ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHATANI MANGGA DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT (Kasus:Petani Buah Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten Indramayu)
SKRIPSI
YULIA ALVIANY H34076156
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Manajemen Risiko Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu JawaBarat (Kasus:Petani Mangga Di Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang-Kabupaten Indramayu) Nama
: Yulia Alviany
NIM
: H34076156
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Harianto, MS NIP . 19581021 19850 1 1001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL............................................................................
v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………….
vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….
vii
I
II
PENDAHULUAN………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang…………………………………………..
1
1.2 Perumusan Masalah……………………………………..
5
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………..
6
1.4 Manfaat dan Batasan Penelitian………………………...
7
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………...
8
2.1 Risiko…………………………………….……………..
8
2.2 Manajemen Risiko………………………………………
10
2.3 Risiko Produksi….………………………………………
10
2.4 Risiko Usaha Perkebunan Mangga di Kabupaten Indramayu…………………………………
10
2.5 Penelitian Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian………………………………………………. III
11
KERANGKA PEMIKIRAN………………………………..
18
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis……………………………..
18
3.1.1 Agribisnis Mangga di Kabupaten Indramayu……..
18
3.2 Risiko……………………………………………………..
19
3.2.1 Bentuk-Bentuk Risiko………………………………
20
3.2.2 Sumber-Sumber Risiko…………………………….
21
1. Risiko Sosial…………………………………….
21
2. Risiko Fisik……………………………………...
21
3. Risiko Ekonomi…………………………………
21
3.2.3 Manajemen Risiko………………………………….
23
IV
3.2.4 Hubungan Risiko dengan Bagian Produksi………..
25
3.2.5 Faktor-Faktor Produksi……………………………..
26
1. Sumberdaya Alam……………………………….
26
2. Modal…………………………………………….
26
3. Tenaga Kerja……………………………………...
27
4. Kewirausahaan……………………………………
27
3.2.6 Masalah dalam Risiko produksi…………………….
27
3.2.7 Upaya Meminimalkan Risiko produksi…………….
27
3.2.8 Penanggungan Risiko……………………………….
28
3.2.9 Mengelola Risiko……………………………………
28
3.3 Dampak Risiko……………………………………………
29
3.4 Sikap Dalam Menghadapi Risiko…………………………
29
3.5 Identifikasi Risiko…………………………………………
30
3.6 Ukuran Risiko…………………..…………………………
31
3.7 Kerangka Pemikiran Operasional…………………………
32
METODE PENELITIAN……………………………………
34
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………..
34
4.2 Metode Pengumpulan data Serta Jenis dan Sumber Data………………………………………………………..
34
4.3 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data……………..
35
4.3.1 Analisis Deskriptif………………………………….
36
4.3.2 Analisis Risiko………………………………………
36
4.3.2.1 Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha Spesialisasi…………………………………
36
4.3.3 Analisis Pendapatan………………………………..
39
4.3.4 Analisis Usahatani…………………………………
39
4.4 Dfinisi Operasional………………………………………
41
V
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN….……..
43
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………….
43
5.2 Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura………………………………………………
44
5.2.1 Potensi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Mangga di Kabupaten Indramayu ………………....
45
5.2.2 Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu………
46
5.3 Karakteristik Responden………………………………….
49
5.3.1 Pengalaman Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu………………………………………….
51
5.3.2 Status Penguasaan Lahan…………………………..
52
5.3.3 Alasan Petani Responden Mengusahakan Mangga………………………………………………
VI
52
5.4 Jumlah dan Laju Pertumbuhan penduduk……………….
53
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………
56
6.1 Sumber Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten Indramayu ………………………………….
56
6.1.1 Sumber-Sumber Risiko Produksi Yang Disebabkan Oleh Alam……………………………..
57
a. Curah Hujan………………………………………
57
b. Hama………………………………………………
58
c. Penyakit…………………………………………...
60
6.1.2 Kerugian Yang Disebabkan Oleh Faktor Sumberdaya Manusia…............................................
61
a. Kerusakan Pada Saat Pemanenan………………..
61
b. Kerusakan Pada Saat Pengiriman Hasil………….
62
6.2 Sumber-Sumber Risiko harga………………………….…..
62
a. Peningkatan Harga Obat-Obatan…………………
63
b. Peningkatan Harga Pupuk………………………..
64
c. Peningkatan Harga Upah Kerja…………………..
65
6.3 Penilaian Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten Indramayu ………………………………….
66
6.4 Analisis pendapatan Usahatani Buah Mangga……………
66
6.4.1 Pendapatan Usahatani Petani Mangga Gedong Gincu dan Cengkir…………………………………………..
66
6.4.2 Pengeluaran Usahatani Buah Mangga………………
67
1. Biaya pupuk dan Obat-obatan……...………….…
68
2. Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga……………….
69
6.4.3 Analisis Perbandingan Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Buah Mangga...........................................
69
6.4.4 Analisis Risiko Produksi Buah Mangga....................
70
6.4.4.1 Analisis Risiko Produksi Buah Mangga........
72
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................
74
7.1 Kesimpulan........................................................................
74
7.2 Saran..................................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................
77
LAMPIRAN.......................................................................................
80
VII
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Produksi Mangga di Wilayah Jawa dan Luar Jawa Tahun 2009-2011…………………………... . 2. Luas Tanam, Luas Panen, dan Jumlah Produksi Mangga di Indramayu Tahun 2006-2010…………………………….. 3. Fluktuasi Harga dan Produksi Buah Mangga di Kabupaten Indramayu Tahun 2010 ………………………. 4. Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian……….. 5. Tata Guna Lahan di Kabupaten Indramayu…………………. 6. Potensi Mangga di Kabupaten Indramayu…………………… 7. Pemberian Dosis Pupuk Mangga…………………………….. 8. Jumlah petani Responden Berdasarkan Umur………………. 9. Tingkat Pendidikan Petani Responden………………………. 10. Pengalaman Petani Responden Dalam Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu…………………………………….. 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Berdasarkan Jenis Kelamin………………………………………………… 12. Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Berdasarkan Matapencaharian……………………………………………… 13. Nilai Persentase Risiko Yang Disebabkan Oleh Faktor Alam.. 14. Nilai Persentase Risiko Yang Disebabkan Oleh Sumberdaya Manusia………………………………………………………... 15. Nilai Persentase Risiko Yang Disebabkan Oleh Faktor Harga…………………………………………………………... 16. Biaya Usahatani Musim panen 2010………………………… 17. Rata-rata Produktifitas Pendapatan Petani Dalam Memperoleh Produktifitas Tertinggi Normal dan Terendah… 18. Penilaian Risiko ProduksiBuah Mangga tahun 2010…………
2 3 5 16 44 45 47 49 50 51 54 55 57 61 63 68 71 72
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Perkembangan Produksi Mangga Menurut Wilayah Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa Tahun 2009-2011…………………………… 2 2. Sikap Dalam Pengambilan Keputusan…………………………….. 29 3. Kerangka pemikiran Operasional………………………………….. 33 4. Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Gender di Kabupaten Indramayu Tahun 2010………………………………… 53
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Metode Perhitungan Manual………………………………… 2. Metode Perhitungan Penilaian Risiko………………………..
80 83
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional, sektor ini juga mampu memperoleh keuntungan yang menghasilkan devisa negara. Selain itu pertanian juga merupakan salah satu sektor yang dipersiapkan untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan nilai ekonomis. Sektor pertanian di Indonesia, dewasa ini dan dimasa mendatang masih akan menghadapi tantangan yang besar, terutama pada subsektor utama, seperti hortikultura dan buah-buahan, perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan. Persaingan yang ketat antar produsen komoditas komersial diduga akan semakin terjadi. Pembangunan pertanian dibidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk mewujudkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki keadaan gizi masyarakat melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Indonesia sebagai negara tropis mempunyai potensi yang cukup besar untuk mengembangkan produk-produk pertanian khususnya produk pangan, yang di dalamnya termasuk produk hortikultura, yaitu buah-buahan dan sayuran. Mangga (Mangifera indika spp) merupakan salah satu komoditi hortikultura. Ditjen Bina Produksi Hortikultura (2004), menginformasikan bahwa wilayah utama pengembangan mangga Indonesia terutama diarahkan pada sentra produksi yang sudah dikenal selama ini, yaitu Jawa Timur (Kabupaten Pasuruan dan Situbondo), Jawa Barat (Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Majalengka), dan Sulawesi Selatan (Kabupaten Takalar dan Jeneponto).
Hingga tahun 2002,
varietas mangga yang sudah dilepas oleh menteri pertanian yaitu sebanyak 16 varietas (Rachmiyanti,2006).
Produksi buah mangga di Indonesia selalu
berfluktuasi, ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Mangga Menurut Wilayah Pulau Jawa dan Luar pulau Jawa dan Triwulan Pada Tahun 2009-2011
Sumber: Berita Resmi Statistik BPS no.53/08/Th.XV.2011 Persentase produksi mangga tahun 2011 sebesar, 72,02 persen terjadi di Pulau Jawa dan 27,98 persen di luar Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa sejak tahun 2009-2011 Pulau Jawa masih menjadi sentra produksi mangga Indonesia. Jika dikaji perkembangan produksi mangga pertriwulan pada tahun 2011, maka penurunan produksi terjadi pada triwulan II sedangkan pada triwulan III dan IV produksi terus meningkat. Jika data produksi mangga pertriwulan tahun 2011 dibanding dengan triwulan pada tahun 2010, maka terjadi peningkatan terbesar pada triwulan ke III sebesar 385,554 ribu ton atau sebesar 102,98 persen.
Gambar 1. Perkembangan Produksi Mangga Wilayah Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa Tahun 2009-2011 Sumber: berita resmi statistic BPS no.53/08/Th.XV Gambar 1 menunjukan bahwa produksi mangga tahun 2011 sebesar 2,13 juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 0,84 juta ton (65,55 persen) dibandingkan tahun 2010. Kenaikan produksi mangga dari tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi di pulau Jawa sebesar 0,75 juta ton (94,55 persen). Di Propinsi Jawa Barat sudah berkembang empat jenis mangga utama yaitu harumanis, gedong, dermayu atau biasa disebut cengkir dan golek, yang tersebar di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka. Indramayu secara geografis terletak pada posisi 107 51-108 36 BT dan 6 15-6 40 LS, dengan batas-batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Cirebon. Di Indramayu sendiri buah mangga merupakan komoditas unggulan, dari beberapa jenis buah mangga yang ada, mangga gedong gincu dan mangga cengkir atau biasa disebut dengan mangga dermayu merupakan ciri khas Kabupaten Indramayu sebagai kota mangga serta merupakan salah satu sentra produksi buah mangga di Indonesia.
Tabel 2. Luas Tanam, Luas Panen, dan Jumlah Produksi Mangga di Indramayu Tahun 2006-2010 Tahun
Luas tanam (ha)
Luas panen (ha)
2006
1.391.926
840.113
Jumlah produksi (ton) 169.409,83
2007
1.409.393
949.072
177.880,32
2008
1.413.123
1.040.452
160.599,24
2009
1.439.495
765.919
123.385.86
2010
1.010.905
594.693
374.458.26
Sumber: Dinas Pertanian Indramayu, (2011) Menunjukan jumlah produksi mangga di Indramayu berfluktuasi dari tahun ketahun ini dapat dilihat dari Tabel 2. pada tahun 2006 jumlah produksi mangga di Indramayu sebesar 169.409.83 ton, dan mengalami kenaikan hingga tahun 2007, yaitu sebesar 177.880,32 ton. Pada tahun 2008 dan tahun 2009, jumlah produksi mangga di Indramayu mengalami penurunan yaitu masingmasing sebesar 160.599,24 ton dan 123.385.86, sedangkan jumlah luas tanam dan jumlah luas panen pada tahun 2008 mengalami peningkatan. Produksinya kembali meningkat pada tahun 2010 yaitu sebesar 374.458.26 ton. Produksi mangga di Indramayu berfluktuasi dari tahun ke tahun, diantaranya disebabkan belum dilakukannya pengelolaan budidaya yang baik, maupun belum dilakukannya penanganan yang baik setelah panen. (Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, 2011). Selain itu sebagian besar produksi dan mutu buah yang dihasilkan oleh Kabupaten Indramayu masih tergolong rendah yaitu ukuran buah yang masih kecil, warna, rasa, dan tingkat kematangan buah yang tidak seragam, serta kurangnya penanganan risiko terhadap buah mangga masih rendah, hal ini jugalah yang menyebabkan tingkat produksi buah mangga di Kabupaten Indramayu berfluktuatif. Apalagi mengingat buah mangga termasuk komoditas pertanian yang memiliki sifat mudah rusak atau tidak tahan lama disimpan, memerlukan tempat atau ruangan yang luas, memiliki ukuran besar yang beragam, dan dihasilkan secara musiman. (Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, 2011).
Mengingat karakteristik tersebut, perlu penanganan ekstra terhadap buah mangga ini, baik dari awal penanaman sampai penanganan pasca panen, karena usaha ini memiliki risiko yang tinggi terkait dengan sifat alamiah dari buah mangga itu sendiri, maupun faktor lainnya yang berisiko. Manajemen risiko adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi, dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha.
Penerapan
manajemen risiko dalam usaha ini perlu dilakukan untuk meminimalisasi risiko yang dihadapi. Manajemen risiko yang diterapkan dengan baik, paling tidak dapat membantu menghindari kejadian-kejadian yang tak terduga dan merugikan, serta dapat membantu memperbaiki atau memperbesar kemungkinan keberhasilan kegiatan usaha. Berdasarkan
topografinya,
Kabupaten
Indramayu
sebagian
besar
merupakan daerah dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya ratarata 0-2 persen dan mempunyai ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut, dan sangat cocok untuk budidaya mangga. (Broto, 2003), menyatakan bahwa tanaman mangga hidup dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Kemiringan tanah tidak boleh lebih dari 15 , tipe iklimnya kering, curah hujan 1000-2000 milimeter pertahun, dan tingkat penyinaran sekitar 50-80. 1.2. Perumusan Masalah Risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan, kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan, seperti kemungkinan kehilangan, cedera, kebakaran, dan sebagainya. Agar risiko tidak menghalangi kegiatan usaha, maka seharusnyalah dikelola dengan sebaikbaiknya.
Dilihat dari karakteristik buah mangga dan jumlah produksi buah
mangga yang berfluktuatif di Kabupaten Indramayu, seperti dijelaskan dalam latar belakang, maka perlu adanya penanganan terhadap risiko produksi buah mangga tersebut, perlu dilakukan sejak dari awal penanaman sampai penanganan risiko pasca panen. Berikut data tentang fluktuasi harga serta fluktuasi produksi buah mangga di Kabupaten Indramayu yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Fluktuasi Harga dedan Fluktuasi Produksi Mangga di Kabupaten Indramayu Pada Tahun 2010
Masa (Bulan)
Komoditi
produksi Produksi
Harga
Jual
(Kg)/Pohon
(Rp)
30
20000-25000
Agustus -Oktober
50
15000-20000
November-Desember
20
10000-17000
30
10000-15000
Agustus -Oktober
50
8000-10000
November-Desember
20
10000-12000
Mangga Gedong Mei -Juli
Mangga Cengkir Mei -Juli
Dari Tabel 3 di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa produksi dan harga buah mangga di Kabupaten Indramayu sangat berfluktuasi, dan rata-rata pada bulan
Mei-Juli
produksi
panennya
tidak
terlalu
melimpah
sehingga
mengakibatkan harga per Kilogram pada masing-masing jenis mangga masih relative mahal. Pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober produksi mangga di Kabupaten Indramayu berlimpah, karena pada bulan-bulan ini merupakan musimnya.
Oleh karena itu, harga buah mangga cenderung lebih murah
dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya, hal ini dikarenakan pada bulan-bulan tersebut produksi yang dihasilkan cukup melimpah. Harga buah mangga di Kabupaten Indramayu mulai melonjak tinggi lagi pada bulan November sampai dengan bulan Desember, karena stok buah mangga sudah mulai habis dan memasuki masa panen periode baru. Harga untuk mangga Gedong gincu pada bulan-bulan ini berkisar antara Rp 10.000,- hingga Rp 17.000,- per Kilogramnya, sedangkan untuk mangga jenis Cengkir dihargai antara Rp 10.000,- sampai Rp 12.000,- per Kilogramnya. Mengingat produksi mangga masih sangat bergantung terhadap alam atau musim, maka dampaknya sangat berpengaruh terhadap harga jual mangga itu sendiri. Pada saat produksi melimpah harga mangga murah, sebaliknya memasuki tidak musim mangga harganya mahal. Selain itu sering terjadi flukuasi harga yang
sangat mencolok,selain harga yang naik-turun dengan drastis, masyarakat tidak bisa menikmati di luar musim mangga. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentfikasi sumber risiko yang dihadapi dan menganalisis tingkat risiko produksi, risiko harga dan risiko sosial. 2. Menganalisis risiko produksi yang telah dilakukan untuk mitigasi risikorisiko tersebut. 3. Merumuskan alternatif solusi yang lebih baik untuk mitigasi risiko. 1.4. Manfaat dan Batasan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan yaitu: 1. Sebagai masukan bagi pemilik usaha untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan usahanya pada saat menghadapi risiko. 2. Menambah pengetahuan bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah serta melatih kemampuan penulis dalam menganalisa masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan selama kuliah. 3. Sebagai tambahan referensi dan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Penelitian ini memiliki berbagai batasan-batasan agar dapat lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada.
Untuk penelitian ini hanya
dibatasi pada analisis manajemen risiko produksinya saja (mulai dari penanaman sampai penanganan pasca panen), atau manajemen risiko yang ditelaah adalah risiko operasional, yaitu risiko yang mencangkup sumberdaya manusia, sistem dan prosedur, proses dan tekhnologi serta faktor eksternal. Analisis manajemen risiko yang berkaitan dengan keuangan atau finansial, tidak termasuk ke dalam bahasan penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Risiko
Terminologi dalam kamus besar bahasa Indonesia, risiko didefinisikan sebagai suatu kondisi yang mengandung ketidakpastian (Diknas,2003). Menurut kamus bahasa Indonesia versi online risiko adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Dengan kata lain, risiko merupakan kemungkinan situasi keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran sebuah organisasi individu. Risiko dapat dikatakan, merupakan atau penyimpangan realisasi dari rencana yang mungkin terjadi secara tak terduga (Darmawi,1997). Disebutkan juga di dalam bukunya bahwa Risk is Uncertainty (risiko adalah ketidakpastian), risiko artinya sama dengan ketidakpastian, dan dapat juga disebut sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan.
Bisa juga dikatakan
bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Risiko dihubungkan juga dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain, “Kemungkinan” itu sudah menunjukan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Kondisi yang tidak pasti itu timbul karena berbagai sebab, antara lain: 1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya. 2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan. 3. Keterbatasan pengetahuan, keterampilan, tekhnik pengambilan keputusan. Risiko-risiko yang biasanya dihadapi dalam usaha agribisnis yaitu, risiko produksi (seperti penurunan volume dan mutu produk), risiko pemilikan, risiko keuangan dan pembiayaan, risiko kerugian karena kecelakaan, bencana alam, dan faktor alam lainnya, kerugian karena perikatan, serta kerugian karena hubungan tata kerja. Risiko dalam agribisnis biasanya adalah risiko dalam hal produk, dimana produk agribisnis tersebut gagal panen, rendahnya kualitas produk, dan produk
tersebut tidak dapat dijual, risiko karena kelangkaan bahan baku, risiko dalam hal tekhnologi seperti rusaknya mesin dan alat-alat pertanian serta terjadinya pencurian-pencurian. Disamping itu risiko perubahan harga merupakan risiko yang sering kali menghantui pikiran para pelaku dalam sistem agribisnis (Gumbira dan Intan, 2001). Risiko juga dapat diartikan, kesempatan untuk terjadinya cedera/kerugian dari suatu bahaya, atau kombinasi dari kemungkinan. (okleqs.wordpress.com) 1 Menurut Kontur (2006), risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Berdasarkan pemahaman tersebut, ada tiga unsur yang terkait dalam sebuah risiko adalah : (1) kejadian, (2) kemungkinan, dan (3) akibat. Masih menurut (Kontur, 2006). Berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan penyebab timbulnya risiko, berdasarkan akibat yang ditimbulkan risiko dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu (1) risiko spekulatif dan (2) risiko murni. Risiko spekulatif adalah jenis risiko yang akibatnya selain merugikan dapat pula mendatangkan keuntungan, sedangkan risiko yang hanya dapat mengakibatkan kerugian dapat digolongkan kedalam risiko murni. Jika ditinjau dari penyebabnya, maka risiko juga dibedakan menjadi risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktorfaktor keuangan seperti perubahan harga, perubahan mata uang, dan perubahan tingkat bunga. Adapun risiko operasional adalah jenis risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor operasional seperti manusia, tekhnologi, alam, dan aturan. Secara spesifik Tjoekam (1993) mengemukakan beberapa risiko yang biasanya melekat pada sebuah usaha, yaitu : (1) risiko alamiah, adalah risiko yang timbul oleh keadaan alam seperti gempa bumi, perubahan iklim, atau musim dan lain-lain yang akan mempengaruhi jalannya usaha. (2) risiko manusia, yaitu risiko yang timbul karena perbuatan manusia seperti persaingan usaha, temuan tekhnologi baru, politik, inflasi, dampak lingkungan, spekulasi, ekonomi, moneter, keamanan, sosial budaya dan sebagainya yang dapat mempengaruhi jalannya usaha yang dibiayai.
(3) risiko ketidakpastian, yaitu risiko yang
ditimbulkan oleh ketidakpastian yang pada gilirannya menimbulkan spekulasi. okleqs.wordpress.com1
2.2. Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi, dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktifitas perusahaan.(vibiznews.com) 2. Pengertian yang lain yaitu penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan aktivitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan pemantauan serta review risiko.(okleqs.wordpress.com) 2.3. Risiko Produksi Dalam agribisnis, para pelaku dapat menghadapi risiko-risiko, salah satunya risiko produksi, risiko penurunan produksi pertanian dapat disebabkan oleh bencana alam seperti banjir, topan, dan gempa bumi, serta bencana lainnya seperti kebakaran, serangan hama dan penyakit tanaman, pencurian dan kesalahan dalam menerapkan tekhnik budidaya. Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi budidaya dan tekhnologi pasca panen yang tepat (Gumbira dan Intan, 2001).
Produksi
agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk agribisnis. 2.4. Risiko Usaha Perkebunan Mangga Terdapat keterkaitan yang erat antara risiko dengan karakteristik usaha, adapun risiko yang sering dihadapi oleh para petani mangga di Indramayu adalah: (1) risiko produksi yaitu terjadi penurunan volume dan mutu produk yang biasanya disebabkan karena adanya pengaruh dalam kondisi alami seperti perubahan iklim, musim, serangan hama dan lain sebagainya. (2) risiko yang ditimbulkan oleh manusia dan lingkungan sekitar seperti organisasi petani belum optimal dimana petani lebih banyak melaksanakan kegiatan secara perorangan, penerapan teknologi pra panen belum sempurna, kepemilikan sarana dan alat pasca panen masih terbatas sehingga menyebabkan perlakuan panen dan pasca panen yang tidak sempurna, hingga terjadinya pencurian. (3) risiko keuangan yaitu harga jatuh pada saat panen raya serta masih lemahnya akses terhadap permodalan (Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu,2010). vibiznews.com2
2.5. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan konsep risiko dan berkaitan dengan penelitian ini yaitu penelitian mengenai risiko portofolio, manajemen risiko operasional dan mengenai risiko produksi. Penelitian mengenai manajemen risiko operasional dilakukan oleh Trangjiwani (2008), Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis risiko-risiko yang terdapat di CV Bina Mandiri terhadap berbagai jenis sayuran, serta menganalisis alternatif penanganan risiko di CV Bina Mandiri. Identifikasi risiko di CV Bina Mandiri menggunakan analisis sekuen, dan hasil identifikasi risiko yang sudah terdaftar kemudian diukur dengan menggunakan metode aproksimaksi dalam penilaian risiko.
Dan
pemetaan risiko menggunakan matriks frekwensi dan signifikansi yang memberikan alternatif penanganan risiko berdasarkan hasil pemetaan. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
risiko
operasional
yang
teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi risiko sistem, proses, SDM, dan risiko eksternal. Penanganan risiko berdasarkan nilai status risiko diutamakan untuk komoditi tomat dibandingkan dengan keempat komoditi lainnya. Alternatif penanganan risiko dengan mitigasi atau detect and monitor dilakukan untuk: a) risiko sistem, SDM, proses dan eksternal pada tomat, b) risiko sistem dan eksternal pada kol, c) risiko sistem, proses dan eksternal pada lettuce head dan d) risiko sistem, proses, dan eksternal pada cabai merah. Penanganan risiko secara low control dapat dilakukan untuk risiko yang memiliki nilai kemungkinan dan dampak risiko yang rendah, yaitu a) risiko sistem dan SDM pada kentang, b) risiko proses dan SDM pada kol, c) risiko SDM pada lettuce head dan d) risiko SDM pada cabai merah. Penelitian mengenai analisis risiko produksi dilakukan juga oleh Tarigan (2008), yang bertujuan untuk menganalisis risiko produksi dalam pengolahan sayur organik yang dilakukan permata organic farm, serta menganalisis alternatif yang dilakukan untuk mengatasi risiko produksi permata hati organic farm dalam menjalankan usahanya. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis risiko dengan menggunakan variance, standard deviation, coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi
adalah brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting, sedangkan kegiatan portofolio adalah tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktifitas pada brokoli, bayam hijau, tomat, dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari ke empat komoditas adalah bayam hijau yaitu 0.225 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.225. sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni 0.048 yang artinya setiap satu satuan yang yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 0.048. hal ini dikarenakan bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditi tersebut adalah cabai keriting yaitu 0.80 yang artinya setiap satu satuan rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.80. sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0.16 yang berarti setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0.16. hal ini karena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversivikasi dapat meminimalkan risiko. Penanganan untuk mengatasi risiko produksi permata hati organic farm dapat dilakukan dengan pengembangan difersifikasi pada lahan yang ada. Difersifikasi menghindari kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya.
Oleh karena itu, difersifikasi usaha tani
merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu, untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan kemitraan produksi dengan petani sekitar yang memproduksi sayuran organik serta kemitraan dalam penggunaan input.
Selain itu juga perlu adanya
peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik Abdul Aziz, (2009) meneliti tentang analisis risiko dalam usaha ternak ayam broiler.
Dimana risiko usaha peternakan ayam broiler yang dihadapi
peternak ayam broiler di peternakan X tersebut memiliki risiko tinggi, dalam hal
ini risiko harga, risiko produksi, dan risiko sosial. Risiko-risiko tersebut sangat berpengaruh terhadap keuntungan atau pendapatan bersih yang diterima peternak, kemampuan dalam meminimalkan risiko sangat dibutuhkan usaha peternakan X dalam menjalankan produksinya.
Manajemen risiko adalah alat bantu bagi
peternak untuk meminimalkan atau menghindari risiko yang dihadapinya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh risiko terhadap pendapatan usaha ternak, dan menganalisis alternatif manajemen risiko yang diterapkan untuk mengatasi risiko yang dihadapi oleh usaha peternakan X. data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer diperoleh melalui kuisioner, observasi, dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur dari instansi yang terkait dengan penelitian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis risiko dan analisis deskriptif, analisis risiko digunakan untuk menganalisis tingkat risiko yang dihadapi usaha peternakan X. Analisis risiko yang digunakan adalah dengan menghitung expected return, ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), koevisien variasi (coefficient variation), dan batas bawah pendapatan. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan X. Nilai expected return yang diterima usaha peternakan X adalah sebesar Rp 5.768.199. nilai ini menggambarkan bahwa pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh dari usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 5.768.199 (cateris paribus).
Nilai standar deviasi yang
diperoleh usaha peternakan x adalah sebesar RP 10.095.088, nilai tersebut menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi usaha peternakan X setiap periode dimasa yang akan datang adalah sebesar Rp 10.095.088 (cateris paribus). Nilai coefficient variation yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar 1,75. nilai ini menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung oleh peternak sebesar 175 persen dari nilai return yang diperoleh peternak. Nilai coefficient variation yang lebih besar dari 0,5 menunjukkan bahwa usaha peternakan X akan menghadapi peluang merugi pada setiap periode di masa yang akan datang (cateris paribus). Nilai batas bawah pendapatan yang diperoleh usaha peternakan X adalah sebesar Rp 14.421.977 (cateris paribus). Berdasarkan analisis, risiko yang dihadapi usaha
peternakan X yaitu risiko harga, risiko produksi, dan risiko sosisl sangat berpengaruh terhadap pendapatan usaha peternakan X.
risiko-risiko tersebut
menyebabkan usaha pendapataan usaha peternakan X berfluktuasi tajam. Pada periode ke –6 dan ke-12 usaha peternakan X mengalami kerugian masing-masing sebesar Rp 3.326.570 dan Rp 21.213.029. Hasil kuisionernya menunjukkan bahwa manajemen risiko
yang
diterapkan diusaha peternakan X adalah manajemen risiko harga, manajemen risiko produksi, dan manajemen risiko sosial. Alternatif manajemen risiko yang diterapkan oleh usaha peternakan X, diantaranya adalah mendatangkan tim medis yang dikepalai oleh seorang dokter hewan yang bertanggung jawab penuh terhadap kesehatan ayam secara keseluruhan.
Adanya tim medis, diharapkan
dapat meminimalkan tingkat mortalitas akibat penyakit yang mewabah diusaha peternakan X. Alternativ lain yang diterapkan oleh usaha peternakan X adalah memperbaiaki tekhnologi dalam hal pengaturan sirkulasi kandang. Penelitian tentang manajemen risiko juga dilakukan oleh Lestari 2009, studi kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang Provinsi Banten. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari manajemen risiko PT. Suri Tani Pemuka dalam mengendalikan sumber-sumber risiko yang dihadapi baik risiko operasional maupun pasar yang di dalamnya terdapat tujuan khusus yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional dan pasar yang dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka dan menganalisis tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan pembenihan udang vannamei terhadap PT. Suri tani Pemuka. Sumber-sumber risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan pembenihan udang Vannamei dapat diklasifikasikan ke dalam empat kuadran risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Strategi yang dilakukan oleh PT Suri tani Pemuka untuk mengurangi
terjadinya
risiko
yaitu
dengan
melakukan
persiapan
bak
pemeliharaan, pemeliharan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pengepakan dan pemanenan benur, serta pelatihan sumber daya manusia.
Hasil pemetaan menunjukan bahwa risiko penurunan derajat
ke;angsungan hidup berada pada kuadran 2. risiko produksi benur dan risiko
penerimaan terdapat pada kuadran 3 dan risiko produksi naupli berada pada kuadran 4, sedangkan untuk kuadran 1 tidak terisi risiko. Penelitian tentang analisis pemasaran mangga yang dilakukan oleh Rachmiyanti (2006) diketahui bahwa mangga di Indonesia mempunyai peluang untuk mengisi pasar luar negeri, karena mangga Indonesia memiliki kekhasan tersendiri dapat disimpulkan bahwa dari penelitian yang dilakukan oleh Rachmiyanti, bahwa usahatani mangga gedong gincu yang dilakukan oleh petani di daerah Pasir Muncang Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka secra ekonomis menunjukkan kelayakan. Selama satu tahun produksi membutuhkan pembiayaan sebanyak Rp 5.079.547,- dan total penerimaan yang didapat mencapai Rp 36.000.000,- per hektar pertahun. Usahatani ini sangat layak secara ekonomi karena memberikan nilai R/C rasio sebesar 7,1 yang artinya setiap satu rupiah biaya usahatani akan memberikan penerimaan sebanyak Rp7,1,Penelitian ini bertujuan menggambarkan aspek ekonomi dari budidaya mangga gedong gincu, tingkat produksi dan pendapatan usahataninya. Selain itu untuk mengidentifikasi saluran pemasaran, struktur dan perilaku pasar serta permasalahan yang terjadi disetiap pelaku pemasaran. Selain Rachmiyanti, penelitian tentang analisis daya saing usahatani juga dilakukan oleh Dhiany (2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa usahatani mangga gedong gincu di Desa Sliyeg Lor Kabupaten Indramayu diindikasikan usahatani yang dilakukan perani mangga tersebut menghasilkan keuntungan baik secara finansial , maupun secara ekonomi. Nilai PCR dan DRCR kurang dari 1 yaitu masing-masing sebesar 0,55 dan 0,31, dimana nilai tersebut
mengindikasikan usahatani memiliki daya saing
(keunggulan komparatif dan kompetitif).
Tabel 4. Studi Terdahulu Yang Berkaitan Dengan Penelitian Nama
tahun
judul
Metode analisis
penulis Wukir
2008
Trangjiwani
Putri Eva Sari
2009
Manajemen risiko operasional CV
Analisis
Bina Mandiri di lembang kabupaten
aproksimasi,pemetaan
bandung
risiko
Analisis risiko produksi
sayuran
organic pada permata hati organic
sekuen,metode
Analisis
deskriptif,
analisis risiko
farm di bogor jawa barat Abdul Aziz
2009
Analisis risiko dalam usaha ternak
Menghitung
expected
ayam broiler studi kasus di usaha
return,
peternakan X desa tapos,kecamatan
standard deviation
variance,
dan
tenjo kabupaten bogor Siti Robi‟ah
2006
Manajemen risiko usaha peternakan
Analisis deskriptif,analisis
broiler pada sunan kudus farm di
risiko
kecamatan ciampea kabupaten bogor Sry Wisdya
Mira
2009
2006
Rachmiyanti
Shilvia Dhiany
Agung
2008
Analisis risiko produksi anggrek
Menghitung
phalaenopsis
return,variance, standard
pada
PT
akakarya
expected
graham flora di cikampek jawa barat
deviation, portofolio
Analisis Pemasaran Mangga Gedong
Menghiting
Gincu Di Kecamatan Panyingkiran
pemasaran,
Kabupaten Majalengka JawaBarat
rasio
Analisis
Menghitung
Daya
Saing
Usahatani
Mangga Gedong Gincu Di Desa Sliyeg
Lor
Kecamatan
Sliyeg
Kabupaten Indramayu JawaBarat
dan DRCR
margin Nilai
B/C
nilai
PCR
Tabel 4. Di atas merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dan berkaitan dengan mangga serta risiko yang terjadi pada agribisnis, dapat dipastikan beberapa penelitian tersebut mengolah data dengan berbagai macam alat olah data, tetapi pada penelitian ini khususnya metode alat analisis yang digunakan adalah dengan menghitung variation, coefficient variation dan standard deviation, yang berdasarkan atas kegiatan usaha spesialisasi. Dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya, yang berkaitan dengan risiko usahatani buah mangga yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa perkembangan budidaya dan pemasaran mangga sangat berpotensi untuk lebih dikembangkan menjadi komoditas ekspor, karena mangga di Indonesia khususnya untuk wilayah Jawa Barat memiliki daya saing (keunggulan komperatif dan kompetitif), di Kabupaten Indramayu sendiri usahatani mangga merupakan usaha yang berpotensi untuk dapat dikembangkan sebagai komoditi ekspor ke luar negeri.
Begitu juga untuk saat ini produksi
mangga di kabupaten Indramayu masih sangat berpotensi untuk dikembangkan, meskipun masih sering ditemui hasil produksi yang tidak masuk kedalam standar SNI. Namun demikian dengan melakukan identifikasi dan mitigasi risiko diharapkan produksi mangga di Kabupaten Indramayu dapat memenuhi standarstandar ekspor yang telah ditentukan.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1.
Agribisnis Mangga di Kabupaten Indramayu Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem,
dari subsistem hulu hingga subsistem hilir, di dalamnya terdiri atas kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi, kegiatan produksi primer (budidaya), pengolahan, dan pemasaran.
Dimana setiap subsistem tersebut terdapat
keselarasan dan keterpaduan, setiap subsistem dalam agribisnis mempunyai keterikatan ke belakang dan ke depan.
Sistem tersebut akan berfungsi baik
apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsistemnya, pengembangan subsistem agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya, karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting dari subsistem lainnya. Dalam menghasilkan komoditas pertanian yang berkualitas dibutuhkan tekhik budidaya dan penanganan pasca panen yang benar yang mengacu pada anjuran Dinas Pertanian.
Kegiatan budidaya tanaman mangga di Kabupaten
Indramayu ini tidak berbeda dengan budidaya pada daerah lainnya. Kegiatan budidaya mangga ini meliputi penentuan lokasi penanaman, tekhnik penanaman, kegiatan pemangkasan, pengairan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pemeliharaan buah, dan kegiatan pemanenan.
Setelah itu kegiatan
budidaya berlanjut pada kegiatan pasca panen yang meliputi pengangkutan, sortasi, grading, pencucian buah, pengemasan dan penyimpanan (Ditjen Bina Produksi Hortikultura 2004). Setelah proses yang telah disebutkan di atas selesai, maka akan dilakukan pemasaran buah mangga. Pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi kesentra konsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi produsen.
Swstha dan Sukotjo (2000)
mendefinisikan pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Saluran pemasaran mangga di Kabupaten Indramayu hingga kekonsumen melibatkan beberapa pelaku pemasaran diantaranya pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir, dan pedagang pengecer lokal serta pedagang pengecer antar kota. 3.2. Risiko Definisi risiko sangat beragam, dimana masing-masing devinisi tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga devinisi-devinisi tersebut dapat saling mengisi satu sama lain. Tampak bahwa risiko merupakan hal yang tidak akan pernah dapat dihindari pada suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan manusia karena dalam setiap kegiatan pasti ada berbagai ketidakpastian. Ketidakpastian inilah yang akhirnya menimbulkan risiko pada suatu kegiatan, dalam hal ini sejumlah mendevinisikan risiko sebagai berikut: a) Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (Williams.CA, Jr. Heins. Richard. M, 1998) b) Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian atau loss (A. Abas Salim, 1993) c) Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu dalam kondisi tertentu (,Williams.CA, Jr. Heins. Richard. M, 1985) d) Risiko adalah sebuah potensi variasi sebuah hasil (William S, 1995) e) Risiko adalah kombinasi probabilita suatu kejadian dengan konsekuensi atau akibatnya (Siahaan, 2007) Menurut Darmawi (2007), risiko adalah penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Sedangkan menurut Vaughan (1978) dalam Darmawi (2007) mengemukakan beberapa devinisi risiko sebagai berikut: a) Risiko adalah kans kerugian (risk is the chance of loss) Kans kerugian menunjukan suatu kejadian dimana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau suatu kemungkinan akan terjadinya kerugian. b) Risiko adalah kemungkinan kerugian (risk is the possibility of loss)
Kemungkinan (possibility) berarti bahwa terdapat probabilitas dari suatu kejadian. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa risiko adalah probabilitas suatu hasil yang aktual akan berbeda dari hasil yang diharapkan. c) Risiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty) Ketidakpastian (uncertainty) merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko. Ketidakpastian tersebut akan timbul karena berbagai sebab antara lain: (1) jarak waktu dimulai perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu berakhir, (2) Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan, (3) keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan tekhnik pengambilan keputusan. 3.2.1. Bentuk- Bentuk Risiko Disebutkan menurut (Darmawi,1997) bentuk- bentuk risiko adalah : 1. Risiko murni, adalah risiko yang akibatnya hanya ada dua macam yaitu rugi atau break event. Contohnya pencurian, kecelakaan atau kebakaran. 2. Risiko spekulatif adalah risiko yang berakibat untung, rugi, atau break event, contohnya judi. 3. Risiko particular, adalah risiko yang berasal dari individu dan dampaknya lokal. 4. Risiko yang dapat dialihkan adalah risiko yang dapat dipertanggungkan sebagai obyek yang terkena risiko kepada perusahaan asuransi atau sejenisnya, dengsn membsysr sejumlah premi.
Dengan demikian kerugian tersebut menjadi
tanggunagan (beban) perusahaan asuransi. 5. Risiko yang dapat dialihkan yaitu semua risiko yang termasuk dalam risiko spekulatif yang tidak dapat dipertanggungkan pada perusahaan asuransi. 6. Risiko internal adalah risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya risiko kerusakan peralatan kerja pada proses budidaya karena kesalahan operasi, risiko kecelakaan kerja, dan sebagainya. 7. Risiko eksternal adalah risiko yang berasal dari luar perusahaan atau lingkungan luar perusahaan, misalnya risiko pencurian, penipuan, fluktuasi harga, perubahan politik, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Trieschman, Gustavon, dan Hoyt (2001) juga mengemukakan beberapa jenis risiko yaitu 1. risiko statis, adalah risiko yang berasal dari masyarakat yang tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil.
Risiko statis dapat bersifat spekulatif ataupun murni.
Contoh risiko
spekulatif statis adalah menjalankan bisnis dalam ekonomi stabil, sedangkan contoh risiko murni statis adalah ketidakpastian dari terjadinya sambaran petir, angin topan, dan kematian secara acak (random). 2. risiko dinamis ialah risiko yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko dinamis juga dapat bersifat murni maupun spekulatif contoh sumber risiko dinamis adalah urbanisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan Undang-undang ataupun perubahan Peraturan Pemerintah. 3.2.2. Sumber-Sumber Risiko Darmawi (2006), menjelaskan bahwa sumber peyebab risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 1. Risiko Sosial Risiko sosial berkaitan dengan lingkungan masyarakat sekitar. Sumber risiko sosial misalnya karena adanya kecemburuan sosial yang bisa mengakibatkan timbulnya kejahatan oleh lingkungan masyarakat sekitar. Citra yang buruk dari masyarakat sekitar terhadap usaha yang dijalankan dapat mengakibatkan hilangnya rasa aman, nyaman, dan ketenangan dalam menjalankan usaha. 2. Risiko Fisik Sumber risiko fisik bisa disebabkan karena fenomena alam dan bisa karena kesalahan manusia. Contoh sumber risiko fisik diantaranya adalah kebakaran, baik yang disebabkan oleh alam seperti petir maupun kesalahan manusia. Cuaca dan iklim yang tidak menentu juga merupakan sumber risiko fisik. Saat musim hujan, suhu udara menjadi dingin, udara sangat lembab dan berpotensi mendatangkan banjir serta tanah longsor.
Sebaliknya dimusim kemarau, suhu
udara menjadi panas, penguapan meningkat dan kekeringan tidak bisa dihindari. 3. Risiko Ekonomi Sumber risiko ekonomi contohnya adalah inflasi, adanya fluktuasi harga, perubahan tingkat suku bunga, dan lain sebagainya.
Adanya inflasi dapat
menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Hal ini tentu sangat merugikan
para produsen barang dan jasa sehingga output yang dihasilkan tidak bisa terserap oleh pasar.
Fluktuasi harga dan perubahan tingkat suku bunga juga dapat
mengakibatkan kerugian bagi para pelaku usaha. Sedangkan menurut Harwood et al (1999) menyatakan terdapat beberapa sumber risiko yaitu meliputi: 1. Production or yield risk Faktor risiko produksi dalam kegiatan agribisnis disebabkan adanya beberapa hal yang tidak dapat dikontrol terkait dengan iklim, dan cuaca, seperti curah hujan, temperatur udara, hama, dan penyakit. Penerapan teknologi yang tepat merupakan salah satu tindakan yang tepat untuk meminimalisir dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Contohnya adalah pengenalan farietas baru dan teknik produksi akan memberikan peluang bagi keberhasilan budidaya. Teknologi baru dalam penerapannya, akan memberikan hasil yang kurang memuaskan, akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. 2. Price or market risk Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga output dan harga input. Pada umumnya kegiatan produksi merupakan proses yang lama sementara itu, pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang diharapkan pada saat panen. Begitu pula dengan harga input yang dapat berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi, yang akhirnya risiko harga tersebut akan berpengaruh pada return yang diperoleh petani. 3. Institutional risk Berhubungan dengan kebijakan dan program dari pemerintah yang mempengaruhi sektor agribisnis, misalnya ada kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input.
Secara
umum institutional risk ini cenderung tidak dapat diantisipasi sebelumnya. 4. Financial risk Financial risk atau risiko financial ini dapat dihadapi oleh pelaku bisnis pada saat meminjam modal dari institusi seperti bank. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi dari tingkat suku bunga pinjaman (interest rate).
Terdapat enam faktor yang mendorong adanya risiko pada kegiatan bisnis yaitu fluktuasi produksi, fluktuasi harga, penggunaan teknologi baru, adanya program pemerintah, permasalahan legalitas, dan perubahan pada selera konsumen. Menurut Bhowmick (2005) sumber-sumber risiko usaha adalah
ketidakpastian
hasil
produksi,
ketidakpastian
harga,
dan
ketidakpastian keuntungan. 3.2.3
Manajemen Risiko Hasil riset George Allayannis dan James Watson (1990-1995) dari
Universitas Virginia, AS ( dalam Zein, 2011) menyimpulkan bahwa manajemen risiko akan meningkatkan nilai perusahaan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan biaya modal serta mengurangi ketidakpastian aktivitas sosial.
Penerapan manajemen risiko oleh perusahaan bertujuan
mengidentifikasi, mengukur, dan mengatasi risiko perusahaan pada level toleransi tertentu. Pengertian manajemen risiko sangat beragam, namun memiliki konsep yang sama. Secara umum manajemen risiko merupakan suatu alat atau instrumen yang digunakan untuk mengendalikan dan mengurangi risiko.
Menurut
Australian Risk Management Standart (4360: 2004), manajemen risiko adalah kultur, proses dan struktur yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensial dan sekaligus mengelola dampak yang merugikan. Sedangkan devinisi lain menyebutkan bahwa manajemen risiko merupakan suatu pendekatan terstruktur atau metodelogi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Ini merupakan suatu rangkaian aktivitas manusia yang meliputi penilaian risiko, dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumber daya. Manajemen
risiko juga merupakan suatu sistem pengawasan risiko,
bahkan perlindungan atas harta benda, keuntungan serta keuangan suatu badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya suatu kerugian karena adanya risiko tersebut. Manajemen risiko dengan kata lain adalah penanganan sistematis formal yang dikonsentrasikan pada pengidentifikasian dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan. Dalam konteks proyek manajemen risiko adalah seni dan pengetahuan dalam
mengidentifikasi, menganalisis, serta menjawab faktor-faktor risiko sepanjang masa proyek. Menurut Darmawi (1997), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Lebih lanjut Darmawi menyebutkan bahwa, manajemen risiko berkaitan erat dengan fungsi perusahaan yaitu dengan fungsi akunting,
keuangan,
marketing,
produksi,
personalia,
engeinering,
dan
maintenance, karena bagian-bagian tersebut dapat menciptakan risiko dan sebagian dapat menjalankan fungsi manajemen risiko. Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan risk manajemen melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staf, dan organisasi). Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul, memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko. Menurut Darmawi, dalam bukunya yang berjudul manajemen risiko (1997), manajemen risiko dapat memberikan lima manfaat terhadap perusahaan, yaitu: 1. Manajemen risiko dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. 2. Manajemen risiko dapat menunjang terhadap peningkatan laba perusahaan dan dapat mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran kas. 3. Manajemen risiko dapat menunjang terhadap peningkatan kualitas seorang pengambil keputusan dalam mengambil keputusan bisnis. 4. Manajemen risiko dapat memberikan ketenangan bagi para manajer dalam mengendalikan risiko karena adanya perlindungan terhadap risiko yang dihadapi. 5. Manajemen risiko dapat meningkatkan image perusahaan yang baik dikalangan seluruh stikholders perusahaan.
Selain itu pentingnya menajemen risko diantaranya adalah untuk menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi kondisi lingkungan usaha yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis serta untuk memaksimumkan laba. Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terjadi di dalam sebuah usaha. Sumber-sumber risiko terbagi menjadi tiga bagian yaitu risiko lingkungan, yaitu kekuatan-kekuatan lingkungan yang menghalangi pelaksanaan strategi dan tujuan perusahaan, risiko proses yaitu proses bisnis yang dapat menimbulkan pemisah antara strategi dan tujuan bisnis, serta risiko informasi yaitu adanya informasi
yang
tidak
relevan
dan
tidak
dapat
diandalkan.
Dalam
perkembangannya risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi menjadi risiko operasional, risiko hazard, risiko finansial, risiko strategik. Menurut Lam (2008), manajemen risiko dapat didefinisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya.
Manajemen risiko adalah mengelola
keseluruhan risiko yang dihadapi perusahaan, dimana dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan dan terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan, sehingga perusahaan dapat mengoptimalisasikan profit. Hal penting
untuk
mengoptimalkan
profit
adalah
dengan
mengintegrasikan
manajemen risiko kedalam proses bisnis perusahaan. Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian ada beberapa cara yaitu dengan diversifikasi, integrasi vertikal, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi. Manfaat Manajemen Risiko yaitu mengurangi kerugian, menjaga arus kas, mengurangi financial distress, dan mengurangi penerbitan surat berharga. 3.2.4 Hubungan Risiko dengan Bagian Produksi Kegiatan produksi pada dasarnya adalah proses transformasi atau perubahan input menjadi output, dalam proses ini terdapat input, proses perubahan, serta output. Kegiatan produksi banyak menimbulkan risiko, dalam kegiatannya, sumberdaya manusia sering kali diekspos pada kecelakaan kerja maupun adanya kesalahan penanganan pada produk yang diproduksi. Karena itu bagian produksi harus mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya-bahaya yang
terkait dengan proses dan produk yang dihasilkan. Pengawasan produksi biasanya dijalankan mulai dari desain, pengawasan operasi, pengujian mutu bahan dan hasil akhir, pemakaian package yang tidak beracun dan sebagainya (Darmawi,1997). Produksi adalah setiap kegiatan yang ditujukan untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian yang lebih luas, produksi didefinisikan sebagai setiap tindakan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah „nilai‟ guna suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang-barang yang dihasilkan dalam suatu proses produksi dapat dibedakan menjadi Barang konsumsi, yakni barang-barang yang langsung dapat memuaskan konsumen atau pemakai. Barang produksi, yakni barang-barang yang sengaja diproduksi untuk proses produksi selanjutnya. Kegiatan produksi juga banyak menciptakan risiko dalam mendesain atau membuat produk, juga memberikan pelayanan (service). Demikian pula produk atau layanan yang dijualnya mungkin bisa menciptakan kerusakan atau kecelakaan badan bagi pemakainya. Oleh karena itu perusahaan harus selalu siap menghadapi tuntutan hukum dari pihak ketiga. 3.2.5 . Faktor- Faktor Produksi Beberapa faktor
produksi akan mempengaruhi hasil produksi buah
mangga dalam hal kualitas maupun kuantitasnya. Sumber-sumber produksi di bawah inilah yang merupakan sebagian faktor pendukung usaha budidaya mangga di Kabupaten Indramayu antara lain:
1. Sumber daya alam Alam berkaitan dengan seluruh sumber daya yang bersifat alami, semua yang sudah tersedia di bumi yang dapat digunakan dalam proses produksi. Tanah, air, matahari, hutan, mineral, dan minyak bumi termasuk primary factor (faktor utama) bagi produksi disamping tenaga kerja. Seluruh sumber daya alam merupakan faktor produksi asli karena sudah tersedia dengan sendirinya tanpa harus diminta oleh manusia. 2. Modal Modal atau barang-barang investasi berkaitan dengan keseluruhan bahan dan
alat yang dilibatkan dalam proses produksi seperti alat (perkakas), mesin, perlengkapan, pabrik, gudang, pengangkutan, dan fasilitas distribusi yang digunakan memproduksi barang dan jasa bagi konsumen ahir.
kapital
berhubungan dengan bangunan, peralatan, persediaan, dan sumber daya produksi lainnya yang memberikan kontribusi pada aktivitas produksi, pemasaran, dan pendistribusian barang-barang. Modal tidak hanya terbatas pada uang tetapi lebih mengarah pada keseluruhan kolektivitas atau akumulasi barang-barang modal. 3. Tenaga Kerja Merupakan istilah yang luas yang digunakan para ahli ekonomi yang menunjuk pada bakat mental yang dimiliki laki-laki maupun perempuan yang dapat digunakan dalam memproduksi barang dan jasa, tenaga kerja dalam proses produksi merupakan unsur yang paling mendasar. Pengetahuan yang dimiliki seseorang akan banyak bergantung pada aktivitas yang dilakukan orang tersebut dalam proses produksi. Singkatnya, keterlibatan dalam produksi merupakan sumber utama pengetahuan seseorang. 4. Kewirausahaan Wirausaha walaupun sama-sama merupakan human resources seperti labour, namun dalam pembahasan faktor produksi dipisahkan karena dalam diri seorang wirausaha terdapat seperangkat bakat. 3.2.6 Masalah dalam risiko produksi Input, proses hingga penanganan output akan mempengaruhi produktifitas dari kegiatan produksi, risiko produksi bisa disebabkan oleh: kualitas bahan yang rendah, tidak terjaminnya ketersediaan bahan, lemahnya tenaga kerja di bagian produksi, lemahnya mesin maupun peralatan pada bagian produksi, lemahnya lokasi ataupun ketidakstrategisan lokasi, serta lemahnya tata letak dan desain fasilitas. 3.2.7
Meminimalkan risiko produksi Upaya untuk meminimalkan risiko produksi antara lain dengan melakukan
perencanaan dan pengendalian produksi yang baik, mulai dari input, proses produksi, dan output produksi. Upaya-upaya tersebut adalah : pemilihan lokasi
usaha yang strategis, penyusunan tata letak yang tepat, desain fasilitas yang baik, manajemen mutu, perencanaan dan pengendalian persediaan lahan dan barang dalam proses dan produk jadi termasuk pergudangannya, penerapan metode kerja yang baik, pemilihan teknologi dan peralatan atau mesin yang tepat. 3.2.8
Penanggungan Risiko Penanggungan risiko merupakan salah satu unsur biaya atau penyedot
biaya yang sulit diperkirakan besarnya dalam setiap aktivitas bisnis, baik risiko penurunan produksi maupun risiko penurunan dalam nilai produk atau pendapatan bersih usaha bisnis. Risiko penurunan produksi pertanian dapat disebabkan oleh bencana alam, dan bencana lainnya, seperti kesalahan dalam menerapkan tekhnik budidaya. Risiko penurunan dalam nilai terjadi karena adanya penurunan mutu, perubahan harga yang disebabkan oleh perubahan preferensi, cita rasa dan selera konsumen, perubahan kondisi pasokan, atau perubahan kondisi perekonomian secara umum. Fungsi penanggungan risiko dilaksanakan oleh semua pelaku dalam setiap tahapan proses usaha, para petani mangga harus menerapkan tekhnik dan tekhnologi budidaya yang baik, untuk mengurangi risiko produksi dan penanganan pasca panen yang tepat untuk mengurangi risiko penurunan mutu buah mangga yang dihasilkan, proses-proses usaha tersebut dilakukan guna untuk mengurangi risiko yang mungkin timbul. 3.2.9
Mengelola Risiko Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pelaku dalam sistem agribisnis
untuk menanggulangi risiko dan mengurangi dampak dari risiko terhadap kelangsungan usahanya. Risiko produksi secara fisik, kemungkinan terunnya volume produksi secara drastis, yang mungkin disebabkan karena adanya bencana alam, serangan hama dan penyakit, kebakaran maupun karena faktor-faktor lainnya yang akibatnya dapat diperhitungkan secara fisik dapat ditanggulangi dengan membeli polis asuransi pertanian.
Penanggulangan risiko produksi
tersebut dialihkan kepada perusahaan jasa asuransi dengan membayar premi asuransi.
Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan tekhnologi budidaya dan tekhnologi pasca panen yang tepat. Sedangkan risiko pasar dapat ditanggulangi dengan beberapa cara antara lain yaitu diversivikasi, integrasi vertikal, kontrak dimuka, pasar masa depan, usaha perlindungan, dan opsi pertanian. 3.3
Dampak Risiko Menurut Fleisher (1990) dalam Gumbira dan Intan (1990), menyebutkan
bahwa dampak risiko dan variabilitas dalam agribisnis yang tidak diantisipasi dengan baik dapat dikaji dari tiga sudut pandang yang saling berhubungan. Sudut pandang masyarakat yang menyangkut dampak dan biaya sosial dari risiko yang terjadi dan pengelolaannya. Sudut
pandang
petani
atau
produsen
produk
agribisnis
yang
menitikberatkan pada kelangsungan hidup usahanya. Sudut pandang pembuat kebijakan
yang harus mampu memprediksi
mengenai respon sektoral apa yang akan dilakukan untuk mengubah kondisi tersebut dan dampak berikutnya atas kemungkinan kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut. 3.4
Sikap dalam Menghadapi Risiko Terdapat tiga sikap manajemen atau pengambil keputusan daam
menghadapi risiko, yaitu: (1) Risk Averter, (2) Risk Netral atau Indifferent to risk, dan
(3) risk taker.
Sikap manajemen atau pengambilan keputusan dalam
menghadapi risiko disajikan dalam Gambar 2. Return Risk averter Risk netral
Risk taker
Risk
Gambar 2. Sikap Pengambilan Keputusan Sumber:Robinson dan Barry (1987)
Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko menurut Robinson dan Barry (1987), dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu: 1. Pembuat keputusan yang takut pada risiko (risk aversion).
Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang mrupakan ukuran tingkat kepuasan. 2. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker).
Sikap ini
menunjukkan bahwa, jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dan menurunkan keuntungan yang diharapkan. 3. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral).
Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka, pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan. 3.5
Identifikasi Risiko Pengertian identifikasi risiko secara singkat adalah suatu proses yang
dilakukan oleh perusahaan secara sistematis dan terus menerus dalam mengidentifikasi properti dan liabilitas. Terdapat tiga unsur penting dalam proses identifikasi risiko, yakni mengetahui keberadaan risiko, mengetahui penyebab timbulnya risiko dan mengetahui metode yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab risiko. Metode-metode pengidentifikasian risiko antara lain: a. Laporan keuangan, dengan menganalisis neraca, laporan laba rugi, dan catatan-catatan lain yang mendukung, melalui penggabungan laporan keuangan inilah akan menemukan risiko yang bakal dihadapi, karena transaksi bisnis pada akhirnya akan menyangkut uang ataupun hak milik. b. Kuesioner analisis risiko, semua harus mempertimbangkan sumber informasi yang digunakan dalam kuesioner yang menjurus pada penyelidikan sebelumnya. c. Flow-chart aliran barang
d. Metode interaksi adalah metode yang digunakan dalam mengidentifikasi keberadaan maupun penyebab risiko melalui: observasi, wawancara dan studi dokumen. e. Inspeksi langsung f. Interaksi eksternal g. Analisis lingkungan h. Brainstorming i. Pengalaman pribadi dan intuisi Sedangkan langkah-langkah pengidentifikasian antara lain: Pembentukan tim, Pengumpulan informasi, analisis sumber penyebab risiko, analisis permasalahan dan skenario alternatif. 3.6
Ukuran Risiko Risiko dapat ditunjukan dengan indikator adanya fluktuasi dari return atau
hasil yang diharapkan. Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat ukuran risiko yang dapat dianalisis yaitu nilai ragam, simpangan baku, dan koefisien variasi. Ketiga ukuran tersebut saling berkaitan satu sama lain. Semakin bervariasi hasil (return) maka semakin besar risiko. Ukuran acak yang digunakan adalah ukuran simpangan baku (standard deviation) yang menggambarkan rata-rata perbedaan penyimpangan atau kecenderungan. Semakin bervariasi hasil (return) maka semakin besar risiko. Coefficient variation merupakan ukuran yang sangat tepat bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha untuk setiap return yang diperoleh. Coefficient variation merupakan ukuran risiko yang telah membandingkan alternatif dari beberapa kegiatan usaha dengan satuan yang sama. Menurut Batuparan (2001), pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar tolak ukur untuk memahami signifikansi dari akibat (kerugian) yang akan ditimbulkan oleh terealisasinya suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio terhadap kesehatan dan kelangsungan usaha. Signifikasi suatu risiko individu maupun portofolio dapat disimpulkan atau diketahui dalam melakukan pengukuran terhadap dimensi risiko yaitu: (1) kuantitas risiko adalah jumlah
kerugian yang mungkin muncul dari terjadinya risiko, (2) kualitas risiko yaitu probabilitas dar kualitas risiko yaitu probabilitas dari terjadinya risiko. Yang akan diketahui dari pengukuran risiko adalah:1) nilai rata-rata dari kerugian selama satu periode anggaran, 2) mengetahui variasi nilai kerugian satu periode anggaran ke periode anggaran lain, 3) mengetahui dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian tersebut terutama kerugian yang ditanggung sendiri. 3.7
Kerangka Pemikiran Operasional Mangga merupakan salah satu komoditi hortikultura penting yang
berperan sebagai sumber vitamin dan mineral, sumber pendapatan dan lapangan pekerjaan serta salah satu penghasil devisa negara.
Mangga di Indonesia
mempunyai peluang untuk mengisi pasar luar negeri karena mangga di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri, salah satu contohnya adalah mangga dermayu dan mangga gedong gincu. Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah sentra penghasil mangga di Jawa Barat, usaha budidaya mangga di Indramayu sifatnya adalah usaha rumahan oleh karena itu risiko yang dihadapi masih relatif tinggi karena keterbatasan pengetahuan serta masih terbatasnya peralatan pendukung yang dimiliki oleh petani tersebut. Mengingat produk-produk pertanian yang umumnya memiliki sifat rawan terhadap kerusakan (perishable), memiliki ukuran yang besar (bulky/ voluminous), dan beraneka ragam mutunya (quality variation), oleh karena itu produk-produk pertanian memiliki tingkat risiko tinggi, oleh karena itu diperlukan pengelolaan risiko yang baik untuk menanggulangi risiko yang mungkin terjadi. Aspek yang perlu dianalisis antara lain adalah manajemen risiko yang mencakup didalamnya identifikasi risiko dan pengelolaan risiko
serta
dengan menggunakan portofolio, lalu akan diperoleh hasil analisis dari risiko produksi yang ada, agar dapat merumuskan strategi penanganan terhadap risiko yang dihadapi. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu
Risiko Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu Fluktuasi Produksi: -Cuaca, Kerusakan mekanis
Pasar
-Hama dan Penyakit Tanaman -Kesalahan Sumberdaya Manusia Tingkat dan Besaran Risiko
Spesialisasi Risiko
Pendapatan Petani
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Pada Gambar 3. di atas dapat dijelaskan bahwa budidaya usahatani mangga yang dilakukan di Kabupaten Indramayu memiliki beberapa risiko yaitu diantaranya: risiko operasional yang penyebabnya berasal dari manusia, tekhnologi, serta kondisi alam yang sulit diprediksi. Dan risiko keuangan yang beberapa diantaranya disebabkan oleh fluktuasi harga output dan input, serta perubahan suku bunga.
Untuk besaran risiko dan dampak risikonya dapat
diketahui dengan cara menghitung coefficient variation, simpangan baku, dari hal tersebut maka akan diperoleh seberapa besar peluang risiko yang didapat pada budidaya mangga di Kabupaten Indramayu tersebut yang nantinya akan menpengaruhi sikap petani dalam mengambil keputusan. Sedangkan identifikasi risiko dilakukan untuk mengetahui solusi kemudahan apa saja yang diperoleh untuk meminimalisir risiko pada budidaya buah mangga tersebut.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Angling Darma yang berada di daerah atau di Desa Krasak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu. Responden merupakan petani yang tergabung dalam kelompok tani angling darma, anggota kelompok tani ini rata-rata telah menjalankan usahatani mangga lebih dari lima tahun, data-data responden dapat dilihat pada lampiran 2. Penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan dasar pertimbangan adalah bahwa Kabupaten Indramayu adalah salah satu sentra penghasil mangga di Propinsi Jawa Barat, selain itu buah mangga memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2011. 4.2. Metode Pengumpulan Data Serta Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya atau objek penelitian melalui: 1. Pengamatan langsung, dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik lingkungan, proses penanganan buah mangga, serta pengidentifikasian risiko yang yang terjadi dan risiko yang mungkin akan dihadapi. 2. Wawancara langsung serta pembagian kuisioner dengan pihak-pihak terkait, seperti wawancara langsung dengan petani yang tergabung dalam kelompok tani Angling Darma, serta penyuluh, untuk mengetahui usaha budidaya mangga di Desa Krasak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu. 3. Permasalahan dan risiko yang dapat terjadi, penyebab suatu risiko, atau pengisian kuisioner yang dijawab oleh anggota yang tergabung dalam kelompok tani budidaya mangga. Data sekunder merupakan data yang sudah diterbitkan, dan dapat diperoleh dari: artikel, skripsi, dan publikasi lainnya. Sumber data yang dipergunakan untuk membantu dalam perolehan data baik data primer maupun data sekunder adalah: 1. Dinas pertanian, untuk beberapa data produksi dan luas lahan buah mangga.
2. Badan Pusat Statistik (BPS) yang banyak menerbitkan data, baik data bulanan maupun data tahunan. 3. Dokumen-dokumen instansi lain yang memberikan data profil Kabupaten Indramayu. 4.3. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data.
Data dan
informasi yang telah terkumpul diolah dengan bantuan Excel windows, spss dan kalkulator. Selain itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dan metode analisis risiko. Metode deskriptif ini digunakan untuk menganalisis alternatif manajemen yang diterapkan, untuk meminimalkan risiko dan ketidakpastian yang dihadapi. Analisis risiko digunakan untuk menjawab tujuan penelitian, yaitu menganalisis risiko yang dihadapi, dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi buah mangga di Kabupaten Indramayu. Penilaian risiko dapat dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan terhadap return dari suatu aset, terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah ragam (variance), simpangan baku (standart deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation). Nilai ragam (variance), merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan ekspektasi return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance menunjukan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha, dan semakin besar nilai variance maka semakin besar penyimpangannya, sehingga semakin besar risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha. Nilai standar deviasi merupakan akar dari variance. Nilai standard deviation menunjukan bahwa semakin kecil nilai standard deviation maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha, semakin besar nilai standard deviation maka semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Coefficient variation diukur dari rasio standard deviasi dengan return yang diharapkan, semakin kecil nilai coefficient variation maka semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha, dan semakin besar nilai coefficient variation maka semakin besar risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha.
Ukuran risiko yang dapat dijadikan sebagai ukuran paling tepat dalam memilih alternatif dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha tersebut untuk setiap return yang diperoleh adalah koefisien fariasi (coefficient variation). Coefficient variation merupakan ukuran risiko yang telah membandingkan alternatif dari beberapa kegiatan usaha. 4.3.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam penelitian status, kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan ke lapangan atau ke tempat penelitian yaitu di desa Krasak Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu, menemui 30 orang responden, yaitu dalam hal ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani, untuk mengetahui secara langsung tentang budidaya usahatani mangga hingga mengamati tentang risiko-risiko yang dihadapi petani budidaya buah mangga tersebut. Selain itu penulis melakukan pendekatan terhadap para petani yang dibantu oleh anggota Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu untuk mengetahui seluruh proses budidaya hingga pemasaran buah mangga di Kabupaten Indramayu.
Yang pada akhirnya penulis dapat
menyimpulkan dan dapat mendeskripsikan tentang budidaya buah mangga di Kabupaten Indramayu khususnya di Desa Krasak Kecamatan Jatibarang. 4.3.2. Analisis Risiko 4.3.2.1. Analisis Risiko Pada Kegiatan Usaha Spesialisasi Penentuan peluang berdasarkan suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari satu titik waktu. Peluang dari masing-masing kegiatan budidaya akan diperoleh pada setiap kondisi yakni tertinggi,
normal dan
terendah. Pengukuran peluang (P) pada setiap kondisi diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung, dan secara sistematis dapat dituliskan :
P= f / T Keterangan : f : frekuensi produksi panen dari 30 orang petani (kondisi tertinggi, normal, terendah) T : periode waktu proses produksi Peluang yang dihitung berdasarkan komoditas buah mangga jenis Gedong gincu dan cengkir. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu, dan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: n
pij = 1 i=1
Penelitian ini mengunakan peluang berdasarkan tiga kondisi yaitu kondisi tertinggi, normal, dan kondisi terendah. Hal ini dilakukan berdasarkan acuan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Fariyanti (2008) dan Putri (2009). Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut: m
Ri
= j=1
pijRij
Dimana : pij = Peluang dari suatu kejadian (i=aset, j =kejadian) Rij = Return Ri = Expected return Untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha digunakan pendekatan sebagai berikut :
Variance Ragam atau Variance (σ2), pengukuran ragam dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari rerturn dan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap peluang. (Elton dan Gruber 1995) m
σi2
= j=1
pij ( Rij – Rj)
Dimana : σi2 = Variance dari Return pij = Peluang dari suatu kejadian Rij = Return Rj = Expected Return Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut. Standard Deviation Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha.
Rumus standard deviation secara sistematis dapat
dituliskan sebagai berikut :
σ = σ2 Dimana : σ = Simpangan baku atau Standard Deviation (Rp/Periode) σ2 = Ragam atau Variance (Rp/Periode) Coefficient Variation Coefficient Variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return).
Semakin kecil nilai coefficient
variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi.
Rumus coefficient variation adalah :
CV =σi / Ri Dimana :
CV = coefficient fariation
σi = standard deviation Ri = expected return Rumus-rumus di atas berfungsi untuk mengukur sejauh mana risiko yang dihadapi petani buah mangga di Kabupaten Indramayu, dalam menjalankan usaha terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh oleh petani buah mangga. Misalnya dari pengukuran variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi petani dalam melakukan usaha budidaya mangga tersebut. Untuk nlai standard deviation dapat menentukan semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi petani buah mangga dalam menjalankan usahanya. Sedangkan nilai coefficient variation dapat diartikan, semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi oleh petani buah mangga dalam menjalankan usahanya. 4.3.3. Analisis pendapatan Analisis pendapatan dapat diperoleh dari penerimaan (total return/ TR) usaha dikurangi biaya-biaya (total cost / TC) (input, tenaga kerja, operasional, pemasaran dan lain-lain) yang dikeluarkan selama masa periode usaha berlangsung, secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut (Kadarsan, 1992) : π
TR
TC
Dimana : π = laba TR = total return (total penerimaan) TC = total cost (total biaya-biaya) 4.3.4. Analisis Usahatani Pengolahan data secara kuantitatif silakukan dalam analisis usahatani ini. Data yang diperlukan adalam analisis ini adalah data tentang penerimaan, biaya,
dan pengeluaran usaha tani.
Analisis ini berguna untuk mengetahui tingkat
pendapatan yang diperoleh petani buah mangga. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya penerimaan yang didapat dalam usahatani.
Menurut
Soekartawi (2002), penerimaan atau pendapatan kotor adalah seluruh pengeluaran yang digunakan dalam suatu usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran.
Maka dapat disimpulkan penerimaan
usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut: π
Y x Py
Dimana: π = penerimaan total usahatani (Rp) Y = Hasil produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg) Py = Harga jual produk per unit (Rp/ Kg) Selanjutnya analisis ini digunakan untuk mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani buah mangga. Dalam analisis ini dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya non tunai (diperhitungkan). Biaya tunai pada usahatani buah mangga meliputi biaya pupuk dan obat-obatan, serta biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Sedangkan biaya tidak tunai pada usahatani buah mangga meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), biaya sewa lahan dan biaya penyusutan alat. Perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus (straight line) yang dapat diperoleh dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai yang ditafsirkan dibagi umur ekonomis dari alat tersebut. Adapun rumusan matematisnya adalah sebagai berikut : Biaya penyusutan = Nb – Ns N keterangan : Nb = Nilai pembelian Ns = Nilai sisa N = Umur ekonomis alat
Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan pada usahatani buah mangga. Pendapatan usahatani dapat diperoleh dari pengurangan antara biaya- biaya (cost) dari semua penerimaan (revenue), biaya-biaya tersebut yang telah dikeluarkan selama periode usahatani.
Terdapat beberapa hal yang mungkin terjadi antara biaya dan
penerimaan yaitu: 1). Jika biaya usahatani lebih besar dari penerimaan maka usahatani dikatakan rugi, 2). Jika biaya usahatani sama dengan penerimaan maka usahatani berada pada titik impas dan 3). Jika biaya usahatani lebih kecil dari penerimaan maka usahatani dikatakan untung.
Selisih antara penerimaan
usahatani dan biaya usahatani merupakan biaya total usahatani yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: P = TP – (BT + BTt) Keterangan : P = pendapatan total usahatani (Rp) TP = total penerimaan usahatani (nilai produksi (Rp)) BT = biaya tunai (Rp) BTt= biaya tidak tunai (Rp) 4.4.
Definisi operasional Merupakan penjelasan maupun deskripsi dari istilah-istilah yang
dituliskan di dalam skripsi ini, berikut beberapa penjelasan devinisi yang dituliskan dalam skripsi ini : 1. Pendapatan dapat diperoleh dari penerimaan petani dalam usahatani mangga dalam satu periode panen pertahun dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan petani selama masa periode panen (dalam waktu yang sama) berlangsung. 2. Peluang (P) merupakan frekuensi kejadian setiap kondisi panen yang dihadapi petani (kondisi tetringgi, kondisi terendah, dan kondisi normal), dibagi dengan periode waktu selama kegiatan usahatani berlangsung. 3. Expected return adalah jumlah dari produktivitas atau pendapatan petani buah mangga yang diharapkan selama satu periode 4. Variance dan return merupakan penjumlahan selisis kuadrat dari return dengan expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian 5. Return yang digunakan berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih petani buah mangga yang diterima dalam satu periode panen.
6. Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance 7. Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deiation dengan return yang diharapkan (expected return) 8. Covariance merupakan hasil perkalian nilai korelasi antara dua aset dengan standard deviation masing-masing asset Devinisi-devinisi yang telah disebutkan di atas bersama dengan penjelasannya merupakan istilah-istilah yang serimg disebutkan dalam sripsi ini, dengan adanya devinisi operasional diatas diharapkan dapat membantu untuk lebih jelas dan lebih dimengerti oleh setiap pembaca skripsi ini.
BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara pulau Jawa dengan panjang garis pantai sepanjang 114.1 km dan memiliki letak geografis pada 107o52 108o36 bujur timur dan 6o15 - 6o40 lintang selatan dengan wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Laut Jawa, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Cirebon. Cakupan wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Indramayu saat ini terdiri atas 31 kecamatan, 313 desa dan kelurahan, dengan total wilayah 204.011 Ha, dengan panjang pantai 114.1 km yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang. Berdasarkan topografinya, Kabupaten Indramayu mempunyai ketinggian 0100 meter di atas permukaan laut, dimana 98,70 persen berada pada ketinggian 03 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0-2 persen. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan cukup tinggi maka di daerahdaerah tertentu akan terjadi genangan air. Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pesisir pantai utara pulau jawa membuat suhu udara di Kabupaten ini cukup tinggi yaitu berkisar antara 18o Celcius – 28o Celcius. Suhu harian di Kabupaten Indramayu berkisar antara 25o -32o Celcius, dengan suhu harian tertinggi 30o dan terendah 25o Celcius. Kelembaban udara berkisar antara 70-80 persen. Curah hujan rata-rata pertahun 2.290 mm pertahun, dengan jumlah hujan 82 perhari. Luas wilayah Kabupaten Indramayu 204.011 ha yang di dalamnya terdapat areal sawah seluas 118.513Ha, areal tambak dan kolam seluas 16.239 Ha, areal perkebunan seluas 6.058 Ha, serta areal hutan seluas 34.307 Ha. Kabupaten Indramayu merupakan daerah hulu dari 14 aliran sungai yang potensial sebagai sumber air bagi kebutuhan usaha pertanian, usaha industry maupun sebagai bahn baku air bersih.
Tabel 5. Tata Guna Lahan di Kabupaten Indramayu tahun 2009 Tata guna lahan
Luas (ha)
Persentase (%)
Sawah beririgasi
92,370
45.28
Sawah tadah hujan
26,493
12.99
Hutan
40,653
19.76
Kebun
8,809
4.28
Permukiman
17,837
8.74
Empang
14,488
7.10
Lainnya
5,107
2.50
204,011
100.00
Total
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Indramayu 2009
5.2. Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Sektor pertanian menyumbang 13,21 persen dari total produk domestik regional bruto Kabupaten Indramayu, penyumbang kedua terbesar setelah sektor industri (migas). Beberapa jenis tanaman yang diusahakan di Kabupaten Indramayu antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kedelai.
Produksi
terbanyak adalah padi sebanyak 1.557.552.30 ton. Disamping tanaman padi, Kabupaten Indramayu memiliki tanaman unggulan seperti mangga, pisang, cabai merah, bawang merah, jagung dan kedelai. Tanaman perkebunan seperti kelapa, kelapa hibrida, kapuk, cengkeh, jambu mete, kopi, tebu, dan melinjo diusahakan pula di Kabupaten Indramayu. Produksi tanaman palawija sebanyak 10.153.36 ton, sayuran 186.284.85 ton dan buah-buahan sebanyak 717.942.98 ton. Selain itu melalui upaya penerapan tekhnologi intensifikasi belakangan ini berkembang budidaya bunga kol dan jamur merang yang sudah memperlihatkan produksi dan produktivitas yang signifikan.
5.2.1. Potensi Pengembangan
Kawasan Sentra Produksi Mangga di
Kabupaten Indramayu Pengembangan usaha mangga sudah dilakukan oleh masyarakat secara swadaya di lahan sawah dan lahan pekarangan skala luas yang relativ kecil. Pada tahun 2006 di Kabupaten Indramayu memiliki luas areal mangga 403.159 Ha. Sejak tahun anggaran 1997/ 1998 sampai dengan tahun anggaran 2000/2001 pemerintah pusat (Ditjen Hortikultura) dengan dibantu oleh pemerintah daerah Kabupaten Indramayu merancang proyek pengembangan usaha tani mangga. Proyek pengembangan bertujuan
produksi agribisnis hortikultura (P2AH).
Proyek ini
menopang ketersediaan pangan, menunjang pembangunan wilayah
serta menumbuh kembangkan kelembagaan ditingkat petani dalam peningkatan posisi tawar dan daya saing produk hortikultura. Proyek P2AH ini dikelola oleh bagian proyek dinas pertanian Kabupaten Indramayu. Kordinator pemandu lapangan selaku pelaksana teknis bertugas sebagai pembimbing teknis, manajemen pelaksanaan, pemeliharaan perkebunan, dan
mendorong pengembangan kelompok tani.
Adapun potensi mangga di
kabupaten Indramayu yaitu dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Potensi Mangga di Kabupaten Indramayu 2009 No
Jenis Mangga
Jumlah Penanaman per Pohon 152.362
Persentase Jumlah Penanaman Pohon 11%
1
Gedong gincu
2
Cengkir
695.963
50%
3
Harumanis
250.450
18%
4
Lain-lain
293.151
21%
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu 2009
Pada tahun 2006 dan 2009 telah dilakukan usaha penggalangan SOP (standard operating prosedur) kepada para petani mangga,dimana isi dari SOP tersebut
adalah
menjelaskan
mengenai
tekhnologi
ramah
lingkungan,
pengendalian OPT, peremajaan tanaman, budidaya, hingga bagaimana cara pemanenan buah mangga yang baik. Penggalangan SOP ini bertujuan untuk melindungi petani, meningkatkan produksi, efisiensi,meningkatkan kesuburan lingkungan serta sebagai alat kompetisi bagi petani mangga di Kabupaten
Indramayu.
Sedangkan target dari SOP ini diharapkan
mendapat mutu dan
kualitas mangga yang baik. Selain itu selalu diadakan peremajaan pohon tiap tahunnya pada tahun 2009 APBD provinsi member bibit pohon mangga sebanyak 2000 batang dari jumlah 5000 yang direkomendasikan, pada tahun 2010 sebanyak 7000 batang pohon mangga dan diberikan ke desa Cikedung, Bongas, dan Haurgeulis dengan jenis mangga Gedong gincu dan Lali jiwo. Peremajaan dialokasikan di tempat atau di daerah yang terdapat kebun mangga, pembagian pohon mangganya sendiri dilihat dari potensi daerah masingmasing, dan untuk rencana kedepan akan ada perluasan area perkebunan mangga ± sekitar 50 hektar, dan selain itu untuk rencana ke depan akan diadakan program pengelompokan sentra jenis mangga. 5.2.2. Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu Mangga dominan yang diusahakan petani ada tiga jenis yaitu cengkir, gedong gincu dan harumanis, sedangkan yang lainnya termasuk mangga runcah yaitu jenis golek, bapang, gajah, manalagi, apel dan lain-lain. Banyak ditemukan petani yang memiliki pohon mangga merupakan warisan dari orang tua sehingga mereka tidak mengenal jelas umur pohon mangganya. Usahatani mangga merupakan salah satu sumber mata pencaharian penduduk di Kabupaten Indramayu.
Disamping bertanam padi dan sayuran.
Usahatani di beberapa kecamatan di Kabupaten Indramayu Masih bersifat tradisional mulai dari penanaman, perawatan, hingga panen dan pasca panen. Kegiatan budidaya mangga terdiri atas penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian HPT, pemanenan dan pemangkasan. Kegiatan penyiangan dan pemupukan dilakukan ahir musim penghujan (setelah panen) dan awal musim penghujan (buah muda).
Pemupukan pada
tanaman mangga dibedakan menjadi dua yaitu 1. Pemupukan untuk tanaman yang belum menghasilkan 2. Pemupukan tanaman yang sudah menghasilkan Adapun tujuan dari pemupukan ini adalah untuk mendapatkan pertumbuhan, produksi tanaman optimal serta mempertahankan status hara tanah. Secara bertahap, pemberian pupuk organik (pupuk kandang) akan ditingkatkan untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang harganya terus melambung
tinggi, keuntungan yang akan diperoleh dari peningkatan penggunaan pupuk organik tersebut adalah berkurangnya biaya produksi dan mencegah terjadinya kejenuhan tanah akan zat organik. Dosis pupuk yang diberikan tergantung dari diameter batang atau besar tajuk pohonnya. Pedoman perkiraan dosis pemupukan mangga dapat dilihat pada Table 7. Tabel 7. Perkiraan Dosis Pemupukan Mangga Perpohon. Umur (tahun) 1 2 3 4 5 6-8 >8
Pupuk organic (liter)** 10 15 20 25 30 35 40
Urea (gram)* 250 300 350 400 450 500 >600
TSP (gram)** 100 150 200 250 300 350 400
KCL, ZK (gram)* 250 300 350 400 450 500 600
Ket : * = diberikan 1-2 kali setahun : ** = diberikan 4kali setahun (masing-masing seperempat dosis) sampai umur 2 tahun, dan menjadi 2 kali setahun (masing-masing setengah dosis sesudahnya) Sumber : Ditjen Bina Produksi Hortikultura,2004
Kegiatan pemangkasan dilakukan setelah berakhirnya masa panen, pemangkasan dilakukan pada cabang dan ranting tua serta benalu yang menempel di batang pohon, tujuannya untuk membentuk kerangka dasar tanaman agar tumbuh baik, memudahkan pemeliharaan tanaman, mengurangi risiko serangan OPT, serta untuk mengoptimalkan produktivitas buah dan kontinuitas pembuahan. Penjarangan buah dilakukan pada saat buah berumur 2-3 minggu. Buah yang dipetik adalah buah yang dinilai berada pada posisi kurang mendapat sinar matahari dan bergerombol lebih dari tiga buah.
Buah yang dipertahankan
maksimal tiga buah dalam satu tangkai dan dilakukan pembungkusan pada buahbuah tersebut. Pembungkusan bertujuan untuk meningkatkan kualitas penampilan buah, melindungi buah dari benturan, sengatan sinar matahari dan gesekan antar buah, melindungi buah dari serangan hama dan penyakit, serta melindungi buah dari kerusakan dan gesekan pada saat panen dan melindungi permukaan kulit buah dari getah. Dengan cara-cara tersebut diatas diharapkan buah pilihan akan
tumbuh besar secara optimal dan dapat memenuhi standar mangga gedong gincu berkualitas ekspor. Penyakit yang kerap menyerang tanaman gedong gincu adalah rontoknya bunga. Penyakit ini menyebabkan turunnya produksi buah mangga gedong gincu hingga sekarang, petani belum menemukan penanggulangan yang tepat untuk mengatasi penyakit tanaman ini sehingga langkah yang ditempuh hanya sebatas memberikan obat-obatan dan zat perangsang tumbuhan. Sedangkan hama yang sering menyerang tanaman mangga antara lain : kutu putih, ulat perusak daun, wereng mangga, lalat buah dan penggerek buah. Sama halnya dengan di atas, pengendalian terhadap hama ini hanya sebatas memberikan insektisida berbahan kimia aktif serta pengendalian cara kultur teknis. Buah mangga dapat dipanen setelah buah berumur 3-4 bulan. Buah dinilai matang apabila lapisan lilin pada permukaan kulit buah sudah menebal dan bentuk buah bulat berisi. Pemetikan buah dilakukan dengan menyisakan sebagian tangkai dengan tujuan mengurangi getah yang keluar. Buah mangga yang telah dipanen diletakkan pada posisi tangkai menghadap ke bawah agar getah pada tangkai buah tidak mengotori permukaan kulit buah, serta alasi permukaan keranjang buah dengan daun pisang kering atau dengan kertas Koran. Waktu pemetikan mangga yang baik pada pukul 11.00 keatas karena pada pukul tersebut getah akan berkurang. Kegiatan selanjutnya adalah penanganan buah hasil panen, meliputi sortasi, grading, pencucian, pengemasan, dan penyimpanan. Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah yang baik dan tidak baik kualitasnya, setelah itu adalah melakukan grading, dengan ketentuan yang telah disebutkan yaitu grade A buah yang memiliki bobot rata daiatas 250 gram, grade B bobot buah antara 200-250 gram, sedangjkan grade C memiliki bobot kurang dari 200 gram perbuah. Setelah itu dilakukan pencucian yang bertujuan untuk membersihkan buah dari kotoran seperti getah, tanah, cendawan dan sebagainya. Air yang digunakan untuk mencuci buah ditambakan detergen atau klorin dengan takaran satu sendok teh per satu liter air, lama perendaman kurang lebih tiga menit dan setelah itu dibilas kembali dengan menggunakan air bersih dan buah digosok dengan menggunakan spon atau kain yang lembut.
Kegiatan pengepakan dilakukan
apabila buah telah kering yaitu dengan memasukkan buah kedalam wadah dengan posisi punggung buah menghadap bawah dan wadah sudah dilengkapi dengan lapisan kertas, penyimpanan buah dalam peti kardus harus disimpan pada gudang yang bersih dengan temperatur 8-10 derajat celcius dengan kelembaban ruangan lebih dari 90 persen. Upaya pemasaran yang dilakukan diantaranya bekerjasama dengan pedagang besar yang akan mendistribusikan hasil panen ke pedagang-pedagang pengecer pasar tradisional di luar kota seperti Jakarta. Saat ini pun telah ada eksportir yang berminat memasarkan mangga gedong gincu dengan tujuan pasar singapura. Namun selain itu masih ada kendala yang dihadapi untuk memenuhi permintaan ekspor diantaranya adalah: ukuran buah yang dihasilkan belum memenuhi standar, standar bobot buah mangga gedong gincu berkualitas ekspor adalah 250 gr untuk ukuran mangga gedong gincu dan 400 gr untuk mangga cengkir. 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan umurnya responden pada penelitian ini dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu responden usia 20-35 tahun, 35-50 tahun, dan 50-70 tahun. Petani responden pada penelitian ini terbesar pada kisaran 30-60 tahun. Tabel 8. Jumlah Petani Responden Usahatani Buah Mangga Berdasarkan Umur di Kabupaten Indramayu Umur
Jumlah petani responden (orang)
Persentase (%)
25-30
1
3,33
31-35
3
10,00
36-40
7
23,33
41-45
7
23,33
46-50
2
6,67
≥51
10
33,34
Total
30
100
Umur petani responden yang mengusahakan usahatani mangga ini pada umumnya berdasarkan Tabel 8. di atas berkisar diatas 30 tahun, yang paling mendominasi responden pada pnelitian ini berumur antara 36-45 yaitu sebesar 23,33 persen dan yang berumur diatas 51 tahun sebanyak 33,34 persen. Responden dengan golongan umur diatas 51 tahun merupakan petani responden yang telah berpengalaman menjalankan usaha budidaya mangga tersebut, adapun petani responden yang termasuk usia produktif yaitu antara 25 tahun sampai dengan 40 tahun terbagi dalam persentase-persentase kecil. Minimnya petani responden pada usia produktif dikarenakan golongan usia produktif di Kabupaten Indramayu lebih memilih mata pencaharian diluar bidang pertanian seperti berdagang, serta menjadi karyawan swasta dan pegawai negeri. Tingkat pendidikan formal petani mangga di Kabupaten Indramayu secara umum masih dapat dikatakan rendah, karena hanya berpendidikan terakhir SD, sedangkan selebihnya hanya berpendidikan terahir SMP dan SMA. Hal tersebut sangat bertentangan dengan program pemerintah diperiode tahun 1990an, yang mencanangkan wajib belajar 9 tahun dan pentingnya pendidikan serta wajib belajar minimal hingga ke jenjang SMA.
Tabel 9. Tingkat Pendidikan Petani Responden Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten Indramayu Kelompok
Jumlah petani
pendidikan formal
responden (orang)
Persentase (%)
SD/ MI
14
46,67
SMP/MTS
7
23,33
SMA/MAN
9
30,00
Perguruan Tinggi/Akademi Total
0
0
30
100
Dari keseluruhan responden yang ada dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari mereka telah terlepas dari buta huruf dan hitung. Karena sebagian besar responden pernah mengenyam pendidikan walaupun hanya pada tingkat
sekolah dasar yaitu sebanyak 46,67 persen, pendidikan SMP hanya 23,33 persen dan yang berpendidikan hingga SMA sebanyak 30,00 persen.
5.3.1. Pengalaman Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu Meskipun secara umum tingkat pendidikan petani mangga tergolong relatif rendah, bukan berarti tingkat pengetahuan petani dalam hal budidaya pertaniannya rendah khususnya budidaya mangga.
Pengalaman petani sangat
mempengaruhi mereka dalam proses pengambilan keputusan dalam mengelola usahatani mangga, selain itu peran serta anggota ppl pertanian sangat membantu mereka
dalam
hal
manajemen,
pola
tanam
dan
informasi
mengenai
penanggulangan hama dan penyakit.
Tabel 10. Pengalaman Petani Responden Dalam Usahatani Mangga di Kabupaten Indramayu Kelompok Tahun
Petani Responden (orang) Jumlah
Persentase (%)
1-5
−
−
5-10
25
83,3
10-15
−
−
≥ 15
5
16,6
Total
30
100
Pada Tabel 10. tersebut terlihat bahwa rata-rata petani responden telah menjalankan usahatani mangga selama lebih dari 5 tahun, sebanyak 83,3 persen responden petani mangga telah menjalankan usahatani mangga selama 5-10 tahun, yakni sebanyak 25 orang, dan lebih dari 15 tahun sebanyak 5 orang atau sekitar 16,6 persen.
5.3.2. Status Penguasaan Lahan Berdasarkan dari data yang diperoleh diketahui bahwa petani responden pada penelitian ini sebagian besar mengembangkan usahatani mangga dilahan milik sendiri, berdasarkan dari data yang diperoleh dari responden diketahui bahwa lahan perkebunan tersebut rata-rata merupakan lahan warisan turuntemurun dari keluarganya. Sementara jumlah pemilikan pohon berkisar antara 1255 buah pohon mangga, tetapi ada juga salah satu responden memiliki pohon mangga mencapai 700 pohon. Luas lahan yang dimiliki petani responden ratarata berkisar antara 1000 hingga 10.000 meter persegi. 5.3.3. Alasan Petani Responden Mengusahakan Mangga Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, alasan petani responden dalam berusahatani buah mangga sangat beragam, dari berbagai alasan responden tersebut dikelompokkan dalam empat kelompok alasan yaitu : 1)sangat cocok diusahakan didaerah ini, 2) keuntungan lebih tinggi, 3) pemasaran terjamin dan yang ke 4) lain-lain. Alasan mengembangkan usaha tani mangga adalah karena adanya pemasaran yang sudah terjamin, ini dikarenakan para petani responden tersebut memang sudah menjadi anggota kelompok tani yang pemasarannya terjamin. Ini dapat terlihat dari alur pemasaran buah mangga di bawah ini
Walaupun pemasarannya sudah terjamin tetap saja petani dibantu oleh pemeritah dalam hal ini Departemen Pertanian selalu berusaha untuk lebih meningkatkan kualitas produksi buah mangga tersebut dikarenakan sekarang ini konsumen sudah paham betul akan keamanan pangan yang dikonsumsinya, menginginkan kualitas yang baik serta dikelola secara ramah lingkungan. Selain itu alasan selanjutnya adalah tanaman mangga sangat cocok dibudidayakan di Kabupaten Indramayu
sehingga
dapat
memberikan
keuntungan
dibandingkan dengan budidaya tanaman hortikultura lainnya.
yang lebih
tinggi
5.4.
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Penduduk Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.744.897 jiwa.
Sedangkan pada akhir Tahun 2010 berdasarkan badan pusat statistik Kabupaten Indramayu tercatat sebanyak 1.668.395 jiwa, terdiri dari 858.942 jiwa penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 809.453 jiwa, keadaan
ini
menunjukkan
adanya kenaikan sebesar 24.526 jiwa. Dari 1.769.423 jiwa penduduk Kabupaten Indramayu terdapat 514.964 KK yang tersebar di 315 Desa/Kelurahan. Adapun jumlah penduduk yang terbanyak yaitu Kecamatan Indramayu dengan jumlah penduduk 101.940 jiwa dan yang terendah Kecamatan Cantigi dengan jumlah penduduk 24.636 jiwa.
Komposisi penduduk antara pria dan wanita cukup
berimbang yakni terdiri dari 49 persen wanita dan 51 persen pria.
Perempuan
Laki-laki
49%
51%
Gambar 5. Perbandingan Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Indramayu Tahun 2010 Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Indramayu 2011 Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu berdasarkan umur dan jenis kelamin tersaji pada Tabel 11. kelompok usia produktif merupakan jumlah terbesar dari total penduduk Kabupaten Indramayu namun berada dikisaran usia sekolah (6-9 tahun), sedangkan usia produktif lainnya berada dikelompok usia 3555 tahun dan pada usia 55-64 tahun.
Tabel 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Berdasarkan Jenis Kelamin Usia(tahun)
Laki-laki
Perempuan (jiwa)
Jumlah (jiwa)
(jiwa) 0-4
73.590
70.252
143.842
5-9
78.423
73.560
151.983
10-14
83.458
79.321
162.867
15-19
79.739
66.574
146.313
20-24
68.099
54.368
122.467
25-29
74.687
66.743
141.430
30-34
70.535
67.330
137.865
35-39
70.850
64.797
135.647
40-44
60.332
58.624
118.956
45-49
52.438
52.366
104.904
50-54
46.208
45.647
91.855
55-59
36.073
32.873
68.946
60-64
25.767
28.029
53.796
65-69
17.206
19.866
37.072
70-74
11.387
14.779
26.166
75+
9.962
14.324
24.286
858.942
809.453
1.668.395
Jumlah
Dilihat dari mata pencahariannya, penduduk Kabupaten Indramayu mempunyai matapencaharian yang beragam, kondisi penduduk berdasarkan matapencaharian ataupun jenis pekerjaan menggambarkan kondisi perekonomian masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup.
Demikian pada umunya
penduduk di Kabupaten Indramayu bekerja dibidang pertanian, penduduk yang bermatapencaharian petani di Kabupaten Indramayu sebanyak 303.084 orang(39 persen),
dibidang industri
sebanyak
56.218
orang (7persen),
dibidang
perdagangan sebanyak 200.868 orang (26persen), pada bidang jasa sebanyak 91.990 (12persen) serta pada matapencaharian lainnya sebanyak 127.149 atau
sebesar (16 persen).
Berikut ini disajikan pada tabel jumlah penduduk
berdasarkan mata pencahariannya. Table 12. Jumlah Penduduk Kabupaten Indramayu Berdasarkan Mata Pencahariannya. Jenis mata
Jumlah jiwa
Persentase (%)
Pertanian
303.084
39
Industri
56.218
7
Perdagangan
200.868
26
Jasa
91.990
12
Lainnya
127.140
16
Jumlah
779.300
100
pencaharian
Dapat dipastikan dan dapat dilihat dari Tabel 12. Jumlah penduduk berdasarkan
mata
pencaharian
di
Kabupaten
Indramayu
39
persen
bermatapencaharian sebagai petani, sektor perdagangan sebanyak 26 persen, jasa, industri, dan lainnya masing-masing 12 persen, 7 persen dan 16 persen.
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Sumber-sumber Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten Indramayu Risiko yang dihadapi oleh petani mangga akan mempengaruhi produktivitas dan pendapatan usahatani buah mangga. Variasi yang terjadi dalam jumlah produksi pada petani mangga di Kabupaten Indramayu menunjukan bahwa petani mangga menghadapi adanya berbagai risiko dalam kegiatan produksi usahatani mangga. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerugian pada usahatani mangga yang mereka jalankan disebabkan oleh kondisi alam yang sulit diprediksi dan tidak dapat dikontrol, antara lain curah hujan, hama penyakit yang sulit diprediksi selain itu adanya faktor-faktor kesalahan dari sumberdaya manusia (SDM) pun menjadi faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya risiko.
Antara lain
kesalahan dikarenakan pemberian pupuk yang tidak sesuai dengan takaran, kerusakan fisik pada produk dikarenakan adanya kesalahan dalam proses pemanenan, dan kerusakan fisik pada produk yang disebabkan adanya kesalahan dalam proses pengepakan pada saat produk akan dipasarkan. Selain faktor-faktor yang disebutkan di atas tersebut, penyebab kerugian pada usahatani buah mangga tidak terbatas pada faktor alam serta kerusakan yang disebabkan karena kesalahan SDM saja, akan tetapi juga disebabkan oleh karena adanya fluktuasi harga output maupun input. Peningkatan harga input pada usahatani buah mangga berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, terjadi karena adanya peningkatan harga tenaga kerja, adanya peningkatan harga pupuk, serta adanya peningkatan pada harga obat-obat pertanian. Pada penelitian ini akan mengkaji mengenai besaran risiko berdasarkan persepsi petani terhadap sumber-sumber risiko dan tingkat risiko, guna menekan risiko pada usahatani buah mangga di Kabupaten Indramayu.
6.1.1. Sumber-sumber Risiko Produksi Yang Disebabkan Oleh Alam Faktor alam merupakan salah satu sumber risiko atau faktor penyebab kerugian yang sulit untuk diatasi oleh petani hal ini disebabkan karena pada umumnya faktor alam ini tidak dapat dikendalikan, diprediksi maupun dikontrol oleh petani, faktor risiko alam ini datang begitu saja dan tidak dapat dicegah. Di Kabupaten Indramayu sendiri usaha budidaya mangga masih sangat tergantung pada faktor alam seperti curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara, cahaya matahari dan lain-lain.
Kenyataannya bahwa usaha budidaya mangga yang
ditekuni petani sangat tergantung pada faktor alam membuat ketidakstabilan alam menjadi sumber-sumber atau faktor yang dapat menimbulkan kerugian pada budidaya mangga di Kabupaten Indramayu menurut hasil wawancara dengan beberapa petani responden, dapat diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah dapat dilihat dari Tabel 13. Tabel 13. Persentase Risiko yang Disebabkan Oleh Faktor Alam Sumber risiko yang disebabkan alam Curah hujan Hama Penyakit Total
Jumlah petani responden (orang) 20 5 5 30
Persentase (%) 66 17 17 100
a. Curah Hujan Tabel di atas menjelaskan bahwa hasil wawancara bersama 30 responden sebaran persepsi petani buah mangga di Kabupaten Indramayu berdasarkan faktor alam sebesar 66 persen menyatakan bahwa curah hujan merupakan faktor alam yang memberikan dampak kerugian paling tinggi.
Kondisi cuaca dan iklim
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketidakpastian dalam usaha budidaya buah mangga. Perubahan cuaca yang drastis dan sulit diprediksi akan sangat mempengaruhi secara langsung terhadap pertumbuhan buah yang diusahakan. Terkait dengan perubahan cuaca yang sulit diprediksi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa petani mangga mengalami kesulitan untuk menanggulangi risiko yang satu ini, secara teknis tanaman mangga akan berkembang baik disaat musim kemarau, karena kebutuhan air akan lebih
terkontrol. Curah hujan yang cocok bagi perkembangan buah mangga ini berkisar antara 1000-2000 mm pertahun, karena kekurangan atau kelebihan air akan berpengaruh terhadap produksi buah mangga.
Dampak negatif yang dapat
dihasilkan karena curah hujan yang tinggi dan musim pancaroba antara lain adalah bunga banyak berguguran terkena terpaan air hujan sehingga dapat dipastikan jumlah produksi buah mangga akan berkurang. Timbulnya jamur pada buah sehingga buah akan lebih cepat membusuk serta buah yang dihasilkan tidak mulus, dan pada umumnya pada musim hujan serangan penyakit akan lebih banyak. Sampai saat ini cara yang digunakan oleh petani responden masih sangat konvensional yaitu dengan cara membungkus buah mangga dengan pelastik, dan penggunaan jerami untuk mencegah erosi tanah. Terbatasnya teknologi yang digunakan petani responden untuk meminimalisir dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kondisi cuaca khususnya musim hujan kurang maksimal karena mayoritas petani responden belum menemukan cara yang tepat untuk meminimalisir dampak dari curah hujan yang tinggi tersebut. b. Hama Mangga merupakan buah yang sangat rawan terhadap serangan hama, menurut hasil wawancara di lapangan, sebagaimana dapat dilihat pada tabel di atas menunjukan nilai sebanyak 16 persen, nilai ini menunjukkan bahwa risiko yang disebabkan oleh hama tidak terlalu besar dibandingkan dengan risiko yang disebabkan oleh curah hujan. Ada beberapa jenis macam hama yang sering menyerang tanaman mangga milik petani budidaya mangga di Kabupaten Indramayu adalah: 1. Kutu putih (Rastrococcus Spinosus), hama ini menghisap cairan sel dan umumnya menyerang pada musim penghujan, pengendalian yamg dilakukan oleh para petani adalah dengan cara pengendalian kultur teknis yaitu memotong cabang daun yang terserang dan membakarnya. Sedangkan pengendalian secara kimiawi yang dilakukan oleh petani adalah dengan cara memberikan insektisida berbahan aktif. 2. Ulat perusak daun (Ortega Melanopolaris Hamson) hama ini merusak daun dan kadangkala pucuk muda, akibat serangan hama ini daun menjadi patah,
layu dan akhirnya mati, biasanya menyerang pada peralihan masim hujan dan musim kemarau, yang dilakukan petani untuk meminimalisir hama ini adalah dengan cara pengasapan dengan membakar sampah kering yang bagian atasnya ditutupi dengan sampah basah agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar.
Selain itu cara meminimalisir hama ini adalah dengan melakukan
penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif. 3. Lalat buah (Dacus Dorsalis), akibat dari serangan hama ini adalah timbulnya titik hitam pada kulit buah, titik-titik hitam tersebut akibat tusukan lalat buah, akibatnya daging buah menjadi busuk dan pada akhirnya buah tidak dapat dipanen karena rusak atau gugur, untuk meminimalkan hama ini petani melakukan pengendalian secara kultur teknis yaitu mengumpulkan buah-buah yang terserang, baik yang sudah jatuh maupun yang masih berada di pohon lalu ditimbun di dalam tanah, selain itu petani meminimalisir hama ini dengan cara menanam tanaman perangkap, yaitu menanam tanaman selasih disekeliling kebun. 4. Penggerek buah (Noorda Albizonalis Hampson) dampak dari serangan ini hampir mirip dengan hama lalat buah bedanya hama penggerek buah biasa menyerang pada saat buah sebesar bola pingpong, cara pemberantasan yang dilakukan oleh petani pun sama seperti apa yang dilakukan terhadap hama lalat buah, selain yang disebutkan diatas, petani juga melakukan pemberantasan hama dengan pengendalian fisik yaitu dengan cara membungkus buah setelah buah mangga sebesar bola pingpong dan dilakukan dengan pengendalian secara biologi yaitu dengan memanfaatkan predator larva Rhynchium attrisium. Pengendalian hama yang dilakukan banyak petani responden selama ini masih terbatas pada penggunaan insektisida, sebagai langkah pencegahan dan penanggulangan hama tanaman buah mangga. Penggunaan insektisida sebagai upaya pengendalian hama memang dibenarkan, akan tetapi menurut Samsu (2011), pencegahan hama dengan penyemprotan insektisida sering kali memboroskan biaya, terlebih harga insektisida yang semakin hari kian tinggi. Disamping itu penggunaan insektisida maupun obat-obatan pembasmi hama yang berlebihan akan merusak lingkungan dan tentu saja membuat hama menjadi resisten terhadap insektisida tersebut.
Pencegahan merupakan tindakan yang
paling efektif daripada mengobati, selain tidak menimbulkan efek samping,
tindakan pencegahan juga tidak memerlukan biaya yang terlalu besar. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum kegiatan pemeliharaan dimulai, oleh karena itu para petani setidaknya harus memahami dan mengetahui daur hidup hamanya. c. Penyakit Begitu juga dengan penyakit, dari hasil wawancara dengan petani responden, factor risiko yang disebabkan oleh penyakit tidak terlalu besar dengan risiko yang diakibatkan oleh curah hujan, dapat dilihat dari tabel bahwa risiko yang disebabkan oleh penyakit menurut pendapat petani responden sebesar 16 persen. Sesuai dengan pernyataan sebelumnya bahwa, tanaman mangga sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit pada setiap pertumbuhannya. Selain hama penyakit tanaman juga merupakan salah satu sumber risiko dalam budidaya mangga ini, sehingga hal tersebut merupakan penyebab tidak optimalnya produksi buah mangga yang dihasilkan. Penyakit yang sering menyerang tanaman maupun buah mangga menurut kebanyakan petani responden pada umumnya disebabkan oleh bakteri, virus, dan cendawan. Penyakit yang biasa menyerang diungkapkan oleh petani antara lain penyakit layu benih menyerang tanaman pada saat pembibitan akibat dari serangan penyakit ini antara lain daun menjadi lemah, lalu akan mengering dan setelah itu mati dengan akar yang membusuk, cara pengendalian yang dilakukan biasanya dengan penyemprotan fungisida, selain itu pengendalian yang biasa dilakukan oleh petani adalah menjaga jarak antar tanam dalam polybag agar tidak terlalu rapat, sehingga benih mendapat sinar matahari. Penyakit embun jelaga merupakan jenis penyakit berikutnya yang sering menyerang tanaman mangga di Kabupaten Indramayu. Akibat dari penyakit ini adalah timbulnya lapisan tipis berwarna hitam pada permukaan daun dan ranting, selain dengan penyemprotan fungisida hal lain yang biasanya dilakukan oleh petani untuk menanggulangi penyakit ini dengan cara memotong cabang yang terinfeksi dan setelah itu dilakukan pembakaran. Selain kedua penyakit diatas penyakit kudis buah sering dialami oleh para petani akibat dari penyakit ini adalah pada permukaan buah timbul struktur yang tidak beraturan berwarna coklat seperti yang dijelaskan petani, dan setelah buah dipanen akan meninggalkan bercak coklat yang keras dan mengering sehingga
mengurangi tampilan buahnya. Selain upaya pencegahan yang telah dijelaskan diatas, upaya lainnya yang dilakukan untuk meminimalisir dampak kerugian yang disebabkan oleh infeksi penyakit antara lain dengan cara pengolahan lahan secara baik dan benar, penyiangan, serta pemberian obat-obatan secara teratur upayaupaya tersebut merupakan upaya untuk mencegah dan meminimalisir penyebaran penyakit. 6.1.2. Kerugian Yang Disebabkan Oleh Faktor Sumberdaya Manusia Kerusakan produk dikarenakan kelalaian atau kesalahan SDM, merupakan salah satu sumber risiko yang harus diperhatikan selain faktor alam. Keterampilan dan pengetahuan tenaga kerja akan mempengaruhi secara langsung pada efektifitas dan efesiesi usaha tani. Faktor ini merupakan salah satu penyebab yang mempengaruhi variasi produktifitas.
Tidak adanya standart operasional
yang jelas dan baik dari penyuluh maupun petani membuat kemungkinan terjadi penyimpangan yang semakin besar. Berdasarkan fakta di lapangan dan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan petani responden dapat dilihat pada tabel . Faktor kerugian yang disebabkan oleh kesalahan manusia terjadi pada kegiatan pemanenan dan pengiriman hasil. Nilai persentasenya dapat dilihat pada Tabel 14. di bawah ini. Tabel 14. Persentase Risiko yang Disebabkan Oleh SDM Risiko yang Jumlah petani disebabkan oleh SDM responden (orang) Kerusakan pada saat 17 pemanenan Kerusakan pada saat 13 pengiriman hasil Total 30 a.
Persentase (%) 57 43 100
Kerusakan Pada Saat Pemanenan Buah Dilihat dari tabel di atas persepsi petani terhadap risiko yang ditimbulkan
pada saat pemanenan buah sebesar 57 persen. Pemanenan merupakan tahapan paling penting dalam seluruh kegiatan usahatani, kesalahan kecil yang dibiarkan akan berdampak besar untuk kedepannya. Adapun upaya yang dilakukan oleh petani untuk meminimalisir dampak kerugian yang diakibatkan kerusakan pada saat pemanenan adalah dengan menggunakan tenaga kerja yang sudah sering
bekerja sama dengan mereka, sudah terpercaya dalam hasil kerjanya, dan merupakan orang-orang terdekat mereka. Pada dasarnya tidak ada tekhnik khusus dalam pemanenan buah mangga ini tetapi ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti tangkai buah yang diikutkan, usahakan getah tidak mengotori buah serta peletakan buah setelah dipetik, ini banyak sedikitnya akan mempengaruhi kondisi buah yang telah dipanen. Risiko kerusakan yang dihasilkan pada saat panen tersebut dapat dikatakan murni disebabkan karena kelalaian individu, dan untuk meminimalisir hal ini, upaya petani buah mangga adalah dengan menggunakan tenaga kerja yang sudah sering melakukan pemanenan. b.
Kerusakan Pada Saat Pengiriman Hasil Kerusakan yang ditimbulkan pada saat pengiriman hasil sebesar 43 persen.
Kerusakan produk pada tahap ini juga memiliki tingkat risiko yang tinggi, ini dikarenakan sebagian petani mengangkut hasil panennya hanya dengan keranjang yang terbuat dari bambu yang kemudian akan diangkut ke pengepul dengan menggunakan motor, pada tahap ini sering kali produk yang telah dipanen ini mengalami berbagai benturan sehingga menyebabkan buah mangga yang telah dipanen akan cepat mudah busuk, oleh karenanya proses ini harus benar-benar diperhatikan, dan pada kenyataannya di lapangan proses ini masih jauh dari kata baik, sedangkan para petani juga tidak dapat berbuat lebih. Upaya yang mereka lakukan untuk meminimalisir terjadi kerusakan pada saat pengangkutan adalah dengan memasang alas Koran debagian dasar keranjang bambu, pemasangan koran sebagai alas ini adalah untuk meminimalisir benturan yang terjadi diperjalanan, dikarenakan medan jalan yang dilalui menuju tempat pengepul tidak seluruhnya bagus. Hal inilah yang menyebabkan tingginya kerusakan pada buah mangga dan mengakibatkan tinggi juga risiko yang terjadi. 6.2. Sumber-sumber Risiko Harga Berdasarkan survey yang dilakukan USDA (United State Department of Agricultur) pada tahun 1996, risiko produksi dan risiko harga merupakan tipe risiko yang sering dihadapi oleh petani. Risiko harga adalah jenis risiko yang ditimbulkan karena adanya fluktuasi harga input dan harga output (Harwood,
1999).
Pada kasus petani buah mangga sering ditemui risiko harga yang
disebabkan oleh fluktuasi harga output, ini terjadi karena para petani buah mangga tidak membuat perjanjian dengan para pembeli mengenai harga yang akan diterima untuk buah mangga yang mereka hasilkan, karena pada kenyataannya setiap petani buah mangga akan langsung menjual produknya kepada pembeli, dimana apabila buah mangga yang dihasilkan bagus maka tingkat penerimaan petani akan naik, tetapi jika kondisi buah mangganya terdapat cacat kemungkinan dipastikan harga yang diterima para petani akan mengalami penurunan. Berdasarkan hasil wawancara bersama pihak petani harga yang diterima untuk buah mangga jenis gedong gincu dengan kondisi baik biasa dihargai oleh pengepul Rp 15000,- /Kg, sedangkan buah mangga gedong gincu dengan kualitas tidak terlalu baik dihargai Rp10.000,- /Kg. Hal ini sebenarnya harus dijadikan sebagai acuan untuk para petani agar supaya meningkatkan kualitas produksi buah mangga yang dihasilkan. Tabel menunjukkan berapa besar nilai persentase dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Persentase yang Disebabkan Oleh Kenaikan Harga Risiko yang disebabkan oleh faktor harga Peningkatan harga obatobatan Peningkatan harga pupuk Peningkatan harga upah kerja Total a.
Jumlah petani responden (orang)
Persentase (%)
15
33
10
50
5
17
30
100
Peningkatan Harga Obat-obatan Peranan para penyuluh pertanian sangat dibutuhkan dalam melakukan
pembinaan manajemen produksi, hal tersebut akan sangat berguna bagi tingkat efisiensi penggunaan input produksi. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di lapangan, peningkatan harga obat-obatan merupakan harga input yang cukup tinggi, yaitu sebesar 33 persen.
Petani menganggap bahwa peningkatan harga
obat-obatan ini banyak sedikitnya dapat mengakibatkan kerugian. Hal tersebut dikarenakan upaya penanggulangan hama dan penyakit yang dilakukan oleh
petani buah mangga masih sangat bergantung kepada penggunaan obat-obatan. Kenaikan harga obat-obatan sebesar 33 persen. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada pembahasan hama dan penyakit, tanaman mangga merupakan tanaman yang rentan terhadap hama dan penyakit setiap frase pertumbuhannya, kerugian yang diderita akan sangat tinggi apabila obat-obatan hama dan penyakit tidak tersedia.
Upaya petani untuk
meminimalisir dampak kerugian apabila terjadi peningkatan harga obat-obatan yang terlalu tinggi adalah dengan cara mengurangi pengunaan obat-obatan dengan risiko serangan hama dan penyakit akan lebih tinggi, dan tindakan pencegahan adalah menjadi prioritas utama untuk meminimalisir dampak serangan hama dan penyakit.
Selain itu cara untuk meminimalisir pengunaan obat-obatan untuk
memberantas hama dan penyakit
yang dilakukan oleh petani
adalah
pemberantasan hama dan penyakit dengan cara pengendalian secara fisik, pengendalian secara kultur teknis, pengendalian secara biologi, serta pengolahan lahan yang baik. b.
Peningkatan harga pupuk Selain harga obat-obatan, harga pupuk merupakan komponen biaya yang
dapat memberikan dampak kerugian bagi pendapatan petani buah mangga. Pupuk merupakan komponen input yang sangat penting dalam budidaya buah mangga, tujuannya untuk meningkatkan produktivitas lahan. Menurut hasil wawancara dengan 30 orang petani responden nilai peningkatan harga pupuk sebesar 50 persen. Jenis pupuk yang biasa digunakan oleh para petani buah mangga adalah pupuk urea, KCL, TSP, NPK, dan pupuk kandang atau kompos. Penggunaan pupuk sendiri bertujuan untuk memperkaya unsur-unsur tanah yang berguna untuk pertumbuhan tanaman.
Oleh karena itu penggunaan pupuk dalam
kelangsungan usahatani buah mangga sangatlah penting. Maka, kenaikan harga pupuk ini akan berdampak kepada penerimaan petani buah mangga itu sendiri. Peningkatan harga pupuk dan obat-obatan merupakan biaya terbesar pada usahatani buah mangga sehingga peningkatan harga pupuk dan obat-obatan dianggap berpotensi memberikan dampak kerugian.
Peningkatan harga obat-
obatan merupakan faktor yang dianggap berpotensi tinggi untuk merugikan
petani, ini dikarenakan karena ketersedian obat-obatan merupakan salah satu input yang sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan maupun produksi mangga. c.
Peningkatan Harga Upah Kerja Tenaga kerja merupakan sumberdaya yang paling penting dalam usahatani
buah mangga, karena dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas, penggunaan tenaga kerja yang terampil, berpendidikan serta berpengalaman sangat penting bagi kelangsungan usahatani buah mangga guna mendukung kegiatan operasional didalam budidaya tersebut. Pada kenyataannya yang terjadi di lapangan didapat bahwa ketersediaan tenaga kerja yang terlatih, terdidik, dan berpengalaman sangatlah kurang dan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayarnya tentunya lebih mahal. Oleh karana itu petani buah mangga hanya mengguanakan buruh tani yang ada disekitar lingkungan mereka atau bahkan tidak jarang anggota keluarga yang dilibatkan dalam budidaya buah mangga, dengan alasan untuk mengurangi pengeluaran.
Sampai saat ini peran instansi yang terkait untuk
meningkatkan keterampilan sumberdaya sangatlah jarang dan hanya terbatas pada petaninya saja, belum ada upaya pelatihan atau pendidikan yang dapat diikuti oleh masyarakat umum. Peningkatan upah tenaga kerja sangat jarang terjadi, dalam satu tahun hanya satu kali terjadi kenaikan upah tenaga kerja, penentuan upah tenaga kerja merupakan hasil negosiasi antara petani pemilik lahan dengan buruh tani. Penentuannya didasarkan pada harga pasaran atau harga yang umumnya dibayarkan petani pemilik lahan kepada buruh tani. Upah yang biasa dibayarkan petani untuk tenaga kerja rata-rata sebesar Rp 50.000,- per hari atau 8 jam kerja, tenaga kerja yang biasa dipekerjakan biasanya merupakan tenaga kerja pria, ini dikarenakan jenis pekerjaan yang dikerjakan dianggap lebih banyak memerlukan kemampuan fisik dan menguras tenaga. Menurut hasil wawancara dengan responden, kenaikan upah tenaga kerja ini menurut petani peningkatan upah tenaga kerja dianggap memberikan potensi yang sedang, terbukti dari hasil wawancara menunjukkan persentase nilai sebesar 17 persen hal ini dikarenakan peningkatan upah tenaga kerja di Kabupaten Indramayu jarang terjadi. Frekuensi kejadiannya hanya satu kali dalam setahun, selain itu peningkatannya tidak terlalu tinggi.
6.3. Penilaian Risiko Pada Usahatani Buah Mangga di Kabupaten Indramayu Penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini merupakan penilaian terhadap kegiatan spesialisasi. Penilaian dilakukan hanya pada satu jenis tanaman saja, karena mayoritas petani responden hanya mengusahakan budidaya buah mangga saja pada setiap periode produksinya. 6.4. Analisis Pendapatan Usahatani Buah Mangga Pendapatan yang diperoleh petani berasal dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan selama periode produksi berlangsung. Penerimaan dihitung dari total produksi dikalikan harga jual.
Pengukuran keberhasilan
pengusahaan usahatani mangga dapat diukur dengan perolehan laba yang dihitung dengan menggunakan analisis pendapatan. Pendapatan usahatani buah mangga dibagi menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan usaha tani atas biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai untuk keperluan usahatani mangga dalam suatu periode. Sedangkan biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai dan biaya yang tidak diperhitungkan atau tidak tunai, biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani sehingga masuk kedalam biaya yang diperhitungkan. Pendapatan yang diperoleh petani berasal dari penerimaan dikurangi biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu, penerimaan dihitung dari total produksi dikalikan harga jual. 6.4.1. Pendapatan Usahatani Mangga Gedong Gincu Dan Mangga Cengkir Penerimaan petani dari buah mangga jenis gedong gincu diperoleh dari total produksi dikalikan dengan harga jual pada tingkat petani Rp15.000,00./Kg. Pendapatan petani diperoleh berdasarkan atas jumlah produksi per 1000 m dengan rata-rata jumlah pohon yang dimiliki yaitu sebanyak 20 pohon dikalikan dengan rata-rata produksi buah perpohon kurang lebih sebanyak 50 kilogram dikalikan dengan harga penerimaan petani, faktor yang mempengaruhi
besarnya
penerimaan petani tersebut yaitu volume produksi. Menurut hasil wawancara dengan petani responden rata-rata jumlah produksi petani responden sebanyak 50 kg per pohonnya.
Jumlah penerimaan petani mangga responden per 1000m
adalah sebesar Rp 15.000.000,-. Sedangkan untuk jenis mangga cengkir sebesar
Rp 10.000,-/kg dikalikan dengan rata-rata produksi perpohon sebanyak 50 kilogram sehingga jumlah yang diperoleh mencapai Rp 10.000.000,- Jumlah tersebut menjadi acuan bagi para penyuluh agar supaya tetap dapat memberikan arahan-arahan dan masukan kepada para petani budidaya mangga supaya dapat menambah hasil produksi serta mendapatkan produksi yang berkualitas. 6.4.2. Pengeluaran Usahatani Buah Mangga Pengeluaran usaha tani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan atau non tunai.
Petani biasanya menganggap komponen-
komponen biaya tidak tunai tersebut bukanlah sebagai biaya atau pengeluaran, petani tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja keluarga yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan usaha tani. Oleh karena itu pada penelitian ini hanya akan memperhitungkan biaya tunai untuk melihat tingkat variasi komponen biaya secara langsung. Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani berlangsung, mulai dari pengolahan lahan hingga pemasaran hasil. Biaya tunai usahatani buah mangga terdiri dari biaya saprotan, dan tenaga kerja luar keluarga. Rincian biaya yang dikeluarkan selama periode produksi budidaya buah mangga dapat dilihat dibawah ini
Tabel 16. Biaya Usahatani Mangga Pada Musim Tanam Tahun 2010 Keterangan Nilai per 1000 meter A . biaya tunai Obat-obatan dan 7500 pestisida Pupuk anorganik: - NPK - Urea 3500 - Tsp 2500 - Kcl 2500 6500
Total biaya
Pupuk kandang Tenaga kerja: -pengolahan -penanaman -pemupukan -pemberantasan HPT -pemangkasan -panen serta pasca panen
Rp 1000.000
Bbm operasional Peralatan: -pompa air -kored -galah -gunting -keranjang Total biaya tunai B biaya yang diperhitungkan Penyusutan Total biaya yang diperhitungkan Total biaya usahatani
1.
1000
Rp 750.000
Rp Rp Rp Rp
350.000 250.000 250.000 650.000
50.000 x 5
Rp
250.000
50.000 x 5 50.000 x 5
Rp Rp
250.000 250.000
50.000 x 5 50.000 x 5
Rp Rp
250.000 250.000
4500
Rp
450.000
10.000 x 10
Rp 2.500.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 10.000 Rp 100.000 Rp 6.950.000
Rp 1000.000 Rp 1000.000 Rp 7.950.000
Biaya Pupuk dan Obat-obatan Biaya pupuk dan obat-obatan merupakan komponen biaya tunai dalam
struktur biaya yang dikeluarkan petani mangga.
Keterbatasan modal
mempengaruhi masing-masing petani dalam penggunaan pupuk dan obat-obatan. Petani dengan modal rendah akan menggunakan pupuk dan obat-obatan dengan kualitas rendah dan jumlah yang sedikit. Nilai biaya pupuk dan obat-obatan petani responden buah mangga sebesar Rp 2.350.000,- pupuk dan obat-obatan tersebut terdiri dari pupuk kandang, pupuk
kimia, serta obat-obatan yang digunakan oleh petani buah mangga di Kabupaten Indramayu. Tingkat variasi penggunaan pupuk dan obat-obatan yang digunakan masih sangat tinggi, karena penggunaan pupuk dan obat-obatan setiap petani berbeda-beda penggunaannya tergantug ketersediaan modal, sehingga sudah dapat dipastikan tingkat variasi yang terjadi akan tinggi. Ditambah lagi dengan keadaan musim yang tidak menentu, petani mengaku sulit untuk memprediksi biaya penggunaan pupuk dan obat-obatan. Kendala utamanya adalah hujan, karena air hujan dapat mencuci pupuk dan obat-obatan, sehingga intensitas penggunaan pupuk dan obat-obatan lebih sering dilakukan, hal ini membuat efektifitas dan efisiensi penggunaan pupuk dan obat-obatan sulit tercapai. 2.
Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga Penggunaan tenaga kerja petani responden terdiri dari tenaga kerja luar
keluarga (TKLK) atau buruh tani dan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). TKLK termasuk dalam komponen biaya tunai, sedangkan TKDK termasuk kedalam komponen biaya yang diperhitungkan. Kebutuhan tenaga kerja usahatani buah mangga cenderung besar tenaga kerja yang digunakan lebih banyak berasal dari luar keluarga, hal ini disebabkan karena keterbatasan jumlah anggota keluarga yang berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani buah mangga. Jumlah tenaga kerja yang biasa digunakan oleh petani mangga rata-rata berkisar antara 25 orang dengan rincian 5 orang untuk pengolahan lahan, 5 orang pemupukan, 5 orang untuk proses pengendalian HPT, dan masing-masing 5 orang untuk pemangkasan dan panen. Jumlah biaya yang dikeluarkan petani responden untuk upah tenaga kerja ini termasuk biaya yang cukup besar yaitu sebesar Rp 1.250.000,- namun biaya ini tidak terlalu menjadi risiko yang tinggi bagi para petani dikarenakan kenaikan upah tenaga kerja yang tidak terlalu besar untuk kenaikan upah setiap tahunnya. 6.4.3. Analisis Perbandingan Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Buah Mangga Berdasarkan hasil analisis usahatani yang telah dilakukan diperoleh komponen penerimaan, biaya-biaya, pendapatan serta rasio R/C, nilai pendapatan petani diperoleh
dengan cara mengurangi penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan petani. Pendapatan rata-rata usahatani buah mangga per seribu meter
permusim panen yang dihitung adalah
pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan total dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan total diperoleh dengan mengurangi penerimaan total dengan biaya total. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, diperoleh penerimaan rata-rata petani buah mangga per seribu meter adalah Rp 15.000.000,dengan mengurai penerimaan tersebut dengan biaya tunai
yang dikeluarkan
petani, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 7.050.000,-. Dan untuk jenis mangga cengkir diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 10.000.000 per seribu meter dikurangi biaya usahatani buah mangga sebesar Rp 7.950.000,maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 2.050.000,-. Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tunai usahatani buah mangga dan biaya yang diperhitungkan atau tidak tunai, sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya-biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh petani sehingga masuk kedalam biaya yang diperhitungkan. 6.4.4 Analisis Risiko Produksi Buah Mangga Risiko dihasilkan.
produksi
akan
mempengaruhi
tingkat
produktivitas
yang
Dengan demikian terjadinya fluktuasi dalam produktivitas yang
dihasilkan petani menunjukkan bahwa budidaya mangga yang diusahakan oleh petani menghadapi adanya risiko dalam kegiatan produksi. Risiko yang terjadi pada budidaya buah mangga ini disebabkan oleh kondisi alam yang tidak pasti serta hama dan penyakit yang sulit diprediksi. Risiko produksi ini menyebabkan produktivitas buah mangga menjadi rendah sehingga pendapatan petani akan semakin kecil. Produksi buah mangga di Kabupaten Indramayu pada setiap kondisi dapat dilihat dari produktivitasnya yang diperoleh dari data primer.
Produktivitas
tertinggi, normal, dan terendah diperoleh berdasarkan pengalaman selama masa periode panen.
Adanya kondisi risiko produksi tersebut menyebabkan
produktivitas buah mangga di Kabupaten Indramayu berfluktuasi. Dalam hal ini akan dibahas risiko produksi buah mangga Gedong Gincu dan buah mangga Cerngkir. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 17. Rata-rata Produktivitas dan Pendapatan Petani Dalam Memperoleh Produktivitas Tertinggi, Normal, dan Terendah Tahun 2010 Komoditas
Mangga
Kondisi
Peluang
Produktivitas
Pendapatan
Kg/m
(Rp)
Tertinggi
0,3
50
7.050.000,-
Normal
0,5
30
1.050.000,-
Terendah
0,2
10
-4.950.000,-
Tertinggi
0,4
50
2.050.000,-
Normal
0,4
45
1.050.000,-
Terendah
0,2
20
-3.950.000,-
Gedong Gincu
Mangga Cengkir
Pada Tabel 17. menunjukkan kondisi produktivitas dan pendapatan masing-masing komoditas pada kondisi tertinggi, normal dan, kondisi terendah. Dengan adanya produktivitas dan pendapatan yang berubah-ubah maka peluang para petani memperoleh produktivitas dan pendapatan tertinggi, terendah dan, normal dapat diamati dengan mempertimbangkan periode waktu selama proses produksi berlangsung. Yang dimaksud produktivitas dan pendapatan tertinggi adalah tingkat produktivitas dan pendapatan yang paling tinggi yang pernah diperoleh selama mengusahakan bududaya buah mangga tersebut. Sedangkan yang
dimaksud
produktivitas
dan
pendapatan
terendah
adalah
tingkat
produktivitas dan pendapatan yang paling rendah yang pernah diperoleh oleh petani selama periode budidaya berlangsung. Sementara itu produktivitas dan pendapatan normal dalam kajian ini adalah produktivitas dan pendapatan yang sering diperoleh petani selama mengusahakan komoditas tersebut. Produktivitas yang diharapkan oleh para petani yaitu produktivitas tinggi karena akan dapat berimplikasi terhadap pendapatan yang akan diperoleh oleh para petani. Selain tingkat produktivitas dan pendapatan, pembahasan risiko ini juga berhubungan dengan adanya peluang terjadinya suatu kejadian dan peluang, hal tersebut dapat diukur seperti yang tertera pada Tabel 14.
Dalam kegiatan
usahatani, peluang terjadinya suatu kejadian yaitu kejadian produktivitas tinggi, rendah, dan normal sangat menentukan prodoktivitas yang diharapkan. Peluang ini diukur dari proporsi frekuensi atau berapa kali petani pernah mencapai
produktivitas tertinggi, terendah, dan normal selama periode siklus produksi berlangsung.
Tabel 17 menunjukkan bahwa angka peluang dari tingkat
produktivitas yang diperoleh petani dalam mengusahakan buah mangga ini sering memperoleh produktivitas normal dibandingkan dengan produktivitas tinggi ataupun rendah. Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko pada budidaya mangga, penyebab munculnya prodiktivitas tertinggi dan terendah disebabkan karena adanya curah hujan, ketidakstabilan cuaca serta serangan hama yang masih belum dapat diprediksi sebelumnya. 6.4.4.1. Penilaian Risiko Produksi Buah Mangga di Kabupaten Indramayu Penilaian risiko produksi dilihat berdasarkan produktivitas dan pendapatan bersih yang diperoleh dari budidaya buah mangga tersebut.
Penilaian risiko
produksi dapat dihitung dengan menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Penilaian risiko produksi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 18. Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Tertinggi, Terendah dan, Normal Tahun 2010 Komoditas Mangga Gedong Gincu Mangga Cengkir
Variance
Standar Deviation
2,95
1,7
Coefficieny Variation 1,3
2,84
1,6
3,5
Berdasarkan Tabel 18. terlihat bahwa penilaian risiko berdasarkan produktivitas diperoleh nilai variance dan coefficient variation diukur dari rasio standar deviasi dengan ekspected return. Koefisien variasi dari mangga jenis Gedong Gincu sebesar 1,3 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 1,3 dan koevisien variasi untuk jenis mangga cengkir sebesar 3,5 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 3,5. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Maka tingkat risiko jenis mangga cengkir lebih besar dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh jenis mangga gedong gincu.
Standar deviasi yang diperoleh dari jumlah produksi
adalah 42.62, dan standar deviasi dari jumlah kepemilikan pohon sebesar 14.2.
Korelasi antara jumlah kepemilikan pohon dengan jumlah produksi sebesar 0.999 dengan P-Value 0.000 lebih kecil dari alpha 5 persen artinya ada korelasi antara jumlah kepemilikan pohon dengan jumlah produksi. Maka tolak H0 yang artinya jumlah kepemilikan pohon berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi. Dimana jumlah produksi -55.6 ditambah dengan jumlah kepemilikan pohon sebanyak 29.94 yang artinya setiap peningkatan jumlah kepemilikan lahan satu pohon mampu meningkatkan jumlah produksi sebanyak 29.945 kilogram.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penilaian besaran risiko berdasarkan persepsi petani terhadap sumber-sumber risiko yang diakibatkan faktor alam diketahui bahwa curah hujan merupakan sumber risiko yang dianggap memiliki dampak risiko yang tinggi. Wawancara bersama 30 responden sebaran persepsi petani buah mangga di Kabupaten Indramayu berdasarkan faktor alam sebesar 66 persen menyatakan bahwa curah hujan merupakan faktor alam yang memberikan dampak kerugian paling tinggi. Hal ini disebabkan karena curah hujan merupakan kondisi alam yang tidak dapat dikendalikan sama sekali, sehingga disimpulkan bahwa peranan pihak terkaitpun belum dapat menanggulangi upaya penekanan sumber risiko yang diakibatkan curah hujan. Sumber risiko yang disebabkan penyakit dan hama, dampak kerugian yang cukup tinggi disebabkan sulitnya mengidentifikasi infeksi penyakit pada tanaman. Bantuan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu yang telah disiapkan sebagai tenaga ahli untuk mendampingi petani memberikan dampak positif dalam menekan penyebaran penyakit pada pengusahaan budidaya buah mangga di Kabupaten Indramayu. Selain itu risiko yang cukup tinggi menurut persepsi petani budidaya buah mangga di Kabupaten Indramayu adalah kerusakan pada saat panen hingga pascapanen dari mulai pemetikan buah hingga pengangkutan hasil panen, menurut hasil wawancara risiko ini tinggi. Tentunya ini akan mempengaruhi penerimaan mereka. Sumber-sumber risiko yang menyebabkan timbulnya risiko harga karena adanya kenaikan harga input, sedangkan harga output yang diterima petani berdasarkan kualitas buah mangga yang dihasilkan, persepsi petani terhadap sumber-sumber risiko ini adalah dikarenakan adanya peningkatan harga pupuk, obat-obatan, hasil wawancara diperoleh persentase masing-masing sebesar 50 dan 30 persen. Sedangkan untuk kenaikan biaya tenaga kerja tidak terlalu signifikan karena peningkatan biaya tenaga kerja ini tedak terlalu besar pertahunnya
sehingga tidak terlalu mempengaruhi pengeluaran petani.
Hasil wawancara
menunjukkan persentase nilai peningkatan upah tenaga kerja sebesar 17 persen hal ini dikarenakan peningkatan upah tenaga kerja di Kabupaten Indramayu jarang terjadi. Frekuensi kejadiannya hanya satu kali dalam setahun, selain itu peningkatannya tidak terlalu tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan risiko diketahui bahwa petani tidak terlalu besar menghadapi risiko harga, akan tetapi petani mangga Indramayu menghadapi risiko produksi hal ini dapat terlihat dari hasil yang berfluktuasi tiap tahunnya. Ini berpengaruh karena penggunaan tekhnologi yang belum optimal. Variasi penggunaan input secara keseluruhan dan variasi R/C rasio membuktikan bahwa petani buah mangga di Indramayu sudah optimal dalam menjalankan usaha budidaya buah mangga ini, hanya saja penggunaan teknologi dan pemberantasan hama penyakit masih belum optimal, karena biasanya para petani hanya mengandalkan pengalaman yang terjadi selama ini. Koefisien variasi dari mangga jenis Gedong Gincu sebesar 1,3
yang
artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 1,3 dan koevisien variasi untuk jenis mangga cengkir sebesar 3,5 yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang akan dihadapi sebesar 3,5. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Dengan demikian risiko yang lebih besar dihadapi petani adalah jenis mangga cengkir. 7.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka rekomendasi yang dapat diberikan penulis yaitu lebih dianjurkan kepada petani.
Rekomendasi yang dilakukan
dengan mengacu keuntungan pada masing-masing petani dalam melaksanakan budidaya buah mangga, petani lebih banyak menanam mangga jenis gedong gincu karena memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis mangga cengkir. Selain itu sebaiknya para petani yang tergabung dalam gapoktan mengadakan pertemuan rutin dengan gapoktan tani lainnya yang ada di Kabupaten Indramayu agar bisa bertukar saran dan pendapat untuk kemajuan usaha budidaya mangga tersebut.
Selain itu peranan PPL dari Dinas Pertanian juga perlu secara rutin dan terjadwal untuk melakukan penyuluhan-penyuluhan maupun mengadakan pertemuan rutin dengan para petani budidaya buah mangga, ini berguna untuk pembinaan dan pengawasan terhadap usahatani buah mangga di Kabupaten Indramayu lebih optimal, lebih mempererat ikatan serta lebih meningkatkan rasa kepercayaan petani terhadap pemerintah dalam hal ini melalui dinas pertanian terkait, sehingga transfer teknologi dan informasi kepada petani berjalan optimal, agar kualitas yang diharapkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA Azis, AF. 2009. Analisis Risiko Dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, kabupaten Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Badan Pendapatan Daerah. 2009. Hasil Kegiatan Pendataan dan Laporan Hasil Pembangunan Tahun 2009. Indramayu Badan Pendapatan Daerah. 2011. Hasil Kegiatan Pendataan dan Laporan Hasil Pembangunan Tahun 2011. Indramayu
Batuparan .2001. Dalam Tony, P. Manajemen Risiko Bisnis Cetakan Pertama 2011. Sinar Ilmu Publishing. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2009. Laporan Tahunan Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu Propinsi JawaBarat Dalam Angka. Indramayu Darmawi, H. 2007. Manajemen risiko. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Balai Pustaka. Jakarta Dhiany, SA. 2008. Analisis Daya Saing Usahatani Mangga Gedong Gincu (Kasus di Desa Sliyeg Lor Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu JawaBarat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Indramayu. 2007. Laporan Tahunan Departemen Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Indramayu. Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Indramayu. 2009. Laporan Tahunan Departemen Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Indramayu. Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Indramayu. 2010. Laporan Tahunan Departemen Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Indramayu. Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Indramayu. 2011. Laporan Tahunan Departemen Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Indramayu.
Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2004. Pengembangan Mangga. Jakarta : Direktorat Jendral Hortikultura. http:/www.hortikultura.deptan.go.id. [9 Nopember 2010]
Elton, EJ. dan M.J. Gruber. 1995. Modern Portofolio Theory and Investement Analysis. Fifth Edition. John Wiley and Sons Inc. New York. Evasari, P. 2009. Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada Permata Hati Organic Farm di Bogor Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Fariyanti, A . 2008. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan pangalengan Kabupaten Bandung. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Fleisher, B. 1990. Agricultural Risk Manajemen. Colorado dan London: Lynne Rienner pub. (dalam Gumbira, E. dan A. H. Intan. 2001. Manajemen agribisnis. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta). Gumbira, E. dan A. H. Intan. 2001. Manajemen agribisnis. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta. Harwood J, Heifner R, Coble K, Perry J,dan Somwaru G. 1999. Managing Risk in Farming : Concept, Reaserch Service, U.S. Departement of Agriculture No. 774. Http : // id. Wikipedia. Org / wiki / Manajemen_ risiko (06 Agustus 2009) Kontur, R. 2006. Manajemen Risiko Operasional Perusahaan. PPM. Jakarta. Lam, J. 2007.Enterprise Risk Management. PT Ray Indonesia. JakartaPusat. Lestari, A. 2009. Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), (Kasus di PT. Suri Tani Pemuka, kabupaten Serang, Propinsi banten). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pracaya. 2005. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta. Rachmiyanti, M. 2006. Analisis Pemasaran Mangga Gedong gincu di kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Robinson, L.J. dan P.J. Barry. 1987. The Competitive firm’s Response to Risk. Macmillan Publisher. New York.
Siahaan. 2007. Dalam Darmawi . Manajemen Risiko. PT. Bumi Aksara. Jakarta Sutawi, M.P. 2000. Kemitraan Sebagai Strategi Manajemen Risiko. Poultry Indonesia [edisi Juli 2000 halaman 40] Soekartawi et all. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta. Swastha, dan Sukotjo. 2000. Dalam E. Gumbira S. dan Intan AH. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta. Tjoekam. 1993. Dalam E. Gumbira S. dan Intan AH. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta. Trangjiwani W. 2008. Manajemen Risiko Operasional CV. Bina Mandiri di Lembang, kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Vaughan, E.J. 1987. Fundamentals of Risk and Insurance. 2nd. John Willey. New york. Wisdya S. 2009. Analisis Risiko Produksi Anggrek Phalaenopsis pada PT Eka Karya Graha Flora di Cikampek , Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Program sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Zein H. 2011. Peranan Kemitraan Terhadap Pengelolaan Risiko Usaha Petani Kedelai Edamame (Kasus: Petani Kedelai Edamame di Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung, Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut pertanian Bogor.
LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan manual
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 ∑
X 12 22 54 100 20 52 24 800 10 50 22 20 24 22 30 120 20 35 21 25 42 12 30 40 15 22 25 20 32 15 1736
Y 360 660 1080 2000 600 1560 600 24000 300 1500 660 600 720 660 900 3600 600 1050 525 750 1260 360 900 1200 450 660 750 600 960 450 50315
X^2 144 484 2916 10000 400 2704 576 640000 100 2500 484 400 576 484 900 14400 400 1225 441 625 1764 144 900 1600 225 484 625 400 1024 225 687150
Y^2 X*Y 129600 4320 435600 14520 1166400 58320 4000000 200000 360000 12000 2433600 81120 360000 14400 576000000 19200000 90000 3000 2250000 75000 435600 14520 360000 12000 518400 17280 435600 14520 810000 27000 12960000 432000 360000 12000 1102500 36750 275625 11025 562500 18750 1587600 52920 129600 4320 810000 27000 1440000 48000 202500 6750 435600 14520 562500 18750 360000 12000 921600 30720 202500 6750 611697325 20480255
Lampiran 2. Perhitungan Manual Penilaian Risiko Perhitungan Jenis mangga gedong gincu Kondisi Tinggi Normal Rendah
Peluang 0,3 0,5 0,2
Pendapatan 7.050.000 1.050.000 -4.950.000
∑ (R) = ∑ Pi Ri 0.3 (7.050.000)+ 0.5 (1.050..000)+ 0.2 (4.950.000)= 1.650.000
σ2 0.3 (7.050.0001.650.000) 2+ 0.5 (1.050.0001.650.000)2 + 0.2 (-4.950.0001.650.000)2 = 0.3(2.91) + 0.5 (3.6)+ 0.2 (1.29) = 0.87 + 1.8+ 0.25 = 2.92
σ=√ σ2 √ 2.92= 1.7
σ ∕∑ (R) 1.7∕1.650.000 = 1.03 = 1.3%
Perhitungan Jenis mangga cengkir Kondisi Tinggi Normal Rendah
Peluang 0.4 0.4 0.2
Pendapatan 2.050.000 1.050.000 -3.950.000
∑ (R) = ∑ Pi Ri 0.4 (- 2.050.000)+ 0.4 (1.050.000) + 0.2 (3.950.000) = 450.000
σ2 0.4 (2.050.000450.000)2 + 0.4 (1.050.000450.000)2 + 0.2 (3.950.000450.000) = 0.4 (2.56)+ 0.4 (3.6)+ 0.2 (1.93) = 1.02+1.44+0.38 = 2,84
σ=√ σ2 √ = 2.84 = 1.6
σ ∕∑ (R) 1.6∕ 450.000 = 3.5 %