STUDI TENTANG PASANGAN USIA SUBUR ETNIS LAMPUNG SAIBATIN DALAM MEWUJUDKAN NORMA KELUARGA KECIL DI DESA WAY URANG KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2016 (Skripsi)
Oleh Noni Yulia Marna
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2016
ABSTRAK
Studi Tentang Pasangan Usia Subur Etnis Lampung Saibatin Dalam Mewujudkan Norma Keluarga Kecil Di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
Oleh Noni Yulia Marna
Program Keluarga Berencana bertujuan untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil (NKK) dengan dua anak cukup, laki perempuan sama saja diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk. Namun PUS Etnis Lampung Saibatin di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran memiliki persepsi terhadap nilai anak yang cukup tinggi dan harus memiliki anak laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang Pasangan Usia Subur Etnis Lampung Saibatin Dalam Mewujudkan Norma Keluarga Kecil di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016. Titik tekan kajiannya meliputi jumlah anak yang dimiliki, keikutsertaan dalam KB, nilai anak laki-laki dan nilai anak dalam setiap keluarga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian ini sebanyak 272 PUS, sampel penelitian diambil 25% yaitu 68 PUS yang terdiri dari 45 PUS akseptor KB dan 23 PUS non akseptor KB. Pengambilan data dengan teknik observasi, kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah analisis tabel persentase. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Sebanyak 85,3% PUS memiliki anak lebih dari dua (2) Sebanyak 23 PUS tidak ikut KB memiliki jumlah anak rata-rata 3,6 dengan alasan belum memiliki anak laki-laki (43%) Serta sebanyak 45 PUS ikut KB memiliki jumlah anak rata-rata 3,4 meskipun telah menjadi akseptor anak yang dimiliki lebih dari dua (57,8%). (3) Sebanyak 89,7% PUS harus ada anak laki-laki dalam keluarga namun meski harus ada anak laki-laki sebanyak 66,2% PUS tidak setuju dengan pemberian hak waris secara mutlak kepada anak laki-laki (4) Sebanyak 98,5% PUS menganggap anak sebagai ikatan perkawinan, anak sebagai jaminan hari tua (97,1%), sebagai anugerah Tuhan yang tidak dapat ditolak (100%), sebagai kepuasan batin dalam perkawinan (97,1%), banyak anak banyak rejeki (48,5%), agar membantu orang Tua (35,3%) nilai anak menjadi salah satu penyebab tidak terwujudnya Norma Keluarga Kecil Kata Kunci: PUS, NKK, Etnis Lampung
ABSTRACT
The Studies about a Couples of Childbearing Age in Saibatin Lampung Ethnic in Delivering Little Family Norm on Way Urang Village, Padang Cermin, Pesawaran in 2016
By Noni Yulia Marna
Family Planning Program aims to realize Litlle Family Norm (NKK) with two children are enough, men and women is expected to reduce the population growth rate. However Couples of Childbearing Age (PUS) Saibatin Lampung Ethnic in Way Urang Village of Padang Cermin District of Pesawaran District own perception of the value of children is quite high and they should have a son. This study aims to assess about a Couples of Childbearing Age in Saibatin Lampung Ethnic in Delivering Little Family Norm in Way Urang Village of Padang Cermin District of Pesawaran District 2016. The point of study are number of children's participation in family planning, the value of the boys and the value of children in every family. This research uses descriptive method. The population of this study were 272 PUS, samples were taken 25% are 68 PUS consisting of 45 PUS acceptors KB and 23 non-acceptors KB. Data retrieval by observation, questionnaires, interviews, and documentaries. Data analysis technique in this research is the analysis of the percentage table. These results indicate that (1) A total of 85.3% PUS have more than two children (2) A total of 23 non-acceptors KB have the number of children an average of 3.6 for reasons not yet have the boys (43%). And 45 PUS acceptors KB to have the number of children an average of 3.4 although it has become acceptors child possessed more than two (57.8%). (3) A total of 89.7% PUS should have boys in the family, but even if there should be a boy, a total of 66.2% of the PUS does not agree with granting inheritance rights implicitly to boys (4) A total of 98, 5% PUS consider the child as matrimony, as a child of old age insurance (97.1%), as a gift of God that can not be denied (100%), as an inner satisfaction in marriage (97.1%), many children means a lot of luck (48.5%), in order to help the old people (35.3%) the value of children is one reason not realize Little Family Norm. Keywords: Couples of Childbearing Age, Little Family Norm, Ethnic Lampung
STUDI TENTANG PASANGAN USIA SUBUR ETNIS LAMPUNG SAIBATIN DALAM MEWUJUDKAN NORMA KELUARGA KECIL DI DESA WAY URANG KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2016
Oleh NONI YULIA MARNA
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Pesawaran pada tanggal 18 Juli 1992, anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Muh. Umar Fatah dan Ibu Ratnawati.
Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 2003 di SD Negeri 3 Banjaran Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Sekolah menengah pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SMP Negeri 2 Padang Cermin Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Sekolah menengah atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMA Negeri 10 Bandar Lampung Kota Bandar Lampung.
Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) terpadu di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Bali, kemudian melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Desa Toto Harjo Kecamatan Purbolinggo dan Program Pengalaman Lapangan di SMA Muhammadiyah 1 Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Saat ini penulis mengajar di lembaga bimbingan belajar KSM Lampung.
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan” (Q.S. Al Insyirah: 5)
“Hanya karena Kau pernah terlambat bukan berarti Kau gagal” (Nym)
Where there’s a will, there’s a way (Unknown)
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala Dengan kerendahan hati Ku persembahkan karya kecilku ini untuk: Ayah dan Ibuku tercinta untuk perjuangannya, ketulusan kasih sayang dan cintanya yang telah membesarkanku dengan penuh kesabaran dan selalu memberikan doa untuk keberhasilanku. Abangku Beny Indragustian, ST., kakakku Imelda Fodesta, S.Kep.,Ns dan kakaku Rahmayanti, S.Pdi serta keponakanku Fico Lingga Mahardika, Fazza Fauzan Azhima dan Daffa Danendra yang selalu memberikan keceriaan, semangat dan motivasi dalam menyelesaikan studi. Seluruh keluarga besar Abdul Fatah dan M. Arif yang selalu menanti kesuksesan dan keberhasilanku.
Para pendidik yang telah mendidikku sejak aku sekolah di taman kanak-kanak sampai aku masuk ke perguruan tinggi. Pahlawan tanpa tanda jasa yang menginspirasiku untuk mengikuti jejaknya.
Semua sahabatku yang dengan senang hati dan tulus ikhlas memberikan bantuan, semangat dan motivasi untuk keberhasilanku. Almamaterku tercinta
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Budiyono, M.S. selaku pembimbing utama sekaligus sebagai Pembimbing Akademik dan Dra. Nani Suwarni, M.Si., selaku pembimbing pembantu yang
telah bersedia meluangkan waktu di sela-sela
kesibukannya untuk membimbing penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Tiada yang dapat penulis berikan selain doa yang tulus dan ikhlas semoga ilmu dan amal yang diberikan kepada penulis selama proses bimbingan menjadi amal ibadah di sisi Allah Subhana Wa Ta’ala.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Abdurahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, terimakasih atas pelayanan administrasi yang diberikan.
3. Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, terimakasih atas pelayanan administrasi yang diberikan 4. Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiwaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, terimakasih atas pelayanan administrasi yang diberikan 5. Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Pembahas yang telah memberikan kemudahan kepada penulisis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Drs. I Gede Sugiyanta M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah mendidik dan membimbing selama kegiatan perkuliahan. 7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Bapak Mat Ali Mudin selaku Kepala Desa dan Bapak Basri selaku Sekretaris Desa yang telah banyak membantu penulis untuk melaksanakan penelitian di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. 9. Kedua orang tuaku, abang, kakak dan keponakanku tercinta yang selalu menghibur dan memberikan dukungan melalui semangat dan doa disetiap sholatnya. 10. Keluarga besarku yang selalu memberikanku semangat dan doa.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatuyang membantu dalam penyusunan skripsi.
Semoga Allah Subhana Wa Ta’ala selalu memberikan limpahan
rahmat, hidayah dan
karuniaNya kepada kita semua. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.
Bandar Lampung, 16 Desember 2016 Penulis,
Noni Yulia Marna
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I.
II.
III.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................. B. Identifikasi Masalah ....................................................................... C. Batasan Masalah............................................................................. D. Rumusan Masalah ......................................................................... .. E. Tujuan Penelitian .......................................................................... ... F. Kegunaan Penelitian ...................................................................... ... G. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 1. Lingkup Penelitian Geografi .................................................... 2. Jumlah Anak Yang Dimiliki .................................................... 3. Norma Keluarga Kecil ............................................................. 4. Keikutsertaan Sebagai Akseptor KB........................................ 5. Perkawinan .............................................................................. 6. Nilai Budaya PUS Etnis Lampung Saibatin Terhadap Anak Laki-laki .................................................................................. 7. Nilai Anak Pada Setiap Keluarga............................................. B. Kerangka Pikir ..............................................................................
1 7 7 8 8 9 10
11 11 12 12 16 17 19 22 23
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian .......................................................................... 25 B. Populasi dan Sampel ..................................................................... 26 C. Variabel Dan Indikator Penelitian ................................................. 28 D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 30 1. Observasi ................................................................................. ....30 2. Kuesioner ................................................................................. 30 3. Wawancara............................................................................... 31 4. Dokumentasi ............................................................................ 31 E. Analisa data .................................................................................... 31
IV.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian........................................................... 1. Keadaaan Geografis Daerah Penelitian.................................... a. Letak Astronomis ................................................................. b. Keadaan Iklim Desa Way Urang.......................................... c. Topografi Desa Way Uramg ................................................ d. Keadaan Tanah Desa Way Urang ........................................ 2. Letak Sosiografis Desa Way Urang ......................................... a. Letak Administratif dan Luas Lahan Desa Way Urang ....... b. Letak Sosial Ekonomi .......................................................... c. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk...................................... 1. Jumlah Penduduk............................................................. 2. Pertumbuhan Penduduk. .................................................. 3. Kepadatan Penduduk ....................................................... 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin .......... 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur ........................... 6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan .................. 7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian........ 8. Keadaan Penduduk Berdasarkan Etnis ............................ 9. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama......................... B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ..................................................... 1. Responden Berdasarkan Agama .............................................. 2. Responden Berdasarkan Usia................................................... 3. Tingkat Pendidikan Responden................................................ 4. Usia Kawin Pertama Responden.............................................. C. Deskripsi dan Pembahasan Tentang Norma Keluarga Kecil Pada Wanita PUS Etnis Lampung .......................................................... 1. Jumlah Anak Yang Dimiliki Setiap Keluarga PUS ................. 2. Keikutseraan PUS Etnis Lampung Saibatin Dalam Melaksanakan Program KB ..................................................... 3. Nilai Budaya PUS Etnis Lampung Saibatin Terhadap Anak Laki-laki ................................................................................... 4. Nilai Anak Pada setiap Keluarga PUS Etnis Lampung ........... SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ........................................................................................ B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
33 33 33 34 37 38 38 39 41 41 42 42 44 46 47 49 50 51 52 53 53 53 54 55 55 55 57 61 65
68 69
i
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Jumlah Anak Yang Dimiliki Pus Etnis Lampung Saibatin ................................
6
2.
Jumlah Sampel Responden PUS Etnis Lampung Saibatin ................................
28
3.
Iklim Menurut Schmidt-Ferguson ......................................................................
35
4.
Curah Hujan Bulanan di Kecamatan Padang Cermin Tahun 2006 – 2015 ........
36
5.
Penggunaan Lahan di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016.......................................................................................
41
Jumlah Kelahiran, Kematian, Migrasi Masuk dan Migrasi Keluar Desa WayUrang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016.........................................................................................................
42
Sebaran Jumlah Penduduk Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016 ....................................................................
44
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016...........................................
46
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016...........................................
47
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Di Desa Way Urang Kecamatan ... Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016...........................................
49
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016........................
51
Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis Di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016...........................................
52
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Di Desa Way UrangKecamatan .........
52
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
ii
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Komposisi Responden Menurut Usia Di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016...........................................
53
Tingkat Pendidikan Responden Etnis Lampung Saibatin Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Tahun 2016 ............................................................
54
Usia Kawin Pertama Responden Etnis Lampung Saibatin Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Tahun 2016 ............................................................
55
Jumlah Anak Yang Dimiliki Responden Etnis Lampung Saibatin Desa Way Urang Kecamatan Padang CerminTahun 2016 ..................................................
56
Jumlah Anak Yang Dimiliki Responden Akseptor KB dan Non Akseptor KB PUS Etnis Lampung Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.........................................................................................
56
Jumlah Responden PUS Etnis Lampung SaibatinDesa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Tahun 2016 ...............................................................................
57
Alasan PUS Etnis Lampung Saibatin menjadi Akseptor KB Desa Way Urang Kecamatan Padang CerminTahun 2016 .............................................................
59
Alasan PUS Etnis Lampung Saibatin Tidak Menjadi Akseptor KB Desa Way Urang Kecamatan Padang CerminTahun 2016 ..................................................
60
Pandangan Responden Terhadap Nilai Anak Laki-laki PUS Etnis Lampung Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran................
62
Nilai Anak Pada Setiap keluarga PUS Etnis Lampung Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2016 ........................
65
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Bagan Kerangka pikir ......................................................................... .... .......... 24 2. Peta Sebaran Sampel Di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2016 ........................................................................26 3. Peta Administrasi Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016 .........................................................................................39
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk dalam jumlah besar. Hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237.641.326 jiwa (BPS, 2010). Indonesia berada diurutan keempat di dunia dalam hal besarnya jumlah penduduk setelah negara Republik Rakyat Cina, India dan Amerika Serikat (BPS: 2010).
Fertilitas atau kelahiran saat ini mengalami peningkatan maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat sebagai akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan penduduknya. Jika hal ini terus meningkat maka akan berdampak kepada investasi SDM yang semakin menurun, dan jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan ketimbang aspek intelektual.
Jumlah penduduk yang banyak menimbulkan berbagai permasalahan, sehingga tujuan pemerataan tingkat kesejahteraan penduduk sulit untuk tercapai. Permasalahan yang dapat ditimbulkan dari jumlah penduduk yang besar adalah sulitnya mendapat lapangan pekerjaan, tidak seimbangnya jumlah kebutuhan
2 pangan dan jumlah penduduk, serta masalah sosial ekonomi lainnya yang dapat berdampak pada kualitas penduduk di Indonesia.
Mengatasi jumlah penduduk yang banyak diperlukan kebijakan kependudukan, salah satunya adalah keluarga berencana. Melalui program keluarga berencana, jumlah kelahiran diharapkan dapat terkontrol sehingga jumlah penduduk di Indonesia dapat ditekan pertumbuhannya. Wirosuhardjo & Ganiarto (dalam Adioetomo 2011:261).
Sensus Penduduk 2010 mencatat jumlah penduduk Provinsi Lampung adalah 7.608.405 orang, terdiri atas 3.916.622 orang laki-laki dan 3.691.783 orang perempuan. Bila dibandingkan dengan data hasil Sensus Penduduk 2000 yang tercatat sebesar 6.656.978 orang, maka dalam 10 tahun terakhir jumlah penduduk Provinsi Lampung bertambah sebesar 12,82 persen dengan laju pertumbuhan ratarata pertahun sebesar 1,35 persen (BPS, 2010:6). Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung tergolong sedang dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini. Pertumbuhan penduduk dikatakan rendah jika kurang dari 1%, Pertumbuhan penduduk dikatakan sedang jika antara 1% - 2%, dan Pertumbuhan penduduk dikatakan tinggi jika lebih dari 2% (Wardiyatmoko, 2006:40).
Untuk menanggulangi permasalahan banyaknya jumlah penduduk, pemerintah menggalakkan program keluarga berencana yang diprakarsai oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dalam Undang-undang Republik
Indonesia,
Nomor
10.
Tahun
1992
tentang
Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dijelaskan bahwa keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
3 melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahterahan keluarga dengan mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Dengan upaya peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat, pembinaan keluarga dan pengaturan kelahiran dengan memperhatikan nilai-nilai agama, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan sosial budaya serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat (UU No. 10 Tahun 1992 Pasal 16 Ayat 2).
Telah dijelaskan sebelumnya, Provinsi Lampung mengalami pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Salah satu penyebabnya dimungkinkan karena pandangan terhadap pentingnya nilai anak dalam setiap keluarga di masing-masing Etnis yang mendiami Provinsi Lampung.
Salah satu Suku Bangsa yang terdapat di Provinsi Lampung yaitu Etnis Lampung. Etnis Lampung memiliki karakter istiadat istiadat yang turun temurun dipertahankan dan menjadi ciri khas masyarakatnya yang berbeda dengan etnis lain. Masyarakat Lampung memiliki falsafah hidup yang dikenal dengan Piil Pesenggiri. Piil berasal dari Bahasa Arab yang berarti perbuatan atau perangai, pesenggiri maksudnya bermoral tingi berjiwa besar, tahu diri, tahu hak dan kewajiban (Hadikusuma, 1989:119). Piil pesenggiri memiliki empat unsur yaitu,
4 bejuluk beadek (bernama bergelar), sakai sambayan (tolong menolong), nengah nyappur (Bergaul bermasyarakat) dan nemui nyimah (menerima tamu). Berdasarkan falsafah hidup tersebut, memiliki makna luas yang sangat mempengaruhi tatanan serta pola kehidupan masyarakat Lampung.
Ciri lain masyarakat Lampung adalah adat mewarei (kekerabatan atau bersaudara), mengacu pada falsafah piil pesenggiri maka silsilah kekerabatan tetap bertahan dimana suku Lampung yang menganut sistem patrilineal menganggap anak laki-laki penting kedudukannya pada setiap keluarga Etnis Lampung.
Masyarakat Lampung memiliki persepsi tinggi terhadap nilai anak laki-laki, karena laki-laki dianggap sebagai penerus nama keluarga dan ahli waris bagi harta keluarga. Kedudukan anak laki-laki dianggap penting karena masyarakat Lampung menganut sistem kekerabatan Patrilineal. Para anggotanya menarik garis keturunan ke atas melalui garis bapak, bapak dari bapak, terus ke atas, sehingga akhirnya dijumpai seorang laki-laki sebagai moyangnya. Akibat hukum yang timbul dari sistem patrilineal ini adalah istri karena perkawinannya (biasanya perkawinan dengan sistem pembayaran uang jujur), dikeluarkan dari keluarganya, kemudian masuk dan menjadi keluarga suaminya. Anak-anak yang lahir menjadi keluarga Bapak (Suami), harta yang ada milik Bapak (Suami) yang nantinya diperuntukkan bagi anak-anak keturunannya (Rosmelina, 2003).
Anak laki-laki tertua pada keturunan Etnis Lampung memiliki kedudukan yang tinggi. Anak laki-laki memiliki hak istimewa karena anak laki-laki tertua pada
5 Etnis Lampung Saibatin akan menjadi pemimpin keluarga, penerus garis keturunan keluarga, penerima waris tunggal keluarga. Anak laki-laki tertua memiliki hak untuk manjadi pewaris tunggal atas harta turun temurun. Namun disamping mempunyai hak istimewa tersebut, anak laki-laki tertua bertanggung jawab terhadap seluruh kerabat termasuk istri dan anak adik-adiknya.
“Masyarakat adat Lampung Pesisir (Saibatin) mengutamakan kedudukan anak laki-laki daripada anak perempuan, anak laki-laki adalah penerus keturunan bapaknya yang ditarik dari satu bapak asal, sedangkan anak perempuan disiapkan untuk menjadi anak orang lain, yang akan memperkuat keturunan orang lain.” (Hadikusuma, 1987:34).
Anak laki-laki dalam keluarga Etnis Lampung memiliki nilai yang lebih tinggi daripada anak perempuan dikarenakan anak laki-laki sebagai penerus keluarga, pewaris dan sebagai pelindung keluarganya. Oleh karena itu, anak laki-laki dalam keluarga Etnis Lampung sangat dihargai keberadaannya. Jika dikaitkan dengan mewujudkan norma keluarga kecil maka hal ini akan sulit dilakukan karena nilai anak pada PUS Etnis Lampung yang harus memiliki anak laki-laki.
Seperti halnya pada masyarakat di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Mayoritas penduduknya adalah Etnis Lampung Saibatin yang memiliki pandangan tinggi terhadap nilai anak laki-laki. Dalam penelitian ini
penulis ingin mengetahui perwujudan norma keluarga kecil pada Etnis
Lampung. Berdasarkan hasil pra survey jumlah penduduk di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran adalah 1.869 jiwa, yang terdiri dari 896 penduduk laki-laki dan 973 penduduk perempuan. Serta terdapat 424
6 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 310 PUS. Mayoritas penduduk Etnis Lampung sebanyak 65% dari jumlah penduduk keseluruhan yaitu 1.220 jiwa. Pasangan Usia Subur (PUS) Etnis Lampung sebanyak 272 PUS (Monografi Desa Way Urang Tahun 2016).
Gambaran mengenai jumlah anak yang dimiliki oleh Pasangan Usis Subur di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin, Dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah Anak Yang dimiliki PUS Etnis Lampung Saibatin Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016 No
Jumlah anak yang dimiliki PUS Etnis Jumlah PUS Persentase (%) Lampung 1 ≤2 109 40 2 >2 163 60 Jumlah 272 100 Sumber : Monografi Desa Way Urang Tahun 2016 Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran jumlah PUS Etnis Lampung Saibatin yang memiliki anak lebih dari dua orang adalah 163 (60%). Hal ini menunjukan bahwa Norma Keluarga Kecil belum terwujud, karena masih banyak yang memiliki anak yang lebih dari dua. Hal ini dimungkinkan karena PUS Etnis Lampung Saibatin masih berpedoman pada nilai harus memiliki anak laki-laki untuk menjadi penerus garis keturunan dan pewaris harta, sehingga jika belum memiliki anak laki-laki maka PUS akan tetap berusaha memiliki anak laki-laki.
Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Studi Tentang Pasangan Usia Subur Pada Etnis Lampung Saibatin Dalam Mewujudkan Norma Keluarga Kecil Di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2016”.
7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan masalah yang berhubungan dengan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Jumlah anak yang dimiliki PUS Etnis Lampung Saibatin. 2. Keikutsertaan PUS Etnis Lmpung Saibatin dalam program KB. 3. Masih kuatnya pedoman bahwa PUS Etnis Lampung Saibatin mengharuskan ada anak laki-laki dalam keluarga. 4. Nilai anak pada tiap keluarga PUS Etnis Lampung Saibatin. 5. Usia kawin pertama wanita PUS Etnis Lampung Saibatin. 6. Lamanya status perkawinan wanita PUS Etnis Lampung Saibatin 7. Kuatnya keyakinan terhadap agama yang dianut. 8. Tingkat pendidikan wanita PUS Etnis Lampung.
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut : 1. Jumlah anak yang dimiliki PUS. 2. Keikutsertaan dalam KB. 3. Kuatnya pedoman harus memiliki anak laki-laki dalam keluarga. 4. Nilai anak tiap keluarga.
8 D. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah 1. Berapakah jumlah anak yang dimiliki setiap Pasangan Usia Subur (PUS) Etnis Lampung Saibatin di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016? 2. Apakah Pasangan Usia Subur (PUS) Etnis Lampung melaksanakan Keluarga Berencana untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016? 3. Apakah Pasangan Usia Subur (PUS) Etnis Lampung Saibatin masih berpedoman pada anak laki-laki harus dimiliki oleh setiap keluarga di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016? 4. Apakah nilai anak masih kuat pada setiap keluarga pada Pasangan Usia Subur (PUS) Etnis Lampung Saibatin di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mendapatkan informasi tentang rata-rata jumlah anak yang dimiliki Pasangan Usia Subur (PUS) Etnis Lampung Saibatin di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016.
2.
Untuk mendapatkan informasi mengenai keikutsertaan wanita PUS Etnis Lampung Saibatin dalam program KB dalam mewujudkan Norma Keluarga
9 Kecil di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016. 3.
Untuk mendapatkan informasi tentang kuatnya adat tentang anak laki-laki dalam keluarga Pasangan Usia Subur (PUS) Etnis Lampung Saibatin di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten PesawaranTahun 2016.
4.
Untuk mendapatkan informasi tentang pandangan nilai anak pada tiap keluarga Pasangan Usia Subur (PUS) Etnis Lampung Saibatin Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016.
F. Kegunaan Penelitian
1.
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Geografi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2.
Sebagai aplikasi Ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama di Perguruan Tinggi dengan fenomena yang terjadi di lapangan.
3.
Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran kepada pihak terkait tentang pelaksanaan Gerakan Keluarga Berancana dalam mewujudkan Norma Keluarga kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).
4.
Menambah pengetahuan yang berkenaan dengan proses belajar, sebagai suplemen materi pembelajaran dalam ilmu Pengetahuan Sosial khususnya Mata Pelajaran Geografi SMA kelas XI IPS Semester 1 BAB II Pokok Bahasan Atmosfer Sub Pokok Bahasan Kebijakan Kependudukan di Indonesia.
10 G. Ruang Lingkup Penelitian
1.
Ruang lingkup subyek penelitian adalah PUS Etnis Lampung Saibatindi Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
2.
Ruang Lingkup objek penelitian adalah tentang PUS mewujudkan Norma Keluarga Kecil (NKK) pada Etnis Lampung di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
3.
Ruang lingkup tempat dan waktu adalah Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2016.
4.
Ruang Lingkup ilmu adalah Geografi Sosial. Geografi Sosial adalah cabang ilmu geografi manusia yang objek studinya adalah karena mengkaji kehidupan masyarakat yang merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kehidupan masyarakat beserta lingkungannya.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1.
Lingkup Penelitian Geografi
Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari bumi dengan usnsur-unsur fisisnya, dalam hubungan dan pengaruh timbal baliknya dengan kehidupan dan aktivitas manusia (IGI dalam Budiyono, 2003: 3).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa geografi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam yang ada di bumi dan aktivitas manusia, serta hubungan keduanya dalam konteks keruangan, kelingkungan dan kewilayahan.
Nursid Suryaatmadja (1988:56) mengemukakan bahwa geografi sosial adalah cabang Geografi Manusia yang bidang studinya aspek keruangan yang karekteristik dari penduduk, organisasi sosial dan unsur kebudayaan dan kemasyarakatan. Dalam penelitian ini termasuk dalam lingkup geografi sosial dikarenakan penelitian ini berkaitan dengan perilaku dan aktivitas manusia.
12 2.
Jumlah Anak Yang Dimiliki
Jumlah anak yang dimiliki PUS adalah banyaknya anak yang dimiliki dalam keluarga hasil dari perkawinan yang sah. Jumlah anak yang dimiliki pada setiap keluarga berbeda-beda. Dari jumlah anak yang dimiliki dapat digolongkan menjadi dua, yaitu keluarga yang memiliki anak banyak dan keluarga yang memiliki anak sedikit. Keluarga yang memiliki anak sedikit adalah keluarga yang hanya memiliki 2 anak (dua anak cukup). Sedangkan keluarga yang memiliki anak banyak adalah suatu keluarga yang memiliki lebih dari 2 anak. (BKKBN, 1991:1).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu keluarga terdiri dari 1 ayah, 1 ibu, dan 2 anak (dua anak cukup) disebut keluarga kecil, sedangkan suatu keluarga yang terdiri dari 1 ayah, 1 ibu dan lebih dari 2 anak disebut keluarga besar.
3. Norma Keluarga Kecil
Gerakan KB adalah Gerakan Masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil (NKK) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Pada dasarnya tujuan Gerakan KB Nasional mencakup 2 (dua) hal yaitu: 1. Tujuan kuantitatif yaitu menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk.
13 2. Tujuan kualitatif yaitu menciptakan atau mewujudkan norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (Siregar, 2003)
Pelaksanaan program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab, bertakwa dan mempunyai anak ideal, dengan demikian diharapkan : a.
Terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk.
b.
Meningkatnya jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan dasar pertimbangan moral dan agama.
c.
Berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, serta kematian ibu pada masa kehamilan dan persalinan.
Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak dapat dikendalikan pada batas tertentu dan tidak diimbangi pertumbuhan ekonomi yang memadai maka akan terjadi penurunan kualitas hidup manusia. Konsekuensi pertumbuhan penduduk melebihi pertumbuhan ekonomi antara lain, bertambahnya beban hidup keluarga, masyarakat dan bangsa, penyediaan fasilitas ekonomi harus lebih besar untuk dapat hidup dengan layak, bertambahnya angkatan kerja, tuntutan perluasan lapangan pekerjaan.
Dalam Program Keluarga Berencana, terdapat tujuan yang mengarah pada terwujudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1992 Pasal 1 ayat 16, Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera adalah suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga dan masyarakat, yang
14 berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
Program KB harus dilaksanakan secara intensif untuk menurunkan angka fertilitas dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera(NKKBS). Salah satu hal penting dalam NKKBS adalah tentang jumlah anak yang sebaiknya dimiliki yaitu 2 anak cukup, laki-laki atau perempuan sama saja.Dengan pelaksanaan program KB secara intensif selama 20 tahun untuk membudayakan NKKBS, maka terjadi perubahan pola pikir masyarakat tentang idealisme jumlah anak dimana mendidik dan memelihara jauh lebih penting dari pada menambah jumlah anak. (Siregar, 2003).
Dengan alasan tersebut maka program KB di Indonesia harus dilaksanakan secara intensif untuk menanamkan fertilitas dan membudayakan Norma Keluarga Kecil (NKK). Pelembagaan dan pembudayaan NKK di masyarakat memberikan Norma: a.
Norma jumlah anak yang sebaiknya dimiliki 2 (dua) anak.
b.
Norma jenis kelamin anak, laki-laki atau perempuan sama saja.
c.
Norma saat yang tepat seorang wanita untuk melahirkan, umur 20-30 tahun.
d.
Norma pemakaian alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
e.
Norma usia yang tepat untuk menikah, untuk wanita, 20 tahun.
f.
Norma menyusui anaknya sampai umur 2 tahun.
Perkembangan dan pembudayaan NKKBS memerlukan strategi yang tepat dengan memperhatikan tipologi budaya dan karakteristik masyarakat sasaran (Siregar, 2003).
Beberapa alasan dan faktor mengapa Norma Keluarga Kecil belum diterima oleh seluruh masyarakat antara lain:
15 a. Alasan Agama. Bagi para pemeluk agama merencanakan jumlah anak adalah menyalahi kehendak Tuhan. Kita tidak boleh mendahului kehendak Tuhan apalagi mencegah kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepsi supaya tidak hamil. Langkah utama untuk mengatasi hal ini adalah menemui tokoh-tokoh atau ulama dari agama tersebut untuk menjelaskan bahwa merencanakan keluarga untuk membantu Keluarga Kecil adalah tidak bertentangan denganAgama.
b. Sosial Ekonomi. Anak
dipandang
sebagai
tenaga
kerja
yang
dapat
membantu
meningkatkanekonomi keluarga sehingga mempunyai banyak anak akan banyak tambahanpendapatan yang akan diperoleh. Hal ini memang suatu kenyataan dan benar,tetapi belum diperkirakan nasib anak itu sendiri apakah anak itu memang bisadiharapkan pendidikannya dan masa depannya. Hal ini di pertimbangkan, mempunyai banyak anak malah menjadi beban danmasalah.
c. Adat lstiadat. Adat kebiasaan atau adat dari suatu masyarakat yang memberikan nilai anak lakilaki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan satu keluarga mempunyai
banyak anak. Bagaimana kalau
keinginan
untuk
mendapatkan anak laki-laki atau perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan istrinya dan kawin lagi agar terpenuhi keinginan memiliki anak lakilaki ataupun anak perempuan. Disini norma adat istiadat perlu diluruskan karena tidak banyak menguntungkan bahkan banyak bertentangan dengan kemanusiaan (Siregar: 2003).
16
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Program Keluarga Berencana merupakan usaha untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk dengan mengendalikan jumlah kelahiran. Dengan KB, diharapkan kesejahteraan penduduk Indonesia merata serta masalah kependudukan yang mengakibatkan masalah sosial bisa diminimalisir namun ada beberapa hambatan yang membuat Norma Keluarga Kecil tidak mudah untuk diwujudkan.
4. Keikutsertaan sebagai Akseptor KB Untuk mencapai keberhasilan pelayanan keluarga berencana perlu didukung oleh anggota masyarakat sebagai pendukung gerakan keluarga berencana dengan berpartisipasi secara aktif sebagai peserta KB atau akseptor KB. Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu fase menunda atau mencegah kehamilan, fase penjarangan kehamilan dan fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia subur inilah yang lebih berpeluang besar untuk menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka kelahiran. (http://www.mitrariset.com/Akseptor_KB.html) Banyak faktor yang dapat mempengaruhi menjadi akseptor KB. Menurut Bertrand (1980), Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keikutsertaan akseptor dalam penggunaan kontrasepsi adalah:
17 1.
Faktor sosio demografi Indikator yang masuk kedalam faktor ini adalah pendidikan`, pendapatan keluarga, status pekerjaan, jenis rumah dan status gizi. Indikator lain adalah umur, suku dan agama.
2.
Faktor sosio psikologis Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan keluarga berencana. Beberapa indikator penting lainnya adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak laki-laki, sikap terhadap sikap keluarga berencana, komunikasi suami istri dan persepsi tentang kematian anak.
3. `
Faktor yang berhubungan dengan dunia kesehatan Beberapa faktor yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke pusat layanan dan keterlibatan dengan media massa.
Dari faktor faktor tersebut apa yang menjadi daya dorong PUS Etnis Lampung ikut menjadi akseptor KB dan apakah faktor tersebut menjadi alasan PUS Etnis Lampung dalam ketidak ikutsertaannya menjadi akseptor KB.
5. Perkawinan Perkawinan di Indonesia merupakan hal yang sakral dan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Indonesia termasuk Negara yang menganut norma-norma kehidupan yang kuat.
Undang-undang Nomor 1 Pasal 1 tahun 1974, memberikan definisi perkawinan sebagai berikut:
18 “Perkawinan adalah Ikatan lahir bathin antara seorang Pria dan seorang wanita sebagai Suami-Isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa “.
Norma dan adat di Indonesia menghendaki adanya pengesahan perkawinan secara agama maupun secara undang-undang (de jure). Menurut Abdurahman dkk (dalam Adioetomo dan Samosir, 2011: 156)
“Dalam ilmu demografi terdapat istilah consensual union yakni suatu hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bersifat stabil, jangka panjang, yang mirip dengan sebuah perkawinan, tetapi tanpa suatu ikatan hukum yang pasti (hidup bersama). Hidup bersama sering disebut perkawinan de facto. Perkawinan de facto dan de jure keduanya mempengaruhi tingkat fertilitas.Di Indonesia perkawinan de jure lebih diperhatikan dalam studi demografi karena perkawinan de facto relatif sedikit jumlahnya dan masih belum dapat diterima masyarakat Indonesia secara luas”.
Perkawinan dapat mempengaruhi masalah kependudukan, karena semakin muda seseorang dalam melangsungkan perkawinan maka status perkawinan yang dijalaninya akan semakin lama. Atas dasar tersebut maka peluang mendapatkan anak lebih banyak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Valerie J. Hull dan Riningsih Saladi (1977) dalam Daldjoeni (1980: 173) yang menyatakan bahwa usia waktu kawin mempengaruhi lamanya dalam status kawin, selanjutnyaa mempengaruhi dalam pertumbuhan kelahiran.
Berdasarkan
pendapat
tersebut,
bahwa
semakin
muda
seorang
wanita
melangsungkan perkawinannya, maka status perkawinan yang djalaninya semakin
19 lama sehingga berpengaruh terhadap peluang untuk mendapatkan anak lebih banyak.
David Lucas (1982:56) mengemukakan bahwa lamanya seseorang wanita hidup dalam status ikatan seksual (hidup bersama) yang stabil dalam masa reproduksi besar pengaruhnya terhadap fertilitas. Tetapi ikatan seksual yang bersifat sementara pada umumnya hanya kecil. Dalam kebanyakan masyarakat hampir semua kelahiran terjadi dalam suatu perkawinan yaitu hubungan seksual yang sah.
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa lamanya ikatan perkawinan dalam suatu keluarga sebagai ikatan suami istri dapat mempengaruhi banyaknya anak yang dilahirkan. Lama masa perkawinan menyebabkan banyaknya jumlah anak yang dimiliki. Lamanya usia perkawinan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara usia responden sekarang dikurangi dengan usia kawin pertama. Maka akan diperoleh lama masa perkawinan.
6. Nilai Budaya PUS Etnis Lampung Saibatin Terhadap Anak Laki-laki Sistem kekeluargaan yang ada dalam masyarakat-masyarakat adat di Indonesia di kenal ada 3 (tiga) jenis yaitu sistem partrilineal, matrilineal dan sistem bilateral. Yaitu suatu masyarakat hokum di mana para anggotanya menarik garis keturunan ke atas melalui garis bapak, bapak dari bapak, terus ke atas, sehingga akhirnya dijumpai seorang laki-laki sebagai moyangnya. Akibat hukum yang timbul dari sistem patrilineal ini adalah bahwa istri karena perkawinannya (biasanya perkawinan dengan sistem pembayaran uang jujur) dikeluarkan dari keluarganya kemudian masuk dan menjadi keluarga suaminya. Anak-anak yang lahir menjadi keluarga Bapak (Suami), harta yang ada milik Bapak (Suami) yang nantinya
20 diperuntukkan bagi anak-anak keturunannya. Istri bukan ahli waris dalam keluarga suaminya, tetapi ia anggota keluarga yang dapat menikmati hasil dari harta tersebut, seandainyapun suaminya meninggal dunia, sepanjang dia setia menjanda, tinggal di kediaman keluarga suaminya dengan anak-anaknya, menjaga tetapi nama baik suami, dia tetap mempunyai hak menikmati harta peninggalan almarhum suaminya. Contoh dari masyarakat adat yang menarik garis keturunan kekeluargaan Patrilineal : Batak, Bali, Lampung, Nias dan Ambon.
“Suku Lampung menganut sistem kekeluargaan patrilineal dimana garis keturunan laki-laki yang menjadi urutan dalam silsilah keluarga. Oleh karena kedudukan laki-laki pada Suku Lampung sangatlah penting. Anak laki-laki tertua atau pertama dalam adat ulun Saibatin mempunyai hak istimewa (privilege) dari keluarganya, yaitu hak menjadi penerus “garis atau nama”, punyimbang adat, serta penerima waris tunggal keluarga yang bertanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarga termasuk istri dan anak dari adik kandung laki-laki. Sebagai penerus keluarga, anak laki-laki tertua dalam keluarga secara otomatis merupakan penerus dinasti keluarganya. Oleh karena itu, kehadiran seorang anak laki-laki ditengah keluarga sangat berharga dalam kehidupan rumah tangga ulun Saibatin. Rumah tangga dikatakan tidak beruntung jika tidak mampu melahirkan seorang anak laki-laki, atau dengan kata lain suatu keluarga hanya memiliki anak perempuan saja, maka perkawinan itu dianggap gagal dan hal ini sangat ditakuti oleh para istri orang Lampung” (Ali Imron, 2005 : 73).
Kedudukan anak laki-laki walaupun diutamakan dalam arti umum mempunyai perbedaan antara anak laki-laki tertua, anak laki-laki kedua, dan seterusnya serta kedudukan anak laki-laki dari istri tertua akan lebih utama dari kedudukan anak laki-laki dari istri kedua berdasarkan status hukum adat.
Masyarakat adat Lampung Pesisir (Saibatin) mengutamakan kedudukan anak lakilaki daripada anak perempuan, anak laki-laki adalah penerus keturunan bapaknya yang ditarik dari satu bapak asal, sedangkan anak perempuan disiapkan untuk
21 menjadi anak orang lain, yang akan memperkuat keturunan orang lain.” (Hadikusuma, 1987:34)
Anak perempuan akan menjadi istri seseorang sehingga anak perempuan setelah menikah akan menjadi anggota keluarga orang lain sedangkan anak laki-laki akan menjadi penerus keturunan bapaknya sehingga garis keturunan keluarga tidak terputus.
“Anak laki-laki yang tertua dan telah berkeluarga dapat menggantikan kedudukan ayahnya sebagai penanggung jawab rumah tangga, dalam hal mengatur adikadiknya baik yang telah menikah atau yang masih kecil. Jika sang ayah tidak memiliki keturunan laki-laki, maka melalui kawin semanda (mengambil suami) yang dilakukan oleh keturunannya yang perempuan, sang menantu ini dapat menggantikan kedudukan ayah tersebut sebagai kepala rumah tangga” (Hadiwijaya 1985 : 176).
Berdasarkan penjelasan di atas, jika dalam suatu keluarga tidak memiliki anak laki-laki maka dilakukan kawin semanda (mengambil suami) oleh anak perempuannya dengan tujuan sang menantu dapat menggantikan kedudukan ayah sebagai kepala rumah tangga.
Kedudukan anak laki-laki dalam adat Lampung sangat penting, sebagai ahli waris, sebagai pengatur rumah tangga dan sebagai pemimpin sebuah keluarga besar. Bahkan pentingnya anak laki-laki tersebut dapat dilihat pada perkawinan semanda dimana perempuan mengambil laki-laki dan menjadikan si laki-laki sebagai pemimpin keluarga.
22 7. Nilai Anak Pada Setiap Keluarga
Setiap suku bangsa memiliki nilai budaya yang berbeda-beda khususnya nilai budaya
yang
berkaitan
dengan
kehadiran
sejumlah
anak
dari
ikatan
perkawinannya. Perbedaan kepemilikan sejumlah anak dari hasil ikatan tali perkawinan tersebut merupakan latar belakang setiap suku yang perlu diketahui guna menetapkan dan suatu prioritas dalam perencanaan pembangunan.
Banyak faktor yang melatarbelakangi sebuah keluarga memiliki sejumlahanak, berdasarkan penelitian BKKBN Bali (2008: 10). Sebagian besar responden (57%) sebenarnya berkeinginan untuk memiliki 2 anak saja, sesuai dengan program KB. Namun 43% diantaranya ternyata memiliki anak lebih dari 2 orang.Alasan memiliki anak lebih dari 2 karena alasan ekonomi, yaitu diharapkan agar anak yang dilahirkan kelak dapat membantu pekerjaan orang tua. Dan disebabkan karena alasan non-ekonomi seperti adat dan tradisi di Bali yang patrilinieal mengharuskan memiliki anak laki-laki sebagai penerus keturunan. Sehingga tidak akan berhenti melahirkan anak hingga memiliki anak laki-laki. Alasan lain adalah untuk merawat orang tua disaat lanjut usia dan ingin suasana rumah menjadi ramai. Faktor ekonomi sebagai alasan utama responden untuk membatasi jumlah anak.
Pendapat lain yang berkaitan dengan pentingnya nilai anak dalam keluarga seperti yang dikemukakan oleh Sans Soloan Hutabarat (1976: 71) bahwa tiap bangsa memiliki value on children sendiri-sendiri, misalnya anak sebagai penerus sejarah, anak sebagai ikatan perkawinan, anak akan membantu pekerjaan orang tua, anak sebagai jaminan hari tua, anak sebagi pewaris harta, banyak anak banyak
23 rezeki, anak sebagai kepuasan batin dan anak adalah anugerah Tuhan yang tidak dapat ditolak.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa banyaknya jumlah anak yang dimiliki dalam keluarga PUS Etnis Lampung Saibatin berkaitan erat dengan pandangan nilai anak berdasarkan kepuasan hati, budaya, sosial dan ekonomi.
B. Kerangka Pikir
Program Keluarga Berencana yang digalakkan oleh BKKBN untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil dangan 2 orang anak cukup, laki-laki dan perempuan sama saja, dengan tujuan menciptakan Keluarga Bahagia Sejahtera.
Pada Etnis Lampung Saibatin, anak laki-laki memiliki nilai yang lebih tinggi daripada anak perempuan, karena anak laki-laki sebagai pewaris harta, sebagai penerus keturunan dan sebagai pemimpin keluarga. Nilai anak tersebut dapat mempengaruhi jumlah anak yang dimiliki oleh suatu keluarga serta keikutsertaan PUS dalam KB sehingga perwujudan Norma Keluarga Kecil dengan 2 orang anak tidak sepenuhnya mudah terwujud.
Berdasarkan pola pemikiran tersebut, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Studi tentang Pasangan Usia Subur pada Etnis Lampung Saibatin dalam mewujudkan Norma Keluarga Kecil di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016.
24 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
1. Jumlah anak yang dimiliki 2. Keikutsertaan PUS dalam KB 3. Nilai anak laki-laki pada Etnis Lampung 4. Nlai Anak Pada Setiap Keluarga PUS
Wujud Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
25
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, menurut Tika (2005:4) “ Penelitian yang mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis”.
Menurut Suryabrata (2010: 75) “ Penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis , faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifatsifat populasi atau daerah tertentu”.
Berdasarkan pendapat para ahli yang dimaksudkan dalam penelitian deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk memaparkan fakta-fakta yang ada dan digambarkan secara faktual, sistematis dan akurat tentang Pasangan Usia Subur dalam mewujudkan norma keluarga kecil jika dikaitkan dengan falsafah hidup orang Lampung dan nilai anak laki-laki yang lebih tinggi dari anak perempuan pada Etnis Lampung Saibatin di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
26 B. Populasi dan Sampel 1.
Populasi
Menurut Arikunto (2002: 108) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Desa Way Urang terdiri dari empat dusun. Suku Lampung Saibatin tidak tersebar di semua dusun. Pasangan Usia Subur Etnis Lampung Saibatin hanya mendiami Dusun Induk. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita PUS Etnis Lampung yaitu sebanyak 272 wanita. Akseptor KB PUS Etnis Lampung sebanyak 178 wanita, sisanya sebanyak 94 wanita PUS merupakan Non Akseptor.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi (Tika, 2005:24). Menurut Arikunto (2002: 112) “ apabila populasi kurang dari 100, lebih baik di ambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Tetapi jika populasinya besarnya lebih dari 100 maka dapat di ambil antara 10% - 15% atau 20 % - 25 % atau lebih”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka pengambilan sampel dalam penelitian ini sebesar 25% sehingga besarnya sampel yaitu 25% x 272 = 68 Pasangan Usia Subur (PUS). Teknik pengambilan sampel ini ditentukan secara proporsional random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan perbandingan jumlah populasi atau suatu kelompok yang diambil dengan cara acak. Seluruh sampel diambil dari Dusun Way Urang Induk, hal ini dikarenakan seluruh Populasi bertempat tinggal di Dusun Way Urang Induk. Dengan demikian pengambilan sampel sebanyak 25% masing-masing dari PUS Akseptor KB dan PUS Non Akseptor KB.
27
28 Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini : Tabel 2. Jumlah Sampel Responden PUS Etnis Lampung Saibatin Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016 NO Kriteria Populasi Sampel 1 PUS Akseptor KB 178 PUS 45 PUS 2 PUS Non Akseptor KB 94 PUS 23 PUS JUMLAH 272 PUS 68 PUS
C. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian
1.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2009 : 38).
Variabel dalam penelitian ini adalah jumlah anak yang dimiliki oleh PUS, Keikutsertaan dalam KB. Pandangan terhadap pentingnya anak laki-laki dan nilai anak pada setiap keluarga PUS Etnis Lampung.
2. Indikator Penelitian Penelitian ini memiliki empat indikator penelitian yaitu jumlah anak yang di inginkan, nilai anak laki-laki pada keluarga Etnis Lampung, pelaksanaan KB dan alasan-alasan memiliki anak yang dimiliki pada keluarga Etnis Lampung.
a.
Jumlah anak yang dimiliki adalah jumlah anak yan dimiliki oleh setiap kepala keluarga (KK) atau PUS Etnis Lampung Saibatin. Jumlah anak yang dimiliki dikelompokan menjadi: 1). Sedikit : Apabila memiliki anak ≤ 2 artinya NKK terwujud. 2). Banyak : Apabila memiliki anak > 2 artinya NKK tidak terwujud.
29
b. Keikutsertaan PUS dalam melaksanakan KB, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah partisipasi Pasangan Usia Subur menggunakan salah satu alat kontrasepsi sebagai alat untuk mengatur jumlah anak dan lamanya jarak kelahiran. Dalam indikator ini dikelompokan menjadi: 1). Akseptor KB. 2). Non akseptor KB.
c.
Pentingnya nilai anak laki-laki dalam keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan terhadap nilai anak laki-laki dalam adat Lampung Saibatin. Nilai anak laki-laki pada Etnis Lampung dikelompokan menjadi: 1). Harus ada anak laki-laki dalam keluarga. 3). Anak laki-laki tertua sebagai pewaris tunggal harta. 4). Anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan.
d.
Nilai anak pada setiap keluarga dalam memiliki anak, dimaksudkan bahwa apa yang menjadi alasan PUS Etnis Lampung Saibatin memiliki anak yang didasarkan pada aspek sosial, ekonomi dan budaya yang dianut dalam kehidupannya yang kemudian dikelompokan menjadi: 1). Anak Sebagai ikatan perkawinan. 2). Anak sebagai jaminan hari tua. 3). Anak merupakan Anugerah Tuhan yang tidak dapat ditolak 4). Anak sebagai kepuasan batin dalam perkawinan 5). Banyak anak banyak rezeki
30 6). Membantu pekerjaan orang tua
D. Teknik Pengumpulan Data 1.
Observasi
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala dan fenomenayang ada pada objek penelitian (Tika, 2005: 44). Dengan melakukan observasi, dapat diamati kondisi lapangan dan objek penelitian secara langsung. Lokasi penelitian berada di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Subjek penelitian adalah wanita PUS Etnis Lampung yang berjumlah 272 PUS yang mendiami di Dusun Induk.
2.
Kuesioner
Menurut Hadari Nawawi dalam Tika (2005:54) kuesioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Dalam melaksanakan teknik ini dilakukan dengan cara mendatangi responden guna mengumpulkan data.
Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat mendapatkan informasi yang lebih mewakili keseluruhan penelitian. Pertanyaan dalam kuesioner tentang jumlah anak yang dimiliki,
pentingnya nilai anak laki-laki, keikutsertaan sebagai
akseptor KB oleh PUS Etnis Lampung dan nilai anak pada setiap keluarga.
31 3.
Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog antara peneliti dengan responden yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi secara langsung. Wawancara dilakukan dengan kuesioner.
4.
Dokumentasi
Menurut Arikunto ( 2006 : 231) “ Teknik dokumentasi yaitu teknik mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.
Cara ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder, yang berhubungan dengan penelitian data penelitian yang diperlukan. Data-data tersebut misalnya, profil, demografi, peta, dan semua data yang berkaitan dengan penelitian yang berada di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
E. Teknik Analisa data Teknik Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis sederhana yaitu menggunakan tabulasi frekuensi dan persentase sebagai dasar untuk interpretasi dan deskripsi data dalam laporan penelitian ini. Analisis dalam penelitian ini adalah analisis persentase yang dilakukan dengan distribusi sederhana (Tika, 2005:66).
Langkah-langkah dalam menyusun distribusi persentase adalah: 1. Membagi jumlah observasi dalam masing-masing kategori variabel (f) dengan jumlah frekuensi (N)
32 2. Setelah di bagi, hasilnya di kalikan 100 untuk menghasilkan persentase. Distribusi sederhana total (T) dari persentase harus sama dengan 100 namun jika ada pembulatan angka mungkin sedikit berbeda.
Adapun rumus kualitatif persentase yaitu sebagai berikut: %=
× 100%
Keterangan: N
: Jumlah seluruh sampel
100% : Konstanta %
: Persentasi yang diperoleh
F
: Jumlah jawaban yang diperoleh ( Sadiman 1993: 96)
68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian mengenai studi tentang pasangan usia subur Etnis Lampung Saibatin dalam mewujudkan norma keluarga kecil di Desa Way Urang Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Rata-rata jumlah anak yang dimiliki PUS Etnis Lampung Saibatin adalah 3,5. Sebanyak 85,3% responden memiliki anak lebih dari dua dan responden yang memiliki anak kurang dari dua atau sama dengan dua sebanyak 14,7%. Sehingga PUS Etnis Saibatin Lampung Desa Way Urang sebagian besar belum mewujudkan Norma Keluarga Kecil.
2. Responden Akseptor KB sebanyak 45 responden memiliki rata-rata jumlah anak 3,4 Anak, dengan alasan ingin mengatur jarak kehamilan dan tidak ingin memiliki anak lagi. Sebanyak 23 responden non akseptor memiliki rata-rata jumlah anak 3,6. Respoden non akseptor KB sebagian besar memutuskan untuk tidak menjadi akseptor KB dikarenakan masih menginginkan anak laki-laki sebesar 43,3%.
69
3. Pandangan terhadap harus memiliki anak laki-laki dalam keluarga PUS Etnis Lampung Saibatin masih kuat. Sebanyak 89,7 % responden harus memiliki anak laki-laki. Nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak peremuan dikarenakan anak laki-laki diharapkan menjadi penerus keturunan. Pandangan Nilai anak laki-laki yang lebih tinggi dari anak perempuan tidak membuat responden setuju dengan pemberian hak waris secara mutlak kepada anak laki-laki (66,2%), dan sebanyak 100% responden setuju anak sebagai penerus garis keturunan. 4. Pasangan Usia Subur (PUS) Etnis Lampung Saibatin masih berpandangan
bahwa sebanyak 98,5% responden setuju dengan pandangan anak sebagai ikatan perkawinan, sebagai jaminan dihari tua (97,1%), sebagai anugerah Tuhan yang tidak dapat ditolak (100%) dan sebagai kepuaasan batin (97,1%). Sebanyak 48,5% setuju dengan pandangan banyak anak banyak rezeki, agar membantu pekerjaan orang tua (35,3%).
B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut, maka disarankan 1. Bagi keluarga PUS Etnis Lampung yang sudah memiliki anak lebih dari dua, diharapkan untuk tidak menambah anak lagi.
2. Bagi PUS dianjurkan untuk yang belum menjadi akseptor KB segera menjadi akseptor KB dan bagi PUS yang merupakan akseptor KB agar menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. p
70
3. Pandangan nilai anak dari segi adat istiadat PUS Etnis Lampung Saibatin masih sangat kuat sehingga perlu diadakannya pendekatan dan pembinaan dari instansi terkait agar PUS mampu mewujudkan norma keluarga kecil yaitu dua anak cukup atau perempuan dan laki-laki sama saja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2010. Monografi Desa Way Urang. Padang Cermin Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Badan Pusat Statistik.2010. Lampung Dalam Angka 2010. Bandar Lampung: BPS Provinsi Lampung Badan Pusat Statistik. 2010. Pesawaran Dalam Angka 2010. Bandar Lampung: BPS Provinsi Lampung Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2008. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) Pada PUS di Bali. Bali.bkkbn.go.id BKKBN Bali Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2007. Manfaat KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta.BKKBN. Bertrand, J. 1980. Audience Reasearce For Improving Family Planning Communication Program: The Community and Family Study Centre. Chicago Bintarto. 1977. Geografi Kota. Yogyakarta. U.P Spiring. Budiyono, 2003. Dasar-Dasar Geografi Sosial (Bahan Ajar). Bandar Lampung. UNILA Daldjoeni, 1980. Masalah Kependudukan Dalam Fakta dan Angka. Bandung. Alumni Hadikusuma, Hilman. 1985. Adat Istiadat Daerah Lampung. Bandar Lampung: Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung: Mandar Maju Hadikusuma, Hilman. 1987.Hukum Kekerabatan Adat. Jakarta: Fajar Agung
Hutabarat, Sans S et al. 1976. Studi Kependudukan. Jakarta: Konsorsium Fakultas Ilmu Sosial dan BKKBN Imron, Ali . 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas Lampung Lucas, David et al. 1990. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta: GadjahMada University Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta. Pelajar.
Penerbit Pustaka
Mitra Riset. 2011. Akseptor KB. --.http://www.mitrariset.com/Akseptor_KB.html: Diunduh Tanggal 8 Februari 2013 pukul 02.00 WIB Nazir, Moh. 2009. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Prins. 1982. Tentang Hukum Perkawinan Di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia Rosmelina. 2008. Sistem Pewarisan Pada Masyarakat Lampung Pesisir Yang Tidak Mempunyai Anak Laki-laki. Tesis. Semarang: Pasca Sarjana UNDIP Rusli, Said. 2012. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES Sadiman, Arirf Sukadi, 1993. Metode dan Analisis Penelitian Mencari Hubungan. Jakarta: Erlangga Siregar, Fazidah A. 2003. Pengaruh Nilai Dan Jumlah Anak Pada Keluarga Terhadap Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Medan: USU Digital Library Subarjo. 2004. Bahan Ajar Klimatologi Metorologi. Bandar Lampung: UNILA Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta Suryabrata, Sumadi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Suryaatmaja, Nursid. 1985. Studi Geografi Suatu Pendekatan Dan Analisa Keruangan. Bandung. Alumni Tika, Moh Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara Wardiyatmoko. 2006. Geografi SMU Jilid 2. Erlangga. Jakarta