ROAD MAP PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI KERBAU 2014 33 Propinsi
20 Propinsi Prioritas Kelompok I Daerah prioritas IB yaitu Jabar, Jateng, D.I.Y, Jatim dan Bali. Kelompok II Daerah Prioritas Pengembangan Campuran IB dan Kawin Alam yaitu NAD, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Kalbar, Kalsel, NTB, Sulsel, Gorontalo, Jambi dan Riau. Kelompok III Daerah Prioritas Kawin Alam yaitu Propinsi NTT, Sulteng dan Sultra. 13 Propinsi Pengembangan Baru Kepri, Babel, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Kalteng, Kaltim, Sulbar, Sulut, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
5 Kegiatan Pokok 13 Kegiatan Operasional 1. Pengembangan usaha pembiakan dan penggemukan sapi lokal 2. Pengembangan pupuk organik dan biogas 3. Pengembangan integrasi ternak sapi dan tanaman 4. Pemberdayaan dan peningkatan kualitas RPH 5. Optimalisasi IB dan InKA 6. Penyediaan dan pengembangan pakan dan air 7. Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan 8. Pengendalian/Penyelamatan sapi/kerbau betina produktif 9. Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan 10. Pengembangan pembibitan sapi potong melalui VBC 11. Penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Program KUPS) 12. Pengaturan stock sapi bakalan dan daging 13. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi dan daging Operasional kegiatan pusat/prop/kab/kota/kec.
Target Pencapaian Swasembada Daging Sapi Kerbau Tahun 2014
Penyediaan daging sapi produksi lokal 2010 : 195.8 rb ton 2011 : 292,4 rb ton 2012 : 399,3 rb ton 2013 : 449,3 rb ton 2014 : 507,1 rb ton
Impor Sapi bakalan setara daging 2010 : 101,2 rb ton 2011 : 76,8 rb ton 2012 : 55,0 rb ton 2013 : 41,6 rb ton 2014 : 31,5 rb ton Daging 2010 : 120,0 rb ton 2011 : 80,0 rb ton 2012 : 29,7 rb ton 2013 : 30,5 rb ton 2014 : 23,1 rb ton
90% 10%
Total permintaan Tahun 2014: 561,6 rb ton
SWASEMBADA DAGING SAPI 2014 secara bekelanjutan 1. Populasi
Mencegah kematian pedet akibat kurang pakan/air & penyakit, dari 20-40% menjadi 5-10 %.
2. Produksi
Meningkatkan ADG dan Bobot Potong sesuai potensi genetik & potensi ekonominya.
3. Demand • Promosi produk lainnya yg melimpah: telur, ayam, dsb • “Tdk perlu kawatir” harga melonjak.
SWASEMBADA DAGING SAPI BERKELANJUTAN
Peternak akan bergairah berusaha bila ada jaminan harga daging sapi di DN atraktif serta ada dukungan modal & IPTEK
1
Meningkatkan ADG & BW*
2
Menekan angka mortalitas*
3
Meningkatkan calving rate
4
Meningkatkan calf crop
5
Mencegah pemotongan SBP
6
Meningkatkan mutu genetik
1. MENINGKATKAN ADG & BOBOT POTONG Saat ini sebagian besar sapi dipotong ketika belum mencapai bobot optimalnya (50-70%), sesuai potensi genetik & potensi ekonominya. Penggemukkan lanjutan berpotensi meningkatkan produksi daging setiap ekor sapi sedikitnya 20-40%. Upaya ini harus menjadi fokus untuk mewujudkan PSDSK-2014 ”harus ada suasana bisnis yg kondusif”
Sebaran sampel berdasarkan provinsi dan kondisi ternak (Fapet, IPB, 2012)
Provinsi Banten Jabar Jakarta Jateng Jatim Kalsel Lampung NTB Sulsel Sumut Total
Proporsi Kondisi Ternak (%) Kurus Sedang Gemuk 18.6 72.1 9.3 44.7 48.2 7.1 5.6 38.9 55.6 34.0 42.0 24.0 65.9 34.1 0.0 9.5 52.4 38.1 30.0 60.0 10.0 12.5 75.0 12.5 18.2 63.6 18.2 50.0 50.0 0.0 34.7 50.2 15.1
Total Sampel 43 85 18 50 41 21 10 8 11 4 291
LAKUKAN PENGGEMUKKAN SESUAI POTENSI GENETIKNYA Sapi Bali: 200 kg 350-400 kg Sapi PO : 250 kg 350-400 kg Sapi silangan hsl IB: 400 kg 600-700 kg Sapi impor: 450 kg 550-600 kg
Harus Ada Insentif
2. MENEKAN MORTALITAS Kematian pedet saat musim kering dpt mencapai 30-40%, akibat kurang pakan & air serta penyakit. Mengembangkan lumbung pakan (feed bank) dgn menanam legume tree atau memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian; yang dibarengi dgn membangun embung. Mencegah & memberantas penyakit dgn vaksinasi, pendampingan, dan pengobatan bila diperlukan.
3 & 4. CALVING RATE & CALF CROP
IB & InKA harus terus didorong dengan menambah jumlah akseptor, memperbaiki manajemen, & menyediakan N2cair. Nilai S/C diturunkan, calving interval diperpendek, & masa produksi diperpanjang. Menjaga agar usaha peternakan masih menguntungkan dgn “mengatur tataniaga di DN dan pemasukan produk”.
No Kinerja Reproduksi dan Potensi peningkatan
Parameter
Kondisi Lingkungan/Manajemen
Lapang
Ideal
1.
Calving rate (%)
60-70
80-90
2.
Mortalitas pedet (%)
15-20
5
3.
Calf crop (%)
50-60
70-80
4.
Mortalitas induk (%)
2-3
<1
5.
Nilai S/C pada IB
1,5-2,5
<1,5
6.
Calving interval (bulan)
17-18
12-13
IMPORT PANGAN MELAMBUNG – 10 tahun No
Komoditas
2004 (000 ton)
2013 (000 ton)
Perubahan (%)
1
Gula
1.200
2.500
108,33
2
Kedelai
1.100
1.200
9,09
3
Jagung
1.089,6
1.805,3
65,68
4
Beras
236,9
302,3
27,61
5
Bawang Merah
48,9
68,6
40,29
6
Daging Sapi
11,8
23,2
96,61
7
Cabe
7,5
12
60,00
SINERGITAS PROGRAM PUSAT-DAERAH DALAM LL DAN SL-PPSP
PEMBAN
DARI RESOURCE-BASED KE KNOWLEDGE-BASED ECONOMY
EKONOMI Berbasis SDA
Keunggulan Komparatif
Sustainability
Sumberdaya ternak untuk Kesejahteraan
I P T E K
EKONOMI Berbasis IPTEK
Keunggulan Kompetitif
Membangun Keunggulan Kompetitif Berdasarkan Keunggulan Komparatif
PERMASALAHAN SINERGI PUSAT DAN DAERAH 1. Belum efektifnya implementasi PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. 2. Kurangnya koordinasi pelaksanaan kebijakan pemerintah pusat dan daerah. 3. Kurangnya optimalnya kontribusi/dukungan pemerintah pusat dan sebaliknya. 4. Belum sinkronnya rencana pembangunan baik vertikal (antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah) serta horizontal (antar sektor).
Kegiatan pembangunan tidak efisien (biaya tinggi) dan tidak efektif (manfaat pembangunan tidak optimal)
5. Adanya Tumpang Tindih atau duplikasi perencanaan antara Pusat dan Daerah
14
DINAS PETERNAKAN
BPTP
Kelompok Peternak
BAKORLUH
BUMN/SWASTA/ KOPERASI
Konsep LL dan SL-PPSP
LL-PPSP Laboratorium Lapang Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong (LL- PPSP) adalah unit percontohan yang dikelola oleh kelompok peternak yang menjalankan usaha pembibitan dan atau penggemukan sapi potong, serta berfungsi sebagai tempat temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi.
SL-PPSP Sekolah Lapang Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong (SL-PPSP) adalah proses pendidikan non formal bagi peternak yang belajar dari laboratorium lapang (LL) dan bertujuan untuk mengembangkan atau memperluas kelompok – kelompok VBC maupun kelompok ternak lainnya. Indikator keberhasilan SL-PPSP dapat dilihat dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap, penerapan budidaya yang baik dan benar, peningkatan produktivitas dan keberlanjutan serta replikasinya.
Fungsi SL-PPSP : 1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi wilayah 2. Menyusun rencana usaha kelompok 3. Mengatasi permasalahan kelompok 4. Mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha ternaknya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.
Partisipatif
Dinamis
5 PRINSIP LL dan SL -PPSP
Sinergis
Spesifik Lokasi
Terpadu
Sarana dan Prasarana LL-PPSP • Lokasi, sesuai dengan tata ruang wilayah, mempunyai potensi sebagai sentra produksi, agroekosistem yang mendukung • Sumber air tersedia sepanjang tahun • Kandang dan perlengkapanya • Bibit betina dan/atau jantan yang baik • Pakan • Obat hewan • Tenaga Kerja
PROSES PRODUKSI Manajemen Perkawinan dan Kebuntingan Manajemen Kelahiran dan Laktasi
Manajemen Pakan
Manajemen Manajemen Kesehatan Hewan
Budidaya
Seleksi dan Penggantian Induk
Manajemen Pembesaran Pedet
Pencatatan Produksi Ternak (Recording)
Pasca Panen dan Pemasaran
Tahapan Pendampingan LL dan SL-PPSP Indentifikasi Kondisi Biofisik dan Agroekosistem
Identifikasi Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
Identifikasi Hubungan Kelembagaan (Kelembagaan Peternak, Lembaga Keuangan, Penyuluh)
Pola LL dan SL-PPSP Kel. Ternak/ SL
• Peternak • Peternak
Kel. Ternak/SL
Kel. Ternak/SL
• Peternak • Peternak
• Peternak • Peternak
MASALAH UTAMA KETIDAKSINKRONAN PERENCANAAN DENGAN PENGANGGARAN Mekanisme Penganggaran Pusat- Daerah Belum Sinergi
Alur Kerja yang Tidak Kondusif • Keselarasan Tata waktu (timing) : Jadwal dan Agenda
Kurang Kesinambungan Rencana – Anggaran • Deviasi Indikator (RKP) vs Output (RKA KL) • Pendekatan RKP (Rencana Aksi) vs RAPBN (Akunting)
25
Sinergitas, kapan kita memulainya ?