perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : COLIS DYAH MARGANINGRUM X 3304006
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh : COLIS DYAH MARGANINGRUM X 3304006
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Colis Dyah Marganingrum. PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (KSP) SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2011/2012, Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2012. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui (1) Adanya pengaruh metode pembelajaran TAI terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Mojolaban materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), (2) Adanya pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Mojolaban materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), (3) Adanya interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Mojolaban materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2011/2012. Sampel diambil secara cluster random sampling sejumlah 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen berjumlah 40 siswa dan kelas kontrol berjumlah 40 siswa. Data penelitian ini berupa hasil belajar siswa yang meliputi ranah kognitif yang diperoleh dari tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda, dan penilaian motivasi belajar siswa yang diperoleh dengan angket. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas metode Liliefors yang digunakan untuk menguji keadaan distribusi sampel, uji homogenitas dengan metode Bartlett. Uji hipotesis menggunakan Analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama factorial 2x2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan (1) Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran TAI terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), dengan Fobs > Ftabel = 39,0962 > 4,00. Metode pembelajaran TAI menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), (2) Ada pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah, dengan Fobs > Ftabel = 4,0866 > 4,00. (3) Tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), dengan Fobs < Ftabel = 0,0050 < 4,00. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Colis Dyah Marganingrum. “THE INFLUENCE OF TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) LEARNING METHOD VIEWED FROM STUDENTS LEARNING MOTIVATION TOWARD STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT SUBJECT MATTER OF SOLUBILITY AND SOLUBILITY PRODUCT CONSTANT (Ksp) FOR XIth GRADE STUDENT OF SCIENCE CLASS IN 2nd SEMESTER AT SMA N 1 MOJOLABAN IN ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Minor Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. April 2012. This study aims to determine: (1) the difference of influence of TAI learning method toward student learning achievement in XIth grade student of science class at SMA N 1 Mojolaban subject matter of solubility and solubility product constant (Ksp), (2) the difference of influence between high learning motivation and low learning motivation toward student learning achievement in XIth grade student of science class at SMA N 1 Mojolaban subject matter of solubility and solubility product constant (Ksp), (3) the interaction effect between learning method and learning motivation toward student learning achievement in XIth grade student of science class at SMA N 1 Mojolaban subject matter of solubility and solubility product constant (Ksp). This study is an experimental research. The population is all of the XIth grade student of science class at SMA N 1 Mojolaban in academic year of 20011/2012. The research sampel was taken by using cluster random sampling techniqeu. Sample consisted of two classes, an experiment class with 40 students and a control class with 40 students. Retreiveal technique of data in this research is obtained from objective test for cognitive aspect and questionaire for student learning motivation. The research data were analyzed using two way variance analysis factorial 2 x 2 with the prerequisite analysis test, that is normality test using Liliefors test, homogenity of variance using Bartlett test, and equilibrium test using t-matching test. Based on the research finding it is concluded that (1) there is significant effect difference of TAI learning method toward student cognitive learning achievement in subject matter of solubility and solubility product constant (Ksp), with Fobs > Ftabel = 39,0962 > 4,00. TAI learning method produce results higher student learning achievement than lecturer method in subject matter of solubility and solubility product constant (Ksp) (2) there is a significant effect between student who have studied with high and low learning motivation toward student cognitive learning achievement in subject matter of solubility and solubility product constant (Ksp). Student who have high learning motivation gained higher cognitive learning achievement than student with low learning motivation, (3) there is no interaction between learning with learning motivation on the student cognitive commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
learning achievement in subject matter of solubility and solubility product constant (Ksp) , with Fobs < Ftabel = 0,0050 < 4,00.
MOTTO “Kami tiada Membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, . . .” (QS 23: 62) “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat” “Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS 94: 6) „Kehidupan, sangat kompleks kesederhanaannya, dan tidak ada yang menyamai keindahan dari kompleksitasnya. Maka, janganlah mempersulit diri saat engkau harus bersikap sederhana dalam keikhlasan‟. (Mario Teguh)
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kupersembahkan kepada: Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas seluruh pengorbanan, cinta dan kepercayaannya Kakak-kakakku tercinta yang selalu memberikan dukungan baik material maupun spiritual Abangku, tuturmu adalah penguatku di saat aku mulai lelah dan menyerah Keluarga besar Pendidikan Kimia FKIP UNS commit to user
ix
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penulisan skripsi; 2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, Ketua Jurusan Pendidikan MIPA yang telah memberikan persetujuan skripsi; 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Pendidikan Kimia yang telah memberikan ijin penulisan skripsi; 4. Bapak Drs. Sugiharto, Apt, M.S., selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan dan arahan serta dukungannya bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 5. Bapak Agung Nugroho Catur S., S.Pd, M.Sc, selaku Pembimbing II atas waktu, bimbingan dan segala dukungannya serta kesabarannya bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 6. Bapak Drs. Haryono, M.Pd., selaku Tim Skripsi Program Studi Kimia yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini; 7. Bapak Drs. Narman, M.M, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah memberikan izin serta dukungannya bagi penulis untuk mengadakan penelitian; 8. Bapak Wiyoto, S.Pd., selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Mojolaban atas bimbingan, petunjuk dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian; commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Siswa-siswi Kelas XI IPA dan keluarga besar SMA Negeri 1 Mojolaban atas segala partisipasi dan dukungannya saat penulis mengadakan penelitian; 10. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan yang terbaik serta memberikan kasih sayang, nasehat dan dorongan serta semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi; 11. Keluarga Besar-ku atas cinta, dukungan dan doanya; 12. Sahabat-sahabatku: Rani, Fajar, Piyu, Ani, Dina, Ve, NZ, Fenti, Mas Pri, Topan dan Riana atas persahabatan, bantuan, dan kebersamaannya serta dukungannya; 13. Teman-teman Kost Virgin dan Ananda: Mbak Iyas, Mbak Ephi, Mbak Siti, Mio, Indri, Mbak Hesti, Sari, Arga, Nana, Rika, Feni dan Reka atas kebersamaan, dukungan dan canda tawanya selama ini; 14. Seluruh Teman-teman Kimia Angkatan 2004-2008 atas segala dukungannya; 15. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, April 2012
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................
vi
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...................................................................
6
D. Perumusan Masalah ....................................................................
7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................
7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
7
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran ......................................................
9
a. Pengertian Belajar ........................................................ to user.............................................. b. Pengertian commit Pembelajaran
9
xii
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pembelajaran Kooperatif .......................................................
12
3.
Pembelajaran Teams Assisted Individualization (TAI) ........
13
4. Metode Ceramah ..................................................................
15
a. Pengertian Metode Ceramah ........................................
15
b. Prosedur Mengajar dengan Metode Ceramah ..............
16
c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah............
17
5. Motivasi Belajar ....................................................................
19
6. Prestasi Belajar ......................................................................
20
a. Pengertian Prestasi Belajar ...........................................
20
b. Klasifikasi Hasil Belajar ..............................................
20
7. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) ............................
23
a. Kelarutan ......................................................................
23
b. Hasil Kali Kelarutan (Ksp)...........................................
24
c. Hubungan Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) .
25
d. Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan ...................
26
e. Pengaruh pH terhadap Kelarutan .................................
27
f. Reaksi Pengendapan.....................................................
30
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................
30
C. Hipotesis......................................................................................
32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
34
1. Tempat...................................................................................
34
2. Waktu ....................................................................................
34
B. Populasi dan Sampel ...................................................................
34
1. Populasi Penelitian ................................................................
34
2. Teknik Pengambilan Sampel.................................................
34
C. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
35
1. Sumber Data ..........................................................................
35
2. Instrument penelitian .............................................................
35
a. Instrumen Kognitif .......................................................... commit to user 1) Uji Validitas ..............................................................
35
xiii
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Uji Reliabilitas ..........................................................
37
3) Uji Taraf Kesukaran ..................................................
37
4) Uji Taraf Pembeda Suatu Soal ..................................
38
b. Instrumen Motivasi Belajar Siswa ..................................
39
1) Uji Validitas .....................................................
40
2) Uji Reliabilitas .................................................
41
D. Rancangan Penelitian ..................................................................
42
1. Variabel penelitian ..........................................................
42
2. Rancangan penelitian ......................................................
44
E. Teknik Analisa Data ....................................................................
46
1. Uji Prasyarat Analisis............................................................
46
a. Uji Normalitas .................................................................
46
b. Uji Homogenitas .............................................................
47
c. Uji t-matching . ...............................................................
48
2. Uji Hipotesis .........................................................................
49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Pendahuluan.................................................................
54
B. Deskripsi Data .............................................................................
56
1. Data Skor Tes Kemampuan Kognitif ....................................
56
2. Data Skor Motivasi Belajar siswa .........................................
61
C. Pengujian Prasyarat Analisis .......................................................
63
D. Hasil Pengujian Hipotesis ...........................................................
65
E. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................
67
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................
74
B. Implikasi ......................................................................................
74
C. Saran .........................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
76
LAMPIRAN ……… ........................................................................................
79
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1
Skema Kerangka Pemikiran ...................................................................
2
Diagram Batang Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas TAI dan Kelas
.
Ceramah .................................................................................................
3
Diagram Batang Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Siswa Dilihat
.
dari Motivasi Belajar ..............................................................................
4
Diagram Batang Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas TAI dan Kelas
.
Ceramah .................................................................................................
commit to user
xv
32
58
60
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1
Rancangan Penelitian .............................................................................
45
2
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ..........
52
3
Rangkuman Hasil Validitas Instrumen Penilaian Kognitif ....................
54
4
Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif ................
55
5
Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Penilaian Kognitif .
55
6
Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Penilaian Kognitif ....
55
7
Rangkuman Hasil Validitas Instrumen Angket Motivasi Belajar ..........
56
8
Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Angket Motivasi Belajar ......
56
9
Rerata Selisih Nilai Kognitif Siswa Materi Kelarutan dan Hasil Kali
.
Kelarutan (Ksp) ......................................................................................
57
10 Perbandingan Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa Materi .
Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelas TAI dan Kelas
.
Ceramah .................................................................................................
58
11 Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa Jika .
Dilihat dari Motivasi Belajar Siswa .......................................................
59
12 Jumlah Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah......
61
13 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas TAI dan Kelas .
Ceramah .................................................................................................
61
14 Rangkuman Uji Normalitas Sampel dengan Uji Lilliefors ....................
63
15 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas.......................................................
64
16 Rataan dan Jumlah Rataan Selisih Nilai Prestasi Kognitif ....................
65
17 Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Selisih .
Nilai Prestasi Kognitif ............................................................................
commit to user
xvi
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Silabus ........................................................................................................
81
2
Lembar Observasi ......................................................................................
84
3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pertemuan I 87
4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pertemuan
.
II .................................................................................................................
5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Pertemuan
.
III ................................................................................................................
94
6
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Pertemuan I ....
97
7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Pertemuan II ..
99
8
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Pertemuan III . 101
9
Format Telaah LKS .................................................................................... 103
91
10 Lembar Kerja Siswa .................................................................................. 104 11 Kuis I .......................................................................................................... 120 12 Kuis II ........................................................................................................ 121 13 Kuis III ....................................................................................................... 122 14 Kisi-Kisi Penyusunan Soal Tryout Kognitif Kimia ................................... 123 15 Soal Tryout Kimia ...................................................................................... 126 16 Kunci Jawaban Soal Tryout Kognitif ......................................................... 134 17 Kisi-Kisi Penyusunan Soal Penilaian Kognitif Kimia ............................... 135 18 Soal Tes Kimia ........................................................................................... 138 19 Kunci Jawaban Soal Kognitif .................................................................... 145 20 Kisi-Kisi Penyusunan Angket Motivasi Belajar Kimia ............................. 146 21 Penilaian Motivasi Belajar Kimia .............................................................. 147 22 Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya Beda Soal Kognitif 151 23 Lembar Penilaian Pakar I ........................................................................... 152 commit to user 24 Lembar Penilaian Pakar II .......................................................................... 153
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif .......................................................... 154 26 Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Belajar Siswa ............................... 155 27 Daftar Kelompok Kelas Eksperimen ......................................................... 156 28 Data Induk Penelitian Kelas TAI ............................................................... 157 29 Data Induk Penelitian Kelas Kontrol ......................................................... 158 30 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Menurut Metode Pembelajaran 159 31 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Menurut Motivasi Belajar .
Siswa .......................................................................................................... 160
32 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa ............................................. 161 33 Uji Normalitas Pretest Kognitif Kelas TAI................................................ 162 34 Uji Normalitas Pretest Kognitif Kelas Kontrol .......................................... 163 35 Uji Normalitas Postest Kognitif Kelas TAI ............................................... 164 36 Uji Normalitas Postest Kognitif Kelas Kontrol ......................................... 165 37 Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas TAI .............................................. 166 38 Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kontrol ........................................ 167 39 Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa Kelas TAI .................................... 168 40 Uji Normalitas Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol .............................. 169 41 Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelompok Motivasi Belajar Tinggi ...... 170 42 Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelompok Motivasi Belajar Rendah ..... 171 43 Uji Homogenitas Pretest Kognitif .............................................................. 172 44 Uji Homogenitas Postest Kognitif ............................................................. 173 45 Uji Homogenitas Nilai Prestasi Kognitif ................................................... 174 46 Uji Homogenitas Nilai Motivasi Belajar Siswa ......................................... 175 47 Uji Homogenitas Nilai Prestasi Kognitif Ditinjau dari Motivasi Belajar .
Siswa .......................................................................................................... 176
48 Uji t-matching ............................................................................................ 177 49 Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Prestasi Kognitif .............. 178 50 Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Dua Jalan Prestasi Kognitif................ 182
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi sebagai era persaingan mutu atau kualitas, pembangunan sumber daya manusia berkualitas merupakan suatu hal yang harus dilakukan dan tidak bisa ditawar lagi karena akan menjadi penopang utama pembangunan nasional yang mandiri. Pembangunan tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam segala sistem di Indonesia, karena sistem tersebut harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional dan global. Perubahan-perubahan yang dilakukan bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas dirinya meliputi berbagai bidang, salah satunya adalah pembangunan dalam sistem pendidikan. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen
menyebutkan bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Depdiknas, 2006). Berbagai upaya telah ditempuh pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan diantaranya perbaikan dan penyempurnaan sistem pendidikan dan semua aspek yang tercakup dalam bidang pendidikan. Kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Beberapa hal yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa SMA dalam belajar kimia adalah kemampuan awal yang dimiliki siswa, peran aktif siswa dalam mengikuti pelajaran, kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran dan penggunaan metode mengajar yang tepat sesuai dengan materi serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar mengajar baik berupa media commit to user pembelajaran, laboratorium maupun perpustakaan. Dalam proses belajar
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
mengajar, pemilihan dan penggunaan metode yang tepat dalam menyajikan materi dapat membantu siswa dalam mengetahui serta memahami segala sesuatu yang disajikan guru sehingga melalui tes hasil belajar dapat diketahui prestasi belajar siswa. Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konstruktivistik adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi alternatif untuk mencapai tujuan IPA yang antara lain berupaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, berpikir kritis dan pada saat yang sama meningkatkan prestasi akademiknya. Disamping itu pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA yang sulit sambil pada saat yang bersamaan sangat berguna untuk menumbuhkan kemauan kerja sama dan kemauan membantu teman. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya karena siswa yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi untuk belajar lebih giat lagi dan mendapatkan materi pelajaran dalam waktu yang lebih lama (Lundgren dalam Prayekti, 2003: 82). Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Sedangkan peran guru lebih ditekankan sebagai organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk belajar, serta penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa. Guru harus dapat mendiagnosa kesulitan siswa dalam belajar dan dapat memberikan bantuan kepadanya sesuai dengan kebutuhannya. Metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran TAI, siswa commit kecil to user ditempatkan dalam kelompok-kelompok (4 sampai 5 siswa) yang heterogen
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti
dengan
pemberian
bantuan
secara
individu
bagi
siswa
yang
memerlukannya. Di SMA Negeri 1 Mojolaban, prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ujian semester I kelas XI IPA tahun ajaran 2011/2012. Dari 3 kelas XI IPA yang ada, 74% nilai kognitif kimia siswa lulus dengan remidi. Dengan kata lain nilai kognitif siswa tersebut masih berada di bawah batas tuntas. Batas tuntas untuk pelajaran kimia adalah 75. Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran kimia di kelas, guru menggunakan metode ceramah. Guru menerangkan konsep dan rumus kimia di depan kelas sambil mencatat inti pelajaran di papan tulis dan memberi contoh soal. Siswa memperhatikan dan mencatat penjelasan materi kimia yang diberikan guru. Hasil observasi diketahui bahwa siswa banyak mendapat penjelasan tentang konsep materi pelajaran, tetapi guru kurang banyak dalam menjelaskan penerapan konsep dalam bentuk soal kepada siswa. Jadi siswa dimungkinkan masih kurang dalam latihan soal yang lebih bervariasi yang berkaitan dengan konsep tersebut. Siswa memerlukan banyak latihan menyelesaikan soal kimia yang bervariasi sehingga konsep yang terserap pada siswa lebih kuat. Kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran kimia yang meliputi sub materi pokok perkembangan konsep kelarutan, konsep hasil kali kelarutan (Ksp), hubungan kelarutan dengan Ksp, pengaruh ion senama terhadap kelarutan, dan penentuan terjadinya endapan dalam suatu campuran larutan. Hasil observasi ditemukan bahwa kesulitan siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) adalah memahami pengaruh ion senama terhadap kelarutan dan penentuan terjadinya endapan dalam larutan. Materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan materi yang memerlukan pemahaman konsep dan ketelitian perhitungan sehingga diperlukan banyak latihan penerepan konsep dalam bentuk soal yang bervariasi. Selain itu diperlukan pengetahuan awal dari materi sebelumnya. Untuk itu perlu adanya metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk memahami konsep sekaligus commit to user soal yang bervariasi sehingga menerapkan konsep tersebut dalam latihan-latihan
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Metode pengajaran yang dapat digunakan pada kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) antara lain adalah metode pengajaran kooperatif seperti TAI. Metode TAI mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok atau tutor sebaya yang mempunyai pengetahuan yang lebih dibandingkan anggotanya. Kesulitan pemahaman materi yang dialami siswa dapat dipecahkan bersama karena keberhasilan dari tiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Untuk itu metode TAI menitikberatkan pada keaktifan siswa dan memerlukan kemampuan interaksi sosial yang baik antara semua komponen pengajaran. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya. Kemudian guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan (Retna Kusumaningrum, 2007: 3). Dengan penggunaan metode tersebut siswa dapat lebih mudah menguasai dan memahami materi karena siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran dengan banyak latihan menyelesaikan soal secara kelompok dan individu, serta dapat menumbuhkan semangat kebersamaan antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dengan lebih menguasai dan memahami materi kimia diharapkan prestasi belajar kimia siswa lebih tinggi. Disamping penggunaan metode pembelajaran yang tepat, terdapat faktorfaktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar kimia siswa, diantaranya motivasi belajar siswa. Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mempunyai energi lebih banyak untuk belajar dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa untuk belajar committercapai. to user lebih baik sehingga tujuan pembelajaran
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Motivasi belajar dibutuhkan dalam penggunaan metode TAI. Siswa yang ditunjuk sebagai asisten yang memiliki motivasi tinggi akan lebih giat dalam menguasai konsep dan membantu teman sekelompoknya dalam mengatasi kesulitan baik ketika memahami konsep maupun dalam menyelesaikan soal. Sedangkan anggota kelompok yang memiliki motovasi tinggi akan lebih berusaha memahami materi sehingga mampu mengerjakan soal-soal diskusi maupun kuis agar nilai kelompoknya menjadi yang terbaik di kelas. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut, penelitian ini mengambil judul ”Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization) Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Siswa Kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2011/2012.”
B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan yang timbul sebagai berikut : 1. Tingkat pencapaian prestasi kognitif pelajaran kimia masih rendah di bawah nilai kriteria ketuntasan. 2. Pendekatan pembelajaran yang dipakai dalam menyampaikan materi pelajaran kimia selama ini masih bersifat ceramah dan cenderung monoton. 3. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan guru kurang memotivasi siswa untuk meningkatkan kerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah. 4. Pentingnya inovasi metode pembelajaran dari penggunaan metode ceramah ke metode pembelajaran kooperatif sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 5. Apakah metode pembelajaran TAI tepat diterapkan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) di SMA N 1 Mojolaban? 6. Apakah metode pembelajaran TAI dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pembelajaran yang selama ini digunakan di SMA N 1 Mojolaban? commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Apakah ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah? 8. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar siswa? C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini lebih terfokus dan mendalam maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran TAI dan metode ceramah. 2. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA SMA N 1 Mojolaban semester II tahun pelajaran 2011/2012. 3. Materi pokok yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp). 4. Penilaian a. Perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran TAI dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah. b. Perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang bermotivasi belajar tinggi dengan siswa yang bermotivasi belajar rendah. c. Interaksi antara metode mengajar dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kognitif siswa. 5. Penilaian prestasi belajar kognitif berdasarkan dari selisih nilai pretest dan postest kognitif siswa dalam bentuk soal multiple choice dan penilaian motivasi belajar siswa berdasarkan angket motivasi.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah metode pembelajaran TAI menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi dari metode ceramah materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) di SMA N 1 Mojolaban? 2. Apakah prestasi siswa yang bermotivasi belajar tinggi lebih tinggi dari siswa yang bermotivasi belajar rendah pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mojolaban materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp)? 3. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mojolaban materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp)? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh metode pembelajaran TAI terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Mojolaban materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). 2. Untuk mengetahui adanya pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Mojolaban materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). 3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Mojolaban materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teroritis Mengetahui karakteristik siswa khususnya motivasi belajar siswa yang dapat diajar
menggunakan
metode
pembelajaran
TAI
(Teams
Assisted
Individualization) dalam pembelajaran kimia sehingga dapat meningkatkan commit to user prestasi belajar siswa.
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Manfaat Praktis a. Memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar kimia. b. Memberikan masukan kepada pengajar bidang studi kimia dalam pemilihan metode pembelajaran dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. c. Memberikan informasi pada guru dan siswa bahwa motivasi belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. d. Sebagai bahan masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang sejenis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Banyak definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli, tetapi pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Thorndike, belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Dengan memberikan rangsangan (stimulus) maka siswa akan merespon. Hubungan antara stimulus-respon ini akan menimbulkan kebiasaankebiasaan otomatis pada belajar (Oemar Hamalik, 2005: 38-39). Sedangkan Muhibbin Syah (2008: 92) menyatakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Gagne dalam Slameto (2010: 13) memberikan dua definisi tentang belajar, yaitu: 1) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. 2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi. Dari beberapa definisi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan sehingga merubah perilakunya baik karena pengalaman maupun hasil interaksi dengan lingkungannya.
commit to user 9
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pengertian Pembelajaran Beberapa definisi yang berhubungan dengan pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain: a. Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah
atau
mengembangkan
ketrampilan,
sikap,
cita-cita,
penghargaan dan pengetahuan (Slameto, 2003: 32). b. Menurut Sardiman (2007: 14), menyebutkan bahwa proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa sebagai subyek pokok. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen antara lain: a. Standar kompetensi adalah kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa, kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran. b. Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan, kompetensi minimal yang harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa di standar kompetensi untuk suatu pelajaran. c. Indikator adalah karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda perbuatan atau respons yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu. d. Materi pokok adalah bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi dasar. (Depdiknas, 2003: 27-30)
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Jerome S. Bruner, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase. a. Fase informasi ( tahap penerimaan materi) Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya pernah dimiliki. b. Fase transformasi (tahap pengubahan materi) Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung leih mudah apabila disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran materi pelajaran tertentu. c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi) Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan tadi) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejal-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi. (Muhibbin Syah, 2008: 114) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses yang kompleks, untuk itu perlu direncanakan secara matang oleh guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah memilih metode pembelajaran yang akan dipakai yang disesuaikan dengan materi sehingga dapat mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa untuk dapat mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan optimal.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok (Etin Solihatin, 2008: 4). Sedangkan menurut Wan Azlinda Wan Mohammed & Mime Azrina Jaafar “Cooperative learning is an instructional paradigm which utilizes small groups so that students work together to maximize their own and each other's learning” (2009: 3). Munurut David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu : 1) Saling Ketergantungan Positif Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan, saling memenuhi dan bantu membantu. 2) Tanggungjawab perseorangan Dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, karena penilaian dilakukan secara individu dan kelompok. Nilai kelompok merupakan “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota to user mereka. Artinya siswa yang menyumbangkan poin di commit atas rata-rata
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berprestasi tinggi ataupun rendah mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi. Sehingga timbul rasa tanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya. 3) Interaksi Tatap Muka Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi. 4) Komunikasi antar anggota Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa menyinggung perasaaan anggota yang lain. Dengan adanya komunikasi yang baik, pencapaian akan lebih mudah. 5) Evaluasi Proses Kelompok Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama merekan agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
3. Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) Salah satu pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization). Metode pembelajaran TAI ini adalah suatu metode pembelajaran yang dikemukakan oleh Slavin. “Team Assisted Individualization” dapat diartikan sebagai kelompok yang dibantu secara individual atau kelompok dimana ada seorang asisten yang membantu secara individual. Metode pengajaran TAI ini merupakan metode pembelajaran secara berkelompok dimana terdapat siswa yang lebih mampu, berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam satu kelompok. Dalam hal ini peran pendidik hanya sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
Secara umum TAI terdiri dari 8 komponen utama, yaitu : a. Team, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 siswa, b. Placement test, yakni guru melihat rata-rata nilai harian siswa pada materi atau kompetensi dasar sebelumnya. Nilai ini digunakan untuk pembagian agar penyebaran siswa dapat homogen. c. Student creative, melaksanakan tugas dalam satu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. d. Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya, e. Team scores and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan berdasarkan jumlah rata-rata nilai tiap anggota kelompok. Tim yang memperoleh akumulasi nilai tertinggi ditetapkan sebagai tim terbaik dan akan mendapatkan penghargaan dari guru. f. Teaching group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pembarian tugas kelompok. Guru menggunakan konsep-konsep pelajaran yang spesifik. g. Facts test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, h. Whole class units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. (Slavin, 2008: 195-200) Adapun tahap-tahap dalam metode pembelajaran TAI adalah sebagai berikut : a. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan oleh kelompok siswa. b. Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu commit Test). to user (mengadopsi komponen Placement
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Guru memberikan materi secara singkat (mengadopsi komponen Teaching Group). d. Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa (mengadopsi komponen Team). e. Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telah dirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya (mengadopsi komponen Team Study). f. Ketua
kelompok
melaporkan
keberhasilan
kelompoknya
dengan
mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru (mengadopsi komponen Student Creative). g. Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu (mengadopsi komponen Fact Test) h. Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi (mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition). i. Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.
4. Metode Ceramah a. Pengertian Metode Ceramah Ceramah merupakan suatu bentuk interaksi untuk menyampaikan informasi melalui ungkapan atau ujaran lisan, atau lebih dikenal dengan kegiatan berbicara. Menurut Mulyati Arifin, dkk (2005: 77) menyatakan “Metode ceramah atau kuliah mimbar adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan secara lisan kepada peserta didik”. Pendapat ini senada dengan Roestiyah N.K. (2001: 136) yang mengemukakan “Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan/informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan”. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mengajar dengan metode ceramah sama ketika mengadakan komunikasi secara lisan kepada peserta didik. Dalam komunikasi terhadap peserta didik terdapat komponen-komponen yang membentuknya, yaitu: 1) Komunikator, yaitu guru sebagai pemberi pesan 2) Komunikan, yaitu peserta didik sebagai penerima pesan 3) Pesan yang disampaikan, yaitu materi pelajaran Metode ceramah merupakan metode yang sudah lama digunakan oleh guru, bahkan sampai sekarang. Metode ini dirasa paling mudah dilaksanakan sehingga banyak guru yang menyukainya. Metode ceramah efektif digunakan ketika menyampaikan informasi kepada peserta didik. Menurut Roestiyah N.K. (2001: 137) “Biasanya guru menggunakan teknik ceramah bila memiliki tujuan agar siswa mendapatkan informasi tentang suatu pokok atau persoalan tertentu”. Dengan metode ceramah, guru juga dapat mengorganisir kelas dengan mudah. Hal ini disebabkan karena terjadi komunikasi
satu
arah,
guru
memberi
informasi,
peserta
didik
memperhatikan guru. Guru sebagai pusat perhatian sehingga dapat mengetahui apabila ada siswa yang kurang memperhatikan. b. Prosedur Mengajar dengan Metode Ceramah Mengingat mengajar adalah suatu proses, maka tak lepas dari suatu prosedur yang harus dilaksanakan agar pengajaran dapat efektif dan efisien. Menurut Roestiyah N.K. (2001: 140) prosedur pelaksanaan metode ceramah adalah: 1) Guru harus secara terampil dan berdasarkan pemikiran yang mendalam perlu merumuskan tujuan instruksional yang khusus dan konkrit, sehingga betul-betul dapat tercapai bila pelajaran telah berlangsung. 2) Anda perlu mempertimbangkan dari banyak segi, apakah pilihan Anda dengan menggunakan teknik berceramah itu telah tepat, sehingga dapat mencapai tujuan seperti yang telah Anda rumuskan. Bila semua hal itu telah terjawab, baru Anda tanpa ragu-ragu lagi pakailah teknik berceramah itu bagi bahan pelajaran yang akan Anda sajikan. commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Anda perlu memahami bahan pelajaran itu dari segi sequence dan scope (urutan dan luasnya isi), sehingga Anda dapat menyusun bahan pelajaran yang siswa dapat tertarik pada pelajaran itu. Sedangkan menurut E. Mulyasa (2005: 114) pelaksanaan mengajar dengan metode ceramah ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, yaitu: 1) Rumuskan tujuan instruksional khusus, mengembangkan pokok-pokok materi belajar mengajar, dan mengkajinya apakah hal tersebut tepat diceramahkan. 2) Apabila akan divariasi dengan metode lain, perlu dipikirkan apa yang akan disampaikan melalui ceramah dan apa yang akan disampaikan dengan metode yang lainnya. 3) Siapkan alat peraga atau media pelajaran secara matang, alat peraga atau media apa yang akan digunakan, bagaimana penggunaannya dan kapan akan digunakan. Demikian halnya kalau menggunakan alat pengeras suara. 4) Perlu dibuat garis besar bahan yang akan diceramahkan, minimal berupa cacatan kecil yang akan dijadikan pegangan guru dalam berceramah. c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah Sebagai metode pengajaran, metode ceramah memiliki sejumlah keunggulan dan kelemahan. Apabila ditinjau dari pengelolaan kelas, metode ceramah sangat mudah dilaksanakan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 110) metode ceramah memiliki kelebihan, yaitu: 1) Mudah menguasai kelas 2) Mudah mengorganisasi tempat duduk 3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar 4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya 5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemudahan pengelolaan kelas ini adalah kelebihan yang paling nampak. Hal ini didukung oleh ketertiban dan ketenangan kelas, masingmasing siswa mendengarkan ceramah guru dengan seksama. Sehingga dapat memudahkan guru dalam mengatur kelas dan menyampaikan materi dengan baik. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah memang memberikan keuntungan terutama dalam hal efektivitas penyampaian materi dan kemudahan pengelolaan kelas. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, metode ceramah juga memiliki keterbatasan. Martinis Yamin (2008: 75), mengungkapkan sejumlah keterbatasan dari metode ceramah, yaitu: 1) Keberhasilan siswa tidak terukur 2) Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur 3) Peran serta siswa dalam pembelajaran rendah 4) Materi kurang terfokus 5) Pembicaraan sering melantur Keterbatasan metode ceramah berdasarkan pendapat di atas yang paling menonjol adalah bahwa dalam metode ceramah pemahaman dan prestasi siswa tidak dapat diukur. Hal ini disebabkan karena siswa hanya mendengarkan secara pasif semua informasi dari guru. Keterbatasan lainnya adalah dalam ceramah guru sering melantur keluar pokok bahasan, sehingga menyebabkan materi tidak terfokus. Ketidakfokusan terhadap materi juga diakibatkan oleh rasa bosan siswa dalam mendengarkan ceramah guru, sehingga siswa menjadi melamun dan tidak konsentrasi terhadap pelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penggunaan metode ceramah, perencanaan pengajaran perlu dipersiapkan secara matang oleh guru. Semakin matang perencanaan pengajaran maka akan semakin baik proses belajar mengajarnya, dan hal tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Motivasi Belajar Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman, 2007: 73). Senemoğlu dalam Akbaş, A. dan
Kan, A. (2007: 11) menyatakan
bahwa “motivation is a repulsive power to conduct organism attaining to certain goal and being able to do necessary actions in particular conditions, giving energy and a guide to behaviours causing an affective advance . It is a power gaining state to reach certain goals.” (motivasi adalah suatu daya penggerak untuk menghantarkan organisme mencapai tujuan tertentu dan dapat melakukan tindakan penting dalam kondisi tertentu, memberikan energi dan suatu arahan terhadap perilaku yang menyebabkan kemajuan afektif. Hal ini merupakan suatu kekuatan untuk mencapai tujuan tertentu). Hamzah B. Uno (2009: 23) menyatakan bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang balajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan citacita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
6. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata prestasi belajar mempunyai pengertian ”penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru” (W. J. S. Poerwodarminto, 1991:787). Sedangkan menurut Nurkencana (2005 : 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Prestasi belajar sebagai hasil belajar dapat diketahui saat dilakukan penilaian. Penilaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa dan berbagai hal yang pernah diajarkan sehingga dapat diperoleh gambaran tentang pencapaian program pendidikan. Jadi fungsi prestasi belajar sangat penting bagi anak didik baik sebagai indikator kualitas pendidikan dan berfungsi sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari serangkaian usaha individu dalam rangka untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari aktivitas belajar dan interaksi dengan lingkungan. b. Klasifikasi Hasil Belajar Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris (Nana Sudjana, 2006: 22). commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat tendah dan keempat asapek berikutnya kognitif tingkat tinggi. a) Pengetahuan Tujuan pengetahuan ini berkaitan dengan hafalan dan ingatan akan hal-hal yang perlu dipelajari dan disimpan dalam ingatan berupa fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahui. Kata kerja operasional yang merupakan tingkah laku pengetahuan adalah menyebutkan, mengidentifikasi, menjodohkan, menyatukan, memilih dan sebagainya. b) Pemahaman Tujuan pemahaman ini berhubungan dengan kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data ke dalam bentuk lain, serta memperkirakan kecenderungan dari data yang disediakan. c) Aplikasi Tujuan dari penerapan ini berkaitan dengan kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau masalah yang kongkret dan baru. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menghitung, menemukan, melengkapi dan lainnya. d) Analisis Tujuan analisis ini berkaitan dengan kempuan untuk membentuk satu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. e) Sintesis Tujuan sitesis ini berkaitan dengan kemampuan membentuk commit suatu kesatuan atau pola baru. to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f) Evaluasi Tujuan evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. 2) Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. a) Receiving / attending yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oeleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang dapat kepada dirinya. c) Valuing atau penilaian yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. d) Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan priorotas nilai yang dimilikinya. e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya 3) Ranah Psikomotoris Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan, yaitu : a) Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar; commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain; d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks; f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. (Nana Sudjana, 2006: 23-31)
7. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) a. Kelarutan Kelarutan (solubility) suatu zat dalam suatu pelarut menyatakan jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Satuan kelarutan dinyatakan dalam gram L-1 atau mol L-1sama dengan kemolaran. Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut : 1) Jenis Pelarut Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam senyawa polar. Alkohol dan semua asam merupakan senyawa polar, sehingga mudah larut dalam air yang juga senyawa polar. Selain senyawa polar, senyawa ion juga mudah larut dalam air dan terurai menjadi ion-ion. Senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa polar tidak larut dalam senyawa nonpolar. 2) Suhu Kelarutan zat padat dalam air semakin tinggi bila suhu dinaikkan. Adanya panas (kalor) mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut. Merengganya jarak antar molekul zat padat commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadikan kekuatan gaya antarmolekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air. Berbeda dengan zat padat, adanya pengaruh kenaikan suhu akan menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas yang terlarut dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat. (Unggul Sudarmo, 2006: 208-210) b. Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Senyawa-senyawa ion yang terlarut di dalam air akan terurai (terurai) menjadi partikel dasar pembentuknya yang berupa ion positif dan ion negatif. Bila air dalam larutan tersebut diuapkan maka ion-ion akan segera mengkristal. Dalam peristiwa tersebut terjadi sistem kesetimbangan antara zat padat dengan ion-ionnya di dalam larutan. AgCl di dalam air akan melarut sebagian. AgCl yang melarut mengalami ionisasi. AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq) Sedangkan AgCl yang tidak larut tetap sebagai padatan AgCl yang mengendap. Bila air diuapkan maka terjadi penggabungan ion Ag+ dan ion Clmenjadi padatan (endapan) AgCl. Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) Proses sebaliknya bila ke dalam air tersebut ditambahkan air maka endapan AgCl akan segera larut dan terionisasi. AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq) Dengan demikian, di dalam
larutan jenuh tersebut terdapat reaksi
kesetimbangan. AgCl(s)
Ag+(aq) + Cl-(aq)
Dari reaksi kesetimbangan tersebut maka dapat diperoleh harga tetapan kesetimbangannya, yaitu: K = [Ag+] [Cl-] commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada larutan jenuh AgCl, konsetrasi ion Ag+ dan ion Cl- akan setara dengan harga kelarutan AgCl dalam air, sehinggan harga K pada kesetimbangan kelarutan disebut hasil kali kelarutan dilambangkan sebagai Ksp. Pada larutan jenuh senyawa ion AmBn di dalam air akan menghasilkan reaksi kesetimbangan, AmBn(s)
mAn+(aq) + nBm-(aq)
Harga hasil kali kelarutannya dinyatakan dengan rumusan, Ksp AmBn = [An+]m [Bm-]n Contoh : Ag2CrO4(s)
2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
Maka, harga Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2[CrO4-] (Unggul Sudarmo, 2006: 210-211) c. Hubungan Kelarutan dengan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Pada larutan jenuh senyawa ion AmBn, konsentrasi zat di dalam larutan sama dengan harga kelarutannya dalam satuan mol L-1. Senyawa AmBn yang terlarut akan mengalami ionisasi dalam sistem kesetimbangan, AmBn(s)
mAn+(aq) + nBm-(aq)
Jika harga kelarutan dari senyawa AmBn sebesar s mol L-1, maka di dalam reaksi kesetimbangan tersebut konsentrasi ion-ion An+ dan ion-ion Bm- sebagai berikut. AmBn(s)
mAn+(aq) + nBm-(aq)
s mol L-1
m s mol L-1
n s mol L-1
sehingga harga hasil kali kelarutannya adalah, Ksp AmBn = [An+]m [Bm-]n = (ms)m (ns)n = mm×nn (s)m+n Jadi, untuk reaksi kesetimbangan : AmBn(s)
mAn+(aq) + nBm-(aq)
Ksp AmBn = mm×nn (s)m+n to usermol L-1 Dengan s = kelarutan A B commit dalam satuan m n
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari rumus tersebut dapat ditentukan harga kelarutan sebagai berikut :
Besarnya Ksp suatu zat bersifat tetap pada suhu tetap. Bila terjadi perubahan suhu maka harga Ksp zat tersebut akan mengalami perubahan. Contoh : Hitung kelarutan Ca(OH)2 dalam air jika Ksp Ca(OH)2 = 4×10-12! Jawab : Dimisalkan kelarutan Ca(OH)2 = s mol L-1 maka, Ca(OH)2(s)
Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
s mol L-1
s mol L-1
2s mol L-1
Ksp Ca(OH)2 = [Ca2+][OH-]2 = (s) (2s)2 4×10-12 = 4s3 10-12 = s3 s = 10-4 mol L-1 cara lain : Ksp Ca(OH)2 = 4×10-12 Reaksi kesetimbangan kelarutan : Ca(OH)2(s)
Ca2+(aq) + 2OH-(aq)
Maka harga m = 1 dan n = 2, maka mol L-1 (Unggul Sudarmo, 2006: 211-212) d. Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan Kelarutan garam dalam larutan yang mengandung elektrolit lain dengan ion yang sama dengan salah satu ion garam tersebut, maka kelarutannya akan lebih kecil dari kelarutan garam dalam air murni. Pada reaksi kesetimbangan larutan AgCl, AgCl(s)
Ag+(aq) + Cl-(aq)
bila ke dalam sistem kesetimbangan tersebut ditambahkan ion Cl- maka commit to user kesetimbangan akan bergeser ke kiri, sehingga mengakibatkan jumlah AgCl
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang mengendap bertambah. Demikian pula bila ke dalam sistem kesetimbangan tersebut ditambahkan ion Ag+, maka sistem kesetimbangan akan bergeser ke kiri berakibat bertambahnya jumlah AgCl yang mengendap. Kesimpulannya bila ke dalam sistem kesetimbangan kelarutan ditambahkan ion yang senama akan mengakibatkan kelarutan senyawa tersebut berkurang. Contoh : Berapa kelarutan AgCl di dalam larutan NaCl 0,1 M? Jawab: Misal kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,1 M = n mol L-1 AgCl(s)
Ag+(aq)
n mol L-1
n mol L-1
NaCl(aq) 0,1 mol L-1
Na+(aq) 0,1 mol L-1
+ Cl-(aq) [Cl-] = (n+0,1) mol L-1
n mol L-1 +
= 0,1 mol L-1
Cl-(aq)
[Cl-] dari AgCl diabaikan
0,1 mol L-1
Di dalam system terdapat : [Ag+] = n mol L-1 [Cl-] = (n+0,1) mol L-1 = 0,1 mol L-1 (Oleh karena [Cl-] yang berasal dari AgCl sangat sedikit dibanding [Cl-] yang berasal dari NaCl, maka [Cl-] yang berasal dari AgCl dapat diabaikan) KspAgCl 2×10-10 n
= [Ag+] [Cl-] = (n) (0,1) = 2×10-9 mol L-1
Kelarutan AgCl dalam air 1,41×10-5 mol L-1 jauh lebih besar daripada kelarutan AgCl dalam larutan NaCl 0,1 M yang besarnya 2×10-9 mol L-1. Dari perhitungan tersebut akan semakin jelas bahwa semakin besar konsentrasi ion yang senama semakin kecil kelarutannya. (Unggul Sudarmo, 2006: 214-215) commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Pengaruh pH terhadap Kelarutan Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat. Suatu basa umumnya lebih larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat. 1) pH dan kelarutan basa Pada umumnya basa mudah larut dalam larutan asam, tetapi sebaliknya akan sukar larut dalam larutan basa. a) Jika ke dalam larutan basa ditambahkan asam, maka konsentrasi ion H+ akan bertambah dan konsentrasi ion OH- akan berkurang. Jika ion OH- berkurang maka kelarutannya juga akan bertambah. b) Jika larutan ditambahkan basa, maka konsentasi OH- akan bertambah sehingga kelarutannya juga akan berkurang. Contoh: Diketahui tetapan hasil kali kelarutan Mg(OH)2 = 2 × 10-12. Tentukan kelarutan Mg(OH)2 dalam : (1) Air murni. (2) Larutan dengan pH = 12. Jawab: (1) Dalam air, Mg(OH)2 akan larut hingga terjadi larutan jenuh dimana [Mg2+] [OH-]2 = Ksp Mg(OH)2 Misal kelarutan Mg(OH)2 = s mol L-1 Mg(OH)2(s) s
s
[Mg2+] [OH-]2 (2s)2
(s)
Mg2+(aq) + 2OH-(aq) 2s
= Ksp Mg(OH)2 = 2 × 10-12
4s3
= 2 × 10-12
s
= 7,94 × 10-5 mol L-1
Jadi, kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 7,94 × 10-5 mol L-1. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2) Dalam larutan dengan pH = 12 pH = 12 pOH = 2 [OH-] = 1 × 10-2 mol L-1 Mg(OH)2 akan larut hinga terjadi larutan jenuh. Misalkan kelarutan Mg(OH)2 = x mol L-1 Mg(OH)2(s)
Mg2+(aq) + 2OH-(aq)
x
x
2x
konsentrasi OH- dalam larutan = (1 × 10-2) + 2x. [Mg2+] [OH-]2
= Ksp Mg(OH)2
(x) {(1 × 10-2) + 2x}= 2 × 10-12 Oleh karena dapat diduga bahwa x << 1 × 10-2, maka (1 × 10-2) + 2x ≈ 1 × 10-2. Maka: (x) (1 × 10-2)2 = 2 × 10-12 x = 2 × 10-8 Jadi, kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan dengan pH = 12 adalah 2 × 10-8 mol L-1. Kelarutan ini kira-kira 4.000 kali lebih kecil daripada kelarutan Mg(OH)2 dalam air murni. 2) pH dan kelarutan garam Barium karbonat (BaCO3) merupakan salah satu endapan yang sukar larut dalam air, tetapi jika ditambahkan asam klorida (HCl) kepada larutan yang mengandung endapan BaCO3, maka kesetimbangan akan terjadi dalam larutan. Mula-mula BaCO3 terurai menjadi ion-ionnya : BaCO3(s)
Ba2+(aq) + CO32-(aq)
Ketika ditambahkan asam klorida, maka akan terjadi reaksi antara ion H+ dari HCl dengan ion CO3- dari BaCO3. H+(aq) + CO32-(aq)
HCO3-(aq)
HCO3- yang terbentuk secara berkelanjutan bereaksi dengan ion H+ lagi sehingga terbentuk H2CO3 yang tidak stabil dan terurai menjadi H2O dan CO2. Hal ini akan menggeser kesetimbangan ke kanan. Dengan commitmelarut. to user kata lain menyebabkan BaCO 3
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H+(aq) + HCO3-(aq)
H2CO3(aq)
H2O(l) + CO2(g)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pH larutan dapat memperbesar kelarutan suatu garam. (Michael Purba, 2006: 272-273) f. Reaksi Pengendapan Harga hasil kali kelarutan (Ksp) suatu senyawa ionik yang sukar larut dapat memberikan informasi tentang kelarutan senyawa tersebut dalam air. Semakin besar besar harga Ksp suatu zat, semakin mudah larut senyawa tersebut. Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan suatu zat jika dua larutan yang mengandung ion-ion dari senyawa sukar laut dicampurkan. Untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan AmBn jika larutan yang mengandung ion An+ dan Bm- dicampurkan digunakan konsep hasil kali ion (Qsp) berikut ini: Qsp AmBn = [An+]m [Bm-]n Jika Qsp > Ksp maka akan terjadi endapan AmBn. Jika Qsp = Ksp maka akan terjadi larutan jenuh AmBn. Jika Qsp < Ksp maka belum terjadi larutan jenuh maupun endapan AmBn. Harga Ksp juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemisahan zat dalam campuran dengan cara pengendapan selektif. (Unggul Sudarmo, 2006: 215-216)
B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka di atas, dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut: Pada pembelajaran kimia guru masih menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan materi yaitu menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajaran yang terjadi hanyalah satu arah dari guru dapat mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah. Pada saat proses pembelajaran guru commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak menjelaskan konsep pelajaran tetapi kurang dalam memberikan contoh soal. Untuk mempelajari materi yang menyangkut hitungan dan penerapan konsep seperti pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) perlu adanya latihan-latihan soal yang bervariasi dan feedback antara guru dengan siswanya untuk mengetahui bagian materi mana yang belum dipahami siswa. Metode pembelajaran TAI merupakan suatu metode pembelajaran koperatif yang berpusat pada siswa. Siswa diarahkan untuk bekerjasama, berdiskusi menilai kemampuan dan mengisi kekurangan anggota kelompoknya. Siswa yang pandai ditunjuk sebagai
asisten
untuk
membantu
temannya
yang
lemah
dalam
kelompoknya. Adanya sumbangan yang diberikan oleh seorang asisten kepada anggota kelompok dapat membuat mereka memahami materi dan belajar lebih baik. Dengan metode TAI dimungkinkan dapat memudahkan siswa dalam pemahaman konsep sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu siswa akan lebih banyak mengerjakan soal-soal yang bervariasi sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Dengan kata lain penggunaan metode TAI akan menghasilkan prestasi belajar kimia yang lebih tinggi dari prestasi belajar kimia yang menggunakan metode ceramah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah motivasi belajar siswa. Motivasi dalam belajar sangat penting karena hal itulah yang akan mendorong siswa untuk belajar. Ketika siswa terdorong untuk belajar lebih giat, maka prestasi siswa pun akan meningkat. Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda-beda. Besar kecilnya motivasi belajar siswa akan menentukan seberapa besar kemauan seorang siswa untuk belajar. commit to user Oleh karena itu siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan berusaha
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lebih tinggi untuk memahami dan menguasai materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) sehingga prestasinya lebih tinggi. Dengan demikian motivasi belajar siswa dalam belajar kimia memberukan pengaruh terhadap prestasi belajar kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Kedua faktor di atas yaitu metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa bisa berinteraksi dalam mempengaruhi prestasi belajar kimia siswa. Dengan metode TAI siswa akan lebih banyak berlatih soal yang bervariasi sehingga lebih memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) dan penerapan konsepnya. Siswa dengan motivasi belajar tinggi akan lebih besar kemauannya dalam berusaha memahami konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Sehingga diduga interaksi antara metode mengajar dan motivasi belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar kimia siswa. Skema kerangka berfikir dapat dilihat pada Gambar 1. METODE CERAMAH PRESTASI RENDAH
Pembelajaran berpusat pada guru Siswa kurang penerapan konsep dalam bentuk latihan soal yang variatif
MOTIVASI BELAJAR
Rendah
Tinggi
METODE TAI Pembelajaran berpusat pada siswa Siswa lebih aktif dalam pembelajaran Terdapat asisten yang membantu menguasai materi Siswa lebih menguasai penerapan konsep dan banyak berlatih soal yang variatif
Gambar 1. Skema commitKerangka to user Pemikiran
PRESTASI TINGGI
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, kajian pustaka dan kerangka berfikir maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Penggunaan metode pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) menghasilkan prestasi belajar lebih tinggi dari pada metode ceramah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). 3. Terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mojolaban pada kelas XI IPA semester II tahun pelajaran 2011/2012. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Tahap persiapan meliputi observasi dan penyusunan proposal penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2012. b. Tahap penelitian direncanakan pada bulan April 2012, meliputi semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian yaitu pengambilan data yang disesuaikan dengan alokasi waktu penyampaian materi kimia yaitu pada materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp). c. Tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan penyusunan laporan direncanakan bulan April 2012 sampai selesai.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008: 80). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mojolaban semester II tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 3 kelas. 2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel secara cluster random sampling karena populasinya berkluster (berkelas). Dalam penelitian ini sebagai sampel diambil 2 kelas dari 3 kelas XI IPA yang ada di SMA Negeri 1 Mojolaban. Dari hasil undian diperoleh 1 kelas commit to user
34
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
eksperimen dan 1 kelas kontrol. Pada teknik ini anggota (kelas) dalam populasi mendapat peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
C. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data tes dan data angket yang meliputi : a. Data tes berupa nilai kognitif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) dengan menggunakan tes objektif berbentuk pilihan ganda. b. Data angket berupa nilai motivasi belajar, yang akan dikelaskan dalam kelas siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah. 2. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas dua instrumen yaitu instrumen penilaian kognitif dan afektif. a. Instrumen Kognitif Untuk penilaian aspek kognitif menggunakan bentuk tes obyektif berupa pilihan ganda. Jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba soal ditujukan untuk mengetahui tentang validitas soal, reliabilitas soal, taraf kesukaran soal dan daya pembeda item soal. 1) Uji Validitas Suatu tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas item. Dalam penelitian ini, validator untuk validitas isi instrumen tes terdiri dari dua panelis. Hasil dari kedua validator tersebut dihitung dengan rumus gregory sebagai berikut:
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan: A
= sel yang menunjukkan kedua penilai menyatakan tidak relevan.
B dan C = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan penilai. D
= sel yang menunjukkan kedua penilai menyatakan relevan. (M. Ali Gunawan, 2009: 13) Sedangkan untuk validitas item, menurut Saifuddin Azwar (2006:
19) menjelaskan bahwa, dalam kasus yang salah satu variabelnya hanya terdiri dari dua macam, yaitu 1 dan 0, perhitungan koefisien relasinya dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi Point Biserial. Rumus perhitungan koefisien korelasi Point Biserial adalah sebagai berikut:
Mp pbi
Mt St
p q
Keterangan : γ pbi
= koefesien korelasi biserial
Mp
= rerata skor subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya Mt
= rerata skor total.
St
= standar deviasi dari skor total.
p = proporsi siswa yang menjawab benar. p = banyaknya siswa yang menjawab benar Jumlah seluruh siswa q = proporsi siswa yang menjawab salah q = 1 - p. (Suharsimi Arikunto, 2003: 79) Koefisien korelasi biserial (γpbi) menunjukkan validitas item dari tes bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Item dikatakan valid bila harga rhitung ≥ rtabel (Suharsimi Arikunto, 2006: 283).
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2002:154). Dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengukur koefisien reliabilitas didasarkan bentuk instrumen yang dibuat, yaitu bentuk tes obyektif. Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah rumus Kuder-Richardson (KR-20) yaitu sebagai berikut :
r
n 11
n 1
1
S2
pq S
2
Keterangan : r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q
= proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n
= banyaknya item
S2
= standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) (Suharsimi Arikunto, 2003: 100-101) Hasil
perhitungan
tingkat
reliabilitas
tersebut
kemudian
dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Apabila harga r11 > rtabel, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen reliabel.
3) Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Taraf kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran. Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Hal ini dapat dilihat melalui proporsi penjawab commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
benar pada sebuah soal. Indeks kesukaran dinyatakan (P) dicari dengan rumus : P
B JS
Keterangan : P
= indeks kesukaran.
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul.
JS
= Jumlah seluruh siswa peserta tes. (Suharsimi Arikunto, 2003:208) Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 : soal sukar. Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 : soal sedang. Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 : soal mudah. Dengan ketentuan bila jawaban betul skornya adalah 1 dan bila jawaban salah skornya adalah 0 (Suharsimi Arikunto, 2003: 210).
4) Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Semakin tinggi nilai daya pembeda suatu butir soal, maka butir soal tersebut semakin mampu membedakan siswa berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D (Suharsimi Arikunto, 2003: 211). Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut :
D
BA JA
BB JB
P P A
B
Keterangan : D
= indeks diskriminasi
JA
commit toatas user = banyak peserta kelompok
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
JB
= banyak peserta kelompok bawah
BA
= bnyak peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
= banyak peserta kelompok bawwah yang menjawab dengan benar
PA =
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB =
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (Suharsimi Arikunto, 2003: 213-214)
Klasifikasi : D : 0,00 – 0,20
: jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40
: cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70
: baik (good)
D : 0,70 – 1,00
: baik sekali (excellent)
D : negatif
: tidak baik (butir soal dibuang) (Suharsimi Arikunto, 2003: 218)
b. Instrumen Motivasi Belajar Siswa Instrumen penilaian motivasi belajar yang digunakan berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung yang sekaligus menyediakan alternatif jawaban yang telah disediakan. Angket digunakan untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa dilihat dari dimensi afektif. Sebelum menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengnan tujuan penilaian yanng hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Prosedur pemberian skor berdasarkan tingkat motivasi belajar kimia siswa antara lain: 1) Untuk angket motivasi belajar kimia siswa pada item positif a) Jawaban selalu dengan skor 4 menunjukkan motivasi belajar kimia siswa paling tinggi. b) Jawaban sering dengan skor 3 menunjukkan motivasi belajar kimia siswa tinggi. c) Jawaban kadang-kadang dengan skor 2 menunjukkan motivasi belajar kimia siswa rendah. d) Jawaban tidak pernah dengan skor 1 menunjukkan motivasi belajar kimia siswa paling rendah. 2) Untuk angket motivasi belajar kimia siswa pada item negatif a) Jawaban selalu dengan skor 1 menunjukkan motivasi belajar kimia siswa paling tinggi. b) Jawaban sering dengan skor 2 menunjukkan motivasi belajar kimia siswa tinggi. c) Jawaban kadang-kadang dengan skor 3 menunjukkan motivasi belajar kimia siswa rendah. d) Jawaban tidak pernah dengan skor 4 menunjukkan motivasi belajar kimia siswa paling rendah. Sebelum angket digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. 1) Uji Validitas Validitas angket ini adalah validitas konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi isi suatu tes atau alat pengukur tersebut (Suharsimi Arikunto, 2002: 67).
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menghitung validitas butir soal menggunakan rumus Korelasi Product Moment dari Karl Pearson sebagai berikut:
r
N XY
N
XY
X2
X X
2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan : rxy : koefisien korelasi antara skor item dengan skor total N : banyaknya subjek X : skor item (hasil pengukuran tes yang ditentukan validitasnya) Y : skor total (kriteria yang dipakai) Item dikatakan valid bila harga rhitung > rtotal kriteria, r total kriteria pada tabel. Klasifikasi koefisien korelasi adalah sebagai berikut : Antara 0,800 sampai dengan 1,00
: sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800
: tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600
: cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400
: rendah
Kurang dari 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2003: 75) 2) Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut :
r
n 11
n 1
1
2 i 2 t
Keterangan : r11
: reliabilitas instrumen
n
: banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ζi2
: jumlah varians skor tiap-tiap item soal commit to user : varians total keseluruhan item
Σt2
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil perhitungan uji reliabilitas ini diinterpretasikan sebagai berikut: 0,80 < r11 ≤ 1,00
: sangat tinggi
0,60 < r11 ≤ 0,80
: tinggi
0,40 < r11 ≤ 0,60
: cukup
0,20 < r11 ≤ 0,40
: rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20
: sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2003:109)
D. Rancangan Penelitian 1. Variabel penelitian Variabel adalah adalah gejala yang dipersoalkan. Gejala bersifat membedakan satu unsur dengan unsur lain. Oleh karena variabel bersifat membedakan maka variabel harus mempunyai nilai yang bervariasi (Purwanto, 2008: 85). Variabel yang terdapat pada penelitian ini terdiri atas : a. Variabel bebas utama Variabel bebas yaitu variabel yang nilainya mempengaruhi variabel terikat (Purwanto, 2008: 85). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran dan motivasi belajar. 1) Definisi operasional Metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa. (1) Pembelajaran
Team
assisted
individualization
(TAI)
adalah
pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif TAI yaitu siswa dibagi
menjadi
kelompok
untuk
bekerja
sama
dalam
tim
kelompoknya dalam melaksanakan tugas yang diberikan berupa lembar kerja siswa. (2) Pembelajaran dengan metode ceramah adalah penyajian materi pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan cara memberikan commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penjelasan-penjelasan secara lisan atau ceramah kepada peserta didik. 2) Indikator Pemberian perlakuan metode pembelajaran Team assisted individualization (TAI) untuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) pada kelas eksperimen dan metode ceramah untuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) pada kelas kontrol. 3) Skala pengukuran Skala nominal, yaitu: (1) Kelas eksperimen untuk metode pembelajaran Team assisted individualization (TAI) (2) Kelas kontrol untuk metode ceramah 4) Simbol : A b. Variable bebas moderator 1) Definisi operasional Motivasi belajar dalam bidang studi kimia adalah kemampuan atau kekuatan serta semangat untuk melakukan proses belajar dalam bidang studi kimia yang diukur menggunakan angket motivasi belajar. Kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu: tinggi dan rendah. 2) Indikator Indikator dalam motivasi belajar yaitu : (1) keinginan untuk meningkatkan pengetahuan, (2) keinginan untuk mencapai hasil yang optimal, dan (3) rasa percaya diri dan kepuasan (Robertus Angkowo, 2007: 45). 3) Skala pengukuran Skala interval yang kemudian diubah ke skala nominal, dibagi dalam dua kategori yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
Motivasi belajar tinggi : jika nilai angket lebih tinggi dari rata-rata kelas. Motivasi belajar rendah : jika nilai angket lebih rendah dari rata-rata kelas. 4) Simbol : B c. Variabel terikat Variabel terikat adalah kondisi yang menunjukkan pada akibat atau pengaruh yang dikarenakan variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) pada siswa kelas XI SMAN 1 Mojolaban. 1) Definisi operasional Prestasi belajar kimia adalah tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran kimia yang dibatasi pada aspek kognitif berkaitan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) yang dinyatakan dalam ukuran tertentu dan diperoleh dari tes kognitif. 2) Indikator Kemampuan kognitif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). 3) Skala pengukuran Skala interval 4) Simbol : Y
2. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan desain faktorial 2×2. Terdapat dua kelompok yaitu kelompok yang diajar dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) dan kelompok yang diajar dengan metode ceramah. Kedua kelompok diuji dengan uji keseimbangan, untuk mengetahui keaadan awal yang sama. Pada akhir pembelajaran kedua kelompok diukur prestasi belajar kimia dengan alat ukur yang sama. Bagan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Rancangan Penelitian Kelas
Metode Mengajar (A)
Eksperimen
Team assisted individualization (A1)
Kontrol
Ceramah (A2)
Motivasi belajar siswa (B) Tinggi (B1)
Rendah (B2)
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
Keterangan : A1
: pengajaran dengan metode Team Assisted Individualization
A2
: pengajaran dengan metode ceramah
B1
: motivasi belajar tinggi
B2
: motivasi belajar rendah
A1B1
: pengajaran dengan metode team assisted individualization pada siswa yang bermotivasi belajar tinggi
A1B2
: pengajaran dengan metode team assisted individualization pada siswa yang bermotivasi belajar rendah
A2B1
: pengajaran dengan metode ceramah pada siswa yang bermotivasi belajar tinggi
A2B2
: pengajaran dengan metode ceramah pada siswa yang bermotivasi belajar rendah Sedangkan prosedur penelitiannya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan observasi pada SMA Negeri 1 Mojolaban, meliputi observasi objek penelitian, pengajaran dan fasilitas sekolah. b. Menyusun instrumen prestasi belajar kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), instrimen motivasi belajar siswa dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) c. Mengundi kelas yang akan digunakan. d. Memberikan test kemampuan awal dan tes motivasi belajar pada kolompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif dan motivasi belajar siswa sebelum siswa diberi perlakuan. commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Memberikan perlakuan berupa penggunaan metode pembelajaran team assisted individualization (TAI) pada kelas eksperimen dan perlu berupa penggunaan pembelajaran ceramah pada kelas kontrol. f. Memberikan postest pada kedua kelompok untuk mengukur rata-rata prestasi belajar yang dicapai siswa pada aspek kognitif setelah adanya pembelajaran untuk masing-masing kelompok. g. Mengolah data dan menganalisis data penelitian. E. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis. Oleh karena itu perlu dipenuhi uji persyaratan analisisnya, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari populasi yang normal atau tidak. Dalam penelitan ini uji normalitas yang digunakan adalah Uji Liliefors. Rumus yang digunakan : Lo = │F(zi) - S(zi)│ Dimana : F(zi)
= P(z ≤ zi), peluang zn yang lebih kecil atau sama dengan zi
S(zi)
= proporsi cacah zn yang lebih kecil atau sama dengan zi
zi
= skor standar
Lo
= koefisien Liliefors pengamatan Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis nol (H0) H0 = sampel penelitian tidak berbeda dengan populasi yang berdistribusi normal H1 = sampel penelitian berbeda dengan populasi yang berdistribusi normal 2) Menghitung rata-rata simpangan bakunya X
i n
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
S
x
n
2
2
x
i
2
i
nn 1
3) Menghitung nilai zi
z
x
X
i
i
S
4) Mencari nilai zi pada daftar F 5) Menghitung S(zi), yaitu banyaknya
z ,z 1
2
,....,
z z n
i
n
6) Menghitung selisih F(zi) - S(zi) 7) Mencari nilai kritis yang dapat diperoleh pada kolom harga mutlak, kemudian dibandingkan dengan tabel 8) Kriteria pengujian adalah : Ho ditolak jika Lobs ≥ Lα,v dan H0 diterima jika Lobs < Lα,v (Sudjana, 2005 :466-469) b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas variansi digunakan Uji Bartlett dengan rumus : X2 = (ln10){B - ∑(n1 - 1)log Si2} = 2,3026{B - ∑(n1 - 1)log Si2} B = (log S2) ∑(ni - 1)
S
2
ni ni
1
S
2 i
1
hipotesis yang akan diuji adalah : Ho = δ12 = δ22 = kedua populasi mempunyai varian yang sama Ho = δ12 ≠ δ22 = paling sedikit satu tanda sama tidak berlaku
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun
langkah-langkah
pengujian
homogenitas
dengan
menggunakan uji Bartlett adalah sebagai berikut : 1) Menentukan hipotesis Ho = δ12 = δ22 H1 = δ12 ≠ δ22 2) Menghitung varians masing-masing sampel (Si2) dengan rumus :
S
2 i
Xi X
2
n 1
3) Manghitung varians gabungan dari semua sampel (S2) dengan rumus :
S
2
ni ni
1 S i2 1
4) Menghitung harga satuan (B) dengan rumus: B = (log S2) ∑(ni - 1) 5) Menghitung Chi_kuadrat (χ2 ) dengan rumus : χ2 = (ln10){B - ∑(n1 - 1)log Si2} 6) Menghitung χ2 dari tabel distribusi Chi_kuadrat pada taraf signifikansi 5% 7) Daerah kritik
8) Mencari nilai χ2 dari tabel distribusi chi kuadrat pada taraf signifikansi 5% 9) Kriteria uji : Ho diterima, apabila χ2hitung < χ2tabel, yang berarti sampel homogen. (Sudjana, 2005: 261-263)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
c. Uji t-matching Uji t-matching digunakan untuk mengetahui kesamaan atau keseimbangan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Langkah-langkah: 1) Menentukan hipotesis H0; μ1 = μ2 H1; μ1 ≠ μ2 2) Komputasi
3) Daerah kritik DK = n1 + n2 – 2 H0 diterima jika ttabel < thitung< ttabel
2. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari anava yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan efek (pengaruh) dari dua variabel bebas (faktor) terhadap variabel terikat. Adapun modelnya sebagai berikut: Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Frekuensi Sel Tak Sama 1) Model Xijk = μ + αi + ßj + (αß)ij + εijk Dengan : Xijk
= data (nilai) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j;
μ
= rerata dari seluruh data (rerata besar);
αi
= μi – μ = efek baris ke-i pada variabel terikat;
ßj
= μj – μ = efek kolom ke-j to pada variabel terikat; commit user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
αßij = μij – (μ + αi+ ßj) = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat; εijk
= deviasi data Xijk terhadap retaan populasinya (μij) yang berdistribusi normal dengan rataan 0i = 1,2. Deviasi amatan terhadap rataan populasi juga disebut galat (error);
i
= 1, 2,......p; p = banyak baris
j
= 1, 2,......q; q = banyak kolom
k
= 1. 2,......nij; nij = banyak data amatan pada sel ij
2) Hipotesis H0A : αi = 0; untuk setiap i = 1,2; H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol H0B : ßj = 0 untuk setiap j = 1,2 H1B : paling sedikit ada satu ßj yang tidak nol H0AB : (αß)ij = 0 utuk setiap i = 1,2 dan j = 1,2 H1AB : paling sedikit ada satu (αß)ij yang tidak nol 3) Komputasi a) Notasi-notasi nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j) = banyaknya data amatan pada sel i = frekuensi sel ij nh = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
N
pq 1 ij nij
nij = banyaknya seluruh data amatan
= i, j
2
X ijk X
SS =
2 ijk
k
k
nijk
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij ABij = rataan pada sel ij
ABij
Ai = i
commit userbaris ke-i jumlah rataantopada
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bj =
ABij
jumlah taraan baris ke-j
ABij
jumlah rataan semua sel
j
G= i, j
(Budiyono, 2000: 225) b) Besaran-besaran (1) =
B 2j
(2) = j
p
i
Ai2 q
(3) =
B 2j
(4) = j
ABij2
(5) =
(Budiyono, 2000: 227)
i, j
c) Jumlah Kuadrat (JK) JKA (jumlah kuadrat baris)
= nh{(3) – (1)}
JKB (jumlah kuadrat kolom)
= nh{(4) – (1)}
JKAB (jumlah kuadrat interaksi) = nh{(1) + (5) – (3) – (4)} JKG (jumlah kuadrat galat)
= (2)
JKT (jumlah kuadrat total)
= JKA + JKB + JKAB + JKG (Budiyono, 2000: 227)
d) Derajat Kebebasan (dk) dkA
=p–1
dkB
=q–1
dkAB
= (p – 1) – (q – 1)
dkG
= N – pq
dkT
=N-1
e) Rataan Kuadrat (RK) RKA
= JKA dkA
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RKB
= JKB dkB RKAB = JKAB dkAB RKG = JKG dkG f) Statistik Uji (1) Untuk H0A adalah yang merupakan
yang merupakan
nilai dari variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan
p – 1 dan N – pq.
(2) Untuk H0B adalah yang merupakan
yang merupakan
nilai dari variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan
q – 1 dan N – pq.
(3) Untuk H0AB adalah yang merupakan
yang merupakan
nilai dari variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan
(p – 1)(q – 1) dan N – pq.
g) Daerah Kritik (DK) DKA
: {FA│ FA ≥ Fα;p – 1; N – pq}
DKB
: {FB│ FB ≥ Fα;p – 1; N – pq}
DKAB
: {FAB│ FAB ≥ Fα;(p – 1)(q – 1); N – pq}
h) Keputusan Uji H0A ditolak jika FA ≥ Fα;p – 1; N – pq H0B ditolak jika FB ≥ Fα;p – 1; N – pq H0AB ditolak jika FAB ≥ Fα;(p – 1)(q – 1); N – pq i) Rangkuman Anava Tabel 2. Rangkuman Analisis Variansi Dua Sama Sumber JK dk Baris (A) JKA p–1 Kolom (B) JKB q–1 Interaksi (AB) JKAB (p – 1)(q – 1) Galat(G) JKG N – pq commit to user total JKT N–1
Jalan Dengan Sel Tak RK RKA RKB RKAB RKG -
Fobs Fa Fb Fab -
F F* F* F* -
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ket : p F*
= probabilitas amatan, = nilai F yang diperoleh dari tabel (Budiyono, 2000: 208)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran TAI terhadap prestasi belajar siswa. (2) Pengaruh motivasi belajar kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. (3) Interaksi antara penggunaan metode pembelajaran TAI dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 sebagai kelas dengan metode pembelajaran TAI dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas dengan metode ceramah (kelas kontrol).
A. Hasil Uji Pendahuluan Sebelum dilaksanakan penelitian, dilakukan uji pengembangan instrumen dan uji pendahuluan terhadap instrumen penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa alat ukur yang dibuat sudah dapat digunakan (valid) untuk mengambail data penelitian (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), 2012: 20). Hasil uji pendahuluan terhadap instrumen kognitif dan instrumen motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut : 1. Instrumen Kognitif a. Uji Validitas Hasil uji validitas item instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 3. Tabel 3. Rangkuman Hasil Validitas Instrumen Penilaian Kognitif Kriteria Jumlah Variabel Item Valid Tidak Valid Tes materi kelarutan dan 35 31 4 hasil kali kelarutan (Ksp)
commit to user
54
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji reliabilitas Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 4. Tabel 4. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif Jumlah Variabel Reliabilitas Kriteria Item Tes materi kelarutan dan hasil 35 0,9215 Tinggi kali kelarutan (Ksp) c. Taraf Kesukaran Soal Hasil uji taraf kesukaran suatu item instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 5. Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Penilaian Kognitif Kriteria Jumlah Variabel Item Sukar Sedang Mudah Tes materi kelarutan dan 35 2 18 15 hasil kali kelarutan (Ksp) d. Daya Pembeda Soal Hasil uji daya pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam Tabel 6. Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Penilaian Kognitif Kriteria Jumlah Variabel Tidak Baik Item Jelek Cukup Baik Baik Sekali Tes materi kelarutan dan hasil 35 2 2 22 8 kali kelarutan (Ksp) 2. Instrumen Motivasi Belajar Siswa a. Uji Validitas Hasil uji validitas instrumen angket motivasi belajar yang dilakukan terangkum dalam Tabel 7. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 7. Rangkuman Hasil Validitas Instrumen Angket Motivasi Belajar Kriteria Jumlah Variabel Item Valid Tidak Valid Motivasi Belajar Kimia 34 34 b. Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas instrumen angket motivasi belajar yang dilakukan terangkum dalam Tabel 8. Tabel 8. Rangkuman Hasil Reliabilitas Instrumen Angket Motivasi Belajar Variabel Jumlah Item Reliabilitas Kriteria Motivasi Belajar Kimia
34
0,886
Sangat Tinggi
B. Deskripsi Data Data dalam penelitian ini meliputi data skor kemampuan kognitif dan motivasi belajar kimia siswa dari masing-masing kelompok sampel penelitian. Data diperoleh dari 80 siswa dari kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Pelajaran 2011/2012, dengan perincian 40 siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelompok kelas TAI (kelas eksperimen) dan 40 siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelompok kelas metode ceramah (kelas kontrol). Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel. 1. Data Skor Tes Kemampuan Kognitif Data mengenai skor tes kemampuan kognitif tercantum dalam Lampiran 28 dan 29. Data kemampuan kognitif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) yang dianalisis adalah data selisih nilai pretest dan postest. Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing-masing data, maka akan disajikan gambaran mengenai nilai kognitif siswa sebagai berikut:
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Rerata Selisih Nilai Kognitif Siswa Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Tabel 9. Rerata Selisih Nilai Kognitif Siswa Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelompok Siswa Nilai Rerata Selisih Faktor Kategori TAI 44,08 Metode Pembelajaran Ceramah 28,63 Tinggi 37,7619 Motivasi Belajar Siswa Rendah 34,7895 b. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) 1) Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif (Prestasi) Siswa Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Menurut Metode
Pembelajaran Data siswa yang diajar menggunakan metode TAI pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) diperoleh selisih nilai kognitif (prestasi) tertinggi mencapai 67 sedangkan selisih nilai kognitif terendah adalah 28. Kemudian untuk siswa yang dikenai pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah diperoleh selisih nilai kognitif (prestasi) tertinggi mencapai 57, sedangkan selisih nilai kognitif terendah adalah 8. Untuk dapat membandingkan selisih nilai prestasi belajar kognitif pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) yang diperoleh siswa pada kelas yang diajar dengan metode TAI dan kelas ceramah, maka kedua data tersebut dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10. Perbandingan Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelas TAI dan Kelas Ceramah Frekuensi % Frekuensi Nilai Interval No Tengah TAI Kontrol TAI Kontrol 1 8 – 17 12,5 0 6 0 15 2 18 – 27 22,5 0 14 0 35 3 28 – 37 32,5 9 9 22,5 22,5 4 38 – 47 42,5 19 8 47,5 20 5 48 – 57 52,5 9 3 22,5 7,5 6 58 – 67 62,5 3 0 7,5 0 Jumlah 40 40 100 100 Gambaran yang lebih jelas tentang perbandingan selisih nilai kognitif siswa antara kelas dengan metode TAI dan kelas ceramah dapat
Frekuensi
dilihat pada Gambar 2. 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
19
14
9 9
8
9 Kelas TAI
6
Ceramah 3 0
0
12.5
22.5
3 0
32.5
42.5
52.5
62.5
Nilai Tengah
Gambar 2. Diagram Batang Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas TAI dan Kelas Ceramah Dari diagram batang pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa frekuensi siswa kelas TAI terdapat dalam rentang interval antara 28 – 37 dengan nilai tengah 32,5 sampai rentang interval antara 58 – 67 dengan nilai tengah 62,5. Sedangkan pada kelas ceramah frekuensi siswa terdapat pada rentang interval 8 – 17 dengan nilai tengah 12,5 sampai user rentang interval 48 – 57 commit dengan to nilai tengah 52,5. Sehingga dapat dilihat
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rentang interval nilai prestasi kognitif kelas TAI berbeda dari rentang interval nilai prestasi kognitif
kelas ceramah. Namun hal ini harus
dibuktikan secara matematis melalui uji Anava sehingga akan diketahui bahwa terdapat perbedaan prestasi kognitif pada siswa yang diajarkan menggunakan metode TAI dan metode ceramah.
2) Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Menurut Motivasi Belajar Siswa Distribusi frekuensi selisih nilai kognitif siswa dilihat dari motivasi belajar siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu: kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah. Pada kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi, rentang selisih nilai kognitifnya 18 sampai 67. Selanjutnya untuk kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah selisih nilai kognitifnya memiliki rentang antara 8 sampai 60. Agar dapat membandingkan selisih nilai kognitif siswa pada kelompok motivasi belajar tinggi dan rendah maka kedua data tersebut dapat dijadikan satu seperti dalam Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa Jika Dilihat dari Motivasi Belajar Siswa Frekuensi % Frekuensi Nilai No Interval Tengah Tinggi Rendah Tinggi Rendah 1 8 – 17 12,5 0 6 0 15,8 2 18 – 27 22,5 9 5 21,4 13,2 3 28 – 37 32,5 7 11 16,7 28,9 4 38 – 47 42,5 20 7 47,6 18,4 5 48 – 57 52,5 4 8 9,5 21,1 6 58 – 67 62,5 2 1 4,8 2,6 Jumlah 42 38 100 100
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk
memperoleh
gambaran
yang
lebih
jelas
tentang
perbandingan selisih nilai kognitif siswa dilihat dari motivasi belajarnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Frekuensi
20
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Motivasi Tinggi
Motivasi Rendah
11 9 6
7
8
7
5
4
2 0 12.5
22.5
32.5
42.5
52.5
1
62.5
Nilai Tengah
Gambar 3. Diagram Batang Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Siswa Dilihat dari Motivasi Belajar Dari diagram batang pada Gambar 3 terlihat bahwa frekuensi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah terdapat pada rentang interval prestasi kognitif yang tidak jauh berbeda. Pada kedua kategori motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah rentang interval prestasi kognitfnya sama, hanya siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi tidak terdapat frekuensi siswa pada rentang interval 8 – 17. Sehingga untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi kognitif antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah perlu diuji secara matematis melalui uji selanjutnya.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Data Skor Motivasi Belajar siswa Data skor motivasi belajar kimia siswa diperoleh dari metode angket. Kemudian dari data tersebut dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu skor yang lebih besar dari skor rata-rata kelas termasuk dalam kategori motivasi belajar tinggi dan skor yang lebih kecil dari skor rata-rata kelas termasuk dalam kategori motivasi belajar rendah. Pengelompokan ini didasarkan pada skor ratarata kelas hasil angket motivasi belajar kimia siswa untuk kedua kelas tersebut. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 80 siswa yang terdiri dari 40 siswa kelas metode TAI, 40 siswa kelas metode ceramah terdapat 42 siswa mempunyai motivasi belajar tinggi dan 38 siswa mempunyai motivasi belajar rendah. Secara rinci disajikan dalam Tabel 12 berikut: Tabel 12. Jumlah Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah Kelas Eksperimen Motivasi Belajar Jumlah Kelas TAI Kelas Ceramah Tinggi 22 20 42 Rendah 18 20 38 Jumlah 40 40 80 Selanjutnya dari data skor motivasi belajar kimia siswa tersebut dapat dibuat tabel distribusi frekuensi yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa Kelas TAI dan Kelas Ceramah Frekuensi % Frekuensi Nilai No Interval Tengah TAI Ceramah TAI Ceramah 1 78 – 83 80,5 5 6 12,5 15 2 84 – 89 86,5 4 9 10 22,5 3 90 – 95 92,5 13 10 32,5 25 4 96 – 101 98,5 12 9 30 22,5 5 102 – 107 104,5 4 5 10 12,5 6 108 – 113 110,5 2 1 5 2,5 Jumlah 40 40 100 100 Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai data motivasi belajar siswa kelas TAI dan kelas ceramah, maka dibuat histogram motivasi belajar siswa yang dapat dilihat pada Gambar 4. commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
13
14
12 Frekuensi
10 8 6
5
Kelas Ceramah
10
9
Kelas TAI
12
9
6 4
4
5
4
2
2
1
0 80.5
86.5
92.5
98.5
104.5
110.5
Nilai Tengah
Gambar 4. Diagram Batang Skor Motivasi Belajar Siswa Kelas TAI dan Kelas Ceramah Dari data motivasi belajar siswa diketahui bahwa skor terendah pada kelas TAI adalah 82 dan skor tertinggi adalah 111 sedangkan untuk kelas ceramah skor terendah adalah 78 dan skor tertinggi adalah 112. Dari diagram batang pada Gambar 4 terlihat bahwa pada kelas TAI, frekuensi tertinggi adalah 13 pada rentang 90 – 95. Sedangkan pada kelas ceramah, frekuensi tertinggi adalah 10 pada rentang 90 – 95. Sehingga dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi antara kelas TAI dan kelas Ceramah terletak pada rentang yang sama. Dari dua kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian ini dapat dilihat bahwa penyebaran siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah pada tiap kelas sampel adalah hampir merata. Hal ini memperkuat bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini mampu mewakili polulasinya untuk dapat digunakan sebagai sampel penelitian.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Pengujian Prasyarat Analisis Teknik uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama dengan desain faktorial 2 x 2. Prasyarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan anava tersebut adalah populasi harus normal, homogen dan seimbang yang dapat diketahui dengan melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors, uji homogenitas dengan teknik uji Bartlett dan uji keseimbangan menggunakan uji t-maching. Hasil uji prasyarat ini adalah: 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan analisis variansi adalah distribusi populasinya harus normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas dengan tingkat signifikansi 0,05 terangkum dalam tabel 14. Tabel 14. Rangkuman Uji Normalitas Sampel dengan Uji Lilliefors Kelompok Metode TAI
Metode Ceramah
Prestasi Kognitif
Pretest Postest Kognitif Motivasi Pretest Postest Kognitif Motivasi Motivasi Tinggi Motivasi Rendah
L0
Ltabel
Kesimpulan
0,1115 0,1081 0,1343 0,09043 0,0695 0,1230 0,1261 0,06251 0,1078 0,0957
0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1367 0,1437
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Kriteria uji normalitas pada penelitian adalah bahwa populasi dikatakan berdistribusi normal jika harga L0 < Ltabel. Dari tabel diatas tampak bahwa harga L0
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Uji Homogenitas Syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis variansi adalah varians populasi harus homogen. Untuk menguji homogenitas pada penelitian ini menggunakan metode Bartlett. Hasil uji homogenitas terangkum dalam Tabel 15. Tabel 15. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas No Sumber 1 Pretest 2 Postest 3 Prestasi Kognitif 5 Motivasi Belajar 6 Kognitif Berdasarkan Motivasi Belajar
χ2obs 1,32773 3,45891 2,71707 0,30549 1,72398
χ2tabel 3,841 3,841 3,841 3,841 3,841
Kesimpulan Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
Sampel penelitian dikatakan homogen apabila χ2hitung < χ2tabel. Dari tabel 16, tampak bahwa nilai statistik uji χ2obs tidak melampaui harga kritiknya χ2tabel yaitu 3,841. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 43 - 47.
3. Uji Keseimbangan (Uji t - Maching) Dari perhitungan uji kesetimbangan untuk kelas TAI dengan kelas ceramah pada Lampiran 48, didapatkan harga t = -1,304019, sedangkan daerah kritiknya t < -1.98 atau t > 1.98, ini berarti thitung
DK, sehingga H0 diterima
dan dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rata-rata pretest kedua kelas sama. Dengan mengasumsikan nilai pretest materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) sebagai kemampuan awal, maka kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama.
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan dengan Frekuensi Sel Tak Sama Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama. Perhitungan secara lengkap disajikan pada Lampiran 48. Hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terhadap selisih nilai prestasi belajar kognitif materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) ditinjau dari variabel-variabel metode pengajaran dan motivasi belajar kimia siswa dirangkum dalam Tabel 16 dan Tabel 17. Tabel 16. Rataan dan Jumlah Rataan Selisih Nilai Prestasi Kognitif Kelas TAI Kontrol Total
Motivasi Belajar Tinggi Rendah 44,7273 40.1111 30,1000 25,1500 74,8273 (B1)
65,2611 (B2)
Total 84,8384 (A1) 55,2500 (A2) 140,0884 (G)
Tabel 17. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Selisih Nilai Prestasi Kognitif Sumber Metode Pembelajaran (A)
JK 4355,3655
dK
Motivasi Belajar (B) Interaksi (AB) Galat Total
1
RK 4355,3655
Fobs 39,0962
F 4,00
Keputusan H0A Ditolak
455,25803
1
455,25803
4,0866
4,00
H0B Ditolak
50,5544
1
50,5544
0,0050
4,00
H0AB Diterima
7352,4914
66
111,4014
-
-
-
12163,669
69
-
-
-
-
Dengan dasar keputusan uji bahwa H0A ditolak jika FA ≥ Fα;p – 1; N – pq, H0B ditolak jika FB ≥ Fα;p – 1; N – pq dan H0AB ditolak jika FAB ≥ Fα;(p – 1)(q – 1); N – pq maka keputusan uji analisis variansi dua jalan adalah H0A ditolak, H0B ditolak dan H0AB diterima. commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Setelah dilakukan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) dan diperoleh hasil seperti yang tercantum diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini : a. Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis pertama menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran TAI dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Hipotesis tersebut diuji dengan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Dari hasil analisis data diperoleh harga Fobs = 39,0962 untuk selisih nilai prestasi belajar kognitif. Harga Ftabel = 4,00 dengan N = 80 pada taraf signifikasi 5%. Karena Fobs > Ftabel, maka untuk prestasi kognitif H0A ditolak dan H1A diterima. Hal ini berarti ada perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran TAI dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk prestasi belajar kognitif. b. Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis kedua menyatakan bahwa ada pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Hipotesis tersebut diuji dengan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Dari hasil analisis data diperoleh harga Fobs = 4,0866 untuk selisih nilai prestasi belajar kognitif. Harga Ftabel = 4,00 dengan N = 80 pada taraf signifikasi 5%. Karena Fobs > Ftabel, maka untuk prestasi belajar kognitif H0A ditolak dan H1A diterima. Hal ini berarti ada pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Pengujian Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga menyatakan ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran TAI dan ceramah dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Hipotesis tersebut diuji dengan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Dari hasil analisis data diperoleh harga Fobs = 0,0050 untuk prestasi belajar kognitif. Nilainya di bawah harga Ftabel = 4,00 dengan N = 80 pada taraf signifikasi 5%, dengan demikian Fobs < Ftabel sehingga untuk prestasi belajar kognitif H0AB diterima dan H1AB ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran TAI dan ceramah dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp).
E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis Pertama Pada hipotesis pertama, didapatkan kesimpulan bahwa ada perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran TAI dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk prestasi belajar kognitif. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa total rerata prestasi belajar kognitif untuk siswa yang diajar dengan TAI dan metode ceramah berturut-turut sebesar 84,8384 dan 55,2500. Hal ini menunjukkan bahwa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) siswa yang diajar dengan metode TAI prestasi belajar kognitifnya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode ceramah. Hal ini karena pembelajaran dengan metode TAI akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif pada diskusi dalam mengerjakan soal-soal dan latihan yang terdapat dalam lembar kerja secara berkesinambungan baik individu maupun dalam kelompok sehingga pemahaman pelajaran kimia pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) dapat menjadi lebih meningkat. Dalam kelas eksperimen yang menggunakan metode TAI, pada setiap commit to user awal pertemuannya siswa diajar dan diterangkan tentang konsep kelarutan dan
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hasil kelarutan oleh guru secara singkat. Ketika siswa sudah paham terhadap konsep yang diajarkan oleh guru, siswa dibentuk kelompok heterogen berdasarkan perbedaan kemampuannya. Setiap kelompok dipimpin oleh seorang asisten yang mempunyai kemampuan lebih dibandingkan anggota lain dalam kelompoknya. Pembagian kelompok dan asisten ini dipilih berdasarkan skor nilai ujian semester I. Skor nilai dari seluruh siswa dalam kelompok diurutkan kemudian yang mempunyai skor tertinggi menjadi asisten dengan pertimbangan nilai yang tertinggi memiliki penguasaan konsep yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Setiap kelompok melakukan
diskusi
untuk
menerapkan
konsep
dengan
memecahkan
permasalahan dalam bentuk soal-soal yang berkaitan dengan konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) pada lember kerja siswa (LKS). Selama proses diskusi terlihat bahwa siswa aktif menyelesaikan soal-soal yang bervariasi, menyampaikan pendapat kepada sesama anggota kelompok, anggota kelompok meminta penjelasan kepada asisten jika kurang mengerti cara memecahkan soal dan asisten memberikan penjelasan kepada anggota kelompoknya. Antusias dalam berdiskusi juga terlihat ketika beberapa asisten tidak segan untuk bertanya kepada guru mengenai urutan atau alur penyelesaian beberapa soal yang dianggap sulit serta penerapan konsep terhadap soal yang dikerjakan. Pada fase ini, guru memberikan pendampingan individu terutama kepada asisten yang bertanya tentang penerapan konsep untuk memecahkan soal tersebut. Ketika asisten sudah faham, maka asisten kemudian menjelaskan kepada anggota kelompoknya, sehingga setiap anggota kelompok dapat memahaminya. Di akhir diskusi salah satu kelompok maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil diskusinya terutama untuk soal-soal yang dianggap sulit bagi kelompok yang lain dan kelompok lain bisa bertanya. Seberapa jauh pemahaman tiap anggota kelompok terhadap konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) kemudian di uji melalui kuis individu di akhir pelajaran. Hal ini juga sebagai solusi terhadap kelemahan penggunaan lembar kerja siswa dalam kelompok dimana biasanya hanya beberapa siswa yang aktif commit to user mengerjakan soal-soal dan latihan dalam lembar kerja siswa sedangkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
yang lain cenderung hanya menyalin jawaban, sehingga akan berpengaruh pada pancapaian pemahaman siswa terhadap materi pelajaran tersebut. Penggunaan metode TAI menghasilkan prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode ceramah. Dalam kelas yang menggunakan metode ceramah, proses mental yang terjadi adalah siswa hanya mendengarkan, mencatat dan menghafal konsep yang diberikan oleh guru, proses pembelajarannya lebih bersifat teacher centered serta siswa kurang dalam latihan menerapka konsep dalam bentuk pemecahan soal yang bervariasi. Keterbatasan lainnya adalah siswa tidak terfokus pada materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Ketidakfokusan terhadap materi diakibatkan oleh rasa bosan siswa dalam mendengarkan ceramah guru, sehingga siswa menjadi melamun dan tidak konsentrasi terhadap pelajaran. Terdapat siswa yang menunjukkan rasa bosan tersebut dengan melakukan ‘interupsi’ misalnya dengan mengatakan “Bu, kalau langsung ke contoh soal saja gimana biar mudeng?”, meminta guru untuk langsung menerapkan konsep tersebut dalam bentuk contoh soal dan penyelesaiannya, sehingga siswa tersebut bisa mengerti penerapan konsepnya. Selain itu, pada kelas yang menggunakan metode ceramah siswa cenderung pasif, hanya sedikit siswa yang aktif dalam bertanya ketika mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran meskipun guru sudah menanyakan apakah terdapat kesulitan memahami konsep selama guru menjelaskan di depan kelas. Sehingga kesulitan tersebut tidak terselesaikan yang mengakibatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan kurang optimal. Siswa juga kurang aktif ketika guru meminta siswa mengerjakan contoh soal di depan kelas. Siswa bersedia maju mengerjakan contoh soal tersebut ketika guru menunjuknya untuk mengerjakandi depan kelas. Hal ini merupakan salah satu kelemahan metode ceramah yaitu tidak menuntut siswa aktif bertanya sehingga tidak mendidik siswa untuk mandiri bertanya tentang kesulitan yang dihadapinya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diyakini bahwa pembelajaran kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) menggunakan metode commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
TAI dapat menghasilkan prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi dibandingkan metode ceramah.
2. Hipotesis Kedua Pada hipotesis kedua, didapatkan kesimpulan bahwa ada pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk prestasi belajar kognitif. Dari hasil uji Anava untuk prestasi belajar kognitif dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Melihat tabel rataan prestasi belajar kognitif siswa pada Tabel 16, siswa dengan motivasi belajar tinggi memiliki total rerata prestasi belajar kognitif sebesar 74,8273. Sedangkan siswa dengan motivasi belajar rendah memiliki total rerata prestasi belajar kognitif sebesar 65,2611. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, baik bagi siswa yang diajar dengan metode TAI maupun siswa yang diajar dengan metode ceramah. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar, sehingga siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mempunyai energi lebih banyak untuk belajar dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Menurut Hamzah B. Uno (2008: 28) seorang anak
yang telah
termotivasi
untuk
belajar
sesuatu,
akan
berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil baik. Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Seseorang yang mempunyai motivasi belajar tinggi memiliki rasa ingin tahu yang besar, dapat berpikir kreatif, ingin selalu berperan, tidak mudah putus asa, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan mempunyai keinginan commit to yang user dihadapi. Selain itu mereka juga untuk memecahkan setiap permasalahan
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
akan bertanya jika yang disampaikan guru kurang jelas atau mereka akan membaca sendiri pada buku referensi yang ada dan pada akhirnya mereka akan lebih paham mengenai materi maupun konsep-konsep yang disampaikan guru. Sedangkan siswa yang motivasi belajarnya rendah maka akan kurang bersemangat dalam melakukan kegiatan belajar, bersikap masa bodoh, merasa bosan dengan materi pelajaran dan soal-soal yang diberikan, serta cenderung tidak mempunyai keinginan untuk mengerjakan soal-soal tersebut. Sehingga siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar sedang maupun rendah. Dalam penelitian ini, motivasi belajar siswa diukur melalui 3 aspek yaitu keinginan untuk meningkatkan pengetahuan, keinginan untuk mencapai hasil yang maksimal dan rasa percaya diri dan kepuasan. Tinggi rendahnya motivasi belajar tiap siswa berbeda pada ketiga aspek. Sebagai contoh pada kelas eksperimen, responden nomor 9 merupakan siswa yang termasuk dalam kategori motivasi tinggi dengan skor total nilai motivasi yaitu 101 dan merata pada ketiga aspek di atas sehingga menghasilkan prestasi belajar yang tinggi. Berbeda dengan responden nomor 13, siswa yang termasuk kategori motivasi tinggi ini memiliki skor total lebih tinggi daripada responden nomor 9 yaitu 111. Tetapi motivasi belajar siswa ini menonjol pada aspek keinginan untuk mencapai hasil maksimal dan rasa diri dan kepuasan tetapi agak rendah dalam keinginan untuk meningkatkan pengetahuan sehingga prestasi belajarnya lebih rendah dari responden nomor 9. Sedangkan untuk responden nomor 4 merupakan siswa kategori motivasi rendah. Siswa ini memiliki skor total nilai motivasi 82 dan lemah di ketiga aspek sehingga prestasi belajar siswa tersebut juga rendah. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diyakini bahwa dengan motivasi belajar siswa yang tinggi, pembelajaran kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) dapat menghasilkan prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi dibandingkan prestasi belajar kimia materi kelarutan dan hasil kali kelarutan to user (Ksp) pada siswa yang motivasicommit belajarnya rendah.
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hipotesis Ketiga Pada hipotesis ketiga, didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TAI dan ceramah dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Tidak adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan metode pembelajaran dengan tingkat motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Motivasi belajar tinggi maupun rendah, siswa yang diajarkan menggunakan metode TAI akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan metode ceramah. Dengan kata lain, metode pembelajaran TAI cocok untuk diterapkan pada siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi maupun pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Metode TAI ketika diterapkan pada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, proses akan berlangsung dengan baik. Ketika metode TAI diterapkan pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, pembelajaran juga akan tetap berjalan baik karena disana terdapat asisten yang siap membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam belajarnya sehingga prestasi belajarnya meningkat.
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran TAI terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), dengan Fobs > Ftabel = 39,0962 > 4,00. Metode pembelajaran TAI menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), dengan Fobs > Ftabel = 156,7816 > 4,00 2. Ada pengaruh motivasi belajar siswa kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp). Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi belajar kognitif yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah, dengan Fobs > Ftabel = 4,0866 > 4,00. 3. Tidak ada interaksi antara penggunaan metode pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), dengan Fobs < Ftabel = 0,0050 < 4,00. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas, implikasi yang disampaikan oleh peneliti adalah : 1. Penggunaan metode pembelajaran TAI berpengaruh terhadap prestasi belajar, metode TAI dapat digunakan untuk meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa. 2. Motivasi belajar juga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan memiliki keinginan yang kuat dan tidak commit to user
74
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mudah menyerah. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru agar dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
C. Saran Berdasarkan dari kesimpulan dan implikasi hasil penelitian maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut : 1.
Pada pembelajaran untuk materi kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp), sebaiknya menggunakan metode pembelajaran TAI. Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Guru diharapkan menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan lebih banyak dalam memecahkan soal-soal yang bervariasi
yang
diantaranya yaitu metode pembelajaran TAI. 2.
Guru perlu memperhatikan motivasi belajar siswa karena motivasi belajar berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Guru dapat melakukan pengukuran motivasi belajar siswa sehingga dapat diketahui tinggi rendahnya motivasi belajar dan guru dapat membangkitkan motivasi belajar siswanya. Guru dapat mengusahakan agar penyajian pembelajaran kimia yang menarik, menumbuhkan hasrat siswa untuk belajar, memberikan pujian bagi siswa yang melaksanakan tugas dengan baik, dan lain-lain.
commit to user