PROFIL PETERNAKAN SAPI DAN KERBAU DI PROPINSI BENGKULU Ruswendi, Gunawan, Siswani D Daliani dan Wahyuni A Wulandari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
ABSTRAK Ternak sap! dan kerbau memiliki prospek pengembangan yang tinggi di Bengkulu, mengingat polo pasar dan pertumbuhan konsumsi pangan asal ternak di Propinsi Bengkulu jauh lebih tinggi dibandingkon dengan pertumbuhan populasi dan produktivitas ternaknya. Kondist in! belum didukung sepenuhnya oleh ketersediaan potensi sumberdaya atom, manusia dan sarana prasana usaha ternak serta kemampuan penerapan teknologi tepat guna spesifik lokast . Pengembangan ternak sap! dan kerbau erat kaitannya dengan pengembangan pertanIan, karena ternak sap! don kerbau mempunyai potensi dalam menunjang usahatan! secara terintegras t dan terpadu terutama dalam hat menghasllkan pupuk, penambahan pendapatan, penyediaan tenaga kerja ternak dan sebagatsumber tabungan hidup bag! petani . Sebaga! contoh integrasi adalah SISKA (Sistem integrasi Sap! Kelapa Sawit) yang pada awalnya ada dt Bengkulu don mulat berkembang dengan balk. Bermula dart adanya SISKA, maka di Bengkulu juga berkembang sistem integrasi lainnya seperti SISGUNG, SISDI dan SISKAR . Faktor pembatas utama yang menjadi masalah pada peningkatan populasi ternak sap! dan kerbau adalah faktor tingkat kemampuan sumberdaya manusla (keluarga petani), modal, kemampuan penerapan berbaga! teknologi perbibitan ternak, serta keterbatasan sarana prasarana dan petugas pendukung pelaksanaan di tingkat lapongan yang belum sesuai kebutuhan luas wilayah pengembangan . Untuk !tu, perlu klta pikirkan bersama upaya pemecahan masalah untuk memacu pengembangan potensi ternak sap! dan kerbau berdasarkan kondisi spesifik wilayah . Kata kunci : Potensi, pengembangan, permasalahan, sistem integrasi .
PENDAHULUAN ermintaan akan daging terutama asal ternak rUminansia besar dari tahun ke tahun terus )meningkat dan ini tidak dapat dipenuhi secara keseluruhan . Hat ini disebabkan produktivitas, pakan dan pengembangan ternak hanya mengandalkan sistem pemeliharaan secara tradisionat dengan skata rumah tangga . Seiring bergulirnya otonomi daerah yang merupakan perkembangan kebijaksanaan pemerintah, setiap daerah harus berusaha untuk merancang pengembangan wilayah peternakan dengan memperhitungkan kecukupan pangan, khususnya kecukupan pangan hewani asal ternak . Luas wilayah Propinsi Bengkulu lebih kurang 1 .978 .870 ha atau 19 .788,70 km Z . Propinsi Bengkulu saat ini memiliki delapan daerah kabupaten dan satu kota . Kabupaten Bengkulu Selatan dengan ibukota Manna mempunyai Luas wilayah sebesar 1 .179,65 km 2 (5,96%), Kabupaten Rejang Lebong dengan ibukota Curup mempunyaituas wilayah sebesar 1 .475,99 kmZ (7,46%), Kabupaten Bengkutu Utara dengan ibukota Arga Makmur mempunyai Luas wilayah sebesar 5 .548,54 km 2 (28,04%), Kabupaten Seluma dengan ibukota Tais mempunyai Was wilayah sebesar 2 .400,44 km Z (12,13%), Kabupaten Kaur dengan ibukota Bintuhan mempunyai Was wilayah sebesar 2 .369,05 km 2 (11,97%), Kabu?aten Muko-Muko dengan ibukota MukoMuko mempunyai Luas wilayah sebesar 4 .036,70 km (20,40%), Kabupaten Kepahyang dengan ibukota Kepahyang mempunyai Luas witayah sebesar 704,57 km Z (3,56%), Kabupaten Lebong dengan ibukota Muara Aman mempunyai Luas wilayah sebesar 1 ;929,24 km Z dan kota Bengkulu mempunyai Luas 144,52 km Z (0,73%) (BPS Bengkutu, 2005) . Populasi ternak pada tahun 2004 di Propinsi Bengkulu untuk sapi adalah 80 .371 ekor dan kerbau 48 .976 ekor (BPS Bengkulu, 2005) . Jumtah ternak tersebut umumnya tersebar pada peternakan rakyat di detapan kabupaten dan satu kota . Populasi sapi potong banyak tersebar di Bengkulu Utara, Seluma, Muko-Muko dan Rejang Lebong . Populasi kerbau banyak tersebar di Kaur, Bengkutu Utara dan Seluma yang banyak daerah rawanya . Peternakan sapi hampir
48
Ruswendl, Gunawan, Stswani D. Daliani, dan Wahyuni A. Wulandarl
seturuhnya dalam skala rumah tangga dengan rata-rata kepemilikan . ternak 1-3 ekor, sedangkan kepemilikan ternak kerbau rata-rata adalah 1-6 ekor . Pemanfaatan ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu hampir sama dengan daerah tainnya, yaitu untuk ternak potong, tenaga kerja di tahan pertanian dan sebagai tabungan, khusus ternak kerbau juga sebagai prestise yang menggambarkan keberadaan keluarga pemilik . Pengembangan ternak sapi dan kerbau masih cukup besar peluangnya, karena masih luasnya sumberdaya lahan dan masih cukup tersedianya sumberdaya pakan di Propinsi Bengkulu . SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN SAM DAN KERBAU, POTENSI DAN MASALAH DIHADAPI Produktivitas Peternakan Sapi dan Kerbau Ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu memiliki produktivitas yang masih rendah . Hat ini disebabkan oleh beberapa faktor kendala, antara lain : peranan sapi dan kerbau pada sistem usahatani masih bersifat tradisional, penguasaan lahan yang kurang ekonomis, kualitas pakan yang rendah, sangat terbatasnya bibit unggul, kurangnya pengetahuan petani terhadap reproduksi sapi dan kerbau, kurangnya modal, daya tahan sapi dan . kerbau yang rendah terhadap parasit, kurangnya perhatian terhadap penanganan kesehatan ternak serta betum diterapkannya teknologi tepat guna (Diwyanto dan Subandrio, 1995) . Upaya memperbaiki produktivitas ternak sapi dan kerbau dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem pemeliharaan dan perbaikan mutu ternak yang dihasilkan serta pemberian pakan berkualitas baik . a . Sistim Pemeliharaan Populasi ternak sapi dan kerbau akhir-akhir ini tidak berkembang dan cenderung berkurang karena tingginya pemotongan tanpa didukung upaya pengembangan atau pembibitan yang balk oteh peternak sebagai akibat dari masih rendahnya pengetahuan reproduksi peternak sendiri . Populasi dan pemotongan ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkutu berturutturut disajikan pada Tabet 1 . Tabel 1 .
Populasi dan pemotongan sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu pada tahun 2004 . Populasi Pemotongan Sapi Kerbau Sapi Kerbau Bengkulu Selatan 5 .839 6 .369 744 305 1 .329 298 Rejang Lebong 6 .517 692 Bengkulu Utara 28 .316 12 .054 2 .488 376 Kota Bengkulu 2 .951 526 1 .911 1 .330 Seluma 16 .870 12 .042 465 135 135 72 KAur 11 .174 13 .531 235 Muko-Muko 7 .638 3 .269 932 Kepahyang 1 .024 199 190 36 52 Lebon 42 294 15 Sumber : BPS Bengkulu (2005) Kabupaten/Kota
Populasi ternak sapi banyak tersebar di Kabupaten Bengkulu Utara (28 .316 ekor), Seluma (16 .870 ekor) dan Kaur (11 .174 ekor) . Populasi ternak. kerbau banyak tersebar di Kabupaten Kaur (13 .531 ekor), Bengkulu Utara (12 .054 ekor) dan Seluma (12 .042 ekor) . Jenis ternak sapi yang dipelihara di Propinsi Bengkulu paling banyak adatah jenis sapi Bali, setanjutnya diikuti sapi Peranakan Ongole (P0) dan sapi Simental . Sedangkan jenis ternak kerbau yang ada adalah jenis kerbau lumpur . Pemotongan ternak sapi umum nya terbanyak ada di Kabupaten Bengkulu Utara (2 .488 ekor), diikuti Kota Bengkutu (1 .911 ekor) dan Kabupaten Rejang Lebong (1 .329 ekor) .
Prosiding Peternakan 2006
49
Sedangkan pemotongan ternak kerbau umumnya banyak dilakukan di kota Bengkutu, yaitu mencapai 1 .330 ekor setama tahun 2004 . Sistem pemeliharaan ternak sapi dan kerbau di Kabupaten Bengkutu Utara dan Bengkutu Selatan relatif sama yaitu secara semi intensif, dimana ternak sapi umumnya ditepas pada pagi hari untuk digembalakan di padang rumput alam, hutan dan area[ yang telah disediakan kemudian sore hari dimasukkan dalam kandang . Ternak kerbau sebagian besar ditepas di rawa luimpur atau lahan yang mempunyai kubangan tumpur di sekitar tempat tinggat pemitik . Di Kabupaten Rejang Lebong, ternak sapi dan kerbau dipetihara secara intensif, dimana ternak sapi dan kerbau berada sepanjang hari dikandang dengan sistem pemberian pakan cut and carry . Ternak sapi dan kerbau ini akan diketuarkan dari kandang hanya untuk kerja di lahan usahatani dan setelah itu diikat di padang penggembalaan atau lapangan terbuka sebelum dimasukkan lagi ke kandang (Murdiyanti, 2003) . b . Sistirn Perkandangan Sistem perkandangan sapi dan kerbau di Propinsi Bengkutu umumnya dibuat dengan konstruksi dan bahan yang sederhana, yaitu dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari lingkungan sekitar pemitik yang mudah didapat dan harganya murah . Dinding kandang terbuat dari bahan kayu dan bambu, atap terbuat dari bahan rumbia dan ijuk/alang-atang . Lantai kandang umumnya , tanah yang sedikit ditinggikan dari permukaan tanah di sekitarnya untuk menjaga Lantai kandang tetap kering . Lantai kandang umumnya penuh dengan kotoran ternak yang ditumpuk dan nantinya diambil beberapa hari sekati untuk dijadikan pupuk . Di Kabupaten Bengkutu Selatan, Setuma dan Kaur, dinding kandang dan tiang penyangga umumnya terbuat dari kayu batangan, atap kandang menggunakan genting dan rumbia, sedangkan Lantai kandang langsung terbuat dari permukaan tanah . Kondisi kandang didaerah ini kadang sering becek dan kotor karena drainase kandang serta pengaliran kotoran kurang baik, sehingga sering menimbulkan gangguan penyakit bagi ternak sapi dan kerbau yang dipetiharanya . Di Kabupaten Rejang Lebong dan Lebong sebagian besar kandang sapi berada tepat di belakang atau di samping rumah menempet . pada dinding rumah, bahkan ada sebagian peternak yang kandangnya langsung berada di dalam dapur dengan atasan keamanan ternak . Di Kabupaten Bengkutu Utara lokasi kandang umumnya dibangun ± 5 m di belakang atau di samping rumah terbuat dari bahan sederhana dan atap rumbia . Pada beberapa daerah pantai yang berada di sepanjang daerah Kabupaten Bengkutu Utara dan Bengkutu Selatan, lokasi kandang dibuat secara berkelompok berada ± 500-1000 m dari pemukiman dan aman dari gangguan keamanan . c . Sistim reproduksi Produktivitas ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkutu masih rendah . Hat ini diakibatkan masih rendahnya tingkat kemauan dan kemampuan masyarakat datam pemeliharaan ternak, terutama berkaitan dengan pemahaman reproduksi yang masih sangat rendah . Disamping itu, juga ada kecendrungan semakin berkurangnya ketersediaan dan keseimbangan pejantan unggut yang dibutuhkan untuk mengawinkan ternak betina, terutama untuk ternak kerbau yang sangat lambat perkembangannya . Martondang dan Siregar (2000) mengatakan bahwa produktivitas ternak kerbau di suatu wilayah akan meningkat jika di daerah tersebut keseimbangan antara kerbau jantan dan betina dapat dipertahankan secara ideal . Untuk memacu produktivitas ternak sapi dan kerbau ini, telah dilakukan berbagai upaya, diantaranya dengan menerapkan program Kawin suntik atau Inseminasi buatan (IB) . Namun IB belum dapat meningkatkan produktivias ternak, karena beberapa kendata antara lain keterbatasan sarana prasarana dan sumberdaya manusia yang menguasal keahlian IB serta
50
Ruswendl, Gunawan, Slswanl D . Dallant, dan Wahyuni A . Wulandarl
seluruhnya dalam skala rumah tangga dengan rata-rata kepemilikan . ternak 1-3 ekor, sedangkan kepemilikan ternak kerbau rata-rata adalah 1-6 ekor . Pemanfaatan ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu hampir sama dengan daerah lainnya, yaitu untuk ternak potong, tenaga kerja di lahan pertanian dan sebagai tabungan, khusus ternak kerbau juga sebagai prestise yang menggambarkan keberadaan keluarga pemilik . Pengembangan ternak sapi dan kerbau masih cukup besar peluangnya, karena masih luasnya sumberdaya lahan dan masih cukup tersedianya sumberdaya pakan di Propinsi Bengkutu . SISTEM PRODUKSI PETERNAKAN SAPI DAN KERBAU, POTENSI DAN MASALAH DIHADAPI Produktivitas Peternakan Sapi dan Kerbau Ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu memitiki produktivitas yang masih rendah . Hat ini disebabkan oleh beberapa faktor kendala, antara lain : peranan sapi dan kerbau pada sistem usahatani masih bersifat tradisional, penguasaan lahan yang kurang ekonomis, kualitas pakan yang rendah, sangat terbatasnya bibit unggul, kurangnya pengetahuan petani terhadap reproduksi sapi dan kerbau, kurangnya modal, daya tahan sapi dan . kerbau yang rendah terhadap parasit, kurangnya perhatian terhadap penanganan kesehatan ternak serta belum diterapkannya teknologi tepat guna (Diwyanto dan Subandrio, 1995) . Upaya memperbaiki produktivitas ternak sapi dan kerbau dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem pemeliharaan dan perbaikan mutu ternak yang dihasilkan serta pemberian pakan berkualitas baik . a . Sistim Pemeliharaan Populasi ternak sapi dan kerbau akhir-akhir ini tidak berkembang dan cenderung berkurang karena tingginya pemotongan tanpa didukung upaya pengembangan atau pembibitan yang balk oleh peternak sebagai akibat dari masih rendahnya pengetahuan reproduksi peternak sendiri . Populasi dan pemotongan ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu berturutturut disajikan pada Tabel 1 . Tabel 1 .
Populasi don pemotongan sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu pada tahun 2004 .
Kabupaten/Kota Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kota Bengkulu Seluma KAur Muko-Muko Kepahyang Lebong Sumber: BPS Bengkulu (2005)
Populasi Sapi 5 .839 6 .517 28 .316 2 .951 16 .870 11 .174 7 .638 1 .024 42
Kerbau 6 .369 692 12 .054 526 12 .042 13 .531 3 .269 199 294
Sapi 744 1 .329 2 .488 1 .911 465 135 932 190 15
Pemotongan Kerbau 305 298 376 1 .330 135 72 235 36 52
Populasi ternak sapi banyak tersebar di Kabupaten Bengkulu Utara (28 .316 ekor), Seluma (16 .870 ekor) dan Kaur (11 .174 ekor) . Poputasi ternak kerbau banyak tersebar di Kabupaten Kaur (13 .531 ekor), Bengkutu Utara (12 .054 ekor) dan Seluma (12 .042 ekor) . Jenis ternak sapi yang dipetihara di Propinsi Bengkulu paling banyak adalah jenis sapi Bali, selanjutnya diikuti sapi Peranakan Ongole (P0) dan sapi Simental . Sedangkan jenis ternak kerbau yang ada adalah jenis kerbau Lumpur . Pemotongan ternak sapi umumnya terbanyak ada di Kabupaten Bengkulu Utara (2 .488 ekor), diikuti Kota Bengkulu (1 .911 ekor) dan Kabupaten Rejang Lebong (1 .329 ekor) .
Prosiding Peternakan 2006
49
Sedangkan pemotongan ternak kerbau umumnya banyak ditakukan di kota Bengkulu, yaitu mencapai 1 .330 ekor selama tahun 2004 . Sistem pemeliharaan ternak sapi dan kerbau di Kabupaten Bengkutu Utara dan Bengkulu Selatan relatif sama yaitu secara semi intensif, dimana ternak sapi umumnya dilepas pada pagi hari untuk digembalakan di padang rumput alam, hutan dan area[ yang telah disediakan kemudian sore hari dimasukkan dalam kandang . Ternak kerbau sebagian besar dilepas di rawa himpur atau lahan yang mempunyai kubangan Lumpur di sekitar tempat tinggal pemilik . Di Kabupaten Rejang Lebong, ternak sapi dan kerbau dipelihara secara intensif, dimana ternak sapi dan kerbau berada sepanjang hari dikandang dengan sistem pemberian pakan cut and carry . Ternak sapi dan kerbau ini akan dikeluarkan dari kandang hanya untuk kerja di lahan usahatani dan setelah itu diikat di padang penggembataan atau lapangan terbuka sebelum dimasukkan lagi ke kandang (Murdiyanti, 2003) . b . Sistirn Perkandangan Sistem perkandangan sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu umumnya dibuat dengan konstruksi dan bahan yang sederhana, yaitu dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari lingkungan sekitar pemilik yang mudah didapat dan harganya murah . Dinding kandang terbuat dari bahan kayu dan bambu, atap terbuat dari bahan rumbia dan ijuk/atang-a tang . Lantai kandang umumnya ` tanah yang sedikit ditinggikan dari permukaan tanah di sekitarnya untuk menjaga tantai kandang tetap kering . Lantai kandang umumnya penuh dengan kotoran ternak yang ditumpuk dan nantinya diambil beberapa hari sekali untuk dijadikan pupuk . Di Kabupaten Bengkutu Selatan, Setuma dan Kaur, dinding kandang dan tiang penyangga umumnya terbuat dari kayu batangan, atap kandang menggunakan genting dan rumbia, sedangkan tantai kandang langsung terbuat dari permukaan tanah . Kondisi kandang didaerah ini kadang sering becek dan kotor karena drainase kandang serta pengatiran kotoran kurang baik, sehingga sering menimbulkan gangguan penyakit bagi ternak sapi dan kerbau yang dipeliharanya . Di Kabupaten Rejang Lebong dan Lebong sebagian besar kandang sapi berada tepat di betakang atau di samping rumah menempel .pada dinding rumah, bahkan ada sebagian peternak yang kandangnya langsung berada di datam dapur dengan alasan keamanan ternak . Di Kabupaten Bengkutu Utara lokasi kandang umumnya dibangun ± 5 m di betakang atau di samping rumah terbuat dari bahan sederhana dan atap rumbia . Pada beberapa daerah pantai yang berada di sepanjang daerah Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan, lokasi kandang dibuat secara berketompok berada ± 500-1000 m dari pemukiman dan aman dari gangguan keamanan . c . Sistim reproduksi Produktivitas ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu masih rendah . Hat ini diakibatkan masih rendahnya tingkat kemauan dan kemampuan masyarakat datam pemeliharaan ternak, terutama berkaitan dengan pemahaman reproduksi yang masih sangat rendah . Disamping itu, juga ada kecendrungan semakin berkurangnya ketersediaan dan keseimbangan pejantan unggut yang dibutuhkan untuk mengawinkan ternak betina, terutama untuk ternak kerbau yang sangat lambat perkembangannya . Martondang dan Siregar (2000) mengatakan bahwa produktivitas ternak kerbau di suatu witayah akan meningkat jika di daerah tersebut keseimbangan antara kerbau jantan dan betina dapat dipertahankan secara ideal . Untuk memacu produktivitas ternak sapi dan kerbau ini, telah dilakukan berbagai upaya, diantaranya dengan menerapkan program Kawin suntik atau Inseminasi buatan (IB) . Namun IB belum dapat meningkatkan produktivias ternak, karena beberapa kendala antara lain keterbatasan sarana prasarana dan sumberdaya manusia yang menguasal keahlian IB serta
50
Ruswendi, Gunawan, Slswani D, Dollanl, don Wahyuni A . Wulandorl
masih rendahnya tingkat kesadaran peternak mengamati proses reproduksi seperti deteksi birahi dan ketertambatan informasi birahi disampaikan kepada petugas inseminator . Beberapa upaya pengkajian tetah dilakukan BPTP berkaitan dengan upaya peningkatkan produktivitas ternak sapi potong, seperti pengamatan terhadap ketepatan deteksi birahi dan kemampuan untuk segera mendatangi petugas inseminator agar ternak sapi yang dipeliharanya segera di IB . Namun hat ini belum banyak membawa hasil karena kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah daerah terhadap pentingnya peningkatan sarana prasana dan SDM pendukung petaksanaan program IB . Potensi dan Masalah Pengembangan Ternak Sapi dan Kerbau Populasi ternak sapi dan kerbau masih memungkinkan untuk ditingkatkan pada semua kabupaten di Propinsi Bengkulu, hat ini didukung oleh ketersediaan (ahan yang masih tuas dan sumberdaya pakan yang cukup bertimpah . Sedangkan faktor pembatas utama yang menjadi masalah pada peningkatan poputasi ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkutu adalah faktor tingkat kemampuan sumberdaya manusia (keluarga petani), modal, kemampuan penerapan teknologi perbibitan ternak yang rendah, keterbatasan sarana prasarana dan petugas pendukung pelaksanaan di tingkat lapangan yang belum sesuai kebutuhan luas witayah . Untuk mengatasi masalah tersebut sudah diupayakan berbagai jatan pemecahannya dengan cara 1) mengadakan berbagai pelatihan bagi peternak yang dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan pengembangan usaha ternaknya, 2) memberikan bantuan modal dan ternak secara berkala dan langsung dikelola oleh peternak dan ketompok, 3) melakukan berbagai percontohan pengembangan ternak, 4) meningkatkan keterampilan dan sarana pendukung operasional petugas lapang serta 5) termasuk berbagai pengkajian dan diseminasi hasit-hasil penelitian oteh BPTP yang dapat diterapkan sesuai kondisi witayah pengembangan . Seiring dengan terjadinya pemekaran wilayah, kabupaten/kota, maka upaya yang sudah dilakukan untuk dapat memacu potensi pengembangan ternak sapi dan kerbau pada masingmasing wilayah sedikit mengalami penurunan dengan keterbatasan kemampuan daerah dan sumberdaya manusianya serta kepentingan masing-masing daerah yang cukup bervariasi, sehingga perlu ditakukan berbagai pendekatan secara terpadu dan terencana . SUMBERDAYA PAKAN DAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK Pakan (kualitas maupun kuantitas) merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap taju pertumbuhan ternak . Ternak dengan konsumsi pakan yang cukup akan memberikan respon terhadap pertumbuhan yang tinggi, sebaliknya ternak yang kekurangan pakan dapat menyebabkan penurunan bobot badan (Basuki, 2002) . Sumberdaya pakan dan hijauan makanan ternak di Propinsi Bengkulu tergolong masih metimpah, hijauan yang diberikan pada ternak sapi dan kerbau bersumber dari rumput atam dan rumput unggul . Rumput alam umumnya diperoteh di sekitar lahan pertanian, pematang sawah, hutan/padang pengembalaan, tepi sungai dan rumput unggul umumnya ditanam pada lahan yang telah disediakan atau hataman rumah serta pinggir-pinggir kebun . Khusus di Kabupaten Rejang Lebong ternak sapi dan kerbau juga diberikan hijauan pakan hasil limbah pertanian yaitu pucuk daun jagung muda, lung (daun ubi jatar), rendeng (daun kacang tanah), dan jerami padi . Kendala yang dihadapi peternak untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi dan kerbau umumnya pada keterbatasan tenaga yang hanya menggunakan tenaga ketuarga dan keterbatasan waktu untuk mencari dan mengarit hijauan yang cukup jauh dari pemukiman .
Prosiding Peternakan 2006
51
Beberapa peternak sudah menerapkan teknologi pemberian pakan tambahan pada ternak sapi potong dengan harapan untuk meningkatkan pertambahan berat badan sapi . Umumnya pakan tambahan yang diberikan berasat dari limbah pertanian, seperti dedak padi . Untuk meningkatkan kualitas pakan tambahan yang diberikan pada ternak sapi, BPTP berupaya mendiseminasikan teknologi pembuatan pakan murah serta mekanisasi atat pengolahan untuk masyarakat . Dalam rangka mendukung penerapan teknotogi tersebut, maka di Desa Air Metes, Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong sudah dikembangkan teknotogi pembuatan pakan murah untuk ternak sapi dengan memanfaatkan Umbah kulit kopi dan tongkol jagung yang banyak terdapat :Msekitar lokasi dan bahan tersebut bc tum termanfaatkan sebagai sumber bahan penyusun pakan ternak sapi . Dari hasit survey potensi pakan yang dilakukan BPTP pada tahun 2005 di Propinsi Bengkulu masih memungkinkan pengembangan ternak sapi dan kerbau . Selain hijauan rumput masih cukup tersedia, juga didukung oleh potensi pakan yang berasal dari perkebunan kelapa sawit, yaitu gulma jurnlah potensi pakan yang tersedia berasal dari Gulma ± 1,21 ton/ha/hari, Daun Sawit ± 2,52 to/ha/hari dan petepah sawit ± 22 .,68 ton/ha/hari . Disamping itu, juga terdapat limbah pabrik CPO berupa lumpur sawit (solid) . Potensi pakan dari limbah pertanian yang tersedia adalah jerami padi ± 483 .322,18 ton Bahan Kering (BK)/tahun dan Dedak ± 55 .162,97 ton BK/tahun, Jerami jagung ± 219 .366,59 ton BK/tahun, Tongkol jagung ± 64 .895,00 ton BK/tahun, daun ubi kayu ± 5 .418,80 ton BK/tahun, daun ubi rambat ± 8 .025,54 ton BK/tahun, daun kacang tanah ± 12 .634,66 ton BK/tahun dan daun kedele ± 5 .401,5 ton BK/tahun . UPAYA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI SAPI DAN KERBAU Pengembangan ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu cukup potensial untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pasar . Hat ini didukung dengan populasi yang masih memungkinkan untuk ditingkatkan lagi dan sumberdaya lahan yang re latif luas, terutama lahan garapan yang memitiki limbah pertanian dan perkebunan yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak . Berbagai upaya untuk pengembangan ternak ruminansia terus ditakukan oleh BPTP Bengkulu mela[ui pengkajian-pengkajiannya . Salah satu diantaranya adalah mengembangkan teknologi integrasi ternak dengan tanaman perkebunan yang sudah menjadi teknologi andalan di Propinsi Bengkutu serta pemanfaatan sumberdaya limbah pertanian potensial lainnya . a . Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit Sistem integrasi sapi - kelapa sawit yang dikenat dengan SISKA, merupakan sistem pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan sapi dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara optimal . Upaya ini semula dilakukan hanya untuk meringankan beban tenaga kerja pemanen dalam mengangkut tandan buah segar (TBS) ketempat pengumpulan hasil dengan memakai gerobak, namun pada perkembangannya ternyata mampu meningkatkan kesejahteraan para pemanen, karena meningkatnya luasan yang dapat dikelola pemanen berimbas pada peningkatan penghasilan rata-rata mencapai Rp .1 .325 .000,- setiap bulan . Berdasarkan hasil pengkajian BPTP Bengkulu di kebun inti PT . Agricinal, dari ketersediaan hijauan/gulma sekitar kebun mampu ditampung 2,51 unit ternak, dari daun sawit 1,39 unit ternak, sedangkan dari pelepah sawit 19,10 unit ternak setiap harinya per 15 hektar area[ panen . Anatisa ketayakan usaha tanpa memasukkan komponen tenaga kerja pada tingkat suku bunga 19,5% R/C 1,50 dan IRR 34%, tingkat suku bunga 12% R/C 2,30 dan IRR 40% (Manti et at ., 2003) .
52
Ruswendi, Gunawan, Siswani D . Daliani, dan Wahyunl A . Wulandarl
Teknologi SISKA ini sangat potensi untuk dikembangkan karena sebagian besar wilayah BengkuLu potensial untuk tanaman kelapa sawit . Adapun kesesuaian penerapan SISKA di Bengkulu yang sudah dimulai sejak tahun 2003 antara lain : 1 . Potensi lahan perkebunan cukup luas, yang mencapai 293 .495 hektar sehingga untuk pengembangan usaha ternak melalui SISKA tidak memerlukan lahan lagi . 2 . Seluas 1 hektar kebun kelapa sawit dapat menyediakan pakan ternak untuk 6 ekor sapi . Kalau dari lahan kebun yang ada sekarang 75% digunakan untuk perkebunan kelapa sawit, maka akan tertampung lebih dari 850 .000 ekor Sapi . 3 . Pemeliharaan sapi di kebun sawit dapat meningkatkan produksi TBS (Tandan Buah Segar) serta menurunkan biaya produksi dan pembetian pupuk karena dapat digantikan oleh pupuk kandang . Kedua keuntungan ini dapat meningkatkan pendapatan petani . 4 . Limbah sawit berupa pelepah, daun dan Lumpur minyak (solid) dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sehingga tidak ada pencemaran lingkungan oleh usaha integrasi sapi dan kelapa sawit . 5 . Ternak sapi menghasilkan kotoran yang dapat digunakan untuk pupuk kelapa sawit dan bagi perusahaan merupakan suplai pupuk organik yang relatif murah karena dapat menghemat biaya pembetian pupuk buatan sebesar 50% . b . Sistem Integrasi Sapi dan Tanaman Jagung Sistem Integrasi Sapi-Jagung (SISGUNG) dilakukan dengan pola Zero Waste yang ditujukan untuk peningkatan efisiensi biaya produksi melalui pemanfaatan timbah tanaman (daun, ktobot dan tongkol jagung) untuk pakan ternak dan timbah kotoran ternak untuk pupuk . Pola yang dikembangkan datam sistem ini adalah pendekatan kawasan yang mengintegrasikan ternak dengan tanaman sehingga ternak tebih berbasis lahan (landbased) yang dapat newujukan keterpaduan ekosistem antara ternak dan tanaman, menciptakan sentra pertumbuhan peternakan dan komoditas ternak menjadi unggutan (sistem produksi berbasis ternak) atau hanya sebagai penunjang . c . Sistem integrasi sapi dan tanaman padi Sistem ini dikenal dengan nama "Crop Livestosk System" (CLS) yang pengembangannya didasarkan pada prinsip zero waste dengan pemanfaatan potensi timbah tanaman sebagai sumber pakan ternak dan pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik, dimana jerami padi setelah diproses akan digunakan sebagai pakan ternak untuk produksi sapi, sedangkan kotoran ternaknya dalam bentuk kompos dikembalikan ke lahan sawah . Selain itu juga dapat menciptakan lapangan kerja baru di pedesaan serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan agribisnis berdaya saing, ramah lingkungan dan mandiri . Hasil pengkajian menunjukkan produktivitas padi sawah meningkat sebesar 0,55 ton/ha pada MT I dan 0,30 ton/ha pada MT II, sedangkan kompos yang diproduksi mampu memberikan tambahan penghasilan cukup besar . Sasaran yang dituju adatah mengembangkan model usaha pertanian terpadu, terutama untuk menghasilkan sapi bakalan dan memperbaiki lahan yang sakit (Diwyanto, 2003) . d . Sistem Integrasi Sapi dan Karet Tanaman karet mempunyai potensi diintegrasikan dengan ternak ruminansia, dimana hijauan yang tumbuh dibawah pohon karet dapat dijadikan sumber pakan ternak . Disamping itu buah karet yang dihasilkan mencapai 5 .000 biji/ha/tahun, setain dijadikan bibit juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak melalui pemanfaatan limbah bungkil inti karet . Hasit penelitian menyebutkan bahwa bungkil inti karet dapat diberikan untuk sapi perah sebanyak 2,3 kg/ekor/hari setelah melalui proses pengolahan dan penyimpanan .
Prosiding Peternakan 2006
53
Di Bengkulu peluang pemeliharaan ternak sapi terintegrasi dengan karet mempunyai peluang cukup potensiat dilihat dari luas perkebunan karet mencapai 82 .864 ha dan ternak sapi memperoteh pakan dari hijauan yang tumbuh dibawah pohon karet dan dari limbah biji karet berupa bungkil inti biji karet (14% dari keseturuhan biji karet) . e . Pemanfaatan Limbah Lainnya Pengembangan teknologi pemanfaatan sumberdaya limbah pertanian juga sudah dilakukan, karena berpotensi untuk meningkatkan produktivitas ternak dan pendapatan peternak serta meningkatkan nilai jual hasil usaha tani masyarakat . Beberapa limbah pertanian sebagai sumber bahan penyusun pakan ternak sapi yang potensil terdapat di Propinsi Bengkulu adalah pemanfaatan limbah tongkol jagung, kulit kopi dan kulit kakao yang banyak terdapat di sekitar lokasi usaha ternak namun selama ini masih terbuang dan belum termanfaatkan . Pada tahun 2005 dan 2006 juga ditakukan pengkajian untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi potong melalui teknik Inseminasi Buatan (IB) dan perbaikan pakan bagi induk sapi potong . Selain itu BPTP Bengkulu juga mengadakan berbagai komunikasi tatap muka teknologi pertanian seperti temu lapang perbibitan sapi potong bekerjasama dengan Kantor Peternakan dan Perikanan Rejang Lebong pada Tahun 2006 yang dihadiri oleh sekitar 200 orang petani peternak sapi potong dan Gelar Teknologi pakan sapi potong menggunakan bahan penyusun pakan dari limbah pertanian potensial yang belum dimanfaatkan oteh masyarakat di Kabupaten Rejang Lebong . Peluang pengembangan kerbau di Propinsi Bengkutu masih sangat memungkinkan, walaupun pota pengembangannya sudah terdesak oleh ketersediaan lahan yang semakin menyempit . Karena ternak kerbau ini dalam kondisi tertentu mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan pakan berkuatitas rendah, namun masih dapat menghasitkan daging yang berkuatitas (Sasaki, 1994) . Begitu juga dengan peluang pengembangan ternak sapi yang masih cukup potensiat dengan adanya dukungan ketersediaan potensi lahan dan sumberdaya alam masih sangat memadai yang pada akhirnya juga akan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat maupun peternak melalui upaya peningkatan produksi dan poputasi ternak, produktivitas dan daya saing di tingkat usahatani, meningkatkan ketersediaan pangan protein hewani asat ternak, juga untuk meningkatkan dan menjamin mutu maupun keamanan pangan . Disamping itu Propinsi Bengkulu dengan potensi perkebunan yang luas juga memberi potensi untuk pengembangan ternak sapi dan kerbau melalui sumbangan hijauan yang terdapat di areal perkebunan serta limbah tanaman dan limbah pabrik yang dihasilkan . KESIMPULAN 1 . Pengembangan peternakan sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu pada dasarnya sangat prospektif untuk dikembangkan di masa mendatang . Hat ini didukung oteh potensi sumberdaya pakan yang cukup tersedia sepanjang musim dan luas Lahan yang memungkinkan bagi pengembangan ternak maupun hijauan untuk kebutuhan ternak sapi dan kerbau . 2 . Dari aspek pemetaan, peningkatan populasi ternak sapi dan kerbau masih sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan pangan asal ternak seiring dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi daging masyarakat di Propinsi Bengkulu . 3 . Perlu dikaji masalah yang menyebabkan lambatnya perkembangan populasi ternak sapi dan kerbau berdasarkan kondisi spesifik wilayah pengembangan . 4 . Kebutuhan pasar akan ternak sapi dan kerbau di Propinsi Bengkulu cukup tinggi, karena selain untuk memenuhi kebutuhan daging di daerah sendiri juga untuk memasok kebutuhan daging propinsi terdekat (Sumatera Barat dan Jambi) .
54
Ruswendi, Gunawan, Siswani D . Daliani, dan Wahyuni A . Wulandari
5 . Teknotogi sistem integrasi tanaman dengan ternak merupakan pola pengembangan peternakan yang mempunyai peluang dan cocok dikembangkan di Bengkulu, karena dapat bersinergi dengan subsektor pertanian lainnya tanpa memerlukan penyediaan lahan baru dan penyediaan pakan secara khusus . DAFTAR PUSTAKA BPS (Biro Pusat Statistik) Bengkulu . 2005 . Bengkulu dalam angka tahun 2004 . Bengkutu . Diwyanto, K dan Subandrio . 1995 . Peningkotan mutu genetik kerbau lokal di Indonesia . Makalah Lokakarya Nasional Pembangunan Kerbau di Indonesia oleh Dirjen Peternakan dan FAO . Jakarta, 18-21 Juni 1995 . Balai Penelitian Ternak . Bogor . Diwyanto, K dan Subandrio . 2001 . Peningkatan produksi kerbau lokol di Indonesia . Jurnal hasil Penelitian Volume XIV (a) Badan Litbang Pertanian . Jakarta . Diwyanto, K . 2003 . Filosofi dan strategi pengembangan polo CLS (Sapi) di lahan kering . Makalah Apresiasi Teknis Program Litkaji Pola CLS di Lahan Kering, Juni 2003 . Balai Penelitian Padi . Sukamandi . Manti, I ., Azmi, Soentoro dan Eko Priyotomo . 2003 . Pengkajian sosial ekonomi sistem integrasi kelapa sawit - sapi . Prosiding Lokakarya Nasional . Sistem Integrasi Kelapa Sawit - Sapi . Bengkulu, 9-10 September 2003 . Departemen Pertanian bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi Bengkulu dan PT . Agricinal . Bengkulu . Martondang, R .H . dan A .R . Siregar . 2000 . Dinamika populosi don produktivitos kerbau di Jawa ; studi kosus di Kabupaten Serong . Balai Penelitian Ternak . Bogor . Murdiyanti D . 2003 . Potensi don prospek pengembangan ternak kerbau di Propinsi Bengkulu (Tesis) . Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor . Bogor . Sasaki, M . 1994 . development .
Progressing Asian bufallo production ; its complication to small farmer
Prosiding Peternakon 2006
55