POLA DIVERSIFIKASI USAHATANI DAN TERNAK SAPI PADA MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU Oleh Latifa Siswati dan Eny Insusanty Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning URAIAN UMUM Kabupaten Indragiri Hulu merupakan kabupaten yang mempunyai populasi ternak sapi terbesar di Propinsi Riau yaitu sebanyak 22.6601 ekor (Dinas perternakan Propinsi Riau, 2005).Rata-rata peningkatan populasi ternak sapi 8,07 % pertahun,peningkatan ini terjadi karena banyaknya masuk sapi pemerintah dari luar propinsi dalam rangka pengembangan peternakan dangan pola pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan dari kelahiran ternak bibit.
Kompleksnya permasalahan petani peternak dapat dilihat pada kondisi kehidupan social ekonomi masyarakat . Penelitian sebelumnya pada tahun 2006 meunjukkan keinginan petani peternak untuk menambah jumlah ternak mereka ,pakan ternak juga masih cukup tersedia,tetapi tenaga kerja terbatas sebab sebagian mereka bekerja di perkebunan kelapa sawit dan pertanian lainnya . Dengan adanya program pemerintah untuk peningkatan taraf hidup masyarakat dengan program K2I maka perlu menentukan pola diversifikasi untuk mengoptimal kan sumberdaya yang ada jangan sampai tidak seimbang antara ketersediaan dan pemakaian sumberdaya . Namun sampai saat ini belum diketahui pengaruhnya terhadap kondisi social ekonomi petani peternak di Kabupaten Indragiri Hulu.
Program pengembangan sumberdaya petani peternak di Kab. INHU. Dalam pelaksanaan nya mempertimbangkan berbagai factor secara garis besar terbagi atas 3 bagian yaitu;
1. Sumberdaya lahan dan kesesuaian lahan. 2. Sumberdaya manusia untuk tenaga kerja. 3. Sosial budaya yang menyangkut kesesuaian jenis ternak yang disebarkan.
Pola usaha tani yang dikembangkan adalah pola diversifikasi terutama diversifikasi yang bersifat vertikal berupa ternak ruminansia potong dengan tanaman pangan atau perkebunan.
Pola usahatani pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu pola usahatani yang mengarah ke spesialisasi dan pola usahatani yang mengarah ke diversifikasi usaha. Diversifikasi usaha menurut Debertin (1986) merupakan suatu strategi jangka panjang yang digunakan petani untuk menghadapi harga produk ,serta untuk meningkatkan efektifitas penggunaan tenaga kerja dan input lain sepanjang tahun,sehingga diharapkan dengan optimal penggunaan sumberdaya petani pternak dapat meningkatkan efisiensi usahatani dan mencapai petani yang modern.
Setiap daerah mempunyai sumber daya lahan yang berbeda juga iklim , oleh sebab itu tanaman dan ternak akan berbeda . Hasil penelitian Siswati (2006) Di Kabupaten Indragiri Hulu memiliki enam kecamatan yang merupakan basis ternak sapi potong , factor internal dan eksternal yang mendukung pengembangan ternak sapi potong untuk kekuatan terdiri dari jumlah luas lahan perkebunan ,kawasan hutan,populasi ternak sapi.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian Pola diversifikasi usahatani dan ternak sapi pada masyarakat sekitar hutan di Kabupaten Indragiri Hulu.
2. KAITAN TEMA DENGAN JUDUL
Pola yang cocok untuk diversikasi usahatani dengan ternak sapi agar masyarakat yang tinggal disekitar hutan yang memiliki tanaman pangan dan perkebunan dapat ditingkatkan pendapatannya supaya tidak melakukan penebangan pohon dan merusak hutan ,jika membuka lahan tidak melakukan pembakaran di sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh.
3. ABSTRAK RENCANA PENELITIAN Untuk menemukan pola usahatani yang sesuai bagi masyarakat di Kab.Indragiri Hulu dengan memelihara ternak sapi ada enam kecamatan merupakan basis ternak sapi , daerah yang mempunyai daya tampung yang tinggi untuk ternak sapi ada sembilan kecamatan .
Tujuan penelitian untuk menemukan pola diversifikasi usahatani dan ternak sapi optimal sehingga menguntungkan petani ternak, mengetahui sumberdaya yang optimal oleh petani ternak.
Metode penelitian adalah metode survey . unit analisa dalam penelitian adalah keluarga petani peternak yang melakukan diversifikasi usahatani perkebunan ,tanaman pangan dan usaha ternak sapi. Metode pengambilan sample lokasi secara random samling , pengambilan desa sample secara purposive samling dengan criteria yaitu desa yang melakukan diversifikasi usahatani dan ternak sapi. Sample responden adalah keluarga yang melakukan usahatani perkebunan,tanaman pangan, dan usaha ternak sapi.
4. MASALAH YANG DITELITI
Upaya meningkatkan taraf hidup petani peternak di Kab. INHU melalui pengelolaan sumberdaya fisik dan non fisik yang ada pada petani. Tujuan ini tercapai dengan usaha – usaha meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya yang dimiliki dalam proses produksi. Menurut Mubyarto (1979) factor produksi yang terlihat dalam proses produksi meliputi lahan,tenaga
kerja,modal
dan manajemen.
Faktor produksi
manajemen berfungsi
mengkoordinasikan ketiga factor produksi lainnya, sehingga menghasilkan produk yang optimal.
Suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini kondisi petani masih memprihatinkan ,yaitu sebahagian besar berlahan sempit,berpendapatan rendah,kurang pengetahuan danketerampilan, kurang bisa menerapkan tekhnologi. Kesemua ini sedikit banyak dipengaruhi oleh social budaya dan ekonomi petani ..
Petani subsistem adalah petani yang dalam berusahatani masih bertahan terhadap semacam dogma dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi yang cukup panjang dan sulit diterobos oleh inivasi –inovasi baru,sedangkan petani modern bersikap tanggap dan dinamis menerima setiap inovasi yang rasional.
Atas dasar di atas maka peternak dituntut untuk memanfaatkan lahan semaksimal mungkin agar hasil guna yang lebih tinggi, maslah lain adalah pemilikan lahan yang terpencar –pencar sehingga menyebabkan pengelolaan kurang efisien ,keterbatasan lahan menyebabkan pola usahatani harus mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di identifikasi masalah ,yaitu ;
1. Bagaimana pola diversifikasi usahatani yang optimal di Kab.INHU. sehingga menghasilkan pendapatan yang maksimal. 2. Besarnya pendapatan petani ternak pada diversifikasi .
Tujuan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pola diversifikasi usahatani yang optimal,sehingga menguntungkan bagi petani peternak. 2. Mengetahui penggunaan sumberdaya yang optimal oleh petani peternak.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat: Mendapat pola diversifikasi usahatani ternak yang sesuai dengan keadaan sumberdaya yang ada dan dapat meningkatkan pendapatan petani ternak sapi .
5. DESAIN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Indragiri Hulu dengan mengambil tiga Kecamatan sebagai sampel yaitu : Kecamatan Batang Gansal,Kecamatan Peranap, Kecamatan Rengat Barat. Penelitian di laksanakan selama 8 bulan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keluarga petani peternak yang memiliki usahatani perkebunan ,tanaman pangan, dan usaha ternak sapi.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Unit analisa dalam penelitian ini adalah keluarga petani peternak yang melakukan diversifikasi usahatani perkebunan,tanaman pangan dan usaha ternak sapi. Metode pengambilan sample lokasi penelitian sacara random sampling, dimana pemilihan Kecamatan secara acak,Kecamatan terpilih adalah; Kecamatan Batang Gansal, Kecamatan Peranap, Kecamatan Rengat Barat. Sedangkan pemilihan Desa sample dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sample bersifat disengaja ,yang dipilih atas dasar pertimbangan tertentu ,yaitu; Desa yang melakukan diversifikasi usahatani perkebunan,tanaman pangan, dan usaha ternak sapi. Dari Desa yang terpilih diambil sample Keluarga secara purposive sampling dengan kriteria keluarga yang melakukan usahatani perkebunan,tanaman pangan dan usaha ternak sapi.
Data yang dikumpul dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari keluarga petani peternak yang terpilih sebagai sampel dan dikumpul melalui wawancara dan pengisian daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait.
Analisa Data
Optimalisasi Pola Usahatani
Analisis data untuk optimalisasi digunakan metode linear programming, dimana metode linear programming mempunyai tiga komponen kuantitatif ,yaitu: fungsi tujuan,aktivitas/ proses mencapai tujuan dan sumber daya terbatas.
Fungsi tujuan merupakan fungsi yang menggambarkan tujuan berkaitan dengan pengaturan secara optimal sumberdaya untuk memperoleh keuntungan maksimal atau biaya minimal. Secara umum fungsi tujuan untuk mencapai keuntungan maksimal ditulis sebagai berikut: Z = C1X1 + C2X2 + … + CiXi Dimana:
Z = Jumlah keuntungan maksimal Ci = Keuntungan per satuan output cabang usaha ke i Xi = Jumlah output dari cabang usaha ke i I = 1,2,3,…, n
Untuk memproduksi tanaman dan ternak maka diperlukan sumberdaya. Sumberdaya yang dimiliki petani adalah terbatasnya jumlah, maka menjadi persoalan adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki petani tersebut agar dapat tercapai keuntungan maksimal. Untuk lebih jelasnya tentang penggunaan sumberdaya yang terbatas tersebut dapat ditulis sebagai berikut: A11x11 + a12 x2 + … + a1kxk < h1 A21x1 + a22x2 + ….+ a2kxk < h2 ……
…….
…
……
..
……
…….
…
……
..
ajix1
+ aj2x2 + …. + ajkxk < hj
dimana : h = sumberdaya yang terbatas yang dimiliki petani j = sumberdaya yang pergunakan k = jumlah aktivitas. a. Aktivitas –aktivitas
1. Pola tanam,aktivitas produksi tanaman berdasarkan tanaman yang banyak dijumpai dan berpotensi tinggi serta telah rekomendasikan oleh dinas pertanian setempat. 2. Ternak ruminansia ,aktivitas pemeliharaan ternak pemakan rumput seperti sapi. Hasil penjualan produksi ternak dihitung dalam satu tahun. 3. Produksi Pakan Hijauan, aktivitas dalam produksi rumput unggul lahan sendiri. 4. Pembelian Input Produksi. Aktivitas ini meliputi pembelian input pupuk anorganik,pupuk kandang,rumput,sewa tenaga kerja.Apabila tenaga kerja keluarga dan rumput tidak mampu untuk menyediakan jumlah yang dibutuhkan maka tenaga kerja dan rumput harus di datangkan dari luar.
5. Penyewaan Tenaga Kerja Keluarga. Aktivitas yang memanfaatkan kelebihan tenaga kerja keluarga sesuai dengan tingkat upah tenaga kerja bila menyewa. Penyewaan tenaga kerja ini merupakan pendapatan usha tani. 6. Penjualan rumput,aktivitas ini merupakan salah satu sumber pendapatan petani.
b. Sumberdaya
1. Lahan usahatani ,rata-rata luas lahan yang dimiliki petani untuk tanaman pangan ,alternative pola tanam yang diusahakan pada lahan tersebut seperti ; kacang ,cabe,singkong dsb. Untuk analisis kendala lahan dinyatakan dalam satuan luas yaitu hektar. 2. Tenaga Kerja Keluarga,merupakan sumber utama dalam melaksanakan aktivitas usahatani , aktivitasnya meliputi pengelilaan lahan sampai panen juga memelihara ternak. Persediaan tenaga kerja keluarga pria dan wanita selama satu bulan diasumsikan 25 hari kerja. Tenaga kerja anak tidak diikut sertakan dalam penyediaan tenaga kerja.Unit satuan analisis dipergunakan hari kerja untuk masing –masing jenis tenaga kerja. 3. Pupuk anorganik ,satuan fisik untuk kendala pupuk anorganik yang dipergunakan adalah kilogram, seperti ; urea, KCL, TSP. 4. Pupuk kandang ,kendala pupuk kandang yang diepergunakan dalam usahatani, adalah pupuk kandang berasal dari ternak ruminansia, satuan fisik untuk kendala pupuk kandang adalah kilogram. 5. Bibit tanaman, kendala input bibit tanaman yang digunakan dalam ushatani kacang,singkong ,cabe, dsb. Satuan fisik analisis untuk tanaman adalah kilogram. 6. Ternak ruminansia,jumlah ternak ruminansia dalam ekor yang dimiliki seperti sapi. 7. Biaya lain, satuan kendala biaya lain adalah ; nilai uang dalam ribuan rupiah. Angka yang dipergunakan adalah angka yang diperolah dari rata –rata biaya lainnya yang dikeluarkan oleh petani selama musim tanam, angka tersebut adalah angka maksimum dikeluarkan oleh petani. Biaya lain meliputi biaya obat –obatan,untuk tanaman dan ternak. 8. Batas maksimum dan minimum penyewaan tenaga kerja keluarga. Kendala ini merupakan batas maksimum dan minimum yang dapat dilakukan dari penyewaan tenaga kerja, satuan fisik analisis adalah hari kerja.
7. LUARAN PENELITIAN
Dari hasil penelitian diharapkan dapat ; 1. Mengetahui pola diversifikasi usahatani dan ternak sapi pada masyarakat sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh. 2. Bagi petani peternak dapat menjadi dasar dalam mengembangkan usahatani terpadu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat . 3. Merubah perilaku petani tradisional ke petani modern yang lebih efisien dan menguntungkan. 4. Mengetahui faktor – faktor yang melatar belakangi melakukan perambahan perladangan di kawasan hutan dan membuka lahan dengan membakar . 5. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan ,hasil penelitian diharapkan menjadi masukan yang berguna bagi usaha pengembangan pertanian dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya
BAB.V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
LETAK GEOGRAFIS Kabupaten Indragiri Hulu terletak antara 0 0 15 Lintang Utara dan 1 0 5 Lintang Selatan serta 101 0 10 Bujur Timur , 102 0 48 Bujur Barat, posisi tersebut menjadikan kabupaten ini diapit oleh empat daerah Kabupaten. Daerah tersebut langsung berbetasan sebelah Utara dengan Kabupaten Pelelawan, sebelah Selatan dengan Kabupaten Bungotebo,sebelah Barat dengan Kabupaten Kuantan Singingi dan sebelah Timur Kabupaten Indragiri Hilir. Luas daerah 8.198.26 km, ketinggian 5 – 100 m di atas permukaan laut. Keadaan topografi dengan derajat kemiringan yang bevariasi sebagian besar memiliki derajat kemiringan 0 – 2 % seluas 452.484 ha dan yang terkecil derajat kemiringan 40 % seluas 51.412 Ha
JENIS PENGGUNAAN LAHAN Luas wilayah Kabupaten Indragiri Hulu yaitu seluas 819.826 ha menurut jenis penggunaan lahan tahun 2006 terdiri dari : -
Lahan sawah seluas 14.589 Ha (1,78%) dimana; 1.879 diantaranya adalah lahan tanah tadah hujan yang diusahakan dan 4.550 ha tadah hujan yang tidak diusahakan.
-
Lahan kering seluas 805.237 Ha ( 98,22%) dengan penggunaan paling luas untuk Hutan Negara yaitu seluas 397.660 Ha (48,50%).
Lahan di Kabupaten Indragiri Hulu sebagian besar merupakan lahan produktif , suhu udara di Kabupaten Indragiri Hulu berkisar antara 26,20 C – 27,80 C dengan suhu maksimum 30,40 C – 32,80 C. Sedangkan curah hujan berkisar 122,2 – 364,3 hari hujan 7 hari/ bulan.
penggunaan lahan kering 96,67 % hanya 3,33% lahan sawah . Hutan Negara 275.343 Ha , Hutan Rakyat 33,564 Ha .Di Kabupaten Indragiri Hulu penggunaan lahan terbanyak Hutan Negara yaitu Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.
Gambar. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Admistrasi Pemerintahan
Kabupaten Indragiri Hulu tebagi atas 14 Kecamatan yang terdiri dari 177 desa. Dan 17 kelurahan.Luas wilayah 8.198.26 km , Kecamatan Batang Gansal memiliki luas lahan paling tinggi.
Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Indragiri Hulu 321.910 jiwa dengan kepadatan rata-rata 38 jiwa per kilometer persegi..Jumlah penduduk tiap kecamatan tidak merata ,karena jumlah penduduk terus bertambah pada daerah perkotaan kepadatan penduduk relative tinggi dibanding daerah yang jauh dari pusat perkotaan. Kecamatan yang terpadat penduduknya adalah Pasir Penyu dengan rata-rata 318 jiwa perkilometer persegi yang terjarang adalah Kecamatan Batang Pranap 10 jiwa perkilometer persegi. Sumber pendapatan sebagian besar penduduk pedesaan berasal dari pertanian 47,19 % maka peran pertanian dalam upaya peningkatan pendapatan petani di pedesaan perlu ditingkatkan, perlu dicari pola pertanian yang sesuai dengan keadaan wilayah.
Gambar. Kantor Pemerintahan
5.2.IDENTITAS PETANI
5.2.1. Umur Petani Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani berkisar antara 20 tahun sampai 60 tahun yang merupakan usia produktif. Umur sangat berpengaruh terhadap kemampuan fisik dalam melakukan pekerjaan ,umumnya umur yang lebih muda akan memiliki kemampuan lebih baik dalam melakukan usahataninya yang akan menghasilkan produksi lebih banyak serta lebih giat dan aktif berpartisipasi dalam menjaga kelestarian hutan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.Petani yang lebih muda akan lebih cepat menerima dan menyerap inovasi baru, gambaran umur petani dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Umur Petani
No
Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
20 - 30
17
34
2
31 - 40
15
30
3
41 -50
14
28
4
51 - 60
3
6
5
> 61
1
2
Jumlah
50
100
Sumber : Diolah dari data primer
Hasil penelitian pada tabel 2. dapat dilihat bahwa sebagian besar petani berumur 20 tahun sampai 30 tahun (34 %) , 31 tahun – 40 tahun (30%) , 41 tahun sampai 50 tahun (28%) ,umur > 61 tahun merupakan jumlah terkecil hanya satu orang atau Cuma satu orang . Kebanyakan petani yang berumur masih muda karena meraka pada umumnya sudah mulai menyadari mengkombinasikan atau diversifikasi usahatani akan membuat pendapatan petani akan lebih baik.Faktor umur biasanya lebih diidentikan dengan peroduktivitas kerja,jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecendrungan produktivitasnya juga tinggi .Chamdi (2003) ,semakin muda usia peternak (usia produktif 20 – 45 tahun) umumnya rasa keingintahuan tarhadap sesuatu semakin tinggi dan terhadap introduksi teknologi semakin tinggi.
5.2.2. Tingkat pendidikan Petani
Tingkat pendidikan seseorang akan pola petani terutama dalam menerima inovasi baru dan dalam pembagian waktu bekerja.Tingkat pendidikan petani dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel.3. Tingkat Pendidikan Petani
NO
Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1
SD
20
40
2
SLTP
17
34
3
SLTA
13
26
Jumlah
50
100
Sumber : Diolah dari data primer
Hasil penelitian dapat diketahui tingkat pendidikan sebagian besar petani adalah Sekolah dasar (40%) ,SLTP (34%) ,SLTA (26%) , dapat dikatakan tingkat pendidikan cukup dapat diharapkan dapat menerima inovasi di bidang pertanian dan peternakan di Kab.INHU. Menurut Syafaat, dkk (1995) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka akan
semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia ,yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya.Oleh karena itu dengan semakin tingginya pendidikan peternak makadiharapkan kinerja usaha petani akan semakin berkembang. Saat penelitian petani yang berpendidikan SD adalah umur diatas 40 tahun meraka memang sekolah yang ada di sekitar TNBT hanya SD sebelum ada akses jalan ke desa mereka sangat sulit keluar untuk mendapat sekolah yang lebih tinggi,saat ini pun kalau hujan masih sulit untuk keluar dari desa tetapi sudah akses jalan raya walaupun tidak semua diaspal . 5.2.3. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan pada umumnya bertani tanaman perkebunan, tanaman pangan dan memelihara sapi.,juga ada swasta.juga bekerja sebagai buruh tani,tukang.
Gambar Petani Karet
Tabel 4.Jenis Pekerjaan
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1
Petani
38
76
2
Swasta
11
22
3
Tukang
1
2
Jumlah
50
Sumber : Diolah dari data primer
100
Pekerjaan paling banyak adalah petani sebanyak 76 persen yang hanya melakukan kegiatan usahatani saja biasanya mereka berkebun dan memelihara sapi ,waktu luang digunakan untuk membuat keranjang rotan. Pekerjaan swasta Yang dilakukan ada bekerja pada perusahaan yang ada di sekitar TNBT,ada juga usaha dagang . Menurut Soedjana (1993) ,umumnya penduduk pedesaan mencurahkan perhatian pada usaha pokok yaitu sebagai petani sehingga pemeliharaan ternaknya kurang diperhatikan. Hal ini disebabkan sebagian usaha peternakan dilakukan sebagai usaha sambilan .
Gamabar. Petani 5.2.4.Skala Usahatani dan Ternak Sapi
Disekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Kab. INHU petani mengusahakan perkebunan dan tanaman pangan .Jenis perkebunan yang diusahakan adalah kelapa sawit, karet dan coklat.
Tabel 5. Rata –rata Skala Usahatani dan Ternak Sapi
No
Uraian
Jumlah (ha)
Rata –rata
1
Luas Kebun Kelapa Sawit
131
2,62
2
Luas Kebun Karet
8,50
0,17
3
Luas kebun Coklat
4,75
0,095
4
Tanaman Pangan
23,75
0,45
5
Ternak sapi
293
5,86
Sumber : Diolah dari data primer
Dari hasil penelitian pada tabel di atas terlihat pemilikan perkebunan kelapa sawit 2,62 ha per kepala keluarga, hal ini disebabkan setiap kepala keluarga memiliki perkebunan kelapa sawit pada saat penelitian dilaksanakan, luas perkebunan karet 0,17 ha per kepala keluarga ini disebabkan tidak semua kepala keluarga yang memiliki perkebunan kelapa sawit,luas perkebunan coklat hanya 0,095 ha perkepala keluarga karena hanya sebagian kecil petani yang menanam coklat hal ini terjadi disebabkan petani masih mencoba menanam coklat di antara kelapa sawit dan ternyata dapat tumbuh dengan baik dan berbuah.Sedangkan tanaman pangan hanya 0,45 ha perkepala keluarga karena petani hanya memang memiliki tanaman pangan disekitar pekarangan rumah saja .Untuk pemilikan ternak sapi petani memiliki 5,86 ekor perpeternak berarti setiap peternak memiliki 5 sampai 6 ekor. Hal ini menunjukkan di lokasi penelitian disekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh usaha ternak sapi masih berorientasi pada pola peternakan rakyat yaitu sebagai usaha tambahan untuk mengisi waktu luang setelah petani selesai melakukan usahatani yang akhirnya dapat menambah pendapatan keluarga.Menurut Yasin dan Dilaga (1995) ,pemeliharaan sapi pada peternakan rakyat dalam skala 1 – 5 ekor hanya sebagai usaha tambahan di samping usaha pokok. Menurut Admadilaga (1976) bahwa kedudukan proporsional dan potensi ternak sapi potong dalam sistem usahatani dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain dari ;1. Segi tataguna lahan,yaitu lahan sebagai pakan ternak yang mempunyai peran penting dalam pembangunan peternakan , (2).Segi penduduk ,yaitu erat kaitannya dengan arus pertambahan penduduk yang lebih cepat dari pada proses pertambahan ternak , (3) Tujuan penggunaan ternak , yaitu motivasi pemeliharaan ternak lebih bersifat multiguna misalnya sebagai sumber tabungan keluarga,membantu dalam kegiatan usahatani yaitu sebagai tenaga kerja dan pupuk organik,untuk upacara adat (agama),kegemaran dan sebagai tambahan pendapatan .
Gambar Ternak Sapi
5.3. PENERIMAAN, BIAYA DAN PENDAPATAN PETANI
Rata-rata penerimaan,biaya dan pendapatan petani yang tinggal di sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata – rata Penerimaan dan Pendapatan Petani
No Uraian
Penerimaan(Rp) Biaya (Rp)
Pendapatan (Rp)
1
Kelapa Sawit
4.350.000
2.400.000
1.950.000
2
Karet
400.000
144.000
256.000
3
Coklat
88.000
26.000
62.000
4
Ternak Sapi
1.372.000
583.000
789.000
5
Tanaman Pangan
376.000
297.000
79..000
6.596.000
3.450.000
3.146.000
Jumlah Sumber: Diolah dari data Primer
Hasil penelitian menunjukkan pendapatan dari perkebun kelapa sawit 63 % dari total pendapatan keluarga berarti merupakan sumber pendapatan utama keluarga, perkebunan karet hanya memberikan pendapatan 8,3 % dari pendapatan keluarga, sedangkan perkebunan coklat merupakan penyumbang pendapatan terkecil hanya 2,1% dari pendapatan keluarga. Ternak sapi memberikan pendapatan sebesar 25,6 % dari pendapatan keluarga sedangkan tanaman pangan hanya menyubang satu persen dari pendapatan keluarga.Novra A,Fatati,Firmansyah (2000) hasil penelitiannya menyatakan kontribusi usaha ternak sapi terhadap pendapatan keluarga dapat ditingkatkan tipologinya dari sebagai usaha sambilan menjadi salah satu cabang usahatani terutama untuk perkebunan kelapa sawit.Sedangkan menurut KarsyonoF. Abrar S.Yusuf dan K.Husni Thamrin (1980) melaporkan hasil penelitiannya pada empat Kabupaten di Jawa Barat ,menyimpulkan bahwa usahatani terpadu yang dilakukan oleh petani pada tingkat petani dengan mengadakan perubahan alokasi sumber daya ,maka pendapatan petani akan meningkat antara 35 persen sampai 84 persen per tahun, kenaikan pendapatan ini disebabkan perubahan pola tanam dan pola usaha yaitu antara usaha tanaman pangan dengan usaha ternak. Pendapatan keluarga rata –rata 3.146.000 Rupiah boleh dikatakan cukup tinggi dibanding UMR (Upah Minimum Regional) di Riau hanya 825.000 rupiah , pada saat penelitian memang harga kelapa sawit cukup tinggi dan pemilikan juga rata-rata dua hektar yang dapat memberikan pendapatan yang cukup tinggi untuk keluarga petani satu hektar perkebunan kelapa sawit harga jual rata-rata dapat diperoleh 2.500.000 sampai 3.000.000 rupiah perbulan.Dari hasil penelitian ini dengan pendapatan petani yang cukup tinggi diharapkan mereka tidak membuka lahan dari hutan Negara untuk menambah pendapatan serta tidak melakukan pembakaran lahan untuk membuka lahan perkebunan ,dilokasi penelitian petani
perkebunan kelapa sawit melalui koperasi yang anggotanya semua petani, penjualan dan penerimaan dikelola sepenuhnya oleh koperasi ,perkebunan yang ada sekarang pada umumnya
lahannya
dari
bekas
lahan
tanaman
singkong
yang
tidak
lagi
menguntungkan.Pendapatan keluarga di Sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh lebih tinggi dari pendapatan keluarga petani ternak sapi yang juga memiliki perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kampar hasil penelitian Siswati (2007) pendapatan keluarga petani ternak sapi di Kabupaten Kampar sebesar 2.691.000 rupiah perbulan.
Gamabar. Kebun Kepala Sawit dan Ternak Sapi
Gambar Kebun Karet dan Ternak Sapi
Gambar.
Kebun Coklat
Menurut Soekartawi dkk (1986) bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan usahatani adalah: (1) skala usahatani yang terdiri dari luas lahan dan jumlah ternak yang di pelihara,(2) tanaman terdiri dari produksi per hektar dan indeks pertanaman,(3) jenis usaha,(4) efisiensi tenaga kerja.
5.4.OPTOMALISASI POLA USAHATANI
Pola Usahatani yang dilakukan keluarga petani yang berada di sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh merupakan diversifikasi perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet,perkebunan coklat ,tanaman pangan, ternak sapi .Keterbatasan lahan untuk mengoptimalkan penggunaan faktor produksi sehingga menyebabkan para petani kesulitan dalam meningkatkan skala usahatani baik tanaman pangan maupun peternakan dan perkebunan. Alternatif yang dapat dilakukan keluarga adalah dengan meningkatkan skala usaha perkebunan karet,perkebunan coklat ,tanaman pangan dan ternak sapi. Hal ini berlaku untuk para petani di daerah lokasi penelitian dimana untuk mengoptimalkan usahatani dilakukan dengan meningkatkan usaha perkebunan karet,perkebunan coklat,tanaman pangan,ternak sapi.
Pada umumnya petani
menanam coklat dan tanaman pangan di antara pohon kelapa sawit dan di taman sebagai tanaman sela serta di pinggiran perkebunan kelapa sawit,sedangkan tanaman pangan juga
pada umumnya ditanam di pekarangan rumah petani yang pada umumnya memiliki rumah dan pekarangan seluas 0,5 Ha.per kepala keluarga. Disekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh ini petani tidak semuanya memiliki perkebunan karet dan coklat tetapi semua responden memang memiliki perkebunan kelapa sawit ,saat ini pendapatan petani sudah tinggi karena harga kelapa sawit dan coklat saat penelitian berlangsung cukup tinggi. Peternakan sapi di daerah penelitian kepemilikan 5 sampai 6 ekor per peternak juga sudah memberikan kontribusi pendapatan keluarga,Aktivitas pola usahatani dan pendapatan usahatani dan ternak sapi pada skala optimal untuk tanaman pangan,perkebunan kelapa sawit ,perkebunan karet,perkebunan coklat dan ternak sapi dapat dilihat pada Tabel 7. Tebel 7. Aktivitas Pola Usahatani dan Pendapatan Usahatani dan Ternak Sapi Optimal
Aktifitas
Nilai
Koefisien
Nilai
Objektif
Kontribusi Objektif
Taman pangan
0,2500
4410,0000
1102,5000
Perkebunan
0,0000
4350,0000
0,0000
0,1700
400,000
68,0000
0,1200
88,0000
7,1447
3,1903
13672,0000
4377,1250
Kelapa sawit Perkebunan Karet Perkebunan Coklat Ternak Sapi
Pendapatan(RP) 5554,7695 Sumber: Diolah dari data primer
Hasil analisis menunjukkan bahwa petani yang berada disekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dari pola diversifikasi usahatani optimal dapat meningkatkan pendapatan keluarga dengan penambahan perkebunan karet perkebunan coklat, serta ternak sapi. Konsep optimalisasi dalam usahatani berarti mencari kombinasi input yang optimal dan digunakan untuk berproduksi sehingga diperoleh keuntungan maksimal. Pada tingkat ini nilai
produksi dihitung dari perkalian jumlah produk yang dihasilkan dengan biaya produksi yang digunakan input tersebut akan menghasilkan keuntungan maksimal. Faktor-faktor produksi seperti lahan baik tanaman pangan maupun perkebunan karet dan coklat merupakan sumber daya yang ketat pada skala optimal akan habis seluruhnya tercapai. Pendapatan keluarga petani optimal sebesar Rp 5.554,7695,- per bulan dapat dicapai dengan penambahan dari perkebunan karet,perkebunan coklat,tanaman pangan dan ternak sapi. VI.KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan: 1.Pola diversifikasi usahatani yang optimal pada masyarakat sekitar Hutan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Kabupaten Indragiri Hulu perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, perkebunan coklat dan ternak sapi. 2. Pendapatan petani ternak sapi pada diversifikasi usahatani sebesar 3.146.000 rupiah dapat ditingkatkan menjadi 5.554.7695,- rupiah dengan menambah perkebunan karet,perkebunan coklat,tanaman pangan,ternak sapi.
SARAN 1.Untuk mengoptimalkan pendapatn petani disarankan menambah perkebunan karet,perkebunan coklat ,tanaman pangan,ternak sapi. 2.Bagi pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu diharapkan menambahkan tanaman makanan ternak untuk peternak sapi agar tidak memerlukan waktu yang lama untuk mencari pakan ternak.
DAFTAR PUSTAKA Admadilaga, 1976. Menyelami Dasar Permasalahan Peternakan Dalam Rangka Membangun Hari Esok (Tinjauan Sosial Ekonomi). Biro Research dan Afiliasi,Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Bandung. Bunosor, 1990. Diversifikasi dan Program Pembangunan Pertanian. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Chamdi,A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing di Kecamatan Kredenan Kabupaten Grobogan .Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian . Cernea, M. 1989. Modernisasi dan Potensi Pembangunan Organisasi Petani Jalata Tradisional Sosiologi Modernisasi, Tiara Wacana. Yogjakarta. Kasryono,F.,Abrar S Yusuf dan K.Husni Thamrin, 1980.Penelitian Trimatra Pembangunan Pertanian di Jawa Barat. Laporan Penelitian Dinamika Pedesaan Survei Agro Ekonomi No.03/08/80/L. Novra,A.Fatati,Firmansyah.2000. Optimasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi melalui Diversifikasi Usahatani dan Ternak Sapi Potong Pada Daerah Transmigrasi Kabupaten Sarko Jambi.Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Siswati,L. 2006. Analisis Potensi Wilayah Pengembangan Ternak sapi Potong di Kab .INHU di sekitar Hutan prop. Riau. Penelitian dosen muda Fahutan UNILAK.Pekanbaru. -----------.2007.Optimalisasi Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Ternak Sapi di Sekitar Hutan Adat Kabupaten Kampar Prop.Riau.Penelitian Dosen Muda .Fakultas Kehutanan UNILAK.Pekanbaru. Soejana,T.D. 1993. Ekonomi Pemeliharaan Ternak Ruminansia Kecil. Di Dalam; Produksi Kambing dan Domba Indonesia.Sebelas Maret University Press. Soekanto,S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali .Jakarta. Wirawan Menunjang Pembangunan Pertanian Rakyat Terpadu di KTI.Bogor.Puslit Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor. Soekartawi,.A. Soehardjo,J.L.Dillon dan J.B. hardaker, 1986. Ilmu Usatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil.Penerbit UI Press, Jakarta. Syafaat, N.,A.Agustian.,T.Pranadji.,M.Ariani.,I.Setiadjie.,dan Wawan .1995. Studi Kajian SDM dalam Menunjang Pembangunan Pertanian Rakyat Terpadu di KTI.Bogor; Puslit Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Tuhpahnawa, P.S. 1990. Diversifikasi Pertanian dalam Kaitannya dengan Peningkatan Nilai Tambah Agroindustri dan Kesempatan Kerja Pedesaan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
PERSONALIA PENELITI 1. Ketua Peneliti b. c. d. e.
Nama lengkap Pangkat Fakultas Perguruan Tinggi
: Ir. Laitifa Siswati ,MP : IV a : Kehutanan : Universitas Lancang Kuning.
. Anggota Peneliti a. Nama lengkap b. Pangkat c. Fakultas d. Perguruan Tinggi
: Eni Insusanti,Shut : IIIa : Kehutanan : Universitas Lancang Kuning