perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh : SUNARSO K 5403060
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh : SUNARSO K 5403060
Ditulis dan diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Gografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Yasin Yusup, S. Si, M. Si
Dr. Sarwono, M. Pd NIP. 19640414 198903 1 020
NIP. 19740427 200212 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Kamis Tanggal
: 18 November 2010
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Partoso Hadi, M.Si
1………………
Sekretaris
: Setya Nugraha, S.Si, M.Si
Anggota I
: Dr. Sarwono, M.Pd
Anggota II
: Yasin Yusuf, S.Si, M.Si
2………………… 3……………… 4…………………
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Sunarso. K5403060. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPENTENSI DASAR CUACA DAN IKLIM SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Penididikan. Universitas Sebelas Maret, Agustus 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktivan dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 dengan mengunakan model pembelajaran terprogram tipe linier. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas, dengan obyek penelitian yaitu siswa kelas VII Muhammadiyah 9 Boyolali tahun ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa sebanyak 124 siswa. Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII B dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Sumber data penelitian ini adalah (1) Siswa SMP Muhammadiyah 9 Boyolali, yaitu pelaksanaan kegiatan pembelajaran geografi di kelas VII B; (2) Informan, yaitu guru bidang studi geografi kelas VII; (3) Dokumen, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus dan instrumen penelitian. Teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis diskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran terprogram tipe linier dapat meningkatkan keaktivan dan hasil belajar siswa kelas VII B SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010, khususnya pada materi yang berbentuk naratif seperti materi cuaca dan iklim. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan hasil tes kognitif pada setiap siklus. Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 70% meningkat menjadi 86,67%. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 68,11 meningkat menjadi 75 pada siklus II. Rata-rata keaktivan belajar pada siklus I sebesar 40,11% dengan kategori cukup aktiv, pada siklus II meningkat menjadi 50,15%. Pada siklus II keaktivan belajar siswa tergolong cukup aktiv.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Sunarso. K5403060. The use of programmed learning to increase students’ activities and learning result on the basic competence of weather and climate on SMP Muhammadiyah 9 Boyolali academic year 2009/2010. Thesis. Surakarta. Teaching Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. Agustus, 2010. The purpose of this research are to know improvement students’ activities and learning result of seventh grade students of SMP Muhammadiyah 9 Boyolali academic year 2009/2010 by using programmed learning type linier. The research and action research which the object of this research is seventh grade students of SMP Muhammadiyah 9 Boyolali academic year 2009/2010, and the total students are 124 students. Subject of this research is students of VII B which total students is 30 students. The source of the data are (1) students of SMP Muhammadiah 9 Boyolali who were class VII B as subject of teaching; (2) informan is geograpy’s teacher of seventh grade students; (3) document are lesson plan, sillaby research instrument. Tecnigues of analyzing the data by using diskriptive qualitative analisis Based the data result of this research, it can be concluded that the use of programmed learning type linier can improve student’s activities and learning result on seventh grade students of SMP Muhammadiyah 9 Boyolali academic year 2009/2010, especially for narrative materials such as weather and climate materials. Students result can be saw from the result develop of cognitive tes on each cycle. The learning completeness on first cycle was 70% become 86,67%, the average score on the frist cycle. The average learning activities on frist cycle 40,11% with sufficient categorizes and on second cycle the students effectiveness was sufficient categorizes
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”. (Q.S. Al-Insyiah : 6-8) “Jadikanlah Sabar dan Sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya demikian itu sesungguhnya berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk”. (Q.S. Al-Baqarah : 45)
commit to user vi vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas kasih sayang
dan
pengorbanan
yang setulusnya
tercurah untukku. 2. Kakakku tercinta yang memberikan doa, kasih sayang dan dukungan pada setiap langkahku. 3. Teman-teman
Geografi
angkatan
terimakasih atas kebersamaannya. 4. Arum Sari 5. Almamater
commit to user vii viii
2003
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Berkat bantuan dari berbagai pihak, kesulitan dalam penyusunan skripsi ini dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih dan penghargaan yang teramat tulus diberikan kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah memberikan izin penelitian. 2. Ketua Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan izin penelitian. 3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian. 4. Bapak Dr. Sarwono, M.Pd., selaku pembimbing I yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, petunjuk dan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si, selaku pembimbing II juga sebagai pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Program Studi Geografi atas bimbingan ilmu selama ini. 7. Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang telah memberikan ijin penelitian. 8. Mimin Triyas Winarsi, S.Pd, selaku guru geografi SMP Muhammadiyah 9 Boyolali, yang telah membantu membimbing dan mengarahkan selama penelitian. 9. Teman-teman Geografi angkatan 2003, Tatag Widodo dan Evilyanto yang telah memberikan bantuan selama masa penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini, Muryono, Eko, Tri W, Rulianto, Tonoto, Nanang, Tri Ariel, Doni,
commit to user viii ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Iwan, Aris si boy, Joko, Marjoko, Agus Supriyanto, Agus Sugiarto, Zaenal, faneli, Sumanto, Dodik, Faris, Tinus, Oni, Gunawan, Budi Utomo, Heru, Alex, Bejo, Ikshan, Budi H(Alm), Ali Warsito, Aster, Heni, Thoifah, Fitria, Endah Martati, Nur Indah, Indah Evi, Eni Diah, Icha, Daryati, Ana Setyaningsih, Puput, Rekyan, Yulita, Yunita, Yuni, Elis, Lilis, Anis, Rohma, kalian teman-teman yang sangat fenomenal dan unik bagi saya, terima kasih atas semangatnya. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi dunia kependidikan dan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Sejalan dengan harapan ini, kami menyadari kemungkinan adanya kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu segala kritik dan saran kami nantikan dengan hormat.
Surakarta, Desember 2010
Punulis
commit to user ix x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i HALAMAN PENGAJUAN......................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... iv HALAMAN ABSTRAK.............................................................................................. v HALAMAN MOTTO .................................................................................................. vi HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................................... x DAFTAR TABEL........................................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah................................................................................... 1 B Perumusan Masalah ........................................................................................ 4 C Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4 D Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI A Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 5 1. Hasil Belajar Geografi .............................................................................. 5 2. Keaktivan Belajar....................................................................................... 7 3. Model Terprogram ..................................................................................... 10 B Penelitian Yang Relevan .................................................................................. 24 C Kerangka Pemikiran......................................................................................... 27 D Hipotesis ......................................................................................................... 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Seting Penelitian............................................................................................... 30 1. Tempat Penelitian ...................................................................................... 30 2. Waktu Penelitian ........................................................................................ 30
commit to user x xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Subyek Penelitian....................................................................................... 30 B. Bentuk dan Strategi Penelitian ......................................................................... 31 C. Sumber Data..................................................................................................... 32 D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................... 32 E. Teknik Analisis Data........................................................................................ 35 F. Indikator Kinerja .............................................................................................. 36 G. Prosedur Penelitian .......................................................................................... 37 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian............................................................................. 41 B. Kondisi Awal Keaktivan Belajar Dan Hasil Belajar Siswa ............................. 42 1. Hasil Belajar Sebelum Diberikan Tindakan............................................... 42 2. Keaktivan Belajar Sebelum Diberikan Tindakan....................................... 42 C. Diskripsi Hasil Tindakan Siklus I .................................................................... 43 D. Diskripsi Hasil Tindakan Siklus II................................................................... 50 E. Perbandingan Antar Siklus............................................................................... 56 F. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................... 57 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................................... 62 B. Implikasi........................................................................................................... 62 C. Saran................................................................................................................. 63 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 64 LAMPIRAN................................................................................................................. 67
commit to user xi xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. bentuk-bentuk pembelajaran berprogram tipe linier...................................... 14 Tabel 2. bentuk-bentuk bingkai metode berprogram tipe linier................................... 14 Tabel 3. Contoh metode terprogram tipe linier........................................................... 16 Tabel 4. Bentuk pembelajaran berprogram tipe bercabang ......................................... 18 Tabel 5. Contoh pembelajaran berprogram tipe bercabang ......................................... 19 Tabel 6. Perbedaan penelitian oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya................ 22 Tabel 7. Tahap Pelaksanaan Penelitian........................................................................ 26 Tabel 8. lembar keaktivan belajar ................................................................................ 29 Tabel 9. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus I................................................................ 30 Tabel 10. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus II ............................................................ 31 Tabel 11. Keaktivan Belajar Sebelum Tindakan.......................................................... 38 Tabel 12. Keaktivan Belajar Siklus I ........................................................................... 41 Tabel 13. Evaluasi capaian materi pada Siklus I.......................................................... 42 Tabel 14. Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal siklus I...................................... 43 Tabel 15. Keberhasilan, Kekurangan, dan Perencanaan Ulang Siklus I...................... 44 Tabel 16.Keaktivan belajar siklus II ............................................................................ 47 Tabel 17 evaluasi capaian materi pada siklus II........................................................... 48 Tabel 18. Ketuntasan Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Kelas VII B Pada Siklus II Secara Klasikal ............................................................................................ 49 Tabel 19. Keberhasilan, Kekurangan, dan Perencanaan Ulang Siklus II..................... 50 Table 20. Perbandingan antar siklus ............................................................................ 51 Tabel 21. Perbandingan persentase keaktivan belajar siswa siklus I dan siklus II ...... 53 Tabel 22. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar ............................................... 54 Tabel 23. Perbandingan Ketuntasan Belajar Secara Klasikal ...................................... 56
commit to user xii xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skema pembelajaran teks terprogram tipe linier........................................ 13 Gambar 2. Skema pembelajaran metode berprogram tipe bercabang ......................... 17 Gambar 3. Skema kerangka pemikiran ........................................................................ 25 Gambar 4. Skema prosedur penelitian ......................................................................... 36 Gambar 5. Histogram Prosentase Hasil Evaluasi Siklus I ........................................... 42 Gambar 6. Histogram Persentase Hasil Evaluasi Siklus II .......................................... 48 Gambar 7. Histogram Perbandingan Persentase Keaktivan Belajar Siswa Pada Siklus I ............................................................................................... 54 Gambar 8. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siklus I Dab Siklus II................... 55 Gambar 9. Histogram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tes Siklus I dan Tes Siklus II Secara Klasikal ............................................................... 56
commit to user xiii xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dari keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah, kegiatan pokok yang harus
dilaksanakan
adalah
proses
belajar-mengajar.
Syah
(1995:
93)
mengemukakan “Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan”. Menurut Usman (1991: 1) proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Syah (1995:132) mengidentifikasi ada tiga faktor yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu : faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan di sekitar siswa. Sedangkan faktor pendekatan belajar menyangkut jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa, karena model pembelajatan merupakan sarana untuk melibatkan siswa secara efektif di dalam proses belajar-mengajar sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Aunurrahman (2009:140) mengemukakan
“keberhasilan
proses
pembelajaran
tidak
terlepas
dari
kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran”. Kesesuaian model belajar dengan bahan yang di ajarkan akan mampu menimbulkan dampak positif terhadap berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, sehingga akan mempermudah proses transformasi ilmu, yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Aunurrahman (2009: 143) mengemukakan
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaram sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan merangsang dan menumbuhkan keaktivan belajar siswa. Model pembelajaran apapun yang digunakan guru haruslah mengacu pada siswa aktif, artinya guru harus melibatkan siswa
secara
intelektual-emosional.
Aunurrahman
(2009:
140)
mengemukakan:“pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal”. Model pembelajaran terprogram merupakan suatu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam model ini melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Menurut Muntasir (1985:38) Pengajaran terprogram merupakan sumber pembelajaran yang sangat kuat dan penuh potensi. Teknik-teknik pembuatan program menjamin bahwa siswa akan belajar. Model pembelajaran terprogram merupakan suatu teknik pembelajaran yang pada prinsipnya disusun kedalam bingkai-bingkai yang berisikan suatu pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Klaus dalam Muntasir (1985:29) mengemukakan ”Aliran yang didukung Skiner ini, menghasilkan program yang ditandai adanya ”frame” atau bingkai, sebagai langkah kecil. Pada waktu belajar siswa membaca pelajaran dalam bingkai itu, menulis tanggapannya, kemudian membuka halaman berikutnya untuk melihat jawaban yang seharusnya (kunci jawaban) sebagai ”reinforcement” terhadap jawaban yang telah ia lakukan”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran terprogram merupakan suatu teknik pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktiv dalam proses belajar-mengajar. Muntasir (1985:40) mengemukakan ”Pengajaran terprogram akan merupakan alternatif untuk menuju pendidikan yang lebih baik”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan analisis dokumen nilai geografi kelas VII B pada kompetensi dasar pemanfaatan lapisan atmosfer, diketahui bahwa hasil belajar kelas VII B SMP Muhammadiyah 9 Boyolali paling rendah dibandingkan dengan kelas VII yang lain yaitu sebesar 64 dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa 60% siswa belum tuntas, dengan kriteria ketuntasan minimal sebesar 65. Kurang optimalnya hasil belajar kelas VII B disebabkan karena : a) penyajian materi dengan mengunakan metode ceramah kurang mendorong siswa aktif, b) proses pembelajaran lebih terpusat kepada guru sehingga siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar, c) kurang optimalnya keaktivan belajar siswa. Daftar nilai siswa pada kompetensi dasar pemanfaatan lapisan atmosfer dapat dilihat pada lampiran 4. Pada observasi keaktivan belajar sebelum diberikan tindakan
awal di
kelas VII B, rata-rata keaktivan belajar sebesar 35,83%. Hal ini menunjukkan keaktivan belajar siswa kelas VII B masih rendah. Lembar observasi keaktivan belajar sebelum tindakan dapat lihat pada lampiran 16. Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru geografi sebagai tenaga pengajar dan pendidik hendaknya selalu meningkatkan kualitas profesionalnya, yaitu dengan memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkannya secara
aktif
dalam
proses
belajar-mengajar.
Budiningsih
(2005:48)
mengemukakan ”Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa”. Dari uraian di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010".
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Perumusan Masalah 1. Apakah penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan keaktivan belajar siswa kelas VII B pada kompetensi dasar cuaca dan iklim SMP Muhammdiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010? 2. Apakah penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII B pada kompetensi dasar cuaca dan iklim SMP Muhammdiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010?
D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatkan keaktivan dan hasil belajar siswa kelas VII B semester II SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 dengan menggunakan model pembelajaran terprogram.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta mendukung teori – teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang di teliti sebelumnya. b. Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi penelitian yang lain.
2. Manfaat Praktis a. Meningkatkan hasil belajar geografi. b. Sebagai bahan masukan bagi para guru bahwa dalam menigkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah penerapan model pembelajaran terprogram. c. Sebagai bahan kajian bagi penentuan kebijakan dalam mengevaluasi dan mengembangkan kualitas pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar Geografi Hasil belajar merupakan hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, bisa dinyatakan dengan nilai-nilai yang diperoleh melalui tes formatif. Tes formatif diperoleh melalui ujian formatif yang memuat sebagian bahan pelajaran untuk mencapai sebagian bidang hasil belajar (Masidjo,1995: 25). Sedangkan menurut Sudjana (1995: 22) hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kingsley dalam Sudjana (1995: 22) membagi tiga macam hasil belajar yakni, ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan citacita. Meunurut
Simsek (2009:81). The “achievements”, which concrete the
content of these learning fields, are comprised of knowledge, skills, attitudes and values which the students are expected to obtain/ develop in learning process via planned and organized experiences. Ruang lingkup hasil belajar pada dasarnya meliputi pengetahuan, kemampuan, sikap dan nilai siswa didalam proses pembelajaran. Sudjana (1995: 22-23) mengemukakan “Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerak refleks, ketrampilan gerak dasar, kemampuan
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif". Geografi merupakan cabang ilmu sosial yang mengakji tentang aspek ruang dan tempat pada berbagai skala dipermukaan bumi, secara sederhana pengajaran geografi di sekolah adalah geografi yang diajarkan ditingkat sekolah dasar dan menengah. Oleh karena itu penjabaran konsep-konsep pokok-pokok bahasannya disesuaikan dan diserasikan dengan tingkat pengalaman dan perkembangan mental siswa pada jenjang pendidikan yang bersangkutan (Sumaatmaja,1997:12). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar geografi merupakan kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa dalam suatu jenjang pendidikan tertentu, setelah proses pembelajaran geografi yang berlangsung di sekolah. Model pembelajaran terprogram merupakan suatu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam model pembelajaran ini siswa dilibatkan secara aktiv dalam proses belajar-mengajar. Menurut Muntasir (1985:38) Pengajaran terprogram merupakan sumber pembelajaran yang sangat kuat dan penuh potensi. Teknik-teknik pembuatan program menjamin bahwa siswa akan belajar. Sedangkan menurut Winkel (1991:427) pengajaran terprogram merupakan suatu sistem belajar yang memungkinkan siswa untuk mempelajari materi tertentu, yang telah terbagai atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara berurutan, demi mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap bagian merupakan suatu mata rantai; sejumlah mata rantai yang telah dirangkaikan menurut urutan tertentu, merupakan suatu “program”. Pada setiap mata rantai dalam program, siswa mempelajari sendiri uraian tertulis secara sigkat dan kemudian memberikan jawaban atas suatu pertanyaan atau soal, biasanya secara tertulis pula; atas jawaban siswa itu segera mendapat umpan balik (feedback). Dengan mempelajari keseluruhan mata rantai, masing-masing siswa akan mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan, tanpa mutlak perlu mendapat pendampingan atau bimbingan belajar (insttuctional guidance) dari guru dan menurut kecepatannya sendiri-sendiri (sel-pacing). Sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran terprogram dapat membantu siswa dalam peningkatan hasil belajar geografi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
2. Keaktivan Belajar Anonim (1999:19) mengartikan ”keaktivan adalah kegiatan, kesibukan dalam bekerja, atau berusaha. Jadi keaktifan belajar yaitu kegiatan atau kesibukan siswa dalam mengikuti pelajaran, berkat adanya interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan lingkungannya. Sukidin, dkk (2002:156) mengemukakan ”Prinsip belajar aktif diartikan sebagai pmbelajaran yang melibatkan siswa secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial serta dengan tingkat perkembangannya secara sistematis”. Aktivitas belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh seseorang siswa dalam konteks belajar untuk mencapai tujuan.
Tanpa ada
aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Menurut Sardiman (2004: 95) tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Sardiman (2004: 96) mengemukakan “Dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, untuk mengubah tingkah laku.
Tidak ada
belajar kalau tidak ada aktivitas”. Proses pembelajaran merupakan sutu hubungan timbal-balik antara guru dan siswa, hal ini dilakukan karena untuk merangsang keaktivan belajar siswa, sehingga siswa tidak pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Sudjana (1995: 61) mengemuakakan ”Interaksi guru-siswa berkenaan dengan komukasi atau hubungan timbal-balik atau hubungan dua arah antara siswa dan guru dan atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar”. Sedangkan menurut Usman (1991: 1) proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal-balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para siswa belajar dengan efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Dalam konteks ini Nana Sudjana yang dikutip Wijaya dan Tabrani mengemukakan sebagai berikut: Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan lain-lain yang merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru memegang peranan penting terhadap proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Sudjana (1995: 62) mengemukakan bahwa “Ketrampilan atau kemampuan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang dimilikinya dalam hal pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain adalah : 1) menguasai bahan pelajaran yang disampaikan kepada siswa, 2) terampil berkomunikasi dengan siswa, 3) menguasai kelassehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa, 4) terampil mengunakan alat dan sumber belajar, 5) terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan”. Menurut Hoang (2009:6 ). Classroom management describes a teacher’s efforts to oversee classroom activities such as learning, social interaction, and student behavior. Penguasaan kelas guru merupakan usaha guru untuk mengawasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, interaksi sosial serta tingkah laku siswa. Keikutsertaan siswa dalam proses belajar-mengajar akan menumbuhkan keaktivan belajar dalam proses belajar-mengajar. Aktivitas siswa ditunjukkan dengan berbagai tindakan atau kegiatan yang mendukung proses pembelajaran, seperti memperhatikan penjelasan materi pembelajaran, berbicara yang relevan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
dengan materi pembelajaran dan mengerjakan tugas sesuai dengan materi yang diberikan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:45), keaktivan belajar dikelompokkan menjadi dua yaitu kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengarkan, menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis meliputi menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. Paul. B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Visual
activities,
yang
termasuk
didalamnya
misalnya,
membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Menurut Sudjana (1995:61) penilaian proses beljar-mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktivan siswa dalam mengikuti proses belajarmengajar. Keaktivan siswa dapat dilihat dalam hal: 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 2) Terlibat dalam pemecahan masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya 4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah 5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru 6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya 7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis 8) Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya Dalam penelitian ini keaktivan belajar yang diukur yaitu keaktivan belajar dalam kegiatan fisik, yaitu meliputi tingkat kehadiran siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar, menjawab pertanyaan guru, memberikan tanggapan atas pertanyaan siswa lainnya, mengerjakan soal di depan kelas, mengerjakan tugas, serta aktif bertanya dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Model pembelajaran terprogram Gino, dkk (1999: 32) mengemukakan “Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ektern dalam kegiatan belajar-mengajar”. Menurut Syah (1995:132) secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam. 1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa 2) faktor eksternal, (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa dan faktor 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran. Pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran bukan hanya berasal dari guru saja tetapi juga sumber belajar lainnya. Pengajaran terbatas pada hal-hal yang dilakukan guru sehingga fungsi guru hanyalah salah satu bentuk dari pembelajaran. Pembelajaran tidak terbatas pada kelas formal saja melainkan juga kegiatan belajar yang bersifat non formal dan tidak menuntut keharusan adanya guru secara fisik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Menurut Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya misalnya tenaga labolatorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Dijelaskan kembali oleh Hamalik (2001:64), tujuan pembelajaran adalah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat, sedangkan sekolah berfungsi untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan mereka dan untuk memecahkan masalah sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. Pembelajaran
akan
senantiasa
berkenaan
dengan
bagaimana
menyampaikan isi materi. Menurut Suparman (2001:168) pembelajaran dikembangkan dari empat komponen utama, yaitu: urutan kegiatan, metode, media dan waktu. Komponen utama yang pertaman yaitu urutan kegiatan pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu: pendahuluan, penyajian, dan penutup, sebagai berikut: Pendahulan, terdiri dari: 1) Penjelasan singkat tentang isi pelajaran, 2) Penjelasan relevansi isi pelajaran dengan pengalaman peserta didik, 3) Penjelasan tujuan pembelajaran. Penyajian berisikan: 1) uraian, 2) contoh, 3) latihan. Penutup terdiri dari 1) tes formatif dan umpan balik, (8) tindak lanjut. Komponen utma yang kedua adalah metode pembelajaran yang terdiri dari atas berbagai metode yang digunakan dalam setiap langkah pada urutan kegiatan pembelajaran. Dalam setiap langkah dapat menggunakan satu atau lebih metode yang digunakan. Komponen utama yang ketiga yaitu media pembelajaran, berupa media cetak atau audiovisual yang digunakan dalam setiap langkah urutan kegiatan pembelajaran. Komponen keempat adalah waktu yang digunakan pada setiap langkah urutan kegiatan pembelajaran.Gane dan Briggs yang dikutip Suparman (2001:166) menyebutkan sembilan urutan pembelajaran, yaitu: 1) Memberi motivasi atau menarik perhatian, 2) Menjelaskan tujuan pembelajaran, 3) Mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) Memberi stimulus, 5)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Memberi petunjuk belajar, 6) Menimbulkan penampilan peserta didik, 7) Memberi umpan balik, 8) Menilai penampilan, dan 9) Menyimpulkan. Menurut Donald P.Elly dan Gerlach,
pengajaran terprogram ialah
penggunaan bahan-bahan yang diprogramkan (atau disebut program saja) untuk mencapai tujuan pendidikan (Muntasir, 1985 : 27). Bahan-bahan yang diprogramkan bisa berupa teks, modul, pita cassette, atau gambar-gambar. Untuk mengetahui hasilnya, disediakan beberapa bahan yang dapat menerangkan jawaban yang benar atau menunjukkan untuk terus pada item atau bingkai berikutnya, yang dengan demikian memberi tanda telah diselesaikannya item sebelumnya atau bingkai sebelumnya. Pengajaran terprogram merupakan salah satu sistem pengajaran yang dalam pembelajarannya mengunakan frame-fame atau bingkai-bingkai yang secara garis besar berisikan informasi serta pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Setiap bingkai disusun secara berurutan sehingga membentuk suatu mata rantai. Menurut Wijaya, dkk (1988:69-70) bahan pengajaran terprogram yang disusun oleh Skiner terdiri atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan Frame atau bingkai. Bahan itu disusun dari yang paling mudah kepada yang paling sulit. Tiap bingkai mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu (a) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, (b) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspon oleh mrid, dan (c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau salah. Menurut Winkel (1991:427) pengajaran terprogram merupakan suatu sistem belajar yang memungkinkan siswa untuk mempelajari materi tertentu, yang telah terbagai atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara berurutan, demi mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap bagian merupakan suatu mata rantai; sejumlah mata rantai yang telah dirangkaikan menurut urutan tertentu, merupakan suatu “program”. Dalam pengajaran terprogram terdapat dua model atau tipe, yaitu tipe linier yang pertama kali diperkenalkan oleh Skinner dan tipe branching yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
pertama kali diperkenalkan oleh Crowder. Perhatikan uraian masing-masing tipe dibawah ini: a) Model Pembelajaran Terprogram Tipe Linear Model terprogram tipe linier pertama kali diperkenalkan oleh Skiner pada tahun 1971 (Muntasir, 1985 : 27). Model ini disebut tipe linier, sebab dalam mencapai tujuan pembelajarannya siswa hanya menghadapi satu bingkai secara urut dan terus menerus mulai bingkai pertama sampai bingkai terakhir atau bingkai terminal. Dengan demikian kemampuan siswa berkembang setapak demi setapak seiring dengan nomor bingkai yang dihadapi. Menururt Winkel (1991:427) dalam rangka pola ini, siswa menyelesaikan isi suatu program yang terdiri atas sejumlah mata rantai yang telah diurutkan dalam sekuensi yang pasti dan tidak berubah-ubah, seolah-olah siswa disalurkan melalui jalan yang lurus menuju ketujuan tanpa berbelok-belok (linier). Bila kita gambarkan tipe ini akan terlihat sebagai berikut: 1
2
3
4
5
6
7
8
Wijaya,dkk. (1988:71)
Gambar1. Skema Pembelajaran Teks Terprogram Tipe Linier Ciri tipe tipe linier ini menggunakan “frame-frame” atau bingkai-bingkai sebagai langkah-langkah dalam pembelajarannya. Tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu (1) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, (2) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspons oleh murid, dan (3) respons yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau salah. Menurut Wijaya, dkk (1988:69-70) bahan pengajaran terprogram yang disusun oleh Skiner terdiri atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan Frame atau bingkai. Bahan itu disusun dari yang paling mudah kepada yang paling sulit. Tiap bingkai mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu (a) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, (b) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
atau direspon oleh mrid, dan (c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau salah Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bentuk-bentuk bingkai tipe linier dibawah ini :
Tabel 1. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terprogram Tipe Linier C. Respon no.2
A. Unit Informasi no.3
C. Respon no.3
A. Unit Informasi no.4 B. Pertanyaan no.4
B. Pertanyaan no.3
Wijaya (188:70)
Program Skinner ini juga ditandai adanya petunjuk untuk menjawab soal yang disebut “cue” pada setiap langkah belajar untuk menjamin munculnya jawaban yang tepat yang berarti juga mencegah penjawaban yang salah (Muntasir 1985:29).
Menurut Klaus dalam Muntasir (1985:29) aliran yang didukung
Skinner ini menghasilkan program yang ditandai adanya “frames” atau bingkai, sebagai langkah kecil. Pada waktu belajar, siswa hanya menghadapi satu bingkai saja. Siswa membaca pelajaran dalam bingkai itu, menulis tanggapannya, kemudian membuka halaman berikutnya untuk melihat jawaban yang seharusnya (kunci jawaban) sebagai “reinforcement” terhadap jawaban yang telah ia lakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Tabel 2. Bentuk-Bentuk Bingkai Metode Terprogram Tipe Linier Bingkai-1 Respon
Informasi
: ……………………………………
(berisikan kunci jawaban
(berisi materi pelajaran yang akan disampaikan
bingkai 1)
kepada siswa)
Pertanyaan
:
………………………………
commityang to user (Sesuatu harus dijawab oleh siswa)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Bingkai-2 Respon
Informasi : ……………………………………
(berisikan kunci jawaban
(berisi materi pelajarn yang akan disampaikan
bingkai 2)
kepada siswa serta petunjuk untuk menjawab soal pada bingkai 1)
Pertanyaan
:
………………………………
(Sesuatu yang harus dijawab oleh siswa)
Wijaya, dkk (1988: 69-70) mengemukakan “Pada tiap bingkai tipe linier mengandung tiga unsur, yaitu: 1) informasi, yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, 2) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspons oleh murid, dan 3) respons yang berfungsi sebagai kunci jawaban serta penguatan “reinforcement” bagi siswa. Penguatan ini diberikan dengan segera, supaya terbentuk pertanyaan dan jawaban siswa. Untuk itu agar tercipta “reinforcement” atau penguatan siswa harus mengetahui langkah-langkah atau rute pada setiap bingkai, serta mampu menyelesaikan setiap bingkai pada tipe linier ini. Langkah-langkah tersebut yaitu: 1. murid mempelajari bahan pelajaran yang tercantum pada unit informasi. Setipa unit informasi mengandung suatu penjelasan tentang suatu materi yang disertai contoh-contoh untuk memperjelas materi tersebut. 2. langkah kedua, setelah murid mempelajari materi pada unit informasi tersebut, ia dihadapkan dengan tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan atau dijawabnya sebagai bahan latihan sehubungan dengan materi yang baru diperlajari. 3. pada langkah ketiga murid mencocokkan jawaban atau hasil pekerjaannya dengan kunci yang tercantum pada bingkai berikutnya atau pada bingkai itu juga. Dengan demikian, murid akan dengan segera mengetahui apakah jawaban itu benar atau tidak. Setelah ketiga langkah itu ditempuh, murid baru boleh melanjutkan kegiatan belajar kebingkai berikutnya. Murid mempelajari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
bahan pelajaran mulai dari bingkai pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, sampai bingkai yang paling akhir yang disebut dengan bingkai terminal. Di bawah ini contoh model pembelajaran terprogram tipe linear : Tabel 3. Contoh Model Pembelajaran Terprogram Tipe Linier
b. klimatologi
Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan cuaca yang dikembangkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Ilmu pengetahuan yang mempelajari iklim disebut ....
d. Lapisan udara
a. geomorfologi
c. Meteorologi
b. klimatologi
d. Astronomi
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ini bertugas menyelidiki dan mencatat keadaan seperti : 1. suhu udara
3. tekanan udara
Di bawah ini yang termasuk faktor pembentuk cuaca dan iklim, kecuali .... a. curah hujan
c. kelembaban udara
b. tekanan udara
d. lapisan udara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
b) Model Pembelajaran Terprogram Tipe Cabang Model terprogram tipe cabang pertama kali diperkenalkan oleh Crowder pada tahun 1977 (Muntasir, 1985: 31). Winkel (1991: 422) mengemukakan “Dalam pola pengajaran berprograma yang dikembangkan oleh Crowder, siswa juga bekerja sendiri-sendiri tanpa bantuan langsung dari guru, tetapi tidak semua siswa mengikuti rangkaian langkah-langkah atau mata rantai yang sama. siswa disalurkan melalui jalan yang berbeda-beda, tergantung dari kesalahan yang dibuat ; siswa yang tidak membuat kesalahan akan maju dengan lebih cepat dari pada siswa yang membuat kesalahan. Maka pola pengajaran berprograma ini dikenal sebagai “Program Bercabang’ (branching program)”. Di bawah ini skema pembelajaran terprogram tipe bercabang: 5
2
10
9
1
4
7
11
16
8
3
6
14
13
15
12
Wijaya, dkk (1988:75)
Gambar 2. Skema Pembelajaran Metode Terprogram Tipe Bercabang Winkel (1991:432) mengemukakan ”Dalam pola program bercabang, setiap langkah atau mata rantai berakhir pada suatu pertanyaan yang berbentuk pilihan ganda (multiple choice). Siswa memilih salah satu dari alternatif jawaban yang disediakan. Kalau pilihan tepat, siswa terus mengerjakan langkah atau mata rantai berikutnya; kalau salah, siswa disuruh berhenti dan melihat bagian lain. Bila program dituangkan dalam bentuk buku, siswa yang telah menjawab betul boleh melanjutkan kehalaman tertentu; bila siswa telah menjawab salah, dia disuruh melihat halaman lain, dimana disajikan penjelasan tentang jenis kesalahan yang dibuat. Kemudian, siswa yang mula-mula memilih salah, mengerjakan pertanyaan semula sekali lagi dan membuat pilihan baru”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Di bawah ini contoh bentuk pembelajaran tipe bercabang : Tabel 4. Bentuk Pembelajaran Terprogram Tipe Bercabang Bingkai no. 4
Bingkai no. 8
C. Pengecekan no. 2
C. Pengecekan no. 4
A. Unit Informasi
A. Unit Informasi
B. Pertanyaan di sertai
B. Pertanyaan di sertai
kemungkinan jawaban
Bingkai no. 6 C. Pengecekan no. 4 Tugas untuk kembali ke no. 4
kemungkinan jawaban Wijaya,dkk. (1988:75)
Wijaya, dkk (1988: 75) mengemukakan ”Tipe brangching atau bercabang juga terdiri dari frames-frames atau bingkai-bingkai, pada tiap bingkai juga terdapat tiga unsur, yaitu (1) informasi, pada tipe ini tidak sesingkat pada tipe linier, tetapi lebih luas dan lebih banyak. (2) pertanyaan, berisikan pertanyaan sehubungan dengan informasi di atasnya. Disini berbeda dengan tipe linier, sebab tiap pertanyaan disertai beberapa kemungkinan jawaban yang dapat dipilih oleh siswa, dan setiap item jawaban mempunyai rute yang berbeda dengan item jawaban yang lain. (3) pengecekan, dalam tipe linier terdapat respons yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dalam tipe ini murid tinggal memilih sejumlah kemungkinan jawaban yang terdapat pada setiap bingkai. Pengecekan kadangkadang hanya berupa kata-kata yang membenarkan atau yang menyalahkan respons murid. Akan tetapi, selalu disertai penjelasan yang menerangkan mengapa jawaban atau respon itu benar atau salah”. Dijelaskan lebih lanjut oleh Wijaya,dkk (1988: 75) cara belajar dengan tipe bercabang ini yaitu: 1. langkah pertama yang dilakukan murid ialah mempelajari petunjuk yang ditulis pada halaman-halaman pertama. 2. langkah kedua, murid mempelajari informasi yang disajikan didalam bingkai pertama, kemudian memberikan respons atas pertanyaan yang tercantum pada bingkai tersebut dan memilih salah satu kemungkinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
jawaban yang tersedia. Setiap kali murid memilih salah satu kemungkinan jawaban, ia disuruh mengeceknya pada bingkai lain yang telah ditentukan. 3. langkah ketiga, murid mengecek responsnya itu pada bingkai yang telah ditentukan sesuai dengan pilihannya tadi. Dalam hal ini, rute yang ditempuh murid akan berbeda-beda sesuai dengan pilihannya masingmasing. Dibawah ini contoh teks terprogram tipe bercabang. Tabel 5. Contoh Model Pembelajaran Terprogram Tipe Bercabang
a. Hukum Boys Ballot
Angin adalah udara yang bergerak horizontal (sejajar dengan permukaan bumi).
Arah angin yang terdapat pada suatu tempat akan mengikuti hukum.... a. Hukum Boys Ballot (lihat bingkai-5) b. Hukum Boyle (lihat bingkai-7) c. Hukum Gravitasi (lihat bingkai-4) d. Hukum Kepler (lihat bingkai-6)
c. Anemometer
Menurut Hukum Buys Ballot, gerakan angin mengikuti suatu ketentuan yang dinyatakan sebagai berikut: “angin bertiup dari daerah yang bertekanan maksimum menuju daerah yang bertekanan minimum, di belahan bumi utara membelok ke kanan dan di belahan bumi selatan membelok ke kiri. Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut…. a. Barometer (lihat bingkai-2) b. Termometer (lihat bingkai-3) c. Anemometer (lihat bingkai-8) d. Higrometer (lihat bingkai-9)
Wijaya,dkk (1988: 73-74) mengemukakan antara pendapat Skinner dan pendapat Crowder terdapat beberapa perbedaan. beberapa perbedaan yang dicatat ialah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
1. Skinner berpendapat bahwa di dalam proses belajar anak harus diusahakan agar terhindar dari berbuat kesalahan karena kesalahan atau kegagalan dapat menghambat kamajuan anak dan mengurangi kegairahan anak dalam belajar. dalam hal ini Crowder berbeda dengan Skinner. Crowder berpendapat bahwa anak tidak selalu harus merespons dengan benar ; ia akan belajar pula dari kesalahan atau kegagalan yang diperbuatnya. yang penting ialah anak harus mendapat kejelasan mengapa perbuatannya itu disalahkan atau dibenarkan. jadi, bila anak merespons dengan salah, ia akan segera mengetahui mengapa responsnya salah. Dengan demikian anak akan mendapat informasi yang lebih luas dan lebih jelas sehingga dapat dijadikan pedoman untuk langkah selanjutnya. 2. Bahan pelajaran tidak perlu dipecah menjadi unit-unit bahan yang kecil-kecil sekali sehingga tiap unit bahan dapat dilukiskan hanya dengan beberapa puluh kata saja dalam tiap bingkai. Yang penting, tiap unit bahan harus dikemukakan dengan sejelas-jelasnya sehingga informasi pada tiap bingkai bias lebih luas dan lebih banyak.
c) Kelemahan Dan Kelebihan Model Terprogram Sebagaimana metode-metode lain, secara umum metode ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Nasution (2005:59-60) keunggulan pengajaran terprogram ini adalah : (1) Langkah-langkah menuju tujuan dapat dikontrol atau diatur dengan jaminan yang tinggi bahwa tujuan akan tercapai sepenuhnya. (2)
Balikan atau feedback yang langsung atau segera, sehingga
segera diketahui kesalahan murid untuk diperbaiki, akan tetapi dapat pula menunjukkan kelemahan program itu sendiri. (3) Partisipasi aktif dari pihak murid. (4) Kesempatan bagi murid untuk belajar dan maju menurut kecepatan masing-masing. Sedangkan kelemahannya yaitu : (1) program ini sering panjang lebar dan arena itu membosankan, kecuali bila diberi kesempatan untuk maju menurut kecepatan masing-masing. (2) Sebenarnya tidak memberi kesempatan individualisasi bahan pelajaran, artinya memberi kesempatan memilih pelajaran menurut kebutuhan individual, karena bahan pelajaran dan demikian pula cara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
mempelajarinya telah ditentukan dan murid terikat pada metode serta isi program itu. (3) Juga dalam pengajaran yang bercabang tidak ada kemungkinan bagi murid untuk memilih; murid diatur untuk mengikuti jalur tertentu. (4) Sedikit kemungkinan membuat kesalahan, karena program itu telah diatur sedemikian rupa sehingga langkah-langkah itu sanggat mudah untuk dijawab dengan baik.
4. Media dalam Pembelajaran Terprogram Pengertian media menurut arsyad (2005: 3) adalah sebagai berikut: “kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada pengantar pesan”. Gagne dalam sadiman, dkk (2007: 6) menyatakan “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang merangsangnya untuk belajar”. Romiszowski dalam wibawa dan Mukti (2001: 12) media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu ialah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera mereka supaya dapat menerima pesan itu secara lengkap”. Menurut Samsul (dalam http://www.unjabisnis.com/2010/06/macam-macammedia-pembelajaran.html) media terdiri dari : 1. Visual diam yang diproyeksikan, misal proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, dan filmstrips, 2. Visual yang tidak diproyeksikan, misal gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pemaran, papan info, 3. Penyajian multimedia, misal slide plus suara (tape), multi-image, 4. Visual dinamis yang diproyeksikan, misal film, televisi, video, 5. Cetak, misal buku teks, modul, workbook, majalah ilmiah/berkala, lembaran lepas (hand-out), 6. Permainan, misal teka-teki, simulasi, permainan papan 7. Realia, misal model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan merupakan media visual, yaitu berupa slides power point. Pembelajaran terprogram merupakan salah satu sistem pengajaran yang dalam pembelajarannya mengunakan frame-fame atau bingkai-bingkai yang secara garis besar berisikan informasi serta pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Setiap bingkai disusun secara berurutan sehingga membentuk suatu mata rantai. Menurut Wijaya, dkk (1988:69-70) bahan Pembelajaran terprogram yang disusun oleh Skiner terdiri atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan Frame atau bingkai. Bahan itu disusun dari yang paling mudah kepada yang paling sulit. Tiap bingkai mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu (a) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, (b) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspon oleh mrid, dan (c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau salah. Wijaya, dkk (1988: 69-70) mengemukakan “Pada tiap bingkai tipe linier mengandung tiga unsur, yaitu: 1) informasi, yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, 2) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspons oleh murid, dan 3) respons yang berfungsi sebagai kunci jawaban serta penguatan “reinforcement” bagi siswa. Penguatan ini diberikan dengan segera, supaya terbentuk pertanyaan dan jawaban siswa. Untuk itu agar tercipta “reinforcement” atau penguatan siswa harus mengetahui langkah-langkah atau rute pada setiap bingkai, serta mampu menyelesaikan setiap bingkai pada tipe linier ini. Langkah-langkah tersebut yaitu: 1. murid mempelajari bahan pelajaran yang tercantum pada unit informasi. Setipa unit informasi mengandung suatu penjelasan tentang suatu materi yang disertai contoh-contoh untuk memperjelas materi tersebut. 2. langkah kedua, setelah murid mempelajari materi pada unit informasi tersebut, ia dihadapkan dengan tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan atau dijawabnya sebagai bahan latihan sehubungan dengan materi yang baru diperlajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
3. pada langkah ketiga murid mencocokkan jawaban atau hasil pekerjaannya dengan kunci yang tercantum pada bingkai berikutnya atau pada bingkai itu juga. Dengan demikian, murid akan dengan segera mengetahui apakah jawaban itu benar atau tidak. Setelah ketiga langkah itu ditempuh, murid baru boleh melanjutkan kegiatan belajar kebingkai berikutnya. Murid mempelajari bahan pelajaran mulai dari bingkai pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, sampai bingkai yang paling akhir yang disebut dengan bingkai terminal. Di bawah contoh pembelajaran terprogram tipe linear dengan mengunakan slides power point:
c. Pemanenan hasil
Perbedaan antara cuaca dan iklim terletak pada luas daerah liputan dan lamanya waktu pengamatan. Cuaca dikenal sebagai keadaan udara setempat yang memiliki wilayah cakupan yang lebih sempit dibandingkan dengan iklim yang meliputi wilayah yang luas. Pengetahuan cuaca dan iklim sangat penting dalam hal pertanian, yaitu berperan dalam hal-hal sebagai berikut, kecuali…. a. Memilih jenis tanaman c. Pemanenan hasil b. Dalam pemupukan d. Dalam pembenihan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
B. Penelitian Yang Relevan Dibawah ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, iantaranya yaitu: 1. Penelitian oleh oleh Prayitno (2003) dengan judul eksperimentasi pengajaran fisika metode demontrasi dilengkapi modul terprogram pada siswa kelas II semester II SMP Negeri 8 Surakarta. Penelitian dengan metode eksperimen bertujuan untuk keefektifan penggunaan metode demonstrasi dilengkapi modul
terprogram
dibangdingkan
dengan
metode
ceramah
untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa metode demontrasi dilengkapi modul terprogram lebih efektif dibandingkan dengan metode demonstrasi dilanjutkan diskusi. 2. Enggarsari (2003) dengan judul prestasi belajar Biologi ditinjau dari keaktivan belajar siswa, keteraturan belajar, dan lingkungan belajar siswa kelas II SMP Negerri 10 Surakarta yang menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan prestasi belajar Biologi ditinjau dari keaktivan siswa, keteraturan belajar, dan lingkungan belajar siswa kelas 2 SMP Negeri 10 Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang aktif dalam proses pembelajaran serat mempunyai keteraturan belajar, hasil belajarnya lebih optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
C. Kerangka Berpikir Metode pembelajaran merupakan siasat membelajarkan siswa menuju tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karena itu guru harus dapat menentukan model pembelajaran mana yang paling sesuai dengan kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran akan merangsang siswa untuk aktif, kreatif dan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran terprogram merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tanpa banyak memelurkan keterlibatan guru. Fungsi guru disini sebagai motivator dan evaluasi. Pada metode terprogram terdapat dua tipe yaitu tipe linier dan tipe bercabang. Dalam penelitian ini model pembelajaran terprogram yang digunakan adalah tipe linier, sebab pada tipe ini setiap materi yang disajikan dalam setiap bingkai merupakan unit materi yang paling kecil, sehingga mudah untuk dipahami siswa. Pelaksanaan model pembelajaran terprogram yaitu dengan mengunakan bingkai-bingkai, pada setiap bingkai terdiri dari materi pelajaran, pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa serta jawaban dari pertanyaan yang terdapat pada bingkai tersebut. . frames atau bingkai dihadapkan kepada siswa secara berurutan mulai dari bingkai pertama sampai bingkai terkhir. Siwa kemudian mempelajari serta memahami materi yang terdapat pada setiap bingkai yaitu pada kompetensi dasar cuaca dan iklim, kemudian siswa menjawab pertanyaan pada setiap bingkai atau “frames” mulai dari bingkai pertama sampai bingkai yang terakhir atau bingkai terminal. Tujuan yang ingin dicapai pada kompentensi dasar cuaca dan iklim yaitu agar siswa dapat memecahkan berbagai soal atau masalah yang berkenaan dengan cuaca dan iklim Penelitian dimulai pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran terprogram dengan kriteria apabila ketuntasan belajar siswa 80% dengan kriteria ketuntasan belajar minimal yaitu sebesar 65. Ketuntasan belajar siswa didapat dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28 25
evaluasi tes hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus, apabila ketuntatasan belajar siswa belum terpenuhi maka dilaksanakan siklus II Pelaksanaan siklus II merupakan pengulangan dari siklus I, dengan kriteria ketuntasan belajar siswa sebesar 80%, serta ketuntasan belajar minimal yaitu sebesar 65 pada kompetensi dasar cuaca dan iklim. Untuk memperjelas kerangka berfikir tersebut dapat dilihat skema penelitian dibawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29 26
Keadaan Awal
Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan
Evaluasi Keaktivan Dan Hasil Belajar Siswa
Keaktivan Belajar Siswa Sebelum Tindakan
Sebelum Tindakan
Pemberian Tindakan Dengan Model Pembelajaran Terprogram Siklus I
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi Keaktivan Dan Hasil Belajar
Observasi Keaktivan
Siswa Siklus I
Siswa Siklus I Dengan Kriteria
Belajar Siswa Siklus I
Tindakan
Ketuntasan Belajar 80%
Tindakan
Pemberian Tindakan Dengan Model Pembelajaran Terprogram Siklus II
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi Keaktivan Dan Hasil Belajar
Observasi Keaktivan
Siswa Siklus II
Siswa Siklus II Dengan Kriteria
Belajar Siswa Siklus II
Ketuntasan Belajar 80%
Peningkatan Keaktivan Dan Hasil Belajar Siswa
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis ”Penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan keaktivan dan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar cuaca dan iklim SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali dengan alamat Sawahan RT 01 RW 01 Sawahan Ngemplak Boyolali. Pemilihan lokasi ini dengan
pertimbangan
utamanya
para
siswa
memiliki
keanekaragaman
kemampuan akademik dan belum pernah dilakukan penelitian sejenis dalam mata pelajaran geografi. 2. Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dimulai pada bula September 2007 sampai dengan bulan Juli 2009. tahap pelaksanaannya sebagai berikut: Tabel 7. Tahap Pelaksanaan Penelitian No
1 2 3 4 5
Jadwal Kegiatan
Tahun 2007-2009 September Oktober 2007 Mei 2007 – April 09 09
Juni 09
Juli 09
Persiapan Penyusunan proposal Pengumpulan data pengolahan dan analisis data penyusunan laporan 3. Subyek Penelitian Subyek
penelitian
tindakan
adalah
siswa
kelas
VII
B
SMP
Muhammadiyah 9 Boyolali tahun pelajaran 2009 / 2010. Dengan pertimbangan kelas VIIB mempunyai rata-rata kelas serta tingkat keaktivan belajar yang paling rendah dibandingkan kelas yang lain. Dari hasil wawancara diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas VII B mempunyai rat-rata kelas yang paling rendah dibandingkan dengan kelas yang VII yang lain. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 2.
commit to user 27 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3125
Dari analisis dokumen diketahui rata-rata hasil belajar siswa kelas VII B sebelum diberikan tindakan yaitu sebesar 64. Daftar nilai siswa kelas VII B sebelum diberikan tindakan dapat dilihat pada lampiran 4. A. Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau (Classroom Action Research). Menurut Sukardi (2003:211) “Penelitian tindakan kelas adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain”.
Menurut Niff
dalam Arikunto,dkk (2006:106) mnenegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas terletak pada alternatif-alternatif yang direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan selanjutnya dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh pendidik atau tidak. Menurut
Arikunta,
dkk
(2006:16)
penelitian
tindakan
memiliki
serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap kegiatan dalam satu siklus dilaksanakan dengan perubahan yang ingin dicapai setelah menggunakan metode terprogram tipe linier yang ditandai dengan adanya peningkatan keaktivan dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP Muhammadiyah 9 Boyolali. Untuk mengeahui keaktivan belajar siswa dalam pembelajaran geografi di kelas VII B SMP Muhammadiyah 9 Boyolali dilakukan observasi, sedangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan memberikan
tes
hasil
belajar
setelah
terselesaikannya
pembelajaran.
commit to user
seluruh
materi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26 32
C. Sumber Data Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi: 1. Siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang berupa informasi mengenai keaktivan belajar siswa sebelum dilakukan tindakan. 2. Siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang berupa informasi mengenai keaktivan dan nilai tes hasil belajar siswa saat model pembelajaran terprogram tipe linier diaplikasikan. 3. Dokumen atau arsip, yaitu bahan tertulis / benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tetentu (Sutopo, 2006 : 61). Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini antara lain berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Silabus, buku penilaian, dan buku ajar. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengambilan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Metode Observasi Sedangkan Arikunto (1995:27) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menukur keaktivan belajar siswa pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Metode observasi yang dipilih adalah observasi sistematik, “observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematik dan sudah diatur menurut kategorinya (Arikunto, 1995 : 28). Dalam penelitian ini keaktivan belajar yang diukur yaitu meliputi tingkat kehadiran siswa, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, Memberikan tangapan atas pertanyaan siswa lainnya, Mengerjakan soal didepan kelas, serta
mengerjakan tugas yang dibeikan guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel keaktivan belajar dibawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33 27
Tabel 8. lembar keaktivan belajar Komponen Keaktivan No
Nama
Kehdiran
Siswa
siswa
f Bertanya
f Menjawab
f
Memberikan
F
Mengerjakan
kepada
pertanyaan
tangapan atas
soal didepan
guru
guru
pertanyaan
kelas
f Mengerjakan
siswa lainnya
1 2 Keterangan: f
: frekuensi
Pada perhitungan komponen keaktivan belajar tersebut apabila siswa bertanyan, menjawab pertanyaan guru, memberikan tanggapan, mengerjakan tugas, serta mengerjakan soal didepan kelas lebih dari satu kali maka tetap dihitung satu kali. 2. Tes Hasil Belajar Arikunto (1995:139)
mengatakan
bahwa
“Tes
adalah
serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk megukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Jenis tes yang digunakan adalah tes prestasi atau achievement tes. “Tes prestasi atau achievement test adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu ( Arikunto, 1995: 128). Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes diberikan pada akhir siklus untuk mengetahui peningkatan mutu hasil belajar siswa. Dengan perkataan lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa sesuai dengan siklus yang ada. Cara menilai tes dilakukan dengan percentages correction (hasil yang dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar).
commit to user
tugas
f
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3428
Rumus :
Keterangan : S
: Nilai yang diharapkan (dicari)
R
: Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N
: Skor maksimum dari tes tersebut
(Purwanto, 2006: 112)
Bentuk tes dalam penelitian ini yaitu tes obyektif pilihan ganda (multiple choice tes) dengan jumlah butir soal sebanyak 30 butir soal yang diberikan kepada siswa kelas VII SMP Muhammadiayah 9 Boyolali pada kompetesi dasar cuaca dan iklim. Tes diberikan kepada siswa pada akhir siklus dengan tujuan untuk mengetahui untuk mengetahui pengkatan hasil belajar siswa. Adapun kisi-kisi hasil belajar secara lebih detail dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 9. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus I Indikator Hasil Belajar No 1 Pengertian cuaca dan iklim
C1
C2
• Pengertian cuaca • Pengertian iklim Unsur-unsur cuaca dan iklim
1, 4 3, 25,24
2
3 3
5, 16 9,15 13,11 23 ,29 8, 26
14 30 21 17 22
3 3 3 3
2
• • • • • 3
5
12
Jumlah
3
Alat pengukur unsur-unsur cuaca dan iklim • • •
4
Temperatur udara Tekanan udara. Angin Kelembapan udara Curah hujan
C3
Alat pengukur temperatur udara Alat pengukur Tekanan udara Alat pengukur kecepatan Angin
• Alat pengukur Kelembapan udara • Alat pengukur Curah hujan Total Soal Persentase (%)
commit to user
6
7 10 27,18,19 20 28 12 40
8 26,67
10 33,33
2 1 2 2 2 30 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35 29
Keterangan C1
: pengetahuan
C2
: pemahaman
C3
: Aplikasi
Tabel 10. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus II Indikator Hasil Belajar No 1 Pengertian cuaca dan iklim
2
3
4 5
• Pengertian cuaca • Pengertian iklim Unsur-unsur cuaca dan iklim
C1
C2
1, 3 2, 24
4, 5
• Temperatur udara 10,14 • Tekanan udara 15,29 ,12 • Angin 23, 28 • Kelembapan udara 13, 16 • Curah hujan Alat pengukur unsur-unsur cuaca dan iklim • Alat pengukur temperatur udara • Alat pengukur Tekanan udara • Alat pengukur kecepatan Angin • Alat pengukur Kelembapan udara • Alat pengukur Curah hujan Total Soal Prosentase (%)
22, 9
7 14
3 3 3 3 3
11, 26 21, 25 17, 27
2 2
30 20 14, 6 20
Jumlah 6
19 8
18 10 33,33
C3
2 2 1
46,67
Keterangan C1
: pengetahuan
C2
: pemahaman
C3
: Aplikasi
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskripsi kualitatif. Hal ini dilakukan karena sebagaian besar data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa uraian deskripsi tenatng perkembangan proses
commit to user
30 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30 36
pembelajaran yang berupa data pemahaman materi pembelajaran, yakni pemahaman materi pada kompetensi dasar cuaca dan iklim. Untuk mengetahui tingkat keaktivan belajar siswa yaitu dengan cara membandingkan rata-rata persentase keaktivan belajar siswa pada tiap siklus, kemudian dikonversikan kedalam persentase tingkat keaktivan belajar siswa, dengan kriteria : Tingkat keaktifan siswa rata-rata selama proses pembelajaran dalam prosentase (%), 80 %
= Sangat Baik
60 – 79 % = Baik 40 – 59 % = Cukup 20 – 39 % = Kurang < 20 %
= Sangat Kurang
………….. Suhesti, dkk ( _:13)
Data hasil belajar siswa di peroleh dari tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa yaitu dengan cara membandingkan rata-rata hasil belajar siswa pada tiap siklus, kemudian diuraikan secara diskriptif mengenai ketuntasan belajar siswa baik individu maupun secara klasikal. Kriteria ketuntasan belajar siswa dalam penelitian ini yaitu sebesar 80%, dengan kriteria ketuntasan minimal sebesar 65. Sudjana (1995: 8) “Biasanya keberhasilan siswa ditentukan kriterianya, yakni berkisar antara 75-80 persen. Artinya, siswa dikatakan berhasil apabila ia menguasai atau dapat mencapai sekitar 75-80 persen dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai. Kurang dari kriteria tersebut dinyatakan belum berhasil”. F. Indikator Kerja Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini yaitu apabila tercapainya kriteria ketuntasan minimal hasil belajar serta ketuntasan klasikal pada setiap siklus. Kriteria ketuntasan minimal dalam penelitian ini yaitu sebesar 65, dengan ketuntasan klasikal 80%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel indikator keberhasilan penelitian dibawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37 31
Table 11. Indikator keberhasilan penelitian Hasil Belajar
Kriteria Keaktivan
Kriteria Ketuntasan
Kriteria Ketuntasan
Belajar Minimal
Klasikal
Siklus I
65,00
80%
Siklus II
65,00
80%
Belajar 40% dari keseluruhan variabel pengukuran 40% dari keseluruhan variabel pengukuran
G. Prosedur Penelitian Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggar dalam Aqib (2006:22-23) yang berupa model spiral. Dalam perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan tindak lanjut merupakan dasar untuk suatu awal pemecahan masalah. Secara umum langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, tahap analisis dan refleksi, serta tahap tindak lanjut. Pelaksanaan siklus II merupakan hasil dari refleksi siklus I. langkah-langkah operasional penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Tahap Persiapan 1) Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah dan Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi) SMP Muhammadiyah 9 Boyolali 2) Observasi untuk mendapatkan gambaran awal tentang SMP percobaan secara keseluruhan dan keadaan kegiatan belajar mengajar Geografi 3) Identifikasi masalah dalam dalam kegiatan belajar mengajar Geografi kelas VII yang dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32 38
b. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti menyusun beberapa instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan menggunakan model pembelajaran terprogram yaitu lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi keaktivan siswa di kelas dengan model pembelajaran terprogram dan tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahu hasil belajar siswa dengan bentuk soal obyektif tes. c. Tahap Pelaksanaan /Tindakan Hal-hal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan tindakan adalah pengunaan model pembelajaran terprogram dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan secara umum adalah sebagai berikut: 1) Melaksanakan
Kegiatan
Belajar
Mengajar
(PBM)
dengan
menggunakan model pembelajaran terprogram dengan langkahlangkah PBM yang telah dijelaskan dalam Rencana Pembelajaran (RP). 2) Melakukan observasi terhadap tingkat keaktivan belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. 3) Memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi siswa dalam mata pelajaran geografi dengan menggunakan model pembelajaran terprogram. Tahap pelaksanaan tindakan tersebut bila dijabarkan ke dalam setiap pertemuan adalah sebagai berikut: a) PBM pertemuan 1 (1) Pengarahan tetang materi yang akan diberikan yaitu pada pokok bahasan Gejala-Gejala di Atmosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan dengan sub bahasan Cuaca dan Iklim. (2) Memberikan tugas kepada siswa pada sub bahasan Cuaca dan Iklim. (3) Melaksanakan dan Tanya jawab
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39 33
(4) Pembahasan dan kesimpulan hasil Tanya jawab. b) PBM pertemuan 2 (1) Evaluasi Siklus I (2) Observasi keaktivan belajar siswa (3) Tes hasil belajar. d. Analisis dan refleksi Kegiatan refleksi ini menckup kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi atas informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi dan evaluasi untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan. Tahap analisis dan refleksi dilakukan terhadap minat belajar siswa dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar dan hasil penguasaan materi (nilai tes hasil belajar). Berdasarkan pelaksanaan tahap pelaksanaan tindakan sebelumnya, data yang diperoleh selanjutnya menjadi bahan refleksi bagi penelitian untuk mempebaiki pembelajaran berikutnya. e. Tahap tindak lanjut Setelah kegiatan penelitian ini, diharapkan ada tindak lanjut dari guru geografi di sekolah dimana dilaksanakan penelitian tersebut untuk dilakukan perbaikan dan pengembangan secara terus-menerus agar pencapaian pemahaman konsep geografi berhasil dengan baik Pelaksanaan siklus ke dua apabila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus satu. Siklus ketiga dilaksanakan karena siklus dua belum mengatasi masalah. Demikian seterusnya samapai indikator keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas bias tercapai. Secara rinci urutan masing-masing siklus dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4034
• •
• •
Analisis dan Refleksi I : • Analisis Pelaksanaan Pembelajaran • Analisis Hasil Tes • Analisis Hasil Observasi • Refleksi Untuk Perbaikan Kegiatan • Pembelajaran pada siklus berikutnya
Persiapan Permohonan Ijin Identifikasi Masalah Perencanaan : Penyusunan Silabus Penyususnan Instrumen Penelitian
SIKUS I
Perencanaan dan Pengamatan Siklus I: • Pelaksanaan Pembelajaran • Tes formatif • Observasi
Tindakan I : Penggunaan Metode Pembelajaran Terprogram
Perencaaan Ulangan Apabila Siklus I Belum berhasil
Analisis dan Refleksi II
Pelaksanaan dan
SIKUS II
Pengamatan Siklus II Tindakan II Tindak Lanjut
Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3441
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang berlokasi Sawahan Ngemplak Boyolali. Secara astronomi SMP ini terletak pada 1100 48’ 26” BT dan 70 31’32” LS. − Bangunan gedung SMP Muhammadiyah 9 Boyolali berdiri di atas tanah seluas 1.239 m2 dengan perincian sebagai berikut: − 12 Ruang Kelas − 1 Ruang Guru − 1 Ruang Perpustakaan − 1 Ruang Kepala Sekolah − 1 Ruang Tata Usaha − 1 Ruang Laboratorium Komputer − 1 Ruang Laboratorium Bahasa − Sarana olah
raga yang meliputi : Lapangan Basket, Lapangan Bola
Volley, Bulu Tangkis. Tenaga pengajar di SMP ini terdiri dari 20 guru dan dibantu 5 orang pegawai tata usaha, tukang kebun dan penjaga. Jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 356 siswa yang meliputi : − Kelas VII sebanyak 124 siswa, terdiri dari 65 putra dan 59 putri. − Kelas VIII sebanyak 117 siswa, terdiri dari 63 putra dan 54 putri. − Kelas IX sebanyak 115 siswa, terdiri dari 59 putra dan 56 putri.
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
B. Kondisi Awal Keaktivan dan Hasil Belajar Sebelum Diberikan Tindakan di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali. 1. Hasil Belajar Sebelum Tindakan Untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran geografi di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali, dilakukan wawancara dengan guru geografi dan analisis dokumen nilai siswa. Berdasarkan hasil wawancara penelitian dengan guru geografi, hasil belajar siswa dalam belajar belum optimal sehingga serta siswa dalam mengikuti kegiatan kegiatan pembelajaran di kelas relatif kurang dibandingkan dengan kelas yang lain. Hal ini dikarenakan guru kurang menarik dalam menyampaikan materi pelajaran geografi yang berakibat rendahnya interaksi antara siswa dengan guru. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru menggunakan model ceramah dan tanya jawab. Akan tetapi, sebagian besar kegiatan siswa di dalam kelas hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi pelajaran saja. Kegiatan tersebut menyebabkan lemahnya pemahaman materi yang diserap oleh siswa sehingga pencapaian hasil belajar kurang optimal Berdasarkan analisis dokumen nilai hasil belajar geografi kelas VII B mempunyai nilai rata-rata kelas paling rendah dibandingkan dengan ratarata kelas VII yang lain yaitu sebesar 64. Ketuntasan belajar klasikal siswa adalah 40%.
Nilai rata-rata hasil belajar geografi pada Bab IV kelas VII B pada
kompetensi dasar pemanfaatan lapisan atmosfer sebelum diberikan tindakan dapat dilihat pada lampiran 4. Dari hasil evaluasi awal maka diperlukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi. 2. Keaktivan Belajar Siswa Sebelum Tindakan Untuk mengetahui kondisi awal keaktivan belajar siswa di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali diamati dengan mengunakan lembar observasi. Berdasarkan hasil observasi, banyak siswa yang masih pasif selama proses belajar mengajar berlangsung. Siswa lebih banyak mendengarkan dan mencatat materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, bila guru memberikan pertanyaan siswa hanya diam atau menggelengkan kepala.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Hasil perhitungan persentase keaktivan belajar siswa sebelum tindakan menunjukkan bahwa keaktivan belajar siswa belum optimal, dibawah ini tabel perhitungan keaktivan belajar siswa sebelum diberikan tindakan. Tabel 12. Keaktivan Belajar Sebelum Tindakan Sebelum Tindakan
Komponen Keaktivan
Jumlah Siswa
%
•
Kehadiran siswa
30
100
•
Bertanya kepada guru
5
16,67
•
Menjawab pertanyaan guru
7
23,33
•
Memberikan pertanyaan
5
16,67
•
Mengerjakan Tugas
30
100
•
Mengerjakan Kelas
6
20
tangapan atas siswa lainnya
Soal
didepan
Prosentase rata-rata keaktivan belajar
35,83
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009 Pada tabel diatas rata-rata keaktivan belajar sebelum tindakan yaitu sebesar 35,83%. Keaktivan belajar siswa sebelum diakannya tindakan dapat dikategorikan kurang aktiv, hal ini dikarenakan rata-rata keaktivan belajar siswa berada antara 20-39% dari keseluruhan variabel pengukuran keaktivan belajar siswa. Pada perhitungan komponen keaktivan belajar tersebut apabila siswa bertanyan, menjawab pertanyaan guru, memberikan tanggapan, mengerjakan tugas, serta mengerjakan soal didepan kelas lebih dari satu maka tetap dihitung satu kali. C. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Tahap perencanan siklus I, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran berupa materi pelajaran pada Bab IV yaitu cuaca dan iklim yang telah dibuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
dalam bentuk bingkai-bingkai, silabus, Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada lampiran 5. Untuk mengetahui keaktivan belajar siswa dalam proses belajar-mengajar peneliti mengunakan lembar observasi, sedangkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa berupa soal tes hasil belajar. b. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Pelaksanan tindakan merupakan penerapan dari Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan selama 2x 40 menit (2 jam pelajaran). Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran diawali dengan presensi siswa yang dilanjutkan dengan perkenalan. Peneliti menyampaikan bahwa akan mengajar BAB IV pada kompetensi dasar cuaca dan iklim. Langkah selanjutnya adalah pembagian buku rangkuman materi cuaca dan iklim kepada siswa. Peneliti penyampaikan kompetensi dasar yang hendak dicapai, kemudian peneliti menjelaskan sekilas model pembelajaran terprogram tipe linier, sebagian siswa memperhatikan dengan baik. Beberapa siswa tampak masih binggung mengenai mekanisme pembelajran terprogram, hal ini dapat dimaklumi karena siswa masih asing atau belum terbiasa dengan model pembelajaran semacam ini. Setelah peneliti menjelaskan kembali mengenai kegiatan belajar yang seharusnya dilakukan, siswa mulai tenang dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan apa yang telah disampaikan peneliti. Pelaksanan pembelajaran dimulai dengan menampilkan power point yang telah disiapkan sebelumnya yag berisikan materi pembelajaran cuaca dan iklim yang telah dibuat kedalam bingkai-bingkai. Pada setiap bingkai berisikan materi pembelajaran, pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa serta jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepada siswa. Kemudian peneliti menerangkan materi pembelajaran
yang
diikuti
dengan
tampilan
bingkai-bingkai
dengan
mengguanakan model pembelajaran terprogram. Materi yang diajarkan meliputi: cuaca dan iklim, unsur-unsur cuaca dan iklim, serta alat-alat pengukur cuaca dan iklim. Pada saat peneliti menerangkan materi cuaca dan iklim, siswa tampak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
antusias dan memperhatikan dengan seksama. Ketika menerangkan materi, peneliti memberikan beberapa pertanyaan pada siswa guna memancing perhatian serta meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa. Pertanyaan yang diberiakn oleh guru tidak bersifat individu melainkan menyeluruh. Ada beberapa siswa yang mengacungkan tangan yangn kemudian menjawab pertanyan yang diajukan peneliti tetapi ada bebrapa siswa yang tidak menjawab pertanyaanya. Pada tahap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:
a. Keaktivan Belajar Siswa Untuk mengetahui bagaimana keaktivan belajar siswa selama proses belajar-mengajar diamati dengan menggunakan lembar observasi. Indikator keaktivan belajar siswa yang amati meliputi : tingkat kehadiran siswa dalam proses pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan guru, siswa bertanya kepada guru, siswa memberikan tanggapan atas pertanyaan siswa yang lain, mengerjakan soal didepan kelas serta mengerjakan pekerjaan rumah yang diberiakan guru. Hasil perhitungan persentase keaktivan belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar pada siklus I terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 13. Keaktivan Belajar Siklus I Siklus I
Komponen keaktivan
Jumlah siswa
%
•
Kehadiran siswa
30
100
•
Bertanya kepada guru
5
16,67
•
Menjawab pertanyaan guru
7
23,33
•
Memberikan tangapan atas pertanyaan
5
16,67
siswa lainnya •
Mengerjakan Tugas
30
100
•
Mengerjakan Soal didepan Kelas
6
20
Rata-rata keaktivan belajar
46,11
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Pada tabel diatas rata-rata keaktivan belajar sebelum tindakan yaitu sebesar 46,11%. Keaktivan belajar siswa pada siklus I dapat dikategorikan cukup aktiv, hal ini dikarenakan rata-rata keaktivan belajar siswa berada antara 40-59% dari keseluruhan variabel pengukuran keaktivan belajar siswa. Pada tabel diatas rata-rata keaktivan belajar siklus I yaitu sebesar 46,11%. Persentase tersebut diperoleh dengan melakukan perhitungan pada setiap komponen kekaktivan belajar. Pada perhitungan komponen keaktivan belajar tersebut apabila siswa bertanyan, menjawab pertanyaan guru, memberikan tanggapan, mengerjakan tugas, serta mengerjakan soal didepan kelas lebih dari satu kali maka tetap dihitung satu kali. b. Hasil Belajar Siswa Evaluasi akhir pembelajaran pada setiap siklus berupa soal- soal obyektif. Soal- soal pada siklus I ini meliputi pokok bahasan: pengertian cuaca dan iklim, Unsur- Unsur Cuaca dan iklim, serta alat pengukur unsur-unsur cuaca dan iklim. Rentang nilai pada siklus I antara 50 sampai dengan 87 dan rata-rata kelas yaitu 68,11. Data persentase evaluasi hasil belajar pada pokok bahsan pengertian cuaca dan iklim, unsur- unsur cuaca dan iklim, serta alat pengukur unsur-unsur cuaca dan iklim dapat dilihat pada lampiran 14 Berikut tabel persentase indikator hasil belajar : Tabel 14. Evaluasi Capaian Materi Pada Siklus I No
Indikator
Capaian (%)
1
Pengertian Cuaca Dan Iklim
72,67
2
Unsur- Unsur Cuaca dan iklim
74,29
3
Alat Pengukur Unsur-Unsur Cuaca Dan Iklim
76.25
Rata-rata Prosentase
74,40
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
P R E S E N T A S E
Gambar 5.Histogram Persentase Capaian Materi Siklus I
Hasil tes pada siklus I menunjukkan bahwa pada kompetensi dasarcuaca dan iklim capaian prosentasenya paling rendah yaitu sebesar 72,67%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang baik pemahamannya pada konsep tersebut. Hasil analisa dari perolehan skor siswa, ternyata sebagian besar jawaban salah terdapat pada konsep tersebut. Analisa data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I kurang optimal. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal hasil belajar siswa dapat dikelompokkan dalam kategori tuntas atau belum tuntas, seperti yang terdapat dalam tabel berikut : Tabel 15. Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal Siklus I No
Jumlah
Hasil Tes
Keterangan
Siswa
%
1
Nilai kurang dari 6,5
9
30
Belum Tuntas
2
Nilai 6,5 keatas
21
70
Tuntas
3
Jumlah
30
100
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 9 siswa dengan nilai diatas 6,5 dan 21 siswa dengan nilai diatas 6,5. Dengan prosentase jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 30% sedangkan jumlah siswa yang tuntas yaitu sebesar 70%. Berdasarkan ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I bahwa jumlah siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar adalah yaitu sebesar 70%, sedangkan siswa yang belum tuntas dalam pencapaian nilai tes adalah 30%. Hal ini menunjukkan belum belum tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal yang batas minimalnya adalah 80%. c. Refleksi Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan selama kegiatan belajar-mengajar dengan penggunaan model pembelajaran terprogram pada akhir siklus I, diperoleh beberapa temuan yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Tabel 16. Keberhasilan, Kekurangan, dan Perencanaan Ulang Siklus I Keberhasilan
Kekurangan
1. Adanya
peningkatan
Perencanaan ulang
1. Terdapat 9 siswa dengan
Pemberian tindakan dengan
keaktivan belajar siswa dari
nilai diatas 65 dan 21 model pembelajaran terprogram
35,83% sebelum di berikan
siswa dengan nilai diatas tipe linier untuk meningkatkan
tindakan
65. Dengan prosentase keaktivan dan hasil belajar siswa.
dengan
kurang
aktiv,
kategori meningkat
jumlah siswa yang belum Dengan
menjadi 46,11% pada siklus I
tuntas
dengan kategori cukup aktiv,
sedangkan jumlah siswa ketuntasan
hal ini dikarenakan rata-rata
yang tuntas yaitu sebesar sebesar 80%.
keaktivan
70%.
belajar
siswa
yaitu
kriteria
ketuntasan
keseluruhan
sebesar 65.
variabel
30% minimal sebesar 65, serta dengan
Dengan
berada antara 40-59% dari
kriteria minimal
pengukuran keaktivan belajar siswa. 2. Adanya
peningkatan
rata-rata
kelas
dari
nilai 64
2. Belum
tercapainya
ketuntasan belajar secara
sebelum di berikan tindakan,
klasikal
meningkat
minimal sebesar 80%.
menjadi
68,11
dengan
batas
pada siklus I. Dengan kriteria
Capaian
ketuntasan minimal sebesar
klasikal pada siklus I
65.
yaitu sebesar 70%. Hal Daftar
kelas
nilai
sebelum
rata-rata diberikan
ketuntasan
ini menunjukkan belum belum
ketuntasan
tercapainya
tindakan dapat dilihat pada
ketuntasan belajar secara
lampiran 4. sedangkan daftar
klasikal
nilai rata-rata kelas pada
minimalnya adalah 80%.
yang
siklus I dapat dilihat pada lampiran 15. Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009
commit to user
batas
belajar
klasikal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Berdasarkan tabel diatas penggunaaan model pembelajran terprogram sudah dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan keaktivan belajar siswa dan hasil belajarnya. Hal ini terlihat pada waktu proses kegiatan belajar- mengajar siswa terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Akan tetapi, guru masih kesulitan dalam melaksanakan alokasi waktu ketika mengajar dan terlihat kaku dalam penyampaian materi. Hasil belajar siswa pada siklus I walaupun sudah mengalami kenaikan dari kondisi awal, tetapi belum dapat memenuhi batas ketuntasan klasikal yang telah ditentukan yaitu sebesar 80%. Berdasarkan refleksi siklus I maka diperlukan perencanaan tindakan siklus II, untuk meningkatkan keaktivan belajar dan hasil belajar siswa. 2. Siklus II Hasil refleksi pada akhir siklus I menjadi dasar untuk perencanaan tindakan siklus II. Pada siklus I keberhasilan tindakan belum tercapai. keaktivan belajar dan hasil belajar siswa sudah meningkat apabila dibandingkan dengan hasil belajar siswa sebelum diberi tindakan siklus I. Akan tetapi, untuk perolehan hasil belajar siswa belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang dicapai. Nilai rata-rata kelas tes hasil belajar siklus I adalah
68,11. Sedangkan ketuntasan
klasikal tetap yaitu sebesar 70%. Karena kriteria keberhasilan tindakan belum tercapai, maka perlu diadakan tindakan siklus II yang merupakan kelanjutan dari siklus I. Langkah awal pada tahap perenc anaan tindakan siklus II peneliti mempersiapkan instrument penelitian yang hampir sama pada siklus I. Perbedaan instrumen penelitian untuk perencanaan tindakan siklus II dengan tindakan siklus I adalah materi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan tes hasil belajar. Kekurangan yang ada pada siklus I di perbaiki pada siklus II dengan langkah langkah sebagai berikut: 1. Perencanan Tindakan
a. Peneliti lebih memotivasi siswa pada saat menerangkan materi serta memimpin jalannya pelaksanaan pembelajaran. b. Peneliti memperhatikan alokasi waktu sehingga lebih terstruktur yang dapat dilihat pada pembagian alokasi waktu di RPP siklus II. c. Setiap siswa diberikan ringkasan materi cuaca dan iklim.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan Pelaksanaan tindakan Siklus II merupakan kelanjutan dari pelaksanaan tindakan siklus I. Pelaksanaan tindakan Siklus II diberikan, hal ini dikarenakan ketuntasan klasikal belajar siswa kelas VII B masih kurang dari 80% dari keseluruhan jumlah siswa kelas VII B, ketuntasan belajar siswa pada siklus I yaitu sebesar 70%. Sehingga diperlukan pelaksanaan tindakan siklus II. Kegiatan pembelajaran pada siklus II memperhatikan hasil analisis dan refleksi siklus I. Materi yang diberikan pada tindakan siklus II terdiri dari kompetensi dasarcuaca dan iklim. Pemberian materi sesuai dengan hasil analisis dan refleksi siklus I dengan menekankan pada pokok materi yang alat pengukur unsur-unsur cuaca dan iklim. Tahap-tahap pelaksanaan tindakan siklus II : 1) Guru mengadministrasi absensi siswa. Ketua kelas menyampaikan bahwa semua siswa hadir, tidak ada yang absen. 2) guru menerangkan materi cuaca dan iklim dengan mengunakan model pembelajaran terprogram. 3) guru memberikan pertanyaan pada saat penyampaian materi. 4). guru memberikan pekerjaan rumah 5) guru melakukan penarikan kesimpulan akhir kegiatan. Pelaksanaan tindakan siklus II diharapkan peneliti dapat meningkatkan pemahaman materi pelajaran geografi dan kualitas pembelajaran siswa dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada tindakan siklus I. Pembelajaran tindakan siklus II dilaksanakan dalam 3 jam pelajaran. Pada tahap ini pelaksanaan siklus II diperoleh keterangan sebagai berikut: Pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukkan bahwa kualitas proses belajar- mengajar sudah meningkat dan bagus. Siswa terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Memperhatikan dengan seksama materi yang disampaikan oleh peneliti. Model pembelajaran digunakan oleh peneliti terbukti dapat menarik perhatian siswa yang akan meningkatkan keaktivan belajar siswa terhadap materi pelajaran geografi. Peningkatan kualitas belajar- mengajar tampak dari keaktifan siswa dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Interaksi antara guru (peneliti) dengan siswa terlihat lebih baik dari kegiatan sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Pada siklus II keaktivan belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 40,46% pada siklus I menjadi 50,15% pada siklus II. Berikut tabel keaktivan belajar siswa pada siklus II : Tabel 17. Keaktivan Belajar Siklus II Siklus II
Komponen Keaktivan
Jumlah Siswa
%
•
Kehadiran siswa
30
100
•
Bertanya kepada guru
13
43.33
•
Menjawab pertanyaan guru
15
50
•
Memberikan tangapan atas pertanyaan siswa lainnya
17
56.67
•
Mengerjakan Tugas
30
100
•
Mengerjakan Soal didepan Kelas
15
50
Prosentase rata-rata keaktivan belajar
50.15
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009 Pada tabel diatas rata-rata keaktivan belajar sebelum tindakan yaitu sebesar 50,15%. Keaktivan belajar siswa pada siklus dapat dikategorikan cukup aktiv, hal ini dikarenakan rata-rata keaktivan belajar siswa berada antara 40-59 % dari keseluruhan variabel pengukuran keaktivan belajar siswa. Pada tabel diatas rata-rata keaktivan belajar siklus II yaitu sebesar 50,15%. Persentase tersebut diperoleh dengan melakukan perhitungan pada setiap komponen kekaktivan belajar. Pada perhitungan komponen keaktivan belajar tersebut apabila siswa bertanyan, menjawab pertanyaan guru, memberikan tanggapan, mengerjakan tugas, serta mengerjakan soal didepan kelas lebih dari satu maka tetap dihitung satu kali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Evaluasi hasil belajar siswa pada siklus II berupa soal- soal obyektif yang meliputi kompetensi dasar cuaca dan iklim. Hasil tes dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dan seberapa jauh seberapa jauh pemahaman siswa terhadap tiap- tiap kompetensi dasaryang disampaikan. Rentang nilai yang dicapai oleh siswa pada siklus II antara 53- 93 dengan rata- rata kelas 75 prosentase rata rata keseluruhan dari indikator capaian materi sebesar 78,36 %. Data prosentase hasil evaluasi siklus II dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 6. Tabel 18. Evaluasi Capaian Materi Pada Siklus II. No
Indikator
Capaian (%)
1
Pengertian Cuaca Dan Iklim
80
2
Unsur- Unsur Cuaca Dan Iklim
79,19
3
Alat Pengukur Unsur-Unsur Cuaca Dan Iklim
75,89
Rata-rata
78,36
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009 P R E S E N T A S E
Gambar 6.Histogram Persentase Hasil Evaluasi Siklus II
Dari hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa capaian prosentase semua kompetensi dasarsudah baik. Artinya bahwa semua materi yang disampaikan oleh guru sudah dapat dipaham siswa secar baik (data dapat dilihat pada lampiran 15).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Pemahaman siswa pada kompetensi dasar cuaca dan iklim telah menunjukkan peningkatan dibandingkan pada kondisi siklus I. Berdasarkan ketuntasan belajar secara klasikal sebagian besar siswa telah tuntas dalam hasil belajarnya. Jumlah siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar yaitu sebesar 87,67%, sedangkan siswa yang belum tuntas dalam pencapaian nilai tes sebesar 13,33. Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan belajar sudah tercapai yaitu sebesar 80 %, berarti tujuan dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran terprogram pada siklus II sudah tercapai. Tabel 19. Ketuntasan Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Kelas VII B Pada Siklus II Secara Klasikal No
Jumlah
Hasil Tes
Keterangan
Siswa
%
1
Nilai kurang dari 65
4
13,33
Belum Tuntas
2
Nilai 65 keatas
26
87,67
Tuntas
3
Jumlah
30
100
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009 3. Refleksi Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan selama kegiatan belajarmengajar dengan model pembelajaran terprogram pada akhir siklus II, diperoleh beberapa temuan yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Tabel 20. Keberhasilan, Kekurangan, dan Perencanaan Ulang Siklus II. Keberhasilan
1. Meningkatkan
Kekurangan
keaktivan
Perencanaan ulang
belajar 1. Masih terdapat 4 siswa 1. Tidak
siswa dari 46,11% pada siklus I
belum
menjadi
sebesar 13,33%, dari
ini
keseluruhan
siswa
ketuntasan
yang
siswa
pada siklus II 50,15 %.
Keaktivan belajar siswa pada siklus II dapat dikategorikan cukup aktif, hal
ini
dikarenakan
keaktivan
belajar
rata-rata
siswa
kelas
tuntas
VII
berjumlah 30 siswa.
berada
antara 40-59% dari keseluruhan variabel
pengukuran
keaktivan
belajar siswa. 2. Meningkatnya rata-rata kelas yang diperoleh dari tes hasil belajar pada siklus I sebesar 68,11 menjadi 75 pada siklus II. Dengan kriteria ketuntasan minimal sebesar 65. Daftar perbandingan nilai ratarata kelas pada siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada lampiran 15. 3. Tercapainya secara
ketuntasan
klasikal
dengan
belajar batas
minimal 80%. ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu sebesar 70% menjadi 86,67 % pada siklus II. Hal
ini
tercapainya secara
menunjukkan
ketuntasan
klasikal
yang
B
atau
diadakan
belajar batas
minimalnya adalah 80%. Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009
commit to user
perencaan ulang, hal dikarenakan klasikal
sebesar
sudah terpenuhi
80%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Berdasarkan refleksi siklus II, siklus II sudah berhasil sesuai dengan ukuran indikator keberhasilan. Dari segi proses, siklus II sudah berhasil meningkatkan keaktivan belajar siswa. sedangkan dari segi hasil, ada 26 siswa yang nilainya > 65. Jadi prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal mencapai 87,67 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran terprogram dapat digunakan untuk meningkatkan keaktivan dan hasil belajar geografi khususnya pada materi yang berbentuk naratif seperti materi cuaca dan iklim. D. Perbandingan Antar Siklus Pada kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II terdapat berbagai macam perbedaan hasil yang diperoleh. Adapun perbandingan hasil pelaksanaan belajarmengajar dengan menggunakan model pembelajaran terprogram dari kedua siklus tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Table 21. Perbandingan antar siklus Aspek Alokasi waktu
Siklus I
Siklus II Kurang terstruktur Lebih terstruktur bila dibandingkan dengan siklus I 30 siswa mengikuti pelajaran dengan baik tanpa 30 siswa mengikuti pelajaran ada yang absen. dengan baik tanpa ada yang absen. 5 siswa bertanya kepada guru. 9 siswa bertanya kepada guru. 7 siswa menjawab pertanyaan guru.
kekativan belajar siswa
Hasil belajar siswa
11 siswa menjawab pertanyaan guru. 5 siswa memberikan pendapat atas pertanyaan 13 siswa memberikan pendapat siswa lainnya. atas pertanyaan siswa lainnya. 30 siswa mengerjakan tugas dari guru.
30 siswa mengerjakan tugas dari guru.
6 siswa mengerjakan soal di depan kelas.
10 siswa mengerjakan soal di depan kelas.
Nilai rata-rata kelas tes hasil belajar siklus I Nilai rata rata kelas 79,44 adalah 65,42 mengalami peningkatan dari nilai dan ketuntasan klasikal rata- rata ulangan sebelum pelaksanaan sebesar 86,67. tindakan yaitu 66,01% dengan Ketuntasan klasikal hasil belajar yaitu 56,57%
commit to user
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Hasil penelitian yang secara garis besar diseskripsikan ke dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II memperlihatkan beberapa hal yang dapat dicermati sehubungan dengan pemahaman materi geografi siswa dan pengembangan model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran terprogram menjadikan siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Rata- rata nilai tes hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus I sebesar 66 %. Hasil pencapaian nilai evaluasi menunjukkan masih ada beberapa siswa yang nilainya di bawah batas ketuntasan belajar. Penyebab pencapaian nilai di bawah batas ketuntasan belajar oleh sebagian siswa adalah karena faktor guru yang terkesan kaku dalam penyampaian materi disamping itu juga alokasi waktu yang kurang terstruktur. Sehingga siswa bingung dalam memahami materi dan interaksi siswa dengan guru kurang berjalan dengan baik. Mempertimbangkan hasil yang dicapai oleh siswa pada siklus I yaitu prosentase capaian pada tiap-tiap kompetensi dasardan ketuntasan belajar yang belum optimal. prosentase capaian siswa pada tiap- tiap kompetensi dasarsecara keseluruhan sebesar 66,01% dan ketuntasan klasikal sebesar 56,67%. Karena 43,33% siswa belum mengalami ketuntasan belajar maka perlu diulang kembali pengajaran mengenai bahan yang berhubungan dengan soal tersebut bagi seluruh kelas. Langkah pengulangan kembali pengajaran bahan atau konsep tersebut dilaksanakan pada siklus II. Hasil belajar siswa pada siklus II pada tiap- tiap kompetensi dasarsecara keseluruhan sebesar 79, 44% . Capaian persentase tersebut memperlihatkan bahwa pemahaman siswa pada materi cuaca dan iklim mengalami peningkatan. Ketuntasan secara klasikal meningkat menjadi 86,67% sehingga pada siklus II ini proses belajarmengajar dikatakan berhasil yang melebihi dari batas indikator ketuntasan belajar secara klasikal yaitu sebesar 80%. E. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan, dapat dibahas hal-hal sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
1. Keaktivan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Geografi Untuk mengetahui bagaimana keaktivan belajar siswa terhadap mata pelajaran geografi diamati dengan menggunakan lembar observasi. Prosentase rata-rata keaktivan belajar siswa pada siklus I yaitu 46,11 % dan siklus II sebesar 50,15%. Keaktivan belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan bila dibandingkan pada siklus I. Hasil perhitungan persentase keaktivan belajar pada siklus I dan siklus Iidapat dilihat paada tabel dibawah ini: Tabel 22. Perbandingan persentase keaktivan belajar siswa siklus I dan siklus II Siklus I
Komponen Keaktivan
Siklus II
Jumlah Siswa
%
Jumlah Siswa
%
•
Kehadiran siswa
30
100
30
100
•
Bertanya kepada guru
5
16,67
9
30
•
Menjawab
pertanyaan
7
23,33
11
36,67
tangapan
5
16,67
13
43,33
guru •
Memberikan atas pertanyaan
siswa
lainnya •
Mengerjakan Tugas
30
100
30
100
•
Mengerjakan Soal didepan
6
20
10
33,33
Kelas Rata-Rata Keaktivan Belajar
46,11
50,15
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009. Hasil pengamatan observer tentang pencapaian persentase minat belajar siswa selama menggunakan model pembelajaran terprogram pada siklus I divisualisasikan pada gambar 7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
P R E S E N T A S E
Gambar 7.Histogram Perbandingan Persentase Keaktivan Belajar Siswa Pada Siklus I 2. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Geografi Data hasil belajar geografi pada kompetensi dasar cuaca dan iklim yang dianalisis adalah data yang diperoleh dari tes hasil belajar siklus I dan siklus II. Perbandingan distribusi frekuensi nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi dengan penggunaan mengunakan model pembelajaran terprogram dapat dilihat pada tabel 22. Tabel 23. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Frekuensi Pada Nilai (N)
Tes Hasil Belajar
Tes Hasil Belajar
Siklus I
Siklus II
80 < N < 100
4
12
60 < N< 80
21
17
40 < N< 60
5
1
Jumlah
30
30
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009. Untuk memperjelas perbandingan distribusi frekuensi nilai tes hasil belajar untuk kedua siklus disajikan dalam histogram pada gambar 8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
J U M L A H S I S W A
Gambar 8 Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Dari tabel 22 dan gambar 8 terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai 80100 pada tes siklus I adalah 4 siswa. Setelah tindakan pada siklus I diperbaiki, pada tes siklus II banyaknya siswa yang mendapat nilai ini meningkat menjadi 7 siswa. Perolehan nilai 60-80 mendominasi tes hasil belajar yakni tes siklus I sebanyak 12 siswa dan tes siklus II sebanyak 22. Siswa yang mendapat nilai 40-60 berkurang, dari 18 siswa pada tes siklus I menjadi 1 pada tes siklus II. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa, peneliti menganalisis tes hasil belajar siklus I dan tes hasil belajar siklus II.. Ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan rumus: Ketuntasan klasikal =
Jumlah siswa yang tuntas × 100% Jumlah siswa
Dengan kriteria apabila 80 % dari jumlah siswa yang tuntas dengan nilai > 65 untuk tiap tes hasil belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Tabel 24. Perbandingan Ketuntasan Belajar Secara Klasikal Tuntas Belajar
Belum Tuntas
Hasil
Nilai Rata-
Belajar
Rata Kelas
Jumlah
%
Jumlah
%
Tes I
68,11
21
70
9
30
Tes II
75,00
26
86,67
4
13,33
Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009
P R E S E N T A S E
Gambar 9. Histogram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tes Siklus I dan Tes Siklus II Secara Klasikal. Berdasarkan analisis hasil penelitian tindakan kelas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan keaktivan dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar geografi khususnya pada materi cuaca dan iklim.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3441
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, setelah dievaluasi dan dianalisis dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil Belajar Siswa Penggunaan model pembelajaran terprogram dalam proses belajar mengajar geografi khususnya pada materi cuaca dan iklim dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Hal ini terlihat dari meningkatnya ratarata kelas yang diperoleh dari tes hasil belajar pada siklus I sebesar 68,11 menjadi 75 pada siklus II. dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar 70 %, menjadi 86,67 % pada siklus II. 2. Keaktivan Belajar Siswa Penggunaan model pembelajaran terprogram dalam belajar mengajar geografi khsusnya pada materi cuaca dan iklim dapat meningkatkan keaktivan belajar siswa. Hal ini terlihat dari meningkatnya presentase rata-rata keaktivan belajar yaitu pada siklus I 46,11% menjadi pada siklus II 50,15 %. Dengan demikian, penggunaan media model pembelajaran berpogram dapat digunakan untuk meningkatkan keaktivan belajar dan hasil belajar geografi khususnya pada materi yang berbentuk diskriptif seperti Lingkungan Hidup dan Pelestariannya. B. Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas penulis dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis a. Secara teoretis hasil penelitian ini terbukti secara empirik, kegiatan belajar mengajar geografi pada materi yang berbentuk naratif tertulis seperti materi cuaca dan iklim dengan mengunakan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan keaktivan belajar siswa. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
pertimbangan akan pentingnya penggunaan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan pengetahuan dasar penelitian selanjutnya, juga dapat dipergunakan sebagai gambaran untuk menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran geografi di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali, yakni bahwa peningkatan keaktian dan hasil belajar geografi siswa dapat diupayakan melalui penggunaan model pembelajaran terprogram. Hal ini disebabkan model pembelajaran terprogram menekankan pada keaktivan belajar siswa, baik fisik maupun mental sehingga mendorong siswa untuk selalu aktif dalam proses belajar mengajar. C. Saran- Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk mencapai kompetensi dasar geografi secara optimal, dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya partisipasi dan keaktivan siswa serta ketrampilan guru dalam meilih dan menggunakan model mengajar secara tepat dan sesuai dengan karakteristik materi, alokasi waktu, fasilitas pendukung, dan karakteristik siswa. 2. Setelah pelaksanaan penelitian tindakan ini, disarankan kepada guru geografi untuk menggunakan, disarankan kepada guru geografi yang mengajar materi berbentuk naratif tertulis dan tujuan pelajarannya lebih menekankan pada konsep dari pada ketrampilan
commit to user