ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KEPUASAN NASABAH TERHADAP PELAYANAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS RUKUN TANI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI
Putri Kusumaningtyas H34070002
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bogor 2011
1
RINGKASAN PUTRI KUSUMANINGTYAS. H34070002. Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HENY K.S DARYANTO). Permasalahan pertanian yang terjadi di Indonesia antara lain adalah kondisi petani yang memiliki tingkat pendidikan rendah, lemahnya organisasi petani, dan masalah permodalan. Permodalan menjadi permasalahan bagi petani karena adanya jaminan yang memberatkan petani, biaya transaksi yang mahal, dan bunga yang tinggi. Pemerintah berusaha mengatasi permasalahan tersebut salah satunya dengan mengadakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Tujuan dari program ini antara lain meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Sehingga dari program ini diharapkan dapat terbentuk lembaga keuangan mikro yang dapat memberikan akses permodalan pada petani kecil. Seperti yang telah dilakukan oleh Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi yakni membentuk Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani. Lembaga keuangan mikro ini merupakan pengembangan dari program pemerintah yang dilakukan secara swadaya oleh gapoktan penerima PUAP. Sehingga kegiatan evaluasi perlu dilakukan mengingat lembaga ini menunjang kegiatan penduduk sekitar, dan merupakan pengembangan program pemerintah di mana sering mengalami kegagalan dalam kelanjutannya. Evaluasi kinerja LKM-A Rukun Tani dilakukan dengan pendekatan kinerja keuangan serta dari segi tingkat kepuasan nasabah. Kinerja keuangan dilakukan untuk mengetahui kondisi internal khususnya kondisi keuangan LKM-A Rukun Tani. Sedangkan untuk tingkat kepuasan nasabah dilakukan untuk mengetahui tingkat kinerja pelayanan LKM-A Rukun Tani. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menganalisis kinerja keuangan LKM-A Rukun Tani, 2) Mengidentifikasi karakteristik nasabah LKM-A Rukun Tani, 3) Menganalisis tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan LKM-A Rukun Tani. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) kepada responden yang melakukan transaksi di LKMA Rukun Tani. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 nasabah LKM-A Rukun Tani yang ditentukan dengan rumus Slovin. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik responden, analisis rasio keuangan untuk mengetahui kinerja keuangan, dan Importance Performance Analysis (IPA) serta Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengetahui tingkat kinerja LKM-A Rukun Tani. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program MS. Excell 2007 dan SPSS ver. 19.0 for Windows. Hasil analisis keuangan menunjukkan kondisi yang cukup baik. Hal ini dilihat dari hasil rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas. Masingmasing rasio cenderung berada pada posisi yang aman bagi sebuah organisasi. Namun, yang perlu diperhatikan adalah tingkat pengembalian pinjaman. Hal ini perlu diperhatikan secara khusus agar tidak terjadi permasalahan kredit macet. Hasil analisis deskriptif mengenai karakteristik responden adalah persentase
2
terbanyak responden adalah dengan jenis kelamin pria (60%), dengan usia yang lebih dari 41 tahun (40%), statusnya menikah (95%), menempuh pendidikan terakhir Sekolah Dasar (48%), bekerja sebagai petani (45%), dengan lama usaha lebih dari 4 tahun (77%). Pendapatan yang diterima per bulan lebih dari Rp 2.000.000,00 per bulan (39%), dan pengeluarannya sekitar Rp 500.000,00-Rp 1.000.000 per bulan (42%) ini, jumlah pinjaman yang diajukan berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 (55%). Responden yang telah bergabung dengan LKM-A Rukun Tani paling banyak telah bergabung lebih dari 12 bulan (60%) dengan frekuensi pinjaman paling banyak sekitar 2 kali (52%). Responden memilih meminjam ke LKM-A Rukun Tani dengan alasan paling banyak yaitu karena mudah persyaratannya (48%). Hubungan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja LKM-A Rukun Tani dapat dilihat dari hasil Importance Performance Analysis (IPA) yang tersaji dalam diagram kartesius. Pada kasus kepuasan nasabah terhadap pelayanan pada LKMA Rukun Tani, atribut yang masuk ke dalam Kuadran I adalah prosedur pelayanan LKM-A, pemberian hadiah bagi anggota aktif. Sedangkan yang masuk di Kuadran II adalah ketelitian dan keakuratan karyawan, realisasi janji, pembagian shu tepat waktu, kecepatan dalam menangani transaksi, pemberian informasi, keramahan dan kesopanan karyawan, kejujuran pengurus dan karyawan, dan tingkat suku bunga pinjaman. Untuk Kuadran III, atributnya antara lain kebersihan LKM-A, kelengkapan fasilitas kantor, ketersediaan papan informasi dan koran, penyelenggaraan rapat anggota (bulanan) tepat waktu, kerjasama LKM-A dengan pihak lain, kecepatan dan ketepatan menanggapi masalah, bantuan biaya pengobatan, dan adanya kotak saran. Dan untuk Kuadran IV, atributnya antara lain lokasi LKM-A, keteraturan jadwal kerja LKM-A, pengetahuan karyawan dalam memberikan informasi, dan kemudahan dalam memanfaatkan jasa. Kepuasan nasabah terhadap kualitas pelayanan pada LKM-A Rukun Tani dapat dilihat dari nilai Customer Satisfaction Index (CSI) sebesar 74,41 persen. Nilai tersebut terletak pada rentang nilai CSI antara 0,61 – 0,80 yang berarti bahwa nasabah telah merasa puas dengan kinerja pelayanan LKM-A Rukun Tani.
3
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KEPUASAN NASABAH TERHADAP PELAYANAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS RUKUN TANI DESA CITAPEN, KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR
Putri Kusumaningtyas H34070002
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Bogor 2011
4
Judul Skripsi
: Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
Nama
: Putri Kusumaningtyas
NRP
: H34070002
Menyetujui, Pembimbing
Dr.Ir.Rr Heny K.S Daryanto, MEc NIP. 19610916 198601 200
Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr.Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Dan Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Rukun Tani Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011
Putri Kusumaningtyas H34070002
5
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 19 Desember 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bambang Riyanto, M.Ed dan Ibu Lilik Supriyati. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Dharmawanita Unibraw Malang pada tahun 2001, lalu melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 8 Malang pada tahun 2004 kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 8 Malang dan masuk dalam program IPA hingga lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) sebagai anggota dan pengurus. Penulis juga aktif pada organisasi mahasiwa Malang (OMDA AREMA) dan kepanitiaan yang diadakan oleh Fakultas. Prestasi akademik penulis adalah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar-dasar Komunikasi selama 2 semester. Prestasi non-akademik penulis adalah menjadi juara di bidang olahraga voli.
6
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah, rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan dan Kepuasan Nasabah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor” . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi LKM-A Rukun Tani dari segi keuangan yang dilihat dari kinerja keuangan, dan dari segi tingkat kinerja yang dilihat dari tingkat kepuasan nasabah LKM-A Rukun Tani.
Bogor, Oktober 2011 Putri Kusumaningtyas
7
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Heny K.Daryanto, M.Ec selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr.Ir. Anna Fariyanti, M.Si dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ir. Lukman Mohammad Baga, MAE yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik. 5. Pihak Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani, serta warga Desa Citapen atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan. 6. Sahabat seperjuangan, Jihan, Anten, Agrivinie, Venty, Dinar, Octiasary, Tami, Haqi, Decy, Azi, dan teman-teman Agribisnis angkatan 44 atas semangat dan doanya, serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Oktober 2011 Putri Kusumaningtyas
8
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xv
I PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 1.5. Ruang Lingkup ...............................................................................
1 1 6 9 9 9
II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 2.1. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia ........................... 2.2. Penelitian Terdahulu ......................................................................
10 10 12
III
KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 3.1.1. Kinerja Keuangan ....................................................... 3.1.2. Analisis Rasio ............................................................. 3.1.2.1 Rasio Likuiditas ............................................... 3.1.2.2 Rasio Solvabilitas ............................................ 3.1.2.3 Rasio Rentabilitas ............................................ 3.1.3. Jasa ............................................................................. 3.1.3.1 Karakteristik Jasa ............................................ 3.1.3.2 Kualitas Jasa .................................................... 3.1.4. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance Analysis) ........................... 3.1.5. Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) ...................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .........................................
19 19 19 19 19 22 23 25 25 26
METODE PENELITIAN ............................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 4.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................... 4.3. Metode Pengambilan Sampel ............................................... 4.4. Deskripsi Variabel ............................................................... 4.5. Metode Pengumpulan Data ................................................... 4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................. 4.6.1. Analisis Deskriptif ..................................................... 4.6.2. Analisis Kinerja Keuangan ......................................... 4.6.3. Analisis Rasio ............................................................ 4.6.3.1. Rasio Likuiditas ............................................. 4.6.3.2. Rasio Solvabilitas ........................................... 4.6.3.3. Rasio Rentabilitas ........................................... 4.6.4. Pengujian Kuisioner ....................................................
34 34 34 35 35 36 37 37 38 38 38 40 41 42
IV
28 29 30
9
4.6.4.1. Uji Validitas ................................................... 4.6.4.2. Uji Reliabilitas ................................................ 4.6.5. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance Analysis) ........................... 4.6.6. Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) .................................... 4.6.7. Definisi Operasional ...................................................
42 43
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................... 5.1. Gambaran Umum LKM-A Rukun Tani ................................ 5.1.1. Sejarah LKM-A Rukun Tani ...................................... 5.1.2. Visi dan Misi LKM-A Rukun Tani ............................. 5.1.3. Struktur Organisasi LKM-A Rukun Tani ................... 5.1.4. Aktivitas LKM-A Rukun Tani .................................... 5.1.4.1. Keanggotaan LKM-A Rukun Tani ................................................ 5.1.4.2. Penyaluran Dana PUAP ................................................................
48 48 48 49 49 51 51 52
VI
ANALISIS KINERJA KEUANGAN ............................................ 6.1. Analisis Rasio Likuiditas ...................................................... 6.2. Analisis Rasio Solvabilitas ................................................... 6.3. Analisis Rasio Rentabilitas ...................................................
55 55 57 59
VII TINGKAT KEPUASAN NASABAH LKM-A RUKUN TANI .. 7.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .......................................... 7.2. Karakteristik Responden ................................................................... 7.3. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance Analysis) ................................................. 7.3.1. Kuadran I (Prioritas Utama) ................................................... 7.3.2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) .......................................... 7.3.3. Kuadran III (Prioritas Rendah) ............................................... 7.3.4. Kuadran IV (Berlebihan) ........................................................ 7.4. Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) ...............................................
62 62 62
V
44 46 47
73 76 77 80 83 84
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
92
LAMPIRAN ..............................................................................................
96
10
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Jumlah SHU Berjalan pada LKM-A Rukun Tani Tahun 2010 ............
7
2.
Data Jumlah Nasabah LKM-A Rukun Tani ........................................
8
3.
Peta Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia .....................................
11
4.
Hasil Analisis Rasio Likuiditas KUD Sumber Alam dan Primkopti ..
16
5.
Ringkasan Penelitian Terdahulu ..........................................................
18
6.
Jenis dan Sumber Data ........................................................................
34
7.
Dimensi Pelayanan LKM-A Rukun Tani ............................................
36
8.
Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kinerja LKM-A Rukun Tani ................................................................
44
Kriteria Indeks Kepuasan Konsumen ..................................................
47
10. Rincian Paket Pinjaman Komoditi Padi Sawah ..................................
53
11. Rincian Paket Pinjaman Komoditi Sayuran/Hortikultura ...................
53
12. Rincian Paket Pinjaman Ternak Kelinci .............................................
54
13. Hasil Perhitungan Rasio Likuiditas Tahun 2010 .................................
55
14. Hasil Perhitungan Rasio Solvabilitas Tahun 2010 ..............................
57
15. Hasil Perhitungan Rasio Rentabilitas Tahun 2010 ...............................
59
16. Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) .........................
74
17. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) ..................................
85
18. Rasio Keuangan LKM-A Rukun Tani ..................................................
86
9.
11
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis (IPA) .....
29
2.
Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................
33
3.
Struktur Organisasi LKM-A Rukun Tani .......................................
50
4.
Penyebaran Nasabah menurut Jenis Kelamin ................................
63
5.
Penyebaran Nasabah menurut Usia ................................................
64
6.
Penyebaran Nasabah menurut Status Pernikahan ..........................
64
7.
Penyebaran Nasabah menurut Pendidikan Terakhir ......................
65
8.
Penyebaran Nasabah menurut Jenis Pekerjaan ..............................
66
9.
Penyebaran Nasabah menurut Lama Usaha ...................................
66
10. Penyebaran Nasabah menurut Besarnya Pinjaman ........................
67
11. Penyebaran Nasabah menurut Pendapatan .....................................
68
12. Penyebaran Nasabah menurut Kerja Sampingan ...........................
69
13. Penyebaran Nasabah menurut Pendapatan Usaha Sampingan .......
69
14. Penyebaran Nasabah menurut Pengeluaran Per Bulan ..................
70
15. Penyebaran Nasabah menurut Alasan Meminjam .........................
71
16. Penyebaran Nasabah menurut Lama Bergabung ...........................
72
17. Penyebaran Nasabah menurut Frekuensi Peminjaman ..................
72
18. Diagram Kartesius Importance Performance Analysis (IPA) ........
75
12
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Neraca Lajur LKM-A Rukun Tani ...............................................
96
2.
Kuisioner Penelitian ....................................................................
97
3.
Indikator Pelayanan Jasa ..............................................................
99
4.
Pengukuran Tingkat Kepentingan Nasabah ..................................
104
5.
Pengukuran Tingkat Kinerja ........................................................
105
6.
Output Uji Validitas .....................................................................
106
7.
Hasil Uji Validitas Kuisioner .......................................................
107
8.
Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner ...................................................
108
13
I 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di
Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian juga merupakan salah satu sektor penggerak pembangunan nasional. Namun yang saat ini terjadi di Indonesia adalah munculnya masalah-masalah pertanian seperti yang tercantum dalam Konsep Pembangunan Nasional 1. Masalah pertanian yang umumnya terjadi pada petani di Indonesia antara lain adalah masalah kondisi petani, lemahnya organisasi petani dan masalah permodalan. Menurut Konsep Pembangunan Nasional (2004), jumlah petani di Indonesia yang pada saat itu mencapai 25 juta kepala keluarga tani, memiliki pendidikan formal yang rendah. Rendahnya pendidikan formal yang dimiliki petani menyebabkan pengetahuan terhadap pemakaian ataupun penyerapan informasi terhadap teknologi baru menjadi rendah sehingga produktivitas keluarga petani menjadi rendah pula. Kondisi petani seperti ini yang menyebabkan pertanian di Indonesia sulit untuk berkembang. Permasalahan selanjutnya adalah lemahnya organisasi petani yang berada di perdesaan. Lemahnya organisasi ini disebabkan karena kurangnya kesadaran petani untuk berorganisasi. Salah satu organisasi yang berkembang di perdesaan dan memiliki aktivitas simpan pinjam yang serupa dengan lembaga keuangan mikro adalah koperasi. Sebanyak 30 persen dari 138.000 koperasi di Indonesia hingga tahun 2011 belum aktif. Dari sisi volume usaha pun, perkoperasian di Indonesia juga masih sangat rendah. Saat ini baru 22 persen dari masyarakat Indonesia yang sudah dewasa tergabung dalam koperasi. Persentase ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan kondisi di negara-negara maju. Di Amerika Serikat sebanyak 70 persen dan Singapura sebanyak 80 persen warganya yang sudah dewasa tergabung dalam koperasi 2.
1
Apriantono A. 2004. Konsep Pembangunan Pertanian. http://www.deptan.go.id/renbangtan/konsep.htm. [Diakses tanggal 26 November 2010] 2 http://www.depkop.go.id [Diakses tanggal 29 September 2011]
14
Permasalahan terakhir adalah sulitnya permodalan bagi petani. Masalah ini merupakan masalah yang sering terjadi di kalangan petani khususnya petani kecil. Hal ini disebabkan karena sistem perbankan yang kurang peduli kepada petani. Ditandai dengan sulitnya persyaratan administrasi untuk memperoleh modal, serta adanya jaminan yang memberatkan petani pada lembaga perbankan yang bersangkutan karena lembaga perbankan tidak mau mengambil risiko pada usaha kecil. Sedangkan kebanyakan petani kecil tidak memiliki jaminan yang sesuai dengan persyaratan yang diajukan oleh lembaga perbankan. Untuk mendapatkan modal atau kredit dari lembaga keuangan formal (perbankan),
masyarakat
langsung
dihadapkan
pada
persyaratan
formal
administrasi. Persyaratan formal administrasi ini antara lain adanya persyaratan jaminan atau agunan (collateral). Persyaratan yang demikian pada umumnya tidak atau belum dimiliki oleh pengusaha kecil. Pada umumnya aset yang mereka miliki terutama aset fisik seperti tanah, rumah dan lain sebagainya, belum memiliki sertifikat (formal). Sebagian dari mereka tidak memiliki aset fisik yang bisa disertifikatkan, dan kalaupun ada nilainya sangat kecil. Hal lainnya yang memberatkan adalah mekanisme perbankan yang menurut penduduk perdesaan menyulitkan, sangat birokratis dan biaya transaksinya mahal. Sementara bagi lembaga keuangan formal sendiri hampir tidak masuk akal melakukan transaksi dengan skala mikro karena jelas akan menyebabkan tingginya biaya transaksi dan transaksi dengan sektor usaha yang penuh resiko tidak bisa dibenarkan. Walaupun pemerintah telah memberikan subsidi dalam bentuk suku bunga rendah, namun tetap menjadi mahal apabila semua biaya diperhitungkan seperti : adanya biaya administrasi, biaya transaksi, jangka waktu yang lama, bunga bank yang sudah ditentukan kadang terdapat denda bunga akumulatif apabila nasabah menunggak pembayaran/angsuran (Setyarini 2008). Selain masalah akses, rendahnya nilai pinjaman biasanya tidak disertai dengan kemudahan dan pelayanan mengenai ketepatan waktu dan ketepatan jumlah, sebab kemudahan dan pelayanan memerlukan biaya, adakalanya lembagalembaga tersebut hanya memberikan kesempatan meminjam pada waktu-waktu tertentu saja, dan nasabah atau calon nasabah harus datang sendiri untuk menerima dan membayar pinjamannya. Persyaratan-persyaratan yang ditetapkan
15
misalnya harus ada surat rekomendasi dari pejabat atau instansi tertentu akan menambah biaya perolehan kredit, sehingga kredit kecil akan menjadi relatif mahal. Hal inilah yang menyebabkan sebagian besar petani kecil lebih tertarik meminjam pada tengkulak. Dengan permasalahan-permasalahan seperti diatas, maka pemerintah mencanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) mempunyai beberapa tujuan yang tertulis pada Pedoman PUAP (2010), yaitu ; (1) mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah. (2) meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani. (3) memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. (4) meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan. Sejalan dengan format penumbuhan kelembagaan tani diperdesaan, Menteri
Pertanian
melalui
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor
273
/Kpts/OT.160/4/2007 telah menetapkan Gapoktan merupakan format final dari organisasi ditingkat petani diperdesaan yang didalamnya terkandung fungsi-fungsi pengelolaan antara lain unit pengolahan dan pemasaran hasil, unit peyediaan saprodi, unit kelembagaan keuangan mikro. Melalui Permentan 273 Kementerian Pertanian telah menetapkan dan mewadahi Gapoktan sebagai kelembagaan ekonomi petani serta sekaligus menentukan arah pembinaan kelembagaan petani diperdesaan. Gapoktan penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP, diarahkan untuk dapat dibina dan ditumbuhkan menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) sebagai salah satu unit usaha dalam Gapoktan. Berdasarkan Petunjuk Teknis Pemeringkatan (Rangking) Gapoktan PUAP Menuju LKM-A, kebijakan pengembangan Gapoktan PUAP menjadi Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan langkah strategis Kementerian Pertanian untuk menyelesaikan persoalan pembiayaan petani skala mikro dan buruh tani yang jumlahnya cukup besar diperdesaan. Lembaga Keuangan Mikro
16
Agribisnis (LKM-A) adalah Lembaga Keuangan Mikro yang didirikan, dimiliki dan dikelola oleh petani/masyarakat tani di perdesaan guna memecahkan masalah/kendala akses untuk mendapatkan pelayanan keuangan untuk membiayai usaha agribisnis. Pengukuran kinerja aspek managemen pengelolaan LKM-A pada gapoktan merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui pola pengelolaan keuangan (manajemen keuangan) di tingkat Gapoktan PUAP oleh pengurus. Sesuai dengan kaedah-kaedah pengelolaan keuangan, pencatatan keuangan bertujuan untuk: (a) Meningkatkan tata cara pengelolaan keuangan dan pelaksanaan teknis di lapangan; (b) Mengetahui tata cara penggunaan dana; (c) Dalam tahap awal dapat diketahui tingkat efesiensi atau adanya penyimpangan dalam penggunaan dana; (d) Memudahkan dalam pembuatan laporan keuangan kepada pihak eksternal terutama mempersiapkan Gapoktan masuk pada jaringan Linkages program dari bank/lembaga keuangan (e) Memudahkan badan / tim pengawas melakukan pemeriksaan dalam penggunaan uang organisasi. Pengukuran managemen pengelolaan LKM-A dilakukan untuk beberapa pertimbangan
yaitu
:
(1)
Mengukur
tingkat
keberhasilan
dari
proses
pendampingan terkait dengan pengelolaan keuangan. Proses pendampingan ini secara nyata ditunjukkan adanya peningkatan kemampuan pengurus gapoktan dalam mengelola keuangan. Setiap kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan didasarkan pada AD/ART dan standar manajemen keuangan yang telah ditetapkan; (2) Mengukur proses pencatatan dan pelaporan keuangan, untuk menjamin akuntabilitas pengelolaan keuangan. Pengukuran managemen pengelolaan LKM-A dilakukan mengingat bahwa sering terjadi permasalahan pada Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia. Masalah yang sering terjadi pada LKM di Indonesia adalah kebanyakan LKM seperti LKM milik pemerintah, LKM proyek, maupun LKM-LSM menghadapi persoalan mengenai keberlanjutan aktivitasnya. Ketidakmampuan menjaga keberlanjutan tersebut dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor utama seperti (1) ketergantungan terhadap dukungan, baik dari pemerintah ataupun donor; (2) hanya merupakan proyek yang didesain untuk sementara waktu; (3) ketiadaan sistem keuangan mikro yang memadai, dan (4) ketidakmampuan
17
beradaptasi dengan situasi pasar keuangan mikro yang ada. Menghadapi masalah ini, maka perlu diingat bahwa aktifitas keuangan mikro hanya akan dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM) dan rakyat miskin manakala pelayanan keuangan mikro yang diberikannya dapat berlanjut (Ismawan, 2003). Rendahnya kinerja lembaga keuangan mikro, dapat dilihat dari aspek (1) rendahnya tingkat pelunasan kredit; (2) rendahnya moralitas aparat
pelaksana;
(3)
rendahnya
tingkat
mobilisasi
dana
masyarakat
(Martowijoyo, 2002). Kelemahan tersebut dapat mengakibatkan LKM yang terbentuk tidak berjalan setelah program kegiatan yang ada selesai. Salah satu lembaga keuangan mikro yang berada di Kabupaten Bogor adalah Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Badan Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Bogor, menyebutkan bahwa LKM-A Rukun Tani menjadi LKM-A terbaik se-Kabupaten Bogor pada tahun 2010. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani merupakan unit bisnis yang didirikan dibawah pengawasan Gapoktan Rukun Tani. Sesuai dengan Surat Keputusan Gapoktan Rukun Tani Nomor 01/Kpts/GT.RT/VII/2010 tentang Pengangkatan Manajer LKM-A Gapoktan Rukun Tani, lembaga keuangan mikro yang memiliki anggota sebanyak 150 orang ini memiliki fungsi untuk mengelola dana PUAP yang diterima oleh Gapoktan Rukun Tani pada tahun 2009 sebesar Rp 100.000.000,-. Lembaga keuangan mikro berupa LKM-A ini merupakan jenis lembaga keuangan yang ditujukan untuk melayani kebutuhan permodalan usaha kecil khususnya bagi usaha agribisnis. Terbentuknya LKM-A diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah permodalan yang pada umumnya dihadapi oleh petani, sehingga Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dapat menjadi alternatif solusi dalam mengatasi masalah permodalan bagi petani perdesaan. Sebagai lembaga yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, LKM-A Rukun Tani harus tetap berjalan dan dapat meningkatkan kinerjanya, baik dari kinerja keuangan, dan pelayanan terhadap konsumen organisasi (nasabah). Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja LKM-A Rukun Tani dengan metode yang tepat untuk mengetahui sampai sejauh
18
mana kinerja LKM-A Rukun Tani tersebut. Evaluasi kinerja harus dilakukan agar mampu memberikan informasi/data tentang kinerja organisasi LKM-A Rukun Tani dan untuk mengetahui pencapaian sasaran kinerja yang telah ditetapkan dalam tujuan organisasi tersebut. Evaluasi kinerja suatu organisasi/perusahaan dapat diukur menggunakan beberapa metode. Salah satu indikator yang dapat membantu mengukur evaluasi kinerja organisasi adalah dilihat dari aspek kinerja keuangan (finansial) dan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan LKM-A Rukun Tani. Selain itu, dengan menggunakan aspek kinerja keuangan dan kepuasan pelanggan, dapat diketahui kondisi internal dan eksternal dari LKM-A Rukun Tani, yang dimana kondisi internalnya digambarkan oleh kinerja keuangan, dan kondisi eksternalnya digambarkan dengan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan evaluasi kinerja keuangan dan perspektif pelanggan untuk mengetahui kinerja LKM-A Rukun Tani secara keseluruhan. 1.2
Perumusan Masalah Lembaga Keuangan Mikro Agribinisnis (LKM-A) merupakan lembaga
keuangan yang dibentuk oleh Gapoktan penerima dana PUAP dan memiliki fungsi sebagai lembaga yang mengelola dan menyalurkan dana PUAP kepada anggota. Menurut Badan Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Bogor, salah satu LKM-A yang mempunyai catatan prestasi yang baik adalah LKM-A Rukun Tani yang berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Bogor. Catatan prestasi yang baik ini menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani mampu bertahan di lingkungan yang rentan terhadap berbagai masalah yang pada umumnya sering terjadi pada LKM di Indonesia. Namun apakah predikat tersebut mampu ditunjukkan melalui kinerja yang telah dilakukan oleh LKM-A Rukun Tani. Dengan melakukan pengukuran kinerja maka dapat diketahui apakah proses yang terjadi di dalam aktivitas LKM-A sudah dapat menempatkan LKM-A Rukun Tani menjadi lembaga keuangan yang tidak hanya mampu menyalurkan bantuan modal tetapi juga mampu mensejahterakan anggotanya sesuai dengan visi dan misi LKM-A Rukun Tani. Secara umum LKM-A ini mempunyai fungsi dan
19
tujuan yang sama dengan LKM lainnya yang ada di Indonesia yaitu membantu program pemerintah dalam mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah. Lembaga keuangan ini mempunyai pencatatan yang dilakukan setiap harinya. Hal ini dikarenakan transaksi yang dilakukan nasabah LKM-A hampir terjadi tiap hari. Pihak manajemen LKM-A membagi laporan keuangan LKM-A Rukun Tani menjadi neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan yang dipakai pada penelitian ini merupakan neraca pada tahun 2010. Jumlah penerimaan SHU tiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Sisa Hasil Usaha LKM-A Rukun Tani tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total SHU
Jumlah SHU (Rp) 591.000 1.004.000 1.329.000 1.018.000 797.000 774.000 415.000 (4.588.000) 214.000 (110.500) 3.227.500 (204.000) 4.467.000
Sumber : Neraca Lajur LKM-A Rukun Tani (diolah)
Seperti yang terlihat pada Tabel 1, jumlah Sisa Hasil Usaha (SHU) selama satu tahun periode menunjukkan angka yang berfluktuasi. Penerimaan SHU yang berfluktuatif ini menggambarkan kondisi keuangan LKM-A yang tidak stabil. Keadaan yang tidak stabil ini membuat penting dilakukannya analisis rasio keuangan. Sehingga dapat diketahui keadaan keuangan LKM-A Rukun Tani yang sebenarnya. Di lain sisi, lembaga keuangan ini merupakan perusahaan yang memberikan jasa simpan pinjam kepada nasabahnya. Untuk perusahaan jasa, maka pelayanan kepada pelanggan perlu diperhatikan oleh perusahaan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan oleh LKM-A Rukun Tani adalah memberikan layanan yang terbaik bagi nasabahnya. Pihak manajemen memberikan pelayanan yang baik untuk memberikan kepuasan kepada nasabahnya, karena nasabah
20
merupakan pihak yang sangat berperan penting dalam berlangsungnya aktivitas LKM-A Rukun Tani. Pada Tabel 2 akan ditunjukkan perkembangan jumlah nasabah LKM-A Rukun Tani pada tahun 2010. Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa terjadi penambahan anggota LKM-A setiap bulannya. Peningkatan jumlah anggota ini sebaiknya diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh LKM-A Rukun Tani kepada nasabah. Nasabah LKM-A yang berjumlah 150 orang pasti memiliki karakter yang berbeda-beda.. Dengan mengetahui karakteristik nasabahnya, diharapkan manajemen LKM-A mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan sesuai dengan apa yang diinginkan nasabahnya. Tabel 2. Data Jumlah Nasabah LKM-A Rukun Tani Bulan Jumlah Anggota Januari 26 Februari 38 Maret 52 April 61 Mei 68 Juni 72 Juli 79 Agustus 83 September 88 Oktober 99 November 116 Desember 122 Sumber : Data Nasabah LKM-A Rukun Tani (diolah)
Pelayanan yang baik juga diharapkan dapat memberikan kepuasan dan nilai tambah bagi LKM-A Rukun Tani. Kepuasan nasabah sangat penting diketahui karena menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam menjual produknya. Untuk kasus ini adalah seberapa puaskan nasabah LKM-A Rukun Tani terhadap pelayanan yang diberikan. Langkah yang dapat ditempuh oleh manajemen LKM-A adalah dengan menganalisis kepuasan nasabah terhadap pelayanan LKM-A Rukun Tani. Agar dapat mempertahankan kinerja keuangan dan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan nasabah, LKM-A secara periodik perlu melakukan pengukuran terhadap kinerja keuangan dan kepuasan nasabahnya. Aktivitas ini akan sangat membantu upaya perbaikan dan peningkatan pelayanan terhadap nasabah.
21
Mengingat bahwa LKM-A Rukun Tani bertugas untuk mengelola dana dari pemerintah, maka diperlukan suatu pengukuran kinerja keuangan dan kepuasan pelanggan. Selain itu belum adanya penelitian mengenai pengukuran kinerja keuangan dan kepuasan pelanggan pada LKM-A Rukun Tani, menjadikan penelitian ini penting untuk dilaksanakan. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kinerja LKM-A Rukun Tani berdasarkan rasio keuangan? 2. Bagaimanakah karakteristik nasabah LKM-A Rukun Tani? 3. Bagaimana tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan LKM-A Rukun Tani? 1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1.
Menganalisis kinerja keuangan LKM-A Rukun Tani.
2.
Mengidentifikasi karakteristik nasabah LKM-A Rukun Tani.
3.
Menganalisis tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan LKM-A Rukun Tani.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan gagasan baru
yang dapat melengkapi studi-studi sebelumnya atau menjadi acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Fokus penelitian ini adalah pada pengukuran kinerja Lembaga Keuangan
Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani melalui pendekatan kinerja keuangan dan kepuasan pelanggan terhadap aktivitas LKM-A Rukun Tani. LKM-A Rukun Tani merupakan lembaga keuangan mikro yang mengkhususkan diri untuk menaungi nasabah yang mempunyai usaha di bidang agribisnis. Adapun data yang digunakan dalam menganalisis kinerja meliputi data keuangan LKM-A Rukun Tani dari pada periode 1 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010 (1 tahun kalender), dan pelanggan sebagai narasumber dalam pengukuran kepuasan pelayanan. Pelanggan yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah nasabah LKM-A yang menerima pelayanan dari LKM-A Rukun Tani. 22
II 2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di Indonesia Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjadi seiring dengan
perkembangan UKM serta masih banyaknya hambatan UKM dalam mengakses sumber-sumber pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal. Selain itu berkembangnya LKM juga tidak terlepas dari karakterisitik LKM yang memberikan kemudahan kepada pelaku UKM dalam mengakses sumber-sumber pembiayaan (Wijono 2005) Menurut Wijono (2005), pada dasarnya potensi pengembangan LKM masih cukup luas karena : 1.
Usaha mikro dan kecil belum seluruhnya dapat dilayani atau dijangkau oleh LKM yang ada.
2.
LKM berada di tengah masyarakat
3.
Ada potensi menabung oleh masyarakat karena rendahnya penyerapan investasi didaerah, terutama di perdesaan.
4.
Dukungan dari lembaga dalam negeri dan internasional yang cukup kuat. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan lembaga yang memiliki
potensi yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang sangat besar khususnya ekonomi di pedesaan. Menurut Ashari (2006) terdapat lima alasan yang mendukung pernyataan tersebut. Pertama, LKM berada di pedesaan yang dekat dengan petani/pelaku ekonomi sehingga petani/pelaku ekonomi tersebut dapat mengakses LKM dengan mudah. Kedua, petani/pelaku ekonomi di desa lebih menyukai proses yang singkat dan tidak melalui banyak prosedur. Ketiga, karakteristik usahatani pada umumnya tidak membutuhkan platfond peminjaman yang tinggi, sehingga sesuai dengan kemampuan LKM. Keempat, dekatnya lokasi LKM dan petani memungkinkan pengelola LKM memahami betul karakteristik usahatani sehingga dapat mengucurkan dana secara tepat baik dari segi waktu maupun jumlah. Kelima, terdapat keterkaitan socio-kultural serta adanya hubungan personal-emosional yang dapat mengurangi sifat moral hazard dalam pengembalian kredit. Walaupun biaya atas dana pinjaman dari LKM lebih tinggi sedikit dari tingkat bunga perbankan, LKM memberikan kelebihan misalnya berupa tiadanya
23
jaminan/agunan seperti yang dipersyaratkan oleh perbankan bahkan dalam beberapa jenis LKM pinjaman didasarkan pada kepercayaan karena biasanya peminjam beserta aktivitasnya sudah dikenal oleh LKM, kemudahan yang lain adalah pencairan dan pengembalian pinjaman yang fleksibel yang juga sering disesuaikan dengan cash flow peminjam. Jenis LKM lebih banyak didominasi oleh Unit Simpan Pinjam (USP), namun dari aspek besarnya perputaran pinjaman lebih didominasi oleh perbankan yaitu BRI Unit dan BPR. Hal ini terjadi karena skim kredit yang ditawarkan oleh BRI Unit dan BPR lebih besar daripada USP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Peta Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Tahun 2002 Jenis LKM BPR BRI Unit Badan Kredit Desa KSP USP LDKP Pegadaian BMT Credit Union & NGO Total
2,148 3.916
Simpanan (Rpmiliar) 9,254.00 27,429.00
5,345
0.38
0.48
0,20
0.40
0.00
1,097 35,218 2,272 264 3,038
85.00 1,157.00 334.00 209.00
n.a. n.a. n.a. n.a.
531.00 3,629.00 358.00 157.70 157.00
0.67 n.a. 1.30 0.02 1.20
0.79 n.a. 0.27 9.34 0.13
1,146
188.01
0,29
505.73
0.40
1.27
54,444
38,656.39
36,25
28,951.00
9.48
3.05
Jumlah (Unit)
5.61 29.87
Pinjaman (Rp – miliar) 9,431.00 14,182.00
Jumlah Peminjam (juta rek) 2.40 3.10
Rata-rata Pinjaman (Rp juta) 3.93 4.57
Penyimpan (juta rek)
Sumber : Ismawan, B (2003) Dilihat dari besarnya kredit yang disalurkan maka dua jenis LKM yang memiliki penyelenggara kredit mikro adalah BRI-unit dan BPR yang masingmasing menyumbang sebesar 49 % dan 33 % terhadap total kredit mikro. Jika diamati lebih lanjut segmen kredit mikro papan atas memang sebagian terbesar ditangani BRI meskipun rata-rata peminjamnya hanya Rp. 4.570.000,- jauh dibawah batas maksimum Rp. 50 Juta. Sementara BPR masih merupakan lembaga yang meminjamkan dananya dibawah BRI. Koperasi dan perkreditan lain nampaknya benar-benar melayani lapisan paling bawah dari pelaku kegiatan produktif karena secara rata-rata menangani peminjam dibawah Rp. 1 Juta.
24
Menurut Wijono (2005), permasalahan yang dihadapi oleh LKM terutama LKM bukan bank pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam hal-hal yang bersifat internal dan eksternal. Yang bersifat internal meliputi keterbatasan sumberdaya manusia, manajemen yang belum efektif sehingga kurang efisien serta keterbatasan modal. Sementara faktor yang bersifat eksternal meliputi kemampuan monitoring yang belum efektif, pengalaman yang lemah serta infrastruktur yang kurang mendukung. Kondisi inilah yang mengakibatkan jangkauan pelayanan LKM terhadap usaha mikro masih belum mampu menjangkau secara luas, sehingga pengembangan LKM yang luas akan sangat penting perannya dalam membantu investasi bagi usaha mikro dan kecil. Dalam memperkuat USP/KSP ke depan paling tidak ada tiga langka yang harus dilakukan : Pertama, harus dilakukan pemisahan koperasi simpan pinjam dan tidak boleh dicampur/dilaksanakan sebagai bagian dari koperasi serba usaha, terutama bila USP sudah menjadi besar dan sangat dominan; Kedua, harus segera diorganisir
kedalam
kelompok-kelompok
KSP
sejenis
untuk
melaksanakan integrasi secara utuh, sehingga peminjaman dan penyaluran dana antar KSP dapat terjadi dan berjalan efektif; Ketiga, perlu dikembangkan sistem asuransi tabungan anggota, asuransi resiko kredit serta lembaga keuangan pendukung lainnya. Disamping itu mekanisme pengawasan yang baik dan efektif akan menjamin bekerjanya mekanisme mobilisasi dana dan pemanfaatannya secara efektif. Arah Lembaga Keuangan Mikro ke depannya adalah sebagai berikut: 1.
Mengatasi legal status agar jelas, diarahkan menjadi Bank, Koperasi atau LKM yang saat ini sedang disiapkan RUU LKM;
2.
Pengawasan lebih intensif untuk melindungi pihak ketiga (penabung);
3.
Pengembangan
jaringan
melalui
penumbuhan
lembaga
keuangan
sekunder, jaringan on line untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat lokal. 2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah
yang dilakukan oleh Pamungkas (2009) melakukan penelitian tentang kinerja keuangan dan penilaian nasabah terhadap mutu pelayanan pada BPR Rama Ganda 25
Bogor. Kinerja keuangan
dianalisis menggunakan
analisis rasio (likuiditas,
solvabilitas, dan rentabilitas) serta menggunakan indeks kepuasan konsumen dalam menentukan mutu pelayanan BPR. Hasil analisis terhadap kinerja keuangan BPR Rama Ganda secara keseluruhan masih berada pada batas aman menurut Bank Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa BPR Rama Ganda dalam menjalankan kegiatan operasionalnya tidak hanya memperhatikan likuiditas saja, tetapi juga memperhatikan solvabilitas dan rentabilitas. Hasil dari indeks kepuasan konsumen menunjukkan bahwa nilai CSI BPR Rama Ganda terletak rentang skala 0,66 – 0,80. Hal ini menunjukkan secara umum indeks kepuasan nasabah BPR Rama Ganda berada pada kriteria “puas”. Nasabah merasa puas karena nasabah merasa bahwa BPR Rama Ganda dapat membantu kelangsungan dari usaha yang dijalankan. Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Lismawati (2009) mengenai kinerja keuangan dan pelayanan KUD Sumber Alam yang menggunakan analisis Trend, analisis Persentase Per Komponen, analisis Rasio (likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas usaha) sebagai alat analisis untuk kinerja keuangan serta menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan atribut-atribut tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa trend pada pos aktiva lancar cenderung meningkat dan hal ini menggambarkan kondisi yang baik karena pengurus dinilai cukup efektif dalam menempatkan investasi pada aktiva lancar sehingga akan mempermudah KUD dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo. Sementara pos aktiva tetap cenderung menurun. Hal ini dikarenakan sebagian dari aktiva tetap dimanfaatkan untuk memenuhi hutang KUD yang telah jatuh tempo. Trend pada pos kewajiban lancar dan jangka panjang juga mengalami penurunan karena seiring dengan penurunan aktiva tetap yang sebagian besar digunakan untuk melunasi hutang-hutang KUD. Sama halnya dengan trend pos penjualan yang mengalami penurunan tiap tahunnya. Hal ini berdampak pada trend SHU KUD yang juga mengalami penurunan. Hasil presentase per komponen menunjukkan aktiva lancar memberikan sumbangan aset terbesar dibandingkan asset lainnya. Sedangkan hasil rasio likuiditas menunjukkan bahwa keadaan yang kurang baik karena hasil perhitungannya selalu berada di bawah
26
standar. Perhitungan rasio solvabilitas menunjukkan keadaan yang cukup baik karena cenderung memenuhi standar. Hasil perhitungan rasio rentabilitas dan aktivitas usaha menunjukkan keadaan yang tidak baik karena nilai penjualan yang terus menurun menyebabkan SHU yang diperoleh KUD pun mengalami penurunan. Sementara hasil CSI menunjukkan tingkat kepuasan anggota terhadap pelayanan yang diberikan KUD Sumber Alam masih berada pada tingkatan cukup puas. Hal ini dikarenakan anggota menemui kesulitan dalam cara pembayaran baik saprotan, maupun cara pembayaran pakan ikan melalui KUD yang ditandai dengan nilai Weight Score rendah. Penelitian terdahulu lainnya adalah menurut Sulistyo (2010), yang melakukan penelitian mengenai analisis kinerja keuangan dan strategi pengembangan Koperasi Perikanan Mina Usaha. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis kinerja keuangan yang terdiri dari analisis rasio (likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas) dan analisis trend untuk mengetahui keadaan keuangan koperasi selama ini, analisis untuk merumuskan strategi digunakan analisis matriks SWOT (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats) dengan terlebih dahulu dilakukan identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal. Hasil penelitian terhadap kinerja keuangan menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis rasio, untuk rasio likuiditas (rasio lancar) rata-rata adalah 3,2. Dengan menggunakan standar sebesar 2, maka kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dapat menjamin hutangnya dengan aktiva lancar yang dimiliki koperasi perikanan. Rata-rata rasio solvabilitas untuk total hutang dengan total harta adalah 0,66. artinya kemampuan Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis dalam membiayai seluruh kewajibannya sudah cukup bagus (standar yaitu 0,5). Rasio solvabilitas total hutang dengan modal sendiri rata-rata adalah 3,41. Standart maksimumnya adalah 1,00. Nilai rasio rentabilitas untuk Return on Investment (ROI) rata-rata sebesar 6,01 persen, dimana Koperasi Perikanan Mina Usaha Desa Jetis akan memperoleh laba bersih setelah memperoleh SHU sebesar Rp 601 dari Rp 10.000 total aktivanya. Rata-rata rentabilitas modal sendiri sebesar 16,04 persen menandakan koperasi mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 16,04 dari modal sendiri sebesar Rp 100,00. Kondisi ini terbilang cukup baik dengan standard yang dipakai adalah >15 persen.
27
Hasil analisis trend pada neraca menunjukkan bahwa hampir setiap pos mengalami kenaikan kecuali pada pos kekayaan bersih. Trend pada rugi laba beberapa pendapatan mengalami penurunan meskipun pendapatan secara keseluruhan mengalami kenaikan terutama dari pendapatan simpan pinjam. Sementara hasil strategi melalui analisis SWOT menghasilkan alternatif strategi adalah sebagai berikut : 1) meningkatkan integritas/loyalitas dan jumlah anggota; 2) peningkatan produktivitas pengurus dan karyawan; 3) kerjasama dengan pemerintah dan pihak lain dalam pengembangan daerah wisata; 4) peningkatan kemampuan anggota dalam kegiatan penangkapan ikan; 5) memperkuat modal dan peran bakul lokal untuk meningkatkan daya beli di TPI; 6) meningkatkan hubungan dan pelayanan yang baik dengan nelayan sebagai pemasok sekaligus anggota dan dengan bakul sebagai pelanggan; 7) perbaikan program evaluasi; 8) mengupayakan penerapan teknologi pasca panen. Penelitian lainnya mengenai analisis kinerja keuangan dan aktivitas usaha KUD Sumber Alam dan Primkopti Kabupaten dan Kota Bogor oleh Akbar (2009) yang berlatar belakang adanya kepengurusan baru pada KUD Sumber Alam dan adanya penghentian unit usaha kacang kedelai pada Primkopti. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis trend dan analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha. Hasil dari analisis trend KUD Sumber Alam pada pos aktiva lancar memperlihatkan trend yang cenderung meningkat. Pada pos aktiva tetap memperlihatkan trend yang meningkat sehingga mengakibatkan trend dari total aktiva tetap mengalami peningkatan. Trend kewajiban lancar pada tahun 2005 – 2007 menunjukkan penurunan. Pada pos penjualan barang dan jasa menunjukkan trend yang menurun. Pada Primkopti pos pada aktiva lancar memperlihatkan trend yang menurun. Pada pos aktiva tetap memperlihatkan trend yang menurun sehingga mengakibatkan trend dari total aktiva tetap mengalami penurunan. Trend kewajiban lancar pada tahun 2005 – 2007 menunjukkan peningkatan, sedangkan pada pos penjualan barang dan jasa menunjukkan trend yang menurun. Hasil dari kinerja keuangan yang dapat dilihat dari analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa :
28
Tabel 4. Hasil analisis Rasio Likuiditas KUD Sumber Alam dan Primkopti Hasil No Jenis Rasio KUD Sumber Alam Primkopti 1 Rasio Lancar Tidak memenuhi Telah memenuhi standar (Current Ratio) standar karena berada karena rata-rata nilainya di di bawah 2 (standar atas 2, yaitu 2,76) minimum) 2 Rasio Cepat (Quick Nilai rata-rata rasio Nilai rata-rata rasio cepat Ratio) cepat adalah 1,16 dan sangat signifikan diatas berada dibawah standar standar minimum yaitu minimum yaitu 1,5. 3,00. Sumber : Akbar , 2009 (diolah) Rasio solvabilitas yang terdiri dari Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva (Equity To Total Asset Ratio), Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap (Equity To Fixed Asset Ratio), Rasio Aktiva Tetap Dengan Hutang Tetap (Fixed Asset To Long Term Ratio), Rasio Total Hutang Dengan Total Modal Sendiri (Debt Equity Ratio) dan Rasio Hutang Dengan Total Aktiva (Debt Ratio) menunjukkan bahwa KUD Sumber Alam dan Primkopti memiliki kinerja yang buruk karena memiliki nilai yang berada di bawah standar minimum. Demikian pula dengan Rasio Rentabilitas. Sehingga kesimpulannya kinerja keuangan KUD Sumber Alam dilihat dari sisi analisis trend dan analisis rasio keuangan menunjukkan hasil yang kurang baik karena hasil perhitungan secara keseluruhan berada di bawah standar minimum. Dan untuk kinerja keuangan Primkopti secara keseluruhan sangat kurang baik. Penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini adalah analisis kepuasan nasabah terhadap mutu pelayanan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Bogor oleh Yuda (2009). Terlihat dari judulnya, penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui kinerja pelayanan. BTN Cabang Bogor. Metode yang digunakan adalah IPA (Importance Performance Analysis) dan CSI (Customer Satisfaction Index). Peneliti mencantumkan 18 atribut pelayanan pada penelitian ini. Atribut mutu pelayanan yang berada pada skala sangat penting dalam menentukan kepuasan nasabah sebanyak 14 atribut, dan yang berada pada skala penting yaitu 4 atribut. Tingkat kinerja terhadap mutu pelayanan yang diberikan oleh BYN Cabang Bogor menunjukkan bahwa mayoritas nasabah merasa puas terhadap mutu pelayanan yang diberikan BTN
29
Cabang Bogor, karena 13 atribut pada skala puas, 3 atribut berada pada skala cukup puas dan 2 atribut lainnya berada pada skala sangat puas. Berdasarkan metode IPA, tidak terdapat atribut pada Kuadran A, dan pada Kuadran B terdapat 8 atribut yang menunjukkan atribut-atribut tersebut memiliki tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang tinggi atau diatas nilai rataan. Terdapat 7 atribut pada Kuadran C yang menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang dianggap kurang penting oleh nasabah dan tingkat kinerja yang dilaksanakan rendah. Sedangkan pada Kuadran D terdapat 3 atribut yang menunjukkan kinerja yang diberikan terlalu berlebihan. Berdasarkan perhitungan CSI diperoleh indeks kepuasan 78,87 persen, artinya secara keseluruhan nasabah menyatakan puas terhadap mutu pelayanan yang telah diberikan oleh BTN Cabang Bogor. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa untuk menganalisis kinerja suatu perusahaan/organisasi menggunakan pendekatan analisis rasio keuangan yang terdiri dari dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, trend dan aktivitas usaha, serta menggunakan tingkat kepuasan konsumen untuk mengetahui kualitas pelayanan suatu organisasi. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini menggunakan analisis rasio (likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas) untuk mengetahui kinerja keuangan LKM-A Rukun Tani, serta Important Satisfaction Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Indeks (CSI) untuk mengetahui kepuasan konsumen pada pelayanan LKM-A Rukun Tani. Rasio trend dan aktivitas usaha tidak digunakan dalam penelitian ini karena lama berdirinya LKM-A Rukun Tani belum mencukupi jika dilakukan analisis tersebut. Rasio ini dapat digunakan ketika umur organisasi lebih dari 2 tahun. Pada Tabel 5 dijelaskan mengenai judul-judul dan alat analisis yang digunakan pada penelitian terdahulu yang dapat menjadi referensi bagi penyusunan penelitian ini. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu pada lokasi dan tujuan secara detail dari penelitian yang sekaligus menjadi keunggulan dari penelitian ini karena meneliti lembaga keuangan mikro yang khusus menangani nasabah dalam bidang agribisnis.
30
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu yang Terkait dengan Penelitian Nama Judul Alat Analisis Pamungkas Kinerja Keuangan dan Penilaian • Analisis kinerja (2009) Nasabah Terhadap Mutu keuangan (analisis Pelayanan BPR Rama Ganda rasio likuiditas, Bogor (Kasus : Pelaku Sektor solvabilitas, dan Perdagangan Pertanian dan rentabilitas) Pengusaha Katering) • Customer Satisfaction Index (CSI) Lismawati Analisis Kinerja Keuangan dan • Analisis Trend (2009) Pelayanan KUD Sumber Alam • Analisis persentase (Studi Kasus: KUD Sumber Alam per komponen Desa Dramaga, Kecamatan • Analisis rasio Dramaga, Kabupaten Bogor, (likuiditas, Provinsi Jawa Barat) solvabilitas, rentabilitas, aktivitas usaha) • Customer Satisfaction Index (CSI) Sulistyo Analisis Kinerja Keuangan dan • Analisis rasio (2010) Strategi Pengembangan Koperasi (likuiditas, Perikanan Mina Usaha (Studi solvabilitas, dan Kasus : Koperasi Perikanan Mina rentabilitas) Usaha Desa Jetis, Kecamatan • Analisis Trend Nusawungu,Kabupaten Cilacap, • Analisis Matriks Provinsi Jawa Tengah) SWOT (StrenghtWeaknessOpportunitiesThreats) Akbar Analisis Kinerja Keuangan dan • Analisis Trend (2009) Aktivitas Usaha KUD Sumber • Analisis Rasio Alam dan Primkopti (Studi Kasus (likuiditas, : KUD Sumber Alam dan solvabilitas, Primkopti Kabupaten dan Kota rentabilitas, dan Bogor Provinsi Jawa Barat) aktivitas usaha) Yuda Analisis Kepuasan Nasabah • Importance (2009) Terhadap Mutu Pelayanan Pada Performance PT. Bank Tabungan Negara Analysis (IPA) (Persero) Cabang Bogor • Customer Satisfaction Index (CSI)
31
III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturanaturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi 2011). Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oJeh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif (Sucipto 2003). 3.1.2 Analisis Rasio Analisis
rasio
adalah
cara
menganalisis
dengan
menggunakan
perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam Neraca atau Laporan Laba Rugi perusahaan. Rasio-rasio keuangan suatu perusahaan daat diperbandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama (Kuswadi 2006). Analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri. Dalam hubungannya dengan keputusan yang diambil oleh perusahaan analisis rasio ini bertujuan untuk menilai efektivitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya. (Darminto & Juliaty 2005). Terdapat tiga kelompok rasio yang akan digunakan dalam analisis kinerja keuangan ini, yaitu likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. 3.1.2.1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Oleh karena itu, rasio ini menjadi penting bagi pimpinan perusahaan, manajer keuangan, bank atau para pemasok yang memberikan kredit penjualan kepada perusahaan (Kuswadi 2006).
32
Serta menurut Darminto dan Juliaty (2005) likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor jangka pendek. Kreditor jangka pendek lebih memperhatikan prospek perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Dengan kata lain, kreditor jangka pendek lebih menyukai pada likuiditas perusahaan. Untuk menilai posisi keuangan jangka pendek (likuiditas) berikut ini diberikan beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan menginterpretasikan data tersebut (Munawir 1995) 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar (Current Ratio) merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini juga merupakan rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang jangka pendek. (Munawir 1995). Rasio Lancar merupakan perbandingan antara Harta Lancar dan Kewajiban Jangka pendek dari kegiatan operasional. Rasio lancar biasanya digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam membayar Kewajiban Jangka Pendek atas Harta Lancarnya (Kuswadi 2006) Menurut Munawir (1995) sebuah perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat membayar hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar tidak menguntungkan. Rasio Lancar yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang Kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Standar yang baik untuk rasio ini adalah minimal 2. Current ratio bernilai 2 kadangkadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi sebenarnya current ratio bernilai 2 hanya merupakan kebiasaan dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa lebih lanjut. 2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) Munawir (1995) mengartikan rasio cair merupakan ukuran kemampuan perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban-kewajibannya
dengan
tidak
memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif 33
lama untuk direalisir menjadi uang kas. Rasio ini dinamakan Immediate Solvency atau cash ratio yang mengukur kemampuan yang sesungguhnya untuk memenuhi hutang-hutang tepat pada saatnya. Quick Ratio ini dirancang untuk mengukur seberapa baik bank dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi. (Darminto dan Juliaty 2005) Rasio
ini
lebih
tajam
daripada
current
ratio,
karena
hanya
membandingkan aktiva yang sangat likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar. Jika Current Ratio tinggi namun Quick Rationya rendah menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan (Munawir 1995). Demi keamanan perusahaan, banyak yang berpendapat bahwa sebaiknya Rasio Cair memiliki standar rasio (1:1) yang berarti bahwa perusahaan boleh merasa aman jika memiliki Harta Lancar di luar persediaan, minimal sebesar kewajiban jangka pendeknya (Kuswadi 2006). 3. Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover) Piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan
volume
penjualan
kredit.
Posisi
piutang
dan
taksiran
waktu
pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut. (Munawir 1995). Menurut Darminto dan Juliaty (2005) rasio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam hubungannya dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang ini menggambarkan lamanya suatu piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan/penagihan hutang). Makin tinggi rasio menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut. Dengan menggunakan perputaran piutang dapat pula dihitung waktu ratarata pengumpulan piutang tersebut. Hasilnya akan menunjukkan berapa hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih atau days of receivable. Semakin besar days of receivable suatu perusahaan semakin besar pula risiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang (Munawir 1995).
34
4. Rasio Kas atau Rasio Tunai (Cash Ratio) Rasio Kas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di Bank. Rasio Kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau setara dengan kas seperti tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Walaupun tidak ada tolok ukur angka rasio yang paling ideal, angka rasio yang semakin tinggi akan semakin baik. 3.1.2.2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban perusahaan, yaitu baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjangnya, baik dalam keadaan perusahaan masih berjalan maupun dalam keadaan perusahaan dilikuidasi
(Soediyono 1991).
Kuswadi (2006) juga menjelaskan bahwa rasio ini menggambarkan kemampuan untuk membayar utang jangka panjang, baik utang pokok maupun bunganya serta memiliki tujuan yaitu memberikan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur solvabilitas adalah Rasio Utang Jangka Panjang atas Harta, Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal, dan Rasio Utang Jangka Panjang atas Kapitalisasi. 1. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta (Debt to Asset Ratio) Rasio ini merupakan gambaran tentang berapa banyak (%) dana perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dibandingkan dengan harta perusahaan. Angka rasio yang rendah mengidentifikasikan adanya perlindungan yang lebih banyak kepada kreditor jangka panjang. Rasio ini menunjukkan besarnya Utang Jangka Panjang (%) yang berasal dari kreditor dibanding dengan harta yang dimiliki perusahaan. Apabila banyak berutang, perusahaan dapat mengalami masalah dalam pembayaran angsuran utang beserta bunganya.
35
Rasio ini menggambarkan persentase dana total yang berasal dari para kreditor. Jika angkanya terlalu besar, berarti perusahaan mempunyai banyak utang, yang tentunya akan menimbulkan risiko kesulitan membayar. Utang jangka panjang tidak dibenarkan dan harus dihindari dibayar oleh Harta Lancar karena beban bunga Utang Jangka Pendek biasanya relatif lebih tinggi daripada Utang Jangka Panjang (Kuswadi 2006). 2. Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal (Debt to Equity Ratio) Salah satu rasio yang paling banyak digunakan adalah Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal. Besarnya utang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perimbangan antara risiko dan laba yang diperoleh. Semakin kecil angka rasio, semakin baik solvabilitas perusahaan. Rasio utang yang tinggi terhadap pemegang saham atau harta menunjukkan keadaan yang serius untuk segera dibenahi (Kuswadi 2006). Kreditor jangka panjang pada umumnya lebih menyukai angka rasio yang kecil. Karena semakin kecil rasio ini, berarti semakin besar jumlah aktiva yang didanai oleh pemilik perusahaan, dan semakin besar penyangga risiko kreditor (Darminto & Juliaty 2005). 3. Rasio Utang Jangka Panjang atas Kapitalisasi Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan (manajemen) dalam pengelolaan Total Sumber Dana Jangka Panjang. Semakin rendah angka rasio, hal ini menunjukkan bahwa keadaan semakin baik (Kuswadi 2006). 3.1.2.3. Rasio Rentabilitas Menurut Kuswadi (2006), rasio rentabilitas (Profitability Ratio) ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif ini dimaksudkan laba tidak diukur dari besarnya secara mutlak, namun diperbandingkan dengan unsur-unsur atau tolok ukur lainnya, karena perolehan laba yang besar belum tentu menggambarkan profitability yang besar pula. Rasio rentabilitas merupakan rasio untuk mengukur profit yang diperoleh dari modalmodal yang digunakan untuk operasi tersebut (rentabilitas) atau mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (Munawir 1995). Rasio rentabilitas dapat digolongkan menjadi beberapa rasio, antara lain :
36
1.
Rasio Pengembalian Aktiva (Return on Total Assets) ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya
untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya (Darminto & Juliaty 2005). Semakin besar suatu ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat laba yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Standar yang baik untuk rasio ini adalah dua persen (Bank Indonesia). 2.
Rasio Pengembalian Modal (Return on Equity) Rasio tingkat pengembalian modal sendiri ini merupakan perbandingan
antara jumlah laba yang diperoleh dengan pembayaran deviden. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih berdasarkan modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio maka akan semakin baik (Sundjaja & Barlian 2003). Standar yang baik untuk rasio ini minimal lima belas persen (Suwandi 1985). 3.
Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment) ROI merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang
dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir 1995). Sama halnya dengan Darminto dan Juliaty (2005) yang berpendapat bahwa ROI dapat mengukur tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik (modal). Semakin besar rasio maka semakin baik karena berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba .Rasio ini dapat memberikan indikasi kepada kita tentang baikburuknya manajemen dalam melaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya (Kuswadi 2006). 4.
Rasio Laba terhadap Pendapatan (Net Profit Margin) Rasio ini dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dari waktu
ke waktu dalam hal profitabilitas. Selain itu, rasio ini juga dapat dipakai untuk 37
memperkirakan atau meramalkan laba bersih perusahaan pada masa yang akan datang atas dasar estimasi penjualannya (Kuswadi 2006). 3.1.3. Jasa Jasa merupakan kegiatan ekonomi yang memberikan manfaat bagi pelanggan pada waktu serta tempat tertentu, dan merupakan hasil dari tindakan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima jasa tersebut (Lovelock 2005). Sedangkan Rangkuti (2003) mengartikan jasa sebagai pemberian kinerja atau tindakan yang tak kasat mata dari sutu pihak ke pihak lain. Pada umumnya, jasa diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. 3.1.3.1. Karakteristik Jasa Barang dan jasa memiliki perbedaan yang jelas, apabila ditinjau dari karakteristiknya. Menurut Kotler (2002) ada 4 (empat) karakteristik pokok jasa yang membedakan dengan barang, yaitu : a. Tidak Berwujud (Intangibility) Jasa memiliki sifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, ataupun dicium sebelum dibeli. Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum membeli jasa tersebut terlebih dahulu. Dalam hal ini pelanggan akan melihat dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol dan harganya untuk mencari bukti dari mutu jasa yang diinginkan tersebut. Tugas penyedia jasa adalah memberikan bukti-bukti fisik untuk mewujudkan sesuatu yang abstrak. b. Tidak Terpisahkan (Inseparability) Umumnya jasa dijual terlebih dahulu, lalu diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana penyedia jasa juga merupakan bagian dari jasa tersebut, baik penyedia maupun pelanggan akan mempengaruhi hasil dari jasa tersebut. c. Bervariasi (Variability) Jasa bersifat sangat bervariasi, karena merupakan nonstandardizet output yang berarti terdiri dari banyak variasi bentuk, mutu dan jasa, tergantung
38
kepada siapa, kapan dan di mana jasa tersebut dihasilkan. Komponen manusia terlibat jauh lebih besar pada industri jasa yang bersifat people-based dari pada jasa yang bersifat equipment-based, yang berarti hasil dari operasi jasa yang bersifat people-based cenderung kurang terstandardisasi dan seragam dibandingkan jasa bersifat equipment-based. Pembeli jasa sering kali meminta pendapat dari orang lain, sebelum memutuskan untuk memilih penyedia jasa. d. Mudah Lenyap (Perishability) Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan, jika permintaan jasa bersifat konstan, sehingga bila tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. Umumnya permintaan jasa bervariasi dan dipengaruhi faktor musiman. 3.1.3.2 . Kualitas Jasa Menurut Supranto (2001) kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan suatu produk jasa adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan. Dimensi Kualitas Jasa menurut Zeithaml et.al dalam Umar (2003) dapat dibagi ke dalam lima dimensi kualitas jasa, yaitu : a. Reabilitas (Reliability) Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. b. Daya Tanggap (Responsiveness) Respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan pelanggan/pasien.
39
c. Jaminan (Assurance) Kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dimensi ini adalah gabungan dari sub dimensi : • Competence, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan • Courtesy, meliputi keramahan, perhatian dan sikap karyawan • Credibility, meliputi hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan seperti reputasi, prestasi dan sebagainya d. Empati (Emphaty) Perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan, seperti kemudahan dalam menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi emphaty ini merupakan gabungan dari sub dimensi: • Access, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan • Communication, kemampuan melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan • Understanding the customer, meliputi usaha perusahaan untuk memahami dan mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan. e. Bukti Fisik (Tangibles) Meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan.
40
3.1.4. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance Analysis) Teknik Importance Performance Analysis (IPA) ini dikemukakan pertama kali oleh Martilla dan James (1977) dalam artikel yang berjudul “Importance Performance Analysis” dengan tujuan untuk mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis. IPA mempunyai fungsi utama untuk menampilkan informasi berkaitan dengan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka dan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini belum memuaskan. IPA menggabungkan pengukuran faktor tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan dalam grafik dua dimensi yang memudahkan penjelasan data dan mendapatkan usulan praktis. Interpretasi grafik IPA sangat mudah dimana grafik IPA dibagi menjadi empat buah kuadran berdasarkan hasil pengukuran importance-performance yang terlihat pada Gambar 1. Berikut penjelasan untuk masing-masing kuadran (Brandt dalam Setiawan, 2005): a)
Kuadran Pertama, “Tingkatkan Kinerja” (High Importance & Low Performance) Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor yang sangat penting oleh konsumen namun kondisi pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak manajemen berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai faktor tersebut. Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan.
b)
Kuadran Kedua, “Pertahankan Kinerja” (High Importance & High Performance) Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap sebagai faktor penunjang bagi kepuasan konsumen sehingga pihak manajemen berkewajiban memastikan bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai.
41
c)
Kuadran Ketiga, Performance)
“Prioritas
Rendah”
(Low
Importance
&
Low
Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini mempunyai tingkat kepuasan yang rendah dan sekaligus dianggap tidak terlalu penting bagi konsumen, sehingga pihak manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu memberikan perhatian pada faktor –faktor tersebut. d)
Kuadran Keempat, “Cenderung Berlebihan” (low importance & high performance) Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting sehingga pihak manajemen perlu mengalokasikan sumber daya yang terkait dengan faktor-faktor tersebut kepada faktor-faktor lain yang mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan peningkatan, semisal dikuadran keempat. Tinggi
Tingkatkan Kinerja
Prioritas Penanganan Prioritas Rendah
Pertahankan Kinerja
1
2
3
4
Cenderung Berlebihan
Rendah Rendah
Tingkat Kepuasan
Tinggi
Gambar 1. Pembagian Kuadran Importance Performance Analysis Sumber : Brandt dalam Olujide JO, Mejabi OV (2007) 3.1.5. Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) Customer Satisfaction Index merupakan metode yang menggunakan indeks untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen berdasarkan atribut-atribut tertentu. Pada dasarnya pengertian kepuasan konsumen mencakup perbedaan antara kepentingan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Menurut Rangkuti (2006), tujuan dari CSI adalah : 1.
Alat kebijakan pangambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
42
2.
Alat untuk menyusun strategi pemasaran.
3.
Alat untuk memonitor dan mengendalikan aktivitas perusahaan sehari-hari.
4.
Alat untuk mencapai salah satu misi yang telah ditetapkan, yaitu memperoleh kepercayaan melalui kepuasan konsumen. Terdapat lima langkah dalam perhitungan Customer Satisfaction Index
(Dixon & Masey, 1991), yaitu : 1.
Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score (MSS), yaitu nilai yang berasal dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tiap responden.
2.
Membuat Weight Factors (WF), yaitu persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut.
3.
Membuat Weight Score (WS), yaitu perkalian antara Weight Factors dengan rata-rata kepuasan (Mean Satisfaction Score = MSS).
4.
Menghitung Weighted Total (WT), yaitu menjumlahkan Weight Score dari semua variabel.
5.
Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI) dengan menjumlahkan Weighted Total dengan skala nominal yang digunakan kemudian dikalikan 100 persen. Tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria
tingkat kepuasan pelanggan. 3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ini mengambil lokasi di Gapoktan Rukun Tani, Desa Citapen,
Kecamatan Ciawi. Serta mengambil LKM-A Rukun Tani sebagai objek penelitian karena lembaga keuangan ini merupakan pengembangan dari unit usaha simpan pinjam yang dikelola oleh Gapoktan Rukun Tani dan menjadi alasan yang membuat Gapoktan Rukun Tani menjadi juara dalam verifikasi gapoktan seKabupaten Bogor oleh BP4K. LKM-A Rukun Tani memiliki laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Informasi yang didapatkan dari laporan keuangan LKM-A adalah jumlah SHU yang didapatkan tiap bulan menunjukkan angka yang berfluktuasi, serta terjadi peningkatan jumlah anggota tiap bulannya. Dengan kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka untuk mengetahui bagaimana kinerja LKM-A Rukun Tani secara keseluruhan diperlukan suatu
43
pengukuran kinerja, yaitu dengan menganalisis kinerja keuangan dan mengukur tingkat kepuasan nasabah LKM-A Rukun Tani. Kinerja keuangan LKM-A diukur dengan menggunakan laporan keuangan yang berupa Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Arus Kas. Dengan menggunakan laporan keuangan tersebut, maka peneliti dapat menganalisis rasio keuangan LKM-A Rukun Tani. Dalam menganalisis rasio keuangan tersebut digunakan rasio likuiditas untuk mengetahui kemampuan LKM-A memenuhi kewajiban jangka pendeknya, rasio rentabilitas untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, serta rasio solvabilitas untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban perusahaan, baik hutang jangka pendek ataupun hutang jangka panjangnya. Setelah mengetahui hasil dari masing-masing rasio, maka dapat diketahui bagaimana kondisi keuangan LKM-A Rukun Tani tersebut. Dari segi kepuasan nasabah mengenai pelayanan yang dilakukan oleh LKM-A, peneliti telah menentukan atribut-atribut mutu pelayanan yang disesuaikan antara teori dengan kondisi lapang. Atribut-atribut tersebut digolongkan dalam lima dimensi kualitas jasa, yaitu : berwujud (Tangible), keandalan (Reliability), ketanggapan (responsiveness), kepastian (Assurance), dan empati (Emphaty). Atribut-atribut mutu pelayanan yang telah disusun akan dinilai oleh nasabah menurut tingkat kepentingan dan tingkat kinerja LKM-A Rukun Tani. Tingkat kepentingan nasabah memperlihatkan apakah atribut tersebut memiliki kepentingan pada mutu pelayanan yang baik menurut nasabah. Sedangkan tingkat kinerja LKM-A menggambarkan apakah nasabah merasa puas dengan atribut mutu pelayanan yang ditawarkan oleh LKM-A. Selain tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, karakteristik nasabah juga penting untuk melihat kondisi nasabah yang dapat diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif. Untuk menentukan atribut yang memiliki tingkat kepentingan bagi nasabah, maka menggunakan alat analisis Importance Performance Analysis (IPA), serta alat analisis untuk mengukur tingkat kinerja LKM-A adalah Customer Satisfaction Index (CSI). Alat analisis IPA dan CSI dapat mengukur tingkat keputusan nasabah terhadap mutu pelayanan LKM-A Rukun Tani. Setelah mengetahui hasil dari IPA dan CSI tersebut, maka didapatkan atribut-atribut yang
44
perlu dipertahankan dan atribut apa yang kinerjanya dianggap berlebihan oleh nasabah LKM-A. Sehingga pihak LKM-A dapat memberikan upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan LKM-A Rukun Tani. Setelah mengetahui kondisi kinerja keuangan dan tingkat kepuasan nasabah LKM-A Rukun Tani, maka dapat terlihat kinerja LKM-A secara keseluruhan dan dapat direkomendasikan saran-saran yang dapat memperbaiki kinerja LKM-A Rukun Tani. Sehingga diharapkan LKM-A Rukun Tani mampu menjadi lembaga keuangan yang mampu menghadapi permasalahan yang sering terjadi pada lembaga keuangan mikro di Indonesia. Secara ringkas dan sistematis, bagan alur pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
45
LKM-A Rukun Tani
• SHU berfluktuasi • Jumlah anggota meningkat tiap bulannya
Kinerja LKM-A Rukun Tani
Kepuasan Nasabah LKM-A Rukun Tani
Kinerja Keuangan LKM-A Rukun
Karakteristik Nasabah
Laporan Keuangan : • Neraca • Laporan Laba Rugi • Laporan Arus Kas
Pelayanan yang Diberikan oleh LKM-A Rukun Tani Atribut Mutu Pelayanan Nasabah
Analisis Deskriptif
Tanggapan Nasabah terhadap Mutu Pelayanan LKM-A Rukun Tani
Analisis Rasio Keuangan • Rasio Likuiditas • Rasio Rentabilitas • Rasio Solvabilitas
Tingkat Kepentingan Nasabah
IPA dan CSI
Tingkat Kinerja LKM-A Rukun Tani
Kondisi Keuangan LKM-A Rukun Tani
Analisis Kepuasan Nasabah terhadap Mutu Pelayanan LKM-A Rukun Tani
Upaya Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan LKM-A Rukun Tani
Evaluasi dan Rekomendasi kepada LKM-A Rukun Tani
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
46
IV 4.1.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis
(LKM-A) Rukun Tani yang berlokasi di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa LKM-A Rukun Tani merupakan lembaga keuangan mikro di daerah Kabupaten Bogor yang mempunyai catatan prestasi yang baik dengan menjadi peringkat pertama pada evaluasi yang dilakukan oleh Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) pada tahun 2010. Kegiatan pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2011. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer berupa data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh nasabah LKM-A Rukun Tani, hasil wawancara dan hasil observasi (pengamatan) pada kegiatan LKM-A Rukun Tani. Data sekunder berupa dokumen organisasi, penelitian terdahulu, literatur dan referensi lainnya berupa jurnal, makalah, dan situs-situs internet yang berhubungan dengan penelitian ini seperti yang terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jenis dan Sumber Data No Jenis Data 1 Primer a) Kepuasan Nasabah • Karakteristik Responden • Tingkat Kepentingan • Tingkat Kinerja 2 Sekunder a) Kinerja Keuangan • Rasio Likuiditas • Rasio Solvabilitas • Rasio Rentabilitas
Sumber Data a) Hasil Kuesioner b) Hasil Wawancara c) Observasi (Pengamatan)
a) Dokumen Organisasi (Laporan Keuangan) b) Literatur dan Referensi yang Relevan
47
4.3.
Metode Pengambilan Sampel Pada penelitian ini, pengambilan sampel untuk mengukur tingkat kepuasan
nasabah menggunakan teknik secara sengaja (purposive) dimana contoh diambil pada responden yang melakukan transaksi pada waktu dan tempat yang bersamaan dengan penulis melakukan pengumpulan data kuesioner serta bersedia untuk mengisi kuesioner tersebut. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan penilaian secara objektif terhadap kuesioner yang diajukan kepada nasabah dan memberikan kemudahan dalam penilaian atribut karena terdapat di lokasi tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah LKM-A Rukun Tani pada tahun 2011 yaitu sebanyak 150 orang. Untuk memperoleh jumlah sampel dari populasi, digunakan perhitungan Slovin (Umar, 2003) yaitu :
Keterangan : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi yang masih ditolerir sebesar 10 persen Diketahui bahwa jumlah nasabah LKM-A Rukun Tani hingga tahun 2011 (bulan Juni) adalah 150 orang, sehingga diperoleh sampel sejumlah : n
1
150 150 0,1
60 responden
Berdasarkan perhitungan menurut Slovin, maka didapatkan jumlah responden yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan nasabah yaitu sebanyak 60 responden dari total populasi 150 orang. Responden yang digunakan dalam penelitian ini merupakan anggota dari LKM-A Rukun Tani. 4.4.
Deskripsi Variabel Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah kepuasan nasabah
terhadap pelayanan yang diberikan oleh LKM-A Rukun Tani. Terdapat lima indikator dimensi pelayanan utama yang dianalisis, yaitu Berwujud (Tangibles), Keandalan (Reliability), Ketanggapan (Responsiveness), Jaminan atau Kepastian (Assurance), dan Kepedulian (Empathy) serta variabel tambahan yaitu mengenai 48
fasilitas produk. Pengembangan dimensi-dimensi tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Dimensi Pelayanan LKM-A Rukun Tani Dimensi Pelayanan Atribut Pelayanan Lokasi Kebersihan Ruangan Kelengkapan fasilitas kantor seperti kursi tunggu, Berwujud form/slip setoran/pengambilan, tempat untuk menulis, (Tangible) alat tulis Adanya toilet, ruang tamu dan areal parkir Ketersediaan papan informasi dan koran
Keandalan (Reliability)
Ketanggapan (Responsiveness)
Jaminan/kepastian (Assurance)
Kepedulian (Empathy)
Prosedur Pelayanan Ketelitian dan Keakuratan Karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Realisasi Janji (dihubungkan kembali, survey dan pencairan dana) Penyelenggaraan Rapat Anggota (bulanan) tepat waktu Pembagian SHU tepat waktu Keteraturan jadwal kerja LKM-A Kerjasama LKM-A dengan pihak lain
Kecepatan dan ketepatan menanggapi masalah Kecepatan dalam menangani transaksi Adanya sangsi bagi anggota yang tidak mematuhi aturan LKM-A Pemberian informasi terkait dengan LKM-A
Pengetahuan karyawan dalam memberikan informasi kepada nasabah Keramahan dan kesopanan karyawan Kejujuran pengurus dan karyawan Bantuan biaya pengobatan kepada membutuhkan tambahan biaya
Kemudahan dalam diberikan LKM-A Adanya Kotak Saran
memanfaatkan
nasabah
jasa
yang
yang
Pemberian hadiah bagi anggota aktif Pelaksanaan kemeriahan Hari Kemerdekaan di LKM-A
Fasilitas produk 4.5.
Tingkat suku bunga pinjaman
Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dipakai pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dapat diperoleh secara langsung dari sumber (responden). Data primer pada penelitian ini didapatkan dengan pengisian kuesioner yang disebarkan oleh penulis dan diisi oleh nasabah LKM-A Rukun
49
Tani yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan nasabah dan laporan keuangan LKM-A Rukun Tani untuk mengukur kinerja keuangan organisasi. Kuesioner merupakan alat pengumpul data pokok yang berasal dari sumber utama (nasabah) dan memiliki tipe pertanyaan yang setiap pertanyaan tersebut dapat menunjang pencapaian tujuan dari penelitian. Kuesioner terbagi dalam tiga bagian, yaitu 1) untuk mengetahui karakteristik responden, 2) untuk menanyakan tingkat kepentingan, dan 3) untuk menanyakan tingkat kinerja LKMA Rukun Tani. Setiap pertanyaan diberi bobot dengan menggunakan skala Likert satu sampai lima. Skala likert merupakan skala yang bertujuan untuk memberi kesempatan kepada responden untuk mengutarakan perasaan mereka pada suatu pernyataan. Skala yang diberikan adalah angka satu untuk nilai terendah, dan skala lima untuk nilai tertinggi. Sedangkan data sekunder pada penelitian ini diperoleh dengan cara browsing di internet, membaca jurnal, literatur, dan makalah yang mendukung, penelitian ini. 4.6.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan software
komputer yaitu Microsoft Excel (Microsoft Office 2007) dan software SPSS. Analisis juga dilakukan secara deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik nasabah LKM-A Rukun Tani sedangkan untuk menganalisis tingkat kepuasan nasabah LKM-A Rukun Tani menggunakan Metode IPA dan CSI. 4.6.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk meneliti suatu objek, status manusia, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis ini adalah untuk membuat deskripsi, atau gambaran suatu kondisi secara matematis. Dalam analisis deskriptif diperlukan fakta-fakta yang faktual dan akurat serta memiliki hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2003). Pada penelitian ini, analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui karakteristik nasabah LKM-A Rukun Tani. Karakteristik umum yang dilihat meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, jumlah pendapatan, dan besarnya pinjaman. Karakteristik nasabah dapat diketahui dengan
50
menggunakan teknik tabulasi. Dari hasil teknik tabulasi tersebut, kemudian dikelompokkan dalam sebuah tabel berdasarkan kesamaan jawaban dan dapat dikembangkan
dengan
menggambarkan
hasil
tabulasi
tersebut
dengan
menggunakan diagram. 4.6.2. Analisis Kinerja Keuangan Selain analisis deskriptif, dalam penelitian ini diukur pula kinerja keuangan dengan menggunakan analisis horisontal dan analisis vertikal. Analisis horisontal merupakan analisis yang membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode sehingga akan diketahui perkembangannya. Sedangkan analisis vertikal merupakan analisis yang membandingkan pos yang satu dengan lainnya pada laporan keuangan dalam satu periode (Munawir 1995). Analisis kinerja keuangan LKM-A Rukun Tani dilakukan dengan menggunakan analisis rasio. Analisis dilakukan dengan melihat kinerja keuangan LKM-A pada periode 20102011. 4.6.3. Analisis Rasio Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan/organisasi khususnya kondisi keuangan dari organisasi tersebut. Analisis rasio juga membantu untuk mengetahui kinerja perusahaan baik secara keseluruhan maupun mendetail dari waktu ke waktu (Kuswadi 2006). Dari hasil analisis rasio ini, maka pihak LKM-A dapat mengetahui gambaran kondisi organisasi khususnya keuangan LKM-A Rukun Tani. Adapaun analisis rasio yang digunakan yaitu rasio Likuiditas, rasio solvabitas, dan rasio rentabilitas. 4.6.3.1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan LKM-A untuk memenuhi kewajiban keuangannya atau utang lancarnya yang harus segera dipenuhi. Kewajiban yang dimaksud adalah kewajiban jangka pendek yang mampu dibiayai oleh aktiva lancar yang dimiliki oleh LKM-A. Rasio likuiditas diukur dengan cara:
51
1.
Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio Lancar merupakan perbandingan antara Harta Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek dari kegiatan operasional. Harta lancar yang dimaksud adalah harta yang dianggap perusahaan dapat dicairkan segera atau dalam waktu setahun atau kurang. Kewajiban Jangka pendek (Utang Lancar) adalah kewajiban yang jatuh temponya setahun atau kurang. Rasio lancar biasanya digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kemampuan perusahaan dalam membayar Kewajiban Jangka Pendek atas Harta Lancarnya. Menurut Kasmir (2010) rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
2.
Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) Rasio Cepat merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan LKM-A Rukun Tani dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan, dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh LKM-A Rukun Tani. Menurut Kasmir (2010) rasio ini dirumuskan sebagai berikut : 100 %
3.
Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover) Rasio
perputaran
piutang
ini
biasanya
digunakan
dalam
hubungannya dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. Angka jumlah hari piutang ini menggambarkan lamanya suatu piutang bisa ditagih (jangka waktu pelunasan/penagihan piutang). Menurut Prihadi (2010) Rasio Perputaran Piutang dan jumlah hari piutang ini dihitung dengan cara sebagai berikut :
52
4.
Rasio Kas atau Rasio Tunai (Cash Ratio) Pengertian Kas disini adalah uang tunai yang ada di tangan (cash on band), yang ada di Bank serta Surat-Surat Berharga, baik dalam bentuk obligasi, saham, dan sebagainya yang setiap waktu dapat dengan mudah dicairkan (dijual) menjadi uang kas (tunai). Disini yang termasuk simpanan di Bank adalah giro dan deposito yang sewaktu-waktu dapat digunakan. Menurut Kasmir
(2010) Rasio Kas dirumuskan sebagai
berikut :
4.6.3.2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan LKM-A untuk memenuhi kewajiban keuangannya, baik kewajiban jangka panjang maupun jangka pendek. LKM-A dikatakan solvabel apabila LKM-A mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua kewajibannya. Berikut ini beberapa teknik pengukuran Rasio Solvabilitas perusahaan. 1.
Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta (Debt to Asset Ratio) Rasio ini menunjukkan besarnya Utang Jangka Panjang (dalam %) yang berasal dari kreditor dibandingkan dengan harta yang dimiliki perusahaan. Apabila terlalu banyak berhutang, perusahaan dapat mengalami masalah dalam pembayaran angsuran utang beserta bunganya. Utang jangka panjang (Utang Tidak Lancar) sebaiknya dibayar dari Harta tetap (Harta Tidak Lancar), yang dirumuskan sebagai berikut (Kasmir 2010) : 100 %
53
2.
Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal Sama halnya dengan rasio Utang Jangka Panjang atas Harta yang dimiliki perusahaan, rasio ini bertujuan untuk melihat betapa besarnya (%) Utang Jangka Panjang Operasi dibandingkan dengan Modal perusahaan. Menurut Prihadi (2010), Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal dapat dirumuskan sebagai berikut : 100 %
3.
Rasio utang jangka Panjang atas Kapitalisasi Kapitalisasi adalah Total Sumber Dana Jangka Panjang yang terdiri atas Utang Jangka Panjang dan Modal Saham termasuk Laba Ditahan. Menurut Prihadi (2010), rasio ini dirumuskan sebagai berikut : 100 %
4.6.3.3.
Rasio Rentabilitas Rasio Rentabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
LKM-A
untuk
memperoleh
laba
dengan
menggunakan
seluruh
kemampuan dan sumber yang ada selama periode tertentu. Rasio rentabilitas ini dibagi menjadi beberapa teknik, yaitu : 1.
Rasio Pengembalian Aktiva (Return on Asset) Rasio ini mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah laba yang diperoleh perusahaan dengan jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (Prihadi 2010) :
100 %
54
2.
Rasio Pengembalian Modal (Return On Equity) Rasio ini menunjukkan kemampuan LKM-A untuk menghasilkan keuntungan bersih berdasarkan modal sendiri. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Prihadi 2010) : 100 %
3.
Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment) ROI merupakan terminologi yang luas dari rasio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba perusahaan. Rumus dari ROI adalah sebagai berikut (Kasmir 2010) : 100 %
4.
Rasio Laba terhadap Pendapatan (Net Profit Margin) Rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan
dengan
pendapatan
yang
diterima
dari
kegiatan
operasionalnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Prihadi 2010) : 100 %
4.6.4. Pengujian Kuesioner Kuesioner yang telah disusun untuk mengetahui tingkat kepuasan nasabah berdasarkan atribut pelayanan akan diukur terlebih dahulu untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner tersebut memiliki validitas dan reliabilitas
yang
tinggi.
Karena
itu,
agar
hasil
penelitian
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka kuesioner akan diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu. 4.6.4.1. Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Umar 2003). Uji validitas digunakan untuk mengetahui
55
seberapa kuat suatu alat tes melakukan fungsinya sebagai alat ukur. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari jawaban masing – masing pertanyaan dengan skor total (Item total Correlation). Skor total adalah skor yang diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor pertanyaan. Rumus yang digunakan untuk megukur uji validitas adalah rumus korelasi product moment sebagai berikut : rxy =
n ( ∑ XY ) − ( ∑ X
[n ∑ X
2
∑Y) − (∑ X ) ][n ∑ Y − (∑ Y ) ] 2
2
2
Keterangan : rxy
= Koefisien korelasi product moment antara X dan Y
X
= Skor Pernyataan setiap nomor
Y
= Skor total
N
= Jumlah responden
Angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi r. 1.
Jika r dihitung > r tabel, maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut valid.
2.
Jika r dihitung < r tabel, maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut tidak valid. Apabila dalam pengujian ini terdapat butir-butir yang tidak valid maka
butir-butir yang tidak valid dikeluarkan. Dan kemudian proses analisis diulang untuk butir pertanyaan yang valid saja. 4.6.4.2. Uji Reliabilitas Jika alat ukur telah dinyatakan valid, maka berikutnya alat ukur tersebut diuji reliabilitasnya. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003). Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat dicari dengan menggunakan teknik alpha cronbach berikut : 2 ⎛ k ⎞⎛⎜ ∑∂ b ⎞⎟ − r11 = ⎜ 1 ⎟ ∂2t ⎟⎠ ⎝ k − 1 ⎠⎜⎝
56
Keterangan : r11 = Realibilitas instrumen k = Banyaknya butir pernyataan 2 ∂ b = Jumlah ragam butir
∑
∂ 2t
= Ragam total Setelah didapat korelasi hitung, lalu bandingkan dengan korelasi pada
tabel r product moment Pearson dengan taraf nyata 5 persen. Jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka kuesioner tersebut reliabel, dan sebaliknya jika r yang dihitung lebih kecil dari r tabel, maka kuesioner tersebut tidak reliabel. 4.6.5. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance Analysis) Metode ini digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan LKM-A Rukun Tani. Analisis IPA digunakan untuk mendapatkan tingkat kepuasan nasabah dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan kerja. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja ini merupakan dasar bagi manajemen perusahaan untuk membantu dalam pengambilan keputusan bagi pihak perusahaan untuk memperbaiki kinerja perusahaan serta meningkatkan kepuasan nasabah. Untuk menjelaskan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, digunakan pilihan jawaban dengan skala Likert. Pada tingkat kinerja, pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah, yang diberi angka 1 (sangat tidak puas) sampai paling tinggi yang diberi angka 5 (sangat puas) dan diwakili dengan huruf X. Begitu juga dengan tingkat kepentingan, pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah, diberi angka 1 (sangat tidak penting) sampai paling tinggi diberi angka 4 (sangat penting) dan diwakili dengan huruf Y. Penilaian kinerja dan kepentingan konsumen digunakan skor seperti terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kinerja Rukun Tani Skor Kinerja Skor 1 Sangat Tidak Puas Skor 2 Tidak Puas Skor 3 Cukup Puas Skor 4 Puas Skor 5 Sangat Puas
dan Kepentingan LKM-A Kepentingan Sangat Tidak Penting Tidak Penting Cukup Penting Penting Sangat Penting
57
Nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari masing-masing atribut yang telah ditetapkan dapat diperoleh dengan cara mengalikan skor pada masingmasing skala dengan jumlah jawaban responden yang memilih pada skala tersebut. Nilai hasil masing-masing perkalian tersebut dijumlahkan, maka akan didapatkan total skor penilaian tingkat kepentingan (∑Yi) dan tingkat kinerja (∑Xi) untuk masing-masing atribut. Adapun rumus untuk mengetahui rata-rata skor dari masing-masing atribut untuk kinerja ( ) dan rata-rata skor masing-masing atribut untuk kepentingan ( ) adalah sebagai berikut : ∑
∑
Keterangan : n : Jumlah responden Xi : Skor rata-rata tingkat penilaian kinerja untuk atribut ke-i Yi : skor rata-rata tingkat penilaian kepentingan untuk atribut ke-i Dari hasil perhitungan dengan menggunakan IPA diatas, maka selanjutnya dibuat menjadi diagram kartesius, yaitu diagram yang menunjukkan atribut-atribut dari pelayanan LKM-A yang telah dapat memenuhi kepentingan konsumen. Diagram tersebut dibagi menjadi empat bagian yang berpotongan dengan dua garis lurus pada titik (X, Y ). Masing-masing bagian dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (a,b). Titik tersebut diperoleh dari rumus sebagai berikut : ∑
Keterangan :
∑
a
=
Batas sumbu X
b
=
Batas sumbu Y
k
=
Banyaknya atribut yang diteliti
Hubungan antara tingkat kinerja (X) dan kepentingan (Y) yang diperoleh dari responden dapat diinterpretasikan oleh diagram Importance Performance Analysis (IPA). Berdasarkan perbandingan atribut-atribut pelayanan LKM-A Rukun Tani yang ada, maka dapat diketahui atribut mana yang belum dapat memenuhi kebutuhan nasabah LKM-A Rukun Tani. Hal ini dapat dijadikan
58
rekomendasi bagi LKM-A Rukun Tani untuk melakukan strategi organisasi berdasarkan atribut yang belum dapat memenuhi kepentingan nasabah tersebut. 4.6.6. Indeks Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Index) Model Customer Satisfaction Index (CSI) atau Indeks Kepuasan Pelanggan merupakan metode yang menggunakan index untuk mengukur tingkat kepuasan nasabah secara menyeluruh berdasarkan atribut-atribut yang telah ditentukan. Menurut Dixon (1991) terdapat lima langkah dalam perhitungan Customer Satisfaction Index, yaitu : 1. Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score (MSS). Nilai ini berskala dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja. ∑ Dimana :
N
=
∑ Jumlah responden
Yi =
Nilai Kepentingan atribut ke – i
Xi =
Nilai kinerja atribut ke - i
2. Membuat Weight Factors (WF), adalah fungsi dari Mean Importance Score (MIS) atau nilai dari rata-rata tingkat kepentingan (MIS-i) masingmasing atribut yang dinyatakan dalam bentuk persen terhadap total Mean Importance Score (MIS) untuk seluruh atribut yang diuji.
3. Membuat Weight Score (WS), adalah fungsi dari Mean Satisfaction Score (MSS) dikali dengan Weight Factors (WF).
4. Weight Average Total (WAT), adalah fungsi dari total Weight Score (WS) atribut ke-1 (α1) hingga atribut ke-n (αn). … 5. Customer Satisfaction Index (CSI), yaitu fungsi dari nilai Weight Average (WA) dibagi dengan Highest Scale (HS) atau yang dinyatakan dalam bentuk persen. Skala maksimum diperoleh dari ukuran skala Likert yang
59
digunakan dalam pembobotan tingkat kepentingan dan kinerja. Maka dalam penelitian ini skala maksimum yang digunakan yaitu lima. 100% Tingkat kepuasan nasabah LKM-A Rukun Tani secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan konsumen berdasarkan kriteria pada Tabel 9. Tabel 9. Kriteria Indeks Kepuasan Konsumen Angka Indeks
Interpretasi
0,00 – 0,20
Sangat Tidak Puas
0,21 – 0,40
Tidak Puas
0,41 – 0,60
Cukup Puas
0,61 – 0,81
Puas
0,81 – 1,00
Sangat Puas
Sumber : Ihsan dalam Oktaviani dan Suryana (2006) 4.6.7. Definisi Operasional Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya disebut PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. 2.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
3.
Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) adalah Lembaga Keuangan Mikro yang didirikan, dimiliki dan dikelola oleh petani/masyarakat tani di perdesaan guna memecahkan masalah/kendala akses untuk mendapatkan pelayanan keuangan untuk membiayai usaha agribisnis.
4.
Kinerja keuangan merupakan kondisi keuangan LKM-A Rukun Tani yang didapatkan dari perhitungan rasio antar pos-pos yang terdapat di laporan keuangan.
60
5.
Tingkat kepuasan menunjukan nilai sikap atau nasabah LKM-A Rukun Tani terhadap pelaksanaan atribut-atribut yang dinyatakan dalam skala 1 sampai dengan 5.
6. Tingkat kepentingan menunjukan nilai kepentingan atribut-atribut yang diperhitungkan oleh nasabah LKM-A Rukun Tani, dinyatakan dalam nilai dengan skala 1 sampai dengan 5. 7.
Atribut adalah variabel-variabel yang berhubungan dengan pelayanan LKM-A dan akan dinilai kepuasannya oleh nasabah LKM-A Rukun Tani.
61
V 5.1.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Rukun Tani Berikut ini akan dijelaskan tentang gambaran umum LKM-A Rukun Tani
yang terdiri dari Sejarah LKM-A Rukun Tani, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, serta Aktivitas LKM-A Rukun Tani. 5.1.1. Sejarah LKM-A Rukun Tani Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani merupakan pengembangan dari unit usaha permodalan yang dikelola oleh Gapoktan Rukun Tani. Gapoktan Rukun Tani merupakan salah satu dari 24 Gapoktan di Kabupaten Bogor yang berhasil mendapatkan dana PUAP sebesar Rp 100.000.000,- dari Kementerian Pertanian pada tahun 2009. Dana tersebut dipergunakan untuk membantu permodalan bagi masyarakat di wilayah perdesaan khususnya bagi petani kecil. Pada awalnya, seluruh kegiatan keuangan gapoktan ditangani oleh bendahara gapoktan, termasuk mengelola penyaluran dan pengembalian dana PUAP. Setelah satu tahun berjalan, pihak BP4K Kabupaten Bogor melakukan verifikasi terhadap gapoktan yang mendapatkan dana PUAP pada tahun 2009. Verifikasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana gapoktan penerima dana PUAP mampu merealisasikan dana tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yang terdapat pada Pedoman PUAP 2010. Penilaian ini dikemas seperti perlombaan yang dilakukan antar gapoktan penerima dana PUAP. Dan untuk memenangkan perlombaan ini, Gapoktan Rukun Tani membentuk Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani. Selain digunakan untuk memenangkan verifikasi PUAP, LKM-A Rukun Tani juga dibentuk karena adanya tuntutan dari para petani bagi gapoktan untuk lebih profesional dan lebih transparan dalam hal akuntansi (keuangan). Apabila melihat Petunjuk Teknis Pemeringkatan Gapoktan PUAP menuju LKM-A, waktu ideal untuk pembentukan LKM-A adalah pada tahun ke III terhitung dari waktu perolehan dana PUAP. Gapoktan Rukun Tani mendirikan LKM-A pada awal tahun ke II (Juli 2010). Pembentukan LKM-A yang lebih cepat dari waktu yang ditentukan ini tidak membuat Gapoktan Rukun Tani menjadi
62
tersisihkan dalam verifikasi. Sebaliknya, Gapoktan Rukun Tani memenangkan verifikasi tersebut dengan menjadi Juara I se-Kabupaten Bogor berkat sudah terbentuknya LKM-A Rukun Tani serta LKM-A Rukun Tani mampu mengelola dana secara terperinci dan transparan. Pembentukan LKM-A Rukun Tani ini resmi berdiri pada tanggal 28 Juli 2010, dengan diturunkannya SK Ketua Gapoktan Rukun Tani Nomor 01/Kpts/GT.RT/VII/2010 tentang Pengangkatan Manajer LKM-A Rukun Tani. LKM-A yang beralamatkan di Jalan Raya Tapos, Pondok Menteng Desa Citapen ini hingga saat ini menjadi Gapoktan percontohan yang dipakai oleh BP4K, karena menjadi juara I pada verifikasi PUAP 2010. Dengan adanya LKM-A Rukun Tani, petani maupun pedagang agribisnis dapat meminjam dana sesuai dengan kebutuhan. 5.1.2. Visi dan Misi LKM-A Rukun Tani Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Rukun Tani memiliki visi dan misi yang sama dengan Gapoktan Rukun Tani, karena LKM-A Rukun Tani pada dasarnya merupakan pengembangan dari unit usaha permodalan Gapoktan Rukun Tani. Visi LKM-A Rukun Tani adalah “Terwujudnya Masyarakat Tani Yang Maju dan Sejahtera”. Untuk merealisasikan visi tersebut diperlukan langkah-langkah strategis LKM-A yang tercantum dalam misi lembaga tersebut. Adapun misi dari LKM-A Rukun Tani yaitu : 1. Meningkatkan peran kelompok tani dan gapoktan dalam peningkatan produksi dan produktivitas usaha tani. 2. Menfasilitasi anggota dalam penyediaan sarana produksi pertanian (saprodi), permodalan dan pemasaran hasil usaha tani. 3. Meningkatkan posisi tawar petani dalam pemasaran hasil usaha tani 4. Meningkatkan fungsi kelompok tani sebagai wahana belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi. 5.2.3. Struktur Organisasi LKM-A Rukun Tani Struktur organisasi menunjukkan pembagian kerja yang terdapat dalam organisasi LKM-A serta menggambarkan jenjang tanggung jawab setiap bagian dalam struktur tersebut. Struktur organisasi dalam suatu perusahaan belum tentu
63
sama dengan perusahaan lain. Hal ini dikarenakan dalam menentukan struktur organisasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni besarnya perusahaan, jumlah tenaga kerja, jenis produk, daerah pemasaran dan lain-lain. Struktur organisasi LKM-A Rukun Tani dapat dilihat pada Gambar 3.
Manager LKM-A Cecep Rahmat
Administrasi Pembukuan Nia Purnamasari
Teller / Kasir Hj. Didoh
Pengurus Gapoktan
Pembiayaan Dadang
Kolektor H. Misbah, Yudi, Sarno, H.
Gambar 3. Struktur Organisasi LKM-A Rukun Tani Adapun uraian tugas pengelola LKM-A Rukun Tani adalah sebagai berikut: 1.
Bagian Administrasi Pembukuan • Kewenangan : Menangani administrasi dan keuangan, menyusun dan melaporkan keuangan. • Tugas-tugas : a. Mengerjakan Jurnal Buku Besar, Buku Kas Umum b. Melakukan Pengalokasian pendayagunaan dana c. Membantu manajer dalam pembuatan dan perumusan arus kas dan budgeting
2.
Kasir/ Teller • Kewenangan : Menerima dana/angsuran dari anggota dan Juru Bayar. • Tugas-tugas : a. Menerima/menghitung uang dan membuat bukti penerimaan b. Melakukan pembayaran sesuai perintah manajer c. Melayani dan membayar pengambilan tabungan d. Membuat buku kas harian
64
e. Setiap akhir jam kerja menghitung uang yang ada dan meminta pemeriksaan dari manajer. 3.
Bagian Pembiayaan • Kewenangan : Melakukan kegiatan pelayanan pembiayaan kepada peminjam/anggota. • Tugas-tugas : a. Menyusun rencana pembiayaan b. Menerima dan melakukan analisa pembiayaan c. Mengajukan pembiayaan kepada Gapoktan d. Melakukan administrasi pembiayaan e. Melakukan laporan perkembangan pembiayaan
4.
Kolektor • Kewenangan : Melakukan kegiatan pengerahan tabungan anggota/masyarakat sebagai pembangkit modal LKM-A • Tugas-tugas : a. Menyusun rencana pengerahan tabungan b. Melakukan pembinaan nasabah/anggota c. Memberikan
teguran
baik
lisan
maupun
tertulis
kepada
anggota/nasabah yang menunggak d. Membuat laporan perkembangan usaha anggota. 5.2.4. Aktivitas LKM-A Tukun Tani Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A Rukun Tani) memiliki serangkaian kegiatan yang tidak jauh berbeda dengan LKM pada umumnya. Salah satu pembeda antara LKM-A dengan LKM lainnya adalah pada anggota (nasabah) LKM tersebut. 5.2.4.1. Keanggotaan LKM-A Rukun Tani Pendirian lembaga keuangan ini bertujuan untuk membantu anggota gapoktan untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi, khususnya masalah permodalan. Sejak awal berdirinya LKM-A, manajer LKM-A menetapkan bahwa anggota (nasabah) LKM-A Rukun Tani harus merupakan anggota yang tergabung
65
dalam Gapoktan Rukun Tani. Hal ini dilakukan agar dana yang dipinjamkan oleh LKM-A dapat digunakan secara maksimal pada bidang agribisnis, karena anggota yang tergabung dalam gapoktan merupakan anggota yang memiliki usaha di bidang agribisnis. Selain itu, hal ini dapat membantu pihak LKM-A untuk mendata jenis usaha yang dilakukan oleh nasabah sebagai salah satu persyaratan pada peminjaman dana di LKM-A. Sampai saat ini, LKM-A Rukun Tani memiliki anggota sebanyak 163 orang. Anggota tersebut berasal dari enam kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Tani. Keenam kelompok tani tersebut adalah Poktan Pondok Menteng, Poktan Sukamaju, Poktan Bina Mandiri, Poktan Silih Asih, Poktan Sawah Lega, dan Poktan Tani Jaya. Adapun syarat-syarat untuk menjadi anggota (nasabah) LKM-A Rukun Tani adalah sebagai berikut : a.
Memiliki Usaha Produktif yang berbasis pertanian baik langsung (petani budidaya tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, dan peternakan) maupun tidak langsung (penjual hasil dan olahan dari pertanian)
b.
Terdaftar sebagai Anggota Kelompok Tani yang termasuk pada Gapoktan Rukun Tani •
Menjadi Anggota Gapoktan dengan membayar: 1) Simpanan Pokok sebagai Tanda Masuk Anggota sebesar Rp 50.000,sesuai dengan AD/ART satu kali selama menjadi anggota dan anggota berhak mendapatkan kartu anggota. 2) Simpanan Wajib Iuran Bulanan Anggota sebesar Rp 5.000,- per bulan.
c.
Mematuhi segala ketentuan yang ditetapkan dalam AD/ART Gapoktan dan ketentuan lainnya dalam pengelolaan dana PUAP.
5.2.4.2. Penyaluran Dana PUAP Dana bantuan PUAP yang diberikan oleh Kementerian Pertanian sebesar Rp 100.000.000,00 kepada Gapoktan Rukun Tani, dipinjamkan kepada nasabah LKM-A dengan cara bergiliran , sesuai dengan kebutuhan kelompok tani maupun petani individu. Dana tersebut dapat cair melalui beberapa tahap, yaitu :
66
1.
Mengajukan Permohonan Pinjaman Kepada LKM-A dengan: • Mengisi Formulir Rencana Usaha Anggota • Menyertakan Fotokopi KTP dan Kartu Keluarga yang masih berlaku • Menandatangani Surat Perjanjian Pembiayaan
2.
Penyeleksian terhadap ajuan kredit untuk mengetahui usaha yang layak atau tidak oleh manajer LKM-A Rukun Tani.
3.
Mendapat Persetujuan dari Komite Pembiayaan yang terdiri dari Pengurus Gapoktan, Menajer, serta Kolektor LKM-A Rukun Tani. Adapun paket pinjaman untuk pembiayaan modal usahatani adalah sebagai
berikut : a.
Komoditi Padi Sawah per Ha, dengan jasa tiap bulannya sebesar 1,8 persen dan jangka waktu pengembalian hingga 4 bulan. Rincian untuk pinjaman komoditi padi sawah dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rincian Paket Pinjaman Komoditi Padi Sawah Per Ha Rincian 1. Bibit Padi (30 kg) 2. Pupuk Urea (200 kg) 3. Pupuk NPK Phonska (300 kg) 4. Pestisida dan PPC Jumlah
b.
Harga/satuan (Rp) 6.000 1.400 2.500
Jumlah (Rp) 180.000 280.000 750.000 290.000 Rp 1.500.000,-
Komoditi Sayuran/Hortikultura, dengan jasa tiap bulannya sebesar 1,8 persen dan jangka waktu pengembalian hingga 3 bulan. Rincian untuk pinjaman komoditi sayuran dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rincian Paket Pinjaman Komoditi Sayuran/Hortikultura Rincian 1. Bibit Bersertifikat 2. Pupuk Urea (200 kg) 3. Pupuk NPK Phonska (300 kg) 4. Pestisida dan PPC Jumlah
c.
Harga/satuan (Rp) 1.400 2.500
Jumlah (Rp) 500.000 280.000 750.000 470.000 Rp 2.000.000,-
Paket ternak kelinci, dengan syarat terdapat 2 jantan dan 10 betina per anggota. Jasa tiap bulannya sebesar 1,8 persen dan jangka waktu pengembalian hingga 10 bulan. Rincian untuk pinjaman paket ternak kelinci dapat dilihat pada Tabel 12.
67
Tabel 12. Rincian Paket Pinjaman Ternak Kelinci Rincian 1. Bakalan induk dan pejantan (12 ekor) 2. Pembelian konsentrat 3. Pembelian Obat-obatan Jumlah
d.
Harga/satuan (Rp) 65.000
Jumlah (Rp) 780.000 140.000 80.000 Rp 1.000.000,-
Paket Jual Beli Sayuran dan Jual Beli Gabah disesuaikan dengan kebutuhan modal saat itu begitupun dengan lamanya pinjaman dan jasa pinjaman (konvensional/syariah)
disesuaikan
dengan
kesepakatan
yang
saling
menguntungkan antara kedua belah pihak.
68
VI
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
Analisis kinerja keuangan atau analisis finansial pada suatu perusahaan atau organisasi merupakan salah satu faktor yang dapat mencerminkan kondisi perusahaan atau organisasi tersebut. Kriteria yang digunakan dalam analisis kinerja keuangan pada penelitian ini adalah analisis rasio likuiditas, analisis rasio solvabilitas, dan analisis rasio rentabilitas. Berdasarkan analisis rasio tersebut diharapkan dapat menjelaskan kondisi kinerja keuangan yang terjadi pada LKM-A Rukun Tani. 6.1.
Analisis Rasio Likuiditas Analisis likuiditas merupakan analisis keuangan yang digunakan untuk
mengukur kemampuan LKM-A Rukun Tani untuk melunasi kewajiban jangka pendek yang telah jatuh tempo dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
Rasio
Likuiditas
pada
penelitian
ini
menggunakan
Rasio
Lancar(Current Ratio), Rasio Cair (Quick Ratio),Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover), dan Rasio Kas (Cash Ratio). Hasil dari seluruh perhitungan Rasio Likuiditas dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Perhitungan Rasio Likuiditas (1 Januari– 31 Desember 2010) Rasio Rasio Cepat Perputaran Rasio Kas Lancar(Rp) (Rp) Piutang (Rp) (Rp) Aktiva Lancar 105.020.000 105.020.000 Hutang 2.148.000 2.148.000 Lancar Total Deposit 4.500.000 Piutang 104.246.000 Rata-rata 216.630 Piutang Kas 774.000 Nilai Rasio 48,89 23,33 481 0,36 Sumber: Laporan Neraca LKM-A Rukun Tani (Diolah)
Dari Tabel 13 terlihat bahwa nilai Rasio LancarLKM-A Rukun Tani pada periode tersebut adalah 48,89. Nilai ini menunjukkan bahwa LKM-A mampu menjamin setiap Rp 1,00 hutang lancar dengan Rp 48,89 aktiva lancar yang dimiliki oleh LKM-A Rukun Tani. Jika dibandingkan dengan nilai standarnya, nilai Rasio Lancarselama periode 1 Januari – 31 Desember 2010 sudah memenuhi
69
standar minimal yang ditetapkan yaitu 2. Bahkan nilai Rasio Lancar LKM-A Rukun Tani berada jauh di atas standard yang ditetapkan. Pada laporan keuangan LKM-A Rukun Tani, pos aktiva lancar terdiri dari kas dan piutang pembiayaan anggota. Pada Lampiran 1, terlihat bahwa jumlah piutang pembiayaan anggota lebih besar dari jumlah kas yang dimiliki LKM-A Rukun Tani. Hal ini dapat berbahaya bagi kelangsungan LKM-A Rukun tani apabilaPerputaran Piutang anggota tidak berjalan lancar. Berdasarkan Tabel 13, Rasio Cepat LKM-A Rukun Tani memiliki nilai sebesar 23,33. Hal ini menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani mampu menjamin setiap Rp 1,00 hutang lancarnya dengan Rp 23,33 aktiva lancar yang dimiliki. Nilai rasio sebesar 23,33 tersebut jauh diatas standard minimal yaitu (1:1), sehingga Rasio Cepat pada LKM-A Rukun Tani dapat digolongkan pada kategori sangat baik. Rasio Perputaran Piutang menggambarkan berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Menurut perhitungan, Perputaran Piutang pada LKM-A Rukun tani menghasilkan nilai sebesar 481. Artinya, Perputaran Piutang selama periode tersebut adalah 481 kali. Hal ini menunjukkan kondisi yang baik dalam Perputaran Piutang karena semakin tinggi Rasio Perputaran Piutang, maka makin cepat piutang tersebut kembali dan dapat diputar kembali. Sedangkan untuk perhitungan Jumlah Hari Piutang, didapatkan hasil sebesar 0,758 (dibulatkan 1 hari). Hal ini menunjukkan bahwa selama 1 hari piutang tersebut tidak dapat ditagih oleh pihak LKM-A Rukun Tani. Rasio Kas menggambarkan kemampuan kas untuk menutupi seluruh hutang jangka pendek. Artinya, pihak LKM-A tidak perlu menunggu untuk menjual atau menagih utang lancar lainnya. Berdasarkan Tabel 13, didapatkan nilai Rasio Kas yaitu sebesar 0,36. Artinya bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar, akan dijamin dengan Rp 0,36 kas yang dimiliki oleh LKM-A.
Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi perusahaan pada kemampuan pembayaran hutang lancar dengan menggunakan kas dalam kondisi tidak baik. Apabila LKM-A memiliki hutang lancar yang harus segera dilunasi, maka LKM-A memerlukan waktu lebih untuk mencairkan sebagian aktiva lancar yang dimilikinya.
70
Berdasarkan keempat rasio yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa LKM-A Rukun Tani memiliki Rasio Likuiditas yang baik. Terlihat pada Rasio Lancar, Rasio Cepat, Perputaran Piutang yang menunjukkan kondisi diatas standar minimal. Namun pada Rasio Kas, LKM-A menunjukkan kondisi yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena LKM-A memiliki kas yang jumlahnya jauh lebih sedikit daripada jumlah piutangnya. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya apabila terdapat hutang lancar yang harus segera dilunasi namun kas yang dimiliki tidak mencukupi. 6.2.
Analisis Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas pada penelitian ini menggambarkan kemampuan
LKM-A untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Rasio Solvabilitas pada penelitian ini menggunakan Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta (Debt to Asset Ratio), Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal, dan Rasio Utang Jangka Panjang atas Kapitalisasi. Hasil dari Rasio Solvabilitas LKM-A Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Perhitungan Rasio Solvabilitas (1 Januari – 31 Desember 2010) Rasio Kewajiban Rasio Kewajiban Rasio Jangka Panjang Jangka Panjang Kewajiban atas Kapitalisasi atas Modal (Rp) Jangka Panjang (Rp) atas Harta (Rp) Kewajiban 0 0 0 Jangka Panjang Harta 167.740.000 Modal Sendiri 104.500.000 Kapitalisasi 104.500.000 (Modal + Kewajiban Jangka Panjang) Nilai Rasio 0 0 0 Sumber: Laporan Neraca LKM-A Rukun Tani (Diolah)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) ini memperoleh bantuan dana yang didapatkan dari pemerintah, yaitu dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) sebesar Rp 100.000.000,00. Dana ini yang nantinya digunakan sebagai modal awal usaha simpan pinjam LKM-A yang berjalan hingga saat ini. Dana ini merupakan dana hibah dari pemerintah yang nantinya tidak dikembalikan kepada 71
pemerintah. Sehingga dana sebesar Rp 100.000.000,- merupakan dana hibah dan digolongkan menjadi modal sendiri. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta ini menggunakan jumlah kewajiban jangka panjang yang dimiliki oleh LKM-A Rukun Tani. Namun, kenyataannya LKM-A ini tidak mempunyai kewajiban jangka panjang kepada pihak manapun. Berdasarkan Tabel 14, Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta LKM-A Rukun Tani menunjukkan nilai 0. Rasio ini menunjukkan bahwa sebesar 0% pendanaan perusahaan dibiayai oleh utang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa LKM-A Rukun Tani tidak mempunyai kewajiban jangka panjang. Hal ini sangat menguntungkan bagi pihak LKM-A karena pendanaan tidak tergantung pada pihak manapun. Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal tidak jauh berbeda dengan hasil dari Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta. Yang membedakan adalah jumlah dari modal dan harta yang digunakan sebagai pembanding. Berdasarkan Tabel 14, didapatkan nilai dari Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal adalah 0. Artinya, LKM-A Rukun Tani tidak mempunyai jaminan atas utang jangka panjang dari modal sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi utang jangka panjang terhadap modal LKM-A sangat baik. Rasio selanjutnya adalah Rasio Utang Jangka Panjang atas Kapitalisasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan LKM-A untuk melunasi utang jangka panjang dengan menggunakan total sumber dana jangka panjangnya. Sama dengan Rasio Utang Jangka Panjang atas Modal, rasio ini memiliki nilai rasio sebesar 0. Artinya, LKM-A tidak mempunyai jaminan kapitalisasi atas utang jangka panjang. Kondisi seperti ini menguntungkan bagi pihak LKM-A karena tidak menjaminkan berapapun dari total dana jangka panjangnya. Setelah mengetahui hasil dari ketiga rasio diatas, maka LKM-A Rukun Tani dapat dikatakan mempunyai tingkat solvabilitas yang baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai masing-masing rasio yang menunjukkan kondisi yang sangat baik bagi sebuah perusahaan atau organisasi. Kondisi ini tercipta karena LKM-A tidak mempunyai utang jangka panjang yang harus dilunasi.
72
6.3.
Analisis Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas pada penelitian ini menggambarkan kemampuan LKM-
A untuk mendapatkan keuntungan dari unit usaha simpan pinjam tersebut. Keuntungan dalam penelitian ini berupa Sisa Hasil Usaha (SHU) yang akan dibagikan setiap Rapat Anggota Tahunan (RAT). Rasio rentabilitas pada penelitian ini menggunakan Rasio Pengembalian Aktiva (Return on Asset), Rasio Pengembalian Modal (Return on Equity), dan Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return On Investment). Tabel 15. Hasil Perhitungan Rasio Rentabilitas (1 Januari– 31 Desember 2010) ROA (Rp) ROE (Rp) ROI (Rp) NPM (Rp) Laba 4.467.000 4.467.000 4.467.000 4.467.000 Asset 167.740.000 Modal 104.500.000 Investasi 62.720.000 Pendapatan 21.714.000 Nilai Rasio 2,66 4,27 7,12 20,57 Sumber: Laporan Neraca LKM-A Rukun Tani (Diolah)
Rasio pengembalian aktiva ini digunakan untuk mengukur kemampuan LKM-A Rukun Tani menghasilkan laba dari seluruh aktiva yang dimiliki oleh LKM-A. Hasil perhitungan ROA pada LKM-A Rukun Tani pada periode 1 Januari – 31 Desember 2010 dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan Tabel 15, didapatkan hasil rasio pengembalian aktiva sebesar 2,66 persen. Hal ini menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani mampu menghasilkan laba sebesar Rp 0,026,- dari setiap Rp 1,- aktiva yang dimilikinya. Dan nilai ini berada diatas batas ideal menurut Bank Indonesia. Menurut Bank Indonesia, nilai ideal untuk ROA adalah diatas atau sama dengan dua persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa LKM-A Rukun Tani mempunyai pengembalian aktiva yang baik. Rasio selanjutnya adalah rasio pengembalian modal (ROE). Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan LKM-A menghasilkan laba berdasarkan modal sendiri. Nilai ROE yang terdapat pada tabel menunjukkan angka 4,27 persen. Artinya setiap Rp 1,00 modal sendiri LKM-A Rukun Tani mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 0,047,-. Nilai yang bertanda positif ini menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani mampu menghasilkan laba yang
73
diperoleh dari modal sendiri. Walaupun sebenarnya standar minimal adalah sebesar 15 persen. Rasio Laba Operasi atas Total Investasi menggambarkan kemampuan LKM-A untuk menghasilkan laba yang berasal dari total investasi. Berdasarkan perhitungan diatas, nilai ROI pada LKM-A Rukun Tani adalah sebesar 7,12 persen. Artinya, setiap Rp 1,- total aktiva, LKM-A mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 0,071. Bila dilihat nilainya yang positif, maka keadaan ini mampu memberikan keuntungan bagi LKM-A Rukun Tani, namun hasil perhitungan tersebut mempunyai nilai yang rendah, maka dapat dikatakan LKM-A Rukun Tani mendapatkan laba yang sangat sedikit dari investasi yang dimiliki oleh LKM-A. Hal ini juga berarti LKM-A Rukun Tani sudah mampu menghasilkan SHU (keuntungan) dari total aktiva yang ditanamkan dengan baik. Rasio laba terhadap pendapatan ini berguna untuk mengukur kemampuan LKM-A untuk menghasillkan laba yang didapatkan dari pendapatan yang diterima. Hasil dari perhitungan laba terhadap pendapatan pada LKM-A Rukun Tani menunjukkan angka 20,57 persen. Artinya, setiap Rp 1,- total pendapatan yang diterima, maka LKM-A mampu menghasilkan SHU sebesar Rp 0,2,-. Nilai ini sudah dapat dikategorikan baik, karena memiliki nilai yang positif . Dari rasio-rasio profitabilitas diatas, maka dapat disimpulkan bahwa LKM-A Rukun Tani memiliki kemampuan yang baik untuk menghasilkan laba (Sisa Hasil Usaha) dari unit usaha simpan pinjam tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan hasil keempat rasio profitabilitas diatas yang menunjukkan masing-masing menunjukkan angka positif. Namun besarnya laba yang didapatkan tidak sesuai dengan standar minimal yang telah ditetapkan. Hal ini tidak menjadi masalah bagi pihak manajemen. Karena tujuan dari berdirinya LKM-A Rukun Tani adalah tidak untuk mencari keuntungan semata. Namun untuk membantu petani dalam hal permodalan. Secara keseluruhan, LKM-A Rukun Tani memiliki kondisi keuangan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing rasio, antara lain rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas. Rasio likuiditas menunjukkan kondisi yang sangat baik, walaupun pada Rasio Kas (Cash Ratio) menunjukkan angka yang membahayakan bagi LKM-A. Jumlah piutang anggota yang lebih
74
banyak daripada jumlah uang kas LKM-A, membuat pihak LKM-A harus lebih berhati-hati dalam mengaturPerputaran Piutang. Hal ini dikarenakan, jumlah kas yang tidak sebanding dengan jumlah piutang akan berbahaya apabila suatu saat nanti pihak LKM-A harus segera melunasi kewajiban jangka. Sehingga LKM-A harus berusaha untuk meminimalisisir kegagalan pembayaran piutang oleh nasabah. Sedangkan rasio solvabilitas menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani mempunyai kondisi yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya kewajiban jangka panjang yang harus dilunasi. Dana BLM PUAP sebesar Rp 100.000.000,- merupakan dana hibah, sehingga tidak perlu dikembalikan dan bukan merupakan kewajiban jangka panjang. Dan menurut rasio profitabilitas, LKM-A Rukun Tani memiliki rasio yang menunjukkan bahwa LKM-A mendapatkan laba dari apa yang ditanamkan di LKM-A namun jumlah laba yang diperoleh tidak begitu besar. Hal ini menandakan bahwa LKM-A masih mampu menghasilkan laba (SHU).
75
VII 7.1.
TINGKAT KEPUASAN NASABAH
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan kepada 20 responden dari
nasabah LKM-A Rukun Tani. Uji validitas dilakukan untuk menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total. Uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment dan diolah dengan software Microsoft Excel 2007. Hasil uji validitas dengan menggunakan Ms. Excel dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil pengujian validitas untuk tingkat kepentingan menunjukkan bahwa terdapat tiga pertanyaan yang memiliki nilai korelasi dibawah nilai r tabel (0,444), yaitu pertanyaan nomor 4, 15, dan 24. Hal ini menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak valid dan harus dihilangkan pada kuesioner. Serta pertanyaan lainnya menunjukkan hasil yang valid dan dapat digunakan pada kuesioner selanjutnya. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Uji reabilitas dilakukan kepada 20 orang responden dari nasabah LKM-A Rukun Tani. Dengan menggunakan software SPSS 19, pertanyaan diukur kereliabilitasannya berdasarkan teknik Alpha Crobach. Dihasilkan nilai 0,8819, lebih besar dari nilai Alpha Crobach teori (0,6), sehingga penggunaannya dapat diandalkan dan mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. 7.2
Karakteristik Responden Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah nasabah LKM-A
Rukun Tani. Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai nasabah dalam penelitian ini, berikut diuraikan aspek demografi mengenai pengelompokan nasabah LKM-A Rukun Tani yang menggunakan responden sebanyak 60 nasabah. Aspek demografi yang akan diteliti dari responden adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, lama usaha, besarnya pinjaman, rata-rata pendapatan dari pekerjaan utama, rata-rata pendapatan dari pekerjaan sampingan (jika ada), rata-rata pengeluaran setiap bulan, alasan meminjam di LKM-A Rukun Tani, lama bergabung dengan LKM-A Rukun Tani,dan frekuensi peminjaman. Aspek-aspek tersebut dapat mempengaruhi
76
kegiatan serta partissipasi angggota dalam m memanfaaatkan kebeeradaan LK KM-A Rukun Tanni. 1.
Jen nis Kelamiin Dilihat dari hasil kuessioner, pen nyebaran nasabah n beerdasarkan jenis
kelamin, yaitu nasabbah berjeniis kelamin pria sebannyak 60 peersen, sedan ngkan w sebannyak 40 perrsen. Hal inii menunjukkkan bahwa nasabah berrjenis nasabah wanita kelamin pria lebih aktif memanfaatkan n keberadaaan LKM-A A Rukun Tani dibandingg wanita. Karena K nasabbah pria leebih mempuunyai rasa tanggung jawab j terhadap keluarga k daan menjadi tulang pun nggung keluuarga. Sedaangkan seb bagian besar nasaabah wanitaa yang mem minjam dan na hanya menjadi m penddukung kelu uarga karena peendapatan yang y diterim ma oleh suaami tidak dapat d memeenuhi kebuttuhan keluarga. Penyebarann nasabah menurut m jen nis kelamin dapat dilihhat pada Gaambar 4.
Jenis Keelamin 40% 60% 6
Pria Wanita
Gambarr 4. Penyebaran Nasabah menurutt Jenis Kelam min 2.
Ussia Reesponden yaang menjaddi nasabah LKM-A Rukun R Tani dibagi ked dalam
enam kateegori usia yaaitu usia 177-21 tahun, 22-26 2 tahunn, 27-31 tahhun, 32-36 tahun, t 37-41 tahhun, dan 41 tahun keeatas. Berd dasarkan haasil penyebbaran kuesiioner, sebagian besar responden LKM M-A Ruku un Tani beerusia lebihh dari 41 tahun t sebanyak 40 persen. Kemudian K u 32-36 tahun usia t sebannyak 23 perrsen, 37-41 tahun t yak 14 perssen, lalu usia 22-26 tahun t sebanyak 15 persen,, 27-31 tahhun sebany d usia 17-21 tahun seebanyak 3 persen. p Untuuk lebih jelaasnya sebanyak 5 persen, dan dapat dilihhat pada Gaambar 5.
77
Usia a 3% 5%
17‐‐21 tahun 14% 1
40% 15 5%
23%
22‐‐26 tahun 27‐‐31 tahun 32‐‐36 tahun 37‐‐41 tahun >41 1 tahun
Gam mbar 5. Penyebaran Nasabah N mennurut Usia Berdaasarkan perssentase pennyebaran meenurut usia, responden LKM-A baanyak yang beruusia diatas 41 tahun. Hal ini diikarenakan pada usia ini kemam mpuan respondenn untuk giaat mencari pekerjaan mulai meenurun kareena faktor usia, sehingga untuk mem mbantu pemenuhan kehidupann k nya maka rresponden lebih memilih untuk u meminnjam di LK KM-A Rukun n Tani. 3.
Staatus Pernik kahan Haasil dari pennyebaran kuesioner, k teerlihat bahw wa sebagiaan besar nassabah
LKM-A Rukun R Tani sudah mennikah dan teerdapat pulaa yang belum m menikah serta janda. Naasabah yanng sudah menikah m seb banyak 95 persen, ddan yang belum b menikah sebanyak s 3 persen, serrta janda seebanyak 2 persen. p Hal ini dikaren nakan respondenn yang telaah menikahh memilikii tanggungan terhadaap keluargaa dan berusaha untuk menncukupi kebbutuhan terssebut dengaan melakukkan peminjaman M-A Rukun Tani. Untuuk lebih jelasnya, penyeebaran nasab abah dapat dilihat d pada LKM pada Gam mbar 6.
Sttatus Pern nikahan 3%2% % M Menikah B Belum menika ah 95%
Janda D Duda
Gambar 6. 6 Penyebarran Nasabah h menurut Status S Pernikkahan
78
4.
Peendidikan Terakhir T Pendidikan teerakhir merrupakan peendidikan teerakhir baggi nasabah yang
telah luluus ataupun pendidikann yang sed dang ditem mpuh. Penyyebaran nassabah menurut tingkat t pendidikan dappat dilihat pada Gambbar 7. Penyyebaran nassabah menurut tingkat t penddidikan perrsentase terttinggi terdaapat pada tiingkat pend didian Sekolah Dasar D (SD) sebanyak 48 4 persen dan d terendaah pada tinngkat pendidikan Akademi/D Diploma daan Sarjana sebanyak s 2 persen. p
2%
Pendidikan Terakhir T 2%
25%
0% 48%
23%
SD S S SMP S SMA/sederajat t A Akademi/Diplo oma S Sarjana P Pasca sarjana
G Gambar 7.. Penyebaran Nasabah menurut m Peendidikan Teerakhir Beerdasarkan Gambar G 7 dapat d dilihatt bahwa responden yanng paling baanyak melakukann peminjam man di LKM M-A adalah responden yang y lulusaan Sekolah Dasar D daripada lulusan l yangg lain. Hal ini menunjukkan bahw wa penduduuk sekitar daerah d penelitian mempunyaai tingkat peendidikan yang rendah.. nis Pekerjaaan (Agribiisnis) Jen
5.
Pendidikan daan jenis pekkerjaan adaalah dua asppek karakteeristik respo onden yang salinng berhubunngan. Pendiddikan meneentukan jeniis pekerjaann yang dilak kukan nasabah dan d selanjutnnya pekerjaaan mempen ngaruhi penndapatan yanng akan diteerima seseorang. Dilihat daari segi pekkerjaan, un ntuk persenttase tertinggi adalah petani p sebanyak 27 orang (445 %), dan terendah adalah pekerrjaan lainnyya (tukang jamu, j pedagang pisang, daan pengusahha kripik) sebanyak s 5 orang (9 % %). Untuk lebih jelasnya dapat d dilihatt pada Gambbar 8.
79
Pekerja aan 9% Pedagan ng sembako Pedagan ng sayuran Petani Lainnyaa ........
23 3% 45%
23%
Gambarr 8. Penyebaaran Nasabaah menurut Jenis Pekerrjaan Beerdasarkan Gambar 8 dapat dilih hat bahwa responden LKM-A paling p banyak memiliki m pekkerjaan sebbagai petanii. Hal ini disebabkan d karena diseekitar wilayah LKM-A L peenduduknyaa memilikii mata peencaharian sebagai petani. Kondisi inni ditunjangg dengan koondisi alam m Desa Citaapen yang ccocok digun nakan untuk berttani. 6.
Laama Usaha Naasabah yangg akan mem minjam mod dal ke LKM M-A Rukun Tani tidak harus
telah mem mpunyai usaha yang sudah s berjaalan. Pencaiiran modal yang dilak kukan oleh LKM M-A Rukunn Tani berddasarkan ataas kepercayyaan dan raasa kekeluarrgaan dengan caalon nasabaah. Namun tetap lebih h mengutam makan caloon nasabah yang mempunyyai usaha yang y telahh berjalan namun keekurangan modal. Haal ini dikarenakaan agar perpputaran piuttang dapat berjalan b denngan baik. Haasil dari peenyebaran kuesioner k didapatkan d b bahwa sebaanyak 77 persen p memiliki lama l usaha lebih dari 4 tahun, dan n respondenn yang mem miliki lama usaha u 1-2 tahun serta 2-3 taahun masing-masing seebanyak 100 persen, daan yang mem miliki usaha 3-44 tahun sebbanyak 3 persen. p Unttuk lebih jelasnya dappat dilihat pada Gambar 9.
Lama Usaha 10%
10% 3%
77%
1‐2 tahun 2‐3 tahun 3‐4 tahun >4 tahun
Gambaar 9. Penyebbaran Nasab bah menuruut Lama Usaaha
80
7.
Jumlah Pinjaaman Naasabah yanng melakukan transaaksi di LK KM-A meemiliki berrbagai
kepentingaan, sehinggga jumlah pinjaman yang diajuukan berbedda-beda. Ju umlah pinjaman yang dilakkukan olehh nasabah disesuaikan d n dengan juumlah kas yang dimiliki oleh LKM-A A Rukun Taani. Apabilaa nasabah teelah meminnjam sebelum mnya dan dapat mengembaalikan sesuaai dengan waktu w yang ditentukan, maka mem miliki kemungkinan mendappatkan pinjaaman yang jumlahnya j lebih besar lagi. Beerdasarkan hasil pennyebaran kuesioner, k maka diddapatkan bahwa b persentasee tertinggi yaitu y pada pinjaman p an ntara Rp 5000.000,00 – R Rp 1.000.00 00,00 yaitu sebanyak 33 responden (55%) daan persentaase terendaah pada ju umlah pinjaman 0 – Rp 5000.000,00 yaitu y sebany yak (7%). Untuk U lebihh jelasnya dapat dilihat padda Gambar 10.
Besar Pinjaman 12%
7% 0- Rp 500 0.000
18%
> Rp 500 0.000 – Rp 1.000..000
55% 8% %
> Rp 1.00 00.000- Rp 1.500 0.000 > Rp 1.50 00.000 – Rp 2.00 00.000 > Rp 2.00 00.000
G Gambar 100. Penyebarran Nasabah h menurut Besarnya B Pinnjaman Beerdasarkan Gambar G 10, pinjaman Rp 500.000,- sampaii Rp 1.000..000,merupakann pinjamann yang paaling banyaak dipilih oleh respponden. Haal ini dikarenakaan pada rentang r inii memilikii jumlah yang y dinilaai tidak teerlalu memberattkan nasabaah dalam hal h pelunasaan nantinyaa. Sehinggaa nasabah dapat menyesuaaikan dengaan pendapatan yang mereka dapatkan d ddan dapat tidak terbebani untuk u meluunasinya. 8.
Jumlah Pend dapatan Asspek pendappatan yang diterima oleh o nasabaah sangat m menentukan pada
pemilihann besarnya pinjaman. Jika pend dapatannya sudah meencukupi segala s kebutuhannnya, maka jumlah pinnjaman yan ng diajukann tidak terlaalu besar. Untuk U
81
mengetahuui penyebarran nasabahh menurut jumlah j penndapatan daapat dilihat pada Gambar 11.
Rata-R Rata Penda apatan/bu ulan 3% 39 9%
32%
24%
< Rp 500.000//bulan Rp 500.000 – Rp 1.000.000/bbulan > Rp 1.000.0000 – Rp 1.500.000/bulan > Rp 1.500.0000 – Rp 2.000.0000/bulan > Rp 2.000.0000/bulan
2%
Gambaar 11. Penyeebaran Nasaabah menurrut Pendapaatan Beerdasarkan Gambar 11 sebany yak 23 reesponden (39%) rataa-rata pendapataannya per buulan adalahh lebih dari Rp 2.000.0000,-. Jumlaah respondeen ini tidak jauhh berbeda deengan jumlaah respondeen yang mem milih pendaapatan sekitar Rp 500.000,- sampai Rpp 1.000.0000,- yaitu seb banyak 19 responden (32%). Ap pabila melihat juumlah penddapatan sajja (tanpa melihat m jum mlah pengeeluaran), haal ini menunjukkkan bahwaa kondisi perekonomiaan di sekitaar wilayah LKM-A Rukun R Tani dapatt digolongkkan pada tinngkat ekonom mi yang seddang cenderrung tinggi. 9.
Peekerjaan Saampingan Paada penelitian ini jugaa ditampilk kan aspek pekerjaan p ssampingan yang
dilakukan oleh respoonden. Pekeerjaan samp pingan ini juga j sangatt mempeng garuhi berapa beesarnya pinjjaman yangg diajukan kepada LK KM-A Rukuun Tani. Deengan adanya peekerjaan sam mpingan, juumlah pinjaaman perorrangan dapaat menjadi lebih banyak appabila respoonden terseebut mengg gunakan pinnjaman sebagai modall atau tambahan modal bagii usaha sam mpingan. Daapat pula pinnjaman yanng diajukan tidak terlalu bessar karena sebagian dana yang dibutuhkan d sudah tercuukupi dari usaha u sampingann tersebut. Untuk U perseentase respo onden yangg memiliki uusaha sampingan dapat dilihhat pada Gaambar 12.
82
K Kerja Sam mpingan 23% % Ya Tidak
77%
Gambar 12. 1 Penyebaaran Nasabaah menurut Kerja K Samppingan h respondeen yang m memiliki usaha u Beerdasarkan Gambar 12, jumlah sampingann tidak beggitu banyakk, yakni beerjumlah 144 respondenn (23%). Usaha U sampingann yang diilakukan oleh o respon nden berm macam-macaam. Mulai dari penjualan pulsa provvider, usahha jahit pakaian, hinggga usaha kredit peraalatan rumah tanngga. Respoonden yang tidak memiiliki usaha sampingan s ini berjumlah 46 respondenn (77%). Tidak T mem miliki usah ha sampinggan merupaakan perseentase terbanyak pada asppek ini karena k resp ponden terrsebut merrasa hasil dari pekerjaannnya telah mencukupi m u untuk biaya kebutuhann k nya. .
Pendapatan yang diperolleh dari usaaha sampinggan yang diilakukan oleeh 14
respondenn rata-rata tidak sebannyak jumlaah pendapatan usaha utamanya. Pada Gambar 14 dapat dilihat bahhwa pengh hasilan yanng didapatkkan dari usaha u g dari Rp 500.000,00 5 per bulan yaitu sampingann terbesar adalah sekiitar kurang sebanyak 6 respondden (43%)). Persentaase terkecill pada peendapatan usaha u kitar Rp 5000.000,00 – R Rp 1.000.00 00,00. sampingann ini terletakk pada penddapatan sek Untuk lebih jelasnya dapat dilihaat pada Gam mbar 13.
Rata-Ratta Pendap patan Kerrja Samping gan 14% 22%
43% 14 4% 7%
< Rp 500.000/bulan Rp 5000.000 – Rp 1.0000.000/bulan > Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000/bulann > Rp 1.500.000 1 – Rp 2.000.000/bulaan > Rp 2.000.000/bulann
Gamb bar 13. Pennyebaran Naasabah menu urut Pendappatan Usahaa Sampingan
83
10.
Peengeluaran per Bulan Pengeluaran merupakan m biaya yang dikeluarkaan nasabah uuntuk memenuhi
kebutuhann sehari-harri, misalnyaa makanan, pakaian, liistrik, telepoon, dan air serta biaya yanng dikeluarrkan untuk usaha yan ng sedang dilakukan. Untuk melihat penyebaraan nasabah LKM-A Ruukun Tani menurut m tinngkat pengeeluarannya dapat dilihat padda Gambar 14.
R Rata-Rata a Pengelu uaran / bu ulan 3% 22% 3%
42% 30%
< Rp 500.000/bbulan R 500.000 – Rp Rp R 1.000.000//bulan > Rp 1.000.0000 – Rp 1.500.0000/bulan > Rp 1.500.0000 – Rp 2.000..000/bulan > Rp 2.000.0000/bulan
Gambar 14. Penyebarann Nasabah menurut m Penngeluaran pper Bulan Penyebaran nasabah LKM M-A Rukun n Tani berdaasarkan tinggkat pengelu uaran per bulan Rp 500.000,- sampai Rp 1.000.000,- mempperoleh perrsentase terttinggi % dan persenntase terenddah (2%) un ntuk pengeluuaran per bbulan kurang g dari yaitu 42% Rp 500.0000,- dan yanng lebih darii Rp 1.500.0 000,- sampaai Rp 2.0000.000,-. 11.
Allasan Memiinjam di LK KM-A Ruk kun Tani Leembaga Keuuangan Mikkro Agribisnis (LKM-A A) Rukun Tani merup pakan
satu-satunnya lembagaa keuangan yang berad da di wilayaah Desa Cittapen yang tidak berorientaasi pada keuuntungan. Lain halnya dengan d adannya bank keeliling yang g juga beredar dii wilayah desa d ini. Baank keliling g yang dim maksud adallah orang utusan u dari bankk terkemukaa dan para rentenir yaang mengeelilingi desaa untuk meencari nasabah dan d menerappkan bungaa yang jauh h lebih tingggi daripadaa LKM-A Rukun R Tani. Mellalui wawanncara yang dilakukan selama pennelitian, beerikut ini allasanalasan meengapa respponden lebiih memilih meminjam m modal di LKM-A Rukun R Tani darippada meminnjam pada bank keliling g.
84
Alassan Memiinjam ke LKM-A Ruk kun Tani 12% 32%
48%
Mudah Perrsyaratannya Lokasi yan ng Strategis
8%
Bunga Pinj njaman yang Reendah Waktu Pen ncairan yang ceepat
G Gambar 15.. Penyebarann Nasabah Menurut M Allasan Memiinjam ke L LKM-A Ruk kun Tani Beerdasarkan Gambar 155, terlihat bahwa b sebaanyak 29 reesponden (48%) ( memilih bahwa b alasaan mereka memilih m unttuk menabuung di LKM M-A Rukun n Tani karena peersyaratan untuk u menggajukan pin njaman diraasa mudah oleh responden. Apabila dibandingka d an dengan persyaratan p yang terdaapat pada bank, persyaaratan LKM-A inni jauh lebbih mudah. Selain itu tidak adanyya jaminan apapun seebagai persyarataan untuk meeminjam paada LKM-A A Rukun Taani, membuaat calon nassabah lebih mem milih untuk meminjam m di LKM-A A Rukun Tani. T Bungaa pinjaman yang rendah yaaitu sebesar 1,8 persen mendorong g sebanyak 19 respondden (32%) untuk u memilih meminjam m di LKM-A A Rukun Tani. T Lokaasi LKM-A A yang straategis menjadi allasan dengaan persentasse terendah yaitu sebesar 8 persen (5 respondeen). 12.
Laama Bergab bung dengaan LKM-A A Rukun Taani Kaarakteristik respondenn selanjutny ya adalah lama angggota bergaabung
menjadi nasabah n LK KM-A Rukkun Tani. Lama angggota menjaadi nasabaah ini berhubunggan dengan frekuensi peminjaman p n dan selannjutnya akann mempeng garuhi jumlah pinnjaman. Jikka nasabah memiliki m caatatan yang baik selama meminjam m dan selalu meengembalikaan tepat waaktu, makaa untuk pem minjaman sselanjutnya akan dipermudaah dalam juumlah dan waktu penccairan. Perssentase penyyebaran nassabah menurut laama menjaddi nasabah dapat d dilihatt pada Gam mbar 16.
85
Lama Bergabung dengan M-A Ruk kun Tani LKM 2%
11% 5% 22%
60%
< 3 bulan 3-6 bulan >6 bulan – 9 bulan <9 bulan – 12 1 bulan >12 bulan
Gambaar 16. Penyeebaran Nasaabah Menurrut Lama Beergabung deengan LKM M-A Rukun Tani T Naasabah yangg telah bergabung leb bih dari 12 bulan mem miliki perseentase tertinggi pada p penyebbaran nasabah yaitu seb besar 60 perrsen (36 ressponden). Hal H ini disebabkaan karena nasabah n LK KM-A Ruku un Tani meerupakan annggota Gapoktan Rukun Taani pula, sehingga s n nasabah LK KM-A saat ini sebaggian besar telah bergabungg sejak berddirinya LKM M-A Rukun n Tani. Persentase palinng rendah adalah a respondenn dengan lam ma bergabunng kurang dari d 3 bulann. 13.
Frrekuensi Peeminjaman n Freekuensi pem minjaman pada p penelittian ini merrupakan jum mlah berapaa kali
nasabah teersebut mennggunakan fasilitas sim mpan pinjaam di LKM M-A Rukun Tani. Frekuensi peminjamaan ini dapaat menggam mbarkan keppercayaan nnasabah terh hadap m lebih darri satu kalii, maka nassabah LKM-A. Apabila naasabah telahh meminjam d dikataakan percayya dengan kinerja LK KM-A. Penyyebaran nassabah tersebut dapat menurut frekuensi fr peeminjaman dapat d dilihaat pada Gam mbar 17.
Freku uensi Pem minjaman % 2% 46% 5 52%
1 kkali 2 kkali 3 kkali
Gaambar 17. Penyebarann Nasabah Menurut M Freekuensi Pem minjaman
86
Nasabah yang telah meminjam dana di LKM-A Rukun Tani sebanyak 2 kali memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 52 persen (31 responden). Sejak berdirinya LKM-A Rukun Tani, rata-rata nasabah telah meminjam sebanyak 2 kali dengan periode pembayaran selama 10 bulan. Jika diketahui bahwa sebagian besar responden telah bergabung sejak LKM-A berdiri, maka idealnya sampai saat ini nasabah telah melakukan 2 kali peminjaman. Tetapi tidak menutup kemungkinan bagi nasabah yang dapat meminjam lebih dari 2 kali. Terlihat pada responden yang telah meminjam sebanyak 3 kali sejak awal berdirinya LKM-A sebanyak 1 responden (2%). Hal ini dapat terjadi apabila nasabah dapat melunasi seluruh piutang sebelum batas waktu yang ditentukan (10 bulan), dan meminjam kembali pada bulan berikutnya. 7.3.
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja (Importance Performance Analysis) Penyajian hasil Importance Performance Analysis (IPA) dalam bentuk
diagram kartesius akan mempermudah pihak LKM-A Rukun Tani dalam meningkatkan atau mempertahankan kinerja sebagai sebuah keputusan untuk strategi mendatang. Penyajian tanggapan responden terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut LKM-A Rukun Tani ditampilkan pada Tabel 16. Tingkat kepentingan dari variabel LKM-A Rukun Tani yang diamati dalam penelitian ini merupakan atribut yang dianggap sangat penting oleh responden dimana atribut-atribut ini menjadi pertimbangan bagi responden untuk melakukan peminjaman di LKM-A Rukun Tani. Nilai Tingkat Kepentingan (Y) tiap atribut didapatkan dari rata-rata nilai yang diberikan responden terhadap atribut yang bersangkutan. Penilaian kinerja bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan LKM-A Rukun Tani. Kepuasan nasabah tercapai apabila kinerja LKM-A Rukun Tani sesuai dengan tingkat kepentingan. Nilai Tingkat Kinerja (X) merupakan hasil rata-rata nilai yang diberikan responden terhadap atribut yang bersangkutan.
87
Tabel 16. Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) No.
Atribut
1 2 3
Lokasi LKM-A Kebersihan LKM-A Kelengkapan fasilitas kantor Ketersediaan papan informasi dan koran Prosedur pelayanan LKM-A Ketelitian dan keakuratan karyawan Realisasi janji Penyelenggaraan Rapat Anggota (bulanan) tepat waktu Pembagian SHU tepat waktu Keteraturan jadwal kerja Kerjasama LKM-A dengan pihak lain Kecepatan dan ketepatan menanggapi masalah Kecepatan dalam menangani transaksi Pemberian informasi Pengetahuan karyawan dalam memberikan informasi Keramahan dan kesopanan karyawan Kejujuran pengurus dan karyawan Bantuan biaya pengobatan Kemudahan dalam memanfaatkan jasa Adanya kotak saran Pemberian hadiah bagi anggota aktif Tingkat suku bunga pinjaman Rata-rata Max Min
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Tingkat Kepentingan (Y) 3,6667 3,7667 3,6167
Tingkat Kinerja (X) 4,0667 3,1833 3,2833
3,7667
2,8000
3,9833
3,6833
4,0667
3,8000
4,0833
3,9667
3,7667
3,6000
4,2333 3,6333
3,8667 3,8000
3,4833
3,1000
3,8000
3,6833
4,1333
3,8000
3,9333
3,8000
3,9167
3,8000
4,4167
4,2833
4,5167
4,4833
3,8333
3,4833
3,8667
4,0833
3,5167
2,6000
3,9667
3,4833
4,3333 3,9181 4,5167 3,4833
4,6333 3,6947 4,6333 2,6000
88
Beerdasarkan Tabel 23, langkah seelanjutnya adalah a mem masukkan setiap s nilai/skor rata-rata tersebut t ke dalam maasing-masinng kuadran dalam diaagram kartesius. Untuk mennentukan poosisi, garis pembagi p dittetapkan beerdasar nilaii total rata-rata tiingkat kepeentingan yaiitu 3,9181 dan d total raata-rata tinggkat kinerja yaitu sebesar 3,,69. Kedua garis ini akkan menjad di garis tenggah pada diiagram karteesius. Untuk lebbih jelasnyaa, posisi masing-masin ng atribut LKM-A L Ruukun Tani dapat dilihat padda Gambar 18. 5
4.5 4
17 7
Tingkat Kepentingan
4
18 2
4 20
12
7
14 15
19
8
3
3.5 3
13 6
5
21
22
16
9
1
10
11
3
2.5 2
2 2
2.5
3
3.5 3
4
4.5 5
5
Tingkat Kepuasan
Gamb bar 18. Diaagram Karteesius Imporrtance Perfoormance Analysis (IPA A) L LKM-A Ruk kun Tani Keterangan : Kuadran 1 : Kuadran 2 :
5. 21. 6. 7. 9. 13. 14. 16. 17. 22.
Proosedur pelaayanan LKM M-A Peemberian haadiah bagi an nggota aktiff Keetelitian dann keakurataan karyawann Reealisasi janjji Peembagian SHU tepat waktu w Keecepatan daalam menan ngani transakksi Peemberian innformasi Keeramahan dan d kesopan nan karyawaan Keejujuran penngurus dan karyawan Tiingkat suku bunga pinjaman
89
Kuadran 3 :
Kuadran 4 :
2. 3. 4. 8. 11. 12. 18. 20. 1. 10. 15. 19.
Kebersihan LKM-A Kelengkapan fasilitas kantor Ketersediaan papan informasi dan koran Penyelenggaraan Rapat Anggota (bulanan) tepat waktu Kerjasama LKM-A dengan pihak lain Kecepatan dan ketepatan menanggapi masalah Bantuan biaya pengobatan Adanya kotak saran Lokasi LKM-A Keteraturan jadwal kerja LKM-A Pengetahuan karyawan dalam memberikan informasi Kemudahan dalam memanfaatkan jasa
Diagram kartesius diatas menggambarkan posisi masing-masing atribut kualitas kepuasan nasabah LKM-A Rukun Tani sesuai dengan kuadrannya masing-masing. Pembahasan lebih lanjut mengenai masing-masing posisi sebagai berikut : 7.3.1. Kuadran I (Prioritas Utama) Atribut yang terdapat pada Kuadran I menunjukkan bahwa atribut tersebut dinilai penting di mata responden, namun kinerja atribut-atribut tersebut lebih rendah dari keinginan responden. Oleh karena itu, pihak perusahaan harus meningkatkan kinerjanya agar optimal. Peningkatan kinerja dapat dilakukan dengan cara perbaikan secara terus-menerus sehingga performance atribut yang ada dalam kuadran dapat meningkat. Atribut-atribut yang termasuk pada Kuadran I adalah : •
Prosedur Pelayanan Nasabah menilai bahwa prosedur pelayanan LKM-A merupakan atribut paling penting, namun pelaksanaannya dinilai masih belum memuaskan. Prosedur pelayanan di LKM-A Rukun Tani dinilai terlalu memberatkan bagi nasabah yang ingin meminjam dana apabila mengatasnamakan kelompok tani. Sesuai prosedur yang ada, kelompok tani yang ingin meminjam modal kepada LKM-A harus menyusun proposal terlebih dahulu. Proposal ini bertujuan agar pihak LKM-A dapat melihat pengelolaan dana pinjaman tersebut. Hal ini dinilai memberatkan karena apabila kelompok tani yang bersangkutan membutuhkan dana pinjaman secepatnya, maka kelompok tani tersebut tidak dapat langsung mendapatkan dana yang diminta karena harus menyusun proposal terlebih 90
dahulu yang membutuhkan waktu lagi. Selain itu, banyak anggota kelompok tani yang hanya lulusan Sekolah Dasar sehingga pembuatan proposal dirasa sulit oleh responden. Solusi yang dapat ditawarkan adalah kelompok tani sebaiknya membuat anggaran selama musim produksi secara rinci dan terencana hingga beberapa waktu kedepan, sehingga tidak perlu lagi membuat proposal pengajuan dana. Serta adanya pelatihan dalam pembuatan proposal secara rutin dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia (anggota kelompok tani). •
Pemberian Hadiah Bagi Anggota Aktif Responden menilai bahwa pemberian hadiah bagi anggota aktif merupakan antribut penting namun pelaksanaannya masih dinilai belum memuaskan. Setelah melakukan wawancara, LKM-A Rukun Tani memang masih belum melakukan pemberian hadiah bagi anggota yang aktif. Pemberian hadiah ini dinilai penting karena dapat memacu anggota untuk meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan yang dilakukan oleh LKM-A Rukun Tani. Hal ini dapat menjadi masukan bagi LKM-A Rukun Tani untuk berbenah diri menjadi yang terbaik di mata anggota.
7.3.2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Atribut-atribut yang berada di Kuadran II merupakan atribut yang memiliki tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang tinggi atau diatas nilai rataan. LKM-A Rukun Tani perlu mempertahankan atau meningkatkan mutu pelayanannya, karena tingkat kinerja yang telah dilakukan umumnya telah sesuai dengan tingkat kepentingan atau harapan nasabah. Atribut-atribut mutu pelayanan yang berada pada Kuadran II adalah sebagai berikut : •
Ketelitian dan Keakuratan Karyawan Kemampuan dalam membangun hubungan baik dan menanamkan rasa puas kepada nasabah dalam memberikan pelayanan yang baik dari segi ketelitian dan keakuratan merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh karyawan LKM-A Rukun Tani. Karyawan LKM-A Rukun Tani dinilai oleh responden bahwa sudah teliti dan akurat dalam melakukan
berbagai
transaksi.
Dipertegas
dengan
tidak
adanya 91
permasalahan dan keluhan nasabah terhadap pelayanan LKM-A Rukun Tani. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kesetiaan dari nasabah, karena kesalahan yang dilakukan oleh pihak LKM-A akan berakibat tidak baik bagi transaksi dan kepercayaan nasabah. Sehingga pihak LKM-A perlu mempertahankan prestasi ini dan terus meningkatkan agar pelayanannya lebih baik lagi daripada sebelumnya. •
Realisasi Janji Atribut ini menurut responden merupakan atribut yang penting, karena menyangkut janji dengan nasabah tersebut, dan berpengaruh pula pada perputaran piutang. Waktu yang dijanjikan dalam hal pencairan dana pinjaman oleh LKM-A dinilai sudah baik oleh responden. Responden juga sudah merasa puas dengan waktu yang dijanjikan oleh LKM-A Rukun Tani. Terlihat bahwa atribut ini memiliki nilai rata-rata yang berada diatas rata-rata tingkat kinerja. Waktu pencairan yang jarang terlambat dari waktu yang telah dijanjikan membuat nasabah tidak pernah kecewa. Atribut ini harus dipertahankan dan ditingkatkan oleh LKM-A Rukun Tani.
•
Pembagian SHU Tepat Waktu Sisa Hasil Usaha (SHU) yang dibagikan pada nasabah pada tiap rapat akhir tahun (RAT) dinilai oleh responden merupakan atribut penting. Pembagian SHU ini sama halnya dengan memberikan hak yang memang dimiliki oleh nasabah. Walaupun pembagian SHU hingga saat ini baru berjalan 1 kali, nasabah merasa puas dengan apa yang telah dilakukan oleh LKM-A Rukun Tani. Pelaksanaan pembagian SHU oleh LKM-A dilakukan bersamaan dengan RAT dan tidak ada penundaan bagi pembagian SHU. Maka LKM-A Rukun Tani perlu mempertahankan atribut ini pada tahun-tahun mendatang.
•
Kecepatan dalam Menangani Transaksi Nasabah yang datang ke LKM-A Rukun Tani pada umumnya ingin cepat dilayani. Kecepatan karyawan dalam memberikan pelayanan akan membuat nasabah merasa tidak jenuh dan bosan bila melakukan transaksi di LKM-A, karena tidak perlu menunggu lama dan dapat menghemat
92
waktu mereka. Atribut ini memiliki nilai tingkat kinerja dan tingkat kepentingan di atas rata-rata, sehingga atribut ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi. •
Pemberian Informasi Kejelasan dan kepastian informasi merupakan hal yang selalu diinginkan oleh nasabah dalam memperoleh informasi mengenai produk LKM-A Rukun Tani, sehingga karyawan harus mempunyai pengetahuan yang luas dan kemampuan yang baik dalam menjelaskan produk LKM-A. Pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki karyawan juga akan memberikan kemudahan dalam menjawab setiap pertanyaan dari nasabah, sehingga dapat mengurangi banyaknya keluhan yang dirasakan nasabah. Nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut ini berada diatas total rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, yang berarti nasabah menganggap atribut ini mempunyai tingkat kepentingan tinggi dan sebanding dengan tingkat kinerjanya.
•
Keramahan dan Kesopanan Karyawan Sebagai lembaga yang berinteraksi dengan banyak nasabah, maka keramahan dan kesopanan karyawan sangat diperlukan bagi LKM-A dalam menghadapi setiap nasabah. Hal ini dilakukan untuk menghargai keberadaan nasabah dan memberikan kesan baik LKM-A Rukun Tani kepada nasabahnya. Nilai tingkat kepentingan atribut ini berada diatas rataan tingkat kepentingan, yang berarti bahwa nasabah memiliki tingkat kepentingan yang tinggi kepada atribut ini. Nilai tingkat kinerja juga menunjukkan hasil yang berada di atas nilai rataan tingkat kinerja, yang artinya kinerja atribut ini sudah melebihi harapan nasabah. Kinerja atribut ini tetap perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
•
Kejujuran Pengurus dan Karyawan Lembaga Keuangan Mikro ini bergeran dibidang usaha simpan pinjam. Maka sikap kejujuran karyawan sangat diperlukan untuk mendukung aktivitas usaha ini. Hal ini disebabkan karena menyangkut kepentingan seluruh nasabah. Adanya ketidakjujuran yang dilakukan oleh pengurus ataupun karyawan dapat membuat citra LKM-A menjadi buruk
93
dimata masyarakat. Atribut ini memiliki nilai tingkat kepentingan diatas nilai rata-rata tingkat kepentingan total, sehingga nasabah merasa atribut ini merupakan atribut yang penting. Nilai tingkat kinerja juga berada diatas nilai rata-rata, maka kinerja atribut ini sudah melebihi harapan nasabah dan perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi. •
Tingkat Suku Bunga Pinjaman Tingkat suku bunga yang dimiliki oleh LKM-A jauh lebih rendah dari tingkat suku bunga pinjaman bank. Tingkat suku bunga pinjaman yang rendah ini merupakan salah satu alasan calon nasabah untuk bergabung menjadi anggota LKM-A Rukun Tani. Sehingga tingkat suku bunga pinjaman merupakan atribut yang dinilai penting bagi nasabah. Nilai dari tingkat kepentingan dan tingkat kinerja berada diatas nilai ratarata. Hal ini berarti nasabah merasa atribut ini penting dan sebanding dengan kinerjanya. Atribut ini perlu untuk dipertahankan oleh LKM-A Rukun Tani.
7.3.3. Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran III menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat kepentingan dan kinerja rendah. Atribut-atribut yang masuk pada kuadran ini dirasakan tidak penting oleh nasabah dan pihak LKM-A Rukun tani hanya melaksanakannya secara biasa saja (rendah), sehingga pihak perusahaan belum terlalu perlu untuk memperbaiki kinerjanya. Atribut-atribut yang berada pada kuadran ini adalah : •
Kebersihan LKM-A Rukun Tani Kebersihan merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh LKM-A Rukun Tani yang bertujuan untuk memberikan rasa nyaman bagi nasabah. Namun dalam hal ini nasabah menganggap bahwa atribut ini kurang penting yang ditandai dengan nilai tingkat kepentingan berada dibawah rataan tingkat kepentingan. Berdasarkan nilai tingkat kinerja, atribut ini juga menggambarkan bahwa yang telah dilakukan oleh LKM-A masih belum memenuhi harapan nasabah.
94
•
Kelengkapan Fasilitas Kantor Fasilitas
kantor
merupakan
suatu
penunjang
yang
dapat
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi nasabah yang ingin melakukan transaksi simpan pinjam di LKM-A Rukun Tani. Fasilitas kantor meliputi meja, kursi, formulir pengisian, bolpoin,dan lain-lain. Berdasarkan hasil analisis diatas, atribut ini berada di kuadran III dimana memiliki tingkat kepentingan yang rendah dan tingkat kinerja yang rendah juga. Hal ini berarti nasabah menganggap atribut ini tidak penting, dan pihak LKM-A Rukun Tani melakukan atribut ini dengan biasa juga. •
Ketersediaan Papan Informasi dan Koran Informasi yang berhubungan dengan nasabah merupakan hal penting yang perlu disebarluaskan kepada nasabah LKM-A melalui papan informasi. Sedangkan informasi lainnya dapat diperoleh dari koran yang beredar. Namun nasabah menilai bahwa ketersediaan papan informasi dan adanya koran tidak begitu penting. Dapat dilihat pada nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja yang berada dibawah nilai rataan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Menurut wawancara yang telah dilaksanakan, nasabah lebih menyukai informasi yang disebarkan dari mulut ke mulut.
•
Penyelenggaraan Rapat Anggota (bulanan) Tepat Waktu Rapat Anggota bulanan yang dilakukan setiap akhir bulan ini merupakan acara yang rutin dilakukan oleh LKM-A Rukun Tani. Acara rutin ini tidak hanya memberikan informasi mengenai perkembangan LKM-A setiap bulannya, namun memberikan informasi mengenai isu-isu pertanian yang sedang terjadi. Atribut ini dirasakan kurang penting bagi nasabah, karena LKM-A Rukun Tani hampir tiap bulan menerima tamu undangan dari luar LKM-A, dan pada saat ada tamu tersebut nasabah LKM-A juga turut diundang. Nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut ini memiliki nilai dibawah rata-rata, yang berarti nasabah menilai atribut ini tidak begitu penting.
95
•
Kerjasama LKM-A dengan Pihak Lain Kerjasama yang dilakukan oleh LKM-A adalah kerjasama baik dalam hal keuangan dan perdagangan. Kerjasama dalam hal keuangan adalah dengan Bank BRI sebagai tempat mendepositokan dana, dan sektor perdagangan bekerjasama dengan beberapa penjual sayuran di pasar induk. Nilai tingkat kepentingan dan kinerja pada atribut ini masih berada di bawah nilai rataan. Sehingga kerjasama yang dilakukan ini dinilai tidak terlalu penting oleh nasabah, dan nasabah belum puas dengan kerjasama tersebut karena nasabah tidak merasakan langsung keuntungan adanya kerjasama.
•
Kecepatan dan Ketepatan Menanggapi Masalah Respon yang baik terhadap keluhan dan pertanyaan dari nasabah yang segera ditanggapi oleh pihak LKM-A akan membuat nasabah merasa diperhatikan serta dihargai, sehingga berdampak pada kepuasan nasabah. Nasabah menilai atribut ini mempunyai tingkat kepentingan yang rendah, dan nilai tingkat kinerja juga menunjukkan dibawah rataan tingkat kinerja. Artinya, kinerja LKM-A Rukun tani pada atribut ini dianggap belum memuaskan nasabah.
•
Bantuan Biaya Pengobatan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis ini tidak hanya melakukan kegiatan yang mendatangkan keuntungan saja. Kegiatan yang bersifat sosial juga dilakukan. Salah satu kegiatannya adalah dengan memberikan biaya pengobatan kepada anggota yang terkena penyakit yang cenderung penyakit berat. Nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja berada di bawah nilai rata-rata, sehingga dapat dikatakan nasabah menilai atribut ini tidak terlalu penting dan belum puas terhadap kinerjanya.
•
Adanya Kotak Saran Keluhan, saran dan kritik yang bersifat membangun diharapkan oleh LKM-A untuk mengevaluasi kinerjanya. Salah satu cara untuk mempermudah nasabah untuk memberikan masukan kepada LKM-A adalah dengan adanya kotak saran. Nilai yang dihasilkan pada tingkat kepentingan dan tingkat kinerja berada di bawah nilai rataan. Sehingga
96
adanya kotak saran tidak begitu penting
bagi nasabah dan sebagian
nasabah belum merasa puas karena LKM-A tidak mempersiapkan kotak saran. Jika ada masalah atau keluhan, nasabah lebih memilih langsung mengutarakan keluhannya kepada karyawan daripada menulis dan memasukkan ke kotak saran. 7.3.4. Kuadran IV (Berlebihan) Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat kepentingan rendah, tetapi pelaksanaannya tinggi. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini, dalam pelaksanaannya dianggap berlebihan oleh nasabah. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah : •
Lokasi LKM-A Rukun Tani Pemilihan lokasi LKM-A akan berpengaruh pada keputusan calon nasabah dalam memilih lembaga keuangan. Sebuah lembaga keuangan yang strategik dan mudah dicapai, serta dekat dengan tempat tinggal atau tempat kerja nasabah akan lebih disukai. Hal ini berhubungan dengan efisiensi, baik efisiensi waktu maupun biaya. Namun, berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa atribut lokasi LKM-A yang dekat dengan nasabah serta mudah dijangkau dinilai tidak begitu penting bagi nasabah. Akan tetapi pihak LKM-A telah mempertimbangkan daerah potensialnya.
•
Keteraturan Jadwal Kerja LKM-A Jadwal kerja yang diberlakukan di LKM-A Rukun Tani adalah mulai pukul 08.00 – 14.00 WIB. Jika dibandingkan dengan jadwal kerja lembaga keuangan lainnya, jadwal kerja LKM-A cenderung lebih singkat. Pemberlakuan jadwal kerja selama 6 jam ini disesuaikan dengan rata-rata nasabah yang datang tiap harinya. Rata-rata nasabah yang datang ke LKM-A berjumlah 2 orang.
Berdasarkan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa atribut keteraturan jadwal kerja ini tidak begitu penting, karena jika nasabah ingin melakukan transaksi diluar jam tersebut nasabah dapat menemui pengurus yang rumahnya tidak jauh dari lokasi LKM-A. Akan tetapi pihak LKM-A tetap mempertahankan keteraturan jadwal kerjanya. 97
•
Pengetahuan Karyawan Dalam Memberikan Informasi Pengetahuan karyawan dalam memberikan informasi dinilai tidak terlalu penting bagi nasabah, karena nasabah sering mendapatkan informasi dari rapat yang dilakukan setiap bulannya. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa atribut ini tidak terlalu penting bagi nasabah, dan pihak LKM-A tetap menjamin bahwa karyawannya mengetahui segala informasi tentang LKM-A.
•
Kemudahan Dalam Memanfaatkan Jasa Sebagai lembaga keuangan yang berusaha untuk memuaskan nasabah, jasa simpan pinjam yang diberikan kepada nasabah diusahakan agar tidak terlalu sulit diakses. Berdasarkan hasil penelitian, nasabah tidak begitu mementingkan atribut ini dan pihak LKM-A terus berupaya agar jasa yang diberikan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh nasabah.
7.4.
Indeks Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction Index) CSI digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan nasabah secara
menyeluruh dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut jasa yang diukur. Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 17), diperoleh nilai Weight Factor tiap atribut yang didapatkan dari nilai tingkat kepentingan, nilai Weight Score tiap atribut yang didapatkan dari Weight Factor dan tingkat kinerja. Weight Score tiap atribut kemudian dijumlahkan, maka didapatkan Weight Total sebesar 3,7202. Dari nilai inilah didapatkan hasil dari Customer Satisfaction Index. Hasil CSI untuk atribut kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh LKMA Rukun Tani sebesar 74,41 persen. Nilai tersebut berada pada rentang nilai CSI yaitu antara 0,61 – 0,81 yang berarti bahwa nasabah merasa puas atas kinerja LKM-A Rukun Tani. Dengan kepuasan nasabah terhadap kualitas pelayanan tersebut, diharapkan manajemen LKM-A Rukun Tani dapat terus meningkatkan kinerjanya untuk mencapai tingkat kepuasan nasabah yang lebih dari sebelumnya. Berikut ini perhitungan CSI yang didapatkan dari perbandingan antara tingkat kepentingan kinerja LKM-A Rukun Tani untuk mengetahui kepuasan nasabah secara keseluruhan.
98
Tabel 17. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Tingkat Kepentingan (Y) 1 3,6667 2 3,7667 3 3,6167 4 3,7667 5 3,9833 6 4,0667 7 4,0833 8 3,7667 9 4,2333 10 3,6333 11 3,4833 12 3,8000 13 4,1333 14 3,9333 15 3,9167 16 4,4167 17 4,5167 18 3,8333 19 3,8667 20 3,5167 21 3,9667 22 4,3333 Total 86,3 Weight Total Satisfaction Index No.
Weight Factor (WF) 4,25371 4,3697 4,1957 4,3697 4,6210 4,7177 4,7370 4,3697 4,9110 4,2150 4,0410 4,4084 4,7950 4,5630 4,5437 5,1238 5,2398 4,4470 4,4857 4,0797 4,6017 5,0270 100
Tingkat Kinerja (X) 4,0667 3,1833 3,2833 2,8000 3,6833 3,8000 3,9667 3,6000 3,8667 3,8000 3,1000 3,6833 3,8000 3,8000 3,8000 4,2833 4,4833 3,4833 4,0833 2,6000 3,4833 4,6333
Weight Score (WS) 0,17282 0,1389 0,1376 0,1222 0,1700 0,1791 0,1877 0,1571 0,1897 0,1600 0,1251 0,1622 0,1820 0,1732 0,1725 0,2192 0,2346 0,1547 0,1830 0,1059 0,1601 0,2326 3,7202 74,41%3
Keterangan Tabel : 1 3,6667 : 86,3 = 4,2537% 2 4,2537% x 4,0667= 17,28 % = 0,1728 3 3,7202 : 5 x 100% = 74,41 % (5 dari Skala Likert)
7.5. Hubungan Antara Kinerja Keuangan dengan Kepuasan Nasabah LKM-A Rukun Tani Setelah dilakukan penelitian di LKM-A Rukun Tani, didapatkan rangkuman hasil kinerja keuangan LKM-A Rukun Tani yang dilihat dari Rasio Likuiditas (yang terdiri dari Rasio Lancar, Rasio Cepat, Perputaran Piutang, dan Rasio Kas), Rasio Solvabilitas (yang terdiri dari Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta, Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal, dan Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi), serta Rasio Rentabilitas (yang terdiri dari Return on Asset, Return on Equity, Return On Investment). Kinerja keuangan LKM-A Rukun Tani dapat dilihat pada Tabel 18. Pada Tabel 18 dijelaskan jenis-jenis rasio
99
yang digunakan dalam penelitian ini (Kolom 1), nilai yang didapatkan dari perhitungan (Kolom 2), lalu dibandingkan dengan standar yang berlaku (Kolom 3), maka akan diketahui bagaimana keadaan keuangan LKM-A Rukun Tani khususnya pada Tahun 2010 (Kolom 4). Tabel 18. Rasio Keuangan LKM-A Rukun Tani No Rasio Nilai (1) (2) 1. Rasio Likuiditas 48,89 • Rasio Lancar 23,33 • Rasio Cepat 481 • Perputaran Piutang 0,36 • Rasio Kas 2. Rasio Solvabilitas 0 • Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta 0 • Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal 0 • Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Kapitalisasi 3. Rasio Rentabilitas 2,66 • ROA 4,27 • ROE 7,12 • ROI 20,57 • NPM Keterangan : >> = semakin tinggi semakin baik << = semakin rendah semakin baik
Standar (3)
Keterangan (4)
2 1 >> 1
Aman Aman Aman Tidak aman
<<
Aman
<<
Aman
<<
Aman
2 15 >> >>
Aman Tidak aman Aman Aman
Berdasarkan data pada Tabel 18, dapat dilihat bahwa terdapat dua rasio yang berada di posisi yang tidak aman, yaitu rasio tersebut berada di bawah nilai standar. Rasio ini adalah Rasio Kas, dan Return on Equity . Nilai dari Rasio Kas (0,36) jauh dibawah standar yang ditentukan (1). Sama halnya dengan Return on Equity, nilai ROE (4,27) juga berada jauh dibawah standar minimal (15). Hal ini disebabkan karena LKM-A mempunyai jumlah piutang anggota yang jauh lebih banyak daripada kas dan modal yang dimiliki. Posisi rasio yang lainnya, masuk dalam kategori aman (yaitu diatas standar minimal) bahkan berada jauh diatas nilai standar, sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum LKM-A Rukun Tani memiliki kinerja keuangan yang tergolong aman dan sehat. LKM-A Rukun Tani
100
mampu menunjukkan bahwa lembaga tersebut dapat mengelola aset yang dimiliki untuk kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dengan baik. Keadaan yang aman dan sehat ini menjadi suatu modal bagi LKM-A Rukun Tani untuk dapat menarik nasabah lebih banyak lagi. Kepercayaan dan keamanan nasabah kepada LKM-A Rukun Tani memang sangat diperlukan. Hal ini disebabkan karena nasabah memiliki peran penting pada berlangsungnya aktivitas LKM-A Rukun Tani. Kepercayaan dan keamanan yang dirasakan oleh nasabah berawal dari bagaimana LKM-A mengelola keuangannya. Jika LKM-A Rukun Tani mempunyai catatan keuangan yang baik, maka dapat dipastikan bahwa nasabah merasa aman dan percaya jika melakukan transaksi di LKM-A Rukun Tani. Berdasarkan analisis kinerja keuangan yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, LKM-A Rukun Tani memiliki rasio keuangan yang berada dalam batas aman. Kondisi inilah yang menyebabkan nasabah merasa aman dan percaya apabila bertransaksi di LKM-A Rukun Tani. Apabila nasabah sudah memiliki kepercayaan pada LKM-A Rukun Tani, maka hal tersebut akan memberikan kepuasan tersendiri bagi nasabah. Pada penelitian ini kepuasan nasabah LKM-A Rukun Tani diukur dengan menggunakan Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan perhitungan CSI didapatkan nilai kepuasan nasabah LKM-A Rukun Tani terhadap pelayanan yang diberikan, berada di tingkat “Puas” dengan jumlah 74,41 persen. Kategori “Puas” berdasarkan Kriteria Indeks Kepuasan Konsumen berada pada skala 0,61-0,81. Hasil ini dapat dijadikan tolok ukur bagi pihak manajemen LKM-A Rukun Tani untuk lebih meningkatkan kinerjanya sehingga kepuasan nasabah berada pada tingkatan paling atas yaitu “Sangat Puas” dengan skala 0,81-1,00. Tingkat kepuasan tertinggi dapat diperoleh oleh LKM-A Rukun Tani apabila mampu meningkatkan kinerjanya pada atribut-atribut yang berada pada Kuadran 1 dalam Diagram Kartesius Importance Performance Analysis (IPA). Atribut yang berada pada Kuadran 1 merupakan atribut yang menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan kinerjanya. Atribut-atribut itu antara lain Prosedur pelayanan LKMA, dan Pemberian Hadiah Bagi Anggota Aktif . Kinerja keuangan dan kepuasan pelanggan merupakan indikator untuk mengetahui bagaimana kinerja LKM-A Rukun Tani. Kinerja keuangan digunakan
101
untuk melihat kinerja LKM-A Rukun Tani dari sudut manajemen, sedangkan kepuasan pelanggan digunakan untuk melihat bagaimana tanggapan nasabah terhadap pelayanan yang diberikan oleh LKM-A Rukun Tani. Berdasarkan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan LKM-A Rukun Tani masih dalam batas aman, dan dengan nilai kepuasan nasabah yang sudah merasa puas. Dari kedua sisi tersebut, LKM-A Rukun Tani dapat dikatakan sehat sebagai sebuah lembaga keuangan yang terhitung baru didirikan, dan baik sebagai organisasi pemberi jasa. Sehingga predikat sebagai Juara 1 dalam verifikasi Gapoktan terbaik se-Kabupaten Bogor pantas diberikan kepada Gapoktan Rukun Tani.
102
VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan LKM-A Rukun Tani memiliki kondisi keuangan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing rasio, antara lain rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas. Rasio likuiditas menunjukkan kondisi yang sangat baik, walaupun pada rasio kas (Cash Ratio) menunjukkan angka yang membahayakan bagi LKM-A. Sedangkan rasio solvabilitas menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani mempunyai kondisi yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya kewajiban jangka panjang yang harus dilunasi. Dan rasio rentabilitas menunjukkan bahwa LKM-A Rukun Tani memiliki rasio yang baik karena memiliki nilai yang bertanda positif. Hal ini menandakan bahwa LKM-A mampu menghasilkan laba (SHU) dengan baik. Karakteristik responden pada penelitian ini dibagi dalam beberapa aspek, antara lain jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, lama usaha, besarnya pinjaman, rata-rata pendapatan dari pekerjaan utama, rata-rata pendapatan dari pekerjaan sampingan (jika ada), rata-rata pengeluaran setiap bulan, alasan meminjam di LKM-A Rukun Tani, lama bergabung dengan LKM-A Rukun Tani,dan frekuensi peminjaman. Berdasarkan hasil kuesioner, karakteristik responden LKM-A Rukun Tani adalah sebagai berikut : Persentase tertinggi pada karakteristik jenis kelamin adalah jenis kelamin pria dengan usia lebih dari 41 tahun, berstatus menikah. Menempuh pendidikan terakhir hanya lulus Sekolah Dasar (SD), dan memiliki pekerjaan sebagai sebagai petani, dengan lama usahanya paling banyak pada pilihan yang lebih dari 4 tahun. Dengan responden yang jumlah pendapatan sekitar lebih dari Rp 2.000.000,00 per bulan, dan pengeluarannya sekitar Rp 500.000,00-Rp 1.000.000 per bulan ini, jumlah pinjaman yang diajukan berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00. Responden yang telah bergabung dengan LKM-A Rukun Tani paling banyak telah bergabung lebih dari 12 bulan dengan frekuensi pinjaman paling banyak sekitar 2 kali. Responden memilih meminjam ke LKM-A Rukun Tani dengan alasan paling banyak yaitu karena mudah persyaratannya.
103
Kepuasan nasabah terhadap kualitas pelayanan pada LKM-A Rukun Tani dapat dilihat dari nilai Customer Satisfaction Index (CSI) sebesar 74,41 persen. Nilai tersebut terletak pada rentang nilai CSI antara 0,61 – 0,80 yang berarti bahwa nasabah telah merasa puas dengan kinerja pelayanan LKM-A Rukun Tani. Kinerja LKM-A Rukun Tani terhadap atribut kualitas pelayanan yang menentukan kepuasan nasabah sudah baik, dapat dilihat dari hasil Importabce Performance Analysis (IPA) pada diagram kartesius. Pada kasus kepuasan nasabah terhadap pelayanan pada LKM-A Rukun Tani, atribut yang masuk ke dalam Kuadran I adalah prosedur pelayanan LKM-A, pemberian hadiah bagi anggota aktif. Sedangkan yang masuk di Kuadran II adalah ketelitian dan keakuratan karyawan, realisasi janji, pembagian shu tepat waktu, kecepatan dalam menangani transaksi, pemberian informasi, keramahan dan kesopanan karyawan, kejujuran pengurus dan karyawan, dan tingkat suku bunga pinjaman. Untuk Kuadran III, atributnya antara lain kebersihan LKM-A, kelengkapan fasilitas kantor, ketersediaan papan informasi dan koran, penyelenggaraan rapat anggota (bulanan) tepat waktu, kerjasama lkm-a dengan pihak lain, kecepatan dan ketepatan menanggapi masalah, bantuan biaya pengobatan, dan adanya kotak saran. Dan untuk Kuadran IV, atributnya antara lain lokasi LKM-A, keteraturan jadwal kerja LKM-A, pengetahuan keryawan dalam memberikan informasi, dan kemudahan dalam memanfaatkan jasa. 2. Saran Kondisi kinerja keuangan LKM-A Rukun Tani perlu dipertahankan, karena menunjukkan kondisi yang sehat. Namun terdapat rasio yang berada di posisi yang tidak aman, yaitu rasio kas dan Return on Equity. Hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai perputaran piutang. Piutang yang dimiliki oleh LKM-A jumlahnya jauh lebih besar dari kas, sehingga diperlukan pencatatan jadwal penagihan piutang dan perlu adanya sanksi tegas pada nasabah yang telat melakukan pembayaran piutang, agar tidak terjadi kredit macet. Atribut-atribut yang berada di Kuadran I patut diperhatikan, karena atribut tersebut memiliki kepentingan bagi nasabah namun pelaksanaannya belum sesuai dengan harapan nasabah. untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya pihak LKM-A Rukun Tani meningkatkan kinerja pada atribut yang berada di Kuadran I, yaitu : 104
Prosedur pelayanan LKM-A, dan Pemberian hadiah bagi anggota aktif. Sedangkan atribut yang terletak di Kuadran II, yaitu ketelitian dan keakuratan karyawan, realisasi janji, pembagian SHU tepat waktu, kecepatan dalam menangani transaksi, pemberian informasi, keramahan dan kesopanan karyawan, kejujuran pengurus dan karyawan, serta tingkat suku bunga pinjaman perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi agar mencapai kepuasan yang maksimal. Untuk menjaga standar kualitas pelayanan, LKM-A Rukun Tani sebaiknya melakukan evaluasi kinerja secara rutin. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk lebih mendalami kinerja keuangan LKM-A Rukun Tani yang dilihat dari rasio trend dan aktivitas usaha. Sehingga didapatkan analisis rasio keuangan yang lebih rinci dan dapat menggambarkan pertumbuhan LKM-A Rukun Tani dari segi keuangan.
105
LAMPIRAN
106
Lampiran 1. Neraca LKM-A Rukun Tani (1 Januari 2010-31 Desember 2010) NAMA PERKIRAAN
NERACA AKHIR
NO
No Acc
1
1101
Kas
2
1102
Bank 1 ( BRI )
-
3
1103
Bank 2
-
4
1104
Piutang Pembiayaan Anggota
5
1105
Inventaris
6
1106
Tanah/Gedung
DEBET
KREDIT
774.000
104.246.000 62.720.000 -
Kewajiban 7
2101
Simpanan sukarela
8
2102
Hutang Lainya
2.148.000 -
Modal 9
3101
Simpanan Pokok
4.300.000
10
3102
Simpanan Wajib
200.000
11
3103
Dana Penyertaan PUAP
12
3104
Hibah Donatur
13
3105
Cadangan Modal
14
3106
SHU Tahun Lalu
100.000.000 56.625.000 -
SHU Tahun berjalan
4.467.000
Dana Titipan 15
2103
Titipan Dana Pendidikan/Pelatihan
-
16
2104
Titipan Dana Lainnya
-
PENDAPATAN 17
4101
Pendapatan Jasa
18
4102
Pendapatan Administrasi
19
4103
Pendapatan Penjualan Saprodi
20
4104
Pendapatan Jasa Bank
21
4105
Pendapatan Lain-lain
22
5101
Beban Gaji Karyawan/LKM
23
5102
Beban ATK
24
5103
BebanTransport/Perjalanan Dinas
25
5104
Beban Konsumsi Rapat/Pertemuan
26
5105
Beban Biaya Bank
27
5106
Beban Pajak
28
5107
Beban Honor Pengurus
29
5108
30
5109
Beban Biaya Pelatihan SDM Beban Akumulasi Penyusutan inventaris
31
5110
Beban Sewa Gedung
32
5111
Beban Lain-lain
Beban
Jumlah SHU Tahun berjalan
Rp 167.740.000,00 Rp 167.740.000,00 Rp 4.467.000,00
107
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Responden yang terhormat, terimakasih telah menyempatkan waktu untuk mengisi kuisioner ini. Saya bernama Putri Kusumaningtyas mahasiswa Departemen Agribisnis IPB sedang melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Dan Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis Rukun Tani ”. Bapak/Ibu mohon kesediaannya untuk berpartisipasi dalam mengisi kuisioner ini secara lengkap dan benar serta dapat memberikan gambaran data yang objektif. Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan sangat berguna untuk hasil penelitian saya dan akan dijamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Identitas Responden No. Responden : ...................... (Diisi peneliti) Tgl Wawancara : ..................... (Diisi peneliti) I.
Karakteristik Nasabah :
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Alamat Kelurahan/Kecamatan Kabupaten/Kota Jenis Kelamin Usia 1. 17-21 tahun 2. 22-26 tahun Status Pernikahan 1. Menikah 2. Belum menikah Pendidikan Terakhir 1. SD 2. SMP
7. 8.
:................................................................................ : ................................................................................ : ................................................................................ : ................................................................................ : 1. Pria 2. Wanita : 3. 27-31 tahun 5. 37-41 tahun 4. 32-36 tahun 6. > 41 tahun : 3. Janda 4. Duda : 3. SMA/sederajat 5. Sarjana 4. Akademi/Diploma 6. Pasca Sarjana
108
9.
Jenis pekerjaan pada sektor perdagangan agribisnis : 1. Pedagang sembako 5. Pedagang ikan 2. Pedagang sayuran 6. Pedagang ayam/daging 3. Pengusaha susu sapi 7. Pengusaha makanan 4. Petani 8. Lainnya ............ Lama usaha : 1. 1-2 tahun 3. 3-4 tahun 2. 2-3 tahun 4. > 4 tahun Besarnya pinjaman : 1. 0- Rp 500.000 4. > Rp 1.000.000- Rp 1.500.000 2. > Rp 500.000 – Rp 1.000.000 5. > Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000 3. > Rp 2.000.000 Rata-rata pendapatan (yang diperoleh dari usaha perdagangan) : 1. < Rp 500.000/bulan 2. Rp 500.000 – Rp 1.000.000/bulan 3. > Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000/bulan 4. > Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000/bulan 5. > Rp 2.000.000/bulan Apakah Anda mempunyai pendapatan lain (diluar dari usaha perdagangan agribisnis) : 1. Ya 2. Tidak Jika jawaban Anda pada nomor 13 adalah Ya, berapakah jumlah pendapatannya: 1. < Rp 500.000/bulan 2. Rp 500.000 – Rp 1.000.000/bulan 3. > Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000/bulan 4. > Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000/bulan 5. > Rp 2.000.000/bulan Rata-rata pengeluaran setiap bulan : 1. < Rp 500.000/bulan 2. Rp 500.000 – Rp 1.000.000/bulan 3. > Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000/bulan 4. > Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000/bulan 5. > Rp 2.000.000/bulan Apakah alasan Bapak/Ibu meminjam modal di LKM-A Rukun Tani? 1. Mudah persyaratannya 2. Lokasi yang strategis 3. Bunga pinjaman yang rendah 4. Waktu pencairan yang cepat 5. Lainnya ...................... Sudah berapa lama Anda menjadi nasabah LKM-A Rukun Tani : 1. < 3 bulan 2. 3 – 6 bulan 3. > 6 bulan – 9 bulan 4. > 9 bulan – 12 bulan 5. > 12 bulan Sudah berapa kali Anda meminjam dana di LKM-A Rukun Tani? ....... kali
10. 11.
12.
13. 14.
15.
16.
17.
18.
109
Lampiran 3. Indikator Pelayanan Jasa Indikator Pelayanan
Atribut Indikator Pelayanan Lokasi
Kebersihan Ruangan
Satuan Ukur 1 2 3 4 5 1
= = = = = =
2 = 3 = 4 = 5 =
Berwujud (Tangible)
Kelengkapan fasilitas kantor seperti kursi tunggu, form/slip setoran/pengambilan, tempat untuk menulis, alat tulis
1 = 2 = 3 = 4 = 5 =
Ketersediaan papan informasi dan koran
1 = 2 = 3 = 4 = 5 =
Prosedur Pelayanan
Keandalan (Reliability)
> 5 km ± 5 km ± 4 km ± 3 km < 3 km Banyak sampah/debu dan susunan kursi/meja tidak teratur Sedikit sampah/debu dan susunan kursi/meja tidak teratur Sedikit sampah/debu dan susunan kursi/meja teratur Tidak ada sampah dan susunan kursi/meja teratur Tidak ada sampah sama sekali dan susunan kursi meja sangat teratur Tidak lengkap sama sekali Meja tulis ada, kursi kurang, form selalu habis Meja dan kursi kurang, form selalu tersedia Meja dan kursi ada, form kadangkadang habis Meja, kursi, dan form selalu tersedia serta cukup untuk nasabah tidak ada papan informasi dan koran sama sekali Hanya ada salah satu : papan informasi atau koran Ada papan informasi dan koran namun jarang diganti Ada papan informasi dan koran serta sering diganti Ada papan informasi dan koran yang selalu diganti tiap hari
1 = Persyaratan banyak dan keputusan lebih dari 1 bulan 2 = Persyaratan banyak dan keputusan sekitar 3-4 minggu 3 = Persyaratan sedikit dan keputusannya sekitar 2-3 minggu 4 = Persyaratan sedikit dan keputusan sekitar 1 minggu 5 = Persyaratan sedikit dan keputusan sekitar < 1 minggu 110
Ketelitian dan Keakuratan Karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Realisasi Janji (dihubungkan kembali, survey dan pencairan dana)
Penyelenggaraan Rapat Anggota (bulanan) tepat waktu
Pembagian SHU tepat waktu
Keteraturan kerja LKM-A
jadwal
Kerjasama LKM-A dengan pihak lain
1 = Melakukan kesalahan menghitung/kerja lebih dari 5 kali 2 = Melakukan kesalahan menghitung/kerja 4-5 kali 3 = Melakukan kesalahan menghitung/kerja 2-3 kali 4 = Melakukan kesalahan menghitung/kerja 1 kali 5 = Selalu tepat dalam menghitung/kerja 1 = Sering telat > 1 hari 2 = Sering telah 1 hari 3 = Kadang-kadang telat 4 = Tidak pernah telat 5 = Tidak pernah telat,kadangkadang lebih awal 1 = Tidak pernah tepat waktu sama sekali 2 = Hanya sekali saja tepat waktu 3 = Kadang-kadang tepat waktu 4 = Hanya 1-2 kali saja tidak tepat waktu 5 = Setiap bulan selalu tepat waktu 1 = Telat > 1 bulan 2 = Telat 3-4 minggu 3 = Telat 2-3 minggu 4 = Telat ± 1 minggu 5 = Tidak pernah telat 1 = Jam buka dan tutup kantor tidak teratur sama sekali 2 = Jam buka dan tutup kantor tidak teratur 3 = Hanya jam buka atau jam tutup saja yang tertatur 4 = Jam buka dan tutup kantor hampir tiap hari teratur 5 = Jam buka dan tutup kantor selalu teratur tiap hari 1 = Tidak ada kerjasama sama sekali dengan pemerintah, bank maupun perusahaan/pasar 2 = Hanya bekerjasama dengan salah satu pihak 3 = Hanya bekerjasama dengan 2 pihak saja 4 = Semua pihak bekerjasama, tetapi kurang harmonis 5 = Semua pihak bekerjasama dengan sangat harmonis
111
Ketanggapan (Responsiveness)
Kecepatan dan ketepatan menanggapi masalah
1 = Karyawan bersikap tidak peduli terhadap keluhan nasabah dan beralih ke masalah lain 2 = karyawan hanya mendengar keluhan nasabah lalu dengan cepat mengalihkannya ke masalah lain 3 = Karyawan hanya mendengar dan mencatat keluhan nasabah 4 = Karyawan mendengar, mencatat serta menjelaskan permasalahan (belum ada solusi) 5 = karyawan mendengarkan dan mencatat keluhan nasabah, menjelaskan dengan tepat permasalahannya dan menawarkan solusi
Kecepatan dalam menangani transaksi
1 = Karyawan sangat lamban dalam menangani transaksi (>40 menit) 2 = karyawan lamban dalam menangani transaksi (30-40 menit) 3 = Karyawan cukup cepat dalam menangani transaksi (20-30 menit) 4 = Karyawan cepat dalam menangani transaksi (15-20 menit) 5 = karyawan sangat cepat dalam menangani transaksi (<15 menit) 1 = Tidak pernah ada pemberian informasi apapun kepada anggota 2 = Hanya 1 kali saja pernah memberikan informasi 3 = Hanya beberapa kali saja pemberian informasi 4 = Sering ada pemberian informasi, tetapi kurang jelas 5 = Selalu ada pemberian informasi, dan sangat jelas
Pemberian informasi
112
Pengetahuan karyawan dalam memberikan informasi kepada nasabah
1 = Karyawan tidak mengetahui sama sekali informasi yang dibutuhkan nasabah 2 = Karyawan informasi nasabah
sedikit yang
mengetahui dibutuhkan
3 = Karyawan kadang-kadang mengetahui informasi yang dibutuhkan oleh nasabah 4 = karyawan mengetahui informasi yang dibutuhkan nasabah secara terinci, dan menyeluruh
Keramahan dan kesopanan karyawan
5 = Karyawan mengetahui semua informasi yang dibutuhkan nasabah, terinci, dan menyeluruh serta mampu meyakinkan nasabah 1 = Karyawan sangat tidak ramah dan tidak sopan 2 = Karyawan hanya memiliki salah satu sifat 3 = Karyawan bersikap biasa saja kepada nasabah
Jaminan/kepastian (Assurance)
4 = Karyawan ramah, sopan dan selalu senyum 5 = Karyawan ramah, sopan, selalu senyum, dan menyapa nasabah Kejujuran pengurus dan karyawan
Bantuan pengobatan
biaya
1 = Audit keuangan tidak pernah dipublikasikan sama sekali pada anggota 2 = Hanya sekali saja dipublikasikan 3 = Ada beberapa kali dipublikasikan 4 = Audit keuangan selalu dipublikasikan, tetapi anggota tidak diajarkan cara audit 5 = Audit keuangan selalu dipublikasikan, tapi anggota selalu diajarkan cara audit 1 = Tidak pernah diberi bantuan sama sekali 2 = Hanya 1 kali saka diberi bantuan 3 = Hanya beberapa kali saja diberi bantuan 4 = Hanya beberapa kali saja tidak diberi bantuan 5 = Selalu diberi bantuan setiap kali sakit
113
Kemudahan dalam memanfaatkan jasa yang diberikan LKM-A
Adanya kotak saran Kepedulian (Empathy)
Pemberian hadiah bagi anggota aktif
Fasilitas produk
Tingkat suku bunga pinjaman (tingkat suku bunga Bank BRI = 8,75%)
1 = Nasabah sangat sulit dalam mengakses jasa yang diberikan 2 = Nasabah sulit dalam mengakses jasa yang diberikan 3 = Nasabah kadang-kadang merasa sulit dalam mengakses jasa yang diberikan 4 = Nasabah mudah dalam mengakses jasa yang diberikan 5 = Nasabah sangat mudah dalam mengakses jasa yang diberikan 1 = Tidak ada kotak saran 2 = Ada kotak saran, namun tidak pernah ditanggapi 3 = Ada kotak saran, dan kadangkadang ditanggapi 4 = Ada kotak saran dan sering ditanggapi 5 = Ada kotak saran dan selalu ditanggapi 1 = Tidak pernah dilaksanakan sama sekali 2 = Hanya 1 kali saja dilaksanakan 3 = Hanya beberapa kali saja dilaksanakan 4 = Hanya beberapa kali saja tidak dilaksanakan 5 = Selalu dilaksanakan sesuai waktu 1 = Lebih tinggi >1 % dari bank 2 = Lebih tinggi <1% dari bank 3 = Setara dengan bank 4 = Lebih rendah dari bank 5 = Tidak ada bunga
114
Lampiran 4. Pengukuran Tingkat Kepentingan Nasabah II.
PENGUKURAN TINGKAT KEPENTINGAN NASABAH
Menurut Bapak/Ibu, seberapa pentingkah atribut-atribut di bawah ini dalam pelayanan LKM-A Rukun Tani. Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu. Keterangan : STP : Sangat Tidak Penting TP : Tidak penting CP : Cukup Penting P : Penting SP : Sangat Penting No
STP 1
Pertanyaan
1 2 3
Lokasi LKM-A Kebersihan LKM-A Kelengkapan fasilitas kantor seperti kursi tunggu, form/slip setoran/pengambilan, tempat untuk menulis, alat tulis.
4 5 6
Ketersediaan papan informasi dan koran
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Prosedur pelayanan LKM-A Ketelitian dan keakuratan melaksanakan pekerjaannya Realisasi janji
karyawan
TP 2
CP 3
P 4
dalam
Penyelenggaraan Rapat Anggota (bulanan) tepat waktu Pembagian SHU tepat waktu Keteraturan jadwal kerja LKM-A Kerjasama LKM-A dengan pihak lain Kecepatan dan ketepatan menanggapi masalah Kecepatan dalam menangani transaksi Pemberian informasi
Pengetahuan karyawan dalam informasi kepada nasabah Keramahan dan kesopanan karyawan
memberikan
Kejujuran pengurus dan karyawan Bantuan biaya pengobatan Kemudahan dalam memanfaatkan jasa yang diberikan LKM-A Adanya kotak saran Pemberian hadiah bagi anggota aktif
Tingkat suku bunga pinjaman
115
SP 5
Lampiran 5. Pengukuran Tingkat Kinerja III.
PENGUKURAN TINGKAT KINERJA
Menurut Bapak/Ibu, seberapa puaskan Anda pada atribut-atribut di bawah ini dalam pelayanan LKM-A Rukun Tani. Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu. Keterangan : STP : Sangat Tidak Puas TP : Tidak Puas CP : Cukup Puas P : Puas SP : Sangat Puas No
STP 1
Pertanyaan
1 2 3
Lokasi LKM-A Kebersihan LKM-A Kelengkapan fasilitas kantor seperti kursi tunggu, form/slip setoran/pengambilan, tempat untuk menulis, alat tulis.
4 5 6
Ketersediaan papan informasi dan koran
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Prosedur pelayanan LKM-A Ketelitian dan keakuratan melaksanakan pekerjaannya Realisasi janji
karyawan
TP 2
CP 3
P 4
dalam
Penyelenggaraan Rapat Anggota (bulanan) tepat waktu Pembagian SHU tepat waktu Keteraturan jadwal kerja LKM-A Kerjasama LKM-A dengan pihak lain Kecepatan dan ketepatan menanggapi masalah Kecepatan dalam menangani transaksi Pemberian informasi
Pengetahuan karyawan dalam informasi kepada nasabah Keramahan dan kesopanan karyawan
memberikan
Kejujuran pengurus dan karyawan Bantuan biaya pengobatan Kemudahan dalam memanfaatkan jasa yang diberikan LKM-A Adanya kotak saran Pemberian hadiah bagi anggota aktif
Tingkat suku bunga pinjaman
116
SP 5
Lampiran 6. Output Uji Validitas
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas Kuisioner Korelasi antara No. Kuisioner 1 dengan total No. Kuisioner 2 dengan total No. Kuisioner 3 dengan total No. Kuisioner 4 dengan total No. Kuisioner 5 dengan total No. Kuisioner 6 dengan total No. Kuisioner 7 dengan total No. Kuisioner 8 dengan total No. Kuisioner 9 dengan total No. Kuisioner 10 dengan total No. Kuisioner 11 dengan total No. Kuisioner 12 dengan total No. Kuisioner 13 dengan total No. Kuisioner 14 dengan total No. Kuisioner 15 dengan total No. Kuisioner 16 dengan total No. Kuisioner 17 dengan total No. Kuisioner 18 dengan total No. Kuisioner 19 dengan total No. Kuisioner 20 dengan total No. Kuisioner 21 dengan total No. Kuisioner 22 dengan total No. Kuisioner 23 dengan total No. Kuisioner 24 dengan total No. Kuisioner 25 dengan total
Nilai Korelasi (r) 0,45631
Nilai r Tabel (n=20, α=5%) 0,444
0,54492
0,444
0,53558
0,444
0,19927
0,444
0,51353
0,444
0,606018
0,444
0,559938
0,444
0,588897
0,444
0,493348
0,444
0,507038
0,444
0,774135
0,444
0,605093
0,444
0,646338
0,444
0,474238
0,444
0,144801
0,444
0,590006
0,444
0,620458
0,444
0,66569
0,444
0,741062
0,444
0,51605
0,444
0,46622
0,444
0,483689
0,444
0,679646
0,444
0,15043
0,444
0,469331
0,444
Keterangan r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung < rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung < rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung > rtabel r Positif, rhitung < rtabel r Positif, rhitung > rtabel
Kesimpulan Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** _
R E L I A B I L I T Y H A)
Statistics for SCALE
Mean 88,5238
A N A L Y S I S
-
S C A L E
(A L P
N of Variables 25
Variance 243,0619
Std Dev 15,5904
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
85,2857 84,8095 85,5238 85,8095 84,7143 85,0952 84,5714 84,6190 84,6667 84,8571 85,0952 84,9048 85,0476 84,7143 85,0952 84,9524 85,0476 84,7619 84,7143 84,7619 85,3333 85,5714 84,6667 84,8095 85,1429
229,6143 226,1619 224,6619 235,9619 227,2143 226,2905 223,9571 224,2476 223,6333 223,2286 210,6905 222,4905 221,0476 228,0143 239,5905 220,9476 223,5476 217,2905 217,5143 226,8905 230,6333 223,6571 216,8333 239,4619 224,1286
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025
,3531 ,4972 ,4431 ,1405 ,4307 ,5713 ,5111 ,5393 ,4213 ,4449 ,7281 ,5328 ,5951 ,3883 ,0638 ,5346 ,5694 ,5891 ,7026 ,4348 ,4102 ,4182 ,6327 ,0594 ,3519
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
,8819
21,0
N of Items = 25
Alpha if Item Deleted ,8799 ,8766 ,8777 ,8857 ,8780 ,8755 ,8760 ,8755 ,8785 ,8778 ,8690 ,8754 ,8739 ,8791 ,8866 ,8752 ,8749 ,8735 ,8711 ,8779 ,8787 ,8786 ,8724 ,8872 ,8813