ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING DI PETERNAKAN BAPAK SARNO, DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
SKRIPSI
SEPTIANNISA BAHMAT H34096102
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN SEPTIANNISA BAHMAT. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI).
Pemerintah Indonesia telah merencanakan bahwa tahun 2014 Indonesia menjadi negara swasembada daging. Dalam mencapai swasembada daging ada dua langkah pendekatan yang dapat dilakukan yakni meningkatkan populasi ternak sapi dan langkah pendukung melalui meningkatkan sosialisasi konsumsi daging ke masyarakat dengan mengkonsumsi daging ternak lain, seperti daging domba dan kambing. Ternak domba dan kambing memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan ternak sapi maupun ternak lainnya. Hal ini berdasarkan pada keadaan alam yang baik dan keadaan sosial-budaya yang sangat mendukung terutama terkait dengan mayoritas penduduk Warga Negara Indonesia yang beragama Islam. Kedua hal tersebut merupakan faktor pendukung potensial bagi pengembangan peternakan domba dan kambing di Indonesia. Kecamatan Ciawi merupakan daerah yang berpotensi karena selain memiliki iklim yang sesuai untuk peternakan domba dan kambing kecamatan ini merupakan daerah yang strategis untuk pemasaran domba dan kambing ke daerah Jabodetabek yang merupakan daerah perkotaan dan daerah industri yang tidak lagi memiliki potensi lahan untuk peternakan domba maupun kambing. Kondisi tersebut menjadi peluang bagi pengusaha penggemukan domba dan kambing. Salah satu peternakan yang memanfaatkan peluang tersebut adalah peternakan milik Bapak Sarno yang berada di Desa Citapen. Namun usaha ini memiliki permasalahan yaitu belum mampu memenuhi permintaan pasarnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka usaha penggemukan domba dan kambing ini akan mengembangkan usahanya dengan melakukan penambahan jumlah ternak dan pembangunan kandang baru. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno berdasarkan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, serta aspek lingkungan pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan, (2) menganalisis usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada aspek finansial berdasarkan kriteria investasi lingkungan pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan, (3) menganalisis kelayakan finansial usaha penggemukan domba dan kambing dengan switching value apabila terjadi kenaikan harga bakalan dan penurunan harga penjualan. Penelitian dilaksanakan di peternakan milik Bapak Sarno di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Penelitian ini menggunakan kriteria kelayakan usaha dari aspek nonfinansial dan kelayakan aspek finansial dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) serta
menganalisis tingkat kepekaan atau switching value terhadap variabel output maupun variabel input yang dilakukan secara kuantitatif dan dipaparkan dengan deskriptif. Berdasarkan kriteria aspek kelayakan nonfinansial usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dikembangkan. Pada aspek pasar, usaha penggemukan domba dan kambing masih memiliki peluang pasar dan starategi bauran pemasaran yang dijalankan dengan baik. Untuk aspek teknis, usaha ini memiliki lokasi yang strategis, sarana dan prasarana yang mendukung sehingga memudahkan kegiatan operasional. Berdasarkan aspek manajemen, usaha layak untuk dilaksanakan karena struktur organisasi yang jelas dan deskripsi pekerjaan dijalankan setiap orang sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Pada aspek hukum, usaha ini telah memiliki surat ijin usaha, sehingga memberikan jaminan untuk lancarnya kegiatan usaha serta sebagai jaminan untuk pinjaman modal kepada lembaga keuangan seperti bank. Berdasarkan aspek sosial dan ekonomi, usaha penggemukan domba dan kambing ini layak untuk dilaksanakan karena dengan adanya usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mampu mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Sedangkan dari aspek lingkungan, usaha ini layak untuk dilaksanakan karena limbah yang ditimbulkan berupa kotoran ternak tidak menimbulkan bau, setiap hari kandang selalu dibersihkan, kotoran ternak dikumpulkan menjadi pupuk kandang dan dijual kepada petani di lingkungan sekitar. Hasil analisis kelayakan finansal usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada kondisi sebelum pengembangan memiliki nilai Net Benefit yaitu 85.570. 875 rupiah sedangkan pada kondisi pengembangan nilai Net Benefi yang diperoleh yaitu 100.796.700 rupiah. Maka nilai incremental net benefit yang diperoleh dari usaha penggemukan domba dan kambing yaitu 15.225.825 rupiah. Berdasarkan kriteria investasi usaha penggemukan domba dan kambing ini layak untuk dijalankan karena nilai yang diperoleh sesuai dengan kriteria investasi. Nilai Net Present Value (NPV) lebih besar dari nol yaitu sebesar 1.201.056 rupiah dengan umur usaha delapan tahun. Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) lebih besar dari satu yaitu 1,012. Nilai Internal Rate of Return (IRR) adalah 12 persen, sama denga tingkat Discount Rate (DR) yang ditentukan yaitu 12 persen. Payback Period (PP) yang dihasilkan dari analisis tersebut adalah delapan tahun atau sama dengan umur ekonomis usaha yaitu delapan tahun. Berdasarkan hasil analisis switching value, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno masih tetap layak dijalankan dan mendapatkan keuntungan apabila terjadi peningkatan harga bakalan kambing 0,29 persen dan penurunan harga penjualan kambing sebesar 0,14 persen.
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING DI PETERNAKAN BAPAK SARNO, DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
SEPTIANNISA BAHMAT H34096102
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Nama
: Septiannisa Bahmat
NIM
: H34096102
Menyetujui, Pembimbing
Tintin Sarianti, SP, MM NIP.19750316 2005 01 2001
Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya tulis yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2012
Septiannisa Bahmat H34096102
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pulo Jantan pada tanggal 09 September 1988. Penulis adalah anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Bahaluddin Matondang dan Ibu Hj. Mariani Munthe. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Pulo Jantan, Sumatera Utara pada tahun 2000 dan pendidikan Madrasah Tsanawiyah diselesaikan pada tahun 2003 di Madrasah Tsanawiyah Swasta Attoyyibah Indonesia Pinang Lombang, Sumatera Utara. Pendidikan menengah atas di SMAN 3 Plus Rantau Utara, Sumatera Utara diselesaikan pada tahun 2006. Pendidikan Diploma III Program Studi Teknik dan Manajemen Lingkungan, Institut Pertanian Bogor diselesaikan pada tahun 2009. Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui ujian seleksi masuk reguler pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelayakan usaha baik dari segi non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen dan aspek ekonomi dan sosial serta aspek lingkungan) dan segi finansial berdasarkan kriteria investasi pada usaha penggemukan domba dan kambing di peternakan milik Bapak Sarno. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak terutama di dunia pendidikan.
Bogor, Mei 2012 Septiannisa Bahmat
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Siti Jahroh, PhD selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Dwi Rachmina, MSi selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang sudah memberikan masukan, arahan serta saran dalam persiapan penelitian. 4. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 5. Ayahanda dan Ibunda, Kak lila, Bang Bama, Bang Rio, Adik Silma dan Dian serta keluarga tercinta yang selalu memberikan cinta kasih, dukungan dan doa. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik. 6. Bapak Sarno selaku pemilik usaha penggemukan domba dan kambing atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 7. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan tujuh atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Mei 2012 Septiannisa Bahmat
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xiv
I
PENDAHULUAN ......................................................................... 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................
1 1 9 11 12
II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2.1 Penggemukan Domba dan Kambing ...................................... 2.2 Penelitian Terdahulu Studi Kelayakan Bisnis ......................... 2.3 Penelitian yang Akan Dilakukan ............................................
13 13 15 19
III
KERANGKA PEMIKIRAN....................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 3.1.1 Pengertian Investasi ...................................................... 3.1.2 Studi Kelayakan Bisnis................................................. 3.1.3 Aspek-Aspek Kelayakan Usaha ................................... 3.1.4 Teori Biaya dan Manfaat .............................................. 3.1.5 Tanpa dan Dengan Bisnis ............................................. 3.1.6 Analisis Kelayakan Investasi ........................................ 3.1.7 Analisis Switching Value .............................................. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................
23 23 23 25 26 31 31 32 34 34
IV METODE PENELITIAN ............................................................ 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 4.3 Metode Penentuan Narasumber .............................................. 4.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 4.5 Metode Analisis Data .............................................................. 4.6 Analisis Kelayakan Non Finansial .......................................... 4.6.1 Aspek Pasar .................................................................. 4.6.2 Aspek Teknis ................................................................ 4.6.3 Aspek Manajemen ........................................................ 4.6.4 Aspek Hukum ............................................................... 4.6.5 Aspek Ekonomi dan Sosial........................................... 4.6.6 Aspek Lingkungan........................................................ 4.7 Analisis Kelayakan Finansial .................................................. 4.7.1 Net Present Value (NPV) ............................................. 4.7.2 Internal Rate of Return (IRR)....................................... 4.7.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ..................................
38 38 38 38 39 39 40 40 40 41 41 42 42 43 43 43 44
4.7.4 Payback Period (PP) ..................................................... 4.7.5 Break Event Point (BEP) ............................................... 4.7.6 Laba Rugi ...................................................................... 4.7.7 Incremental Net Benefit ................................................. 4.8 Switching Value Analysis ......................................................... 4.9 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Penelitian ....................
45 45 45 46 46 47
V GAMBARAN UMUM USAHA ..................................................... 5.1 Gambaran Umum Desa Citapen .............................................. 5.2 Sejarah Usaha ........................................................................... 5.3 Lokasi Usaha ............................................................................ 5.4 Kegiatan Usaha ........................................................................
49 49 50 51 51
VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL ........................ 6.1 Aspek Pasar ............................................................................... 6.1.1 Peluang Pasar................................................................. 6.1.2 Strategi Bauran Pemasaran ............................................ 6.2 Aspek Teknis ........................................................................... 6.2.1 Penentuan Lokasi........................................................... 6.2.2 Layout Usaha Penggemukan Domba............................. 6.2.3 Teknik Penggemukan .................................................... 6.3 Aspek Manajemen ................................................................... 6.3.1 Struktur Organisasi dan Job Description ...................... 6.3.2 Sistem Gaji dan Insentif ................................................ 6.4 Aspek Hukum .......................................................................... 6.5 Aspek Sosial Ekonomi ............................................................. 6.6 Aspek Lingkungan ...................................................................
53 53 53 54 58 58 60 61 71 71 73 73 74 75
VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ................................... 7.1 Analisis Kelayakan Usaha Sebelum Pengembangan ............... 7.1.1 Arus Penerimaan (Inflow).............................................. 7.1.2 Arus Pengeluaran (Outflow) .......................................... 7.1.3 Analisis Laba Rugi ........................................................ 7.1.4 Manfaat Bersih (Net Benefit) ......................................... 7.2 Analisis Kelayakan Usaha Setelah Pengembangan ................. 7.2.1 Arus Penerimaan (Inflow).............................................. 7.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow) .......................................... 7.2.3 Analisis Laba Rugi ........................................................ 7.2.4 Manfaat Bersih (Net Benefit) ......................................... 7.3 Analisis Incremental Net Benefit.............................................. 7.4 Kriteria Kelayakan Usaha ........................................................ 7.5 Analisis Switching Value .........................................................
76 76 77 80 94 96 96 96 100 116 116 116 117 118
VIII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 8.1 Kesimpulan ............................................................................... 8.2 Saran ........................................................................................
119 119 120
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
121
DAFTAR TABEL
Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
17. 18.
Halaman Produk Domestik Bruto Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun 2005-2009 (Miliar Rupiah)……………………………..... Produksi dan Konsumsi Daging Sapi di Indonesia Tahun 20072009……………………………………………………….....….. Neraca Daging Domba dan Kambing Nasional Tahun 20082009 (Dalam Ribu Ton)…………………………………………. Populasi Nasional Domba dan Kambing di Indonesia Tahun 2008-2010 (Dalam Ribu Ekor)………………………………….. Populasi Domba dan Kambing di Kabupaten Jawa Barat Tahun 2009-2010 (Ekor)………………………………………………... Perkembangan Populasi Domba dan Kambing di Kecamatan Ciawi Tahun 2006-2010…………………………………............ Data Permintaan Domba dan Kambing Milik Bapak Sarno Tahun 2009-2010………………………………………………... Jumlah Penduduk Desa Citapen Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009……………………………………………………… Data Penjualan Domba dan Kambing Milik Bapak Sarno Tahun 2011 (Ekor)………………………………………...……………. Harga Domba dan Kambing Usaha Bapak Sarno (Januari 2012)………………………………………………………...... Proyeksi Penjualan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha…………………………………………… Penerimaan Penjualan Kotoran Domba dan kambing Sebelum Pengembangan Usaha…………………………………………… Biaya Investasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha……………………...………….. Biaya Tetap Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha………………..………………... Biaya Variabel Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha……………………...………….. Biaya Penyusutan Investasi pada Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Milik Bapak Sarno Sebelum Pengembangan……………………………...………………....... Proyeksi Penjualan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha…………………………………………… Penerimaan Penjualan Kotoran Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha…………………………………..
1 2 3 5 6 8 9 50 54 56 78 79 81 85 91
95 98 99
19. 20. 21. 22. 23.
Biaya Investasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha………………………………….. Biaya Tetap Usaha Penggemukan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha………………………………….. Biaya Variabel Usaha Penggemukan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha………………………………….. Rincian Angsuran Pinjaman Modal Usaha Penggemukan Domba dan Kambing…………………...……………………….. Kriteria Kelayakan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing……………………………………………………….....
100 105 111 115 117
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga Riil……………………...
24
2.
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian………………….
37
3.
Layout Kandang Penggemukan Domba dan Kambing……….
60
4.
Perbedaan Kandang Baru dan Kandang Lama……………….
62
5.
Pemberian Pakan Hijauan……………………………………..
64
6.
Kotoran Ternak untuk Pupuk Kandang……………………….
66
7.
Pemberian Obat Cacing……………………………………….
68
8.
Struktur Organisasi Usaha Milik Bapak Sarno………………..
71
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Populasi Domba di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010……..
124
2.
Populasi Kambing di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010…...
125
3.
Kuisioner Penelitian…………………………………………...
126
4.
Biaya Investasi Sebelum Pengembangan Usaha……………...
129
5.
Analisis Laba Rugi Sebelum Pengembangan Usaha………….
130
6.
Cashflow Sebelum Pengembangan Usaha…………………….
131
7.
Biaya Investasi Pengembangan Usaha……….……………….
134
8.
Analisis Laba Rugi Pengembangan Usaha……………………
135
9.
Cashflow Pengembangan Usaha………………………………
133
10.
Analisis Incremental Net Benefit……………………………...
139
11.
Switching Value Kenaikan Harga Bakalan Kambing 0,29%…………………………………...……………………... Switching Value Penurunan Harga Penjualan Kambing 0,14%...………………………………….……………………..
140
12.
147
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan di tingkat makro dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin kecukupan pangan (baik dari aspek kualitas maupun kuantitas) bagi seluruh penduduknya melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya berbasis lokal. Sementara di level mikro, ketahanan pangan harus dijamin hingga level rumah tangga untuk menjalani hidup yang sehat dan aktif. Dengan demikian pembangunan ketahanan pangan bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang baik di tingkat nasional, daerah, hingga rumah tangga. Aspek keberlanjutan ketahanan pangan yang identik dengan kebijakan dan strategi peningkatan
kemandirian
pangan
nasional
merupakan
hal
yang
harus
diperhatikan. Salah satu subsektor yang berperan penting dalam rangka mensukseskan ketahanan pangan adalah bidang peternakan. Dalam perekonomian Indonesia, kontribusi subsektor peternakan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia lebih dari 12 persen per tahunnya (Tabel 1).
Tabel 1. Produk Domestik Bruto Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun 20052009 (Miliar Rupiah) No. Lapangan Usaha 2005 2007 2009 1 Pertanian Umum 253.881,7 271.509,3 296.369,3 A Peternakan 32.346,5 34.220,7 36.743,6 Kontribusi (%) 12,7 12.6 12.4 B Sub Sektor Pertanian 221.535,2 237.288,6 259.625,7 Lainnya Kontribusi (%) 87,3 87,4 87,6 2 Sektor Ekonomi Lainnya 1.496.933,5 1.692.818,0 1.880.606,2 Total PDB 1.750.815,2 1.964.327,3 2.176.975,5 Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
Berdasarkan Tabel 1 tersebut terlihat bahwa selain subsektor pertanian dan subsektor ekonomi lainnya, subsektor peternakan memiliki kontribusi dalam
pembentukan Produk Domestik Bruto Indonesia yang berperan penting dan dari tahun ke tahun memiliki angka kontribusi yang dapat dikatakan hampir stabil. Pembangunan peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang unggul. Selain itu, tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak serta peningkatan devisa negara. Dalam mengukur ketahanan pangan dari sisi kemandirian dapat dilihat dari ketergantungan ketersediaan pangan nasional pada produksi pangan dalam negeri. Pemerintah Indonesia telah merencanakan bahwa tahun 2014 Indonesia menjadi negara swasembada daging. Tuntutan ini muncul karena hingga saat ini, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih mengimpor daging (Tabel 2). Perencanaan ini sangat baik untuk peternak Indonesia, disamping karena ternak dan produknya ini telah menjadi bagian dari hidup jutaan peternak Indonesia, juga untuk memenuhi adanya peningkatan kebutuhan daging atau ternak baik atas dasar kesadaran maupun atas pertambahan penduduk.
Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Daging Sapi di Indonesia Tahun 2007-2009 No Uraian Tahun (000 ton) 2007 2008 2009 1. Produksi Lokal 210,8 233,6 250,8 2. Impor 124,8 150,4 142,8 Total Produksi Lokal dan Impor 335,6 384,1 393,6 Konsumsi Daging Sapi 314,0 313,3 325,9 Selisih (Produksi Lokal dan Konsumsi) (103,2) (79,7) (75,1) Selisih (Impor dengan Kekurangan Produksi Lokal) 21,5 70,7 67,7 Sumber: Direktorat Jenderal peternakan (2009)
Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat dilihat bahwa dalam periode tiga tahun, sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 laju pertumbuhan penyediaan daging dari produksi lokal lebih rendah dibandingkan konsumsi. Oleh karena itu pemerintah melakukan impor untuk menutupi kekurangan daging dalam negeri karena Indonesia belum mampu menyediakan kebutuhan terhadap daging sapi. Impor ternak sapi dan daging yang semakin besar dan melebihi kebutuhan 2
konsumsi dalam negeri akan meningkatkan ketergantungan bangsa Indonesia terhadap bangsa lain. Maka untuk mengurangi ketergantungan terhadap daging impor tersebut, Indonesia merencanakan swasembada daging. Dalam mencapai swasembada daging ada dua langkah pendekatan yang dapat dilakukan yakni langkah pertama, meningkatkan populasi ternak sapi yang tingkat produksinya hingga mencapai jumlah yang dibutuhkan, dan langkah kedua yaitu langkah pendukung melalui peningkatan sosialisasi konsumsi daging ke masyarakat dengan mengkonsumsi daging ternak lain, antara lain ke daging domba maupun kambing. Langkah yang pertama membutuhkan waktu yang cukup lama dan pada akhirnya pengembangan peternakan hanya akan terfokus pada ternak sapi saja. Langkah kedua (langkah pendukung) merupakan langkah yang baik untuk melakukan kombinasi yang sinergis antara langkah utama dengan langkah pendukung yaitu meningkatkan konsumsi daging ke ternak lain seperti daging domba ataupun daging kambing. Saat ini konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging domba maupun kambing dapat dikatakan rendah dibandingkan konsumsi terhadap daging sapi. Sementara itu jumlah produksi daging domba dan kambing lebih tinggi dibandingkan jumlah konsumsinya (Tabel 3).
Tabel 3. Neraca Daging Domba dan Kambing Nasional Tahun 2008-2009 (Dalam Ribu Ton) Domba Kambing Tahun Produksi Konsumsi Produksi Konsumsi 2008 37,6 25,7 52,8 35,8 2009 43,3 29,6 55,0 37,3 Total 80,9 55,3 107,8 73,1 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2009)
Ternak domba dan kambing memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan ternak sapi maupun ternak lainnya. Hal ini berdasarkan pada keadaan alam yang baik dan keadaan sosial budaya yang sangat mendukung terutama terkait dengan mayoritas penduduk Warga Negara Indonesia beragama Islam. 3
Kedua hal tersebut merupakan faktor pendukung potensial bagi pengembangan peternakan domba dan kambing di Indonesia. Di Indonesia mayoritas Warga Negara Indonesia beragama Islam, dalam agama Islam terdapat kewajiban berkurban bagi yang mampu, dilaksanakan setiap tahun pada bulan Haji, yaitu dengan cara menyembelih hewan kurban termasuk diantaranya adalah domba dan kambing. Dalam Islam juga terdapat upacara atau ritual yang dinamakan aqiqah, yaitu berkurban untuk menunjukkan rasa syukur atas kelahiran anak. Pada bulan Haji berkurban tidak saja menyembelih domba atau kambing tetapi bisa dengan sapi, akan tetapi berbeda dengan aqiqah yang tidak bisa digantikan dengan menyembelih sapi. Aqiqah untuk kelahiran anak laki-laki dilakukan dengan menyembelih dua ekor domba atau kambing, sedangkan
aqiqah untuk kelahiran
anak
perempuan
dilakukan
dengan
menyembelih satu ekor domba atau kambing. Kedua upacara atau ritual kurban dalam Islam ini potensial bagi terbentuknya pasar domba dan kambing yang sangat besar. Selain itu, pada masyarakat juga terdapat berbagai ragam budaya yang dapat memberikan kontribusi terhadap pangsa pasar domba dan kambing, misalnya menyembelih domba dan kambing untuk acara hajatan baik pernikahan atau khitanan. Ternak domba dan kambing telah terbukti menjadi salah satu pilihan masyarakat akan kebutuhan daging ternak, jenis ternak ini juga sudah dikenal masyarakat untuk menjadi hewan peliharaan sebagian rakyat peternak Indonesia khususnya di tingkat pedesaan. Mengembangkan usaha ternak domba dan kambing secara otomatis akan membuka jalan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebagai salah satu komoditas unggulan di bidang peternakan, domba dan kambing memiliki prospek untuk terus dikembangkan. Hal ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat pada ternak jenis ini. Berbagai upaya dilakukan oleh peternak untuk meningkatkan daya saing mereka. Sementara itu, pemerintah berperan melakukan pembinaan agar komoditas ini bisa menjadi salah satu jalan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan domba dan kambing sebagai salah satu ternak unggulan juga ditunjang dengan terdistribusinya komoditas ternak ini di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia. 4
Tabel 4. Populasi Nasional Domba dan Kambing di Indonesia Tahun 2008-2010 (Dalam Ribu Ekor) DOMBA
PROVINSI 2008 Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Papua Bangka Belitung Banten Total
2009
KAMBING 2010*)
2008
2009
2010*)
157.881 268.291 5.335 5.798 51.959 34.583 4.341 81.359 1.561 5.311.836 2.083.431 130.775 729.721 62
193.852 268.479 4.567 3.366 56.168 33.445 4.767 8.341 1.432 5.770.661 2.148.752 132.872 740.269 0
221.402 268.667 5.276 3.461 58.394 33.779 5.234 83.530 1.817 6.328.643 2.218.586 136.309 751.777 0
697.426 618.394 227.561 2.408.09 228.147 38.3951 13.0391 1.012.605 4.501 1.431.012 3.356.801 304.780 2.739.727 61.123
807.506 619.941 254.449 184.326 262.072 365.787 15.9242 1.015.700 6.061 1.600.423 3.499.848 308.353 2.779.542 75.138
886.468 621.496 271.140 186.169 297.386 413.246 19.7262 1.206.383 6.122 1.825.748 3.650.341 319.491 2.822.534 80.001
27.875
25.878
26.654
495.028
439.989
457.589
62.648 340
61.049 401
62.415 409
532.458 135.969
542.198 156.354
556.190 159.482
4.630
1.606
1.816
44.103
44.285
48.460
3.494
3.581
3.621
118.240
123.258
130.133
909 0 7.167 818
930 0 24.699 490
974 0 23.419 495
55.509 44.101 250.280 443.792
63.295 42.814 360.689 43.7918
69.510 43.456 401.243 442.297
197 1.7521 115 123 612.569 9.605.339
177 18.774 127 159 619.924 10.198.766
181 20.116 134 168 657.561 1.0914.838
110.623 173.139 38.354 9.543 821.588 15.147.432
114.177 212.554 42.739 10.627 800.777 15.815.317
117.842 228.814 44.602 11.090 839.883 16.841.152
*Angka sementara Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)
Berdasarkan Tabel 4 tersebut terlihat bahwa pada umumnya komoditas domba dan kambing terdistribusi di berbagai pulau atau provinsi di seluruh wilayah Indonesia atau menyebar di provinsi di seluruh Indonesia. Luasnya penyebaran populasi komoditas domba dan kambing tersebut membuktikan bahwa berbagai wilayah di tanah air memiliki tingkat kecocokan yang baik untuk pengembangan, baik kecocokan dari segi vegetasi, topografi, klimat, atau bahkan dari sisi sosial-budaya daerah setempat. 5
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah terbaik untuk pengembangan ternak kambing setelah Provinsi Jawa Tengah (Tabel 4). Lokasi penyebaran kambing sangat cocok bila dikembangkan di Provinsi Jawa Tengah, pada provinsi tersebut populasi kambingnya adalah yang paling tinggi dibandingkan provinsi-provinsi lain di Indonesia yaitu 3.650.341ekor, sedangkan domba sangat cocok bila dikembangkan di Provinsi Jawa Barat, karena populasi domba di Provinsi Jawa Barat adalah yang paling tinggi di Indonesia yaitu sebanyak 6.328.643 ekor atau mencapai 57,98 persen populasi domba nasional. Jawa Barat sebagai provinsi dengan populasi ternak domba terbesar secara nasional tidak kurang dari enam juta ekor atau sekitar 57,98 persen dari populasi ternak domba nasional, sehingga pantas dinyatakan sebagai provinsi domba. Selain itu domba yang ada di Jawa Barat dikenal sebagai plasma nutfah Domba Garut yang tidak dimiliki negara lain. Besarnya populasi domba di Jawa Barat dikarenakan semua Kabupaten di Jawa Barat memiliki ternak domba (Tabel 5).
Tabel 5. Populasi Domba dan Kambing di Kabupaten Jawa Barat Tahun 20092010 (Ekor) DOMBA KABUPATEN Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Idramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung Barat TOTAL
2009 278.608 482.268 309.923 220.531 601.439 251.007 209.160 126.239 178.340 294.501 157.406 188.579 228.977 709.842 987.848 174.573 338.296 5.737.537
Peningkatan Pertahun (%)
2010 280.798 509.757 354.459 223.437 718.720 271.191 211.798 129.137 178.989 345.723 139.079 206.550 232.568 859.164 1.126.510 218.847 188.047 5.068.204
0, 79 5,69 14,37 1,32 19,50 8,04 1,26 2,29 0,36 17,39 -11,6 9,53 1,57 21,03 14,04 25,36 -44,4 -11,66
KAMBING 2009 114.732 65.215 98.729 20.321 78.315 61.229 131.061 10.170 8.753 16.091 36.738 60.209 27.633 97.337 603.929 103.118 54.664 1.588.244
2010 119.337 66.991 101.145 22.782 78.471 68.021 153.641 10.200 10.995 18.941 32.820 61.742 29.061 99.348 757.636 109.233 33.623 1.740.364
Peningkatan Pertahun (%) 4,01 2,72 2,45 12,11 0,19 11,09 17,22 0,29 25,61 17,71 -0,11 2,55 5,17 2,07 25,45 5,93 -38,49 9,58
Sumber: Dinas Peternakan Jawa Barat (2010)
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penyumbang domba dan kambing di provinsi Jawa Barat. Populasi 6
domba dan kambing dari dua tahun terakhir mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan populasi domba yaitu 0,79 persen sedangkan rata-rata pertumbuhan populasi kambing 4,01 persen hal ini dikarenakan perhatian pemerintah daerah Kabupaten Bogor berkonsentrasi pada pengembangan komoditas domba dan kambing yang dianggap memiliki peluang yang baik untuk dikembangkan dalam memenuhi permintaan konsumen di luar Kabupaten Bogor seperti wilayah Jakarta, Depok dan sekitarnya (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2010). Dari Tabel 5 tersebut, walaupun peningkatan per tahun tertinggi domba dan kambing terdapat di Kabupaten Bekasi dan Karawang akan tetapi daerah tersebut merupakan daerah industri. Daerah tersebut pada masa yang akan datang tidak akan berpotensi lagi untuk peternakan karena lahan untuk peternakan sudah tergantikan oleh industri-industri dan perumahan sehingga tidak ada lagi wilayah untuk peternakan seperti ternak domba dan kambing. Kabupaten Bogor merupakan daerah yang berpotensi untuk peternakan domba dan kambing. Selain kondisi alam yang baik untuk peternakan, Kabupaten Bogor belum dipenuhi oleh industri-industri seperti yang ada di Kabupaten Bekasi dan Karawang. Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan yang merupakan penghasil domba dan kambing. Data Dinas Peternakan Kabupaten Bogor pada tahun 2006-2010 menjelaskan bahwa populasi domba terbesar terdapat pada Kecamatan Parung Panjang dengan peningkatan populasi sebesar 155,37 persen (Lampiran 1). Besarnya peningkatan populasi tersebut karena adanya peningkatan yang signifikan pada tahun 2009 sebesar 14.700 ekor yang sebelumnya hanya 2009 ekor. Sedangkan populasi kambing terbesar terdapat di Kecamatan Cibinong dengan peningkatan populasi per tahun sebesar 66,31 persen (Lampiran 2). Kecamatan Ciawi merupakan salah satu kecamatan yang memiliki peternakan domba dan kambing di Kabupaten Bogor. Walaupun peningkatan jumlah populasi domba dan kambing sedikit dibandingkan dengan kecamatan lainnya, Kecamatan Ciawi merupakan daerah yang berpotensi karena selain memiliki iklim yang sesuai untuk peternakan domba dan kambing kecamatan ini merupakan daerah yang strategis untuk pemasaran domba dan kambing ke daerah Jabodetabek yang merupakan daerah perkotaan dan daerah industri yang tidak lagi memiliki potensi lahan untuk peternakan domba maupun kambing. 7
Tabel 6. Perkembangan Populasi Domba dan Kambing di Kecamatan Ciawi Tahun 2006-2010 Peningkatan Tahun (Ekor) Jenis Rata-rata Per Ternak Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 (%) Domba 5.152 4.836 4.079 4.593 4.672 (1,86) Kambing 1.604 1.038 960 1.329 1.266 (2,28) Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)
Berdasarkan Tabel 6, populasi ternak domba di Kecamatan Ciawi mengalami penurunan tetapi tidak sebesar penurunan pada ternak kambing. Jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan populasi dari tahun 2006 hingga 2010 populasi ternak domba mengalami penurunan 1,86 persen tiap tahunnya begitu juga dengan ternak kambing yang menurun rata-rata tiap tahunnya 2,28 persen. Minimnya peningkatan populasi domba dan kambing di Kecamatan Ciawi tersebut dikarenakan masyarakat Kecamatan Ciawi masih sedikit yang memiliki peternakan domba dan kambing. Peternakan yang terdapat pada Kecamatan Ciawi umumnya masih skala rumah tangga yang merupakan pekerjaan sampingan untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Adanya pertumbuhan ekonomi nasional yang berkorelasi positif dengan peningkatan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan non primer yaitu daging domba dan kambing maka akan menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran daging domba dan kambing yang terus meningkat dan tidak mampu ditutupi dengan penawaran yang ada. Hal ini mengindikasikan adanya peluang usaha yang prospektif pada subsektor peternakan domba dan kambing. Salah satu peternakan yang memanfaatkan peluang tersebut adalah peternakan milik Bapak Sarno yang berada di Desa Citapen. Peternakan milik Bapak Sarno merupakan peternakan yang terbesar yang terdapat di Desa Citapen. Peternak lain yang berada di Desa Citapen masih memiliki skala yang kecil, yaitu skala rumah tangga yang terdiri dari dua hingga sepuluh ekor dan hanya merupakan usaha sampingan. Sedangkan Peternakan milik Bapak Sarno merupakan usaha yang besar karena memiliki lebih dari seratus ekor ternak dan peternakan tersebut merupakan usaha utama. Dalam melaksanakan usaha, modal 8
yang dibutuhkan tidak sedikit. Oleh karena itu, diperlukan analisis kelayakan usaha untuk menghindari kerugian dari modal yang akan diinvestasikan.
1.2 Perumusan Masalah Peternakan domba dan kambing terutama penggemukan merupakan salah satu jenis usaha agribisnis yang memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Desa Citapen adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ciawi dan berpotensi untuk penggemukan domba dan kambing. Hal ini disebabkan karena desa tersebut memiliki iklim yang sesuai dengan penggemukan. Desa Citapen berada pada ketinggian tempat antara 450 m dpl sampai dengan 800 m dpl. Drainase baik dan sangat cocok untuk diusahakan berbagai jenis tanaman pangan, hortikultura dan juga pemeliharaan ternak. Secara topografi iklim di wilayah Desa Citapen adalah beriklim tropis atau basah dengan suhu rata–rata antara 20oC sampai 32oC dengan keasaman tanah (pH) antara 4,5 sampai 7. Di Desa Citapen terdapat dua puluh peternak domba dan kambing salah satu peternak yang mengusahakan penggemukan domba dan kambing adalah Bapak Sarno. Bapak Sarno telah memulai usahanya sejak tahun 1990. Produk yang ditawarkan berupa domba dan kambing hidup. Saat ini harga domba dan kambing bisa mencapai 1.500.000 rupiah per ekor. Walaupun harga domba dan kambing dari tahun ke tahun semakin meningkat akan tetapi tidak mengakibatkan permintaan terhadap domba dan kambing tersebut menurun. Domba dan kambing hidup yang ditawarkan tidak saja untuk memenuhi pasokan untuk daerah Bogor akan tetapi juga daerah Jakarta, Depok dan Bekasi. Permintaan terhadap domba dan kambing terus meningkat terutama pada saat Hari Raya Idul Adha. Menurut pemilik, jumlah produksi domba dan kambing belum mampu memenuhi kebutuhan pasar karena banyak permintaan pasar yang tidak terpenuhi (Tabel 7).
Tabel 7. Data Permintaan Domba dan Kambing Milik Bapak Sarno Tahun 20092010. Penjualan (Ekor) Permintaan (Ekor) Jenis Ternak 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Domba 200 250 475 250 350 600 Kambing 150 200 400 190 260 445 Total 350 450 875 440 610 1045 9
Untuk memenuhi permintaan dan meningkatkan pendapatan, maka Bapak Sarno sebagai pemilik berencana untuk mengembangkan usahanya dengan menambah investasi berupa penambahan kandang baru. Pemilik berencana untuk menambah jumlah domba dan kambing sebanyak 120 ekor, yang masing-masing 60 ekor. Namun kapasitas kandang hanya mampu menampung 150 ekor ternak. Jika domba dan kambing terlalu banyak maka kapasitas kandang tidak akan muat sehingga perlu membangun kandang baru. Selain harga domba dan kambing yang cukup tinggi perlu dana investasi yang besar untuk membangun kandang baru. Penambahan investasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, sedangkan modal merupakan sumberdaya terbatas sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha. Analisis kelayakan usaha ini dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, aspek hukum serta aspek finansial. Aspek finansial yang akan dilakukan dibagi menjadi dua yaitu kondisi peternakan sebelum pengembangan (kondisi aktual) dan kondisi peternakan pada saat pengembangan yaitu penambahan ternak kambing dan domba serta pembangunan kandang baru. Kondisi peternakan sebelum pengembangan yaitu sebelum ada penambahan jumlah ternak domba dan kambing serta dengan kandang yang secara teknis belum sesuai dengan syarat-syarat kandang yang baik seperti tidak ada ukuran antara kandang domba dan kambing, antara domba dan kambing tidak dipisahkan. Sedangkan pada kondisi setelah pengembangan yaitu dengan penambahan domba dan kambing, kandang yang dibangun disesuaikan dengan ukuran untuk domba dan kambing, antara domba dan kambing dipisahkan. Selain itu, kandang dibuat jarak agar mobil pengangkut dapat langsung masuk ke kandang sehingga pada saat ternak datang dan akan dijual pengangkutan domba dan kambing tidak lagi sulit dilakukan. Usaha
penggemukan
domba
dan
kambing
memiliki
beberapa
ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha. Perubahan-perubahan tersebut seperti kenaikan harga bakalan ternak domba dan kambing dan penurunan harga penjualan. Harga domba dan kambing terus berfluktuasi sehingga mempengaruhi kelayakan
10
pengembangan usaha penggemukan domba dari aspek finansial oleh karena itu perlu dilakukan analisis switching value. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain: 1) Bagaimana kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno berdasarkan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan? 2) Bagaimana kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada aspek finansial berdasarkan kriteria investasi baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan? 3) Bagaimana usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno jika terjadi penurunan harga penjualan dan peningkatan biaya pembelian bakalan baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1)
Menganalisis kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno berdasarkan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, serta aspek lingkungan pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan.
2)
Menganalisis usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada aspek finansial berdasarkan kriteria investasi pada kondisi sebelum dan setelah pengembangan.
3)
Menganalisis kelayakan finansial usaha penggemukan domba dan kambing dengan switching value apabila terjadi kenaikan harga bakalan dan penurunan harga penjualan.
11
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, yakni: 1)
Bagi penulis, penelitian ini akan melatih dan menambah kemampuan penulis dalam berkomunikasi dengan pihak pengusaha, masyarakat maupun pihakpihak terkait serta meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh di perkuliahan.
2)
Bagi pemilik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan usaha serta kelayakan usaha untuk keberlanjutannya.
3)
Bagi masyarakat luas terutama para peternak domba dan kambing, sebagai bahan masukan dan informasi dalam melakukan usaha penggemukan domba dan kambing.
4)
Bagi mahasiswa dan pihak yang membutuhkan informasi tentang penggemukan domba dan kambing, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi serta sebagai sumber literatur dan menambah wawasan mengenai usaha penggemukan domba dan kambing.
12
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggemukan Domba dan Kambing Ternak domba dan kambing memiliki potensi pengembangan yang cukup besar. Ternak domba dan kambing mudah dikembangkan, memiliki sistem pemeliharaan yang relatif mudah dilakukan, siklus reproduksi relatif singkat, serta ternak domba dan kambing merupakan ternak yang lebih tahan terhadap berbagai penyakit daripada ternak lainnya. Penelitian mengenai penggemukan domba dan kambing telah banyak dilakukan oleh para peneliti maupun balai penelitian dan pengembangan peternakan. Umumnya usaha penggemukan domba dan kambing dilakukan di daerah pedesaan. Hal ini dikarenakan sumber pakan yang diperoleh mudah didapat seperti pakan hijauan berupa dedaunan dan rumput. Namun ada beberapa peternak yang memberikan pakan tambahan selain dedaunan dan rumput seperti penelitian yang dilakukan Priyanto dan Rusdiana (2008) yang berjudul Analisis Ekonomi Penggemukan Ternak Domba Jantan Berbasis Tanaman Ubi Kayu di Perdesaan. Pengamatan usaha ternak domba jantan dilakukan di Kecamatan Ciemas dengan dua model perlakuan dan kontrol. Ternak domba dikandangkan selama empat bulan. Pemberian pakan berupa ubi kayu dengan kombinasi daun ubi kayu baik kering, layu maupun segar yang diberikan satu kali dalam sehari Untuk menutupi kekurangan gizi diberi tambahan pakan penguat seperti dedak padi dan ampas tahu pada domba perlakuan. Sedangkan domba kontrol hanya diberikan pakan hijauan (rumput gajah) dan sisa limbah pertanian. Analisis yang digunakan adalah analisis ekonomi B/C ratio dan uji regresi linier yang digunakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ternak domba. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yaitu ternak yang memperoleh pakan perlakuan menunjukkan pertumbuhan bobot hidup yang lebih baik dibandingkan dengan domba kontrol. Ternak dengan pakan perlakuan menunjukkan peningkatan bobot hidup rata-rata 9,38 kilogram per ekor sedangkan pada domba kontrol hanya 5,59 kilogram per ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan dari hasil usaha penggemukan ternak domba skala 50 ekor memberikan keuntungan sebesar 12.000.980 rupiah per periode.
Pemberian pakan berupa ubi jalar dan dedak padi pada ternak kambing juga dilakukan pada penelitian Farida (1998) yang berjudul Pengimbuhan konsentrat pada ransum penggemukan kambing muda di Wamena, Irian Jaya. Penelitian ini menggunakan dua belas ekor Kambing Kacang muda dengan umur empat sampai enam bulan. Penelitian dilakukan selama empat bulan untuk mengetahui pengaruh pengimbuhan konsentrat berupa ubi jalar dan dedak padi terhadap konsumsi dan perkembangan kambing muda. Hasil penelitian ini menunjukkan pengimbuhan ubi jalar dan dedak padi masing-masing sebanyak 300 gram per ekor per hari ke dalam ransum ternyata meningkatkan konsumsi bahan kering, protein, lemak, bahan ekstrak tanpa N, kecernaan bahan kering serta tingginya pertambahan bobot badan harian dan angka konversi pakan yang baik. Penggemukan kambing juga dilakukan dengan cara yang berbeda seperti berkelompok dengan bergabung pada kelompok tani maupun secara individu, namun masih memberikan pakan tambahan berupa pakan konsentrat yaitu dedak. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jakfar dan Irwan (2010) yang berjudul Analisis Ekonomi Penggemukan Kambing Kacang Berbasis Sumber Daya Lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode On Farm Research (OFR) dan dilaksanakan di lahan petani dengan mengikut sertakan sepuluh orang petani yang tergabung dalam kelompok tani (petani kooperator). Sebagai pembanding atau kontrol dipilih lima orang petani (non kooperator) yang berlokasi
di
sekitar
tempat
penelitian.
Hasil
penelitian
menunjukkan
penggemukan kambing pola kooperator memperoleh berat badan lebih tinggi dibandingkan non kooperator, yaitu rata-rata sebesar 11,62 kilogram per ekor atau rata-rata sebesar 96,83 gram per ekor per hari selama empat bulan dan memperoleh keuntungan sebesar 454.100 rupiah. Selanjutnya, kinerja ekonomi diperoleh nilai R/C ratio yaitu 1,32. Usaha penggemukan ternak kambing lokal dengan menggunakan skala usaha sepuluh ekor ternak kambing dengan pola kooperator (perlakuan) memperoleh keuntungan lebih tinggi yaitu 454.100 rupiah selama empat bulan dibandingkan dengan usaha penggemukan kambing lokal dengan menggunakan skala usaha enam ekor dengan pola non kooperator (kontrol) yaitu 408.000 rupiah selama empat bulan. Perbedaan ini disebabkan pertambahan berat hidup ternak kambing yang dihasilkan pola perlakuan 14
menggunakan tambahan konsentrat (dedak). Sedangkan pertambahan berat hidup ternak kambing yang dihasilkan kontrol tidak menggunakan pakan tambahan. Pemberian konsentrat pada pengemukan domba dan kambing tidak selamanya menguntungkan, karena biaya yang dikeluarkan untuk pakan tersebut lebih banyak dibandingkan hasil yang didapat seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Dodo (2007) yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ternak Kambing Melalui Penelitian Aksi Partisipatif. Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Harapan Mekar, Situ Gede, Bogor, Jawa Barat. Kelompok tani Harapan Mekar memiliki 76 kelompok peternak kambing. Hasil analisis nonfinansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,000 (< 0,005). Sedangkan pada perluasan kandang dengan menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini tidak layak untuk dijalankan, yaitu nilai p value koefisien teknis 0,147 (>0,005).
2.2 Penelitian Terdahulu Studi Kelayakan Bisnis Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ternak domba dan kambing telah banyak dilakukan. Namun pada peternakan Bapak Sarno belum pernah dilakukan sebelumnya. Deskripsi tentang studi terdahulu diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang sama yaitu tentang analisis kelayakan usaha ternak domba dan kambing, baik berupa pengembangan maupun evaluasi usaha yang telah dijalankan. Penelitian tentang kelayakan finansial penggemukan kambing dan domba yang dilakukan oleh Fitrial (2009) pada Mitra Tani Farm berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara non finansial, aspek pasar dan manajemen layak untuk dijalankan. Sementara aspek lainnya seperti aspek teknis dan aspek hukum tidak terlalu dibahas secara keseluruhan. Berbeda dengan penelitian Widodo (2010) mengenai analisis kelayakan usaha penggemukan domba pada Agrifarm di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil analisis ini menyatakan bahawa usaha tersebut layak pada aspek non finansial. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena masih adanya gap yang cukup besar antara 15
permintaan dan penawaran. Untuk aspek teknis, variabel utama faktor pendukung jalannya usaha pada aspek ini menunjukkan adanya keberpihakan yang cukup baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan aspek manajemen, usaha penggemukan domba Agrifarm telah melakukan pembagian kerja meski dengan struktur yang sederhana. Berdasarkan aspek sosial, usaha ini cenderung tidak merusak lingkungan dan justru mampu menyerap tenaga kerja. Perbedaan ini dikarenakan aspek non finansial belum ada keseragaman yang pasti tentang aspek apa saja yang menjadi acuan untuk diteliti. Namun pada penelitian yang dilakukan Rosid (2009) mengenai evaluasi kelayakan usaha ternak kambing perah Peranakan Ettawa (PE). Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial saling berkaitan satu sama lain dan saling mendukung. Bila salah satu aspek kurang memenuhi kriteria kelayakan maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan untuk memenuhi kriteria kelayakan aspek nonfinansial. Dalam membuat perkiraan pendapatan yang akan diperoleh di masa yang akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu pula perkiraan dengan biayabiaya yang akan dikeluarkan selama periode tertentu. Pada aspek finansial asumsi-asumsi tersebut ditunjukkan dalam aliran cash atau cash flow perusahaan selama periode usaha. Dibuatnya aliran kas perusahaan kemudian dinilai kelayakan investasi tersebut melalui kriteria kelayakan investasi bertujuan untuk menilai apakah investasi tersebut layak atau tidak dijalankan dilihat dari aspek keuangan (financial). Alat ukur yang digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi umumnya sama yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C dan Payback Period (PP). Walaupun demikian, hasil yang diperoleh dari tiap usaha berbeda-beda. Tidak hanya tergantung pada jenis usaha saja namun besar kecilnya usaha dan cara pengelolaan juga mengakibatkan nilai yang didapat berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Fitrial (2009), mengenai analisis aspek finansial usaha penggemukan kambing dan domba peternakan Mitra Tani Farm dengan umur ekonomis usaha selama lima tahun, tingkat diskonto 8,5 persen diperoleh nilai 16
NPV sebesar 359.346.744 rupiah, Net B/C dan Gross B/C sebesar 2,53, IRR sebesar 11,7 persen dan PP selama 1,5 tahun. Hasil dari analisis yang diperoleh masing-masing kriteria investasi tersebut sesuai dengan nilai indikator yang ditetapkan sehingga usaha penggemukan kambing dan domba layak untuk dijalankan. Sedangkan pada penelitian Widodo (2010) yang hanya memiliki produk berupa domba, pada aspek finansial hasil analisis ini menyatakan bahwa aspek finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C, PP dan BEP, usaha penggemukan domba pada Agrifarm ini layak untuk dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukkan NPV lebih besar dari nol yaitu 31.615.070 rupiah, IRR sebesar 43 persen, dimana lebih besar dari discount rate sebesar 6,5 persen. Nilai Net B/C lebih besar dari satu, yaitu 2,93. Payback Period (PP) yang diperoleh adalah sebesar 3,3 tahun atau sama dengan 3 tahun 3 bulan, dimana masih lebih kecil dari umur proyek serta nilai Break Even Point (BEP) usaha penggemukan domba Agrifarm ini adalah sebanyak 532 ekor. Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha ternak kambing melalui penelitian aksi partisipatif yang dilakukan oleh Dodo (2007), hasil analisis finansial pada penelitian ini menunjukkan pada perluasan kandang tanpa menggunakan konsentrat menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan yaitu nilai NPV 18.817.579 rupiah, nilai IRR 41,6 persen, dan nilai PP 2,4 tahun. Selain itu, usaha ini lebih menguntungkan jika diarahkan pada pinjaman semi komersial (tanpa bunga), yaitu nilai Profit Margin 24,11 persen (lebih besar dari nilai Profit Margin pada pinjaman komersial, yaitu 19,86 persen). Oleh karena itu, dalam perhitungan analisis kriteria investasi hanya dilakukan pada pinjaman semi komersial (tanpa bunga). Untuk memenuhi kebutuhan investasi, modal dapat dicari dari berbagai sumber dana yang ada. Sumber dana yang dicari dapat dipilih, seperti menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman. Penggunaan masing-masing modal memiliki keuntungan dan kerugian. Hal ini dapat dilihat dari segi biaya, waktu, persyaratan untuk memperolehnya dan jumlah yang dapat dipenuhi. Penelitian mengenai evaluasi kelayakan usaha ternak kambing perah Peranakan Ettawa (PE) yang dilakukan oleh Rosid (2009) berbeda dengan Fitrial (2009) dan Widodo (2010), penelitian yang dilakukan oleh Fitrial dibagi menjadi 17
dua skenario. Skenario I (modal sendiri dan pinjaman) dan skenario II yaitu modal sendiri. Hasil analisis kriteria kelayakan finansial, usaha Peternakan Unggul berdasarkan dua skenario menunjukan bahwa skenario I dilihat dari kriteria NPV, IRR, Net B/C dan PP lebih menguntungkan dibandingkan dengan skenario II. Masing-masing nilai yang diperoleh yaitu NPV sebesar 359.966.477 rupiah, IRR sebesar 127 persen, Net B/C sebesar 5,77 dan PP 2,01 tahun atau setara dengan dua tahun tiga hari. Skenario II hasil yang diperoleh dari pendekatan NPV nilai yang diperoleh adalah 57.872.694 rupiah, IRR sebesar 44 persen, Net B/C sebesar 1,61 dan PP 6,88 tahun. Dalam beberapa penelitian analisis kelayakan usaha para peneliti melakukan analisis nilai pengganti (switching value), analisis ini dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan otput (penjualan). Fitrial (2009) melalui pendekatan nilai analisis switching value menunjukan usaha tersebut dapat mentolerir kenaikan harga input mencapai 5,34 persen dan penurunan kuantitas penjualan output sebesar 4,79 persen. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Dodo (2007) berdasarkan hasil analisis sensitivitas dengan menurunkan harga jual ternak pada usaha perluasan kandang tanpa menggunakan pakan konsentrat dengan menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan selama penurunan harga ternaknya tidak lebih dari atau sama dengan delapan persen. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2010) berdasarkan analisis switching value, penurunan volume penjualan pada peternakan Agrifarm lebih berpengaruh dibandingkan dengan peningkatan biaya operasional. Batas penurunan volume penjualan ternak agar usaha ini tetap layak dilaksanakan adalah sebesar 3,695072 persen, sedangkan batas peningkatan biaya operasional adalah sebesar 6,97746 persen. Berbeda lagi dengan penelitian yang dilakukan Rosid (2009), dengan menggunakan dua skenario. Analisis switching value pada skenario I diperoleh tingkat penurunan harga susu yang dapat ditolerir sebesar 30,16 persen dan kenaikan biaya yang dapat ditolerir sebesar 55,43 persen. Sedangkan skenario II diperoleh tingkat kepekaan terhadap penurunan harga susu kambing sebesar 13,03 persen. Peningkatan biaya variabel diperoleh sebesar 18,52 persen. Hasil perbandingan tersebut menunjukkan skenario II lebih peka 18
atau sensitif terhadap perubahan baik dari penurunan harga susu maupun kenaikan biaya variabel. Semakin sensitif terhadap suatu perubahan dampak usaha yang akan dijalankan semakin berisiko. Perbandingan switching value pada usaha Peternakan Unggul yaitu skenario II lebih peka atau sensitif dibandingkan skenario I, hal ini dikarenakan pada skenario II kemampuan usaha kambing perah PE dengan kapasitas kandang sebanyak 50 ekor ternak kambing dan kemampuan investasi awal sebanyak 21 ekor, penerimaan outflow yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan inflow yang dihasilkan sehingga kurang efisien menggunakan biaya investasi yang ditanamkan.
2.3 Penelitian yang Akan Dilakukan Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada alat analisis yang digunakan, dimana penelitian yang akan dilakukan mengenai Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini menggunakan analisis studi kelayakan bisnis yang meliputi beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi dan sosial, serta aspek lingkungan. Persamaan lainnya dengan penelitian yang telah dilakukan Fitrial (2009), Rosid (2009) dan Widodo (2010) yaitu melakukan analisis nilai pengganti (switching value) untuk mengetahui kekuatan perusahaan dengan kondisi yang berubah-ubah. Oleh karena itu penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi mengenai alat analisis yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu perbedaan lokasi penelitian dimana penelitian ini akan dilakukan di Peternakan Bapak Sarno Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain itu, penelitian yang akan dilakukan membandingkan kondisi peternakan sebelum dan sesudah pengembangan dengan menganalisis dari beberapa aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, aspek sosial dan ekonomi, lingkungan, aspek hukum serta aspek finansial yang akan dibagi menjadi dua yaitu kondisi peternakan pada awal sebelum pengembangan dan kondisi 19
peternakan pada saat pengembangan yaitu penambahan kambing dan domba serta pembangunan kandang baru. Disamping itu secara teknis ditambahkan teknologi yaitu kandang yang dibangun disesuaikan dengan ukuran untuk domba dan kambing, serta antara domba dan kambing dipisahkan. Pada aspek finansial untuk menilai kelayakan usaha, umumnya semua peneliti menggunakan alat analisis yang sama yaitu kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP). Pada aspek finansial kelayakaan suatu usaha dapat ditentukan dengan hasil keluaran nilai dari kriteria investasi tersebut, karena kriteria tersebut memiliki nilai yang baku dan telah ditentukan nilai kelayakannya. Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dikatakan layak yang artinya usaha tersebut menguntungkan atau memberikan manfaat apabila nilai NPV>0, Net B/C>1, IRR lebih besar dari Discount Rate (DR), dan PP lebih kecil dari umur usaha. Dengan demikian peneliti dapat menilai apakah usaha yang diteliti layak atau tidak untuk dijalankan. Namun pada aspek nonfinansial tidak ada nilai yang baku untuk menilai apakah aspek-aspek nonfinansial layak atau tidak untuk dijalankan. Akan tetapi ada beberapa kriteria-kriteria aspek nonfinansial yang dapat menilai apakah usaha tersebut layak dijalankan atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya umumnya hanya memaparkan keadaan atau mendeskripsikan aspek-aspek nonfinansial. Namun pada penelitian yang dilakukan, peneliti mencoba untuk memberikan kriteria kelayakan aspek nonfinansial ditinjau dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Kriteria kelayakan aspek nonfinansial setiap usaha berbeda-beda, setiap usaha memiliki kriteria kelayakan aspek nonfinansial masing-masing berdasarkan jenis usahanya. Walaupun nilainya tidak baku akan tetapi kriteria kelayakan dapat dipenuhi. Pada aspek pasar kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dilihat dari peluang pasar dan strategi bauran pemasaran (produk, harga, tempat, promosi). Aspek pasar dikatakan layak apabila peluang pasar usaha penggemukan domba dan kambing menunjukkan peluang 20
yang tinggi atau permintaan lebih besar dari penawaran ternak domba dan kambing. Produk yang ditawarkan merupakan produk yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen dan sesuai dengan permintaan konsumen. Produk juga memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan produk lain yang sejenis. Untuk harga, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno harus sesuai dengan produk yang ditawarkan dan memiliki harga bersaing dengan peternak lainnya. Tempat penjualan mudah ditemukan oleh konsumen sehingga konsumen tidak mengalami kesulitan untuk membeli domba maupun kambing. Promosi juga harus dilakukan untuk meningkatkan jumlah penjualan sehingga memperoleh keuntungan yang tinggi pula. Pada aspek teknis usaha penggemukan domba dan kambing,
kriteria
kelayakan usaha akan dilihat dari lokasi usaha apakah sesuai dengan ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, supply tenaga kerja, serta fasilitas transportasi. Selain itu juga pemilihan lokasi dilihat dari hukum dan peraturan yang berlaku seperti adanya ijin bangunan. Keadaan iklim yang mendukung untuk usaha penggemukan domba dan kambing, sikap masyarakat setempat (adat istiadat) yang mendukung atau tidak dengan adanya usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno serta rencana masa depan usaha apabila melakukan perluasan atau pengembangan usaha apakah masih memungkinkan untuk dilaksanakan di tempat yang sama. Jumlah
produksi
(penggemukan
domba
dan
kambing)
juga
dipertimbangkan, apakah permintaan telah diketahui terlebih dahulu sehingga jumlah ternak yang akan digemukkan diketahui. Tersedianya kapasitas kandang dan peralatan yang dibutuhkan. Jumlah dan kemampuan tenaga kerja mengelola peternakan serta adanya perubahan teknologi yang dapat mendukung usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno. Proses produksi juga diperhatikan dimulai dari datangnya bakalan domba dan kambing ke kandang hingga domba dan kambing tersebut dijual ke konsumen. Selain itu, layout usaha juga diperhatikan sehingga proses penggemukan domba dan kambing mudah untuk dilakukan, penggunaan lahan yang optimal dan memungkinkan dengan mudah jika usaha melakukan pengembangan.
21
Pada aspek manajemen, kriteria kelayakan usaha yang dilihat adalah pelaksanaan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, manajemen bentuk organisasi, struktur organisasi, dan deskripsi pekerjaan yang dilakukan tiap-tiap jabatan. Sedangkan untuk aspek hukum, hal yang akan dianalisis adalah bentuk badan usaha yang akan digunakan yang berkaitan dengan kekuatan hukum serta melihat adanya jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman ke lembaga keuangan seperti bank. Pada aspek ekonomi usaha penggemukan domba dan kambing kriteria kelayakan usaha yang dilihat adalah seberapa besar usaha tersebut mempunyai dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dengan adanya usaha tersebut apakah dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat dan dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Pada aspek lingkungan, kriteria kelayakan usaha pada penggemukan domba dan kambing yang dilihat adalah bagaimana pengaruh usaha penggemukan domba dan kambing tersebut terhadap lingkungan udara, tanah, air dan sekitarnya, apakah dengan adanya usaha tersebut menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Adanya kriteria atau indikator kelayakan usaha pada aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan aspek lingkungan pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, maka penelitian ini dapat melengkapi kekurangan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Fitrial (2009), Rosid (2009) Widodo (2010), dan Dodo (2007), yang hanya mendeskripsikan aspek-aspek nonfinansial. Dengan adanya kriteria tersebut maka peneliti dapat menilai apakah usaha penggemukan domba dan kambing tersebut layak atau tidak apabila ditinjau dari aspek nonfinansial.
22
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik ataupun nonfisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian dan pengembangan. Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu investasi dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu: 1) Investasi nyata (real investment) Investasi nyata atau real investment merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin. 2) Investasi finansial (financial investment) Investasi finansial atau financial investment merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito. Bagi perusahaan yang didirikan untuk tujuan profit, hal utama yang perlu dipikirkan adalah seberapa pengembalian dana yang ditanam di proyek tersebut agar segera kembali. Sebelum perusahaan dijalankan, maka terlebih dahulu perlu dihitung apakah proyek atau usaha yang akan dijalankan benar-benar dapat mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut dalam jangka waktu tertentu dan dapat memberikan keuntungan finansial lainnya sesuai yang diharapkan. Agar tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka apabila ingin melakukan investasi sebaiknya didahului dengan suatu studi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak untuk dijalankan atau dengan kata lain jika usaha tersebut dijalankan akan memberikan manfaat atau tidak. Penilaian investasi dalam studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menghindari terjadinya keterlanjutan investasi yang tidak menguntungkan karena
bisnis yang tidak layak. Karena kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan menyebabkan kerugian dan risiko yang besar. Gittinger (1986) mengungkapkan bahwa kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungankeuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum, bisnis merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil atau benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit bisnis. Mankiw (2007) menyatakan bahwa investasi tergantung pada tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal. Karena itu, hal ini meningkatkan jumlah laba dari kepemilikan modal dan meningkatkan insentif untuk mengakumulasi lebih banyak modal. Demikian pula, kenaikan tingkat bunga riil akan meningkatkan biaya modal dan menyebabkan perusahaan menurunkan investasi. Karena itu, kurva investasi yang mengaitkan investasi dengan tingkat bunga akan miring ke bawah (Gambar 1).
Tingkat bunga riil, r
r1
r2
I1
I2
Investasi, I
Sumber : Mankiw (2007) Makroekonomi, Edisi Keenam. Gambar 1. Fungsi Investasi dan Tingkat Bunga Riil
Gambar 1 menunjukkan bahwa investasi tetap bisnis naik ketika tingkat bunga turun. Hal tersebut dikarenakan tingkat bunga yang lebih rendah
24
menurunkan biaya modal dan karena itu memiliki modal menjadi lebih menguntungkan.
3.1.2 Studi Kelayakan Bisnis Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2009). Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Layak di sini diartikan juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat luas. Menurut Johan (2011) bisnis didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau aktifitas yang mengalokasikan sumber-sumber daya yang dimiliki ke dalam suatu kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau jasa, dengan tujuan barang dan jasa tersebut bisa dipasarkan kepada konsumen agar dapat memperoleh keuntungan atau pengembalian hasil. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kasmir dan Jakfar (2009), bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya untuk memperoleh keuntungan. Studi kelayakan adalah sebuah studi untuk mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha (Johan, 2011). Layak atau tidak layak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan ke dalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Sedangkan menurut Suliyanto (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan. 25
3.1.3 Aspek-Aspek Kelayakan Usaha Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk bisa dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tidak hanya dilakukan pada satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), ukuran kelayakan masing-masing jenis usaha sangat berbeda misalnya antara jasa dan nonjasa, seperti pendirian hotel dengan usaha pembukaan perkebunan kelapa sawit. Akan tetapi, aspekaspek yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya adalah sama sekalipun bidang usahanya berbeda. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek keuangan dan aspek lingkungan.
1) Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan kata lain, setiap ada kegiatan pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran adalah untuk mencari atau menciptakan pasar. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), pasar secara sederhana diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Namun dalam praktiknya pengertian pasar dapat lebih luas lagi, artinya pembeli dan penjual tidak harus bertemu di suatu tempat untuk melakukan transaksi, tetapi cukup melalui sarana elektronik seperti telepon, faksmili atau melalui internet. Sedangkan pemasaran adalah upaya untuk menciptakan dan menjual produk kepada berbagai pihak dengan maksud tertentu. Pemasaran berusaha menciptakan produk dan mempertukarkan produk baik barang maupun jasa kepada konsumen di pasar. Berdasarkan definisi tersebut pemasaran tidak terlepas dari bauran pemasaran atau marketing mix. Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari 26
empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang dapat dikendalikan
oleh
pengelola
usaha.
Variabel-variabel
tersebut
dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok utama yang dikenal dengan 4P, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). a)
Produk (product) Produk adalah semua yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Pihak perusahaan terlebih dahulu harus memilih dan mendesain produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang akan dituju, agar investasi yang ditanam dapat berhasil dengan baik.
b)
Harga (price) Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Harga adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Penentuan harga sangat penting untuk diperhatikan karena harga merupakan salah satu penyebab laku tidaknya produk yang ditawarkan.
c)
Tempat (place) Penentuan lokasi dan distribusi beserta sarana dan prasarana pendukung juga merupakan hal yang penting, hal ini disebabkan agar produk yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen mudah diperoleh pada waktu dan tempat yang tepat.
d)
Promosi (promotion) Promosi adalah kegiatan menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon konsumen yang baru. Ada beberapa sarana yang dapat digunakan dalam mempromosikan suatu barang atau jasa yaitu periklanan, promosi penjualan, publisitas dan penjualan pribadi.
Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika ide bisnis tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan (Suliyanto, 2010). 27
2) Aspek Teknis Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis atau operasi perusahan menyangkut halhal yang berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi (Kasmir dan Jakfar 2009). Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan hasil analisis ide bisnis dapat dibangun dan dijalankan (dioperasionalkan) dengan baik.
3) Aspek Manajemen Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha, karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin mengalami kegagalan. Baik menyangkut masalah Sumber Daya Manusia (SDM) maupun menyangkut rencana perusahaan secara keseluruhan harus sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen akan tergambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen. Menurut Suliyanto (2010), analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia terdiri dari dua bahasan penting, yaitu sub aspek manajemen dan sub aspek sumber daya manusia. Analisis sub aspek manajemen lebih menekankan pada proses dan tahap-tahap yang harus dilakukan pada proses pembangunan bisnis, sedangkan analisis sub aspek sumber daya manusia menekankan pada ketersediaan dan kesiapan tenaga kerja baik jenis atau mutu maupun jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis. Kesalahan pada analisis kelayakan sumber daya manusia dapat menyebabkan bisnis tidak bisa 28
dijalankan karena tidak dikelola oleh orang-orang kompeten sesuai dengan kebutuhan.
4) Aspek Hukum Bisnis sering mengalami kegagalan karena menghadapi masalah hukum atau tidak memperoleh izin dari pemerintah daerah setempat. Oleh karena itu, sebelum ide bisnis dilaksanakan analisis terhadap aspek hukum harus dilakukan agar di kemudian hari bisnis yang akan dilaksanakan tidak gagal karena terhambat oleh permasalahan hukum dan perijinan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), untuk memulai studi kelayakan usaha pada umumnya dimulai aspek hukum, walaupun banyak pula yang melakukannya dari aspek lain. Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki.
5) Aspek Ekonomi dan Sosial Setiap usaha yang dijalankan, tentu akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah, ataupun masyarakat luas. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), jika ditinjau dari aspek ekonomi adanya investasi akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang diperoleh dari aspek ekonomi adalah memberikan pemasukan berupa pendapatan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sebaliknya dampak negatif tidak akan terlepas dari aspek ekonomi seperti eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi masyarakat sekitarnya. Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah dampak negatif dari aspek sosial adanya perubahan demografi di suatu wilayah, perubahan budaya, dan kesehatan masyarakat. Dampak negatif dalam aspek sosial termasuk terjadinya perubahan gaya hidup, budaya, adat istiadat dan struktur sosial lainnya. 29
Oleh karena itu diharapkan dari aspek ekonomi dan sosial, pada bisnis yang akan dijalankan memberikan dampak positif yang lebih banyak. Dengan kata lain, berdirinya suatu bisnis secara ekonomi dan sosial banyak memberikan manfaat dibandingkan kerugiannya.
6) Aspek Finansial Menurut Umar (2007) menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang. Aspek ini bertujuan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan berapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan, seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika bisnis dijalankan. Hal-hal yang diteliti dalam aspek ini adalah lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan, tingkat suku bunga yang berlaku, biaya kebutuhan investasi, dan aliran kas (cashflow).
7) Aspek Lingkungan Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktivitas sehingga menimbulkan dampak bagi lingkungan di sekitar lokasi bisnis. Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi dilakukan, baik dampak negatif maupun dampak positif. Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi pada saat kegiatan usaha atau proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian di masa yang akan datang. Dampak lingkungan hidup yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik, kimia, biologi atau sosial. Perubahan lingkungan ini jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang sudah ada, baik terhadap fauna, flora, maupun manusia itu sendiri. 30
Oleh karena itu, sebelum suatu usaha dijalankan maka sebaiknya dilakukan terlebih dahulu studi tentang dampak lingkungan yang akan timbul, baik sekarang maupun yang akan datang. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian kegiatan studi kelayakan usaha dan kegiatan yang harus dijalankan. Hasil studi ini akan berguna untuk para perencana serta bagi pengambil keputusan.
3.1.4 Teori Biaya dan Manfaat Menurut Nurmalina et al. (2009) biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi tujuan bisnis. Komponen-komponen biaya tersebut pada dasarnya terdiri dari barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, biaya tak terduga (contingency allowance) dan biaya-biaya yang dikeluarkan dimasa lalu sebelum investasi baru yang direncanakan akan ditetapkan (sunk cost). Manfaat dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu usaha atau proyek. Manfaat terdiri dari tiga macam yaitu tangible benefit yang merupakan manfaat yang dapat diukur, indirect or secondary benefit adalah manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis, dan intangible benefit yaitu manfaat yang riil ada tapi sulit untuk diukur.
3.1.5 Tanpa dan Dengan Bisnis (With and Without Business) Menurut Nurmalina et al. (2009) analisis studi kelayakan bisnis terutama yang bergerak di bidang pertanian membedakan antara arus komponen biaya dan manfaat antara kondisi dengan (with) dan tanpa (without) bisnis. Perbedaan besaran angka kondisi tanpa dan dengan bisnis ini, merupakan besaran yang sebenarnya yaitu sebagai pengaruh kondisi yang dihasilkan oleh adanya investasi baru atau kondisi yang sebenarnya sebagai pengaruh adanya bisnis. Jika yang diidentifikasi adalah kondisi dengan bisnis, maka yang dimaksud adalah kondisi yang dipengaruhi oleh adanya bisnis yang dibandingkan dengan kondisi yang sebenarnya terjadi tanpa adanya bisnis. Usaha pada sektor pertanian atau agribisnis, hal yang perlu diperhatikan adalah manfaat bersih tambahan (Incremental Net Benefit) yaitu manfaat bersih 31
dengan bisnis (net benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (Net Benefit Without Business). Hal ini dimungkinkan karena ada faktorfaktor produksi yang sebelumnya tidak tergunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor tersebut memberikan manfaat (benefit) atau tidak bagi bisnis yang dijalankan.
3.1.6 Analisis Kelayakan Investasi Studi kelayakan usaha pada dasarnya bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha berdasarkan kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). a)
Net Present Value (NPV) Menurut Suliyanto (2010), Net Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai sekarang dan aliran kas masuk bersih (proceed) dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays). Jika hasil perhitungan NPV positif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan rate of return minimum yang diinginkan. Sebaliknya jika NPV negatif berarti investasi akan memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan rate of return minimum yang diiginkan, maka investasi pada usaha tersebut sebaiknya tidak dijalankan.
b)
Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return merupakan metode untuk menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara present value dari semua aliran kas masuk dengan aliran kas keluar dari suatu investasi proyek (Suliyanto, 2010). Internal Rate of Return adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NVP sama dengan nol. Usaha dikatakan layak apabila IRR nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya.
c)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar, 2009). Menurut Umar (2007) menghitung Net 32
Benefit Cost Ratio adalah dengan menghitung perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar. Suatu usaha atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak apabila Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu. d)
Payback Period (PP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran
investasi
(initial
cash
investment)
dengan
menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu (Umar, 2007). Metode Payback Period ini cukup sederhana sehingga mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu metode ini tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang di samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback. e)
Break Event Point (BEP) Break Event Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue (TR) sama dengan total cost (TC). Break Event Point dilihat dari jangka jangka waktu pelaksanaan sebuah proyek, terjadinya titik pulang pokok atau TR sama dengan TC tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya (Ibrahim, 1997).
f)
Analisis Laba Rugi Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2009). Menurut Nurmalina et al. (2009), langkah penting yang dilakukan dalam pengelolaan usaha adalah menyusun laporan laba rugi yang berisi tentang total penerimaan, pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau produksi.
33
3.1.7 Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan beberapa faktor dalam pengembangan usaha, yaitu penurunan inflow dan kenaikan outflow. Penurunan inflow disebabkan oleh perubahan kapasitas produksi dan penurunan harga, sedangkan kenaikan nilai outflow disebabkan kenaikan biaya variabel. Menurut Nurmalina et al. (2009) besarnya perubahan pada switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat komponen inflow atau outflow agar bisnis masih tetap layak sedangkan pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kebutuhan akan daging dalam negeri terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi protein hewani seperti daging. Namun hingga saat ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Indonesia masih mengimpor daging. Pemerintah Indonesia telah merencanakan bahwa tahun 2014 Indonesia menjadi negara swasembada daging. Namun pada kenyataanya upaya-upaya yang dilakukan belum menunjukkan keberhasilan. Impor daging dan ternak hidup sebagai bakalan penggemukan serta ternak yang siap potong ternyata masih tinggi. Untuk mendukung swasembada tahun 2014 maka Indonesia harus meningkatkan populasi ternak sapi hingga mencapai jumlah yang dibutuhkan, akan tetapi hal ini membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu cara lain yang dapat mendukung hal tersebut adalah meningkatkan sosialisasi terhadap konsumsi daging ke masyarakat dengan konsumsi daging ternak lain, antara lain ke daging domba dan kambing. Ternak domba dan kambing telah terbukti menjadi salah satu pilihan masyarakat akan kebutuhan daging ternak. Selain itu juga jenis ternak ini sudah dikenal masyarakat untuk menjadi hewan peliharaan sebagian rakyat peternak Indonesia. Domba dan kambing merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang dapat untuk dikembangkan di berbagai wilayah terutama pedesaan. Hal ini karena domba dan kambing memiliki keunggulan yaitu daya adaptasi yang baik, 34
pertumbuhan yang cepat, pemeliharaan yang mudah dan memiliki fungsi sosial dan keagamaan. Potensi pasar domba dan kambing juga cukup menjanjikan mengingat kebutuhan ternak ini untuk pasar dalam negeri cukup besar, terutama pada saat hari raya Idul Adha. Berbagai keunggulan serta prospek pasar yang cukup besar tersebut merupakan salah satu alasan pemilik ternak yaitu Bapak Sarno untuk mengembangkan usahanya dengan menginvestasikan modalnya pada usaha penggemukan domba dan kambing. Penggemukan domba dan kambing dapat dilakukan dalam jumlah yang banyak maupun sedikit. Perbedaan jumlah domba dan kambing yang digemukkan akan berpengaruh pada cara pengelolaanya. Jumlah domba dan kambing yang dipelihara juga mempengaruhi tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Keberhasilan Bapak Sarno dalam menjalankan usaha penggemukan domba dan kambing miliknya terlihat dari lamanya ia menggeluti usaha tersebut sejak tahun 1991. Namun demikian, lamanya usaha tersebut berjalan bukanlah indikator penentu kelayakan dari suatu usaha. Dalam pengembangannya sebagai gambaran investasi usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno perlu dilakukan analisis kelayakan usaha. Maka dari itu penelitian ini mencoba menganalisis kelayakan investasi pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno tersebut. Indikator penentu kelayakan usaha dapat dilihat dari aspek finansial dan nonfinansialnya. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek lingkungan. Selain itu juga menganalisis aspek finansial yang dibagi menjadi dua yaitu kondisi sebelum pengembangan (kondisi aktual) dan kondisi pada saat pengembangan dari usaha penggemukan domba dan kambing yang dijalankan oleh Bapak Sarno. Penentuan kelayakan aspek nonfinansial dari usaha penggemukan domba dan kambing yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan membandingkan antara keadaan di lapang dengan teori-teori yang terkait melalui studi literatur. Sedangkan penentuan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) dan PP (Payback 35
Period). Untuk menghadapi peningkatan harga input dan penurunan harga ouput yang selalu mengalami perubahan-perubahan maka diperlukan kewaspadaan terhadap usaha tersebut dengan menganalisis melalui analisis pengganti (switching value analysis). Dengan analisis ini akan diketahui berapa besarnya batas perubahan tersebut sehingga membuat usaha tersebut tidak layak. Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kelayakan finansial maupun nonfinansial dari usaha penggemukan domba dan kambing yang diusahakan oleh Bapak Sarno serta dapat membantu pengusaha dalam mengambil keputusan dalam menginvestasikan modalnya. Apabila kegiatan investasi tersebut berdasarkan analisis yang dilakukan
layak
untuk
dijalankan,
maka
hasil
penelitian
ini
akan
direkomendasikan kepada pengusaha penggemukan yaitu Bapak Sarno agar terus mengembangkan usahanya. Sebaliknya apabila hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan investasi pada usaha tersebut tidak layak maka direkomendasikan agar pemilik usaha menganalisis kembali aspek-aspek yang menyebabkan bisnis tidak layak. Adapun bagan kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.
36
Konsumsi Daging - Kebutuhan daging meningkat - Swasembada daging 2014 - Kebutuhan daging domba dan kambing yang tidak dapat digantikan oleh ternak lain.
Prospek dan peluang usaha penggemukan domba dan kambing Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno
Kegiatan investasi usaha penggemukan domba dan kambing Analisis kelayakan usaha
Analisis Aspek Nonfinansial: 1. Aspek Pasar 2. Aspek Teknis 3. Aspek Manajemen dan Hukum 4. Aspek Sosial, Ekonomi 5. Aspek Lingkungan
Aspek Finansial: 1. NPV (Net Present Value) 2. B/C Ratio (Net Benefit Cost Ratio) 3. IRR (Internal Rate of Return) 4. PP (Payback Period) 5. Switching Value 6. Aktual dan pengembangan
LAYAK (Lanjutkan Usaha)
TIDAK LAYAK (Upaya perbaikan)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
37
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan bahwa peternakan ini merupakan usaha yang bergerak di bidang penggemukan domba dan kambing terbesar di Desa Citapen dan merupakan usaha yang memiliki prospek yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari keunggulan yang membedakan usaha tersebut dengan peternak lainnya di Desa Citapen yaitu peternakan yang berorientasi kepada bisnis bukan pendapatan sampingan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.
4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama umur usaha baik biaya investasi maupun biaya operasional, serta penerimaan dari usaha penggemukan domba dan kambing selama umur ekonomis usaha. Sedangkan data primer yang digunakan diperoleh dari data historis usaha, studi literatur beberapa buku yang berkaitan dengan penelitian, skripsi, internet, dan instansi terkait seperti Dinas Peternakan. Selain itu data yang diperoleh juga berasal dari observasi lapangan.
4.3 Metode Penentuan Narasumber Penentuan narasumber dilakukan dengan metode purposive sampling, dilakukan untuk penentuan sumber informasi, baik pemilik maupun karyawan. Narasumber dipilih berdasarkan penilaian bahwa pemilik dan karyawan usaha penggemukan domba dan kambing adalah orang yang tepat dan baik untuk dijadikan sumber informasi karena merupakan faktor penentu dan memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai usaha. Teknik tersebut digunakan karena kajian penelitian ini membahas mengenai analisis kelayakan dari usaha yang dijalankan perusahaan, sehingga narasumber tersebut dianggap memiliki sejumlah informasi internal perusahaan yang dibutuhkan oleh peneliti.
4.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dan diolah dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di usaha penggemukan dan lokasi yang terkait dengan penelitian ini serta wawancara dengan pemilik dan karyawan. Data primer sebagian besar diperoleh dengan menggunakan instrument berupa daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh penulis dari hasil studi pustaka dan literatur berbagai buku, skripsi terdahulu dan data internal perusahaan, serta penelusuran ke beberapa instansi terkait, seperti Ditjen Peternakan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS), perpustakaan IPB, serta referensi dari media massa, baik cetak maupun elektronik.
4.5 Metode Analisis Data Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang dilakukan merupakan analisis deskriptif yang berupa gambaran sistem usaha dan aspek nonfinansial yang terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya, serta aspek lingkungan dari usaha penggemukan domba dan kambing pada peternakan milik Bapak Sarno. Sedangkan analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial yang meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan mencakup biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari hasil penggemukan domba berdasarkan kriteria NPV, IRR, Net B/C dan PP yang diolah menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel. Melalui switching value analysis, data yang ada dicoba untuk dirubah dengan menaikkan input dan penurunan output untuk melihat kemampuan usaha tersebut bertahan terhadap perubahan. 39
4.6 Analisis Kelayakan Non Finansial 4.6.1 Aspek Pasar Analisis aspek pasar yang akan dilakukan pada usaha penggemukan domba dan kambing pada peternakan Bapak Sarno yaitu untuk menilai apakah usaha tersebut melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran, seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan. Kemudian bagaimana strategi pemasaran yang akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar yang ada. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika usaha tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon pembeli) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan. Pada aspek teknis, kriteria kelayakan usaha usaha penggemukan domba dan kambing yang dianalisis adalah permintaan lebih besar dari produk yang dihasilkan, ketepatan strategi pemasaran yang digunakan yaitu produk, harga, tempat dan promosi.
4.6.2 Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek teknis ini lebih menekankan pada apakah secara teknis pilihan teknologi yang dipakai dapat dilaksanakan secara layak atau tidak. Pada aspek teknis akan menunjukkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses penggemukan domba dan kambing akan dilaksanakan, jumlah ternak yang digemukkan, jenis teknologi yang dipakai, perlengkapan dan peralatan, lokasi usaha dan pengawasan kualitas yang dilakukan dalam usaha penggemukan domba dan kambing. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan hasil analisis usaha dapat dibangun dan dijalankan dengan baik. Pada aspek teknis kriteria kelayakan usaha yang dianalisis adalah kelayakan lokasi untuk menjalankan usaha, besarnya jumlah ternak yang digemukkan untuk mencapai tingkatan skala ekonomis. Kriteria 40
pemilihan peralatan dan teknologi untuk menjalankan usaha penggemukan domba dan kambing tersebut, layout bangunan dan fasilitas lainnya.
4.6.3 Aspek Manajemen Dalam aspek manajemen akan dilihat berdasarkan pengelola usaha, spesifikasi keahlian dan distribusi tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan usaha ini dan struktur organisasi. Dalam membuat suatu keputusan investasi dibutuhkan gambaran mengenai rencana kegiatan yang akan dijalankan di peternakan terkait dengan tenaga kerja yang dibutuhkan dan pembagian kerja yang sesuai. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek manajemen adalah jika terdapat kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan usaha penggemukan domba dan kambing dan usaha tersebut dapat dijalankan sesuai waktu yang diperkirakan. Pada aspek manajemen kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing yang dianalisis adalah kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan usaha, struktur organisasi yang baik dan sesuai dengan jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan usaha.
4.6.4 Aspek Hukum Aspek hukum yang akan dianalisis pada peternakan milik Bapak Sarno adalah melihat kelengkapan dan keabsahan dokumen yang berkaitan dengan usaha penggemukan domba dan kambing, mulai dari bentuk badan usaha sampai dengan ijin-ijin yang dimiliki. Hal ini dikarenakan aspek hukum dari sebuah kegiatan usaha diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek hukum jika usaha tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perijinan di wilayah tersebut. Untuk aspek hukum, kriteria kelayakan usaha aspek nonfinansial hal yang akan dianalisis adalah legalitas usaha yang dijalankan, bentuk badan usaha yang 41
akan digunakan yang berkaitan dengan kekuatan hukum serta melihat adanya jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman ke lembaga keuangan seperti bank.
4.6.5 Aspek Ekonomi dan Sosial Penelitian dalam aspek ekonomi pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno ini adalah dengan melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika usaha tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja di peternakan tersebut serta dampak sosialnya terhadap masyarakat sekitar. Pada aspek ekonomi, kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing yang dilihat adalah seberapa besar usaha tersebut mempunyai dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dengan adanya usaha tersebut apakah dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat dan dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mengurangi jumlah pengangguran.
4.6.6 Aspek Lingkungan Aspek lingkungan yang diteliti pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno ini adalah menganalisis seberapa besar dampak usaha tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap tanah, air, dan udara yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. Pada aspek lingkungan, kriteria kelayakan yang dilihat pada usaha penggemukan domba dan kambing adalah bagaimana pengaruh usaha penggemukan domba dan kambing tersebut terhadap lingkungan udara, tanah dan sekitarnya, apakah dengan adanya usaha tersebut menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak.
42
4.7 Analisis Kelayakan Finansial Untuk mengetahui kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing maka dilakukan perbandingan antara biaya dan manfaat kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PP).
4.7.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
n
NPV i 0
Bt Ct t (1i )
Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t
= Tahun kegiatan bisnis
i
= Tingkat Discount Rate (DR)
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
NPV = 0, artinya bisnis tersebut mampu mengembalikan sebesar modal yang dikeluarkan. Dengan kata lain bisnis tersebut tidak untung dan tidak rugi.
NPV > 0, artinya suatu bisnis dinyatakan menguntungkan dan memberikan manfaat dan dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.
NPV < 0, artinya bisnis tersebut dinyatakan merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.
4.7. 2 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen.
43
Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari opportunity cost of capital (DR). Rumus untuk menghitung IRR adalah:
Keterangan: i1
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negatif
4.7.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian bisnis tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: n
Net B/C Ratio =
i 0 n
i 0
Keterangan: Bt Ct n i
Bt Ct t (1 i ) Bt Ct t (1 i )
Untuk Bt – Ct > 0
Untuk Bt – Ct < 0
= Manfaat pada tahun t = Biaya pada tahun t = Umur bisnis = Discount Rate (%)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C ratio adalah:
Net B/C = 1, maka bisnis tidak untung dan tidak rugi
Net B/C > 1, maka bisnis menguntungkan
Net B/C < 1, maka bisnis merugikan 44
4.7.4 Payback Period (PP) Payback Period merupakan jangka waktu kembalinya seluruh jumlah investasi yang ditanamkan dalam satuan waktu. Semakin cepat waktu pengembalian, maka semakin baik bisnis tersebut untuk diusahakan. Akan tetapi metode ini memiliki kelemahan yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cash flow setelah periode payback. Namun dengan demikian pada penelitian ini nilai waktu uang (time value of money) diperhitungkan yaitu dengan adanya discount rate (DR) sehingga cash flow setelah periode payback juga tidak diabaikan Rumus untuk menghitung pengembalian investasi adalah:
Dimana: I
= Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
4.7.5 Break Event Point (BEP) Break Event Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue (TR) sama dengan total cost (TC). Selama usaha masih di bawah break event, maka perusahaan masih menggalami kerugian. Semakin lama mencapai titik pulang pokok, semakin besar kerugian karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang dikeluarkan. Break Event Point dirumuskan sebagai berikut:
BEP (unit) = Total Biaya tetap/(harga jual per unit- biaya variabel per unit)
4.7.6 Laba Rugi Analisis laba rugi dilakukan untuk membalas jasa atas faktor produksi yang telah digunakan. Proyeksi laba rugi terdiri dari beberapa komponen, yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variabel Cost (TVC), Total Cost 45
(TC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Laba rugi dirumuskan sebagai berikut: Π = TR -TC Keterangan : π
: Keuntungan
TR
: Total Revenue (total penerimaan)
TC
: Total Cost (total biaya)
4.7.7 Incremental Net Benefit Incremental Net Benefit merupakan manfaat bersih tambahan yang didapatkan dari usaha dan diperoleh dari manfaat bersih dengan bisnis (net benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (net benefit without business). Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor produksi yang sebelumnya tidak tergunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan. Secara matematis Incremental Net Benefit rumus yang digunakan pada penelitian ini adalah: Incremental Net Benefit = Manfaat bersih dengan bisnis - Manfaat bersih tanpa bisnis
4.8 Switching Value Analysis Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan maximum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar usaha masih tetap layak. Dalam penelitian usaha penggemukan domba dan kambing ini, switching value dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan otput yaitu penjualan. Harga input adalah harga bakalan ternak domba dan kambing. Sedangkan output yang dimaksud yaitu penurunan harga jual ternak. Penentuan switching value pada variabel bakalan merupakan variabel input tersebut, berdasarkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk variabel tersebut sangat besar dan pada suatu waktu dapat berubah, begitu pula halnya dengan variabel output. Oleh karena itu perlu dilakukan switching value untuk menguji 46
usaha tersebut pada perubahan-perubahan agar diketahui batas kekuatan usaha tersebut pada perubahan yang terjadi.
4.9 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Penelitian Sebagai upaya memudahkan analisis secara finansial, beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno adalah sebagai berikut : 1) Lahan dan bangunan yang digunakan adalah milik sendiri. 2) Umur ekonomis usaha ditetapkan delapan tahun. Umur ini ditetapkan berdasarkan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada pada usaha yaitu kandang domba dan kambing. 3) Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga konstan yang berlaku pada saat penelitian dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik. 4) Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : Penyusutan =
Nilai beli nilai sisa Umur ekonomis
5) Pajak pendapatan yang digunakan adalah berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : Pasal 17 ayat 1b. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 persen. Pasal 17 ayat 2a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. 6) Pada kondisi pengembangan usaha, pemilik usaha melakukan pinjaman modal kepada Bank Mandiri. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga kredit Bank Mandiri pada tahun 2012, yaitu sebesar 12 persen. 7) Pada saat sebelum pengembangan, dalam satu tahun terdapat tiga periode penggemukan. Setiap satu periode ternak yang digemukkan 150 ekor (75 ekor domba dan 75 ekor kambing). Sehingga dalam satu tahun yang terdiri dari tiga 47
periode ternak yang digemukkan adalah 450 ekor (225 ekor domba dan 225 ekor kambing). Dalam setiap tahunnya diasumsikan seluruh hasil produksi laku terjual. Namun pada tahun pertama jumlah ternak yang digemukkan lebih sedikit karena hanya terdapat dua periode penggemukan yaitu 150 ekor per periode dikalikan dengan dua periode yaitu 300 ekor (150 ekor domba dan 150 ekor kambing). Hal ini disebabkan pada tahun pertama, periode pertama merupakan masa persiapan seperti pembangunan kandang sehingga tidak dilakukan penggemukan domba dan kambing. 8) Pada saat pengembangan, dalam satu tahun juga terdapat tiga periode penggemukan. Setiap satu periode ternak yang digemukkan 270 ekor (135 ekor domba dan 135 ekor kambing). Sehingga dalam satu tahun yang terdiri dari tiga periode ternak yang digemukkan adalah 810 ekor (405 ekor domba dan 405 ekor kambing). Dalam setiap tahunnya diasumsikan seluruh hasil produksi laku terjual. Namun pada tahun pertama jumlah ternak yang digemukkan lebih sedikit karena hanya terdapat dua periode penggemukan yaitu 270 ekor per periode dikalikan dengan dua periode yaitu 540 ekor (270 ekor domba dan 270 ekor kambing). Hal ini disebabkan pada tahun pertama, periode
pertama
merupakan
masa
persiapan
pengembangan
seperti
pembangunan kandang sehingga tidak dilakukan penggemukan domba dan kambing. 9) Penerimaan dalam usaha ini terdiri dari penjualan ternak, penjualan kotoran dan nilai sisa. Besarnya penerimaan penjualan ternak ditentukan berdasarkan bobot hidup ternak dikalikan dengan harga per kilogramnya. 10) Dalam analisis finansial, digunakan dua kondisi yaitu analisis finansial usaha pada kondisi sebelum pengembangan (aktual) dan kondisi kedua yaitu analisis finansial usaha setelah melakukan pengembangan dengan penambahan jumlah ternak domba dan kambing serta pembangunan kandang baru. 11) Pada analisis switching value, diasumsikan komponen lain selain harga bakalan kambing dan harga penjualan kambing tidak berubah (cateris peribus).
48
V GAMBARAN UMUM USAHA
5.1 Gambaran Umum Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, tercatat bahwa Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan, 428 desa/kelurahan, 3.639 rukun warga, 14.403 rukun tetangga yang terdapat dalam registrasi. Luas lahan yang dimiliki Desa Citapen menurut ekosistem pada tahun 2009 yaitu seluas 393,0 Ha dengan rincian lahan basah sederhana seluas 115 hektar, lahan basah tadah hujan 38 hektar dan lahan kering iklim basah seluas 240 hektar. Jarak jangkauan ke kantor kecamatan ±10 Km, dan jarak ke ibu kota kabupaten ±25 Km. Sedangkan jarak ke Pasar Teknik Umum (TU) Induk Kemang ±25 Km, jarak ke Pasar Induk Jakarta ±60 dengan alat transportasi lancar. Wilayah Desa Citapen berada pada ketinggian tempat antara 450 m dpl sampai dengan 800 m dpl. Drainase baik dan sangat cocok untuk diusahakan berbagai jenis tanaman pangan, hortikultura dan juga pemeliharaan ternak. Secara topografi Iklim di wilayah Desa Citapen adalah beriklim tropis/basah dengan suhu rata–rata antara 20oC sampai 32oC dengan keasaman tanah (pH) antara 4,5 sampai 7. Menurut ekosistem yang ada, pemanfaatan lahan sawah dan darat bisa ditanami sepanjang tahun. Jenis tanah latosol, andosol, inseptisol sehingga cocok untuk ditanami berbagai komoditi tanaman. Jumlah penduduk desa Citapen adalah 8.491 orang yang terdiri dari 4.481 orang laki-laki dan 4.410 orang perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah 2.105 dan jumlah KK Tani 1.684 KK atau sekitar 80% dari KK yang ada, bermata pencaharian di sektor pertanian. Mata pencaharian penduduk Desa Citapen sebagian besar adalah sebagai petani tanaman pangan dan buruh tani. Faktor ini disebabkan dengan keadaan alam di wilayah ini yang subur sehingga cocok untuk lahan pertanian dan kondisi alam dengan ketinggian tempat 450 sampai 700 dpl, dimana kondisi ini sangat cocok untuk aktivitas pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Sehingga banyak masyarakat Desa Citapen yang menjadi petani sebagai mata pencaharian.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Citapen Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009 Jenis Pekerjaan Petani Tanaman Pangan Peternak Perikanan Perkebunan Pedagang TNI/Polri PNS Jasa Buruh Tani Lain-lain Total
Jumlah penduduk (Jiwa) 535 66 111 89 245 2 17 312 223 631 2231
Persentase (%) 24,0 3,0 5,0 4,0 11,0 0,1 0,8 14,0 10,0 28,3 100,0
Sumber : Data kependudukan Kecamatan Ciawi (2009)
Berdasarkan Tabel 8 tersebut terlihat bahwa penduduk di Desa Citapen yang bermata pencaharian sebagai peternak adalah sebanyak 66 jiwa atau tiga persen dari total jumlah penduduk Desa Citapen. Maka sektor ini merupakan peluang yang terbuka bagi penduduk untuk usaha dalam sektor peternakan karena masih sedikit penduduk yang bermatapencaharian sebagai peternak.
5.2 Sejarah Usaha Usaha peternakan milik Bapak Sarno merupakan usaha penggemukan domba dan kambing. Pada awalnya Bapak Sarno bukanlah peternak domba dan kambing akan tetapi bekerja di peternakan ayam potong di Desa Cibedug sebagai karyawan selama tiga tahun. Selama bekerja di peternakan ayam potong, Bapak Sarno terus belajar dan menekuni pekerjaannya sehingga ia diangkat menjadi pengawas peternakan dan merangkap sebagai penanganan obat-obatan untuk ternak ayam. Walaupun jabatan Bapak Sarno meningkat, akan tetapi menurutnya ia tidak mengalami kemajuan karena tetap saja bekerja pada usaha orang lain. Bapak Sarno memiliki cita-cita ingin mandiri dengan memiliki sebuah peternakan. Oleh karena itu Bapak Sarno berhenti bekerja di peternakan ayam potong tersebut. Pada tahun 1991 Bapak Sarno memutuskan mengontrak rumah di Desa Citapen dengan luas 200 meter persegi. Di sinilah Bapak Sarno memulai usahanya dengan
50
modal sendiri mendirikan kandang dan membeli sepuluh ekor bakalan domba dan kambing untuk di budidayakan. Pada awal pegembangan usahanya, Bapak Sarno mengalami kekurangan modal. Bapak Sarno ingin memperbanyak jumlah ternaknya akan tetapi modal yang dimiliki terbatas. Maka Bapak Sarno berinisiatif memaruhkan ternaknya ke orang lain agar ternaknya cepat berkembang tanpa harus mengeluarkan biaya lagi. Dari tiga ekor yang diparuhkan, ternak domba tersebut selama setahun menghasilkan sepuluh ekor domba. Hasil ini dibagi dua oleh Bapak Sarno dengan pembagian lima ekor untuk yang mengurus ternaknya dan lima ekor lagi untuk Bapak Sarno. Semakin lama jumlah domba dan kambing Bapak Sarno semakin banyak hingga ratusan ekor dan usahanya semakin berkembang. Bapak Sarno juga melihat ada peluang untuk usaha penggemukan domba dan kambing. Hal ini terlihat dari penjualan domba dan kambing yang terus meningkat terutama pada saat Hari Raya Idul Adha. Hal ini terus berlangsung hingga saat ini Bapak Sarno telah memiliki kandang domba yang berkapasitas 150 ekor dan pada saat ini membangun kandang baru dengan kapasitas 120 ekor.
5.3 Lokasi Usaha Peternakan milik Bapak Sarno terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilik memanfaatkan lahan di sekitar rumah seluas 500 meter persegi untuk peternakan domba dan kambing, sementara kandang baru yang akan dibangun terletak tidak jauh dari rumah (50 meter dari rumah Bapak Sarno) yang dibeli dari tanah penduduk dengan luas 800 meter persegi. Lokasi ini dipilih karena lokasi tersebut tidak jauh dari tempat tinggalnya sehingga pemilik dapat mengawasi langsung kegiatan harian karyawan pada peternakan domba dan kambing.
5.4 Kegiatan Usaha Usaha yang dijalankan Bapak Sarno merupakan usaha penggemukan ternak domba dan kambing. Penggemukan domba dan kambing yang dilakukan di peternakan ini adalah ternak yang diberikan perlakuan khusus sejak bakalan sampai di kandang. Domba dan kambing diberikan perlakuan awal yaitu 51
ditenangkan sebentar di kandang, lalu diberi pakan yang telah disediakan sebelumnya. Bakalan yang baru sampai di kandang biasanya akan sedikit mengalami stres setelah mengalami perjalanan dari tempat asalnya. Setelah didiamkan sekitar satu hari domba diberi obat cacing dan dimandikan. Pemberian obat cacing dilakukan guna menjaga kesehatan domba dan kambing agar pertumbuhannya tidak terganggu sedangkan domba dan kambing dimandikan agar badannya menjadi lebih segar dan memiliki nafsu makan yang tinggi. Pakan yang diberikan berupa rumput yang diperoleh dari daerah sekitar Desa Citapen. Rumput yang tersedia sangat melimpah sehingga domba tidak pernah mengalami kekurangan pakan. Selain itu domba dan kambing juga diberi pakan tambahan berupa konsentrat (ampas tahu dan singkong). Pada usaha penggemukan domba dan kambing, masalah pengadaan bakalan sangat menjadi perhatian bahkan hal yang paling utama. Hingga saat ini pemilik masih mengalami kendala dalam hal pengadaan bakalan yaitu belum adanya pemasok tetap yang dapat memenuhi standar baik kualitas maupun kuantitas yang diinginkan. Pengadaan bakalan masih menggunakan sistem hunting yaitu mencari kesana-kemari untuk mendapatkan bakalan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Pencarian biasanya dilakukan dengan cara mendatangi peternak-peternak yang ada disekitar wilayah Bogor, Jonggol, Cianjur dan Sukabumi. Cara ini merupakan kelemahan bagi pemilik saat ini karena dengan kondisi seperti ini, maka jaminan kebersinambungan pasokan bahan baku menjadi lemah.
52
VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis aspek kelayakan non finansial dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan yang berpengaruh pada proses alternatif pengambilan keputusan terbaik dan untuk mengetahui sampai sejauh mana usaha penggemukan domba dan kambing layak jika dilihat dari aspek-aspek non finansial. Setiap aspek saling berhubungan satu dengan yang lain, sehingga penting untuk dikaji hal yang akan menjadi dasar pengambilan keputusan sebagai gambaran prospek usaha yang akan dikembangkan. Dalam penelitian ini dikaji beberapa aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, hukum, sosial ekonomi dan lingkungan.
6.1 Aspek Pasar Analisis aspek pasar merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah usaha karena sumber pendapatan utama usaha berasal dari penjualan produk yang dihasilkan. Aspek pasar memiliki tujuan untuk menganalisis apakah produk yang dihasilkan dapat memberikan nilai tinggi kepada pelanggan dibandingkan produk pesaing. Jika produk yang dihasilkan dan dibutuhkan konsumen dalam jumlah yang besar, tetapi harga tinggi, kualitas tidak lebih baik dibandingkan produk pesaing, dan tidak mudah didapatkan oleh konsumen maka produk yang dihasilkan tersebut akan ditinggalkan oleh pelanggan. Agar investasi atau usaha yang akan dijalankan dapat berhasil dengan baik, maka perlu diketahui peluang pasar dan dilakukan strategi yang tepat. Strategi tersebut adalah strategi bauran pemasaran (produk, harga, tempat, dan promosi).
6.1.1 Peluang Pasar Peluang pasar untuk usaha penggemukan domba dan kambing ini sangat terbuka luas hal ini terlihat dari permintaan terhadap domba dan kambing terus meningkat sementara jumlah ternak yang dihasilkan masih belum mencukupi permintaan pasar (Tabel 9).
Tabel 9. Data Penjualan Domba dan Kambing Milik Bapak Sarno Tahun 2011 (Ekor) Jenis Ternak Jumlah Penjualan Jumlah Permintaan Kekurangan Domba
475
600
125
Kambing
400
445
45
Total
875
1045
165
Jumlah permintaan akan semakin meningkat pada saat Hari Raya Idul Adha. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut banyak masyarakat yang beragama Islam yang mencari ternak domba dan kambing untuk keperluan qurban. Selain jumlah permintaan yang tidak terpenuhi, usaha penggemukan domba dan kambing ini juga tidak memiliki pesaing di wilayah yang sama. Pada umumnya penduduk Desa Citapen yang memiliki ternak domba dan kambing masih skala rumah tangga, yang merupakan pendapatan sampingan dan merupakan usaha budidaya yang prosesnya dapat menghabiskan waktu tahunan hingga mendapatkan hasil. Hal ini lah yang menyebabkan peluang pasar untuk usaha penggemukan domba dan kambing bagi Bapak Sarno masih besar.
6.1.2 Strategi Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat variabel yang merupakan inti dari sistem pemasaran yang dapat dikendalikan oleh pelaku usaha. Empat variabel tersebut dikenal dengan 4P yaitu product (produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi). Berdasarkan wawancara dengan pemilik strategi pemasaran yang dilakukan yaitu: 1) Produk Usaha penggemukan domba dan kambing yang dijalankan oleh Bapak Sarno merupakan usaha yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas ternaknya melalui penanganan di masa produksi. Berkualitas atau tidaknya ternak yang dihasilkan merupakan hasil penanganan ternak di masa pemeliharaan. Penanganan yang dilakukan berupa menjaga kebersihan kandang dan ternak, pemberian pakan secara teratur pemberian obat dan pemberian vitamin untuk menjaga kesehatan ternak. Untuk menjaga kualitas produknya ternak diberi 54
perlakuan khusus yaitu setelah bakalan sampai di kandang, domba dan kambing langsung diberikan perlakuan awal yaitu ditenangkan sebentar di kandang lalu diberi pakan yang telah disediakan sebelumnya. Bakalan yang baru sampai di kandang biasanya akan sedikit mengalami stres setelah mengalami perjalanan dari tempat asalnya. Setelah didiamkan sekitar satu hari domba dan kambing diberi obat cacing dan dimandikan. Pemberian obat cacing dilakukan guna menjaga kesehatan domba dan kambing agar pertumbuhannya tidak terganggu sedangkan perlakuan memandikan domba dan kambing agar ternak menjadi lebih segar, terhindar dari penyakit kurap dan memiliki nafsu makan yang tinggi. Pakan yang diberikan berupa rumput yang diperoleh dari daerah sekitar di Desa Citapen. Rumput yang tersedia sangat melimpah sehingga domba dan kambing tidak pernah mengalami kekurangan pakan. Sedangkan pakan tambahan yang diberikan adalah pakan berupa konsentrat yaitu ampas tahu dan singkong. Strategi produk juga dilakukan dengan pemilihan bakalan domba dan kambing yang baik yang didapat dari peternak dan masyarakat di Bogor, Jonggol, Cianjur, Sukabumi dan sekitarnya. Pemilihan bakalan ini menjadi salah satu kunci sukses untuk menghasilkan produk yang baik karena bakalan yang baik akan menghasilkan daging yang baik. Domba dan kambing yang dijual oleh Bapak Sarno merupakan ternak hidup. Domba dan kambing tersebut dijual kepada pedagang sate, rumah makan, catering, jasa aqiqah, serta masyarakat yang membutuhkan untuk keperluan kurban, hajatan dan lainnya. Untuk memenuhi permintaan konsumen, domba dan kambing juga dapat diantarkan dalam bentuk daging (sudah disembelih). Permintaan ini dipenuhi oleh pemilik agar banyak konsumen yang membeli domba dan kambing kepadanya serta untuk memberikan kepuasan dan nilai lebih kepada konsumen.
2) Harga Harga merupakan nilai yang ditukar konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama 55
terhadap semua pembeli. Harga domba dan kambing yang ditawarkan pada usaha ini yaitu berdasarkan bobot hidup ternak domba dan kambing. Harga domba dengan kambing berbeda per kilogramnya. Semakin berkualitas dan besar bobot domba maupun kambing maka harga akan semakin tinggi. Selain itu harga domba dan kambing tidak tetap bahkan pada saat hari raya Idul Adha harga akan semakin mahal (Tabel 10).
Tabel 10. Harga Domba dan Kambing Usaha Bapak Sarno (Januari 2012) Domba Kambing Bobot
Harga (Rp)
Bobot
Harga (Rp)
1 Kg
32.000
1 Kg
35.000
25 Kg
800.000
25 Kg
875.000
30-45 Kg
960.000 - 1.440.000
30-45 Kg
1.050.000 - 1.575.000
Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno juga menerapkan harga berdasarkan taksiran penampilan fisik. Hal ini dimaksudkan untuk melayani calon pembeli yang lebih detil dalam memilih domba dengan datang langsung ke kandang. Tidak ada ukuran yang baku dalam menentukan harga, tergantung dari kesepakatan tawar menawar antara pemilik dengan calon pembeli. Namun sampai saat ini penjualan domba dan kambing dari usaha penggemukan ini mayoritas masih menggunakan sistem jual berdasarkan penampilan fisik. Harga juga dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan kondisi misalnya pada saat hari raya Idul Adha harga dapat menjadi lebih tinggi apalagi jika dalam kondisi permintaan sangat banyak.
3) Tempat Distribusi yang dilakukan pada usaha ini merupakan penyaluran produk ternak domba dan kambing hingga sampai pada target pasar atau konsumen. Konsumen dapat datang langsung ke lokasi usaha untuk memilih kriteria domba dan kambing yang mereka inginkan untuk dibeli. Untuk pelanggan tetap biasanya pembeli hanya memesan melalui telepon, memberitahukan bobot yang mereka inginkan kemudian pemilik atau karyawan mengantarkan domba atau kambing 56
pesanan ke konsumen langsung. Adapun konsumen berasal dari daerah Jabodetabek yang terdiri dari rumah makan, catering, penjual sate dan konsumen rumah tangga.
4) Promosi Promosi dilakukan dengan tujuan menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon konsumen. Saat ini promosi yang dilakukan oleh pemilik usaha adalah promosi melalui mulut ke mulut. Kebanyakan dari konsumen yang merasa puas dengan produk yang mereka dapatkan memberitahukan informasi mengenai usaha penjualan domba dan kambing milik Bapak Sarno ke orang lain seperti teman ataupun kerabat. Berdasarkan analisis aspek pasar, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dijalankan, karena sesuai dengan kriteria kelayakan usaha yaitu usaha tersebut menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan, peluang pasar yang masih terbuka luas dan strategi bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi telah dijalankan oleh pemilik. Hasil analisis yang diperoleh pada aspek pasar usaha penggemukan domba dan kambing ini menunjukkan bahwa jumlah domba dan kambing yang ditawarkan kepada konsumen belum mampu memenuhi permintaan sehingga masih terbuka peluang pasar yang potensial. Jumlah permintaan akan terus meningkat pada saat hari raya Idul Adha karena mayoritas penduduk beragama Islam, domba dan kambing dibutuhkan untuk qurban. Selain itu domba dan kambing memiliki kelebihan tersendiri yaitu hewan yang digunakan untuk aqikah dan tidak dapat digantikan dengan hewan lain sehingga peluang usaha penggemukan domba dan kambing masih besar karena banyak masyarakat yang membutuhkan ternak domba dan kambing ini. Produk yang ditawarkan oleh usaha ini yaitu produk yang diinginkan konsumen, dengan harga yang sesuai dengan kualitas. Ternak yang ditawarkan oleh usaha penggemukan domba dan kambing ini selalu berkualitas, hal ini dilihat dari kesehatan ternak dan bobot ternak. Konsumen dapat memilih ternak yang 57
ingin mereka beli sehingga konsumen tidak kecewa dengan ternak yang mereka miliki setelah proses pembelian. Distribusi langsung disampaikan kepada konsumen sehingga kualitasnya terjaga dan ternak yang dibeli sesuai dengan pilihan konsumen. Distribusi langsung kepada konsumen ini bertujuan untuk menghindari kualitas ternak yang buruk yang diberikan kepada konsumen sehingga konsumen tidak kecewa. Selain itu distribusi langsung ke konsumen juga akan memutus rantai distribusi yang panjang dan kemungkinan akan menambah biaya serta mengakibatkan harga domba dan kambing menjadi lebih tinggi. Lokasi peternakan tidak jauh dari Kota Bogor sehingga akses menuju lokasi mudah untuk dituju. Untuk pelanggan yang sudah biasa membeli hanya butuh menelpon pemilik untuk memesan ternak yang diinginkan. Promosi yang dilakukan oleh usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno disampaikan dari konsumen ke konsumen lainnya, hal ini dapat mengurangi biaya untuk kegiatan promosi. Maka dari analisis tersebut dapat dikatakan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dilaksanakan karena memenuhi kriteria kelayakan berdasarkan aspek pasar.
6.2 Aspek Teknis Analisis aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemilihan lokasi usaha dengan sarana dan prasarana, layout kandang, perlengkapan serta proses penggemukan yang dilakukan.
6.2.1 Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi kandang merupakan langkah awal dalam memulai usaha penggemukan domba dan kambing. Setelah lokasi yang cocok ditemukan, barulah kandang didirikan. Pemilihan lokasi yang tepat menjadi kunci keberhasilan dalam pembuatan kandang. Bahan material yang dipilih juga akan mempengaruhi kenyamanan domba dan kambing, selain itu juga berpengaruh terhadap besaran modal yang akan diinvestasikan. Untuk mendirikan usaha penggemukan domba dan kambing, pemilik usaha memperhatikan lokasi tempat usaha. Pemilihan lokasi didasarkan pada 58
pertimbangan berdasarkan variabel-variabel utama yang perlu mendapat perhatian. Pertimbangan tersebut yaitu: 1)
Tidak Terkena Perluasan Kota Lokasi usaha milik Bapak Sarno tidak bertentangan dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK). Pemilik mempertimbangkan jika suatu saat dilakukan perluasan kota, lokasi usaha tidak digusur seperti wilayah Karawang dan Bekasi.
2)
Transportasi yang Mudah ke Daerah Pemasaran Pemasaran merupakan penentu keberhasilan usaha penggemukan domba dan kambing. Oleh karena itu, transportasi dari lokasi peternakan ke daerah pemasaran harus baik. Pemilik usaha memilih di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi dikarenakan faktor jarak dan infrastruktur untuk mendukung kelancaran transportasi hingga produk sampai ke konsumen selain itu mempertimbangkan konsumen banyak yang berasal dari Kota Bogor dan Depok. Faktor jarak yang dekat antara kandang dengan pasar akan mengurangi faktor penyusutan bobot badan domba dan kambing selama perjalanan karena domba dan kambing dapat mengalami stres.
3)
Sumber Air Air merupakan kebutuhan yang paling utama, baik untuk keperluan ternak, sanitasi, maupun keperluan sehari-hari. Sumber air yang dimiliki oleh peternakan ini merupakan sumber air yang berasal dari mata air Pegunungan Pangrango sehingga air selalu ada, mudah didapat dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan setiap hari. Air yang diperoleh juga merupakan air yang sehat yaitu tidak berbau, tidak berasa, jernih, bebas dari bahan kimia limbah yang berbahaya dan bebas dari penyakit
4)
Sumber Pakan yang Mudah Didapat Pakan merupakan kebutuhan pokok dalam pemeliharaan ternak domba dan kambing. Usaha penggemukan domba dan kambing ini dekat dengan pakan yaitu berupa hijauan yang didapat daerah sekitar Desa Citapen dan konsentrat berupa ampas tahu yang didapat dari pabrik tahu di sekitar Bogor.
59
5)
Tidak Berdekatan dengan Pemukiman Lokasi kandang domba dan kambing tidak berada di tengah kota yang penduduknya padat. Jarak peternakan dengan penduduk tidak mengganggu kenyamanan penduduk sekitar terutama dalam hal pencemaran udara.
6)
Keadaan Iklim Produksi domba dan kambing dipengaruhi oleh iklim setempat baik secara langsung terhadap ternak maupun tidak langsung melalui lingkungan ternak. Peternakan ini berada di iklim tropis/basah dengan suhu rata-rata antara 20oC sampai 32oC. Iklim ini cocok untuk usaha penggemukan domba dan kambing.
6.2.2 Layout Usaha Penggemukan Domba Kandang peternakan domba dan kambing milik Bapak Sarno terbuat dari kayu. Perbedaan kandang baru dengan kandang lama yaitu tidak adanya perbedaan ukuran antara kandang domba dengan kandang kambing. Kandang lama tidak memiliki jalan yang luas sehingga mobil pakan atau pengangkut domba tidak dapat masuk ke dalam kandang sedangkan kandang baru memiliki jalan kandang yang lebar (Gambar 3).
Gudang
a. Kandang Baru
b. Kandang Lama
Gambar 3. Layout Kandang Pengemukan Domba dan Kambing 60
6.2.3 Teknik Penggemukan 1) Kandang Kandang yang digunakan untuk penggemukan domba dan kambing adalah tipe kandang panggung. Lantai pada kandang tipe ini terletak di atas tanah (ada kolong). Fungsi kolong ini untuk menampung kotoran ternak. Lantai kandang dibuat bercelah 1-1,5 centimeter agar kotoran domba dan kambing dapat jatuh ke kolong dan kandang mudah dibersihkan. Biaya pembuatan kandang tipe ini lebih mahal dibandingkan dengan kandang yang lantainya langsung di tanah. Akan tetapi tipe kandang ini juga memiliki kelemahan yaitu kaki domba ataupun kambing dapat terperosok apabila lebar celah lantai kandang tidak benar-benar diperhatikan. Berdasarkan penempatan domba dan kambing dalam kandang, ada dua model kandang panggung, yaitu kandang koloni dan kandang batere (Purbowati, 2009). Kandang koloni adalah kandang yang digunakan untuk menempatkan domba secara berkelompok. Gerakan domba dalam kandang ini bebas. Sedangkan kandang batere adalah kandang yang digunakan untuk menempatkan domba secara individu, kandang ini memiliki sekat-sekat di dalamnya. Peternakan milik Bapak Sarno memiliki kandang batere dengan pertimbangan bahwa penempatan domba dan kambing secara individu dapat menghindari terjadinya perkelahian ternak. Gerakan domba dan kambing juga terbatas sehingga tidak banyak energi yang hilang untuk aktivitas yang tidak perlu. Ukuran kandang batere pada kandang baru adalah 1m x 50 cm untuk kandang kambing dan 1 m x 40 cm untuk kandang domba. Sedangkan pada kandang lama jarak tersebut belum ditentukan. Antara kandang kambing dengan kandang domba tidak ada perbedaan. Selain itu juga jalan di dalam kandang sempit sehingga mobil pengangkut domba atau pakan tidak dapat masuk ke kandang.
61
a. Kandang Baru
b. Kandang Lama
Gambar 4. Perbedaan Kandang Baru dan Kandang Lama
3) Sarana dan Prasarana Kandang Sarana dan prasarana kandang sangat diperlukan dalam penggemukan domba dan kambing agar proses penggemukan domba dan kambing lancar. Selain itu, adanya sarana dan prasarana akan membuat efisiensi penggunaan waktu dan bahan baku. Sarana dan prasarana yang ada pada peternakan ini adalah sebagai berikut. a)
Tempat pakan Tempat pakan disediakan di dalam kandang domba dan kambing agar pakan tidak tercecer dan tercampur dengan kotoran ternak. Tempat pakan dibuat sedemikian rupa agar mudah dan efisien dalam pemberian pakan maupun pembersihan sisa pakan. Untuk pakan yang berupa hijauan (rumput), tempat pakan terbuat dari kayu sedangkan untuk pakan konsentrat menggunakan ember yang diletakkan di dalam kandang.
b)
Tempat minum Tempat air minum domba dan kambing menggunakan ember plastik. Hal ini merupakan kelemahan bagi peternakan ini karena untuk memenuhi kebutuhan ternak air perlu diisi secara manual agar tersedia secara terus menerus agar ternak dapat minum.
c)
Peralatan Peralatan yang terdapat pada kandang peternakan Bapak Sarno adalah peralatan untuk sanitasi ternak dan kandang yaitu sapu lidi, serokan dan 62
ember. Peralatan tersebut untuk menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak.
4) Memilih Bakalan Keuntungan usaha penggemukan domba dan kambing yang paling utama adalah mendapatkan pertambahan bobot badan yang tinggi dalam waktu cepat. Pertambahan bobot badan diperoleh dari selisih bobot badan awal dengan bobot badan akhir program penggemukan. Dalam memilih bakalan domba dan kambing pemilik memilih domba dan kambing yang tidak gemuk atau agak kurus, tetapi dalam kondisi sehat. Selain harganya murah, domba yang kurus juga diharapkan akan memperlihatkan pertumbuhan kompensasi, sehingga konversi pakannya rendah. Dengan kata lain, biaya pakan yang diperlukan untuk setiap satuan pertambahan bobot badan murah sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi lebih tinggi. Seleksi yang dilakukan adalah melalui seleksi individu dengan melihat ciri-ciri fisik. Bakalan domba dan kambing harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya. Selain itu ciri lain yang perlu diperhatikan adalah umur bakalan domba dan kambing yaitu 7-10 bulan (kurang dari satu tahun) dan biasanya berkelamin jantan karena laju pertumbuhan domba dan kambing jantan pada umumnya lebih tinggi daripada domba dan kambing betina. Bakalan diperoleh dari daerah Bogor, Jonggol, Cianjur hingga Sukabumi. Pemilik membeli bakalan pada daerah tersebut karena selain harga yang diperoleh lebih murah, ternak yang diperoleh juga berkualitas.
5) Pakan Produktivitas ternak domba dan kambing, terutama pertumbuhan dan kemampuan produksinya dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh faktor lingkungan antara lain terdiri dari pakan, teknik pemeliharaan, kesehatan, dan iklim. Diantara faktor lingkungan tersebut, pakan mempunyai pengaruh paling besar. Besarnya pengaruh pakan ini menunjukkkan bahwa
63
produktivitas domba dan kambing yang tinggi tidak bisa tercapai tanpa pemberian pakan yang memenuhi kuantitas dan kualitas. Pakan adalah zat yang ada di alam, terdiri dari bahan pakan dan dikonsumsi oleh ternak untuk kepentingan tubuhnya tanpa membahayakan ternak tersebut. Pakan yang terdapat pada peternakan domba dan kambing milik Bapak Sarno terdiri dari pakan berserat (hijauan) dan pakan penguat (konsentrat). Bahan pakan yang digunakan dalam kelompok pakan berserat adalah hijauan seperti rumput dan daun-daunan. Sedangkan bahan pakan konsentrat terdiri dari singkong dan ampas tahu. Pakan hijauan diperoleh dari lingkungan daerah Desa Citapen. Untuk pakan konsentrat yaitu ubi diperoleh dari petani sekitar Desa Citapen, sedangkan ampas tahu diperoleh dari pabrik tahu di sekitar Bogor.
Gambar 5. Pemberian Pakan Hijauan
6) Penggemukan Penggemukan domba dan kambing merupakan upaya untuk memacu pertumbuhan domba sehingga diperoleh bobot badan yang optimal. Agar proses penggemukan domba berjalan dengan lancar maka segala sesuatunya harus dilakukan dengan tahapan yang benar. Penggemukan domba dan kambing peternakan milik Bapak Sarno dilakukan selama tiga hingga empat bulan. Hal-hal teknis yang dilakukan selama penggemukan adalah sebagai berikut: 64
a)
Persiapan kandang Kandang yang akan digunakan untuk penggemukan domba dan kambing adalah kandang panggung. Sebelum digunakan kandang dibersihkan dari sisa kotoran dan pakan.
b)
Penimbangan ternak Penimbangan domba dan kambing dilakukan pada saat masuk kandang untuk mengetahui bobot awal dan harga dasar pembelian per kilogram. Penimbangan berikutnya dilakukan setiap akhir bulan untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian dan penentuan harga jual minimal per kilogramnya.
c)
Pencukuran bulu Pemeliharaan domba dan kambing bertujuan untuk menghasilkan bobot badan yang optimal di akhir masa penggemukan. Untuk domba dalam mencapai tujuan tersebut, salah satunya dilakukan dengan pencukuran bulu domba sedangkan kambing tidak. Selain memberantas kutu pada domba, pencukuran
bulu
juga
mampu
mengurangi
stress
panas.
Selama
penggemukan, pencukuran bulu dilakukan sekali, yaitu pada awal periode penggemukan. Pencukuran dilakukan secara manual dengan menggunakan gunting. Pencukuran bulu hanya dilakukan pada ternak domba sedangkan pada ternak kambing pencukuran tidak dilakukan karena bulu kambing sudah cukup tipis. d)
Memandikan domba Sebelum digemukkan di kandang panggung domba dan kambing dimandikan terlebih dahulu. Dengan dimandikan domba dan kambing akan tampak bersih dan bulu-bulunya tidak menjadi sarang bagi kuman penyakit.
e)
Pemberian vitamin dan obat-obatan Beberapa jenis vitamin tidak bisa disintesis oleh domba dan kambing di dalam tubuhnya. Oleh karena itu kebutuhan vitamin harus disuplai dari vitamin khusus. Vitamin yang digunakan oleh peternakan Bapak Sarno adalah B12. Pemberian vitamin ini juga bertujuan untuk mengurangi stress akibat transportasi, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mempercepat proses kesembuhan dari infeksi. Selain vitamin ada juga obat cacing untuk 65
mencegah dan mengobati domba dan kambing yang terkena cacing serta antibiotik untuk mengobati berbagai penyakit seperti infeksi pada sistem saluran urin. f)
Kebersihan kandang Setiap hari domba dan kambing akan mengeluarkan kotoran dan urin. Kotoran dan kencing akan menimbulkan amoniak yang berbahaya bagi ternak. Amoniak dapat menimbulkan penyakit paru-paru. Berat badan pada domba yang mengalami sakit paru-paru tidak dapat naik bahkan menurun. Dalam kondisi yang parah, penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kotoran tersebut perlu dibersihkan setiap hari. Kandang domba dan kambing milik Bapak Sarno dibersihkan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari yaitu dengan membersihkan kotoran dan sisa pakan yang berserakan di kandang.
a. Kotoran Ternak Dikumpulkan
b. Pupuk Kandang
Gambar 6. Kotoran Ternak untuk Pupuk Kandang
g)
Pemberian pakan Pemberian pakan yang tepat akan menentukan keberhasilan usaha penggemukan karena alokasi biaya untuk produksi yang digunakan untuk pakan cukup besar. Pakan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan nutrisi domba dan kambing yang akan digemukkan. Jenis pakan yang diberikan pada peternakan milik Bapak Sarno adalah pakan hijauan (rumput dan 66
dedaunan) dan konsentrat (ampas tahu dan singkong). Pemberian pakan tersebut diberikan secara terpisah. Pakan hijauan diberikan setiap saat, ketika rumput dalam tempat pakan sudah habis maka langsung ditambah (diisi lagi) sedangkan konsetrat diberikan pada siang hari. Pakan hijauan yang diberikan kepada ternak yaitu lima kilogram per hari per ekor. Sedangkan jumlah pakan konsentrat yang diberikan yaitu satu kilogram per ekor per hari (0,5 kilogram ampas tahu dan 0,5 kilogram ubi). Pertambahan bobot ternak diasumsikan 0,15 kilogram per ekor per hari. Sehingga pada dalam waktu empat bulan kenaikan bobot rata-rata ternak yaitu 18 kilogram per ekor. h)
Pemberian air minum Air minum selalu tersedia di dalam kandang dalam jumlah yang cukup. Air diberikan dalam tempat air minum berupa ember. Kebutuhan air minum selalu diperhatikan agar domba dan kambing tidak mengalami kehausan.
i)
Pemanenan domba Penggemukan domba umumnya dilakukan selama tiga hingga empat bulan. Keberhasilan penggemukan domba dan kambing dapat dilihat dari bobot hidup saat akan dipanen (dijual). Bobot badan domba dan kambing dapat berbeda-beda antara ternak satu dengan yang lainnya walaupun pada bakalan bobotnya sama. Pada penelitian ini bobot rata-rata bakalan adalah 20 kilogram per ekor. Dengan pertambahan bobot tubuh sebesar 18 kilogram selama empat bulan maka pada saat penjualan rata-rata bobot tubuh ternak adalah 38 kilogram.
7) Penyakit Pertumbuhan domba dan kambing sangat dipengaruhi oleh kesehatan. Pakan yang berkualitas, faktor genetika yang bagus, dan kondisi lingkungan yang mendukung tidak akan berarti jika domba yang digemukkan dalam kondisi sakit. Dalam pertumbuhan, domba dan kambing yang sakit dalam jangka yang panjang akan mengalami penyusutan bahkan akan mengalami kematian jika tidak segera ditangani. Mencegah penyakit merupakan tindakan yang lebih baik daripada mengobati. 67
Tindakan pencegahan penyakit domba dan kambing yang dilakukan peternakan Bapak Sarno adalah mengenai sanitasi domba dan kambing, kandang dan lingkungan. Pemberian vitamin, obat cacing dan antibiotik secara berkala juga merupakan tindakan pencegahan yang terus dilakukan. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang domba dan kambing peternakan ini antara lain diare, penyakit mata, penyakit kulit, kembung serta penyakit mulut dan kaki. Selain penyakit, parasit juga diwaspadai karena mampu menghambat pertumbuhan domba. Parasit dibagi menjadi dua, yaitu cacing dan kutu. a) Parasit i) Cacing Jenis cacing yang selalu menyerang domba dan kambing adalah cacing bulat dan cacing hati. Cacing dalam bentuk larva masuk ke dalam tubuh domba dan kambing melalui pakan, terutama hijauan. Dalam usus, larva cacing berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing ini akan menghisap sari makanan yang semestinya diserap oleh dinding usus untuk keperluan domba. Akibatnya,
meskipun
domba
dan
kambing
makan
banyak,
tetapi
pertumbuhannya akan lambat karena sari makanannya dihabiskan oleh cacing. Domba dan kambing yang cacingan akan diberikan obat cacing. Untuk pencegahan peternakan milik Bapak Sarno memberikan obat cacing sejak pertama kali bakalan tiba di kandang.
Gambar 7. Pemberian Obat Cacing.
68
ii) Kutu Kutu adalah jenis parasit yang bersarang di sela-sela bulu domba dan kambing. Kutu akan menghisap darah domba dan kambing melalui permukaan kulitnya. Akibatnya darah domba dan kambing akan berkurang. Selain itu gigitaan kutu juga mengakibatkan gatal-gatal sehingga domba dan kambing merasa tidak nyaman. Dalam kondisi yang parah, gigitan kutu juga sering meninggalkan luka pada kulit. Untuk pencegahan dan penanganan terhadap kutu tersebut maka peternakan ini melakukan pencukuran bulu agar kutu tidak bersarang pada domba.
b) Penyakit i) Diare Diare merupakan jenis penyakit yang sering terjadi pada peternakan domba dan kambing. Jenis penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi pada tingkat yang parah dapat menyebabkan penyusutan bobot badan pada domba dan kambing yang terserang. Domba yang mengalami diare ditandai dengan bentuk fesesnya yang encer. Pengobatan yang dilakukan oleh peternakan milik Bapak Sarno apabila domba dan kambing terkena penyakit ini adalah memberi antibiotik dan vitamin. ii) Kudis Kudis disebabkan oleh tungau (Sarcoptes scabei). Gejala yang muncul adalah rasa gatal pada kulit domba dan kambing sehingga domba selalu gelisah. Kulit domba dan kambing berubah menjadi kemerahan dan menebal. Pada tingkat yang parah, luka tersebut akan meninggalkan bekas dan bulu di sekitarnya rontok. Kudis dapat menular lewat sentuhan langsung, kandang, maupun lewat air minum. Kandang bekas domba dan kambing lama yang terserang kudis akan menyebabkan serangan kudis pada domba dan kambing baru yang dimasukkan pada kandang tersebut. Pada peternakan Bapak Sarno penyakit kudis lebih sering terjadi pada ternak kambing dibandingkan dengan ternak domba. Untuk menangani penyakit ini maka pengobatan yang dilakukan peternakan Bapak Sarno adalah memisahkan ternak yang sakit dengan ternak lainnya, pemberian antibiotik dan pencukuran bulu domba. 69
iii) Orf Domba dan kambing yang terkena orf ditandai dengan adanya luka di sekitar mulut domba ataupun kambing. Akibat dari serangan ini, nafsu makan domba dan kambing menurun. Penyakit ini mudah menular, ternak yang terserang biasanya adalah ternak yang stress. Untuk mencegah penyakit ini peternakan milik Bapak Sarno melakukan pengurangan tingkat stress dengan memberi vitamin pada bakalan domba dan kambing yang baru datang. iv) Kembung Kembung merupakan jenis penyakit yang sering dialami oleh domba dan kambing yang diberi pakan rumput. Rumen domba dan kambing dipenuhi oleh gas yang terjebak dan tidak dapat keluar. Gejala yang muncul ketika domba dan kambing mengalami kembung adalah membesarnya lambung sebelah kiri. Untuk menghindarinya, peternakan milik Bapak Sarno menghindari pemberian rumput yang masih basah oleh embun pagi.
Berdasarkan aspek teknis usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dijalankan karena sesuai dengan kriteria kelayakan usaha yaitu aspek teknis tersebut dapat dibangun dan dijalankan dengan baik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator seperti pemilihan lokasi yang sesuai dengan sarana dan prasarana yang memadai, dekat dengan sumber mata air, melimpahnya rumput sebagai kebutuhan pokok ternak di daerah sekitar peternakan. Letak kandang yang baik walaupun kandang lama belum memiliki perbedaan antara kandang domba dan kambing, akan tetapi pada kandang baru telah dilaksanakan. Kandang digunakan secara optimal sehingga proses penggemukan dilakukan dengan lancar, hal ini terlihat dari layout kandang. Proses penggemukan dilakukan dengan baik mulai dari bakalan tiba di kandang dilakukan perlakuan seperti mencukur bulu, memandikan, memberi obat-obatan, memberi pakan dan minum, merawat kebersihan kandang hingga ternak domba dan kambing dijual ke konsumen. Selain itu dilakukan tindakan yang cepat terhadap penanganan penyakit pada domba dan kambing sehingga tidak ada domba dan kambing yang mengalami kematian dan usaha tersebut tidak mengalami kerugian akibat adanya penyakit tersebut. 70
6.3 Aspek Manajemen Aspek manajemen yang dianalisis pada usaha penggemukan domba dan kambing ini menyangkut masalah sumberdaya manusia dan struktur organisasi yang ada. Aspek manajemen merupakan aspek yang penting dianalisis karena suatu usaha tanpa didukung dengan manajemen yang baik maka kemungkinan akan mengalami kegagalan.
6.3.1 Struktur Organisasi dan Job Description Usaha penggemukan domba dan kambing ini memiliki struktur organisasi yang sederhana yaitu dipimpin oleh pemilik sendiri, yang mengatur, membuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam menjalankan usaha. Usaha ini memiliki lima orang karyawan tetap yang merupakan masyarakat sekitar Desa Citapen. Pada saat pengembangan tidak ada penambahan karyawan karena pekerjaan yang dilakukan tidak membutuhkan waktu yang padat. Struktur organisasi pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno sebagai berikut:
KETUA
Bagian Pengadaan Pakan Ternak
Bagian Pemeliharaan Ternak
Bagian Pemasaran
Karyawan
Gambar 8. Struktur Organisasi Usaha Milik Bapak Sarno
Sistem manajemen yang dimiliki oleh peternakan milik Bapak Sarno belum sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini terlihat dari pekerjaan yang 71
dilakukan bagian yang satu dikerjakan dengan bagian lainnya dan ada yang karyawan melakukan pekerjaan ganda. Secara umum job description yang ada pada usaha penggemukan domba dan kambing sebagai berikut: 1)
Ketua Ketua pada usaha penggemukan domba dan kambing pada usaha ini adalah pemilik sendiri yaitu Bapak Sarno. Ketua memiliki tugas sebagai pengambil keputusan seperti pembelian bakalan, penjualan dan penetapan harga. Selain itu ketua juga mengontrol setiap hari kegiatan peternakan, mencari area pemasaran dan terkadang ikut serta dalam proses produksi.
2)
Bagian Pengadaan Pakan Ternak Bagian pengadaan pakan ternak memiliki tugas mencari pakan ternak berupa pakan hijauan dan konsentrat. Hal ini dilakukan setiap hari karena setiap harinya domba maupun kambing membutuhkan makanan. Selain itu bagian pengadaaan pakan juga ikut dalam proses pemberian pakan di kandang.
3)
Bagian pemasaran Bagian pemasaran memiliki tugas mencari area pemasaran seperti mencari bakalan domba dan kambing serta mengantarkan ternak pesanan kepada konsumen. Bagian pemasaran juga ikut serta dalam hal pemeliharaan ternak seperti kebersihan ternak.
4)
Bagian produksi Tugas bagian produksi adalah memberikan makan dan minum kepada ternak domba dan kambing setiap harinya. Memperhatikan kesehatan domba dan kambing. Memberikan obat dan vitamin kepada ternak yang terkena penyakit.
5)
Karyawan Karyawan memiliki tugas membantu kegiatan pemeliharaan ternak domba dan kambing seperti memberikan makan dan minum kepada ternak serta membersihkan kandang dari kotoran dan dari sisa pakan.
72
6.3.2 Sistem Gaji dan Insentif Sistem gaji yang dilakukan oleh usaha penggemukan milik Bapak Sarno adalah sama antara satu karyawan dengan karyawan lainnya. Hal ini dilakukan karena pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan tersebut hampir sama, yaitu antara satu karyawan dengan karyawan lainnya ada yang mengerjakan pekerjaan yang sama, gaji diberikan pada karyawan setiap akhir bulan. Pada kondisi pengembangan jumlah karyawan tidak bertambah atau sama dengan pada saat kondisi sebelum pengembangan. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi aktual tenaga kerja tidak digunakan secara maksimal karena pada saat pengembangan jumlah tenaga kerja masih tetap sama dengan pekerjaan yang dilakukan yang lebih banyak. Namun gaji yang diberikan pada karyawan saat kondisi sebelum pengembangan berbeda dengan gaji yang diberikan pada saat kondisi pengembangan karena pekerjaan yang dilakukan juga semakin banyak. Insentif diberikan pada saat jumlah penggemukan domba dan kambing banyak seperti saat Hari Raya Idul Adha. Selain itu insentif juga diberikan pada saat Hari Raya Idul Fitri dan tahun baru. Pada hasil analisis aspek manajemen, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dijalankan karena sesuai dengan kriteria kelayakan usaha. Indikator kelayakan usaha pada aspek manajemen telah dilakukan seperti struktur organisasi, walaupun belum baku dan masih sederhana akan tetapi job description sudah jelas sehingga memudahkan setiap individu untuk bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
6.4 Aspek Hukum Pada aspek hukum hal yang dianalisis adalah bentuk badan hukum usaha yang dijalankan serta ijin yang diperoleh usaha penggemukan domba dan kambing Bapak Sarno. Ijin usaha yang didapatkan oleh usaha ini yaitu ijin dari Desa Citapen dan ijin dari Dinas Peternakan dari Kabupaten Bogor. Sedangkan bentuk badan usaha peternakan ini adalah usaha perorangan karena usaha ini dijalankan sendiri oleh Bapak Sarno dan belum memiliki badan usaha secara legal, selain itu usaha ini juga belum memiliki nama usaha.
73
Berdasarkan aspek hukum usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dijalankan. Kriteria kelayakan usaha aspek nonfinansial berdasarkan aspek hukum adalah bentuk badan usaha yang akan digunakan yang berkaitan dengan kekuatan hukum serta melihat adanya jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman ke lembaga keuangan seperti bank. Walaupun usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno belum memiliki nama, namun usaha ini telah memiliki surat ijin usaha dari masyarakat
sekitar
dan
Dinas
Peternakan
Kabupaten
Bogor
sehingga
mempermudah pemilik dalam menjalankan usahanya serta mempermudah pengajuan modal seperti pengajuan kredit modal usaha kepada bank maupun investor jika diperlukan.
6.5 Aspek Sosial Ekonomi Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno memberikan pengaruh pada masyarakat di sekitar Desa Citapen. Hal ini terlihat dari karyawan yang direkrut oleh pemilik berasal dari masyarakat setempat sehingga ada penyerapan tenaga kerja. Selain itu dengan adanya usaha tersebut maka secara tidak langsung usaha ini mampu mengurangi jumlah pengangguran di Desa Citapen dan menambah mata pencaharian bagi masyarakat yang tidak mendapatkan pekerjaan (pengangguran). Bagi pihak lain dapat dimanfatkan sebagai sumber penghasilan tambahan seperti pakan berupa konsentrat yang didapat dengan membeli dari masyarakat yaitu petani di lingkungan sekitar. Para petani juga diuntungkan dengan adanya usaha ini karena para petani dapat memperoleh pupuk kandang berupa kotoran ternak dengan mudah dan harga yang terjangkau. Pada aspek sosial ekonomi usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dijalankan. Kriteria kelayakan usaha yang dilihat adalah seberapa besar usaha tersebut mempunyai dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dengan adanya usaha tersebut dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat dan dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Masyarakat diuntungkan karena 74
adanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar yang tidak memiliki pekerjaan sehingga usaha tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.
6.6 Aspek Lingkungan Dampak yang ditimbulkan dari usaha penggemukan domba dan kambing adalah bau yang ditimbulkan yang bersumber dari kotoran ternak. Upaya yang dilakukan peternakan Bapak Sarno untuk menangani hal tersebut adalah dengan melakukan pengelolaan limbah ternak dengan cara pembersihan kandang secara teratur. Sedangkan kotoran ternak dijual kepada petani sekitar sebagai pupuk kandang. Penanganan yang dilakukan dengan menampung kotoran ternak tersebut dan dimasukan kedalam karung yang nantinya dibeli oleh petani sekitar yang memiliki lahan pertanian dan membutuhkan pupuk kandang untuk tanamannya. Kotoran ternak tersebut selalu habis terjual karena para petani di wilayah sekitar sangat membutuhkan pupuk kandang. Adanya peternakan domba dan kambing milik Bapak Sarno ini dapat menguntungkan para petani karena disamping pupuk kandang terus tersedia harga yang diberikan juga terjangkau yaitu 5.000 rupiah per karung dengan berat 30 kilogram per karung. Adanya penanganan limbah kotoran domba dan kambing tersebut mengakibatkan tidak adanya pencemaran yang ditimbulkan pada lingkungan sekitar peternakan sehingga masyarakat sekitar tidak merasa terganggu dengan adanya usaha penggemukan domba dan kambing ini. Berdasarkan aspek lingkungan, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dijalankan. Kriteria kelayakan usaha yang dilihat pada usaha penggemukan domba dan kambing adalah bagaimana pengaruh usaha penggemukan domba dan kambing tersebut terhadap lingkungan udara, tanah,air dan sekitarnya. Adanya usaha tersebut menciptakan lingkungan semakin baik karena usaha tersebut tidak mencemari masyarakat dan lingkungan sekitar. Limbah yang ditimbulkan berupa kotoran ternak dijadikan pupuk kandang dan dijual kepada petani sedangkan kotoran lainnya selalu dibersihkan sehingga tidak mencemari dan menimbulkan bau ke lingkungan masyarakat sekitar.
75
VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk melihat sejauh mana kelayakan pelaksanaan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Untuk menganalisis kriteria tersebut digunakan arus kas (cashflow). Selain itu juga akan dilakukan analisis laba rugi. Analisis laba rugi diperhitungkan untuk menghasilkan komponen pajak yang merupakan faktor pengurangan dalam cashflow perusahaan. Setelah diketahui besarnya pajak yang harus dibayarkan, maka dilakukan penyusunan cashflow sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Adapun analisis sensitivitas dengan perhitungan switching value dilakukan untuk mencari batas maksimal suatu perubahan, dimana batas usaha tersebut masih dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Usaha pengggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno merupakan usaha pembesaran ternak dengan umur usaha delapan tahun. Penentuan umur usaha ini dilihat dari umur ekonomis investasi utama yang merupakan asset penting dan berpengaruh terhadap usaha yaitu umur ekonomis bangunan kandang. Bangunan kandang diperkirakan akan banyak melakukan perbaikan setelah umur delapan tahun. Atas dasar tersebut umur usaha disesuaikan dengan umur ekonomis kandang.
7.1 Analisis Kelayakan Usaha Sebelum Pengembangan Sebelum pengembangan usaha, peternakan domba dan kambing milik Bapak Sarno mengusahakan 150 ekor ternak bakalan. Bakalan diperoleh dengan membeli dari peternak domba dan kambing di sekitar Kabupaten Bogor, Jonggol, Cianjur, dan Sukabumi. Harga rata-rata bakalan domba dan kambing 600.000650.000 rupiah per ekor dengan umur ternak kurang dari satu tahun.
7.1.1 Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah usaha. Arus manfaat dari usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno ini adalah penerimaan dari hasil penjualan domba dan kambing, penjualan kotoran domba dan kambing dan nilai sisa dari investasi.
7.1.1.1 Penerimaan Penjualan Domba dan Kambing Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno memperoleh penerimaan utama dari hasil penjualan domba dan kambing yang telah digemukkan selama empat bulan, selama satu tahun terdapat tiga periode penggemukan. Dalam satu periode jumlah bakalan yang digemukkan adalah 150 ekor (75 ekor domba dan 75 ekor kambing). Penjualan domba dan kambing ini merupakan penerimaan utama usaha. Penerimaan penjualan dihitung berdasarkan jumlah ternak dikalikan dengan harga jual ternak per kilogram bobot hidup. Pada tahun pertama, penggemukan domba dan kambing hanya dilakukan dua periode selama setahun. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama pemilik baru memulai usaha sehingga empat bulan pertama merupakan masa persiapan usaha seperti pembangunan kandang sehingga periode pertama tidak melakukan penggemukan domba dan kambing. Dalam satu periode (empat bulan) bakalan yang digemukkan adalah 150 ekor (75 ekor domba dan 75 ekor kambing). Maka jumlah ternak yang digemukkan per tahun pada tahun pertama yang terdiri dari dua periode adalah 300 ekor (150 ekor domba dan 150 ekor kambing). Untuk tahun kedua sampai dengan tahun kedelapan, yang setiap tahunnya memiliki tiga periode jumlah bakalan yang digemukkan adalah sama yaitu 150 ekor tiap periodenya (75 ekor domba dan 75 ekor kambing), dalam satu tahun terdapat tiga periode sehingga dalam satu tahun jumlah ternak yang digemukkan adalah 150 ekor dikali dengan tiga periode yaitu 450 ekor (225 ekor domba dan 225 ekor kambing). Berat rata-rata bobot domba dan kambing hidup yang siap jual adalah 38 kilogram dengan harga jual domba 32.000 per kilogram dan harga kambing 35.000 rupiah per kilogram. (Tabel 11).
77
Tabel 11. Proyeksi Penjualan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Penjualan (Ekor) Domba Kambing 150 150 225 225 225 225 225 225 225 225 225 225 225 225 225 225
Harga Jual/Ekor (Rp) Domba 1.216.000 1.216.000 1.216.000 1.216.000 1.216.000 1.216.000 1.216.000 1.216.000
Penerimaan (Rp)
Kambing 1.330.000 1.330.000 1.330.000 1.330.000 1.330.000 1.330.000 1.330.000 1.330.000
381.900.000 572.850.000 572.850.000 572.850.000 572.850.000 572.850.000 572.850.000 572.850.000
7.1.1.2 Penerimaan Penjualan Kotoran Domba dan Kambing Penerimaan
penjualan
kotoran
domba
dan
kambing
merupakan
penerimaan sampingan yang dapat memberikan keuntungan pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno. Kotoran ternak ini dikemas dengan karung dengan harga jual 5.000 rupiah per karung, dengan berat 30 kilogram per karungnya. Pada tahun pertama jumlah kotoran yang dihasilkan lebih sedikit daripada tahun yang lain atau tahun kedua hingga kedelapan. Hal ini dikarenakan jumlah ternak domba dan kambing yang digemukkan juga sedikit. Pada tahun pertama hanya terdapat dua periode penggemukan sehingga ternak domba dan kambing yang digemukkan adalah 300 ekor (150 ekor domba dan 150 ekor kambing). Dalam satu periode jumlah bakalan yang digemukkan adalah 150 ekor (75 ekor domba dan 75 ekor kambing). Dengan asumsi yaitu setiap ternak menghasilkan kotoran 0,5 kilogram per harinya dan mengalami penyusutan 0,2 kilogram hingga kotoran terjual. Sehingga pada saat penjualan dilakukan, berat kotoran menjadi 0,3 kilogram per ekor per hari. Dalam satu hari jumlah kotoran yang dihasilkan yaitu 150 ekor ternak dikalikan dengan 0,3 kilogram jumlah kotoran yang dihasilkan yaitu 45 kilogram. Maka dalam satu bulan kotoran yang dihasilkan adalah 1.350 kilogram yaitu 45 kilogram per hari dikalikan dengan tiga puluh hari. Dalam empat bulan (satu periode) ternak domba dan kambing menghasilkan kotoran 5.400 kilogram, yaitu 1.350 kilogram per bulan dikalikan dengan empat bulan. Maka dalam satu tahun dengan dua periode, jumlah kotoran yang 78
dihasilkan adalah 5.400 kilogram dikalikan dengan dua periode yaitu 10.800 kilogram. Maka pada tahun pertama dengan dua periode penggemukan, jumlah kotoran yang dihasilkan adalah 10.800 kilogram (360 karung). Pada tahun kedua hingga tahun kedelapan jumlah periode penggemukan per tahun adalah sama yaitu tiga periode pertahunnya, lama satu periode yaitu empat bulan. Dalam satu hari kotoran yang dihasilkan oleh domba dan kambing adalah 45 kilogram. Hal ini diasumsikan dengan jumlah ternak domba dan kambing berjumlah 150 ekor per periodenya. Rata-rata domba dan kambing menghasilkan kotoran 0,5 kilogram per harinya dan mengalami penyusutan 0,2 kilogram hingga kotoran terjual. Sehingga pada saat penjualan dilakukan, berat kotoran menjadi 0,3 kilogram. Dalam satu hari jumlah kotoran yang dihasilkan yaitu 150 ekor ternak dikalikan dengan 0,3 kilogram per ekor per hari maka jumlah kotoran yang dihasilkan yaitu 45 kilogram. Dalam satu bulan kotoran yang dihasilkan adalah 1.350 kilogram yaitu 45 kilogram per hari dikalikan dengan tiga puluh hari. Dalam empat bulan (satu periode) ternak domba dan kambing menghasilkan kotoran 5.400 kilogram, yaitu 1.350 kilogram perbulan dikalikan dengan empat bulan. Maka dalam satu tahun dengan tiga periode setiap tahunnya, jumlah kotoran yang dihasilkan adalah 5.400 kilogram dikalikan dengan tiga periode yaitu 16.200 kilogram (540 karung). Penerimaan penjualan dari kotoran domba dan kambing dapat dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Penerimaan Penjualan Kotoran Domba dan kambing Sebelum Pengembangan Usaha Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Penjualan (Kilogram) 10.800 16.200 16.200 16.200 16.200 16.200 16.200 16.200
Jumlah Karung (30 Kilogram/karung) 360 540 540 540 540 540 540 540
Harga Jual/ Karung (Rp)
Penerimaan (Rp)
5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
1.800.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000 2.700.000
79
7.1.1.3 Nilai Sisa Penerimaan nilai sisa adalah penerimaan yang diperoleh dari sisa modal investasi yang tidak terpakai habis umur ekonomisnya hingga akhir umur usaha. Pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, nilai sisa diperoleh dari investasi yang belum habis pada tahun kedelapan. Investasi yang memberikan nilai sisa pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno adalah tanah, mobil, motor pakan dan timbangan. Pada penelitian ini diperoleh nilai sisa investasi pada akhir tahun ke delapan adalah 40.745.000 rupiah. Perhitungan nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 4.
7.1.2 Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran (outflow) adalah aliran cashflow yang menunjukkan pengurangan kas, akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha baik pada saat awal pendirian maupun saat tahun berjalan. Arus pengeluaran tersebut adalah biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno adalah biaya yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha ataupun pada saat tahun berjalan usaha untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Sedangkan biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses penggemukan berlangsung yang terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
7.1.2.1 Biaya Investasi Biaya investasi pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dikeluarkan pada tahun pertama. Besarnya biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha ini adalah 176.774.000 rupiah. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dapat dilihat pada Tabel 13.
80
Tabel 13. Biaya Investasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha No
Investasi
1 Tanah 2 Perijinan Usaha 3 Kandang 4 Gudang 5 Instalasi Listrik 6 Instalasi Air 7 Mobil 8 Motor Pakan 9 Sabit 10 Garpu Rumput 11 Skop 12 Timbangan TOTAL
Satuan Meter Unit Unit
Unit Unit Unit Unit Unit Unit
Jumlah 300 1 1 1 1 1 1 1 5 3 5 1
Umur Ekonomis (Tahun) 8 8 8 8 8 10 10 2 2 2 10
Harga/Satuan (Rp) 100.000 1.000.000 25.000.000 10.000.000 1.000.000 2.000.000 84.000.000 23.000.000 30.000 8.000 30.000 450.000
Jumlah Biaya (Rp) 30.000.000 1.000.000 25.000.000 10.000.000 1.000.000 2.000.000 84.000.000 23.000.000 150.000 24.000 150.000 450.000 176.774.000
1) Tanah Tanah merupakan hal yang paling utama dibutuhkan dalam investasi usaha penggemukan domba dan kambing. Usaha penggemukan domba dan kambing ini, memiliki luas tanah 300 meter persegi. Harga tanah per meter adalah 100.000 rupiah, sehingga jumlah biaya yang dibutuhkan untuk membeli 300 meter persegi tanah adalah 300 meter persegi dikalikan dengan 100.000 rupiah per meter yaitu 30.000.000 rupiah. Tanah tidak memiliki umur ekonomis usaha, karena nilai tanah semakin hari semakin mahal. Namun dalam penelitian ini diasumsikan nilai tanah sama pada saat pembelian, sehingga pada akhir umur ekonomis usaha tanah masih memiliki nilai sisa yaitu 30.000.000 rupiah.
2) Perijinan Usaha Sebelum usaha penggemukan domba dan kambing dijalankan, usaha ini mengurus ijin usaha untuk memudahkan pelaksanaan usaha. Selain itu untuk memudahkan dalam pengajuan modal kepada pihak investor maupun lembaga keuangan jika melakukan pinjaman. Ijin usaha yang didapatkan yaitu dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor dan ijin dari masyarakat setempat yang diajukan ke Kepala Desa Citapen. Dalam melakukan pengurusan perijinan usaha, usaha ini mengeluarkan biaya sebesar 1.000.000 rupiah. Ijin yang didapatkan ini berlaku selama usaha masih berjalan. 81
3) Kandang Kandang merupakan hal yang paling penting dalam usaha penggemukan domba dan kambing karena kegiatan usaha ini setiap harinya dilakukan di kandang. Bakalan domba dan kambing yang akan digemukkan diletakkan di dalam kandang, mulai dari bakalan dibeli hingga dijual. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk bangunan kandang yaitu 25.000.000 rupiah dengan umur ekonomis yaitu delapan tahun. Penentuan umur ekonomis usaha juga dilihat dari umur ekonomis kandang karena dalam usaha penggemukan domba dan kambing, kandang merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap usaha.
4) Gudang Gudang digunakan untuk penyimpanan kotoran domba dan kambing hingga kotoran tersebut terjual. Gudang dibangun bersamaan dengan dibangunnya kandang. Adanya penyimpanan kotoran di dalam gudang untuk mengurangi bau kotoran tersebut ke lingkungan sekitar. Gudang selalu tertutup rapat sehingga bau yang ditimbulkan tidak mengganggu masyarakat sekitar. Biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan gudang adalah 10.000.000 rupiah. Gudang tersebut memiliki dinding dan lantai yang terbuat dari semen permanen.
5) Instalasi Listrik Usaha penggemukan domba dan kambing membutuhkan listrik untuk keperluan sehari-harinya. Pada malam hari listrik digunakan untuk penerangan di dalam kandang. Biaya yang dikeluarkan pada saat instalasi listrik termasuk pembelian kabel dan lampu yaitu 1.000.000 rupiah.
6) Instalasi Air Air
sangat
dibutuhkan
untuk
kegiatan
sehari-hari
pada
usaha
penggemukan domba dan kambing. Air digunakan untuk minum domba dan kambing, membersihkan kandang, memandikan domba, membersihkan peralatan dan kegiatan lainnya. Untuk mendapatkan air tersebut, usaha ini harus membangun instalasi air seperti pipa-papa penyambungan air, agar air dapat
82
tersalurkan ke lokasi penggemukan. Biaya yang dikeluarkan untuk instalasi air adalah 2.000.000 rupiah.
7) Mobil Mobil digunakan untuk pengangkutan domba dan kambing pada saat pembelian bakalan. Selain itu juga digunakan untuk penjualan yaitu mengantarkan ternak domba dan kambing kepada konsumen yang telah membeli ternak tersebut atau mengantarkan ternak pesanan konsumen. Mobil yang digunakan adalah mobil jenis pickup. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian mobil adalah 84.000.000 rupiah, mobil ini dibeli dengan kondisi yang masih baru.
8) Motor Pakan Motor pakan digunakan dalam kegiatan sehari-hari yaitu untuk pengangkutan pakan ternak berupa pakan hijauan dan pakan konsentrat dari lokasi pembelian pakan menuju lokasi penggemukan. Motor pakan dibeli dengan kondisi masih baru, biaya yang dikeluarkan adalah 23.000.000 rupiah.
9) Sabit Sabit
digunakan
untuk
memotong
pakan
hijauan,
pada
usaha
penggemukan domba dan kambing ini sabit yang dibutuhkan yaitu lima unit dengan harga per unitnya adalah 30.000 rupiah, maka jumlah biaya yang dibutuhkan untuk lima unit sabit yaitu 30.000 per unit dikalikan dengan lima unit yaitu 150.000 rupiah. Sabit ini hanya memiliki umur ekonomis dua tahun sehingga dalam dua tahun sekali sabit ini harus reinvestasi.
10) Garpu rumput Garpu rumput digunakan untuk membersihkan kotoran rumput atau sisa pakan hijauan yang terbuang di dalam kandang. Garpu rumput yang dibutuhkan pada usaha penggemukan domba dan kambing sebelum pengembangan usaha adalah tiga unit dengan harga per unitnya yaitu 8.000 rupiah. Maka biaya yang dikeluarkan untuk pembelian garpu rumput yaitu 8.000 per unit dikalikan dengan tiga unit yaitu 24.000 rupiah. Sama halnya dengan sabit, garpu rumput hanya 83
memiliki umur ekonomis dua tahun sehingga dalam dua tahun sekali garpu rumput juga harus reinvestasi.
11) Skop Skop digunakan untuk membersihkan kotoran domba dan kambing. Skop yang dibutuhkan pada usaha penggemukan domba dan kambing yaitu lima unit dengan harga 30.000 rupiah per unitnya. Maka jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian skop yaitu 30.000 per unit dikalikan dengan lima unit yaitu 150.000 rupiah. Sama halnya dengan sabit dan garpu rumput, skop juga hanya memiliki umur ekonomis dua tahun sehingga dalam dua tahun sekali skop juga harus reinvestasi.
12) Timbangan Dalam melakukan penjualan, untuk mengetahui bobot tubuh ternak domba maupun kambing dilakukan penimbangan. Oleh karena itu timbangan dibutuhkan untuk usaha penggemukan domba dan kambing. Selain untuk menimbang ternak pada saat akan dijual, juga digunakan untuk menimbang pada saat bakalan baru dibeli agar diketahui pertambahan bobot tubuh selama penggemukan. Dalam usaha penggemukan domba dan kambing ini, timbangan yang diperlukan adalah satu unit dengan harga 450.000 rupiah.
7.1.2.2 Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi yang digunakan untuk setiap proses produksi selama kegiatan usaha. Biaya operasional pada kegiatan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno terdiri dari dua komponen utama yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
1) Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno 84
meliputi biaya gaji, listrik, air, telepon, peralatan, transportasi, pajak bumi dan bangunan, pemeliharaan alat dan bangunan. Biaya tetap usaha penggemukan domba dan kambing sebelum pengembangan usaha dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Biaya Tetap Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha No
Uraian
Satuan Jumlah
Gaji : a. Ketua Orang b. Pengadaan Pakan Orang c. Pemasaran Orang d. Pemeliharaan Orang 2. THR: a. Ketua Orang b. Pengadaan Pakan Orang c. Pemasaran Orang d. Pemeliharaan Orang 3. Rekening : a. Listrik b. Telepon 4. Air 5. Karung Bekas Karung 6. Gunting Cukur Unit 7. Ember Unit 8. Pemeliharaan 9. BBM Liter 10. Pajak : a. Mobil b. Motor Pakan c. PBB TOTAL BIAYA TETAP
Biaya/ Bulan (Rp)
Biaya Tahun Pertama (Rp)
Biaya/ Tahun (Rp)
1.
1
1.200.000
9.600.000
14.400.000
2 1 2
700.000 700.000 700.000
11.200.000 5.600.000 11.200.000
16.800.000 8.400.000 16.800.000
1
1.500.000
1.500.000
2 1 2
1.500.000 750.000 1.500.000
1.500.000 750.000 1.500.000
200.000 800.000 1.200.000 72.000 80.000 300.000 4.000.000 9.000.000
300.000 1.200.000 1.800.000 108.000 80.000 300.000 6.000.000 13.500.000
500.000 200.000 20.000 59.222.000
500.000 200.000 20.000 85.658.000
45 4 30 250
25.000 100.000 150.000 9.000
500.000 1.125.000
a) Gaji Gaji yang dikeluarkan dari usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno adalah gaji untuk ketua, pengadaan pakan, pemasaran dan pemeliharaan. Untuk ketua, gaji yang dikeluarkan setiap bulan yaitu 1.200.000 rupiah dan dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 14.400.00 rupiah. Untuk pengadaan pakan jumlah karyawan yang dimiliki terdiri dari dua orang, setiap orang menerima gaji sebesar 700.000 rupiah setiap bulannya 85
sehingga dalam satu tahun biaya yang dikeluarkan adalah 16.800.000 rupiah. Sedangkan untuk bagian pemasaran yaitu satu orang dan bagian pemeliharaan terdiri dari dua orang, setiap orang mendapatkan gaji yang sama setiap bulannya seperti bagian pengadaan pakan yaitu masing-masing menerima gaji 700.000 rupiah. Maka dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk bagian pemasaran adalah 700.000 rupiah dikalikan dengan dua belas bulan yaitu 8.400.000 rupiah. Untuk bagian pemeliharaan yang terdiri dari dua orang, jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 700.000 dikalikan dengan dua belas bulan kemudian dikalikan dengan jumlah karyawan yaitu dua orang, sehingga jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 16.800.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan untuk gaji lebih sedikit dibandingkan dengan tahun kedua hingga kedelapan. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama hanya terdapat dua periode penggemukan, sehingga empat bulan pertama (satu periode) tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk gaji. Pada tahun pertama terdiri dari delapan bulan sehingga gaji yang dikeluarkan untuk ketua yaitu 1.200.000 per bulan dikalikan dengan delapan bulan yaitu 9.600.000 rupiah. Untuk pengadaan pakan jumlah karyawan yang dimiliki terdiri dari dua orang, setiap orang menerima gaji sebesar 700.000 rupiah setiap bulannya sehingga dalam delapan bulan biaya yang dikeluarkan adalah 11.200.000 rupiah. Sedangkan untuk bagian pemasaran yaitu satu orang dan bagian pemeliharaan terdiri dari dua orang, setiap orang mendapatkan gaji yang sama setiap bulannya seperti bagian pengadaan pakan yaitu masing-masing menerima gaji 700.000 rupiah. Maka dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk bagian pemasaran adalah 700.000 rupiah dikalikan dengan delapan bulan yaitu 5.600.00 rupiah. Untuk bagian pemeliharaan yang terdiri dari dua orang, jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 700.000 dikali dengan delapan bulan kemudian dikalikan dengan jumlah karyawan yaitu dua orang, sehingga jumlah dana yang dikeluarkan adalah 11.200.000 rupiah per tahun.
b) Tunjangan Hari Raya (THR) Tunjangan Hari Raya (THR) adalah bonus yang diberikan kepada pemilik kepada karyawannya. THR yang didapat karena adanya hari-hari besar seperti 86
Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha dan tahun baru. Tunjangan Hari Raya yang dikeluarkan dari usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno untuk ketua setiap hari besar yaitu 500.000 rupiah, dalam satu tahun terdapat tiga hari besar maka biaya yang dikeluarkan untuk THR ketua adalah 1.500.000 rupiah per tahun. Untuk bagian pengadaan pakan dana yang dikeluarkan adalah 250.000 rupiah per orang setiap hari besarnya, maka setiap tahun biaya yang dikeluarkan untuk THR pengadaan pakan adalah 250.000 rupiah dikalikan dengan tiga hari besar kemudian dikalikan dengan dua orang yaitu 1.500.000 rupiah per tahun. Hal ini sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk THR bagian pemeliharaan. Sedangkan untuk bagian pemasaran biaya yang dikeluarkan adalah 250.000 rupiah per orang untuk setiap hari besarnya, maka setiap tahun biaya yang dikeluarkan untuk THR pengadaan pakan adalah 250.000 rupiah dikalikan dengan tiga hari besar dikalikan satu orang yaitu 750.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama jumlah THR yang diberikan sama dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan. Hal ini diasumsikan pada tahun pertama yang hanya terdiri dari dua periode juga terdapat hari-hari besar seperti tahun kedua hingga tahun kedelapan.
c) Rekening Usaha
penggemukan
domba
dan
kambing
milik
Bapak
Sarno
membutuhkan listrik dan telepon setiap bulannya. Listrik digunakan untuk memberikan penerangan pada kandang domba dan kambing pada malam hari, sedangkan telepon untuk kegiatan pemasaran. Biaya listrik yang dikeluarkan setiap bulan adalah 25.000 rupiah sehingga dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 25.000 rupiah per bulan dikalikan dengan dua belas bulan yaitu 300.000 rupiah per tahun. Untuk telepon biaya yang dikeluarkan setiap bulan adalah 100.000 rupiah, maka dalam satu tahun jumlah yang dikeluarkan adalah 100.000 rupiah per bulan dikalikan dengan dua belas bulan yaitu 1.200.000 rupiah. Pada tahun pertama yang terdiri dari dua periode (delapan bulan), jumlah biaya yang dikeluarkan untuk rekening listrik dan telepon lebih sedikit dibandingkan dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan. Hal ini dikarenakan 87
pada tahun pertama hanya terdiri dari dua periode (delapan bulan). Maka jumlah biaya yang dikeluarkan untuk listrik adalah 25.000 rupiah per bulan dikalikan dengan delapan bulan yaitu 200.000 rupiah. Sedangkan untuk telepon biaya yang dikeluarkan adalah 100.000 rupiah per bulan dikalikan dengan delapan bulan yaitu 800.000 rupiah.
d) Air Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno sangat membutuhkan air. Air dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum ternak, memandikan ternak, membersihkan kandang dan membersihkan peralatan. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk air setiap bulannya adalah 150.000 rupiah sehingga dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 150.000 rupiah per bulan dikalikan dengan dua belas bulan yaitu 1.800.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama yang hanya terdiri dari dua periode (delapan bulan) jumlah biaya yang dikeluarkan untuk air lebih sedikit dibandingkan dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan yaitu 150.000 per bulan dikalikan dengan delapan bulan, maka biaya yang dikeluarkan untuk air pada tahun pertama adalah 1.200.000 rupiah.
e) Peralatan dan Perlengkapan Peralatan yang dibeli setiap tahun adalah gunting cukur dan ember. Peralatan ini diganti setiap tahun. Jumlah gunting cukur setiap tahun ada empat unit dengan harga per unitnya adalah 20.000 rupiah maka biaya yang dikeluarkan untuk gunting cukur setiap tahun adalah 80.000 rupiah. Sedangkan ember yang digunakan setiap tahun ada tiga puluh. Ember digunakan untuk memberikan minum kepada ternak domba dan kambing. Harga setiap ember adalah 10.000 rupiah, biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun adalah 10.000 dikalikan dengan jumlah ember yaitu tiga puluh, maka biaya yang dikeluarkan setiap tahun adalah 300.000 rupiah. Untuk perlengkapan yaitu karung yang digunakan sebagai pengemasan kotoran ternak domba dan kambing, setiap bulannya membutuhkan 45 karung. Harga setiap karungnya adalah 200 rupiah, maka setiap bulannya biaya 88
yang dikeluarkan adalah 9.000 rupiah. Dalam satu tahun biaya yang dikeluarkan untuk pembelian karung adalah 9.000 rupiah dikalikan dengan 12 bulan yaitu 108.000 rupiah. Pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan untuk gunting cukur dan ember adalah sama dengan tahun kedua hingga kedelapan. Namun biaya untuk karung jumlah biaya yang dikeluarkan berbeda karena pada tahun pertama penggemukan hanya dilakukan dalam dua periode (delapan bulan) sehingga jumlah karung yang dibutuhkan untuk pengemasan kotoran juga lebih sedikit. Dalam satu bulan jumlah biaya yang dibutuhkan adalah 9.000 rupiah maka dalam dua periode atau delapan bulan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk karung yaitu 9.000 rupiah dikalikan dengan delapan bulan yaitu 72.000 rupiah.
f) Pemeliharaan Investasi yang ada pada usaha penggemukan domba dan kambing tidak selamanya dalam keadaan baik, seperti kerusakan pada mobil dan motor pakan maupun kerusakan pada kandang ternak domba dan kambing. Oleh karena itu diperlukan biaya untuk pemeliharaan investasi. Biaya yang dikeluarkan setiap bulan untuk pemeliharaan investasi adalah 500.000 rupiah dengan rincian 200.000 rupiah untuk pemeliharaan kandang, 100.000 untuk motor pakan, dan 200.000 rupiah untuk mobil. Dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan investasi adalah 500.000 rupiah dikalikan dengan 12 bulan yaitu 6.000.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan tahun kedua hingga kedelapan. Pada tahun pertama yang hanya terdiri dari dua periode (delapan bulan), jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan adalah 500.000 rupiah per bulan dikalikan dengan delapan bulan yaitu 4.000.000 rupiah.
g) Bahan Bakar Minyak (BBM) Pada kegiatan usaha penggemukan domba dan kambing dibutuhkan BBM untuk transportasi yang digunakan sehari-hari seperti motor pakan untuk mengangkut rumput dan mobil untuk mengangkut ternak domba dan kambing. 89
Jumlah BBM yang dibutuhkan setiap bulan adalah 250 liter, dengan rincian, setiap harinya motor pakan membutuhkan lima liter BBM, dalam satu bulan dibutuhkan 150 liter. Sedangkan untuk mobil yang hanya mengangkut domba dan kambing atau jika ada pembelian bakalan ataupun penjualan ternak, jumlah BBM yang dibutuhkan setiap bulan adalah 100 liter. Harga BBM per liternya adalah 4.500 rupiah, maka jumlah biaya yang dikeluarkan setiap bulan adalah 250 liter dikalikan dengan 4.500 rupiah per liter yaitu 1.125.00 rupiah. Sehingga dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 1.125.000 rupiah dikalikan dengan dua belas bulan yaitu 13.500.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk BBM juga lebih sedikit dibandingkan dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama hanya terdiri dari delapan bulan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk BBM yaitu 1.125.000 rupiah dikalikan dengan delapan bulan yaitu 9.000.000 rupiah.
h) Pajak Pajak yang dibayarkan oleh usaha penggemukan domba dan kambing setiap tahunnya adalah pajak motor pakan, pajak mobil, dan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu kandang dan tanah. Untuk motor pakan jumlah pajak yang dibayarkan setiap tahunnya adalah 200.000 rupiah, mobil 500.000 rupiah dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah 20.000 rupiah. Maka jumlah biaya yang dikeluarkan setiap tahunnya untuk pembayaran pajak adalah 720.000 rupiah. Pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pajak diasumsikan sama dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan yaitu 720.000 rupiah per tahun.
2) Biaya variabel Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya tergantung pada perkembangan produksi atau penjualan. Biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha penggemukan domba dan kambing adalah bakalan domba dan kambing, pakan, konsentrat dan obat-obatan. Rincian Biaya variabel pada usaha penggemukan domba dan kambing sebelum pengembangan usaha dapat dilihat pada Tabel 15. 90
Tabel 15. Biaya Variabel Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan Usaha No
Uraian
Satuan
1 2 3 4
Bakalan Domba Ekor Bakalan Kambing Ekor Rumput Kg Konsentrat : a. Ampas Tahu Kg b. Singkong Kg 5 Obat-obatan : a. Obat Cacing Liter b. Obat Mata Pcs c. Antibiotik Liter d. Vitamin Liter TOTAL BIAYA VARIABEL
Jumlah
Harga (Rp)
Biaya/Tahun (Rp)
225 225 270.000
600.000 650.000 150
135.000.000 146.250.000 40.500.000
Biaya Tahun Pertama (Rp) 90.000.000 97.500.000 27.000.000
27.000 27.000
1.000 1.000
27.000.000 27.000.000
18.000.000 18.000.000
45 90 45 45
45.000 5.000 20.000 35.000
2.025.000 450.000 900.000 1.575.000 380.700.000
1.350.000 300.000 600.000 1.050.000 253.800.000
a) Bakalan Bakalan domba dan kambing merupakan hal utama yang sangat diperlukan untuk usaha penggemukan. Bakalan domba dan kambing diperoleh dari daerah sekitar Bogor hingga Sukabumi. Jumlah bakalan yang digemukkan setiap periodenya adalah 150 ekor (75 ekor domba dan 75 ekor kambing) dengan harga bakalan domba hidup adalah 600.000 per ekor dan harga bakalan kambing hidup adalah 650.000 per ekor. Bakalan yang dibeli yaitu bakalan yang berumur kurang dari satu tahun dengan bobot badan rata-rata 15-20 kilogram. Dalam satu tahun jumlah bakalan yang dibutuhkan adalah 450 ekor (225 ekor domba dan 225 ekor kambing). Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk bakalan domba adalah 225 ekor dikalikan dengan harga bakalan 600.000 rupiah per ekor yaitu 135.000.000 rupiah. Sedangkan untuk kambing biaya yang dikeluarkan adalah 225 ekor dikalikan dengan 650.000 rupiah per ekor yaitu 146.250.000 rupiah. Maka biaya yang dikeluarkan untuk membeli bakalan domba dan kambing setiap tahunnya adalah 281.250.000 rupiah. Pada tahun pertama jumlah ternak yang digemukkan lebih sedikit oleh karena itu biaya yang dikeluarkan juga lebih sedikit. Hal ini dikarenakan penggemukan yang dilakukan hanya dua periode penggemukan atau delapan bulan. Untuk periode pertama tidak ada penggemukan karena empat bulan pertama merupakan masa persiapan usaha seperti pembangunan kandang. Bakalan yang digemukkan pada tahun pertama adalah 150 ekor tiap periodenya (75 ekor 91
domba dan 75 ekor kambing). Maka jumlah bakalan yang digemukkan pada tahun pertama yang terdiri dari dua periode yaitu 150 ekor per periode dikalikan dengan dua periode yaitu 300 ekor (150 ekor domba dan 150 ekor kambing). Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk bakalan domba adalah 150 ekor dikalikan dengan harga bakalan 600.000 rupiah per ekor yaitu 90.000.000 rupiah. Sedangkan untuk kambing biaya yang dikeluarkan adalah 150 ekor dikalikan dengan 650.000 rupiah per ekor yaitu 97.500.000 rupiah.
b) Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak domba dan kambing terdiri dari dua macam yaitu pakan hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan yang diberikan untuk ternak adalah lima kilogram per hari dengan harga 150 rupiah per kilogram. Dalam satu hari pakan hijauan yang dibutuhkan adalah 150 ekor ternak dikalikan dengan lima kilogram yaitu 750 kilogram. Untuk satu bulan pakan yang dibutuhkan adalah 750 kilogram dikalikan dengan 30 hari yaitu 22.500 kilogram maka biaya yang dibutuhkan dalam satu bulan untuk pakan hijauan yaitu 22.500 kilogram dikalikan dengan 150 rupiah yaitu 3.375.000 rupiah. Dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pakan hijauan adalah 3.375.000 dikalikan dengan 12 bulan yaitu 40.500.000 rupiah. Pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pakan lebih sedikit karena periode penggemukan hanya terdapat dua periode (delapan bulan). Dengan asumsi yang sama dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan. Pakan hijauan yang diberikan untuk ternak adalah lima kilogram per hari dengan harga 150 rupiah per kilogram. Dalam satu hari pakan hijauan yang dibutuhkan adalah 150 ekor ternak dikalikan dengan lima kilogram yaitu 750 kilogram. Untuk satu bulan pakan yang dibutuhkan adalah 750 kilogram dikalikan dengan 30 hari yaitu 22.500 kilogram maka biaya yang dibutuhkan dalam satu bulan untuk pakan hijauan yaitu 22.500 kilogram dikalikan dengan 150 rupiah yaitu 3.375.000 rupiah. Dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pakan hijauan adalah 3.375.000 dikalikan dengan delapan bulan yaitu 27.000.000 rupiah. Untuk pakan konsentrat, pakan terdiri dari ampas tahu yang dibeli dari pabrik tahu sekitar Bogor sedangkan singkong dibeli dari petani sekitar. Harga 92
ampas tahu dan singkong adalah 1.000 rupiah per kilogram, setiap ternak diberikan ampas tahu 0,5 kilogram dan singkong 0,5 kilogram. Dalam satu hari jumlah pakan ampas tahu yang diberikan adalah 0,5 kilogram dikalikan dengan jumlah ternak 150 ekor yaitu 75 kilogram per hari. Sama halnya dengan singkong jumlah yang dibutuhkan adalah 0,5 kilogram dikalikan dengan jumlah ternak 150 ekor yaitu 75 kilogram per hari. Untuk satu bulan jumlah pakan yang dibutuhkan adalah 150 kilogram konsentrat per hari (75 kilogram ampas tahu dan 75 kilogram singkong) dikalikan dengan 30 hari yaitu 4.500 kilogram. Untuk satu periode jumlah ampas tahu dan singkong yang dibutuhkan adalah 4.500 kilogram dikali dengan empat bulan yaitu 18.000 kilogram. Maka jumlah ampas tahu dan singkong yang dibutuhkan dalam satu tahun yang terdiri dari tiga periode adalah tiga periode dikalikan 18.000 yaitu 54.000 kilogram (27.000 kilogram ampas tahu dan 27.000 kilogram singkong). Biaya yang dikeluarkan untuk ampas tahu adalah 27.000 kilogram dikalikan dengan 1.000 rupiah per kilogram yaitu 27.000.000 rupiah. Sama halnya juga dengan singkong, biaya yang dikeluarkan adalah 27.000 dikalikan dengan 1.000 rupiah per kilogram yaitu 27.000.000 rupiah. Pada tahun pertama pakan konsentrat yang dibutuhkan lebih sedikit karena hanya terdapat dua periode penggemukan. Dengan asumsi yang sama dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan namun dengan jumlah periode yang berbeda. Untuk satu periode jumlah ampas tahu dan singkong yang dibutuhkan adalah 4.500 kilogram dikali dengan empat bulan yaitu 18.000 kilogram. Maka jumlah ampas tahu dan singkong yang dibutuhkan dalam satu tahun yang terdiri dari dua periode adalah dua periode dikalikan 18.000 kilogram yaitu 36.000 kilogram (18.000 kilogram ampas tahu dan 18.000 kilogram singkong). Biaya yang dikeluarkan untuk ampas tahu adalah 18.000 kilogram dikalikan dengan 1.000 rupiah per kilogram yaitu 18.000.000 rupiah. Sama halnya juga dengan singkong, biaya yang dikeluarkan adalah 18.000 kilogram dikalikan dengan 1.000 rupiah per kilogram yaitu 18.000.000 rupiah.
c) Obat-Obatan Dalam usaha penggemukan domba dan kambing obat-obatan sangat dibutuhkan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit pada ternak. Obat-obatan 93
yang digunakan pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno adalah obat cacing, obat mata, antibiotik dan vitamin. Obat cacing, vitamin dan antibiotik diberikan pada ternak domba dan kambing pada beberapa hari setelah ternak tiba di kandang. Obat cacing, vitamin, dan antibiotik yang diberikan pada ternak masing-masing adalah 100 mililiter per ekor. Sedangkan obat mata digunakan untuk ternak yang terkena penyakit mata. Dalam satu tahun jumlah obat cacing yang dibutuhkan adalah 45 liter dengan harga 45.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 2.025.000 rupiah. Vitamin yang dibutuhkan adalah 45 liter dengan harga 35.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 1.575.000 rupiah. Antibiotik yang dibutuhkan adalah 45 liter dengan harga 20.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 900.000 rupiah. Sedangkan untuk obat mata jumlah yang dibutuhkan per tahun adalah 90 pieces (pcs) dengan harga 5.000 rupiah per pieces, maka biaya yang dikeluarkan adalah 450.000 rupiah. Pada tahun pertama jumlah obat-obatan yang dibutuhkan juga lebih sedikit karena ternak yang digemukkan juga lebih sedikit. Dalam satu tahun jumlah obat cacing yang dibutuhkan adalah 30 liter dengan harga 45.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 1.350.000 rupiah. Vitamin yang dibutuhkan adalah 30 liter dengan harga 35.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 1.050.000 rupiah. Antibiotik yang dibutuhkan adalah 30 liter dengan harga 20.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 600.000 rupiah. Sedangkan untuk obat mata jumlah yang dibutuhkan per tahun adalah 60 buah dengan harga 5.000 rupiah per pieces, maka biaya yang dikeluarkan adalah 300.000 rupiah.
7.1.3 Analisis Laba Rugi Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan laba usaha yang dihasilkan setiap tahunnya selama umur usaha. Perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang akan berpengaruh juga terhadap cashflow. Adanya laporan laba rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh usaha. Perhitungan laba rugi per tahun digunakan untuk melihat pendapatan bersih setelah dikurangi nilai bunga dan pajak. Pada kondisi aktual yaitu kondisi sebelum pengembangan usaha penggemukan domba dan kambing tidak 94
melakukan pinjaman ke lembaga keuangan. Sedangkan hitungan pajak pendapatan yang digunakan adalah berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a yaitu pajak pendapatan 25 persen. Rincian perhitungan penyusutan investasi usaha penggemukan domba dan kambing sebelum pengembangan usaha dapat dilihat pada Tabel 16. Pada penyusunan laporan Laba Rugi terdapat komponen biaya penyusutan yang diperoleh dari perhitungan nilai investasi. Rumus yang digunakan pada perhitungan biaya penyusutan adalah dengan menggunakan metode perhitungan garis lurus yaitu: Penyusutan per Tahun = Nilai Beli – Nilai Sisa Umur Pakai
Tabel 16. Biaya Penyusutan Investasi pada Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Sebelum Pengembangan No
Investasi
1
Tanah
2
Perizinan Usaha
3
Nilai Beli (Rp)
Umur Ekonomis (tahun)
30.000.000
Nilai sisa (Rp)
Penyusutan/tahun (Rp)
30.000.000
1.000.000
8
125.000
Kandang
25.000.000
8
3.125.000
4
Gudang
10.000.000
8
1.250.000
5
Instalasi Listrik
1.000.000
8
125.000
6
Instalasi Air
2.000.000
8
250.000
7 8 9
Mobil Motor Pakan Sabit
84.000.000 23.000.000 150.000
10 10 2
10
Garpu Rumput
24.000
2
12.000
11
Skop
150.000
2
75.000
12
Timbangan
450.000
10
TOTAL
176.774.000
8.400.000 2.300.000
7.560.000 2.070.000 75.000
45.000
40.500
40.745.000
14.707.500
Perhitungan laba rugi usaha dimulai dengan mengurangi jumlah seluruh penerimaan dengan total biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya. Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai penerimaan sebelum bunga dan pajak (EBIT) atau laba kotor yang kemudian dikurangi dengan biaya bunga sehingga didapatkan penerimaan sebelum pajak atau laba bersih sebelum pajak (EBT). 95
Sebagai langkah akhir, dilakukan pengurangan terhadap EBT dengan pajak penghasilan untuk setiap EBT yang bernilai positif atau memperoleh keuntungan. Dengan demikian didapatkan nilai penerimaan setelah pajak atau laba rugi bersih usaha. Perhitungan laba rugi usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dapat dilihat pada Lampiran 5.
7.1.4 Manfaat Bersih (Net Benefit) Manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh pada kondisi sebelum pengembangan usaha diperoleh dari total inflow dikurangi dengan total outflow. Pada tahun pertama jumlah manfaat bersih yang diperoleh bernilai negatif yaitu (120.088.625) rupiah. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan untuk investasi cukup besar sehingga pendapatan (inflow) yang diperoleh tidak mampu mencukupi total pengeluaran (outflow). Sedangkan pada tahun kedua dan berikutnya jumlah manfaat bersih yang diperoleh bernilai positif yaitu 85.570.875 rupiah. Perhitungan manfaat bersih (net benefit) secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 6.
7.2 Analisis Kelayakan Usaha Setelah Pengembangan Pada kondisi pengembanga dilakukan pengembangan usaha dengan penambahan kapasitas kandang dan jumlah ternak. Penambahan ternak yang dilakukan berjumlah 120 ekor yaitu 60 ekor domba dan 60 ekor kambing dengan membangun satu kandang batere baru. Untuk memenuhi kebutuhan usaha penggemukan domba dan kambing ditambah beberapa investasi baru.
7.2.1 Arus Penerimaan (Inflow) Pada kondisi pengembangan, penerimaan diperoleh dari modal pinjaman, penjualan domba dan kambing, kotoran domba dan kambing, dan nilai sisa investasi. Pada kondisi pengembangan jumlah ternak yang dihasilkan per tahunnya adalah 360 ekor (180 ekor domba dan 180 ekor kambing) ditambah dengan kondisi sebelum pengembangan yaitu 450 ekor ternak (225 ekor domba dan 225 ekor kambing). 96
7.2.1.1 Modal Pinjaman Pada pendirian usaha penggemukan domba dan kambing, usaha penggemukan ini menggunakan modal yang berasal dari keuangan pribadi. Jumlah modal yang dikeluarkan pada saat sebelum pengembangan adalah 176.774.000 rupiah sesuai dengan biaya investasi yang dikeluarkan. Sedangkan pada kondisi pengembangan, modal yang dikeluarkan adalah 399.874.000 rupiah dan 150.000.000 rupiah dari pinjaman. Pinjaman tersebut diperoleh dari Bank Mandiri.
7.2.1.2 Penerimaan Penjualan Domba dan Kambing Usaha penggemukan domba dan kambing pada kondisi pengembangan masih menjual produk yang sama seperti kondisi sebelum pengembangan yaitu berupa domba dan kambing hidup. Perbedaan kedua kondisi tersebut adalah jumlah ternak yang digemukkan. Pada kondisi sebelum pengembangan jumlah ternak yang digemukkan per tahun adalah 450 ekor (225 ekor kambing dan 225 ekor domba). Pada saat pengembangan, ternak pada kondisi awal ditambahkan dengan ternak pada kondisi pengembangan. Pada tahun pertama, penggemukan domba dan kambing hanya dilakukan dua periode selama setahun. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama pemilik baru mengembangkan usaha, sehingga empat bulan pertama merupakan masa persiapan usaha seperti pembangunan kandang baru sehingga periode pertama tidak dilakukan penggemukan domba dan kambing. Dalam satu periode (empat bulan) bakalan yang digemukkan adalah 270 ekor (135 ekor domba dan 135 ekor kambing). Maka jumlah ternak yang digemukkan per tahun pada tahun pertama yang terdiri dari dua periode adalah 540 ekor (270 ekor domba dan 270ekor kambing). Pada tahun kedua hingga tahun kedelapan, pada kondisi pengembangan ternak yang digemukkan adalah 270 ekor setiap periodenya dengan jumlah domba 135 ekor dan jumlah kambing 135 ekor. Dalam satu tahun terdapat tiga periode sehingga dalam satu tahun jumlah ternak yang digemukkan adalah 810 ekor (405 ekor domba dan 405 ekor kambing). Berat rata-rata bobot domba dan kambing hidup yang siap jual adalah 38 kilogram dengan harga jual domba 32.000 per 97
kilogram dan harga kambing 35.000 rupiah per kilogram. Dengan kata lain harga ternak domba hidup adalah 1.216.000 rupiah per ekor dan harga ternak kambing 1.330.000 rupiah per ekor. Total penjualan usaha penggemukan domba dan kambing dengan pengembangan dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Proyeksi Penjualan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Penjualan (Ekor) Domba Kambing 270 270 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405 405
Harga Jual/Ekor (Rp) Domba 1.216.000 1.216.000 1.216.000 1.216.000 1.216.000 1.216.000 1.216.000 1.216.000
Penerimaan (Rp)
Kambing 1.330.000 1.330.000 1.330.000 1.330.000 1.330.000 1.330.000 1.330.000 1.330.000
687.420.000 1.031.130.000 1.031.130.000 1.031.130.000 1.031.130.000 1.031.130.000 1.031.130.000 1.031.130.000
7.2.1.3 Penerimaan Penjualan Kotoran domba dan Kambing Pada kondisi pengembangan, usaha penggemukan domba dan kambing ini menambah jumlah ternak domba dan kambing. Semakin banyak jumlah ternak yang ditambah maka jumlah kotoran ternak juga akan bertambah. Harga kotoran ternak domba dan kambing juga sama dengan harga sebelum pengembangan yaitu 5.000 rupiah per karung. Sebelum pengembangan jumlah kotoran yang dihasilkan dari limbah ternak domba dan kambing adalah 27.000 kilogram per tahunnya. Pada kondisi pengembangan jumlah kotoran yang dihasilkan semakin bertambah. Dalam satu hari kotoran yang dihasilkan oleh domba dan kambing adalah 81 kilogram. Hal ini diasumsikan dengan jumlah ternak domba dan kambing berjumlah 270 ekor per periodenya. Rata-rata domba dan kambing menghasilkan kotoran 0,5 kilogram tiap harinya dan mengalami penyusutan 0,2 kilogram sehingga pada saat dijual berat kotoran yang dihasilkan tiap ekor domba adalah 0,3 kilogram. Dalam satu hari jumlah kotoran yang dihasilkan yaitu 270 ekor ternak dikalikan dengan 0,3 kilogram per ekor jumlah kotoran yang dihasilkan yaitu 81 kilogram. Maka dalam satu bulan kotoran yang dihasilkan adalah 2.430 kilogram yaitu 81 kilogram per hari dikalikan dengan tiga puluh 98
hari. Dalam 120 hari atau empat bulan ternak domba dan kambing menghasilkan kotoran 9.720 kilogram. Maka dalam satu tahun dengan tiga periode setiap tahunnya, jumlah kotoran yang dihasilkan adalah 9.720 kilogram dikalikan dengan tiga periode yaitu 29.160 kilogram (972 karung). Pada tahun pertama jumlah kotoran yang dihasilkan lebih sedikit daripada tahun kedua hingga tahun kedelapan. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama hanya terdapat dua periode penggemukan (delapan bulan) oleh karena itu jumlah ternak domba dan kambing yang digemukkan juga lebih sedikit. Dalam satu hari jumlah kotoran yang dihasilkan yaitu 270 ekor ternak dikalikan dengan 0,3 kilogram jumlah kotoran yang dihasilkan per ekor yaitu 81 kilogram. Maka dalam satu bulan kotoran yang dihasilkan adalah 2.430 kilogram yaitu 81 kilogram per hari dikalikan dengan tiga puluh hari. Dalam 120 hari atau empat bulan ternak domba dan kambing menghasilkan kotoran 9.720 kilogram. Maka dalam satu tahun dengan dua periode setiap tahunnya, jumlah kotoran yang dihasilkan adalah 9.720 dikalikan dengan dua periode yaitu 19.440 kilogram (648 karung). Penerimaan penjualan dari kotoran domba dan kambing dapat dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Penerimaan Penjualan Kotoran Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Penjualan (Kilogram) 19.440 48.600 48.600 48.600 48.600 48.600 48.600 48.600
Jumlah Karung (30 Kilogram/karung) 648 972 972 972 972 972 972 972
Harga Jual/ Karung (Rp) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Penerimaan (Rp) 3.240.000 4.860.000 4.860.000 4.860.000 4.860.000 4.860.000 4.860.000 4.860.000
7.2.1.4 Nilai Sisa Penerimaan nilai sisa adalah penerimaan yang diperoleh dari sisa modal investasi yang tidak terpakai habis selama umur usaha. Pada pengembangan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, nilai sisa diperoleh dari 99
investasi pada akhir tahun kedelapan yaitu sebesar 164.745.000 rupiah. Rincian nilai sisa untuk investasi dengan pengembangan usaha dapat dilihat pada Lampiran 7.
7.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran pada kondisi pengembangan sama dengan kondisi awal yang terdiri dari dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya operasional yang terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
7.2.2.1 Biaya Investasi Pada kondisi pengembangan, usaha penggemukan domba dan kambing ini melakukan beberapa investasi baru yaitu tanah, kandang, motor pakan, instalasi air dan instalasi listrik. Sama halnya juga dengan kondisi sebelum pengembangan, untuk beberapa alat usaha tersebut mengeluarkan biaya reinvestasi. Biaya investasi yang akan dikeluarkan oleh usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 179. Biaya Investasi Usaha Penggemukan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha No 1 2 3 4 5 6 7
Investasi
Tanah Tanah (Baru) Perizinan Usaha Kandang Kandang(Baru) Gudang Instalasi Listrik Instalasi 8 Listrik(Baru) 9 Instalasi Air Instalasi Air 10 (Baru) 11 Mobil 12 Motor Pakan Motor Pakan 13 (Baru) 14 Sabit 15 Garpu Rumput 16 Skop 17 Timbangan TOTAL
300 800 1 1 1 1 1
Umur Ekonomis (Tahun) 8 8 8 8 8 8 8
1 1
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
Satuan Meter Meter Unit Unit Unit
Jumlah
Harga/Satuan (Rp)
Jumlah Biaya (Rp)
100.000 150.000 1.000.000 25.000.000 60.000.000 10.000.000 1.000.000
30.000.000 120.000.000 1.000.000 25.000.000 60.000.000 10.000.000 1.000.000
8 8
600.000 2.000.000
600.000 2.000.000
1 1
8 10 10
2.500.000 84.000.000 23.000.000
2.500.000 84.000.000 23.000.000
1 5 3 5 1
10 2 2 2 10
40.000.000 30.000 8.000 30.000 450.000
40.000.000 150.000 24.000 150.000 450.000 399.874.000
100
1) Tanah Tanah merupakan hal yang paling utama dibutuhkan dalam investasi usaha penggemukan domba dan kambing. Sebelum pengembangan usaha, usaha penggemukan domba dan kambing ini memiliki luas tanah 300 meter persegi. Harga tanah per meter adalah 100.000 rupiah, sehingga jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membeli 300 meter persegi tanah adalah 300 meter persegi dikalikan dengan 100.000 rupiah per meter yaitu 30.000.000 rupiah. pada saat pengembangan pemilik melakukan pembelian tanah dengan harga 150.000 rupiah per meter persegi. Maka biaya yang dikeluarkan untuk pembelian tanah adalah 150.000 rupiah dikalikan dengan 800 meter persegi yaitu 120.000.000. Tanah tidak memiliki umur ekonomis usaha, karena nilai tanah semakin hari semakin mahal. Sama halnya dengan sebelum pengembangan usaha, diasumsikan nilai tanah sama pada saat pembelian, sehingga pada akhir umur ekonomis usaha, tanah masih memiliki nilai sisa yaitu 120.000.000 rupiah.
2) Perijinan Usaha Ijin usaha yang didapatkan yaitu dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor dan ijin dari masyarakat setempat yang diajukan kepada Kepala Desa Citapen. Dalam melakukan pengurusan perijinan usaha, usaha ini mengeluarkan biaya sebesar 1.000.000 rupiah. Ijin yang didapatkan ini berlaku selama usaha masih berjalan sehingga pada saat pengembangan usaha pemilik tidak mengeluarkan biaya lagi untuk mengurus perijinan usaha.
3) Kandang Pada pengembangan usaha dibangun kandang baru untuk penggemukan domba dan kambing. Hal ini dikarenakan adanya penambahan jumlah bakalan yang akan digemukkan sehingga kapasitas kandang lama tidak mencukupi. Pada saat pembangunan kandang lama, biaya yang dikeluarkan adalah 25.000.000 rupiah sedangkan pada pembangunan kandang baru jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 60.000.000 rupiah.
101
4) Gudang Gudang digunakan untuk meyimpan kotoran domba dan kambing hingga kotoran tersebut terjual. Gudang dibangun bersamaan dengan dibangunnya kandang. Biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan gudang adalah 10.000.000 rupiah. Pada saat pengembangan usaha tidak ada pembangunan gudang baru maupun perluasan gudang, sehingga tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan gudang pada saat kondisi pengembangan.
5) Instalasi Listrik Usaha penggemukan domba dan kambing membutuhkan listrik untuk keperluan sehari-harinya. Pada malam hari listrik digunakan untuk penerangan di dalam kandang. Biaya yang dikeluarkan pada saat instalasi listrik, pembelian kabel dan lampu pada kondisi sebelum pengembangan adalah 1.000.000 rupiah sedangkan pada pengembangan usaha biaya yang dikeluarkan adalah 600.000 rupiah.
6) Instalasi Air Air
sangat
dibutuhkan
untuk
kegiatan
sehari-hari
pada
usaha
penggemukan domba dan kambing. Sama halnya pada kondisi sebelum pengembangan, pada kondisi pengembangan air digunakan untuk minum domba dan kambing, untuk membersihkan kandang, memandikan domba, membersihkan peralatan dan lainnya. Untuk mendapatkan air tersebut, usaha ini harus membangun instalasi air seperti pipa-papa penyambungan air, agar air dapat tersalurkan ke lokasi penggemukan. Biaya yang dikeluarkan untuk instalasi air pada kondisi sebelum pengembangan adalah 2.000.000 rupiah sedangkan pada kondisi pengembangan biaya yang dikeluarkan adalah 2.500.000 rupiah.
7) Mobil Mobil digunakan untuk pengangkutan domba dan kambing pada saat pembelian bakalan. Selain itu juga digunakan untuk penjualan yaitu mengantarkan ternak domba dan kambing kepada konsumen yang telah membeli ternak tersebut atau mengantarkan ternak pesanan konsumen. Mobil yang digunakan adalah 102
mobil jenis pickup. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian mobil adalah 84.000.000 rupiah, mobil ini dibeli dengan kondisi yang masih baru. Pada saat pengembangan tidak ada pembelian mobil baru.
8) Motor Pakan Motor pakan digunakan dalam kegiatan sehari-hari yaitu untuk pengangkutan pakan ternak berupa pakan hijauan dan pakan konsentrat dari lokasi pembelian pakan menuju lokasi penggemukan. Motor pakan dibeli dengan kondisi masih baru, biaya yang dikeluarkan adalah 23.000.000 rupiah. Pada kondisi pengembangan usaha ada penambahan motor pakan baru, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian motor pakan baru yaitu 40.000.000 rupiah.
9) Sabit Sabit
digunakan
untuk
memotong
pakan
hijauan,
pada
usaha
penggemukan domba dan kambing ini sabit yang dibutuhkan yaitu lima unit dengan harga per unitnya adalah 30.000 rupiah, maka jumlah biaya yang dibutuhkan untuk lima unit sabit yaitu 30.000 per unit dikalikan dengan lima unit yaitu 150.000 rupiah. Sabit ini hanya memiliki umur ekonomis dua tahun sehingga dalam dua tahun sekali sabit ini harus reinvestasi.
10) Garpu rumput Garpu rumput digunakan untuk membersihkan kotoran rumput atau sisa pakan hijauan yang terbuang di dalam kandang. Garpu rumput yang dibutuhkan pada usaha penggemukan domba dan kambing sebelum pengembangan usaha adalah tiga unit dengan harga per unitnya yaitu 8.000 rupiah. Maka biaya yang dikeluarkan untuk pembelian garpu rumput yaitu 8.000 per unit dikalikan dengan tiga unit yaitu 24.000 rupiah. Sama halnya dengan sabit, garpu rumput hanya memiliki umur ekonomis dua tahun sehingga dalam dua tahun sekali garpu rumput juga harus reinvestasi.
103
11) Skop Skop digunakan untuk membersihkan kotoran domba dan kambing. Skop yang dibutuhkan pada usaha penggemukan domba dan kambing yaitu lima unit dengan harga 30.000 rupiah perunitnya. Maka jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian skop yaitu 30.000 per unit dikalikan dengan lima unit yaitu 150.000 rupiah. Sama halnya dengan sabit dan garpu rumput, skop juga hanya memiliki umur ekonomis dua tahun sehingga dalam dua tahun sekali skop juga harus reinvestasi.
12) Timbangan Dalam melakukan penjualan, untuk mengetahui bobot tubuh ternak domba maupun kambing dilakukan penimbangan. Oleh karena itu timbangan dibutuhkan untuk usaha penggemukan domba dan kambing. Selain untuk menimbang ternak pada saat akan dijual, juga digunakan untuk menimbang pada saat bakalan baru dibeli agar diketahui pertambahan bobot tubuh selama penggemukan. Dalam usaha penggemukan domba dan kambing ini, timbangan yang diperlukan adalah satu unit dengan harga 450.000 rupiah.
7.2.2.2 Biaya Operasional Biaya operasional yang dikeluarkan oleh usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada kondisi pengembangan dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
1) Biaya Tetap Pada kondisi pengembangan biaya tetap mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan kandang baru dan jumlah ternak sehingga mempengaruhi biaya tetap. Biaya tetap yang akan dikeluarkan dalam pengembangan usaha ini adalah sebesar 206.284.400 rupiah (Tabel 20).
104
Tabel 20. Biaya Tetap Usaha Penggemukan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha No 1.
2.
3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Uraian Gaji : a. Ketua b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan THR : a. Ketua b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan Rekening : a. Listrik b. Telepon Air Karung Bekas Gunting Cukur Ember Pemeliharaan BBM Pajak : a. Mobil b. Motor Pakan c. Motor Pakan (Baru) d. PBB
Satuan
Jumlah
Orang Orang Orang Orang
1 2 1 2
Orang Orang Orang Orang
1 2 1 2
Karung Unit Unit Liter
81 4 60 500
Biaya/ Bulan (Rp) 2.700.000 1.350.000 1.350.000 1.350.000
50.000 200.000 300.000 194.000
1.400.000 2.250.000
Biaya Tahun Pertama (Rp)
Biaya/ Tahun (Rp)
21.600.000 21.600.000 10.800.000 21.600.000
32.400.000 32.400.000 16.200.000 32.400.000
3.000.000 3.000.000 1.500.000 3.000.000
3.000.000 3.000.000 1.500.000 3.000.000
400.000 1.600.000 2.400.000 129.600 80.000 600.000 11.200.000 18.000.000
600.000 2.400.000 3.600.000 194.400 80.000 600.000 16.800.000 27.000.000
500.000 200.000
500.000 200.000
300.000 60.000
300.000 60.000
a) Gaji Adanya pengembangan usaha menyebabkan pekerjaan yang dilakukan semakin berat sehingga gaji yang diberikan juga semakin bertambah untuk setiap karyawan. Gaji yang dikeluarkan dari usaha penggemukan domba dan kambing pada kondisi pengembangan adalah gaji untuk ketua, pengadaan pakan, pemasaran dan pemeliharaan. Untuk ketua gaji yang dikeluarkan setiap bulan yaitu 2.700.000 rupiah dan dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 32.400.000 rupiah. Untuk pengadaan pakan jumlah karyawan yang dimiliki terdiri dari dua orang, setiap orang menerima gaji sebesar 1.350.000 rupiah setiap bulannya sehingga dalam satu tahun biaya yang dikeluarkan adalah 32.400.000 rupiah. Sedangkan untuk bagian pemasaran yaitu satu orang dan bagian pemeliharaan terdiri dari dua orang, setiap orang mendapatkan gaji yang sama setiap bulannya seperti bagian pengadaan pakan yaitu masing-masing 105
menerima gaji 1.350.000 rupiah. Maka dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk bagian pemasaran adalah 1.350.000 rupiah dikali dengan dua belas bulan yaitu 16.200.000 rupiah per tahun. Untuk bagian pemeliharaan yang terdiri dari dua orang, jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 1.350.000 dikali dengan dua belas bulan dan dikali dengan jumlah karyawan yaitu dua orang, sehingga jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 32.400.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan untuk gaji lebih sedikit dibandingkan dengan tahun kedua hingga kedelapan. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama hanya terdapat dua periode penggemukan, sehingga empat bulan pertama (satu periode) tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk gaji. Pada tahun pertama terdiri dari delapan bulan sehingga gaji yang dikeluarkan untuk ketua yaitu 2.700.000 rupiah per bulan dikalikan dengan delapan bulan yaitu 21.600.000 rupiah. Untuk pengadaan pakan jumlah karyawan yang dimiliki terdiri dari dua orang, setiap orang menerima gaji sebesar 1.350.000 rupiah setiap bulannya sehingga dalam delapan bulan biaya yang dikeluarkan adalah 21.600.000 rupiah. Sedangkan untuk bagian pemasaran yaitu satu orang dan bagian pemeliharaan terdiri dari dua orang, setiap orang mendapatkan gaji yang sama setiap bulannya seperti bagian pengadaan pakan yaitu masing-masing menerima gaji 1.350.000 rupiah. Maka dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk bagian pemasaran adalah 1.350.000 rupiah dikalikan dengan delapan bulan yaitu 10.800.00 rupiah. Untuk bagian pemeliharaan yang terdiri dari dua orang, jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 1.350.000 dikali dengan delapan bulan kemudian dikalikan dengan jumlah karyawan yaitu dua orang, sehingga jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 21.600.000 rupiah.
b) Tunjangan Hari Raya (THR) Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan kepada pemilik kepada karyawannya pada pengembangan usaha sama halnya dengan sebelum pengembangan, hanya saja jumlahnya berbeda yakni semakin besar. Tunjangan Hari Raya (THR) yang didapat karena adanya hari-hari besar yaitu Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha dan tahun baru. Tunjangan Hari Raya yang dikeluarkan dari usaha penggemukan domba dan kambing pada kondisi pengembangan yaitu 106
untuk ketua, pengadaan pakan, pemasaran dan pemeliharaan. Gaji yang dikeluarkan untuk ketua setiap hari besar yaitu 1.000.000 rupiah, dalam satu tahun terdapat tiga hari besar maka biaya yang dikeluarkan untuk THR adalah 3.000.000 rupiah per tahun. Untuk bagian pengadaan pakan biaya yang dikeluarkan adalah 500.000 rupiah per orang setiap hari besarnya, maka setiap tahun biaya yang dikeluarkan untuk THR pengadaan pakan adalah 500.000 rupiah dikalikan dengan tiga hari besar kemudian dikalikan dengan dua orang yaitu 3.000.000 rupiah per tahun. Hal ini sama dengan biaya yang dikeluarkan untuk THR bagian pemeliharaan. Sedangkan untuk bagian pemasaran biaya yang dikeluarkan adalah 500.000 rupiah per orang setiap hari besarnya, maka setiap tahun biaya yang dikeluarkan untuk THR pengadaan pakan adalah 500.000 rupiah dikalikan dengan tiga hari besar dikalikan satu orang yaitu 1.500.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama jumlah THR yang diberikan sama dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan. Hal ini diasumsikan pada tahun pertama yang hanya terdiri dari dua periode juga terdapat hari-hari besar seperti tahun kedua hingga tahun kedelapan.
c) Rekening Sama halnya dengan kondisi sebelum pengembangan usaha, usaha penggemukan domba dan kambing membutuhkan listrik dan telepon. Listrik digunakan untuk memberikan penerangan pada kandang domba dan kambing pada malam hari sedangkan telepon digunakan untuk kegiatan pemasaran. Adanya penambahan kandang baru mengakibatkan penambahan biaya listrik dan telepon. Biaya listrik yang dikeluarkan setiap bulan adalah 50.000 rupiah sehingga dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 50.000 dikalikan dengan dua belas bulan yaitu 600.000 rupiah per tahun. Untuk telepon biaya yang dikeluarkan setiap bulan juga semakin bertambah yaitu 200.000, maka dalam satu tahun jumlah yang dikeluarkan adalah 200.000 rupiah dikalikan dengan dua belas bulan yaitu 2.400.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama yang terdiri dari dua periode (delapan bulan), jumlah biaya yang dikeluarkan untuk rekening listrik dan telepon lebih sedikit dibandingkan dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan. Hal dikarenakan pada tahun pertama hanya terdiri dari dua periode (delapan bulan). Maka jumlah biaya 107
yang dikeluarkan untuk listrik adalah 50.000 rupiah per bulan dikalikan dengan delapan bulan yaitu 400.000 rupiah. Sedangkan untuk telepon biaya yang dikeluarkan adalah 200.000 rupiah perbulan dikalikan dengan delapan bulan yaitu 1.600.000 rupiah per tahun.
d) Air Usaha penggemukan domba dan kambing pada saat pengembangan usaha juga sangat membutuhkan air. Air dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum ternak, memandikan ternak, membersihkan kandang ternak dan membersihkan peralatan. Semakin banyak ternak yang digemukkan semakin banyak kebutuhan air yang diperlukan karena setiap ternak membutuhkan air untuk minum setiap harinya. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk air pada kondisi pengembangan usaha setiap bulannya adalah 300.000 rupiah sehingga dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan adalah 300.000 dikalikan dengan dua belas bulan yaitu 3.600.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama yang hanya terdiri dari dua periode (delapan bulan) jumlah biaya yang dikeluarkan untuk air lebih sedikit dibandingkan dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan. Biaya yang dikeluarkan adalah 300.000 per bulan dikalikan dengan delapan bulan yaitu 2.400.000 rupiah per tahun.
e) Peralatan dan Perlengkapan Peralatan yang dibeli setiap tahun pada kondisi pengembangan usaha sama dengan pada saat kondisi sebelum pengembangan yaitu gunting cukur dan ember, hanya saja pada saat pengembangan usaha ada penambahan jumlah peralatan. Jumlah gunting cukur setiap tahun pada kondisi pengembangan menjadi empat unit dengan harga satu unitnya adalah 20.000 rupiah maka biaya yang dikeluarkan untuk gunting cukur setiap tahun adalah 80.000 rupiah. Sedangkan ember yang digunakan setiap tahun bertambah menjadi 60. Ember digunakan untuk memberikan minum kepada ternak domba dan kambing. Harga setiap ember adalah 10.000 rupiah, biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun pada kondisi pengembangan adalah 10.000 rupiah per ember dikalikan dengan jumlah ember yaitu 60, maka biaya yang dikeluarkan setiap tahun adalah 600.000 rupiah. Untuk 108
perlengkapan yaitu karung yang digunakan sebagai wadah untuk kotoran ternak domba dan kambing. Pada kondisi pengembangan usaha semakin bertambah, setiap bulannya karung yang dibutuhkan adalah 81 karung. Harga setiap karung adalah 200 rupiah, maka setiap bulannya biaya yang dikeluarkan adalah 16.200 rupiah. Dalam satu tahun biaya yang dikeluarkan untuk pembelian karung pada kondisi pengembangan usaha adalah 16.200 rupiah dikalikan dengan 12 bulan yaitu 194.400 rupiah. Pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan untuk gunting cukur dan ember adalah sama dengan tahun kedua hingga kedelapan. Namun biaya untuk karung jumlah biaya yang dikeluarkan berbeda karena pada tahun pertama penggemukan hanya dilakukan dalam dua periode (delapan bulan) sehingga jumlah karung yang dibutuhkan untuk pengemasan kotoran juga lebih sedikit. Dalam satu bulan jumlah biaya yang dibutuhkan adalah 16.200 rupiah maka dalam dua periode atau delapan bulan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk karung yaitu 16.200 rupiah dikalikan dengan delapan bulan yaitu 129.600 rupiah.
f) Pemeliharaan Investasi yang ada pada usaha penggemukan domba dan kambing pada kondisi pengembangan juga membutuhkan pemeliharaan seperti pada kondisi sebelum pengembangan. Oleh karena itu diperlukan biaya untuk pemeliharaan investasi. Adanya penambahan kandang baru menyebabkan adanya penambahan biaya untuk pemeliharaan investasi. Biaya yang dikeluarkan setiap bulan untuk pemeliharaan investasi adalah 1.400.000 rupiah dengan rincian 200.000 rupiah untuk pemeliharaan kandang baru, 400.000 rupiah untuk kandang lama, 200.000 rupiah untuk motor pakan, 200.000 rupiah untuk motor pakan baru dan 400.000 rupiah untuk mobil. Dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan investasi adalah 1.400.000 rupiah dikalikan dengan 12 bulan yaitu 16.800.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan dengan tahun kedua hingga kedelapan. Pada tahun pertama yang hanya terdiri dari dua periode (delapan bulan), jumlah biaya yang dikeluarkan
109
untuk pemeliharaan adalah 1.400.000 rupiah per bulan dikalikan dengan delapan bulan yaitu 11.200.000 rupiah.
g) Bahan Bakar Minyak (BBM) Pada kondisi pengembangan usaha kegiatan penggemukan domba dan kambing juga membutuhkan BBM untuk transportasi yang digunakan sehari-hari. Adanya penambahan motor pakan baru mengakibatkan penambahan biaya untuk pembelian BBM. Walaupun tidak ada penambahan mobil akan tetapi ada penambahan biaya untuk pembelian BBM, karena mobil juga semakin sering digunakan untuk mengantarkan ternak domba dan kambing ke konsumen. Setiap harinya motor pakan membutuhkan lima liter BBM, dalam satu bulan dibutuhkan 150 liter. Pada kondisi pengembangan usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno memiliki dua motor pakan sehingga jumlah BBM yang dibutuhkan adalah 300 liter per bulan. Sedangkan untuk mobil yang hanya mengangkut domba dan kambing jika ada pembelian bakalan ataupun penjualan ternak, jumlah BBM yang dibutuhkan setiap bulan adalah 200 liter. Jumlah BBM yang dibutuhkan setiap bulan adalah 500 liter. Harga BBM tiap liternya adalah 4.500 rupiah, maka jumlah biaya yang dikeluarkan setiap bulan adalah 500 liter dikalikan dengan 4.500 rupiah per liter yaitu 2.250.00 rupiah. Sehingga dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan pada kondisi pengembangan usaha adalah 2.250.000 rupiah dikalikan dengan dua belas bulan yaitu 27.000.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk BBM juga lebih sedikit dibandingkan dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama hanya terdiri dari delapan bulan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk BBM yaitu 2.250.000 rupiah dikalikan dengan delapan bulan yaitu 18.000.000 rupiah.
h) Pajak Pajak yang dibayarkan oleh usaha penggemukan domba dan kambing setiap tahunnya pada kondisi pengembangan juga sama dengan pada kondisi sebelum pengembangan usaha yaitu pajak motor pakan, pajak mobil, serta Pajak 110
Bumi dan Bangunan (PBB) yaitu kandang dan tanah. Hanya saja ada penambahan karena ada penambahan motor pakan baru dan bangunan baru. Untuk motor pakan jumlah pajak yang dibayarkan setiap tahunnya adalah 400.000 rupiah. Sedangkan untuk mobil, pajak yang dibayarkan setiap tahunnya adalah 500.000 rupiah. Untuk PBB sebelum pengembangan usaha adalah 20.000 rupiah dan PBB pada kondisi pengembangan adalah 40.000 rupiah. Pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pajak diasumsikan sama dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan yaitu 960.000 rupiah per tahun.
2) Biaya Variabel Sama halnya dengan perubahan pada biaya tetap, pada kondisi pengembangan biaya variabel juga terjadi perubahan. Hal ini diakibatkan oleh bertambahnya jumlah ternak yang digemukkan sehingga menambah jumlah biaya variabel yang dikeluarkan.
Tabel 21. Biaya Variabel Usaha Penggemukan Domba dan Kambing pada Kondisi Pengembangan Usaha No
Uraian
1. 2. 3. 4.
Satuan
Bakalan Domba Ekor Bakalan Kambing Ekor Rumput Kg Konsentrat : a. Ampas Tahu Kg b. Singkong Kg 5. Obat-obatan : a. Obat Cacing Liter b. Obat Mata Pcs c. Antibiotik Liter d. Vitamin Liter TOTAL BIAYA VARIABEL
405 405 486.000
Harga (Rp) 600.000 650.000 150
Biaya/Tahun (Rp) 243.000.000 263.250.000 72.900.000
Biaya Tahun Pertama (Rp) 162.000.000 175.500.000 48.600.000
48.600 48.600
1.000 1.000
48.600.000 48.600.000
32.400.000 32.400.000
81 162 81 81
45.000 5.000 20.000 35.000
3.645.000 810.000 1.620.000 2.835.000 685.260.000
2.430.000 540.000 1.080.000 1.890.000 456.840.000
Jumlah
a) Bakalan Adanya pengembangan usaha mengakibatkan penambahan bakalan domba dan kambing. Jumlah bakalan yang digemukkan setiap periodenya pada kondisi sebelum pengembangan adalah 150 ekor (75 ekor domba dan 75 ekor kambing) dengan harga bakalan domba hidup adalah 600.000 per ekor dan harga bakalan kambing hidup adalah 650.000 per ekor. Pada saat pengembangan jumlah bakalan 111
bertambah 120 ekor (60 ekor domba dan 60 ekor kambing). Maka dalam satu tahun pada kondisi pengembangan jumlah bakalan yang dibutuhkan adalah 810 ekor (405 ekor domba dan 405 ekor kambing). Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk bakalan domba adalah 405 ekor dikalikan dengan harga bakalan 600.000 rupiah per ekor yaitu 243.000.000 rupiah. Sedangkan untuk kambing biaya yang dikeluarkan adalah 405 ekor dikalikan dengan 650.000 rupiah per ekor yaitu 263.250.000 rupiah. Maka biaya yang dikeluarkan untuk membeli bakalan domba dan kambing pada kondisi pengembangan usaha setiap tahunnya adalah 281.250.000 rupiah. Untuk tahun pertama jumlah ternak yang digemukkan lebih sedikit oleh karena itu biaya yang dikeluarkan juga lebih sedikit. Pada tahun pertama hanya terdapat dua periode penggemukan. Dalam satu periode jumlah ternak yang digemukkan adalah 270 ekor (135 ekor domba dan 135 ekor kambing). Maka pada tahun pertama jumlah domba dan kambing yang digemukkan dalam dua periode yaitu 270 ekor dikalikan dengan dua periode yaitu 540 ekor. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk bakalan domba adalah 270 ekor dikalikan dengan harga bakalan 600.000 rupiah per ekor yaitu 162.000.000 rupiah. Sedangkan untuk kambing biaya yang dikeluarkan adalah 270 ekor dikalikan dengan 650.000 rupiah per ekor yaitu 175.500.000 rupiah.
b) Pakan Biaya yang dikeluarkan untuk pakan pada kondisi pengembangan semakin bertambah karena jumlah ternak yang digemukkan juga semakin bertambah. Pakan hijauan yang diberikan untuk ternak adalah lima kilogram per hari dengan harga 150 rupiah per kilogram. Dalam satu hari pakan hijauan yang dibutuhkan adalah 270 ekor ternak dikalikan dengan lima kilogram yaitu 1.350 kilogram. Untuk satu bulan pakan yang dibutuhkan adalah 1.350 kilogram dikalikan dengan 30 hari yaitu 40.500 kilogram, maka biaya yang dibutuhkan dalam satu bulan untuk pakan hijauan yaitu 40.500 kilogram dikalikan dengan 150 rupiah yaitu 6.075.000 rupiah. Dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pakan hijauan adalah 6.075.000 dikalikan dengan 12 bulan yaitu 72.900.000 rupiah per tahun. 112
Pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pakan lebih sedikit karena periode penggemukan hanya terdapat dua periode (delapan bulan). Dengan asumsi yang sama dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan. Pakan hijauan yang diberikan untuk ternak adalah lima kilogram per hari dengan harga 150 rupiah per kilogram. Dalam satu hari pakan hijauan yang dibutuhkan adalah 270 ekor ternak dikalikan dengan lima kilogram yaitu 1.350 kilogram. Untuk satu bulan pakan yang dibutuhkan adalah 1.350 kilogram dikalikan dengan 30 hari yaitu 40.500 kilogram maka biaya yang dibutuhkan dalam satu bulan untuk pakan hijauan yaitu 40.500 kilogram dikalikan dengan 150 rupiah yaitu 6.075.000 rupiah. Dalam satu tahun jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pakan hijauan adalah 6.075.000 dikalikan dengan 8 bulan yaitu 48.600.000 rupiah. Untuk pakan konsentrat yang terdiri dari ampas tahu dan singkong, pada kondisi pengembangan harga ampas tahu dan singkong sama dengan harga sebelum pengembangan usaha yaitu 1.000 rupiah per kilogram. Setiap ternak diberikan ampas tahu 0,5 kilogram dan singkong 0,5 kilogram per hari. Pada kondisi pengembangan usaha, dalam satu periode ternak yang digemukkan adalah 270 ekor, maka jumlah ampas tahu yang dibutuhkan adalah 0,5 kilogram dikalikan dengan jumlah ternak 270 ekor yaitu 135 kilogram per hari. Sama halnya dengan singkong jumlah yang dibutuhkan adalah 0,5 kilogram dikalikan dengan jumlah ternak 270 ekor yaitu 135 kilogram per hari. Untuk satu bulan jumlah pakan yang dibutuhkan adalah 270 kilogram konsentrat perhari (135 kilogram ampas tahu dan 135 kilogram singkong) dikalikan dengan 30 hari yaitu 8.100 kilogram. Untuk satu periode jumlah ampas tahu dan singkong yang dibutuhkan adalah 8.100 rupiah dikalikan dengan empat bulan yaitu 32.400 kilogram. Maka jumlah ampas tahu dan singkong yang dibutuhkan dalam satu tahun yang terdiri dari tiga periode adalah tiga periode dikalikan 32.400 kilogram yaitu 97.200 kilogram (48.600 kilogram ampas tahu dan 48.600 kilogram singkong). Biaya yang dikeluarkan untuk ampas tahu adalah 48.600 kilogram dikalikan dengan 1.000 rupiah per kilogram yaitu 48.600.000 rupiah. Sama halnya juga dengan singkong, biaya yang dikeluarkan adalah 48.600 dikalikan dengan 1.000 rupiah per kilogram yaitu 48.600.000 rupiah.
113
Pada tahun pertama pakan konsentrat yang dibutuhkan lebih sedikit karena hanya terdapat dua periode penggemukan. Dengan asumsi yang sama dengan tahun kedua hingga tahun kedelapan namun dengan jumlah periode yang berbeda. Untuk satu periode penggemukan jumlah ampas tahu dan singkong yang dibutuhkan adalah 8.100 kilogram dikali dengan empat bulan yaitu 32.400 kilogram. Maka jumlah ampas tahu dan singkong yang dibutuhkan dalam satu tahun yang terdiri dari dua periode adalah dua periode dikalikan 32.400 kilogram yaitu 64.800 kilogram (32.400 kilogram ampas tahu dan 32.400 kilogram singkong). Biaya yang dikeluarkan untuk ampas tahu adalah 32.400 kilogram dikalikan dengan 1.000 rupiah per kilogram yaitu 32.400.000 rupiah. Sama halnya juga dengan singkong, biaya yang dikeluarkan adalah 32.400 kilogram dikalikan dengan 1.000 rupiah per kilogram yaitu 32.400.000 rupiah.
c) Obat-Obatan Obat-obatan yang digunakan usaha penggemukan domba dan kambing pada kondisi pengembangan usaha sama dengan pada kondisi sebelum pengembangan yaitu obat cacing, obat mata, antibiotik dan vitamin. Hanya saja jumlah yang dibutuhkan semakin bertambah karena jumlah ternak juga bertambah. Dalam satu tahun jumlah obat cacing yang dibutuhkan adalah 81 liter dengan harga 45.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 3.645.000 rupiah per tahun. Vitamin yang dibutuhkan adalah 81 liter dengan harga 35.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 2.835.000 rupiah per tahun. Antibiotik yang dibutuhkan adalah 81 liter dengan harga 20.000 rupiah perliter, biaya yang dikeluarkan yaitu 1.620.000 rupiah per tahun. Sedangkan untuk obat mata jumlah yang dibutuhkan per tahun adalah 162 pieces (pcs) dengan harga 5.000 rupiah per pieces, maka biaya yang dikeluarkan adalah 810.000 rupiah per tahun. Pada tahun pertama jumlah obat-obatan yang dibutuhkan juga lebih sedikit karena ternak yang digemukkan juga lebih sedikit. Dalam satu tahun jumlah obat cacing yang dibutuhkan adalah 54 liter dengan harga 45.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 2.430.000 rupiah. Vitamin yang dibutuhkan adalah 54 liter dengan harga 35.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 1.890.000 114
rupiah. Antibiotik yang dibutuhkan adalah 54 liter dengan harga 20.000 rupiah per liter, biaya yang dikeluarkan yaitu 1.080.000 rupiah. Sedangkan untuk obat mata jumlah yang dibutuhkan per tahun adalah 108 pieces dengan harga 5.000 rupiah per pieces, maka biaya yang dikeluarkan adalah 540.000 rupiah.
3) Biaya Lain (Pembayaran Angsuran) Selain biaya-biaya tetap yang dikeluarkan pada kondisi pengembangan, usaha penggemukan domba dan kambing ini juga melakukan pinjaman kepada Bank, sehingga ada biaya berupa angsuran yang dikeluarkan setiap tahun. Pemilik melakukan pinjaman pada Bank Mandiri. Angsuran tersebut dibayar setiap tahun dengan jumlah yang sama per tahunnya yaitu 30.150.000 rupiah. Pembayaran angsuran ini dilakukan hingga tahun kedelapan dengan jumlah yang sama. Rincian angsuran peminjaman modal investasi usaha penggemukan domba dan kambing dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Rincian Angsuran Pinjaman Modal Usaha Penggemukan Domba dan Kambing Perhitungan Pembayaran Pinjaman No Uraian 1 Pinjaman (Rp) Jangka Waktu Pengembalian 2 (Tahun) 3 Tingkat Suku Bunga (%) 4 Capital Recovery Factor 5 Angsuran Kredit per Tahun (Rp) Penjadualan Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga Tahun (Rp) (Rp) 1 12.150.000 18.000.000 2 13.608.000 16.542.000 3 15.240.960 14.909.040 4 17.069.875 13.080.125 5 19.118.260 11.031.740 6 21.412.451 8.737.549 7 23.981.945 6.168.055 8 27.418.509 3.290.221
Keterangan 150.000.000 8 12 0,201 30.150.000 Angsuran (Rp) 30.150.000 30.150.000 30.150.000 30.150.000 30.150.000 30.150.000 30.150.000 30.150.000
Sisa Pokok Pinjaman (Rp) 137.850.000 124.242.000 109.001.040 91.931.165 72.812.905 51.400.454 27.418.509 0
115
7.2.3 Analisis Laba Rugi Perhitungan laba rugi per tahun digunakan untuk melihat pendapatan bersih setelah dikurangi nilai bunga dan pajak. Usaha penggemukan domba dan kambing ini melakukan pinjaman pada saat pengembangan usaha kepada Bank Mandiri sehingga ada pengurangan terhadap biaya beban bunga per tahunnya. Perhitungan laba pada saat pengembangan sama halnya dengan kondisi sebelum pengembangan. Perhitungan laba rugi secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8.
7.2.4 Manfaat Bersih (Net Benefit) Manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh pada kondisi pengembangan usaha diperoleh dari total inflow dikurangi dengan total outflow. Pada tahun pertama jumlah manfaat bersih yang diperoleh bernilai negatif yaitu (233.261.200) rupiah. Hal ini dikarenakan pada tahun pertama jumlah biaya yang dikeluarkan untuk investasi cukup besar sehingga pendapatan (inflow) yang diperoleh tidak mampu mencukupi total pengeluaran (outflow). Sedangkan pada tahun kedua dan berikutnya jumlah manfaat bersih yang diperoleh bernilai positif yaitu 100.796.700 rupiah. Perhitungan manfaat bersih (net benefit) secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 9.
7.3 Analisis Incremental Net Benefit Analisis incremental net benefit pada usaha penggemukan domba dan kambing merupakan manfaat bersih tambahan yaitu manfaat bersih dengan bisnis (net benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa business (net benefit without business). Rumus yang digunakan untuk Incremental Net Benefit adalah: Incremental Net Benefit = Manfaat bersih dengan bisnis – Manfaat bersih tanpa bisnis
Pada tahun pertama hasil yang diperoleh dari perhitungan Incremental Net Benefit adalah negatif yaitu (113.172.575) rupiah, sedangkan pada tahun kedua hingga tahun berikutnya hasil yang diperoleh adalah positif yaitu 15.225.825 rupiah. Perhitungan Incremental Net Benefit secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 10. 116
7.4 Kriteria Kelayakan Usaha Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Hal ini dilihat dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Pay Back Period (PP). Hasil perhitungan kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Kriteria Kelayakan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing No
Kriteria Investasi
1.
NPV
2.
Jumlah
Keterangan
Rp 1.200.056
Layak
IRR
12 %
Layak
3.
Net B/C
1,012
Layak
4.
Payback Period
8 tahun
Layak
Berdasarkan hasil analisis kelayakan dari perhitungan cashflow usaha penggemukan domba dan kambing pada Tabel 23, nilai Net Present Value (NPV) yang diperoleh adalah 1.200.056 rupiah yaitu lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Untuk nilai Internal Rate of Return (IRR), nilai yang diperoleh adalah 12 persen. Nilai ini sama dengan tingkat discount rate yang ditentukan yaitu 12 persen, maka usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C yang diperoleh pada usaha penggemukan domba dan kambing tersebut adalah 1,012 atau lebih besar dari satu. Ini berarti setiap pengeluaran satu rupiah akan memperoleh manfaat bersih sebesar 1,012 rupiah. Sedangkan untuk Payback Periode (PP) yaitu pengembalian modal investasi usaha penggemukan domba dan kambing adalah delapan tahun. Waktu pengembalian ini sama dengan umur usaha yaitu delapan tahun, maka usaha ini layak untuk dijalankan. Rincian perhitungan kriteria kelayakan investasi usaha penggemukan domba dan kambing ini dapat dilihat pada Lampiran 10.
117
7.5 Analisis Switching Value Switching value atau nilai pengganti ditentukan dengan menguji secara coba-coba sampai seberapa persen perubahan harga beli dan harga penjualan dapat terjadi yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi, sehingga menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, IRR sama dengan discount rate, nilai Net B/C sama dengan satu dan payback period sama dengan umur ekonomis usaha. Hasil analisis switching value usaha penggemukan domba dan kambing untuk kenaikan harga bakalan kambing yaitu 0,29 persen sedangkan switching value untuk penurunan harga penjualan kambing adalah 0,14 persen. Berdasarkan hasil analisis switching value tersebut penurunan harga penjualan kambing menunjukkan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya bakalan kambing terhadap kelayakan usaha. Batas peningkatan biaya bakalan kambing agar usaha tetap layak dilaksanakan adalah 0,29 persen, sedangkan batas penurunan harga penjualan kambing yaitu 0,14 persen. Sehingga apabila usaha menghadapi kondisi perubahan melebihi batas tersebut maka pelaksanaan usaha tersebut menjadi tidak layak untuk dijalankan secara finansial. Analisis switching value pada peningkatan harga bakalan kambing dapat dilihat pada Lampiran 11 dan untuk penurunan penjualan kambing dapat dilihat pada Lampiran 12.
118
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan 1) Berdasarkan kriteria aspek kelayakan nonfinansial usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Pada aspek pasar, usaha penggemukan domba dan kambing ini memiliki peluang pasar dan starategi bauran pemasaran yang dijalankan dengan baik. Untuk aspek teknis, usaha penggemukan domba dan kambing ini memiliki lokasi yang strategis, tidak jauh dari kota, tidak terkena luasan perkotaan, sarana dan prasarana yang mendukung sehingga memudahkan kegiatan operasional. Berdasarkan aspek manajemen, usaha ini layak untuk dijalankan karena struktur organisasi yang jelas dan deskripsi pekerjaan dijalankan setiap orang sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Pada aspek hukum, usaha penggemukan domba dan kambing ini telah memiliki surat ijin usaha dari masyarakat sekitar dan dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor sehingga memberikan jaminan untuk lancarnya kegiatan usaha serta sebagai jaminan untuk pinjaman modal kepada lembaga keuangan seperti bank. Berdasarkan aspek sosial dan ekonomi, usaha penggemukan domba dan kambing ini layak untuk dijalankan karena dengan adanya usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Sedangkan dari aspek lingkungan, usaha penggemukan domba dan kambing ini layak untuk dijalankan karena limbah yang ditimbulkan berupa kotoran ternak tidak menimbulkan bau, setiap hari kandang selalu dibersihkan, kotoran ternak dikumpulkan menjadi pupuk kandang dan dijual kepada petani di lingkungan sekitar. 2) Hasil analisis kelayakan finansal usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno pada kondisi sebelum pengembangan memiliki nilai net benefit yaitu 85.570. 875 rupiah sedangkan pada kondisi pengembangan nilai net benefi yang diperoleh yaitu 100.796.700 rupiah. Maka nilai Incremental Net Benefit yang diperoleh dari usaha penggemukan domba dan kambing yaitu 15.225.825 rupiah. Berdasarkan kriteria investasi usaha penggemukan domba
dan kambing ini layak untuk dijalankan karena nilai yang diperoleh sesuai dengan kriteria investasi. Nilai NPV lebih besar dari nol yaitu sebesar 1.201.056 rupiah dengan umur usaha delapan tahun. Nilai Net Benefit Cost
Ratio (Net B/C) lebih besar dari satu yaitu 1,012. Nilai Internal Rate of Return (IRR) adalah 12 persen, sama denga tingkat Discount Rate (DR) yang ditentukan yaitu 12 persen. Payback Period (PP) yang dihasilkan dari analisis tersebut adalah delapan tahun atau sama dengan umur ekonomis usaha yaitu delapan tahun. 3) Berdasarkan hasil analisis switching value, usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno masih tetap layak dijalankan dan mendapatkan keuntungan apabila terjadi peningkatan harga bakalan kambing 0,29 persen dan penurunan harga penjualan kambing sebesar 0,14 persen.
8.2 Saran 1) Seiring berkembangnya skala usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno, seharusnya usaha tersebut memiliki nama usaha sehingga konsumen mudah mengenal dan mengingat usaha tersebut selain itu usaha tersebut juga mudah untuk dipromosikan. 2) Pada aspek teknis yaitu proses penggemukan domba dan kambing pada saat pencarian bakalan usaha milik Bapak Sarno masih menggunakan sistem hunting yaitu pencarian bakalan domba dan kambing yang berkualitas ke beberapa daerah sekitar Bogor. Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno seharusnya memiliki pemasok bakalan ternak dan kambing sehingga pasokan bakalan domba dan kambing yang berkualitas selalu ada tanpa harus mencari ke daerah-daerah sekitar Bogor yang akan mengakibatkan pemborosan biaya operasional. 3) Usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno sebaiknya menggunakan selebaran-selebaran atau pamflet untuk mempromosikan usahanya agar lebih dikenal oleh konsumen sehingga usaha tersebut terus mengalami perkembangan.
120
DAFTAR PUSTAKA Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Perkembangan Populasi Ternak (Ekor) Tahun 2009-2010. Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. 2011. Populasi Ternak 2010. Jawa Barat: Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. Direktorat Jendral Peternakan. 2011. Statistik Peternakan. Jakarta: Direktorat Jendral Peternakan. Dodo E. 2007. Analisis kelayakan usaha ternak kambing melalui aksi partisipatif. Studi kasus: Kelompok Tani Harapan Mekar, Situgede, Bogor Barat, Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: FAKULTAS Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Farida WR. 1998. Pengimbuhan konsentrat dalam ransum penggemukan kambing muda di Wamena, Irian Jaya. Jurnal Media Veteriner 5 (2): 21-26. Fitrial. 2009. Analisis tingkat kelayakan finansial penggemukan kambing dan domba pada Mitra Tani Farm di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI Press. Ibrahim Y. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta. Jakfar M dan Irwan. Analisis ekonomi penggemukan Kambing Kacang berbasis sumber daya lokal. 2010. Jurnal Sains Riset 1: 1-17. Johan S. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kasmir, Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mankiw G. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Priyanto D dan Rusdiana S. 2008. Analisis ekonomi penggemukan ternak domba jantan berbasis tanaman ubi kayu di perdesaan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Purbowati E. 2011. Usaha Penggemukan Domba. Jakarta: Penebar Swadaya Rosid A. 2009. Evaluasi kelayakan usaha ternak kambing perah Peranakan Etawa (PE) di Peternakan Unggul, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Andi. Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Widodo SW. 2010. Analisis kelayakan usaha penggemukan domba pada Agrifarm Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
122
LAMPIRAN
Lampiran 1. Populasi Domba di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010 TAHUN NO
KECAMATAN 2006
2007
2008
2009
6.014 6.797 8.075 Nanggung 7.292 5.388 4.527 4.569 Leuwiliang 4.377 2.502 2.262 2.307 Leuwi Sadeng 2.011 9.960 10.200 10.755 Pamijahan 13.910 5.973 6.314 6.840 Cibungbulang 7.856 5.957 4.076 5.026 Ciampea 5.249 2.152 2.188 2.418 Tenjolaya 2.425 3.657 3.926 4.363 Dramaga 4.417 5.220 5.014 5.401 Ciomas 1.275 2.582 2.813 3.207 Tamansari 1.431 6.064 6.090 6.509 Cijeruk 9.123 5.020 5.479 6.084 Cigombong 7.098 5.784 6.048 6.095 Caringin 5.849 5.152 4.836 4.079 Ciawi 4.593 5.327 4.731 6.241 Cisarua 8.906 7.895 6.237 6.419 Megamendung 7.295 6.466 5.572 3.142 Sukaraja 3.060 9.380 5.645 3.483 Bbk. Madang 3.862 7.728 8.511 8.073 Sukamakmur 6.183 23.419 23.271 21.212 Cariu 9.272 9.744 11.141 12.564 Tanjungsari 11.767 11.989 13.754 13.959 Jonggol 12.150 5.590 5.608 4.553 Cileungsi 6.368 4.130 3.899 3.522 Klapa Nunggal 3.574 4.022 4.022 3.070 Gn. Putri 2.573 7.322 7.361 4.970 Citeureup 4.836 1.248 1.177 1.758 Cibinong 2.158 3.363 4.280 4.969 Bojonggede 4.969 3.136 2.304 2.517 Tajur Halang 2.517 2.453 2.369 2.381 Kemang 2.205 7.625 7.999 8.548 Rancabungur 6.819 983 959 782 Parung 663 3.506 3.589 2.494 Ciseeng 2.615 1.588 1.828 1.955 Gn. Sindur 1.690 5.876 5.576 4.750 Rumpin 1.520 8.274 5.522 5.507 Cigudeg 23.700 9.248 9.453 10.416 Sukajaya 32.500 4.235 4.180 4.277 Jasinga 12.200 1.657 1.850 1.850 Tenjo 13.600 1.383 1.845 2.009 Parung Panjang 14.700 229.012 223.253 221.149 280.608 TOTAL Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
2010 10.007 5.304 2.522 26.372 9.817 6.073 2.623 7.738 2.109 5.127 11.584 7.814 5.927 4.672 8.271 7.478 3.253 3.832 7.785 9.613 11.208 12.435 6.173 3.572 2.437 5.113 2.808 2.124 3.732 4.144 11.904 1.316 5.418 3.225 6.362 11.024 15.376 10.978 6.548 6.980 280.798
Peningkatan Rata-Rata per Tahun (%) 14,84 0,48 1,45 31,69 13,46 2,96 5,16 23,74 -1,80 56,47 18,61 11,73 0,66 -1,86 14,03 -0,48 13,43 -17,00 1,87 -15,52 4,00 1,40 4,58 -3,46 -11,29 -7,22 24,13 -3,47 7,74 19,41 16,52 15,59 20,97 24,83 57,66 60,83 42,93 44,06 148,73 155,37 5,88
124
Lampiran 2. Populasi Kambing di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010 TAHUN NO
KECAMATAN 2006
2007
2008
2009
2.054 2.376 2.823 3.701 Nanggung 2.169 2.205 2.517 2.328 Leuwiliang 1.470 1.522 1.475 1.366 Leuwi Sadeng 3.239 3.157 3.271 4.299 Pamijahan 1.777 1.869 2.138 2.239 Cibungbulang 1.810 1.415 1.764 1.820 Ciampea 1.382 1.257 1.454 1.926 Tenjolaya 767 889 1.147 1.116 Dramaga 1.208 1.201 1.280 1.275 Ciomas 821 832 981 1.178 Tamansari 2.338 2.021 2.167 3.877 Cijeruk 1.813 1.491 1.666 1.940 Cigombong 2.149 1.904 1.806 1.582 Caringin 1.604 1.038 960 1.329 Ciawi 4.328 4.400 4.030 4.642 Cisarua 1.546 940 1.145 0 Megamendung 1.701 1.619 1.570 1.616 Sukaraja 12.625 9.769 4.019 4.399 Bbk. Madang 6.188 6.235 6.434 1.994 Sukamakmur 3.124 3.587 3.787 3.697 Cariu 1.726 1.774 2.109 5.176 Tanjungsari 4.320 5.199 5.601 4.448 Jonggol 3.719 3.672 3.124 6.317 Cileungsi 4.021 3.887 3.843 3.931 Klapa Nunggal 3.790 3.790 2.927 2.433 Gn. Putri 8.435 8.716 4.706 4.371 Citeureup 572 1.809 1.721 2.267 Cibinong 2.488 3.472 2.391 2.391 Bojonggede 2.594 2.686 2.615 2.615 Tajur Halang 1.530 1.381 1.417 1.468 Kemang 2.303 2.302 2.601 2.641 Rancabungur 1.012 908 829 734 Parung 1.976 2.233 2.977 2.665 Ciseeng 5.204 4.847 5.247 4.058 Gn. Sindur 6.140 5.934 3.036 4.164 Rumpin 3.844 1.669 1.811 1.811 Cigudeg 2.889 3.192 3.478 3.478 Sukajaya 4.716 4.861 4.237 4.613 Jasinga 2.711 1.600 1.620 1.994 Tenjo 1.609 1.640 1.758 2.008 Parung Panjang 120.682 115.299 104.382 109.907 TOTAL Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
2010 4.937 3.301 1.579 5.346 3.285 1.973 1.509 717 655 2.087 2.685 2.110 1.628 1.266 4.768 0 1.738 3.980 3.753 2.809 5.036 4.777 6.237 3.859 2.213 4,172 2.769 2.624 2.203 1.118 2.288 698 2.485 3.797 6.553 2.880 2.734 3.807 1.936 2.068 114.380
Peningkatan Rata-Rata per Tahun (%) 24,74 12,52 2,16 14,21 17,75 3,60 4,36 6,86 10,75 29,12 10,46 4,79 -6,51 -2,28 2,79 -29,34 0,66 -20,39 5,79 -1,45 41,09 3,72 -21,19 -1,33 -12,17 -29,60 66,31 4,54 -3,71 4,82 0,10 -8,83 5,19 6,92 10,58 2,73 -0,48 -4,59 -5,66 6,58 -1,14
125
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyususnan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” Oleh Septiannisa Bahmat (H34096102), Mahasiswa Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
KUiSIONER KELAYAKAN INVESTASI USAHA Nama Pemilik Alamat Pemilik
: ......................................................................... : .........................................................................
A. Gambaran Umum Usaha No 1. 2. 3. 4.
Uraian
Keterangan
Pemilik usaha Lokasi usaha Sejarah usaha Kegiatan usaha
B. Aspek Kelayakan Usaha No Uraian 1. Aspek Pasar dan Pemasaran: - Permintaan dan penawaran - Product (produk), Place (tempat), Price (harga), Promotion (promosi) (4P) - Pesaing Perusahaan 2. Aspek Teknis: - Lokasi usaha - Luas lahan, kandang,gudang - Kapasitas kandang - Alat yang digunakan (peralatan dan perlengkapan) - Pakan dan obat-obatan - Listrik dan air - Skala produksi (jumlah ternak/tahun/periode) - Teknologi - Tenaga kerja - Fasilitas transportasi - Proses penggemukan
Keterangan
126
3.
4.
5.
Aspek Manajemen: - Bentuk badan usaha - Jenis-jenis pekerjaan (Job Describtion) - Struktur organisasi - Penyediaan tenaga kerja - Sistem pembagian kerja - Sistem kompensasi Aspek Sosial: - Dampak usaha terhadap masyarakat - Dampak usaha terhadap lingkungan - Reaksi masyarakat terhadap usaha yang dijalankan Aspek Finansial: - Sumber Modal - Pinjaman - Biaya Peralatan - Biaya Perlengkapan - Biaya Tenaga Kerja - Penerimaan
C. Biaya Investasi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Uraian
Umur Ekonomis
Jumlah
Harga/ Unit (Rp)
Total (Rp)
Biaya pembelian lahan/sewa Biaya pembuatan kandang Biaya pembuatan gudang Biaya pembelian peralatan Biaya pembelian perlengkapan Biaya pembelian kendaraan Biaya instalasi air Biaya instalasi listrik Biaya perijinan usaha TOTAL BIAYA
127
D. Biaya Tetap No 1. 2. 3. 4. 5.
Umur Ekonomis
Uraian
Jumlah
Harga Unit (Rp)
Total (Rp)
Jumlah
Harga Unit (Rp)
Total (Rp)
Gaji karyawan Telepon Listrik Air PBB ( Pajak Bumi dan Bangunan) TOTAL BIAYA
E. Biaya Variabel No 1. 2. 3.
Uraian
Umur Ekonomis
Pakan Obat-Obatan Ternak Bakalan TOTAL BIAYA
F. Nilai Penyusutan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Uraian
Nilai Beli (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
Umur Ekonomis
Total Penyusutan (Rp)
Kandang Gudang Peralatan Perlengkapan Kendaraan Instalasi air Instalasi listrik TOTAL BIAYA
128
Lampiran 4. Biaya Investasi Sebelum Pengembangan Usaha No
Uraian
Satuan
Jumlah
Meter
300
1
Tanah
2
Perijinan Usaha
3
Kandang
4
Gudang
5
Instalasi Listrik
6
Instalasi Air
7
Mobil
Unit
8
Motor Pakan
9
Harga Per Satuan (Rp)
Jumlah Biaya (Rp)
Nilai Beli (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
Penyusutan (Rp)
100,000
30,000,000
30,000,000
1
1,000,000
1,000,000
1,000,000
8
125,000
Unit
1
25,000,000
25,000,000
25,000,000
8
3,125,000
Unit
1
10,000,000
10,000,000
10,000,000
8
1,250,000
1,000,000
1,000,000
1,000,000
8
125,000
2,000,000
2,000,000
2,000,000
8
250,000
1
84,000,000
84,000,000
84,000,000
8,400,000
10
7,560,000
Unit
1
23,000,000
23,000,000
23,000,000
2,300,000
10
2,070,000
Sabit
Unit
5
30,000
150,000
150,000
2
75,000
10
Garpu Rumput
Unit
3
8,000
24,000
24,000
2
12,000
11
Skop
Unit
5
30,000
150,000
150,000
2
75,000
12
Timbangan
Unit
1
450,000
450,000
450,000
45,000
10
40,500
176,774,000
176,774,000
40,745,000
TOTAL INVESTASI
30,000,000
14,707,500
129
Lampiran 5. Analisis Laba Rugi Sebelum Pengembangan Usaha Keterangan Penerimaan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
383,700,000
575,550,000
575,550,000
575,550,000
575,550,000
575,550,000
575,550,000
616,295,000
59,222,000 253,800,000 14,707,500 327,729,500 55,970,500 55,970,500 13,992,625 41,977,875
85,658,000 380,700,000 14,707,500 481,065,500 94,484,500 94,484,500 23,621,125 70,863,375
85,658,000 380,700,000 14,707,500 481,065,500 94,484,500 94,484,500 23,621,125 70,863,375
85,658,000 380,700,000 14,707,500 481,065,500 94,484,500 94,484,500 23,621,125 70,863,375
85,658,000 380,700,000 14,707,500 481,065,500 94,484,500 94,484,500 23,621,125 70,863,375
85,658,000 380,700,000 14,707,500 481,065,500 94,484,500 94,484,500 23,621,125 70,863,375
85,658,000 380,700,000 14,707,500 481,065,500 94,484,500 94,484,500 23,621,125 70,863,375
85,658,000 380,700,000 14,707,500 481,065,500 135,229,500 135,229,500 33,807,375 101,422,125
Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Penyusutan Total Biaya Laba Kotor Laba Sebelum Pajak Tax 25 % Laba Bersih
130
Lampiran 6. Cashflow Sebelum Pengembangan Usaha (Without Business) No
Keterangan
Tahun 1
2
3
4
5
182,400,000 199,500,000 1,800,000
273,600,000 299,250,000 2,700,000
273,600,000 299,250,000 2,700,000
273,600,000 299,250,000 2,700,000
273,600,000 299,250,000 2,700,000
383,700,000
575,550,000
575,550,000
575,550,000
575,550,000
6
7
8
I. INFLOW 1
Penjualan Domba
2
Penjualan Kambing
3
Penjualan Kotoran
4
Nilai Sisa TOTAL INFLOW
273,600,000 273,600,000 273,600,000 299,250,000 299,250,000 299,250,000 2,700,000 2,700,000 2,700,000 40,745,000 575,550,000 575,550,000 616,295,000
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1
Tanah
2
Perizinan Usaha
3
Kandang
4
Gudang
5
Instalasi Listrik
6
Instalasi Air
7
Mobil
8
Motor Pakan
9
Sabit
10
Garpu Rumput
11
Skop
12
Timbangan TOTAL BIAYA INVESTASI
30,000,000 1,000,000 25,000,000 10,000,000 1,000,000 2,000,000 84,000,000 23,000,000 150,000 24,000 150,000 450,000 176,774,000
150,000 24,000 150,000
150,000 24,000 150,000
150,000 24,000 150,000
324,000
324,000
324,000
131
B. Biaya Tetap 1
Gaji : a. Ketua b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
2
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
200,000 800,000 1,200,000 72,000 80,000 300,000 4,000,000 9,000,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
500,000 200,000 20,000 59,222,000
500,000 200,000 20,000 85,658,000
500,000 200,000 20,000 85,658,000
500,000 200,000 20,000 85,658,000
500,000 200,000 20,000 85,658,000
500,000 200,000 20,000 85,658,000
500,000 200,000 20,000 85,658,000
500,000 200,000 20,000 85,658,000
THR : a. Ketua b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
3
9,600,000 11,200,000 5,600,000 11,200,000
Rekening : a. Listrik b. Telepon
4
Air
5
Karung Bekas
6
Gunting Cukur
7
Ember
8
Pemeliharaan
9
BBM
10
Pajak : a. Mobil b. Motor Pakan c. PBB TOTAL BIAYA TETAP
132
C. Biaya Variabel 1
Bakalan Domba
2
Bakalan Kambing
3
Rumput
4
Konsentrat : a. Ampas tahu b. Singkong
5
90,000,000 97,500,000 27,000,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
135,000,000 135,000,000 135,000,000 146,250,000 146,250,000 146,250,000 40,500,000 40,500,000 40,500,000
18,000,000 18,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
1,350,000 300,000 600,000 1,050,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
253,800,000
380,700,000
380,700,000
380,700,000
380,700,000
380,700,000 380,700,000 380,700,000
13,992,625 503,788,625 (120,088,625)
23,621,125 489,979,125 85,570,875
23,621,125 490,303,125 85,246,875
23,621,125 489,979,125 85,570,875
23,621,125 490,303,125 85,246,875
23,621,125 23,621,125 33,807,375 489,979,125 490,303,125 500,165,375 85,570,875 85,246,875 116,129,625
Obat-obatan : a. Obat Cacing b. Obat Mata c. Antibiotik d. Vitamin TOTAL BIAYA VARIABEL PPh TOTAL OUTFLOW Net Benefit
133
Lampiran 7. Biaya Investasi Pengembangan Usaha No
Uraian
Satuan
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Tanah Tanah (Baru) Perizinan Usaha Kandang Kandang (Baru) Gudang Instalasi Listrik Instalasi Listrik (Baru) Instalasi Air Instalasi Air (Baru) Mobil Motor Pakan Motor Pakan (Baru) Sabit Garpu Rumput Skop Timbangan
Meter Meter Unit Unit Unit
300 800 1 1 1 1
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
1 1 1 5 3 5 1
TOTAL INVESTASI
Harga Per Satuan (Rp) 100,000 150,000 1,000,000 25,000,000 60,000,000 10,000,000 1,000,000 600,000 2,000,000 2,500,000 84,000,000 23,000,000 40,000,000 30,000 8,000 30,000
Jumlah Biaya (Rp)
Nilai Beli (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
30,000,000 120,000,000 1,000,000 25,000,000 60,000,000 10,000,000 1,000,000 600,000 2,000,000 2,500,000 84,000,000 23,000,000 40,000,000 150,000 24,000 150,000 450,000
30,000,000 120,000,000 1,000,000 25,000,000 60,000,000 10,000,000 1,000,000 600,000 2,000,000 2,500,000 84,000,000 23,000,000 40,000,000 150,000 24,000 150,000 450,000
30,000,000 120,000,000
399,874,000
399,874,000
164,745,000
8,400,000 2,300,000 4,000,000
45,000
Umur Ekonomis (Tahun)
8 8 8 8 8 8 8 8 10 10 10 2 2 2 10
Penyusutan (Rp)
125,000 3,125,000 7,500,000 1,250,000 125,000 75,000 250,000 312,500 7,560,000 2,070,000 3,600,000 75,000 12,000 75,000 40,500 26,195,000
134
Lampiran 8. Analisis Laba Rugi Pengembangan Usaha Keterangan Penerimaan
Tahun 1
2
3
4
840,660,000
1,035,990,000
1,035,990,000
121,469,600 456,840,000
176,134,400 685,260,000
176,134,400 685,260,000
176,134,400 685,260,000
578,309,600 262,350,400
861,394,400 174,595,600
861,394,400 174,595,600
18,000,000
16,542,000
244,350,400 65,587,600 178,762,800
158,053,600 43,648,900 114,404,700
5
6
7
8
1,035,990,000
1,035,990,000
1,200,735,000
176,134,400 685,260,000
176,134,400 685,260,000
176,134,400 685,260,000
861,394,400 174,595,600
861,394,400 174,595,600
861,394,400 174,595,600
861,394,400 174,595,600
176,134,400 685,260,000 26,195,000 887,589,400 313,145,600
14,909,040
13,080,125
11,031,740
8,737,549
6,168,055
3,290,221
159,686,560 43,648,900 116,037,660
161,515,475 43,648,900 117,866,575
163,563,860 43,648,900 119,914,960
165,858,051 43,648,900 122,209,151
168,427,545 43,648,900 124,778,645
309,855,379 78,286,400 231,568,979
1,035,990,000 1,035,990,000
Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Penyusutan Total Biaya Laba Kotor Bunga Laba Sebelum Pajak Tax 25 % Laba Bersih
135
Lampiran 9. Cashflow Pengembangan Usaha (With Business) No
Keterangan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
I. INFLOW 1
Penjualan Domba
2
Penjualan Kambing
3
Penjualan Kotoran
4
Modal Pinjaman
5
Nilai Sisa TOTAL INFLOW
328,320,000 359,100,000 3,240,000 150,000,000 840,660,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
1,035,990,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
164,745,000 1,035,990,000 1,035,990,000 1,035,990,000 1,035,990,000 1,035,990,000 1,200,735,000
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1
Tanah
2
Tanah (Baru)
3
Perizinan Usaha
4
Kandang
5
Kandang (Baru)
6
Gudang
7
Instalasi Listrik
8
Instalasi Listrik (Baru)
9
Instalasi Air
10
Instalasi Air (Baru)
11
Mobil
12
Motor Pakan
13
Motor Pakan (Baru)
492,480,000 538,650,000 4,860,000
30,000,000 120,000,000 1,000,000 25,000,000 60,000,000 10,000,000 1,000,000 600,000 2,000,000 2,500,000 84,000,000 23,000,000 40,000,000
136
14
Sabit
15
Garpu Rumput
16
Skop
17
Timbangan TOTAL BIAYA INVESTASI B. Biaya Tetap
1
b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
150,000 24,000 150,000
150,000 24,000 150,000
399,874,000
324,000
324,000
324,000
21,600,000 21,600,000 10,800,000 21,600,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
400,000 1,600,000 2,400,000 129,600 80,000 600,000 11,200,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
THR : a. Ketua b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
3
150,000 24,000 150,000
Gaji: a. Ketua
2
150,000 24,000 150,000 450,000
Rekening: a. Listrik b. Telepon
4
Air
5
Karung Bekas
6
Gunting Cukur
7
Ember
8
Pemeliharaan
137
9
BBM
10
Pajak: a. Mobil b. Motor Pakan c. PBB TOTAL BIAYA TETAP
18,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
500,000 400,000 60,000 121,469,600
500,000 400,000 60,000 176,134,400
500,000 400,000 60,000 176,134,400
500,000 400,000 60,000 176,134,400
500,000 400,000 60,000 176,134,400
500,000 400,000 60,000 176,134,400
500,000 400,000 60,000 176,134,400
500,000 400,000 60,000 176,134,400
162,000,000 175,500,000 48,600,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
32,400,000 32,400,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
2,430,000 540,000 1,080,000 1,890,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
456,840,000
685,260,000
685,260,000
685,260,000
685,260,000
685,260,000
685,260,000
685,260,000
30,150,000 65,587,600 1,073,921,200 (233,261,200)
30,150,000 43,648,900 935,193,300 100,796,700
30,150,000 43,648,900 935,517,300 100,472,700
30,150,000 43,648,900 935,193,300 100,796,700
30,150,000 43,648,900 935,517,300 100,472,700
30,150,000 43,648,900 935,193,300 100,796,700
30,150,000 43,648,900 935,517,300 100,472,700
30,150,000 78,286,400 969,830,800 230,904,200
C. Biaya Variabel 1
Bakalan Domba
2
Bakalan Kambing
3
Rumput
4
Konsentrat: a. Ampas tahu b. Singkong
5
Obat-obatan: a. Obat Cacing b. Obat Mata c. Antibiotik d. Vitamin TOTAL BIAYA VARIABEL Pembayaran Angsuran PPh TOTAL OUTFLOW Net Benefit
138
Lampiran 10. Analisis Incremental Net Benefit Keterangan
Net Benefit Without Project Net Benefit With Project Incremental Net Benefit DR 12 % PV per tahun PV Positif PV Negatif NPV Net B/C IRR PP
Tahun 1
(120,088,625) (233,261,200) (113,172,575) 1 (113,172,575) 114,517,757 (113,172,575) 1,201,056 1.012 12% 8 tahun
2
85,570,875 100,796,700 15,225,825 0.893 13,594,487
3
85,246,875 100,472,700 15,225,825 0.797 12,137,934
4
85,570,875 100,796,700 15,225,825 0.712 10,837,441
5
85,246,875 100,472,700 15,225,825 0.636 9,676,287
6
85,570,875 100,796,700 15,225,825 0.567 8,639,542
7
8
85,246,875 100,472,700 15,225,825 0.507 7,713,877
139
116,129,625 230,904,200 114,774,575 0.452 51,918,189
Lampiran 11. Switching Value Kenaikan Harga Bakalan Kambing 0,29 % a. Sebelum Pengembangan Usaha No
Keterangan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
273,600,000 299,250,000 2,700,000 40,745,000 616,295,000
I. INFLOW 1
Penjualan Domba
2
Penjualan Kambing
3
Penjualan Kotoran
4
Nilai Sisa TOTAL INFLOW
182,400,000 199,500,000 1,800,000
273,600,000 299,250,000 2,700,000
273,600,000 299,250,000 2,700,000
273,600,000 299,250,000 2,700,000
273,600,000 299,250,000 2,700,000
273,600,000 299,250,000 2,700,000
273,600,000 299,250,000 2,700,000
383,700,000
575,550,000
575,550,000
575,550,000
575,550,000
575,550,000
575,550,000
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1
Tanah
2
Perizinan Usaha
3
Kandang
4
Gudang
5
Instalasi Listrik
6
Instalasi Air
7
Mobil
8
Motor Pakan
9
Sabit
10
Garpu Rumput
11
Skop
12
Timbangan
30,000,000 1,000,000 25,000,000 10,000,000 1,000,000 2,000,000 84,000,000 23,000,000 150,000 24,000 150,000 450,000
150,000 24,000 150,000
150,000 24,000 150,000
150,000 24,000 150,000
140
TOTAL BIAYA INVESTASI B. Biaya Tetap 1
b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
324,000
324,000
9,600,000 11,200,000 5,600,000 11,200,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
200,000 800,000 1,200,000 72,000 80,000 300,000 4,000,000 9,000,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
THR : a. Ketua b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
3
324,000
Gaji : a. Ketua
2
176,774,000
Rekening : a. Listrik b. Telepon
4
Air
5
Karung Bekas
6
Gunting Cukur
7
Ember
8
Pemeliharaan
9
BBM
10
Pajak : a. Mobil b. Motor Pakan
141
c. PBB TOTAL BIAYA TETAP
20,000 59,222,000
20,000 85,658,000
20,000 85,658,000
20,000 85,658,000
20,000 85,658,000
20,000 85,658,000
20,000 85,658,000
20,000 85,658,000
90,000,000 97,785,760 27,000,000
135,000,000 146,678,640 40,500,000
135,000,000 146,678,640 40,500,000
135,000,000 146,678,640 40,500,000
135,000,000 146,678,640 40,500,000
135,000,000 146,678,640 40,500,000
135,000,000 146,678,640 40,500,000
135,000,000 146,678,640 40,500,000
18,000,000 18,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
1,350,000 300,000 600,000 1,050,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
254,085,760
381,128,640
381,128,640
381,128,640
381,128,640
381,128,640
381,128,640
381,128,640
13,921,185 504,002,945 (120,302,945)
23,513,965 490,300,605 85,249,395
23,513,965 490,624,605 84,925,395
23,513,965 490,300,605 85,249,395
23,513,965 490,624,605 84,925,395
23,513,965 490,300,605 85,249,395
23,513,965 490,624,605 84,925,395
33,700,215 500,486,855 115,808,145
C. Biaya Variabel 1
Bakalan Domba
2
Bakalan Kambing
3
Rumput
4
Konsentrat : a. Ampas tahu b. Singkong
5
Obat-obatan : a. Obat Cacing b. Obat Mata c. Antibiotik d. Vitamin TOTAL BIAYA VARIABEL PPh TOTAL OUTFLOW Net Benefit
142
b. Pengembangan Usaha No
Keterangan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
I. INFLOW 1
Penjualan Domba
2
Penjualan Kambing
3
Penjualan Kotoran
4
Modal Pinjaman
5
Nilai Sisa TOTAL INFLOW
328,320,000 359,100,000 3,240,000 150,000,000 840,660,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
1,035,990,000 1,035,990,000 1,035,990,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
1,035,990,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
492,480,000 538,650,000 4,860,000
164,745,000 1,035,990,000 1,035,990,000 1,200,735,000
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1
Tanah
2
Tanah (Baru)
3
Perizinan Usaha
4
Kandang
5
Kandang (Baru)
6
Gudang
7
Instalasi Listrik
8
Instalasi Listrik (Baru)
9
Instalasi Air
10
Instalasi Air (Baru)
11
Mobil
12
Motor Pakan
13
Motor Pakan (Baru)
492,480,000 538,650,000 4,860,000
30,000,000 120,000,000 1,000,000 25,000,000 60,000,000 10,000,000 1,000,000 600,000 2,000,000 2,500,000 84,000,000 23,000,000 40,000,000
143
14
Sabit
15
Garpu Rumput
16
Skop
17
Timbangan TOTAL BIAYA INVESTASI B. Biaya Tetap
1
b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
150,000 24,000 150,000
150,000 24,000 150,000
399,874,000
324,000
324,000
324,000
21,600,000 21,600,000 10,800,000 21,600,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
400,000 1,600,000 2,400,000 129,600 80,000 600,000 11,200,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
THR : a. Ketua b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
3
150,000 24,000 150,000
Gaji: a. Ketua
2
150,000 24,000 150,000 450,000
Rekening: a. Listrik b. Telepon
4
Air
5
Karung Bekas
6
Gunting Cukur
7
Ember
8
Pemeliharaan
144
9
BBM
10
Pajak: a. Mobil b. Motor Pakan c. PBB TOTAL BIAYA TETAP C. Biaya Variabel
1
Bakalan Domba
2
Bakalan Kambing
3
Rumput
4
Konsentrat: a. Ampas tahu b. Singkong
5
18,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
121,469,600
176,134,400
176,134,400
176,134,400
176,134,400
176,134,400
176,134,400
176,134,400
162,000,000 176,014,368 48,600,000
243,000,000 264,021,553 72,900,000
243,000,000 264,021,553 72,900,000
243,000,000 264,021,553 72,900,000
243,000,000 264,021,553 72,900,000
243,000,000 264,021,553 72,900,000
243,000,000 264,021,553 72,900,000
243,000,000 264,021,553 72,900,000
32,400,000 32,400,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
2,430,000 540,000 1,080,000 1,890,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
457,354,368
686,031,553
686,031,553
686,031,553
686,031,553
686,031,553
686,031,553
686,031,553
30,150,000 65,459,008 1,074,306,976 (233,646,976)
30,150,000 43,456,012 935,771,964 100,218,036
30,150,000 43,456,012 936,095,964 99,894,036
30,150,000 43,456,012 935,771,964 100,218,036
30,150,000 43,456,012 936,095,964 99,894,036
30,150,000 43,456,012 935,771,964 100,218,036
30,150,000 43,456,012 936,095,964 99,894,036
30,150,000 78,093,512 970,409,464 230,325,536
Obat-obatan: a. Obat Cacing b. Obat Mata c. Antibiotik d. Vitamin TOTAL BIAYA VARIABEL Pembayaran Angsuran PPh TOTAL OUTFLOW Net Benefit
145
c. Incrementan Net Benefit Keterangan
Net Benefit Withhout Project Net Benefit With Project Incremental Net Benefit DR 12 % PV per tahun PV Positif PV Negatif NPV Net B/C IRR PP
Tahun 1
(120,302,945) (233,646,976) (113,344,031) 1 (113,344,031) 113,344,031 (113,344,031) 0 1 12% 8 tahun
2
85,249,395 100,218,036 14,968,641 0.893 13,364,858
3
84,925,395 99,894,036 14,968,641 0.797 11,932,909
4
85,249,395 100,218,036 14,968,641 0.712 10,654,383
5
84,925,395 99,894,036 14,968,641 0.636 9,512,842
6
85,249,395 100,218,036 14,968,641 0.567 8,493,609
7
84,925,395 99,894,036 14,968,641 0.507 7,583,579
8
115,808,145 230,325,536 114,517,391 0.452 51,801,852
146
Lampiran 12. Switching Value Penurunan Harga Penjualan Kambing 0,14 % a. Sebelum Pengembangan Usaha No
Keterangan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
I. INFLOW 1
Penjualan Domba
2
Penjualan Kambing
3
Penjualan Kotoran
4
Nilai Sisa TOTAL INFLOW
182,400,000 199,214,240 1,800,000
273,600,000 298,821,360 2,700,000
273,600,000 298,821,360 2,700,000
273,600,000 298,821,360 2,700,000
273,600,000 298,821,360 2,700,000
273,600,000 298,821,360 2,700,000
273,600,000 298,821,360 2,700,000
383,414,240
575,121,360
575,121,360
575,121,360
575,121,360
575,121,360
575,121,360
273,600,000 298,821,360 2,700,000 40,745,000 615,866,360
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1
Tanah
2
Perizinan Usaha
3
Kandang
4
Gudang
5
Instalasi Listrik
6
Instalasi Air
7
Mobil
8
Motor Pakan
9
Sabit
10
Garpu Rumput
11
Skop
12
Timbangan
30,000,000 1,000,000 25,000,000 10,000,000 1,000,000 2,000,000 84,000,000 23,000,000 150,000 24,000 150,000 450,000
150,000 24,000 150,000
150,000 24,000 150,000
150,000 24,000 150,000
147
TOTAL BIAYA INVESTASI B. Biaya Tetap 1
b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
324,000
324,000
9,600,000 11,200,000 5,600,000 11,200,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
14,400,000 16,800,000 8,400,000 16,800,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
1,500,000 1,500,000 750,000 1,500,000
200,000 800,000 1,200,000 72,000 80,000 300,000 4,000,000 9,000,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
300,000 1,200,000 1,800,000 108,000 80,000 300,000 6,000,000 13,500,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
500,000 200,000
THR : a. Ketua b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
3
324,000
Gaji : a. Ketua
2
176,774,000
Rekening : a. Listrik b. Telepon
4
Air
5
Karung Bekas
6
Gunting Cukur
7
Ember
8
Pemeliharaan
9
BBM
10
Pajak : a. Mobil b. Motor Pakan
148
c. PBB TOTAL BIAYA TETAP C. Biaya Variabel 1
Bakalan Domba
2
Bakalan Kambing
3
Rumput
4
Konsentrat : a. Ampas tahu b. Singkong
5
20,000
20,000
20,000
20,000
20,000
20,000
20,000
20,000
59,222,000
85,658,000
85,658,000
85,658,000
85,658,000
85,658,000
85,658,000
85,658,000
90,000,000 97,500,000 27,000,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
135,000,000 146,250,000 40,500,000
18,000,000 18,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
27,000,000 27,000,000
1,350,000 300,000 600,000 1,050,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
2,025,000 450,000 900,000 1,575,000
253,800,000
380,700,000
380,700,000
380,700,000
380,700,000
380,700,000
380,700,000
380,700,000
13,921,185 503,717,185 (120,302,945)
23,513,965 489,871,965 85,249,395
23,513,965 490,195,965 84,925,395
23,513,965 489,871,965 85,249,395
23,513,965 490,195,965 84,925,395
23,513,965 489,871,965 85,249,395
23,513,965 490,195,965 84,925,395
33,700,215 500,058,215 115,808,145
Obat-obatan : a. Obat Cacing b. Obat Mata c. Antibiotik d. Vitamin TOTAL BIAYA VARIABEL PPh TOTAL OUTFLOW Net Benefit
149
b. Pengembangan Usaha No
Keterangan
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
I. INFLOW 1
Penjualan Domba
2
Penjualan Kambing
3
Penjualan Kotoran
4
Modal Pinjaman
5
Nilai Sisa TOTAL INFLOW
328,320,000 358,585,632 3,240,000 150,000,000
492,480,000 537,878,447 4,860,000
840,145,632 1,035,218,447
492,480,000 537,878,447 4,860,000
492,480,000 537,878,447 4,860,000
1,035,218,447 1,035,218,447
492,480,000 537,878,447 4,860,000
492,480,000 537,878,447 4,860,000
492,480,000 537,878,447 4,860,000
492,480,000 537,878,447 4,860,000
1,035,218,447 1,035,218,447 1,035,218,447
164,745,000 1,199,963,447
II. OUTFLOW A. Biaya Investasi 1
Tanah
2
Tanah (Baru)
3
Perizinan Usaha
4
Kandang
5
Kandang (Baru)
6
Gudang
7
Instalasi Listrik
8
Instalasi Listrik (Baru)
9
Instalasi Air
10
Instalasi Air (Baru)
11
Mobil
12
Motor Pakan
13
Motor Pakan (Baru)
30,000,000 120,000,000 1,000,000 25,000,000 60,000,000 10,000,000 1,000,000 600,000 2,000,000 2,500,000 84,000,000 23,000,000 40,000,000
150
14
Sabit
15
Garpu Rumput
16
Skop
17
Timbangan TOTAL BIAYA INVESTASI B. Biaya Tetap
1
b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
150,000 24,000 150,000
150,000 24,000 150,000
399,874,000
324,000
324,000
324,000
21,600,000 21,600,000 10,800,000 21,600,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
32,400,000 32,400,000 16,200,000 32,400,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
3,000,000 3,000,000 1,500,000 3,000,000
400,000 1,600,000 2,400,000 129,600 80,000 600,000 11,200,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
600,000 2,400,000 3,600,000 194,400 80,000 600,000 16,800,000
THR : a. Ketua b. Pengadaan Pakan c. Pemasaran d. Pemeliharaan
3
150,000 24,000 150,000
Gaji: a. Ketua
2
150,000 24,000 150,000 450,000
Rekening: a. Listrik b. Telepon
4
Air
5
Karung Bekas
6
Gunting Cukur
7
Ember
8
Pemeliharaan
151
9
BBM
10
Pajak: a. Mobil b. Motor Pakan c. PBB TOTAL BIAYA TETAP C. Biaya Variabel
1
Bakalan Domba
2
Bakalan Kambing
3
Rumput
4
Konsentrat: a. Ampas tahu b. Singkong
5
18,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
27,000,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
500,000 400,000 60,000
121,469,600
176,134,400
176,134,400
176,134,400
176,134,400
176,134,400
176,134,400
176,134,400
162,000,000 175,500,000 48,600,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
243,000,000 263,250,000 72,900,000
32,400,000 32,400,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
48,600,000 48,600,000
2,430,000 540,000 1,080,000 1,890,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
3,645,000 810,000 1,620,000 2,835,000
456,840,000
685,260,000
685,260,000
685,260,000
685,260,000
685,260,000
685,260,000
685,260,000
30,150,000 65,459,008 1,073,792,608 (233,646,976)
30,150,000 43,456,012 935,000,412 100,218,036
30,150,000 43,456,012 935,324,412 99,894,036
30,150,000 43,456,012 935,000,412 100,218,036
30,150,000 43,456,012 935,324,412 99,894,036
30,150,000 43,456,012 935,000,412 100,218,036
30,150,000 43,456,012 935,324,412 99,894,036
30,150,000 78,093,512 969,637,912 230,325,536
Obat-obatan: a. Obat Cacing b. Obat Mata c. Antibiotik d. Vitamin TOTAL BIAYA VARIABEL Pembayaran Angsuran PPh TOTAL OUTFLOW Net Benefit
152
c. Incremental Net Benefit Keterangan
Net Benefit Without Project Net Benefit With Project Incremental Net Benefit DR 12 % PV per tahun PV Positif PV Negatif NPV Net B/C IRR PP
Tahun 1
(120,302,945) (233,646,976) (113,344,031) 1 (113,344,031) 113,344,031 (113,344,031) 0 1 12% 8 tahun
2
85,249,395 100,218,036 14,968,641 0.893 13,364,858
3
84,925,395 99,894,036 14,968,641 0.797 11,932,909
4
85,249,395 100,218,036 14,968,641 0.712 10,654,383
5
84,925,395 99,894,036 14,968,641 0.636 9,512,842
6
85,249,395 100,218,036 14,968,641 0.567 8,493,609
7
84,925,395 99,894,036 14,968,641 0.507 7,583,579
8
115,808,145 230,325,536 114,517,391 0.452 51,801,852
153
116