PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TEKNIK PEMBELAJARAN STAD (Studi Pada Siswa SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan)
SKRIPSI Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
FATMA ROUDHOH NIM : 106015000458
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAK
FATMA ROUDHOH. Perbeedaan Hasil Belajar IPS Dengan Menggunakan Teknik Pembelajaran Jigsaw dan Teknik Pembelajaran STAD: Studi Pada Siswa SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan. Skripsi. Jakarta: Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN). 2011. Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD). Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS antara siswa diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dari siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD), membuktikan tinggi rendahnya hasil belajar IPS siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD), dan mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif Metode yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu cara melakukan penelitian dengan percobaan. Metode ini digunakan untuk menelaah adanya perbedaan hasil belajar IPS antara siswa diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dari siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD). Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII yang berjumlah 110 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas VIII sebanyak 66 orang yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan jumlah masing-masing kelompok 33 orang siswa. Instrumen yang dipakai adalah tes. Teknik analisis data menggunakan metode statistik uji “t” (uji beda), untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel disribusi “t” pada taraf signifikansi 5%. Temuan hasil penelitian ini adalah: 1) Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw dengan siswa yang diajar denga pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik STAD dalam pelajaran IPS denga diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu 3,0214 > 2,00; 2) Perbedaan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw dapat terlihat dari mean gainnya sebesar 60,27 lebih baik daripada mean gain kelompok yang diajarkan dengan pendekatan Cooperative Learning teknik STAD yaitu 54,606. Dengan demikian nampak bahwa hasil belajar IPS siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik STAD; dan 3) Pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw dan
ii
STAD merupakan teknik pembelajaran yang baru bagi para siswa, namun dari hasil angket yang diberikan, siswa merasa kedua metode pembelajaran tersebut cukup dapat membantu mereka dalam memahami pelajaran dan mereka cukup menyukai penerapan kedua metode pembelajaran tersebut dalam pembelajaran IPS. Hasil observasi kedua metode pembelajaran menunjukkan sikap siswa cukup baik pada ketiga aspek sikap yang diukur yaitu rasa ingin tahu, keberanian dan sifat menghargai.
iii
ABSTRAC
FATMA ROUDHOH. The Defference of Social Science Education Learning Achievement With Jigsaw Learnig Technique and STAD Learnig Technique: Study to Student of SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan. Thesis. Jakarta: Social Sciene Education Program Faculty of Tarbiyah and Teaching Science of State Islamic Univesity (UIN). 2011. The objective of this research is to examine the defference of student's learning achievement at social science education between whom learned with jigsaw learning technique and whom learned with STAD learning technique, to compare the student's learning achievement by jigsaw learning technique and STAD learning technique, and to know student' response with cooperative learning applied. The research is held 66 students from Calass VII of SMP Darussalam that device to two group of experiment and control with the number of each grous is 33 students. Data were collected from test (50 items), observation, and questionnaire with class experiment with using experiment design. Analyse data with t-test at signification α 0,05. The results of this research: 1) There is the defference between student's learning achievement at social science education with jigsaw learning technique and student's learning achievement at social science education with STAD learning technique and obtained value thitung 3,0214 and ttabel 2,00. The result show that at signifikan 0,05 with gain jigsaw 60,27 and mean gain STAD 54,606 hence can be said that cooperative learning technique jigsaw is better than cooperative learning technique STAD. Student and observer give a positive response with this cooperative learning applied. According to the result of this research the author recommended: The teachers should had a knowledge and enough abbility to choose the right learning methods and suitable with the matter learned by student so the students learning achievement could be increased. The research about jigsaw and STAD learning technique that applied for other matter or lessons should be held to resolved its function to increases student's learning achivement and motivates them.
iv
LEMBAR PENGESAHAN
PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TEKNIK PEMBELAJARAN STAD (Studi Pada Siswa SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan)
SKRIPSI Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
PEMBIMBING
____________________ NIP : …………..
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 v
KATA PENGANTAR
Hanya ungkapan rasa syukur yang tiada terkira atas segala limpahan nikmat yang luas tanpa batas serta anugerah yang agung tak terhitung dari Illahi Rabbi, karena berkat itu semua penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat manusia, Nabi Muhammad SAW, makhluk mulia yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia. Dalam proses penyusunan skripsi ini banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. H. Nurochim MM, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. H. Syaripulloh, M.S.I, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu serta mencurahkan pikirannya selama penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak terhingga banyaknya dan sangat berguna bagi penulis. 5. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 6. Staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Orang tua dan keluarga yang telah memotivasi penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Sahabat penulis yaitu Muthmainnah, S.Pd, Diana Widayarani, S.Pd, Fitri Nisa, S.Pd, Ermaleli Putri, S.Pd, Nur Azizah, S.Pd dan Syurianti, S.Pd, yang selalu
vi
memberikan bantuan, dukungan, dan menghibur penulis ketika sedang gundah gulana dan semoga persahabatan kita tak lekang oleh waktu. 9. Temen-temen seperjuangan, Diana Widyarani, S.Pd, Lilis Komariah, S.Pd, Nur Utami, S.Pd, yang memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis.
Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah s.w.t. memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-Nya, Amin.
Jakarta, Februari 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... v DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6 D. Perumusan Masalah ...................................................................... 6 E. Tujuan Kegunaan Penelitian ......................................................... 7
BAB II :
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretis………………. ................................................ 8 1. Hakikat Hasil Belajar .............................................................. 8 a. Pengertian Hasil Belajar.................................................... 8 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............. 13 2. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ........................................... 18 a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif .................... 18 b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif..................................... 21 c. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ................................... 25 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .................................... 31 a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............ 31 b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............... 33 4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD..................................... 37 a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD............. 37 b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ................ 38 viii
B. Kajian Penelitian Relevan ............................................................. 42 C. Kerangka Berpikir......................................................................... 44 D. Hipotesis Penelitian....................................................................... 45 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 46 B. Metode dan Desain Penelitian....................................................... 46 C. Populasi dan Teknik Sampling...................................................... 48 D. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 49 E. Instrumen Penelitian...................................................................... 49 G. Teknik Analisis Data..................................................................... 53 H. Hipotesis Statistik ......................................................................... 54 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .............................................................................. 55 1. Gambaran Umum SMP Darussalam Pondok Labu................. 55 a. Sejarah Berdirinya SMP Darussalam................................ 55 b. Visi dan Misi SMP Darussalam Pondok Labu.................. 57 c. Struktur Organisasi SMP Darussalam Pondok Labu ........ 57 2. Praktik Pembelajaran .............................................................. 59 a. Praktik Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw.............. 59 b. Praktik Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD .............. 61 3. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dan STAD ....................................................... 62 4. Data Hasil Belajar IPS Siswa.................................................. 64 a. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok Jigsaw .............. 64 b. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok STAD .............. 67 B. Uji Persyaratan Analisis Data ....................................................... 70 1. Uji Normalitas Data ................................................................ 70 2. Uji Homogenitas Data............................................................. 71 C. Pengujian Hipotesis....................................................................... 72 D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 72 BAB V:
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... 75 C. Saran.............................................................................................. 76 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77 LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 79
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Dengan Pembelajaran Tradisional........................................................................................ 23
Tabel 2.
Tahapan-tahapan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw...............................................................................................36
Tabel 3.
Ketentuan Penetapan Poin Kemajuan ............................................. 42
Tabel 4.
Desain Penelitian Two Group Pretest posttest design ..................... 45
Tabel 5.
Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar..................................................... 48
Tabel 6.
Data Hasil Pretest Siswa Kelompok Jigsaw ................................... 64
Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histogram dan Poligon Variabel X1 ......................................................................... 64
Tabel 8.
Data Hasil Posttest Siswa Kelompok Jigsaw .................................. 65
Tabel 9.
Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histogram dan Poligon Variabel X2…………………………………. .................... 66
Tabel 10.
Data Hasil Pretest Siswa Kelompok STAD..................................... 67
Tabel 11.
Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histogram dan Poligon Variabel Y1…………………………………. .................... 67
Tabel 12.
Data Hasil Posttest Siswa Kelompok STAD ................................... 68
Tabel 13.
Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histogram dan Poligon Variabel Y2…………………………………. .................... 69
Tabel 14.
Perbandingan Mean Hasil Belajar Siswa Kelompok Jigsaw dan STAD ............................................................................................... 70
Tabel 15.
Uji Normalitas Variabel X1, X2, Y1, dan Y2 dari 33 Responden .... 71
Tabel 16.
Uji Homogenitas Data Kelompok Jigsaw dan Kelompok STAD.... 71
Tabel 17.
Signifikansi Uji t Variabel X dengan Variabel Y ............................ 72
Tabel 18.
Data Analisis Butir Pertanyaan ........................................................ 98
Tabel 19.
Hasil Hitung Korelasi Point Biserial Menggunakan SPSS v 17......100
Tabel 20.
Hasil Uji Validitas Butir Soal ..........................................................102
Tabel 21.
Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw..............................107
x
Tabel 22.
Data Distribusi Frekuensi Pretes Kelompok Jigsaw ........................108
Tabel 23.
Hasil Tes Kemampuan Akhir Kelompok Jigsaw .............................111
Tabel 24.
Data Distribusi Frekuensi Postes Kelompok Jigsaw........................112
Tabel 25.
Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok STAD ..............................115
Tabel 26.
Data Distribusi Frekuensi Pretes Kelompok STAD.........................116
Tabel 27.
Hasil Tes Kemampuan Akhir Kelompok STAD .............................119
Tabel 28.
Data Distribusi Frekuensi Postes Kelompok STAD ........................120
Tabel 29.
Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw .............................................................................123
Tabel 30.
Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Kelompok Jigsaw .............................................................................125
Tabel 31.
Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelompok STAD .............................................................................127
Tabel 32.
Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Kelompok STAD .............................................................................129
Tabel 33.
Tabel Kerja Uji t...............................................................................134
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Struktur Organisasi SMP Darussalam.............................................. 58
Gambar 2.
Grafik Histogram dan Poligon Variabel X1 ..................................... 65
Gambar 3.
Grafik Histogram dan Poligon Variabel X2 ..................................... 66
Gambar 4.
Grafik Histogram dan Poligon Variabel Y1 ..................................... 68
Gambar 5.
Grafik Histogram dan Poligon Variabel Y2 ..................................... 69
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2.
Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13.
Instrumen Penelitian.............................................................. 79 Tabel Analisis Butir Pertanyaan dari 50 Butir Soal Postes Kepada 10 Responden Untuk Uji Validitas Instrumen ......... 98 Uji Validitas Instrumen ......................................................... 100 Uji Reliabilitas dari 50 Butir Soal dari 10 Responden.......... 105 Hasil Tes Kemampuan Awal dan Penentuan Rentangan, Banyak Kelas, Ujung Bawah Kelas Interval Pertama Kelompok Jigsaw.................................................................................... 107 Hasil Tes Kemampuan Akhir dan Penentuan Rentangan, Banyak Kelas, Ujung Bawah Kelas Interval Pertama Kelompok Jigsaw.................................................................................... 111 Hasil Tes Kemampuan Awal dan Penentuan Rentangan, Banyak Kelas, Ujung Bawah Kelas Interval Pertama Kelompok STAD .................................................................................... 115 Hasil Tes Kemampuan Akhir dan Penentuan Rentangan, Banyak Kelas, Ujung Bawah Kelas Interval Pertama Kelompok STAD .................................................................................... 119 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw . 123 Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Kelompok Jigsaw. 125 Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelompok STAD.. 127 Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Kelompok STAD . 129 Uji Homogenitas Kelompok Jigsaw...................................... 131
Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21. Lampiran 22.
Uji Homogenitas Kelompok STAD ...................................... 132 Uji Hipotesis Data ................................................................. 133 Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Teknik Jigsaw138 Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Teknik STAD 140 Tabel Liliefors....................................................................... 142 Tabel Nilai Product Moment................................................. 143 Tabel Luas Dibawah Kurva Normal ..................................... 144 Tabel Distribusi F.................................................................. 146 Tabel Nilai Uji t .................................................................... 148
Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Setiap usaha yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar, maupun oleh peserta didik sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang setinggi-tingginya. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Kualitas hasil belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Oemar Hamalik mengemukakan bahwa bukti dari seseorang yang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku dalam aspek-aspek tertentu seperti
pengetahuan,
pengertian,
kebiasaan,
keterampilan,
apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.1 Pendapat serupa dikemukakan oleh WS Winkel yang menyatakan bahwa hasil
1
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), h. 30.
1
belajar yang dihasilkan oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman dalam bidang keterampilan, nilai dan sikap.2 Salah satu indikator keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran tercermin dari nilai evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan.3 Keberhasilan suatu proses pembelajaran itu sendiri ditentukan oleh kualitas komponen-komponen terkait dalam pendidikan persekolahan. Komponen utama yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tersebut adalah kualitas pembelajaran yang dirancang oleh guru, sistem dan lingkungan yang mendukung terciptanya suasana pembelajaran yang humanis, dinamis, interaktif dan menyenangkan. Setiap pendidik menginginkan peserta didiknya memiliki hasil belajar yang baik. Oleh sebab itu, berbagai upaya akan dilakukan guru untuk mencapai keinginan tersebut di antaranya dengan memanfaatkan metodemetode pembalajaran yang dipandang tepat dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode pembelajaran mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat berlaku untuk materi pelajaran apapun termasuk Ilmu Pengetahuan Sosial. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disebut juga sebagai synthetic science, karena konsep,
generalisasi,
dan
temuan-temuan
penelitian
ditentukan
atau
diobservasi setelah fakta terjadi. IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam 2
WS Winkel, Psikologi Pengajaran Edisi Revisi. (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), h. 102. 3 Pupuh Fathurrahman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.75.
2
nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai Social Science Education dan Social Studies. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.4 Dalam belajar IPS desain pembelajaran yang dirancang seorang guru berperan penting dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran pada suatu tema/konsep. Seorang guru yang pandai memilih dan menggunakan strategi atau metode pembelajaran yang variatif, tepat dan sesuai dengan tema/konsep yang disajikan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dan berperan aktif dalam aktivitas pembelajaran akan dapat menggugah motivasi
siswa
dalam
menggunakan
ide-ide,
mengekspresikan
dan
mengaktualisasikan segenap kemampuan yang dimiliki. Agar peserta didik dapat berkompetisi secara sehat dan wajar untuk mencapai prestasi yang tinggi. Dalam hal ini guru cukup memfasilitasi, mengarahkan, dan membimbing para peserta didik untuk mengembangkan diri, bakat dan potensinya, sehingga mereka dapat mencapai hasil yang tinggi atau mutu yang baik dalam bidang studi IPS. Uraian di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran dapat digunakan untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang akan dicapai. Oleh karenanya dalam melaksanakan proses belajar mengajar guru dituntut untuk menguasai beberapa metode mengajar dan siap digunakan secara tepat sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan. Suatu hal yang harus dipahami guru, dalam kaitannya dengan penggunaan metode pembelajaran, bahwa teori dan praktik pendidikan modern memposisikan siswa bukan sebagai penerima yang pasif yang banyak membutuhkan pengawasan, tetapi merupakan subyek yang aktif bertindak, berfikir, serta yang harus dibantu untuk dapat merealisasikan dan 4
Sapriya, Pendidikan IPS Konsep Dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 11.
3
mengendalikan potensi-potensi yang dimiliki. Untuk itu metode pembelajaran yang ditetapkan oleh guru haruslah sejalan dengan eksistensi siswa sebagai individu yang aktif. Di antara metode pembelajaran yang menurut penulis pandang sesuai dengan teori dan praktik pendidikan modern adalah metode kooperatif. Metode kooperatif merupakan metode yang dapat meningkatkan kemajuan belajar, sikap siswa yang lebih positif, meningkatkan rasa sosial dan individual, menambah motivasi dan percaya diri serta menambah rasa senang karena siswa berdiskusi sesama teman dalam proses pembelajaran. Hal ini selaras dengan Johnson dan Smith yang dikutip oleh Anita Lie dalam bukungan Cooperative Learning “Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lainnya dan membangun pengertian dan pengetahuan yang sama.”5 Metode
pembelajaran
kooperatif
merupakan
suatu
inovasi
pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman-pengalaman belajar. Bahkan dengan pembelajaran kooperatif terdapat suatu permainan dan kompetisi yang dapat meningkatkan
aktivitas,
minat
dan
motivasi
siswa.
Karena
proses
pembelajaran yang terjadi melibatkan siswa baik secara fisik maupun mental, maka siswa dapat dengan mudah memahami teori-teori yang disajikan. Pada pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, diantaranya yaitu; Students Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournament (TGT), Think Pair Share (TPS), Numbered Head Together (NHT), Group Investigation (GI), dan lain-lain. Namun dari beberapa model pembelajaran tersebut, model pembelajaran yang banyak dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Students Teams Achievement Division (STAD). Jigsaw dan Students Teams Achievement Division (STAD) merupakan dua tipe dalam model pembelajaran kooperatif yang sama-sama dapat 5
Anita Lie, Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2007), h. 6.
4
mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses diskusi kelompok dan saling membantu satu sama lain dalam menguasai materi pelajaran. Lain dari pada itu dalam pelaksanaan kedua tipe tersebut guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 sampai dengan 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Perbedaan antara keduanya adalah pada pembelajaran kooperataif tipe Jigsaw setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi yang berbeda. Sedangkan pada pembelajaran kooperataif tipe Students Teams Achievement Division (STAD) setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi yang sama.5 Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa metode kooperatif baik teknik jigsaw maupun STAD merupakan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi, minat, aktivitas, meningkatkan rasa sosial dan individual serta kreatifitas siswa dalam belajar. Penggunaan teknik jigsaw maupun STAD dalam pembelajaran IPS sangatlah penting untuk dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian yang mengkaji perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti proses belajar mengajar menggunakan teknik jigsaw dengan siswa yang mengikuti proses belajar mengajar menggunakan teknik STAD. Adapun judul dari penelitian tersebut adalah: “PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNIK
PEMBELAJARAN
JIGSAW
DAN
TEKNIK PEMBELAJARAN STAD”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di identifikasikan sebagai berikut: 1. Apakah metode kooperatif mempengaruhi hasil belajar siswa dalam bidang studi IPS?
5
Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD Pada Mata Pelajaran IPA Aspek Kimia di SMP 2 Mlati Slemen", dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No. 2, h. 153-154.
5
2. Apakah penggunaan metode yang variatif mempengaruhi aktivitas belajar siswa? 3. Adakah peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode koopertaif tipe jigsaw? 4. Adakah peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode koopertaif tipe jigsaw? 5. Apakah ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe STAD? 6. Apakah hasil belajar IPS yang dicapai siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dari siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD)? C. Pembatasan Masalah Dari beberapa pertanyaan yang timbul dalam identifikasi masalah, peneliti membatasi pada perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD). Hasil belajar IPS yang diukur pada penelitian ini adalah ranah kognitif pada hasil belajar IPS Siswa SMP kelas VIII semester 2 pada materi pembelajaran Sistem Perekonomian Indonesia. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagi berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dengan siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD)? 2. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran kooperatif?
6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS antara siswa diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dari siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD). b. Untuk membuktikan tinggi rendahnya hasil belajar IPS siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode koopertaif tipe Student Team Achievment Division (STAD). c. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif.
2. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Bagi peneliti, menyampaikan informasi tentang pengaruh dari metode kooperatif tipe jigsaw dan STAD terhadap hasil belajar dan perbandingannya. b. Bagi guru bidang studi khususnya IPS dapat menjadikan kedua teknik dari metode kooperatif tersebut sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar. c. Bagi siswa dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan, bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan berfikir dan berpendapat positif, dan memberikan bekal untuk dapat bekerjasama dengan orang lain baik dalam belajar maupun dalam masyarakat.
7
BAB II DESKRIPSI TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teoretik 1. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Secara etimologis, kata hasil belajar merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata hasil dan belajar, di mana masing-masing kata memiliki makna tersendiri. Kata hasil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa arti, yaitu: “1 sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha; 2 pendapatan; perolehan; buah; 3 akibat; kesudahan (dr pertandingan, ujian, dsb); 4 pajak; sewa tanah; 5 berhasil; mendapat hasil; tidak gagal.”1 Sedangkan kata belajar berarti “1 berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; 2 berlatih; 3 berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman"2 Menurtut Logan, dkk, sebagaimana dikutip oleh Sia Tjundjing: "belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 391. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 17.
8
menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan."3 Senada dengan hal tersebut, Dorothy Law Nolte sebagaimana dikutip oleh Moh. Roqib, berpendapat bahwa: "belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas."4 Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan di mana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Hesti Riani berpendapat bahwa: "belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu."5 Sedangkan menurut Ahmad Mudzakir: "belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya."6 Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach, sebagaimana dikutip oleh Sumadi Suryabrat “Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera yang lain.”7 Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses yang akan membawa perubahan terhadap diri siswa ke arah kecakapan, penguasaan, dan pengetahuan baru, dimana perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja dengan melibatkan kemampuan ranah siswa, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan 3
Sia Tjundjing, Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU, Jurnal Anima Vol.17 No.1, 2001, h. 70. 4 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: LKiS, 2009), h. 121-122. 5 Hesti Riani, Teori Belajar, http://hestichemistryunj.blogspot.com/2010/02/teoribelajar.html, diakses pada tanggal 29 Januari 2011. 6 Ahmad Mudzakir, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 34. 7 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h. 231.
9
belajar, manusia dapat melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu seperti peningkatan kecakapan dan kecerdasan emosional, sehingga tingkah lakunya berkembang. Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas, sebagaimana dikemukakan oleh Muhibbin Syah antara lain: 1) Perubahan Intensional Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan. 2) Perubahan Positif dan aktif Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan. 3) Perubahan efektif dan fungsional Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.8 Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif 8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 116.
10
menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan berakhirnya suatu proses belajar, siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, dimana siswa memperoleh hasil dari suatu interaksi tindakan belajar pada materi belajar. Diawali dengan siswa mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar, yang semua itu mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.9 Selain istilah hasil belajar, dalam dunia kependidikan, dikenal juga istilah prestasi belajar dan prestasi akademik. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia,
kata
prestasi
belajar,
berarti
“penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru."10 Sedangkan kata prestasi akademik, berarti “hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian”.11 Jika definisi hasil belajar diperbandingkan dengan pengertian prestasi belajar atau prestasi akademik, nampak bahwa istilah-istilah tersebut secara subtantif adalah sama. Semuanya menunjukkan kepada apa yang telah diperoleh seseorang dari belajarnya, baik secara kognitif, afektif, ataupun psikomotor. Hanya saja, dari ketiga domain tersebut yang mendapatkan tekanan lebih banyak dalam prestasi belajar dan prestasi akademik adalah domain kognitif. Hal ini tidak lain, karena “domain kognitif cenderung menjadi perhatian para guru, karena berkaitan dengan kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang telah diberikannya.”12 9
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 22. 10 Departemen Pendidkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 895. 11 Departemen Pendidkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 895. 12 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, h. 23.
11
Sementara hasil belajar dapat diidentifikasi dari perubahan perilaku siswa pada ketiga domain tersebut. Dengan kata lain, siswa dinyatakan telah mendapatkan hasil belajar jika secara kognitif : siswa berubah dari tidak tahu tentang suatu hal menjadi tahu, secara afektif: siswa berubah dari bersikap tidak baik menjadi baik, secara psikomotor: dari tidak bisa melakukan menjadi bisa melakukan. Sementara, prestasi belajar hanya dapat diidentifikasi dari nilai angka atau huruf yang merupakan simbol tingkat prestasi dalam belajar, yang diberikan guru melalui suatu proses penilaian. Jadi, hasil belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa. Nilai yang dicapai siswa tersebut, biasanya dicatat dalam buku-buku nilai dan kemudian dilaporkan kepada siswa ataupun orang tua siswa dalam bentuk laporan tertulis seperti buku rapor, yang diberikan secara periodik, di sekolah dasar dilakukan dua kali dalam satu tahun pelajaran di akhir setiap semester. Namun, menimbang bahwa dalam penelitian ilmiah setiap variabel harus terukur secara akurat, maka hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai yang ditetapkan guru sebagai hasil belajar yang dicapai siswa melalui: 1) Penilaian formatif Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajarmengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan. 2) Penilaian Sumatif Penilaian
sumatif
adalah
penilaian
yang
dilakukan
untuk
memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau
12
pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.13 Dari uraian-uraian di atas, dapatlah ditarik sintesis bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah nilai atau angka yang dicapai siswa dalam mata pelajaran tertentu yang merupakan simbol dari tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran tersebut. Baik atau tidaknya hasil belajar siswa dapat dilihat dari tinggi atau rendahnya nilai atau angka yang dicapainya dalam ujian/tes pada mata pelajaran tersebut.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Untuk meraih hasil belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan hasil belajarnya, tapi dalam kenyataannya hasil belajar yang dihasilkan di bawah kemampuannya. Menurut Sumadi Suryabrata secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu: faktor internal yang mencakup faktor fisiologis dan psikologis dan faktor eksternal yang mencakup lingkungan
keluarga,
lingkungan
sekolah,
dan
lingkungan
masyarakat.14 Berangkat dari pendapat tersebut, berikut diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar: 1) Faktor internal Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
13
M Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-10, h. 26. 14 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, h. 233.
13
a) Faktor fisiologis Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera (1) Kesehatan badan Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan
dan
memelihara
kesehatan
tubuhnya.
Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur. (2) Pancaindera Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung
dengan baik. Dalam sistem
pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh
manusia
dipelajari
melalui
penglihatan
dan
pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah. b) Faktor psikologis Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah : (1) Intelligensi Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet, sebagaimana dikutip oleh
14
WS. Winkel, sebagaimana dikutip oleh Sunaryo, " inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif."15 Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa dengan taraf inteligensi yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya. (2) Sikap Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan
faktor
yang
menghambat
siswa
dalam
menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan: "sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu."16 Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah. (3) Motivasi Menurut Irwanto, sebagaimana dikutip oleh Wesak Wela, motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar.17 Sedangkan menurut WS. Winkel, sebagaimana dikutip oleh Wesak Wela, motivasi belajar adalah: "keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang 15
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, (Jakarta: EGC, 2004) h. 179.. Sarilito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997), h. 233. 17 Wesak Wela, Hubungan Perkembangan Kognitif, Afektif dan Psikomotorik dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar, http://aryjanoe10.blogspot.com/2010/04/hubunganperkembangan-kognitif-afektif.html, diakses pada tanggal 29 Januari 2011. 16
15
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai."18 Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. 2) Faktor eksternal Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah: a) Faktor lingkungan keluarga (1) Sosial ekonomi keluarga Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah (2) Pendidikan orang tua Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah. (3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis. b) Faktor lingkungan sekolah (1) Sarana dan prasarana Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP akan membantu
kelancaran proses belajar mengajar di sekolah;
18
Wesak Wela, Hubungan Perkembangan…, diakses pada tanggal 29 Januari 2011.
16
selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar (2) Kompetensi guru dan siswa Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka
siswa
akan
memperoleh
iklim
belajar
yang
menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya. (3) Kurikulum dan metode mengajar Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sarlito Wirawan menyatakan bahwa "faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, palingtidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran."19 c) Faktor lingkungan masyarakat (1) Sosial budaya Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan 19
Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, h. 122.
17
enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar (2) Partisipasi terhadap pendidikan Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan
pendidikan,
mulai
dari
pemerintah
(berupa
kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap
orang
akan
lebih
menghargai
dan
berusaha
memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Jadi, hasil belajar siswa dalam bidang studi IPS adalah nilai atau angka yang dicapai siswa dalam bidang studi IPS yang merupakan simbol dari tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh bidang studi IPS.
2. Hakikat Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau kelompok mencapai tujuan tergantung pada kerjasama yang kompak dan serasi dalam kelompok Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan kapada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur, yang mana anggotanya terdiri dari empat sampai lima orang siswa dengan struktur kelompok yang heterogen.20 Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu 20
Etin Soilhatin, et al., Cooperative Learning, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 4.
18
komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentive kooperatif (cooperative insentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal-hal yang menyebabkan anggota kelompok bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentive kooperatif merupakan suatu yang dapat membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.21
Anita Lie menyebut pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yakni sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dalam tugas yang terstruktur. Lebih lanjut dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif hanya dapat berjalan kalau sudah terbentuk kelompok atau tim yang di dalamnya peserta didik bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4 – 6 orang saja.22 Sedangkan menurut Trianto, "di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu."23 "Sistem penilaian pada model pembelajaran kooperatif dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika
kelompok
tersebut
mampu
menunjukkan
prestasi
yang
24
dipersyaratkan."
Jadi model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan menggunakan sistem kelompok/tim kecil, yaitu antara tiga sampai lima orang siswa yang mempunyai latar belakang, kemampuan akademis, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) untuk menyelesaikan suatu masalah, suatu tugas atau mengerjakan sesuatu 21
Wina Sanjana, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 241. 22 Anita Lie, Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas, (Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2007), h. 17. 23 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakata: Prestasi Pustaka, 2007), h. 41. 24 Wina Sanjana, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h. 240.
19
untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah sebuah kooperatif jika para siswa duduk bersama di dalam kelompok-kelompok kecil namun mereka menyelesaikan masalah secara individu dan hanya satu siswa yang menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, belajar untuk bekerjasama, menghargai pendapat orang lain dan tanggung jawab antara sesama siswa dan terhadap kelompoknya untuk memperoleh yang terbaik bagi kelompoknya dalam belajar dan menyelesaikan tugas. Belajar kelompok, memiliki kesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar karena memiliki unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Menurut Nurhadi ada beberapa alasan yang mendasari dikembangkan pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan. 3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
20
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. 10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. 11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasinya juga. 25 b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Ada beberapa hal yang menjadi prinsi dasar dalam model pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut antara lain: 1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. 3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. 4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. 5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.26
Roger dan David Johnson, sebagaimana dikutip oleh Anita Lie mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran cooperative, yaitu:
25
Administrator, http://dhar321.blogspot.com/2010/10/metode pembelajaran kooperatif. html, diakses pada tanggal 29 Januari 2011. 26 Th. Widyantini, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika, 2006), h. 4.
21
1) Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. a. Tanggungjawab perseorangan Setiap anggota dalam kelompok bertanggungjawab untuk melakukan yang melaksanakan
terbaik. Setiap anggota kelompok harus
tanggung
jawabnya
sendiri
agar
tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. b. Tatap muka Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya, harus diberi kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja. c. Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
berbagai
menugaskan
ketrampilan
siswa
dalam
berkomunikasi.
kelompok,
Sebelum
pengajar
perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai
keahlian
mendengarkan
dan
berbicara.
Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka. d. Evaluasi proses kelompok Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru agar siswa selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih baik. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa
22
waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran.27 Isjoni menyebutkan ada 5 ciri dari pembelajaran kooperatif, yaitu : (1) setiap anggota mempunyai peran, (2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara peserta didik, (3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman sekelompoknya, (4) guru membantu mengembangkan ketrampilan interpersonal kelompok, dan (5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok ketika diperlukan saja.28 Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula metode kerja kelompok. Hanya saja pembelajaran berkelompok secara tradisional berbeda
dengan pembelajaran berkelompok dalam cooperative
learning. Bisa dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan perbaikan dari pembelajaran tradisional dalam mengimplementasikan pembelajaran secara berkelompok. Untuk lebih jelasnya berikut ini dipaparkan
perbedaan
antara
pembelajaran
kooperatif
dengan
pembelajaran tradisional. Tabel 1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif Dengan Pembelajaran Tradisional Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar tradisional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Akuntabilitasi individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok yang lainnya hanya “enak-enak
27
Anita Lie, Cooperative Learning…, h. 31-35. Isjoni, Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 20. 28
23
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Ketrampilan social yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus memberikan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok, yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
saja’ di atas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong. Kelompok belajar biasanya homogen.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Ketrampilan social sering tidak diajarkan secara langsung.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Sumber: Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakata: Prestasi Pustaka, 2007), h. 43-44.
24
c. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif Pendekatan kooperatif digunakan oleh para pendidik dalam pembelajaran di kelas dengan menciptakan situasi atau kondisi bagi kelompok untuk mencapai tujuan masing-masing anggota atau kelompok mencapai tujuan tergantung pada kerjasama yang kompak dan serasi dalam kelompok Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan kapada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur, yang mana anggotanya terdiri dari empat sampai lima orang siswa dengan struktur kelompok yang heterogen.29 Beberapa
tipe
model
pembelajaran
kooperatif
yang
dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain Slavin adalah sebagai berikut: 1) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan
oleh
Aronson
dkk.
Langkah-langkah
mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jika mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran
tersebut.
29
Semua
Etin Soilhatin, et al., Cooperative Learning, h. 4.
25
siswa
dengan
materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji). b) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. c) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual. d) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini). e) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran. f) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar materi baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 30 2) Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together) Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Langkah-langkah penerapan tipe NHT: 30
Th. Widyantini, Model Pembelajaran Matematika …., h. 5-7.
26
a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. b) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal. c) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama. d) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok. e) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok. f) Guru
memfasilitasi
mengarahkan,
dan
siswa
dalam
memberikan
membuat penegasan
rangkuman, pada
akhir
pembelajaran. g) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual. h) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini). 31 3) Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD: a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. b) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal. 31
Th. Widyantini, Model Pembelajaran Matematika …., h. 7-8.
27
c) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender. d) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi. e) Guru
memfasilitasi
mengarahkan,
dan
siswa
dalam
memberikan
membuat
penegasan
rangkuman, pada
materi
pembelajaran yang telah dipelajari. f) Guru
memberikan
tes/kuis
kepada setiap siswa secara
individual. g) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini). 32 4) Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction) Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajarannya
lebih
banyak
digunakan
untuk
pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. 32
Th. Widyantini, Model Pembelajaran Matematika …., h. 8.
28
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai berikut: a) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru. b) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal. c) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender. d) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. e) Guru
memfasilitasi
mengarahkan,
dan
siswa
dalam
memberikan
membuat
penegasan
rangkuman, pada
materi
pembelajaran yang telah dipelajari. f) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual. g) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini). 33 Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang telah diuraikan di atas merupakan tipe-tipe yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Terdapat tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang lain, yaitu: 1) Model Pembelajaran Kooperatif: Think-Pair-Share Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan 33
Th. Widyantini, Model Pembelajaran Matematika …., h. 8-9.
29
dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. 2) Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam
proses
pembelajaran
yaitu
dengan
cara
memasang
/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna. 3) Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Posing Tipe
pembelajaran
kooperatif
problem
posing
merupakan
pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan siswa dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya dengan mempergunakannya
dalam
merumuskan
pertanyaan.
Dengan
pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman langsung dalam membentuk pertanyaan sendiri. 4) Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Solving Problem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan pendekatan pembelajaran yang menggiring siswa untuk dapat menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari guru atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih untuk kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah serta difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.
30
5) Model Pembelajaran Kooperatif : Team Games Tournament (TGT) Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT), peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya masingmasing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling cepat. 6) Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipe pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan peserta didik, dan
dalam
proses
pembelajarannya
bertujuan
membangun
kemampuan
peserta
didik untuk membaca dan menyusun
rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya. 7) Model Pembelajaran Kooperatif : Learning Cycle (Daur Belajar) Learning Cycle merupakan tipe pembelajaran yang memiliki lima tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap pendahuluan (engage), (2) tahap eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan (explanation), (4) tahap penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi (evaluation). 8) Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Script (CS) Dalam tipe pembelajaran Cooperative Script siswa berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. 34
34
http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html, diakses pada tanggal 16 Nopermber 2010.
31
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aroson dkk. di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw merupakan salah satu dari model kooperatif, siswa belajar dalam
kelompok
kecil
yang terdiri
dari
4-5
orang dengan
memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif, dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/angkatan. Dalam teknik ini pendidik memperhatikan latar belakang pengalaman (skemata) siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata tersebut agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.35 Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok induk yang terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang terbentuk dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda, dan jumlah anggotanya disesuaikan dengan jumlah materi pelajaran yang akan dipelajari. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.36 35
Anita Lie, Cooperative Learning…, h. 69. Anita Lie, Cooperative Learning…, h. 43.
36
32
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok ahli kemudian kembali kepada kelompok asal dan mengajarkan kepada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Selanjutnya siswa diberi tes/kuis, untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami suatu materi. Di dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, guru tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi siswalah yang menjadi pusat kegiatan kelas. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab, dan siswa akan merasa senang berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya. Mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan juga dengan gurunya sebagai pembimbing.37
b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigwas Anita Lie membagi tahapan-tahapan metode jigsaw sebagai berikut: 1) Guru membagi bahan pelajaran menjadi empat bagian sesuai dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk alam kelas. 2) Sebelum bahan pelajaran dibagikan, guru mengenalkan topik yang akan dibahas. Dalam hal ini guru bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. 3) Siswa dibagi dalam kelompok, masing-masing kelompok berjumlah empat orang.
37
Isjoni, Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2007), h.57.
33
4) Dalam setiap kelompok, bahan pelajaran bagian pertama diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua, dan seterusnya. 5) Setiap siswa diminta membaca atau mengerjakan bagiannya masing-masing. 6) Siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca atau dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini siswa dapat saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. 7) Khusus untuk kegiatan membaca, guru membagikan bagian yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. 8) Kegiatan
diakhiri
dengan
diskusi
mengenai
topik
dalam
pembelajaran hari itu. Diskusi dapat dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.38 Lebih lanjut dinyatakan bahwa sebagai variasi apabila tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa dapat membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli yang dimaksud adalah kelompok siswa yang mendapat bahan pelajaran sama, saling berkumpul untuk berdiskusi dalam satu kelompok. Mereka bekerjasama mempelajari atau mengerjakan bagian tersebut.
Kemudian
masing-masing
siswa
kembali
kepada
kelompoknya sendiri (kelompok asli) dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada teman-teman dalam kelompoknya.39 Sedangkan Robert E. Slavin membagi tahapan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw sebagai berikut: 1) Membaca. Siswa mendapat topik ahli yaitu topik yang menjadi fokus masingmasing siswa, tiap-tiap siswa dalam satu kelompok mendapatkan topik yang berbeda. Materi yang diberikan kemudian dibaca untuk menemukan informasi yang ada.
38
Anita Lie, Cooperative Learning…, h. 69-70. Anita Lie, Cooperative Learning…, h. 70.
39
34
2) Diskusi kelompok ahli. Siswa dengan bahan pelajaran yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalan kelompok ahli. 3) Laporan kelompok. Para ahli kembali ke kelompok asalnya untuk mengajarkan teman kelompok mereka mengenai topik ahli. 4) Tes. Siswa mengerjakan kuis atau soal secara individu. Soal tersebut mencakup seluruh topik yang telah dipelajari dan didiskusikan. 5) Penghargaan kelompok. Masing-masing kelompok mendapatkan skor. Kelompok dengan skor tertinggi berhak mendapatkan penghargaan.40 Sementara menurut Elliot Aronson pelaksanaan kelas jigsaw, meliputi 10 tahap yaitu: 1) Membagi siswa ke dalam kelompok jigsaw dengan jumlah 5-6 orang yang heterogen. 2) Menugaskan satu orang siswa dari masing-masing kelompok sebagai pemimpin, umumnya siswa yang dewasa dalam kelompok itu. 3) Membagi pelajaran yang akan dibahas ke dalam 5-6 segmen. 4) Menugaskan tiap siswa untuk mempelajari satu segmen dan untuk menguasai segmen mereka sendiri. 5) Memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk membaca secepatnya segmen mereka sedikitnya dua kali agar mereka terbiasa dan tidak ada waktu untuk menghafal. 6) Bentuklah kelompok ahli dengan satu orang dari masing-masing kelompok jigsaw bergabung dengan siswa lain yang memiliki segmen yang sama untuk mendiskusikan poin-poin yang utama
40
Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD Pada Mata Pelajaran IPA Aspek Kimia di SMP 2 Mlati Slemen", dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No. 2, h. 156.
35
dari segmen mereka dan berlatih presentasi kepada kelompok jigsaw mereka. 7) Setiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok jigsaw mereka. 8) Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan segmen yang dipelajarinya kepada kelompoknya, dan memberi kesempatan kepada siswasiswayang lain untuk bertanya. 9) Guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya, mengamati proses itu. Bila ada siswa yang mengganggu segera dibuat intervensi yang sesuai oleh pemimpin kelompok yang di tugaskan. 10) Pada akhir bagian beri ujian atas materi sehingga siswa tahu bahwa pada bagian ini bukan hanya game tapi benar-benar menghitung.41 Dari
uraian
diatas
secara
sederhana
tahapan
langkah
pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw dapat dideskripsikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 2 Tahapan-tahapan Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Tahapan
Kegiatan
Keterangan
Pertama
Membentuk kelompok besar yang heterogen
Kedua
Membagikan tugas materi membentuk ahli
Ketiga
Diskusi kelompok ahli
Guru membagi siswa dalam kelompok yang berjumlah 5-6 orang disebut kelompok asal Membagi tugas materi yang berbeda pada tiap siswa dalam tiap kelompok Siswa berdiskusi dalam kelompok berdasarkan kesamaan materi yang diberikan pada masingmasing siswa Siswa berdiskusi kembali dalam kelompok asalnya masing-masing berdasarkan ketentuan guru
Keempat Diskusi kelompok besar/asal
41
Elliot Aronson. The Jigsaw Classroom, http://www.jigsaw.org, diakses 24 Nopember
2010.
36
Kelima
Keenam
Pemberian kuis individu semua materi
Guru melakukan penilaian untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar siswa mengenai seluruh pembahasan Pemberian penghargaan Memberikan penghargaan kepada kelompok dan siswa berprestasi
Adapun peran guru dalam pembelajaran kooperatif teknik jigsaw antara lain: 1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas. 2) Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok kecil (5-6 orang dalam setiap kelompoknya) 3) menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa baik tugas individu maupun tugas kelompok dengan sejelas-jelasnya. 4) Memantau berlangsungnya kerja kelompok-kelompok kecil yang telah dibentuk untuk mengetahui bahwasanya kegiatan berlangsung dengan lancar. Dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada siswa dengan seluasluasnya untuk memperoleh pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 5) Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui tes tertulis. Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil belajar siswa.42
4. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Team Achievment Division (STAD) merupakan pendekatan
pembelajaran
kooperatif
yang
paling
sederhana.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif.43 Pelaksanaan strategi belajar ini, siswa ditugaskan untuk bekerja dalam satu kumpulan yang terdiri dari 4-5
orang
setelah
guru
menyampaikan
42
bahan
pelajaran
dan
Barokah Santoso, Cooperative Learning: Penerapan Teknik Jigsaw Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SLTP, Buletin Pelangi Pendidikan, vol. 1 No. 1, Tahun 1998, h. 7. 43 Trianto, Model-model Pembelajaran…, h. 56.
37
mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu. Setelah melakukan kegiatan diskusi setiap anggota kelompok akan diberi ujian atau kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap anggota dikumpulkan untuk memperoleh nilai kelompok. Sehingga untuk mendapatkan penghargaan, setiap siswa dalam kelompok harus membantu kelompoknya. Pada pembelajaran kooperatif teknik STAD siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerjasama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka sedangkan guru pada metode pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa, menyajikan infomasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Secara individu, setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis. Dalam STAD, diskusi kelompok merupakan komponen kegiatan penting, karena sangat berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang terbaik dan dalam pembimbingan antara anggota kelompok sehingga seluruh anggota sebagai satu kesatuan dapat mencapai yang terbaik.44
b. Tahapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Tahapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Robert E. Slavin, sebagaimana dikutip oleh Crys Pajar Partana adalah sebagai berikut:
44
Administrator,Metode Pembelajaran STAD, http://mihecheery.blogspot.com/2010/06/ metode-pembelajaran-stad.html, diakses pada tanggal 29 Januari 2011
38
1) Tahap mengajar. Tahap mengajar adalah menyampaikan pelajaran, dan alat yang dibutuhkan di sini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Setiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan kelas presentasi. Presentasi meliputi pembukaan, membangun pengetahuan awal, dan petunjuk latihan. a) Pembukaan. (1) Menjelaskan pada peserta didik tentang mengapa materi tersebut perlu dipelajari. Membangun keingintahuan peserta didik dengan demonstrasi, permasalahan kehidupan, dan lain sebagainya. (2) Memungkinkan peserta didik untuk menemukan konsep sendiri. (3) Menerapkan dengan singkat tentang prasyarat yang harus dimiliki. b) Membangun pengetahuan awal. (1) Fokuskan pada pemahaman bukan ingatan. (2) Mendemonstrasikan konsep menggunakan bantuan alat-alat peraga. (3) Sesekali bertanya pada peserta didik untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap materi. (4) Menjelaskan mengapa suatu jawaban itu salah atau benar kecuali jika sudah jelas. (5) Beralih ke materi berikutnya segera setelah peserta didik menguasai suatu konsep. (6) Memelihara semangat peserta didik dengan membatasi hambatan dan memberikan banyak pertanyaan. c) Petunjuk latihan. (1) Semua
peserta
permasalahan
didik atau
bekerja
untuk
memberikan
memecahkan contoh
mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan.
39
atau
(2) Memanggil peserta didik dengan cara acak. Hal ini akan membuat
semua
peserta
didik
bersiap-siap
untuk
menjawab. (3) Tidak memberikan kelas tugas yang lama. Peserta didik hanya bekerja untuk memecahkan satu atau dua masalah atau contoh, atau mempersiapkan satu atau dua jawaban, lalu memberikan mereka umpan balik. 45 2) Tahap belajar dalam kelompok. Tahap belajar dalam kelompok, yaitu peserta didik belajar dalam kelompok mereka. Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah untuk menuntaskan pemahaman mereka tentang materi yang telah disampaikan dan membantu anggota yang lain dalam menuntaskan pemahamannya. Peserta didik mempunyai kertas kerja dan kertas jawaban yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan mereka dan untuk memperkirakan pemahaman mereka sendiri dan temannya. Hanya ada dua kertas kerja dan kertas jawaban dalam setiap kelompok, ini membuat mereka bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang ada. Guru harus menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan kerja kelompok pada hari pertama kelompok bekerja dalam STAD. Sebelum mereka bulai bekerja, diskusikan dulu tentang peraturan yang ada dalam kelompok. Beberapa aturan yang mungkin dapat diterapkan dalam pembelajaran dalam kelompok antara lain: a) Setiap siswa harus meyakinkan bahwa teman-teman dalam kelompoknya telah belajar. b) Siswa tidak berhenti belajar sampai semua anggota kelompok telah memahami pelajaran yang telah disampaikan. c) Jika ada pertanyaan harus diajukan kepada anggota kelompok terlebih dahulu sebelum diajukan kepada guru.
45
Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan…, h. 156-157.
40
d) Setiap anggota kelompok diharuskan berbicara dengan suara yang pelan. Setelah aturan ditetapkan maka selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut: a) Memastikan bahwa semua anggota kelompok menuju mejanya masing-masing. b) Memberikan waktu sekitar 10 menit untuk memilih nama kelompok. c) Membagikan kerta kerja dan kertas jawaban. d) Mendorong peserta didik untuk bekerjasama dalam kelompok. Jika mereka menemukan suatu permasalahan, setiap peserta didik
harus
berusaha
menyelesaikan
sendiri
lalu
mencocokkannya dengan temannya. e) Menekankan pada siswa bahwa tidak seorang pun boleh selesai belajar sampai semua anggota kelompok mempelajari materi secara tuntas. 46 3) Kuis (Tes) Kuis yang dimaksud di sini adalah kuis individu dan yang diperlukan adalah lembar soal untuk setiap peserta didik. Tahap pelaksanaannya adalah sebagai berikut: a) Membagikan kuis dan memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk menyelesaikannya. Tidak mengizinkan peserta didik bekerjasama dalam mengerjakan kuis. b) Setelah kuis selesai, tukarkan lembar jawaban satu peserta didik dengan yang lain atau kumpulkan lembar tersebut untuk dikoreksi. 47 4) Penghargaan kelompok. Penilaian kelompok adalah menilai kemajuan individu dan memberikan nilai kelompok serta memberikan penghargaan pada 46
Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan…, h. 157. Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan…, h. 157.
47
41
kelompok unggulan. Setelah semua kelompok selesai dengan tugasnya, maka mereka mendapat nilai yang sesuai dengan hasil pekerjaannya. Nilai ini disebut nilai dasar. Nilai dasar untuk setiap kelompok berbeda sesuai dengan persen jawaban benar, namun nilai ini sama untuk setiap anggota kelompok. 48 Nilai dasar ini nantinya dibandingkan dengan nilai kuis. Bila nilai kuis mereka melebihi nilai dasar, siswa akan mendapatkan poin untuk kelompok mereka. Poin ini dinamakan poin kemajuan. Adapun ketentuan penetapan poin kemajuan menurut Robert E. Slavin adalah sebagai berikut:49 Tabel 3 Ketentuan Penetapan Poin Kemajuan Nilai Kuis Lebih dari 10 poin di bawah nilai dasar 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah nilai dasar Sama dengan nilai dasar sampai 10 poin di atas nilai dasar Lebih dari 10 poin di atas nilai dasas Pekerjaan yang sempurna (tidak menghiraukan nilai dasar)
Poin Kemajuan 5 10
20 30 30
B. Kajian Penelitian Relevan Di bawah ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Hasil penelitian pendukung yang dimaksud yaitu hasil penelitian penerapan metode kooperatif teknik jigsaw dan STAD serta pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa, lain: Penelitian yang dilakukan oleh Efi dengan judul "Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajar Melalui Pendekatan Cooperatif 48
Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan…, h. 157-158. Crys Fajar Partana, "Kajian Efektifitas Penerapan…, h. 158.
49
42
Learning Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD" menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif teknik STAD dalam pelajaran biologi; dan 2) Hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif teknik STAD.50 Penelitian yang dilakukan oleh Bagus Bintang Sukarno dengan judul "Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Kooperatif Model STAD dan Jigsaw Ditinjau dari Gaya Belajar dan Interaksi Sosial Siswa" menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif model STAD dan jigsaw terhadap prestasi belajar siswa dan siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif model jigsaw lebih tinggi prestasinya dibanding siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif model STAD; 2) Tidak ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa; dan 3) Terdapat pengaruh interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa.51 Penelitian yang dilakukan F. Indriyati dengan judul "Perbandingan Model Pembelajaran STAD dengan Jigsaw dalam Materi Struktur Atom pada Lesson Study di Kelas X MAN 3 Malang" menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran model STAD dengan yang diajar menggunakan model Jigsaw; dan 2) Persepsi siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model STAD lebih dapat diterima siswa dengan baik dari pada pembelajaran dengan model Jigsaw.52
50
Efi, Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajar Melalui Pendekatan Cooperatif Learning Tekik Jigsaw dengan Teknik STAD (Sebuah Eksperimen di MTs AL-Marwah Teluknaga Tangerang), (Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2007). 51 Bagus Bintang Sukarno, Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Kooperatif Model STAD dan Jigsaw Ditinjau dari Gaya Belajar dan Interaksi Sosial Siswa (Penelitian Pembelajaran Suhu dan Kalor Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Surakarta), (Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2010), 52 F. Indriyati, Perbandingan Model Pembelajaran STAD dengan Jigsaw dalam Materi Struktur Atom pada Lesson Study di Kelas X MAN 3 Malang, (Skripsi FMIPA Universitas Negeri Maang, 2009).
43
Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Purwanti Hasanah dengan judul "Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Ungaran" menyimpulkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan efektifitas yang signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw; dan 2) Pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.53
C. Kerangka Berpikir Dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa, seperti dengan menerapkan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan, mereka dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar. Pada pendekatan pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw siswa lebih diberi kesempatan untuk menemukan ide pokok, untuk saling berpikir kemudian dibahas bersama, siswa juga diberi kesempatan untuk saling mengajarkan kepada teman lain dalam kelompoknya dan saling mentransfer ilmu pengetahuannya. Sedangkan pada teknik STAD siswa diberi kesempatan untuk menemukan ide pokok kemudian dibahas bersama dan dipersentasikan secara berkelompok. Sedangkan peran guru pada kedua teknik ini adalah sebagai fasilitator, memberi penguatan dan bimbingan pada siswa dalam berdiskusi,
sehingga
siswa
tidak
hanya
berpikir
sendiri
dan
mempertanggungjawabkannya tapi juga berbagi dalam pengetahuannya. Konsekuensi dari adanya perbedaan dalam penerapan metode kooperatif tipe jigsaw dengan tipe STAD adalah perbedaan pengalaman 53
Yuli Purwanti Hasanah, Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs NU Ungaran, (Skripsi FMIPA Univeristas Negeri Semarang, 2007).
44
belajar pada siswa yang akan berdampak pada perbedaan hasil belajar yang dicapai siswa pada masing-masing tipe metode kooperatif tersebut. Dengan demikian dapat diduga bahwa hasil belajar yang dicapai siswa menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw berbeda dengan prestasi belajar yang dicapai siswa menggunakan metode kooperatif tipe STAD.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ho
:
Tidak Terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang diberikan pembelajaran menggunakan teknik jigsaw dan hasil belajar IPS antara siswa yang diberikan pembelajaran menggunakan teknik STAD.
H1
:
Terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang diberikan pembelajaran menggunakan teknik jigsaw dan hasil belajar IPS antara siswa yang diberikan pembelajaran menggunakan teknik STAD.
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Darussalam yang berdomisili di , Jl. H. Ipin Pondok Labu Jakarta Selatan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Darussalam, peneliti memilih sekolah tersebut sebagai tempat penelitian didasarkan pada pertimbangan kemudahan, keterbatasan waktu dan tenaga dalam menyelesaikan skripsi ini. Penelitian dalam rangka pengumpulan data ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu selama Mei – Agustus 2010.
B. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, yaitu metode penelitian yang mendekati percobaan sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan kontrol/ memanipulasikan semua variabel yang relevan. Harus ada kompromi dalam menentukan validitas internal dan eksternal sesuai dengan batasanbatasan yang ada.54 Karena dalam penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS siswa terkait
54
M. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 73.
46
dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif yang berbeda antara metode jigsaw dan metode STAD. Penelitian dilaksanakan dalam 7 kali pertemuan (14 jam pelajaran @ 35 menit) pada materi pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan hasil belajar IPS siswa setelah diberikan pembelajaran kooperatif melalui metode Jigsaw sebagai kelompok eksperimen dan metode STAD sebagai kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen metode tersebut dilaksanakan pada pertemuan pertama dan ketiga dilaksanakan diskusi kelompok dan persentasi kelompok, kedua dan keeempat dilaksanakan. Kemudian pertemuan terakhir dilaksanakan postes untuk melihat hasil belajar IPS siswa setelah perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol metode tersebut dilaksanakan pada pertemuan pertama dan ketiga dilaksanakan diskusi kelompok dan persentasi kelompok, kedua dan keempat dilaksanakan pemberian kuis secara individu dimana nilai tersebut dapat mempengaruhi nilai masing-masing kelompok. Kemudian pertemuan terakhir dilaksanakan postes untuk melihat hasil belajar IPS siswa setelah perlakuan. 2. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model: Two Group, Pretest posttest design. Rancangan tersebut berbentuk seperti berikut: Tabel 4 Desain Penelitian Two Group Pretest posttest design Kelompok KE jigsaw
Pretes O1
Perlakuan Xjigsaw
Postes O2
KE STAD
O1
XSTAD
O2
Keterangan: KE jigsaw: Kelompok eksperimen metode jigsaw KE STAD : Kelompok eksperimen metode STAD X1 : Perlakuan dengan perlakuan metode Jigsaw X2 : Perlakuan dengan perlakuan metode STAD O1 : Pemberian pretest O2 : Pemberian posttest 47
Dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (O2) disebut posttest. Perbedaan antara O1 dan O2 yaitu O1 – O2 diasumsikan merupakan efek dari perlakuan atau eksperimen.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah "keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian"55 Adapun populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas VIII SMP Darussalam yang berjumlah 110 siswa. Sedangkan sampel adalah "sebagian atau wakil populasi yang diteliti."56 Sampel dalam penelitian adalah sebagian siswa kelas VIII SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan berjumlah 66 yang ditetapkan menggunakan teknik random sampling sederhana (simple random sampling). Sampel tersebut dibagi dua, yaitu: 1. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yaitu kelompok yang melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebanyak 33 orang. 2. Kelompok kedua adalah kelompok kontrol yaitu kelompok yang melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD sebanyak 33 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tes
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 115. 56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,h. 117.
48
Test merupakan penilaian hasil belajar yang bertujuan untuk melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal ini penguasaan matari pelajaran siswa setelah mengikuti proses pembelajaran IPS baik yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw maupun tipe STAD. 2. Observasi Observasi merupakan semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya, dan mencatatnya. Sedangkan metode observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi umum SMP Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan. 3. Telaah dokumen. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, leger agenda, dan sebagainya. Teknik ini digunakan untuk menelaah berbagai dokumen yang berkaitan dengan data penelitian. 4. Angket Angket adalah alat pengumpulan informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.57 Teknik ini digunakan untuk mendapat data tentang tanggapan siswa terhadap penerapan metode jigsaw dan STAD. E. Instrumen Penelitian 1. Definisi Konsep Hasil belajar IPS siswa adalah nilai atau angka yang dicapai siswa dalam mata pelajaran IPS yang merupakan simbol dari tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran tersebut.
57
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 168.
49
2. Definisi Operasional Hasil belajar IPS siswa adalah nilai atau angka yang dicapai siswa setelah dilakukan tes oleh peneliti baik pretest maupun post test setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw dan tipe STAD dengan indikator: 1) menjelaskan arti sistem perekonominan; 2) mengidentifikasi macam-macam sistem perekonomian; 3) mengidentifikasi pelaku-pelaku kegiatan perekonomian di Indonesia; 4) mengidentifikasi kebaikan dan kelemahan macam-macam sistem perekonomian; 5) Mengidentifikasi ciri-ciri utama perekonomian Indonesia; dan 6) Mengidentifikasi kebaikan dan kelemahan sistem perekonomian Indonesia. Instrumen tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang didasarkan pada aspek kognitif yang meliputi mengingat, memahami, menerapkan dan menganalisis, dalam bentuk soal pilihan ganda dengan alternatif 4 jawaban (a, b, c, dan d. Nilai yang diberikan dalam setiap tes hasil belajar IPS tersebut adalah 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban yang salah. 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tabel 5 Kisi-kisi Instumen Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mendeskripsika n pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia
Materi Pokok/ Pembelajaran
Indikator
Sistem Perekonomian Menjelaskan arti sistem perekonomian Macam-macam Mengidentifikasi macamsistem ekonomi macam sistem perekonomian Pelaku-pelaku Mengidentifikasi pelakukegiatan pelaku kegiatan perekonomian di perekonomian di Indonesia Indonesia Kelebihan dan Mengidentifikasi kebaikan kelemahan sistem dan kelemahan macamekonomi macam sistem perekonomian Ciri-ciri utama Mengidentifikasi ciri-ciri perekonomian utama perekonomian Indonesia Indonesia Kebaikan dan Mengidentifikasi kebaikan kelemahan sistem dan kelemahan sistem perekonomian perekonomian Indonesia Indonesia Jumlah
50
Nomor Soal 14, 20, 42 2, 3, 18, 22, 26, 29, 30, 32, 33 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 47, 48 1, 4, 25, 31 19, 21, 23, 24, 27, 28, 49, 50
Aspek yang diukur C1 C2 C1 C2 C1
C4 C2 C 4, C 1 C 5, C2 C1
43, 44, 45, 46 50
Keterangan: C1 = Menghafal C4 = Menganalisis
C2 = Memahami C5 = Mengevaluasi
C3 = Mengaplikasikan C6 = Mencipta
4. Kalibrasi 1. Validitas Validitas instrumen diuji dengan menggunakan dengan korelasi biserial dengan rumus:58 rbis =
M p − Mt St
x
p q
Keterangan: rbis
= Koefisien korelasi biserial
Mp
= Rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar
Mt
= Rerata skor total
St
= Standar deviasi skor total
p
= Proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada soal (tingkat kesukaran)
q
= 1–p Dalam
penghitungannya
penulis
menggunakan
bantuan
program statistik SPSS versi 17. Analisis dilakukan terhadap semua butir instrumen dengan kriteria pengujian dengan membandingkan rhitung dengan rtabel pada taraf a = 0,05. Jika hasil perhitungan ternyata rhitung > rtabel maka butir instrumen dianggap valid, sebaliknya jika rhitung < rtabel maka dianggap tidak valid (invalid), maka instrumen tidak dapat digunakan dalam penelitian. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan dapat dinyatakan bahwa butir soal yang tidak valid sebanyak 2 butir yaitu butir soal nomor 11 dan 32.59
58
Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 51. 59 Lampiran 3 Uji Validitas Instrumen Posttest, h. 100.
51
2. Reliabilitas Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat konsistensi jawaban butir-butir pernyataan yang diberikan oleh responden Adapun alat analisisnya menggunakan rumus KR-20:60 k S t −Σpq r11 = k − 1 S t
Keterangan: r11 = reabilitas instrumen k
= banyak item
p
= proporsi subjek yang menjawab item benar P=
q
ΣX N
= proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1 – p)
Σpq = jumlah hasil perkalian p dan q St
= standar deviasi skor total Setelah didapat hasil, maka ditentukan nilai reliabilitas dengan
mengkonsultasikan pada koefisien reliabilitas tes sebagai berikut: 0,91 – 1,00
: Sangat tinggi
0,71 – 0,90
: Tinggi
0,41 – 0,70
: Cukup
0,21 – 0,40
: Rendah
< 0,20
: Sangat rendah
Setelah dilakukan penghitungan terhadap butir soal yang valid diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,982 termasuk dalam kriteria sangat tinggi.61
60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 163. Lampiran 4 Uji Reliabilitas Instrumen, h. 105.
61
52
G. Teknik Analisis Data Setelah data-data diperoleh maka sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji persyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari populasi
berdistribusi
normal
atau
tidak,
perhitungannya
dengan
menggunakan rumus liliefors. Dan uji homogenitas dilakukan untuk menguji variasi dari populasi homogen, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh homogen atau tidak terhadap dua kelompok perlakuan. Uji homogenitas dihitung dengan menggunakan rumus fisher, setelah dilakukan perhitungan normalitas dan homogenitas maka dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang dignifikan antara siswa yang diberi perlakuan metode jigsaw dengan perlakuan metode STAD. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumus “uji t” yaitu:62 t=
Mx −My ∑ x 2 + ∑y 2 N x +N y − 2
1 1 + N x N y
Keterangan: t0 = Mx = My = x = y = Nx = Ny =
Angka atau koefisien derajat perbedaan Mean kedua kelompok Mean kelompok perlakuan Jigsaw Mean kelompok perlakuan STAD Deviasi setiap x2 dari mean x1 Deviasi setiap y2 dari mean y1 Jumlah siswa kelompok Jigsaw Jumlah siswa kelompok STAD
H. Hipotesis Statistik Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS pada pokok bahasan Sistem Perekonomian Indonesia melalui pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dan Metode STAD, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut: 62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 280.
53
H0 : µA = µB Ha : µA # µB Keterangan H0 Ha µA
= = =
µB
=
Hipotesis nihil Hipotesis alternatif Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif metode Jigsaw Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif metode STAD
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum SMP Darussalam Pondok Labu a. Sejarah Berdirinya SMP Darussalam Yayasan Pendidikan Darussalam berdiri sejak tahun 1958, pada masa itu hanya merupakan pendidikan yang bersifat diniyah/pengajian, yang berlokasi di jalan H. Ipin No. 10 Pondok Labu dengan luas tanah ± 150 M2 dengan jumlah lokal 2 (dua) buah lokal dengan dinding terbuat dari bilik, bertiang bambu dan beratap daun kirai, dengan jumlah murid sebanyak ± 100 orang yaitu 40 orang laki-laki dan 60 orang perempuan. Kemudian pada tahun 1959 tahap demi tahap dengan ambisi dan optimisme masyarakat untuk memasukkan anaknya untuk belajar dan dididik di sekolah ini hingga jumlah siswa meningkat mencapai 250 orang siswa. Maka kami sebagai pemimpin sangat sedih dan iba atas kemauan serta partisipasi masyarakat yang sangat minim baik dari segi ekonomi apalagi di bidang pendidikan, sampai-sampai tenaga pengajar/guru rela mengajar dan mendidik tanpa diberi honor/gaji dan memang benar-benar mengabdi dengan niat lillahi ta’ala atau semata-mata hanya mengharap ridha Allah. Kemudian pada tahun 1960 seluruh wali murid serta masyarakat
55
di wilayah pondok labu diundang untuk bermusyawarah agar dapat membantu untuk memperbaiki sekolah yang memang fisiknya sudah rapuh/reot, maka dengan hasil musyawarah itu terwujudlah bangunan lokal baru semi permanent sebanyak 2 (dua) lokal hingga dapat menampung siswa mencapai 300 siswa, kemudian seluruh wali murid diundang dan bermusyawarah mengenai honor/gaji guru, dengan hasil musyawarah tersebut maka wali murid bersedia memberikan uang bayaran/SPP sebesar Rp. 25.- (Dua puluh lima rupiah)/bulan, mulai saat itu guru sudah mendapat honor/gaji sebesar Rp. 75,- (Tujuh puluh lima rupiah) sampai dengan Rp. 125,- (Seratus dua puluh lima rupiah)/orang. Pada tahun 1961 SPP dinaikkan menjadi Rp. 50,- (lima puluh rupiah)/bulan sampai seterusnya. Kemudian pada tahun 1962 sampai dengan 1963 jumlah murid bertambah mencapai 400 orang, sehingga lokal bertambah 1 menjadi 3 lokal, kemudian wali murid diundang kembali untuk bermusyawarah mengenai waktu kegiatan belajar, maka kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi 2 (Dua) Shift yaitu pagi dan sore hari dan masyarakat menyetujui atas gagasan itu. Maka mulai saat itu kegiatan belajar mengajar berjalan stabil dan lancar. Pada tahun 1964-1965 terjadilah peristiwa G 30 SPKI dan pada saat itu secara umum seluruh masyarakat pondok labu merasa ketakutan karena seluruh pemuka agama menjadi sasaran kekejaman peristiwa tersebut. Lalu pengurus Yayasan Pendidikan Darussalam mengajak seluruh masyarakat sekitar untuk berkumpul dan berdoa, membaca surat Yaasin dan Tahajud demi keselamatan bangsa dan Negara, khususnya anak kami dari kekejaman kelompok G 30 S PKI. Alhamdulillah dengan izin Allah selamatlah masyarakat serta anak didik sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar seperti semula sesuai harapan masyarakat. Pada tahun 1966 s.d 1967 sebagian tanah pendiri yayasan diwakafkan dengan luas ± 2000 M2 yang diperuntukkan untuk
56
pendidikan (sekolah) yang terletak di jalan H. Ipin No. 10 Pondok Labu Cilandak, Jakarta Selatan, dan pada tahun 1972 s.d. 1973 sekolah sudah bisa mengadakan kegiatan seperti haplah/perayaan kenaikan kelas dengan mengundang tokoh masyarakat seperti Camat, Lurah, wali murid dan seluruh masyarakat yang berkompeten di wilayah Pondok Labu dan kami juga sudah dapat membuat dan mengajukan proposal bantuan kepada Pemerintah melalui RPABS dengan tujuan untuk kelancaran kegiatan pendidikan sekolah. Alhamdulillah diterima dan dikabulkan sehingga sekolah mendapat bantuan berupa 1 (Satu) unit gedung, lalu kami beri nama Yayasan Pendidikan Darussalam hingga sampai sekarang ini dan telah memiliki beberapa jenis pendidikan antara lain. Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), SMA (UPER), dan memiliki siswa sebanyak ± 600 siswa, dan tenaga pengajar ± 46 orang. Sejak taun 1973 sampai sekarang ini sekolah belum ada perubahan atau peningkatan yang besar dan hanya sekedar mengadakan rehabilitasi dan renovasi.
b. Visi dan Misi SMP Darussalam Pondok Labu Visi Utama dalam Akhlaq dan Unggul Dalam Ilmu. Misi 1). Mengembangkan Potensi Intelektual Siswa 2) Menumbuhkan Akhlaq dan Budi Pekerti Siswa 3) Berpartisipasi Aktif dalam Mengelola dan Meningkatkan Mutu Pendidikan
c. Struktur Organisasi SMP Darussalam Pondok Labu Pada saat ini SMP Darussalam Pondok Labu memiliki struktur organisasi sebagai berikut:
57
Catatan : : Garis Komando : Garis Hubungan
Gambar 1. Struktur Organisasi SMP Darussalam
58
2. Praktik Pembelajaran a. Praktik Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigaw Dalam penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw ini siswa terlibat langsung dalam mempelajari dan memahami suatu materi secara bersama-sama melalui diskusi. Dalam teknik Jigsaw ini siswa dibagi kelompok-kelompok diskusi dengan dua tahap diskusi, yaitu diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal. Tahap pertama penerapan teknik Jigsaw pada materi kegiatan perekonomian Indonesia di kelas VIII-A, guru menjelaskan materi dasar tentang kegiatan perekonomian Indonesia, tahap kedua, siswa di bagi ke dalam kelompok asal yang masing-masing berjumlah 6 orang, tahap ketiga siswa yang memiliki nomor urut yang sama dalam tiap kelompok bergabung membentuk ahli yang membahas suatu materi yang telah ditentukan oleh guru, sehingga terbentuk 4 kelompok ahli yaitu kelompok yang membahas tentang: arti sistem ekonomi, macammacam sistem ekonomi, ciri dari sistem ekonomi sosialis, ciri dari sistem ekonomi campuran, ciri dari sistem ekonomi campuran, cari dari sistem ekonomi tradisional (pada pertemuan pertama). Pelaku-pelaku kegiatan perekonomian di Indonesia yang dimaksud dengan BUMN, yang dimaksud dengan BUMS, yang dimaksud dengan koperasi, perusahaan-perusahaan yang termasuk ke dalam BUMN, perusahaanperusahaan yang termasuk dalam BUMS (Pada pertemuan kedua). Kelebihan dari sistem ekonomi libera, kelemahan dari sistem ekonomi liberal, kelebihan dari sistem ekonomi campuran, kelemahan dari ekonomi campuran (pada pertemuan ketiga), yang dimaksud dengan sistem perekonomian Indonesia, landasan UUD sistem perekonomian Indonesia, landasan sistem perekonomian Indonesia yang terkandung dalam TAP MPRS No. XXII/MPRS/1966, nama lain dari sistem perekonomian Indonesia, yang dimaksud dengan Demokrasi Ekonomi, landasan UUD Demokrasi Ekonomi (Pada pertemuan keempat), kelebihan dari sistem perekonomian Indonesia, Sistem Free Fight
59
Liberalism,
Sistem Etatisme, persaingan tidak sehat dalam sistem
perekonomian Indonesia, monopoli dalam sistem perekonomian Indonesia (pada pertemuan kelima). Tahap keempat siswa bergabung membentuk kelompok ahli saling bekerja sama dan berdiskusi untuk membahas dan memahami materi yang telah diberikan kepada mereka, tahap kelima setelah berdiskusi, kelompok ahli masing-masing ahli kembali ke kelompok asalnya bertugas untuk menyampaikan dan mengajarkan materi yang telah mereka pelajarai kepada anggota kelompok asal lainnya, sehingga setiap anggota memahami materi pelajaran secara keseluruhan, dan tahap terakhir pada pertemuan kedua, siswa diberikan tes kemampuan akhir untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa. Penerapan teknik Jigsaw ini dalam pembelajaran dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan, pada pertemuan pertama penerapan teknik Jigsaw berdasarkan pengamatan (observasi) suasana kelas terlihat kurang kondusif, hal ini terlihat dari alokasi waktu yang belum sesuai rencana belajar, motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi kelompok yang masih kurang, baik dalam mengajukan pertanyaan, memberikan ide dan jawaban, menghargai teman, tanggung jawab terhadap tugas dan kerjasama antara anggota kelompok. Pada penerapan teknik Jigsaw pertemuan kedua, ketiga, keempat dan dan kelima, pelaksanaan pembelajaran dengan teknik Jigsaw suasana kelas dalam keadaan lebih kondusif dari pertemuan sebelumnya, hal ini terlihat dari alokasi waktu yang sesuai dengan rencana pembelajaran, motivasi ssiswa dalam mengikuti kegiatan, yaitu dengan semakin banyaknya siswa yang aktif dalam diskusi, baik mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, lebih menghargai teman dan telah terlihat kerjasama yang cukup baik antara siswa dalam kelompoknya. Di akhir pembelajaran dalam teknik Jigsaw guru memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa maupun kelompok yang
60
paling berprestasi dalam hasil belajar, kerjasama dalam kelompok, maupun keaktifan dan tanggung jawab mereka dalam melakukan tugas maupun menghargai pendapat orang lain.
b. Praktik Pembelajaran Kooperatif Teknik STAD Penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik STAD pada kelas VIII-C, siswa terlibat langsung dalam mempelajari dan memahami materi, siswa secara aktif bersamasama yang lain membahas dan memahami materi dalam kelompok. Pada pokok bahasan kegiatan perekonomian Indonesia dengan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik STAD tahap pertama guru menyampaikan materi dasar kegiatan perekonomian Indonesia, tahap kedua siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing berjumlah 5-6 orang, dimana setiap kelompok membahas dan mempelajari serta memahami secara bersama-sama
materi
yang
telah
ditentukan.
Pada
penerapan
pembelajaran kooperatif teknik STAD ini materi pokok dibagi menjadi lima kali pertemuan, materi diskusi petemuan pertama penerapan teknik STAD yaitu membahas tentang pelaku-pelaku eknomi dalam sistem perekonomian Indonesia. Sedangkan materi pada pertemuan kedua penerapan metode ini yang membahas materi-materi tersebut. Tahap ketiga penerapan teknik STAD, diskusi kelompok dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang kemudian berdiskusi dan saling membantu satu dengan yang lain dalam kelompoknya agar dapat memahami secara bersama-sama materi yang telah ditentukan, tahap keempat setelah diskusi kelompok dilakukan persentasi kelas dimana setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya dalam kelas dan tahap kelima dilakukan tes kemampuan akhir pada pertemuan ketujuh untuk mengetahui hasil belajar siswa.
61
Penerapan teknik STAD dilakukan dalam dua pertemuan, pertemuan pertama penerapan teknik STAD tidak jauh berbeda dengan penerapan teknik jigsaw, suasana kelas terlihat kurang kondusif, siswa masih tampak enggan dan malu untuk aktif dalam diskusi, kerjasama siswa kurang terbentuk baik dalam diskusi kelompok maupun dalam persentasi kelas, namun dari segi alokasi waktu penerapan metode ini sudah cukup sesuai dengan rencana pembelajaran. Pada pertemuan kedua, ketiga, keempat dan kelima penerapan teknik STAD siswa sudah nampak terbiasa dengan penerapan metode ini, dalam diskusi maupun persentasi kelas pada pertemuan ini siswa tampak sudah dapat bekerjasama dengan cukup baik dan bertanggung jawab, siswa sudah lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun memberikan gagasan dan menjawab pertanyaan, serta alokasi waktu yang telah sesuai dengan rencana pembelajaran. Sama halnya dengan teknik jigsaw pada teknik STAD pun guru memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa dan kelompok yang berprestasi baik dalam hasil belajar, kerjasama, keaktifan maupun tanggung jawab dalam melakukan tugas dan menghargai pendapat orang lain.
3. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dan STAD Dari pengamatan peneliti terhadap kedua kelas tersebut, yaitu pada kelas jigsaw menunjukkan bahwa sikap siswa selama proses belajar baik dan aktif sedangkan pada kelas STAD sikap siswa cukup baik dan cukup aktif dalam mengikuti pembelajaran dan diskusi, hal ini terlihat dari rasa ingin tahu siswa dengan indikator yaitu mengajukan pertanyaan dan mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah, aspek keberanian siswa dalam indikator yaitu berani meengemukakan pendapat, berani mempertahankan pendapat dan berani mengakui kesalahan dalam mengemukakan pendapat, aspek sifat menghargai
62
siswa dengan indikator yaitu menghargai pendapat orang lain, santun dalam mengemukakan pendapat dan tidak menjatuhkan pendapat orang lain. Untuk memperkuat hasil observasi tersebut diajukan angket kepada responden guna mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan kedua metode pembelajaran tersebut yang diberikan kepada perwakilan siswa dari kelas masing-masing, data berdasarkan indikator angket dan alternatif jawaban maka disimpulkan sebagai berikut: a. Berdasarkan indikator untuk mengetahui minat pada pelajaran IPS maka diperoleh keterangan bahwa umumnya kelas VIII-A yang diajarkan dengan teknik jigsaw mengatakan bahwa mereka menyukai pelajaran IPS namun mereka merasa kesulitan dalam memahami materi, sedangkan pada kelas VIII-C yang diajarkan dengan teknik STAD mereka umumnya menyatakan bahwa mereka kurang menyukai pelajaran IPS dan kesulitan untuk memahami materinya. b. Dari indikator untuk mengetahui tanggapan siswa pada tahap-tahap dalam penerapan metode pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa umumnya siswa menyukai semua tahap dalam kedua metode pembelajaran tersebut yaitu Jigsaw dan STAD. c. Indikator
untuk
pembelajaran
mengetahui
terhadap
proses
pengaruh
penerapan
pembelajaran
maka
metode dapat
disimpulkan bahwa siswa menyatakan teknik Jigsaw maupun STAD dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. d. Hasil indikator untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan metode pembelajaran; jigsaw maupun STAD maka disimpulkan bahwa siswa mengatakan menyukai dan merasa cocok dan menyetujui jika metode pembelajaran tersebut baik jigsaw maupun STAD diterapkan pada mata pelajaran IPS maupun mata pelajaran lain, meskipun bagi mereka kedua metode pembelajaran tersebut merupakan hal yang baru.
63
4. Data Hasil Belajar IPS Siswa a. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok Jigsaw 1) Hasil Pretest Kelompok Jigsaw Nilai yang diperoleh siswa dari pretest yang dilakukan terhadap kelompok jigsaw (X1) dapat dipaparkan pada tabel berikut: Tabel 6 Data Hasil Pretest Siswa Kelompok Jigsaw63 N
Jumlah Nilai Nilai Tertinggi
33 784,5
Nilai Terendah
44
10
Mean
Median Modus
Sim. Baku
Varian
23,77 25,25 24,73 7,35 54,017
Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut : Tabel 7 Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram dan Poligon Variabel X1 Kelas
Frekuensi
Titik Tengah
Batas Nyata
10 – 15
5
12,5
9,5 - 15,5
16 – 21
7
18,5
15,5 - 21,5
22 – 27
12
24,5
21,5 - 27,5
28 – 33
6
30,5
27,5 - 33,5
34 – 39
2
36,5
33,5 - 39,5
40 – 45
1
42,5
39,5 - 45,5
Jumlah
33
-
63
Lampiran 5 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw, h. 107.
64
9,5
Gambar 2.
15,5
21,5
27,5
33,5
39,5
45,5
Grafik Historgram dan Poligon Variabel X1
Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada kelas interval 22 - 27, yaitu 12 dan frekuensi tersebut berada pada titik tengah 24,5 dan batas nyata 21,5 – 27,5.
2) Hasil Posttest Kelompok Jigsaw Nilai yang diperoleh siswa dari posttest yang dilakukan terhadap kelompok jigsaw (X2) dapat dipaparkan pada tabel berikut: Tabel 8 Data Hasil Posttest Siswa Kelompok Jigsaw64 N
Jumlah Nilai
33 2767,5
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
97
65
Mean
Median Modus
Sim. Baku
Varian
83,86 88,71 86,63 5,773 33,322
Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut :
64
Lampiran 6 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw, h. 111.
65
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram dan Poligon Variabel X2 Kelas 65 – 70 71 – 76 77 – 82 83 – 88 89 – 94 95 – 100 Jumlah
Frekuensi 1 1 11 14 5 1 33
64,5
Gambar 3.
70,5
Titik Tengah 67,5 73,5 79,5 85,5 91,5 97,5 -
76,5
82,5
88,5
Batas Nyata 64,5 - 70,5 70,5 - 76,5 76,5 - 82,5 82,5 - 88,5 88,5 - 94,5 94,5 - 100,5
94,5
100,5
Grafik Historgram dan Poligon Variabel X2
Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada kelas interval 83 - 88, yaitu 14 dan frekuensi tersebut berada pada titik tengah 85,5 dan batas nyata 82,5 – 88,5. Adapun besarnya nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw adalah sebesar 60,27.65
65
Lampiran 15 Uji Hipotesis Data, h. 133.
66
b. Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelompok STAD 1) Hasil Pretest Kelompok STAD Nilai yang diperoleh siswa dari pretest yang dilakukan terhadap kelompok STAD (Y1) dapat dipaparkan pada tabel berikut: Tabel 10 Data Hasil Pretest Siswa Kelompok STAD66 Jumlah Nilai Nilai Tertinggi
N
33
634
Nilai Terendah
36
6
Mean
Median Modus
Sim. Baku
Varian
19,21 17,11 16,21 7,29 53,08
Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut : Tabel 11 Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram dan Poligon Variabel Y1 Kelas
Frekuensi
Titik Tengah
Batas Nyata
6 – 10
6
8
5,5 - 10,5
11 – 15
1
13
10,5 - 15,5
16 – 20
14
18
15,5 - 20,5
21 – 25
6
23
20,5 - 25,5
26 – 30
4
28
25,5 - 30,5
31 – 35
1
33
30,5 - 35,5
36 – 40
1
38
35,5 - 40,5
Jumlah
33
-
66
Lampiran 7 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw, h. 115.
67
5,5
Gambar 4.
10,5
15,5
20,5
25,5
30,5
35,5
40,5
Grafik Historgram dan Poligon Variabel Y1
Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada kelas interval 16 - 20, yaitu 14 dan frekuensi tersebut berada pada titik tengah 18 dan batas nyata 16,5 – 20,5.
2) Hasil Posttest Kelompok STAD Nilai yang diperoleh siswa dari posttest yang dilakukan terhadap kelompok STAD (Y2) dapat dipaparkan pada tabel berikut: Tabel 12 Data Hasil Posttest Siswa Kelompok STAD67 N
Jumlah Nilai
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
33
2450
88
58
Mean
Median Modus
Sim. Baku
Varian
74,24 78,125 75,74 5,657 32,002
Apabila data tersebut digambarkan dalam bentuk grafik histrogram dan poligon, maka terlihat gambar sebagai berikut :
67
Lampiran 8 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw, h. 119.
68
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Untuk Pembuatan Grafik Histrogram dan Poligon Variabel Y2 Kelas 58 - 62 63 - 67 68 - 72 73 - 77 78 - 82 83 - 87 88 - 92 Jumlah
57,5
Frekuensi 1 1 11 12 6 1 1 33
62,5
Titik Tengah 60 65 70 75 80 85 90 -
67,5
72,5
77,5
Batas Nyata 57,5 - 62,5 62,5 - 67,5 67,5 - 72,5 72,5 - 77,5 77,5 - 82,5 82,5 - 87,5 87,5 - 92,5
82,5
87,5
92,5
Gambar 5. Grafik Historgram dan Variabel Y2 Dari tabel dan gambar di atas terlihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada kelas interval 73 - 77, yaitu 12 dan frekuensi tersebut berada pada titik tengah 75 dan batas nyata 72,5 – 77,5. Adapun besarnya nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw adalah sebesar 54,60668 68
Lampiran 15 Uji Hipotesis Data, h. 133.
69
Untuk memberi gambaran menyeluruh terhadap data hasil belajar pretest dan posttest siswa menggunakan metode jigsaw dan STAD, penulis paparkan tabel data perbandingan mean hasil belajar siswa sebagai berikut: Tabel 14 Perbandingan Mean Hasil Belajar Siswa Kelompok Jigsaw dan STAD
Kelompok Jigsaw Kelompok STAD Gain
Pretest 23,77 19,21 4,56
Posttest 83,86 74,24 9,62
Gain 60,09 55,03
B. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas Data Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas (Liliefors). Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima jika Lhitung lebih besar dari Ltabel, atau Ho ditolak jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel. Dengan ditolaknya Ho berarti data dalam penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal, jika Ho diterima berarti data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh Lhitung pretes kelompok jigsaw sebesar 0,1488, Lhitung postes kelompok jigsaw sebesar 0,1354, Lhitung pretes kelompok STAD sebesar 0,1295, dan Lhitung postes kelompok STAD sebesar 0,1359. Jika dikonsultasikan dengan tabel Liliefors pada taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0,1542. Dengan demikian Ho ditolak karena Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0,1295 < 0,1354 < 0,1359 < 0,1488 < 0,1542). Sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada variabel X1, X2, Y1, dan Y2 berasal dari populasi berdistribusi normal.69
69
Lampiran 9-12 Uji Normalitas Data Kelompok Jigsaw dan STAD, h. 123-129.
70
Tabel 15 Uji Normalitas Variabel X1, X2, Y1, dan Y2 dari 33 Responden Lhitung n
α
Kelompok Jigsaw Pretes
33
0,05 0,1488
Kelompok STAD
Postes
Pretes
0,1354 0,1295
Ltabel
Keputusan
Postes 0,1359 0,1542 Ho ditolak
2. Uji Homogenitas Data Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang homogen atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas dengan Uji Fisher. Kriteria uji homogenitas adalah Ho diterima jika Fhitung lebih besar dari Ftabel, atau Ho ditolak jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Dengan ditolaknya Ho berarti data dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen, jika Ho diterima berarti data berasal dari populasi yang tidak homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas kelompok jigsaw diperoleh Fhitung sebesar 1,2732 dan pada kelompok STAD diperoleh Fhitung sebesar 1,2878 Jika dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi 0,05 dengan dk penyebut 32 dan dk pembilang 32 diperoleh Ftabel sebesar 1,82. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data pada kelompok jigsaw dan kelompok STAD berasal dari populasi yang homogen, karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,2732 < 1,2878 < 1,82). 70 Tabel 16 Uji Homogenitas Data Kelompok Jigsaw dan Kelompok STAD
N
α
33
0,05
Fhitung Kelompok Kelompok Jigsaw STAD 1,2732 1,2878
70
Ftabel
Keputusan
1,82
Ho ditolak
Lampiran 13-14 Uji Homogenitas Data Kelompok Jigsaw dan STAD, h. 131-132.
71
C. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar IPS siswa antara yang diajarkan dengan teknik Jigsaw dengan teknik STAD maka dilakukan uji t (uji beda). Kriteria uji hipotesis data adalah Ho diterima jika thitung lebih kecil dari ttabel, atau Ho ditolak jika thitung lebih kecil dari ttabel. Dengan ditolaknya Ho berarti data dalam penelitian terbukti bahwa hasil belajar IPS antara siswa yang diajar dengan teknik jigsaw dan STAD adalah berbeda secara signifikan. Hasil dari perhitungan skor variabel X (hasil belajar IPS siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw) dan skor variabel Y (hasil belajar IPS siswa menggunakan pembelajaran kooperatif teknik STAD), dimasukkan ke dalam rumus uji t untuk membandingkan kedua skor varibael tersebut, sehingga diperoleh thitung sebesar 3,0214. Dengan db = 64 (32 + 32 -2) diperoleh ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 sebesar 2,00 dan dari hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 3,0214, maka dengan demikian dari hitungan diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,0214 > 2,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian berarti perbedaan antara hasil belajar IPS siswa antara yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dengan teknik STAD. 71 Tabel 17 Signifikansi Uji t Variabel X dengan Variabel Y N 66
α 0,05
thitung 3,0214
ttabel 2,00
Keputusan Ho ditolak
D. Pembahasan Hasil Penelitian Hasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas VIII-A yang diajarkan dengan menggunakan teknik Jigsaw yaitu 60,27 dan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar belajar IPS siswa kelas VIII-C yang diberikan pembelajaran dengan teknik STAD yaitu 71
Lampiran 15 Uji Hipotesis Data, h. 133.
72
54,606 dengan nilai thitung 3,0214 dan nilai ttabel 2,00, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa antara yang diberikan pembelajaran melalui teknik jigsaw dengan teknik STAD, yaitu bahwa hasil belajar IPS siswa yang diberikan pembelajaran melalui teknik jigsaw lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan teknik STAD. Hal ini dimungkinkan karena pendekatan pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw lebih banyak menekankan kepada tanggung jawab pribadi sebagai kelompok ahli yang harus menguasai dan mengajarkan serta memberikan pemahaman materi yang telah ia pelajari kepada teman kelompoknya yang lain sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab agar setiap kelompoknya memahami materi secara keseluruhan, sedangkan pada kelompok STAD tanggung jawab yang diberikan adalah memahami dan menyelesaikan suatu tugas secara bersamasama. Namun pada dasarnya, sebagaimana dipaparkan dalam teori, bahwa kedua metode pembelajaran kooperatif tersebut dapat merangsang siswa terlibat secara aktif untuk bekerjasama, berdiskusi dan saling membantu antar anggota kelompok dalam belajar sehingga mereka dapat mengkonstruk sendiri pemahaman mereka secara bersama-sama. Walaupun, masih terdapat siswa yang masih enggan terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada hasil angket yang menunjukkan bahwa mereka menyukai kedua metode pembelajaran ini namun belum terbiasa karena kedua metode ini masih baru bagi mereka. Dalam kedua pembelajaran tersebut, siswa yang biasanya belajar secara individu, tanpa kompetisi dan penghargaan dicoba dikondisikan dengan adanya kompetisi dan penghargaan yang menjadi motivasi bagi keberhasilan belajar mereka, serta suasana pembelajaran dapat menjadi lebih hidup dan bervariasi. Kedua pembelajaran ini juga dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang baik, karena siswa tidak cepat merasa bosan dalam belajar dan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa karena siswa dilatih untuk
berpendapat,
menghargai
perbedaan
73
dan
termotivasi
untuk
meningkatkan prestasinya karena adanya persaingan dan penghargaan yang diberikan. Lain dari pada itu, hasil penelitian ini nampaknya sejalan dengan hasil penelitian terdahulu, bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dengan menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw berbeda dengan hasil belajar yang dicapai siswa dengan menggunakan metode kooperatif teknik STAD. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan metode kooperatif teknik jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa menggunakan metode kooperatif teknik STAD.
74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw dengan siswa yang diajar denga pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) teknik STAD dalam pelajaran IPS denga diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu 3,0214 > 2,00. 2. Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan metode kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan metode kooperatif teknik STAD, di mana rata-rata gain pretest dan posttest kelompok jigsaw sebesar 60,27 dan rata-rata gain pretest dan posttest kelompok jigsaw sebesar 54,606. 3. Metode kooperatif (Cooperative Learning) teknik jigsaw dan STAD merupakan metode pembelajaran yang baru bagi para siswa, namun dari hasil angket yang diberikan, siswa merasa kedua metode pembelajaran tersebut cukup dapat membantu mereka dalam memahami pelajaran dan mereka cukup menyukai penerapan kedua metode pembelajaran tersebut
75
dalam pembelajaran IPS. Hasil angket menunjukkan bahwa sikap siswa cukup baik pada ketiga aspek sikap yang diukur yaitu rasa ingin tahu, keberanian dan sifat menghargai.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah: 1. Guru diharapkan mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Di antara metode pembelajaran yang sudah sepatutnya dikuasai guru adalah metode jigsaw dan STAD, di mana kedua metode tersebut tidak hanya dapat meningkatkan hasil belajar siswa tapi juga dapat membentuk kompetensi sosial siswa. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dan STAD dapat diterapkan serta memberikan hasil dan perbedaan yang lebih baik lagi pada topik maupun mata pelajaran yang lain dan meningkatkan motivasi belajar yang lebih baik lagi bagi siswa.
76
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Fathurrahman, Pupuh, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama, 2007. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2001. http://aryjanoe10.blogspot.com/2010/04/hubungan-perkembangan-kognitifefektif.html http://dhar321.blogspot.com/2010/10/metode pembelajaran kooperatif. html http://hestichemistryunj.blogspot.com/2010/02/teori-belajar.html http://mihecheery.blogspot.com/2010/06/metode-pembelajaran-stad.html http://www.jigsaw.org. http://yusti-arini.blogspot.com/2009/08/model-pembelajaran-kooperatif.html Isjoni, Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2007. Lie, Anita, Cooperative Learning: Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2007. Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Mudzakir, Ahmad, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1997. Nazir, M, Metode Penelitain, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005. Partana, Crys Fajar, "Kajian Efektifitas Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan STAD Pada Mata Pelajaran IPA Aspek Kimia di SMP 2 Mlati Slemen", dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan, Juni 2008, Th. XXVII, No. 2.
77
Purwanto, M Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Roqib, Moh., Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: LKiS, 2009. Sanjana, Wina, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006. Santoso, Barokah, Cooperative Learning: Penerapan Teknik Jigsaw Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SLTP, Buletin Pelangi Pendidikan, vol. 1 No. 1, Tahun 1998, Soilhatin, Etin, dkk., Cooperative Learning, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008 Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta: EGC, 2004. Surapranata, Sumarna, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Tjundjing, Sia, Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU, Jurnal Anima Vol.17 No.1, 2001. Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakata: Prestasi Pustaka, 2007. Widyantini, Th., Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika, 2006. Winkel, WS, Psikologi Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999. Wirawan, Sarilito, Psikologi Remaja, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997.
78
Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN
SOAL PRETES NAMA : NIS : KELAS : 1. Jika suatu negara menyerahkan aktivitas ekonominya kepada perseorangan, sistem ekonomi yang dianutnya, yaitu.... a. tradisional c. komando b. pasar d. etatisme 2. Indonesia menganut system ekonomi.... a. tradisional c. komando b. pasar d. Pancasila 3. Berikut ini yang bukan cirri negative yang harus dihindari dalam demokrasi ekonomi, yaitu.... a. free fight liberalism b. etatisme c. monopoli yang merugikan d. swastanisasi BUMN 4. Salah satu kebaikan system ekonomi campuran, yaitu.... a. pemerintah membantu pengusaha swasta b. pemerintah daerah menjadi pengambil keputusan di daerah c. pihak swasta menjadi penyalur barang-barang pemerintah d. pihak swasta diberi kebebasan meminjam dana dari badan keuangan internasional 5. Negara bersifat dominan dalam mengatur perekonomian. Hal ini merupakan ciri.... a. pasar c. monopoli b. komando d. kapitalis 6. Rakyat bebas memilih jenis usaha yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak merupakan ciri system ekonomi.... a. komando c. pasar b. campuran d. tradisional 7. Dapat menciptakan kesenjangan antara masyakat kaya dan miskin. Hal tersebut, merupakan kelemahan dari system ekonomi.... a. pasar c. komando b. tradisional d. etatisme 79
8. Salah satu ciri yang menonjol pada sistem perekonomian komando atau sosialisme komunisme adalah .... a. tidak ada pasar bebas b. peran mekanisme pasar sangat menonjol c. campur tangan pemerintah dibatasi seminimal mungkin d. hak milik pribadi dijamin dan dilindungi pemerintah 9. Sistem perekonomian di Indonesia dalam kenyataannya adalah.... a. sistem ekonomi campuran b. sistem perekonomian pancasila c. sistem ekonomi kerakyatan d. sistem kapitalisme 10. Sistem perekonomian tiap-tiap negara tidak sama karena sistem ekonomi.... a. identik dengan sistem pemerintahan b. mempunyai tujuan yang berbeda c. mencerminkan perbedaan cara menyelesaikan masalah perekonomian d. tergantung ideologi politiknya 11. Sistem perekonomian yang dianut oleh bangsa Indonesia berdasarkan asas…………. a. gotong royong dan kekeluargaan b. demokrasi ekonomi c. kebebasan tanggung jawab d. keadilan sosial 12. Berikut ini merupakan hal-hal yang harus dihindari dalam demokrasi ekonomi, kecuali.... a. sistem etatisme c. monopoli b. sistem free fight liberalism d. perhatian terhadap rakyat 13. Dalam sistem perekonomian etatisme, perekonomian dikendalikan oleh.... a. kaum bermodal c. negara b. rakyat d. Individu 14. Demokrasi ekonomi adalah .... a. Pemerintah mengarahkan semua kegiatan ekonomi masyarakat b. Pemerintah mengontrol kegiatan para pelaku ekonomi c. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi bersama pemerintah d. Masyarakat menentukan sendiri apa dan bagaimana barang dan jasa diproduksi 15. Berikut ini sistem ekonomi yang pernah berlaku di negara kita, kecuali.... a. sistem ekonomi campuran c. sistem ekonomi sosialis b. sistem ekonomi Pancasila d. sistem ekonomi liberal 16. Kebaikan sistem ekonomi liberal antara lain adalah.... a. kemakmuran masyarakat terjamin
80
b. adanya monopoli c. pemerintah bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan rakyat d. adanya persaingan yang mendorong kemajuan bersama 17. Pada sistem ekonomi liberal modal memegang peranan penting, sehingga perekonomian negara dikendalikan oleh para pemilik modal. Oleh karena itu, system ekonomi libera juga disebut.... a. etatisme c. kapitalisme b. terpimpin d. campuran 18. Dibawah ini merupakan ciri-ciri sistem ekonomi Indonesia, kecuali.... a. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan b. cabang-cabang produksi dikuasai oleh negara c. fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara d. tiap warga negara bebas memilik pekerjaan yang layak 19. Sistem ekonomi yang dianut negara kita adalah sistem.... a. ekonomi liberal c. demokrasi ekonomi b. ekonomi campuran d. ekonomi sosialis 20. Salah satu kebaikan dari penerapan sistem ekonomi liberal adalah .... a. menumbuhkan motivasi masyarakat untuk berkreasi b. mengutamakan kepentingan rakyat c. kemakmuran rakyat yang merata d. pemerintah bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi 21. Negara mengendalikan kehidupan ekonominya, berarti negara tersebut menganut sistem ekonomi.... a. liberal c. bebas b. etatisme d. terpimpin 22. Pernyataan yang benar mengenai sistem ekonomi sosialis adalah .... a. manusia diberi kebebasan untuk berkarya b. kemakmuran masyarakat secara merata dan tidak ada penindasan ekonomi c. setiap orang akan bebas bersaing dalam bidang ekonomi d. menjamin kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
23. Sistem perekonomian sosialis mempunyai kelemahan, yaitu.... a. ada perbedaan kelompok antara kaya dan miskin b. kemakmuran masyarakat yang tidak merata c. adanya kebebasan dalam berusaha dan bersaing d. kurang mendorong orang untuk aktif berprestasi 24. Sistem perekonomian yang lebih mengutamakan keuntungan individu tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat adalah ....
81
a. b. c. d.
sistem perekonomian liberal sistem perekonomian sosialis sistem perekonomian campuran sistem perekonomian ekonomi
25. Berikut ini yang merupakan ciri sistem ekonomi sosialis yaitu .... a. kegiatan ekonomi bertujuan mencari laba b. pemilik modal besar semakin bertambah kuat c. kegiatan ekonomi dilakukan oleh swasta d. hak milik swasta atau perorangan tidak diakui 26. Kebaikan sistem ekonomi Demokrasi adalah Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas.... a. kepentingan bersama b. kekeluargaan c. kesejahteraan kelompok d. kesejahteraan masyarakat 27. Salah satu kelemahan sistem perekonomian Indonesia adalah adanya Sistem free fight liberalism. Sistem free fight liberalism adalah.... a. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia,alam dan bangsa lain sehingga dapat menimbulkan kelemahan ekonomi rakyat b. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehingga dapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi demokrasi c. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehingga dapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional d. sistem persaingan bebas yang saling menguntungkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia bangsa lain sehingga dapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional 28. Ciri persaingan sistem ekonomi Indonesia adalah tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk.... a. monopoli yang merugikan masyarakat b. monopoli yang merugikan pemerintah c. monopoli yang merugikan bangsa lain d. monopoli yang merugikan pasar 29. Ciri-Ciri Positif Sistem Ekonomi Demokrasi adalah Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih.... a. pekerjaan yang sesuai ijazah b. pekerjaan yang sesuai dengan umurnya c. pekerjaan yang sesuai dengan letak rumahnya d. pekerjaan yang sesuai dengan kehendak
82
30. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara adalah bagian dari kebaikan dari sistem ekonomi.... a. Sistem Ekonomi pasar b. Sistem Ekonomi Demokrasi c. Sistem Ekonomi komando d. Sistem Ekonomi campuran 31. Sistem ekonomi adalah.... a. Sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut b. sistem yang digunakan oleh suatu daerah untuk mengalokasikan sumber daya manusia yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di daerah tersebut c. sistem yang digunakan oleh suatu individu untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di daerah tersebut d. sistem yang digunakan oleh suatu kelompok untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut 32. Bentuk usaha yang sesuai dengan bunyi pasal 33 ayat ( 1 ) adalah.... a. Koperasi b. BUMN c. Firma d. Yayasan 33. Nama lain dari sistem ekonomi terpusat adalah.... a. Liberal b. Kapitalis c. Komando d. Campuran 34. Sistem ekonomi campuran mengkombinasikan berbagai sistem ekonomi yang ada, khususnya mengambil segi positif dari sistem ekonomi.... a. Kapitalis dan Sosialis b. Komando dan Tradisional c. Tradisional dan Kapitalis d. Liberal dan Terpusat 35. Liberal adalah nama lain dari sistem ekonomi.... a. Kapitalis b. Sosialis c. Tradisional d. Terpusat
83
36. Sistem ekonomi Indonesia sering di sebut sistem ekonomi… a. Komando b. Kerakyatan c. Terpusat d. Tradisional 37. Dapat mencegah timbulnya sistem ekonomi komando adalah ciri dari sistem ekonomi.... a. Indonesia b. Liberal c. Sosialis d. Terpusat 38. Jika suatu negara menyerahkan aktivitas ekonominya kepada perseorangan, sistem ekonomi yang dianutnya, yaitu.... a. tradisional c. komando b. pasar d. etatisme 39. Indonesia menganut system ekonomi.... a. tradisional c. komando b. pasar d. Pancasila 40. Berikut ini yang bukan cirri negative yang harus dihindari dalam demokrasi ekonomi, yaitu.... a. free fight liberalism b. etatisme c. monopoli yang merugikan d. swastanisasi BUMN 41. Sistem ekonomi adalah.... a. sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut b. sistem yang digunakan oleh suatu daerah untuk mengalokasikan sumber daya manusia yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di daerah tersebut c. sistem yang digunakan oleh suatu individu untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di daerah tersebut d. sistem yang digunakan oleh suatu kelompok untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut 42.Bentuk perusahaan negara yang seluruh modalnya milik negara, dipimpin oleh seorang dirjen dari departemen, dan pegawainya berstatus pegawai negeri sipil, yaitu .... a. Perusahaan umum b. Perusahaan jawatan c. Perseroan terbatas 84
d. Perusahaan umum 43. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) termasuk perusahaan.... a. Umum b. Jawatan c. Daerah d. Perseorangan 44. Salah satu ciri usaha informal, yaitu .... a. Tidak perlu izin usaha b. Harus memiliki surat izin usaha c. Berskala usaha besar d. Berstatus badan hukum 45. Berikut yang bukan prinsip usaha koperasi, yaitu .... a. Keanggotaan sukarela dan terbuka b. Kemandirian c. Kekuasaan tertinggi ada pada rapat anggota d. Ada pembatasan balas jasa terhadap modal 46. Mencari laba sebesar-besarnya merupakan ciri perusahaan negara yang berbentuk .... a. Perusahaan jawatan b. Perusahaan umum c. Perseroan terbatas d. Perusahaan daerah 47. Sektor informal; yang bergerak di bidang usaha ekstraktif, diantaranya .... a. Tukang cukur b. Tukang gali pasir c. Tukang becak d. Tukang sayur 48. Dalam sistem perekonomian etatisme, perekonomian dikendalikan oleh.... a. kaum bermodal c. negara b. rakyat d. Individu 49.Negara mengendalikan kehidupan ekonominya, berarti negara tersebut menganut sistem ekonomi.... a. liberal c. bebas b. etatisme d. terpimpin 50. Pernyataan yang benar mengenai sistem ekonomi sosialis adalah .... a. manusia diberi kebebasan untuk berkarya b. kemakmuran masyarakat secara merata dan tidak ada penindasan ekonomi c. setiap orang akan bebas bersaing dalam bidang ekonomi d. menjamin kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
85
KUNCI JAWABAN No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Jawaban B D D B B B A A A D A D C C C D C C C A D B D A D
No. Soal 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
86
Jawaban B A A D B A A C D A B A B D D A B C A D C A C D B
SOAL POSTES NAMA NIS KELAS
: : :
1. Salah satu kebaikan system ekonomi campuran, yaitu.... a. pemerintah membantu pengusaha swasta b. pemerintah daerah menjadi pengambil keputusan di daerah c. pihak swasta menjadi penyalur barang-barang pemerintah d. pihak swasta diberi kebebasan meminjam dana dari badan keuangan internasional 2. Negara bersifat dominan dalam mengatur perekonomian. Hal ini merupakan ciri.... a. pasar c. monopoli b. komando d. kapitalis 3.
Rakyat bebas memilih jenis usaha yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak merupakan ciri system ekonomi.... a. komando c. pasar b. campuran d. tradisional
4.
Dapat menciptakan kesenjangan antara masyakat kaya dan miskin. Hal tersebut, merupakan kelemahan dari system ekonomi.... a. pasar c. komando b. tradisional d. etatisme
5.
Bentuk perusahaan negara yang seluruh modalnya milik negara, dipimpin oleh seorang dirjen dari departemen, dan pegawainya berstatus pegawai negeri sipil, yaitu .... e. Perusahaan umum f. Perusahaan jawatan g. Perseroan terbatas h. Perusahaan umum
6.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) termasuk perusahaan.... a. Umum b. Jawatan c. Daerah d. Perseorangan
7.
Berikut yang bukan termasuk perusahaan BUMN, yaitu .... a. PT. Telkom b. PT PLN c. PT KAI
87
d. PT RCTI 8.
Salah satu ciri usaha informal, yaitu .... a. Tidak perlu izin usaha b. Harus memiliki surat izin usaha c. Berskala usaha besar d. Berstatus badan hukum
9.
Berikut yang bukan prinsip usaha koperasi, yaitu .... e. Keanggotaan sukarela dan terbuka f. Kemandirian g. Kekuasaan tertinggi ada pada rapat anggota h. Ada pembatasan balas jasa terhadap modal
10. Mencari laba sebesar-besarnya merupakan ciri perusahaan negara yang berbentuk .... a. Perusahaan jawatan b. Perusahaan umum c. Perseroan terbatas d. Perusahaan daerah 11. Sektor informal; yang bergerak di bidang usaha ekstraktif, diantaranya .... a. Tukang cukur b. Tukang gali pasir c. Tukang becak d. Tukang sayur 12. BUMN yang bertujuan semata-mata untuk public service, yaitu.... a. Perusahaan jawatan b. Perusahaan umum c. Perseroan terbatas d. Badan usaha milik negara 13. Tujuan utama koperasi, yaitu .... a. Meningkatkan kesejahteraan rakyat b. Meningkatan kesejahteraan anggota c. Meningkatan kesejahteraan pengurus d. Meningkatkan laba 14. Berikut yang bukan merupakan faktor internal yang mempengaruhi sistem ekonomi suatu negara, yaitu .... a. Sistem pemerintahan b. Pengaruh politik dunia internasional c. Sistem politik d. Ideologi suatu negara
88
15. Pegawai kantor pegadaian berstatus.... a. Pegawai negeri b. Pegawai perusahaan umum c. Pegawai swasta d. Pegawai pemerintah daerah 16. Contoh perusahaan berbentuk BUMN yang bergerak di bidang ekstraktif, yaitu .... a. Pegadaian b. Pertamina c. PT KAI d. PT Telkom 17. Salah satu contoh usaha yang termasuk sektor usaha informal, yaitu .... a. Warung nasi b. IPTN c. Koperasi d. PDAM 18. Salah satu ciri yang menonjol pada sistem perekonomian komando atau sosialisme komunisme adalah .... a. tidak ada pasar bebas b. peran mekanisme pasar sangat menonjol c. campur tangan pemerintah dibatasi seminimal mungkin d. hak milik pribadi dijamin dan dilindungi pemerintah 19. Sistem perekonomian di Indonesia dalam kenyataannya adalah.... a. sistem ekonomi campuran b. sistem perekonomian pancasila c. sistem ekonomi kerakyatan d. sistem kapitalisme 20. Sistem perekonomian tiap-tiap negara tidak sama karena sistem ekonomi.... a. identik dengan sistem pemerintahan b. mempunyai tujuan yang berbeda c. mencerminkan perbedaan cara menyelesaikan masalah perekonomian d. tergantung ideologi politiknya 21. Sistem perekonomian yang dianut oleh bangsa Indonesia berdasarkan asas.... a. gotong royong dan kekeluargaan b. demokrasi ekonomi c. kebebasan tanggung jawab d. keadilan sosial 22. Dalam sistem perekonomian etatisme, perekonomian dikendalikan oleh.... a. kaum bermodal c. negara b. rakyat d. individu
89
23. Demokrasi ekonomi adalah .... a. Pemerintah mengarahkan semua kegiatan ekonomi masyarakat b. Pemerintah mengontrol kegiatan para pelaku ekonomi c. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi bersama pemerintah d. Masyarakat menentukan sendiri apa dan bagaimana barang dan jasa diproduksi 24. Berikut ini sistem ekonomi yang pernah berlaku di negara kita, kecuali.... a. sistem ekonomi campuran b. sistem ekonomi Pancasila c. sistem ekonomi sosialis d. sistem ekonomi liberal 25. Kebaikan sistem ekonomi liberal antara lain adalah.... a. kemakmuran masyarakat terjamin b. adanya monopoli c. pemerintah bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan rakyat d. adanya persaingan yang mendorong kemajuan bersama 26. Pada sistem ekonomi liberal modal memegang peranan penting, sehingga perekonomian negara dikendalikan oleh para pemilik modal. Oleh karena itu, system ekonomi liberal juga disebut.... a. etatisme c. kapitalisme b. terpimpin d. campuran 27. Dibawah ini merupakan ciri-ciri sistem ekonomi Indonesia, kecuali.... a. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan b. cabang-cabang produksi dikuasai oleh negara c. fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara negara d. tiap warga negara bebas memilik pekerjaan yang layak 28. Salah satu kebaikan dari penerapan sistem ekonomi liberal adalah .... a. menumbuhkan motivasi masyarakat untuk berkreasi b. mengutamakan kepentingan rakyat c. kemakmuran rakyat yang merata d. pemerintah bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi 29. Negara mengendalikan kehidupan ekonominya, berarti negara tersebut menganut sistem ekonomi.... a. liberal c. bebas b. etatisme d. terpimpin 30. Pernyataan yang benar mengenai sistem ekonomi sosialis adalah .... a. manusia diberi kebebasan untuk berkarya b. kemakmuran masyarakat secara merata dan tidak ada penindasan ekonomi c. setiap orang akan bebas bersaing dalam bidang ekonomi d. menjamin kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi
90
31. Sistem perekonomian sosialis mempunyai kelemahan, yaitu.... a. ada perbedaan kelompok antara kaya dan miskin b. kemakmuran masyarakat yang tidak merata c. adanya kebebasan dalam berusaha dan bersaing d. kurang mendorong orang untuk aktif berprestasi 32. Sistem perekonomian yang lebih mengutamakan keuntungan individu tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat adalah .... a. sistem perekonomian liberal b. sistem perekonomian sosialis c. sistem perekonomian campuran d. sistem perekonomian ekonomi 33. Berikut ini yang merupakan ciri sistem ekonomi sosialis yaitu .... a. kegiatan ekonomi bertujuan mencari laba b. pemilik modal besar semakin bertambah kuat c. kegiatan ekonomi dilakukan oleh swasta d. hak milik swasta atau perorangan tidak diakui 34. Berikut ini yang bukan termasuk pelaku-pelaku ekonomi di dalam perekonomia Indonesia yaitu.... a. pemerintah b. koperasi c. rumah tangga d. swasta 35. Salah satu peran pemerintah sebagai pelaku ekonomi adalah.... a. menyediakan barang dan jasa publik b. menentukan harga sembako c. belanja barang dan jasa ke luar negeri d. mendirikan sekolah-sekolah negeri dan swasta 36. Tiga pelaku ekonomi Indonesia sesuai pasal 33 UUD 1945 terdiri dari sektor.... a. negara, swasta, BUMN b. negara, BUMN, koperasi c. negara, swasta, koperasi d. BUMN, BUMD, swasta 37. Perusahaan negara yang pegawainya berstatus sebagai pegawai negeri adalah.... a. perusahaan jawatan b. perusahaan umum c. perusahaan perseroan d. PT Persero 38. Berikut ini merupakan ciri-ciri perusahaan jawatan, kecuali....
91
a. b. c. d.
bertujuan melayani kepentingan umum merupakan bagian dari departemen karyawannya berstatus sebagai pegawai swasta memperoleh fasilitas negara
39. Perusahaan negara yang tujuan utamanya melayani kepentingan umum, baik dalam bidang produksi maupun distribusi adalah .... a. perusahaan jawatan b. perusahaan umum c. perusahaan perseroan d. PT Persero 40. Perusahaan negara yang modalnya berasal dari penjualan saham adalah .... a. perusahaan umum b. perusahaan perseroan c. perusahaan jawatan d. perusahaan campuran 41. Berikut ini merupakan ciri-ciri perusahaan persero, kecuali.... a. berusaha mencari laba b. dipimpin oleh dewan direksi c. mendapat fasilitas negara d. karyawannya berstatus sebagai pegawai swasta 42. Pernyataan mendasar yang menunjukkan sistem ekonomi suatu negara antara lain berikut ini, kecuali.... a. Bagaimanakan caranya memproduksi barang dan jasa? b. Apakah barang dan jasa yang harus diproduksi? c. Mengapa barang dan jasa tersebut diproduksi? d. Untuk siapakah barang dan jasa tersebut diproduksi? 43. Salah satu kelemahan sistem perekonomian Indonesia adalah adanya Sistem free fight liberalism. Sistem free fight liberalism adalah.... a. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia,alam dan bangsa lain sehingga dapat menimbulkan kelemahan ekonomi rakyat b. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehingga dapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi demokrasi c. sistem persaingan bebas yang saling menghancurkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain sehingga dapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional d. sistem persaingan bebas yang saling menguntungkan dan dapat menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia bangsa lain sehingga dapat menimbulkan kelemahan struktural ekonomi nasional
92
44. Ciri persaingan sistem ekonomi Indonesia adalah tidak sehat dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk.... a. monopoli yang merugikan masyarakat b. monopoli yang merugikan pemerintah c. monopoli yang merugikan bangsa lain d. monopoli yang merugikan pasar 45. Ciri-Ciri Positif Sistem Ekonomi Demokrasi adalah Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih.... a. pekerjaan yang sesuai ijazah b. pekerjaan yang sesuai dengan umurnya c. pekerjaan yang sesuai dengan letak rumahnya d. pekerjaan yang sesuai dengan kehendak 46. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara adalah bagian dari kebaikan dari sistem ekonomi.... a. Sistem Ekonomi pasar b. Sistem Ekonomi Demokrasi c. Sistem Ekonomi komando d. Sistem Ekonomi campuran 47. Tujuan negara mendirikan perusahaan persero adalah.... a. melayani kepentingan umum b. memberi kemanfaatan kepada umum c. melayani kepentingan umum d. mencari keuntungan 48. Dalam rangka mewujudkan ekonomi kerakyatan sangat dibutuhkan pelaku ekonomi yang bersikap saling.... a. bersaing untuk mencari keuntungan kelompok b. mendukung di antara pelaku ekonomi c. menjatuhkan d. menjauhi untuk menghindari persaingan 49. Dalam ciri utama perekonomian Indonesia pembangunan ekonomi masyarakat berperan.... a. Aktif b. Pasif c. Mendukung d. Penting 50. Dalam ciri utama perekonomian Indonesia pemerintah berkewajiban memberikan.... a. arahan dan bimbingan saja b. lapangan pekerjaan c. kesejahteraan kepada rakyat d. arahan dan bimbingan serta menciptakan iklim yang sehat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat
93
KUNCI JAWABAN No. Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Jawaban B B B A B C D A D A A D B B A A A A A D A C C C D
No. Soal 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
94
Jawaban C C A D B D A D B A C A C A B C C A A D B D B A D
Lampiran 2 TABEL ANALISIS BUTIR PERTANYAAN DARI 50 BUTIR SOAL POST TEST KEPADA 10 RESPONDEN UNTUK UJI VALIDITAS INSTRUMEN Tabel 18 Data Analisis Butir Pertanyaan No. Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Nomor Responden 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
95
Np
p
q
pq
5 7 7 4 6 6 7 6 7 5 6 7 7 6 6 7 6 7 6 6 6 7 6 7 7 7 6 7 7 7 6 5 7 4 6 7 4 6 6 3
0.5 0.7 0.7 0.4 0.6 0.6 0.7 0.6 0.7 0.5 0.6 0.7 0.7 0.6 0.6 0.7 0.6 0.7 0.6 0.6 0.6 0.7 0.6 0.7 0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.7 0.6 0.5 0.7 0.4 0.6 0.7 0.4 0.6 0.6 0.3
0.5 0.3 0.3 0.6 0.4 0.4 0.3 0.4 0.3 0.5 0.4 0.3 0.3 0.4 0.4 0.3 0.4 0.3 0.4 0.4 0.4 0.3 0.4 0.3 0.3 0.3 0.4 0.3 0.3 0.3 0.4 0.5 0.3 0.6 0.4 0.3 0.6 0.4 0.4 0.7
0.25 0.21 0.21 0.24 0.24 0.24 0.21 0.24 0.21 0.25 0.24 0.21 0.21 0.24 0.24 0.21 0.24 0.21 0.24 0.24 0.24 0.21 0.24 0.21 0.21 0.21 0.24 0.21 0.21 0.21 0.24 0.25 0.21 0.24 0.24 0.21 0.24 0.24 0.24 0.21
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Σx Σx2
0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 15 225
1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 26 676
1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 12 144
1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 43 1849
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 48 2304
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 8 64
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 49 2401
96
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 48 2304
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 47 2209
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64
7 4 8 3 6 7 7 3 7 7 304 12240
0.7 0.4 0.8 0.3 0.6 0.7 0.7 0.3 0.7 0.7
0.3 0.6 0.2 0.7 0.4 0.3 0.3 0.7 0.3 0.3
0.21 0.24 0.16 0.21 0.24 0.21 0.21 0.21 0.21 0.21 11.2
Lampiran 3 UJI VALIDITAS INSTRUMEN POSTTEST
Untuk menguji validitas tiap butir soal, digunakan rumus Korelasi Point Biserial, sebagai berikut : rbis
=
M p − Mt St
x
p q
Keterangan: rbis
= Koefisien korelasi biserial
Mp
= Rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar
Mt
= Rerata skor total
St
= Standar deviasi skor total
p
= Proporsi peserta tes yang jawabannya benar pada soal (tingkat kesukaran)
q
= 1–p
Selanjutnya penulis melakukan penghitungan dengan menggunakan program SPSS versi 17 dan diperoleh hasil hitung sebagai berikut: Tabel 19 Hasil Hitung Korelasi Point Biserial Menggunakan SPSS v 17
Scale Mean if Item Deleted
Corrected Scale Variance Item-Total if Item Deleted Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
Soal No. 1
29.9000
319.656
.702
.982
Soal No. 2
29.7000
319.344
.786
.982
Soal No. 3
29.7000
320.900
.695
.982
Soal No. 4
30.0000
318.667
.771
.982
Soal No. 5
29.8000
319.956
.700
.982
Soal No. 6
29.8000
319.956
.700
.982
Soal No. 7
29.7000
320.900
.695
.982
97
Soal No. 8
29.8000
319.956
.700
.982
Soal No. 9
29.7000
320.900
.695
.982
Soal No. 10
29.9000
319.656
.702
.982
Soal No. 11
29.8000
331.067
.097
.983
Soal No. 12
29.7000
319.344
.786
.982
Soal No. 13
29.7000
320.011
.747
.982
Soal No. 14
29.8000
319.067
.749
.982
Soal No. 15
29.8000
318.400
.786
.982
Soal No. 16
29.7000
320.011
.747
.982
Soal No. 17
29.8000
319.067
.749
.982
Soal No. 18
29.7000
319.344
.786
.982
Soal No. 19
29.8000
319.956
.700
.982
Soal No. 20
29.8000
319.956
.700
.982
Soal No. 21
29.8000
319.956
.700
.982
Soal No. 22
29.7000
319.344
.786
.982
Soal No. 23
29.8000
319.956
.700
.982
Soal No. 24
29.7000
320.011
.747
.982
Soal No. 25
29.7000
319.344
.786
.982
Soal No. 26
29.7000
319.344
.786
.982
Soal No. 27
29.8000
319.956
.700
.982
Soal No. 28
29.7000
319.344
.786
.982
Soal No. 29
29.7000
320.900
.695
.982
Soal No. 30
29.7000
319.344
.786
.982
Soal No. 31
29.8000
319.956
.700
.982
Soal No. 32
29.9000
321.211
.618
.982
Soal No. 33
29.7000
320.011
.747
.982
Soal No. 34
30.0000
317.778
.821
.982
Soal No. 35
29.8000
318.400
.786
.982
Soal No. 36
29.7000
320.011
.747
.982
Soal No. 37
30.0000
318.889
.759
.982
Soal No. 38
29.8000
319.067
.749
.982
Soal No. 39
29.8000
319.956
.700
.982
98
Soal No. 40
30.1000
321.656
.650
.982
Soal No. 41
29.7000
320.011
.747
.982
Soal No. 42
30.0000
317.778
.821
.982
Soal No. 43
29.6000
323.378
.633
.982
Soal No. 44
30.1000
321.878
.637
.982
Soal No. 45
29.8000
319.956
.700
.982
Soal No. 46
29.7000
319.344
.786
.982
Soal No. 47
29.7000
320.011
.747
.982
Soal No. 48
30.1000
321.656
.650
.982
Soal No. 49
29.7000
319.344
.786
.982
Soal No. 50
29.7000
320.011
.747
.982
Langkah selanjutnya adalah membandingkan besarnya rhitung dengan besarnya rtabel yang tercantum dalam Tabel Nilai “r” Product Moment dengan db (derajat bebas) 10 dan taraf signifikansi 5% diperoleh rtabel sebesar 0,632. Berdasarkan hasil hitung korelasi point biserial menggunakan SPSS v 17 di atas diperoleh hasil uji validitas butir soal sebagai berikut: Tabel 20 Hasil Uji Validitas Butir Soal No.
rhitung
Validitas
Keputusan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
0,702 0,786 0,695 0,771 0,700 0,700 0,695 0,700 0,695 0,702 0,097 0,786 0,747
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai
99
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
0,749 0,786 0,747 0,749 0,786 0,700 0,700 0,700 0,786 0,700 0,747 0,786 0,786 0,700 0,786 0,695 0,786 0,700 0,618 0,747 0,821 0,786 0,747 0,759 0,749 0,700 0,650 0,747 0,821 0,633 0,637 0,700 0,786 0,747 0,650 0,786 0,747
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
100
Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Tidak Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai Dipakai
Lampiran 4 UJI RELIABILITAS DARI 50 BUTIR SOAL DARI 10 RESPONDEN Untuk menguji reliabilitas tiap butir soal, digunakan Rumus KR. 20 (Kuder Richardson), sebagai berikut : 2 n S −Σpq = 2 n − 1 S
r11
Keterangan: r11
= reabilitas instrumen
p
= proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar
q
= proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah (q = 1 – p)
n
= banyak butir soal
S2
= varians skor total Untuk menggunakan rumus di atas, perlu diketahui terlebih dahulu:
n = 50 ∑Xt2 –
(∑Xt)2 N
St
= N (304)2 12240 –
= 10
12240 – 9241,6 10
10 ∑pq
= 11,2
Dengan demikian : 50
299,84 - 11,2
ri = 50 – 1
299,84
101
=
2998,4 10
= 299,84
ri = 1,02 x 0,962 = 0,982 Jika dikonsultasikan dengan r Product Moment pada N = 10 dengan taraf signifikansi 0,05 didapat r tabel = 0,632 sehingga ri lebih besar dari pada r tabel (0,982 > 0,632). Dengan demikian, secara keseluruhan, istrumen yang digunakan reliabel dengan kriteria sangat tinggi.
102
Lampiran 5 HASIL TES KEMAMPUAN AWAL (PRETES) DAN PENENTUAN RENTANGAN, BANYAK KELAS, UJUNG BAWAH KELAS INTERVAL PERTAMA KELOMPOK JIGSAW Dari pretes yang dilakukan terhadap kelmpok jigsaw diperoleh hasil tes sebagai berikut: Tabel 21 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw Kode Resp. P1 P2 L1 P3 P4 L2 P5 L3 P6 L4 P7
Skor 10 14 14 18 14 18 22 18 22 18 22
Kode Resp. P8 L5 L6 L7 L8 P9 L9 P10 L10 L11 L12
Skor 18 22 18 18 22 26 24 26 22 26 30
Kode Resp. L13 L14 P11 P12 P13 P14 P15 L15 L16
P16 P17
Skor 26 26 30 44 30 34 30 34 30 30 10
Dari data di atas dapat ditentukan: 1. Rentangan (R) R
= Data tertinggi – data terendah = 44 – 10 = 34
2. Banyak Kelas Interval (K) Menggunakan rumus Struges
= 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 33 = 1 + (3,3) (1,5158) = 1 + 5,0111 = 6,0111
Dengan demikian dapat dibuat daftar distribusi frekuensi dengan kelas interval 6 atau 7 (6 yang dipakai). 3. Panjang Kelas (P)
103
Rentangan P
34
=
= Banyak Kelas
= 5,6667 6 = 6 (dibulatkan)
4. Ujung bawah kelas interval pertama, menggunakan data terkecil yaitu 10. Jadi kelas interval pertamanya = 10 - 15 Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat daftar distribusi frekensi variabel X1 (pretes kelompok jigsaw) sebagai berikut : Tabel 22 Data Distribusi Frekuensi Pretes Kelompok Jigsaw No.
Interval Kelas
1 2 3 4 5 6
10 – 15 16 – 21 22 – 27 28 – 33 34 – 39 40 – 45
Nilai Tengah (X1) 12,5 18,5 24,5 30,5 36,5 42,5
(X1)2
f
fkb
Batas Nyata
156,25 342,25 600,25 930,25 1332,25 1806,25
5 7 12 6 2 1
33 28 21 9 3 1
9,5 - 15,5 15,5 - 21,5 21,5 - 27,5 27,5 - 33,5 33,5 - 39,5 39,5 - 45,5
Dari tabel di atas dapat ditentukan : 1. Mean ∑ fX1 =
∑f 784.5
= 33 =
23,77
2. Median (Me) 1 .N − fkb x i Me = I + 2 fi Keterangan : Me = Median I = Batas bawah kelas median
104
fX1
f X12
62,5 129,5 294 183 73 42,5 784,5
781,25 2395.8 7203 5581,5 2664,5 1806,25 20432,25
N fkb fi i
= = = =
Jumlah siswa dalam kelompok Frekuensi kumulatif di bawah kelas median Frekuensi kelas median Panjang kelas interval
Maka, 1 .N − fkb x6 = 21,5 + 2 fi = 21,5 + 3,75
Me
= 25,25 3. Modus (Mo) fa x i = I + fa + fb Keterangan : Mo = Modus I = Batas bawah kelas modus Fa = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya Fb = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya. i = panjang kelas interval.
Mo
Maka,
7 Mo = 21,5 + x 6 7 + 6 = 21,5 + 3,23 = 24,73 4. Simpangan Baku (Standar Deviasi) SD
=
ΣfX 2 ΣfX − N N
2
Keterangan: SD = Simpangan Baku (Standar Deviasi) 2 ΣfX = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint yang telah dikuadratkan dengan frekuensinya masing-masing. ΣfX = Jumlah dari hasil perkalian antar Midpoint dengan frekuensi masing-masing.
105
Maka, SD
=
20432,25 784,5 − 33 33
=
619,16 − ( 23,77 ) 2
=
619,16 − 565,143
=
54,017
2
= 7,35 5. Varians (S2) S2
= SD2
Maka S2
= (7,35)2 = 54,017
106
Lampiran 6 HASIL TES KEMAMPUAN AKHIR (POSTES) DAN PENENTUAN RENTANGAN, BANYAK KELAS, UJUNG BAWAH KELAS INTERVAL PERTAMA KELOMPOK JIGSAW Dari postes yang dilakukan terhadap kelmpok jigsaw diperoleh hasil tes sebagai berikut: Tabel 23 Hasil Tes Kemampuan Akhir Kelompok Jigsaw Kode Resp. P1 P2 L1 P3 P4 L2 P5 L3 P6 L4 P7
Skor 65 91 83 91 83 89 87 89 83 85 83
Kode Resp. P8 L5 L6 L7 L8 P9 L9 P10 L10 L11 L12
Skor 85 83 85 81 85 81 79 81 73 81 79
Kode Resp. L13 L14 P11 P12 P13 P14 P15 L15 L16
P16 P17
Skor 81 79 81 97 79 87 79 87 87 93 83
Dari data di atas dapat ditentukan: 1. Rentangan (R) R
= Data tertinggi – data terendah = 97 – 65 = 32
2. Banyak Kelas Interval (K) Menggunakan rumus Struges
= 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 33 = 1 + (3,3) (1,5158) = 1 + 5,0111 = 6,0111
Dengan demikian dapat dibuat daftar distribusi frekuensi dengan kelas interval 6 atau 7 (6 yang dipakai).
107
3. Panjang Kelas (P) Rentangan P
32
=
= Banyak Kelas
= 5,3333 6 = 6 (dibulatkan)
4. Ujung bawah kelas interval pertama, menggunakan data terkecil yaitu 65. Jadi kelas interval pertamanya = 65 - 70 Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat daftar distribusi frekensi variabel X2 (postes kelompok jigsaw) sebagai berikut : Tabel 24 Data Distribusi Frekuensi Postes Kelompok Jigsaw No.
Interval Kelas
Nilai Tengah (X2)
(X2)2
f
fkb
Batas Nyata
fX2
f X22
1 2 3 4 5 6
65 – 70 71 – 76 77 – 82 83 – 88 89 – 94 95 – 100
67,5 73,5 79,5 85,5 91,5 97,5
4556.25 5402.25 6320.25 7310.25 8372.25 9506.25
1 1 11 14 5 1
33 32 21 7 2 1
64,5 - 70,5 70,5 - 76,5 76,5 - 82,5 82,5 - 88,5 88,5 - 94,5 94,5 - 100,5
67.5 73.5 874.5 1197 457.5 97.5
4556.25 5402.25 69522.75 102343.5 41861.25 9506.25
2767,5
233192,25
Dari tabel di atas dapat ditentukan : 1. Mean ∑ fX2 = ∑f 2767,5
= 33 =
83,86
2. Median (Me) 1 .N − fkb x i Me = I + 2 fi Keterangan :
108
Me I N fkb fi i
= = = = = =
Median Batas bawah kelas median Jumlah siswa dalam kelompok Frekuensi kumulatif di bawah kelas median Frekuensi kelas median Panjang kelas interval
Maka, 1 .N − fkb x6 = 82,5 + 2 fi = 82,5 + 6,21
Me
= 88,71 3. Modus (Mo) fa x i = I + fa + fb Keterangan : Mo = Modus I = Batas bawah kelas modus Fa = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya Fb = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya. i = panjang kelas interval.
Mo
Maka,
11 Mo = 82,5 + x 6 11 + 5 = 82,5 + 4,13 = 86,63 4. Simpangan Baku (Standar Deviasi) SD
=
ΣfX 2 ΣfX − N N
2
Keterangan: SD = Simpangan Baku (Standar Deviasi) ΣfX2 = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint dikuadratkan dengan frekuensinya masing-masing.
109
yang telah
ΣfX
= Jumlah dari hasil perkalian antar Midpoint dengan frekuensi masing-masing.
Maka, SD
=
233192,25 2767,5 − 33 33
=
7066,43 − (83,86) 2
=
7066,43 − 7033,11
=
33,322
2
= 5,773 5. Varians (S2) S2
= SD2
Maka S2
= (5,7725)2 = 33,322
110
Lampiran 7 HASIL TES KEMAMPUAN AWAL (PRETES) DAN PENENTUAN RENTANGAN, BANYAK KELAS, UJUNG BAWAH KELAS INTERVAL PERTAMA KELOMPOK STAD Dari pretes yang dilakukan terhadap kelmpok jigsaw diperoleh hasil tes sebagai berikut: Tabel 25 Hasil Tes Kemampuan Awal Kelompok STAD Kode Resp. P1 P2 L1 P3 P4 L2 P5 L3 P6 L4 P7
Skor 6 20 6 24 8 24 10 24 10 10 16
Kode Resp. P8 L5 L6 L7 L8 P9 L9 P10 L10 L11 L12
Skor 24 16 14 24 18 24 18 28 18 18 20
Kode Resp. L13 L14 P11 P12 P13 P14 P15 L15 L16
P16 P17
Skor 28 20 28 20 28 20 20 20 32 20 36
Dari data di atas dapat ditentukan: 1. Rentangan (R) R
= Data tertinggi – data terendah = 36 – 6 = 30
2. Banyak Kelas Interval (K) Menggunakan rumus Struges
= 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 33 = 1 + (3,3) (1,5158) = 1 + 5,0111 = 6,0111
Dengan demikian dapat dibuat daftar distribusi frekuensi dengan kelas interval 6 atau 7 (7 yang dipakai).
111
3. Panjang Kelas (P) Rentangan P
30
=
= Banyak Kelas
= 5 6
4. Ujung bawah kelas interval pertama, menggunakan data terkecil yaitu 6. Jadi kelas interval pertamanya = 6 - 10 Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat daftar distribusi frekensi variabel X1 (pretes kelompok STAD) sebagai berikut : Tabel 26 Data Distribusi Frekuensi Pretes Kelompok STAD No.
Interval Kelas
Nilai Tengah (Y1)
(Y1)2
f
fkb
Batas Nyata
fY1
f Y12
1 2 3 4 5 6 7
6 – 10 11 – 15 16 – 20 21 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 40
8 13 18 23 28 33 38
64 169 324 529 784 1089 1444
6 1 14 6 4 1 1
33 27 26 12 6 2 1
5,5 - 10,5 10,5 - 15,5 15,5 - 20,5 20,5 - 25,5 25,5 - 30,5 30,5 - 35,5 35,5 - 40,5
48 13 252 138 112 33 38
384 169 4536 3174 3136 1089 1444
634
13932
Dari tabel di atas dapat ditentukan : 1. Mean ∑ fY1 =
∑f 634
= 33 =
19,21
2. Median (Me) Me
1 .N − fkb x i = I + 2 fi
112
Keterangan : Me = Median I = Batas bawah kelas median N = Jumlah siswa dalam kelompok fkb = Frekuensi kumulatif di bawah kelas median fi = Frekuensi kelas median i = Panjang kelas interval Maka, 1 .N − fkb x5 = 15,5 + 2 fi = 15,5 + 1,61
Me
= 17,11 3. Modus (Mo) fa x i = I + fa + fb Keterangan : Mo = Modus I = Batas bawah kelas modus Fa = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya Fb = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya. i = panjang kelas interval.
Mo
Maka,
1 Mo = 15,5 + x 5 1 + 6 = 15,5 + 0,714 = 16,21 4. Simpangan Baku (Standar Deviasi) SD
=
ΣfY 2 ΣfY − N N
2
Keterangan: SD = Simpangan Baku (Standar Deviasi) 2 ΣfY = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint dikuadratkan dengan frekuensinya masing-masing.
113
yang telah
ΣfY
= Jumlah dari hasil perkalian antar Midpoint dengan frekuensi masing-masing.
Maka, SD
2
=
13932 634 − 33 33
=
422,18 − (19,21) 2
=
422,18 − 369,11
=
53,08
= 7,29 5. Varians (S2) S2
= SD2
Maka S2
= (7,29)2 = 53,08
114
Lampiran 8 HASIL TES KEMAMPUAN AKHIR (POSTES) DAN PENENTUAN RENTANGAN, BANYAK KELAS, UJUNG BAWAH KELAS INTERVAL PERTAMA KELOMPOK STAD Dari postes yang dilakukan terhadap kelmpok STAD diperoleh hasil tes sebagai berikut: Tabel 27 Hasil Tes Kemampuan Akhir Kelompok STAD Kode Resp. P1 P2 L1 P3 P4 L2 P5 L3 P6 L4 P7
Skor 68 58 68 64 70 72 70 72 74 72 74
Kode Resp. P8 L5 L6 L7 L8 P9 L9 P10 L10 L11 L12
Skor 72 72 74 72 74 74 72 78 74 74 76
Kode Resp. L13 L14 P11 P12 P13 P14 P15 L15 L16
P16 P17
Skor 74 76 76 80 80 82 86 76 88 82 80
Dari data di atas dapat ditentukan: 1. Rentangan (R) R
= Data tertinggi – data terendah = 88 – 58 = 30
2. Banyak Kelas Interval (K) Menggunakan rumus Struges
= 1 + (3,3) log n = 1 + (3,3) log 33 = 1 + (3,3) (1,5158) = 1 + 5,0111 = 6,0111
Dengan demikian dapat dibuat daftar distribusi frekuensi dengan kelas interval 6 atau 7 (7 yang dipakai).
115
3. Panjang Kelas (P) Rentangan P
30
=
= Banyak Kelas
= 5 6
4. Ujung bawah kelas interval pertama, menggunakan data terkecil yaitu 58. Jadi kelas interval pertamanya = 58 - 62 Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat daftar distribusi frekensi variabel X2 (postes kelompok STAD) sebagai berikut : Tabel 28 Data Distribusi Frekuensi Postes Kelompok STAD No.
Interval Kelas
Nilai Tengah (Y2)
(Y2)2
f
fkb
Batas Nyata
fY2
fY22
1 2 3 4 5 6 7
58 - 62 63 - 67 68 - 72 73 - 77 78 - 82 83 - 87 88 - 92
60 65 70 75 80 85 90
3600 4225 4900 5625 6400 7225 8100
1 1 11 12 6 1 1
33 32 21 9 3 2 1
57,5 - 62,5 62,5 - 67,5 67,5 - 72,5 72,5 - 77,5 77,5 - 82,5 82,5 - 87,5 87,5 - 92,5
60 65 770 900 480 85 90 2450
3600 4225 53900 67500 38400 7225 8100 182950
Dari tabel di atas dapat ditentukan : 1. Mean ∑ fY2 = ∑f 2450
= 33 =
74,24
2. Median (Me) Me
1 .N − fkb x i = I + 2 fi
116
Keterangan : Me = Median I = Batas bawah kelas median N = Jumlah siswa dalam kelompok fkb = Frekuensi kumulatif di bawah kelas median fi = Frekuensi kelas median i = Panjang kelas interval Maka, 1 .N − fkb x5 = 72,5 + 2 fi = 72,5 + 5,625
Me
= 78,125 3. Modus (Mo) fa x i = I + fa + fb Keterangan : Mo = Modus I = Batas bawah kelas modus Fa = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya Fb = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya. i = panjang kelas interval.
Mo
Maka,
11 Mo = 72,5 + x 5 11 + 6 = 72,5 + 3,235 = 75,74 4. Simpangan Baku (Standar Deviasi) SD
=
ΣfY 2 ΣfY − N N
2
Keterangan: SD = Simpangan Baku (Standar Deviasi) 2 ΣfY = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint dikuadratkan dengan frekuensinya masing-masing.
117
yang telah
ΣfY
= Jumlah dari hasil perkalian antar Midpoint dengan frekuensi masing-masing.
Maka, SD
2
=
182950 2450 − 33 33
=
5543,94 − (74,24) 2
=
5543,94 − 5511,94
=
32,002
= 5,657 5. Varians (S2) S2
= SD2
Maka S2
= (5,657)2 = 32,002
118
Lampiran 9 UJI NORMALITAS DATA KEMAMPUAN AWAL (PRETES) KELOMPOK JIGSAW Hipotesis yang akan diuji pada uji normalitas adalah : Ho
=
data berasar dari populasi berdistribusi tidak normal
Hi
=
data berasal dari populasi berdistribusi normal
Kriteria pengujian hipotesis : - Terima Ho jika Lhitung lebih besar dari Ltabel - Terima Hi, jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel Dengan diketahuinya x1 = 23,77 dan s = 7,3496 maka harga-harga Zi, F (Zi), S (Zi), dan F(Zi) – S (Zi) dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 29 Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelompok Jigsaw No.
X1
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(Zi) – S(Zi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
10 10 14 14 14 18 18 18 18 18 18 18 22 22 22 22
-1.87 -1.87 -1.33 -1.33 -1.33 -0.79 -0.79 -0.79 -0.79 -0.79 -0.79 -0.79 -0.24 -0.24 -0.24 -0.24
0.0307 0.0307 0.0918 0.0918 0.0918 0.2148 0.2148 0.2148 0.2148 0.2148 0.2148 0.2148 0.4052 0.4052 0.4052 0.4052
0.0303 0.0606 0.0909 0.1212 0.1515 0.1818 0.2121 0.2424 0.2727 0.3030 0.3333 0.3636 0.3939 0.4242 0.4545 0.4848
0.0004 -0.0299 0.0009 -0.0294 -0.0597 0.0330 0.0027 -0.0276 -0.0579 -0.0882 -0.1185 -0.1488 0.0113 -0.0190 -0.0493 -0.0796
119
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
22 22 24 26 26 26 26 26 30 30 30 30 30 30 34 34 44
-0.24 -0.24 0.03 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.85 0.85 0.85 0.85 0.85 0.85 1.39 1.39 2.75
0.4052 0.4052 0.5120 0.6179 0.6179 0.6179 0.6179 0.6179 0.8023 0.8023 0.8023 0.8023 0.8023 0.8023 0.9177 0.9177 0.9970
0.5152 0.5455 0.5758 0.6061 0.6364 0.6667 0.6970 0.7273 0.7576 0.7879 0.8182 0.8485 0.8788 0.9091 0.9394 0.9697 1.0000
-0.1100 -0.1403 -0.0638 0.0118 -0.0185 -0.0488 -0.0791 -0.1094 0.0447 0.0144 -0.0159 -0.0462 -0.0765 -0.1068 -0.0217 -0.0520 -0.0030
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung 0.1488 jika dikonsultasikan dengan tabel Liliefors pada taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0.1542. Dengan demikian Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0.1488 < 0.1542). Hal ini menunjukkan bahwa data kemampuan awal siswa kelompok jigsaw berasal dari populasi berdistribusi normal.
120
Lampiran 10 UJI NORMALITAS DATA KEMAMPUAN AKHIR (POSTES) KELOMPOK JIGSAW Hipotesis yang akan diuji pada uji normalitas adalah : Ho
=
data berasar dari populasi berdistribusi tidak normal
Hi
=
data berasal dari populasi berdistribusi normal
Kriteria pengujian hipotesis : - Terima Ho jika Lhitung lebih besar dari Ltabel - Terima Hi, jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel Dengan diketahuinya x2 = 83,86 dan s = 5,7725 maka harga-harga Zi, F (Zi), S (Zi), dan F(Zi) – S (Zi) dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 30 Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Kelompok Jigsaw No.
X1
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(Zi) – S(Zi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
65 73 79 79 79 79 79 81 81 81 81 81 81 83 83 83
-3.27 -1.88 -0.84 -0.84 -0.84 -0.84 -0.84 -0.50 -0.50 -0.50 -0.50 -0.50 -0.50 -0.15 -0.15 -0.15
0.0005 0.0301 0.2005 0.2005 0.2005 0.2005 0.2005 0.3085 0.3085 0.3085 0.3085 0.3085 0.3085 0.4404 0.4404 0.4404
0.0303 0.0606 0.0909 0.1212 0.1515 0.1818 0.2121 0.2424 0.2727 0.3030 0.3333 0.3636 0.3939 0.4242 0.4545 0.4848
-0.0298 -0.0305 0.1096 0.0793 0.0490 0.0187 -0.0116 0.0661 0.0358 0.0055 -0.0248 -0.0551 -0.0854 0.0162 -0.0141 -0.0444
121
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
83 83 83 85 85 85 85 87 87 87 87 89 89 91 91 93 97
-0.15 -0.15 -0.15 0.20 0.20 0.20 0.20 0.54 0.54 0.54 0.54 0.89 0.89 1.24 1.24 1.58 2.28
0.4404 0.4404 0.4404 0.5793 0.5793 0.5793 0.5793 0.7054 0.7054 0.7054 0.7054 0.8133 0.8133 0.8925 0.8925 0.9429 0.9887
0.5152 0.5455 0.5758 0.6061 0.6364 0.6667 0.6970 0.7273 0.7576 0.7879 0.8182 0.8485 0.8788 0.9091 0.9394 0.9697 1.0000
-0.0748 -0.1051 -0.1354 -0.0268 -0.0571 -0.0874 -0.1177 -0.0219 -0.0522 -0.0825 -0.1128 -0.0352 -0.0655 -0.0166 -0.0469 -0.0268 -0.0113
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung 0.1354 jika dikonsultasikan dengan tabel Liliefors pada taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0.1542. Dengan demikian Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0.1354 < 0.1542). Hal ini menunjukkan bahwa data kemampuan akhir siswa kelompok jigsaw berasal dari populasi berdistribusi normal.
122
Lampiran 11 UJI NORMALITAS DATA KEMAMPUAN AWAL (PRETES) KELOMPOK STAD Hipotesis yang akan diuji pada uji normalitas adalah : Ho
=
data berasar dari populasi berdistribusi tidak normal
Hi
=
data berasal dari populasi berdistribusi normal
Kriteria pengujian hipotesis : - Terima Ho jika Lhitung lebih besar dari Ltabel - Terima Hi, jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel Dengan diketahuinya Y1 = 19,21 dan s = 7,2853 maka harga-harga Zi, F (Zi), S (Zi), dan F(Zi) – S (Zi) dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 31 Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelompok STAD No.
X1
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(Zi) – S(Zi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
6 6 8 10 10 10 14 16 16 18 18 18 18 20 20 20
-1.81 -1.81 -1.54 -1.26 -1.26 -1.26 -0.72 -0.44 -0.44 -0.17 -0.17 -0.17 -0.17 0.11 0.11 0.11
0.0351 0.0351 0.0618 0.1038 0.1038 0.1038 0.2358 0.3300 0.3300 0.4325 0.4325 0.4325 0.4325 0.5438 0.5438 0.5438
0.0303 0.0606 0.0909 0.1212 0.1515 0.1818 0.2121 0.2424 0.2727 0.3030 0.3333 0.3636 0.3939 0.4242 0.4545 0.4848
0.0048 -0.0255 -0.0291 -0.0174 -0.0477 -0.0780 0.0237 0.0876 0.0573 0.1295 0.0992 0.0689 0.0386 0.1196 0.0893 0.0590
123
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
20 20 20 20 20 24 24 24 24 24 24 28 28 28 28 32 36
0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.66 0.66 0.66 0.66 0.66 0.66 1.21 1.21 1.21 1.21 1.76 2.30
0.5438 0.5438 0.5438 0.5438 0.5438 0.7454 0.7454 0.7454 0.7454 0.7454 0.7454 0.8869 0.8869 0.8869 0.8869 0.9608 0.9893
0.5152 0.5455 0.5758 0.6061 0.6364 0.6667 0.6970 0.7273 0.7576 0.7879 0.8182 0.8485 0.8788 0.9091 0.9394 0.9697 1.0000
0.0286 -0.0017 -0.0320 -0.0623 -0.0926 0.0787 0.0484 0.0181 -0.0122 -0.0425 -0.0728 0.0384 0.0081 -0.0222 -0.0525 -0.0089 -0.0107
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung 0.1295 jika dikonsultasikan dengan tabel Liliefors pada taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0.1542. Dengan demikian Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0.1295 < 0.1542). Hal ini menunjukkan bahwa data kemampuan awal siswa kelompok STAD berasal dari populasi berdistribusi normal.
124
Lampiran 12 UJI NORMALITAS DATA KEMAMPUAN AKHIR (POSTES) KELOMPOK STAD Hipotesis yang akan diuji pada uji normalitas adalah : Ho
=
data berasar dari populasi berdistribusi tidak normal
Hi
=
data berasal dari populasi berdistribusi normal
Kriteria pengujian hipotesis : - Terima Ho jika Lhitung lebih besar dari Ltabel - Terima Hi, jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel Dengan diketahuinya Y2 = 74,24 dan s = 5,657 maka harga-harga Zi, F (Zi), S (Zi), dan F(Zi) – S (Zi) dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 32 Tabel Kerja Uji Normalitas Data Kemampuan Akhir Kelompok STAD No.
X1
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(Zi) – S(Zi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
58 64 68 68 70 70 72 72 72 72 72 72 72 74 74 74
-2.87 -1.81 -1.10 -1.10 -0.75 -0.75 -0.40 -0.40 -0.40 -0.40 -0.40 -0.40 -0.40 -0.04 -0.04 -0.04
0.0021 0.0351 0.1357 0.1357 0.2266 0.2266 0.3446 0.3446 0.3446 0.3446 0.3446 0.3446 0.3446 0.5160 0.5160 0.5160
0.0303 0.0606 0.0909 0.1212 0.1515 0.1818 0.2121 0.2424 0.2727 0.3030 0.3333 0.3636 0.3939 0.4242 0.4545 0.4848
-0.0282 -0.0255 0.0448 0.0145 0.0751 0.0448 0.1325 0.1022 0.0719 0.0416 0.0113 -0.0190 -0.0493 0.0918 0.0615 0.0312
125
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
74 74 74 74 74 76 76 76 76 78 80 80 80 82 82 86 88
-0.04 -0.04 -0.04 -0.04 -0.04 0.31 0.31 0.31 0.31 0.66 1.02 1.02 1.02 1.37 1.37 2.08 2.43
0.5160 0.5160 0.5160 0.5160 0.5160 0.6217 0.6217 0.6217 0.6217 0.7454 0.8461 0.8461 0.8461 0.9147 0.9147 0.9812 0.9925
0.5152 0.5455 0.5758 0.6061 0.6364 0.6667 0.6970 0.7273 0.7576 0.7879 0.8182 0.8485 0.8788 0.9091 0.9394 0.9697 1.0000
0.0008 -0.0295 -0.0598 -0.0901 -0.1204 -0.0450 -0.0753 -0.1056 -0.1359 -0.0425 0.0279 -0.0024 -0.0327 0.0056 -0.0247 0.0115 -0.0075
Dari tabel di atas diperoleh Lhitung 0.1359 jika dikonsultasikan dengan tabel Liliefors pada taraf signifikansi = 0.05 dan N = 33 diperoleh Ltabel 0.1542. Dengan demikian Lhitung lebih kecil dari Ltabel (0.1359 < 0.1542). Hal ini menunjukkan bahwa data kemampuan akhir siswa kelompok STAD berasal dari populasi berdistribusi normal.
126
Lampiran 13 UJI HOMOGENITAS KELOMPOK JIGSAW Hipotesis yang diajukan untuk menguji homogenitas: Ho
= data berasal dari populasi yang homogen
Hi
= data berasal dari populasi yang tidak homogen Kriteria pengujian hipotesis :
- Terima Ho jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel - Terima Hi, jika Fhitung lebih besar dari Ftabel Uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fisher dengan rumus: Fh
=
S1
2
S2
2
,
Keterangan: F
:
Uji fisher, dimana nilai tabel distribusi F untuk α = 0,05 dengan dk penyebut 32 dan dk pembilang 32.
S12
:
Varians terbesar
S22
:
Varians terkecil
Maka, Fh
7,3496 5,7725 = 1,2732 =
Sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikansi (α) 0,05 dengan harga dk pembilang 32 dan penyebut 32 adalah sebesar: 1,84 Dengan demikian Fhitung < Ftabel (1,2732 < 1,84) sehingga dapat dinyatakan bahwa data pada kelompok jigsaw berasal dari populasi yang homogen.
127
Lampiran 14 UJI HOMOGENITAS KELOMPOK STAD Hipotesis yang diajukan untuk menguji homogenitas: Ho
= data berasal dari populasi yang homogen
Hi
= data berasal dari populasi yang tidak homogen Kriteria pengujian hipotesis :
- Terima Ho jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel - Terima Hi, jika Fhitung lebih besar dari Ftabel Uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Fisher dengan rumus: Fh
=
S1
2
S2
2
,
Keterangan: F
:
Uji fisher, dimana nilai tabel distribusi F untuk α = 0,05 dengan dk penyebut 32 dan dk pembilang 32.
S12
:
Varians terbesar
S22
:
Varians terkecil
Maka, Fh
7,2853 5,657 = 1,2878 =
Sedangkan Ftabel dengan tingkat signifikansi (α) 0,05 dengan harga dk pembilang 32 dan penyebut 32 adalah sebesar: 1,84 Dengan demikian Fhitung < Ftabel (1,2878 < 1,84) sehingga dapat dinyatakan bahwa data pada kelompok STAD berasal dari populasi yang homogen.
128
Lampiran 15 UJI HIPOTESIS DATA
1. Rumusan Hipotesis Penelitian Ho
:
Tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar IPS siswa antara yang diajarkan dengan metode Jigsaw dengan metode STAD
Ha
:
Terdapat perbedaan antara Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan metode Jigsaw dan metode STAD.
2. Rumusan Hipotesis Statistik Ho : µE = µK Ha : µE = µK Keterangan : Ho
:
Hipotesis nihil
Ha
:
Hipotesis alternative
µE
:
Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif metode Jigsaw.
µK
:
Prestasi belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif metode STAD.
Kriteria Pengujian Ho ditolak jika thitung > ttabel Ho diterima jika thitung < ttabel 3. Uji statistik Pengujian Hipotesis digunakan rumus: t0 =
Mx −My ∑ x2 + ∑ y 2 1 1 + N x +N y − 2 N x N y
Keterangan: Mx = Mean/nilai rata-rata hasil kelompok Jigsaw My = Mean/Nilai rata-rata hasil kelompok STAD Nx = Jumlah siswa kelompok jigsaw
129
Ny t0
= Jumlah siswa kelompok STAD = Nilai t hitung
Langkah perhitungan: 1. Membuat tabel perhitungan uji Tabel 33 Tabel Kerja Uji t Subj 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Σ
Pretes (X1) 10 14 14 18 14 18 22 18 22 18 22 18 22 18 18 22 26 24 26 22 26 30 26 26 30 44 30 34 30 34 30 30 10 766
Kelompok Jigsaw Postes Beda (X2) (X) 65 55 91 77 83 69 91 73 83 69 89 71 87 65 89 71 83 61 85 67 83 61 85 67 83 61 85 67 81 63 85 63 81 55 79 55 81 55 73 51 81 55 79 49 81 55 79 53 81 51 97 53 79 49 87 53 79 49 87 53 87 57 93 63 83 73 2755 1989
Subj
2
X
3025 5929 4761 5329 4761 5041 4225 5041 3721 4489 3721 4489 3721 4489 3969 3969 3025 3025 3025 2601 3025 2401 3025 2809 2601 2809 2401 2809 2401 2809 3249 3969 5329 121993
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Pretes (Y1) 6 20 6 24 8 24 10 24 10 10 16 24 16 14 24 18 24 18 28 18 18 20 28 20 28 20 28 20 20 20 32 20 36 652
Kelompok STAD Postes Beda (Y2) (Y) 68 62 58 38 68 62 64 40 70 62 72 48 70 60 72 48 74 64 72 62 74 58 72 48 72 56 74 60 72 48 74 56 74 50 72 54 78 50 74 56 74 56 76 56 74 46 76 56 76 48 80 60 80 52 82 62 86 66 76 56 88 56 82 62 80 44 2454 1802
Y2 3844 1444 3844 1600 3844 2304 3600 2304 4096 3844 3364 2304 3136 3600 2304 3136 2500 2916 2500 3136 3136 3136 2116 3136 2304 3600 2704 3844 4356 3136 3136 3844 1936 100004
Untuk memperoleh harga to, maka terlebih dahulu mencari nilai Mx, Σx2, My dan Σy2, sebagai berikut:
130
Mx
=
Σx N
=
1989 33
My
= 60,273 Σx2
= ΣX 2
=
Σy N
=
1802 33
= 53,606
(ΣX )2
Σy
N
= 121993 -
(1989) 2 33
= ΣY 2
(ΣY )2 N
= 100004 -
(1802) 2 33
= 121993 – 119882,5
= 100004 – 98400,12
= 2110,545
= 1603,879
Setelah diperoleh nilai-nilai tersebut masukkan ke dalam rumus : t0
=
Mx − My ∑ x 2 + ∑y 2 N x +N y − 2
Maka, t0
=
=
1 1 + N x N y
60,273 − 54,606 1 2110,545 + 11603,879 1 + 33 +33 − 2 33 33 5,667 3714,424 2 64 33 5,667
=
(58,0378)(0,0606) =
=
5,667 3,5174 5,667 1,8755
131
= 3,0214 Menghitung derajat kebebasan (db), sebagai berikut: db
= (N1 + N2) – 2
db
= (33 + 33) – 2 = 2,00 Dengan db = 64 diperoleh ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 sebesar 2,00
dan dari hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 3,0214, maka dengan demikian dari hitungan diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,0214 > 2,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian berarti perbedaan antara hasil belajar IPS siswa antara yang diajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif metode jigsaw dengan metode STAD. Lain dari pada itu berdasarkan data pada tabel kerja di atas dapat dihitung nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa sebagai berikut: 1. Nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode jigsaw.
X =
ΣX N
X = 1989 33 X =
60,27
2. Nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode STAD.
Y =
ΣX N
Y = 1802 33 Y =
54,606
132
Lampiran 16
ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENERAPAN TEKNIK JIGSAW
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan tanggapan atau pendapatmu terhadap penerapan metode jigsaw dengan memilih salah satu jawaban.
1. Apakah kamu menyukai pelajaran IPS? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
c. biasa saja
d. tidak tahu
2. Apakah pelajaran IPS mudah? a. ya
b. tidak
3. Apakah kamu menyukai tahap diskusi kelompok ahli dalam metode jigsaw? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
4. Apakah kamu menyukai tahap diskusi kelompok asal dalam metode jigsaw? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
5. Apakah kamu menyukai setiap tahap dalam metode jigsaw? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
6. Apakah kamu menyukai belajar dengan menggunakan metode jigsaw? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
7. Apakah belajar dengan metode jigsaw membantu kamu dalam memahami pelajaran? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
8. Apakah kamu setuju jika metode jigsaw diterapkan pada semua mata pelajaran? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
9. Apakah kamu pernah belajar dengan menggunakan metode jigsaw? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
10. Apakah menurut kamu metode jigsaw cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran IPS? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
133
d. tidak tahu
Lampiran 17
ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENERAPAN TEKNIK STAD
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan tanggapan atau pendapatmu terhadap penerapan metode STAD dengan memilih salah satu jawaban.
1. Apakah kamu menyukai pelajaran IPS? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
c. biasa saja
d. tidak tahu
2. Apakah pelajaran IPS mudah? a. ya
b. tidak
3. Apakah kamu menyukai tahap diskusi kelompok ahli dalam metode STAD? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
4. Apakah kamu menyukai tahap diskusi kelompok asal dalam metode STAD? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
5. Apakah kamu menyukai setiap tahap dalam metode STAD? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
6. Apakah kamu menyukai belajar dengan menggunakan metode STAD? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
7. Apakah belajar dengan metode STAD membantu kamu dalam memahami pelajaran? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
8. Apakah kamu setuju jika metode STAD diterapkan pada semua mata pelajaran? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
9. Apakah kamu pernah belajar dengan menggunakan metode STAD? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
d. tidak tahu
10. Apakah menurut kamu metode STAD cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran IPS? a. ya
b. tidak
c. biasa saja
134
d. tidak tahu
Lampiran 18
TABEL LILIEFORS
135
Lampiran 19 TABEL NILAI r PRODUCT MOMENT
4
Taraf Signif 5% 1% 0,950 0,990
27
Taraf Signif 5% 1% 0,381 0,487
50
Taraf Signif 5% 1% 0,279 0,361
5
0,878
0,959
28
0,374
0,478
55
0,266
0,345
6
0,811
0,917
29
0,367
0,470
60
0,254
0,330
7
0,754
0,874
30
0,361
0,463
65
0,244
0,317
8
0,707
0,834
31
0,355
0,456
70
0,235
0,306
9
0,666
0,798
32
0,349
0,449
75
0,227
0,296
10
0,632
0,765
33
0,344
0,442
80
0,220
0,286
11
0,602
0,735
34
0,339
0,436
85
0,213
0,278
12
0,576
0,708
35
0,334
0,430
90
0,207
0,270
13
0,553
0,684
36
0,329
0,424
95
0,202
0,263
14
0,532
0,661
37
0,325
0,418
100
0,195
0,256
15
0,514
0,641
38
0,320
0,413
125
0,176
0,230
16
0,497
0,623
39
0,316
0,408
150
0,159
0,210
17
0,482
0,606
40
0,312
0,403
175
0,148
0,194
18
0,468
0,590
41
0,308
0,398
200
0,138
0,181
19
0,456
0,575
42
0,304
0,393
300
0,113
0,148
20
0,444
0,561
43
0,301
0,389
400
0,098
0,128
21
0,433
0,549
44
0,297
0,384
500
0,088
0,115
22
0,423
0,537
45
0,294
0,380
600
0,080
0,105
23
0,413
0,526
46
0,291
0,376
700
0,074
0,097
24
0,404
0,515
47
0,288
0,372
800
0,070
0,091
25
0,396
0,505
48
0,284
0,368
900
0,065
0,086
26
0,388
0,496
49
0,281
0,364
1.000
0,062
0,081
N
N
136
N