perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh : ANIK MARYANI NIM K5107007
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh : ANIK MARYANI NIM K5107007
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Anik Maryani. PENGGUNAAN METODE FERNALD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni , 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar membaca pada anak kesulitan belajar kelas II SD di SLB/ A YKAB Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research/ Penelitian Tindakan Kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Untuk menguji validitas data, penulis menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. Data kuantitatif berupa hasil tes dianalisis dengan menggunakan deskriptif komparatif yaitu dengan mencari nilai rerata dan persentase ketuntasan belajar, kemudian membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator ketercapain. Sedangkan data kualitatif yang berasal dari hasil observasi, wawancara, dan dokumen dianalisis dengan menggunakan analisis kritis. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi belajar membaca pada siswa kesulitan belajar kelas II SD di SLB/ A YKAB Surakarta tahun ajaran 2010/2011
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAC Anik Maryani. THE USE OF FERNALD METHOD TO IMPROVE THE READING LEARNING ACHIEVEMENT IN II LEARNING DISABLED GRADERS OF ELEMENTARY SCHOOL IN SLB/A YKAB SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, June 2011. The objective of research is to improve the reading learning achievement in II Learning Disabled Graders of Elementary School in SLB/A YKAB Surakarta in the School Year of 2010/2011. This study belongs to a Classroom Action Research, that is, an observation on the learning activity in the form of action, deliberately emerged and occurring in a classroom simultaneously. This research is a collaboration of researcher, teacher, and students. Technique of collecting data used was research and observation, interview, test, and document analysis. In order to validate the data, the author employed data and method triangulations. Technique of analyzing data used was a descriptive comparative and critical analysis. The quantitative data containing the test result was analyzed using descriptive comparative, by looking for the mean value and percentage of learning passing, then comparing the inter-cycles test value with the achievement indicator. Meanwhile the qualitative data deriving from result of observation, interview and document was analyzed using critical analysis. Considering the result of research conducted, it can be concluded that the use of Fernald Method can improve the reading learning achievement in II Learning Disabled Graders of Elementary School in SLB/A YKAB Surakarta in the School Year of 2010/2011.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
“Orang- orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang- orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”. ( Mario Teguh. www.google.com diakses tanggal 20 juni)
“ jika hanya mengerjakan yang sudah diketahui, kapankah kita akan mendapat pengetahuan yang baru? Melakukan yang belum kita ketahui adalah pintu menuju pengetahuan”. (Mario Teguh. www.google.com diakses tanggal 20 juni)
“ Jangan pernah berkata tidak bisa sebelum mencobanya “ ( penulis )
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi Ini Penulis Persembahkan Kepada: Bapak ibu tercinta yang telah merawat dan membimbingku hingga dewasa Keponakanku yang aku sayangi dan cintai Teman- teman PLB ‘07 Almamater
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah memberi kenikmatan hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan skripsi; 2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan skripsi; 3. Drs. Gunarhadi, M.A, Ph.D, Ketua Program Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan izin penulisan skripsi; 4. Drs. Rachmad Djatun, M.Pd., selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, arahan dan dorongan
kepada penulis dalam
penyelesaian penyusunan skripsi; 5.
Dra. Munzayanah, selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan lancar;
6. Prof. Dr. Sunardi, M. Sc. Pembimbing Akademik, yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Luar Biasa FKIP UNS; 7. Bapak ibu dosen Program Pendidikan Luar Biasa yang secara tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis; 8. Drs. Bambang S., selaku Kepala Sekolah SLB/ A YKAB Surakarta yang memberikan izin untuk melakukan penelitian di tempat tersebut; 9. Maryuni, S.Pd., selaku Guru Kelas II yang telah memberikan waktu dan bantuan dalam melaksanakan penelitian; 10. Siswa kelas II SLB/ A YKAB Surakarta yang telah membantu pelaksanaan commit to user penelitian; ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Teman- teman PLB 2007 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang membantu dan memberikan semangat dan dukungan selama menjadi mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh Karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI .......................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
iv
ABSTRAK .................................................................................................
v
ABSTRAC .................................................................................................
vi
MOTTO .....................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ......................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ix
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xv
DAFTAR GRAFIK ....................................................................................
xvi
DAFTAR SKEMA .....................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Perumusan Masalah ........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ............................................................................
7
1. Tinjauan Kesulitan Belajar ......................................................
7
a. Pengertian Kesulitan Belajar ............................................
7
b. Karakteristik Anak Kesulitan Belajar ...............................
11
c. Gejala Kesulitan Belajar ...................................................
12
d. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ..................................
12
e. Kesulitan Belajar Membaca .............................................
14
f. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Membaca ........................... commit to user g. Ciri-Ciri Anak Berkesulitan Belajar Membaca ................
15
xi
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Tinjauan Prestasi Belajar .........................................................
16
a. Pengertian Belajar ............................................................
16
b. Unsur- Unsur Belajar .......................................................
17
c. Prinsip – Prinsip Belajar ..................................................
18
d. Jenis- Jenis Belajar ...........................................................
19
e. Prestasi Belajar .................................................................
22
3. Tinjauan Membaca ..................................................................
23
a. Pengertian Membaca ........................................................
23
b. Tujuan Membaca ..............................................................
25
c. Ciri-Ciri Membaca ...........................................................
26
d. Aspek-Aspek membaca ....................................................
27
e. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca ..........................................................................
28
f. Tahap-Tahap Perkembangan Membaca ...........................
30
g. Jenis Kegiatan Membaca ..................................................
32
4. Tinjauan Metode Membaca Untuk Anak Berkesulitan Belajar .....................................................................................
33
a. Metode Fernald ................................................................
33
b. Metode Gillingham ..........................................................
35
c. Metode Analisis Glass .....................................................
36
B. Penelitian Relevan ..........................................................................
36
C. Kerangka Berfikir ...........................................................................
37
D. Hipotesis .........................................................................................
38
BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian ............................................................................
39
B. Metode Penelitian ...........................................................................
40
C. Subyek Penelitian ...........................................................................
41
D. Data dan Sumber Data.....................................................................
42
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................
42
F. Validitas Data ................................................................................. commit to user G. Teknik Analisis Data ......................................................................
46
xii
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Indikator Kinerja ............................................................................
48
I. Prosedur Penelitian .........................................................................
49
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................
52
1. Diskripsi Kondisi Awal ...........................................................
52
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ................................................
54
a. Perencanaan ......................................................................
54
b. Pelaksanaan Tindakan ......................................................
56
c. Observasi ..........................................................................
57
d. Refleksi ............................................................................
59
3. Pelaksanaan penelitian Siklus II...............................................
59
a. Perencanaan ......................................................................
59
b. Pelaksanaan Tindakan ......................................................
61
c. Observasi ..........................................................................
62
d. Refleksi ............................................................................
64
B. Hasil Penelitian ..............................................................................
64
C. Pembahasan Hasil Penelitian .........................................................
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .....................................................................................
71
B. Saran ...............................................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
73
LAMPIRAN- LAMPIRAN ........................................................................
76
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Kurikulum Pembelajaran ......................................................
77
Lampiran 2 Soal Pretest/ Posttest .............................................................
78
Lampiran 3 Format Penilaian ...................................................................
79
Lampiran 4 Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Membaca ...............................................................................
80
Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Membaca ...............................................................................
82
Lampiran 6 RPP Siklus I ..........................................................................
83
Lampiran 7 Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Membaca pada kegiatan Siklus I ...........................................
89
Lampiran 8 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Membaca pada kegiatan Siklus I ..........................................
91
Lampiran 9 RPP Siklus II .........................................................................
92
Lampiran 10 Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Pembelajaran Membaca pada kegiatan Siklus II .........................................
98
Lampiran 11 Lembar Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Membaca pada kegiatan Siklus II .........................................
100
Lampiran 12 Panduan Wawancara Dengan Guru Kelas II SLB/ A YKAB Surakarta ...................................................................
101
Lampiran 13 Rekap Nilai Pada Kegiatan Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
102
Lampiran 14 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ............................
103
Lampiran 15 Surat Ijin Penyusunan Skripsi ...............................................
104
Lampiran 16 Surat Permohonan Ijin Research/ Penelitian ........................
105
Lampiran 17 Surat Keterangan Kolaborasi ................................................
106
Lampiran 18 Surat Keterangan Melakukan Research/ Penelitian ..............
107
Lampiran 19 Foto Pelaksanaan Penelitian Pra Siklus ................................
108
Lampiran 20 Foto Pelaksanaan Siklus I .....................................................
109
commit to user Lampiran 21 Foto Pelaksanaan Siklus II ....................................................
110
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3. 1 Rencana Pelaksanaan kegiatan Penelitian dan penyusunan skripsi ......................................................................................
39
Tabel 4. 1 Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar Kelas II SD Di SLB/ A YKAB Surakarta ...................................................
52
Tabel 4. 2 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Pra Siklus (Kemampuan Awal) .......................................................................................
53
Tabel 4. 3 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Siklus I .......................
58
Tabel 4. 4 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Siklus II ......................
63
Tabel 4. 5 Daftar Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kemampuan Awal, Siklus I, Dan Siklus II .............................................................
65
Tabel 4. 6 Peningkatan Nilai Membaca Setiap Siklus .............................
66
Tabel 4. 7 Peningkatan Ketuntasan Belajar Membacasetiap Siklus ........
67
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4. 1 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Pra Siklus (Kemampuan Awal) ................................................................
54
Grafik 4. 2 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Siklus I ..........
58
Grafik 4. 3 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Siklus II .........
63
Grafik 4. 4 Peningkatan Nilai Membaca Siswa Kelas II ...........................
66
Grafik 4. 5 Peningkatan Rata-Rata Nilai Membaca Setiap Siklus ............
67
Grafik 4. 6 Peningkatan Ketuntasan Secara Klasikal ................................
68
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SKEMA Halaman Skema 2.1 Kerangka Berfikir......................................................................
39
Skema 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas .............................................
41
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting untuk setiap manusia. Dengan pendidikan kita dapat meningkatkan pemikiran lebih maju serta dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semua warga Negara Indonesia wajib mendapatkan pendidikan dan pengayoman dari pemerintah. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak- hak yang sama yang diatur dalam Undang- Undang Dasar 1945. Pada buku Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, hak- hak yang dimiliki anak berkebutuhan khusus berdasar pada landasan yuridis formal meliputi: UUD 1945 ( amandemen ), UU no 20 tahun 2003 sistem pendidikan nasional dan UU no. 4 1997 tentang penyandang cacat. Pada UUD 1945 (amandemen) tepatnya pada pasal 31 ayat 1 dan 2. Bunyi pasal 33 ayat 1 yaitu : “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”. sedangkan pada ayat 2 yaitu: “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan berdasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Dengan demikian setiap warga Negara Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan dan dibiayai oleh pemerintah. Pada UU no. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang berbunyi, ”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis”. Sedangkan pada UU no. 4 1997 tentang penyandang cacat pada pasal (5) berbunyi: “ Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan”. Dari pernyataan tersebut semua anak berkebutuhan khusus mempunyai hak dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan ynag layak tanpa terkecuali. commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari
pernyataan
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
semua
anak
berkebutuhan khusus maupun anak normal wajib dan mempunyai hak mendapatkan pendidikan serta mempunyai hak yang sama dalam berbagai bidang. Misalnya memperoleh hak milik, hak mengeluarkan pendapat, hak untuk membela negara maupun hak mendapatkan pengayoman atau perlindungan. Dalam bidang hukum juga mempunyai hak yang sama dengan anak normal. Anak kesulitan belajar merupakan anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Dengan demikian anak kesulitan belajar mempunyai hak yang sama dalam segala bidang seperti anak normal ataupun anak cacat. Sebagai contoh yaitu hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk mendapatkan pengayoman maupun hak dalam bidang politik, yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat. Dalam pendidikan maupun sekolah membaca merupakan hal yang sangat penting dan juga merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life long learning). Mengajarkan membaca pada anak berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi cara bagaimana mengerti atau mempelajari sesuatu dari buku, koran, majalah ataupun dari sumber yang lain. Dengan kegiatan membaca dapat membuka jendela pengetahuan dengan mudah. Karena hampir semua pengetahuan disajikan dalam bentuk tulisan. Membaca juga dapat memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya. Selain itu membaca juga merupakan modal utama dalam setiap mata pelajaran, tidak hanya pada pelajaran Bahasa Indonesia saja. Namun pembelajaran membaca sebagian besar dapat dijadikan hal yang pasti atau mutlak dari bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tanpa membaca pembelajaran dalam kelas tidak dapat terwujud dengan baik atau bahkan semua pelajaran tidak akan dimengerti oleh siswa. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan tetapi, juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, metakognitif. Menurut Soedarso (1983) dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 200) “Membaca merupakan aktivitas komplek yang memerlukan sejumlah besar commit to penggunaan user tindakan terpisah- pisah mencakup pengertian, khayalan,
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
pengamatan, dan ingatan”. Sedangkan menurut Sunardi (1997 : 1) “ Membaca adalah aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf dan kata. Aktivitas ini meliputi proses, yaitu proses decoding, yang dikenal juga dengan istlah membaca teknis, dan proses pemahaman”. Menurut Syafe’ei dalam Farida Rahim (2007:2) tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikanya dengan bunyi- bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata- kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas awal, yang disebut dengan membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah proses prespektual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi- bunyi bahasa. Proses memahami makna disebut dengan istilah meaning. Pada tahap ini dikenalkan pada kelas SD dengan jenjang kelas yang lebih tinggi. Dengan demikian membaca sangatlah penting dalam setiap pembelajaran tidak hanya pada pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi pada semua mata pelajaran. Prestasi membaca yaitu penguasaan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjuk oleh nilai tes yang diberikan oleh guru. Sedangkan prestasi adalah hasil yang ingin dicapai. Menurut Conny Semiawan (2002 : 11) mengemukakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah pemenuhan kebutuhan psikologis, intelegensi, faktor non kognitif, pengembangan kreatifitas”. Pada siswa kelas II SD di SLB/ A YKAB terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hampir semua mata pelajaran tidak dikuasai siswa dengan sempurna. Namun pada kegiatan penelitian ini hanya dilakukan pada kesulitan membaca pada pelajaran Bahasa Indonesia. Kesulitan pada anak yang jelas yaitu: belum bisa membaca huruf dengung misalnya “ng”, “ny” pada kata, belum bisa membaca dengan huruf konsonan ditengah maupun diakhir kalimat atau sering disebut dengan huruf paten. Ada juga siswa yang belum bisa membedakan antara to user huruf “d” dengan huruf “b”, hurufcommit “f” dengan huruf “v”, huruf “f” dengan “p” dan
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
yang pasti kesulitan yang umum yaitu belum bisa membaca dengan lancar. Kemampuan membaca mereka juga belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) meskipun nilai yang ditentukan juga sudah minimal. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembangan anaknya, minat baca dari siswa rendah, keadaan kelas yang tidak kondusif, serta kurang perhatian guru tehadap peserta didik. Kemampuan membaca anak tergantung pada kemampuan dalam memahami hubungan antara wicara, bunyi, dan simbol yang diminta. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:13) “ Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal, dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar (lerarning disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat, adalah faktor eksternal”. Sedangkan menurut Muhibin Syah (2009 : 135) “faktor penyebab kesulitan belajar adalah faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa”. Faktor intern siswa yaitu hal- hal atau keadaan- keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Sedangkan faktor ekstern siswa yaitu hal-hal atau keadaankeadaaan yang datang dari luar diri sendiri. Untuk memperbaiki kemampuan membaca anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengajaran membaca pada anak dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu metode pengajaran membaca bagi anak pada umumnya dan metode pengajaran membaca khusus bagi anak berkesulitan belajar. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999 : 215) metode pengajaran membaca bagi anak pada umumnya terdiri dari metode membaca sadar, fonik, lingusitik, SAS, alfabetik, dan pengalaman bahasa. Sedangkan metode untuk anak berkesulitan belajar yaitu Metode Fernald, Gilingham, dan Analisiss Glass. Dalam metode pengajaran membaca pada anak berkesulitan belajar terdapat Metode Fernald. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999,217) “ Fernald commitpengajaran to user telah mengembangkan suatu metode membaca multisensori yang
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan pengembangan dari metode multisensoris yang dikenal pula sebagai metode VKAT (visual, auditory, kinesthetic, and tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata- kata yang diucapkan anak, dan tiap kata yang diajarkan secara utuh”. Dengan adanya beberapa hambatan dan masalah yang ada pada kelas tersebut peneliti ingin mengadakan penelitian dengan mengambil judul ”PENGGUNAAN
METODE
FERNALD
UNTUK
MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR KELAS II SD DI SLB/ A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011”
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: ” Apakah penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi belajar membaca pada anak kesulitan belajar kelas II SD SLB/A YKAB tahun ajaran 2010/2011?”
C. Tujuan Setiap kegiatan mempunyai tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan kegiatan penelitian ini. Dalam kegiatan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan prestasi belajar membaca pada siswa kelas II SD SLB/ A YKAB Surakarta. Dengan menggunakan Metode Fernald diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar membaca anak sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat telaksana tanpa ada hambatan suatu apapun.
D. Manfaat Dalam kegiatan penelitian diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain yaitu: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para pembacanya dan juga dapat menambah wawasan untuk kita tentang cara yang commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tepat untuk mendidik anak agar kemampuan membaca mereka meningkat dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Manfaat Praktis a. Guru Dengan pengenalan Metode Fernald diharapkan dapat digunakan oleh tenaga pendidik untuk meningkatkan prestasi membaca pada anak kesulitan belajar. selain itu dapat juga dimanfaatkan oleh tenaga pendidik atau guru untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan perubahan yang bermanfaat bagi peserta didik. Karena dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak. Selain itu pula prestasi belajar anak dapat meningkat sehingga memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang lain, karena peserta didik sudah mampu membaca. b. Diri Sendiri Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi diri sendiri yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar membaca pada siswa SD. Dan juga semoga dapat dijadikan modal dasar untuk menjadi tenaga pendidik yang baik dan profesional dalam mengajar di sekolah lain. c. Siswa Dengan penggunaan Metode Fernald dalam kegiatan pembelajaran diharapkan memberikan manfaat pada siswa. Manfaat tersebut yaitu prestasi belajar membaca siswa dapat meningkat. Dengan meningkatnya prestasi tersebut diharapkan siswa dapat membaca dengan lancar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris learning disability. Kesulitan belajar banyak ditemui pada peserta didik. Tidak hanya anak sekolah dasar kadang juga ditemui pada peserta didik yang jenjang pedidikannya sudah tinggi. Anak yang mengalami kesulitan belajar biasanya memiliki tingkat kecerdasan atau IQ yang normal atau juga rata-rata. Kesulitan belajar merupakan konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Definisi kesulitan belajar pertama kali ditemukan oleh the United states ofice of Education (USOE) pada tahun 1977 yang dikenal dengan public law (pl), yang hampir indentik dengan definisi yang dikemukakan oleh The National Advisory Committe Of Handiccaped Children pada tahun 1967. Definisi tersebut dikutip oleh Hallahan, Kaufman, Dan Lloyd (1985) dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 6-7) seperti berikut: Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi- kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak- anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi. Sedangkan menurut NJCLD (National Joint Committee of Learning Disabilities) dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 7-8) mengemukakan definisi sebagai berikut:
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut instrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi system syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tunagrahita, hambatan social dan ekonomi) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor- faktor psikogenik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung. The Board Of The Association For Children And Adulth With Learning Disabilities (ACALD) dalam Mulyono Abdurrahman ( 1999: 8) mengemukakan definisi seperti dikutip oleh Lovitt (1989) sebagai berikut: Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, intregrasi, dan/atau kemampuan verbal dan/atau kemampuan nonverbal. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang- orang yang memiliki intelegensi rata- rata hingga superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga-diri , pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan/atau aktivitas kehidupan sehari- hari sepanjang kehidupan. Munawir Yusuf, Sunardi, dan Mulyono Abdurrahman (2003 : 8) mengemukakan bahwa, anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas- tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses, psikologis dasar maupun sebab- sebab lainnya sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak tersebut beresiko tinggi tinggal kelas. Menurut Smith (1978 dalam Schwartz, 1984) yang dikutip oleh Sunardi&Sunaryo ( 2007: 160- 161) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
mengemukakan telah mengelaborasi tipe khusus anak learning disabilities atau anak kesulitan belajar sebagai berikut: 1) Tidak mampu melihat hubungan sebab akibat , khususnya penggunaan kata- kata “ karena”. Tidak mampu berfikir antisinpatif dan melakukan penilaian. 2) Berfikir kaku 3) Mengalami kesulitan melihat persamaan dan perbedaan serta pemahaman hubungan 4) Tidak dapat melihat pola- pola. Tak mampu mengelompokan pola- pola yang sama untuk membentuk suatu pola pikir baru. 5) Miskin ingatan, tidak mampu mengingat nama- nama atau tempat juga wajah 6) Tidak mampu mengorganisasikan fakta dan konsep yang sudah mereka miliki dan akibatnya tidak mampu menggunakannya untuk pemecahan masalah, untuk memprediksikan atau memperkirakan konsekuensinya 7) Tidak mampu melakukan kategorisasi dalam klasifikasi. Masing-masing pengalaman terpisah satu dengan yang lain, tidak mampu membuat generalisasi dari kongret ke abstrak 8) Tidak mampu melakukan transfer belajar dari pelajaran yang satu ke pelajaran yang lain. 9) Pemahaman konsep terlalu sempit dan luas. Semua binatang berkaki empat adalah anjing. Kucing hanyalah berwarna hitam dan putih ( seperti pernah dilihatnya sendiri sebagai kucing) atau semua kucing dipanggilnya dengan siulan, seperti panggilan kucingnya sendiri.
Sedangkan Abdul Salim Choiri ( 1994 : 1) berpendapat bahwa “Anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan belajar dalam tugas-tugas selama proses pendidikan, sehingga prestasi belajar yang dicapai berada di bawah kemampuan anak yang sebenarnya”. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah kesulitan dalam bentuk nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap- cakap, berbicara, membaca, menulis, menalar dan berhitung, dan juga mengalami kesulitan dalam belajar sehingga mempunyai prestasi di bawah rata-rata.. Selain itu anak kesulitan belajar dan berkesulitan belajar adalah sama yaitu mempunyai kesulitan dalam menerima pelajaran disekolah dalam bentuk apapun. Kesulitan belajar dapat disebabkan karena anak tunagrahita, gangguan emosional, sensoris, ketidaktetapatan commit tohambatan user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran, atau karena kemiskinan budaya. Anak kesulitan belajar biasanya tidak mengalami kesulitan atau hambatan
pada semua mata
pelajaran, tetapi hanya sebagian mata pelajaran saja, misalnya pada pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika , dan lain sebagainya. Namun ada juga ada yang mengalami kesulitan belajar tidak hanya pada salah satu mata pelajaran saja, melainkan lebih dari satu mata pelajaran. Dan anak tersebut beresiko tinggi untuk tinggal kelas. In addition, research has shown that low self-esteem is often a predictor for the use of maladaptive strategies, such as self-handicapping and learned helplessness, at school. Adolescents with low self-esteem tend to show high use of maladaptive strategies whereas those with high selfesteem use more adaptive achievement strategies (Aunola, Stattin & Nurmi, 2000). Learners with LD are particularly deemed to be at risk for low self-esteem because they experience significant difficulty in school, both in terms of academic performance and peer acceptance (Marcal, 1992; Martinez) dalam Sibusiso Ntshangase,Andile Mdikana dan Candice Cronk (International Journal Of Special Education Vol 23 No 2 2008.)
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut,”Selain itu, penelitian telah menunjukkan bahwa harga diri yang rendah sering merupakan prediktor untuk penggunaan strategi maladaptif, seperti selfhandicapping dan ketidakberdayaan yang dipelajari, di sekolah. Remaja dengan harga diri yang rendah cenderung untuk menunjukkan tingginya penggunaan strategi maladaptif sedangkan dengan strategi pencapaian harga diri yang tinggi menggunakan lebih adaptif (Aunola, Stattin & Nurmi, 2000). Peserta didik dengan LD terutama dianggap beresiko rendah diri karena mereka mengalami kesulitan yang signifikan di sekolah, baik dari segi prestasi akademis dan penerimaan peer (Marcal, 1992; Martinez)”.
Menurut Sumarno Markam, H sudomo, Bambang Hartono yang dikutip oleh Anton Sukarno (JRR, 2000 : 28) anak berkesulitan belajar mempunyai kemampuan rata- rata keatas, bahkan orang jenius ada yang yang berkesulitan belajar waktu kecil. Anak kesulitan belajar merupakan masalah yang baru dan perlu mendapat penanganan. Salah satu jenis penanganan adalah dengan model pelayanan kelas reguler, kelas khusus, dan kelas konvensional. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari pernyataan tersebut dijelaskan bahwa anak kesulitan belajar ditangani secara khusus dan diberikan peralatan ataupun penanganan yang lebih dari anak normal pada umumnya agar mereka lebih berhasil. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan layanan pendidikan yang khusus ataupun bimbingan belajar yang lebih agar anak memamhami apa yang didiajarkan oleh tenaga pendidik atau seorang guru.
b. Karakteristik Anak Kesulitan Belajar
Setelah mengamati penelitian tentang kesulitan belajar, menurut ahli terkemuka Linda Siegel (2003) dalam John W. Santrock (2009 : 246) menyimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar (learning disability) diberikan hanya ketika anak: 1) Memiliki IQ diatas retardasi 2) Mengalami kesulitan yang signifikan dalam bidang yang berkaitan dengan sekolah (terutama membaca atau matematika) 3) Tidak menunjukan gangguan emosional yang serius, mengalami kesulitan karena mengguanakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, mempunyai kesulitan sensoris, atau mempunyai kekurangan neurologis tertentu. Anak kesulitan belajar dapat ditinjau secara historis, teoritis dan empiris. Anton Sukarno dalam jurnal Indonesia (2000 : 28) berpendapat bahwa “secara historis kesulitan belajar dibedakan menjadi kesulitan pengembangan atau kesulitan belajar psikologis, dan kesulitan belajar akademis”. Secara teoritik kesulitan belajar mengacu pada konsep organism, environment dan ecologi. Secara empirik anak kesulitan belajar adalah anak yang memiliki potensi rata- rata kelas. Dengan demikian anak yang mengalami kesulitan belajar belum tentu mempunyai tingkat kecerdasan rendah. Anak berkesulitan belajar mempunyai IQ diatas rata- rata, hanya saja mereka mempunyai prestasi rendah yang disebabkan oleh beberapa faktor. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
c. Gejala Kesulitan Belajar
Menurut Munawir Yusuf, Sunardi&Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 8) Gejala kesulitan belajar adalah peserta didik yang mengalami kesulitan belajar umum dengan gejala- gejala antara lain: 1) Tidak dapat mengikuti pelajaranseperti yang lain. 2) Sering terlambat atau tidak mau menyelesaikan tugas 3) Menghindari tugas- tugas yang agak berat 4) Ceroboh atau kurang teliti dalam banyak hal 5) Acuh tak acuh 6) Menampakan semangat belajar yang rendah 7) Tidak mampu berkonsentrasi, berubah- ubah 8) Perhatian terhadap suatu obyek singkat 9) Suka menyendiri, sulit menyesuaikan diri 10) Murung 11) Suka memberontak, agresif dan meledak-ledak dalam merespon ketidakcocokan 12) Hasil belajar rendah
d. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Muhibin Syah (2009 : 135) Secara garis besar, faktor penyebab kesulitan belajar dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) faktor intern siswa, yaitu hal- hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. 2) faktor ektern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaaan yang datang dari luar diri sendiri.
Kedua faktor tersebut dijelaksan secara rinci sebagai berikut: 1) Faktor Intern Siswa Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekuranganmampuan psiko-fisik siswa, yaitu: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
a) yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/ intelegensi siswa b) yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap c) yang besifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga) 2) Faktor Ekstern Siswa Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi: a) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluaraga. b) Lingkungan perkampungan/masyarakat , contohnya : wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. c) Lingkungan sekolah, contonya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas rendah. Selain faktor- faktor yang telah disebutkan tadi masih ada faktor lain yang mempengaruhi kesulitan belajar pada anak. Menurut Hallahan et al dalam Mulyono Abdurrahman&Sudjadi (1994 : 146)
banyak penyebab
kesulitan belajar, antara lain adalah:
a) Faktor genetik b) Luka pada otak (brain injuiry), yang disebabkan oleh trauma fisik atau kekurangan oksigen sebelum, pada saat, atau segera sesudah kelahiran, c) Biokimia yang hilang, misalnya kimia ynag diperlukan untuk memfungsikan sistem saraf pusat, d) Biokimia yang diberikan pada anak, misalnya zat pewarna e) Pencemaran lingkungan, misalnya pencemaran timah hitam, dan f) Pengaruh- pengaruh psikologis dan sosial, misalnya perbedaan latar belakang budaya, pembelajaran yang tidak tepat, dan kemiskinan orang tua. Menurut Abdul Salim Choiri ( 1994 : 2) secara garis besar ada dua faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu faktor yang berada dalam diri anak, dan faktor yang berada diluar anak. a) Faktor yang berada di dalam diri anak diantaranya yaitu: (1) Gangguan penglihatan,commit to user (2) Gangguan pendengaran,
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
(3) Gangguan gerak tubuh, (4) Gangguan bicara dan bahasa, (5) Kelainan mental rendah, (6) Gangguan emosi, (7) Gangguan kesehatan dan gizi, dsb. b) Sedangkan faktor yang berada dari luar diri anak antara lain: (1) Faktor guru, (2) Sifat bidang studi (3) Faktor sarana belajar (4) Faktor lingkungan keluarga (5) Tempat tinggal, dsb. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam yaitu faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri misalnya ranah kognitif, ranah afektif, maupun ranah psikomotor. Sedangkan faktor dari luar yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak. Misalnya faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan masyarakat, faktor lingkungan sekolah, faktor guru, faktor sarana belajar, dan faktor guru.
e. Kesulitan Belajar Membaca
Menurut Jamila K.A Muhammad (2008 : 140) “ Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia”. Istilah disleksia sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “dys” dan “lexia”. Dys berarti kesulitan dan lexia berarti kata. Disleksia didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memperoleh pengetahuan dari proses pembelajaran akibat kesulitan dalam menafsirkan kalimat. Ada nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca, yaitu Corrective Readers, dan Remidial Readers. Sedangkan kesulitan belajar membaca yang berat sering disebut Aleksia (alexia). Anak- anak penderita disleksia adalah anak- anak yang mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja. Tetapi banyak anak yang tidak menyadari hal ini, dan yang dirugikan adalah mereka sendiri karena dianggap sebagai anak yang malas, bodoh, dan lamban. Hamper pada semua sekolah terdapat anak- anak yang mempunyai ciri-ciri disleksia. Yang to user membedakan adalah tingkat commit disleksia yang mereka hadapi, apakah ringan,
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
sedang, ataukah serius. Intervensi awal harus diberikan pada anak-anak penderita disleksia untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami.
f.
Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Membaca
Menurut Jamila K.A Muhammad (2008 : 141), kesulitan belajar membaca atau disleksia dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Disleksia Visual Disleksia visual berkaitan dengan masalah anak-anak dalam menggunakan indra penglihatan. Walaupun anak-anak tersebut dapat melihat dengan baik, ia tidak dapat membedakan, mengintreprestasikan dan mengingat hal yang dilihatnya. 2) Disleksia Auditoris Disleksia auditoris berkaitan dengan masalah anak-anak dalam menggunakan indra pendengaran. Walaupun anak-anak tersebut dapat mendengar dengan bai, ia mengalami kesulitan dalam mendengar bunyi, menyimpulkan kesamaan dan perbedaannnya, mengenal dengan baik bunyi perkataan, dan juga bermasalah dalam membagi perkataan dalam kelompok suku kata. 3) Disleksia Visual-Auditoris Anak- anak pada tahap ini berada pada taraf yang serius, karena kedua indranya, yaitu penglihatan dan pendengarannya, tidak dapat membantunya mengintreprestasikan apa yang dilihat dan didengarnya. g. Ciri- Ciri Anak Berkesulitan Belajar Membaca
Ott (1997) seperti yang dikutip oleh Jamila K.A Muhammad (2008 : 143-144) menguraikan ciri-ciri anak disleksia sebagai berikut :
1) Umum a) Perkembangan penuturan dan bahasa lambat b) Kemampuan mengeja lemah c) Kemampuan membaca lemah d) Keliru membedakan kata yang hamper sama e) Sulit mengikuti arahan f) Sulit dalam menyalin tulisan g) Sulit melewati jalan yang memiliki banyak belokan 2) Pengamatan dan tingkah laku a) Salah jika menentukan arah b) Bingung untuk menentukan waktu commit to user c) Sering merasa tertekan
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Sering salah dalam memakaikan sepatu pada kaki yang benar e) Kemampuan untuk mandiri yang lemah 3) Koordinasi antara pandangan dengan penglihatan a) Sulit mengeja dengan benar b) Sering melupakan huruf yang ada pada awal kata c) Sering menambah huruf pada akhir kata d) Bermasalah dalam penyusunan huruf e) Sulit untuk memahami perkataan f) Daya ingat lemah g) Sulit membuat abstraksi terhadap suatu kata 4) Kemampuan motorik a) Koordinasi yang lemah b) Selalu menggerakan tangan dengan terlampau cepat c) Lamban dalam menulis d) Tulisan buruk dan sulit dibaca e) Sulit memegang pensil dengan benar f) Kesulitan dalam menggunakan gunting g) Sulit keseimbangan badan h) Sulit menendang dengan benar i) Sulit untuk menaiki tangga dengan benar
2. Tinjauan Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan untuk mengenal sesuatu hal lebih dalam atau bisa dikatakan bahwa belajar menanamkan pengetahuan yang belum diketahui orang lain. Belajar juga merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Menurut M. Ngalim Purwanto (2006 : 85) belajar ada beberapa definisi antara lain:
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada juga mengarah tingkah laku yang lebih buruk. 2) Belajar merupakan suatu perbuatan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. 3) Belajar merupakan suatu perubahan yang relative mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. 4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadi, baik fisik maupun psikis. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Slameto ( 2003 : 7) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan dalam tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri”. Menurut Gage (1984) dalam Saiful Sagala ( 2009 : 13) “ Belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman”.
Abdillah (2002) yang dikutip oleh
Aunurrahman (2009 : 35) “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek- aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu”. Dengan demikian belajar merupakan proses mengenal sesuatu hal, dari hal yang belum dimengerti atau diketahui menjadi mengerti atau paham. Belajar juga merupakan proses perubahan unutk mengenal perubahanperubahan dari segi pengalaman, pengetahuan, kebiasaan- kebiasaan dan sikap- sikap dalam kehidupan sehari- hari.
b. Unsur- Unsur Belajar
Dalam belajar terdapat unsur- unsur yang mempengaruhinya. Menurut Crobach (1954) seperti yang dikutip Nana Syaodih Sukmadinata (2003 : 157 158) unsur- unsur dalam belajar terdiri dari: 1) Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu. 2) Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan,baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan- kecakapan yang mendasarinya. 3) Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang- orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada commitlain to user individu atau waktu lain aspek yang lebih berpengaruh.
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
4) Interprestasi. Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan di antara komponen- komponen situasi belajar, melihat hubungan diantara komponen- komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan. 5) Respon. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respon. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba- coba (trial and error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan ataupun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut. 6) Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah itu keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respon atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha- usaha belajar berikutnya. 7) Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang diperoleh siswa dalam belajar adalah kegagalan. Perisyiwa ini akan menimbulkan perasaan sedih dan kecewa. Reaksi siswa terhadap kegagalan dalam belajar bisa bermacam- macam. Kegagalan bisa menurunkan semangat, dan memperkecil usaha- usaha belajar selanjutnya, tetapi bisa juga sebaliknya, kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut. Dengan demikian unsur-unsur belajar terdiri dari beberapa macam aspek. Setiap aspek- aspek tersebut selalu ada dalam kegiatan belajar. bahkan lebih dari satu unsur. Kelengkapan semua unsure dalam belajar dapat mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
c. Prinsip – Prinsip Belajar
Slameto (2003 : 27- 28) berpendapat bahwa prinsip- prinsip belajar dibagi menjadi empat yaitu: 1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan a) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional b) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang commit to user kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif d) belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya 2) Sesuai hakikat belajar a) belajar
itu
proses
kontinyu,
maka
harus
tahap
menurut
perkembanganya b) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery c) belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan 3) Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari a) belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, pengajaran yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya b) belajar harus mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya 4) Syarat keberhasilan belajar a) belajar memerlukan saran yang cukup, sehingga dapat belajar dengan tenang b) repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertiannya, keterampilanya atau sikap itu mendalam pada siswa
d. Jenis- Jenis Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam- macam kegiatan yang memiliki corak yag berbeda antara satu dengan yang lainnya., baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
manusia yang juga bermacam- macam. Menurut Muhibin Syah (2006 : 122124) jenis-jenis belajar dibagi menjadi delapan macam, diantaranya yaitu: 1) Belajar abstrak, adalah belajar yang menggunakan cara- cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah- masalah yang tidak nyata. 2) Belajar keterampilan, adalah belajar dengan menggunakan gerakangerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat- urat syaraf dan oto-otot/ neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. 3) Belajar sosial, adalah belajar memahami masalah- masalah dan teknikteknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuanya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalahmasalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah- masalah lain yang bersifat kemasyarakatan. 4) Belajar pemecahan masalah, adalah belajar menggunakan metodemetode ilmiah untuk berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan siswa dalam menguasai konsep- konsep, prinsip- prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan. 5) Belajar rasional, adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsipprinsip dan konsep- konsep. 6) Belajar kebiasaan, adalah proses pembentukan kebiasaan- kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada. Tujuanya agar siswa memperoleh sikap- sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual). 7) Belajar apresiasi, adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti to user adalah agar siswa memperoleh penting atau nilai suatucommit objek. Tujuanya
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya. 8) Belajar pengetahuan (studi), adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuan belajar pengetahuan adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat- alat laboratorium dan penelitian lapangan.
Sedangkan menurut Slameto ( 2003 : 5- 8) jenis- jenis belajar dibagi menjadi 11, diantaranya yaitu: 1) Belajar bagian (part learning, fractioned learning) 2) Belajar dengan wawasan (learning by insight) 3) Belajar diskriminatif (discriminatif learning) 4) Belajar global/ keseluruhan (global whole learning) 5) Belajar insidental (incidental learning) 6) Belajar instrumental (instrumental learning) 7) Belajar intensional (intentional learning) 8) Belajar laten (latent learning) 9) Belajar mental (mental learning) 10) Belajar produktif (productive learning) 11) Belajar verbal (verbal learning)
Dengan demikian belajar mempunyai jenis- jenis yang berbeda- beda. Diantaranya yaitu belajar dengan wawasan, belajar social, belajar laten, belajar bagian, belajar pengetahuan, belajar rasional, belajar memecahkan masalah, belajar keterampilan, belajar abstrak, belajar mental, dll. Setiap jenis- jenis belajar tersebut mempunyai tujuan yang berbeda pula. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjuk oleh nilai tes yang diberikan oleh guru. Nana Syaodih Sukmadinata (2003 : 103-104) berpendapat bahwa “ Prestasi belajar atau achievement merupakan realisasi dari kecakapan- kecakapan potensial dimiliki seseorang. Prestasi belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan , keterampilan berfikir maupun motorik”. Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Conny K Semiawan (2008 : 11) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: 1) Pemenuhan kebutuhan psikologis 2) Intelegensi 3) Faktor non kognitif 4) Pengembangan kreatifitas. Sedangkan menurut R. Angkowo (2007 : 50-51) faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: 1) Faktor dari dalam hati anak menyangkut kemampuan siswa motivasi, minat, perhatian, sikap kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik da psikis. 2) Faktor dari luar lingkungan: kualitas pengajaran 3) Pendekatan belajar : upaya belajar yang dilakukan siswa yang meliputi strategi dan metode pembelajaran. Menurut Carnol dalam R. Angkowo (2007 : 51) lima faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu 1) Bakat belajar 2) Waktu yang tersedia untuk belajar 3) Kemampun individu 4) Kualitas pengajaran 5) Lingkungan
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Tinjauan Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca pada hakikatnya adalah suatu hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognotif. Menurut Sunardi (1997 : 1) “ Membaca adalah aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari symbol berupa huruf dan kata. Aktivitas ini meliputi proses, yaitu proses decoding, yang juga dikenal dengan istilah membaca teknis, dan proses pemahaman”. Menurut syafe’ie (1999) dalam Farida Rahim ( 2008 : 2) tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata- kata dan kalimat, kemudain mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya yang sesuai dengan system tulisan yang digunakan, sedangkan proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata- kata. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas awal, yang disebut dengan membaca permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah proses prespektual, yaitu pengenalan korespodensi rangkaian huruf dengan bunyi- bunyi bahasa. Proses memahami makna disebut dengan istilah meaning. Pada tahap ini dikenalkan pada kelas SD dengan jenjang kelas yang lebih tinggi. As Broto (1975) seperti yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999 : 200) mengemukakan bahwa “membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan”. Dengan demikian, membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis.
Menurut Vicky G Spencer dalam International Journal Of Special Education vol 23 no 2 2008, “According to Alexander (2000), this dichotomy does not represent the reality of reading development. The process of learning to read, commit user which involves decoding andtodiscovering the meanings within oral
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
and written language, and reading to learn, which involves using reading abilities to seek knowledge, are inextricably tied together”.
Terjemahannya sebagai berikut,”Menurut Alexander (2000), dikotomi ini tidak mewakili realitas perkembangan membaca. Proses belajar membaca, yang melibatkan decoding dan menemukan arti dalam bahasa lisan dan tertulis, dan membaca untuk belajar, yang melibatkan menggunakan kemampuan membaca untuk mencari ilmu, yang diikat erat”.
Membaca bukanlah kegiatan yang hanya memandangi lambanglambang tertulis semata, bermacam- macam kemampuan dikerahkan oleh pembaca agar ia mampu memahami materi yang dibacanya. Soedarsono (1983) seperti yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999 : 200) mengemukakan bahwa “membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah- pisah mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan”. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakan mata dan menggunakan pikiran . Bond (1975) seperti yang dikutip Mulyono Abdurrahman (1999 : 200) mengemukakan bahwa “membaca merupakan pengenalan simbol- simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki”. Membaca merupakan proses psikologis. Ada banyak hal mendasar yang berkaitan dengan proses membaca, antara lain: (1) intelegensia; (2) usia mental; (3) jenis kelamin; (4) tingkat social ekonomi; (5) bahasa; (6) ras; (7) kepribadian; (8) sikap; (9) pertumbuhan fisik; (10) kemampuan persepsi; (11) tingkat kemampuan membaca. Heilman dalam Suwaryono Wiryodijoyo (1989 : 1) berpendapat: Membaca ialah pengucapan kata- kata dan perolehan arti dari barang cetakan/ kegiatan melibatkan analisis, commit to user dan pengorganisasian berbagai ketrampilan yang kompleks. Termasuk didalamnya pelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan informasi bagi pembaca. Sedangkan menurut Klein, dkk (1996) yang dikutip oleh Farida Rahim (2008 : 3) mengemukakan bahwa “Definisi membaca mencakup membaca merupakan suatu proses, membaca adalah strategis, dan membaca merupakan interaktif”. “Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak” menurut Spondek dan Saracho (1994) dalam Wahyu Sukartiningsih (Jurnal Pendidikan Dasar,2004 : 52-53). Selanjutnya dikatakan bahwa dua cara yang ditempuh pembaca dalam memperoleh makna cetak, yaitu langsung (yakni menghubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya), dan tidak langsung (yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya dengan makna). Cara langsung digunakan oleh pembaca lanjut. Sedangkan cara tidak langsung digunakan oleh pembaca permulaan. Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah di kemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf dan kata, melihat serta memahami isi dari apa yang mencakup fisik dan mental. Membaca juga merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
b. Tujuan Membaca
Menurut Blanton,dkk dan Irwin dalam Burns dkk (1996) seperti yang dikutip oleh Farida Rahim ( 2008 : 11- 12) tujuan membaca mencakup: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Kesenangan Menyempurnakan membaca nyaring Menggunakan strategi tertentu Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya commit to user Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi 8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks 9) Menjawab pertanyaan- pertanyaan yang spesifik Suwaryono Wiryodijoyo ( 1989 : 57) berpendapat bahwa tujuan membaca jika diperinci lebih lanjut dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Kesenangan 2) Penerapan praktis 3) Mencari informasi khusus 4) Mendapatkan gambaran umum 5) Mengevaluasi secara kritis Sedangkan menurut Sabarti Akhadiah ( 1991 : 25) tujuan membaca dibedakan sebagai berikut: 1) Untuk mendapatkan informasi 2) Agar citra dirinya meningkat 3) Melepaskan diri dari kenyataan 4) Untuk tujuan rekreatif 5) Mencari nilai- nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Tujuan membaca dapat disimpulkan sebagai berikut, yaitu: untuk mendapatkan informasi, mencari nilai- nilai keindahan atau pengalaman, kesenangan, agar citra dirinya meningkat, rekreatif hiburan, melepaskan diri dari kenyataan, dan memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik.
c. Ciri-ciri membaca
Menurut Anderson
dkk dalam (1985) dalam Sabarti Akhadiah
( 19991 : 23-24) mengemukakan lima ciri-ciri membaca yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
1) Membaca adalah proses konstruktif Pengertian atau pemahaman membaca mengenai suatu tulisan mengenai hasil pengolahan berdasarkan informasi yang terdapat dalam tulisan itu dipadukan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. 2) Membaca harus lancar Kelancaran membaca ditentukan oleh kesanggupan membaca mengenai kata-kata, membaca harus dapat menghubungkan tulisan dengan maknanya. 3) Membaca harus dilakukan dengan strategi yang tepat Pembaca yang terampil dengan sendirinya akan menyesuaikan strategi membaca dengan taraf kesulitan tulisan, pengenalannya tentang topik yang dibaca, serta tujuan membacanya 4) Membaca memerlukan motivasi Membaca merupakan kunci keberhasilan dalam belajar membaca, karena membaca pada dasarnya adalah sesuatu yang menyenangkan. 5) Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan secara berkesinambungan Keterampilan itu dapat diperoleh secara mendadak atau dalam waktu singkat dan untuk selamannya. Keterampilan itu diperoleh melalui belajar, tahap demi tahap, dalam waktu yang panjang secara terusmenerus.
d. Aspek – Aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil. Menurut Broughton (1978) dalam Henry Guntur Tarigan (2008 : 12- 13) berpendapat bahwa terdapat dua aspek penting dalam dalam kegiatan membaca, yaitu: 1) Keterampilan yang bersifat mekanis ( mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah ( low order). Aspek ini mencakup: a) pengenalan bentuk huruf b) pengenalan unsur-unsur linguistic commit to user (fonem/ grafem, kata, frase, pola kalusa, kalimat, dan lain- lain)
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to back at print”) d) kecepatan membaca ke taraf lambat 2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (hinger order). Aspek ini mencakup: a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gram,atikal, retorikal) b) memahami signifikansi atau makna ( a.l. maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca) c) evaluasi atau penilaian (isi,bentuk) d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. e. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman). Faktor- faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan menurut Lamb dan Arnold dalam Farida Rahim (2007 : 16) sebagai berikut : 1) Faktor fisiologis Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Selain faktor tersebut, faktor lain yang juga berpengaruh yaitu kelelahan. Kelelahan merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Siswa akan mengalami hambatan dalam menganalisis bunyi jika terdapat permasalahan pada alat pendengaran atau penglihatannya. 2) Faktor intelektual Pendapat Heinz dalam Farida Rahim ( 2007 : 17) mengemukakan bahwa istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berfikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. 3) Faktor lingkungan Faktor lingkungan ini mencakup latar belakang dan pengalaman siswa commit to user di rumah, serta keadaan sosial ekonomi keluarga siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
Rubin dalam Farida Rahim (2007 : 18) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk berfikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Disamping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak. 4) Faktor psikologis a) Motivasi Eanes dalam Farida Rahim (2007 : 19) mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru haris mendemonstrasikan kepada siswa praktik sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan. Crawly dan Mountain dalam Farida Rahim (2007 : 20) mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan. b) Minat Minat baca menurut Farida Rahim (2007 : 28) ialah “keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca”. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediannya untuk mendapatkan bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. c) Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri Terdapat tiga apsek kematangan emosi dan sosial yaitu stabilitas emosi, kepercayaan diri dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya akan lebih mudah memusatkan perhatian pada teks yang dibacanya. Glazer&Searfoss dala Farida Rahim (2007 : 30) mengemukakan bahwa siswa perlu menghargai segi-segi positif dalam dirinya. Dengan user terhadap dirinya sendiri, penuh demikian, siswa akan commit menjaditoyakin
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
percaya diri, dan dapat mengerjakan tugas sesuai kemampuannya dengan baik.
Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang menurut Sabartini Akhadiah (1991 : 26-27) antara lain adalah sebagai berikut: 1) Motivasi Motivasi merupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan
membaca.
Motivasi
untuk
membaca
dibedakan
berdasarkan sumbernya. Motvasi bersifat instrinsik dan ekstrinsik. 2) Lingkungan keluarga Pembicaraan orang tua serta anggota keluarga lainnya di rumah akan mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca. 3) Bahan bacaan Bahan bacaan akan mempengaruhi seseorang dalam minat maupun kemampuan memahaminya. Bahan bacaan yang terlalu sulit untuk seseorang akhirnya akan mematahkan seleranya untuk membacanya.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca antara lain, yaitu motivasi, faktor fisiologis, faktor lingkungan, faktor intelektual, kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri dan bahan bacaan.
f. Tahap- Tahap Perkembangan Membaca
Menurut Rachel Goodchild (2004) dalam Ester Dwy K ( 2009 : 11-13) ada enam kategori tahap perkembangan membaca, antara lain:
1) Bayi (0-15 bulan) Kelompok usia ini menyukai buku yang dipenuhi dengan gambar-gambar yang jelas dan besar. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Batita (13 bulan-3 tahun) Anak- anak usia ini senang mempunyai buku yang dapat mereka sentuh dan rasakan. Mereka senang jika mampu membolak-balik halaman dan “membaca” buku itu sendiri dengan tenang. Mereka sudah mulai mempelajari bahwa cerita mempunyai awal dan akhir. Mereka senang mendengarkan dan berperan serta dalam sajak anak- anak dan lagu anakanak. 3) Prasekolah (2,5 – 5 tahun ) Pada tahap ini imajinasi anak mulai berkembang dan maju. Mereka mulai mampu mengurutkan cerita-cerita sederhana dengan benar. 4) Pembaca Pemula (4-6 tahun) Pada usia ini anak-anak menjadi bersemangat untuk mulai mengartikan kata-kata dan kalimat-kalimat yang mereka lihat. Tahap-tahapannya sebagai berikut: a) Pengenalan kata Anak-anak mulai mengenal jenis kata yang lebih banyak. Mereka mulai berusaha menuliskan kata-kata dan meminta petunjuk bagaimana cara menuliskan kata. Kemudian mereka mengenal bunyi yang berkaitan dengan kata yang mereka tulis, menyuarakan kata itu perlahan untuk mendengarkan bunyinya. b) Kepercayaan diri yang melambung Pada masa inilah anak-anak menjadi lebih percaya diri dalam mengambil
resiko.
Saat
mereka
membaca
sendiri,
mereka
menggunakan jari-jari untuk menuntun pembacaan. Anak mulai mengenali keluarga kata ( misalnya anjing, kucing, anting) dan membuat kaitan sehingga kata- kata itu menjadi sajak. c) Membaca tanpa bersuara Sebagian anak mulai membaca tanpa bersuara pada tahap ini. Membaca tanpa suara jauh lebih baik dari pada membaca keras-keras. d) Prediksi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
Memprediksi apa yang akan terjadi berikutnya dalam suatu cerita adalah penting dalam membaca untuk menangkap arti. Anak- anak yang mebaca pada tingkatan ini mulai mampu menggunakan keterampilan berfikir dengan tingkatan yang lebih tinggi, yang berguna ketika menghadapi berbagai kata atau konsep baru. 5) Menjadi mandiri (5,5 – 6,5 tahun) Pada tahap ini anak sudah mempunyai fondasi untuk mulai mengambil lebih banyak resiko dengan kegiatan membaca mereka. Kecepatan membaca mulai meningkat serta mampu membaca untuk menangkap arti. 6) Kefasihan Awal (6 – 8 tahun) Pada tahap ini anak belum mempunyai keahlian dan perbendaharaan kata yang cukup untuk disebut pembaca yang benar-benar fasih. Namun, pada tahap ini pola membaca akan memastikan perkembangan membaca yang berhasil.
g. Jenis Kegiatan Membaca
Kegiatan membaca dapat dibedakan berdasarkan tujuan, jenis wacana yang dibaca, cara melakukan kegiatan. Beberapa jenis kegaiatan membaca yang sering dilakukan antara lain yaitu: 1) Membaca teknik 2) Membaca dalam hati 3) Membaca indah 4) Membaca bahasa 5) Membaca cepat 6) Membaca pustaka ( Sabartini Akhadiah, 1991 : 31-32)
Sedangkan menurut Henry Guntur Tarigan ( 2008 : 13) jenis kegiatan membaca dibagi menjadi: 1) membaca nyaring 2) membaca bersuara ( reading aloud; commit tooral userreading) 3) membaca dalam hati (silent reading) yang dapat pula dibagi atas:
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
a) Membaca ekstensif (extensive reading) b) Membaca intensif (intensive reading) Selanjutnya membaca ekstensif ini mencakup pula: a) Membaca survey b) Membaca sekilas c) Membaca dangkal Sedangkan, membaca intensif dapat pula dibagi atas: a) Membaca telaah isi (content study reading ) yang mencakup pula: (1) membaca teliti (close reading) (2) membaca pemahaman (comprehensive reading) (3) membaca kritis (critical reading) (4) membaca ide ( reading for ideas) b) Membaca telaah bahasa (language study reading), yang mencakup pula: (1) membaca bahasa asing (foreign language reading) (2) membaca sastra ( literary reading) Dengan demikian kegiatan membaca terdiri dari membaca teknik, membaca nyaring, membaca bersuara, membaca bahasa, membaca cepat, membaca pustaka,dan membaca dalam hati, yang masing- masing kegiatan tersebut dibagi menjadi beberapa jenis kegiatan lagi. Diantaranya yaitu: membaca ekstensif, membaca intensif, membaca survey, membaca sekilas, membaca dangkal, membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide dan telaah isi.
4.
Tinjauan Metode Membaca Untuk Anak Berkesulitan Belajar
a. Metode Fernald
1) Pengertian Metode Fernald
Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca multisensoris yang sering dikenal sebagai metode VKAT ( Visual, auditory, kinesthetic, and tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata-kata yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata diajarkan secara utuh. Menurut Mulyono Abdurrahman ( 1999 : 217) Metode ini memiliki empat tahapan. Tahapan itu sebagai berikut: Tahapan pertama, guru menuliskan kata yang hendak dipelajari di atas kertas dengan krayon. Selanjutnya anak menelusuri tulisan commit (to tactile user dan kinesthetic). Pada saat tersebut dengan jarinya
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
menelusuri tulisan tersebut, anak melihat tulisan (visual), dan mengucapkannya dengan keras (auditory). Proses seperti ini diulangulang terus sehingga anak mampu menulis ataupun membaca dengan benar tanpa melihat contoh. Pada tahapan kedua, anak tidak terlalu lama untuk menelusuri tulisan- tulisan dengan jari, tetapi mempelajari tulisan guru dengan melihat tulisan, sambil mengucapkannya. Pada tahap ketiga anak mempelajari kata – kata baru dengan melihat tulisan yang dicetak tebal dan mengucapkannya sebelum menulis. Pada tahapan ini anak mulai membaca tulisan dari buku. Pada tahap yang terakhir, anak mampu mengingat kata- kata yang dicetak atau bagian- bagian dari kata yang telah dipelajari. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lankah- langkah Metode Fernald adalah sebagai berikut: tahap pertama guru menulis kata. Anak menelusuri kata tersebut dengan jarinya. Anak melihat tulisan kemudian membaca. Ini dilakukan berulang- ulang. Tahap kedua anak bebas mempelajari kata sendiri dengan cara menulis kemudian membac. Tahap ketiga anak melihat tulisan yang dicetakkemudian mengucapkanya sebelum menulis. pada tahap ini anak mulai membaca bacaan dari buku. Pada tahap empat anak mampu mengingat kata-kata baru berdasar kemiripan kata- kata yang telah dipelajarinya.
2) Langkah – Langkah Metode Fernald
Menurut Mulyono Abdurrahman (1999 : 244) Metode Fernald merupakan pendekatan multisensory untuk mengajar membaca, menulis dan mengeja. Secara singkat, langkah- langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Anak diberitahu bahwa mereka akan mempelajari kata- kata dan didorong untuk memilih sendiri kata yang ingin dipelajari. 2) Guru menulis kata yang dipilih oleh anak di atas selembar kertas berukuran 4 x 10 inci. Ketika anak memperhatikan tulisan tersebut, guru membacakannya secara oral. 3) Anak menelusuri bentuk kata dengan jarinya, mengucapkan kata tersebut berulang kali, kemudian menuliskan di kertas lain sambil mengucapkanya pula 4) Selanjutnya anak menuliskan kata tersebut dari ingatanya, tanpa melihat tulisan aslinya. Jika anak dapat melakukan, tambah dengan kata lain dengan mengikuti prosedur yang sama dengan sebelumnya. Jika anak juga berhasil, simpan hasil tulisan anak ke dalam kotak. Jika commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kata- kata tersebut sudah cukup banyak, selanjutnya dapat disusun menjadi suatu cerita. 5) Pada tahap yang lebih akhir, anak tidak lagi menelusuri bentuk kata dengan jarinya. Anak hanya dapat melihat kata yang ditulis oleh guru, mengucapkan kata tersebut, dan kemudain menulisnya. Selanjutnya, anak hanya melihat kata yang paling akhir, hanya dengan melihat saja. Sedangkan
menurut
Abdurrahman ( 2003 : 169)
Munawir
Yusuf,Sunardi&Mulyono
empat tahapan Metode Fernald sebagai
berikut: Tahap 1: Anak memilih kata yang akan dipelajarinya, guru menuliskannya besar-besar. Anak kemudian menelusuri kata dengan jarinya. Sambil menelusuri, anak mengucapkan kata itu keras-keras. Disamping itu, anak juga melihat kata dan mendengarkan suaranya sendiri saat membaca. Jika anak membuat kesalahan, ia harus mengulanginya dari depan lagi. Jika sudah benar, kata itu akan disimpan dalam bank kata anak. Anak dapat membuat cerita dari kata yang sudah dikuasainya. Tahap 2: Anak tidak lagi harus menelusuri kata. Ia belajar dengan melihat kata yang ditulis guru, mengucapkanya, dan menyalinnya. Anak terus didorong menyusun cerita dan mempertahankan bank kata. Tahap 3: Guru tidak lagi harus menulis kata. Anak belajar membaca dari kata-kata atau kalimat yang sudah dicetak. Ia melihat kata, mengucapkannya, dan menyalinnya. Guru harus memantau apakah semua kata masih diingatnya. Tahap 4: Anak sudah mampu mengenal kata-kata baru dengan membandingkannya dengan kata-kata yang sudah dipelajarinya. Anak dapat dimotivasi untuk memperluas materi bacaan. Dengan demikian pembelajaran dengan metode Fernald yaitu dengan anak dilatih membaca kata secara utuh yang dipilih anak dari cerita yang dibuat oleh anak sendiri. dengan demikian tidak ada kegiatan memperkenalkan nama huruf atau bunyi secara individual.
b. Metode Gillingham.
Metode ini merupakan pendekatan terstruktur taraf tinggi yang commit to user memerlukan lima jam pelajaran selama dua tahun. Aktivitas pertama
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diarahkan pada belajar berbagai bunyi huruf dan perpaduan huruf – huruf tersebut. Anak menggunakan teknik menjiplak bentuk huruf satu per satu. Yusuf (2003) dalam Lucky Ade Sessiami (2007 : 56) menyatakan perbedaan metode ini dengan Metode Fernald, yaitu bahwa dalam metode ini huruf diberikan secara individual, bukan dalam bentuk kata.
c. Metode Analisis Glass
Metode Analisis Glass merupakan suatu metode pengajaran melalui pemecahan sandi kelompok huruf dalam kata. Metode ini memberikan pengajaran membaca melalui pemecahan sandi kelompok huruf dalam kata. Ada dua asumsi yang mendasari metode ini. Pertama, proses pemecahan sandi (decoding) dan membaca merupakan kegiatan yang berbeda. Kedua, pemecahan
sandi
mendahului
proses
membaca.
Pemecahan
sandi
didefinisikan sebagai menentukan bunyi yang berhubungan dengan suatu kata tertulis secara tepat. Membaca didefinisikan sebagai menurunkan makna dari kata- kata yang berbentuk tulisan. Jika anak tidak dapat melakukan pemecahan sandi tulisan secara efisien, maka mereka tidak akan belajar membaca.
B. Penelitian Relevan Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan mengunakan Metode Fernald dan penelitian itu relevan dengan kegiatan penelitian ini yaitu: Peneliti
: Rita Maria Budi Krishartanti
Judul
: Peningkatan Prestasi Membaca Braille Dengan Metode Fernald Bagi Siswa Tunanetra Kelas II Semester Ganjil SDLB Negeri Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2009/2010
Tahun
: 2009
Hasil
: Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
siswa
mengalami
peningkatan prestasi membaca pada setiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 63,33. Pada siklus II mengalami user 70,33. peningkatan nilai commit rata-ratatomenjadi
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berfikir Pada siswa kelas II SD di SLB/ A YKAB mengalami kesulitan belajar. Hampir semua mata pelajaran tidak dikuasai siswa dengan sempurna. Namun pada kegiatan penelitian ini hanya dilakukan pada kesulitan membaca pada pelajaran Bahasa Indonesia. Kesulitan pada anak yang jelas yaitu: belum bisa membaca dengan konsonan yang terletak diakhir maupun ditengah kata (huruf paten) dan belum bisa membaca dengan lancar. Dan ada juga siswa yang tidak dapat membaca huruf “ng” pada akhir kata. Dengan beberapa kesulitan yang telah disebutkan diatas, penggunaan Metode Fernald diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca maupun prestasi membaca pada anak. Sehingga anak dapat membaca dengan lancar serta dapat membaca dengan konsonan ditengah maupun diakhir kata yang sering disebut dengan huruf paten (dalam istilah bahasa jawa
Kemampuan membaca rendah
Keadaan awal
Tindakan: menggunakan Metode Fernald
Kondisi akhir: Kemampuan membaca meningkat
commit to userBerfikir Skema 2. 1 Kerangka
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis Penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan kemampuan membaca maupun prestasi belajar membaca pada anak kesulitan belajar kelas II SD di SLB/ A YKAB Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Dengan kerjasama antara guru dan orang tua, benar-benar dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik. Tidak hanya itu pula motivasi dan semangat belajar dari anak itu sendiri juga harus ditingkatkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SLB/ A YKAB Surakarta di Jln H.O.S Cokroaminoto No. 43, Jebres, Surakarta. Peneliti memilih tempat tersebut dengan pertimbangan yaitu adanya anak yang mengalami kesulitan belajar dalam sekolah tersebut, serta ingin meningkatkan prestasi belajar membaca siswa kelas II SLB/ A YKAB Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan pada bulan April- Mei tahun 2010-2011. Tabel 3. 1 Rencana Pelaksanaan Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi No
Waktu
Februari
Jenis kegiatan
Maret
April
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Pengajuan Proposal X X
2
Revisi Proposal
3
Penyusunan
BAB
X X X X X X
I,II,III
4
Pengajuan Surat Ijin
5
Pelaksanaan :
X
X X X
A. Siklus I
X X X
B. Siklus II
6
Analisis Data
7
Pembuatan
X X X
X X X
Laporan commit to user
39
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Metode Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas
(Classrom Action
Research). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran. Selain itu definisi lain dari PTK yaitu dikemukakan oleh Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama bahwa Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara: 1) merencanakan, 2) melaksanakan,dan 3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Dengan demikian PTK merupakan penelitian secara kolaboratif yang melibatkan peneliti, guru, siswa maupun karyawan sekolah lain yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta kinerja guru dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran dan meningkatkan kemampuan membaca. Dalam kegiatan penelitian ini menggunakan strategi tindakan kelas. Menurut Suharsimi Arikunto, dkk (2007 : 16) model penelitian tindakan divisualisasikan pada gambar berikut:
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perencanaan
Siklus I pelaksanaan
refleksi
pengamatan
perencanaan
Siklus II
refleksi
pelaksanaan
pengamatan
?
Skema 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas
C. Subyek Penelitian Subyek pada kegiatan penelitian ini yaitu siswa kelas II di SLB/ A YKAB, Jebres, Surakarta yang berjumlah empat anak. Terdiri dari tiga siswa lakilaki dan satu siswa perempuan.
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Data dan Sumber Data 1. Jenis Data
Data- data yang dikumpulkan berupa: a. Daftar nilai siswa kelas II mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam membaca sebelum diadakan tindakan. b. Masukan, saran dari observer yang dilakukan sebelum, selama dan sesudah tindakan penelitian. c. Dokumen berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil prestasi siswa, dan foto proses pembelajan
2. Sumber Data
Data yang diambil berdasarkan dua sumber yaitu: a. Siswa kelas II SLB/ A YKAB, Jebres, Surakarta. Berupa hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran selama dua siklus. b. Guru kelas II SLB/ A YKAB, Jebres, Surakarta. Berupa hasil wawancara dengan guru kelas II SLB/ A YKAB, Jebres, Surakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah tercapai sasaran. Sedangkan menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama ( 2009 : 66) “Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian”. Metode observasi ada beberapa macam. Menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama ( 2009 : 70-71) metode observasi dibagi menjadi empat macam, yaitu : a. Observasi terbuka Observasi terbuka secara harfiah dimulai dengan suatu halam kosong, sehingga pengamat harus berimprovisasi dalam merekam “tonggak-tonggak commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penting” dalam penggelaran proses pembelajaran dalam rangka penerapan tondakan. b. Observasi terfokus Observasi terfokus adalah observasi yang secara cukup speisifik diarahkan kepada sesuatu aspek tindakan guru atau siswa dalam proses pembelajaran. c. Observasi terstruktur Observasi terstruktur ditandai dengan perekaman data yang relative sederhana, berhubung dengan telah tersedikannya format yang telah rinci. d. Observasi sitematik Dalam observasi siasematik pengkategorian kemungkinan bentuk dan jenis amanat disrukturkan secara lebih rinci lagi.
2. Tes
a. Pengertian Tes
Menurut Arikunto (1984) yang dikutip oleh Iskandarwassid dan Dadang Suhendar (2008 : 179) “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan- keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat”. Sedangkan menurut Anas Sudijono (2008 : 67) tes adalah “ cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana yang dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes dalah suatu alat untuk memperoleh keterangan- keterangan yang berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh seseorang sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah commit to user laku atau prestasi orang tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
Anas Sudijono (2008 : 67) berpendapat bahwa fungsi tes secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sebagai alat pengukur terhadap peserta didik dan sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran. Tujuan tes adalah untuk mengukur kemampuan, keterampilan, kecerdasan dan bakat yang dimiliki anak atau seseorang.
b. Jenis- Jenis Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan. Menurut Anas Sudijono (2008 : 68) jenis- jenis tes antara lain yaitu: 1) Penggolongan tes berdasarkan fungsinya Berdasarkan fungsinya tes dibagi menjadi: a) tes seleksi b) tes awal c) tes akhir d) tes diagnostic e) tes formatif f) tes sumatif 2) Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang diungkap Berdasarkan aspek psikis, tes dibagi menjadi: a) Tes intelegensi (intelegensi test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat keceradasan seseorang. b) Tes kemampuan (aptitude test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee. c) Tes sikap (attitude test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkapkan predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu. d) Tes kepribadian (personality test), yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain. e) Tes hasil belajar (achievement test), yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkapkan tingkat pencapaian atau prestasi belajar. 3) Penggolongan lain a) Ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes digolongkan menjadi: (1) Tes individual (individual test), yakni tes dimana tester hanya commit to user berhadapan dengan satu orang testee saja.
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Tes kelompok (group test), yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee. b) Ditilik dari segi waktu yang disediakan tes digolongkan menjadi dua yaitu: (1) Power test, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi. (2) Speed test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi. c) Ditilik dari segi bentuk responsnya, tes digoonkan menjadi: (1) Verbal test, yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun tertulis. (2) Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu. d) Ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, tes digolongkan menjadi: (1) Tes tertulis (pencil and paper test), yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis. (2) Tes lisan (nonpencil and paper test), yakni tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula. Jenis tes yang dipakai yaitu tes kemampuan. Tes tersebut digunakan untuk mengukur kemampuan membaca siswa. Tes dilakukan berdasarkan aspek-aspek untuk menilai kemampuan membaca yaitu lafal, intonasi, kelancaran, dan kejelasan. Tes diberikan kepada siswa C II SLB/ A YKAB, Jebres, Surakarta. Adapun tes yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.
3. Wawancara
Anas Sudijono (2008 : 82) berpendapat wawancara adalah “ cara menghimpun bahan- bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan”. Menurut Anas Sudijono ( 2008 : 82) wawancara dibagi menjadi dua jenis yaitu wawancara terpimpin dan wawancara tidak terpimpin. Dalam kegiatan penelitian ini menggunakan wawancara yang tidak terpimpin. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wawancara dilakukan sebelum peneliti mengadakan tindakan. Hasil wawancara digunakan untuk mencari keterangan yang jelas mengenai prestasi membaca anak.
4. Dokumen
Dokumen menurut Guba dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong (2007:217) ialah setiap bahan tertulis ataupun film. Dokumen dibagi menjadi dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen digunakan untuk menjaring data awal yang berupa daftar nilai kemampuan membaca siswa kelas II dalam membaca kalimat. Serta nilai- nilai ulangan harian yang diperoleh dari guru kelas. Untuk mengetahui perkembangan siswa dokumen yang digunakan berupa foto proses pembelajaran yang dapat dilihat pada lampiran.
F. Validitas Data Validitas data merupakan hal yang pokok dalam setiap penelitian. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama ( 2009 : 85) berpendapat bahwa “Validitas adalah derajat yang menunjukan sejauh mana hasil tersebut berguna (relevan) sebagai petunjuk untuk guru tertentu, serta kekuatanya untuk memberi informasi dan argument tentang meningkatkan praktik pendidikan di masyarakat profesional yang lebih luas”. Menurut Zamzam Muhajir (2007) dalam (Zamzam Muhajir. Blogspot.com/2007/1 diakses tanggal 18 februari) Validitas data dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Face Validity Secara garis besar face validity dapat diartikan dengan kesahihan atau kebenaran yang tampak, namun yang dimaksud disini face validity adalah pertimbangan subyektif mengenai validitas berdasarkan yang terlihat atau tampak. Face validity digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pembelajaran dapat menggambarkan konsep yang ingin diukur. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Validitas Konstruk (Construct Validity) Validitas konstruk berhubungan dengan pertanyaan: seberapa jauh instrument yang kita susun mampu menghasilkan butir- butir pertanyaan yang telah dilandasi oleh rasional dan konseptual yang didukung oleh teori yang sudah mapan. Validitas konstruk menggambarkan seberapa jauh hasil satu pengukuran
sesuai dengan hasil pengukuran lain yang secara teoritis
menggambarkan konsep yang diukur.
3. Validitas Isi Validitas isi berhubungan dengan kemampuan instrument untuk menggambarkan atau melukiskan secara tepat mengenai domain perilaku yang akan diukur. Misalnya instrument yang dibuat untuk mengukur aktivitas siswa dalam belajar, maka instrument tersebut harus dapat melukiskan secara benar mengenai aktivitas siswa sebagaimana diuraikan dalam deskripsi kegiatan siswa dalam belajar.
4. Validitas Kriterion (criterion related validity) Validitas kriterion yaitu validitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu pengukuran sebagai indicator dari suatu tingkah laku atau sifat yang spesifik. Hal yang penting adalah keakuratan indicator. Criterion validity dinilai dengan membandingkan hasil satu pengukuran dengan pengukuran menurut gold standard. Sebagai contoh yaitu intensi nyontek.
Dalam kegiatan penelitian ini cara yang digunakan untuk mengukur validitas data yaitu menggunakan triangulasi. Triangulasi menurut Lexy J. Moleong (2007 : 303) “merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain”. Sedangkan menurut Basrowi dan Suwandi (2008 : 123) “triangulasi merupakan proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang”. Triangulasi yang digunakan yaitu: commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Triangulasi Data Triangulasi data disebut juga triangualsi sumber. Menurut Lexy J. Moleong (2007 : 330) berarti “membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif". Triangulasi data digunakan dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Triangulasi Metode Menurut H. B. Sutopo (2006 : 95) triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya wawancara dan observasi. Penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda ini diusahakan mengarah pada sumber data sama untuk menguji kemantapan informasinya.
G. Teknik Analisis Data Sarwiji Suwandi ( 2008 : 70) mengemukakan bahwa, “ Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif (statistik deskriptif ) dan teknik analisis kritis”. Teknik statistik deskriptif komparatif untuk mengalisis data kuantitatif, misalnya membandingkan hasil tes siswa tiap siklus. Statistik deskriptif dapat digunakan untuk mengolah karakteristik data yang berkaitan dengan menjumlah , merata-rata, mencari titik tengah, mencari presentase dan menyajikan data yang menarik, mudah dibaca dan diikuti alur berfikirnya (grafik, tabel) Teknik analisis kritis digunakan untuk menganalisis data kualitatif, misalnya dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Indikator Ketercapaian Pada bagian ini perlu dikemukakan tolok ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan. Dalam menentukan keberhasilan dan keefektifan penelitian akan tercapai jika siswa memperoleh nilai 60 sebanyak 80% dari jumlah siswa keseluruhan. I.
Prosedur Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun rencana tindakan yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan. Dalam hal ini guru dan peneliti menyamakan persepsi tentang permasalahan yang ditemui dan menjabarkannya secara rinci. Bentuk penjabaran itu sebagai berikut: 1) Menentukan pokok bahasan tema lingkungan. 2) Mengembangkan silabus menjadi RPP. 3) Mempersiapkan sumber belajar buku pendamping. 4) Menyusun lembar kerja siswa menyatu dengan RPP. 5) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b. Tindakan Setelah membuat rencana yang matang maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut sebagai tindakan yang mengacu pada langkah kegiatan pembelajaran. Kegiatan awal yang dilaksanakan sebagai berikut : 1) Guru menentukan masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran membaca. 2) Guru menyiapkan alat pembelajaran berupa kartu dan stereofom yang nantinya akan digunakan untuk menuliskan kata-kata yang akan dipelajari. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan materi yang pembelajaran bacaan lingkungan, misalnya tanya jawab mengenai lingkungan sekitar sekolah, rumah dan lain-lain. Kegiatan inti pembelajaran akan dilaksanakan sebagai berikut: 1) Guru menuliskan kata bunga lalu siswa menelusuri dengan jarinya sambil mengucapkan huruf- hurufnya. 2) Guru membaca kata bunga tersebut kemudian siswa menirukannya. 3) Kata tersebut diulang- ulang hingga siswa hafal kemudian kata tersebut disimpan dalam kotak. 4) Guru memberikan kata yang baru, kemudian setiap kata yang sudah dimengerti di simpan dalam kotak. 5) Setelah semua kata sudah terkumpul kemudian kata tersebut disusun menjadi kalimat yang benar dengan bimbingan guru. 6) Siswa mengeja huruf-huruf tersebut dan kemudian dibaca berulang- ulang sampai anak bisa membaca dengan lancar kalimat yang sudah dirangkai tersebut. 7) Guru memberikan bacaan pendek yang berjumlah kurang lebih ada tiga atau empat kalimat. Kegiatan akhir adalah guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa untuk menanyakan kalimat dalam bacaan yang masih sulit untuk dibaca anak. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari pokok bahasan yang telah dipelajari. Guru memberikan pesan moral kepada peserta didik. c. Observasi Kegiatan observasi dilaksankan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara cermat setiap gejala mengenai tindakan, pelaksanaan tindakan. Maupun akibat dari tindakan-tindakan tersebut.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Refleksi Refleksi
meliputi beberapa komponen yaitu: menganalisa,
mensintesa, dan menerangkan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar pemikiran untuk tindakan berikutnya karena hasil yang diperoleh belum maksimal.
2. Siklus II
a. Perencanaan Perencanaan pada siklus kedua ini dengan melakukan identifikasi masalah dan penerapan alternatif pemecahan masalah. Kegiatan ini dijabarkan sebagai berikut: 1) Mempelajari sumber-sumber belajar pokok bahasan membaca. 2) Menentukan pokok bahasan tema lingkungan. 3) Mengembangkan silabus menjadi RPP 4) Mempersiapkan sumber belajar buku pendamping. 5) Menyusun lembar kerja siswa yang menyatu dengan RPP 6) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran b. Tindakan Tindakan yang dilakukan adalah dengan memperbaiki tindakan pada silkus pertama sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dan memantau proses peningkatan kemampuan membaca permulaan pada siswa. c. Observasi Observasi dilakukan dengan mengkaji hasil pada siklus pertama dan memonitor serta membantu siswa jika menemui kesulitan. d. Refleksi Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran tentang dampak dari tindakan yang dilakukan, hal-hal yang perlu diperbaiki dan yang harus menjadi perhatian agar diperoleh hasil yang commit to user maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian
1. Diskripsi Kondisi Awal
SLB/ A YKAB tepatnya terletak di Jl. HOS. Cokroaminoto No.43 Jebres Surakarta. Sekolah tersebut tidak hanya menerima anak yang mengalami gangguan penglihatan saja tetapi juga menerima anak kesulitan belajar dan anak tunagrahita ringan. Untuk anak kesulitan belajar kurikulum yang digunakan disamakan dengan kurikulum anak tunagrahita ringan. Anak berkesulitan belajar mempunyai ruang kelas tersendiri dan letak kelas mereka terpisah dengan anak tunanetra. Hal ini dibuat sedemikian rupa agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Kelas II untuk anak berkesulitan belajar terletak didalam ruang aula atau satu gedung dengan aula tetapi berada disebelah utara dan diberi sekat. Jumlah siswanya ada empat orang siswa yang terdiri dari tiga siswa lakilaki yang salah satunya menderita low vision tetapi masih menggunakan tulisan awas tidak huruf Braille dan satu siswa perempuan. Daftar nama siswa tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. 1. Daftar Nama Siswa Berkesulitan Belajar Kelas II SD di SLB/ A YKAB Surakarta
No
Nama
1
BM
2
FB
3
OB
4
VN
commit to user
52
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semua data siswa tersebut mengalami kesulitan belajar dalam bidang akademik. Mereka mempunyai kesulitan dalam menerima pelajaran di sekolah. Prestasi belajar membaca mereka sangat rendah dan bahkan ada salah satu siswa yang sudah hafal huruf tetapi apabila dirangkai menjadi kata anak tersebut mengalami kesulitan untuk membacanya. Cara yang dipakai guru untuk mengajar membaca adalah cara- cara yang biasa saja yaitu mengeja, SAS, dan lain sebagainya. Hal ini diketahui oleh peneliti dari hasil wawancara dengan guru kelas maupun dari hasil tes kemampuan awal yang dilakukan oleh peneliti. Kondisi awal pembelajaran membaca pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas II untuk anak berkesulitan belajar di SLB/A YKAB Surakarta menggunakan metode yang biasa digunakan oleh guru pada umumnya. Prestasi belajar mereka masih sangat rendah. Banyak siswa yang belum bisa membaca dengan lancar. Berdasarkan gambaran pelaksanaan pembelajaran membaca dapat disajikan dalam data dibawah ini. Prestasi belajar membaca mereka rendah dapat dilihat dari daftar nilai membaca mereka yang dilaksanakan oleh peneliti. KKM yang ditentukan adalah 60, namun prestasi belajar membaca mereka masih rendah. Daftar nilai beberapa siswa tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 2 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Pra Siklus (Kemampuan Awal)
No
Nama
Nilai
KKM
Keterangan
1
BM
75
60
Tuntas
2
FB
55
60
Tidak Tuntas
3
OB
50
60
Tidak Tuntas
4
VN
52
60
Tidak Tuntas
Jumlah
232
Rata- rata kelas
58
Prosentase
25% commit to user
Tidak Tuntas
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai siswa yang memenuhi KKM hanya satu dengan nilai 75. Sedangkan untuk siswa yang lain nilai membaca belum memenuhi nilai KKM yang telah ditentukan. Nilai rata-rata kelas yang dicapai juga belum memenuhi nilai KKM yang ditentukan yaitu hanya sebesar 58 dengan prosentase 25%. Kondisi kelas pada saat pembelajaran kurang begitu terkondusif. Mereka masih sering ramai sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Berdasarkan data diatas dapat pula disajikan bentuk grafik sebagai berikut: 80 70 60 50
NILAI KKM
40 30 20 10 0
BM
FB
OB
VN
Grafik 4. 1 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Pra Siklus (Kemampuan Awal)
2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Pada kegiatan pembelajaran ini peneliti bertindak sebagai guru sedangkan siswa bertindak sebagai subjek penelitian. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: a. Perencanaan Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan: commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sebelum menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang lebih dulu dilakukan adalah mempelajari sumber-sumber belajar pokok bahasan membaca. Kemudian menentukan pokok bahasan tema lingkungan. Dari pokok bahasan tersebut, tindakan selanjutnya yaitu mengembangkan silabus menjadi RPP. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus I dirancang dengan empat jam pelajaran yang dilaksanakan dua kali pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. RPP mencakup ketentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pokok, Metode, Langkah Pembelajaran, Media dan Sumber Belajar serta Evaluasi. 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung Fasilitas yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: (a) Ruang kelas. Ruang kelas yang akan digunakan adalah ruang yang biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus. (b) mempersiapkan kartu dan stereofom yang digunakan sebagai media dalam kegiatan pembelajaran. 3) Menyiapkan Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktifitas selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan aspek yang dinilai meliputi: memperhatikan penjelasan guru, aktif dalam kegiatan pembelajaran, berani bertanya kepada guru, mampu menjawab pertanyaan dari guru, dan mengerjakan tugas yang diberikan guru berupa kegiatan membaca secara lisan. Sedangkan untuk lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, antara lain yaitu : menyiapkan RPP, pengkodisian kelas, menyediakan materi dan sumber belajar,
melakukan apersepsi,
penguasaan materi, menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan commit to user materi dan memberikan evaluasi.
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan di dalam kelas, sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun yaitu selama dua kali pertemuan. Pada kegiatan awal dalam pembelajaran dimulai dengan kegiatan sebagai berikut: 1) mengucap salam 2) memimpin berdo’a 3) mengabsen siswa 4) melakukan kegiatan apersepsi, yaitu: melalui kegiatan bertanya pada siswa mengenai lingkungan disekitar rumah masing-masing. Pada kegiatan awal tersebut waktu yang diperlukan kurang lebih selama 10 menit. Pada kegiatan inti pembelajaran waktu yang diperlukan sebanyak 50 menit, dengan kegiatan sebagai berikut: 1) Guru memberikan bacaan tentang lingkungan sekitar yaitu bacaan Bunga Melati. 2) Guru menuliskan kata bunga dengan cara merangkaikan stereofom membentuk kata bunga tersebut, lalu siswa mengeja dan menelusuri dengan jarinya sambil mengucap huruf-hurufnya. 3) Guru membaca kata bunga tersebut kemudian siswa menirukannya. 4) Siswa membaca kata tersebut berulang-ulang hingga hafal dan mampu membacanya sendiri kemudian disimpan dalam kotak. 5) Guru memberikan kata yang baru lalu siswa mengeja dan menelusuri dengan jarinya sambil mengucap huruf-hurufnya. 6) Guru membacakan kata tersebut berulang-ulang hingga hafal dan anak mampu membacanya sendiri kemudian disimpan didalam kotak. 7) Guru dan siswa merangkai semua kata yang sudah dibaca menjadi kalimat. 8) Siswa secara bergantian membaca kata yang sudah dirangkai menjadi kalimat.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Guru memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan membaca siswa. 10) Guru menilai kemampuan membaca siswa.
Sedangkan pada kegiatan akhir, langkah yang dilakukan oleh guru yaitu : 1) Guru dan siswa membaca kembali bacaan tersebut secara bersamasama. 2) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. 3) Guru memberikan pesan moral kepada siswa. 4) Guru mengakhiri pelajaran dan mengucap salam. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 10 menit.
c. Observasi Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk menilai situasi selama pelaksanaan pembelajaran membaca dalam kelas. Dalam melaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dari kegiatan awal sampai dengan kegiatam akhir dengan menggunakan format observasi yang telah disusun oleh peneliti. Hasil pengamatan pada siklus I dapat didiskripsikan secara umum bahwa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Mereka lebih banyak bercanda dengan teman-teman dan tidak belajar dengan serius. Selain itu memfokuskan siswa agar berkonsentrasi untuk belajar juga masih agak sulit. Apabila salah satu siswa sedang membaca, siswa yang lain menggodannya sehingga anak sering mengalami kesalahan dalam membaca teks bacaan yang dijadikan evaluasi. Tidak semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil prestasi belajar membaca masing- masing siswa kelas II pada siklus I disajikan dalam tabel berikut:
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. 3 Daftar Nilai Membaca Pada Kegiatan Siklus I
No
Nama
Nilai
KKM
Keterangan
1
BM
79
60
Tuntas
2
FB
63
60
Tuntas
3
OB
58
60
Tidak Tuntas
4
VN
59
60
Tidak Tuntas
Jumlah
259
Rata- rata kelas
64,75
Prosentase
50%
Tuntas
Dari data diatas bila disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut: 80 70 60 50
Siklus I KKM
40 30 20 10 0
BM
FB
OB
VN
Grafik 4. 2 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Siklus I
Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada siklus I belum dinyatakan tuntas. Ada dua siswa yang nilainya masih dibawah KKM yang telah ditentukan. Masing-masing nilai tersebut yaitu 58 dan 59. Sedangkan dua siswa yang lain sudah memenuhi nilai KKM yang ditentukan. Masing- masing nilainya yaitu 79 dan 63. Bila dilihat dari nilai rata-rata kelas, prestasi belajar membaca siswa sudah melebihi nilai KKM. Besarnya nilaitoratacommit userrata kelas yaitu 64,75. Sedangkan
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai KKM yang ditentukan sebesar 60. Dengan demikian secara klasikal anak sudah mampu membaca, namun secara individual nilai masing- masing siswa belum memenuhi nilai KKM.
d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Untuk menindak lanjuti keadaan yang seperti ini, pada pembelajaran siklus II perlu ditekankan lagi bahwa waktu adalah sangat penting dalam kegiatan pembelajaran sehingga anak tidak boleh menyia-nyiakan waktu dalam kegiatan pembelajaran untuk bercanda. Selain itu siswa juga perlu dimotivasi lagi agar semangat belajar mereka meningkat. Jarangnya tanya jawab yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran dikarenakan oleh anak belum begitu paham dengan pentingnya membaca. Selain itu siswa juga masih malu-malu untuk menyampaikan tingkat kesukaran pada saat kegiatan evaluasi. Dengan latar belakang yang demikian akan lebih memudahkan peneliti untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus II. Tingkat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran masih sangat rendah. Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan karena lafalnya masih belum terdengar dengan jelas. Sehingga pada kegiatan siklus II pengucapan lafal dan intonasi harus lebih ditekankan lagi agar siswa mampu membaca dengan lafal dan intonasi yang jelas.
3. Pelaksanaan Penelitian Siklus II
a. Perencanaan Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pada kegiatan ini hal yang dilakukan sama dengan kegiatan pada siklus commit to user Pembelajaran, yang lebih dulu I, yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan adalah mempelajari sumber-sumber belajar pokok bahasan membaca. Kemudian menentukan pokok bahasan tema lingkungan. Dari
pokok
mengembangkan
bahasan
tersebut,
silabus
menjadi
tindakan RPP.
selanjutnya
Rencana
yaitu
Pelaksanaan
Pembelajaran pada siklus II dirancang dengan empat jam pelajaran dengan empat jam pelajaran yang dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 2 x 35 menit. RPP mencakup
ketentuan:
Standar
Kompetensi,
Kompetensi
Dasar,
Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Pokok, Metode, Langkah Pembelajaran, Media dan Sumber Belajar serta Evaluasi. 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung Fasilitas yang perlu disiapkan sama dengan fasilitas yang dipakai pada kegiatan pembelajaran siklus I yaitu : (a) Ruang kelas. Ruang kelas yang akan digunakan adalah ruang yang biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus. (b) mempersiapkan kartu dan stereofom yang digunakan sebagai media dalam kegiatan pembelajaran. 3) Menyiapkan lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktifitas selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktifitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan aspek yang dinilai meliputi: memperhatikan penjelasan guru, aktif dalam kegiatan pembelajaran, berani bertanya kepada guru, mampu menjawab pertanyaan dari guru, dan mengerjakan tugas yang diberikan guru berupa kegiatan membaca secara lisan. Sedangkan untuk lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, antara lain yaitu : menyiapkan RPP, pengkodisian kelas, menyediakan materi dan sumber belajar, melakukan apersepsi, penguasaan materi, menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan materi dan memberikan evaluasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan Awal pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan didalam kelas yang diawali dengan pemberian motivasi membaca, pengarahan kepada siswa tentang langkah- langkah membaca sama dengan kegiatan pada siklus I. Kegiatan itu terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal dalam pembelajaran dimulai dengan kegiatan sebagai berikut: 1) mengucap salam 2) memimpin berdo’a 3) mengabsen siswa 4) melakukan kegiatan apersepsi, yaitu: melalui kegiatan bertanya pada siswa mengenai lingkungan disekitar rumah masing-masing. Pada kegiatan awal tersebut waktu yang diperlukan kurang lebih selama 10 menit. Pada kegiatan inti pembelajaran waktu yang diperlukan sebanyak 50 menit, dengan kegiatan sebagai berikut: 1) Guru memberikan bacaan tentang lingkungan sekitar yaitu bacaan Bunga Melati. 2) Guru menuliskan kata bunga dengan cara merangkaikan stereofom membentuk kata bunga tersebut, lalu siswa mengeja dan menelusuri dengan jarinya sambil mengucap huruf-hurufnya. 3) Guru membaca kata bunga tersebut kemudian siswa menirukannya. 4) Siswa membaca kata tersebut berulang-ulang hingga hafal dan mampu membacanya sendiri kemudian disimpan dalam kotak. 5) Guru memberikan kata yang baru lalu siswa mengeja dan menelusuri dengan jarinya sambil menucap huruf-hurufnya. 6) Guru membacakan kata tersebut berulang-ulang hingga hafal dan anak mampu membacanya sendiri kemudian disimpan didalam kotak. 7) Guru dan siswa merangkai semua kata yang sudah dibaca menjadi kalimat. 8) Siswa secara bergantian membaca kata yang sudah dirangkai menjadi commit to user kalimat.
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
9) Pada kegiatan akhir pembelajaran,guru mengadakan evaluasi untuk mengukur kemampuan membaca melalui tes lisan dengan membaca teks bacaan. 10) Guru menilai kemampuan membaca siswa.
Sedangkan pada kegiatan akhir, langkah yang dilakukan yaitu : 1) Guru dan siswa membaca kembali bacaan tersebut secara bersamasama. 2) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. 3) Guru memberikan pesan moral kepada siswa. 4) Guru mengakhiri pelajaran dan mengucap salam. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 10 menit.
c. Observasi Dalam melaksanakan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dimulai dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan pada siklus II. Aktivitas dan konsentrasi anak sudah menampakan perubahan yang berarti jika dibanding dengan siklus I. Sehingga proses pembelajaran membaca dapat berjalan dengan baik dan efektif. Disamping itu siswa sudah mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman pada siklus I, sehingga rasa percaya diri siswa meningkat dari kegiatan pembelajaran sebelumnya. Hal ini dapat diketahui dari perhatian, keaktifan dalam menerima pelajaran. Pada saat pembelajaran siswa sudah mampu memanfaatkan waktu dengan tepat. Siswa sudah mempersiapkan diri dengan baik, serta motivasi untuk belajar membaca sangat tinggi. Pada akhir pembelajaran semua siswa aktif bertanya tentang isi bacaan dan anak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru yang berkaitan dengan isi bacaan. Siswa juga sudah mampu membaca dengan lafal dan intonasi yang benar. Prestasi belajar siswa kelas II pada kegiatan siklus II ini mengalami commit to hasil user nilai pada kegiatan awal maupun peningkatan bila dibandingkan dengan
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada pembelajaran siklus I. Hasil belajar masing-masing siswa tersebut disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4. 4 Daftar Nilai Pada Kegiatan Siklus II
No
Nama
Nilai
KKM
Keterangan
1
BM
85
60
Tuntas
2
FB
72
60
Tuntas
3
OB
68
60
Tuntas
4
VN
68
60
Tuntas
Jumlah
293
Rata- rata kelas
73,25
Prosentase
100%
Tuntas
Bila disajikan dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut: 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
siklus II KKM
BM
FB
OB
VN
Grafik 4. 3 Nilai Membaca Siswa Kelas II Pada Kegiatan Siklus II
Dari grafik maupun tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar membaca siswa meningkat dan nilai dari masing-masing siswa sudah memenuhi KKM yang ditentukan. Nilai tertinggi pada kegiatan siklus II yaitu sebesar 85. Sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar 68, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 73,25. Ketuntasan klasikal sebesar 100%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada kegiatan siklus II nilai rata-rata yang dicapai sudah memenuhi indikator kinerja maupun nilai KKM, serta secara klasikal maupun individual telah mencapai batas tuntas.
d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi diatas,dapat diketahui bahwa siswa telah dapat memanfaatkan waktu lebih baik dari siklus I. Semangat anak dalam kegiatan membaca meningkat. Semua siswa sudah terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Anak sudah berani bertanya maupun menanggapi isi bacaan yang dipelajari. Peneliti memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya keaktifan bertanya terhadap permasalahan yang belum jelas. Siswa semangat untuk menyempurnakan lafal bacaan dengan bimbingan guru sehingga siswa sudah dapat membaca bacaan pendek dengan jelas, lafal dan intonasi yang benar. Pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil prestasi belajar membaca siswa. Jika dilihat dari nilai hasil belajar semua siswa mendapat nilai diatas nilai KKM yang telah ditentukan. Dengan demikian indikator dalam penelitian ini telah tercapai.
Agar kemampuan membaca anak semakin
meningkat maka kreasi guru dan motivasi yang guru berikan kepada murid dalam mengajar sangat diperlukan.
B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil observasi dan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada pembelajaran membaca Bahasa Indonesia dengan Metode Fernald, hasil yang dicapai mengalami kenaikan secara signifikan. Data nilai kemampuan awal, siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel berikut:
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4. 5 Daftar Nilai Membaca Siswa Pada Kemampuan Awal, Siklus I, dan Siklus II No
Nama Siswa
KKM
Nilai Awal
Siklus I
Siklus II
1
BM
60
75
79
85
2
FB
60
55
63
72
3
OB
60
50
58
68
4
VN
60
52
59
68
Jumlah
232
259
293
Rata-rata
58
64,75
73,25
Ketuntasan Belajar
25%
50%
100%
Berdasarkan data awal nilai membaca, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 58, terdapat 2 siswa yang mendapat nilai dibawah 60 dan hanya 1 siswa yang nilainya diatas 60. Ketuntasan klasikal sebesar 25%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelas belum memenuhi KKM dan dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran belum tuntas. Berdasarkan hasil tes siklus I, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas kegiatan membaca sebesar 64,75. Dua siswa yang mendapat nilai diatas KKM dan dua siswa yang nilainya belum memenuhi KKM atau masih dibawah nilai 60. Ketuntasan klasikal sebesar 50%. Berdasarkan data tersebut ketuntasan klasikal masih belum tercapai. Karena ketuntasan klasikal yang diinginkan adalah 80%. Sedangkan nilai tes pada siklus II diketahui nilai rata-rata kelas sebesar 73,25. Semua siswa mendapat nilai diatas nilai KKM yang telah ditentukan. Dengan perolehan nilai tertinggi yaitu sebesar 85 dan nilai terendah sebesar 68. Ketuntasan pada siklus II sebesar 100%. Berdasarkan data nilai tersebut secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar. Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat pula disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
nilai awal siklus I siklus II KKM
BM
FB
OB
VN
Grafik 4. 4 Peningkatan Nilai Membaca Siswa Kelas II
Dari hasil nilai rata-rata secara klasikal dari setiap siklus dapat dibuat tabel perbandingan sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Peningkatan Nilai Membaca Setiap Siklus
Siklus
Nilai Rata-Rata
Peningkatan
Tes Awal
58
0
Siklus I
64,75
6,75
Siklus II
73,25
8,5
Dari peningkatan nilai membaca siswa kelas II diatas dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
80 70 60 50
Nilai Awal siklus I
40 30
Siklus II
20 10 0
Grafik 4. 5 Peningkatan Rata-Rata Nilai Membaca Setiap Siklus
Dari ketuntasan belajar secara klasikal dari semua siklus dapat dibuat tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 7 Peningkatan Ketuntasan Belajar Membaca Setiap Siklus
Siklus
Prosentase Ketuntasan (%)
Peningkatan
Tes Awal
25
-
Siklus I
50
25
Siklus II
100
50
Dari data peningkatan nilai secara klasikal kelas II dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut:
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
100 90 80 70 60
Nilai Awal
50
Siklus I
40
Siklus II
30 20 10 0
Grafik 4. 6 Peningkatan Ketuntasan Secara Klasikal
Hasil penelitian melalui tes menunjukan bahwa rata-rata nilai membaca pada siklus mencapai 73,25 dengan nilai terendah 68 dan tertinggi 85. Semua siswa mendapat nilai diatas nilai KKM. Nilai KKM yang ditentukan adalah 60. Dengan demikian ketuntasan klasikal mencapai 100%. Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa indikator kinerja secara kalsikal telah tuntas.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Pada kondisi awal pembelajaran Bahasa Indonesia, prestasi belajar membaca siswa kelas II masih rendah. Nilai yang diperoleh siswa masih dibawah nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Hanya ada satu siswa yang telah memenuhi nilai KKM. Rata- rata kelas pada kondisi awal yaitu sebesar 58. Kemudian peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan prestasi belajar membaca kelas tersebut. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa kurang aktif dalam pembelajaran, siswa kurang tanggap menangkap penyampaian guru, siswa masih sering ramai dan bercanda dengan teman, bahkan mereka juga belum bisa memanfaatkan waktu belajar dengan baik. Hasil nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa pada siklus I yaitu sebesar 64,75. Secara nilai sudah commit to user memenuhi nilai KKM, namun secara klasikal belum tercapai. Karena KKM yang
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
ditentukan adalah apabila 80% dari siswa nilainya mencapai 60 bahkan lebih. Masih ada dua anak yang nilainya belum memenuhi nilai KKM yang ditentukan. Dan hanya 50% anak yang nilainya mencapai KKM. Dengan demikian perlu diadakan tindakan lagi agar indikator kinerja tercapai tuntas. Hal ini bisa dikarenakan oleh siswa yang belum bisa memanfaatkan waktu dengan tetap, siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan siswa masih sering bercanda dengan teman pada saat kegiatan pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan tindakan lagi pada siklus II. Tindakan pada siklus ini merupakan penyempurnaan dari kegiatan siklus sebelumnya. Pada kegiatan siklus II ini siswa lebih aktif dan memperhatikan penjelasan guru, siswa lebih bisa memanfaatkan waktu untuk belajar dan tidak ramai sendiri. Prestasi hasil belajar pada siklus inipun telah memenuhi nilai KKM yang telah ditentukan. Nilai rata-rata kelas sebesar 73,25 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 68. Dengan demikian secara klasikal maupun individual indikator kinerja dianggap sudah tuntas. Bila dinyatakan dengan persen yaitu sebesar 100%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi belajar membaca siswa berkesulitan belajar kelas II SD SLB/ A YKAB Surakarta. Dari hasil penelitian yang dilakukan, Metode Fernald mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain yaitu : 1. Siswa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran membaca karena media yang digunakan berwarna- warni sehingga lebih menarik untuk siswa. 2. Semangat belajar membaca siswa juga meningkat. 3. Daya saing antar siswa lebih hidup, sehingga siswa mempunyai motivasi diri untuk bisa membaca. Dari beberapa kelebihan yang dikemukakan diatas ada juga kelemahan yang dihadapi oleh peneliti, antara lain: 1. Siswa kurang begitu memanfaatkan indra perabaannya dalam pelaksanaan pembelajaran. 2. Siswa merasa bosan bila disuruh mengeja setiap huruf dan diucapkan dengan commit to user lafal yang lantang.
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut
Crobach
(1954)
seperti
yang
dikutip
Nana
Syaodih
Sukmadinata (2003:157) bahwa motivasi merupakan unsur-unsur dalam belajar. Hal ini terbukti dalam kegiatan penelitian ini. Dengan menggunakan metode fernald motivasi belajar siswa meningkat dari sebelumnya. Tidak hanya pada unsur belajar saja motivasi pada siswa juga berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang. Hal ini diungkapkan oleh Sabartini Akhadiah (1991:26-27) bahwa kemampuan membaca seseorang dipengaruhi oleh faktor motivasi, lingkungan belajar, dan bahan bacaan. Lingkungan keluarga atau pembicaraan orang tua serta anggota keluargablainnya di rumah akan mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca. Selain itu pula menurut R. Angkowo (2007 :50-51) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada lima macam, salah satunya yaitu kemampuan individu. Kemampuan individu seseorang berbeda- beda. Hali ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada kegiatan pra siklus, siklus I, maupun siklus II. Namun kemampuan dari individu tersebut dapat ditingkatkan lebih optimal. Peningkatan kemampuan individu dapat dilakukan dengan memberikan bimbingan yang khusus serta latihan yang konsisten agar siswa lebih cepat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian perlu diadakan beberapa perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode Fernald. Agar penggunaan Metode Fernald dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan prestasi maupun kemampuan membaca siswa pada sekolah umumnya. Serta juga pengkondisian kelas sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Kelas yang nyaman dan kondusif akan membuat siswa belajar dengan tenang dan efisien. Serta konsentrasi siswa lebih dapat terfokus dan tidak buyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kegiatan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan Metode Fernald dapat meningkatkan prestasi belajar membaca siswa kelas II SD pada anak berkesulitan belajar di SLB/A YKAB Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Dengan diskripsi hasil sebagai berikut: pada kegiatan awal kemampuan membaca siswa dibawah nilai KKM yaitu dengan rata- rata kelas sebesar 58. Kemudian peneliti melakukan tindakan atau perbaikan melalui kegiatan siklus I. Pada siklus I nilai siswa meningkat dari sebelumnya. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 64,75. Secara nilai sudah memenuhi nilai KKM namun secara klasikal belum dikatakan tuntas. Pada kegiatan siklus II nilai yang diperoleh siswa memenuhi nilai KKM yang telah ditentukan. Besarnya nilai rata-rata pada siklus II yaitu 73,25. Dengan demikian kegiatan pembelajaran dikatakan tuntas karena indikator ketercapaian sudah terpenuhi dengan nilai melebihi KKM yang ditentukan.
B. Saran Dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya diperlukan beberapa perbaikan dalam proses belajar mengajar agar kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Beberapa perbaikan itu antara lain: 1. Bagi Kepala Sekolah Untuk kepala sekolah sebaiknya menyediakan sarana prasarana yang lebih lengkap agar kegiatan belajar mengajar dalam kelas dapat terlaksana dengan baik. Serta menjaga lingkungan belajar, memberikan tata tertib yang dapat menjadikan siswa lebih disiplin dan tidak membuang waktu belajar dengan kegiatan yang tidak bermanfaat. 2. Bagi Guru Guru sebaiknya menata ruang kelas dengan sedemikian rupa agar user terkondusif. Serta meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajarcommit dalam tokelas
71
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
motivasi siswa terhadap prestasi belajar membaca maupun pada pelajaran yang lain. Memberikan semangat dan siap membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
menerima pelajaran di sekolah baik kegiatan membaca
maupun pada pelajaran yang lain. Selain itu guru sebaiknya memanfaatkan Metode Fernald pada siswa dalam belajar membaca. Media yang digunakan juga harus menggunakan huruf dengan warna yang mencolok dan berwarna warni agar siswa lebih tertarik dan tidak bosan belajar membaca. 3. Bagi Siswa Pada diri siswa harus diarahkan agar mereka lebih dapat memanfaatkan waktu
belajar
dengan
baik.
Mengurangi
bercanda
dalam
kelas.
Menumbuhkan sikap untuk berani bertanya apabila ada yang belum dimengerti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Salim Choiri. 1994. Buku Panduan Bimbingan Belajar Anak Kretin Dan Gaki Berkesulitan Belajar. Surakarta : Pusat Penelitian Rehabilitasi dan Remediasi Lembaga Penelitian UNS Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Anton Sukarno. 2000. Model Pelayanan Anak Berkesulitan Belajar Di Sekolah Dasar Negeri. JRR Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor : Ghalia Indonesia Conny K. Semiawan. 2002. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks, PT. Macanan Jaya Cemerlang Ester Dwy Kartikasari. 2010. “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Pembelajaran Kartu Bergambar Pada Siswa Kelas I Sdn Jajar I No. 73 Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”. Surakarta : UNS Farida Rahim. 2007. Pengajaran Membaca di SD. Jakarta : Bumi Aksara
Henry Guntur Tarigan. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta : Dikti, Depdikbud Iskandarwassid dan Dadang Suhendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : PT Rosdakarya Remaja Jamila K.A Muhammad. 2008. Special Education For Special Children, Panduan Pendidikan Khusus Anak- Anak Dengan Ketunaan&Learning Disabilities. Jakarta : Hikmah John W. Santrock. 2009. Psikologi Pendidikan Educational Psychology Edisi 3. Jakarta : Salemba Humanika Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Lucky Ade Sessiani. 2007. “ Pengaruh Metode Multisensory Dalam Meningkatkan commit to user Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak TK (Studi Eksperimental
73
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
Di TK ABA 52 Semarang)”. Semarang : Undip ( Online. e_prints. Undip.ac.id/10438/1/lucky_Ade_S_M2A.003_037.pdf diakses tanggal 18 februari 2011) Muhibin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya . 2009. Psikologi Belajar. Jakarta : Fajar Grasindo Persada
Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Mulyono Abdurrahman&Sudjadi. 1994. Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta : Depdikbud Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto, M. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Ntshangase, Sibusiso,Andile Mdikana dan Candice Cronk. A Comparative Study Of The Self-Esteem Of Adolescent Bous With And Without Learning Disabilities In An Inclusive School . www.InternationalJournalOfspecialeducationVol23no2. 2008 halaman 75- 81
Robertus Angkowo&A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta : Grasindo Sabarti Akhadiah MK. 1991/1992. Bahasa Indonesia 1. Jakarta : Dikti Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) Dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Slameto. 2001. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Cipta Rineka Spencer,Vicky G et al. 2008. If You Teach- You Teach www.InternationalJournalOfSpecialEducationVol23No2. Halaman 1-5
Reading. 2008 .
Suharsimi Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Sunardi. 1997. Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar. Surakarta : UNS Press commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sunardi&Sunaryo. 2007. Intervensi Dini Anak-Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Depdiknas Sutopo, H. B . 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Depdikbud UNS Suwaryono Wiryodijoyo. 1989. Membaca, Strategi Pengantar&Tekniknya. Jakarta : Depdikbud Syaiful Sagala. 2009. Konsep&Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta UUD 1945 ( Amandemen) UU No.2 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Munawir Yusuf, Sunardi, dan Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Dengan Problematika Belajar. Solo : Tiga Serangkai Wahyu Sukartini. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan Di Kelas I Sekolah Dasar Melalui Media Kata Bergambar. Jurnal Pendidikan Dasar Wijaya Kusuma dan Dedi Dwitagama. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Indeks, PT Malta Pritindo Zamzam Muhajir. 2007. (http://Zamzam Muhajir. Blogspot.com/2007/1 diakses tanggal 18 Februari 2011)
commit to user