ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang ubang Jawa Barat Barat)
SKRIPSI
AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN
AFIF FAKHRUZZAMAN. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA) Pada tahun 2008 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan penelitian untuk mengembangkan varietas baru ikan nila yaitu ikan nila gesit, varietas baru ini mempunyai pertumbuhan lebih cepat 50 persen dari varietas ikan nila lain. Untuk itu perlu perhitungan dari segi ekonomi untuk mengetahui kelayakan pengusahaan pembenihan ikan varietas baru ini. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis aspek pasar, manajemen, hukum dan lingkungan pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi (2) Bagaimana tingkat kelayakan investasi atau finansial saat usaha pembenihan ikan nila gesit menggunakan modal sendiri dan pinjaman (NPV, Net B/C, IRR dan PP) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi (3) Menentukan kondisi Cross-Over Discount Rate serta menganalisis tingkat sensitivitas usaha pembenihan ikan nila gesit. Penelitian ini dilakukan di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara sekaligus pengisian kuesioner dengan pimpinan UPR Citomi, para menejer dan supervisi produksi. Sedangkan semua data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupeten Subang, website Departemen Kelautan dan Perikanan, Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi serta beberapa literatur yang diperoleh dari jurnal dan penelitian yang telah dilakukan. Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek pasar, manajemen, hukum, lingkungan dan kelayakan investasi. Analisis kelayakan investasi dilakukan secara kuantutaif (NPV, Net B/C dan IRR) dan yang lainnya secara kulalitatif dan dipaparkan secara deskriptif. Industri budidaya ikan nila gesit sangat dipengaruhi musim, dimana saat musim hujan produksi ikan nila di semua sub sistem budidaya ikan nila mengalami penurunan, penurunan terbesar terjadi pada pembesaran ikan nila yang berpusat di waduk Jatiluhur dan Cirata, penurunan produksi ini terjadi akibat up welling. Usaha pembenihan ikan nila gesit yang telah dijalankan oleh UPR Citomi layak untuk dilanjutkan dengan kriteria kelayakan dalam skenario I NPV senilai Rp Rp 221.214.785, Net B/C sebesar 3,20, IRR sebesar 62 persen dan PP 0,24 tahun. Dalam skenario II diperoleh NPV Senilai Rp 216.171.853, Net B/C senilai 3,15, IRR senilai 79 persen dan PP 0,25 tahun. Cross-Over Discount Rate terbentuk pada saat sukubunga sebesar 14 persen. Hasil perhitungan analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan nila gesit di UPR Citomi tidak layak dijalankan apabila terjadi penurunan produksi sebesar 37,65 persen dan penurunan harga jual larrva sebesar 37,5 persen atau senilai Rp 6 per ekor larva. Baik dalam skenario I maupun skenario II. Kata kunci : kelayakan usaha dan ikan nila gesit
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat)
AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi Unit Pembenihan Rakyat Citomi di Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab.Subang Jawa Barat)
Nama
: Afif Fakhruzzaman
NIM
: H34076008
Disetujui Pembimbing
Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 19530104 197903 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor,
Februari 2010
Afif Fakhruzzaman H34076008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang tanggal 12 Januari 1987. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Putera dari pasangan Bapak M Abd Sodik dan Ibu Yuyu Yuhaeni, dua orang yang paling berjasa di sepanjang hidup penulis. Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri Sukaasih pada tahun 1992 dan lusus pada tahun 1998. Selanjutnya pada tahun kelulusan Sekolah Dasar penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Subang dan lulus pada tahun 2001. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Ponpes Pagelaran III dan Sekolah Menengah Umum Plus Pagelaran III di Kecamatan Cisalak dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun kelulusan SMU penulis mendapat undangan dari Institut pertanian Bogor Untuk menempuh pendidikan pada program Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, kesempatan ini pun diambil dan diselesaikan pada tahun 2007. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2010. Semasa kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi kampus. Di Diploma III penulis aktif pada Lingkar Seni Jaring, organisasi seni di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Melalui organisasi ini penulis diberi kesempatan untuk melakukan pementasan di beberapa Kota. Saat menempuh pedidikan S1, penulis aktif berorganisasi pada Lembaga Studi Islam Mahasiswa Ekstensi (LSima x).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas semua kesempatan yang telah diberikan kepada hamba-hamba-Nya untuk dapat terus berada dalam Rahmat dan Hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga terus tercurahkan kepada Baginda Alam, Rasul Pilihan Muhammad SAW yang telah menjaga sebuah sistem suci (Islam) yang diamanatkan Allah kepada seluruh umat manusia, juga kepada seluruh keluarga dan sahabatnya yang senantiasa ada berjuang bersama beliau. Syukur Alhamdulillah penulis ucapka atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat)”. Skripsi ini ditulis dengan tujuan menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan nila gesit dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Segala bentuk usaha telah penulis kerahkan untuk penulisan skripsi ini agar menghasilkan karya yang maksimal, namun dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis akan selalu membuka hati terhadap semua bentuk kritik dan saran yang dapat memperbaiki skripsi ini.
Bogor,
Februari 2010
Afif Fakhruzzaman
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini tidak berjalan dengan lancar dan banyak pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada 1. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen Pembimbing dengan penuh kesabaran membimbing serta memberikan arahan selama proses penulisan. 2. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator yang menyempurnakan proposal penelitian ini dalam kolokium. 3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, Msi dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji yang memberikan respon, kritik serta saran yang membangun terhadap karya ini. 4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan serta kasih sayangnya. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang membanggakan. 5. Bapak S Nana Sulyana selaku pimpinan UPR Citomi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di UPR Citomi 6. Seluruh
karyawan UPR Citomi yang telah memberikan informasi yang
dibutuhkan penulis 7. Seluruh staff sekretariat Ekstensi Agribisnis yang membantu penulis. 8. Rekan-rekan mahasiswa Agribisnis yang telah memberikan suport, terutama rekan-rekan seperjuangan di L-Sima Semoga tali persaudaraan kita tetap terjalin dan hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan yang talah diberikan, amin.
Bogor,
Februari 2010
Afif Fakhruzzaman
DAFTAR ISI Halaman I.
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 1.2 Tujuan penelitian ................................................................................ 1.3 Manfaat Penelitian ..............................................................................
1 4 6 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
7
2.1 Klasifikasi dan Sejarah Perkembangan Ikan Nila ................................. 2.2 Deskripsi Ikan Nila Gesit .................................................................... 2.3 Proses Pembenihan.............................................................................. 2.4 Persyaratan Lokasi Pemeliharaan Ikan Nila ......................................... 2.5 Intensitas Budidaya ............................................................................. 2.6 Sistem Budidaya ................................................................................. 2.7 Tinjauan Studi Terdahulu .................................................................... 2.7.1 Studi Empiris Mengenai Ikan Nila ............................................. 2.7.2 Studi Empiris Mengenai Analisis Kelayakan Usaha ...................
7 9 10 11 11 13 13 14 15
III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 18 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................... 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek ........................................... 3.1.2 Identifikasi Biaya dan Manfaat .................................................. 3.1.3 Aspek-Aspek Studi Kelayak Proyek ......................................... 3.1.3.1 Aspek Pasar .................................................................. 3.1.3.2 Aspek Teknis ................................................................ 3.1.3.3 Aspek Manajemen ........................................................ 3.1.3.4 Aspek Hukum................................................................ 3.1.3.5 Aspek Lingkungan ........................................................ 3.1.3.6 Aspek Finansial ............................................................. 3.1.4 Cross Over Discount Rate ......................................................... Analisis Sensitivitas ......................................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................
18 18 19 19 20 20 22 23 23 24 25 26 27
IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 29 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 4.3 Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden ............................. 4.4 Metode Analisis Data .......................................................................... 4.4.1 Analisis Aspek Pasar ................................................................. 4.4.2 Analisis Aspek Teknis ............................................................... 4.4.3 Analisis Aspek Manajemen ...................................................... 4.4.4 Analisis Aspek Hukum ............................................................. 4.4.5 Analisis Aspek Lingkungan ....................................................... 4.4.6 Analisis Aspek Finansial ........................................................... 4.4.7 Analisis Sensitifitas ...................................................................
29 29 29 29 30 30 30 30 30 31 35
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................... 36 5.1 Gambaran Umum Desa Tanggulun Barat ............................................ 5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ............................................ 5.1.2 Kependudukan ........................................................................... 5.2 Sejarah Unit Pembenihan Rakyat Citomi ............................................. 5.3 Organisasi Perusahaan dan Ketenaga Kerjaan UPR Citomi .................
36 36 36 37 37
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 39 6.1 Analisis Aspek Non Finansial ............................................................. 6.1.1 Analisis Aspek Pasar ................................................................. 6.1.2 Analisis Aspek Teknis ............................................................... 6.1.3 Analisis Aspek Manajemen ....................................................... 6.1.4 Analisis Aspek Hukum .............................................................. 6.1.5 Analisis Aspek Lingkungan ....................................................... 6.2 Analisis Aspek Finansial ..................................................................... 6.2.1 Analisis Biaya ........................................................................... 6.2.2 Analisis Manfaat ....................................................................... 6.2.3 Proyeksi Rugi/Laba ................................................................... 6.2.4 Analisis Kriteria Kelayakan Investasi ........................................ 6.3 Analisis Sensitivitas ............................................................................
39 39 44 52 54 55 56 57 61 62 64 69
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 72 7.1 Kesimpulan ......................................................................................... 72 7.2 Saran ................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74 LAMPIRAN ................................................................................................... 76
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Halaman
Trend Suplay Protein dan Kalori Per Kapita Indonesia Tahun 2003-2007 ......................................................................................
1
2.
Produksi Budidaya Ikan Air Tawar Indonesia 2003-2007 ..........................
2
3.
Produksi Ikan Nila Nila Ukuran Konsumsi dan Kebutuhan Benih Ikan Nila .......................................................................
3
4.
Deskripsi Lengkap Mengenai Anatomi Tubuh Ikan Nila ...........................
9
5.
Ukuran Benih Ikan Nila Berdasarkan Umur .............................................. 10
6.
Contoh Tabel Cashflow............................................................................. 34
7.
Komposisi Angkatan Kerja Desa Tanggulun Barat Tahun 2007 ................ 37
8.
Proyeksi Perkiraan Produksi Ikan Nila Konsumsi Dan Permintaan Benih Ikan Nila Tahun 2010-2011 .......................................... 39
9.
Permintaan Larva Nila Hitam UPR Citomi Setiap Bulan tahun 2008 ......... 40
10. Perkiraan Penawaran Larva Ikan Nila Gesit .............................................. 40 11. Proyeksi Perhitungan Harga Pokok Produksi............................................. 42 12. Kebutuhan Input Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit ............................... 51 13. Kebutuhan Investasi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit ........................... 57 14. Rincian Pengeluaran Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit UPR Citomi Tahun Pertama ............................................. 58 15. Rincian Pengeluaran Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit UPR Citomi Tahun Kedua ................................................ 59 16. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Perkiraan Nilai Sisa Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi ................................... 60 17. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi .......................................................................................... 61 18. Perhitungan Pembayaran Angsuran Modal Pinjaman ................................ 61 19. Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit ........................................ 62 20. Proyeksi Rugi/Laba Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario I ........... 63 21. Proyeksi Rugi/Laba Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario II ......... 64 22. Proyeksi Cash Flow Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario I .......... 65 23. Proyeksi Cash Flow Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario II ......... 66 24. Proyeksi Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas ....................................... 71
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Morfologi Ikan nila (Oreochromis niloticus) ................................................
2.
Kondisi Cros-Over Discont Rate Digambarkan dalam Grafik.................... 25
3.
Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ................................................... 28
4.
Saluran Distribusi Benih Ikan Nila Gesit ................................................... 43
5.
Grafik Produksi Larva Ikan Nila Gesit ...................................................... 47
6.
Struktur Organisasi UPR Citomi ............................................................... 52
7.
Grafik CDR Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit ....................................... 68
7
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama tahun 2009 dibandingkan triwulan ke empat tahun 2008 mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi ini diindikasikan oleh meningkatnya Produk Domestik Bruto Indinesia sebesar 1,6 persen. Pertumbuhan ini terjadi pada sektor pertanian, listrik, gas, air bersih, pengangkutan-komunikasi, keuangan, real estat dan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 19,3 persen. Pertanian dalam skala umum pencakup sektor perikanan, peternakan, kehutanan dan pertanian (tanaman) itu sendiri. Menurut laporan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, peningkatan produksi perikanan Indonesia diperkirakan mencapai 10,18 juta ton pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 12,73 juta ton pada awal tahun 2009. Peningkatan ini memberikan kontribusi terhadap GDP nasional sebesar 2,67 persen pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 2,85 persen pada tahun 2009. Serta meningkatkan peluang kerja kumulatif dari 8.94 juta orang pada tahun 2008 menjadi 10.02 juta orang pada tahun 2009. Ikan merupakan salah satu komoditi pertanian yang memberikan kontribusi bagi konsumsi protein penduduk Indonesia. Bahkan sejak tahun 2003 konsumsi protein penduduk Indonesia paling besar disuplay oleh daging putih (ikan) seperti yang terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Trend Suplay Protein dan Kalori Per Kapita Indonesia Tahun 2003-2007 Uraian Kalori Total kebutuhan protein Total protein dari sayur Total protein dari hewan - Ikan - Ternak
Satuan Kkal/tahun Gram/hari Gram/hari Gram/hari Gram/hari Gram/hari
2003 3,082 75,52 1,88 10,93 7,57 3,36
2004 3,005 76,22 2 11,62 7,81 3,81
Tahun 2005 2,912 76,79 2,19 10,93 7,48 3,45
2006 2,932 77,84 2,23 11,84 7,92 3,92
2007 2,957 78,36 2,21 12,24 8,17 4,07
Sumber : Indonesian Fisheries Book, 2009
Dalam tabel satu dapat dilihat bahwa konsusmi protein penduduk Indonesia masih berada jauh dibawah kebutuhan protein yang seharusnya
1
dikonsumsi. Rata-rata kebutuhan protein setiap hari adalah 76,946 untuk memenuhi kebutuhan kalori, tetapi rata total konsumsi protein yang dihasilkan dari sayur dan hewan hanya 13,614 gram per hari. Sektor perikanan yang merupakan penyumbang terbesar dalam memenuhi kebutuhan protein nasional, masih dapat terus ditingkatkan produksinya. Salah satu potensi perikanan Indonesia adalah aquaculture atau budidaya perikanan. Potensi budidaya perikanan Indonesia diperkirakan seluas 11,81 ha. Tepatnya 2,22 juta ha berpotensi untuk budidaya air tawar, 1,22 juta ha untuk air payau dan 8,36 juta ha untuk budidaya air laut. Dari sekian luas lahan yang berpotensi, pemanfaatannya belum optimal. 10,14 persen potensi budidaya air tawar yang dimanfaatkan, 36,99 persen pada budidaya air payau dan 1,01 persen untuk budidaya air laut. Ikan nila adalah salah satu komoditi budidaya perikanan yang mempunyai reputasi baik dalam budidaya ikan. Proses budidaya yang mudah membuat ikan nila diminati para petani ikan dalam budidaya air tawar. Hal ini terlihat pada Tabel 2 yang menujukan bahwa produksi ikan nila menempati urutan ke dua. Tabel 2. Produksi budidaya Ikan Air Tawar Indonesia Tahun 2003-2007 No
Jenis Ikan
1 2 3 4 5
Patin Nila Gurami Ikan mas Mujair
Tahun 2003 12,90 71,95 22,67 219,39 52,52
2004 23,96 97,12 23,76 192,46 41,55
2005 32,58 148,25 25,44 216,92 38,21
2006 31,67 169,39 28,71 247,69 10,54
2007 36,76 188,06 35,71 264,35 23,47
Ratarata produksi
Kenaikan produksi (%)
27,57 134,95 27,26 228,16 33,26
33.73 28.23 12.28 5.34 5.32
Sumber : Indonesian Fisheries Book, 2009
Ikan nila adalah salah satu komoditi perikanan yang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tidak hanya sebagai barang konsumsi, ikan nila pun populer dikalangan petani. Proses budidaya yang mudah membuat ikan nila diminati para petani ikan dalam budidaya air tawar. Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa produksi ikan nila Indonesia mengalami kenaikan sebesar 28,23 persen.
2
Tabel 3. Produksi Ikan Nila Ukuran Konsumsi dan Kebutuhan Benih Ikan Nila Nasional Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-Rata
Ukuran Konsumsi(Kg) 71.947.000 97.116.000 148.249.000 169.390.000 188.061.000 134.952.600
Kebutuhan Benih (Ekor) 143.894.000 194.232.000 296.498.000 338.780.000 376.122.000 269.905.200
Sumber : Indonesian Fisheries Statistic Index, 2009 (diolah) Apabila dibanding ikan tawar lainnya, seperti ikan mas dan gurami, pengembangbiakan ikan nila memang lebih mudah. Banyak pembudidaya yang menyuntikkan hormon untuk meningkatkan pertumbuhan ikan nila. Tapi belakangan penyuntikan itu dilarang karena dapat menurunkan kualitas ikan. Untuk mengatasi hal tersebut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Fakultas Ilmu Kalutan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor serta Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) yang merupakan salah satu UPT lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan melalui rangkaian riset yang diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, bekerjasama dan melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2006 dan bertujuan menghasilkan varietas baru ikan nila, penelitian telah berhasil melakukan program produksi benih dan calon induk nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia)1. Penelitian yang dilakukan ini kemudian dikembangkan dengan tujuan menghasilkan nila gesit Super Growth pada tahun 2008. Usaha ini telah menghasilkan benih nila gesit sebanyak 106.578 ekor benih, dimana 54.855 ekor telah didistribusikan ke 18 propinsi, 20.000 ekor digunakan dalam program seleksi pembesaran calon induk. Calon induk ikan nila yang telah dihasilkan sebanyak 4.073 ekor, dimana 3.155 ekor telah didistribusikan ke tujuh propinsi, sedangkan sisanya digunakan sebagai induk dalam produksi benih monoseks dan calon induk sediaan di akhir tahun2. Keunggulan varietas baru ikan nila ini adalah pertumbuhannya yang lebih cepat dari varietas ikan nila lainnya, sehingga
1
Nila Gesit, Riset Panjang, Berbuah Senyuman, http://www.bbpbat.net [22 April 2009] Hardiantho D, Prayoga T, Kusuma A. 2009. Produksi Calon Induk Nila Gesit Dan Nila Unggul, http://www.bbpbat.net [20 Nopember 2009]
2
3
diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengembangan budidaya ikan air tawar di Indonesia. Dari sekian banyak wilayah penyebaran benih ikan nila gesit, kabupaten Subang merupakan salah satu targetnya. Dari sisi iklim, kabupaten subang sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan ikan nila, karena berdasarkan tipe iklim oldeman, wilayah kabupaten Subang termasuk ke dalam tipe iklim C hingga D. Banyaknya curah hujan hingga tahun 2000 mencapai 9.785 mm. Temperatur di kawasan perairan kabupaten Subang berkisar antara 25-32oC. Kondisi ini mendukung keberadaan ekosistem perairan di Kabupaten Subang (Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Subang, 2003) Selain iklim yang mendukung, kondisi geografis Kabupaten Subang pun sangat mendukung aktivitas budidaya perikanan air tawar. Beberapa sungai utama yang melewati Kabupaten subang adalah Sungai Cilamaya, sungai Blanakan, sungai Ciasem, Sungai Cileuleuy yang membentuk lima anak sungai dan sungai Cipunagara. Umumnya para petani ikan memanfaatkan aliran sungai-sungai tersebut sebagai pasokan air bagi kolam mereka. Salah satu desa penghasil benih ikan nila gesit di kabupaten Subang adalah Desa Tanggulun Barat, Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang. Pembenihan di Desa ini dilakukan oleh Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Citomi. Unit pembenihan ini telah dirintis sejak tahun 1998 dan hingga saat ini penyebaran pemasarannya telah mencakup wilayah pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. UPR Citomi memproduksi benih nila gesit sejak tahun 2008, tepatnya bulan Nopember 2008. UPR Citomi termasuk dalam wilayah penyebaran ikan nila gesit (BBPBAT) Sukabumi dan memperoleh calon induk sebanyak 850 ekor. Untuk mengelola 850 ekor induk nila gesit tersebut tentu memerlukan perhitungan khusus, terutama perhitungan kelayakan pengusahaan pembenihan yang telah berjalan selama ini. 1.2 Perumusan Masalah Kesulitan yang dihadapi para pembudidaya dalam memperoleh benih yang bekualitas disebabkan buruknya proses pembenihan. Induk yang digunakan dalam pembenihan bukan merupakan induk dasar atau induk pokok yang langsung diproduksi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Tetapi 4
induk yang dihasilkan dari proses kawin “liar” tanpa pengawasan instansi terkait. Kondisi ini menuntut Departemen Kelautan dan Perikanan untuk melakukan revitalisasi induk nila yang beredar. Untuk itu Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) bekerja sama dengan beberapa pihak lain melakukan penelitian dan berhasil melakukan program produksi benih dan calon induk nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia). Pertanyaan yang muncul dari isu di atas adalah, seberapa layakkah pengusahaan pembenihan ikan nila gesit. Kemunculan varietas baru ikan nila dapat saja menjadi solusi permasalahan yang timbul tersebut, tetapi dapat juga menjadi permasalan baru. Perhitungan dalam kondisi aktual tentu akan berbeda dengan perkiraan-perkiraan dalam skala laboratorium. Meski secara biologis ikan nila gesit mempunyai keunggulan pertumbuhan yang lebih cepat 50 persen dari jenis nila lain, tetapi belum tentu keunggulan tersebut muncul pula dalam aspek pasar, manajemen, hukum, lingkungan dan finansial komoditi ini. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu perhitungan khusus dari sisi kelayakan pengusahaannya. Perhitungan dalam aspek finansial memerlukan perhatian lebih, karena dalam aspek ini diperhitungkan kelayakan usaha dari sisi mikro, untuk itu perlu digunakan dua skenario, skenario ketika modal menggunakan modal sendiri sepenuhnya dan skenario menggunakan modal pinjaman sebagian. Skenario I atau biaya yang dikeluarkan sepenuhnya menggunakan modal sendiri dapat digunakan oleh individu atau perusahaan yang memiliki cukup modal, sedangkan penggunaan modal pinjaman dalam skenario II dapat digunakan oleh individu atau perusahaan yang kekurangan modal. Dari sisi perusahaan (UPR Citomi), perhitungan analisis kelayakan usaha pembenihan ikan nila gesit diperlukan, karena sampai penelitian ini dilakukan belum ada penelitian khusus yang membahas pembenihan ikan nila gesit sebagai objek penelitian di UPR Citomi. Sehingga dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam keputusan skala yang harus diambil oleh UPR Citomi. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang ingin dikaji dari penelitian ini, antara lain yaitu : 1.
Bagaimana kondisi Aspek pendukung lain (pasar, manajemen, hukum dan lingkungan) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi ?
5
2.
Bagaimana tingkat kelayakan investasi atau finansial saat usaha pembenihan ikan nila gesit menggunakan modal sendiri dan pinjaman (NPV, Net B/C, IRR dan PP) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi ?
3.
Kondisi saat Cross-Over Discount Rate Bagaimana tingkat sensitivitas usaha pembenihan ikan nila gesit
1.3 Tujuan Penelitian Setelah menyampaikan latar belakang yang mendasari perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan dari penelitian adalah : 1.
Menganalisis aspek pendukung lain (pasar, manajemen, hukum dan lingkungan) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi.
2.
Bagaimana tingkat kelayakan investasi atau finansial saat usaha pembenihan ikan nila gesit menggunakan modal sendiri dan pinjaman (NPV, Net B/C, IRR dan PP) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi.
3.
Menentukan kondisi Cross-Over Discount Rate serta menganalisis tingkat sensitivitas usaha pembenihan ikan nila gesit.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi penelitian sejenis, menjadi tolok ukur petani dalam keputusannya untuk menentukan usahatani pembenihan ikan nila dan memberikan kontribusi bagi pemerintah dalam penetapan kebijakannya terkait pengembangan agribisnis ikan nila di Kabupaten Subang.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Klasifikasi dan Sejarah Perkembangan Ikan Nila Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh
memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila mulai dibudidayakan pada tahun 2000 SM. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. Sedangkan nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis niloticus. Secara biologis klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut : Kelas : Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Crdo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus.
Gambar 1. Morfologi Ikan nila (Oreochromis niloticus)
7
Ditinjau dari kebiasaan makannya, ikan nila termasuk jenis ikan omnivora, yaitu pemakan tumbuhan dan hewan. Jenis makanan yang dibutuhkan tergantung umurnya. Makanan utama stadia larva terdiri dari alga bersel tunggal, udang-udangan kecil dan benthos. Setelah berukuran benih, ikan nila menyukai makanan sejenis zooplankton, diantaranya rotifera sp, moina sp dan daphnia sp. Namun terkadang benih ikan nila pun menyukai alga yang menempel di pinggir kolam. Pakan buatan yang diberikan saat pemeliharaan adalah pellet dengan kandungan protein minimal 25 persen. Dilihat dari sisi kebiasaan berkembangbiaknya, ikan nila tidak termasuk jenis ikan musiman, karena dapat memijah sepanjang tahun. Pemijahan ikan nila dapat dilakukan di berbagai media selama induk telah matang gonad seperti kolam, bak, akuarium dan jaring apung. Proses pemijahan dimulai dengan pembuatan sarang oleh induk jantan sebagai tempat memijah dan pembuahan telur. Sarang berupa lekukan di dasar kolam dengan diameter tergantung panjang tubuh ikan. Biasanya diameter sarang berkisar antara 1,5-2 kali panjang tubuhnya dengan kedalaman antara 5-10 cm. Setelah pembuatan sarang, dilanjutkan dengan proses pemijahan. Proses pemijahan berlangsung sangat cepat, yaitu antara 50-60 detik dan telur yang dikeluarkan sebanyak 20-30 butir. Peristiwa pemijahan ini berlangsung selama 20-60 menit dengan pasangan yang sama. Seekor ikan nila betina dengan berat 600 g dapat menghasilkan telur sebanyak 2.000-3.000 telur dan yang berhasil menetas sebanyak 800-1600 butir. Telur ikan nila berdiameter 2,5-2,8 mm, berwarna kuning dan berseifat tenggelam, tidak menempel. Ikan nila tergolong ikan yang mengerami telurnya (mouth breeder). Pengeraman telur dilakukan oleh induk betina sejak telur dibuahi sampai menetas. Setelah menetas, larva berukuran 4-6 mm diasuh induk betina di pinggir kolam, larva akan diasuh sampai lavra kuat untuk berenang sendiri. Biasanya larva yang kuat berenang berukuran 8-12 mm dan bersifat bergerombol. Induk ikan nila jantan bersifat poligami. Satu induk jantan dapat mengawini tiga ekor nila betina. Induk jantan yang siap untuk memijah warna tubuhnya bercahaya dan lebih agresif.
8
2.2
Deskripsi Ikan Nila Gesit Kepanjangan dari nama “gesit” pada varietas baru ikan nila adalah
Genetically Supermale Indonesian Tilapia. Ikan nila gesit adalah ikan hasil manipulasi kromosom. Teknik manipulasi kromosom pada budidaya ikan pertama kali digunakan pada tahun 1990 di Taiwan, sedangkan Indonesia melakukannya pada tahun 2006. Secara fisik ikan nila gesit tidak mempunyai ciri khusus yang membedakannya dari jenis ikan nila lain, yang membedakannya hanya pertumbuhannya yang lebih cepat. Deskripsi lengkap mengenai anatomi tubuh ikan nila dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Deskripsi Lengkap Mengenai Anatomi Tubuh Ikan Nila No 1
Deskripsi
Nilai
Asal Ikan nila GIFT asal BPBAT Sukabumi 2 Karakter Meristik dan Morfometrik Jumlah jari-jari sirip dorsal D. XVI – XVII. 12 – 13 Jumlah jari-jari sirip perut V. I.5 Jumlah jari-jari sirip dada P. 13 – 14 Jumlah jari-jari sirip dubur A. III. 9 – 10 Jumlah jari-jari sirip ekor C. 2.16 Jumlah Ll 38 Jumlah Vertebra 28 Panjang Total (PT) (cm) 30 – 31,5 cm Panjang Standar (PS) (cm) 24 – 25 cm Panjang kepala relatif (terhadap PS) 32,00 – 33,33% Tinggi badan relatif (terhadap PS) 42,00 – 44,00 % Tebal badan relatif (terhadap PS) 11,33 – 13,33 % Tinggi kepala relatif (terhadap PS) 40,00 – 41.67 Warna hitam % fillet ikan jantan ukuran > 500 gr 36,20 – 44 % Bobot tulang relatif (terhadap BB) 17 – 21,20 % Bobot sisik relatif (terhadap BB) 2,00 – 2,40 % Bobot kepala relatif (terhadap BB) 22,70 – 25,40 % Bobot organ dalam relatif (terhadap BB) 13,90 – 18,25 % 3 Karakter Reproduksi Individu Jantan Umur kematangan gonad 6 bulan Ukuran kematangan gonad 300 – 350 g Fertilitas fertil Sumber : Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 44/MEN/2006
9
Ikan nila gesit adalah jenis ikan superjantan dengan kromosom YY Disebut super jantan karena 98 hingga 100 persen telur yang dihasilkannya berjenis kelamin jantan3. Dengan demikian yang dimaksud nila gesit dalam penelitian ini adalah Induk nila jantan super (YY supermale) kelas induk dasar Grand Parent Stock (GPS) atau induk ikan keturunan pertama dari induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas induk dasar. 2.3
Proses Pembenihan Pembenihan Ikan adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk
menghasilkan benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan menjadi komponen input input bagi kegiatan pendederan dan atau pembesaran. Satuan produksi pembenihan ikan adalah jumlah atau populasi (ekor). Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dari induknya disebut “benih kebul”. Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil atau disebut juga putihan (Jawa Barat), Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara dalam kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-4 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6-8 cm dengan berat 8-10 g/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Gelondongan kecil dipelihara lagi di tempat lain selama 1-1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 g. Benih ini disebut gelondongan besar. Ukuran benih berdasarkan umur dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Ukuran Benih Ikan Nila Berdasarkan Umur Studium Hidup telur baru dibuahi telur baru menetas burayak lepas dari mulut induk benih kecil (Kebul) gelondongan kecil gelondongan besar
Umur 1 hari 7 hari 20 hari 30 hari 6 minggu 8 minggu 12 minggu
Ukuran 2,8 mm 4-6 mm 1,5-1,8 cm 3-5 cm 6-8 cm (8-10 g) 10-12 cm (12-20 g) 13-14 cm (25-30 g) 15-16 cm (40-50)
Sumber : Nila. Suyanto S R (2009)
3
Nila Gesit, Riset Panjang, Berbuah Senyuman, http://www.bbpbat.net [22 April 2009]
10
2.4
Persyaratan Lokasi Pemeliharaan ikan nila
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. 2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. 3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl). 4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm. 5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras. 6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8. 7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C. 8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil. 2.5
Intensitas Budidaya Intensitas budidaya ikan nila terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu
budidaya ekstensif (sederhana), budidaya semi-intensif dan budidaya intensif. Pada budidaya ekstensif padat penebaran dan hasil masih rendah. Hal ini karena terbatasnya modal dan keterampilan petani. Benih yang ditebarkan sedikit dan biasanya dicampur dengan berbagai jenis ikan. Pakan yang diberikan berupa sisasisa bahan pangan, seperti nasi, sayuran dan dedak. Pupuk hanya seadanya, misalnya daun-daunan, jerami atau rumput yang tidak berguna.
11
Dalam budidaya semi-intensif, petani sudah mengenal dan melaksanakan pancausaha budidaya. Pancausaha budidaya ikan meliputi hal-hal berikut : 1) Membuat konstruksi kolam yang lebih baik ; Kolam memiliki saluran serta pintu masuk dan pembuangan air yang diberi saringan sehingga dapat mencegah masuknya hama. Kolam-kolam terletak secara pararel sehingga air dari satu kolam tidak masuk ke kolam lain. Posisi ini juga berguna untuk mencegah penularan penyakit antar kolam. 2) Melakukan pemupukan ; Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di setiap daerah. 3) Menggunakan benih atau induk berkualitas ; Ukuran benih seragam dan mutunya terkontrol. Benih tergolong unggul dan tidak mudah terserang penyakit. Benih ikan nila yang baik adalah benih ikan jantan. 4) Menggunakan obat-obatan yang terkendali ; Menggunakan obat secara benar dapat mencegah penyakit dan penyebarannya. Penggunaan ini harus tepat jenis, dosis dan caranya. 5) Mengelola usaha secara benar ; Pengelolaan usaha yang benar berguna untuk efisiensi penggunaan modal. Dengan penerapan pancausaha, produksi kolam dapat ditingkatkan menjadi 2-5 kali lipat dari produksi kolam ekstensif. Berikutnya adalah budidaya intensif (maju), kelompok budidaya intensif telah menyempurnakan pancausaha budidaya dengan input yang lebih besar. Penyempurnaan itu meliputi hal-hal berikut : sistem pengairan diperbaiki sehingga air dapat diganti setiap hari dan menghilangkan kotoran-kotoran yang ada di kolam, pengairan lebih lancar sehingga penebaran benih ikan dapat lebih padat. Mekanisasi sudah diterapkan dengan penggunaan sistem pompanisasi, bahkan untuk menyuplai oksigen, kolam dilengkapi dengan kincir. Pakan tambahan diberikan agar pertumbuhan cepat, jenis pakan yang diberikan selalu mengandung nilai gizi yang seimbang. Job description telah dibuat dengan jelas, sehingga tidak ada tumpang tindih antara tugas bagian teknis dengan administrasi.
12
2.6
Sistem Budidaya Sistem budidaya ikan nila terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sistem
budidaya tunggal kelamin, sistem budidaya campur kelamin dan poli kultur. Sistem budidaya tunggal kelamin adalah teknik buddidaya pemeliharaan ikan dengan jenis kelamin sama, misal dalam satu kolam hanya dipelihara ikan nila jantan saja, kelebihan sistem budidaya tunggal kelamin adalah produktivitas ikan dalam menghasilkan daging akan lebih cepat karena energi dari pakan hanya dikonversi menjadi daging dan proses metabolisme saja, tidak digunakan untuk untuk kegiatan kawin. Sistem budidaya kedua adalah sistem campur kelamin. Dalam sistem campur kelamin produktivitas ikan dalam menghasilkan daging kecil karena pakan yang diberikan tidak dikonversi sepenuhnya untuk produksi daging dan metabolisme, tetapi dikonversi untuk keperluan pemijahan. Selain itu akan ada banyak anak ikan dalam kolam, sehingga menjadi pengganggu dan memakan pakan yang seharusnya dimakan oleh induknya. Polikultur atau campur jenis adalah sistem budidaya ketiga. Dalam sistem ini ikan nila dipelihara bersamaan dengan jenis ikan nila lain. Ikan nila dapat dijadikan sebagai pengkonsumsi utama pakan yang diberikan atau menjadi pembantu dalam meningkatkan efisiensi pakan. Misalnya pemeliharaan lele dalam kolam pembesaran ikan nila, ikan nila menjadi komoditi utama, sedangkan ikan lele digunakan untuk meningkatkan efisiensi pakan agar pakan habis dan dapat dikonversi secara maksimal menjadi daging, meski tidak sepenuhyna menjadi daging ikan nila. Contoh lain polikultur adalah pembesaran ikan mas dengan ikan nila dalam jaring apung. Ikan mas dipelihara dalam jaring teratas dan ikan nila dipelihara dalam jaring lapis kedua, sehingga pakan yang tidak termakan oleh ikan mas dimakan oleh ikan nila. 2.7
Tinjauan Studi Terdahulu Dalam tinjauan studi terdahulu akan diulas beberapa penelitian yang
membahas ikan nila dan penelitian yang menggunakan analisis kelayak usaha. Penelitian dengan objek ikan Nila dilakukan oleh Iriani pada tahun 2006 dan penelitian yang menganalisis kelayakan usaha adalah Agripa Bukit tahun 2006, dan Surahmat pada tuhun 2009.
13
2.7.1 Studi Empiris Mengenai Ikan Nila Penelitian mengenai ikan nila merujuk pada beberapa penelitian terdahulu. Beberapa judul penelitian yang pernah diteliti diantaranya : Iriani R (2006) Analisis kelayakan finansial Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada Kelompok Pembudidaya Mekarsari Desa Tanjungsari, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum usaha pembenihan dan pendederan ikan nila wanayasa yang dilakukan oleh anggota kelompok pembudidaya mekarsari di desa tanjungsari, menganalisis keuntungan usaha, menganalisis kelayakan investasi yang ditanamkan dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan harga faktor produksi, dalam hal ini adalah pakan. Kelayakan usaha dan sensitivitas dinilai berdasarkan investasi yang terdiri atas NPV, Net B/C dan IRR Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa Kelompok Pembudidaya Mekarsari adalah kelompok pembudidaya ikan nila Wanayasa. Jumlah anggota Pembudidaya Mekarsari adalah 20 orang, dengan 12 orang aktif sebagai pembudidaya. Sedangkan usaha yang diteliti adalah usaha milik empat orang pembudidaya saja. Ikan nila wanayasa menghasilkan telur rata-rata 1000-2000 butir , HR (Hetching Rate) 80 persen, sehingga menghasilkan larva sebanyak 1.500 ekor. SR (Survival Rate) sebesar 90 persen, sehingga menghasilkan benih sebanyak 1.080 ekor. Lama proses pemijahan adalah dua bulan dengan masa istirahat selama 3-6 minggu. Analisis
finansial
pembenihan
ikan
nila
wanayasa
Kelopmpok
Pembudidaya Mekarsari menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. NPV Rp 225.116.401,83, Net B/C 19,38 dan IRR 707 persen. Hasil analisis switching value diperoleh bahwa usaha masih layak dijalankan dengan adanya peningkatan harga pakan sampai 800,91 persen karena NPV=nol, Net B/C=1 dan IRR sama dengan tingkat suku bunga. Perbandingan kelayakan antara keempat pembudidaya menunjukkan bahwa usaha dengan modal terbesar merupakan usaha pembenihan yang paling layak untuk dijalankan, yaitu dengan nilai NPV Rp 194.477.807,99, Net B/C sebesar 13,57 dan IRR sebesar 487 persen. Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila wanayasa di Desa Tanjungsari adalah kurangnya peran
14
serta
pemerintah
dalam
memberikan
kemudahan-kemudahan
kepada
pembudidaya untuk mengembangkan usahanya serta dalam meningkatkan motivasi pembudidaya ikan nila wanayasa untuk meningkatkan usahanya dan memperbaiki manajemen usahanya. Dari penelitian yang dilakukan Iriani, penulis menangkap pesan bahwa penelitian dengan objek varietas baru dalam agribisnis selalu layak untuk diangkat. Meskipun penelitian yang dilakukan Iriani membandingkan antara empat pembenihan dalam satu kelompok pembudidaya dan berbeda dengan kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, dimana penulis membandingkan antara budidaya ikan nila gesit yang menggunakan modal pribadi sepenuhnya dengan menggunakan modal pinjaman sebagian. Tetapi kesamaan dalam memilih objek penelitian diharapkan dapat memberikan pandangan kepada pembaca untuk dapat membandingkan kelayakan usaha dari dua komoditas ikan nila yang berbeda. 2.7.2 Studi Empiris Mengenai Analisis Kelayakan Usaha Studi dengan alat analisis kelayakan usaha terdapat pada banyak penelitian, diantaranya : Bukit A (2007) Analisis Usaha Ikan Patin di Kabupaten Bogor (Kasus Pembenihan di Kecamatan Ciampea dan Pembesaran di Kecamatan Kemang). Dalam penelitian ini diterapkan tiga skenario, yaitu pembenihan ikan patin (skenario I), pembesaran ikan patin (skenario II) dan pembenihan yang disertai pembesaran ikan patin (skenario III). Pada skenario pertama diperoleh NPV sebesar Rp 108.796.492,2, Net B/C sebesar 1,724, IRR sebesar 22,75 persen dan payback period selama 3,91 tahun. Skenario II diperoleh NPV sebesar Rp 60.578.990,7, Net B/C sebesar 1,506, IRR sebesar 16,64 persen dan payback period 4,15 tahun. Skenario III diperoleh NPV sebesar Rp 91.496.976, Net B/C sebesar 1,688, IRR sebesar 16,71 persen dan payback period selama 3,87 tahun. Dari hasil analisis kelayakan pada ketiga skenario diperoleh skenario I merupakan skenario yang paling layak untuk di aplikasikan. Pola pemasaran Benih ikan patin menggunakan dua pola pemasaran. Pola pertama benih ikan patin dipasarkan ke pedagang pengumpul terlebih dahulu sebelum dipasarkan ke petani pembesaran. Pada pola pertama harga jual benih
15
dari petani ke pedagang pengumpul adalah Rp 60 dan harga dari pedagang pengumpul ke petani pembesaran adalah Rp 90-Rp 160. Pola ke dua benih ikan langsung dipasarkan ke petani pembesaran, tanpa melalui petani pengumpul. Dengan pola kedua petani pembenihan ikan dapat menjual harga benih ikan lebih tinggi yaitu Rp 80-Rp 90. Pola pemasaran ikan patin ukuran konsumsi terdiri dari tiga pola. Pola pertama ikan dijual ke pedagang pengumpul sebelum dipasarkan dipasarkan ke konsumen akhir. Harga ikan patin pada pola pemasaran ini adalah Rp 7000 per Kg. Pola ke dua ikan patin langsung dijual ke konsumen akhir (tingkat rumah tangga). Pola ke tiga ikan patin dijual ke pengelola restoran, sebelum dikonsumsi oleh end user. Pada pola kedua dan ketiga harga ikan patin adalah Rp 8000 per Kg. Secara garis besar aspek teknis budidaya ikan patin terdiri dari pembenihan dan pembesaran. Apabila benih yang dihasilkan belum mencapai ukuran standar pembesaran maka larva atau benih ikan patin harus melewati tahap pendederan. Usaha budidaya ikan patin baik kegiatan pembenihan maupun kegiatan pembesaran dilakukan oleh beberapa tenaga kerja yang bertugas sebagai tenaga ahli dan pelaksana harian kegiatan tersebut. Bagi lingkungan usaha budidaya, aktivitas bisnis usaha budidaya ikan patin memberikan kontribusi bagi pengembangan sektor ekonomi dan sosial dalam lingkungan sekitar. Surahmat (2009) Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dalam skrpsi ini dijelaskan bahwa usaha yang dijalankan Ben’s Fish Farm layak untuk diteruskan. Melalui dua skenario (penggunaan modal sendiri dan pinjaman) dijelaskan bahwa NPV dari skenario I adalah sebesar Rp 587.596.184,05 artinya manfaat yang diperoleh Ben’s Fish Farm selama umur proyek adalah Rp 587.596.184,05. Net B/C rasio sebesar 4,15 artinya setiap biaya sebesar satu satuan mata uang maka akan menghasilkan manfaat sebesar 4,15 dalam satuan mata uang yang sama. Nilai IRR sebesar 61 persen artinya pendapatan yang diperoleh Ben’s Fish Farm lebih besar dari bunga deposito 7,25 persen sehingga investasi dalam lebih layak dilakukan dalam usaha yang dijalankan Ben’s Fish
16
Farm dibandingkan deposito di bank. Dalam skenario II (menggunakan modal pinjaman) diperoleh hasil NPV sebesar Rp 9.501.982,34, net B/C rasio sebesar 3,9 dan IRR sebesar 21 persen dari nilai suku bunga pinjaman 14 persen. Dengan angka yang dihasilkan dapat dinyatakan bahwa dengan skenario II Ben’s Fish Farm masih layak untuk menjalankan usanya. Kegiatan pembenihan ikan bawal di Ben’s Fish Faram dilakukan dalam skala sedang yaitu menggunakan akuarium sebanyak 50 unit. Daya tampung setiap akuarium adalah 35.000 sampai 50.000 ekor. Melihat daya tampung ruang pembenihan yang dimiliki Ben’s Fish Farm akan sulit untuk melakukan pengembangan produksi, kecuali dengan membuka cabang baru. Pasokan bahan baku (air) untuk semua cabang Ben’s Fish Farm memenuhi standar kualitas untuk menjalankan kegiatan budidaya. Proses produksi yang dijalankan Ben’s Fish Farm secara garis besar mencakup : persiapan wadah, perangsangan ovulasi pemanenan dan inkubasi telur, pemeliharaan larva, Pengepakkan dan transportasi. Struktur organisasi Ben’s Fish Farm sangat sederhana, terdiri dari kepala perusahaan sebagai pemimpin perusahaan membawahi dua bagian yaitu Produksi dan administrasi. Bagian produksi dipimpin oleh seorang manajer dan membawahi karyawan bagian produksi Dari dua penelitian yang menggunakan analisis kelayakan usaha di atas, penulis berpendapat bahwa kerangka berpikir paling layak dalam menganalisis kelayakan usaha adalah kerangka yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan Surahmat, yaitu dengan membandingkan antara usaha pembenihan ikan bawal yang menggunakan modal pribadi dengan usaha pembenihan ikan bawal yang menggunakan
modal
pinjaman.
Karena
itu
penulis
berinisiatif
untuk
menggunakan skenario yang sama dengan penelitian yang dilakukan Surahmat dalam penelitian ini.
17
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit proyek adalah elemen paling kecil yang dipersiapakna dan dilaksanakan sebagai satu kesatuan yang terpisah dalam suatu perencanaan nasional atau program pembangunan pertanian. Biasanya proyek merupakan kegiatan yang khas yang secara nyata berbeda dengan kegiatan investasi yang diterangkan terdahulu dan kelihatannya berbeda dengan kegiatan penggantinya, bukan merupakan bagian rutin dari suatu progarm yang sedang dilaksanakan. Dalam beberapa proyek pertanian biaya-biaya produksi dan pemeliharaan yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat secara cepat, kira-kira dalam waktu satu tahun. Hal ini yang menurut Gitingger membedakan proyek pertanian dengan peroyek lainnya (Gittinger JP, 1986). Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumbersumber untuk mendapatkan kemanfatan (benefit) atau suatu aktifitas yang mengeluarkan uang dengan harpan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Aktifitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point). Biaya-biaya yang dikeluarkan maupun hasil pokoknya harus dapat diukur (Kadariah et al, 1978) Menurut Husnan dan Muhammad (2000), Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Bagi pihak swasta (provit oriented) proyek yang berhasil adalah proyek yang dapat memberikan return berupa manfaat ekonomi (uang). Sedangkan bagi lembaga nonprofit dan pemerintah indikator keberhasilan suatu proyek lebih mengarah kepada manfaat secara makro
18
seperti penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya yang melimpah atau perbaikan lingkungan di sekitar proyek. 3.1.2 Identifikasi Biaya dan Manfaat Menurut Gittinger JP (1986) Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan, baik secara mikro bagi organisasi yang provit oriented maupun secara makro bagi pemerintah atau apa pun yang langsung mengurangi jumlah barang dan jasa akhir. Sedangkan manfaat adalah apa pun yang langsung menambah menambah pendapatan, barang dan jasa akhir. Menurut Choliq et al, (1999), biaya proyek adalah seluruh biaya yang dikeluarkan guna mendatangkan penghasilan pada masa yang akan datang. Benefit adalah manfaat yang diperoleh dari suatu proyek baik yang dapat dihitung atau dinilai dengan uang (tangible benefit) ataupun yang tidak dapat dinilai dengan uang (intangible benefit), baik secara langsung maupun tidak. Menurut
Choliq
et
al,
(1999),
biaya
proyek
pada
dasarnya
diklasifikasikan atas biaya infestasi dan biaya operasional. 1.
Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai proyek tersebut dilaksanakan sampai proyek tersebut mulai berjalan (beroperasi). Biaya investasi diantaranya biaya pendirian bangunan, pembelian induk dan peralatan.
2.
Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan karena proses produksi berlangsung dan secara rutin biaya ini harus dikeluarkan. Biaya operasional misalnya pembelian bahan baku, biaya listrik dan air, bahan bakar dan sebagainya.
3.1.3 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Proyek Menurut Gittinger JP (1986), tanggungjawab utama seorang analis proyek adalah selalu berhubungan dengan semua spesialis teknis yang mempunyai kontribusi dalam suatu proyek agar dapat meyakinkan bahwa semua aspek-aspek yang relevan sudah dipertimbangkan secara eksplisit dan sudah disertakan dalam pertimbangan tersebut. Di sini analisa dan persiapan proyek akan dibagi ke dalam enam aspek teknis yaitu ; teknis, institusional-organisasional-manajerial, sosial, komersial, finansial dan ekonomi.
19
Berbeda dengan Gittinger, menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek-aspek yang perlu dianalisis dalam proyek meliputi aspek pasar, teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara. Meski secara keseluruhan belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu di teliti. 3.1.3.1 Aspek Pasar Menurut Husnan dan Muhammad (2000), hal-hal yang dipelajari dalam aspek pasar dan pemasaran meliputi ; permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan. 1) Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. 2) Penawaran, baik yang berasal dari pasar dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Bagaimana perkembangannya dimasa lalu dan perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah, dan sebagainya, perlu pula diperhatikan. 3) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecendrungan perubahan harga, dan kalau ya bagaimana polanya. 4) Program Pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan, ”marketing mix”. identifikasi siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk yang akan dibuat. 5) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dicapai perusahaan. 3.1.3.2 Aspek Teknis Menurut Gittinger JP (1986), Aspek teknis merupakan aspek utama yang perlu diperhatikan, karena dalam aspek ini perhitungan input proyek dan output berupa barang dan jasa dilakukan berdasarkan alur produksi sebenarnya, sehingga aspek-aspek lain dari analisa proyek hanya akan dapat berjalan bila analisa secara teknis dapat dilakukan.
20
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya (Husnan dan Muhammad, 2000). Pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek teknis adalah : 1) Lokasi proyek, yakni dimana suatu proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. Pengertian kedua menunjuk pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yakni meliputi lokasi bangunan administrasi perkantoran dan pemasaran. Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi proyek dibedakan dalam dua golongan besar yakni variabel primer dan variabel bukan sekunder. Variabel utama meliputi ketersediaan bahan mentah, letak psar yang dituju, tenaga listrik dan air, suplai tenaga kerja dan fasilitas transportasi. Variabel sekunder penentuan lokasi proyek meliputi hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat dan rencana masa depan perusahaan, dalam kaitannya dengan perluasan. 2) Besar skala operasi/ luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diprodusi untuk mencapai keuntungan optimal yang keseluruhannya mampu diserap pasar. Pengertian ini berbeda dengan pengertian luas perusahaan, yakni luas produksi hanyalah salah satu alat ukur dari luas perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi adalah batasan permintaan yang telah diketahui, tersedianya kapasitas mesin secara teknis dan ekonomis, jumlah dan kemampuan tenaga kerja, kemampuan finansial dan manajemen serta kemungkinan adanya perubahan teknologi di masa yang akan datang. 3) Kriteria pemilihan mesin dan equpiment utama serta alat pembantu mesin dan equipment. Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan
21
4) Proses produksi yang dilakukan dan layout pabrik yang dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain. Lay out merupakan keseluruhan proses penentuan ”bentuk” dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian pengertian layout mencakup layout site (layout lahan dan lokasi proyek) layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. 3.1.3.3 Apek Manajemen Untuk dapat dilaksanakan, suatu proyek harus dihubungkan secara tepat dengan struktur kelembagaan di suatu negara atau daerah. Apa yang akan dibuat dengan penguasa tanah. Kemudian berapa ukuran tanah yang dikuasai yang akan dibuat. Lalu bagaimana hubungan antara organisasi administrasi proyek dengan lembaga atau agen yang ada. Selanjutnya apakah terdapat suatu wewenang proyek yang terpisah, sehingga berikutnya dapat diketahui bagaimana bentuk hubungan pemegang wewenang dengan departemen atau kementrian yang berhubungan. Selanjutnya apakah staf dapat bekerja dengan lembaga-lembaga yang ada, atau apakah akan terdapat keirihatian antara sesama lembaga. Usulan organisasi proyek harus diteliti untuk mengetahui apakah proyek dapat diarahkan. Apakah garis wewenang dalam organisasi proyek sudah dibuat jelas. Apakah organisasi proyek telah mempertimbangkan dengan benar mengenai kebiasaan dan prosedur oraganisasi yang biasa di suatu negara atau daerah. Atau, apakah organisasi proyek memberitahukan perubahan-perubahan dalam struktur organisasi untuk mengatasi masalah-masalah organisasi tradisional yang tidak efektif. Apakah persyaratan yang cukup sudah dicantumkan dalam memilih manajer dan pengawas pejabat pemerintah untuk dapat memperoleh informasi yang mutakhir. Mengenai kemajuan proyek. Apakah suatu kelompok pengawasan khusus dibutuhkan. Masalah-masalah
manejerial merupakan hal yang menentukan untuk
rancangan dan pelaksanaan proyek yang baik. Analis harus meneliti kesanggupan / keahlian staf yang ada untuk dapat memutuskan apakah mereka sanggup menangani kegiatan-kegiatan sektor publik berskala besar sedemikian seperti proyek pengairan, pelayanan perluasan lahan, atau lembaga perkreditan (Gittinger JP, 1986) 22
Menurut Husnan dan Muhammad (2000), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah : pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan untuk menjalankan operasi proyek tersebut, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk bisa menjalankan operasi proyek tersebut, struktur organisasi yang akan dipergunakan dan tenaga kerja kunci yang kita perlukan beserta struktur penggajiannya. 3.1.3.4 Aspek Hukum Aspek hukum mempelajari tentang badan usaha yang dipergunakan, jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman. Berbagai izin, akta, sertifikat yang diperlukan untuk kegiatan usaha (Husnan dan Muhamad, 2000) 3.1.3.5 Aspek Lingkunan Aspek lingkungan (ekonomi dan sosial) proyek berkaitan dengan hubungan antara proyek dan lingkungan secara makro. Menurut Gittinger JP (1986), aspek ekonomi dari proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah proyek akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhandan apakan kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Sudut pandang yang diambil dalam analisa ekonomi ini adalah masyarakat secara keseluruhan. Dalam membahas aspek sosial, Gittinger menyebutkan bahwa seringkali para analis proyek diharapkan untuk meneliti secara cermat mengenai implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, contohnya ; distribusi pendapatan, penciptaan lapangan kerja. Realisai pencapaian aspek sosial diantaranya
melalui
pemanfaatan
program-program
pemerintah
untuk
pembangunan daerah terpencil. Pembangunan mempunyai dampak terhadap kualitas lingkungan secara global
baik
dampak
positif
maupun
negatif.
Pembangunan
yang
berkesinambungan merupakan tuntutan yang realistis dan bersifat jangka panjang. Faktor pokok yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan adalah pembangunan dengan menggunakan teknologi yang mencemari.
23
3.1.3.6 Aspek Finansial Dilihat dari aspek finansial suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan. Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu kegiatan usaha telah dikembangkan berbagai macam indeks yang disebut kriteria investasi. Setiap indeks tersebut menggunakan Present Value (PV) yang telah didiscount dari arus-arus manfaat dan biaya selama umur kegiatan usaha (Kadariah et al. 1978). Kadariah et al. (1978) mengemukakan bahwa suatu usaha atau poyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada. Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 1) Net Present Value (NPV) yaitu nilai kini dari keuntungan bersih yang ada diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya. 2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif. 3) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih benefit (Bt) dan cost (Ct) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama selama sisa umur proyek. 4) Payback Period (PP) adalah perhitungan dalam analisis kelayakan investasi yang digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanam dapat kembali. Berdasarkan analisis kriteria investasi, maka usaha pembesaran ikan mas pada kolam air deras dinilai layak untuk dikembangkan jika diperoleh hasil perhitungan NPV > 0 ; Net B/C ≥ 1 dan IRR ≥ interest rate.
24
3.1.4
Cros-Over Discont Rate Cros-Over Discont Rate adalah keadaan saat terdapat dua pilihan
alternatif proyek, dimana proyek yang satu mempunyai IRR yang lebih tinggi daripada yang lain, tetapi pada saat discont rate = Social Opportunity Cost of Capital kedua proyek mempunyai NPV yang sama (Kadariah et al. 1978). Kedaan Cros-Over Discont Rate dapat dilihat dalam Gambar 2.
Gambar 2. Kondisi Cros-Over Discont Rate Digambarkan dalam Grafik Menurut Gittinger JP (1986), Cros-Over Discont Rate (CDR) adalah tingkat diskonto tertentu dimana kedua alternatif akan memiliki NPV yang sama, secara secara ekonomis tidak ada perbedaan alternatif mana yang akan dipakai. Nilai CDR dapat dicari dengan menggunakan grafik atau menggunakan diskonto perbedaan arus-arus biaya. Jika biaya modal atau tingkat batas berada di bawah CDR, maka akan dipilih alternatif yang memerlukan pengeluaran modal awal yang lebih tinggi, tetapi memiliki pengeluaran yang lebih rendah di masa yang akan datang. Apabila di atas CDR maka lebih baik memilih alternatif investasi yang memiliki biaya awal yang lebih rendah, walaupun kemudian akan melibatkan biaya operasi yang lebih besar.
25
3.1.5
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung (dan kadang-
kadang sangat cukup) dalam menganalisis pengaruh-pengaruh resiko yang ditanggung dan ketidakpastian dalam analisis proyek. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan atau penurunan faktorfaktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari tidak layak menjadi layak untuk dilaksanakan (Gittinger JP 1986). Menurut Kadariah et al. (1978) analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara sistematis apa yang akan terjadi pada total penerimaan apabila terjadi kesalahan atau perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial yang tidak terduga yang berbeda dengan perencanaan dan perkiraan semula. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah unsur-unsur atau dengan mengkombinasikan unsur-unsur lain, kemudian menentukan pengaruh pada hasil analisis. Analisis senistivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek apabila ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Dalam analisis sensitivitas semua kemungkinan harus dicoba, maksudnya setiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini dilakukan karena analisis proyek didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang (Kadariah et al. 1978). Kadariah et al. (1978) menjelaskan bahwa terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan dalam analisis sensitivitas, yaitu : Terdapatnya “Cost overrun“, perubahan dalam perbandingan harga terhadap harga tingkat umum dan mundurnya waktu implementasi. Analisis sensitivitas terhadap Cost overrun perlu diadakan pada proyekproyek yang memerlukan biaya konstruksi yang besar, karena biasanya orang memperhitungkan biaya produksi terlalu rendah dan kemudian pada waktu melaksanakan konstruksi, ternyata bahwa biayanya lebih tinggi. Analisis sensitivitas pada perubahan harga output perlu dilakukan terutama bagi proyek-proyek dengan umur ekonomis yang panjang dan dalam ukuran besar, karena kemungkinan besar bahwa dengan adanya proyek penawaran pruduk tersebut di pasar akan bertambah dan harga akan relatif menjadi turun.
26
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Ikan nila merupakan ikan air tawar yang dikenal di kalangan pembudidaya ikan. Penemuan varietas baru ikan nila, yaitu ikan nila gesit diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengembangan budidaya ikan air tawar di Indonesia. Peningkatan produksi ikan nila sebesar 28,23 persen setiap tahun memerlukan supply benih yang berkualitas tinggi. Secara biologis ikan nila gesit dapat tumbuh lebih cepat 50 persen dibandingkan ikan nila jenis lain, dengan cepatnya pertumbuhan ikan akan menambah keuntungan petani yang membudidayakannya. Tetapi pada keadaan aktual hal ini belum tentu terjadi, dilihat dari sisi bisnis kelayakan suatu usaha dikatakan layak apabila ditinjau dari enam aspek, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, lingkungan dan finansial. Dalam penilaian kelayakan usaha banyak hal yang harus diteliti, karena itu tentu perlu penelitian menyeluruh dari semua aspek yang menjadi syarat kelayakan usaha tersebut. Dalam aspek pemasaran hal-hal yang harus diteliti adalah permintaan, penawaran permintaan, penawaran dan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi pemasaran dan promosi. Setelah aspek pemasaran diteliti berikutnya adalah aspek teknis yang mencakup lokasi proyek, besar skala operasi, teknologi dan kegiatan budidaya, layout usaha dan input-inptu yang digunakan. Berikutnya penelitian pada aspek manajemen yang mencakup organisasi perusahaan, kebutuhan tenaga kerja, deskripsi kerja dan sistem kompensasi. Aspek lain yang diteliti adalah aspek hukum, dalam aspek ini diteliti bagaimana status legalitas dari usaha yang sedang dijalankan. Setelah aspek hukum diteliti selanjutnya diteliti aspek lingkungan yang terdiri dari lingkungan sosial, ekonomi dan ekosistem di sekitar proyek. Terakhir adalah aspek finansial yang mencakup NPV, Net B/C, IRR dan PP. Pada aspek finansial penelitian dilakukan dengan menggunakan dua model skenario. Skenario pertama modal yang digunakan 100 persen milik pribadi dan pada skenario ke dua modal yang digunakan menggunakan modal pinjaman sebesar Rp 48.626.500, jumlah pinjaman tersebut didasarkan pada jumlah biaya variabel yang harus dikeluarkan selama satu semester sebesar Rp 48.626.500. Apabila usaha ini layak dijalankan
27
secara finansial maka dilanjutkan dengan analisis sensitifitas. Penelitian dihentikan sampai titik ini. Selanjutnya hasil yang diperoleh dari penelitian disesuaikan dengan orientasi awal proyek, sehingga berdasarkan hasil penelitian pemimpin usaha atau proyek dapat menentukan keputusan yang akan diambil untuk usaha yang sedang dijalankannya. Bagan kerangka pemikiran operasional dapat dilihat dalam gambar 2.
Potensi Pasar dan Sumberdaya Ikan Nila
Penemuan varietas baru Ikan nila (Nila Gesit)
Aspek Non Finansial :
• • • •
Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Lingkungan
Skenario II Menggunakan Modal Pinjaman
Skenario I Menggunakan Modal Sendiri
Aspek Finansial : Tidak Layak
Analisis Kelayakan Investasi • NPV • Net B/C • IRR • Pay Back Period Reorientasi Usaha Pembenihan Ikan nila
Layak
Analisis Switching Value
Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
28
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), karena lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi ikan nila di Kabupaten Subang. Selain itu daerah ini juga berpotensi untuk membudidayakan Ikan nila gesit. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September-Oktober 2009. 4.2. Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan bagi penelitian ini dapat dipilah dalam kategori data primer dan data sekunder baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara langsung dan pengisian kuisioner kepada responden. Wawancara dilakukan dengan Pimpinan UPR Citomi, menejer peroduksi dan pemasaran dan supervisor produksi. Data sekunder dikumpulkan dari literatur – literatur yang releven seperti buku, surat kabar, dan dinas atau instansi yang terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, situs resmi departemen terkait, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data. 4.3. Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden Data yang terkumpul diperoleh dari berbagai responden yang terkait dengan kajian penelitian yang akan dilakukan. Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive). Dasar pemilihan responden oleh Dinas Perikanan Kabupaten Subang adalah responden yang bersangkutan merupakan satu-satunya petani ikan yang melakukan pembenihan ikan nila gesit di Kabupaten Subang. 4.4. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, lingkungan, finansial dan sensitivitas. Analisis
29
aspek pasar, teknis, manajemen, hukum dan lingkungan dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis finansial sehingga memberikan informasi yang lengkap mengenai kelayakan usaha pembenihan ikan nila gesit. Setelah analisis finansial, kemudian dilakukan analisis sensitivitas untuk menguji kelayakan usaha bila terjadi perubahan harga produk, biaya dan jumlah produksi. Tahapan pengolahan data meliputi pengumpulan data (di lapang), pemasukkan data, editing data, lalu penghitungan dengan menggunakan kalkulator dan komputer dengan program microsoft excel 2007. 4.4.1 Analisis Aspek Pasar Aspek Pasar di analisis secara deskriptif. Analisis aspek pasar dilakukan untuk mengetahui permintaan, penawaran, dan strategi pasar 4P (product, price, place, promotion) yang diterapkan di UPR Citomi. Usaha pembenihan ikan nila dikatakan layak ditinjau dari aspek pasar bila terdapat permintaan ≥ penawaran. Ditambah dengan pemaparan tentang strategi pemasaran yang dapat mendukung usaha ini. 4.4.2 Analisis Aspek Teknis Aspek teknis dianalisis secara deskriptif. Analisis ini meliputi lokasi proyek, luas produksipemilihan jenis teknilogi dan equipment. 4.4.3 Analisis Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan secara deskriptif. Analisis ini menjelaskan mengenai pengelolaan usaha pembenihan ikan nila Gesit meliputi struktur organisasi, spesipikasi tenaga kerja, wewenang dan tanggungjawabnya, serta pelaksanaan kegiatan dan jadwal kegiatannya. 4.4.4 Analisis Aspek Hukum Aspek hukum dianalisis secara deskriptif, aspek hukum yang dianalisis meliputi bentuk badan dan izin usaha pembenihan ikan nila Gesit di UPR Citomi. 4.4.5 Analisis Aspek Lingkunan Analisis aspek lingkungan dilakukan secara deskriptif. Aspek lingkungan yang dianalisis mengenai pengaruh proyek terhadap lingkungan sosial, ekonomi,
30
maupun lingkungaan hidup (ekosistem) di sekitar UPR Citomi. Hasil dari analisis ini dapat bersifat positif maupun negatif. 4.4.6 Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial dalam proyek atau usaha yang dijalankan UPR Citomi dilakukan dengan mengerjakan serangkaian perhitungan kuantitatif. Kegiatan yang dianalisis adalah pembenihan ikan nila gesit. Analisis yang dilakukan dalam aspek finansial mencakup analisis biaya dan manfaat, nilai arus tunai (cash flow), kemudian dilakukan dengan perhitungan beberapa kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV) Net Benefit Per Cost (B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period (PP). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan proyek dilihat dari segi keuangan pelaku proyek. Analisis dilanjutkan dengan analisis sensitivitas menggunakan metode switching value. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan proyek apabila terjadi perubahan. Metode switching value dilakukan dengan cara mengubah beberapa bagian dalam arus tunai sampai proyek yang dijalankan tidak layak. Untuk setiap aspek yang tersebut di atas terdapat suatu macam analisis yang menitikberatkan aspek itu. Tetapi dalam rangka ilmu proyek biasanya ditekankan hanya dua macam analisis, yaitu : aspek finansial dan ekonomis. Menurut Kadariah et al. (1978), analisis finansial merupakan bentuk penilaian kelayakan proyek dilihat dari sudut badan-badan atau ornag-orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Sedangkankan analisis ekonomis melihat kelayakan proyek dari sisi makro. Namun dalam penelitian ini analisis ekonomis termasuk dalam analisis lingkungan, sehingga tidak dibahas dalam analisis finansial. Kadariah et al. (1978) mengemukakan bahwa suatu usaha atau poyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada. Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 1) Net Present Value (NPV) NPV adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih nilai kini dari benefit dengan nilai kini dari 31
biaya (Kadariah et al. 1978). Secara matematis Net Present Value dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
NPV = ∑ t =0
( Bt − Ct ) (1 + i ) t
……………….…………(1)
Keterangan : Bt = Benefit yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t Ct = Biaya tahunan yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga pinjaman t = Umur proyek suatu usaha (t = 0, 1, 2, 3, …, n)
1 (1 + i)t
=
Discount Rate
Kriteria kelayakan pada metode NPV adalah : NPV > 0
; maka usaha layak dijalankan
NPV = 0
; maka usaha tersebut mengembalikan sama besarnya nilai uang
yang ditanamkan NPV < 0
;
maka usaha tidak layak dijalankan
2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net
B/C
merupakan
perbandingan
sedemikian
rupa,
sehingga
pembilangnya terdiri atas present value (PV) total dari benefit bersih dalam tahuntahun dimana benefit bersih tersebut bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value (PV) total dari biaya (cost) bersih dalam tahun-tahun di mana benefit bersih (Bt – Ct) bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih besar dari benefit kotor (Kadariah et al. 1978). Secara umum rumus perhitungan rasio ini adalah sebagai berikut :
Net
∑
∑
.…………….. (2)
32
Keterangan : Bt = Benefit yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t Ct
= Biaya tahunan yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t
i
= Tingkat suku bunga
t
= Umur proyek suatu usaha (t = 0, 1, 2, 3, …, n) 1 = Discount Rate (1 + i) t
Kriteria kelayakan pada metode Net B/C adalah : Net B/C ≥ 1 ; maka usaha layak dilakukan Net B/C ≤ 1 ; maka usaha tidak layak dilakukan 3) Internal Rate of Return (IRR) Menurut Kadariah et al. (1978) IRR adalah nilai discount rate (i) yang membuat NPV (Net Present Value) dari suatu proyek sama dengan nol. IRR juga dapat digunakan untuk mendiskonto seluruh net cash flow dan salvage value, sehingga akan menghasilkan jumlah present value yang sama dengan investasi proyek. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan bunga yang berlaku menunjukkan bahwa usaha layak untuk dilaksanakan. Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :
IRR ′
′ ′ "
"
′
…………….. (3)
Keterangan : i’
= Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV > 0
i”
= Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV < 0
Kriteria yang berlaku : IRR ≥ i ; maka usaha layak dilanjutkan IRR ≤ i
; maka usaha tidak layak dilanjutkan atau lebih baik dihentikan
4) Payback period Menurut Husnan dan Muhamad (2000) Payback period adalah alat analisis untuk mengukur seberapa cepat investasi dapat kembali, Paybeck period dirumuskan sebagai berikut ; PP =
I Ab
…………………………..(4)
33
Keterangan : PP
= Jumlah waktu (tahun/Periode) yang diperlukan untuk untuk mengembalikan modal investasi
I
= Jumlah modal investasi
Ab
= Benefit atau hasil bersih pertahun/ periode Semua perhitungan di atas akan dimuat dalam tabel cashflow. Contoh
tabel cashflow (aliran dana) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Contoh Tabel Cashflow No Keterangan A.
B.
C D E F G H I J K L M N O P Q
Waktu Proyek (Tahun/Semester) 1 2 3 4 5
Inflow 1) Penerimaan 2) Nilai Sisa 3) Pinjaman Total Inflow Outflow 1. Investasi 2. Biaya Pra Investasi 3. Sunkcost 4. Biaya Tetap 5. Biaya Variabel Total Outflow Benefit ……………..………...(A-B) DF 1 …………………..…(1/(1+i1)n) PV1 …………….…………...(C x D) PV + ……….…………(PV1 Positif) PV – …….…………...(PV1 Negatif) NPV …………………….…( F + G) Net B/C ……………….……( F : G) DF 2 ………………..……(1/(1+i2)n) PV2 …………….…………...(C x J) PV + …………………(PV2 Positif) PV – ………………...(PV2 Negatif) NPV ……………….……...( L + M) Net B/C …….....…………...( L : M) IRR………...( i1+(N/(H-N)) x (i2- i1) PP…………..………………..(B1/C)
34
4.4.7 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu analisis yang dilakukan untuk menelaah kembali, sehingga dapat diketahui pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat tingkat kepekaan usaha tersebut apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap variabel-variabel harga dan perhitungan biaya maupun benefit (Kadariah et al. 1978). Metode analisis sensitivitas yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode switching value. Metode switching value adalah metode mengubah salah satu atau lebih nilai variabel yang dianggap paling sensitif dalam usaha pembenihan ikan nila sampai usaha tidak layak dijalankan atau variabel-variabel kelayakan telah melewati titik impas usaha seperti berikut ; NPV
=0
Net B/C
=1
IRR
= i (Discont Rate)
Apabila dalam proses perhitungan telah diperoleh hasil seperti di atas, maka analisis sensitifitas dihentikan dan artinya usaha yang sedang dianalisis tidak layak dijalankan. Pada umumnya variabel yang diubah dalam switching value adalah harga input dan output, kuantitas produksi dengan cara
menaikkannya. Berikutnya adalah perubahan waktu proyek dan penurunan permintaan.
35
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Desa Tanggulun Barat 5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Desa Tanggulun Barat merupakan salah satu desa di Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat. Desa Tanggulun Barat terletak sekitar 5 km dari Ibu Kota Kecamatan dan dapat ditempuh selama 20 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sepuluh km dari Ibu Kota Kabupaten dan 55 km dari Ibu Kota Propinsi. Desa Tanggulun Barat terletak pada ketinggian kurang dai 100 meter di atas permukaan laut. Secara administrasi Desa Tanggulun Barat memiliki batas wilayah : Utara
: Berbatasan dengan Desa Kalijati Barat
Timur
: Berbatasan dengan Desa Tanggulun Timur
Selatan
: Berbatasan dengan Desa Jambelaer
Barat
: Berbatasan dengan Desa Jalupang dan Desa Lengkong Luas Desa Tanggulun Barat pada tahun 2007 adalah 802.730 m2 dan
penggunaannya didominasi untuk lahan perkebunan seluas 474.500 m2. Keadaan tofografi Desa Tanggulun Barat merupakan dataran rendah, countur tanah datar dan bergelombang dengan tingkat kemiringan rata-rata 20 derajat. Tanah di Desa Tanggulun Barat termasuk tanah Latosol dengan derajat keasaman (pH) antara 3,6 sampai 6. Curah hujan rata-rata setiap tahun adalah 2500 mm/tahun dengan jumlah hari hujan sebanyak tujuh bulan, suhu rata-rata setiap hari antara 30oC. (Pendataan Profil Desa/ Kelurahan Tahun 2007, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Subang). 5.1.2 Kependudukan Jumlah penduduk tercatat Desa Tanggulun Barat adalah 6.586 orang pada tahun 2007. Kepadatan penduduk sebesar 80 orang/ km dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.953 KK. Mata pencaharian utama penduduk Desa Tanggulun Barat adalah petani dengan jumlah 13.000 orang, berikutnya adalah buruh tani dengan jumlah 1.150 orang. Penduduk Desa Tanggulun Barat yang bekerja berjumlah 2.685 orang dan penduduk angkatan kerja (18-56 tahun) yang tidak bekerja berjumlah 861 orang. 36
Komposisisi penduduk angkatan kerja Desa Tanggulun Barat didominasi oleh penduduk yang berpendidikan Sekolah Dasar mencapai 1.826 orang atau 36,5 persen dari total jumlah angkatan kerja yang ada di Desa Tanggulun Barat. Tabel 7. Komposisi Angkatan Kerja Desa Tanggulun Barat Tahun 2007. No Angkatan Kerja 1. Penduduk usia 18-56 tahun yang buta aksara dan huruf/angka latin 2. Penduduk usia 18-56 tahun yang tidak tamat SD 3. Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat SD 4. Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat SLTP 5. Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat SLTA 6. Penduduk usia 18-56 tahun yang tamat perguruan Tinggi Jumlah
Laki-laki 18
Perempuan 48
258
471
859
931
764
807
340
331
79
58
2.354
2.646
Sektor perikanan di Desa Tanggulun Barat berupa budidaya ikan dalam kolam atau empang. Jumlah kolam ikan yang ada di Desa Tanggulun Barat seluas 35 ha dengan total produksi 235 ton setiap tahun, 135 ton produksi ikan mas dan 100 ton produksi ikan nila. Beberapa sumberdaya yang mendukung aktifitas perikanan di Desa Tanggulun barat antara lain, mata air dengan debit kecil berjumlah 8 unit, sumur gali berjumlah 2 unit yang dimanfaatkan oleh 270 KK dan sumur pompa sebanyak 1520 unit yang dimanfaatkan oleh 1520 KK. Terdapat pula satu sungai dengan debit sedang. Rumah tangga yang bergerak dalam bidang perikanan berjumlah 17 keluarga dengan jumlah tenaga perikanan sebanyak 36 orang. Rumah tangga buruh berjumlah 5 keluarga, jumlah buruh perikanan berjumlah 15 orang. Pendapatan perkapita dari sektor perikana untuk setiap rumah tangga adalah Rp 3.000.000 5.2 Sejarah Unit Pembenihan Ikan Citomi Usaha Pembenihan dimulai pada tahun 1980. Usaha Pembenihan dimulai dari ikan mas dan tawes, pada tahun 1995 pembenihan ikan nila merah, tahun 1997 bertambah ikan nila hitam dan tahun 2008 UPR Citomi memproduksi produk baru budidaya perikanan yaitu ikan nila gesit. Secara terinci UPR Citomi memiliki jumlah paket pembenihan dan kolam sebagai berikut :
37
1) Blok Citomi ; pembenihan ikan nila hitam dan nila Gesit sebanyak 15 paket 2) Blok Cipetir ; Pembenihan ikan nila merah sebanyak 10 paket Kolam yang digunakan Kolam Induk
: 2 kolam
Kolam berokan
: 4 Kolam
Kolam pemijahan
: 12 Kolam
Kolam pendederan
: 8 Kolam
5.3 Organisasi Perusahaan dan Ketenaga Kerjaan UPR Citomi UPR Citomi memiliki empat fungsi manajerial yang terlihat dari adanya kelengkapan struktur organisasi mulai dari pimpinan, sekretaris, bendahara, manajer produksi, manajer pemasaran, manajer pengendalian mutu, supervisor produksi, kepala divisi Blok Citomi, kepala divisi blok Cipetir dan staff administrasi. Direktur perusahaan langsung merangkap manajer umum (General Manager/GM). Sejalan dengan sifat usaha bidang pertanian yang padat karya,
tenaga kerja yang terserap UPR Citomi terus bertambah. Apalagi dengan ekspansi yang dilakukan saat ini UPR Citomi telah mempekerjakan karyawan lebih dari 22 orang. Terdiri atas 16 orang tenaga kerja laki-laki dan enam orang tenaga kerja prempuan. Sejalan dengan sifat usaha bidang pertanian yang padat karya, tenaga kerja yang terserap pada usaha pembenihan larva ikan nila di Unit Pembenihan Rakyat Citomi terus bertambah. Melalui ekspansi yang dilakukan, saat ini UPR Citomi telah mempekerjakan karyawan lebih dari 22 orang, terdiri dari 16 karyawan lakilaki dan 6 orang karyawan wanita. Upaya untuk mengejar ketertinggalan usaha pembenihan larva ikan nila di UPR Citomi dalam hal profesionalisme tenaga kerja, pendidikan serta pelatihan sumberdaya manusia terus menjadi titik perhatian khusus bagi perusahaan. Secara berkesinambungan UPR Citomi telah melakukan pelatihan secara internal pada sumberdaya manusia, selain itu UPR Citomi pun selalu berperan serta secara aktif melibatkan karyawannya untuk mengikuti pelatiahan dan seminar yang diadakan instansi dari luar perusahaan.
38
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1
Analisis Aspek Non Finansial Dalam menganalisis kelayakan suatu pengusahaan termasuk dalam sektor
agribisnis, terdapat dua aspek yang menjadi fokus penelitian, yaitu Aspek non finansial dan aspek finansial. Dalam aspek non finansial yang menjadi fokus penelitian adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan lingkungan. 6.1.1 Analisis Aspek Pasar Pasar merupakan salah satu aspek analisis kelayakan pengusahaan. Analisis aspek pasar dilakukan untuk mengamati permintaan, penawaran dan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi pemasaran dan promosi. 6.1.1.1 Permintaan Ikan Nila Gesit merupakan komoditi baru di dunia budidaya ikan dan merupakan terobosan yang membanggakan. Untuk memperoleh informasi permintaan komoditi baru ini dapat, pendekatannya dapat menggunakan data produksi ikan nila nasional. Pada Tabel 8 akan disajikan proyeksi perkiraan permintaan benih ikan nila tahun 2010 dan tahun 2011. Tabel 8. Proyeksi Perkiraan Produksi Ikan Nila Konsumsi Dan Permintaan Benih Ikan Nila Tahun 2010-2011 Tahun Perkiraan produksi Ikan Nila ukuran Konsumsi (Kg) Perkiraan permintaan benih ikan Nila (Ekor) Perkiraan permintaan Benih Setiap Bulan (Ekor/bulan)
2010
2011
396.515.676 508.449.100 793.031.352 1.016.898.400 66.085.946 84.741.533
Sumber : Indonesian Fisheries Statistic Index, 2009 (diolah) Rata-rata pertumbuhan produksi ikan nila Indonesia sampai tahun 2007 adalah 28,23 persen. Dengan angka rata-rata tersebut dapat diperkirakan permintaan benih ikan nila pada tahun 2010 adalah sebanyak 66.085.946 ekor setiap bulan. Pada tahun 2011 meningkat menjadi 84.741.533. Informasi tentang penemuan varietas baru ikan nila gesit diterima cepat oleh para pembudidaya, termasuk para konsumen UPR Citomi. Sejak bulan Juli
39
2008 rata-rata permintaan ikan nila Gesit mencapai 3,5 juta ekor setiap bulan. Permintaan ikan nila gesit ke UPR Citomi didominasi oleh konsumen dari Jawa Barat. Data permintaan benih larva ikan nila kepada UPR Citomi dapat dilihat dalam Tabel 9 Tabel 9. Permintaan Larva Nila Hitam UPR Citomi Setiap Bulan tahun 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7
Kabupaten Subang Purwakarta Karawang Indramayu Bekasi Purbolinggo Pulau Sumantera Rata-rata (ekor/bulan)
Propinsi Jabar Jabar Jabar Jabar Jabar Jateng
Rata-rata Permintaan (ekor/bulan) 5.500.000 4.800.000 3.800.000 3.300.000 3.500.000 1.200.000 2.400.000 3.500.000
Sumber : UPR Citomi 6.1.1.2 Penawaran Produksi calon induk ikan nila yang telah dihasilkan BBPBAT sebanyak 4.073 ekor, dimana 3.155 ekor telah didistribusikan ke 7 propinsi, sedangkan sisanya digunakan sebagai induk dalam produksi benih monoseks dan calon induk sediaan di akhir tahun. Proporsi seimbang untuk produktifitas maksimal ikan nila adalah
1 : 3 antara jantan dan betina, sehingga untuk menghasilkan output
maksimal dengan 3.155 calon induk jantan, membuthkan 9.645 induk betina. Tabel 10. Perkiraan Penawaran Larva Ikan Nila Gesit Calon Induk Jantan Calon Induk Betina Produktivitas induk Jumlah Larva (Ekor) (Ekor) (Ekor/Induk/Bulan) (Ekor/Bulan) 3.155 9.465 940 8.897.100,00 Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar, 2008 (diolah)
Produktivitas induk nila betina rata-rata 940 ekor benih setiap bulan, sehingga dengan jumlah induk betina sebanyak 9.645 ekor yang digunakan untuk budidaya, maka akan menghasilkan benih sebanyak
8.897.100 ekor benih setiap
bulan. Perhitungan ini didasarkan pada penyebaran ikan nila gesit yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan untuk wilayah pasar UPR Citomi belum ada penawaran benih ikan nila gesit, kecuali penawaran dari UPR Citomi. Sejak Nopember 2008 selama satu tahun UPR Citomi telah menghasilkan 20.892.600
40
ekor larva dengan rata-rata produksi setiap bulan 1.741.050 ekor. Dari angka yang diperoleh, di mana permintaan lebih besar dari penawaran maka dari sisi permintaan dan penawaran usaha pembenihan ikan nila Gesit layak untuk dijalankan. Tetapi saat terjadi up welling di industri hilir, usaha pembenihan ikan nila gesit menjadi tidak layak untuk dimasuki karena permintaan akan menurun. 6.1.1.3 Strategi Pasar Strategi pemasaran meliputi kegiatan menyeleksi dan penjelasan satu atau beberapa target pasar dan mengembangkan serta memelihara suatu bauran pemasaran yang akan menghasilkan kepuasan bersama dengan pasar yang dituju (Lambhair MD 2001). Strategi pemasaran terdiri atas strategi produk, harga, lokasi, dan promosi. 1) Strategi Produk dan Harga Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan (Kasmir dan Jakfar 2003). Produk yang dihasilkan oleh UPR Citomi adalah benih ikan nila gesit kelas benih sebar dalam fase larva ikan nila gesit berukuran 6-7 mm. Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk pokok, induk dasar atau induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih sebar. Larva adalah tahapan ikan yang masih mengalami perubahan bentuk/ morfologi termasuk organ tubuh dan warna serta berumur sampai dengan 7 hari sejak telur menetas. Benih yang dijual telah memenuhi mutu standar di pasar atau permintaan dari konsumen. Agar mutu benih selalu terjaga, maka setiap akan melakukan pengiriman UPR Citomi melakukan sortasi terlebih dahulu, sehingga benih-benih tersebut memenuhi kriteria seperti : tidak terdapat cacat fisik, benih sehat, ukuran benih yang seragam sesuai dengan permintaan konsumen. Sistem pengemasan yang baik juga diperlukan agar benih yang dikirim dapat bertahan sampai di tempat konsumen. Bahan-bahan pengemasan tersebut meliputi plastik pengemasan, oksigen, dan karet gelang sebagai pengikat. UPR Citomi memsarkan larva yang diproduksinya dengan harga Rp 16,00 per ekor. Sebagai price maker dalam pasar monopoli ditambah memiliki kualitas produk baik dengan permintaan tinggi, UPR Citomi dapat saja menerapkan harga
41
lebih tinggi, tetapi benih ikan nila gesit yang diproduksinya dipasarkan dengan harga yang sama dengan larva ikan nila jenis lain. Alasan yang diberikan pihak UPR Citomi adalah untuk menjaga pasar yang dimilikinya. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi pun harga jual senilai Rp 16,00 masih layak, karena masih dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 6,45 per ekor atau 70 persen dari harga pokok produksi seperti yang tercantum dalam Tabel 11. Tabel 11. Proyeksi Perhitungan Harga Pokok Produksi Biaya Tetap 1 Gaji Pimpinan 2 Sekretaris 3 Bendahara/Adm 4 Manajer Produksi 5 Manajer Pemasaran 6 Supervisor Produksi 7 Kepala Divisa Nila Hitam 8 Skupnet 9 Penyusutan/Tahun Total Biaya Tetap Biaya Variabel 10 TK Borongan 11 Pakan Ikan 12 Obat 13 Pestisida 14 P.Kandang 15 P.Buatan 16 Kapur 17 Plastik 18 Karet 19 Oksigen Total Biaya Variabel Total Biaya Produksi Harga Pokok produksi Marjin keuntungan (70%) Harga Pokok Penjualan Harga Jual
2)
Satuan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Nilai 30.000.000 9.000.000 9.000.000 15.000.000 15.000.000 7.500.000 6.900.000 240.000 7.180.000 99.820.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Ekor Rp/Ekor Rp/Ekor Rp/Ekor Rp/Ekor
64.800.000 22.873.500 900.000 540.000 816.000 152.500 488.000 200.000 224.000 250.000 91.244.000 191.064.000 20.892.600 9,15 6,40 15,55 16,00
Lokasi (Strategi Saluran Distribusi) Saluran distribusi adalah suatu jaringan dari organisasi dan fungsi-fungsi
yang menghubungkan produsen kepada konsumen akhir (Kasmir dan Jakfar 2003). Benih ikan nila Gesit yang diproduksi UPR Citomi dipasarkan kepada
42
para petani pendederan ikan nila. Petani pendeder yang sudah jadi pelanggan tetap biasanya telah mempunyai jadwal pemesanan yang baku, sehingga proses produksi didasarkan pada jadwal pesanan tersebut, bagi konsumen baru jadwal tersebut belum ada, sehingga konsumen dapat memberikan informasi pemesanan melalui telepon atau datang langsung ke lokasi produksi. Benih yang dipesan akan diambil langsung oleh konsumen ke UPR Citomi. Biaya pengangkutan ditanggung oleh pembeli. Strategi ini digunakan dengan tujuan konsumen dapat langsung melihat kondisi benih yang dibeli dan untuk memperkecil biaya pemasaran. Saluran distribusi larva ikan nila gesit yang diproduksi UPR Citomi digambarkan dalam dalam gambar 3. Petani Pembenihan Ikan Nila
Petani Pendederan Ikan Nila
Petani Pembesaran Ikan Nila
Gambar 4.Saluran Distribusi Benih Ikan Nila Gesit
Integritas antara subsistem dalam agribisnis ikan nila begitu terlihat. Dalam aspek pasar contohnya, permintaan benih dipengaruhi oleh kondisi di setiap rantai subsistem. Saat awal musim hujan permintaan benih dapat berkurang sampai 50 persen. Hal ini disebabkan karena terjadinya up welling di industri hilir budidaya ikan nila yaitu pembesaran. Up welling adalah proses perputaran air karena terjadi perubahan suhu di
permukaan air sehingga semua materi yang awalnya mengendap di dasar perairan berpindah ke permukaan air, termasuk limbah, sampah beserta zat-zat polutan yang mengganggu proses budidaya. Up welling biasa terjadi di perairan tenang dan dalam seperti rawa, waduk dan danau. Kejadian ini berlangsung berulang setiap tahun, biasanya terjadi antara bulan Oktober sampai Desember. Bagi UPR Citomi fenomena ini tentu mempengaruhi proses pemasaran, karena permintaan berkurang, sehingga mengurangi output yang diproduksi. Untuk mengatasi masalah ini, saat up welling terjadi di sentra pembesaran di Jawa Barat, penjualan produk dialihkan ke pasar lain, yaitu ke luar pulau Jawa (Sumatera dan Kalimantan).
43
3)
Strategi Promosi Dalam pemasaran tidak hanya dibahas mengenai distribusi produk, tetapi
hal apa yang dilakukuan selama proses pemasaran prosduk tersebut. Promosi adalah salah satu alat strategi memasarkan produk dengan cara memberikan informasi yang benar dan tepat agar konsumen dapat mengenalnya dan akhirnya diharapkan dapat menjadi konsumen dari produk yang dijual (Prawirosentono S 2002). Dalam memasarkan benih ikan nila gesit, UPR Citomi tidak menemukan masalah yang berarti. Informansi mengenai penemuan varietas baru menyabar cepat dikalangan pembudidaya, sehingga saat benih ikan nila gesit di produksi, pasar untuk produk ini telah terbuka, ditambah dengan image produk UPR Citomi di mata konsumen tergambar baik dengan label ”Ikan Pak Lurah”. Tetapi dalam kondisi seperti ini tidak membuat UPR Citomi menghentikan aktifitas promosinya. UPR Citomi terus memberikan informasi terbaru tentang produkproduk yang dihasilkannya. Selain promosi yang dilakukan pihak petani, pemerintah daerah pun terus berupaya membantu promosi produk perikanan di Kabupaten Subang, melalui program gerakan gemar makan ikan dan pameran pembangunan. Untuk menyiasati masalah yang terjadi di hilir industri budidaya ikan nila (saat terjadi up welling) UPR Citomi mengembangkan pasarnya. Saat ini target pasar UPR Citomi tidak hanya pulau Jawa, ekspansi pasar telah sampai Sumatera dan Kalimantan, tepatnya Palembang, Lampung, Medan, Aceh dan Pontianak. Perluasan pasar ini dilakukan apabila pasar di Jawa sedang bermasalah. Promosi yang digunakan untuk meraih pasar baru adalah dengan cara memberikan penawaran langsung melalui media internet, memasang iklan di beberapa situs tentang produk yang diproduksi UPR Citomi. 6.1.2 Analisis Aspek Teknis Menurut Gittinger JP (1986), Aspek teknis merupakan aspek utama yang perlu diperhatikan, karena dalam aspek ini perhitungan input proyek dan output berupa barang dan jasa dilakukan berdasarkan alur produksi sebenarnya, sehingga aspek-aspek lain dari analisa proyek hanya akan dapat berjalan bila analisa secara teknis dapat dilakukan.
44
Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek teknis adalah : 1) Lokasi proyek, yakni dimana suatu proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. 2) Seberapa besar skala operasi/ luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. 3) Bagaimana proses produksi dilakukan (kegiatan budidaya) dan teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk didalamnya pertimbangan variabel sosial 4) Layout pabrik yang dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain. 5) Input apa saja yang digunakan dalam proses produksi.
6.1.2.1 Lokasi Proyek Dalam membahasas lokasi proyek dalam analisis teknis, terdapat variabelvariabel utama yang dibahas, yaitu : ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, supply tenaga kerja dan fasilitas transportasi. 1) Ketersediaan bahan mentah Ikan merupakan hewan air yang tentu membutuhkan air untuk media hidupnya, untuk itu diperlukan volume dan kualitas air yang memadai untuk menjalankan usaha pembenihan ikan nila gesit. UPR Citomi mendapatkan air dengan volume dan kualitas air yang memadai untuk budidaya ikan nila Gesit. 2) Letak pasar yang dituju UPR Citomi memiliki lima letak pasar utama yang dituju, yaitu Kabupten Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi dan Indramayu. Lokasi UPR Citomi sendiri berada di antara lima pasar utamanya, sehingga tidak sulit untuk menjangkau lokasi pasar. 3) Supply tenaga kerja Untuk menjalankan salah satu unit bisnisnya, yaitu pembenihan ikan nila Gesit, UPR Citomi membutuhkan sepuluh aktivitas dalam strukur organisasi dengan jumlah karyawan sebanyak 15 orang. Seluruh karyawan berasal dari warga sekitar dan beberapa orang keluarga pimpinan UPR Citomi.
45
4) Fasilitas transportasi Fasilitas transportasi merupakan salah satu penghambat UPR Citomi dalam menjalankan usahanya, lokasi antara pusat administrasi dengan lokasi produksi yang jauh (sekitar 1 km) menyulitkan proses pemantauan, ditambah dengan keadaan fasilitas jalan yang yang buruk sehingga sulit dilalui 6.1.2.2 Besar Skala Operasi Dengan lahan seluas 250 bata atau 3.500 m2, UPR Citomi menghasilkan benih ikan nila gesit rata-rata sebanyak 2,4 juta ekor benih setiap bulan. Menurut supervisi bagian produksi, angka tersebut jauh dari harapan dan perkiraan, periode sebelumnya produksi larva ikan nila dapat mencapai rata-rata 3,5 juta ekor setiap bulan. Penurunan produksi periode sekarang tidak disebabkan menurunnya kapasitas produksi UPR Citomi, melaikan menurunnya permintaan. Untuk melakukan efisiensi, UPR Citomi mengurangi kegiatan produksinya. Produksi larva ikan nila Gesit tertinggi dicapai saat bulan Januari. Pada bulan ini merupakan puncak produktifitas induk nila. Menurut supervisi bagian produksi, pada bulan ini suhu air dalam kolam mencapai titik maksimum, yaitu 33oC dan sinar matahari dapat menyinari seluruh permukaan kolam, sehingga banyak plankton yang tumbuh. Melimpahnya plankton dapat meningkatkan tingkat hidup larva-larva ikan, sehingga produksi mencapai titik tertinggi. Produksi akan mengalami fluktuasi sampai bulan Agustus, fluktuasi ini terjadi karena siklus pemesanan dari petani pendeder pun berfluktuasi. Memasuki bulan Oktober suhu mulai menurun, sinar matahari mulai ditutupi awan, sehingga pada bulan Oktober produksi ikan mulai menurun. Penurunan produksi yang terjadi pada industi hulu budidaya ikan nila tidak terlalu signifikan, penurunan produksi terjadi karena kekhawatiran petani pendeder ikan terhadap up welling yang akan terjadi di hilir industri, tepatnya industri pembesaran ikan di waduk Jatiluhur dan Cirata yang menjadi sentra pembesaran ikan nila di Jawa Barat. Titik terendah produksi larva ikan nila terjadi pada bulan berikutnya, yaitu bulan Nopember. Pada bulan Nopember suhu dan tingkat keasaman air bergerak fluktuatif karena hujan mulai turun, atau disebut musim pancaroba.
46
Produksi Larva Gambar 5. Grafik Produksi Larva Ikan Nila gesit Rencana produksi oduksi didasarkan pada produktivitas produktivitas maksimal induk betina ikan nila. Produktifitas telur maksimal satu ekor induk nila ila betina berukuran 600 gram setiap kali memijah (24 hari) adalah 1.600 butir. Apabila mortalitas dapat di tekan sampai 10 persen, maka UPR Citomi dapat memproduksi larva sebanyak 1440 ekor larva setiap bulan per ekor induk. Saat ini induk betina yang digunakan dalam pemijahan nila gesit esit adalah 2550 ekor. Apabila semua induk betina mempunyai produktifitas yang sama dengan mortalitas telur 10 persen, maka produksi larva induk betina setiap bulan adalah 3.672.000 ekor ini berarti UP UPR Citomi dapat memenuhi seluruh permintaan larva. Untuk meningkatkan produksi induk dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas kualitas tenaga kerja dan terus melakukan kukan pemantauan serta terus melakukan riset di bagian produksi produksi, seperti mencoba menggunakan kolam indor indor untuk menjaga kualitas air dan menghindari fluktuasi suhu. 6.1.2.3 Teknologi dan Kegiatan Budidaya Ikan nila dipijahkan secara alami, saat pemijahan tidak ada campur tangan manusia serta berlangsung secara kelompok dimana sejumlah induk jantan dan betina dipelihara lihara dalam kolam yang sama. UPR Citomi melakukan pembenihan dengan metode tode pembenihan semi-intensif. semi intensif. Dalam pembenihan semi intensif, meski pemijahan dilakukan secara alami, campur tangan manusia masih diperlukan. Kolam pemijahan dan kolam pendederan pada sistem ini tidak dibuat 47
secara khusus seperti pada pembenihan ekstensif. Dalam sistem ini larva ditangkap saat diasuh induknya, tanpa mengeringkan kolam pemijahan. Beberapa kelebihan dari pembenihan semi-intensif adalah ukuran benihnya seragam dan hasil benihnya lebih banyak. Dalam pembenihan ikan nila Gift proses pemihajah sampai kolam dikeringkan memakan waktu 45-50 hari. Dalam pemijahan ikan Nila gesit waktu yang diperlukan sampai pengeringan kolam hanya 24-26 hari. Selama itu, panen larva dapat dilakukan sebanyak tiga kali. 1) Persiapan Kolam Untuk melakukan pemijahan secara semi-intensif, kolam yang harus disiapkan adalah kolam pemeliharaan induk betina seluas 300 m2, kolam pemeliharaan induk jantan seluas 100 m2 san satu kolam pemijahan seluan 400 m2. Sebelum digunakan, kolam disiapkan terlebih dahulu. Persiapan kolam meliputi pengeringan kolam selama dua hari, perbaikan pematang dan perbaikan kemalir. Setelah siap, kolam dapat diairi setinggi 40-60 cm. 2) Pemeliharaan Induk Induk dipelihara di kolam pemeliharaan induk secara terpisah antara jantan dan betina selama satu minggu. Kepadatan induk dalam kolam adalah 2-4 ekor/ m2. Pemeliharaan induk bertujuan untuk menumbuhkan dan mematangkan gonad (Sel telur dan sperma) ikan. Penumbuhan dan pematangan gonad ikan dapat dipicu melalui pendekatan lingkungan, pakan serta hormonal. UPR Citomi melkukan pendekatan pakan dalam memelihara induk. Selama dipelihara, setiap induk diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyat tiga persen dari bobot total tubuhnya. 3) Pemijahan Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan. Kolam harus sudah disiapkan dengan baik. Bagian-bagian kolam (pematang, kemalir dan dasar kolam) harus berada dalam kondisi baik. Bila sudah siap, kolam dapat diisi induk jantan dan betina yang dilakukan secara bersamaan. Kepadatan kolam sebanyak 1 ekor/ m2. Perbandingan jantan dan betina 1 : 3.
48
Pemijahan biasanya mulai berlangsung pada hari ke-7 setelah penebaran induk. Ikan nila termasuk jenis ikan parental care, artinya induk menjaga keturunannya (telur, larva atau benih) jadi setelah dierami dalam mulut, induk ikan nila akan menjaga larvanya sampai larva tersebut diangkat oleh petugas. Pemberian pakan mulai dikurangi saat induk sudah seminggu ditebar. Jumlahnya hanya dikurangi 25 persen dari sebelumnya, karena ada sekitar satu per tiga induk betina yang sedang mengerami. Induk yang sedang mengerami biasanya tidak makan atau berpuasa. 4) Pemupukan Hari ke-12 setelah penebaran induk, kolam pemijahan ditebari pupuk. Pupuk yang digunakan adalah kotoran ayam atau kotoran puyuh. Dosis pupuk sebanyak 500 g/ m2. Saat itu, debit air yang masuk kolam mulai dikurangi, tujuannya agar pupuk tidak terbawa arus air. Setelah 3-5 hari dari pemupukan, biasanya di kolam mulai tumbuh pakanpakan alami berupa plankton. Saat itu secara naluri induk yang sedang mengerami akan mengeluarkan anak-anaknya secara serempak dari mulutnya. Anak-anak ikan ini akan tampak pada permukaan kolam. 5) Pemanenan Bila dikolam sudah tampak banyak larva, pemanenan sudah dapat dimulai. Pemanenan dilakukan pagi hari saat kandungan oksigen dalam air masih rendah. Kondisi ini menyebabkan larva masih berada di permukaan air. Bila terlambat, larva sudah berada di tengah kolam sehingga penangkapan menjadi sulit. Pemanenan dilakukan dengan cara menjaring menggunakan skup net besar atau waring. Setelah ditangkap, larva dimasukkan dalam ember dan ditampung dalam hapa halus yang dipasang di kolam tersebut. Saat itu juga larva harus ditebar dalam kolam pendederan. Panen larva biasanya dilakukan selama 2-3 hari bila penangkapannya lebih dari tiga hari, sebaiknya larva dipelihara dalam kolam pendederan berbeda agar ukurannya lebih seragam. Larva yang dipanen biasanya berukuran panjang 10-12 mm dengan berat antara 0,05-0,10 gram. Setelah semua larva ditangkap, kolam pemijahan tidak perlu dikeringkan. Proses pemijahan dibiarkan terus berlangsung. Saat panen terakhir pada hari ke 24-26, kolam dikeringkan. Pada saat yang
49
bersamaan induk ditangkap dan dipelihara dalam kolam pemeliharaan induk. Setelah satu minggu dipelihara induk kemudian dipijahkan kembali. 6.1.2.4 Layout Kolam yang digunakan terdiri dari kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, kolam pendederan dan kolam pemeliharaan larva. Semua konstruksi kolam adalah tanah dengan dasar kolam lumpur berpasir. Dasar lumpur berpasir akan digunakan oleh induk ikan untuk membuat sarang. Dalam kolam juga terdapat kubangan dan kemalir yang berfungsi untuk menangkap induk ikan saat dikeringkan. Selain itu dalam kubangan dipelihara lele-lele lokal. Dalam kolam pemeliharaan induk ditambah waring yang berfungsi untuk memisahkan kelompok-kelompok induk yang akan dipijahkan. Waring yang digunakan dibagi menjadi lima waring. Dua waring untuk induk jantan dan tiga waring untuk induk betina. Waring untuk induk jantan berukuran 7x7x2 meter dan untuk induk betina adalah 10x10x2 meter. Waring yang digunakan mempunyai mata jaring berukuran 2 mm. Kolam pemeliharaan induk berukuran 50 x 20 meter. Kolam ini digunakan juga sebagai kolam pendederan larva yang belum terjual. Larva dipelihara di bagian kolam yang tidak tertutupi waring. Kolam pemijahan digunakan untuk memijahkan induk nila. Kolam pemijahan tidak menggunakan waring, hanya kolam tanah dengan dasar lumpur berpasir. Kolam yang digunakan untuk pemijahan berjumlah tiga unit, dua kolam berukuran 50 x 20 meter dan satu kolam berukuran 25 x 20 meter. Kolam yang terakhir adalah kolam pemeliharaan larva, kolam ini adalah kolam yang ukurannya paling kecil yaitu 8 x 5 m. dalam kolam ini dipasang dua hapa atau waring dengan mata jaring kecil yang berukuran 3 x 2 x 1,5 m. kolam pemeliharaan larva adalah kolam dengan kualitas air baik, kolam ini mempunyai jarak paling dekat dengan mata air yang dijadikan sebagai sumber pengairan seluruh kolam. Air yang digunakan untuk mengairi seluruh kolam, bersumber dari mata air yang letaknya berjarak sekitar 20 meter dari kolam pemeliharaan larva. Air dialirkan melalui selokan kecil ke seluruh kolam, dari selokan tersebut UPR Citomi menggunakan bilah-bilah bambu untuk mengalirkan air ke semua kolam.
50
6.1.2.5 Penggunaan Input Input yang digunakan dalam pembenihan ikan nila gesit di UPR Citomi terbagi menjadi dua bagian, yaitu input tetap dan input variabel. Input tetap adalah kolam beserta seluruh perlengkapannya, sedangkan input variabel adalah semua bahan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Jenis input tetap dan variabel dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12. Kebutuhan Input Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit No Jenis Input 1.
Input Tetap
2.
A. JointCost - Lahan - Komputer - Laptop - Printer - Saung B. Ivestasi - Induk Nila Gesit - Induk Nila Hitam (betina) - Waring C. Peralatan - Cangkul - Garpu - Belincong - Golok - Parang - Timbangan - Tabung oksigen - Skup net Input Variabel -
Pakan Ikan Obat Pestisida Pupuk Kandang Pupuk Buatan Kapur Plastik Karet
51
6.1.3 Analisis Aspek Manajemen Penelitian pada aspek manajemen mencakup organisasi perusahaan, kebutuhan tenaga kerja dan deskripsi kerja. Struktur organisasi UPR Citomi dapat dilihat pada Gambar 5 Pimpinan S Nana Sulyana
Sekretaris Widi Laksana
Menejer Pengandali Mutu S Nana Sulyana
Bendahara Yuyun Yustini
Menejer Produksi Dadang Kusdinar
Menejer Pemasaran Asep Epi S
Supervisor Produksi Abas S W
Kadiv. Nila Hitam Minah
Kadiv. Nila Merah Udin
Staff Operator
Gambar 6. Struktur Organisasi UPR Citomi
52
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi (Handoko TH 1995). UPR Citomi membutuhkan sepuluh bagian kerja untuk menjalankan usahanya, tenaga kerja tetap yang dibutuhkan sebanyak 12-14 orang, yakni pengisi jabatan pimpinan sampai kepala divisi sebanyak tujuh orang dan bagian staff operator yang merupakan tenaga kerja borongan sebanyak
lima sampai tujuh orang.
Jumlah staff operator disesuaikan dengan kebutuhan tenaga dalam proses peroduksi. Saat produktifitas induk tinggi, kebutuhan tenaga kerja pada bagian staff operator bertambah, karena akan banyak larva yang harus dipanen dengan cepat. UPR Citomi lebih cenderung disebut sebagai usaha keluarga, karena organisator utama perusahaan adalah keluarga pemilik usaha. Tenaga kerja dari luar keluarga menempati staff operator. Dengan demikian peluang perubahan komposisi tenaga kerja terletak pada bagian staff operator. Pemilik UPR Citomi merupakan pemimpin perusahaan merangkap Manager Pengendali Mutu, perangkapan jabatan ini bertujuan agar kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga. Pimpinan perusahaan bertanggungjawab menjaga berjalannya semua fungsi pada bagian-bagian organisasi beserta prosedur-prosedur yang telah ditetapkan serta mencegah dan menyelesaikan permasalahan antara jabatan. Sekretaris
bertugas
membuat
dan
melestarikan
semua
dokumen
perusahaan. Bendahara bertugas menyusun laporan keuangan. Manajer pengendali mutu bertugas membuat dan menjaga Standar Operasional Prosedur (SOP). Manajer produksi bertugas untuk menjaga keberlangsungan produksi agar terus sesuai dengan SOP. Manajer pemasaran bertugas mengidentifikasi dan menentukan strategi pasar yang tepat bagi UPR Citomi. Sekretaris, bendahara dan semua manager bartanggungjawab langsung kepada pimpinan perusahaan. Supervisor produksi, bertugas untuk mengawasi jalannya kegiatan produksi sesuai instruksi manajer produksi. Supervisor produksi bertanggung jawab kepada manajer produksi. Staff operator adalah tenaga kerja yang
53
melaksanakan kegiatan produksi (pemeliharaan induk, persiapan kolam, memasukkan induk dalam kolam, pemberian pakan, pemberian pupuk, pemanenan, penanganan larva, pengemasan sampai mengantarkan produk ke tangan konsumen). Karakter UPR Citomi sebagai usaha kecil membuatnya lebih fleksibel saat menghadapi perubahan. Termasuk dalam pengelolaan organisasi perusahaan. Saat terjadi penurunan permintaan yang berimbas pada penurunan produksi dan pendapatan, UPR Citomi dapat mengistirahatkan sementara tenaga kerjanya atau menghapus sementara jabatan yang memberatkan. Untuk menjaga kualitas tenaga kerja, bagian-bagian manajemen yang bergerak dalam organisasi perusahaan, harus meng-update informasi mereka dengan teknologi-teknologi terkini tentang pembenihan ikan, meskipun telah berpengalaman dalam pembenihan ikan nila. Seperti pelatihan pengendalian mutu dan Standar Nasional Indonesia tentang pembenihan ikan nila yang diadakan Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2007 dan 2009. Lebih tepat lagi bagian tersebut adalah manajer pengendali mutu dan manajer produksi. 6.1.4 Analisis Aspek Hukum Aspek hukum yang dianalisis terdiri dari bentuk badan usaha dan izin usaha. Bentuk badan usaha UPR Citomi adalah badan usaha milik perorangan. Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep. 02/Men/2004 Tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan dalam pasal lima ayat satu dinyatakan bahwa setiap warga negara Republik Indonesia atau badan hukum Indonesia termasuk koperasi yang melakukan usaha pembudidayaan ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wajib memiliki IUP bidang pembudidayaan ikan. Tetapi dalam pasal lain yaitu pasal 17 ayat dua poin a, dinyatakan bahwa kewajiban untuk memiliki IUP dikecualikan bagi kegiatan pembenihan dengan areal lahan tidak lebih dari 0,75 Ha. Luas lahan yang digunakan oleh UPR Citomi untuk melakukan seluruh kegian usaha pembenihan tidak mencapai 0,75 Ha, sehingga UPR Citomi tidak wajib memiliki IUP. UPR Citomi termasuk usaha kecil, atau usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, 54
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut : (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah) 6.1.5 Analisis Aspek Lingkungan Dalam aspek lingkungan, akan dibahas mengenai dampak proyek yang sedang dijalankan terhadap lingkungan sekitar proyek. Sampai laporan penelitian ini ditulis belum ada dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat. Dari sisi ekonomi, penyerapan tenaga kerja oleh UPR Citomi membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, baik bagi tenaga kerja tetap, maupun bagi tenaga kerja borongan saat panen. Menurut masyarakat sekitar yang bekerja di UPR Citomi, dengan bekerja, termasuk di UPR Citomi, mereka mendapatkan pengakuan dari masyarakat atas profesi yang mereka lakukan dan masyarakat di sekitar UPR Citomi pun memberikan penghargaan bagi warga mereka yang bekerja, dengan ini keberadaan UPR Citomi meningkatkan kehidupan sosial masyarakat sekitar. Selain memberikan manfaat bagi lingkungan ekonomi dan sosial, UPR Citomi selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar usahanya. Air yang berasal dari kolam-kolam pemeliharaan ikan mengandung plankton dan sisa-sisa pakan yang dimanfaatkan oleh ikan-ikan liar untuk makanan mereka, sehingga akan banyak ditemukan ikan liar di sekitar kolam UPR Citomi. Keberadaan ikan ini mengundang binatang-binatang pemangsa untuk datang pula, termasuk ular dan burung pemangsa. Pihak manajemen UPR Citomi mengaku tidak terganggu atas kedatangan hama ini, karena mereka tidak memangsa ikan dalam skala besar.
55
6.2
Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial dalam proyek atau usaha yang dijalankan UPR
Citomi dilakukan dengan mengerjakan serangkaian perhitungan kuantitatif. Kegiatan yang dianalisis adalah pembenihan ikan nila gesit. Analisis yang dilakukan dalam aspek finansial mencakup analisis biaya dan manfaat, nilai arus tunai (cash flow), kemudian dilakukan dengan perhitungan beberapa kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV) Net Benefit Per Cost (B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period (PP). Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kelayakan proyek dilihat dari segi keuangan pelaku proyek. Analisis dilanjutkan dengan analisis sensitivitas menggunakan metode switching value. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana kelayakan proyek apabila terjadi perubahan. Metode switching value dilakukan dengan cara mengubah beberapa bagian dalam arus tunai sampai proyek yang dijalankan tidak layak. Asumsi yang digunakan dalam analisis aspek finansial usaha pembenihan ikan nila gesit di UPR Citomi yaitu : 1) Umur proyek selama lima semester, didasarkan pada umur ekonomis induk ikan nila 2-3 tahun sehingga perhitungan cashflow selama lima semester. 2) Pola tanam mengikuti pola tanam yang telah dilakukan UPR Citomi dimulai sejak bulan Nopember 2008 sampai Oktober 2009. Proses pemijahan dilakukan setiap bulan, sehingga panenpun dilakukan setiap bulan. Induk dibagi dalam dua kelompok, masing-masing kelompok induk membutuhkan waktu selama rata-rata 24 hari dari proeses penebaran induk sampai panen, lalu istirahat selama satu minggu, kemudian dipijahkan kembali. Tetapi proses pemijahan dapat saja tidak melibatkan semua induk, karena larva yang dihasilkan harus disesuaikan dengan jumlah pemesanan. 3) Perhitungan analisis rugi laba dimulai dari bulan Nopember sampai Oktober atau empat semester. Hal ini didasarkan pada awal aktifitas pembenihan ikan nila gesit yang dilakukan UPR Citomi yaitu pada bulan Nopember. 4) Biaya investasi dilakukan pada tahun pertama. 5) Pinjaman sebesar Rp 82.626.500 untuk skenario II 6) Tingkat suku bunga sebesar 13 persen, sesuai bunga pinjaman bank BRI.
56
6.2.1 Analisis Biaya Biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan usaha pemebenihan ikan nila gesit di UPR Citomi meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi yang diperhitungkan dalam arus tunai (cash flow) terdiri dari : 1) Biaya investasi awal yang dikeluarkan pada alat di semester nol. 2) Biaya reinvestasi yang dikeluarkan saat usaha berjalan. Biaya investasi awal terdiri atas biaya investasi untuk pengadaan induk, konstruksi kolam dan pembelian peralatan. Biaya investasi awal terbesar berasal dari pembelian kolam, yaitu sebesar Rp 37.500.000. Tanah dibeli dalam satuan bata, setiap bata memiliki luas 14 m2. Berikutnya adalah biaya pengadaan induk nila gesit jantan sebanyak 850 ekor dengan harga Rp 20.000 per ekor. Total investasi intuk pengadaan induk nila gesit adalah Rp 17.000.000. Induk nila jantan dibeli UPR Citomi saat berukuran 8-10 cm. pengadaan induk betina senilai Rp 34.000.000. Induk nila betina dibeli dalam satuan paket. Satu paket induk nila betina berisi 300 ekor induk, sehingga total induk betina yang dibeli UPR Citomi adalah sebanyak 2.550 ekor. Induk nila betina yang digunakan oleh UPR Citomi adalah jenis nila wanayasa. Total investasi yang dikeluarkan untuk pengadaan induk adalah senilai Rp 51.000.000. Total biaya investasi awal untuk menjalankan proyek pembenihan ikan nila gesit dengan jumlah induk jantan sebanyak 850 ekor adalah sebesar Rp 101.160.000. rincian kebutuhan investasi usaha pembenihan ikan nila gesit dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kebutuhan Investasi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit No
Uraian
1 Kolam 2 Induk Nila Gesit 3 Induk Nila Hitam (betina) 4 Konstruksi Kolam 5 Waring 6 Cangkul 7 Garpu 8 Belincong 9 Golok 10 Parang 11 Timbangan 12 Tabung gas Nilai Total
Satuan Jumlah Bata Ekor Paket HOK Meter Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
250 850 8,5 100 1025 2 1 1 2 2 1 1
Harga Satuan Nilai Investasi (Rp) (Rp) 150.000 37.500.000 20.000 17.000.000 4.000.000 34.000.000 50.000 5.000.000 6.000 6.150.000 30.000 60.000 90.000 90.000 75.000 75.000 50.000 100.000 30.000 60.000 400.000 400.000 725.000 725.000 101.160.000
57
Biaya variabel adalah biaya yang beban pembayarannya disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Dalam usaha pembenihan ikan nila gesit, biaya variabel yang dikeluarkan mencakup biaya upah, pakan, obat, pestisida, pupuk, kapur, plastik, karet dan oksigen. Berdasarkan perhitungan biaya variabel pada tahun pertama, dapat diketahui bahwa komponen terbesar biaya variabel berasal dari biaya yang harus dikeluarkan untuk upah. Rincian pengeluaran biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 14 dan Tabel 15. Dalam biaya variabel, perhitungan dibagi dalam dua semester setiap tahun. Semester pertama (Nopember-April) membutuhkan biaya variabel lebih besar karena pada semester pertama peroduksi larva lebih besar dari semester ke dua. Pada biaya upah contohnya, pada semester pertama biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 35.100.000, lebih besar dari semester ke dua senilai Rp 29.700.000. perbedaan biaya ini disebabkan karena kebutuhan tenaga kerja pada semester pertama lebih besar dari semester ke dua. Begitu pula dengan komponen biaya variabel yang lainnya, pada semester ke dua mengalami kenaikan karena penigkatan produksi. Tabel 14. Rincian Pengeluaran Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit UPR Citomi Tahun Pertama No
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Upah Pakan Ikan Obat Pestisida P.Kandang P.Buatan Kapur Plastik Karet Oksigen Jumlah
Satuan
HOK Kg Liter Liter Karung Kg Karung Kg Kg Tabung
Jumlah Harga Satuan Semester 1 Semester 2 Sem 1 Sem 2 (Rp) (Rp) (Rp) (Ekor) (Ekor) C D=AxC E=BxC B A 1300 1100 27.000 35.100.000 29.700.000 2110 2030 5.450 11.499.500 11.063.500 3,5 2,5 150.000 525.000 375.000 3,5 2,5 90.000 315.000 225.000 141 131 3.000 423.000 393.000 36 26 2.500 90.000 65.000 36 26 8.000 288.000 208.000 5,5 4,5 20.000 110.000 90.000 4,5 3,5 28.000 126.000 98.000 3 2 50.000 150.000 100.000 48.626.500 42.317.500
58
Tabel 15. Rincian Pengeluaran Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit UPR Citomi Tahun Kedua No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Uraian Upah Pakan Ikan Obat Pestisida P.Kandang P.Buatan Kapur Plastik Karet Oksigen Jumlah
Satuan HOK Kg Liter Liter Karung Kg Karung Kg Kg Tabung
Jumlah Harga Satuan Semester 1 Semester 2 Sem 1 Sem 2 (Rp) (Rp) (Rp) (Ekor) (Ekor) C D=AxC E=BxC A B 1300 1100 27.000 35.100.000 29.700.000 2110 2030 5.600 11.816.000 11.368.000 3,5 2,5 150.000 525.000 375.000 3,5 2,5 90.000 315.000 225.000 141 131 3.000 423.000 393.000 36 26 2.500 90.000 65.000 36 26 8.000 288.000 208.000 5,5 4,5 20.000 110.000 90.000 4,5 3,5 28.000 126.000 98.000 3 2 50.000 150.000 100.000 48.943.000 42.622.000
Kenaikan produksi terjadi karena peningkatan produktivitas induk, untuk menindak lanjuti hal ini pihak manajemen menyesuaikan kebutuhan biaya variabel. Penambahan tanagakerja dibutuhkan karena peningkatan produksi larva. Penambahan pakan, obat, pestisida, pupuk dan kapur dilakukan untuk memanfaatkan terjadinya peningkatan produktifitas induk. Dengan menambah bahan produksi, momen saat tingginya produktifitas induk dapat digunakan untuk memaksimalkan keuntungan. Setelah tahun pertama, biaya variabel mengalami kenaikan, karena diperkirakan akan ada kenaikan harga pakan disetiap tahun. Pada tahun ke dua, harga pakan diperkirakan naik sebesar Rp 150 dari Rp 5.450 menjadi Rp 5.600. Dalam laporan rugi/laba dimasukkan pula biaya penyusutan. Biaya penyusutan atau depresiasi adalah pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut, demi menjamin agar angka biaya operasi yang dimasukkan dalam neraca rugi/laba tahunan benar-benar mencerminkan adanya biaya modal itu (Kadariah et al. 1978) Tujuan utama perhitungan penyusutan adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaian dan untuk menentukan jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan. Semua aktiva tetap kecuali tanah hanya akan memberikan manfaat dalam suatu jangka waktu tertentu. Pemakaian aktiva yang terus-menerus merupaka elemen yang menyebabkan terjadinya penyusutan. 59
Perkiraan penysutan yang dihasilkan melalui perhitungan ini adalah Rp 11.540.000 per tahun. Pada akhir proyek, nilai sisa yang diperoleh diperkirakan sebesar Rp 32.920.000 perhitungan perkiraan penyusutan dan perkiraan nilai sisa pembenihan ikan nila gesit dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Perkiraan Nilai Sisa Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi. No
Kebutuhan Investasi (A)
1 Kolam 2 Induk Nila Gesit 3 Induk Nila Hitam (betina) 4 Konstruksi Kolam 5 Waring 6 Cangkul 7 Garpu 8 Belincong 9 Golok 10 Parang 11 Timbangan 12 Tabung gas Nilai Total
Nilai (Rp) (B) 37.500.000 17.000.000 34.000.000 5.000.000 6.150.000 60.000 90.000 75.000 100.000 60.000 400.000 725.000 101.160.000
UE (Tahun) (C)
Perkiraan Nilai Sisa (Rp) (D)
Perkiraan Penyusutan (Rp) (E=(B-D)/C)
2 2
7.480.000 22.440.000
4.760.000 5.780.000
5 2 2 2 2 2 5 5
2.500.000
730.000 30.000 45.000 37.500 50.000 30.000 40.000 85.000 11.587.500
200.000 300.000 32.920.000
Komponen biaya berikutnya adalah biaya tetap. Biaya tetap merupakan salah satu komponen arus tunai pembenihan ikan nila gesit, terdiri dari gaji dan pembelian skupnet setiap empat bulan. Biaya yang dikeluarkan untuk gaji merupakan komponen terbesar dalam komponen biaya setiap tahun. UPR Citomi mengeluarkan Rp 71.467.500 setiap tahun untuk membayar semua tenaga kerja tetap. Berikutnya adalah biaya pembelian skupnet, umur ekonomis skupnet adalah empat bulan, sehingga tidak dapat dimasukkan dalam komponen investasi. Skupnet dibeli dengan harga Rp 15.000 per unit, dalam empat bulan UPR Citomi membeli delapan buah skupnet. Sehingga biaya pembelian skupnet setiap empat bulan adalah Rp 120.000 atau Rp 480.000 setiap tahun. Perawatan tidak dimasukkan dalam biaya tetap, karena termasuk biaya upah tenaga kerja. Rincian biaya tetap dapat dilihat dalam Tabel 17
60
Tabel 17. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi No Uraian 1 Gaji Pimpinan 2 Sekretaris 3 Bendahara/Adm 4 Manajer Produksi 5 Manajer Pemasaran 6 Supervisor Produksi 7 Kepala Divisa Nila Hitam 8 Skupnet 9 Penyusutan Total Biaya Tetap
Satuan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Unit
Jumlah 12 12 12 12 12 12 12 32
Harga (Rp) 1.500.000 500.000 500.000 800.000 800.000 450.000 400.000 15.000 -
Nilai (Rp) 18.000.000 6.000.000 6.000.000 9.600.000 9.600.000 5.400.000 4.800.000 480.000 11.587.500 71.467.500
Dalam skenario II, seperti yang terdapat dalam Tabel 18, komponen biaya tetap ditambah dengan angsuran pinjaman ke bank. Nilai angsuran adalah sebesar Rp 24.118.902 setiap semester, sehingga total biaya tetap yang dikeluarkan dalam skenario II adalah sebesar Rp 119.705.304setiap tahun. Tabel 18. Perhitungan Pembayaran Angsuran Modal Pinjaman No Uraian 1 Pinjaman 2 Waktu Pengembalian (semester) 3 Tingkat Suku Bunga (6,5%) 4 Capital Recovery Factor 5 Angsuran Per Semester
Jumlah 82.626.500 4 6,5% 0,292 24.118.902
6.2.2 Analisis Manfaat Analisis kelayakan finansial adalah bentuk analisis kuantitatif, sehingga manfaat yang dianalisis adalah manfaat yang nyata atau manfaat yang dapat dihitung (tangible benefit). Manfaat yang diperoleh dari kegiatan pembenihan ikan nila gesit adalah manfaat yang didapat dari penerimaan hasil penjualan larva yang diproduksi. Produksi benih ikan nila berlangsung setiap bulan sepanjang tahun. Oleh sebab itu penerimaan yang diperoleh dari pembenihan pun adlah setiap bulan. Rincian penerimaan pembenihan ikan nila gesit setiap bulan dapat dilihat dalam Tabel 19
61
Tabel 19.Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Nila gesit Semester 1 No
Bulan
1 2 3 4 5 6
Nopember Desember Januari Februari Maret April Jumlah Produksi Rata-rata Produksi Semester 2 No 7 8 9 10 11 12
Bulan Mei Juni Juli Agustus September Oktober Jumlah Produksi Rata-rata Produksi
Tahun 1 Produksi Nilai (Rp) (Ekor) 630.000 10.080.000 1.459.000 23.344.000 2.986.000 47.776.000 1.620.000 25.920.000 2.385.000 38.160.000 1.905.000 30.480.000 10.985.000 175.760.000 1.830.833 29.293.333 Tahun 1 Produksi Nilai (Rp) (Ekor) 2.025.000 32.400.000 2.638.400 42.214.400 2.180.000 34.880.000 1.219.200 19.507.200 986.000 15.776.000 859.000 13.744.000 9.907.600 158.521.600 1.651.267 26.420.267
Tahun 2 Produksi Nilai (Rp) (Ekor) 661.500 10.584.000 1.531.950 24.511.200 3.135.300 50.164.800 1.701.000 27.216.000 2.504.250 40.068.000 2.000.250 32.004.000 11.534.250 184.548.000 1.922.375 30.758.000 Tahun 2 Produksi Nilai (Rp) (Ekor) 2.126.250 34.020.000 2.770.320 44.325.120 2.289.000 36.624.000 1.280.160 20.482.560 1.035.300 16.564.800 901.950 14.431.200 10.402.980 166.447.680 1.733.830 27.741.280
Berdasarkan informasi dari Tabel 18, penerimaan pada semester dua lebih kecil daripada semester pertama. Penerimaan semester ke dua mengalami penurunan sesebar 36,1 persen atau senilai Rp 17.238.400, penurunan penerimaan ini disebabkan menurunnya permintaan dan produksi larva ikan nila gesit karena perubahan iklim. 6.2.3 Proyeksi Rugi/Laba Hasil perhitungan proyeksi rugi laba usaha pembenihan ikan nila gesit, menunjukkan keuntungan terbesar diperoleh pada semester pertama tahun kedua, yaitu
sebesar Rp
80.662.992.
Peningkatan
keuntungan
ini disebabkan
meningkatnya produksi benih di tahun ke dua sebesar lima persen. Pada tahun pertama penerimaan lebih kecil dari tahun kedua karena masih ada konsumen yang meragukan kualitas ikan nila gesit, konsumen ini menunggu hasil dari petani yang lebih dulu membelinya. EBIT (Earning Before Interest and Tax) adalah laba kotor yang harus dikurangi dengan pajak sebesar 15 persen. Laba kotor yang diperoleh semester di
62
atas Rp. 50.000.000, dalam undang-undang perpajakan, pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang memiliki laba antara 50 juta sampai 250 juta rupiah adalah 15 persen, lalu sisanya dikenakan pajak sebesar 5 pesen untuk pajak lapis pertama (Rp 0,00-Rp 50.000.000,00). Setelah dikurangi pajak, dalam skenario I laba langsung menjadi laba bersih perusahaan atau EAT (Earning Before Tax). Proyeksi perhitungan rugi laba dalam skenario I atau saat biaya
sepenuhnya menggunakan modal sendiri dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Proyeksi Rugi/Laba Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario I No
Uraian
1 Penerimaan Biaya 2 Biaya Tetap 3 Penyusutan 4 Biaya Variabel 5 Biaya Total 6 EBIT 7 Tax 1 (15%) 8 EAT 1 9 Tax 2 (5%) 10 EAT
1 175.760.000 35.733.750 5.793.750 48.626.500 90.154.000 85.606.000 12.840.900 72.765.100 3.638.255 69.126.845
Semester 2 3 158.521.600 184.548.000 35.733.750 5.793.750 42.317.500 83.845.000 74.676.600 11.201.490 63.475.110 3.173.756 60.301.355
35.733.750 5.793.750 48.922.000 90.449.500 94.098.500 14.114.775 79.983.725 3.999.186 75.984.539
4 166.447.680 35.733.750 5.793.750 42.622.000 84.149.500 82.298.180 12.344.727 69.953.453 3.497.673 66.455.780
Dalam skenario II, laba yang kotor atau laba yang belum dikurangi bunga dan pajak masih di sebut EBIT (Earning Before Interest and Tax). EBIT terlebih dahulu dikurangi dengan interest (beban bunga) yang harus dibayarkan kepata investor sehingga menjadi EBT (Earning Befote Tax). Setelah menjadi EBT laba dikurangi tax (pajak). Laba yang telah dikurangi bunga pinjaman dan pajak adalah laba bersih. Proyeksi perhitungan rugi laba dalam skenario II atau saat biaya sebagian menggunakan modal pnjaman dapat dilihat pada Tabel 21.
63
Tabel 21. Proyeksi Rugi/Laba Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario II No
Uraian
1 Penerimaan Biaya 2 Biaya Tetap 3 Penyusutan 4 Biaya Variabel 5 Biaya Total 6 EBIT 7 Interest 8 EBT 9 Tax 1 (15%) 10 EAT 1 11 Tax 2 (5%) 12 EAT
1 175.760.000 29.940.000 5.793.750 48.626.500 84.360.250 91.399.750 5.370.723 86.029.028 13.709.963 77.689.788 4.301.451 73.388.336
Semester 2 3 158.521.600 184.548.000 29.940.000 5.793.750 42.317.500 78.051.250 80.470.350 4.152.091 76.318.259 12.070.553 68.399.798 3.815.913 64.583.885
29.940.000 5.793.750 48.922.000 84.655.750 99.892.250 2.854.248 97.038.002 14.983.838 84.908.413 4.851.900 80.056.512
4 166.447.680 29.940.000 5.793.750 42.622.000 78.355.750 88.091.930 1.472.046 86.619.884 13.213.790 74.878.141 4.330.994 70.547.146
Berdasarkan proyeksi rugi laba pada tabel 17 dan 18 diketahui bahwa laba bersih atau EAT pada skenario II lebih kecil dari skenario I. Rata-rata selisih antara dua skenario adalah Rp 501.613 setiap semester atau EAT skenario II lebih kecil 0,65 persen dari skenario I. Perbedaan ini terjadi karena pada skenario II terdapat biaya tambahan berupa interest atau bunga yang secara langsung mengurangi penerimaan.
6.2.4 Analisis Kriteria Kelayakan Investasi Kriteria investasi yang digunakan untuk menjadi indikator kelayakan finansial ICFF adalah NPV dan Net B/C. Syarat dari indikator ini adalah NPV > 0, dan Net B/C > 1. Berikut ini kriteria investasi yang digunakan : 1) Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NPV) 2) Internal Rate of Return (IRR) 3) Net Benfit Cost Ratio (Net B/C) Untuk mengetahui kriteria di atas, dilakukan perhitungan arus tunai (cash flow). Arus tunai terdiri dari dua komponen besar, arus penerimaan kas (cash in flow) dan arus pengeluaran kas (cash out flow). Perhitungan arus tunai dilakukan
terhadap pembenihan ikan nila gesit yang dilakukan oleh UPR Citomi. Arus penerimaan kas terdiri dari penerimaan hasil penjualan produk dan nilai sisa investasi atau penerimaan yang diharapkan diperoleh dari penjualan investasi di
64
akhir proyek, sedangkan arus pengeluaran kas terdiri dari investasi, biaya tetap dan biaya variabel. 6.2.4.1 NPV (Net Present Value) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran tingkat bunga tertentu, (Kadariah et al 1976). Informasi tentang prhitungan arus tunai untuk skenario I dapat dilihat dalam Tabel 22. Proyeksi perhitungan cashflow untuk skenario II dapat dilihat dalam Tabel 23. Tabel 22. Proyeksi Cash Flow Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario I No Keterangan 1 Inflow 0 Pendapatan Nilai Sisa Total Inflow 2 Total Investasi 67.160.000 3 Total Biaya Tetap 29.700.000 4 Total Biaya Variabel 3.696.735 5 Total Outflow 100.556.735 6 Benefit (100.556.735) 7 DF 13% 1,00 8 PV (100.556.735) 9 PV (+) 321.771.520 10 PV (-) (100.556.735) 11 NPV 221.214.785 12 Net B/C 3,20 13 IRR 62% 14 PP 0,24
Semester 1 175.760.000
2 158.521.600
3 184.548.000
175.760.000
158.521.600
184.548.000
4 166.447.680 32.920.000 199.367.680
29.940.000 48.626.500 112.566.500 63.193.500 0,94 59.336.620
29.940.000 42.317.500 72.257.500 86.264.100 0,88 76.055.545
29.940.000 42.622.000 72.562.000 111.986.000 0,83 92.707.508
29.940.000 48.922.000 78.862.000 120.505.680 0,78 93.671.848
-
-
Berdasarkan perhitungan cash yang flow untuk skenario I, nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 221.214.785 artinya usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi akan memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 221.214.785 selama umur proyek, dinilai dari sekarang berdasarkan tingkat suku bunga 13 persen per tahun atau 6,5 persen per semester. Berdasarkan nilai NPV yang diperoleh, usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi dikatakan layak untuk dilanjutkan karena nilai NPV lebih besar dari nol.
65
Saat usaha pembenihan ikan nila gesit dijalankan dengan menggunakan modal pinjaman (Skenario II) nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp yang artinya usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi akan memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 216.171.853 selama umur proyek, dinilai dari sekarang berdasarkan tingkat suku bunga 6,5 persen per semester. Berdasarkan nilai NPV yang diperoleh, usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi dikatakan layak untuk dilanjutkan karena nilai NPV lebih besar dari nol. Tabel 23. Proyeksi Cash Flow Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario II No Keterangan 1 Inflow Pendapatan Nilai Sisa Pinjaman Total Inflow 2 Total Investasi 3 Total Biaya Tetap 4 Total Biaya Variabel 5 Total Outflow 6 Benefit 7 DF 13% 8 PV 9 PV (+) 10 PV (-) 11 NPV 12 Net B/C 13 IRR 14 PP
0
67.160.000 29.700.000 3.696.735 100.556.735 (100.556.735) 1,00 (100.556.735) 316.728.588 (100.556.735) 216.171.853 3,15 79% 0,25
1 175.760.000
Semester 2 158.521.600
3 184.548.000
4 166.447.680 32.920.000
82.626.500 258.386.500
158.521.600
184.548.000
199.367.680
54.058.902 48.626.500 136.685.402 121.701.098 0,94 114.273.332
54.058.902 42.317.500 96.376.402 62.145.198 0,88 54.790.891
54.058.902 42.622.000 96.680.902 87.867.098 0,83 72.740.697
54.058.902 48.922.000 102.980.902 96.386.778 0,78 74.923.668
6.2.4.2 Net B/C Analisis ini bertujuan untuk mengetahui beberapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek.
Net B/C
merupakan perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif (Bt-Ct>0) dengan total nilai sekarang dari peneriman yang bersifat negatif (Bt-Ct<0). Saat menggunakan skenario I Usaha pembenihan nila ikan nila gesit yang dilakukan UPR Citomi memiliki nilai Net B/C sebesar 3,20. Hal ini berarti selama umur proyek usaha yang dijalankan UPR Citomi dinyatakan layak dan 66
menguntungkan untuk dikembangkan. Nilai Net B/C sebesar 3,20 menunjukkan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1,00, maka akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp 2,20 selama umur proyek pada tingkat suku bunga 13 persen per tahun. Berdasarkan hasil perhitungan dalam proyeksi Cashflow dalam skenario II Net B/C yang dihasilkan sebesar 3,15. Hal ini berarti selama umur proyek usaha yang dijalankan UPR Citomi dinyatakan layak dan menguntungkan untuk dikembangkan. Nilai Net B/C sebesar 3,15 menunjukkan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1,00, maka akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp 2,15 selama umur proyek pada tingkat suku bunga 13 persen per tahun. 6.2.4.3 IRR (Internal Rate of Return) IRR adalah tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu, yang membuat NPV dari usaha sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi dilakukan. (Kadariah et al 1976). Apabila IRR lebih besar dari tingkat diskonto (discount rate) yang berlaku, maka dari aspek finansial usaha layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR pada usaha ini saat menggunakan skenario I adalah sebesar 69 persen. Nilai IRR yang diperoleh menunjukkan bahwa keuntungan yang akan diperoleh dari usaha ini adalah 69 persen per tahun selama umur proyek atas investasi yang telah ditanamkan. Dalam skenario II IRR yang diperoleh sebesar 72 persen, artinya keuntungan yang akan diperoleh dari usaha ini adalah 72 persen per tahun selama umur proyek atas investasi yang telah ditanamkan. 6.2.4.4 PP (Payback Period) Analisa ini merupakan cara penilaian investasi yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh keuntungan biaya bersih (payback period). Dengan demikian dapat diketahui jangka waktu pengembalian modal. Dalam skenario I, PP yang dihasilkan adalah 0,24 artinya investasi yang ditanamkan akan kembali dalam waktu 0,24 tahun atau 2 bulan 20 hari. Sedangkan dalam skenario II, PP yang dihasilkan sebesar 0,25 artinya investasi yang ditanamkan akan kembali dalam waktu 0,25 tahun atau 3 bulan.
67
6.2.4.5 Cross-Over Discont Rate Menurut Gittinger JP (1986), Cross-Over Discont Rate (CDR) adalah tingkat diskonto tertentu dimana kedua alternatif akan memiliki NPV yang sama, secara secara ekonomis tidak ada perbedaan alternatif mana yang akan dipakai. Nilai CDR dapat dicari dengan menggunakan grafik atau menggunakan diskonto perbedaan arus-arus biaya. Jika biaya modal atau tingkat batas berada di bawah CDR, maka akan dipilih alternatif yang memerlukan pengeluaran modal awal yang lebih tinggi, tetapi memiliki pengeluaran yang lebih rendah di masa yang akan datang. Apabila di atas CDR maka lebih baik memilih alternatif investasi yang memiliki biaya awal yang lebih rendah, walaupun kemudian akan melibatkan biaya operasi yang lebih besar. Grafik CDR pada usaha pembenihan ikan nila gesit di UPR Citomi dapat dilihat dalam Gambar 6.
Gambar 7. Grafik CDR Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit 68
Berdasarkan Grafik dalam gambar enam dapat dilihat bahwa CDR yang terbentuk antara skenario I dan skenario II adalah 14 persen. Artinya adalah NPV skenario I dan skenario II akan memiliki nilai yang sama pada tingkat suku bunga 14 persen, dengan demikian apabila nilai suku bunga berada di bawah 14 persen maka alternatif investasi yang dipilih adalah investasi yang memiliki pengeluaran modal awal lebih tinggi atau skenario I dalam kasus UPR Citomi. Apabila tingkat suku bunga yang terbentuk berada di atas CDR maka alternatif investasi yang dipilih adalah investasi yang memiliki biaya awal lebih rendah, walaupun kemudian akan melibatkan biaya operasi yang lebih besar atau skenario II dalam kasus UPR Citomi. Perhitungan CDR terlampir dalam Lampiran 6. 6.2.4 Analisis Switching Value Perhitungan analisis sensitifitas menggunakan teknik nilai pengganti atau switching value. Menurut Gittinger JP (1986), penggunaan teknik nilai pengganti
dalam analisis sensitifitas dilakukan dengan cara mengganti beberapa elemen dalam analisa proyek, sampai analisa proyek tersebut menyentuh angka minimum kelayakannya. Cara yang digunakan penulis dalam teknik nilai pengganti adalah dengan menurunkan jumlah produksi sebesar 37,65 persen, meski secara historis belum terjadi penurunan produksi sebesar 37,65 persen, tetapi menurut supervisor bagian produksi, penurunan produksi dapat saja terjadi, bahkan sampai 50 persen, mengingat kondisi cuaca yang semakin sulit diprediksi perubahaanya. Setelah penurunan tersebut, berdasarkan skenario I usaha pembenihan ikan nila gesit yang dijalankan UPR Citomi menjadi tidak layak untuk dilanjutkan. Indikator kelayakan yang diperoleh NPV 225.691,93,
artinya adalah artinya usaha
pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi hanya akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 225.691,93selama umur proyek . Net B/C 1,00 menunjukkan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1,00, maka akan diperoleh manfaat bersih sebesar nol rupiah selama umur proyek pada tingkat suku bunga 13 persen per tahun dan IRR 0,07 persen berarti rata-rata pendapatan yang diperoleh setiap semester adalah 0,07 persen dari modal yang ditanamkan.
69
Pada skenario II indikator kelayakan pun menunjukkan hasil yang sama, yakni usaha pembenihan ikan nila gesit UPR Citomi tidak layak untuk dijalankan, indikator tersebut adalah NPV senilai Rp –Rp 4.817.240, artinya adalah artinya usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi akan memperoleh kerugian sebesar –Rp 4.817.240 selama umur proyek. Net B/C sebesar 0,95 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan kerugian sebesar Rp 0,05 dan IRR sebesar -2,22 persen artinya rata-rata pendapatan yang diperoleh setiap semester adalah -2,22 persen dari modal yang ditanamkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan menurunnya produktifitas induk adalah kualitas air menurun yang penilaiannya melalui penilaian suhu, bau, tekanan air, arus, salinitas, daya hantar listrik, keberadaan substrat penempel telur dan keberadaan lawan jenis kelamin (Efendi I, 2004). Salah satu langkah yang dapat diambil UPR Citomi untuk menjaga kualitas air adalah dengan membangun kolam indor. Kolam indor adalah kolam tertutup, dengan penggunaan kolam indor kualitas air dapat dijaga karena air tidak bersinggungan langsung dengan lingkungan luar. Cara kedua adalah dengan menurunkan harga jual larva sebesar 37,5 persen atau senilai Rp 6 per ekor larva menjadi Rp 10. Penurunan harga jual dapat terjadi apabila datang pesaing baru yang memiliki efisiensi produksi lebih tinggi. Pada skenario I cara penurunan harga larva mengakibatkan uasaha pembenihan ikan nila gesit menjadi tidak layak, dengan indikator NPV senilai Rp 1.106.126,56, artinya adalah usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi hanya akan memperoleh manfaat besih sebesar Rp 1.106.126,56 selama umur proyek. Meski memperoleh manfaat tetapi Net B/C senilai 1,01 artinya adalah usaha ini lebih cendrung “balik modal” saja atau setiap biaya yang dikeluarkan sebesar satu rupiah hanya mendatangkan penerimaan sebesar Rp 0,01 saja. IRR sebesar 0,34 persen berarti presentasi penghasilan dari setiap biaya yang dikeluarkan tidak hanya sebesar 0,34 persen. Pada skenario II cara kedua pun berdampak pada tidak layaknya usaha pembenihan ikan nila gesit UPR Citomi untuk dilanjutkan. Indikator kelayakan yang dihasilkan adalah NPV senilai -Rp 3.936.805,36, artinya adalah artinya usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi akan
70
mengalami kerugian sebesar -Rp 3.936.805,36 selama umur proyek. Net B/C sebesar 0,96 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan kerugian sebesar Rp 0,04 dan IRR sebesar -1,81 persen artinya setiap biaya yang dikeluarkan akan merugikan usaha sebesar 1,81 persen dari biaya tersebut setiap semester. Proyeksi perhitungan analisis sensitifitas dapat dilihat pada Tabel 24 Tabel 24. Proyeksi Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas NPV Ske nario I Cara 1 Cara 2 Ske nario II Cara 1 Cara 2
Net B/C
IRR
225.691,93 1.106.126,56
1,00 1,01
0,07% 0,34%
(4.817.240,00) (3.936.805,36)
0,95 0,96
-2,22% -1,81%
Dalam skenario II pengaruh analisis sensitivitas lebih besar daripada skenario I. Ini karena selama proyek, ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan yaitu angsuran. Dalam angsuran tersebut telah termasuk biaya bunga, sehingga secara langsung menambah komponen biaya dan mengakibatkan proyeksi cashflow untuk skenario II atau dengan modal pinjaman lebih sensitiv terhadap
perubahan selama proyek berlangsung.
71
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pembenihan ikan nila gesit diantaranya : 1)
Cuaca sangat mempengaruhi industri budidaya ikan nila dari hulu (pembenihan) sampai hilir (pembesaran). Saat musim hujan produksi ikan nila akan menurun di semua sub sistem karena terjadi up welling di hilir industri dan meningkat saat musim kemarau. Hal ini mempengaruhi produktifitas dan permintaan larva ikan.
2)
Aspek manajemen dalam organisasi UPR Citomi telah ditata dengan baik, terdapat pembagian tugas yang jelas dan sistem kompensasi yang baik, tetapi struktur organisasi ini masih dapat disederhanakan lagi.
3)
UPR Citomi merupakan usaha pembenihan milik perorangan dan termasuk dalam usaha kecil, baik menurut Undang-undang UMKM atau berdasarkan skala usaha yang ditetapkan oleh Dinas Perikanan.
4)
Dilihat dari aspek lingkungan, usaha pembenihan ikan nila gesit mempunyai dampak positif bagi lingkungan sosial, ekonomi dan ekosistem.
5)
Berdasarkan analisis aspek finansial usaha pembenihan ikan nila gesit layak untuk diteruskan, karena memenuhi syarat kriteria kelayakan yaitu : dalam skenario I NPV senilai Rp 221.214.785, Net B/C sebesar 3,20, IRR sebesar 62 persen dan PP 0,24 tahun. Dalam skenario II diperoleh NPV Senilai Rp 216.171.853, Net B/C senilai 3,15, IRR senilai 79 persen dan PP 0,25 tahun.
6)
Cross-Over Discont Rate (CDR) terbentuk pada titik Discont Rate sebesar 14
persen. 7)
Analisis Switchiing Value menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan nila gesit di UPR Citomi tidak layak dijalankan apabila terjadi penurunan produksi sebesar 37,65 persen dan penurunan harga jual larva sebesar 37,5 persen atau senilai Rp 6 per ekor larva menjadi Rp 10 per ekornya. Baik dalam skenario I maupun skenario II.
72
7.2. Saran 1)
UPR Citomi dapat menentukan Cross-Over Discont Rate dan memutuskan waktu yang tepat untuk melakukan pinjaman untuk menjalankan Usaha.
2)
Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara mencoba meningkatkan kualitas air dan menambah fasilitas pemeliharaan indor untuk menghindari fluktuasi perubahan cuaca. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan penerimaan.
3)
UPR Citomi dapat mencoba melakukan pemasaran dengan aktif atau mencari pasar baru yang lebih luas.
4)
Pemerintah harus memperbaiki kualitas sarana transportasi di wilayah yang mempunyai potensi bisnis dan wirausaha agar perekonomian di wilayahwilayah tersebut dapat tumbuh dengan baik.
73
DAFTAR PUSTAKA Bukit A. 2007. Analisis Usaha Ikan Patin di Kabupaten Bogor (Kasus Pembenihan di Kecamatan Ciampea dan Pembesaran di Kecamatan Kemang) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian , Institut Pertanian Bogor. Choliq, A, H.R.A.R. Wirasasmita, S. Hasan. 1999. Evaluasi Proyek (Suatu Proyek). Pionir Jaya. Bandung. Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya. Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Ed ke-2. Sutomo S, K Mangiri. Penerjemah. Jakarta : Universitas Indonesia Press. 579 hlm. Terjemahan dari : Economics Analysis of Agriculture Project. Gujarati D. 1995. Ekonometrika Dasar. Zain S. Penerjemah. Jakarta : Erlangga. 418 hlm. Terjemahan dari : Basic Econometrics. Handoko T H. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Ed ke 1. Yogyakarta: BPFE. Hardiantho D, Prayoga T, Kusuma A. 2008. Produksi Calon Induk Nila Gesit Dan Nila Unggul. http:// www.bbpbat.net. [20 Nopember 2009] Husnan S dan Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta. Iriani R. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada Kelompok Pembudidaya Mekarsari Desa Tanjungsari, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kadariah, L Karlina, C Gray. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek : Analisis Ekonomis. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 104 hlm. Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana. Lambhair MD. 2001. Pemasaran. David O, penerjemah. Jakarta : Salemba Empat. Terjemahan dari : Marketing. Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Cetakan 3. Jakarta : Ghalia Indonesia. 597 hlm. Prawirosentono S. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Jakarta : PT bumi Aksara. Rahardja P dan M Manurung. Jakarta : UI Press.
1999.
Teori Ekonomi Mikro.
Edisi Revisi.
74
Surahmat. 2009 Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Suyanto S R. 2009 Nila. Jakarta : Penebar Swadaya. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. Metode pengambilan contoh benih ikan dan udang. http//www.bsn.go.id. [20 Nopember 2009]. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock). http//www.bsn.go.id. [20 Nopember 2009]. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar. http//www.bsn.go.id. [20 Nopember 2009]. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2000. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar. [20 Nopember 2009]. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor kep. 44/men/2006 Tentang Pelepasan Varietas Ikan Nila Gesit Sebagai Galur Unggul Induk Jantan. http//www. infohukum.dkp.go.id. [20 Nopember 2009]. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang. 2003 Pemetaan Potensi Kelautan dan Perikanan (ATLAS) Kabupaten Subang. Subang : DKP Kabupaten Subang.
75
LAMPIRAN
76
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi
Lampiran 1.a Pemeliharaan Induk
Lampiran 1.b Persiapan Kolam
77
Lanjutan Lampiran 1.
Lampiran 1.c Pemijahan Induk
Lampiran 1.d Pemanenan Larva
78
Lanjutan Lampiran 1.
Lampiran 1.e Sumber Air
Lampiran 1.f Larva yang telah dikemas
79
Lampiran 2. Peta Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang
80
Lampiran 3. Switching Value Cara I (Penurunan jumlah produksi sebesar 37,65 persen) Skenario I No Keterangan 1 Inflow Pendapatan Nilai Sisa Total Inflow 2 Total Investasi 3 Total Biaya Tetap 4 Total Biaya Variabel 5 Total Outflow 6 Benefit 7 DF 6,5% 8 PV 9 PV (+) 10 PV (-) 11 NPV 12 Net B/C 13 IRR 14 PP
0
67.160.000 29.700.000 3.696.735 100.556.735 (100.556.735) 1,00 (100.556.735) 100.782.427 (100.556.735) 225.692 1,00 0% 2,87
1 109.586.360
Semester 2 3 98.838.218 115.065.678
109.586.360
98.838.218
115.065.678
4 103.780.128 32.920.000 136.700.128
29.940.000 48.626.500 112.566.500 (2.980.140) 0,94 (2.798.254)
29.940.000 42.317.500 72.257.500 26.580.718 0,88 23.435.136
29.940.000 42.622.000 72.562.000 42.503.678 0,83 35.186.631
29.940.000 48.922.000 78.862.000 57.838.128 0,78 44.958.913
81
Lampiran 4. Switching Value I (Penurunan jumlah produksi sebesar 37,65 persen) Skenario II No Keterangan InflowInflow 1 Pendapatan 2 Nilai Sisa 3 Pinjaman Total Total InflowInflow Total Total Investasi Investasi Total Total BiayaBiaya TetapTetap Total Total BiayaBiaya Variabel Variabel Total Total Outflow Outflow Benefit Benefit DF 17% DF 6,5% PV PV PV (+) PV (+) PV (-)P V (-) NPV NPV Net B/C Net B/C IRR IRR
0
67.160.000 29.700.000 3.696.735 100.556.735 (100.556.735) 1,00 (100.556.735) 95.739.495 (100.556.735) (4.817.240) 0,95 -2%
1 109.586.360
Semester 2 3 98.838.218 115.065.678
82.626.500 192.212.860
98.838.218
115.065.678
136.700.128
54.058.902 48.626.500 136.685.402 55.527.458 0,94 52.138.458
54.058.902 42.317.500 96.376.402 2.461.816 0,88 2.170.483
54.058.902 42.622.000 96.680.902 18.384.776 0,83 15.219.820
54.058.902 48.922.000 102.980.902 33.719.227 0,78 26.210.734
4 103.780.128 32.920.000
82
Lampiran 5. Switching Value Cara II (penurunan harga jual larrva sebesar 11,38 persen atau senilai Rp 1,82 per ekor larva) Skenario I No 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keterangan Inflow Pendapatan Nilai Sisa Total Inflow Total Investasi Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total Outflow Benefit DF 6,5% PV PV (+) PV (-) NPV Net B/C IRR
0
67.160.000 29.700.000 3.696.735 100.556.735 (100.556.735) 1,00 (100.556.735) 101.662.862 (100.556.735) 1.106.127 1,01 0%
1 109.850.000
Semester 2 3 99.076.000 115.342.500
109.850.000
99.076.000
115.342.500
4 104.029.800 32.920.000 136.949.800
29.940.000 48.626.500 112.566.500 (2.716.500) 0,94 (2.550.704)
29.940.000 42.317.500 72.257.500 26.818.500 0,88 23.644.779
29.940.000 42.622.000 72.562.000 42.780.500 0,83 35.415.798
29.940.000 48.922.000 78.862.000 58.087.800 0,78 45.152.988
83
Lampiran 6. Switching Value Cara II (kenaikkan penurunan harga jual larva sebesar 11,38 persen atau senilai Rp 1,82 per ekor larva) Skenario II No Keterangan 1 Inflow Pendapatan Nilai Sisa Pinjaman Total Inflow 2 Total Investasi 3 Total Biaya Tetap 4 Total Biaya Variabel 5 Total Outflow 6 Benefit 7 DF 6,5% 8 PV 9 PV (+) 10 PV (-) 11 NPV 12 Net B/C 13 IRR
0
67.160.000 29.700.000 3.696.735 100.556.735 (100.556.735) 1,00 (100.556.735) 96.619.930 (100.556.735) (3.936.805) 0,96 -2%
1 109.850.000
Semester 2 3 99.076.000 115.342.500
82.626.500 192.476.500
99.076.000
115.342.500
136.949.800
54.058.902 48.626.500 136.685.402 55.791.098 0,94 52.386.008
54.058.902 42.317.500 96.376.402 2.699.598 0,88 2.380.126
54.058.902 42.622.000 96.680.902 18.661.598 0,83 15.448.987
54.058.902 48.922.000 102.980.902 33.968.898 0,78 26.404.809
4 104.029.800 32.920.000
84
Lampiran 7. Tabel Perhitungan CDR Seme ster 1 2 3 4 5 Total
Benefit Tanpa Hutang (100.556.735) 63.193.500 86.264.100 111.986.000 120.505.680 281.392.545
Bene fit De ngan Hutang (100.556.735) 121.701.098 62.145.198 87.867.098 96.386.778 267.543.438
!"# $%%
Se lisih (58.507.598) 24.118.902 24.118.902 24.118.902 13.849.107
DF 10% 1,00 0,91 0,83 0,75 0,68
PV Se lisih (53.188.726) 19.932.977 18.120.888 16.473.534 1.338.673
DF 15% 1,00 0,87 0,76 0,66 0,57
$. ((). *+( . ,% $-% $ *,$. ,$-
85