STABILISASI HARGA GULA MENUJU SWASEMBADA GULA NASIONAL .
Disampaikan dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Sagu 2016
Agung P. Murdanoto Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) 2016
KONDISI GULA NASIONAL 5,9 juta ton
Produksi vs Permintaan Gula Nasional (Ton) Produksi
Permintaan
2,9 juta ton 1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
Produksi gula kristal putih (GKP) 2,5 – 2,9 juta ton. Sementara konsumsi terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi.
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Masalah Luas areal tebu terbatas : • Di Jawa terjadi persaingan dengan komoditas lain
Pabrik gula memiliki efisiensi dan kinerja belum optimal, serta mutu produk yang rata-rata masih rendah
•
Pasar gula dunia yang distortif dan harus menghadapi tekanan pasar ASEAN (MEA)
• •
Peningkatan efesiensi pabrik gula menjadi mutlak jika ingin memiliki daya saing dengan produk impor.
•
Konversi lahan ke non pertanian “Persaingan” antar pabrik gula Sebagian besar bahan baku tebu berasal dari petani. Utilisasi dan efisiensi pabrik gula belum optimal
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Alternatif •
Perluasan areal tebu ke luar Jawa
•
Pengembangan bahan baku gula non tebu
•
Prioritas sektor non pertanian menggunakan lahan kering tidak subur.
•
Otomatisasi, Mekanisasi, Hilirisasi, Integrasi
•
Utilisasi pabrik gula untuk mengolah non tebu 3
TATA NIAGA GULA NASIONAL GKP
Kebutuhan Konsumsi
GKR
Kebutuhan Industri
Segmentasi Pasar
1
Sistem distribusi tertutup
Perkiraan Kebutuhan: 2,95 juta ton, yang terdiri: - Konsumsi RT: 6,41 kg/kap setara 1,66 juta ton. - Industri RT: 1,68 kg/kap setara 435 ribu ton - Konsumsi Horeka : 3,34 kg/kap setara 864 ribu ton (Asumsi jlh penduduk 2016: 258.705.000 (Bappenas)) Sumber: Kemenko Bidang Perekonomian
Perkiraan Kebutuhan: 3,03 jt ton (setara RS 3,22 jt ton), yang terdiri: − Industri Besar & Menengah : ±2,59 juta ton Kontrak & − Industri Mamin Kecil : ± 436 ribu ton Faktur Pajak Sumber: Kemenko Bidang Perekonomian
2 3 Ada dugaan kemungkinan terjadi rembesan GKR ke pasar GKP
(Faktor: Harga GKR relatif lebih rendah dan kualitas yang lebih baik)
Industri mamin skala menengah dan kecil akan terkendala dalam memperoleh GKR untuk bahan baku industrinya mengingat jumlah pembeliannya dalam skala kecil dan sulitnya akses ke produsen GKR. Permendag No. 74 Tahun 2015 mewajibkan penyaluran GKR langsung kepada industri pengguna tanpa melalui Distributor, khusus untuk IKM dapat diberikan oleh produsen GKR kepada Distributor dengan rekomendasi Kemenperin atau Kemenkop UKM.
Sumber: Kementerian Perdagangan, 2016
Setiap pengajuan ijin impor, produsen wajib melampirkan kontrak dan faktur pajak sebagai bukti kerja sama dengan industri pengguna. Hal ini bertujuan untuk mencegah kebocoran gula rafinasi ke pasar konsumsi
4
NERACA GULA BERJALAN TAHUN 2016 GULA KRISTAL PUTIH (GKP) 2016
Dalam Ton
GULA KRISTAL RAFINASI (GKR) 2016 Raw Sugar
Perkiraan Produksi 2016
GKR
3,939,659
Kebutuhan 2016
3,226,846
3,033,235
Ex Tebu
2,320,000
Alokasi tahun 2016
3,226,846
3,033,235
Ex Raw Sugar
1,519,659
Realisasi s/d 17 Okt 2016
2,555,370
2,402,048
Ex Impor GKP
100,000
Sisa yang belum realisasi
671,476
631,187
Realisasi s.d 17 Oktober 2016 Produksi Ex Tebu*
2,606,372 1,591,512
Ex Raw Sugar
930,185
Ex Impor GKP
84,675
Kebutuhan 2016 Neraca BerjalanTahun 2016
Keterangan: (*) Realisasi Produksi (data dari Kementan per 15 Oktober 2016) (**) Sisa produksi ex tebu (proyeksi Kementan sd akhir musim giling 2016) (Musim Giling 2016 dimulai bulan Juni – November) 2,957,516 (***) Sisa impor GKP akan terpenuhi apabila BULOG kembali diberikan (351,144) perpanjangan waktu importasi dalam rangka pembentukan stok gula nasional.
Kekurangan akan dipenuhi dari Sisa Produksi Ex Tebu**
605,150
Sisa Produksi Ex Raw Sugar
589,474
Sisa Impor GKP*** Total Stok akhir tahun 2016
15,325 1,209,949 858,805
NERACA GULA KRISTAL PUTIH (GKP) 2017 Stok Awal 2017 Estimasi Produksi Jan - Mei 2017
858,805 150,000
Penyediaan GKP Jan - Mei 2017
1,008,805
Kebutuhan Januari Mei 2017
1,200,000
Stok Akhir Mei 2017
1. Angka kebutuhan GKP berdasarkan data Kemenko Perekonomian dengan asumsi : jlh penduduk 2016: 258.705.000 (Bappenas); Konsumsi RT: 6,41 kg/kap setara 1,66 juta ton; Industri RT: 1,68 kg/kap setara 435 ribu ton; Konsumsi Horeka: 3,34 kg/kap setara 864 ribu ton. 2. Perkiraan Produksi GKP ex tebu berdasarkan taksasi Kementan pada Agustus 2016. 3. Produksi ex raw sugar merupakan GKP yang berasal dari raw sugar impor hasil penugasan kepada BUMN dan Koperasi dalam rangka stabilisasi harga gula, sebagai berikut:
(191,195)
Sumber: Kementerian Perdagangan, 2016
PROYEKSI NERACA GULA INDONESIA 8,000.0 7,000.0
(000 ton)
6,000.0
5,631.4
5,818.4
6,012.8
6,214.4
6,435.6
6,641.9
6,868.2
5,000.0 4,000.0
3,052.2
3,324.0
3,412.3
3,412.1
2,600.4
2,802.4
3,000.0 2,000.0
2,579.2
1,000.0
2,494.5
Produksi GKP
3,445.9 2,989.7
Konsumsi total
3,632.7
3,009.2
3,846.1 3,022.1
Kekurangan
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
Sumber: Kementerian Perindustrian , 2016
6
GRAFIK PERKEMBANGAN HARGA ECERAN NASIONAL GULA TAHUN 2012 – 2016 (Rp/kg) 17,000 16,000
Puasa dan Lebaran
15,000 14,000
2016
2015
13,000 12,000
2013 11,000 10,000
2012
2014
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
NOV
DES
2012
10,614
10,823
11,060
11,473
11,643
12,476
13,032
12,829
12,743
12,491
12,462
12,411
2013
12,329
12,212
12,129
12,265
12,368
12,388
12,390
12,306
12,271
12,265
12,067
11,909
2014
11,746
11,594
11,456
11,301
11,245
11,269
11,294
11,277
11,213
11,141
11,156
11,216
2015
11,169
11,157
11,428
11,925
12,538
13,120
13,041
12,927
12,715
12,719
12,752
12,866
2016
13,106
13,129
13,054
13,188
14,835
15,866
16,266
15,715
14,830
14,441
Sumber : Dinas Propinsi yang membidangi perdagangan (diolah Ditjen PDN, Kemendag)
HARGA GULA LOKAL vs GULA EKS IMPOR 14,000
Rp/Kg (include PPN)
12,000
10,000
8,000
6,000
Hrg Ex. RS (PG)
Mar Jun- Sep Dec Mar Jun- Sep Dec Mar Jun- Sep Dec Mar Jun- Sep Dec Mar Jun- Sep Dec Mar Jun- Sep Oct-11 11 -11 -11 -12 12 -12 -12 -13 13 -13 -13 -14 14 -14 -14 -15 15 -15 -15 -16 16 -16 16 8,1 8,0 7,7 7,1 7,8 7,1 7,1 7,0 8,2 6,2 7,6 7,4 7,5 7,9 7,4 7,2 6,6 6,6 7,1 7,8 7,7 9,2 9,8 10,
Hrg Ex. RS (Rafinasi) 7,9 7,8 7,5 7,0 7,7 7,0 7,0 6,9 8,3 6,2 7,6 7,6 7,5 8,0 7,5 7,4 6,9 6,9 7,5 8,1 8,0 9,4 9,9 10, Harga Ex. WS
8,6 8,6 7,9 7,6 8,1 7,7 7,5 7,1 8,8 6,6 7,9 7,6 7,5 7,9 7,2 7,2 6,8 7,3 7,9 8,3 8,4 10, 10, 10,
Harga Gula Nasional 9,0 7,7 8,4 8,4 9,7 10, 9,6 10, 9,9 10, 9,3 8,9 8,4 8,5 8,3 8,1 8,5 10, 10, 12, 13, 13, 11, 11,
SEBARAN PRODUKSI GULA NASIONAL (2015) Sumber: Kementerian BUMN , 2016
PRODUKSI GULA NASIONAL (2015)
GKR 2,8 juta Ton 53%
GKP 2,5 juta Ton 47%
PRODUKSI GKP (2015)
PG BUMN 1,5 juta Ton 58% 48 PG
PG SWASTA 1 juta Ton 42% 13 PG
Total Produksi Gula Nasional tahun 2015 sebesar 5,3 juta ton terdiri dari Gula Kristal Rafinasi (GKR) sebesar 2,8 juta ton (53%) dan Gula Kristal Putih (GKP) sebesar 2,5 juta ton (47%). Produksi GKP diperoleh dari PG BUMN 1,5 juta Ton (58%) dan PG Swasta 1 juta Ton (42%). Namun jumlah PG BUMN jauh lebih banyak dibandingkan PG Swasta (48 :13), yang menunjukkan PG BUMN rata-rata memiliki kapasitas giling yang kecil.
PROFIL BISNIS PABRIK GULA BUMN (2015)
Sumber: Kementerian BUMN , 2016
SEBARAN UNIT PRODUKSI GULA NASIONAL (2015)
No
Pabrik Gula Rafinasi Swasta
1.
PT Jawa Manis Rafinasi
2.
PT Sentra Usahatama Jaya
3.
PT Permata Dunia Sukses Utama
4.
PT Duta Sugar International
5.
PT Angels Product
6.
PT Berkah Manis Makmur
7.
PT Andalan Furindo
8.
PT Dharmapala Usaha Sukses
No
Pabrik Gula GKP Swasta
No
Pabrik Gula GKP BUMN
1.
PG Subang (RW 2)
2.
PG Jatitujuh (RW 2)
No
Pabrik Gula GKP BUMN
3.
PG Sindanglaut (RW 2)
13.
PG Gondang Baru (N 9)
4.
PG Karangsuwung (RW 2)
14.
PG Madukismo (RNI) *
No
Pabrik Gula GKP BUMN
No
Pabrik Gula GKP BUMN
No
5.
PG Tersana Baru (RW 2)
15.
PG Sudono (N 11)
23.
PG Pesantren (N10)
31.
PG Tulangan (N 10)
39.
PG Gending (N 11) PG Pajarakan (N 11)
6.
PG Jatibarang (N 9)
16.
PG Purwodadi (N 11)
24.
PG Meritjan (N 10)
32.
PG Candi (RW 1)
40.
Pabrik Gula GKP BUMN
1.
PG Cepiring (PT IGN)
7.
PG Pangka (N 9)
17.
PG Rejosari (N 11)
25.
PG Tjoekir (N 10)
33.
PG Krebet (RW 1)
41.
PG Wringinanom (N 11)
2.
PG Pakis Baru (PT LPI)
8.
PG Sumberharjo (N 9)
18.
PG Rejo Agung (RW 1)
26.
PG Lestari (N 10)
34.
PG Jatiroto (N 11)
42.
PG Olean (N 11)
3.
PG Trangkil (PT Kebon Agung)
9.
PG Sragi (N 9)
19.
PG Kanigoro (N 11)
27.
PG Jombang (N 10)
35.
PG Semboro (N 11)
43.
PG Prajekan (N 11)
4.
PG Blora (PT GMM)
10.
PG Rendeng (N 9)
20.
PG Pagotan (N 11)
28.
PG Gempolkrep (N 10)
36.
PG Glenmore (N 12)
44.
PG Panji (N 11)
5.
PG Lamongan (PT KTM)
11.
PG Mojo (N 9)
21.
PG Mojopanggung (N 10)
29.
PG Watutulis (N 10)
37.
PG Kedawung (N 11)
45.
PG Asembagus (N 11)
6.
PG Kebon Agung (PT Kebon Agung)
12.
PG Tasikmadu (N 9)
22.
PG Ngadirejo (N 10)
30.
PG Kremboong (N 10)
38.
PG Wonolangan (N 11)
* PG Madukismo dikelola oleh PT RNI (dengan saham 35%) Sumber: Kementerian BUMN , 2016
TRANSFORMASI INDUSTRI TEBU
ARAH PENGEMBANGAN INDUSTRI TEBU 1. Jaminan ketersediaan bahan baku, sehingga terjamin waktu giling 150 hari (efektif 135 hari) 2. Kriteria pengembangan pabrik gula di Indonesia Memiliki areal budidaya tebu yang memadai Kapasitas desain pabrik gula minimal 4.000 TCD expandable ke 6.000 TCD OR minimal 80% Otomatisasi, Mekanisasi, Hilirisasi, Integrasi Uap% tebu paling besar 0,5 mengarah ke 0,45 Utilisasi pabrik gula untuk mengolah non tebu
13
TERIMA KASIH
14