MORAL INTELLIGENCE
Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan dari kecerdasan moral bukan hanya untuk mengetahui yang benar dan yang salah, tapi juga untuk berbuat serta melakukan tindakan yang benar. Pada segolongan populasi manusia terdapat sekelompok manusia dengan jumlah prosentase yang kecil menderita, mengalami sakit jiwa ataupun terkucil. Kelompok ini kemungkinan tidak “mengerti” yang benar dan yang salah. Mengapa kita tidak lebih sering melakukan tindakan yang tepat? Kebanyakan orang melakukan tindakan yang tepat kadang-kadang saja. Bertindak atas setiap keputusan yang kita buat setiap hari, mempertimbangkan apa yang “benar”, apa yang lebih baik dan dapat membantu komunitas kita, organisasi, dan orang lain. Namun kita tidak selalu setuju dengan apa yang benar. Dalam hal ini nilai dan filosofi turut berperan. Penilaian kita menjadi dasar dalam percaya dan menentukan tindakan. Filosofi merupakan jalan bagi kita untuk menentukan nilai. Filosofi yang cerdas merupakan keinginan untuk memahami manusia, benda, dan dunia melalui rangkaian kata yang menggambarkan bagaimana mereka bekerja dengan demikian menyediakan suatu keamanan emosional dalam meramalkan masa depan. Manusia dengan filosofi mempercayakan pada logika dalam membuat keputusan, dan menaksirkan harga dari sesuatu melawan “kode” yang mendasar atau mengatur garis pedoman
yang
menyebabkan
ketegangan.
Manusia
dengan
pandangan
ini
mempercayakan pada kesadaran persaingan, terkadang pada wewenang sosial yang terpisah. Anda mungkin pernah mendengar perkataan seseorang dengan filosofi yang cerdas, contohnya: “ jika anda memiliki solusi yang luwes, orang lain akan mempercayainya. Tidak perlu mencoba untuk meyakinkan mereka mengenai kebaikannya.” Mereka dapat menggunakan sebuah bayangan gaya kemimpinan, jika visi yang digambarkan menjadi penyebab yang baik di masa depan. Dalam hipotesa penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hal lebih mendasar dari kemampuan kecerdasan emosional. Hal tersebut tampak semacam kompas moral. Hal
tersebut merupakan jantung dari kesuksesan bisnis yang berjalan lama. “Sesuatu yang lebih” ini dinamakan kecerdasan moral (moral intelligence). Kecerdasan moral merupakan kapasitas mental untuk menentukan bagaimana prinsip umum manusia yang harus digunakan pada nilai , tujuan, dan tindakan kita. Istilah yang mudah, kecerdasan moral merupakan kemampuan untuk membedakan yang benar dari yang salah seperti yang didefinisikan oleh prinsip umum. Prinsip umum merupakan kepercayaan mengenai tingkah laku manusia secara umum pada seluruh budaya di dunia. Kecerdasan moral bukan hanya penting untuk mengefektifkan kepemimpinan, namun juga merupakan “pusat kecerdasan” bagi seluruh manusia. Mengapa? Karena kecerdasan moral secara langsung mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang berguna. Kecerdasan moral memberikan hidup manusia memiliki tujuan. Tanpa kecerdasan moral, kita tidak dapat berbuat sesuatu dan peristiwa-peristiwa yang menjadi pengalaman jadi tidak berarti. Tanpa kecerdasan moral kita tidak akan tahu mengapa kita pekerjaan yang kita lakukan? Dan apa yang harus dikerjakan?
STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS
Kecerdasan moral merupakan bagian dari manusia yang mempertajam pedoman moral manusia dan memastikan bahwa tujuan konsisten dengan pedoman moral. Kompetensi moral merupakan kemampuan untuk bertindak berdasarkan prinsip moral kita. Kompetensi emosional merupakan kemampuan untuk mengatur emosi kita dan orang lain dalam situasi tuntutan moral. Tanpa kecerdasan moral tidak ada pelatihan yang akan membawa kita pada moral kepemimpinan, disebut juga dengan otak anak kecil yang terluka. Tidak peduli seberapa keras orang tuanya berusaha untuk mengisi nilai-nilai positif, mereka benar-benar kekurangan neurologika dasar, alat untuk membedakan antara benar dan salah. Kecerdasan moral merupakan bakat dasar untuk gagasan moral dan tindakan. Kecerdasan moral mengijinkan kita untuk mengembangkan nilai-nilai moral dan kepercayaankepercayaan serta mengintegrasikannya nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan tersebut ke dalam sebuah pedoman moral yang saling bertalian. Karena itu merupakan bagian dari kita yang mengetahui apa yang benar, kami menggunakannya untuk memastikan bahwa
tujuan kita dan tinkah laku sejajar dengan pedoman moral. Seperti sebuah detektor asap, kecerdasan moral membunyikan alarm saat tujuan dan tindakan keluar tidak sejalan dengan pedoman moral. Kompetensi moral, saat kecerdasan moral mengetahui apa yang harus dilakukan, kompetensi moral merupakan kemampuan dari melakukan tindakan yang benar. Bagaimana kita tahu bahwa apa yang kita tahu benar? Bagaimana kita tahu hal yang benar pada saat kita merasa takut dan tertekan? Untuk itu, kita memerlukan kompetensi moral. Kita memerlukannya untuk memahami apa tujuan-tujuan yang sesuai dengan prinsip kita, dan kita memerlukan kompetensi moral untuk bertindak sesuai dengan nilainilai dan kepercayaan-kepercayaan kita. Kompetensi emosional membantu kita mengatur emosi kita dan kualitas emosi dalam berhubungan dengan sesama. Hampir tidak mungkin untuk memiliki kompetensi moral yang baik tanpa kompetensi emosional yang baik. Kompetensi emosional membantu kita untuk menjawab pertanyaan seperti berikut: apa yang membuat suatu hal sulit untuk dikatakan kebenarannya dalam situasi tertentu? Bagaimana tindakan yang akan diambil seseorang jika saya mengatakan kebenaran atau gagal menyampaikan kebenaran? Bagaimana saya dapat memberitahujan kebenaran ketika hal tersebut akan membatasi hubungan saya dengan orang lain? Kompetensi emosional memberi kesempatan pada kita untuk mengerti emosi yang kita miliki, khususnya dalam hal melakukan sesuatu yang benar. Kompetensi emosi juga menolong kita untuk memahami dan merespon kecerdasan untuk emosi terhadap orang lain. Kemampuan untuk merespon pada emosional orang lain tersebut sangat diperlukan sehingga menciptakan lingkungan kerja yang positif dimana seseorang merasa cukup aman untuk melakukan moral yang benar. Ketika anda secara konsisten menggunakan kecerdasan moral, kompetensi moral, dan kompetensi emosional anda, anda akan menemukan bahwa anda meluangkan waktu lebih dengan pedoman moral anda. Saat kecerdasan moral, kompetensi moral, dan kompetensi emosi berjalan seimbang maka kreatifitas dan tindakan anda berada pada tingkat yang terbaik. Pada kebanyakan pemimpin yang sukses, mereka meluangkan mayoritas waktu mereka dengan sejajar. Namun seluruh waktu pengalaman kita ketika hal tersebut sulit untuk
tetap sejajar. Ketidaksejajaran moral tidak selalu terjadi karena kita kekurangan kemampuan moral atau emosional. Biasa hal tersebut dikarenakan virus moral atau gangguan emosional yang akhirnya mengganggu kemampuan kita untuk menggunakan kompetensi moral dan emosional kesuksesan.
INTEGRITY
Bertindak secara konsisten dengan berdasarkan prinsip-prinsip, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan berarti memiliki tujuan penuh dalam setiap hal yang anda lakukan dan dalam setiap hal yang anda katakan. Kejujuran merupakan kebenaran. Kejujuran berarti mengatakan apa yang anda lakukan dan melakukan apa yang anda katakan. Kesadaran merupakan langkah pertama untuk bertindak jujur secara konsisten. Oleh karena itu sangat penting untuk memperjelas tentang apa yang ada dalam pedoman moral anda. Bertindak secara konsisten sesuai dengan pedoman moral anda juga berarti membiarkan orang lain tahu prinsip-prinsip yang penting bagi anda, sebaik seperti keputusan dan tingkah laku yang anda lakukan, konsisten dengan hal tersebut. Pemimpin yang secara menyolok tidak memperdulikan prinsip-prinsip umum berarti melakukan kerusakan besar dalam konstitusi mereka dan bawahan mereka, seburuk pemimpin yang “membayar” lip service terhadap kejujuran, tidak sesuai dengan prakteknya. Dalam pengaturan perusahaan, kurangnya kejujuran biasanya menunjukkan kurangnya kompetensi moral. Mengatakan kebenaran sering kali berarti menegaskan kenyataan dibalik keadaan tantangan disekitar. Pemimpin perlu untuk mengatakan yang sebenarnya dengan sebab yang nyata untuk harapan dan keoptimisan. Kejujuran sering menyulitkan bagi pemimpin bisnis. Pada saat seorang pemimpin memiliki informasi yang dirahasiakan. Hal ini biasanya dalam situasi melibatkan tawaran-tawaran publik ketika rencana kerja mengalami penurunan. Untuk mengatakan kebenaran pada waktu yang tidak tepat dapat mengakibatkan sebuah penurunan pelayanan bisnis, namun jika hukum memerlukan informasi yang dimiliki, pemimpin
harus mengakuinya. Pemegang informasi juga dibenarkan untuk melindungi privacy para karyawan. Mengatakan yang sebenarnya dan kebijaksanaan merupakan dua hal yang tidak bertentangan. Beberapa orang merasa bangga terhadap dirinya dengan jujur terhadap kesalahannya. Kita mungkin mengatakan sesuatu yang takut untuk dikatakan, namun itu tidak perlu ditambah-tambahi untuk melebihi kebenaran yang ada. Beberapa orang menggunakan “kejujuran” sebagai sebuah kebebasan dari celah permusuhan. Mengatakan kebenaran akan bekerja baik ketika dipasangkan dengan kompetensi emosional dari kesadaran diri sendiri. Kita membutuhkan kesadaran diri untuk memahami bagaimana tujuan dan keinginan kita yang berpengaruh terhadap apa yang kita katakan terhadap orang lain. Pemimpin yang memiliki informasi terbatas mengenai perubahan seharusnya memeriksa dengan teliti motivasi mereka, hal tersebut penting untuk melindungi perusahaannya. Kita memerlukan kompetensi emosional untuk memahami emosional orang lain dan membuka diri untu berdiskusi kebenaran langkah yang dapat diterima seseorang dan digunakan secara produktif. Para karyawan mengerti ketika pemimpin mereka mambuat keputusan melayani dirinya sendiri dan atau menaungi kebenaran tentang penundaan perubahan. Akibat dampak negatif pada moral dan perbuatan dapat merusak pelaksanaan setiap usaha perubahan. Menyatakan kebenaran memiliki sebuah dampak terhadap keefektifan kepemimpinan dan kinerja. Ketika seseorang bekerja pada seseorang yang tidak jujur, mereka akan memilah informasi untuk melindungi dirinya dari reaksi negatif ataupun reaksi yang tidak terduga. Bos yang tidak jujur menciptakan sebuah iklim yang terdominasi oleh tipu daya politik daripada kerja produktif, orang-orang yang bekerja pada atasan yang tidak jujur meluangkan banyak waktu mewujudkan keajaiban agenda manajer mereka, berusaha untuk mengumpulkan informasi, berusaha untuk memacu kekuatan, dan hanya melakukan hal-hal yang mereka pikir dapat menjaga mereka terlepas dari kerusakan. Dan sebaliknya, pemimpin yang jujur membangkitkan sebuah kekuatan kepercayaan. Orang yang bekerja pada atasan yang jujur merasa relax karena mereka tahu tidak ada kejutan yang tersembunyi. Mereka lebih menyempurnakan lagi kinerjanya dan bekerja dengan kreatifitas yang tinggi ketika mereka tidak memiliki energi yang terbuang.
Menjaga janji merupakan sebuah kejujuran yang murni karena menunjukkan bahwa kita dapat dipercaya dalam melakukan apa yang kita katakan akan kita lakukan. Menjaga janji merupakan sebuah nilai kompetensi yang tinggi dalam berorganisasi. Untuk menjaga janji biasanya memerlukan bantuan dari beberapa kompetensi emosional- kesadaran diri sendiri untuk mengakui ketidakmantapan dalam bertindak antara tujuan dan tindakan serta kendali dari diri sendiri dalam kebiasaan disiplin kerja guna menjaga janji yang dibuat. Kompetensi kejujuran merupakan sentral pusat pada keefektifan anda sebagai seorang pemimpin. Bagi seorang pemimpin, satu dari sekian banyak janji pemimpin mereka simpan dengan harapan untuk menjaga privacy dari orang lain. Keluhan yang ada umumnya mengenai rendahnya kejujuran para pemimpin yang menunjukkan bahwa mereka gagal dalam menjaga kepercayaan. Beberapa pimpinan mengkhianati kepercayaan dengan maksud baik dikarenakan mereka percaya
bahwa membagi
informasi dengan orang lain akan menolong orang yang diberi pernyataan informasi pribadi tersebut. Kepercayaan yang salah lainnya bahwa hal tersebut dapat diterima untuk membagi informasi yang diyakini mengenai sebuah partai ketiga yang mereka percaya tidak akan menyebarkan informasi yang diyakini kepada orang lain. Suatu hal yang ironis bahwa beberapa dari kita mengharap sebuah partai ketiga untuk menjaga sebuah kepercayaan yang kita khianati. Ketika anda mendiskusikan informasi pribadi mengenai orang lain dengan yang lainnya, anda dapat mengasumsikan bahwa hal tersebut akan menjadi umum, dan orang yang kepercayaannya anda khianati akan tahu bahwa andalah sumbernya. Ketika seorang pemimpin mengkhianati kepercayaan, mereka kehilangan lebih dari kehormatan dari teman kerja sejawatnya. Mereka juga berhenti mendapat sumber informasi dari karyawan dan rekan kerja karena mereka menjadi lebih sensitif melindungi informasi yang dimiliki dari seorang loose-lipped leader. Seorang pemimpin yang kehilangan infornasi yang diyakini tidak semenderita sebanyak hancurnya karir orang yang kehilangan dimensi kejujuran. Jika pemimpin memiliki reputasi yang baik, orang kemungkinan akan mencoba untuk memberi kompensasi dengan menekankan kekuatan penuh pada pemimpin bahwa informasi yang pasti harus dipegang dalam kepercayaan.
RESPONSIBILITY
Tanggung jawab personal merupakan keinginan dari diri kita untuk menerima bahwa kita bertanggung jawab terhadap akibat dari pilihan yang kita buat. Setiap hal yang kita lakukan mengikuti hukum sebab dan akibat. Pada saat kita menyebabkan sesuatu terjadi, hal tersebut merupakan dampak, biasanya lebih dari satu dampak. Beberapa akibat dari tindakan-tindakan kita sudah direncanakan, beberapa akibat lain datang sebagai kejutan. Mendapatkan kesempatan memilih secara pribadi menunjukkan bahwa kita bertanggung jawab terhadap seluruh akibat dari tindakan kita, dan juga antisipasi terhadap pengaruhpengaruh dan akibat yang tidak diduga. Manajer tingkat menengah sering kali berjuang dengan kompetensi tanggung jawab karena mereka merasa bertanggung jawab terhadap orang-orang yang dipimpinnya dan tuntutan senior manajer mereka. Manajer tingkat menengah sering mengeluh terhadap kegagalan yang disebabkan karena mereka memiliki seluruh tanggung jawab namun tidak memiliki hak untuk bertindak. Tanggung jawab merupakan sebuah kompetensi radikal karena memaksa kita untuk menerima tanggung jawab personal terhadap setiap hal yang kita lakukan, walaupun masing-masing dari kita hidup dalam sebuah dunia yang sulit dimana atasan-atasan, anggota keluarga, dan teman-teman semua mendesak, menekan kita untuk bertindak dan jalan yang pasti. Tanggung jawab berarti tidak bebas, walaupun tidak ada manusia yang sempurna dan kita semua memiliki alasan yang bagus untuk gagal dalam melakukan apa yang kita tahu benar. Menerima tanggung jawab sebagai pilihan personal bukan berarti kurang memikirkan keputusan yang diambail dan tidak peduli sampai seberapa produktifnya keputusan tersebut namun hal tersebut berarti kita yakin terhadap hal yang telah dilakukan merupakan pilihan yang tepat. Tanggung jawab bukanlah mengenai membuat pilihan yang sempurna namun mengenai mengenai bagaimana membuat pilihan yang telah anda buat, pilihan yang sempurna bagi anda. Seorang pemimpin yang merasa bahwa dia dalam bidang yang salah dapat menunjukkan tanggung jawabnya dalam satu atau dua jalan serta membantu membentuk kembali organisasi sehingga tetap berharga, memiliki keteguhan untuk membuat sebuah perubahan karir.
Aspek penting lain dari tanggung jawab termasuk keinginan untuk ikut bertanggung jawab ketika terjadi kesalahan.
Seorang pemimpin yang terbaik berpikir “kita”, bukan “saya”. Suatu hal yang sederhana, dimana orang yang baik memiliki moral yang merupakan watak bawaan sejak lahir. Mereka mengikuti sebuah kompas moral walaupun terdapat godaan. Mereka memilih yang benar dari yang salah. Orang baik dan pemimpin yang baik merupakan bagian dari nilai moral. mereka percaya terhadap kejujuran dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Mereka turut berduka terhadap penderitaan orang lain dan tahu bagaimana harus memaafkan seperti pentingnya dirinya sendiri. Pemimpin yang baik bukanlah sebuah fungsi dari beberapa bakat yang jarang yang digunakan untuk menginspirasi orang lain. Salah satu dari kita dapat menjadi orang baik dan pemimpin yang baik dikarenakan kita terikat kuat dengan moral. Kita terlahir pada jalan itu. Melihat sekilas pada pokok berita di koran mungkin akan membuat kita sulit untuk memiliki kepercayaan yang kuat, namun inilah alasan mengapa kita berpikir hal itu. Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya bahwa sejak lahir kita telah memiliki “bakat” bermoral. Namun bakat saja tidaklah cukup. Kemantapan antara bakat, kemampuan, dan tindakan merupakan hal yang mendukung menuju tercapainya tujuan. Hal tersebut disebut dengan “pandangan hidup”. Menggapai pandangan hidup mungkin terkadang sulit, namun hal itu tidak memaksakan kita untuk melakukan tindakan yang superhuman. Hanya diperlukan langkah yang konsisten dari hari ke hari, apa yang harus kita lakukan, apa yang kita perlukan untuk meraih tujuan. Pandangan hidup juga bukan merupakan suatu kebetulan. Pandangan hidup diperlukan dalam melakukan sesuatu pada tujuan dan untuk sebuah tujuan. Bagaimana untuk memulainya? Pandangan hidup memiliki dua proses. Proses pertama, bangun model pandangan pribadi anda: -
Kompas moral – apa nilai anda, dan apa hal paling penting yang anda percayai?
-
Tujuan – apa yang anda inginkan untuk menyempurnakan kepribadian dan profesionalitas anda?
-
Tingkah laku – tindakan apa yang akan anda perbuat untuk menggapai tujuan anda?
Selanjutnya, setelah anda membangun model pandangan pribadi anda dan mengetahui apa yang pantas dalam “bingkai”nya masing-masing, lakukan yang terbaik untuk memperbaiki pandangan diantara bingkai-bingkai anda. Setiap pemimpin yang efektif memiliki bola kristal tujuan yang jelas. Tujuan merupakan hal sangat penting bagi pemimpin yang efektif karena tujuan menggerakkan melebihi apa yang disadari atau tujuan yang baik terhadap tindakan yang spesifik. Pemimpin yang efektif menerima tanggung jawab sebagai jalan mencapai tujuan. Pemimpin yang efektif memiliki tujuan yang sangat mereka perhatikan. Mereka juga membesarkan hati pengikut mereka untuk membangun kepribadian dan mencapai tujuan. Salah satu dari alat motivator yang terhandal dari pemimpin yang baik adalah dengan menunjukkan kepedulian terhadap apa yang diinginkan dan tujuan yang dimiliki oleh orang-orang yang bekerja dengannya.