DAMPAK REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (TINJAUAN SOSIOLOGIS MASYARAKAT DI SEKITARAN PELABUHAN MUARA ANGKE, KELURAHAN PLUIT, JAKARTA UTARA) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh : Ibnu Mustaqim (1110015000033)
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015/1436 H
rAt
KEMENTERIAN AGAMA
:w;
UIN JAKARTA
t-wsg"?)
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 lndonesia
laewwl
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi:
FORM (FR)
FITK
Hal
: : :
FITK-FR-AKD-099 1 Maret 2010 02 1t1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: lbnu Mustaqim
Tempat, Tgl. Lahir : Boyolali, 11 Maret 1993 NIM
:1110015000033
Jurusan / Prodi
: Pendidikan IPS / Sosiologi
Judul Skripsi
: Dampak Reklamasi Pantai Utara Jakarta Terhadap
Antropologi
-
Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat (Tinjauan
Sosiologis Masyarakat
di
Sekitaran pelabuhan
[Vluara
Angke, Kelurahan PIuit, Jakarta Utara) Dosen Pembimbing
: Drs. Syaripulloh, M. Si
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat Wisuda.
Jakarta, 0B Desember 2014 Mahasiswa Ybs,
lbnu Mustaqim 1110015000033
ABSTRAK Ibnu Mustaqim (NIM : 1110015000033). Dampak Reklamasi Pantai Utara Jakarta Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat (Tinjauan Sosiologis Masyarakat di Sekitaran Pelabuhan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara)
Salah satu bagian dari rencana reklamasi Pantai Utara Jakarta adalah pembagunan Pelabuhan Muara Angke yang berfungsi sebagai sarana transportasi massal untuk penyebrangan wisata menuju Kepulauan Seribu. Latar belakang pembangunan Pelabuhan Muara Angke karena tingginya animo masyarakat maupun wisatawan yang ingin berkunjung ke Kepulauan Seribu. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke, meniscayakan terjadinya perubahan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan sosial ekonomi yang dialami oleh masyarakat sekitar. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Selain deskripsi berupa narasi logis, penelitian ini juga diperkuat dengan data-data kuantitatif, seperti persentase perubahan pendapatan dan pengeluaran. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa Perubahan dalam hal pendapatan rumah tangga, rata-rata responden mengalami penurunan yaitu pada kelompok pedagang dan pengolah kerang serta non perikanan, penurunan sebesar lebih dari 3 kali lipat (360%) dialami oleh nelayan dari pendapatan awal sebelum pembangunan pelabuhan. Kenaikan hanya terjadi pada kelompok pedagang dan pengolah ikan, yaitu sebesar 10% atau senilai Rp 1.166.667,00. Sedangkan, perubahan pengeluaran rumah tangga, kelompok pedagang dan pengolah ikan dan nelayan mengalami kenaikan, terutama pada kelompok nelayan dengan kenaikan sebesar 53%, penurunan dialami oleh kelompok pedagang dan pengolah kerang dan non perikanan dengan persentase penurunan masing-masing sebesar 6%.
Kata Kunci : Perubahan, Sosial, Ekonomi, Reklamasi, Masyarakat, Pesisir.
v
ABSTRACT Ibnu Mustaqim (NIM. 1110015000033). Impact Of Reclamation In North Jakarta Coastal Towards People’s Economic Social Change (Sociological Review Of People In Muara Angke Port, Pluit, North Jakarta)
The development of Muara Angke port is a part of Jakarta Northern Coast reclamation’s planning. The port has function as the public transportation infrastructure. The thought of its development caused of the high demand of people visiting Kepulauan Seribu. The Muara Angke port is surely presenting social-economic changes. Therefore, this research purposed to analyze social economic changes that has happened. The methods of this research is quantitativedescriptive research. Based on the result, the changes affected the income of the responden and there is some descending salary with the shell trader and processing, non-fishery sector, and the fisherman with the total reached 320%. The ascending salary only affected to fish trader, with total 10% (Rp 1.166.667,00). Whereas, outcome from fish trader and processing with fisherman increasing 53%. The outcome of shell trader and processing with non-fishery sector decreasing 6%.
Keywords: Social Economic Changes, Coast Reclamation, Coastal People
vi
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Gusti Allah SWT yang telah mengatur dan menetapkan ketentuan hidup yang harus dilalui oleh kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Hanya Dialah dengan segala kekuasaan-Nya senantiasa memberikan Nikmat kepada semua Insan, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi yang berjudul “Dampak Reklamasi Pantai Utara Jakarta Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat (Tinjauan Sosiologis Masyarakat di Sekitaran Pelabuhan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara)”. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga dan Sahabat Rasul yang selalu konsisten dijalan dakwah, juga kepada kita umatnya yang tetap komitmen dalam menegakkan hembusan nafas Islam sampai akhir hayat. Penulis sepenuh hati menyadari bahwa skripsi ini selesai bukan merupakan hasil dari diri pribadi penulis sepenuhnya, namun berkat ridho Allah SWT dan bantuan dari semua pihak yang turut berkontribusi dalam memberikan bantuan berupa Doa, semangat, pengorbanan, moril ataupun materil, serta keikhlasan dalam membimbing penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan baik ini penulis meyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis. Dengan segala ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nurlena Rifa’i, Ph.D. 2. Dr. Iwan Purwanto, M. Pd sebagai ketua jurusan Pendidikan IPS yang mengajarkan makna kesabaran serta seluruh dosen yang telah menjadi fasilitator dalam memperoleh ilmu selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Drs. Syaripulloh, M. Si, sebagai sekretaris jurusan Pendidikan IPS, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, pembelajaran, dan kemudahan dalam penyusunan skripsi. 4. Orang tua yang sangat penulis banggakan Bapak Slamet dan Almarhumah Mama Isminingsih serta adik dan keluarga tercintaku, Simbah, Pakde, Bude, Bulek, Paklek, Mas dan Mba yang telah memberikan banyak motivasi, kasih sayang dan curahan perhatian serta do’a yang selalu teriring setiap saat. 5. Bapak Khafidin sebagai ketua RW 011 dan Bapak Arfani sebagai tokoh masyarakat setempat yang telah memberikan izin penelitian serta kebutuhan informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi. 6. Teman-teman
seperjuangan
angkatan
2010
Pendidikan
IPS
(SosioAntro10, Geografi2010 dan Reaksi2010). Khususnya temanteman SosioAntro10 yang telah banyak memberikan kesan serta nilai tak terlupakan, senang rasanya bisa mengenal kalian semua. 7. Semua bagian dari keluarga kecilku, ATK Fams (Febrianto, Arif Putranto, M. Rizki Awaluddin, Ardi Wahyudi, Aldian Kurnia P, Ipan Sunarya, Arib Jaudi, Avin Reza F, Lukmanul Hakim, Faris Pradana, Ardi M. Arsyad, Faishal Ramdhan, M. Riza Fahlevi, Farid Iqbal, Tarmidzi Ubadilah, Choerul Imam, Fajri Shobari, Syarif, Aidil Jufri, Bani Rohman, Fery, Udin, Syahbani), CRC 589, dan Castelow, bangga bisa menjadi bagian dari kalian yang selalu mengedepankan kekeluargaan dan saling support dalam segala hal. 8. Para Timses dan sahabatku, Om Djoko, Desstia, Dara, Ida, Komeng, Cabi, Lita, Indri, Anto dan keluarga, Jali, Ita, Chaakimah, dkk. Semoga ikatan ini senantiasa terjalin dengan baik. 9. Kepada semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan bantuannya. Jerih payah, perjuangan, pengorbanan, darah, keringat, air mata, serta harapan, begitu panjang proses perjalanan untuk meraih sebuah kebanggaan.
viii
Semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.
Jakarta, 03 November 2014
Ibnu Mustaqim
ix
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................................... i LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................... ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .............................. iii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG ........................................ iv ABSTRAK ...................................................................................................... v ABSTRACT ..................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xviii DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 7 C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 9 D. Rumusan Masalah.................................................................................. 11 E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 11 F. Kegunaan Hasil Penelitian..................................................................... 11
x
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Potensi Sosial, Ekonomi dan Budaya Wilayah Pesisir .......................... 13 B. Penataan Ruang ..................................................................................... 14 C. Reklamasi .............................................................................................. 16 1. Pengertian Reklamasi Pantai .................................................... 16 2. Tujuan Reklamasi ..................................................................... 17 3. Dampak Reklamasi Pantai ........................................................ 18 D. Masyarakat............................................................................................. 21 1. Pengertian Masyarakat Pesisir .................................................. 21 2. Karakteristik Masyarakat Pesisir .............................................. 22 E. Perubahan Sosial.................................................................................... 24 1. Pengertian Perubahan Sosial .................................................... 24 2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial ................ 25 3. Strategi Adaptasi ....................................................................... 29 F. Pendapatan Rumah Tangga ................................................................... 30 G. Pengeluaran Rumah Tanngga ................................................................ 31 H. Sikap ...................................................................................................... 33 1. Pengertian Sikap ....................................................................... 33 2. Komponen Sikap ...................................................................... 33 3. Fungsi Sikap ............................................................................. 34 I. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................ 35 J. Kerangka Berpikir ................................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................ 42 B. Metode Penelitian .................................................................................. 42 C. Unit Analisis .......................................................................................... 44 D. Instrumen Penelitian .............................................................................. 44 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 44
xi
1. Kuesioner .................................................................................. 46 2. Wawancara ............................................................................... 47 3. Observasi .................................................................................. 47 F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah ......................................................................... 51 1. Letak Daerah Penelitian ............................................................ 51 2. Kependudukan .......................................................................... 51 B. Kondisi Sarana dan Prasarana ............................................................... 54 1. Peribadatan ............................................................................... 54 2. Kesehatan .................................................................................. 55 3. Pendidikan ................................................................................ 56 C. Keadaan Umum Pelabuhan Muara Angke ............................................ 57 1. Latar Belakang .......................................................................... 57 2. Kebijakan Pengembangan Pelabuhan Muara Angke ................ 58 3. Sarana dan Prasarana ................................................................ 59 4. Akses Transportasi ................................................................... 61 D. Karakteristik Responden........................................................................ 62 1. Umur Responden ...................................................................... 62 2. Jumlah Tanggungan Keluarga .................................................. 63 3. Pengalaman Usaha .................................................................... 63 4. Riwayat Pendidikan .................................................................. 64 5. Kondisi dan Fasilitas Perumahan ............................................. 65 E. Dampak Pelabuhan Muara Angke Terhadap Perubahan Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat .................................................................. 67 1. Keragaman Usaha (Mata Pencaharian) .................................... 67 2. Perubahan Pendapatan Rumah Tangga .................................... 69 3. Perubahan Pengeluaran Rumah Tangga ................................... 74 F. Sikap Masyarakat Mengenai Dampak Pelabuhan Muara Angke .......... 81
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 85 B. Saran ...................................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87 LAPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 90
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Indikator Kondisi dan Fasilitas Perumahan Menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003 yang dimodifikasi…….… 47
Tabel 3.2.
Indikator Skor Pengukuran Sikap (Positif-Negatif)………….… 49
Tabel 4.1.
Komposisi Penduduk Menurut Kewarganegaraan dan Jenis Kelamin di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014……………………………………….………....... 53
Tabel 4.2.
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pendidikan di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014……………........... 54
Tabel 4.3.
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014…...... 55
Tabel 4.4.
Jenis Tempat Peribadatan di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014……………………………....... 56
Tabel 4.5.
Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014……………………………....... 57
Tabel 4.6.
Jumlah Sarana dan Pendidikan Formal di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014………………………………... 58
Tabel 4.7.
Daftar Prasarana Pelabuhan Muara Angke Tahun 2002 -2012.... 61
Tabel 4.8.
Kelompok Umur Responden Tahun 2014………………....….... 64
Tabel 4.9.
Tingkat Pendidikan Responden Tahun 2014………………........ 66
Tabel 4.10.
Rata-rata Pendapatan Utama Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014…….......... 73
xiv
Tabel 4.11.
Rata-rata Pendapatan Tambahan Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014.... 74
Tabel 4.12.
Rata-rata Total Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014.... 75
Tabel 4.13.
Rata-rata Perubahan Pendapatan Total Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan MuaraAngke Tahun 2014..... 76
Tabel 4.14.
Rata-rata Pengeluaran Pangan Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014…….......... 78
Tabel 4.15.
Rata-rata Pengeluaran Non Pangan Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014.... 79
Tabel 4.16.
Rata-rata Pengeluaran Total Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014…….......... 80
Tabel 4.17.
Rata-rata Perubahan Pengeluaran Total Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014…………………………………………......…......... 81
Tabel 4.18.
Sikap Responden atas Pembangunan Pelabuhan Muara Angke………………………………………..............….. 83
Tabel 4.19.
Keuntungan yang Dirasakan Responden atas Pembangunan Pelabuhan Muara Angke………………….……....…..........…... 84
Tabel 4.20.
Kerugian yang Dirasakan Responden atas Pembangunan Pelabuhan Muara Angke………………….…….........….....…... 85
xv
DAFTAR GAMBAR
1.1.Peta Rencana Pengembangan Kawasan Terbangun/Peta Rencana Peruntukan Reklamasi Pantura Jakarta ......................................................... 6 2.1.Kerangka Berpikir ......................................................................................... 41
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Karakteristik Responden (Umur, Jumlah Anggota Keluarga, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman Usaha) ............................... 87 Lampiran 2 : Kondisi Perumahan Responden Menurut Kriteria Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003 ............................................ 88 Lampiran 3 : Fasilitas Perumahan Responden Menurut Kriteria Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003 ............................................ 89 Lampiran 4 : Indikator Kondisi dan Fasilitas Perumahan Menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003 yang dimodifikasi ... 90 Lampiran 5 : Hasil Skor Sikap Responden Mengenai Kehadiran Pelabuhan Muara Angke ............................................................... 91 Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian....................................................................... 92 Lampiran 7 : Pedoman Wawancara Tokoh Masyarakat ...................................... 99 Lampiran 8 : Hasil Kuesioner Penelitian (Perwakilan Masing-masing Mata Pencaharian) .......................................................................101 Lampiran 9 : Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat ...........................................126 Lampiran 10 : Dokumentasi Lapangan ...............................................................130 Lampiran 11 : Gambar Lokasi Penelitian ...........................................................134 Lampiran 12 : Rumus Perhitungan .....................................................................135
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1.
Rata-rata Total Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014………...... 73
Grafik 4.2.
Rata-rata Total Pengeluaran Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014…...…....... 78
Grafik 4.3.
Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014………………………………………........... 80
xviii
DAFTAR ISTILAH
Abrasi
: Pengikisan batu oleh air, es atau angin
Bauksit
: Barang tambang campuran yang merupakan bahan dasar aluminium
Biologis
: Bersifat biologi (ilmu tentang makhluk hidup)
Biota
: Keseluruhan flora dan fauna yang terdapat dalam suatu daerah
Budidaya
: Usaha menghasilkan sesuatu yang baik dan menguntungkan
Coastal and engineering
: Rekayasa daerah pantai
Common property resources : Sumber daya milik bersama Degradasi
: Penurunan kualitas atau mutu
Drainase
: Pengeringan air yang tergenang di daerah tertentu secara besar-besaran
Ekosistem
: Kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme dan non organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas.
Ekologi
: Ilmu tentang lingkungan
Environmental services
: Jasa-jasa lingkungan, seperti pariwisata dan olahraga.
Erosi
: Pengikisan / penipisan permukaan bumi oleh air mengalir, gelombang, ombak atau arus
xix
Estuaria
: Perairan pantai setengah tertutup, tempat air laut bertemu dengan air tawar
Fosfor
: Unsur kimia yang dalam alam dijumpai sebagai bahan galian kalsium fosfat
Habitat
: Tempat makhluk hidup
Hidraulik
: Penggunaan air untuk menghasilkan tenaga
Hidrologi
: Ilmu tentang air, sifat-sifat dan distribusinya
Konservasi
: Perlindungan atas sesuatu dengan pemeliharaan
Lamun
: Menggenangi (menutupi karang)
Mangan
: Logam yang terdapat dalam tanah
Mangrove
: Tanaman bakau
Mineral
: Barang tambang
Moluska
: Binatang triploblastik selomata tubuhnya tidak beruas-ruas dan mempunyai cangkok (rumah), seperti bekicot dan siput
Nelayan
: Orang yg mata pencaharian utamanya dari usaha menangkap ikan di laut
Non-renewable resources
: Sumber daya tidak dapat pulih, seperti minyak bumi, gas dan hasil tambang lainnya
Oseanografi
: Ilmu tentang segala aspek yang berhubungan dengan laut dan lautan
Overfishing
: Kondisi tangkap lebih
Patron-klien
: Pola hubungan yang bersifat vertikal antara juragan dan pekerja (buruh)
xx
Pesisir
: Suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan
Preservasi
: Pengawetan
Reklamasi
: Pekerjaan untuk mendapatkan bidang lahan dengan luasan tertentu
Renewable resources
: Sumber daya dapat pulih, seperti perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang
Sedimentasi
: Pengendapan
Subsisten
: Memenuhi kehidupan jangka pendek
Stakeholder
: Pengampu kebijakan
Sumber daya hayati
: Sumber daya kehidupan
Survival of the fittes
: Kemampuan bertahan hidup
Sustainable capacity
: Kapasitas berkelanjutan
Tangible
: Hal yang nyata / dapat dihitung
Waterfront city
: Pembangunan kota pantai
xxi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 km. Wilayah Laut dan pesisir Indonesia mencapai ¾ wilayah Indonesia (5,8 juta km2 dari 7.827.087 km2).1 Wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang kaya dan beragam sumber daya alamnya telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani, sejak berabad-abad lamanya. Selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut, wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga memiliki fungsi lain, seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agro industri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah.2 Hingga saat ini wilayah pesisir memiliki sumber daya dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Wilayah pesisir merupakan salah satu sumber daya yang potensial di Indonesia. Wilayah pesisir memiliki pengertian suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Potensi pengembangan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari tiga kelompok yaitu:3 sumber daya dapat pulih (renewable resources) seperti perikanan, hutan mangrove dan terumbu karang, sumber daya tak dapat pulih (non-renewable resources) seperti minyak bumi, gas dan hasil tambang lainnya, dan jasa-jasa lingkungan (environmental services) seperti pariwisata dan olahraga. Namun pemanfaatan saat ini terdapat kecendrungan yang mengancam 1
Ruchyat Deni Djakapermana, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementerian PU 2 Rokhmin Dahuri, Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan, untuk Kesejahteraan Rakyat (Kumpulan Pemikiran Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS), (Jakarta : Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia, 2000) h. 1 3 Rokhmin Dahuri, Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan, untuk Kesejahteraan Rakyat (Kumpulan Pemikiran Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS), h. 10
1
2
kapasitas berkelanjutan (sustainable capacity) dari ekosistem tersebut, seperti pencemaran perairan, kondisi tangkap lebih (overfishing), degradasi fisik habitat pesisir utama (mangrove dan terumbu karang), dan abrasi pantai.4 Indonesia sebagai Negara kepulauan, menurut Supriharyono, diperkirakan 60% dari penduduk Indonesia hidup dan tinggal di daerah pesisir. Sekitar 9.261 desa dari 64.439 desa yang ada di Indonesia dapat dikategorikan sebagai desa atau permukiman pesisir. Mereka ini kebanyakan merupakan masyarakat tradisional dengan kondisi sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang relatif sangat rendah. Sekitar 90% mereka hanya berpendidikan sampai sekolah dasar.5 Pembangunan kelautan selama tiga dasawarsa terakhir selalu diposisikan sebagai sektor pinggiran dalam pembangunan sosial-ekonomi. Dengan posisi semacam ini bidang kelautan yang didefinisikan sebagai sektor perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim, perhubungan laut, bangunan kelautan dan jasa kelautan, bukan menjadi arus utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi nasional. Kondisi ini menjadi ironis mengingat hampir 75% wilayah Indonesia merupakan lautan dengan potensi yang sangat besar serta berada pada posisi geopolitis yang penting, yakni antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia yang merupakan jalur vital perdagangan internasional.6 Terlebih lagi dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 mengenai pengaturan pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang pemerintah kabupaten dan kota, yang kemudian disempurnakan oleh Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang memberi kewenangan penuh dalam pengelolaan sumber daya alam di kawasan pesisir dan lautan sampai dengan 12 mil laut untuk provinsi dan 4 mil laut untuk kabupaten/kota. Sudah seharusnya instansi terkait memahami bahwa sektor kelautan dalam perspektif ekonomi tidak hanya sebatas kepentingan bisnis kelautan saja, akan tetapi memandang sektor kelautan secara ekonomi politik 4
Syamsir Salam, Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 194 5 Supriharyono, Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2000). h. 4 6 Syamsir Salam, Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, h. 195-196
3
sebagai kekuatan sosial-ekonomi yang mampu mewujudkan kesejahteraan bangsa. Sehingga kebijaksanaan pembangunan kelautan tidak hanya di dasarkan pada peningkatan output semata tanpa memberikan kontribusi maksimal bagi kemakmuran
bangsa
dan
mampu
menjawab
tuntutan
pembangunan
berkelanjutan.7 Salah satu implikasi dari undang-undang tersebut yaitu munculnya program pemerintah daerah dengan mereklamasi kawasan pesisir Pantai atau juga disebut reklamasi Pantai. Seiring dengan perkembangan peradaban, masyarakat membutuhkan lahan-lahan baru dalam kegiatan sosial ekonominya, sedangkan lahan yang ada di daratan semakin terbatas. Dengan keadaan seperti ini masyarakat mulai memanfatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan, sehingga muncul permasalahan yang berkaitan dengan penyediaan lahan bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan lahan, menjadikan usaha mereklamasi pantai sebagai salah satu konsekuensi logis bagi penyediaan lahan baru aktifitas sosial-ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, wajar saja jika belakangan ini usaha untuk mereklamasi pantai semakin banyak bermunculan. Reklamasi pantai memiliki beberapa pengertian. Dari segi bahasa kata reklamasi berasal dari bahasa Inggris yaitu reclamation yang berarti pekerjaan memperoleh tanah. Jadi reklamasi pantai dapat diartikan sebagai pekerjaan untuk mendapatkan bidang lahan dengan luasan tertentu di daerah pesisir dan laut. Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementrian PU,8 Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tidak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan ini biasanya dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, serta objek wisata. Pengertian ini diperkuat oleh Undang7
Syamsir Salam, Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 198 8 Ruchyat Deni Djakapermana, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementerian PU
4
undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, mengungkapkan bahwa reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Namun, dalam realitanya, program reklamasi pantai yang banyak dilaksanakan di Indonesia kurang memenuhi kriteria definisi tersebut. Terutama mengenai kelestarian kawasan pesisir serta keberlangsungan sosial-ekonomi masyarakat nelayan. DKI Jakarta dengan desakan pertambahan penduduk yang pesat, meningkatnya kebutuhan lahan, sulitnya proses pembebasan tanah guna mendapatkan lahan bagi pengembangan kota Jakarta, telah mendorong Pemerintah DKI Jakarta membuat kebijakan untuk mengembangkan wilayah utara bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk menopang keberlanjutan kota dan untuk mendorong Jakarta sejajar dengan kotakota besar di lingkungan dunia internasional.9 Kebijakan ini ditandai dengan munculnya program pemerintah daerah dengan mereklamasi wilayah Pantai Utara Jakarta. Kebutuhan akan lahan ini akan meningkatkan harga tanah bahkan melebihi biaya pembangunan. Penghasilan dari penjualan lahan baru ini adalah sumber dana yang akhirnya digunakan untuk membiayai reklamasi pantai sekaligus penyerasian dari wilayah.10 Rencana pengembangan reklamasi pantai di wilayah Pantai utara Jakarta seluas 2.700 Ha merupakan upaya Pemerintah DKI Jakarta untuk meningkatkan kualitas lingkungan Pantai Utara Jakarta dan mewujudkan kota pantai (waterfront city) yang dapat berdiri sejajar dengan kota-kota pantai di Asia Pasifik seperti Sidney, Singapura dan Hongkong serta dapat mewujudkan Jakarta sebagai kota pantai yang berkelanjutan (sustainable) serta dapat berdiri sejajar dan bersaing dengan kota-kota lain di dunia. 9
Sapto Supono, (Desertasi), Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Utara Jakarta Secara Berkelanjutan, Desertasi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, 2009, tidak dipublikasikan. 10 A. R. Soehoed, Bunga Rampai Pembangunan : Antara Harapan dan Ancaman Masa Depan, (Jakarta : Puri Fadjar Mandiri dan FTUI, 2002), h. 187
5
Proyek pengembangan Pantai Utara Jakarta bukanlah gagasan baru yang lahir setelah diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995. Inti dari proyek ini sudah disinggung sewaktu Profesor Ir. H. Van Breen meninjau masalah banjir kota Jakarta ketika masih menyandang nama Batavia.11 Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995 telah memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada Gubernur DKI Jakarta untuk menyelenggarakan reklamasi kawasan Pantura Jakarta, yang ditindaklanjuti oleh Perda DKI No. 8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura Jakarta. Sementara itu Perda DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang RTRW Jakarta 2010 dan Pergub No. 121 Tahun 2012 juga ikut memberikan panduan kebijakan terhadap penyelenggaraan reklamasi Kawasan Pantura Jakarta.12 Reklamasi pantai utara akan menimbun laut Teluk Jakarta seluas 2.700 ha. Batas wilayah reklamasi yaitu dari batas wilayah Tangerang sampai dengan Bekasi yang dibagi menjadi tiga kawasan yaitu zona barat (west zone), zona tengah (central zone), dan zona timur (east zone) dengan uraian sebagai berikut :13 1. Zona Barat, termasuk daerah proyek Pantai Mutiara dan proyek Pantai Hijau di daerah Pluit serta wilayah Pelabuhan Muara Angke dan daerah proyek Pantai Indah Kapuk, dimana yang merupakan daerah reklamasi adalah daerah laut seluas kira-kira 1000 ha (kira-kira 6,5 km x 1,5 km). 2. Zona Tengah, meliputi wilayah Muara Baru dan wilayah Sunda Kelapa, begitu pula daerah Kota, Ancol Barat dan Ancol Timur hingga pada batas daerah Pelabuhan Tanjung Priok, dimana yang merupakan daerah reklamasi adalah daerah laut seluas kira-kira 1400 ha (kira-kira 8 km x 1,7 km). 3. Zona Timur, yang meliputi wilayah Pelabuhan Tanjung Priok ke Timur termasuk daerah Marunda dengan luas daerah laut yang akan direklamasi kurang lebih 300 ha (kira-kira 3 km x 1 km). 11
A.R. Soehoed, Proyek PANTURA Transformasi dari Ibukota Propinsi ke Ibukota Negara : Persiapan-persiapan Bagi Proyek Multifungsi, (Jakarta : Djambatan, 2004), h. 25 12 Badan Pelaksana Reklamasi Pantai Utara Jakarta, “Rencana Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta”, 2008, (http://panturajakarta.blogspot.com/) 13 Anonim Undergraduated Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, pdf.
6
Gambar 1.1.
Peta Pengembangan Kawasan Terbangun/Peta Peruntukan Reklamasi Pantura Jakarta
Dalam Pergub No. 121 Tahun 2012 tentang Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta, diungkapkan bahwa Sub-Kawasan Barat akan proyeksikan sebagai kawasan perumahan horizontal dan vertikal, kegiatan pariwisata dan kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa secara terbatas, dalam hal kegiatan pariwisata pemerintah telah membangun Pelabuhan Muara Angke sebagai sarana transportasi massal untuk penyebrangan wisata menuju Kepulauan Seribu. Salah satu latar belakang pembangunan Pelabuhan Muara Angke adalah karena tingginya animo masyarakat maupun wisatawan yang ingin berkunjung ke Kepulauan Seribu, disamping itu pembangunan Pelabuhan Muara Angke ini juga merupakan solusi bagi pemenuhan kebutuhan wisata yang efektif dan efisien masyarakat urban. Pelabuhan Muara Angke dibangun sejak tahun 2004 dan memiliki luas 3,4 hektar, biaya untuk membangun pelabuhan ini menelan biaya sekitar Rp 130 miliar. Pelabuhan ini utamanya difungsikan untuk mempermudah akses masyarakat atau wisatawan yang ingin berkunjung ke Kepulauan Seribu. Menurut informasi narasumber sebelum dibangun menjadi pelabuhan, kawasan ini awalnya merupakan rawa dan tambak yang dikelola oleh sebagain warga sekitar, yang kemudian mengalami proses pembangunan dengan teknik pengerukan dan
7
pengurukan sebidang lahan atau disebut juga reklamasi.14 Dengan pembangunan pelabuhan ini meniscayakan terjadinya suatu dampak serta perubahan sosialekonomi masyarakat, proses perubahan sosial terjadi karena manusia adalah makhluk yang berpikir dan bekerja, manusia juga selalu mempertahankan kehidupannya serta memperbaiki nasibnya.15 Disamping itu, perubahan sosial juga terjadi karena keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekelilingnya yang terus berubah baik dalam aspek sosial-budaya maupun aspek ekologis. Dengan berubahnya kondisi fisik suatu wilayah yang diakibatkan oleh pembangunan, masyarakat berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang telah berubah (baru), terutama dalam hal aktivitas sosial-ekonomi masyarakat, seperti penyesuaian antara pendapatan dengan pengeluaran rumah tangga, peralihan matapencaharian, serta strategi-strategi adaptasi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, begitu juga dengan penyesuaian sikap masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang baru tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh dengan mengadakan penelitian mengenai perubahan sosial-ekonomi masyarakat di sekitar pelabuhan Muara Angke. Dengan demikian, maka penelitian ini diberi judul “Dampak Reklamasi Pantai Utara Jakarta Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat (Tinjauan Sosiologis Masyarakat di Sekitaran Pelabuhan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara)”.
B. Identifikasi Masalah Jika diamati secara seksama, persoalan pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan selama ini tidak optimal dan berkelanjutan disebabkan oleh faktorfaktor kompleks yang saling terkait satu sama lain. Faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan kedalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor14
Wawancara dengan pengolah ikan, Bapak Kapidun (80 Tahun), Sabtu 12 Juli 2014, Pukul 12.25 WIB, di halaman rumah. 15 Phill Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Bina Cipta, 1977), h. 188.
8
faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumber daya masyarakat pesisir dan nelayan, seperti : 16 1. Rendahnya tingkat pemanfaatan sumber daya, teknologi dan manajemen usaha, 2. Pola usaha tradisional dan subsisten (hanya cukup memenuhi kehidupan jangka pendek), 3. Keterbatasan kemampuan modal usaha, 4. Kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat pesisir dan nelayan. Sedangkan Faktor eksternal, yaitu : 17 1. Kebijakan pembangunan pesisir dan lautan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, bersifat sektoral, parsial dan kurang memihak nelayan tradisional, 2. Belum kondusifnya kebijakan ekonomi makro (political economy), suku bunga yang masih tinggi serta belum adanya program kredit lunak yang diperuntukan bagi sektor kelautan. 3. Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktek penangkapan ikan dengan bahan kimia, eksploitasi dan perusakan terumbu karang, serta penggunaan peralatatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, 4. Sistem hukum dan kelembagaan yang belum memadai disertai implementasinya yang lemah, dan birokrasi yang beretos kerja rendah serta sarat KKN, 5. Perilaku
pengusaha
yang
hanya
memburu
keuntungan
dengan
mempertahankan sistem pemasaran yang mengutungkan pedagang perantara dan pengusaha,
16
Wahyuningsih Darajati (Direktur Kelautan dan Perikanan, Bappenas), “Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan”, Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP, 22 September 2004 17 Wahyuningsih Darajati (Direktur Kelautan dan Perikanan, Bappenas), “Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan” Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP, 22 September 2004
9
6. Rendahnya kesadaran akan arti penting dan nilai strategis pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa. Dengan
adanya
pembangunan
kawasan
komersial
jelas
akan
mendatangkan banyak keuntungan ekonomi bagi wilayah tersebut. Alasan utamanya adalah bahwa semakin banyak kawasan komersial yang dibangun maka akan menambah pendapatan asli daerah (PAD), kawasan komersil dalam hal ini yaitu hasil dari reklamasi pantai. Reklamasi pantai telah memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pengembangan kawasan), penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dan lain-lain. Namun bagaimanapun juga reklamasi merupakan bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah pantai yang akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai, dan berpotensi menimbulkan gangguan pada lingkungan. Tidak hanya itu, kehadiran reklamasi juga dapat berdampak pada aspek sosial masyarakat, khususnya untuk aspek-aspek sosial yang nyata, seperti kependudukan,
tingkat
pendidikan,
mata
pencaharian,
pendapatan
dan
pengeluaran rumah tangga. Mata pencaharian sebagai petani tambak, nelayan dan buruh misalnya, dengan adanya reklamasi akan mempengaruhi hasil tangkapan dan berimbas pada penurunan pendapatan mereka.
C. Pembatasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini hanya difokuskan pada zona barat saja, yaitu perkampungan nelayan Muara Angke, lokasi ini merupakan salah satu wilayah yang merasakan dampak reklamasi Pantai Utara Jakarta, hasil reklamasi yang terlihat yaitu seperti reklamasi di bagian timur kawasan hunian mewah Pantai Mutiara, reklamasi di bagian barat Pantai Indah Kapuk serta dibangunnya pelabuhan Muara Angke sebagai akses penyebrangan masyarakat umum, karena di pelabuhan sebelumnya yang sebenarnya merupakan pelabuhan nelayan
10
intensitasnya sudah terlalu padat. Kehadiran reklamasi ini niscaya berpengaruh terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat Muara Angke. Kondisi masyarakat di kawasan perkampungan nelayan Muara Angke tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat pesisir lainnya dimana kebanyakan masyarakat berprofesi sebagai nelayan dan pelaku usaha perikanan lainnya seperti pedagang dan pengolah hasil laut. Sebagian besar nelayan yang ada di Muara Angke merupakan pendatang dari luar wilayah DKI Jakarta seperti dari Indramayu, Cirebon, Serang dan Tegal. Demikian pula para pedagang ikan dan kerang merupakan pendatang yang umumnya sudah berdagang di Muara Angke lebih dari lima tahun. Permasalahan disini akan difokuskan pada aspek perubahan sosialekonomi masyarakat pesisir akibat pembangunan pelabuhan Muara Angke yang merupakan salah satu bagian dari kebijakan reklamasi Pantai Utara Jakarta, dampak sosial-ekonomi mulai muncul ketika terdapat aktivitas : proyek, program atau kebijaksanaan yang akan diterapkan pada suatu masyarakat. Bentuk intervensi ini mempengaruhi keseimbangan pada suatu sistem (masyarakat). Pengaruh yang ditimbulkan bisa bersifat positif, ataupun negatif. Perubahan yang dimaksud adalah beralihnya keadaan sosial-ekonomi masyarakat ketika sebelum adanya reklamasi hingga setelah reklamasi. Kemudian yang dimaksud dengan masyarakat pada penelitian ini adalah masyarakat pesisir yang mencari nafkah di sekitar wilayah penelitian, antara lain nelayan, pedagang dan pengolah ikan, pedagang dan pengolah kerang, dan mata pencaharian non perikanan. Sedangkan, aspek sosial-ekonomi difokuskan pada aspek-aspek yang dapat diukur (tangible), seperti pengalaman usaha, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, kondisi dan fasilitas perumahan, mata pencaharian, pendapatan rumah tangga dan pengeluaran rumah tangga.
11
D. Rumusan Masalah Reklamasi yang tidak memperhatikan pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai dapat mengakibatkan degradasi lingkungan pesisir, hal ini sangat berpengaruh terhadap hilangnya potensi sumber daya hayati pesisir terutama beberapa biota laut yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, begitu juga pada aspek sosial-ekonomi masyarakat, bagi mereka yang tidak memiliki keterampilan selain melaut, mereka tidak memiliki alternatif usaha lain selain menjadi buruh nelayan, dengan adanya reklamasi akan mempengaruhi hasil tangkapan dan berimbas pada penurunan pendapatan mereka. Oleh karena itu, perlu suatu perencanaan pembangunan yang terpadu, yang tidak hanya berorientasi pada aspek lingkungan saja tetapi juga aspek sosial-ekonomi masyarakat, sehingga dampak sosial-ekonomi masyarakat juga dapat diprediksi dan diantisipasi oleh pemerintah selaku pengampu kebijakan. Dengan demikian maka muncul rumusan masalah, Bagaimanakah dampak pembangunan pelabuhan Muara Angke terhadap perubahan sosial-ekonomi masyarakat perkampungan nelayan Muara Angke ?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perubahan sosial-ekonomi masyarakat perkampungan nelayan Muara Angke akibat pembangunan pelabuhan Muara Angke.
F. Kegunaan Hasil Penelitian Dalam hal ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan, baik bagi para pembacanya maupun bagi
12
para praktisi pengembangan masyarakat, khususnya yang membidangi ilmu sosial. Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi universitas yang membidangi ilmu sosial, khususnya jurusan pendidikan ilmu pengetahuan sosial (sosiologi, geografi dan ekonomi), dalam rangka menciptakan program pendidikan, kurikulum, serta network untuk pendidikan. Bagi pengampu kebijakan (stakeholder) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan alternatif dalam menentukan kebijakan yang meminimumkan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dalam membuat dan menjalankan suatu kebijakan pembangunan. Kemudian bagi masyarakat yang bersangkutan, hasil penelitian ini berguna dalam merencanakan strategi untuk meningkatkan status sosial-ekonomi mereka dan bertahan hidup terhadap perubahan lingkungannya. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai apa itu reklamasi, dan apa saja dampak positif dan negatif yang akan mereka rasakan.
13
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Potensi Sosial, Ekonomi dan Budaya Wilayah Pesisir Potensi ekonomi dalam bentuk produk barang dan jasa di kawasan pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil meliputi : 1. Sumber daya diperbaharui (renewable resources) termasuk ikan, udang, moluska, kerang mutiara, kepiting, rumput laut, hutan mangrove, hewan karang, lamun, dan biota laut lainnya. 2. Sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable resources) seperti minyak bumi dan gas, bauksit, timah, bijih besi, mangan, fosfor, dan mineral lainnya. 3. Energi kelautan seperti : energi gelombang, pasang surut, angin dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) 4. Jasa-jasa lingkungan (environmental services) termasuk tempat-tempat (habitat) yang indah dan menyejukkan untuk lokasi pariwisata dan rekreasi, sarana transportasi dan komunikasi, pengatur iklim, penampung limbah, dan kawasan pemukiman serta industri. Sejauh ini pemanfaatan sumber daya yang berada di pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil ini masih jauh dari optimal. Hal ini terlihat dari sumbangan ekonomi bidang kelautan terhadap PDB (Product Domestic Bruto) nasional yang hanya mencapai sekitar 12,4 % (Rp. 56 Trilyun) pada tahun 1997. Kontribusi tersebut berasal dari tujuh sektor ekonomi kelautan yakni : perikanan (penangkapan dan budidaya), pertambangan dan energi, bangunan kelautan, industri maritim, pariwisata dan jasa kelautan. Kawasan pesisir sarat dengan masalah-masalah sosial-ekonomi dan budaya yang memiliki implikasi terhadap pengelolaan wilayah pesisir. Masalah 13
14
yang sangat menonjol yaitu bahwa kawasan pesisir umumnya memiliki status sebagai sumber daya milik bersama (common property resources) akibatnya pemanfaatan sumber daya kawasan pesisir menjadi tidak bisa dikontrol karena tidak ada keputusan kolektif. Kelebihan pemanfaatan dan eksploitasi sumber daya terjadi dimana-mana yang akhirnya membuat sumber daya rusak dan memberikan produktivitas, hasil, dan pendapatan yang rendah. Gejala ini disebut dengan tragedi milik bersama (Tragedy of The Common).18
B. Penataan Ruang Dalam melaksanakan konsep pengembangan suatu wilayah, tentunya harus melalui proses perencanaan tata ruang wilayah yang matang, yakni perencanaan yang komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya demi mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, seperti pemanfaatan ruangan untuk kawasan peruntukan pemukiman harus sesuai dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat sekitar, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi ekologi. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan pemukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (kemudahan akses transportasi, pasar, pusat perdangangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan dan agama). Mengikuti UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, tujuan kebijakan penataan ruang wilayah pesisir dan lautan dirumuskan sebagai berikut :19
18
Rokhmin Dahuri, Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan, untuk Kesejahteraan Rakyat (Kumpulan Pemikiran Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS), (Jakarta : Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia, 2000), h. 10 19 Iwan Nugroho, Rokhmin Dahuri, Pengembangan Wilayah : Pespektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, (Jakarta : LP3ES, 2012), cet. 2, h. 306
15
1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang (sumber daya dan jasa lingkungan) 2. Terselenggaranya pengaturan pemanfatan ruang kawasan lindung dan budidaya wilayah pesisir dan kelautan 3. Tercapainya pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan kelautan yang berkualitas Tujuan-tujuan tersebut secara tidak langsung mensyaratkan adanya zoning dalam pemanfaatan ruang. Dengan kata lain pembangunan yang dialokasikan melalui zoning pada setiap wilayah harus disesuaikan dengan daya dukung lingkungan dan secara ekonomis menguntungkan. Secara konsepsional, dalam suatu wilayah dimana pembangunan dialokasikan, setidaknya terdapat tiga zona yaitu :20 1. Zona Preservasi, yaitu suatu wilayah yang mengandung atribut ekologis dan biologis yang sangat penting bagi kelangsungan hidup ekosistem dan seluruh komponennya, meliputi biota (organisme) termasuk kehidupan manusia, spesies langka atau endemik, habitat dan berpijah, berbagai biota laut, ikan, dan biota laut lainnya, dan sumber air tawar. Di dalam zona ini tidak diperkenankan kegiatan pemanfaatan atau pembangunan, kecuali untuk kepentingan penelitian dan pendidikan. 2. Zona Konservasi, yaitu wilayah yang diperbolehkan adannya kegiatan pembangunan, tetapi dengan intensitas yang terbatas dan sangat terkendali, misalnya wisata bahari, perikanan tangkap dan budi daya yang ramah lingkungan (responsible fisheries) dan pengusahaan hutan mangrove secara lestari. Zona konservasi bersama preservasi berfungsi memelihara berbagai proses penunjang kehidupan, seperti siklus hidrologi dan unsur hara; membersihkan limbah secara alamiah; dan sumber keanekaragaman hayati (bio diversity). Luas kedua zona ini yang optimal dalam suatu wilayah, tergantung pada kondisi alamnya, seyogyanya berkisar antara 30 sampai 50 persen dari luas wilayah. 20
Iwan Nugroho, Rokhmin Dahuri, Pengembangan Wilayah : Pespektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, cet. 2, h. 306-307
16
3. Zona pemanfaatan, yaitu wilayah yang karena sifat biologis dan ekologisnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan pembangunan yang lebih intensif, antara lain seperti industri, pertambangan dan pemukiman.
Namun
kegiatan-kegiatan
pembangunan
dalam
zona
pemanfaatan hendaknya harmonis mengikuti karakteristik ekologis.
C. Reklamasi Untuk memahami suatu permasalahan menegenai reklamasi, perlu kiranya melakukan suatu pendekatan terhadap masalah, pendekatan ini dapat diperoleh melalui pemahaman menegenai definisi, tujuan, serta dampak dari reklamasi. 1. Pengertian Reklamasi Pantai Istilah “reklamasi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengurukan (tanah), atau juga usaha memperluas pertanian (tanah) atau dengan memanfaatkan daerah yang sebelumnya tidak bermanfaat menjadi bermanfaat. Sedangkan mereklamasi berarti membuka tanah untuk digarap.21 Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementrian PU,22 Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tidak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan ini biasanya dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, serta objek wisata. Dalam Undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, mengungkapkan bahwa reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumber 21
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 1188 22 Ruchyat Deni Djakapermana, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementerian PU
17
daya lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Pengertian ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 40/PRT/M/2007 mengenai Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai. Dengan demikian, reklamasi adalah usaha pembentukan lahan baru dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi. Sedangkan reklamasi pantai dapat diartikan sebagai usaha pembentukan lahan baru baik yang menyatu dengan wilayah pantai ataupun yang terpisah dari pantai dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi.
2. Tujuan Reklamasi Tujuan reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tidak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata.23 Khususnya pada Kota Jakarta, tujuan utama reklamsi Pantai Utara Jakarta yaitu untuk menekan laju pertumbuhan, dimana tempat yang baru tersebut akan dijadikan pemukiman yang mampu menampung sekitar 1,5 juta penduduk Jakarta.24 Reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota. Reklamasi dilakukan oleh negara atau kota-kota besar yang laju pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan). Dengan 23
Modul Terapan, Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 44/PRT/M/2007), Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum. h. 16. 24 Ruchyat Deni Djakapermana, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementerian PU
18
kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru. Selain reklamasi, alternatif lain dari kebutuhan lahan adalah pemekaran ke arah vertikal dengan membangun gedung-gedung pencakar langit dan rumah-rumah susun.25
3. Dampak Reklamasi Pantai Sebagai proses perubahan yang terencana, jelas bahwa masalah sosial yang timbul bukan merupakan hal yang ikut direncanakan. Oleh sebab itu, maka lebih tepat disebut sebagai efek sampingan atau dampak dari proses pembangunan masyarakat. Mengingat bahwa gejala sosial merupakan fenomena yang saling terkait, maka tidak mengherankan jika perubahan yang terjadi pada salah satu atau beberapa aspek, yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, dapat menghasilkan terjadinya perubahan pada aspek yang lain. Terjadinya
dampak
yang
tidak
dikehendaki
itulah
yang
kemudian
dikategorikan sebagai masalah sosial.26 Perubahan pantai dan dampak akibat adanya reklamasi tidak hanya bersifat lokal, tetapi meluas. Reklamasi memiliki dampak positif maupun negatif bagi masyarakat dan ekosistem pesisir dan laut. Dampak ini pun mempunyai sifat jangka pendek dan jangka panjang yang dipengaruhi oleh kondisi ekosistem dan masyarakat disekitar.27 a. Dampak positif Secara umum dampak positif dari kegiatan reklamasi sesuai dengan tujuan diadakannya reklamsi, seperti menghidupkan kembali
25
Modul Terapan, Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 44/PRT/M/2007), h. 16-17. 26 Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995), h. 165. 27 Ruchyat Deni Djakapermana, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan, Kementerian PU
19
transportasi air, membuka peluang pembangunan wilayah pesisir, meningkatkan pariwisata bahari, serta meningkatkan pendapatan daerah. Kegiatan reklamasi antara lain tentunya pada peningkatan kualitas dan nilai ekonomi kawasan pesisir, mengurangi lahan yang dianggap kurang produktif, penambahan wilayah, perlindungan pantai dari erosi, peningkatan kondisi habitat perairan, perbaikan rejim hidraulik kawasan pantai, dan penyerapan tenaga kerja Reklamasi
banyak
memberikan
keuntungan
dalam
mengembangkan wilayah. Praktek ini memberikan pilihan penyediaan lahan untuk pemekaran wilayah, penataan daerah pantai, menciptakan alternatif kegiatan dan pengembangan wisata bahari. Pulau hasil reklamasi dapat menahan gelombang pasang yang mengikis pantai, Selain itu juga dapat menjadi semacam bendungan untuk menahan banjir rob di daratan.
b. Dampak negatif Namun perlu diingat pula, reklamasi merupakan hasil campur tangan manusia terhadap alam, sehingga memungkinkan semua kegiatan ini juga membawa dampak buruk. Diantara dampak negatif reklamasi pantai pada lingkungan meliputi dampak fisik seperti perubahan hidrooseanografi,
erosi
pantai,
sedimentasi,
peningkatan
kekeruhan,
pencemaran laut, perubahan rejin air tanah, peningkatan potensi banjir dan penggenangan di wilayah pesisir. Sedangkan, dampak biologis berupa terganggunya ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, estuaria dan penurunan keanekaragaman hayati. Adanya kegiatan ini, wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan hilang atau berkurang karena dimanfaatkan untuk kegiatan privat. Keanekaragaman biota laut juga akan berkurang, baik flora maupun fauna, karena timbunan tanah urugan mempengaruhi
20
ekosistem yang sudah ada. Sistem hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah di luar reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga kemungkinan akan terjadi abrasi, tergerus atau mengakibatkan terjadinya banjir atau rob. Disamping itu, reklamasi pantai juga berdampak pada aspek sosialekonomi masyarakat, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian besar adalah petani tambak, nelayan dan buruh, sehingga adanya reklamasi akan mempengaruhi hasil tangkapan dan berimbas pada penurunan pendapatan mereka. Kondisi
ekosistem
di
wilayah
pantai
yang
kaya
akan
keanekaragaman hayati sangat mendukung fungsi pantai sebagai penyangga daratan. Ekosistem perairan pantai sangat rentan terhadap perubahan sehingga apabila terjadi perubahan baik secara alami maupun rekayasa akan mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekosistem. Terganggunya ekosistem perairan pantai dalam waktu yang lama, pasti memberikan
kerusakan
ekosistem
wilayah
pantai,
kondisi
ini
menyebabkan kerusakan pantai. Untuk reklamasi biasanya memerlukan material urugan yang cukup besar yang tidak dapat diperoleh dari sekitar pantai, sehingga harus didatangkan dari wilayah lain yang memerlukan jasa angkutan. Pengangkutan ini berakibat pada padatnya lalu lintas, penurunan kualitas udara, debu, bising yang akan mengganggu kesehatan masyarakat. Sehingga untuk meminimalkan dampak fisik, ekologis, sosial ekonomi dan budaya negatif serta mengoptimalkan dampak positif, maka kegiatan reklamasi harus dilakukan secara hati-hati dan berdasar pada pedoman yang ada dengan melibatkan stakeholder. Pada dasarnya, reklamasi harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
21
yaitu memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dengan orientasi jangka panjang.
D. Masyarakat 1. Pengertian Masyarakat Pesisir Dalam Kamus Bahasa Indonesia, masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang hidup bersama pada suatu tempat atau wilayah dengan ikatan aturan tertentu dan kesamaan tertentu.28 Auguste Comte dalam Abdulsyani mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri.29 Definisi wilayah pesisir Menurut Dahuri dalam Syamsir Salam, hingga saat ini belum ada definisi yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan.30 Dengan kata lain wilayah pesisir berarti tanah dasar berpasir dipantai ditepi laut. Masyarakat pesisir adalah kelompok orang yang bermukim di wilayah pesisir, mempunyai mata pencaharian dari sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut, misalnya nelayan, pembudidaya ikan, pedagang, pengelola ikan, pemilik atau pekerja perusahaan perhubungan laut, pemilik atau pekerja pertambangan dan energi di wilayah pesisir, pemilik atau pekerja industri maritim, misalnya galangan kapal dan coastal and engineering.
28
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 924 29 Abdulsyani, SOSIOLOGI : Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012), h. 31 30 Syamsir Salam, Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 199
22
Berdasarkan definisi di atas, maka masyarakat pesisir diartikan sebagai sekumpulan orang yang bertempat tinggal di tepi pantai dan memiliki mata pencaharian yang berasal dari sumber daya laut dan pantai tersebut.
2. Karakteristik Masyarakat Pesisir Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan mereka, seperti usaha perikanan tangkap, usaha perikanan tambak, dan usaha pengolahan hasil perikanan yang memang dominan dilakukan oleh mereka. Karena sifat dari usaha-usaha mereka sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor lingkungan, musim dan pasar, maka karakteristik masyarakat pesisir juga terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Secara struktural, masyarakat nelayan dan kegiatan ekonomi perikanannya, seperti yang digambarkan Firth memiliki kemiripan dengan sistem ekonomi petani. Walaupun karakteristik aktivitas produksi nelayan dan petani berbeda, tetapi dalam beberapa hal terdapat kesamaan yang bersifat umum, seperti kerentanan secara ekonomi terhadap timbulnya ketidakpastian yang berkaitan dengan musim-musim produksi.31 Karakteristik ini menjadi karakteristik yang paling mencolok di kalangan masyarakat pesisir, terutama bagi para nelayan kecil. Pada musim penangkapan para nelayan sangat sibuk melaut. Sebaliknya, pada musim paceklik kegiatan melaut menjadi berkurang sehingga banyak nelayan yang terpaksa menganggur. Kondisi ini mempunyai implikasi besar pula terhadap kondisi sosialekonomi masyarakat pantai secara umum dan kaum nelayan khususnya. Kondisi di atas turut pula mendorong munculnya pola hubungan tertentu yang sangat umum dijumpai dikalangan nelayan dan juga petani tambak, yakni pola hubungan yang bersifat vertikal, yang terwujud dalam 31
Kusnadi, Nelayan : Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial, (Bandung : Humaniora Utama Press, 2000), h. 23
23
hubungan patron-klien. Menurut Scott dalam Kusnadi menyatakan bahwa hubungan patron-klien merupakan kasus hubungan antara dua orang yang sebagian besar melibatkan persahabatan instrumental, dimana seseorang yang kedudukan sosialnya (patron) lebih tinggi menggunakan pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan atau keuntungan, atau keduanya kepada orang yang kedudukannya (client) lebih rendah.32 Karena keadaan ekonomi yang buruk, maka para nelayan kecil, buruh nelayan, petani tambak kecil, dan buruh tambak seringkali terpaksa meminjam uang dan barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari dari para juragan atau para pedangang pengumpul. Konsekuensinya, para peminjam tersebut menjadi terikat dengan pihak juragan atau pedagang. Keterkaitan tersebut antara lain berupa keharusan menjual produknya kepada pedagang atau juragan tersebut. Pola hubungan yang tidak simetris ini tentu saja sangat mudah menjadi alat mendominasi dan eksploitasi. Aturan-aturan yang digunakan umumnya timbul dan berakar dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Aturan-aturan dan kebijakan ini kemudian ditetapkan, dan dikukuhkan sebagai hukum adat yang disepakati bersama. Dalam penerapannya, aturan-aturan tersebut juga langsung diaplikasikan, diawasi dan dievaluasi sendiri oleh masyarakat. Sistem pengelolaan di atas dapat berjalan dengan baik di dalam struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak dimasuki oleh pihak luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup dan kegiatan masyarakat relatif homogen dan masing-masing individu merasa mempunyai kepentingan yang sama dan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama.33
32
Kusnadi, Nelayan : Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial, (Bandung : Humaniora Utama Press, 2000), h. 18 33 Rokhmin Dahuri, Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan, untuk Kesejahteraan Rakyat (Kumpulan Pemikiran Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS), (Jakarta : Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia, 2000), h.7-8
24
E. Perubahan Sosial 1. Pengertian Perubahan Sosial Kata lain dari perubahan adalah transformasi. Transformasi berasal dari bahasa Inggris transformation yang berarti perubahan bentuk atau penggantian rupa.34 Kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia dengan kata transformasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, transformasi berarti perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi dan sebagainya).35 Perubahan sosial merupakan segala transformasi pada individu, kelompok, masyarakat, dan lembaga-lembaga sosial yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai, sikap, dan pola perilaku diantara kelompok dalam masyarakat.36 Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya akan mengalami perubahan baik sosial ataupun ekonomi. Adanya perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan sosial ekonomi yang terjadi di dalam masyarakat merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat akan mengalami perubahan-perubahan dalam setiap aspek kehidupan. William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan yang materiil ataupun immaterial dengan menekankan bahwa pengaruh yang besar dari unsur-unsur immareriil. Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam fungsi dan struktur masyarakat. Perubahan sosial dikatakannya 34
Rayner Hardjono, Kamus Populer Inggris-Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 401 35 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 1544 36 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Dasar : Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007), h. 142
25
sebagai perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial tersebut. Sementara itu Selo Soemardjan mengungkapkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalam nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantara kelompok dalam masyarakat.37 Dari beragam definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur sosial atau organisasi sosial masyarakat, yang memengaruhi sistem sosial masyarakat secara keseluruhan.
2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial Pada dasarnya, perubahan sosial terjadi oleh karena anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan hidupnya yang lama. Norma-norma dan lembaga sosial atau sarana penghidupan yang lama dianggap tidak memadai lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang baru.38 Untuk mempelajari perubahan sosial masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam
sebab
terjadinya
suatu
perubahan
masyarakat,
mungkin
dikarenakan adanya suatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan masyarakat sebagai pengganti faktor yang lama itu. Mungkin juga masyarakat mengadakan perubahan karena terpaksa demi untuk menyesuaikan suatu
37
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2009), h. 262-263. 38 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 274.
26
faktor dengan faktor-faktor lain yang sudah mengalami perubahan terlebih dahulu.39 Proses perubahan sosial terjadi karena manusia adalah makhluk yang berpikir dan bekerja, manusia juga selalu mempertahankan kehidupannya serta memperbaiki nasibnya. Disamping itu, perubahan sosial juga terjadi karena keinginan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekelilingnya ataupun disebabkan oleh faktor ekologis.40 Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ada sumber sebab-sebab yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang letaknya di luar.41 Sebab-sebab yang bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut : a. Bertambah atau Berkurangnya Penduduk Pertambahan penduduk yang sangat pesat di pulau Jawa menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat, terutama pada lembaga-lembaga kemasyarakatannya. Berkurang dan bertambahnya penduduk disebabkan berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari daerah ke daerah lain. Perpindahan penduduk mengakibatkan kekosongan, misalnya, dalam bidang pembagian kerja dan stratifikasi sosial, yang memengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan.
b. Penemuan-penemuan Baru Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang terjadi dalam jangka waktu tidak terlalu lama disebut dengan inovasi atau 39
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2009), h. 275. 40 Phill Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung: Bina Cipta, 1977), h. 188. 41 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 275-282.
27
innovation. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar keseluruh bagian masyarakat dan cara-cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai oleh masyarakat. Menurut Koentjraningrat dalam Abdulsyani, faktor-faktor yang mendorong individu untuk mencari penemuan baru adalah sebagai berikut :42 1. Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya. 2. Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan. 3. Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
c. Pertentangan (conflict) Masyarakat Pertentangan-pertentangan yang ada di dalam masyarakat yang terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok. Umumnya masyarakat tradisional Indonesia bersifat kolektif. Segala kegiatan di dasarkan pada kepentingan masyarakat. Kepentingan individu walaupun diakui, tetapi mempunyai fungsi sosial sering timbul pertentangan
antara
kepentingan
individu
dengan
kepentingan
kelompoknya, yang dalam hal-hal tertentu dapat menimbulkan perubahan sosial. Suatu perubahan sosial dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat itu sendiri, antara lain sebagai berikut : a. Sebab-sebab yang Berasal dari Lingkungan Alam Fisik yang Ada di Sekitar Manusia
42
Abdulsyani, SOSIOLOGI : Skematika, Teori, dan Terapan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012), h. 164-165.
28
Terjadinya
gempa
bumi,
banjir
besar,
dan
sebagainya
menyebabkan masyarakat-masyarakat yang mendiami daerah-daerah tersebut terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggalnya yang baru tersebut, kemungkinan hal tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Begitu juga dengan perubahan fisik lingkungan tempat hidup masyarakat,
dalam
hal
ini
yaitu
reklamasi
pantai
yang
dapat
mengakibatkan perubahan baik pada aspek lingkungan maupun sosial ekonomi masyarakat. Dampak negatif yang bersumber pada lingkungan alam fisik biasanya ditimbulkan oleh tindakan dari para masyarakat itu sendiri yang kurang memperhatikan keberlangsungan ekosistem. Perubahan
lingkungan
akan
memperlihatkan
penyesuaian
masyarakat pada lingkungan yang baru, terutama dalam hal penyesuaian terhadap aktivitas sosial-ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan mata pencaharian, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, selain itu masyarakat juga berusaha untuk menyesuaikan mental atau sikap terhadap lingkungan baru tersebut. Keberhasilan masyarakat dalam proses penyesuaian akan menentukan arah perubahan mereka, apakah mereka akan mengalami kemunduran (regress) atau kemajuan (progress).
b. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain Apabila sebab-sebab perubahan bersumber pada masyarakat lain, itu mungkin terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecendrungan untuk menimbulkan pengaruh timbal
balik.
Artinya,
masing-masing
masyarakat
memengaruhi
masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain.
29
3. Strategi Adaptasi Banyaknya intervensi manusia mengakibatkan berubahnya kondisi fisik atau lingkungan yang sekian lama menjadi sumber penghidupan masyarakat, sehingga berpengaruh pada pendapatan masyarakat, untuk menyikapi tekanan sosial ekonomi serta kemiskinan yang dihadapi masyarakat, kelompok rumah tangga berusaha mengembangkan strategi adaptasi. Dengan cara demikian, mereka tetap sanggup melangsungkan kehidupnya (survival of the fittes).43 Corner berpendapat bahwa kalangan penduduk miskin pedesaan terdapat beberapa pola strategi adaptasi yang dikembangkan untuk menjaga kelangsungan hidup :44 a. Melakukan beraneka ragam pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Pekerjaan-pekerjaan yang tersedia di desa dan dapat merendahkan martabat pun akan tetap diterima, walaupun upahnya rendah. Balasan berupa pangan membuat suatu pekerjaan menjadi lebih menarik. b. Jika kegiatan-kegiatan tersebut masih kurang memadai, penduduk miskin akan berpaling pada sistem penunjang yang ada di lingkungannya.
Sistem
ikatan
kekerabatan,
ketetanggaan,
dan
pengaturan tukar-menukar secara timbal balik merupakan sumber daya yang sangat berharga bagi penduduk miskin. Pola-pola hubungan sosial demikian memberi rasa aman dan terlindungi bagi orang miskin. Rasa aman dan ikatan-ikatan emosional yang relatif masih kuat dalam kehidupan suatu komunitas dapat menjelaskan bahwa tingkat penghasilan bukanlah faktor determinan satu-satunya dari mata pencaharian orang miskin.
43
Kusnadi, Nelayan : Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial, (Bandung : Humaniora Utama Press, 2000) h. 5 44 Kusnadi, Nelayan : Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial, h. 7-9
30
c. Bekerja lebih banyak meskipun lebih sedikit masukan. Startegi yang bersifat ekonomis ini ditempuh untuk mengurangi tingkat kebutuhan konsumsi sehari-hari. d. Memilih alternatif lain jika ketiga altenatif di atas sulit dilakukan dan memungkinkan untuk tetap bertahan hidup di desa sudah sangat kritis. Rumah tangga miskin tersebut harus menghadapi pilihan terakhir agar segera meninggalkan desa dan bermigrasi ke kota. Dengan cara demikian, rumah tangga miskin dapat menganekaragamkan sumbersumber pendapatannya dari luar desa. Keempat pola strategi adaptasi untuk kelangsungan hidup di atas terus berputar sekitar akses sumber daya dan pekerjaan. Dalam perebutan sumber daya ini, kelompok-kelompok miskin tidak hanya bersaing dengan pihak yang kaya dan kuat (vertikal), tetapi juga di antara komunitas mereka sendiri (horizontal).
F. Pendapatan Rumah Tangga Menurut istilah statistik, pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa faktor produksi tenaga kerja (upah dan gaji, keuntungan, bonus, dan lain lain), balas jasa kapital (bunga, bagi hasil, dan lain lain), dan pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain (transfer).45 Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan bahwa pendapatan dan penerimaan rumah tangga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang terima oleh seluruh anggota ekonomi yang terdiri atas :46
45
Istilah Statistik, Badan Pusat Statistik, (http://www.bps.go.id/menutab.php?tab=6&ist=1&var=P) 46 Darma Utama, (Skripsi), Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, DKI Jakarta, Skripsi pada Prodi
31
1. Pendapatan dari upah atau gaji yang mencakup upah atau gaji yang diterima oleh seluruh keluarga ekonomi yang bekerja sebagai buruh dan merupakan imbalan bagi pekerjaan yang dilakukan untuk suatu perusahaan, majikan, atau instansi tertentu, baik berupa barang maupun jasa. 2. Pendapatan dari usaha seluruh anggota keluarga yang berupa pendapatan kotor yaitu selisih jual barang dan jasa yang diproduksi dengan biaya produksinya. 3. Pendapatan lainnya yaitu pendapatan diluar gaji atau upah yang menyangkut usaha lain dari: penerimaan sewa rumah milik sendiri, bunga, dividen, royalti, paten, sewa/kontrak, lahan, rumah, gedung, bangunan dan peralatan. Sumber pendapatan yang beragam tersebut dapat terjadi karena anggota rumah tangga yang bekerja melakukan lebih dari satu pekerjaan atau masingmasing anggota rumah tangga mempunyai kegiatan yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Kumpulan dari pendapatan tersebut merupakan total pendapatan rumah tangga. Penelitian ini akan melihat pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir berdasarkan jenis pekerjaannya (nelayan, pedagang dan pengolah ikan, pedagang dan pengolah kerang, dan pekerjaan non perikanan). Pendapatan rumah tangga dalam penelitian ini berasal dari pendapatan usaha, yang terdiri dari pendapatan utama dan pendapatan tambahan mereka selama sebulan, dengan perbandingan waktu sebelum dan sesudah dibangunnya pelabuhan Muara Angke.
G. Pengeluaran Rumah Tangga Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pola pengeluaran rumah tangga merupakan indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan maka porsi pengeluaran akan bergeser dari
Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2006, tidak dipublikasikan. h. 9-10
32
pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran untuk bukan makanan. Pengeluaran tersebut terdiri atas :47 1. Konsumsi makanan, terdiri dari kelompok padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buahbuahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbu, tembakau dan sirih. 2. Konsumsi untuk barang bukan makanan, terdiri dari perumahan dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa, biaya pendidikan, biaya kesehatan, barang tahan lama, keperluan pesta dan upacara. Pada kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi perioritas utama, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makan.48 Pengeluaran barang dan jasa di luar makanan merupakan bagian terbesar dari pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran tersebut mencakup pengeluaran untuk perawatan, kesehatan, peningkatan pendidikan, rekreasi, olah raga, dan lainnya. Dalam penelitian ini sumber pengeluaran rumah tangga diperoleh dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dalam periode satu bulan. dengan perbandingan waktu sebelum dan sesudah dibangunnya pelabuhan Muara Angke.
47
Darma Utama, (Skripsi), Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, DKI Jakarta, Skripsi pada Prodi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2006, tidak dipublikasikan. h. 10-11 48 Ringkasan Eksekutif Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia (Hasil SUSENAS Panel Maret 2010), (Jakarta : Badan Pusat Statistik), h. 4
33
H. Sikap 1. Pengertian Sikap Baron dan Byrne mengemukakan definisi sikap sebagai penilaian subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Menurut Colman, sikap adalah sebuah pola yang menetap berupa respons evaluatif tentang orang, benda, atau isu. Strickland menjelaskan bahwa sikap adalah kecendrungan untuk memberikan respon secara kognitif, emosi, dan perilaku yang diarahkan pada suatu objek, pribadi dan situasi khusus dalam cara-cara tertentu. Menurut Eagly & Chaiken, sikap melibatkan kecendrungan respon yang bersifat preferensial. Dalam konteks itu, seseorang memiliki kecendrungan untuk puas atau tidak puas, positif atau negatif, suka atau tidak suka terhadap suatu objek sikap.49 Dengan demikian, sikap merupakan emosi atau efek yang diarahkan oleh seseorang kepada orang lain, benda, maupun peristiwa sebagai objek sasaran sikap, atau dengan kata lain sikap merupakan kecendrungan untuk bereaksi puas atau tidak puas, positif atau negatif, suka atau tidak suka terhadap suatu objek sikap.
2. Komponen Sikap Terdapat tiga komponen sikap, yaitu komponen respon evaluatif kognitif, komponen respon evaluatif afektif dan komponen respon evaluatif perilaku :50 a. Komponen respon evaluatif kognitif adalah gambaran tentang cara seseorang dalam mempersepsi objek, peristiwa, atau situasi sebagai 49
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 64-65 50 Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, h. 65
34
sasaran sikap. Komponen ini adalah pikiran, keyakinan, atau ide seseorang tentang suatu objek. Dalam bentuk yang paling sederhana, komponen kognitif adalah kategori-kategori yang digunakan dalam berpikir. b. Komponen respon evaluatif afektif adalah perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap. Perasaan atau emosi meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu atau suka. c. Komponen
respon
evaluatif
perilaku
adalah
tendensi
untuk
berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku dan bukan pada perilaku secara terbuka. Ketiga komponen ini secara bersama merupakan penentu bagi jumlah keseluruhan sikap sesorang terhadap suatu objek sikap.
3. Fungsi Sikap D. Katz menjelaskan empat fungsi sikap, empat fungsi sikap itu adalah fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan fungsi pengetahuan :51 a. Fungsi Penyesuaian Diri Fungsi ini berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan membantu untuk mencapai tujuannya secara maksimal. b. Fungsi Pertahanan Diri Fungsi ini mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi diri seseorang dari keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya.
51
Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 66
35
c. Fungsi Ekspresi Nilai Fungsi ini berarti bahwa sikap membentuk ekspresi positif nilainilai dasar seseorang, memamerkan citra dirinya dan aktualisasi diri. d. Fungsi Pengetahuan Fungsi ini berarti bahwa sikap membantu seseorang menetapkan standar evaluasi terhadap suatu hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas kerangka acu pribadi seseorang dalam menghadapi objek atau peristiwa di sekelilingnya.
I. Hasil Penelitian Relevan Dalam penulisan ini, terdapat beberapa bahan bacaan yang berkaitan dengan permasalahan dalam perubahan sosial-ekonomi yang diakibatkan oleh berubahnya kondisi fisik suatu wilayah, masing-masing diantaranya adalah : Pertama, Skripsi yang berjudul “Relevansi status sosial ekonomi terhadap kepedulian lingkungan hidup dalam konteks Indonesia sebagai negara berkembang (studi kasus Rukun Warga 11, Kelurahan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara)”. Penelitian ini dilakukan oleh Andromeda M. F. K., mahasiswa strata satu (S1) Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia (FISIP-UI), tahun 2009. Permasalahan yang diangkat adalah mengenai permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia yang tidak ramah lingkungan serta kepedulian mereka terhadap permasalahan lingkungan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepedulian lingkungan masyarakat pada setiap lapisan status sosial ekonomi, dalam konteks Indonesia sebagai negara berkembang. Berdasarkan temuan penelitian, tidak ada hubungan antara status sosial ekonomi dan kepedulian lingkungan. Namun, ada hubungan antara kepedulian lingkungan khusus dan tindakan lingkungan. Implementasi nyata dari kepedulian
36
masyarakat justru karena rusaknya lingkungan hidup sekitar. Di samping itu, masyarakat setempat, pemerintah lokal, dan pelaku pasar juga memiliki peran dalam pembentukan kepedulian lingkungan. Kedua, Skripsi yang berjudul “Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, Jakarta”. Penelitian ini ditulis oleh Darma Utama, mahasiswa strata satu (S1) Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2006. Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai pengaruh kenaikan harga BBM terhadap usaha perikanan tangkap dan juga kondisi sosial ekonomi nelayan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui presentase komponen biaya BBM terhadap total biaya sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM serta untuk mengetahui dampak kenaikan harga BBM terhadap kondisi sosial ekonomi nelayan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus, yakni penelitian mengenai status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik dari keseluruhan personalitas. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter khas dari kasus ataupun status dari fokus penelitian, yaitu nelayan ABK dengan kapasitas kapal 5 GT ke bawah. Adapun hasil analisis dampak kenaikan harga BBM terhadap presentase komponen biaya BBM terhadap total biaya usaha perikanan tangkap nelayan 5 GT ke bawah diketahui bervariasi menurut alat tangkap yang digunakan, yaitu dengan alat tangkap bubu rajungan, jaring rampus, gillnet dan jaring tangsi menunjukkan adanya kenaikan total biaya usaha pasca kenaikan harga BBM. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dampak kenaikan harga BBM terhadap kondisi sosial ekonomi nelayan diketahui juga bervariasi menurut indikator yang digunakan. Kesejahteraan menurut indikator keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan, kehidupan beragama, dan kemudahan melakukan kegiatan olah raga
37
tidak mengalami perubahan. Presentase perubahan kesejahteraan nelayan bervariasi
berdasarkan
indikator
pendapatan,
pengeluaran,
kemudahan
mendapatkan fasilitas kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, dan rasa aman dari gangguan kejahatan. Ketiga, Tesis yang berjudul “Kajian Reklamasi Pantai Dadap, Kabupaten Tangerang (Sebuah Analisis Persepsi Stakeholder)”, yang ditulis oleh mahasiswi strata dua (S2) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) bernama Indrani Dharmayanti pada tahun 2006. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat dan stakeholder terhadap rencana kebijakan reklamasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi masyarakat mengenai kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi di sekitar Pantai Dadap, serta mengetahui pengaruh reklamasi tersebut terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Dari hasil pengumpulan data primer melalui wawancara dengan masyarakat yang dianalisa dengan cara analisa persepsi dan uji jenjang bertanda, membuktian bahwa kondisi lingkungan di sekitar areal reklamasi pada periode sebelum tahun 2000 kondisinya masih tergolong baik, sedangkan setelah itu yaitu periode tahun 2000-2005 kondisi lingkungan mengalami penurunan. Sementara kondisi sosial masyarakat tidak terlalu berpengaruh, hanya terjadi peningkatan konflik antar warga nelayan yang diakibatkan oleh penyempitan dan pendangkalan sungai yang sering menyebabkan tabrakan kapal yang berujung konflik. Sedangkan secara ekonomi, dampak negatif yang dihasilkan lebih besar daripada dampak positifnya, terlihat dari berkurangnya manfaat lingkungan pesisir sehingga berpengaruh pada pendapatan mereka. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kecendrungan akan masalah sosial-ekonomi akan lebih signifikan, jika pengembangan wilayah pesisir tidak dikelola secara terpadu. Keempat, Desertasi yang berjudul “Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Utara Jakarta Secara Berkelanjutan”, yang ditulis oleh Sapto
38
Supomo, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2009. Penelitian ini berisi pembahasan mengenai model pengembangan kawasan Pantura Jakarta secara berkelanjutan. Tujuan penelitian ini meliputi : menganalisis status keberlanjutan pengembangan kawasan Pantura Jakarta, menganalisis nilai ekonomi total kawasan hutan mangrove di Pantura Jakarta, mengidentifikasi kebutuhan stakeholder dalam pemanfaatan ruang kawasan Pantura Jakarta, menganalisis keterkaitan antar aspek ekologi, ekonomi, dan sosial di kawasan Pantura Jakarta, dan menyusun arahan kebijakan pengembangan kawasan Pantura Jakarta yang berkelanjutan. Model analisis pengembangan kawasan pantai utara Jakarta yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kondisi keberlanjutan menggunakan multi dimensional scaling dan analisis kebutuhan stakeholder dengan metode need assesment, perhitungan nilai ekonomi total kawasan dengan menggunakan total economic valuation, analisis sistem dinamik, dan analytical hierarchy process untuk menentukan prioritas kebijakan. Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan
diperoleh
beberapa
kesimpulan. Pembangunan kawasan pantura Jakarta belum mencapai kondisi keberlanjutan. Dari lima dimensi yang dianalisis, hanya dimensi kelembangaan yang telah mencapai status berkelanjutan sedangkan dimensi ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi belum berkelanjutan. Dari penelitian pertama, ketiga dan keempat, diketahui
bahwa
permasalahan lingkungan merupakan hasil dari kegiatan manusia yang tidak ramah lingkungan, terutama dalam kegiatan pembangunan
yang tidak
memperhatikan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan. Pola permasalahan lingkungan menyerupai siklus, yaitu manusia sebagai titik temu antara sebab dan akibat permasalahan lingkungan. Perubahan lingkungan akibat pembangunan, meniscayakan berdampak pada kegiatan sosial ekonomi masyarakat, serta kondisi ekologis kawasan pembangunan tersebut.
39
Penelitian
pertama
dan
kedua
menjadi
acuan
utama
dalam
mendeskripsikan dan menyajikan data-data sosial ekonomi masyarakat, namun dalam penelitian ini metode yang dipakai yaitu metode survey dengan pendekatan kuantitatif deskriptif, yang bertujuan untuk memperoleh data representatif dari subjek penelitian dan yang dijadikan indikator perubahan hanya pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Disamping itu, penelitian keempat juga merupakan acuan, karena memiliki relevansi dalam menunjang penelitian ini, antara lain keterkaitan dalam hal kebijakan pengembangan kawasan (reklamasi) dan datadata terkait kondisi sosial ekonomi masyarakat Muara Angke. Namun dalam penulisan ini analisis yang digunakan disesuaikan dengan kapasitasnya sebagai penulisan skripsi yaitu analisis kuantitatif deskriptif, serta masalah yang akan diungkap lebih bersifat deskripsi berdasarkan hasil survey, bukan untuk menentukan arahan kebijakan pengembangan yang harusnya dilakukan para stakeholder.
J. Kerangka Berpikir Seiring dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial ekonominya, manusia memanfatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan. Konsekuensi yang muncul adalah masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Jalan yang ditempuh untuk memperoleh lahan baru yaitu dengan mengadakan kebijakan reklamasi pantai. Begitu juga dengan pembangunan Pelabuhan Muara Angke yang merupakan hasil pengurukan dan pengerukan lahan. Dengan adanya reklamasi pantai diharapkan tidak hanya dapat mengatasi masalah keterbatasan lahan, tetapi juga dapat memanfaatkan sumber daya yang terdapat pada proyek reklamasi. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya dari kebijakan reklamasi ini adalah pengembangan serta peningkatan taraf sosialekonomi masyarakat pesisir, yang diketahui melalui perbandingan pendapatan perkapita dan pengeluaran perkapita rumah tangga sebelum dan sesudah adanya
40
reklamasi (pembangunan pelabuhan Muara Angke). Pemberdayaan masyarakat pesisir harus dikelola secara optimal sehingga kondisi kehidupan masyarakat yang sesuai dengan standar kesejahteraan dapat terwujud secara berlahan, tentunya hal ini memerlukan perencanaan yang terpadu dan analisis dampak yang tidak hanya mempertimbangkan aspek fisik atau lingkungan saja, tetapi juga dampak sosialekonomi masyarakat perlu menjadi pertimbangan, serta peranan pedoman pelaksanakan reklamasi dan kebijakan penataan ruang wilayah pesisir dan lautan yang dapat menentukan masa depan potensi lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat. Reklamasi termasuk faktor eksternal yang menyebabkan perubahan sosialekonomi. Dengan berubahnya kondisi fisik lingkungannya, masyarakat berusaha menyesuaikan diri (adaptasi) dan melakukan peralihan-peralihan segala aktivitas sosial-ekonomi sebagai upaya untuk bertahan dengan kondisi lingkungan yang baru. Dalam proses penyesuaian ini tidak semua individu dikatakan berhasil dan merasakan dampak positif dari reklamasi, sebagian dari mereka menemukan kegagalan dalam proses penyesuain ini, sehingga harus merasakan dampak negatif dari suatu perubahan lingkungan (reklamasi). Dengan demikian, dapat dirangkaikan suatu asumsi bahwa jika penataan ruang hasil reklamasi sesuai dengan pedoman atau ketentuan yang berlaku, maka hal ini akan memudahkan penyesuaian kondisi sosial-ekonomi masyarakat terhadap kehadiran reklamasi, sehingga dapat meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan reklamasi serta kecendrungan dampak positif reklamasi dapat dirasakan secara signifikan.
41
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai
Visi Pengelolaan Wilayah Pesisir
Reklamasi Pantai (Pelabuhan Muara Angke)
Subsistem Lingkungan
Stakeholder
Subsistem Sosial
Subsistem Ekonomi
Analisis Perubahan Sosial-Ekonomi Masyarakat
Positif
Negatif
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di pemukiman nelayan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Lokasi ini dipilih karena wilayah ini merupakan salah satu yang terdaftar dalam kebijakan reklamasi Pantai Utara Jakarta, yang ditandai dengan pembangunan pelabuhan Muara Angke sebagai akses masyarakat untuk penyebrangan ke Kepulauan Seribu, dengan adanya pelabuhan ini niscaya berpengaruh terhadap perubahan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya kependudukan, mata pencaharian, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Oleh karena itu, wilayah ini menarik untuk diteliti. Untuk mempermudah dalam proses analisis data, penelitian lapang dilakukan terhitung enam bulan, mulai dari bulan Februari - April 2014 merupakan tahap survey dan observasi, kemudian tiga bulan berikutnya bulan Mei - Juli 2014 merupakan tahap pengumpulan data, baik itu data primer maupun sekunder.
B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dan penelitian survey. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang tertentu atau gambaran mengenai gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.52 Sedangkan, penelitian survey merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview
52
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 35.
42
43
agar nantinya dapat menggambarkan sebagai aspek dari populasi.53 Pendekatan dalam penelitian ini ditujukan pada sejumlah besar individu atau kelompok; unit yang ditelaahnya. Fokus perhatian penelitian survey hanya ditujukan pada beberapa variable saja, mengingat unit yang ditelaahnya dalam jumlah besar.54 Data dalam survey analitik biasanya merupakan data kuantitatif.55 Penelitian survey berusaha memperoleh data mangenai karakteristik atau hubungan sebab akibat antar variabel, dengan mengacu indikator-indikator yang bersifat umum, sehingga memungkinkan untuk melakukan generalisasi. Artinya, individu atau kelompok yang diambil sebagai sample penelitian, haruslah bisa mewakili populasi individu atau kelompok yang diteliti (representatif). Teknik sampling merupakan persoalan penting pada setiap survey, oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling yang dapat merepresentasikan karakteristik populasi yaitu dengan teknik purposive sampling. Sementara untuk memperoleh persentase kecendrungan perubahan sosialekonomi masyarakat, penelitian ini mengunakan metode kuantitatif, dimana data diperoleh dari daftar kuesioner yang dilakukan di lokasi penelitian. Setelah data kuantitatif diolah barulah dideskripsikan untuk menggambarkan kondisi yang ada di lapangan, sehingga data yang dihasilkan mudah dipahami, karena selain deskripsi berupa narasi yang logis, diperkuat dengan persentase perolehan data.
53
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan : Teori dan Aplikasi, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), h. 47 54 Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003), h. 23 55 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, h. 54.
44
C. Unit Analisis Sebenarnya dalam perumusan masalah sudah terbayang apa yang menjadi unit analisis penelitian. Unit analisis ini menunjukkan siapa atau apa yang mempunyai karakteristik yang akan diteliti.56 Dalam penelitian ini, karakteristik atau variabel yang akan diteliti adalah perubahan sosial-ekonomi masyarakat. Dengan demikian, unit analisisnya adalah orang-orang sebagai individu atau perseorangan yang dikategorikan berdasarkan jenis pekerjaan masyarakat pesisir, yaitu nelayan, pedagang dan pengolah ikan, pedagang dan pengolah kerang, dan mata pencaharian non perikanan.
D. Instrumen Penelitian Sesuai dengan metode penelitian dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka instrumen yang akan digunakan untuk memperoleh data yang diinginkan adalah : draft kuesioner, daftar pertanyaan wawancara, serta alat pendukung lainnya dalam perolehan dokumentasi (alat perekam dan kamera).
E. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder dan data primer. Adapun data sekunder adalah data yang diambil melalui instansi pemerintah atau lembaga-lembaga swasta dan buku-buku yang relevan dengan pokok masalah yang terdapat pada penelitian ini. Data sekunder yang diperoleh berupa kependudukan Kelurahan Pluit, kondisi sosial ekonomi masyarakat Muara Angke, fasilitas Pelabuhan Muara Angke, dan rencana tata ruang wilayah Jakarta Utara.
56
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 29
45
Sedangkan, data primer diambil langsung di lapangan melalui sampel yang akan dihimpun dari masyarakat setempat (responden) dan juga melalui informan serta narasumber yang lebih mengetahui lokasi penelitian. Data yang diperoleh yaitu kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mencakup pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, kondisi dan fasilitas perumahan, pendapatan, pengeluaran, serta sikap terhadap kehadiran Pelabuhan Muara Angke. Dalam menentukan sample, digunakan teknik pengambilan sample berdasarkan tujuan (Purposive Sampling). Purposive Sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai keterkaitan erat dengan populasi yang diketahui sebelumnya. Dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.57 Dalam teknik ini, awalnya dilakukan perolehan informasi melalui keterangan Bapak Khafidin (Ketua RW), dengan tujuan untuk meminta gambaran mengenai kondisi sosial-ekonomi masyarakat sekitar dan penjelasan mengenai kehadiran pelabuhan Muara Angke, setelah menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, kemudian penulis meminta rekomendasai narasumber kepada Bapak Khafidin, rekomendasi ini selain bertujuan untuk mempermudah memperoleh rekomendasi responden representatif juga untuk menambah kelengkapan data penelitian, dengan demikian maka dipilih Bapak Arfani (Tokoh Masyarakat). Siapa yang akan diambil sebagai anggota diserahkan pada pertimbangan pengumpul data (Ketua RW dan Tokoh Masyarakat) yang sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti.58 Prosedur yang dilalui dalam pemilihan responden yaitu dengan menyesuaikan karakteritik responden dengan kriteria-kriteria yang diperlukan dalam penelitian, seperti kategori mata pencaharian; apakah mereka termasuk dalam jenis mata pencaharian nelayan, pedagang dan pengolah ikan, pedagang dan pengolah kerang, dan non perikanan, lama usaha; berapa lama mereka 57
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan : Teori dan Aplikasi, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), h. 124. 58 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 63
46
menjalankan usahanya, diutamakan mereka yang sudah berusaha minimal 10 tahun dan kurang dari 10 tahun sebagai pembanding, dan lokasi responden; apakah mereka berdekatan dengan pelabuhan Muara Angke dan merasakan dampaknya. Dengan demikian, pengumpul data (Ketua RW dan Tokoh Masyarakat) yang telah diberikan pejelasan akan mengambil siapa saja yang menurut
pertimbangan
dapat
merepresentasikan
masing-masing
kategori
pekerjaan masyarakat pesisir. Berdasarkan pertimbangan kriteria-kriteria tersebut diperoleh responden representatif sebanyak 12 orang, yaitu 2 orang nelayan, 3 orang pedagang dan pengolah ikan, 3 orang pedangan dan pengolah kerang, dan 4 orang non perikanan. Sementara untuk teknik pengumpulan data, digunakan teknik-teknik yang umumnya dilakukan dalam studi dampak sosial, Teknik tersebut diantaranya yaitu sebagai berikut : 1. Kuesioner Penggunaan kuesioner didasarkan oleh suatu keyakinan bahwa responden atau narasumber adalah orang yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri. Apa yang dinyatakan oleh responden dianggap benar dan dapat dipercaya. Interpretasi responden atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dianggap sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Dalam hal ini penyebaran kuesioner diajukan kepada seluruh responden secara langsung, jawaban responden diperoleh dengan cara membacakan seluruh pertanyaan kuesioner kepada responden. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mencakup pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, kondisi dan fasilitas perumahan, pendapatan, pengeluaran, serta sikap terhadap kehadiran Pelabuhan Muara Angke.
47
2. Wawancara Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.59 Wawancara ini disusun dalam bentuk pertanyaan terbuka yang dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam agar mendapatkan informasi secara bebas demi keluesan dalam penelitian ini. Pertanyaanpertanyaan dimulai dari yang bersifat umum, kemudian masuk kepada hal-hal yang berhubungan dengan topik permasalahan. Informan dan narasumber diberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian. Wawancara ditujukan kepada informan dan narasumber yang lebih mengetahui kondisi lokasi penelitian, informan yang diwawancarai yaitu Bapak Khafidin (Ketua RW), dan Bapak Arfani (Tokoh Masyarakat) sebagai narasumber. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat, latar belakang pelabuhan Muara Angke, pola hubungan sosial masyarakat, masalah-masalah yang dihadapi masyarakat akibat pembangunan pelabuhan Muara Angke dan sikap masyarakat terhadap kehadiran pelabuhan Muara Angke.
3. Observasi Secara luas, observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan disini diartikan secara sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera pengelihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.60
59
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 6768 60 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, h. 69
48
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, kejadian atau peristiwa, dan juga waktu. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang aktivitas sosial ekonomi masyarakat perkampungan nelayan Muara Angke.
F. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh disusun melalui beberapa langkah, yaitu editing, coding, tabulasi, dan analisis. Data yang telah diedit disusun dalam bentuk tabel berdasarkan hubungan variabel serta dilihat persentasenya, kemudian dianalisis sesuai dengan kebutuhan pembahasan. Data dan informasi hasil penelitian dianalisis secara deskriptif untuk menyajikan gambaran berbagai variabel yang diteliti. Sebagian data yang diperoleh dari hasil wawancara, kemudian dikategorikan sesuai dengan kebutuhan pembahasan. Data-data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan cara dideskripsikan dengan narasi yang logis. Sedangkan data-data yang bersifat kuantitatif, kemudian dianalisis menggunakan penghitungan Microsoft Excel. Data berupa mencakup tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, mata pencaharian, kondisi dan fasilitas perumahan, pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Untuk mengetahui kondisi dan fasilitas perumahan yang dimiliki responden digunakan indikator menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003 dengan kriteria dan skor yang telah disesuaikan dengan kebutuhan analisis.61
61
Darma Utama, (Skripsi), Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, DKI Jakarta, Skripsi pada Prodi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2006, tidak dipublikasikan. h. 87-88
49
Tabel 3.1.
No 1
2
Indikator Kondisi dan Fasilitas Perumahan Menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003 yang dimodifikasi
Indikator Kondisi dan Fasilitas Perumahan Kondisi perumahan : a. Atap : Genteng (3) / Asbes (2) / Seng (1) b. Bilik : Tembok (4) / Setengah tembok (3) / Kayu (2) / Bambu kayu (1) c. Status : Milik sendiri (3) / Sewa (2) /Numpang (1) d. Lantai : Porselin (5) / Ubin (4) / Plester (3) / Papan (2) / Tanah (1) e. Luas : > 100 m2 (3) / 50 – 100 m2 (2) / < 50 m2 (1) Fasilitas perumahan : a. Pekarangan : > 100 m2 (3) / 50 – 100 m2 (2) / < 50 m2 (1) b. Hiburan : Video (4) / TV (3) / Tape recorder (2) / Radio (1) c. Pendingin : AC (4) / Lemari es (3) / Kipas angin (2) / Alam (1) d. Bahan bakar : Gas (3) / Minyak tanah (2) / Kayu (1) e. Sumber air : PAM (5) / Sumur bor (4) / Mata air (3) / Air hujan (2) / Sungai (1) f. MCK : Kamar mandi sendiri (3) / Kamar mandi umum (2) / Sungai (1)
Kriteria
Skor
1. Permanen (Skor : 15-18) 2. Semi permanen (Skor : 10-14) 3. Non permanen (Skor : 5-9)
3 2 1
1. Lengkap (Skor : 3 18-22) 2. Sedang (Skor : 2 12-17) 3. Kurang (Skor : 6- 1 11)
Sedangkan untuk menganalisis sikap responden, digunakan pengukuran dengan skala Likert. Skala Likert disebut juga method of summated ratings karena nilai peringkat setiap jawaban atau tanggapan dijumlahkan sehingga mendapat
50
nilai total,62 Likert merupakan metode pengukuran sikap yang banyak digunakan dalam penelitian sosial karena kesederhanaannya, metode ini bermanfaat untuk membandingkan skor sikap seseorang dengan distribusi skala dari sekelompok orang lainnya, serta untuk melihat perkembangan atau perubahan sikap sebelum dan sesudah ekperimen atau suatu kegiatan. Dalam perumusan Skala Likert, item-item harus terdiri dari item positif dan item negatif. Item positif adalah pernyataan yang memberikan isyarat mendukung atau menunjukkan sikap yang positif terhadap topik yang sedang diukur, sedangkan item negatif sebaliknya, yaitu melawan topik atau menunjukkan sikap yang negatif. Untuk setiap pilihan jawaban (Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju), diberikan skor dengan kriteria apabila item positif maka angka terbesar diletakkan pada “Sangat Setuju”. Kemudian untuk item negatif maka angka terbesar diletakkan pada “Sangat Tidak Setuju”. Skor yang diberikan pada jawaban untuk setiap item kemudian dijumlahkan. Item positif dan item negatif ditempatkan secara acak.
Tabel 3.2.
Indikator Skor Pengukuran Sikap (Positif-Negatif)
Pilihan Jawaban
62
Skor Item Positif
Item Negatif
Sangat Setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak Setuju
2
3
Sangat Tidak Setuju
1
4
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 77
51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Daerah 1. Letak Daerah Penelitian Lokasi penelitian perkampungan nelayan Muara Angke merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Pluit secara astronomis berada pada posisi 60. 06’. 50” – 60. 06’. 56” Lintang Selatan dan 1060. 45’. 56” – 1060. 46’. 28” Bujur Timur. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1251/1986 tanggal 29 Juli 1986, menjelaskan bahwa Kelurahan Pluit mempunyai luas wilayah 771,19 Ha dengan batas-batas wilayah sebaai berikut : a. Sebalah Utara
: Pantai Laut Jawa.
b. Sebelah Timur
: Sepanjang Tepi Waduk Pluit sebelah barat
c. Sebelah Selatan
: Jl. Pluit Karang Selatan – Jl. Pluit Selatan.
d. Sebelah Barat
: Kali Muara Angke – Kali Cisadane.
Kelurahan Pluit secara administratif terbagi ke dalam 18 RW dan 220 RT. Muara Angke sendiri terdiri dari atas 2 RW yaitu RW 01 dan 011 yang masing-masing memiliki 10 dan 13 RT.
2. Kependudukan a. Kewarganegaraan dan Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kelurahan Pluit bulan Februari 2014 untuk WNI sebesar 49.664 jiwa yang terdiri atas 24.798 orang laki-laki dan 24.866 orang perempuan, sedangkan jumlah WNA sebesar 63 jiwa yang terdiri atas 38 orang laki-laki dan 25 orang perempuan.
51
52
Tabel 4.1.
Komposisi Penduduk Menurut Kewarganegaraan dan Jenis Kelamin di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014 WNI (Orang)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Umur (Tahun)
0-4 5 - 9 th 10 - 14 th 15 - 19 th 20 - 24 th 25 - 29 th 30 -34 th 35 - 39 th 40 - 44 th 45 -49 th 50 -53 th 55 - 59 th 60 - 64 th 65 - 69 th 70 - 74 th 75 th 16 keatas Total
Lakilaki
Perem- Jumpuan lah
WNA (Orang) Persentase Persentase Laki- Perem- Jum(%) (%) laki puan lah
1.435 1.782 1.629 1.747 2.023 2.463 2.641 2.194 1.754 1.207 1.487 1.393 1.235 766 441
1.699 1.608 1.592 1.723 2.011 2.433 2.506 2.078 1.715 1.673 1.692 1.559 1.056 639 415
3.134 3.390 3.221 3.470 4.034 4.896 5.147 4.272 3.469 2.880 3.179 2.952 2.291 1.405 856
6,34 6,86 6,52 7,02 8,17 9,91 10,42 8,65 7,02 5,83 6,44 5,98 4,64 2,84 1,73
0 4 4 0 5 2 5 0 0 2 1 4 3 5 1
1 3 1 4 1 0 2 1 3 0 2 1 2 2 0
1 7 5 4 6 2 7 1 3 2 3 5 5 7 1
1,59 11,11 7,94 6,35 9,52 3,17 11,11 1,59 4,76 3,17 4,76 7,94 7,94 11,11 1,59
339 24.536
466 24.865
805 49.401
1,63 100,00
2 38
2 25
4 63
6,35 100,00
Sumber : Laporan Bulanan Kelurahan Pluit Februari 2014
b. Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Pluit secara umum tergolong cukup tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk yang tamat SLTA sebesar 15.840 atau 31,80% dari jumlah penduduk, serta peminatan terhadap akademi/perguruan tinggi juga cukup baik yaitu sebesar 6.047 atau 12,14%. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
53
Tabel 4.2.
No
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pendidikan di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014
Jenis Pendidikan
Jenis Kelamin (Orang) Laki-laki Perempuan Jumlah
Persentase (%)
1 Tidak Sekolah
438
588
1.026
2,06
2 Tidak Tamat SD
788
984
1.772
3,56
3 Tamat SD
4.490
5.304
9.794
19,66
4 Tamat SLTP
7.631
7.703
15.334
30,78
5 Tamat SLTA
8.021
7.819
15.840
31,80
6 Tamat Akademi/PT
3.518
2.529
6.047
12,14
24.886 24.927 49.813 Total Sumber : Laporan Bulanan Kelurahan Pluit Februari 2014
100,00
c. Mata Pencaharian Sebagaian besar penduduk Kelurahan Pluit memiliki mata pencaharian sebagai Karyawan Swasta/Negeri/ABRI yaitu sebanyak 17.239 jiwa atau 35,35%. Kelompok mata pencaharian ini memiliki proporsi cukup tinggi disebabkan letak Kelurahan Pluit yang berada di ibu kota Negara sehingga perusahaan-perusahaan
memungkinkan masyarakatnya bekerja di swasta maupun instansi
pemerintah. Mata
pencaharian sebagai pedagang/wiraswasta menempati posisi kedua terbanyak setelah Karyawan Swasta/Negeri/ABRI yaitu sebesar 14.128 jiwa atau 28,97%, hal ini dikarenakan letak strategis Kelurahan Pluit sebagai pusat pendapatan dan perdagangan perikanan terbesar di Jakarta. Sedangkan untuk mata pencaharian nelayan hanya digeluti oleh 2.917 jiwa atau 5,98%, hal ini dimungkinkan karena adanya relokasi pemukiman oleh pemerintah, sehingga masih banyak penduduk Muara Angke yang belum terdaftar di Kelurahan Pluit.
54
Tabel 4.3.
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014 Jenis Kelamin (Orang)
No
Jenis Mata Pencaharian
Laki-laki Perempuan
Persentase (%)
Jumlah
1 Tani Karyawan 2 SwastaNegeri/ABRI
-
-
-
0
9.644
7.596
17.240
35,35
3 Pedagang/Wiraswasta
8.026
6.102
14.128
28,97
4 Nelayan
2.917
-
2.917
5,98
-
-
-
0
6 Pensiun
761
252
1.013
2,08
7 Pertukangan
120
-
120
0,25
8 Pengangguran
749
483
1.232
2,53
9 Fakir Miskin
486
393
879
1,80
2.201
9.036
11.237
23,04
48.766
100,00
5 Buruh Tani
10 Lain-lain
24.904 23.862 Total Sumber : Laporan Bulanan Kelurahan Pluit Februari 2014
B. Kondisi Sarana dan Prasarana 1. Peribadatan Tempat peribadatan yang terdapat di Kelurahan Pluit terdiri dari Masjid, Musholla, Gereja, Pura, dan Vihara atau Klenteng. Pada tabel 4.4. terlihat tempat peribadatan Gereja berjumlah 14 unit dan merupakan terbanyak pertama, sedangkan Masjid menempati urutan ketiga setelah Vihara / Klenteng yaitu berjumlah 7 unit.
55
Tabel 4.4. No
Jenis Tempat Peribadatan di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014 Jenis Tempat Peribadatan
Jumlah (Unit)
1
Masjid
7
2
Musholla
3
3
Gereja
14
4
Pura
1
5
Kuil / Klenteng / Vihara
11
Total
36
Sumber : Laporan Bulanan Kelurahan Pluit Februari 2014
2. Kesehatan Jumlah sarana kesehatan terbanyak yang ada di Kelurahan Pluit ditempati oleh Dokter Praktek sebanyak 54 unit. PPKB menjadi terbanyak kedua yaitu berjumlah 18 unit. Tidak terdapat Rumah sakit yang berada di wilayah administrasi Kelurahan Pluit, namun rumah sakit yang cukup dekat untuk dijangkau dari Muara Angke yaitu Rumah Sakit Swasta Atmajaya.
Tabel 4.5. No
Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014 Jenis Sarana dan Prasarana
Jumlah (Unit)
1
Rumah Sakit
0
2
Puskesmas
1
3
Posyandu
8
4
UPGK
5
5
Karang Balita
2
6
Dokter Praktek
54
7
Apotik
6
56
8
Klinik Kesehatan
1
9
Sin She
5
10
Akupuntur
3
11
PPKB
18
12
BKIA
1
13
Klinik KB
1
14
Taman Gizi
1
15
Kursus
8
16
Lain-lain
0
Total
114
Sumber : Laporan Bulanan Kelurahan Pluit Februari 2014
3. Pendidikan Sarana pendidikan di Kelurahan Pluit terdiri dari sarana pendidikan formal, yaitu SD, SMP, dan SMU.
Tabel 4.6.
No 1
Jumlah Sarana dan Pendidikan Formal di Kelurahan Pluit dalam Laporan Bulanan Februari 2014 Jenis Pendidikan
Sekolah Dasar (SD) Negeri Bersubsidi Swasta Ibtidaiyah
Total 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Bersubsidi Swasta
Jumlah Gedung Sekolah (Unit) (Unit) 2 0 8 1
2 0 8 1
11
11
1 0 9
1 0 9
57
Tsanawiyah
Total 3 Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri Bersubsidi Swasta Aliyah
1 11
1 11
1 0 4 0
1 0 4 0
Total 5 5 Sumber : Laporan Bulanan Kelurahan Pluit Februari 2014
Disamping itu, di Kelurahan Pluit juga terdapat sarana pendidikan informal yang terdiri dari taman kanak-kanak dan berbagai kursus kejuruan atau keterampilan. Fasilitas pendidikan di Kelurahan Pluit yang cukup lengkap mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah tingkat atas tidak serta merta membuat anak-anak dari Kelurahan ini hanya bersekolah di Kelurahan Pluit tetapi banyak diantara mereka yang bersekolah di luar Kelurahan Pluit. Hal ini dimungkinkan karena akses yang cukup mudah untuk menjangkau wilayah di luar Kelurahan Pluit.
C. Keadaan Umum Pelabuhan Muara Angke 1. Latar Belakang Salah satu faktor utama dibangunnya Pelabuhan Muara Angke adalah karena tingginya animo masyarakat maupun wisatawan yang ingin berkunjung ke Kepulauan Seribu. Awalnya pelabuhan penyebrangan ini akan dibangun di Pelabuhan Bahtera Jaya, Pluit. Namun, dengan berbagai pertimbangan akhirnya dipilihlah kawasan Muara Angke.63 Disamping itu, kepadatan arus penyebrangan yang terjadi di Pelabuhan Kali Adem, juga menjadi faktor 63
Al furqon, Pelabuhan Muara Angke Dilengkapi Pemecah Ombak, 2012, (http://www.jakarta.go.id/v2/news/2012/01/Pelabuhan-Muara-Angke-Dilengkapi-PemecahOmbak)
58
pendorong mengapa Pelabuhan Muara Angke ini dibangun. Sebenarnya fungsi utama Pelabuhan Kali Adem hanya untuk tempat pendaratan ikan atau hanya digunakan untuk kegiatan perikanan. Pelabuhan Muara Angke ini dibangun sejak tahun 2004 dan memiliki luas 3,4 hektar. Yang telah dibangun seluas 7.500 meter persegi dengan memiliki daya tampung 50 kapal. Selain itu, pemecah ombak pun telah berdiri sepanjang 1,4 kilometer. Biaya untuk membangun pelabuhan ini menelan biaya sekitar Rp 130 miliar.64
2. Kebijakan Pengembangan Pelabuhan Muara Angke Memorandum of Understanding (MoU) antara Gubernur DKI Jakarta dengan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Tanggal 26 Mei 1995. Berisi mengenai kesepakatan pertukaran tanah milik pemerintah DKI Jakarta + 11 ha terletak di Ancol Timur, Kelurahan Ancol, Kec.Penjaringan, Jakarta Utara dengan bangunan gedung serba guna, kapal, stadion olah raga dan kolam renang serta dermaga berikut fasilitas penunjangnya milik Departemen Perhubungan (dermaga 500 m², ruang tunggu penumpang 150 m², lapangan parkir berikut jalan 1400 m²) diatas lahan milik Pemprov DKI Jakarta seluas 5.000 m².65 Perda No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta, Sistem Prasarana Wilayah pada Pasal 19 ayat 10 menjelaskan bahwa Pelabuhan Muara Angke merupakan salah satu dermaga penyeberangan yang dikhususkan untuk penyeberangan dari dan ke Kepulauan Seribu. Rencana dermaga penyebrangan ke Kepulauan Seribu akan di fokuskan pada Pulau F (Muara Angke) dan Pulau J (Ancol) kawasan 64
Al furqon, Pelabuhan Muara Angke Dilengkapi Pemecah Ombak, 2012, (http://www.jakarta.go.id/v2/news/2012/01/Pelabuhan-Muara-Angke-Dilengkapi-PemecahOmbak) 65 Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Kebijakan Pengembangan Pelabuhan Muara Angke, (http://dishub.jakarta.go.id/informasi/4/bidang-transportasi-laut-udara?page=10)
59
reklamasi, hal ini tertuang pada Pasal 9 ayat 5 Rencana Sistem Jaringan, Pergub No. 121 Tahun 2012 tentang Penataan Ruang Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Disamping itu, Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 125 tahun 1995 tentang Pembangunan Dermaga Penyeberangan Ke Pulau Seribu, juga turut melandasi kebijakan pengembangan pelabuhan penyebrangan Muara Angke.
3. Sarana dan Prasarana Pelabuhan Muara Angke dilengkapi dengan bebrapa fasilitas pendukung operasional pelabuhan. Diantaranya, fasilitas ruang loket yang nyaman, kolam dermaga, pemecah ombak, kantor pelabuhan, ruang tunggu penumpang (boarding pass) layakanya seperti di bandara, lahan parkir kapal dan fasilitas penunjang lainnya. Berikut rincian daftar sarana dan prasarana yang terdapat di Pelabuhan Muara Angke :66
Tabel 4.7. Daftar Prasarana Pelabuhan Muara Angke Tahun 2002 -2012 No
Jenis Prasarana
1
Breakwater
Volume
Tahun Pembangunan 2002 - 2003
Instansi
2004
Dishub
32, 5 m2
2004
Dishub
115 m2
PU
2
Breakwater
3
Dermaga
4
Breakwater
51 m2
2005
Dishub
5
Jalan Beton
600 m2
2006
PU
6
Pematangan Lahan
3.400 m2
2006
Dishub
7
Dermaga
50 m2
2006
Dishub
8
Pengerukan Kolam
30.000 m3
2005
Dishub
66
25 m
2
Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Kebijakan Pengembangan Pelabuhan Muara Angke, (http://dishub.jakarta.go.id/informasi/4/bidang-transportasi-laut-udara?page=9)
60
Pelabuhan 9
10
Pembangunan Dermaga
50 m2 dan
dan Pematangan Lahan
3. 400 m2
Pematangan Lahan dan
1.600 m2
Pengerasan
dan 1.600
2007
Dishub
2008
Dishub
2008
Dishub
m2 11
Pembangunan Dermaga dan Breakwater
50 m2 dan 25 m2
12
Pematangan Lahan
2.500 m2
2009
Dishub
13
Pematangan Lahan
7.500 m2
2011
Dishub
14
Panjang Breakwater
1.415 m2
2011
Dishub
15
Dermaga
1.825 m2
2011
Dishub
2011
Dishub
7.500 m2
2011
Dishub
16
Gedung Kantor
17
Reklamasi Pematangan
810 m
2
Lahan 18
Luas Shelter
270 m2
2011
Dishub
19
Luas Loket
12 m2
2011
Dishub
20
Jalan Beton
600 m2
2011
Dishub
21
Pengerukan
88.000 m3
2011
Dishub
22
Pematangan Lahan 9.400 m2
2012
Dishub
1.700 m2
2012
Dishub
Pelabuhan Muara Angke 23
Pembangunan Fasilitas Penunjang di Pelabuhan Muara Angke : 1. Pembangunan Shelter 2. Pembangunan Pujasera 3. Pembangunan
61
Lapangan Parkir 4. Pembangunan Toilet Umum 5. Pembangunan Taman dan Drainase 6. Musholla 24
Peningkatan Breakwater Pelabuhan
530 m3
2012
Dishub
42.450 m3
2012
Dishub
Muara Angke 25
Pengerukan Kolam Pelabuhan Muara Angke
Sumber : Situs Resmi Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta.
Di sekitar wilayah pelabuhan hingga saat ini masih terlihat belum terbebas dari kegiatan warga sekitar, masih ada warga yang bermain dan memancing di sekitar wilayah pelabuhan, bahkan lahan parkir pelabuhan juga masih dijadikan pangkalan ojek odong-odong.
4. Akses Transportasi Untuk kemudahan akses menuju Muara Angke bagi pengguna transportasi massal, pemerintah telah membangun terminal Muara Angke dan mengoperasikan beberapa trayek angkot dari dan menuju Muara Angke, namun untuk mencapai Pelabuhan Muara Angke dari terminal memerlukan sarana transportasi non-trayek, seperti ojek motor, ojek sepeda, ojek odongodong, dan becak. Akses jalan menuju pelabuhan cukup dekat dan mudah dijangkau oleh kendaraan kecil seperti mobil pribadi maupun kendaraan besar seperti Bus
62
atau mobil tronton, namun kondisinya jalannya masih terdapat genagangenagan air yang diakibatkan oleh laut pasang dan pembuangan limbah pengolahan ikan, kondisi inilah yang membuat akses ke pelabuhan terkesan kumuh. Menurut informan, genangan tersebut disebabkan oleh penurunan kontur tanah, yang diakibatkan oleh besarnya intensitas akses kendaraan proyek ketika proses pembangunan pelabuhan.67
D. Karakteristik Responden 1. Umur Responden Responden pada penelitian ini sampai pada waktu penelitian, rata-rata berumur 46,4 tahun dengan umur terendah 34 tahun dan responden tertua berumur 80 tahun. Sebagian besar responden berada pada kelompok umur 3640 tahun, 41-45 tahun dan 46-50 tahun, dengan jumlah yang sama yaitu masing-masing berjumlah 3 orang (25%), sedangkan jumlah terkecil terdapat pada kelompok umur 31-35 tahun, 51-55 tahun dan 56 tahun ke atas (80 tahun), yaitu masing-masing berjumlah 1 orang (8,3%).
Tabel 4.8. Kelompok Umur Responden Tahun 2014 Jumlah Kelompok Umur (Orang) 1 31 - 35 2 36 - 40 3 41 - 45 4 46 - 50 5 51 - 55 6 56 + Jumlah Sumber : Data Primer diolah 2014 No
67
1 3 3 3 1 1 12
Presentase (%) 8,33 25,00 25,00 25,00 8,33 8,33 100,00
Wawancara dengan tokoh masyarakat, Bapak Arfani (52 Tahun), Sabtu 13 Agustus 2014, Pukul 12.30 WIB, di dalam rumah.
63
Tabel 4.8. menggambarkan bahwa sebagian responden berada pada usia produktif dan sampai pada waktu penelitian dilakukan mereka masih bekerja. Hanya sebagian kecil saja yang sudah dapat dikatakan tidak lagi muda atau tidak produktif, selengkapnya ada pada Lampiran 1.
2. Jumlah Tanggungan Keluarga Masyarakat pesisir yang menjadi responden penelitian ini memiliki jumlah anggota keluarga yang bervariasi. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga menentukan seberapa besar pengeluaran dalam suatu rumah tangga. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki responden adalah 5 orang. Jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah 8 orang, terdapat pada 2 responden (16,66%), bahkan ada salah satu responden yang memiliki dua rumah tangga, yang di rumah dan yang di kampung. Sedangkan jumlah tanggungan keluarga terkecil adalah 4 orang, yang memiliki anggota keluarga terkecil ini sebanyak 5 responden (41,66%). (Lampiran 1).
3. Pengalaman Usaha Pengalaman usaha responden cukup bervariasi, hingga waktu penelitian ada responden yang telah menekuni pekerjaannya hingga puluhan tahun, ada yang baru beberapa tahun, dan ada juga yang baru berjalan 4 bulan, yang diakibatkan karena peralihan mata pencaharian. Responden yang memiliki pengalaman usaha terlama adalah 30 tahun, bernama Bapak Kapidun yang telah menekuni pekerjaannya sebagai pengolah limbah ikan semenjak belum ada pemukiman penduduk di Muara Angke. Sedangkan, pengalaman usaha terendah yaitu selama kurang dari 1 tahun (4 bulan), bernama Bapak Supendi yang beralih profesi menjadi petugas keamanan setelah sebelumnya menjadi penjaga WC umum, selain sebagai berprofesi petugas keamanan Bapak Supendi juga memiliki warung kelontong
64
dekat Pelabuhan yang sudah berjualan semenjak Pelabuhan Muara Angke baru diresmikan. (Lampiran 1)
4. Riwayat Pendidikan Tingkat pendidikan responden pada penelitian ini cukup tinggi, yang dilihat dari banyaknya responden menamatkan riwayat pendidikannya hingga SLTA. Hal ini dimungkinkan karena penetapan responden tidak secara random melainkan secara purposive sampling, yang diambil berdasarkan rekomendasi informan dan pertimbangan representatif masing-masing matapencaharian. Sebagian besar responden yang menamatkan riwayat pendidikannya hingga SLTA ini berada pada kelompok umur di bawah 40 tahun, atau dengan kata lain masih dalam usia muda atau produktif. Posisi terbanyak pertama berada pada tingkat pendidikan SLTA, yaitu berjumlah 4 orang (33,33%). Terbanyak kedua berada pada tingkat tamat SD, yaitu sebanyak 3 orang (25%), tidak tamat SD dan tamat SLTP masingmasing sebanyak 2 orang (16,66%), kemudian 1 orang (8,33%) yang berada pada posisi terendah, yaitu pada tingkat tidak sekolah.
Tabel 4.9. Tingkat Pendidikan Responden Tahun 2014 Tingkat Pendidikan
No 1 2 3 4 5
Jumlah (Orang)
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA
Jumlah Sumber : Data Primer diolah 2014
Presentase (%) 1 2 3 2 4 12
8,33 16,66 25 16,66 33,33 100,00
65
5. Kondisi dan Fasilitas Perumahan a. Kondisi Perumahan Selain sandang dan pangan, tempat tinggal juga merupakan salah satu bagian dari kebutuhan primer masyarakat. Kondisi tempat tinggal atau perumahan memberikan gambaran mengenai tingkat kesejahteraan keluarga. Perumahan yang ideal adalah tempat tinggal yang memenuhi persyaratan kesehatan dan lokasinya mudah untuk menjangkau beberapa fasilitas seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, dan pasar. Kondisi perumahan responden pada penelitian ini mayoritas berada dalam kategori semi permanen yang berjumlah 6 rumah (50%). Hal ini terlihat dari perumahan responden yang belum seluruhnya memenuhi kriteria perumahan permanen menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003. Kriteria atap rumah, mayoritas rumah responden masih menggunakan asbes, yaitu sebanyak 10 rumah (83,33%) dan hanya 2 rumah (16,66%) saja yang atapnya sudah menggunakan genting. Bilik rumah responden yang sudah menggunakan tembok sebanyak 7 rumah (58,33%), setengah tembok 1 rumah (8,33%), dan masih banyak perumahan responden yang masih menggunakan kayu sebagai bilik rumahnya, yaitu sebanyak 4 rumah (33,33%). Status kepemilikan perumahan responden, yaitu sebanyak 8 keluarga (53,33%) sudah milik sendiri, dan 4 keluarga (33,33%) masih berstatus sewa. Bahan lantai yang digunakan keluarga responden juga bervariasi, sebanyak 6 rumah (50%) sudah menggunakan ubin, 2 rumah (16,66%) menggunakan lantai plester, dan 4 rumah (33,33%) masih menggunakan kayu sebagai lantai rumahnya. Luas perumahan responden terdiri dari 5 rumah (41,66%) tergololong berlantai sedang dan 7 rumah (58,33%) tergolong memiliki lantai rumah yang sempit (Lampiran 2). Hasil penjumlahan kelima elemen keadaan perumahan di atas, diperoleh nilai antara 5-9 sebanyak 2 keluarga (16,66%) dengan kategori
66
Non Permanen, 10-14 sebanyak 6 keluarga (50%) dengan kategori Semi Permanen, dan kategori Permanen dengan nilai antara 15-18 sebanyak 4 keluarga (33,33%). Mayoritas kriteria perumahan responden pada penelitian ini termasuk dalam kriteria semi permanen, yaitu 6 keluarga (50%), hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum sepenuhnya menganggap bahwa tempat tinggal merupakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Pendapatan keluarga sangat mempengaruhi keadaan atau kondisi perumahan keluarga, dengan kata lain semakin tinggi pendapatan mereka, semakin baik keadaan atau kondisi perumahan keluarganya.
b. Fasilitas Perumahan Fasilitas perumahan sangat menentukan apakah perumahan tersebut ideal atau tidak. Kelengkapan fasilitas perumahan juga menjadi salah satu cerminan tingkat kesejahteraan keluarga. Dalam kategori luas pekarangan rumah, seluruh (100%) keluarga rumah tangga memiliki pekarangan rumah sempit. Fasilitas hiburan berupa TV dimiliki oleh 8 orang (66,66%), 2 orang (16,66%) memiliki radio, dan 2 orang (16,66%) memiliki video. Fasilitas pendingin yang dimiliki, sebanyak 8 orang (66,66%) memiliki kipas angin, sebanyak 2 orang (16,66%) memiliki lemari es, dan AC (Air Conditioner) sebanyak 2 orang (16,66%). Dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar sehari-hari seluruh (100%) keluarga rumah tangga sudah menggunakan kompor gas. Sumber air utama untuk kebutuhan sehari-sehari, seluruh (100%) keluarga rumah tangga sudah menggunakan PAM. Hal ini disebabkan oleh sulitnya memperoleh sumber air bersih dan layak di daerah ini. Fasilitas MCK yang dimiliki sebagian besar, yaitu 9 orang (75%) sudah menggunakan MCK milik sendiri dan 3 orang (25%) masih menggunakan MCK umum (Lampiran 3). Namun demikian, fasilitas yang dimiliki oleh keluarga
67
rumah tangga akan segera berubah, mungkin saja bertambah atau berkurang. Perubahan ini utamanya disebabkan oleh faktor ekonomi, dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terkadang mereka terpaksa berhutang, kemudian mereka akan menjual barang berharga milik mereka dan akan digunakan untuk membayar hutang jika kesulitan membayarnya. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh hasil yaitu, yang memiliki skor antara 18-22 sebanyak 7 orang (58,33%) dengan kategori fasilitas perumahan yang lengkap dan skor antara 12-17 sebanyak 5 orang (41,66%) dengan kategori fasilitas perumahan yang sedang. Fasilitas perumahan yang lengkap dan sedang menunjukkan sebagian besar responden sudah menggunakan sebagian pendapatannya selain untuk kebutuhan makanan juga untuk memenuhi kebutuhan akan kelengkapan fasilitas perumahannya. Kelengkapan fasilitas pokok berupa sarana bahan bakar sehari-hari, air, dan kamar mandi akan menentukan kenyamanan suatu perumahan atau tempat tinggal keluarga.
E. Dampak Pelabuhan Muara Angke Terhadap Perubahan Kondisi SosialEkonomi Masyarakat 1. Keragaman Usaha (Mata Pencaharian) Dengan adanya pembangunan Pelabuhan Muara Angke, mata pencaharian masyarakat menjadi beragam, yang dahulunya sebagian besar masyarakat hanya mengandalkan bidang perikanan (nelayan, pengolah dan pedagang ikan atau kerang) sebagai sumber mata pencaharian, sekarang sudah bertambah alternatif mata pencahrian lain di luar perikanan (non perikanan). Mata pencaharian dalam bidang perikanan, yaitu nelayan, pedagang dan pengolah ikan, serta pedagang dan pengolah kerang. Ada 2 responden yang dijadikan sampel mata pencaharian nelayan, yang kemudian ditemukan dua macam nelayan menurut jenis tangkapannya yaitu nelayan penangkap ikan dan nelayan penangkap rajungan. Mereka sudah memulai usahanya sejak
68
puluhan tahun lalu, pengalaman usaha paling singkat yaitu 10 tahun dan yang paling lama yaitu 25 tahun. Salah satu responden ada yang beralih mata pencaharian, namun masih dalam lingkup nelayan, yaitu dari buruh nelayan karena dituakan oleh rekan-rekannya, kemudian dijadikan pengurus nelayan penangkap ikan. Tiga responden yang dijadikan sampel mata pencaharian pedagang dan pengolah ikan, sama seperti nelayan, mereka sudah memulai usahanya sejak puluhan tahun lalu, pengalaman usaha paling singkat yaitu 20 tahun dan yang paling lama yaitu 30 tahun. Salah satu responden beralih mata pencaharian dari pengasin ikan menjadi pengolah limbah ikan, peralihan ini dikarenakan usaha pengasin ikan yang semakin menjamur. Berikut adalah penuturan Bapak Kapidun (80 Tahun) mengenai alasan peralihan usaha yang ditekuninya : “Dulu waktu disini masih sepi, jadi pengasin ikan penghasilannya lumayan, tapi karena makin banyak pendatang jadi usaha pengasin ikan juga makin banyak, makanya saya pindah jadi tukang pengolah ikan aja”.68 Sampel untuk mata pencaharian pedagang dan pengolah kerang diambil tiga responden, pengalaman usaha paling singkat yaitu 4 tahun dan yang paling lama yaitu 15 tahun. Selain sebagai pedagang kerang, untuk menambah pendapatan dua responden memiliki usaha sampingan sebagai pembudidaya kerang, dan salah satunya juga memiliki usaha rumahan, yaitu counter HP. Sedangkan mata pencaharian non perikanan adalah mereka yang memiliki mata pencaharian di luar kegiatan atau aktivitas perikanan dan secara langsung memanfaatkan kehadiran Pelabuhan Muara Angke. Terdapat empat responden yang dijadikan sampel pada mata pencaharian non perikanan ini, yaitu ojek odong-odong dua responden, ojek sepeda dan petugas keamanan masing-masing satu responden. Mata pencaharian sebagai ojek odong-odong merupakan mata pencaharian yang baru responden jalani, sebelumnya mereka bekerja di kampung, salah satu responden ada yang memiliki usaha sampingan sebagai tukang servis elektronik. Mata pencaharian ojek sepeda merupakan 68
Wawancara dengan pengolah ikan, Bapak Kapidun (80 Tahun), Sabtu 12 Juli 2014, Pukul 12.25 WIB, di halaman rumah.
69
peralihan dari mata pencaharian responden sebagai tukang gorengan, responden beralih karena semakin besarnya biaya usaha gorengannya, disamping itu banyaknya pengunjung yang berdatangan ke Pelabuhan Muara Angke juga mendorong responden untuk beralih ke ojek sepeda yang biaya usahanya lebih kecil. Responden terakhir sebagai petugas keamanan juga merupakan peralihan dari mata pencaharian sebelumnya sebagai penjaga WC umum. Sebagai tambahan penghasilan, setelah adanya Pelabuhan Muara Angke responden juga menjadikan rumahnya untuk berjualan, yaitu dengan membuka warung kelontong di depan pintu masuk pelabuhan yang dijaga oleh istrinya.
2. Perubahan Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga responden dibagi menjadi dua sumber, yaitu pendapatan utama dan pendapatan tambahan. Pendapatan utama merupakan pendapatan yang diperoleh dari mata pencaharian utama, sedangkan pendapatan tambahan merupakan pendapatan yang diperoleh dari mata pencaharian selain mata pencaharian utama. a. Pendapatan Utama Pendapatan utama rumah tangga dalam hal ini adalah pendapatan yang berasal dari mata pencaharian utama yang telah lama dijalani oleh responden. Data pendapatan utama ini diperoleh berdasarkan informasi responden mengenai pendapatan bersih dari mata pencaharian utama selama satu bulan. Perubahan pendapatan utama terbesar pada mata pencaharian nelayan. Mahalnya BBM, kondisi cuaca, hasil tangkapan yang tidak menentu, jauhnnya jarak tempuh untuk mendapatkan ikan mengakibatkan besarnya biaya operasional sehingga berdampak pada pendapatan mereka, terutama buruh nelayan. Padahal dahulu sebelum pelabuhan dibangun, mereka bisa memanfaatkan wilayah tersebut untuk menangkap ikan atau membuat tambak, dengan biaya operasional yang
70
kecil mereka sudah bisa memiliki pendapatan yang cukup. Nilai terbesar pendapatan nelayan sebelum Pembangunan Pelabuhan Muara Angke adalah Rp 45.000.000,00 per bulan, sedangkan nilai terkecilnya adalah Rp 1.500.000,00 per bulan. Setelah pembangunan Pelabuhan Muara Angke nilai terbesar dan terkecil pendapatan utama responden adalah masing Rp 6.500.000,00 dan Rp 3.000.000,00 atau rata-rata turun dari Rp 23.250.000,00 menjadi Rp 4.750.000,00, disamping itu rata-rata pendapatan utama pedagang dan pengolah kerang juga mengalami penurunan, dari Rp 6.666.667,00 menjadi Rp 3.666.667,00, penurunan ini hampir sama penyebabnya dengan kelompok nelayan, terutama dalam hal semakin sempitnya wilayah jangkauan tangkapan kerang atau budidaya kerang. Sedangkan kenaikan rata-rata pendapatan utama terdapat pada pedagang dan pengolah ikan, dari Rp 10.666.667,00 naik menjadi Rp 11.833.333,00 dan non perikanan dari Rp 1.350.000,00 menjadi Rp 1.575.000,00 (Tabel 4.10.). Kenaikan pendapatan mata pencaharian non perikanan disebabkan oleh semakin banyak pengunjung yang berdatangan dan menggunakan jasa angkutan mereka, terutama ketika hari libur atau akhir pekan. Tabel 4.10.
No 1 2 3 4
Jenis Mata Pencaharian Nelayan Pedagang dan Pengolah Ikan Pedagang dan Pengolah Kerang Non Perikanan
Rata-rata Pendapatan Utama Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014 Pendapatan Utama Rumah Tangga (Rp) Nilai Terbesar Nilai Terkecil Rata-rata Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 45.000.000
6.500.000 1.500.000 3.000.000 23.250.000
20.000.000 20.000.000 2.000.000
500.000 10.666.667 11.833.333
10.000.000 5.000.000 4.000.000 2.000.000 6.666.667 3.000.000 2.200.000 500.000 600.000 1.350.000 Rata-rata 10.483.333
Sumber : Data Primer diolah 2014
4.750.000
3.666.667 1.575.000 5.456.250
71
b. Pendapatan Tambahan Pendapatan tambahan merupakan pendapatan bersih responden dalam periode satu bulan yang berasal dari mata pencaharian tambahan di luar
mata
pencaharian
utama.
Pendapatan
tambahan
responden,
diantaranya seperti tukang servis elektronik, teknisi listrik, budidaya kerang, dan warung kelontong. Perubahan pendapatan sampingan terbesar pada kelompok mata pencaharian non perikanan, sebelum Pembangunan Pelabuhan Muara Angke adalah Rp 30.000.000,00 per bulan, sedangkan nilai terkecilnya adalah Rp 200.000,00 per bulan. Setelah pembangunan Pelabuhan Muara Angke nilai terbesar dan terkecil pendapatan responden adalah masing Rp 3.000.000,00 dan Rp 500.000,00 atau rata-rata turun dari Rp 7.550.000,00 menjadi Rp 875.000,00. Kelompok non perikanan yang dimaksud adalah mata pencaharian pedagang (Bpk. Supendi), ketika pelabuhan mulai beroperasi warungnya bisa mendapatkan hasil mencapai Rp 1.000.000,00 per hari, namun sekarang mulai menurun karena berkurangnya intensitas pengunjung yang memanfaatkan pelabuhan ini, keramaian terjadi ketika liburan atau akhir pecan saja. Sedangkan kenaikan rata-rata pendapatan tambahan dialami oleh kelompok mata pencaharian nelayan dan pedagang dan pengolah ikan, yaitu masingmasing naik dari sebelumnya Rp 200.000,00 dan Rp 500.000,00 menjadi masing-masing Rp 350.000,00 dan Rp 833.333,00 (Tabel 4.11.).
Tabel 4.11.
No 1 2 3
Rata-rata Pendapatan Tambahan Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014
Jenis Mata Pencaharian Nelayan Pedagang dan Pengolah Ikan Pedagang dan
Pendapat Tambahan Rumah Tangga (Rp) Nilai Terbesar Nilai Terkecil Rata-rata Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 400.000
700.000
0
0
200.000
350.000
0 1.000.000
0 2.000.000
0 500.000
0 500.000
0 500.000
0 833.333
72
Pengolah Kerang 4
Non Perikanan
30.000.000 3.000.000 Rata-rata
200.000
500.000 7.550.000 2.032.500
Sumber : Data Primer diolah 2014
c. Total Pendapatan Rumah Tangga Total pendapatan rumah tangga adalah nilai penjumlahan antara pendapatan utama rumah tangga dan pendapatan tambahan rumah tangga dalam periode satu bulan. Nilai pendapatan total rumah tangga terbesar responden dialami oleh kelompok nelayan, yaitu Rp 45.000.000,00 sebelum pembangunan pelabuhan dan turun menjadi Rp 6.500.000,00. Nilai terkecil pendapatan total rumah tangga kelompok nelayan, yaitu Rp 1.900.000,00
kemudian
naik
menjadi
Rp
3.700.000,00
sesudah
pembangunan pelabuhan. Nilai rata-rata pendapatan total rumah tangga kelompok nelayan menunjukkan adanya penurunan yang signifikan, yaitu dari Rp 23.450.000,00 dan turun menjadi Rp 5.100.000,00 sesudah pembangunan pelabuhan, selisih rata-rata penurunannya mencapai 360% atau senilai Rp 18.350.000. Nilai terbesar pendapatan total rumah tangga kelompok pedagang dan pengolah kerang, sebelum pembangunan pelabuhan yaitu Rp 10.500.000,00 dan turun menjadi Rp 6.000.000,00 sesudah pembangunan pelabuhan. Sedangkan untuk nilai terkecilnya menunjukkan nilai yang sama antara sebelum dan sesudah pembangunan pelabuhan, yaitu masing-masing Rp 500.000,00. Nilai rata-rata pendapatan total rumah tangga kelompok pedagang dan pengolah kerang sebelum dan sesudah pembangunan pelabuhan, yaitu Rp 7.166.667,00 dan turun menjadi Rp 4.500.000,00, dengan persentase penurunan sebesar 59%. Nilai pendapatan total rumah tangga terbesar kelompok mata pencaharian non perikanan juga mengalami penurunan, nilai terbesar yang diperoleh, yaitu dari Rp 31.000.000,00 menjadi Rp 5.200.000,00. Nilai terkecilnya yaitu sebesar Rp 700.000,00 dan turun menjadi Rp 600.000,00. Nilai rata-
875.000 462.083
73
rata pendapatan total rumah tangga kelompok non perikanan juga mengalami penurunan sebesar 263%, yaitu dari Rp 8.900.000,00 turun menjadi Rp 2.450.000,00 (Tabel 4.12.).
Tabel 4.12.
No 1 2 3 4
Jenis Mata Pencaharian Nelayan Pedagang dan Pengolah Ikan Pedagang dan Pengolah Kerang Non Perikanan
Rata-rata Total Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014 Pendapatan Total Rumah Tangga (Rp) Nilai Terbesar Nilai Terkecil Rata-rata Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 45.000.000
6.500.000 1.900.000 3.700.000 23.450.000
5.100.000
20.000.000 20.000.000 2.000.000
500.000 10.666.667 11.833.333
10.500.000 6.000.000 31.000.000 5.200.000 Rata-rata
500.000 600.000
Sumber : Data Primer diolah 2014
500.000 700.000
7.166.667 8.900.000 12.545.833
4.500.000 2.450.000 5.970.833
74
Sedangkan nilai rata-rata pendapatan total rumah tangga kelompok pedagang dan pengolah ikan menunjukkan adanya peningkatan sebesar 10% atau senilai Rp 1.166.667,00 (Tabel 4.13), yaitu sebelum pembangunan pelabuhan rata-rata pendapatan total rumah tangga sebesar Rp 10.666.667,00 kemudian naik menjadi Rp 11.833.333,00. Nilai terbesar pendapatan total rumah tangga kelompok pedagang dan pengolah ikan menunjukkan adanya kesamaan hasil yang diperoleh antara sebelum dan sesudah pembangunan pelabuhan, yaitu masing-masing sebesar Rp 20.000.000,00. Sedangkan nilai terkecilnya adalah Rp 2.000.000,00 dan turun menjadi Rp 500.000,00 sesudah pembangunan pelabuhan.
Tabel 4.13.
No
Rata-rata Perubahan Pendapatan Total Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014
Jenis Mata Pencaharian
Rata-rata Perubahan Pendapatan (Rp) (%) -18.350.000 -360
1 Nelayan Pedagang dan Pengolah 2 Ikan 1.166.667 Pedagang dan Pengolah 3 Kerang -2.666.667 4 Non Perikanan -6.450.000 Jumlah -26.300.000 Rata-rata -6.575.000 Sumber : Data Primer diolah 2014
10 -59 -263 -672 -168
3. Perubahan Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran rumah tangga adalah biaya yang dikeluarkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Pengeluaran rumah tangga dibedakan ke dalam dua hal, yaitu pengeluaran untuk kebutuhan pangan dan non pangan. Pengeluaran untuk kebutuhan pangan antara lain pengeluaran untuk bahan konsumsi, yaitu beras, lauk pauk dan sayuran, makanan
75
tambahan, dan kebutuhan dapur. Sedangkan untuk pengeluaran non pangan, seperti biaya pendidikan, perumahan, kesehatan, listrik, air, dan telepon. a. Pengeluaran Pangan Pengeluaran pangan rumah tangga ini diperoleh dari keterangan reponden mengenai pemenuhan kebutuhan pangan mereka dalam periode satu bulan. Kenaikan pengeluaran pangan rumah tangga sebelum dan sesudah pembangunan pelabuhan dialami oleh kelompok nelayan dan kelompok pedagang dan pengolah ikan. Nilai terbesar pengeluaran pangan pada kelompok nelayan sebelum pembangunan pelabuhan, yaitu Rp 15.000.000,00 dan naik menjadi Rp 20.000.000,00. Sedangkan untuk nilai terkecilnya naik dari Rp 420.000,00 menjadi Rp 650.000,00 sesudah pembangunan pelabuhan. Rata-rata pengeluaran pangan untuk rumah tangga kelompok nelayan juga mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 7.710.000,00 menjadi Rp 10.325.000,00 (Tabel 4.14). Sedangkan untuk kelompok pedagang dan pengolah kerang dan kelompok non perikanan mengalami penurunan pengeluaran pangan rumah tangga. Penurunan signifikan terjadi pada pengeluaran pangan rumah tangga kelompok pedagang dan pengolah kerang dengan nilai ratarata dari Rp 1.773.333,00, sesudah pembangunan pelabuhan turun menjadi Rp 1.266.667,00 (Tabel 4.14).
Tabel 4.14.
No 1 2 3
Jenis Mata Pencaharian Nelayan Pedagang dan Pengolah Ikan Pedagang dan Pengolah
Rata-rata Pengeluaran Pangan Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014 Pengeluaran Pangan Rumah Tangga (Rp) Nilai Terbesar Nilai Terkecil Rata-rata Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 15.000.000 20.000.000
420.000
650.000 7.710.000 10.325.000
5.000.000
8.000.000 1.000.000 1.000.000 3.233.333
4.233.333
3.000.000
1.500.000
1.266.667
820.000
800.000 1.773.333
76
Kerang 4
Non Perikanan
2.000.000 1.800.000 1.500.000 1.500.000 1.825.000 Rata-rata 3.635.417
Sumber : Data Primer diolah 2014
b. Pengeluaran Non Pangan Pengeluaran non pangan merupakan pengeluaran rumah tangga dalam periode satu bulan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan non pangan, seperti biaya pendidikan, perumahan, kesehatan, listrik, air, dan telepon. Kenaikan terbesar pengeluaran non pangan rumah tangga sebelum dan sesudah pembangunan pelabuhan dialami oleh kelompok nelayan, yaitu nilai terbesar Rp 8.000.000,00 naik menjadi Rp 15.400.000,00 sesudah pembangunan pelabuhan, dan nilai terkecil sebelum pembangunan pelabuhan naik dari Rp 510.000,00 menjadi Rp 640.000,00. Rata-rata pengeluaran non pangan rumah tangga kelompok nelayan juga mengalami kenaikan, yaitu dari Rp 4.225.000,00 naik menjadi Rp 8.020.000,00 sesudah pembangunan pelabuhan (Tabel 4.15). Sedangkan untuk kenaikan terendah pengeluaran non pangan rumah tangga sebelum dan sesudah pembangunan pelabuhan dialami oleh kelompok non perikanan, yaitu nilai terbesar Rp 1.250.000,00 naik menjadi Rp 1.550.000,00 sesudah pembangunan pelabuhan, sedangkan nilai terkecilnya tetap Rp 620.000,00 sebelum dan sesudah pembangunan pelabuhan. Rata-rata pengeluaran non pangan rumah tangga kelompok non perikanan sebelum pembangunan pelabuhan adalah Rp 850.000,00 naik menjadi Rp 955.000,00 sesudah pembangunan pelabuhan (Tabel 4.15).
1.575.000 4.350.000
77
Tabel 4.15.
No 1 2 3 4
Jenis Matapencaharian Nelayan Pedagang dan Pengolah Ikan Pedagang dan Pengolah Kerang Non Perikanan
Rata-rata Pengeluaran Non Pangan Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014 Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga (Rp) Nilai Terbesar Nilai Terkecil Rata-rata Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 8.000.000 15.400.000
510.000
640.000
4.225.000
8.020.000
3.000.000
875.000
600.000
2.158.333
2.875.000
800.000 1.350.000 620.000 620.000
1.815.000 850.000 2.269.583
2.120.000 955.000 3.492.500
5.000.000
2.845.000 2.960.000 1.250.000 1.550.000 Rata-rata
Sumber : Data Primer diolah 2014
c. Total Pengeluaran Rumah Tangga Total pengeluaran rumah tangga adalah nilai penjumlahan antara pengeluaran pangan rumah tangga dan pengeluaran non pangan rumah tangga dalam periode satu bulan. Kenaikan pengeluaran total rumah tangga sebelum dan sesudah pembangunan pelabuhan dialami oleh kelompok nelayan dan kelompok pedagang dan pengolah ikan. Namun untuk nilai kenaikan terbesar dialami oleh kelompok nelayan, dengan nilai selisih perubahan mencapai Rp 6.380.000,00 atau 53% dari nilai rata-rata. Rata-rata pengeluaran total rumah tangga kelompok nelayan, yaitu naik dari Rp 11.965.000,00 menjadi Rp 18.345.000,00. Nilai terbesar pengeluaran total pada kelompok nelayan sebelum pembangunan pelabuhan adalah Rp 23.000.000,00 dan naik menjadi Rp 35.400.000,00. Sedangkan untuk nilai terkecilnya naik dari Rp 930.000,00 menjadi Rp 1.290.000,00 sesudah pembangunan pelabuhan (Tabel 4.16).
78
Tabel 4.16.
No 1 2 3 4
Jenis Matapencaharian Nelayan Pedagang dan Pengolah Ikan Pedagang dan Pengolah Kerang Non Perikanan
Rata-rata Pengeluaran Total Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014 Pengeluaran Total Rumah Tangga (Rp) Nilai Terbesar Nilai Terkecil Rata-rata Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 23.000.000 35.400.000
930.000 1.290.000 11.965.000 18.345.000
8.000.000 13.000.000 1.875.000 1.600.000
5.391.667
7.108.333
5.845.000 4.460.000 1.620.000 2.150.000 3.050.000 3.350.000 2.120.000 2.120.000 Rata-rata
3.588.333 2.675.000 5.905.000
3.386.667 2.530.000 7.842.500
Sumber : Data Primer diolah 2014
Sedangkan pengeluaran total rumah tangga pada kelompok pedagang dan pengolah kerang dan kelompok non perikanan mengalami penurunan. Penurunan pada kelompok pedagang dan pengolah kerang (Tabel 4.17), yaitu sebesar 6% atau senilai Rp 201.667,00, dengan nilai rata-rata dari Rp 3.588.333,00, sesudah pembangunan pelabuhan turun
79
menjadi Rp 3.386.667,00. Pada kelompok non perikanan penurunannya sebesar 6% atau senilai Rp 145.000,00, dengan nilai rata-rata Rp 2.675.000,00 turun menjadi Rp 2.530.000,00.
Tabel 4.17.
No
Rata-rata Perubahan Pengeluaran Total Responden Sebelum dan Sesudah Pembangunan Pelabuhan Muara Angke Tahun 2014
Jenis Matapencaharian
Rata-rata Perubahan Pengeluaran (Rp) (%) 6.380.000 53
1 Nelayan Pedagang dan Pengolah 2 Ikan 1.716.667 Pedagang dan Pengolah 3 Kerang -201.667 4 Non Perikanan -145.000 Jumlah 7.750.000 Rata-rata 1.937.500 Sumber : Data Primer diolah 2014
32 -6 -6 73 18
d. Ketimpangan Pendapatan dan Pengeluaran Sesudah
pembangunan
pelabuhan
Muara
Angke
terjadi
ketimpangan antara pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan yang diperoleh rumah tangga lebih rendah daripada pengeluaran yang dikeluarkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari.
Sebelum
pembangunan pelabuhan, rata-rata pendapatan rumah tangga responden adalah Rp 12.545.833,00 dengan pengeluaran rumah tangga sebesar Rp 5.905.000,00. Sesudah pembangunan pelabuhan, rata-rata pendapatan rumah tangga responden adalah Rp 5.970.833 dengan pengeluaran rumah tangga sebesar Rp 7.842.500.
80
Sumber : Data Primer diolah 2014
Tampak bahwa sesudah pembangunan pelabuhan muara angke, pendapatan rumah tangga responden berada di bawah pengeluaran rumah tangga. Diantara responden mengakui akan ketimpangan ini dan menyatakan bahwa untuk mengatasi hal tersebut, sebagian responden seperti kelompok nelayan, pengolah dan pedagang ikan dan non perikanan terpaksa berhutang pada warung, tetangga, dan bahkan juragan mereka. Pembayaran hutang diakui responden akan dilakukan setelah mereka memiliki rezeki atau bahkan terkadang melalui potongan imbalan juragan mereka. Realitas ini merupakan salah satu karakteristik utama masyarakat pesisir yang dikenal dengan istilah patron klien, yaitu hubungan antara dua orang yang sebagian besar melibatkan persahabatan instrumental, dimana seseorang yang kedudukan sosialnya (patron) lebih tinggi menggunakan pengaruh dan sumber daya yang dimilikinya untuk memberikan perlindungan atau keuntungan, atau keduanya kepada orang yang
81
kedudukannya (client) lebih rendah.69 Pola hubungan seperti ini memiliki ciri khusus yaitu adanya ketimpangan dalam pertukaran. Ketimpangan tersebut terjadi karena juragan berada pada posisi yang lebih kuat dan kaya dari pandeganya.70
F. Sikap Masyarakat Mengenai Dampak Pelabuhan Muara Angke Dalam menanggapi pembangunan pelabuhan yang telah berdiri selama hampir sepuluh tahun ini, masyarakat memiliki sikap yang menunjukkan adanya optimisme terhadap pembangunan pelabuhan muara angke. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan sikap masyarakat yang diolah dengan Skala Likert (Lampiran 5), yaitu 10 orang (83,33%) setuju dan 2 orang (16,66%) sangat setuju terhadap pembangunan pelabuhan Muara Angke (Tabel 4.18), hal ini dimungkinkan karena kehadiran pelabuhan Muara Angke tidak menganggu kegiatan usaha mereka, di samping itu sebagian besar responden juga belum mengetahui kepastian rencana reklamasi Pantai Utara Jakarta, dengan kata lain belum ada sosialisasi oleh pihak terkait bahwa lokasi mereka termasuk dalam peta rencana reklamasi Pantai Utara Jakarta. Oleh karena itu, terlepas dari sikap optimis responden terhadap pembangunan pelabuhan tersebut, mereka juga khawatir jika sewaktu-waktu penggusuran terjadi di lahan yang mereka tempati, karena lahan yang selama ini mereka tempati adalah lahan milik pemerintah. Seperti yang diutarakan oleh salah satu responden berikut : “Wilayah ini dahulunya rawa-rawa yang kurang terurus, terus dijadikan tambaktambak ikan oleh masyarakat pendatang yang mulai membangun pemukiman disini dengan menguruk rawa-rawa, tapi pas udah ramai pemukiman tiba-tiba wilayah yang kami tempati ini diklaim milik pemerintah”.71
69
Kusnadi, Nelayan : Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial, (Bandung : Humaniora Utama Press, 2000), h. 18 70 Syamsir Salam, Amir Fadilah, Sosiologi Pedesaan, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 212 71 Wawancara dengan petugas keamanan, Bapak Supendi (36 Tahun), Sabtu 12 Juli 2014, Pukul 14.15 WIB, di dalam rumah.
82
Tabel 4.18.
No 1 2 3 4
Sikap Responden atas Pembangunan Pelabuhan Muara Angke
Presentase (%) Sangat Setuju 2 16,66 Setuju 10 83,33 Tidak Setuju 0 0 Sangat Tidak Setuju 0 0 Jumlah 12 100,00 Sumber : Data Primer diolah dengan Skala Likert Kriteria
Jumlah (orang)
Bagi sebagian besar responden, pembangunan pelabuhan Muara Angke mampu mendatangkan keuntungan yang langsung dirasakan oleh masyarakat setempat, terutama dalam hal menambah pendapatan keluarga (Tabel 4.19.) yang dirasakan oleh 7 responden (58,33%), dapat memberikan kesempatan berusaha dirasakan oleh 3 responden (25%), dengan terbukanya kesempatan bekerja bagi anggota keluarga secara tidak langsung dapat menambah pendapatan keluarga. Menyerap tenaga lokal dan keuntungan lan-lain sama-sama dirasakan oleh 1 responden (8,33%). Keuntungan diharapkan akan lebih besar lagi ketika pelabuhan sudah menyelesaikan tahap pengembangan, misalnya seperti pembuatan ruko, penginapan, rumah makan, dan jasa wisata lainnya, secara tidak langsung hal ini akan berdampak signifikan terhadap pendapatan masyarakat sekitar, terutama para juragan besar.
Tabel 4.19. Keuntungan yang Dirasakan Responden atas Pembangunan Pelabuhan Muara Angke No 1 2 3 4
Keuntungan Meningkatkan taraf hidup/Kesejahteraan Menyerap tenaga kerja lokal Memberikan kesempatan berusaha Menambah pendapatan keluarga
Jumlah (orang)
Presentase (%)
0 1
0 8,33
3 7
25 58,33
83
5 6
lain-lain Tidak ada/tidak memilih Jumlah Sumber : Data Primer diolah 2014
1 0 12
8,33 0 100,00
Sedangkan dalam hal kerugian yang dirasakan responden akibat pembangunan pelabuhan Muara Angke (Tabel 4.20.), sebanyak 7 responden (58,33%) atau sebagian besar menunjukkan belum adannya kerugian yang signifikan, menurut mereka kehadiran pelabuhan muara angke tidak begitu menganggu kegiatan usaha mereka dan lebih banyak mendatangkan keuntungan, namun mereka juga mengkhawatirkan jika suatu saat wilayah mereka terkena penggusuran oleh pemerintah. Sebanyak 3 responden (25%) merasa tidak nyaman berusaha, sikap ini diutarakan oleh kelompok non perikanan (ojek odong-odong) yang merasa tidak nyaman karena terbatasnya akses perjalanan akibat penutupan jalan oleh pihak pelabuhan sehingga berpengaruh pada pendapatan mereka. Kemudian penurunan pendapatan dan kepadatan penduduk dirasakan oleh masing-masing 1 responden (8,33%).
Tabel 4.20.
Kerugian yang Dirasakan Responden atas Pembangunan Pelabuhan Muara Angke
No
Kerugian
1
Penurunan pendapatan Bertambahnya pengeluaran membuat keributan Terjadinya pungutan liar Kepadatan penduduk Timbulnya kesemrawutan Mempengaruhi budaya lokal merasa tidak nyaman berusaha Lain-lain
2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah Presentase (orang) (%) 1 8,33 0 0 0 1 0
0 0 0 8,33 0
0
0
3 0
25 0
84
10
Tidak ada/tidak memilih Jumlah Sumber : Data Primer diolah 2014
7 12
58,33 100,00
Dari keterangan hasil pengukuran sikap diatas, diketahui bahwa seluruh responden
menunjukkan
sikap
optimisme
terhadap
pembangunan
dan
pengembangan pelabuhan Muara Angke, mereka menyambut baik kehadiran pelabuhan Muara Angke, sebagian besar mereka manyatakan bahwa dengan kehadiran pelabuhan mereka lebih banyak merasakan keuntungan dari pada kerugian, ada juga responden yang mempunnyai sikap netral terhadap kehadiran pelabuhan. Namun, terlepas dari keuntungan yang mereka rasakan, sebagian besar responden
terutama
mereka
yang
memiliki
rumah
non
permanen
mengkhawatirkan tempat tinggal mereka yang bisa saja sewaktu-waktu terkena penggusuran oleh pemerintah.
85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, disimpulkan bahwa reklamasi pantai memberi dampak peralihan pada pola kegiatan sosial, budaya dan ekonomi maupun habitat ruang perairan masyarakat sebelum direklamasi. Perubahan yang terjadi harus menyesuaikan peralihan fungsi kawasan dan pola ruang kawasan, selanjutnya, berimplikasi pada perubahan ketersediaan jenis lapangan kerja baru dan bentuk keragaman usaha baru yang ditawarkan. Pembangunan pelabuhan Muara Angke telah menambah keragaman jenis mata pencaharian masyarakat di sekitar pelabuhan, tidak hanya terpaku pada mata pencaharian perikanan, tetapi juga mata pencaharian lain di luar perikanan (non perikanan), seperti menjadi tukang ojek odong-odong, ojek motor atau sepeda, becak dan membuka warung kelontong. Perubahan dalam hal pendapatan rumah tangga, rata-rata responden mengalami penurunan pendapatan yaitu pada kelompok pedagang dan pengolah kerang serta non perikanan, penurunan sebesar lebih dari 3 kali lipat (360%) dialami oleh nelayan dari pendapatan awal sebelum pembangunan pelabuhan. Kenaikan hanya terjadi pada kelompok pedagang dan pengolah ikan, yaitu sebesar 10% atau senilai Rp 1.166.667,00. Sedangkan, perubahan dalam hal pengeluaran rumah tangga, kelompok pedagang dan pengolah ikan dan nelayan mengalami kenaikan pengeluaran, terutama pada kelompok nelayan dengan kenaikan sebesar 53%. Penurunan dialami oleh kelompok pedagang dan pengolah kerang serta non perikanan dengan persentase penurunan masing-masing sebesar 6%. Sikap
responden
terhadap
kehadiran
pelabuhan
Muara
Angke
menunjukkan adanya sikap optimisme jika pengembangan pelabuhan tetap memperhatikan pemberdayaan masyarakat sekitar. Namun, dibalik sikap 85
86
optimisme tersebut, mereka juga mengkhawatirkan tempat tinggalnya jika suatu saat ada penggusuran.
B. Saran Sebagaimana yang telah dipaparkan, maka disarankan kepada pihak-pihak terkait, supaya dapat melakukan pengembangan-pengembangan dan memberikan solusi-solusi alternatif yang relevan bagi pengembangan sosial ekonomi masyarakat pesisir yang terkena dampak reklamasi. 1. Guna menghindari konflik kepentingan, maka penyusunan tata ruang disusun dengan zonasi-zonasi pengembangan yang dianalisis dari aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya. Disamping itu perlu sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat tentang pengembangan pelabuhan Muara Angke sebagai dermaga penyeberangan dari dan ke Kepulauan Seribu dan pengawasan serta perawatan yang efektif oleh petugas dinas terkait. 2. Pemerintah pusat dan daerah hendaknya melibatkan masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan kawasan dengan cara memberikan rangsangan dan insentif dalam mendukung kegiatan jasa dan pariwisata dan melakukan upaya-upaya untuk membangun kelembagaan masyarakat yang dapat mengakomodasi semua kepentingan pelaku ekonomi masyarakat setempat khususnya pengembangan wisata terpadu. 3. Perlu dilakukan penelitian serupa di daerah atau tempat lain sebagai pembanding
dan
memperluas
khasanah
keilmuan
mengenai
pengembangan kawasan dan dampaknya bagi masyarakat pesisir.
87
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, SOSIOLOGI : Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012. Al furqon, Pelabuhan Muara Angke Dilengkapi Pemecah Ombak, 2012, (http://www.jakarta.go.id/v2/news/2012/01/Pelabuhan-Muara-Angke Dilengkapi-Pemecah-Ombak) Anonim Undergraduated Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, pdf Badan Pelaksana Reklamasi Pantai Utara Jakarta, “Rencana Kawasan Reklamasi Pantai Utara Jakarta”, 2008, (http://panturajakarta.blogspot.com/) Dahuri, Rokhmin, Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan, untuk Kesejahteraan Rakyat (Kumpulan Pemikiran Dr. Ir. Rokhim Dahuri MS), Jakarta : Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia, 2000. Darajati, Wahyuningsih, (Direktur Kelautan dan Perikanan, Bappenas), “Strategi Pengelolaan
Wilayah
Pesisir
dan
Lautan
Secara
Terpadu
dan
Berkelanjutan”, Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP, 22 September 2004. Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Kebijakan Pengembangan Pelabuhan Muara Angke,
(http://dishub.jakarta.go.id/informasi/4/bidang-transportasi-laut
udara?page=10) Djakapermana, Deni Ruchyat, Sekretaris Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Reklamasi
Pantai
Sebagai
Alternatif
Pengembangan
Kawasan,
Kementerian PU. Faisal, Sanapiah, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003.
88
Hanurawan, Fattah, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010. Hardjono, Rayner, Kamus Populer Inggris-Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002. Istilah Statistik, Badan Pusat Statistik, (http://www.bps.go.id/menutab.php?tab=6&ist=1&var=P) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kusnadi, Nelayan : Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial, Bandung : Humaniora Utama Press, 2000. Modul Terapan, Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 44/PRT/M/2007), Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum. Nugroho Iwan., dan Dahuri Rokhmin, Pengembangan Wilayah : Pespektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, Jakarta : LP3ES, 2012. Ringkasan Eksekutif Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia (Hasil SUSENAS Panel Maret 2010), Jakarta : Badan Pusat Statistik. Salam Syamsir., dan Fadilah Amir, Sosiologi Pedesaan, Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial : Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011. Soehoed, A.R, Bunga Rampai Pembangunan : Antara Harapan dan Ancaman Masa Depan, Jakarta : Puri Fadjar Mandiri dan FTUI, 2002.
89
_______, Proyek PANTURA Transformasi dari Ibukota Propinsi ke Ibukota Negara : Persiapan-persiapan Bagi Proyek Multifungsi, Jakarta : Djambatan, 2004. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2009. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995. Supardan, Dadang, Pengantar Ilmu Sosial Dasar : Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007. Supono, Sapto, (Desertasi), Model Kebijakan Pengembangan Kawasan Pantai Utara Jakarta Secara Berkelanjutan, Desertasi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, 2009, tidak dipublikasikan. Supriharyono, Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2000. Susanto. S, Phill Astrid, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung: Bina Cipta, 1977. Utama, Darma, (Skripsi),
Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan di Muara Angke, Jakarta Utara, DKI Jakarta, Skripsi pada Prodi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, 2006, tidak dipublikasikan. Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan : Teori dan Aplikasi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009.
90
Lampiran 1 Karakteristik Responden (Umur, Jumlah Anggota Keluarga, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman Usaha)
Jumlah No
Umur
Anggota
Tingkat
(Tahun)
Keluarga
Pendidikan
Pengalaman Berusaha (Tahun)
(Orang) 1
53
6
SD
10
2
48
6
SLTA
25
3
44
8
SLTP
20
4
44
5
SD
20
5
80
8
SD -
30
6
45
6
SD
15
7
40
6
TIDAK
4
SEKOLAH 8
34
4
SLTA
14
9
46
4
SD -
9
10
49
4
SLTP
1
11
36
4
SLTA
4 (Bulan)
12
38
4
SLTA
1
Keterangan : SD -
= SD dan tidak menamatkannya
91
Lampiran 2 Kondisi Perumahan Responden Menurut Kriteria Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003
No
Kondisi Perumahan
Jumlah
Skor
Kriteria
Atap
Bilik
Status
Lantai
Luas
1
2
4
3
4
2
15
3
Permanen
2
2
4
2
4
2
14
2
Semi Permanen
3
3
4
3
4
2
16
3
Permanen
4
2
3
3
2
2
12
2
Semi Permanen
5
2
4
3
4
2
15
3
Permanen
6
2
2
3
2
1
10
2
Semi Permanen
7
3
4
3
4
1
15
3
Permanen
8
2
4
3
4
1
14
2
Semi Permanen
9
2
2
2
2
1
9
1
Non Permanen
10
2
2
2
2
1
9
1
Non Permanen
11
2
4
3
3
1
13
2
Semi Permanen
12
2
2
2
3
1
10
2
Semi Permanen
Rata-rata
Semi Permanen
92
Lampiran 3 Fasilitas Perumahan Responden Menurut Kriteria Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003
Fasilitas Perumahan No
Pekarangan Hiburan Pendingin
Bahan Sumber Bakar
Air
MCK
Jumlah Skor
Kriteria
1
1
3
2
3
5
3
17
2
Sedang
2
1
3
4
3
5
3
19
3
Lengkap
3
1
3
4
3
5
3
19
3
Lengkap
4
1
4
2
3
5
3
18
3
Lengkap
5
1
3
4
3
5
3
19
3
Lengkap
6
1
3
2
3
5
3
17
2
Sedang
7
1
4
2
3
5
3
18
3
Lengkap
8
1
4
4
3
5
3
20
3
Lengkap
9
1
4
2
3
5
2
17
2
Sedang
10
1
3
2
3
5
2
16
2
Sedang
11
1
3
4
3
5
3
19
3
Lengkap
12
1
3
2
3
5
2
16
2
Sedang
Rata-rata
Lengkap
93
Lampiran 4 Indikator Kondisi dan Fasilitas Perumahan Menurut Badan Pusat Statistik pada SUSENAS 2003 yang dimodifikasi
No 1
2
Indikator Kondisi dan Fasilitas Perumahan Kondisi perumahan : f. Atap : Genteng (3) / Asbes (2) / Seng (1) g. Bilik : Tembok (4) / Setengah tembok (3) / Kayu (2) / Bambu kayu (1) h. Status : Milik sendiri (3) / Sewa (2) /Numpang (1) i. Lantai : Porselin (5) / Ubin (4) / Plester (3) / Papan (2) / Tanah (1) j. Luas : > 100 m2 (3) / 50 – 100 m2 (2) / < 50 m2 (1) Fasilitas perumahan : g. Pekarangan : > 100 m2 (3) / 50 – 100 m2 (2) / < 50 m2 (1) h. Hiburan : Video (4) / TV (3) / Tape recorder (2) / Radio (1) i. Pendingin : AC (4) / Lemari es (3) / Kipas angin (2) / Alam (1) j. Bahan bakar : Gas (3) / Minyak tanah (2) / Kayu (1) k. Sumber air : PAM (5) / Sumur bor (4) / Mata air (3) / Air hujan (2) / Sungai (1) l. MCK : Kamar mandi sendiri (3) / Kamar mandi umum (2) / Sungai (1)
Kriteria
Skor
4. Permanen (Skor : 15-18) 5. Semi permanen (Skor : 10-14) 6. Non permanen (Skor : 5-9)
3 2 1
4. Lengkap (Skor : 3 18-22) 5. Sedang (Skor : 2 12-17) 6. Kurang (Skor : 6- 1 11)
94
Lampiran 5 Hasil Skor Sikap Responden Mengenai Kehadiran Pelabuhan Muara Angke
Indikator (Butir Soal) No
1
2
3
(+) (+) (+)
4
5
6
(-)
(+)
7
(+) (-)
8
9
(-) (+)
10
Skor
Kriteria
(+)
1
4
3
3
1
4
4
3
1
4
3
30 SETUJU
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
28 SETUJU
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30 SETUJU
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
29 SETUJU
5
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
29 SETUJU
6
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
23 SETUJU
7
2
2
2
3
3
3
3
3
1
3
25 SETUJU
8
2
2
3
2
2
2
3
2
3
3
24 SETUJU
9
3
3
3
2
3
3
2
2
3
3
27 SETUJU SANGAT
10
4
3
3
2
3
3
3
3
3
4
31 SETUJU
11
3
3
2
2
2
2
3
3
2
3
25 SETUJU SANGAT
12
4
Keterangan
4
3
3
4
4
3
3
3
4
35 SETUJU
:
(+)
= Pertanyaan Positif, Sangat Setuju (4), Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1)
(-)
= Pertanyaan Negatif, Sangat Setuju (1), Setuju (2), Tidak Setuju (3), Sangat Tidak Setuju (4)
Skor : 1 –10
= Sangat Tidak Setuju
11 – 20
= Tidak Setuju
21 – 30
= Setuju
31 – 40
= Sangat Setuju
95
Lampiran 6 Kuesioner Penelitian KUESIONER “PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA (TINJAUAN SOSIOLOGIS MASYARAKAT DI SEKITARAN PELABUHAN MUARA ANGKE, KELURAHAN PLUIT, JAKARTA UTARA)”
Nama Responden
: …………………………………………
Alamat
: …………………………………………
Kelurahan
: …………………………………………
Kecamatan
: …………………………………………
Propinsi
: DKI Jakarta
Nama Pewawancara
: …………………………………………
Hari/Tanggal
: …………………………………………
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435 H
96
A. Karakteristik Responden
1. Nama responden
: …………………………………………
2. Jenis Kelamin
: …………………………………………
3. Umur
: …………………………………………
4. Suku bangsa
: …………………………………………
5. Pendidikan
: …………………………………………
6. Mata pencaharian utama
: …………………………………………
7. Apakah mata pencaharian Anda merupakan peralihan akibat adanya Pelabuhan Muara Angke ? ………………………………………… (Jika tidak, lanjut No. 7) Jika iya, apa mata pencaharian utama sebelumnya dan kenapa beralih ? ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 8. Sudah berapa lama menjalani usaha tersebut ? ……………………………
9. Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil mata pencaharian utama tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp ………………………………………… Sesudah : Rp …………………………………………
10. Apakah mempunyai usaha lain, disamping mata pencaharian utama dalam menambah pendapatan keluarga ? ………………………………………… Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil usaha sampingan tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp ………………………………………… Sesudah : Rp …………………………………………
97
11. Usaha apa saja yang dapat dikerjakan dengan memanfaatkan kehadiran Pelabuhan Muara Angke ? ………………………………………… Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil pemanfaatan kehadiran
Pelabuhan
Muara
Angke
tersebut
?
Rp
………………………………………… Jika tidak memanfaatkan, kenapa ? ……………………………………….. ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………
12. Anggota Keluarga No
Nama
Status dalam keluarga
Jenis kelamin
Umur
1 2 3 4 5 6 7 8 9
B. Pengeluaran Rumah Tangga Bulanan ( Rp ) No
Macam Kebutuhan Sebelum
A.
Tahunan (Rp )
Pangan : 1. Beras 2. Lauk pauk dan sayuran 3. Makanan tambahan
Sesudah
Sebelum
Sesudah
98
4. Kebutuhan dapur Total B.
Non Pangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pendidikan Perumahan Kesehatan Listrik Air/PAM Telepon Total
C. Kondisi dan Fasilitas Perumahan
1. Kondisi Perumahan Atap 1. Seng 2. Asbes 3. Genteng
Bilik
Status
1. Bambu kayu 2. Kayu 3. Setengah tembok 4. Tembok
1. Numpang 2. Sewa 3. Milik sendiri
1. 2. 3. 4. 5.
Lantai
Luas
Tanah Papan Plester Ubin Porselin
1. < 50 m2 2. 50 – 2 100 m 3. > 100 m2
2. Fasilitas Perumahan Pekarangan
Hiburan
Pendingin
Bahan Bakar
Sumber Air
1. < 50 m2 2. 50 – 100 m2 3. > 100 m2
1. Radio 2. Tape record er 3. TV 4. Video
1. Alam 2. Kipas angin 3. Lemari es 4. AC
1. Kayu 2. Minyak tanah 3. Gas
1. Sungai 2. Air hujan 3. Mata air 4. Sumur bor 5. PAM
MCK
1. Sungai 2. Kamar mandi umum 3. Kamar mandi sendiri
99
D. Sikap Masyarakat Terhadap Pembangunan Pelabuhan Muara Angke
1. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat menambah pendapatan rumah tangga a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
2. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga (pangan, sandang, papan yang lebih baik) a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
3. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke dapat memberikan lapangan pekerjaan yang lebih banyak a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
4. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi semakin padat warganya a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
5. Dengan adanya kegiatan di Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi lebih maju dan berkembang a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
6. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan pendidikan anak-anak di wilayah kami menjadi lebih baik a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Para pengunjung yang datang ke Pelabuhan Muara Angke memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat di wilayah kami a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
100
8. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke mengakibatkan pudarnya budaya masyarakat nelayan a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
9. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke membuat masyarakat di wilayah kami mengenal teknologi yang lebih maju a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
10. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke lebih banyak mendatangkan keuntungan dibandingkan dengan kerugiannya a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
11. Keuntungan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (keuntungan utama) a. Meningkatkan taraf hidup / kesejahteraan................................................... b. Menyerap tenaga kerja lokal ....................................................................... c. Memberikan kesempatan berusaha ............................................................. d. Menambah pendapatan keluarga ................................................................. e. Lain-lain ..................................................................................................... 12. Permasalahan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (permasalahan utama) a. Penurunan pendapatan ................................................................................. b. Bertambahnya pengeluaran ......................................................................... c. Membuat keributan...................................................................................... d. Terjadinya pungutan liar ............................................................................. e. Kepadatan penduduk ................................................................................... f. Timbulnya kesemrawutan ............................................................................ g. Mempengaruhi budaya lokal ....................................................................... h. Merasa tidak nyaman berusaha ................................................................... i. Lain-lain ...................................................................................................... j. .....................................................................................................................
101
Lampiran 7 Pedoman Wawancara Tokoh Masyarakat PEDOMAN WAWANCARA “PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA (TINJAUAN SOSIOLOGIS MASYARAKAT DI SEKITARAN PELABUHAN MUARA ANGKE, KELURAHAN PLUIT, JAKARTA UTARA)”
Nama Responden
: …………………………………………
Alamat
: …………………………………………
Kelurahan
: …………………………………………
Kecamatan
: …………………………………………
Propinsi
: DKI Jakarta
Nama Pewawancara
: …………………………………………
Hari/Tanggal
: …………………………………………
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435 H
102
A. Karakteristik Responden
1. Nama responden
: …………………………………………
2. Jenis Kelamin
: …………………………………………
3. Umur
: …………………………………………
4. Suku bangsa
: …………………………………………
5. Pendidikan
: …………………………………………
6. Mata pencaharian utama
: …………………………………………
B. Sikap Terhadap Pembangunan Pelabuhan Muara Angke 1. Bagaimana pandangan dan sikap masyarakat terhadap pembangunan pelabuhan Muara Angke ? 2. Bagaimana sikap masyarakat terhadap proses pembebasan lahan ? 3. Bagaimana sikap masyarakat terhadap lingkungan baru ini, apakah menyenangkan atau sebaliknya ? a. Jika lebih menyenangkan, mengapa ? b. Jika sebaliknya, mengapa ? 4. Apakah terjadi perubahan pola hubungan sosial antar masyarakat, Bagaimanakah prosesnya dan mengapa hal itu bisa terjadi ? 5. Apakah terjadi perubahan mata pencaharian masyarakat, Bagaimanakah prosesnya dan mengapa hal itu bisa terjadi ? 6. Apakah ada pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan dan operasional pelabuhan Muara Angke ? 7. Bagaimana masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dengan kehadiran pelabuhan Muara Angke ?
103
Lampiran 8 Hasil Kuesioner Penelitian (Perwakilan Masing-masing Mata Pencaharian) HASIL KUESIONER PENELITIAN “PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA (TINJAUAN SOSIOLOGIS MASYARAKAT DI SEKITARAN PELABUHAN MUARA ANGKE, KELURAHAN PLUIT, JAKARTA UTARA)”
Nama Responden
: Warkiman
Alamat
: Kampung Nelayan, Blok Empang
Kelurahan
: Pluit
Kecamatan
: Penjaringan
Propinsi
: DKI Jakarta
Nama Pewawancara
: Ibnu Mustaqim
Hari/Tanggal
: Kamis, 10 Juli 2014, Pukul 11.10 WIB
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435 H
104
A. Karakteristik Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama responden : Warkiman Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 53 Tahun Suku bangsa : Jawa Pendidikan : SD Mata pencaharian utama : Pengurus Nelayan Apakah mata pencaharian Anda merupakan peralihan akibat adanya Pelabuhan Muara Angke ? Iya (Jika tidak, lanjut No. 7) Jika iya, apa mata pencaharian utama sebelumnya dan kenapa beralih ? Nelayan
8. Sudah berapa lama menjalani usaha tersebut ? 10 Tahun 9. Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil mata pencaharian utama tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp 1.500.000,00 Sesudah : Rp 3.000.000,00 10. Apakah mempunyai usaha lain, disamping mata pencaharian utama dalam menambah pendapatan keluarga ? Teknisi listrik Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil usaha sampingan tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp 400.000,00 Sesudah : Rp 700.000,00 11. Usaha apa saja yang dapat dikerjakan dengan memanfaatkan kehadiran Pelabuhan Muara Angke ? Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil pemanfaatan kehadiran Pelabuhan Muara Angke tersebut ? Rp Jika tidak memanfaatkan, kenapa ? 12. Anggota Keluarga No 1 2 3
Nama Warkiman Munirah Anton
Status dalam keluarga Kepala keluarga Istri Anak
Jenis kelamin L P L
Umur 53 49 30
105
4 5 6 7 8 9
Yanto Karyono Febri
Anak Anak Anak
L L L
25 20 12
B. Pengeluaran Rumah Tangga No A.
B.
Macam Kebutuhan Pangan : 1. Beras 2. Lauk pauk dan sayuran 3. Makanan tambahan 4. Kebutuhan dapur Total Non Pangan : 1. Pendidikan 2. Perumahan 3. Kesehatan 4. Listrik 5. Air/PAM 6. Telepon Total
Bulanan ( Rp )
Tahunan (Rp )
Sebelum
Sesudah
Sebelum
200.000 100.000
400.000 100.000
40.000
50.000
80.000 420.000
100.000 650.000
70.000 100.000 40.000 300.000 510.000
100.000 200.000 40.000 300.000 640.000
Sesudah
C. Kondisi dan Fasilitas Perumahan 1. Kondisi Perumahan Atap 1. Seng 2. Asbes 3. Genteng
1. 2. 3. 4.
Bilik Bambu kayu Kayu Setengah tembok Tembok
Status 1. Numpang 2. Sewa 3. Milik sendiri
1. 2. 3. 4. 5.
Lantai Tanah Papan Plester Ubin Porselin
Luas 1. < 50 m2 2. 50 – 100 m2 3. > 100 m2
106
2. Fasilitas Perumahan Pekarangan
Hiburan
Pendingin
4. < 50 m2 5. 50 – 100 m2 6. > 100 m2
5. Radio 6. Tape record er 7. TV 8. Video
5. Alam 6. Kipas angin 7. Lemari es 8. AC
Bahan Bakar 4. Kayu 5. Minyak tanah 6. Gas
Sumber Air 6. Sungai 7. Air hujan 8. Mata air 9. Sumur bor 10. PAM
MCK 4. Sungai 5. Kamar mandi umum 6. Kamar mandi sendiri
D. Sikap Masyarakat Terhadap Pembangunan Pelabuhan Muara Angke 1. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat menambah pendapatan rumah tangga a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 2. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga (pangan, sandang, papan yang lebih baik) a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke dapat memberikan lapangan pekerjaan yang lebih banyak a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 4. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi semakin padat warganya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 5. Dengan adanya kegiatan di Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi lebih maju dan berkembang a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 6. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan pendidikan anak-anak di wilayah kami menjadi lebih baik a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 7. Para pengunjung yang datang ke Pelabuhan Muara Angke memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat di wilayah kami
107
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke mengakibatkan pudarnya budaya masyarakat nelayan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 9. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke membuat masyarakat di wilayah kami mengenal teknologi yang lebih maju a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 10. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke lebih banyak mendatangkan keuntungan dibandingkan dengan kerugiannya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 11. Keuntungan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (keuntungan utama) a. Meningkatkan taraf hidup / kesejahteraan ............................................ b. Menyerap tenaga kerja lokal ................................................................. c. Memberikan kesempatan berusaha ....................................................... d. Menambah pendapatan keluarga ........................................................... e. Lain-lain ............................................................................................... 12. Permasalahan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (permasalahan utama) a. Penurunan pendapatan .......................................................................... b. Bertambahnya pengeluaran ................................................................... c. Membuat keributan ............................................................................... d. Terjadinya pungutan liar ....................................................................... e. Kepadatan penduduk ............................................................................. f. Timbulnya kesemrawutan...................................................................... g. Mempengaruhi budaya lokal................................................................. h. Merasa tidak nyaman berusaha ............................................................. i. Lain-lain Belum ada
108
HASIL KUESIONER PENELITIAN “PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA (TINJAUAN SOSIOLOGIS MASYARAKAT DI SEKITARAN PELABUHAN MUARA ANGKE, KELURAHAN PLUIT, JAKARTA UTARA)”
Nama Responden
: Munip
Alamat
: Kampung Nelayan, Blok Eceng
Kelurahan
: Pluit
Kecamatan
: Penjaringan
Propinsi
: DKI Jakarta
Nama Pewawancara
: Ibnu Mustaqim
Hari/Tanggal
: Minggu, 31 Agustus 2014, Pukul 15.50 WIB
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435 H
109
A. Karakteristik Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama responden : Munip Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 48 Tahun Suku bangsa : Madura Pendidikan : SMA Mata pencaharian utama : Pengurus Nelayan (Rajungan) Apakah mata pencaharian Anda merupakan peralihan akibat adanya Pelabuhan Muara Angke ? Tidak (Jika tidak, lanjut No. 7) Jika iya, apa mata pencaharian utama sebelumnya dan kenapa beralih ?
8. Sudah berapa lama menjalani usaha tersebut ? 25 Tahun 9. Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil mata pencaharian utama tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp 45.000.000,00 Sesudah : Rp 6.500.000,00 10. Apakah mempunyai usaha lain, disamping mata pencaharian utama dalam menambah pendapatan keluarga ? Tidak Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil usaha sampingan tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp Sesudah : Rp 11. Usaha apa saja yang dapat dikerjakan dengan memanfaatkan kehadiran Pelabuhan Muara Angke ? Tidak ada Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil pemanfaatan kehadiran Pelabuhan Muara Angke tersebut ? Rp Jika tidak memanfaatkan, kenapa ? belum tertarik, tapi mungkin jika pelabuhan sudah ramai saya akan membuka usaha di sana 12. Anggota Keluarga No 1 2 3
Nama Munip Humiah Khotimah
Status dalam keluarga Kepala keluarga Istri Anak
Jenis kelamin L P P
Umur 48 39 17
110
4 5 6 7 8 9
Zainal Arifin M. Umar Siti Muarofah
Anak Anak Anak
L L P
12 7 3
B. Pengeluaran Rumah Tangga No
Macam Kebutuhan
A.
Pangan : 1. Beras 2. Lauk pauk dan sayuran 3. Makanan tambahan 4. Kebutuhan dapur Total Non Pangan : 1. Pendidikan 2. Perumahan 3. Kesehatan 4. Listrik 5. Air/PAM 6. Telepon Total
B.
Bulanan ( Rp )
Tahunan (Rp )
Sebelum
Sesudah
4.000.000 6.000.000
6.000.000 8.000.000
2.000.000
2.000.000
Sebelum
Sesudah
3.000.000 4.000.000 15.000.000 20.000.000 5.000.000 8.000.000 200.000 400.000 1.000.000 1.000.000 400.000 400.000 400.000 600.000 1.000.000 2.000.000 8.000.000 15.400.000
C. Kondisi dan Fasilitas Perumahan 1. Kondisi Perumahan Atap 1. Seng 2. Asbes 3. Genteng
1. 2. 3. 4.
Bilik Bambu kayu Kayu Setengah tembok Tembok
Status 1. Numpang 2. Sewa 3. Milik sendiri
1. 2. 3. 4. 5.
Lantai Tanah Papan Plester Ubin Porselin
Luas 1. < 50 m2 2. 50 – 100 m2 3. > 100 m2
111
2. Fasilitas Perumahan Pekarangan
Hiburan
Pendingin
1. < 50 m2 2. 50 – 100 m2 3. > 100 m2
1. Radio 2. Tape record er 3. TV 4. Video
1. Alam 2. Kipas angin 3. Lemari es 4. AC
Bahan Bakar 1. Kayu 2. Minyak tanah 3. Gas
Sumber Air 1. Sungai 2. Air hujan 3. Mata air 4. Sumur bor 5. PAM
MCK 1. Sungai 2. Kamar mandi umum 3. Kamar mandi sendiri
D. Persepsi Mengenai Pembangunan Pelabuhan Muara Angke 1. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat menambah pendapatan rumah tangga a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 2. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga (pangan, sandang, papan yang lebih baik) a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke dapat memberikan lapangan pekerjaan yang lebih banyak a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 4. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi semakin padat warganya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 5. Dengan adanya kegiatan di Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi lebih maju dan berkembang a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 6. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan pendidikan anak-anak di wilayah kami menjadi lebih baik a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 7. Para pengunjung yang datang ke Pelabuhan Muara Angke memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat di wilayah kami
112
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke mengakibatkan pudarnya budaya masyarakat nelayan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 9. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke membuat masyarakat di wilayah kami mengenal teknologi yang lebih maju a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 10. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke lebih banyak mendatangkan keuntungan dibandingkan dengan kerugiannya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 11. Keuntungan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (keuntungan utama) a. Meningkatkan taraf hidup / kesejahteraan ............................................... b. Menyerap tenaga kerja lokal .................................................................... c. Memberikan kesempatan berusaha .......................................................... d. Menambah pendapatan keluarga.............................................................. e. Lain-lain Banyak orang berdatangan 12. Permasalahan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (permasalahan utama) a. Penurunan pendapatan ............................................................................. b. Bertambahnya pengeluaran ...................................................................... c. Membuat keributan .................................................................................. d. Terjadinya pungutan liar .......................................................................... e. Kepadatan penduduk ................................................................................ f. Timbulnya kesemrawutan......................................................................... g. Mempengaruhi budaya lokal.................................................................... h. Merasa tidak nyaman berusaha ................................................................ i. Lain-lain Belum begitu merasakan
113
HASIL KUESIONER PENELITIAN “PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA (TINJAUAN SOSIOLOGIS MASYARAKAT DI SEKITARAN PELABUHAN MUARA ANGKE, KELURAHAN PLUIT, JAKARTA UTARA)”
Nama Responden
: Khafidin (Ketua RW 011)
Alamat
: Kampung Nelayan, Muara Angke RW 011
Kelurahan
: Pluit
Kecamatan
: Penjaringan
Propinsi
: DKI Jakarta
Nama Pewawancara
: Ibnu Mustaqim
Hari/Tanggal
: Sabtu, 12 Juli 2014, Pukul 15.10 WIB
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435 H
114
E. Karakteristik Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama responden : Khafidin Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 44 Tahun Suku bangsa : Serang (Banten) Pendidikan : SMP Mata pencaharian utama : Pedagang Ikan Apakah mata pencaharian Anda merupakan peralihan akibat adanya Pelabuhan Muara Angke ? Tidak (Jika tidak, lanjut No. 7) Jika iya, apa mata pencaharian utama sebelumnya dan kenapa beralih ?
8. Sudah berapa lama menjalani usaha tersebut ? 20 Tahun 9. Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil mata pencaharian utama tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp 10.000.000,00 Sesudah : Rp 15.000.000,00 10. Apakah mempunyai usaha lain, disamping mata pencaharian utama dalam menambah pendapatan keluarga ? Tidak Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil usaha sampingan tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp Sesudah : Rp 11. Usaha apa saja yang dapat dikerjakan dengan memanfaatkan kehadiran Pelabuhan Muara Angke ? Tidak ada Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil pemanfaatan kehadiran Pelabuhan Muara Angke tersebut ? Rp Jika tidak memanfaatkan, kenapa ? belum tertarik, belum ada lahan usaha 12. Anggota Keluarga No 1 2 3 4
Nama Khafidin Hj. Evi Lusianti Hidayat Oji
Status dalam keluarga Kepala keluarga Istri Anak Anak
Jenis kelamin L P L L
Umur 44 35 18 15
115
5 6 7 8 9
Indah Arjuna Cika Ikbal
Anak Anak Anak Anak
P L P L
13 9 5 1
F. Pengeluaran Rumah Tangga No A.
B.
Macam Kebutuhan Pangan : 1. Beras 2. Lauk pauk dan sayuran 3. Makanan tambahan 4. Kebutuhan dapur Total Non Pangan : 1. Pendidikan 2. Perumahan 3. Kesehatan 4. Listrik 5. Air/PAM 6. Telepon Total
Bulanan ( Rp ) Sebelum
Tahunan (Rp )
Sesudah
Sebelum
Sesudah
900.000 1.500.000 2.000.000 3.000.000 600.000 1.500.000 1.500.000 2.000.000 5.000.000 8.000.000 2.000.000 3.500.000 50.000 100.000 350.000 400.000 150.000 250.000 200.000 250.000 250.000 500.000 3.000.000 5.000.000
G. Kondisi dan Fasilitas Perumahan 1. Kondisi Perumahan Atap 1. Seng 2. Asbes 3. Genteng
1. 2. 3. 4.
Bilik Bambu kayu Kayu Setengah tembok Tembok
Status 1. Numpang 2. Sewa 3. Milik sendiri
1. 2. 3. 4. 5.
Lantai Tanah Papan Plester Ubin Porselin
Luas 1. < 50 m2 2. 50 – 100 m2 3. > 100 m2
116
2. Fasilitas Perumahan Pekarangan
Hiburan
Pendingin
1. < 50 m2 2. 50 – 100 m2 3. > 100 m2
1. Radio 2. Tape record er 3. TV 4. Video
1. Alam 2. Kipas angin 3. Lemari es 4. AC
Bahan Bakar 1. Kayu 2. Minyak tanah 3. Gas
Sumber Air 1. Sungai 2. Air hujan 3. Mata air 4. Sumur bor 5. PAM
MCK 1. Sungai 2. Kamar mandi umum 3. Kamar mandi sendiri
H. Persepsi Mengenai Pembangunan Pelabuhan Muara Angke 1. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat menambah pendapatan rumah tangga a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 2. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga (pangan, sandang, papan yang lebih baik) a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke dapat memberikan lapangan pekerjaan yang lebih banyak a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 4. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi semakin padat warganya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 5. Dengan adanya kegiatan di Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi lebih maju dan berkembang a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 6. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan pendidikan anak-anak di wilayah kami menjadi lebih baik a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 7. Para pengunjung yang datang ke Pelabuhan Muara Angke memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat di wilayah kami
117
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke mengakibatkan pudarnya budaya masyarakat nelayan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 9. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke membuat masyarakat di wilayah kami mengenal teknologi yang lebih maju a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 10. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke lebih banyak mendatangkan keuntungan dibandingkan dengan kerugiannya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 11. Keuntungan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (keuntungan utama) a. Meningkatkan taraf hidup / kesejahteraan ............................................... b. Menyerap tenaga kerja lokal .................................................................... c. Memberikan kesempatan berusaha .......................................................... d. Menambah pendapatan keluarga.............................................................. e. Lain-lain 12. Permasalahan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (permasalahan utama) a. Penurunan pendapatan ............................................................................. b. Bertambahnya pengeluaran ...................................................................... c. Membuat keributan .................................................................................. d. Terjadinya pungutan liar .......................................................................... e. Kepadatan penduduk ................................................................................ f. Timbulnya kesemrawutan......................................................................... g. Mempengaruhi budaya lokal.................................................................... h. Merasa tidak nyaman berusaha ................................................................ i. Lain-lain
118
HASIL KUESIONER PENELITIAN “PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA (TINJAUAN SOSIOLOGIS MASYARAKAT DI SEKITARAN PELABUHAN MUARA ANGKE, KELURAHAN PLUIT, JAKARTA UTARA)”
Nama Responden
: Sasmi
Alamat
: Kampung Nelayan, Blok Empang
Kelurahan
: Pluit
Kecamatan
: Penjaringan
Propinsi
: DKI Jakarta
Nama Pewawancara
: Ibnu Mustaqim
Hari/Tanggal
: Kamis, 10 Juli 2014, Pukul 14.10 WIB
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435 H
119
A. Karakteristik Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama responden : Sasmi Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 45 Tahun Suku bangsa : Jawa Pendidikan : SD Mata pencaharian utama : Pedagang Kerang Apakah mata pencaharian Anda merupakan peralihan akibat adanya Pelabuhan Muara Angke ? Tidak (Jika tidak, lanjut No. 7) Jika iya, apa mata pencaharian utama sebelumnya dan kenapa beralih ?
8. Sudah berapa lama menjalani usaha tersebut ? 15 Tahun 9. Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil mata pencaharian utama tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp 6.000.000,00 Sesudah : Rp 2.000.000,00 10. Apakah mempunyai usaha lain, disamping mata pencaharian utama dalam menambah pendapatan keluarga ? Tidak Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil usaha sampingan tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp Sesudah : Rp 11. Usaha apa saja yang dapat dikerjakan dengan memanfaatkan kehadiran Pelabuhan Muara Angke ? Tidak ada Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil pemanfaatan kehadiran Pelabuhan Muara Angke tersebut ? Rp Jika tidak memanfaatkan, kenapa ? 12. Anggota Keluarga No 1 2 3 4
Nama Sunara Sasmi Warkani Tobiah
Status dalam keluarga Kepala keluarga Istri Anak Anak
Jenis kelamin L P L P
Umur 50 45 25 20
120
5 6 7 8 9
Tito Tatang
Anak Anak
L L
12 7
B. Pengeluaran Rumah Tangga No A.
B.
Macam Kebutuhan Pangan : 1. Beras 2. Lauk pauk dan sayuran 3. Makanan tambahan 4. Kebutuhan dapur Total Non Pangan : 1. Pendidikan 2. Perumahan 3. Kesehatan 4. Listrik 5. Air/PAM 6. Telepon Total
Bulanan ( Rp )
Tahunan (Rp )
Sebelum
Sesudah
Sebelum
400.000 700.000
400.000 750.000
150.000
100.000
Sesudah
250.000 250.000 1.500.000 1.500.000 200.000 400.000 50.000 100.000 50.000 50.000 500.000 500.000 1.000.000 1.000.000 1.800.000 2.050.000
C. Kondisi dan Fasilitas Perumahan 1. Kondisi Perumahan Atap 1. Seng 2. Asbes 3. Genteng
1. 2. 3. 4.
Bilik Bambu kayu Kayu Setengah tembok Tembok
Status 1. Numpang 2. Sewa 3. Milik sendiri
1. 2. 3. 4. 5.
Lantai Tanah Papan Plester Ubin Porselin
Luas 1. < 50 m2 2. 50 – 100 m2 3. > 100 m2
121
2. Fasilitas Perumahan Pekarangan
Hiburan
Pendingin
1. < 50 m2 2. 50 – 100 m2 3. > 100 m2
1. Radio 2. Tape record er 3. TV 4. Video
1. Alam 2. Kipas angin 3. Lemari es 4. AC
Bahan Bakar 1. Kayu 2. Minyak tanah 3. Gas
Sumber Air 1. Sungai 2. Air hujan 3. Mata air 4. Sumur bor 5. PAM
MCK 1. Sungai 2. Kamar mandi umum 3. Kamar mandi sendiri
D. Persepsi Mengenai Pembangunan Pelabuhan Muara Angke 1. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat menambah pendapatan rumah tangga a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 2. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga (pangan, sandang, papan yang lebih baik) a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke dapat memberikan lapangan pekerjaan yang lebih banyak a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 4. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi semakin padat warganya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 5. Dengan adanya kegiatan di Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi lebih maju dan berkembang a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 6. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan pendidikan anak-anak di wilayah kami menjadi lebih baik a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 7. Para pengunjung yang datang ke Pelabuhan Muara Angke memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat di wilayah kami
122
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke mengakibatkan pudarnya budaya masyarakat nelayan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 9. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke membuat masyarakat di wilayah kami mengenal teknologi yang lebih maju a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 10. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke lebih banyak mendatangkan keuntungan dibandingkan dengan kerugiannya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 11. Keuntungan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (keuntungan utama) a. Meningkatkan taraf hidup / kesejahteraan ............................................... b. Menyerap tenaga kerja lokal .................................................................... c. Memberikan kesempatan berusaha .......................................................... d. Menambah pendapatan keluarga.............................................................. e. Lain-lain 12. Permasalahan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (permasalahan utama) a. Penurunan pendapatan ............................................................................. b. Bertambahnya pengeluaran ...................................................................... c. Membuat keributan .................................................................................. d. Terjadinya pungutan liar .......................................................................... e. Kepadatan penduduk ................................................................................ f. Timbulnya kesemrawutan......................................................................... g. Mempengaruhi budaya lokal.................................................................... h. Merasa tidak nyaman berusaha ................................................................ i. Lain-lain
123
HASIL KUESIONER PENELITIAN “PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA (TINJAUAN SOSIOLOGIS MASYARAKAT DI SEKITARAN PELABUHAN MUARA ANGKE, KELURAHAN PLUIT, JAKARTA UTARA)”
Nama Responden
: Supendi
Alamat
: Jl. Pelabuhan Baru, Blok Empang
Kelurahan
: Pluit
Kecamatan
: Penjaringan
Propinsi
: DKI Jakarta
Nama Pewawancara
: Ibnu Mustaqim
Hari/Tanggal
: Sabtu, 12 Juli 2014, Pukul 14.15 WIB
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435 H
124
A. Karakteristik Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama responden : Supendi Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 36 Tahun Suku bangsa : Sunda Pendidikan : STM Mata pencaharian utama : Petugas Keamanan Apakah mata pencaharian Anda merupakan peralihan akibat adanya Pelabuhan Muara Angke ? Ya (Jika tidak, lanjut No. 7) Jika iya, apa mata pencaharian utama sebelumnya dan kenapa beralih ? Penjaga WC umum, karena terlalu banyak saingan dan adanya peluang usaha baru dengan dibangunnya pelabuhan Muara Angke.
8. Sudah berapa lama menjalani usaha tersebut ? 4 Bulan 9. Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil mata pencaharian utama tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp 1.000.000,00 Sesudah : Rp 2.000.000,00 10. Apakah mempunyai usaha lain, disamping mata pencaharian utama dalam menambah pendapatan keluarga ? Ya, Berdagang sejak pelabuhan diresmikan Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil usaha sampingan tersebut ? (sebelum dan sesudah kehadiran Pelabuhan Muara Angke) Sebelum : Rp 30.000.000,00 Sesudah : Rp 3.000.000,00 11. Usaha apa saja yang dapat dikerjakan dengan memanfaatkan kehadiran Pelabuhan Muara Angke ? Berdagang Berapa rata-rata pendapatan bersih per bulan dari hasil pemanfaatan kehadiran Pelabuhan Muara Angke tersebut ? Rp 3.000.000,00 Jika tidak memanfaatkan, kenapa ? 12. Anggota Keluarga No 1
Nama Supendi
Status dalam keluarga Kepala keluarga
Jenis kelamin L
Umur 36
125
2 3 4 5 6 7 8 9
Siti Mulyani Cindy Rasyid
Istri Anak Anak
P P L
24 5 3
B. Pengeluaran Rumah Tangga No A.
B.
Macam Kebutuhan Pangan : 1. Beras 2. Lauk pauk dan sayuran 3. Makanan tambahan 4. Kebutuhan dapur Total Non Pangan : 1. Pendidikan 2. Perumahan 3. Kesehatan 4. Listrik 5. Air/PAM 6. Telepon Total
Bulanan ( Rp )
Tahunan (Rp )
Sebelum
Sesudah
Sebelum
500.000 750.000
500.000 750.000
300.000
300.000
Sesudah
250.000 250.000 1.800.000 1.800.000 500.000 700.000 150.000 150.000 150.000 150.000 450.000 450.000 100.000 1.250.000 1.550.000
C. Kondisi dan Fasilitas Perumahan 1. Kondisi Perumahan Atap 1. Seng 2. Asbes 3. Genteng
Bilik 1. Bambu kayu 2. Kayu 3. Setengah tembok
Status 1. Numpang 2. Sewa 3. Milik sendiri
1. 2. 3. 4. 5.
Lantai Tanah Papan Plester Ubin Porselin
Luas 1. < 50 m2 2. 50 – 100 m2 3. > 100 m2
126
4. Tembok 2. Fasilitas Perumahan Pekarangan
Hiburan
Pendingin
1. < 50 m2 2. 50 – 100 m2 3. > 100 m2
1. Radio 2. Tape record er 3. TV 4. Video
1. Alam 2. Kipas angin 3. Lemari es 4. AC
Bahan Bakar 1. Kayu 2. Minyak tanah 3. Gas
Sumber Air 1. Sungai 2. Air hujan 3. Mata air 4. Sumur bor 5. PAM
MCK 1. Sungai 2. Kamar mandi umum 3. Kamar mandi sendiri
D. Persepsi Mengenai Pembangunan Pelabuhan Muara Angke 1. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat menambah pendapatan rumah tangga a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 2. Kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga (pangan, sandang, papan yang lebih baik) a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 3. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke dapat memberikan lapangan pekerjaan yang lebih banyak a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 4. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi semakin padat warganya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 5. Dengan adanya kegiatan di Pelabuhan Muara Angke wilayah kami menjadi lebih maju dan berkembang a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 6. Dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke dapat meningkatkan pendidikan anak-anak di wilayah kami menjadi lebih baik a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
127
7. Para pengunjung yang datang ke Pelabuhan Muara Angke memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat di wilayah kami a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 8. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke mengakibatkan pudarnya budaya masyarakat nelayan a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 9. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke membuat masyarakat di wilayah kami mengenal teknologi yang lebih maju a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 10. Kegiatan di Pelabuhan Muara Angke lebih banyak mendatangkan keuntungan dibandingkan dengan kerugiannya a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju 11. Keuntungan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (keuntungan utama) a. Meningkatkan taraf hidup / kesejahteraan ............................................... b. Menyerap tenaga kerja lokal .................................................................... c. Memberikan kesempatan berusaha .......................................................... d. Menambah pendapatan keluarga.............................................................. e. Lain-lain 12. Permasalahan apa yang SANGAT Saudara rasakan dengan kehadiran Pelabuhan Muara Angke (permasalahan utama) a. Penurunan pendapatan ............................................................................. b. Bertambahnya pengeluaran ...................................................................... c. Membuat keributan .................................................................................. d. Terjadinya pungutan liar .......................................................................... e. Kepadatan penduduk ................................................................................ f. Timbulnya kesemrawutan......................................................................... g. Mempengaruhi budaya lokal.................................................................... h. Merasa tidak nyaman berusaha ................................................................ i. Lain-lain
128
Lampiran 9 Hasil Wawancara Tokoh Masyarakat HASIL WAWANCARA “PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TERHADAP REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA (TINJAUAN SOSIOLOGIS MASYARAKAT DI SEKITARAN PELABUHAN MUARA ANGKE, KELURAHAN PLUIT, JAKARTA UTARA)”
Nama Responden
: Arfani
Alamat
: Blok Empang, Muara Angke
Kelurahan
: Pluit
Kecamatan
: Penjaringan
Propinsi
: DKI Jakarta
Nama Pewawancara
: Ibnu Mustaqim
Hari/Tanggal
: Rabu, 13 Agustus 2014, Pukul 12.30 WIB
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014/1435 H
129
A. Karakteristik Responden
1. Nama responden
: Arfani (Tokoh Masyarakat)
2. Jenis Kelamin
: Laki-laki
3. Umur
: 52 Tahun
4. Suku bangsa
: Sunda (Serang)
5. Pendidikan
:-
6. Mata pencaharian utama
: Tukang Bambu
B. Sikap Terhadap Pembangunan Pelabuhan Muara Angke 1. Bagaimana pandangan dan sikap masyarakat terhadap pembangunan pelabuhan Muara Angke ? Jawab : Senang dan menerima, asalkan pengembangannya sesuai dengan standard an tetap memperhatikan nasib warga sekitar. Pihak pelabuhan membolehkan kapal ojek untuk menepi di kawasan pelabuhan Muara Angke, namun harus disertai dengan surat izin dan kelayakan kapal.
2. Bagaimana sikap masyarakat terhadap proses pembebasan lahan ? Jawab : Pembebasan lahan ini ketika zamannya Pak Sutiyoso, tahun 20032004 ada sekitar 3.626 m2 dibebaskan termasuk lahan garapan atau tambak. Banyak warga yang terkena penggusuran, dan direlokasi ke rumah susun, namun setelah beberapa bulan mereka, kembali lagi ke lahan yang sudah dikuasai pemerintah tersebut. Pada awalnya sikap masyarakat sempat menolak kehadiran pelabuhan karena lahan yang akan dijadikan pelabuhan tersebut terlanjur dijadikan pemukiman dan sumber penghasilan masyarakat.
3. Bagaimana sikap masyarakat terhadap lingkungan baru ini, apakah menyenangkan atau sebaliknya ?
130
a. Jika lebih menyenangkan, mengapa ? pada intinya kehadiran pelabuhan ini juga dapat mendatangkan keuntungan, warga bisa memperoleh penghasilan dari pekerjaan yang beragam. Kampung nelayan ini harus dikelola dengan baik, Saya sudah mengelola kampung ini sejak puluhan tahun lalu dan kerjasama warga juga sangat saya harapkan.
b. Jika sebaliknya, mengapa ? 4. Apakah terjadi perubahan pola hubungan sosial antar masyarakat, Bagaimanakah prosesnya dan mengapa hal itu bisa terjadi ? Jawab : Ya ada perubahan, namun dalam hubungan sosial warga tidak terlalu besar perubahannya, perkumpulan-perkumpulan rutin warga juga masih berjalan sampai sekarang.
5. Apakah terjadi perubahan mata pencaharian masyarakat, Bagaimanakah prosesnya dan mengapa hal itu bisa terjadi ? Jawab : Perubahan mata pencaharian hanya terjadi bada sebagian kecil warga saja seperti tukag ojek odong-odong, masih banyak warga yang masih mengandalkan matapencaharian utama yang sudah mereka jalani sejak lama. Saya berharap operasional pelabuhan bisa kembali normal, sehingga
banyak
mendatangkan
wisatawan
yang
nantinya
akan
memberikan tambahan pendapatan bagi warga sekitar.
6. Apakah ada pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan dan operasional pelabuhan Muara Angke ? Jawab : Saya rasa masih kurang, paling ada hanya tukang parkir pelabuhan, bahkan untuk kuli bangunan saja mereka lebih banyak memperkerjakan tukang bangunan dari luar sini. Terkadang Saya juga diminta mandor untuk mencarikan kuli bangunan dari warga sekitar.
131
7. Bagaimana masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dengan kehadiran pelabuhan Muara Angke ? Jawab : Untuk masalah-masalah sosial akibat pembangunan pelabuhan belum pernah ada. Masalah lebih bersifat teknis seperti keadaan jalan menuju pelabuhan yang ambles dan sering terjadi banjir, itu diakibatkan karena banyaknya kendaraan proyek yang melintas ketika pembangunan pelabuhan berlangsung. Kemudian juga penutupan akses pelabuhan melalui jalur belakang yang tadinya merupakan jalur trayek ojek odongodong, dan mengakibatkan berkurangnya pendapatan tukang ojek odongodong.
132
Lampiran 10 Dokumentasi Lapangan
Kantor Karang Taruna RW 011, Kelurahan Pluit, Jakarta Utara
133
Pintu masuk Pelabuhan Muara Angke
Area parkir Pelabuhan Muara Angke
134
Kantor dan Shelter Pelabuhan
Dermaga Pelabuhan
135
Kondisi Area pengolahan kerang Blok Empang
136
Lampiran 11 Gambar Lokasi Penelitian
Sumber : http://dishub.jakarta.go.id/
Cakupan wilayah terdampak Pembangunan Pelabuhan Muara Angke
137
Lampiran 12 Rumus Perhitungan
Persentase responden : Jumlah responden ÷ Total responden × 100
Pendapatan / pengeluaran terendah : formula Ms. Excel, contoh : =MIN(B31:B33)
Pendapatan / pengeluaran tebesar : formula Ms. Excel, contoh : =MAX(B31:B33)
Pendapatan Total : Pendapatan utama + pendapatan tambahan
Pengeluaran Total : Pengeluaran pagan + pengeluaran non pangan
Rata-rata pendapatan/pengeluaran : formula Ms. Excel, contoh : =AVERAGE(P22:P25)
Selisih pendapatan / pengeluaran : Pendapatan / pengeluaran sesudah – pendapatan / pengeluaran sebelum
Persentase perubahan pendapatan / pengeluaran : Formula Ms. Excel, Selisih pendapatan / pengeluaran ÷ ABS (Pendapatan / pengeluaran sesudah, contoh : =(W27-W26)/ABS(W26)
139
140
141
142
143
144
145
146
147
BIODATA PENULIS Ibnu Mustaqim (22 tahun), lahir 11 Maret 1993 di Boyolali, Jawa Tengah. Terlahir dari pasangan orang tua yang sangat diteladani dan dibanggakan, Bapak Slamet dan Ibu Isminingsih (Almarhumah), anak pertama dari dua bersaudara adiknya bernama Taufik Saifulloh. Penulis meriwayatkan pendidikan menengahnya di Jakarta, yaitu SDN Tegal Alur 10 Pagi, SMPN 120 Jakarta, dan MAN 17 Jakarta. Sejak MA penulis memang sangat mendambakan bisa masuk UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, selain karena keinginan pribadi yang ingin mempelajari ilmu secara komprehensif (Dunia dan Akhirat), dorongan dan doa orang tua juga menjadi motivasi utama penulis untuk mewujudkannya. Pada tahap awal seleksi masuk PTN melalui jalur PMDK, penulis gagal karena salah memperhitungkan jurusan yang diminati, kemudian penulis mengikuti SNMPTN, dan Alhamdulillah penulis berhasil diterima di Jurusan Pendidikan IPS, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat bangga dengan pengalaman yang didapat selama menjalami kuliah di Jurusan Pendidikan IPS, bangga dengan persahabatan dan kekeluargaan yang telah terjalin dengan ritme yang mirip pelana kuda, bangga dengan segala perbedaan yang ada, memaksa kita untuk membaur dalam perbedaan karena sebenarnya kompak itu tidak berarti seragam, bangga dengan sensitivitas yang natural terlahir, sehingga saling dukung, saling menyemangati, dan saling mendoakan menjadi hal yang sangat lumrah dijumpai, dan juga berbagai sense kebanggan yang lain, yang tidak akan cukup untuk dinarasikan disini. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS 2010, terlebih untuk kalian keluarga besar 1A, @SosioAntro10, dan ATK Fams. Skripsi ini secara tidak langsung sebenarnya merupakan bentuk dedikasi atas persahabatan dan kekeluargaan yang telah terbangun selama ini, dan akan terus terjalin dengan baik sampai kapanpun. Senang bisa mengenal dan berbagi dengan kalian semua, semoga ikatan ini akan selalu survive dimanapun, bagaimanapun, dan sampai kapanpun…. Penulis adalah mahasisiwa angkatan 2010 Jurusan Pendidikan IPS Konsenterasi Sosiologi-Antropologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama berkuliah, penulis juga aktif di organisasi intra ataupun ekstra kampus ; Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Volunteer Senat Mahasiswa (SEMA 2013) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Selain itu penulis juga aktif di Pandorasquad, merupakan komunitas pecinta seni visual kampus UIN. Ibnu Mustaqim (1110015000033) Contact : 08988101448, BBM : 765DD19E Email :
[email protected]