PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PEMBELAJARAN IPA KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GEDONGAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : PUGUH TRI SUTOYO K7108201
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 i
ii
PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PEMBELAJARAN IPA KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GEDONGAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
Oleh : PUGUH TRI SUTOYO K7108201
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 iii
iv
v
ABSTRAK
Puguh Tri Sutoyo. PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES PEMBELAJARAN IPA KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN SIFAT-SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GEDONGAN TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA konsep dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) berisi alur penelitian meliputi empat tahap dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Empat tahapan tersebut membentuk siklus. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisi data yang digunakan adalah model analisis interaktif, dengan langkah-langkah antara lain reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti dengan meningkatnya penguasaan keterampilan proses dari sebelum tindakan dan sesudah dilaksanakan tindakan. Pada saat pra tindakan keterampilan proses belum dilaksanakan secara maksimal oleh guru, pada siklus 1 presentase ketuntasan siswa yang menguasai keterampilan proses meningkat menjadi 16 siswa atau 61% dari jumlah keseluruhan 26 siswa. Pada siklus II presentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 24% yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 16 siswa atau 61% pada saat siklus I, meningkat menjadi 22 siswa atau 85% pada siklus II dari jumlah keseluruhan 26 siswa. Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Colomadu Karangayar Tahun Pelajaran 2011/2012. Simpulan penelitian ini adalah penerapan poendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Tahun Pelajaran 2011/2012. Kata Kunci : pendekatan inkuiri, keterampilan proses
vi
ABSTRACT Puguh Tri Sutoyo. THE APPLICATION OF INQUIRY APPROACH TO IMPROVE THE SCIENCE LEARNING PROCESS IN BASE COMPETENCE TO DESCRIBE LIGHT CHARACTERISTICS SUBJECT MATTER IN THE V GRADERS OF SD NEGERI GEDONGAN 01 IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, June 2012. The objective of research is to find out whether or not the application of inquiry approach can improve the Science learning process in base competence to describe light characteristics subject matter in the V Graders of SD Negeri (Public Elementary School) 01 Gedongan in the school year of 2011/2012. This study was a classroom action research containing a research plot encompassing four stages from planning, acting, observing, to reflecting. Those four stages formed cycle. This research was carried out in two cycle. Techniques of collecting data used in this research were interview, observation, test, and documentation. Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis, with such steps as data reduction, data display, and conclusion drawing or verification. The application of inquiry approach could improve Science learning process skill in the V graders of SD Negeri 01 Gedongan in the School Year of 2011/2012. It could be seen from the improved process skill mastery from before to after action. During pre-cycle, the process skill had not been implemented maximally by the teacher, in cycle I the percentage students passing who master the process skill increased to 16 students or 61% out of 26 students. In cycle II, it increased again by 24% from 16 students or 61% in cycle I to 22 students or 85% out of 26 students in cycle II. Thus it was recommended that Science learning by applying the inquiry approach could improve the Science learning process in light characteristics subject matter in the V Graders of SD Negeri Gedongan in the school year of 2011/2012. The conclusion of research was that the application of the inquiry approach could improve the Science learning process in light characteristics subject matter in the V Graders of SD Negeri Gedongan in the school year of 2011/2012.
Keywords: inquiry approach, process skill
vii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. AL-INSYIRAH : 6) Mintalah pertolongan (kepada ALLOH) dengan sikap sabar dan mengerjakan sholat, sesungguhnya ALLOH beserta orang-orang sabar. (QS. AL BAQOROH : 153) Bila kesulitan menghadang, hadapi dengan senyuman, pantang lemah dan keluh kesah, bulatkan tekad untuk terus berjuang. Bila sukses telah diraih, jaga diri tetap rendah hati, sujudlah untuk mensyukuri, karena semua nikmat Illahi. (Aa’Gym)
viii
PERSEMBAHAN
Karya yang tersusun dengan ketulusan dan kesungguhan hati ini kupersembahkan kepada : “Bapak dan Almarhum Ibuku” Terima kasih atas curahan kasih sayang, doa dan pengorbanan yang tak terbatas yang telah diberikan kepadaku. Semoga Ibu Bapak dapat tersenyum bahagia. “Keluarga Besar” Terima kasih telah memberikanku dukungan dalam menimba ilmu, baik secara mental maupun spiritual. Madahera Wuri Prahesti” Terima kasih telah senantiasa memberi semangat dan dorongan untuk setiap langkahku dengan perhatian, pengertian dan doa. “Rekan-rekan Pendidikan Guru Sekolah Dasar ’08” Terima kasih atas semangat, perjuangan dan kerjasamanya. “Almamater”
ix
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ”Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Pembelajaran Ipa Kompetensi Dasar Sifat-Sifat Cahaya Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Gedongan Tahun Ajaran 2011/2012”. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5.
Dra. Jenny IS Poerwanti, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
6.
Joko Daryanto, M.Sn. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
x
7.
Bapak Masruri, S.Pd selaku Kepala SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar yang telah memberikan ijin dan tempat penelitian.
8.
Ibu Siti Khotijah, S.Pd selaku guru kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
9.
Bapak dan Ibu dosen S1 PGSD FKIP UNS Surakarta yang telah memberikan ilmu dan bimbingan.
10.
Semua pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri khususnya serta pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
xi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ...............................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
v
ABSTRAK .............................................................................................
vi
ABSTRACT ...........................................................................................
vii
MOTTO .................................................................................................
viii
PERSEMBAHAN ..................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ...........................................................................
x
DAFTAR ISI ..........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xv
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................
3
C. Tujuan Penelitian .........................................................
4
D. Manfaat Penelitian .......................................................
4
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ..........................................................
5
1. Hakikat Pendekatan Inkuiri .....................................
5
a. Pengertian Pendekatan Inkuiri ..........................
5
b. Peranan Guru dalam Pembelajaran Inkuiri .......
7
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri ................................................................
8
d. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri ............
9
e. Pembelajaran IPA SD dengan Pendekatan Inkuiri ................................................................ xii
11
2. Hakikat Keterampilan Proses Pembelajaran IPA ...
13
a. Pengertian Keterampilan Proses .......................
13
b. Pentingnya Pengembangan Keterampilan Proses ................................................................
14
c. Jenis-jenis Keterampilan Proses ........................
15
d. Keterampilan Proses yang Akan Ditingkatkan
BAB III
BAB IV
BAB V
dalam Pembelajaran IPA ...................................
15
e. Pengertian IPA ..................................................
17
f. Pengertian Pembelajaran IPA ...........................
18
g. Fungsi Pembelajaran IPA ..................................
21
h. Tujuan Pembelajaran IPA .................................
22
i. Pengertian Cahaya .............................................
23
j. Pengertian Sifat-sifat Cahaya ............................
24
B. Hasil Penelitian yang Relevan .....................................
26
C. Kerangka Berpikir ........................................................
27
D. Hipotesis .......................................................................
29
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................
30
B. Subjek Penelitian ..........................................................
31
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .....................................
31
D. Sumber Data .................................................................
32
E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................
32
F. Validitas Data ...............................................................
34
G. Teknik Analisis Data ....................................................
35
H. Indikator Kinerja ..........................................................
36
I.
36
Prosedur Penelitian .......................................................
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Pratindakan ..................................................
43
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ..........................
47
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus ....................
79
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN xiii
A.
Simpulan ......................................................................
83
B. Implikasi .......................................................................
83
C. Saran ..............................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
89
LAMPIRAN
90
.......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas ................
29
Gambar 3.1. Komponen-Komponen Analisis Data .............................
35
Gambar 3.2. Model PTK .......................................................................
37
Gambar 4.1. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Pra Siklus ..............................................................................
46
Gambar 4.2. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan ke-1 ................................................................
58
Gambar 4.3.
Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan II ....................................................................
59
Gambar 4.4. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I ..
61
Gambar 4.5. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II pertemuan I .....................................................................
74
Gambar 4.6. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II Pertemuan ke-2 ................................................................
75
Gambar 4.7. Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II.
77
Gambar 4.8. Grafik Peningkatan Nilai Penguasaan Keterampilan Proses ...............................................................................
81
xv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1.
Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri .............................
10
Tabel 2.2.
Langkah-langkah Pembelajaran IPA SD dengan Menerapkan Pendekatan Inkuiri ........................................
12
Tabel 3.1.
Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................
31
Tabel 3.2.
Indikator Kinerja ................................................................
36
Tabel 4.1.
Data Penilaian Keterampilan Proses Pra Siklus ................
45
Tabel 4.2.
Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Pra Siklus ...........
45
Tabel 4.3.
Data Penilai Keterampilan Proses Pertemuan ke-1............
57
Tabel 4.4.
Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan I ........................................................................
57
Tabel 4.5.
Data Penilaian Keterampilan Proses Pertemuan ke-2........
58
Tabel 4.6.
Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan II .......................................................................
59
Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I ...............................................................................
60
Tabel 4.8.
Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I ...............
61
Tabel 4.9.
Data Penilaian Keterampilan Proses siklus II Pertemuan ke-1 ..................................................................
73
Tabel 4.10. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses pada Siklus II Pertemuan I ........................................................................
73
Tabel 4.11. Data Penilaian Keterampilan Proses siklus II Pertemuan ke-2 ..................................................................
74
Tabel 4.12. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses pada Siklus II Pertemuan II .......................................................................
75
Tabel 4.13. Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II ..............................................................................
76
Tabel 4.14. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II ..............
77
Tabel 4.15. Peningkatan Kemampuan Guru (Peneliti) dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II ..........................
80
Tabel 4.16. nilai Penguasaan Keterampilan Proses pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II .........................................................
80
Tabel 4.7.
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Lembar Wawancara dengan Guru Sebelum Menerapkan Pendekatan Inkuiri ...........................................................
90
Pedoman Wawancara untuk Siswa Kelas V Sebelum Diterapkan Pendekstsn Inkuiri ........................................
92
Lampiran 3
Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Pra Siklus.....
94
Lampiran 4
Silabus Kelas V Semester II Mendeskripsikan Sifat-sifat Cahaya ............................................................
95
Lampiran 5
RPP Siklus I Pertemuan I ................................................
97
Lampiran 6
Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I .....................
104
Lampiran 7
Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan I .....................
107
Lampiran 8
Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan I ............................
109
Lampiran 9
Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan I ..
112
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan I ......................................................................
114
Lampiran 11 RPP Siklus I Pertemuan II ..............................................
115
Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan II ....................
123
Lampiran 13 Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan II ....................
127
Lampiran 14 Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan II ...........................
129
Lampiran 15 Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Siklus I Pertemuan II .
132
Lampiran 16 Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan II ....................................................................
135
Lampiran 17 RPP Siklus II Pertemuan Ke-1 ........................................
136
Lampiran 18 Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I .....................
143
Lampiran 19 Kunci Jawaban LKS Siklus II Pertemuan I .....................
146
Lampiran 20 Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan I ...........................
148
Lampiran 21 Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Siklus Pertemuan I .....
151
Lampiran 22 Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II Pertemuan I ......................................................................
153
Lampiran 23 RPP Siklus 2 Pertemuan II ..............................................
154
Lampiran 24 LKS Siklus II Pertemuan II .............................................
162
Lampiran 2
xvii
Lampiran 25 Kunci Jawaban LKS Siklus II Pertemuan II....................
166
Lampiran 26 Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan II .........................
168
Lampiran 27 Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Siklus II Pertemuan II
172
Lampiran 28 Lembar Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II Pertemuan I ......................................................................
175
Lampiran 29 Lembar Observasi Pembelajaran Guru ............................
176
Lampiran 30 Pedoman Observasi Guru ................................................
180
Lampiran 31 Hasil Rekapitulasi Observasi Guru Siklus I dan II..........
190
Lampiran 32 Lembar Wawancara dengan Guru Sesudah Menerapkan Pendekatan Inkuiri ......................................
193
Lampiran 33 Pedoman Wawancara untuk Siswa Kelas V Setelah Diterapkan Pendekatan Inkuiri ........................................
195
Lampiran 34 Presensi Kehadiran Siswa Kelas V SD Negeri 01 Gedongan .........................................................................
197
Lampiran 35 Karya Siswa Kelas V SD Negeri 01 Gedongan ..............
199
Lampiran 36 Foto Sekolah dan Kegiatan Pembelajaran .......................
251
Lampiran 37 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .......................
256
Lampiran 38 Surat Keputusa Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan .......................................................................
257
Lampiran 39 Surat Permohonan ijin Research untuk Rektor ...............
258
Lampiran 40 Surat Permohonan ijin Research untuk Kepala Sekolah . Lampiran 41 Surat Permohonan ijin Observasi ....................................
259
Lampiran 42 Surat Keterangan telah Melaksanakan Research dari Kepala Sekolah ................................................................
260
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pembelajaran harus menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran yang tepat agar hasil dari pembelajaran itu sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan sekolah merupakan suatu proses yang melibatkan pendidik dan siswa atau peserta didik. Proses belajar mengajar (PBM) yang bermutu adalah PBM yang berorientasi kepada keaktifan, kreativitas, dan kemandirian siswa. Siswa melakukan pengamatan, merumuskan dugaan awal, melakukan percobaan, menarik kesimpulan dari percobaannya, melaporkan hasil temuannya secara langsung dengan bimbingan guru yang bertindak sebagai fasilitator dan motivator. PBM yang seperti ini seharusnya diterapkan pada semua mata pelajaran khususnya dalam pembelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan dari tingkat pendidikan terendah sampai tingkat pendidikan tertinggi. Srini M. Iskandar (2001 : 2) IPA merupakan ilmu yang mempelajari peristiwaperitiwa yang terjadi di alam. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. 1
2 Salah satu pokok bahasan pembelajaran IPA yang dipelajari di Sekolah Dasar yaitu Sifat-sifat cahaya. Cahaya sangat bermanfaat bagi kehidupan. Bendabenda yang ada di sekitar bisa terlihat karena adanya cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut bisa terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya, baik sumber cahaya alami atau sumber cahaya buatan. Oleh sebab itu, begitu pentingnya cahaya bagi kehidupan maka sifat-sifat cahaya harus diajarkan kepada siswa dengan pembelajaran yang berkualitas supaya siswa mampu menguasai sifat-sifat cahaya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan observasi awal hal yang ditemukan dalam pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya yaitu pembelajaran selalu disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dengan keterlibatan siswa yang minim, kurang menarik perhatian siswa dan membosankan. Guru jarang menggunakan alat peraga atau media pembelajaran IPA sekalipun di sekolah tersedia KIT IPA serta tidak terbiasa melibatkan siswa dalam melakukan kegiatan percobaan. Dalam membahas materi tidak terlihat upaya guru untuk mengembangkan diskusi kelompok maupun kegiatan kelas, target keberhasilan pengajaran IPA yang diterapkan guru cenderung lebih mengarahkan agar siswa terampil mengerjakan soal-soal ujian. Akibatnya keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa tidak tumbuh dan hasil belajar siswa rendah. Temuan lainnya adalah selama ini metode pembelajaran yang digunakan kurang menekankan penguasaan Keterampilan Proses IPA sebagai target pencapaian tujuan pembelajaran IPA yang harus dikuasai. Munculnya permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPA, sehingga diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat meningkatkan keaktifan siswa, keterampilan proses IPA dan sikap ilmiah sekaligus meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Salah satu alternatif model pembelajran IPA yang diterapkan untuk meningkatkan keterampilan proses dan memberikan penguatan terhadap kualitas pembelajaran IPA di SD sebagai sarana penelitian adalah pendekatan inkuiri.
3 Pendekatan inkuiri dirancang untuk mendorong siswa melakukan penyelidikan, berpikir kritis, mengembangkan berbagai keterampilan dan melakukan penerapan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang
dilaksanakan secara inkuiri dapat menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pengembangan keterampilan proses IPA diperlukan pada
proses
pembelajaran yang menitik beratkan pada aktifitas dan kreativitas siswa diantaranya melalui pengamatan, melaksanakan penelitian, membuat kesimpulan penelitian sampai mengkomunikasikan hasil penelitian. Jika keterampilanketerampilan tesebut telah terlatih dan berkembang dengan baik pada diri siswa, keterampilan tersebut akan sangat berharga baginya untuk mempelajari hal-hal yang
berguna
bagi
kehidupannya
khususnya
mempelajari
IPA.
Suatu
pembelajaran yang proses pembelajarannya sudah berjalan dengan baik maka hasil belajarnyapun bisa diharapkan akan baik. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Sifat-sifat Cahaya Di Kelas V SD Negeri 01 Gedongan Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang yang diuraikan di atas, maka perumusan masalah yang akan penulis teliti adalah “Apakah penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Colomadu Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012?”
4 C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bahwa penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Colomadu Karanganyar tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik a. Memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan tentang penerapan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA. b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa 1) Meningkatnya keterampilan siswa dalam pembelajaran IPA 2) Meningkatknya penguasaan siswa tentang materi sifat-sifat cayaha dalam pembelajaran IPA. 3) Melatih siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan untuk berfikir kritis, sistematis, dan ilmiah b. Manfaat bagi guru 1) Memberikan gambaran kepada guru tentang pentingnya penerapan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA. 2) Bahan refleksi guru sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran dengan menerapkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA 3) Meningkatnya kinerja guru melalui perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran. c. Manfaat bagi sekolah 1) Meningkatnya prestasi belajar sekolah 2) Meningkatnya kualitas kompetensi lulusan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pendekatan Inkuiri a. Pengertian Pendekatan Inkuiri Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pendekatan pembelajaran
merupakan
aktivitas
guru
dalam
memilih
kegiatan
pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi mata pelajaran yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan materi yang terkait satu dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda,
atau bahkan merupakan materi yang
terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi para siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pendekatan inkuiri bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru hanya sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru. “Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini mengembangkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah” (Sudjana, 2000:154)
5
6 Inkuiri yang dalam bahasa Inggris Inquiry, berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. “Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi” (Trianto, 2011:166).
Sedangkan
Hamalik
(2001:
219)
berpendapat
bahwa
“Pengajaran inkuiri dibentuk atas dasar diskoveri, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lainnya”. Dalam inkuiri, seseorang bertindak sebagai seorang ilmuwan, melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental berinkuiri. Mengenai pengertian
pembelajaran inkuiri ini Anitah (2010:57)
berpendapat bahawa “Belajar inkuiri dasarnya adalah pemecahan masalah”. Inkuiri lebih menekankan pada proses investigasi masalah. Pendekatan inkuiri adalah suatu bentuk model pembelajaran yang dikembangkan oleh J. Richard Suchman. Model pembelajaran ini melatih siswa melakukan suatu proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan suatu fenomena, model pembelajaran ini mengajak siswa untuk melakukan hal yang serupa seperti para ilmuan dalam usaha untuk mengorganisasi pengetahuan dan membuat prinsip-prinsip. Agostinho. (2004). dalam Naturalistic inquiry in e-learning research “A strategy of inquiry comprises a bundle of skills, assumptions, and practices that the researcher employs as he or she moves from paradigm to the empirical world. Strategies of inquiry put paradigms of interpretation into motion”. Inkuiri adalah sebuah strategi penyelidikan yang terdiri dari seikat keterampilan, asumsi, dan praktik yang mempekerjakan peneliti karena ia bergerak dari paradigma ke dunia empiris. Strategi inkuiri menempatkan paradigma tafsiran menjadi gerak. Selanjutnya Eva Krugly-Smolska and Peter C. Taylor, Section Editors, 2003 dalam inquiry
in science education : international
perpectives. “Inquiry as ends” (or inquiry about science) refers to inquiry as an instructional outcome: Students learn to do inquiry in the context of science content and develop epistemological understandings about NOS and the development of scientific knowledge, as well as relevant inquiry skills
7 “Inkuiri sebagai tujuan” ( penyelidikan tentang ilmu pengetahuan) mengacu pada penyelidikan sebagai hasil pembelajaran : siswa belajar untuk melakukan penyelidikan dalam konteks isi ilmu pengetahuan dan megembengkan pemahaman epistemologis tentang ilmu pengetahuan alam dan pengembangan pengetahuan ilmiah, serta keterampilan inkuiri. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas tentang pendekatan inkuiri, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan inkuiri adalah suatu pendekatan yang menjadikan siswa sebagai subjek dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dalam pendekatan inkuiri guru memberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan sehingga siswa dapat menemukan dan memecahkan masalahnya sendiri.
Pembelajaran
inkuiri juga mengajak siswa untuk melakukan hal yang serupa seperti para ilmuan dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan.
b. Peranan Guru dalam Pembelajaran Inkuiri Trianto (2011:166) menyebutkan bahwa peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah: 1) Motivator, yaitu guru yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir. 2) Fasilitator, yaitu guru yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. 3) Penanya, yaitu guru bertugas untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri. 4) Administrator, yaitu guru sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas. 5) Pengarah, yaitu guru yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. 6) Manajer, yaitu guru yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7) Rewarder, yaitu guru yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
8 Dari pendapat diatas disebutkan bahwa peran utama guru dalam pembelajaran inkuiri yaitu sebagai motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengarah, manajer, dan rewarder atau pemberi penghargaan.
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri Keunggulan dan kelemahan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sanjaya (2010:208) adalah sebagai berikut : 1) Kelebihan dari pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : a) Strategi
pembelajaran
inkuiri
adalah
pembelajaran
yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. b) Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar siswa. c) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d) Strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2) Kelemahan dari pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : a) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. b) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. c) Memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
9 d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Pembelajaran inkuiri seperti pembelajaran yang lainnya yaitu memiliki kelebihan dan kekurangan kelebihan. Kelebihan dari pembelajaran inkuiri diantaranya yaitu pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang dan kelemahan dari pembelajaran inkuiri diantaranyai yaitu sulit untuk mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
d. Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri Sanjaya (2010:201) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: 1) Orientasi; 2) Merumuskan masalah; 3) Mengajukan hipotesis; 4) Mengumpulkan data; 5) Menguji hipotesis; 6) Merumuskan kesimpulan Sedangkan Sudjana (2000:155) menyatakan, ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu : 1) Perumusan masalah untuk dipecahkan oleh siswa 2) Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis 3) Siswa mencari informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/hipotesis 4) Menarik kesimpulan jawaban atau generalisai 5) Mengaplikasikan kesimpulan. Eggen
dan
Kauchak
(dalam
Trianto,
2011:172)
pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran inkuiri
tahap-tahap
10 Fase
Perilaku Guru
1. Menyajikan
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah
pertanyaan atau
dan masalah dituliskan di papan tulis, guru membagi
masalah
siswa dalam kelompok
2. Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan siswa untuk curah pendapat
dalam
membentuk
hipotesis.
Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang
relevan
dengan
permasalahan
dan
memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3. Merancang
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
percobaan
menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakaukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
percobaan untuk
melalui percobaan.
memperoleh informasi 5. Mengumpulkan dan menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan
hasil
pengolahan
data
yang
terkumpul. 6. Membuat kesimpulan
Guru
membimbing
siswa
dalam
membuat
kesimpulan.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan
aktif
melatih
keberanian,
berkomunikasi
dan
berusaha
mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar.
11 e. Pembelajaran IPA SD dengan Pendekatan Inkuiri Untuk murid-murid SD guru membimbing penuh langkah demi langkah menuju kesimpulan. Pertanyaan-pertanyaan guru memegang peranan penting dalam pendekatan inkuiri, karena itu dianjurkan agar guru mengajukan yang meminta murid berfikir tingkat tinggi. Dalam kelas, pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Setiap cara mempunyai lima karakteristik yaitu : 1) Situasi yang menyediakan stimulasi untuk inkuiri; 2) Masalah yang akan dicari pemecahannya; 3) Perumusan masalah; 4) Pencarian pemecahan masalah; 5) Kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil penyelidikan (Dahar dan Liliasari dalam Srini M. Iskandandar, 2001:71). Jenis pendekatan Inkuiri yang diterapkan dalam pembelajaran IPA SD yaitu inkuiri terbimbing. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Amien (1987: 136) menguraikan tujuh jenis model pembelajaran inkuiri, diantaranya Inkuiri terbimbing (guide inquiry), yaitu guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan sebagian besar perencanaannya dibuat guru dimana siswa melakukan kegiatan percobaan/ penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep/prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa Inkuiri terbimbing merupakan salah satu metode inkuiri dimana guru menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan. Siswa merencanakan prosedurnya sendirir untuk memecahkan masalah. Guru memfasilitasi penyelidikan dan mendororng siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut.
12 Langkah-langkah
pembelajaran
IPA
SD
dengan
menerapkan
pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut : Tabel 2.2. Langkah-langkah pembelajaran IPA materi Sifat-sifat cahaya dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Fase 1. Menyajikan
Perilaku Guru Guru membimbing siswa mengidentifikasi sumber-
pertanyaan atau
sumber cahaya dan masalah tentang sifat-sifat cahaya
masalah
kemudian dituliskan di papan tulis, guru membagi siswa dalam kelompok.
2. Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan siswa untuk curah pendapat
dalam
membentuk
hipotesis.
Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang
relevan
dengan
permasalahan
dan
memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3. Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakaukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan untuk menemukan sifat-sifat cahaya.
4. Melakukan
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
percobaan.
tentang sifat-sifat cahaya melalui percobaan.
5. Mengumpulkan
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk
dan menganalisis
menyampaikan
hasil
pengolahan
data
yang
data
terkumpul melalui percobaan tentang sifat-sifat cahaya.
6. Membuat kesimpulan
Guru
membimbing
kesimpulan.
siswa
dalam
membuat
13 2. Hakikat Keterampilan Proses Pembelajaran IPA a. Pengertian Keterampilan Proses Iskandar, (2001:5) menyebutkan keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan diantaranya adalah: mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen. Sedangkan Semiawan, dkk (1992 : 17) mengemukakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Pendapat lainnya yaitu Abimanyu, dkk (2009 : 5-10) keterampilan proses adalah keterampilan mendasar yang dipergunakan para ilmuwan untuk menghasilkan penemuan penting dalam ilmu pengetahuan. Lebih lanjut Indrawati (1999: 3) mengemukakan bahawa “Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi). Bersarkan pendapat di atas Keterampilan Proses Sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan Proses Sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki (Dahar, 1985: 11). Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan proses adalah suatu keterampilan yang mendasar yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk menghasilkan penemuan penting dalam ilmu
14 pengetahuan yang diataranya ialah mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesis, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen.
b. Pentingnya Pengembangan Keterampilan Proses Pengembangan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar memiliki peranan yang sangat penting dengan alasan : 1) Adanya perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat. Tidak mungkin semuanya dipelajari disekolah bersama guru. Siswa harus dibekali
keterampilan
untuk
memperoleh informasi
dan dilatih
bagaimana mereka belajar (to learn how to learn). 2) IPA merupakan produk dan proses. IPA sebagai proses terkait erat dengan metode ilmiah. 3) Dengan keterampilan proses merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat, universal dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran keterampilan proses menjadi salah satu alternatif untuk melibatkan aspek jasmani dan aktivitas mental siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mendapatkan pemahaman secara utuh tentang suatu objek.
Keterampilan proses bukan merupakan kepingan-kepingan
pengetahuan seperti halnya kumpulan fakta-fakta, tetapi merupakan keterampilan yang akan dimilikinya seumur hidup. Pengembangan keterampilan proses IPA dalam diri murid-murid adalah yang paling tepat di dalam pembelajaran IPA. Keterampilan-keterampilan proses IPA dapat ditransfer ke dalam disiplin ilmu yang lain dan keterampilan-keterampilan itu tidak mudah dilupakan.
c. Jenis-jenis Keterampilan Proses Menurut Funk (dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999 : 140) menyebutkan ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan
15 dasar (basic skill) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skill). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni : 1) Mengobservasi; 2) Mengklasifikasi; 3) Memprediksi; 4) Mengukur; 5) Menyimpulkan; 6) Mengkomunikasikan Sedangkang keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari : 1) Mengidentifikasi variabel; 2) Membuat tabulasi data; 3) Menyajikan data dalam bentuk grafik; 4) Menggambarkan hubungan antar-variabel; 5) Mengumpulkan dan mengolah data; 6) Menganalisa penelitian; 7) Menyusun hipotesis; 8) Mendefinisikan variabel secara operasional; 9) Merancang penelitian; 10) Melaksanakan eksperimen. Keterampilan-keterampilan
dalam
keterampilan
proses
saling
bergantung, masing-masing menitik beratkan pada pengembangan suatu area keterampilan khusus. Keterampilan-keterampilan proses suatu saat dapat dikembangkan secara terintegrasi satu dengan yang lain. Keterampilan-keterampilan proses yang perlu dikembangkan, tidak dapat dikembangkan pada semua bidang studi untuk semua keterampilan yang ada. Hal ini menuntut adanya kemampuan guru mengenal karakteristik bidang studi dan pemahaman terhadap masing-masing keterampilan proses.
d. Keterampilan Proses yang Akan Ditingkatkan dalam Pembelajaran IPA Berikut
adalah
keterampilan-keterampilan
proses
yang
akan
ditingkatkan dalam pembelajaran IPA di kelas V materi sifat-sifat cahaya yaitu sebagai berikut : 1) Observasi atau Pengamatan Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan yang mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-milahkan mana yang penting dari yang kurang penting atau tidak penting. Di dalam observasi tercakup berbagai kegiatan seperti menghitung, mengukur,
16 klasifikasi, maupun mencari hubungan antara ruang dan waktu (Semiawan dkk, 1992 :19) Iskandar
(2001
:
54)
pengamatan
ilmiah
adalah
proses
pengumpulan informasi dengan mempergunakan semua indera atau memakai alat untuk membantu panca indera, misalnya kaca pembesar untuk membantu penglihatan. Abimanyu dkk (2009 : 5-10) mengobservasi atau mengamati adalah penggunaan semua alat indra (untuk melihat, mendengar, meraba, mencium, dan mengecap) dengan seksama untuk memilah-milah sesuatu yagn penting dari yang kurang /tidak penting. Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap hari mungkin peserta didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang ada di sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman, hewan tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar. 2) Melakukan percobaan Keterampilan melakukan percobaan yaitu keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu. 3) Menyimpulkan Dengan mengamati kita akan mendapat hasil pengamatan. Namun hasil pengamatan tersebut tidak berarti apa-apa apabila kita tidak bisa memaknai hasil tersebut. Menyimpulkan merupakan suatu kemampuan untuk menarik kesimpulan dengan berdasarkan pada pengolahan data. Menyimpulkan dapat juga diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta,
17 konsep, dan prinsip yang diketahui. Beberapa indikator yang terkait dengan
keterampilan
menarik
kesimpulan
antara
lain
yaitu
menggabungkan berbagai informasi yang terpisah menjadi sebuah pernyataan yang bermakna, menemukan pola atau keteraturan dari informasi yang berserakan dan mengidentifikasi hubungan antar variabel yang ada. 4) Keterampilan Berkomunikasi Pengkomunikasian berarti mencatat data yang didapat sebagai hasil eksperimen dalam bentuk yang dapat dipahami oleh orang-orang ( Srini M Iskandar, 2001 : 60). Sedangkan Abimanyu, dkk (2009 : 5-15) berpendapat bahwa “Ketrampilan berkomunikasi selalu dipergunakan para ilmuwan untuk menyampaikan gagasan, hasil penelitian, penemuan, dll kepada orang lain, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya dilengkapi dengan penyajian data dalam bentuk gambar, model, tabel, grafik, diagram, dan sebagainya yang akan memudahkan orang lain utnuk memahami apa yang dikomunikasikan itu”. Jadi keterampilan komukasi ini adalah menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain.
e. Pengertian IPA Kata IPA merupakan singkatan dari Imu Pengetahuan Alam. Katakata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa Inggris „Natural Science‟ secara singkat disebut „Science‟. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Iskandar, 2001 : 2) Direktorat Ketenagaan (dalam Wardani,dkk. 2009:8.15) menyebutkan bahwa IPA adalah pengetahuan tentang gejala alam yang dapat didefinisikan sebagai : cara berpikir untuk memahami alam semesta, cara
18 melakukan investigasi, dan ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari penyelidikan. Sutrisno, Krisnady, dan Kartono (2007:19) berpendapat bahwa “IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (corect) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi IPA mengandung 3 hal yaitu : proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar) dan produk (kesimpulan lainnya betul)”. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam sekitar, baik biotik maupun abiotik dengan cara mengadakan pengamatan langsung
dari
berbagai
jenis
lingkungan
untuk
mengembangkan
keterampilan proses.
f. Pengertian Pembelajaran IPA Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga alasan perlunya memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari sains. Mendefinisikan
19 sains secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain. Iskandar (2001:18-19) pelajaran IPA lebih mementingkan kemampuan berpikir daripada kemampuan menghafal. Disamping itu dipentingkan juga kemampuan mengadakan pengamatan secara teliti, menggunakan prinsip, memecahkan percobaan sederhana, menyusun data, mengemukakan dugaan. Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitanya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
guru
sebagai
fasilitator
dalam pembelajaran
tersebut.
Guru
berkewajiban untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Asy‟ari,
Muslicah
(2006:25)
memaparkan
beberapa
prinsip
pembelajaran IPA di SD sebagai berikut : 1) Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together. Learning to know, artinya dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Learning to do, artinya pembelajaran IPA tidak hanya menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be, artinya dari hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun rasa percaya diri yang pada akhirnya membentuk jati dirinya. Learning to live together, artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu akan membangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap kemajemukan dalam kehidupan bersama.
20 2) Prinsip Inkuiri Prinsip inkuiri perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu lebih banyak. 3) Prinsip Konstruktivisme Dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa. Melainkan perlu dibangun oleh siswa dengan cara mengkaitkan pengetahuan awal yang mereka miliki dengan struktur kognitifnya. 4) Prinsip Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA
memiliki
prinsip-prinsip
yang
dibutuhkan
untuk
pengembangan teknologi. Sedang perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang baru. 5) Prinsip pemecahan masalah. Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah. Disisi lain, salah satu alat ukur kecerdasan siswa banyak ditentukan oleh kemampuannya memecahkan masalah. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah. 6) Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Masyarakat dan lingkungan sekitar memiliki nilai-nilai yang terpelihara dan perlu dihargai. Oleh karena itu, pembelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar. 7) Prinsip Pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun kegiatan yang bersifat motorik.
21 Ketujuh prinsip itu perlu dikembangkan dalam pembelajaran IPA yang kontekstual di SD. Hal ini bertujuan agar pembelajaran IPA lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa maksimal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan berupa pertanyaan, penyelidikan alam semesta, penemuan, dan pengungkapan dalam mempelajari rahasia gejala alam.
g. Fungsi Pembelajaran IPA Kurikulum Pendidikan Dasar (1994) disebutkan bahwa mata pelajaran IPA berfungsi untuk: 1) Memberikan pengetahuan tentang pelbagau jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 2) Mengembangkan keterampilan proses. 3) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. 4) Mengemnagkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 5) Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi (hal. 73)
22 h. Tujuan Pembelajaran IPA Badan Standar Nasional Pendidikan (2006 : 13-14) mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6) Meningkatkan
kesadaran
untuk
menghargai
alam
dan
segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Kurikulum Pendidikan Dasar (1994) disebutkan bahwa pelajaran IPA bertujuan agar siswa: 1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. 2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar. 3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar. 4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri.
23 5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejalagejala alam dan mencegah suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 6) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan seharihari. 7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebersamaan dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa (hal. 73-74)
i. Pengertian Cahaya Cahaya memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa cahaya manusia tidak dapat melihat benda-benda yang ada disekitarnya. Ini berarti bahwa tanpa cahaya manusia tidak dapat menikmati keindahan dunia dan alam semesta. Cahaya yang disebut energi radiasi merupakan bentuk energi yang merambat dalam gelombang (Kaligis dan Hendro D, 1992 : 162) Christian Huygens (dalam Darmodjo, 1993 : 283) cahaya adalah gelombang yang merambat dengan cepat. Sedangkan menurut Sir Isaac Newton (dalam Hendro Darmodjo 1993 : 283) cahaya adalah partikelpartikel yang sangat kecil sangat ringan dan bergerak dengan sangat cepat yang dipancarkan dari sumbernya ke segala arah. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cahaya adalah suatu bentuk energi yang memiliki sifat sebagai partikel maupun gelombang dimana partikel-partikel yang kecil dan ringan merambat dengan cepat yang dipancarkan dari sumbernya ke segala arah. Cahaya memberi kehidupan kepada dunia. Semua benda yang mengeluarkan cahaya disebut sumber cahaya. Sumber cahaya di bumi ada dua , yaitu :
24 1) Sumber Cahaya Alami Sumber cahaya alami yaitu sumber cahaya yang berasal dari alam. Yang termasuk dalam sumber cahaya alami adalah : matahari, bintang, kunang-kunang, ubur-ubur, aurora. 2) Sumber Cahaya Buatan Sumber cahaya buatan adalah sumber cahaya yang dibuat oleh manusia. Yang termasuk sumber cahaya buatan yaitu : lampu listrik, senter, lilin yang dinyalakan, sepotong logam yang dipanaskan hingga pijar, lampu minyak, api, lampu badai dan senter. Sumber cahaya yang berasal dari alam maupun yang dibuat oleh manusia sangat bermanfaat sekali dalam kehidupan denagn adanya cahaya, dunia menjadi terang dan dapat melihat benda-benda yang ada disekitarnya.
j. Pengertian Sifat-sifat Cahaya Cahaya sangat bermanfaat bagi kehidupan. Cahaya membuat dunia ini terang. Cahaya membuat kita dapat melihat benda-benda di sekitar kita. S. Rositawati dan Aris Muharam (2008 : 99-105), cahaya memiliki beberapa sifat yaitu : merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan dan dapat dibiaskan. 1) Cahaya Merambat Lurus Berdasarkan
dapat
tidaknya
memancarkan
cahaya,
benda
dikelompokkan menjadi benda sumber cahaya dan benda gelap. Benda sumber cahaya dapat memancarkan cahaya. Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tembus cahaya dan benda tidak tembus cahaya. 2) Cahaya Menembus Benda Bening Kaca yang bening dapat ditembus oleh sinar matahari. Apabila kaca jendela rumah ditutup dengan menggunakan karton maka cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumah. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya dapat menembus benda bening.
25 3) Cahaya Dapat Dipantulkan Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur. Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin cekung. a) Cermin Datar Cermin datar yaitu cermin yang permukaan bidang pantulnya datar dan tidak melengkung ( Choiril A, dkk. 2008 : 112). Menurut Heri Sulistyo dan Edy Wiyono (2008: 127) cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya datar. Sifat-sifat bayangan pada cermin datar adalah sebagai berikut : (1) Besar dan tinggi bayangan sama dengan besar dan tinggi benda sebenarnya. (2) Jarak bayangan ke cermin sama dengan benda ke cermin. (3) Kenampakan bayangan berlawanan dengan benda. (4) Bayangan tegak seperti bendanya. (5) Bayangan bersifat semu atau maya. Artinya, bayangan dapat dilihat dalam cermin, tetapi tidak dapat ditangkap oleh layar. b) Cermin Cembung Cermin cembung yaitu cermin yang permukaan pantulnya melengkung kearah luar. Cermin cembung biasa digunakan untuk spion kendaraan bermotor. Bayangan cermin cembung bersifat maya, tegak, dan lebih kecil (diperkecil) daripada benda yang sesungguhnya.
26 c) Cermin Cekung Cermin cekung yaitu cermin yang bidang pantulnya melengkung ke arah dalam. Cermin cekung biasa digunakan sebagai reflektor pada lampu mobil dan lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung sangat bergantung pada letak benda terhadap cermin. (1) Jika dekat dengan cermin cekung, bayangan benda bersifat tegak, lebih besar, dan semu (maya) (2) Jika benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata (sejati) dan terbalik. 4) Cahaya Dapat Dibiaskan Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjahui garis normal, misalnya merambat ke udara.
B. Penelitian yang Relevan 1.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Warsiti, tahun 2006 dengan judul Pemanfaatan
Media
Pembelajaran
untuk
Meningkatkan
Penguasaan
Keterampilan Proses dan Konsep Sains Dalam Rangka Pelaksanaan Kurikulum 2004 di SD Negeri 3 dan 5 Panjer Kebumen. Dari penelitian disimpulkan bahwa media gambar dapat meningkatkan penguasaan keterampilan proses dan konsep sain. Penelitian ini relevan karena persamaan objek kajiannya yaitu meningkatkan keterampilan proses. 2.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Yudi Prasetyo, tahun 2010 dengan judul Penerapan
Pendekatan
Inkuiri
Dalam
Pembelajaran
Gaya
untuk
27 Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Badak. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa pendekatan inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V. Penelitian ini relevan karena persamaan objek kajiannya yaitu penerapan pendekatan inkuiri. 3.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Rumanto, tahun 2011 dengan judul Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Sifat-sifat Cahaya Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Jerukan, Juwangi, Boyolali.
Dari
penelitian
ini
disimpulkan
bahwa
kemampuan
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dapat ditingkatkan melalui metode eksperimen. Penelitian ini relevan karena persamaan objek kajiannya yaitu pokok bahasan sifat-sifat cahaya.
C. Kerangka Pikir Pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri 01 Gedongan selalu disajikan secara verbal melalui kegiatan ceramah dengan keterlibatan siswa yang minim, kurang menarik
perhatian siswa dan
membosankan. Pembelajaran yang dilaksanakan kurang menekankan penguasaan Keterampilan Proses IPA sebagai target pencapaian tujuan pembelajaran IPA yang harus dikuasai. Akibatnya keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa tidak tumbuh padahal salah satu tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar. Mengacu dari permasalahan tersebut maka pembelajaran diupayakan dapat meningkatkan proses pembelajaran dengan melibatkan siswa lebih aktif dan mengupayakan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dalam hal ini proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya. Pendekatan inkuiri dirancang untuk mendorong siswa melakukan penyelidikan, berpikir kritis, mengembangkan berbagai keterampilan dan melakukan penerapan atau mengaplikasikannya dalam
28 kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan secara inkuiri dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Melalui pendekatan inkuiri keterlibatan siswa dalam proses kegiatan belajar akan maksimal dan kegiatan pembelajaran akan terarah secara logis dan sistematis serta mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Sedangkan keterampilan proses memberikan siswa suatu pengalaman langsung dan akan dimilikinya seumur hidup. Pendekatan inkuiri akan diterapkan dengan menggunakan Siklus I dan Siklus II yang melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I memiliki indikator siswa aktif dan keterampilan proses meningkat dan siklus II memiliki indikator siswa aktif dan keterampilan proses meningkat 80%. Jika pada siklus ke II indikator siswa aktif dan keterampilan proses belum meningkat 80% maka penelitian dilanjutkan pada siklus selanjutnya sampai target tercapai. Pada akhirnya, dengan pembelajaran yang menerapkan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaraan IPA kompetensi dasar sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012. Sehingga dari hal-hal tersebut maka penulis menyusun kerangka pemikiran sebagai berikut :
29 Guru belum menerapkan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA
Kondisi awal
Keterampilan proses IPA rendah
Siklus 1 keterampilan proses meningkat
Pemberian tindakan dengan menerapkan pendekatan inkuiri
Tindakan
Siklus 2 keterampilan proses meningkat 80% Siklus ke n
Dengan menerapkan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA kompetensi dasar sifatsifat cahaya pada siswa kelas V SDN 01 Gedongan
Kondisi akhir
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian kelas bahwa: “Penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA kompetensi dasar sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu tahun ajaran 2011/2012”
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu. Penelitian ini khususnya dilaksanakan di kelas V. Pemilihan SD Negeri 01 Gedongan sebagai lokasi penelitian adalah berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut : 1) Sekolah tersebut mengijinkan untuk dilaksanakan kegiatan penelitian dan bersedia memberikan data yang diperlukan peneliti. 2) Keterampilan proses pembelajaran IPA khususnya pada siswa kelas V masih perlu ditingkatkan. 3) Di sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai tempat penelitian, sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang besar bagi sekolah tersebut. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012, selama 5 bulan. Adapun waktu dan jenis penelitian dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
30
31 Tabel.3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Bulan No
Kegiatan
Februari 1
1.
2. 3.
Maret
April
Mei
Juni
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan dan pengajuan proposal Mengurus izin penelitian Persiapan penelitian Pelaksanaan
4.
tindakan dan analisis data
5.
Penyusunan laporan
6.
Ujian skripsi
Juli
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu semester II tahun ajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki–laki dan 16 siswa perempuan dengan Siti Khotijah, S.Pd bertindak sebagai guru kelas V. Di kelas tersebut kondisi siswa heterogen (berbeda – beda kemampuannya), kondisi fisik dan mental siswa normal (tidak ada anak berkebutuhan khusus).
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) dimaksudkan untuk memperbaiki, meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, dan memecahkan atau mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas.
32 2. Strategi Penelitian Sehubungan dengan bentuk penelitian yang digunakan, maka strategi penelitian yang akan digunakan berupa strategi model siklus, yang di dalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi.
D. Sumber Data Penelitian Suharsimi Arikunto (2010: 189) mengatakan bahwa sumber data adalah subjek penelitian di mana data menempel. Sumber dapat berupa benda, gerak, manusia, dan tempat. Sumber data atau informasi tersebut antara lain: 1) Informasi data yang diperoleh berasal dari nara sumber yang terdiri atas siswa kelas V Semester II SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 26 siswa dan guru kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar. 2) Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri untuk meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar. 3) Arsip berupa kurikulum tingkat satuan pendidikan dan dokumen berupa data nilai mata pelajaran IPA, khususnya tentang materi sifat-sifat cahaya yang digunakan untuk mendapatkan data nilai siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar. 4) Informasi lain tentang kondisi SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Wawancara Tujuannya untuk mengumpulkan data dari informan terkait proses dan hasil pembelajaran keterampilan proses IPA sebelum, selama, dan sesudah tindakan. Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan secara langsung yaitu
33 percakapan dan tanya jawab kepada siswa dan kepada guru secara langsung tanpa perantara. Nara sumbernya adalah Ibu Siti Khotijah (guru kelas V) dan beberapa siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan. Wawancara yang dilakukan yaitu wawancara tidak terstruktur. 2) Observasi Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur atau menilai aktivitas guru dan siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, serta penerapan pendekatan inkuiri saat pembelajaran berlangsung.
Observasi
yang peneliti lakukan adalah observasi partisipasi. Peneliti bertindak sebagai guru dan melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi pembelajaran yang sedang berlangsung, sedangkan guru kelas V sebagai pengamat pasif terhadap proses pembelajaran agar lebih leluasa dalam mengamati jalannya pembelajaran. Observasi terhadap siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan difokuskan pada pengamatan aspek keterampilan proses yaitu meliputi observasi, melakukan percobaan, menyimpulkan, serta mengkomunikasikan dengan berpedoman pada lembar pengamatan penilaian keterampilan proses. Sedangkan observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan melaksanakan pembelajaran sifat-sifat cahya dengan pendekatan inkuiri. Alat penilaian yang digunakan untuk mengobservasi guru, yaitu dengan menggunakan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Selanjutnya, hasil pengamatan yang telah dilakukan didiskusikan untuk dianalisis bersama untuk menemukan berbagai kelemahan proses pembelajaran dan untuk mencari solusi kelemahan tersebut agar dapat dijadikan acuan untuk pelaksanaan siklus berikutnya. 3) Tes Tes dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan tindakan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes unjuk kerja. Penilaian keterampilan proses dilaksanakan berdasarkan lembar penilaian keterampilan proses.
34 4) Dokumentasi Teknik
dokumentasi
dalam
penelitian
ini
digunakan
untuk
mengumpulkan dan mengkaji data-data yang sudah tersedia seperti RPP guru, materi pelajaran, arsip nilai yang diberikan oleh guru, daftar nama siswa. Selain itu, saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan dokumentasi yang berupa foto dan video.
F. Validitas Data Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan, tehnik yang digunakan untuk memeriksa validitas data dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. 1) Triangulasi sumber data Triangulasi sumber data, teknik ini digunakan untuk menguji kebenaran data yang diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain. Data yang sama atau sejenis, akan lebih valid kebenarannya bila digali dan dikomparasikan dari beberapa sumber data yang berbeda. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah membandingkan data/informasi tentang keterampilan proses pembelajaran IPA yang diperoleh dari sumber data yaitu guru kelas V SD Negeri 01 Gedongan dan siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan. Selain itu Selain itu sumber data peneliti juga dapat diperkuat lagi dari informasi yang berasal dari kepala sekolah. 2) Triangulasi metode. Peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode/ teknik pengumpulan data yang berbeda, kemudian membandingkannya. Peneliti membandingkan data yang terkumpul dari teknik observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi, kemudian ditarik simpulan sehingga data benar – benar mendekati kevalidan.
35 G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif. Komponen-komponen dalam analisis model interaktif dapat digambarkan sebagai berikut: Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif Langkah-langkah analisis model interaktif yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Reduksi Data Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi data mentah menjadi data yang bermakna. Data yang diseleksi untuk digunakan dan mendukung dalam penelitian ini adalah hasil observasi keterampilan proses sebelum tindakan, hasil wawancara dengan guru dan siswa, dan hasil observasi terhadap kegiatan guru dan siswa serta hasil keterampilan proses setelah siklus I dan siklus II. 2) Penyajian Data Data yang sudah terkumpul dan terseleksi kemudian dikelompokkan dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis data supaya rnakna peristiwanya menjadi lebih jelas dipahami. Sajian data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk paparan naratif, tabel, dan grafik. 3) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Simpulan dalam penelitian ini ditarik berdasarkan reduksi data dan penyajian data. Penarikan simpulan dilakukan sebagai proses pengambilan
36 intisari dan penyajian data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.
H. Indikator Kinerja Hal yang dijadikan sebagai indikator ketercapaian dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu melalui penerapan pendekatan inkuiri. Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian, dirumuskan indikator-indikator sebagai berikut : Tabel 3.2 Indikator Kinerja Penelitian Aspek
Target
Cara Mengukur
Keterampilan proses
80% dari jumlah
Diamati saat
meliputi observasi,
siswa menguasai
pembelajaran dengan
melakukan percobaan,
keterampilan
menggunakan lembar
menyimpulkan,
proses
pengamatan penilaian
mengkomunikasikan.
keterampilan proses.
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dilakukan melalui empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
37
Permasalahan
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan tindakan I
Siklus I
Refleksi I
Pengamatan/ pengumpulan data I
Permasalaha n baru hasil refleksi
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan II
Refleksi II
Pengamatan/ pengumpulan data II
Siklus II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 3.2 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2008: 74) Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, satu siklus merupakan satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Rancangan prosedur penelitian tindakan kelas ini diuraikan sebagai berikut: 1.
Siklus I
a. Tahap Perencanaan Peneliti merencanakan tindakan, meliputi: (1) penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang ditetapkan dengan menerapkan pendekatan inkuiri,
38 (2) menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber, dan media pembelajaran, (3) menyiapkan instrumen tes keterampilan proses, (4) mempersiapkan lembar observasi/pengamatan siswa dan guru. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Guru (peneliti) melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam skenario pembelajaran pada siklus I yaitu guru melaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2011:172) tahap-tahap pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : 1) menyajikan pertanyaan atau masalah; 2) membuat hipotesis; 3) merancang percobaan; 4) melakukan percobaan untuk memperoleh informasi; 5) mengumpulkan dan menganalisis data; 6) membuat kesimpulan. Langkah-langkah pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan Pendahuluan Dalam tahap ini guru mengadakan tiga kegiatan yaitu apersepsi, orientasi, dan motivasi. Dalam apersepsi guru mengaitkan materi yang sudah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari (tentang sumber cahaya). Dalam orientasi guru menyampaikan pentingnya mempelajari materi sifat-sifat cahaya serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Sedangkan dalam motivasi guru menyampaikan manfaat mempelajari sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari. 2) Kegiatan Inti a) Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang benda-benda sekitar yang tembus cahaya dan tidak tembus cahaya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. b) Jika anak masih ada yang mengalami kesulitan maka diarahkan untuk melakukan percobaan. c) Siswa membentuk kelompok dan mempersiapkan peralatan percobaan yang telah difasilitasi oleh guru. d) Tiap kelompok mempelajari LKS yang dibagikan oleh guru serta melakukan percobaan sesuai petunjuk LKS.
39 e) Siswa mendiskusikan hasil percobaannya dan menuliskan hasil diskusi kelompok. f) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi yang diwakili oleh salah satu anggota kelompok, kelompok yang lain memberi tanggapan. g) Dengan
bimbingan
guru
siswa
membuat
kesimpulan
hasil
pembelajaran. h) Siswa mencatat hasil kesimpulan pada buku catatan masing-masing. 3) Kegiatan Penutup Guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah. c. Tahap Pengamatan/Observasi Pengamatan/observasi dilakukan oleh guru kelas V terhadap pelaksanaan tindakan oleh peneliti dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Pada tahap pengamatan dilakukan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut: 1) Melakukan pengamatan terhadap sikap siswa dan kerja guru (peneliti) di dalam proses pembelajaran IPA di kelas dengan berpedoman pada lembar penilaian keterampilan proses dan lembar penilaian aktivitas guru. 2) Melakukan penilaian keterampilan proses dengan berpedoman pada lembar penilaian keterampilan proses. d. Tahap Refleksi Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis penguasaan keterampilan proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Jika siswa yang mengalami peningkatan keterampilan proses secara klasikal belum mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 80%, maka proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan inkuiri tersebut perlu diperbaiki lagi dan disempurnakan pada siklus II. Hasil dari siklus I yaitu siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 16 siswa atau hanya 61% dari banyak siswa kelas V yaitu 26. Dengan demikian pembelajaran dilanjutkan
40 ke siklus berikutnya yaitu siklus II. 2.
Siklus II
a. Tahap Perencanaan Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan pembelajaran dan penyempurnaan pendekatan inkuiri yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Rencana perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Peneliti merencanakan tindakan, meliputi: (1) penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang ditetapkan dengan menerapkan pendekatan inkuiri, (2) menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas, materi, sumber, dan media pembelajaran, (3) menyiapkan instrumen tes keterampilan proses, (4) mempersiapkan lembar observasi/pengamatan siswa dan guru. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Peneliti melaksanakan tindakan perbaikan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Eggen dan Kauchak (dalam Trianto, 2011:172) tahap-tahap pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : 1) menyajikan pertanyaan atau masalah; 2) membuat hipotesis; 3) merancang percobaan; 4) melakukan percobaan untuk memperoleh informasi; 5) mengumpulkan dan menganalisis data; 6) membuat kesimpulan. Langkah-langkah pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan Pendahuluan Guru melakukan apersepsi, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengingatkan kembali materi sifat-sifat cahaya yang sudah dipelajari. Mengajak siswa menyanyikan lagu pelangi. Dalam orientasi guru menyampaikan pentingnya mempelajari materi sifat-sifat cahaya serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Sedangkan dalam motivasi guru menyampaikan manfaat mempelajari sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
41 2) Kegiatan Inti a) Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang benda-benda sekitar yang tembus cahaya dan tidak tembus cahaya. b) Jika anak masih ada yang mengalami kesulitan maka diarahkan untuk melakukan percobaan. c) Siswa membentuk kelompok dan mempersiapkan peralatan percobaan yang telah difasilitasi oleh guru. d) Tiap kelompok mempelajari LKS yang dibagikan oleh guru serta melakukan percobaan sesaui petunjuk LKS. e) Siswa mendiskusikan hasil percobaannya dan menuliskan hasil diskusi kelompok. f) Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi yang diwakili oleh salah satu anggota kelompok, kelompok yang lain memberi tanggapan. g) Dengan
bimbingan
guru
siswa
membuat
kesimpulan
hasil
pembelajaran. h) Siswa mencatat hasil kesimpulan pada buku catatan masing-masing. 3) Kegiatan Penutup Guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas rumah. c. Tahap Pengamatan/Observasi Pengamatan/observasi dilakukan oleh guru kelas V terhadap pelaksanaan tindakan oleh peneliti dalam pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Pada tahap pengamatan dilakukan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut: 1) Melakukan pengamatan terhadap sikap siswa dan kerja guru (peneliti) di dalam proses pembelajaran IPA di kelas dengan berpedoman pada lembar penilaian keterampilan proses dan lembar penilaian aktivitas guru. 2) Melakukan penilaian keterampilan proses dengan berpedoman pada lembar penilaian keterampilan proses
42 d. Tahap Refleksi Peneliti bersama guru kelas V membuat refleksi atas tindakan pada siklus II. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus II tentang keterampilan proses dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk menemukan temuan-temuan pada siklus II. Jika target belum dipenuhi maka dilanjutkan dengan siklus selanjutnya, namun apabila target telah tercapai tindakan dihentikan. Hasil dari siklus II yaitu siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 22 siswa atau 85% dari banyak siswa kelas V yaitu 26. Hal ini sudah mencapai indikator kinerja yang hanya 80% siswa menguasai keterampilan proses sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan karena sudah mencapai target.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan Pengamatan kondisi awal pratindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan guru dan siswa serta pengamatan proses pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 01 Gedongan Colomadu Karanganyar.
1. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan pada hari Sabtu, 11 Februari 2012. Peneliti sebagai pewawancara sedangkan Ibu Siti Khotijah, S.Pd (guru kelas V) dan siswa kelas V sebagai narasumber. Wawancara terhadap guru kelas V dilakukan secara terstruktur yang sebelumnya pedoman wawancara sudah disusun oleh peneliti kemudian hasil wawancara ditulis secara ringkas pada kolom jawaban. Setting wawancara bertempat di ruang kelas V pada waktu istirahat pukul 09.00 WIB. Hal yang peneliti tanyakan kepada guru yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran dan penguasaa keterampilan proses pembelajaran IPA yang pernah diterapkan oleh guru pada waktu sebelumnya. Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan dari hasil wawancara kepada guru dan sebagai deskripsinya dapat dilihat pada lampiran 1. Hasil wawancara tersebut diindikasikan bahwa terjadi permasalahan dalam pembelajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Colomadu Karangayar. Menurut guru, keterampilan proses masih sulit untuk dilakukan secara optimal mengingat rendahnya minat siswa terhadap pelajaran IPA dan kurangnya usaha penerapan guru mengenai metode inovatif yang mendukung keterampilan proses sehingga rendahnya penguasaan keterampilan proses pembelajaran IPA.
43
berakibat pada
44
Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil wawancara dengan siswa kelas V mengenai penguasaan keterampilan proses pada pembelajaran IPA. Pelaksanaan wawancara kepada siswa dilakukan pada waktu istirahat kedua pukul 11.00 WIB di ruang kelas V. Wawancara terhadap siswa dilakukan secara terstruktur yaitu dengan mempersiapkan pedoman wawancara dan pertanyaan diberikan sesuai kemampuan atau pemahaman peneliti. Siswa yang menjadi narasumber adalah Dea. Siswa tersebut menyatakan kurang berminat terhadap pelajaran IPA. Pada umumnya mereka menyatakan kurang suka mengikuti pembelajaran IPA di kelas karena guru dalam menyampaikan pelajaran hanya dengan ceramah dan belum pernah diadakan suatu penelitian atau percobaan. Mereka juga sering merasa bosan di dalam kelas karena mereka hanya duduk sambil mendengarkan ceramah dari guru dan mereka juga jarang dilibatkan aktif dalam pembelajaran.
2. Pengamatan Proses Pembelajaran di Kelas Pengamatan awal (prasiklus) proses pembelajaran IPA di kelas V dilaksanakan pada hari Senin, 16 Oktober 2011 pukul 07.30 WIB sampai selesai. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas V (Ibu Siti Khotijah, S.Pd) bertindak sebagai guru/pengajar. Peneliti mengamati Rencana Pelaksanaan Pembelajaaran (RPP) yang digunakan guru dan proses pembelajaran IPA yang sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan berpedoman pada lembar observasi penilaian proses siswa yang sudah dipersiapkan. Peneliti mengamati dari posisi tempat duduk paling belakang. Sedangkan, untuk pengamatan terhadap RPP yang digunakan guru dan proses pembelajaran dilakukan secara menyeluruh tanpa lembar pengamatan khusus. Sebagai
gambaran
awal hasil pengamatan yaitu kegiatan proses
pembelajaran IPA di kelas V masih banyak terdapat kekurangan, antara lain: (1) guru menggunakan RPP yang sudah ada (lama) tanpa adanya inovasi RPP sesuai saat ini yakni belum ada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang tesusun jelas. (2) Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran karena guru menggunakan metode yang konvensional dalam pembelajaran. Metode
45
konvensional yang dipakai guru adalah ceramah. Siswa cenderung pasif di dalam pembelajaran dan kurang tertarik dengan pembelajaran dari guru kelas. Materi yang disampaikan guru terlihat sangat menjenuhkan siswa, akibatnya selama pembelajaran berlangsung terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan. (3) Posisi guru saat mengajar lebih banyak di depan dan kurang memberikan perhatian kepada siswa yang duduk paling belakang. (4) Proses pembelajaran IPA kurang efektif dan efisien yang masih bersifat individu seperti pada umumnya. (5) Keterampilan proses dalam pembelajaran belum dikembangkan sehingga siswa belum menguasai keterampilan proses. Padahal
dalam
fungsi
dan
tujuan
dari
pembelajaran
IPA
yaitu
mengembangkan keterampilan proses. Berdasarkan observasi awal yang terkait keterampilan proses yaitu: observasi/pengamatan,
melakukan
percobaan,
menyimpulkan,
dan
mengkomunikasikan di dalam pembelajaran IPA diperoleh data penilaian keterampilan proses prasiklus siswa. Dari hasil observasi awal diperoleh data nilai keterampilan proses sebagai berikut : Tabel 4.1. Data Penilaian Keterampilan Proses No
Jenis Keterampilan
1 2 3 4
Mengobservasi Melakukan Percobaan Menyimpulkan Mengkomunikasikan
5 4 8 3 8
6 18 12 16 13
Nilai 7 4 6 7 5
8 0 0 0 0
9 0 0 0 0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat ditarik kesimpulan masih banyak siswa yang kurang menguasai keterampilan proses. Untuk lebih lengkapnya ada dalam lampiran 3. Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Pra siklus No 1 2 3 4
Kategori A (Sangat Baik) B (Baik) C (Cukup) D (Kurang)
Frekuensi 0 3 14 9
Persentase (%) 0 11 54 35
46
Dari tabel 4.2 dapat disajikan dengan gambar 4.1 berikut: Banyak siswa 54%
Frekuensi/ Persentase
16 14 12
10
35%
8 6 11%
4 2
0%
0 D
C Kategori Nilai
B
A
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus Pra siklus. Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.1. dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai A atau 0%. Siswa yang mendapat nilai B sebanyak 3 orang atau 11%. Siswa yang mendapat C sebanyak 14 siswa atau 54%. Dan siswa yang mendapat D sebanyak 9 siswa atau 35%. Bertolak dari data penilaian keterampilan proses pembelajaran IPA pada siswa kelas V pada kondisi awal (prasiklus) maka dapat diindikasikan bahwa keterampilan proses dalam pembelajaran IPA yang diterapkan guru belum mencapai hasil yang optimal. Untuk itu proses kegiatan pembelajaran IPA yang dilaksanakan di kelas V perlu diadakan tindakan dalam pembelajaran selanjutnya untuk mengembangkan keterampilan proses. Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya guru dan peneliti melakukan diskusi untuk mencari solusi permasalahan yang terdapat dalam pelaksanaan pembelajaran IPA, sehingga dicapailah kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas bersama guru kelas V sebagai kolaborator dengan judul ”Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Pembelajaran IPA P Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Sifat-sifat Cahaya pada Siswa Kelas V
SD Negeri 01
47
Gedongan Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012”. Penerapan tindakan ini difokuskan pada peningkatan keterampilan proses pembelajaran IPA. Melihat penyebab rendahnya keterampilan proses pembelajaran IPA yang bersumber dari kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, maka peningkatan keterampilan proses pada penelitian ini difokuskan pada empat aspek yakni observasi/pengamatan, melakukan percobaan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. 1. Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari 3 jam pelajaran (3x35 menit). Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 9 April 2012 (pertemuan 1) dan Jumat,13 April 2012 (pertemuan 2). Tahapan-tahapan pada siklus I adalah sebagai berikut: a.
Perencanaan Tindakan Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian siklus I ini untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah meningkatnya keterampilan proses pembelajaran IPA tuntas dari hasil tes unjuk kerja keterampilan proses. Tahap-tahap perencanaan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut : 1)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas V semester II tahun 2007 materi sifat-sifat cahaya. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dirancang dengan 2 kali pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 3x35 menit, sehingga dalam satu siklus
48
terdapat alokasi waktu 6x35 menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mencakup penentuan: identitas RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, pembelajaran, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan (skenario) pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan teknik
penilaian.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I pertemuan ke-1 dapat dilihat pada lampiran 4 dan pertemuan ke-2 dapat dilihat pada lampiran 10. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah kelas V yang biasa digunakan setiap hari. Ketika diskusi berlangsung, tempat duduk atau kursi diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat melakukan diskusi dengan baik. b) Materi pembelajaran, materi pertemuan I menemukan sifat-sifat cahaya yaitu cahaya merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan. Sebagai hasilnya adalah siswa dapat mengetahui sifat-sifat cahaya yaitu cahaya merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan materi pembelajaran terdapat pada lampiran 4. Sedangkan materi pada pertemuan II yaitu menemukan sifat-sifat cahaya yaitu cahaya dapat di uraikan dan cahaya dapat dipantulkan. Cahaya dapat dipantulkan terbagi dalam cahaya yang memantul pada cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Materi pembelajaran siklus I pertemuan II terdapat pada lampiran 10. c) Mempersiapkan media pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan adalah media realita yakni karton tebal, penjepit, gunting, alat tulis, gunting, lilin, korek api, lampu/senter, gelas bening, gelas berwarna, triplek, karton, plastik hitam, plastik bening, mika, buku, air jernih, sendok, cermin datar, cermin cekung, cermin cembung, dan ember.
49
3) Menyiapkan Evaluasi,
Lembar Observasi, RPP, Lembar Kerja Siswa, Lembar Pelaksanaan Pembelajaran Guru,
dan Lembar Penilaian
Keterampilan Proses. Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan halhal apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar observasi RPP dibuat untuk menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran peneliti oleh guru kelas V. RPP merupakan kerangka prosedural yang sangat penting dalam perancanaan pembelajaran sehingga perlu dibuat penilaian. Lembar pengamatan penilaian keterampilan proses
untuk
menilai kemampuan mengamati, melakukan percobaan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan hasil penemuannya dalam proses pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Sedangkan lembar observasi yang dibuat untuk guru lebih diutamakan pada persiapan dan jalannya kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri. Lembar observasi ini dapat dilihat pada lampiran 30 4) Menyiapkan Instrumen Penilaian Peneliti menyusun
instrumen penelitian yang berupa penilaian
keterampilan proses. Instrumen tes keterampilan proses dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik) menemukan sifat-sifat cahaya siswa sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. Untuk instrumen keterampilan proses dinilai berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan berdasarkan lembar penilaian keterampilan proses pembelajaran IPA yang meliputi: (a) observasi/pengamatan, (b) melakukan percobaan, (c) menyimpulkan, dan
(d) mengkomunikasikan selama pembelajaran
berlangsung. Lembar penilaian keterampilan proses dapat dilihat pada lampiran 9 dan lampiran 15. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan siklus I ini, peneliti bertindak sebagai guru/ pengajar proses kegiatan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan inkuiri, sedangkan guru kelas V (Ibu Siti Khotijah, S.Pd) melakukan observasi atau pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran. Peneliti bertindak
50
sebagai partisipan aktif yang mengendalikan dan mengamati jalannya pembelajaran IPA di dalam kelas. Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan ke-1 Pertemuan I dilaksanakan pada Senin, 9 April 2012. Materi yang dipelajari pada pertemuan pertama yaitu materi sifat-sifat cahaya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan berikut: a) Pendahuluan Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit yang terdiri dari apersepsi, orientasi dan motivasi. Kegiatan yang guru (peneliti) lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas supaya siswa siap menerima pelajaran. Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan diadakan presensi kehadiran siswa untuk lebih mengenal dan mengetahui jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Pertemuan pertama, siswa masuk semua sesuai jumlah siswa kelas V yaitu ada 26 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa mampu menemukan sifat cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening serta cahaya dapat dibiaskan. b) Kegiatan Inti Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu sekitar 70 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (1) Eksplorasi Tindakan eksplorasi bertujuan agar siswa mampu menggali pemahaman sumber-sumber cahaya yang ada disekitarnya. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seperti berikut :
51
-
“Anak-anak” siapa yang tau ada berapa sumber cahaya?sebutkan!
-
“Anak-anak” siapa yang tau sumber cahaya alami dan sumber cahaya buatan?sebutkan! Siswa selanjutnya ditanya tentang manfaat cahaya bagi kehidupan
manusia. Begitu pentingnya cahaya bagi kehidupan maka siswa harus menguasai sifat-sifat dari cahaya. Untuk mengetahui sifat-sifat cahaya maka siswa harus menemukan sendiri sifat cahaya itu supaya pembelajaran lebih bermakna. Kemudian guru membagikan media pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa untuk menemukan sifat-sifat cahaya. Sebelum melaksanakan percobaan terlebih dahulu siswa bersama guru menyusun hipotesis yang akan dibuktikan hasilnya setelah melaksanakan percobaan. (2) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi ini guru membagi siswa menjadi 5 kelompok secara acak dari 26 siswa jadi tiap kelompoknya terdiri dari 5 dan 6 siswa. Setelah kelompok terbentuk kemudian guru membagikan LKS serta media pembelajaran. Pada kegiatan ini siswa melakukan 3 percobaan untuk menemukan sifat-sifat cahaya yaitu cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan. Sebelum memulai percobaan terlebih dahulu guru dan siswa membuat hipotesis, setelah hipotesis tersusun kemudian melakasanakan percobaan. Guru (peneliti) dalam pembelajaran ini adalah sebagai pembimbing jadi guru membimbing penuh jalannya pembelajaran yang berlangsung. Melalui diskusi kelompok siswa melaksanakan percobaan sesuai petunjuk LKS. Percobaan pertama yaitu menemukan sifat cahaya merambat lurus, percobaan kedua yaitu menemukan sifat cahaya menembus benda bening dan yang ketiga adalah menemukan sifat cahaya yang dapat dibiaskan. Setelah melaksanakan percobaan siswa menuliskan kesimpulan dari percobaannya serta perwakilan dari masing-masing kelompok menyapaikan hasil diskusinya didepan kelas.
52
Secara ringkas, isi materi pada pertemuan pertama dapat dilihat pada bagian RPP Siklus I lampiran 4. (3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberian reward (penguatan) kepada siswa dan masing-masing kelompok. Bagi kelompok terbaik mendapat penghargaan dari guru berupa hadiah yang bertujuan untuk memberikan semangat atau dorongan untuk siswa lebih aktif lagi dalam berdiskusi dan mengikuti pembelajaran selanjutnya. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung dan siswa juga dimotivasi agar lebih giat lagi dalam belajar. Guru membimbing peserta didik untuk menuliskan kesimpulan dari materi atau kegiatan yang telah dipelajari dan dilaksanakan. c) Kegiatan Akhir Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan guru. Kemudian siswa diberikan tugas evaluasi berupa tes unjuk kerja untuk mempraktekkan sendiri kegiatan melaksanakan percobaan. Tes ini dilaksanakan untuk mengukur keterampilan proses yang terdiri dari kemampuan mengobservasi, kemampuan melakukan percobaan,
kemampuan
menyimpulkan
dan
kemampuan
mengkomunikasikan. Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru. Guru juga menyampaian pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat belajar dan bersikap yang baik dalam kehidupan. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam. 2) Pertemuan Ke-2 Pertemuan kedua adalah lanjutan dari pertemuan pertama. Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada Jumat, 13 April 2012. Pertemuan kedua materinya yaitu menemukan sifat-sifat cahaya yaitu cahaya dapat dipantulkan dan dapat diuraikan serta mengetahui sifat cahaya yang mengenai cermin datar, cahaya yang mengenai cermin cekung dan cahaya
53
yang menganai cermin cembung. Tujuan utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan II ini yaitu siswa memahami sifat bayangan pada cermin datar, memahami sifat bayangan pada cermin cekung dan memahami sifat bayangan pada cermin cembung dan memahami penguraian cahaya. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan berikut: a) Kegiatan Pendahuluan Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan awal yang guru (peneliti) lakukan tidak berbeda jauh dari pertemuan I karena dimulai awal masuk sekolah (jam pertama) yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas supaya siswa siap dalam menerima pelajaran. Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan diadakan presensi kehadiran siswa untuk lebih memahami dan mengetahui jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Jumlah siswa yang hadir lengkap ada 26 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa memahami sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung dan memahami penguraian cahaya. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan pandangan tentang materi sifat-sifat cahaya yang akan dipelajari siswa. Apersepsi diberikan dengan menyayikan pelangi. b) Kegiatan Inti Kegiatan inti pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu sekitar 70 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (1) Eksplorasi
54
Siswa mendapat pertanyaan dari guru berkaitan dengan masalah kontekstual dengan masalah sehari-hari. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seperti berikut : -
“Anak-anak” siapa yang sudah pernah melihat pelangi?warna apa aja yang ada di pelangi?sebutkan!
-
Siapa yang pernah melihat cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung?
-
Siapa yang bisa menyebutkan kegunaan dari cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung? Siswa selanjutnya ditanya tentang manfaat cahaya bagi kehidupan
manusia. Begitu pentingnya cahaya bagi kehidupan maka siswa harus menguasai sifat-sifat dari cahaya. Untuk mengetahui sifat-sifat cahaya maka siswa harus menemukan sendiri sifat cahaya itu supaya pembelajaran lebih bermakna. Kemudian guru membagikan media pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk membantu siswa menemukan sifat-sifat cahaya. Sebelum melaksanakan percobaan terlebih dahulu siswa bersama guru menyusun hipotesis yang akan dibuktikan hasilnya setelah melaksanakan percobaan. (2) Elaborasi Tindakan elaborasi yaitu dengan melakukan proses kerjasama dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam pertemuan kedua ini kelompok dan anggota kelompok sama seperti kelompok pada pertemuan pertama yaitu terdiri dari 5 kelompok dari 26 siswa, tiap kelompok terdiri dari 5 dan 6 siswa. Tiap-tiap kelompok duduk dengan berdekatan untuk membahas dan mendiskusikan LKS yang telah dibagikan oleh guru. Guru membagikan LKS serta media pembelajaran yang berupa cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Pada pertemuan kedua ini ada 4 kali percobaan yaitu untuk menemukan sifat bayangan pada cermin datar,
sifat bayangan pada cermin cekung dan sifat
55
bayangan pada cermin cembung serta percobaan yang terakhir adalah kegiatan percobaan untuk menemukan penguraian cahaya. Selesai melakukan satu percobaan atau penemuan kemudian perwakilan dari masing-masing kelompok menuliskan kesimpulan dari percobaan
itu
dan
perwakilan
dari
masing-masing
kelompok
membacakan hasil diskusinya atau percobaanya didepan kelas. Secara ringkas, isi materi pada pertemuan kedua ini dapat dilihat pada bagian RPP siklus I pertemuan ke-2 lampiran 10. (3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok. Bagi kelompok terbaik mendapat penghargaan dari guru berupa hadiah yang bertujuan untuk memberikan semangat atau dorongan untuk siswa lebih aktif lagi dalam berdiskusi dan mengikuti pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung dan siswa juga dimotivasi agar lebih giat lagi dalam belajar. Guru membimbing peserta didik untuk menuliskan kesimpulan dari materi atau kegiatan yang telah dipelajari dan dilaksanakan. c) Kegiatan Akhir Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan guru. Kemudian siswa diberikan tugas evaluasi berupa tes unjuk kerja untuk mempraktekkan sendiri kegiatan melaksanakan percobaan. Tes ini dilaksanakan untuk mengukur keterampilan proses yang terdiri dari kemampuan mengobservasi, kemampuan melakukan percobaan,
kemampuan
menyimpulkan
dan
kemampuan
mengkomunikasikan. Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru. Guru juga menyampaian pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat belajar dan bersikap yang baik dalam kehidupan. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam.
56
c.
Observasi Dalam pelaksanaannya pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 01 Gedongan selama kegiatan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Pengamatan atau observasi dilakukan dengan menggunakan lembar
observasi
sebagai
pedomannya,
sedangkan
pendokumentasian
pembelajaran dibantu oleh rekan sejawat. Observasi yang dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 01 Gedongan ini meliputi observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru, dan penilaian keterampilan proses pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya. Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dalam mengajar dan dapat dijadikan dasar perbaikan guru atau pengajar dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Observasi keterampilan proses siswa dibagi menjadi 4 pengamatan, yakni pengamatan terhadap keterampilan observasi
siswa,
keterampilan
melaksanakan
percobaan,
keterampilan
menyimpulkan dan keterampilan mengkomunikasikan. Hasil pengamatan atau observasi keterampilan proses ini selanjutnya digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus I. Hasil pengamatan dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk persen (%), banyaknya persentase dihitung dari seluruh jumlah siswa kelas IV SD Negeri 01 Gedongan, yaitu 26 siswa. Dalam pengamatan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang mengendalikan proses pembelajaran. Sementara guru kelas V sebagai pengamat inti dengan duduk di tempat paling belakang agar bisa mengamati dan menilai proses pembelajaran yang dipimpin oleh peneliti secara intensif. Berdasarkan kegiatan
observasi tersebut, secara garis besar diperoleh
gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran dari mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya adalah sebagai berikut: 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru Pengamatan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar sangat penting karena sebagai prosedur mengajar guru di dalam kelas. RPP guru (peneliti) dinilai oleh guru kelas V dengan lembar pengamatan RPP yang sudah dipersiapkan. Hasil penilaian RPP siklus I dapat
57
dilihat pada lampiran 30. RPP yang digunakan oleh peneliti sudah termasuk kategori baik dengan rata-rata nilai 3,4. Secara garis besar RPP yang disusun sudah relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada dengan sistematika yang runtut dan tujuan pembelajaran yang jelas mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 2) Penilaian Keterampilan Proses Hasil pengamatan terhadap keterampilan proses siswa pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 9 dan15 . Di dalam proses pembelajaran siswa sudah terlihat lebih aktif dan bersungguh-sungguh dibandingkan dengan kondisi awal. Secara klasikal keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA sudah terdapat peningkatan. Keterampilan proses terdiri dari keterampilan mengobservasi, keterampilan melaksanakan percobaab, menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Data penilaian keterampilan proses siswa pada siklus I dapat dimasukkan ke dalam tabel 8 sebagai berikut : a) Pertemuan ke-1 Tabel 4.3. Data Penilaian Keterampilan Proses No
Jenis Keterampilan
1 2 3 4
Mengobservasi Melakukan Percobaan Menyimpulkan Mengkomunikasikan
5 1 0 1 0
6 3 2 6 8
Nilai 7 15 15 10 13
8 7 9 9 5
9 0 0 0 0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat ditarik kesimpulan masih banyak siswa yang kurang menguasai keterampilan proses. Untuk lebih lengkapnya ada dalam lampiran 9. Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan I No 1 2 3 4
Kategori A (Sangat Baik) B (Baik) C (Cukup) D (Kurang)
Frekuensi 0 17 8 1
Persentase (%) 0 65 31 4
58
Dari tabel 4.4 dapat disajikan dengan gambar 4.2 berikut: Banyak siswa
18
65%
Frekuensi/ Persentase
16 14 12 10
31%
8 6 4 2
4% 0%
0 D
C Kategori Nilai
B
A
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan ke-1 Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.2. dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat A atau 0%. Siswa yang mendapat B sebanyak 17 siswa atau 69%. Siswa yang mendapat C sebanyak 8 siswa atau 31%. Siswa yang mendapat D sebanyak 1 siswa atau 4%. Pada siklus I pertemuan ke-2 ini siswa yang mendapat nilai keterampilan prosesnya baik yaitu 17 siswa atau 65%. b) Pertemuan ke-2 Tabel 4.5. Data Penilaian Keterampilan Proses No
Jenis Keterampilan
Nilai 5
6
7
8
9
1
Mengobservasi
1
7
13
5
0
2
Melakukan Percobaan
2
4
12
8
0
3 4
Menyimpulkan Mengkomunikasikan
2 0
7 8
11 13
6 5
0 0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak siswa yang keterampilan prosesnya memperoleh nilai rendah. Untuk lebih lengkapnya ada pada lampiran 15.
59
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan II No 1 2 3 4
Kategori A (Sangat Baik) B (Baik) C (Cukup) D (Kurang)
Frekuensi 0 15 9 2
Persentase (%) 0 58 35 7
Dari tabel 4.6 dapat disajikan dengan gambar 4.3 berikut: Banyak siswa 18
58%
Frekuensi/ Persentase
16 14 12 35%
10 8 6 4
7%
2
0%
0 D
C Kategori Nilai
B
A
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Pertemuan II Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.3 dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai A atau 0%. Siswa yang mendapat B sebanyak 15 siswa atau 58%. Siswa yang mendapat C sebanyak 9 siswa atau 35%. Siswa yang mendapat D sebanyak 2 siswa atau 7%. Pada siklus I pertemuan ke-1 siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 15 siswa atau 58% dari jumlah siswa. Nilai keterampilan proses pada siklus I selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
60
Tabel 4.7 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I kel
No
I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
II
III
IV
V
Keterampilan Proses Pertemuan 1 Pertemuan 2 6,25 5,5 7,75 7,25 6,75 6 7,25 7,5 7,5 7,5 7,25 7 7 6,75 6,75 6,5 6,75 6,5 7,5 8 7,5 7 8 8 6,75 7,75 7,5 7 5,5 5,25 7 6,25 8 8 7 7 7 7 6,25 6 6,75 6,5 6,75 6,5 7 6,5 7,25 7,25 8 8 7,5 7 Rata-Rata Kelas
Rata-Rata
Kategori
5,875 7,5 6,375 7,375 7,5 7,125 6,875 6,625 6,625 7,75 7,25 8 7,25 7,25 5,375 6,625 8 7 7 6,125 6,625 6,625 6,75 7,25 8 7,25 7
D B C B B B C C C B B B B B D C B B B C C C C B B B B
Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai keterampilan proses secara klasikal pada siklus I sebesar 7 dalam kategori B (baik). Dari tabel 4.7 maka dapat dibuat tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I
61
No
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1
A (Sangat Baik)
0
0
2
B (Baik)
16
61
3
C (Cukup)
8
31
4
D (Kurang)
2
8
Dari tabel 4.8 dapat disajikan dengan gambar 4.4 berikut:
Banyak siswa 18
61%
Frekuensi/ Persentase
16 14 12 10
31%
8 6 4
8%
2
0%
0 D
C Kategori Nilai
B
A
Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus I Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 4.4 dapat dinyatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat A atau 0%. Siswa yang mendapat B sebanyak 16 siswa atau 61%. Siswa yang mendapat C sebanyak 8 siswa atau 31%. Siswa yang mendapat D sebanyak 2 siswa atau 8%. Jadi pada siklus I ini siswa yang menguasai keterampilan proses pembelajaran IPA sebanyak 16 siswa atau 61% dari jumlah siswa. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi terhadap guru selama pembelajaran IPA materi Sifat-sifat cahaya berlangsung, diperoleh pula gambaran tentang kinerja guru atau pengajar selama mengajar dapat dilihat lampiran 30. Dari hasil observasi yang didapat pada pertemuan ke-1 dan ke-2,
62
maka diperoleh skor rata-rata kemampuan guru dalam mengajar sebesar 3,47 yang termasuk dalam kategori Memuaskan. Berdasarkan data hasil observasi guru dapat dianalisis bahwa guru atau pengajar sudah sangat baik dalam aspek (1) persiapan pembelajaran, (2) membuka pembelajaran, (3) ketepatan strategi dan pendekatan pembelajaran, (4) kemampuan menggunakan media, (5) melakukan penilaian/evaluasi, (6) menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancar, baik dan benar, (7) menutup pembelajaran. Akan tetapi, pengajar masih kurang dalam (1) kejelasan dan sistematika penyampaian materi pembelajaran, (2) ketepatan dan daya tarik media, (3) menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme dalam belajar, (4) memantau kemajuan belajar selama proses. Dalam pembelajaran masih ditemukan beberapa siswa yang kurang dapat menguasai keterampilan proses. Meskipun dalam pembelajaran sudah menggunakan media benda nyata dan melibatkan pengalaman siswa. Akan tetapi siswa masih belum terbiasa dan kurang beradaptasi dengan pendekatan pembelajaran yang diterapkan, yakni pendekatan inkuiri. d. Refleksi Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan menganalisis nilai penguasaan keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Analisis hasil tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Penilaian dari hasil pengamatan penguasaan keterampilan proses pada pertemuan ke-1 secara klasikal sebesar 7,06 atau masuk dalam kategori B (baik) dan pada pertemuan ke-2
penguasaan
keterampilan proses secara klasikal sebesar 6,78 atau masuk dalam kategori C (cukup). Rata-rata nilai keterampilan proses
secara klasikal pada siklus I
hanya sebesar 6,90 atau masuk dalam kondisi C (cukup). Jadi, dapat
63
disimpulkan bahwa nilai rata-rata dari penguasaan keterampilan proses dikategorikan cukup. Jika dianalisis dari observasi guru yang menjadi kendala dalam pembelajaran, antara lain daya tarik media masih kurang maksimal sehingga siswa belum semuanya mampu memanfaatkan media pembelajaran sehingga siswa dalam mengamati dan melakukan percobaan masih kurang maksimal. Keterlibatan siswa dan antusiasme siswa dalam pembelajaran masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam melaksanakan diskusi atau percobaan, masih banyak diantara mereka yang bermain sendiri disaat sedang kegiatan berdiskusi. Setelah
berdiskusi
dengan
guru
kelas V,
diperoleh simpulan
mengenai hal-hal yang menjadi kendala dalam pembelajaran antara lain: 1) Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan meggunakan pendekatan inkuiri. 2) Kurangnya kerjasama diantara siswa dalam kelompok sehingga dalam kegiatan berdiskusi banyak siswa yang kurang aktif. 3) Daya tarik media masih kurang maksimal sehingga siswa belum semuanya mampu memanfaatkan media pembelajaran sehingga siswa dalam mengamati dan melakukan percobaan masih kurang maksimal. 4) Sebagian siswa masih kurang terampil menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. 5) Guru jarang menegur atau memperingatkan siswa yang tidak fokus terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 6) Pada umumnya siswa belum dapat memanfaatkan waktu. Hal ini karena siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya waktu yang tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan refleksi dari kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran, yakni hasil nilai penguasaan keterampilan proses pada siklus I sudah meningkat tetapi belum mencapai indikator kinerja (80%). Pendekatan pembelajaran, yakni Pendekatan Inkuiri perlu ditingkatkan dan media yang digunakan perlu diperbaiki kembali
64
agar dapat dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan pembelajaran IPA pada siklus berikutnya, yakni siklus II untuk memperbaiki kekurangan yang muncul pada siklus I tersebut. 2. Siklus II Tindakan pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari 3 jam pelajaran (3x35 menit). Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 16 April 2012 (pertemuan 1) dan Jumat, 20 April 2012 (pertemuan 2). Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian siklus II. Siklus II ini diharapkan mendapat hasil yang optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah 80 % siswa menguasai keterampilan proses. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui sudah menunjukkan adanya peningkatan nilai penguasaan Keterampilan Proses pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan tahun pelajaran 2011/2012 tetapi belum sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki guru dalam melaksanakan tindakan pada siklus II ini sebagai upaya untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, yakni sebagai berikut: 1) Perbaikan media dengan menambah media benda nyata yang digunakan. Dengan harapan dapat meningkatkan penguasan keterampilan proses pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya. 2) Perbaikan strategi/pendekatan pembelajaran, antara lain: siswa diberi kesempatan menggunakan media secara bergiliran, setiap kegiatan percobaan tiap siswa diberi LKS supaya dalam kegiatan diskusi siswa lebih aktif karena semua siswa mengerjakan LKS. 3) Melibatkan kontribusi siswa dan kerja sama antarsiswa dalam pembelajaran. Kontribusi siswa dapat dilakukan dengan menggunakan pengalaman seharihari siswa dan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Adapun deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
65
Peneliti
dan
guru
kelas
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) IPA selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 35 menit setiap pertemuannya. Materi yang akan diajarkan sama dengan materi yang dilaksanakan pada siklus I, yakni sifat-sifat cahaya. Pada pertemuan ke-1 membahas sifat cahaya dapat merambat lurus, menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan. Pada pertemuan ke-2 membahas tentang sifat cahaya dapat diuraikan dan sifat cahaya mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung). RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian dapat dilihat dalam lampiran 30. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas
dan
sarana
yang
dipersiapkan
untuk
pelaksanaan
pembelajaran masih sama dengan fasilitas dan sarana yang digunakan pada saat siklus I dilaksanakan. Akan tetapi ada tambahan media yang digunakan pada siklus II yaitu cermin cekung dan cermin cembung. Dalam siklus II setiap siswa dalam kelompok memperoleh LKS dengan tujuan untuk lebih mengaktifkan siswa secara keseluruhan dalam berdiskusi. 3) Menyiapkan Lembar Observasi, Lembar Kerja Siswa, Lembar Evaluasi, Pelaksanaan Pembelajaran Guru,
dan Lembar Penilaian Keterampilan
Proses. Penggunaan
lembar
observasi akan mempermudah menentukan
hal-hal apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar
observasi RPP dibuat
untuk
menilai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran peneliti oleh guru kelas V. RPP merupakan kerangka prosedural yang sangat penting dalam perancanaan pembelajaran sehingga perlu dibuat penilaian. Lembar pengamatan penilaian keterampilan proses untuk
menilai
kemampuan
mengamati,
melakukan
percobaan,
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan hasil penemuannya dalam proses pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Pengamatan siswa
66
ini berfungsi sebagai hasil penilaian keterampilan proses.
Sedangkan
lembar observasi yang dibuat untuk guru lebih diutamakan pada persiapan dan
jalannya
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan inkuiri. Lembar observasi ini dapat dilihat pada lampiran 30. 4) Menyiapkan Instrumen Penilaian Peneliti menyusun
instrumen penelitian yang berupa penilaian
keterampilan proses. Instrumen tes keterampilan proses dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik)
menemukan sifat-sifat cahaya siswa sesuai
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Untuk instrumen keterampilan proses dinilai berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan berdasarkan lembar penilaian keterampilan proses pembelajaran IPA yang meliputi: (a) observasi/pengamatan, (b) melakukan percobaan, (c) menyimpulkan, dan
(d) mengkomunikasikan selama pembelajaran
berlangsung. Lembar penilaian keterampilan proses dapat dilihat pada lampiran 21 dan lampiran 27. b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 16 April 2012 dan pertemuan kedua pada hari Jumat, 20 April 2012. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di ruang kelas V SD Negeri 01 Gedongan. Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan ke-1 Pada pertemuan pertama siklus II yang diajarkan kepada siswa kelas V terlebih dahulu adalah mengulang kembali mengenai materi sifatsifat
cahaya.
Adapun
langkah-langkah
pembelajarannya
mencakup
kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) Kegiatan Pendahuluan Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang guru (peneliti) lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas.
67
Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan diadakan presensi kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah kehadiran siswa. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ke-1 lengkap yaitu 26 siswa. Setelah itu, pada kegiatan apersepsi, pengajar bertanya jawab dengan siswa untuk menggali sejauh mana pengetahuan siswa tentang sumbersumber cahaya. Setelah kegiatan apersepsi selanjutnya guru memberikan motivasi tentang manfaat cahaya bagi kehidupan sehari-hari. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa mampu menemukan sifat cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda bening serta cahaya dapat dibiaskan. Seperti pada siklus I, dalam siklus II peneliti menggunakan pendekatan
inkuiri.
Akan
tetapi,
dalam
siklus
II
peneliti
menyempurnakan kembali dengan mengganti dan menambah media pembelajaran yang media yang akan digunakan. b) Kegiatan Inti Kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan durasi waktu sekitar 70 menit. Metode yang digunakan pada pertemuan kali ini disesuaikan dengan pendekatan inkuiri yaitu metode tanya jawab, diskusi, eksperimen, ceramah bervariasi dan penugasan. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan nyata yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi ini, siswa dapat menyebutkan masalah-masalah kontekstual yang berkaitan dengan cahaya. Selanjutunya siswa dibentuk menjadi 5 kelompok secara heterogen. Kelompokknya masih sama seperti pada siklus pertama. Kemudian tiap kelompok dibagikan media dan LKS sejumlah anggota kelompoknya.
Sebelum
melaksanakan
eksperimen
untuk
68
menemukan sifat-sifat cahaya terlebih dahulu membuat hipotesis. Selanjutnya
guru
membimbing
siswa
cara-cara
melakukan
percobaan dari masing-masing lembar kerja dan siswa melaksanakan percobaan. (2) Elaborasi Dalam
proses
elaborasi,
siswa
didalam
kelompok
mempersiapkan peralatan percobaan yang telah difasilitasi oleh guru. Setelah peralatan sudah dipersiapkan kemudian tiap-tiap kelompok melakukan percobaan sesuai petunjuk LKS. Secara berdiskusi siswa menuliskan hasil percobaan dan tiap siswa menuliskan hasil diskusinya. Setelah berdiskusi dengan kelompokknya dan menemukan jawabannya,
perwakilan
dari
masing-masing
kelompok
menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Siswa secara aktif menyampaikan dan menjelaskan hasil diskusinya kepada teman yang lain. Dalam menjelaskan siswa dapat menggunakan media yang tersedia. Selanjutnya kelompok lain sebagai pengamat dan korektor. (3) Konfirmasi Pada proses konfirmasi, siswa mendapat umpan balik atas pembelajaran pada hari ini. Kemudian guru memberikan penguatan kepada siswa dengan cara memberikan pujian kepada siswa yang aktif dan kelompok yang terbaik selama pembelajaran berlangsung. Guru memberikan bimbingan kepada siswa sampai benar-benar menguasai materi yang diajarkan. c) Kegiatan penutup Siswa dengan bimbingan dan bersama-sama guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya siswa mengerjakan soal tes individu berupa tes unjuk kerja untuk mengamati penguasaan siswa tentang keterampilan proses yaitu kemampuan mengamati, melakukan percobaan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Soal atau tes unjuk kerja bisa dilihat dalam lampiran 7. Siswa menyimak penjelasan pengajar
69
(guru) tentang materi selanjutnya dan guru juga menyampaikan pesanpesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat belajar dan bersikap yang baik dalam kehidupan. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam. 2) Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada jumat 20 April 2012. Materi yang dipelajari pada pertemuan ke-2 yakni tentang menemukan sifat cahaya pada cermin datar, sifat cahaya pada cermin cekung, sifat cahaya pada cermin cembung, dan sifat cahaya
dapat diuraikan. Adapun langkah-langkah
pembelajarannya mencakup kegiatan-kegiatan berikut: a) Kegiatan Pendahuluan Kegiatan pendahuluan diawali dengan mengajak siswa berdoa berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan diadakan presensi kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Jumlah siswa yang hadir lengkap ada 26 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu siswa memahami sifat bayangan pada cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung dan memahami penguraian cahaya. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan pandangan tentang materi sifat-sifat cahaya yang akan dipelajari siswa. Apersepsi diberikan dengan menyanyikan pelangi. b) Kegiatan Inti Pada inti pembelajaran kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan durasi waktu sekitar 70 menit. Dalam kegiatan inti dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen, ceramah bervariasi, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
70
(1) Eksplorasi Secara sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seperti berikut : -
“Anak-anak” siapa yang sudah pernah melihat pelangi?warna apa aja yang ada di pelangi?sebutkan!
-
Siapa yang pernah melihat cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung?
-
Siapa yang bisa menyebutkan kegunaan dari cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung? Sebelum melaksanakan eksperimen terlebih dahulu membuat
hipotesis kemudian melaksanakan eksperimen untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuatnya. Media yang digunakan yaitu cermin cekung dan cermin cembung berbeda dengan siklus I yaitu dengan menggunakan sendok. Penggunaan media ini siswa lebih mudah mengerti dan termotivasi. Dalam pembelajaran guru membimbing penuh cara-cara melaksanakan eksperimen dari masing-masing lembar kerja. (2) Elaborasi kegiatan elaborasi dengan melakukan proses kerjasama dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam pertemuan kedua ini kelompok dan anggota kelompok sama seperti kelompok pada pertemuan pertama yaitu terdiri dari 5 kelompok dari 26 siswa, tiap kelompok terdiri dari 5 dan 6 siswa. Tiap-tiap kelompok duduk dengan berdekatan untuk membahas dan mendiskusikan LKS yang telah dibagikan oleh guru. Guru membagikan LKS serta media pembelajaran yang berupa cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Pada pertemuan kedua ini ada 4 kali percobaan untuk menemukan sifat bayangan pada cermin datar, sifat bayangan pada cermin cekung dan sifat bayangan pada cermin cembung serta
71
percobaan yang terakhir adalah kegiatan percobaan untuk menemukan penguraian cahaya. Tiap selesai melakukan satu percobaan atau penemuan sesuai dengan petunjuk LKS maka selanjutnya adalah tiap-tiap siswa dari anggota kelompoknya menuliskan kesimpulan dari percobaan itu dan perwakilan
dari
masing-masing
kelompok
membacakan
hasil
percobaanya didepan kelas. Secara ringkas, isi materi pada pertemuan kedua ini dapat dilihat pada bagian RPP siklus I lampiran 4. (3) Konfirmasi Pada proses konfirmasi, siswa mendapat umpan balik atas pembelajaran pada hari ini. Kemudian guru memberikan penguatan kepada siswa dengan cara memberikan pujian kepada siswa yang aktif dan kelompok yang terbaik selama pembelajaran berlangsung. Guru memberikan bimbingan kepada siswa sampai benar-benar menguasai materi yang diajarkan. c) Kegiatan Penutup Pada
kegiatan
akhir
siswa
dengan
bimbingan
guru
menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya siswa mengerjakan soal atau tes individu yang diberikan guru untuk mengukur keterampilan proses. Soal atau tes individu dapat dilihat dalam lampiran 7. Soal ini dikerjakan siswa secara individu untuk mengetahui penguasaan keterampilan proses yaitu
kemampuan
mengamati,
kemampuan
kemampuan
melakukan
percobaan,
menyimpulkan, dan kemampuan mengkomunikasikan. Setelah itu guru memberikan refleksi dan tindak lanjut berupa PR. c. Observasi Dalam pelaksanaannya pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru kelas V SD Negeri 01 Gedongan selama kegiatan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Pengamatan atu observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi sebagai pedomannya, sedangkan pendokumentasian pembelajaran dibantu oleh rekan sejawat. Observasi yang dilakukan oleh guru
72
kelas V SD Negeri 01 Gedongan ini meliputi observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru, dan penilaian keterampilan proses pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya. Observasi guru atau pengajar dilakukan untuk mengetahui kinerja guru dalam mengajar dan dapat dijadikan dasar perbaikan guru atau pengajar dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Observasi keterampilan proses siswa dibagi menjadi 4 pengamatan, yakni pengamatan terhadap keterampilan observasi siswa, keterampilan melaksanakan percobaan, keterampilan menyimpulkan dan keterampilan mengkomunikasikan. Hasil pengamatan atau observasi keterampilan proses ini selanjutnya digunakan sebagai dasar tahap refleksi siklus II. Hasil pengamatan dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk persen (%), banyaknya persentase dihitung dari seluruh jumlah siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, yaitu 26 siswa. Berdasarkan kegiatan observasi tersebut, secara garis besar diperoleh gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran IPA pokok bahasan sifatsifat cahaya adalah sebagai berikut: 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru Pengamatan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar sangat penting karena sebagai prosedur mengajar guru di dalam kelas. RPP guru (peneliti) dinilai oleh guru kelas V dengan lembar pengamatan RPP yang sudah dipersiapkan. Hasil penilaian RPP siklus II dapat dilihat pada lampiran 16 dan lampiran 22. 2) Penilaian Keterampilan Proses Hasil pengamatan terhadap keterampilan proses siswa pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 21 dan lampiran 27. Di dalam proses pembelajaran siswa sudah terlihat lebih aktif dan bersungguh-sungguh dibandingkan dengan kondisi awal dan siklus I. Secara klasikal keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA sudah terdapat peningkatan.
Keterampilan
proses
terdiri
dari
keterampilan
mengobservasi, keterampilan melaksanakan percobaan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Data penilaian keterampilan
73
proses siswa pada siklus I dapat dimasukkan ke dalam tabel 4.6 sebagai berikut : a) Pertemuan ke-1 Tabel 4.9 Data Penilaian Keterampilan Proses No
Jenis Keterampilan
Nilai 5
6
7
8
9
1
Mengobservasi
0
1
9
11
5
2
Melakukan Percobaan
0
2
9
11
4
3
Menyimpulkan
0
2
7
13
4
4
Mengkomunikasikan
0
6
10
6
4
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dinyatakan bahwa nilai keterampilan proses siswa sudah mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya ada pada lampiran 21. Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses pada siklus II pertemuan ke-1 No
Kategori
Frekuensi
Persentase (%)
1
A (Sangat Baik)
5
19
2
B (Baik)
14
54
3
C (Cukup)
7
27
4
D (Kurang)
0
0
Dari tabel 4.10. di atas dapat disajikan dengan gambar 4.5 berikut:
74
Banyak siswa 16 54% Frekuensi/ Persentase
14 12 10 27%
8
19%
6 4 2
0%
0 D
C Kategori Nilai
B
A
Gambar 4.5 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II pertemuan I Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.5 dapat dinyatakan bahwa siswa yang mendapat A sebanyak 5 siswa atau 19%. Siswa yang mendapat B sebanyak 14 siswa atau 54%. Siswa yang mendapat C sebanyak 7 siswa atau 27%. Siswa yang mendapat D tidak ada. Jadi siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 19 siswa atau 73% dari jumlah siswa. b) Pertemua ke-2 Tabel 4.11 Data Penilaian Keterampilan Prose pada Siklus II Pertemuan II No
Jenis Keterampilan
Nilai 5
6
7
8
9
1
Mengobservasi
0
0
10
12
4
2
Melakukan Percobaan
0
1
9
12
4
3
Menyimpulkan
0
2
5
13
6
4
Mengkomunikasikan
0
3
8
12
3
75
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dsimpulan bahwa nilai keterampilan proses siswa sudah mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya ada pada lampiran 27. Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses siklus II pertemuan ke-2 No 1 2 3 4
Kategori A (Sangat Baik) B (Baik) C (Cukup) D (Kurang)
Frekuensi 5 18 3 0
Persentase (%) 19 69 12 0
Frekuensi/ Persentase
Dari tabel 4.12 dapat disajikan dengan gambar 4.6 berikut:
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Banyak siswa 69%
19% 12% 0% D
C B Kategori Nilai
A
Gambar 4.6 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II Pertemuan ke-2 Berdasarkan tabel 4.12 dan gambar 4.6 dapat dinyatakan bahwa siswa yang mendapat A sebanyak 5 siswa atau 19%. Siswa yang mendapat B sebanyak 18 siswa atau 69%. Siswa yang mendapat C sebanyak 3 siswa atau 12%. Siswa yang mendapat D tidak ada. Jadi pada siklus II pertemuan ke-2 siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 23 siswa atau 88% dari jumlah siswa. Nilai keterampilan proses pada siklus II selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
76
Tabel 4.13 Hasil Rekapitulasi Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II kel
No
I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
II
III
IV
V
Keterampilan Proses Pertemuan 1 Pertemuan 2 6,75 6,75 8,25 8 6,5 7 7,75 8 8 8,25 8,5 8,25 7 7,25 7,75 7 6,75 7,25 8,75 8,5 6,75 6,75 9 8,75 7,5 7 8 8 6,25 6,25 6,75 7,75 8,75 9 7,5 8,25 7,5 8,75 6,75 7,25 7,5 7,25 7 8 7,75 8 8 7,75 8,75 8,75 7,5 8 Rata-Rata Kelas
Rata-Rata
Kategori
6,75 8,125 6,75 7.875 8.125 8,375 7,125 7,375 7 8,625 6,75 8,875 7,25 8 6,25 7,25 8,875 7,875 8,125 7 7,375 7,5 7,875 7,875 8,75 7,75 7,673
C B C B B B B B B A C A B B C B A B B B B B B B B B B
Berdasarkan tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai keterampilan proses pada siklus II secara klasikal yaitu sebesar 7,673 atau hanya masuk dalam kategori B (Baik). Dari tabel 4.13 maka dapat dibuat tabel 4.14 sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Pengamatan Keterampilan Proses pada siklus II
77
No 1 2 3 4
Kategori A (Sangat Baik) B (Baik) C (Cukup) D (Kurang)
Frekuensi 3 19 4 0
Persentase (%) 12 73 15 0
Dari tabel 4.14 dapat disajikan dengan gambar 4.7 berikut: 20
73%
Banyak siswa
Frekuensi/ Persentase
18 16 14 12 10 8 6
15%
12%
4 2
0%
0 D
C
B
A
Kategori Nilai
Gambar 4.7 Grafik Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Siklus II Berdasarkan tabel 4.14 dan gambar 4.7 dapat dinyatakan bahwa siswa yang mendapat A sebanyak 3 siswa atau 12%. Siswa yang mendapat B sebanyak 19 siswa atau 73%. Siswa yang mendapat C sebanyak 4 siswa atau 15%. Siswa yang mendapat D tidak ada. Jadi pada siklus II siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 22 siswa atau 85% dari jumlah siswa. Dari hasil observasi yang didapat pada pertemuan ke-1 dan ke-2, maka diperoleh skor rata-rata kemampuan guru dalam mengajar sebesar 3,71 yang termasuk dalam kategori Memuaskan. Berdasarkan data hasil observasi guru dapat dianalisis bahwa guru atau pengajar sudah sangat baik dalam menumbuhan kontribusi aktif dan antusiasme siswa dalam belajar, ketepatan dan daya tarik media yang digunakan dalam pembelajaran. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya guru sudah dapat menerapkan strategi atau
78
pendekatan pembelajaran yang tepat dalam menumbuhkan partisipasi siswa, sehingga pembelajaran semakin bermakna dan menyenangkan. Sistematika penyampaian materi sudah lebih baik apabila dibandingkan pada siklus I. Aspek-aspek yang dinilai kurang pada siklus I sudah meningkat secara keseluruhan karena telah dilakukan perbaikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan siklus, yakni 80% siswa menguasai keterampilan proses dari 26 siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Colomadu Karanganyar.
d. Refleksi Selanjutnya data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi dikumpulkan kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan refleksi dengan cara menganalisis nilai penguasaan siswa SD Negeri 01 Gedongan pada siklus II, kemudian dibandingkan dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Indikator kinerja siklus II, yaitu siswa yang berhasil saat evaluasi sebanyak 20 siswa atau mencapai indikator ketercapaian kinerja sebesar 80% siswa menguasai keterampilan proses. Analisis hasil tindakan siklus II direfleksi sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Guru melaksanakan penilaian dengan hasil rata–rata klasikal mencapai 7,8 (masuk dalam kategori B) dan siswa yang menguasai keterampilan proses adalah sebanyak 22 siswa atau 85% dari 26 siswa. Dengan demikian, hasil nilai penguasaan keterampilan proses pada siswa kelas V pada siklus II sudah mencapai target indikator kinerja peneliti. Berdasarkan hasil refleksi siklus II sudah berhasil karena sudah mencapai target pencapaian atau sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditentukan. Ketercapaian tersebut membuat peneliti tidak perlu lagi melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya, karena hal tersebut sudah menunjukkan bahwa penerapan Pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan Keterampilan Proses pembelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan
79
Sifat-sifat Cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Tiap Siklus Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap. Tahap penelitian yang dilaksanakan terdiri atas 1) tahap perencanaan tindakan; 2) tahap pelaksanaan tindakan; 3) tahap observasi dan 4) tahap refleksi. Berdasarkan deskripsi penelitian di atas, terdapat beberapa temuan dan pembahasan hasil penelitian tentang penerapan Pendekatan Inkuiri sebagai upaya untuk meningkatkan Keterampilan Proses Pembelajaran IPA pokok bahasan Sifatsifat Cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar. Dari hasil pengamatan dan analisis data yang ada dapat dilihat adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan kegiatan guru pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan Colomadu Karanganyar. Kemampuan guru atau pengajar dalam melakukan kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Guru lebih mampu dalam melakukan persiapan pembelajaran, meliputi persiapan ruang, media pembelajaran, dan mengkondisikan kesiapan siswa. 2. Guru mampu membuka pembelajaran, yaitu melakukan kegiatan absensi dan menyampaikan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai. 3. Guru lebih menguasai materi pembelajaran. 4. Guru mampu melakukan strategi pembelajaran dengan tepat dan lebih baik, yakni pendekatan inkuiri. 5. Guru mampu meningkatkan daya tarik media dan pemanfaatannya dalam pembelajaran. 6. Guru mampu menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme siswa. 7. Guru mampu melakukan penilaian dengan baik. 8. Guru mampu menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, lancar, baik, dan benar.
80
9. Guru mampu menutup pembelajaran dengan melakukan refleksi dan tindak lanjut. Dari data hasil observasi guru dalam lampiran 30 diketahui bahwa terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II, yakni dari rata-rata nilai siklus I sebesar 3,47 menjadi sebesar 3,71. Kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 0,24. Peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran pada siklus I dan siklus II disajikan pada tabel 4.12 berikut: Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Guru (Peneliti) dalam Pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II
Pertemuan 1 3,45
Siklus I Pertemuan 2 3,49
Rata-Rata 3,47
Pertemuan 1 3,74
Siklus II Pertemuan 2 3,72
RataRata 3,71
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, maka dapat dijelaskan pula perhitungan nilai rata-rata penguasaan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar. Peningkatan terlihat dari sebelum tindakan atau pra siklus dan setelah tindakan, yaitu siklus I dan siklus II yang masingmasing terdiri dari 2 pertemuan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14. berikut: Tabel 4.16 Nilai Penguasaan Keterampilan Proses pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Nilai Penguasaan Keterampilan Proses
Persentase (%)
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
5,9
7
7,673
11%
61%
85%
Berdasarkan perhitungan nilai penguasaan keterampilan proses pada tabel 4.16 dapat dinyatakan bahwa siswa menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Hal ini merefleksikan bahwa penerapan Pendekatan Inkuiri dalam
81
pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan dinyatakan berhasil, karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai penguasaan Keterampilan Proses. Adapun peningkatan nilai keterampilan
proses
pembelajaran
IPA
materi
sifat-sifat
cahaya
dapat
digambarkan dalam bentuk grafik pada gambar 4.7 berikut: prasiklus
Siklus I
Siklus II 85%
Nilai / Persentase
90 80 70
61%
60 50 40 30 20
11%
10 0 Pelaksanaan Tindakan
Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Nilai Penguasaan Keterampilan Proses Dari gambar 4.7 terlihat bahwa perbandingan penguasaan Keterampilan Proses pra siklus ketuntasan sebesar 11% kemudian pada siklus I ketuntasan belajar meningkat sebesar 61%, dan pada siklus II ketuntasan belajar meningkat lagi menjadi sebesar 85%. D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian hambatan-hambatan yang ditemui pada masing-masing siklus berbeda-beda, diantaranya: hambatan yang dijumpai pada siklus I yakni daya tarik media masih kurang menyebabkan siswa kurang mampu memanfaatkan, materi yang masih dirasa membingungkan oleh sebagian siswa, kurang aktifnya siswa dalam berdiskusi, serta masih barunya pendekatan pembelajaran yang digunakan, sehingga membuat siswa belum terbiasa dan kurang maksimal dalam menyerap materi. Upaya untuk mengatasi hambatan yang ada pada siklus I yang disempurnakan pada siklus II yakni perbaikan media
82
dengan menggunakan media yang lebih nyata berupa cermin cekung dan cermin cembung sehingga lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Selain itu, juga dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan inkuiri yaitu dengan memberikan LKS kepada setiap siswa saat melaksanakan percobaan sehingga siswa akan lebih aktif. Dan dengan memanfaatkan kontribusi siswa, peran aktif siswa dan kerjasama antarsiswa menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menarik. Hal ini menjadikan pembelajaran pada siklus II sudah berhasil sehingga tidak ada hambatan yang berarti. Dengan dilakukan perbaikan-perbaikan tersebut ternyata bisa mengatasi kendala yang terjadi pada siklus I dan dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru kelas (lihat lampiran 1) pembelajaran yang sudah diterapkan sebelum dilaksanakan tindakan yaitu pembelajaran kurang mengaktifkan siswa serta belum mengembangkan keterampilan proses. Hal itu dikarenakan guru masih bersifat konvensional dalam pembelajaran, minimnya peran aktif dan rendahnya pemanfaatan pengalaman siswa serta kurangnya latihan melakukan percobaan untuk menemukan atau membuktikan suatu ilmu pengetahuan. Sedangkan hasil wawancara setelah menerapkan Pendekatan Inkuiri (lihat lampiran 32) dalam pembelajaran IPA terbukti dapat meningkatkan keterampilan proses siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan. Hal itu dikarenakan penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, kontribusi siswa, peran aktif siswa dan memberikan kemudahan untuk menguasai materi karena siswa dapat menemukan sendiri ilmu pengetahuannya sehingga pembelajaran lebih bermakna. Mengingat banyaknya kelebihan yang dimiliki dalam penerapan pendekatan inkuiri, maka kendalakendala dalam pelaksanaan pembelajaran menjadi tidak begitu berarti. Dengan demikian, bisa diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar, yakni dengan penerapan Pendekatan Inkuiri melibatkan peran aktif siswa dan siswa memperoleh sendiri Ilmu Pengetahuannya yang menjadikan pembelajaran semakin bermakna dan menyenangkan.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus yang tiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan untuk meningkatakan Keterampilan Proses dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran IPA pokok bahasan Sifat-sifat Cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan Keterampilan Proses pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai penguasaan keterampilan proses pada setiap siklus, yaitu pada tindakan prasiklus siswa belum ada yang menguasai kererampilan proses, siklus I nilai rata-rata penguasaan siswa sebesar 7 dan siklus II nilai rata-rata penguasaan siswa sebesar 7,6. Tingkat ketuntasan penguasaan keterampilan proses pada pra siklus belum ada yang mnguasai. Pada siklus I sebanyak 16 siswa atau 61%. Sedangkan pada siklus II sebanyak 22 siswa atau 85%. Dengan demikian, secara klasikal pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar yang ditargetkan. Dan hipotesis yang berbunyi: “Penerapan pendekatan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan proses pembelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu tahun ajaran 2011/2012” terbukti.
B. Implikasi Prosedur dan pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini didasarkan dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus, dimana model siklus yang telah dilaksanakan sebanyak dua siklus. Dalam setiap pelaksanaan siklus ada dua pertemuan yang masing-masing pertemuan terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum 83
84 melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II. Pemberian tindakan dari siklus I mendeskripsikan bahwa dari hasil refleksi masih terdapat kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan tersebut dapat diperbaiki pada pelaksanaan tindakan pada siklus selanjutnya, yakni pada siklus II. Dari tahap perencanaan hingga tahap refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan, keterampilan proses pembelajaran IPA dari siklus I hingga siklus II. Penelitian ini juga memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari guru maupun siswa. Di samping itu juga dipengaruhi oleh strategi/pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Faktor dari guru meliputi kemampuan guru dalam mengembangkan dan menyampaikan materi, keterampilan guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran, serta kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan media sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka implikasi yang didapat dari penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan Keterampilan Proses pembelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD Negeri 01 Gedongan. Hasil penelitian tersebut dapat ditinjau dari hal-hal berikut. Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat menerapkan pendekatan inkuiri dan menggunakan media pembelajaran yang tepat agar siswa mampu menguasai keterampilan proses pembelajaran IPA materi sifatsifat cahaya dalam pembelajaran dengan baik. Pembelajaran dengan
85 menerapkan Pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan penguasaan Keterampilan proses, karena penerapan Pendekatan Inkuiri dalam pembelajarannya melatih siswa melakukan suatu proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan suatu fenomena, model pembelajaran ini mengajak siswa untuk melakukan hal yang serupa seperti para ilmuan dalam usaha untuk mengorganisasi pengetahuan yang
diperolahnya
sehingga
pembelajaran
semakin
bermakna
dan
menyenangkan, dan aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan. Di dalam proses pembelajaran, pemberian motivasi dan penguatan positif pada siswa juga sangat penting. Pemberian motivasi dapat merangsang antusiasme belajar siswa, sehingga siswa mempunyai keinginan untuk belajar dan aktif dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang proses pembelajaran. Motivasi dapat ditanamkan pada diri siswa dengan memberikan latihan-latihan, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan memberikan penguatan yang positif terhadap keberhasilan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan guru untuk memilih strategi atau pendekatan pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehubungan dengan tujuan yang harus dicapai oleh siswa SD Negeri 01 Gedongan, Colomadu, Karanganyar. Berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah sejenis yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPA, salah satunya penyelesainnya adalah dengan pendekatan pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri. Oleh karena itu, semua aspek baik dari guru maupun siswa harus diperhatikan agar mendukung keberhasilan suatu pembelajaran, khususnya pembelajaran IPA.
86 C. Saran Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan penguasaan Keterampilan Proses pada pembelajaran IPA, khususnya materi Sifatsifat cahaya, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Siswa harus lebih aktif, kreatif, ulet, disiplin dan meningkatkan kontribusi
serta
keberanian
menyampaikan
pendapat
dalam
proses
pembelajaran untuk menemukan pengetahuan, menambah pengetahuan, dan penguasaan keterampilan. Selain itu, siswa juga diharapkan mampu memanfaatkan realitas/pengalaman sehari-harinya sehingga menjadikan pembelajaran semakin bermakna dan menyenangkan. 2. Bagi Guru a.
Dalam penyampaian materi guru hendaknya memperhatikan dan menggunakan strategi/pendekatan pembelajaran yang sesuai, sehingga siswa dapat menggunakan pengalaman sehari-harinya dengan tujuan lebih menguasai konsep, dan mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi.
b.
Guru hendaknya berusaha meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam merancang proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran
yang
proses
pembelajarannya
sudah
baik
maka
hasilnyapun juga akan baik dan sebaliknya jika proses pembelajarannya kurang baik maka hasil dari pembelajaran itu bisa dipastikan juga kurang baik. c.
Guru sebaiknya mengupayakan tindak lanjut terhadap pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Penerapan Pendekatan Inkuiri dapat megembangkan aspek kognitif,
afektif,
dan
psikomotor
secara
seimbang,
sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. Sehingga berkembangnya Pendekatan Inkuiri sangatlah diharapkan.
87 3. Bagi Sekolah Sekolah sebaiknya meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya dengan mengadakan pelatihan bagi guru agar dapat menerapkan Pendekatan Inkuiri. Kualitas tenaga pendidik yang lebih baik akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran, karena pastinya akan terdapat inovasi dan variasi dalam penerapan strategi/pendekatan pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.