Perencanaan Usaha Pembibitan Sapi Perah
Hendriyatno Krishna Nugroho
KEMENTERIAN PERTANIAN DIRJEN PETETRNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BBPTUHPT BATURRADEN 2017
I. PENDAHULUAN Sektor peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sebuah usaha dimasa depan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi pangan hewani mengakibatkan permintaan terhadap produk-produk hewani seperti susu, telur, dan daging menjadi meningkat. Pengembangan subsektor peternakan khususnya sapi perah. Peluang meningkatkan produksi susu masih cukup besar, baik melalui peningkatan populasi dan produktivitas ternak maupun diversifikasi sumber susu. Salah satu ternak yang potensial sebagai ternak perah Sapi perah merupakan salah satu sumberdaya lokal yang penyebarannya sangat luas di Jawa. Pemeliharaan sapi perah merupakan salah satu susu disamping sapi perah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan susu di Indonesia. Usaha agribisnis mempunyai kontribusi besar bagi pembangunan di Indonesia. Perencanaan adalah hal yang sangat penting dalam memulai usaha Peternakan. Perencanaan usaha akan membantu kita dalam melangkah dan membuat keputusan. Pemeliharaan sapi perah merupakan salah satu alternatif diversifikasi ternak penghasil susu sebagai upaya pemenuhan kebutuhan susu di Indonesia. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa susu sangat digemari. Adanya peluang bisnis dari meningkatnya permintaan susu sapi dan harga susu sapi yang cukup merakyat menyebabkan banyak orang tertarik untuk membudidayakan sapi perah. Di masyarakat, usaha ternak sapi perah diusahakan dalam skala yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan mengembangkan usaha ternak sapi perah, maka keputusan mengenai skala usaha menjadi sangat penting. Jennes (1980) Bertitik tolak dari hal tersebut maka kajian mengenai skala usaha ternak sapi perah, dalam hal ini dikhususkan pada sapi perah FH, menjadi hal yang sangat menarik.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui analisis data dalam usaha pembibitan sapi perah 2. Untuk mendapatkan berbagai informasi dalam menganalisi data peternakan 1.3. Manfaat Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat mengetahui perencanaan usaha pembibitan sapi perah selama 10 tahun ke depan 2. Mahasiswa mampu menganalisis data dalam usaha pembibitan sapi perah 3. Mendapatkan berbagai informasi dalam menganalisis data peternakan
II.
LINGKUNGAN USAHA PETERNAKAN
2. 1.
Faktor Makro
a.
Klimatik, Edafik, dan Biotik Kabupaten Banyumas merupakan salah satu wilayah dari propinsi Jawa
Tengah dengan luas wilayah keseluruhan 1.327,60 km2, terletak di antara garis Bujur Timur 108o 39’17’’ - 109o 27’15’’ dan diantara garis Lintang Selatan 7o 15’05’’ sampai 7o 37’10’’ yang berarti berada dibelahan selatan garis khatulistiwa. Kabupaten Banyumas dibatasi oleh: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Slamet, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang. 2. Sebelah Selata berbatasan dengan Kabupaten Cilacap. 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen, dan Kabupaten Banjarnegara. Lokasi usaha peternakan sapi perah terletak di Desa Limpakkuwus Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Kecamatan Sumbang adalah salah satu Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Terletak sekitar 12 km arah timur laut sepanjang jalan raya Baturaden Purbalingga. Kecamatan Sumbang terdiri dari 19 Kelurahan/ Desa, dengan batasbatas: 1.Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Baturaden, 2.Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga, 3.Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kembaran, 4.sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga. Sumbang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banyumas yang mempunyai jumlah desa terbanyak ke dua setelah kecamatan Cilongok, dengan jumlah sampai sembilan belas desa sebetulnya mempunyai potensi alam dan sumber daya manusia yang cukup besar, bentang alam yang khas dan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata alternatif setelah Baturaden. Desa Limpakuwus berada di Lembah Gunung Slamet. Membujur dari Puncak Gunung kearah Selatan sampai dengan perbatasan Desa Kotayasa Kecamatan Sumbang. Tanah Subur, Hutan Hijau, dengan penduduk yang semakin
komplek dan beragam karakteristiknya. Tanah sawah dan perladangan di Kecamatan Sumbang, sangat mendukung untuk Agrobisnis. Di bawah lereng selatan Gunung Slamet memiliki sumber pengairan yang cukup untuk pertanian dan perikanan.
b.
Teknologi Perkembangan dibidang teknologi saat ini dapat membawa perubahan
yang cukup signifikan kearah kemajuan. Adanya teknologi di bidang peternakan diharapkan mampu meningkatkan posisi tawar produk-produk peternakan di Indonesia. Pemerintah terus berupaya mendorong petani termasuk di dalamnya peternak untuk menerapkan teknologi tepat guna dalam rangka meningkatkan daya saing produk hasil ternaknya. Rendahnya produksi susu sapi lokal disebabkan oleh belum terspesialisasikannya bangsa sapi perahl (tipe perah) sesuai tujuan produksi serta sedikitnya upaya pemuliaan yang dilaksanakan peternak. Masalah tersebut dapat dipecahkan melalui program pemuliaan yaitu perkawinan sapi perah dengan inseminasi buatan.. sapi perah yang memenuhi persyaratan genetik tadi adalah sapi FH. Untuk memperbaiki mutu genetik tersebut, satu-satunya cara adalah dengan metode IB. Di luar negeri, metode ini telah diterapkan dengan tingkat keberhasilan 33 – 73%. Kendala utama dalam aplikasi teknologi IB pada sapi ialah kualitas semen beku yang rendah dan teknik inseminasi yang belum tepat untuk sapi . Selain perkembangan teknologi di bidang teknis, perkembangan teknologi dapat berupa perkembangan pada alat-alat yang mendukung kegiatan produksi di suatu peternakan. Saat ini peralatan dengan teknologi yang lebih maju dalam usaha sapi perah adalah adanya mesin perah. Dengan menggunakan mesin perah, pemerahan susu jadi lebih praktis dan cepat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pada cepatnya informasi yang diperoleh peternakan Usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha dalam sektor peternakan yang cukup menjanjikan.
c.
Ekonomi Finansial
Kabupaten Banyumas yang pusat pemerintahannya di Kota Purwokerto ini berada dijalur transportasi yang sangat strategis karena selain dilalui jalur selatan Jawa Tengah yang menghubungkan Yogyakarta - Bandung, juga dilalui jalan penghubung antara jalur selatan dengan jalur pantura Jateng serta jalur tengah Jateng antara Secang-Banyumas. Selain itu, Purwokerto juga berada di perlintasan jalur kereta api antara Yogyakarta-Jakarta dan termasuk dalam wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 5 Purwokerto. Posisi tersebut menjadikan Purwokerto dikenal sebagai kota jasa dan termasuk salah satu sudut Segitiga Emas Jateng di samping Semarang dan Solo (Semarang-Solo-Purwokerto). Sektor jasa yang terselenggara di Purwokerto, antara lain pendidikan dan perdagangan/perhotelan/restoran. Hal ini terlihat dengan adanya berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta seperti Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Selain itu, berbagai hotel berbintang jaringan nasional pun bermunculan di Purwokerto seperti Hotel Aston, Hotel Horison, dan Hotel Santika. Bahkan, sejumlah jaringan pusat perbelanjaan yang tersebar di beberapa kota Jateng juga berpusat di Purwokerto seperti Rita dan Moro. Kendati sektor jasa dan perdagangan/hotel/restoran berkembang pesat di Purwokerto, sektor pertanian tetap memberikan peran dominan dalam perekonomian Kabupaten Banyumas. Kontribusi sektor ini bagi PDRB Kabupaten Banyumas sebesar 19,83 persen, disusul sektor jasa sebesar 17,40 persen, industri pengolahan 15,85 persen, dan perdagangan/hotel/restoran 15,46 persen. d.
Sosial dan Budaya Sebagai Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, produk-
produk yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan bagi umat muslim sangat berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu produk peternakan yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan adalah ternak sapi perah.
e. Kebijakan Umum Pemerintah
Secara legalitas, pemerintah Kabupaten Banyumas tidak menetapkan suatu bentuk peraturan yang menyulitkan bagi pihak-pihak yang berkeinginan untuk mendirikan usaha peternakan sapi perah. Prosedur untuk mendirikan usaha peternakan adalah mendaftarkan usahanya dengan membawa kelengkapan yang diperlukan antara lain surat status kepemilikan tanah, kartu identitas dan surat izin lingkungan. Surat Keterangan Izin Lingkungan berisi izin dari masyarakat sekitar mengenai keberadaan peternakan. Ketentuan yang ada di dalamnya adalah mengenai komitmen dari pihak peternakan untuk tidak menimbulkan pencemaran serta dapat saling menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan dan kepedulian lingkungan. 2. 2.
Faktor Mikro
a.
Pemilihan Bibit Unggul Bibit berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas ternak, dan oleh
karenanya pemilihan bibit yang berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan. Menurut Sutama (2007), hal yang harus diperhatikan ketika memilih induk sapi agar memiliki kemampuan produksi susu yang tinggi diantaranya : untuk ciri sapi betina yaitu mempunyai karakter keibuan, garis punggung rata, mata cerah bersinar, kulit bulu halus dan bulu tidak kusam. Posisi baik, kapasitas rongga perut besar, dada lebar serta kaki kuat dan normal. Ukuran ambing cukup besar, kenyal, dan berbentuk simetris. Puting susu empat buah dan normal., perototan kuat dan mata yang dimiliki terlihat bersinar. Bentuk punggung kuat dan rata. Bentuk kaki kuat dan simetris,. b.
Pakan Ternak ruminansia perlu hijauan sebagai makanan yang dikonsumsi ternak
setiap hari. Penyediaan hijauan yang cukup dan berkualitas tinggi merupakan prioritas utama dalam menunjang keberhasilan suatu usaha peternakan. Pakan yang sempurna mengandung protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral. Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya peternakan sapi perah adalah pemberian pakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah mengetahui berapa jumlah pakan dan jenis pakan apa yang tepat diberikan untuk sapi perah. Jenis pakan yang diberikan untuk sapi perah adalah hijauan dan konsentrat. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan kelompok umur.
Jenis jenis pakan ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi diantaranya rumput, legum, onggok, dedak, shorgum, merupakan sumber energi yang dibutuhkan ternak. Sumber protein meliputi legum, limbah hasil pertanian (bungkil kedelai, bungkil kelapa, ampas tahu). Pemenuhan sumber energi bagi ternak dapat menggunakan garam dapur, kapur, tepung tulang dan mineral mix, sedangkan sebagai sumber vitamin dapat menggunakan jagung kuning, hijauan segar (rumput dan legum),. Hal yang harus diperhatikan ketika memberikan pakan disesuaikan dengan kondisi dan umur ternak. c.
Reproduksi Perkawinan adalah upaya untuk melanjutkan keturunan dan meningkatkan
populasi sapi perah sehingga dapat meningkatkan produksi susu. Pengaturan perkawinan
merupakan
faktor
yang
sangat
penting
dalam
tatalaksana
pemeliharaansapi perah. Metode perkawinan yang diterapkan di biasanya adalah metode inseminasi buatan (IB) sapi perah pertama dikawinkan pada usia 15 bulan betina akan dikawinkan lagi pada 2-3 bulan setelah beranak tergantung dari produksi susu. d.
Kandang Pembuatan kandang dapat dilakukan dengan penggunaan lantai dengan
tanah atau beton.. Kandang merupakan tempat tinggal bagi ternak, pola pemeliharaan secara intensif harus memperhatikan kontruksi kandang. Tujuannya adalah agar kontruksi kuat dan yang lebih penting lagi ternak yang berada di dalam kandang merasa nyaman atau tidak gaduh. Menurut Setiawan dan Tanius (2003), fungsi kandang bagi ternak diantaranya: sebagai tempat ternak berlindung dari semua gangguan yang dapat diprediksi seperti aklimatisasi, terpaan angin, sinar matahari maupun binatang pengganggu. Fungsi kandang harus mempermudah pengawasan dan pemeliharaan bagi peternak, seperti makan, minum, tidur, membuang kotoran. Hingga pada proses pemerahan susu nantinya.
e.
Penyakit Sapi perah yang sehat mencirikan sistem manajemen pemeliharaan seperti
kebersihan kandang, pakan yang cukup, tanggap terhadap gejala penyakit sehingga
dapat ditanggulangi sedini mungkin. Dengan harapan produksi yang dihasilkan seoptimal mungkin. Beberapa jenis penyakit ada yang bersifat menular dan tidak menular. Menurut Sutama (2007), penyakit menular disebabkan oleh inveksi virus, bakteri, jamur, parasit darah, cacing dan kutu. Jenis penyakit yang sering menyerang ternak diantaranya mastitis, scabies, puru, cacingan. Sedangkan jenis penyakit yang tidak menular dikarenakan kekurangan mineral, tanaman beracun, racun. Jenis penyakit tidak menular diantaranya perut kembung, kurus kurang gizi, patah kaki karena terjepit dan lain sebagainya. Penyebaran penyaki dapat terjadi melalui : kontak langsung dengan hewan sakit, tanaman beracun, racun, melalui serangga, angin, dan pekerja kandang. f.
Obat-obatan Penanganan ternak yang sakit dapat menggunakan obat kimia buatan
pabrik dan obat tradisional. Menurut Williamson dan Payne (1993), beberapa penyakit yang sering terdapat pada sapi perah dapat berupa penyakit bakterial, penyakit parasit, serta penyakit yang disebabkan oleh virus. Obat diberikan dengan cara disuntik, melalui mulut, dan disemprot. 2. 3.
Ancaman Lingkungan Usaha Ancaman yang terjadi pada lingkungan usaha ternak sapi perah adalah
sebagai berikut: 1. Kondisi politik dan keamanan di Indonesia yang tidak menentu 2. Teknik IB yang belum tepat dan rendahnya kualitas semen 3. Legalitas dari pemerintah untuk membuka usaha peternakan cukup mudah 4. Adanya peternakan lain dengan jumlah populasi ternak lebih besar serta memiliki sistem marketing dan pelayanan yang jauh lebih bagus
III. 3.1.
SATUAN TERNAK (ST) DAN KOEFISIEN TEKNIS
Satuan Ternak Satuan Ternak (ST) adalah ukuran yang digunakan untuk menghubungkan
berat badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang dimakan. Jadi ST memiliki arti ganda, yaitu ternak itu sndiri atau jumlah makanan ternak yang dimakannya. Mula-mula ST digunakan pada ternak pemamah biak (rumninansia) untuk mengetahui daya tamping suatu padang rumput terhadap jumlah ternak yang dapat dipelihara dengan hasil rumput dari padang rumput tersebut. Namun penggunaan ST kini juga pada jenis ternak lainnya. Manfaat Satuan Ternak (ST) yaitu : a. Untuk mengetahui potensi ternak suatu daerah b. Untuk memproduksi kebutuhan makanan c. Sebagai standart untuk pertukaran ternak 3.2.
Penggunaan ST Satuan ternak digunakan disamping untuk menghitung daya tampung
makanan ternak suatu padang rumput atau daya tampung sisa hasil usaha tani suatu areal tanah pertanian terhadap jumlah ternak, dapat juga digunakan untuk perhitungan berbagai masukan dan keluaran fisik. Dengan demikian biaya masukan dan penerimaan dapat pula diperhitungkan. Masukan fisik misalnya, rumput, hijauan dan makanan ternak lainnya, luas kandang, luas padang rumput, jumlah air minum, obat, perkawinan ternak dan tenaga buruh. Output fisik misalnya, jumlah pupuk kandang, jumlah berat badan dan tenaga kerja ternak. Penggunaan ST yang digunakan untuk ternak sapi sabagai berikut: Kelompok umur sapi dewasa Muda Anak
Umur >1 tahun 0,5-1 tahun <1 tahun
Penggunaan ST yang lainnya sebagai berikut:
Satuan ternak 1 0,5 0,25
No 1 2 3 4 5
6
Uraian Luas kandang 1 ST Obat-obatan
Tenaga kerja Kemasan susu Hijauan: Sapi dewasa/ekor/hari Sapi muda/ekor/hari Konsentrat: Sapi dewasa/ekor/hari sapi muda/ekor/hari Feses 1ST/periode
Keterangan 5 m2 1unit/periode/ST
(HK/periode) 1 ST (15,75) 200 ml 35 kg 25 kg 5 kg 3 kg 10 ton
3.3.
Koefisien Teknis Koefisien Teknis adalah angka standar yang mematuhi kaidah yang sudah
ditentukan yang dapat dipergunakan untuk menghitung suatu besaran yang bersifat linear, luas bidang, volume, jumlah berat, dan berbentuk persentase. Berikut koefisien teknis yang digunakan dalam perencanaan proyeksi usaha ternak sapi perah : No
Uraian
Koef.teknis
1
Umur jual dara bunting
2 tahun
2
Umur jual jantan
0-1 tahun
3
Umur afkir induk/jantan
10 tahun
4
Sex ratio kelahiran anak jantan:betina
50:50
5
Gross Kid
90%
6
Mortalitas dewasa
8%
7
Mortalitas Pre-sapihan
5%
8
Mortalitas Post-sapihan
5%
9
Net Kid
100%
10
% induk laktasi
80%
11
Masa laktasi
305 hari
12
Produksi susu perliter/hari/ekor
20 liter
13
Susu rusak per periode
0,50%
Konsumsi susu untuk pedet a.
Jantan/ekor/hari (60 hari)
b. Betina /ekor/hari (120 hari)
3L 3L
Koefisien Teknis Harga: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Uraian Ternak sapi betina bunting Ternak sapi jantan tahun ke-0 Hijauan per kg Konsentrat per kg Susu sapi per liter Obat2an perunit/periode Tenaga kerja (HK/periode) 1 ST/15.75 Kemasan susu/200ml/kantong Harga jual feses/kg Harga jual susu/liter Harga jual ternak afkir Betina Harga jual dara bunting Harga jual pedet jantan Biaya listrik/bulan PBB/tahun Promosi/bulan Biaya transportasi (bensin/hari) Biaya pemeliharaan transportasi Pajak perusahaan
Keterangan Rp 20.000.000 Rp 5.000.000 Rp 500 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 1.000.000 Rp 30.000 Rp 1.500 Rp 1.000 Rp 5.000 Rp 15.000.000 Rp 20.000.000 Rp 5.000.000 Rp 4.000.000 Rp 500.000 Rp 100.000 Rp 7.500 Rp 100.000 10% dari tiap total penerimaan/periode
IV. 4.1.
PROYEKSI FISIK DAN FINANSIAL
Komponen Fisik dan Faktor Waktu PROYEKSI TERNAK SAPI PERAH TANPA PRE-PROYEK
Induk Jantan Anak Betina Anak Jantan Dara 7-15 Bulan Jantan 0-5 Bulan Jumlah Ternak Satuan Ternak (ST) PENJUALAN Dara bunting Anak Jantan Susu (1000L) Induk Tua Afkir Jantan Tua Afkir Total Penjualan Sisa Ternak Luas Kandang (1ST=5m²)
0 1000
1th 1000
2th 1000
3th 1000
4th 1000
5th 1000
6th 1000
7th 1000
8th 1500
9th 1500
10th 1000
1000 1000
500 500 2000 1250
500 500 500 2500 1500
500 500 1000 3000 1750
500 500 1000 3000 1750
500 500 1000 3000 1750
500 500 1000 3000 1750
500 500 1000 3000 1750
500 500 500 3000 2000
500 500 500 3000 2000
500 500 1000 3000 1750
1000
-
500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 5575000 5575000 5575000 5575000 5575000 5575000 5575000 5575000 5575000 500 500 500 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1500 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000 2000
5000m2 6250m2
7500m2
8750m2
8750m2
8750m2
8750m2
8750m2
8750m2
8750m2
8750m2
PROYEKSI PRODUKSI SUSU
1 Total Produksi Susu Susu untuk pedet Susu Rusak Susu Terjual (1000L)
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4880000 4880000 4880000 4880000 4880000 4880000 4880000 4880000 4880000 225000 225000 225000 225000 225000 225000 225000 225000 225000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 300000 4355000 4355000 4355000 4355000 4355000 4355000 4355000 4355000 4355000
PROYEKSI BIAYA VARIABEL Dalam tahun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pakan
TAHUN
TAHUN
TAHUN
TAHUN
TAHUN
TAHUN
TAHUN
TAHUN
TAHUN
TAHUN
Hijauan (kg)
1.825.000.000
4.106.250.000
6.387.500.000
6.387.500.000
6.387.500.000
6.387.500.000
6.387.500.000
9.581.250.000
9.581.250.000
6.387.500.000
konsentrat (kg)
9.125.000.000
10.493.750.000
11.862.500.000
11.862.500.000
11.862.500.000
11.862.500.000
11.862.500.000
15.056.250.000
15.056.250.000
11.862.500.000
Obat2an/unit/1ST/Periode
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
1.000.000.000
869.047.619
1.042.857.142
1.216.666.665
1.390.476.190
1.390.476.190
1.390.476.190
1.390.476.190
1.390.476.190
1.390.476.190
1.216.666.665
1.168.000.000
1.168.000.000
1.168.000.000
1.168.000.000
1.168.000.000
1.168.000.000
1.168.000.000
1.168.000.000
1.168.000.000
17.810.857.142
21.634.666.665
21.808.476.190
21.808.476.190
21.808.476.190
21.808.476.190
28.195.976.190
28.195.976.190
21.634.666.665
Teker (HK/Periode) 1ST Kemasan susu
total
12.819.047.619
4.2.
Komponen Finansial dan Faktor Waktu ITEM
LAHAN INSTALASI LISTRIK MESS PEMBUATAN KANDANG SAPI INDUK SEMEN BEKU MILKING PARLOUR INTERNET TIMBANGAN SELANG POMPA AIR SAPRONAK TRANSPORTASI ALAT KEMASAN ATK TOTAL
JUMLAH
HARGA SATUAN
NILAI BARU
DAYA TAHAN
10.000 M2 1 UNIT 1 UNIT
Rp Rp Rp
500.000,00 10.000.000,00 30.000.000,00
Rp Rp Rp
INVESTASI 5.000.000.000,00 10.000.000,00 30.000.000,00
10 UNIT 1000 EKOR 1000 SEMEN
Rp Rp
50.000.000,00 20.000.000,00
Rp Rp
500.000.000,00 20.000.000.000,00
10 10
Rp
10.000,00
Rp
10.000.000,00
1 UNIT 1 UNIT 1 UNIT 100 METER 1 UNIT 5 UNIT 3 UNIT MOBIL 1 UNIT 1 UNIT
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
100.000.000,00 5.000.000,00 5.000.000,00 5.000,00 2.000.000,00 5.000.000,00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp
100.000.000,00 50.000.000,00 5.000.000,00
Rp Rp Rp
Rp
382.515.000,00
Rp
PENYUSUTAN
200.000,00 1.000.000,00
Rp Rp Rp
SISA 5.000.000.000,00 8.000.000,00 20.000.000,00
Rp Rp
5.000.000,00 100.000.000,00
Rp Rp
450.000.000,00 19.000.000.000,00
1
Rp
10.000.000,00
Rp
-
100.000.000,00 5.000.000,00 5.000.000,00 1.000.000,00 2.000.000,00 25.000.000,00
10 1 10 1 1 1
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
2.000.000,00 500.000,00 50.000,00 1.000.000,00 2.000.000,00 25.000.000,00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
80.000.000,00 4.500.000,00 4.500.000,00 -
300.000.000,00 50.000.000,00 5.000.000,00
10 10 1
Rp Rp Rp
3.000.000,00 500.000,00 5.000.000,00
Rp Rp Rp
270.000.000,00 45.000.000,00 -
26.043.000.000,00
TAHUN 10 10 10
Rp Rp
NILAI
BIAYA TETAP
Rp
155.250.000,00
Rp
24.882.000.000,00
4.3.
Komponen Finansial dan Faktor Waktu ANALISA BIAYA PERTAHUN URAIAN
-
1
5
6
7
8
9
10
Rp 21.775.000.000
Rp 21.775.000.000
Rp 21.775.000.000
Rp 21.775.000.000
Rp 21.775.000.000
Rp 21.775.000.000
Rp 21.775.000.000
Rp 2.500.000.000
Rp 7.500.000.000 Rp 2.500.000.000
Rp 7.500.000.000 Rp 2.500.000.000
Rp 7.500.000.000 Rp 2.500.000.000
Rp 7.500.000.000 Rp 2.500.000.000
Rp 7.500.000.000 Rp 2.500.000.000
Rp 7.500.000.000 Rp 2.500.000.000
Rp 7.500.000.000 Rp 2.500.000.000
Rp 7.500.000.000 Rp 2.500.000.000
Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Rp 10.000.000 Rp 24.285.000.000
Rp 10.000.000 Rp 31.785.000.000
Rp 10.000.000 Rp 31.785.000.000
Rp 10.000.000 Rp 31.785.000.000
Rp 10.000.000 Rp 31.785.000.000
Rp 10.000.000 Rp 31.785.000.000
Rp 10.000.000 Rp 31.785.000.000
Rp 10.000.000 Rp 31.785.000.000
Rp 10.000.000 Rp 31.785.000.000
Rp 1.825.000.000 Rp 9.125.000.000
Rp 4.106.250.000 Rp 10.493.750.000
Rp 6.387.500.000 Rp 11.862.500.000
Rp 6.387.500.000 Rp 11.862.500.000
Rp 6.387.500.000 Rp 11.862.500.000
Rp 6.387.500.000 Rp 11.862.500.000
Rp 6.387.500.000 Rp 11.862.500.000
Rp 9.581.250.000 Rp 15.056.250.000
Rp 9.581.250.000 Rp 15.056.250.000
Rp 6.387.500.000 Rp 11.862.500.000
Rp 48.000.000 Rp 500.000 Rp 1.200.000 Rp 155.000.000 Rp 1.000.000
Rp 48.000.000 Rp 500.000 Rp 1.200.000 Rp 155.000.000 Rp 1.000.000
Rp 48.000.000 Rp 500.000 Rp 1.200.000 Rp 155.000.000 Rp 1.000.000
Rp 48.000.000 Rp 500.000 Rp 1.200.000 Rp 155.000.000 Rp 1.000.000
Rp 48.000.000 Rp 500.000 Rp 1.200.000 Rp 155.000.000 Rp 1.000.000
Rp 48.000.000 Rp 500.000 Rp 1.200.000 Rp 155.000.000 Rp 1.000.000
Rp 48.000.000 Rp 500.000 Rp 1.200.000 Rp 155.000.000 Rp 1.000.000
Rp 48.000.000 Rp 500.000 Rp 1.200.000 Rp 155.000.000 Rp 1.000.000
Rp 48.000.000 Rp 500.000 Rp 1.200.000 Rp 155.000.000 Rp 1.000.000
Rp 48.000.000 Rp 500.000 Rp 1.200.000 Rp 155.000.000 Rp 1.000.000
Rp 60.000.000
Rp 60.000.000
Rp 60.000.000
Rp 60.000.000
Rp 60.000.000
Rp 60.000.000
Rp 60.000.000
Rp 60.000.000
Rp 60.000.000
Rp 60.000.000
Rp 10.000.000 Rp 11.225.700.000 Rp (11.215.700.000)
Rp 10.000.000 Rp 14.875.700.000 Rp 9.409.300.000
Rp 10.000.000 Rp 18.525.700.000 Rp 13.259.300.000
Rp 10.000.000 Rp 18.525.700.000 Rp 13.259.300.000
Rp 10.000.000 Rp 18.525.700.000 Rp 13.259.300.000
Rp 10.000.000 Rp 18.525.700.000 Rp 13.259.300.000
Rp 10.000.000 Rp 18.525.700.000 Rp 13.259.300.000
Rp 10.000.000 Rp 24.913.200.000 Rp 6.871.800.000
Rp 10.000.000 Rp 24.913.200.000 Rp 6.871.800.000
Rp 10.000.000 Rp 18.525.700.000 Rp 13.259.300.000
A. INFLOW Penjualan susu Penjualan dara bunting Penjualan anak Jantan penjualan jantan tua penjualan feses (kg) TOTAL INFLOW B.OUTFLOW Rumput Konsentrat Biaya Investasi Listrik PBB promosi penyusutan
TOTAL OUTFLOW TOTAL Biaya Tetap
3
Rp 21.775.000.000
Rp 21.775.000.000
4
Rp 26.043.000.000
a. Biaya Tetap
pajak perusahaan biaya transportasi (bensin) pemeliharaan transportasi
2
Rp 26.043.000.000 Rp (26.043.000.000)
V. 5.1.
KELAYAKAN USAHA
Analisa Pasar dan Pemasaran a.
Segmentasi Pasar
Usaha ternak sapi perah dilihat dari pesaing usaha dapat dikatakan cukup tinggi. Hal ini tercermin dari jumlah peternakan sapi perah yang cukup banyak. Informasi ini mengindikasikan tingginya minat peternak untuk mengembangkan usaha ternak sapi perah, akan tetapi jumlah peternak yang cukup banyak tersebut tidak menimbulkan persaingan yang terlalu ketat. Persaingan yang terjadi bersifat sehat dan saling melengkapi. Artinya sesama pelaku produsen susu sapi saling menginformasikan jika ada pesanan susu yang disesuaikan dengan daya beli konsumen. Usaha ternak sapi perah masih memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Apalagi melihat pola hidup masyarakat dewasa ini mengarah kepada minuman
kesehatan
dan
pengobatan
alami
membuat
kebutuhan
akan
mengkonsumsi susu sapi meningkat. Selain susu sapi sebagai sumber pendapatan dapat juga menjual produk lain seperti ternak afkir, anakan/ cempe hingga pada kotoran ternak yang digunakan sebagai pupuk organik. Hal ini menjadi peluang karena dapat memberikan potensi pendapatan tambahan. b.
Lembaga Pemasaran
Bauran pemasaran yang seharusnya diterapkan oleh Peternak meliputi price, product, place, dan promotion. Tujuan menerapkan bauran pemasaran diharapkan mengetahui tingkat intensitas persaingan sesama pelaku usaha, sehingga produk yang dihasilkan ketika dipasarkan dapat ditrima oleh konsumen. Selain itu menguntungkan bagi pelaku usaha yang akan menjalankan suatu usaha. 5.2.
Analisis Finansial Biaya dan Pendapatan Biaya adalah nilai semua input/faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi yang dapat diukur dan dipertimbangkan. Soekartawi et al. (1986) membagi biaya berdasarkan sifatnya menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Total biaya tetap yang digunakan peternakan Sapi perh ini selama 10 tahun sebesar Rp . 91.493.000.000
Biaya Variabel merupakan biaya yang umumnya berubah-ubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan, makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Biaya operasional berkaitan dengan volume dan dibayar per barang atau jasa yang diproduksi. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel yang digunakan peternakan sapi perah ini selama 10 tahun sebesar
Rp
184.325.000.000
Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usaha tani. Pendapatan bersih merupakan suatu ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani (Soekartawi et al., 1986). Pendapatan yang dihasilkan selama 10 tahun sebesar. Rp .91.493.000.000 Analisis kelayakan finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dengan manfaat untuk menentukan apakan suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek atau tidak ditinjau dari sudut pandang pelaku proyek. Umumnya, kriteria penilaian kelayakan investasi menggunakan beberapa metode, yaitu metode Net Present Value (NPV), metode Net B/C Ratio dan metode Internal Rate of Return (IRR) (Kadariah et al.,1999). a. NPV Net Present Value merupakan nilai selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Husnan dan Suwarno 2000). Menurut Umar (2005), NPV yaitu selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut : NPV =
∑𝑛𝑛𝑡𝑡=1
keterangan :
𝐵𝐵𝐵𝐵−𝐶𝐶𝐶𝐶 (1+𝑖𝑖)𝑡𝑡
Bt = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t (Rupiah) Ct = Biaya (Cost) tahun ke-t (Rupiah) n = Umur ekonomis proyek (Tahun) i = Tingkat suku bunga/Discount rate (persen) t = Periode Tahu
Nilai NPV yang diperoleh berdasarkan nilai sekarang akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 33.656.243.910 rupiah selama umur proyek. Berdasarkan kriteria investasi NPV ≥ 0 berarti secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Artinnya perusahaan sapi perah yang dijalankan oleh memberikan manfaat positif selama umur proyek dengan suku bunga pinjaman 7 %, sehingga dari keriteria tersebut usaha ini layak untuk dilaksanakan. Apabila besarnnya NPV yang diperoleh ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya sehingga tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Bila besarnnya penerimaan NPV = 0, berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan Tabel 9. Net Presen Value Tahun ke 0
Df 7%
PV Kas Bersih 1
-
-
1
(11.215.700.000) 0,934579
(10.481.962.617)
2
9.409.300.000 0,873439
8.218.447.026
13.259.300.000
0,816298
10.823.538.439
13.259.300.000
0,762895
10.115.456.485
13.259.300.000
0,712986
9.453.697.650
13.259.300.000
0,666342
8.835.231.448
13.259.300.000
0,622750
8.257.225.653
8
6.871.800.000 0,582009
3.999.450.165
9
6.871.800.000 0,543934
3.737.803.892
10
13.259.300.000 0,508349
6.740.355.769
3 4 5 6 7
Total Present Value Total Investasi Net Present Value
.
Kas Bersih
59.699.243.910 (26.043.000.000) 33.656.243.910
NPV = 33.656.243.910 a.
NPV ≥ 0 berarti secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.
b.
NPV ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya/tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan.
c.
NPV = 0, berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Nilai NPV untuk usaha sapi perah ini lebh dari 1 sehingga secara finansial
usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.
Tabel 10. Perhitungan B/C dan R/C Tahun ke 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah
Df 7%
Penerimaan
1
Cost
-
-
PV Penerimaan
Benefit -
-
PVBenefit
-
-
10.491.308.411
(10.481.962.617)
0,934579
10.000.000
11.225.700.000
0,873439
24.285.000.000
14.875.700.000
9.409.300.000 21.211.459.516
12.993.012.490
8.218.447.026
0,816298
31.785.000.000
18.525.700.000
13.259.300.000 25.946.028.017
15.122.489.578
10.823.538.439
0,762895
31.785.000.000
18.525.700.000
13.259.300.000 24.248.624.315
14.133.167.830
10.115.456.485
0,712986
31.785.000.000
18.525.700.000
13.259.300.000 22.662.265.715
13.208.568.065
9.453.697.650
0,666342
31.785.000.000
18.525.700.000
13.259.300.000 21.179.687.584
12.344.456.136
8.835.231.448
0,622750
31.785.000.000
18.525.700.000
13.259.300.000 19.794.100.546
11.536.874.893
8.257.225.653
0,582009
31.785.000.000
24.913.200.000
6.871.800.000 18.499.159.389
14.499.709.224
3.999.450.165
0,543934
31.785.000.000
24.913.200.000
6.871.800.000 17.288.934.008
13.551.130.116
3.737.803.892
0,508349
31.785.000.000
18.525.700.000
13.259.300.000 16.157.882.251
9.417.526.481
6.740.355.769
278.575.000.000
187.082.000.000
127.298.243.224
59.699.243.910
B/C
6,70
(11.215.700.000) 9.345.794
PV Cost
91.493.000.000
186.997.487.134 R/C
1,47
Tahun ke 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah B/C
Df 7%
Cost
Penerimaan
Penerimaan - Cost
1
-
-
0,934579
11.225.700.000
10.000.000
0,873439
14.875.700.000
24.285.000.000
9.409.300.000 8.218.447.026
0,816298
18.525.700.000
31.785.000.000
13.259.300.000 10.823.538.439
0,762895
18.525.700.000
31.785.000.000
13.259.300.000 10.115.456.485
0,712986
18.525.700.000
31.785.000.000
13.259.300.000 9.453.697.650
0,666342
18.525.700.000
31.785.000.000
13.259.300.000 8.835.231.448
0,622750
18.525.700.000
31.785.000.000
13.259.300.000 8.257.225.653
0,582009
24.913.200.000
31.785.000.000
6.871.800.000 3.999.450.165
0,543934
24.913.200.000
31.785.000.000
6.871.800.000 3.737.803.892
0,508349
18.525.700.000
31.785.000.000
13.259.300.000 6.740.355.769
187.082.000.000
278.575.000.000 91.493.000.000
6,70
-
PV 7 %
(11.215.700.000) (10.481.962.617)
59.699.243.910
b. Benefit Cost Rasio (B/C) Net B/C ratio merupakan angka perbandingan antara nilai kini arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rationya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya opportunitis capital (Gittinger, 1986) tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus untut B/C sebagai berikut: B/C =
𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛
=
=
8.218.447.026 BC = :----------------- /-10.481.962.617 6.740.355.769 BC = 6,7
Nilai net benefit cost ratio (Net B/C) yang diperoleh sebesar. Faktor yang mempengaruhi besarnnya nilai net B/C pada perhitungan diatas karena nilai PV positif yang dihasilkan lebih besar dibandingkan PV negatif. Masing-masing angka yang diperoleh adalah sebesar 6,7 . Nilai tersebut menunjukan lebih dari satu. Artinnya dari setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar satuan. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. Nilai tersebut menunjukan usaha peternakan sapi layak untuk dijalankan karena nilai net B/C > dari 1.
c.
Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate Return adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh dari IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah sebagai berikut :
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝑃𝑃1 − 𝐶𝐶1 𝑥𝑥 Keterangan
𝑃𝑃2−𝑃𝑃1 𝐶𝐶2−𝐶𝐶1
P1 = tingkat bunga satu P2 = tingkat bunga dua C1 = NPV1 (bernilai positif) C2 = NPV2 (bernilai negative) IRR > bunga deposito = proyek layak dilaksanakan IRR < bunga deposito = proyek tidak layak dilaksanakan
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝑃𝑃1 − 𝐶𝐶1 𝑥𝑥
𝑃𝑃2−𝑃𝑃1 𝐶𝐶2−𝐶𝐶1
= –x
9% - 7% IRR
=
=
7% -
33.656.243.910
- X 27.209.399.039
17,44%
Tabel 11. Perhitungan IRR
-
33.656.243.910
Tahun ke
Df 7%
PV Kas Bersih
0
1
1
0,934579439
2
0,873438728
3
0,816297877
4
0,762895212
5
0,712986179
6
0,666342224
7
0,622749742
8
0,582009105
9
0,543933743
10
0,508349292
NPV IRR
(26.043.000.000) (10.481.962.617) 8.218.447.026 10.823.538.439 10.115.456.485 9.453.697.650 8.835.231.448 8.257.225.653 3.999.450.165 3.737.803.892 6.740.355.769 33.656.243.910
Df 9%
PV Kas Bersih 1
0,917431193 0,841679993 0,772183480 0,708425211 0,649931386 0,596267327 0,547034245 0,501866280 0,460427780 0,422410807
(26.043.000.000) (10.289.633.028) 7.919.619.561 10.238.612.417 9.393.222.401 8.617.635.230 7.906.087.367 7.253.291.163 3.448.724.701 3.163.967.615 5.600.871.612 27.209.399.039
25,44
Dilihat dari nilai IRR pada perhitungan yaitu sebesar 25,4 persen nilai tersebut menunjukan lebih besar dari tingkat suku bunga diskonto sebesar enam persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dijalankan.
d. Payback Periode Payback Period merupakan jangka waktu periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut untuk diusahakan. Rumus yang digunakan sebagai
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 = 𝑛𝑛 +
𝑎𝑎−𝑏𝑏 𝑐𝑐−𝑏𝑏
𝑥𝑥1 𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢
26043000000 - 2.086.176.983
Payback period
= n + ---------------------------------------------------- X 1 10921408431 - 2.086.176.983
=
7,71
Keterangan : n : tahun terakhir dimana jumlah arus kas masi belum dapat menutupi mula-mula. a : jumlah investasi mula-mula b : jumlah kumulatif kas pada tahun ke n c : jumlah kumulatif kas pada tahun ke n+1
\\\\\\
investasi
Tabel 12. Perhitungan Payback Period Tahun ke
Kas Bersih
Df 7%
PV Kas Bersih
Nilai Kumulatif
26.043.000.000 11.215.700.000
26.043.000.000 0,934579439 10.481.962.617
2
9.409.300.000
0,873438728 8.218.447.026
3
13.259.300.000
0,816297877 10.823.538.439
4
13.259.300.000
0,762895212 10.115.456.485
26.043.000.000 36.524.962.617 28.306.515.591 17.482.977.152 -7.367.520.667
5
13.259.300.000
0,712986179 9.453.697.650
2.086.176.983
b
6
13.259.300.000
0,666342224 8.835.231.448
10.921.408.431
c
7
13.259.300.000
0,622749742 8.257.225.653
19.178.634.084
8
6.871.800.000
0,582009105 3.999.450.165
23.178.084.248
9
6.871.800.000
0,543933743 3.737.803.892
26.915.888.141
10 a
13.259.300.000 0,508349292 6.740.355.769 Investasi awal 26.043.000.000
33.656.243.910
0 1
PBP
1
7,71
Berdasarkan perhitungan diatas payback periode Payback Periode yang diperoleh adalah selama 7,71 tahun. Hal ini menunjukan kemampuan tingkat pengembalian modal usaha peternakan sapi perah lebih kecil dari umur proyek yaitu selama sepuluh tahun. Artinnya usaha peternakan sapi perah dilihat dari PBP usaha ini layak karena pengembalian modal investasi tercapai sebelum umur proyek berakhir. Pentingnya mengetahui tingkat pengembalian modal bagi para pelaku usaha maupun investor yang ingin menanamkan modal pada usaha tertentu agar dapat mengantisipasi terhadap perubahan risiko pengembalian modal. Artinnya semakin cepat tingkat pengembalian modal investasi, semakin kecil risiko terhadap perubahan nilai uang yang terjadi.
5.2.1
Titik Impas (Break Even Point) Berdasarkan perhitungan diperoleh BEP dalam produk bibit sapi perah,
artinya usaha tersebut mampu berjalan apabila minimal bisa menjual bibit sapi perah sebanyak 178 ekor dan BEP dalam rupiah sebesar Rp 2.223.387.097 artinya usaha tersebut mampu berjalan apabila mampu menjual barang dengan harga minimal sebesar Rp 12.500.00,- maka dapat disimpulkan usaha peternakan sapi perah ini menguntungkan.
BEP Dalam Rupiah
Biaya Tetap = 1 -
Biaya Variabel/Unit Harga Jual/Unit
=
Rp 1 -
275.700.000 10.950.000,0 12.500.000
Rp Rp
2.223.387.097
=
BEP Volume Produksi
Biaya Tetap
=
Harga Jual Satuan - Biaya Variabel Satuan Rp 275.700.000
=
12500000 - 10950000 =
178 ekor
5.2.2
Pay Back Period (PBP) Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu pengembalian biaya investasi
yang merupakan nilai kumulatif dari arus penerimaan (benefit). Semakin cepat suatu rencana usaha dapat mengembalikan biaya investasi maka semakin cepat pula suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan. Pada usaha sapi perah ini, PBP diperoleh 7,7 tahun,, hal ini menunjukan bahwa mampu mengembalikan seluruh investasi yang telah di tanam pada tahun ke-7 bulan ke-7.
VI.
KESIMPULAN
Hasil perhitungan proyeksi tanpa pre-proyek perencanaan usaha pembibitan sapi perah selama 10 tahun dikatakan layak dilaksanakan Hasil analisis kriteria kelayakan finansial, Usaha Pembibitan sapi perah dilihat dari kriteria NPV, IRR, net B/C dan PBP masing-masing nilai yang diperoleh NPV sebesar Rp. 33.656.243.910, IRR: 17,44% , Net B/C: 6,70 dan PBP: 7,71 atau setara dengan
tujuh tahun tujuh bulan. Berdasarkan perhitungan Diperoleh BEP dalam produk bibit sapi perah, artinya usaha tersebut mampu berjalan apabila minimal bisa menjual bibit sapi perah sebanyak 178 ekor dan BEP dalam rupiah sebesar Rp 2.223.387.097 artinya usaha tersebut mampu berjalan apabila mampu menjual bibit sapi perah dengan harga minimal sebesar Rp 12.500.00,- maka dapat disimpulkan usaha pembibitan sapi perah ini menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA
Gitingger JP.1968. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah Slamet Sutomo Dan Komet Manggiri. Jakarta: Universitas Indonesia perss. Husnan S. dan Suwarsono.2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP AMPYKPN. Jennes, R. 1980. Composition and characteristic of goat milk: Review 1968-1979. J. Dairy Sci. 63:1605-1630. Kadariah, L. Karlina dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Setiawan A dan Tanius A. 2003. Beternak sapi Perah Peranakan Etawa. Jakarta: Penebar Swadaya. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta. Sunarlim, R., Triyantini, B. Setiadi & H. Setiyanto. 1990. Upaya mempopulerkan dan meningkatkan penerimaan susu sapi dan domba. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan sapi Menyongsong Era PJPTII. ISPI dan PDHF, Bogor. Sutama I K , et al. 2007. Budidaya sapi Perah. Direktorat Budidaya Ternak Rumenansia. Direktorat Jendral Peternakan. Departemen Pertanian.Jakarta. Williamson, G dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan : D. Darmaja. UGM Press, Yogyakarta.