Notulensi Pertemuan Fasilitator Forum Nasional Gula Palma Indonesia
Tanggal
: Jumat, 29 April 2016
Waktu
: 09.30-12.00 WIB
Tempat
: Kantor PT Kampung Kearifan Indonesia (Javara), Graha BS Ground Floor Jl Kemang Utara A No.3, Jakarta Selatan
Agenda
: 09.30 – 09.45
Pembukaan dan Kesepakatan Agenda Rapat
09.45 – 10.15
Review Hasil Pertemuan I (18 Maret 2016)
10.15 – 10.45
Brainstorming Bentuk Kelembagaan
10.45 – 11.30
Refleksi dan Pembagian Tugas
11.30 – 12.00
Kesepakatan Tenggat Waktu, Penggalangan Dana, Pertemuan III, dan Penutupan
Fasilitator hadir: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Alfa Edison, Perhimpunan Setara Helianti Hilman, Javara Hartanto Wicaksono, LPPSLH Maula Paramitha, AgriProFocus Indonesia Nartam Andrea Nusa, Asosiasi Koperasi Gula Kelapa Jawa Tengah Totok Hari Wibowo, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tina Napitupulu, AgriProFocus Indonesia Yohanes Zega, Javara Nana Suhartana, VECO Indonesia Ulfa Wulandari, HIVOS
Fasilitator tidak hadir: 1. 2. 3. 4.
Kementerian Perindustrian Kementerian Koperasi dan UMKM Kementerian Perdagangan Profil Mitra Abadi
Notulensi Pertemuan II Fasilitator Forum Nasional Gula Palma Indonesia
Capaian Kerja Tim Fasilitator Setelah sebulan bekerja, tim fasilitator telah melakukan setidaknya dua hal, yaitu: 1. Menambah dua fasilitator yaitu VECO Indonesia dan PT Profil Mitra Abadi. VECO Indonesia merupakan salah satu NGO yang kuat dalam hal pengorganisasian petani dan rantai nilai beras. VECO Indonesia sedang tertarik mengembangkan sektor kelapa. Keterlibatan VECO Indonesia diharapkan bisa memperkaya gagasan dalam hal jejaring petani dan rantai nilai. PT Profil Mitra Abadi (PMA) adalah eksportir produk organik kelas premium, termasuk gula palma. Keterlibatan PT Profil Mitra Abadi akan memperkuat perspektif dunia usaha untuk meningkatkan mutu produk. Dengan tambahan dua fasilitator ini, arah pengembangan forum yang sedang dirancang bisa lebih matang. 2. Diseminasi hasil-hasil kerja fasilitator. AgriProFocus Indonesia membantu menyebarluaskan hasil-hasil kerja fasilitator melalui email/mailchimp, facebook, twitter, dan online platform (website). AgriProFocus Indonesia juga telah membuat halaman khusus untuk pengembangan forum gula palma yaitu www.agriprofocus.com/forum.
Bentuk Kelembagaan Pada pertemuan pertama bulan Maret lalu, fasilitator masih membuka dua pilihan bentuk kelembagaan, yaitu forum atau asosiasi. Fasilitator kemudian memeriksa kembali pilihan ini dengan mempertimbangkan fungsi yang akan diperankan oleh forum di masa depan. Melalui bentuk kelembagaan yang tepat, forum bisa bekerja lebih efektif. Beberapa hal yang didiskukan dalam rapat kali ini: 1. Forum bersifat lebih cair, tidak terlalu ketat mengikat anggota, dan memiliki kewenangan yang relatif terbatas karena hanya mengkoordinir para anggota. Berbeda dengan asosiasi yang memiliki tata aturan detail, kewenangan yang jelas, lebih formal sehingga memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Anggota asosiasi biasanya homogen, misalnya hanya eksportir saja, tidak pernah terdiri dari banyak pihak (multistakeholder). Sedangkan forum bisa beranggotakan semua elemen dalam rantai nilai komoditas. Dalam hal gula kelapa ini, forum bisa memiliki anggota dari penderes, distributor, koperasi, eksportir, korporasi, dan sebagainya. Asosiasi yang membutuhkan tata aturan ketat, cenderung kurang bisa mengakomodir semua elemen dalam rantai nilai karena menuntut aturan yang berbedabeda. 2. Forum diharapkan mampu melakukan penguatan hulu seperti budidaya dan proses produksi, pengembangan pasar dan iklim usaha, sekaligus mendesak kebijakan dan regulasi yang mendukung. Selama ini cara bekerja pelaku sektor gula kelapa masih parsial, misalnya penguatan budidaya tidak akan berbicara soal pasar atau kebijakan. Sektor ini harus menyusun roadmap yang jelas agar kerjanya lebih sistematis. Jika ingin mendorong perubahan kebijakan, perlu menguatkan posisi tawar. Peran yang mengawal semua proses dari hulu sampai hilir ini paling efektif dilakukan oleh asosiasi, bukan forum.
Notulensi Pertemuan II Fasilitator Forum Nasional Gula Palma Indonesia Melihat kebutuhan ini, maka tim fasilitator sepakat memilih bentuk kelembagaan asosiasi. Keuntungan asosiasi multi pihak adalah bisa mendorong kerjasama sektoral dalam asosiasi. Satu masalah bisa diselesaikan bersama dengan memperhatikan semua kepentingan. Saling dengar antar pihak dalam rantai nilai bisa terjadi. Misalnya, bila ada elemen pengusaha dan kelompok penderes dalam satu asosiasi maka produksi yang kurang baik kualitasnya menurut pasar, bisa langsung disampaikan. Bentuk asosiasi ini memiliki tantangan yang harus dijawab, yaitu: 1. Menyusun tata aturan asosiasi. Bagaimana membentuk asosiasi yang multi pihak? Karena multi pihak, maka kepentingan berbeda-beda, mungkin bisa bertentangan. Bagaimana merancang keteraturannya? AD/ART, alat organisasi, kewenangan (misalnya mengeluarkan sertifikasi), pembiayaan, keanggotaan, dan sebagainya. Keteraturan ini diperlukan agar asosiasi bisa memainkan peran srategis. Ini adalah tantangan pertama. 2. Merangkul lebih banyak pihak dalam sektor gula palma Asosiasi multi pihak bisa menjadi kekuatan dan ciri khas. Konsekuensinya, asosiasi haru merangkul semua pihak dalam rumpun palma, bukan hanya kelapa. Fasilitator harus mengumpulkan data siapa saja pemain gula palma seperti siwalan, lontar, nipah, dan aren. Semua elemen ini harus masuk dalam asosiasi dan terakomodasi kepentingannya. 3. Membentuk asosiasi yang efektif dengan belajar dari asosiasi lain. Fasilitator perlu belajar dari asosiasi lain yang sudah ada di sektor palma, baik dari dalam maupun luar negeri. Tujuannya, agar praktik baik dan pola kerja mereka bisa diadopsi dan dikembangkan lagi sesuai kebutuhan. Ini menghindarkan asosiasi dari uji coba yang tidak perlu dan menajamkan strategi sekaligus peran asosiasi. Misalnya di Filipina dan Thailand, uji glikemik dilakukan oleh pemerintah, semua pelaku usaha menggunakan ini. Di Indonesia masih dilakukan sendiri-sendiri. Pemerintah Negara-negara tetangga sangat mendukung sektor gula palma mereka dengan melalukan negosiasi dagang antar Negara bila pengusaha menghadapi regulasi yang sulit di Negara tujuan ekspor. Hal-hal semacam ini bisa menjadi agenda strategis asosiasi. Setelah sepakat memilih bentuk kelembagaan asosiasi, maka tim fasilitator perlu menyiapkan asosiasi dengan cara menjawab dua tantangan di atas. Hal-hal yang perlu ditempuh oleh fasilitator terkait hal ini, dirumuskan dalam tugas-tugas yang akan diuraikan di bawah. Tugas-tugas ini ditentukan lengkap dengan penanggungjawab dan tenggat waktunya.
Notulensi Pertemuan II Fasilitator Forum Nasional Gula Palma Indonesia
Refleksi dan Pembagian Tugas Pada pertemuan pertama bulan Maret, pembagian tugas telah dilakukan, namun perkembangannya cenderung lambat. Oleh karena itu perlu: 1. Menentukan koordinator utama dan penanggungjawab setiap gugus tugas. Fungsi coordinator utama menempel pada secretariat yaitu AgriProFocus Indonesia 2. Memperbarui timeline 3. Membuat daftar detail penugasan (breakdown) 4. Membuat google drive untuk update tugas. Tanggal 9 Mei semua fasilitator mengunggah breakdown tugasnya di google drive. 5. Akun Skype sudah masuk ke sekretariat 9 Mei Adapun pembagian tugas sebagai berikut: Target Peran dan Fungsi
Penanggung Jawab
1) Pemetaan stakeholder untuk setiap isu di sektor gula palma (termasuk memetakan kebutuhan yang sesuai dengan tawaran bantuan dari kementrian)
-
JAVARA (lead)
-
AgriProFocus
-
Kementerian Perindustrian, UMKM & Perdagangan
2) Pemetaan sentra-sentra produksi gula palma, sosialisasi persiapan munas pada penderes
-
LPPSLH (lead) Asosiasi Koperasi Gula Kelapa Jawa Tengah
3) Menyusun mekanisme adhoc untuk menyikapi isu penting/ kritis (masalah apa harus ngelink ke siapa)
-
AgriProFocus (lead)
-
JAVARA Asosiasi Koperasi Gula Kelapa Jawa Tengah
4) Menentukan alasan urgensi strategis industri palma, Memetakan kebijakan yang ingin didorong perubahannya untuk menghasilkan rekomendasi
-
SETARA (lead) HIVOS Kemenko perekonomian VECO
5) Pemetaan pasar dan persaingan global
-
HIVOS (lead) SETARA VECO JAVARA PMA Kemenko perekonomian
Notulensi Pertemuan II Fasilitator Forum Nasional Gula Palma Indonesia
Diskusi 1. Model asosiasi multistakeholder di Indonesia belum ada. Kita bisa belajar dari berbagai tempat/asosiasi, asalkan pada akhirnya kita tahu apa yang akan kita lakukan dan membuat model yang paling sesuai dengan kebutuhan kita. Harus hati-hati jika memilih belajar dari asosiasi lain, jangan sampai makan waktu. Belajar dari asosiasi lain sebagai inspirasi saja. Intinya, menggunakan kesuksesan asosiasi lain untuk meyakinkan semua stakeholder bahwa asosiasi memang sangat mendesak dibentuk. 2. Pendanaan. Kita harus cari pendanaan bersama-sama. Agar efektif, bisa dirancang sebuah acara yang terdiri dari banyak aktivitas. Mulai dari simposium, pameran, musyawarah nasional, temu dagang, finance fair, dan festival. Semuanya dirangkum dalam core proposal. Kemudian bisa ditentukan pembagian kerja untuk event, termasuk pembagian tugas mencari funding. Kita selesaikan dulu pekerjaan rumah dalam gugus tugas di atas. Draft ToR saja akan dibuat oleh AgriProFocus dan Perhimpunan SETARA. Dengan demikian saat pertemuan ketiga di bulan Mei, sudah ada bahan diskusi untuk proposal dan acara. 3. Fasilitator dari sektor gula kelapa ditutup, tetapi akan dibuka kembali untuk perwakilan gula palma lain seperti aren, lontar.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan menjadi tuan rumah pertemuan fasilitator ketiga di bulan Mei, waktu dan tempat menyusul.
{}