PERBEDAAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET TENTANG PENYEBAB DERMATITIS DAN PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA PROSES FINISHING MEBEL KAYU DI CIPUTAT TIMUR TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh: NUR’AZIZATURRAHMAH 109101000011
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M / 1434 H
i
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Skripsi, November 2013 Nur’Azizaturrahmah, NIM. 109101000011 PERBEDAAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET TENTANG PENYEBAB DERMATITIS DAN PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA PROSES FINISHING MEBEL KAYU DI CIPUTAT TIMUR TAHUN 2013 xxiii + 101 Halaman, 7 Tabel, 2 Gambar, 3 Bagan, 3 Grafik, 7 Lampiran ABSTRAK Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk suatu perilaku seseorang (overt behaviour). Berdasarkan studi pendahuluan pekerja proses finishing mebel kayu memiliki pengetahuan yang minim tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya yang mengakibatkan 33 pekerja dari 82 pekerja mengalami dermatitis kontak. Untuk itu perlu dilakukannya suatu langkah intervensi dengan promosi kesehatan berupa penyuluhan dengan media leaflet untuk dapat meningkatkan informasi dan pengetahuan mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya agar mengurangi angka kejadian dermatitis pada pekerja finishing mebel kayu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi kuasi eksperimen. Sampel dalam penelitian ini adalah 70 Pekerja pada proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur Tahun 2013. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu 35 responden menjadi kelompok kontrol dan 35 responden menjadi kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol diberikan penyuluhan mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya, sedangkan kelompok intervensi diberikan penyuluhan dengan media leaflet mengenai Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner dan data sekunder diperoleh melalui referensi- referensi lainnya. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata perubahan skor pengetahuan pada kelompok intervensi lebih besar dari pada kelompok kontrol bahwa terdapat perbedaan rata- rata skor pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dapat perbedaan skor pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi Diharapkan memberi waktu minimal seminggu untuk mengukur pengetahuan pekerja serta diharapkan pada penelitian selanjutnya melakukan sampai melihat perubahan sikap seseorang setelah diberikan penyuluhan dengan media leaflet. Kata Kunci : Media Leaflet, Perbedaan Pengetahuan, Dermatitis Kontak, Finishing Kayu Daftar Bacaan : 61 (1956-2012)
iii
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH SPECIALISATION OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Undergraduated, November 2013 Nur'Azizaturrahmah, NIM. 109101000029 KNOWLEDGE DIFFERENCES BETWEEN BEFORE AND AFTER INTERVENTION USING MEDIA LEAFLET ABOUT CAUSES DERMATITIS AND PREVENTION ON FINISHING PROCESS WORKERS OF WOOD FURNITURE AT EAST CIPUTAT IN 2013 xxiii + 101 Pages, 7 Tables, 2 Images, 3 Chart, 3 Graphs, 7 Attachments ABSTRACT Knowledge is Domain very important in shaping a person's behavior (overt behavior). Based on a preliminary study of the process of finishing wood furniture workers have minimal knowledge about the causes and prevention of dermatitis resulting in 33 workers of 82 workers with contact dermatitis. It is necessary to do an intervention with health promotion measures in the form of counseling with a leaflet to improve information and knowledge about the causes of dermatitis and its prevention in order to reduce the incidence of dermatitis in workers finishing wood furniture. This research is a quantitative quasi-experimental study design. The samples in this study were 70 workers in the process of finishing wood furniture in East Ciputat in 2013. Samples were divided into two groups: 35 responders into a control group and 35 responders to intervention. In the control group was given counseling about the causes and prevention of dermatitis, whereas the intervention group with a leaflet giving information about Dermatitis Causes and Prevention. The data used is primary data obtained through interviews with questionnaires and secondary data obtained through other references. The survey results revealed that the average change in knowledge scores in the intervention group were greater than in the control group that there are differences in the average score of knowledge about the causes and prevention of dermatitis before and after the intervention in the intervention group, whereas in the control group could not score difference of knowledge about the causes and prevention of dermatitis before and after intervention It is expected to give at least a week to measure knowledge worker and is expected to do further research to see change in one's attitude after leaflets giving information to the media. Keyword Reading List
: Leaflet Media, Knowledge Difference, Contact Dermatitis, Wood Finishing : 61 (1956-2012)
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nur’Azizaturrahmah
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 11 Maret 1992 Alamat
: Pamulang 2 E 69/ 18 . Pamulang- Tangerang Selatan 15416
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status Materital
: Belum Menikah
Telp/Hp
: 087885051737
Golongan Darah
: O
Email
:
[email protected] [email protected]
Riwayat Pendidikan Formal 1997 – 2003
: SD Waskito 4, Pamulang
2003 – 2006
: SMP Daar El- Qolam, Tangerang
2006 – 2009
: SMA Daar El- Qolam, Tangerang
2009 – sekarang
: S-1 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku YANG SELALU MENCINTAIKU DAN MENDUKUNGKU SETIAP HARINYA serta rekan-rekan yang mencintai ilmu dan mengamalkannya
viii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim…. Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam yang selalu tercurahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW dan para sahabat- sahabatnya. Berkat Rahmat Allah SWT dan dorongan keinginan yang kuat, sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul " Perbedaan Pengetahuan Antara Sebelum Dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet Tentang
Penyebab
Dermatitis Dan Pencegahannya Pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu Di Ciputat Timur Tahun 2013” dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini banyak kesulitan yang dihadapi, tapi dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. ; selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Ir. Febrianti MSi ; selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
3. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Pertama, dan sebagai penanggung jawab peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang tiada henti selalu sabar dan selalu memberikan arahan, bimbingan dan masukan yang berarti bagi penulis selama dan sesudah penyusunan skripsi ini, terima kasih banyak sebelumnya ibuu kuuu tercinta sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Dr. H. Arif Sumantri SKM. MKes ; selaku Dosen Pembimbing Kedua, terima kasih bapak atas bimbingan, saran-saran, arahan, motivasi, dan doa yang selalu ada selama penyusunan skripsi. 5. Ibu Fase Badriah, Ph.D, Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM, Ibu Rostini, MKM, selaku penguji sidang skripsi, terima kasih ibu atas bimbingan, arahan serta kesediaan untuk memberikan waktu konsultasi selama penyusunan skripsi. 6. Ibu Raihana Nadra Alkaff dan Ibu Catur Rosidati, selaku dosen pembimbingnya Henny dan Ipeh, Terima kasih ibu atas bimbingan, arahan dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk para Dosen Tamu terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan. 8. Para pekerja proses finishing mebel kayu di wilayah Ciputat Timur terimakasih atas kerjasamanya dalam proses pengumpulan data dan proses pemberian materi intervensi penyuluhan melalui media Leaflet.
x
Selain itu dengan segala kerendahan hati penulis juga bermaksud mengucapkan Special Thanks To : 1. Ayah dan Mamah yang selalu mengingatkan, memberikan dukungan, serta kasih sayang yang tiada batas yang mereka berikan kepada saya. Untuk cepat- cepat menyelesaikan skripsi ini. Love you mamah ayahhhh. 2. Buat adekku yang tersayang dan satu- satunya bagi penulis, terima kasih M. Nur Arsyad Ell Hajj yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepadaku, dan yang selalu memberikan senyuman. Buat kak Ahmad Nur Wahid yang rela mendoakan ku dari surga agar aku cepet menyelesaikan skripsi ini, makasih kakak walaupun aku belum pernah melihat dirimu. 3. Sahabat2 benkyu tersayang : Denisa, Nia, Seno Bayu, Ubay, Ersa, Muhfil, Ana yang selalu ada bagi VJ dalam suka maupun duka dan sering memberikan motivasi dan dukungan yang sama- sama berjuang untuk mendapatkan gelar SKM. Love Youu. 4. Temen- temen K3 2009, satu perjuangan dalam meraih SKM (Diana, Amel, Reza, Desi, Defri, Dio, Sandi, Novan, Sca, Lina) atas semangat juangnya untuk selalu kompak, semoga kita bisa lulus dan wisuda sama- sama yah teman. Amien 5. Temen- temen satu penelitian Bu Iting : Henny dan Ipeh yang selalu sharing bareng- bareng dalam penyusunan laporan skripsi ini. Yang selalu barengbareng jika bimbingan ke Bu Iting, Bu Raihana, Bu Catur, dan Pak Arif. Kita harus bisa Sidang Skripsi bulan November ini yah. ( Keep Fighting, We Can DO IT ).
xi
6. Fadil dan Henny Sholatia makasih buat waktunya yang rela membantu VJ dalam menyusun skripsi ini. 7. Bapak Ahmad Ghozali yang telah membantu administrasi mahasiswa Kesmas dari awal hingga akhir perkuliahan 8. Kak Nur Najmi 2007, Kak Septi, Kak Ida yang sedikit banyak direpotkan untuk penelitian ini, seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
Terima kasih atas segala bantuan dalam bentuk apapun. Semoga bantuan, petunjuk, bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, meskipun demikian semoga masih dapat memberikan sumbangan betapapun kecilnya kepada dunia ilmu pengetahuan, masyarakat dan penulis lain. Jakarta, Oktober 2013
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PERNYATAAN
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
v
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
viii
KATA PENGANTAR
ix
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR TABEL
xviii
DAFTAR GAMBAR
xx
DAFTAR BAGAN
xxi
DAFTAR GRAFIK
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
xxiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
5
1.3 Pertanyaan Penelitian
6
1.4 Tujuan
xiii
1.4.1. Tujuan Umum
7
1.4.2. Tujuan Khusus
7
1.5 Manfaat 1.5.1. Bagi Peneliti
8
1.5.2. Bagi Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu
8
1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN
8
1.6. Ruang Lingkup
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatitis Kontak
10
2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak
10
2.1.2. Penyebab Dermatitis Kontak
11
2.1.3. Pencegahan Dermatitis
12
2.2. Promosi Kesehatan
18
2.3. Pengetahuan
21
2.3.1. Definisi Pengetahuan
21
2.3.2. Tingkatan Pengetahuan
22
2.3.3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
24
2.4. Pendidikan Kesehatan
31
2.4.1. Definisi Pendidikan Kesehatan
31
2.4.2. Metode Pendidikan Kesehatan
31
2.4.3. Model Pendidikan Kesehatan
35
2.4.4. Penyuluhan Kesehatan Sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan
36
2.4.5. Media Pendidikan Kesehatan
39 xiv
2.4.5.1.Definisi Media Pendidikan Kesehatan
39
2.4.5.2.Fungsi Media Pendidikan Kesehatan
41
2.4.5.3.Macam- Macam Media Pendidikan Kesehatan
42
2.4.5.4.Pesan Dalam Media Pendidikan Kesehatan
45
2.4.6. Media Leaflet
46
2.5. Kerangka Teori
47
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep
51
3.2 Definisi Operasional
54
3.3 Hipotesis Penelitian
57
BAB IV METODELOGI PENELITIAN 4.1 Desain Studi
58
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
59
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
59
4.4 Instrumen Penelitian
61
4.5 Langkah- Langkah Kegiatan Penelitian
66
4.5.1. Persiapan Penelitian
66
4.5.2. Kegiatan Pemilihan Sampel Pada Kedua Kelompok
69
4.5.3. Kegiatan Pre Test
71
4.5.4. Kegiatan Penyuluhan
71
4.5.5. Kegiatan Post Test
72
4.6 Pengumpulan Data
72 xv
4.7 Pengolahan Data
73
4.8 Tekhnik Analisis Data
74
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1.Gambaran Lokasi Penelitian
76
5.2.Analisis Univariat
78
5.2.1. Gambaran Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya Sebelum diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet Pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
78
5.2.2. Gambaran Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya Sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet Pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
79
5.2.3. Sumber Informasi dan Hubungan Sosial 5.3.Analisis Bivariat
80 81
5.3.1. Perbedaan Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya sebelum dan sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet Pada Kelompok Intervensi Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
81
5.3.2. Perbedaan Pengetahuan Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya sebelum dan sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet Pada Kelompok Kontrol Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
xvi
83
BAB VI PEMBAHASAN 6.1.Keterbatasan Penelitian
85
6.2. Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Sebelum Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pekerja Proses Finising Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
85
6.3.Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Sesudah Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pekerja Proses Finising Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
89
6.4.Perbedaan Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Sebelum dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada Pekerja Proses Finising Mebel Kayu antara Kelompok Intervensi dengan Kelompok Kontrol
94
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 1.1.Kesimpulan
99
1.2.Saran
100
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Definisi Operasional
54
Tabel 4.1. Materi Pada Media Leaflet
62
Tabel 4.2. Data yang di coding
73
Tabel 5.1. Gambaran Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya Sebelum diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
78
Tabel 5.2. Gambaran Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan Sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
80
Tabel 5.3. Perbedaan Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya Sebelum dan Seduah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet pada Kelompok Intervensi Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 Tabel 5.4. Perbedaan Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya Sebelum dan Seduah diberi Intervensi Penyuluhan
xviii
82
dengan Media Leaflet pada Kelompok Kontrol Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013
xix
83
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Langkah Cuci Tangan
17
Gambar 2.2. Kerucut Edgar Dale
40
xx
DAFTAR BAGAN Bagan 2.1. Teori Perilaku Lawrence Green dalam Notoatmodjo
48
Bagan 2.2. Kerangka Teori
50
Bagan 3.1. Kerangka Konsep
51
xxi
DAFTAR GRAFIK Grafik 6.1. Skor Pre Test dan Post Test pada Kelompok Intervensi
90
Grafik 6.2. Skor Pre Test dan Post Test pada Kelompok Kontrol
92
Grafik 6.3. Mean Skor Pengetahuan
95
xxii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Kuesioner Pre Test dan Post Test
Lampiran 2
Kuesioner Sumber Informasi dan Hubungan Sosial
Lampiran 3
Uji Rekap Media
Lampiran 4
Hasil Uji Rekap Media
Lampiran 5
Leaflet Sebelum Uji Rekap Media
Lampiran 6
Leaflet Sesudah Uji Rekap Media
Lampiran 7
Output Penelitian
xxiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dermatitis kontak merupakan penyakit akibat kerja yang paling sering ditemukan di tempat Kerja. Sekitar 40% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit dermatitis kontak (Afifah, 2012). Dermatitis kontak adalah dermatitis yang di sebabkan oleh bahan dan substansi yang menempel pada kulit. Biasanya penyakit ini ditandai dengan peradangan kulit polimorfik yang mempunyai ciri – ciri yang luas, meliputi : rasa gatal, eritema (kemerahan), endema (bengkak), papul (tonjolan padat diameter kurang dari 55mm), vesikel (tonjolan berisi cairan diameter lebih dari 55mm), crust dan skuama (Freedberg, 2003). Menurut Fregert (1988), beberapa pekerjaan yang mempunyai risiko terjadi dermatitis kontak adalah petani, industri mebel dan petukangan kayu, pekerja bangunan, tukang las dan cat, salon dan potong rambut, tukang cuci, serta industri tekstil. Kemudian referensi lain mengemukakan bahwa pekerjaan dengan risiko besar untuk terpapar bahan iritan yaitu pemborong, pekerja industri mebel, pekerja rumah sakit (perawat, cleaning services, tukang masak), penata rambut, pekerja industri kimia, pekerja logam, penanam bunga, dan pekerja di gedung (Perdoski, 2009). Survailance di Amerika menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis Kontak. Dermatitis kontak iritan menduduki urutan pertama dengan 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki urutan kedua dengan 14%-20%
1
2
(Taylor et al, 2008). Data dari United Stases Bureau of Labor Statistict Annual Survey of Occupational Injuries and Illnesses pada tahun 1988, didapatkan 24 % kasus penyakit akibat kerja adalah kelainan atau penyakit kulit. Data di Inggris menunjukan bahwa dari 1,29 kasus/1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 95 % merupakan dermatitis kontak (Djunaedi dan Lokananta, 2003 dalam Suryani 2011 ). Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Menurut Perdoski (2009) Sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit karena sebab lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi (Hudyono, 2002). Penelitian yang dilakukan pada pekerja penebang kayu di Palembang, 30% pekerja mengalami dermatitis kontak dan 11,8% pekerja perusahaan kayu lapis di Palembang menderita dermatitis kontak (Siregar, 1996). Laporan dari poliklinik perusahaan pembuatan triplek (plywood) di Kalimantan, menemukan 10% pekerjanya mengalami penyakit kulit akibat kerja. Sedangkan hasil penelitian Astono & Sudardja (2002) yang dilakukan pada pekerja industri plywood di Kalimantan Selatan, menemukan bahwa 35% (696 orang) dari 2000 sampel mengalami penyakit kulit, dan 21,3% (148 orang) diantaranya mengalami dermatitis kontak. Kejadian dermatitis kontak didukung oleh berbagai faktor-faktor yang mempengaruhinya (Ruhdiyat, 2006)
3
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afifah (2012) pada pekerja proses finishing mebel kayu Kecamatan Ciputat Timur didapatkan bahwa dari 82 pekerja yang menjadi sampel terbukti 33 pekerja yang mengalami dermatitis kontak dimana terdapat faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak adalah : usia (rata-rata 35 tahun), masa kerja (rata-rata 7 tahun atau lebih), riwayat atopi, dan riwayat penyakit kulit sebelumnya. Disamping itu, presentase personal hygiene yang buruk dan tidak menggunakan APD sarung tangan mencapai 100% menimbulkan kecurigaan bahwa kedua faktor ini lah yang justru berpengaruh besar terhadap kejadian dermatitis kontak. Hal ini dikarenakan bahan yang digunakan pada saat proses finishing yang berupa wood filler, wood stain, sanding sealer, thinner dan spirtus ini merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Untuk itu dianjurkan bagi pengelola mebel kayu menyediakan sarana dan prasarana personal hygiene yang sesuai dan terjangkau oleh pekerja saat bekerja, dan menerapkan aturan yang mengharuskan pekerja menjaga personal hygiene dengan baik, untuk menyediakan alat pelindung diri yang berupa sarung tangan vinyl dan neoprene untuk melindungi tangan pekerja saat kontak dengan bahan kimia. Sedangkan, bagi pekerja dianjurkan untuk menjaga personal hygiene yang baik dengan cara mencuci tangan secara benar setelah kontak dengan bahan kimia serta dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri yang berupa sarung tangan vinyl dan neoprene untuk melindungi tangan saat kontak dengan bahan kimia. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 13 pekerja proses finishing mebel kayu di Kecamatan Ciputat Timur, ditemukan bahwa sebanyak 85%
4
pekerja memiliki pengetahuan yang minim tentang dermatitis yaitu mulai dari bahaya penggunaan bahan tertentu, penyebab, gejala, dan pencegahan dermatitis kontak. Maka dari itu perlu dilakukannya suatu langkah intervensi dengan promosi kesehatan untuk dapat meningkatkan informasi dan pengetahuan bagi pekerja bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar untuk megurangi potensi penyebab dermatitis yang menempel pada kulit tangan setelah bekerja yang dapat menimbulkan penyakit dermatitis kontak bagi pekerja, agar mereka mampu mengatasi masalah dan memelihara kesehatan dirinya. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan pemberian media
leaflet. Metode ceramah dapat dipakai pada sasaran dengan
tingkat pendidikan rendah maupun tinggi, pada waktu penyuluhan dilakukan sasaran bisa berpartisipasi secara aktif dan memberikan umpan balik terhadap materi penyuluhan yang diberikan. Leaflet dipilih sebagai media karena mudah disimpan, ekonomis dan bisa berfungsi sebagai remainder bagi sasaran. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nafisa (2010) didapatkan nilai p value sebesar 0,001, karena nilai p value < 0,05, maka promosi kesehatan dengan media leaflet efektif dalam meningkatkan pengetahuan kelelahan kerja pada pekerja bagian pelipatan di PT. Karya Toha Putra Semarang. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui Perbedaan Pengetahuan Antara Sebelum Dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Menggunakan Media Leaflet Tentang
Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Pada Pekerja
Proses Finishing Mebel Kayu Di Ciputat Timur Tahun 2013. Sehingga kemudian dapat memberikan
masukan bagi pekerja untuk melakukan tindakan upaya
5
peningkatkan pengetahuan tentang tindakan preventif yang dilakukan dalam mencegah terjadinya penyakit kulit akibat kerja yaitu dermatitis kontak.
1.2.Rumusan Masalah Penyakit dermatitis terjadi pada pekerja proses finishing kayu yang umumnya kurang memperhatikan personal hygiene kesehatan dirinya sendiri, dermatitis yang terjadi pada pekerja proses finishing ini terjadi akibat bahan yang digunakan pada saat proses finishing mengenai kulit dan tidak dibersihkan dengan benar. Kejadian dermatitis kontak ini seharusnya dapat dicegah dengan pemakaian APD dan perilaku cuci tangan yang baik. Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan bahwa sebanyak 85% pekerja proses finishing kayu yang berada di wilayah kecamatan Ciputat Timur, diketahui bahwa semua pekerja tersebut tidak mengetahui bahwa semua bahan yang digunakan pada saat proses finishing tersebut berbahan kimia yang dapat membuat iritasi pada kulit dan dapat menimbulkan penyakit kulit atau dermatitis. Selain itu, semua pekerja juga tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja karena tidak disediakan oleh pemilik toko mebel. Hal ini diperparah dengan kebiasaan cuci tangan pekerja yang buruk. Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan bahwa sebanyak 85% pekerja proses finishing kayu, diketahui bahwa pekerja hanya mencuci tangannya sebelum atau setelah bekerja dan hanya mencuci tangannya dengan air saja, padahal sudah tersedia sabun di tempat kerjanya. Mereka mengetahui bahwa cuci tangan dengan air saja sudah cukup untuk membersihkan tangan mereka.
6
Hal tersebut terjadi karena pekerja memiliki pengetahuan yang minim tentang bahayanya bahan kimia yang digunakan pada proses Finishing, tentang penyakit dermatitis dan cara cuci tangan yang baik sebagai pencegahan dermatitis. Dari studi pendahuluan diketahui bahwa para pekerja tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang dermatitis dan pencegahannya. Jika keadaan ini dibiarkan terus maka pekerja akan selalu memiliki resiko yang tinggi terhadap kejadian dermatitis kontak. Pengetahuan mengenai bahaya bahan yang digunakan dan pencegahan dermatitis kontak dapat menjadikan pekerja sadar mengenai kesehatan mereka. Maka dari itu perlu dilakukannya suatu langkah intervensi
dengan promosi
kesehatan dengan pendidikan kesehatan untuk dapat meningkatkan informasi dan pengetahuan bagi pekerja bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar untuk megurangi potensi penyebab dermatitis yang menempel pada kulit tangan setelah bekerja yang dapat menimbulkan penyakit dermatitis kontak bagi pekerja, agar mereka mampu mengatasi masalah dan memelihara kesehatan dirinya. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan pemberian media leaflet terhadap perubahan pengetahuan pekerja tentang penyebab dermatitis kontak dan pencegahannya pada pekerja proses finishing mebel kayu di wilayah Ciputat Timur tahun 2013.
1.3.Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana
gambaran
pengetahuan
tentang
penyebab
dermatitis
dan
pencegahannya sebelum diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet
7
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013? 2. Bagaimana
gambaran
pengetahuan
tentang
penyebab
dermatitis
dan
pencegahannya sesudah diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013? 3. Apakah ada perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013?
1.4.Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur Tahun 2013. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013
8
2. Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sesudah diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013 3. Adanya perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan setelah diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013
1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Peneliti Dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari semasa kuliah dan mampu mengembangkan kemampuan dan kompetensi dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan efektivitas promosi kesehatan melalui media terhadap perubahan pengetahuan pekerja proses finishing mebel kayu tentang mencuci tangan yang baik dan benar 1.5.2. Bagi Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya peningkatkan pengetahuan tentang tindakan preventif yang dilakukan dalam mencegah terjadinya penyakit kulit akibat kerja yaitu dermatitis kontak 1.5.3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya
9
1.6.Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afifah (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur Tahun 2012. Dalam penelitian ini diketahui bahwa sampel yang bersedia untuk menjadi responden peneitian sebesar 82 pekerja, diantaranya yang terbukti mengalami dermatitis kontak sebesar 33 orang dari jumlah sampel yang bersedia, dari keseluruhan sampel yang di teliti mereka memiliki personal hygiene yang buruk, salah satunya adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi promosi kesehatan tentang cuci tangan yang baik kepada pekerja proses finishing mebel kayu tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2013. Lokasi penelitian ini adalah tempat pembuatan mebel kayu yang ada di wilayah kecamatan Ciputat Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur Tahun 2013. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi yag digunakan adalah Quasi- Experimental Design dengan bantuan istrumen penelitian berupa kuesioner dan media leaflet.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Dermatitis kontak 2.1.1. Definisi Dermatitis Kontak Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit (Djuanda, 2007). Menurut Firdaus (2003), Dermatitis kontak adalah respon dari kulit dalam bentuk peradangan yang dapat bersifat akut maupun kronik, karena paparan dari bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Sedangkan menurut Michael (2005), dermatitis kontak merupakan suatu respon inflamasi dari kulit terhadap antigen atau iritan yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa malu dan merupakan kelainan kulit yang paling sering pada para pekerja. Definisi lainnya pun diketahui bahwa dermatitis kontak merupakan inflamasi non-alergi pada kulit yang diakibatkan senyawa yang kontak dengan kulit tersebut (Hayakawa, 2000) dan sedangkan meurut Hudyono (2002), dermatitis kontak adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh bahan yang mengenai kulit, baik melalui mekanisme imunologik (melalui reaksi alergi), maupun non-imunologik (dermatitis kontak iritan). Dermatitis kontak merupakan peradangan kulit yang ditandai oleh eritema (kulit merah), edema (pembengkakan), serta rasa gatal dan panas di kulit yang biasanya terjadi di tangan, lengan bawah, atau wajah (Suma’mur, 1996).
10
11
Dermatitis kontak yang terjadi di tangan bersifat persistent atau menetap karena kondisi yang mengharuskan pekerja kontak langsung dengan bahan kimia. Untuk itu kondisi ini seharusnya para pekerja lebih bertindak hati-hati dalam melakukan aktivitas pekerjaannya. Pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebersihan perorangan (personal hygiene), pemakaian alat pelindung diri (APD), dan peningkatan pengetahuan pekerja dalam memelihara kesehatannya adalah sangat penting (Ernasari, 2012).
2.1.2. Penyebab Dermatitis Kontak Salah satu penyebab dari dermatitis kontak akibat kerja yaitu bahan kimia yang kontak dengan kulit saat melakukan pekerjaan. Dermatitis kontak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (Suma’mur, 1996): 1. Faktor fisik, seperti tekanan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari, sinar X, dan sinar lainnya 2. Bahan-bahan berasal dari tanaman, seperti daun, ranting, getah, akar, umbiumbian, bunga, buah, sayur, debu kayu, dan lainnya 3. Makhluk hidup, seperti bakteri, virus, jamur, serangga, cacing, dan kutu 4. Bahan-bahan kimia. Salah satunya bahan kimia yang dilakukan pada pekerja proses finishing mebel kayu adalah wood filler untuk pendempulan, wood stain untuk pewarnaan, sanding sealer untuk politur sebagai cat dasar, thinner dan spirtus sebagai bahan campuran, dan sanding melamic clear sebagai cat akhir untuk pengkilapan. Bahan dasar dari bahan-bahan tersebut adalah resin nitrosellulosa
12
(diasamkan dengan asam nitrat & asam sulfat), melamine (formaldehid & fenol), alkyd (glyserol &asam phtalat), shellac (kelenjar insekta) dan pigmen. Kemudian spirtus dan thinner yang digunakan sebagai bahan campuran mengandung methanol, xylen, toluene, butyl alcohol, butyl cellosove, isopropyl alcohol. Bahan-bahan tersebut seperti formaldehid, asam nitrat, asam sulfat, xylen, dan toluen merupakan bahan yang berbahaya pada kulit karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afifah pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2012 di dapatkan faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak adalah : usia (ratarata 35 tahun), masa kerja (rata-rata 7 tahun atau lebih), riwayat atopi, dan riwayat penyakit kulit sebelumnya. Pelaksanannya personal hygiene dan tidak memakai APD berupa sarung tangan ini, tidak menjadi variable yang diteliti oleh Afifah dikarenakan homogen, akan tetapi kedua variable ini sangat mempengaruhi untuk terjadinya kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses finishing mebel kayu ini.
2.1.3. Pencegahan Dermatitis Menurut Partogi 2008, Dermatitis kontak dapat dicegah dengan berbagai macam cara pencegahan sebelum dan sesudah bekerja. Berikut cara pencegahannya menggunakan :
13
1. Barrier creams Krim ini digunakan untuk mencegah atau mengurangi penetrasi dan absorbi zat iritan ke kulit, mencegah terjadinya lesi kulit atau efek pajanan ke dermis, barrier creams ini juga membentuk lapisan tipis film yang melindungi kuli. Biasanya krim ini dipakai untuk mencegah dan mengobati dermatitis kontak di lingkungan industri dan rumah. 2. Baju dan sarung tangan pelindung Sarung tangan memiliki efek protektif terhadap pajanan deterjen, baju pelindung juga mempunyai peranan penting sebagai pelindung tubuh di lingkungan industri. Akan tetapi perlu juga diingat bahwa baju ini dapat menangkap zat kimia yang kemungkinan membahayakan kulit untuk jangka waktu yang lebih lama dan meningkatkan kemungkinan terjadinya dermatitis. Juga perlu diperhatikan bahwa zat kimia dengan berat molekul rendah tetap dapat berpenetrasi menembus sarung tangan. Menurut Suma’mur (2009) hal yang perlu diperhatikan untuk pencegahan dermatitis yaitu masalah kebersihan perseorangan (personal hygiene) dan sanitasi lingkungan kerja serta pemeliharaan ketatarumahtanggan perusahaan yang baik. Kebersihan perseorangan misalnya cuci tangan, mandi sebelum pulang kerja, pakaian bersih dan berganti pakaian tiap hari, alat pelindung diri yang bersih dan lain-lain. Kebersihan lingkungan dan pemeliharaan ketatarumahtanggaan meliputi pembuangan air bekas dan sampah industri, pembersihan debu, penerapan proses produksi yang tidak menimbulkan
14
pencemaran udara dan juga permukaan, cara sehat dan selamat penimbunan dan penyimpanan barang dan lainnya. Terkait dengan penyakit dermatitis
yang terjadi pada pekerja proses
finishing mebel kayu Ciputat Timur yang sudah di teliti oleh Afifah ( 2012 ) bahwa pencegahan yang baik untuk dilakukan adalah : 1. Pemakaian Alat Pelindung Diri Berupa Sarung Tangan Alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh pekerja yang berada di area kerja yang berbahaya untuk melindungi para pekerja. APD yang digunakan untuk bahan kimia berbahaya umumnya adalah sarung tangan. Sarung tangan ini biasa disebut sebagai safety gloves yang bergungsi dalam melindungi kulit yang terpapar oleh bahan kimia. Untuk itu juga pula sarung tangan agar menjadi efektif, maka diperlukannya hal layak pakai, memberikan perlindungan pada tangan agar terbebas dari bahaya bahaya yang ada di pekerjaan, yang tidak mengganggu pada saat bekerja, serta praktis dan nyaman bila digunakan 2. Cara mencuci tangan yang baik dan benar Cuci tangan adalah salah satu cara pencegahan infeksi yang paling tua, paling sederhana, dan paling konsisten. Menurut Fewtrell ( 2005 ) dalam Humayda (2010 ) perilaku mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Sedangkan menurut
15
Depkes ( 2007 ), mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Mencuci tangan dengan air saja sudah sangat umum banyak dilakukan oleh masyarakat, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok dan bergerak dalam upaya melepasnya. Di dalam lemak dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah, tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan [ Fewtrell ( 2005 ) dalam Humayda (2010) ]. Seharusnya pada saat pelaksanaannya cuci tangan juga harus dilakukan dengan menggosok- gosokkan tangan sampai di sela- sela jari, ini berfungsi untuk memutuskan rantai penyakit dengan membunuh kuman- kuman yang ada di tangan yang bersamaan dengan air yang mengalir. Perlu diperhatikan pula air yang digunakan pada saat mencuci tangan ini haruslah mengalir, tidak harus mengalir dari keran, arti dari mengalir itu sendiri adalah air yang tidak diam pada satu wadah, dan juga perlu diperhatikan pada saat penggunaan air mengalir, gunakanlah air yang tidak berbau, yang tidak berwarna, yang tidak berasa. Cuci tangan yang baik dan benar ini memiliki tujuan dan manfaatnya, serta agar
16
kuman yang ada di tangan menjadi mati maka dilakukannya langkah- langkah mencuci tangan : a. Tujuan dan manfaat mencuci tangan Tujuan cuci tangan menurut Depkes ( 2007 ) adalah untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi atau membunuh jumlah mikroorganisme serta mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan. Manfaat dari mencuci tangan ini adalah memotong jalur penyebaran/ penyaluran kuman dan penyakit. b. Langkah- langkah mencuci tangan Langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar adalah sebagai berikut (WHO, 2005): 1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir dan gunakan sabun di bagian telapak tangan yang telah basah, ratakan dengan kedua telapak tangan. 2. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kanan dan tangan kiri. 3. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari tangan. 4. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci. 5. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya. 6. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya. 7. Setelah itu, bilas kedua tangan dengan air bersih dan mengalir. Lalu keringkan dengan lap tangan atau tisu.
17
8. Jangan menutup kran dengan tangan, tetapi gunakan siku atau tisu dan hindari menyentuh benda disekitarnya setelah mencuci tangan agar kuman yang terdapat di benda-benda tersebut tidak menempel di tangan.
Gambar 2.1 Langkah Cuci Tangan c. Waktu Cuci Tangan Mencuci tangan yang baik dan benar sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah beraktifitas. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan (WHO, 2005, Markkanen, 2004): a. Sebelum dan sesudah makan
18
b. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan, khususnya sebelum dan setelah memegang bahan mentah c. Sebelum dan sesudah mengiris sesuatu d. Setelah buang air besar dan buang air kecil e. Sebelum dan setelah bekerja f. Setelah bersentuhan dengan larutan atau zat kimia g. Saat berpindah proses kerja
2.2. Promosi Kesehatan Menurut Green (cit, Notoatmodjo, 2005) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Sedangkan menurut WHO, promosi kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan piagam (Ottawa Charter,1986) dalam (Notoatmodjo, 2007)., sebagai hasil rumusan konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa, Canada menyatakan bahwa :
19
“ Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment “. Dari kutipan diatas jelas dinyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Promosi kesehatan sebagai pendekatan kesehatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan perkataan lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan (faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri). Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, faktor penguat. a. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang, antara lain sikap, pengetahuan, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi, persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang untuk bertindak.
20
b. Faktor Pemungkin (Enabling factor)
Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, personalia sekolah, klinik atau sumber daya yang hampir sama. Ketersediaan sarana & prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat ini berupa :air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagaianya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, RS, Poliklinik, Posyandu, Polindes, Pos obat desa, Dokter/Bidan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana prasarana pendukung, misalnya : perilaku Pemeriksaan kehamilan, ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung/memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin. Hal ini meluaskan peran dari penyelenggarapenyelenggara kesehatan dengan mantap. Secara kebiasaan praktek dari penyelenggara- penyelenggara kesehatan untuk menyediakan informasi kepada masyarakat-masyarakat tentang permasalahan kesehatan yang tertentu.
Penyelenggara-penyelenggara
kesehatan
sering
kali
mengembangkan bahan-bahan (phamplets dan brosur-brosur, adakalanya video-video) dan menghamburkan mereka sepanjang suatu masyarakat sering kali di dalam sesi-sesi pendidikan kelompok kecil di dalam rumah
21
sakit,
tempat
kerja
dan
sekolah-sekolah,
atau
pada
masyarakat
menggolongkan pertemuan-pertemuan atau melalui belanja. c. Faktor Penguat (Reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien, penguat berasal dari perawat, dokter, pasien lain, keluarga. Apakah penguat itu positif atau negatif bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan. Misalnya pada pendidikan kesehatan sekolah di tingkat sekolah lanjutan tingkat atas, yang penguatnya datang dari teman sebaya, guru, pejabat sekolah. Penelitian tentang perilaku remaja menunjukkan bahwa perilaku penggunaan obat di kalangan remaja sangat dipengaruhi oleh dorongan teman-teman, terutama teman dekat.
2.3. Pengetahuan 2.3.1. Definisi Pengetahuan Menurut
Notoatmodjo
(2007),
pengetahuan
merupakan
kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
22
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007). Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa, dimulai pada domain pengetahuan (kognitif) ini, dalam arti subjek terlebih dahulu tahu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek. Seseorang mendapat pengetahuan melalui panca inderanya, dimana sebagian besar diperoleh melalui indera penglihatan (mata) yaitu sebesar 83% dan indera pendengar (telinga) yaitu sebesar 11%, sedangkan sisanya melalui indera perasa (lidah) 1%, indera peraba (kulit)
2%, dan indera penciuman
(hidung) 3% (Depkes RI, 2008, Notoatmodjo, 2003,).
2.3.2. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu (Efendi, 2009, Notoatmodjo, 2005, Bloom, 1956) : a. Tahu (know) Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
23
b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d. Analisis (analysis) Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang telah dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang
ada
dengan
cara
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, di mana penilaian berdasarkan pada kriteria yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.
24
2.3.3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor
yang mempengaruhi
pengetahuan sebagai berikut: 1. Umur Umur responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin bertambah usia semakin banyak pula pengetahuannya. Berdasarkan Soetjiningsih (2004) dalam Rosyari (2008), semakin bertambahnya umur seseorang semakin memahami dirinya dan dapat menerima informasi mengenai berbagai hal dari berbagai sumber. Asnita (2001) mengemukakan hasil penelitiannya tentang hubungan faktor sosio demografi dengan pengetahuan dan sikap tenaga kerja Indonesia tentang HIV/AIDS, bahwa terdapat hubungan bermakna secara statistik antara variabel umur dengan pengetahuan responden tentang HIV/AIDS dengan Pvalue = 0,001.
Pada orang dewasa, umur dikelompokkan menjadi (Hurlock, 1999): a. Dewasa awal (18-40 tahun) Pada masa dewasa awal individu mulai dapat merencanakan atau membuat hipotesis tentang masalah-masalah mereka, pemikiran lebih realistis, bertanggung jawab, menerima perbedaan pendapat, dan melibatkan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan
25
pengetahuan. Selain itu, kemampuan kognitif semakin meningkat pada dewasa awal ini. b. Dewasa Madya (41-60 tahun) Pada dewasa madya, kemampuan kognitif mengalami penurunan karena daya ingat yang menurun ketika informasi yang dicoba untuk diingat adalah informasi yang disimpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan. Daya ingat juga cenderung menurun untuk mengingat (recall) daripada untuk mengenali (recognize). c. Dewasa Akhir (61 tahun keatas) Pada masa ini, kemampuan kognitif semakin mengalami penurunan karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang. 2. Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat melalui kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik. Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal pengetahuan meningkat. Pendidikan memiliki peran penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik
26
(pelaku
pendidikan);
proses
(upaya
yang
direncanakan
untuk
mempengaruhi orang lain); dan output (meningkatnya pengetahuan sehingga melakukan apa yang diharapkan) (Notoatmodjo, 2003). Jika pendidikan rendah, maka pengetahuan tentang hidup sehat, kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan, makanan yang bergizi, cenderung kurang terutama kemampuan hidup sehat untuk dirinya sendiri (Resti, 2005) dalam (Nina, 2007 ). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang rendah cenderung mempunyai pengetahuan yang rendah pula. Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bentuk pendidikan dapat berupa: penyuluhan, ceramah, seminar, diskusi, pameran, iklaniklan yang bersifat mendidik, spanduk, billboard. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan mempengaruhi pengetahuan. Hasil penelitian Hariyanto (1997) dalam Rosyari (2008) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dan sikap terhadap penderita AIDS, membuktikan bahwa ternyata ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang penyakit AIDS dengan Pvalue = 0,0071. Begitu juga dengan hasil penelitian [Wirni (1997) dalam Rosyari (2008)], dalam penelitiannya yang berjudul pendidikan formal ibu balita dengan pengetahuan, sikap, praktek tentang penyakit Infeksi Cacing Usus (ICU) di RW 03, Kelurahan Pulo Gadung, Jakarta Timur tahun 1997, menunjukkan ada hubungan bermakna antara pendidikan formal dengan pengetahuan tentang ICU dengan Pvalue = 0,0003. Serta hasil penelitian
27
Salmah (1995) dalam Rosyari (2008) yang menunjukkan adanya perbedaan pengetahuan yang bermakna pada tingkat pendidikan ibu antara kelompok kartu berjodoh dengan kelompok lembar balik (Pvalue = 0,003). Tingkat pendidikan dapat dikategorikan menjadi (Wulan, 2010): a. Pendidikan dasar: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) b. Pendidikan menengah: Sekolah Menengah Atas (SMA) c. Pendidikan tinggi: Diploma, Sarjana, Magister, Doktor 3.
Sumber Informasi Menurut Notoatmodjo (2005), informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Selain itu informasi dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik, non-media seperti, keluarga, teman, tenaga kesehatan. Sumber informasi berhubungan dengan pengetahuan, baik dari orang maupun media (Notoatmodjo, 2003). Sarwono (1997) dalam Nina (2007 ) juga menekankan kalau sumber informasi dari orang itu mempengaruhi pengetahuan seseorang, yang dipengaruhi antara lain: masyarakat, baik teman bergaul maupun media.
Dalam proses
peningkatan pengetahuan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat
28
bantu. Fungsi media dalam pembentukan pengetahuan seseorang menyampaikan informasi atau pesan-pesan (Notoatmodjo, 2003). Beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan media dalam penyuluhan terbukti efektif meningkatkan pengetahuan seseorang terhadap materi penyuluhan. Berdasarkan penelitian Susilowati Herman yang berjudul “Pengaruh Leaflet dalam Pendidikan Gizi dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu” diperoleh hasil bahwa pengetahuan kelompok ibu yang mendapatkan intervensi penyuluhan menggunakan leaflet lebih baik dari kelompok ibu yang tidak mendapatkan intervensi (kelompok pembanding) (Herman, 1990). Hal ini sejalan dengan penelitian Supardi et al, bahwa penyuluhan obat dengan metode ceramah dan pemberian leaflet yang telah dikembangkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan secara bermakna dibandingkan dengan kelompok pembandingnya yang hanya mendapatkan penyuluhan dengan metode ceramah (Supardi et al, 2004) dalam Rosyari (2008). Berdasarkan Khomsan (2000), dalam ceramah pengenalan suatu inovasi, uraian panjang lebar dari penyuluh seringkali belum cukup membuat sasaran mengerti yang dimaksud oleh penyuluh. Baru setelah ditampilkan alat peraga baik berupa gambar, poster atau film, sasaran yang sudah mengenal sedikit menjadi lebih dan yang belum pernah mengenal sama sekali menjadi tahu dan dapat mereka-reka yang dimaksud.
29
4. Status ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder (Wulan, 2010). Status ekonomi ini dapat dilihat atau diukur dari penghasilan atau pendapatan per bulan. Penghasilan atau pendapatan dibagi atas 3 kelompok, yaitu (Maesaroh, 2009): a. Pendapatan rendah yaitu jika pendapatan rata-rata dibawah UMR (Upah Minimum Regional) per bulan b. Pendapatan sedang yaitu jika pendapatan rata-rata UMR per bulan c. Pendapatan tinggi yaitu jika pendapatan rata-rata lebih dari UMR per bulan Dari pengelompokkan penghasilan atau pendapatan per bulan tersebut, status ekonomi dapat dikelompokkan menjadi (Maesaroh, 2009): a. Status ekonomi atas yaitu yang termasuk kelompok pendapatan tinggi b. Status
ekonomi
menengah
yaitu
yang
termasuk
kelompok
pendapatan sedang c. Status ekonomi bawah yaitu yang termasuk kelompok pendapatan rendah
30
5. Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Hubungan sosial atau disebut juga dengan interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi, dan didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong (Saraswati, 2008). Hubungan sosial atau interaksi sosial juga didefinisikan sebagai suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah, atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi (Wulan, 2010). Hubungan sosial dapat diklasifikasikan menjadi (Saraswati, 2008): a. Hubungan sosial primer Hubungan sosial ini terjadi apabila orang yang berinteraksi bertatap muka secara langsung, misalnya kontak antara guru dan murid di kelas, atau pembicaraan ayah dan anak di ruang makan. b. Hubungan sosial sekunder Hubungan sosial sekunder terjadi bila interaksi berlangsung melalui suatu perantara atau media seperti telepon, sms, televisi, internet, facebook, dan media sosial lainnya.
31
2.4.Pendidikan Kesehatan 2.4.1 Definisi Pendidikan Kesehatan Menurut WHO, pendidikan kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, dan sosial, masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya,
dan
mampu
mengubah
atau
mengatasi
lingkungannya (Notoatmodjo, 2007). Pendidikan kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku berisiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku aman atau berisiko rendah (Depkes RI, 2004). Pendidikan kesehatan merupakan salah satu metode yang biasa digunakan dalam Promosi kesehatan yang penekanannya pada perubahan/ perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, dan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. dibawah ini menjelaskan tentang metode dan media yang membantu dalam proses pendidikan kesehatan.
2.4.2
Metode Pendidikan Kesehatan
Metode pendidikan kesehatan dibagi menjadi: 1. Metode pendidikan individual Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya
32
membina seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja memperoleh atau mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi, adalah pendekatan secara perorangan. Perorangan disini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut. Dasar digunakannya pendekatan ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini. Bentuk pendekatan ini, antara lain: bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling), wawancara (interview). 2. Metode pendidikan kelompok Harus diingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. Metode pendidikan kelompok dibagi menjadi: a. Kelompok besar Kelompok besar adalah apabila peserta promosi kesehatan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar yaitu ceramah dan seminar
33
b. Kelompok kecil Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain: 1) Diskusi kelompok Agar semua kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, formasi duduk peserta diatur sedemikian rupa agar dapat saling berhadapan satu sama lain. Pemimpin diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan pertanyaan untuk memulai diskusi terkait dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin diskusi harus mengarahkan dan mengatur jalannya diskusi agar semua orang dapat kesempatan berbicara dan tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta. 2) Curah pendapat (brain storming) Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaannya
pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah
dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh
34
siapapun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi. 3) Bola salju (snow balling) Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap-tiap pasang yang telah sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok. 4) Kelompok kecil (buzz group) Kelompok dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Kemudian masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan tersebut dan selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali serta disimpulkan. 5) Memainkan peranan (role play) Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu dan mereka memperagakan peran tersebut. 6) Permainan simulasi (simulation game) Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli.
35
3. Metode pendidikan massa Metode
pendidikan
mengkomunikasikan
(pendekatan)
pesan-pesan
kesehatan
massa
cocok
untuk
yang
ditujukan
kepada
masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku. Namun demikian bila kemudian dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku juga merupakan hal yang wajar. Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau melalui media massa. Metode yang cocok untuk pendekatan massa : ceramah umum ( public speaking ), pidato- pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media, simulasi, tulisan- tulidsan di majalah atau koran, billboard. (Notoatmodjo, 2007).
2.4.3. Model Pendidikan Kesehatan Upaya agar masyarakat berperilaku kesehatan melalui pendidikan kesehatan memang memiliki dampak yang lama terhadap timbulnya perubahan perilaku. Namun, bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, perilaku tersebut akan selamanya dilakukan (Notoatmodjo, 2007).
36
Dalam teori Benjamin Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori yang disebut dengan taksonomi pendidikan ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan (Bloom, 1956, Effendi, 2009).
2.4.4. Penyuluhan Kesehatan Sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan Salah satu kegiatan pendidikan kesehatan adalah pemberian informasi atau pesan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap seseorang tentang kesehatan melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri agar memudahkan terjadinya perilaku sehat (Notoatmodjo, 2005). Penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus, yang kemajuannya harus terus diamati terutama kepada mereka yang memberi penyuluhan. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Machfoed, 2007). Tujuan pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan adalah
37
perubahan perilaku dan meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup. Untuk meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan perubahan dengan memberikan pendidikan kesehatan. Sasaran penyuluhan kesehatan adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dijadikan subjek dan objek perubahan perilaku, sehingga diharapkan dapat memahami, menghayati dan mengaplikasikan pesan yang disampaikan dalam penyuluhan. Materi atau pesan yang akan disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan sasaran penyuluhan sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi atau pesan penyuluhan dapat disampaikan menggunakan media atau alat bantu pendidikan untuk membantu pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan serta untuk menarik perhatian sasaran pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Mengukur efektifitas penyuluhan memang tidak mudah, apalagi bila dihubungkan pada perubahan sikap dan perilaku sasaran penyuluhan. Penyuluhan yang efektif tergantung kepada penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan. Efektifitas suatu proses penyuluhan paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu (Suri, 2009): 1. Menimbulkan kesenangan Munculnya kesenangan pada awal komunikasi sangat berhubungan dengan materi pesan atau penyuluhan. Sasaran penyuluhan akan merasa senang terhadap proses penyuluhan apabila pesan atau materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan sasaran.
38
2. Menimbulkan hubungan sosial yang baik Pertemuan antara penyuluh dengan sasaran penyuluhan melibatkan perasaan senang atau tidak senang dan emosi. Oleh karena itu, dalam melaksanakan penyuluhan perlu terlebih dahulu menciptakan rasa senang dan persahabatan serta emosi yang dapat mendukung penerimaan inovasi baru. 3. Menimbulkan pengertian Dalam proses penyuluhan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menimbulkan pengertian pada sasaran penyuluhan, yaitu: a. Gunakan bahasa yang dimengerti oleh sasaran penyuluhan. b. Hindari penggunan istilah-istilah yang asing bagi sasaran penyuluhan. c. Bicaralah sesuatu yang bisa dimengerti oleh kemampuan berpikir sasaran, yaitu hal-hal yang bersifat konkrit dan observable (dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan). d. Kemukakan materi penyuluhan secara singkat, jelas, terfokus, dan terukur pencapaiannya. 4. Menimbulkan pengaruh pada sikap Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu dan bertindak atas dasar interpretasi yang telah diciptakannya. Untuk dapat menimbulkaan perubahan pada sikap diperlukan proses penyuluhan yang lama dan intensif. 5. Menimbulkan tindakan Menimbulkan tindakan yang sesuai dengan materi penyuluhan memerlukan pemantauan dari penyuluh, bukan hanya pada penerimaan materi penyuluhan
39
oleh sasaran tetapi yang lebih penting adalah evaluasi diri terhadap apa yang dilakukan penyuluh dalam memberikan penyuluhan mulai dari proses menciptakan kesenangan, pengertian, dan proses perubahan pada sikap.
2.4.5. Media Pendidikan Kesehatan 2.4.5.1. Definisi Media Pendidikan Kesehatan Media adalah alat menyampaikan bahan
yang digunakan oleh
pendidik dalam
pendidikan ataupun pengajaran.
Media
penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan media pengajaran, yakni ( Rosyari, 2008 ): 1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. 2. Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau
didengar. 3. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar. 4. Media pengajaran harus sesuai dengan kondisi individu siswa.
40
5. Media pengajaran tersebut merupakan perantara (medium) dalam
proses pembelajaran siswa. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam media atau alat bantu pendidikan di dalam proses pendidikannya. Masing-masing media tersebut mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran. Edgar Dale membagi alat bantu atau media promosi kesehatan menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap alat-alat tersebut dalam sebuah kerucut (Nototmodjo, 2007).
1
1. Kata-kata 2. Tulisan 3. Rekaman, Radio 4. Film 5. Televisi 6. Pameran 7. Field trip 8. Demonstrasi 9. Sandiwara 10. Benda tiruan 11. Benda asli
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Gambar 2.2 Kerucut Pembelajaran Edgar Dale Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini
41
menunjukkan bahwa dalam proses pendidikan benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran, sedangkan penyampaian bahan-bahan hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya paling rendah.
2.4.5.2. Fungsi Media Pendidikan Kesehatan Pada dasarrnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi anak terhadap materi pembelajaran (Usman, 2002). Penelitian di bidang pendidikan menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan alat peraga. Pada saat ini media pendidikan mempunyai fungsi : 1. Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru. 2. Memberikan pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi konkrit). 3. Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan).
42
4. Semua indera murid dapat diaktifkan. Kelemahan satu indera dapat diimbangi oleh kekuatan indera lainnya. 5. Lebih menarik perhatian. 6. Dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya (Usman, 2002).
2.4.5.3. Macam-Macam Media Pendidikan Kesehatan Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan, media dibedakan menjadi tiga, yaitu (Machfoedz, 2007, Notoatmodjo, 2007, Depkes RI, 2004). 1. Menurut bentuk umum penggunaannya Penggolongan media penyuluhan berdasarkan penggunaannya, dapat dibedakan menjadi: a.
Bahan bacaan: modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah, dan lain sebagainya.
b. Bahan peragaan: poster tungal, poster seri. 2. Menurut cara produksi Berdasarkan cara produksi, media penyuluhan dapat dikelompokkan menjadi beberapa, yaitu: a. Media cetak Media ini mengutamakan pesan-pesan visual dan untuk menyampaikan pesan- pesan kesehatan yang sangat bervariasi, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah:
43
1. Booklet : media untuk menyampaikan pesan- pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar. 2. Leaflet : bentuk penyampaian informasi disampaikan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasinya bisa dalam bentuk kalimat, gambar, maupun kombinasi keduanya. 3. Flyer ( selebaran ) : sama seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan 4. Flip chart ( lembar balik ) penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar halamannya berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut. 5. Rubric atau tulisan- tulisan pada surat kabar atau majalah yang berkaitan dengan kesehatan 6. Poster : media cetak berisi pesan- pesan informasi kesehatan yang biasanya di tempel di tembok- tembok, di tempat- tempat umum atau di kendaraan umum. 7. Foto yang mengungkapkan informasi- informasi kesehatan Ada beberapa kelebihan media cetak ini antara lain: tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Tetapi media ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara, dan mudah terlipat.
44
b. Media elektronika Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah: televisi, radio, film, video film, CD dan VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronik ini juga memiliki kelebihan antara lain: lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan diulang-ulang, serta jangkauannya relatif besar. Selain itu pula keuntungan penyuluhan dengan media film dan video adalah dapat memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan pikiran sasaran, dapat memacu diskusi mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif kecil dan sedang, dapat dipakai untuk belajar mandiri dan penyesuaian oleh sasaran, dapat dihentikan ataupun dihidupkan kembali, serta setiap episode yang dianggap penting dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap. Kelemahan dari media ini adalah: biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat, perlu persiapan, perlu penyimpanan dan perlu keterampilan untuk mengoperasikannya. c.
Media luar ruang Media ini menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik, misalnya: papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka,
45
mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini antara lain: biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat, perlu persiapan, perlu penyimpanan dan perlu keterampilan untuk mengoperasikannya.
2.4.5.4. Pesan dalam Media Pendidikan Kesehatan Menurut Depkes RI (2004), Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut: a. Perhatian dalam memerintah Kembangkan suatu ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut. b. Pesan yang jelas , mudah dipahami dan sederhana Pesan haruslah mudah, sederhana, dan jelas. Pesan yang efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Bila pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal. c. Pesan yang dimuat haruslah terpecaya Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Seperti masyarakat percaya cuci tangan menggunakan sabun dapat mencegah
46
penyakit diare, dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat di daerah tempat tinggalnya. d. Menghasilkan Manfaat Pesan yang dimuat haruslah menghasilkan suatu pesan yang dapat menguntungkan bagi seseorang, sehingga hasil pesan diharapkan akan memberikan manfaat. Misalnya khalayak sasaran termotivasi membuat jamban, karena mereka akan memperoleh keuntungan di mana anaknya tidak terkena penyakit diare. e. Konsisten Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama di media apapun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama jangan sampai maknanya berbeda. f. Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektf tidak hanya sekedar memberi alasan teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata. g. Pesan yang ada di dalam media lebih mendorong untuk mengajak agar kita ikut melakukan sesuatu. 2.4.6. Media Leaflet Menurut Suraya 2011, Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Adapun keuntungan menggunakan leaflet antara lain sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat. Sasaran dapat melihat isinya di saat santai dan sangat ekonomis. Berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh
47
anggota kelompok sasaran sehingga bisa didiskusikan dan dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran. Media Leaflet ini memiliki keunggulan yaitu sederhana dan murah, serta orang yang membacanya pada saat santai sehingga para pembacanya dapat menyesuaikan dan belajar mandiri. Ketika kita membuat leaflet, banyak yang harus kita perhatikan dalam pembuatannya, seperti ( Depkes RI, 2004 ) 1) Tentukan kelompok sasaran yang ingin dicapai 2) Tuliskan apa tujuannya 3) Tentukan isi singkat hal-hal yang mau ditulis dalam leaflet 4) Kumpulkan tentang subyek yang akan disampaikan 5) Buat garis-garis besar cara penyajian pesan, termasuk didalamnya bagaimana bentuk tulisan gambar serta tata letaknya 6) Buatkan konsepnya
2.5. Kerangka Teori Dermatitis kontak yang banyak terjadi di industri disebabkan oleh penggunaan bahan kimia yang kontak langsung dengan kulit dan tidak dibersihkan dengan benar. Dermatitis kontak dapat dicegah dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri berupa sarung tangan dan juga perilaku cuci tangan yang baik dan benar. Menurut Lawrence Green dalam teori preceed, perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, salah satunya adalah faktor
48
pendorong (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors). Secara skematik teori preceed Lawrence Green ini dpat digambarkan seperti pada bagan 2.1 berikut : Bagan 2.1. Teori Perilaku Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) Faktor Pendorong a. b. c. d. e. f.
Pengetahuan Sikap Keyakinan Kepercayaan Nilai- nilai Tradisi Faktor Pemungkin
Sarana dan Prasarana yang tersedia
Perilaku Kesehatan
Faktor Penguat a. b. c. d.
Peraturan Tokoh masyarakat Tokoh agama Sikap dan perilaku petugas kesehaatan
Promosi kesehatan sebagai salah satu pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan, maka kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari beberapa faktor yang menentukan perilaku tersebut. Dengan kata lain, kegiatan promosi kesehatan harus disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri, salah satunya adalah faktor pendorong (enabling factors) yang
49
mempermudah terbentuknya perilaku seseorang, yang termasuk dalam faktor ini salah satunya adalah pengetahuan.Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai dengan pengetahuan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain umur, tingkat pendidikan, sumber informasi, dan hubungan sosial. Oleh karena itu, untuk mengubah perilaku penggunaan APD dan cuci tangan dilakukan upaya dalam proses pendidikan kesehatan berupa penyuluhan dan dibantu dengan media penyuluhan yang dipakai adalah leaflet dapat merubah pengetahuan seseorang agar lebih baik lagi dalam memperhatikan kesehatan dirinya sendiri.
50
Mengacu pada teori tersebut dan disesuaikan dengan tujuan penelitian maka kerangka teori dalam penelitian ini yaitu: Bagan 2.2. Kerangka Teori Modifikasi Teori Preceed Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarok (2007) Pendidikan Kesehatan
-
-
Metode Penyuluhan Seminar Diskusi kelompok Bermain peran
Faktor Pendorong (Predisposing Factors) -
Media Leaflet Lembar balik Poster Booklet Video Film
Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan: - Umur - Tingkat pendidikan - Sumber informasi - Hubungan sosial
Pengetahuan Sikap Keyakinan Kepercayaan Nilai-nilai Tradisi
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori taksonomi pendidikan Benjamin S Bloom (1956), serta disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan menggunakan media leaflet tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur Tahun 2013, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan pekerja proses Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet
finishing mebel kayu mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya
Sumber Informasi Hubungan Sosial
51
52
Berdasarkan kerangka konsep di atas, yang menjadi variabel dependen adalah pengetahuan pekerja proses finishing mebel kayu (selisih skor menjawab kuesioner sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan). Variabel independennya adalah intervensi penyuluhan dengan media leaflet dan variabel karakteristik invidu (umur, pendidikan, sumber informasi dan hubungan sosial) diduga sebagai variabel pengganggu yang untuk dikendalikan. Peningkatan pengetahuan dinilai berdasarkan hasil skor pre-test dan posttest pada dua kelompok pekerja proses finishing mebel kayu, yaitu kelompok yang diberi intervensi dengan metode ceramah terkait dermatitis dan pemberian media leaflet dan yang satu kelompok lagi diberi intervensi dengan media ceramah tidak terkait sama sekali tentang dermatitis dan tidak diberi media apapun. Sesudah diketahui hasil skor pre-test dan post-test sebelum dan sesudah penyuluhan, maka dapat diketahui selisih skor pengetahuan antara sebelum dan dan sesudah penyuluhan pada masing-masing kelompok, kemudian dibandingkan antara kedua kelompok tersebut. Selain itu juga dilihat berapa persentase pekerja proses finishing mebel kayu yang pengetahuannya berubah sesudah dilakukan penyuluhan dengan media leaflet dan yang satu tidak, kemudian dibandingkan antara kedua kelompok tersebut. Dalam penelitian ini hanya diteliti variabel pengetahuan (kognitif) saja, sedangkan variabel sikap (afektif) dan psikomotor (tindakan) tidak diteliti. Hal ini karena terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain pengetahuan (kognitif) ini, dalam arti subjek terlebih dahulu tahu terhadap
53
stimulus yang berupa materi atau objek. Dengan pengetahuan, seseorang dapat mempertimbangkan untuk bersikap dan bertindak.
54
3.2.Definisi Operasional No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
1.
Intervensi Penyuluhan
Perlakuan yang diberikan sebagai Wawancara
Kuesioner
1. Kelompok
upaya pendidikan tentang penyebab
mendapatkan
dermatitis
media leaflet.
dengan
dan
pencegahannya
menggunakan
alat
bantu
yang Ordinal intervensi
2. Kelompok kontrol (tidak
berupa media leaflet
mendapatkan
intervensi
media leaflet). 2.
Pengetahuan sebelum Tahu intervensi penyebab
atau
tidaknya
responden
tentang mengenai penyebab dermatitis dan dermatitis pencegahannya
dan pencegahannya
yang
dinilai
berdasarkan kemampuan menjawab dengan kuesioner
benar
pertanyaan
sebelum
pada
intervensi
Kuesioner
Soal pretest
Skor Nilai
Rasio
55
penyuluhan. 3.
Pengetahuan sesudah Tahu intervensi penyebab
atau
tidaknya
responden
Kuesioner
tentang mengenai penyebab dermatitis dan dermatitis pencegahannya
dan pencegahannya
yang
Soal post-
Skor Nilai
Rasio
test
dinilai
berdasarkan kemampuan menjawab dengan
benar
kuesioner
pertanyaan
pada
setelah
intervensi
memperoleh
pengetahuan
penyuluhan. 4
Sumber Informasi
Pernah
Kuesioner
mengenai penyebab dermatitis dan
Lembar Kuesioner
1. Pernah
Ordinal
2. Tidak Pernah
pencegahannya selain dari intervensi penyuluhan yang dilakukan peneliti
5
Hubungan Sosial
Hubungan antara responden dengan keluarga/teman/tetangga/internet
Kuesioner
Lembar Kuesioner
1. Ya 2. Tidak
Ordinal
56
sehingga terjadi pertukaran informasi mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya
57
3.3.Hipotesis Penelitian 1. Ada perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Studi Rancangan penelitian ini adalah suatu studi Nonequivalent Control Group Design. Nonequivalent Control Group Design adalah salah satu bentuk QuasiExperimental Design dengan 2 kelompok yang tidak dipilih secara random, kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono, 2008). Kemudian setelah penyuluhan kedua kelompok tersebut diberi post-test. Berdasarkan Sugiyono (2008), rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut : O1______________________(x)
02
O3______________________(-)
04
Keterangan : O1 = Pre-test pada kelompok 1
O2 = Post-test pada kelompok 1
O3 = Pre-test pada kelompok 2
O4 = Post-test pada kelompok 2
O1 dan O3 merupakan pengukuran pengetahuan awal (pre-test) yang dilakukan sebelum intervensi kepada kedua kelompok. Setelah itu diberikan intervensi berupa penyuluhan. (X) adalah intervensi yang dilakukan dengan metode ceramah terkait dermatitis dibantu dengan media leaflet, sedangkan (-) adalah
intervensi yang
dilakukan dengan metode ceramah yang tidak terkait sama sekali tentang dermatitis dan tidak diberi media leaflet. Kemudian dilakukan pengukuran pengetahuan akhir
58
59
(post-test) yang dilakukan setelah adanya intervensi. Sesudah diketahui hasil skor pre-test dan post-test sebelum dan sesudah intervensi, maka dapat diketahui selisih skor pengetahuan antara sebelum dan dan sesudah diberikan intervensi dengan metode ceramah pada masing-masing kelompok, kemudian dibandingkan antara kedua kelompok tersebut. Selain itu juga dilihat berapa persentase pekerja proses finishing mebel kayu yang pengetahuannya berubah sesudah dilakukan intervensi dengan metode ceramah terkait dermatitis dan pemberian media leaflet dan yang satu kelompok lagi diberi intervensi dengan media ceramah tidak terkait sama sekali tentang dermatitis dan tidak diberi media apapun, kemudian dibandingkan antara kedua kelompok tersebut. 4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Juni- Oktober tahun 2013 4.3.Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah 82 pekerja yang sudah terbukti mengalami dermatitis kontak pada penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan oleh Afifah pada tahun 2012. Untuk menjadi sampelnya semua populasi ini dibagi dua untuk menjadi sampel yang mendapatkan media leaflet dan yang satu tidak diberi media apapun.sampel yang dipilih memiliki Kriteria Inklusi sebagai berikut : 1. Pekerja finishing yang bersedia menjadi sampel 2. Pekerja finishing yang umurnya tergolong dewasa awal yaitu umur 18-40 tahun
60
3. Pekerja finishing yang memiliki pendidikan hanya sampai pendidikan dasar saja yaitu pendidikan SD- SMP Estimasi besar sampel untuk penelitian ini menggunakan rumus hipotesis untuk satu populasi sebagai berikut:
(
) (
)
Keterangan: n
: besar sampel : Standar Deviasi skor pengetahuan = 1,612 (Isnaini, dkk, 2011) : Rata-rata skor pengetahuan sebelum diberikan ceramah = 11 (Isnaini, dkk,
2011) : Rata-rata skor pengetahuan setelah diberikan pendidikan = 14 (Isnaini, dkk. 2011) Z 1-
: nilai Z pada derajat kemaknaan 5 % = 1,64
Z 1-
: Nilai Z pada kekuatan uji power 95% = 1,96
n
= 2.2,598544 [1,64+ 1,96]² (11-14)² = 67,35416 9 = 7,48
61
Berdasarkan perhitungan sampel di atas, jumlah sampel minimum yang diperoleh adalah sebanyak 7 orang untuk masing-masing kelompok (total sampel = 14 orang). Namun berdasarkan pertimbangan peneliti, untuk lebih menggambarkan hasil penelitian maka jumlah sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang mendapatkan intervensi dengan metode ceramah. Adapun total populasi pada pekerja proses finishing mebel kayu yang ada di Kecamatan Ciputat Timur sebanyak 82 orang, tetapi sampel yang dipilih untuk menjadi sampel ada 70 orang. 35 orang yang akan mendapatkan intervensi dengan metode ceramah terkait dermatitis dan pemberian media leaflet, dan 35 orang lainnya mendapatkan intervensi dengan metode ceramah tidak terkait sama sekali tentang dermatitis dan tidak ada pemberian media leaflet. 4.4.Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan berupa kuesioner pre- test dan post test. Dimana kuesioner pre- test dan post- test ini untuk melihat pengetahuan pekerja. Selain kuesioner, media leaflet juga merupakan instrument dalam penelitian yang berisi tentang penyakit dermatitis, bahan kimia yang digunakan dalam proses finishing kayu yang dapat menyebabkan dermatitis, sarung tangan yang digunakan dalam bekerja, pentingnya menggunakan sarung tangan, pengertian cuci tangan yang baik dan benar, langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar, manfaat mencuci tangan, dan waktu mencuci tangan. Sedangkan pada media leaflet, peneliti akan membagikan leaflet kepada peserta penyuluhan setelah diadakan pre- test atau sebelum kegiatan penyuluhan dimulai. Peserta diberi waktu 15 menit untuk membaca leaflet tersebut. Setelah itu,
62
peneliti akan menjelaskan isi leaflet tersebut kepada peserta penyuluhan. Leaflet akan diambil dari peserta
penyuluhan saat akan diadakan post-test dan akan
diberikann lagi setelah post-test selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari peserta mencontek pada leaflet saat mengerjakan soal post-test Tabel 4.1 Materi pada Media Leaflet No. Materi
Isi Materi
Keterangan
1.
1. Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit
Dermatitis
yang biasanya terdapat di tangan, lengan bawah, dan wajah 2. Gejala
Kulit merah, gatal, panas di kulit, pembengkakan,
permukaan
kulit
bergelembung berisi cairan 3. Penyebab
Penyebab dermatitis kontak di pekerja proses finishing kayu adalah bahan pendempul, bahan pengkilapan, cat kayu, dan cairan pernis yang digunakan pada saat proses finishing kayu yang mengenai kulit dan tidak dibersihkan dengan benar
4. Dampak
Dermatitis
dapat
menghambat
pekerjaan akibat rasa terbakar dan
63
panas di tangan sehingga meningkatkan hari tidak masuknya mengurangi
pekerja dan
penurunan
pendapatan
bagi pekerja 2.
Pencegahan dermatitis APD
1. APD yang Pada pabrik yang banyak bersentuhan digunakan
dengan
zat-zat
kimia
biasanya
menggunakan jenis sarung tangan yang terbuat dari karet dan tahan terhadap ancaman terkontaminsasi cairan yang berbahaya dan tidak boleh kendur Cuci tangan 1. Pengertian
Cuci tangan yang baik dan benar
yang
cuci
adalah aktivitas membersihkan bagian
tangan
telapak tangan, punggung tangan dan
baik
dan benar
yang baik jari dengan sabun dan air mengalir dan benar 2. Jenis
Jenis sabun yang digunakan dapat
sabun
menggunakan semua jenis sabun yang
yang
biasa digunakan untuk mandi
digunakan untuk mencuci
64
tangan 3. Air
yang
Air
yang
digunakan
adalah
air
digunakan
mengalir dan yang tidak diam pada
untuk
suatu wadah dan bersih yaitu air yang
mencuci
tidak berasa, tidak berbau, dan tidak
tangan
berwarna.
4. Langkah-
a. Basahi tangan setinggi pertengahan
Langkah
lengan bawah dengan air mengalir
mencuci
dan gunakan sabun di bagian telapak
tangan
tangan yang telah basah, ratakan
yang baik
dengan kedua telapak tangan.
dan benar
b. Gosok punggung tangan dan selasela jari tangan kanan dan tangan kiri. c. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan. d. Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci. e. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman
tangan
kanan
dan
lakukan sebaliknya. f. Gosokkan dengan memutar ujung
65
jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya. g. Setelah itu, bilas kedua tangan dengan air bersih dan mengalir. Lalu keringkan dengan lap kering atau tisu. h. Jangan menutup kran dengan tangan, tetapi gunakan siku atau tisu dan hindari
menyentuh
benda
disekitarnya setelah mencuci tangan agar kuman yang terdapat di bendabenda tersebut tidak menempel di tangan 5. Manfaat
Manfaat mencuci tangan yang baik dan
mencuci
benar
dalam
mencegah
tangan
kontak pada pekerja finishing kayu adalah untuk
dermatitis
membersihkan bahan
melamic, bahan pendempulan, bahan pengkilapan yang dipakai pada saat proses finishing kayu yang menempel pada kulit tangan 6. Waktu
a. Sebelum dan setelah bekerja
66
yang
b. Setelah bensentuhan dengan bahan
tepat
kimia atau bahan yang digunakan
untuk
pada saat proses finishing kayu
mencuci
c. Saat berpindah proses kerja
tangan
d. Sebelum dan sesudah makan e. Sebelum dan setelah menyiapkan makanan f. Sebelum dan sesudah mengiris sesuatu g. Setelah buang air besar dan buang air kecil
4.5.Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian 4.5.1. Persiapan Penelitian Proses persiapan penelitian dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu: a. Pembuatan rancangan penelitian Tahap ini terdiri dari penyusunan rencana penelitian baik pendahuluan, kepustakaan, kerangka konsep, dan definisi operasional, serta metode penelitian yang dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan pekerja proses finishing kayu di Kecamatan Ciputat Timur mengenai penyebab dermatitis
67
dan pencegahannya, sehingga diperlukan intervensi penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan bagi pekerja. b. Pemilihan Media Penyuluhan dan Perancangan Media Media penyuluhan yang diguakan adalah media leaflet. Alasan pemilihan media ini adalah karena kelebihannya yaitu : mudah disimpan, ekonomis dan bisa berfungsi sebagai remainder bagi sasaran dan dapat dibawa kemana-mana, biaya murah, sehingga media ini cocok untuk penyuluhan pada pekerja proses finishing meubel kayu. Selain itu, leaflet dapat digunakan untuk pembuka serta memfokuskan topik yang dibahas jika diberikan sebelum penyuluhan dimulai (Dirjem PPM & PL, 2003). Dalam tahap perancangan, peneliti merancang media leaflet yang isinya berdasarkan pada tabel 4.1, kemudian leaflet tersebut diuji pada mahasiswa peminatan promosi kesehatan yang berjumlah 5 orang dan 1 orang laboran pengembangan media promosi kesehatan dengan memberikan kuesioner yang memiliki 10 soal terlampir pada lampiran 3 mengenai design warna, design huruf, design gambar dan isi leaflet yang benar. Setelah itu mahasiswa peminatan promosi kesehatan dan laboran promosi kesehatan memberikan masukan yang terlampir pada lampiran 4 pada leaflet yang akan dibuat agar leaflet terlihat lebih baik lagi untuk disajikan kepada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur. Materi penyuluhan yang diberikan adalah materi mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya . Materi yang akan disampaikan antara lain: materi dermatitis kontak (definisi dermatitis, gejalanya, penyebabnya,
68
dampaknya), pencegahan dermatitis kontak dengan penggunaan sarung tangan dan pencegahan dermatitis dengan cara mencuci tangan yang baik dan benar (air dan sabun yang digunakan, langkah- langkah cuci tangan, manfaat cuci tangan, dan waktu yang tepat untuk cuci tangan). Dengan materi-materi tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para pekerja proses finishing mebel kayu di Kecamatan Ciputat Timur tentang dermatitis kontak dan pencegahannya sehingga dapat menjaga kebersihan tangan mereka dengan benar ketika sebelum dan sesudah bekerja agar tidak menimbulkan dermatitis atau memperparah dermatitis yang dialami. c. Tekhnik penyuluhan Teknik penyuluhan yang digunakan adalah penyuluhan dengan metode ceramah dengan alat bantu berupa media penyuluhan ( media leaflet ) . Teknik penyuluhan yang dilakukan di setiap toko mebel kayunya yaitu dengan membagikan leaflet kepada peserta penyuluhan setelah diadakan pre-test atau sebelum kegiatan penyuluhan dimulai. Setelah itu peserta diberi waktu 10 menit untuk membaca leaflet tersebut. Setelah itu, peneliti akan menjelaskan isi leaflet tersebut kepada peserta penyuluhan sekitar 2030 menit. Untuk menghindari kegiatan contek- mencontek, peneliti mengambil lagi leaflet yang sudah dibaca oleh peserta. Setelah itu peneliti membagikan soal post-test, setelah itu leaflet akan diberikan kembali kepada peserta penyuluhan setelah peserta penyuluhan selesai mengerjakan soal post test dan diberikan kembali setelah post-test selesai. Sedangkan pada pekerja yang tidak diberikan penyuluhan, tekhniknya sama seperti
69
pekerja yang diberikan penyuluhan, hanya saja pada saat peneliti menjelaskan isi leaflet yang berkaitan dengan dermatitis diisi dengan penyuluhan tentang bagaimana menerapkan cara bekerja yang aman pada pekerja kayu, yang tidak menjelaskan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya. d. Permohonan Izin Tahap permohonan izin penelitian ini dilakukan sehari sebelum dilakukannya penyuluhan dengan meminta izin kepada pemilik toko kayu atau perwakilan dari pekerjanya. e. Uji validitas dan reabilitas Sebelum pelaksanaan penelitian, dilaksanakan uji validitas dan reabilitas dari kuesioner penelitian yang akan digunakan. Uji kuesioner ini dilakukan pada
pekerja proses finishing mebel kayu yang memiliki karakteristik sama dengan pekerja proses finishing mebel kayu yang ada di Kecamatan Ciputat Timur, yaitu pada pekerja proses finishing mebel kayu di daerah Pamulang Tangerang Selatan
4.5.2. Kegiatan Pemilihan Sampel Pada Kedua Kelompok Kegiatan penyuluhan ini akan dilakukan di beberapa toko mebel kayu di Kecamatan Ciputat Timur Pekerja yang masuk kedalam sampel penelitian yaitu pekerja yang berumur 18 sampai 40 tahun dengan pendidikan terakhir maksimal SMP. Sample ditentukan berdasarkan random sampling, yaitu dengan langkah sebagai berikut :
70
1. Peneliti membuat kertas undian yang bertuliskan A ( Mendapatkan Penyuluhan terkait dermatitis) dan B (Mendapatkan penyuluhan tidak terkait dengan dermatitis). 2. Peneliti membuat kertas undian yang sama bertuliskan pembagian tempat area yang akan diteliti: a. Area Kertamukti sampai Ke Cirendeu b. Area Kampung Utan c. Area Rempoa d. Area Sebelum Pasar Jumat 3. Kertas undian yang berisi penyuluhan tersebut di gulung kecil dan di masukan ke dalam sebuah wadah kecil atau dapat berupa gelas plastik yang atasnya di tutup rapat dengan kertas dan di lubangi kecil dibagian permukaannya. 4. Kertas undian yang berisi area yang akan diteliti juga di gulung kecil dan di masukan ke dalam sebuah wadah kecil atau dapat berupa gelas plastik yang atasnya di tutup rapat dengan kertas dan di lubangi kecil dibagian permukaannya 5. Kedua gelas tersebut di kocok secara bersamaan untuk mengetahui area mana yang diberi intervensi dengan metode ceramah terkait dermatitis dan pemberian media leaflet dan yang satu area lagi diberi intervensi dengan media ceramah tidak terkait sama sekali tentang dermatitis dan tidak diberi media apapun.
71
6. Diketahui dari hasil pengocokan kertas pembagian area didapatkan bahwa area yang diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet adalah area Kertamukti sampai ke Cirendeu dan area Sebelum Pasar Jum’at, begitu pun sebaliknya area yang tidak mendapatkan penyuluhan dengan media leaflet yaitu area Kampung Utan dan area Rempoa
4.5.3. Kegiatan Pre-test Setelah dilakukan pemilihan kelpompok, pekerja finishing yang memenuhi kriteria inklusi diberi pengarahan dan selanjutnya dilakuka kegiatan pre- test. Pekerja yang menjadi responden diminta untuk mengisi data karakteristik responden (nama, dan nomor telepon) dan harus menjawab 20 pertanyaan seputar penyebab dermatitis dan pencegahannya yang terdapat pada kuesioner pre-test. Kegiatan ini akan berlangsung selama kurang lebih 10 menit.
4.5.4. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan penyuluhan. Untuk kelompok
penyuluhan dengan media leaflet, peneliti akan membagikan leaflet kepada peserta penyuluhan sebelum kegiatan penyuluhan dimulai. Peserta diberi waktu 10 menit untuk membaca leaflet tersebut. Penyuluhan akan dilakukan oleh peneliti sendiri untuk menghindari perbedaan kualitas penyuluhan dan kualitas hasill penelitian. Kegiatan penyuluhan akan berlangsung selama 20- 30 menit.
72
4.5.5. Kegiatan Post-test Setelah kegiatan penyuluhan selesai, selanjutnya pekerja finishing
pada
masing-masing kelompok akan mengikuti kegiatan post-test. Untuk kelompok penyuluhan dengan media leaflet, sebelum dibagikan kuesioner post-test, leaflet akan diambil dari peserta penyuluhan dan akan diberikan lagi setelah post-test selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari peserta mencontek pada leaflet saat mengerjakan soal post-test. Pekerja yang menjadi responden diminta untuk mengisi data karakteristik responden (nama, dan nomor telepon) dan harus menjawab 20 pertanyaan yang sama seperti soal pre- test seputar penyebab dermatitis dan pencegahannya yang terdapat pada kuesioner post-test. Kegiatan ini akan berlangsung selama kurang lebih 10 menit.
4.6.Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap pekerja finishing mebel kayu serta pengamatan langsung di lapangan dengan bantuan instrumen penelitian berupa kuesioner. Data primer penelitian berupa data karakteristik responden, data hasil pre-test dan post-test serta untuk melihat tingkat pengetahuan. Sedangkan data sekunder didapatkan dari sumber- sumber dan referensi- referensi lainnya, karena sulit untuk mendapatkan data perusahaan proses finishing mebel kayu ini merupakan perusahaan informal yang biasanya
73
tidak memperdulikan adanya laporan bulanan atau tahunan dan yang mencakup data kecelakaan kerja. 4.7.Pengolahan Data Pengolahan data penelitian dilakukan melalui beberapa proses yakni : 1.
Editing, tahap ini merupakan kegiatan penyuntingan data yang telah terkumpul dengan cara memeriksa kelengkapan data dan kesalahan pengisian kuesioner untuk memastikan data yang diperoleh telah lengkap dapat dibaca dengan baik, relevan, dan konsisten.
2. Coding, setelah melakukan proses editing kemudian dilakukan pengkodean terhadap setiap variabel sebelum diolah dengan komputer dengan tujuan untuk memudahkan dalam melakukan analisa data. Data yang dicoding adalah data pengetahuan sebelum dan sesudah di intervensi dan perubahan pengetahuan mengenai cuci tangan yang baik dan benar serta intervensi penyuluhan dengan media leaflet. Tabel 4.2. Data yang dicoding 1
2
3
Kelompok penyuluhan
Sumber Informasi
Hubungan Sosial
Kelompok Intervensi
1
Kelompok Kontrol
2
Pernah
1
Tidak Pernah
2
Ya
1
Tidak
2
74
3. Entry data, tahap ini merupakan proses memasukkan data dari kuesioner ke dalam komputer untuk kemudian diolah dengan bantuan perangkat lunak komputer. 4. Cleaning, proses pengecekan kembali dan pemeriksaan kesalahan pada data yang sudah dientry untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan data yang telah dikumpulkan.
4.8.Tekhnik Analisis Data 1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masingmasing variabel yang diteliti. Analisis univariat bertujuan untuk mendapat gambaran distribusi frekuensi dari variabel dependen dan independen. Pada penelitian ini variabel yang akan dianalisis menggunakan analisis univariat adalah pengetahuan sebelum penyuluhan pada kelompok intervensi
dan
kelompok kontrol serta pengetahuan sesudah penyuluhan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol 2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan suatu analisis untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen. Uji yang dilakukan pada penelitian ini, untuk melihat ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol maka menggunakan Uji T. Uji T yang digunakan dalam analisis bivariat pada penelitian ini adalah uji beda mean dependen ( Uji T Dependent ). Menurut Hastono (2001) uji beda mean dependen
75
(Uji T dependen) digunakan untuk menguji perbedaan mean antara dua kelompok data yang dependen. Dari uji tersebut diperoleh nilai probabilitas (Pvalue), lalu dibandingkan dengan nilai
= 0,05 (derajat kepercayaan 95%).
Asumsi yang dipakai adalah apabila signifikansi t lebih besar dari tingkat alpha ( ) yang ditetapkan, maka variable independent tersebut tidak berpengaruh terhadap variabel dependent atau hipotesis yang diajukan tidak didukung oleh data. Tetapi sebaliknya apabila nilai signifikansi t lebih kecil dari tingkat alpha yang digunakan maka data mendukung hipotesis penelitian. Bila Pvalue ≤ 0,05 maka Ho ditolak, perbedaan pencegahannya
pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan
sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan dengan media
leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013. Namun sebaliknya bila Pvalue > 0,05 maka Ho gagal ditolak, tidak ada perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya
sebelum dan sesudah intervensi penyuluhan
dengan media leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur tahun 2013. Penelitian akan menggunakan level of significance (α) = 5%, hal ini didasarkan pada penelitianpenelitian sebelumnya yang sejenis.
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1.Gambaran Lokasi Penelitian Tempat yang dijadikan sebagai penelitian ini adalah, semua toko mebel kayu yang didalamnya ada kegiatan proses finishing yang ada di Kecamatan Timur. Jumlah toko mebel kayu yang menjadi tempat penelitian diwilayah Kecamatan Ciputat Timur, sebagai berikut : 1. Area 1 ( Kertamukti dan Cirendeu ) berjumlah 6 toko mebel kayu yang berjumlah 15 orang 2. Area 2 ( Kampung Utan ) berjumlah 3 toko mebel kayu yang berjumlah 10 orang 3. Area 3 ( Rempoa ) berjumlah 9 toko mebel kayu yang berjumlah 25 orang 4. Area 4 ( Sebelum Pasar Jumat ) berjumlah 10 toko mebel kayu yang berjumlah 20 orang Area 1 dan 4 merupakan area yang diberikan intervensi dengan metode ceramah terkait dermatitis dan pemberian media leaflet sedangkan area 2 dan 3 diberi intervensi dengan media ceramah tidak terkait sama sekali tentang dermatitis dan tidak diberi media apapun. Berdasarkan hasil observasi penelitian yang dilakukan pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur, pekerja proses finishing mebel kayu yang ada di
76
77
keempat area tersebut melakukan beberapa proses kerja diantaranya pengamplasan/penghalusan mebel, pendempulan mebel jika ada kayu yang bolong dengan menggunakan wood filler, pemlituran mebel yang menggunakan wood stain, dimana politur sebagai cat dasar, thinner dan spirtus yang digunakan sebagai bahan campuran untuk melakukan pengecatan akhir pada mebel, serta pengkilapan mebel yang merupakah tahap akhir proses finishing menggunakan bahan sanding melamic clear. Hampir keseluruhan prasarana cuci tangan yang disediakan di semua toko dikeempat area tersebut menyediakannya, kebanyakan dari mereka menyediakan kamar mandi yang berisikan bak dan air keran yang mengalir, serta sabun yang disediakan adalah sabun batang. Jumlah total awal responden adalah 82 orang pekerja proses finishing, akan tetapi saat turun lapangan, didapatkan 70 orang pekerja yang
bersedia
untuk
menjadi
responden
penelitian,
dikarenakan
kebanyakan dari mereka banyak yang kerja di luar tokonya, dan kebanyakan dari mereka tidak bekerja lagi setelah libur lebaran. Dengan jumlah total responden 70 orang, sudah cukup untuk memenuhi sampel minimum yang berjumlah 14 orang yang diketahui melalui perhitungan sampel sebelumnya, sehingga berkurangnya responden penelitian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil penelitian.
78
5.2. Analisis Univariat 5.2.1. Gambaran
Pengetahuan
Pencegahannya
Penyebab
Dermatitis
dan
Sebelum diberi Intervensi Penyuluhan
dengan Media Leaflet Pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 Penelitian ini melihat pengetahuan pekerja tentang penyebab dermatitis kontak dan pencegahannya . Berikut tabel 5.1
ini dapat dilihat gambaran pengetahuan pekerja finishing
sebelum diberikan intervensi dengan media leaflet Tabel 5.1. Gambaran Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya Sebelum diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat TimurTahun 2013 Kelompok
Mean
SD
Min- Max
Intervensi
3, 02
0,89
0,5 – 4,5
Kontrol
2, 91
1,05
1-6
Dari hasil kuesioner dengan skala penilaian dari 0 sampai 10, diketahui bahwa pekerja finishing pada kelompok intervensi memiliki rata- rata skor pengetahuan
responden sebelum
diberikan penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi adalah 3,02 yang mendapatkan
skor terendah 0,5
sebanyak 1 orang dari hasil kuesioner dan skor tertinggi 4,5
79
sebanyak 1 orang juga. Begitu sebaliknya dari hasil perhitungan, didapatkan hasil bahwa rata- rata pengetahuan responden sebelum diberi penyuluhan pada kelompok kontrol adalah 2, 91 dengan skor terendah 1 sebanyak 2 orang dan skor tertinggi 6 sebanyak 1 orang.
5.2.2. Gambaran
Pengetahuan
Pencegahannya
Penyebab
Dermatitis
dan
Sesudah diberi Intervensi Penyuluhan
dengan Media Leaflet Pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 Responden dalam penelitian ini diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet. Kelompok intervensi diminta untuk membaca leaflet yang diberikan oleh peneliti dan diminta untuk mendengarkan penyuluhan terkait penyebab dermatitis dan pencegahnnya. Pada kelompok kontrol, responden diminta untuk mendengarkan penyuluhan selain penyebab dermatitis dan pencegahannya yaitu terkait keselamatan pekerja pada pekerja mebel kayu
80
Tabel 5.2. Gambaran Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya Sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet pada Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat TimurTahun 2013 Kelompok
Mean
SD
Min- Max
Intervensi
6,20
1,66
2,5 – 8,5
Kontrol
3,01
1, 03
1 – 6,5
Hasil kuesioner dengan skala penilaian dari 0 sampai 10, didapatkan hasil bahwa rata- rata pengetahuan responden sesudah diberikan penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi adalah 6,20 yang mendapatkan skor terendah 2,5 sebanyak 1 orang dan skor tertinggi 8,5 sebanyak 2 orang. Begitu sebaliknya dari hasil perhitungan, didapatkan hasil bahwa ratarata pengetahuan responden sesudah diberi penyuluhan pada kelompok kontrol adalah 3,01 dengan skor terendah 1 sebanyak 2 orang dan skor tertinggi 6,5 sebanyak 1 orang.
5.2.3. Sumber Informasi dan Hubungan Sosial Pada Kuesioner sumber informasi dan hubungan sosial didapatkan bahwa pekerja tidak pernah mendapatkan sumber informasi seperti tayangan televisi, radio, internet, koran, majalah atau
sejenis
lainnya
mengenai
penyebab
dermatitis
dan
81
pencegahannya. Selain itu juga pekerja tidak pernah mendapatkan penyuluhan. Hampir
keseluruhan
pekerja
tidak
mendapatkan
informasi dari sanak saudara, tetangga, kerabat mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya. Maka dapat dipastikan bahwa pekerja belom pernah terpapar informasi mengenai penyebab dermatitis dan pencegahnnya.
5.3.Analisis Bivariat 5.3.1. Perbedaan
Pengetahuan
Pencegahannya
Penyebab
Dermatitis
dan
sebelum dan sesudah diberi Intervensi
Penyuluhan dengan Media Leaflet Pada Kelompok Intervensi Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 Diketahui Hasil uji normalitas yakni 3, 03 bahwa data berdistribusi normal, Berdasarkan hasil tersebut maka digunakan uji T Dependent untuk analisis bivariatnya. Berikut ini dapat diketahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi pada tabel 5.3
82
Tabel 5.3. Perbedaan Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis dan Pencegahannya Sebelum dan Sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet pada Kelompok Intervensi Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat TimurTahun 2013 Pengetahuan
Mean
SD
Pre test
3,028
0,89
Post test
6,200
1,66
P value 0,000
N 35
Dari hasil tabel 5.3. diatas, diketahui bahwa rata- rata skor pengetahuan sebelum dilakukannya penyuluhan pada kelompok intervensi adalah 3,028 dengan standar deviasi 0,89. Sedangkan rata- rata skor pengetahuan sesudah dilakukannya penyuluhan pada kelompok intervensi adalah 6,200 dengan standar deviasi 1, 66. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas ( P value ) sebesar 0,000 artinya pada alpha 5 % terdapat perbedaan rata- rata skor
pengetahuan
tentang
penyebab
dermatitis
dan
pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi.
83
5.3.2. Perbedaan
Pengetahuan
Pencegahannya
Penyebab
Dermatitis
dan
sebelum dan sesudah diberi Intervensi
Penyuluhan dengan Media Leaflet Pada Kelompok Kontrol Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 Diketahui Hasil uji normalitas yakni 2,91 bahwa data berdistribusi normal, Berdasarkan hasil tersebut maka digunakan uji T Dependent untuk analisis bivariatnya. Berikut ini dapat diketahui perbandingan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok kontrol pada tabel 5.4 Tabel 5.4. Perbedaan Pengetahuan Mengenai Penyebab Dermatitis danPencegahannya Sebelum dan Sesudah diberi Intervensi Penyuluhan dengan Media Leaflet pada Kelompok Kontrol Pekerja Proses Finishing Mebel Kayu di Ciputat TimurTahun 2013 Pengetahuan Mean SD P value N Pre test
2,941
1,05
Post test
3,014
1,04
0,281
35
Dari hasil output uji T dependent pada tabel 5.4. diatas diketahui
bahwa
rata-
rata
skor
pengetahuan
sebelum
dilakukannya penyuluhan pada kelompok kontrol adalah 2,914 dengan standar deviasi 1,05. Sedangkan rata- rata skor
84
pengetahuan sesudah dilakukannya penyuluhan pada kelompok kontrol adalah 3,014 dengan standar deviasi 1,04. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P value) sebesar 0,281 artinya pada alpha 5 % tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata- rata skor pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol.
BAB VI PEMBAHASAN 6.1.Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian,antara lain: 1. Lokasi penyuluhan berada di dekat jalan raya sehingga tidak dapat dihindarkan dari suara bising kendaraan bermotor. Hal ini dapat menyebabkan sedikit gangguan pada konsentrasi peserta yang akhirnya dapat mempengaruhi hasil pre dan post test terhadap pengetahuan responden. 2. Pada beberapa responden, penyuluhan dilakukan pada lokasi dan waktu yang berbeda. Kondisi tersebut terjadi akibat setiap pemilik toko mebel tidak mengizinkan pekerjanya dikumpulkan dalam satu tempat dan waktu yang sama. 3. Gambar langkah- langkah pada media leaflet kurang jelas, sehingga membuat pekerja masih menjawab tertukar pada setiap langkahnya 4. Pada saat pengukuran pengetahuan seharusnya ada jeda waktu selama seminggu untuk melihat perubahan pengetahuan, tetapi pada penelitian ini tidak diberi jeda waktu untuk melihat perubahan pengetahuan tersebut. 6.2. Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Sebelum Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pekerja Proses Finising Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari pertanyaan. 85
86
Pengetahuan juga merupakan komponen pembentuk suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa. Dengan pengetahuan, seseorang dapat mempertimbangkan untuk bersikap dan bertindak (Benjamin S Bloom, 1956) Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian sebelum intervensi dan penelitian sesudah intervensi. Pengetahuan sebelum intervensi tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya adalah hal-hal yang diketahui responden mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya yang dinilai berdasarkan kemampuan menjawab dengan benar pertanyaan pada kuesioner sebelum intervensi (Listyowati, 2012). Sedangkan pengetahuan sesudah intervensi tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya adalah halhal yang diketahui responden mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya yang dinilai berdasarkan kemampuan menjawab dengan benar pertanyaan pada kuesioner setelah intervensi (Listyowati, 2012). Berdasarkan hasil kuesioner dengan skala penilaian dari 0 sampai 10 bahwa rata- rata pengetahuan responden sebelum diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol mendapatkan skor rendah, yakni 3, 02 untuk kelompok intervensi dan 2, 91 untuk kelompok kontrol. Skor yang rendah ini didapatkan karena mayoritas pekerja tidak mengetahui tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya, dan keseluruhan dari pekerja tidak pernah mendapatkan penyuluhan mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya. Diketahui dari pertanyaan kuesioner pre test soal pilihan ganda, dari total pekerja 35 orang pada Kelompok Intervensi, banyak responden menjawab benar
87
pada pertanyaan penelitian mengenai pengertian dermatitis sebanyak 18 orang, gejala dermatitis sebanyak 8 orang, dampak dermatitis sebanyak 8 orang, jenis sabun yang digunakan pada saat cuci tangan sebanyak 14 orang, manfaat cuci tangan sebanyak 14 orang, waktu yang tepat pada saat cuci tangan sebanyak 14 orang. Sedangkan pada kelompok kontrol, banyak yang menjawab benar pada pertanyaan mengenai pengertian dermatitis sebanyak 16 orang, gejala dermatitis sebanyak 18 orang, dampak dermatitis sebanyak 18 orang, bahan sarung tangan yang digunakan sebanyak 14 orang, pengertian cuci tangan yang baik dan benar sebanyak 12 orang, jenis sabun yang digunakan sebanyak 20 orang, air digunakan sebanyak 14 orang. Hal ini dikarenakan orang yang menjadi responden penelitian ini berpendidikan dasar
dan status ekonomi yang
mendapatkan penghasilan rendah, jadi sulit bagi mereka untuk mengakses internet untuk mendapatkan informasi tentang apa itu penyakit dermatitis, penyebabnya serta pencegahan bagi penyakit ini Selain itu, pada soal menjodohkan gambar tentang langkah- langkah mencuci tangan yang baik dan benar; Hampir semua responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol ini mayoritas pekerja menjawab salah semua, karena mayoritas pekerja menjawab asal- asalan. Hampir semua responden pada setiap langkah- langkah menjawab salah, umumnya responden mengisi langkah 1 adalah gambar A (gambar memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya) seharusnya jawaban yang benar pada langkah 1 terletak pada gambar C (membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun). Selain itu, responden umumnya tertukar antara langkah 2 dan langkah 3. Karena
88
pekerja berpendapat bahwa yang harus dibersihkan terlebih dahulu adalah telapak tangan, setelah itu punggung tangan, sehingga responden mengisi langkah 2 gambar B (menggosok telapak tangan dan sela jari) dan langkah 3 gambar D (menggosok punggung tangan dan sela jari), seharusnya jawaban yang benar adalah langkah 2 terletak pada gambar D dan langkah 3 terletak pada gambar B. Pekerja juga tertukar antara langkah 7 dan langkah 8. Hal tersebut terjadi karena mayoritas pekerja yang salah dalam menjawab pertanyaan ini dikarenakan sebelumnya pekerja tidak pernah sama sekali mendapatkan informasi dari keluarga, sahabat, lingkungan, serta media informasi seperti tayangan televisi,
dan semua
pekerja juga tidak pernah mendapatkan
penyuluhan mengenai penyebab dermatitis dan pencegahannya. Menurut teori, paparan informasi (pesan) yang didapatkan dari orang, media, maupun dari pendidikan seperti penyuluhan (Informan) akan mempengaruhi perubahan pada pengetahuan seseorang (receiver) (Sarwono, 1997). Oleh sebab itu, mayoritas pekerja menjawab pertanyaan dengan salah dari pertanyaan penelitian. Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa kelompok intervensi dan kelompok kontrol memiliki kesamaan pada saat menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti, yaitu sama- sama kurang dalam menjawab di beberapa bagian pertanyaan penelitian, seperti; Pengetahuan dermatitis, gejala dermatitis, dampak dermatitis, manfaat mencuci tangan. Kondisi ini bertujuan untuk menghindari bias informasi. Menurut Murti (2003) menegaskan bahwa sebelum melakukan penelitian eksperimental hendaknya kondisi kelompok intervensi harus mempunyai kemampuan yang sebanding ( sama- sama banyak menjawab salah
89
pada pertanyaan pre test ) dengan kelompok kontrol, kejadian ini dilakukan untuk menghindari bias pada skor post test. 6.3.Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Sesudah Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pekerja Proses Finising Mebel Kayu di Ciputat Timur Tahun 2013 Pengetahuan sesudah dilakukannya intervensi lebih terlihat lebih tinggi dibandingkan pengetahuan sebelum dilakukannya intervensi, hal ini bisa terjadi dikarenakan para pekerja mendapatkan intervensi berupa penyuluhan dengan bantuan media leaflet. Perbedaan skor rata- rata yang didapatkan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol cukup jauh berbeda, yakni 6,20 untuk kelompok intervensi dan 3, 01 untuk kelompok kontrol. Diketahui pada saat pekerja menjawab petanyaan penelitian, mayoritas pekerja sebelumnya banyak yang menjawab salah dalam beberapa bagian di pertanyaan penelitian, akan tetapi setelah diberikannya intervensi penyuluhan dengan media leaflet mayoritas pekerja menjawab benar. Hal ini bisa terlihat pada kelompok intervensi, kelompok ini mengalami peningkatan skor setelah dilakukannya intervensi penyuluhan dengan media leaflet. Sebaliknya, pada Kelompok Kontrol pekerja tidak mengalami peningkatan, melainkan skor yang didapat pada saat pertanyaan post test pun mengalami perubahan bahkan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan paparan informasi mengenai penyebab dermatitis dan pencegahnnya tidak mereka dapatkan. Berikut ini dapat diketahui kenaikan skor pre test dan post test pada soal pilihan ganda yang dilakukan penyuluhan pada kelompok intervensi pada grafik 6.1 dibawah ini:
90
Grafik 6.1 Skor Pre test dan Post Test pada Kelompok Intervensi 35 30 25 20 15 10 5
Skor Pre Test jawaban yang benar Skor Post Test jawaban yang benar
0
Dari hasil grafik 6.1 diatas, diketahui bahwa pada Kelompok Intervensi, mayoritas mengalami peningkatan skor yang signifikan pada soal post test dari soal pilihan ganda diantaranya; pada pengertian dermatitis terjadi peningkatan skor pre test dari 18 orang yang menjawab benar menjadi 30 orang yang menjawab benar pada post test, gejala dermatitis terjadi peningkatan skor pre test dari 8 orang yang menjawab benar menjadi 22 orang yang menjawab benar pada post test, pada penyebab dermatitis terjadi peningkatan skor pre test dari 24 orang yang menjawab benar menjadi 34 orang yang menjawab benar pada post test, pada bahan APD yang menjadi pencegahan pada penyakit dermatitis terjadi peningkatan skor pre test dari 24 orang yang menjawab benar menjadi 35 orang yang menjawab benar pada
91
post test, pada jenis sabun yang digunakan untuk mencuci tangan terjadi peningkatan skor pre test dari 14 orang yang menjawab benar menjadi 27 orang yang menjawab benar pada post test. Hal tersebut dikarenakan pada kelompok ini mendapatkan intervensi berupa penyuluhan dengan media leaflet, oleh sebab itu terjadi peningkatan skor post test dibandingkan skor pre test. Menurut teori, peningkatan ini dikarenakan paparan informasi yang diperoleh dari media leaflet. Informasi atau pesan penyuluhan yang disampaikan dengan menggunakan media atau alat bantu pendidikan ini membantu pendidik dalam menyampaikan pesan tersebut agar terlihat menarik perhatian pada sasaran pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Informasi yang diberikan oleh media leaflet ini karena informasi dapat langsung dibaca dan dapat dipahami, pada dasarnya isi dari media leaflet ini berupa gambar dan tulisan sehingga terlihat lebih menarik bagi sasaran pendidikan agar mempermudah sasaran pendidikan menerima pesan atau informasi. Dengan demikian fungsi dari media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi seseorang terhadap materi pembelajaran (Usman,2002). Pada Pertanyaan penelitian mengenai langkah- langkah mencuci tangan, hampir seluruh pekerja pada kelompok intervensi menjawab salah dalam mengurutkan langkah- langkah yang baik dan benar pada saat mencuci tangan, tetapi pada saat setelah diberikannya penyuluhan kebanyakan pekerja masih menjawab salah dalam mengurutkan langkah- langkah, dikarenakan gambar yang tertera pada leaflet ini kurang begitu jelas dan kurang begitu
92
besar agar pekerja dapat memahami urutan langkah- langkah mencuci tangan sehingga banyak pekerja yang masih menjawab tertukar pada langkah cuci tangan. Untuk itu saran bagi penelitian selanjutnya, agar membuat media yang mudah di baca dengan jelas dan mudah untuk dipahami. Begitupun sebaliknya pada Kelompok Kontrol tidak terdapat peningkatan skor post test, berikut terlihat skor pre test dan post test pada soal pilihan ganda yang dilakukan penyuluhan pada kelompok kontrol pada grafik 6.2 dibawahini: Grafik 6.2. Skor Pre test dan Post Test pada Kelompok Kontrol 25 20 15 10
Skor Pre Test jawaban yang benar
5
Skor Post Test jawaban yang benar
0
Dari hasil grafik 6.2 diatas, diketahui bahwa pada Kelompok Kontrol, mayoritas pekerja tidak mengalami peningkatan skor yang signifikan pada soal post test dari soal pilihan ganda bahkan mengalami penurunan
93
diantaranya; pada pengertian dermatitis tidak terjadi perubahan skor pre test dan post test, gejala dermatitis terjadi penurunan skor pre test dari 16 orang yang menjawab benar menjadi 14 orang yang menjawab benar pada post test, pada penyebab dermatitis terjadi penurunan skor pre test dari 18 orang yang menjawab benar menjadi 17 orang yang menjawab benar pada post test, pada bahan APD yang menjadi pencegahan pada penyakit dermatitis terjadi peningkatan skor pre test yang tidak besar dari 14 orang yang menjawab benar menjadi 15 orang yang menjawab benar pada post test, pada jenis sabun yang digunakan untuk mencuci tangan dan manfaat dari mencuci tangan tidak terjadi perubahan skor pre test dan post test sama sekali. Hal tersebut dikarenakan pada kelompok ini mendapatkan intervensi dengan ceramah dan tidak diberi
media leaflet, oleh sebab itu tidak terjadi
peningkatan skor post test bahkan tidak terjadi perubahan antara skor pre test dan post test. Pada Pertanyaan penelitian mengenai langkah- langkah mencuci tangan, hampir seluruh pekerja menjawab salah dalam mengurutkan langkahlangkah yang baik dan benar pada saat mencuci tangan, tetapi pada saat setelah diberikannya penyuluhan kebanyakan pekerja makin menjawab asal asalan dalam mengurutkan langkah- langkah, dikarenakan gambar yang tertera pada leaflet ini kurang begitu jelas dan kurang begitu besar agar pekerja dapat memahami urutan langkah- langkah mencuci tangan. Untuk itu saran bagi penelitian selanjutnya, agar membuat media yang mudah di baca dengan jelas dan mudah untuk dipahami.
94
Dilihat dari hasil skor kuesioner sebelum pekerja mendapatkan intervensi dengan hasil skor kuesioner sesudah pekerja mendapatkan intervensi, bahwa pekerja yang mendapatkan intervensi berupa penyuluhan dengan media leaflet lebih dapat meningkatkan pengetahuan penyebab dermatitis dan pencegahannya dibandingkan dengan kelompok kontrol.
6.4.Perbedaan Pengetahuan Tentang Penyebab Dermatitis Dan Pencegahannya Sebelum Dan Sesudah Intervensi Penyuluhan Pada Pekerja Proses Finising Mebel Kayu Antara Kelompok Intervensi Dengan Kelompok Kontrol Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007). Diketahui Rata- rata nilai pre test pengetahuan pekerja pada kelompok intervensi adalah 3,028 dan post test rata-rata nilai pengetahuan adalah 6,200. Hasil rata-rata nilai pengetahuan
responden menunjukan peningkatan yang
cukup besar yaitu peningkatan mencapai 3,172. Peningkatan nilai tersebut menunjukkan adanya perbedaan rata- rata skor pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
95
intervensi (P=0,000;α = 0,05). Sebaliknya rata- rata nilai pre test pengetahuan pekerja pada kelompok kontrol adalah 2,941
dan post test rata-rata nilai
pengetahuan adalah 3, 014. Hasil rata-rata nilai pengetahuan menunjukan peningkatan sedikit hanya mengalami
responden
peningkatan 0,073.
Peningkatan nilai tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan rata- rata skor pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol (P=0,0281 ≥ α = 0,05). Berikut grafik perbedaan mean skor pre dan post test pengetahuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontol, terlihat pada grafik 6.3 di bawah ini: Grafik 6.3. Mean Skor Pengetahuan 7 6 5 4
Mean Skor Pengetahuan Kelompok Kontrol
3
Mean Skor Pengetahuan Kelompok Intervensi
2 1 0 Sebelum Intervensi
Sesudah Intervensi
96
Dari hasil gambar 6.3 di atas, diketahui bahwa pada kelompok intervensi mengalami peningkatan rata- rata antara sebelum dilakukannya intervensi dengan sesudah dilakukannya intervensi yang signifikan sebesar 3,172, sedangkan pada kelompok kontrol hanya mengalami peningkatan rata- rata hanya sebesar 0,073. Hasil analisis perbedaan pengetahuan pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah, pemberian pendidikan kesehatan menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Demikian juga dengan hasil analisis perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dihasilkan adanya perbedaan yang signifikan. Hasil ini menunjukkan, bahwa intervensi pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan singkat akan berdampak positif dalam meningkatkan pengetahuan seseorang.( Fauziah, 2012 ) Peningkatan tersebut diartikan sebagai hasil dari pendidikan kesehatan dengan pemberian penyuluhan dengan alat bantu berupa media leaflet. Menurut Notoatmodjo (2005) salah satu kegiatan pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan pemberian informasi atau pesan berupa penyuluhan dari pemberi pesan kepada penerima pesan yang tersampaikan, akan membuat peningkatan pengetahuan dan merubah sikap seseorang tentang kesehatan dengan tujuan merubah perilaku manusia secara individu, kelompok ataupun masyarakat agar lebih baik lagi dalam menciptakan perilaku sehat (Notoatmodjo,2005). Penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan ataupun informasi, sehingga masyarakat mengetahui dan mengerti untuk bisa melakukan anjuran- anjuran yang ada
97
hubungannya dengan kesehatan (Machfoed, 2007). Adapun tujuan dari pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan seseorang. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Fauziah (2012) tentang "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Singkat tentang Nutrisi Prakonsepsi terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Konsumsi Makanan Sehat Wanita Pranikah" menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna pada pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,039), dan praktik (p=0,000) sebelum dan sesudah intervensi, dikarenakan adanya jarak atau rentang waktu selama seminggu seseorang mendapatkan sumber informasi yang pendek pada saat pengukuran antara pengaruh pendidikan terhadap pengetahuan sikap dan praktik, akan mempengaruhi pemahaman dan kemampuan ingatan sesorang dalam menerima informasi pendidikan tersebut Menurut Notoatmodjo (2003) untuk mendapatkan hasil yang efektif pada peningkatan pengetahuan diperlukan alat bantu media, adapun fungsi dari media itu adalah membantu pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan dan untuk menarik perhatian sasaran pendidikan. Pemilihan dan penggunaan alat bantu media merupakan salah satu komponen yang penting dilakukan, dengan tujuan agar membantu penggunaan indera sebanyak- banyaknya. Seseorang mendapat pengetahuan melalui panca inderanya, dimana sebagian besar diperoleh
melalui indera penglihatan (mata) yaitu sebesar 83% dan indera
pendengar (telinga) yaitu sebesar 11%, sedangkan sisanya melalui indera perasa 1%, indera peraba 2%, dan indera penciuman 3%
(Depkes RI, 2008,
Notoatmodjo, 2003,). Dengan penggunaan leaflet, informasi yang disampaikan
98
melalui mata lebih banyak, sehingga informasi akan lebih mudah diterima oleh pekerja sebagai sasaran pendidikan. Penyebarluasan informasi penggunaan media pendidikan kesehatan seperti booklet, poster, leaflet dalam penelitian pendidikan kesehatan telah banyak dilakukan dan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2005) di Jepara menunjukkan bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media leaflet, pengetahuan kelompok intervensi meningkat secara bermakna dibanding kelompok kontrol, dikarenakan penelitian di bidang pendidikan kesehatan yang dilakukan ini menunujukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah
meningkatkan pengetahuan, apabila pendidikan kesehatan ini
dibantu dengan alat peraga atau alat bantu media pendidikan kesehatan Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Koshi dan Vijayalaxmi (2009) tentang perangkat pendidikan kesehatan nutrisi untuk meningkatkan sikap diet dan pengetahuan, menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan media booklet dan metode diskusi efektif meningkatkan pengetahuan, dikarenakan pengukuran pada pengetahuan dan sikap yang dilakukan dengan penggabungan antara pemberian metode dan pemberian alat bantu media pendidikan kesehatan, akan sangat efektif dalam peningkatan pengetahuan seseorang dalam menerima informasi atau pesan yang disampaikan oleh pendidik.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses finishing mebel kayu di Ciputat Timur, dapat disimpulkan bahwa: 1. Gambaran pengetahuan pekerja finishing sebelum diberikan intervensi dengan media leaflet bahwa: a. Kelompok Intervensi: rata- rata skor pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi adalah 3,02 b. Kelompok Kontrol: rata- rata pengetahuan responden sebelum diberi penyuluhan pada kelompok kontrol adalah 2, 91 2. Gambaran pengetahuan pekerja finishing sesudah diberikan intervensi dengan media leaflet bahwa: a. Kelompok Intervensi: rata- rata skor pengetahuan responden sesudah diberikan penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi adalah 6,20 c. Kelompok Kontrol:
rata- rata pengetahuan responden sesudah diberi
penyuluhan pada kelompok kontrol adalah 3,01 3. Adanya
Perbedaan
pengetahuan
tentang
penyebab
dermatitis
dan
pencegahannya sebelum dan setelah diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok intervensi pekerja proses finishing mebel kayu 99
100
4. Tidak Adanya Perbedaan pengetahuan tentang penyebab dermatitis dan pencegahannya sebelum dan setelah diberikan intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok kontrol pekerja proses finishing mebel kayu 7.2. SARAN 1. Bagi Pengelola Mebel Kayu a. Dianjurkan untuk menyediakan sarana dan prasarana personal hygiene yang sesuai dan terjangkau oleh pekerja saat bekerja, seperti menyediakan air keran yang mengalir dan sabun pencuci tangan yang sesuai dan penyediaan sarana pencuci tangan yang dekat dengan pekerja. b. Dianjurkan untuk meningkatkan disiplin pekerja dengan menerapkan aturan yang mengharuskan pekerja menjaga personal hygiene dengan baik dan melakukan pengawasan terhadap berjalannya aturan tersebut. c. Dianjurkan untuk meningkatkan disiplin pekerja dengan menerapkan aturan yang mengharuskan pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan) dengan baik dan melakukan pengawasan terhadap berjalannya aturan tersebut. d. Dianjurkan untuk menyediakan alat pelindung diri yang berupa sarung tangan vinyl dan neoprene untuk melindungi tangan pekerja saat kontak dengan bahan kimia.
2. Bagi Pekerja a. Dianjurkan untuk menjaga personal hygiene yang baik dengan cara mencuci tangan secara baik dan benar pada saat sebelum dan sesudah
101
bekerja, setelah bersentuhan dengan bahan kimia atau bahan yang digunakan pada saat proses finishing kayu, saat berpindah proses kerja. b. Dianjurkan untuk menggunakan alat pelindung diri yang berupa sarung tangan vinyl dan neoprene untuk melindungi tangan saat kontak dengan bahan kimia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Disarankan agar pada saat pembuatan media, media dapat mudah dibaca dengan jelas dan mudah untuk dipahami. b. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh leaflet terhadap perubahan sikap pekerja. c. Disarankan untuk melakukan pengukuran pengetahuan dari melihat jeda waktu selama seminggu. d. Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai kelayakan media leaflet sehingga dapat lebih menarik lagi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan, perilaku pekerja dalam penyebab dermatitis dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA Afifah, Niswah. Faktor- Faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses finishing meubel kayu di wilayah ciputat timur tahun 2012. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Asnita. 2001. Hubungan Faktor Sosiodemografi Dengan Pengetahuian Dan Sikap Tenaga Kerja Indonesia Tentang HIV/ AIDS. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok Astono, Sudidan Sudarja, Herliani. 2002. Penyakit Kulit di Kalangan Tenaga Kerja Industri Plywood di Propinsi Kalimantan Selatan. Program Pasca Sarjana Hiperkes Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran No 136. Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bloom, Benjamin S. 1956. Taxonomy Of Educational Objectives. London: Longmans, Green and Co Ltd Depkes RI. 2004. Pengembangan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Depkes RI. 2007. Pedoman Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya : kesiapan mengahadapi emerging infectious disease”. Jakarta: Depkes RI Depkes RI. 2008. Field Book Metode dan Media Promosi Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Dirjen PPM & PL. 2003. Panduan Penggunaan Media Penyuluhan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Djuanda Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Djunaedi H, Lokananta MD. 2003. Dermatitis Kontak Akibat Kerja, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia Nomor 3 volume 31. Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta Ernasari. 2012. Pengaruh Penyuluhan Dermatitis Kontak Terhadap Pengetahuan dan Sikap Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011. Tesis. Universitas Sumatera Utara Fauziah. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Nutrisi Prakonsepsi Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Konsumsi Makanan Sehat Wanita Pranikah. Tesis. Universitas Indonesia Fewtrell, lorna, et al. 2005. Water, sanitation, and hygiene interventions to reduce diarrhea in less developed countries: a systematic review and meta analysis. The kancet infectious diseases, vol. 5, issue 1;42-52. Also, Curtis, v. and cairncross, s. 2003. “ effect of washing hands with soap on diarrhea risk I the community; A systematic review”. The Lancent Infectious Diseases, vol. 3, may 2003, pp 275-281. Firdaus U. 2003. Dermatitis Kontak Akibat Kerja: Penyakit Kulit Akibat Kerja Terbanyak di Indonesia. Majalah Kesehatan Masyarakat, Vol. II no.5. Fredberg I.M, et all. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 6th Ed, McGrawHill Professional, New York. Fregert, Sigfird. Contact Dermatitis (Manual of Contact Dermatitis). Yayasan Essentia Medika. Yogyakarta. 1988.
Hayakawa, R. 2000. Contact Dermatitis. Med.Sci. Nagoya. Heri, Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC Herman, Susilowati. 1990. Penggunaan Leaflet Dalam Pendidikan Gizi Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Gizi, 39- 46: Bogor Hudyono J. 2002. Dermatosis akibat kerja. Majalah Kedokteran Indonesia, November Humayda, Lisdayanti 2010, Gambaran Perilaku Mencuci Tangan Pada Kaeyawan Penjamah Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Rsud Sekarwangi, Cibadak, Kabupaten Sukabumi Tahun 2009. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009 Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama Isnaini. 2011. Efektifitas Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pekerja Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tesis. Universitas Indonesia Joshi, N., and Vijayalaxmi, KG. (2009). Nutritional education tool to improve overall diaetary attitude and knowledge among young women. J Hum Ecol, 25(3): 187-191. Khomsan, Ali. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Institut Pertanian Bogor 1- 35 : Bogor Listyowati, Dewi. 2012. Pengaruh Intervensi Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Kelas 5 di SDN Pengasinan IV Kota Bekasi Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia Machfoedz, Ircham. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya
Maesaroh, Siti. 2009. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Lingkungan Sekolah dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS di MAN Kota Blitar. Tesis. UIN malang Markkannen, Pia K. 2004. Kertas Kerja 9: Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Filipina: ILO Subregional Office for South-East Asia and the Pasific Michael, J. A. 2005. Dermatitis, Contact, Emedicine; www.emedicine.com, Diakses Notoatmodjo, Soekidjo, 1993. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip-Prinsip Dasar.. PT. Rineka Cipta : Jakarta Middlebrook. 1974. Social psychology and Modern Life. New York: Alfred Knopf, Inc Murti, B.2003. Prinsip dan Metodologi Riset Epidemiologi. Ed. Kedua, Jilid Pertama, Yogyakarta; Gajah Mada University Press. Nafisa, Muhammad Hasan. 2010. Keefektifan Promosi Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kelelahan Kerja Pada Pekerja bagian Pelipatan di PT. Karya Toha Putra Semarang.Skripsi. Universitas Negeri Semarang Nina, Eka. 2007. Hubungan Faktor- Factor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Dengan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Perilaku Fisik Dan Psikososial Pada Masa Pubertas Di SMU Negeri 2 Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT ASDI MAHASATY : Jakarta , 2005. Promosi Kesehatan : Teori Dan Aplikasi. PT. Rineka Cipta : Jakarta . 2007. Promosi Kesehatan. Rhineka Cipta : Jakarta
, 2010. Promosi Kesehatan dan Aplikasi. Rhineka Cipta : Jakarta Nurazizah, Dhiena. 2012. Pengaruh Penyuluhan Melalui Media KIE Mengenai ASI Eksklusif dan IMD Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil di Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Sawangan Depok Tahun 2011. Skripsi. Universitas Indonesia Partogi, Donna. 2008. Dermatitis Kontak Iritan. Medan: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU Perhimpunan
Dokter
Spesialis
Kulit
dan
Kelamin
Indonesia
(PERDOSKI).2009.http://www.perdoski.org/index.php/public/information/newsdetail/17 tanggal 28 April 2013. Rosyari, Fitri Nur Afrianthie. 2008. Perbedaan Pengaruh Intervensi Penyuluhan Antara Media Kartu Berjodoh Dengan Media Lembar Balik Terhadap Peningkatan Pengetahuan Gizi Dan Faktor Yang Berhubungan Pada Ibu Balita Di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi Tahun 2008. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ruhdiat, Rudi. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Dermatitis Kontakakibat Kerja Pada Pekerja Laboratorium Kimia Di PT Sucofindo Area Cibitung Bekasi Tahun 2006. Tesis. Universitas Indonesia. Saraswati, Mila dan Ida Widaningsih. 2008. Be Smart IPS. Bandung: Grafindo Media Pratama Sarwono, S, W. 2006. Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada : Jakarta Setyowati, A. (2005). Pengaruh leaflet ispa / pnemonia terhadap perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) ibu bayi / balita dan kader tentang penatalaksanaan kasus ispa di kabupaten Jepara.Http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/litbang/kumpulan_abstrak.pdf. Diperoleh tanggal 10 September 2013.
Siregar, RS. 1996. Dermatosis Akibat Kerja. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat, Palembang. Cermin Dunia Kedokteran Vol 107. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta 114- 116 : Bandung Suma’mur. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Toko Gunung Agung Suma’mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto Supardi, Sudibyo. 2002. Pengaruh Metode Ceramah Dan Metode Leaflet Terhadap Pengobatan Sendiri Yang Sesuai Aturan Untuk Keluhan Demam, Sakit Kepala, Batuk Dan Pilek. Disertasi. Universitas Indonesia : Depok Suraya, Rani. 2011. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp Asi) Pada Anak 6-24 Bulan Di Desa Pantai Gemi Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2011. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Suri, Sufyan. 2009. Pengaruh Penyuluhan Flu Burung Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Penceghan Flu Burung Pada Siswa SDN Cisalak I Tahun 2009. Tesis. Universitas Indonesia Suryani, Febria. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada Pekerja Bagian Processing dan Filling Di PT.Cosmar Indonesia. Tahun 2011. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Taylor S, Sood A. 2003. Occupational Skin Diseases. In : Fritzpatricks et al, editors Dermatology in General Medicine 6 th ed. New York : Mc Graw Hill Book co. Usman, Basyiruddin. 2002. Media Pembelajaran. Ciputatpers: Jakarta
World Health Organization (WHO). 2005. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care (Advance Draft): A Summary. Switzerland: WHO Press. Wulan,Wita. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Ibu Hamil di RSU Dr. Pirngadi Medan. Skripsi. USU
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Pre Test dan Post Test
1. Kuesioner Pre Test KUESIONER PRE-TEST PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA DAN PENANGGULANGAN DERMATITIS Nama No.Telp/HP
: :
A. Berilah tanda silang (x) pada pilihan A, B, C, atau D yang menurut Anda tepat
1.
Dermatitis atau eksim adalah peradangan kulit biasanya terjadi di ..... a. Tangan, Lengan bawah, dan wajah b. Lengan bawah, tangan, dan kaki c. Kaki, wajah, dan lengan bawah d. Tangan, wajah, dan kaki
2.
Gejala dermatitis atau eksim yaitu ..... a. Gatal, panas di kulit, kulit merah, bengkak, tangan kesemutan b. Permukaan kulit bergelembung, bengkak, kesemutan, tangan kaku c. Kulit merah, gatal, panas di kulit, bengkak, permukaan kulit bergelembung d. Bengkak, permukaan kulit bergelembung, kulit merah, tangan kaku, tangan kesemutan
3.
Penyebab dermatitis ( eksim ) pada pekerja proses finishing mebel kayu adalah ….. a. Cat kayu, air hujan, dan thinner ( bahan pencampuran ) yang mengenai tangan dan tidak dibersihkan dengan benar b. Air panas, sanding melamic, dan wood stain ( pewarnaan ) yang mengenai tangan dan tidak dibersihkan dengan benar c. Cat kayu, sanding melamic, dan wood filler ( pendempulan )yang mengenai tangan dan tidak dibersihkan dengan benar d. Air Kobokan, Air Hujan, dan thinner ( bahan pencampuran ) yang mengenai tangan dan tidak dibersihkan dengan benar
4. Berikut ini merupakan dampak dermatitis (eksim ), yaitu ….. a. Penurunan pendapatan b. Meningkatnya hari tidak masuk kerja c. A dan B Benar d. A dan B Salah 5.
Dermatitis ( eksim ) dapat dicegah dengan menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan dengan menggunakan ..... a. Air kobokan dan sabun colek b. Air kobokan dan sabun mandi c. Air selang dan sabun colek d. Air selang dan sabun mandi
6.
Bahan sarung tangan yang cocok digunakan untuk pekerja proses finishing mebel kayu yaitu .... a. Kulit b. Karet c. Plastik d. Asbes
7.
Cuci tangan yang baik dan benar adalah aktivitas membersihkan bagian ..... a. Telapak tangan, Punggung tangan, dan jari, b. Telapak tangan, punggung tangan, dan kuku c. Punggung tangan, jari, dan kuku d. Telapak tangan, punggung tangan, dan lengan bawah
8.
Sabun yang tepat digunakan untuk mencuci tangan adalah sabun ….. a. mandi cair b. mandi batang c. colek d. detergen
9.
Yang diperlukan untuk cuci tangan yang baik dan benar yaitu ..... a. Sabun detergen, air kobokan, dan lap b. Sabun detergen, air selang, dan lap c. Sabun mandi, air selang, dan lap d. Sabun mandi, air kobokan dan lap
10. Air yang digunakan untuk mencuci tangan adalah air mengalir yang bersih. Ciri-ciri air yang bersih yaitu ….. a. Berwarna Kekuningan, tidak berasa, tidak berbau b. Tidak berwarna, tidak berasa, berbau endapan kayu c. Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau d. Berwarna putih, tidak berasa, berbau endapan kayu
11. Berikut ini Manfaat cuci tangan bagi penyakit dermatitis ( eksim ) yaitu….. a. Membersihkan bahan melamic yang menempel di kulit tangan b. Memboroskan sabun dan air yang digunakan pada saat mencuci tangan c. Mencegah penularan penyakit d. Mencegah penyebaran bakteri dan kuman 12. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah, a. Setelah bersentuhan dengan bahan melamic b. Saat berpindah proses kerja c. Semua benar d. Semua salah B. Urutkanlah langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar dengan gambar yang sesuai di sebelah kanan
1. Langkah 1 [.....]
a.
2. Langkah 2 [.....]
b.
3. Langkah 3 [.....]
c.
4. Langkah 4 [.....]
d.
5. Langkah 5 [.....]
e.
6. Langkah 6 [.....]
f.
7. Langkah 7 [.....]
g.
8. Langkah 8 [.....]
h.
2. Kuesioner Post Test KUESIONER POST-TEST PENGETAHUAN TENTANG POTENSI BAHAYA DAN PENANGGULANGAN DERMATITIS Nama No.Telp/HP
: :
A. Berilah tanda silang (x) pada pilihan A, B, C, atau D yang menurut Anda tepat
1. Dermatitis atau eksim adalah peradangan kulit biasanya terjadi di ..... a. Tangan, Lengan bawah, dan wajah b. Lengan bawah, tangan, dan kaki c. Kaki, wajah, dan lengan bawah d. Tangan, wajah, dan kaki 2. Gejala dermatitis atau eksim yaitu ..... a. Gatal, panas di kulit, kulit merah, bengkak, tangan kesemutan b. Permukaan kulit bergelembung, bengkak, kesemutan, tangan kaku c. Kulit merah, gatal, panas di kulit, bengkak, permukaan kulit bergelembung d. Bengkak, permukaan kulit bergelembung, kulit merah, tangan kaku, tangan kesemutan
3. Penyebab dermatitis ( eksim ) pada pekerja proses finishing mebel kayu adalah ….. a. Cat kayu, air hujan, dan thinner ( bahan pencampuran ) yang mengenai tangan dan tidak dibersihkan dengan benar b. Air panas, sanding melamic, dan wood stain ( pewarnaan ) yang mengenai tangan dan tidak dibersihkan dengan benar c. Cat kayu, sanding melamic, dan wood filler ( pendempulan )yang mengenai tangan dan tidak dibersihkan dengan benar d. Air Kobokan, Air Hujan, dan thinner ( bahan pencampuran ) yang mengenai tangan dan tidak dibersihkan dengan benar 4. Berikut ini merupakan dampak dermatitis (eksim ), yaitu….. a. Penurunan pendapatan b. Meningkatnya hari tidak masuk kerja c. A dan B Benar d. A dan B Salah 5. Dermatitis ( eksim ) dapat dicegah dengan menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan dengan menggunakan ..... a. Air kobokan dan sabun colek b. Air kobokan dan sabun mandi c. Air selang dan sabun colek d. Air selang dan sabun mandi 6. Bahan sarung tangan yang cocok digunakan untuk pekerja proses finishing mebel kayu yaitu ..... a. Kulit b. Karet c. Plastik d. Asbes 7. Cuci tangan yang baik dan benar adalah aktivitas membersihkan bagian ..... a. Telapak tangan, Punggung tangan, dan jari, b. Telapak tangan, punggung tangan, dan kuku c. Punggung tangan, jari, dan kuku d. Telapak tangan, punggung tangan, dan lengan bawah 8. Sabun yang tepat digunakan untuk mencuci tangan adalah sabun ….. a. mandi cair b. mandi batang c. colek d. detergen
9. Yang diperlukan untuk cuci tangan yang baik dan benar yaitu ..... a. Sabun detergen, air kobokan, dan lap b. Sabun detergen, air selang, dan lap c. Sabun mandi, air selang, dan lap d. Sabun mandi, air kobokan dan lap 10. Air yang digunakan untuk mencuci tangan adalah air mengalir yang bersih. Ciri-ciri air yang bersih yaitu ….. a. Berwarna Kekuningan, tidak berasa, tidak berbau b. Tidak berwarna, tidak berasa, berbau endapan kayu c. Tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau d. Berwarna putih, tidak berasa, berbau endapan kayu 11. Berikut ini Manfaat cuci tangan bagi penyakit dermatitis ( eksim ) yaitu….. a. Membersihkan bahan melamic yang menempel di kulit tangan b. Memboroskan sabun dan air yang digunakan pada saat mencuci tangan c. Mencegah penularan penyakit d. Mencegah penyebaran bakteri dan kuman 12. Waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah, a. Setelah bersentuhan dengan bahan melamic b. Saat berpindah proses kerja c. Semua benar d. Semua salah B. Urutkanlah langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar dengan gambar yang sesuai di sebelah kanan
1. Langkah 1 [.....]
a.
2. Langkah 2 [.....]
b.
3. Langkah 3 [.....]
c.
4. Langkah 4 [.....]
d.
5. Langkah 5 [.....]
e.
6. Langkah 6 [.....]
f.
7. Langkah 7 [.....]
g.
8. Langkah 8 [.....]
h.
Lampiran 2 Kuesioner Sumber Informasi dan Hubungan Sosial
KUESIONER SUMBER INFORMASI DAN HUBUNGAN SOSIAL
Nama
:
No.Telp/HP
:
1. Apakah sebelumnya Anda pernah mendapatkan informasi tentang penyakit dermatitis dan pencegahannya (penggunaan sarung tangan dan cuci tangan yang baik dan benar)? a. Pernah, dari (Jawaban boleh lebih dari satu) 1) Keluarga 2) Teman 3) Penyuluhan sebelumnya b. Tidak pernah
2. Apakah
Anda
dengan
keluarga/teman/tetangga
pernah
membicarakan
mengenai : Ya
Tidak
Penyakit dermatitis (eksim) Penggunaan sarung tangan di tempat kerja Mencuci tangan yang baik dan benar
3. Apakah dari media seperti TV, radio, koran, internet (google, twitter, facebook,dsb), Anda pernah mendapatkan informasi mengenai: Ya Penyakit dermatitis (eksim) Penggunaan sarung tangan di tempat kerja Mencuci tangan yang baik dan benar
Tidak
Lampiran 3 Uji Rekap Media
Angket Penilaian Media PERBEDAAN PENGETAHUAN ANTARA SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA LEAFLET TENTANG PENYEBAB DERMATITIS DAN PENCEGAHANNYA PADA PEKERJA PROSES FINISHING MEBEL KAYU DI CIPUTAT TIMUR TAHUN 2013
INFORMED CONSENT
Assalamualaikum Wr. Wb Saya Nur’azizaturrahmah, mahasiswi Kesehatan Masyarakat Peminatan K3 Universitas Islam Negeri Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penilaian media pembelajaran yang akan digunakan dalam tugas akhir (skripsi). Atas perhatian dan kerjasama saudara saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.
ANGKET PENILAIAN MEDIA “LEAFLET” Nama
:
No.HP
:
Email
:
Isilah kolom keterangan dengan tanda silang (X) pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan teori yang Anda pernah pelajari. * Jika mengisi kolom Tidak, harap mengisi kolom Saran No.
Pertanyaan
Keterangan Ya
1.
Apakah anda mengerti informasi yang ada dalam media?
2.
Apakah informasi dalam media memberikan pengetahuan bagi anda?
3.
Apakah pesan yang tertuang dalam media memberikan kesinambungan informasi?
4.
Apakah ada kata-kata yang tidak dipahami?
5.
Apakah bahasa yang digunakan di dalam media leaflet cukup jelas?
6.
Apakah anda mengalami kesulitan dalam membaca
Tidak*
Saran
informasi di media leaflet? 7.
Apakah hurufnya terlalu kecil bagi anda?
8.
Apakah gambar pada media leaflet ini mudah terlihat?
9.
Apakah gambar-gambar yang ditampilkan menarik perhatian Anda?
10.
Apakah gambar yang ditampilkan terlalu banyak?
11.
Apakah warna-warna dalam media leaflet menarik bagi anda?
12.
Apakah penempatan teks dan gambar sudah sesuai?
Lampiran 4 Hasil Rekap Uji Media Apakah anda mengerti informasi yang ada dalam media?
Apakah informasi dalam media memberikan pengetahuan bagi anda? Apakah pesan yang tertuang dalam media memberikan kesinambungan informasi?
Mahasiswa 1 Ya
Mahasiswa 2 Ya
Ya
Ya
Ya
Setiap gambar yang ada di perjelas dengan kata-kata biar tidak terjadi ambiguitas
Mahasiswa 3 bahasa dermatitis
Mahasiswa 4 lebih Sebaiknya lebih diperjelas keterkaitan antara tujuan disederhanakan dengan penelitian dan maksud leaflet. menggunakan bahasa sehari – pembuatan Informasi yang terkandung hari. didalam leaflet harus lebih diperkaya lagi, karena leaflet tidak memerlukan gambar yang banyak. (menurut saya bentuk leaflet bukan seperti ini, leaflet biasanya hanya berisi 1 atau 2 gambar saja, ini lebih cendurung seperti brosur, terlalu banyak gambar yang digunakan) Ya Masih kurang banyak pengetahuan yang harusnya diberikan. Kalau tujuan materinya hanya Jika ingin memberikan memberikan informasi sekilas pengetahuan kepada tentang penyakit dan pekerja di pabrik tahu sebaiknya isi yang terkandung di dalam media diberikan keterkaitan dengan keadaan yang ada di dalam pabrik tahu itu sendiri sehingga ada
Laboran Ya
Ya
Di judul tambahin gambar pekerja proses finishing kayu supaya jelas sasarannya siapa
kesinambungan informasi. Apakah ada kata-kata Lebih Mungkin Bahasa dermatitis lebih Bahasa dermatitis lebih Tidak yang tidak dipahami? menggunakan dermatitisnya disederhanakan dengan disederhanakan dengan bahasa yang ada penjelasan menggunakan bahasa sehari – awam yg dapat secara definisi hari. Dan untuk penyebab dan menggunakan bahasa sehari di ketahui oleh masyarakat dampak, seharusnya ada – hari. Dan untuk penyebab semua lapisan awam sedikit penjelasan setidaknya 1 masyarakat kalimat. Contoh pendapatan dan dampak, sebaiknya seperti kata berkurang, apa hubungannya ditambahkan penjelasan dermatitis, dengan dermatitis. mungkin ada lagi setidaknya 1 kalimat. bahasa yang Contoh pendapatan masyarakat awam lebih berkurang, apa mengenal hubungannya dengan penyakit ini dengan nama dermatitis. lain Apakah bahasa yang Ya Ya Ya Ya digunakan di dalam media leaflet cukup jelas? Apakah anda mengalami Tidak Terkait Untuk sasaran dengan bahasa yang digunakan juga Tidak kesulitan dalam penjelasan pendidikan di bawah SMP harus disesuaikan dengan membaca informasi di gambar sepertinya kurang sampai. tingkat pendidikan para media leaflet? mungkin di beri pekerja. Ambil pendidikan tanda gambar yang terendah agar dapat 1.1 jadi ketika lebih mudah dimengerti menjelaskan oleh sasaran. bisa tidak pusing gambar mana yang di
Ya
Apakah hurufnya terlalu ukuran huruf kecil bagi anda? pada bagian penyejalasan lebih diperbesar Pada sub judul lebih di tebalkan.
maksud Huruf monoton, font d buat menarik dan ukuran di sesuaikan dengan gambar ( hampir sama besarnya atau setengah dari gambar)
Apakah gambar pada media leaflet ini mudah terlihat?
Ya
Ya
Apakah gambar-gambar yang ditampilkan menarik perhatian Anda?
Ya
Ya (ada baiknya ada gambar orisinal dan coba di perhalus border gambarnya
Apakah gambar yang Tidak (sudah ditampilkan terlalu sesuai dengan banyak? penjelasan)
Tidak (Sebenarnya cukup cuman lebih di perjelas maksud dari gambarnya)
Ya
Gunakan font yang agak besar, sebaiknya huruf kapital semua, dan di bold agar lebih jelas.
Ya
Fontnya tidak serasi, spasinya tidak sama Subjudul tujuan cuci tangan kenapa tidak di tulis kayak gini “ apa sih tujuan mencuci tangan?” kayak yang tulisan “apa itu dermatitis?” Ada beberapa tulisan yang di Bold
Kurangi jumlah gambar Ya yang ada di dalam media. Semakin banyak gambar semakin sedikit informasi yang bisa dimasukkan. Ya Ya Untuk judul lebih eye catching biar menarik Gambarnya kotakkotak terkesan kaku Nomor gambar langkah- langkah, warna kotaknya jangan hitam Ya Subjudul waktu cuci Sudah ideal jumlah gambar tangan, kenapa tidak di yang ditampilkan tambahin ada gambar jamnya
Apakah warna-warna dalam media leaflet menarik bagi anda?
Ya
Apakah penempatan teks Seharusnya dan gambar sudah pada bagian sesuai? muka, tidak hanya tercantumlogo uin saja tetapi judul dari leaflet tersebut juga di cantumkan pada bagian muka leaflet ini.
Warna masih Hurufnya kurang, terlihat warnanya monoton dan standar leaflet biasa yang ada Terkait penjelasan gambar mungkin di beri tanda gambar 1.1 jadi ketika menjelaskan bisa tidak pusing gambar mana yang di maksud
terlalu
Ya
datar Warna untuk huruf lebih diperkaya lagi, misalnya dengan warna ungu, pink, dll.
Tulisan dan warna backgroundnya diperhatikan, biar jelas kebacanya, gak samar
Cukup kurangi jumlah Banyakin lagi gambarnya gambar yang digunakan.
Lampiran 5 Leaflet Sebelum Uji Rekap Media 1. Leaflet 1
2. Leaflet 2
Lampiran 6 Leaflet Sesudah Uji Rekap Media
Lampiran 7 OUTPUT ANALISIS DATA Univariat 1. Gambaran Pengetahuan sebelum dan sesudah pada Kelompok Intervensi
Frequencies Statistics Pretest N
Valid
Posttest
Perubahan
Pretest2
Posttest2
Perubahan2
35
35
35
35
35
35
0
0
0
0
0
0
Mean
3.0286
6.2000
3.1714
1.37
1.06
1.09
Median
3.0000
6.5000
3.0000
1.00
1.00
1.00
3.50
8.00
3.00
1
1
1
.89066
1.65920
1.57622
.490
.236
.284
Minimum
.50
2.50
.50
1
1
1
Maximum
4.50
8.50
6.00
2
2
2
Missing
Mode Std. Deviation
Pretest Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0.5
1
2.9
2.9
2.9
1.5
2
5.7
5.7
8.6
2
3
8.6
8.6
17.1
2.5
7
20.0
20.0
37.1
3
5
14.3
14.3
51.4
3.5
9
25.7
25.7
77.1
4
7
20.0
20.0
97.1
4.5
1
2.9
2.9
100.0
35
100.0
100.0
Total
Posttest Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2.5
1
2.9
2.9
2.9
3
1
2.9
2.9
5.7
4
5
14.3
14.3
20.0
4.5
1
2.9
2.9
22.9
5
1
2.9
2.9
25.7
5.5
3
8.6
8.6
34.3
6
5
14.3
14.3
48.6
6.5
4
11.4
11.4
60.0
7
1
2.9
2.9
62.9
7.5
5
14.3
14.3
77.1
8
6
17.1
17.1
94.3
8.5
2
5.7
5.7
100.0
35
100.0
100.0
Total
2. Gambaran Pengetahuan sebelum dan sesudah pada Kelompok Kontrol
Frequencies Statistics Pretest N
Valid
Posttest
Perubahan
Pretest2
Posttest2
Perubahan2
35
35
35
35
35
35
0
0
0
0
0
0
Mean
2.9143
3.0143
.1000
1.49
1.83
1.91
Median
3.0000
3.0000
.0000
1.00
2.00
2.00
2.50
2.50
.00
1
2
2
1.05361
1.03955
.53961
.507
.382
.284
Minimum
1.00
1.00
-1.00
1
1
1
Maximum
6.00
6.50
1.50
2
2
2
Missing
Mode Std. Deviation
Pretest Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
2
5.7
5.7
5.7
2
7
20.0
20.0
25.7
2.5
8
22.9
22.9
48.6
3
7
20.0
20.0
68.6
3.5
6
17.1
17.1
85.7
4
2
5.7
5.7
91.4
4.5
1
2.9
2.9
94.3
5.5
1
2.9
2.9
97.1
6
1
2.9
2.9
100.0
35
100.0
100.0
Total
Posttest Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
1
2.9
2.9
2.9
1.5
1
2.9
2.9
5.7
2
4
11.4
11.4
17.1
10
28.6
28.6
45.7
3
8
22.9
22.9
68.6
3.5
5
14.3
14.3
82.9
4
2
5.7
5.7
88.6
2.5
4.5
2
5.7
5.7
94.3
5
1
2.9
2.9
97.1
6.5
1
2.9
2.9
100.0
35
100.0
100.0
Total
Bivariat 1. Uji Normalitas Data Pada Kelompok Intervensi
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pretest N Normal Parametersa
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Posttest 35
35
Mean
3.0286
6.2000
Std. Deviation
.89066
1.65920
Absolute
.187
.155
Positive
.109
.108
Negative
-.187
-.155
1.109
.916
.171
.372
2. Uji Normalitas Data Pada Kelompok Kontrol
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pretest N
Posttest 35
35
2.9143
3.0143
1.05361
1.03955
Absolute
.153
.191
Positive
.153
.191
Negative
-.136
-.139
Kolmogorov-Smirnov Z
.907
1.131
Asymp. Sig. (2-tailed)
.383
.155
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
3. Uji T- Dependent ( Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberi intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok Intervensi )
T-Test Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
Pretest - Posttest
-3.17143
Std. Deviation 1.57622
Std. Error Mean .26643
Lower -3.71288
Upper -2.62998
t
df -11.903
Sig. (2-tailed) 34
.000
4. Uji T- Dependent ( Perbedaan Pengetahuan sebelum dan sesudah diberi intervensi penyuluhan dengan media leaflet pada kelompok kontrol )
T-Test Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1
Pretest - Posttest
-.10000
Std. Deviation .53961
Std. Error Mean .09121
Lower
Upper -.28536
t .08536
df -1.096
Sig. (2-tailed) 34
.281