ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN (KASUS : MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR)
SKRIPSI
JULAEHA H34050278
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
RINGKASAN JULAEHA. Analisis Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin (Kasus : Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan FEBRIANTINA DEWI, SE, MSc) Perkembangan zaman yang semakin cepat telah merubah pola stuktur dan konsumsi dimasyarakat, dimana masyarakat cenderung lebih menyukai produkproduk praktis dan sesuai selera. Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar 231 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan mencapai 1,45 persen (BPS, 2009) merupakan pasar potensial untuk mengembangkan bisnis produk makanan. Hal ini terlihat dari besarnya tingkat pengeluran masyarakat untuk produk makanan yaitu lebih dari 50 persen. Hal ini merupakan peluang yang cukup menjanjikan bagi para pelaku bisnis khususnya bisnis dibidang makanan. Salah satu produk makanan jadi yang banyak dikonsumsi adalah produk biskuit. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya tingkat rata-rata konsumsi kalori per kapita untuk produk makanan jadi yaitu sebesar 278.46 persen pada tahun 2009. Salah satu produk makanan jadi yang cukup digemari adalah produk biskuit. Hal ini terlihat dari hasil penelitian AC Nielsen pada tahun 2008 bahwa pasar biskuit di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 19,45 persen atau senilai Rp 2,5 triliun. Salah satu produk biskuit yang banyak digemari adalah produk Oreo yang diproduksi oleh PT.Kraft Foods Inc. Menurut CEO Kraft, Irene Rosenfeld, Kraft saat ini merupakan pemimpin pasar biskuit dunia, dengan portofolio luas dari merek-merek ternama diseluruh dunia. Di Asia, Kraft saat ini memiliki portofolio lengkap dengan merek-merek produk yang tersebar diseluruh kategori biskuit seperti Oreo, Ritz, Chip's Ahoy, Jacob's, Chipsmore, Twisties, Biskuat, Milk Biscuit, Hi Calcium Soda, Tuc, dan Tiki. Berdasarkan survei yang dilakukan AC Nielsen, pangsa pasar biskuit susu dikuasai oleh biskuit Danone dan Oreo. Berdasarkan hasil penelitian BPOM pada September 2008 ditemukan bahwa semua produk yang mengandung susu dan berasal dari Cina positif mengandung melamin sebesar 8.51 mg/kg sampai dengan 945.86 mg/kg, dan salah satu produk yang mengandung melamin adalah produk Oreo Wafer Sticks produksi PT. Nabisco Food (Suzhou) Co.Ltd, China dengan kandungan melamin sebesar 366.08 mg/kg dan sebesar 361.69 mg/kg. Namun adanya pemberitaan media massa yang kurang spesifik dan informatif serta adanya kesalahan pemaknaan yang diterima masyarakat telah membuat masyarakat mencap bahwa semua produk Oreo berbahaya padahal produk Oreo buatan dalam negeri (PT.Kraft Foods Indonesia) bebas melamin, hal ini tentunya akan mempengaruhi persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis tingkat pengetahuan keamanan pangan responden, (2) menganalisis tingkat persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, (3) menganalisis tingkat sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, dan (4) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor , pada bulan April hingga Juli 2009.
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Cluster Sampling. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan tabulasi deskriptif. Analisis skala likert, dan regresi logistik. Responden pada penelitian ini berjumlah 92 orang. Sebagian besar merupakan perempuan, berusia 19 tahun, sebagian besar bertempat tinggal di asrama yaitu sebesar 79 responden dan memiliki uang saku sebesar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 per bulan. Pada perilaku konsumsi/pembelian terhadap produk Oreo sebagian besar responden melakukan pembelian secara mendadak. Dalam hal frekuensi mengkonsumsi produk Oreo perbulannya sebagian besar responden adalah kurang dari lima bungkus perbulan dan memilih waktu mengkonsumsi produk Oreo pada malam hari, responden memilih jenis produk Oreo Sandwich Chocolate Creame serta melakukan pembelian produk Oreo di Minimarket. Alasan utama mengkonsumsi produk Oreo adalah produk Oreo sebagai makanan pengganti atau cemilan, urutan prioritas atribut terpenting dalam mengkonsumsi produk Oreo adalah rasa dari produk Oreo, sumber informasi mengenai produk Oreo dari iklan media elektronik, dan responden menyatakan puas terhadap produk Oreo. Dalam hal tingkat pengetahuan keamanan pangan, sebagian besar responden berada dalam kategori sedang hal ini berarti responden cukup memahami dan memiliki pengetahuan mengenai keamanan pangan, untuk tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo sebagian besar responden berada dalam kategori sedang hal ini berarti responden cukup mengetahui mengenai informasi tentang produk Oreo. Analisis tingkat persepsi terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin menghasilkan bahwa persepsi responden berada dalam kategori buruk, hal ini berarti responden tidak cukup memahami dan memiliki pandangan yang negatif terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Berdasarkan analisis sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin diketahui bahwa responden memiliki sikap negatif terhadap produk Oreo hal ini berarti responden cukup terpengaruh isu dan memiliki kecenderung untuk tidak mengkonsumsi produk Oreo seperti sebelum terkena isu melamin. Hasil analisis logit menghasilkan satu variabel yang berpengaruh nyata pada tingkat persepsi terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin yaitu variabel tingkat pengetahuan keamanan pangan. Hasil analisis logit untuk tingkat sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin menghasilkanan dua variabel yang berpengaruh nyata yaitu tingkat persepsi terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin dan jenis kelamin. Rekomendasi yang dapat disampaikan kepada PT.Kraft Foods Indonesia adalah PT.Kraft Foods Indonesia harus lebih memberikan sosialisasi mengenai pengetahuan kemanan pangan kepada masyarakat, misalnya dengan melakukan road show ke kota-kota yang ada di Indonesia yang disertai dengan sosialisasi produk Oreo yang bebas melamin dan aman dikonsumsi.
ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN (KASUS : MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR)
JULAEHA H34050278
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin (Kasus : Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor)
Nama
: Julaeha
NIM
: H34050278
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Febriantina Dewi, SE, MSc NIP.19690205 199603 2001
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr.Ir.Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin (Kasus : Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010 Julaeha
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 26 Juli 1986. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Uju dan Ibunda Karti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Gandasari II Purwakarta pada tahun 1999. Jenjang pendidikan dilanjutkan di SLTP Negeri 7 Purwakarta, dan lulus pada tahun 2002. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Purwakarta dan lulus pada tahun 2005. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada program studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2005 melalui jalur USMI. Selama kuliah, penulis menjadi Asisten mata kuliah ekonomi umum selama empat semester. Selain itu, penulis juga menjadi pengajar privat dan staf pengajar di Primagama Dramaga. Penulis juga aktif dalam organisasi Kopma IPB, Organisasi kedaerahan (OMDA) PUSCOM Purwakarta pada seksi Hubungan masyarakat. Pada periode 2007-2008 penulis memperoleh beasiswa dari PT. Indocemen Tbk.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Analisis Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin (Kasus : Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor)” ini disusun sebagai bentuk penyelesaian studi dan merupakan salah satu syarat kelulusan Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Hal ini terkait dengan adanya pemberitaan mengenai kandungan melamin dalam produk Oreo. Oleh sebab itu penulis mencoba memberikan informasi mengenai persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, dengan mengambil responden mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi PT. Kraft Foods Indonesia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu tanggapan dan saran ke arah penyempurnaan sangat diharapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan memberikan perhatian kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan dan bagi siapapun yang membacanya.
Bogor, Januari 2010 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1.
Ayah, ibu yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya kepada penulis.
2.
Ibu Febriantina Dewi, SE, MSc sebagai dosen pembimbing atas bimbingan, saran serta perhatiannya yang sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian serta penyusunan skripsi ini.
3.
Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM atas kesediaannya menjadi Dosen Penguji Utama dalam ujian sidang.
4.
Ibu Eva Yolynda A,SP,MM atas kesediaanya menjadi dosen penguji Wakil Departemen dalam ujian sidang.
5.
Ibu Ir. Harmini, atas bimbingannya selama menjadi dosen Pembimbing Akademik selama penulis menjalani kuliah.
6.
Pak Arif Karyadi dan mas Hamid yang telah mempermudah dalam proses nilai Gladikarya.
7.
Muhammad Afif dan Fakhry atas dukungan, semangat serta kesediaanya berbagi suka dan duka, yang menjadikan masa perkuliahan ini tidak sekedar berwarna hitam dan putih tetapi lebih indah lagi.
8.
Teman-teman sebimbingan, Ela, Dodo, Wiwi buat semangat, dukungan, serta kebersamaannya selama penyususnan skripsi.
9.
Teman-teman seperjuangan di AGB 42, terima kasih untuk segala hal yang kita lakukan bersama dan membuat penulis merasa tidak pernah menyesal masuk di IPB dengan jurusan paling favorite ini.
10. Adik-adik praktikanku selama dua semester ini. B21 dan B19. 11. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Januari 2010 Julaeha
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................. i DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vi I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 1.3. Tujuan ......................................................................................... 1.4. Kegunaan ...................................................................................... 1.5. Ruang Lingkup ..............................................................................
1 1 8 11 11 12
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2.1. Keamanan Pangan ....................................................................... 2.2. Melamin ...................................................................................... 2.3. Daftar Produk Bermelamin ......................................................... 2.4. Penelitian Terdahulu ...................................................................
13 13 15 17 20
III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 3.1.1. Konsumen dan Perilaku Konsumen .................................. 3.1.2. Persepsi .............................................................................. 3.1.2.1. Elemen Persepsi ........................................................................... 3.1.2.2. Dinamika Persepsi ......................................................... 3.1.3. Sikap Konsumen ………………………. ........................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ……….. ..................................
23 23 23 25 28 28 30 31
IV. METODE PENELITIAN ................................................................ 4.1. Lokasi dan Waktu ....................................................................... 4.2. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 4.3. Desain Penelitian ......................................................................... 4.4. Data dan Instrumentasi ................................................................. 4.4.1. Data ................................................................................... 4.4.1. Instrumentasi ..................................................................... 4.5. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 4.6. Metode Pegolahan Data .............................................................. 4.6.1. Analisis Deskriptif ............................................................ 4.6.2. Analisis Regresi Logistik ................................................... 4.6.3. Skala Likert dan Rentang Skala ........................................ 4.7. Definisi Operasional ..................................................................
35 35 35 38 39 39 39 39 40 40 41 49 52
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 5.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan .......................... 5.2 Keadaan Umum Asrama TPB IPB ............................................... 5.3 Karakteristik Umum Responden ................................................... 5.4 Perilaku Pembelian/Konsumsi Oreo ............................................. 5.5 Tingkat Pengetahuan Keamanan Pangan .....................................
53 53 54 55 57 64
5.6 Tingkat Pengetahuan terhadap Produk Oreo .............................. 67 5.7 Analisis Persepsi Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin ...................................................................................... 70 5.8 Analisis Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin ...................................................................................... 72 V I. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMI ........................................... 77 6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Responden Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin .............. 77 6.2. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Responden Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin ................ 81 VII. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 86 7.1. Kesimpulan ............................................................................... 86 7.2. Saran .......................................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 89 LAMPIRAN ............................................................................................. 91
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per kapita Tahun 1999 dan 2002-2009 ........................................................................................... 1 2. Rata-rata Konsumsi Kalori Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan 1999, 2002-2009 .................................................................. 2 3. Perkembangan Produksi Biskuit di Indonesia Tahun 2001-2008 ........ 3 4. Kadar Melamin dalam Produk Asal China yang Mengandung Susu .................................................................................................... 6 5. Produk Susu Asal China yang Terdaftar di BPOM yang Diduga Mengandung Melamin ........................................................................ 7 6. Produk Susu Asal China yang Tidak Terdaftar diBPOM (Ilegal) ...... 18 7. Daftar Produk China yang Mengandung Melamin (Diumumkan oleh Agri-Food & Veterinary Authority (AVA) Singapura) ............... 19 8. Sebaran Jumlah Responden pada Setiap Fakultas ................................ 37 9. Sebaran Jumlah Responden Laki-Laki dan Perempuan pada Setiap Fakultas .............................................................................................. 38 10. Peubah Penjelas Beserta Kategorinya ................................................. 47 11. Skala Likert dan Skor Jawaban Responden ......................................... 50 12. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................. 56 13. Sebaran Responden Berdasarkan Usia ................................................ 56 14. Sebaran Responden Berdasarkan Uang Saku Per Bulan ..................... 57 15. Sebaran Responden Berdasarkan Cara Memutuskan Pembelian Produk Oreo ........................................................................................... 58 16. Sebaran Responden Berdasarkan Frekuensi Mengkonsumsi Produk Oreo .................................................................................................... 58 17. Sebaran Responden Berdasarkan Waktu Mengkonsumsi Produk Oreo .................................................................................................... 59 18. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis-Jenis Produk Oreo yang Pernah Dikonsumsi ................................................................... 59 19. Sebaran Responden Berdasarkan Tempat Pembelian Produk Oreo …. 60 20. Sebaran Responden Berdasarkan Alasan dalam Mengkonsumsi Produk Oreo ..................................................................................................... 61 21. Sebaran Responden Berdasarkan Urutan Prioritas Atribut dalam Mengkonsumsi Produk Oreo ………………………. ......................... 62
22. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Sumber Informasi dalam Mengetahui Keberadaan Produk Oreo ……….. .................................. 62 23. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Kepuasan Responden atas Pembelian Produk Oreo ............................................................... 63 24. Skor Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Keamanan Pangan Responden untuk Setiap Jenis Pertanyaan Pengetahuan Keamanan Pangan ........ 65 25. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Keamanan Pangan ............................................................................................... 66 26. Skor Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Terhadap Produk Oreo untuk Setiap Jenis Pernyataan ...................................................................... 68 27. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terhadap Produk Oreo ....................................................................................... 69 28. Sebaran Responden Berdasarkan Skor Rata-Rata Persepsi untuk Setiap Pernyataan .......................................................................................... 70 29. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Persepsi ........................... 72 30. Sebaran Responden Berdasarkan Skor Rata-Rata Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin ........................................ 73 31. Sebaran Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin ............................................................. 75 32. Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Responden untuk Memiliki Persepsi Baik Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin ........................ 79 33. Hasil Estimasi Model Regresi Logistik Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Responden untuk Bersikap Positif Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin ......................... 83
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Model Perilaku Konsumen .................................................................... 25 2. Tahap-Tahap Dalam Pemrosesan Informasi ......................................... 26 3. Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 34
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Daftar Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama .................................... 91 2. Kuesioner Penelitian ............................................................................. 92 3. Data Input Untuk Analisis Regresi Logistik Tingkat Persepsi Responden Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin ........................... 98 4. Output Regresi Logistik dengan SPSS 17.0 for window untuk Tingkat Persepsi Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin 101 5. Data Input untuk Analisis Regresi Logistik Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin ...................................................... 105 6. Output Regresi Logistik dengan SPSS 17.0 for window untuk Tingkat Sikap Terhadap Produk Oreo Setelah Adanya Isu Melamin .... 108
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin cepat dan persaingan hidup yang
semakin keras, berdampak pada perubahan struktur sosial di masyarakat dan fungsi anggota keluarga. Perubahan tersebut mengarah pada pola konsumsi pangan (baik makanan maupun minuman) yang cepat, mudah, praktis dan memenuhi selera. Negara Indonesia dengan jumlah penduduk 231 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan per tahun mencapai 1,43 persen (BPS, 2009) merupakan pasar yang potensial bagi para pelaku bisnis untuk membuka usaha khususnya dibidang pangan. Hal ini terlihat dari besarnya rata-rata pengeluaran masyarakat yang lebih dari 50 persen dialokasikan untuk produk makanan (Tabel 1), sehingga semakin memperkuat indikasi bahwa industri makanan berkembang dengan cepat. Dari data ini tentunya perusahaan dapat melihat ke depan sebagai prospek yang bagus untuk mengembangkan bisnisnya, khususnya bisnis dibidang makanan. Tabel 1. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per kapita Tahun 1999 dan 2002-2009 Persentase pengeluaran rata-rata perkapita 1999 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 62,9 58,4 56,8 54,5 51,3 53,0 49,2 50,1 50,6 Makanan 4 7 9 9 7 1 4 7 2 Bukan 37,0 41,5 43,1 45,4 48,6 46,9 50,7 49,8 49,3 makanan 6 3 1 2 3 9 6 3 8 Sumber : BPS, 2009 Jenis komoditas
Salah satu bisnis dibidang makanan yang mempunyai potensi untuk terus berkembang adalah industri makanan biskuit. Biskuit merupakan makanan pelengkap yang cukup digemari di Indonesia. Hal ini terlihat dari cukup besarnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk makanan jadi termasuk biskuit yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Konsumsi Kalori Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan 1999, 2002-2009. No. Komoditi 1999 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Padi1 1 1 1 1 992.93 953.16 968.48 939.99 1 padian 066,50 039,91 035,07 024,08 009.13 Umbi60.73 55.43 55.62 66.91 56.01 51.08 52.49 52.75 39.97 2 umbian 3 Ikan 36.04 42.53 46.91 45.05 47.59 44.56 46.71 47.64 43.52 4 Daging 20.07 35.01 41.71 39.73 41.45 31.27 41.89 38.6 35.72 Telur dan 24.39 39.63 37.83 40.47 47.17 43.35 56.96 53.6 51.59 5 susu Sayur32.28 37.44 40.95 38.8 38.72 40.2 46.39 45.46 38.95 6 sayuran Kacang7 52.4 71.66 63.93 62.24 69.97 64.42 73.02 60.58 55.94 kacangan Buah32.71 40.75 42.75 41.61 39.85 36.95 49.08 48.01 39.04 8 buahan Minyak 9 dan 205.9 246.66 241.7 236.67 241.87 234.5 246.34 239.3 228.35 lemak Bahan 103.35 120 115.54 114.75 110.73 103.69 113.94 109.87 101.73 10 minuman Bumbu15.42 18.28 15.89 16.41 19.25 18.81 17.96 17.11 15.61 11 bumbuan Konsumsi 12 28.76 41.66 39.6 40.16 52.84 48.14 70.93 66.92 58.75 lainnya 233.08 216.83 246,04 289,85 Makana 278.46 170.78 198.09 212.31 219.09 13 *) *) *) *) n jadi Minuman 14 beralkoho 0.04 0.09 0.09 0.09 l Tembaka 15 u dan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 sirih 2038.1 1927.6 1 1 1 1 2 1 2014.91 JUMLAH 7 3 849,36 987,13 989,89 986,06 007.65 926.74 Sumber : BPS, 2009 Catatan : *) termasuk makanan beralkohol Berdasarkan Tabel diatas tingkat konsumsi terhadap produk makanan jadi termasuk biskuit setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan produk lainnya, tingkat konsumsi terhadap makanan jadi memiliki nilai yang cukup tinggi dimana pada tahun 2009 mencapai 278,46. Kecenderungan meningkatnya konsumsi terhadap makanan jadi ini disebabkan oleh semakin meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia dan meningkatnya selera
konsumen terhadap produk makanan tersebut. Besaran pasar biskuit salah satunya ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk dan daya beli penduduk tersebut. Jika dilihat berdasarkan catatan riset Nielsen Indonesia tahun 2008, pasar biskuit di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 19,45 persen atau senilai Rp 2,5 triliun. Menurut hasil riset tersebut, pertumbuhan pasar biskuit tahun 2005 tumbuh sekitar 17,7 persen, tahun 2006 tingkat pertumbuhannya mencapai 14,3 persen, dan tahun 2007 tingkat pertumbuhannya mencapai 15,2 persen. Data Departemen Perdagangan menunjukkan nilai produksi biskuit di Indonesia mengalami peningkatan pada periode 2001-2007. Tahun 2001 nilai produksi biskuit adalah sebesar 156.351 ton dan meningkat menjadi 231.685 ton pada tahun 2005 atau naik sebesar 48,18 persen. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2005 sebesar 27,45 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2006 nilai produksi biskuit meningkat menjadi 264.816 atau naik sebesar 14,3 persen dan 2007 nilai produksi biskuit mencapai 305.069 atau naik sebesar 15,2 persen dan 2008 ini. Data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 3. Perkembangan Produksi Biskuit di Indonesia Tahun 2001-2008 Tahun Produksi (Ton) % Kenaikan Produksi 2001 156.351 2002
165.753
6,01
2003
178.650
7,78
2004
181.785
1,75
2005
231.685
27,45
2006
264.816
14,3
2007
305.069
15,2
364.405
19,45
2008 Sumber : Depdag, 2009
Pasar biskuit memiliki cukup banyak pemain, bahkan sampai ratusan merek saling bersaing dalam pasar biskuit, namun hanya beberapa produk saja yang mampu menguasai pasar. Pada tahun 2004 saja terdapat lebih dari 185 perusahaan dengan 400-an merek yang ada di Indonesia. Pemain-pemain besar di bisnis biskuit saat ini adalah biskuit dari Danone, Oreo dari Kraft, Biskuit Roma
dari Mayora, Tango dari Orang Tua, biskuit produksi Arnott’t, dan Khong Guan. Biskuit Oreo merupakan produk yang sangat disukai dan digemari oleh masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang tua. Selain rasanya yang enak, jenis produknya pun beragam seperti Oreo Wafer Stick, Oreo Sandwich Chocolate, dan Oreo Cookie. Produk Oreo pada awalnya diperkenalkan sebagai Biskuit Oreo, dengan dua keping biskuit yang diisi krim. Pada tahun 1921, nama Biskuit Oreo berubah menjadi Oreo Sandwich. Kemudian nama tersebut berubah kembali menjadi Oreo Sandwich Creme pada tahun 1948. Akhirnya, pada tahun 1974 sampai sekarang Oreo Sandwich Creme berganti nama menjadi Oreo Chocolate Sandwich Cookie. Oreo merupakan produk biskuit yang diproduksi oleh Kraft Foods Inc dengan nama divisi biskuit Nabisco. Kraft Foods Inc (Kraft) merupakan perusahaan pemimpin global dalam sektor makanan dan minuman bermerek asal Amerika. Menurut CEO Kraft, Irene Rosenfeld, Kraft saat ini merupakan pemimpin pasar biskuit dunia, dengan portofolio luas dari merek-merek ternama di seluruh dunia. Di Asia, Kraft saat ini memiliki portofolio lengkap dengan merek-merek produk yang tersebar di seluruh kategori biskuit seperti Oreo, Ritz, Chip's Ahoy, Jacob's, Chipsmore, Twisties, Biskuat, Milk Biscuit, Hi Calcium Soda, Tuc, dan Tiki. Persaingan dalam industri biskuit sangat ketat, namun tidak ada satupun pemain industri biskuit yang mendominasi. Di antara 6 subkategori biskuit, yakni: wafer, assorted, crackers, marie, stick dan cookies, pemimpin pasarnya masingmasing berbeda. Misalnya wafer, subkategori ini dikuasai oleh Tango dari Grup Orang Tua dan Gery dari Garuda Food. Keduanya bersaing keras, baik dalam hal distribusi maupun iklan. Menurut catatan Nielsen Media Research, Tango mengeluarkan dana untuk iklan sebesar Rp 58,9 miliar pada tahun 2008, sedangkan Gery mengeluarkan dana sekitar Rp 45 miliar. Dari persaingan itu, Tango memimpin dengan penguasaan pasar sebesar 27 persen, sedangkan Gery sebesar 14 persen. Pemain industri dalam subkategori craker terdiri dari Nissin, Khong Guan, Indofood, Kraft Foods dan Arnott’s. Persaingan crackers tergolong paling keras di antara subkategori lain. Hal ini dikarenakan hampir semua produsen mempunyai
produk unggulan. Assorted biskuit dari Khong Guan merupakan pemimpin dalam subkategori ini. Khong Guan menguasai 53 persen pangsa pasar untuk subkategori craker. Berada di belakangnya adalah Kraft Food Indonesia dan Arnott's Indonesia. Sedangkan berdasarkan survei yang dilakukan AC Nielsen, pangsa pasar biskuit susu dikuasai oleh biskuit Danone dan Oreo. Berdasarkan hasil penemuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada September 2008 terdapat beberapa produk makanan dan susu formula yang beredar di pasaran secara bebas yang diduga mengandung melamin. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), semua sampel produk susu asal China positif mengandung melamin antara 8.51 mg/kg (ppm) sampai dengan 945.86 mg/kg. Melamin merupakan bahan kimia berbasis organik yang banyak ditemukan dalam bentuk kristal putih dalam nitrogen. Melamin biasa digunakan sebagai bahan campuran plastik, pupuk dan produk pembersih. Melamin tidak memiliki unsur dan nilai nutrisi, sehingga bila dicampur dengan susu akan membuat kadar protein susu seolah lebih tinggi daripada aslinya2. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari WHO, pencampuran melamin berawal dari tindakan pengoplosan susu dengan air. Jika susu dioplos dengan air, susu akan mengalami pengenceran dan protein yang terkandung dalam susu akan berkurang. Penambahan melamin dimaksudkan untuk mengelabui pengecekan agar susu yang encer tadi dikategorikan normal kandungannya. Produk-produk yang dilarang peredarannya merupakan produk yang cukup digemari masyarakat. Berdasarkan penelitian BPOM diketahui terdapat 28 produk impor asal China yang mengandung melamin. Salah satunya adalah produk Oreo Wafer Sticks produksi PT. Nabisco Food (Suzhou) Co.Ltd, China dengan kandungan melamin sebesar 366.08 mg/kg dan sebesar 361.69 mg/kg (Tabel 4).
2 Wikipedia 2009. Melamin.www.wikipedia.com. Rabu 15 April 2009
Tabel 4. Kadar Melamin dalam Produk Asal China yang Mengandung Susu. No.
Nama sample
Nama pabrik/negara asal
1
Guozhen Pine Pollen Calcium Milk Oreo Wafer Sticks
Yantai New Era Health Industry Co.,Ltd., China PT. Nabisco Food ( Suzhou ) Co. Ltd., China PT. Nabisco Food ( Suzhou ) Co. Ltd., China Mars Food Co. Ltd Beijing/China Mars Food Co. Ltd Beijing/China PT. Effem Foods ( Beijing ) Co. Ltd Yanggi Industry & Development Zone PT. Effem Foods ( Beijing ) Co. Ltd Yanggi Industry & Development Zone PT. Effem Foods ( Beijing ) Co. Ltd Yanggi Industry & Development Zone Mars Food Co. Ltd Beijing/China
2 3 4 5 6 7 8 9
Oreo Wafer Sticks M&M's Minis Milk Chocolate M&M's Minis Milk Chocolate M&M's Peanuts Chocolate Candies M&M's Peanuts Chocolate Candies M&M's Milk Chocolate
M&M's Milk Chocolate 10 Snickers, Kacang Sangrai Segar dalam Karamel dan Nougat Lembut dalam Lapisan Coklat Tebal 11 Kembang Gula White Rabbit (Kemasan Biru) 12 Kembang Gula White Rabbit (Kemasan Merah) 13 Soybean Drink With Milk (Kemasan Hijau) 14 Soybean Drink With Milk (Kemasan Kuning) 15 Soyspring Instant Milk Cereal 16 Soyspring Instant Peanut Milk Sumber : BPOM
Kadar melamin (mg/kg) 38.03 366.08 361.69 167.50 252. 89 116.47 262.82 856.30 322.22
Mars Food Co/ China
24.44
Shanghai Guan Sheng Yuan/China
456.04
Shanghai Guan Sheng Yuan/China
945.86
Wuzhou Bingquan Industrial Shareholding Co., Ltd. China
93.25
Wuzhou Bingquan Industrial Shareholding Co., Ltd. China
8.51
Wuzhou Bingquan Industrial Shareholding Co., Ltd. China Wuzhou Bingquan Industrial Shareholding China
23.49 ttd (< 0,62)
Selain produk-produk di atas, terdapat juga produk-produk susu asal China yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang diduga mengandung melamin (Tabel 5). Tabel 5. Produk Susu Asal China yang terdaftar di BPOM yang diduga megandung melamin. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Merek Dagang Jinwei Yougoo Jinwei Yougoo Jinwei Yougoo Guozhen Meiji Indoeskrim Gold Monas Meiji Indoeskrim Gold Monas Oreo Oreo Oreo M & M'S M & M'S Snickers Dove Choc Dove Choc Dove Choc Merry X-Mas Penguin Nestle Nesvita Materna
19. Jinwei Yougoo Sumber : BPOM
Jenis Pangan Susu Fermentasi Susu fermentasi Susu Fermentasi Susu Bubuk Full Cream Es Krim
Keterangan
Ditemukan
Es Krim Stick wafer Stick wafer Chocolate Sandwich Cookie Kembang Gula Kembang Gula Biskuit Kembang Gula Kembang Gula Kembang Gula Kembang Gula Kembang Gula Makanan Ibu Hamil dan Menyusui Susu Fermentasi
Ditemukan Ditemukan Ditemukan Ditemukan Ditemukan
Adanya isu kandungan melamin dalam produk Oreo telah menyebabkan kerugian pada PT.Kraft Foods Indonesia, yaitu hancurnya image yang selama ini dibangun. Salah satu cara untuk mengembalikan citra/image perusahaan, PT.Kraft Foods Indonesia mengeluarkan iklan terbaru produk Oreo dengan isi materi yang menjelaskan bahwa produk Oreo berkualitas baik. Namun dengan adanya pemberitaan isu melamin telah mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap produk Oreo. Padahal produk Oreo produksi dalam negeri dalam hal ini produk Oreo yang diproduksi oleh PT Kraft Indonesia adalah aman untuk dikonsumsi. Persepsi tentang produk Oreo mengandung melamin yang berkembang dimasyarakat sangat penting untuk diperhatikan, karena hal ini akan berdampak
pada sikap konsumen dalam mengkonsumsi produk Oreo. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian mengenai persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. 1.2
Perumusan Masalah Keamanan pangan menjadi salah satu isu yang menyita perhatian beberapa
organisasi kesehatan di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Food and Agriculture Organization (FAO) saat ini memberikan penekanan bagi seluruh negara agar memperkuat sistem keamanan pangan. Negara-negara diminta untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap para produsen dan penjual yang terlibat dalam industri pangan. Kejadian terkait isu keamanan pangan baru-baru ini, seperti temuan melamin hasil industri kimia pada produk makanan dan minuman, atau penggunaan tanpa izin obat-obatan hewan tertentu pada peternakan ikan, dapat berpengaruh pada kesehatan dan sering berakibat pada penolakan produk pangan dalam perdagangan nasional maupun internasional. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup manusia. Banyaknya pangan yang tidak sehat seperti makanan yang memakai bahan pewarna pakaian, makanan yang menggunakan borak, makanan yang berpengawet formalin maupun bahan kimia lainnya merupakan permasalahan yang harus mendapat perhatian dari semua pihak. Hal ini didasarkan pada konsumsi masyarakat Indonesia terhadap makanan yang mengandung bahan kimiawi sangat tinggi. Apalagi konsumen dominan yang bersentuhan langsung adalah anak-anak sekolah dasar dan ibu rumah tangga. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan ilustrasi bahwa lebih dari 90 persen terjadinya penyakit pada manusia yang terkait dengan makanan (foodborne diseases) disebabkan oleh kontaminasi mikrobiologi, yaitu meliputi penyakit tipus, disentri bakteri/amuba, botulism, dan intoksikasi bakteri lainnya, serta hepatitis A dan trichinellosis. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tetapi juga menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak asasi konsumen. Pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun pangan itu menarik, nikmat, tinggi gizinya jika tidak aman dikonsumsi, maka tidak ada nilainya sama sekali.
Oleh karena itu, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pangan yang dikonsumsi menjadi hal penting. Berdasarkan hasil penemuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terdapat 28 produk makanan dan minuman yang beredar di pasaran yang diduga mengandung zat berbahaya melamin. Melamin merupkan zat yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia. Konsumsi secara terus-menerus akan membahayakan kesehatan. Hal ini terbukti dari adanya kasus 56 balita di China yang mengalami gagal ginjal bahkan kematian setelah mengkonsumsi susu yang mengandung melamin. Bahaya lain yang dapat ditimbulkan oleh konsumsi produk makanan dan minuman bermelamin seperti serangan akut pada pernapasan, kerusakan berbagai organ tubuh, dan merusak sistem kekebalan tubuh bayi dan anak-anak. Salah satu produk makanan yang diduga mengandung melamin berdasarkan penemuan BPOM pada September 2008 adalah produk Oreo. Menurut produsen produk Oreo (PT Kraft Indonesia) produk Oreo yang beredar di Indonesia ada dua macam yakni 90 persen Oreo yang dijual bebas yang merupakan produk asli Indonesia dan hanya 10 persen produk Oreo yang diimpor dari Tiongkok (China). Produk Oreo yang mengandung melamin merupakan produk Oreo wafer stick yang diproduksi oleh PT. Nabisco Food ( Suzhou ) Co. Ltd., China dengan kandungan melamin sebesar 366.08 mg/kg dan 361.69 mg/kg. sedangkan Oreo wafer, Oreo Coklat Sandwich Cookies dan Oreo Vanila buatan Indonesia bukanlah produk Oreo yang mengandung melamin. Hal ini menjadi suatu kerugian bagi pihak perusahaan PT Kraft Foods Indonesia. Citra perusahaan yang selama ini telah dibangun selama bertahuntahun di Indonesia menjadi menurun karena masalah tersebut. Menurut riset yang dilakukan AC Nielsen, penjualan produk Oreo dari biskuit coklat berbagai rasa hingga wafer mengalamin penurunan penjualan yang cukup signifikan setelah adanya pengeluaran argumen dari BPOM dan menteri kesehatan, penjualan produk Oreo menurun hingga 10 persen di pasar Indonesia. Melihat realita tersebut, bila pihak perusahaan Kraft yang bertaraf Internasional tidak cepat melakukan pembaharuan image, dapat diprediksikan bahwa masyarakat Indonesia dapat kehilangan kepercayaan kepada Kraft.
Adanya pemberitaan media massa baik elektronik maupun cetak yang kurang spesifik dan kurang informatif, serta adanya kesalahan informasi yang diterima oleh masyarakat yang diakibatkan adanya salah pemaknaan dalam menerima informasi dari media telah membuat tingkat pengetahuan masyarakat terhadap daftar produk bermelamin terutama produk Oreo menjadi berkurang. Hal ini berdampak pada sikap masyarakat yang mencap semua produk Oreo sebagai produk yang mengandung melamin. Padahal menurut hasil conference yang dilakukan oleh pihak Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) disebutkan bahwa produk-produk yang dilarang peredarannya dan harus ditarik dari pasaran adalah produk-produk dengan kode ML (makanan diproduksi di luar negeri), namun kenyataan diluar bahwa masyarakat Indonesia salah mengartikan informasi tersebut, banyak dari masyarakat yang mengartikan bahwa produk dengan merek-merek tersebut seperti Oreo baik di produksi dalam negeri maupun luar negeri bagi mereka tidak aman dikonsumsi. Kondisi tersebut ternyata membuat pihak PT.Kraft Indonesia mengalami goncangan karena hal tersebut berdampak pada citra dari merek yang telah lama dibangun. Adanya
pemberitaan
media
massa
telah
mempengaruhi
tingkat
pengetahuan konsumen terhadap isu melamin. Dampak langsung ataupun tidak langsung dari pemberitaan media massa akan membentuk persepsi masyarakat tentang produk Oreo. Ada dua kemungkinan persepsi yang terbentuk, yaitu persepsi yang benar dan salah. Jika yang terbentuk adalah persepsi yang salah maka akan mempengaruhi sikap masyarakat, mereka akan merasa khawatir untuk mengkonsumsi produk Oreo. Masyarakat akan mengurangi atau bahkan beralih ke produk biskuit lain. Tentunya hal ini tidak diinginkan karena akan merugikan banyak pihak terutama produsen yaitu PT. Kraft Indonesia. Sebagai perusahaan yang terkena imbas kasus melamin, PT Kraft Indonesia memiliki kepentingan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap merek yang dimilikinya. Persepsi konsumen penting diketahui oleh produsen, karena persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
konsumen.
PT
Kraft
Indonesia
ingin
mengembalikan
citra
perusahaannya serta mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap produk
Oreo. Sebelum
melakukan
kebijakan
pengembalian
citra/image
serta
kepercayaan masyarakat, PT Kraft Indonesia perlu mengetahui persepsi konsumen terhadap produk Oreo, apa yang konsumen ketahui, konsumen percayai dan konsumen pikirkan megenai produk Oreo. Dengan mengetahui persepsi konsumen, maka dapat diketahui perilaku dari konsumen tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana tingkat pengetahuan responden terhadap keamanan pangan ? 2. Bagaimana persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin ? 3. Bagaimana sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin? 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin ?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat pengetahuan responden terhadap keamanan pangan. 2. Menganalisis persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. 3. Manganalisis sikap responden dalam mengkonsumsi produk Oreo setelah adanya isu melamin. 4. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin.
1.4
Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan
produsen, dalam hal ini PT. Kraft Indonesia yang meliputi persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk melatih diri, berpikir dan menuangkan ide serta pemikirannya ke dalam bentuk
laporan penelitian serta menambah wawasan mengenai perilaku konsumen terutama untuk produk-produk yang terkena isu. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan penelitian lebih lanjut.
1.5
Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian mengenai perilaku konsumen ini dibatasi pada produk Oreo
dengan tujuan untuk mempersempit ruang lingkup penelitian. penelitian ini hanya menganalisis tingkat pengetahuan mengenai keamanan pangan, persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo terkait isu melamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Selain itu, penelitian ini hanya dilakukan di wilayah kota Bogor dengan responden yang berlokasi disekitar kampus IPB dan responden yang diteliti merupakan mahasiswa-mahasiswa Institut Pertanian Bogor program Tingkat Persiapan Bersama dengan pertimbangan untuk memperoleh kemudahan peneliti dalam melakukan akses dan wawancara kepada responden.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Keamanan Pangan Keamanan pangan adalah suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia ( Undang-Undang RI No.7 tahun 1996). Keamanan pangan meliputi faktor-faktor antara lain seperti penyakit yang terkandung dalam pangan, kontaminasi pestisida, dan kontaminasi lingkungan seperti logam berat, keamanan zat aditif atau bahan tambahan pangan. Jaminan akan mutu pangan dan keamanan pangan cukup berarti untuk kesejahteraan individu, komunitas dan suatu bangsa. Banyak penyakit pada manusia yang berhubungan dengan makanan. Status nutrisi dan jkesejahteraan ekonomi dipengaruhi oleh makanan yang membawa organisme patogen dan racunnya, serta bahan kimia berbahaya. Terjaminnya keamanan pangan yaitu terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan manusia atau dari jenis pangan yang tidak sesuai dengan keyakinan masyarakat. Berdasarkan informasi dan data yang tersedia, dapat diidentifikasi empat masalah utama keamanan pangan di Indonesia, yaitu (a) masih banyak ditemukan produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dalam peredaran (b) masih banyak kasus penyakit dan keracunan melalui makanan yang sebagaian besar belum dilaporkan dan belum diidentifikasi penyebabnya (c) masih banyak ditemukan sarana produksi dan distribusi pangan yang tidak memenuhi persyaratan, terutama industri kecil atau rumah tangga, industri tata boga dan penjual makanan jajanan dan (d) rendahnya pengetahuan dan kepedulian konsumen tentang keamanan pangan ( Fardiaz 2000, diacu dalam Indrianti 2005). Bahan tambahan pangan adalah senyawa (atau campuran berbagai senyawa) yang sengaja ditambahkan kedalam makanan dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan atau penyimpanan dan bukan merupakan bahan utama (BPOM, 2002). Bahan Tambahan Pangan (BTP) Atau zat aditif pangan menurut Komite Gabungan Ahli FAO (Food and Agriculture Organization) dan WHO (Worlh Health Organization), merupakan suatu substansi bukan gizi yang
ditambahkan dalam bahan pangan dengan sengaja, pada umumnya dalam jumlah kecil untuk memperbaiki penampakan, citarasa, tekstur atau sifat penyimpanan (Desrosier 1998 diacu dalam Indrianti 2005). Pada umumnya bahan tambahan pangan atau food additive dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu (a) Intentional additive yaitu merupakan bahan yang ditambahkan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu. Misalnya BTP dapat digunakan untuk meningkatkan kosistensi, gizi, cita rasa, untuk meningkatkan keasaman atau kebasaan, untuk memantapkan bentuk dan rupa, untuk memberikan warna yang dikehendaki, dan lain sebagainya. (b) Incidental additive yaitu secara tidak sengaja “bahan asing” terdapat dalam makanan dalam jumlah yang besar atau kecil sebagai akibat dari perlakukan selama fase produksi, pengolahan, pengasapan, dan pengepakan (penggunaan bungkus plastik sehingga terjadi migrasi dari sebagian kecil plasticier ke dalam bahan makanan) (Winarno 1981, diacu dalam Solikhah 2004). Secara khusus kegunaan BTP di dalam pangan adalah
mengawetkan
pangan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, membentuk pangan menjadi lebih baik, renyah, dan lebih enak di mulut, memberikan warna dan aroma yang lebih menarik sehingga menambah selera, meningkatkan kualitas pangan, dan menghemat biaya (BPOM, 2002) Menurut Desrosier (1998) dalam Indrianti (2005), pemakaian zat aditif bahan pangan bagi keuntungan konsumen secara teknologi dapat dibenarkan bila bahan tersebut meenuhi persyaratan sebagai berikut : 1.
Pemeliharaan kualitas gizi bahan pangan
2.
Peningkatan kualitas atau stabilitas simpan sehingga mengurangi kegilangan berat bahan pangan.
3.
Membuat bahan pangan menjadi lebih menarik bagi konsumen yang tidak mengarah pada penipuan.
4.
Diutamakan untuk membantu proses pengolahan bahan pangan.
2.2
Melamin Melamin adalah senyawa basa organik dengan rumus kimia C3H6N6 dan
memiliki nama IUPAC 1,3,5-triazina-2,4,6-triamina. Melamin hanya sedikit larut dalam air. Melamin adalah trimer dari sianamida, dan seperti sianamida, serta mengandung 66% nitrogen (berdasarkan massa). Melamin merupakan metabolit dari siromazina yaitu sejenis pestisida. Melamin terbentuk dalam tubuh mamalia yang mengkonsumsi siromazina. Siromazina diubah menjadi melamin pada tanaman. Melamin pertama kali disintesis oleh Liebig pada tahun 1834. Pada produksi awal, kalsium sianamida diubah menjadi disiandiamida, kemudian dipanaskan di atas titik leburnya untuk menghasilkan melamin. Melamin dikenal pada tahun 1907 ketika ilmuwan kimia asal Belgia, Leo Hendrik Baekeland, berhasil menemukan plastik sintesis pertama yang disebut Bakelite. Pada mulanya Bakelite digunakan sebagai bahan dasar pembuatan telepon generasi pertama, pada perkembangannya dimanfaatkan oleh industri peralatan rumah tangga dalam pembuatan sendok, garpu, piring, gelas, cangkir, mangkuk, sendok sup, dan lainlain. Pada zaman sekarang, kebanyakan pabrik industri menggunakan urea untuk menghasilkan melamin melalui reaksi : 6(NH2)2CO → C3H6N6 + 6NH3 + 3CO2. Pertama-tama, urea terurai menjadi asam sianat pada reaksi endotermik ((NH2)2CO → HCNO + NH3). Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk melamin dan karbon dioksida (6HCNO → C3H6N6 + 3CO2). Reaksi kedua adalah eksotermik, namun keseluruhan proses reaksi bersifat endotermik. Melamin merupakan senyawa polimer yang merupakan gabungan monomer formaldehide (formalin) dan fenol yang apabila komponen penyusun melamin tersebut dalam komposisi yang seimbang kelihatan aman tetapi harus diwaspadai. Seringkali dalam pembuatan melamin proses pencampurannya sering tidak terkontrol. Apabila komposisi antara formaldehide dengan fenol tidak seimbang maka akan terjadi residu, yaitu monomer formaldehide atau fenol yang tidak bersenyawa sempurna. Sisa monomer formaldehide inilah yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Selain itu, senyawa melamin rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet yang dapat mendepolimerisasi melamin menjadi monomer
formaldehide dan fenol. Meski tahan pada rentang suhu 1200 C sampai 300 C di bawah nol, tetapi karena menyerap panas, melamin tidak tahan dipapar panas terlalu tinggi. Apalagi terpapar dalam jangka waktu lama. Oleh sebab itu melamin tidak dapat digunakan dalam microwave. Gesekan terhadap peralatan melamin juga berpotensi melepaskan residu formaldehide yang terperangkap sebelumnya. Sehingga meskipun kontrol pembuatan peralatan melamin sudah baik namun masih menyimpan bahaya bagi kesehatan. Formaldehide atau yang dikenal sebagai formalin merupakan desinfektan yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawet mayat, formalin sangat mudah masuk ke dalam tubuh lewat jalur oral/mulut, saluran pernafasan dan pembuluh darah. Berdasarkan acuan kesehatan di Inggris, paparan maksimumnya 2 ppm atau 2 mg/l. Sedangkan Amerika Serikat (AS) menetapkan paparan maksimum untuk jangka panjang 1 ppm dan jangka pendek 2 ppm. Melamin berguna dalam pembuatan plastik, bahan perekat, countertops, dishware, whiteboards dan fertilizers. Adapun Standard batas kandungan Melamin adalah: 1. European Food Safety Agency (EFSA) dan U.S. Food and Drug Administration (FDA) untuk batas kandungan melamin dalam produk makanan , selain makanan bayi adalah kurang dari 2.5 ppm 2. Hong Kong untuk batasan maksimum konsentrasi melamin pada makanan bayi adalah 1 ppm dan makanan lain 2.5 ppm 3. FDA menetapkan batasan konsentrasi melamine yang terkonsumsi per hari yang dapat ditoleransi adalah 0.63 mg / kg berat badan. Monomer formaldehide yang masuk ke tubuh manusia berpotensi membahayakan kesehatan. Formaldehide yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu fungsi sel, bahkan dapat pula mengakibatkan kematian sel. Dalam jangka pendek, hal ini bisa mengakibatkan gejala berupa muntah, diare, dan kencing bercampur darah. Sementara untuk jangka panjang, akumulasi formaldehid yang berlebih dapat mengakibatkan iritasi lambung, gangguan fungsi otak dan sumsum tulang belakang. Bahkan, fatalnya dapat mengakibatkan kanker (karsinogenik). Produk makanan dan minuman yang mengandung melamin jika dikonsumsi secara terus-menerus akan membahayakan kesehatan. Bahaya yang
dapat ditimbulkan oleh konsumsi produk makanan dan minuman bermelamin adalah : 1.
Mengakibatkan gangguan metabolisme, terutama terhadap bayi dan anakanak. Organ tubuh yang paling cepat terganggu adalah fungsi ginjal yang bekerja untuk membuang racun-racun dalam tubuh.
2.
Serangan akut pada saluran pencernaan, di antaranya muntah dan mencret
3.
Kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain kerusakan, mulai dari fungsi otak, hati, ginjal, mata dan telinga, dan bisa menyebabkan kematian.
4.
Melamin juga merusak sistem kekebalan tubuh bayi dan anak-anak yang mengonsumsi.
5.
Melamin dapat menyebabkan masalah pernapasan pada hewan percobaan.
6.
Konsumsi melamin juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Siapa pun yang terpapar zat kimia itu akan mudah terserang flu dan infeksi karena virus dan bakteri.
2.3
Daftar Produk Bermelamin Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
ditemukan beberapa produk makanan dan minuman yang beredar dipasaran yang mengandung melamin. Produk-produk tersebut merupakan produk yang menggunakan bahan baku susu dan berasal dari China serta tidak terdaftar di Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) (Tabel 6)
Tabel 6. Produk Susu Asal China yang Tidak Terdaftar diBPOM (ilegal) No. 1
Merk Dagang
Jenis Pangan
Kembang Gula White Rabbit Shanghai Guan Sheng (Kemasan Biru) Yuan/China 2 Kembang Gula White Rabbit Shanghai Guan Sheng (Kemasan Merah) Yuan/China 3 Wuzhou Bingquan Soybean Drink With Milk Industrial Shareholding (Kemasan Hijau) Co., Ltd. China 4 Wuzhou Bingquan Soybean Drink With Milk Industrial Shareholding (Kemasan Kuning) Co., Ltd. China 5 Wuzhou Bingquan Soyspring Instant Milk Industrial Shareholding Cereal Co., Ltd. China 6 Wuzhou Bingquan Soyspring Instant Peanut Industrial Shareholding Milk China Sumber : BPOM
Keterangan Ditemukan Ditemukan Ditemukan Ditemukan Ditemukan Ditemukan
Berdasarkan penemuan oleh Agri-Food dan Veterinary Authority (AVA) Singapura terdapat dua belas jenis produk makanan dan minuman yang diduga mengandung melamin (Tabel 7) dan dikhawatirkan masuk ke Indonesia.
Tabel 7. Daftar Produk China yang Mengandung Melamin (Diumumkan oleh Agri-Food & Veterinary Authority (AVA) Singapura) No. Merk Dagang Jenis Pangan Keterangan 1.
Natural Choice
Yogurt Flavoured Ice Bar with Produk asal China Real Fruit 2. Yili Bean Club Matcha Red Bean Ice Bar Produk asal China 3. Yili Bean Club Red Bean Ice Bar Produk asal China 4. Yili Prestige Dark Chocolate Bar Produk asal China Chocliz 5. Yili Super Bean Red Bean Chestnut Ice Bar Produk asal China 6. Nestle Dairy Farm Susu UHT (UHT Pure Milk 1 Produk asal China L (Catering)) 7. Yili High Calcium Susu (Low Fat Milk Beverage) Produk asal China 8. Yili High Calcium Minuman susu (Milk Produk asal China Beverage) 9. Yili (250 ml) Susu (Pure Milk) Produk asal China 10. Yili (1L) Susu (Pure Milk) Produk asal China 11. Dutch Lady Susu (Strawberry Flavoured Produk asal China Milk) (Ex. China, Hongkong, Singapura) 12. White Rabbit Kembang Gula berbasis Susu Produk asal China (Creamy candy) – Berbagai Rasa 13. Yili Choice Dairy Frozen Yoghurt Bar with Produk asal China real peach and pineapple fruit pieces Sumber : BPOM Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menemukan 10 produk makanan dan minuman yang mengandung melamin. Produk tersebut sebagian besar kembang gula, susu bubuk dan biskuit. Ke-10 produk makanan itu antara lain : 1. Kino Bear Coklat Crispy, isi: 3x3,5 gram, registrasi MD 662211108168, produksi PT Kinosentraindustrindo, kawasan Niaga Selatan Blok B 15, Bandar Kemayoran. Mengandung melamin 97,28 ppm. 2. Yake Assorted Candies, permen coklat panjang, isi 500 gram, tidak bernomor registrasi, produksi Fujian Yake Food, tidak ada alamat importir. Mengandung melamin 56,54 ppm 3. F&M, susu kental manis, isi 390 gram, registrasi ML 505417006156, importir Ikad-Jakarta, mengandung melamin 45,09 ppm
4. Kembang Gula Tirol Choco Mix, isi 10 pieces, registrasi ML 237103407045, importir PT Indomaru Lestari, Jl Semut No 12, Kedaung Kali Angke, Cengkareng, Jakarta Barat. Mengandung melamin 17,18 ppm 5. Dutchmill, yoghurt drink natural, isi 180 ml, registrasi ML 406505001229, produksi Diary Plus Company Limited Nakom Sawan, Thailand. Importir PT Nirwana Lestari, Jl Raya Narogong Km 7, Bantar Gebang, Bekasi. Mengandung melamin 15,98 ppm 6. Pura Low Fat UHT milk beverage, isi 1 L, registrasi ML 405708002189, produksi Fonterra Brands New Zealand, importir PT Sukanda Jaya, kawasan industri MM 2100 Jl Irian Blok FF No 2, Cibitung, Bekasi. Mengandung melamin 11,70 ppm 7. Nestle Bear Brand Sterilized Low Fat Milk, isi 140 ml, produksi F&N Dairies Thailand. Mengandung melamin 10,88 ppm 8. Crown Lonx Biskuit rasa coklat, berat 150 gram, registrasi ML 827118009109, produksi Crown Con Co ltd, importir PT Koin Bumi, Jalan Senayan 43, Jakarta 12180. Mengandung melamin 9,54 ppm 9. Fan Fun Sweet Heart Biscuit, berat 45 gram, tidak ada nomor registrasi, tidak ada alamat importir. Mengandung melamin 3,17 ppm 10. Yake Assorted Candies, berat 500 gram, jenis permen coklat lonjong agak lentur, tidak ada nomor registrasi, produksi Fujian Yake Food C ltd China. Mengandung melamin 1,15 ppm.
2.4
Penelitian Terdahulu Arfianto (2007) meneliti tentang perilaku konsumen terhadap keberadaan
biskuit merek pengikut di Kota Bogor (kasus Oreo dan Rodeo). Alat analisis yang digunakan adalah analisis persepsi, analisis cochran, analisis multi atribut Fishbein dan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap kinerja biskuit Oreo menunjukkan angka positif pada atribut rasa, kemasan, label halal, dan tekstur/kesegaran. Sedangkan pada biskuit Rodeo yang menunjukkan angka positif hanya pada atribut harga. Produk Oreo memiliki banyak keunggulan dibandingkan biskuit Rodeo seluruh kinerja biskuit Oreo hampir mendekati harapan konsumen sedangkan biskuit Rodeo masih dalam tahap
yang mendekati harapan konsumen. Astarina (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh persepsi konsumen terhadap perilaku pembelian produk House Brand Hero kategori bahan pangan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis model logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempersepsikan harga produk Huose Brand Hero lebih murah daripada merek lainnya. Berdasarkan analisis logit terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata yaitu pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan variabel persepsi yang meliputi kualitas dan ketersediaan produk. Dewi (2007) melakukan penelitian mengenai analisis persepsi konsumen terhadap merek-merek mie instan kasus mahasiswa S-1 Institut Pertanian Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah Multidimensional Scalling. Hasil analisis menunjukkan bahwa responden persnah mengkonsumsi kedua jenis mi isntan yaitu mi goreng dan kuah. Frekuensi membeli dalah dua kali dalam seminggu pada pagi dan malam hari. Responden lebih menyukai mi goreng dibandingkan mi kuah. Persepsi berdasarkan merek dan atribut mi goreng menunjukkan bahwa Indomie dan mie Sedap dinilai lebih unggul dalam atribut rasa, variasi rasa lebih banyak, kandungan gizi lebih lengkap, ketersediaan barang, promosi yang paling menarik, dan merek yang paling disukai. Penentuan merek mi instan goreng menunjukkan Indomie dn Mie Sedap dapat memposisiskan dirinya sebagai merek mie instan yang unggul dibandingkan dengan merek mie instan lainnya. Fauzan (2006) menganalisis mengenai hubungan persepsi tentang flu burung dan sikap dalam mengkonsumsi telur dan daging ayam studi kasus pada KFC cabang MT Haryono Jakarta. Alat analisis yang digunakan adalah analisis korelasi rank-spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi konsumen terhadap flu burung sudah baik dalam hal memahami flu burung yang tengah mewabah di Indonesia dengan rataan skor 3,89. Sikap pelanggan KFC dalam mengkonsumsi produk unggas dalam hal ini telur, daging ayam, dan produk olahannya adalah tetap mengkonsumsi dengan rataan skor 2,55. Terdapat hubungan yang nyata positif tentang pencegahan penularan flu burung dan sikap dalam mengkonsumsi produk unggas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada produk yang diteliti dan alat analisis yang digunakan. Penelitian ini meneliti
bagaimanan tingkat pengetahuan responden terhadap keamanan pangan, persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Penelitian-penelitian sebelumnya terhadap produk biskuit adalah menganalisis perilaku konsumen terhadap kepentingan label halal dan perilaku konsumen terhadap keberadaan biskuit pengikut kasus Oreo dan Rodeo, produk Oreo yang diteliti merupakan produk Oreo produksi PT. Nabisco Food. Penelitian ini menggunakan dua alat analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi logistik. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelaha adanya isu melamin. Sedangkan analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Penelitian terdahulu dengan menggunakan alat analisis regresi logistik pernah dilakukan untuk produk House Brand Hero kategori bahan pangan (beras dan gula). Pada produk House Brand Hero (beras dan gula) data yang digunakan adalah data mengenai karakteristik responden, data tingkat pengetahuan keamanan pangan, data tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo, data persepsi responden, dan data sikap responden.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Beberapa toeri yang digunakan sebagai bahan acuan meliputi teori
kosumen dan perilaku kobsumen, persepsi, yang meliputi definisi persepsi, proses persepsi, elemen-elemen persepsi dan dinamika persepsi, dan teori sikap konsumen. 3.1.1 Konsumen dan Perilaku konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis , yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit) (Kotler, 2000). Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya. Tujuan utama dari mengkonsumsi barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan dan diukur sebagai kepuasan yang diperoleh. Besarnya kepuasan konsumen diukur dari sejumlah nilai yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadap biaya yang dikeluarkan (Kotler, 2000) Konsumen
memiliki
kekuasaan
penuh
untuk
menentukan
atau
memutuskan mengkonsumsi suatu barang. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar dan alami, sehingga kebutuhan tidak bisa diciptakan melainkan oleh konsumen itu sendiri. Namun dalam praktiknya, kebutuhan dapat ditimbulkan melalui stimuli yang diciptakan oleh pemasar. Dalam pemasaran modern, konsumen memegang peranan penting dalam membeli suatu produk. Dahulu, konsumen tidak diperhitungkan dalam penciptaan suatu produk namun dengan perubahan waktu dan semakinmeningkatnya jumlah pemasar, konsumen menjadi penentu apakah sutau produk dapat diproduksi atau
tidak. Pencptaan stimuli oleh pemasar didasarkan pada keinginan konsumen terhadap suatu produk yang dinilai dapat memenuhi kebutuhannya. Jika konsumen merasa puas dalam mengkonsumsi produk, maka kemungkinan konsumen untuk berganti produk sangatlah kecil. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang lama dan berulang-ulang maka akan tercipta kesetiaan terhadap produk tertentu. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut (Engel:et al 1994). Hal ini sesuai dengan pendapat Schiffman dan Kanuk (1994) yang dikutip dalam Sumarwan (2003), bahwa perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan untuk memuaskan kebutuhan mereka. Tindakan-tindakan yang termasuk dalam kajian perilaku konsumen adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pemebelian dan pasca pemebelian. Dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut, konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Pengaruh lingkungan, yang meliputi lingkungan budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi. 2.
Perbedaan individu, yang meliputi sumberdaya konsumsi, motivasi, keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi.
3.
Proses psikologis yang meliputi pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terdapat pada Gambar 1.
Proses Psikologis Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan sikap/perilaku
Perbedaan individu Sumberdaya konsumen Motivasi dan keterlibatan Pengetahuan Kepribadian dan gaya
Proses Keputusan Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Pembelian Pasca pembelian
Pengaruh Lingkungan Budaya Kelas sosial Pengaruh pribadi Keluarga it i
Gambar 1. Model Perilaku Konsumen Sumber : Engel et.al (1994) Proses pembelian merupakan tindakan yang paling penting dibandingkan tindakan-tindakan lain dalam model perilaku konsumen. Proses pembelian dianggap sebagai tindakan yang terpenting karena proses pembelian dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya melalui rangsangan pemasaran, misalnya melalui kegiatan promosi perusahaan.
3.1.2
Persepsi Persepsi
didefinisikan
sebagai
proses
individu
dalam
memilih,
mengorganisasi dan menginterpretasikan stimuli atau perangsang menjadi sebuah gambaran yang utuh dan menyeluruh (Schiffman dan Kanuk, 2000, yang diacu dalam Sumarwan 2003). Hal ini dapat digambarkan sebagai cara konsumen melihat realitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya (Engel, at al, 1994). Membahas topik persepsi akan terkait dengan pemrosesan informasi, yaitu suatu proses yang dengannya suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan akan dipanggil lagi (recall) kemudian. Pemrosesan informasi didasarkan pada model yang dikembangkan oleh McGuire dalam Engel et al (1994). Tahap-tahap dari model tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Pemaparan (exposure), yaitu pencapaian kedekatan terhadap suatu stimulus sedemikian rupa sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih dari kelima indera manusia. 2. Perhatian (attention), yaitu alokasi kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk. 3. Pemahaman (comprehension), yaitu interpretasi terhadap makna stimulus. 4. Penerimaan (acceptance), yaitu dampak persuasif stimulus kepada konsumen. 5. Retensi (retention), yaitu pemindahan tafsiran stimulus ke dalam ingatan jangka panjang (lon- term memory). Stimulus
P E R S E P S I
Pemaparan
Perhatian
Pemahaman
I N G A T A N
Penerimaan
Retensi
Gambar 2. Tahap-tahap dalam Pemrosesan Informasi Pemaparan (exposure) terjadi pada saat keseluruhan stimulus dirasakan oleh seseorang. Seseorang mengerti adanya stimulus berdasarkan sensory threshold, apakah stimulus tersebut memenuhi absolute threshold, yaitu batas minimum jumlah stimulus yang dapat dideteksi oleh penerima sensor. Perhatian (attention) adalah proses selanjutnya dari stimulus yang telah di terima. Kapasitas otak manusia tidak mampu memperoses seluruh informasi,
sehingga konsumen hanya akan memberi perhatian terhadap sesuatu yang memiliki daya tarik. Pemahaman (interpretation) mengacu kepada stimulus yang telah memberikan arti tersendiri. Pemahaman tentang persepsi konsumen bagi pemasar akan sangat penting dibandingkan pengetahuan mereka tentang realitas suatu obyek. Kemampuan untuk memahami keseluruhan dari persepsi kkonsumen akan membantu pemasar untuk mmencari faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli produk (Schiffman dan Kanuk, 1994, dalam Sumarwan 2003). Persepsi juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi menjadi suatu Gambaran yang berarti mengenai suatu objek, sedangkan Mowen dalam Sumarwan (2003) menyebut tahap pemaparan, perhatian dan pemahaman sebagai persepsi. Selanjutnya ia mnedefinisikan persepsi sebagai sebuah proses dimana individu memperoleh informasi, memberi perhatian ayas informasi tersebut dan pada akhirnyaakan memaham informasi tersebut. Persepsi seseorang tergantung pada seberapa jauh suatu objek memberi arti atau manfaat terhadap seseorang. Persepsi juga melibatkan derajat pengertian kesadaran, suatu arti atau penghargaan terhadap objek tersebut. Konsumen bertindak dan beraksi pada umumnya berdasarkan persepsi mereka, bukan pada kenyataan objektif, karena kenyataan objektif adalah persepsi konsumen juga. Karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Sadli dalam Lestariningsih (1999), adalah : 1. Faktor ciri khas dari objek stimuli yang terdiri dari nilai, arti, familiaritas dan intensitas. 2.
Faktor pribadi, termasuk didalamnya ciri khas individu seperti taraf kecerdasan, latar belakang kultural, minat dan emosionalitas.
3.
Faktor pengaruh keluarga, respon orang lain dapat memberi arah ke suatu tingkah laku yang sesuai. Pemasar tentunya harus lebih mementingkan persepsi dibandingkan
kenyataan objektif karena apa yang ada dalam persepsi konsumen akan mempengaruhi aksi, kebiasaan dalam pembelian dan sebagainya. Setiap individu membuat keputusan serta menentukan aksi berdasarkan persepsi mereka, maka
setiap pemasar harus memahami persepsi konsumen secara keseluruhan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian produk.
3.1.2.1 Elemen Persepsi Persepsi terdiri dari sensasi, ambang mutlak, ambang diferensial dan persepsi subliminal. Sensasi adalah jawaban atau tanggapan langsung dari organ sensorik seperti mata, telinga, mulut dan kulit terhadap stimuli yang sederhana. Sedangkan stimuli adalah unit input produk terhadap indera manusia seperti produk, kemasan, merek dan iklan. Sensasi sangat tergantung pada faktor seberapa efektif stimuli terjadi. Ambang mutlak adalah batas minimum yang menyebabkan konsumen dapat merasakan sensasi. Hal ini dapat digambarkan sebagai keadaan dimana konsumen dapat merasakan perbedaan antara ada dan tiadanya suatu stimuli. Ambang diferensial adalah perbedaan minimum yang dapat dideteksi antara dua stimuli yang serupa. Ambang diferensial memberikan Gambaran bahwa semakin besar stimuli awal mengharuskan stimuli berikutnya lebih besar untuk menarik sensasi konsumen. Persepsi sublimal adalah kondisi di mana stimuli berada dibawah ambang, sehingga menyebabkan tidak timbulnya sensasi secara optimal bagi konsumen.
3.1.2.2 Dinamika Persepsi Persepsi yang dihasilkan setiap individu tidak akan pernah dapat serupa untuk realitas yang sama.setiap perubahan lingkungan yang terjadi akan diterima oleh sensor manusia dengan sensasi yang berbeda-beda. Persepsi setiap individu memiliki keunikan yang menyebabkan berbeda satu sama lain karena perbedaan individu dalam memiliki harapan, kebutuhan, keinginan dan pengalaman sebelumnya dalam mengkonsumsi suatu produk. Dalam dinamikanya, perbedaan persepsi setiap individu berawal dari perbedaan dalam perceptual selection, perceptual organization, perceptual interpretation. Perceptual selection merupakan kemampuan individu untuk menerima stimuliberdasarkan kemampuan otak. Stimuli yang diseleksi untuk
diterima oleh otak manusia tergantung pada dua faktor, yaitu faktor stimuli dan faktor personal. Faktor stimuli merupakan stimulus yang dapat menarik perhatian konsumen, seperti sifat alami produk dan keunukannya, merek produk, warna kemasan dan posisinya. Faktor personal adalah faktor yang berasal dari individu itu sendiri untuk menentukan apakah stimuli diseleksi atau tidak. Faktor personal meliputi harapan, pengalaman sebelumnya, motif pembelian dan pengenalan kebutuhan. Faktor personal inilah yang menyebabkan perceptual selection setiap individu berbeda. Individu tidak langsung menyerap stimuli yang berasal dari lingkungan. Setiap
stimuli
yang
ada
di
lingkungan
sekitar
akan
dilakukan
pengorganisasiansecara utuh dan menyatu, bukan secara terpisah-pisah. Pengorganisasian terhadap stimuli disebut perceptual organization. perceptual organization dilakukan berdasarjkan tiga prinsip, yaitu figur dan latar belakang (figure and ground), pengelompokkan (grouping) dan penyelesaian (closure). Setiap stimuli memiliki figur dan latar belakang. Stimuli yang mudah diingat adalah stimuli yang memberikan sensasi berbeda kepada individu. Perceptual interpretation adalah proses memberikan arti kepada stimuli sensoris. Interpretasi juga memiliki keunikan tersendiri dari setiap individu karena dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kejelasan informasi dan motif individu. Stimuli terkadang begitu ambigu bagi konsumen. Namun, pengalaman sebelumnya serta cara berinteraksi individu terhadap lingkungannya dapat membantu untuk mendefinisikan stimuli. Ketika stimuli berda pada taraf ambiguitas maksimum, maka individu menginterpretasikan stimuli secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, harapan dan motif mereka masingmasing. Jauh dekatnya interpretasi individu dengan realitas tergantung pada kejelasan stimuli, pengalaman masa lalu serta motivasi dan minat individu tersebut saat pembentukan persepsi. Persepsi melekat pada benak konsumen dalam jangka waktu yang lama. Konsumen akan memandang suatu produk atau merek berbeda berdasarkan persepsinya. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen memandang berdasarkan citra (image) produk. Produk yang tidak memiliki citra berarti konsumen belum berhasil mengendapakan persepsi yang konsisten untuk waktu yang lama. Karena
persepsi menyangkut citra produk, maka riset bidang persepsi sama dengan riset citra produk atau merek (brand image). 3.1.3
Sikap Konsumen Menurut Umar (2000), sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan
seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan. Sikap akan menempatkan seseorang dalam satu pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, bergerak mendekati atau menjauhinya. Sikap merupakan inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, objek dan ide-ide tidak berwujud tertentu. Sikap merupakan organisasi dari unsur-unsur kognitif, emosional dan momen-momen kemauan yang khusus dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lalu, sehingga sifatnya sangat dinamis dan memberikan pengaruh pada setiap tingkah laku (Kartono, 1991 dalam Astarina (2007). Sedangkan menurut Gerungen (1991) dalam Astarina (2007), attitude merupakan sikap terhadap suatu objek tertentu, yang dapat merupkan sikap pandangan atau sikap perasaan dengan kecenderungan untuk bertindak dengan sikap objek tadi. Sikap dapat diciptakan secara langsung melalui proses pembelajaran perilaku dari pengkondisian klasik, pengkondisian operant dan pembelajaran observasional. Dari perspektif pengkondisian klasik, sikap merupakan tanggapan emosional bersyarat yang dapat ditimbulkan oleh ranfsangan bersyarat. Pada pegkondisian operant, berhubungan dengan fungsi utilitarian, yakni ekspresi sikap yang merupakan tanggapan yang dipelajari yang berasal dari penguatan dan penghukuman. Dari perspektif ini, afeksi yang membentuk perasaan yang mendasari sikap merupakan hasil dari pengkondisian operant. Sedangkan pada pembelajaran observasional yang disebut juga pembeljaran vicarions atau sosial, mengacu pada fenomena dimana orang mengembangkan “pola perilaku” dengan mengobservasi tindakan orang lain (Mowen dan Minor, 2002 dalam Astarina 2007) Schiffman dan Kanuk (1994)
yang diacu dalam Sumarwan (2003)
mengemukakan empat fungsi dari sikap, yaitu : 1. Fungsi Utilarian. Konsumen menyatakan sikapnya terhadap suatu produk karena manfaat dari produk dapat menghindari risiko.
2.
Fungsi mempertahankan ego. Sikap konsumen untuk menimbulkan kepercayan yang lebih baik untuk meningkatkan citra diri dan mengatasi dari luar.
3.
Fungsi ekspresi nilai. Sikap berfungsi menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial dari seseorang.
4.
Fungsi pengetahuan. Pengetahuan yang baik dari suatu produk seringkali mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut, karena itu sikap positif suatu produk mencerminkan pengetahuan konumen terhadap suatu poduk. Engel et al. (1994) menyatakan sikap yang penting dari sikap adalah
kepercayaan. Kepercayaan dapat mempengaruhi kekuatan hubungan antara sikap dan perilaku. Sikap yang dipegang dengan penuh kepercayaan biasanya akan dapat diandalkan untuk membimbing perilaku. Kepercayaan dapat mempengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. Sikap akan lebih resisten terhadap perubahan bila dipegang dengan kepercayaan yang lebih besar. Sifat juga bersifat dinamis, dimana sikap akan berubah bersama waktu. Oleh karenanya perusahaan dapat meperoleh manfaat dari penelitian sikap sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi perubahan yang potensial dalam permintaan produk dan perilaku konsumsi. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Pada September 2008 masyarakat Indonesia dikagetkan oleh pemberitaan
media massa baik media elektronik maupun media cetak mengenai adanya isu kandungan melamin dalam produk makanan dan minuman yang beredar dipasaran. Penemuan tersebut diawali dari adanya kasus kematian dan gagal ginjal pada 56 bayi di China yang mengkonsumsi susu formula. Pemberitaan media masa menyebutkan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan telah melakukan penelitian terhadap produk-produk yang berbahan baku susu yang berasal dari China. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat 28 produk makanan dan minuman yang dijual bebas dipasaran yang diduga mengandung melamin. Salah satu produk yang diduga mengandung melamin adalah produk Oreo Wafer Stick yang diproduksi oleh PT. Nabisco Food
( Suzhou ) Co. Ltd., China dngan kandungan melamin sebesar 366.08 mg/kg dan 361.69 mg/kg (ukuran berbeda). Oreo merupakan salah satu produk makanan yang banyak digemari masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang tua. Selain memiliki rasa yang enak, jenis produknya pun beragam seperti Oreo Wafer Stick, Oreo Chocolate Sandwhice creme, Oreo Sandwich doublestuf, dan Oreo Sandwich Strawberry Creme. Oreo merupakan salah satu biskuit yang populer dimasyarakat. Sejak awal kemunculannya sampai sekarang Oreo telah mampu menarik perhatian masyarakat. Hal ini terbukti bahwa produk Oreo mampu menguasai pangsa pasar untuk kategori biskuit susu. Produk Oreo yang beredar di Indonesia merupakan 90 persen produk buatan dalam negeri dan 10 persen merupakan produk impor dari Tiongkok (China). PT. Kraft Foods Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi pangan olahan biskuit. Produk biskuit yang diproduksi PT. Kraft Indonesia adalah biskuit merek Oreo. PT. Kraft Indonesia merupakan salah satu anak perusahaan dari Kraft Food Inc yang berada di Amerika. Kraft Foods Inc (Kraft) merupakan perusahaan pemimpin global dalam sektor makanan dan minuman bermerek asal Amerika. Di Asia, Kraft saat ini memiliki portofolio lengkap dengan merek-merek produk yang tersebar di seluruh kategori biskuit seperti Oreo, Ritz, Chip's Ahoy, Jacob's, Chipsmore, Twisties, Biskuat, Milk Biscuit, Hi Calcium Soda, Tuc, dan Tiki. Adanya kesalahan pemaknaan dalam penerimaan informasi oleh masyarakat serta adanya pemberitaan yang kurang spesifik dan informatif oleh media massa telah membuat masyarakat mencap semua produk Oreo mengandung melamin. Padahal Produk Oreo yang diproduksi dalam negeri (PT. Kraft Indonesia) adalah aman untuk dikonsumsi. Sebagai perusahaan yang terkena imbas kasus melamin, PT Kraft Indonesia memiliki kepentingan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap merek yang dimilikinya. Persepsi konsumen penting diketahui oleh produsen, karena persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
konsumen.
PT
Kraft
Indonesia
ingin
mengembalikan
citra
perusahaannya serta mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap produk Oreo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengetahuan responden mengenai keamanan pangan, menganalisis persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, menganalisis sikap responden dalam mengkonsumsi produk Oreo setelah adanya isu melamin, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin.. Tingkat pengetahuan responden terhadap keamanan pangan, persepsi responden terhadap Produk Oreo dan sikap responden dalam mengkonsumsi produk Oreo setelah adanya isu melamin dijelaskan dengan analisis deskriptif. Sedangkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
sikap
responden
dalam
mengkonsumsi produk Oreo setelah adanya isu melamin dianalisis dengan mengunakan analisis regresi logistik. Hasil keempat analisis yang dilakukan adalah untuk menilai bagaimana persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setalah adanya isu melamin. Sehingga dapat memberikan rekomendasi dalam perbaikan citra/image perusahaan (PT. Kraft Indonesia). Secara ringkas kerangka pemikiran operasional penelitian ditunjukkan oleh Gambar 3.
Paparan media massa tentang isu melamin
Produk Oreo (PT. Kraft Indonesia)
Tingkat pengetahuan responden terhadap keamanan pangan.
Persepsi responden tentang produk Oreo setelah adanya isu melamin.
Sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu
Rekomendasi bagi PT. Kraft Foods Indonesia
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
IV. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengenai persepsi dan sikap responden terhadap produk
Oreo setelah adanya isu melamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin dilaksanakan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB). Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) karena penelitian ini mengambil mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor sebagai responden. Lokasi yang menjadi tempat pemilihan responden umumnya adalah tempat-tempat mahasiswa mudah ditemui seperti asrama dan kantin asrama. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2009.
4.2
Metode Pengambilan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa S-1 Tingkat Persiapan
Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor yang dipilih secara purposive. Tingkat Persiapan Bersama dipilih dengan pertimbangan bahwa mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama tergolong remaja yang merupakan salah satu pangsa pasar dari produk Oreo. Selain itu, mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama masih dalam proses transisi dari masa SMA ke Perguruan Tinggi. Tingkat Persiapan Bersama juga memiliki jumlah mahasiswa terbanyak diantara seluruh kategori tingkatan mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (Lampiran 1), sehingga memiliki peluang lebih besar dalam memperoleh contoh sesuai kriteria. Pengambilan sampel responden dilakukan dengan teknik Cluster Sampling yang merupakan salah satu teknik pengambilan sampel dengan probability sampling. Teknik probability sampling digunakan karena setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Teknik pengambilan sampel cluster sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memilih sampel dari kelompok-kelompok unit yang kecil atau cluster (Nazir, 2005). Cluster Sampling digunakan karena populasi mahsiswa Tingkat Persiapan Bersama bersifat heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil (Cluster) yaitu mahasiswa-mahasiswa tersebut terdiri dari sembilan fakultas yaitu fakultas Pertanian, Kedokteran Hewan, Perikanan dan Ilmu Kelautan, Peternakan,
Kehutanan, Teknologi Pertanian, Matematika dan IPA, Ekonomi dan Manajemen, dan Ekologi Manusia sehingga perlu dikelompokkan berdasarkan fakultas sehingga diperoleh subpopulasi yang bersifat homogen. Dalam Isgianto (2009) penentuan jumlah sampel menggunakan rumus : n=
N * Z 21−α / 2 * P (1 − P ) Nd 2 + Z 21−α / 2 P (1 − P)
Dimana : N
= ukuran populasi
n
= ukuran sampel
Z1-α/2 = nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α = 1,96 P
= proporsi kejadian
d
= besar penyimpangan yang dapat diterima Berdasarkan data yang diperoleh dari Administrasi Jaminan Mutu dan
Pendidikan Institut Pertanian Bogor diketahui bahwa jumlah populasi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama adalah 3377 orang. Dengan menggunakan selang kepercayaan sebesar 95 persen maka nilai α adalah 5 persen, proporsi kejadian sebesar 45 persen, dan besar penyimpangan (d) adalah 10 persen (nilai kritis untuk penelitian deskriptif) sehingga diperoleh ukuran sampel sebesar 92 orang. Dalam Nazir (2005), penentuan besar sampel dalam setiap fakultas menggunakan metode alokasi sampel berimbang dengan besarnya cluster dengan rumus : n1 =
N1 xn N
dimana : n1 = jumlah sampel dalam tiap fakultas N1 = jumlah populasi dalam tiap fakultas N = jumlah populasi n = besar ukuran sampel = 92 orang Berdasarkan perhitungan diperoleh sebaran responden dalam setiap fakultas yang terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Jumlah Responden pada Setiap Fakultas. Fakultas
Jumlah mahasiswa (orang) (Ni)
Persentase Mahasiswa (%)
Pertanian Kedokteran Hewan Perikanan dan Ilmu kelautan Peternakan Kehutanan Teknologi Pertanian Matematika dan IPA Ekonomi dan Manajemen Ekologi manusia Total
414 180 382 275 368 401 630 443 284 3377
12,26 5,33 11,32 8,14 10,89 11,87 18,65 13,12 8,42 100%
Jumlah Sampel N (Orang)( i x n) N 10 5 11 8 10 11 17 12 8 92
Selain itu, metode alokasi sampel berimbang juga digunakan untuk menentukan jumlah sampel (responden) laki-laki dan perempuan dalam setiap Fakultas, berdasarkan perhitungan diperoleh sebaran responden laki-laki dan perempuan dalam setiap fakultas yang terlihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sebaran Jumlah Responden Laki-laki dan Perempuan pada Setiap Fakultas. Fakultas Jumlah Sampel Jumlah Sampel Jumlah Jumlah perempuan laki-laki mahasiswa mahasiswa Ni perempuan laki-laki Ni x n) (Orang)( (Orang)( x n) N N 6 Pertanian 180 231 5 Kedokteran Hewan
75
105
Perikanan dan Ilmu kelautan Peternakan
189
192
90
Kehutanan Teknologi Pertanian Matematika dan IPA Ekonomi dan Manajemen Ekologi manusia Total
2
3
5
5
184
3
5
168
200
5
5
199
201
5
5
272
357
8
10
131
309
4
8
72
212
2
6
1376
1991
36
56
Operasional pengambilan responden pada setiap fakultas dilakukan dengan menggunakan teknik convenience yang dilakukan atas dasar pendekatan langsung kepada responden dengan menanyakan kesediaan responden untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang dipandu langsung oleh peneliti. Selain itu, dilakukan wawancara dengan responden sehingga diperoleh informasi yang lebih mendalam.
4.3
Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei dengan mengambil kasus
pada mahasiswa jenjang S-1 program Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Analisis deskriptif bertujuan untuk memberi gambaran umum karakteristik responden, tingkat pengetahuan responden, persepsi dan sikap responden, sedangkan regresi logistik adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin.
4.4 Data dan Instrumentasi 4.4.1
Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan bantuan kuesioner. Data primer ini meliputi data mengenai karakteristik responden, tingkat pengetahuan responden terhadap keamanan pangan, persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin dan sikap responden dalam mengkonsumsi produk Oreo setelah adanya isu melamin. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari artikel, media massa, literatur-literatur, hasil penelitian sebelumnya maupun dari situssitus internet yang berhubungan dengan topik penelitian.
4.4.2
Instrumentasi Instrumentasi yang digunakan untuk mendapatkan data primer dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari empat bagian yakni, bagian pertama untuk melihat karakteristik responden, bagian kedua untuk melihat tingkat pengetahuan responden terhadap keamanan pangan, bagian ketiga untuk melihat persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin
dan
bagian
keempat
untuk
melihat
sikap
responden
dalam
mengkonsumsi produk Oreo setelah adanya isu melamin.
4.5
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer dalam penelitian
ini adalah dengan melakukan wawancara langsung terhadap responden melalui kuesioner yang telah dipersiapkan. Lokasi pengambilan data dilakukan pada tempat-tempat mahasiswa mudah ditemui seperti kantin asrama dan asrama Tingkat Persiapan Bersama. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat bulan Mei 2009. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran terhadap artikel-artikel, media massa, literatur-
literatur, hasil penelitian sebelumnya serta situs-situs internet yang terkait dengan topik penelitian.
4.6
Metode Pengolahan Data Data yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Pengeditan, semua data yang diperoleh dilapang akan diedit. Tujuan dari pengeditan adalah untuk memilih semua data dan informasi yang diperoleh berdasarkan kerangka formulasi yang telah ditetapkan.
2.
Tabulasi, langkah ini bertujuan untuk menyajikan data-data dalam bentuk tabel dan gambar untuk mempermudah penyajian dan interpretasi data-data tersebut.
3.
Interpretasi bertujuan menghubungkan semua variabel-variabel yang telah ditetapkan dalam kerangka pemikiran yang akan digunakan dengan hasil penelitian yang diperoleh. Dalam penelitian ini yang akan dilakukan data dianalisis dan disajikan
dalam dua bentuk, yaitu tabulasi deskriptif dan metode analisis regresi logistik.. Pengolahan data dilakukan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0
4.6.1
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003). Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menggambarkan secara rinci data yang diperoleh dengan membuat tabulasi hasil jawaban responden dan kemudian dipersentasekan. Data yang di analisis dengan menggunakan tabulasi deskriptif adalah karakteristik responden, persepsi responden terhadap produk Oreo setalah adanya, dan sikap responden dalam mengkonsumsi produk Oreo setelah adanya isu melamin.
4.6.2
Metode Regresi Logistik Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi. Regresi
logistik adalah persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara variabel tak bebas dengan sejumlah variabel bebas. Pada model regresi logistik variabel tak bebasnya bersifat biner atau dikotomi yakni memiliki nilai yang diskontinyu 1 dan 0. Kleinbaum (1994) yang diacu dalam Rama (2008) menyatakan bahwa regresi logistik merupakan suatu pendekatan model matematika yang dapat digunakan untuk memaparkan hubungan antara peubah (X) dengan peubah respon biner (Y). Regresi logistik merupakan suatu model dimana respon variabel terikat (Y) bersifat memihak kepada 1 dari 2 atau lebih pilihan yang ada. Model logit juga menggambarkan bagaimana peluang atau kemungkinan terpilihnya salah satu dari sejumlah pilihan yang tersedia. Variabel terikat (Y) dibuat dalam bentuk
dummy (0,1,2,3,...). Nilai variabel tak bebas dari model logistik antara 0 dan 1, bentuk fungsi dari model logistik adalah :
Ln [P / 1-P] = α + βx + μ
P adalah nilai peluang dari variabel tak bebas yang nilainya biner yaitu 0 dan 1, nilai P diperoleh dari : Y = Prob (Y=1) =
1 1+ e
− (α + βχ + μ )
Sebaran peluang yang digunakan dalam fungsi logit adalah sebaran logistik, sehingga nilai harapan bersyarat Y jika diketahui X adalah : E (Y│X) = π (X) =
e g ( x) dengan g (X) = Ln [π(X) / 1-π(X)] 1 + e g ( x)
Dalam penelitian ini, konsumen dihadapkan pada pilihan persepsi baik dan sikap positif terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin atau persepsi buruk dan sikap negatif terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Keputusan ini dianggap sebagai variabel dependent (tak bebas) yang diduga dipengaruhi oleh sejumlah variabel independent (bebas). Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen selalu membawa motivasi, persepsi, dan pilihan pribadi masing-masing. Engel et al,(1994) menyatakan proses keputusan dibentuk oleh tiga faktor yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan pengaruh psikologis. Sedangkan Kotler
(2000) membagi faktor-faktor tersebut ke dalam kategori budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor pribadi atau karakteristik pribadi individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen. Karakteristik tersebut meliputi usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, status perkawinan, pekerjaan, dan lain-lain. Dalam Sumarwan (2003) perbedaan karakteristik menggambarkan ciri unik dari masing-masing individu. Perbedaan karakteristik ini akan mempengaruhi respon individu terhadap lingkungannya secara konsisten. Merujuk pada hal-hal tersebut maka salah satu faktor yang diduga mempengaruhi persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin adalah karakteristik konsumen. Adapun beberapa karakteristik konsumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah gender (jenis kelamin), usia, dan uang saku perbulan. Variabel lain yang diduga dimasukkan ke dalam pengolahan analisis regresi logistik ini yaitu persepsi terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin, hal ini sesuai dengan teori Kotler (2000) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan/sikap konsumen adalah persepsi. Variabel lainnya adalah tingkat pengetahuan keamanan pangan, dan tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo yang merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi keputusan konsumen. Sedangkan faktor-faktor lain seperti faktor pengaruh psikologis dan pengaruh nilai produk tidak dimasukan karena disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Hipotesa dari keenam variabel yang akan dianalisis adalah : 1. Gender/jenis kelamin Analisis konsumen mempertimbangkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagai indikator variabel dalam hal memiliki persepsi dan sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Jenis kelamin sangat berhubungan dengan selera dan kebiasaan, diduga jenis klamin perempuan akan lebih memiliki persepsi dan sikap yang baik terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Jenis kelamin dikategorikan menjadi laki-laki (0) dan perempuan (1).
2. Usia Perbedaan usia diduga akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Hal ini terkait dengan tingkat kepercayaan, pengetahuan, selera dan kesadaran nilai pembelian suatu produk. Usia berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang, sehingga semakin bertambah usia, konsumen akan cenderung memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan usia yang lebih muda. Dengan demikian diduga bahwa usia yang lebih tua akan memiliki persepsi dan sikap yang baik terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Variabel usia tidak dikategorikan hal ini dikarenakan usia responden relatif berdekatan. 3.
Uang saku Besarnya uang saku merupakan variabel yang diduga akan mempengaruhi persepsi dan sikap konsumen terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Semakin besar uang saku yang diterima konsumen maka akan mempermudah konsumen untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan sehingga diduga konsumen dengan uang saku tinggi akan mempengaruhi persepsi dan sikap yang baik terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Variabel uang saku dikategorikan menjadi kurang dari Rp.500.000,- (0), antara 500.000-1.000.000 (1), dan lebih besar Rp. 1000.000,- (2). Adapun yang mendasari pengelompokan uang saku responden adalah besarnya sebaran uang saku responden dimana sebagian besar responden memiliki uang saku yang kurang dari Rp.500.000,- , antara Rp. 500.000-1.000.000,- ,dan lebih besar dari Rp. !.000.000,-.
4. Tingkat pengetahuan keamanan pangan Pengetahuan
konsumen
merupakan
salah
satu
indikator
pengukuran persepsi konsumen. Semakin banyak konsumen mengetahui mengenai keamanan pangan, maka akan cenderung untuk memiliki persepi dan sikap yang baik terhadap produk Oreo. Konsumen yang memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai keamanan pangan tentu akan lebih peduli terhadap produk-produk yang mengandung zat-zat yang berbahaya
bagi kesehatan sehingga akan mendorong konsumen untuk mencari kebenaran informasi mengenai isu melamin. Variabel tingkat pengetahuan keamanan pangan dikategorikan menjadi sedang (0), rendah (1), dan tinggi (2). 5. Tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo. Pengetahuan
konsumen
merupakan
salah
satu
indikator
pengukuran persepsi konsumen. Semakin banyak konsumen memiliki pengetahuan mengenai produk Oreo, maka cenderung akan memiliki persepsi dan sikap yang positif terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Oleh karena itu sebelum melihat persepsi perlu diketahui tingkat pengetahuan responden. Tingkat pengetahuan responden terhadap produk Oreo akan mempengaruhi sikap responden terhadap produk Oreo. Konsumen yang mengetahui mengenai produk Oreo dan memahami kebenaran isu melamin yakni bahwa produk Oreo buatan dalam negeri bebas melamin akan bersikap positif terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Variabel tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo dikategorikan menjadi sedang (0), rendah (1), dan tinggi (2). 7.
Tingkat persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin Tingkat persepsi merupakan salah satu indikator pengukuran sikap responden. Semakin baik persepsi seseorang terhadap sesuatu maka cenderung akan memiliki sikap yang positif terhadap sesuatu tersebut. Konsumen yang memiliki persepsi yang baik terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin maka kemungkinan akan memiliki sikap yang positif terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Variabel tingkat persepsi terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin dikategorikan menjadi persepsi buruk (0) dan persepsi baik (1). Dengan demikian model logit untuk menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin dengan variabel tak bebas (Y) yang menjadi pilihan responden , yaitu persepsi baik (1) atau persepsi buruk (0). Dengan demikian model regresi logistik dalam penelitian ini adalah :
π(X) = еβ0+β1X1+β2X2+…+β6X6/1+
еβ0+β1X1+β2X2+…+β6X6
Setelah ditransformasikan kedalam logit (g(x)), model berubah menjadi : ⎡ π (X ) ⎤ g(X) = In ⎢ ⎥ ⎣1 − π ( X ) ⎦ = β0 + β1X1 +β2X2 +…+β5X5 = β0
+
β1jenis kelamin +β2usia +β3uang saku +β4tingkat pengetahuan
keamanan pangan +β5tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo Dengan keterangan : X1
= jenis kelamin = jenis kelamin responden (0=laki-laki, 1=perempuan)
X2
= usia = usia responden
X3
= uang saku = uang saku yang diterima responden setiap bulannya (0=<500.000, 1=500.000-1.000.000, 2=>1.000.000)
X4
= tingkat pengetahuan keamanan pangan (0= sedang, 1=rendah, 2=tinggi)
X5
= tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo (0=sedang, 1= rendah, 2=tinggi)
Β0
= konstanta (intersept)
Β1- β6 = koefisien variabel bebas atau parameter yang akan diestimasi (logits) Sedangkan untuk model logit sikap terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin adalah sebagai berikut : π(X) = еβ0+β1X1+β2X2+…+β7X7/1+
еβ0+β1X1+β2X2+…+β7X7
Setelah ditransformasikan kedalam logit (g(x)), model berubah menjadi : ⎡ π (X ) ⎤ g(X) = In ⎢ ⎥ ⎣1 − π ( X ) ⎦ = β0 + β1X1 +β2X2 +…+β6X6 = β0
+
β1jenis kelamin +β2usia +β3uang saku +β4tingkat pengetahuan
keamanan pangan +β5tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo +β6 tingkat persepsi tehadap produk Oreo. Dengan keterangan : X1
= jenis kelamin = jenis kelamin responden (0=laki-laki, 1=perempuan)
X2
= Usia = usia responden
X3
= uang saku = uang saku yang diterima responden setiap bulannya (0=<500.000, 1=500.000-1.000.000, 2=>1.000.000)
X4
= tingkat pengetahuan keamanan pangan (0= sedang, 1=rendah, 2=tinggi)
X5
= tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo (0=sedang, 1= rendah, 2=tinggi)
X6
= tingkat persepsi (0=persepsi buruk, 1=persepsi baik)
Β0
= konstanta (intersept)
Β1- β6 = koefisien variabel bebas atau parameter yang akan diestimasi (logits) Dari keenam variabel diatas, terdapat lima data kategori yang termasuk data nominal dan ordinal yaitu jenis kelamin, uang saku, tingkat pengetahuan keamanan pangan, tingkat pengetahuan terhadap produk Oreo, dan tingkat persepsi terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin. Untuk variabel usia tidak dilakukan pengkategorian hal ini dikarenakan rentang usia responden relatif berdekatan. Variabel uang saku dikelompokkan menjadi