1 PROSPEK PENGEMBANGAN NILAM Di DESA TANJUNG MERIAH, KECAMATAN SITELLU TALI URANG JEHE, KABUPATEN PAKPAK BHARAT
SKRIPSI
OLEH : CONNY FRANSISCA SAGALA 040304072 SEP – AGRIBISNIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
2
PROSPEK PENGEMBANGAN NILAM Di DESA TANJUNG MERIAH, KECAMATAN SITELLU TALI URANG JEHE, KABUPATEN PAKPAK BHARAT
SKRIPSI
OLEH : CONNY FRANSISCA SAGALA 040304072 SEP – AGRIBISNIS Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
(Ir. Luhut Sihombing, MP)
(Ir. Lily Fauzia, Msi)
Ketua Komisi Pembimbing
Anggota Komisi Pembimbing
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
1 ABSTRAK
CONNY
FRANSISCA
SAGALA
(040304072
/
SEP-
AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “PROSPEK PENGEMBANGAN NILAM Di DESA TANJUNG MERIAH, KECAMATAN SITELLU TALI URANG JEHE, KABUPATEN PAKPAK BHARAT “ yang dilakukan pada tahun 2009. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi Indonesia, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek yang baik, karena dibutuhkan secara kontinu dalam industri kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui teknis usaha tani nilam dan proses mendapatkan minyak nilam, kelayakan finansial usaha pengolahan minyak nilam, keterkaitan subsistem agribisnis, dan strategi pengembangan minyak nilam. Penentuan daerah dilakukan secara purposive. Sampel adalah petani. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikiut : 1. Adapun teknis usaha tani nilam yang dilakukan di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten PakPak Bharat yaitu : 1. Pembibitan, 2. Penanaman, 3. Jarak Tanam, 4. Pemeliharaan Tanaman (Pemupukan, Penyulaman, penyiangan, Pemangkasan, pembubunan ), 5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman. Proses untuk untuk mendapatkan minyak nilam dapat dilakukan dengan cara penyulingan uap dan air. 2. Usaha pengolahan minyak nilam di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten PakPak Bharat layak untuk di kembangkan secara Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
2 finansial karena memiliki prospek yang dapat memberikan keuntungan bagi petani nilam. 3. Keterkaitan subsistem agribisnis di Desa Tanjung Meriah meliputi subsistem pra produksi, subsistem produksi dan subsistem
post produksi. Ketiga
subsistem ini mempengaruhi keberhasilan usaha minyak nilam. 4. Strategi pengembangan minyak nilam di Desa Tanjung Meriah dilakukan dengan membuat analisa SWOT. Berdasarkan hasil penelitian maka : Diharapkan agar petani lebih intensif dalam melakukan teknis usaha tani nilam agar diperoleh hasil minyak nilam yang maksimal dengan harga yang sesuai dipasaran. Disarankan agar penggunaan minyak nilam terus meningkat sejalan dengan perkembangan industri parfum, sabun, dan kosmetik yang menggunakan minyak nilam sebagai bahan dasarnya. Diharapkan prospek minyak nilam di masa yang akan datang masih cukup besar sejalan dengan semakin tingginya permintaan pasar. Diperlukannya pengadaan penyuluhan untuk meningkatkan produktivitas dengan menggunakan bibit unggul dan sarana produksi yang tepat. Diharapkan pemerintah lebih memperhatikan kehidupan petani dan disarankan memberikan bantuan sarana produksi.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
3 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
CONNY FRANSISCA SAGALA, lahir di Medan pada Tanggal 04 April 1986 anak dari F. Sagala dan O.Br.Sipahutar. Penulis merupakan anak ke empat dari lima bersaudara.
Pendididikan formal yang pernah di tempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar Sei Petani Medan tamat pada tahun 1998. 2. Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negri 34 Medan tamat tahun 2001. 3. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Umum Swasta YAPIM (Yayasan Perguruan Indonesia Membangun ) Medan tamat pada tahun 2004. 4. Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 5. Juni 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Dalig Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. 6. Maret 2009 melaksanakan Penelitian Skripsi di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi ini berjudul ‘’Prospek Pengembngan Nilam Di Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat.’’ Skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah yang sekaligus merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Rampungan penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama penulis dengan berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini, dari tahap awal hingga tahap akhir penulisa skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah mengajari dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu saya dalam penyempurnaan skripsi. 3. Bapak Ir. Luhut Sihombing selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku seketaris Departemen SEP, FPUSU yang telah memberikan kemudahan dalam hal kuliah. 4. Seluruh staff pengajar di Departemen SEP, FP-USU yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
5 5. Seluruh staff
pegawai di Departemen SEP, FP-USU yang telah
memberikan kelancaran dalam hal administrasi. 6. Bapak Karimon Solin selaku Kepala Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di daerahnya. 7. Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada seluruh responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang banyak membantu penulis dalam memberikan data dan informasi yang saya butuhkan Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2004 Departemen SEP, FP-USU atas kebersamaan dan canda tawa kalian yang membuat penulis menjadi lebih bersemangat terutama buat sahabat-sahabat terdekat saya ( Rina, Suci, Riduan, Harmon, Anwar). Terima Kasih khususnya buat" Jumpa Malem" yang telah membantu dan mensupport penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Segala hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda atas doa, kasih sayang, pengorbanan moril dan material, dorongan serta nasehat
yang
tidak terhingga kepada penulis dapat
menyelesaikan studinya. Akhir kata penulis mengucaokan terima kasih dan smoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua. Good Bless Us. Medan, Juli 2009 Penulis
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
6
DAFTAR ISI Hal
ABSTRAK
……………………………………………………………… i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………….. ii KATA PENGANTAR …………………………………………………… .. iii DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… v DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………... vi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….vii BAB I.PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang …………………………………………………... I.2 Identifikasi Masalah ……………………………………………... I.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………… I.4 Kegunaan Penelitian ……………………………………………...
1 7 8 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ……………………………. 9 II.1 Tinjauan Pustaka …………………………………………………. 9 II.2 Landasan Teori ……………………………………………………15 II.3 Kerangka Pemikiran ………………………………………………22 II.4 Hipotesis Penelitian ………………………………………………23 BAB III. METODE PENELITIAN III.1 Metode Penentuan Daerah ……………………………………... 24 III.2 Metode Penentuan Petani Sampel ……………………………… 24 III.3 Metode Pengumpulan Data …………………………………… 25 III.4 Metode Analisi Data …………………………………………… 25 III.5 Definisi dan Batasan Operasional ……………………………… 28 BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISITK PENELITIAN PETANI SAMPEL 1V.1 Deskripsi Daerah Penelitian ……………………………………31 Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
7 IV.1.1 Luas Daerah dan Letak Geografis Desa ………………… 31 IV.1.2 Tata Guna Lahan …………………………………………32 IV.1.3 Keadaan Penduduk ……………………………………… 32 IV.2 Karakteristik Petani Sampel …………………………………… 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Teknis Usaha Tani Nilam dan Proses Mendapatkan Minyak Nilam ………………………………………………………………….. 38 V.1.1 Pembibitan …………………………………………………39 V.1.2 Penanaman …………………………………………………39 V.1.3 Jarak Tanam ……………………………………………… 40 V.1.4 Pemeliharaan Tanaman …………………………………… 41 V.1.5 Pengendalian Hama dan Penyakit …………………………44 V.1.6 Panen dan Pasca Panen …………………………………….45 V.1.7 Pengolahan Minyak Nilam ………………………………...46 VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan VI.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
8
DAFTAR TABEL
No
Judul
Hal
1. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Nilam Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2006 ...............
6
2. Luas Lahan dan Produksi Tanaman Nilam Menurut Desa di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Tahun 2006 ...................... 3. Matrik SWOT ..........................................................................
7 18,28
4. Keadaan Tata Guna Lahan Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2006 .........................................................................................
32
5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2006 .....................................
33
6. Sarana dan Prasarana Ekonomi Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2006 .............................................................................. 7. Karakteristik Petani Sampel
34
Desa Tanjung Meriah
Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2006 ...................................................................
35
8. Rata-Rata Biaya Produksi Usaha Nilam....................................
51
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
9 9. Rata-Rata Penerimaan Usaha Minyak Nilam ............................
52
10. Rata-Rata R/C Usaha Minyak Nilam ......................................
53
11. Rata-Rata ROI Usaha Minyak Nilam ........................................
54
12. Analisa SWOT .........................................................................
60
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
10
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Hal
1. Gambar Komoditi Nilam
10
2. Gambar Skema Kerangka Pemikiran
22
3. Gambar Daun Nilam
38
4. Gambar Daun Kering Nilam
38
5. Gambar Minyak Nilam
38
6. Gambar Penyulingan Tradisional
47
7. Gambar Penyulingan Modern
47
8. Gambar Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Nilam
49
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
11
DAFTAR LAMPIRAN
No
Judul
Hal
1. Karakteristik Petani sampel di daerah Penelitian 2. Biaya Pengguna Pupuk Per Petani Sampel di Daerah Penelitian 3. Biaya Sarana Produksi Usaha Tani Nilam Per Petani dan Per Hektar di Daerah Penelitian 4. Distribusi dan Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Nilam Per Hektar di Daerah Penelitian 5. Biaya penyusutan Peralata Usaha Tani NIlam Per Petani dan Per Hektar di Daerah Penelitian 6. Total biaya Usaha Tani Nilam dan Per Petani dan Per Hektar di Daerah Penelitian 7. Penerimaan Per Petani di Daerah Penelitian 8. Penerimaan Per Hektar di Daerah Penelitian 9. Pendapatan Bersih Usaha Tani Nilam Per Petani dan Per Hektar di Daerah Penelitian 10. Total Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan, R/C Ratio dan Nilai ROI Per Petani di Daerah Penelitian
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
12 PENDAHULUAN
Latar Belakang Peranan agribisnis dalam suatu negara agraris seperti Indonesia adalah besar sekali. Hal ini disebabkan karena cakupan aspek agribisnis adalah meliputi kaitan dari mulai proses produksi, pengolahan, sampai pada pemasaran termasuk di dalamnya kegiatan lain yang menunjang kegiatan proses produksi. (Soekartawi,1999) Yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi ini memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. (Soekartawi,1999) Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi pertanian. Banyak pula petani yang tidak melaksanakan pengolahan hasil yang disebabkan oleh berbagai sebab, padahal disadari bahwa kegiatan pengolahan ini dianggap penting karena dapat meningkatkan nilai tambah. (Soekartawi,1999) Pemasaran merupakan suatu kegiatan usaha untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Aspek pemasaran memang disadari bahwa aspek ini adalah penting. Bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. (Soekartawi,1999) Volume jualan yang menguntungkan merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba diperoleh melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh dan berkembang, dapat
menggunakan
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
13 kemampuan yang lebih besar kepada konsumen, serta dapat mamperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan. (Basu dan Irawan,1997) Bagi Indonesia, agribisnis berkembang dan berprospek cerah karena kondisi daerah yang menguntungkan, antara lain : a. Lokasinya digaris khatulistiwa yang menyebabkan adanya sinar matahari yang cukup bagi perkembangan sektor pertanian. Suhu tidak terlalu panas dan karena agroklimat yang relatif baik, maka kondisi lahan juga relatif subur, b. Lokasi Indonesia berada di luar zone angin taifun seperti yang banyak menimpa Filipina, Taiwan dan Jepang, c. Keadan saran dan prasarana seperti daerah aliran sungai, tersedianya bendungan irigasi , jalan di pedesaan yang relatif baik, mendukung berkembangnya agribisnis dan d. Adanya kemauan politik pemerintah yang masih menempatkan sektor pertanian menjadi sektor yang mendapatkan prioritas. (Soekartawi,1999) Hambatan dalam pengembangan agribisnis di indonesia terletak pada berbagai aspek antara lain : a. Pola produksi pada beberapa komoditi pertanian tertentu terletak di lokasi yang terpencar-pencar , sehingga menyulitkan pembinaan dan menyulitkan tercapainya efisiensi pada skala usaha tertentu, b. Sarana dan prasarana, khususnya yang di luar Jawa terasa
belum
memadai, sehingga menyulitkan untuk mencapi efisiensi usaha pertanian, Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
14 c. Akibat dari kurang memadainya sarana dan prasarana tersebut, maka biaya transportasi menjadi lebih tinggi. Hal ini terjadi bukan saja dalam satu pulau tetapi juga antar pulau. Hal ini memang merupakan konsekuensi logis dari suatu negara yang terdiri dari banyak pulau, d. Sering dijumpai adanya pemusatan agroindustri yang terpusat di kotakota besar, sehingga nilai bahan baku pertanian menjadi lebih mahal untuk mencapai lokasi agrobisnis tersebut dan, e. Sistem kelembagan, terutama di pedesaan terasa masih lemah sehingga kondisi
seperti
ini kurang mendukung berkembangnya kegiatan
agribisnis. (Silitonga,1995) Minyak asiri atau dikenal orang dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil,volatile) dihasilkan oleh tanaman tertentu. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak tersebut pada umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Pada tanaman, minyak asiri mempunyai 3 fungsi yaitu : membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman. oleh serangga, dan sebagai cadangan bagi tanaman.(Sudaryani dan Sugiharti,1998) Upaya pengembangan produksi minyak asiri memang masih harus dipacu sebab komoditas ini memiliki peluang yang cukup potensial, tidak hanya dipasar luar negeri. Pemasaran minyak asiri Indonesia pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam pembangunan nasional, seandainya ditangani secara seksama. (Lutony dan Rahmayati,2002) Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
15 Prioritas pengembangan minyak asiri di Indonesia masih mengorientasikan pemasaran produksinya sebagai komoditas ekspor. Sebagian kecil produksi minyak asiri memang sudah ada yang digunakan langsung untuk memenuhi kebutuhan industri didalam negeri, terutama sebagai bahan ramuan obat-obatan. (Lutony dan Rahmayati,2002) Pengolahan minyak asiri di Indonesia memang masih pada tingkat hulu, hanya menggunakan cara tradisional. Keadaan seperti ini jelas mengakibatkan posisi Indonesia kalah bersaing dengan negara produsen lain yang dapat memberi
jaminan
terhadap
jumlah
produksi
dengan
mutu
yang
konsisten.(Lutony dan Rahmayati,2002) Tanaman yang menghasilkan minyak asiri diperkirakan berjumlah 150200 spesies tanaman, antara lain yang masuk dalam famili Pinaceae, Labrate ,Compositae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak ini dapat bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, dan akar. Untuk tanaman nilam, minyak asirinya banyak diambil dari daunnya. (Sudaryani dan Sugiharti,1998) Tanaman nilam (Pogostemon cablin) dengan hasil minyak nilam (patchouli oil) merupakan penghasil devisa terbesar dari ekspor minyak asiri. Produksi minyak nilam Indonesia pertahunnya mencapai rata-rata diatas USD 20 juta (dolar amerika) (Mangun,2006). Minyak nilam juga dapat menanggulangi gangguan depresi, gelisah, stres, tegang karena kelelahan, kebingungan, lesu dan tidak bergairah, serta meredakan kemarahan. Untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut, minyak nilam akan lebih berkhasiat bila dicampur dengan minyak cengkih, cendana, Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
16 lavender, atau mawar. Bahkan, minyak ini bisa digunakan merawat pakaian, terutama terbuat dari wol dan sutra. Beberapa tetes minyak nilam dapat mencegah datangnya nyengat, semut, dan serangga lain yang sering menyambangi lemari atau laci. (Mangun,2006) Keunggulan minyak nilam Indonesia sudah dikenal sekaligus diakui oleh berbagai negara yang menjadi konsumen (importir) minyak tersebut. Baunya lebih harum dan lebih tahan lama bila dibandingkan dengan minyak nilam produksi negara lain. Hal ini menyebabkan minyak nilam Indonesia disegani di pasaran Internasional. (Lutony dan Rahmayati,2002). Merosotnya volume minyak nilam dan perananya, disebabkan oleh kurang intensifnya petani produsen terhadap pembudidayaan nilam, pengolahan hasil, dan sebagainya. Alasan tersebut di dukung oleh suatu kenyataan, bahwa perkembangan luas tanaman nilam diliputi suasana ketidakpastian, dan tidak pernah meunjukkan trend kenaikan. Ketidakpastian pembudidayaan nilam itu jelas berpengaruh terhadap produksi minyak nilam yang dihasilkan. (Santoso,1990) Lemahnya harga komoditi nilam di pasaran dunia dapat menurunkan luas areal dan produksi nilam, sedangkan kenaikan harga nilam akan memicu banyak petani untuk menanam nilam. Selain faktor harga, menurunya luas areal dan produksi nilam bisa dipacu oleh naiknya harga komoditi lain seperti kopi dan coklat (Puteh,2004) Konkretnya, dengan mengusahakan dan mengolah nilam dapat dipetik dua keuntungan, yaitu : Bagi pemerintah, mampu menunjang program peningkatan non migas, sehingga menambah devisa negara, dan bagi petani Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
17 mampu meningkatkan pendapatannya, karena harga minyak nilam relative lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya. (Santoso,1990) Salah satu wilayah di Sumatera Utara yang membudidayakan nilam adalah Kabupaten Pakpak Bharat. Nilam merupakan salah satu komoditi unggulan wilayah Pakpak Bharat dan sedang dikembangkan saat ini. Di Kabupaten Pakpak Bharat areal budidaya tanaman nilam saat ini dikonsentrasikan terutama di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Salak. Kondisi geografis Pakpak Bharat sangat cocok untuk mengusahakan nilam. Selain kondisi geografis yang sangat mendukung, pemerintah daerah memberikan
perhatian
lebih
dalam
pengembangan
nilam.
Program
pengembangan budidaya nilam di daerah Pakpak Bharat sangat memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan dari masyarakat itu sendiri. Tabel berikut akan menunjukkan data mengenai luas lahan dan produksi nilam di Kabupaten Pakpak Bharat. Tabel 1 : Luas Lahan dan Produksi Tanaman Nilam Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8
KECAMATAN Salak STTU Jehe Pagindar STTU Julu Pangetteng-eteng Sengkut Kerajaan Tinada Siempat Rube Total
LUAS/AREA (Ha) 25,10 104 3 7 5 10 1 5 160,1
PRRODUKSI (Ton) 1,1 2,64 0,60 0,7 0,50 1,50 0,30 1,20 8,54
Sumber: BPS Propinsi Sumatera Utara, Pakpak Bharat Dalam Angka 2007
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
18 Dari tabel diatas bahwa Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Salak merupakan kecamatan yang sangat berpotensi dalam mengusahakan dan memproduksi tanaman nilam dengan luas lahan 104 ha dan produksi 2,64 ton di Kabupaten Pakpak Bharat. Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe terdiri dari beberapa desa, dimana Desa Tanjung Meriah merupakan salah satu desa yang membudidayakan tanaman nilam. Dikarenakan perkembangan produksi nilam di Desa Tanjung Meriah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga petani. Tabel 2 : Luas Tanam dan Produksi Tanaman Nilam Menurut Desa di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Desa Luas area (Ha) Produksi (Ton) Kaban tengah 19 0,4 Bandar Baru 16 0,3 Tanjung Meriah 23 0,6 Tanjung Mulia 6 0,15 Simberuna 25 0,5 Perolihen 3 0,2 Maholida 4 0,13 Perjaga 1 0,1 Malum 4 0,25 Mbinalun 3 0,2 Jumlah 104 2,64 Sumber: Dinas Pertanian Pakpak Bharat, STTU Jehe Dalam Angka 2007 Dari tabel diatas bahwa Desa Tanjung Meriah merupakan penghasil nilam terbesar di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Salak dengan luas lahan 23 ha dan produksi 0,6 ton dibandingkan dengan desa lain yang berada di kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
19 Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaiman teknis usaha tani nilam dan proses mendapatkan minyak nilam didaerah penelitian ? 2. Bagaiman kelayakan finansial usaha pengolahan minyak nilam ? 3. Bagaiman keterkaitan subsistem dalam agribisnis minyak nilam ? 4. Bagaimana strategi pengembangan minyak nilam ?
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui teknis usaha tani nilam dan proses mendapatkan minyak nilam didaerah penelitian. 2. Untuk mengetahui kelayakan finansial usaha pengolahan minyak nilam. 3. Untuk mengetahui keterkaitan subsistem dalam agribisnis minyak nilam. 4. Untuk mengetahui strategi pengembangan minyak nilam. 5. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1
Sebagai bahan masukan bagi petani untuk mengetahui sejauh mana prospek pengembangan nilam.
2
Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijaksanaan dalam rangka mengembangkan nilam.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
20 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Agronomi Tanaman nilam Tanaman nilam (Pogostemon cablin) dipercayai berasal dari Filipina dan banyak terdapat di hutan-hutan kepulauan Filipina. Ia dibawa masuk dan ditanam di Semenanjung Malaysia pada awal tahun 1800. walau bagaimanapun pada awal 1900 dengan kemasukan tanaman getah yang lebih menguntungkan, tanaman nilam tidak lagi diminati oleh pekebun kecil di Malaysia. Sekarang nilam diusahakan secara komersial di Indonesia (Aceh), China dan Brazil. Nilam merupakan tanaman herba renik, mempunyai banyak cabang dan tumbuh sehingga 1,0 m tinggi. Daunnya berbentuk ovate, 8 – 10 cm panjang dan 5 – 8 cm lebar, tebal dan bergerigi. Ia berwarna hijau tua keungu-unguan dan mengeluarkan aroma yang unik bila diremas. Batang dan cabangnya berwarna ungu, berbentuk empat segi dan diselaputi bulu yang halus. Nilam didapati tidak berbunga di Malaysia. (http//Herba.mht) Nilam yang oleh kalangan ilmiah diberi nama Pagostemon sp., telah dikenal sejak lama di Indonesia. Daerah asalnya tidak diketahui secara pasti. Ada yang mendakwanya berasal dari India dan ada pula yang menduga dari Srilangka bahkan Filipina. Yang jelas, semenjak tahun 1653 tanaman ini telah digunakan orang untuk keperluan mandi karena aromanya yang khas dan harum. (Lutony dan Rahmayati,2002)
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
21 Nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti herba lainnya. Tanaman ini memerlukan suhu yang panas dan lembab. Selain itu, nilam juga memerlukan curah hujan yang merata dalam jumlah yang cukup. (Mangun, 2006). Sistematika nilam sesuai dengan taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio
: Magnoloophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Familia
: Lamiaceae
Genus
: Pogostemon
Species
: Pogostemon cablin
(http://id.Wikipedia.org/wiki/Nilam)
Gambar 1. Komoditi Nilam Tanaman nilam tidak selalu berbunga, tergantung pada jenisnya. Nilam yang berbunga, bunganya berwarna putih dan tersusun di tangkai. Jenis nilam yang berbunga ini menjadi indikator bahwa nilam tersebut tidak layak Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
22 dikembangkan, karena kadar minyaknya rendah dan komposisi minyaknya juga jelek. (Santoso,1990) Daun nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau lonjong, melebar ditengah, meruncing ke ujung dan tepinya bergerigi. Tulang daunnya bercabang-cabang ke segala penjuru. Bila daun nilam diremas-remas akan berbau harum. Oleh karena itu, masyarakat desa sering menggunakannya untuk mandi atau mencuci pakaian sebagai pengganti sabun dan sekaligus untuk memberi bau wangi. Daun nilam merupakan bagian dari tanaman nilam yang paling berharga, karena minyak nilam yang baik berasal dari daunnya. (Santoso,1990) Daun nilam dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan, misalnya -
Daun nilam dapat dipergunakan sebagai pewangi (aroma) masakan atau kue. Caranya, melalui proses oksidasi, kemudian dihidrolisis oleh isogeunolasetat, sehingga daun nilam menjadi tepung berwarna putih yang dapat dipakai sebagai penyedap (aroma) masakan.
-
Daun nilam dapat dipergunakan untuk pelembab kulit, dengan cara menggosok-gosok daun nilam yang segar keseluruh bagian tubuh, menghilangkan bau badan dan gatal-gatal akibat gigitan nyamuk atau semut. (Santoso, 1990)
Tanaman nilam memerlukan suhu ideal antara 22 – 28oC atau antara 22 – 28 kapasitas uap air (g/m3) dengan kelembaban diatas 75%. Untuk mencapai pertumbuhan maksimal, tanaman nilam memerlukan ketersediaan air pada saat awal penanaman hingga proses pertumbuhan berlangsung. Selain itu, Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
23 diperlukan juga sinar matahari yang cukup pada umur lebih dari 3 bulan sampai menjelang masa panen. (Mangun,2006) Tanaman nilam merupakan tumbuhan daerah tropik. Tanaman ini termasuk famili labiatae dan merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0,3 – 1,3 meter. Di dalam bebas tumbuhnya menggeliat-geliat tidak teratur dan cenderung mengarah ke datangnya sinar matahari, namun di kebun pertanaman nilam tumbuhnya dapat tegak ke atas atau merumpun pendek bila diberi penegak bambu (Santoso, 1990) Pada dasarnya, terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan berkembang di indonesia. Namun, nilam Aceh lebih dikenal dan telah ditanami secara meluas. Secara garis besar, jenis nilam ada 3 yaitu : 1. Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth atau Pogostemon patchouli) Nilam Aceh merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan karena memiliki aroma khas dan rendemen minyak daun keringnya tinggi, nilam jenis ini tidak berbunga, daun berbulu halus yaitu 2,5-5 % dibandingkan dengan jenis lain. Nilam Aceh dikenal pertama kali dan ditanami secara meluas hampir diseluruh wilayah Aceh. Saat ini, hampir diseluruh wilayah Indonesia menembangkan nilam Aceh secara khusus. 2.Nilam Jawa (Pogostemon heyneatus Benth) Nilam Jawa disebut juga nilam hutan. Nilam ini berasal dari India dan masuk ke Indonesia serta tumbuh meliar di beberapa hutan di wilayah Pulau Jawa. Jenis tanaman ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5-1,5 %.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
24 Jenis daun dan rantingnya tidak memiliki bulu-bulu halus dan ujung daunnya agak meruncing. 3. Nilam Sabun (Pogostemon hortensis Backer) Jenis tanaman ini hanya memiliki kandungan minyak sekitar 0,5-1,5 %. Selain itu, komposisi kandungan minyak yang dimiliki dan dihasilkannya tidak baik sehingga minyak dari jenis nilam ini tidak memperoleh pasaran dalam bisnis minyak nilam. Oleh sebab itu, nilam Jawa dan nilam Sabun tidak direkomendasikan sebagai tanaman komersial karena keduanya berbeda dengan nilam Aceh dan komposisi kandungan minyaknya tidak baik. (Mangun, 2006) Tumbuhan nilam berupa semak yang bisa mencapai satu meter. Tumbuhan ini menyukai suasana teduh, hangat dan lembab. Mudah layu jika terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Bunganya menyebarkan bau wangi yang kuat. Bijinya kecil Perbanyakan biasanya dilakukan secara vegetatif. (http://id.wikipedia.org/wiki/Nilam) Selain bermanfaat bagi berbagai ragam kebutuhan industri, masa panen tanaman nilam relatif singkat dan mempunyai jangka waktu hidup yang lama. Proses pemeliharaan dan pengendalian tanaman nilam relatif mudah dan potensi pasarnya sudah jelas. Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kota ekspor dan sampai saat ini belum ditemukan bahan sintetis atau bahan pengganti yang dapat menyamai manfaat minyak nilam ini. Bila dikaitkan dengan status perencanaan pengelolaan budi daya tanaman nilam dengan segala ruang lingkup usaha yang menyertainya, dapat disimpulkan bahwa program budi daya tanaman ini prospektif dan menguntungkan. (Mangun,2006) Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
25 Tinjauan Ekonomi Tanaman Nilam Harga yang tidak stabil sangat mempengaruhi perkembangan minyak nilam Indonesia. Hal ini menyebabkan petani kurang bergairah untuk menanam nilam bila harganya sedang merosot, dan akhirnya banyak yang berpindah menanam tanaman –tanaman lain yang harganya relatif lebih stabil. (Sudaryani dan Sugiharti,1998) Minyak nilam memiliki potensi strategis dipasar dunia sebagai bahan pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika. Dunia membutuhkan 1.2001.400 ton minyak nilam setiap tahun dan volume itu cenderung terus meningkat, sementara produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun. (http://arsip.pontianakpost.com) Harga minyak nilam di pasar lokal berkisar Rp 200.000-Rp 250.000 per kg. Importir minyak nilam terbesar saat ini adalah Amerika Serikat (lebih dari 200 ton per tahun), disusul lima negara Eropa, masing-masing Inggris (45-60 ton/thn), Perancis, Swiss (40-50 ton/thn, Jerman (35-40 ton/thn) dan Belanda (30 ton/thn) (http://arsip.pontianakpost.com) Ekspor nilam Indonesia berfluktuasi dengan laju peningkatan ekspor 6% per tahun sebesar 700 ton sampai 2000 ton minyak nilam per tahun, dengan US $ 14 juta hingga US $ 50 juta. Sementara harga minyak nilam dipasaran Rp 135.000 sampai dengan Rp 145.000 per kg. (http://ikm.depperin.go.id) Harga yang tinggi menunjukkan minyak nilam punya nilai ekonomis yang tinggi pula. Karena itu, minyak ini sangat potensial dibudidayakan di Indonesia untuk kemudian menjadi komoditas ekspor. Apalagi, tanaman nilam
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
26 yang dapat menghasilkan minyak nilam menjadi salah satu kekayaan alam Indonesia. (http://ikm.depperin.go.id) Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan produksi minyak nilam dengan cara pengembangan tanaman nilam terbuka lebar. Hal ini ditunjang juga oleh semakin banyaknya permintaan konsumen akan minyak nilam, karena semakin berkembangnya industri kosmetik dan parfum (wangi-wangi) baik diluar maupun didalam negeri. (Sudaryani dan Sugiharti,1998)
Landasan Teori Pengembangan sektor pertanian tidak terlepas dari sasaran umum dan perioritas pembangunan, berdasarkan hal tersebut maka strategi pembangunan yang dikembangkan mengarah pada modernisasi pertanian melalui modelmodel keterkaitan usaha. Maksudnya adalah kerjasama diantara sektor prtanian yang dapat dijabarkan dalam bentuk agroindustri dan agribisnis. (Soekartawi, 1990) Agribisnis menangani produk pertanian yang diproses industri sebelum memasuki pasar sebagai produk industrial. Proses industrialnya berupa “conditioning”(pemolesan) maupun “processing” (pengolahan). Dari produk primernya atau bahan bakunya, produk akhirnya merupakan produk yang ditingkatkan mutunya melalui proses”conditioning” ialah pembersihan, pemilahan, pengemasan, atau produk “processing” yang berubah sama sekali dari produk primernya. Produk akhir demikianlah yang dihadapkan kepada konsumen. (Sadjad,2001)
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
27 Agribisnis merupakan sektor perekonomian yang menghasilkan dan mendistribusikan masukan bagi pengusaha tani dan memasarkan, memroses, seerta mendistribusikan produk usaha tani kepada pemakai akhir. (Downey dan Erickson,1987) Sistem untuk pemasaran, pemrosesan dan pendistribusian produk usaha tani kepada konsumen juga bercakupan luas dan rumit. Meskipun lebih setengah juta perusahaan terlibat dalam pemrosesan produk usaha tani, namun volume bisnis sektor ini dikuasai oleh sejumlah kecil perusahaan besar pada sektor industri teretentu. (Downey dan Erickson,1987) Beberapa hal yang ikut membantu kemungkinan perbaikan prospek suatu produk antara lain sebagai berikut : 1. Kemampuan produsen untuk memenuhi permintaan pasar. 2. Jenis komoditi yang sesuai dengan trend yang berlaku sekarang. 3. Kemampuan memenuhi mutu sesuai yang diinginkan pasar. 4. Kemampuan menyediakan komoditi sesuai permintaan. 5. Ketepatan dalam pengiriman. 6. Tingkat harga yang sesuai. (Nazaruddin,1993) Produk yang bermutu itu dapat dicapai dengan memproduksi tanaman yang elitis, maupun dengan memasarkan produknya dalam penampilan yang memenuhi selera konsumen. (Sadjad,2001) R/C merupakan analisis perbandingan antara penerimaan dengan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
28 a = R/C R = Py.Y C = FC+VC a = (Py.Y)/(FC+VC) keterangan : R = Penerimaan C = Biaya Py = Harga Output Y = Output FC = Biaya Tetap VC = Biaya Variabel (Soekartawi,1999) ROI merupakan analisa untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha sehubungan dengan modal yang digunakan. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat perputaran modal dan keuntungan bersih yang dicapai. ROI =
LabaBersih x 100% Investasi
Semakin besar keuntungan yang diterima maka akan semakin besar tingkat pengembalian modal dan sebaliknya. Kelayakan usaha diketahui dengan membandingkan ROI dengan tingkat suku bunga pinjaman. Suatu usaha dikatakan layak apabila ROI lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman dan tidak layak apabila ROI lebih kecil dari tingkat suku bunga pinjaman. (Downey dan Erickson,1992) Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Model ini digunakan Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
29 adalah
matrik
SWOT
(Strength,
Weakness,
Opportunity,
Threats)
(Rangkuti,1997) Matrik ini menggambarkan dengan jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam perusahan dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat sel alternative strategis, yaitu : a. Strategi SO ( Strength - Opportunity ) Strategi
berdasarkan
jalan
pikiran
perusahaan,
yaitu
dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memenfaatkan peluang sebesarbesarnya. b. Strategi ST ( Strength - Treaths ) Strategi dlam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO ( Weakness - Opportunity ) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. D. Strategi WT (Weakness - Treaths ) Strategi ini didasarakan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
30 Tabel 3. Matrik Swot INTERNAL
STRENGTHS (S)
WEAKNESS (W)
Tentukan 5-10 faktor-faktor Tentukan EKSTERNAL OPPRTUNIES (O) Tentukan
5-10
peluang eksternal.
fakor kekuatan internal STRATEGI (SO) faktor Ciptakan
strategi
faktor-faktor
kelemahan internal. STRATEGI (WO) yang Ciptakan strategi yang
menggunaan kekuatan untuk meminimalkan memanfaatkan peluang.
kelemahan
untuk
memanfaatkan peluang. TREATHS (T) Tentukan
5-10
ancaman eksternal.
STRATEGI (ST) faktor Ciptakan
STRATEGI (WT)
strategi
menggunakan
yang Ciptakan strategi yang
kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman.
kelemahan
untuk
menghindari ancaman. (Rangkuti,1997)
Keterangan : Opportunities ( O ) : Tentukan 5 – 10 faktor peluang eksternal Treaths ( T )
: Tentukan 5 – 10 faktor ancaman eksternal
Strength ( S )
: Tentukan 5 – 10 faktor-faktor kekuatan internal
Weakness ( W )
: Tentukan 5 – 10 faktor-faktor kelemahan internal
Dalam lingkup bisnis memang harus diakui tidak seluruh komoditi pertanian memang mempunyai prospek yang cerah. Akan tetapi, harus diingat bahwa cerah tidaknya prospek suatu komoditi dapat berubah menurut perputaran waktu suatu komoditi yang dianggap tidak memiliki prospek pada Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
31 saat ini bisa saja menjadi primadona dimasa yang akan datang. (Nazaruddin, 1993) Oleh karena itu, diperlukan upaya dan kemauan masyarakat pertanian Indonesia untuk mengembangkan pertanian komersial dalam lingkup agribisnis. Bukan saja untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik, melainkan juga untuk memenuhi permintaan ekspor. (Sa’id dan Harizt, 2001)
Kerangka Pemikiran Petani sangat berperan dalam menjalankan usahataninya, dimana petani memegang dua peranan penting yaitu sebagai jurutani (cultivator) dan sekaligus seorang pengelola (manajer). Sebagai jurutani, petani memelihara tanaman guna mendapatkan hasil-hasilnya yang bermanfaat sedangkan sebagai pengelola, petani bertindak dalam pengambilan keputusan. Dalam pengelolaan usahatani, petani selalu berusaha menggunakan faktor-faktor produksi yang dimilikinya (lahan, modal, tenaga kerja) yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu usahatani. Luas lahan akan mempengaruhi skala usaha dan skala usaha ini, Akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian,
maka akan semakin
besar
potensi petani tersebut
untuk
mengembangkan usahataninya. Setiap usahatani memerlukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah kekuatan fisik dan otak manusia dan ditujukan kapada usaha produksi. Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi berbeda untuk setiap tanaman. Tenaga
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
32 kerja tersebut dikerahkan untuk melakukan proses produksi mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai pemanenan. Modal juga sangat berperan besar dalam pembiayaan usahatani terutama dalam pengadaan sarana produksi. Tanpa modal suatu usahatani tidak akan dapat berjalan dengan lancar dan terlaksana dengan baik. Pemanfaatan lahan, modal dan tenaga kerja secara efisien dan efektif akan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Jika semua faktor produksi tersedia di daerah penelitian maka usaha tani nilam dapat memiliki prospek dan kemungkinan besar tidak diragukan lagi prospek komoditi tersebut baik untuk dikembangkan. Produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi. Hal ini terjadi antara lain disebabkan perbedaan kualitas yang baik dapat diperoleh dari usahatani yang baik. Demikian pula sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut terlaksana kurang baik. Oleh karena itu, petani harus bisa menjalankan usahataninya dengan teknis budidaya secara intensif agar dapat diproduksi dengan sebaik mungkin sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk melihat usaha pengolahan minyak nilam berprospek atau tidak dapat diketahui dengan menganalisanya melalui analisis R/C. Dengan kriteria sebagai berikut : -
Bilamana nilai R/C < 1 maka usaha pengolahan minyak nilam tidak memiliki nilai prospek karena mengalami kerugian.
-
Bilamana nilai R/C = 1 maka usaha pengolahan minyak nilam tidak mengalami kerugian dan keuntungan, sebaiknya usaha
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
33 pengolahan minyak nilam tersebut tidak dilanjutkan karena tidak berprospek. -
Bilamana ilai R/C > 1 maka usaha pengolahan minyak nilam me miliki prospek karena mengalami keuntungan.
Untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha sehubungan dengan modal yang digunakan, dapat diketahui dengan menganalisanya melalui ROI. Dengan kriteria : -
Jika ROI > tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini efisien untuk dilaksanakan.
-
Jika ROI < tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini tidak efisien untuk dilaksankan.
Dalam hal ini, analisis SWOT berperan untuk menunjukkan dengan jelas peluang dan ancaman yang dihadapi petani dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani terhadap prospek pengembangan minyak nilam. Disamping itu, subsistem produksi, pengolahan dan pemasaran secara bersama-sama akan menentukan tingkat harga hasil pertanian yang secara langsung akan menentukan besar kecilnya jumlah permintaan dipasar. Jika dikaitkan dengan tingkat keuntungaan yang diperoleh akan menentukan keuntungan ekonomis yang diperoleh oleh suatu usahatani, dengan demikian dapat dilihat apakah usaha pengolahan minyak nilam tersebut memiliki kelayakan atau tidak.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
34 Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Petani Nilam
Usahatani Nilam
Faktor-faktor produksi : - Luas lahan - Modal - Tenaga kerja
Produksi - Teknis budidaya
Pemasaran
Keterangan -:
Kelayakan
Finansial
Prospek
Gambar 2. Skema kerangka pemikiran Keterangan : menyatakan hubungan
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
35 Hipotesis penelitian Berdasarkan dengan landasan teori, maka adapun hipotesi penelitian ini adalah : 1. Usaha pengolahan minyak nilam layak untuk diusahakan secara finansial. 2. Keterkaitan subsistem dalam agribisnis minyak nilam cukup erat kaitannya. 3. Strategi pengembangan usaha minyak nilam baik untuk di kembangkan.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
36 METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat Sumatera Utara. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa di desa tersebut banyak anggota masyarakat yang menekuni usahatani nilam.
Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani nilam yang menetap dan mengusahakan tanaman nilam yaitu sebanyak 91 KK. Dan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling dengan jumlah petani sampel sebanyak 48 petani yang dianggap sudah mewakili keseluruhan populasi. Dan untuk mencari sampel pada tiap-tiap populasi digunakan rumus sebagai berikut : n = N/(1+ N(e)2) Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi e =batas ketelitian yang diinginkan dalam persen (Sevilla,1993)
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
37 Dengan mempergunakan formula tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : n = 91/(1+91(10%)2) n = 91/(1+91(0,01)2) n = 91/(1+0,91) n = 91/1,91 n = 47,64 n = 48 petani
Metode Pengumpulan Data Metode yang diperoleh dari penelitian ini adalah data prrimer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani atau responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Masalah diselesaikan dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu analisis dengan mengutamakan pengamatan (observasi) terhadap gejala peristiwa dan kondisi aktual di masa sekarang yaitu dengan menganalisa teknis usahatani dan proses untuk mendapatkan minyak nilam didaerah penelitian. (Soemanto,1994)
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
38 Hipotesis (1) dianalisis dengan menggunakan metode analisis R/C (Return Cost Ratio) dan metode analisis ROI (Return On Investment). Kedua metode ini digunakan untuk dapat mengetahui secara finansial apakah usaha pengolahan minyak nilam di daerah penelitian layak atau tidak layak untuk diusahakan. R/C (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Dimana : a = R/C R = Py . Y C = FC + VC a = {(Py.Y)/(FC+VC)} keterangan : R
= penerimaan
C
= biaya
Py
= Harga Output
Y
= Output
FC
= Biaya tetap
VC
= Biaya variabel
( Soekartawi,1999) Sesuai dengan ketentuan apabila R/C > 1 maka usaha pengolahan minyak nilam tersebut layak untuk diusahakan, karena memberikan keuntungan sedangkan jika R/C≤ 1 maka usaha pengolahan minyak nilam tersebut tidak layak diusahakan karena tidak memberikan keuntungan melainkan akan mengalami kerugian , dan jika R/C = 1 maka usaha pengolahan minyak nilam Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
39 tidak mengalami kerugian dan keuntungan, oleh karena itu sebaiknya usaha tersebut tidak dilanjutkan. Return On Investment (ROI) merupakan suatu ukuran ratio untuk mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. Komponen pada analisis ini adalah pendapatan bersih dan jumlah penggunaan modal. Rumus yng digunakan : ROI =
LabaBersih x 100% Investasi
Keterangan : Jika ROI > tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini efisien untuk dilaksanakan. Jika ROI < tingkat suku bunga bank yang berlaku, maka usaha ini tidak efisien untuk dilaksanakan. (Sunarjono,2000) Hipotesis (2) dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu analisis dengan mengutamakan pengamatan (observasi) terhadap gejala peristiwa dan kondisi aktual dimasa sekarang yaitu dengan menganalisa keterkaitan subsistem dalam agribisnis minyak nilam. (Soemanto,1994) Hipotesis (3) dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT yaitu dengan membandingakan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dalam strategi prospek pengembangan usaha minyak nilam.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
40 Tabel 4. Matrik Swot INTERNAL
STRENGTHS (S) Tentukan
5-10
WEAKNESS (W) faktor- Tentukan
faktor-faktor
EKSTERNAL
faktor kekuatan internal
kelemahan internal.
OPPRTUNIES (O)
STRATEGI (SO)
STRATEGI (WO)
Tentukan
5-10
peluang eksternal.
faktor Ciptakan
menggunaan untuk
TREATHS (T) Tentukan
5-10
ancaman eksternal.
trategi
yang Ciptakan strategi yang
kekuatan meminimalkan
memanfaatkan kelemahan
untuk
peluang.
memanfaatkan peluang.
STRATEGI (ST)
STRATEGI (WT)
faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang menggunakan untuk
kekuatan meminimalkan mengatasi kelemahan
ancaman.
untuk
menghindari ancaman.
(Rangkuti,1997)
Definisi dan Batasan Operasional Definisi 1.
Petani nilam adalah petani yang mengusahakan tanaman nilam mulai dari penanaman hingga pemanenan
2.
Faktor produksi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi untuk menghasilkan output.
3.
Produksi adalah seluruh hasil usahatani nilam.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
41
4.
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani nilam.
5.
Pemasaran adalah proses aliran barang dari produsen atau petani sampel kepada konsumen akhir.
6.
Kelayakan usahatani adalah bahwa suatu ukuran kelayakan secara finansial dalam usahatani, dimana usahatani tersebut dapat memberikan hasil yang menguntungkan sehingga layak untuk diusahakan.
7.
Prospek pengembangan usahatani nilam adalah peluang atau hal yang diharapkan untuk dapat mengembangkan usahatani nilam
8.
R/C (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya.
9.
ROI merupakan (Return On Investment) merupakan suatu ukuran ratio untuk mengetahui tingkat pengembalian modal usaha.
10.
Analisa SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan, didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities),
namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). 11.
Penyulingan merupakan salah
satu cara
proses untuk
mendapatkan minyak nilam.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
42 Batasan Operasional 1.
Daerah penelitian adalah Desa Tanjung Meriah,Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera utara.
2.
Waktu penelitian adalah tahun 2009.
3.
Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan usahatani nilam dan yang menyuling minyak nilam.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
43 DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian Luas Daerah dan Letak Geografis Tanjung Meriah Tanjung Meriah terletak di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat dengan luas wilayah 15.25 Km2 dengan ketinggian 650-950 M diatas permukaan laut. Bentuk topografi wilayah berbukit dan berudara sejuk dan beriklim dingin antara 2,25C-2,45C Lintang Utara dan 9697 Bujur Timur. Adapun batas-batas daerah adalah sebagai berikut : -
Sebelah Utara
: Kecamatan Silima Pungga-pungga Kecamatan Lae Parira Kecamatan Sidikalang
-
Sebelah Selatan : Kecamatan Salak
-
Sebelah Timur : Kecamatan Kerajaan
-
Sebelah Barat
: Kecamatan Aceh Singkil
Propinsi Nangroe Aceh Darussalam Desa Tanjung Meriah beribu kota di Sibande yang terdiri dari 4 dusun yaitu Sibande I, Sibande II, Genting dan Uruk Gantung. Desa ini berjarak 27 Km dari Ibukota Kabupaten Pakpak Bharat serta 165 Km dari Pusat Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, Medan.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
44 Tata Guna Lahan Pola Penggunaan lahan di Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dapat dilihat pada tabel 5 berikut : Tabel 5. Keadaan Tata Guna Lahan Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe 2006 No 1 2 3 4 5
Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (ha) Persentase (%) Tanah Sawah 31 2.03 Perkampungan 105 6.8 Tanah Kering 800 52.5 Perkebunan Rakyat 250 16.6 Lain-lain 339 22.2 Total 1525 100 Sumber :BPS Sumatera Utara, Pakpak Bharat Dalam Angka, 2007 Dari Tabel 5 diatas memperlihatkan bahwa pemakaian lahan terluas dalah tanah kering dengan luas 800 ha dengan persentase 52.5 % dan pemakaian lahan yaitu lahan sawah dengan 31 ha dengan persentase 2.03 %. Tanaman nilam di budidayakan pada lahan perkebunan rakyat seluas 23 ha atau sebanyak 9.2 % dari luas perkebunan rakyat. Keadaan Penduduk Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe pada Tahun 2006 terdiri dari 1598 jiwa (308 KK) dengan jumlah penduduk pria sebanyak 858 jiwa dan wanita 740 jiwa. Dari keterangan diatas, dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk pria lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk wanita.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
45 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Untuk mengetahui jumlah penduduk Desa Tanjug Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 6 berikut : Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Tahun 2006 No
Jenis Pekerjaan
Jumlah (KK)
1 2 3
Petani 233 PNS 70 Wiraswasta 5 Total 308 Sumber : Kantor Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Dari tabel 6 diatas berdasarkan mata pencaharian, jumlah penduduk Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe pada tahun 2006 terdiri dari petani sebanyak 233 KK, PNS 70 KK, dan Wiraswasta 5 KK. Dengan total jumlah penduduk secara keseluruhan menurut mata pencaharian adalah 308 KK. Dari keterangan diatas, dapat menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang paling banyak berdasarkan mata pencaharian di Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe adalah petani. Sarana dan Prasarana Adapun sarana dan prasarana ekonomi yang tersedia di Desa tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dapat dilihat pada tabel 7 berikut :
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
46 Tabel 7. Sarana dan Prasarana Ekonomi Yang Tersedia di Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Tahun 2006 No 1 2 3 4 5
Jenis Sarana dan Prasarana Ekonomi
Jumlah (Unit)
Pasar Koperasi Kios Pertanian Unit Pengolahan Nilam Modern Unit Pengolahan Nilam Tradisional
1 1 1 2 3
Sumber : BPS Sumatera Utara, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Dalam Angka, 2007 Pada tabel 7 diatas sarana dan prasarana ekonomi sudah tersedia di daerah penelitian. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari petani dapat membelinya di pasar pada saat pekan. Sedangkan untuk koperasi di Desa Tanjung Meriah tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dalam melakukan teknis usahataninya petani memerlukan saprodi dan petani dapat membelinya di kios pertanian dan untuk mengolah daun nilam kering menjadi minyak nilam, petani mempergunakan unit pengolahan nilam baik secara modern maupun tradisional. Adapun semua sarana dan prasarana sosial ekonomi diatas diharapkan dapat membantu dan mempermudah aktifitas kehidupan dan perekonomian masyarakat Desa Tanjung Meriah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. Karakteristik Sampel Karakteristik petani sampel di daerah penelitian meliputi umur, lama pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut :
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
47
Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel Desa Tanjung Meriah di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Tahun 2006 No 1 2 3 4
Uraian Umur (tahun) Tingkat Pendidikan (Tahun) Pengalaman Bertani (Tahun) Luas Lahan (Ha)
Range 27 - 68 0 - 12 1 - 40 0,06 - 1 Ha
5
Jumlah Tanggungan (Jiwa)
1 – 10 Jiwa
Rata-Rata 45,4 7,31 12,56 0,31 4,18
Umur Umur petani sampel berpengaruh dalam pengolahan usahataninya. ratarata umur petani adalah 45,4 tahun dengan rentang umur 27-68 tahun. Petani nilam di Desa Tanjung Meriah masih memiliki umur yang produktif untuk mengelola usahatani. Hal ini dapat dilihat dari umur petani sampel antara umur 27-68 tahun masih produktif dan lebih banyak daripada umur petani diatas tahun. Akan tetapi, petani belum termotivasi untuk melakukan teknis usahataninya dengan baik untuk menghasilkan minyak nilam yang bermutu dan untuk meningkatkan produksi nilam petani sehingga pendapatan petani meningkat. Tingkat Pendidikan Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Pendidikan formal juga sangat erta kaitannya dengan kemampuan petani dalam hal menerima informasi untuk mengoptimalkan usahataninya. Dari tabel 8 diketahui bahwa rentang 0-12 tingkat pendidikan rata-rata 7,31. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
48 tamatan SD atau sekitar kelas 1 SMP. Tingkat pendidikan petani nilam di Desa Tanjung Meriah bisa dikatakan sedang, hal ini dapat dilihat bahwa petani sudah banyak tamat SMP dan SMA. Tetapi, sebagian petani hanya tamat SD atau bahkan tidak pernah menduduki bangku sekolah, sehingga berdampak terhadap kurangnya keterampilan serta pengetahuan petani terhadap informasi dalam usahataninya. Petani yang menerapkan suatu teknologi dalam usahataninya umumnya adalah petani yang memiliki tingkat pendidikan tinggi atau bisa dikatakan tamat SMP dan SMA. Hal ini dilihat di salah satu dusun yang terdapat di Desa Tanjung Meriah yaitu dusun Genting, masyarakat disana masih banyak yang belum sekolah dan sangat jarang mendapat informasi ataupun berita. Pengalaman Bertani Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah lama bertani. Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata lama bertani petani adalah 12,56 tahun dengan rentang 1-40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel sudah memiliki pengalaman bertani yang cukup lama. Pada umumnya pengalaman bertani di Desa Tanjung Meriah sudah tinggi, dimana bertani adalah pekerjaan utama masyarakat atau bisa dikatakan mendara daging dan hidup dari bertani. Dalam halnya bertani nilam, petani sudah mengenal tanaman nilam dari sejak nenek moyang mereka serta teknik budidaya nilam pun sudah turun-temurun. Serta petani menganggap bahwa budidaya tradisional lebih menguntungkan.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
49 Luas Lahan Rata-rata luas lahan petani nilam adalah 0,306 Ha dengan range 0,06-1 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk bertanam nilam. Petani di Desa Tanjung Meriah mempunyai lahan yang luas dalam mengelola usahataninya, lahan yang mereka usahakan adalah kebanyakan lahan pribadi dan tidak disewa. Dalam mengelola lahan petani Tanjung Meriah umumnya dengan menggunakan sistem usahatani tumpang sari, misalnya tanaman padi dan nilam. Di Desa Tanjung Meriah banyak lahan yang diusahakan untuk usahatani, hal ini bisa terlihat banyaknya lahan kosong dibudidayakan dan bahkan digunung-gunung dijadikan sebagai lahan untuk usahatani nilam. Jumlah Tanggungan Rata-rata adalah 4,18 dengan range1-10 jiwa. Jumlah ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan masih produktif dan dapat dimanfatkan untuk membantu dalam proses usahatani nilam terutama dalam penyediaan tenaga kerja keluarga. Akan tetapi, di Desa Tanjung Meriah anggota keluarga belum terlibat dalam aktifitas usahatani.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
50 HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknis Usaha Tani Nilam dan Proses Mendapatkan Minyak Nilam Berdasarkan penelitian di lapangan, petani nilam di Desa Tanjung Meriah dalam usahatani nilamnya belum melakukan teknis budidaya dengan baik. Dari hasil wawancara dengan para petani sampel di Desa Tanjung Meriah terungkap bahwa alasan utama yang menyebabkan para petani belum melakukan teknis budidaya
yang
seharusnya
dikarenakan
keterbatasan
modal
yang
mengakibatkan kurang berkembangnya produksi nilam. Di Desa Tanjung Meriah tanaman nilam banyak memerlukan pemupukan yang teratur agar dapat berproduksi tinggi serta perlunya pengendalian terhadap hama dan penyakit. Bagi petani di Desa Tanjung Meriah pada serangan hama dan penyakit tanaman dapat menurunkan produksi nilam dan menimbulkan kerugian besar.
Gambar 3. Daun Nilam
Gambar 4. Daun Kering Nilam
Gambar 5. Minyak Nilam
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
51 Adapun teknis usaha tani nilam yang dilakukan oleh petani di Desa Tanjung Meriah adalah sebagai berikut :
Pembibibitan Pembibitan nilam merupakan hal penting untuk mendapatkan produksi minyak nilam yang baik dan berkualitas. Petani di Desa Tanjung Meriah pada dasarnya melakukan penanaman nilam secara langsung. Namun demikian, cara ini memiliki kelemahan yaitu pemantauan terhadap tanaman nilam terlampau sulit. Pemeliharaan tanaman muda, pengendalian hama penyakit, serta tingkat keseragaman tanaman memerlukan perhatian yang sangat berat. Petani Desa Tanjung Meriah kurang menerapkan teknis usaha tani nilam yang sebagaimana mestinya, hal ini disebabkan petani tidak mempunyai modal untuk membeli polibag, pupuk kompos, serta petani menganggap bahwa pembibitan dengan cara polibag lebih rumit dan susah dilaksanakan dan memerlukan waktu, tenaga yang banyak serta ketrampilan. Oleh karena itu, untuk menghemat biaya, waktu dan resiko yang berat maka petani memilih penanaman nilam secara langsung tanpa mengadakan pembibitan. Petani juga berpendapat bahwa hasil nilam yang diperoleh lebih banyak ditanam secara tugalan atau tanpa pembibitan. Penanaman Penanaman nilam yang diterapkan petani di Desa Tanjung Meriah yaitu dengan penanaman secara langsung. Bibit tanaman berupa stek yng diambil dari pohon induk yang telah siap dibibitkan, ditanam langsung di lahan. Penanaman Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
52 secara langsung ini dilakukan dengan cara membuat lubang tanaman dengan alat dari kayu yang runcing, kemudin stek ditanam dan tanah dipadatkan. Hal ini menyebabkan tanaman akan rentan terhadap penyakit dan banyaknya tanaman yang akan mati sehingga usia produktif nilam pun akan kurang, Hal ini menyebabkan panen nilam akan berkurang. Penanaman nilam di Desa Tanjung Meriah membutuhkan tanah yang lembab pada masa pertumbuhannya. Oleh karena itu, penanaman sangat baik dilakukan pada awal musim hujan. Pemindahan bibit dilakukan pada sore hari agar proses adaptasi tanaman tidak mengalami hambatan. Dan juga penanaman nilam di Desa Tanjung Meriah dilakukan dengan tumpang sari, dikarenakan bagi petani penanaman nilam dengan sistem tumpang sari ini dapat meningkatkan produktivitas tanah. Jarak Tanam Petani di Desa Tanjung Meriah dalam menanam nilam tidak melakukan jarak tanam yang seharusnya, petani membuat jarak tanam secara tidak teratur dimana jarak tanamnya sangat dekat antara tanaman yang satu dengan yang yang lain contohnya, petani membuat jarak tanam 30 x 30 cm. Hal ini disebabkan agar jumlah tanaman didalam satuan lahan mereka banyak sehingga petani berasumsi produksi nilam mereka akan meningkat, serta tidak memerlukan pupuk yang banyak serta dalam pemeliharaannya tidak sulit. Padahal asumsi petani tersebut merupakan asumsi yang salah, dimana apabila tidak ada jarak tanam yang teratur sesuai dengan kondisi tanah akan mengakibatkan tanaman tersebut akan mudah terserang penyakit serta produksi tanaman nilam akan turun. Dengan tidak teraturnya jarak tanam maka usia Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
53 produktif tanaman nilam pun akan berkurang, biasanya usia produktif nilam antara 2-3 tahun, tetapi karena jarak tanam yang tidak teratur bisa mengakibatkan usia produktif nilam akan berkurang, serta kadar minyak nilam akan berkurang. Jarak tanam disesuaikan dengan kondisi lahan serta tingkat kesuburan tanaman. Jarak tanam harus berada pada alur terbit dan tenggelamnya matahari. Hal ini dimaksudkan agar pada saat pertumbuhan tanaman, sinar matahari dapat menembus celah pohon dan ranting antara satu dengan yang lainnya. Untuk Desa Tanjung Meriah memiliki topografi yang berbukit dan jarak tanam yang seharusnya yaitu dengan jarak tanaman 50 cm x 100 cm atau 30 x 100 cm. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman di Desa Tanjung Meriah meliputi pemupukan, penyulaman, penyiangan, pemangkasan, pembubunan. Hasil yang optimum diperoleh tergantung bagaimana cara pemeliharaan tanaman yng dilakukan. Pemeliharaan tanaman yang efektif dapat membuat umur produktif tanaman sampai 3 tahun. Dapat dikatakan bahwa kunci sukses pendapatan kuantitas dan kualitas hasil minyak yang didapat tergantung pada kesungguhan melakukan pemeliharan tanaman. -
Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan dalam bentuk pupuk organik (kompos, pupuk kandang) dan pupuk anorganik (NPK, KCL, TSP dan sebagainya). Proses pemupukan secara optimal pada tanaman nilam dilakukan dua kali. Pemupukan pertama dilakukan sebelum tanam, atau pupuk dasar dan pemupukan selanjutnya saat tanaman berumur sekitar 2 bulan. Kebutuhan Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
54 pupuk ini tergantung pada kondisi dan tingkat kesuburan tanah yang akan ditanam, antara 1-10 ton per hektarnya. Pemupukan ini diperlukan untuk menyediakan hara tanaman nilam selama umur produktifnya. Cara pemupukan ini dapat dilakukan dengan penebaran keseluruh area budidaya atau hanya pada lubang-lubang tanaman saja. Waktu pemupukan dilakukan minimal satu minggu sebelum tanam. Dampak kelebihan pupuk akan mengakibatkn rusaknya pertumbuhan tanaman bahkan kematian tanaman. Petani Desa Tanjung Meriah tidak melakukan pemupukan sesuai dengan keharusannya. Hal ini disebabkan petani menganggap tanpa dipupuk tanaman mereka tetap juga menghasilkan. Disamping itu, petani menganggap bahwa tanah mereka bagus dan masih subur. Padahal kenyatannya, setelah peneliti melihat kondisi tanah di Desa Tanjung Meriah banyak tanah yang gersang dan tanah yang tandus yang tidak layak untuk menghasilkan, hal ini disebabkan karena pemakaian lahan secara terusmenerus tanpa adanya pengolahan tanah dan pemupukan pupuk serta mahalnya harga pupuk membuat petani juga tidak melakukan pemupukan secara optimal dilahan nilam mereka. -
Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan tujuan menggantikan tanaman yang mati. Pengganti tanaman mati tersebut guna membuat hasil panen per hektar lahannya dapat tetap maksimum, selain itu juga dapat mempertahankan tingkat keseragaman pertumbuhan yang seragam. Penyulaman dikerjakan kurang lebih satu bulan sesudah penanaman, karena pada waktu itu telah diketahui bibit yang mati. Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
55 -
Penyiangan
Penyiangan dilakukan setelah tanaman nilam berumur 2 bulan. Pada saat ini tanaman nilam biasanya telah mencapai ketinggian 25-35 cm dan mempunyai cabang sampai 20 cm. Penyiangan dilakukan agar tanaman nilam tidak terganggu oleh tanaman gulma serta hama dan penyakit tanaman. Dalam proses pengambilan makanan dan sinar matahari, kegiatan dilakukan dengan dua cara yaitu secara mekanis (alat pertanian seperti cangkul, sabit) dan secara kimiawi (herbisida), pembersihaan gulma maupun tanaman pengganggu tidak merusak tanaman nilamnya. -
Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan minimal satu kali per periode panen yaitu pada saat perlakuan panen. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan alat pangkas yang tajam, tanaman yang dipangkas tidak boleh tergoyang terlalu keras. Penjagaan terhadap batang dan perakaran tanaman juga diperhatikan. Pemangkasan terhadap tanaman juga meninggalkan 1-2 batang nilam muda untuk perangsangan pertumbuhan tunas selanjutnya. Pangkas habis tidak boleh dilakukan bila tanaman nilam akan diteruskan pemeliharaan selanjutnya. Pola pemangkasan yang baik akan membuat umur produktif tanaman nilam sampai 3 tahun atau 10 kali panen. Pemangkasan yang dilakukan para petani juga dapat mengurangi kelembapan dalam tanaman sehingga dapat menghindari serangan dan penyakit tanaman.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
56 -
Pembubunan
Pembubunan dilakukan setelah panen. Tujuan pembubunan dapat memperkokoh tegaknya tanaman nilam, juga agar peredaran udara air dapat berjalan dengan baik. Batang pokok dan batang tanaaman yang merebah ke tanah ditimbun setinggi 10-15 cm. Pembubunan batang tanaman ini akan membuat tanaman baru. Dengan pembubunan ini akan didapat rumpun tanaman baru dan memperpadat populasi dengan beberapa anakan baru pula. Hasilnya akan diperoleh tunas dan dahan yang lebih banyak untuk pertumbuhan berikutnya. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pengganggu budidaya tanaman nilam dapat diklafikasikan menjadi 3 bagian yaitu kerusakan tanaman yang disebabkan oleh serangan hama, serangan penyakit dan gangguan oleh gulma. Hama tanaman nilam yang biasa dijumpai pada budidaya adalah ulat penggulung, belalang dan criket (sejenis kumbang kecil). Bila serangan masih rendah, penanggulangan hama dapat dilakukan dengan cara manual, yakni membuang hama yang menyerang. Bila intensitas serangan meninggi dapat dilakukan dengan penggunana pestisida, dengan dosis secara aturan yang berlaku. Penyakit tanaman nilam yang biasa menyerang serta merusak adalah layu bakteri, udok (horostep), akar putih, dan bercak daun. Di Desa Tanjung Meriah penyakit yang dialami oleh petani nilam adalah penyakit budog. Sampai saat ini penyakit tersebut, belum bisa diatasi oleh petani. Hal ini disebabkan petani tidak tahu akan insektisida atau obat-obat yang bisa mengatasi penyakit tersebut. Petani tidak melakukan sanitasi atau pencabutan tanaman yang terserang penyakit, mereka masih membiarkan Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
57 tanaman tersebut dilahan dan bahkan petani juga memanen nilam yang terserang penyakit itu. Hal ini disebabkan karena tanaman yang terserang penyakit masih menghasilkan minyak. Padahal kalau penyakit itu dibiarkan dan tidak dicabut, maka tanaman lain akan terserang penyakit budog tersebut dan akan menimbulkan produksi nilam yang rendah ataupun turun dan kadar kualitas minyak pun akan rendah. Penyakit budok disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh serangga vector (aphis, lalat putih, dan serangga penghisap daun). Pencegahan penyakit dan penularan dapat dilakukan dengan cara mencabut tanaman terserangan dan membakarnya, penggunaan bibit yang sehat, sanitasi budidaya, serta melakukan penyemprotan insektisida untuk memberantas serangga vector. Pemanenan Tanaman nilam yang tumbuh dan terpelihara dengan baik sudah dipanen pada umur 6-8 bulan setelah penanaman. Pemanenan dilakukan dengan memangkas atau memotong cabang-cabang ranting-ranting, dan daun-daun tanaman nilam. Pada setiap panen dibiarkan satu cabang tumbuh untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru. Untuk teknis pemanenan atau pemetikan daun nilam di Desa Tanjung Meriah dilakukan pada saat pagi hari atau dapat juga dilakukan menjelang malam hari. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga daun agar tetap mengandung minyak atsiri yang tinggi. Bila dilakukan pemetikan pada siang hari sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme sehingga laju pembentukan minyak berkurang. Akibatnya daun kurang elastis dan mudah sobek. Pada siang hari ini transpirasi daun berlangsung lebih cepat, sehingga jumlah minyak atsiri yang Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
58 dihasilkan berkurang. Oleh sebab itu, petani di Desa Tanjung Meriah tidak mau melakukan pemetikan daun nilam pada siang hari. Semua bagian tanaman nilam, yaitu akar, batang, cabang, dan daun mengandung minyak atsiri. Dari semua bagian tanaman tersebut mutu rendemen minyak akar dan batang nilam umumnya lebih rendah dibandingkan dengan yang berasal dari daun. Menurut petani di Desa Tanjung Meriah, waktu, umur dan cara pemanenan daun nilam sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas minyak yang dihasilkan. Pemanenan nilam yang terlalu muda selain kadar minyaknya sedikit, kualitas minyaknya pun rendah. Sebaliknya, pemanenan nilam yang terlalu tua hingga daun nampak coklat, kandungan minyaknya akan menurun. Sebab sebagian minyak dalam daun telah menguap atau hilang. Cara pemanenan yang sembarangan atau tidak beraturan, juga dapat menyebabkan penurunan kadar minyak, kualitas minyaknya rendah, dan pertumbuhan tanaman terganggu. Penyulingan adalah salah satu cara proses untuk mendapatkan minyak nilam. Ada 3 cara penyulingan yang dapat digunakan untuk memperoleh minyak nilam, yaitu : 1. Penyulingan dengan air, 2. Penyulingan dengan uap dan air, 3. Penyulingan dengan uap.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
59 Di Desa Tanjung Meriah, penyulingan dilakukan dengan uap dan air (Penyulingan secara kukus).
Gambar 6. Penyulingan Tradisional
Gambar 7. Penyulingan Modern
Prinsip penyulingan dengan cara ini adalah dengan menggunakan tekanan uap rendah. Penyulingan dengan cara ini memang sedikit lebih maju dan produksi minyaknya pun relatif lebih baik. Prinsip kerja dari penyulingan macam ini adalah sebagai berikut : Ketel penyulingan di isi air sampai pada batas saringan. Bahan diletakkan di atas saringan, sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang mendidih tetapi akan berhubungan dengan uap air. cara penyulingan semacam ini disebut : penyulingan tidak langsung. Air yang menguap akan membawa partikel–partikel minyak nilam dan dialirkan melalui pipa ke alat pendingin sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang bercampur minyak nilam tersebut kembali. Selanjutnya dialirkan ke alat pemisah untuk memisahkan minyak nilam dengan air. Cara ini paling sering dilakukan oleh para petani nilam. Produk minyak yang dihasilkannya cukup bagus, bahkan kalau pengerjaanya dilakukan dengan baik produk minyaknya pun dapat masuk dalam kategori ekspor. Akan tetapi, penyulingan dengan cara uap dan air ini memiliki keuntungan dan kelemahan, yaitu : Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
60 Keuntungan dengan cara ini : -
Uap air selalu jernih, basah, dan tidak terlalu panas.
-
Bahan berhubungan dengan uap saja, tidak dengan air mendidih..
Kelemahan dengan cara ini : -
Tidak dapat menghasilkan minyak dengan cepat, karena tekanan uap yang dihasilkan relatif rendah.
-
Untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi, perlu waktu penyulingan yang panjang.
Pada umumnya alat-alat yang digunakan dalam penyulingan minyak nilam diantaranya : -
Ketel, memiliki diameter 100 cm dan tinggi 110 cm.
-
Alat Pendingin, memiliki diameter 1 sampai 2 inci dan panjangnya sekitar 50 m.
-
Alat Pemisah, alat ini terbuat dari bahan SS (stainless steel / baja tak bekarat ).
-
Saringan, alat ini terbuat dari seng yang di beri lubang (seperti ayakan).
-
Kayu bakar, memiliki ukuran ± 2 m3
Berdasarkan pengamatan di lapangan, satu kali proses produksi digunakan bahan baku 30 kg daun kering nilam. Lama penyulingan sekitar 8 jam dari 30 kg daun kering nilam tersebut. Penyewaan alat penyulingan sebesar Rp 30.000 – Rp 45.000 atau setara dengan harga 1 ons minyak nilam. Dan unit Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
61 pengolahan minyak nilam yang digunakan petani di Desa Tanjung Meriah masih bersifat tradisional. Adapun diagram alir proses penyulingan minyak nilam adalah sebagai berikut :
Daun + Batang + Cabang Nilam Tanpa di Jemur
Dengan di Jemur ( 4 jam )
Pengeringan di dalam Ruangan ( 6 hari )
Penyulingan ( 8 jam )
Pemisahan Minyak
Pengemasan
Minyak Nilam Siap di Pasarkan
Diagram Alir Proses Penyulingan Minyak Nilam
Alir proses penyulingan minyak nilam terlebih dahulu dilakukan dengan memanen tanaman nilam tersebut. Kemudian panenan daun, batang, dan cabang nilam dipotong-potong sepanjang 3-5 cm, kemudian dijemur dibawah sinar Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
62 matahari. Cara menjemur hasil panenan yang baik adalah dengan menggelarnya diatas tikar penjemuran dilakukan selam 4 jam (10.00 – 14.00 ) setelah dijemur diangin-anginkan ditempat yang teduh (dalam ruangan).Sedangkan dengan cara tanpa dijemur daun, batang, dan cabang nilam dapat dilakukan dengan pengeringan di dalam ruangan selama 6 hari kemudian siap untuk di suling. Pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan daun terlalu rapuh dan sulit untuk disuling. Sedangkan pengeringan yang terlalu lambat menyebabkan daun menjadi lembab dan mudah di serang jamur, akhirnya mutu minyak nilam yang di hasilkan akan menurun. Penyulingan dilakukan selama 8 jam. Waktu penyulingan yang terlalu pendek akan menghasilkan mutu minyak yang rendah, karena masih banyak senyawa minyak yang belum terbebaskan dari daun. Sebaliknya, waktu penyulingan yang terlalu lama akan menyebabkan kegosongan minyak. Setelah itu, dilakukan pemisahan minyak dengan air. Kemudian minyak nilam siap untuk dikemas dan dipasarkan. Minyak nilam yang telah lama disimpan memberikan bau yang lebih aromatik dibandingkan dengan minyak nilam yang baru disuling. Dengan demikian, harga minyak nilam dapat menjadi tinggi, bila telah lama disimpan dalam waktu tertentu.
Analisa Kelayakan Finansial usaha Pengolahan Minyak Nilam Analisis kelayakan finansial merupakan suatu pendekatan yang umum dipakai untuk melihat suatu proyek dapat dilaksanakan. Pendekatan yang umum di gunakan untuk melihat kelayakan proyek dari segi finansial dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa formula, misalnya NPV, B/C, IRR, PBP, ROI, Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
63 R/C. Analisis kelayakan minyak nilam di daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : Nilai Revenue Cost Ratio (R/C) Untuk melihat aspek kelayakan untuk dikembangkan atau tidak, digunakan analisis R/C Ratio atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Komponen pada analisis ini adalah penerimaan dan biaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 9 berikut : Tabel 9. Rata-Rata Biaya Produksi Minyak Nilam Per Kg No
Uraian
Nilai Per Kg (Rp) 1 Saprodi 113.039,37 2 Tenaga Kerja 107.298,84 3 Penyulingan 36.666,00 4 Penyusutan 6.179,04 263.183,25 Total Sumber : Data diolah dari lampiran 6,7
Persentase (%) 42,95 % 40,76 % 13,93 % 2,34 % 100 %
Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata biaya produksi di daerah penelitian Rp 263.183,25/Kg. Dalam hal ini biaya yang paling besar dikeluarkan adalah biaya saprodi sebesar Rp 113.039,37/Kg (42,95 %) menyusul biaya tenaga kerja Rp 107.298,84/Kg (40,76 %) , kemudian biaya penyulingan Rp 36.666,00/ Kg (13,93 %).
Dan biaya yang paling rendah
adalah biaya penyusutan sebesar Rp 6.179,04/Kg (2,34 %). Biaya sarana produksi terdiri dari biaya pupuk (Kompos, Urea, TSP, KCL, SS, ZA, NPK). Biaya tenaga kerja termasuk biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Biaya penyusutan terdiri atas biaya penyusutan cangkul, parang, cuncun, pisau, gunting, pompa. Biaya penyulingan merupakan biaya sewa alat penyulingan untuk mengolah daun kering nilam menjadi minyak nilam. Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
64 Untuk pengolahan daun kering nilam menjadi minyak nilam di daerah penelitian digunakan penyulingan tradisional dengan cara uap dan air dengan kapasitas 30 Kg daun kering dan untuk mengolahnya waktu yang dibutuhakan adalah 8 jam dan besarnya biaya yang dikeluarkan petani untuk menyewa alat penyulingan sebesar haga 1 ons minyak nilam, dikarenakan petani tidak menyediakan kayu bakar sendiri. Tabel 10. Rata-Rata Biaya Produksi Minyak Nilam Per Petani No
Uraian
Per Petani (Rp/Thn) 1 Saprodi 984.572,92 2 Tenaga Kerja 934.681,25 3 Penyusutan 53.819,44 4 Penyulingan 36.666,00 2.100.420,13 Total Sumber : Data diolah dari lampiran 6
Persentase (%) 46,87 % 44,49 % 2,56 % 1,74 % 100 %
Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa, rata-rata biaya produksi per petani di Desa Tanjung Meriah sebesar Rp. 2.100.420,13 per tahun. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa biaya sarana produksi merupakan komponen biaya terbesar yaitu Rp 984.572,92 (46,87 %) dari total biaya, kemudian menyusul urutan kedua tenaga kerja sebesar Rp 934.681,25 (44,49 %), penyusutan Rp 53.819,44 (2,56 %) dan yang terendah adalah biaya penyulingan sebesar Rp 36.666,00 (1,74 %).
Tabel 11. Rata-Rata Penerimaan Minyak Nilam Per Petani
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
65 No
Uraian
Per Petani (Kg/Thn)
1 Produksi (Kg/Thn) 8,71 2 Harga (Rp/Thn) 358.333,33 3 Penerimaan (Rp/Thn) 3.342.291,66 Sumber : Data diolah dari lampiran 7 Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan yang diperoleh per petani di daerah penelitian adalah Rp. 3.342.291,66 per tahun. Dimana, Penerimaan diperoleh dari hasil kali antara produksi minyak nilam dengan harga minyak nilam. Dan penerimaan yang didapat petani di daerah penelitian berbeda-beda tergantung dari hasil panen yang dihasilkan oleh petani tersebut. Untuk rata-rata produksi minyak nilam di daerah penelitian per petani sebanyak 8,71 kg/tahun. Apabila petani melakukan teknis usahataninya dengan baik maka akan diperoleh hasil produksi minyak nilam yang optimal dan akan memberikan keuntungan kepada petani. Untuk rata-rata harga minyak nilam per petani didaerah penelitian sebesar Rp 358.333,33/tahun. Kadang-kadang harga minyak nilam yang akan dijual petani yang satu dengan yang lain berbeda- beda dikarenakan mutu minyak nilam petani yang tidak memenuhi standart penyebabnya bisa karena lamanya waktu penyulingan. Oleh karena itu, resiko yang ditanggung petani adalah resiko harga, harga minyak nilam yang selalu tidak stabil, dimana petani harus siap menerima harga yang tiba-tiba turun drastis. Jika petani memiliki sumber pendapatan lain yang mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, bisa saja petani menunda untuk menjual minyak nilam mereka hingga harga minyak menjadi lebih tinggi, akan tetapi posisi petani yang cukup sulit dimana petani memenuhi kebutuhan seharihari dengan menggunakan hasil penjualan minyak nilam. Tabel 12. Rata-Rata R/C Minyak Nilam Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
66 No Uraian Rata-Rata 1 Biaya produksi 2.100.420,13 2 Penerimaan 3.342.291,66 3 R/C 1,59 Sumber : Data diolah dari lampiran 10 Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa rata-rata Revenue Cost Ratio (R/C) sebesar 1,59 Artinya dalam setiap penggunaan biaya Rp. 1 maka usaha pengolahan minyak nilam memperoleh peneriman sebesar 1,59. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan minyak nilam di daerah penelitian layak untuk dikembangkan secara finansal atau memiliki prospek karena dapat memberikan keuntungan bagi petani. Adapun biaya produksi diatas meliputi biaya sarana produksi biaya, tenaga kerja, biaya penyusutan dan biaya penyulingan. Dengan rata-rata biaya produksi sebesar Rp.2.100.420,13. Dan penerimaan adalah besarnya hasil yang diperoleh petani terhadap usaha pengolahan minyak nilam. Dengan rata –rata penerimaan sebesar Rp.3.342.291,66. Dengan demikian, semakin banyak jumlah produksi minyak nilam yang dihasilkan dengan harga jual minyak yang tinggi di pasaran maka akan semakin banyak penerimaan yang diperoleh petani di daerah penelitan. Nilai Return On Investment (ROI) Digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian modal. Besar kecilnya ROI ditentukan oleh tingkat modal dan keuntungan bersih yang diperoleh. Komponen pada analisis ini adalah pendapatan bersih dan jumlah penggunaan modal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 12 berikut :
Tabel 13. Rata-Rata Nilai ROI Usaha Minyak Nilam Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
67 Uraian Rata-Rata
Modal
Laba
ROI %
2.100.420,13
3.644.760,42
173 %
Sumber : Data diolah dari lampiran 10 Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa, nilai rata-rata secara keseluruhan sebesar 173 %. Artinya dalam setiap penggunaan modal Rp. 1, maka usaha minyak nilam tersebut memberikan laba sebesar Rp. 1,73. Keterangan diatas menunjukkan secara finansial usaha pengolahan minyak nilam layak untuk diusahakan oleh petani di daerah penelitian.
Keterkaitan Subsistem dalam Agribisnis Minyak Nilam Subsistem Pra Produksi Input produksi yang digunakan pada tanaman nilam untuk menghasilkan minyak nilam di Desa Tanjung Meriah adalah modal, luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja. Dalam pengembangan nilam petani menggunakan modal sendiri, tanpa melakukan peminjaman modal dari koperasi dikarenakan koperasi tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dan lahan yang diolah petani adalah lahan sendiri. Untuk bibit, petani mudah memperolehnya karena dapat diminta dari petani lain dan juga dapat dibeli seharga Rp 100/ batangnya di kios pertanian. Adapun varietas yang digunakan petani nilam di Desa Tanjung Meriah adalah varietas sidikalang. Hal ini disebabkan varietas sidikalang ini sesuai dengan topografi dan tekstur tanah Desa tanjung Meriah yang berbukitbukit dan para petani mengenal varietas ini juga karena sudah lama di tanam di Desa Tanjung Meriah secara turun-temurun. Salah satu komponen biaya yang sangat mempengaruhi tanaman nilam adalah pupuk. Adapun pupuk yang digunakan petani untuk tanaman nilam itu Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
68 sendiri adalah pupuk organik (pupuk kompos, pupuk kandang) dan pupuk anorganik (NPK, KCL, TSP dan sebagainya ) dengan harga yang berbeda-beda. Akan tetapi, Petani di Desa Tanjung Meriah tidak teratur dalam pemberian pupuk pada tanaman nilam mereka, hal ini dapat memperlambat proses pertumbuhan tanaman dan pembentukan daun serta akan mengakibatkan produksi minyak nilam menjadi menurun. Tenaga kerja yang digunakan petani di Desa Tanjung Meriah merupakan tenaga kerja dalam keluarga ( TKDK ) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Tenaga kerja ini merupakan penunjang akan keberlangsungan dari usahatani nilam. Dengan adanya ketersediaan input di Desa Tanjung Meriah akan mempermudan petani untuk melakukan aktifitas usahataninya yang akan membawa dampak positif dari hasil produksi nilam dan minyak nilamnya. Subsistem Produksi Di Desa Tanjung Meriah, Budidaya tanaman nilam yang dilakukan meliputi pembibitan, penanaman, jarak tanam, pemeliharaan tanaman ( pemupukan,
penyulaman,
penyiangan,
pemangkasan,
pembubunan),
pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pembibitan dilakukan petani secara tugalan, dimana bibit langsung diambil dari batang dan siap untuk ditanam sedangkan untuk menghasilkan produksi nilam dan minyak nilam pembibitan yang baik dilakukan dengan cara polibag. Untuk penanaman bibit langsung ditancap dilahan, untuk penanaman yang baik dilakukan setelah tanaman berumur ± 1 ½ bulan dipersemaian, kemudian tanaman dapat dipindahkan kelapangan. Jarak tanam yang baik yaitu 50 cm x 100 cm atau 30 cm x 100 cm. Namun, di Desa Tanjung Meriah petani membuat jarak tanam 30 cm x 30 cm Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
69 dengan anggapan produksi nilam mereka akan meningkat, dan tidak memerlukan pupuk yang banyak serta pemeliharaanya tidak sulit. Padahal pada tahap ini yang sangat mempengaruhi hasil produksi nilam untuk mendapatkan hasil minyak nilam yang baik. Tanaman nilam banyak memerlukan pupuk yang dilakukan secara teratur agar dapat diperoleh hasil minyak nilam yang berkualitas. Apalagi pada serangan hama dan penyakit tanaman yang hebat dapat menurunkan produksi daun dan menimbulkan kerugian yang besar terhadap hasil minyak. Namun, petani masih membiarkan tanaman yang terserang penyakit karena petani beranggapan tanaman tersebut masih dapat menghasilkan produksi yang baik. Dengan kata lain, minyak nilam yang berkualitas berhasil diperoleh apabila tanaman nilam dikelola dengan baik atau teknis usaha tani nilam yang dilakukan baik. Subsistem Post Produksi Petani di Desa Tanjung Meriah memanen tanaman nilam pada umur 6 bulan Hal ini dikarenakan mutu minyak nilam tergantung pada kondisi saat panen. Waktu, umur dan pemanenan daun nilam sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas minyak nilam yang dihasilkan. Pemanenan nilam yang terlalu muda selain kadar minyaknya sedikit, kualitas minyaknya pun rendah. Sebaliknya, pemanenan nilam yang terlalu tua hingga daun nampak coklat, kandungan minyaknya akan menurun. Dengan kata lain, cara pemanenan yang sembarangan atau tidak beraturan dapat menyebabkan penurunan kadar minyak, kualitas minyaknya rendah dan pertumbuhan tanaman terganggu. Dalam hal pengolahan hasil petani di Desa Tanjung Meriah, memperosesnya mulai dari kegiatan bertanam, panen sampai dengan cara Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
70 penyulingannya agar diperoleh mutu minyak nilam yang memenuhi kualitas standar. Karena untuk mendapatkan minyak nilam yang berkualitas memenuhi standar, bukanlah pekerjaan yang mudah. Hal ini disebabkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas minyak nilam, yaitu kualitas daun, cara penyulingan dan penyimpanan minyak. Kandungan minyak nilam yang terbanyak terdapat pada daun nilam, dan cara penyulingan yang baik adalah penyulingan dengan uap karena dengan cara ini menghasilkan minyak nilam yang bermutu tinggi. Akan tetapi, pengolahan minyak nilam yang dilakukan di Desa Tanjung Meriah adalah dengan cara uap dan air yang menghasilkan minyak nilam yang cukup baik. Minyak nilam yang telah lama disimpan akan memberikan bau yang lebih aromatik dibandingkan minyak yang baru disuling. Nilam yang diperdagangkan di Desa Tanjung Meriah adalah dalam wujud minyak dari daun nilam kering. Hasil minyak nilam dijual langsung kepada toke yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Harga jual petani yang di berikan kepada toke berbeda-beda. Hal ini disebabkan mutu minyak nilam yang berbeda-beda pula. Harga minyak nilam tersebut berkisar Rp 300.000 - Rp 550.000. Harga minyak nilam dapat menjadi tinggi bila hasil produksi yang diperoleh petani baik atas teknis pengerjaannya yang baik pula dan juga apabila telah lama disimpan dalam waktu tertentu. Dan rendahnya harga minyak nilam disebabkan oleh mutu minyak nilam yang kurang bagus. Dengan kata lain, jika pemasaran hasil minyak nilam yang dilakukan petani baik, maka akan memberikan keuntungan yang besar pada petani. Strategi Pengembangan Minyak Nilam
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
71 Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang dilakukan petani dalam usahataninya. Analisa SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) yang dimiliki petani, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) yang dihadapi petani.
Faktor Internal Kekuatan (Strengths), Adapun faktor internal yang menjadi kekuatan petani nilam di Desa Tanjung Meriah adalah petani mudah memperoleh bibit, sebagian petani ada yang mendapatkan bibit langsung dari petani lain tanpa harus membeli bibit tersebut. Dan adapula yang membeli bibit tersebut dengan harga Rp 100/batang yang tersedia di kios pertanian. Untuk pemasaran yang dilakukan petani juga baik, dimana petani langsung menjual minyak nilam kepada toke minyak nilam yang tinggal berdekatan dengan petani sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi karena dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Sehingga untuk menjual minyak nilam petani tidak mengalami kesulitan. Dan untuk menghasilkan minyak nilam melalui proses penyulingan mudah karena alat penyulingan telah tersedia, petani hanya menyewa alat penyuligan tersebut berkisar Rp 30.000 – Rp. 45.000. Lahan sebagai modal utama dalam usaha tani nilam cukup mudah, karena petani memiliki lahan sendiri dengan luas lahan yang berbeda – beda. Untuk peralatan - peralatan yang dibutuhkan dan yang digunakan petani nilam cukup sederhana. Adapun peralatan tersebut adalah cangkul, sabit, Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
72 parang, dan semuanya dapat diperoleh di Desa Tanjung Meriah atau juga dapat membelinya langsung ke Sidikalang dan harganya terjangkau. Kelemahan (Weaknesses), Adapun faktor internal yang menjadi kelemahan dari petani nilam di Desa Tanjung Meriah adalah pada tanaman nilam sangat mudah terserang penyakit dan kurangnya pengetahuan petani tentang penyakit budog yang disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh serangga Vector (aphis, lalat putih, dan serangga penghisap daun). Sehingga petani hanya membiarkan tanaman yang terserang penyakit itu tanpa mencabut dan membakarnya serta tidak melakukan penyemprotan insektisida untuk memberantas serangga vector. Dalam masalah harga pupuk yang mahal, menyebabkan petani kurang teratur dalam pemberian pupuk. Harga pupuk yang mahal membuat petani mengalami kesulitan dalam membudidayakan tanaman nilam dan berasumsi bahwa tanpa dipupuk tanaman nilam tersebut akan menghasilkan. Serta dengan modal petani yang terbatas, mengakibatkan petani melakukan pemupukan pada saat mempunyai uang untuk membeli pupuk dan bahkan tidak melakukan pemupukan sama sekali. Pengalaman petani juga kurang dalam hal pengetahuan untuk merawat tanaman nilam khususnya dalam masalah penyakit tanaman. Faktor Eksternal Peluang (Opportunities), Adapun faktor yang menjadi peluang bagi petani nilam di Desa Tanjung Meriah adalah pasar terbuka baik, sehingga petani tidak sulit untuk menjual minyak nilam. Dan harga minyak nilam dijual dengan harga yang berbeda-beda tergantung dari kualitas minyak nilam tersebut. Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
73 Ancaman (Threats), Adapun faktor yang menjadi ancaman bagi petani nilam di Desa Tanjung Meriah adalah adanya kondisi lingkungan, dengan kondisi lingkungan yang baik akan mempermudah petani untuk melakukan aktifitas usahataninya. Dan harga minyak nilam yang tidak tentu menjadi masalah utama bagi petani. Kadang minyak nilam sangat tinggi dan kadang harganya bisa turun pada rentang yang sangat jauh.
Faktor Internal
Faktor Eksternal Peluang (O) - Pasar Terbuka Baik
Kekuatan (S) - Mudah Mendapatkan Bibit - Pemasaran Baik - Lahan Cukup Tersedia - Peralatan Sederhana - Alat Penyulingan Tersedia
Kelemahan (W) - Mudah Terserang Penyakit - Mahalnya Harga Pupuk - Modal Terbatas - Petan Belum Pengalaman
SO Strategi WO Strategi - Memperluas Lahan Usahatani - Memberikan Pupuk Nilam Dengan Memanfaatkan Secara Teratur Lahan Yang Masih Kosong - Pemberian Insektisida - Menginformasikan Ketersediaan Sesuai Dosis Unit Pengolahan Minyak Nilam - Membuka Diri Untuk (Penyulingan) Masyarakat Luas - Kerjasama dengan Eksportir
Ancaman (T) ST Strategi WT Strategi - Kondisi - Meningkatkan kualitas minyak - Proses Pemberian Lingkungan Nilam Kredit atau Bantuan - Harga Jual - Membuat inovasi Dalam hal Yang Lebih mudah Minyak Yang Pemasaran Minyak Nilam Dari Pihak-Pihak Tidak Tentu Sehingga Nilai Tambahnya Yang Terkait Dapat Meningkat - Perlu Adanya Informasi Pasar Yang Baik Mengenai Harga Jual Minyak Nilam
Strategi SO Strategi Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
74 Dengan melihat Kekuatan (Strengths) dan Peluang (Opportunities) maka strategi yang dilakukan petani adalah dengan cara memperluas lahan usahatani nilam dengan menggunakan lahan yang kosong untuk memperbanyak hasil produksinya sesuai dengan harapan petani. Dan perlu informasi tentang tersedianya alat penyulingan sehingga petani tidak harus membuat atau membeli alat penyulingan tersebut. Serta perlunya kerjasama dengan eksportir yang dapat menampung minyak nilam petani.
WO Strategi Dengan melihat Kelemahan (Weaknesses) dan Peluang (Opportunities) maka strategi yang dilakukan petani adalah pemupukan secara optimal agar diperoleh hasil produksi tanaman yang optimal pula. Pemupukan dilakukan untuk menyediakan hara tanaman nilam selama umur produktifnya. Dan untuk pencegahan penyakit tanaman dan penularan dapat dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan insektisida sesuai dosis. Selain itu, perlu kedisiplinan bagi petani nilam dalam hal pemeliharaan tanaman nilam secara intensif dan perlu tukar informasi antar sesama petani dalam hal perawatan dan pemasaran. ST Strategi Dengan melihat Kekuatan (Strengths) dan Ancaman (Threats) yang ada maka strategi yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas minyak nilam dengan memperhatikan hal pemeliharaan dan perawatan tanaman nilam tersebut agar dapat menghasilkan produksi minyak nilam yang maksimal. Dan membuat
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
75 inovasi dalam hal pemasaran minyak nilam sehingga nilai tambahnya dapat meningkat. WT Strategi Dengan melihat Kelemahan (Weaknesses) dan Ancaman (Threats) yang ada maka strategi yang dilakukan petani adalah memperoleh kredit atau bantuan yang lebih mudah dari pihak-pihak yang terkait dengan tujuan agar dapat mempermudah petani dalam hal mengembangkan usahataninya. Dan bagi petani, perlunya informasi pasar yang baik mengenai harga jual minyak nilam dikarenakan harga minyak nilam yang selalu berubah-ubah.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
76 KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN 1. Teknis usaha tani nilam meliputi pembibitan, penanaman, jarak tanam, pemeliharaan
tanaman
(pemupukan,
penyulaman,
penyiangan,
pemangkasan, pembubunan), dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Dan proses untuk mendapatkan minyak nilam dapat dilakukan dengan cara penyulingan uap dan air. 2. Usaha pengolahan minyak nilam layak untuk dikembangkan secara finansial karena dapat memberikan keuntungan bagi petani. Dimana, R/C = 1,59, Artinya dalam setiap penggunaan biaya Rp. 1 maka usaha pengolahan minyak nilam memperoleh peneriman sebesar 1,59. dan ROI = 173 %, Artinya dalam setiap penggunaan modal Rp. 1, maka usaha minyak nilam tersebut memberikan laba sebesar Rp. 1,73. 3. Keterkaitan subsistem dalam agribisnis minyak nilam, diantaranya subsistem pra produksi, subsistem produksi dan subsistem post produksi Ketiga subsistem ini sangat mempengaruhi keberhasilan usaha minyak nilam. 4. Pengembangan minyak nilam dilakukan dengan membuat Analisa SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) yang dimiliki petani, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) yang dihadapi petani.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
77 SARAN
1. Diharapkan agar petani lebih intensif dalam melakukan teknis usaha tani nilam agar diperoleh hasil minyak nilam yang maksimal dengan harga yang sesuai dipasaran. 2. Disarankan agar penggunaan minyak nilam terus meningkat sejalan dengan perkembangan industri parfum, sabun, dan kosmetik yang menggunakan minyak nilam sebagai bhan dasarnya. 3. Diharapkan prospek minyak nilam di masa yang akan datang masih cukup besar sejalan dengan semakin tingginya permintaan pasar. 4. Diperlukannya
pengadaan
penyuluhan
untuk
meningkatkan
produktivitas dengan menggunakan bibit unggul dan sarana produksi yang tepat. 5. Diharapkan pemerintah lebih memperhatikan kehidupan petani dan disarankan memberikan bantuan sarana produksi.
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
78 DAFTAR PUSTAKA Basu Swastha, D.H. dan Irawan, 1997.Manajemen Pemasara Modern. Liberty. Yogyakarta. Downey,W,D. dan Erickson S.P. 1992. Manajemen Agribisnis Diterjemahkan Oleh Rochi Dayat,G.S. dan Alfonsus S. Erlangga, Jakarta http://arsip.pontianakpost.com http://id.wikipedia.org/wiki/nilam http://herba.mht http://ikm.depperin.go.id Lutony, Toni Lugman dan Rahmayati Yeyet, 2002. Minyak Asiri. Penebar Swadaya. Jakarta Mangun, H.M.S., 2006. Nilam. Penebar Swadaya. Jakart Nazaruddin, 1993. Komoditi Ekspor Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta Rangkuti, Freddy, 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Sadjad, Sjamsoe’oed, 2001. Agribisnis yang Membumi. PT Grasindo. Jakarta Sa’id Gumbira dan Harizt Intan, 2001. Manajeman Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta Santoso,Budi Hieronymus, 1990. Bertanam Nilam. Kanisius. Yogyakarta Sevilla ,C,G, 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI PRESS. Jakarta Silitonga, C, dkk, 1995. Perkembangan Ekonomi Pertanian nasional 19691994. PERHEPI (Perhimpunan Ekonomi pertanian Indonesia). Jakarta Soekartawi, 1990. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. CV Rajawali. Jakarta
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.
79 Soemanto,Wasty, 1994. Pedoman Teknik Penulisan Skripsi(Karya Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta Soekartawi, 1999. Agribisnis,Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soetrisno,Loekman, 1999. Pertanian pada Abad ke-21, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta Sudaryani Titik dan Endang Sugiharti, 1998. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta
Conny Fransisca Sagala : Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, 2009.