ternak menjadi lebih sejahtera. Metodologi penelitian yang digunakan adalah survei pemanfaatan limbah tebu untuk pakan ternak, dan pengembangan teknik pembuatan pakan ternak dari limbah tebu. Survei dilaksanakan di lima kabupaten di Jawa Timur yang merupakan daerah pengembangan tebu, yaitu Kabupaten Malang, Pasuruan, Lumajang, Probolinggo dan Situbondo. Secara purpossive di setiap kabupaten tersebut di atas dipilih satu kecamatan berdasarkan areal tebu dan banyaknya peternak sapi potong dan di setiap kecamatan ditentukan dua desa sebagai lokasi penelitian. Pada setiap desa ditentukan/dipilih petani tebu yang memiliki ternak sapi potong, kemudian secara acak sederhana di setiap desa diambil 20 petani tebu yang memiliki ternak sapi potong. Selain itu, dikumpulkan data sekunder untuk mengetahui potensi limbah tebu yang tersedia dan pemanfaatannya, serta potensi limbah ternak untuk budidaya tebu.
Tim Peneliti 1. Nama Koordinator/ Peneliti Utama (PU) 2. Alamat Koordinator (PU)
3. Nama Anggota Peneliti
Ir. Moch Romli Jl. Raya Karangploso, Kotak Pos 199 Malang Telp. 0341-491447. Fax : 0341-485121 Mochromli1957 @ yahoo.co.id
1. 2. 3. 4.
Ir. Teger Basuki, MP Ir. Joko Hartono Dr. Ir. Sudjindro, MS Dr. Nurindah 3
Waktu Pelaksanaan
Pebruari s/d Oktober 2012
Publikasi 1. Nama Piblikasi 2. Tahun 3. Tempat Publikasi
-
Ringkasan Hasil Penelitian dan Pengembangan 1. Hasil Penelitian dan Pengembangan : a. Survei pemanfaatan limbah tebu untuk pakan ternak Hasil survei menunjukkan bahwa usahatani tebu di lahan sawah lebih menguntungkan dibandingkan dengan lahan tegal. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan limbah tebu dan pemanfaatannya untuk pakan ternak adalah kondisi agroekologi, jenis pengelolaan usahatani tebu, populasi ternak, dan sosial budaya. Waktu ketersediaan limbah tanaman tebu berupa pucuk dan anakan yang tidak diharapkan adalah pada bulan Juni hingga Desember sebesar 30% dari total produksi tebu per hektar. Pada daerah yang beriklim basah, dimana hijauan untuk pakan ternak tersedia sepanjang tahun, limbah tebu per hektar dengan produktivitas tebu 150 ton/ha dapat memsubstitusi hijauan sebagai pakan 5 ekor sapi selama 220 hari. Untuk daerah kering dengan produktivitas tebu rata-rata 70 ton/ha, limbah tebu per hektar dapat memsubstitusi hijauan untuk 3 ekor ternak selama 180 hari. Nilai limbah tebu untuk substitusi hijauan tersebut adalah Rp1.100.000,- per ekor untuk daerah beriklim basah dan Rp 900.000,- per ekor untuk daerah beriklim kering. Pengelolaan limbah tanaman tebu dari lahan petani dilakukan oleh tenaga penebang dan petani/peternak, sedangkan di lahan hak guna usaha (HGU) dilakukan sepenuhnya oleh tenaga penebang. Limbah tanaman tebu yang berlebih pada daerah dengan populasi ternak rendah akan diperdagangkan oleh tenaga penebang dengan nilai Rp 280.000,- per hektar. Limbah ternak berupa pupuk kandang digunakan untuk usaha tani tebu dan non-tebu. Pupuk kandang yang dihasilkan 3 ekor sapi dewasa per tahun dapat menghemat aplikasi pupuk anorganik sebesar 50%. Berdasarkan hasil survei tersebut, maka model integrasi tebu-ternak yang dikembangkan seharusnya memperhatikan agroekologi, jenis pengelolaan usaha tani tebu, dan sosisal budaya masyarakat. b.Kegiatan Pemanfaatan limbah daun tebu untuk pakan ternak Kegiatan Pemanfaatan limbah daun tebu untuk pakan ternak dilakukan pembuatan silase dengan memanfaatkan pucuk tebu dan daun rogesan (perbandingan 70% daun pucuk tebu dan 30% daun rogesan tebu) dengan tambahan beberapa tingkat urea (0, 2, 4%) dan molase (2 dan 4%). Pengamatan terhadap silase meliputi Kadar proksimat (protein, air, abu, lemak, karbohidrat), C/N ratio, gula reduksi, pati dan serat kasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peranan tebu sebagai sumber pakan alternatif dan peranan limbah ternak dalam sistem usahatani tebu, serta memformulasi pakan ternak dengan bahan dasar daun rogesan dan pucuk tebu. Kegiatan yang dilakukan adalah pemanfaatan limbah daun tebu untuk pakan ternak yang dilaksanakan di Malang. Hasil pengembangan metode pembuatan pakan ternak dari limbah tebu berupa silase Untuk pembuatan silase dengan bahan daun rogesan dan pucuk tebu dengan perbandingan bobot per bobot (30:70) cukup dilakukan dengan pencacahan, pencampuran, fermentasi dalam kondisi vacum (kedap 4
udara) selama 30 hari dan pengeringan. Dengan cara tersebut dapat menghasilkan silase dengan kandungan Gula 0,5100%, Pati 76,8000%, Serat 47,9200%, Nitrogen 1,0016%, Abu 11,3600%, C/N ratio pada perlakuan urea 4% (21,005%) dan tertinggi perlakuan kontrol (61,040%). Kandungan serat yang terlalu tinggi tidak disukai oleh ternak (sapi).
2. Gambar/Photo Hasil Penelitian dan Pengembangan
Proses kegiatan survei pemanfaatan limbah tebu dan ternak dalam sistem integrasi tebu ternak dan Pemanfaatan limbah daun tebu untuk pakan ternak dapat dilihat pada Gambar 1 sampai dengan 12
Gambar 1. Proses wawancara dengan petani tebu
Gambar 3. Ternak yangdikandangkan
Gambar 2. Tanaman tebu
Gambar 4. Tumpukan pupuk kandang
5
Gambar 5. Tanaman tebu yang diberi pupuk kandang
Gambar 6. Kegiatan Panen Tebu
Gambar 7. Peternak mencari pucuk Tebu
Gambar 8. Pucuk tebu ada yang dijual
6
Gambar 9. Pucuk tebu diolah menjadi Silase
Gambar 10. Tebu siap dikirim ke Pabrik Gula
Gambar 10. Silase siap disimpan
Gambar 11. Pucuk tebu diangkut dengan gerobag
Malang, 20 September 2012 Kepala Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Ir. Mastur, MSi. Ph.D. NIP. 19631206 198903 1 001
7
8