ANALISIS SEMIOTIKA RUBRIK FASHION STYLE MAJALAH KAWANKU
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Disusun Oleh TRIGUSTIA PUSPORINI NIM 105051103507
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 18 Mei 2009
TRIGUSTIA PUSPORINI
ABSTRAK
TRIGUSTIA PUSPORINI ANALISIS SEMIOTIKA KAWANKU
RUBRIK
FASHION
STYLE
MAJALAH
Majalah merupakan bentuk media massa cetak yang memberikan informasi dan hiburan. Salah satu bentuk hiburan dari majalah itu adalah terdapatnya foto/gambar yang menghiasi halaman majalah. Majalah Kawanku sebagai salah satu majalah remaja putri yang menyajikan foto sebagai hiburan, yaitu foto fashion style yang terdapat pada rubrik fashion style. Foto fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku yang di ambil dari edisi No 33-2008 sampai edisi No 36-2008 menyajikan foto fashion style yang bertemakan pakaian model tahun 70-an dan pergantian musim. Foto-foto tersebut dilengkapi dengan caption. Sebuah foto yang tidak di lengkapi dengan caption akan menimbulkan kesalahan dalam membaca dan memahami foto tersebut. Untuk memaknai foto diperlukan membaca foto atau gambar, yang dapat dilihat dari penanda, petanda hingga tandanya sendiri, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan, yaitu: apa makna denotasi dari foto fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku?. Apa makna konotasi yang terkandung dari foto fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku?. Dan apa mitos yang terdapat dari foto-foto tersebut? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotika Roland Barthes. Barthes mengajukan tiga tahapan dalam membaca foto, yaitu dengan melihat dan mencari unsur penanda (signified/form), segi petanda (signifier/concept) dan juga tanda itu sendiri (sign). Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metodelogi kualitatif deskriptif. Yang bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat. Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan semiotika (ilmu untuk membaca tanda). Objek penelitian ini adalah foto-foto fashion style yang diteliti pada bulan November-Desember 2008. Foto fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku juga termasuk kedalam foto berita, karena berisi informasi yang dilengkapi dengan caption. Makna denotasi dari foto tersebut adalah semua yang tergambar dalam foto. Makna konotasinya adalah teknik pemotretan yang digunakan normal, pengeditan foto dilakukan dengan menggunakan photoshop, dan caption dibuat sesuai dengan standard jurnalistik yang di dalam kalimatnya mengandung unsur 5W+1H. Mitosnya adalah keluarnya fashion style yang dulu pernah tren pada tahun 1970an kini menjadi tren kembali pada tahun 2009. Kesimpulannya, foto fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku yang diteliti dari bulan November-Desember 2008 dapat memberikan inspirasi baru dalam berpakaian/berbusana. Karena pakaian pada tahun 1970-an yang dulu pernah tren kini kembali hadir dan kembali disukai para remaja putri, dan hal ini menjadikan dunia fashion style semakin berkembang.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Sang Pemberi Kekuatan dan Kemampuan dalam diri ini. Hanya karena anugerah-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS SEMIOTIK RUBRIK FASHION STYLE MAJALAH KAWANKU”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah keharibaan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya. Skripsi ini disusun sebagai proses akhir studi akademik penulis dan melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi strata satu (S1) Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selesainya skripsi ini tak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin memberikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Dr. Murodi, M.A. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik Drs. Suhaimi, M.Si dan Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik Rubiyanah, M.A. 4. Dra. Hj. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing skripsi ini. Tak hentinya penulis mengucapkan rasa syukur karena dapat bimbingan oleh beliau. Terima kasih atas bimbingan serta nasihat yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. 5. Para Dosen pengajar serta staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kash untuk ilmu dan berbagai pengalaman yang kalian berikan dan berbagi dengan penulis. 6. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, perpustakaan IISIP, dan perpustakaan PDII-LIPI, terima kasih atas peminjaman buku, skripsi dan tesisnya yang telah memberikan sumbangan inspirasi bagi penulis. 7. Mba Trinzi, Mas Sandy, Mba Nuni, Mba Mia, serta majalah Kawanku. Terima kasih untuk semua bantuannya, serta pihak-pihak yang terkait yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas waktu dan kesediannya untuk wawancara dalam skripsi ini serta sambutan dan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis. 8. Mama, dan Papa. Terima kasih telah mendukungku, baik secara materil, moril dan do’a yang tak putus-putus dipanjatkan kepada Tuhan YME. Skripsi ini khusus aku persembahkan sebagai bukti atas tanggung jawabku terhadap kepercayaan kalian selama ini. 9. Keluargaku tersayang, kakakku Dimas dan Rudi serta kakak iparku Nova dan Mulyati, yang telah memberikan keponakan-keponakan yang lucu, imut, cantik dan ganteng (Kirani dan Raihan). Mbah kakung dan Mbah putriku serta Bulikku yang telah membantuku meminjamkan buku-buku di perpustakaan PDII-LIPI, Paklikku, serta sepupuku Mas Yanu dan Mba Rani serta keponakanku yang cantik (kaila), Mas Nanto dan Yuki. Terima kasih atas dukungan yang telah kalian berikan. 10. Untuk EA (My Lovely) makasih banyak atas perhatian, waktu yang telah kau berikan serta dukunganmu, yang telah memberikan motivasi agar skripsi ini cepat selesai. 11. Sahabat terbaikku Fatimah Zahrotun Nisa S.E (Fatimah) yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantuku mencari bahan dalam penulisan skripsi ini. 12. Semua teman-teman Konsentrasi Jurnalistik’05, Isti, Echy, Asih, Lastri, Aya, Feby, Zulfah, dan semua teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan yang kalian berikan. Semoga Allah menimbang segala kebaikan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembacanya. Amin.
Ciputat, 18 Mei 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK……………………………………………………………………i KATA PENGANTAR………………………………………………………. ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………iv DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...vi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………....1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………......8 D. Metodologi Penelitian……………………………………....8 E. Tinjauan Pustaka…………………………………………....12 F. Sistematika Penulisan……………………………………. ..14
BAB II
TINJAUAN TEORETIS A. Pengertian Analisis………………………………………. ..16 B. Pengertian Semiotik……………………………………… ..17 1. Makna denotasi dan Konotasi……………………….......20 2. Membaca Mitos…………………………………….........24 C. Pengertian Rubrik……………………………………..........25 D. Pengertian Fashion Style…………………………………...26 E. Pengertian Majalah………………………………………....27 1. Sejarah Media Cetak di Indonesia…………………..30 2. Sejarah Majalah di Indonesia…………………….....35 GAMBARAN UMUM MAJALAH KAWANKU A. Profil Kawanku………………………………………....... .43 B. Visi dan Misi Majalah Kawanku………………………… .44 C. Rubrikasi Majalah Kawanku…………………………….. .45 D. Struktur Redaksi Majalah Kawanku…………………...... .49 E. Sekilas Tentang Rubrik Fashion Style…………………… .52
BAB III
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Data 1…………………………………………… .55 1. Makna Denotasi………………………………….. .55 2. Makna Konotasi…………………………………...56 3. Mitos……………………………………………....56 B. Analisis Data 2………………………………………….....57 1. Makna Denotasi………………………………….. .57 2. Makna Konotasi………………………………….. .58 3. Mitos……………………………………………....59 C. Analisis Data 3…………………………………………… .60 1. Makna Denotasi………………………………….. .60 2. Makna Konotasi…………………………………. .61 3. Mitos……………………………………………....62
D. Analisis Data 4…………………………………………......63 1. Makna Denotasi…………………………………....63 2. Makna Konotasi…………………………………....64 3. Mitos…………………………………………….....64 E. Analisis Data 5…………………………………………......65 1. Makna Denotasi…………………………………....65 2. Makna Konotasi…………………………………....66 3. Mitos……………………………………………... ..67 F. Analisis Data 6…………………………………………… ..68 1. Makna Denotasi………………………………….. ..68 2. Makna Konotasi…………………………………....69 3. Mitos…………………………………………….....70 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………….71 B. Saran……………………………………………………...73
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 75 RIWAYAT HIDUP PENULIS…………………………………………….. 78 LAMPIRAN………………………………………………………………….79
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Signifikasi Dua Tahap Barthes………………………………………20 Skema Barthes Makna Denotasi dan Konotasi…………………….. .22 Struktur Redaksi Majalah Kawanku………………………………....51 Data Foto 1…………………………………………………………..55 Data Foto 2…………………………………………………………..57 Data Foto 3…………………………………………………………..59 Data Foto 4…………………………………………………………..62 Data Foto 5…………………………………………………………..65 Data Foto 6…………………………………………………………..67
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media massa dibagi menjadi tiga, yaitu media massa cetak, media massa elektronik, dan media massa online. Media massa cetak terdiri dari surat kabar, majalah dan tabloid yang terbit setiap hari, mingguan, dwi mingguan ataupun bulanan. Media massa elektronik terdiri dari radio, televisi dan internet. Radio memiliki sifat khas sebagai media audio (dengar), sedangkan televisi memiliki sifat sebagai media audio visual dapat didengar dan dilihat. Sedangkan media massa online terdiri dari satelit telephone atau biasa disebut juga dengan konvergensi media. Majalah adalah suatu media yang digunakan untuk menghasilkan gagasan feature dan publisitas bergambar untuk bahan referensi di masa mendatang.1 Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa dan Amerika. Sedangkan di Indonesia sejarah majalah dibagi menjadi empat periode. Awal Kemerdekaan, Zaman Orde Lama, Zaman Orde Baru, dan Zaman Reformasi. Tipe suatu majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa atau untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa. Bisa juga sasaran 1
Diah Wardhani, Media Relation, Sarana Pembangunan Reputasi Organisasi. (Jakarta: Graham Ilmu, 2008) h. 30-31
pembacanya, kalangan profesi tertentu, seperti pelaku bisnis; atau pembaca dengan hobi tertentu, seperti bertani, beternak dan memasak. Majalah-majalah yang terbit semasa Orde Baru dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Majalah berita
: Tempo
b. Majalah Keluarga
: Ayahbunda
c. Majalah wanita
: Femina
d. Majalah pria
: Playboy
e. Majalah remaja wanita
: Kawanku
f. Majalah remaja pria
: Hai
g. Majalah anak-anak
: Bobo
h. Majalah umum
: Intisari
i.
Majalah hukum
: Forum keadilan
j.
Majalah pertanian
: Trubus
k. Majalah humor
: Humor
l.
: Golf Digest
Majalah olah raga
m. Majalah agama
: Ummat
n. Majalah berbahasa daerah
: Djaka Ladang (Jawa, Yogyakarta)
o. Majalah hobi
: Snap (majalah fotografi)
p. Majalah musik
: Trax
Fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti Tempo lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita dewasa Femina, meskipun isinya relatif menyangkut berbagai
informasi dan tips masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian Trubus fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya informasi. Majalah merupakan yang paling simpel organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Majalah juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat. Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu: 1. Penyajian lebih dalam 2. Nilai aktualitas lebih lama 3. Gambar/foto lebih banyak 4. Kover sebagai daya tarik.2 Media yang akan diteliti adalah majalah remaja putri Kawanku. Penelitian mengambil subjek majalah remaja karena majalah ini dibuat untuk remaja. Di dalam majalah ini banyak sekali rubrik-rubrik yang bisa dibaca oleh remaja, seperti info, tips-tips tentang kecantikan, kesehatan, profil artis orang terkenal, ramalan bintang dan tak ketinggalan yaitu tentang fashion style. Majalah yang termasuk kedalam grup Kompas Gramedia ini telah mengalami perubahan isi dan format dari majalah yang dibuat untuk pembaca anak-anak umur 12-15 tahun (bisa dikatakan majalah lanjutan bagi pembaca majalah anak-anak Bobo, juga dari kelompok Kompas Gramedia). Dengan 2
Elvinaro, Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) h. 116-122
slogannya waktu itu: Kawanku STIL (Sudah Tidak Ingusan Lagi). Kemudian berubah menjadi majalah remaja khusus putri (dengan sasaran pembaca umur 13-18 tahun). Kawanku memiliki sebutan khusus untuk para pembacanya, yakni girls atau gals (sebutan khusus ini tidak dimiliki oleh majalah lain sejenis, seperti Gadis).3 Fashion style dimulai dari tahun 1920. Tahun 1920 merupakan abad baru ketika dunia fashion terlahir kembali dengan pandangan berbeda. Inovasi terbaru muncul dari desainer dunia. Seperti Coco Chanel yang menyuguhkan potongan warna, serta gaya yang mementingkan karakter seorang putri. Dari sinilah dunia fashion style mulai berkibar. Memasuki tahun 1930-an, perkembangan fashion sedikit agak lambat, hingga akhirnya memasuki perang dunia kedua (1940-1946), dari yang tadinya hanya bersifat fungsional, sebuah pakaian juga mempunyai sisi estetika atau sisi cantik.4 Fashion dipandang sebagai sinonim dengan kata “cara” atau “perilaku”. Polhemus dan Procter menunjukkan bahwa “dalam masyarakat kontemporer Barat, istilah ‘fashion’ kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah ‘dandanan’, ‘gaya’, dan ‘busana’ (Polhemus dan Procter, 1978: 9). Semua fashion dan pakaian adalah untuk mendekorasi atau mempercantik tubuh. Seperti dinyatakan Wilson, fashion secara umum diasosiasikan dengan “Wanita”, memang benar wanita atau feminin, dipresentasikan dalam masyarakat kontemporer sebagai makhluk yang dekat dengan seni kosmetika,
3
Pappilon Halomoan, “Membaca Representasi Tubuh Dan Identitas Sebagai Sebuah Tatanan Simbolik Dalam Media Massa” (Analisis semiotik Majalah Remaja Cewek Kawanku); Tesis (Jakarta: UI Maret. 2003), h. 8 4 http://mycc.forumation.com
diasosiasikan dengan tampilan luar dan sangat memedulikan, bila tak terus menerus terobsesi, dengan penampilan.5 Secara alami manusia memerlukan pakaian/busana. Pakaian tersebut baik berfungsi sebagai melindungi tubuh atau badan dari panas dan dingin, ataupun sebagai estetika, memperindah dan mempercantik orang yang memakainya, bahkan dapat meningkatkan status sosial, sesuai dengan jenis pakaian yang dikenakan. Di dunia muslim, busana bisa mencerminkan identitas, selera, pendapatan, pola perdagangan regional, dan religiusitas pemakainya. Busana dan pemakaiannya bervariasi menurut jenis kelamin, usia, status perkawinan, asal geografis, pekerjaan, dan bahkan aliran politik. Busana
muslim
dapat
memiliki
makna
tertentu.
Ia
dapat
mengungkapkan pertentangan terhadap rezim tertentu atau mencerminkan keanggotaan dalam gerakan Islam. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, ketika jilbabisasi merambah keluarga kelas menengah atas, berbondongbondong anak, isteri pejabat, dan pengusaha mengenakan jilbab. Sejak itulah busana muslim menjadi trendi dan memakai jilbab mulai mencapai prestise tertentu. Jilbabisasi dianggap merupakan suatu tanda globalisasi, suatu lambang identifikasi orang Islam di Indonesia dengan umat Islam di negaranegara lain di dunia modern. Pada agama manapun, di era modern ini, selalu ditemukan ajaran untuk berpakaian sopan di depan umum, setidaknya menurut pandangan secara universal bahwa manusia itu harus menutupi bagian-bagian tubuh yang tidak seharusnya diperlihatkan di depan umum. Islam memberikan rambu5
Barnard, Malcolm. Fashion Sebagai Komunikasi (Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender). (Yogyakarta & Bandung: Jalasutra, 1996) h. 12-13
rambu yang jelas dalam masalah pakaian wanita agar tetap ada keseimbangan antara estetika dengan syariah. Adapun seruan Allah dan Rasul-Nya tertuang dalam nash-nash berikut ini (ketika wanita ada dalam kehidupan umum). QS. Al-Ahzab: 59, perintah untuk mengenakan jilbab
ََُِ" !َزْوَاَِ وَ ََ َِ وََِ ء اَُِِْْ َُِْ ََْ ِ ِ ََ ِ ِ ِ ذ# $%ِ َ ا$ََ أ 6 ٩ ًِ4َ*ُ)رًا ر+ ُ,ََ ُْذََْ وَآَ نَ ا/ َْ/َ0ْ1ُ أَن2َْأَد Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-isrti orang mu’min: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ketubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Ahzab/33:59) Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.
Semiotik
mempelajari
sistem-sistem,
aturan-aturan,
konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.6 Semiotika (semiotics) didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam Course in General Linguistics, sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.7 Semiotika merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja (dikatakan juga semiologi). Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga 6
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007) h. 261 7 Yasraf Amilr piliang, Hiper Semoitika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Mana, (Yogyakarta: Jalasutra, 2003) h. 256
unsur utama yakni; (1) tanda, (2) acuan tanda, dan (3) pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Tanda-tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan. Pembahasan sistem tanda tak akan lepas dari bahasan semiotika. Semiotika (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980). Manusia melalui kemampuan akalnya berupaya berinteraksi dengan menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan.8 Berdasarkan
abstraksi
diatas,
skripsi
ini
mengangkat
judul
“ANALISIS SEMIOTIKA RUBRIK FASHION STYLE MAJALAH KAWANKU”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Pada skripsi ini penulis melakukan penelitian pada rubrik fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku, dan penulis memberikan pesan media massa secara visual (gambar) yang berbentuk foto fashion style. Penulis melakukan penelitian selama dua bulan, yang dimulai dari bulan November-
8
www.id.wikipedia.org/wiki/Semiotika
Desember 2008, dan membatasi penelitian pada rubrik fashion style majalah kawanku dilihat dari analisis semiotika. 2. Perumusan Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah: a). Bagaimana makna denotasi pada foto-foto fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku pada edisi November dan Desember 2008. b). Bagaimana makna konotasi pada foto-foto fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku pada edisi November dan Desember 2008. c). Bagaimana mitos pada foto-foto yang terdapat pada majalah Kawanku pada edisi November dan Desember 2008.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah memberikan pengetahuan mengenai makna dalam foto fashion style, serta mendeskripsikan dan menganalisa makna dibalik dari foto-foto fashion style tersebut. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Secara akademis karya skripsi ini bisa memberikan kontribusi positif dalam bidang komunikasi dan jurnalistik, terutama dalam konteks analisis semiotika, serta dapat memberikan informasi kepada Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang akan menggunakan pakaian atau fashion style yang terdapat pada Majalah Kawanku.
b. Manfaat Praktis Secara praktis karya skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pecinta fashion style, khususnya para pembaca majalah Kawanku.
D. Metodologi Penelitian 1. Subjek dan Objek Penelitian Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah majalah Kawanku yang beralamat di: Bumi Daya Plaza 14th Floor, Jalan Imam Bonjol No. 61, Jakarta 10310. Telp (021) 39837420 ext 2999. Sedangkan objek penelitiannya adalah rubrik fashion style. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Kualitatif deskriptif yaitu bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu9. Selain itu penelitian deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik pada bidang tertentu. Dalam penelitian ini menggambarkan hubungan antara penanda dan petanda dalam rubrik fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku. 3. Tahap Penelitian a. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk observasi, wawancara, dan dokumentasi, selain itu penulis juga mencari sumber informasi sebagai pelengkap data melalui penelaahan buku9
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, h. 69
buku, referensi serta bacaan lainnya yang mendukung akan penelitian ini. Selain
itu
teknik
pengumpulan data
dilakukan
juga
dengan
cara
mengumpulkan teks, pengamatan secara menyeluruh dari semua isi teks dan gambar. Signifikasi tahap pertama adalah denotasi. Pada tahap ini terdapat tanda yang terdiri atas penanda dan petanda. Denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek. Konotasi adalah signifikasi tahap kedua yang menggunakan tanda tahap pertama (penanda dan petanda) sebagai penanda dan memberikannya petanda tambahan. Konotasi adalah sebuah tanda yang berasal dari penanda sebuah tanda denotatif. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi tanda bekerja bekerja melalui mitos (Myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.10 b. Observasi Observasi adalah suatu
cara mengumpulkan data dengan
mengambil langsung terhadap objek atau penggantinya (misal: film, rekkonstruksi, video, dan sejenisnya).11 Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung serta mencermati setiap tanda-tanda pada objek penelitian yakni model-model fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku. c. Wawancara Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu
10
http://id.wikipedia.org/wiki/Roland_Barthes. Diakses pada tanggal 12-April pukul
07.40 WIB 11
Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodelogi Penelitian, (Jakarta, CV Pedoman Ilmu Jaya, 1994). h. 36
yang sesuai dengan data.12 Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan menggunakan tape recorder. Wawancara dilakukan dengan fotografer Sandy l d. Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian yang mengumpulkan, membaca dan mempelajari, berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah, atau jurnal) yang terdapat diperpustakaan. Internet atau instansi lain yang dapat dijadikan analisis dalam penelitian ini. Penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian berupa rubrik fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku. 4. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara: a. Mengklasifikasikan Data b. mengkonfirmasi ke Sandy l, selaku fotografer pada rubrik fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku. C. Analisis 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah dengan menggunakan semiotika model Roland Barthes. Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat manentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut 12
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta, Bhineka Cipta, 1996) Cet, ke-10. h. 72
dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”. Roland Barthes, membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification), yaitu denotasi dan konotasi. Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua.13 Tujuan dari teknik analisis data ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang terdapat dalam teks dan gambar yang terdapat pada rubrik fashion style. Dapat dimulai dari kata atau kalimat yang terdapat di dalam teks dan melihat maknanya kemudian menghubungkan dengan gambar yang terdapat dalam rubrik tersebut.
E. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Dakwah maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah, perpustakaan PDII-LIPI dan perpustakaan IISIP. Selain dari buku-buku yang dijadikan rujukan utama, 13
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Rosdakarya, 2006) h. 127-128
data-data yang diperoleh pada penelitian ini berfokus pada rubrik fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku. Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang penulis lakukan sampai saat ini hanya menemukan, yaitu: “Analisis Semiotika Terhadap Realitas Simbolik Dalam Karya Foto Jurnalistik ED Zoelverdi, Siti Rahmawati, Konsentrasi Jurnalistik. Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta, didalam skripsi terdapat perbedaan objek penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan, penelitian ini menggunakan analisis semiotik model Charles Sanders Peirce yang membagi objeknya kepada ikon, indeks, dan simbol dan objek penelitian ini adalah foto jurnalistik karya terbaik ED Zoelverdi. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan dengan menggunakan metode yang berbeda, yaitu analisis semiotik model Roland Barthes. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification), yaitu denotasi dan konotasi. Penulis melakukan penelitian pada objek rubrik fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku. Selain itu penulis juga menjadikan skripsi Dwi Ratna Aprilia Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tahun 2002, yang berjudul “Iklan dan Budaya Popular: Pembentukan Identitas Ideologis Kecantikan Perempuan oleh Iklan (Analisis Semiotika Iklan Cetak WRP Body Shape & Prolene). Pada skripsi ini membahas tentang suatu iklan kecantikan WRP Body Shape & Prolene dilihat dari sudut pandang analisis semiotika. Pada penelitian ini Dwi Ratna Aprilia menggunakan teori Umberto Eco, yang mencoba menggali kemungkinan
teoritis dan fungsi sosial sebuah pendekatan yang utuh terhadap tiap gejala signifikasi dan/atau komunikasi. Kemudian penulis juga menjadikan penelitian lain tentang semiotika sebagai sumber dalam penelitian ini, dalam tesis yang berjudul “Komik Doraemon: Dari Sudut Pandang Ikonografi dan Semiotika”, yang ditulis oleh Toto Mujio Mukmin, Mahasiswa Universitas Gajah Mada Yogyakarta, tahun 2002. Pada tesis ini juga terdapat perbedaan antara teori dan objek penelitiannya. Pada tesis ini objek penelitiannya adalah komik doraemon yang dikaitkan dengan tanda-tanda yang terdapat di dalam komik tersebut di bedah dengan pisau bedah analisis ikonografi, semiotik, serta heurmeneutik. Penulis juga menambahkan satu judul tesis lagi, yaitu Membaca Representasi Tubuh dan Identitas Sebagai Sebuah Tatanan Simbolik Dalam Media Massa (Analisis Semiotik Majalah Remaja Cewek Kawanku) yang ditulis oleh Pappilon Halomoan Manurung, pada bulan Maret, tahun 2003 di Jakarta, tesis ini menjelaskan tentang cara merepresentasikan tubuh dan identitas remaja melalui teks berupa artikel maupun foto di dalamnya, dengan menggunakan pendekatan semiotika. Terdapat perbedaan antara penelitian yang penulis teliti dengan beberapa penelitian yang terdapat di atas. Penelitian yang penulis teliti menggunakan pisau analisis semiotika model Roland Barthes yang memberikan gambaran tentang makna denotasi, konotasi dan mitos.
F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman atas materi skripsi ini, penulis menggunakan buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan penulis membagi skripsi ini menjadi lima bab, dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I
: PENDAHULUAN Bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
Bab II
: TINJAUAN TEORETIS Bab ini memuat tentang, penjelasan dari analisis, semiotik, rubrik, fashion style, majalah, sejarah media cetak di Indonesia, dan sejarah majalah di Indonesia.
Bab III
: GAMBARAN UMUM MAJALAH KAWANKU Bab ini membahas tentang sejarah dan latar belakang berdirinya majalah Kawanku, visi misi majalah Kawanku, rubrikasi majalah Kawanku, struktur redaksi, sekilas tentang rubrik fashion style.
Bab IV
:
ANALISIS
RUBRIK
FASHION
STYLE
MAJALAH
KAWANKU Bab ini membahas tentang makna denotasi, konotasi dan mitos yang ada di dalam rubrik fashion style yang terdapat pada majalah Kawanku. Bab V
: PENUTUP Kesimpulan dan Saran
BAB II KAJIAN TEORETIS
Untuk membahas rumusan masalah pokok penelitian ini, penulis akan mencoba menguraikan definisi dan menghubungkan konsep dan teori yang berkaitan dengan rumusan masalah pokok penelitian, yaitu dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: A). Analisis B). Semiotik C). Rubrik D). Fashion Style E). Majalah
A. Pengertian Analisis Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan14 Setelah melihat penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan arti dari analisis itu sendiri. Analisis menurut penulis adalah sebuah kajian atau tahapan untuk melakukan penelaahan atau pemeriksaaan untuk mendapatkan pengertian serta makna keseluruhan dari penyelidikan terhadap suatu peristiwa yang ingin diketahui kebenarannya. 14
20.41 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis. diakses pada tanggal 11-Februari-2009. pukul
B. Semiotik Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotik dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.15 Semiotik (semiotic) adalah teori tentang pemberian ‘tanda’. Secara garis besar semiotik digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu semiotik pragmatik (semiotic pragmatic), semiotik sintatik (semiotic syntactic), dan semiotik semantik (semiotic semantic) (Wikipedia,2007). Semiotika adalah studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain,
pengirimannya,
dan
penerimaannya
oleh
mereka
yang
memepergunakannya.16 Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.17 Semiotika adalah ilmu yang secara sistematis mempelajari tandatanda, lambang-lambang, sistem-sistemnya dan prosesnya.18 Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa, sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal
15
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Rosdakarya, 2006) h. 95 Panuti Sudjiman dan Aart Van Zoest, Serba-Serbi Semiotika. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992) h. 5 17 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal. 15 18 Puji Santosa. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra, (Bandung: Angkasa, 1931) h. 3 16
dari bahasa Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’, dalam bahasa inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal dam sebagainya. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan semiotika adalah suatu ilmu yang mepelajari keberadaan suatu tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Tanda-tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan. Ada dua tokoh semiotika yang perlu kita ketahui, dan semiotika modern mempunyai dua orang bapak: yang satu Charles Sanders Peirce (1839-1914) di Amerika Serikat dan Ferdinand de Saussure (1857-1913) di Swis. Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure adalah sebagai pendiri linguistik modern, menurut Saussure bahasa adalah sistem tanda, dan ia merancang teori yang canggih dengan konsep-konsep yang terapan. Saussure juga tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat manentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”.
Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne. Ayahnya seorang perwira angkatan laut, meninggal dalam sebuah pertempuran di Laut Utara sebelum usia Barthes genap mencapai satu tahun. Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Bertens (2001:208) menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 70-an. Ia berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Barthes telah banyak menulis buku, yang beberapa diantaranya telah menjadi bahan rujukan penting untuk studi semiotika di Indonesia. Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak ke luar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Hal ini kemudian menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti penunjukan (denonative). Kaitan dan kesan yang ditimbulkan dan diungkapkan melalui penggunaan dan kombinasi tanda. Pelaksanaan hal itu dilakukan dengan mengakui adanya mitos. Salah seorang pengikut Saussure, Roland Barthes, membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification).
First
reality
Second order culture
signs
connotati Signifie
denotation Signified
Myth Gambar 3.4 : Signifikan Dua Tahap Barthes
Penjelasan gambar Melalui gambar 3.4 Barthes, seperti dikutip Fiske, menjelaskan: signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif.
Roland Barthes dan Semiotika Komunikasi 1. Makna Denotasi dan Konotasi Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat
pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini, 2006). Di mata Barthes, suatu teks merupakan sebentuk konstruksi belaka. Bila hendak menemukan maknanya, maka perlu dilakukan rekonstruksi dari teks itu sendiri. Denotasi merupakan tingkat makna lapisan pertama yang deskriptif dan literal serta dipahami oleh hampir semua anggota suatu kebudayaan tertentu tanpa harus melakukan penafsiran terhadap tanda denotatif tersebut, yang disebut juga sebagai analogan. Pola tingkat makna lapisan kedua, yakni konotasi, maka tercipta dengan cara menghubungkan petanda-petanda dengan aspek kebudayaan yang lebih luas, keyakinan-keyakinan, sikap, kerangka kerja, dan ideologi-ideologi suatu formasi sosial tertentu. Konotasi merupakan sistem ganda dimana sistem semiotika tingkat dua mengambil sistem semiotika tingkat pertama sebagai signifier atau konsep19
19
(http://id.wikipedia.org/wiki/Roland_Barthes) di akses pada tanggal 12-Mei-2009. pukul 22.06WIB.
Berikut skema yang dibuat Barthes perih Denotasi dan Konotasi Language/Bahasa
1. Signifier
(Lapisan I: Denotasi)
3. Sign (Meaning) (I. Signifier)
2. Signified
(II. Signified)
FORM
CONCEPT
(III. Sign. SIGNIFICATION)
Semiotika konotasi di kembangkan Barthes memiliki tujuan ganda. Pertama, sebagai sebuah pendekatan struktural untuk membaca foto dalam media atau foto berita yang bersifat verisme (gambaran sepersis mungkin). Kedua, untuk melihat fungsi dan kedudukan gambar dalam pembentukan budaya media.20 Selain itu Barthes juga mengingatkan kita agar tetap memperhatikan ciri-ciri sistem semiotika dalam gambar. Hal ini penting dengan berkembangnya teori budaya media yang dikenal dengan kajian (cultural studies). Maka kita perlu lebih akurat dalam mencari makna dari tanda-tanda visual sehingga kita memperoleh makna yang sesuai dengan maksud pesan yang sebenarnya.21
20 21
ST. Sunardi. Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal. 2002) h. 156 Chris Barker. Cultural Studies Teori dan Praktek. (Yogyakarta: Bentang. 2005) h. 89
Barthes mengemukakan enam prosedur konotasi citra (yang mempengaruhi gambar sebagai analogan, khususnya menyangkut fotografi, yaitu): •
Trick Efeect (Manipulasi Foto) Trick
efeect
adalah
tindakan
manipulasi
foto
seperti
menambahkan, mengurangi atau mengubah objek dalam foto sehingga menjadi gambar yang berbeda dan memiliki arti yang akan menjadi berbeda pula. •
Pose pose dapat dikatakan sebagai gaya, sikap, eksresi ataupun posisi. Dalam memotret seorang pewarta foto/fotografer akan memilih objek yang ia potret. Menurut Barthes konsep pose menduduki posisi sangat penting, karena pose dapat menggambarkan situasi kejiwaan maupun emosional dan latar belakang sang subjek foto.
•
Objeck Objek merupakan benda-benda atau yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga dapat di asosiasikan dengan ide-ide tertentu dan merupakan point of
interpent atau pusat perhatian dalam
foto/gambar. •
Photogenia (Teknik foto) Photogenia ialah seni memotret sehingga foto yang dihasilkan telah “dibumbui” atau “dihiasi” oleh teknik-teknik foto, seperti teknik lighting, exposure, blurring, warna, angel, atau cara pengambilan foto.
Aestethicium (komposisi)
•
Estetika berkaitan dengan komposisi gambar secara keseluruhan yang menimbulkan makna tertentu. Komposisi merupakan susunan dari berbagai objek dalam gambar yang mempunyai dua sifat saling bertentangan. Disatu sisi “membangun” gambar dan disisi lain malah mengacaukannya, yaitu jika pemotret tidak mahir menyusun konsepnya. Syntax
•
Syntax adalah penyusunan tanda-tanda menjadi satu kalimat, satu makna tertentu. Syntax tidak harus dibangun dengan lebih dari satu foto, dalam satu fotopun dapat dibangun satu syntax. Pembentukan syntax seperti ini biasanya dibantu dengan caption. Caption foto merupakan satu-satunya bagian foto yang menceritakan dengan jelas kepada kita saat kita melihat foto, didalamnya tersusun dengan jelas 5W+1H, yaitu mengenai dimana, apa, dan kapan gambar/foto diabadikan. Fungsi caption yaitu makna parasit yang mempercepat index.
2. Membaca Mitos Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos dalam pandangan Susilo, adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud. Mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan penting dalam kesatuan-kesatuan budaya22.
22
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung: Rosdakarya, 2006) h. 128
Konotasi mengandung nilai ekspresif yang muncul dari kekuatan komulatif dari sebuah urutan. Ketika konotasi-konotasi mengalami pengalamiahan menjadi hegemonis, mereka akan berfungsi sebagai petapeta makna yang menunjukkan bagaimana memahami dunia. Konotasi hegemonis inilah yang disebut dengan mitos. Bagi Barthes mitos adalah sistem semiologis tingkat dua atau metabahasa.23
C. Pengertian Rubrik Menurut Harimurti Kridalaksana, rubrik adalah “Pers: kelompok karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema tertentu.24 Menurut Onong Uchjana Effendy rubrik merupakan istilah belanda yang berarti ruangan pada surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat, misalnya rubrik wanita, rubrik olah raga, rubrik pendapat, rubrik pembaca, dan sebagainya.25 Dalam rubrik fashion style diperlihatkan gaya, aksesoris, dan pakaian model terbaru yang bisa dipakai oleh semua perempuan khususnya para remaja putri. Penulis dapat memahami bahwa yang disebut rubrik adalah suatu kepala karangan, bab/pasal yang terdapat pada surat kabar atau majalah yang sering diartikan sebagai “ruangan”, misalnya rubrik wanita, rubrik olah raga, rubrik pendapat, rubrik pembaca, rubrik tinjauan luar negeri, rubrik ekonomi, dan lain sebagainya. 23
Ibid, h. 93 Harimurti Kridalaksana, Leksikan Komunikasi, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1984) h. 89 25 Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi Mandar Maju, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989).h. 316
24
Dari semua pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan mengenai definisi rubrik adalah istilah Belanda yang dapat diartikan sebagai ruangan, bab/pasal atau kepala karangan yang terdapat pada surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat, misalnya rubrik wanita, rubrik olah raga, rubrik pendapat, rubrik pembaca, rubrik tinjauan luar negeri, rubrik ekonomi, rubrik fashion style dan lain sebagainya, selain itu rubrik juga merupakan kelompok karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema tertentu.
D. Fashion Style Fashion berasal dari bahasa inggris, yang artinya cara, kebiasaan, atau mode. Perkembangan fashion tidak lepas dari pengaruh informasi, karena informasi merupakan sarana seseorang untuk bisa mengetahui lebih jelas tentang fashion26. Fashion dipandang sebagai sinonim dengan kata “cara” atau “perilaku”. Polhemus dan Procter menunjukkan bahwa “dalam masyarakat kontemporer Barat, istilah ‘fashion’ kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah ‘dandanan’, ‘gaya’, dan ‘busana’ (Polhemus dan Procter, 1978: 9).27 Bisa dinyatakan fashion bisa menjadi argumen yang paling jelas dan tampaknya menjadi niscaya dan tak bisa dihindari lagi, pada organisasi sosial dan ekonomi yang ada di dunia. Ini akan benar-benar menjadi prestasi untuk mengklaim bahwa satu hal yang tak terhindarkan, sesuatu yang muncul mengikuti realitas sosio ekonomi. Dalam pandangan Simmel, Flugel, serta 26
http://adhe-fashion.blogspot.com/. Diakses pada 09-Februari-2009. pukul 22.45 WIB Barnard Malcolm. Fashion sebagai Komunikasi Ccara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender). (Yogyakarta & Bandung: Jalasutra, 1996), h. 12-33 27
Polhemus dan Procter, fashion adalah suatu produk masyarakat dengan lebih dari satu kelas di dalamnya dan tempat terjadinya gerak ke atas diantara kelaskelas baik yang mungkin maupun yang didambakan.28 Wilson menunjukkan, “fashion adalah wajah seni yang mengalami degradasi atau tak bisa diterima” (Wilson, 1990: 209). Fashion, pakaian dan busana memunculkan sistem penandaan (signifikasi) yang menjadi tempat pembentukan dan pengkomunikasian tatanan sosial. Fashion pakaian dan busana dapat bekerja dengan berbagai cara yang berbeda, namun memiliki kesamaan bahwa beberapa diantaranya merupakan tempat tatanan sosial. Fashion, pakaian, dan busana dapat dianggap sebagai salah satu makna yang digunakan oleh sekelompok sosial dalam mengkomunikasikan identitas mereka.29
E. Pengertian Majalah
Oleh beberapa ahli, majalah didefinisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya, yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Ada pula yang membatasi pengertian majalah sebagai media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. Selain itu, media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah
28 29
Ibid. h. 26 Ibid. h. 104
halaman tertentu. Bentuknya harus berformat tabloid, atau saku, atau format konvensional sebagaimana format majalah yang kita kenal selama ini30
Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi. Majalah biasa diterbitkan mingguan, dwimingguan atau bulanan. Majalah biasanya memiliki artikel mengenai topik populer yang ditujukan kepada masyarakat umum dan ditulis dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh banyak orang. Publikasi akademis yang menulis artikel padat ilmu disebut jurnal31.
Mengenai majalah Dja’far Assegaf berpendapat majalah adalah publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel dari berbagai penulis.32 Sedangkan pengertian majalah menurut Slamet Suseno adalah majalah tidak hanya soal waktu terbit dan bentuknya saja, melainkan juga isinya. Kalau Koran lebih banyak berisi berita kejadian aktual, ulasan berita, kolom opini, dan informasi yang bersifat penerangan. Maka majalah lebih banyak berisi feature penyuluhan, artikel masalah, pendirian penulisnya, cerita kocak, laporan hasil penyelidikan, sajak dan jenis-jenis kesusastraan lainnya, seringkali disertai foto dan ilustrasi.33
30
http://ikhwaninteraktif.com. Diakses pada 10-Mei-2009. Pukul 20.37 http://id.wikipedia.org/wiki/Majalah. Diakses pada 10-Mei-2009. Pukul 20.50 32 Dja’far H. Assegaf. Jurnalistik Masa Kini, Pengantar Kepraktek Kewartawanan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983) h. 127 33 Slamet Suseno, Teknik Penulisan Ilmu Popular, Kiat Menulis Non-Fiksi Untuk Majalah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997) h. 7 31
Harimurti Kridalaksana menjelasakan, “Majalah adalah terbitan yang berisi berita, artikel, cerita fiktif, sajak dan sebagainya yang beredar secara berkala, biasanya bergambar dan diberi sampul serta dijahit seperti buku.34
Djujuk juyoto juga mengemukakan pendapatnya mengenai majalah. Kedudukan majalah dalam komunikasi massa (Miss Comunication) berada ditempat kedua setelah surat kabar. Pengertian majalah adalah segala penerbitan
yang
mengutamakan
pemberitaan,
periodesasi,
terbitnya
ditentukan, tapi pada umumnya sebuah majalah paling sering terbit seminggu sekali. Sifat aktualitasnya menentukan juga isinya, namun tidak sebatas hanya jangka 24 jam melainkan lebih lama penyajiannya di bikin agar tetap aktual.35 Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis ambil kesimpulan bahwa majalah adalah suatu alat media massa yang isinya berupa informasi dan lain sebagainya, yang terbitannya secara berkala, bisa mingguan, bulanan, dan lain sebagainya, dan pengkhususan isinya pun bisa dibedakan menjadi majalah berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, dan ilmu pengetahuan tertentu. Itulah yang disebut dengan majalah, selain itu majalah adalah publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel dari berbagai penulis, dan majalah juga lebih banyak berisi feature penyuluhan, artikel masalah, pendirian penulisnya, cerita kocak, laporan hasil penyelidikan, sajak dan jenis-jenis kesusastraan lainnya, seringkali disertai foto dan ilustrasi.
34
Harimurti Kridalaksana, Leksikan Komunikasi. (Jakarta: Penerbit Paramita, 1984) h 58 Djujuk Juyoto, Jurnalistik Praktis Sarana Penggrak Lapangan Kerja Raksasa, (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1685) h.21 35
1. Sejarah Media Cetak di Indonesia Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.36 Media cetak adalah berita-berita yang disiarkan melalui benda cetak.37 Menurut kurniawan Djunaedi media cetak ialah media yang terbit secara berkala, tapi bukan setiap hari. Media cetak itu harus bersampul dan dirancang secara khusus, selain itu media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu. Bentuknya harus berformat tabloid, atau saku, atau berformat konvensional sebagaimana format majalah yang kita kenal selama ini.38 Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media on-line (internet). Setiap media cetak memiliki karakteristik yang khas. Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Keberadaan surat kabar di Indonesia ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan. Serta zaman orde lama dan orde baru. 1. Zaman Belanda Pada tahun 1828 di Jakarta diterbitkan Javasche Courant yang isinya memuat berita-berita resmi pemerintahan. Di Surabaya (1835) terbit Soerabajasch Advertentiebland yang kemudian diganti namanya menjadi 36
Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) h. 103 37 Zaenuddin HM. The Journalist (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2007).h. 12 38 Kurniawan Djunaeddhi. Rahasia Dapur Majalah Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka umum, 1995).h. Xiii
Soerabajasch Niews en Advertentiebland dan De Semarangsche Courant. Pada masa ini semua penerbit terkena peraturan, setiap penerbitan tidak boleh diedarkan sebelum diperiksa oleh penguasa setempat (Soebagijo, 1977: 9-11). Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda terdapat 16 surat kabar berbahasa Belanda, dan 12 surat kabar berbahasa Melayu diantaranya adalah Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar, (terbit di Bogor), Selompret Melayu dan Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan surat kabar berbahasa Jawa Bromartani yang terbit di Solo. 2. Zaman Jepang Ketika Jepang datang, surat kabar yang ada di Indonesia diambil alih secara pelan-pelan, seperti kantor berita Antara yang diambil alih dan diteruskan oleh kantor berita Yashima. Tujuannya adalah agar pemerintah Jepang dapat memperketat pengawasan terhadap isi surat kabar. 3. Zaman Kemerdekaan Pada masa awal kemerdekaan,
Indonesia
pun melakukan
perlawanan dalam hal sabotase komunikasi. Surat kabar yang diterbitkan oleh bangsa Indonesia pada saat itu merupakan tandingan dari surat kabar yang diterbitkan pemerintah Jepang. Surat kabar Berita Indonesia yang diprakarsai oleh Eddie Soeraedi ikut melakukan propaganda agar rakyat datang pada rapat raksasa di lapangan Ikada Jakarta tanggal 19 September 1945. Surat kabar lainnya yang terbit dizaman kemerdekaan antara lain, Soeara Indonesia pimpinan Manai Sophian (Makassar), Pedoman Harian
yang berubah namanya menjadi Soera Merdeka (Bandung), Kedaulatan Rakjat (Bukittinggi), (Padang), Oetoesan Soematra (Padang). (Soebagijo, 1977: 49-66). 4. Zaman Orde Lama Setelah Presiden Soekarno mengumumkan dekrit kembali ke UUD 1954 tanggal 5 Juli 1959, terdapat larangan kegiatan politik, termasuk pers. Persyaratan mendapat SIT (Surat Izin Terbit) dan Surat Izin Cetak diperketat. Situasi seperti ini dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). PKI memanfaatkan para buruh untuk melakukan apa yang dinamakan slowdown strike, yakni mogok secara halus. Pada masa inilah sering terjadi polemik antara surat kabar yang pro PKI dan anti PKI. (Soebagijo, 1977: 95-130). 5. Zaman Orde Baru Sejalan dengan tampilnya orde baru, surat kabar yang tadinya dipaksakan
untuk
mempunyai
“gantolan”
(berafiliasi),
kembali
mendapatkan kepribadiannya. Pertumbuhan pers yang marak di satu pihak cukup menggembirakan, tapi dilain pihak perlu diwaspadai. Pemerintah memberikan ganjaran berupa pencabutan Surat Izin Terbit dan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), seperti Sinar Harapan, tabloid Monitor dan Detik, majalah Tempo dan Editor. 6. Zaman Reformasi Kejatuhan Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 silam membawa aura baru di dunia pers. Berakhirnya Orde Baru mengalirkan kebebasan berekspresi melalui media atau kebebasan pers. Pada masa pasca
reformasi, SIUPP akhirnya dihapuskan. Sejak saat itu jumlah penerbitan pers di Indonesia membengkak drastis.39 Dalam empat fungsi media massa (informasi, edukasi, hiburan dan persuasif), fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingintahuan akan setiap peristiwa yang akan terjadi di sekitarnya. Namun demikian, fungsi hiburan surat kabar tidak terabaikan karena tersedianya rubrik artikel ringan, feature (laporan perjalanan, laporan tentang profil seseorang yang unik), dan lain sebagainya. Seorang komunikator harus memahami terlebih dahulu kelebihan dan kekurangan media tersebut. Dengan kata kata lain komunikator harus mengetahui secara tepat karakteristik
media massa yang akan
digunakannya. Karakteristik surat kabar sebagai media massa mencakup: publisitas, periodesitas, universalitas, aktualitas, dan terdokumentasikan. a. Publisitas Publisitas atau publicity adalah penyebaran pada publik atau khalayak (Effendy, 1981:98). Salah satu karakteristik komunikasi adalah pesan dapat diterima oleh sebanyak-banyaknya khalayak yang tersebar di berbagai tempat, karena pesan tersebut penting dan menraik bagi khalayak. Dengan demikian semua aktivitas yang menyangkut kepentingan umum atau menarik untuk umum adalah layak untuk disebarluaskan.
39
Elvinaro Ardianto, dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) h. 103-110
b. Periodesitas Periodesitas menunjukkan pada keteraturan terbitnya, bisa harian, mingguan, atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting dimiliki media massa, khususnya surat kabar. Setiap hari manusia selalu membutuhkan informasi. Disekililing kita banyak sekali fakta serta peristiwa yang dapat dijadikan berita dalam surat kabar. Selama ada kehidupan, selama itu pula surat kabar terbit. c. Universalitas Universalitas menunjukkan pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia. Dengan demikian isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama, pendidikan, keamanan dan lain-lain. Selain itu, lingkup kegiatannya bersifat lokal, regional, nasional, bahkan internasional. d. Aktualitas Aktualitas, menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya” (Effendy, 1981:99). Kedua istilah tersebut erat kaitannya dengan berita, karena definisi berita adalah laporan tercepat mengenai fakta-fakta atau opini yang penting atau menarik minat. Laporan tercepat menunjuk pada “kekinian” atau terbaru. Fakta dan peristiwa penting atau menarik tiap hari berganti dan perlu untuk dilaporkan. Hal ini dilakukan oleh surat kabar, karena surat kabar sebagian besar memuat berbagai jenis berita.
e. Terdokumentasikan Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping. Surat kabar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Jika dilihat dari ruang lingkupnya, maka kategorisasinya adalah surat kabar lokal, regional dan nasional. Ditinjau dari bentuknya, ada bentuk surat kabar biasa dan tabloid, sedangkan jika dilihat dari bahasa yang digunakan, ada surat kabar yang berbahasa daerah, bahasa Inggris, dan bahasa daerah.40
2. Sejarah Majalah di Indonesia Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negaranegara Eropa dan Amerika.41 Edisi perdana majalah yang diluncurkan di Amerika pada pertengahan 1930-an memperoleh kesuksesan besar, majalah telah membuat segmentasi pasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam dunia media massa cetak di Amerika.42 Sejarah keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai menjelang dan pada awal kemerdekaan Indonesia. Di Jakarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan
40
Ibid, h. 111-114 Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) h. 116 42 Ibid. h. 114 41
Markoem Djojohadisoeparto (MD) dengan prakata dari Ki Hajar Dewantoro selaku menteri Pendidikan Pertama RI. Selain ini masih banyak majalahmajalah lain yang terbit di Indonesia. Selain itu sejarah majalah yang ada di Indonesia di bagi menjadi empat periode, yaitu: 1. Awal Kemerdekaan Soemanang, SH. yang menerbitkan majalah Revue Indonesia, dalam salah satu edisinya yang pernah mengemukakan gagasan perlunya koodinasi penerbitan surat kabar yang jumlahnya sudah mencapai ratusan. Semuanya terbit dengan satu tujuan, yakni menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan semangat perlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakkan kedaulatan rakyat. 2. Zaman Orde Lama Seperti halnya nasib surat kabar pada orde lama, nasib majalahpun tidak kalah tragisnya di saat Peperti (Penguasa perang Tertinggi) mengeluarkan pedoman resmi untuk penerbit surat kabar dan majalah di seluruh Indonesia. Pedoman yang intinya adalah surat kabar dan majalah wajib menjadi pendukung, pembela dan alat penyebar “Manifesto Politik” yang pada saat itu menjadi haluan negara dan program pemerintah.43 3.
Zaman Orde Baru Awal orde baru (1966) banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya, salah satunya adalah majalah sastra Horison pimpinan
43
Ibid. h. 118-119
Mochtar Lubis. Selnjutnya antara kurun waktu tahun 1971 sampai 1980 majalah tumbuh seperti jamur. Hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang makin baik, serta tingkat pendidikan masyarakat yang makin maju. 4. Zaman Reformasi Tidak diperlukannya lagi Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) di zaman reformasi, membuat berbagai pihak menerbitkan majalah baru yang sesuai dengan tuntutan pasar. Majalah mempunyai beberapa fungsi, diantaranya: Majalah berita seperti Gatra lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita dewasa Femina, meskipun isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian Trubus fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangakan fungsi berikutnya memberikan informasi.44 Majalah merupakan media yang paling simple organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal banyak. Majalah juga dapat diterbitkan oleh setiap kelompok masyarakat, dimana mereka dapat dengan leluasa dan luwes menentukan bentuk, jenis dan sasaran khalayaknya. Meskipun sama-sama sebagai media cetak,
44
Ibid, h. 120
majalah tetap dapat dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu: a. Penyajian lebih dalam Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan, selebihnya dwi mingguan, bahkan bulanan (1x sebulan). Majalah berita biasanya terbit mingguan, sehingga para reporternya punya waktu yang cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga mempunyai waktu yang leluasa untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut, sehingga penyajian berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih dalam. Berita-berita dalam majalah disajikan lebih lengkap, karena di bubuhi latar belakang peristiwa. Unsur why dikemukakan secara lengkap. Peristiwanya atau proses terjadinya peristiwa (unsure how) dikemukakan secara kronologis. b. Nilai aktualitas lebih lama Apabila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka nilai aktualitas ,majalah bisa satu minggu. Sebagai contoh, kita akan menganggap usang surat kabar kemarin atau dua hari yang lalu bila kita baca saat ini. Akan tetapi kita tidak pernah menganggap usang majalah yang terbit dua atau tiga hari yang lalu. c. Gambar/foto lebih banyak Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar/foto yang lengkap dengan ukuran besar dan kadang-kadang
berwarna serta kualitas kertas yang digunakan lebih baik. Majalah mode dan majalah hiburan, dalam setiap edisi menampilkan foto para selebritas
(orang-orang
terkenal),
yang
dapat
dikoleksi
oleh
pembacanya karena kualitas kertasnya yang sangat baik. Daya tarik foto sangat besar bagi pembacanya, karena itu promosi majalah edisi terbaru sering kali menonjolkan foto. d. Kover sebagai daya tarik Disamping foto, kover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik tersendiri. Kover adalah ibarat pakaian. Kover majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik. Menarik tidaknya kover suatu majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta konsistensi atau keajegan majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya.45 Pesan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: perintah, nasehat, permintaan, amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada orang lain. Bahwa pesannya memiliki ciri sebagai berikut: 1. Berlangsung satu arah Berbeda
dengan
komunikasi
antar
personal
yang
berlangsung dua arah (two way communication). Komunikasi massa berlangsung satu arah (one way communication). Ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan kata lain wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui
45
Ibid. h. 121-122
tanggapan para pembaca terhadap pesan atau berita yang disampaikan. 2. Pesan bersifat umum Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (Publik) karena ditujukan untuk umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak hanya ditujukan kepada perorangan atau kepada sekelompok orang tertentu. 3. Menimbulkan keserempakan Pesan yang disampaikan kepada khalayak memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan dalam menerima pesan-pesan yang disampaikan. Surat
kabar
ataupun
majalah
sama-sama
memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Salah satu kelebihan majalah adalah: majalah menyajikan informasi yang tidak hanya menjawab secara lengkap pertanyaan 5W+1H, tetapi juga secara tuntas dengan bahasan dari berbagai sisi, dicetak dengan kertas yang menarik dan berkualitas, sehingga mampu menampilkan gambar-gambar yang lebih menarik, publiknya khusus, bisa disimpan dalam waktu yang lama sebagai bahan referensi. Sedangkan kelemahan dari majalah adalah: pesan tidak bisa segera diperoleh publik, harganya relatif mahal, biaya produksinya lebih mahal dari surat kabar.46
46
Diah Wardhani, Media Relation, Sarana Membangun Reputasi Organisasi. (Jakarta: Graham Ilmu, 2008) h. 30-31
Dari definisi pembaca di atas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa pengertian pembaca adalah orang yang membaca dan menyimak dari sebuah isi dan suatu tulisan, sehingga ia dapat memahaminya. Animo masyarakat dalam hal membaca sangatlah tinggi, hal ini dapat dibuktikan banyaknya masyarakat yang membaca koran di pagi hari setiap harinya, dan para remaja yang membaca majalah di setiap minggu atau bulannya. Salah satu dari majalah remaja yang sering dibaca adalah majalah Kawanku. Majalah yang menarik perhatian remaja ini, khususnya remaja putri sangat di gemari karena isi dari majalah sangatlah menarik.
BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH KAWANKU
A. Majalah Kawanku Majalah Kawanku adalah majalah hiburan yang mengkhususkan dirinya untuk dikonsumsi remaja. Pembaca majalah Kawanku berusia berkisar 13-18 tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan pembacanya ada juga yang berusia diatas usia tersebut. Majalah Kawanku sebagai salah satu media massa yang memiliki beberapa fungsi dasar media massa pada umumnya (McQuail, 1987: 70), yaitu: 1. Pengawas Lingkungan Fungsi pertama dari majalah Kawanku adalah sebagai pengawas lingkungan yang berhubungan dengannya, yaitu para remaja. Fungsi ini memungkinkan majalah Kawanku dapat mengarahkan para pembacanya untuk menjadikan kualitas hidup yang lebih baik. 2. Pertalian (korelasi) bagian-bagian masyarakat dalam memberikan respons terhadap lingkungannya. Fungsi kedua ini mempunyai tujuan untuk menjelaskan, menafsirkan, dan memberikan komentar tentang makna dari peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar remaja sebagai pembaca majalah Kawanku. 3. Kesinambungan Fungsi kesinambungan yang dimaksud dalam hal ini adalah media massa. Majalah Kawanku, memaparkan mengenai budaya dominan yang mengakui keberadaan budaya
khusus (subculture),
yaitu budaya
pembacanya (budaya anak muda/youth culture atau bisa disebut juga dengan populer /pop culture dan perkembangannya. Media massa juga berusaha meningkatkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, dalam pengertian tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu. 4. Hiburan Fungsi yang terakhir ini, membuat majalah Kawanku memberikan hiburan sebagai sarana relaksasi untuk diri sendiri akibat dari masalah sehari-hari yang dialami sendiri oleh pembacanya.
B. Sejarah Majalah Kawanku Majalah Kawanku saat ini diterbitkan oleh PT Primamedia Kawanku dan
dicetak
oleh
PT
Gramedia
SIUPP
yang
dimiliki
bernomor
123/SK/Menpen/C.1/1986 pada tanggal 31 Maret 1986. Majalah Kawanku berdiri pada tanggal 5 Agustus 1970 dibawah naungan Yayasan Kawanku dengan nama majalah Anak-Anak Kawanku. Sasaran pembacanya berusia 6 sampai 12 tahun. Motto yang dipakai adalah “Meningkatkan Akal Budi dan Daya Cipta”. Saat itu majalah tersebut dipimpin oleh Toha Mohtar sebagai pemimpin redaksinya, yang juga diperkuat oleh para pengarang cerita anak ternama pada saat itu. Para pengarang tersebut antara lain: Julius R. Siyaranami, Susilo Murti, dan Toha Mohtar. Majalah ini mencapai kesuksesannya pada tahun 1970-an. Salah satu sebab kesuksesannya adalah karena memuat cerita-cerita
yang dibuat oleh para pengarang bertaraf internasional seperti Tolstoy, Victor Hugo, dan Mark Twain. Kesuksesan majalah anak tersebut tidaklah bertahan lama disebabkan karena kalah bersaing dengan majalah-majalah anak lainnya seperti Bobo,dan Ananda. Pada tanggal 16 Juli 1990-an, majalah ini bergabung dengan Gramedia. Pada saat itu Gramedia sudah memiliki majalah anak sendiri yaitu majalah Bobo, Kawanku mengubah segmennya dari anak-anak ke ABG (Anan Baru Gede) yang usianya berkisar mencapai 13-18 tahun, pada saat itu Motto yang digunakan adalah “STILL (Sudah Tidak Ingusan Lagi)”. Kawanku memiliki sebutan khusus untuk para pembacanya, yakni girls (gadis) atau gals (kawan), (sebutan khusus ini tidak dimiliki oleh majalah lain sejenis, seperti Gadis). Permasalahan yang dialami majalah Kawanku tidak berhenti sampai disini. Pihak periklanan majalah ini mengalami kesulitan perekrutan iklan. Para pihak produsen iklan menganggap majalah tersebut tidak memiliki kejelasan segmen jenis kelamin sehingga hal ini memiliki resiko terhadap iklan yang mereka muat. Akhirnya pada tanggal 10 Juli 1995, malajah Kawanku merubah segmennya menjadi majalah khusus untuk remaja wanita dengan memiliki motto yang baru, yaitu “paling tau yang cewek mau”.
C. Visi dan Misi Majalah Kawanku Visi Kawanku adalah membuat remaja perempuan Indonesia yang berusia sekitar 13-18 tahun menjadi lebih mandiri, tegar, cerdas dan pintar, memiliki sikap, memiliki rasa humor, kreatif, ambisius dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Selain itu Kawanku juga mempunyai harapan pada
remaja, karena pada dekade yang akan datang (tahun 2010 +) kondisi yang ada akan menuntut; standar tinggi, informasi tanpa batas, perubahan akan terjadi sangat cepat dan terus menerus dan melahirkan sikap komunal. Untuk itulah remaja (usia 15 tahun) harus bersikap antisipatif terhadap perubahan. Sedangkan Misinya adalah mendidik remaja perempuan Indonesia yang berusia 13 tahun agar dapat menjadi perempuan yang mandiri, tegar, cerdas dan pintar memiliki sikap, memiliki rasa humor, kreatif, ambuisius dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hingga akhirnya dapat bertahan dalam hidup.
D. Rubrikasi Majalah Kawanku Kawanku berusaha terus untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pembacanya. Sebagai majalah remaja, Kawanku tampil dengan gaya dan tulisan berbeda dan dengan menggunakan bahasa gaul. Untuk itulah rubrikasi yang terdapat pada majalah Kawanku selalu mengalami perubahan ide dan tema untuk memenuhi keinginan para pembacanya. Berikut ini rubrikasi yang terdpat pada majalah Kawanku. 1. Chit chat Surat-surat kiriman pembaca 2. News n Gosip Gosip dan berita terbaru dari selebritis 3. Did you know Artikel yang berhubungan dengan IPTEK yang harus diketahui oleh para remaja.
4.
Mode Misc Menapilkan barang-barang/pernak-pernik/aksesoris yang baru keluar
5. Beauty Misc Menampilkan produk-produk baru untuk bisa lebih mempercantik diri. 6. Street Style Menampilkan model-model pakaian yang dipakai di luar negeri yang ternyata bisa dipakai di dalam negeri juga (Indonesia) 7. Celebrity Style Menampilkan gaya pakaian artis luar negeri 8. Mix n Match Panduan
bagi
pembaca
bagaimana
cara
memadu-padakan
atau
menkombinasikan pakaian. 9. Dating Rules Artikel psikologis tentang hubungan cewek-cowok 10. The Net Informasi yang berhubungan dengan internet 11. His Diary Mengungkapkan keseharian seorang cowok 12. Quiz Box Quiz psikologi untuk mengukur sesuatu yang ada pada diri kita 13. Cover Story Artikel yang berhubungan dengan cover (sampul) majalah Kawanku. Isinya bisa tentang profil model, ataupun tentang suasana/kejadian pada saat pemotretan berlangsung.
14. New Entry Profil tentang musisi dan penyanyi yang bru merilis album pertama 15. Fashion Style Artikel yang berisi tulisan dan foto-foto yang sedang tren pada saat ini 16. Your Beauty Artikel yang berhubungan dengan kecantikan 17. Help Me Konsultasi psikologi 18. Teen Health Konsultasi pembaca yang berhubungan dengan kesehatan 19. Short Story Artikel yang berisikan cerpen 20. Tips n Trick Artikel yang berisikan tentang tips 21. Pin Up Poster artis orang terkenal, baik dari luar begeri maupun dari dalam negeri 22. Celebrity Profile Profil artis orang terkenal 23. Better Me Artikel yang berisikan tentang memperbaiki hidup untuk menjadi yang lebih baik 24. Brand New Artikel
profil
tentang
terkenal/pendatang baru
tokoh
(aktor/aktris/model)
yang
belum
25. On Tv Artikel dan informasi yang berhubungan dengan acara-acara televisi 26. Music Talk Artikel tentang musik, musisi dan penyanyi 27. Movie Talk Artikel dan informasi tentang film yang sedang dan akan diputar di bioskop 28. Boys Stuff Mengungkapkan apa yang ada dipikiran cowok tentang suatu hal 29. Beauty Stuff Mengungkapkan apa yang ada dibalik kecantikan dari seorang wanita 30. Juke Box Teks lagu dan chord-nya yang sering diputar radio 31. New Flash Kilasan berita-berita terbaru 32. Music Review Artikel yang berisikan tentang musik terbaru 33. Movie Review Artikel tentang film terbaru yang akan segera tayang di bioskop 34. Book Review Artikel yang berisikan tentang buku-buku terbaru 35. Zodiac Ramalan menurut zodiak
36. Shooping List Daftar nama-nama tempat belanja 37. Techno News Artikel yang memberitahukan tentang teknologi terbaru 38. Goodie Bag Informasi aksesoris yang sedang tren pada saat ini
E. Srtuktur Redaksi Majalah Kawanku Manajemen: Pemimpin Umum
: Asmara Nababan
Editor At Large
: Reda Gaudiamo
Promotion
: Mieke Dilyana Bhakti : Tessha Adriani : Hesti Rahma Pratiwi
Advertising
: Prisanty Hardick : Sandra Muchlis : Lolita : Yustinus Wahyudi
Circulation & Distribution
: Dwi Susila Wardana
Alamat Advertising Gedung Gramdia Majalah 1st
Floor, Jl. Panjang No. 8A, Kebon Jeruk,
Jakarta 11530. Ph:+6221 533 0150/70 ext. 32046-32047 F:+6221 533 0188 E:
[email protected]
Alamat Promotion Bumi Daya Plaza 14th Floor, Jl. Imam Bonjol No. 61, Jakarta 10310. Ph:+6221 398 37 420 ext. 2402-2403 F:+6221 398 34 121 E:
[email protected]
Redaksi: Editor In Chief
: Candrasari Widanarko
Managing Editor
: Trinzi Mulamawitri
Editors
: Sumartini : Alvyn Dwipayana
Editorial Staffs
: Muti Siahaan : Fitri H : Theresia Widiningtyas : Lala Amalia : Ruth Davina : Ian Rusdianto : Anggita Septia Pradipta
Art Director
: Marieska
Graphic Designers
: Ruhry M. Setyarini : Melati Puspa Indah
Layouter
: Karsum Setiawan
Photographers
: Hendra Niswar (Editor) : Herman Harsoyo : Rynol Sarmond
: St. Sandy I. Mahendra : Yuda Gunawan : Anbia Sinqof Documentation Staff
: Juliana Widiastuti
Editorial Secretary
: Rita Endang S
Chief Editor
Managing Editor Secretariat & Rumah Tangga Graphic
Art Designer Director
Graphic Designer
Ilustrator Layouter
Reporter
Dokumentasi
Editor Fashion
Reporter
Editor
Entertainment & Sports Reporter
Editor
Psychology & Fiction
Reporter
Alamat Circulation & Distribution Gedung Gramdia Majalah 1st Floor, Jl. Panjang No. 8A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530. Ph:+6221 533 0150/70 ext. 32102-32111 F:+6221 532 0480 E:
[email protected] Office Ph:+6221 398 37 420 ext. 2999 F:+6221 398 34 12 E:
[email protected]
F. Sekilas Tentang Rubrik Fashion Style Didalam rubrik fashion style majalah Kawanku terdapat lima pembahasan, dan tema-tema tersebut adalah tema tetap dalam rubrik ini, lima bagian pembahasan tema tersebut adalah: beauty misc, street style, goodie bag, your beauty, dan fashion style termasuk elemen utama di dalam majalah Kawanku, karena majalah Kawanku adalah majalah remaja yang para pembacanya berusia sekitar 13-18 tahun, maka pembahasan yang diutamakan selain did you know, zodiac,Techo news,Mix n Match, cerpen dan lain sebagainya adalah fashion style, karena fashion style tidak bisa lepas dari kehidupan manusia terutama pada kalangan remaja khususnya putri. Karena remaja putri memang sangat (up date) mengenai fashion style yang sedang tren sekarang ini. Majalah memang tidak bisa lepas dari dunia fashion style terutama pada majalah Kawanku. Majalah Kawanku membahas dan menampilkan
model-model pakaian remaja yang terbaru (up to date), karena majalah yang memuat tentang rubrik fashion style bisa menjadi panduan dan info bagi remaja untuk bisa melihat dan mengetahui pakaian yang sedang tren pada saat ini. Majalah ini bertujuan untuk selalu memberikan informasi terbaru tentang pakaian yang sedang tren pada saat ini. Ide dalam rubrik fashion style ini merupakan hasil dari ide kreatif dari redaktur mode fashion style itu sendiri. Rubrik fashion style juga bekerjasama dengan butik dan distro yang menjual pakaian-pakaian anak muda zaman sekarang.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini penulis akan memberikan hasil penelitian dari masalah pokok yang diambil untuk bahan penelitian. Penelitian menggunakan teori Roland Barthes yang mengemukakan tentang dua sistem pemaknaan tanda: denotasi dan konotasi. Denotasi merupakan tingkat makna lapisan pertama yang deskriptif dan literal serta dipahami oleh hampir semua anggota suatu kebudayaan tertentu tanpa harus melakukan penafsiran terhadap tanda denotatif tersebut. Pola tingkat makna lapisan kedua, yakni konotasi, makna tercipta dengan cara menghubungkan petanda-petanda dengan aspek kebudayaan yang lebih luas, keyakinan-keyakinan, sikap, kerangka kerja, dan ideologi-ideologi suatu formasi sosial tertentu. Untuk itulah penulis ingin mengetahui secara lebih dalam lagi tentang makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat pada sebuah foto fashion style yang ada pada majalah Kawanku, dan penulis menjadikan objek penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
A. Analisis Data Foto 1
Model cantik yang bernama Sissy, yang diambil dari Kawanku Modelling and Entertainment Class melakukan pemotretan foto fashion style yang dilakukan di dalam studio kawanku. Pada foto ini model memakai pakaian dan aksesoris yang bertemakan musim. Model pakaian yang dipakai adalah pakaian musim semi. 1. Makna Denotasi Data 1. terdapat pada majalah Kawanku edisi No.33-2008, yang diterbitkan pada tangal 5-19 November 2008. Makna denotasi yang terdapat pada data 1, yaitu: -
Pada sebelah kanan foto terdapat tulisan fall season is coming!. Meski negara kita engga punya empat musim, bukan berarti kita engga bisa ikutan ‘gaya akhir tahun inikan?.
-
Pada sebelah kiri foto terdapat seorang model yang sedang berpose dengan menggunakan loose blouse, celana 7/8 yang berwarna hitam, syal yang berwarna merah dan hitam dan bangels. Pakaian yang dipakai oleh model adalah pakaian yang dipakai untuk musim semi.
Analisis Tulisan ini mengartikan bahwa perubahan musim akan datang, dan maksud dari tulisan yang satu lagi, yaitu meskipun negara kita hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim kemarau dan musim hujan, bukan berarti kita tidak bisa mengikuti model pakaian yang sedang
tren pada saat ini. Maksud dari tulisan ini adalah membebaskan kita untuk bergaya dan berekspresi dengan pakaian.
2. Makna Konotasi Makna konotasi dalam data 1, yaitu: -
Tulisan “fall season is coming” dengan ukuran huruf yang agak sedikit besar dan dengan dua warna yang berbeda. Pada tulisan fall season menggunakan warna putih dan dengan menggunakan ukuran huruf yang agak sedikit besar, dan tulisan is coming menggunakan warna merah dengan ukuran huruf yang agak kecil.
Analisis Ini memberitahukan pada kita khususnya pada remaja putri, bahwa pakaian yang dipakai pada saat musim semi ini yang biasa terjadi diluar negeri, ternyata model pakaian tersebut bisa juga dipakai di negara kita, dengan tetap mengikuti pakaian budaya kita sendiri dan ditambahkan dengan beberapa aksesoris agar tetap terlihat gaya. 3. Mitos Mitos dari foto fashion style yang bertemakan empat musim ini mengandung arti bahwa musim semi memang tidak akan pernah datang ke negara kita, tetapi model pakaian tersebut bisa kita pakai dan kita dapat bergaya dengan model pakaian musim semi di negara kita sendiri. Analisis Pakaian musim semi yang asalnya dari luar negeri, ternyata dapat dipakai di Indonesia dengan menambahkan berbagai macam aksesoris,
dan pakaian tersebut sudah di modifikasi sedemikian rupa, sehingga pakaian yang kita pakai bisa terlihat lebih baru.
B. Analisis Data Foto 2
Model cantik yang bernama Oline, yang difoto dengan baju dan aksesoris yang dipakai pada saat musim dingin, dan dengan menggendong sebuah boneka. Foto ini dilakukan di Pure Milk FX Plaza lt. 04 No. 20A. Back ground foto terlihat ramai dengan gambar boneka dan dipadupadakan dengan variasi warna, menjadikan foto ini menjadi lebih terlihat ramai.
1. Makna Denotasi Data 2. terdapat pada majalah Kawanku edisi No.33-2008, yang diterbitkan pada tangal 5-19 November 2008. Lokasi foto : Pure Milk FX Plaza lt. 04 No. 20A (021) 2358-0850 Makna denotasi pada foto 2, adalah: -
Background foto ini adalah sebuah dinding dengan warna yang bercorak hitam putih dengan gambar boneka yang bertuliskan pmk. Disebelah kanan foto terdapat tulisan GET YOUR NEW SEASON FASHION FIX dengan huruf yang berukuran agak sedikit besar dan dengan warna yang berbeda. Dibawahnya masih ada tulisan yang berbunyi “Masih seputar tren pergantian musim yang bisa kita pakai sampai akhir tahun, nih. Get warm and….,let’s go shopping!. Tulisan
ini menggunakan huruf yang standar, dan tulisan ini berwarna merah muda. -
Pada sebelah kiri foto terdapat gambar seorang model cantik yang memakai baju vest parasut, grey t-shirt, yellow shirt, dan menggunakan aksesoris seperti kalung kaca mata dan shoes yang berwarna pink. Selain itu pada tangan sebelah kanan, model memegang sebuah boneka yang berwarna merah muda.
Analisis -
Maksud dari tulisan ini adalah kita bisa mendapatkan pakaian model terbaru pada saat pergantian musim nanti, dan pakaian yang dipakai model ini adalah pakaian yang cocok dipakai pada saat musim dingin tiba.
2. Makna Konotasi -
Makna konotasi dari data 2 yaitu tulisan dengan huruf yang besar dan dengan warna yang berbeda-beda menambah berbagai macam corak warna pada pemotretan fashion style kali ini. Tulisan yang dituliskan dengan huruf yang besar itu adalah GET YOUR NEW SEASON FASHION FIX,
-
Sedangkan tulisan yang kedua berbunyi “Masih seputar tren pergantian musim yang bisa kita pakai sampai akhir tahun, nih. Get warm and….,let’s go shopping!.
Analisis -
Maksud dari tulisan yang pertama ini adalah kita bisa mendapatkan pakaian model terbaru pada saat pergantian musim nanti. Sedangakan
maksud dari tulisan yang kedua adalah mengartikan kita bisa segera berbelanja dan memakai pakaian yang bertemakan musim ini. -
Gambar pada foto ke-2 terlalu meperlihatkan aurat seorang perempuan, tetapi bukan menjadi sebuah penghalang bagi remaja putri, khususnya para pecinta fashion style, kita tetap bisa mengikuti mode fashion style tersebut dengan tetap menggunakan pakaian yang sopan yang menutupi aurat kita. Dalam foto tersebut terlihat sang model memakai celana yang sangat pendek, dan kita bisa menggantinya dengan menggunakan celana panjang, dan ditambahkan lagi dengan memakai jaket yang tebal yang berlengan panjang, agar aurat kita tidak terlihat dengan orang lain. Dengan begitu kita masih tetap bergaya kan.
3. Mitos Mitos dari foto fashion style yang bertemakan empat musim ini mengandung arti bahwa musim semi dan musim dingin/salju memang tidak akan pernah datang kenegara kita, tetapi model pakaian tersebut bisa datang kenegara kita dan kita dapat bergaya sesuka hati dengan memakai pakaian musim semi dan musim dingin/salju di negara kita sendiri. Analisis Kita tahu bahwa pakaian model tersebut hanya terdapat di luar negeri, tetapi pakaian tersebut dapat dipakai para remaja putri pecinta fashion style yang ada di Indonesia dengan mengkondisikan cuaca yang ada di Indonesia, dan tetap mengikuti cara berpakaian budaya timur.
C. Analisis Data Foto 3.
Model cantik yang bernama Wenni yang difoto dengan menggunakan pakaian etnik yang bercirikan orang Indian serta aksesoris yang masih berbau Indian. Pemotretan atau pengambilan gambar ini dilakukan di Play Ground at Entertainment District level 3a East Mall at Grand Indonesia Shoppng Town. Back Ground belakang foto menyerupai taman kecil yang ada sedikit ilalangnya.
1. Makna Denotasi Data 3. terdapat pada majalah Kawanku edisi No.34-2008, yang diterbitkan pada tangal 19 November-03 Desember 2008. Lokasi foto: Play Ground at Entertainment District level 3a East Mall at Grand Indonesia Shoppng Town Makna denotasi pada foto 3, adalah: -
Back Ground pada pemotretan ini adalah sebuah taman kecil yang berdindingkan tanpa cat, serta ada batu-batu yang besar yang bisa dijadikan tempat duduk, dan ada sedikit rumput serta ilalang yang memberikan suasana pemotretan bisa menjadi lebih hidup.
-
Pada sebelah kiri dan kanan foto terdapat sebuh tulisan, dengan huruf yang berbeda. Sebelah kiri foto terdapat tulisan MOHO MOMENT dengan ukuran huruf yang berbeda. Ukuran tulisan huruf MOHO lebih besar dibandingkan dengan ukuran huruf MOMENT, selain itu
warnanya pun juga berbeda. Tulisan MOHO berwarna kuning sedangkan tulisan MOMENT berwarna putih. -
Pada sebelah kanan foto terlihat seorang model cantik yang memakai ethnic dress, kalung bulu, red head band, leather bag, gelang kayu, dan gelang warna. Selain itu tangan sebelah kanan menyentuh sedikit ilalang yang ada disebelahnya, dan tangan sebelah kirinya memegang tas yang dipakai pada bahu sebelah kirinya.
Analsis -
Back Ground foto yang bersuasanakan hutan kecil ditambahkan dengan warna baju dan tas yang dipakai oleh model sangat senada, dan inilah yang membuat model pakaian ini terlihat lebih modis tetapi tidak meninggalkan etnik serta ciri khas dari pakaian itu sendiri.
2. Makna Konotasi -
Makna konotasi dari data 3, adalah tulisan dari MOHO MOMENT, dengan ukuran dan warna yang bebeda.
-
Pada sebelah kanan foto terdapat tulisan yang berbunyi “Kalau kita sudah akrab dengan bohomeian look, sekarang saatnya mencoba trend moho, bohemian modern yang siap ngasih penampilan baru buat kita”. Ukuran dari tulisan ini menggunakan huruf yang standar dan tulisan ini berwarna putih.
Analisis -
Bisa kita artikan bahwa ini adalah waktu yang pas/tepat untuk memakai pakaian ala moho bohemian, yang seperti kita ketahui pakaian ini masih mempunyai ciri khas orang Indian, tetapi pakaian ini
sudah dimodifikasi atau diperbaharui dengan sedemikian rupa sehingga hasilnya tampak lebih bagus, modis dan tampak lebih tren, jika dipakai pada awal tahun 2009. Sedangkan tulisan yang satunya lagi, mempunyai arti, untuk mengajak kita remaja putri yang masih mengingat pakian dengan ciri orang Indian untuk memakai pakaian itu lagi dengan tampilan yang lebih baru dan lebih modis lagi dan pantas untuk dipakai oleh remaja putri…
3. Mitos Mitos dari foto fashion style yang bertemakan Moho Bohemian ini masih mempunyai ciri dari pakaian orang Indian yang masih sangat unik dan sangat terlihat etnik, dan kini pakaian tersebut bisa dipakai kembali dengan gaya dan tren yang lebih baru lagi. Analisis Dengan perkembangan zaman, pakaian yang dahulu masih terlihat tradisional kini bisa dilihat menjadi lebih gaya dan tren dengan ditambahkan sentuhan-sentuhan baru pada pakaian tersebut tanpa harus menghilangkan keunikan, ke etnikan serta ketradisionalan dari pakaian tersebut. Foto fashion style tersebut mengajak para remaja putri untuk memakai kembali pakaian Bohemian yang merupakan pakaian dari orang indian.
D. Analisis Data 4.
Model cantik bernama Tika ini melakukan pemotretan di studio Kawanku. Tika di foto dengan menggunakan pakaian yang hanya mempunyai dua warna, yaitu hitam dan putih, dengan rambut kribonya serta aksesoris yang dipakainya. Model pakaian semacam ini dipakai pada zaman dahulu, bisa dibilang model warna pakaian semacam ini sudah ada sejak zaman batu (flinstone).
1. Makna Denotasi Data 4. terdapat pada majalah Kawanku edisi No.34-2008, yang diterbitkan pada tangal 19-03 Desember 2008. Lokasi foto: Studio Kawanku Makna denotasi pada foto 4, adalah: -
Back Ground foto ini di dominasi dengan warna putih, dan dengan model yang berpose duduk dengan kaki diluruskan serta dengan memakai pakaian yang berwarna hitam dan putih. Selain itu terdapat juga tulisan “monochromatheque” dan tulisan lain yang berbunyi “Rasakan dahsyatnya paduan warna yang engga pernah mati ini. Hitam dan putih. Efeknya? Hmmm…, bisa bikin ketagihan.
-
Pada foto ini model memakai pakaian blouse, clutch, anting, dan skirt. Segala sesuatu yang dipakai oleh model cantik ini berwarna hitam dan putih, dan hal ini bisa lebih mempertegas pesan dari foto tersebut.
Analisis Maksud dari tulisan “monochromatheque” adalah dua warna yang suka berkombinasi, yaitu warna hitam dan putih yang dari zaman dahulu tetap ngetren sampai sekarang, ditambah lagi dengan background yang di
dominasi
dengan
warna
putih,
hal
ini
membuat
“monochromatheque” menjadi lebih kuat.
2. Makna Konotasi Makna konotasi pada data 4, adalah kita dapat mengartikan dari tulisan “monochromatheque”, yaitu pakaian yang hanya memadukan dua warna, hitam dan putih. Selain itu kita juga dapat mengartikan tulisan yang selanjutnya berbunyi “Rasakan dahsyatnya paduan warna yang engga pernah mati ini. Hitam dan putih. Efeknya? Hmmm…, bisa bikin ketagihan”. Analisis Arti dari tulisan ini adalah memberitahukan kepada kita para remaja ABG bahwa warna hitam dan putih itu sejak dari zaman dahulu sampai sekarang tidak pernah mati, justru menambah meriah warna tren mode fashion style pada tahun ini. Karena fashion style yang akan keluar pada tahun 2009 akan mengulang kembali warna dan mode yang telah populer pada zaman dahulu. 3. Mitos Mitos dari foto fashion style yang bisa dibilang bertemakan flinstone ini masih menjadi pusat perhatian dikalangan remaja yang masih ABG. Walaupun warna hitam dan putih bisa di bilang warna yang kuno atau
ketinggalan zaman, tapi warna ini masih tetap digemari oleh semua orang termasuk para remaja zaman sekarang. Dengan sentuhan dan kombinasi yang baru, warna hitam dan putih ini kembali menjadi tren pada tahun 2009 yang akan datang. Analisis Warna model pakaian semacam ini sudah pernah tren pada tahun 60an, tapi sekarang kembali lagi dengan modifikasi yang lebih ngetren, agar bisa dipakai oleh semua remaja putri, khususnya para pecinta fashion style.
D. Data Analisis 5.
Model cantik yang bernama Dayana ini berfoto fashion style dengan menggunakan pakaian pada tahun 97-an. Pengambilan gambar ini dilakukan di XKTV, Senayan City Lower Ground #06. Jl. Asia Afrika lot19, Jakarta Pusat, (021) 7278-1536. Pose fotonya, tangan kanan model terlihat sedang melakukan hormat. 1. Makna Denotasi Data 5. terdapat pada majalah Kawanku edisi No.35-2008, yang diterbitkan pada tangal 03-17 Desember 2008. Lokasi foto: XKTV, Senayan City Lower Ground #06. Jl. Asia Afrika lot19, Jakarta Pusat, (021) 7278-1536 Makna denotasi pada foto 5, adalah:
-
Pada sebelah kiri model terdapat tulisan “Sailor Look” dan tulisan yang berbunyi: “Tampilan paling trendi, bisa kita sulap tanpa harus bikin kantong jadi kempes. Sediakan budget enggak lebih dari 200 ribu buat hunting barang-barang ini”. Selain itu terdapat juga tulisan 97++ GREAT FASHION BUYS. Tulisan “Sailor Look”, 97++, FASHION BUYS diberikan tinta warna merah, sedangkan tulisan GREAT diberikan tinta warna putih.
-
Pada foto kali ini model memakai putih rocker, stripe belt, syal, pretty flat shoes. Pakaian yang semacam ini seperti pakaian seorang pelaut. Tetapi pakaian ini sudah diberikan sentuhan modifikasi yang baru, agar tetap bisa terlihat gaya.
Analisis Dengan background yang bertuliskan warna merah dan model yang berpose dengan pakaian model pakaian yang seperti itu, itu artinya mengajak kembali kepada para remaja putri untuk menggunakan kembali model pakaian seperti seorang pelaut.
2. Makna Konotasi -
Makna konotasi pada data 5, adalah arti dari tulisan 97++ GREAT FASHION BUYS dengan huruf yang agak sedikit lebih besar dari biasanya dan dengan warna yang berbeda pula.
-
Sedangkan pada tuilsan kedua berbunyi “Tampilan paling trendi, bisa kita sulap tanpa harus bikin kantong jadi kempes. Sediakan budget enggak lebih dari 200 ribu buat hunting barang-barang ini”.
Analisis -
Tulisan ini mengartikan fashion style yang keluar pada tahun 97++ yang dulu pernah populer di zamannya, kini pada tahun yang akan datang akan kembali menjadi tren bagi anak remaja ABG. Hal ini sudah terlihat dengan salah satu contoh dari foto fashion style di atas. Foto di atas menggambarkan seorang model yang memakai pakaian seperti pelaut lengkap dengan syalnya. Tulisan ini mengartikan bahwa kita dapat meniru gaya dan fashion style siapa saja dengan budget yang relatif sangat murah.
-
Pada foto fashion style yang ke-5 ini sama dengan foto fashion style yang terdapat pada foto ke-2, foto ini juga memperlihatkan aurat kita sebagai seorang perempuan, tetapi jangan khawatir, kita tetap bisa memakai fashion style tersebut dengan mengganti celana pendek yang dipakai oleh model dengan memakai celana panjang yang motifnya sesuai dengan yang kita inginkan, selain itu kita juga bisa memakai cardigan (jaket yang menutupi dada dan mempunyai lengan yang panjang), karena fashion style yang dipakai oleh model agak sedikit seksi untuk dipakai oleh para kalangan remaja putri.
3. Mitos Mitos dari foto fashion style yang bertemakan tahun 97++ ini ternyata masih bisa digemari lagi pada tahun 2009 yang akan datang. Kita bisa mengikuti mode fashion tersebut dengan budget yang relatif sedikit. Hanya dengan budget Rp 200.000 kita sudah bisa memiliki mode fashion yang kita inginkan.
Analisis Salah satu contoh dari baju tahun 97-an ini adalah fashion style pelaut ini. Selain kita bisa mengikuti fashion pelaut ini kita juga masih bisa mengikuti mode fashion yang lain, seperti ghotic, bohemian girl, dan shiny star, kita juga bisa mengeluarkan kembali model-model pakaian yang sudah tidak terpakai, dan pakaia-pakaian tersebut kita modifikasi lagi sedemikian rupa. Agar bisa terlihat lebih trendi, kita bisa manambahkannya dengan aksesoris yang kta miliki.
E. Data Analisis 6.
Model cantik bernama Tya ini sedang melakukan foto fashion style yang berlokasi di studio Kawanku. Pada saat pengambilan gambar. Tya memakai pakaian yang biasa disebut dengan technic colour, yaitu pengembangan dari gaya futuristik dengan permainan warna bright dan shocking. Busana seperti ini sudah pernah populer sejak zaman dahulu.
1. Makna Denotasi Data 6. terdapat pada majalah Kawanku edisi No.36-2008, yang diterbitkan pada tangal 17-31 Desember 2008. Lokasi foto: Studio Kawanku Makna denotasi pada foto 5, adalah: -
Pada sebelah kiri model terdapat tulisan “TREND REPORT 2009”, serta tulisan yang berbunyi “engga kerasa sudah mau 2009, nih! Tren
fashion pasti berputar dan berputar lagi. Delapan karya desainer top dunia, bisa jadi inspirisai gaya kita di awal tahun nanti. Let’s go in our way”. -
Pada foto fashion style kali ini model memakai pakaian yang berwarna warni. Knit dress, oversize bag, bracelet, scarf, star pin, red scarf, sywall, glasses, dan leather boots. Semua pakaian dan aksesorisnya penuh dengan warna
Analisis Background foto yang tuisannya berani dengan warna, ditambah lagi dengan model yang berani memakai pakaian yang penuh dengan warna, memberitahukan kepada kita remaja putri, bahwa pakaian yang akan tren pada tahun 2009 nanti adalah pakaian yang berani dengan warna.
2. Makna Konotasi Makna konotasi pada data 6, tulisan “TREND REPORT 2009” dengan huruf yang besar-besar dan dengan penuh warna-warni, Delapan karya desainer top dunia, bisa jadi inspirisai gaya kita di awal tahun nanti. Let’s go in our way”, juga mendukung akan terjadi perubahan fashion style secara besar-besaran. Analisis Tulisan “TREND REPORT 2009” mengartikan hasil tren fashion style pada tahun 2009 akan berputar kembali pada tren mode fashion style pada tahun 70-80-an. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat
gambar/foto fashion style diatas, selain itu tulisan “engga kerasa sudah mau 2009, nih! Tren fashion pasti berputar dan berputar lagi.
3. Mitos Mitos dari foto fashion style yang terakhir ini adalah, memberitahukan kepada kita semua kalangan remaja sekaligus memperkenalkan kembali kepada kita tentang gaya fashion style yang pernah populer pada zaman 70-80an, kini pada tahun 2009 yang sebentar lagi akan tiba gaya fashion style tersebut dikeuarkan kembali dengan diberikan sentuhan yang sedikit berbeda. Analisis Fashion style yang dahulu pernah tren pada tahun 60, 70, 80 sampai pada tahun 90-an, memberitahukan kepada kita, khusunya para remaja putri bahwa model pakaian yang akan tren pada tahun 2009 nanti adalah model-model pakaian yang ada pada zaman dahulu pernah tren yang berani dengan berbagai macam mode dan warna.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari temuan dan hasil dari analisis data pada enam foto fashion style, yang diambil dari majalah Kawanku dari bulan November-Desember 2008, yang dimulai dari edisi No.33-2008 sampai dengan No.36-2008 adalah sebagai berikut:
1. Makna Denotasi Makna-makna denotasi yang ditemukan pada keenam foto yang diteliti menyimpulkan bahwa fotografer melakukan pengambilan foto setelah melihat perubahan fashion style dari tahun ketahun. Ternyata pakaian-pakaian yang akan tren pada tahun 2009 adalah model pakaian yang datang dari tahun-tahun sebelumnya, seperti pakaian model bohemian, flinstone, dan lain sebagainya yang telah dimodifikasi sedemikian rupa agar bisa mengikuti model pakaian yang akan tren pada tahun 2009.
2. Makna Konotasi Makna-makna konotasi yang ditemukan pada keenam foto yang diteliti ialah menggunakan trick effect (manipulasi maupun edit foto) seperti cropping, balance colour, dan aturan pencahayaan. Keenam foto yang diteliti telah melewati pengeditan foto, tetapi pesan dan isi dari foto tersebut tidaklah melenceng atau ke luar dari pesan yang ingin disampaikan oleh fotografer, karena pengeditan foto harus dilakukan untuk
memperbaiki foto secara teknik bukan merubah kompisisi dari foto tersebut. Selain itu terdapat juga beberapa foto fashion style yang model pakaiannya tidak menutupi aurat dari seorang wanita, seperti yang terdapat pada foto 2, dan foto 5. Pada foto 2 dan foto 5 model menggunakan celana pendek sehingga aurat kita pun terlihat. Tetapi dalam hal ini para remaja putri, khususnya para pecinta fashion style tidak perlu khawatir, karena kita bisa memodifikasi pakaian tersebut dengan menggantinya menjadi celana panjang dan menambahkan berbagai macam aksesoris ke tubuh kita agar aurat kita sebagai seorang wanita tertutup. Komposisi pada keenam foto terlihat sangat bagus, pengalaman dan kemampuan dari seorang fotografer yang tinggi telah membawa dan mempengaruhi komposisi tersebut. Fotografer mampu menata foto dari keseluruhan isi frame foto dengan baik. Sehingga semuanya dapat dilihat dengan pas dan sesuai pada tempatnya, dan foto jadi sangat menarik untuk dilihat. Fungsi caption pada keenam foto tersebut adalah untuk membantu pembaca yang melihat foto tersebut agar dapat mengetahui apa yang terjadi pada foto tersebut serta mengetahui maksud dari foto tersebut.
3. Mitos Dari analisis data di atas, mitos dari penelitian keenam foto fashion style tersebut adalah agar para pembaca majalah Kawanku khususnya para remaja yang berusia berkisar 13-18 tahun bisa mengikuti fashion style yang akan tren pada tahun 2009. walaupun ada beberapa pakaian yang
modelnya mengikuti model pakaian dari luar negeri, majalah Kawanku tetap mengikuti model-model pakaian tersebut tetapi dengan batasan dan mengikuti UU pornografi yang telah diberlakukan di Indonesia. Itu artinya majalah Kawanku tetap berada di koridor dan batasan-batasan yang rapih dan sopan dalam berbusana.
B. Saran Adapun beberapa
saran
yang bisa
dijadikan
sebagai bahan
pertimbangan bagi majalah Kawanku khususnya pada rubrik fashion style adalah sebagai berikut: 1. Sebagai suatu majalah yang sangat digemari oleh para remaja ABG ini, Kawanku telah berhasil dalam membangun karakter yang berjiwa remaja yang terdapat pada majalah ini, karena majalah Kawanku telah memberikan berbagai macam informasi yang sangat dibutuhkan para remaja sekarang ini. Tetapi sangat disayangkan, mengapa pada rubrik fashion style mengikuti mode pakaian dari negara luar, dan menaruh foto artis dari negara luar tersebut. Sebaiknya model-model pakaian yang akan ditaruh pada rubrik fashion style adalah model-model pakaian yang berasal dari negara kita sendiri, dan fotonya pun tidak perlu foto artis dari luar negeri, karena dinegara kita juga masih banyak model-model artis yang memiliki wajah cantik dan paras yang ayu asli wajah orang Indonesia. 2. Seorang fotografer dalam melakukan pengambilan gambar, agar lebih memperhatikan dan memainkan cahaya dan warna serta angel yang akan diambil, agar hasil yang didapatkan terlihat lebih bagus dan foto-foto tersebut bisa disesuaikan dengan jiwa remaja.
3. Majalah Kawanku dapat terus mempertahankan eksistensinya terhadap pembacanya, terutama para remaja ABG yang usianya berkisar 13-18 tahun. Selain itu majalah Kawanku juga bisa memberikan informasi lagi secara lebih lengkap tentang dunia remaja, terutama pada bidang ilmu pengetahuan serta fashion style.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim. DEPAG
Aart Van Zoest dan Sudjiman Panuti. Serba-Serbi Semiotika. Penerbit PT Jakarta, Gramedia Pustaka Utama. 1992
Ardianto, Elvinaro. Drs. M.Si. Komunikasi Massa Suatu Pengantar edisi revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian dan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bhineka Cipta, 1996
Assegaf, H. Dja’far. Jurnalistik Masa Kini. Pengantar Kepraktek Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983
Bakri, Nazar. Tuntunan Praktis Metodelogi Penelitian. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1994
Barker, Chris. Cultural Studies Teori dan Praktek. Yogyakarta: Bentang, 2005
Effendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi Mandar Maju. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989
H.M. Zaenuddin. The Jurnalist. Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2007
Halomoan, Papilion. “Membaca Representasi Tubuh Dan Identitas Sebagai Sebuah Tatanan Simbolik Dalam Media Massa” (Analisis semiotik Majalah Remaja Cewek Kawanku); Tesis, (Jakarta: UI, Maret. 2003)
Junaeddhi, Kurniawan. Rahasia Dapur Majalah Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 1995
Juyoto, Djujuk. Jurnalistik Praktis Penggerak Lapangan Kerja Raksasa. Yogyakarta: Nur Cahaya, 1685
Kridalaksana, Harimurti. Leksikan Komunikasi. Jakarta: Pradnya Paramita, 1984
Kriyantono, Rachmat. S.Sos, M.Si. Teknis Praktis Riset Komunikasi Jakarta: Prenada Media Group, 2006
Malcolm, Barnard. Fashion Sebagai Komunikasi (Cara Mengkomunikasikan Identitas Social, Seksual, Kelas dan Gender). Bandung dan Yogyakarta, jalasutra, 1996
Piliang, Yasraf Amilr. Hiper Semiotik. Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Mana. Yogyakarta: jalasutra, 2003
Santosa, Puji. Ancangan Semiotika dan Pengkajian Susastra. Bandung: Angkasa, 1931
Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Rosdakarya, 2006
_________. Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya, 2006
Sunardi, ST. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Kanal, 2002
Suseno, Slamet. Teknis Penulisan Ilmu Populer, Kiat Menulis Non-Fiksi Majalah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 1997
Wardhani, Diah. Media Relation, Sarana Pembangunan Reputasi Organisasi. Jakarta: Graham Ilmu, 2008.
REFERENSI TAMBAHAN http://adhe.fashion.blogspot.com http://ikhwaninteraktif.com http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis http://id.wikipedia.org/wiki/Majalah
http://id.wikipedia.org/wiki/(Roland Barthes) http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika http://mycc.forumation.com