FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SELERA MAKAN DI RUMAH PADA SISWA/SISWI KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2015
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH: UMI KHOLIFAH NIM: 1111101000130
PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H /2016 M
i
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN GIZI Skripsi, Juni 2016 Umi Kholifah, NIM: 1111101000130 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 (xvi + 113 Halaman, 14 Tabel, 3 Bagan, 3 Gambar, 3 Lampiran) ABSTRAK Selera makan merupakan suatu proses dalam tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keinginan makan selain rasa lapar. Beberapa penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa selera makan pada anak sekolah tidak teratur. Jika keadaan ini terus berlanjut maka kebutuhan gizi tidak tercukupi dengan baik dan dapat menghambat pertumbuhan sedangkan usia 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2015 dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 102 siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampel. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46,1% siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan yang selera makanya rendah. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa makan bersama keluarga (p value 0,021) dan konsumsi suplemen penambah selera makan (p value 0,016) memiliki hubungan signifikan dengan selera makan di rumah. Sedangkan frekuensi mengonsumsi jajanan (p value 0,320) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan selera makan di rumah. Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak siswa/siswi yang makan jajanan, maka sebaiknya diberikan edukasi tentang makanan jajanan yang aman dan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya makan bersama keluarga dan penggunaan suplemen penambah selera makan. Edukasi dilakukan dengan melibatkan pihak sekolah dan tenaga kesehatan setempat. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi keinginan siswa/siswi untuk jajan dan meminimalisir pemakaian suplemen penambah selera makan. Kata kunci; Selera Makan, Makan Bersama Keluarga, Siswa Sekolah Dasar Daftar Bacaan : 84 (1948-2015)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM NUTRITION DEPARTMENT Undergraduated Thesis, June 2016 UmiKholifah, NIM: 1111101000130 The Factor’s related with Appetite at Home of Student’s Fourth Grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta in 2015. (xvi + 113 pages, 14 tables, 3 charts, 3 figure, 3 appendix)
ABSTRACT Appetite is a process of the body that can cause a person to have the desire to eat than hunger. Some research in Indonesia’s show that the appetite in children of elementary school age are irregular. If this situation continues, the nutritional needs of children are not fulfilled properly and can inhibit the growth while those aged 7-13 years in a period of the most rapid growth in the second after infancy. The aims of this research to determine the related factors with appetite at home of student’s fourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta in 2015. This research was to do on March until August 2015 by using a cross sectional research design. In this research, using the sample amounted to 102 people that’s all student’s fourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan. Sampling was carried out with the total sample. Instruments that used are questionnaire. The data analysis role in this research consisted of the analysis of univariate and bivariate analysis by using chi-square statistic test. The result of this research point out of 46,1% students fourth grade at Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan taste so low appetite at home. Based on bivariate analysis, it is known that the frequency eat with family (p value 0,021) and consumption appetite supplements (p value 0,016) has a significant relationship with the appetite to eat at home .whereas of eating snacks (p value 0,320) has not significant relationship with the appetite to eat at home. Based on the result of the research, there are still many student’s consump snacks than should be provided with education about safe street food and education to her parents about the importance of family meals and the use of appetite supplements. The education doing with schools and local health worker. That is done to reduce the need for students to consumption snacks and minimize using of supplements. Key Words : appetite, eat with family , Students Reading List : 84 (1948-2015)
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI Nama
:Umi Kholifah
Jenis Kelamin
:Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
:Sri Mulyo, 11 Desember 1991
Status
:Belum Menikah
Agama
:Islam
Alamat
:Rt 16 Rw 04 Dusun II Desa Sri Mulyo. Kec. Tungkal Jaya, Kab. Musi Banyuasin. Prov. Sumatera Selatan Kode Pos 30756
Nomer Hp
:0852 0895 7435 / 085273265585
Email
:
[email protected]/ umikholifah8
[email protected]
B. PENDIIDKAN FORMAL NAMA SEKOLAH 1. 2. 3. 4.
SDN SP D1 BT II D Sri Mulyo MTs Pondok Pesantren Qodratullah MA Pondok Pesantren Qodratullah Program Studi Kesehatan Masyavakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
TAHUN 1. 2. 3. 4.
1999 - 2005 2005 - 2008 2008 - 2011 2011-Sekarang
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirabbil alamin,. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat begitu banyak serta nikmat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015”. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari zaman jahilliyah sampai saat ini. Dalam proses pembuatan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, motivasi dan semangat serta do’a dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tidak terhingga kepada: 1.
2.
3. 4. 5.
6.
7.
Bapak Kaniyo, Ibu Kasbini sebagai orang tua saya tercinta yang mendidik saya dari buaian hingga saat ini, semoga Allah SWT selalu menjaga dan meridhai Bapak Ibu. Serta kakaku Heru Trimanto dan adikku Nurul Ilmi Miftahul Jannah, Mas Andik Setiawan, S.Pd dan seluruh keluarga besar atas segala kasih sayang, dukungan dan do’a yang selalu dipanjatkan untuk keberhasilan penulis. Kepada seluruh pembina SJD MUBA, selaku pengurus Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin yang senantiasa memberikan dana dan motivasi selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi. Bapak Dr.Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatukkah Jakarta. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS, selaku dosen pembimbing I skripsi yang senantiasa memberikan waktu dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi. Ibu Fase Badriah. SKM, M.Kes. Ph. D, selaku dosen pembimbing II skripsi yang senantiasa memberikan waktu dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi. Ibu Minsarnawati, M.Kes, selaku dosen penguji I skripsi yang memberikan masukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi.
viii
8. 9.
10. 11. 12.
13.
14.
Ibu Febrianti, SP.M. Si , selaku dosen penguji II skripsi yang memberikan masukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi. Ibu Tria Astika Endah. P.SKM, MKM selaku dosen penguji III skripsi yang memberikan masukan dan bimbinganya kepada penulis selama penyusunan skripsi. Ibu dan Bapak Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna khususnya bagi penulis. Kepada para Staf Akademik dan Laboran FKIK UIN atas bantuan serta informasinya selama penyusunan skripsi. Kepada Bapak Kepala Sekolah, Wali Kelas IV, para dewan guru, para murid kelas IV serta seluruh pihak sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian di lapangan. Kepada Gina Kholisoh, Puspita Nur Afifah, Aprilita Noor Amalia, Eka Yulianti yang selalu memberikan dukungan dan semangat, sahabat dan adik yang terbaik. Kepada teman-teman Prodi Kesehatan Masyarakat, khususnya teman-teman Peminatan Gizi 2011 dan semua teman-teman Santri Jadi Dokter Musi Banyuasin yang telah memberikan bantuan, informasi dan motivasinya kepada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan skripsi.
Penulis sadar atas segala kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya, terutama bagi perkembangan ilmu kesehatan masyarakat.
Tangerang Selatan, Mei 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i ABSTRAK . ........................................................................................................... ii ABSTRACT .......................................................................................................... iii LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iv LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi KATA PENGANTAR......................................................................................... vii DAFTAR ISI......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR BAGAN.............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1 A.
Latar Belakang .............................................................................................1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................................5
C.
Pertanyaan Penelitian ...................................................................................6
D.
Tujuan Penelitian..........................................................................................7 1. Tujuan Umum..........................................................................................7 2. Tujuan Khusus.........................................................................................7
E.
Manfaat Penelitian .......................................................................................8 1. Bagi Pembuat Program Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan ................8 2. Bagi Siswa/Siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan ..........................8
x
3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ......................................9 4. Bagi Peneliti ...........................................................................................9 F.
Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................9
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI........................10 A.
Selera Makan ............................................................................................10 1. Defenisi Selera Makan...........................................................................10 2. Gambaran Selera Makan pada Anak di Rumah ....................................11 3. Fisiologi Selera Makan..........................................................................13 4. Dampak Anak Tidak Selera Makan.......................................................14 5. Penilaian Selera Makan ........................................................................18
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan ...................................22 1. Faktor Metabolik :Hormon....................................................................22 2. Faktor Farmakologik : Obat-obatan ......................................................34 3. Variasi Makan di Rumah.......................................................................36 4. Frekuensi Mengonsumsi Jajanan...........................................................40 5. Makan Bersama Keluarga .....................................................................44 6. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan .....................................46
C.
Kerangka Teori...........................................................................................51
BAB III. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...........52 A.
Kerangka Konsep ......................................................................................52
B.
Definisi Operasional...................................................................................55
C.
Hipotesis Penelitian....................................................................................56
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN .........................................................57 A.
Desain Penelitian........................................................................................57
xi
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................57
C.
Populasi dan Sampel ..................................................................................57 1. Populasi ..................................................................................................57 2. Sampel ....................................................................................................58
D.
Metode Pengumpulan Data ........................................................................59 1. Data Primer.............................................................................................60 2. Data Sekunder ........................................................................................60
E.
Instrumen Penelitian...................................................................................60
F.
Manajemen Data ........................................................................................63 1. Editing Data ..........................................................................................64 2. Coding Data ..........................................................................................64 3. Data Struktur dan Data File...................................................................66 4. Entry Data .............................................................................................66 5. Cleaning Data .......................................................................................66
G.
Analisis Data ..............................................................................................67 1. Analisis Data Univariat .........................................................................67 2. Analisis Data Bivariat ............................................................................67
BAB V. HASIL PENELITIAN ...........................................................................69 A.
Analisis Univariat.......................................................................................69 1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta ....69 2. Gambaran Selera Makan di Rumah.......................................................70 3. Gambaran Frekuensi Mengonsumsi Jajanan .........................................71 4. Gambaran Makan Bersama Keluarga....................................................72 5. Gambaran Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan ...................74
xii
B.
Analisis Bivariat .........................................................................................76 1. Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera Makan di Rumah ...................................................................................76 2. Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan di Rumah ...............................................................................................77 3. Hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di Rumah ............................................................78
BAB VI. PEMBAHASAN....................................................................................80 A.
Keterbatasan Penelitian ..............................................................................80
B.
Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015....................................80
C.
Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan, Makan Bersama Keluarga, Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015...................82 1. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera Makan di Rumah............................................................82 2. Gambaran dan Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan di Rumah ........................................................................87 3. Gambaran dan Hubungan antara Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah ....................................91
BAB VII. PENUTUP............................................................................................97 A.
Simpulan.....................................................................................................97
B.
Saran...........................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................100 LAMPIRAN .......................................................................................................111
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel 5.1
Definisi Operasional .........................................................................55 Distribusi Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...…..70
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Mengonsumsi Jajanan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 .............................................................................…….71.
Tabel 5.3
Distribusi
Jenis
Makanan
Jajanan
yang
dibeli
pada
Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 .................................................………………..71 Tabel 5.4
Distribusi
Jenis
Minuman
Jajanan
yang
dibeli
pada
Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 .....................................................……………..72 Tabel 5.5
Distribusi Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 .........................................................................................…….73
Tabel 5.6
Distribusi Waktu Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ..............................................................................…….73
Tabel 5.7
Distribusi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...............................................................………74
Tabel 5.8
Distribusi Jenis Suplemen Penambah Selera Makan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 .....................................................……………..75
xiv
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ...........................................75
Tabel 5.10
Analisis Hubungan Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ....……………..76
Tabel 5.11
Analisis Hubungan Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 ..........................77
Tabel 5.13
Analisis Hubungan Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 .................................................................................…..78
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Mekanisme Umpan Balik antara Leptin dan NPY ..........................25
Bagan 2.2
Kerangka Teori ................................................................................51
Bagan 3.3
Kerangka Konsep........................................................……………..52
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Mekanisme Kontrol Umpan Balik Selera Makan .............................23 Gambar 2.2 Sekresi Kolesistokinin (CCK)............................................................27 Gambar 3.1 Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ........................................................37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ........................................................................112 Lampiran 2 Hasil Analisis Univariat dan Analisis Bivariat...........……………..119 Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Sekolah ...................................................127
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dorongan makan umumnya didasarkan pada rasa lapar dan selera makan. Dua hal tersebut berhubungan tetapi memiliki arti berbeda. Lapar adalah menggambarkan keadaan kekurangan gizi yang dasar dan merupakan konsep fisiologis. Sedangkan selera makan merupakan suatu proses dalam tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keinginan untuk makan selain rasa lapar (Guyton dan Hall, 2007). Anak yang mengalami selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, yang berdampak pada gangguan kesehatan (Judarwanto, 2010). Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila kurang makan sayur dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, jika kekurangan zat besi maka rentan menderita anemia yang menyebabkan pucat, lemah, cepat mengantuk, menurunya daya tahan tubuh, jika kekurangan protein akan terjadi Kekurangan Energi Protein (KEP), dan gangguan pertumbuhan (Sunarjo, 2013). Anak sekolah mengalami perubahan perilaku dan dapat menentukan sendiri makanan yang disukai atau tidak disukai. Kebiasaan makan tidak teratur dan selera makan yang tidak tentu dalam waktu yang lama dapat
2
menyebabkan anak kurang asupan gizi yang seimbang. Jika keadaan ini terus berlanjut maka kebutuhan gizi pada anak tidak tercukupi dengan baik. Jika dibiarkan semakin lama, maka berdampak pada berat badan yang tidak normal yaitu kurus dan sangat kurus (Handayani, 2014). Data Riskesdas (2010), bahwa sebanyak 41,2% anak sekolah dasar mengonsumsi makanan dibawah 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 yang dianjurkan. Penelitian the Gateshead Millenium Baby Study (2006) di Inggris menyebutkan bahwa sebanyak 20% orang tua melaporkan anaknya mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi adalah usia anak 5-10 tahun yang hanya mau makan makanan tertentu. Studi di Italia melaporkan bahwa sebanyak 6% bayi mengalami masalah makan dan meningkat 25-40% pada fase akhir pertumbuhan. Survei di Amerika Serikat melaporkan bahwa sebanyak 19-50% orang tua mengeluhkan anaknya sangat memilih makan sehingga terjadi defisiensi zat gizi tertentu (Arali, 2011). Penelitian pada enam TK di Tokyo bahwa sebanyak 43,4% anak tidak selera makan (Akamatsu dan Tomomi, 2011). Penelitian Pintautami (2011) yang dilakukan di Sekolah Dasar Tileng 1 Gunung Kidul Jawa Tengah bahwa sebanyak 49,8% anak kelas IV-VI dengan selera makan rendah dan hasil penelitian Handayani (2014) yang dilakukan di Sekolah Dasar Impres Laikeng Sudiang Makassar sebanyak 47,2% anak tidak selera makan pada usia 11-12 tahun.
3
Selera makan yang tidak pasti dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Sherwood (2001) diantaranya adalah faktor metabolik (Hormon). Sudjatmoko (2011) faktor farmakologik (obat-obatan). Pengaturan selera makan dipengaruhi aktivitas berbagai hormon, adapun hormon yang berperan dalam mempengaruhi selera makan adalah Leptin, Ghrelin, Kolesistokinin (CCK),
glukosa
dan
insulin.
Mengonsumsi
obat-obatan
juga
bisa
mempengaruhi selera makan dengan menghambat penyerapan lemak dan meningkatkan pengeluaran energi dan bertindak pada pusat kenyang di hipotalamus untuk menekan selera makan. Graha (2008) mengungkapkan bahwa variasi makan, dan makan bersama keluarga juga mempengaruhi selera makan pada anak. Menu makan yang sama akan membuat anak cenderung merasa bosan dan malas untuk makan di rumah. Irianto (2007) frekuensi mengonsumsi jajanan juga mempengaruhi selera makan anak. Kebiasaan mengonsumsi jajanan sangat populer dikalangan anak sekolah. Hasil penelitian Yanti (2013) bahwa sebanyak 66,0% siswa sekolah dasar jajan dengan frekuensi >5 kali/minggu. Selain itu, kebiasaan makan bersama keluarga yang jarang dilakukan karena orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sehingga waktu makan bersama keluarga tidak rutin dilaksanakan. Penelitian yang dilakukan di Makasar bahwa ada pengaruh antara kebiasaan jajan dengan selera makan pada anak usia 11-12 tahun (Handayani, 2014).
4
Yu, et al (1997) mengatakan bahwa konsumsi suplemen juga mempengaruhi selera makan. Masalah makan yang sering terjadi pada anak membuat orang tua terutama ibu merasa sedih, ibu sulit untuk menebak keadaan selera makan anak. Sehingga, konsumsi suplemen penambah selera makan sering menjadi pilihan para orang tua untuk mengatasi anak yang kurang selera makan di rumah. Umumnya suplemen penambah selera makan memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin (Handayani, 2002). Curcumin adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dari tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan temu ireng (Curcuma aerogenoceae Roxb). Rimpang temulawak dan temu ireng terdapat minyak atsiri yang diduga meningkatkan selera makan (Awalin,1996). Minyak atsiri memiliki sifat koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak diusus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi peningkatan selera makan (Ozaki dan Liang, 1988). Penelitian Ni’amah (2010) yang melakukan eksperimen ekstrak temu ireng (Curcuma Aerogenoceae.Roxb) sedangkan penelitian Awalin (1996) menggunakan temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang keduanya menggunakan tikus putis sebagai hewan uji. Hasil penelitianya adalah adanya peningkatan selera makan dan bertambahnya berat badan pada tikus setelah diberi ekstrak temu ireng maupun temulawak. Kemudian hasil penelitian di
5
Sekolah Dasar Tileng I bahwa adanya peningkatan selera makan pada anak yang mengonsumsi suplemen zink selama 14 hari (Pintautami, 2011). Peneliti memilih siswa/siswi Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta sebagai subjek penelitian karena ada hal yang menarik dari penelitian yang dilakukan sebelumnya diantaranya adalah; hasil penelitian Septika (2013) di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta bahwa sebanyak 64,8% anak jajan dengan frekuensi >5 kali dalam seminggu. . Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret 2015 terhadap 30 siswa-siswi kelas V, diketahui bahwa terdapat 60,0% anak dengan selera makan di rumah rendah. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian lanjut dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2015.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan penelitian Septika (2013) di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta bahwa sebanyak 64,8% anak jajan dengan frekuensi >5 kali dalam seminggu.
Kemudian hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret 2015 terhadap 30 siswa-siswi kelas V, diketahui bahwa terdapat 60,0% anak dengan selera
6
makan di rumah rendah. Sedangkan usia sekolah adalah masa pertumbuhan yang optimal dan membutuhkan nutrisi yang dapat diperoleh dari makanan yang disediakan di rumah. Jika asupan gizi pada masa ini tidak tercukupi maka mengakibatkan gangguan pertumbuhan badan, mental, kecerdasan dan mudah terserang penyakit. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2015.
C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? 2. Bagaimana gambaran frekuensi mengonsumsi jajanan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? 3. Bagaimana gambaran makan bersama keluarga pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? 4. Bagaimana gambaran konsumsi suplemen penambah selera makan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? 5. Apakah ada hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
7
6. Apakah ada hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? 7. Apakah ada hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
D. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
2.
Tujuan Khusus a. Diketahui gambaran selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? b. Diketahui gambaran frekuensi mengonsumsi jajanan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? c. Diketahui gambaran makan bersama keluarga pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? d. Diketahui gambaran konsumsi suplemen penambah selera makan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
8
e. Diketahui hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? f. Diketahui hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015? g. Diketahui hubungan antara konsumsi suplemeni penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015?
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Pembuat Program MI Pembangunan UIN Jakarta Memberikan informasi kepada Madrasah Pembangunan UIN Jakarta tentang selera makan siswa/siswi di rumah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan sebagai masukan bagi pembuat program sekolah, agar melakukan pengawasan terhadap makanan jajanan yang dijual di kantin dan pedagang sekitar sekolah. 2. Manfaat Bagi Siswa/Siswi MI Pembangunan UIN Jakarta Diperolehnya informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada anak sekolah dasar, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa/siswi untuk lebih berhati-hati dan menjaga pola makan yang sehat dengan
9
mengonsumsi makanan yang disediakan oleh keluarga di rumah sehingga kebutuhan zat gizi terpenuhi secara optimal. 3. Manfaat Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan serta sebagai bahan referensi bagi penelitian lain yang terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi. 4. Bagi Peneliti Dengan
adanya
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yeng telah didapat selama pembelajaran diperkuliahan.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kelompok studi pada penelitian ini adalah siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang dilakukan pada bulan Maret-Agustus tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan uji chi square. Data sekunder dari absensi kelas dan data primer dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Selera Makan 1.
Definisi Selera Makan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) selera adalah keinginan, kesukaan atau kegemaran. Selera bisa menyangkut berbagai hal, misalnya musik, makanan, olahraga dan lain. Sedangkan makan adalah proses untuk memasukkan makanan kedalam tubuh. Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makanan ke dalam mulut, mengunyah dan menelan. Keterampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar disekitar mulut sangat berperan dalam proses makan. Pergerakan motorik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan yang dilakukan oleh otot rahang atas, rahang bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut (Meutia, 2005). Guyton dan Hall (2007) mendefisinikan selera makan merupakan suatu proses dalam tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keinginan makan selain rasa lapar. Kemudian Lubis (2005) mendefisinikan selera makan biasanya diartikan sebagai rasa senang atau ingin yang ditimbulkan oleh rangsangan makan (aroma, penampilan) dan keputusan memilih jenis makanan tertentu. Sedangkan Oenzi (2012)
11
selera makan adalah sebagai prefrensi seseorang terhadap jenis makanan atau keadaan ingan makan. Arali (2011) mendefinisikan selera makan adalah ketertarikan untuk mencoba makanan kesukaan karena memliki warna, aroma dan bentuk makanan yang menarik. Dalam tinjauan gizi seimbang, selera makan dapat dikatakan baik dan dapat juga dikatakan tidak baik, bila dikatakan baik maka proses makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi dapat berjalan maksimal. Namun jika dikatakan tidak baik, ada dua hal kemungkinan akan terjadi, pertama selera makan yang berlebihan (rakus) dan yang kedua selera makan berkurang atau hilang. Selera makan yang berlebihan (terlihat rakus) artinya intake makanan melebihi kebutuhan tubuh, akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak diinginkan dan beberapa akibat penyakit lain. Sebaliknya, selera makan berkurang atau hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak dikehendaki (Arali, 2011).
2.
Gambaran Selera Makan pada Anak di Rumah Menurut WHO (World Health Organization) anak sekolah dasar yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun. Karakteristik anak sekolah dasar biasanya banyak menghabiskan waktunya di luar rumah untuk bermain dan belajar bersama teman-teman seusia, sehingga aktivitas fisik anak semakin meningkat, dengan demikian anak
12
membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak dari usia sebelumnya. Makanan untuk usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial, budaya, serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak (Yanti, 2013). Sering dijumpai bahwa konsumsi makan sehari-hari pada anak sangatlah kurang kandungan zat gizi yang seimbang, karena masa sekolah dasar selera makan anak berubah-rubah dan tidak tentu. Terkadang selera makan baik namun terkadang selera makanya berkurang atau bahkan tidak ada selera makan. Hal ini membuat orang tua (terutarna ibu) sering mengalami kesulitan dalam memberi makanan pada anak-anak sesuai dengan seleranya. Tidak sedikit orang tua yang memilih memberikan uang jajan kepada anaknya untuk membeli makanan yang disukai anaknya tampa berpikir tentang kecukupan gizi yang dibutuhkan (Yanti, 2013). Hasil wawancara pada anak Sekolah Dasar Batesda Kabanjahe bahwa rata-rata anak mengungkapkan sering makan tidak teratur karena tidak suka makan-makanan yang disajikan di rumah, tidak selera makan pagi dan tidak mau membawa bekal kesekolah. Anak-anak sering tergesa-gesa berangkat kesekolah sehingga anak meminta uang jajan kepada orang tua untuk membeli makanan jajanan di sekolah. Sedangkan
13
saat di sekolah anak melakukan aktivitas lebih aktif dan membutuhkan energi yang lebih besar dibanding dengan usia dewasa. Saat anak tiba di rumah setelah melakukan aktivitas di sekolah atau di luar sekolah anak merasa letih sehingga menolak untuk makan di rumah dan memilih untuk istirahat (Yanti, 2013). Analisis data Riskesdas (2010) pada 35.000 orang anak sekolah dasar, diketahui bahwa sebanyak 26,1% anak hanya sarapan dengan minum (air putih, teh atau susu) dan sebesar 44.6% anak sarapan hanya memperoleh asupan energi ˂15% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Hardinsyah, 2012). Hasil analisis data Riskesdas (2013) pada 17.756 anak sekolah dasar, sebesar 48.4% anak yang sarapan hanya memperoleh asupan energi ˂15,4% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Sinaga, 2012).
3.
Fisiologi Selera Makan Kontrol pemasukan makanan terutama dilakukan oleh hipotalamus. Secara klasik, hipotalamus dianggap memiliki sepasang pusat selera makan atau lapar yang terletak di bagian lateral (luar) hipotalamus, dan sepasang pusat kenyang yang terletak di ventromedial. Perangsangan terhadap kelompok sel saraf yang dianggap pusat selera makan menyebabkan seseorang menjadi lapar dan makan secara lahap, sementara destruksi selektif daerah tersebut menekan perilaku makan. Sebaliknya, stimulasi pusat rasa kenyang menimbulkan rasa kenyang,
14
atau perasaan cukup makan. Destruksi daerah ini menimbulkan makan berlebihan (Meutia, 2005). Terdapat dua jenis pengaturan jumlah asupan makanan, yaitu pengaturan jangka panjang dan jangka pendek. Pengaturan jangka panjang melibatkan informasi dari tempat cadangan energi yaitu jaringan adipose. Hormon leptin dilepas oleh sel-sel lemak dan mempengaruhi neuron-neuron di hipotalamus untuk mengatur perilaku makan. Pengaturan menyebabkan
jangka
pendek
seseorang
merupakan
ketika
pengaturan
yang
merasa
kenyang
makan
dapat dan
menghentikan aktivitas tersebut (Meutia, 2005). Proses terstimulusnya selera makan dimulai dari hipotalamus yang menerima stimulus atau input dari dalam dan luar tubuh. Informasi tersebut diterima secara langsung (melalui saraf eferen) maupun tidak langsung dengan melalui reseptor hormon dan sensor substrat yang sangat banyak dijumpai di neuron-neuron hipotalamus, kemudian diproses menghasilkan output (respon) perubahan perilaku yaitu perubahan selera makan (Meutia, 2005).
4.
Dampak Anak tidak Selera Makan di Rumah Usia sekolah adalah masa yang penting untuk pertumbuhan, mereka banyak membutuhkan zat gizi yang dapat mendukung pertumbuhan dan kesehatan. Anak akan memperoleh makanan bergizi dan seimbang yang tepat bila kebutuhan zat gizi yang diperoleh tubuh terpenuhi oleh
15
makanan yang dikonsumsi sehari-hari di rumah. Anak usia sekolah mengalami perubahan perilaku, pada usia ini anak dapat menentukan sendiri makanan yang disukai atau tidak disukai. Keengganan makan makanan yang disiapkan di rumah dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, sebab melalui makanan energi yang dibutuhkan tersedia untuk semua aktivitas fisik dan daya pikir anak. Selain itu, selera makan yang rendah pada anak juga dapat mengakibatkan tidak idealnya berat badan yaitu anak terlihat kurus atau sangat kurus (Chairinniza, 2008). Selera makan yang tidak pasti pada usia sekolah sudah sejak lama menjadi masalah yang harus dicari solusi untuk mengatasinya. Anak yang mengalami selera makan yang rendah akan sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, dengan demikian dapat berdampak pada gangguan kesehatan (Judarwanto, 2010). Adapun gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak tidak mau makan sayur dan buah maka terjadi defisiensi vitamin A, bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemia, jika kerurangan kalori dan protein akan terjadi Kekurangan Energi Protein (KEP), dan gangguan pertumbuhan (Sunarjo, 2013). a.
Kurang Energi Protein Kurang Energi Protein (KEP) adalah manifestasi dari kurangnya asupan protein dan energi dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG), dan biasanya
16
juga disertai adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Perilaku anak usia sekolah dasar yang tidak mau makan secara teratur dalam jumlah yang seimbang sesuai kebutuhan gizinya yang berkepanjangan bisa mengakibatkan kekurangan protein, karbohidrat dan beberapa vitamin dan mineral, sehingga pada saat remaja dan dewasa dapat mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK). b. Anemia Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan (Manampiring, 2008). Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurang kadar besi dalam darah. Semakin berat kekurangan zat besi yang terjadi akan semakin berat pula anemia yang diderita. Batasan normal kadar hemoglobin berdasarkan umur dan jenis kelamin dengan kriteria WHO (2001) adalah; anak sekolah usia 5–11 tahun dengan Hb 11,5 gr/dl sedangkan untuk laki-laki dan perempuan usia 12–14 tahun dengan Hb 12,0 gr/dl (Manampiring, 2008).
17
Anak sekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan menderita anemia, karena anak usia sekolah berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yang tinggi termasuk zat besi. Selain itu, anak usia sekolah sangat aktif bermain dan banyak kegiatan, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah yang menyebabkan menurunnya selera makan sehingga konsumsi makanan tidak seimbang. Kekurangan zat besi pada anak usia sekolah akan menyebabkan anak pucat, lemah, cepat mengantuk, kurang selera makan, menurunya daya tahan tubuh, pertumbuhan kurang optimal, kemampuan belajar menurun dan dihubungkan dengan Intelligence Quotient (IQ) yang rendah karena berhubungan erat dengan tingkat konsentrasi sehingga dapat berpengaruh terhadap kecerdasan anak sekolah dan pencapaian prestasi (Devi, 2012). c.
Gangguan Pertumbuhan Anak usia sekolah yang berusia sekitar 7-13 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan paling pesat kedua setelah masa balita. Dimana kesehatan yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Perhatian terhadap kesehatan sangatlah diperlukan, pendidikan juga digunakan untuk perkembangan mental yang mengacu pada skill anak (Sunarjo, 2013). Asupan gizi diperlukan untuk memenuhi keduanya yaitu: kebutuhan fisik dan mental anak. Fisik dan mental merupakan sesuatu yang berbeda namun saling berkaitan. Makanan yang kaya
18
akan nutrisi sangat mempengaruhi tumbuh kembang otak dan organorgan lain yang dibutuhkan anak untuk mencapai hasil pendidikan yang optimal, untuk itu keluarga adalah pihak pertama yang harus memperhatikan asupan gizi anaknya (Sunarjo, 2013).
5.
Penilaian Selera Makan a. Appetite Dietary Assessment Tool (ADAT) Metode ini dikembangkan oleh Burrowes et al (1996). Instrument ini terdiri dari 44 pertanyaan, namun hanya pertanyaan pertama yang sudah divalidasi. Bossola et al (2005) menggunakan instrument ini dengan pertanyaan “Bagaimana anda menilai selera makan anda? (how would you rate your appetite?)” dengan menyediakan pilihan jawaban “sangat baik/ baik/ sedang/ buruk/ sangat buruk (very good/ good/ fair/ poor/ very poor)”. Namun instrument ini digunakan untuk menilai selera makan pada orang yang sedang sakit/ pasien. Selain itu instrument ini tidak menggambarkan tingkatan sensasi yang membentuk selera makan, seperti dorongan untuk makan, rasa kenyang dan rasa lapar (Zabel, 2009).
b. Visual Analog Scale (VAS) Metode ini dikembangkan oleh Silverstone dan Stunkard (1968). VAS umumnya digunakan pada penelitian tentang obesitas untuk mengukur sensasi selera makan. Pertanyaan yang diajukan adalah
19
“seberapa besar anda merasa lapar? (How hungry do you feel?)”. pengukuran ini dilakukan menggunakan pulpen dan kertas dengan skala berupa garis lurus sepanjang 10 cm (10 mm), angka 0 menggambarkan “tidak ada rasa lapar” dan angka 10 bermakna “sangat lapar”. Selanjutnya responden membentuk garis di atas yang sudah disediakan dengan panjang yang mengidikasikan tingkat lapar yang dirasakan saat itu (Zabel, 2009). Ada beberapa peneliti mengadaptasi metode ini dengan membuat variasi dalam panjang garis dan bentuk pertanyaan. Penilaian berlangsung setiap jam dalam atau lebih dari satu hari. Pengukuran yang dilakukan setiap jam menggunakan
instrument
ini
cukup
menyulitkan
responden.
Pemasukan data dan pengolahan data sangat membutuhkan waktu yang lama dan memungkinkan untuk terjadi kesalahan karena garis diukur menggunakan penggaris dan pemasukan data dilakukan manual ke dalam komputer (Zabel, 2009).
c. Motivation to Eat Quessionnaire (MEQ) Anderson et al (2002) mengembangkan instrument selera makan dengan Motivation to Eat Questionnaire (MEQ). Skor selera makan diukur dengan cara meminta subyek mengekspresikan perasaan lapar/ kenyangnya. Caranya adalah meminta subyek memberi tanda pada suatu garis rentang skala selera makan. Adapun pertanyaan pada kuesioner tersebut terdiri atas tiga macam, pilihan yaitu;
20
1) Keinginan makan: Seberapa kuat keinginan anda untuk makan saat ini? Sangat lemah ----------------------- sangat kuat 2) Lapar: Seberapa laparkah perasaan anda saat ini? Sama sekali tidak lapar --------------sangat lapar 3) Konsumsi prospektif: Seberapa banyak pangan dapat anda habiskan? Tidak ada sama sekali ----------------- banyak sekali Rentang nilai pada kuesioner adalah dari 0 (sangat lemah, sama sekali tidak lapar, atau tidak ada sama sekali) sampai dengan 100% (sangat kuat, sangat lapar, atau banyak sekali). Adapun rumus mendapatkan skor selera makan sebagai berikut:
Skor selera makan = Keinginan makan + lapar + konsumsi prospektif 3 Motivation to Eat Quessionaire (MEQ) terlebih dulu diuji validitas dan realibilitasnya, sebelum pengukuran skor selera makan (Siagian dkk, 2010).
d. Children’s Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ) Wardle J (2001) membuat parameter perilaku makan pada anak dengan Children’s Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ) yang terdapat 35 pertanyaan terbagi menjadi 8 kategori diantaranya adalah:
21
1) Respon terhadap makanan 2) Kenikmatan saat makan 3) Emosi yang meningkatkan selera makan 4) Emosi yang menurunkan selera makan 5) Rewel saat makan 6) Makan dengan waktu yang lama 7) Sifat pilih-pilih terhadap makanan 8) Keinginan untuk minum Setiap area penilaian terdiri dari beberapa item yang lebih memperinci penilaian. Menurut Wardle J (2001) memperbolehkan menilai selera makan pada anak dengan kuesioner Chlid Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) terdapat 17 pertanyaan yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu; Respon terhadap makanan terdiri dari 5 pertanyaan, Emosi yang meningkatkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan, Kenikmatan saat makan terdiri dari 4 pertanyaan, dan Emosi yang menurunkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan. Setiap pernyataan sudah disediakan jawaban yang mencakup; “tidak pernah”, “jarang”, “kadang-kadang”, “sering”, dan “selalu”. Masing-masing pertanyaan akan diberi skor 0-4 sebagai berikut; skor 0 untuk jawaban ‘Tidak Pernah’, skor 1 untuk jawaban ‘Jarang’, skor 2 untuk jawaban ‘Kadang-Kadang’, skor 3 untuk jawaban ‘Sering’, dan skor 4 untuk jawaban ‘Selalu’. Instrument ini lebih mudah untuk
22
digunakan sehingga peneliti menggunakan instrument ini untuk mengukur selera makan pada anak.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Selera Makan di Rumah Selera makan dipengaruhi beberapa faktor, teori Sherwood (2001) menjelaskan bahwa faktor metabolik (hormon). Sudjatmoko (2011) menjelaskan bahwa faktor farmakologik (obat-obatan) dapat mempengaruhi selera makan. Graha (2008) mengatakan bahwa variasi makan, makan bersama keluarga dan Irianto (2007) mengatakan bahwa mengonsumsi jajanan dapat mempengaruhi selera makan. Yu, et al (1997) mengatakan bahwa konsumsi suplemen penambah selera makan juga salah satu faktornya. Adapun penjelasan dari beberapa faktor tersebut sebagai berikut; 1.
Faktor Metabolik: Hormon Hormon
berasal
dari
bahasa
Yunani:
“horman”
yang
menggerakkan atau pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh. Pengaturan selera makan dipengaruhi aktivitas berbagai hormon. Hipotalamus adalah bagian dari otak yang berperan penting dalam pengaturan perilaku makan dan selera makan. Kerusakan daerah ventrolateral hipotalamus akan mengakibatkan selera makan yang meningkat, sedangkan lesi pada daerah lateral hipotalamus akan
23
menyebabkan selera makan yang rendah. Mekanisme kontrol umpan balik selera makan (Guyton dan Hall, 2006) dijelaskan pada gambar berikut; Gambar 2.1 Mekanisme Kontrol Umpan Balik Selera Makan
Sumber; Guyton dan Hall (2006) Keterangan: (-) Menekan selera makan (+) Merangsang selera makan
24
Adapun sinyal yang berperan dalam pengaturan selera makan adalah sebagai berikut ini; a. Kadar Leptin Friendman (1994) seorang professor di Universitas New York menemukan bahwa hormon leptin yang disintesis oleh sel-sel lipid merupakan penghantar signal pada otak untuk kontrol makan. Pada bagian medial hipotalamus, leptin mengaktifkan sel saraf anorectic yang akan melepaskan neuropeptide menekan selera makan. Pada saat yang sama, leptin akan menghambat kelompok sel saraf lainya yang sensitif terhadap leptin yaitu orexigenic yang akan melepaskan neuropeptide kemudian mengatur selera makan (Sari, 2007). Reseptor leptin dijumpai dalam jumlah yang banyak di hipotalamus
ventromedial
yang
merupakan
pusat
kenyang.
Keberadaan leptin menyebabkan penekanan keinginan untuk makan melalui jalur inhibisi terhadap Neuropeptida Y (NPY) dan stimulasi terhadap
proopiomelanocortin
(POMC)
dan
Cocaine-and
amphetamine-regulated transcript (CART) di nucleus arkuatus hipotalamus (Meiutia, 2005). Adapun mekanisme umpan balik antara leptin dan NPY, menurunkan simpanan lemak akan menyebabkan penurunan kadar leptin dalam seirkulasi dapat dilihat pada bagan sebagai berikut ini;
25
Bagan 2.1 Mekanisme Umpan Balik antara Leptin dan NPY Sumber; Kokot at al (1999) dalam Meutia (2005) b. Kadar Ghrelin Ghrelin adalah peptida dengan 28 asam amino yang merupakan peptida alami dengan memiliki satu ester n-octanoyl pada residu serine-3. Ghrelin merupakan peptida neuroenterik pertama yang bekerja sebagai molekul pembawa sinyal lapar dari perifer. Ghrilin merangsang selera makan melalui pusat makan di hipotalamus. Cowley dkk (2003) menemukan bahwa terdapat sumber ghrelin di hipotalamus memberikan kontribusi dalam pengaturan selera makan. Sedangkan Hewson dan Dickson (2000) mengatakan bahwa pengaruh ghrelin dalam meningkatkan selera makan berkaitan dengan Neuropeptida Y (NPY) dan Agouti related peptide (AgRP), yang diketahui sebagai peptide oreksigenik yang bekerja di hipotalamus. Ghrelin akan menyebabkan peningkatan
26
ekspresi mRNA untuk NPY dan AgRP. Dalam kerjanya, ghrelin mengimbangi pengaruh leptin terhadap Neuropeptida Y (NPY)/ Agouti
related
peptide
(AgRP).
Kemudian
Date
(2002)
memperlihatkan bahwa untuk menyampaikan sinyal ke otak, ghrelin memerlukan peran dari saraf eferen n. vagus yang berasal dari lambung (Meuitia, 2005).
c. Sekresi Kolesistokinin (CCK) Bear dkk (2001) mengungkapkan bahwa kolesistokinin (CCK) merupakan salah satu hormon gastrointestinal yang disekresikan dari mukosa duodenum pada saat pencernaan makanan, terutama karena adanya lemak. Kolesistokinin sebagai sinyal kenyang disampaikan ke nucleus traktus solitaries melalui saraf eferen n.vagus. perangsangan oleh CCK terhadap n.vagus menyebabkan peningkatan discharge n.vagus, yang kemudian ditrasduksikan sebagai sinyal kenyang di nukleus traktus solitarius (NTS). CCK juga diketahui menyebabkan
meningkatnya
pelepasan
serotonin
(5-HT)
di
hipotalamus yang memiliki efek menginhibisi asupan makan (Meuitia, 2005). Nucleus arkuatus hipotalamus menerima sinyal leptin dan insulin yang mempengaruhi neuro NPY/AgRP dan neuron POMC/CART. a-MSH dari POMC mengaktifkan reseptor MC4R di neuron orde kedua, yang dapat menimbulkan efek peningkatan selera
27
makan melalui pengaturan oleh pusat yang lebih tinggi yang dijelaskan pada gambar sebagai berikut ini;
Gambar 2.2 Sekresi Kolesistokinin (CCK)
Sumber; Spiegelman et al (2001) dalam Meutia (2005)
d. Sekresi Hormon Insulin dan Pemakaian Glukosa Insulin adalah suatu hormon yang dilepaskan dari pancreas yang mengatur homeostasis glukosa melalui kemampuan untuk menstimulasi asupan glukosa, sintesis glukosa dan jalur lain untuk penyimpanan energi di jaringan perifer. Insulin juga menjadi
28
indikator perifer untuk status energi dan berikatan dengan reseptor pada nuleus arkuata di hipotalamus (Schwartz, 2006). Teori glukostatik yang dijelaskan oleh Bear dkk (2001) menyatakan
bahwa
rasa
kenyang
timbul
oleh
peningkatan
penggunaan glukosa yang terjadi selama makan. Pada saat lebih banyak glukosa yang tersedia ketika zat tersebut sedang diserap dari saluran pencernaan, maka timbul rasa kenyang. Sebalinya, setelah penyerapan makan selesai, terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sel yang membangkitkan rasa lapar. Kemudian kadar insulin menyebabkan inhibisi terhadap neuron Neuropeptida Y (NPY)/ Agouti
related
peptide
(AgRP)
dan
menstimulasi
neuron
proopiomelanocortin (POMC). Kemudian adanya insulin akan menyebabkan penyimpanan glukosa dan menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan aktivasi neuron Neuropeptida Y (NPY) di nucleus arkuatus dan menyebabkan keinginan untuk makan (Meutia, 2005).
e. Sekresi NeuropeptidaY (NPY) Nuropeptida Y adalah peptide yang mengandung 36 asam amino, dan kaya akan residu tirosin. Termasuk keluarga polipeptida pankreas, yang homolog dengan pancreatic polypeptide (PP) dan peptide YY. Neuropeptida Y berperan dalam pengaturan perilaku makan dengan meningkatkan selera makan. Pengaturan ini melalui
29
mekanisme pengaturan jangka panjang yang melibatkan hormon leptin. Dan pengaturan jangka pendek melibatkan hormon insulin. Neuropeptida (NPY) menyebabkan peningkatan selera makan dengan cara mengaktifkan neuron melanin-concentrating hormone (MCH) dan orexin yang berada dipusat makan (area hipotalamus lateral). Akson dari melanin-concentrating hormone (MCH) dan orexin berproyeksi ke korteks mempengaruhi motivasi dan perilaku yaitu peningkatan selera makan (Meutia, 2005).
f. Hormon Pertumbuhan/ Human Growth Hormone (HGH) Hormon pertumbuhan atau Human Growth Hormone (HGH) adalah hormon protein yang terdiri dari 191 Asam amino yang disintesa oleh sel-sel biasa disebut somatotrof di dalam anterior, yaitu kelenjar pituitary. HGH terus dikeluarkan oleh kelenjar pituitary sejak kecil sampai seterusnya dan sepanjang hidup memerlukan untuk pertumbuhan tubuh khususnya ketika masih anak-anak, membantu dalam pertumbuhan tulang sampai usia 25 tahun, memelihara kesehatan serta jaringan dan organ vital tubuh (jantung, hati, pankreas, limpa dan ginjal), mengaktifkan fungsi detoksifikasi (pembuangan racun dalam tubuh) dan lain sebagainya. Fungsi hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah terhadap pertumbuhan. Kekurangan hormon ini menyebabkan kekerdilan (dwarfisme),
sedang
kelebihan
hormon
ini
menyebabkan
30
gigantisme pada anak dan akromegali pada orang dewasa. Beberapa hormon lain juga dalam berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan normal yaitu hormon tiroid, insulin, androgen, dan estrogen. Sedangkan mekanisme kerja hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary dengan mengalir melalui pembuluh darah menuju ke organ hati. Di dalam hati, HGH dirubah menjadi IGF 1 (insulinlike Growth Factor 1). Melalui peredaran darah pula IGF 1 dialirkan keseluruh organ-organ. IGF 1 inilah yang bertanggung jawab untuk memelihara seluruh organ-organ di dalam tubuh manusia. Sekresi hormon pertumbuhan secara fisiologis diatur oleh hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan faktor pengelepas hormon pertumbuhan yang disebut Growth Hormon Releasing Factor (GHRF) yang merangsang sekresi hormon pertumbuhan. Selain itu dalam hipotalamus juga dijumpai somatostatin Growth Hormon Releasing Inhibitory Hormone (GH-RIH) yang menghambat sekresi. Demikian hipotalamus memegang peran dua fungsi dalam pengaturan hormon ini. Pada waktu istirahat sebelum makan pagi kadar hormon pertumbuhan 1-2 ng/mL, sedangkan pada keadaan puasa sampai 60 jam, meningkat perlahan mencapai 8 ng/mL. Kadar ini selalu meningkat setelah seseorang tertidur lelap. Pada orang dewasa kadar hormon pertumbuhan meningkat terutama pada waktu tidur. Sedangkan saat puasa akan terjadi peningkatan sekresi HGH,
31
kondisi
puasa akan merangsang pembentukan HGH untuk
meningkatkan pemecahan cadangan lemak (proses ini disebut lipolisis). Lipolisis akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol, yang kemudian akan dimetabolisme untuk menghasilkan energi. Sebagian besar energi yang disimpan dalam tubuh terdiri atas lemak dan jumlahnya dapat bervariasi pada berbagai individu. Hipotalamus merasakan adanya proses penyimpanan energi melalui kerja leptin (hormon peptide yang dilepaskan dari sel-sel lemak (adiposit). Bila jumlah jaringan lemak meningkat, adiposit akan melepaskan leptin lebih banyak lagi ke dalam darah yang kemudian bersirkulasi ke otak dan menempati reseptor leptin di hipotalamus (nucleus arkuata dan paraventrikuler), sedangkan ghrelin dilepaskan terutama oleh sel oksintik lambung dan usus. Kadar dalam darah meningkat selama puasa, sesaat sebelum makan dan menurun drastis setelah makan, yang mengisyaratkan hormon ini berperan untuk merangsang perilaku makan (Guyton dan Hall, 2007). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartman, et al (2013) menegaskan bahwa adanya peningkatan hormon pertumbuhan (HGH) sebesar 500% setelah 24 jam puasa.
32
g. Hormon Estrogen dan Progesteron Hormon estrogen dihasilkan oleh ovarium, estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu; pembentukan payudara, bentuk tubuh, rambut kemaluan dan berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma. Sedangkan hormon progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kedua hormon tersebut dimiliki oleh wanita, hormon estrogen dalam kadar tinggi terdapat dalam darah perempuan, dan dapat membantu penguraian timbunan lemak. Selain itu, estrogen juga meningkatkan metabolisme, menjaga mood dan juga mendongkrak libido. Kadar estrogen akan menurun ketika perempuan mulai mendekati masa menopause (Judarwanto, 2014). Anak perempuan cenderung mengalami kenaikan berat badan setelah masa pubertas, hal tersebut terjadi akibat hormon seks. Selama pubertas
tingkat
hormon estrogen
dan progesteron
berfluktuasi secara ekstensif. Melalui mekanisme sentral, serta efek perifer pada jaringan adiposa, hormon seks (progesterone dan estrogen) juga memainkan peran penting dalam mengatur selera makan dan metabolisme energi dengan memproduksi kolesistokinin (CCK), GLP-1, glucagon-like peptide-1; PYY, peptida YY dan
33
ghrilin.
Kemudian
hormon
progesteron
merangsang
pusat
pengendali selera makan di hipotalamus dan menekan hormon leptin sehingga menimbulkan selera makan (Lindén, 2011).
h. Hormon Testosteron Testosteron merupakan senyawa maskulinisasi yang dihasilkan oleh testis. Fungsi testosteron antara lain adalah mengatur perkembangan ciri seks sekunder pria seperti; pertumbuhan kumis, tumbuh rambut didaerah vital dan terjadi perubahan suara, mengontrol proses spermatogenesis pada pembelahan meiosis dan proses
spermiogenesis,
merangsang
kelenjar
prostat
untuk
mensekresi asam sitrat, merangsang vesika seminalis untuk mensekresi cairan vesika seminalis, meningkatkan rangsangan seks pria. Hormon testoteron merupakan salah satu hormone yang dapat mempengaruhi selera makan (Jurdawanto, 2014). Fungsinya adalah menjaga kekuatan otot dengan meningkatkan metabolisme dalam
membakar lemak. Menurut Luukkaa et al
(1998) bahwa hormon testoteron mempengaruhi dua hormon selera makan
yaitu hormon gherlin dan leptin. Kerja hormon leptin
sebanding dengan lemak tubuh, ketika berat badan berlebih atau obesitas maka hormon leptin tinggi dan menyebabkan selera makan rendah.
Sedangkan hormon ghrelin berbanding terbalik dengan
34
lemak tubuh, ketika hormon testoteron tinggi maka kadar ghrelin juga tinggi sehingga meningkatkan selera makan (Myer, 2009).
2.
Faktor Farmakologik: Obat-Obatan Obat atau medikasi adalah zat yang digunakan dalam terapi penyembuhan, menurunkan gejala atau mencegah penyakit (Perry dan Potter, 2005). Selera makan juga dapat berkurang karena efek dari obatobatan medis yang sedang dikonsumsi seseorang. Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat mempengaruhi selera makan. Obat-obatan penekan selera makan dapat menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan tidak seimbang nutrisinya (Mahan, 2002). Megesrol, glukokortikoid, dan siproheptadin adalah obat-obat yang dapat meningkatkan selera makan anak. Sedangkan amfetamin memiliki efek sebaliknya (Sudjatmoko, 2011).Kegemukan dan obesitas menjadi masalah yang dapat mengganggu kesehatan karena menyebabkan beberapa penyakit yang akan tejadi. Selain itu, seseorang akan merasa terganggu karena keadaan tubuhnya yang tidak ideal. Dengan demikian ada beberapa orang mengkonsumsi obat-obat anti obesitas untuk menurunkan berat badan. Adapun yang tergolong obat anti obesitas diantaranya
adalah;
Amphetamine,
fenfluramin,
deksfenfluramin,
sibutramin, rimonabant, hoodia, hidroksisitrat, efedrin, kafein, tiroksin dan dietilpropion. Obat-obat tersebut memiliki mekanisme yang berbeda-
35
beda dalam menekan selera makan, menghambat penyerapan lemak dan meningkatkan pengeluaran energi dengan bertindak pada pusat kenyang di hipotalamus untuk menekan selera makan. Kemudian memiliki efek metabolik yang melibatkan metabolisme lemak dan karbohidrat yang berakibat menurunkan berat badan (Guyton dan Hall, 2007). Obat amfetamin mempengaruhi pusat makan di hipotalamus lateral. Selain itu, obat ini bekerja menghambat absorbsi lemak melalui penghambatan enzim lipase pankreas, sehingga meningkatkan ekskresi lemak lewat feses. Kemudian obat dietilpropion bekerja dengan merangsang pelepasan nerepinefrin dari saraf prasinaptik sehingga terjadi peningkatan kosentrasi neurotransmitter andrergik yang mengaktifkan hipotalamus. Pengaktifan hipotalamus mengakibatkan penurunan selera makan dan asupan makanan (Guyton dan Hall, 2007). Dietilpropion merangsang pelepasan norepinefrin dan dopamin dari situs penyimpanan diterminal saraf dipusat makan hipotalamus lateral,
sehingga
menghasilkan
efek
penurunan
selera
makan.
Diethilpropion bekerja dipusat berpikir yang bertindak terutama melalui jalur katekolamin di otak (Khairuddin et al, 2012). Dietilpropion HCl yang merupakan derivat amfetamin yang menstimulasi neuron untuk melepaskan sejumlah kelompok partikel neurotransmiter yang tinggi, dikenal sebagai katekolamin (termasuk dopamine dan norefenefrin), kadar yang tinggi dari katekolamin ini akan memberikan sinyal untuk menekan lapar dan selera makan. Selain itu,
36
bisa secara tidak langsung memberikan pengaruh pada kadar leptin di otak. Secara teori, dietilpropion HCl bisa meningkatkan kadar leptin yang memberikan sinyal kenyang, serta meningkatkan
kadar
katekolamin yang ikut bertanggung jawab untuk menghentikan aksi neurotransmiter lain yaitu NPY yang memiliki efek untuk memulai makan, mengurangi pengeluaran energi, dan meningkatan penimbunan lemak (Khairuddin et al, 2012).
3.
Variasi Makan di Rumah Variasi makanan adalah susunan golongan bahan makanan yang terdapat dalam satu hidangan yang berbeda pada tiap kali penyajian (Graha, 2008). Kemudian Moehyi (2007) mendefinisikan variasi makan yaitu variasi dalam menggunakan bahan makanan, resep makanan, dan variasi makanan dalam suatu hidangan. Variasi makan akan merangsang selera makan, sehingga makanan yang disajikan akan dapat dihabiskan. Satu jenis makanan yang dihidangkan berkali-kali dalam waktu yang singkat akan membosankan. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) menggambarkan
4
prinsip
Gizi
Seimbang
diantaranya
adalah:
Membiasakan makan-makanan yang beranekaragam atau bervariasi, kebersihan, aktivitas fisik, dan memantau berat badan ideal. Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) terdiri atas beberapa potongan tumpeng; satu potongan besar, dua potongan sedang, dua potongan kecil, dan dipuncak terdapat potongan terkecil. Luasnya potongan Tumpeng
37
Gizi Seimbang (TGS) menunjukkan porsi makanan yang harus dikonsumsi setiap orang per hari. Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yang terdiri atas potongan-potongan itu dialasi oleh air putih. Artinya, air putih merupakan bagian terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan aktif. Adapun gambar Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) dapat dilihat sebagai berikut; Gambar 2.3 Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
Sumber; Kurniasih et al (2010)
Dalam sehari, kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8 gelas). Setelah itu, yang merupakan golongan makanan pokok (sumber karbohidrat) dianjurkan dikonsumsi 3-8 porsi. Kemudian diatasnya lagi terdapat golongan sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral. Ukuran potongan sayur dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) sengaja dibuat lebih besar dari buah yang terletak disebelahnya. Dengan begitu,
38
jumlah sayur yang harus dikonsumsi setiap hari sedikit lebih besar (3-5 porsi) dari pada buah (2-3 porsi). Selanjutnya, dilapisan ketiga dari bawah ada golongan protein, seperti daging, telur, ikan, susu dan produk susu (yogurt, mentega, keju, dan lain-lain) dipotongan kanan, sedangkan dipotongan kiri ada kacang-kacangan serta hasil olahan seperti tahu, tempe, dan oncom. Terakhir dan menempati puncak Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) makanan dalam potongan yang sangat kecil adalah minyak, gula, dan garam, yang dianjurkan dikonsumsi seperlunya. Pada bagian bawah tumpeng terdapat prinsip gizi seimbang lain, yaitu pola hidup aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dan pantau berat badan. Membiasakan makan-makanan yang bervariasi adalah prinsip pertama dari gizi seimbang yang universal. Artinya, setiap manusia membutuhkan makanan yang beranekaragam atau bervariasi, karena tidak ada satu makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, kecuali Asi Susu Ibu (ASI). Semaking bervariasi makanan yang dihidangkan maka semakin mudah terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat gizi (Kurniasih et al, 2010). Variasi makanan dalam hidangan sehari-hari untuk dikonsumsi, yang idealnya adalah jika setiap kali makan hidangan tersebut terdiri dari 4 kelompok makanan yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah (Depkes, 2003).
Kemudian, menurut Moehyi (2007) susunan menu
yang di anggap lazim disemua daerah di Indonesia yang terdiri dari;
39
a. Hidangan makanan pokok yang umumnya di Indonesia terdiri dari nasi, roti, dan jagung. Disebut makanan pokok karena dari makanan inilah tubuh memperoleh sebagian zat gizi yang diperlukan tubuh. b. Hidangan lauk pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan hewani atau nabati atau gabungan keduanya. Bahan makanan hewani yang digunakan dapat berupa daging sapi, ayam, ikan atau berbagai jenis hasil laut lainnya. Lauk pauk biasanya berupa lauk pauk yang berasal dari kacang-kacangan atau hasil olahannya seperti tempe dan tahu. Bahan-bahan makanan itu dimasak dengan cara, seperti masakan berkuah, masakan tanpa kuah, dibakar, dipanggang, digoreng atau jenis makanan lainnya. c. Hidangan berupa sayur-mayur. Biasanya hidangan ini berupa masakan yang berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi agar mudah ditelan. Hidangan sayur-mayur dapat lebih dari satu macam masakan yang biasanya terdiri dari gabungan masakan berkuah dan tidak berkuah. d. Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, baik dalam bentuk buahbuahan segar atau buah-buahan yang diolah seperti setup atau sari buah. Untuk meningkatkan selera dan semangat makan pada anak-anak, sebaiknya juga setiap hari di rumah terdapat variasi makananan yang dihidangkan, agar anak tidak bosan dalam mengkonsumsi makanan kesukaannya. Dengan adanya variasi makanan yang disiapkan oleh orang
40
tua di rumah, maka akan menggugah selera makan anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Wansink, bahwa hasil dari penelitiannya menunjukkan anak lebih memiliki variasi makan, warna dan pilihan bentuknya (Judarwanto, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Inpres Laikang Sudiang Makassar bahwa variasi makan anak mempunyai pengaruh yang bermakna dengan selera makan anak umur 11-12 tahun (Handayani, 2014). Kemudian menurut Kumalasari (2012) penyajian jenis makanan yang salah dapat mempengaruhi selera makan anak, bisa terjadi kebosanan karena makanan yang monoton dari bahan makanan atau cara mengelola bahan makanan. Dengan mengkonsumsi makan yang bervariasi diharapkan anak akan mendapatkan asupan zat gizi yang cukup dan sesuai dengan kebutuhannya.
4.
Frekuensi Mengomsumsi Jajanan Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jajanan berarti kudapan atau pangan yang disajikan. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO) makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan, dan di tempat-tempat ramai umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tampa adanya persiapan atau pengolahan lebih lanjut (Hidayati, 2006). Frekuensi konsumsi makanan jajanan adalah banaknya tindakan atau
41
perbuatan mengenai sering tidaknya mengonsumsi makanan jajanan yang dihitung per minggu (Yuliastuti, 2011). a.
Jenis Jajanan Beberapa teori menggolongkan makanan jajan sebagai berikut; Widia Karya Nasional dan Gizi menggolongkan jenis makanan jajann menjadi tiga jenis yaitu;1) Makanan jajanan yang berbentuk pangan seperti; kue kecil-kecil, pisang goreng, cilok, bakwan, dan lain-lainya. 2) Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama) seperti; pecel, mie, bakso, mie ayam, nasi goreng, soto dan sebagainya. 3) Makanan jajanan yang berbentuk minuman seperti; es krim, es campur, jus buah, cendol dan sebagainya (Nuraini, 2006). Sedangkan Winarno (2006) mengelompokkan makanan jajanan menjadi 4 jenis, yaitu; 1) Makanan berat (meals) misalnya; bakso, bakmi, bubur ayam, lontong, pecel, dan sejenisnya. 2) Cemilan (snacks) misalnya; kacang asin, kacang atom, kerupuk, biscuit, wafer, dan sejenisnya. 3) Makanan semi basah (intermediate moisture food) misalnya; pisang goreng, bakwan, lemper, lontong, dan sejenisnya. 4) Minuman (drink) misalnya; cendol dan es sirup (Nuraini, 2006).
b. Kelebihan dan Kekurangan Makanan Jajanan Kelebihan makanan jajanan yaitu;1) Memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas fisik anak sekolah meningkat. 2) Pengenalan
42
berbagai jenis makanan jajanan dari beberapa daerah akan memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman makanan setiap daerah berbeda-beda. 3) Meningkatkan perasaan gengsi anak pada teman-temanya di sekolah. Sedangkan kekurangan dari makanan jajanan adalah bahaya bagi kesehatan. Makanan jajanan masih berisiko terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis, yang memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun maupun penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (B-POM) (Sumarlin, 2010). Menurut Irianto, DP (2007) terlalu sering dan menjadikan mengonsumsi makanan jajanan menjadi kebiasaan akan berakibat negatif, antara lain adalah; 1) Selera makan menurun 2) Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit 3) Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak 4) Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jariangan belum tentu terjamin 5) Pemborosan 6) Menyebabkan gangguan pada kesehatan Pada dasarnya anak belum bisa memilih makanan jajanan yang baik dan sehat, karena mereka hanya mengutamakan rasa enak dan
43
tertarik pada kemasannya. Berdasarkan hasil uji Badan POM terhadap berbagai makanan jajanan anak di sekolah dasar menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan, sebanyak 344 jenis makanan jajan (39,95%) tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Kemudian es sirup atau es buah (48,19%) dan minuman ringan (62,50%) mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri pathogen. Saus dan sambal (61,54%) dan kerupuk (56,25%) juga tidak memenuhi syarat. Sedangkan yang mengandung pewarna yang dilarang seperti; rhodamin B, methanol yellow dan amaranth sebesar 10,45% (Nuraini, 2006). Pada bulan November tahun 2005 Badan Pengawasan Obat dan Makanan (B-POM) menguji jajanan pada 195 sekolah dasar di 18 provinsi salah satunya adalah Jakarta. Hasil sampel yang diuji ditemukan pada es sirup, es cendol, minuman ringan, kue, makanan gorengan, kerupuk dan saos mengandung zat yang berbahaya yaitu rhodamin B (Habibi, dkk. 2012). Sementara tahun 2007 Badan POM beserta 26 Balai POM seluruh propinsi melakukan survey lagi. Hasil yang diperoleh bahwa dari 2000 makanan yang disurvey di lingkungan sekolah 45% mengandung formalin, boraks dan pewarna testil pada jenis makanan jeli, sirup, kerupuk dan makanan ringan (Sumarlin, 2010). Selain jajanan berbahaya karena mengandung beberapa zat makanan tambahan, kebiasaan jajan juga dapat menurunkan selera
44
makan karena perut anak selalu kenyang dengan cemilan jajanan. Anak akan menjadi sulit makan-makanan yang sehat yang disediakan di rumah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada anak Sekolah Dasar Inpres Laikang Sudiang Makassar bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan jajan dengan selera makan anak pada usia 11-12 tahun. Anakanak lebih memilih makan jajan yang siap saji serta disajikan dan dijual oleh pedagang-pedagang di pinggir jalan, dengan alasan karena tertarik dengan rasa, warna, dan bentuk serta kemasan bungkusanya yang unik dan harga yang dapat dijangkau oleh anak usia sekolah (Handayani, 2014). Hasil penelitian Lestari (2011) dalam Handayani, (2014) menyatakan bahwa kebiasaan jajan yang dilakukan pada anak ternyata mempengaruhi selera makan anak, karena anak lebih memilih-milih makanan yang disukainya, untuk itu tidak sedikit anak yang sering jajan memiliki selera makan yang rendah.
5.
Makan Bersama Keluarga Keluarga adalah kumpulan beberapa orang karena terikat oleh satu turunan, tingkah laku, mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian keluarga adalah
45
kelompok sosial terkecil yang terdiri dari beberapa orang yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, dan adopsi secara bersama-sama memperteguh
gabungan
untuk
memuliakan
anggota-anggotanya
(Khomsan, 2010). Makan bersama keluarga memang diketahui dapat membangun pola makan yang baik. Namun, tradisi makan bersama anggota keluarga saat ini sudah semakin jarang dilakukan karena berbagai alasan, salah satunya karena terbatasnya waktu berkumpul. Padahal, banyak hal positif yang bisa didapat dengan meluangkan waktu makan bersama keluarga. Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan makan anak. Hal ini dapat meningkatkan selera makan dan membuat anak menyukai makanan yang disajikan di rumah (Khomsan, 2010). Makan bersama keluarga berhubungan dengan asupan makanan yang bergizi dan sehat bagi keluarga. Pada penelitian Gillman menemukan bahwa makan malam bersama keluarga membuat banyak mengonsumsi buah dan sayur, sedikit makanan yang berminyak dan soda, sedikit makan yang berlemak, rendah gula, dan banyak serat. Penelitian Neumark-Sztainer (2004) juga menemukan hubungan positif antara frekuensi makan keluarga dengan asupan buah, sayuran, makanan tinggi kalsium, dan hubungan negatif dengan konsumsi soft drink. Pada era kemajuan seperti saat ini, orang tua memang telah menjadi orang yang sibuk karena urusan pekerjaan di luar rumah. Oleh karena itu kebiasaan
46
makan bersama dalam suatu keluarga akhirnya jarang dilakukan karena tidak ada waktu luang untuk berkumpul, apalagi makan bersama dalam satu meja makan (Khomsan, 2010). Menurut Graha (2008) peran keluarga sangat penting bagi anak sekolah, bahkan pada pemilihan bahan makanan. Makan bersama keluarga dengan suasana yang akrab akan meningkatkan selera makan yang akhirnya anak-anak akan menyenangi makanan yang disajikan di rumah, makanan sehat, bergizi, bermanfaat bagi pertumbuhannya dan bebas dari kandungan makanan yang berbahaya. Pada dasarnya anakanak mempunyai rasa bosan yang sangat cepat. Hal ini juga dapat terjadi pada selera makan. Apabila rasa bosan ini telah muncul, maka orang tua harus lebih pintar dalam mencari cara menjaga selera makan pada anak agar anak-anak tetap tumbuh dengan baik dan asupan gizi yang terpenuhi (Judarwanto, 2010).
6.
Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Menurut Mason (1994) suplemen merupakan suatu produk yang berisi zat gizi dan lainnya yang diyakini konsumen bahwa produk tersebut mempunyai efek yang menguntungkan bagi kesehatan mereka. Firna (2009) mengungkapkan bahwa suplemen makanan adalah makanan yang mengandung zat-zat gizi dan non gizi, bisa dalam bentuk kapsul, kapsul lunak, tablet bubuk atau cairan yang fungsinya sebagai pelengkap
47
kekurangan zat gizi yang dibutuhkan untuk menjaga agar vitalitas tubuh tetap prima. Sedangkan, suplemen penambah selera makan adalah suplernen yang berfungsi untuk meningkatkan metabolisme, menekan atau menghambat asam lambung dan merangsang sekresi makanan sehingga meningkatkan selera makan. Pada umumnya suplemen penambah selera makan memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin (Handayani, 2002). Zink umumnya ada di dalam otak, dimana mengikat protein. Zink membantu mengaktivasi area otak yang menerima dan memproses informasi yang berasal dari reseptor bau dan perasa, hal ini penting untuk menstimulasi selera makan. Selain karena aktivasi area otak dari reseptor bau dan perasa, kadar zink dalam plasma juga diketahui mempengaruhi selera makan dan sensasi rasa makanan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Xuan, N.X. et al (1996) di Vietnam yang menyatakan bahwa efek pemberian suplementasi zink kemungkinan meningkatkan selera makan pada anak. Kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Pintautami (2011) bahwa dengan memberikan sumplemen zink selama 14 hari dapat meningkat selera makan pada anak sekolah dasar. Curcumin adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dari tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan temu ireng (Curcuma
aerogenoceae
Roxb).
Ada
beberapa
penelitian
yang
membuktikan bahwa curcumin dapat menambah selera makan. Rimpang
48
temulawak dan temu ireng terdapat minyak atsiri yang diduga meningkatkan selera makan (Awalin,1996). Minyak atsiri memiliki sifat koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang kemudian
akan
mensekresi
berbagai
hormon
yang
meregulasi
peningkatan selera makan (Ozaki dan Liang, 1988). Rimpang dengan rasanya yang pahit, tajam, dan sifatnya dingin ini berkhasiat sebagai penambah selera makan, karena banyak mengandung curcumin yang bekerja dengan cara merangsang enzimatis menyebabkan relaksasi usus pada saluran pencernaan serta absorbsi bahan makanan dengan cara meningkatkan kerja lambung sehingga perut terasa kosong dan selanjutnya akan mengirim sinyal ke otak dan pada akhirnya akan menimbulkan keinginan untuk makan atau selera makan. Kemudian zat pahit (carpaine atau alkaloida pahit) yang dapat merangsang lambung anak agar berfungsi dengan baik sehingga akan timbul selera makannya (Handayani, 2002). Hal ini dibuktikan dengan penelitian Ni’amah (2010) yang melakukan ekperimen ekstrak temu ireng (Curcuma Aerogenoceae.Roxb) sedangkan penelitian Awalin (1996) menggunakan temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang keduanya menggunakan tikus putis sebagai hewan uji. Hasil penelitianya adalah adanya peningkatan selera makan dan bertambahnya berat badan pada tikus setelah diberi ekstrak temu ireng maupun temulawak.
49
Pada dasarnya suplemen tidak dianjurkan untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan. Karena mereka cukup memperoleh zat-zat gizi melalui makanan sehari-hari. Bila harus mengkonsumsi suplemen, maka dosis harus diperhatikan. Hal ini yang sering diabaikan oleh orang tua semata-mata karena ingin meningkatkan selera makan anak. Padahal suplemen berguna untuk melengkapi kekurangan zat gizi untuk menjaga vitalitas bagi anak, yang dianjurkan bagi anak untuk menghindari risiko gangguan pertumbuhan, anak dalam kondisi sakit atau sedang dalam masa pemulihan. Ketika anak sedang sakit maka anak cenderung tidak selera makan yang mengakibatkan asupan gizinya berkurang sedangkan tubuhnya memerlukan lebih banyak zat gizi dari biasanya. Selain itu, anak yang baru sembuh dari sakit juga perlu diberi suplemen. Namun bila kondisi kesehatan anak semakin membaik, pemberian suplemen sebaiknya dikurangi dan dihentikan (Ali, 2008). Pada kenyataan, banyak orang tua (terutarna ibu) sering mengalami kesulitan dalam memberi makan pada anak-anak sesuai dengan seleranya. Hal ini membuat para ibu gelisah, apalagi biasanya anak yang tidak selera makan terlihat lemah dan kurus. Hal ini mendorong para ibu untuk memberikan suplemen penambah selera makan kepada anak tampa berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau ahli gizi dan petugas kesehatan (Firna, 2009). Hasil penelitian Leiliana (2008) mengungkapkan bahwa sebanyak 10,3% ibu memberikan suplemen makanan pada anak dengan alasan
50
menambah selera makan anaknya dan penelitian Firna (2009) yang dilakukan di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 17 Bintaro sebanyak 70,4% ibu memberikan suplemen kepada anaknya dan 32,6% dengan alasan untuk menambah selera makan. Yu, et al (1997) hasil penelitianya menunjukkan hasil bahwa selera makan yang buruk mempunyai hubungan yang bermakna dengan konsumsi suplemen. Dan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Tileng I yang terletak di Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunung Kidul bahwa anak yang diberi suplementasi zink selama 14 hari meningkat selera makannya dari sebelum diberi suplemen zink (Pintautami, 2011).
51
C. Kerangka Teori Berdasarkan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi selera makan di rumah diantaranya adalah; Sherwood (2001) mengatakan faktor metabolik (hormon) dan Sudjatmoko (2011) mengatakan faktor farmakologik (obat-obatan). Graha (2008) mengatakan variasi makan, dan makan bersama keluarga. Irianto (2007) mengatakan frekuensi mengonsumsi jajanan dan Yu, et al (1997) mengatakan bahwa konsumsi suplemen penambah selera makan. Sehingga penggabungan teori tersebut dibuat kerangka teori sebagai berikut: Faktor Metabolik: Hormon Faktor Farmakologik: Obat-obtan Variasi Makan Selera Makan Makan Bersama Keluarga Frekuensi Mengonsumsi Jajanan Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Bagan 2.2 Kerangka Teori Sumber; Adaptasi Sherwood (2001), Sudjatmoko (2011), Graha (2008), Irianto (2007), dan Yu, et al (1997)
52
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Pada penelitian ini yang diteliti adalah; selera makan di rumah sebagai faktor dependen, sedangkan faktor independen adalah; frekuensi mengonsumsi jajanan, makan bersama keluarga, dan konsumsi suplemen penambah selera makan, karena beberapa faktor tersebut dapat mempengaruhi selera makan. Adapun kerangka konsep penelitian dapat di lihat pada bagan 3.1 dibawah ini:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Frekuensi Mengonsumsi Jajanan Selera Makan Makan Bersama Keluarga di Rumah Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
53
Beberapa variabel tersebut diteliti karena: 1. Frekuensi Mengonsumsi Jajanan Semakin
sering
mengonsumsi
jajanan
juga
dapat
menurunkan selera makan karena perut anak selalu kenyang dengan cemilan jajanan. Sehingga pada waktu makan anak sudah merasa kenyang yang dapat menyebabkan anak tidak selera makan makanan yang disajikan di rumah. 2. Makan bersama Keluarga Suasana dalam keluarga yang menyenangkan berpengaruh pada pola kebiasaan makan anak. Makan bersama keluarga dengan suasana yang akrab akan meningkatkan selera makan yang akhirnya anak-anak akan menyenangi makanan yang disajikan di rumah. 3. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Suplemen penambah selera makan pada umumnya memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin. Zink membantu mengaktivasi area otak (hipotalamus) yang menerima dan memproses informasi yang berasal dari reseptor bau dan perasa, hal ini penting untuk menstimulasi selera makan. Sedangkan curcumin terdapat minyak atsiri memiliki sifat koleretik
yang
mempercepat
sekresi
empedu
sehingga
mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi
54
lemak di usus yang kemudian akan mensekresi berbagai hormon yang meregulasi peningkatan selera makan. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah sebagai berikut: 1.
Faktor Metabolik (Hormon) Faktor metabolik (hormon) tidak dilakukan pengukuran karena tidak mendapatkan izin dari kepala sekolah melakukan uji pengaruh hormon dengan pengambilan darah untuk melihat perubahan selera makan pada anak.
2.
Faktor Farmakologik (Obat-obatan) Faktor farmakologik (obat-obatan) tidak diteliti karena pada anak usia sekolah dasar belum memiliki kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan anti obesitas. Sehingga tidak ditemukan masalah pada faktor tersebut dan jawaban responden pada faktor ini dianggap homogen.
4. Variasi Makan Faktor variasi makan tidak diteliti karena kuesioner yang digunakan
tidak
valid
dan
banyak
mengakibatkan data yang tidak valid.
yang
bias
sehingga
55
B.
Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Nama Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Ketertarikan anak Mengisi untuk makan kuesioner berdasarkan makanan yang disediakan di rumah setiap hari
Kuesioner
0. Selera makan rendah (jika score respon terhadap makanan dan emosi yang meningkatkan selera makan < dari score kenikmatan saat makan dan emosi yang menurunkan selera makan) 1. Selera makan tinggi (jika score respon terhadap makanan dan emosi yang meningkatkan selera makan ≥ dari score kenikmatan saat makan dan emosi yang menurunkan selera makan) (Pintautami, 2011)
Ordinal
Frekuensi Mengisi mengonsumsi kuesioner pangan jajanan (mie, gorengan, chiky, makanan kemasan, es, sirup, minuman kaleng, dan sebagainya) yang dijual disekitar rumah, sekolah dan tempat lainya dalam seminggu
Kuesioner
0. Sering (jika ≥5x/minggu) 1. Jarang (jika <5x/minggu) (Yuliastuti (2011)
Ordinal
Skala
Variabel Dependen 1
Selera makan di rumah
Children’s Eating Behaviour Questionn aire (CEBQ)
Variabel Independen 2
Frekuensi Mengonsum si Jajanan
56
No
Nama Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
3
Makan bersama Keluarga
Makan bersama Mengisi keluarga (ayah/ kuesioner ibu/ /kakak /adik atau anggota keluarga lain) dengan waktu dan tempat yang sama selama seminggu
Kuesioner
0. Tidak rutin (jika <14x makan bersama dalam seminggu) 1. Rutin (jika ≥14x makan bersama dalam seminggu) (Sofyani, 2011)
Ordinal
4
Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan
Menggunakan dan Mengisi mengonsumsi kuesioner suplemen penambah selera makan dalam seminggu terakhir
Kuesioner
0. Ya (jika dalam seminggu terakhir mengonsumsi suplemen penambah selera makan) 1. Tidak (jika dalam seminggu terakhir. tidak mengonsumsi suplemen penambah selera makan) (Firna, 2009)
Ordinal
C. Hipotesis Penelitian 1.
Ada hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
2.
Ada hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
3.
Ada hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
57
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian penelitian ini merupakan jenis penelitian epidemiologi analitik kuantitatif dengan desain cross sectional study, dimana pengumpulan data dan pengukuran variabel independen dengan variabel dependen dilakukan pada
waktu
yang
bersama
untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta dan waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Maret-Agustus tahun 2015.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang berjumlah 102 orang. Alasan dipilihnya siswa/siswi kelas IV sebagai sampel penelitian
58
adalah karena siswa usia kelas IV termasuk dalam tingkatan kelas tinggi, dimana mereka dapat memahami, menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan baik dan dapat diajak kerjasama dalam pengumpulan data. Namun saat pengisian kuesioner tetap didampingi oleh peneliti. 2. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah siswa/siswi yang terdaftar sebagai siswa/siswi kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Lemeshow et al (1990) sebagai berikut;
Z2 1-a/2 P (1-p) N n= d2 (N-1) + Z2 1-a/2 P(1-P)
Keterangan: n
= Besar sampel minimal yang dibutuhkan
N
= Besar populasi (102 siswa/siswi kelas IV)
Z 2 1- α/2
= Tingkat kepercayaan 95% = 1,96
P
= Perkiraan proporsi 50% = 0,50
d
= Limit dari error 5% = 0,05
59
Sehingga didapat perhitungan sebagai berikut;
1,962 1-a/2 0,50 (1-0,50)102 n= 0,052 (102-1) + 1,962 0,50(1-0,50)
n = 88 responden
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat jumlah sampel minimal yang diambil sebanyak 88 responden. Namun untuk mengantisipasi adanya faktor-faktor yang tidak diinginkan yang dapat menghilangkan sampel, maka teknik pengambilan sampel menggunakan total sampeling (seluruh populasi menjadi sampel) yakni sebanyak 102 siswa/siswi yang merupakan kelas IV yang tercatat sebagai peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada tahun ajaran 2014/2015.
D. Metode Pengumpulan Data Data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengukuran langsung. Data primer dalam penelitian ini dengan memberikan kuesioner kepada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta mengenai selera makan di rumah, frekuensi mengonsumsi makanan jajanan, makan bersama keluarga, dan konsumsi suplemen penambah selera makan.
60
1. Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah; a.
Data Primer Data primer diperoleh langsung dari responden. Data yang diperoleh dari responden berupa identitas responden, data orang tua responden, data selera makan di rumah, data mengonsumsi jajanan, data makan bersama keluarga dan data konsumsi suplemen penambah selera
makan.
Pengambilan
data
primer
dilakukan
dengan
menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari database Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta terkait jumlah siswa/siswi dan absen kelas IV tahun ajaran 2014-2015. Database yang
didapatkan
merupakan
arsip
dari
Madrasah
Ibtidaiyah
Pembangunan UIN Jakarta yang up to date sehingga dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya.
E. Instrument Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tentang; 1) Selera Makan di Rumah Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner CEBQ (Children’s Eating Behaviour Questionnaire).
61
Terdapat 17 pertanyaan yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu; Respon terhadap makanan terdiri dari 5 pertanyaan, Emosi yang meningkatkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan, Kenikmatan saat makan terdiri dari 4 pertanyaan, dan Emosi yang menurunkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan. Pada penelitian ini pertanyaan mengenai variabel selera makan di rumah terdapat pada kolom ‘E’ nomor (E1-E17). Variabel selera makan diukur menggunakan skala ukur “Likert”.Dari setiap jawaban pertanyaan selera makan di rumah, pada instrument penelitian ini menggunakan standar yang diberikan skor untuk analisis kuantitatif, yakni sebagai berikut; a. Tidak Pernah diberi skor 0 b. Jarang deberi skor 1 c. Kadang-Kadang diberi skor 2 d. Sering diberi skor 3 e. Selalu diberi sekor 4 Dari seluruh jawaban responden dilihat jumlah masing-masing skornya. Variabel dikatan selera makan ‘rendah’ jika score respon terhadap makanan dan emosi yang meningkatkan selera makan < dari score kenikmatan saat makan dan emosi yang menurunkan selera makan) dan dikatakan selera makan ‘tinggi’ jika score respon terhadap makanan dan emosi yang meningkatkan selera makan ≥ d ari score kenikmatan saat makan dan emosi yang menurunkan selera makan. Kuesioner ini telah dibuat oleh Wardle lalu diadaptasi dan digunakan
62
oleh Pintautami (2011) untuk menilai selera makan pada anak Sekolah Dasar Tileng I di Gunung Kidul Jawa Tengah dengan nilai uji validitas dan reabilita r Alpha 0,80. 2) Frekuensi Mengonsumsi Jajanan Instrument yang digunakan adalah lembar kuesioner. Pertanyaan mengenai variabel mengonsumsi jajanan terdapat pada kolom “B” nomor (B1-B5), sedangkan untuk variabel frekuensi mengomsumsi jajanan pada nomor (B2). Untuk variabel frekuensi mengomsumsi jajanan dikatakan ‘Sering’ jika menjawab ≥5x/seminggu, dikatakan ‘Jarang’ jika menjawab <5x/minggu, dan dikatakan ‘Tidak Pernah’ jika menjawab tidak jajan dalam seminggu. Kuesioner ini sebelumnya telah digunakan oleh Yuliastuti (2011) untuk menilai konsumsi jajan pada anak Sekolah Dasar Negeri Rambutan 04 Pagi Jakarta Timur dengan nilai uji validitas dan reabilita r Alpha 0,906. 3) Makan Bersama Keluarga Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Pada penelitian ini yang dikatakan makan bersama keluarga adalah jika responden tidak makan sendiri dan minimal dalam sehari 2x makan bersama keluarga. Pertanyaan mengenai variabel makan bersama keluarga (ayah/ ibu/kakak/adik, atau anggota keluarga yang lain) terdapat pada kolom “C” nomor C1 dan tambahan C2-C4) untuk mengetahui kebiasaan makan bersama keluarga yang dilakukan setiap harinya. Untuk variabel makan bersama keluarga dikatakan ‘Tidak
63
Rutin’ jika <14x makan bersama keluarga dalam seminggu dan dikatan ‘Rutin’ jika ≥14x makan bersama keluarga dalam seminggu. Kuesioner ini sebelumnya pernah digunakan oleh Sofyani (2011) pada anak Sekolah Dasar Negeri 20 Manna Bengkulu Selatan untuk menilai kebiasaan makan bersama keluarga. 4) Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Istrumen yang digunakan adalah lebar kuesioner. Pertanyaan mengenai variabel konsumsi suplemen penambah selera makan terdapat pada kolom “D” nomor (D1) dan ditambah (D2-D3) untuk mengetahui jenis dan frekuensi suplemen penambah selera makan yang sering dikonsumsi responden. Untuk variabel konsumsi suplemen penambah selera makan dikatakan ‘Tidak Mengonsumsi’ jika dalam 1 minggu terakhir tidak mengonsumsi suplemen penambah selera makan dan dikatakan ‘Ya Mengonsumsi’ jika dalam
1
minggu terakhir
mengonsumsi suplemen penambah selera makan. Kuesioner ini sebelumnya pernah digunakan Firna (2009) untuk menilai konsumsi suplemen pada siswa/siswi Sekolah Dasar Islam Al Azhar 17 Bintaro Tangerang.
F. Manajemen Data Manajemen atau pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan manual
maupun
dengan
menggunakan
bantuan
komputer
memudahkan prosesnya. Tahapan pengolahan data terdiri dari;
guna
64
1.
Editing Data Editing dalam penelitian ini berupa menjumlahkan dan melakukan koreksi. Penjumlahan dilakukan agar kuesioner yang didapatkan sesuai jumlah yang telah ditentukan, sedangkan koreksian berupa tindakan membenarkan atau menyelesaikan hal-hal yang salah atau kurang jelas.
2.
Coding Data Tahap ini merupakan kegiatan mengklafikasikan data dan memberikan kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkanya data. Peneliti membuat kode untuk setiap jawaban dari pertanyaan pada kuesioner. Pada penelitian ini coding dilakukan saat seluruh responden telah mengisi kuesioner. Koding dilakukan terhadap pertanyaan sebagai berikut ini; Koding pertanyaan selera makan di rumah menggunakan kuesioner Chlid Eating Behavior Questionnaire (CEBQ) terdapat 17 pertanyaan yang terbagi menjadi 4 kategori yaitu; Respon terhadap makanan terdiri dari 5 pertanyaan (E1-E5), Emosi yang meningkatkan selera makan terdiri dari 4 pertanyaan (E6-E9), Kenikmatan saat makan terdiri dari 4 pertanyaan (E10-E13), dan
Emosi yang menurunkan
selera makan terdiri dari 4 pertanyaan (E14-E17). Pada kuesioner menyediakan 5 pilihan jawaban dengan masing-masing pertanyaan akan diberikan skor sebagai berikut ini; ‘Tidak Pernah’ diberi skor nilai 0, ‘Jarang’ diberi skor nilai 1, ‘Kadang-Kadang’ diberi skor nilai 2, ‘Sering’ diberi skor nilai 3, dan ‘Selalu’ diberi skor nilai 4. Kemudian
65
peneliti memberikan coding dengan kategori; 0 yaitu selera makan rendah (jika score respon terhadap makanan dan emosi yang meningkatkan selera makan < dari score kenikmatan saat makan dan emosi yang menurunkan selera makan) dan 1 yaitu selera makan tinggi (jika score respon terhadap makanan dan emosi yang meningkatkan selera makan ≥ dari score kenikmatan saat makan dan emosi yang menurunkan selera makan). Koding untuk mengonsumsi jajanan dengan memberikan 4 pertanyaan (B1-B4) yang terdiri dari; Frekuensi jajan, Tempat membeli jajan, Jenis makanan jajanan yang sering dibeli, dan Jenis minuman jajanan yang sering dibeli. Sedangkan untuk frekuensi mengonsumsi jajanan (B2) dikategorikan sebagai berikut; kode 0 yaitu Sering (jika ≥5x/minggu) dan kode 1 yaitu Jarang (jika <5x/minggu). Koding untuk makan bersama keluarga dengan memberikan 4 pertanyaan (C1-C4) yang terdiri dari; Rutin makan bersama keluarga, Kebiasaan makan pagi bersama keluarga, Kebiasaan makan siang bersama keluarga, dan Kebiasaan makan sore/malam besama keluarga. Pada penelitian ini dikatakan rutin jika makan bersama keluarga minimal 2x dalam sehari (makan pagi dan makan siang/ makan pagi dan makan sore/ makan siang dan makan sore), sehingga dalam seminggu minimal 14 kali makan bersama keluarga. Sedangkan untuk variabel kebiasaan makan bersama keluarga dengan kategori; kode 0
66
yaitu Tidak rutin (jika <14x dalam seminggu) dan kode 1 yaitu Rutin (jika ≥14x dalam seminggu). Koding untuk pertanyaan konsumsi suplemen penambah selera makan (D1-D3) yang terdiri dari; Apakah mengonsumsi suplemen penambah selera makan dalam seminggu terakhir, Jenis suplemen yang sering dikonsumsi, dan frekuensi mengomsumsi suplemen penambah selera makan. Variabel konsumsi suplemen penambah selera makan dengan kategori; kode 0 yaitu “Tidak” (jika dalam seminggu terakhir tidak mengonsumsi suplemen penambah selera makan) dan kode 1 yaitu Ya (jika dalam seminggu terakhir mengonsumsi suplemen penambah selera makan).
3. Data struktur dan data File Data file berupa membuat template sesuai dengan format yang digunakan. 4. Entry Data Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan data ke dalam template yang telah disediakan. Agar mudah dijumlahkan, disusun untuk disajikan dan dianalisis. 5. Cleaning Data Peneliti melakukan kegiatan pengecekkan kembali data yang telah dientry untuk memastikan bahwa data tersebut tidak ada kesalahan baik dalam pengkodingan maupun membaca kode.
67
Sehingga jika ditemukan kesalahan dapat langsung dilakukan perbaikan dan penyesuaian dengan data yang telah dikumpulkan.
G. Analisis Data 1. Analisis Data Univariat Analisis univariat yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pada masing-masing variabel yang telah diteliti. Data disampaikan dalam bentuk distribusi frekuensi menurut masingmasing variabel yang diteliti. Variabel penelitian ini yaitu selera makan di rumah, frekuensi mengonsumsi jajanan, makan bersama keluarga, dan konsumsi suplemen penambah selera makan. 2. Analisis Data Bivariat Analisi data bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian dengan melakukan pengujian statistik. Hasil perhitungan statistik dapat dilihat dari nilai P value, sehingga dapat memutuskan apakah Ho ditolak atau Ho gagal ditolak, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Bila nilai P value lebih besar dari nilai alfa (α) maka Ho ditolak, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara data variabel dependen dengan data variabel independen.
68
b. Bila nilai P value lebih kecil dari nilai alfa (α) maka Ho gagal ditolak, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara data variabel dependen dengan data variabel independen. Analisi bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Kai Kuadrat (Chi Square) dengan batas kemaknaan nilai alfa (α) = 0,05. Uji Chi Squar dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen yang keduanya berjenis kategorik.
69
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat 1. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah. Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejak tahun 2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta. Tahun 1974 pertama kali Madrasah Pembangunan membuka tingkat Ibtidaiyah dan permulaan kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari kelahiran Madrasah Pembangunan. Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta terletak di Jalan Ibnu Taimia IV Kompleks UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang Selatan. Jumlah siswa/siswi kelas IV Ibtidaiyah Pembangunan tahun pelajaran 2014-2015 sebanyak 102 yang
70
dibagi menjadi 3 kelas dengan jumlah siswa masing-masing kelas ada yang berjumlah 34 orang.
2. Gambaran Selera Makan di Rumah Distribusi selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diukur menggunakan kuesioner Children’s Eating Behaviour Questionnaire (CEBQ). Variabel ini dikategorikan menjadi 2 kategori, yaitu selera makan rendah dan selera makan tinggi. Hasil ukur dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
Tabel 5.1 Distribusi Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Selera Makan di Rumah Rendah Tinggi Total
Jumlah 47 55 102
Pesentase 46,1% 53,9% 100%
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa responden yang selera makannya rendah lebih sedikit (46,1 %) dibandingkan dengan responden yang selera makanya tinggi (53,9 %).
71
3. Gambaran Frekuensi Mengonsumsi Jajanan Distribusi mengonsumsi jajanan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. Variabel dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu, sering (jika ≥ 5x/minggu) dan jarang (jika <5x/minggu). Hasil ukur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini; Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Mengonsumsi Jajanan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Frekuensi Mengonsumsi Jajanan Sering (jika ≥ 5x/minggu)
Jumlah
Pesentase
57
55,9%
Jarang (jika <5x/minggu)
45
44,1%
Total
102
100%
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa responden yang frekuensi mengonsumsi jajanan sering lebih banyak (55,9%) dibandingkan responden yang jarang mengonsumsi jajanan (44,1%). Distribusi jenis makanan jajanan yang sering dibeli oleh responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini; Tabel 5.3 Distribusi Jenis Makanan Jajanan yang dibeli pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Jenis Mengonsumsi Jajanan Nasi uduk / nasi goreng /lontong Mie goreng/ mie rebus/ mie ayam/ bakso/sosis Batagor/ somay/ gorengan/ cimol/ cilok Chiki/ biscuit/ waper/ permen/ coklat Total
Jumlah 27 13 42 20 102
Persentase 26,5% 12,7% 41,2% 19,6% 100%
72
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa makanan jajanan yang paling banyak dikonsumsi oleh responden dengan jenis batagor/ somay/gorengan/ cimol/ cilok yaitu sebanyak 41,2%. Distribusi jenis minuman jajanan yang sering dibeli oleh responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini:
Tabel 5.4 Distribusi Jenis Minuman Jajanan yang dibeli pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Jenis Minuman Jajanan Susu kotak/ es susu Es buah/ jus buah/ es jeruk
Jumlah 23 18
Persentase 22,5% 17,6%
Es sirup/ es teh/ es krim/ pop ice
32
31,4%
Aqua/ air mineral Total
29 102
28,4% 100%
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa minuman jajanan dengan jenis es sirup/ es teh/ es krim/ pop ice paling banyak dikonsumsi oleh responden yaitu sebanyak 31,4%.
4.
Gambaran Makan Bersama Keluarga Distribusi makan bersama keluarga pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diukur dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini dikatan makan bersama keluarga rutin jika dalam sehari minimal 2x makan bersama keluarga. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu tidak rutin (jika <14x makan bersama dalam seminggu) dan rutin (jika ≥1 4x makan
73
bersama dalam seminggu). Hasil ukur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini;
Tabel 5.5 Distribusi Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Makan Bersama Keluarga
Jumlah
Persentase
Tidak Rutin
68
66,7%
Rutin
34
33,3%
Total
102
100%
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa responden yang tidak rutin makan bersama keluarga lebih banyak (66,7%) dibandingkan dengan yang rutin makan bersama keluarga (33,3 %). Distribusi waktu makan bersama kelurga dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini: Tabel 5.6 Distribusi Waktu Makan Bersama Keluarga pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Variabel Makan Pagi
Makan Siang Makan Sore/Malam
Kategori Selalu Kadang-kadang Tidak Pernah Selalu Kadang-Kadang Tidak Pernah Selalu Kadang-Kadang Tidak Pernah
Jumlah 46 48 8 9 31 62 57 40 5
Persentase 45,1% 47,1% 7,8% 8,8% 30,4% 60,8% 55,9% 39,2% 4,9%
74
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa responden yang waktu makan sore/malam selalu bersama keluarga lebih banyak (55,9%) dibandingkan dengan waktu makan pagi yang selalu bersama keluarga (45,1%) ataupun yang makan siang selalu bersama keluarga (8,8%).
5. Gambaran Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Distribusi konsumsi suplemen penambah selera makan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diukur dengan menggunakan kuesioner. Variabel ini dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu, tidak mengonsumsi (jika dalam seminggu tidak mengonsumsi suplemen) dan mengonsumsi (jika dalam seminggu mengonsumsi suplemen). Hasil ukur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini;
Tabel 5.7 Distribusi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Ya Mengonsumsi
Jumlah
Persentase
39
38,2%
Tidak Mengonsumsi
63
61,8%
Total
102
100%
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa responden yang tidak mengonsumsi suplemen penambah selera makan lebih banyak (61,8 %) dibandingkan dengan yang mengonsumsi suplemen penambah selera
75
makan (38,2 %). Distribusi jenis suplemen penambah selera makan yang banyak dikonsumsi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini:
Tabel 5.8 Distribusi Jenis Suplemen Penambah Selera Makan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Jenis Suplemen Penambah Selera Makan Kapsul Sirup /cair Kapsul lunak Tidak Mengonsumsi Total
Jumlah
Persentase
10
9,8%
23
22,5%
6
5,9%
63 102
61,8% 100%
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi responden adalah sirup/ cair yaitu sebanyak 22,5 %. Distribusi frekuensi konsumsi suplemen penambah selera makan responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini:
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Frekuensi Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Setiap hari
Jumlah
Persentase
6
5,9%
> 3 kali/seminggu
22
21,6%
< 3 kali / seminggu
11
10,8%
Tidak mengonsumsi
63
61,8%
Total
102
100%
76
Berdasarkan
tabel
5.9
diketahui
bahwa
responden
yang
mengonsumsi suplemen penambah selera makan paling banyak dengan frekuensi >3 kali/seminggu yaitu sebanyak 21,6%.
B. Analisis Bivariat Analisis bivariat ini untuk melihat adanya hubungan antara faktorfaktor yang diduga berhubungan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015. 1. Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera Makan di Rumah
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015
Mengonsumsi Jajanan
Selera Makan di Rumah
Total
Sering
Rendah n % 29 50,9
Tinggi n % 28 49,1
n 57
% 100
Jarang
18
40,0
27
60,0
45
100
Total
47
46,1
55
53,9 102
100
P Value 0,320
Berdasarkan tabel 5.10 hasil analisis hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi
77
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diperoleh
hasil
bahwa
diantara
57
responden
yang
frekuensi
mengonsumsi makanan sering terdapat 29 responden (50,9%) yang selera makanya rendah. Diantara 45 responden yang frekuensi mengonsumsi makanan jajanan jarang, terdapat 18 responden (40,0%) yang selera makanya rendah. Berdasarkan uji chi-square diperoleh P-Value sebesar 0,320 (>α 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara selera makan dengan frekuensi mengkonsumsi jajanan. Populasi responden yang memiliki selera makan rendah tidak jauh berbeda antara mereka yang konsumsi makanan jajanannya sering, jarang dengan responden yang tidak mengonsumsi jajanan.
2. Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan di Rumah
Tabel 5.11 Analisis Hubungan Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Makan Bersama Keluarga
Selera Makan di Rumah Rendah n %
Tinggi n %
n
%
Tidak Rutin
37
54,4
31
45,6
68
100
Rutin
10
29,4
24
70,6
34
100
Total
47
46,1
55
53,9
102
100
Total
P Value
0,021
78
Berdasarkan tabel 5.11 hasil analisis hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diperoleh bahwa diantara 68 responden yang tidak rutin makan bersama keluarga, terdapat 37 responden (54,4%) yang selera makanya rendah. Diantara 34 responden yang rutin makan bersama keluarga, terdapat 10 responden (29,4%) yang selera makanya rendah. Berdasarkan uji chi-square diperoleh P-Value sebesar 0,021 (≤α 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara selera makan di rumah dengan makan bersama keluarga. Populasi responden yang memiliki selera makan rendah tidak jauh berbeda antara mereka yang rutin makan bersama keluarga dengan responden yang tidak rutin makan bersama keluarga.
3. Hubungan antara Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah Tabel 5.12 Analisis Hubungan Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Ya Tidak Total
Selera Makan di Rumah Rendah Tinggi
Total
n
%
n
%
n
%
24
61,5
15
38,5
39
100
23 47
36,5 46,1
40 55
63,5 53,9
63 102
100 100
P Value
0,016
79
Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diperoleh bahwa diantara 39 responden yang mengonsumsi suplemen penambah selera makan, terdapat 24 responden (61,5%) yang selera makanya rendah. Diantara 63 responden yang tidak mengonsumsi suplemen penambah selera makan, terdapat 23 responden (36,5%) yang selera makanya rendah. Berdasarkan uji chi-square diperoleh P-Value sebesar 0,016 (≤α 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara selera makan di rumah dengan konsumsi suplemen penambah selera makan. Populasi responden yang memiliki selera makan rendah tidak jauh berbeda antara mereka yang tidak mengonsumsi suplemen penanbah selera makan dengan responden yang mengonsumsi suplemen penambah selera makan.
80
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat keterbatasan penelitian yaitu: 1.
Tidak membahas asupan energi dari makanan jajanan yang dikonsumsi.
2.
Penelitian ini tidak menvalidasi ulang instrument pengukuran yang digunakan dari kuesioner penelitian sebelumnya, sehingga tidak mengetahui nilai reliabilitas.
3.
Penelitian ini tidak memasukkan data tentang jenis suplemen penambah selera makan yang alamiah.
B. Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 Selera makan merupakan suatu proses dalam tubuh yang dapat menyebabkan seseorang mempunyai keinginan makan selain rasa lapar. Lubis (2005) mendefinisikan selera makan biasa diartikan sebagai rasa senang atau ingin yang ditimbulkan oleh rangsangan makan (aroma, penampilan) dan keputusan memilih jenis makanan tertentu. Sedangkan Oenzi (2012) selera makan adalah sebagai prefrensi seseorang terhadap jenis makanan atau keadaan ingan makan. Arali (2011) mendefinisikan selera
81
makan adalah ketertarikan untuk mencoba makanan kesukaan karena memliki warna, aroma dan bentuk makanan yang menarik. Tinjauan gizi seimbang selera makan dapat dikatakan baik dan dapat juga dikatakan tidak baik, bila dikatakan baik maka proses makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi dapat berjalan maksimal. Namun jika dikatakan tidak baik, ada dua hal kemungkinan akan terjadi, pertama selera makan yang berlebihan (rakus) dan yang kedua selera makan berkurang atau hilang. Selera makan yang berlebihan (terlihat rakus) artinya intake makanan akan melebihi kebutuhan tubuh, akibatnya adalah peningkatan berat badan yang tidak di inginkan dan beberapa akibat penyakit lainnya. Sebaliknya, selera makan berkurang atau hilang akan mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak dikehendaki dan beberapa akibat lainnya (Arali, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa/siswi kelas IV Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 menunjukan bahwa responden yang selera makannya rendah lebih sedikit (46,1 %) dibandingkan dengan responden yang selera makanya tinggi (53,9%). Sedangkan hasil penelitian Pintautami (2011) yang dilakukan pada 60 anak di Sekolah Dasar Tileng 1 Gunung Kidul Jawa Tengah bahwa sebanyak 49,8% siswa/siswi kelas IV-VI dengan selera makan rendah. Penelitian Handayani (2014) yang dilakukan pada 36 anak di Sekolah Dasar Impres Laikeng Sudiang Makassar sebanyak 47,2% anak tidak selera makan pada usia 11-12 tahun.
82
Dengan demikian hasil penelitian ini lebih rendah persentase siswa/siswi yang selera makanya rendah jika dibanding dengan persentase penelitian Pintautami (2011) dan Handayani (2014), namun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak dengan sampel laki-laki dan perempuan, sehingga hasil yang didapatkan lebih generalisasi. Selain itu penelitian ini lebih spesifik yakni selera makan di rumah.
C. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan, Makan Bersama Keluarga, Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa /Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta Tahun 2015 1. Gambaran dan Hubungan antara Frekuensi Mengonsumsi Jajanan dengan Selera Makan di Rumah Hasil analisis univariat dalam penelitian ini diketahui bahwa responden yang frekuensi mengonsumsi jajanan sering lebih banyak (55,9%) dibandingkan responden yang jarang mengonsumsi jajanan (44,1%). Jenis jajanan yang banyak dikonsumsi oleh responden adalah batagor/ somay/ gorengan/ cimol/ cilok yaitu sebanyak 41,2%, dan jenis minuman yang banyak dikonsumsi adalah es sirup / es teh / es krim / pop ice yaitu sebanyak 31,4%. Penelitian ini yang dimaksut makanan jajanan adalah makanan seperti (nasi lontong, bakso, gorengan, chiky, makanan kemasan dan sebagainya) dan minuman seperti (es, sirup, minuman kaleng, dan sebagainya) yang dipersiapkan dan dijual oleh kantin sekolah, pedagang kakilima di jalanan, dan di tempat-tempat ramai umum lain. Penelitian
83
Handayani (2014) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan jajan dengan selera makan. Semakin sering siswa/siswi jajan maka, semakin rendah selera makannya. Jika sering mengonsumsi makanan jajanan maka siswa/siswi akan merasa kenyang dan tidak selera untuk makan yang disajikan di rumah. Hasil analisis hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diperoleh hasil bahwa diantara 57 responden yang frekuensi mengonsumsi makanan sering terdapat 29 responden (50,9%) yang selera makanya rendah. Diantara 45 responden yang frekuensi mengonsumsi makanan jajanan jarang, terdapat 18 responden (40,0%) yang selera makanya rendah. Berdasarkan uji chisquare diperoleh P-Value sebesar 0,320 (>α 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara selera makan dengan frekuensi mengonsumsi jajanan. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesa penelitian yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah. Tidak
adanya
hubungan
selera
makan
dengan
frekuensi
mengonsumsi jajanan dalam penelitian ini dikarenakan populasi responden yang memiliki selera makan rendah tidak jauh berbeda antara mereka yang mengonsumsi makanan jajanannya sering dengan responden yang mengonsumsi jajanan jarang.
84
Siswa/siswi usia sekolah pada umumnya lebih sering mengonsumsi makanan jajanan karena rasanya yang gurih, manis, asin dengan kemasan yang unik dan harga yang terjangkau. Tetapi, makanan jajanan cenderung mengandung lemak, garam, dan energi yang tinggi, namun vitamin, mineral, dan serat yang rendah. Misalnya; sosis, bakso, somay dan makanan siap santap lainya seperti; ayam goreng, kentang goreng, hamburger, mie dan gorengan. Kontribusi energi, lemak dan garam yang tinggi dari makanan jajanan dapat menyebabkan penumpukan kalori jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang memadai. Hal itu memacu peningkatan simpanan lemak tubuh dalam bentuk trigliserida di dalam jaringan adipose (Pramono dan Sulchan, 2014). Menurut teori lipostatik, peningkatan simpanan lemak di jaringan adiposa memberikan sinyal kenyang. Gliserol berfungsi sebagai sinyal yang mengalir melalui darah antara simpanan lemak dan daerah-daerah di otak yang mengontrol selera makan. Jumlah gliserol dalam darah menjadi indikator yang menunjukkan jumlah total lemak trigliserida yang tersimpan di jaringan lemak. Pada teori ini, yang penting dalam penentuan lapar dan kenyang adalah presentase pengisian setiap sel lemak. Orang dengan jumlah sel lemak banyak akan tetap merasakan lapar, namun pada orang normal akan merasa kenyang karena sel-sel adiposa mereka belum kenyang (Sherwood, 2007). Quennell at al (2009) menjelaskan bahwa semakin banyak penumpukan pada jaringan lemak, maka semakin tinggi kadar leptin.
85
Keberadaan leptin dijumpai dalam jumlah yang banyak di hipotalamus ventromedial yang merupakan pusat kenyang. Leptin menyebabkan penekanan keinginan untuk makan melalui jalur inhibisi terhadap Neuropeptida Y (NPY) dan stimulasi terhadap proopiomelanocortin (POMC) dan Cocaine- and amphetamine-regulated transcript (CART) di nucleus arkuatus hipotalamus. Oleh sebab itu, jika siswa/siswi semakin sering mengkonsumsi makanan jajanan yang tinggi lemak dan energi maka semakin rendah selera makannya. Pada dasarnya makanan jajanan juga mempunyai manfaat untuk anak-anak diantaranya adalah untuk mengisi perut saat lapar ketika belum tiba waktu makan, mengenal beragam makanan yang dijual di sekolah, menambah keakrapan dengan teman-teman. Makanan jajanan juga menyumbang asupan gizi bagi anak sekolah; sebanyak 36,0% energi, kemudian sebanyak 29,0% protein dan sebanyak 52,0% zat besi (Judarwanto. 2010). Dengan demikian makanan jajanan juga penting untuk pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Makan jajanan yang terlalu sering juga tidak baik, karena keamanan pangan makanan jajanan yang diduga masih beresiko terhadap kesehatan. Proses pengolahan yang tidak higienis, masih adanya mikroba patogen yang mencemarinya, atau penggunaan zat pewarna sintetik, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dilarang menurut Permenkes No 239/Menkes/Per/IX/85, diantaranya adalah Rhodamin B, Amaranth, Tartrazine, Sunset Yellow (Anonim, 2006).
86
Hasil analisi univariat pada penelitian ini, ditemukan bahwa masih banyak siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta yang mengonsumsi makanan jajanan jenis batagor/ somay/ gorengan/ cimol/ cilok/ sosis dan minuman jenis es sirup / es teh / es krim /pop ice perlu diperhatikan. Makanan jajanan jenis tersebut biasanya mengandung bahan tambahan makanan berbahaya yang berupa zat pewarna tekstil, penyedap rasa, pemanis buatan, penambah aroma bahkan formalin. Hasil uji sampel makanan jajanan yang diambil dari kantin, pedang sekolah dan pasar dari beberapa daerah di wilayah DKI Jakarta dan Ciputat bahwa ditemukan pada otak-otak, sosis, nugget, makroni, basreng (baso goreng), batagor, siomay, kerupuk gendar, makanan gorengan, gulali dan arumanis menggunakan rhodamin B, saus yang mengandung methanil yellow, bakso mengandung boraks, dan
mie mengandung formalin.
Sedangkan pada minuman es sirup, es cendol, minuman ringan, juga ditemukan mengandung zat yang berbahaya yaitu rhodamin B (Habibi dkk. 2012). Pewarna sintetik bersifat toksik dan memberikan dampak yang membahayakan bagi kesehatan diantaranya adalah bahwa Rhodamin B dan Methanil Yellow tidak dapat dicerna oleh tubuh dan akan mengendap secara utuh dalam hati sehingga dapat menyebabkan keracunan hati (Sumarlin, 2010). Untuk menghindari makanan jajanan yang dijual di sekolah atau tempat lainya yang belum tentu aman, maka sebaiknya orang tua
87
memberikan bekal makanan jajanan yang dibuat sendiri dan terjamin kebersihan, tidak mengandung bahan tambahan pangan yang berbahaya dan mengandung gizi yang baik untuk siswa/siswi. Di rumah ibu juga dapat menyajikan makanan jajanan yang dibuat sendiri untuk cemilan anggota keluarga. Membuat makanan jajanan yang menarik, enak dan disukai, maka ibu dapat memanfaatkan buku masak, katalok, atau internet yang banyak sekali memberikan informasi tentang cara membuat jajanan yang beranekaragam jenisnya. Jika bagi ibu yang bekerja dan tidak sempat membuatkan makanan jajanan di rumah, maka ibu dapat meminta pengasuh atau pembantu rumah tangga untuk membuatkan makanan di rumah atau memesan dengan tetangga atau teman yang biasa membuat dan menjual makanan jajanan. namun ibu yakin bahwa makanan yang dibuatnya aman bagi kesehatan anggota keluarganya. Dengan demikian maka semakin kecil keinginannya siswa/siswi untuk membeli makanan jajanan yang dijual di luar rumah yang belum tentu baik untuk kesehatanya.
2. Gambaran dan Hubungan antara Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan di Rumah Hasil analisis univariat diketahui bahwa responden yang tidak rutin makan bersama keluarga lebih banyak (66,7%) dibandingkan dengan yang rutin makan bersama keluarga (33,3 %). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase siswa/siswi yang rutin makan bersama keluarga hanya
88
sebagian kecil saja. Hasil analisi diketahui bahwa makan bersama keluarga yang sering dilakukan adalah pada saat makan sore/malam yaitu sebanyak (55,9%) dan waktu makan pagi sebanyak (45,1%). Sedangkan waktu makan siang sering tidak bersama keluarga. Makan bersama keluarga berhubungan dengan asupan makanan yang bergizi dan sehat. Penelitian Neumark-Sztainer et al (2004) menemukan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi makan bersama keluarga dengan asupan mengkonsumsi buah, sayuran, makanan tinggi kalsium, dan mengurangi konsumsi soft drink. Kemudian studi yang dilakukan oleh National Center on Addiction and Substance Abuse (CASA) Columbia University, Amarika Serikat menunjukkan bahwa makan bersama keluarga dapat membantu anak mendapatkan nilai yang lebih baik (Wardyaningrum, 2010). Pada era kemajuan seperti saat ini, orang tua memang telah menjadi orang yang sibuk karena urusan pekerjaan di luar rumah. Oleh karena itu kebiasaan makan bersama dalam suatu keluarga akhirnya jarang dilakukan karena tidak ada waktu luang untuk berkumpul, apalagi makan bersama dalam satu meja makan (Khomsan, 2010). Hasil analisis hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diperoleh bahwa diantara 68 responden yang tidak rutin makan bersama keluarga, terdapat 37 responden (54,4%) yang selera makanya rendah. Diantara 34 responden
89
yang rutin makan bersama keluarga, terdapat 10 responden (29,4%) yang selera makanya rendah. Berdasarkan uji chi-square diperoleh P-Value sebesar 0,021 (≤ α 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara selera makan di rumah dengan makan bersama keluarga. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyebutkan bahwa adanya hubungan antara makan bersama keluarga dengan selera makan anak di rumah. Pada penelitian sebelumnya belum ada yang meneliti tentang makan bersama keluarga dengan selera makan di rumah, sehingga hasil penelitian ini lebih bervariasi. Teori Neumark-Sztainer et al (2004) mengatakan bahwa kebiasaan makan bersama keluarga yang lebih rutin dengan suasana yang menyenangkan memiliki kemungkinan lebih rendah untuk memiliki kebiasaan dan pola makan yang salah. Kemudian menurut Hammons dan Fiese (2011) yang mengatakan bahwa makan bersama keluarga dua kali atau lebih dalam sehari mengurangi konsumsi makanan yang tidak sehat 20% dan peningkatan konsumsi makanan sehat sebesar 24%. Menurut berbagai kajian, kebiasaan makan yang baik adalah tiga kali dalam sehari. Namun, masih banyak anak sekolah yang frekuensi makanya kurang dari tiga kali sehari dan waktu makan yang sering ditinggalkan adalah sarapan. Secara kuantitas dan kualitas bila hanya satu atau dua kali makan setiap hari, mungkin sekali akan terjadi kekurangan (Suhardjo, 2003).
90
Beberapa keluarga, makan pagi (sarapan) kadang ditinggalkan karena tidak selera makan atau terlambat bangun sehingga tidak dapat menyiapkan makan pagi untuk aggota keluarga, Orang tua tergesa-gesa untuk pergi bekerja. Siswa/siswi akan meniru perilaku orang tuanya, sehingga ke sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu.
Makan pagi
memberikan asupan energi untuk kegiatannya selama di sekolah sebelum waktu makan siang, disamping itu mencegah terjadinya tekanan darah rendah yang menyebabkan siswa/siswi lemas, lesu, pusing atau tidak dapat berkonsntrasi saat belajar di kelas. Waktu makan siang tidak semua anggota keluarga berada di rumah. Orang tua masih bekerja dan makan di luar rumah, siswa/siswi terkadang terlambat pulang sekolah atau ada kegiatan lainya seperti ekstra kulikuler, mengerjakan pekerjaan rumah (PR) di rumah teman, les, dan lain-lain. Dengan demikian makan siang bersama keluarga juga jarang sekali bisa dilakukan. Makan malam adalah waktu yang biasanya dapat diharapkan seluruh anggota keluarga berkumpul di rumah. Sehingga pada waktu ini keluarga dapat makan bersama. Beberapa keluarga, jenis menu pada waktu ini sangat istimewa dibandingkan waktu-waktu makan lainnya. Kebiasaan makan bersama ini sangat baik dilakukan karena dapat menambah keakrapan dan selera makan di rumah pada siswa/siswi. Didukung oleh teori Joseph A. Califano, Jr, pendiri dan pimpinan The National Center of Addiction and Substance Abuse at Columbia University, dalam buku
91
karyanya yang berjudul How to Raise a Drug-Free Kidhe dalam Hammons dan Fiese (2011) yang memaparkan bahwa siswa/siswi yang rutin makan malam bersama orang tuanya, cenderung terhindar dari bahaya narkoba, rokok dan minuman keras. Hasil penelitian University of Minneapolis, Amerika Serikat menemukan bahwa banyaknya frekuensi makan malam bersama keluarga berhubungan dengan semakin banyaknya perilaku positif anak. Dari makan malam bersama setiap anggota akan menikmati makanan yang lebih sehat dibandingkan jajan di luar rumah (Wardyaningrum, 2010). Oleh sebab itu, sebaiknya orang tua meluangkan waktu untuk dapat berkumpul bersama pada waktu makan di rumah, dan kembali membiasakan diri untuk makan bersama paling tidak ketika sarapan dan makan malam. selain menambah selera makan di rumah pada siswa/siswi maka keharmonisan dan keakuran anggota keluarga tetap terjaga.
3. Gambaran dan Hubungan antara Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan di Rumah Hasil analisis univariat diketahui bahwa responden yang tidak mengkonsumsi suplemen penambah selera makan lebih banyak (61,8 %) dibandingkan dengan yang mengkonsumsi suplemen penambah selera makan (38,2 %). Sedangkan jenis suplemen penambah selera makan yang banyak dikonsumsi diantaranya adalah sirup/ cair sebanyak 22,5%. Kemudian berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen penambah selera
92
makan diantaranya yang mengkonsumsi setiap hari sebanyak 5,9%, sebanyak 21,6% yang mengkonsumsi >3 kali/seminggu, dan sebanyak 10,8% yang mengkonsumsi <3 kali/ seminggu, sedangkan yang tidak mengkonsumsi suplemen sebanyak 61,8%. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Firna (2009) di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 17 Bintaro dan hasil penelitian Pintautami (2011) di Sekolah Dasar Negeri Tileng I yang terletak di Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunung Kidul yang menyatakan bahwa siswa/siswi yang diberi suplementasi selama 14 hari akan meningkat selera makannya dari sebelum diberi suplemen. Sehingga ada hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah. Sejalan dengan penelitian ini, berdasarkan hasil analisis hubungan antara konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 diperoleh bahwa diantara 39 responden yang mengkonsumsi suplemen penambah selera makan, terdapat 24 responden (61,5%) yang selera makanya rendah. Diantara 63 responden yang tidak mengkonsumsi suplemen penambah selera makan, terdapat 23 responden (36,5%) yang selera makanya rendah. Berdasarkan uji chi-square diperoleh P-Value sebesar 0,016 (≤α 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara selera makan di rumah dengan konsumsi suplemen penambah selera makan. Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai
93
dengan hipotesis penelitian yang menyebutkan bahwa adanya hubungan antara mengkonsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi. Suplemen penambah selera makan berfungsi untuk meningkatkan metabolisme, menekan atau menghambat asam lambung dan merangsang sekresi makanan sehingga meningkatkan selera makan. Pada umumnya suplemen penambah selera makan memilki kandungan utama diantaranya adalah zink dan curcumin (Handayani, 2002). Zink umumnya ada di dalam otak, dimana mengikat protein. Zink membantu mengaktivasi area otak yang menerima dan memproses informasi yang berasal dari reseptor bau dan perasa, hal ini penting untuk menstimulasi selera makan. Selain karena aktivasi area otak dari reseptor bau dan perasa, kadar zink dalam plasma juga diketahui mempengaruhi selera makan dan sensasi rasa makanan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian Xuan, N.X. et al., (1996) di Vietnam yang menyatakan bahwa efek pemberian suplementasi zink kemungkinan meningkatkan selera makan. Kemudian diperkuat oleh hasil penelitian Pintautami (2011) bahwa dengan memberikan sumplemen zink selama 14 hari dapat meningkat selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV-VI sekolah dasar. Curcumin adalah salah satu bahan aktif yang terkandung dari tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) dan temu ireng (Curcuma
aerogenoceae
Roxb).
Ada
beberapa
penelitian
yang
94
membuktikan bahwa curcumin dapat menambah selera makan. Rimpang temulawak dan temu ireng terdapat minyak atsiri yang diduga meningkatkan selera makan (Awalin,1996). Minyak atsiri memiliki sifat koleretik yang mempercepat sekresi empedu sehingga mempercepat pengosongan lambung serta pencernaan dan absorpsi lemak di usus yang kemudian
akan
mensekresi
berbagai
hormon
yang
meregulasi
peningkatan selera makan (Ozaki dan Liang, 1988). Rimpang dengan rasanya yang pahit, tajam, dan sifatnya dingin ini berkhasiat sebagai penambah selera makan, karena banyak mengandung curcumin yang bekerja dengan cara merangsang enzimatis menyebabkan relaksasi usus pada saluran pencernaan serta absorbsi bahan makanan dengan cara meningkatkan kerja lambung sehingga perut terasa kosong dan selanjutnya akan mengirim sinyal ke otak dan pada akhirnya akan menimbulkan keinginan untuk makan atau selera makan. Kemudian zat pahit (carpaine atau alkaloida pahit) yang dapat merangsang lambung anak agar berfungsi dengan baik sehingga timbul selera makannya (Handayani, 2002). Penelitian Ni’amah (2010) yang melakukan ekperimen ekstrak temu ireng (Curcuma Aerogenoceae.Roxb) sedangkan penelitian Awalin (1996) menggunakan ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang keduanya menggunakan tikus putih sebagai hewan uji. Hasil penelitianya bahwa adanya peningkatan selera makan dan bertambahnya
95
berat badan pada tikus setelah diberi ekstrak temu ireng maupun temulawak. Pada penelitian ini, diketahui bahwa siswa/siswi yang mengonsumsi suplemen penambah selera makan dengan frekuensi setiap hari dan yang mengkonsumsi >3 kali/seminggu tidak baik untuk kesehatan, ada beberapa dampak jika mengkonsumsi suplemen penambah selera makan dalam jumblah banyak atau sering. Dampak yang dapat terjadi diantaranya adalah mulai dari muntah, keracunan, masalah pembekuan darah, membebani kerja ginjal sehingga fungsinya terganggu atau dapat menyebabkan penumpukan dan mengakibatkan batu ginjal. Kemudian dapat membebani hati yang bisa memicu gangguan fungsi hati (Wati, 2008). Sebaiknya orang tua tidak selalu memberikan suplemen penambah selera makan untuk mengatasi masalah makan pada siswa/siswi. Namun dapat diatasi dengan memanfaatkan buah-buahan yang segar dan aman, selain itu mudah didapat seperti papaya. Kandungan vitamin dan mineral dalam buah pepaya akan memulihkan selera makan anak dan memperkuat daya tahan tubuh pada anak (Wijayakusuma, 2005). Hal ini di buktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh The Center for Science in the Public Interest (CSPI) di Washington AS tahun 1992 yang dikutip dari Suryani (2010) meneliti manfaat kesehatan dari 40 jenis buah. Dari penilaian tersebut, pepaya telah ditetapkan sebagai buah yang
96
paling menyehatkan dan salah satunya adalah untuk meningkatkan selera makan. Menurut Villegas, ahli pepaya dari Institute of Plant Breeding, University of the Philippines at Los Banos pada tahun 1992 yang dikutip dalam Suryani (2010), mengatakan bahwa buah pepaya mengandung enzim papain. Enzim ini sangat aktif dan memiliki kemampuan mempercepat proses pencernaan protein. Papain dapat membantu mewujudkan proses pencenaan makanan yang lebih baik. Dengan cara ini sistem kekebalan tubuh dapat ditingkatkan. Lalu, Penelitian Fox et al pada tahun 1982 dalam Sasangko (1992) mengatakan bahwa enzim papain yang merupakan enzim proteolitik juga dapat meningkatkan efisiensi proses pencernaan sehingga dapat meningkatkan selera makan. Penelitian Rika (2012) yang dilakukan pada balita di Posyandu Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji, bahwa dengan mengkonsumsi 1 potong buah pepaya (100gr) perhari selama 1 bulan dapat meningkatkan selera makan dan ada perbedaan berat badan sebelum mengkonsumsi papaya yaitu rata-rata berat badan adalah 12,285 kg dan sesudah diberikan 1 potong buah pepaya perhari selama 1 bulan rata-rata berat badan adalah 12,990 kg. Dari beberapa penelitian yang menjelaskan tentang dampak pemakaian suplemen penambah selera makan jika terlalu sering, maka orang tua dapat memanfaatkan buah papaya untuk menambah selera makan di rumah pada siswa/siswi. Karana buah papaya jauh lebih aman untuk kesehatan dan tidak mengandung bahan kimia.
97
BAB VII PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 102 siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta pada tahun 2015, dapat disimpulkan sebagai berikut; 1. Persentase siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 yang selera makanya rendah sebesar 46,1% dan yang selera makan tinggi yaitu sebesar 53,9 %. 2. Sebagian besar siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015 yang frekuensi yang mengonsumsi jajanan sering sebanyak (55,9%). 3. Sebagian besar siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tidak rutin makan bersama keluarga yaitu sebesar 66,7 %. 4. Persentase konsumsi suplemen penambah selera makan pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta sebanyak 38,2%. Frekuensi konsumsi suplemen penambah selera makan yang paling banyak adalah >3 kali/seminggu yaitu sebanyak 21,6%. 5. Terdapat hubungan antara makan bersama keluarga dan konsumsi suplemen penambah selera makan dengan selera makan di rumah pada
98
siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015. 6. Tidak terdapat hubungan antara frekuensi mengonsumsi jajanan dengan selera makan di rumah pada siswa/siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015.
B. Saran Berikut ini saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian yang diperoleh; 1. Bagi Pembuat Program Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta a. Dengan didapat hasil bahwa sebagian besar siswa/siswi sering membeli dan mengonsumsi jajanan, maka diharapkan agar pihak sekolah memberikan peraturan kepada penjual jajanan di kantin maupun penjual yang berada di luar pagar sekolah agar menjual makanan yang sehat, bersih dan tidak mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya bagi kesehatan. Pihak sekolah dapat bekerjasama dengan pihak puskesmas atau Dinas Kesehatan untuk melakukan uji makanan jajanan yang dijual di sekolah, agar para pedagang selalu berhati-hati setiap saat dan tidak melakukan kecurangan terhadap makanan jajanan yang dijual.
99
b. Edukasi kepada siswa/siswi tentang makanan jajanan yang aman. Pihak sekolah dapat bekerjasama dengan para tenaga ahli gizi (bermitra dengan kampus FKIK UIN Jakarta) dalam hal pemberian materi penyuluhan. c. Edukasi kepada orang tua tentang penggunaan suplemen penambah selera makan, hal ini diperlukan karena hasil studi menunjukkan persentase konsumsi suplemen penambah selera makan yang frekuensinya setiap hari sebanyak 5,9% dan yang mengonsumsi suplemen
penambah
selera
makan
dengan
frekuensi
>3
kali/seminggu yaitu sebanyak 21,6%. Oleh sebab itu perlunya pengetahuan orang tua tentang dampak bagi kesehatan jika berlebih mengonsumsi suplemen.
2. Bagi Peneliti Lain a. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur variabel metabolik (hormone) dan variabel farmakologik (obat-obatan) yang diduga secara langsung mempengaruhi selera makan. b. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar, sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih bervariasi.
100
DAFTAR PUSTAKA
Akamatsu dan Tomomi. 2011. Association Between Children’s Appetite Patterns and Maternal Feeding Practices. Juornal Food and Nutrition Sciences. 2; 228-234. Amran, Yuli. 2012. Pengolahan dan Analisis Data Statistik di Bidang Kesehatan. Jakarta: UIN. Anzarkusuma, Suci Indah dkk. 2014. Nutritional Status Based on Primary School Student’s Dietary Intake in Rajeg District Tangerang City. Indonesian Journal of Human Nutrition, Vol. 1 No.2 : 135–148. Arali. 2011. Nafsu Makan dan Faktor yang Mempengaruhinya. Artikel Penelitian. Awalin, N. 1996. Minyak Atsiri Rimpang Temulawak, Pengaruhnya Terhadap Kenaikan Berat Badan Tikus Putih Jantan dan Analisis Kandungan Kimianya.
Skripsi
Fakultas
Farmasi
Universitas
Gadjah
Mada.
Yogyakarta. Badan POM. 2011. Pentingnya Promosi Keamanan Pangan Disekolah untuk Menyelamatkan Generasi Penerus. Info Badan Pom Vol.12.No.6. Barnett, M. 2009. Improving nursing management of nutrition in COPD patient. Journal of Community Nursing. (23): pp 32-37.
101
Briawan, et al. 2007. Efikasi Suplemen Besi Multivitamin untuk Perbaikan Status Besi Remaja. Gizi Indonesia. Vol 30. Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang (Panduan untuk Petugas). Jakarta; Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Dwi, Adhy. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa Kelas Sekolah Dasar. Unnes Journal Of Public Healt. Dwi, Wahyu. 2012. Tingkat Kepatuhan Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Terhadap Larangan Membeli Jajanan Tertentu oleh Orang Tua di SDN Ciputat 6 Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. Skripsi Universitas Indonesia. Firna, Evi. 2009. Hubungan Faktor Anak dan Faktor Ibu dengan Konsumsi Suplemen pada Siswa SD Islam Al Azhar 17 Bintaro Tangerang. Skripsi Universitas Indonesia.
102
Graha, Chairinniza. 2008. Keberhasilan Anak di Tangan Orang Tua. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia-Jakarta. Gropper SS, Smith JL, Groff JL. 2005. Advanced Nutrition And Human Metabolism. Fourth Edition. USA : Wadsworth. p161. Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2007. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Habibi dkk. 2012. Pengetahuan Pedagang, Orang Tua dan Pihak Sekolah Terhadap Penambahan Zat Berbahaya pada Jajanan Anak di Sekolah Dasar Negri 05 Indralaya. Artikel Universitas Sriwijaya. Handayani L, Maryani H. 2002. Mengatasi Penyakit Anak dengan Ramuan Tradisional. Jakarta: Agro Media Pustaka. Handayani. 2014. Selera Makan Anak Usia 11-12 Tahun. Journal of Pediatric Nursing Vol. 1(2), pp. 109-114. Hardiansyah dan Tambunan. 2004. WNPG; Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Serat Makanan. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hartman, et al. 2013. Augmented Growth Hormone (GH) Secretory Burst Frequency and Amplitude Mediate Enhanced GH Secretion During a TwoDay Fast in Normal Men. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism. Vol 74. No 4:1945-7197. Hidayati. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius
103
Irianto, DP. 2007. Panduan Gizi Lengkap : Keluarga dan Olahragawan. CV. Andi offset. Yogyakarta. Judarwanto, Widodo. 2005. Gangguan Proses Makan pada Anak. Artikel Klinik Khusus Kesulitan Makan pada Anak Jurdawanto, Widodo. 2010. Perilaku Makan Anak Sekolah. Artikel Klinik Khusus Kesulitan Makan Pada Anak Judarwanto, Widodo. 2014. 10 Hormon Penyebab Nafsu Makan Meningkat dan Kondisi yang Menyertai. Artikel Klinik Khusus Kesulitan Makan Pada Anak. Informasi dan Konsultasi Masalah Gizi, Nutrisi dan Diet. Khomsan, Ali. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Khomsan, Ali. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Kompas. Rajawali Sport. Jakarta :117. Kumalasari, Ernia. 2012. Diet untuk Anak. Yogyakarta : Araska Kurniasih. dkk. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Leiliana, Ito. 2008. Factor-Faktor Yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen Makan pada Anak Sekolah Kelas IV dan V di SD Islam AlHusna Bekasi Selatan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok.
104
Lindén, Angelica Hirschberg. 2011. Sex Hormones, Appetite and Eating Behaviour in Women. Journal Home Page Maturitas. 71; 248–256. Liswarti, dkk. 2008. Teknik Perencanaan Gizi Makanan. Jakarta: Dipartemen Pendidikan Nasional. Lubis, Gustina. 2005. Masalah Makan pada Anak. Majalah Kedokteran Andalas No.1 Vol. 29 Luukkaa et al. 1998. Inverse Correlation Between Serum Testosterone and Leptin in Men. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, Vol. 83, No 9:3243-3246. Mahan, L.K., dan Stump, S.E. 2000. Krause’s Food, Nutrition, Diet Therapy, 10th ed. Philadhelphia: W.B Saunders Company. Manampiring, Aaltje. 2008. Prevalensi Anemia dan Tingkat Kecukupan Zat Besi pada Anak Sekolah Dasar di Desa Minaesa Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara. Karya Ilmiah. Manado. Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Meutia, Nuraiza. 2005. Peran Hormone Gherin dalam Meningkatkan Nafsu Makan. Bagian Fisiologi FK USU. Sumatra Utara Myer, Lee. 2009. Testosterone and Appetite. Peak Erectile Strength
105
Neumark-Sztainer, D., Wall, M., Story, M., dan Fulkerson, J. A. 2004. Are family meal patterns associated with disordered eating behaviors among adolescents?. Journal of Adolescent Health, 35 (5) November, pp. 350– 359. Ni’amah. 2010. Efektifitas Ekstrak Temu Ireng (Curcuma Aerogenoceae.Roxb) Sebagai Penambah Nafsu Makan Tikus Putih. Skripsi; Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang. Ninh, N.X. et al. 1996. Zinc Supplementation Increases Growth and Circulating Insulin-like Growth Factor (IGF-1) in Growth Retarded Vietnamese Children. Am J Clin Nutr. 63:514-9. Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Nuraini, Heni. 2006. Memilih dan membuat Jajanan Anak yang Sehat dan Halal. Gramedia. Nurjanah. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Picky Eater (Sulit Makan) pada Anak di TK Negeri Pembina Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie. Jurnal Karya Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan Majapahit. Vol 5. No 2. Hal 91-118.
106
Nuryati, Wahyu. 2005. Hubungan antara Frekuensi Jajan di Sekolah dan Status Gizi Siswa Kelas IV Dan V SD Negeri Wonotingal 01-02 Candisari Semarang. Sripsi Universitas Negri Semarang. Ozaki,Y dan Liang,O.B.1988.Cholagogic Action of the Essential Oil Obtained from Curcuma Xanthorrhiza Roxb. Shoyakugaku Zasshi. 42(4): 257-263. Perry, P dan Potter, P.A. 2005. Fundamental Of Nursing: Study guide and skills performance checklists, 6th ed, Australia: Elseiver-Mosby. Pintautami, Jatuwarih. 2011. Pengaruh Suplementasi Zink Terhadap Nafsu Makan pada Anak. Jurnal Mutiara Medika. Vol 11 No 3. Hal 144-149. Pramono dan Sulchan. 2014. Kontribusi Makanan Jajan dan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja di Kota Semarang. Jurnal Gizi Indonesia. Vol. 2, No. 2, Hal 59-65. Profil Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta. 2015. Tangerang Selatan. Raditrani. 2013. Variasi Menu Sehari-Hari. Demedia Pustaka; Jakarta. Rika, Zm Mitriya. 2012. Pengaruh Buah Pepaya (Carica Papaya) terhadap Nafsu Makan Balita di Posyandu Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang.
107
Saidah, Maziyatus. 2014. Pengembangan Buku Panduan Memilih Makanan Jajan Sehat untuk Anak Usia 10-11 Tahun. E-journal Boga. Volume 03 nomor 02. Hal 9-15. Sari, Mutiara Indah. 2007. Regulasi System Syaraf pada Nafsu Makan. Artikel Kedokteran.Universitas Sumatra Utara. Sasongko,H.1993. Manfaat Biologis Papain dalam Ransum Petelur pada Berbagai Aras Protein.Tesis S2
program pasca sarjana Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Schwartz MW. 2006. Central Nervous System Regulation of Food Intake. Artikel Obesity. Hal;14:1-7. Septika, Ika. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas pada Anak di Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta, Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Skripsi Universitas Indonesia. Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Human Physiology: from Cells to System). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sherwood, Lauralee. 2007. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson Corporation.
108
Sherwood, Lauralee. 2010. Human Physiology: from Cells to Systems, 7th Edition. Belmont; Brooks Cole, Cengage Learning. Siagian dkk. 2010. Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara Pemberian Pangan Terhadap Nafsu Makan pada Subyek Obes dan Normal. Hasil penelitian. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Medan ,FEMA IPB Bogor dan FK USU Medan. Hal 101 – 112. Sofyani. 2011. Hubungan antara Rutinitas Makan Bersama Keluarga dengan Status Gizi pada Anak Usia 7-12 Tahun di Sekolah Dasar Negeri 20 Manna Bengkulu Selatan. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Medan. Sri, Eunike Tyas Suci. 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol.1 No.1Hal 29-38. Sudjatmoko. 2011. Masalah Makan pada Anak. Damianus Journal of Medicine; Vol.10 No.1 Februari 2011: hlm. 36–41. Sugiyono. 2009. Metode penelitian kuantitatif. Kuantitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta. Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta. Sumarlin. 2010. Identifikasi Pewarna Sintetis pada Produk Pangan yang Beredar di Jakarta dan Ciputat. Jurnal Valensi. Vol 1, No 6, Hal 274-283. Supariasa,. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
109
Tri, Martono. 2012. Determina Picky Eater (Pilih-Pilih Makan) pada Anak Usia 1-3 Tahun Studi di Wilayah Jombang Sidoarjo. Skripsi Universitas Indonesia. Ulya N. 2005. Analisis Deskriptif Pola Jajan dan Kontribusi Zat Gizi Makanan Jajanan terhadap Konsumsi Sehari dan Status Gizi Anak Kelas IV, V, dan VI SD Negeri Cawang 05 Pagi Jakarta Timur. Skripsi Sarjana KESMAS UI, Depok. Wardyaningrum,
Damayanti.
2010.
Pola
Komunikasi
Keluarga
dalam
Menentukan Konsumsi Nutrisi bagi Anggota Keluarga. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol 8, No 3, Hal 289-298. Wardle, J. 2001. Development of the Children’s Eating Behaviour Questionnaire. J Child Psychol Psychiatry. 42:963–70. Widia Karya Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Widita, Putri Muharyani. 2012. Hubungan Praktik Pemberian Makan dalam Keluarga dengan Kejadian Sulit Makan pada Anak di Kelurahan Kuto Bata Kota Palembang. Tesis Universitas Indonesia. Wm. Alex McIntosh and Karen S. Kubena the Relationship Between Family Meals and Adolescent Diets” A Resource Document, Texas A&M University.
110
Yanti dan Ayu. 2013. Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Pedurung Kota Semarang. Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomer 1, Halaman 208. Yudha, Doni. 2012. Hubungan Pengetahuan Pengolahan Makanan dengan Selera Makan Anak di Sekolah Dasar Air Batu I/II Kabupaten Asahan. Skripsi Universitas Negeri Medan. Yu, et al. 1997. Vitamin-Mineral Supplement Use Among Presehool Children in The United State. Pediatrics Vol. 100, No.5, P-e4. Nov. Yuliastuti, Rina. 2011. Analisis Karakteristik Siswa, Karakteristik Orang Tua dan Prilaku Konsumsi Jajan pada Siswa-Siswi SDN Rambutan 04 Pagi Jakarta Timur. Skripsi Universitas Indonesia. Zuriah, Nurul. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
111
LAMPIRAN
112
LAMPIRAN : 1 KUESIONER No Responden
:……………….
Tanggal Pengisian :……………….
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SELERA MAKAN DI RUMAH PADA SISWA/SISWI KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2015
PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2016 M
113
Assalamualaikum Warahmatullahiwabarakatuhu Nama saya Umi Kholifah mahasiswi semester VIII Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ingin melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Selera Makan di Rumah pada Siswa/Siswi Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta tahun 2015”. Terima kasih atas ketersediaan adik-adik telah menyediakan waktu luang atau waktu istirahatnya untuk mengeisi kuesioner ini. Kejujuran adik-adik dalam memberikan informasi yang dibutuhkan akan sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Jawaban yang adik berikan akan saya rahasiakan dan hasil dari jawaban ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak ada hubunganya dengan nilai pelajaran di sekolah. Dengan demikian adik-adik tidak usah merasa takut. Jakarta, Juli 2015 Umi Kholifah NIM: 1111101000130
Petunjuk Pengisian Kuesioner: 1. Baca pertanyaan dengan baik dan isilah dengan memberi tanda silang “X” pada poin jawaban yang dipilih ! 2. Kolom pada “Koding” tidak usah diisi apapun (dikosongkan). 3. Jika tidak paham dengan maksut pertanyaan, harap memanggil dan menanyakan pada peneliti. A. IDENTITAS RESPONDEN A1
Nama
A2
Jenis Kelamin
A3
Berat Badan (BB) / Tinggi Badan (TB)
A4
No. Telp Rumah / No Hp Ibu
114
PERTANYAAN
KODING
B. MENGKONSUMSI JAJANAN B.1
Berapa kali adik jajan dalam seminggu? 2. Sering (jika ≥ 5x/minggu)
3. Jarang (jika < 5x/minggu)
B. 2
[
]
[
]
[
]
[
]
Dimana biasa adik membeli jajan ? 0. Kantin sekolah 1. Warung di luar pagar sekolah 2. Pedagang kaki lima yang menggunakan gerobak
B. 3
Jenis makanan jajan apa yang sering adik beli? 0. Nasi uduk / nasi goreng /lontong 1. Mie goreng/ mie rebus/ mie ayam/ bakso/ sosis 2. Batagor/ somay/ gorengan/ cimol/ cilok 3. Chiki/ biskuit/ waper/ permen/ coklat
B. 4
Jenis minuman jajan apa yang sering adik beli? 0. Susu kotak / es susu 1. Es buah / jus buah / es jeruk 2. Es sirup / es the / es krim / pop ice 3. Aqua / air mineral
115
PERTANYAAN
KODING
C. MAKAN BERSAMA KELUARGA C. 1
Apakah adik-adik rutin makan bersama keluarga (ayah, ibu, kakak, adik, atau anggota keluarga yang lain)? 0. Tidak rutin (jika <14x makan bersama dalam seminggu)
[
]
[
]
[
]
[
]
1. Rutin (jika ≥14x makan bersama dalam 1 minggu) C.2
Apakah adik makan pagi (sarapan) selalu bersama keluarga (ayah/ ibu/ kakak/ adik/ atau anggota keluarga yang lain)? 0. Selalu makan bersama 1. Kadang-kadang 2. Tidak pernah
C.3
Apakah adik makan siang selalu bersama keluarga (ayah/ ibu/ kakak/ adik/ atau anggota keluarga yang lain)? 0. Selalu makan bersama 1. Kadang-kadang 2. Tidak pernah
C.4
Apakah adik makan sore/malam selalu bersama keluarga (ayah/ ibu/ kakak/ adik/ atau anggota keluarga yang lain)? 0. Selalu makan bersama 1. Kadang-kadang 2. Tidak pernah
116
D. KONSUMSI SUPLEMEN PENAMBAH SELERA MAKAN D.1
Apakah adik mengonsumsi suplemen penambah selera makan? 2. Ya (jika dalam 1 minggu terakhir mengkonsumsi suplemen penambah selera makan)
[
]
[
]
[
]
3. Tidak (jika dalam 1 minggu terakhir tidak mengkonsumsi
suplemen
penambah
selera
makan) D.2
Jenis suplemen apa yang adik-adik sering konsumsi? Dan sebutkan merek suplemen yang adik konsumsi! 0. Kapsul 1. Sirup /cair 2. Kapsul lunak 3. Tidak mengonsumsi Sebutkan merek suplemen!…………………………
D.3
Seberapa sering frekuensi adik mengonsumsi suplemen penambah selera makan? 0. Setiap hari 1. > 3 kali /seminggu 2. ≤ 3 kali /seminggu 3. Tidak mengonsumsi
117
E. SELERA MAKAN MENU YANG DISEDIKAN DI RUMAH Petunjuk Pengisian Kuesioner: 1. Baca pertanyaan dengan baik dan isilah dengan memberi tanda check mart (√ ) pada poin jawaban yang dipilih! 2. Jika tidak paham dengan maksut pertanyaan, harap memanggil dan menanyakan pada peneliti. NO
PERNYATAAN
TIDAK PERNAH
JARANG
KADANGKADANG
SERING
SELALU
RESPON TERHADAP MAKANAN DAN EMOSI YANG MENINGKATKAN SELERA MAKAN
E.1
Saya menikmati makanan saat sedang makan menu yang disiapkan di rumah.
E.2
Saya menyukai makanan yang ada di rumah.
E.3
Saya tertarik terhadap makanan yang selalu dihidangkan oleh ibu/pengasuh di rumah.
E.4
Saya bersemangat makan saat tiba waktu makan di rumah.
E.5
Saya merasa senang saat makan menu yang disiapkan di rumah.
E.6
Saya makan-makanan dirumah lebih banyak ketika dalam keadaan khawatir.
E.7
Saya makan menu dirumah lebih banyak ketika sedang kesal.
118
NO
PERNYATAAN
E.8
Saya makan menu dirumah lebih banyak ketika sedang cemas.
E.9
Saya makan menu di rumah lebih banyak ketika tidak ada lagi yang harus dikerjakan.
TIDAK PERNAH
JARANG
KADANGKADANG
SERING
SELALU
KENIKMATAN SAAT MAKAN DAN EMOSI YANG MENURUNKAN SELERA MAKAN
E.10
Saya tidak selera makan menu di rumah.
E.11
Saya menyisakan makanan dipiring saat selesai makan di rumah.
E.12
Saya merasa sudah kenyang ketika makanannya masih banyak.
E.13
Saya tidak makan menu yang disiapkan di rumah jika sebelumnya makan cemilan/ jajanan.
E.14
Saya kurang selera makan menu di rumah ketika sedang marah.
E.15
Saya kurang selera makan menu di rumah ketika sedang kecapekan.
E.16
Saya kurang selera makan menu di rumah ketika sedih.
E.17
Saya kurang selera makan menu di rumah ketika saya sedang bahagia.
Trimakasih ……………
119
LAMPIRAN : 2 HASIL ANALISIS DATA
A. Uji Univariat 1. Selera Makan
Selera makan responden di rumah Frequency Valid Selera makan rendah Selera makan tinggi Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
47
46.1
46.1
46.1
55
53.9
53.9
100.0
102
100.0
100.0
2. Mengonsumsi Jajanan
frekuensi membeli jajanan dalam seminggu Frequency
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
Valid Sering (jika> 5x/minggu)
57
55.9
55.9
55.9
Jarang (jika< 5x/minggu)
45
44.1
44.1
100.0
102
100.0
100.0
Total
Jenis makanan jajanan Frequency Valid Nasi uduk/ nasi goreng/lontong
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
27
26.5
26.5
26.5
Mie goreng/ mie rebus/ mie ayam/ bakso/ sosis
13
12.7
12.7
39.2
Batagor/ somay/ gorengan/ cimol/ cilok
42
41.2
41.2
80.4
Chiki/ biscuit/ waper/ permen/ coklat
20
19.6
19.6
100.0
102
100.0
100.0
Total
120
Jenis minuman jajanan Frequency Valid Susu kotak/ es susu
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
23
22.5
22.5
22.5
Eh buah/ jus buah/ es jeruk
18
17.6
17.6
40.2
Es sirup/ es teh/ es krim/ pop ice
32
31.4
31.4
71.6
Aqua/ air mineral
29
28.4
28.4
100.0
102
100.0
100.0
Total
3. Makan Bersama Keluarga Makan bersama keluarga Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Tidak rutin (<14x dalam seminggu)
68
66.7
66.7
66.7
Rutin (>14x dalam seminggu)
34
33.3
33.3
100.0
102
100.0
100.0
Total
Makan pagi bersama keluarga Frequency Valid
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
Selalu makan bersama keluarga
46
45.1
45.1
45.1
Kadang-kadang
48
47.1
47.1
92.2
8
7.8
7.8
100.0
102
100.0
100.0
Tidak pernah Total
Makan siang bersama keluarga Frequency Valid
Selalu makan bersama
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
9
8.8
8.8
8.8
Kadang-kadang
31
30.4
30.4
39.2
Tidak pernah
62
60.8
60.8
100.0
102
100.0
100.0
Total
Makan sore/malam bersama keluarga Frequency Valid
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
Selalu makan bersama
57
55.9
55.9
55.9
Kadang-kadang
40
39.2
39.2
95.1
5
4.9
4.9
100.0
102
100.0
100.0
Tidak pernah Total
121
4. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan Konsumsi suplemen penambah selera makan Frequency Valid Ya (jika dalam 1 minggu terakhir mengonsumsi suplemen) Tidak (dalam 1 minggu terakhir tidak mengonsumsi suplemen) Total
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
39
38.2
38.2
38.2
63
61.8
61.8
100.0
102
100.0
100.0
Jenis suplemen penambah selera makan Frequency Valid
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
Kapsul
10
9.8
9.8
9.8
Sirup /cair
23
22.5
22.5
32.4
6
5.9
5.9
38.2
63
61.8
61.8
100.0
102
100.0
100.0
Kapsul lunak Tidak mengonsumsi Total
frekuensi mengonsumsi suplemen penambah selera makan Frequency Valid
Setiap hari
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
6
5.9
5.9
5.9
>3x/ minggu
22
21.6
21.6
27.5
<3x/ minggu
11
10.8
10.8
38.2
Tidak mengonsumsi
63
61.8
61.8
100.0
102
100.0
100.0
Total
1
B. Hasil Uji Bivariat
1. Mengkonsumsi Jajanan dengan Selera Makan
frekuensi membeli jajanan dalam seminggu * Selera makan responden di rumah. Crosstabulation
Selera makan responden di rumah.
Selera makan rendah frekuensi membeli jajanan dalam seminggu
Sering (jika> 5x/minggu)
Count % within frekuensi membeli jajanan dalam seminggu
Jarang (jika< 5x/minggu)
Count % within frekuensi membeli jajanan dalam seminggu
Total
Count % within frekuensi membeli jajanan dalam seminggu
Selera makan tinggi
Total
29
28
57
50.9%
49.1%
100.0%
18
27
45
40.0%
60.0%
100.0%
47
55
102
46.1%
53.9%
100.0%
2
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df 1
.274
.800
1
.371
1.202
1
.273
1.197 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
a
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
Exact Sig. (1-sided)
.320 1.186
1
.186
.276
102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.74. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for frekuensi membeli jajanan dalam seminggu (Sering (jika> 5x/minggu) / Jarang (jika< 5x/minggu)) For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan rendah For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan tinggi N of Valid Cases
Lower
Upper
1.554
.705
3.426
1.272 .819
.820 .574
1.974 1.169
102
3
2. Makan Bersama Keluarga dengan Selera Makan
Makan bersama keluarga * Selera makan responden di rumah. Crosstabulation Selera makan responden di rumah. Selera makan rendah Makan bersama Tidak rutin (<14x makan Count keluarga bersama dalam % within Makan bersama keluarga seminggu) Rutin (>14x makan bersama dalam seminggu) Total
31
68
54.4%
45.6%
100.0%
10
24
34
29.4%
70.6%
100.0%
47
55
102
46.1%
53.9%
100.0%
Count % within Makan bersama keluarga
Total
37
Count % within Makan bersama keluarga
Selera makan tinggi
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df 1
.017
4.740
1
.029
5.842
1
.016
5.702 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
a
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
Exact Sig. (2-sided)
.021 5.646
1
102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.67. b. Computed only for a 2x2 table
.017
Exact Sig. (1-sided)
.014
4
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Makan bersama keluarga (Tidak rutin (<14x makan bersama dalam seminggu) / Rutin (>14x makan bersama dalam seminggu)) For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan rendah For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan tinggi N of Valid Cases
Lower
Upper
2.865
1.190
6.896
1.850 .646
1.052 .460
3.253 .906
102
3. Konsumsi Suplemen Penambah Selera Makan dengan Selera Makan Konsumsi suplemen penambah selera makan * Selera makan responden di rumah. Crosstabulation Selera makan responden di rumah. Selera makan rendah Konsumsi suplemen Ya (jika dalam 1 minggu penambah selera terakhir mengkonsumsi makan suplemen)
Count % within Konsumsi suplemen penambah selera makan
Tidak (dalam 1 minggu Count terakhir tidak mengkonsumsi % within Konsumsi suplemen suplemen) penambah selera makan Total
Count % within Konsumsi suplemen penambah selera makan
Selera makan tinggi
Total
24
15
39
61.5%
38.5%
100.0%
23
40
63
36.5%
63.5%
100.0%
47
55
102
46.1%
53.9%
100.0%
5
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided) 1
.014
5.108
1
.024
6.112
1
.013
6.074 b
df a
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
Exact Sig. (1-sided)
.016 6.015
1
.012
.014
102
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.97. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Konsumsi suplemen penambah selera makan (Ya (jika dalam 1 minggu terakhir mengkonsumsi suplemen) / Tidak (dalam 1 minggu terakhir tidak mengkonsumsi suplemen)) For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan rendah For cohort Selera makan responden di rumah. = Selera makan tinggi N of Valid Cases
Lower
Upper
2.783
1.220
6.344
1.686 .606
1.119 .391
2.538 .940
102
i
LAMPIRAN : 3 SURAT IZI DARI SEKOLAH MI