BAB I PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah atau tempat pembuangan akhir (TPA). Salah satu TPA yang banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi bali dalam berbagai umur dipelihara di TPA Suwung. Ternak sapi bali yang dipelihara di TPA memperoleh makanan dari tumpukan-tumpukan sampah yang ada di TPA tersebut. Sedangkan air minum diperoleh dari kubangan sekitar TPA. Secara fisik (performance) tampak ternak sapi di TPA mengalami pertumbuhan yang baik dan gemuk-gemuk. Keadaan ini menyebabkan banyak peternak sapi dari lingkungan sekitar merasa beruntung, karena tidak terbebani mencarikan pakan ternak dan jika saatnya perlu uang, maka tinggal memanggil pembeli (blantik). Informasi dari jagal di rumah potong hewan tradisional menyatakan bahwa ada perbedaan aroma daging sapi bali yang dipelihara di TPA dengan daging sapi yang lainnya. Walaupun informasi ini sulit dibuktikan, tetapi penting untuk ditelusuri faktor-faktor yang memungkinkan mempengaruhi kualitas dagingnya. Sehingga kualitas daging yang dihasilkan dari ternak sapi yang dipelihara di TPA dapat dibuktikan aman atau tidak aman bagi konsumennya. Salah satu faktor yang mungkin terjadi pada ternak sapi yang dipelihara di TPA adalah keracunan logam berat. Keracunan adalah masuknya suatu zat dalam tubuh dalam jumlah tertentu
1
dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian. Keracunan juga bisa dikatakan sebagai reaksi kimia yang merusak jaringan tubuh atau mengganggu fungsi tubuh (Mansjoer, 2000). Ukuran keracunan suatu zat ditentukan oleh kadar dan lamanya pemaparan. Keracunan dibedakan menjadi keracunan akut dan keracunan kronis. Keracunan akut yaitu keracunan yang terjadi sebagai akibat pemaparan yang terjadi dalam waktu relatif singkat (dapat terjadi dalam waktu 2-3 jam), dengan kadar yang relatif besar. Sedangkan keracuan yang kronis yaitu terjadi karena absorbsi timbal dalam jumlah kecil, tetapi dalam jangka waktu yang lama dan terakumulasi dalam tubuh. Durasi waktu dari pemulaan terkontaminasi sampai terjadi gejala atau tanda-tanda keracunan mungkin di dalam beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun Keracunan timbal pada sapi biasanya terjadi dalam bentuk kronis (Ariens, 1978). Penelitian pendahuluan dilaporkan oleh Berata (2015) menyatakan bahwa terdapat logam berat timbal (Pb) dalam darah sapi bali yang berasal dari TPA Suwung. Logam berat Pb sangat berbahaya bagi ternak maupun manusia yang mengkonsumsi daging yang tercemar. Keracunan logam berat Pb umumnya dapat menyebabkan degenerasi otak (Harte, et al., 1991), anemia (Sugiharto, 1987) dan pengecilan organ hati (Percy and Barthold, 2007). Logam berat Pb dalam sampah dapat berasal dari degradasi dari bateray maupun cat yang tercampur dalam sampah. Partikel logam berat dapat masuk ke dalam tubuh hewan melalui difusi permukaan kulit, terserap di usus yang kemudian masuk peredaran darah dan jaringan. Akumulasi logam berat dalam jaringan (bioakumulasi) pada konsentrasi tertentu akan dapat merusak organ-organ dalam 2
jaringan tubuh (Palar 1994). Akumulasi logam berat dalam tubuh hewan sangat dipengaruhi oleh dosis dan lamanya terpapar (Harte, et al 1991). Oleh karena itu kadar logam berat Pb dalam darah sapi yang dipelihara di TPA sangat tergantung umur atau lamanya sapi tersebut berada di TPA. Toksisitas logam timbal (Pb) terhadap ternak sapi dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada organ yang peka terutama di jaringan hati (Darmono, 2001). Hati sebagai pusat metabolisme berbagai zat makanan dan zat toksik (detoksikasi) merupakan organ yang paling utama dapat digunakan sebagai indikasi kerusakan akibat zat toksik. Hati sangat rentan terhadap pengaruh berbagai zat kimia terutama yang bersifat toksik, sehingga mudah mengalami kerusakan (Lu, 1995). Selain keracunan oleh timbal (Pb), ada berbagai logam berat lain nya yang berbahaya bagi tubuh, misalnya keracunan arsenic (As) yang dapat menyebabkan berkurangnya produksi urine, terdapatnya sel darah merah dalam urine dan selanjutnya akan mengalami kegagalan ginjal (Palar, 1994). Keracunan kadmium (Cd), kadmium memiliki banyak efek toksik diantaranya kerusakan ginjal dan karsinogenik pada hewan yang menyebabkan tumor pada testis. Kadmium bisa juga menyebabkan terganggunya metabolisme kalsium sehingga terjadi difesiensi kalsium pada tubuh dan menyebabkan penyakit osteomalacia dan bittlebones (kerusakan tulang). Keracunan merkuri (Hg), efek toksisitas merkuri terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana merkuri terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor, efek terhadap sistem pernapasan akan mengakibatkan radang paru-paru (pneumonia), bronchitis, dan
3
efek terhadap sistem pencernaan akan menyebabkan muntah dan diare (Kuntoro dkk., 2012). 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara umur dengan kadar logam berat timbal (Pb) dalam darah sapi bali yang dipelihara di TPA Suwung Denpasar ? 2. Bagaimanakah gambaran histopatologi hati sapi bali yang dipelihara di TPA Suwung Denpasar ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur sapi dengan kadar logam berat timbal (Pb) serta gambaran histopatologi hati sapi bali yang dipelihara di TPA Suwung Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur sapi bali dengan kadar logam berat timbal (Pb) pada sapi bali yang dipelihara di TPA Suwung Denpasar 2. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi hati yang tercemar logam berat timbal (Pb) pada sapi bali yang dipelihara di TPA Suwung Denpasar.
4
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang hubungan antara umur sapi bali dengan kadar logam berat timbal (Pb) dalam darah serta memberikan informasi tentang gambaran histopatologi hati pada sapi bali yang dipelihara di TPA Suwung Denpasar. 2. Manfaat Praktis Sebagai masukan kepada pemerintah dan instansi terkait dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan sistem pemeliharaan sapi di TPA, apakah masih layak atau perlu ada penanganan khusus.
5