perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING DENGAN TEKNIK PENGELOMPOKAN (CLUSTERING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KADILANGU I DEMAK TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI Oleh: INTAN KUMALA SARI K1208096
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING DENGAN TEKNIK PENGELOMPOKAN (CLUSTERING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KADILANGU I DEMAK TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: INTAN KUMALA SARI K1208096
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Intan Kumala Sari. PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING DENGAN TEKNIK PENGELOMPOKAN (CLUSTERING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KADILANGU I DEMAK TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi dan kualitas hasil kemampuan menulis puisi melalui penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) pada siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan interpretasi, tahap analisis dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak yang berjumlah 40 siswa (17 putra dan 23 putri). Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas peristiwa pembelajaran, informan, dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, tes, dan analisis dokumen. Uji validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik deskriptif komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan proses dan hasil kemampuan menulis puisi siswa dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Persentase keaktifan siswa selama apersepsi pada siklus I adalah sebesar 68%, sedangkan pada siklus II menjadi 88%. Persentase minat dan motivasi saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus I adalah sebesar 63% menjadi meningkat pada siklus II menjadi 80%. Persentase aktif dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi 60% menjadi 75% pada siklus II. Peningkatan kemampuan menulis puisi siswa pada survai awal persentase ketuntasan siswa sebesar 45%. Pada siklus I menjadi 65% dan pada siklus II menjadi 88%. Simpulan penelitian ini adalah penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi dan kualitas hasil kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Kadilangu 1 Demak Tahun Ajaran 2011/ 2012.
Kata kunci : metode Quantum Learning, teknik pengelompokan (Clustering), kemampuan menulis puisi
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS. Al Insyiraah: 6-7).
Sukses adalah hak saya. Kesuksesan bukan milik orang-orang tertentu. Sukses milik anda, milik saya dan milik siapa saja yang benar-benar menyadari, menginginkan dan memperjuangkan dengan sepenuh hati (Mario Teguh) Beranilah bermimpi karena Tuhan akan memeluk mimpi- mimpi itu . ( Andrea Hirata )
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
1. Bapak R. Suryo Damayanto
dan Ibu Hermin
tersayang terimakasih atas cinta, kasih sayang, dukungan, serta pengorbanan yang telah kalian berikan. 2. Kakakku Mira Kurniasih Damayanti tercinta yang senantiasa sabar mendengarkan keluh kesahku dan memberiku semangat. 3. Muhammad Risyan Kaemal Arrosyi yang senantiasa menghiburku. 4. Sahabat-sahabatku, Yenik, Mbak Tari, Ita, Lisdiana, Nunun, Maya terimakasih telah memberi warna dalam hidupku. 5. Penghuni kos Threeana 1: Ratna, Zulfa, Nur, Mbak Windra
dan
Mbak
Nurika
terimakasih
atas
kebersamaan dan keceriaan yang selama ini terjaga. 6. Teman-teman Program Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2008. 7. Almamater.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan segala karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING DENGAN TEKNIK PENGELOMPOKAN (CLUSTERING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KADILANGU I DEMAK TAHUN AJARAN 2011/2012” guna memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengesahan skripsi.
2.
Dr. Muhammad Rohmadi, S. S., M. Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan izin penulisan skripsi ini.
3.
Dr. Kundharu Saddhono, S. S., M. Hum., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memberikan izin untuk menyusun skripsi.
4.
Dr. Budi Setiawan dan Dr. Kundharu Saddhono, S. S., M. Hum., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan juga arahan dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.
5.
Drs. Swandono, M. Hum., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan juga arahan selama penulis melaksanakan perkuliahan.
6.
Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7.
Yunus Anis S.Pd, selaku Kepala SD Negeri Kadilangu I Demak yang telah commit topenelitian user mengizinkan penulis untuk melakukan di sekolah almamaternya.
ix
perpustakaan.uns.ac.id
8.
digilib.uns.ac.id
Muhammad Ali Masykur, selaku guru kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif dalam proses penelitian.
9.
Siswa-siswi kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak yang telah berpartisipasi aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian.
10. Rekan-rekan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2008 atas persahabatan dan kebersamaannya yang menjadi kenangan indah; dan 11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah keilmuan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL..................................................................................................
i
PERNYATAAN ....................................................................................
ii
PENGAJUAN
..................................................................................
iii
PERSETUJUAN ..................................................................................
iv
PENGESAHAN ...................................................................................
v
ABSTRAK ............................................................................................
vi
MOTTO.................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..........................................................................
ix
DAFTAR ISI..........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................
xiii
DAFTAR TABEL... ..............................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Rumusan Masalah.................................................................
5
C. Tujuan Penelitian...................................................................
5
D. Manfaat Penelitian................................................................
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi..................................
8
2. Hakikat Metode Quantum Learning dengan Teknik Pengelompokan (Clustering).............................................
26
B. Penelitian Relevan.................................................................
33
commit to user C. Kerangka Berpikir.................................................................
37
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan................................................................
40
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu.............................................................
41
B. Subjek Penelitian................................................................
42
C. Bentuk dan Strategi Penelitian............................................
42
D. Sumber Data.......................................................................
43
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................
44
F. Validitas Data......................................................................
47
G. Analisis Data......................................................................
48
H. Prosedur Penelitian.............................................................
48
I. Indikator Kinerja Penelitian.................................................
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan.........................................................
53
B. Deskripsi Hasil Penelitian..................................................
58
1. Siklus I............................................................................
58
2. Siklus II...........................................................................
71
C. Perbandingan Antarsiklus...................................................
80
D. Pembahasan........................................................................
83
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan.........................................................................
87
B. Implikasi.............................................................................
88
C. Saran...................................................................................
89
Daftar Pustaka
91
8
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1 Contoh pengclusteran .............................................................. ......
31
2 Kerangka Berpikir ................................................................... .....
39
3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas........................................ ......
49
5 Diagram Perbandingan Antarsiklus ........................................ ......
82
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Puisi .. ......
21
2 Penilaian Proses Menulis Puisi ............................................. ......
22
3 Penilaian Hasil Pembelajaran ................................................ ......
25
4 Pedoman Penskoran .............................................................. ......
25
5 Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ....... ......
41
6 Indikator Keberhasilan Tindakan .......................................... ......
52
7 Pencapaian Indikator Siklus I ................................................ ......
70
8 Pencapaian Indikator Siklus II .............................................. ......
80
9 Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ............................ ......
81
IIIiiixii
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
h
Halaman
Lampiran 1. Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V.......... .... 2.
Silabus Pembelajaran................................................................
3. Pedoman Wawancara terhadap Guru......................................... 4. Pedoman Wawancara terhadap Siswa........................................ 5. Pedoman Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar........ 6. Pedoman Penilaian Proses Pembelajaran Menulis Puisi............ 7. Pedoman Penilaian Kemampuan Menulis Puisi........................
95 96 98 100 102 105 110
8. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru Pratindakan.................................................................................
114
9. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa Pratindakan................................................................................. 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pratindakan...................... 11. Catatan Lapangan Pratindakan.................................................. 12. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar Pratindakan ... 13. Daftar Nilai Menulis Puisi Pratindakan................................... 14. Lembar Analisis Hasil Evaluasi Pratindakan......................... 15. Lembar Pekerjaan Siswa Pratindakan.................................... 16. Foto Pratindakan.................................................................... 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I............................. 18. Catatan Lapangan Siklus I..................................................... 19. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar Siklus I.......... 20. Daftar Nilai Proses Menulis Puisi Siklus I................................. 21. Daftar Nilai Menulis Puisi Siklus I............................................ 22. Lembar Analisis Hasil Evaluasi Siklus I .................................. 23. Lembar Pekerjaan Siswa Siklus I............................................... 24. Foto Siklus I............................................................................... commit toSiklus user II............................... 25. Rencana Pelaksaan Pembelajaran
xv
119 131 136 141 144 146 148 156 157 182 190 193 195 197 200 209
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26. Catatan Lapangan Siklus II........................................................
210
27. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar Siklus II.........
228
28. Daftar Nilai Proses Siklus II......................................................
236
29. Daftar Nilai Menulis Puisi Siklus II...........................................
239
30. Lembar Analisis Hasil Evaluasi Siklus II..................................
241
31. Lembar Pekerjaan Siswa Siklus II.............................................
243
32. Foto Siklus II..............................................................................
244
33. Catatan Lapangan Wawancara dengan Guru Pascatindakan.....
254
34. Catatan Lapangan Wawancara dengan Siswa Pascatindakan....
255
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menulis merupakan salah satu pokok bahasan yang ada di kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dari SD, SMP dan SMA. Kemampuan menulis siswa dapat mengekspresikan gagasan, perasaan, serta pengalamannya. Pentingnya menulis menurut Tarigan (2008: 24) menulis sebagai alat komunikasi tidak langsung. Sebuah tulisan penulis dapat menuliskan atau mendeskripsikan pemahamannya mengenai sesuatu hal, masalah, informasi yang ingin disampaikan oleh penulis. Tulisan juga dapat berfungsi sebagai petunjuk, memerintah, menyampaikan, mengingatkan, berkorespondensi dan memberi tahu. Puisi merupakan salah satu karya sastra. Pentingnya pengajaran sastra pada anak-anak adalah memberikan nilai pendidikan. Nurgiyantoro (2010: 36-47) mengemukakan bahwa pengajaran sastra anak di sekolah (termasuk puisi) merupakan
hal
penting karena
dapat
memberikan
kontribusi
terhadap
pertumbuhan berbagai pengalaman (baik rasa, emosi, dan bahasa), personal (kognitif, sosial, etis, spiritual), eksplorasi dan penemuan, serta petualangan dalam kenikmatan. Pengajaran sastra anak memberikan kontribusi pada anak yang sedang pada taraf pertumbuhan dan perkembangan secara garis besar dikelompokkan ke dalam nilai personal dan nilai pendidikan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa menulis puisi sebagai bagian dari kegiatan menulis merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya dengan menggunakan bahasa yang indah. Pendidikan sastra khususnya pengajaran menulis puisi merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada siswa agar mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) SD Negeri Kadilangu I Demak berdasarkan silabus Sekolah Dasar, pembelajaran puisi pada commit to user kelas V diajarkan dalam kegiatan menulis yang merupakan indikator 8.6 yaitu
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Standar Kompetensi dalam SKKD tersebut, yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas. Kompetensi Dasar dalam SKKD 8.3, yaitu menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran bahasa Indonesia mengenai kemampuan menulis puisi di kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak masih rendah. Rendahnya kualitas proses dan hasil kemampuan menulis puisi siswa SD Negeri Kadilangu I Demak ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menggambarkan proses menulis puisi kurang baik. Faktor yang berasal dari peran dan tugas guru, sikap dan respon KBM saat siswa pembelajaran, metodologi atau metode yang digunakan tidak inovatif lebih banyak ceramah, materi teori dan praktek tidak sesuai, evaluasi yang dilakukan oleh guru, media kurang optimal dan penilaian tidak sesuai dengan pedoman yang ada dalam RPP. Kurang efektifnya pembelajaran yang diciptakan guru disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru, guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar dan guru kesulitan membuat siswa aktif dikelas. Metode yang dipakai guru tidak inovatif lebih banyak ceramah, masih menggunakan metode konvensional sehingga kurang dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri siswa agar secara leluasa dapat mengekspresikan perasaannya. Seharusnya
guru
dapat
membantu
siswa
untuk
memunculkan
dan
mengembangkan gagasan, kemudian mengorganisasikannya menjadi puisi. Dengan demikian, kegiatan menulis puisi memerlukan beberapa kemampuan, misalnya kemampuan memunculkan gagasan, kemampuan mengembangkan gagasan, kemampuan menggunakan pilihan kata secara cermat, memilih rima yang indah, serta mengorganisasikannya sehingga menghasilkan puisi yang bermakna. Guru hanya menerangkan langkah-langkah menulis puisi. Kemudian guru memberikan contoh dan memberi tugas pada siswa. Sehingga proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di kelas mengakibatkan minat siswa rendah, selain itu juga mengakibatkan siswa kurang aktif dan sulit dalam commit user pengungkapan ide atau gagasannya sertato pembendaharaan kosakatanya kurang
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam menulis puisi. Hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan, lingkungan merupakan salah satu pendukung dalam pembelajaran. Lingkungan yang nyaman membuat pembelajaran juga menjadi nyaman. Berdasarkan observasi, lingkungan pembelajaran di sekolah tersebut kurang kondusif serta terbatasnya media pendukung yang digunakan oleh guru tersebut juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran menulis puisi. Evaluasi yang dilakukan oleh guru kurang memberi penguatan dalam pembelajaran menulis puisi. Media kurang digunakan secara maksimal sehingga membuat siswa bosan dalam pembelajaran menulis puisi. Penilaian guru tidak sesuai dengan pedoman yang ada dalam RPP. Berdasarkan fakta hasil observasi awal serta hasil wawancara baik terhadap guru dan siswa membuktikan bahwa proses maupun hasil pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak masih jauh dari harapan. Nilai pretes dalam pembelajaran menulis puisi yang diperoleh siswa dari 40 siswa hanya ada 18 siswa yang mendapatkan nilai 65 (kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan adalah 65), sedangkan 22 siswa lainnya masih jauh dari batas kriteria ketuntasan minimal. Dilihat dari segi proses pembelajaran menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi yang selama ini berjalan kurang kondusif. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya keaktifan siswa di kelas dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi. Banyaknya siswa dalam kelas berjumlah 40 anak sehingga guru sulit memberikan perhatian. Tentu saja permasalahan tersebut memunculkan permasalahan berikutnya,
yaitu hasil atau nilai
kemampuan menulis puisi siswa yang masih kurang baik. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Perbaikan yang dapat mendorong minat seluruh siswa untuk aktif dan kreatif dalam menciptakan kata-kata sehingga pembendaharaan kata bertambah serta siswa kaya konsep (ide atau gagasan). Perbaikan juga diperlukan untuk terciptanya lingkungan pembelajaran yang kondusif dan guru memanfaatkan media agar mengoptimalkan pembelajaran. Maka pembelajaran akan lebih optimal jika model pembelajaran yang digunakan tepat dan inovatif. Upaya mengoptimalkan hasil belajar terutama kemampuan menulis puisi diperlukan to user siswa. Kurangnya kemampuan menekankan keaktifan, imajinasicommit dan kreativitas
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menulis puisi siswa di kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak tersebut, membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berkaitan dengan pembelajaran kemampuan menulis dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas V di sekolah tersebut, diajukan solusi berupa penggunaan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). Teknik pengelompokan (Clustering) dikembangkan oleh seorang penulis dan peneliti bernama Dr. Gabriele L. Rico merupakan salah satu dari teknik belajar bermetode Quantum Learning. Metode belajar Quantum Learning dikemukakan oleh Bobbi DePorter dan Mike Herracki merupakan metode yang nyaman dan menyenangkan. Dalam metode Quantum Learning teknik pengelompokan (Clustering) merupakan salah satu dari tiga tipe teknik menulis sinergi,
selain
menulis
cepat
(fastwriting)
dan
menunjukkan
bukan
memberitahukan (Show Not Tell). (DePorter, 2011 : 180). Keunggulan teknik pengelompokan (Clustering) mampu memberikan sugesti yang positif bagi siswa, guru, atau penulis yang akan menulis. Menurut DePorter, seseorang dapat menemukan suatu kondisi yang disebut dengan “AHA”, yaitu suatu kondisi ketika seseorang penulis sudah merasa bahwa suatu kata dalam teknik kelompok (Clustering) telah memunculkan titik awal ide yang akan ditulis dan mendapatkan sebuah
desakan
yang
tidak
terbendung
lagi
untuk
menulis.
Teknik
pengelompokan (Clustering) dapat juga digunakan untuk berbagai jenis tulisan dari laporan, esai, proposal, cerita hingga puisi. Teknik pengelompokan (Clustering) sejalan dengan kerja otak yang mengolah gagasan atau ide dalam bentuk tanda-tanda, gambar, skema, dan warnawarna. Menurut DePotter (2011:182), teknik pengelompokan (Clustering) memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut mampu melihat dan membuat hubungan-hubungan antara gagasan, membantu mengembangkan gagasangagasan yang telah dikelompokkan, serta dapat menelusuri jalur yang dilalui otak untuk tiba pada suatu konsep tertentu. Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) diharapkan dapat digunakan oleh guru commit to penerapan user dalam pembelajaran menulis puisi. Melalui metode Quantum Learning
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan teknik pengelompokan (Clustering) guru dapat berhasil menjadikan siswa aktif di dalam kelas dan minat siswa meningkat. Meningkatnya minat siswa maka akan banyak memperoleh pembendaharaan kata dan siswa kaya akan konsep yang berupa ide atau gagasan. Kemudian mampu tercipta lingkungan pembelajaran yang kondusif serta guru dapat mengoptimalkan media pembelajaran menulis puisi. Diterapkannya metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak tahun ajaran 2011/2012? 2. Apakah penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak tahun ajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan: 1. Keberhasilan pengelompokan
penerapan metode Quantum Learning dengan teknik (Clustering)
dalam
meningkatkan
kualitas
proses
pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak tahun ajaran 2011/2012 2. Keberhasilan
penerapan
metode
Quantum
Learning
dengan
teknik
pengelompokan (Clustering) dalam meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak tahun ajaran 2011/2012 commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis a. Menambah khazanah ilmu kebahasaan dan pengajaran kemampuan berbahasa, khususnya dalam pembelajaran menulis puisi. b. Memperluas konsep teori bahwa kemampuan menulis puisi dapat ditingkatkan melalui penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). 2. Secara praktik, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Siswa 1) Memperluas daya imajinasi dan menumbuhkan daya kreativitas siswa sehingga lebih memudahkan dalam memunculkan ide. 2) Memberikan gagasan segar yang berguna dalam proses pembelajaran selanjutnya secara umum dan secara khusus bagi pembelajaran menulis puisi. b. Bagi Guru 1) Memberikan
pengetahuan
dan
pengalaman
dalam
pembelajaran
kemampuan menulis puisi. 2) Memberikan
solusi
atau
alternatif
pemecahan
masalah
dengan
menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis puisi. c. Bagi Sekolah 1) Sebagai masukan untuk memberikan dorongan kepada guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar agar menerapkan cara mengajar yang menarik. 2) Dapat menumbuhkan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga tercipta kualitas pembelajaran yang baik, aktif, efektif dan inovatif.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Bagi Peneliti 1) Menambah
wawasan
tentang
pelaksanaan
pembelajaran
sastra
khususnya puisi, kelebihan dan kelemahannya. 2) Mengetahui kondisi riil yang terjadi dalam proses pembelajaran sastra di dalam kelas. e. Bagi Peneliti Lain 1) Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang kemampuan menulis puisi.
2) Sebagai acuan pembanding dan pertimbangan dalam penelitian pengajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya kemampuan menulis puisi.
3) Sebagai informasi tambahan lebih lanjut untuk memperluas wawasan tentang kemampuan menulis puisi.
4) Diharapkan bagi peneliti lain agar mampu berkolaborasi secara aktif dengan guru
serta
dapat
menciptakan
pembelajaran
baru
yang
dapat
mengembangkan kreativitas sehingga kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi a. Pengertian Kemampuan Kemampuan dalam diri manusia memerlukan proses secara terusmenerus. Seperti yang dikatakan oleh Suharno (2000: 17) mengartikan kemampuan sebagai keterampilan proses. Keterampilan proses, yaitu keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Berbekal keterampilan proses itu, siswa mampu mengikuti interaksi dalam kegiatan berbahasa secara utuh. Mulyasa (2006: 215) menegaskan bahwa kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung. Kemampuan juga diartikan sebagai suatu kompetensi seseorang dalam penguasaan
suatu
aspek
keterampilan
misalnya
aspek
keterampilan
mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Satumahati menambahkan (2010) kemampuan adalah tingkatan seberapa bisa manusia untuk melakukan suatu hal dengan tenaga, kekuatan dan pengetahuan yang dimiliki. Hal ini bisa diartikan kemampuan yaitu
tingkatan hasil yang diperoleh dari tenaga,
kekuatan dan pengetahuan. Sudrajad (2008) menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbedabeda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharukan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki agar mendapatkan hasil belajar yang berkualitas tinggi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan kesanggupan individu yang berwujud keterampilan melalui proses commit to user untuk melakukan suatu kegiatan dengan cara mengoptimalkan segala 8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keterampilan yang dimiliki untuk mendapatkan hasil yang maksimal serta bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. b. Pengertian Menulis Kemampuan berbahasa terdiri dari empat aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan salah satu dari empat aspek berbahasa yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi. Dibutuhkan proses berpikir untuk
menyusun kata-kata. Seperti yang dinyatakan Lasa
(2005: 124) mengemukakan bahwa menulis sebenarnya merupakan proses berpikir yang dapat dilakukan banyak orang kalau mereka mau. Proses berpikir ini merupakan awal dan modal untuk menulis, sebab dalam proses penulisan diperlukan kemampuan untuk mengorganisir pemikiran. Setiawati (2007 : 24) menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan berkomunikasi antarsesama manusia dengan bahasa tulis. Berkomunikasi dengan tujuan menyampaikan ide atau gagasan kepada banyak orang dengan bahasa tulis. DePorter (2011:179) juga menambahkan bahwa menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Bagian logika adalah perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian dan tanda baca. Sementara itu yang termasuk bagian emosional adalah semangat, spontanitas , emosi, warna, imajinasi, gairah, dan unsur baru, dan kegembiraan. Suparno dan Yunus (2007: 29) mengemukakan menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Murtono (2010: 27) menambahkan menulis merupakan semua hasil atau produk kerja pikir dan kerja perasaan yang berupa ide, gagasan, pendapat, saran, kesimpulan, dan sebagainya yang disampaikan baik secara lisan maupun secara tertulis kepada orang lain. Burroway (dalam Yusof, 2011: 136) menyatakan pengertian menulis seperti berikut, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
Burroway (2003: xxi) claims “all writing is imaginative” and that the “translation of experience or thought into words is of itself an imaginative process.” . Pendapat Burroway tersebut menyatakan bahwa menulis adalah proses imajinatif. Hasil tulisan diciptakan dari pengalaman atau pemikiran pengarang yang diciptakan melalui kata-kata. Jadi menulis adalah sebuah proses imajinatif. Kegiatan menulis berdasarkan pengalaman yang dialami atau pemikiran yang dirasakan pengarang. Tulisan diciptakan melalui kata-kata dirangkaikan menjadi sebuah kalimat yang mempunyai makna. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa melibatkan kekuatan emosional dan imajinatif untuk menyampaikan informasi, ide atau gagasan dari penulis kepada pembaca melalui sistem tanda yang berupa huruf-huruf yang tersusun menjadi kata dirangkaikan menjadi sebuah kalimat yang mempunyai pertautan makna. Anak-anak adalah penulis alamiah yang masih polos yang selalu mempunyai sesuatu untuk dikatakan. Anak-anak kerap sekali menulis tulisan begitu segar dan mendalam. Dalam menulis diperlukan proses kreatif, proses kreatif adalah suatu proses bagaimana sebuah gagasan lahir dan diciptakan oleh seorang penulis menjadi sebuah karya tulis, (Komaidi, 2011: 22). Proses kreatif seorang penulis mengalami beberapa tahap. Pada dasarnya terdapat empat tahap proses kreatif menulis. Pertama adalah tahap persiapan, kedua tahap inkubasi, ketiga saat inspirasi, keempat tahap penulisan. Menulis mempunyai banyak manfaat baik secara intelektual, psikologis, ekonomis, dan budaya. c. Pengertian Puisi Jenis puisi dibedakan menjadi dua. Terdiri dari puisi lama dan puisi baru. Puisi lama adalah puisi yang terikat aturan. Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat aturan atau puisi bebas. Puisi lama dibagi antara lain seperti sajak, pantun, soneta, gurindam dan lainnya. Puisi bebas lebih banyak disukai karena bebas mengekspresikan kata-kata tanpa di batasi oleh aturan-aturan seperti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
puisi lama. Bahasa sangat berperan dalam penciptaan puisi. Kata-kata yang digunakan harus indah dan memiliki makna. Dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diajarkan menulis karya sastra. Hasil karya sastra dapat berbentuk novel, cerpen, puisi, pantun, dan lain-lain. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang banyak diminati banyak orang. Puisi yaitu karangan berisi kata-kata yang indah dan memiliki makna. Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani, poeima yang berarti membuat atau poesis yang berarti pembuatan. Dalam bahasa Inggris disebut dengan poem atau poetry. Puisi berarti pembuatan, karena dengan menulis puisi berarti telah menciptakan sebuah dunia (Kasnadi, 2008: 1). Subrada (2011: 64) juga menyatakan puisi merupakan karangan seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu atau syarat-syarat yang terikat dengan menggunakan irama, sajak, dan kata-kata kiasan. Waluyo (dalam Alfiah dan Santosa, 2009: 22) menambahkan puisi yaitu karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang kias atau imajinatif. Pradopo (2010: 7) mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata yang indah dalam susunan terindah. Penyair atau pengarang memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris antara satu unsur dengan unsur yang lain yang sangat erat hubungannya. Jadi, bisa disimpulkan bahwa puisi adalah susunan kata-kata terindah. Hasnun (2006: 203) menyatakan pada prinsipnya puisi merupakan ekspresi jiwa seorang penyair atau penulisnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut Hasnun puisi yaitu mengolah pengalaman yang dialami oleh penulis melalui ekspresi jiwa menjadi kata-kata yang indah. Hudson (dalam Kasnadi, 2008: 2) berpendapat bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, sepeti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Dengan demikian sebenarnya puisi merupakan ungkapan batin dan pikiran penyair dalam menciptakan commit to useryang digelutinya. sebuah dunia berdasarkan pengalaman batin
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa puisi adalah hasil bentuk karya sastra dengan diwujudkan lewat susunan kata yang memiliki makna untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif. Puisi dapat berasal dari pengalaman pribadi lalu diolah menjadi kata-kata yang indah. Pentingnya pengajaran sastra pada anak-anak salah satunya puisi adalah memberikan nilai pendidikan. Nurgiyantoro (2010: 36-47) mengemukakan bahwa pengajaran sastra anak di sekolah (termasuk puisi) merupakan hal penting karena dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (baik rasa, emosi, dan bahasa), personal (kognitif, sosial, etis, spiritual), eksplorasi dan penemuan, serta petualangan dalam kenikmatan. Pengajaran sastra anak memberikan kontribusi pada anak yang sedang taraf pertumbuhan dan perkembangan secara garis besar dikelompokkan ke dalam nilai personal dan nilai pendidikan. Pendapat tersebut menyatakan puisi yang baik cenderung membentuk jiwa dan karakter, cenderung melahirkan cinta keindahan
dan kebenaran
dalam hidup bersama. Dari hal tersebut dinyatakan bahwa pentingnya pembelajaran puisi dapat menciptakan nilai keindahan, kebenaran, jiwa dan karakter anak. Puisi bisa membuat pembaca mengambil hikmah dari makna sebuah puisi. Dalam hal ini pembelajaran puisi sangat diperlukan anak-anak salah satunya murid kelas V sekolah dasar. d. Unsur-unsur Pembentuk Puisi Dalam sebuah puisi terdapat unsur-unsur pembentuk. Unsur pembentuk puisi terdiri dari struktur batin dan struktur fisik. Hakikat puisi atau struktur batin puisi antara lain: (1) tema (sense); (2) perasaan (feeling); nada dan suasana (tone); dan (4) amanat atau pesan (meaning). Untuk lebih jelasnya, dapat dipahami melalui uraian di bawah ini: 1) Tema (Sense) Tema atau sense adalah pokok persoalan (subject metter) yang dikemukakan commitDalam to userpembelajaran siswa harus mampu oleh pengarang melalui puisinya.
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
menuliskan sebuah puisi dengan tema mudah sebagai contoh alam, kemanusiaan, cinta kasih kepada orang tua, dan lain-lain. (Alfiah dan Santosa : 2009: 27) Waluyo (2005: 17-36) menjelaskan macam-macam tema yang sering digunakan dalam puisi, diantaranya: a) Tema ketuhanan, yaitu puisi-puisi yang mengungkapkan kebesaran Tuhan, kekuasaan Tuhan, keinginan yang disampaikan kepada Tuhan dan sebagainya; b) Tema kemanusiaan, yaitu puisi yang menceritakan tentang harkat dan martabat manusia; c) Tema patriotisme, yaitu puisi yang menggambarkan perjuangan buat bangsa dan tanah air; d) Tema cinta tanah air, yaitu puisi yang menggambarkan rasa kecintaan terhadap bangsa dan tanah air; e) Tema cinta kasih antara pria dan wanita; f) Tema kerakyatan atau demokrasi yaitu puisi yang berisi pembelaan terhadap nasib rakyat; g) Tema keadilan sosial (protes sosial), puisi yang menuntut keadilan bagi kaum-kaum yang tertindas; h) Tema pendidikan (budi pekerti), yaitu puisi yang berisi nasihat; i) Tema-tema lain. 2) Perasaan (Feeling) Perasaan adalah sikap penyair terhadap persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan. 3) Nada dan Suasana (Tone) Nada adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuasif, atau sugestif. Dalam menulis puisi, terkadang penyair menghendaki puisi tersebut dibawakan dengan irama mengejek, menggurui, menasihati, dan sebagainya. Hal itulah yang disebut dengan nada puisi, sedangkan suasana lebih ditekankan pada perasaan pembaca setelah membaca puisi. 4) Amanat atau Pesan (Meaning) Pemahaman terhadap tema, nada, dan suasana merupakan upaya untuk commit to user menemukan amanat atau pesan yang ingin disampaikan melalui sebuah
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
puisi. Karya sastra itu memiliki sifat humanis sehingga selalu mempunyai pesan kepada penbacanya. Amanat juga bisa diartikan sebagai tujuan penyair dalam menciptakan puisi, meskipun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair. Mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana. Sarana-sarana tersebut yang disebut metode puisi atau struktur fisik puisi. Metode atau struktur fisik puisi terdiri dari: (1) diksi; (2) pengimajian; (3) kata konkret; (4) majas (gaya bahasa); (5) verifikasi (rima dan irama); dan (6) tipografi. Berikut adalah uraiannya; 1) Diksi Tarigan (2006: 29) berpendapat bahwa diksi adalah kata-kata yang digunakan dalam dunia persajakan tidak seluruhnya bergantung pada makna denotatif, tetapi lebih cenderung pada makna konotatif. Konotasi atau nilai kata inilah yang justru lebih banyak memberi efek pada para penikmatnya. Artinya, makna konotasi lebih memberikan nuansa yang berbeda pada karya sastra khususnya puisi, karena dengan makna konotatif puisi akan menjadi indah. Barfield (dalam Pradopo, 2010: 54) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian
rupa
hingga
menimbulkan
atau
dimaksudkan
untuk
menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya disebut diksi puitis. Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat ditarik sebuah pernyataan bahwa diksi atau pemilihan kata dalam puisi sangat di perlukan agar puisi menjadi indah atau memiliki nilai estetis tinggi. Dengan kata lain, puisi akan menjadi sebuah karya sastra yang disukai karena memiliki keindahan dilihat dari pemilihan kata yang cenderung bermakna konotatif. 2) Pengimajian Imaji adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Dipertegas oleh Tarigan imaji merupakan pilihan serta commit to user penggunaan kata-kata yang tepat itu dapat memperkuat serta memperjelas
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
daya bayang pikiran manusia dan energi serta dapat mendorong imajinasi atau daya bayang kita untuk menjelmakan gambaran yang nyata (Tarigan, 2006: 30). Waluyo, (2005 : 26-28) Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan antara lain: a) citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indera penglihatan; b) citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indera pendengaran; c) citra penciuman dan pencecapan yaitu citraa yang timbul oleh penciuman dan pencecapan; d) citra intelektual yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual atau pemikiran; e) citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yang sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan dapat bergerak; f) citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran tentang lingkungan dan g) citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan. 3) Kata konkret Kata dalam puisi adalah unsur bahasa yang sangat penting sebab kata dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan rasa, angan, dan pikiran. Kata memiliki beberapa fungsi sebagai alat untuk mengungkapkan pikiran perasaan secara estetis, alat untuk menyampaikan ekspresi jiwa penyair, alat untuk menggambarkan suasana (Hasnun, 2006: 206). Untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, makna suatu kata harus dikonkretkan. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Lebih lanjut Waluyo (2005: 83) menambahkan bahwa setiap penyair berusaha mengkongkretkan hal yang ingin dikemukakan agar pembaca membayangkan dengan lebih hidup apa yang dimaksudnya. Cara yang digunakan oleh penyair yang satu dengan yang lainnya. Pengkonkretan kata ini erat hubungannya dengan pengimajinasian,
perlambangan,
dan
pengiasan.
Ketiga
hal
itu
memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Majas (Gaya bahasa) Menurut
Altenberd (dalam Pradopo, 2010: 62) bahasa kiasan ada
bermacam-macam namun, meskipun bermacam-macam mempunyai sesuatu hal (sifat) yang umum yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut mempertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain. Jenis-jenis bahasa kiasan tersebut adalah: a) Perbandingan (Simile) b) Metafora c) Perumpamaan d) Personifikasi e) Metonimi f) Sinekdok g) Allegori 5) Verifikasi (Rima dan Irama) Rima yaitu sajak atau persamaan bunyi atau pengulangan bunyi merupakan ciri yang dominan pada puisi anak (Alfiah dan Santosa, 2009: 27). Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang cerah, ringan, dan mampu menciptakan suasana kegembiraan atau kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan dan membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony. Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkosentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) dinamik yaitu tekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu; b) nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara; dan c) tempo yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata. 6) Tipografi puisi Tipografi puisi biasa disebut sebagai tata wajah. Tipografi commit to user merupakan pembeda yang penting antara puisi dan prosa dengan naskah
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
drama. Bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan puisi. Di dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dasar salah satunya pembelajaran menulis puisi. Hakikat pembelajaran menulis puisi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), belajar adalah suatu proses yang dilakukan melalui tahapan-tahapan untuk menambah ilmu pengetahuan pada peserta didik. Proses belajar, peserta didik diharapkan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat. Materi pokok yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia meliputi aspek-aspek keterampilan berbahasa yaitu keterampilan mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Materi pokok yang lain adalah apresiasi sastra dan pengetahuan kebahasaan. Menurut rambu-rambu dalam KTSP mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan, dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan (Depdiknas, 2003a:274). Dengan diberlakunya KTSP, sekolah kini bebas mengembangkan kurikulum pendidikan. Pengembangan kurikulum tersebut harus tetap mengacu pada standar isi dan kompetensi nasional. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22/2003 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Kini tidak ada lagi sebutan kurikulum nasional. Setiap sekolah bebas mengembangkan kurikulum sesuai keinginan sekolah tersebut. Keluarnya dua peraturan menteri tersebut diharapkan
pendidikan di
Indonesia semakin beragam dan maju oleh karena itu, tidak ada lagi sebutan kurikulum nasional. Melainkan yang ada hanya standar minimal mengenai isi kurikulum dan setiap sekolah atau satuan pendidikan mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi, sumber daya, serta ciri khasnya. Jadi, dalam commit to user hal ini siswa bukan lagi sebagai objek, yang hanya bisa menerima saja apa
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
yang diberikan guru. Sekarang ini guru berperan sebagai motivator sekaligus fasilitor,yang mengelola kelas menjadi lebih hidup dan siswa menjadi lebih aktif (berperan sebagi subjek). Dalam proses belajar mengajar guru juga harus mampu mengembangkan metodologi pengajaran bahasa secara cermat sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi siswa. Metode pembelajaran merupakan cara yang dipilih guru untuk menyampaikan materi pada siswa. Selama ini, metode yang biasa digunakan guru dalam mengajar adalah metode ceramah dan tanya jawab. Dalam metode tersebut, gurulah yang aktif dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Metode tersebut sekarang ini dirasakan tidak lagi sesuai dengan kurikum yang berlaku. Dalam KTSP yang berlaku sekarang ini, siswalah yang dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung. Hasil belajar seseorang tidak dapat terlihat tanpa melakukan hal yang diperolehnya dalam belajar. Winkel (2007: 59) merumuskan belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaktif aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas dan perubahan itu dapat berupa suatu hasil baru atau penyempurnaan terhadap hasil belajar yang diperoleh. Pendapat lain mengenai pengertian belajar dikemukakan oleh Morgan dan kawan-kawan (Baharudin dan Wahyuni, 2010: 14) yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Jadi perubahan tingkah laku ini terjadi karena adanya suatu proses latihan yang terus-menerus. Dari uraian beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan belajar merupakan suatu kegiatan yang berlangsung aktif dan membutuhkan proses untuk menghasilkan atau penyempurnaan terhadap hasil belajar yang diperoleh. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Hamalik (2003 : 57), pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang
tersusun
meliputi
unsur-unsur
manusiawi,
material,
fasilitas,
perlengkapan,dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu: (1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik; (2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; dan (3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sagala (2009: 61) menyatakan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari sesuatu kemampuan dan nilai yang baru. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki siswa baik meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang sosial ekonomi dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan kesiapan seorang guru utnuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan uraian pendapat diatas maka dapat disimpulkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan dengan proses serta memerlukan perencanaan yang sistematis untuk menentukan membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan nilai yang baru. Di dalam proses pembelajaran melibatkan berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut, yakni: 1) Guru Guru merupakan seseorang yang bertindak sebagai pendidik dalam proses belajar mengajar. 2) Siswa Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai penerima, pencari, dan pelaksana dalam pembelajaran. Siswa dituntut berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan tidak diharapkan hanya menerima, menurut, dan pasrah terhadap segala materi yang diberikan. commit to user 3) Materi
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Materi adalah bahan pembelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Materi dalam pembelajaran berhubungan dengan isi yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku. 4) Metode Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 5) Media Media adalah alat atau bahan yang digunakan untuk menyampaikan materi kepada siswa. Media tersebut dapat berupa media elektronik maupun non elektronik. Media yang digunakan oleh guru bisa audio, visual maupun audio-visual. Media pada umumnya berfungsi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi komunikasi
dalam proses belajar mengajar.
Penggunaan media secara optimal diharapkan akan menarik minat belajar siswa. 6) Evaluasi Evaluasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Gipayana (2004: 60) menyatakan tujuan pelajaran menulis di SD ditujukan agar siswa: (1) mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, pesan dan perasaan secara tertulis; (2) mampu menyampaikan informasi secara tertulis sesuai dengan konteks dan keadaan; (3) memiliki kegemaran menulis; dan (4) mampu memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan karya sastra dalam menulis. Lulusannya diharapkan memiliki dasar-dasar kemampuan tersebut sebagai bekal pengembangan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang telah diajarkan di sekolah mulai dari SD sampai SMA karena termasuk salah satu materi dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam KTSP, pembelajaran puisi merupakan salah satu materi yang diajarkan pada siswa kelas V semester II. commit to user Standar Kompetensi (SK) dalam silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas. Kompetensi dasar (KD) dalam silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Standar kompetensi tersebut terdapat dalam aspek menulis. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi merupakan bagian dari pembelajaran sastra yang diajarkan di sekolah. Nurgiyantoro (2010: 36-47) mengemukakan bahwa pengajaran sastra anak di sekolah (termasuk puisi) merupakan hal penting karena dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan berbagai pengalaman (baik rasa, emosi, dan bahasa), personal (kognitif, sosial, etis, spiritual), eksplorasi dan penemuan, serta petualangan dalam kenikmatan. Pengajaran sastra anak memberikan kontribusi pada anak yang sedang pada taraf pertumbuhan dan perkembangan yang secara garis besar dikelompokkan ke dalam nilai personal dan nilai pendidikan. Mengenai kurikulum, SD Negeri Kadilangu I Demak telah menerapkan KTSP. Di dalam silabus kelas V terdapat salah satu materi tentang pembelajaran menulis puisi. Untuk lebih jelasnya standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran menulis puisi dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menulis Puisi Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
8.Menulis
8.3 Menulis puisi bebas dengan pilihan kata
Mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
yang tepat
informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas
Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui keberhasilan (proses dan hasil) dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria (Suwandi, 2009: 15). Teknik penilaian yang tepat memerlukan data yang berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran dapat dilihat dari nilai (baik proses maupun hasil) yang dicapai oleh siswa. Oleh karenanya, diperlukan commit to user penilaian yang sesuai dan dapat mengukur hal tersebut.
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Penilaian Proses Pembelajaran Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/obyek. Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Suwandi (2009: 80-81) mengungkapkan bahwa secara umum obyek/ sikap yang perlu dinilai dalm proses pembelajaran meliputi beberapa hal, yakni sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan, semangat), sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respon) dan sikap terhadap proses pembelajaran (perhatian, kerjasama, kosentrasi). Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian proses yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Penilaian Proses Pembelajaran No.
Nama Siswa
Keaktifan Siswa selama apersepsi
Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Keaktifan dan perhatian saat guru menyampaikan materi
Skor
Nilai
Ket.
(Diadaptasi dari Suwandi, 2009:130) a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut: 1= sangat kurang
4= baik
2= kurang
5= sangat baik
3= cukup b) Menghitung Nilai Nilai =
× 100 to user commit
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Keterangan diisi dengan kriteria berikut. (1) Nilai = 10-29 sangat kurang (4) Nilai = 70-89 baik (2) Nilai = 30-49 kurang
(5) Nilai = 90-100 sangat baik
(3) Nilai = 50-69 cukup d) Keaktifan siswa selama apersepsi Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama apersepsi (sangat aktif merespon penjelasan atau pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi). Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi (aktif merespon penjelasan atau pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi). Skor 3:Jika siswa cukup aktif selama apersepsi (cukup merespon penjelasan atau pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi). Skor 2:Jika siswa kurang aktif selama apersepsi (kurang merespon penjelasan atau pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi). Skor 1: Jika siswa sangat kurang aktif selama apersepsi (sama sekali tidak mau merespon penjelasan atau pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi). e) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran Skor 5 : Jika siswa tampak sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, sangat bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan berkelompok). Skor 4 : Jika siswa tampak antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran
bersemangat
dalam
(tidak
bosan,
mengerjakan
tidak
tugas,
mengantuk,
berdiskusi
dan
berkelompok). Skor 3 : Jika siswa cukup antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (tidak bosan, tidak mengantuk, cukup bersemangat berkelompok).
dalam
mengerjakan
commit to user
tugas,
berdiskusi
dan
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Skor 2 : Jika siswa kurang antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (bosan, mengantuk, kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan berkelompok). Skor 1 : Jika siswa tampak tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (bosan, mengantuk, tidak bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan berkelompok). f) Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi Skor 5 : Jika siswa sangat aktif memperhatikan guru saat menyampaikan materi dan aktif bertanya, menjawab, berkelompok, berdiskusi, memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas. Skor 4 : Jika siswa aktif memerhatikan guru saat menyampaikan materi dan
aktif
bertanya,
menjawab,
berkelompok,
berdiskusi,
memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas. Skor 3 : Jika siswa cukup aktif memerhatikan guru saat menyampaikan materi dan sesekali bertanya, menjawab, berkelompok, serta memberikan tanggapan, dan mengerjakan setiap tugas. Skor 2 : Jika siswa kurang memerhatikan serta kurang fokus saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, berkelompok, berdiskusi, memberikan tanggapan. Skor 1:Jika siswa sama sekali tidak
memerhatikan guru saat
menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbicara atau membuat gaduh) 2) Penilaian Hasil Pembelajaran Nurgiyantoro (2010: 57) menyatakan bahwa tes kesastraan (termasuk puisi) mencakup tes kognigtif, tes afektif, dan tes psikomotorik. Tes kognigtif berhubungan dengan kemampuan proses berpikir. Ranah afektif berhubungan dengan sikap, pandangan, dan nilai-nilai yang diyakini seseorang. Tes psikomotorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otot, fisik atau gerakan anggota badan. Dalam penelitian ini peneliti mengadaptasi format dan bobot penilaian commit to user hasil pembelajaran menulis puisi sebagai berikut:
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 3. Penilaian Hasil Pembelajaran Aspek yang Dinilai No.
Nama Siswa
Kesesuaian pengungkapan gagasan/ide
Ketepatan diksi
Ketepatan Rima
Kesesuaian isi dengan tema
Skor
Nilai
( Diapdosi dari Suwandi,2009: 129) Tabel 4. Pedoman Penskoran No. 1.
2.
3.
4.
Aspek yang dinilai
Skor
Kesesuaian pengungkapan gagasan/ide Pengungkapan gagasan baik dan dapat dipahami Pengungkapan gagasan cukup-baik dan cukup dan dapat dipahami Pengungkapan gagasan kurang baik dan kurang dapat dipahami Belum dapat mengungkapkan gagasan secara jelas (pengungkapan gagasan sama sekali tidak baik)
Skor 1-4 4 3
Ketepatan diksi Kata-kata yang digunakan padat, singkat, dan dapat mengekspresikan perasaan dengan baik Kata-kata yang digunakan padat, singkat dan cukup dapat mengekspresikan perasaan Kata-kata yang digunakan kurang mampu mengekspresikan perasaan Kata-kata yang digunakan sama sekali tidak dapat mengekspresikan perasaan Ketepatan rima Banyak terdapat perulangan bunyi sehingga mampu menimbulkan efek keindahan dengan sangat baik Terdapat beberapa perulangan bunyi sehingga efek keindahan sudah cukup terasa Sedikit sekali perulangan bunyi yang digunakan sehingga efek keindahan kurang terasa Tidak terdapat perulangan bunyi sehingga sama sekali tidak menimbulkan efek keindahan Kesesuaian isi dengan tema Isi puisi sesuai dengan tema yang ditentukan Isi puisi cukup sesuai dengan tema yang ditentukan Isi puisi kurang sesuai dengan tema yang ditentukan Isi puisi tidak sesuai dengan tema yang ditentukan
Skor 1-4 4
2 1
3 2 1 Skor 1-4 4 3 2 1 Skor 1-4 4 3 2 1
(Diapdosi dari Suwandi, 2009: 130-131) Nilai Siswa = commit to user
× 100
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari sekian pendapat berbagai pakar diatas dapat disimpulkan teori kemampuan menulis puisi. Kemampuan menulis puisi adalah kemampuan seseorang secara proses terus menerus
serta berusaha untuk mewujudkan
perasaan, pemikiran, ide yang imajinatif dengan bahasa yang dipadatkan dan dengan menggunakan kata-kata yang indah. 2. Hakikat Metode Quantum Learning dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) Quantum learning pada dasarnya adalah suatu konsep belajar dengan membiasakan belajar dengan suasana nyaman dan menyenangkan. Suasana tersebut dapat membantu orang untuk berkosentrasi dengan mudah mengerjakan pekerjaan mental dengan rileks. Suasana menyenangkan dalam pembelajaran dapat diciptakan guru dengan peserta didik yang terbuka dan penuh keriangan dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Lingkungan fisik belajar yang kondusif memungkinkan siswa dapat beraksi dan berkreasi dengan penuh motivasi. Penataan suasana hati dengan musik dapat meningkatkan kegairahan belajar (Darmansyah, 2007: 41). Quantum learning merupakan salah satu pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran harus menarik dan menyenangkan karena pembelajaran yang menarik berarti mempunyai unsur menggelitik bagi siswa untuk terus diikuti, dengan begitu siswa mempunyai motivasi untuk terus mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan berarti pembelajaran cocok dengan suasana yang terjadi dalam diri siswa. Kalau siswa tidak senang, pasti juga siswa tidak ada perhatian. Ujung-ujungnya pasti siswa jenuh dan masa bodoh (Suyatno, 2004: 1). Metode Quantum adalah suatu metode belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara menggunakan unsur-unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Interaksi yang terjadi di dalam kelas melibatkan semua unsur yang ada, hal ini siswa diharapkan berperan serta (Bratasari, 2010: 6). Proses belajar-mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu commityang to user pengajaran untuk mewujudkan tujuan telah ditetapkan. Berbagai metode
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dipergunakan dalam suatu pengajaran harus dijabarkan ke dalam metode pembelajaran. Metode pembelajaran Quantum adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis kerja untuk semua tipe orang dan segala usia. Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dan dapat membangkitkan semangat keaktifan siswa dalam belajar mengajar adalah Quantum Learning. Quantum learning merupakan aplikasi dari pengajaran Quantum Teaching. DePorter, dkk (2011: 14) menyebutkan bahwa ada beberapa cara yang dilakukan dengan metode pembelajaran Quantum, yakni : (a) berpartisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas dari yang semula biasa mejadi kelas yang menarik; (b) memotivasi dan menumbuhkan minat siswa dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan); (c) membangun rasa kebersamaan; (d) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; dan (e) merangsang daya dengar anak didik. Cara-cara ini pada dasarnya dapat menempatkan guru dan anak didik pada keadaan yang dapat menuju keberhasilan belajar dengan lebih cepat. TANDUR merupakan inovasi baru dalam dunia pendidikan. Menerapkan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam menyajikan pembelajaran sehingga siswa cenderung tidak akan merasa bosan dan emosi siswa dapat lebih diperhatikan. TANDUR singkatan dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Pada setiap tahapan pembelajaran tersebut, siswa dikondisikan selalu berada dalam keadaan aktif sehingga tidak ada siswa yang tidak terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran TANDUR ini dilaksanakan dalam tiga seri pembelajaran dengan menggunakan keseluruhan tahap metode pembelajaran TANDUR. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa Quantum Learning adalah metode pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan sehingga
menumbuhkan
minat,
motivasi,
serta
semangat
siswa
untuk
berkosentrasi. Hasil pembelajaran dengan metode ini lebih maksimal karena siswa commit to user tidak bosan dan jenuh dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
a. Teknik Pengelompokan (Clustering) Teknik pengelompokan (Clustering) dikembangkan oleh seorang penulis dan peneliti yang bernama Dr. Gabriele L. Rico merupakan salah satu dari tipe belajar yang bermetodekan Quantum Learning. Metode belajar Quantum Learning dikemukakan oleh Bobbi DePorter dan Mike Herracki yang pada awalnya bertolak pada suggestopedia. Dalam metode Quantum Learning Clustering merupakan salah satu dari tiga tipe menulis sinergi (DePorter, 2011: 180) selain teknik fastwriting (menulis cepat) dan Show Not Tell (menunjukkan bukan memberitahukan). Beliau berpendapat bahwa teknik pengelompokan (Clustering) merupakan salah satu tipe menulis efektif dan menyenangkan. Teknik pengelompokan (Clustering) mampu memberikan sugesti yang positif bagi siswa, guru, atau penulis yang akan menulis. Menurut DePorter, seseorang dapat menemukan suatu kondisi yang disebut dengan “AHA”, yaitu suatu kondisi ketika seseorang penulis sudah merasa bahwa suatu kata dalam clustering (kelompok) telah memunculkan titik awal ide yang akan ditulis dan mendapatkan sebuah desakan yang tidak terbendung lagi untuk menulis. Teknik pengelompokan (Clustering) dapat juga digunakan untuk berbagai jenis tulisan dari laporan, esai, proposal, cerita hingga puisi. b. Pengertian Teknik Pengelompokan (Clustering) Suatu pengelompokan yang terbentuk diatas kertas secepatnya, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau nilainya. Suatu pengelompokan yang terbentuk diatas kertas hampir seperti proses yang berpikir didalam otak, walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana. Pengelompokan adalah suatu struktur yang mengalir bebas seperti struktur organik yang sama dengan diagram molekul yang dijumpai dalam pelajaran kimia di SMU (Komaidi, 2011: 22-23). Dalam pengelompokkan (Clustering) membantu mengembangkan tulisan dengan berbagai cara sekaligus melalui mengambil suatu gagasan dengan membuat percabangannya ke commit berbagai to arah. user Clustering ini bertujuan untuk
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengembangkan ide yang biasa-biasa saja menjadi ide yang variatif. Teknik pengelompokan (Clustering) merupakan sebuah teknik untuk mempersempit topik yang masih umum dengan cara mengelompokkan beberapa kata yang memiliki relasi dan kedekatan hubungan dengan topik tersebut (Anis : 2009). Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, penulis menyimpulkan bahwa teknik pengelompokan (Clustering) adalah sebuah teknik menulis yang bermetodekan Quantum Learning yang mengalir bebas dalam mengumpulkan data dan memilah-milah pemikiran atau ide yang saling berhubungan dan membuat
percabangannya
ke
segala
arah
tanpa
mempertimbangkan
kebenarannya dan bisa membuat ide yang biasa saja menjadi ide yang variatif. c. Manfaat Teknik Pengelompokan (Clustering) Lebih lanjut Hernowo (2004: 122) menyatakan bahwa adapun manfaat dari Clustering adalah sebagai berikut: Untuk menulis secara kreatif, mengelola jaringan pekerjaan, menuangkan ide secara bebas, menjadikan rapat-rapat lebih produktif. Dapat disimpulkan manfaat teknik pengelompokan (Clustering) adalah dapat merangsang datangnya suasana gembira dalam belajar, sehingga memunculkan sugesti yang positif bagi siswa. Teknik pengelompokan (Clustering) pun mampu mengatasi hambatan menulis yang dihadapi oleh penulis. d. Keunggulan Teknik Pengelompokan (Clustering) Teknik pengelompokan (Clustering) sejalan dengan kerja otak yang mengolah gagasan atau ide dalam bentuk tanda-tanda, gambar, skema, dan warna-warna.
Menurut
Komaidi
(2011:
23),
teknik
pengelompokan
(Clustering) memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut: 1) mampu melihat dan membuat hubungan-hubungan antara gagasan; 2) membantu mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan; dan 3) dapat menelusuri jalur yang dilalui otak untuk tiba pada suatu konsep tertentu.
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dapat disimpulkan kelebihan dari teknik pengelompokan (Clustering) sebagai berikut: 1) fleksibel, jika ada suatu ide yang tiba-tiba muncul dalam ingatan dapat dengan segera ditambahkan atau dituliskan di tempat yang sesuai tanpa harus mengubah susunan yang telah ada; 2) dapat
memusatkan
perhatian,
dalam
menyusun
sebuah
tulisan.
Pengelompokkan (Clustering) dapat dijadikan sebagai alat untuk memusatkan perhatian para penulis terhadap suatu ide pokok; 3) meningkatkan pemahaman, ketika membaca hasil pengelompokan maka hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman dan memberi catatan tinjauan ulang; 4) menyenangkan, imajinasi, dan kreativitas dapat menjadi perbuatan dan peninjauan ulang yang telah menyenangkan. e. Langkah-langkah Penggunaan Teknik Pengelompokan (Clustering) Langkah-langkah
penggunaan
teknik
pengelompokan
(Clustering)
(Hernowo, 2004: 23-24) ada beberapa prosedur atau langkah-langkah dalam penggunaan teknik pengelompokan (Clutering). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) menuliskan gagasan utama berupa sebuah kata atau frasa yang terlintas dalam benak sebagai kata primer atau gagasan utama di tengah-tengah selembar kertas kosong tak bergaris dengan huruf kapital dan tulisan yang lebih tebal daripada tulisan yang lainnya, hal ini bertujuan untuk menandakan bahwa kata tersebut merupakan kata primer lalu buatlah lingkaran untuk melingkupi kata tersebut; 2) menuliskan hubungan-hubungan (asosiasi) yang timbul dari gagasan utama dan mengelompokkan di sekitar kata primer yang berada di pusat; 3) melingkari setiap kata yang telah dikelompokkan di sekitar gagasan utama dan menghubungkan dengan lingkaran yang berada di pusat dan tariklah garis; commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) meneruskan penulisan hubungan-hubungan (asosiasi) dari kata-kata sekunder yang memicu satu rantai atau asosiasi lain, menuliskan serta melingkarinya sekalipun tidak terlihat hubungannya; 5) kembali pada kata primer (gagasan utama) yang terletak di pusat dan meneruskan membuat asosiasi yang terlintas dalam otak, kemudian melingkari dan menghubungkan dengan menarik garis; 6) memerhatikan semua gagasan yang dimunculkan dari satu kata setelah pengelompokan terasa lengkap dan semua asosiasi telah terkumpul; 7) mencoret gagasan-gagasan yang dianggap tidak berhubungan atau tidak ingin dilanjutkan dan kembali menuliskan gagasan-gagasan sekunder yang memicu asosiasi-asosiasi lain; 8) menemukan “AHA” (desakan memulai menulis) dan memberi nomor urut yang
tampaknya
indah
pada
setiap
kata
atau
gagasan
dalam
pengelompokan tersebut; 9) mengembangkan gagasan berdasarkan urutan yang telah dibuat dalam pengelompokkan ke dalam bentuk karangan atau tulisan. Tidak perlu untuk memakai semua kata atau gagasan yang terdapat dalam pengelompokan, cukup gagasan yang ingin digunakan saja.
rumah
panas
pantai
pasir putih LINGKUNGAN
taman bersih perkotaan pedesaan
kotor
kemacetan AHA!
user Gambar 1.commit Contohtopeng-Clusteran
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
f. Keunggulan metode Quantum Learning dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) dalam Pembelajaran Menulis Puisi Menurut DePorter (2011: 179), menulis adalah aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Bagian logika adalah perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian, tanda baca. Sementara itu yang termasuk bagian emosional adalah semangat, spontanitas, emosi,warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru dan kegembiraan. Hakim (2008: 15) menambahkan menulis adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan. Burroway (dalam Yusof, 2011: 136) menyatakan pengertian menulis puisi seperti berikut; “The writing is also autobiographical as well as invented; clearly, this affirms that subjectivity of the writer informs the writing. The first writing assignment given to students is for them to compose a concrete poem. Also called pattern poetry, visual poetry or shaped poetry, concrete poetry emphasizes on typographical arrangement of words, besides the other conventional elements of poetry, such as meaning of words, rhythm, rhyme, style, etc. to convey the intended effect. Hence, the visual arrangement of the text, images and symbols work together as a whole in creating the meaning. The final product will ineluctably disclose the writer’s self-position at the time of the writing. An analysis of the students’ poems certainly reveals how the personal becomes an inspiration to the creative production”. Pendapat Burroway dapat diartikan bahwa penulis menginformasikan tulisan. Puisi menekankan pada kata-kata yang indah. Sehingga dalam menulis puisi harus menggunakan kata-kata yang indah, irama, sajak, gaya bahasa yang mengandung maksud atau makna. Puisi siswa mengungkapkan proses produksi kreatif serta inspirasi dalam menulis sebuah puisi. Menulis puisi dibutuhkan pemilihan kata yang indah. Metode Quantum Learning dengan teknik Clustering pun mampu mengoptimalkan kerja kedua belah otak. Kedua belahan itu disebut belahan otak kiri (left hemisphere) yang menyukai ketertiban dan bersimbolkan teks dan belahan otak kanan (right hemisphere) yang suka kebebasan dan commit bersimbolkan to user gambar. Clustering mampu
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengoptimalkan lebih baik lagi peran otak kanan sebagai tempat munculnya gagasan-gagasan baru dan emosi yang seringkali diabaikan dalam teknik pembelajaran menulis tradisional. Siswa kelas V SD tergolong anak-anak yang masih suka bermain. Pembelajaran menulis puisi melalui metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) akan menimbulkan rasa senang siswa sehingga menumbuhkan minat dalam menulis puisi. Simulasi kata dapat digunakan dengan
teknik
pengelompokan
(Clustering).
Teknik
pengelompokan
(Clustering) sejalan dengan kerja otak yang mengolah gagasan atau ide dalam bentuk tanda-tanda, gambar, skema, dan warna-warna. Manfaat teknik pengelompokan (Clustering) adalah teknik ini dapat merangsang datangnya suasana gembira dalam belajar, sehingga menumbuhkan kreativitas kata-kata dalam menulis puisi. Kata-kata yang digunakan dalam puisi menjadi beragam. B. Penelitian Relevan Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Syahril (2007) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi Melalui Pengintegrasian Teknik Clustering dan
Journalis’t
Quastion (Di Kelas XI SMA Negeri 4 Lubuklinggau)”.
Penelitian tersebut membuktikan bahwa penggunaan Clustering melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas XI SMA Negeri 4 Lubuklinggau. Hal ini sejalan dengan penelitian peneliti yang menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) hanya saja penelitian peneliti dalam hal menulis puisi pada siswa SD, bukan paragraf narasi. Penelitian yang relevan berikutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Prastika (2011) dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning dan Media Gambar Pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 2 Jatiroto Wonogiri Tahun Ajaran user 2010/2011 ”. Dari penelitian commit tersebuttomembuktikan penerapan pendekatan
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kontekstual dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi. Meningkat kualitas proses terbukti meningkatnya keaktifan selama apersepsi pada siklus I 58%, siklus II 71%, siklus III 87%. Meningkatkan minat dan motivasi terbukti pada siklus I sebesar 52%, siklus II 65%, siklus III 84%. Meningkatkan keaktifan dan perhatian siswa pada siklus I sebesar 48%, siklus II 61%, siklus III 81%. Hasil menulis puisi juga meningkat terbukti pada siklus I sebesar 52%, siklus II sebesar 68%, dan siklus III 84%. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang
dilakukan
peneliti,
sama-sama
berupaya
meningkatkan
keterampilan menulis puisi. Penelitian tersebut menggunakan metode kontekstual pada siswa kelas VIII SMP sedangkan, peneliti menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) pada siswa kelas V SD. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Sari yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011”. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini saat pembelajaran membaca puisi menerapkan pendekatan quantum yang didasarkan pada prinsip TANDUR. Pertama kali guru mengajak siswa menyanyikan sebuah lagu dan menanyakan pengalaman siswa yang berkaitan dengan materi. Kemudian guru memberikan penjelasan dan membagikan transkip puisi dan lembar kerja siswa. Guru menugasi siswa untuk memberikan anotasi pada transkip puisi yang telah diterima. Kemudian siswa maju satu per satu untuk membaca puisi (yang sudah ditandai) di depan kelas. Berkesimpulan bahwa (1) penerapan pendekatan pembelajaran Quantum dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran membaca puisi. Hasil proses pada siklus I siswa yang aktif sebesar 45%, siswa yang perhatian dan kosentrasi sebesar 48%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 48%. Pada siklus II siswa yang aktif sebesar 61%, siswa yang perhatian dan kosentrasi sebesar 58%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 48%. Pada siklus III siswa yang aktif sebesar 84%, siswa yang perhatian dan kosentrasi sebesar 80%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 80%. (2) penerapan quantum meningkatkan hasil membaca puisi terbukti commit to user49%. Siklus II sebesar 65% dan peningkatan pada tiap siklus. Siklus I sebesar
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siklus III sebesar 84%. Penelitian ini sejalan dengan peneliti sama-sama menggunakan metode Quantum Learning. Namun, penelitian tersebut untuk meningkatkan membaca puisi sedangkan peneliti menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) terhadap siswa SD untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi. Penelitian yang dilakukan oleh Hadi, Tesis (2009) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V SDN Teguhan 2 Kecamatan Paron Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Tahun Pelajaran 2008/2009”. Hasil penelitian menunjukkan (1) penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat dilaksanakan dengan baik, serta (2) penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah dapat
meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis puisi, baik dari segi proses maupun dari segi produk pada tahap penemuan ide, penulisan, dan penyajian. Dari segi proses, pembelajaran menulis puisi pada tahap penemuan ide dapat meningkatkan motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga siswa menjadi bersemangat dan aktif mengikuti setiap langkah kegiatan pembelajaran, kreativitas dan keantusiasan siswa dalam pembelajaran menulis puisi, keantusiasan dan kreativitas siswa dalam menemukan sendiri ide puisi yang bersumber dari pengamatan. Dari segi produk, penerapan model ini pada tahap penemuan ide dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsur-unsur dan pola penulisan puisi deskriptif, menemukan ide yang berasal dari pengamatan, dan mendeskripsikan objek pengamatan sesuai dengan pola puisi yang dipilih. Penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sama-sama berupaya meningkatkan keterampilan menulis puisi. Namun, penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan peneliti menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). Penelitian yang dilakukan oleh Utami, Tesis (2009) yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Deskripsi dengan Pendekatan Quantum Learning pada Siswa Kelas IV SD 3 Demaan Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten commit to user Kudus Tahun Pelajaran 2009”menyatakan bahwa peningkatan kualitas hasil
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
pembelajaran ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai batas tuntas, yaitu lebih dari atau sama nilai 7,00. Pada siklus I sebanyak 22 siswa dari 50 siswa (44%). Pada siklus II meningkat menjadi 33 siswa dari 50 siswa (66%). Pada siklus III meningkat menjadi 50 siswa sehingga mencapai 100%. Hal ini sama dengan penelitian peneliti sama-sama menggunakan metode Quantum Learning. Perbedaannya di penelitian tesis ini menggunakan metode Quantum Learning untuk keterampilan menulis deskripsi sedangkan peneliti untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyo (2011) yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran Menulis Puisi dengan Strategi Pikir Plus” yang dimuat dalam Jurnal Pendidikan Inovasi. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh simpulan bahwa penerapan stategi pikir plus dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi. Dari hasil penilaian yang dilakukan terhadap draft akhir puisi yang dihasilkan siswa menggambarkan keberhasilan siswa yang cukup baik. Dari 30 siswa, 5 siswa (16,6%) berkualifikasi sangat baik, 17 siswa (56,7%) berkualifikasi baik, 6 siswa (20%) berkualifikasi cukup, dan 2 siswa (6,7) berkualifikasi kurang. Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian peniliti. Penelitian ini menggunakan strategi pikir plus sedangkan peneliti menerapkan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). Penelitian yang ditulis oleh Yusof (2008) dengan judul “E-Methods in Literary Production: Integrating E-Learning In Creative Writing”. Penelitian itu berjudul EMetode dalam Produksi Sastra: Mengintegrasikan E-Learning Dalam Menulis Kreatif. Penerpan E-Learning dalam menulis kreatif salah satunya menulis puisi sehingga dapat meningkatkan minat siswa. Penerapan pembelajaran internet siswa bebas menciptakan, menyimpan, dan mempublikasikan karya puisinya. Dipenelitian ini sama-sama berupaya untuk meningkatkan kemampuan menulis pada siswa tetapi dengan penerapan metode yang berbeda. Penelitian yang ditulis oleh Thomas (2007) yang berjudul “ Quantum Leap Methodologies and Metodes for Learning Language” menyimpulkan bahwa metode tradisonal akan membuat siswa jenuh, bosan dan tidak bersemangat. Pembelajaran yang digunakan seharusnya dapat membuat siswa lebih aktif serta tidak menimbulkan
commit user kejenuhan, kebosanan, sehingga siswa tidakto mendapatkan hasil belajar yang kurang.
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Metode pembelajaran yang inovatif akan membuat siswa bergerak dan lebih aktif. Metode tradisional hanya berpusat pada guru saat pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, dapat dikatakan sudah seharusnya guru dalam pembelajaran menerapkan metode pembelajaran yang sesuai karena akan berpengaruh pada keaktifan, kemampuan dan hasil belajar anak didik salah satunya dengan metode Quantum.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran sastra khususnya menulis puisi masih dianggap sulit proses pembelajarannya oleh para guru Bahasa dan Sastra Indonesia di tingkat Sekolah Dasar. Kegiatan menulis puisi merupakan kegiatan yang mutlak ditentukan oleh kreativitas
seseorang,
kemampuan
memunculkan
sebuah
gagasan
serta
mengorganisasikannya dalam bentuk jalinan kata-kata yang indah penuh makna. Rendahnya kualitas proses dan hasil kemampuan menulis puisi siswa SD Negeri Kadilangu I Demak ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menggambarkan proses menulis puisi kurang baik. Faktor yang berasal dari peran dan tugas guru, sikap dan respon siswa saat KBM, metodologi atau metode yang digunakan tidak inovatif lebih banyak ceramah, materi teori dan praktek, evaluasi yang dilakukan oleh guru, media yang digunakan guru kurang optimal serta penilaian belum sesuai dengan pedoman yang di RPP.
Pembelajaran masih
berpusat pada guru, metode yang digunakan guru tidak inovatif lebih banyak ceramah dan masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar sehingga guru kesulitan membuat siswa aktif dikelas. Lingkungan pembelajaran kurang kondusif, terbatasnya media pendukung yang digunakan olah guru serta kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis puisi. Bagi sejumlah siswa yang sudah berminat, pembelajaran menulis puisi juga dinilai kurang berhasil karena belum mampu mengarahkan siswa untuk lebih imajinatif dalam kegiatan penulisan. Hal ini disebabkan oleh minimnya pembendaharaan kata yang dimiliki siswa sehingga karya yang dihasilkan kurang imajinatif. Selain kedua persoalan diatas, rendahnya kualitas pembelajaran menulis puisi lebih banyak disebabkan oleh sulitnya memunculkan ide dan gagasan yang menjadi patokan dasar dalam kegiatan penulisan.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal tersebut dapat diatasi dengan adanya simulasi-simulasi kata untuk membangkitkan minat, pembendaharaan kata serta ide atau gagasan. Simulasi kata dapat digunakan dengan metode Quantum Learning dengan teknik Clustering. Teknik pengelompokan (Clustering) sejalan dengan kerja otak yang mengolah gagasan atau ide dalam bentuk tanda-tanda, gambar, skema, dan warnawarna. Manfaat metode Quantum Learning dapat merangsang datangnya suasana gembira dalam belajar, sehingga menumbuhkan kreativitas dalam menulis puisi. Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) diharapkan dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran menulis puisi. Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) akan membuat guru berhasil membuat siswa aktif di dalam kelas yang mengakibatkan minat siswa meningkat. Meningkatnya minat siswa maka akan banyak memperoleh pembendaharaan kata dan siswa kaya akan konsep yang berupa ide atau gagasan. Selain itu mampu tercipta lingkungan pembelajaran yang kondusif serta guru dapat memanfaatkan media mengoptimalkan pembelajaran menulis puisi. Setelah proses penelitian dengan diterapkan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) tersebut membuat kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Kadilangu I Demak dapat ditingkatkan.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kondisi Awal
Guru: - Pembelajaran masih berpusat pada guru. - Guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar. - Guru kesulitan membuat siswa aktif di kelas
Siswa: - Minat siswa rendah. - Siswa kurang pembendaharaan kata. - Siswa miskin konsep(ide/ gagasan).
Lingkungan: Lingkungan pembelajaran kurang kondusif dan terbatasnya media pendukung yang digunakan oleh guru
Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering)
Guru: - Guru sudah menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dalam mengajar. - Guru berhasil membuat siswa aktif dikelas
]-[[]]]]]][[][ Siswa: - Minat siswa meningkat. - Siswa banyak pembendaharaan kata. - Siswa kaya konsep (ide/ gagasan).
Lingkungan: Tercipta lingkungan pembelajaran yang kondusif dan guru memanfaatkan media untuk mengoptimalkan pembelajaran.
Kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi meningkat
Gambarcommit 2. Kerangka to userBerpikir
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Tindakan Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis puisi sehingga dapat meningkatkan kualitas menulis puisi. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis bahwa penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan proses dan hasil kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Kadilangu I Demak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kadilangu I Demak. Kelas yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas yakni kelas V. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan yaitu pada bulan Februari, Maret, April, Mei, dan Juni 2012. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Kegiatan
Bulan 2012 Feb.
1. Persiapan penelitian a. Koordinasi peneliti dengan kepala sekolah dan guru kelas V Sekolah Dasar b. Diskusi dengan guru untuk mengidentifikasi masalah pembelajaran dan merancang tindakan c. Menyusun proposal penelitian 2. Pelaksanaan Tindakan a. Siklus I - perencanaan - pelaksanaan tindakan - observasi - refleksi b. Siklus II - perencanaan - pelaksanaan tindakan - observasi - refleksi 3. Analisis Data dan Pelaporan a. Analisis data (hasil tindakan 2 siklus) b. Menyusun laporan/skripsi c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan pengumpulan laporan
commit to user
41
Mar.
Ap.
Mei
Juni
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Subjek Penelitian Informasi subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Muhammad Ali Masykur selaku guru kelas juga sebagai pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak yang berjumlah 40 orang (17 siswa putra dan 23 siswa putri). Pemilihan subjek didasarkan atas kemampuan menulis puisi siswa yang dinilai masih rendah. C. Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecahan masalahnya dan ditundaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur (Suwandi, 2011: 12). Supardi (dalam Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 110) menyatakan bahwa karakteristik PTK meliputi: (1) inkuiri refleksi, yaitu kegiatan penelitian berdasarkan ada pelaksanaan tindakan (proactive driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven), (2) kolaboratif, yaitu upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru, dan (3) reflektif, PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian. Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Kadilangu I Demak Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui menerapkan
metode
Quantum
Learning
(Clustering). Strategi yang digunakan kualitatif.
dengan
teknik
pengelompokan
dalam penelitian ini adalah deskriptif
Data yang sudah diperoleh dideskripsikan kemudian disimpulkan.
Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Kenyataan yang dimaksud adalah proses pembelajaran menulis puisi sebelum dan sesudah diberi tindakan berupa penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan commit(Clustering). to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Data dan Sumber Data Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran menulis, kemampuan siswa dalam menulis puisi, keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis puisi, serta kemampuan guru melaksanakan pembelajaran menulis puisi di kelas. Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi tempat dan peristiwa, informan, dan dokumen. 1. Tempat dan Peristiwa Sumber data penelitian ini adalah proses pembelajaran menulis puisi yang berlangsung dikelas dan dialami oleh siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Kadilangu I Demak pada pratindakan, siklus I, siklus II. Observasi, wawancara dan pratindakan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27, Selasa, tanggal 28 Februari dan 8 Maret 2012. Data peristiwa pratindakan dalam pembelajaran menulis puisi tersebut berupa siswa kurang pembendaharaan kata, minat siswa rendah, siswa miskin konsep (ide/ gagasan). Dalam data tersebut juga terdapat pembelajaran masih berpusat pada guru, guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar, guru kesulitan membuat aktif di kelas, serta lingkungan pembelajaran kurang kondusif dan terbatasnya media pendukung yang digunakan oleh guru (Lampiran catatan lapangan pratindakan halaman 136). Data siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 19 dan Jumat tanggal 20 April 2012 diperoleh data berupa siswa sudah menambah kosakata namun masih terdapat beberapa kendala di dalam pembelajaran menulis puisi (Lampiran catatan lapangan siklus I halaman 182). Siklus II yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 3 Mei dan 4 Mei 2012 diperoleh data berupa semua kendala-kendala pada siklus I dapat teratasi dan terjadi peningkatan pada kualitas proses dan hasil kemampuan menulis puisi (Lampiran catatan lapangan siklus II halaman 228). 2. Informan Informan dalam penelitian ini adalah guru serta siswa kelas V SD Negeri commit to user Kadilangu I Demak. Guru bahasa Indonesia yang bernama Bapak Muhammad
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ali Masykur dan 4 siswa kelas V Sekolah Dasar Kadilangu I Demak tahun ajaran 2011/2012. Mereka adalah Maulaya Maskhasan Mursidin, Khurnia Sheti, Indah Agustina Kurnia Ningseh, dan Wahyu Indar Wati. Wawancara tersebut diperoleh data berupa menulis puisi siswa kurang pembendaharaan kata, siswa miskin konsep (ide/gagasan), minat siswa rendah. Selain itu guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar (Lampiran wawancara pratindakan halaman 114-130). Wawancara juga dilaksanakan pada pasca tindakan yaitu dengan guru Bahasa Indonesia dan dua orang siswa. Siswa tersebut bernama Muhammad Alfi Firdaus dan Raden Rahmat Hidayat. Wawancara pascatindakan diperoleh data berupa pembendaharaan kata siswa bertambah, siswa menjadi aktif, kaya akan konsep (ide/gagasan), minat siswa bertambah (Lampiran wawancara pascatindakan halaman 255-263). 3. Dokumen Dokumen yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini berupa hasil kerja siswa dalam kegiatan menulis puisi berupa karya-karya puisi, rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru dan peneliti , silabus, lembar hasil observasi, daftar nilai, hasil wawancara serta foto-foto peristiwa yang berupa foto kegiatan pembelajaran menulis puisi (Lampiran halaman 156, 209 dan 254). E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagi alat mengumpulkan data, yaitu observasi, wawancara mendalam, tes, dan analisis dokumen. 1. Observasi Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran menulis yang dilakukan oleh guru dan siswa. Salah satu teknik pengumpulan data adalah observasi dengan memahami yang diteliti (Wiraatmadja, 2010:104). Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas dari perencanaan pelaksanaan tindakan sampai commit totindakan, user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
akhir tindakan. Dari hasil pengamatan ini dapat diketahui perkembangan yang terjadi pada proses pembelajaran menulis puisi di kelas V yang dilakukan oleh guru dan siswa menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). Data yang diperoleh dari pengamatan ini di diskusikan dengan guru pembimbing yang bersangkutan untuk dianalisis bersama-sama sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan metode yang diterapkan serta dapat dicarikan solusinya. Kelemahan-kelemahan yang terjadi tersebut merupakan pedoman untuk menyusun kerangka tindakan selanjutnya, selain terhadap proses pembelajarannya, observasi tearah pada guru dan siswa. Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas dan merangsang kreatifitas siswa dalam pembelajaran yang sedang berlangsung, sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan, kesungguhan, dan sikap dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung terutama pembelajaran menulis puisi dengan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). Peneliti melaksanakan observasi pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. Peneliti melaksanakan prasiklus pada hari pratindakan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27, Selasa, tanggal 28 Februari dan Kamis, tanggal 8 Maret 2012. Siklus I dilaksanakan pada Kamis tanggal 19 April dan Jumat 20 April 2012. Siklus III dilaksanakan hari Kamis 3 Mei dan Jumat 4 Mei 2012. Peneliti dan guru kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak mendiskusikan hasil observasi kemudian menganalisis untuk mengetahui kelemahankelemahan yang ada dan mencari solusinya. Solusi dari hasil diskusi tersebut kemudian dibuat dalam instrumen penelitian dan catatan lapangan dan selanjutnya diterapkan dalam siklus. 2. Wawancara Mendalam (in dept interview) Teknik ini akan digunakan untuk memeroleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran menulis puisi di dalam kelas. Penelitian mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis puisi commit to user guru, dan informan lain pada saat siswa. Wawancara dilakukan terhadap siswa,
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
pratindakan dan pasca tindakan. Wawancara yang dilakukan mencoba mencari pangkal permasalahan yang dihadapi oleh siswa dan guru dalam mengikuti proses belajar-mengajar di kelas, baik permasalahan yang ditimbulkan dari faktor guru, siswa, ataupun faktor lainnya. Denzin (dalam Wiraatmadja, 2010: 117) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Wawancara pratindakan dilakukan kepada guru serta siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak pada hari Senin tanggal 27 Februari dan hari Selasa tanggal 28 Februari 2012. Guru bahasa Indonesia yang bernama Bapak Muhammad Ali Masykur dan 4 siswa kelas V Sekolah Dasar Kadilangu I Demak tahun ajaran 2011/2012. Mereka adalah Maulaya Maskhasan Mursidin, Khurnia Sheti, Indah Agustina Kurnia Ningseh, dan Wahyu Indar Wati. Wawancara tersebut diperoleh data berupa dalam menulis puisi siswa kurang pembendaharaan kata, siswa miskin konsep (ide/gagasan), minat siswa rendah. Sealain itu guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar (Lampiran wawancara pratindakan halaman 114-130). Wawancara juga dilaksanakan pada pascatindakan hari Sabtu, 12 Mei 2012 yaitu dengan guru Bahasa Indonesia dan dua orang siswa . Siswa tersebut bernama Muhammad Alfi Firdaus dan Raden Rahmat Hidayat. Wawancara pascatindakan diperoleh data berupa pembendaharaan kata siswa bertambah, siswa menjadi aktif, kaya akan konsep (ide/gagasan), minat siswa bertambah (Lampiran wawancara pascatindakan halaman 255-263). 3. Tes atau Pemberian Tugas Nurgiyantoro (2010: 161) di dalam pengajaran bahasa, tes kebahasaan merupakan salah satu hal yang kruisal dan wajib dilakukan. Kegiatan tes tersebut dapat dilakukan penilaian secara obyektif, khususnya terhadap hasil belajar bahasa siswa. Pengajaran karya sastra Indonesia (Nurgiyantoro, 2010: 319). Pada umumnya, di dalam KTSP Sekolah Dasar pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara tematik dan sastra commit to user diintregasikan dengan kemampuan menulis.
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Tes yang diberikan pada penelitian ini dengan meminta siswa beberapa kali menulis puisi menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) setelah pelaksanaan tindakan selesai yang nantinya akan dijadikan bijakan dalam menyusun kerangka tindakan selanjutnya. 4. Analisis Dokumen Teknik ini dilakukan dengan cara menganalisis dokumen yang ada, yaitu hasil kerja siswa dalam kegiatan menulis puisi dengan menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) berupa karyakarya puisi, rencana pembelajaran, lembar hasil observasi, daftar nilai, serta hasil wawancara. F. Uji Validitas Data Teknik- teknik yang akan digunakan untuk memeriksa absahan data adalah menggunakan triangulasi metode dan triangulasi sumber data. 1. Triangulasi Metode Triangulasi metode digunakan untuk mengumpulkan data dari hasil observasi dan wawancara. Data yang merupakan dokumen akan lebih mantap kebenarannya apabila didukung dengan tindakan observasi dan wawancara dengan informan sebagai sumber lain (Sutopo, 2006 : 93-96). Dalam hal ini peneliti membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi dengan hasil data yang diperoleh dari hasil wawancara siswa di kelas V. Dari kedua hasil data observasi dan wawancara pada pratindakan diperoleh data berupa pembelajaran masih berpusat pada guru, guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar, guru kesulitan membuat aktif di kelas, serta lingkungan pembelajaran kurang kondusif dan terbatasnya media pendukung yang digunakan oleh guru (Lampiran catatan lapangan observasi dan wawancara halaman 136 serta halaman 114). 2. Triangulasi Sumber Data Triangulasi sumber data adalah mengumpulkan data yang sama atau commit to user sejenis yang digali dari berbagai sumber yang berbeda (Sutopo, 2006 : 93-96).
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Triangulasi sumber data digunakan peneliti untuk menguji kebenaran data yang diperoleh dari satu informan dengan informan lain. Di dalam penelitian ini data diperoleh tidak hanya dari satu informan yaitu siswa tetapi beberapa siswa. Dalam hal ini peneliti juga menggali informasi dari berbagai sumber data, yaitu tempat pembelajaran (kelas V), peristiwa pembelajaran (pembelajaran menulis puisi meluli penerapan metode Quantum Learning dengan teknik Clustering), dan dokumen yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar (silabus, RPP, dan hasil menulis puisi siswa, serta foto-foto peristiwa pembelajaran tersebut). G. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis komparatif deskriptif. Data yang telah terkumpul dari hasil penelitian kemudian dianalisis secara kritis dengan membandingkan hasil tindakan setiap siklus dengan indikator ketercapaian tindakan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya. Hasil analisis ini menunjukkan kelebihan dan kekurangan kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran pada setiap siklus. Analisis dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti. Suwandi (2011: 66) menyatakan bahwa teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Data
yang
diperoleh
kemudian
dianalisis
secara
kritis
dengan
membandingkan hasil tindakan setiap siklus dengan indikator ketercapaian tindakan yang ditentukan peneliti yaitu 70%. Semula siklus I hasil menulis puisi belum memenuhi indikator kurang dari 70% yaitu 65%, sehingga harus dilaksanakan siklus II. Di siklus II telah memenuhi indikator lebih dari 70% yaitu 88%. H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai dengan akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh (Arikunto, Suhardjono, commit to user dan Supardi, 2008: 74). Prosedur penelitian ini mencakup tahap-tahap: (1)
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perencanaan tindakan (Planning), (2) pelaksanaan tindakan (Acting), (3), pengamatan (Observing), (4) Refleksi (Reflecting). Secara ringkas, tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini. Permasalahan
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan tindakan I
Siklus I
Refleksi
Pengamatan/ pengumpulan data
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan tindakan II
Siklus II
Refleksi II
Permasalahan belum terselesaikan
Pelaksanaan tindakan II
Pengamatan/ pengumpulan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 3. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 74) Keterangan: 1. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning), meliputi langkah-langkah sebagai berikut. a. Dilakukan survei awal tentang pembelajaran menulis puisi kelas V Sekolah. Dasar Negeri Kadilangu I Demak dengan melakukan analisis terhadap nilai menulis puisi siswa serta melakukan pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
b. Diidentifikasi permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran menulis puisi yang terdapat di kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak. Langkah yang ditempuh guna mengetahui permasalahan tersebut adalah melakukan wawancara dengan siswa dan guru yang bersangkutan kemudian mengaitkannya dengan hasil survei awal. c. Dianalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang relevan. d. Mengajukan solusi alternatif berupa metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dalam pembelajaran menulis puisi. e. Menyusun jadwal penelitian dan rancangan pelaksanaan tindakan. f. Mempersiapkan instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan proses pembelajaran menulis puisi dengan mengoptimalkan penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). Setiap tindakan menunjukkan peningkatan indikator yang dirancang dalam satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) tahap perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3) tahap observasi; serta (4) tahap analisis dan refleksi guna perencanaan siklus berikutnya. Pada tahapan ini, peneliti mengadakan pemantauan tindakan yang telah dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada. Pemantauan dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. 3. Tahap Observasi dan Interpretasi (Observing) Tahap ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan aktifitas penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) pada proses pembelajaran menulis puisi. Langkah ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasikan kegiatan menulis puisi melalui metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang hanya mengamati dan mencatat proses pelaksanaan tindakan yang dilakukan setelah itu, peneliti mengolah data commit to userdilakukan telah dapat mengatasi untuk mengetahui apakah tindakan yang
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permasalahan yang ada juga untuk mengetahui segala kelemahan yang mungkin muncul. 4. Tahap Analisis dan Refleksi (Reflecting) Tahap ini dilakukan dengan menganalisis atau mengolah data hasil observasi dan interpretasi untuk mengetahui sejauh mana tercapaian tujuan yang diinginkan sehingga dapat diketahui apakah penelitian itu berhasil atau tidak dan untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan tindakan yang telah dilakukan. Dalam melakukan refleksi, peneliti bekerjasama dengan guru. Peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan (solusi pemecahan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan). Setelah itu baru dapat ditarik simpulan penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak sehingga dapat menentukan langkah berikutnya. I. Indikator Kinerja Penelitian Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak. Mulyasa (2009: 101-102) mengungkapkan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil.
Proses pembelajaran dikatakan
berhasil jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (70%) peserta didik antara lain; terlibat secara aktif selama apersepsi, berminat dan bermotivasi saat mengikuti
kegiatan
pembelajaran,
keaktifan
dan
perhatian
saat
guru
menyampaikan materi pada proses pembelajaran. Dilihat dari segi hasil pembelajaran pembelajaran dikatakan berhasil jika seluruhnya atau setidaktidaknya sebagian besar (70%) siswa mengalami perubahan positif dan output yang bermutu tinggi serta mendapat ketuntasan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Aspek yang dinilai yaitu pengungkapan gagasan/ide, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema. Kualitas proses yang diukur dalam penelitian ini meliputi keaktifan siswa selama proses pembelajaran, yang menyangkut keaktifan siswa selama kegiatan menulis puisi dengan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan commit to user (Clustering) pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Kualitas mengajar guru
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga mempengaruhi proses pembelajaran menulis puisi. Indikator yang harus dicapai guru saat pembelajaran menulis puisi yaitu jika mendapatkan nilai ≥ 80. Kualitas hasil yang diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menulis puisi. Siswa dikatakan berhasil dalam menulis puisi jika mendapatkan nilai ≥ 65 dan siswa dinyatakan tidak berhasil (belum tuntas) jika mendapatkan nilai di bawah 65 (KKM yang ditetapkan adalah ≥ 65). Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar dalam pembelajaran menulis puisi. Indikator-indikator tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. Tabel 6 . Indikator Keberhasilan Tindakan Aspek yang diukur
Persentase Target
Cara Mengukur
Capaian Siklus Akhir Di amati saat pembelajaran Aktif selama apersepsi
70% dari 40 siswa
berlangsung, dihitung jumlah siswa
yaitu 28 siswa
yang tampak aktif selama apersepsi pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Di amati saat pembelajaran
Minat dan motivasi saat
70% dari 40 siswa
berlangsung, dihitung jumlah minat
mengikuti kegiatan
yaitu 28 siswa
dan motivasi siswa yang tampak saat
pembelajaran
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Di amati saat pembelajaran
Keaktifan dan perhatian
70% dari 40 siswa
berlangsung, dihitung jumlah siswa
saat guru menyampaikan
yaitu 28 siswa
yang tampak keaktifan dan perhatian
materi
saat guru menyampaikan materi dengan menggunakan lembar observasi.
Mampu menulis puisi dengan
Di amati dari hasil kerja siswa berupa
memperhatikan pengungkapan
70% dari 40 siswa
tulisan puisi dan dihitung dari jumlah
gagasan/ ide, diksi, rima, dan
yaitu 28 siswa
siswa yang memperoleh nilai menulis
kesesuaian isi dengan tema
puisi sebesar 65 ke atas (nilai 65
mencapai nilai 65 keatas
merupakan nilai standar ketuntasan
commit to user
mata pelajaran Bahasa Indonesia).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Sebelum mengadakan penelitian, peneliti melakukan observasi dan survei awal untuk mengetahui proses pembelajaran menulis puisi yang dilakukan kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak. Survei awal berupa: (1) mengamati proses pembelajaran menulis puisi di kelas V (observasi); (2) wawancara dengan guru; dan (3) wawancara dengan siswa. Dalam kegiatan survei kondisi pratindakan ini diketahui kondisi riil siswa dan ruang kelas yang ditempati. Jumlah siswa kelas V yang merupakan subjek tindakan adalah 40 orang yang terdiri 17 siswa putra dan 23 siswa putri. Guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas V bernama Muhammad Ali Masykur. Proses survei awal kondisi pratindakan dilakukan di dalam kelas dengan materi pembelajaran menulis puisi telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu pada hari Kamis tanggal 8 Maret 2012 pukul 09.00. Proses survei berupa mengamati peristiwa pembelajaran menulis puisi yang dilaksanakan selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) secara langsung di dalam kelas. Dalam pelaksanaannya, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar mengajar, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dengan duduk di kursi paling belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran. Disini guru menerangkan masih menggunakan metode ceramah. Ketika pembelajaran menulis puisi berlangsung terlihat siswa tidak memerhatikan, mengantuk, dan berbicara dengan temannya. Lihat lampiran catatan lapangan pratindakan halaman 136.
commit to user
53
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Siswa terlihat malas menerima pelajaran Adapun urutan tindakan tersebut sebagai berikut: 1. Sebelum mengajar, guru membuat rencana pembelajaran yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. Rencana pembelajaran tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SD Negeri Kadilangu I Demak. Pembuatan rencana pembelajaran ini tidak melibatkan peneliti. 2. Guru memberikan apersepsi mengenai materi yang akan diajarkan. 3. Guru menjelaskan materi menulis puisi dengan menggunakan metode ceramah. 4. Guru meminta siswa untuk menulis sebuah puisi dengan tema ibu. 5. Siswa mengerjakan tugas. 6. Siswa diminta membacakan hasil tulisan di depan kelas, tetapi siswa belum ada yang berani maju. 7. Siswa mengumpulkan pekerjaan yang telah diselesaikannya. Berdasarkan pretes yang dilakukan pada saat survai awal, didapatkan data bahwa kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak masih tergolong rendah. Hal itu dapat dilihat dari perolehan nilai menulis puisi. Siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan belajar, yaitu siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 adalah 18 siswa (45%), sedangkan sekitar 22 siswa (60%) lainnya belum mencapai batas ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah. Nilai commit81 to user tertinggi yang diperoleh siswa sebesar sebanyak 5 siswa dan nilai terendah
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
sebesar 44 sebanyak 2 siswa. Sedangkan rata-rata kelas hanya 62. Atas dasar hasil perolehan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi belum maksimal. Lebih jelasnya, hasil pretes dapat dilihat dalam tabel pada lampiran daftar menulis puisi pratindakan halaman 146. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang bernama Muhammad Ali Masykur di ruang perpustakaan pada hari Senin, 27 Februari 2012 pada pukul 08.45 saat istirahat. Diperoleh data berupa menulis puisi siswa kurang memuaskan. Menurut guru, pembelajaran menulis puisi di kelas V masih ditemukan beberapa kendala. Beberapa kendalanya disebabkan karena siswa kekurangan ide atau gagasan dalam mengungkapkan menulis puisi. Selain itu, pembendaharaan kata yang dibuat siswa kurang. Banyaknya siswa yang berjumlah 40 siswa membuat kelas terlalu ramai. Guru merasa kesulitan dalam proses dan hasil pembelajaran menulis puisi. Wawancara juga ditujukan kepada beberapa siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak. Mereka bernama Maulaya Maskhasan Mursidin, Khurnia Sheti, Indah Agustina Kurnia Ningseh, dan Wahyu Indar Wati. Wawancara siswa dilaksanakan esoknya pada hari Selasa, tanggal 28 Februari 2012 di ruang kelas pada saat istirahat tepatnya pukul 08.45. Beberapa siswa tidak suka membaca maupun menulis puisi (minat siswa rendah). Siswa mengaku bahwa tidak suka pelajaran menulis puisi karena bosan dan suasana kelas yang ramai saat diberi tugas menulis puisi, sehingga siswa kurang bisa berkonsentrasi. Siswa juga menyatakan bahwa menulis puisi itu sulit karena bingung mencari kata-kata (kurang pembendaharaan kata). Kurangnya pembendaharaan kata, membuat siswa sering melihat atau mencontek kata-kata di buku paket. (Lampiran wawancara dengan siswa halaman 121). Analisis dari hasil observasi di dalam proses pembelajaran menulis puisi di kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak di nilai kurang baik karena terdapat beberapa faktor yaitu: 1. Peran dan tugas guru. Pembelajaran menulis puisi masih berpusat pada guru sehingga guru kesulitan membuat siswa aktif di kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
2. Perhatian siswa selama KBM berlangsung. Siswa terlihat malas dan kurang berminat dalam pembelajaran menulis puisi. Ketika mengerjakan tugas menulis puisi siswa terlihat bercanda dengan temannya. 3. Metodologi. Metode yang di gunakan guru kurang inovatif. Di sini guru lebih banyak menggunakan metode ceramah. 4. Materi dan praktek. Guru masih banyak menjelas materi daripada praktek langsung menulis puisi. Materi yang di gunakan juga kurang lengkap dan kurang sesuai dengan pembelajaran menulis puisi. 5. Evaluasi yang di lakukan guru pada akhir pembelajaran menulis puisi belum di beri penguatan. 6. Media yang di guankan guru kurang optimal. 7. Penilaian yang di gunakan guru tidak sesuai dengan pedoman yang ada dalam RPP. Analisis dari observasi, wawancara dan analisis dokumen ini diperoleh beberapa simpulan mengenai kondisi yang terjadi saat pembelajaran menulis puisi berlangsung. Dari data-data tersebut dapat disimpulkan permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran menulis puisi antara lain: 1. Minat Siswa Rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh data berupa minat siswa rendah. Beberapa siswa menyatakan kurang tertarik dengan pembelajaran menulis puisi karena membosankan. Menurut beberapa orang siswa, hal ini dipicu oleh konsep pembelajaran yang diterapkan guru ternyata kurang mampu memotivasi siswa untuk berkarya dan menciptakan puisi. Pernyataan ini juga dibenarkan oleh guru bahwa beliau lebih banyak menyampaikan teori menulis puisi yang baik, sedangkan hal-hal yang dapat memicu motivasi siswa kurang mendapatkan banyak perhatian. Siswa menganggap pembelajaran menulis merupakan materi yang paling sulit di antara materi-materi yang lainnya. Menulis membutuhkan keterampilanketerampilan penunjang seperti membaca, berimajinasi, dan tentunya juga harus menguasai teknik penulisan yang baik. Hal-hal tersebutlah yang commit topuisi user tampak begitu sulit bagi siswa, menjadikan pembelajaran menulis
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
sehingga mereka menjadi kurang tertarik. (Lampiran catatan lapangan wawancara siswa pada halaman 121). Hal ini juga didukung oleh hasil catatan lapangan selama observasi langsung pratindakan. Terlihat siswa kurang berminat dalam pembelajaran menulis puisi. Hal ini tampak pada tindakan siswa yang tidak memperhatikan guru (melihat keluar kelas, mengobrol dengan temannya, mengantuk). (Lampiran catatan lapangan pratindakan halaman 136). 2. Siswa kurang pembendaharaan kata dan miskin konsep (ide/ gagasan). Dari hasil wawancara dan hasil menulis puisi siswa. Siswa terkesan kesulitan dalam pembendaharaan kata. Minimnya kata-kata hasil karya siswa dalam menulis puisi terlihat pada puisi dengan kata-kata yang selalu diulang-ulang, kata-kata yang sama seperti dalam buku, dan kata-kata yang sama dengan temannya. Dari hasil wawancara, beberapa siswa juga mengatakan bahwa mereka kesulitan dalam menulis kata-kata pada saat mengerjakan tugas menulis puisi (Lampiran wawancara siswa
halaman
119). 3. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar. Selama ini, guru menganggap bahwa menulis puisi merupakan kegiatan yang mutlak ditentukan oleh kreativitas dan keterampilan siswa tanpa dibekali dengan teknik-teknik penulisan yang baik. Tidak salah jika yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis puisi di kelas lebih banyak memberikan teori yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi dan tentunya penugasan setelahnya. Hal ini kurang mampu memotivasi siswa yang memiliki kecenderungan lemah dalam penulisan. Cara-cara guru seperti ini kurang memberi ruang bagi siswa untuk berkembang, sementara siswa yang sudah memiliki ketertarikan dengan dunia sastra tidak terlalu bermasalah. Dalam hal kualitas karya ciptaannya, belum ada perkembangan yang signifikan dari kegiatan yang dilakukan tersebut. Guru merasa kesulitan dalam menemukan teknik-teknik yang dapat membantu siswa mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menulis puisi, terutama bagi mereka yang kurang tertarik dengan dunia penulisan. 4. Guru kesulitan membuat siswa aktif di kelas. Seperti yang telah disinggung di atas, guru kurang bisa memotivasi siswa untuk berkarya dan menciptakan puisi. Kurangnya sarana penunjang dan wawasan kesusastraan yang ada di sekolah menyebabkan siswa kurang begitu antusias dengan proses pembelajaran yang dilakukan. 5. Lingkungan pembelajaran kurang kondusif dan terbatasnya media pendukung yang digunakan oleh guru. Lingkungan masih terlalu ramai karena guru belum mengoptimalkan media secara maksimal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, peneliti kemudian melakukan
pembicaraan
dengan
guru
untuk
menentukan
langkah
selanjutnya. Pembicaraan yang dilakukan mengarah pada upaya perbaikan proses pembelajaran menulis puisi yang dilakukan untuk menuju pada kualitas hasil yang disesuaikan dengan standar kelulusan yang dirancangkan sekolah. Dari pembicaraan tersebut, disepakati untuk melaksanakan tindakan I, yaitu pada hari Kamis tanggal 19 April 2012, dan Jumat tanggal 20 April 2012. B. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) obsevasi dan interpretasi, serta (4) analisis dan refleksi. 1. Siklus Pertama a. Perencanaan Tindakan I Perencanaan tindakan dilaksanakan pada hari Kamis, 5 April 2012. Pada tahap ini, guru dan peneliti berdiskusi tentang hasil pengamatan pembelajaran menulis puisi pada waktu survai awal dan merencanakan halhal yang akan dilakukan pada siklus I. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses commit to user penelitian ini. Disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus pertama
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
ini pada hari Kamis, 19 April 2012 dan Jumat, 20 April 2012 dengan alokasi waktu dua jam pelajaran. Adapun hal-hal yang didiskusikan, antara lain sebagai berikut: 1) peneliti dan guru menyamakan persepsi tentang penelitian yang dilakukan; 2) peneliti mengusulkan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) diterapkan dalam menulis puisi; 3) peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran menulis puisi dengan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering); 4) peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menulis puisi; 5) peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran berupa puisipuisi yang akan dijadikan model; 6) peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis puisi, sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung; serta 7) menentukan jadwal pelaksanaan tindakan. Dalam perencanaan tindakan disepakati bahwa siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, yakni pada hari Kamis, tanggal 19 April 2012 dan Jumat, tanggal 20 April 2012. Setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu 2X35 menit (2 jam pelajaran). Tahap perencanaan tindakan 1 meliputi kegiatan sebagai berikut. Peneliti bersama dengan guru merancang skenario pembelajaran menulis puisi dengan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan menulis puisi siswa SD Negeri Kadilangu I Demak. Langkah-langkah pada pertemuan pertama yang akan ditempuh adalah sebagai berikut: a) guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa commit to user dalam membaca dan menulis puisi;
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
b) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta peserta didik untuk mempersiapkan buku paket, LKS, serta buku catatan; c) guru menuliskan indikator di papan tulis; d) siswa menyanyikan lagu “ Desaku” dengan tepuk tangan secara bersama-sama (T = TUMBUHKAN); e) guru menuliskan indikator pembelajaran di papan tulis; f) guru dan siswa bertanya jawab tentang pengertian puisi; g) guru dan siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis puisi; h) guru menjelaskan tentang menulis puisi dengan memperhatikan pengungkapan gagasan/ ide, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema; i) guru menerangkan pada siswa tentang menulis puisi dengan pilihan kata yang tepat menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering); j) guru membagi siswa menjadi 10 kelompok; k) guru menempelkan media di papan tulis (gambar pemandangan alam); l) guru menulis kata “Alam” di papan tulis; m) guru dan siswa saling bercerita pengalaman langsung tentang alam (A=Alami); n) siswa diminta secara berkelompok menulis puisi dengan tema alam dengan teknik pengelompokan (Clustering) dan dikembangkan menjadi sebuah puisi dengan waktu yang ditentukan; o) perwakilan kelompok diminta untuk membacakan hasil puisinya (D = Demontrasikan); p) siswa bersama guru membenarkan kesalahan yang terdapat dalam puisi tersebut, sehingga dapat menjadi sebuah puisi yang benar; q) guru bertanya jawab dengan siswa mengenai materi yang telah commit to pemahaman user dipelajari, untuk mengetahui siswa (U= Ulangi);
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
r) guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi hasil pembelajaran; s) perwakilan kelompok membacakan hasil karya puisi yang sudah dibenarkan; t) siswa yang telah selesai membacakan puisi diberi applause (R = RAYAKAN); u) guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi terhadap materi dan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan; serta v) mengadakan tindak lanjut. Sementara langkah-langkah pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut: a) guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa dalam membaca dan menulis puisi; b) guru mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta peserta didik untuk mempersiapkan buku paket, LKS, serta buku catatan; c) guru menuliskan indikator di papan tulis; d) siswa menyanyikan lagu “ RA. Kartini” dengan tepuk tangan secara bersama-sama (T = TUMBUHKAN); e) guru memberikan apersepsi berupa materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya; f) guru menjelaskan pada siswa tentang pentingnya menulis puisi; g) siswa bertanya jawab (pengertian puisi dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi); h) guru menjelaskan materi tentang pengertian puisi; i) guru menjelaskan materi menulis puisi dengan memperhatikan pengungkapan gagasan/ ide, diksi, rima, dan kesesuian isi dengan tema; j) guru menjelaskan pada siswa tentang menulis puisi dengan pilihan kata yang tepat menggunakan teknik pengelompokan (Clustering ); k) guru menempelkan media di papan tulis (Gambar Ibu Kartini); commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
l) guru memberi contoh menulis beberapa bait puisi menggunakan teknik pengelompokan (Clustering) melalui gambar Ibu Kartini di papan tulis; m) guru dan murid bertanya jawab tentang jatidiri Ibu Kartini (A= Alami); n) guru meminta siswa untuk mencoba meneruskan menulis puisi dengan menerapkan teknik pengelompokan (Clustering). Guru harus lebih memantau aktivitas siswa dengan berkeliling kelas, sehingga dapat memonitor serta menegur sikap siswa yang kurang fokus (N= Namai); o) siswa diminta maju untuk membacakan hasil penulisan puisinya (D= Demontrasikan); p) guru dan siswa mendiskusikan kesalahan dari hasil karya puisi yang telah dibacakan oleh siswa; q) siswa bersama guru membenarkan kesalahan yang terdapat dalam puisi tersebut, sehingga menjadi sebuah puisi yang benar; r) guru bertanya jawab dengan siswa mengenai materi yang telah dipelajari, untuk mengetahui pemahaman siswa; s) guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi hasil pembelajaran; t) siswa membacakan hasil karya puisi yang sudah dibenarkan (U= Ulangi); u) siswa yang telah selesai membacakan puisi diberi applause (R= Rayakan); serta v) guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajarmengajar yang telah dilakukan. b. Pelaksanaan Tindakan I Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat, 19 dan 20 April 2012. Alokasi waktu untuk masing-masing pertemuan selama 2x35 menit, di ruang kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak. Sesuai dengan skenario pembelajaran yang terdapat dalam rencana pembelajaran, pelaksanaan commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dan siswa. Sementara itu, peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Urutan pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut: 1. Guru
membuka
dengan
salam,
mengabsen
kehadiran
siswa,
mengondisikan kelas dengan melakukan presensi dan meminta peserta didik untuk mempersiapkan buku paket, LKS, serta buku catatan. Pada absensi hari ini jumlah siswa lengkap yaitu 40 siswa. 2. Guru menuliskan indikator di papan tulis. Indikator pembelajaran yaitu siswa mampu menjelaskan pengertian puisi, siswa menulis puisi dengan memperhatikan pengungkapan gagasan/ ide, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema, siswa mampu membuat kerangka dan menulis puisi sesuai dengan langkah-langkah menulis puisi menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). 3. Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa dalam membaca dan menulis puisi. Bila sudah membaca puisi hasil karya orang lain serta pernah menulis puisi tentang tema tertentu. Guru bertanya jawab tentang pengalaman siswa yang berhubungan dengan puisi, baik membaca maupun menulis puisi. Pada saat ini siswa sangat antusias menjawab pertanyaan guru karena pertanyaan tersebut merupakan hal yang pernah dialami oleh siswa. 4. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pengertian puisi dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis puisi. 5. Guru menguatkan pengertian puisi dan menjelaskan tentang menulis puisi dengan memperhatikan pengungkapan gagasan/ ide, diksi, rima, serta kesesuaian isi dengan tema. Hal ini disambut biasa oleh para siswa karena materi tersebut sering dijelaskan di kelas sebelumnya. Lama-kelamaan perhatian siswa mulai terfokus ke depan ketika guru menerapkan metode yang sedikit
berbeda.
Guru menjelaskan
menulis
menggunakan teknik pengelompokan (Clustering). to tulis user(gambar alam) 6. Guru menempelkan mediacommit di papan
puisi
dengan
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pak Ali menempel media (gambar pemandangan alam) di papan tulis. Pada saat ini siswa lebih bersemangat ketika melihat gambar keindahan alam. Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pemandangan alam yang pernah dilihat. Banyak siswa yang menjawab dengan berbagai jawaban. Pada saat ini beberapa siswa berani angkat tangan. 7. Guru menyuruh siswa bernyanyi lagu “Desaku” dan bertepuk tangan bersama-sama. Lagu ini dinyanyikan agar pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan. Selain itu, juga untuk mengingatkan siswa tentang keindahan desa, tidak hanya menghafalkan lagu dewasa yang saat ini sedang marak. Lagu ini juga sesuai dengan tema yaitu tentang keindahan alam. Lagu Desaku Desaku yang kucinta pujaan hatiku Tempat ayah dan bunda Dan handai tolanku Tak mudah ku lupakan Tak mudah bercerai Selalu ku rindukan desa ku yang permai 8. Guru memberikan contoh puisi berjudul “Alam” karya guru sendiri, sedangkan siswa membaca dan mencoba memahaminya. Alasan pemilihan commit toalam user karena alam harus dilestarikan. puisi tersebut bertema keindahan
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selama ini puisi yang diciptakan siswa kebanyakan bercerita tentang cinta, persahabatan atau seseorang. Pengalaman siswa dalam menikmati keindahan alam dapat mendidik siswa untuk selalu melestarikan alam. Dihadirkannya puisi berjudul “Alam” tersebut, diharapkan dapat membuka dan memperkaya pemahaman siswa berkaitan dengan tema-tema yang dapat diangkat menjadi puisi. Puisi tersebut juga diharapkan mampu memberikan motivasi bagi generasi muda, terutama siswa-siswi SD untuk melestarikan alam. Pemilihan bahasa yang sederhana tetapi sarat makna yang terkandung dalam puisi ini juga menjadi bahan pertimbangan. Artinya, puisi ini memiliki relevansi dengan materi yang akan diajarkan. 9. Guru menggunakan puisi tersebut sebagai model, kemudian menarik satu tema atau amanat yang ada dalam puisi tersebut, yaitu tentang Alam yang dituliskan di papan tulis. 10. Siswa diminta menyebutkan beberapa kata yang berkaitan dengan alam, kemudian membentuk kata-kata itu seperti atom molekul-molekul. Banyak siswa yang memerhatikan penjelasan guru. 11. Guru dan siswa menjabarkan tema “Alam” yang telah dipilih guru dengan kata-kata yang berhubungan dengan tema tersebut seperti membentuk kerangka puisi.
jingga air mega pantai
awan Alam
ombak biru AHA commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12. Guru dan siswa menjabarkan kerangka puisi menjadi puisi yang indah. Alamku (Karya: Sri Murni) Selaput mega berwarna jingga beradu debur ombak mengejar awan yang berarak-arak di antara kicauan camar yang menyambar tanpa getar gemercik air menepis pantai kepedihan dan bencana telah usai Wajah samudraku nan biru dalam hembusan sang bayu mengantarkan tembang-tembang syahdu 13. Siswa secara berkelompok melakukan hal yang sama, kemudian merangkai kata-kata yang telah tersusun menjadi sebuah puisi dengan tema yang ditentukan yaitu “Alam”. Guru membagi siswa menjadi 10 kelompok untuk mendiskusikan dan mengulangi proses yang baru saja mereka lakukan. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Tujuan pengelompokan ini agar sumbangan kata-kata lebih banyak serta dapat mengoreksinya secara bersama-sama. Siswa dipersilakan berkelompok untuk menulis puisi dengan waktu yang ditentukan. Siswa terlebih dahulu membuat kerangka puisi dengan teknik pengelompokan (Clustering). Pada saat ini terlihat siswa mulai berkelompok dengan tenang. Beberapa menit kemudian telihat gaduh karena guru kurang memantau ketika pembelajaran ini berlangsung, beberapa siswa juga masih terlihat gaduh. Ada juga siswa yang terlihat malas dan kurang kompak dalam mengerjakan tugas menulis puisi. Siswa kesulitan dalam merangkai katakata. Terutama menulis kata pada awal baris, kata-katanya sering diulang. 14. Guru
menyuruh
perwakilan
siswa
mengumpulkan
hasil
kerja
kelompoknya. Saat ini masih banyak siswa yang belum benar dalam menulis puisi. Misalnya saja banyak yang menjelaskan seperti paragaraf sehingga tidak indah. Lalu guru mengembalikan hasil karya siswa pada kelompok masing-masing.commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
15. Guru dan siswa mengoreksi secara bersama-sama dan membenarkan kesalahan puisi sehingga menjadi puisi yang indah. 16. Setelah dibenarkan perwakilan kelompok membacakan hasilnya ke depan. Setiap siswa yang maju diberi tepuk tangan agar memberi semangat dan rasa percaya diri. 17. Guru menanyakan tentang pelaksanaan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan dan melakukan refleksi. Urutan pelaksanaan tindakan pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut. 1.
Guru melaksanakan kegiatan apersepsi dengan menanyakan kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan mengingatkan materi sebelumnya.
2.
Guru mengulas sedikit materi sebelumnya dan memberikan evaluasi atau kekurangan jalannya proses pembelajaran sebelumnya.
3.
Guru dan siswa menentukan satu tema untuk dijadikan sebagai puisi, yaitu “RA Kartini” karena besok memperingati hari kelahiran “RA Kartini.
4.
Guru menempelkan media gambar di papan tulis (gambar kartini).
RA. Kartini Karangan / Ciptaan : W.R. Supratman Ibu kita Kartini putri sejati Putri Indonesia harum namanya commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ibu kita Kartini pendekar bangsa Pendekar kaumnya untuk merdeka Wahai ibu kita Kartini putri yang mulia Sungguh besar cita-citanya bagi Indonesia 5.
Guru dan siswa bertanya jawab mengenai jatidiri Kartini. Pak Ali mencoba mengajak siswa untuk mengulas jati diri Kartini. Tentang tempat dan tanggal kelahiran, buku yang diterbitkan maupun perjuangan Kartini. Dalam hal ini guru berinteraksi dengan siswa. Beberapa siswa yang antusias dengan menjawab pertanyaan guru dengan berbagai jawaban. Bahkan siswa tak hanya satu yang mengusulkan kata-kata yang berhubungan dengan “RA. Kartini”. Mengingat Ibu Kartini semasa hidupnya yaitu dalam pendidikan wanita, kelahiran Kartini, buku yang diterbitkan. Kegiatan tersebut akan mengingatkan siswa tentang sosok Kartini dan dapat membayangkannya sehingga muncul kata-kata yang berkaitan dengan Kartini.
6.
Siswa secara bergiliran menuliskan satu kata berkaitan dengan tema yang dipilih yaitu RA. Kartini. penjajahan
tempurung
penindasan
terkurung
belenggu
rumah Indonesia
berani
wanita KARTINI sekolah
bangkit bebas
commit to user AHA
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7.
Secara individu siswa menulis sebuah puisi berdasarkan tema yang telah dipilih dengan bantuan kata-kata yang tersusun di papan tulis.
8.
Guru menyuruh siswa mengumpulkan hasil puisi. Ketika ini beberapa siswa menulis puisi dengan indah. Tetapi ada sedikit kesalahan siswa yaitu masih sulit memilih kata-kata yang indah, ada kata-kata yang tidak sesuai
dengan
kata-kata
sebelumnya
dan
hanya
sedikit
yang
menggunakan rima. 9.
Guru dan siswa mengoreksi secara bersama-sama dan membenarkan kesalahan puisi yang mereka buat sehingga menjadi puisi yang indah. Setelah dibenarkan siswa membacakan hasil puisi ke depan. Setiap siswa yang maju diberi tepuk tangan agar memberi semangat dan rasa percaya diri.
10. Guru menanyakan tentang pelaksanaan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan selanjutnya melakukan refleksi. c. Observasi dan Interpretasi Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis puisi melalui penerapan
metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan
(Clustering). Penelitian pada siklus 1 dilaksanakan dua kali pertemuan yang berlangsung pada hari Kamis, 19 April 2012 pukul 09.00 - 11.00 WIB (jam ke 2 – 3) dan Jumat, 20 Maret 2012 pukul 07.00 - 08.10 WIB (jam ke 1 – 2). Disini peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang hanya duduk dibelakang ketika pembelajaran menulis puisi, namun sesekali peneliti maju ke depan untuk mengambil gambar. Dari dua pertemuan tersebut, permasalahan minimnya pembendaharaan kata yang dikuasai siswa dapat sedikit teratasi. Siswa juga merasa terbantu dalam memunculkan sebuah ide atau gagasan yang akan diangkat menjadi sebuah puisi. Sikap siswa yang patut dihargai adalah antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan menulis puisi yang selama ini dianggap commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membosankan oleh sebagian besar siswa, kali ini tidak demikian halnya. Beberapa orang telah menunjukkan perbaikan sikap. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari keterangan di bawah ini. 1. Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 68% atau sekitar 27 siswa, sedangkan 32% lainnya tampak diam, berbicara dengan temannya, melihat keluar kelas atau melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar-mengajar. 2. Siswa berminat dan bermotivasi saat mengikuti kegiatan pembelajaran berlangsung sebanyak 63% atau sekitar 25 siswa sedangkan 37 % lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan pola mengajar yang diterapkan guru dan pemberian model tanya jawab yang memaksa siswa untuk lebih memperhatikan materi yang disampaikan guru. 3. Siswa aktif dan perhatian saat guru menyampaikan materi banyak 60% atau 24 siswa sedangkan 40% lainnya belum begitu memerhatikan guru atau tidak aktif dalam pembelajaran. 4. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa didapat 65 % atau 26 siswa sudah mampu menulis puisi dengan baik, butuh perbaikan 35% (14 siswa) Penelitian ini didasarkan pada pekerjaan siswa yang dikerjakan secara mandiri. Tabel 7. Pencapaian Indikator pada Siklus I
No.
Aspek
1.
Siswa aktif selama apersepsi
2.
Siswa berminat dan bermotivasi saat mengikuti kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa aktif dan perhatian saat guru menyampaikan materi Kemampuan siswa dalam menulis puisi
3. 4.
commit to user
Presentase Sudah Belum 68% 32% 63%
37%
60%
40%
65%
35%
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tindakan I dapat di analisis dan direfleksikan dengan uraian sebagai berikut. 1. Guru masih terkesan sedikit kaku dalam pembelajaran sehingga suasana pembelajaran terasa kaku dan tegang. 2. Selama diskusi berlangsung guru kurang memantau siswa secara keseluruhan ketika siswa berkelompok karena posisi guru hanya berada dekat meja guru dan tidak memantau siswa pada bagian belakang. 3. Siswa belum terkondisikan dengan baik, sehingga saat pembelajaran berlangsung suasana masih gaduh. 4. Guru kurang memberi ruang bagi siswa untuk terlibat lebih banyak dalam kegiatan menemukan sehingga siswa tampak pasif. 5. Saat evaluasi guru belum sepenuhnya memberikan penguatan pada hasil pekerjaan yang telah dibuat siswa. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan siklus II untuk memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus I. Siklus II akan dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Mei 2012 dan Jumat, 4 Mei 2012. 2. Siklus Kedua a. Perencanaan Tindakan II Siklus kedua dilaksanakan dalam dua pertemuan, yaitu pada hari Kamis, 3 Mei 2012 dan Jumat, 4 Mei 2012. Sebelum melaksanakan siklus kedua itu, terlebih dahulu dilaksanakan perencanaan dengan guru yang bersangkutan terhadap materi yang akan disampaikan pada siklus kedua tersebut. Pertemuan ini terjadi pada Kamis, 3 Mei 2012 dan Jumat 4 Mei 2012. Pelaksanaan siklus kedua tersebut di analisis berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan peneliti dengan mengulas kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran sehingga dapat dicarikan solusi atas permasalahan yang terjadi pada pertemuan sebelumnya pada siklus I. Kemudian peneliti dan guru mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan pada proses penelitian selanjutnya. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut. 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menulis puisi melalui
penerapan
pengelompokan
metode
(Clustering).
Quantum
Learning
Langkah-langkah
dengan pada
teknik
pertemuan
pertama yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a) Guru memberikan apersepsi dengan memotivasi siswa untuk lebih kreatif dalam menulis puisi serta mengingatkan siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dan bernyanyi bersama untuk membangkitkan semangat siswa (T= Tumbuhkan). b) Guru dan peneliti menggunakan tema “Sahabat” untuk pertemuan selanjutnya. c) Guru dan peneliti bertanya jawab tentang pengalaman siswa berkaitan dengan sahabat (A= Alami). d) Siswa diminta berkelompok untuk
memperbaiki
pekerjaan
kelompok sebelumnya; e) Siswa diminta membawa pensil warna untuk menghias hasil karya puisi kelompoknya. f)
Kelompok yang ramai akan dikurangi nilainya.
g) Guru dan siswa bertanya jawab yang perlu diperhatikan dalam menulis puisi (N= Namai). h) Siswa diminta maju untuk membacakan hasil kelompoknya (D = Demonstrasikan). i)
Guru
menjelaskan
kesalahan
yang
dilakukan
kelompok
berdasarkan pengungkapan gagasan atau ide, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema. j)
Siswa diminta maju dengan puisi yang sudah dibenarkan (U= Ulangi).
k) Guru dan siswa mencoba mengaitkan konsep yang baru saja commityang to user dilakukan dengan teknik telah dipelajari pada tindakan I.
perpustakaan.uns.ac.id
l)
73 digilib.uns.ac.id
Guru dan siswa melaksanakan refleksi berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan diakhiri dengan memberi hadiah bagi kelompok terbaik (R= Rayakan).
Sementara langkah-langkah pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut. a) Guru memberikan apersepsi berupa materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. b) Guru menyampaikan evaluasi terhadap pekerjaan siswa pada pertemuan sebelumnya dan menyampaikan sedikit materi dan perbaikan. c) Guru dan siswa saling bertanya jawab tentang tentang tema hari ini lalu menyanyikan lagu bersama-sama sesuai dengan tema. (T= Tumbuhkan). d) Guru bertanya tentang pengalaman langsung siswa berkaitan dengan tema (A= Alami). e) Guru dan siswa bertanya jawab tentang hal yang diperhatikan dalam menulis puisi (N= Namai). f) Beberapa orang siswa membacakan puisi yang telah dibuatnya (D= Demonstrasikan). g) Siswa yang lain memberikan tanggapan atas isi puisi dan cara pembacaannya. h) Siswa yang lain membenarkan hasil puisinya (U= Ulangi). i) Guru mencarikan satu model contoh pembacaan puisi untuk memicu semangat siswa dan membantu memberikan penekanan kepada siswa agar lebih memperhatikan nada, suasana, dan irama pada puisi yang dibuatnya. j) Guru memberikan rangkuman atas semua kegiatan yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran menulis puisi. k) Guru dan siswa merefleksi pelaksanaan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan (R= Rayakan). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
3) Guru menyusun RPP untuk materi menulis puisi berdasarkan silabus dari sekolah. 4) Peneliti dan guru mempersiapkan media pembelajaran berupa model membaca puisi dan beberapa puisi siswa. 5) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis puisi dan beberapa soal pendukung, sedangkan instrumen nontes dinilai berdasarkan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. b. Pelaksanaan Tindakan II Tindakan II dilaksanakan pada hari Kamis, 3 Mei 2012 dan Jumat, 4 Mei 2012 di ruang kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak dengan alokasi waktu 2x35 menit. Sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, pelaksanaan pembelajaran sudah disesuaikan dengan rencana tersebut. Pada pertemuan ini, guru mencoba menerapkan solusi atas permasalahan yang belum terselesaikan pada tindakan I sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat antara peneliti dan guru. Proses pembelajaran sepenuhnya dilaksanakan oleh guru, sedangkan peneliti hanya sebagai pengamat jalannya proses pembelajaran. Hanya saja pada pertemuan ini, guru dan peneliti sedikit bekerja sama, yaitu dengan meminta peneliti sebagai model untuk membaca puisi. Urutan pelaksanaan tindakan II pada pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut. 1) Guru memberi salam pembuka/ doa, mengabsen kehadiran siswa, menuliskan indikator di papan tulis. Siswa menyanyikan lagu “Dari Sabang Sampai Merauke” dengan tepuk tangan bersama-sama (T = TUMBUHKAN). 2) Guru dan siswa mengulangi kegiatan tanya jawab tentang pengertian puisi, bertanya jawab tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis puisi. Guru mengulangi penjelasan tentang materi menulis puisi dengan memperhatikan pengungkapan gagasan/ ide, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema. Guru dan siswa bertanya jawab tentang kesulitan menulis commit to user puisi secara berkelompok. Guru mengulang menerangkan kesalahan
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
kemarin yang dibuat pada siswa saat menulis puisi dengan pilihan kata yang tepat menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). Guru menggunakan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan dalam menulis puisi. Kemudian guru mengulang menjelaskan pengertian puisi, menulis puisi dengan memperhatikan pengungkapan gagasan/ ide, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema. Siswa saat ini memerhatikan guru dan keadaan kelas tenang. 3) Guru menempel gambar beberapa anak bergandengan tangan dan menulis kata dasar “Sahabat”. Ketika menulis kata dasar “ Sahabat”, siswa sudah banyak yang berkomentar tentang kata-kata berhubungan dengan tema sahabat. Guru lalu bertanya jawab dengan siswa tentang yang pernah dialami atau pengalaman langsung dengan sahabat (A=Alami). Kegiatan ini dapat membantu siswa untuk membayangkan dan mengingatkan sosok sahabat sehingga banyak kata yang diperoleh. 4) Guru membagi siswa menjadi 10 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Perwakilan siswa dijadikan ketua, bila ada yang ramai dan tidak ikut serta dalam menyumbangkan kata, ketua berhak menulis nama siswa tersebut. Ketua juga berhak memilih siswa yang maju untuk membacakan hasil puisi perkelompok. Siswa yang puisinya baik dalam pengungkapan gagasan atau ide, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema akan mendapat hadiah. Puisi juga dilihat dari keindahan menghiasnya. Siswa menulis puisi bertema sahabat menggunakan teknik pengelompokan (Clustering) dengan waktu yang ditentukan (N= Namai). 5) Siswa diminta menghias hasil puisi kelompok. Guru menanyakan apakah pensil warna atau spidol sudah dibawa. Pensil warna dan spidol digunakan untuk menghias hasil puisi. Warna membuat siswa lebih imajinatif dan membuat daya tarik dalam menulis puisi. Setelah itu guru membagikan setiap kelompok satu lembar hvs warna biru dan merah muda. Warna biru digunakan untuk menulis kerangka puisi dengan menggunakan teknik pengelompokan (Clustering), sedangkan warna merah muda digunakan commit to user untuk menulis puisi.
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
6) Pada proses mengerjakan tugas tersebut, banyak siswa yang tenang tidak seramai siklus I. Hal ini mungkin terjadi karena siswa yang ramai takut namanya ditulis, sebab bisa mengurangi nilai kelompok. Posisi guru pada saat ini mulai berkeliling dan memantau dari depan ke belakang sehingga siswa tidak gaduh lagi. Lalu ketika waktu habis, siswa disuruh mengumpulkan. Berbeda dengan siklus I yang dikoreksi lalu dibaca di depan, pada siklus II dibaca kemudian langsung dikoreksi kekurangan puisi setiap kelompok. 7) Perwakilan kelompok diminta untuk membacakan hasil puisinya (D = Demontrasikan). Siswa bersama guru membenarkan kesalahan yang terdapat dalam puisi tersebut, sehingga menjadi sebuah puisi yang indah. Kelompok lain berhak berkomentar terhadap hasil puisi kelompok yang di depan. Banyak dari kelompok lain yang berkomentar dengan mengangkat tangan terlebih dahulu. Terlihat saat ini siswa sangat antusias dan bersemangat terbukti banyak siswa yang bertanya. Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai materi yang telah dipelajari untuk mengetahui pemahaman siswa (U= Ulangi). Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi hasil pembelajaran. 8) Perwakilan kelompok membacakan hasil karya puisi yang sudah dibenarkan. Siswa yang telah selesai membacakan puisi diberi applause dan kelompok yang paling baik diberi hadiah (R = RAYAKAN). Guru dan siswa bersama-sama melakukan refleksi terhadap materi dan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Urutan pelaksanaan tindakan II pada pertemuan kedua ini adalah sebagai berikut. 1. Guru membuka pelajaran dengan salam, mengabsen kehadiran siswa, dan menuliskan indikator di papan tulis. 2. Guru dan siswa bertanya jawab tentang pembelajaran menulis puisi secara kelompok kemarin. Guru dan siswa mendiskusikan kesulitankesulitan dalam menulis puisi. Setelah itu guru mengulas kembali commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengertian puisi, menulis puisi dengan memerhatikan pengungkapan gagasan atau ide, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema. 3. Guru dan siswa sepakat untuk menentukan tema secara bersama-sama. Guru mulai menulis kata dasar. Berbeda dengan kemarin, tema kali ini sesuai dengan voting yang paling banyak. Banyak siswa yang angkat tangan dan mengusulkan tema. Seperti tema ibu, bermain sepak bola, cinta, guru, dll. Ternyata banyak yang memilih tema “Guru” (minat siswa bertambah). Lalu guru menanyakan lagu yang berhubungan dengan guru. Hal ini bertujuan melatih siswa berpikir kreatif tentang lagu-lagu berunsur pendidikan, sehingga dapat mengingatkan siswa agar menyanyikan lagu ini dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya menyanyikan lagu cinta yang sangat marak saat ini. Setelah didiskusikan antara guru dan siswa banyak yang memilih lagu “Himne Guru”. Siswa bernyanyi dengan semangat. (T= Tumbuhkan) Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku Sebagai prasasti terima kasihku Tuk pengabdianmu Engkau sabagai pelita dalam kegelapan Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan Engkau patriot pahlawan bangsa Tanpa tanda jasa 4.
Guru bertanya jawab dengan siswa tentang isi lagu tersebut dan tentang yang mereka rasakan atau perasaan mereka melihat sosok guru. Di sini siswa banyak yang mengangkat tangan dan menjawab (pengungkapan gagasan/ ide bertambah) (A= Alami).
5.
Guru menulis kata dasar “Guru”. Guru menyuruh siswa secara mandiri menulis kerangka puisi dan menulis puisi dengan tema “Guru” sesuai dengan waktu yang ditentukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
6.
78 digilib.uns.ac.id
Pada saat pembelajaran menulis puisi berlangsung, siswa langsung paham dan mulai mengerjakannya. Terlihat juga siswa mulai tenang dan guru aktif berkeliling memantau kegiatan siswa. Siswa sangat semangat menulis kata-kata dalam bentuk kerangka puisi seperti molekul-molekul atom. Banyak kata-kata yang diciptakan siswa kemudian dirangkaikan menjadi puisi yang indah. Tidak hanya itu, siswa juga terlihat semangat ketika menghias hasil puisi masing-masing dengan berbagai warna (N= Namai).
7.
Siswa dipersilakan maju untuk membacakan hasil puisi dan memperlihatkan hasil puisinya yang sudah dihias. Kali ini siswa berebut ingin maju untuk membacakan karyanya. Banyak siswa yang sudah benar dalam menulis puisi, selain itu mereka sudah membaca puisi dengan lantang dan percaya diri. Siswa yang lain menyimak, memerhatikan, dan mengoreksi hasil karya siswa yang maju (D= Demonstrasikan).
8.
Siswa membenarkan puisi yang sudah di buat (U= Ulangi).
9.
Guru memberi pujian kepada siswa dan mengajarkan pada siswa bahwa menulis puisi tidak hanya untuk kalangan sendiri tetapi bisa diperlihatkan kepada orang lain. Guru membawa majalah Bobo dan menjelaskan cara mengirim puisi melalui majalah. Guru menulis alamat Bobo yaitu di Jalan Panjang No. 8A, Kebun Jeruk, Jakarta 11530. Siswa memerhatikan guru dengan semangat. Setelah itu, guru mengevaluasi dan merefleksi pembelajaran menulis puisi pada hari ini. Semua siswa mengakhiri pembelajaran dengan bertepuk tangan penuh suka cita. Guru menutup pembelajaran dengan salam dan keluar kelas diikuti peneliti (R= Rayakan)
c. Observasi dan Interpretasi Pada pertemuan kedua, peneliti dan guru sengaja menampilkan suasana baru dengan memasukkan kegiatan menghias dan membaca puisi. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh kejenuhan siswatoterhadap kegiatan pembelajaran yang commit user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berulang-ulang. Kegiatan menghias dan membaca puisi ini juga penting sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis puisi karena siswa akan mengerti bahwa puisi yang ditulisnya juga akan dibaca oleh orang lain. Maka, guru membawa majalah Bobo dan mengajarkan pada siswa mengirim puisi ke majalah Bobo. Pembacaan puisi ini juga dimaksudkan agar siswa mampu memahami yang dimaksud dengan nada, suasana, irama, dan ekspresi dalam puisi sehingga ketika menulis puisi hal ini juga akan di perhatikan oleh mereka. Kegiatan membaca puisi diawali oleh beberapa orang siswa yang membacakan puisi ciptaannya, sedangkan siswa yang lain memberikan tanggapan berkaitan dengan isi puisi dan cara pembacaannya. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar terjadi peningkatan, baik secara proses maupun hasilnya. Untuk lebih jelasnya dapat diketahui melalui pernyataan di bawah ini. 1. Siswa yang aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 88% atau 35 siswa, sedangkan 12% lainnya masih tampak diam. 2. Siswa berminat dan termotivasi saat mengikuti kegiatan pembelajaran berlangsung sebanyak 80% atau 32 siswa, sedangkan 20% lainnya kurang motivasi. 3. Siswa yang aktif dan perhatian saat guru menyampaikan materi sebanyak 75% atau 30 siswa, sedangkan 25% lainnya masih diam saja saat diberi pertanyaan lisan. 4. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa diketahui bahwa ada 88% atau 35 siswa yang sudah mampu menulis puisi dengan baik. Persentase tersebut di dasarkan atas pencapaian nilai 65 ke atas sebagai batas minimal yang ditetapkan sekolah. Sementara 5 siswa lainnya (13%) belum mampu memenuhi standar karena hanya memperoleh 65 ke bawah.
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 8. Pencapaian Indikator pada Siklus II
No.
Presentase Sudah Belum
Aspek
1.
Siswa aktif selama apersepsi
2.
Siswa berminat dan bermotivasi saat mengikuti kegiatan pembelajaran berlangsung Siswa aktif dan perhatian saat guru menyampaikan materi Kemampuan siswa dalam menulis puisi
3. 4.
88%
12%
80%
20%
75%
25%
88%
13%
d. Analisis dan Refleksi Tindakan II Dalam pembelajaran siklus II pertemuan kedua siswa diajak berkreasi. Di sini siswa bebas memilih tema berdasarkan voting. Siswa juga sudah paham membuat kerangka teknik pengelompokan (Clustering). Siswa juga dengan mudah menambah dan merangkaikan kata-kata tersebut menjadi puisi yang indah. Guru juga aktif memantau jalannya pembelajaran. Guru sudah aktif berkeliling kelas dan melihat hasil pekerjaan siswa. Siswa dengan aktif bertanya jawab tentang kesalahan pertemuan kemarin. Siswa memperbaiki puisinya dengan antusias. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi pada siklus II ini berjalan efektif. Siswa mulai memahami kegiatan demi kegiatan bersama guru. Proses pembelajaran menulis puisi membuat keaktifan siswa bertambah, guru juga aktif mengarahkan jalannya pembelajaran. Beberapa kekurangan yang terjadi pada siklus 1 sudah dapat teratasi. Dengan didukung penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dalam pembelajaran menulis puisi dapat dinyatakan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi menunjukkan peningkatan. C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Tindakan-tindakan berupa penerapan metode Quantum Learning dengan
teknik
pengelompokan
(Clustering)
yang
dilaksanakan
mampu
meningkatkan kualitas proses dan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD to user dengan tercapainya sejumlah Negeri Kadilangu I Demak. Halcommit ini ditunjukkan
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
indikator yang diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi. Setiap siklus yang telah dilaksanakan mengalami peningkatan pada proses pembelajaran dan berpengaruh dalam meningkatnya hasil kemampuan menulis puisi siswa. Setelah dilakukan deskripsi setiap siklusnya, selanjutnya dilakukan perbandingan perkembangan antarsiklus untuk mendeskripsikan peningkatan yang dicapai dari satu siklus ke siklus dua. Untuk memperjelas deskripsi perkembangannya, perlu disampaikan hasilnya dalam bentuk tabel 9 dan gambar diagram berikut. Tabel 9. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
No.
Aspek
Presentase Siklus I Siklus II 68% 88%
1
Siswa aktif selama apersepsi
2.
Siswa berminat dan bermotivasi saat mengikuti kegiatan pembelajaran
63%
80%
3.
Siswa aktif dan perhatian saat guru menyampaikan materi
60%
75 %
4.
Kemampuan siswa dalam menulis puisi
65%
88%
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan Antarsiklus Prosentase
100% 80% 60% 40% 20% 0%
Siklus 1 Siklus 2 Keaktifan Apersepsi Minat dan Motivasi Keaktifan dan Perhatian Hasil Kemampuan Menulis Puisi
Siklus 1 68% 63%
Siklus 2 88% 80%
60%
75%
65%
88%
Dari gambar diagram di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1. Pada siklus I siswa yang tampak aktif selama apersepsi sebanyak 68%, mengalami peningkatan menjadi 88% pada siklus II. Pada siklus I minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran sebanyak 63%, mengalami peningkatan menjadi 80% pada siklus II. Pada siklus I perhatian siswa saat guru menyampaikan materi sebanyak 60%, mengalami peningkatan menjadi 75% pada siklus II. 2. Pada siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebesar 65% atau sebanyak 26 siswa dan pada siklus II meningkat menjadi 88% atau sebanyak 35 siswa.
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Pembahasan Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan dalam bagian pendahuluan serta paparan hasil tindakan, berikut ini dijabarkan pembahasan hasil tindakan yang meliputi kualitas pembelajaran dan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak. 1. Penerapan Metode Quantum Learning dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) Meningkatkan Kualitas Proses Menulis Puisi Tindakan-tindakan berupa penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) yang dilaksanakan setiap siklus mampu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis puisi siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak. Hal ini dapat dilihat pada indikator berikut. 1. Aktif selama apersepsi Keaktifan siswa selama apersepsi saat mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi melalui penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) juga mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan keaktifan siswa bertanya jawab dengan guru tanpa rasa takut. Dari pantauan peneliti, keaktifan siswa selama apersepsi pada siklus I diindikasikan mencapai 68% (27 siswa). Pada siklus II keaktifan siswa selama apersepsi mengalami peningkatan menjadi 88% (35 siswa). 2. Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi melaui penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) juga mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan kesungguhan, semangat dan antusias siswa saat mengerjakan tugas menulis puisi dengan teknik pengelompokan (Clustering) tanpa rasa enggan. Dari pantauan peneliti, minat dan motivasi siswa pada siklus I diindikasikan mencapai 63% (25 siswa). Pada siklus II motivasi siswa mengalami peningkatan menjadi 80% (32 siswa). Siswa sudah berani bertanya, merespon pertanyaan yang diajukan guru dan berani maju ke depan dengan percaya diri.commit Hal to iniuser membuktikan pernyataan (Bratasari,
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2010: 6). Metode Quantum adalah suatu metode belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara menggunakan unsur-unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Interaksi yang terjadi di dalam kelas melibatkan semua unsur yang ada, hal ini siswa diharapkan berperan serta. 3. Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi Keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi saat mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi melaui penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) juga mengalami
peningkatan.
Hal
ini
ditandai
dengan respon
siswa
memperhatikan penjelasan guru secara seksama dan menanggapi secara antusias pertanyaan guru. Dari pantauan peneliti, keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi pada siklus I diindikasikan mencapai 60% (24 siswa). Pada siklus II keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi mengalami peningkatan menjadi 75% (30 siswa). 2. Penerapan Metode Quantum Learning dengan Teknik Pengelompokan (Clustering) Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Peningkatan kualitas pembelajaran menulis narasi berimplikasi pada kemampuan siswa menulis puisi. Kemampuan siswa menulis puisi mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari puisi yang ditulis siswa pada setiap siklus. Peningkatan tersebut diindikatori sebagai berikut. 1. Kesesuian Pengungkapan Isi Setelah tindakan dilakukan, siswa mampu memilih ide serta mengembangkan secara kreatif. Berbeda dengan kondisi awal, ide yang dipilih siswa lebih segar dan kreatif. Hal ini tampak pada puisi yang ditulis siswa. Pengembangan gagasan menarik, pengungkapan isi/ substansi tulisan Pada setiap siklusnya, aspek ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Ketepatan Diksi Tarigan (2006: 29) berpendapat bahwa diksi adalah kata-kata yang digunakan dalam dunia persajakan tidak seluruhnya bergantung pada makna denotatif, tetapi lebih cenderung pada makna konotatif. Konotasi atau nilai kata inilah yang justru lebih banyak memberi efek pada para penikmatnya. Setelah
tindakan
dilakukan,
siswa
mampu
mengungkapkan
gagasannya dalam bentuk tulisan dengan diksi yang menarik sehingga puisi tidak mebosankan bagi pembaca. Hal ini tampak pada puisi yang ditulis siswa. Pengembangan gagasan, diksi (pilihan kata menarik dan bervariasi). Pada setiap siklusnya, aspek ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. 3. Ketepatan Rima Dalam puisi yang dibuat, siswa sudah mampu memanfaatkan perulangan bunyi. Rima yang digunakan sudah baik dan menarik. Hal ini menjadikan puisi siswa tidak lagi menjenuhkan untuk dibaca. 4. Kesesuain Isi dengan Tema Dalam puisi yang dibuat, siswa sudah mampu menyesuaikan isi dengan tema sehingga semua kata-kata berhubungan dengan tema yang diangkat. Isi puisi siswa sudah sesuai tema. Hal ini menjadikan puisi siswa lebih bermakna. 5. Perolehan Nilai Menulis Puisi Siswa Meningkat Dari pretes yang dilakukan pada survai awal, diketahui bahwa kemampuan menulis puisi siwa masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari capaian nilai menulis puisi siswa. Pada kegiatan pretes diketahui bahwa hanya ada 18 siswa (45%) yang mencapai batas minimal ketuntasan belajar (65). Dua puluh dua siswa (55%) yang lain belum mencapai batas minimal ketuntasan belajar. Kisaran nilai yang dicapai siswa yaitu antara 44-81 dengan capaian rata-rata 62. Pada siklus I terdapat peningkatan nilai menulis puisi siswa. Dua puluh enam siswa to user (65%) telah mencapai commit ketuntasan belajar, sedangkan 14 siswa lainnya
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(35%) masih kurang dari batas kriteria ketuntasan minimal. Kisaran nilai yang dicapai siswa yaitu antara 63- 88 dengan capaian rata-rata 73. Pada siklus II, peningkatan nilai capaian menulis puisi siswa terjadi cukup signifikan. Dari dua puluh enam siswa menjadi 35 siswa (88%) telah mencapai ketuntasan belajar. Lima siswa (13%) yang lain belum mencapai batas ketuntasan belajar tetapi mengalami peningkatan. Kisaran nilai yang dicapai siswa yaitu antara 63 – 90 dengan capaian rata-rata 80. Hal ini membuktikan pernyataan Hernowo (2004: 122), bahwa manfaat teknik pengelompokan (Clustering) adalah dapat merangsang datangnya suasana gembira dalam belajar, sehingga memunculkan sugesti yang positif bagi siswa. Teknik pengelompokan (Clustering) pun mampu mengatasi hambatan menulis yang dihadapi oleh penulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Simpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kualitas proses menulis puisi. Hal ini tampak pada kesungguhan, semangat, dan antusias siswa saat diberi tugas membuat kerangka teknik pengelompokan (Clustering) dan menghias puisi dalam proses pembelajaran. Prosedur penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) yang dapat meningkatkan keaktifan siswa selama apersepsi, minat, dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, serta meningkatkan keaktifan dan perhatian siswa saat guru menyampaikan materi. Pada siklus I siswa yang tampak aktif selama apersepsi sebanyak 68%, mengalami peningkatan menjadi 88% pada siklus II. Pada siklus I minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran sebanyak 63%, mengalami peningkatan menjadi 80% pada siklus II. Pada siklus I perhatian siswa saat guru menyampaikan materi sebanyak 60%, mengalami peningkatan menjadi 75% pada siklus II. 2. Penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Negeri Kadilangu I Demak. Adanya peningkatan kemampuan menulis puisi dilihat dari hasil belajar siswa dalam menulis puisi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa dalam menulis puisi yang penilaiannya didasarkan pada isi, diksi, rima, dan kesesuaian isi dengan tema. Peningkatan kemampuan siswa terjadi pada siklus I hingga siklus II yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya siswa yang telah mencapai batas ketuntasan (KKM 65). Pada siklus I siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebesar 65% atau sebanyak 26 siswa dan pada siklus II meningkat menjadi 88% atau sebanyak 35 siswa.to user commit
87
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Implikasi Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya guru, siswa, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat akan berpengaruh pada kurangnya kualitas proses siswa dalam pembelajaran serta rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karenanya dalam memilih metode dalam pembelajaran, guru hendaknya juga memerhatikan kesenangan dan kebermanfaatannya bagi perkembangan peserta didik. Penelitian ini membuktikan bahwa melalui penerapan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dalam materi menulis puisi. Penerapan kerangka karangan
Clustering
dalam
pembelajaran
merupakan
langkah-langkah
pembelajaran yang efektif. Dimulai dari apersepsi dengan menyanyikan sebuah lagu dan bertepuk tangan yang bertujuan untuk membangkitkan semangat siswa sebelum memulai pelajaran, menghias hasil puisi bertujuan untuk membangkitkan minat menulis dan membaca puisi, serta diakhiri dengan guru memberikan penghargaan atas usaha atau kerja keras yang telah dilakukan siswa serta untuk memacu siswa agar lebih baik dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya. Oleh karenanya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan pengajaran bahasa yang lebih kreatif dan inovatif, seperti dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga pengajar yang ingin menerapkan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) di kelasnya. Metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa karena melalui penerapan metode dan teknik ini tidak sekedar dapat menumbuhkan kesenangan pada diri siswa namun juga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, memupuk keberanian, serta merespon sesuatu yang ada di sekitar. Respon-respon tersebut diungkapkan melalui kegiatan menulis puisi. Dengan commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
demikian, diakhir pembelajaran siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara tertulis dalam bentuk puisi. C. Saran Berkaitan dengan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut. 1. Bagi Siswa a. Siswa disarankan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi melalui
penerapan
metode
Quantum
Learning
dengan
teknik
pengelompokan (Clustering) hendaknya lebih aktif, bersungguh-sungguh, dan menanamkan rasa senang dalam diri siswa. Hal ini dikarenakan dengan adanya rasa senang pada diri siswa maka akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari dan akan membantu menghadirkan daya imajinasi dalam upaya peningkatan kemampuan menulis puisi. b. Jika siswa masih mengalami kesulitan dan kurang menyenangi dengan cara
guru
mengajarkan
suatu
materi.
Hendaknya
siswa
dapat
menyampaikan hal tersebut pada guru sehingga ini dapat menjadi masukan atau perbaikan bagi guru. Selanjutnya siswa hendaknya rajin berlatih menulis
puisi
dengan
teknik
pengelompokan
(Clustering)
untuk
menuangkan ide secara imajinatif dan kreatif guna menghasilkan puisi yang indah. Semakin banyak siswa berlatih maka siswa akan tahu letak kesalahannya dalam menulis puisi sehingga pada akhirnya akan menciptakan puisi yang sangat indah. 2. Bagi Guru a. Dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi guru hendaknya dapat memanfaatkan metode, teknik, dan media yang menarik seperti metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). Hal ini akan membuat siswa lebih tertarik dan berminat dalam menulis puisi sehingga tercipta puisi yang indah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
b. Guru hendaknya melakukan suatu perencanaan dan evaluasi terhadap segala tindakan yang akan ditempuh. Hal ini penting dilakukan agar dalam pelaksanaannya, guru dapat memperkecil kemungkinan munculnya hambatan dalam proses pembelajaran. Selain itu, guru hendaknya juga dapat menumbuhkan keaktifan dan kesadaran siswa agar kegiatan pembelajaran menulis puisi berlangsung lebih kondusif. c. Guru hendaknya memberikan latihan menulis puisi kepada siswa secara terus menerus agar hasil tulisan siswa dapat ditingkatkan lagi. d. Guru hendaknya dapat membuat siswa senang terlebih dahulu dan sering melibatkan sehingga menumbuhkan minat dan keaktifan siswa dalam menulis puisi. Hal ini sama dengan deskripsi penerapan metode Quantum Learning yang dapat menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran menulis puisi. 3. Bagi Sekolah a. Pihak sekolah hendakya senantiasa memberikan dorongan kepada para guru untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk menerapkan berbagai metode dalam kegiatan belajar mengajar. b. Sekolah dapat merekomendasikan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering) ini kepada guru kelas lain, karena sudah terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran menulis puisi. 4. Bagi Peneliti Lain a. Penelitian ini diharapkan mampu memotivasi berkembangnya penelitianpenelitian lain yang lebih inovatif, khususnya terhadap pembelajaran menulis puisi. b. Apabila peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama diharapkan lebih cermat dan dapat banyak berkaitan dengan metode Quantum Learning dengan teknik pengelompokan (Clustering). Hal tersebut akan dapat melengkapi kekurangan yang ada dan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan siswa yang belum commit to user tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.