SIMPUL KRITIS KEGIATAN BALAI BESAR MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014
INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN
Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan mekanisasi pertanian bertaraf internasional dalam menghasilkan inovasi teknologi mekanisasi pertanian yang berdaya saing
1. Melakukan penelitian, perekayasaan dan pengembangan untuk menghasilkan teknologi mekanisasi pertanian yang berdaya saing. 2. Melakukan kerjasama kemitraan nasional dan internasional dalam penelitian, perekayasaan dan pengembangan mekanisasi pertanian . 3. Menghasilkan bahan untuk perumusan kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian Indonesia. 4. Meningkatkan Sumber Daya Penelitian, Perekayasaan, dan Pengembangan Mekanisasi Pertanian.
Melaksanakan penelitian, perekayasaan dan pengembangan mekanisasi pertanian
1.
Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, laporan penelitian, perekayasaan dan pengembangan mekanisasi pertanian; 2. Pelaksanaan penelitian keteknikan pertanian; 3. Pelaksanaan perekayasaan, rancang bangun dan modifikasi desain, model serta prototipe alat dan mesin pertanian; 4. Pelaksanaan pengujian prototipe alat dan mesin pertanian; 5. Pelaksanaan pengembangan model dan sistem mekanisasi pertanian; 6. Pelaksanaan analisis kebijakan mekanisasi pertanian; 7. Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnisdi bidang mekanisasi pertanian; 8. Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian, perekayasaan dan pengembangan mekanisasi pertanian; 9. Pelaksanaan pengembangan sistem informasi hasil penelitian, perekayasaan dan pengembangan mekanisasi pertanian; 10. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BBP Mektan.
Perekayasaan dan Pengembangan Bidang Mekanisasi Pertanian Baik Berupa Prototipe Alat Mesin Pertanian, Model Maupun Sistem Mekanisasi yaitu:
TEKNOLOGI UNGGULAN TA 2012
TEKNOLOGI UNGGULAN TA 2013
•Introduksi Mesin Pengolahan Tepung Cabe di Provinsi Aceh •Pengembangan Paket Alat Mesin Pengolah Biofarmaka di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel •Pengembangan Mesin Pembersih dan Sortasi Kacang Tanah di Jepara •Model Mekanisasi Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) Kakao •Pemetaan Sebaran dan Jumlah Alat Mesin Budidaya Pangan •Model Mekanisasi Alsin Pengolahan Sayuran Kering Kapasitas 500 kg/hari. •Alat Pengepres Tebu Mendukung Swasembada Gula •Paket Alat Mesin Pengolahan Benih Padi untuk Mendukung UPBS •Disain Mesin Panen Padi Mini Combine Kapasitas 14 Jam/Ha •Desain Mesin Tanaman Bibit Padi Tipe “Jajar Legowo”.
•Indo Jarwo Transplanter •Indo Combine Harvester
Catatan: Saat ini teknologi unggulan tersebut telah di introduksikan ke daerah-daerah
Realisasi Pengunaan Anggaran s.d. 31 Desember 2013 Realisasi Anggaran Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Per 31 Desember 2013 senilai Rp38.416.672.000,00 (93,70%) dari Pagu Anggaran Tahun 2013 senilai Rp41.000.601.000,00 dengan Realisasi Fisik Seluruh Kegiatan sebesar 100%. OUTPUT
KEUANGAN PAGU
Sarana dan Prasarana Pengelolaan Satker Diseminasi Teknologi Mektan Pengembangan Kerjasama Rumusan Kebijakan Pengembangan Petanian
401.000.000
REALISASI
%
374.382.000
93,36
2.433.879.000 2.175.412.000
89,38
895.210.000
789.627.000
88,21
1.166.404.000 1.021.392.000
87,57
361.000.000
312.587.000
86,59
OUTPUT
KEUANGAN PAGU
Pengadaan Buku
REALISASI
%
14.500.000
14.485.000
99,90
2.875.000.000
2.725.420.000
94,80
Layanan Perkantoran
11.006.608.000
9.988.214.000
90,75
Kendaraan Bermotor
1.510.000.000
1.500.868.000
99,40
161.000.000
161.000.000
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
16.962.500.000
16.784.655.00
98.95
Gedung dan Bangunan
3.213.500.000
2.568.631.000
79,93
Teknologi Mekanisasi Pertanian
Peralatan Pengolah Data dan Komunikasi
100
Penyerapan Anggaran Terendah Pada Kegiatan Pengadaan Gedung dan Bangunan sebesar 79,93%.
Pengalokasian Anggaran Pengadaan Gedung dan Bangunan terdapat kelebihan anggaran dalam RKA-K/L sebesar Rp19.994.000,00 yaitu Pembangunan Gedung dan Bangunan sesuai RKA-K/L sebesar Rp2.462.495.000,00 namun sesuai analisis kelayakan usaha sebesar Rp2.410.700.000,00.
Pengalokasian Anggaran Pengerjaan Pengaspalan Jalan seluas Rp1.650 M2 senilai Rp557.505.000,00 belum dilengkapi dengan RAB yang diterbitkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Setempat.
DIPA Tahun 2014 mengalokasikan anggaran belanja bahan Pengembangan Prototipe/Paket berupa bahan rekayasa dan pengadaan komponen utama sebanyak 2 kali senilai Rp185.310.000,00 dan komponen di luar Balai sebanyak 2 paket Rp84.400.000,00. Permasalahan tahun 2013 belanja bahan untuk pengembangan prototipe/paket alsin tidak dibelikan secara langsung berupa bahan yang akan digunakan untuk merekayasa pembuatan prototipe/alsin tetapi digunakan untuk pembelian barang jadi,
Pada tahun 2014 terdapat anggaran Belanja Jasa Lainnya yang seharusnya dikerjasamakan pihak ke tiga namun dikerjasamakan dengan UK/UPT Badan Litbang berupa Penelitian dan Perekayasaan Teknologi Mekanisasi Pertanian Koordinatif Lintas Puslit/BB/Balit/BBTP sebanyak 5 Kegiatan senilai Rp700.000.000,00 (Kurang sesuai dengan Perpres 70 Tahun 2012). Seharusnya kegiatan tersebut dalam DIPA masuk pada Belanja Barang Non Operasional Lainnya.
1.
2. 3.
Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Kurang Efektif yaitu Pimpinan Satker atau Penanggungjawab Kegiatan belum menyusun dan menetapkan instrumen yang diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya resiko, antara lain penanganan risiko yang dituangkan dalam daftar penanganan risiko/titik kritis untuk setiap kegiatan pada masing-masing judul kegiatan. Pimpinan Satker belum menetapkan mekanisme/prosedur mengenai pencatatan, penyusunan dan penyampaian data/dokumen terhadap alsintan yang sedang dilakukan pengujian lapangan, sehingga perkembangan keragaan alsintan belum terinformasikan secara lengkap capaian kinerja output maupun outcomes yang telah dicapai. Tujuan dan sasaran Penelitian/Pengkajian Kurang selaras dengan Judul Penelitian/pengkajian Para pelaksana tugas penelitian/pengkajian kurang mengacu pada metodologi serta kurang memperhatikan tujuan/sasaran. Selain itu cenderung lebih mengejar target dari pada hasil.
4. 5.
6.
Penggunaan anggaran kurang dilaksanakan dengan menganut azas efisien, efektif, ekonomis dan sesuai dengan tujuannya. Paket teknologi belum banyak dimanfaatkan oleh petani/stakeholder karena: - Diseminasi melalui gelar teknologi sebagai salah satu sarana percepatan inovasi teknologi pertanian belum mampu mengubah sikap dan perilaku petani. - Pameran hasil teknologi pertanian belum sepenuhnya mencapai sasaran, para stakeholder hanya menambah pengetahuan sesaat. - Leaflet/Booklet yang telah dicetak dan didistribusikan kepada para pelaku agribisnis tidak dimanfaatkan dengan baik. - Paket/Hasil Teknologi Petani kurang berorientasi pada kebutuhan petani/stakeholder dan memerlukan biaya tinggi. Sarana dan prasarana laboratorium yang telah terakreditasi belum diberdayakan secara maksimal, tidak dilengkapi dengan peralatan sesuai kebutuhan, SDM yang memadai, dan kurangnya informasi keberadaan laboratorium oleh Stakeholder.
7. Pengembangan Paket Mesin Pasca Panen Benih Padi (Sortasi, Penimbang dan Pengemas Kapasitas 500kg/jam Kurang Efektif yaitu Mesin Pasca Panen yang dikembangkan untuk dilakukan pengujian di lapangan yang merupakan hasil penelitian tahun 2010 tidak dilakukan modifikasi untuk penyempurnaan kinerja sehingga gabah/calon benih yang telah di grading tidak dapat dikemas sebanyak 7,1 kg/jam. 8. Pelaksanaan Pengembangan Pabrik Mini Mocaf di Kelompok Tani Sri Rahayu Sleman Yogyakarta terdapat kelemahan antara lain: - Pelaksanaan kerjasama tidak ditetapkan batas waktunya. - Pembagian Hasil (PNBP) tidak diatur - Peralatan tersebut tidak dicatat dalam simak BMN
Jadwal pengadaan dilakukan mendekati akhir tahun (Penentuan jadwal/waktu tidak realistis). Pembuatan RKS tidak tertib antara lain menetapkan persyaratan administrative yang bersifat diskriminatif. Penentuan spek teknis mengarah pada penyedia jasa tertentu. Terjadi Post bidding yaitu perubahan (tambah/kurang) dokumen oleh panitia/ULP atau peserta setelah batas akhir pemasukan penawaran. KKN antara penyedia jasa dengan, panitia/ULP pengadaan. HPS belum berdasarkan harga survey pasar. Jaminan pelaksanaan sudah tidak berlaku melalui asuransi yang kurang dikontrol keabsahannya, sehingga pihak satker tidak dapat mengklaim Petugas Penerima Barang Tidak kompeten. Kualitas Barang/Jasa Tidak Sesuai, Kriteria Penerima Barang Bias, Volume Barang Tidak Sama.
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN DASAR HUKUM : 1. INSTRUKSI PRESIDEN NO. 5 TAHUN 2004 • MONITORING DAN EVALUASI DILAKUKAN SECARA BERJENJANG ARTINYA MASING-MASING INSTANSI PEMERINTAH MELAKUKAN KORMONEV DI LINGKUNGAN INSTANSINYA DAN MELAPORKAN HASILNYA KEPADA PRESIDEN MELALUI MENPAN. • PELAPORAN BERDASARKAN SISTEM KORMONEV BERJENJANG, MASING-MASING INSTANSI PEMERINTAH MELAKSANAKAN FUNGSI KOORDINASI, MONITORING DAN EVALUASI, FUNGSI KOORDINASI DIJALANKAN OLEH SEKRETARIS INSTANSI, SEMENTARA FUNGSI MONEV DIJALANKAN OLEH SATUAN PENGAWAS INTERN INSTANSI YANG BERSANGKUTAN. 13
lanjutan…
2. SURAT EDARAN SEKJEN DEPTAN NO. 391/RC.210/A/6/05, TANGGAL 29 JUNI 2005 TENTANG PEDOMAN SISTEM MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN (SIMONEV) ANGGARAN BERBASIS KINERJA TAHUN 2005 BAHWA KEPALA SATUAN KERJA WAJIB MELAPORKAN PERKEMBANGAN KEGIATAN SESUAI KETENTUAN YANG BERLAKU.
14
MONITORING MEMPERHATIKAN/MENJAGA DAN MEMERIKSA SESUATU (KEGIATAN) SECARA TERUS MENERUS ATAU BERKALA UNTUK MENGETAHUI BAGAIMANA PERKEMBANGAN DARI HAL (KEGIATAN) TERSEBUT ATAU MELIHAT KESESUAIAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DENGAN ARAH, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP YANG MENJADI PEDOMAN DALAM RANGKA MENYUSUN PERENCANAAN BERIKUTNYA
EVALUASI PENILAIAN KINERJA PELAKSANAAN YANG DILAKUKAN SETIAP PERIODE WAKTU UNTUK MENGANALIS KEMAJUAN PENCAPAIAN TARGET DAN HAMBATAN PELAKSANAAN KEGIATAN YANG DIKAITKAN DENGAN PENCAPAIAN TUJUAN KEGIATAN. 15
PELAPORAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEGIATAN DIPERLUKAN PELAPORAN RUTIN MAUPUN PELAPORAN PENGENDALIAN YANG KONTINEW DAN LENGKAP JENIS-JENIS LAPORAN TERDIRI DARI:
• LAPORAN RUTIN YANG TERDIRI DARI LAPORAN BULANAN, TRIWULAN DAN TAHUNAN •
LAPORAN PENGENDALIAN OLEH TIM TEKNIS KAB/KOTA DAN TIM PROPINSI DAN TIM PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN DIPUSAT
• LAPORAN INSIDENTIL BILA MANA DIPERLUKAN
16
ALUR PELAPORAN MENTERI PERTANIAN RI Penanggungjawab program Pembangunan Pertanian SEKRETARIAT JENDERAL GUBERNUR Penanggungjawab Dekonsentrasi
ESELON I Penanggungjawab Program
PROPINSI DINAS/BADAN/UPT/UPTD Dekonsentrasi KABUPATEN
PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN LAPANGAN PROPINSI KETERANGAN :
PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN LAPANGAN KABUPATEN
ESELON I PENANGGUNGJAWAB PROGRAM ADALAH DITJEN TP, HORT, BUN, NAK, BADAN LITBANG, SDM, BKP DAN KARANTINA
17
18 18