Seminar Nasional Peternakan dan I-eteriner 1997
USAHA TERNAK SAPI PERAH DI LEMBANG : POTENSI DAN PERMASALAHANNYA SRIWAH YUNI
Balai Penelitian Tentak, P.O. Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Kebijakan pernerintah dalam mengembangkan sapi perch meliputi (I) mengimpor bibit sapi perch; (2) menerapkan inseminasi buatan dan (3) memberikan pclayanan penyuiuhan . Untuk mendukung program tersebut lelah dilakukan suatu penclitian di salah satu wilayah penghasil susu di Indonesia yaitu kecamatan Lembang, Bandtmg-kma Barat dcngan menerapkan analisis lingkungan mengacu pada DUIKER (1996) yang mcliputi data ckologi tiklim, topografi . lahan, vegetasi dan fauna) dan sosial-ekonomi . Terdapat 3 tahap pengumpulkan data yang dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 1996 mcliputi kunjungan lapang. pcrtcnwan kclompok (institusi dan peternak) dan wawancara mendalam dengan 120 pasangan (suami dan istri) peternak sapi perah yang dipilih secara acak dari 3 desa yaitu Mole, Cibogo dan Pagenvangi. Data disajikan secara deskriptif berdasarkan analisa kualitatif. Hasil memmiukkan bahwa bcrdasarkan kapasitas lapang. kecamatan Lembang masih menningkinkan untuk ditambah ternak sebanyak 7 .693 satuan ternak (15% dari populasi saat ini). Berdasarkan wawancara kclompok secara tcrpisah, buik laki-laki maupun peremplkan melaporkan 4 masalah pokok yaitu air, keschatan, inseminasi buatan dan hijauan . Dari hasil wawancara mendalam, prioritas permasalahan tidak soma di setup dcsa. Hiiauan ' mempakan prioritas masalah dari 45`X, dan 30%. suami di Mole dan Cibogo . Setnua peternak di Pagenwangi menyatakan bahwa air adalah prioritas masalah mereka sedangkan para istri di Cikole dan Cibogo mendapatkan kesehatan mempakan masalah utama . Peternak berpendapat bahwa masalah hijauan bisa diatasi dengan menjalin kerjasania dengan fihak perkebunan disekitar Lembang . Untuk mengatasi masalah air peternak menginginkan adanya kredit untuk potnpa. Tentang keschatan ternak (pencernaan dan mastitis) dan inseminasi buatan, mereka inenghimbau adanya pelatihan dcngan metode bel tiar sambil bekerja yang diadakan dekat nimah mereka . Implikasi bagi pembangunan sapi perah di Lembang adalah informasi dari bawah hendaknya diindahkan disamping penerapan teknologi seperti pembuatan silase atau hay unluk hijauan, pembuatan penampungan air untuk masalah *tir dan penambahan 2 tenaga dokter hewan dan 10 inseminator yang.berpengalaman . Kata kunci : Usahaternak sapi perch, lingkungan PENDAHULUAN Permintaan produk susu di Indonesia semakin meningkat sebagai akibat dari meningkatnya permintaan susu maupun kesejahteman penduduk . SENJAYA el al. (1996) melaporkan bahwa pada tahun 2.000 proyeksi penduduk mencapai 212 .7 juta dan konsuinsi susu per kapita adalah 9,7 kg. Sementara Indonesia hanya memproduksi susu 'segar 579,4 ribu M/T . maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus mengimpor . 69
SeminarNasmona( Pelernakan dan Vererrner 1997
Untuk mengatasi kebutuhan susu tersebut, ada berbagai pcndapat diantaranya menyarankan agar diaclakan replacemen sebanyak 5 .000 - 10.(x)0 ekor temak bibiUtahun. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN mengemukakan 3 strategi yaitu : (1) Mengimporbibit sapi perch . (2) Menerapkan program inseminasi buatan (IB) clan (3) mcmberikan pelayanan penyuluhan . Paper ini bertujuan menunjang program pemerintah di atas, misalnya untuk mengetahui berapa jumlah tem
Kunjungan ke berbagai instansi terkail untuk memperoleh pengarahan clan data sekunder
B.
Kunjungan langsung ke peternak
698
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
Tahap IL Pertemuan A. Pertemuan antar instansi yaitu 1.
StafDinas Peternakan Propinsi
2.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten
3.
Kepala Dinas Peternakan Kecamatan
4.
Kepala BPT-HMT
5.
Dokter Hewan KPSBU
B. Pertemuan Kelompok 1.
Pertemuan dengan ibu-ibu peternak
2.
Pertemuan dengan Bapak-bapak peternak
3.
Pertemuan campuran Bapak dan ibu peternak
Tahap IYI. Wawancara Wawancara meliputi permasalahan yang dihadapi peternak berkaitan dengan usaha ternak sapi perah clan bagaimana persepsi mereka untuk mengatasi masalah tersebut . Analisa data Data ditabulasi secara sederliana dianalisa secara kualitatif dan disajikan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor ekologi Secara administratif, kecamatan Lembang terdiri dari 16 desa. Jarak ke ibu kota kabupaten hanya 22 km sedangkan jarak ke ibu kota propinsi 200 km yang bisa ditempuh melalui jalan darat (sekitar 3 jam) maupun udara (1 jam). Secara topografi, Lembang merupakan daerah pegunungan di Bandung Utara dengan ketinggian 1300-2000 m di atas permukaan laut. Dari segi geografis areal di Lembang termasuk hutan endogen dengan lahan volkanik . Iklim di Lembang sangat cocok untuk usaha ternak sapi perah, dengan temperatur 15-18 °C dalam musim hujan clan 20 - 33°C pads musim kemarau . Curah hujan tergolong tipe A (0-14,3°/x) dan tipe B (14,4 - 33,3%) . Lahan: Total area Lembang adalah 10.637,923 ha (Tabel 1) yang terdiri dari lahan sawah (832.715), pekarangan (1 .273 .019), tegalan (4 .338 .406), tambak (30.200) clan hutan pemerintah (4.164,083) ha. Petani di daerah ini menanam berbagai macam sayuran seperti kool, sawi putih, bunga kool, wortel, clan kacang-kacangan serta buah-buahan (pisang dan markisa ). Penduduk : Lembang dihuni oleh sekitar 112 .391 penduduk dengan matapencaharian mayoritas sebagai petani dimana ternak merupakan salah satu cabang yang sangat berarti . Populasi ternak dikemukakan pada Tabel 2, dimana ternak sapi perah merupakan bagian terbesar.
699'
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
Tabel 1. Pola pemanfaatan lahan (Ha) di Kecamatan Lembang,Bandung, tahun 1995 No.
Desa
Sawah
Pekarangan
Tegal
Kolam
Hutan
Total
1.
Lembang
-
179.126
129.639
12,0
-
320.765
2.
Jayagiri
18 .856
197.000
228.480
2,0
527.730
974.066
3.
Kayuambon
4.250
25 .750
150.210
-
-
180.210
4.
Cibogo
60 .860
163.843
198 .271
1,0
-
423.749
5.
Cikole
34 .350
106.400
381 .041
1,2
523.005
1 .045 .996
6.
Cikahuripan
49 .320
42 .000
209.443
5,0
441.486
747.249
7.
Sukajaya
49 .320
58 .000
202.836
-
247.841
557.997
8.
Kahuripan
49 .903
117.900
284.938
2,0
-
454.741
9.
Pagerwangi
18 .200
44 .400
305 .106
0,5
-
368.306
10 .
Mekarwangi
34 .025
8.500
558.404
-
240.000
800.929
11
Wangunsari
150 .000
30 .000
219.354
1,10
-
400.354
12 .
Langensari
60 .590
50 .000
232.519
-
126.000
469.109
13
Cikidang
94 .500
91 .000
357.421
-
150.000
692.921
14
Wangunhada
81 .161
59 .000
341 .304
1,0
122.021
604.486
15 .
Cibodas
63 .000
50 .000
222.440
1,0
937.000
1273 .440
16 .
Suntenjaya
64 .560
50 .000
317.000
3,0
889.000
1323 .560
832.715
1.273 .019
4.338.406
30,20
4.164.083
10 .637 .923
Total
Sumber : Dinas Petemakan Kecamatan : Rencana Program Penyuluhan Tahun 19%/1997
Analisis ekosistem bagi pengembangan ternak sapi perah Untuk pengembangan tenlak, ketersediaan hijauan merupakan salah satu faktor penting. Untuk mengetahui situasi yang ada saat ini serta kemungkinan pengembangannya, berikut ini dianalisa ketersediaan hijauan di areal tersebut. Untuk mengetahui ini, masing-masing tipe penggunaan lahan pada Tabel 1 dikonversikan dengan standar kapasitas tampung ternak sehingga diperoleh Tabel 3 . Selanjutnya untuk mengetahui berapa jumlah ternak yang masih bisa dikembangkan di areal tersebut, jumlah ternak yang ada pads Tabel 2 dikonversikan ke satuan ternak (ST) sehingga diperolehl Tabel 4.
Seminar Nasional Peternakan dart Peteriner l997
Tabel 2. Populasi ternak (000 ekor) di Kecamatan Lembang, Bandung takun 1995 No.
Desa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 12. 13 . 14. 15. 16.
Lembang Jayagiri Kayuambon Sukajaya Cibodas Suntenjaya, Wangunjaya Cikole Cibogo Mekanwangi Cikidang Kayuambon Pagerwangi Langensari G.Kahuripan Wangunsari Total
Sapi perah 576 697 1.538 2.555 374 248 341 642 702 312 64 706 242 37 431 9.464
Sapi potong
63 63
Kerbau
Kuda
10 10
55 42 12 5 4 15 67 26 83 95 ; 3 11 418
Kambing 11 12 21 11 11 186 32 284
Domba 341 487 2.161 1 .038 1 .925 3.095 2.762 2.523 3.854 2.884 1.802 151 907 605 912 1 .956 23 .934
Aywn 6.190 6.300 4.913 6.462 6.410 3.717 4.405 4.725 704 4.205 4.254 3.759 6 .918 5 .715 5 .850 5 .060 83 .5XT"----
Sumber : Dinas Petemakan Kecamatan : Rencana program Penyuluhan Tahun 1996/1997
Tabel 3. Estimasi kapasitas lahan di Kecamatan Lembang untuk menampung ternak (unit ternak) No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11 . 12. 13 . 14. 15. 16.
Desa Lembang Jayagiri Kayuambon Cibogo Cikole Cikahuripan Sukajaya Kahuripan Pagerwangi Mekanvangi Wangunsari Langensari Cikidang Wangunharja Cibodas Suntenjaya Total
Sawah+Ladang 14,38 3,24 46.29 26,20 37,63 37,63 30,07 13,88 25,96 114,45 46,23 72,10 61 .92 48,07 49,25 627,30
Pekarangan 100,31 248,48 102,76 190,43 204,66 146,84 152,32 235,25 204,75 331,07 145,62 164,99 261,87 233,77 159,10 208,48 3,090,70
Hutan
1 .722,51 1 .707,08 1 .441,01 800,95 652,80 411,26 489,60 390 .27 3 .058,36 2.901,69 13.575,53
Total 100,31 1 .985,37 106,00 236,72 1 .937,94 1 .625,48 990,90 265,32 218,63 1.009,83 260,07 622,48 823,57 685,96 3 .265,53 3 .195,42 17 .293,53
Keterangan : Standar kapasitas tampung (DIRJEN PETERNAKAN, 1996) : Sawah = 0.763 UT, Tegalan/pekarangan =11,584 UT, Hutan = 3.264 LT/ha
70 1
Seminar Nasional Peternakan dan Leteriner 1997
Berdasarkan pada kapasitas tampung ternak (Tabel 3) clan populasi yang ada (Tabel 4), Lembang masih memungkinkan untuk ditambah sekitar 15% dari populasi yang ada yaitu 2.683 satuan ternak . Secara lebih rinci, Tabel 5 menunjukkan desa-desa mana yang masing bisa ditambah temak clan desa mana yang sudah padat populasi ternaknya . Disamping itu, Tabel 5 memberikan informasi lain yaitu walaupun desa-desa tertentu kepadatan temaknya cukup tinggi tetapi ternyata masih bisa berlangsung, ini berarti kapasitas tampung berdasarkan standar bukan merupakan faktor pembatas seperti misalnya pada desa Pagerwangi, Cibogo clan Sukajaya dimana populasinya masing-masing 5_4 clan 3 kali dari kapasitas tampung tenak . Kenyataan ini kiranya dapat dijawab dengan hasil wawancara dengan peternak (Tabel 6) dimana walaupun mereka tidak dapat memperoleh hijauan dari lingkungan desanya mereka dapat mencari hijauan dari berbagai sumber yaitu (1) membeli di tempat lain dengan harga Rp.50,-/kg jika terima di rumah atau Rp.30,- jika mengambil sendiri di kebun; (2) mencari rumput di kecamatan lain Secara berkelompok dengan menyewa truk dari KPSBU seharga Rp. 30.000,- dengan kapasitas 6 ton ; (3) membeli hasil samping usahatani tanaman pangan (dawn kacang-kacangan, dawn pisang clan daun ubi) dengan harga Rp.10,-/kg dimana transportasinya jugs dengan menyewa truk dari KPSBU. Dari hasil kunjungan lapang dan diskusi dengan berbagai instansi ; hasil samping tanaman pangan ini bisa diberikan sampai 50% dari kebutuhan hijauan . Tabel 4. Populasi ternak (Unit Ternak) di Kecamatan Lembang, Bandung tahun 1995 No .
Desa
Sapi perah
Sapi potong
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Ayam
Total
1.
Lembang
576
-
-
37,95
2.
Jayagiri
697
-
1,32
44,33
123,8
28 .96
-
783,4
3.
-
Kayuambon
1 .538
-
-
63,31
118,0
907,2
4.
Sukajaya
8,28
1,44
280,93
2 .555
-
-
-
103,1
1 .929,4
134,94
140,5
2 .830.4
250,25
134,7
762,4
5.
Cibodas
374
-
-
3,45
6.
Suntenjaya
248
7.
Wangunjaya
-
-
-
2,52
341
-
-
-
402,35
74,3
727,2
8.
Cikole
642
-
1,32
359,06
-
2,76
-
93,1
794,5
9.
Cibogo
702
327,99
94,5
1 .067,2
-
-
10,35
-
-
-
-
50,05
94,1
856,5
-
-
374,92
312
-
-
46,23
84,1
459,0
1 .32
234,26
17,94
-
85,1
678,9
19,63
75,2
176,8
10 .
Mekarwangi
11 .
Cikidang
12 .
Kayuambon
64
-
13 .
-
Pagerwangi
706
47,88
14 .
Langensari
9,1
57,27
22.32
117,91
242
-
-
133,4
1 .103,8
15 .
G .Kahuripan
65,55
-
78,65
-
-
500,5
16 .
37
114,3
Wangunsari
431
-
2,07
-
118,86
-
7,59
117,0
274,6
9 .464
3 .84
254,28
103,2
47,88
- 9,1
288,40
793,9
Total
34 .08 14 .645,8 3 .111,72 1 .688,4 Keterangan " UT = unit ternak " Standar unit temak : Sapi perah= 1,0; Sapi potong = 0,76 ; Kerbau = 0,91 . Kuda = 0,69; Kambing = 0,12; Domba = 0,13 ; Ayam = 0,02 ; ltik = 0,03
702
Seminar Nasional Peternakan don Peteriner 1997
Tabel 5. Kapasitas tampung ternak, populasi clan prospek pengembangan ternak sapi perah di Kecamatan Lembang, tahun 1996 No.
Desa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15 . 16.
Lembang Jayagiri Kayuambon Cibogo Cikole Cikahuripan Sukajaya Kahuripan Pagerwangi Mekarwangi 'Wangunsari Langensari Cikidang Wangunharja Cibodas Suntenjaya Total
Total Kapasitas Tampung 100,31 1 .985,37 106,00 236,72 1 .937,94 1 .625,48 990.90 265,32 218,63 1.009,83 260,07 622,48 823,57 685,96 3 .265,53 3 .195,42 17.293,53
Total Populasi Ternak 783,40 907,27 176,75 856,48 1 .06 7,20 1 .929,41 2 .830,43 274,63 1 .103,84 45962 793,91 500,50 678,89 794,50 762,40 727,21 14 .645,85
Prospek Pengembangan Ternak
Keterangan : - = Prospek Negatif, + = prospek Positif
Tabel 6. Sumber hijauan bagi peternak di Cibogo, Cikole clan Pagerwangi, Lembang dalam musim hujan clan kering tahun 1996 Sumber hijauan
Musim hujan -Lahan sendiri -Barter dengan tetangga -Membeli -Lainnya Musim kemarau -Lahan sendiri -Barter dengan tetangga -Membeli -Lainnya
Pagerwangi LI LS LI LS LI LS . . .. ... . .. . .. ... . .. . .. ... ... .. . ... . .. . .. ... ... . .. . ..%.. . .. ... . .. . ... . .. ... . .. . .. . .. . .. . .. . ... .. . .. .. Cikole
Cibogo
30 0 30 95
19 0 11 90
95 0 0 22
93 0 3 29
100 0 0 49
83 0 0 48
19 0 27 97
5 0 8 97
100 0 0 70
94 0 0 94
100 0 0 79
83 0 0 88
Seminar Nosional Peternakan dan Vetertner 1997
label 7. Persepsi para istri peternak di Cibogo, Cikole clan Pagerwangi, Lembang tahun 1996, tentang masalah dalam usalia ternak sapi perah dan bagaimana mengatasinya Masalah Inseminasi
Cara mengatasi Inseminator hendaknya tinggal dekat mereka agar mudah dihubungi dan cepat melayani 113
Penvakit
Mereka ingin belajar merawat ternak sakit agar bisa segera menolong ternak yang sakit
Hijauan
Tidak tahu harus bagaimana
Air
Ada kredit lunak untuk membeli jel-pump
Tabel 8. Persepsi peternak di Cibogo, Cikole date Pagerwangi Lembang tahun 1996, tentang masalah dalam usalia ternak sapi perah clan bagaimana mengatasinya Masalah Inseminasi
Cara mengatasi Ingin mendapat pelatihan tentang IB agar bisa menginseminasi ternak segera setelah birahi
Penvakit
Diperkenankan mengobati ternak sendiri sesuai dengan petunjuk dokter hewan
Hijauan
Menjalin kerjasama dengan perkebunan (PTP XIII - Ciater)
Untuk mengetahui apakah ketersediaan hijauan ini menpakan masalah, dapat dijawab dari hasil wawancara dengan peternak clan para istri mereka . Para istri menyatakan ada 4 masalah utama dalam usaha ternak sapi perah yaitu hijauan, kesehatan, pelayanan 113 dan air (label 7) sedangkan para peternak hanya melaporkan 3 masalah (label 8) yaitu hijauan, penyakit clan pelayanan IB. Secara lebili mendalam, ketika peternalc diminta merangking permasalahannya ternvata penyakit menpakan masalah utama, kedua pelayanan IB, ketika hijauan clan air keempat . Dari hasil wawancara mendalam diperoleh informasi bahwa kejadian penyakit yang paling sering dijumpai peternak adalah mastitis clan pencernaan (Tabel 9), sedangkan banyaknya pelayanan IB per kebuntingan sebagian besar adalah 3 - 5 (label 10). Adanya penyakit dan lambatnya terjadi kebuntingan ini sangat mengikan petani sehingga logis jika mereka menempatkannya sebagai masalah peringkat utama dan kedua. Masalah hijauan, bagaimanapun beratnya mereka masih bisa mengatasi walaupun Fans pergi jauh, demikian pula dengan masalah air . Faktor sosial dan ekonomi A. Institusi 1. Kelompok Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Terdapat 2.362 keluarga peternak dari seluruh total KK di Kecamatan Lembang yang jumlahnya 27.000 KK. Peternak sapi perah ini diorganisir dalam satu wadah yaitu KPSBU yang menpakan koperasi mandiri dibawah GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia) . 704
Seminar Nasional Peternakan dan Vetertner 1997
KPSBU membentuk kelompok-kelompok peternak di tingkat desa yang terdiri dari sekitar 30 peternak, diketuai oleh seorang ketua kelompok. Melalui ketua kelompok inilah peternak mendapatkan informasi dan sebaliknya menyampaikan aspirasinya kepada KPSBU, karena pertemuan langsung dengan KPSBU hanya sekah setahun dalam rapat tahunan . Sebagai anggota kelompok, peternak dapat memperoleh konsentrat, pelayanan IB, peralatan untuk berternak, Pelayanan kesehatan untuk ternak dan peternak dan fasilitas kredit ringan sepanjang alasan keperluannya bisa diterima oleh KPSBU . Sebaliknya, peternak harus menyetor atau menjual seluruh produksi susunya kepada KPSBU, jika melanggar maka mereka tidak mendapatan fasilitas dari KPSBU. Tabel 9. Kasus penyakit pada ternak sapi perah di Cikole, Cibogo dan Pagerwangi, Lembang tahun 1996 Kasus penyakit
Milk Fever
Pagerwangi Ll LS Ll LS Ll LS . ..... ... . .. ... ... ... ... ... .. . ... ... .. . ...... .. . ... ..°/a.. . .. ... . .. . .. ... . .. . ... ... . . . ... . .. . .. . ... .. . .. . . Cikole
1 2 3 >3
57 43 0 0
1 2 3 >3 Pencernaan 1 2 3 >3 Kembung 1 2 3 >3 Lainnya 1 2 3 >3
50 38 6 6
Mastitis
Cibogo
0 0 0 0
100 0 0 0
67 33 0 0
100 0 0 0
0 0 0 0
50 37 12 0
80 20 0 0
50 17 33 0
38 42 12 8
36 21 29 14
0 14 7 79
33 17 33 17
3 19 0 68
100 0 0 70
11 21 11 58
50 0 0 50
46 36 9 9
38 12 25 25
100 0 0 0
60 20 0 20
40 20 0 40
56 22 0 22
50 30 10 10
68 . 18 7 7
17 66 17 0
60 25 5 10
38 29 29 4
85 0 15 0
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
Tabel 10. Laporan peternak tentang pelayanan IB Jumlah pelayanan
2 3- 5 6-10
Cikole
Cibogo
Pagerwangi LS LI LS LI LS LI . .. . ... .. . ... ... .. . .. .... .. . ... ... .. . .. . ... .. . .. . ... .%... ... ... ... ... ... ... ... ... . .. .... ... ... ... ... .... . 45 24 75 31 59 45 55 70 25 69 38 52 0 6 0 0 3 3
2. Instansi Terkait Pada dasarnya pengembangan usaha ternak sapi perah merupakan tanggung jawa dari Dinas Peternakan dengan Kepala Cabang Dinas sebagai pelaksana di lapangan . Namun demikian secara teknis dan operasional KPSBU juga menjalin hubungan dengan beberapa instansi terkait seperti tertera pada Tabel 11 . Disamping instansi yang tertera pads Tabel KPSBU juga baru memulai mengadakan kerjasama dengan instansi terkait lainnya seperti BLPP, BPTP dan BLK . Tabel 11 . Macam kerjasama yang dilakukan oleh KPSBU Lembang dengan berbagai instansi terkait tahun 1996 Nama Instansi
Jenis kerjasama
GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia)
- Pemasaran, produksi dan breeding
IPS (Industri Pengolahan Susu)
- Pemasaran dan analisa laboratorium
BIB (Balai Inseminasi Buatan)
- Pengadaan semen
BPT-HMT (Balai Pembibit dan Hijauan Makanan Ternak)
- Pengadaan bibit dan pelatihan
Universitas Pajajaran
- Analisa kualitas susu dan pakan
Institut Pertanian Bogor.
- Kuliah Kerja Nyata
Fakultas Kedokteran Hewan
- Kerja praktek
3. Kebudayaan Secara tradisional, wanita sunda mengikuti adat perkawinan "Matrilokal" :yaitu setelah menikah wanita tinggal di desa asal orang tua mereka. Disamping itu masyarlkat Sunda mengikuti adat waris "bilateral" yaitu baik pria maupun wanita mempunyai kedudukan yang sama (EKAJATt, 1984). Kepada anaknya yang baru berkeluarga, orang tua yang mampu membekali anaknya dengan memberi sapi, dan memberinya tempat untuk membangun kandang di lahan ayahnya . Hal ini menyebabkan jumlah pemilikan ternak brang tua menjadi statis sedangkan lahannya semakin menyempit . Wanita sunda mempunyai peranan penting dalam membantu suami menghidupi keluarga, sehingga secara otomatis para istri merupakan pengganti suami dalam mengurus ternaknya jika suami tidak bisa melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya.
706
SeminarNasionalPeiernakandan
Veieriner 1997
4. Sistem ;Kredit
Usaha temak sapi perah memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk membeli bibit, membangum kandang maupun keperluan pakan. Petemak yang benminat bisa -mendapatkan kredit dari MBU seh ada : persediaan ternak. Syarat mendapatkan kredit adalah peternak hares monjadi :*uggota 4seoperasi -clan membayar kredit dan hasil produksi susu yang hares disetor di KPSBU. :Sistem ini ternyata dirasakan terlalu berat karena pada awal usaha disamping berhutang modal temak dart pakan peternak juga bares hutang peraiatan peralatan serta biaya administrasi untuk pelayanan IB, kesehatan clan penyuluhan. Menurut peternak, keuntungan yang diperoleh dari sistem-ini-sangat kecil clankurang sesuai dengan jerih payah mereka. Petemak sebenarnya menghendaki sister yang biasa -berlaku di desanya diantaranya sister "maro bati" atau bagi keuntungan {dengan cistern ini keuntungan benar-benar dibagi dua) clan samba -kontrak (kontrak antara pemilik clan pernelihara berdasarkan kesepakanan kedua belah fihak). 5. Persepsi Peteraak
Mengetahm'_asemya perbedam antara harp susu yang diterima oleh peternak (Rp. 550,-!liter) clan harga jual oleh KPSBU (Rp. 1.000,-Iliter) petenak juga mencari akal agar mendapatkan keuntungan :yang sebesar-besamya dari KPSBU. Cara yang mereka tempuh diantaranya dengan mendaftarkan istri atau clan anaknya sebagai anggota KPSBU, misalnya seorang peternak mempunyai 3 ekor sapi maka is akan mendaftarkan sebagai anggota KPSBU atas nama Suami untuk 1 ekor sapinya, 1 ekor sapi lagi atas nama istri clan 1 ekor lagi atas nama anak. Hal ini ditempuh karena selama ini yang menclapat pelayanan kesehatan hanya peternak yang namanya terdaftar saja, bukan seluruh keluarga . Demikian juga yang boleh mendapatkan fasilitas kredit clan hadir dalam pertemuan tahunan untuk memperoleh keuntungan tahunan . Kenyataan ini cukup mernbuat sulitnya KPSBU untuk mengambil tindakan, sehingga walaupun jumlah anggota yang terdaftar mencapai 3.691 namun jumlah keluarga peternak hanya 2 .362 .
Berdasarkan kenyataan di atas perlu dicari jalan keluar melalui kompromi atau musyawarah dengan petenak sehingga petenak merasa puas sebagai anggota KPSBU . Disamping kekurangpuasan peternak, mereka juga menyadari akan keuntungan yang diperoleh sebagai anggota KPSBU yaitu terutama dalam mendapatkan pendapatan yang rutin jika dibanding dengan usahatani lainnya seperti tanaman pangan yang harganya sexing jatuh saat produksi tinggi, bahkan sering juga rugi karena panen gagal . Analisis sosial clan pengembangan Usaha ternak
Secara umum, KPSBU telah berhasil menjalankan tugasnya terbukti dengan berbagai kenyataan diantaranya : (1) Populasi clan produksi temak semakin meningkat, (2) Petemak menyadari bahwa dengan keikutsertaan mereka sebagai anggota KPSBU kesejahteraan mereka meningkat . Disamping keberhasilan KPSBU kiranya perlu diperhatikan hal-hal berikut agar diperoleh peningkatan : Idealnya seorang dokter hewan mampu mengawasi 2.000 ekor sapi, namun demikian saat ini KPSBU hanya memiliki 3 dokter hewan untuk 9.465 ekor sapi, maka perlu direalisasi adanya penambahan dokter hewan . Kebutuhan ini semakin mendesak mengingat jumlah temak tersebar di berbagai desa yang relatif sulit dijangkau . Iumlah inseminator hanya 15 orang untuk melayani seluruh populasi, sementara idealnya seorang inseminator melayani 400 ekor ternak . Berdasarkan kenyatan ini maka sebenarnya 707 ,
Seminar Nasional Peternakan don Veteriner 1997 diperlukan tambahan 10 inseminator trampil yang merupakan lulusan SNAKMA, tidak seperti saat ini dimana 50% dari inseminator hanya lulusan Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Atas .
Inseminator mempunym peranan penting didalam pencapaian produksi maka KPSBU bmusaha memenuhi kebutuhan tersebut dengan jalan menempatkan lebih banyak inseminator di desa-desa yang populasi ternaknya padat . Tetapi kenyataannya desa yang populasi ternaknya rendah lokasi peternaknya berjauhan satu dan lainnya dan sulit dijangkau bekerja mereka tidak efisien. Usaha lain untuk mengatasi pemerataan tugas inseminator ini, KPSBU merotasi petugas disemua desa, namun peternak malah tidak setuju karena dengan berganti petugas menurut mereka malah memerlukan penyesuaian dalam menangani ternaknya ntaupun jalinan hubungan dengan peternak . KESIMPULAN Berdasarkan kapasitas tampung saat ini, Kecarnatan Lembang masih bisa menampung sebanyak 7 .683 Unit Ternak . Terdapat 4 masalah utarna dalam usaha ternak sapi perah yaitu : Kesehatan, pelayanan inseminasi, hijauan dan air . Untuk meningkatkan kesejahteraan peternak diperlukan sistem kredit yang menguntungkan kedua belah fihak secara merata . Diperlukan tambahan tenaga dokter hewan, paramedis dan inseminator yang trampil . SARAN Untuk mengatasi masalah kesehatan dan pelayanan inseminasi, dalam jangka pendek bisa dicapai dengan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan-IPB, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang mengadakan Kuliah Kerja Nyata maupun asistensi untuk membantu bekerja di lapang .
Untuk mengatasi inasalah hijauan, perlu diadakan kerjasama dengan perkebunan, penyuluhan tentang pembuatan silase maupun rumput kering. Masalah air dapat diatasi dengan pemasangan Jet Pump, untttk itu diperlukan pelayanan kredit lunak bagi peternak . DAFTAR PUSTAKA ANoNwous . 1996 . Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Agribisnis Persusuan menghadapi Era Pasar Betas . Lokakarya Reformasi Kebijakan Persusuan di Indonesia . DEPTAN dan PSE . Bogor, 18 Desember . DuwF-R, W .S . 1996 . Report of a Consultation : Collecting Environmental Information in Developing Countries . ISNAR . Briefing Paper No .29 . WiNoTo, JOYo ., MoENToHA SELARi, R . SusuN SARFuLHAKIM, Dwi ANDREAS SANToso, NoER AZAM AcHSAm, DYAH RETNo PANuii . 1996 . Agricultural Land Conservation and its Impact on National Rice SelfSufficiency . Seminar on Research Results . Bogor Agricultural University . November, 7 . EKAJATI, ED] S. 1984 . Smtdanesse and the Culture . Giri Mukti Pasaka . Jakarta.
708