perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN MENULIS PADA KELAS KHUSUS PROGRAM AKSELERASI (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 DAN SMA NEGERI 3 SURAKARTA)
SKRIPSI
Oleh: CHENEY CHRIST SABATINI K1208004
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Agustus 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Cheney Christ Sabatini
NIM
: K1208004
Jurusan/Program Studi
: PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Khusus Program Akselerasi (Studi Kasus di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta)” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan
Cheney Christ Sabatini
commitiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN MENULIS PADA KELAS KHUSUS PROGRAM AKSELERASI (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 DAN SMA NEGERI 3 SURAKARTA)
Oleh: CHENEY CHRIST SABATINI K1208004
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Agustus 2012 commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “God has a perfect timing: never early, never late. It takes a little patience and it takes a lot of faith. But it’s worth the wait.”
(33 Miles)
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk: 1. Sang Pemberi Kehidupan yang selalu memiliki rancangan damai sejahtera bagiku.
Di dalam
kelemahanku, kuasa-Mu menjadi sempurna; 2. Papa dan Mama, motivasi hidupku. Terima kasih atas doa, perhatian, pengorbanan, kasih sayang, dan impian yang selalu diberikan padaku; 3. Gyna
dan
Trisha.
Adik-adikku
yang
selalu
memberikan dukungan agar tidak mudah menyerah; 4. Ardhy, Norma, Jat, Rina, Helmi, Ellysa, dan Alfira yang
menghadirkan
keceriaan
dan
semangat
sehingga aku bisa menikmati masa perantauanku di Solo; 5. Saudaraku di dalam Tuhan:
PA Ngemingan,
GMAHK Ngemingan, dan Akhir Zaman Ministry atas doa dan kekuatan yang selalu diberikan; 6. Sahabat-sahabatku: Siti, Khusnul, Eninta, Anti, Nita, Rachma, Novi, Amel, Yutama, Anggun, dan Ichan; 7. Almamaterku, rekan-rekan seperjuangan, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS 2008.
commitviito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Cheney Christ Sabatini. PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN MENULIS PADA KELAS KHUSUS PROGRAM AKSELERASI (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 DAN SMA NEGERI 3 SURAKARTA). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) persepsi guru terhadap pelaksanaan keterampilan berbicara dan menulis; (2) pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi; (3) kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis; dan (4) usaha-usaha yang dilakukan guru untuk mencapai keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peristiwa pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas, informan, dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Validitas data diperoleh dari review informan, triangulasi metode, dan triangulasi sumber data. Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis interaktif. Hasil penelitian sebagai berikut. Persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis adalah keterampilan berbicara dan menulis berguna untuk diterapkan di kehidupan siswa dan siswa perlu dibekali keterampilan tersebut melalui praktik. Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik ditinjau dari adanya persiapan, pemilihan metode pembelajaran dan strategi pengelolaan pembelajaran yang inovatif dan variatif, penggunaan fasilitas dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran, penggunaan berbagai sumber untuk materi ajar, interaksi yang baik, dan penilaian yang baik. Kendala-kendala yang dihadapi yaitu waktu pembelajaran, pemahaman materi siswa, kurangnya rasa percaya diri siswa, kesulitan ide tulisan, dan penggunaan bahasa daerah dan bahasa prokem dalam pembelajaran. Usaha-usaha yang dilakukan yaitu pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel, pendekatan personal dan pengulangan materi, pemberian motivasi, penggunaan media pembelajaran, dan mendorong siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi telah berlangsung dengan baik ditinjau dari persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis, pembelajaran yang berjalan sebagaimana mestinya, kendala dalam pelaksanaan pembelajaran yang dapat diatasi melalui usaha-usaha yang dilakukan oleh guru di kelas akselerasi, dan adanya persamaan dan perbedaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta. Kata kunci: berbicara, menulis, kelas akselerasi, pembelajaran, surakarta commit viiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
2.
Dr. Muhammad Rohmadi, M.Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah memberikan persetujuan penulisan skripsi;
3.
Dr. Kundharu Saddhono, S.S, M.Hum., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
4.
Dra. Sumarwati, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Dra. Raheni Suhita, M.Hum., selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5.
Drs. Amir Fuady, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS;
6.
Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS yang senantiasa memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKIP UNS;
7.
Drs. HM. Thoyibun, S.H., M.M., selaku Kepala SMA Negeri 1 Surakarta dan Drs. Makmur Sugeng, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 3 Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut;
8.
Dra. Yustina dan Budiyono, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta, serta Drs. Bambang Dwi Sasongko selaku guru Bahasa Indonesia
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SMA Negeri 3 Surakarta atas kerja sama dan bantuannya selama peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta; 9.
Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
pengetahuan bagi para pembaca.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commitxto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
v
HALAMAN MOTTO ................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
vii
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xv
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ..............................
7
1. Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis.....................
7
a. Pembelajaran Keterampilan Berbicara ...................................
7
b. Pembelajaran Keterampilan Menulis .....................................
10
c. Metode Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis ...
14
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Media Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis.....
18
e. Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
21
1) Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara ................
21
2) Penilaian Pembelajaran Keterampilan Menulis ..................
23
2. Pembelajaran di Kelas Akselerasi ...............................................
25
a. Hakikat Kelas Akselerasi .....................................................
25
b. Pembelajaran di Kelas Akselerasi .........................................
28
3. Peran Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi....................................................
30
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis di Kelas Akselerasi............
32
5. Penelitian yang Relevan ..............................................................
34
B. Kerangka Berpikir ...........................................................................
36
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................
39
1. Tempat Penelitian ........................................................................
39
2. Waktu Penelitian .........................................................................
39
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................
40
C. Data dan Sumber Data .....................................................................
40
D. Teknik Sampling (Cuplikan) ............................................................
41
E. Pengumpulan Data ..........................................................................
41
F. Uji Validitas Data ............................................................................
41
G. Analisis Data ..................................................................................
42
H. Prosedur Penelitian ..........................................................................
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Objek Penelitian ............................................
44
B. Deskripsi Temuan Penelitian ...........................................................
44
1. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara commitxiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan Menulis ................................................................................
45
2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi ..................................................................
46
a. Persiapan Sebelum Pembelajaran .............................................
46
b. Pemilihan Metode dan Strategi Pengelolaan Pembelajaran .......
48
1) Metode Pembelajaran ..........................................................
48
2) Strategi Pengelolaan Pembelajaran ......................................
52
c. Penggunaan Media Pembelajaran ............................................
56
d. Pemilihan Materi Ajar .............................................................
58
e. Interaksi dalam Pembelajaran ..................................................
59
1) Interaksi antara Guru dengan Siswa ....................................
59
2) Interaksi Siswa dengan Siswa .............................................
61
f. Penilaian ..................................................................................
62
3. Kendala-kendala yang Ditemui Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi .......
64
4. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Keberhasilan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi...................................................................................
66
C. Pembahasan.....................................................................................
71
1. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis ................................................................................
71
2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi ..................................................................
73
a. Persiapan Sebelum Pembelajaran .............................................
73
b. Penerapan Metode dan Strategi Pengelolaan Pembelajaran ......
74
1) Metode Pembelajaran ..........................................................
74
2) Strategi Pengelolaan Pembelajaran ......................................
75
c. Penggunaan Media Pembelajaran .............................................
77
commit xiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Pemilihan Materi Ajar ............................................................
78
e. Interaksi dalam Pembelajaran ...................................................
79
1) Interaksi antara Guru dengan Siswa .....................................
79
2) Interaksi Siswa dengan Siswa ..............................................
80
f. Penilaian ..................................................................................
81
3. Kendala-kendala yang Ditemui Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi .........
82
4. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Keberhasilan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi.....................................................................................
83
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan .........................................................................................
88
B. Implikasi .........................................................................................
88
C. Saran ...............................................................................................
90
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
91
LAMPIRAN ...............................................................................................
95
commit xivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1
Proses Komunikasi ..............................................................................
8
2
Kerangka Berpikir Penelitian ..............................................................
38
3
Analisis Model Interaktif .....................................................................
42
4
Guru Menggunakan Metode Brainstorming dalam Pembelajaran .........
51
5
Siswa Melakukan Kegiatan Diskusi dalam Pembelajaran .....................
52
6
Siswa Melakukan Presentasi Hasil Pekerjaannya di Hadapan Temantemannya .............................................................................................
7
Siswa Mengajukan Pertanyaan kepada Temannya yang Sedang Melakukan Kegiatan Presentasi ............................................................
8
54
Guru Memberikan Komentar dan Pujian terhadap Pekerjaan dan Penampilan Siswa ................................................................................
9
53
56
Seluruh Siswa Menggunakan Laptop dalam Pembelajaran Menulis ................................................................................................
57
10 Tidak Seluruh Siswa Menggunakan Laptop Saat Pembelajaran Menulis ...............................................................................................
58
11 Guru Memberikan Penjelasan kepada Siswa yang Belum Paham .........
60
12 Guru Membimbing Siswa dalam Kegiatan Menulis ..............................
60
13 Siswa Melakukan Praktik Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Drama ............................................................................
62
14 Guru Memberikan Evaluasi terhadap Penampilan Siswa dalam Pementasan Drama yang Telah Dilakukan ...........................................
commitxvto user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Halaman
Peringkat 10 Besar Hasil UN SMA/SMK Jurusan IPA di Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 ......................................................
4
2
Rincian Waktu dan Kegiatan Penelitian .................................................... 39
3
Persamaan dan Perbedaan Pola Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi di SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta ........ 69
commit xvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Pedoman Wawancara dengan Guru .....................................................
95
2
Pedoman Wawancara dengan Siswa ....................................................
96
3
Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta (1) ..........
97
4
Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta (2) ..........
100
5
Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta (3) ..........
104
6
Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta (1) ..........
107
7
Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta (2) ..........
111
8
Catatan Lapangan Pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta (3) ..........
113
9
Transkrip Wawancara Guru SMA Negeri 1 Surakarta (1) .....................
116
10 Transkrip Wawancara Guru SMA Negeri 1 Surakarta (2) ....................
119
11 Transkrip Wawancara Guru SMA Negeri 3 Surakarta ..........................
127
12 Transkrip Wawancara Siswa SMA Negeri 1 (1) ...................................
132
13 Transkrip Wawancara Siswa SMA Negeri 1 (2) ..................................
135
14 Transkrip Wawancara Siswa SMA Negeri 1 (3) ...................................
137
15 Transkrip Wawancara Siswa SMA Negeri 3 ........................................
139
16 Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia .......................................
142
17 Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ............................................
145
18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara ...............
153
19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Menulis .................
161
20 Nilai Siswa ..........................................................................................
173
21 Program Tahunan SMA Negeri 3 Surakarta..........................................
177
22 Program Semester SMA Negeri 3 Surakarta .........................................
178
23 Rincian Minggu Efektif SMA Negeri 3 Surakarta ................................
183
24 Kriteria Ketuntasan Minimum SMA Negeri 3 Surakarta.......................
185
25 Laporan Hasil Ujian Nasional Sekolah ................................................
190
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 Dokumentasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara ...........................
192
27 Dokumentasi Pembelajaran Keterampilan Menulis ..............................
193
28 Tugas Siswa: Surat Perjanjian Jual Beli ...............................................
194
29 Tugas Siswa: Proposal Kegiatan ..........................................................
209
30 Tugas Siswa: Naskah Drama ...............................................................
225
31 Permohonan Izin Menyusun Skripsi ....................................................
247
32 Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan .........
248
33 Permohonan Izin Research/Try Out .....................................................
249
34 Permohonan Surat Pengantar Izin Penelitian .......................................
250
35 Surat Izin Penelitian ............................................................................
252
36 Surat Keterangan Penelitian ................................................................
253
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu menjalin hubungan dan interaksi dengan orang lain. Interaksi antarmanusia akan terjalin dengan adanya komunikasi. Sarana yang dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi adalah bahasa. Manusia menyampaikan ide, pikiran, dan perasaannya melalui bahasa, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Berbahasa pada hakikatnya merupakan sebuah keterampilan dan pencerminan pikiran seseorang. Semakin seseorang terampil berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut digolongkan ke dalam dua jenis keterampilan, yaitu keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Keterampilan reseptif bersifat menerima, diterapkan dalam keterampilan
menyimak
dan
membaca,
sedangkan
keterampilan
produktif
menitikberatkan pada kemampuan seseorang menggunakan bahasa secara aktif, yaitu dalam keterampilan berbicara dan menulis. Keterampilan berbicara, yang termasuk dalam keterampilan berbahasa produktif, adalah keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi untuk menyampaikan pesan, kehendak, keinginan, dan perasaan kepada orang lain (Iskandarwassid dan Sunendar,
2008:
berkomunikasi
241).
secara
Keterampilan
verbal,
sedangkan
berbicara
merupakan
keterampilan
menulis
keterampilan merupakan
keterampilan berkomunikasi secara nonverbal. Keterampilan berbahasa produktif lainnya, yaitu keterampilan menulis merupakan keterampilan melukiskan lambanglambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut (Abdurrahman dalam Hakim, 2008: 141). Seseorang membutuhkan kedua keterampilan tersebut untuk berkomunikasi.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Keterampilan berbicara dan menulis bukanlah keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun, meskipun manusia dianugerahi keterampilan tersebut. Kedua keterampilan tersebut, seperti keterampilan berbahasa lainnya perlu dilatih agar dapat dikuasai dan digunakan secara maksimal. Mengingat pentingnya keterampilan tersebut, dalam kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia memuat keterampilan berbicara dan menulis untuk diajarkan kepada siswa. Keterampilan berbicara dan menulis perlu dipelajari dan dikuasai oleh siswa di semua jenjang pendidikan, baik di sekolah dasar maupun sekolah menengah. Keterampilan berbicara dan menulis akan berguna bagi siswa, bukan hanya pada jenjang sekolah melainkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Berbahasa sebagai sebuah keterampilan berarti siswa sebagai pembelajar bahasa tidak hanya mampu menguasai bahasa sebagai sebuah ilmu, tetapi juga dapat menerapkan atau menggunakan ilmu bahasa tersebut dalam kehidupannya. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Tujuan pembelajaran tersebut telah sejalan dengan pengertian pendidikan yang tertera dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003. Pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dengan berpedoman pada tujuan yang akan dicapai, semestinya pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada kegiatan yang melatih siswa terampil menggunakan bahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini dirasa tidak optimal dan terkesan monoton karena siswa banyak diberikan pengetahuan tentang bahasa. Kondisi ini menyebabkan persepsi dan perilaku siswa terhadap bahasa Indonesia tidak tepat. Siswa cenderung memandang remeh bahasa Indonesia dan malas mempelajari bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai Ujian Nasional bahasa Indonesia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
siswa yang cenderung lebih rendah dari nilai mata pelajaran lain (KOMPAS, 21 Mei 2011). Padahal tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang seharusnya bukanlah untuk menjadikan siswa sebagai ahli bahasa, melainkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki kemampuan dan pengalaman berbahasa yang ia lakukan sendiri. Salah satu program khusus dalam jenjang pendidikan menengah adalah akselerasi atau percepatan. Akselerasi merupakan program percepatan studi. Melalui program akselerasi, pendidikan tiga tahun di tingkat SMA dapat ditempuh dalam dua tahun. Program akselerasi memiliki syarat yang harus dipenuhi dalam perekrutan siswanya. Proses perekrutan siswa akselerasi mendasarkan pada tiga hal, yaitu intellegent quotion (IQ), komitmen pada tugas, dan kreativitas (Hawadi, 2004: 36). Siswa yang mengikuti kelas akselerasi diharapkan mampu memiliki tiga hal tersebut karena singkatnya waktu belajar yang harus ditempuh dalam kelas akselerasi. Pembelajaran bahasa yang dimiliki di kelas akselerasi sama halnya dengan siswa pada kelas reguler, yaitu siswa diharapkan dapat menguasai keterampilan berbahasa Indonesia untuk digunakan dalam komunikasi. Cara agar siswa dapat menguasai keterampilan berbahasa, termasuk keterampilan berbicara dan menulis, serta terampil menggunakannya adalah dengan melatih keterampilan tersebut. Waktu pembelajaran bahasa Indonesia di setiap kelas dalam jenjang SMA umumnya terdiri dari 4 jam pelajaran dalam satu minggu. Padahal pada kenyataannya, pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis cenderung membutuhkan waktu yang tidak singkat, terutama saat melakukan praktik pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Demikian halnya dalam kelas akselerasi yang menempuh pelajaran di satu semester (6 bulan) hanya dalam waktu 4 bulan. Waktu pembelajaran ini cenderung memengaruhi pelaksanaan pembelajaran berbicara dan menulis. Di kota Surakarta, ada dua SMA negeri yang memiliki kelas khusus program akselerasi, yaitu SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta. Selain program akselerasi, program lainnya yang dimiliki oleh kedua sekolah tersebut adalah rintisan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
sekolah bertaraf internasional (RSBI). Kedua sekolah tersebut tergolong sekolah unggul dan memiliki prestasi yang baik dalam bidang akademik, maupun nonakademik. Hal ini dibuktikan melalui nilai UN SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 masuk dalam peringkat 10 besar hasil UN SMA di Surakarta. Secara lengkap nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Peringkat 10 Besar Hasil UN SMA Jurusan IPA di Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 Nilai RataNilai Nilai No Nama SMA rata Terendah Tertinggi 1 SMAN 1 (RSBI) 50,20 36,05 57,30 2 SMAN 4 49,60 34,25 56,10 3 SMAN 7 49,52 38,80 56,45 4 SMA Islam Diponegoro 49,04 45,45 52,05 SMA Regina Pacis 5 48,90 38,80 57,54 (RSBI) 6 SMAN 3 (RSBI) 47,68 35,25 56,75 7 SMAN 5 47,32 37,60 56,50 8 SMAN 2 47,09 35,35 52,95 9 SMA Muhammadiyah 3 47,00 32,50 52,40 10 SMA Murni 46,44 28,30 51,65 Sumber: Pemerintah Kota Surakarta Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 masuk dalam peringkat 10 besar hasil UN SMA. Selain itu, menurut data yang diperoleh peneliti ketika melakukan penelitian, khusus untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, nilai rata-rata yang diperoleh SMA Negeri 1 adalah 8,62 dan mendapatkan peringkat 1 se-Surakarta, sedangkan SMA Negeri 3 memperoleh nilai rata-rata 8,37 dan mendapatkan peringkat 3 se-Surakarta. Peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang cukup baik secara akademik. Hal itu dapat dilihat dari perolehan nilai UN siswa jurusan IPA, termasuk kelas akselerasi. Peneliti berasumsi bahwa sekolah yang memiliki kualitas dan prestasi yang baik tentu didukung oleh pembelajaran yang baik pula. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
dan SMA Negeri 3 Surakarta untuk menemukan pola pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi. Selain itu, penelitian juga dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi serta upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mencapai keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi? 3. Kendala-kendala apa sajakah yang dialami guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis? 4. Usaha-usaha apa sajakah yang dapat dilakukan guru untuk mencapai keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal berikut. 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran menyeluruh pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Mendeskripsikan persepsi guru terhadap pelaksanaan keterampilan berbicara dan menulis. b. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
c. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. d. Mendeskripsikan
usaha-usaha
yang
dilakukan
guru
untuk
mencapai
keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ada dalam penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini akan memberikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kompetensi guru bahasa Indonesia dalam rangka pencapaian keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada umumnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1) Sebagai masukan yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi. 2) Sebagai masukan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi. b. Bagi Siswa 1) Sebagai masukan untuk menyikapi bagaimana seharusnya pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis dipelajari. 2) Sebagai masukan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan berbicara dan menulis. c. Bagi Sekolah Sebagai masukan untuk peningkatan kemampuan guru khususnya dalam menghadapi persoalan dan hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis a. Pembelajaran Keterampilan Berbicara Manusia merupakan makhluk individual yang unik. Keunikan yang dimiliki oleh manusia terletak pada kemampuannya berbahasa. Kemampuan berbahasa dianugerahkan kepada manusia oleh Sang Pencipta. Manusia yang normal ketika bayi sudah memiliki kemampuan berbahasa namun terbatas pada kemampuan untuk mendengar dan kemampuan untuk berbicara. Semakin bertambahnya umur dan tingkat pendidikan, kemampuan berbahasa yang dimilikinya meningkat menjadi kemampuan membaca dan menulis. Selain sebagai makhluk individual, manusia juga merupakan makhluk sosial. Tindakan pertama dan paling penting adalah tindakan sosial, yaitu suatu tindakan tepat untuk saling menukar pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan atau saling mengekspresikan, serta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan (Tarigan, 2008: 8). Tindakan sosial tersebut disalurkan melalui ujaran. Zhao dan Throssell (2011: 89) juga menyatakan pendapatnya mengenai ujaran. Menurutnya, dalam usaha menyampaikan makna, orang tidak hanya menciptakan ucapan-ucapan yang melibatkan struktur tata bahasa dan kata-kata, mereka juga melakukan tindakan melalui ujaran. Tindakan ujaran yang diucapkan tersebut dihasilkan melalui kegiatan berbicara. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 2008: 16). Berbicara dikatakan sebagai suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor linguistik sedemikian ekstensif secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
sosial. Dengan berbicara, manusia berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Sebagai sarana untuk berkomunikasi, berbicara juga merupakan sebuah proses yang melibatkan tiga hal. Pertama, komunikator atau speakerman ialah seseorang yang memindahkan arti yang bertindak sebagai pembicara. Kedua, simbol untuk memindahkan arti. Ketiga, penerima atau audience ialah seseorang yang menerima simbol fisik atau psikologis atau orang yang mendengarkan ceramah. Selanjutnya, ada hal yang disebut feedback atau umpan balik. (Scott dalam Purwanto, 2010: 17). Bovee dan Thill (dalam Haryani, 2001: 8) menggambarkan proses komunkasi dalam Gambar 1. Gambar 1 menyatakan bahwa pembicara merupakan pengirim pesan yang menyampaikan ide. Ide tersebut berubah menjadi pesan yang disampaikan kepada pendengar atau penerima pesan. Pesan merupakan objek dari komunikasi. Setelah pesan diterima, penerima pesan akan memberikan feedback atau umpan balik kepada pengirim pesan. Feedback adalah informasi yang diterima oleh penerima pesan. Siklus tersebut berulang ketika dua orang atau lebih melakukan kegiatan berkomunikasi. Ide berubah menjadi pesan Pengirim dengan idenya
Pesan disampaikan
Penerima bereaksi dan mengirimkan umpan balik
Penerima membaca pesan
Gambar 1. Proses Komunikasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Berbicara
dapat
diklasifikasikan
menjadi
beberapa
macam.
Slamet (2008: 37) meninjau berbicara sebagai ilmu dan seni. Berbicara sebagai ilmu merupakan teori atau pengetahuan tentang keterampilan berbicara. Pengetahuan tentang ilmu berbicara menunjang kemahiran serta keberhasilan praktik atau seni berbicara. Sementara itu, penekanan berbicara sebagai seni berarti membahas berbagai model praktik berbicara. Tinjauan berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan mekanisme berbicara dan mendengar, latihan dasar tentang ujaran dan suara, bunyibunyi bahasa, dan patologi ujaran. Haryadi dan Zamzani (dalam Slamet, 2008: 38) menyatakan bahwa berbicara sebagai seni menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat. Hal yang menjadi perhatian berbicara sebagai seni adalah berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Berbicara di muka umum mencakup berbicara yang bersifat pemberitahuan, kekeluargaan, bujukan, dan perundingan; sedangkan berbicara pada konferensi meliputi diskusi kelompok, prosedur parlementer, dan debat. Berbicara merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa lainnya, yaitu keterampilan menyimak, membaca, dan menulis. Oleh karena berbicara adalah sebuah keterampilan, maka berbicara bukanlah hal yang dapat diturunkan atau diwariskan, melainkan diperoleh melalui proses belajar. Seseorang yang ingin memiliki keterampilan berbicara yang baik harus mempelajari keterampilan berbicara, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterampilan berbicara penting untuk dikuasai semua orang karena berbicara dapat dimanfaatkan sebagai alat komunikasi dengan sesama atau lingkungan. Seseorang yang memiliki kemampuan berbicara akan lebih mudah dalam menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain sehingga dapat diterima oleh orang yang mendengarkan atau diajak bicara. Sebaliknya, seseorang yang kurang memiliki kemampuan berbicara akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan ide gagasannya kepada orang lain (Slamet, 2008: 32). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Pendidikan diberikan kepada
peserta
didik
agar
ia
secara
aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pembelajaran keterampilan berbicara juga harus mampu memberikan kesempatan kepada setiap individu mencapai tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran keterampilan berbicara yang dicita-citakan, yaitu mampu menggunakan keterampilan berbicara dalam berbagai konteks komunikasi. Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 42) menyatakan tujuan keterampilan berbicara, yaitu mencakup: (a) kemudahan berbicara, (b) kejelasan, (c) bertanggung jawab, (d) membentuk pendengaran yang kritis, dan (e) membentuk kebiasaan. Melalui pembelajaran keterampilan berbicara, peserta didik diharapkan mampu memiliki kemudahan berbicara dan kejelasan, yaitu mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, ide, dan informasi melalui kegiatan berbicara yang disampaikan dengan jelas. Peserta didik juga bertanggung jawab terhadap kebenaran dari apa yang ia ungkapkan. Selain itu, berbicara juga berkaitan dengan keterampilan menyimak atau mendengarkan. Dengan memiliki keterampilan berbicara yang baik, siswa diharapkan mampu memiliki pola pikir kritis dalam menerima informasi. Selanjutnya, keterampilan berbicara juga bertujuan membentuk kebiasaan siswa menggunakan keterampilan berbicara secara tepat. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat atau gagasan secara lisan. Sama halnya dengan keterampilan berbahasa lainnya, keterampilan berbicara juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari dan dilatih oleh orang yang ingin menguasainya, termasuk peserta didik.
b. Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa dalam pengertian sehari-hari adalah bahasa lisan, sedangkan bahasa tulis merupakan pencerminan kembali dari bahasa lisan itu dalam bentuk simbolsimbol tertulis (Keraf, 2004: 13). Hal ini disebabkan karena berbicara umumnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
dilakukan dalam jumlah dan frekuensi yang lebih tinggi daripada menulis. Dalam mengungkapkan perasaan atau pikiran secara lisan, umpan balik dari lawan bicara akan dapat langsung diketahui. Hal yang berbeda terjadi pada penggunaan bahasa secara tertulis. Dalam mengungkapkan bahasa tertulis, seorang pemakai bahasa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan atau mengatur diri, baik dalam hal apa yang akan diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 249). Oleh karena itu, keterampilan menulis umumnya disebut sebagai keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Hal ini disebabkan keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang akan menjadi isi tulisan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang kompleks karena melibatkan cara berpikir yang teratur dan berbagai persyaratan yang berkaitan dengan teknik penulisan. Persyaratan tersebut menurut Hastuti (dalam Slamet, 2008: 98) antara lain adanya kesatuan gagasan, penggunaan kalimat yang jelas dan efektif, paragraf disusun dengan baik, penerapan kaidah ejaan yang benar, dan penguasaan kosakata yang memadai. Klein dan Kirkpatrick (2010: 3) menambahkan bahwa untuk menyusun tulisan yang baik, seorang penulis mencari sumber internal (ingatan jangka panjang), eksternal (teks), dan informasi yang relevan. Menulis bukanlah hasil akhir, melainkan proses. Menulis merupakan kegiatan produktif dalam berbahasa yang merupakan proses psikolinguistik bermula dengan formulasi gagasan lewat aturan semantik, lalu ditata dengan aturan sintaksis, kemudian digelarkan dalam tatanan sistem tulisan (Alwasilah, 1994: 78). Sejalan dengan Alwasilah, Wang (2009: 82) menyatakan bahwa menulis merupakan sebuah proses perpindahan dari penulis yang memilih sebuah topik untuk dituliskan, mengatur ide untuk disampaikan, membuat garis besar dan merevisi isi, hingga sampai kepada publikasi. Seseorang yang melakukan kegiatan penulisan pada umumnya bertujuan agar tulisannya dibaca oleh orang lain. Oleh karena itu, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
seseorang akan mengungkapkan gagasannya secara tertib dan tertata agar mudah diterima dan dipahami oleh penerima pesan atau pembacanya. Slamet (2008: 97) menyatakan bahwa menulis merupakan proses yang melibatkan beberapa
fase,
yaitu:
fase prapenulisan (persiapan),
penulisan
(pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). Hal yang biasanya dilakukan dalam fase prapenulisan ialah pembuatan tema, judul tulisan, dan kerangka tulisan. Tahap penulisan yang merupakan pengembangan dari hal-hal yang telah dibuat penulis dalam fase pramenulis, yaitu tema, judul, dan kerangka tulisan. Fase terakhir adalah fase pascapenulisan. Dalam fase ini penulis melakukan telaah terhadap tulisan, menyunting isi maupun ejaan tulisan, dan menyempurnakan tulisan. Meskipun terdapat tiga fase, namun fase-fase tersebut tidak terpisah. Ketiganya harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui penulis dalam menulis. Tiga kegiatan tersebut dapat membantu mempermudah penulis melakukan kegiatan menulis. Menulis didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya (Suparno dan Yunus, dalam Slamet, 2008: 96). Ada empat unsur yang terlibat dalam komunikasi tulis, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, isi tulisan, saluran atau media yang berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Selain berfungsi sebagai kegiatan penyampaian pesan, menulis juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis perlu untuk dipelajari dan dikuasai. Pentingnya penguasaan keterampilan menulis diungkapkan juga oleh Poedjosoedarmo (2001: 40). Ia berpendapat bahwa bangsa yang maju berarti menguasai berbagai segi ilmu dan teknologi untuk mengatur masyarakatnya. Untuk sampai ke taraf yang demikian, anggota masyarakat saling menjalin komunikasi dengan mengenai hal-hal yang menyangkut berbagai segi kehidupan yang maju. Bahasanya pun harus berkembang dan mampu dipakai untuk berbagai seni commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
komunikasi. Salah satu cara anggota masyarakat untuk menjalin komunikasi adalah dengan menggunakan sistem tulis yang tidak terbatas pada generasi tertentu saja. Keterampilan menulis umumnya disebut sebagai keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Hal ini disebabkan keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang akan menjadi isi tulisan. Penguasaan keterampilan menulis tidak lepas dari kebiasaan seseorang berlatih menulis. Pada awalnya orang akan merasa bahwa keterampilan menulis sulit dikuasai. Tetapi, bila seseorang sudah membiasakan diri untuk melakukan praktik menulis, maka keterampilan menulis akan bisa dikuasai. Motivasi perlu ditanamkan kepada siswa agar siswa mau berlatih dan menguasai keterampilan menulis dengan baik melalui pembelajaran keterampilan menulis. Salah satu motivasi siswa untuk menulis yang baik adalah keinginan agar tulisannya dapat dibaca oleh orang lain. Rivers (1996: 83) berpendapat bahwa menulis bukan hanya kegiatan yang bersifat individu, melainkan dapat bersifat interaktif antara penulis dan pembaca. Pembelajaran menulis pada siswa juga tidak lepas dari motivasi dan keinginan siswa agar tulisannya dapat dibaca oleh orang lain. Apabila siswa memiliki motivasi untuk menulis agar dapat dibaca oleh orang lain, maka siswa akan berusaha untuk menulis sebaik mungkin. Motivasi ini dapat diungkapkan guru kepada siswa saat pembelajaran keterampilan menulis agar siswa terpacu untuk menulis dengan baik. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa produktif yang bertujuan menyampaikan gagasan, ide, informasi, dan pengalaman seseorang dalam bentuk tulisan. Pembelajaran keterampilan menulis perlu dipelajari oleh siswa untuk melatih siswa agar mampu mengungkapkan gagasannya secara tertib dan terstruktur lewat tulisan. Guru dapat mengingatkan siswa untuk menulis dengan baik agar tulisan siswa nantinya dapat dibaca oleh orang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
c. Metode Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku diharapkan terjadi secara menyeluruh yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syamsudin dalam Subana dan Sunarti, 2009: 9). Aspek kognitif berkaitan dengan pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek afektif berkaitan dengan penerimaan, sambutan,
apresiasi,
pendalaman,
dan penghayatan.
Sementara
itu,
aspek
psikomotorik berkaitan dengan keterampilan bertindak dan ekspresi verbalnonverbal. Proses belajar yang baik harus mampu mengubah ranah perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik tersebut. Proses belajar dan mengajar merupakan bagian dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar dalam kegiatan pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Dalam pembelajaran, siswa menjadi pusat pembelajaran yang melakukan kegiatan belajar dan mengalami perubahan tingkah laku melalui belajar. Sementara peran guru menurut Gagne dan Briggs (dalam Subana dan Sunarti, 2009: 14) dalam pembelajaran adalah penyampai informasi (informator), stimulator bagi terjadinya proses belajar-mengajar, penumbuh hasrat belajar (motivator), pengarah setiap kegiatan belajar (direktor), dan pengatur lingkungan agar terjadi proses belajar-mengajar yang baik (fasilitator). Proses belajarmengajar atau pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Seorang guru memiliki peran yang besar dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus bisa memosisikan dirinya dalam pembelajaran, salah satunya menggunakan metode dan strategi yang tepat. Guru perlu memilih metode dan strategi yang tepat agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Pemilihan metode pembelajaran dan bahan ajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, pilihan guru, atau aturan pendidikan dan sekolah (Richards dan Rodgers, 1986: vii). Ada beberapa metode yang sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Subana dan Sunarti (2009: 93) menyebutkan beberapa metode yang digunakan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
pembelajaran. Metode-metode tersebut yaitu metode ceramah, diskusi, sumbang saran (brainstorming), simulasi, demonstrasi, discovery-inquiry, pengajaran modul, belajar mandiri, dan pengajaran berprogram. 1) Ceramah adalah cara mengajar dengan menyajikan fakta atau ide secara lisan, baik dengan atau tanpa alat peraga pandang dengar. Adapun siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Ceramah merupakan salah satu metode mengajar tradisional yang menganggap siswanya tidak memiliki potensi dalam belajar. Guru berperan sebagai pemindah informasi kepada siswa. 2) Diskusi adalah metode yang membuat siswa aktif. Semua siswa memperoleh kesempatan berbicara satu sama lain untuk bertukar pikiran dan informasi tentang suatu topik masalah. Diskusi dianggap sebagai fungsi dan prosedur kelas yang demokratis untuk membantu siswa mengalami perubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab. 3) Sumbang saran (brainstorming) dilaksanakan guru dengan melontarkan suatu masalah ke kelas, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapatnya yang memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru. Melalui metode ini siswa belajar dan berlatih merumuskan pendapat dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang aktif dipancing dengan pertanyaan agar ia turut aktif dan berani mengemukakan pendapatnya. 4) Simulasi adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan atau berpura-pura untuk memperoleh pemahaman tentang hakikat suatu konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. 5) Demonstrasi
adalah
cara
mengajar
guru
dengan
menunjukkan
atau
memperlihatkan suatu proses sehingga siswa dapat melihat, mengamati, mendengar, meraba-raba, dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru. 6) Discovery-inquiry merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep dan prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Pengajaran dengan metode ini harus meliputi pengalaman belajar yang dapat mengembangkan siswa menemukan konsep commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
sendiri. Dalam metode ini, guru lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan kreativitas siswa. Proses ini bersifat student-centered dengan
tujuan
mengembangkan
bakat
siswa
dan
membantu
siswa
mengembangkan self-concept-nya. 7) Integratif atau terpadu merupakan kebijakan pembelajaran bahasa dengan menyajikan bahan ajar secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan ajar sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisahpisah. Metode ini terdiri atas integratif internal (terpadu intrabidang studi bahasa) dan eksternal (terpadu antarbidang studi bahasa). 8) Pengajaran modul merupakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan modul sebagai sarana untuk belajar. Modul adalah suatu unit lengkap, berdiri sendiri, dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. 9) Belajar mandiri adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh individu untuk memperbaiki diri sendiri. Dalam belajar, siswa tidak selalu memulainya dari diri sendiri, tetapi di bawah supervisi bimbingan dari guru/konselor, dan direncanakan. Siswa terlibat dalam identifikasi masalah/topik, kegiatan penyimpulan, dan evaluasi terhadap hasil belajar mandiri. Subana dan Sunarti (2009: 217) secara khusus menjelaskan teknik pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Aktivitas pembelajaran berbicara dapat dilakukan dengan teknik terpimpin, teknik semiterpimpin, dan teknik bebas. Ketiga teknik pembelajaran tersebut dapat diarahkan pada peningkatan keterampilan aktivitas berbicara yang bersifat individual maupun kelompok. 1) Teknik terpimpin adalah teknik pembelajaran berbicara yang dilakukan dengan cara meminta siswa mengujarkan sesuatu yang sama persis dengan contoh yang sudah ada. 2) Teknik semiterpimpin adalah teknik pembelajaran berbicara yang dilakukan dengan cara meminta siswa mengujarkan sesuatu yang secara material sudah ada. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Melalui teknik ini, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan paparan bahasa sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. 3) Teknik bebas adalah teknik pembelajaran berbicara yang bebas dilakukan dengan cara meminta siswa memaparkan sesuatu secara bebas tanpa bahan yang ditentukan atau tanpa bimbingan dan pancingan tertentu. Teknik pembelajaran berbicara tersebut dapat dicapai melalui beberapa metode dan kegiatan pembelajaran berbicara, yaitu ceramah, berpidato, diskusi dan diskusi panel, debat, seminar, dan simposium. Metode dan kegiatan tersebut bertujuan agar siswa dapat melatih keterampilan berbicaranya dalam pembelajaran. Metode atau teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis adalah menulis terpimpin (Subana dan Sunarti, 2009: 233). Dalam metode menulis terpimpin, guru memimpin atau mengatur aktivitas menulis. Guru membimbing siswa melalui pemberian contoh-contoh penulisan terlebih dahulu (pemodelan), kemudian guru memberi tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan menulis (penugasan). Menulis merupakan sebuah proses. Oleh karena itu, dalam pembelajaran keterampilan menulis ada langkah-langkah yang harus dilalui (Subana dan Sunarti, 2009: 232). Langkah-langkah tersebut ialah: 1) mencari topik yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dengan ruang lingkup kehidupannya; 2) menentukan tujuan mengapa penulis (siswa) mengarang tulisan itu; 3) menentukan kepada siapa tulisan itu tertuju; 4) membuat rencana penulisan (outline); 5) mewujudkan karangan di kertas. Mula-mula konsep kasar, kemudian sesudah direvisi dan disunting, ditulis rapi pada kertas karangan. Pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis merupakan pembelajaran keterampilan berbahasa yang penting untuk dipelajari, tetapi juga cenderung memerlukan waktu yang tidak singkat untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, guru sebagai pengarah dan pembimbing kegiatan pembelajaran harus mampu menerapkan metode, strategi, dan teknik yang tepat dalam pembelajaran. Pembelajaran hendaknya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
dapat sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga pembelajaran pun akan lebih mengena dan bermakna bagi siswa.
d. Media Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis Kata media berasal dari bahasa Latin yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar (Sadiman, dkk., 2011: 6). Association of Education and Communication Technology (AECT) menyatakan bahwa media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2011: 3) mengatakan bahwa media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Sejalan dengan itu, Sudrajat (2008) mengartikan media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. Dengan kata lain, media memiliki pengertian yang luas dan tidak terbatas hanya pada alat atau benda tertentu saja, melainkan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menciptakan kondisi belajar pada peserta didik. Media pembelajaran bermanfaat untuk membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Jika pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu guru dalam mengajar dan terbatas jenisnya, pada saat ini pengertian media dan jenisnya telah berkembang sesuai dengan paradigma pendidikan yang terus berkembang. Pembelajaran yang semula berpusat pada guru telah bergeser dan menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran. Oleh karena itu, media saat ini digunakan oleh siswa untuk membantu siswa dalam pembelajaran. Jenis media yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran juga beragam. Bretz dan Briggs (dalam Saputra, 2012) menggolongkan media menjadi empat kelompok, yaitu media audio, media visual, media audio visual, dan media serba aneka. Berikut adalah penjelasan dari keempat kelompok media tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
1) Media audio Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan pendengaran. Contoh media audio ialah radio, tape recorder, telepon, dan laboratorium bahasa. 2) Media visual Media visual adalah media yang mengandalkan indera penglihatan. Media visual dibedakan menjadi dua, yaitu media visual diam dan media visual gerak. Contoh media visual diam adalah foto, ilustrasi, flashcard, gambar, film bingkai, OHP, poster, peta, slide, grafik, dan lain-lain. Media visual gerak contohnya gambargambar proyeksi bergerak seperti film bisu, dan sebagainya. 3) Media audio visual Media audio visual merupakan media yang mampu menampilkan suara dan gambar. Ditinjau dari karakteristiknya, media audio visual dibedakan menjadi dua, yaitu media audio visual diam dan media audio visual gerak. Media audio visual diam di antaranya TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, dan buku bersuara. Media audio visual gerak di antaranya film, TV, film bersuara, gambar bersuara, dan lain-lain. 4) Media serbaaneka Media serbaaneka merupakan media yang disesuaikan dengan potensi suatu daerah, di sekitar sekolah, atau di lokasi lain yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Contoh media serbaaneka adalah papan tulis, media tiga dimensi, realita, dan sumber belajar pada masyarakat. Guru dapat memilih menggunakan media untuk digunakan dalam pembelajaran. Dalam pemilihan media yang akan digunakan dalam pembelajaran, guru perlu perlu memperhatikan kriteria-kriteria pemilihan media. Tujuan memperhatikan kriteria dalam memilih media pembelajaran adalah agar media pembelajaran dapat bermanfaat secara tepat. Kriteria pemilihan media pembelajaran adalah sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
1) Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran. Artinya, media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisi unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pembelajaran. 2) Dukungan terhadap isi bahan ajar. Artinya, bahan ajar yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa. 3) Kemudahan memperoleh media. Artinya, media yang diperlukan mudah diperoleh dengan waktu dan biaya yang tersedia. 4) Keterampilan dalam menggunakannya. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada media pembelajarannya, tetapi dampak dari penggunaan pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. 5) Tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung. 6) Sesuai dengan taraf berpikir siswa. Memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Tujuan penggunaan media dalam pembelajaran adalah agar siswa yang merupakan pusat pembelajaran dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi dirinya melalui media pembelajaran tersebut. Dengan penggunaan media, siswa lebih tertarik dan lebih termotivasi dalam belajar. Selain itu bahan ajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa akan lebih mudah dipahami oleh siswa karena lebih konkret atau nyata sehingga tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik. Sudjana dan Rivai (2009: 2) menyebutkan beberapa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa. Manfaat-manfaat tersebut ialah: 1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; 3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru. Siswa juga tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga dalam mengajar; 4) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menciptakan kondisi belajar pada peserta didik. Terdapat berbagai jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Guru dapat memilih menggunakan media pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran perlu memperhatikan kriteria-kriteria yang ada agar media yang dipilih itu dapat digunakan dengan tepat untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
e. Penilaian Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis 1) Penilaian pembelajaran keterampilan berbicara Ada banyak tugas yang dapat diberikan pada peserta didik untuk menilai keterampilan berbicaranya. Penilaian yang diberikan hendaknya bersifat fungsional yaitu memungkinkan peserta didik untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan informasi secara verbal. Nurgiyantoro (2011: 426) memberikan beberapa bentuk tugas untuk menilai keterampilan berbicara peserta didik. Bentuk tugas tersebut ialah sebagai berikut. a) Berbicara berdasarkan gambar Rangsang yang berupa gambar sangat baik untuk dipergunakan anak-anak usia sekolah dasar, pembelajar bahasa asing tahap awal, atau pembelajar yang kemampuan bahasanya telah tinggi tergantung pada keadaan gambar yang digunakan. Gambar yang digunakan dapat berupa gambar objek dan gambar cerita. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Tugas-tugas yang diberikan disampaikan dengan cara pemberian pertanyaan dan meminta peserta didik untuk bercerita sesuai dengan gambar yang disediakan. Penilaian ini dapat memancing kreativitas dan imajinasi peserta didik. b) Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan gabungan antara berbicara berdasarkan gambar dan suara. Rangsang visual dan suara yang paling banyak dikenal adalah televisi, video, atau berbagai bentuk rekaman. Tugas kompetensi ini biasanya meminta siswa untuk menonton dan mengamati sebuah siaran televisi atau video dan kemudian menceritakan hal yang ia amati. c) Bercerita Rangsang yang dijadikan bahan untuk bercerita dapat berupa buku yang sudah dibaca, cerita fiksi dan cerita lama, pengalaman, dan lain-lain. d) Wawancara Wawancara biasanya dilakukan terhadap seorang pembelajar yang kompetensi bahasanya sudah cukup memadai sehingga memungkinkan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dalam bahasa itu. Masalah yang ditanyakan dalam wawancara dapat menyangkut berbagai hal, tetapi hendaknya disesuaikan dengan tingkat pengalaman peserta uji. e) Berdiskusi dan berdebat Tugas berbicara yang dimasukkan dalam bagian ini adalah berdiskusi, berdebat, berdialog, dan berseminar dalam situasi formal. Berbagai tugas berbicara tersebut baik dilakukan oleh peserta ddik untuk melatih kemampuan dan keterampilan berbicara. Dalam aktivitas ini, peserta didik berlatih mengungkapkan gagasan, menanggapi gagasan lawan bicaranya secara kritis, dan mempertahankan gagasan sendiri dengan argumentasi secara logis sehingga dapat dipertanggungjawabkan. f) Berpidato Aktivitas berpidato banyak dikenal dan dilakukan orang dalam masyarakat, misalnya pidato sambutan, pidato politik kenegaraan, upacara, dan sebagainya. Tugas berpidato baik untuk diajarkan dan diujikan di sekolah untuk melatih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
kemampuan peserta didik mengungkapkan gagasan dalam bahasa yang tepat dan cermat. Ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menilai kemampuan berbicara peserta didik (Subana dan Sunarti, 2009: 222). Faktor-faktor penilaian itu adalah: a) lafal dan ucapan; b) struktur kebahasaan; c) kosakata; d) kefasihan, kemudahan, dan kecepatan bicara; e) isi dan topik pembicaraan, gagasan yang disampaikan, ide-ide yang dikemukakan, dan alur pembicaraan; f) pemahaman, menyangkut tingkat keberhasilan komunikasi.
2) Penilaian pembelajaran keterampilan menulis Menulis, seperti halnya berbicara, adalah aktivitas aktif produktif yang umumnya paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa. Hal yang ditekankan pada keterampilan menulis adalah unsur kebahasaan dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan. Penilaian keterampilan menulis pada siswa diarahkan pada praktik menulis langsung yang bermakna, artinya sesuai dengan berbagai bidang yang dekat dengan lingkungan siswa. Tujuan pembelajaran keterampilan menulis adalah menghasilkan siswa yang mampu untuk menulis dengan kaidah penulisan yang benar. Oleh karena itu, penilaian keterampilan menulis diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Nurgiyantoro (2011: 426) menyebutkan beberapa bentuk tugas kompetensi menulis. Bentuk-bentuk tugas kompetensi menulis yaitu sebagai berikut. a) Tugas menulis dengan memilih jawaban Walaupun tes kompetensi menulis yang ideal adalah menyuruh peserta didik untuk menulis yang sebenarnya, dalam praktiknya tes bentuk objektif masih dapat dilakukan. Tes kemampuan menulis bentuk objektif yang mampu menuntut peserta didik untuk mempertimbangkan unsur bahasa dan gagasan adalah tugas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
menyusun alinea berdasarkan kalimat-kalimat. Tugas tersebut menuntut peserta didik untuk menyusun gagasan secara tepat, menentukan kalimat yang berisi gagasan pokok dan pikiran-pikiran penjelas, dan menentukan urutan kalimat yang logis. b) Tugas menulis dengan membuat karya tulis Tugas menulis yang diberikan harus berupa jenis karya tulis yang diperlukan di dunia nyata. Dengan demikian, karya tulis yang dihasilkan benar-benar bermakna, dapat dimanfaatkan dan sesuai dengan kebutuhan dalam bidang tertentu. Tugas menulis yang diberikan memang memaksa peserta didik untuk belajar dan berusaha menulis, yaitu memilih bentuk-bentuk kebahasaan yang tepat untuk mengungkapkan apa yang akan ditulis, mencari dan menyeleksi informasi dari berbagai sumber serta isi tulisan, serta menyusun informasi itu ke dalam urutan logika yang benar. Tugas-tugas menulis dapat berkaitan dengan keperluan pekerjaan kantor, jurnalistik, penerbitan, dan lain-lain seperti surat-menyurat, resensi buku, menulis berita, menulis laporan, membuat tabel, menulis artikel, iklan, dan menulis kreatif yang menghasilkan teks-teks kesastraan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam menilai kompetensi menulis peserta didik yaitu: a) isi karangan, sejauh mana topik tersebut dapat menjadi masalah yang menarik; b) bentuk karangan; c) gramatika, perangkat kebahasaan tulisan harus sesuai dengan kaidah yang berlaku serta memenuhi syarat sebagai bahasa tulis; d) gaya penulisan, untuk memberikan nada dan warna tertentu terhadap karangan; e) ejaan, penggunaan ejaan yang tepat memberikan pengaruh yang cukup besar dalam membangun keutuhan karangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
2. Pembelajaran di Kelas Akselerasi a. Hakikat Kelas Akselerasi Chasiyah, Chadidjah, dan Edy (2009: 18) menyatakan bahwa di dalam diri setiap orang terdapat dimensi kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan dimaksudkan sebagai sesuatu yang secara hakiki ada pada manusia di suatu segi dan di segi lain sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan. Dimensi kemanusiaan itu dapat dirumuskan menjadi dimensi keindividualan (individualitas), dimensi kesosialan (sosialitas), dimensi kesusilaan (moralitas), dan dimensi keberagamaan (religiusitas). Salah satu dimensi kemanusiaan yang ada adalah individualitas. Hal mendasar yang dimiliki oleh manusia adalah adanya perbedaan dalam setiap individu. Dari segi fisik atau biologis, tidak ada manusia yang sama persis. Aspek mental pun demikian. Perbedaan dalam aspek psikologis meliputi kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, cita rasa dan kegemaran, bakat dan minat, fantasi dan cita-cita, kemampuan berekspresi dan berkomunikasi, kecenderungan merasa bersikap, dan sebagainya. Pengembangan dimensi keindividualan pada setiap orang memungkinkan seseorang memperkembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal mengarah pada aspek kehidupan yang positif, mampu tegak berdiri dengan kepribadiannya sendiri. Salah satu perbedaan dalam aspek psikologis yang dimiliki oleh manusia adalah bakat atau kecerdasan. Kecerdasan merupakan bakat umum untuk belajar, yang sering diukur berdasarkan kemampuan memahami abstraksi dan memecahkan masalah (Slavin, 2008: 163). Keserasian antara kemampuan dan pengalaman belajar pada manusia akan menghasilkan capaian peningkatan kecerdasan yang secara substansial sangat bermakna. Kemampuan kognitif pada diri seseorang dapat dikembangkan untuk mendukung seseorang meraih potensi diri yang lebih tinggi, termasuk seseorang yang tergolong unggul (Erland, 1999: 29). Kemampuan tersebut dapat dikembangkan lebih optimal apabila peserta didik ditempatkan bersama peserta didik lain yang memiliki kemampuan yang hampir sama. Karena itu, pendidikan, terutama di sekolah seyogianya mampu mewujudkan lingkungan yang kaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
pengalaman dan bersifat human, juga fleksibel sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan beragam kemampuan peserta didik yang berbeda-beda (Uno dan Umar, 2009: 32). Hal ini sangat perlu bagi anak yang berkemampuan unggul karena ketertarikan intelektual dan perspektif masa depan anak berbakat jauh berbeda, baik dalam arti genetis maupun dalam kecepatan tindakan dibandingkan dengan orang lain. Fasilitas yang disediakan dalam pendidikan bagi anak dengan kemampuan unggul adalah program akselerasi. Mengenai program kelas akselerasi, Hawadi (2004: 11) memberikan definisi mengenai kelas akselerasi. Menurutnya, kelas akselerasi merupakan program layanan pendidikan yang diikuti oleh anak berbakat akademik sehingga diharapkan kelas akselerasi ini mampu memenuhi kebutuhan layanan pendidikan yang berbeda bagi mereka yang tergolong gifted. Sejalan dengan itu, Saelan (dalam Nugroho, 2006: 31) menyatakan bahwa akselerasi adalah suatu proses percepatan (acceleration) pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik yang memiliki kemampuan luar biasa (unggul) dalam rangka mencapai target kurikulum nasional dengan tetap mempertahankan mutu pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal. Peserta didik yang berbakat atau memiliki kemampuan unggul memang mendapatkan jaminan untuk memperoleh pendidikan khusus. Landasan Hukum penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi anak berbakat akademik atau program percepatan belajar adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, antara lain: Pasal 5 ayat 4: Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Pasal 12 ayat 1: Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:… (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya; (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Komisi Pendidikan AS, Sidney P. Marland, sebagaimana dikutip oleh Fakhruddin (2009: 6) juga berpendapat mengenai hak layanan pendidikan khusus bagi anak berbakat. Ia menyatakan bahwa anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional sebagai anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang sesuai atau layanan melebihi sebagaimana yang diberikan secara normal oleh program sekolah reguler, sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan masyarakatnya. Peserta didik kelas akselerasi umumnya adalah peserta didik yang dapat dikatakan sebagai anak berbakat secara akademik. Kitano dan Kirby menegaskan beberapa karakteristik anak berbakat akademik (Wahab, 2010: 2) di antaranya: 1) memiliki rentangan perhatian yang lama dikaitkan dengan bidang akademik tertentu; 2) memiliki pemahaman konsep, metode, dan terminologi pada tingkat lanjut untuk bidang tertentu; 3) mampu menerapkan konsep-konsep dari bidang tertentu ke kegiatan-kegiatan dalam bidang lainnya; 4) adanya keinginan untuk mencurahkan sebagian besar waktu dan usahanya untuk mencapai standar yang tinggi dalam suatu bidang akademik tertentu; 5) adanya kemampuan kompetitif dalam bidang akademik tertentu dan motivasi untuk berbuat yang terbaik; 6) kemampuan belajar cepat dalam bidang studi tertentu; dan 7) memiliki keajegan dan dikendalikan oleh tujuan dalam bidang tertentu. Karakteristik-karakteristik
tersebut
berkonsekuensi
pada
kebutuhan-
kebutuhan peserta didik kelas akselerasi. Lebih lanjut, Kitano dan Kirby (Wahab, 2010) menjelaskan kebutuhan-kebutuhan yang perlu dipenuhi, di antaranya: 1) mendapatkan
kesempatan
untuk
memperoleh
kompetensi
fundamental,
perbendaharaan teknis, dan pengetahuan lanjut dari suatu bidang yang dimiliki; 2) berinteraksi dengan para pemimpin dalam bidangnya; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
3) menerapkan pengetahuan untuk penyelesaian masalah mutakhir; 4) mengomunikasikan pengetahuan; dan 5) mengembangkan kemampuan dalam bidang akademik dan sosial lainnya. Peserta didik yang berbakat memiliki karakteristik yang berbeda dengan peserta didik yang lain. Maka dari itu, program akselerasi merupakan layanan program pendidikan yang diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan pendidikan peserta didik yang berbakat. Nulhakim (2008: 930) memberikan pendapatnya tentang tujuan khusus program akselerasi. Tujuan-tujuan tersebut ialah: (a) memberikan penghargaan kepada peserta didik untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat sesuai potensinya, (b) meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik, (c) mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal, (d) memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional secara seimbang. Berdasarkan pendapat mengenai akselerasi dapat disimpulkan bahwa akselerasi merupakan program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan unggul. Layanan pendidikan ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki secara optimal.
b. Pembelajaran di Kelas Akselerasi Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru (Sagala, 2007: 61). Belajar dalam konsep ini adalah perubahan tingkah laku setelah mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dirancang untuk terciptanya kegiatan pembelajaran yang baik. Komponen pembelajaran itu ialah: analisis kurikulum yang diaplikasikan dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, materi, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media, dan evaluasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Analisis kurikulum dilakukan sebelum menyusun silabus dan rencana pembelajaran. Analisis ini penting untuk dilakukan mengingat kurikulum merupakan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan (Mulyasa, 2006: 25). Kurikulum diaplikasikan dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Anak berbakat pada dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Karena itu, diperlukan adanya penanganan khusus untuk anak-anak berpotensi luar biasa ini. Yamin (2009: 11) mengungkapkan bahwa kelas percepatan pembelajaran atau akselerasi disajikan kepada siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu dua tahun siswa telah menyelesaikan pendidikannya. Kelas akselerasi sebagai layanan khusus pendidikan anak berbakat memilih materi-materi yang esensial. Materi yang esensial itu disusun sebagai rencana pembelajaran yang akan diajarkan di kelas. Hal itu dilakukan mengingat program akselerasi hanya memberikan waktu dua tahun bagi siswa untuk menyelesaikan sekolahnya pada jenjang SMA mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Pengembangan kurikulum melalui materi dimaksudkan memberikan pengembangan materi jika secara proporsi mental dan psikis dapat diberikan pada siswa. Hal ini didasarkan bahwa kurikulum merupakan standar cakupan materi minimal (Nugroho, 2006: 36). Penyusunan materi diurutkan dari mudah ke sulit dan dari sederhana ke kompleks. Strategi
pembelajaran
dapat
diartikan
sebagai
garis
besar
untuk
melaksanakan pembelajaran dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran dimuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Perancangan strategi pembelajaran bertujuan agar guru dapat memiliki pedoman atau skenario yang rinci dan praktis dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain strategi pembelajaran, ada hal yang disebut metode pembelajaran. Pengertian metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Jika commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
dikaitkan dengan pembelajaran, maka metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk menerapkan rencana pembelajaran yang telah dibuat guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Metode pembelajaran yang dapat digunakan antara lain ceramah, diskusi, penugasan, curah pendapat, role playing, simulasi, studi kasus, uji coba, dan sebagainya. Penggunaan metode yang beragam diharapkan tidak membuat jenuh dan monoton dalam menyajikan materi pelajaran (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008 226). Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik (Sudrajat, 2008). Selanjutnya, ada evaluasi. Evaluasi berfungsi untuk menilai sejauh mana kemajuan hasil belajar siswa dengan mengukur kemampuannya menguasai kemampuan-kemampuan yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus. Dari beberapa pendapat dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di kelas akselerasi mencakup enam komponen pembelajaran, yaitu analisis kurikulum, materi, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media, dan evaluasi. Komponen pembelajaran ini bertujuan agar tujuan pendidikan yang telah dibuat dapat tercapai.
3. Peran Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi Guru
adalah
seorang
pengajar
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran.
yang Dalam
tugas
utamanya
adalah
penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran itu, guru melakukan kegiatan mengajar. Mengajar adalah proses mendidik atau membelajarkan peserta didik yang diasumsikan mempunyai beberapa fungsi, antara lain membantu menumbuhkan dan mentransformasikan nilai-nilai positif sambil memberdayakan serta mengembangkan potensi-potensi kepribadian peserta didik (Sanusi dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 3). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Pengembangan potensi yang dimiliki oleh peserta didik perlu dilatih, terutama keterampilan berbahasa. Siswa tidak boleh hanya diajarkan tentang teori tata bahasa maupun teori sastra, tetapi tidak diberikan kesempatan untuk mempraktikkan teori tata bahasa dan teori sastra dalam pembelajaran bahasa. Pengajaran bahasa yang kering seperti itu akan membosankan siswa dan tidak dapat menjadikan siswa terampil berbahasa. Hal yang diperlukan oleh sebagian besar siswa adalah penguasaan bahasa serta keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Tujuan itu hanya dapat dicapai dengan latihan, dan sekali lagi latihan yang cukup (Badudu, 1989: 24). Keterampilan berbicara dan menulis yang dilatih dan dikuasai dengan baik oleh peserta didik akan menghasilkan penggunaan bahasa yang tertib. Bahasa yang tertib mencerminkan cara berpikir, sikap, dan tindakan yang tertib pula. Ketertiban inilah kunci utama bagi berhasilnya pembangunan dan pembinaan bangsa (Amanat Kenegaraan, 1973, II: 82 dalam Jalal, 2001). Guru hendaknya berusaha menciptakan suasana kegiatan berbahasa setiap saat. Idris, Ahmad, dan Broto (1981: 56) menyebutkan peran guru sebagai pengawas dan pembimbing. Sebagai pengawas, guru berusaha mengawasi berbagai kegiatan berbahasa yang dilakukan siswa tanpa sepengetahuan siswa. Sebagai pembimbing, guru selalu berusaha mendorong siswa melakukan berbagai kegiatan berbahasa setiap kesempatan itu terbuka. Guru hendaknya juga dapat membimbing siswa untuk mampu mengatur diri dalam belajar bahasa. Secara terus menerus telah dibuktikan bahwa kemampuan pengaturan diri siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk pencapaian akademik mereka (Zimmerman dan Martinez dalam Ping, 2012: 90). Pengaturan diri dalam pembelajaran yaitu siswa dapat memiliki tanggung jawab secara pribadi untuk belajar dan tahu bagaiamana caranya belajar (Keirns dalam Ping, 2012: 89). Guru yang juga berperan sebagai seorang pengajar hendaknya mampu mendidik dan membimbing peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Didikan dan bimbingan yang diberikan bukan hanya sekadar menyampaikan pengetahuan tentang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
bahasa, tetapi juga latihan. Dengan berlatih menggunakan keterampilan berbicara dan menulis, peserta didik diharapkan dapat terlibat langsung dalam menyerap informasi dan menyatakan kembali hasil rekaman informasi yang diperolehnya sesuai dengan kemampuan individu peserta didik (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 227). Tujuannya agar peserta didik mampu menguasai keterampilan berbicara dan menulis untuk digunakan dalam kehidupannya.
4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis di Kelas Akselerasi Perkembangan arus informasi, teknologi, dan komunikasi dalam era globalisasi saat ini begitu pesat. Perkembangan tersebut menuntut setiap bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan, dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Sistem pendidikan pun demikian. Pendidikan dapat memengaruhi kehidupan dan perkembangan masyarakat, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang agar terbentuk masyarakat madani yang good governance dan clean governance. Masyarakat tersebut hanya dapat diwujudkan melalui pendidikan berkualitas yang mampu memadukan aspek religi, sosial budaya, dan teknologi secara utuh dan menyeluruh (Mulyasa, 2006: 16). Sistem pendidikan senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Sistem pendidikan yang terus menerus berkembang mencakup kurikulum yang merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan. Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum senantiasa berubah menyesuaikan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Perubahan kurikulum berangkat dari kompetensi-kompetensi sebagai hasil analisis dari berbagai kebutuhan di masyarakat, baik kebutuhan untuk hidup (bekerja) maupun untuk mengembangkan diri sesuai dengan pendidikan seumur hidup (Mulyasa, 2006: 15). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Kurikulum yang digunakan saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP dapat dikatakan sebagai perbaikan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum 2004 pada hakikatnya adalah kurikulum yang berbasis kompetensi. Kompetensi ini dimaksudkan agar peserta didik terukur perkembangannya. Tiap-tiap mata pelajaran telah ditetapkan capaian kompetensi standarnya dan kompetensi dasarnya sehingga secara konseptual jelas capaiannya (Nugroho, 2006: 9). KTSP beranjak dari Kurikulum 2004. KTSP dapat dikatakan sebagai penyempurnaan dari kurikulum yang ada sebelumnya, yaitu Kurikulum 2004. Beberapa perbedaan dalam KTSP dan Kurikulum 2004 yaitu dalam manajemen, pembelajaran, dan pelaksanaan (PP No. 19 Tahun 2005). Dalam Kurikulum 2004, uji coba, pemodelan, dan manajemen berbasis sekolah dilakukan oleh pusat (Direktoriat dan Balitbang), sedangkan dalam KTSP standar isi disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan dikembangkan oleh sekolah. Selanjutnya dalam pembelajaran, Kurikulum 2004 menetapkan peran guru sebagai fasilitator dan pembelajaran berbasis kompetensi, sedangkan dalam KTSP berorientasi kompetensi dan siswa sebagai pusat pembelajar. Pelaksanaan Kurikulum 2004 diberikan modelmodel (silabus, pembelajaran, dan penilaian) dalam dokumen lengkap yang disusun pusat sebagai acuan atau pedoman, sedangkan dalam KTSP sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya di bawah supervisi dinas kabupaten/kota dan/atau dinas provinsi. KTSP disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan dengan
memperhatikan
standar
kompetensi
dan
kompetensi
dasar
yang
dikembangkan oleh BSNP. Penyusunan dan pelaksanaan KTSP oleh pihak sekolah bertujuan agar setiap visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak sekolah dapat terwujud karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya. Mulyasa (2007: 21) mengungkapkan bahwa KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah, dan satuan pendidikan. KTSP dapat dikatakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
sebagai salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, tuntutan, dan kebutuhan masing-masing. Ketika melakukan pengembangan kurikulum untuk digunakan dalam pembelajaran di sekolah, guru maupun tim MGMP sebagai pengembang kurikulum perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam mengembangkan kurikulum. Prinsip pengembangan kurikulum yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22 tahun 2006, yaitu: a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; b) beragam dan terpadu; c) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; d) relevan dengan kebutuhan kehidupan; e) menyeluruh dan berkesinambungan; f) belajar sepanjang hayat; dan g) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Proses pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan kebutuhannya, tuntutan keilmuan dan keutuhan masyarakat dunia kerja. Tujuan mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan kebutuhannya dalam pengembangan kurikulum adalah agar pembelajaran yang dialami peserta didik, khususnya peserta didik dalam kelas akselerasi, benar-benar aplikatif dan bermakna bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya. Pengembangan kurikulum merupakan proses yang dinamis berdasarkan keseimbangan estetika, etika, logika, dan kinestetika. Guru harus
benar-benar
berupaya
menyeimbangkan
aspek-aspek
tersebut
secara
proporsional agar peserta didik memiliki keterampilan yang utuh.
5. Penelitian yang Relevan Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sa’bani (2009) dalam skripsi yang berjudul “Pembelajaran Keterampilan Berbicara di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
SMP Negeri 3 Salatiga”. Dalam penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara di SMP Negeri 3 Salatiga pada dasarnya dapat berlangsung dan berhasil dengan baik, terlihat dari persiapan yang cukup, strategi dan metode pembelajaran yang menarik dan variatif, penggunaan media ajar sesuai kebutuhan, pemilihan materi ajar yang baik, interaksi yang baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa, penilaian yang baik, dan hasil pembelajaran yang memuaskan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan berbicara yaitu siswa kurang percaya diri, siswa kurang antusias, siswa masih menggunakan metode hapalan, siswa merasa takut dan kurang percaya diri, jumlah siswa sangat banyak sehingga waktu untuk presentasi terbatas, siswa belum mampu berbicara dadakan, dan siswa masih sering menggunakan bahasa Jawa. Meskipun terdapat beberapa kendala dalam pembelajaran keterampilan berbicara, namun guru dan siswa berusaha mengatasi kendala-kendala tersebut. Penelitian kedua yang relevan adalah tesis yang berjudul “Pembelajaran Keterampilan Menulis di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus di Kelas XI SMA N 1 Slogohimo, Wonogiri)” oleh Tarmin (2007). Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian tersebut adalah pembelajaran keterampilan menulis di kelas XI SMA N 1 Slogohimo, Wonogiri sudah cukup baik, terlihat dari pengetahuan guru terhadap kurikulum yang saat itu digunakan, pelaksanaan pembelajaran yang sesuai rencana, materi telah sesuai, media cukup bervariasi, dan durasi waktu praktik yang cenderung lebih banyak daripada teori. Kesulitan yang ditemui antara lain belum ada tradisi gemar
menulis di kalangan siswa, kesulitan
menuangkan ide,
lemahnya
ketatabahasaan siswa, menentukan judul setelah karangan selesai, dan pendekatan komunikatif belum terlaksana. Penelitian ketiga yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dengan judul “Pembelajaran Sastra pada Kelas Akselerasi (Studi Kasus di SMA N 8 Yogyakarta)” oleh Nugroho (2006). Kesimpulan penelitian tersebut adalah pelaksanaan pembelajaran sastra di kelas akselerasi SMA Negeri 8 Yogyakarta berjalan dengan baik, mulai dari perencanaan hingga evaluasinya telah memenuhi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
langkah-langkah yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Siswa juga dapat mengembangkan kemampuan apresiasi sastra melalui pembelajaran sastra. Hambatan yang ditemui dalam pembelajaran puisi adalah pengetahuan guru tentang puisi tersebut. Usaha yang dilakukan oleh guru adalah pemilihan materi, pemberian motivasi, pengembangan metode dan strategi, dan kedekatan siswa dan guru. Penelitian keempat yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2011) dengan judul “Pembelajaran Keterampilan Berbicara (Studi Kasus di SMK Negeri Kabupaten Karanganyar)”. Kesimpulan penelitian tersebut adalah perencanaan pembelajaran dalam RPP masih berbentuk mentah dan perlu dikembangkan, pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik. Kendala yang ditemui adalah siswa sulit berbicara di depan umum, sumber materi mengacu pada LKS yang materinya kurang mendalam, jam pelajaran bahasa Indonesia dirasa kurang, terdapat beberapa LCD yang rusak dan belum adanya laboratorium bahasa, dan masih ada penggunaan bahasa ibu (bahasa Jawa) dalam pembelajaran. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah memotivasi siswa, mencari materi dari sumber lain, penilaian keterampilan berbicara berdasarkan pengamatan guru terhadap siswa di luar pembelajaran, dan guru memiliki fungsi kontrol kepada siswa. Penelitian kelima yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nulhakim (2008) dengan judul “Program Akselerasi bagi Siswa Berbakat Akademik”. Kesimpulan penelitian tersebut adalah layanan pendidikan khusus bagi peserta didik berbakat akademik dan berkecerdasan luar biasa dibutuhkan oleh masyarakat dengan beberapa peningkatan layanan agar dapat berlangsung secara optimal dengan memperhatikan kebutuhan peserta didik yang memang unggul dan merupakan aset harapan masa depan bangsa. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah adanya kesamaan pada variabel, yaitu variabel pembelajaran keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan kelas akselerasi. Penelitian tersebut mengkaji proses pembelajaran, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
kendala dalam pembelajaran, dan berusaha mencari pemecahan atas kendala yang dihadapi dalam keterampilan berbicara dan menulis.
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan
pendahuluan
dan
kajian
teori
tentang
pembelajaran
keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi dapat dibuat suatu kerangka berpikir seperti berikut. Keterampilan berbicara dan menulis adalah keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis secara umum belum memperlihatkan perolehan hasil yang memuaskan. Dalam keterampilan berbicara siswa belum mampu menyampaikan gagasannya dalam komunikasi lisan dengan baik. Mereka masih malu, gugup, dan ragu ketika menyampaikan pendapat dan gagasannya di depan umum. Dalam keterampilan menulis, siswa belum tergugah untuk dapat mengekspresikan pendapatnya sesuai dengan tema tulisan serta kurang menguasai ejaan dan kosakata yang diperlukan untuk membuat sebuah karya tulis yang baik. Pemahaman guru terhadap kurikulum sangat penting. Khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis, guru harus memahami hakikat keterampilan berbicara dan menulis. Selain kurikulum pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis, guru juga harus memahami karakteristik siswa kelas akselerasi dan pembelajaran di kelas akselerasi yang berbeda dengan kelas reguler. Selain pemahaman tentang kurikulum, guru juga dituntut untuk mampu melakukan proses pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Guru diharapkan memiliki kemampuan mengajar dan mendidik yang baik melalui pemberian materi, pelaksanaan strategi, penerapan metode, penggunaan media, serta pelaksanaan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran. Pemahaman terhadap kurikulum dan proses pembelajaran keterampilan berbahasa produktif pada guru diharapkan mampu diterapkan kepada siswa. Tujuannya agar hasil proses belajar-mengajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
keterampilan berbahasa produktif dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Visualisasi kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Pemahaman dan Persepsi Guru terhadap Kurikulum 2006
Pemahaman Teori dan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
Pemahaman Karakteristik dan Pembelajaran Kelas Akselerasi
Pemahaman Peran Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis
Proses Belajar Mengajar (Materi, Strategi, Metode, Media, Evaluasi)
Hasil Proses Belajar Mengajar Keterampilan Berbicara dan Menulis Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua sekolah, yaitu SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada tahun ajaran 2011/2012. SMA Negeri 1 terletak di Jalan Monginsidi 40, Surakarta, sedangkan SMA Negeri 3 terletak di Jalan RE Martadinata 143, Surakarta. Dua sekolah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian karena keduanya merupakan sekolah favorit dan memiliki prestasi akademik yang baik. Dari 8 (delapan) SMA Negeri yang ada di kota Surakarta, hanya SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta saja yang memiliki program akselerasi. SMA Negeri 1 memiliki dua kelas akselerasi pada kelas XI, yaitu kelas XI Aksel 1 dan XI Aksel 2. Kelas yang dijadikan sebagai objek penelitian di SMA Negeri 1 adalah kelas XI Aksel 1 yang berjumlah 24 orang. Sementara itu, SMA Negeri 3 memiliki tiga kelas akselerasi pada kelas XI, yaitu kelas XI Aksel 1, XI Aksel 2, dan XI Aksel 3. Kelas yang menjadi objek penelitian di SMA Negeri 3 adalah kelas XI Aksel 3 yang berjumlah 19 orang.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2012-Juni 2012. Adapun rincian kegiatan dan waktu penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 2. Rincian Waktu dan Kegiatan Penelitian No.
Kegiatan
Februari xxxx
1
Penyusunan proposal
2 3 4 5
Pengajuan Izin Penelitian Pengumpulan data Analisis data Penyusunan laporan
Bulan Maret April
Mei
Juni
xxx xxxx ---x
xxxx
xxxx xx-x
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah proses yang mengungkapkan penelitian yang mengungkapkan berbagai pandangan yang nampak dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti bertolak dari data yang ditemui di lapangan, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan konsep yang berkaitan dengan variabel yang diteliti. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara detail mengenai pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta. Penelitian ini menggunakan dua sekolah untuk mendeskripsikan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi. Tujuannya adalah untuk menemukan pola pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi.
C. Data dan Sumber Data Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Tempat dan peristiwa, yaitu peristiwa pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas XI Aksel 1 di SMAN 1 Surakarta dan XI Aksel 3 di SMAN 3 Surakarta. 2. Informan atau narasumber, yaitu seseorang yang dinilai mengetahui masalah yang akan dikaji oleh peneliti. Dalam hal ini informan adalah guru dan siswa kelas akselerasi SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta. 3. Dokumen mengenai perangkat pembelajaran (RPP, silabus, dan daftar nilai siswa,), tugas-tugas siswa yang berhubungan dengan pelaksanaan keterampilan berbicara dan menulis. Dokumen diperoleh dari guru dan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
D. Teknik Sampling (Cuplikan) Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yakni pengambilan sampel karena pertimbangan atau tujuan tertentu. Purposive sampling dilakukan agar penelitian dapat lebih terfokus. Peneliti mengambil sampel satu kelas akselerasi dari masing-masing sekolah pada tahun ajaran 2011/2012, yaitu kelas XI Aksel 1 di SMA Negeri 1 dan XI Aksel 3 di SMA Negeri 3. Pertimbangan yang diambil dalam pengambilan sampel adalah kedua kelas tersebut merupakan kelas yang menengah, artinya bukanlah kelas yang terbaik dan bukan juga kelas yang terlemah dalam prestasi. Kedua kelas inilah yang diamati tentang proses pembelajaran dan hasil pekerjaan siswa, meliputi praktik keterampilan berbicara dan hasil tulisan siswa.
E. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Teknik observasi atau pengamatan dilakukan mengenai keadaan tempat observasi, yaitu sekolah dan kelas, serta peristiwa atau kegiatan pembelajaran. 2. Wawancara Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan guru dan siswa. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi lebih dari pengamatan atau observasi yang dilakukan. 3. Analisis Data Teknik analisis dokumen dilakukan dengan cara mentranskrip dokumendokumen berupa RPP, silabus, nilai keterampilan berbicara dan menulis siswa, tugas siswa yang berhubungan dengan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas dan sekolah yang diteliti.
F. Uji Validitas Data Uji validitas data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
1. Review Informan Review informan dilakukan untuk mengecek kembali data dan informasi. Data diperoleh dari guru dan siswa. 2. Triangulasi Metode Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis dengan metode yang berbeda, yaitu observasi, wawancara, dan analisis dokumen. 3. Triangulasi Sumber Data Triangulasi sumber data, yakni dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Dalam hal ini membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan dokumen yang berkaitan dengan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta.
G. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif Milles dan Huberman (Sutopo, 2002: 187). Analisis interaktif adalah analisis yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Skema analisis interaktif dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini. Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data Penarikan Simpulan/Verifikasi Gambar 3. Analisis Model Interaktif (Miles dan Huberman) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) penyusunan proposal penelitian; (b) pengurusan perizinan penelitian; (c) menyusun jadwal penelitian; (d) menyiapkan pedoman observasi, wawancara, dan perangkat lainnya; (e) melaksanakan penelitian; (f) analisis data penelitian; (g) penyusunan laporan penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yaitu di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta. SMA Negeri 1 Surakarta terletak di pinggir jalan raya yang cukup strategis untuk dijangkau dengan angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Sekolah yang merupakan salah satu sekolah negeri favorit di kota Surakarta ini terletak di Jalan Monginsidi 40, Surakarta. Ada dua jenis program yang saat ini dimiliki, yaitu program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan akselerasi. Secara rinci, terdapat sepuluh kelas untuk kelas X, masing-masing delapan kelas untuk kelas XI IPA dan XII IPA, tiga kelas untuk XI IPS dan XII IPS, serta dua kelas untuk XI Akselerasi dan XII Akselerasi. Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 ini difokuskan pada kelas XI Aksel 1 dengan siswa yang berjumlah 24 orang. Lokasi penelitian kedua adalah SMA Negeri 3 Surakarta. SMA Negeri 3 Surakarta juga memiliki dua program, yaitu program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan kelas akselerasi. Sekolah yang juga merupakan sekolah favorit di kota Surakarta ini memiliki dua lokasi yang berbeda. Program RSBI SMA Negeri 3 terletak di sebelah utara, yaitu di Jalan Prof. WZ. Johanes 58 Surakarta (Kerkop). Program akselerasi SMA Negeri 3 terletak di sebelah selatan, yaitu Jalan RE Martadinata 143, Surakarta (Warungmiri). Kedua lokasi tersebut, terutama lokasi untuk akselerasi terletak di jalan raya yang tidak terlalu ramai. Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 3 ini difokuskan pada kelas XI Aksel 3 dengan siswa yang berjumlah 19 orang.
B. Deskripsi Temuan Penelitian Penelitian ini menghasilkan serangkaian data atau informasi mengenai proses pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi di SMA Negeri kota Surakarta. Data atau informasi dihimpun dari SMA Negeri 1 dan commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
SMA Negeri 3 Surakarta yang berstatus RSBI dan memiliki kelas khusus program akselerasi. Hasil-hasil penelitian ini meliputi: (1) persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis; (2) pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis; (3) kendala-kendala yang ditemui guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis; (4) upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi masalah tersebut. Hasil penelitian tersebut secara rinci dideskripsikan dalam pembahasan berikut.
1. Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis Guru memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru berperan sebagai pendidik yang membantu siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pembelajaran bahasa, siswa juga diharapkan menguasai keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang akan berguna bagi dirinya dan masyarakat. Menurut data yang diperoleh dari wawancara dengan guru bahasa Indonesia pada kelas akselerasi, persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis adalah sebagai berikut. a. Keterampilan berbicara dan menulis berguna untuk diterapkan dalam kehidupan siswa Guru berpendapat bahwa keterampilan berbicara dan menulis berguna bagi siswa untuk diterapkan di kehidupannya, baik yang ia alami saat ini maupun bagi masa depannya. Keterampilan berbicara dan menulis tidak hanya berguna bagi siswa pada saat pembelajaran bahasa Indonesia saja, melainkan juga pada kegiatan sekolah yang lainnya, misalnya lomba pembuatan karya ilmiah. Keterampilan menulis diterapkan dalam penulisan karya ilmiah, melalui penjabaran ide yang baik dan kaidah penulisan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
b. Siswa perlu dibekali keterampilan berbicara dan menulis melalui praktik Menurut guru, siswa perlu dibekali dengan keterampilan berbahasa yang baik, khususnya keterampilan berbicara dan menulis untuk diterapkan dalam kehidupannya. Pembekalan itu tidak hanya dari teori saja, tetapi juga praktik agar siswa benar-benar mampu melakukan keterampilan tersebut. Guru membimbing dan mengarahkan siswa agar mampu menguasai keterampilan berbicara dan menulis. Bimbingan dan arahan itu diwujudkan dalam tugas dan evaluasi keterampilan berbicara dan menulis yang berguna untuk mengasah keterampilan siswa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa guru memiliki persepsi bahwa keterampilan berbicara dan menulis harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan berbicara dan menulis berguna bagi siswa untuk diterapkan di kehidupannya, baik yang ia alami saat ini maupun bagi masa depannya. Keterampilan tersebut harus diasah secara tepat, tidak hanya dibekali dengan teori saja tetapi juga dengan praktik agar siswa dapat menguasai sendiri keterampilan itu.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis a. Persiapan Sebelum Pembelajaran Persiapan merupakan hal yang penting dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Persiapan turut menentukan kualitas proses dan hasil pembelajaran, termasuk dalam kegiatan pembelajaran berbicara dan menulis pada kelas askselerasi. Waktu pembelajaran yang tergolong singkat pada kelas akselerasi membuat guru harus merancang kegiatan pembelajaran dengan baik. Persiapan pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi adalah sebagai berikut.
1) Perangkat pembelajaran yang berbeda dengan kelas reguler Guru-guru yang mengajar pada kelas akselerasi di dua sekolah yang diteliti melakukan persiapan melalui pembuatan perangkat pembelajaran. Guru yang mengajar di dua program yang berbeda, yaitu reguler dan akselerasi pun juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang berbeda untuk kedua program tersebut. Hal ini bertujuan agar guru dapat mengelola waktu dalam pembelajaran secara tepat karena waktu untuk kedua program tersebut berbeda. RPP yang dibuat oleh guru memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alokasi waktu, model pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, sumber bahan ajar, dan media pembelajaran. Selain persiapan dari RPP, guru juga membuat rincian minggu efektif pembelajaran. Rincian minggu efektif berisi jumlah minggu dalam semester, jumlah minggu yang tidak efektif, dan distribusi waktu untuk memenuhi kompetensi dasar yang ada. Selain rincian minggu efektif, guru juga membuat program tahunan (prota), program semester (promes), silabus, serta rencana pengajaran dan kalender pendidikan yang dibuat pada awal tahun pembelajaran.
2) Klasifikasi materi pada awal tahun pembelajaran Waktu pembelajaran kelas akselerasi dapat dikatakan singkat. Pembelajaran yang biasa ditempuh dalam tiga tahun, ditempuh hanya dalam waktu dua tahun pada program akselerasi. Singkatnya waktu pembelajaran yang ada membuat guru mengondisikan rencana dan kegiatan pembelajaran sesuai waktu yang tersedia. Guru yang mengajar di kelas akselerasi menyadari pentingnya untuk mengatur dan merencanakan kegiatan pembelajaran. Strategi pengaturan perencanaan kegiatan pembelajaran pada kelas akselerasi dilakukan oleh guru. Biasanya guru memadatkan materi pembelajaran yang akan diberikan pada siswa kelas akselerasi. Pemadatan itu biasanya tercermin pada RPP yang dibuat oleh guru. Tidak hanya RPP, guru juga membuat rencana pembelajaran dalam klasifikasi materi untuk satu tahun pembelajaran untuk mengefektifkan waktu yang tersedia dan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Jika materi yang sama ditemui pada tiga semester awal, maka pada semester yang baru guru dan siswa hanya mengulang sebagian materi dan memperbanyak praktik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Guru bahasa Indonesia pada kelas akselerasi menyadari pentingnya membuat rencana pembelajaran untuk siswa, khususnya siswa kelas akselerasi yang memiliki waktu pembelajaran singkat. Guru benar-benar melakukan persiapan dan perencanaan kegiatan pembelajaran untuk disampaikan kepada siswa di kelas akselerasi. Persiapan yang dilakukan guru disiapkan dengan baik untuk waktu satu tahun pembelajaran.
3) Pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan disampaikan Persiapan tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi juga siswa. Sebelum melaksanakan pembelajaran berbicara dan menulis, guru biasanya meminta siswa melakukan persiapan. Siswa biasanya memiliki pengetahuan awal tentang materi yang akan dipelajari. Dalam pembelajaran berbicara, guru meminta siswa mempelajari mmenyiapkan bahan pembelajarannya, yaitu naskah berita atau pidato, puisi untuk ditampilkan dalam musikalisasi puisi, atau properti yang akan digunakan dalam pementasan drama. Sementara itu, dalam pembelajaran menulis guru biasanya meminta siswa untuk menyiapkan contoh proposal atau surat perjanjian jual-beli serta media yang digunakan siswa. Biasanya masing-masing siswa menggunakan laptop dalam pembelajaran menulis.
b. Pemilihan Metode Pembelajaran dan Strategi Pengelolaan Pembelajaran 1) Metode Pembelajaran a) Integratif Salah satu pembelajaran integratif yang dilakukan oleh guru adalah pembelajaran berbicara dalam kompetensi dasar menulis. Dalam kompetensi dasar menulis surat dagang dan kuasa, guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat surat perjanjian jual beli sesuai yang temanya disesuaikan dengan undian yang diambil oleh setiap siswa. Pada pertemuan berikutnya saat siswa telah menyelesaikan pekerjaannya, guru meminta siswa mempertanggungjawabkan hasil pekerjaannya dengan mempresentasikannya di depan kelas. Siswa lain yang tidak melakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
presentasi menyimak presentasi yang dilakukan oleh temannya sambil membaca hasil pekerjaan temannya tersebut yang ditayangkan melalui layar LCD. Tidak seluruh siswa melakukan kegiatan presentasi, melainkan hanya beberapa siswa yang melakukannya. Siswa lainnya melakukan kegiatan berbicara melalui pengajuan pertanyaan. Dalam hal ini guru juga bertindak adil. Seluruh siswa diberikan nilai melalui kegiatan berbicara yang dilakukan, baik melalui presentasi maupun pengajuan pertanyaan. Pada pembelajaran tersebut, guru telah menerapkan metode pembelajaran integratif. Metode pembelajaran integratif yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak hanya melatih keterampilan menulis siswa saja, melainkan juga keterampilan berbicara, membaca, dan menyimak siswa. Siswa melatih keterampilan menulisnya lewat penulisan surat perjanjian jual beli. Keterampilan berbicara siswa dilatih melalui kegiatan presentasi dan pengajuan pertanyaan kepada siswa yang melakukan presentasi, keterampilan membaca dilatih melalui kegiatan membaca pekerjaan siswa yang melakukan presentasi, dan kegiatan menyimak dilakukan pada saat siswa menyimak kegiatan presentasi temannya dan mendengar siswa lainnya memberikan komentar atau pertanyaan.
b) Demonstrasi Metode lain yang digunakan oleh guru adalah demonstrasi. Metode demonstrasi dilakukan guru dengan menunjukkan atau memperlihatkan contohcontoh yang berkaitan dengan pembelajaran yang sedang dilakukan. Menurut guru B dan BD yang peneliti wawancarai, metode ini cukup efektif karena siswa bisa mendapatkan contoh yang nyata dari kegiatan berbicara atau menulis yang hendak dilakukan. Harapannya siswa mampu melakukan sendiri kegiatan berbicara dan menulis dengan beranjak dari contoh-contoh yang ia telah dapatkan sebelumnya. Dalam kegiatan berbicara guru biasanya memberikan contoh tayangan video berbicara atau berpidato. Selain itu, guru juga menjadikan dirinya sebagai contoh atau model sehingga siswa bisa memperhatikan secara langsung bagaimana cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
melakukan kegiatan berbicara yang baik. Sedangkan dalam kegiatan menulis, guru memberikan contoh tulisan yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan.
c) Discovery-Inquiry Salah satu karakteristik siswa akselerasi adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar. Rasa ingin tahu siswa itu semakin dibangun oleh guru dengan metode pembelajaran discovery-inquiry. Dalam metode ini, guru tidak langsung memberikan pengetahuan kepada siswa tentang suatu hal, melainkan membiarkan siswa menemukan konsep dan prinsip sendiri. Contohnya, dalam pembelajaran menulis guru mengambil contoh yang dekat dengan lingkungan siswa, yaitu vas bunga. Dari hal tersebut, guru menyuruh siswa menentukan jenis karangan apa yang bisa dibuat oleh siswa.
d) Brainstorming Selain membangun rasa ingin tahu siswa melalui metode pembelajaran inkuiri, guru juga berusaha membangun sikap kritis siswa. Guru tidak langsung memberikan pengertian teoritik terhadap materi yang dipelajari, melainkan membiarkan siswa mendapatkan pengertian dan pemahaman sendiri dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Contoh kegiatan brainstorming yang dilakukan oleh guru dan siswa adalah saat melakukan pembelajaran menulis pada kompetensi dasar menulis proposal untuk berbagai keperluan. Guru terlebih dahulu bertanya dan menggali pengetahuan awal siswa tentang proposal. Pertanyaan yang diberikan oleh guru, yaitu apa yang dimaksud dengan proposal, apa saja yang menjadi komponen proposal, apa manfaat proposal, kegiatan apa saja yang membutuhkan proposal, dan sebagainya. Setelah siswa menjawab, guru tidak langsung menentukan apakah jawaban siswa benar atau salah. Guru menuliskan jawaban siswa di papan tulis kemudian membahas bersamasama dengan siswa seperti yang tampak dalam Gambar 4. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Gambar 4. Guru Menggunakan Metode Brainstorming dalam Pembelajaran Kegiatan dalam metode brainstorming lainnya adalah pemberian kasus kepada siswa untuk dipecahkan. Ketika guru mengajar tentang penulisan surat, guru tidak menerangkan jenis-jenis surat atau format surat. Guru memberikan dua contoh surat kepada siswa yang ditayangkan melalui LCD. Kemudian siswa menemukan format dan bagian-bagian surat dari contoh tersebut. Siswa menemukan baik secara mandiri maupun bersama-sama dengan guru. Guru mengizinkan siswa mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang sedang dibahas dalam metode brainstorming ini. Kegiatan tersebut dapat membangun kekritisan siswa, keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, dan dapat melatih keterampilan berbicara siswa. Setelah siswa melakukan sumbang saran melalui metode brainstorming ini, guru juga meluruskan dan menyimpulkan pendapat siswa mengenai materi yang dibahas. e) Diskusi Metode diskusi membangun keaktifan siswa. Siswa melakukan interaksi antara siswa dengan siswa untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu. Siswa juga dapat membangun rasa kerja sama antarsiswa melalui metode ini. Metode diskusi yang diberikan oleh guru dapat juga bertujuan agar siswa bertukar pikiran dengan temannya mengenai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
tugas yang mereka kerjakan, seperti yang tampak pada Gambar 5. Kegiatan ini juga dapat membangun karakter siswa dan juga keterampilan berbicara siswa.
Gambar 5. Siswa Melakukan Kegiatan Diskusi dalam Pembelajaran
2) Strategi Pengelolaan Pembelajaran Strategi pengelolaan pembelajaran yang digunakan oleh guru merupakan salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis, terlebih pada kelas akselerasi. Singkatnya waktu pembelajaran dan cukup banyaknya materi yang harus disampaikan membuat guru harus terampil menggunakan strategi dan metode dalam pembelajaran. Strategi-strategi yang dilakukan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas askelerasi adalah sebagai berikut.
a) Pembelajaran berorientasi pada praktik Pandangan guru terhadap keterampilan berbicara dan menulis yang memerlukan lebih banyak praktik daripada teori diterapkan pada kegiatan pembelajaran. Meskipun waktu pembelajaran yang tergolong singkat, namun guru tidak mengabaikan pentingnya melatih keterampilan berbicara dan menulis siswa. Guru bahkan lebih mengutamakan siswa untuk melakukan praktik berbicara dan menulis daripada sekadar menyampaikan teori kepada siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
b) Perpaduan kegiatan berbicara yang berbeda untuk pertemuan yang sama Guru memiliki strategi agar seluruh siswa dapat melaksanakan praktik berbicara dan menulis dengan waktu yang tersedia. Salah satunya adalah kegiatan berbicara yang berbeda dalam satu pertemuan. Dalam kompetensi dasar menulis surat niaga, guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan presentasi setelah siswa menyelesaikan pekerjaannya. Guru hanya meminta beberapa orang siswa untuk melakukan kegiatan presentasi (Gambar 6). Siswa lainnya diberikan kesempatan mempraktikkan kemampuan berbicara lewat pengajuan pertanyaan (Gambar 7). Meskipun praktik berbicara dilakukan dalam cara yang berbeda, namun seluruh siswa diberikan kesempatan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga seluruh siswa mampu mengasah keterampilan mereka. Guru juga menilai kemampuan berbicara siswa dalam kedua kegiatan berbicara tersebut.
Gambar 6. Siswa Melakukan Presentasi Hasil Pekerjaannya di hadapan Teman-temannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Gambar 7. Siswa Mengajukan Pertanyaan kepada Temannya yang Sedang Melakukan Presentasi c) Pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel Dalam pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran terkadang tidak sesuai dengan perencanannya. Dalam perencanaan pembelajaran yang dicantumkan dalam RPP, satu kompetensi dasar biasanya dilakukan dalam empat kali pertemuan, yaitu 4 x 45 menit. Dalam kenyataannya, guru dan siswa sering menyelesaikan pembelajaran lebih cepat. Satu kompetensi dasar yang biasanya dilakukan dalam empat kali pertemuan, terkadang bisa diselesaikan hanya dalam tiga kali pertemuan, yaitu 3 x 45 menit. Jika hal tersebut terjadi, guru akan menjalankan kompetensi dasar berikutnya untuk mengefisienkan waktu yang ada. Selain itu menurut guru yang diwawancarai, terkadang pelaksanaan pembelajaran dapat berubah dan tidak sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Misalnya, pada pembelajaran drama guru merencanakan untuk memberikan teori mengenai drama pada semester satu dan mulai melakukan praktik pada semester kedua. Tetapi, pada kenyataannya guru menyuruh siswa untuk melakukan praktik pementasan drama pada semester pertama setelah siswa diberikan teori drama. Pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel ini dilakukan guru agar pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi tidak tertinggal dengan kelas reguler atau RSBI. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
d) Membangun motivasi siswa Siswa terkadang merasa tidak percaya diri dalam melakukan praktik berbicara dan kekurangan ide tulisan saat melakukan praktik menulis. Hal ini dapat menghambat keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Salah satu cara agar siswa mau terlibat aktif dalam pembelajaran adalah dengan membangun motivasi siswa. Guru sebagai pembimbing dan fasilitator berusaha untuk melakukan tugasnya, yaitu membimbing siswa agar mau aktif dalam pembelajaran. Salah satu bimbingan dan arahan guru kepada siswa yaitu dengan selalu memberikan dorongan sebelum siswa melakukan praktik serta pujian dan komentar setelah siswa melakukan praktik. Salah satu contoh dorongan guru sebelum siswa melaksanakan praktik adalah pemberian kesempatan kepada siswa yang melakukan praktik pada giliran pertama untuk melakukan revisi ketika penampilannya dirasa kurang baik. Guru juga meminta siswa lain yang tidak melakukan presentasi untuk memperhatikan kegiatan presentasi temannya karena nantinya akan ada nilai bagi siswa yang mau memberikan komentar atau pertanyaan kepada siswa yang presentasi. Dorongan yang diberikan oleh guru tersebut berdampak positif bagi siswa. Siswa mau untuk melakukan presentasi sementara siswa lainnya memperhatikan temannya. Setelah siswa selesai melakukan kegiatan presentasi, guru mengomentari, memperbaiki jika siswa melakukan kesalahan, dan memberikan pujian kepada siswa meskipun pekerjaan siswa belum sepenuhnya sempurna. Motivasi melalui pujian dan komentar yang diberikan oleh guru dapat memacu semangat siswa untuk melakukan kegiatan yang lebih baik lagi di kemudian hari (Gambar 8).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Gambar 8. Guru Memberikan Komentar dan Pujian terhadap Pekerjaan dan Penampilan Siswa e) Pembagian tugas mengajar guru Selain guru yang mengatur strategi pembelajaran, pihak sekolah juga turut serta mengatur strategi agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. SMA Negeri 1 menerapkan kebijakan satu mata pelajaran diajar oleh dua guru yang berbeda. Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, dua bidang yang berbeda, yaitu bahasa dan sastra, diajar oleh guru yang berbeda untuk masing-masing program. Misalnya, untuk kelas akselerasi guru A mengajar bahasa dan guru B mengajar sastra. Ketika mengajar pada program RSBI, guru A mengajar sastra, sementara guru B mengajar bahasa. Hal tersebut dapat membuat guru fokus mengembangkan keterampilan siswa pada bidang yang ia ajarkan.
c. Penggunaan Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menciptakan kondisi belajar pada peserta didik. Media pembelajaran yang digunakan dapat berupa media teknologi dan informasi (TI) maupun media yang sering dijumpai di lingkungan sekitar siswa. Umumnya sekolah yang memiliki program akselerasi memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk mendukung pembelajaran. Fasilitas-fasilitas yang tersedia di sekolah dapat digunakan sebagai penunjang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis dalam kelas akselerasi adalah sebagai berikut. 1) Media visual dan audiovisual Media teknologi dan informasi (TI) yang biasa digunakan dalam pembelajaran yaitu LCD, video wawancara dan pidato, serta rekaman reportase dan pembacaan berita. Media-media tersebut digunakan di SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta. Salah satu media inovatif yang digunakan dalam pembelajaran adalah internet. Guru di SMAN 3 memanfaatkan teknologi internet, yaitu media blog untuk menampilkan karya siswa dalam bentuk tulisan. Pemanfaatan blog digunakan dalam pembelajaran menulis agar siswa dapat termotivasi untuk menghasilkan karya yang baik karena akan dibaca oleh pengunjung blog mereka. Saat
pembelajaran
menulis,
siswa
menggunakan
laptop
untuk
memudahkannya dalam pembelajaran. Saat pembelajaran menulis di SMAN 1 guru mewajibkan siswa untuk menggunakan laptop. Bila ada siswa yang tidak membawa laptop ke sekolah, sekolah meminjamkan laptop untuk digunakan oleh siswa saat pelajaran (Gambar 9). Sementara itu, di SMAN 3 guru tidak mewajibkan siswa menggunakan laptop saat pembelajaran menulis. Guru membebaskan siswa untuk menggunakan laptop atau menulis di kertas terlebih dahulu (Gambar 10). Saat mengumpulkan pekerjaannya, hasil tulisan siswa tersebut harus sudah diketik rapi dan dikumpulkan dalam bentuk print-out.
Gambar 9. Seluruh Siswa Menggunakan Laptop dalam Pembelajaran Menulis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Gambar 10. Tidak Seluruh Siswa Menggunakan Laptop Saat Pembelajaran Menulis 2) Media serbaaneka Terkadang guru juga menggunakan media yang sering dijumpai di lingkungan sekitar, seperti vas bunga, papan pengumuman, bahkan menjadikan dirinya sebagai media pembelajaran bagi siswa. Misalnya pada pembelajaran drama guru memberikan contoh pada siswa bagaimana cara memerankan tokoh dalam drama. Guru telah berusaha memanfaatkan media yang ada untuk digunakan dalam pembelajaran.
d. Pemilihan Materi Ajar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BSNP. Penyusunan dan pelaksanaan KTSP oleh pihak sekolah bertujuan agar setiap visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak sekolah dapat terwujud karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya. Proses pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan kebutuhannya, tuntutan keilmuan dan keutuhan masyarakat dunia kerja. Prinsip tersebut juga yang dimiliki oleh guruguru bahasa Indonesia pada kelas akselerasi. Guru sendiri yang memilih kegiatan pembelajaran apa yang akan diajarkan pada siswa dengan membuat klasifikasi materi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
pada awal semester. Jika ada materi yang sama di semester baru, guru akan memberikan lebih banyak praktik dan latihan pada siswa. Pemberian porsi praktik yang lebih banyak pada pembelajaran yang pernah dipelajari sebelumnya dapat memantapkan pemahaman dan keterampilan siswa terhadap materi yang pernah dipelajari. Cara pemilihan materi ajar lainnya yang diterapkan oleh guru yaitu tidak menyampaikan materi ajar secara keseluruhan, tetapi melakukan percepatan melalui memilih materi yang esensial untuk disampaikan. Ketika memilih materi untuk diajarkan, guru melihat apakah suatu materi perlu disampaikan secara rinci dan menyeluruh atau hanya disampaikan sedikit dan menyuruh siswa mendalami materi tersebut secara mandiri. Materi-materi yang diajarkan guru kepada siswa diambil dari berbagai sumber. Guru selalu berusaha memperdalam pengetahuannya tentang suatu materi sebelum mengajarkan materi itu kepada siswa. Guru tidak menganggap sebuah sumber adalah sumber yang terbaik sehingga tidak mengambil referensi materi dari sumber lain. Guru berusaha menggali referensi dari berbagai sumber sehingga materi yang disampaikan dapat tepat. Sumber-sumber tersebut adalah buku sekolah elektronik (BSE) dan buku-buku lepas yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Selain itu, guru juga menggunakan internet sebagai sumber materi. Guru memilih internet sebagai salah satu sumber materi karena selain materi apa pun yang dibutuhkan ada di internet, menggunakan internet juga lebih mengefektifkan waktu.
e. Interaksi dalam Pembelajaran 1) Interaksi antara guru dan siswa Sebagai pengajar, pembimbing, dan fasilitator, guru juga berusaha menjalin hubungan yang akrab dan komunikasi yang baik dengan siswa. Komunikasi itu ditunjukkan dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Jalinan hubungan yang akrab dan komunikasi yang baik itu membuat siswa merasa nyaman untuk bertanya dan meminta bimbingan guru ketika mengalami kesulitan (Gambar 11). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Gambar 11. Guru Memberikan Penjelasan kepada Siswa yang Belum Paham Contoh interaksi siswa dan guru dalam pembelajaran yaitu saat siswa sedang mengerjakan surat, guru bertanya kepada siswa bagian mana yang paling sulit (Gambar 12). Guru pun membimbing siswa untuk memberi identifikasi terlebih dulu terhadap kasus yang siswa hadapi, kemudian siswa menulis surat sesuai dengan identifikasi tersebut. Guru bersikap ramah dan terbuka kepada siswa. Bahkan, guru bersikap seperti orang tua bagi siswa. Guru terkadang memanggil siswa dengan sapaan “Nak”.
Gambar 12. Guru Membimbing Siswa dalam Kegiatan Menulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Interaksi yang baik antara guru dan siswa tidak hanya berlangsung di dalam kelas saja. Ketika di luar kelas, guru bersikap terbuka untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan. Contohnya di SMAN 1, guru mempersilakan siswa berkonsultasi melalui pesan singkat/short message service (SMS) jika masih ada siswa yang mengalami kesulitan dengan pekerjaannya. Di SMAN 3, guru dengan senang hati memberi penjelasan kepada siswa bila masih ada siswa yang belum mengerti sekalipun di luar kelas. Bahkan, guru memberi bantuan dan bimbingan kepada siswa saat siswa mengalami kesulitan dalam membuat karya tulis untuk lomba. Guru bersikap terbuka membantu dan membimbing siswa dalam pembelajaran. Hubungan guru dan siswa yang akrab dapat menjadi salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran. Selain hubungan yang akrab, guru juga menjalin komunikasi yang baik dengan siswa. Komunikasi tidak hanya terbatas pada bimbingan saat siswa mengalami kesulitan. Saat menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran pun guru terkadang berkonsultasi dengan siswa.
2) Interaksi Siswa dengan Siswa Hubungan antarsiswa terlihat baik. Siswa mampu bekerja sama dengan siswa lainnya dan saling membantu jika ada siswa lain yang mengalami kesulitan. Interaksi ini dapat mendukung keberhasilan pembelajaran. Selain rasa kerja sama yang terjalin dari hubungan baik antarsiswa, siswa juga merasa nyaman saat melakukan praktik keterampilan berbahasa di hadapan siswa lainnya. Rasa nyaman yang dimiliki siswa dengan teman-temannya memunculkan rasa percaya diri ketika melakukan praktik keterampilan berbahasa, terutama keterampilan berbicara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Gambar 13. Siswa Melakukan Praktik Keterampilan Berbicara dalam Pembelajaran Drama f. Penilaian Penilaian atau evaluasi pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis dilakukan oleh guru yang terdiri dari penilaian proses dan hasil. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara, jenis praktik yang selama ini pernah dilakukan siswa yaitu pembacaan berita, pementasan drama, berpidato, musikalisasi puisi, pembacaan puisi, pementasan drama, presentasi, dan mengajukan pertanyaan saat siswa lain melakukan presentasi. Guru melakukan penilaian proses saat siswa melaksanakan praktik berbicara tersebut. Selain itu, penilaian proses dapat dilihat dari keaktifan siswa selama pembelajaran. Misalnya, bila ada siswa yang aktif bertanya atau memberikan jawaban ketika guru bertanya dalam kegiatan pembelajaran, guru memberikan nilai tambahan tersendiri untuk siswa yang bertanya. Penilaian proses yang dilakukan oleh guru untuk pembelajaran keterampilan menulis adalah saat siswa melaksanakan praktik penulisan cerpen, surat niaga, surat kuasa, jenis-jenis paragraf, proposal, naskah drama, naskah berita, dan naskah pidato. Penilaian dalam praktik pembelajaran menulis ditekankan pada kegiatan siswa menghasilkan karya atau tulisan yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan dalam kelas. Praktik tersebut dilakukan secara individu maupun berkelompok. Penilaian hasil dilakukan oleh guru untuk menilai apakah tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis telah tercapai. Guru menilai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
pembelajaran keterampilan berbicara dikaitkan dengan keterampilan menulis atau tes objektif untuk ulangan harian maupun ulangan umum. Guru memberikan soal-soal yang berkaitan dengan pembelajaran keterampilan berbicara yang pernah disampaikan, contohnya materi berita. Ketika ulangan umum, guru memberikan soal tentang bagaimana cara menyusun naskah berita, hal-hal teknis apa yang dilakukan dalam pembacaan berita, dan sebagainya. Saat melakukan penilaian berbicara, guru juga memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan keterampilan berbicara. Faktor-faktor yang dinilai dalam keterampilan berbicara adalah kualitas isi pembicaraan, kelancaran, dan keluwesan siswa saat melakukan aktivitas berbicara. Selain kualitas isi pembicaraan, kelancaran, dan keluwesan, guru juga menilai ketepatan waktu yang diberikan kepada siswa saat praktik berbicara. Ketika pembelajaran keterampilan menulis, penilaian hasil yang dilakukan oleh guru adalah penilaian berdasarkan hasil tulisan yang telah dikerjakan oleh siswa. Ketika melakukan penilaian keterampilan berbicara dan menulis, guru tidak hanya memberikan bentuk-bentuk tugas penilaian kompetensi berbicara dan menulis saja, melainkan guru juga memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan yang dilakukan oleh siswa. Faktor-faktor yang dijadikan sebagai acuan untuk menilai kompetensi menulis siswa adalah kebenaran dan isi atau konten tulisan. Selain itu keterbacaan tulisan siswa, jika siswa menulis dengan tulisan tangan, juga diperhatikan oleh guru. Faktor tata letak, ketepatan ejaan, dan keefektifan kalimat dalam penulisan surat maupun karangan juga termasuk faktor yang dinilai. Hasil pembelajaran yang dilihat dari daftar nilai siswa menunjukkan bahwa nilai keterampilan berbicara di SMAN 3 cenderung lebih tinggi daripada nilai keterampilan berbicara siswa di SMAN 1. Sebaliknya, nilai keterampilan menulis di SMAN 1 lebih tinggi daripada nilai keterampilan menulis siswa di SMAN 3 yang diteliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
3. Kendala-kendala yang Ditemui Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis Pelaksanaan pembelajaran pada kelas akselerasi yang penulis amati pada dasarnya berjalan lancar, akan tetapi masih terdapat hal-hal yang menjadi kendala, baik dari guru maupun siswa. Mengenai hal-hal yang menjadi kendala, akan diuraikan sebagai berikut.
a. Waktu Pembelajaran yang Singkat Waktu pembelajaran yang tergolong singkat pada kelas akselerasi, yaitu dua tahun, membuat guru cukup merasa kesulitan dalam mengatur waktu untuk kegiatan pembelajaran. Umumnya, tidak semua rencana pembelajaran yang telah dibuat guru dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Terkadang guru menemui hambatan untuk melaksanakan rencana tersebut. Hambatan itu bisa datang dari kegiatankegiatan sekolah yang mendadak, maupun siswa yang belum bisa mengikuti rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru.
b. Pemahaman Materi Siswa yang Berbeda Siswa kelas akselerasi umumnya dianggap sebagai siswa yang memiliki kemampuan akseleran atau cepat. Sebelum diterima sebagai siswa kelas akselerasi, siswa diseleksi dengan beberapa tes. Siswa juga harus siap dengan model pembelajaran yang cepat pada kelas akselerasi. Tetapi pada kenyataannya, terkadang tidak seluruh siswa dengan mudah mampu memahami suatu materi yang disampaikan oleh guru karena waktu penyampaian yang cenderung cepat. Siswa terkadang kurang mampu mengikuti pola pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam waktu yang cukup singkat, guru berusaha mendorong siswa untuk melakukan keterampilan berbicara dan menulis. Pola pembelajarannya cenderung lebih banyak pada praktik daripada teori. Tetapi terkadang siswa kurang bisa mengikuti karena siswa merasa belum cukup memahami teori untuk ia praktikkan. Hal ini menjadi kendala bagi siswa maupun guru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
c. Kurangnya Rasa Percaya Diri Siswa Ketika melakukan kegiatan berbicara di depan umum, tidak sedikit orang yang merasa grogi atau tidak percaya diri. Begitu pula dengan siswa kelas akselerasi. Saat melakuan kegiatan berbicara, tidak hanya isi pesan saja yang diperhatikan, tetapi juga bagaimana cara menyampaikan pesan tersebut, dan rasa percaya diri penyampai pesan. Hal yang peneliti temukan dalam penelitian di kelas akselerasi yaitu beberapa siswa sudah berani untuk berbicara di depan teman-teman sekelas dan gurunya. Tetapi ada juga beberapa siswa yang masih merasa grogi atau tidak percaya diri ketika berbicara di depan umum. Misalnya saat melakukan presentasi, ada siswa yang tampak grogi ketika menanggapi dan menjawab pertanyaan teman-temannya. Contoh lainnya dalam pembelajaran drama. Ada siswa yang terlihat grogi dan lupa dialog saat memerankan tokoh dalam pementasan drama. Hal ini juga dianggap sebagai kendala dalam pembelajaran keterampilan berbicara oleh guru.
d. Siswa Kesulitan Mendapatkan Ide Tulisan Seseorang yang hendak menghasilkan sebuah karya tulis, biasanya membutuhkan ide untuk mewujudkan tulisan tersebut. Tulisan yang baik biasanya diawali dengan ide yang menarik pula. Namun, terkadang siswa mengalami kesulitan membuat sebuah karya tulis karena kekurangan atau tidak adanya ide untuk memulai penulisan karya tulis.
e. Penggunaan Bahasa Daerah dan Prokem dalam Pembelajaran Penggunaan bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia sehari-hari sebagai bahasa ibu oleh siswa tidak jarang memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia resmi dalam situasi formal. Dalam kegiatan pembelajaran, terkadang guru menyisipkan beberapa kata dari bahasa daerah agar komunikatif. Siswa pun demikian. Siswa seringkali menggunakan bahasa daerah ataupun bahasa Indonesia sehari-hari ketika berbicara dengan siswa lainnya. Ketika siswa melakukan kegiatan berbicara di depan umum pun terkadang terjadi interferensi. Bukan hanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
pada saat berbicara, tetapi saat menulis pun siswa terkadang teledor menuliskan kata yang benar, seperti „yang‟ ditulis „yg‟ atau „tersebut‟ ditulis dengan „tsb‟.
4. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Keberhasilan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis Kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi perlu diselesaikan. Penyelesaian kendala-kendala tersebut bertujuan untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendalakendala yang ada adalah sebagai berikut.
a. Pengaturan Waktu Pembelajaran yang Fleksibel Kendala waktu yang dihadapi oleh hampir keseluruhan guru pada kelas akselerasi membuat guru memikirkan strategi-strategi pembelajaran sebagai usaha untuk mengantisipasi kendala ini. Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengantisipasi kendala waktu adalah pembelajaran yang luwes. Dalam satu kompetensi dasar yang biasanya memerlukan waktu tiga sampai empat kali pertemuan, terkadang pembelajaran dapat diselesaikan dalam dua atau tiga kali pertemuan. Jika hal itu terjadi, guru akan memasukkan materi untuk kompetensi dasar berikutnya dalam pertemuan itu.
b. Pendekatan Personal dan Pengulangan Materi Pemahaman siswa kelas akselerasi terhadap suatu materi terkadang tidak secepat yang diharapkan guru. Ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Usaha yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala ini adalah pendekatan personal guru kepada siswa. Pendekatan personal ini bisa dilakukan dalam kelas, yaitu memberikan penjelasan lagi kepada siswa yang belum paham, atau di luar kelas, yaitu guru mempersilakan siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
bertanya lewat SMS kepada guru. Selain usaha tersebut, guru juga melakukan pengulangan materi yang belum dipahami siswa. Bukan hanya pengulangan materi, tetapi juga pemantapan materi dilakukan oleh guru jika menemukan materi yang sama pada semester berikutnya. Pemantapan materi itu dilakukan dengan cara memberikan sedikit teori dan memperbanyak praktik atau latihan agar siswa lebih terampil pada materi tersebut.
c. Pemberian Motivasi kepada Siswa Kepercayaan diri merupakan modal dasar untuk berbicara yang baik. Akan tetapi belum seluruh siswa memiliki rasa itu ketika melakukan kegiatan pembelajaran berbicara. Hal yang dilakukan untuk mengatasi kendala itu yaitu guru mencoba memotivasi siswa untuk berani melakukan praktik berbicara yang baik. Motivasi yang dilakukan oleh guru bisa berupa pujian dan masukan setelah siswa melakukan praktik berbicara atau pemberian kesempatan kepada siswa yang melakukan praktik berbicara terlebih dulu untuk melakukan revisi. Guru juga melakukan evaluasi pada penampilan siswa. Misalnya dalam pembelajaran drama, guru memberikan pujian dan masukan kepada setiap kelompok yang telah tampil. Guru juga membangun rasa antusias siswa dengan bertanya kepada siswa tentang siapa siswa yang menjadi the best actor and actress (aktor dan aktris terbaik).
Gambar 14. Guru Memberikan Evaluasi terhadap Penampilan Siswa dalam Pementasan Drama yang Dilakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
d. Penyediaan Topik melalui Media Pembelajaran Inspirasi atau ide sangat dibutuhkan untuk menghasilkan karya tulis yang baik. Akan tetapi, ide atau inspirasi untuk memulai penulisan karya tulis seringkali sulit untuk didapatkan. Misalnya, siswa mengalami kesulitan dalam menuliskan kalimat pertama dalam karangannya. Saat mengarang, seringkali siswa terbiasa memulai dengan kata “Pada suatu hari”. Guru mencoba menggunakan pola pembelajaran yang lain. Usaha untuk mengatasi kesulitan ide tersebut salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran. Guru menampilkan film agar siswa dapat terinspirasi untuk menulis. Dari media-media seperti itulah guru berusaha agar siswa dapat terinspirasi atau mendapatkan ide untuk memulai tulisannya.
e. Mendorong Siswa untuk Menggunakan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Kebiasaan siswa yang berinteraksi dengan menggunakan bahasa daerah atau bahasa Jawa dan bahasa prokem terkadang terbawa ke dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran berbicara, siswa menggunakan bahasa Jawa atau bahasa prokem, sedangkan dalam pembelajaran menulis siswa terkadang menyingkat beberapa kata. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut adalah mengingatkan siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena kegiatan pembelajaran adalah forum yang formal, maka bahasa yang seharusnya digunakan adalah bahasa Indonesia yang resmi. Selain mengingatkan secara lisan, dalam pembelajaran menulis guru juga mengoreksi kekeliruan siswa tentang penulisan kata. Ada persamaan dan perbedaan yang ditemukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi di SMAN 1 dan SMAN 3. Persamaan pembelajaran dalam
penelitian
ini
menunjukkan
adanya
pola
pembelajaran yang serupa antara kelas akselerasi SMAN 1 dan kelas akselerasi SMAN 3. Persamaan ini dimungkinkan karena kedua sekolah ini adalah sekolah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
negeri yang berstatus RSBI dan memiliki kelas akselerasi, serta tergolong sekolah yang baik dalam segi akademik dan nonakademik. Sementara itu, perbedaan juga ditemukan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi SMAN 1 dan SMAN 3. Hal ini dimungkinkan karena setiap sekolah memiliki kondisi dan kebijakan yang berbeda untuk masing-masing sekolah. Persamaan dan perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan Pola Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis pada Kelas Akselerasi di SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta No 1.
Persamaan
Perbedaan
Persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis: a) keterampilan berbicara dan menulis berguna untuk diterapkan dalam kehidupan siswa; b) siswa perlu dibekali keterampilan berbicara dan menulis melalui praktik.
Strategi pengelolaan pembelajaran SMAN 1: Sekolah memberikan kebijakan pembagian tugas mengajar guru, untuk mata pelajaran bahasa Indonesia diajar oleh dua orang guru yang berbeda (bahasa dan sastra). SMAN 3: Tidak ada pembagian tugas mengajar guru untuk satu mata pelajaran.
2.
Persiapan sebelum pembelajaran: a) perangkat pembelajaran; b) klasifikasi materi pada awal tahun pembelajaran; c) persiapan bahan pembelajaran oleh siswa.
Media pembelajaran SMAN 1: Mewajibkan menggunakan laptop pembelajaran menulis.
siswa dalam
SMAN 3: a) Siswa dibebaskan untuk menggunakan laptop atau tidak dalam pembelajaran keterampilan menulis; b) Guru memanfaatkan media blog dan e-mail untuk pembelajaran keterampilan menulis. 3.
Metode pembelajaran: a) integratif; Interaksi antara guru dengan siswa di b) demonstrasi; c) discovery-inquiry; luar kelas d) brainstorming; e) diskusi. SMAN 1: Siswa dapat berkonsultasi dengan guru melalui SMS. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
SMAN 3: Guru memberi bantuan saat siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan karya tulis untuk lomba. 4.
Strategi pengelolaan pembelajaran: a) pembelajaran berorientasi pada praktik; b) perpaduan kegiatan berbicara yang berbeda untuk pertemuan yang sama; c) pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel; d) membangun motivasi siswa.
Nilai pembelajaran berbicara dan menulis
keterampilan
SMAN 1: Nilai keterampilan menulis siswa kelas akselerasi di SMAN 1 lebih tinggi daripada nilai keterampilan menulis siswa kelas akselerasi di SMAN 3. SMAN 3: Nilai keterampilan berbicara siswa kelas akselerasi di SMAN 3 lebih tinggi daripada nilai keterampilan berbicara siswa kelas akselerasi di SMAN 1.
5.
Pemilihan materi ajar: klasifikasi materi pada awal tahun pembelajaran dan pemilihan materi dari berbagai sumber.
6.
Penilaian: penilaian proses dan hasil yang dilihat dari praktik berbicara dan menulis serta faktor-faktor dari masing-masing keterampilan tersebut.
7.
Kendala pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi: a) waktu pembelajaran yang singkat; b) pemahaman materi siswa yang berbeda; c) kurangnya rasa percaya diri siswa; d) siswa kesulitan mendapatkan ide tulisan; e) penggunaan bahasa daerah dan prokem dalam pembelajaran.
8.
Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala pembelajaran: a) pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel; b) pendekatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
personal dan pengulangan materi; c) pemberian motivasi kepada siswa; d) penyediaan topik melalui media pembelajaran; e) mendorong siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
C. Pembahasan 1. Persepsi Guru Terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis Persepsi adalah cara pandang seseorang terhadap sesuatu. Persepsi terhadap suatu hal menentukan bagaimana tindakan seseorang terhadap hal yang ia persepsikan. Berbahasa sebagai sebuah keterampilan memiliki arti bahwa siswa yang berperan sebagai pembelajar bahasa tidak hanya mampu menguasai bahasa sebagai sebuah ilmu, tetapi juga dapat menerapkan atau menggunakan ilmu bahasa dalam kehidupannya. Demikian halnya dengan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis yang merupakan bagian dari keterampilan berbahasa. Pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis bertujuan agar peserta didik menguasai keterampilan berbicara dan menulis yang komunikatif serta mampu menggunakan kemampuan tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Guru kelas akselerasi yang diwawancarai mengatakan bahwa keterampilan berbicara dan menulis berguna untuk diterapkan dalam kehidupan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 42). Iskandarwassid dan Sunendar menyatakan tujuan keterampilan berbicara, yaitu mencakup: (a) kemudahan berbicara, (b) kejelasan, (c) bertanggung jawab, (d) membentuk pendengaran yang kritis, dan (e) membentuk kebiasaan. Keterampilan menulis juga berguna untuk diterapkan dalam kehidupan siswa. Suparno dan Yunus (dalam Slamet, 2008: 96) menyatakan menulis juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Persepsi guru yang lain adalah siswa perlu dibekali keterampilan berbicara dan menulis melalui praktik. Cara untuk menguasai keterampilan berbicara dan menulis, yang merupakan keterampilan berbahasa yang produktif, adalah dengan berlatih. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa tidak hanya diberikan teori saja tetapi juga praktik atau latihan untuk mengasah keterampilan berbicara dan menulis siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Badudu (1989: 24) yang menyatakan bahwa hal yang diperlukan oleh sebagian besar siswa adalah penguasaan bahasa serta keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Tujuan itu hanya dapat dicapai dengan latihan, dan sekali lagi latihan yang cukup. Praktik atau latihan yang diberikan kepada siswa untuk dilakukan bukan hanya berguna saat pembelajaran bahasa Indonesia saja, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa. Guru berperan sebagai pengajar, fasilitator, dan pembimbing siswa. Guru mengajarkan siswa tentang teori-teori apa yang harus siswa kuasai sebelum ia melakukan praktik. Guru juga memfasilitasi dan membimbing siswa bagaimana kegiatan berbicara dan menulis yang seharusnya serta mendorong siswa untuk berani melakukan kegiatan berbicara dan menulis yang benar. Bahkan, guru tidak hanya membimbing siswa saat pembelajaran berlangsung saja, tetapi kapan pun siswa membutuhkan bantuan guru tentang hal yang belum dipahami siswa, guru mau membantu siswa. Persepsi dan tindakan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis ini mengantarkan keberhasilan pembelajaran berbicara dan menulis. Bukan hanya keberhasilan pada saat pembelajaran saja, yaitu nilai yang baik, tetapi juga penguasaan keterampilan berbicara dan menulis yang dimiliki siswa. Penguasaan keterampilan berbicara dan menulis yang baik ini nantinya akan mengantarkan siswa kepada keberhasilannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis di Kelas Akselerasi a. Persiapan Sebelum Pembelajaran Pihak sekolah dan guru membuat perencanaan dan persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran, begitu pula dengan sekolah dan guru yang peneliti teliti. Perencanaan-perencanaan tersebut meliputi perangkat pembelajaran, klasifikasi materi pada awal tahun pembelajaran, dan persiapan bahan pembelajaran oleh siswa. Perencanaan melalui perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sekolah meliputi pembuatan perangkat pembelajaran seperti silabus, program tahunan, program semester, rencana pengajaran dan kalender pendidikan, rincian minggu efektif, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Perangkat-perangkat pembelajaran itu mempermudah pelaksanaan pembelajaran di kelas. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat oleh guru dengan memperhatikan perangkat-perangkat pembelajaran yang lainnya. Isi dari RPP yang disusun oleh guru dalam pembelajaran berbicara dan menulis mengikuti ketentuan yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selanjutnya, RPP dikembangkan sendiri oleh guru dengan memperhatikan kebutuhan di masing-masing sekolah. RPP biasanya tidak dibuat ketika hendak mengajar, melainkan secara periodik, yaitu setiap satu semester atau satu tahun pelajaran. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, RPP yang digunakan oleh guru dikembangkan berdasarkan silabus yang telah ada sebelumnya. Komponenkomponen yang ada dalam RPP yang dibuat guru meliputi (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) indikator; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi; (6) alokasi waktu; (7) metode pembelajaran; (8) kegiatan pembelajaran; (9) penilaian; (10) sumber belajar; (11) media pembelajaran; (12) karakter yang diharapkan. RPP tersebut telah sesuai dengan landasan pengembangan RPP yang tercantum dalam PP Nomor 19 tahun 2005 yang menyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurangcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Persiapan yang dilakukan oleh guru melalui RPP membuat pembelajaran lebih terarah meskipun terkadang pelaksanaannya tidak sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Persiapan tidak hanya dilakukan oleh guru, tetapi juga siswa. Persiapan yang matang oleh guru dan siswa bukan hanya sekadar formalitas saja, melainkan memang bertujuan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran. Persiapan dan perencanaan yang matang sebelum pembelajaran berlangsung adalah hal yang memengaruhi keberhasilan pembelajaran.
b. Pemilihan Metode Pembelajaran dan Strategi Pengelolaan Pembelajaran 1) Metode Pembelajaran Metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi yang diteliti beraneka ragam. Metode yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Metode pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara
dan
menulis
adalah
integratif,
demonstrasi,
discovery-inquiry,
brainstorming, dan diskusi. Para guru di kelas akselerasi menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing. Metode pembelajaran yang banyak digunakan oleh guru adalah demonstrasi. Harapannya siswa mampu melakukan sendiri kegiatan berbicara dan menulis dengan beranjak dari contoh-contoh yang ia telah dapatkan sebelumnya. Metode ini sejalan dengan pendapat Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 227) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis peserta didik diharapkan dapat terlibat langsung dalam menyerap informasi dan menyatakan kembali hasil rekaman informasi yang diperolehnya sesuai dengan kemampuan individunya. Melalui metode demonstrasi, siswa bisa mendapatkan contoh nyata dari kegiatan berbicara dan menulis yang hendak dilakukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Metode lainnya yang digunakan guru adalah integratif. Dalam metode pembelajaran terpadu ini, guru mengatur strategi agar siswa bisa melaksanakan beberapa keterampilan berbahasa dalam satu kompetensi dasar. Salah satu tujuan ini adalah mengefisienkan waktu yang ada. Pandangan guru mengenai pentingnya siswa menguasai keterampilan berbahasa secara aktif diterapkan ke dalam pembelajaran yang diberikan. Metode lain yang digunakan guru adalah discovery-inquiry, brainstorming, dan diskusi. Guru melatih siswa untuk mandiri dan mampu berpikir kritis. Metode yang dilakukan oleh guru sejalan dengan pengertian pendidikan yang terangkum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Saat memilih untuk menggunakan metode pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan kebutuhan siswa dan keadaan untuk menerapkannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Richards dan Rodgers (1986: vii) yang menyatakan bahwa pemilihan metode pembelajaran dan bahan ajar dapat disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, pilihan guru, atau aturan pendidikan dan sekolah. Tidak ada satu metode yang paling baik dan digunakan terus menerus dalam pembelajaran. Guru harus memberikan variasi metode pembelajaran agar siswa tidak bosan dalam pembelajaran yang dilakukan.
2) Strategi Pengelolaan Pembelajaran Terdapat perbedaan antara pembelajaran pada kelas akselerasi dengan kelas reguler. Perbedaan terletak pada waktu pembelajaran. Waktu pembelajaran pada kelas akselerasi lebih singkat dibandingkan dengan kelas reguler. Pada kelas akselerasi waktu pembelajaran menjadi dua tahun. Perbedaan waktu tersebut membuat guru harus merancang strategi pembelajaran yang baik agar siswa dapat memiliki pengetahuan dan materi yang sama dengan siswa di kelas reguler. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Guru memberikan porsi praktik yang lebih banyak daripada teori dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Strategi ini digunakan guru karena guru memiliki persepsi bahwa keterampilan berbicara dan menulis harus dikuasai oleh siswa karena berguna untuk diterapkan di kehidupan siswa. Keterampilan tersebut bukan sekadar diajarkan saja, melainkan harus dilatih agar siswa terampil dalam keterampilan berbicara dan menulis. Dengan berlatih menggunakan keterampilan berbicara dan menulis, peserta didik diharapkan dapat terlibat langsung dalam menyerap informasi dan menyatakan kembali hasil rekaman informasi yang diperolehnya sesuai dengan kemampuan individu peserta didik (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 227). Praktik untuk melatih keterampilan berbicara dan menulis biasanya membutuhkan waktu yang banyak, sementara waktu yang tersedia di kelas akselerasi cenderung singkat. Guru menyiasati hal tersebut dengan menjalankan pembelajaran yang fleksibel. Cara lain yang digunakan guru sebagai strategi untuk mengelola pembelajaran adalah pemberian motivasi kepada siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Pemberian motivasi kepada siswa dilakukan melalui katakata semangat dan penguatan kepada siswa, maupun janji pemberian reward atau penghargaan kepada siswa yang maju terlebih dahulu dan siswa yang aktif mengajukan pertanyaan saat temannya presentasi. Pemberian motivasi dan reward tersebut bertujuan agar siswa terpacu untuk aktif dan tampil dengan lebih baik. Tidak hanya guru yang melakukan usaha-usaha untuk mencapai tujuan pembelajaran, tetapi pihak sekolah juga turut serta mencapai tujuan tersebut. Pembagian tugas mengajar guru dalam mengajar bahasa atau sastra saja membuat guru fokus mengembangkan keterampilan siswa dalam lingkup yang diajar oleh guru. Jadi pembelajaran pun seimbang dan tidak ada ketimpangan guru memberikan porsi yang lebih banyak bagi materi kebahasaan atau kesusasteraan. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Mulyasa (2007: 21) bahwa sekolah paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya. Sekolah berhak untuk menyusun dan melaksanakan KTSP maupun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
program-program yang dapat mendorong tercapainya visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak sekolah. Strategi-strategi yang inovatif sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Guru selain mengajar juga diharapkan mampu membuat inovasi pembelajaran yang baik agar dapat membangkitkan semangat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Strategi atau inovasi untuk mendukung pembelajaran tidak hanya menjadi tanggung jawab guru, melainkan juga pihak sekolah agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
c. Penggunaan Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan sarana untuk mendukung kemudahan proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran disediakan dengan kebutuhan pembelajaran dan keadaan sekolah. Media yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas akselerasi beragam. Media yang digunakan guru dalam di kelas akselerasi yang diteliti berupa media visual, audiovisual, dan serbaaneka. Guru memanfaatkan fasilitas yang tersedia di kelas dan di sekolah sebagai media pembelajaran. Media visual dan audiovisual yang digunakan oleh kedua sekolah yang diteliti berupa LCD, video wawancara dan pidato, serta rekaman reportase dan pembacaan berita. Media lain yang digunakan adalah laptop untuk memudahkan siswa mengerjakan tugas menulis. Keharusan penggunaan laptop ini berbeda di setiap sekolah. Guru dalam pembelajaran menulis juga menggunakan media inovatif seperti internet, e-mail, dan blog sebagai variasi media pembelajaran. Selain media visual dan audiovisual, guru juga menggunakan media serbaaneka. Guru menggunakan media yang dekat dengan lingkungan sekitar, seperti vas bunga, papan pengumuman, maupun dirinya sendiri sebagai media pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Penggunaan media yang dilakukan oleh guru sesuai dengan prinsip kriteria pemilihan media pembelajaran yang disebutkan oleh Britz dan Briggs (dalam Saputra, 2012). Kriteria pemilihan media tersebut ialah ketepatannya dengan tujuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
pembelajaran, dukungan terhadap isi bahan ajar, kemudahan memperoleh media, keterampilan dalam menggunakannya, tersedia waktu untuk menggunakannya, dan sesuai dengan taraf berpikir siswa. Guru dan siswa telah sama-sama memaksimalkan media yang tersedia untuk membantu kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan fasilitas dan media yang variatif dapat membuat siswa lebih tertarik dan antusias mengikuti pembelajaran. Penggunaan media pada pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi telah disesuaikan dengan materi yang hendak diajarkan dan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibuat. Penggunaan media yang tepat dapat membuat pembelajaran lebih mengena kepada siswa.
d. Pemilihan Materi Ajar Pada dasarnya materi di kelas akselerasi sama dengan kelas reguler. Materi yang ada di kelas reguler juga diajarkan di kelas akselerasi. Perbedaannya adalah jumlah pertemuan dalam satu kompetensi dasar. Jika dalam kelas reguler satu kompetensi dasar diajarkan dalam empat kali pertemuan, dalam kelas akselerasi lebih singkat, yaitu dua atau tiga kali pertemuan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nugroho (2006: 36) yang menyatakan bahwa kelas akselerasi memilih materi-materi yang esensial. Pada pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi, materi ajar dipilih berdasarkan kebutuhan siswa dan relevan dengan kehidupannya. Penerapan materi ajar dalam pembelajaran terlihat pada guru yang lebih menekankan pada pentingnya penguasaan keterampilan melalui lebih banyaknya porsi praktik daripada teori. Guru menganggap bahwa siswa kelas akselerasi cukup mudah untuk memahami suatu materi sehingga guru lebih menekankan pada banyaknya latihan atau praktik untuk mengasah keterampilan siswa. Materi yang diajarkan dan praktik yang dilakukan oleh siswa akan bermanfaat bagi kehidupan siswa sehingga sesuai dengan kebutuhan siswa. Pada awal tahun pembelajaran biasanya guru membuat daftar klasifikasi materi untuk diajarkan kepada siswa. Jika terdapat materi yang sama pada dua commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
semester, guru hanya akan memberikan sedikit pengulangan teori dan menekankan pada banyak latihan pada semester berikutnya agar siswa lebih menguasai keterampilan yang dipelajari itu. Klasifikasi materi yang dibuat guru sangat membantu dalam menentukan materi yang akan diajarkan. Pembelajaran pun akan lebih tertata dan terarah melalui klasifikasi materi. Materi tidak hanya bersumber dari satu sumber saja, melainkan dari beberapa sumber yang ada. Guru tidak menganggap sebuah sumber adalah sumber yang terbaik sehingga tidak mengambil referensi materi dari sumber lain. Guru berusaha menggali referensi dari berbagai sumber sehingga materi yang disampaikan dapat tepat. Guru juga selalu berusaha mempersiapkan diri dengan baik melalui memperdalam pengetahuannya tentang suatu materi sebelum mengajarkan materi itu kepada siswa.
e. Interaksi dalam Pembelajaran 1) Interaksi guru dengan siswa Interaksi guru dan siswa sudah terjalin dengan baik. Guru memosisikan diri sebagai orang tua atau teman sehingga siswa merasa nyaman dan tidak canggung ketika berinteraksi dengan guru. Di dalam kelas, guru mengarahkan siswa untuk mandiri dan mampu berpikir kritis tentang suatu hal. Ketika siswa mengalami kesulitan, guru tidak langsung memberikan penjelasan kepada siswa tetapi meminta siswa untuk mengingat kembali materi yang sebelumnya pernah dipelajari. Tetapi ketika siswa lupa dan benar-benar tidak bisa untuk memecahkan kesulitan yang ia hadapi, guru dengan penuh kesabaran membimbing siswa menyelesaikan kesulitan tersebut. Interaksi yang baik antara guru dan siswa tidak hanya terdapat di dalam kelas, melainkan juga di luar kelas. Di luar kelas, guru juga mau membimbing siswa yang mengalami kesulitan memahami materi atau mengerjakan tugas. Guru bersifat terbuka membantu siswa dengan cara mempersilakan siswa menghubunginya melalui pesan singkat (SMS) dan guru akan membalas pesan siswa. Bahkan bimbingan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
diberikan guru tidak hanya saat pembelajaran bahasa Indonesia saja. Misalnya ketika siswa membuat proposal atau karya tulis ilmiah untuk dilombakan, guru mau membantu siswa mengoreksi kesalahan ejaan dan tata kalimat. Interaksi positif yang terjalin dengan baik antara guru dan siswa memengaruhi psikis siswa. Ketika siswa merasa adanya interaksi positif dan hubungan yang dekat dengan guru, siswa akan lebih dekat dengan guru dan guru pun juga dekat dengan siswa. Kedekatan positif antara guru dan siswa dapat berpengaruh pada pembelajaran, yaitu siswa akan mudah untuk dibimbing dan apabila ada kesulitan akan lebih mudah untuk diselesaikan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2) Interaksi siswa dengan siswa Interaksi antarsiswa telah terjalin dengan baik. Siswa menjalin persahabatan satu sama lain. Persahabatan ini berdampak pada aktivitas pembelajaran. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara, siswa tidak malu-malu saat mengungkapkan pikiran dan pendapatnya di hadapan teman-temannya. Siswa yang lain pun juga mendukung temannya yang melakukan praktik berbicara. Persahabatan dan dukungan di antara siswa dapat memberikan motivasi sehingga siswa lebih percaya diri saat melakukan praktik berbicara. Saat melaksanakan keterampilan menulis, siswa membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam memahami materi dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa juga tidak segan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan siswa lainnya ketika mengalami kesulitan. Siswa terbiasa menggunakan bahasa daerah dan bahasa prokem ketika berbicara dengan siswa lainnya. Hal ini juga berpengaruh saat siswa berinteraksi dengan siswa lainnya di dalam kelas. Terkadang siswa menggunakan bahasa daerah atau bahasa prokem saat mengungkapkan pendapatnya dan berargumen dengan siswa lainnya. Ketika hal tersebut terjadi, biasanya guru mengingatkan siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang formal karena sedang berada dalam forum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
resmi atau formal. Bahkan tidak hanya guru yang mengingatkan siswa ketika ia menggunakan bahasa daerah atau bahasa prokem. Siswa lainnya juga mengingatkan temannya jika ada yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang benar saat interaksi dalam pembelajaran. Interaksi positif yang terjalin dengan baik antara guru dan siswa maupun siswa dan siswa sangat mendukung kelancaran dan keberhasilan pembelajaran. Guru yang juga berperan sebagai pembimbing seharusnya dapat mengarahkan siswa untuk menjalin persahabatan dan interaksi yang baik yang dapat mewujudkan pembelajaran yang baik.
f. Penilaian Evaluasi yang dilakukan guru dalam menilai keterampilan berbicara dan menulis telah dilakukan dengan melihat proses dan hasil. Guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan berbicara dan menulis siswa melalui praktik pada aktivitas pembelajaran. Bentuk-bentuk tugas untuk menilai keterampilan berbicara dan menulis juga telah mendorong siswa untuk dapat melakukan kegiatan penyampaian gagasan, ide, perasaan, maupun pikirannya secara verbal maupun nonverbal, yaitu dalam berbicara dan menulis. Bentuk-bentuk tugas tersebut sejalan dengan bentuk-bentuk tugas yang diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2011: 426). Bentuk-bentuk tugas penilaian yang diberikan oleh guru memiliki kebermaknaan pada siswa. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan praktik berbicara dan menulis yang sesuai dengan kebutuhan dalam bidang tertentu sehingga siswa memiliki gambaran untuk menerapkan pembelajaran tersebut. Proses belajar yang baik harus mampu mengubah ranah perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syamsudin dalam Subana dan Sunarti, 2009: 9). Pada penilaian saat pembelajaran berbicara dan menulis di kelas akselerasi, guru juga melakukan penilaian yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Tidak hanya itu, guru juga bertujuan membangun karakter siswa melalui kerja sama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
dengan siswa lainnya. Guru mengambil penilaian dari praktik dan pekerjaan siswa secara individu maupun kelompok. Dalam melakukan penilaian, guru tidak hanya memperhatikan faktor kebahasaan, tetapi juga nonkebahasaan. Kedua aspek tersebut dinilai secara berimbang. Guru juga membuat pedoman penilaian yang disesuaikan dengan silabus yang telah ada. Pedoman penilaian yang berisi faktor-faktor yang dinilai serta bentuk tugas penilaian dicantumkan dalam RPP yang dibuat oleh guru. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara penilaian pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi telah sesuai dengan penilaian yang baik. Penilaian yang dilakukan oleh guru telah sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa, yaitu siswa mampu menggunakan bahasa secara komunikatif baik secara verbal maupun nonverbal.
3. Kendala-kendala yang Ditemui Guru dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis Ketika melaksanakan pembelajaran, pasti ada kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa, termasuk saat pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi. Pada pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi, terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi. 1. waktu pembelajaran yang singkat. 2. pemahaman materi siswa yang berbeda. 3. kurangnya rasa percaya diri siswa. 4. siswa kesulitan mendapatkan ide tulisan. 5. penggunaan bahasa daerah dan prokem dalam pembelajaran. Seperti pembelajaran keterampilan berbahasa pada umumnya, pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi pun tidak sepenuhnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
sempurna dan masih memiliki kendala. Guru harus mampu mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam pembelajaran dan memberikan pemecahan atau solusi untuk menyelesaikan kendala tersebut. Tujuannya agar kendala tersebut dapat diatasi dan pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya. Kendala yang dihadapi dapat digolongkan menjadi kendala dari guru dan siswa. Faktor terbesar yang menjadi kendala adalah dari siswa. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara siswa masih merasa rendah diri atau kurang percaya diri ketika praktik berbicara. Sementara dalam pembelajaran keterampilan menulis, siswa mengalami kesulitan mendapatkan ide tulisan. Kendala lainnya yang dihadapi oleh siswa adalah pemahaman materi siswa yang tidak sama dan penggunaan bahasa daerah atau bahasa prokem dalam pembelajaran. Pemahaman materi siswa yang berbeda membuat tidak seluruh siswa dapat memahami dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa juga masih mengalami interferensi antara penggunaan bahasa Indonesia dengan penggunaan bahasa daerah dan bahasa prokem dalam pembelajaran. Kendala lain yang dihadapi oleh guru adalah waktu pembelajaran yang singkat. Dalam pembelajaran di kelas reguler, waktu pembelajaran tidak jarang menjadi kendala. Begitu pula dengan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi yang memerlukan durasi waktu yang tidak singkat. Tidak jarang ketika guru telah merencanakan durasi waktu pembelajaran, ada hal-hal di luar kendali guru yang mengacaukan durasi waktu yang telah dibuat seperti kegiatan sekolah. Kendala-kendala ini dapat membuat pembelajaran tidak berjalan secara maksimal.
4. Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mencapai Keberhasilan Pembelajaran Keterampilan Berbicara dan Menulis Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis perlu diidentifikasi oleh guru. Setelah diidentifikasi, guru perlu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
menentukan usaha atau strategi untuk mengatasi kendala pembelajaran tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi, ada lima usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Usaha-usaha tersebut adalah sebagai berikut. 1. pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel. 2. pendekatan personal dan pengulangan materi. 3. pemberian motivasi kepada siswa. 4. penyediaan topik melalui media pembelajaran 5. mendorong siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Guru harus terus menerus memotivasi siswa untuk berlatih melakukan praktik berbicara dan menulis serta penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam pembelajaran. Motivasi-motivasi yang diberikan guru dapat memberikan semangat dan meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam melaksanakan praktik berbicara dan menulis serta penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kegiatan pembelajaran. Guru harus memahami peranannya sebagai pembimbing dan pengawas bagi siswa, seperti yang diungkapkan oleh Idris, Ahmad, dan Broto (1981: 56). Selain memotivasi siswa untuk mau berlatih berbicara dan menulis serta menggunakan bahasa Indonesia secara tepat, guru juga perlu membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Tidak semua siswa memiliki daya tangkap yang sama. Ada siswa yang memiliki daya tangkap yang cepat dan ada juga yang lambat untuk satu mata pelajaran tertentu. Sikap guru terhadap kondisi yang seperti itu adalah sabar dan terbuka dalam membimbing siswa mengikuti pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat mengharuskan guru untuk terus mengembangkan diri untuk membuat usaha dan inovasi dalam pembelajaran yang tepat demi kemajuan peserta didik. Hal lain yang menjadi usaha guru adalah penggunaan media pembelajaran maupun inovasi untuk mendukung pembelajaran dan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik. Inovasi yang dilakukan dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
membuat siswa antusias dan tidak mudah bosan selama kegiatan pembelajaran. Ketika siswa antusias dan aktif dalam pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis dapat terwujud, yaitu siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Dari hasil temuan peneltian tentang pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas khusus program akselerasi diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis adalah (a) keterampilan berbicara dan menulis berguna untuk diterapkan di kehidupan siswa dan (b) siswa perlu dibekali keterampilan berbicara dan menulis melalui praktik. 2. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis pada kelas akselerasi di masing-masing sekolah secara umum dapat dilaksanakan dan berhasil dengan baik. Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran tersebut berupa: (a) adanya persiapan yang dilakukan oleh guru, berupa perangkat pembelajaran, klasifikasi materi pada awal tahun pembelajaran, dan pengetahuan awal siswa tentang materi yang disampaikan; (b) pemilihan metode pembelajaran dan strategi pengelolaan pembelajaran yang inovatif dan variatif; (c) penggunaan fasilitas dan media pembelajaran yang telah sesuai dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran; (d) pembuatan klasifikasi materi pada awal tahun pembelajaran, serta penggunaan berbagai sumber untuk materi ajar; (e) adanya interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa; (f) adanya penilaian berupa penilaian proses dan hasil. 3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi di antaranya: (a) waktu pembelajaran yang singkat; (b) pemahaman materi siswa yang berbeda; (c) kurangnya rasa percaya diri siswa; (d) siswa kesulitan mendapatkan ide tulisan; (e) penggunaan bahasa daerah dan bahasa prokem dalam pembelajaran. commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
4. Usaha-usaha
yang
dilakukan
untuk
mengatasi
kendala-kendala
dalam
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi tersebut di antaranya: (a) pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel; (b) pendekatan personal dan pengulangan materi; (c) pemberian motivasi kepada siswa; (d) penyediaan topik melalui media pembelajaran; dan (e) mendorong siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5. Persamaan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta: (a) persepsi guru terhadap pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis; (b) persiapan sebelum pembelajaran; (c) metode pembelajaran; (d) strategi pengelolaan pembelajaran: pembelajaran berorientasi pada praktik, perpaduan kegiatan berbicara yang berbeda dalam pertemuan yang sama, pengaturan waktu pembelajaran yang fleksibel, membangun motivasi siswa; (e) pemilihan materi ajar dari berbagai sumber yang berbeda; (f) kendala; dan (g) usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala. 6. Perbedaan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi SMAN 1 dan SMAN 3 Surakarta: (a) strategi pengelolaan pembelajaran oleh sekolah di SMAN 1 adalah pembagian tugas mengajar guru, mata pelajaran bahasa Indonesia diajar oleh dua guru yang berbeda (bahasa dan sastra), sedangkan di SMAN 3 tidak ada kebijakan seperti itu; (b) media pembelajaran: SMAN 1 mewajibkan siswa menggunakan laptop dalam pembelajaran keterampilan menulis; SMAN 3: siswa dibebaskan untuk menggunakan laptop atau tidak dalam pembelajaran keterampilan menulis dan guru memanfaatkan media blog dan e-mail untuk pembelajaran keterampilan menulis; (c) interaksi antara guru dan siswa di luar kelas: Siswa di SMAN 1 dapat berkonsultasi dengan guru melalui SMS, sedangkan di SMAN 3 salah satu bentuk interaksi di luar kelas adalah guru memberi bantuan saat siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan karya tulis untuk lomba; dan (d) nilai keterampilan berbicara siswa di SMAN 3 lebih tinggi daripada nilai keterampilan berbicara di SMAN 1, sedangkan nilai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
keterampilan menulis di SMAN 1 lebih tinggi daripada nilai keterampilan menulis di SMAN 3.
B. Implikasi Berdasarkan simpulan di atas, hasil penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi ini mempunyai implikasi sebagai berikut. 1. Persepsi Guru Guru perlu membimbing siswa untuk melatih keterampilan berbicara dan menulisnya melalui praktik, baik saat pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Praktik dan latihan yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan di berbagai bidang kehidupan sehingga terasa bermakna bagi siswa. Siswa diharapkan dapat
menerapkan pengetahuan dan pengalamannya
melalui
pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis dalam kehidupannya sehari-hari. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru, pihak sekolah, maupun siswa perlu menyadari pentingnya melakukan persiapan. Persiapan bukan sekadar formalitas saja, melainkan benar-benar disiapkan dan disesuaikan dengan pembelajaran yang akan dilakukan. Pihak sekolah dan guru menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan seperti silabus, program tahunan, program semester, rencana pengajaran dan kalender pendidikan, rincian minggu efektif, dan RPP yang biasanya disusun pada awal tahun pembelajaran. Guru dan siswa juga mempersiapkan materi, contoh-contoh kegiatan berbicara dan menulis, media pembelajaran, dan persiapan lainnya untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang menarik dan variatif baik untuk diterapkan dalam
pembelajaran agar
pembelajaran tidak
monoton dan
membosankan bagi siswa. Guru perlu membuat inovasi dalam strategi dan metode commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa antusias dan tertarik saat melakukan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran perlu diperhatikan oleh guru, terutama saat pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. Saat pembelajaran keterampilan berbicara, media diperlukan oleh guru untuk menampilkan model aktivitas berbicara yang akan dilakukan siswa. Saat pembelajaran keterampilan menulis, ide tulisan siswa dapat dipancing melalui penggunaan media pembelajaran. Materi yang disampaikan melalui media pembelajaran yang sesuai dapat membangkitkan rasa antusias dan semangat siswa dalam belajar. Materi ajar yang dipelajari oleh siswa kelas akselerasi pada satu semester dapat ditemui lagi pada semester yang lain. Oleh karena itu, guru perlu membuat klasifikasi materi agar pembelajaran lebih tertata. Guru perlu menyusun materi dari berbagai sumber yang terpercaya dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Interaksi guru dan siswa maupun siswa dan siswa berlangsung dengan baik. Guru hendaknya dapat memosisikan diri sebagai orang tua dan sahabat yang mau membimbing dan menolong siswa sehingga siswa merasa nyaman dan tidak canggung ketika berinteraksi dengan guru. Interaksi yang terjalin dengan baik tersebut tidak hanya terjadi pada saat di dalam kelas, melainkan di luar kelas pun guru dan siswa tetap menjalin interaksi yang baik. Penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh siswa juga perlu diperhatikan. Guru hendaknya dapat menilai siswa secara objektif dan menyeluruh pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan karakter siswa sesuai dengan pedoman penilaian yang telah dibuat. Guru juga dapat melibatkan siswa lainnya dalam melakukan penilaian terhadap penampilan dan hasil karya siswa melalui pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis. 3. Kendala dalam Pembelajaran Kendala hampir selalu didapati dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak terkecuali pada pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi. Kendala dalam pembelajaran dapat berasal dari siswa, guru, ataupun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
pihak sekolah. Dalam hal ini, guru telah berupaya maksimal dalam mengatasi kendala yang terjadi dan menjaga kualitas pembelajaran melalui strategi, metode, materi, dan media pembelajaran. Dengan demikian, pencarian upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi perlu dilakukan agar kualitas pembelajaran tetap terjaga dan tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai secara baik.
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil yang telah diuraikan di atas, peneliti menyampaikan beberapa hal sebagai saran kepada kepala sekolah, guru, dan siswa. 1. Para kepala sekolah hendaknya dapat mengadakan pelatihan atau workshop bagi guru-guru yang diberikan tugas mengajar pada program akselerasi agar guru mampu melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas akselerasi. Kepala sekolah juga hendaknya dapat melakukan pengawasan langsung kepada pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi. Hal ini dimaksudkan agar guru kepala sekolah mengetahui hal apa yang harus dibenahi dalam pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi. 2. Para guru hendaknya lebih kreatif menggunakan media dan metode dalam melakukan proses pembelajaran keterampilan berbicara dan menulis di kelas akselerasi. Guru hendaknya menyesuaikan penggunaan media dan metode pembelajaran dengan kebutuhan dan karakteristik siswa yang diajar. Guru juga perlu meningkatkan kemampuan melalui mengikuti seminar atau pelatihan. 3. Para siswa hendaknya perlu menyadari pentingnya menguasai keterampilan berbicara dan menulis yang diperoleh melalui latihan. Oleh karena itu, siswa perlu banyak berlatih berbicara dan menulis agar keterampilan tersebut dapat dikuasai. Hendaknya siswa mau bertanya kepada guru jika mengalami kendala atau kesulitan dalam pembelajaran.
commit to user