ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI PENGOLAHAN DODOL SALAK DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel)
SKRIPSI
OLEH
LAILA NURHASANAH SIREGAR 050304067 AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI PENGOLAHAN DODOL SALAK DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel)
SKRIPSI
OLEH
LAILA NURHASANAH SIREGAR 050304067 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana di Pertanian Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua
Dr. Ir. Salmiah, MS NIP. 195702171986032
Anggota
M. Mozart B. Darus. M,Sc NIP. 131689798
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
RINGKASAN
Laila Nurhasanah Siregar (050304067) dengan judul skripsi ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI PENGOLAHAN DODOL SALAK DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN (Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel). Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc. Sebagai buah asli Indonesia, salak mempunyai prospek cukup cerah, masyarakat Indonesia menyukai buah ini sehingga konsumsi salak untuk pasaran lokal cukup tinggi. Bahkan meskipun dalam volume yang masih relatif kecil, buah tropis ini sudah menembus pasar luar negeri. Oleh pemerintah, salak ditetapkan sebagai salah satu komoditas yang mendapat prioritas untuk ditingkatkan nilai ekspornya. Pengembangan usaha industri dodol dengan skala usaha kecil menengah memiliki prospek yang cukup baik, mengingat potensi pasarnya sangat mendukung. Selain itu, proses pembuatan dodol buah pada dasarnya tidak terlalu sulit dan memiliki nilai ekonomis yang cukup menggiurkan. Karena itulah maka timbul ide untuk mengolah salak ini agar punya nilai jual dan bisa bertahan dipasaran. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ketersediaan bahan penunjang dalam proses pengolahan dodol salak didaerah penelitian berupa tepung ketan, gula pasir dan kelapa mencukupi. Industri kecil pengolahan dodol ini menguntungkan dan juga layak dikembangkan karena prospek kedepannya menguntungkan untuk dikembangkan.
Kata kunci : Industri Pengolahan, Kelayakan, Prospek
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
RIWAYAT HIDUP
LAILA NURHASANAH SIREGAR, dilahirkan di Medan pada tanggal 24 Februari 1986 dari ayahanda Drs. H. Sjawaluddin Siregar, AK dan ibunda Hj. Fátima Harahap, BA. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Aziddin tahun 1993, SD Negeri 067241 Medan tahun1999, SMP Negeri 12 Medan tahun 2002 dan SMA Negeri 8 Medan tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama
masa perkuliahan penulis
aktif
mengikuti berbagai organisasi
kemahasiswaan, antara lain Badan Kenaziran Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP USU, Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP). Pada bulan Mei 2009 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan. Kemudian pada bulan Juni 2009 melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pardomuan, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Skripsi ini berjudul ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI PENGOLAHAN DODOL SALAK DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN TAPANULI SELATAN (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel). Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP, FP, USU dan Ketua Komisi Pembimbing 2. Bapak M. Mozar B. Darus, M,Sc. selaku Anggota Komisi Pembimbing. 3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP, USU 4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen SEP, FP, USU 5. Bapak Gulma Mendrofa selaku pemilik dari Showroom dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina 6. Seluruh Pegawai di Showroom dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina 7. Seluruh instansi yang terkait dengan penelitian yang telah membantu penulis dalam memperoleh data – data yang diperlukan Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Drs. H. Sjawaluddin Siregar, AK dan ibunda Hj. Fátima Harahap, BA atas motivasi, casi sayang dan dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, serta bang Dedi Aladdin Nur Siregar, ST, kak Khairati Siregar, S.Kep dan adik penulis Anggi Syafitri Siregar yang telah turut membantu dan menyemangati dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada teman – teman penulis di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian stambuk 2005 khususnya Sari, Cici, Purname, Merlin, Sry, Purwati, Maya dan Liana yang telah banyak membantu, memberi semangat dan memotiasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Medan, Desember 2009
Penulis
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR ..................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................... ii PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 Latar Belakang.................................................................................... 1 Identifikasi Masalah ............................................................................ 5 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5 Kegunaan Penelitian ........................................................................... 6 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ........................................... 7 Tinjauan Pustaka................................................................................. 7 Tinjauan Teknologi........................................................................10 Tinjauan Ekonomi..........................................................................11 Landasan Teori ................................................................................... 13 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 18 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 21 METODE PENELITIAN ................................................................................ 22 Metode Penentuan Daerah Penelitian .................................................. 22 Metode Pengambilan Sampel .............................................................. 22 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 22 Metode Analisis Data.......................................................................... 23 Defenisi dan Batasan Operasional ....................................................... 30 Defenisi ..................................................................................... 30 Batasan Operasional ................................................................... 32 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHA SAMPEL………………………………………………………………………...33 Deskripsi Daerah Penelitian……………………………………………33 Luas dan Letak Geografis………………………………………..33 Tata Guna Tanah…………………………………………………34 Jenis Bangunan…………………………………………………...34 Keadaan Penduduk……………………………………………….35 Sarana dan Prasarana……………………………………………..38 Karakteristik Sampel……………………………………………………38 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………………41 Proses Pengolahan Dodol Salak………………………………………..41 Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Pembahasan…………………………………………………………….46 Ketersediaan Bahan Penunjang Pada Industri Pembuatan Dodol Salak…………………………………………….46 Keuntungan Pada Industri Pembuatan Dodol Salak………………...47 Analisis Kelayakan Usaha Pada Industri Pembuatan Dodol Salak....48 Strategi Pengembangan Prospek Pengolahan Dodol Salak…………49 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………60 Kesimpulan……………………………………………………………….60 Saran………………………………………………………………………61 Saran Kepada Pemerintah...................................................................61 Saran Kepada Pengolah……………………………………………..61 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Hal
1. Matriks SWOT ............................................................................................ 28 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Parsalakan Tahun 2008 ................................................................................................. 33 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Parsalakan Tahun 2008 ................................................................................................. 33 4. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Parsalakan Tahun 2008 ................................................................................................. 34 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Parsalakan Tahun 2008 ................................................................................................. 35 6. Sarana dan Prasarana Desa Parsalakan Tahun 2008 ..................................... 36 7. Penjualan Produk Showroom dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina……………………………………………...37 8. Analisis Usaha Industri Kecil Pengolahan Dodol Salak……………………..45 9. Ketersediaan, Konsumsi Tepung Ketan dan Gula Pasir Kabupaten Tapsel dan Kebutuhan Industri Kecil Agrina Terhadap Tepung Ketan dan Gula Pasir Tahun 2008.................................... 46 10. Penerimaan, Biaya dan Keuntungan Pada Industri Pembuatan Dodol Salak di Daerah Penelitian Responden Tahun 2009 ......... 48 11. Keuntungan, Net B/C dan IRR..................................................................... 49 12. Matriks Evaluasi Faktor Internal .................................................................. 53 13. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ............................................................... 53 14. Penentuan Strategi dengan Matriks SWOT .................................................. 56
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Hal
1.
Skema Kerangka Pemikiran ................................................................... 18
2.
Matriks Posisi Analisis SWOT ............................................................... 26
3.
Struktur Organisasi Showroom dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina ..................................................... 38
4.
Proses Pengolahan Dodol Salak……….…………………………………44
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
1.
Luas Area dan Jumlah Produksi Salak per Kecamatan Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
2.
Jenis Produk, Jumlah Produksi per Bulan dan Jumlah Pekerja Koperasi AGRINA
3.
Perkiraan Biaya Pembangunan Gedung dan Peralatan (Investasi)
4.
Biaya Penyusutan Gedung Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
5.
Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Pengolahan Dodol Salak
6.
Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
7.
Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan, Per Tahun
8.
Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan, Per Tahun 2008
9.
Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan, Per Tahun 2009
10.
Biaya Bahan Bakar Usaha Pengolahan Dodol Salak
11.
Bahan Pembungkus Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan, Per Tahun
12.
Biaya Listrik dan Air Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
13.
Biaya Tidak Tetap Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
14.
Biaya Tetap Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
15.
Biaya Produksi Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
16.
Total Penerimaan Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
17.
Biaya Produksi, Penerimaan, Keuntungan Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
18.
Nilai Net B/C dan IRR Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
19.
Pembobotan Faktor Internal
20.
Pembobotan Faktor Eksternal
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan yang secara sadar telah dijadikan salah satu pilar pembangunan dalam bentuk agroindustri, baik pada orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan mampu menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah system yang terkait dengan industri dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktivitas budidaya ( on farm agribusiness ) nilai tambahnya kecil. Nilai tambah pertanian dapat ditingkatkan melalui kegiatan hilir ( off farm agribusiness ), berupa agroindustri dan jasa berbasis pertanian( Mangunwidjaja dan Illah, 2005 ). Salah satu produk pertanian yang bisa ditingkatkan nilai tambahnya adalah buah salak. Hasil olahan salak misalnya dodol salak. Menurut Tim Penulis Penebar Swadaya (1992) konsumsi salak untuk pasaran local tercatat sangat tinggi sebab rakyat Indonesia yang jumlahnya ratusan juta jiwa umumnya menggemari buah salak. Kabupaten Tapanuli Selatan sendiri sudah sejak lama dikenal sebagai penghasil buah salak di Sumatera Utara dengan tingkat produksi 426.758 ton/tahun (dapat dilihat pada lampiran 1). Dari data Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi/UKM Kab. Tapsel Sumatera Utara (2008) diketahui bahwa sejak tahun 1999, Menteri Pertanian RI telah menetapkan varietas lokal salak Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi “Salak
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Merah” dan ”Salak Putih”, sebagai dua varietas salak nasional, melengkapi 6 varietas salak unggulan yang ditetapkan di Indonesia. Sebagai buah asli Indonesia, salak mempunyai prospek cukup cerah, masyarakat Indonesia menyukai buah ini sehingga konsumsi salak untuk pasaran lokal cukup tinggi. Bahkan meskipun dalam volume yang masih relatif kecil, buah tropis ini sudah menembus pasar luar negeri. Oleh pemerintah, salak ditetapkan sebagai salah satu komoditas yang mendapat prioritas untuk ditingkatkan nilai ekspornya (Yustina dan Farry, 1993). Jenis buah salak yang terdapat di daerah Tapanuli Selatan ini sangat variatif. Ditinjau dari produtivitasnya, daerah sentra penghasil buah salak terdapat di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Angkola Barat, Angkola Selatan, Angkola Timur, Marancar dan Sayur Matinggi. Kecamatan Angkola Barat merupakan daerah yang memiliki luas area tanaman salak terbesar dan jumlah produksi salak terbanyak dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Tapanuli Selatan (dapat dilihat pada lampiran 1). Buah salak akan tersedia sepanjang tahun dalam jumlah maupun mutu yang sesuai dengan permintaan konsumen. Ini berarti pula suatu usaha agar tidak terjadi panen buah salak secara serempak yang mengakibatkan harga buah salak menjadi rendah (Soetomo, 2001). Menurut Naibaho((b) (2009) karena harga buah salak tidak pernah stabil
atau menjadi rendah di pasaran hingga sering membuat para petani menjadi
bingung dan bahkan buah salak kebanggaan Kota Padangsidempuan ini tidak laku dijual. Bahkan, sering buah salak tidak jadi dipanen si pemiliknya karena tingginya biaya operasional dan distribusi dari lahan perkebunan hingga di pasar dan tidak sebanding dengan nilai jualnya yang sangat rendah. Maka muncullah strategi dari para kelompok Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
tani untuk mengolah buah salak menjadi bahan produksi yang dapat dijual dengan sistem kemasan. Sehingga jangkauan pemasarannya bisa lebih luas lagi, tidak hanya masyarakat Tapanuli bagian Selatan saja dan tidak hanya menjual buah yang di panen dari kebun, tetapi sudah bisa diekspor baik dengan kemasan dan olahan yang baru ke seluruh daerah di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Untuk pasar luar negeri, kriteria standar mutu buah ditentukan negara pengimpornya. Maka buah – buahan yang tidak memenuhi standar mutu tersebut dapat dimanfaatkan menjadi dodol. Pengolahan buah – buahan menjadi dodol merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang daya simpan buah dan menekan kehilangan pascapanen pada buah – buahan. Pengembangan usaha industri dodol dengan skala usaha kecil menengah memiliki prospek yang cukup baik, mengingat potensi pasarnya sangat mendukung. Selain itu, proses pembuatan dodol buah pada dasarnya tidak terlalu sulit dan memiliki nilai ekonomis yang cukup menggiurkan (Satuhu dan Sunarmani, 2004). Di Kabupaten Tapanuli Selatan sendiri sudah ada industri kecil pengolahan buah salak yang menjadi berbagai produk turunan seperti dodol salak dan berbagai produk turunan lainnya. Industri kecil pengolahan buah salak ini sangat tertarik untuk meneliti buah salak karena menurut penelitian Mardiah pada skripsi dan penelitian dari Laboratorium IPB Bogor bahwa buah salak dapat menjadi makanan diet pengganti nasi karena zat yang terkandung dalam 100 mg buah salak dapat menggantikan fungsi nasi dalam tubuh manusia karena kandungan gizinya yang cukup lengkap. Selain itu buah salak segar dan salak olahan bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, kadar gula dalam darah, mempertahankan kelembaban kulit, memperkuat struktur tulang dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (antibodi). Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Pengolahan buah salak ini bertujuan agar daya tahannya lebih lama dan awet. Selama ini untuk buah salak segar biasanya hanya bisa bertahan dan dapat disimpan selama kira-kira 1-7 hari saja. Tim Ahli Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina membuktikan salak
olahannya
bisa
bertahan sampai delapan
bulanan
lebih.
Menurut mereka, pada saat musim panen raya/panen besar di Tapanuli Selatan, biasanya harga salak di pasaran akan lebih murah, hingga para petani banyak yang rugi. Karena itulah maka timbul ide untuk mengolah salak ini agar punya nilai jual dan bisa bertahan dipasaran. Melalui penelitian oleh Tim Ahli Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, telah ditemukan beberapa produk unggulan yang terbuat dari buah salak yaitu nagogo drink, sirup salak, madu salak, kurma salak, dodol salak dan keripik salak. Produk unggulan prioritas peringkat pertama adalah dodol salak dan kurma salak dengan jumlah produksi/bulan sebesar 10.000 kotak Namun dari jumlah pekerja, produk dodol salak lebih banyak menggunakan tenaga kerja yaitu sebanyak 16 orang (dapat dilihat pada lampiran 2). Selain itu terpilihnya dodol salak sebagai produk unggulan diantara keenam produk unggulan Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina karena dodol memiliki keunggulan seperti dodol salak merupakan makanan tradisional yang cukup populer di beberapa daerah Indonesia dan memiliki rasa yang khas dan enak. Rasa dan aroma dodol salak yang dihasilkan akan sama dengan buah aslinya yaitu tergantung pada varietas salak yang digunakan (Satuhu dan Sunarmani, 2004). Berdasarkan keunggulan – keunggulan yang dimiliki dodol salak tersebut, maka diperlukan suatu analisis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan Industri Kecil
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Pengolah Buah Salak Agrina layak dikembangkan secara finansial dan bagaimana prospek pengembangannya.
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana ketersediaan bahan penunjang untuk usaha industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian? 2. Apakah usaha industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian menguntungkan? 3. Apakah usaha industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian layak dikembangkan secara finansial? 4. Bagaimana prospek pengembangan industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengidentifikasi ketersediaan bahan penunjang untuk industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian. 2. Untuk mengidentifikasi keuntungan yang diperoleh dalam industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian. 3. Untuk mengidentifikasi kelayakan dikembangkannya industri kecil pengolahan dodol salak secara finansial. Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
4. Untuk mengidentifikasi prospek pengembangan industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian.
1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha pengolahan dodol salak untuk meningkatkan usahanya supaya lebih efisien. 2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perbaikan usaha pengolahan dodol salak. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak merupakan tanaman asli Indonesia. Oleh karena itu, bila kita bertanam salak berarti kita melestarikan dan meningkatkan produksi negeri sendiri. Tanaman salak termasuk golongan tanaman berumah dua (dioecus), artinya jenis tanaman yang membentuk bunga jantan pada tanaman terpisah dari bunga betinanya. Dengan kata lain, setiap tanaman memiliki satu jenis bunga atau disebut tanaman berkelamin satu (unisexualis) (Soetomo, 2001). Nama dagang internasional untuk buah asli Indonesia ini tergolong unik, snake fruit. Julukan ini diberikan pada buah salak mungkin karena kulit buahnya yang tersusun seperti sisik ular (Redaksi Agromedia, 2007). Tanaman salak dapat ditanam di daerah dataran rendah mulai dari tanah ngarai, daerah pesisir dan tepi pantai sampai ke dataran tinggi dilereng – lereng bukit atau pegunungan sampai pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis salak. Akan tetapi, yang banyak dikenal masyarakat diantaranya adalah : 1. Salak pondoh Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Jenis buah salak ini kecil – kecil. Ujudnya tidak menarik, tetapi memiliki daging buah yang rasanya manis dan enak karena sedikit sekali rasa sepet. Daging buahnya tipis sampai agak tebal dengan warna putih susu. Rasanya manis dan enak sejak buah masih muda sampai pada tingkat menjelang masak. Bila buah sudah masak betul (masir) rasa tersebut akan sedikit berkurang. 2. Salak bali Jenis buah salak ini besarnya sedang, dalam waktu lima bulan saja buah sudah masak. Buah yang masak berwarna merah cokelat. Daging buah yang masak rasanya manis. 3. Salak condet Salak ini berasal dari daerah cagar budaya Condet, Jakarta Timur dan identik dengan masyarakat betawi. Aroma salak ini paling harum dan tajam dibandingkan dengan salak jenis lain. Daging buahnya tebal, maser, kesat, tak berair, dan berwarna putih kekuningan. Rasanya bervariasi, dari kurang manis sampai manis. 4. Salak padang sidempuan Salak padang sidempuan berasal dari daerah Tapanuli Selatan. Kulit buah salak ini berwarna hitam kecokelatan dan bersisik besar. Ciri khas utama salak ini adalah daging buahnya yang berwarna kuning tua berserabut merah. Rasa daging buahnya manis bercampur asam dan pada buah yang sudah tua rasa sepatnya hampir tidak ada. 5. Salak gading Jenis buahnya kecil – kecil dengan warna kulit kuning gading mengkilat. Daging buahnya berwarna putih kekuningan. Rasanya manis dan enak bila sudah masak. Daun salak gading lebih bersih dan agak kekuningan. 6. Salak gula pasir Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Salak gula pasir merupakan salah satu kultivar dari salak bali. Kelebihan salak ini adalah rasa daging buahnya yang sangat manis. Saking manisnya hingga mendekati kemanisan gula sehingga dinamakan salak gula pasir. 7. Salak manonjaya Salak ini berasal dari daerah Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kulit buah salak ini termasuk yang paling tebal dibandingkan dengan jenis salak lainnya (Redaksi Agromedia, 2007).
2.1.1. Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah input menjadi output yang diinginkan (Gumbira, dkk, 2001). Dalam lingkup industri pengolahan hasil pertanian, teknologi ditujukan untuk meningkat nilai tambah suatu komoditas. Semakin tinggi nilai produk olahan diharapkan devisa yang diterima oleh negara juga meningkat, serta keuntungan yang diperoleh oleh para pelaku industri pengolahan juga relatif tinggi ( Mangunwidjaja dan Illah, 2005 ). Banyaknya produksi buah, terutama salak, memerlukan suatu industri yang dapat mengolah buah tersebut dalam bentuk yang awet. Pabrik pengolahan dalam bentuk terpadu, artinya pabrik tersebut mampu megolah buah berbagai jenis dengan berbagai bentuk
produk
akan
sangat
tepat
bagi
pengembangan
ekonomi
Daerah
(Anonim (a), 2009). Melalui penelitian oleh Tim Ahli Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, telah menemukan beberapa produk unggulan yang terbuat dari buah salak, diantaranya Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
dodol salak, keripik salak, kurma salak, madu salak, sirup salak, nagogo drink, natabo salak, agar – agar salak, bakso salak dan bakwan salak (Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi/UKM Kab. Tapsel Sumatera Utara, 2008). Teknologi yang digunakan dalam pengolahan salak menjadi dodol salak masih merupakan teknologi yang semi mekanis. Karena lebih banyak menggunakan tenaga manusia dibandingkan alat dan mesin peralatan yang canggih. Industri kecil pengolahan dodol salak ini bernama Showroom dan Work Shop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina, memiliki 31 orang tenaga kerja.
2.1.2. Tinjauan Ekonomi Sektor pertanian sebetulnya mempunyai kaitan erat dengan sektor industri. Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian, meliputi usaha yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah tinggi nilainya (Karmadi, 2003). Salak termasuk jenis buah yang diprioritaskan pemerintah Indonesia sebagai komoditi yang hendak ditingkatkan ekspornya bersama jenis buah – buah lain seperti alpokat, durian, mangga, rambutan, dan lain – lain (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992). Kota Padangsidimpuan yang berada di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) lebih dikenal dengan sebutan kota salak. Wajar, karena kota ini merupakan “gudang”nya buah salak yang cukup dikenal di tanah air khususnya Propinsi Sumatera Utara. Itu karena salak dari kota ini memiliki rasa khas tersendiri dibanding kota penghasil salak lain. Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Alasan itu pula, Menteri Pertanian beberapa tahun lalu melepas buah berasa sepat dan manis ini sebagai salah satu komoditas unggulan asli Sumatera Utara (Naibaho (a), 2009). Areal produksi salak terdapat di Kecamatan PSP Barat, PSP Timur dan Siais. Luas pertanaman salak 13.928 Ha dengan produksi 236.793 ton / tahun. Areal pengembangan salak masih tersedia 15.000 Ha. Demikian pula pertumbuhan luas tanam dan produksi masih positif yang berarti bahwa potensi dan kecenderungannya terus meningkat. Disamping itu permintaan buah segar cenderung konstan. Sehingga pengolahan buah salak sangat diperlukan (Anonim (a), 2009). Beranjak dari latar belakang yang digambarkan di atas, maka Dinas Perindustrian Pedagangan dan Koperasi/UKM Kab. Tapanuli Selatan, sejak tahun 2006 sampai pada saat ini terus berupaya meningkatkan pengolahan buah salak ini menjadi produk yang dapat meningkatkan nilai tambah, baik dalam membuka lapangan kerja baru, diservikasi buah salak, maupun membangun sentra produksi yang disesuaikan dengan potensi daerah masing – masing (Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi/UKM Kab. Tapsel Sumut, 2008). Dengan didirikannya Sentra Workshop Salak Agrina di Jl. Psp-Sibolga Km.12 Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapanuli Selatan ini, diharapkan dapat menjadi motor untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk yang bahan bakunya dari buah salak. Sehingga kedepan terciptalah produk – produk unggulan yang dapat dipasarkan di dalam negeri maupun internasional, demi untuk menggairahkan ekonomi masyarakat petani salak khususnya di Kec. Angkola Barat dan umumnya di
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Kabupaten Tapanuli Selatan (Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi/UKM Kab. Tapsel Sumatera Utara, 2008). 2.2. Landasan Teori Pembangunan
pertanian
berwawasan
agroindustri
dilaksanakan
dengan
memanfaatkan potensi pertanian yang ada sehingga seluruh masyarakat dapat berpartisipasi didalamnya dan memperoleh manfaat yang nyata. Salah satu usaha pemerintah dalam mengembangkan agroindustri adalah dengan menggalakkan program diversifikasi pengolahan yang disebut juga dengan diversifikasi vertikal. Diversifikasi pengolahan produk diarahkan agar dapat menciptakan keterkaitan antara sektor pertanian dan industri, sehingga mampu menumbuhkan kegiatan ekonomi di daerah-daerah (Anonim (b), 2009). Usaha pengolahan hasil akan memberikan beberapa keuntungan antara lain : 1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian 2. Meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian 3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan 4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian 5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan (Muzhar, 1994). Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut : 1. Meningkatkan Nilai Tambah
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri 2. Kualitas Hasil Salah satu tujuan dari pengolahan hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. 3. Penyerapan Tenaga Kerja Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan 4. Meningkatkan keterampilan Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan usahatani yang lebih besar 5. Peningkatan Pendapatan Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar (Soekartawi (a), 1999). Dalam menjalankan suatu usaha dibutuhkan biaya. Biaya ialah pengorbananpengorbanan yang mutlak harus diadakan atau harus dikeluarkan agar dapat diperoleh suatu hasil. Untuk menghasilkan suatu barang atau jasa tentu ada bahan baku, tenaga kerja dan jenis pengorbanan lain yang tidak dapat dihindarkan. Tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan tersebut tidak akan dapat diperoleh suatu hasil (Wasis, 1992). Biaya dalam suatu usaha dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (fixed cost) didefenisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun terjadi perubahan volume produksi yang diperoleh. Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Disisi lain biaya tidak tetap (variable cost) didefenisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi (b), 1995). Dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) dapat diperoleh penerimaan dan pendapatan suatu usaha. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual. Sedangkan keuntungan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi (Samuelson, 2001). Perhitungan Benefit dan biaya proyek pada dasarnya dapat dilakukan melalui 2 pendekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Suatu perhitungan dikatakan perhitungan privat atau analisis finansial, bila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah individu atau pengusaha. Dalam hal ini yang dihitung sebagai benefit adalah apa yang diperoleh orang-orang atau badan-badan Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Sebaliknya, perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau analisa ekonomi, bila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini yang dihitung adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat. Sebagai hasil dari proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang menikmati benefit dan siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut (Gray, dkk, 2002). Menurut Sofyan (2004) analisis finansial merupakan suatu studi yang bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak layak dijalankan dilihat dari aspek finansial atau keuangan. Analisis finansial lebih memusatkan penilaian usaha dari sudut pandang investor dan pemilik usaha sehingga dapat dikatakan analisis finansial berorientasi pada profit motive. Sasaran utama dari analisis finansial adalah menemukan dan berusaha untuk mewujudkan besarnya penerimaan usaha yang diharapkan oleh investor selaku penyandang dana dan usaha. Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persekutuan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan investmen criteria atau kriteria investasi. Ada tiga macam kriteria investasi yang umum dikenal, antara lain : Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit Cost (Net B/C). Net B/C merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) (total NPV) dengan net benefit yang telah di discount negatif (-) (total biaya investasi). Dikatakan suatu usaha layak untuk dikembangkan secara finansial jika nilai Net B/C lebih besar dari satu dan jika lebih kecil dari satu berarti usaha tersebut tidak layak dikembangkan secara finansial. Sedangkan untuk menentukan besarnya nilai IRR Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
harus dihitung nilai NPV1 dan nilai NPV2 dengan cara coba – coba dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu. Jika NPV pada percobaan pertama (NPV1) positif, maka untuk percobaan kedua pilih nilai suku bunga yang lebih tinggi sedemikian rupa supaya menghasilkan NPV yang mendekati nol (sebaliknya bila NPV pada percobaan yang pertama negatif, kita harus memilih suku bunga kedua yang lebih rendah sedemikian rupa supaya menghasilkan NPV yang mendekati nol). Jika ternyata nilai dari IRR lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku maka usaha tersebut layak. untuk dikembangkan secara finansial dan sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan secara finansial. Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih ini dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow perusahaan, dalam artian semua penerimaan dan pengeluaran perusahaan diestimasi sedemikian rupa sehingga menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan dating. Untuk menganalisis prospek suatu perusahaan akan digunakan pendekatan yaitu analisis SWOT. SWOT adalah akronim untuk Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (Peluang), Threats (ancaman). Analisis SWOT berisi evaluasi faktor internal perusahaan berupa kekuatan dan kelemahannya dan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Hasil analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran – sasaran organisasi selama 3-5 tahun ke
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
depan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder (Situmorang dan Dilham, 2007).
2.3. Kerangka Pemikiran Industri pengolahan dodol salak merupakan salah satu jenis industri dengan memanfaatkan salak sebagai bahan baku utamanya, dimana salak tersebut akan diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersial. Usaha industri kecil pengolahan dodol salak yang dilakukan pengusaha di daerah penelitian masih tergolong pengolahan yang bersifat sederhana dengan bahan baku yang diperoleh dari desa sekitar industri pengolahan tersebut. Komoditi salak adalah komoditi yang dapat dinikmati dalam bentuk segar, namun dengan harga kecil dan mudah rusak sehingga kurang menguntungkan bagi petaninya. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pengolahan lebih lanjut untuk menolong para petaninya karena produk olahan salak ini dapat menerobos pasar baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Dalam proses produksi industri pengolahan salak tidak lepas dari biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan pengusaha antara lain biaya bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan dan biaya pengemasan. Proses produksi ini menghasilkan output yaitu salak olahan. Hasil penjualan output tersebut merupakan penerimaan yang diperoleh oleh industri pengolahan salak tersebut. Dengan diketahuinya biaya dan penerimaan yang diperoleh maka dapat diketahui keuntungan dengan menghitung selisih antara penerimaan dan pengeluaran (biaya) dari industri pengolahan salak tersebut.
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Untuk menilai kelayakan suatu usaha dapat digunakan analisis finansial. Analisis finansial merupakan pemeriksaan yang dilihat dari sudut orang yang menanam modal untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan usaha yang telah dijalankan sehingga mampu berkembang dan berdiri sendiri secara finansial. Dengan analisis finansial ini, pengusaha dalam hal ini pengusaha industri pengolah salak dapat membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan usahanya. Dengan mengetahui keuntungan yang diperoleh maka dapat disimpulkan industri pengolahan salak ini layak atau tidak layak untuk dikembangkan secara finansial. Setelah ternyata diketahui industri pengolahan salak tersebut layak untuk dikembangkan secara finansial maka dapat dilakukan tindakan selanjutnya untuk mengembangkan usaha tersebut. Tetapi jika ternyata usaha pengolahan salak tersebut tidak layak dikembangkan secara finansial maka pengusaha industri pengolah salak juga dapat mengambil tindakan yang tepat untuk membuatnya menjadi layak dan mengembangkannya. Setelah diketahui kelayakannya dapat juga dilihat posisi industri pengolah salak berada dimana sehingga dapat dilihat prospek pengembangan kedepannya.
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Industri Kecil Dodol Salak Produksi
Output Harga Jual Total Biaya Produksi -Bahan Baku -Bahan Penunjang -Tenaga Kerja -Penyusutan -Pengemasan
Penerimaan
Keuntungan
Kelayakan Pengembangan Secara Finansial
Layak
Tidak Layak
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Prospek Pengembangan
Keterangan : : Ada hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori yang telah disusun, maka diajukan beberapa hipotesis yang akan diuji sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan penunjang untuk industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian tercukupi 2. Industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian menguntungkan 3. Industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian layak dikembangkan secara finansial 4. Prospek pengembangan industri kecil pengolahan dodol salak di daerah penelitian menguntungkan untuk dikembangkan
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan studi kasus yaitu mempelajari secara mendalam mengenai keadaan kehidupan sekarang dengan latar belakangnya secara mendalam hanya pada satu unit sosial (Ginting, 2006). Lokasi penelitian terpilih yaitu di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan. Penilaian daerah tersebut untuk kecamatan Angkola Barat dikarenakan daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi salak yang terbanyak dari keseluruhan Kabupaten Tapanuli Selatan selain itu di daerah penelitian terdapat satu industri kecil pengolahan dodol salak.
3.2. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Adapun yang dijadikan pertimbangan dalam pengambilan sampel adalah sampel merupakan satu – Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
satunya pembuat dodol salak di daerah penelitian. Dalam hal ini sampel adalah ”Showroom dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina”.
3.3. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tapanuli Selatan, Dinas Pertanian Tapanuli Selatan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli Selatan, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.4. Metode Analisis Data Untuk identifikasi masalah (1) ketersediaan bahan penunjang pada industri pengolahan dodol salak di daerah penelitian dianalisis secara deskriptif. Dengan kriteria : Jika ketersediaan > konsumsi maka ketersediaan tercukupi (Hipotesis diterima) Jika ketersediaan < konsumsi maka ketersediaan tercukupi (Hipotesis ditolak) Untuk identifikasi masalah (2) keuntungan industri pengolahan dodol salak dapat dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut : π = TR – TC Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Keterangan : π
= Keuntungan usaha dodol salak (Rp)
TR
= Total Revenue (Total Penerimaan) dodol salak (Rp)
TC
= Total Cost (Total Biaya) dodol salak (Rp)
Kriteria yang dipakai adalah : Bila TR > TC maka industri pengolahan dodol salak tersebut menguntungkan (Hipotesis diterima) Bila TR < TC maka industri pengolahan dodol salak tersebut tidak menguntungkan (Hipotesis ditolak) (Soekartawi (b), 1995). Dalam hal ini diperlukan perhitungan dari total penerimaan yang diterima dan total biaya yang dikeluarkan. Total penerimaan industri pengolahan dodol salak dapat dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TR = Y.Py Keterangan : TR
= Total Revenue (Total Penerimaan) penjualan dodol salak (Rp)
Y
= Produksi yang diperoleh dalam pembuatan dodol salak (Kg)
Py
= Harga jual dodol salak (Rp/Kg)
Dan untuk menganalisis biaya industri pengolahan dodol salak digunakan rumus : TC = FC + VC Keterangan : TC
= Total Cost (Total Biaya) pengolahan dodol salak (Rp)
FC
= Fix Cost (Biaya Tetap) pengolahan dodol salak (Rp)
VC
= Variable Cost (Biaya Variabel) pengolahan dodol salak (Rp)
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Untuk identifikasi masalah (3) dianalisis dengan menggunakan analisis kelayakan yaitu Net B/C dan IRR, yaitu :
Keterangan : Net B/C
: Net Benefit Cost Ratio
Bt
: Benefit
Ct
: Cost sosial kotor sehubungan dengan usaha pada waktu t
i
: Tingkat suku bunga yang berlaku
t
: Jangka waktu usaha pengolahan dodol salak
n
: Umur ekonomis usaha
sosial kotor usaha pada waktu t
Kriteria yang dipakai adalah : Bila Net B/C > 1 maka usaha tersebut layak dikembangkan secara finansial (Hipotesis diterima) Bila Net B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak dikembangkan secara finansial (Hipotesis ditolak) Nilai IRR dihitung dengan rumus :
Keterangan : IRR
: Internal Rate Return
NPV1 : Net Present Value yang pertama (+) NPV2 : Net Present Value yang kedua (-) Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
i1
: Tingkat
i2
: Tingkat bunga yang kedua
bunga yang pertama
Kriteria yang dipakai adalah : Bila IRR > i maka usaha tersebut layak dikembangkan secara finansial (Hipotesis diterima) Bila IRR < i maka usaha tersebut tidak layak dikembangkan secara finansial (Hipotesis ditolak) ( Gray ,dkk, 2002). Untuk identifikasi masalah (4) dianalisis dengan menggunakan matrik SWOT. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 1997). Menurut Situmorang dan Dilham (2007) dalam membuat analisis SWOT dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1. Persiapan : Menyamakan Pemahaman (Persepsi) a. Perlunya identifikasi terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi melalui penelaahan terhadap lingkungan usaha dan potensi sumber daya organisasi dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi organisasi yang realistis dalam mewujudkan visi dan misinya. b. Mengumpulkan jenis dan kualitas data dan informasi yang internal dan eksternal yang diperlukan c. Menyamakan langkah – langkah (prosedur) dalam melakukan analisis eksternal dan internal Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
2. Mengidentifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal a. Internal Faktor (Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan) b.Eksternal Faktor (Identifikasi Peluang dan Ancaman) c. Melakukan Pembobotan Faktor – faktor yang dimonitoring berikut hasil monitoring dimasukkan ke dalam lembar kerja dengan langkah – langkah sebagai berikut : • Identifikasi faktor – faktor kunci internal yang merupakan kekuatan beri tanda “K” dan kelemahan beri tanda “L” pada kolom sifat. Faktor – faktor kunci eksternal yang merupakan peluang beri tanda “P” dan ancaman beri tanda “A” pada kolom sifat. • Beri bobot untuk setiap faktor dari 0,00 sampai 1,00 pada kolom bobot. Untuk mempermudah pembobotan, beri nilai 1 sampai 4 pada kolom nilai, 1 = tidak penting; 2 = agak penting; 3 = penting; dan 4 = sangat penting. Setelah diberi nilai, nilai tersebut dijumlah dan bobot untuk suatu factor kunci internal adalah nilai yang dibagi dengan jumlah nilai semua faktor. • Berikan peringkat 1,2 dan 3 untuk faktor kunci internal yang merupakan kekuatan utama/mayor(peringkat 3), kekuatan minor utama (peringkat 2) dan kekuatan minor tidak utama (peringkat 1). Sedangkan untuk kelemahan yang utama/mayor (peringkat 1), kelemahan minor utama (peringkat 2), dan kelemahan minor tidak utama (peringkat 3). Begitu juga dengan faktor kunci eksternal, yang merupakan peluang 1 = besar, 2 = sedang, dan 3 = kecil, sedangkan untuk kelemahan 1 = kecil, 2 = sedang, dan 3 = besar. 3. Membuat Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Hasil identifikasi faktor – faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) untuk diberi skor : bobot dikali rating. Skor faktor – faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan masing – masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan. Sedangkan hasil identifikasi faktor – faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor Eksterna (EFE) untuk diberi skor : bobot dikalikan rating. Skor faktor – faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman masing – masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan. 4. Membuat Matriks Posisi Perusahaan Hasil analisis pada tabel Matriks Evaluasi Faktor Eksternal dan Faktor Internal dipetakan pada Matriks Posisis Organisasi dengan cara sebagai berikut : a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman. b.Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil analisis sebagai berikut : • Kalau peluang lebih besar dari ancaman maka nilai y>0 dan sebaliknya ancaman lebih besar dari peluang maka nilai y<0. • Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x>0 dan sebaliknya kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x<0.
EKSTERNAL FAKTOR y (+)
I N T Kuadran III: Kuadran I: E R Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010. N A L F
Di
strategi turn – around
strategi agresif
x (-)
x (+) Kuadran IV:
Kuadran II:
strategi defensive
strategi diversivikasi
(-) y
Gambar 2. Matriks Posisi Analisis SWOT Kuadran I • Posisi yang sangat menguntungkan untuk dikembangkan • Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal • Seyogianya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif Kuadran II • Posisi dapat dikembangkan • Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya • Perusahaan – perusahaan pada posisi ini dapat menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang • Dilakukan melalui penggunaan strategi diversivikasi produk atau pasar Kuadran III • Posisi dapat dikembangkan
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
• Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu tidak dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal focus strategi perusahaan pada posisi seperti ini ialah meminimalkan kendala – kendala internal perusahaan Kuadran IV • Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan dan tidak dapat dikembangkan • Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan • Strategi yang diambil: defensif, penciutan atau likuidasi Dengan kriteria : Jika hipotesis yang diajukan benar maka hipótesis tersebut diterima Jika hipotesis yang diajukan salah maka hipótesis tersebut ditolak (Situmorang dan Dilham, 2007). Matrik ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat set alternatif strategis, yaitu : a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar – besarnya. b. Strategi ST Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Strategi ini memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT Strategi ini berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Matriks ini dapat menghasilkan empat set alternatif strategis. Tabel 1. Matriks SWOT Internal
STRENGTHS (S) • Tentukan 5-10 kelemahan internal
faktor
WEAKNESSES (W) • Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal
Eksternal
OPPORTUNITIES (O) 1. Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal TREATS (T) 2. Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal
STRATEGI SO
STRATEGI WO
STRATEGI ST
STRATEGI WT
(Rangkuti, 1997). 3.5. Defenisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Defenisi 1. Industri Kecil (menurut Departemen Perindustrian) adalah suatu usaha/kegiatan pengolahan bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi yang mempunyai aset lebih kecil dari Rp 200 juta diluar tanah dan bangunan, omset tahunan lebih kecil dari Rp 1 milyar, dimiliki oleh orang Indonesia independen, boleh berbadan hukum atau tidak. 2. Produksi adalah nilai produksi yang benar-benar dihasilkan dan yang diperoleh dari kegiatan lain yang berkaitan dengan usaha Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
3. Harga jual adalah biaya total ditambah atau dikurangi untung atau rugi yang dinyatakan dalam rupiah 4. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual 5. Analisis Finansial adalah suatu studi yang bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak dijalankan dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya atau yang berkepentingan langsung dalam kegiatan investasi tersebut (bersifat individual) dan tidak memperhatikan dampak atau efeknya dalam perekonomian secara lebih luas (makro) 6. Total biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi seperti biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan dan biaya pengemasan yang dikeluarkan pengusaha sampai produk siap untuk dipasarkan 7. Bahan Baku adalah segala sesuatu atau bahan – bahan dasar yang dipakai untuk memulai suatu produksi yang akan menghasilkan suatu produk yang baru 8. Bahan penunjang adalah segala sesuatu atau bahan-bahan tambahan yang dipakai bersamaan dengan bahan baku untuk menghasilkan suatu produk yang baru 9. Tenaga kerja adalah orang-orang yang bekerja dalam suatu industri 10. Penyusutan adalah biaya yang dibebankan pada konsumen melalui perhitungan harga pokok produksi 11. Pengemasan adalah perlakuan terakhir yang dilakukan setelah selesai proses produksi 12. Keuntungan adalah total penerimaan yang diperoleh pengusaha setelah dikurangi total biaya dalam satuan Rp/ton per tahun Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
13. Layak adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik manfaat finansial maupun manfaat sosial 14. Tidak layak adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan tidak memberikan manfaat, baik manfaat finansial maupun manfaat sosial 15. Prospek pengembangan adalah kesempatan untuk mengembangkan usaha dan memperkenalkan produk pertanian ke masyarakat luas, baik di dalalm negeri maupun luar negeri. 16. Industri pengolahan salak adalah suatu industri yang mengolah buah salak segar dengan teknologi tertentu sehingga menjadi produk olahan yang dinamakan dodol salak 17. Dodol salak adalah makanan ringan yang memiliki rasa manis dengan sedikit masam yang terbuat dari salak 18. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah strategi pengembangan dengan menganalisis faktor – faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. 19. Strategi pengembangan adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengembangkan usaha dan memperkenalkan produk pertanian ke masyarakat luas, baik di dalalm negeri maupun luar negeri.
3.5.2 Batasan Operasional 1. Sampel adalah pemilik dari industri pengolahan yang terletak di daerah penelitian. 2. Salak olahan yang diteliti adalah dodol salak. 3. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2009. Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
4. Tempat penelitian di Showroom dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
4. 1. Deskripsi Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan dan yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Parsalakan. Berikut deskripsi daerah penelitian Desa Parsalakan. 4. 1. 1. Luas dan Letak Geografis Desa Parsalakan berada di Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 3200 Ha. Jarak Desa Parsalakan dengan Kecamatan Angkola Barat (ibukota kecamatan) adalah 9 km, jarak ke
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukota kabupaten) adalah 8 km dan jarak ke ibukota propinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 460 km. Secara administrasi Desa Parsalakan mempunyai batas – batas sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paya Tobotan Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aek Latong Siamporik Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Paya Pusat Aek Nabara Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sawah Sialogo 4. 1. 2. Keadaan Penduduk Penduduk di Desa Parsalakan pada tahun 2009 berjumlah 2524 jiwa atau 540 kepala keluarga. Terdiri dari berbagai suku yaitu suku Batak, Jawa, Minang, Nias dan Melayu. Sementara jumlah suku yang terbanyak adalah suku Batak. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 1264 jiwa (50,07 %) dari total penduduk sebanyak 2524 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah 1260 jiwa (49.92 %). Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan ini dibedakan menjadi 2 bagian berdasarkan kelompok umurnya yaitu dewasa dan anak-anak. Jumlah penduduk perempuan dewasa sebanyak 912 jiwa (36.13 %) dan jumlah penduduk perempuan anakanak sebanyak 352 jiwa (13.94 %). Sedangkan jumlah penduduk laki-laki dewasa berjumlah 540 jiwa (21.39 %) dan penduduk laki-laki anak-anak berjumlah 720 jiwa (28.52 %). Berikut distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Parsalakan : Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Parsalakan, Tahun 2008 Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Persentase (%) Dewasa Laki-laki 540 21.39 Perempuan 912 36.13 Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Anak-anak Laki-laki Perempuan Total
720 352 2524
28.52 13.94 100.00
Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2008
Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia poduktif di Desa Parsalakan cukup besar. Berikut gambaran jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Parsalakan : Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Parsalakan Tahun 2008 Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) > 25 Tahun 1158 45.87 17 – 25 Tahun 474 18.77 5 – 17 Tahun 851 33.71 1 – 5 Tahun 41 1.62 Total 2524 100.00 Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2008
Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang mempunyai jumlah paling besar adalah kelompok umur 25 tahun ke atas yaitu 1158 (45.87 %) dari total 2524 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok umur 1-5 tahun yaitu sebesar 41 jiwa (1.62 %). Sedangkan umur 17-25 tahun berjumlah 474 jiwa (18.77 %), umur 5-17 tahun berjumlah 851 jiwa (33.71 %). Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama, penduduk di Desa Parsalakan seluruhnya memeluk agama Islam yaitu sebanyak 2524 jiwa. Berdasarkan tingkat pendidikan, rata-rata penduduk di Desa Parsalakan ini hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar (SD). Namun demikian, tidak sedikit pula penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikannya hingga SLTA bahkan sarjana. Secara keseluruhan perhatian penduduk setempat terhadap tingkat pendidikan sudah cukup baik dilihat dari telah banyaknya penduduk yang menyelesaikan Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
pendidikan dasar 9 tahun dan telah ada penduduk yang menempuh jenjang pendidikan hingga sarjana. Berikut distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Parsalakan : Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Parsalakan Tahun 2008 Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) Tidak Tamat SD 397 15.98 SD 1067 42.95 SLTP 571 22.98 SLTA 428 17.23 Diploma 8 0.32 Sarjana 13 0.52 Total 2484 100.00 Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2008
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk paling banyak adalah tamatan SD yaitu sebesar 1067 jiwa (42.95 %) dan tingkat pendidikan yang paling sedikit jumlahnya adalah diploma yang berjumlah 8 jiwa (0.32 %). Sedangkan penduduk yang tidak tamat SD sebesar 397 jiwa (15.98 %), tamat SLTP 571 jiwa (22.98 %), dan sarjana sebanyak 13 jiwa (0.52 %). Untuk mata pencaharian, pada tahun 2009 penduduk di Desa Parsalakan banyak yang berprofesi sebagai buruh, pedagang, wiraswasta, dan petani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi penduduk menurut mata pencaharian berikut ini : Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Parsalakan Tahun 2008 Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Petani 824 67.32 Pegawai Negeri 164 13.39 Pedagang 137 11.19 Karyawan 30 2.45 Buruh 33 2.69 Wiraswasta 18 1.47 Jasa 18 1.47 Total 1224 100.00 Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2008 Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Dari Tabel 5 di atas diketahui bahwa selain bermata pencaharian sebagai buruh, pedagang, wiraswasta dan petani, ada juga penduduk yang bermata pencaharian sebagai pegawai negeri, karyawan dan jasa. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani menempati posisi yang paling banyak jumlahnya yaitu sebesar 824 jiwa (67.32 %), pegawai negeri 164 jiwa (13.39 %), pedagang 137 jiwa (11.19 %), karyawan 30 jiwa (2.45 %), buruh 33 jiwa (2.69 %), wiraswasta dan jasa memiliki jumlah yang sama yaitu 18 jiwa (1.47 %). 4. 1. 3. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada di suatu desa sangat dibutuhkan demi perkembangan desa tersebut. Di Desa Parsalakan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan penduduk, seperti sarana ibadah, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lain-lain telah tersedia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini : Tabel 6. Sarana dan Prasarana Desa Parsalakan Tahun 2008 No Jenis Sarana dan Prasarana 1 Sarana Ibadah Mesjid 2 Sarana Kesehatan Posyandu 3 Pendidikan SD 4 Ekonomi Kios/ Warung 5 Kantor Kepala Desa 6 Sarana Olah Raga Lapangan Bulu Tangkis 7 Jalan Dusun Jalan Desa Jalan Protokol Jalan Kabupaten
Jumlah (Unit) 18 5 2 137 1 2 2 1 1 1
Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2008
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
4. 2. Karakteristik Sampel 4. 2. 1. Karakteristik Industri Secara Umum Sampel pada penelitian ini adalah industri pengolahan dodol salak yang bernama ”Showroom dan Work Shop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina”. Industri ini berdiri pada 25 September 2007, namun baru aktif pada tahun 2008. Industri ini tergolong ke dalam industri kecil karena sesuai dengan penggolongan jenis industri menurut Departemen Perindustrian. Dikatakan industri kecil jika suatu industri memiliki aset lebih kecil dari Rp 200 juta diluar tanah dan bangunan, omset tahunan lebih kecil dari Rp 1 milyar dan dimiliki oleh orang Indonesia independen. Industri ini merupakan sebuah industri yang bergerak dalam bidang pengolahan makanan dan minuman yang terbuat dari buah salak, dimana proses produksi dilakukan sebanyak lima kali dalam seminggu. Hasil dari pengolahan tersebut adalah nagogo drink, sirup salak, madu salak, kurma salak, dodol salak dan kripik salak. Namun dari berbagai produk tersebut yang paling diminati oleh konsumen adalah dodol salak karena rasanya yang khas dan tahan lama sehingga sangat cocok dijadikan panganan cemilan dan oleholeh. Hal ini dapat dilihat dari tabel jumlah penjualan dibawah ini : Tabel 7. Penjualan Produk Showroom dan Work Shop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina 2008 Jenis Produk Jumlah Konsumsi Nagogo Drink 18.788 botol Sirup Salak 1.716 botol Madu Salak 3.977 botol Kurma Salak 25.721 kotak Dodol Salak 32.993 kotak Keripik Salak 7.652 kotak Sumber : Showroom dan Work Shop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina, 2008
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Maksud dan tujuan didirikannya Showroom dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina adalah sebagai pusat pemasaran produksi industri kecil, pusat produksi yang memenuhi standar pasar, pusat pelayanan teknis dan pusat penelitian bagi yang berkeinginan dalam pengembangan produk buah salak serta sebagai alternatif tujuan wisata. Susunan struktur organisasi dari Showroom dan Work Shop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina dapat dilihat pada bagan berikut ini :
General Manager
Divisi Penelitian dan Pengembangan
Man. Produksi
Ass. Man. Produksi
Man. Logistik
Staf Logistik
Man. Keuangan dan Pemasaran
Man. Human Resources Development
Staf HRD
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Ass. Man. Prod Dodol Salak
Ass. Man. Prod Kurma Salak dan Keripik Talas
Staf Penjualan
Staf Keuangan
Staf Promosi
Ass. Man. Prod. Minuman Salak
Ass. Man. Teknisi
Ass. Man. Quality Control
Gambar 3. Struktur Organisasi Showroom dan Work Shop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina
Dari gambar diatas diketahui kedudukan tertinggi di Showroom dan Work Shop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina adalah General Manajer sebagai pengambil keputusan atas kelangsungan keseluruhan bagian di Agrina. Dibawahnya terdapat Divisi Penelitian dan Pengembangan yang bertugas melakukan penelitian sehingga akan didapat produk yang memiliki kualitas yang lebih baik lagi, serta mampu membuat inovasi terbaru dari produk yang dihasilkan. Dibawah General Manajer terdapat beberapa manajer, yaitu Manajer Produksi, Logistik, Keuangan dan Pemasaran dan Human Resources Development (HRD). Tugas dari Manajer Produksi adalah bertanggung jawab dalam perencanaan produksi untuk Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
keseluruhan produk, sedangkan pertanggungjawaban untuk masing – masing produk yang dihasilkan merupakan tugas dari Asisten Manajer dari masing – masing produk. Tugas untuk Manajer Logistik adalah pengelolaan ketersediaan bahan baku dan alat penunjang proses produksi, koordinasi ke unit – unit penyediaan bahan baku serta membuat laporan pembukuan per hari, bulan dan tahun yang dibantu oleh staf logistik. Untuk Manajer Keuangan dan Pemasaran bertugas membuat pembukuan yang berisi semua pengeluaran dan penerimaan selama produksi, merencanakan peluang pasar serta strategi pemasaran (promosi, analisis pasar dan minat konsumen) dan menentukan harga jual produk. Tugas – tugas tersebut dibantu oleh beberapa staf yaitu staf penjualan, staf keuangan dan staf promosi. Untuk urusan mengenai administrasi kantor, absen, surat, laporan, inventaris kantor, mengkoordinasi hubungan – hubungan dengan sentra lain serta evaluasi kinerja karyawan merupakan tugas dari Manajer HRD yang dibantu oleh staf HRD.
Adapan proses atau tahapan kerja dari pengolahan dodol salak di daerah penelitian adalah sebagai berikut : Salak dikupas dari kulit luarnya setelah terkumpul salak dicuci bersih. Kemudian dan dipisahkan daging dengan bijinya. Setelah dipisahkan daging salak direbus hingga lunak kemudian ditiriskan. Setelah tiris, daging salak digiling hingga halus. Sementara itu santan kental dan tepung ketan dimasak di dalam wajan besar setelah mendidih mendidih masukkan daging salak yang telah digiling halus.Aduk terus, bila sudah terlihat setengah matang masukkan gula pasir dan diaduk terus sampai matang. Proses pematangan ini memakan waktu kurang lebih 3 jam. Ciri-ciri kematangannya adalah: lengket di wajan Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
dan kadar air tidak ada lagi. Setelah matang, diangkat dari wajan dan diletakkan pada cetakan yang telah disediakan, dan didiamkan kurang lebih satu hari. Setelah proses tersebut selesai maka selanjutnya dibuat potongan potongan kecil dan siap dikemas dan dipasarkan. Untuk lebih jelasnya secara skematis dapat dijelaskan pada gambar 4 di bawah ini :
1. Pengupasan Salak
2. Pencucian Salak
3. Pemisahan Daging Salak dan Biji Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
4. Perebusan Daging Salak
5. Penirisan Daging Salak
6. Penggilingan Daging Salak Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
7. Pemasakan
Tepung
Ketan
dan Santan
8. Penambahan Adonan Daging Salak
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
9. Penambahan Gula Pasir
10. Dodol Salak
11. Pengemasan dan Pengepakan
12. Pemasaran Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
4. 2. 2. Karakteristik Pengolahan Dodol Salak a. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan merupakan buah salak padangsidempuan yang masih segar. Untuk satu kali produksi dodol salak digunakan salak padangsidempuan sebanyak 30 kg (untuk tahun 2008) dan sebanyak 40 kg (untuk tahun 2009). Bahan baku ini didapat dari para petani yang merupakan petani salak di sekitar daerah penelitian. b. Bahan Penunjang Bahan penunjang yang digunakan merupakan tepung ketan dan gula pasir. Untuk satu kali produksi dodol salak digunakan tepung ketan sebanyak 4 kg (untuk tahun 2008) dan sebanyak 5 kg (untuk tahun 2009). Gula pasir digunakan sebanyak 8 kg (untuk tahun 2008) dan 11 kg (untuk tahun 2009). Sedangkan untuk kelapa digunakan 5 butir kelapa (untuk tahun 2008) dan 7 butir kelapa (untuk tahun 2009). Bahan penunjang yang digunakan ini didapat dari pemasok yang diberi kepercayaan untuk memenuhi kebutuhan tepung ketan, gula pasir dan kelapa yang dibutuhkan. c. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan untuk industri kecil pengolahan dodol salak sebanyak 16 orang. Terdiri dari 10 orang tenaga kerja wanita dan 6 orang tenaga kerja pria. Tenaga kerja tersebut merupakan penduduk yang bertempat tinggal di sekitar daerah penelitian. Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
d. Analisis Usaha Analisis usaha industri kecil pengolahan dodol salak untuk satu kali produksi dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 8. Analisis Usaha Industri Kecil Pengolahan Dodol Salak Biaya Keuntungan Produksi Harga Jual Peneriman Tahun B. Tetap B.Variabel (Rp) (kotak) (Rp/kotak) (Rp) (Rp) (Rp) 1 150 7500 1.125.000 19,537.59 806,867.00 298.595.41 2 200 7500 1.500.000 19.537,59 1,149,770.00 330.692.41 Sumber : Lampiran 14 Dari tabel 8 dapat dilihat jumlah produksi dodol salak mengalami kenaikan untuk tahun kedua ± sebanyak 34 % dari tahun pertama. Sehingga keuntungan yang diperoleh akan mengalami kenaikan juga yaitu dari Rp 298.595.41 (tahun pertama) menjadi Rp 330.692.41 (tahun kedua).
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1. Ketersediaan Bahan Penunjang Pada Industri Pembuatan Dodol Salak Bahan penunjang yang digunakan dalam proses pengolahan dodol salak adalah tepung ketan, gula pasir dan kelapa. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa kebutuhan tepung ketan dan gula pasir untuk dodol salak dapat diperoleh di pasar Sangkumpal Bonang yang terletak tidak jauh dari daerah penelitian. Dan untuk memperlancar ketersediaan pasokan tepung ketan, gula pasir, dan kelapa. Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Responden memiliki beberapa pelanggan atau pihak yang diberi kepercayaan untuk memenuhi permintaan tepung ketan, gula pasir dan kelapa setiap kali akan berproduksi. Adapun ketersediaan tepung ketan, gula pasir dan kelapa untuk tahun 2008 di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah : Tabel 9. Ketersediaan, Konsumsi Tepung Ketan dan Gula Pasir Kabupaten Tapsel dan Kebutuhan Industri Kecil Agrina terhadap Tepung Ketan dan Gula Pasir, 2008 Bahan Ketersediaan Konsumsi Kebutuhan industri Persentase Penunjang kecil Agrina (%) Tepung 16,900.00 kg/thn 16,230.00 960 kg/thn 5.68 Ketan kg/thn Gula Pasir 5,000.00 kg/thn 4,875.00 kg/thn 1.920 kg/thn 38,4 327.675 butir/thn 319.742 1.200 butir/thn 0.36 Kelapa butir/thn Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tapanuli Selatan, 2008 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan bahan penunjang yang digunakan dalam industri pengolahan dodol salak di Kabupaten Tapanuli Selatan mencukupi. Ketersediaan tepung ketan di Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 16,900.00 kg/thn sedangkan konsumsi tepung ketan sebanyak 16,230.00 kg/thn, untuk industri pengolahan dodol salak di tahun 2008 kebutuhan tepung ketan sebanyak 960.00 kg/thn (5.68 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tepung ketan di daerah penelitian tersebut mencukupi kebutuhan tepung ketan untuk industri pengolahan dodol salak. Ketersediaan gula pasir di Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 5,000.00 kg/thn, konsumsi gula pasir di Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 4,875.00 kg/thn sedangkan kebutuhan gula pasir untuk industri pengolahan dodol salak di tahun 2008 sebanyak 1,920.00 kg/thn (38.4 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa ketersediaan gula pasir di daerah penelitian tersebut mencukupi kebutuhan gula pasir untuk industri pengolahan dodol salak. Untuk kelapa, ketersediaannya sebanyak 327.675 butir/thn, konsumsi sebanyak 319.742 butir/thn sedangkan kebutuhan kelapa untuk industri kecil pengolahan dodol Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
salak sebesar 1.200 butir/thn (0.36 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa ketersediaan kelapa di daerah penelitian tersebut mencukupi kebutuhan kelapa untuk industri kecil pengolahan dodol salak. Dengan demikian hipótesis 1 yang menyatakan ketersediaan bahan penunjang untuk industri kecil pengolahan dodol salak tercukupi diterima.
5. 2. Keuntungan Pada Industri Pembuatan Dodol Salak Menurut Samuelson (2001) keuntungan adalah total penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi. Penerimaan adalah nilai rupiah dari total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual produk. Biaya produksi yang dimaksud adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam pengolahan dodol salak. Berikut tabel penerimaan, biaya dan keuntungan responden di daerah penelitian pada tahun 2009:
Tabel 10. Penerimaan, Biaya dan Keuntungan Pada Industri Pembuatan Dodol Salak di Daerah Penelitian Responden Tahun 2009 Sampel Tahun Total Total Total Biaya Total Produksi Penerimaan Produksi Keuntungan Dodol(Ktk) (Rp/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) 1 1 48.000 270.000.000 199.122.823 70.877.177 2 36.000 360.000.000 281.419.543 78.580.457 Total 84.000 630.000.000 480.542.366 149.457.634 Sumber : Data diolah dari Lampiran 16
Dari Tabel 10 diatas diketahui bahwa dengan asumsi dalam 2 tahun responden aktif bekerja membuat dodol salak selama 240 hari(satu kali produksi dilakukan selama satu hari dan dalam satu minggu produksi dilakukan sebanyak lima kali) maka diperoleh produksi dodol salak sebesar 84.000 ktk dengan menghabiskan bahan baku berupa salak Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
segar 33.600 kg, serta bahan penunjang berupa tepung ketan sebanyak 2,160.00 kg, gula pasir sebanyak 4.560 kg, dan kelapa sebanyak 2.880 butir (Lampiran 7) dan harga jual Rp 7.500,-/ktk maka diperoleh bahwa total penerimaan (tahun pertama sampai tahun kedua) sebesar Rp 630,000,000.00,- dan total biaya produksi sebesar Rp 480.542.366,-, dengan demikian maka dapat diketahui keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp 149.457.634,-/tahun. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa total pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total biaya produksi (TR>TC), hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan dodol salak di daerah penelitian menguntungkan, maka hipotesis 2 yang menyatakan industri kecil pengolahan dodol salak menguntungkan diterima.
5. 2. 3. Analisis Kelayakan Usaha Pada Industri Pembuatan Dodol Salak Analisis kelayakan usaha industri pembuatan dodol salak dilakukan untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha industri pembuatan dodol salak yang dijalankan responden di daerah penelitian secara finansial. Untuk mengetahui kelayakan usaha secara finansial industri pembuatan dodol salak di daerah penelitian digunakan kriteria kelayakan Net B/C (Benefit Cost Ratio) dikenal sebagai perbandingan antara keuntungan dan biaya, dan IRR (Internal Rate of Return) yaitu perbandingan dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Tingkat kelayakan usaha pengolahan dodol salak dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 11. Keuntungan, Net B/C dan IRR No Uraian Rp/Hari 1 Keuntungan 298.595,41 2 Net B/C (%) 3 IRR (%)
Rp/Bulan 5.906431.34
Rp/Tahun 149.457.634 1.13 19.29
Sumber : Data diolah dari Lampiran 17 Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Dari Tabel 11 dapat diketahui tingkat kelayakan suatu usaha untuk dilaksanakan pada discount faktor 9.5 % sesuai dengan suku bunga pinjaman bank Mandiri pada bulan Agustus Oktober 2009. Untuk industri pengolahan dodol salak yang terdapat di daerah penelitian diperoleh nilai Net B/C adalah 1.13 %. Sesuai dengan kriteria apabila nilai Net B/C >1 maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Untuk mengetahui kelayakan Internal Rate of Return (IRR) dapat diketahui dengan menghitung nilai IRR. Nilai IRR yang diperoleh di daerah penelitian mencapai 19.29 % dimana suku bunga pinjaman yang berlaku sebesar 9.5 % maka IRR > suku bunga pinjaman bank, dengan demikian industri pengolahan dodol salak di daerah penelitian menguntungkan dan layak untuk dikembangkan secara finansial. Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan industri kecil pengolahan dodol salak layak dikembangkan secara finansial diterima.
5. 4. Prospek Pengembangan Prospek Pengolahan dodol salak Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan masalah yang dihadapi perusahaan Agrina di Tapanuli Selatan dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan dodol salak pada tahun kedua meningkat, sehingga mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Namun untuk memperoleh keadaan itu diperlukan strategi pengembangan dengan membandingkan faktor internal dan eksternal yang ada untuk prospek jangka panjang. Strategi pengembangan itu dapat dilakukan dengan Analisis SWOT. 1. Persiapan : Menyamakan pemahaman (Persepsi) Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Pada tahap ini dilakukan penyamaan pemahaman terhadap faktor – faktor yang masuk ke dalam faktor internal maupun eksternal. Untuk industri kecil pengolahan dodol salak Agrina, faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan merupakan faktor – faktor yang ada di dalam lingkungan industri kecil pengolahan dodol salak sedangkan yang masuk ke dalam faktor eksternal yang berupa peluang dan ancaman merupakan faktor – faktor yang berada di luar lingkungan industri kecil pengolahan dodol salak Agrina. 2. Menentukan Faktor – Faktor Internal dan Eksternal 2.1. Faktor Internal Faktor – faktor internal dalam prospek pengembangan pengolahan dodol salak di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebagai berikut : a. Kekuatan (Strengths) •
Lokasi di daerah bahan baku Industri pengolahan dodol Agrina salak terletak di kecamatan angkola barat yang merupakan penghasil salak terbesar di Kabupaten Tapanuli Selatan
•
Tenaga Kerja mudah didapat Di daerah penelitian banyak tersedia tenaga kerja karena didaerah tersebut banyak penduduk yang tidak bekerja
•
Pangsa pasar luas Untuk daerah Sumatera pasar dari dodol salak ini masih sangat luas.Ini disebabkan dodol salak tersebut sudah dipasarkan ke beberapa pusat perbelanjaan dalam kota antara lain Padang Sidempuan, Sibolga, sedangkan di luar kota dodol
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
salak ini sudah dipasarkan ke Medan, Pekan Baru bahkan sampai dipamerkan di pameran luar negeri yaitu di Thailand. b. Kelemahan (Weaknesses) •
Modal terbatas Pengusaha berusaha untuk dapat memasuki pasar dengan modal yang terbatas. Hal ini membuat pengusaha kesulitan dalam memproduksi dodol karena keterbatasan modal untuk menyediakan bahan baku. Keterbatasan modal disebabkan pengusaha tidak mau meminjam ke bank.
•
Sumberdaya masyarakat (SDM) belum terlatih betul SDM merupakan masyarakat sekitar (anak – anak petani salak) yang belum pernah mendapat pelatihan mengenai pengolahan dodol salak sebelumnya.
•
Sistem pemasaran yang kurang baik Sistem pemasaran dodol salak yang dilakukan pada saat ini masih kurang baik karena penjualan produk (dodol salak) kepada penyalur harus dilakukan secara tunai sehingga menghambat kesempatan untuk memperluas pangsa pasar karena para penyalur tidak ingin mengambil resiko membeli produk dalam jumlah yang banyak.
2. 1. Faktor Eksternal Adapun faktor – faktor strategi eksternal dalam prospek pengembangan pengolahan dodol salak di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebagai berikut : a. Peluang (Opportunities) •
Dukungan kebijakan Pemda
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Pemda Tapanuli Selatan sangat mendukung industri kecil pengolahan dodol salak Agrina karena dapat menaikkan pendapatan masyarakatnya. Adapun dukungan Pemda Tapanuli Selatan adalah dengan membina Showroom dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina. •
Budaya masyarakat Kebiasaan masyarakat membeli oleh – oleh dalam setiap bepergian sangat menunjang kemajuan industri kecil pengolahan dodol salak agrina.
b. Ancaman (Threats) •
Masyarakat kurang percata untuk produk olahan yang tidak tersertifikasi Pemasaran dodol salak masih sangat terbatas karena belum keluarnya BPPOM dan Hak Patent produk dari Dinas Perdagangan sehingga pengusaha takut masyarakat ragu terhadap produk tersebut apakah memenuhi syarat kesehatan atau tidak dan pengusaha juga takut produk ditiru oleh pihak lain.
•
Munculnya Pesaing Baru Kemungkinan munculnya industri serupa adalah sangat besar mengingat prospek industri kecil pengolahan dodol salak cukup baik. Kemungkinan ini bisa terjadi karena ada beberapa karyawan yang keluar dari industri sehingga ada kemungkinan karyawan tersebut untuk melakukan usaha yang sama
3. Membuat Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Evaluasi Faktor Eksternal Hasil identifikasi faktor – faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke Tabel Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) untuk diberi skor : bobot dikalikan rating. Skor faktor – faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan masing – masing dijumlah dan Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
kemudian diperbandingkan, sedangkan hasil identifikasi faktor – faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan, dan rating dipindahkan ke Tabel matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) untuk diberi skor : bobot dikalikan rating. Skor faktor – faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman masing – masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan. Di bawah ini dapat dilihat tabel perhitungan pembobotan dikalikan rating faktor internal dan eksternal sebagai berikut ini : Tabel 12. Matriks Evaluasi Faktor Internal Faktor Kunci Internal Bobot Kekuatan Lokasi di daerah bahan baku 0,21 Tenaga kerja mudah didapat 0,16 Pangsa pasar luas 0,16 Total skor Kekuatan 0,53 Kelemahan Modal terbatas 0,21 SDM belum terlatih betul 0,16 Belum ada standard mutu yang baku 0,10 Total skor Kelemahan 0,47 Selisih kekuatan – kelemahan
Rating
Bobot x Rating
3 1 2
0,63 0,16 0,32 1,11
1 2 3
0,21 0,32 0,30 0,83 0,28
Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2009 (Lampiran 18)
Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat dilihat total skor kekuatan lebih besar daripada total skor kelemahan (x > 0), dengan selisih total skor kekuatan – kelemahan sebesar 0,49. Data ini diperoleh berdasarkan hasil wawancara pada pengusaha, bahwa faktor kekuatan lebih dominan daripada kelemahan. Tabel 13. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Faktor Kunci Eksternal Bobot Peluang Dukungan kebijakan Penda 0,29 Budaya masyarakat 0,21 Total skor Peluang Ancaman
0,50
Rating 3 2
Bobot x Rating 0,87 0,42 1,29
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Masyarakat kurang percaya untuk produk olahan yang tidak tersertifikasi Pesaing yang belum berkembang Total skor Ancaman Selisih Peluang – Ancaman
0,29
2
0,58
0,21 0,50
1
0,21 0,79 0,50
Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2009 (Lampiran 19)
Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat selisih total skor peluang dan ancaman sebesar 0,50. Hal ini berarti skor peluang lebih besar daripada ancaman (y > 0). 4. Membuat Matriks Posisi Perusahaan Berdasarkan matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal di atas dapat dibuat Matriks Posisi, untuk melihat dimana posisi usaha Pengolahan Dodol Salak di Tapanuli Selatan. Berdasarkan Tabel 12 diperoleh nilai x > 0 dan Tabel 13 diperoleh nilai y > 0.
EKSTERNAL FAKTOR Y(+) 0,50 Kuadran I: strategi agresif 0,28
Kuadran III: strategi turn – around x (-)
Kuadran IV: strategi defensive
(-)Y
Kuadran II: strategi diversivikasi
x (+)
I N T E R N A L F A K T O R
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Gambar 5. Matriks Posisi Pengembangan Pengolahan Dodol Salak di Tap-Sel Pengembangan usaha pengolahan dodol salak di kabupaten Tapanuli Selatan berada pada posisi kuadran I, yang merupakan posisi yang sangat menguntungkan bagi industri pengolahan dodol salak karena pada saat ini industri pengolahan dodol salak memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat dimanfaatkan. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). Menurut Rangkuti (1997) kebijakan pertumbuhan yang agresif ini didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit, atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk dan meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Sedangkan untuk industri pengolahan dodol salak strategi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pertumbuhan penjualan untuk memperbesar profit dengan cara meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Dari hasil analisis SWOT dapat diketahui bahwa industri kecil pengolahan dodol salak adalah benar berada di posisi menguntungkan untuk dikembangkan (berada pada Kuadran I). Dengan demikian hipótesis 4 yang menyatakan pengembangan
industri
kecil
pengolahan
dodol
salak
di
daerah
prospek penelitian
menguntungkan untuk dikembangkan adalah benar dan dapat diterima.
Penentuan Alternatif Strategi Strategi – strategi pengembangan usaha industri kecil pengolahan dodol salak di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilakukan dengan beberapa alternatif. Penentuan Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
alternatif strategi yang sesuai bagi pengembangan Industri Kecil Pengolahan Dodol Salak adalah dengan cara membuat SWOT matriks. SWOT matriks ini dibangun berdasarkan faktor – faktor strategi baik internal (kekuatan dan kelemahan) maupun eksternal (peluang dan ancaman). Berdasarkan matriks posisi analisis SWOT maka dapat disusun empat strategi utama yaitu SO, WO, ST, dan WT. Alternatif strategi bagi pengembangan prospek industri pengolahan dodol salak di Kabupaten Tapanuli Selatan pada Tabel 16 berikut ini :
Tabel 14. Penentuan Strategi dengan Matriks SWOT Internal Kekuatan (S) 1. Lokasi di daerah bahan baku 2. Tenaga kerja mudah didapat 3. Pangsa pasar luas Eksternal Peluang (O) Strategi S-O 1. Dukungan 1. Mendorong masyarakat untuk kebijakan Pemda meningkatkan produksi bahan 2. Budaya baku (S1,O1) masyarakat 2. Memperluas jalur pemasaran (S2,S3,O1,O2)
1. 2. 3.
1. 2.
Kelemahan (W) Modal terbatas SDM belum terlatih betul Sistem pemasaran yang kurang baik Strategi W-O Inisiatif kredit untuk menambah modal (W1,O1) Mengikuti seminar mengenai sistem pemasaran yang baik dalam bisnis(W2,W3,O1,O2)
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Ancaman (T) 1.Masyarakat kurang percaya untuk produk olahan yang tidak tersertifikasi 2.Pesaing yang belum berkembang
Strategi S-T Strategi W-T 1. Mempercepat keluarnya izin 1. Menentukan standar mutu dari BPPOM untuk yang baku terhadap produk memperluas pangsa pasar yang dihasilkan sesuai (S3,T1) dengan standar BPPOM 2. Memasuki dan menguasai (W3,T1) daerah pemasaran (S3,T2) 2. Memperbaiki sistem pemasaran (W3,T2)
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 18 dan 19 ), 2009
Strategi S-O Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Dodol Salak di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan menggunakan seluruh kekuatan dan peluang yang ada, yaitu: 1. Mendorong masyarakat untuk meningkatkan produksi bahan baku (S1,O1) Kebijakan Pemda dalam mendorong masyarakat untuk meningkatkan produksi bahan baku bertujuan agar ketersediaan bahan baku selalu tersedia sehingga produksi dodol salak dapat terus berjalan. Dengan selalu tersedianya bahan baku maka harganya akan selalu stabil sehingga biaya produksi dapat ditekan dan keuntungan yang diperoleh akan semakin meningkat. 2. Memperluas jalur pemasaran (S2,S3,O1,O2) Bertujuan agar seluruh produk dodol salak dapat dipasarkan ke seluruh daerah bukan hanya di daerah produksi saja. Strategi W-O Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Dodol Salak di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan meminimalkan seluruh kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, yaitu : 1. Inisiatif kredit untuk menambah modal (W1,O1) Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Skala usaha yang besar tentunya memerlukan modal yang besar pula. Modal yang besar dapat memperoleh bahan baku maupun bahan penunjang yang lebih banyak agar produksi meningkat sehingga penjualan juga akan meningkat. Keuntungan yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan memperkecil biaya sarana produksi yang dikeluarkan dan apabila target penjualan dapat dicapai. 2. Mengikuti seminar mengenai sistem pemasaran yang baik dalam bisnis(W2,W3,O1,O2) Mengikuti berbagai seminar mengenai sistem pemasaran yang baik dalam bisnis karena jika sistem pemasaran industri kecil pengolahan dodol sudah baik maka para penyalur yang selama ini merasa kurang puas dengan sistem pemasaran yang diterapkan oleh industri kecil pengolahan dodol salak akan terpuaskan dan hubungan dagang antara kedua pihak juga akan semakin baik. Strategi S-T Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Dodol Salak di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk mengatasi ancaman yang ada, yaitu : 1. Mempercepat keluarnya izin dari BPPOM untuk memperluas pangsa pasar (S3,T1) Dengan adanya izin dari BPPOM maka pemasaran produksi dodol salak yang dihasilkan dapat diperluas karena masyarakat tidak ragu untuk membeli produk tersebut. 2. Memasuki dan menguasai daerah pemasaran (S3,T2) Sebelum muncul pesaing serupa, industri kecil pengolahan dodol salak harus dapat memasuki dan menguasai pasar dengan baik sehingga daerah pemasaran tidak akan terebut oleh pesaing serupa yang kemungkinan akam muncul. Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Strategi W-T Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Dodol Salak di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan menggunakan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada, yaitu : 1. Menentukan standar mutu yang baku terhadap produk yang dihasilkan sesuai dengan standar BPPOM (W3,T1) Menentukan standar mutu yang baku yang sesuai dengan standar BPPOM agar produk yang dihasilkan terjamin mutu dan kualitasnya sehingga kepercayaan konsumen terhadap produk ini akan meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap meningkatnya permintaan konsumen. 2. Memperbaiki sistem pemasaran (W3,T2) Bertujuan agar daerah pemasaran yang dikuasai selama ini tidak akan terebut oleh pesaing serupa yang kemunkinan akan muncul. Dari analisis SWOT dapat dilihat posisi dari Industri Kecil Pengolahan Dodol Salak berada pada kondisi yang sangat menguntungkan karena industri mempunyai peluang dan kekuatan yang dapat dimanfaatkan sehingga prospek pengembangannya akan sangat menguntungkan untuk dikembangkan. Selain itu dari analisis SWOT diatas dapat juga dilihat alternatif strategi yang sesuai untuk mengembangkan Industri Kecil Pengolahan Dodol Salak.
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1. KESIMPULAN 1. Ketersediaan bahan penunjang yaitu tepung ketan, gula pasir dan kelapa yang diperlukan untuk menjalankan industri pengolahan dodol salak tercukupi.
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
2. Diperoleh keuntungan yang diterima responden sebesar Rp 149.457.634 ,-/tahun. Industri pengolahan dodol salak di daerah penelitian ini menguntungkan karena dari hasil perhitungan diperoleh nilai TR adalah Rp 630,000,000,-/tahun dan nilai TC adalah 480.542.366 ,-/tahun (TR>TC). 3. Nilai Net B/C Ratio 1.13 % dan IRR sebesar 19.29 %, dengan nilai Net B/C > 1 dan IRR > suku bunga pinjaman, artinya industri pengolahan dodol salak di daerah penelitian layak dikembangkan secara finansial. 4. Strategi pengembangan industri pengolahan dodol salak di masa yang akan datang dapat dilakukan dengan strategi Agresif yaitu dengan meningkatkan pertumbuhan penjualan untuk memperbesar keuntungan dengan cara meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas.
6. 2. SARAN 6. 2. 1. Kepada Pemerintah 1. Diharapkan kepada pemerintah daerah agar memberikan bantuan berupa pinjaman dana agar industri pengolahan dodol salak dapat mengembangkan usahanya dengan meningkatkan jumlah produksi yang dihasilkan. 2. Diharapkan kepada pemerintah terutama Pemkab Tapsel untuk mempromosikan salak olahan Tapsel sebagai bagian dari promosi pariwisata. 6. 2. 2. Kepada Pengolah 1. Merubah sistem pemasaran ke berbagai penyalur yaitu dengan mengantar dodol salak langsung ke penyalur dan menggunakan sistem pembayaran dibelakang, yaitu pembayaran setelah barang terjual dan jumlahnya pembayarannya juga sesuai dengan barang yang terjual. Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
2. Meningkatkan kemampuan dalam mengolah dodol salak agar dapat dihasilkan produk dodol salak yang lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (a) .2009. Kabupaten Tapanuli Selatan. www.sumutprov.go.id/ongkam.php?me=potensi_tapsel - 32k - . Anonim (b). 2009. Pemerintahan http://www.banjarnegarakab.go.id/
Kabupaten
Banjarnegara.
Dikutip Dikutip
dari dari
Black, J.A, dan D.J. Champion, 1999. Metode dan masalah Penelitian Sosial, Refika Aditama, Bandung.
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi/UKM Kab. Tapsel Sumatera Utara. 2008. Standarisasi dan Proses Produksi Buah Salak. Kab. Tapanuli Selatan. Djunaidi, 2008. www.statistikPendidikanii.blogspot.com/ Gray, C., P. Simanjuntak, L.K. Sabar dan P.F.L. Maspeitella. 2002. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia, Jakarta. Gumbira Sa’id, E. Rahmayanti dan M.Z. Muttaqin. 2001. “Manajemen Teknologi Agribisnis, Kunci Daya Saing Global Produk Agribisnis”. Dalam Siswono, Y.H., dkk (Ed.)., Pertanian Mandiri (hlm 91). Penebar Swadaya, Jakarta. Karmadi. 2003. Analisa Efisiensi dan Produktivitas Home Industri Ledre (Studi Kasus di Desa Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Koperasi AGRINA. 2007. Profil Komoditi Potensial/Unggulan. Kab. Tapanuli Selatan. Mangunwidjaja, Djumali dan Illah Sailah. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta. Muzhar, M. 1994. Pengembangan Agroindustri dan Berbagai Permasalahannya. Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tahun ke-38 No. 1. Naibaho (a), Yuni. 2009. Gulma Mendrofa Sang Pencetus Olahan Salak Dari Tapsel. www.medanbisnisonline.com/2009/02/09/gulma-mendrofasangDikutip dari pencetus-olahan-salak-dari-tapsel/ Naibaho (b), Yuni. 2009. Omset Hingga Rp 30 Juta per Bulan. Dikutip dari www.medanbisnisonline.com/2009/02/09/omset-hingga-rp-30-juta-per-bulan/ - 20k Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Redaksi Agromedia. 2007. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Budi Daya Salak. Agromedia Pustaka, Jakarta. Samuelson. 2001. Ilmu Mikro Ekonomi. Media Global Edukasi, Jakarta. Satuhu, Suyanti dan Sunarmani. 2004. Membuat Aneka Dodol Buah. Penebar Swadaya, Jakarta. Situmorang, S dan Dilham, A. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. USU Press, Medan. Soekartawi (a). 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
(b). 1995. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta. Soetomo, M. 2001. Teknik Bertanam Salak. Sina Baru Algensindo, Bandung. Sofyan, I. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta. Tim Penulis Penebar Swadaya. 1992. 18 Varietas Salak. Penebar Swadaya. Yakarta. Wasis, 1992. Pengantar Ekonomi Perusahaan. PT. Alumni, Bandung. Yustina E. Widyastuti dan Farry B. Paimin. 1993. Mengenal Buah Unggul Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lampiran 1. Luas Area dan Jumlah Produksi Salak per Kecamatan Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara No Kecamatan Luas Area (Ha) Jlh. Produksi (Ton) 1 Angkola Barat 17.666 397.485 2 Angkola Selatan 466 10.485 3 Angkola Timur 436 9.810 4 Marancar 363 8.168 5 Sayur Matinggi 36 810 Jumlah 18.967 426.758 Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi/UKM Kab. Tapsel Sumatera Utara, 2008. Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Lampiran 2. Jenis Produk, Jumlah Produksi per Bulan dan Jumlah Pekerja Koperasi AGRINA No Jenis Produk Jumlah Produksi/Bulan Jumlah Pekerja 1 Nagogo Drink 5000 botol 3 orang 2 Sirup Salak 1000 botol 3 orang 3 Madu Salak 1000 botol 3 orang 4 Kurma Salak 10.000 kotak 3 orang 5 Dodol Salak 10.000 kotak 10 orang 6 Keripik Salak 2000 kotak 3 orang Sumber : Showroom dan Work Shop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina, 2008
Lampiran 3. Perkiraan Biaya Pembangunan gedung dan peralatan (Investasi)
No
Uraian 1
Lahan Gedung
Biaya Satuan (Rp)
Jumlah Biaya
2000 m
80,000,000.00
80,000,000.00
1
30,000,000.00
30,000,000.00
Jumlah
Jumlah Modal Tetap 2
110,000,000.00
Biaya Peralatan * Pisau
12
15,000.00
180,000.00
* Talam
20
10,000.00
200,000.00
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
*Gunting Kecil
3
5,000.00
15,000.00
* Gunting Besar
2
15,000.00
30,000.00
* Timbangan Kecil
1
75,000.00
75,000.00
* Timbangan Besar
1
175,000.00
175,000.00
* Tungku Api
2
400,000.00
800,000.00
* Wajan Besar
2
850,000.00
1,700,000.00
* Sendok Kayu
4
50,000.00
200,000.00
* Ember Besar
4
40,000.00
160,000.00
* Ember Kecil
2
15,000.00
30,000.00
* Saringan Besi Sedang
2
50,000.00
100,000.00
* Mesin Kukur
1
275,000.00
275,000.00
* Kayu Pemecah
25
15,000.00
375,000.00
* Sendok Stenlessstel
36
667.00
24,012.00
350,000.00
700,000.00
* Mesin Penggiling
2
Jumlah Biaya Peralatan
5,039,012.00
Total investasi
115,039,012.00
Lampiran 4. Biaya dan Penyusutan Gedung Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
Harga Awal
Harga Akhir
Umr Eknms
(Rp/Hr)
(Rp/Bln)
(Rp/Thn)
(Rp/Hr)
(Rp/Bln)
(Rp/Thn)
83,333.34
2,500,000.00
30,000,000.00
1,667.00
50,000.00
600,000.00
Penyusutan
(Thn)
(Rp/Hr)
(Rp/Bln)
20
4,083.33
122,500.00
(Rp/Thn) 1,470,000.00
Lampiran 5. Biaya Penyusutan Peralatan Usaha Pengolahan Dodol Salak
No.
Uraian
Jlh
H. Awal
T. H. Awal
Umr Eknmis
Harga Akhir
(Unit)
Rp/Unit
Rp
Thn
Rp
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
Biaya Penyusutan
1
Pisau
12
15,000.00
180,000.00
5
650.00
100.00
2,989.00
35,870.00
2
Talam
20
10,000.00
200,000.00
2
1,500.00
276.00
8,271.00
99,250.00
3
Gunting Kecil
3
5,000.00
15,000.00
5
400.00
8.00
243.00
2,920.00
4
Gunting Besar
2
15,000.00
30,000.00
5
650.00
16.00
489.00
5,870.00
5
Timbangan Kecil (2 Kg)
1
5
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
75,000.00
75,000.00
750.00
41.00
1,238.00
14,850.00
6
Timbangan Besar (10 Kg)
1
175,000.00
175,000.00
5
4,000.00
95.00
2,850.00
34,200.00
7
Tungku api
2
400,000.00
800,000.00
5
-
444.00
13,333.00
160,000.00
8
Wajan Besar
2
850,000.00
1,700,000.00
10
13,000.00
469.00
14,058.00
168,700.00
9
Sendok Kayu
4
50,000.00
200,000.00
10
-
56.00
1,667.00
20,000.00
10
Ember Besar
4
40,000.00
160,000.00
2
600.00
219.17
6,666.66
80,000.00
11
Ember Kecil
2
15,000.00
30,000.00
2
300.00
41.00
1,238.00
14,850.00
12
Saringan Besi Sedang
2
50,000.00
100,000.00
5
-
56.00
1,667.00
20,000.00
13
Mesin Kukur
1
275,000.00
275,000.00
10
650.00
76.00
2,286.00
27,435.00
14
Kayu Pemecah
25
15,000.00
375,000.00
5
-
208.00
6,250.00
75,000.00
15
Sendok Stenlessstel
36
667.00
24,012.00
0.25
1,300.00
252.00
7,571.00
90,848.00
16
Mesin Penggiling
350,000.00
700,000.00
20
4,000.00
97.00
2,900.00
34,800.00
2,340,667.00
5,039,012.00
27,800.00
2,454.17
73,716.66
884,593.00
Total
2
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Lampiran 7. Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan, Per Tahun Gula
Total Produksi
Tahun
Jumlah
Kg/Hr
Kg/Bln
Kg/Thn
Kg/Hr
Kg/Bln
Kg/Thn
1
30
600
7,200
150
3,000
36,000
2
40
800
9,600
200
4,000
48,000
70
1,400
16,800
350
7,000
84,000
Total
Harga
Kg/Hr
Kg/Bln
Kg/Thn
8
160
1,920
7,500.00
60,000.00
1,200,000.00
220
2,640
8,500.00
93,500.00
1,870,000.00
380
4,560
16,000
11 19
Rp/Kg
Kg/Hr 4
Kg/Bln
Harga Kg/Thn
Rp/Hr
Rp/Bln
153,500
Rp/Thn
3,070,000
14,400,000.00
22,440,000.00 36,840,000
Kelapa
Tepung Pulut Jumlah
Jumlah Biaya
Jumlah Biaya
Jumlah
Kg/Bks
Rp/Hr
Rp/Bln 600,000.00
7,200,000.00
900,000.00
10,800,000.00
1,500,000
18,000,000
80
960
7,500.00
30,000.00
5
100
1,200
9,000.00
45,000.00
9
180
2,160
16,500
75,000
Rp/Thn
Harga Butir/Hr
Butir/Bln
Butir/Thn
5
100
1,200
7 12
140 240
1,680 2,880
Jumlah Biaya Rp/Kg
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
2,000.00
10,000.00
200,000.00
2,400,000.00
2,500.00
17,500.00
350,000.00
4,200,000.00
4,500
27,500
550,000
6,600,000
Tot. Biaya Bhn Penunjang
Tahun Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
1
100,000.00
2,000,000.00
24,000,000.00
2
156,000.00
3,120,000.00
37,440,000.00
256,000.00
5,120,000.00
Total
61,440,000.00
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Lampiran 8.Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan, Per Tahun 2008 No.
Tahapan Pekerjaan
1
Pengupasan
2
Jlh T.K (Org)
Lama Bkrj/Hr (jam)
Biaya Tenaga Kerja Rp/Hr
Rp/Bln
16
4
114,304.00
2,286,080.00
Pencucian
3
1
5,358.00
3
Perebusan
2
2
4
Penggilingan
2
5
Pemasakan
6
Pencetakan dan Pembungkusan Total Biaya Tenaga Kerja Rataan
Rata – Rata Rp/Thn
Rp/Org/Hr
27,432,960.00
7,144.00
107,160.00
1,285,920.00
1,786.00
7,144.00
142,880.00
1,714,560.00
3,572.00
0.25
893.00
17,860.00
214,320.00
446.50
6
3
32,148.00
642,960.00
7,715,520.00
5,358.00
10
7
125,020.00
2,500,400.00
30,004,800.00
12,502.00
284,867.00
5,697,340.00
68,368,080.00
30,808.50
17,804.19
356,083.75
4,273,005.00
1,925.53
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Lampiran 9. Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan, Per Tahun 2009 No.
Jlh T.K (Org)
Tahapan Pekerjaan
1
Pengupasan
2
Lama Bkrj/Hr (jam)
Biaya Tenaga Kerja Rp/Hr
Rp/Bln
16
5
142,880.00
2,857,600.00
Pencucian
3
1.5
8,037.00
Perebusan
2
4
Penggilingan
2
Pemasakan Pencetakan dan Pembungkusan
Rata – Rata Rp/Thn
Rp/Org/Hr
34,291,200.00
8,930.00
24,111.00
1,928,880.00
2,679.00
14,288.00
285,760.00
3,429,120.00
7,144.00
0.33
1,179.00
23,580.00
282,960.00
589.38
6
6
64,296.00
1,285,920.00
15,431,040.00
10,716.00
10
9
160,740.00
3,214,800.00
38,577,600.00
16,074.00
391,420.00
7,691,771.00
93,940,800.00
46,132.38
24,463.75
480,735.69
5,871,300.00
2,883.27
Total Biaya Tenaga Kerja Rataan Lampiran 10. Biaya Bahan Bakar Usaha Pengolahan Dodol Salak
Kayu Bakar Mgg
1 2 Total
Bahan Bakar
Frek. Pnglhn Ddl Slk
Thn
Bln Thn
Btg/Hr
Btg/Bln
Btg/Thn
Rp/Btg
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
5
20
240
100.00
2,000.00
24,000.00
650.00
65,000.00
1,300,000.00
15,600,000.00
5
20
240
133.00
2,660.00
31,920.00
650.00
86,450.00
1,729,000.00
20,748,000.00
233.00
4,660.00
55,920.00
1,300.00
151,450.00
3,029,000.00
36,348,000.00
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Lampiran 11. Bahan Pembungkus Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan, Per Tahun Plastik
Produksi
Tahun
Jumlah Ktk/Hr
Ktk/Bln
Kg/Hr
Ktk/Thn
Kg/Bln
Biaya
Meter/Hr
Rp/Kg
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
1
150
3,000
36,000
150
3,000
36,000
1
23,000.00
23,000.00
460,000.00
5,520,000.00
2
200
4,000
48,000
200
4,000
48,000
1,3
23,000.00
29,900.00
598,000.00
7,176,000.00
350
7,000
84,000
350
7,000
84,000
1
46,000
52,900
1,058,000
Total
Selasiban Kecil Jumlah
Harga
Bh/Hr
Rp/Bh
12,696,000
Kotak Biaya
Jumlah
Rp/Hr
Rp/Bln
Harga
Rp/Thn
Lbr/Hr
Biaya Rp/Lbr
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
2
2,000.00
4,000.00
80,000.00
960,000.00
165
1,000.00
150,000.00
3,000,000.00
36,000,000.00
3
2,000.00
6,000.00
120,000.00
1,440,000.00
200
1,000.00
200,000.00
4,000,000.00
48,000,000.00
5
4,000
10,000
200,000
2,400,000
365
2,000
7,000,000
84,000,000
Tahun
Total
Kg/Thn
Harga
350,000
Total Biaya Pembungkus Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
1
177,000.00
3,540,000.00
42,480,000.00
2
235,900.00
4,718,000.00
56,616,000.00
412,900.00
8,258,000.00
99,096,000.00
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Lampiran 12. Biaya Tidak Tetap Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun Produksi
Tahun Ktk/Hr
Ktk/Bln
Bahan Baku Kg/Hr
Ktk/Thn
Kg/Bln
Kg/Thn
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
1
150
3,000
36,000
150
3,000
36,000
180,000.00
3,600,000.00
43,200,000.00
2
200
4,000
48,000
200
4,000
48,000
280,000.00
5,600,000.00
67,200,000.00
350
7,000
84,000
350
7,000
84,000
460,000.00
9,200,000.00
110,400,000.00
Total
Bahan Penunjang
Biaya Tenaga Kerja
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
Rp/Hr
100,000.00
2,000,000.00
24,000,000.00
284,867.00
5,697,340.00
156,000.00
3,120,000.00
37,440,000.00
391,420.00
256,000.00
5,120,000.00
61,440,000.00
676,287.00
Bahan Pembungkus
Rp/Bln
Bahan Bakar Rp/Thn
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
68,368,080.00
65,000.00
1,300,000.00
15,600,000.00
7,691,771.00
93,940,800.00
86,450.00
1,729,000.00
20,748,000.00
13,389,111.00
162,308,880.00
151,450.00
3,029,000.00
36,348,000.00
Total Biaya Tidak Tetap
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
177,000.00
3,540,000.00
42,480,000.00
235,900.00
4,718,000.00
412,900.00
8,258,000.00
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
806,867.00
16,137,340.00
193,648,080.00
56,616,000.00
1,149,770.00
22,858,771.00
275,944,800.00
99,096,000.00
1,956,637.00
38,996,111.00
469,592,880.00
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Lampiran 13. Biaya Tetap Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun Produksi
Tahun
Kg/Hr
Kg/Bln
Ktk/Hr
Ktk/Bln
1
150
3,000
36,000
150
3,000
2
200
4,000
48,000
200
350
7,000
84,000
350
Total
Ktk/Thn
Biaya Penyusutan Gedung
Biaya PBB
Rp/Hr
Rp/Bln
36,000
4,083.33
4,000
48,000
7,000
84,000
Total Biaya Air dan Listrik
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
Rp/Hr
-
-
-
-
-
-
-
Ket :
Kg/Thn
Biaya Penyusutan Peralatan
Rp/Thn
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
122,500.00
1,470,000.00
2,454.26
73,728.66
884,743.00
4,083.33
122,500.00
1,470,000.00
2,454.26
73,728.66
884,743.00
8,167
245,000
2,940,000
4,909
147,457
1,769,486
Total Biaya Tetap
Rp/Bln
Rp/Thn
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
13,000.00
260,000.00
3,120,000.00
19,537.59
456,228.66
5,474,743.00
-
13,000.00
260,000.00
3,120,000.00
19,537.59
456,228.66
5,474,743.00
-
26,000.00
520,000.00
6,240,000.00
39,075.18
912,457.32
10,949,486.00
PBB tidak dibayar karena Pemda Tapsel belum selesai memproses surat kepemilikan tanah Showroom dan Workshop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak Agrina
Lampiran 14. Biaya Produksi Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun 2008 Produksi
Tahun Ktk/Hr 1 2 Total
Ktk/Bln
Ktk/Thn
Biaya Tidak Tetap Kg/Hr
Kg/Bln
Kg/Thn
Rp/Hr
Total Biaya Tetap
Rp/Bln
Rp/Thn
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
150
3,000
36,000
150
3,000
36,000
806,867.00
16,137,340.00
193,648,080.00
19,537.59
456,228.66
5,474,743.00
200
4,000
48,000
200
4,000
48,000
1,149,770.00
22,858,771.00
275,944,800.00
19,537.59
456,228.66
5,474,743.00
350
7,000
84,000
350
7,000
84,000
1,956,637
38,996,111
469,592,880
39,075
912,457
10,949,486
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Total Biaya Produksi
Tahun Rp/Hr 1 2 Total
Rp/Bln
Rp/Thn
826,404.59
16,593,568.66
199,122,823.00
1,169,307.59
23,314,999.66
281,419,543.00
1,995,712
39,908,568
480,542,366
Lampiran 15. Total Penerimaan Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun Frek. Pengolahan Dodol Salak
Tahun Mgg
Bln
Harga Jual
Produksi Thn
Ktk/Hr
Ktk/Bln
Ktk/Thn
Rp/Ktk
Total Penerimaan Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
1
5
20
240
150
3,000
36,000
7,500.00
1,125,000.00
22,500,000.00
270,000,000.00
2
5
20
240
200
4,000
48,000
7,500.00
1,500,000.00
30,000,000.00
360,000,000.00
350
7,000
84,000
15,000
2,625,000
52,500,000
630,000,000
Total
Lampiran 16. Biaya Produksi, Penerimaan, Keuntungan Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
Total Penerimaan
Tahun Rp/Hr
Total Biaya Produksi
Rp/Bln
Rp/Thn
Rp/Hr
Total Keuntungan
Rp/Bln
Rp/Thn
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
1
1,125,000.00
22,500,000.00
270,000,000.00
826,404.59
16,593,568.66
199,122,823.00
298,595.41
5,906,431.34
70,877,177.00
2
1,500,000.00
30,000,000.00
360,000,000.00
1,169,307.59
23,314,999.66
281,419,543.00
330,692.41
6,685,000.34
78,580,457.00
2,625,000.00
52,500,000.00
630,000,000.00
1,995,712.18
39,908,568.32
480,542,366.00
629,287.82
12,591,431.68
149,457,634.00
Total
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Lampiran 17. Nilai B/C dan IRR Usaha Pengolahan Dodol Salak Per Hari, Per Bulan dan Per Tahun
Total Penerimaan
Thn Rp/Hr
Rp/Bln
Total Biaya Rp/Thn
Rp/Hr
DF 9.5 %
Net Benefit (B-C) (Rp)
Rp/Bln
Rp/Thn
Rp/Hr
Rp/Bln
Rp/Thn
9,586,584.33
115,039,012.00
(319,552.80)
(9,586,584.33)
(115,039,012.00)
PV
Net B/C
DF 20%
(115,039,012.00)
1.13
PV
IRR (%)
1
(115,039,012.00)
19.26
0
-
-
-
1
1,125,000.00
22,500,000.00
270,000,000.00
826,404.59
16,593,568.66
199,122,823.00
298,595.41
5,906,431.34
70,877,177.00
0.91
64,498,231.07
0.83
58,828,056.91
2
1,500,000.00
30,000,000.00
360,000,000.00
1,169,307.59
23,314,999.66
281,419,543.00
330,692.41
6,685,000.34
78,580,457.00
0.83
65,221,779.31
0.70
55,006,319.90
319552.81
1
NPV
14,680,998.38
Total positif NPV
129,720,010.38
(1,204,635.19)
Lampiran 18. Pembobotan Faktor Internal Pengaruh Faktor
Sifat
Nilai (1-4)
Bobot
- Lokasi di daerah bahan baku - Tenaga kerja mudah didapat - Pangsa pasar luas
K K K
4 3 3
0,21 0,16 0,16
- Modal terbatas - SDM belum terlatih betul - Sistem pemasaran yang kurang baik
L L L
4 3 2 19
0,21 0,16 0,10 1,00
Keterangan : Nilai 1 = tidak penting Nilai 2 = agak penting Nilai 3 = penting Nilai 4 = sangat penting 2. Kelemahan : 1= mayor (utama)
Peringkat Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan Mayor
Minor
Kelemahan Point 3 1 2
Mayor
Minor
Point
1 2 3
Rating :1. Kekuatan : 3 = mayor (utama) 2 = minor utama 1 = minor tidak utama 2= minor utama 3= minor tidak utama
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.
Lampiran
19. Pembobotan Faktor Eksternal Pengaruh Faktor
Sifat
Nilai (1-4)
Bobot
P P
4 3
0,29 0,21
- Masyarakat kurang percaya untuk produk olahan yang tidak tersertifikasi - Pesaing yang belum berkembang
A
4
0,29
Keterangan : Nilai 1 = tidak penting Nilai 2 = agak penting Nilai 3 = penting Nilai 4 = sangat penting
Peluang Rendah
- Dukungan kebijakan Pemda - Budaya masyarakat
A
Peringkat Peluang dan Ancaman
3
0,21
14
1,00
Tinggi
Ancaman Rating 3 2
Rendah
Tinggi
Rating
2
1
Rating :1. Peluang : 3 = besar 2 = sedang 1 = kecil 2. Ancaman : 1= besar 2= sedang 3= kecil
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel), 2010.